ABSTRAK

INVENTARISASI MIKROALGA DI SUNGAI KELINGI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR I KOTA LUBUKLINGGAU

Oleh Haji Metal Susanto.¹, Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si.², Harmoko, M.Pd.³

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mikroalga yang ada di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota lubuklinggau. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga stasiun dengan tiga kali pengulangan di perairan Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota lubuklinggau dan diteliti di Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Penelitian bersifat deskriptif: observasi langsung pada lokasi perairan Sungai Kelingi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Jenis mikroalga yang ditemukan temukan terdiri dari Divisi Chlorophyta terdiri dari 10 Ordo yaitu, Chlorococcale, Desmidiales, Ulotricales, Chaetophorales, Chlorellales, Klebsormidiales, Zygnematales, Cladophoraceae, Chlamydomonadales dan Volvocales. Jenis mikroalga dari Divisi Bacillariophyta terdiri dari 12 Ordo yaitu, Tabellariales, Biddulphiales, Naviculales, Eunotiales, Surirellales, Cymbellales, Bacillariales, Fragillariales, Pennales, Thalassiosirales, Centrales dan Rhopalodiales. Jenis mikroalga dari Divisi Cyanobacteria terdiri dari 4 Ordo yaitu, chroococcales, Oscillatoriales dan Nostocales. Divisi dari Chrysophyta terdiri dari 3 Ordo yaitu, , Hydrurales dan Ctenocladales. Divisi Euglenophyta terdiri dari 1 Ordo yaitu, Euglenales dan Divisi Xanthophyta terdiri dari 1 Ordo yaitu, Tribonematales. Jenis mikroalga yang ditemukan terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30 Ordo, 40 Family, 53 Genus, dan 63 Spesies. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga pada penelitian ini adalah Temperatur (Suhu), Keasaman (pH) dan Kecerahan.

Kata Kunci: Inventarisasi, Mikroalga, Sungai Kelingi, Kota Lubuklinggau ______¹ Penulis Skripsi ² Pembimbing Utama ³ Pembimbing Pembantu

PENDAHULUAN

Permukaan bumi sebagian besar terdiri atas air dan sekitar 70% permukaan bumi terdiri atas lingkungan air asin, dan salah satu negara yang kaya akan lingkungan air asin adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 13.000 pulau yang di kelilingi oleh laut, dan oleh sebab itu indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam dan merupakan salah satu Negara yang memiliki pulau terbanyak di dunia (Wijaya, 2014:169). Selain lingkungan air asin di Indonesia juga terdapat lingkungan air tawar salah satu lingkungan air tawar yang dimaksud adalah sungai. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya (Isti’anah, dkk, 2014:57). Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Ferianita, 2008:2). Keberadaan mikroalga dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan kualitas lingkungan perairan yang disebabkan ketidak seimbangan suatu ekosistem akibat beban pencemaran. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan keberadaan jenis alga yang mendominasi di perairan tersebut (Isti’anah, dkk, 2014:57). Mikroalga merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya menempati habitat yang lembab atau basah. yang hidup di air dapat bergerak aktif dan ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup bebas di air, terutama yang tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun Plankton, tepatnya fitoplankton yang melekat pada sesuatu yang ada di dalam air misalnya batu atau kayu, disebut bentos. Keberadaan jenis mikroalga disuatu perairan banyak manfaatnya, diantaranya adalah sebagai petunjuk adanya polusi organik, penyusun rantai makanan dalam ekosistem air, suplai air, dan sebagai pembentukan batu kapur di perairan (Tjitrosoepomo, 2011:30-73). Seperti halnya pada tumbuhan autotrof lainnya, mikroalga mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan semestinya dan berkembang biak di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya yang sesuai, serta persediaan yang cukup akan oksigen, karbondioksida, dan unsur-unsur esensial. Diperkirakan terdapat sekitar 30.000 spesies alga yang tumbuh dibumi, kebanyakan diantaranya merupakan tumbuhan laut (Tjitrosomo, dkk, 2010:29- 31). Salah satu perairan air tawar yang inggin peneliti ketahui jenis-jenis mikroalganya yaitu di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. Sungai Kelingi merupakan salah satu anak sungai dari Sungai Musi yang melintasi Kota Lubuklinggau. Pola aliran sungai berawal dari bagian barat menuju timur yang akhirnya menjadi satu aliran di Sungai Musi. Sungai Kelingi memiliki arus yang cukup deras hal ini disebabkan oleh adanya aliran sungai dari kawasan Bukit Barisan yang berbatasan dengan wilayah Lubuklinggau. Sungai kelingi memiliki panjang ± 80 km, lebar 50-70 meter dengan ketinggian sekitar 40 km di atas permukaan laut (Pemerintahan Kota Lubuklinggau, 2004:40). Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 Maret 2017 di lokasi penelitian dan wawancara bersama warga yang tinggal di sekitar Sungai Kelingi kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. Dapat disimpulkan bahwa sungai kelingi sering dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat untuk mandi, mencuci, rekreasi dan juga tempat untuk penangkapan ikan, kegiatan tersebut dilakukan warga sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya peranan sungai kelingi bagi masyarakat setempat maka kemungkinan terjadinya pencemaran akan semakin cepat terjadi. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilaksanakan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis mikroalga yang terdapat di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan bagaimana faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

METODE PENELITIAN Analisi Data Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung pada perairan Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. Teknik analisi data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara Deskriptif Kualitatif. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 April - 15 Mei 2017, yang berlokasi di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggan dan Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: Plankton net 20 mesh, pH meter, termometer, sechi disk, gelas kimia, mikroskop, gelas objek, botol, pipet tetes, tisu, kamera, label, gayung, mistar ukur, alat tulis, sampel air Sungai Kelingi, Formalin 4% dan aqudes. Langkah Kerja

Agar tidak ada kekeliruan, maka peneliti menjelaskan tahap-tahap dalam pelaksanaan penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Mengukur Faktor pH Air Pengukuran pH air menggunakan alat ukur berupa pH meter (pH air). Pengukuran pH air langsung dilakukan ditempat penelitian, dengan cara mengambil sampel berupa air Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dengan menggukan gayung. Kemudian alat tersebut dicelupkan kedalam gayung yang berisi air, diteliti ukuran pH air tersebut. Kemudian dicatat. 2. Mengukur Faktor Kecerahan dan Suhu Pengukuran faktor kecerahan air dan suhu menggunakan alat ukur berupa Sechi disk dan Thermometer. Pengukuran kecerahan dan suhu langsung dilakukan ditempat penelitian, yaitu dengan memasukan sechi disk dan Thermometer langsung kedalam air sungai kelingi kecamatan lubuklinggau Timur I kota lubuklinggau, lalu amati kecerahannya. 3. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Sampel a. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di perairan Sungai Kelingi Kota Lubuklinggau terdiri dari 3 stasiun yang berbeda. Penentuan stasiun berpacu pada hasil penelitian Andriansyah (2014:61-70), yaitu berdasarkan ekosistem yang ada lingkungan tersebut. Stasiun I berada pada ekosistem dekat perumahan masyarakat (Kelurahan Batu Urib), stasiun II berada pada ekosistem pariwisata (Air Terjun Watervang), dan stasiun III berada pada ekosistem dekat hutan (Kelurahan Watervang) di Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. b. Sampel penelitian dilakukan secara observasi yaitu turun langsung ke lapangan. c. Pengambilan sampel diperairan Sungai Kelingi dengan 3 kali pengulangan dan pengambilan sampel dari masing-masing periode dilakukan pada pagi sekitar jam 08.00-10.00WIB. d. Pengambilan sampel dengan menggunakan gayung kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan plankton net. e. sampel yang tersaring oleh plankton net dimasukan kedalam botol sebanyak ±25 ml diberi label: nomor stasiun, tanggal pengambilan sampel, hari dan jam. f. Sampel dibawa ke Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau untuk diamati. g. Sebelum dilakukan pengamatan sampel air Sungai Kelingi diberi formalin 4% sebanyak satu tetes. h. Kemudian sampel air Sungai Kelingi yang telah diberi formalin 4% diambil dengan menggunakan pipet tetes sebanyak satu tetes (±0,05 ml) diteteskan pada kaca objek, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 20 X 40. i. Setiap alga yang teramati diambil gambarnya, kemudian dilakukan identifikasi morfologi pada genus atau spesies menggunakan buku acuan. j. Setelah selesai melakukan pengamatan bersihkan objek glass, cawan petri dan botol sampel dengan menggunakan aquades.

HASIL 1. Jenis Mikroalga Yang ditemukan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan di Laboratorium STKIP-PGRI Lubuklinggau, dengan pengamatan sampel air sungai kelingi menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 X 40 dapat disimpulkan bahwa analisis sampel air Sungai Kelingi terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30 Ordo, 40 Famili, 53 Genus, dan 63 Spesies. Jenis mikroalga dari Divisi Chlorophyta terdiri dari 10 Ordo yaitu, Chlorococcale, Desmidiales, Ulotricales, Chaetophorales,Chlorellales, Klebsormidiales, zygnematales, Cladophoraceae, Chlamydomonadales dan Volvocales. Jenis mikroalga dari Divisi Bacillariophyta terdiri dari 12 Ordo yaitu, Tabellariales, Biddulphiales, Naviculales, Eunotiales, Surirellales, Cymbellales, Bacillariales, Fragillariales, Pennales, Thalassiosirales, Centrales dan Rhopalodiales. Jenis mikroalga dari Divisi Cyanobacteria terdiri dari 3 Ordo yaitu, chroococcales, Oscillatoriales dan Nostocales. Divisi dari Chrysophyta terdiri dari 3 Ordo yaitu, Chromulinales, Hydrurales dan Ordo Ctenocladales. Divisi Euglenophyta terdiri dari 1 Ordo yaitu, Euglenales dan Divisi Xanthophyta terdiri dari 1 Ordo yaitu, Tribonematales. Perbandingkan mikroalga dapat di lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Perbandingan Mikroalga Pada Setiap Stasiun No Devisi Ordo Genus Titik Stasiun I II III 1. Chlorophyta Chlorococcales Oocystis - + - Micractinium - + + Scenedesmus + + + Pediastrum + + + Dictyosphaerium + + - Desmidiales Cloesterium + + + Micrasterias + - - Cosmarium + + + Gonatozygon + + - Ulotricales Ulothrix + - - Chaetophorales Drafanaldia + - - Stigeoclonium + + + Chlorellales Chlorella + + + Klebsormiadiale Elakothrix + - - s Klebsormi + - - Zygnematales Spirogyra - + + Mougeotia + + + Zygnema + - - Cladophorales Rhizoclonium + + + Chlamydomona Eudorina - + + dales Carteria + + + Volvocales Chlamydomonas + + + 2. Bacillariophyta Tabellarialles Tabellaria + + + Biddulphiales Melosaria + + + Melosira + + + Naviculales Gyrosigma + + + Navicula + + + Eunotiales + - + Eunotia + + - Surirellales Surirella + + + Cymbellales Cymbella - + - Bacillariales Nitschia + + + Pleurosigma - + + Fragillariales Synedra + + + Fragillaria + + + Pennales Gomphonema + - - Thalassiosirales Cylotella + + + Centrales Aulacaseira + + + Rhopalodiales Rhopalodia - + + 3. Cyanobacteria Chroococcales Merismopedia - + - Microcystis - + + Gloecapsa - + + Actinastrum + - + Oscillatoriales Oscillatoria + + + Lyngbya + + + Nostocales Tolypothrix + + + 4. Chrysophyta Chromulinales Chromulina - + - Hydrurales Hydrurus - - + Ctenocladales Gongrosia + + + 5. Xanthophyta Tribonematales Tribonema + + + 6. Euglenophyta Euglenales Euglena - + - Phacus - - + Jumlah Genus Yang Ditemukan 39 41 37 Ket: + = Ditemukan - = Tidak ditemukan

2. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dan pengamatan di Laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau di dapatkan hasil pengukuran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah suhu, pH dan intensitas cahaya. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau No Parameter Stasiun Rata-rata I II III 1 Suhu 25,6ºC 25,3ºC 25,3ºC 25,4ºC 2 Ph 7,24 7,42 7,29 7,31 3 Kecerahan 41,6 cm 44,6 cm 47,3 cm 44,5 cm

PEMBAHASAN

Menurut Pratiwi (2008:54) menyatakan bahwa Divisi Chlorophyta merupakan bagian dari alga hijau, hidup di air tawar namun ada pula spesies yang hidup di lingkungan lembab seperti pada tanah, bebatuan yang lembab atau batang pohon, ada juga yang bersimbiosis pada organisme lain, struktur tubuh bervariasi, dan berkembang biak dengan membelah diri. Divisi Chlorophyta adalah kelompok mikroalga yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 27 spesies. Divisi ini paling banyak ditemukan pada titik stasiun I dan III, hal ini disebabkan pada titik stasiun I & III arusnya lebih tenang dibandingkan pada titik stasiun III yang deras (dekat air terjun Watervang). Semiden, dkk (2013:67) mengatakan kecepatan arus yang rendah pada suatu perairan menyebabkan kelimpahan yang tinggi pada kelas Chlorophyceae, karena kemungkinan terjadinya migrasi horizontal sangat tinggi. Divisi Bacillariophyta ini terdiri dari -diatom, terdapat di air tawar maupun air laut serta didalam tanah yang lembab, bersifat unisesuler, berkoloni atau membentuk filamen, dan setiap sel mengadung satu nukleus (Pratiwi, 2008:52). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau didapatkan bahwa Divisi Bacillariophyta merupakan Divisi yang menduduki peringkat kedua setela Chlorophyta, yaitu sebanyak 22 spesies. Winahyu, dkk., (2013:96) menyatakan pertumbuhan dan perkembangan diatom atau Bacillariophyta sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas senyawa kimia yang terlarut dalam air. Perubahan kandungan atau komposisi senyawa kimia yang masuk kedalam suatu perairan merupakan faktor penting dalam mempelajari perkembangan komunitas diatom. Peran diatom sebagai produsen dalam rantai makanan yakni penghasil bahan organik dan oksigen. Divisi Cyanobacteria ini beranggotakan 1.500 spesies, yang bercirikan warna hijau kebiru-biruan, yang disebabkan suatu pigmen tambahan selain klorofil dan karotenoid, ada yang unisesuler tapi kebanyakan berkoloni (Tjitrosomo, dkk., 2010:52). Divisi Cyanobacteria yang teridentifikasi ialah sebanyak 3 Ordo, 6 Genus dan 7 Spesies, Divisi Cyanobacteria yang ditemukan tidak begitu banyak, hal ini dikarenakan suhu lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya tidak sesuai, seperti yang dinyatakan Andriansya,dkk (2014:66) menyatakan Divisi Cyanobacteria membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari kisaran suhu yang dibutuhkan. Pada penelitian yang dilakukan di perairan Sungai kelingi suhu rata-rata perairan pada saat penelitian ialah 25-26ºC dan suhu ini bukanlah suhu ideal bagi pertumbuhan Divisi Cyanobacteria. Divisi Chrysophyta merupakan kelompok alga coklat keemasan, berflagela, unisesuler/berkoloni, dan reproduksi pada umumnya dengan cara pembelahan biner tetapi terkadang secara seksual dengan isogami (Pelczar, 2010:150-251). Divisi Chrysophyta yang teridentifikasi ialah sebanyak 3 Ordo, 3 Genus, dan 3 Spesies, Menurut Purba,dkk (2015:140) menyatakan Divisi Chrysophyta sedikit ditemukan karena kebanyakan jenisnya hidup sebagai fitoplankton, dan hanya beberapa yang hidup sebagai bentik/bentos. Dari Divisi ini yang paling khas dan unik ditemukan ialah dari Spesies Hydrurus foetidus yang hanya sekali ditemukan oleh peneliti selama 3 kali pengulangan. Divisi Euglenophyta umumnya merupakan alga unisesuler, bergerak aktif menggunakan satu atau dua flagel, reproduksi terjadi secara pembelahan biner, memiliki sista dorman dan memiliki bintik mata yang jelas (Pratiwi, 2008:51). Divisi Euglenophyta yang teridentifikasi ialah sebanyak 1 Ordo, 2 Genus dan 2 Spesies. Divisi Euglenophyta sedikit ditemukan disebabkan kondisi lingkungan perairan yang tidak sesuai terhadap syarat pertumbuhannya, dan hal ini ditegaskan oleh Vureen, (2006:112) yang menyatakan bahwa Divisi Euglenophyta meluas dan sering melimpah, sesekali mewarnai air kolam berwarna hijau tua, atau membentuk filamen hijau di permukaan. Euglena berenang bebas di berbagai habitat, dapat ditemukan di hampir semua lokasi di mana ada air tawar atau payau, misalnya Kolam, danau, sungai, berkembang dengan baik di lingkungan yang tercemar atau diperkaya, terutama bila ada banyak limbah organik yang kaya (dari limbah hewan atau tanaman air). Euglena biasanya lebih menyukai suhu air yang tinggi. Divisi Xanthophyta merupakan alga hijau-kuning, mempunyai dua flagel yang tidak sama panjang, unisesuler, membentuk koloni, berfilamen, atau berbentuk tabung dan produk cadangannya adalah minyak (Plczar, 2010:255). Divisi Xanthophyta yang teridentifikasi ialah sebanyak 1 Ordo, 1 Genus, dan 1 Spesies, yaitu Tribonema sp. Bellinger & Sigee (2010:158) menyatakan Divisi Xanthophyta biasa di temukan sebagai fitoplankton danau dan waduk terutama yang kaya akan bahan organik dan humat. Pertumbuhan mikroalga sangat erat kaitanya dengan faktor-faktor lingkungannya, jika pertumbuhan mikroalga buruk/jarang dijumpai maka faktor lingngannya tidak sesuai namun apabila pertumbuhan mikroalga melimpah maka faktor lingkunganya baik. Sesuai dengan peryataan Hajoeningtijas (2012:48) menyatakan bahwa faktor lingkungan di suatu perairan sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroalga. Suhu lingkungan yang diukur di lokasi penelitian pada masing-masing stasiun dan periode tidak begitu mengalami perubahan yaitu dengan rata-rata 25,4ºC dan suhu tersebut merupakan suhu yang ideal bagi pertumbuhan mikroalga, seperti yang di ungkapkan oleh Hajoeningtijas (2012:48- 51) menyatakan bahwa batas suhu optimum pertumbuhan alga adalah sekitar 20- 30ºC. Derajat keasaman (pH) dari suatu lingkungan perairan sering kali dipakai untuk menentukan baik buruknya lingkungan hidup walaupun suatu perairan masih dipengaruhi oleh beberapa faktor (Erdina, 2010:88). Winahyu, dkk., (2013:95) juga menyatakan derajat keasaman atau pH adalah nilai yang menunjukan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan antar asam dan basa perairan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan dilokasi penelitian didapatkan nilai pH berada pada kisaran normal yaitu dengan rata-rata 7,31. Menurut Pelczar (2010:246) pH opimum pertumbuhan mikroalga ialah berkisar 4-11. Kecerahan atau cahaya merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan mikroalga yakni berguna untuk melakukan proses fotosintesis (Rominohtarto, 2009:56-58). rata-rata nilai kecerahan dalam penelitian ini adalah 44,5 cm. Menurut Prasetyo (2011:121) menyatakan kondisi perairan dapat dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan tingkat kecerahannya, yakni perairan keruh apabila nilai kecerahannya 0,25-1 m, perairan sedikit keruh memiliki nilai kecerahan 1-5 m, dan perairan jernih memiliki nilai kecerahan diatas 5 m.

SIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. mikroalga yang teridentifikasi di perairan Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau terdiri dari 6 Divisi, 8 Kelas, 30 Ordo, 40 Family, 53 Genus, dan 63 Spesies. 2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga adalah Temperatur (Suhu), Keasaman (pH) dan Kecerahan. Temperatur (suhu) rata- rata dalam penelitian ini yaitu 25,4ºc, Keasaman (pH) rata-rata dalam penelitian ini adalah berkisar 7,31 dan Kecerahan rata-rata dalam penelitian ini adalah berkisar 44,5 cm.

SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis mengemukakan saran yaitu: 1. Bagi Masyarakat Lebih memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar khususnya di perairan Sungai Kelingi agar seimbangnya ekosistem perairan sekitar Air Perairan Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Kota Lubuklinggau. 2. Bagi Pemerintah Lebih memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi wisata dan bernilai bersejarah, agar tidak terbengkalai dan kelihatan tidak terurus begitu saja. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Lengkapilah alat-alat penunjang penelitian seperti alat pengukur kekeruahan, kecepatan arus, kadar O² dan CO² yang terkandung yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. b. Dapat dikembangkan menjadi bahan pengembangan di penelitian selanjutnya seperti Booklet, Model Pembelajaran, LKS dan lain-lain. c. Dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda yang tidak digunakan dalam penelitian ini, guna menambah wawasan peneliti selanjutnya. d. Mikroalga yang ditemukan di Sungai Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau dapat dijadikan bioindikator pencemaran lingkungan perairan.

DAFTAR PUSTAKA Andriansyah, Tri, R.S, & Irwan, L. 2014. Kualitas Perairan Kanal Sungai Jawi Dan Sungai Raya Dalam Kota Pontianak Ditinjau Dari Struktur Komunitas Mikroalga Perifitik. Jurnal Protobiont. 3 (1), 61-70.

Erdina. L, Aulia. A, & Hardiansyah. 2010. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Alga Mikrokopis Pada Daerah Persawahan di Desa Sungai Lumbah Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Barito Kuala. Journal Wahana- Bio. Vol. 3, 72-91.

Ferianita, Melati. F, Setijati. H.E., & Monika. W. 2008. Komposisi dan Model Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta. Jakarta. Hasil Penelitian. Universitas Trisakti.

Hajoeningtijas, O.D. 2012. Mikrobiologi Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Isti’anah. D, Moch. F.H, & Ainun. N.L. 2015. Synedra sp. sebagai Mikroalga yang Ditemukan di Sungai Besuki Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Malang. Hasil Penelitian. Universitas Islan Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pelczar. M.Z. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Maryland: UI.

Pemkot Lubuklinggau. 2004. Studi Pengembangan Pembangunan Pertanian Berorientasi Ke Agribisnis Berwawasan Lingkungan Berbasis Sumberdaya Lokal. Lubuklinggau: Pemkot Lubuklinggau.

Prasetyo.B., & Elizabeth.N.K. 2011. Lingkungan Fisik dan Kekayaan Mikroalga di Danau Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan. Hasil Penelitian. UT

Pratiwi.S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.Yogyakarta: Erlangga.

Purba.I.Y.S., Izmiarti & Sulfiyen. 2015. Komunitas Algae Efilitik Sebagai Indikator Biologis di Sungai Batang Ombilium, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 4 (2), 138-1144.

Semiden, S., dkk. 2013. Keanekaragaman Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten Sanggau. Jurnal: Protobiont. 2(2), 63–69.

Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM

Tjitrosomo, S.S, dkk. 2010. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.

Vuuren, S.J.V., Jonathan.T, Carin.V.G., & Annelise.G. 2006. Easy Identification Of The Most Common Freshwater Algae. South African: North-West University noorowes-universitiet.

Wijaya, N. 2014. Ilmu Lingkungan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winahyu, D.A, Yulistia, A, Elly. L.R, Jani, M, & Andi, S. 2013. Studi Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.