IMPLEMENTASI PEMBACAAN YUSUF DAN TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN DESA RANTAU LIMAU MANIS KECAMATAN TABIR ILIR KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh FAIZAH NIM: UT 150197

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

i

Jambi, 20 Mei 2019 Drs. H.Zikwan M.Ag Adi Iqbal, S.sos.I, M.Ud Kepada Yth. Alamat : Fak Ushuluddiin dan Studi Agama Bapak Dekan UIN STS Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak.Ushuludin dan Studi Agama Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi Muaro Jambi di- JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi,maka kami berpendapat bahwa Skripsi saudari (Faizah) dengan judul “Implementasi pembacaan surah Yusuf dan Maryam Tradisi Orang Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin’’telah dapat diajukan untuk dimunaqasahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu,semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama,nusa dan bangsa.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Zikwan, M.Ag Adi Iqbal, S.Sos.I, M.Ud NIP.196610151992031002 NIP.198001052014111002

ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faizah Nim : UT 150197 Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Limau Manis, 07 Desember 1996 Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Alamat : Rantau Limau Manis

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul’’Implementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam Tradisi Orang Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan tabir ilir, Kabupaten Merangin‟‟. Benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sesuai dengan ketentuan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Jambi, 20 Mei 2019 Penulis,

Faizah NIM.UT 150197

iii

iv

MOTTO

بِ ْس ِم هّللاِ ال َّر ْح َم ِن ال هر ِح ْيم

            

    

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua, ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaku kembalimu”.( QS. Lukman:14).

v iii

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Implementasi Pembacaan surah yusuf dan maryam dalam tradisi tujuh bulanan: kajian living Qur‟an di desa Rantau Limau kecamatan tabir ilir,Kabupaten Merangin. Berinteraksi dengan Al-Qur‟an merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga bagi seorang muslimin. Ungkapan melalui lisan, tulisan sampai yang berupa tindakan,baik berupa pemikiran. resepsi Al-Qur‟an dalam sebuah tradisi budaya merupakan upaya masyarakat dalam berinteraksi dengan Al-Qur‟an.Resepsi menjadikan masyarakat sebagai bagian dalam menghidupkan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian berbicara tentang dua masalah. Pertama, Bagaimana Prosesi bacaan surah yusuf dan maryam dalam tradisi tujuh bulanan desa rantau limau manis kecamatan tabir ilir kabupaten merangin? Kedua, Apa Fungsi pembacaan surah Yusuf dan Maryam di desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir, kabupaten merangin. Jenis Penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan(Field Research). Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang dibaca dalam tradisi tujuh bulanan.Lokasi penelitian berada di desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir,kabupaten merangin. Penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selamatan kandungan yang berusia tujuh bulan di desa rantau limau manis Dalam pelaksanaan dibaca surah yusuf dan maryam. Ada tiga fungsi yang ditemukan dalam resepsi pembacaan surah pada acara tujuh bulan, yaitu Al- Qur‟an dipandang sebagai kitab suci, sebagai obat dan sebagai sarana perlindungan. Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan praktek masyarakat rantau limau manis sebagai bagian dalam kehidupan mereka.

ivvi

PERSEMBAHAN

بِ ْس ِم هّللاِ ال َّر ْح َم ِن ال هر ِح ْيم

Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji dan syukur diucapkan kehadirat SWT, yang telah memberikan karunia dan Inayahnya. Shalawat dan salam kepada baginda Nabi SAW, yang telah menyampaikan risalah Islam untuk sekalian alam.

Skripsi ini kupersembahkan kepada insyan yang kusayangi dan kucintai…

Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta Ayahanda Ahmad Zuldi dan Ibunda Fauziah, terimakasih yang tidak terhingga ananda ucapkan karena telah memberi didikan dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang, senantiasa memberi dukungan, kata semangat dan do’a yang tidak putus untuk ananda dikala ananda sedang mencari ilmu di Perantauan.

Kepada Keluarga Yang Di sayangi Fardiansyah,Rina Susanti, Farin, Farisya, dan semua Keluarga,terimakasih atas segala motivasi, do’a dan dukungan yang diberikan. Semoga ikatan kekeluargaan senantiasa diberkati dan dirahmati oleh Allah SWT.

viiv

KATA PENGANTAR

بِ ْس ِم هّللاِ ال َّر ْح َم ِن ال هر ِح ْيم

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan, kesempatan, dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judu‟‟lmplementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam Dalam Tradisi Tujuh Bulan, Masyarakat Rantau Limau Manis kecamatan Tabir Ilir‟‟. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Yakni Nabi Muhammad SAW, untuk seluruh keluarga, serta para sahabat beliau, yang senantiasa istiqamah dalam perjuangan Agama Islam. Semoga kita menjadi hamba-hamba pilihan seperti mereka Amin ya Rabbal A‟lamin.

Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah di bantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga, mendidik, menyayangi, dan senantiasa mengsupport serta mendo‟akan penulis sehingga karya ini dapat diselesaikan.

pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Zikwan M.Ag Selaku Pembimbing I, Dan Bapak Adi Iqbal S.sos.I, M.Ud Selaku Pembimbing II. 2. Ibu Ermawati MA, Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 3. Bapak Dr.H.Abdul Ghaffar, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 4. Bapak Dr. Masyan M.Syam,M.Ag, Bapak H.Abdullah Firdaus,Lc, MA, Ph D dan bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag Selaku Wakil Dekan I,II,III Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 5. Bapak Dr.H. Hadri Hasan M.Ag Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 6. Bapak Prof.Dr.H.Su‟aidi Asy‟ari. MA Ph D,Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd dan Ibu Dr.Hj. Fadilah, M.Pd Selaku Wakil Rektor I,II,III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Semoga Ilmu yang diajarkan selama ini dapat diamalkan dan diterima sebagaimana mestinya amin ya rabbal „alamin. 8. Kepala Bagian Tata usaha Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Ibu Himatun Zakiyah,S.Ag.,M.Pd.I. Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan, Ibu Dra.Fatimah Rahmiati. Kasubag Umum dan Kepegawaian, Ibu Linda

viiivi

Seswati,S.Ag., M.Pd.I. Dan Kasubag Perencanaan dan Akuntansi bapak Mhd.Arfah,S.Ag,M.Pd.I. 9. Seluruh Karyawan Karyawati dilingkungan Akademik Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 10. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta staf-staf, terima kasih yang telah memberikan Pinjaman buku-buku kepada penulis selama ini. 11. Seluruh Teman-teman Seperjuangan,Seangkatan 2015 Jurusan Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir UIN STS Jambi.

Dan Akhirnya Penulis Hanya bisa berdo‟a, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Semoga kebaikan dari semua pihak di catat oleh Allah SWT.Sebagai amal Sholeh dan mendapatkan balasan yang baik, Amin ya Rabbal „Alamin. Tidak ada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT yang maha sempurna lagi maha pengasih dan maha penyayang. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada seluruh pihak untuk memberikan kritikan atau saran dalam masalah penulisan skripsi ini. Dan penulis sangat berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna, manfaat terutama penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Jambi, 20 Mei 2019 Penulis,

Faizah NIM. UT 150197

ixvii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...... i NOTA DINAS ...... ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iii PENGESAHAN ...... iv MOTTO ...... v ABSTRAK ...... vi PERSEMBAHAN ...... vii KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... x PEDOMAN TRANSLITERASI ...... xi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Permasalahan ...... 5 C.Batasan Masalah ...... 6 D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 6 E. Tinjauan Pustaka ...... 7 F. Kerangka Teori ...... 9 G. Metode Penelitian ...... 10 H. Sistematika Penulisan ...... 13

BAB II GAMBARAN UMUM DESA RANTAU LIMAU MANIS A. Letak Geografis Desa Rantau Limau Manis ...... 15 B. Demografis Desa Rantau Limau Manis ...... 18 1. Sistem Pemerintahan ...... 19 2. Keadaan Masyarakat ...... 23 3. Pekerjaan Masyarakat ...... 27 4. Keadaan Pendidikan ...... 29 5. Sistem Kepercayaan ...... 32 6. Budaya Masyarakat ...... 33

viiix

BAB III IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN DESA RANTAU LIMAU MANIS

A. Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan...... 39 1. Waktu dan Tempat ...... 40 2. Pemimpin Membaca Al-Qur‟an ...... 40 3. Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an ...... 41 4. Bentuk Kegiatan ...... 41

B. Motivasi Pelaksanaan Tujuh Bulanan dan Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam ...... 42 1. Memohon Berkah dan Keselamatan ...... 42 2. Sebagai Bentuk Rasa Syukur ...... 43 3. Menjaga Tradisi ...... 43 4. Sebagai Bentuk Sosial Budaya Masyarakat ...... 44

BAB IV FUNGSI MEMBACA SURAH YUSUF DAN MARYAM TRADISI TUJUH BULAN MASYARAKAT DESA RANTAU LIMAU MANIS, KECAMATAN TABIR ILIR, KABUPATEN MERANGIN A. Pandangan Para Ahli Tafsir Terhadap Surah Yusuf dan Maryam ...... 45 B. Pemaknaan Masyarakat Rantau Limau Manis terhadap surah Yusuf dan Surah Maryam...... 49 C. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin ...... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………. 60 B. Rekomendasi…………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

ix xi

PEDOMAN TRANSLITERASI A. Alfabet Arab Indonesia Arab Indonesia ط „ ا ظ B ب „ ع T ت Gh غ Ts ث F ف J ج Q ق ح K ك Kh خ L ل D د M م Dz ذ N ن R ر H ه Z ز W و S س , ء Sy ش Y ي ص ض

B.Vokal dan Harakat Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

iˉ ِاى Ā ﺎ A ا

Aw ا و Á ا ى U ا

Ay ا ى Ū ا و I ِا

x xii

xixiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Allah,tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (Hablum minAllah Wa Hablum minannas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (Kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al- Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh- sungguh. Al-Qur‟an Sebagaimana diketahui,diturunkan dalam bahasa Arab,baik lafal maupun uslubnya.Suatu bahasa yang kaya akan kosa kata dan sarat kandungannya. 1 Al-Qur‟an dipandang dan diyakini sebagai kitab suci umat Islam, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam jiwa dan perilaku manusia. Kesucian dan keagungannya Al-Qur‟an menjadikan masyarakat Muslim memperlakukannya sebagai kitab suci dan meresepsi dengan banyak hal yang berkaitan dengannya Al-Qur‟an merupakan suatu produk budaya, yakni teks yang muncul dalam sebuah struktur budaya arab ketujuh selama lebih darin duapuluh tahun,dan ditulis berpijak pada aturan-aturan budaya, yang didalamnya bahasa merupakan sistem pemaknaan.Namun pada akhirnya, teks berubah menjadi produser budaya, yang menciptakan budaya baru sesuai dengan dunianya, sebagai tercermin dalam buadaya Islam sepanjang sejarahnya.2 Agama Islam mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan berisi ajaran yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Al-Qur‟an juga mengajak memikirkan penciptaan manusia sendiri dan rahasia-rahasia yang terdapat dalam dirinya. Ayat-ayat Al-Qur‟an mengarahkan manusia dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, ayat Al-Qur‟an tiada

1Choiruddin Hadhiri SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an: (Jakarta: Gema Insani Press,1993),25. 2Lihat Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam studi Al-Qur’an dan Hadits, Metodelogi Penelitian Living Qur’an(Yogyakarta:Teras,2007),11.

1

2

hentinya menaburkan mutiara-mutiara Ilmu dan pengetahuan kepada seluruh dunia. Dialah Al- mukjizat yang kekal dengan kekalnya manusia di atas permukaan bumi dan menyingkap ufuk-ufuk ilmu dan pengetahuan kepada manusia disetiap saat. Ditengah-tengah Lembaran Al-Quran terdapat isyarat yang banyak memuat hakikat penciptaan manusia,alam semesta.Al-Quran merupakan mukjizat yang terbesar diantara mukjizat yang pernah Allah SWT berikan kepada Nabinya. Kualitas kebenarannya bersifat Ilmiah yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun sampai hari kiamat nanti.Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra‟,ayat 88:

         .   

       “katakanlah Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur‟an ini,niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain‟‟(QS. Al-Isra‟: 88).3

Al-Quran diturunkan Oleh Allah SWT, Kepada Manusia untuk menjadi petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil.Sesuai dengan Firmannya dalam QS.Al-Baqarah,ayat 185:

        “Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT, kepada manusia untuk menjadi petunjuk pemisah antara yang hak dan yang batil. Sesuai dengan Firmannya‟‟.( QS. Al-Baqarah: 185).4

Al-Quran di turunkan oleh Allah SWT. kepada manusia untuk menjadi petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil. Mengkaji Al- Quran, sampai detik ini,masih menjadi urutan terpenting dan pertama dalam upaya mempelajari agama Islam.Tentunya model pengkajiannya pun sangat

3M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah Vol.1(Jakarta:Lentera Hati,2002) 87. 4Al-Qur‟an dan Terjemahnya, diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta:Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktur Pembinaan Perguruan Agama Islam.,1992),105.

3

berperan didalam upaya mendapatkan hasil dan tujuan yang optimal.Seiring perkembangan zaman,kajian mengenai Al-Quran dan Al-Hadis mengalami pengembangan wilayah kajian. Dari kajian teks kepada kajian sosial-budaya, yang menjadikan masyarakat agama sebagai objeknya. Kajian ini sering disebut dengan istilah “living Qur’an” Secara sederhana,“living Qur’an” dapat dimaknai sebagai gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-pola prilaku maupun respons sebagai pemaknaan terhadap nilai-nilai Quran. Berinteraksi dengan Al-Quran menghasilkan pemahaman dan penghayatan terhadap ayat Al-Quran Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasi secara verbal maupun dalam bentuk tindakan dapat mempengaruhi individu lain,sehingga membentuk kesadaran bersama.Pada taraf tertentu, melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi. Pengalaman bergaul dengan Al-Quran itu meliputi bermacam-macam,bentuk kegiatan,misalnya membaca Al-Quran memahami dan menafsirkan Al-Quran, berobat dengan Al-Quran,mengusir makhluk halus dengan Al-Quran menerapkan Ayat-ayat Al-Quran tertentu dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan sosial Al-Quran juga menuntun manusia untuk menjalani segala aspek kehidupan,jauh sebelum ilmu pengetahuan Al-Quran telah memberi penjelasan tahapan penciptaan manusiaRangkaian perjalanan hidup manusia mulai dari kelahiran hingga berakhir pada saat seseorang meninggal dunia. 5 Living Qur‟an adalah sebuah tren baru dalam dunia yang mana Al-Qur‟an diinginkan untuk tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kitab suci,tetapi juga sebuah kitab yang isinya terwujud atau berusaha diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.Studi Al-Qur‟an bukan hanya studi tentang ulum Al-Qur‟an dan tafsir. Akan tetapi juga merealisasikan Ayat Al-Qur‟an dalam kehidupan yang nyata, hubungan antara sesama manusia baik seagama ataupun bukan, dan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya.6

5Muhammad Yusuf,Pendekatan Sosiologi dalam penelitian Living Qur’an,dalam Metode Living Qur’an dan Hadits,Syahiron Syamsuddin,36-37. 6Muhammad Mansur,Living Qur’an dalam lintas sejarah Al-Qur’an oleh sahiron syamsuddin Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta:TH Press,2007),5.

4

Fokus penelitian ini adalah respon atau perhatian masyarakat terhadap Al- Qur‟an terkait resepsi terhadap teks tertentu atau hasil penafsiran tertentu,yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan teks yang hidup ditengah dimasyarakat. Pembacaan surah yusuf dan maryam pada sebuah tradisi maupun kegiatan masyarakat terhadap Al-Qur‟an disebut dengan Living Qur‟an. Studi mengenai living Qur‟an adalah mempelajari kehadiran Al-Qur‟an dalam fenomena-fenomena yang tumbuh di dalam masyarakat. Perbedaan wilayah geografis ataupun masa yang berbeda mempengaruhi cara pandang terhadap Al- Qur‟an. 7 Sejarah Pelaksanaan Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu selamatan tujuh bulanan bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan calon bayi agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan sang ibu agar saat persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih waktu tujuh bulanan, karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar ke dunia. 8 Dalam tradisi ini, masyarakat Desa Rantau Limau Manis biasanya membaca dua surah yaitu surah yusuf dan surah maryam yang akan dibacakan. Sebagai contoh dilingkungan masyarakat Desa Rantau Limau Manis kecamatan tabir ilir kabupaten merangin.Memilih Q.S Yusuf dan Q.S Maryam,adanya perbedaan dalam penetapan surah yang lain dalam Al-Qur‟an dalam tradisi (tujuh bulanan ) dikarenakan pemahaman akan makna dan keutamaan dari surah-surah Al-Qur‟an semuanya memiliki keutamaan ditambah dengan pengalaman yang lainnya. 9 Dalam masalah ini membahas tentang pembacaan surah yang dibacakan pada masa tujuh bulanan.Karena didalam suatu tradisi mempunyai nilai bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok lain,bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagaimana manusia berperilaku terhadap alam yang lain.Tradisi pembacaan surah ini

7Ali Sodiqin,Antropologi Model Dialektika wahyu dan budaya(Yogyakarta:Ar Ruzz Media,2008),22-25. 8Ibid. 9Hadi,Risno.Metodelogi Research(Yogyakarta: Adi Otset,)1995.

5

dilakukan dikalangan masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan tabir ilir,Kabupaten merangin, yakni sudah menjadi tradisi sebelum melahirkan.Sejarah tersebut memberikan gambaran tentang tradisi yang merupakan tradisi dan budaya.Berbagai macam ritual tujuh bulanan tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis Pada masa tujuh bulanan.10 Pada umumnya dilakukan pada saat mengandung anak pertama dan seterusnya. Hal tersebut memohon keselamatan untuk Ibu yang sedang mengandung dan calon bayi yang akan dilahirkan.Disamping itu, juga sebagai bentuk rasa syukur akan kehadiran calon penerus keluarga tersebut.Persepsi masyarakat terhadap Al-Qur‟an yang masuk pada sebuah tradisi merupakan cara pandang masyarakat dalam persepsi Al-Qur‟an dalam kehidupan mereka Kajian ini menjadi penting untuk diteliti dalam rangka mengetahui masyarakat muslim dengan Al-Qur‟an.Oleh karena itu, studi living Qur‟an dijadikan perangkat dalam mengkaji pembacaan Al-Qur‟an dalam pelaksanaan acara tujuh bulanan Desa Rantau Limau Manis sebagai budaya yang masih dilestarikan.11 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis bermaksud mengkaji lebih jauh persoalan yang berjudul. “Implementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam Dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin’’. B. Permasalahan Pokok Masalah yang diangkat dalam Penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulanan Masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin? Maka Penulis akan Merumuskan beberapa Pokok Permasalahan yang akan dikaji dalam Penelitian ini Pokok Permasalahan dapat dirumuskan dalam bentuk Pertanyaan sebagai berikut:

10Eseack,Farid. Menghidupkan Al-Qur’an dalam wacana dan perilaku,judul asli:Al- Qur’an a short Introduction,Penterjemah: Norma Arbi‟a Juli Setiawan (Jakarta: Inisiasi Press,)2006. 11Ibid.

6

1. Bagaimana Prosesi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam yang dilakukan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin? 2. Apa Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulan masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin? C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang skripsi ini, mengingat bahwa banyaknya ayat Al-Qur‟an yang membicarakan tentang pembacaan surah di dalam Al-Qur‟an yang baik untuk dibacakan oleh orang yang hamil selama masa kehamilan adalah surah yusuf dan maryam maka penulis membatasi pembahasan pada dua surah itu saja. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuannya a. Kajian ini dimaksudkan untuk menggambarkan prosesi tujuh bulanan dengan membaca surah yusuf dan Maryam yang biasa dibaca oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir. b. dalam kajian ini juga dimaksudkan untuk mengungkapkan makna dan tujuan dari (Tujuh Bulanan) yang didalamnya terdapat pembacaan Surah Yusuf dan Maryam bagi masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir. 2. Kegunaan Penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan wacana dalam dunia dan dapat menambahkan bahan pustaka sekaligus memperkaya bentuk tulisan dalam dunia Islam,terutama jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.Agar menjadi salah satu referensi untuk penulisan mengenai fenomena yang hidup ditengah masyarakat. b. Manfaat Praktis Penulisan dimaksudkan untuk membantu memperkenalkan salah satu bentuk keanekaragaman khasanah masyarakat muslim, guna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

7

terhadap pentingnya menjadikan Al-Qur‟an sebagai bagian dalam hidup.

E. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran dan pembacaan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu, penulis menemukan beberapa buku, jurnal,dan skripsi yang terkait judul yang diangkat oleh penulis, diantaranya yaitu Skripsiyang berjudul ”Nilai Filosofi upacara daur hidup (tujuh bulanan) di dusun kedung 1,desa karang tengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul‟‟, Karya Benny Prabawa. Menjelaskan rangkaian acara upacara tujuh bulanan di dusun kedung 1,desa karangtengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul,masyarakat jawa menyakini peralihan dari tingkat sosial yang satu ketingkat sosial yang lain merupakan saat-saat yang berbahaya. Skripsi yang berjudul”Tradisi pembacaan surah pilihan dalam Ritual tujuh bulanan”, karya Siti Mas‟ulah. Mengkaji fenomena dan resepsi masyarakat terhadap kehadiran Al-Qur‟an dalam kehidupan praktis diantaranya adalah Antropologi Al-Qur‟an model dialektika wahyu yang ditulis oleh Ali Shodiqin. Buku ini merupakan disertasi beliau yang didalamnya menjelaskan tentang bagaimana enkulturasi nilai-nilai Al-Qur‟an terhadap tradisi-tradisi yang berlaku di masyarakat Arab. Karya tulis yang berupa skripsinya antara lain buah karya Iwan Zuhri, memilih topik” nilai-nilain pendidikan Islam dalam tradisi mitoni di padukuhan pati,kelurahan genjahan,kecamatan ponjong,kabupaten gunung kidul (2009 ) Karya tersebut terfokus pada pembahasan terkait nilai-nilain ajaran Islam yang diserap dalam tradisi mitoni di padukuhan pati,kelurahan genjahan, kecamatan ponjong, kabupaten gunung kidul. Jadi skripsi tersebut dijelaskan nilai-nilai pendidikan Islam yang terangkum dalam ritual mitoni/tujuh bulanan antara lain: iman, Ihsan, takwa, ikhlas, tawakkal, syukur, silaturrahim dan shadaqah.12

12Muhammad Musthafa Azami,Metodelogi Kritik Hadis A.Yamin (Jakarta:Pustaka Hidayah,1992),19.

8

Skripsinya Muchibbah sektioningsih yang berjudul, “Adopsi Ajaran Islam dalam ritual mitoni di desa Nagagel kecamatan dukuhseti kabupaten pati, dalam skripsinya dipaparkan mengenai rangkaian ritual mitoni yang dilakukan oleh masyarakat Ngagel sangat kental dengan ajaran-ajaran Islam, meskipun ritual tersebut dikemas dalam serangkaian kegiatan yang sarat dengan tradisi jawa. Adapun ajaran Agama Islam yang diadopsi dalam ritual mitoni dalam surah Al- A‟raf ayat 189 yang memerintahkan umat Islam untuk bersyukur dan berdo‟a untuk keselamatan ibu dan calon bayi ketika bayi yang ada dalam kandungan sudah mempunyai bentuk yang sempurna ( kandungan berusia tujuh bulan). Selanjutnya ajaran yang lain yaitu pembacaan doa yang bersumber dari surah Al- Maidah ayat 35 yaitu syukur, yang merupakan perintah Allah yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadis.13 Skripsinya Efa Nusantari yang berjudul,”Pandangan sarjana UIN Sunan Kalijaga terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Tujuh Bulanan”. Hasil Penulisan Efa menunjukkan bahwa adanya heterogenitas cara pandang para sarjana UIN Sunan Kalijaga di Gadingsari terhadap pendidikan Islam yang terdapat dalam tradisi mitoni. Tradisi mitoni yang masih berkembang dapat dijadikan sarana pengenalan tidak langsung kepada lingkungan sosial setempat. Skripsinya Rafi‟uddin yang berjudul, ” Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur‟an dalam upacara (Tujuh bulanan) peret kandung Desa poteran, Kecamatan talango, Kabupaten sumenep madura”. Dalam tulisannya memfokuskan tentang fenomena dan pemaknaan masyarakat terhadap pembacaan Al-Qur‟an dalam upacara peret kandungan di desa Poteran, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep Madura Skripsinya Anisa Fitri yang berjudul,‟‟Amalan Ibu Hamil di Desa Tungkal‟‟. Hasil Penulisan Anisa Fitri menunjukkan bahwa adanya cara Pandang amalan Ibu hamil Desa Tungkal,sarjana UIN Sts Jambi. Berdasarkan beberapa karya yang berupa buku, penulis tidak menemukan pembahasan tentang tema yang akan diangkat oleh penulis, sedangkan karya yang berupa skripsi, ada kemiripan dengan tema yang membahas tentang penelitian ini, akan tetapi terdapat perbedaan dari karya-karya skripsi yang disebutkan diatas

13Sahiron Syamsuddin,,Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.68.

9

dengan penulis, yakni dari segi kerangka teori yang digunakan dalam kajian ini, selain itu tempat maupun lokasi penelitian juga berbeda.

F. Kerangka Teori Kerangka Teori adalah landasan teoritis yang digunakan dalam melakukan penelitian yang dibangun harus dapat mengarahkan penelitian pada pemikiran yang baik dan benar sesuai dengan teori. Artinya kerangka teori tidak hanya memuat teori ataupun konsep secara deskriptif. Namun dapat diterjemahkan ked dalam bahasa operasional dapat digunakan sebagai torak ukur instrumen dari berbagai masalah dalam penelitian tersebut. Kajian living Qur‟an memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan wilayah objek kajian Al-Qur‟an. Dalam lintasan sejarah Islam,bahkan pada era yang sangat dini,praktek memperlukan Al-Qur‟an sehingga bermakna dalam kehidupan umat pada dasarnya sudah terjadi. Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, sebuah masa yang paling baik bagi Islam, masa dimana semua perilaku umat masih terbimbing wahyu lewat Nabi secara langsung, praktek semacam ini konon dilakukan oleh Nabi sendiri. Dengan kata lain, Living Qur‟an sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an in Everyday life, yakni makna dan fungsi Al-Qur‟an yang rill dipahami dan dialami masyarakat muslim, belum menjadi obyek studi bagi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an konvensional (Klasik). Praktek-praktek semacam ini dalam bentuknya yang paling sederhana pada dasarnya sudah sama tuanya dengan usia Qur‟an itu sendiri. Namun, pada periode yang cukup panjang praktek-praktek di atas belum menjadi obyek kajian penelitian Qur‟an. Baru pada penggal terakhir sejarah studi Qur‟an kajian tentang praktek-praktek ini dinisiasikan ke dalam wilayah studi Qur‟an oleh para pemerhati studi Qur‟an. Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu tradisi selamatan tujuh bulanan bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan calon bayi agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan sang ibu agar saat

10

persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih waktu tujuh bulanan, karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar ke dunia. Penelitian ini di Desa Rantau Limau Manis membaca Ayat Suci Al- Qur‟an yang dibaca dalam usia kandungan (tujuh bulan). Dalam tradisi tidak semua ayat Al-Qur‟an dibaca dalam mengamalkan surah untuk kandungan melainkan beberapa surah saja yang terbiasa dibaca. Fungsi-fungsinya yang lahir sebagai sarana Perlindungan,sarana pengobatan,sarana mencari rizki dan sarana pengetahuan. G. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian living Qur‟an ini adalah metode yang berkenaan dengan lapangan (field research) dengan lokasi di kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Menggunakan metodelogi penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang digunakan dalam metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,interview (wawancara) dokumentasi. Metode dalam pengumpulan data. Pertama observasi yang langsung terjun kelapangan. Kedua interview (wawancara) dengan beberapa masyarakat yang menjadi informan mengenai surah dan ayat Al-Qur‟an yang digunakan ibu hamil di kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Ketiga dokumentasi untuk mendukung data yang diperoleh selama observasi dan interview. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian secara langsung. Yaitu penelitian lapangan (field research ). Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Al- Qur‟an yang dibaca oleh ibu hamil. Tujuannya adalah menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan kelompok dengan masyarakat, kemudian data- data tersebut akan dianalisis.14 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir, kabupaten merangin, dari hasil observasi, data kelurahan dan wawancara dengan

14Abdul Mustakim,Living Qur’an dalam lintas Sejarah Studi Al-Qur’an ,Metode Penelitian Living Qur‟an.68.

11

tokoh masyarakat setempat peneliti mendapatkan data mengenai desa rantau limau manis. Desa rantau limau manis terdiri dari 3 RW dan 5 RT. Lokasi desa ini dibatasi dengan desa bukit jung, desa muara menelang, desa rantau palembang. Hal ini terlihat dari masyarakat yang masih berpegang teguh pada budaya-budaya, seperti sedekahan(Tujuh bulanan). Akan tetapi dengan adanya pendatang dari luar dan menetap di desa rantau limau manis menambah pemahaman masyarakat setempat dalam hal Agama. Tradisi tersebut terdapat bacaan surah dalam Al- Qur‟an tanpa menghilangkan tradisi atau adat masyarakat setempat.15 Tradisi-tradisi inilah yang menjadikan desa rantau limau manis menarik untuk ditelitikan. Disatu sisi, masyarakat masih kenal dengan budaya, disisi yang lain adanya kesadaran dalam beragama yang mendorong mereka untuk memberikan unsur-unsur Islam dalam tradisi tersebut.16 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian sebagai sumber data, yaitu informan non kunci yaitu masyarakat setempat meliputi ketua RW, ketua RT, masyarakat desa rantau limau manis yang pernah melakukan acara tradisi tersebut. Objek penelitian ini adalah tradisi yang dilaksanakan di desa rantau limau manis. Sebagai peneliti studi kasus, maka objek dan subjek penelitian(informan).17 4.Teknik Pengumpulan data a.Observasi, merupakan salah satu metode utama dalam penelitian keagamaan terutama sekali penelitian (Kualitatif). Ia merupakan metode pengumpulan data yang paling alamiah dan paling banyak digunakan tidak hanya dalam keilmiahan tetapi juga dalam berbagai sktivitas kehidupan. Arti umum observasi adalah melakukan kegiatan terjun kelapangan dalam rangka mengamati,mendengar dalam rangka memahami.Terjun kelapangan merupakan proses mencari jawab dan mencari bukti terhadap fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.

15Sauri,Pemuka Agama Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,19 April 2019,Kabupaten Merangin,Rekaman Audio. 16 Ibid.,185. 17Abdul Manap,Ketua Adat Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,20 April 2019,Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

12

Dalam hal ini mencatat, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. b.Wawancara ini biasa digunakan oleh para peneliti lapangan,karena dianggap sebagai salah satu dari penggalian data yang cukup efektif dan efesien. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara bertanya dan berdialog dengan informan (tokoh-tokoh) yang ditentukan sebagai kunci pokok. Tujuan ini untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan objek yang diteliti,yang berhubungan dengan tradisi ibu hamil. c. Dokumentasi merupakan pengumpulan data dari sumber dokumen dari objek yang akan diteliti. Data yang diambil adalah dokumentasi yang berupa foto-foto yang berkaitan dengan objek yang diteliti.18 5. Teknik Pengolahan data Penulis menggunakan tiga tahapan dalam mengolah data yang diperoleh selama prengumpulan data. Pertama, reduksi data yang merupakan penyeleksian, pemfokusan dan abstraksi data dari hasil catatan lapangan.Data yang diperoleh dalam tradisi ibu hamil secara keseluruhan dikumpulkan kemudian diklasifikasikan sesuai konsep penelitian yang telah dirancangkan sebelumnya. Data yang diperolah terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan konsep yang sudah dibentukkan oleh peneliti, sehingga pada tahap ini data yang diperoleh lebih fokus dan ringkas, dan sudah terbagi-bagi. Kedua, display atau penyajian data, pada tahap ini penulis melakukan organisasi data, mengkaitkan hubungan tertentu antara data yang satu dengan data yang lainnya. Dalam hal ini misalnya mengenai ritual tujuh bulanan dan bagaimana pembacaan Al-Qur‟an dalam tradisi tersebut. Pada proses ini penulis menyajikan data yang lebih kongkret dari tahap sebelumnya,serta telah diklafikasikan pada tema-tema yang sudah dirancangkan oleh peneliti tersebut. Ketiga, verifikasi, pada tahap ini penulis melakukan penafsiran (interpretasi terhadap data yang telah diperoleh dan melalui tahap reduksi dan display (penyajian) sehingga data yang ada telah memiki makna. Dalam tahap interprestasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan, tema-tema dan pola-

18Ibid

13

pola, pengelompokan, melihat kasus perkasus dan melakukan pengecekkan terhadap hasil observasi serta melakukan wawancara dengan informan.Proses ini juga menghasilkan sebuah hasil analisis yang telah dikaitkan dengan asumsi- asumsi dari kerangka teoritis yang ada Selain itu penulis juga menyajikan jawaban atau pemahaman terhadap rumusan masalah yang dicantumkan dibagian latar belakang masalah penelitian. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu memberi gambaran yang jelas dan komperhensif mengenai isi dan pembahasan dari tulisan,maka penulis merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan bagian pendahuluan menguraikan latar belakang masalah serta argumentasi seputar signifikasi dan alur penyelesaian dari penelitian. Kemudian permasalahan, batasan Masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, Metode Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka dan sistematika Penulisan . Latar belakang menguraikan tentang alasan mengapa penulis mengangkat topik yang diteliti. Rumusan masalah berisi poin-poin yang penting akan menjadi pembahasan. Tujuan dan kegunaan penelitian memapar urgensi penelitian yang hendak dilakukan mengenai topik yang hendak diangkat. Tinjauan pustaka penelusuran dan pembacaan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu, penulis menemukan beberapa buku, jurnal,dan skripsi yang terkait judul yang diangkat oleh penulis, berisi beberapa literatur yang secara langsung maupun tidak yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian ini. Adapun kerangka teori yang berisi teori dasar yang menjadi landasan dalam penelitian ini. Metode penelitian menyebutkan metode-metode ataupun langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini didalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai pokok penelitian ini. Dan terakhir ada sistematika penulisan yang berisi mengenai susunan penulisan dari hasil penelitian. Bab II berisi gambaran lokasi penelitian Desa Rantau Limau manis, kecamatan tabir ilir, kabupaten merangin. Bab III yaitu memaparkan pelaksanaan tradisi yang dilaksanakan di desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Beserta pentingnya

14

tradisi tersebut bagi masyarakat yang mengandung makna komplit untuk keselamatan kandungannya. Bab IV membahas fungsi membaca Surah Yusuf dan Surah Maryam yang korelasinya terkait dengan Al-Qur‟an. Bab ini membahas bagaimana masyarakat Desa Rantau Limau Manis mengenai fungsi pembacaan Surah Yusuf dan Maryam serta pemaknaannya. Bab V bab penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. Kedua duanya perlu ditaruh setiap akhir dari pembahasan sebagai kesimpulan atau ringkasan dari semua pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran agar pembahasan yang disajikan mendapat saran bahkan kritikan supaya hasil penelitiannya ini lebih baik.

15

BAB II GAMBARAN UMUM DESA RANTAU LIMAU MANIS

A. Letak Geografis Desa Rantau Limau Manis Sejarah Berdirinya Menurut penuturan beberapa pemuka masyarakat yang terdiri dari Ketua adat setempat,desa ini telah terbentuk jauh sebelum kedatangan penjajah Belanda. Pada awalnya, pemukiman penduduk desa ini berada di wilayah Dusun Tunggul Bulin (Kini Desa Tunggul Bulin) yang merupakan cikal bakal terbentuknya Desa Rantau Limau Manis. Bahkan pada awalnya, wilayah desa mencakup beberapa wilayah desa sekitar yang ada sekarang. Para pemukimnya pun terdiri dari satu keturunan atau masih bersaudara yang terikat satu dengan yang lainnya.Baru kemudian setelah berdatangan para pendatang dari bermacam- macam daerah yang kemudian membentuk komunitas sendiri dan akhirnya membentuk wilayah tersendiri. 19 Desa Rantau Limau Manis ini terletak di pinggiran sungai tabir yang bersumber dari danau kerinci, kabupaten kerinci jambi, dan bermuara di sungai Batanghari yang merupakan salah satu sungai terbesar di sumatera. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat desa ini, juga hampir sebagian besar desa yang ada di propinsi jambi, merupakan masyarakat sungai karena sejak dahulu aktifitas masyarakatnya banyak menggunakan sarana sungai sebagaimana yang umumnya juga banyak dijumpai di hampir sebagian besar wilayah pulau sumatera.Sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan mencuci, mandi dan buang hajat. Meskipun demikian, beberapa tahun belakangan ini hanya sebagian kecil masyarakat saja yang masih melakukan hal serupa karena dibeberapa rumah telah tersedia kamar mandi dan fasilitas mencuci yang modern. Orang-orang yang datang dari belantara timur desa ini,tepatnya wilayah peladangan Muara Teleh, kemudian membentuk pemukiman di bagian barat desa ini hingga menjadi Desa Ulak Makam.

19Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2019),3-5.

15

16

Sedangkan para pendatang membuka beragam pemukiman baru di sekitar desa ini.Misalnya, komunitas transmigran yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa atas prakarsa dan fasilitas pemerintah membuka pemukiman baru di wilayah timur,utara dan selatan desa.Pemukiman-pemukiman baru ini kemudian membentuk bermacam-macam unit transmigrasi yang selanjutnya menjelma menjadi desa-desa baru yang berdiri sendiri.Adapun orang-orang yang berasal dari Palembang, Padang, Kerinci dan Medan biasanya hanya pendatang musiman yang hanya pada beberapa perkebunan yang ada di desa ini.Meskipun demikian, terdapat beberapa orang di antara mereka yang kemudian menetap di desa ini karena telah mendapatkan pekerjaan yang tetap atau menikah dengan penduduk setempat. Sistem Kepercayaan Seperti umumnya orang-orang Melayu yang merupakan bagian terbesar penduduk desa ini,mayoritas masyarakat desa ini adalah pemeluk Agama Islam. Beragam tradisi keislaman tak asing lagi bagi mereka, karena telah ada sejak zaman nenek moyang mereka dahulu. Namun pengajaran Agama Islam dimulai pada sekitar abad ke 18, dengan bukti pengajian yang lebih besar dibuka pada masa itu oleh seorang ulama bernama Imam Mukoh. Seperti masyarakat pemeluk Islam lainnya,beragam aktivitas keagamaan senantiasa mereka jalani, seperti shalat lima waktu, shalat jumat, puasa Ramadhan dan ibadah haji. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tatanan sosial kemasyarakatan yang berlaku di desa ini adalah berlandaskan ajaran Islam, meskipun juga diakui masih terdapat secuil kepercayaan animisme yang masih melekat di tengah sebagian kecil masyarakat. Karena begitu kuatnya ajaran Islam tertanam di tengah-tengah masyarakat, hampir dipastikan bahwa setiap warga di desa ini dapat memahami ajaran Islam dan bisa membaca Al-Qur‟an. Realitas ini karena sejak kecil mereka memang melakukannya sebagai rutinitas. Pengajian-pengajian dan perlombaan-perlombaan keagamaan pun sering dilakukan untuk lebih mendekatkan masyarakat akan ajaran Islam. Beragam aktivitas yang dilaksanakan oleh masyarakat desa ini dipusatkan di masjid yang cukup besar dan telah berumur puluhan tahun.

17

Segala kegiatan keagamaan yang berskala besar dilakukan di sini, seperti ibadah shalat Jumat dan shalat Ied. Shalat Tharawih dan tadarusan pada bulan Ramadhan juga dilaksanakan di masjid di samping juga di mushalla-mushalla yang ada, sedangkan kegiatan keagamaan yang berskala kecil, seperti Yasinan setiap malam Jumat, biasanya dilaksanakan di rumah-rumah penduduk secara bergiliran pada masing-masing RT.Bahkan,dengan alasan efisiensi dan efektivitas, penyuluhan dan pengumuman yang berkaitan dengan pemerintahan desa juga dilaksanakan di masjid desa. Keadaan Pendidikan Pada zaman dahulu sektor pendidikan menjadi agenda yang tidak diutamakan bagi mayoritas masyarakat di desa ini. Hal ini berdampak pada rendahnya jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari data statistik sebelum tahun 1990 yang terdapat di balai desa terlihat bahwa mayoritas masyarakat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar,bahkan lebih setengahnya tidak berhasil menamatkan pendidikannya. Hanya segelintir di antara mereka yang kemudian melanjutkan ke jenjang lanjutan, seperti SLTP dan SLTA. Lebih jauh lagi, data tersebut mengungkapkan bahwa hanya lima puluh orang di antara mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, tetapi hanya setengah di antara mereka yang berhasil menggondol gelar sarjana dari berbagai perguruan tinggi. Desa Rantau Limau Manis berada di Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin Jambi. Desa ini terletak antara 10.20 – 10.40 BT dan antara 20 – 30 LS dengan luas wilayah 4,3 Km2 dan ketinggiannya berkisar 150 m di atas permukaan laut. Desa ini adalah ibu kota Kecamatan Tabir Ilir yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Tabir, hal ini menjadikan desa ini sebagai wilayah yang sangat strategis, baik secara ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Adapun batas-batas wilayah desa ini yaitu: Utara berbatasan dengan Desa Kota Raja Kecamatan Tabir Ilir Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir dan Desa Bukit Subur Kecamatan Tabir Timur Barat berbatasan dengan Desa Tunggul Bulin kecamatan Tabir Ilir Timur berbatasan dengan Desa Sungai Limau Kecamatan Tabir Timur Desa Rantau Limau Manis

18

termasuk kategori daerah terpencil, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota, baik dari ibu kota propinsi (Jambi) maupun ibu kota kabupaten (Bangko). 20 B. Demografis Desa Rantau Limau Manis Untuk menjangkau desa yang dikelilingi oleh sejumlah areal perkebunan ini, maka dapat memanfaatkan angkutan darat dari kota Jambi dengan jarak tempuh sembilan jam untuk ukuran normal. Desa Rantau Limau Manis yang menjadi lokasi penelitian ini terletak di pinggiran sungai Tabir yang bersumber dari Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Jambi, dan bermuara di Sungai Batanghari yang merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat desa ini, dan juga hampir sebagian besar desa yang ada di Propinsi Jambi, merupakan masyarakat sungai, karena sejak dahulu aktivitas masyarakatnya banyak menggunakan sarana sungai sebagaimana yang umumnya juga banyak dijumpai di hampir sebagian besar wilayah pulau Sumatera. Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada dalam Kabupaten Merangin. Angka kelahiran dan kematian berbanding terbalik yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika dibandingkan angka kematian. Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya anggapan yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki. Hal ini berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk memiliki keturunan sebanyak-banyaknya. Dengan ini 21dapat dipastikan bahwa setiap keluarga minimal memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap datangnya lebaran haji akan ada minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan pernikahan. 1. Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan yang berlaku di wilayah ini adalah pemerintahan desa yang dipegang oleh seorang kepala desa atau disini biasa disebut rio.Seorang kepala desa dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui sebuah pemilihan

20Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko : 2019),3-5. 21Ibid

19

yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk. Calon-calon yang dipilih biasanya mengajukan diri secara pribadi dengan cara mendaftarkan diri pada panitia pemilihan dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang mesti dipenuhi. Bisa juga calon-calon walaupun tetap mengatasnamakan pribadi. Pada masa lalu,terutama sebelum era reformasi bergulir, calon-calon yang akan maju pada pemilihan kepala desa harus berasal dari kontestan pemilu yang dominan di desa ini, walaupun hal ini tidak diisyaratkan secara tertulis. Meskipun demikian, pernah juga ada calon kepala desa yang berasal dari partai politik yang tidak dominan di desa ini dan berhasil memenangkan kursi kepala desa. Namun demikian, hal sedemikian baru terjadi sekali dalam sejarah pemilihan kepala desa yang hingga saat ini telah diadakan sebanyak sepuluh kali sejak era pemerintahan orde baru. Calon-calon kepala desa yang akan maju dalam pemilihan haruslah orang yang sudah dikenal segala kemampuannya oleh masyarakat, diutamakan yang berpendidikan dan biasanya berasal dari keluarga atau keturunan pendiri atau tokoh masyarakat desa ini. Dalam sejarah desa ini, jabatan kepala desa selalu dipegang oleh dua golongan yang ada di desa ini, yaitu kalangan ulama dan pemangku (birokrat) yang secara bergantian memegang tampuk pemerintahan desa ini, walaupun sebenarnya hal ini tanpa direncanakan sebelumnya. Dengan kategorisasi seperti ini, seringkali terjadi gesekan yang berupa riak-riak kecil di tengah masyarakat jika salah satu pihak tidak berhasil memenangkan pemilihan.Kondisi seperti ini biasanya berujung pada timbulnya rasa ketidakpuasan di kalangan tertentu hingga menghendaki pelengseran jabatan kepala desa. Bahkan,beberapa tahun sebelum era reformasi bergulir di negeri ini, Desa Rantau Limau Manis telah beberapa kali mengalami pergantian pucuk pimpinan yang bukan pada waktunya. Dalam melakukan tugasnya sehari-hari, seorang kepala desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan (Pembangunan, Pemerintahan dan Budaya), di samping lembaga-lembaga lain yang dibentuk untuk mengurusi permasalahan khusus,seperti Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) serta Karang Taruna.Meskipun demikian, sekarang ini sedang dipersiapkan dan sudah disahkan oleh DPRD Kabupaten Merangin untuk menjadi sebuah wilayah

20

kelurahan yang merupakan pusat kota kecamatan atas pemekaran wilayah administrasi Kecamatan Tabir menjadi Kecamatan Tabir Ilir.22 Tabel 1 Pembagian Wilayah Desa Rantau Limau Manis No Nama Pedusunan Cakupan Wilayah 1 Dusun Bukit Jung RT 01 dan RT 04 2 Dusun Muaro Mendelang RT 05 – RT 07 3 Dusun Rantau Palembang RT 08 – RT 10 Sumber: Buku Profil Desa Rantau Limau Manis, 2008 Desa ini terbagi menjadi tiga wilayah pedusunan dan terdiri dari sepuluh Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing wilayah pedusunan dipimpin oleh seorang kepala dusun yang disini lazim disebut dengan Palimo atau Panglima dan ketua RT. Meskipun demikian, sebagaimana lazimnya yang ada di pemerintahan desa pada umumnya, Desa Rantau Limau Manis tidak mengenal apa yang dinamakan Rukun Warga (RW). Satu-satunya fakta yang dapat dijadikan bukti adalah beberapa areal perkebunan karet yang sudah tua dan berumur hampir seabad yang diyakini merupakan karet tertua yang ada di wilayah ini. Areal ini diyakini sebagai tempat penanaman karet pertama yang dilakukan nenek moyang masyarakat desa ini. Bibit-bibit karet tersebut mereka dapatkan dari Singapura sekitar tahun 1890-an dengan cara dimasukkan ke dalam peti yang terbuat dari kayu dan terkunci rapat, kemudian dibawa berlayar ke desa ini dengan menggunakan perahu. Pada saat itu, mereka karet saja dengan pertimbangan ketatnya blokade yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.Sejak saat itulah masyarakat wilayah ini mulai berkenalan dan bersentuhan dengan tanaman langka yang bernama karet tersebut. Hal ini kiranya sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Padmo yang menyebutkan bahwa beberapa orang dari Nusantara dikirim untuk mengunjungi beberapa perkebunan karet yang ada di semenanjung Malaka dan membeli bibitnya di sana serta mengusahakannya di tanah air. Tahun 1930-an merupakan

22Data Pembagian Wilayah Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin (Bangko : 2008), 2-8.

21

saat sejarah awal yang menggembirakan bagi petani karet di desa ini karena saat itu areal perkebunan karet yang diusahakan oleh masyarakat sudah sedemikian luas. Tanaman karet tidak lagi menjadi hak monopoli kalangan tertentu dalam masyarakat, tetapi hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki perkebunan karet sendiri. 23 Meskipun demikian, orang-orang kaya dan mampu tetap mendominasi sektor ini dengan memiliki areal perkebunan yang lebih luas. Hal ini dapat dimengerti karena untuk mengusahakan komoditas ekspor ini pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit,mulai dari membuka hutan untuk areal perkebunan, memelihara dan menjaganya dari beragam hama yang mengancam pertumbuhannya,menyadapnya hingga menjualnya. Seiring dengan makin luasnya areal perkebunan karet yang membutuhkan penanganan ekstra,sementara masyarakat yang ada tidak mampu menangani karena jumlah mereka yang terbatas, di samping juga karena masing-masing sibuk dengan tugasnya sendiri, maka masyarakat setempat berinisiatif untuk mendatangkan pekerja dari wilayah lain yang masih dalam propinsi Jambi yaitu dari Kerinci. Masyarakat Kerinci saat itu memang sangat membutuhkan pekerjaan karena hasil yang mereka dapatkan dari mengusahakan tanaman kayu manis tidak mencukupi hingga mereka menerima tawaran dari masyarakat Desa Rantau Limau Manis Sejak saat itu, mulailah orang-orang dari luar daerah mengadu nasib di desa ini dan diperkenalkan dengan tanaman karet serta dipekerjakan di sektor ini. Setelah beberapa saat orang-orang Kerinci mendominasi pengelolaan perkebunan karet di wilayah ini sebagai penyadap karet, maka pada tahun 1970-an secara berangsur-angsur mereka mulai menarik diri dari pekerjaan ini. Hal ini terjadi karena usaha perkebunan kayu manis yang mereka usahakan di Kerinci mulai menampakkan hasil yang menggembirakan karena laku keras di pasaran dengan harga yang tinggi. Di samping itu juga disebabkan banyaknya anggota keluarga mereka yang diterima menjadi pegawai negeri dan menduduki beragam jabatan di pemerintahan daerah dengan penghasilan yang cukup besar sehingga dapat menjamin kehidupan mereka. Menyikapi kenyataan ini, para pengusaha karet di

23Ibid.

22

desa ini cukup dibuat pusing juga sehingga akhirnya seorang pemilik perkebunan karet terbesar di wilayah ini berinisiatif untuk mendatangkan orang-orang Jawa, terutama dari Pati Jawa Tengah, yang telah lama dikenal sebagai pekerja yang ulet untuk dipekerjakan di sektor perkebunan karet rakyat di desa ini. Tindakan serupa diikuti oleh pemilik perkebunan karet lainnya sehingga jumlah pekerja yang datang dari Pati di desa ini mencapai angka ribuan hingga saat ini. Penguasaan perkebunan karet di desa ini sebagian besar dimiliki oleh kalangan ulama dan pemangku yang merupakan golongan terpandang dan kaya dalam struktur masyarakat tidak resmi yang ada desa ini. Kedua kalangan ini diyakini dan dianggap merupakan keturunan dari para pendiri dan pemuka desa ini. Perkebunan-perkebunan karet tersebut mereka usahakan sendiri sejak dahulu dan ada juga yang merupakan warisan dari keluarga yang kemudian dikembangkan sehingga mencapai areal yang luas untuk siap dilakukan penyadapan. Orang-orang lain di luar kelompok ini sangat sulit untuk mengusahakannya karena membutuhkan biaya yang besar, meskipun ada beberapa yang mampu melakukannya tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit dan seadanya. Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di tempat lain, kepemilikan tanah oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis dilakukan dengan tanpa adanya sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Model kepemilikan tanah yang berlaku di tempat ini hanya diakui oleh pemiliknya dengan disaksikan oleh beberapa orang saksi yang dianggap mengetahuinya. Batas-batas antara satu areal tanah dengan yang lainnya hanya dibuat seadanya dan alami, bahkan seringkali berdasarkan kondisi yang ada di lapangan seperti bukit, sungai, danau dan pohon besar. Beberapa orang memang ada yang memiliki surat yang menerangkan kepemilikan tanah atau lahan tersebut, tetapi hanya dibuat oleh kepala desa setempat dengan mencantumkan saksi-saksi yang mengetahui hal itu Adanya surat semacam ini dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan agar ketika dilakukan jual beli maka tidak perlu repot-repot lagi menghubungi orang-orang yang dianggap mengetahui keberadaan tanah atau lahan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena memang tanah-tanah dan lahan-lahan tersebut pada awalnya

23

memang berupa hutan belantara yang digarap sesuka hati masyarakat. Dengan telah digarapnya lahan tersebut, maka otomatis telah menjadi miliknya yang sah menurut adat yang berlaku dalam masyarakat desa ini dan orang lain tidak berhak mengklaimnya kecuali setelah dilakukan proses jual beli. 2. Keadaan Masyarakat Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada dalam propinsi Jambi. Angka kelahiran dan kematian berbanding sangat kontradiktif yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika dibandingkan angka kematian. 24 Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya anggapan yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki. Hal ini berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk memiliki keturunan sebanyak-banyaknya. Dengan ini dapat dipastikan bahwa setiap keluarga minimal memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap datangnya lebaran haji akan ada minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan pernikahan. Realitas demikian bukan lantas mengindikasikan bahwa program pembatasan kelahiran ( KB atau Keluarga Berencana) yang dulu pernah menjadi program utama pemerintah tidak menyentuh lapisan masyarakat ini. Program semacam ini tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah masyarakat, tetapi yang mampu memahami dan melaksanakan hanya segelintir orang saja. Hal ini terbukti dengan terus gencarnya penyuluhan program ini di tengah masyarakat, tetapi di sisi lain sebagian besar mereka tetap hidup dengan „dogma‟ yang telah mereka ketahui sejak nenek moyang mereka dahulu. Kalaupun da yang benar- benar melaksanakan anjuran pemerintah tersebut, itupun hanya segelintir tersadarkan akan pentingnya program ini bagi mereka dan anak-anak mereka. Bahkan tidak jarang terjadi konflik di tengah masyarakat dalam menyikapi program ini.Satu pihak menganggap bahwa program ini sangat penting untuk mempersiapkan keturunan yang benar-benar berkualitas. Sementara di pihak lain menganggap bahwa program ini tidak lebih sebagai penyelewengan terhadap

24Ibid.

24

ajaran Islam, bukankah Allah telah menjamin rezeki setiap manusia, demikian menurut mereka ajaran Islam yang dimaksudkan. Data statistik hingga Agustus 2005 yang ada di kantor desa setempat mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Desa Rantau Limau Manis saat ini adalah 5.700 jiwa. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah seiring dengan terus berlangsungnya pernikahan di tengah masyarakat sejalan dengan terus meningkatnya angka kesiapan usia pernikahan dikalangan remaja. Realitas ini mungkin akan bertambah lagi dengan kian banyaknya pendatang yang menetap dan menjadi warga desa setiap waktu seiring dengan meningkatnya jumlah lapangan kerja yang tersedia. Secara sosial, masyarakat desa ini dikenal ramah dan sangat santun dalam bersikap.Hal ini misalnya minimal terlihat dari penilaian-penilaian yang dilontarkan oleh beberapa pendatang musiman maupun yang telah menetap lama di wilayah ini. Ketika berjumpa bahkan tidak segan-segan mereka menyapa satu sama lainnya, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Hal ini mungkin disebabkan oleh budaya mereka yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan silaturrahmi dengan sesama. Lebih jauh, silahkan perhatikan kata-kata seorang penyadap karet asal Pati, Jawa Tengah mengungkapkan pandangannya berikut ini: Dulu, saat pertama kali ada tawaran untuk bekerja sebagai penyadap karet di Sumatera, aku sempat ragu. Karena, menurut anggapan orang Jawa, terutama di daerahku, orang Sumatera itu keras-keras dan sulit menerima orang lain yang bukan dari kalangan mereka, apalagi untuk kerjasama. Tapi, kemudian aku berhasil diyakinkan oleh beberapa temanku hingga sekarang aku telah tinggal di sini selama hampir dua puluh tahun. Ternyata, orang-orang di sini sangat ramah bahkan terhadap kami yang bukan dari kalangan mereka sekalipun. Aku sangat betah dan nyaman tinggal dan bekerja di sini. Meskipun berpredikat sebagai penduduk mayoritas muslim, masyarakat desa ini sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Menurut pendapat masyarakat desa ini, setiap orang berhak untuk dihormati dan menghormati tanpa memandang latar belakang agama yang dianutnya. Hal ini terlihat dengan keramahan yang mereka tunjukkan terhadap orang-orang yang dari kalangan non-

25

muslim. Kalangan seperti ini biasanya terdiri dari tenaga pengajar di sekolah- sekolah, tenaga kesehatan, penyuluh pertanian serta para pekerja di berbagai lapangan pekerjaan yang ada di desa ini. Sampai saat ini terbukti tidak pernah terjadi gesekan yang berujung pada perselisihan berlatar belakang agama, karena masing-masing pihak menghormati haknya diwaktu sore hari, banyak di antara mereka yang memilih untuk bersantai di balai-balai yang berada di pinggiran sungai atau di depan toko-toko. Di sini terlihat bagaimana keakraban dan kebersamaan di antara mereka tetap terjaga. Topik-topik obrolan mereka pun beragam, ada yang seputar pekerjaan mereka, rumah tangga, masyarakat, bahkan persoalan politik dan ekonomi saat ini. Realitas demikian ini wajar terjadi karena dengan keuntungan penjualan karet yang mereka miliki, masyarakat desa ini dapat mengakses beragam informasi melalui sarana radio dan televisi. Sebagian besar rumah di desa ini telah memiliki perangkat parabola, karena memang jaringan televisi tidak dapat diakses secara langsung di sini, untuk menangkap siaran televisi dalam maupun luar negeri yang tentunya makin menambah wawasan mereka tentang beragam hal yang terjadi di berbagai belahan dunia. Sarana telekomunikasi, terutama handphone, mulai menjamur dan tidak lagi menjadi barang langka di desa ini karena hampir sebagian orang, terutama para remajanya,telah memiliki perangkat komunikasi yang satu ini. Dari aspek politik,masyarakat desa ini adalah warga negara yang baik, terutama terindikasi dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat untuk mengikuti beragam pemilihan umum yang diselenggarakan di negeri ini. Masyarakat dengan sukarela dan tanpa intimidasi dapat memilih partai politik yang menjadi pilihannya. Beragam partai politik dapat membuka diri di desa ini, meskipun demikian tetap saja partai politik yang sudah mengakar kuat di tengah masyarakat yang muncul sebagai pemenang. Pada pemilu-pemilu sebelum era reformasi 1998, Partai Golkar (kala itu bernama Golkar saja) menjadi pemenang mutlak di desa ini yang berarti partai ini sangat kuat pengaruhnya dalam setiap lubuk hati masyarakat desa ini. Sebagian kecil masyarakat juga memilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai pilihannya sebagai manifestasi keIslaman yang merupakan agama

26

mayoritas di desa ini, dan tidak ada satu pun yang memilih partai peserta selain keduanya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Namun demikian, apa yang mengemuka kemudian di era pasca reformasi justru terjadi perubahan yang signifikan, meskipun Partai Golkar tetap mendominasi perolehan suara di desa ini. Pasca terjungkalnya Orde Baru yang dipahami sebagai masa keterbukaan, pilihan masyarakat menjadi beragam bahkan terhadap parpol yang selama ini dikenal dengan nasionalis dan non-muslim sekalipun. Pada Pemilu 1999 dan 2004, Partai Golkar tidak lagi menjadi pemain tunggal yang menjadi pihan masyarakat dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Warga masyarakat yang mempunyai hak pilih banyak yang beralih kepada partai-partai lain, terutama yang terasosiasi dengan Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sekalipun, meskipun jumlah perolehan suaranya belum mampu menggeser dominasi Partai Golkar. Namun demikian, dari dua kali penyelenggaraan pemilu pasca reformasi mencuatkan suatu kenyataan bahwa parpol lama, terutama Partai Golkar, ternyata lebih banyak dipilih oleh kalangan orang tua atau yang dulu mengalami masa keemasan parpol ini. Sedangkan kalangan anak muda yang berumur di bawah empat puluh tahunan lebih banyak menetapkan pilihannya kepada partai-partai baru yang memang banyak bermunculan setelah era multi partai jilid II ini. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah keluarga terdapat kedua orang tua yang menjadi pemilih Partai Golkar yang setia dan anak-anaknya yang berseberangan dengan kedua orang tuanya karena memilih partai-partai lainnya. Meskipun demikian, perbedaan pilihan partai sejauh ini tidak terlalu menjadi hambatan dan memecah persatuan masyarakat desa ini. Konflik kecil-kecilan tetap terjadi, tetapi biasanya hanya mengemuka menjelang pemilu atau pilkada. Setelah event-event tersebut berlalu, maka perselisihan tersebut pun hilang dengan sendirinya. Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat desa ini merupakan sebuah keluarga besar, di mana antara satu dengan yang lain jika ditelusuri measih memiliki hubungan darah alias bersaudara.

27

3. Pekerjaan Masyarakat Sebagaimana orang-orang pada umumnya yang mengandalkan kekayaan alam yang berlimpah, sebagian besar masyarakat desa ini memilih pertanian sebagai usaha untuk menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.25 Pertanian dimaksud mencakup juga di dalamnya perkebunan yang terdiri dari beragam komoditas.Usaha perkebunan yang memiliki skala besar,-baik dalam kuantitas lahan maupun kualitas hasilnya bagi masyarakat, yang dipilih oleh masyarakat desa ini adalah perkebunan karet yang memang telah menjadi komoditas utama yang diusahakan oleh masyarakat desa ini. Usaha ini dipilih karena di samping pengerjaannya relatif gampang, menurut tata cara mereka, juga karena lahan garapan yang tersedia sangat luas dan tidak dimiliki oleh siapapun yang berarti tidak perlu membeli serta hasil produksinya akan senantiasa ada setiap saat dan akan pasti menjamin masa depan yang lebih baik. Jika melihat apa yang ada di lapangan memang sangat realistis dan sekaligus juga fantastis.Lahan perkebunan karet yang diusahakan masyarakat desa ini memang berada tidak jauh dari lokasi pemukiman mereka. Dahulu, desa ini dikelilingi oleh hutan belantara yang masih perawan dan di sanalah masyarakat mengusahakan tanaman ini. Masyarakat tinggal datang ke hutan dan membuat batasan-batasannya dengan yang lain, kemudian dibakar dan ditanami karet di sela-sela padi yang juga turut ditanam. Luas arealnya pun terserah penggarapnya, sebatas kemampuan yang dimilikinya dan jika sudah demikian maka sudah sah lahan tersebut menjadi milik mereka.Maka tak mengherankan jika hampir sebagian sebagian masyarakat desa ini memiliki areal perkebunan karet yang menjadi tumpuan hidupnya. walaupun ada di antara mereka yang saat ini tidak memiliki lahan perkebunan, maka hal itu karena kekurangsabaran mereka menunggu saatnya diproduksi, akibatnya lahan tersebut mereka jual kepada orang lain. Bahkan data di pemerintahan desa menyebutkan angka 200.000 hektar perkebunan karet yang dimiliki oleh masyarakat desa ini. Jumlah sebesar ini tersebar di wilayah sekitar desa dan desa- desa tetangga, bahkan hingga melampaui batas teritorial Kabupaten Merangin.

25Fahrudin Hm, warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,13 Maret 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

28

Tanpa waktu yang relatif lama, karena hanya berkisar sekitar 10-15 tahun, maka pohon karet yang ditanam sudah dapat diproduksi getahnya untuk kemudian dijual. Satu hektar lahan dapat ditanami seribuan bibit pohon karet yang jika kelak saatnya diproduksi akan menghasilkan puluhan liter getah yang setelah dipadatkan akan menjadi puluhan kilogram karet. Jika dijual, maka hasil produksi yang sudah dipadatkan tersebut dapat terjual sekitar Rp. 9.000,-an per kilogramnya saat ini. Tidak mengherankan jika komoditas karet menjadi pilihan utama masyarakat desa ini untuk lebih meningkatkan taraf hidup mereka agar menjadi lebih baik. Komoditas perkebunan lainnya yang juga diusahakan oleh masyarakat desa ini adalah kelapa sawit. Jenis usaha ini datang belakangan dalam masyarakat ini seiring dengan datangnya para transmigran dari Pulau Jawa yang banyak mengusahan komoditas ini. Meskipun demikian, perkebunan kelapa sawit masih menjadi komoditas „kelas dua‟ yang diusahakan masyarakat desa ini. Ada beberapa alasan kiranya yang menjadi penyebab kurang berminatnya masyarakat mengusahan tanaman produksi jenis ini. Salah satunya adalah menyangkut permasalahan dana dan tenaga penggarap. Berbeda dengan karet, kelapa sawit membutuhkan dana yang besar untuk keperluan pengadaan bibit yang jauh lebih mahal dibandingkan karet, belum lagi biaya pupuk dan pemeliharaan oleh tenaga khusus. Persoalan lainnya adalah masalah pemasaran yang sangat sulit karena penjualannya mesti ke pabrik pengolahan secara langsung yang jaraknya sangat jauh dari lokasi penanaman komoditas di sektor ini. Namun demikian, belakangan ini beberapa persoalan di atas sudah mulai dapat terpecahkan satu persatu. Pengadaan bibit tidak lagi membutuhkan biaya besar karena sudah banyak penjualan bibit di sekitar wilayah desa, demikian juga dengan pupuk serta perawatan yang sudah dapat ditangani sendiri. Pemasaran juga sudah dapat terpecahkan seiring dengan banyaknya berdiri pabrik-pabrik di sekitar desa yang memang mulai getol melakukan pengusahaan perkebunan kelapa sawit melalui beragam perusahaan. Meskipun demikian, tetap saja komoditas kelapa sawit tidak dapat menggeser keberadaan karet dalam masyarakat desa karena, sebagaimana yang banyak diakui oleh masyarakat,

29

bahwa hasil yang didapatkan kelapa sawit secara finansial tidak akan sebanding dengan karet. Sekali lagi hal ini menyangkut uang, di mana hasil yang didapatkan masyarakat dari penjualan karet jauh lebih besar berkali-kali lipat dibandingkan hasil penjualan kelapa sawit. Untuk itu, sampai saat ini masyarakat Desa Rantau Limau Manis tetap menjadikan karetsebagai komoditas utama di atas tanaman produksi lainnya, bahkan kelapa sawit dengan beragam keunggulannya sekalipun26. 4. Keadaan Pendidikan Secara subyektif tentunya kita akan menilai bahwa dengan kondisi perekonomian yang relatif sangat baik karena keuntungan yang didapatkan dari hasil perjualan karet, tentu masyarakat desa ini akan dengan mudah memilih pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Hal ini karena keuntungan finansial dari penjualan karet dapat dialokasikan oleh masing-masing keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun demikian, kondisi obyektif yang terjadi ternyata berkata lain karena pendidikan di desa ini bukan menjadi prioritas utama bagi setiap keluarga.27 Sektor pendidikan menjadi agenda yang tak diutamakan bagi mayoritas masyarakat di desa ini. Hal ini berdampak pada rendahnya jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari data statistik sebelum tahun 1990 yang terdapat di balai desa terlihat bahwa mayoritas masyarakat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, bahkan lebih setengahnya tidak berhasil menamatkan pendidikannya. Hanya segelintir di antara mereka yang kemudian melanjutkan ke jenjang lanjutan, seperti SLTP dan SLTA. Lebih jauh lagi, data tersebut mengungkapkan bahwa hanya lima puluh orang di antara mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, tetapi hanya setengah di antara mereka yang berhasil menggondol gelar sarjana dari berbagai perguruan tinggi.Bagi masyarakat desa ini, pendidikan dalam pemahaman mereka hanya terbatas bagaimana bisa membaca, menulis dan berhitung. Atau, paling

26Salman Sayuti, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,15 Maret 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio. 27 Data Keadaan Pendidikan,Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin (Bangko: 2019 ),30.

30

tidak jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan, maka bagi mereka pendidikan cukup hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Setelah itu, anak-anak yang laki-laki dipersilahkan bekerja sendiri, atau bagi yang berasal dari kalangan mampu maka difasilitasi untuk mencukupi kebutuhannya. Realitas ini terjadi bukan disebabkan minimnya sarana pendidikan yang ada di desa ini, karena sudah sejak lama sekolah-sekolah telah didirikan. Sarana- sarana pendidikan tersebut ada yang berdiri atas prakarsa masyarakat sendiri dan ada yang sudah berstatus negeri. Secara khusus diketahui memang sarana-sarana pendidikan yang ada di desa ini masih terbatas pada tingkat dasar. Meskipun demikian, sejak enam tahun yang lalu pemerintah telah mendirikan sarana pendidikan lanjutan (SLTP) di desa tetangga (Desa Ulak Makam) yang berjarak sekitar dua kilo meter dari desa ini. Begitu juga dengan sarana-sarana pendidikan yang banyak tersebar di sekitar desa ini, seperti di kecamatan dan kabupaten. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor finansial dan sarana pendidikan bukan menjadi kendala minimnya anak-anak yang menempuh pendidikan yang lebih tinggi di desa ini. Minimnya pemahaman masyarakat akan pendidikan menjadi faktor dominan sehingga membuat sektor krusial ini tidak menjadi sesuatu yang diprioritaskan. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak- anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikannya, padahal mereka berasal dari kalangan orang kaya dan memiliki kemampuan studi layaknya anak-anak di daerah lainnya. Meskipun demikian, kadang-kadang timbul juga kesadaran sebagian orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi di beragam tempat.Hal ini pada awalnya berhasil membuat anak-anaknya mengenyam pendidikan lanjut, tetapi tak bertahan lama karena rasa rindu akan fasilitas di rumah dengan segala kemewahannya membuat mereka tak betah hingga akhirnya berhenti. Kenyataan seperti ini seringkali disiasati oleh orang tua dengan memindahkan sekolah anak-anaknya menjadi lebih dekat dengan rumahnya. Seiring dengan perputaran waktu yang silih berganti, belakangan banyak masyarakat desa ini kian tersadarkan akan arti penting pendidikan bagi anak-anak mereka. Kesadaran ini tumbuh seiring dengan terbukanya wawasan dan

31

pengetahuan mereka mengenai dampak negatif bagi anak-anak mereka di tengah dunia yang makin kompetitif ini. Mereka sadar bahwa di masa depan anak-anak tidak hanya cukup bermodalkan kekayaan saja, karena pendidikan sangat diperlukan. Tabel 2 Sarana Pendidikan di Desa Rantau Limau Manis dan Sekitarnya No Sarana Pendidikan Status Tahun Berdiri 1 Madrasah Diniyyah Sekolah Swasta 1970-an 2 Sekolah Dasar (SD) I Sekolah Negeri 1980 3 Sekolah Dasar (SD) II Sekolah Negeri 1970-an 4 SLTP Hitam Ulu Sekolah Negeri 1990 5 SLTP 8 Tabir Sekolah Negeri 2000 Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kecamatan Tabir, 2005 Setiap pagi dapat dijumpai anak-anak yang berangkat ke sekolah, baik ke Sekolah Dasar maupun ke sekolah lanjutan. Di siang hari, sehabis sekolah umum, kegiatan pendidikan dilanjutkan di sekolah agama, dalam hal ini adalah Madrasah Diniyyah yang terletak berdampingan dengan masjid yang ada di desa ini. Secara kuantitas, angka masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Data statistik desa tahun 1995 mengungkapkan bahwa sebagian besar anak-anak usia sekolah telah menyenyam bangku pendidikan, bahkan mereka juga melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setelah tamat. Sekolah lanjutan juga diserbu sehingga bangku-bangku sekolah tersebut tidak pernah kosong pada setiap tahunnya. Khusus sekolah lanjutan, di samping SLTP yang banyak diminati, juga terdapat pondok pesantren yang juga diserbu para lulusan Sekolah Dasar.28 Pesantren-pesantren yang dipilih tersebut berada di beragam tempat, umumnya yang berada dekat desa, tetapi ada juga yang sangat jauh, seperti di berbagai kabupaten di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Demikian pula halnya dengan jumlah keberlanjutan pendidikan ke perguruan

28Sarana Pendidikan dan Pengajaran,Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2005), 25.

32

tinggi yang secara kuantitas juga mengalami peningkatan. Hampir dipastikan bahwa setiap tahun terdapat generasi muda desa yang melanjutkan pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi yang ada di Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat, bahkan hingga ke Pulau Jawa. 5. Sistem Kepercayaan Seperti umumnya orang-orang Melayu yang merupakan bagian terbesar penduduk desa ini, mayoritas masyarakat desa ini adalah pemeluk agama Islam. Beragam tradisi keislaman tidak asing lagi bagi mereka, karena telah ada sejak zaman nenek moyang mereka dahulu.Seperti masyarakat pemeluk Islam lainnya, beragam aktivitas keagamaan senantiasa mereka jalani, seperti shalat lima waktu, shalat jumat,puasa Ramadhan dan ibadah haji. Khusus ibadah haji, ada keunikan tersendiri karena sebagian besar para pemuka masyarakat di sini bergelar haji, baik yang sekali bahkan ada yang sudah berkali-kali. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tatanan sosial-kemasyarakatan yang berlaku di desa ini adalah berlandaskan ajaran Islam,meskipun juga diakui masih terdapat secuil kepercayaan animisme yang masih melekat di tengah sebagian kecil masyarakat29. Karena begitu kuatnya ajaran Islam tertanam di tengah-tengah masyarakat, hampir dipastikan bahwa setiap warga di desa ini dapat memahami ajaran Islam dan bisa membaca Al-Qur‟an. Realitas ini terjadi karena sejak kecil mereka memang telah terbiasa belajar mengaji sehingga berfungsi sebagai rutinitas keseharian. Pengajian-pengajian dan perlombaan-perlombaan keagamaan pun sering lakukan untuk lebih mendekatkan masyarakat akan ajaran agamanya. Beragam aktivitas peribadatan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa ini dipusatkan di masjid yang cukup besar dan telah berumur puluhan tahun. Segala kegiatan keagamaan yang berskala besar dilakukan di sini, mulai dari ibadah shalat Jumat, shalat Ied, shalat Tarawih dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan keagamaan yang berskala kecil, seperti Yasinan setiap malam Jumat, biasanya dilaksanakan di mushalla-mushalla yang banyak tersebar di hampir setiap wilayah pedusunan. Bahkan, dengan alasan efisiensi dan efektivitas, penyuluhan dan

29Ibid.

33

pengumuman yang berkaitan dengan pemerintahan desa juga dilaksanakan di masjid ini. 6. Budaya Masyarakat Meskipun berpredikat sebagai orang-orang Islam, tetapi masyarakat Desa Rantau Limau Manis tetap menjunjung tinggi adat istiadat yang memang telah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kondisi seperti ini tampak mengemuka dengan adanya adagium yang sangat terkenal dalam masyarakat desa ini, yaitu adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. ini berarti bahwa segala aspek kehidupan sehari-hari masyarakat diatur oleh adat yang diwarisi dari nenek moyang mereka, di mana adat tersebut dibuat berdasarkan ajaran Islam yang mereka anut. Walaupun demikian, dalam implementasi yang terjadi di lapangan tidak sepenuhnya begitu, karena beberapa adat istiadat tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini seperti terlihat dalam penerapan hukum waris yang menempatkan laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama, padahal dalam ajaran Islam laki-laki mendapatkan dua kali lebih besar dari perempuan. Demikian pula dengan hukum pembunuhan yang harus dibayarkan dengan seekor kerbau sebagai pampasan, padahal dalam Islam dilakukan hukum bunuh (qishas). Masih banyak lagi budaya dan adat yang berlaku di desa ini yang diyakini tidak sejalan dengan adagium yang menjadi pedoman masyarakat dalam bertindak sehari-hari.30 Secara resmi masyarakat Desa Rantau Limau Manis, bahkan Propinsi Jambi pada umumnya, tidak mengenal adanya strata atau sturuktur sosial yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari struktur sosial tersebut terlihat dan mengemuka dalam masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan pemahaman peneliti di lapangan, struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat desa ini terdiri dari empat bagian, yaitu: ulama, pemangku,rakyat biasa dan pendatang. Golongan ulama adalah orang-orang yang merupakan ahli agama yang memang telah dikenal dalam masyarakat sejak dahulu kala. Golongan ini rata-rata

30Fahrudin Hm, Ditulis dalam Budaya Sosial Budaya Masyarakat (Jambi: Melayu Tabir Ilir, 2005), 35.

34

bergelar haji atau memiliki pengetahuan agama yang lebih baik dibandingkan masyarakat kebanyakan yang ada di desa ini. Kelompok ini memegang jabatan imam masjid, guru mengaji dan beragam jabatan yang berkaitan dengan keagamaan yang ada di desa ini. Sedangkan kelompok pemangku adalah orang- orang yang memegang jabatan struktural atau pemerintahan di Desa Rantau Limau Manis, baik kepala desa; kepala dusun; ketua RT dan lain sebagainya. Kedua kelompok yang dianggap keturunan pendiri desa ini merupakan orang- orang terpandang dan memiliki kekayaan melebihi apa yang dimiliki oleh kelompok lainnya. Adapun orang biasa adalah masyarakat desa yang bukan termasuk dua kelompok sebelumnya, tetapi merupakan penduduk asli desa ini sedangkan pendatang adalah orang-orang yang datang dari luar desa yang kemudian menetap karena berbagai keperluan, bekerja sebagai penyadap karet misalnya. Dua golongan yang disebutkan pertama merupakan kalangan terpandang dalam masyarakat karena merekalah penggerak pemerintahan dan segala sistem yang berlaku di desa ini. Segala titah dan perintah yang biasanya mewujud dalam aturan dan adat desa menjadi tuntunan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pengelolaan perkebunan karet rakyat di desa ini, kedua kelompok ini memainkan peranan yang signifikan karena mereka memiliki mayoritas perkebunan karet yang ada di desa ini. Dengan posisinya sebagai kalangan „darah biru‟ dalam masyarakat ditambah lagi dengan faktor ekonomi yang di atas masyarakat kebanyakan, maka kelompok ulama dan pemangku berperan layaknya tuan kepada para pengikutnya. Masing-masing orang dalam kedua kelompok ini memiliki bawahan yang berposisi layaknya „anak buah‟, baik perannya sebagai kalangan ningrat desa maupun dalam pengelolaan perkebunan karet. Para bawahan yang bekerja dengan mereka tersebut melaksanakan segala titah yang diperintahkan oleh kedua kalangan ningrat tersebut. Peranan vital yang dimainkan oleh kedua kelompok keturunan (darah biru) ini memungkinkan dapat terjadi di samping karena faktor ekonomi yang mereka miliki, juga yang terpenting adalah budaya setempat yang menempatkan mereka dalam posisi teratas. Menurut budaya yang berlaku dan diyakini oleh

35

masyarakat desa ini, kedua kalangan ini adalah keturunan langsung para pemuka atau para pendiri desa ini dahulu kala. Dengan demikian, segala hal yang berkaitan dengan desa ini dimainkan secara signifikan oleh kedua kalangan ini, sedangkan dua golongan lainnya sebagai pengikut atau pihak yang menjalankan dan tunduk pada kedua golongan di atas mereka. Realitas seperti ini bukan hanya terbatas pada aspek sosial dan budaya saja, tetapi lambat laun merambah aspek lainnya, seperti ekonomi dan bahkan politik. Secara ekonomi, misalnya, kalangan rakyat biasa dan apalagi pendatang selalu diposisikan sebagai (anak buah) yang bekerja dan mendapat perlindungan dari kalangan ulama dan pemangku sebagai pemilik lahan perkebunan karet tempat mereka bekerja. Kondisi seperti ini juga berlaku pada aspek politik, di mana banyak dijumpai kalangan rakyat biasa dan pendatang yang (berafiliasi ) politik tertentu sama dengan kalangan (ningrat) tempat mereka mengabdi sebagai pekerja penyadap karet. Menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat di desa ini, jauh sebelum dibangunnya jalan yang menghubungkan wilayah desa ini dengan wilayah- wilayah lain sekitarnya dan juga ke perkotaan, masyarakat desa memanfaatkan sarana sungai untuk bepergian. Ke kota Jambi, misalnya, untuk keperluan menjual beragam hasil bumi maka masyarakat menggunakan perahu atau kapal untuk kemudian dijual ke ibu kota propinsi yang terletak di pinggiran sungai Batang Hari tersebut. Jika maka angkutan sungai memang memakan waktu lebih lama. Saat ini, dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan sarana sungai untuk bepergian, terutama ke perkotaan, karena sarana darat sudah cukup tersedia. Meskipun demikian, sungai beserta sarananya masih dimanfaatkan masyarakat untuk mengangkut beberapa hasil perkebunan yang tidak dapat dilakukan dengan sarana darat, seperti jalan yang belum tersedia. Perubahan bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat desa ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagaimana yang disebutkan di atas. Namun demikian, faktor lainnya adalah semakin sulitnya mendapatkan kayu yang berkualitas untuk dijadikan bahan bangunan sebagaimana yang dahulu digunakan. Adapun jenis kayu yang biasa digunakan untuk bahan bangunan di desa ini adalah Kayu Bulin, Tembesu, Merantih, Marsawa dan lain sebagainya yang dikenal oleh

36

masyarakat setempat sebagai jenis-jenis kayu yang kuat, kokoh dan tahan lama. Hal ini terjadi karena semakin menipisnya hutan yang ada di sekitar desa ini di mana dahulu menjadi sumber utama didapatkannya kayu-kayu yang berkualitas tersebut. Areal hutan yang luas tersebut kini telah menjelma menjadi lahan perkebunan karet dan kelapa sawit serta sebagian yang lainnya berupa belukar yang dibiarkan tidak terawat. Meskipun ada segelintir rumah warga yang masih menggunakan kayu, itu pun merupakan sisa peninggalan masa lalu yang biasa menjadi rumah kuno yang tidak jarang malah menjadi menakutkan bagi sebagian masyarakat karena bentuknya yang menyeramkan tidak terawat. Meskipun demikian, setelah menjadi ibukota kecamatan yang baru maka tentu desa ini akan segera berubah menjadi kelurahan layaknya yang ada di wilayah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa dengan berubah menjadi kelurahan, maka keistimewaan yang dimiliki desa seperti pemilihan kepala desa secara langsung menjadi hilang berganti dengan lurah yang ditunjuk oleh pemerintah. Hanya saja, hingga saat ini status yang ada pada desa ini masih seperti yang ada sebelum dan belum mengalami perubahan. Lebaran haji atau idul adha adalah waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan menurut anggapan yang telah lama dianut oleh masyarakat desa ini. Meskipun demikian, pada waktu-waktu lainnya tetap ada yang melangsungkan pernikahan, tetapi tidak lebih banyak jumlahnya jika dengan ketika sehabis lebaran haji. Waktu pelaksanaan lain yang juga banyak dipilih adalah setelah lebaran idul fitri, dimana sebagian besar anggota keluarga berkumpul. Ada suatu pemahaman yang berkembang di dalam masyarakat ini bahwa setiap anak laki-laki ketika telah mencapai usia baligh (17 tahun) dan telah mampu mencari pekerjaan sendiri maka orang tuanya akan merasa malu kepada tetangga atau keluarganya jika belum menikah. Maka biasanya sang ibu berusaha mencari pasangan yang cocok buat anaknya atau si anak sendiri yang umur minimal untuk melangsungkan pernikahan. Maka tak jarang beberapa anak perempuan di dusun tertentu yang telah melangsungkan pernikahan padahal ia baru saja menamatkan sekolah dasar.

37

Bagi anak-anak yang dianggap telah dewasa dan tidak melanjutkan pendidikannya, maka beberapa orang tua yang kaya memfasilitasi anak-anak mereka tersebut dengan beberapa cara, yaitu: menyerahkan pengelolaan perkebunan karet untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan agar memiliki modal untuk berusaha sendiri di kemudian hari, membelikan beberapa lahan perkebunan, baik yang sudah siap diproduksi maupun yang belum, sebagai modal dasar, dan membuka usaha lain di luar perkebunan karet yang biasa dilakukan oleh orang tuanya, seperti berdagang dan lain sebagainya. Sedangkan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, bahkan miskin maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia bekerja di beberapa pemilik perkebunan karet sebagai penyadap bersaing dengan para penyadap yang datang dari Pulau Jawa. Budaya konsumerisme sebagaimana yang dikemukakan oleh Baudrillard (2006) nampaknya telah lama menjangkiti masyarakat desa ini karena dengan beragam keuntungan dari penjualan karet maka dengan mudahnya mereka membeli beragam peralatan dan perlengkapan modern yang mahal dengan tanpa melihat manfaat sebenarnya dari barang-barang tersebut. Aneka ragam barang yang tidak lebih dari gaya hidup dan pencitraan tersebut, terutama sepeda motor dan mobil, tidak jarang diperuntukkan bagi anak-anak mereka yang masih dalam usia sekolah. Masalahnya, ketika anak-anak tersebut bersekolah yang sebagian besar berada di wilayah Propinsi Jambi, maka yang ada dalam pikirannya adalah motor atau mobil dan beragam fasilitas ada di rumah. Maka tidak jarang anak- anak tersebut gagal menyelesaikan studinya karena lebih banyak berada di rumah dengan menikmati fasilitas yang serba komplit tersebut, sementara apa yang mereka temukan di sekolahnya sangat kontradiktif. Meskipun belakangan ini minat belajar cukup menggeliat, tetapi tetap saja budaya konsumerisme yang tidak propersional ini terus diketengahkan oleh para orang tua di hadapan anak- anaknya sehingga membuat mereka tidak betah bersekolah. Beberapa kepercayaan yang dapat dikategorikan sebagai sisa-sisa animisme, sekaligus juga sebagai kearifan lokal dari perspektif lainnya, di desa ini adalah adanya anggapan yang masih melekat di masyarakat bahwa tempat- tempat tertentu memiliki penunggu berupa makhluk halus. Realitas semacam ini

38

misalnya tampak pada diadakannya seperti upacara selamatan sebelum membuka lahan perkebunan yang berupa hutan untuk meminta izin penunggunya. Perilaku lainnya yang juga dapat dikategorikan dalam aspek ini adalah digunakannya semacam dupa yang terus mengepulkan asap kemenyan setiap kali diadakan doa di setiap acara selamatan, baik yasinan setiap malam Jum‟at, kematian, kelahiran dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan oleh masyarakat sebagai perantara doa yang mereka panjatkan, meskipun tata cara selamatan yang dilakukan tersebut menggunakan cara-cara yang lazim dikerjakan dalam Islam. Di samping itu, beberapa tempat di sekitar desa masih dianggap keramat, seperti kota tua Koto Rayo yang terletak di bagian timur desa dan beberapa kubur tua yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para pembuka desa ini dahulunya, salah satunya Puyang Sungkai yang sekarang diyakini masyarakat mewujudkan diri menjadi seekor harimau yang masih sering menampakkan dirinya kepada masyarakat. Beberapa perlombaan keagamaan yang biasa diadakan di desa ini adalah Musabah Tilawatil Qur‟an (MTQ) yang terdiri dari lomba membaca Al-Qur‟an dan lomba adzan. Kegiatan yang dipusatkan di depan masjid desa ini biasanya dilaksanakan setelah lebaran atau bersamaan dengan perayaan idul fitri. Peserta yang mengikuti acara ini biasanya merupakan utusan dari setiap RT yang ada di desa ini untuk memperebutkan piala bergilir Kepala Desa, piagam penghargaan dan uang pembinaan dari para donatur. Disamping itu, penyelenggaraan perlombaan ini juga sekaligus sebagai pemuas rasa bangga bagi para pemenang di ajang ini karena berhasil menunjukkan dominasi mereka atas RT-RT yang lainnya. Efisiensi dan efektivitas maksudnya ialah karena di saat shalat Jumat dan salat Ied adalah waktu di mana banyak orang yang hadir dan berkumpul. Sebagaimana diakui oleh perangkat desa setempat bahwa karena kesibukan masyarakat dalam bekerja di berbagai usaha, sangat sulit mengumpulkan mereka di balai desa sebagaimana umumnya yang dilakukan di berbagai tempat di tanah air. Untuk menyiasati kondisi ini, maka para tetua desa mengambil inisiatif untuk melaksanakannya setelah pelaksanaan salat Jumat atau salat Ied, karena pada kedua momen ini adalah hari libur bagi masyarakat Desa Rantau Limau Manis.

39

BAB III IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM TRADISI TUJUH BULANAN A. Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi. Mukjizat yang pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak Nabi Adam as. Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya dapat memegang, membaca,menghayati, memahami,mengamalkan isinya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an mencakup seluruhwahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan, pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya.31 Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan bagi wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau manis yang mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan. Prosesi tujuh bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran, maupun materi baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya. Semua tahap-tahap tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis untuk dilalui. Mulai dari Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara ini diselenggarakan untuk kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri, ketika kehamilannya sudah mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat rantau limau manis bukan sekedar acara ritual yang hanya mengikuti leluhur saja, melainkan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selain itu juga, sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu dan calon bayi yang dikandung tetap sehat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mustafa Bisri, acara tujuh bulanan yang dilakukan hanya sebagai peranara memohon kepada Allah untuk ibu yang sedang mengandung. Tujuannya supaya selamat, sehat dan ketika melahikan diberikan kelancaran tanpa ada halangan. 32

31Ibid,287. 32Ibid. 39

40

Prosesi di desa Rantau Limau Manis terdapat perbedaan. Perbedaan ini dilihat dari segi urutan acara maupun tata cara pelaksanaannya,tergantung dari pelaksana ataupun yang memimpin. Ada yang hanya menggunakan tradisi rantau limau manis sekaligus bacaan surah yang ada dalam Al-Qur‟an. Pembacaan dalam acara tujuh bulanan rangkaian acara pada prosesi tujuh bulanan adalah pembacaan surah yusuf dan Maryam. Tata cara pembacaannya diantaranya: 1. Waktu dan Tempat Waktu Pembacaan dalam Al-Qur‟an masyarakat rantau limau manis tidak ditetapkan secara khusus. Pembacaannya mengikuti waktu pelaksanaan,dan menyesuaikan dengan susunan acara. kebiasaan yang sudah dilakukan setelah shalat isya‟.Para pembaca ini biasanya masyarakat setempat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh leti lestari yang melaksanakan tujuh bulanan pada tanggal 23 Februari 2019 dengan membaca Al-Qur‟an. Begitu juga dengan apa yang diungkapkan oleh Rahayu putri salah satu warga rantau limau manis yang pernah melaksanakan acara tujuh bulanan dengan bacaan Al-Qur‟an yakni: Wawancara di atas memberikan gambaran bahwa pembacaan dilaksanakan setelah isya‟ sampai selesai. Mengenai tempat untuk membaca surah tersebut dilakukan di tempat yang mempunyai hajat. Dalam hal ini yang membaca adalah masyarakat setempat, dan hanya dua surah saja yang dibaca yakni surah yusuf dan maryam33. 2. Pemimpin membaca Al-Qur’an Pemimpin setiap acara selamatan pembacaan Al-Qur‟an dalam acara tujuh bulanan adalah ustadz yang bisa menjadi pemimpin mendapat kepercayaan di masyarakat serta dianggap mempunyai pengetahuan dalam bidang Agama. memimpin pembacaan ayat suci Al- Qur‟an desa rantau limau manis ialah ustadz disamping itu, juga mempunyai pengetahuan dibidang Agama dan ditengah- tengah masyarakat setelah mereka pulang dari pondok pesantren yang sangat diharapkan oleh masyarakat.

33Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,23 Februari 2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

39

41

3. Prosesi Pembacaan Al-Qur’an Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an tahap pertama yang akan dilakukan setelah para undangan semua datang. Dalam pembacaan Al-Qur‟an terlebih dahulu dibuka dengan mukoddimah pembuka oleh Imam atau Pemimpin menjelaskan secara singkat tentang tujuh bulanan bagi orang yang hamil.34 Dalam mukoddimahnya juga menjelaskan tentang Al-Qur‟an dengan tujuh bulanan. Setelah itu, baru dimulai dengan pembagian surah-surah oleh pemimpin acara kepada para partisipan pembaca. Ragam surah yang dibaca dalam acara tujuh bulanan adalah surah yusuf dan maryam. kemudian pemimpin acara memulai dengan membaca wasilah.Wasilah pertama kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para saihabatnya,kedua para Nabi, Rasul, Syuhada‟, orang- orang shaleh, dan seterusnya. kepada wanita yang sedang hamil dan janinnya. Setelah itu kemudian ustadz Sanadi menegaskan bacaan. Setelah acara Do‟a selesai, dilanjutkan lagi istirahat. Penyelenggaraan mengeluarkan makanan yang berupa minuman teh dan beberapa aneka makanan yang disiapkan. Kemudian dilanjutkan dengan acara yang lain sampai pada acara penutupan. 4. Bentuk kegiatan Yakni pembaca yang diundang langsung oleh penyelenggara. Pakaian yang dikenakan pada bentuk kegiatan pembaca adalah pakaian yang biasa dipakai dalam hajatan keagamaan, yakni baju yang sopan santun bagi warga yang ikut membaca. Kehadiran merupakan sesuatu yang biasa dimasyarakat Rantau Limau Manis,Sebagaimana ungkapan oleh salah satu warga, kedatangan para tetangga dalam acara tujuh bulan menjadi hal yang biasa. Para tetangga ikut membantu sedikit tidak ikut mendo‟akan dan mencari berkah dari bacaan ayat suci Al- Qur‟an. 35

34Hasil Observasi Pelaksanaanya dirumah Leti Lestari, Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2019), 7. 35Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam, Wawancara dengan Penulis,25 Februari 2019,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

42

B. Motivasi Pelaksanaan Tujuh Bulanan dan Pembacaan Surah Salah satu yang sangat dibanggakan umat Islam dari dahulu hingga saat ini adalah keontetikan Al-Qur‟an yang merupakan warisan intelektual Islam terpenting dan paling berharga. Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas Rasm Usman bin Affan (al-mushaf ‘ala al-rasmal-Utsman),akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah dilaluinya pada masa-masa sebelumya.Proses itu dimulai pada masa Rasulullah SAW. Setiap kali menerima wahyu Al-Qur‟an langsung mengingat, menghafalnya,dan memberitahukan serta membacakannya kepada para sahabat,agar mereka mengingat dan menghafalnya pula.36 1. Memohon Berkah dan Keselamatan Al-Qur‟an yang berfungsi sebagai petunjuk memohon keselamatan terhadap Allah melalui Al-Qur‟an sebagai firmannya, hal ini yang menjadi faktor pendorong dan sekaligus sebagai upaya untuk menghidupkan Al-Qur‟an serta menjadikannya bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umat Islam termasuk desa rantau limau manis. Harapan yang pertama yang akan menjadi tujuan pokok dari masyarakat yakni keselamatan,dengan tujuan yang utama ini sehingga umat Islam tetap kokoh berada dalam ajaran Islam. Yang kedua pemilihan surah baik atau mendapat berkah yang sudah diceritakan di dalam Al- Qur‟an seperti: Yusuf, Maryam. Inilah harapan masyarakat untuk mendapatkan keselamatan dan keberkahan37. 2. Sebagai bentuk rasa syukur Islam memberikan petunjuk kepada pemeluknya untuk bersyukur terhadap karunia yang diberikan Allah kepadanya, karena semakin banyak bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmat yang dia berikan,tetapi jika dia mengingkari nikmat Allah maka azab Allah akan menimpanya, Sebagaimana Firman Allah QS.,ayat 7: 38

36Muhammad Abd Al-Azim Al-Zarkani, Fi Ulum Al-Qur’an, (Mesir: Isa Al-Halibi,)256. 37Ibid. 38M. Quraish Shihab, Al-Quran dan maknanya,(Lentera Hati 2013), 256.

43

           



“Dan(Ingatlah juga),tatkala Tuhanmu memaklumkan,‟‟Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih.‟‟( QS.Ibrahim:7).39

Ayat tersebut memberikan pandangan bagi masyarakat Desa Rantau Limau Manis mengenai bersyukur, hal ini menjadikan mereka ketika mendapat nikmat yang berupa datangnya bayi yang menjadikan penerus keturunan mereka melakukan tujuh bulanan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. 3. Menjaga Tradisi Salah satu dibacakan Surah tertentu di dalam Al-Qur‟an pada acara tujuh bulan adalah mengikuti tradisi. Tradisi ini dilaksanakan oleh para pendahulu sebelumnya.Kemudian diteruskan selanjutnya kebiasaan yang dilakukan di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga tradisi di masyarakat agar tetap lestari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bunyamin sebagai ketua desa masyarakat Rantau Limau Manis Tradisi tujuh bulanan ini sudah menjadi tradisi yang ada di desa ini. Dan mengikuti apa yang pernah dilaksanakan pada acara tujuh bulan,tergantung dari yang melaksanakannya, adakalanya dibaca nya surah Yusuf dan Maryam, namun yang sering dilaksanakan adalah membaca (Surah Yusuf,Surah Maryam).Surah ini dipilih tergantung dari orang yang memimpinkan acara tersebut.Ungkapan yang disampaikan oleh Bunyamin warga Rantau Limau Manis,bahwa tradisi (Tujuh Bulanan) adalah upaya yang dilakukan oleh

39Penterjemahan dan penafsiran Al-Qur‟an,Al-Qur’an dan Terjemahnya(Jakarta: Departemen Agama RI.,1985), 26.

44

masyarakat dengan menjaga dan melaksanakannya sebagai bentuk menjaga tradisi.40 4. Sebagai Bentuk Sosial budaya Masyarakat Motivasi Sosial Masyarakat yang terkandung dalam tradisi ini adalah adanya kesadaran dari masyarakat Desa Rantau Limau Manis sebagai bagian dari masyarakat tersebut. 41 Ketika Al-Qur‟an adalah kitab suci yang paling banyak dibaca,upaya pembumiannya selalu dilakukan oleh cendekiawan dalam rangka mengaktualiasikan Al-Qur‟an dengan budaya lokal yang salah satunya adalah tradisi tujuh bulanan dimana dalam acara tersebut dibacakan surat pilihan dalam Al-Qur‟an yaitu: Maryam, Yusuf, meskipun terdapat versi yang lain tergantung pemimpin acara. Istilah Al-Qur‟an dalam kehidupan masyarakat sering disebut (living Qur’an) yang mana masyarakat menempatkan Al-Qur‟an sebagai bacaan dan pedoman tertinggi untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (living Qur’an) adalah sebuah tren baru dalam dunia akademisi yang mana Al- Qur‟an diinginkan untuk tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kitab suci,tetapi juga sebuah kitab yang isinya terwujud atau berusaha diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Studi Al-Qur‟an bukan hanya studi tentang ulum Qur’an dan tafsir akan tetapi juga merealisasikan ayat Al-Qur‟an dalam kehidupan nyata, hubungan antara sesama manusia baik seagama ataupun bukan, dan hubungan manusia dengan ligkungan alamnya.

40Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam,Wawancara dengan Penulis, 26 Februari 2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio. 41Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis, 23 Februari 2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

45

BAB IV FUNGSI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM DALAM TRADISI TUJUH BULANAN DESA RANTAU LIMAU MANIS KECAMATAN TABIR ILIR

A. pandangan Ahli Tafsir Terhadap Surah Yusuf dan Surah Maryam Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surah Maryam Surah yang ke 19,98 Ayat Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dalam kitab Sirahnya dari hadits Ummu Salamah. Juga Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud mengenai kisah hijrah dari makkah ke negeri Habasyah. Didalamnya disebutkan bahwa Ja‟far bin Ali Thalib R.a membaca permulaan surah ini kepadanya An- Najasy(raja negeri Habasyah) dan sahabat-sahabatnya.42 Maryam Ayat 1-6

           

    .        

            

             

Kaaf haa yaa‟ain shaad. (Qs.19:1 ) yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang rahmat rabbmu kepada hambanya, zakaria,( Qs.19:2) yaitu ketika dia berdo‟a kepada rabbnya dengan suara yang lembut. (Qs.19:3 ) dan zakaria berkata, “ya rabbku,sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo‟a kepadamu, (Qs.19: ) dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mewaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugrahilah aku dari sisi engkau seorang putra, (Qs.19:5) yang

42Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad Nashiruddin al-bani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai pembahasan yang rinci dan mudah difahami:(Jakarta : cetakan ke empat belas,2000),610.

45

46

akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga ya‟qub, dan jadikanlah dia, ya rabbku seorang yang diridhai.‟‟(Qs.19:6). 43 Shahih Tafsir Ibnu Katsir surah Yusuf surah Makkiyah surah yang ke 12, 111 Ayat Yusuf, ayat 1-3

             

           

     Alif laam raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Qur‟an ) yang nyata dari Allah, (Qs. 12:1)sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa arab, agar kamu memahaminya.( Qs.12:2) kami ceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.( Qs.12:3). Sifat-sifat Al-Qur‟an Adapun pembicaraan mengenai huruf-huruf hijayyah yang yang terpisah- pisah, maka telah dibahas di awal surah Al-Baqarah. Firman Allah SWT “ ini adalah ayat-ayat al-kitab.”maksudnya,mengungkapkan tentang hal-hal yang samar, dan menafsirkan serta menjelaskan. Allah berfirman “sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas dan paling banyak mengungkapkan makna-makna yang terdapat dalam jiwa. Oleh karena itu diturunkanlah kitab yang muia ini melalui bahasa yang paling mulia, kepada rasul yang mulia, dengan perantaraan malaikat yang mulia. Sebab turunnya ayat ini Mengenai sebab turunnya ayat ini, Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu‟Abbas r.a, ia mengatakan mereka(para sahabat) berkata “wahai Rasulullah, sekiranya engkau ceritakan kisah-kisah kepada kami.‟‟ Lalu turunlah ayat:

43Shahih Tafsir Ibnu Katsir. “Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Abani‟‟. Jilid 5, ( 2018 ) 552.

47

   .          

  “(Ingatlah ),ketika yusuf berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan: kulihat semuanya sujud kepadaku‟‟. (QS. Yusuf : 4).

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi umat Islam.Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (Hablum MinAllah Wa Hablum Minannas). Bahkan hubungan manusia dengan Alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (Kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan Konsisten.44 Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan kitab pedoman yang lebih sempurna dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, sehingga Al-Qur‟an diakui kebenarannya. Al-Qur‟an yang selalu tumbuh dan hidup dalam kehidupan sehari-hari umat Islam diberbagai aktivitas yang komplek tanpa disadari itu adalah bagian dari menghidupkan Al-Qur‟an. Seperti kegiatan kebudayaan,selamatan, pernikahan dan berbagai kegiatan lainnya.Masyarakat desa rantau limau manis menyakini dan memahami Al-Qur‟an tidak lebih dari firman Allah yang merupakan kitab suci bagi umat Islam. 45 Al-Qur‟an adalah kitab suci yang paling banyak dibaca dan dikaji oleh umat muslim, hal ini karena selain Al-Qur‟an tidak terdapat keraguan di dalamnya juga sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Al-Qur‟an dalam kehidupan masyarakat (Living Qur’an) sering dijumpai atau terdapat pada tradisi atau budaya masyarakat.Al-Quran adalah sebuah masyarakat yang ditopang atau didukung oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt. diaktualisasikan dengan

44Choiruddin Hadhiri,SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an,(Jakarta:Gema Insani Press,1993),25. 45 M.Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya,(Lentera Hati 2013,.2.

48

menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.Hal tersebut sebagaimana dalam QS.Ali Imran,ayat 110:

         

             

     “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.( QS.Ali Imran:110).46

Di dalam kitab suci tersebut terkandung ajaran-ajaran sebagai pedoman hidup manusia sepanjang masa.Kitab suci diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,serta menjadikan petunjuk yang bukan hanya untuk Islam saja akan tetapi lebih luasnya bagi umat manusia sebagaimana dalam QS.Al-baqarah,ayat 2:

          “Inilah Al-Kitab(Al-Qur‟an) tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa‟‟.( QS. Al-Baqarah:2).

Selain Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia dan upaya mencari bekal untuk hidup di akhirat. Karena di dalam Al- Qur‟an sudah diatur tata cara kehidupan, bagaimana mengabdi dengan Allah,berhubungan dengan sesama manusia, hingga sesama makhluk.Upaya untuk mendekatkan diri dan menghidupkan Al-Qur‟an selalu dilakukan oleh umat Islam. Hal ini terlihat dari berbagai macam aspek kegiatan keagamaan masyarakat rantau limau manis. Apa yang dilakukannya menjadi bagian dalam menghidupkan Al- Qur‟an dikehidupan sehari-hari. Bagi mereka Al-Qur‟an adalah sesuatu yang sangat mulia yang harus dihormati dan dimuliakan. Al-Qur‟an hadir dalam berbagai kegiatan,termasuk tradisi tujuh bulanan yang merupakan pengaruh dari resepsi masyarakat rantau limau manis. Dari resepsi yang kuat tersebut maka

46Ibid.

49

masyarakat rantau limau manis dalam memperlakukan Al-Qur‟an pun menjadi sangat terhormat dan mulia. Ketika meletakkan tidak sembarangan tempat melainkan di tempat yang tinggi seperti rak buku dan lemari,dan diletakkan di atas buku-buku yang lain. Begitu juga ketika hendak menyentuh maupun membawanya atau sekedar memindahkan, ia harus dalam keadaan suci dari hadas. Al-Qur‟an sebagai bagian dalam kehidupan masyarakat rantau limau manis juga tampak dalam kegiatan keagamaan seperti sedekahan, selamatan. Sampai kegiatan yang berhubungan dengan pernikahan, kelahiran maupun kematian Al-Qur‟an hadir dalam kegiatan tersebut. Ketika salah satu anggota masyarakat ada yang meninggal dunia maka diadakan pembacaan surah yasin dan tahlilan. B. Pemaknaan Masyarakat rantau limau manis Terhadap surah Yusuf dan Surah Maryam dalam tradisi tujuh bulan Al-Qur‟an sebagaimana diketahui,diturunkan dalam bahasa Arab, baik lafal maupun uslubnya, suatu bahasa yang kaya kosa kata dan sarat kandungannya. Kendati Al-Qur‟an berbahasa Arab, tidak berarti bahwa semua orang Arab atau yang mahir dalam bahasa Arab,dapat memahami Al-Qur‟an secara rinci. Bahkan menurut Ahmad Amin,para sahabat sendiri tidak sanggup memahami kandungan Al-Qur‟an dengan hanya sekedar mendengarkannya dari Rasulullah SAW, karena untuk memahami Al-Qur‟an tidak cukup hanya dengan kemampuan dan menguasai bahasa Arab saja, tetapi juga berbagai ilmu pengetahuan. Hasbi As- Shiddiqi menyatakan bahwa untuk dapat memahami Al-Qur‟an dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan yang disebut ulum Qur’an. Makna-makna surah yang dibaca dalam tujuh bulanan oleh masyarakat rantau limau manis berkaitan dengan pemaknaan terhadap perlengkapan selamatan atas wanita yang mengandung. Sebagaimana mempunyai makna demi keselamatan kandungan setelah anak tersebut lahir. Begitu juga dengan pemaknaan masyarakat terhadap surah yusuf dan surah maryam yang dibaca pada saat usia kandungan

50

mencapai tujuh bulan. Pertama, surah yusuf. Pembacaan surah ini dihubungkan dengan figur Nabi yusuf yang tampan dan shaleh.47 Dengan membaca surah yusuf, masyarakat memaknainya supaya anak yang lahir dapat mencontohkan prilakunya. Nabi yusuf yang dikisahkan oleh Allah dalam Q.S yusuf ayat 3:

         

       “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu,dan sesungguhnya kamu sebelum(Kami mewahyukannya)adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui‟‟.( Q.S yusuf:3).

Ayat diatas relevan dengan pemaknaan masyarakat terhadap surah yusuf ketika dibaca pada acara tujuh bulan. Pembacaan surah yusuf ini, sebenarnya sebagai tafa‟ul terhadap Nabi Yusuf. Ketampanan menurut masyarakat desa rantau limau manis bukan sekedar rupawan melainkan lahir tanpa cacat. Membaca surah yusuf sebenarnya memohon kepada Allah supaya anaknya lahir dengan sempurna. Sebagaimana yang diungkap oleh masyarakat dibacakan surah yusuf dengan harapan agar anak yang dilahirkan sehat dan sempurna tanpa ada cacat didalam fisiknya.48 Kedua, Surah Maryam Masyarakat bukan hanya berharap agar anaknya lahir dengan sempurna, rupawan dan mempunyai perilaku baik. Akan tetapi juga lahir dengan mudah. Oleh karena itu, membaca surah maryam pada saat tujuh bulan agar anak yang dikandung lahir dengan mudah.Siti Maryam adalah salah satu dari perempuan yang taat kepada Allah, seluruh hidupnya diabadikan kepada Allah, sehingga ia diberikan kemulian menjadi perempuan yang suci. Selama hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan seorang laki-laki,tetapi dengan kekuasaan Allah ia dapat mengandung anak yang kemudian menjadi rasul,yakni nabi Isa. Dengan kekuasaannya, siti maryam melahirkan dengan mudah dan

47Ibid. 48Ibid.

51

selamat tanpa bantuan orang lain. Masyarakat sekedar tahu siti Maryam, bahwa ia salah satu perempuan yang taat kepada Allah.Sebagaimana firman Allah QS. Maryam ayat 22-26 yang berbunyi:

       “Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke t empat yang jauh‟‟.( QS.Maryam: 22).

          



  “ Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".( QS.Maryam:23).

           “Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu‟‟.( QS.Maryam:24)

         “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu‟‟.(QS. Maryam: 25).

             

      . “ Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".( QS. Maryam:26).

52

C. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Surah Maryam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin Kata Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.Menurut ahli bahasa, Al- Lihyani (wafat 215 H), lafal Al-Qur‟an adalah isim mashdar dengan arti isim maf‟ul, yaitu dibaca, karena bukan saja Al-Qur‟an harus dibaca oleh manusia, terutama oleh penganutnya, tetapi juga karena kitab ini dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya,baik waktu shalat maupun diluar shalat.49 1. Sebagai kitab suci a. Kitab Suci Al-Qur‟an kitab suci dalam umat Islam, kedudukannya sebagai kitab suci, maka masyarakat menjadikannya sebagai kehidupan sehari-hari.Firman Allah berupa bacaan dalam lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat atau firman- firman Allah, kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebagai kitab suci,Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang paling baik dibaca dikalangan umat Islam. Termasuk di masyarakat rantau limau manis yang mayoritasnya umat Islam. Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dan menjadi rujukan maupun pedoman hidup, terbukti dalam acara apapun selalu dibuka dengan ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Ini berarti sebagai kitab suci, tanpa disadari tidak terlepas dalam kehidupan sehari- hari dalam masyarakat, karena Al-Qur‟an selalu hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat muslim,termasuk membaca surah dalam Al-Qur‟an pada saat acara tujuh bulanan.50 Perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an dalam segala hal, memberikan gambaran bahwa Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang suci,yang selalu disakralkan oleh masyarakat Rantau Limau Manis yang beragama Islam. b. Bacaan yang dimuliakan Kedudukan Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Nabi Muhammad SAW, ia memiliki keistimewaan yang terkandung didalamnya sangat banyak, dan belum semuanya berhasil diketahui oleh manusia. Al-Qur‟an yang sangat mulia bagi

49Ibid. 50Ibid.

53

umat Islam, maka Al-Qur‟an diperlakukan begitu istimewa. Keistimewaan Al- Qur‟an ini tergambar dalam masyarakat bahwa setiap acara paing tidak dibuka dengan ayat-ayat. Termasuk dalam acara tujuh bulan, perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an,bukan hanya dilihat dari mereka memposisikan Al-Qur‟an dalam suatu acara, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana cara membawa maupun tempat menaruhnya berbeda dengan kitab-kitab atau buku-buku yang lain.51 Dari gambaran perlakuan masyarakat rantau limau manis terhadap Al- Qur‟an di atas, bahwa Al-Qur‟an berkedudukan sebagai kitab suci sangat dimuliakan. Berbagai cara masyarakat memberikan kemuliaan penghormatan dalam segi menempatkan Al-Qur‟an pada tempat yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan keyakinan dalam umat Islam terutama masyarakat rantau limau manis bahwa Al-Qur‟an akan bisa memberikan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat. c. Sarana Petunjuk Sebagai Petunjuk Al-Qur‟an selalu dikaji oleh umat Islam,guna menggali yang terkandung di dalam Firman Allah SWT. Al-Qur‟an yang menyimpan berbagai hal, baik dalam urusan dunia sampai urusan Akhirat. Di dalamnya terdapat petunjuk bagi umat Islam khususnya umat Islam. Sebagaimana dalam QS.Al-Baqarah ayat 185:

           

               

            

       “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia

51Rahayu Putri, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,25 Februari 2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

54

berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),Maka(wajiblah baginya berpuasa),sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur‟‟.( QS.Al-Baqarah:185).

Ayat ini dengan jelas dan tegas mengatakan Al-Qur‟an adalah kitab yang berisi petunjuk,petunjuk adalah segala sesuatu yang dapat membawa manusia kepada sesuatu yang baik atau yang membuat seorang individu sampai pada suatu keadaan yang baik dan benar. Kalau dia tidak membawa manusia pada keadaan tersebut maka dikatakan sebagai penyesat atau yang menyesatkan, yaitu segala seuatu yang membuat seseorang tidak sampai pada keadaan yang dianggap baik dan benar, atau yang diinginkan.Masyarakat menyakini bahwa Allah memberikan petunjuk melalui Al-Qur‟an ketika mereka menghadapi berbagai hal dalam kehidupan mereka. Dengan mengikuti petunjuk-petujuk ini mereka kemudian akan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Al-Qur‟an dijadikan petunjuk dalam berbagai hal yang menyangkut kehidupan.Termasuk penggunaan Al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulan. Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan cara masyarakat menghidupkan Al- Qur‟an dalam kehidupan. Surah yang dibaca, oleh masyarakat rantau limau manis dijadikan sebagai petunjuk. Karena dalam surah tersebut mempunyai makna bagi masyarakat.52 Surah yang dibaca lebih banyak menguraikan tentang kisah-kisah para Nabi maupun hambanya yang shaleh. Dari kisah-kisah tersebut masyarakat rantau limau manis menjadikan sebagai petunjuk, bahwa mereka adalah orang-orang yang shaleh yang diteladani. Dari kisah-kisah yang terdapat dalam surah-surah tersebut, memberikan gambaran tentang cara pandang masyarakat dalam memfungsikan Al-Qur‟an sebagai petunjuk.

52Ibid.

55

d. Sebagai obat Dalam Lintas Sejarah Islam, praktik memperlakukan Al-Qur‟an tertentu dari Al-Qur‟an sehingga bermakna dalam kehidupan, pada dasarnya sudah terjadi ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Sebuah masa yang paling baik bagi umat Islam. Disamping itu,adanya anggapan tertentu terhadap Al-Qur‟an dari berbagai komunitas Islam, berupa praktik untuk menfungsikan Al-Qur‟an dalam kehidupan,seperti salah satu fungsi Al-Qur‟an sebagai obat (syifa) atau penawar segala macam jenis penyakit,baik itu penyakit rohani maupun jasmani. Pengertian Al-Qur‟an sebagai obat tidak hanya sebagai obat lahiriah tetapi juga secara batiniah. Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai obat oleh masyarakat rantau limau manis, tidak terlepas dari ayat QS.Al-Isra‟,ayat 82:

             

 “Dan kami turunkan Al-Qur‟anQur‟a suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur‟an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Dilihat dari ayat di atas memberikan petunjuk bahwa Al-Qur‟an yang dibaca berfungsi sebagai obat penawar‟‟.(QS. Al-Isra‟:82).

1. Obat Hati Suatu hal yang menjadi keyakinan tiap muslim bahwa Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT. Untuk memberi petunjuk kepada tiap manusia dan menyembuhkan dari berbagai penyakit hati. Al-Qur‟an yang dijadikan obat hati dengan cara membacanya. Keyakinan yang tumbuh dalam masyarakat rantau limau manis, bahwa Al-Qur‟an yang dibaca bisa memberikan ketenangan dalam hati. Dalam tradisi tujuh bulan, adanya keyakinan yang kuat terhadap pembacaan surah masyarakat rantau limau manis, yakni harapan dengan membaca ayat suci Al-Qur‟an bayi dan ibu yang mengandungnya bisa mendapatkan ketenangan batin.53

53 Ibid.

56

2. Obat Jasmani Al-Qur‟an menjadikan obat jasmani dari berbagai macam penyakit, tata cara digunakan bukan dengan tata cara yang lazim digunakan dalam menggunakan obat untuk penyakit jasmani. Cara yang muncul dalam masyarakat seperti terapi dengan bacaan ayat suci Al-Qur‟an. Ayat suci Al-Qur‟an juga digunakan sebagai obat jasmani seperti rukyah, pengobatan ini menggunakan bacaan ayat-ayat. Dalam tradisi pembacaan surah tersebut berfungsi sebagai obat jiwa, hal tersebut,agar mendapat ketenangan terhadap ibu yang mengandung sehingga berdampak kepada kesehatan fisik.54 Bacaan surah dalam acara tujuh bulanan, masyarakat rantau limau manis dijadikan sebagai obat bagi ibu yang mengandung. Kekuatan dan keyakinan terhadap Al-Qur‟an dibaca oleh masyarakat rantau limau manis merupakan resepsi terhadap Al-Qur‟an sebagai obat. Secara tidak langsung mereka telah memfungsikan Al-Qur‟an sebagai obat. 3. Sarana Perlindungan Al-Qur‟an dalam pandangan masyarakat mempunyai fungsi sebagai sarana perlindungan atau memohon keselamatan. Membaca Al-Qur‟an adanya keyakinan untuk mendapatkan perlindungan atau keselamatan dari Allah baik di dunia maupun akhirat.Perlindungan tersebut diantaranya: a. Bahaya Siksa Neraka Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memberikan petunjuk tentang kehidupan di dunia dan di akhirat, termasuk juga tentang gambaran siksa neraka.Membaca Al- Qur‟an bagi orang Muslim adalah Ibadah. Karena Al-Qur‟an akan menjadi syafa‟at pada hari kiamat bagi orang yang membacanya. Ungkapan dari wawancara leti lestari adalah keyakinan terhadap Al-Qur‟an bahwa Al- Qur‟an bisa memberi kita pertolongan bagi orang yang selalu membacanya. Sebagaimana sarana perlindungan terhadap siksa neraka. Maka masyarakat Rantau Limau Manis meresepsi Al-Qur‟an dalam berbagai kegiatan, termasuk acara (tujuh bulan). Pembacaan Surah dalam Al-Qur‟an merupakan sarana perlindungan siksa neraka, Tujuan Pembacaan surah dalam acara tujuh bulan

54 Ibid.

57

sebagai bentuk pengenalan terhadap bayi yang dikandungkan. Harapannya agar bayi menjadi ahli Al-Qur‟an setelah ia lahir. Sehingga nantinya mendapat syafa‟at dan terhindar dari siksa neraka. Al-Qur‟an yang dibaca pada saat tujuh bulan dengan tujuan dan harapan sebagaimana yang telah disebutkan, merupakan fungsi dari Al-Qur‟an sebagai sarana perlindungan. Dengan mendengarkan bacaan ayat suci kepada bayi yang dikandung, merupakan cara pandang masyarakat untuk mengenalkan Al-Qur‟an terhadap bayi. Hal tersebut tanpa kita sadari Al-Qur‟an sebagai kitab petunjuk berfungsi juga sebagai sarana perlindungan terhadap siksa api neraka. b. Bahaya Makhluk Halus Memohon Perlindungan bagi Masyarakat Rantau Limau Manis merupakan sesuatu harus upayakan. Dalam memohon perlindungan atau memohon keselamatan masyarakat membaca surah yasin sebagai bacaan utama dalam setiap selamatan. Bacaansurah-surah dalam acara tujuh bulan, baik bagi bayi maupun ibu yang sedang mengandung. 55 Tujuan pembacaan surah agar ibu dan bayi yang dikandungnya tetap dalam lindungan Allah SWT, rasa aman karena berlindung melalui bacaan Ay suci Al-Qur‟an yang dibacakan,bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pembacaan surah dengan tujuan sebagaimana yangdisebutkan di atas, sebagai bentuk keyakinan masyarakat Rantau Limau Manis terhadap Al-qur‟an yang dibaca pada saat acara tujuh bulanan. Walaupun surah yang dibaca tidak berkaitan dengan rezeki.Mempermudah rezeki sebagai salah satu tujuan membaca surah pada saat acara merupakan bentuk dari penerapan fungsi dari Al-Qur‟an. Surah dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin. QS. Maryam adalah surah yang ke 19 yang terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surah makiyah. Karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Bahkan sebelum sahabat-sahabat beliau hijrah ke negeri Habsyi. Dinamakan Maryam karena sebagian besar

55Imam Abi Al-Husain Muslim Al-Hajj Al-Qusayri An-Naisaburi,Sahih Muslim,Juz 1(Beirut :Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,1991),553.

58

menceritakan tentang Maryam. Pujian Allah kepadanya terdapat dalam QS.Al- Maidah ayat 75:

             

           

 

“Al-masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu)‟‟.( QS.Al-Maidah ayat :75).

Maryam adalah seorang wanita yang selalu menjaga kehormatannya dari laki-laki, sehingga ia selalu menjauhkan diri dari keluarganya. Ia selalu memakai (hijab) dalam berhubungan dengan orang-orang, kemudian Allah mengirimkan Jibril kepadanya.Di karenakan Maryam tidak pernah berhadapan dengan laki- laki,ia berkata: ”Sesungguhnya aku berlindung dari padamu tuhan Allah yang maha pemurah,jika kamu seorang yang bertakwa, lalu jibril berkata:”Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Allah, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan seorang penzina.” Jibril berkata: „‟Demikianlah‟‟. Allah berfirman: „‟Hal itu adalah mudah bagiku dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.Cerita Maryam di atas menjadi salah satu tujuan dalam bertabarruk khususnya bagi orang tua yang sedang menunggu kelahiran anaknya. Tidak berlebihan jika seorang calon ibu ingin mempunyai seorang anak

59

perempuan yang selalu menjaga kehormatannya sebagaimana Maryam atau sering disebut al-muhsanat, sebagaimana diungkapkan oleh Siti Nur Rahmah.56 Fenomena ini juga terjadi di masyarakat, mereka mengamalkan Al-Qur‟an yang senantiasa dibaca saat hamil. Tentang ayat-ayat dibaca atau digunakan ketika hamil diantaranya adalah surah yusuf dan Maryam dengan berbagai motivasi dan tujuan ibu hamil dalam mengamalkannya.Setiap orang tua pasti berharap menginginkan anak yang sholeh dan sholehah,mengabdi kepada Allah dan kepada orangtua. Inilah kekayaan yang akan membahagiakan saat menginjak usia tua nanti.57 Anak merupakan unsur yang terpenting dalam keluarga. Penerus generasi, Pelanjut sejarah, ditangan mereka masa depan umat, kesadaran tentang hal ini sangatlah penting.Dan menjadi tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Allah SWT, telah memperingatkan orang tua merawat anak-anak mereka dengan cara yang benar dan menumpahkan segala perhatian yang mereka butuhkan untuk menjadi orang dewasa yang sehat dan kuat. Pentingnya pendidikan sejak dini.

56Tim Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Departemen Agama RI., 1958), 28. 57Ibid.,30.

60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah Melaksanakan proses penelitian dari observasi,wawancara, dokumentasi,berikut proses analisis data-data yang diperoleh, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian sebagaimana berikut: Bagaimana Prosesi pelaksanaan Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam yang dilakukan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin. Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi. Mukjizat yang pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak Nabi Adam as. Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya dapat memegang, membaca,menghayati,memahami,mengamalkan isinya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an mencakup seluruh wahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan, pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya. Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan bagi wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau manis yang mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan. Prosesi tujuh bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran, maupun materi baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya. Semua tahap-tahap tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis untuk dilalui. Mulai dari Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara ini diselenggarakan untuk kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri, ketika kehamilannya sudah mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat rantau limau manis bukan sekedar acara ritual yang hanya mengikuti leluhur saja, melainkan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selain itu juga, sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu dan calon bayi yang dikandung tetap sehat.

60

61

Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an tahap pertama yang akan dilakukan setelah para undangan semua datang. Dalam pembacaan Al-Qur‟an terlebih dahulu dibuka dengan mukoddimah pembuka oleh Imam atau Pemimpin menjelaskan secara singkat tentang tujuh bulanan bagi orang yang hamil. Dalam mukoddimahnya juga menjelaskan tentang kaitan Al-Qur‟an dengan tujuh bulanan. Setelah itu, baru dimulai dengan pembagian surah-surah oleh pemimpin acara kepada para pembaca.Ragam surah yang dibaca dalam acara tujuh bulanan adalah surah yusuf dan maryam. kemudian pemimpin acara memulai dengan membaca wasilah. Wasilah pertama kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga dan para saihabatnya,kedua para Nabi, Rasul, Syuhada‟, orang- orang shaleh, para wali dan seterusnya. Ketiga kepada para leluhur yang sudah mendahului. Keempat kepada wanita yang sedang hamil dan janinnya. Setelah itu kemudian ustadz Sanadi menegaskan bacaan. Setelah acara Do‟a selesai, dilanjutkan lagi istirahat. Penyelenggaraan mengeluarkan sodakoh yang berupa minuman teh dan beberapa aneka makanan yang disiapkan. Kemudian dilanjutkan dengan acara yang lain sampai pada acara penutupan.Apa Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulanan Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin. Sebagai kitab suci Al-Qur‟an kitab suci dalam umat Islam, kedudukannya sebagai kitab suci, maka masyarakat menjadikannya sebagai kehidupan sehari-hari.Firman Allah berupa bacaan dalam lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat atau firman- firman Allah, kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebagai kitab suci,Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang paling baik dibaca dikalangan umat Islam. Termasuk di masyarakat rantau limau manis yang mayoritasnya umat Islam. Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dan menjadi rujukan maupun pedoman hidup, terbukti dalam acara apapun selalu dibuka dengan ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Ini berarti sebagai kitab suci, tanpa disadari tidak terlepas dalam kehidupan sehari- hari dalam masyarakat, karena Al-Qur‟an selalu hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat muslim,termasuk membaca surah dalam Al-Qur‟an pada saat acara

62

tujuh bulanan.Perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an dalam segala hal, memberikan gambaran bahwa Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang suci,yang selalu disakralkan oleh masyarakat Rantau Limau Manis yang beragama Islam. Al-Qur‟an dijadikan petunjuk dalam berbagai hal yang menyangkut kehidupan. Termasuk penggunaan Al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulan. Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan cara masyarakat menghidupkan Al- Qur‟an dalam kehidupan. Surah yang dibaca,oleh masyarakat rantau limau manis dijadikan sebagai petunjuk. Karena dalam surah tersebut mempunyai makna bagi masyarakat. B. Rekomendasi Peneliti sadari bahwa peneliti ini masih banyak kekurangan yang diperoleh dalam proses penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti kemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Peneliti mengenai pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan yang ada masyarakat Rantau Limau Manis dalam memahami ajaran Agama.Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sama(Pembaca surah yusuf dan Maryam dalam tradisi tujuh bulan) disarankan melakukan penelitian secara bertahap yaitu dengan menelusuri dan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tradisi tersebut. 2. Menumbuhkan semangat karena penelitian bukanlah sebagai sarana mengadili sebuah pemaknaan dalam sebuah tradisi, melainkan untuk memahami,memaparkan dan menjelaskan persoalan kebenaran terhadap resepsi masyarakat terhadap ayat suci Al-Qur‟an. Demikianlah kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat dan menambahkan wawasan bagi orang yang membacanya.

63

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an

Departemen Agama RI, Tafsir Ilmu Tafsir, Madrasah Aliyah Negeri Bangko, Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1992-1993. Buku

Al-Baidawi, Nasiruddin . Tafsîr al-Baidawi al-Musamma Anwâr al-Tanzîl wa asrâr al-Ta’wil, Jilid II. Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiyyah, 2006. Al-Bhukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin bardizbah, Shahîh al-Bhukhari, Juz 7. beirut: dar al-kutub al „ilmiyah 1992. An-Naisaburi, Imam Abi al-Husain Muslim al-Hajjaj al-Qusairy. Sahîh Muslim, Juz I. Berut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 1991. Artikel,Imam Baihaki,Karakterstik Tradisi Tujuh Bulanan di jawa tengah sebagai sebuah sastra lisan,2017. Eldeeb, Ibrahim. Be a Living Qur’an; Petunjuk Praktis Penerapan ayat-ayat al- Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari, terj. Faruq Zaini. Jakarta: LenteraHati, 2009. Hermawati, Isni, Makna Simbolik Sajen selamatan tujuh bulan.Yogyakarta :Jantra Vol,2,no 3, 2007. Khalil, Ahmad. Islam Koentjaraningrat. Metode-metode Penulisan Masyarakat. Jakarta: Gramedia,1989. Mansur, Muhammad. living Qur’an dalam Lintas Sejarah Studi al-Qur’an, dalam Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, Syahiron Syamsuddin (ed). Yogyakarta: TH Press,2007. Meleong, Lexy J. Metode Penulisan Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993. Muhammad Fauzan Nasir, Qur‟an Pembacaan Tujuh Surah Pilihan Al-Qur’an dalam tradisi mitoni/tujuh bulan,kajian Living Qur’an .2016. Muhsin, Imam. Al-Qur‟an dan Budaya Jawa. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2013. Putra, Heddy Shri Ahimsa The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi. Jurnal WalisongoVol. 20, no 1 mei 2012. Rafi‟uddin. Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Upacara Peret Kandungani Desa Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura. Sahiron Syamsuddin, Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:2007 Sahiron Syamsuddin MA.Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits,TH press, 2007. Said Agil Husin Al-Munawar,M.A.Al-Qur’an membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta 2002 Saksono,Gatot dkk.,Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Ampera Utama 2012. Sektioningsih, Muchibbah. Adopsi Ajaran Islam dalam Ritual Mitoni di Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2009.

64

Shihab, M.Quraish dkk. Sejarah dan Ulum al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Pengesahan Hadits Berdasarkan Kitab-kitab Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai Pembahasan yang Rinci dan Mudah difahami. Jakarta : Jilid 5, Januari 2018. Syamsuddin. Kata Pengantar Metodologi Penelitian Living Qur’an dan hadis, Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: TH Press, 2007. Winarno, Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Metode Teknik. Bandung: Tarsio,1990. Yusuf, Muhammad. Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2007.

Hasil Wawancara

Abdul Manap,Ketua Adat Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis.19 April 2019. Kabupaten Merangin, Rekaman Audio. Bunyamin, Kepala Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 16 Januari 2019, Kabupaten Merangin. Rekaman Audio. Fahrudin Hm, Penulis Budaya Sosial Budaya Masyarakat Jambi Melayu Tabir Ilir Wawancara dengan Penulis. 13 Maret 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio. Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 23 Februari 2019, Kabupaten Meragin. Rekaman Audio. Rahayu Putri, Warga Desa Rantu Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 27 Februari 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio. Sauri, Pemuka Agama Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 20 April 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio. Salman Sayuti, Warga Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 15 Maret 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.

Internet Agus Suntoyo, “Atlas Walisongo‟‟, diakses melalui alamat http://www.youtobe .com/2011/03 Atlas Walisongo.html, tanggal 30 agustus 2012. Suryadilaga, “Living Qur‟an‟‟, diakses melalui alamat http:// Islamlib.com/2013/ Living Qur’an. Html, tanggal 19 November 2014.

Jurnal Imam Baihaqi, “ Karakteristik Tradisi Tujuh Bulanan di jawa Tengah‟‟. Jurnal Arkhais.08,No.2 (2017),27-29.

65

JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, adapun tentang tahapan dan rentang waktu penelitian dapat dilihat di bagan berikut:

November Desember Januari Februari Maret April Mei No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penulisan Draf Proposal X X

Konsultasi dg Ka. 2 Jur/Prodi dan lainnya utk

fokus penelitian X X 3 Revisi Draf Proposal X X

4 Proses Seminar Proposal x x Revisi Draf Proposal 5 Setelah Seminar X X Konsultasi dgn 6 Pembimbing X X 7 Koleksi Data X X X Analisa dan Penulisan 8 Draf Awal Skripsi Draf Awal dibaca 9 Pembimbing

66

10 Revisi Draf Awal x x Draf Dua Dibaca x 11 Pembimbing x

12 Refisi Draf Dua x x Draf Dua Revisi Dibaca 13 Pembimbing x x

14 Penulisan Draf Akhir x x Draf Akhir Dibaca 15 Pembimbing 16 Ujian Munaqashah Revisi Skripsi Setelah 17 Ujian Munaqashah 18 Mengikuti Wisuda

Perlu dijelaskan bahwa jadwal ini tidak bersifat mengikat karena boleh jadi salah satu tahapan berlangsung lebih cepat atau lebih lama.Selain itu, boleh jadi pula ada tahapan yang berlangsung bersamaan dengan tahapan lain, artinya penjadwalan kan berlangsung secara kondisional.

67

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA “IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN MASYARAKAT RANTAU LIMAU MANIS, KECAMATAN TABIR ILIR, KABUPATEN MERANGIN’’.

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1. Gambaran Umum Desa -Observasi -Aparat Desa Rantau Limau Manis -Wawancara -Sistem -Dokumentasi Pemerintahan -Dokumentasi 2. Sejarah Desa Rantau Limau Manis -Wawancara -Keadaan -Observasi Masyarakat -Pekerjaan Masyarakat 3. Bagaimana Prosesi -Keadaan Pembacaan Surah Yusuf Pendidikan dan Surah Maryam yang -Wawancara dilakukan oleh Masyarakat LibraryResearch -Tokoh Agama Desa Rantau Limau Manis -Tokoh Adat Kecamatan Tabir Ilir Masyarakat dan Kabupaten Merangin? Masyarakat

4. Apa Fungsi Pembacaan -Wawancara -Tokoh Agama Surah Yusuf dan Surah -Dokumentasi -Tokoh Adat Maryam dalam Tradisi -Tokoh Tujuh Bulan Masyarakat Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin?

68

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi

1. -Gambaran Umum Desa -Sistem Pemerintahan Rantau Limau Manis -Keadaan Masyarakat -Pekerjaan Masyarakat -Keadaan Pendidikan -Sistem Kepercayaan -Budaya Masyarakat

2 -Pembagian Wilayah Desa -Nama Pedusunan dusun bukit Rantau Limau Manis Jung,dusun Muaro Mendelang,dusun Rantau Palembang

3. Sarana Pendidikan Desa -Madrasah Diniyyah, Sekolah Dasar Rantau Limau Manis dan Sd I, Sd II, SLTP Hitam Ulu,SLTP 8 Sekitarnya Tabir

4. Implementasi Pembacaan -Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan Surah Yusuf dan Maryam -Waktu dan Tempat Tradisi Tujuh Bulanan -Pemimpin Membaca Al-Qur‟an -Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an -Bentuk Kegiatan 5. Motivasi Pelaksanaan Tujuh Bulanan dan -Memohon Berkah Pembacaan Surah -Sebagai Bentuk rasa syukur -Menjaga Tradisi -Sebagai bentuk sosial budaya Masyarakat 6. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam Tradisi -Pemaknaan Masyarakat terhadap Tujuh Bulanan Desa Surah Yusuf dan Maryam Tradisi Rantau Limau Manis Tujuh Bulanan Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin

69

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumenter

1. -Gambaran Umum Desa -Data dokumentasi Desa Rantau Rantau Limau Manis Limau Manis

2. Sejarah Desa Rantau -Data dokumentasi tentang Sejarah Limau Manis Desa Rantau Limau Manis

3. Bagaimana Prosesi -Data dokumentasi tentang Proses Pembacaan Surah Yusuf Pembacaan Surah Yusuf dan dan Surah Maryam yang Maryam dilakukan oleh Masyarakat Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin -Data dokumentasi Fungsi 4. Apa Fungsi Pembacaan Pembacaan Surah Yusuf dan Surah Yusuf dan Surah Maryam Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin

70

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara

1. -Gambaran Umum Desa -Bisa dijelaskan letak gambaran Rantau Limau Manis umum desa rantau limau manis?

2. Sejarah Desa Rantau -bagaimana Sejarah Desa Rantau Limau Manis Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin?

3. Bagaimana Prosesi -Bagaimana Proses Pembacaan Pembacaan Surah Yusuf Surah Yusuf dan Maryam? dan Surah Maryam yang dilakukan oleh Masyarakat Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin

4. Apa Fungsi Pembacaan -Apa Fungsi bagi Masyarakat Desa Surah Yusuf dan Surah Rantau Limau Manis tentang Surah Maryam dalam Tradisi Yusuf dan Maryam? Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin

71

DOKUMENTASI

Gambar. 1 Foto Leti Lestari Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

Gambar 2. Foto Rahayu Putri Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

72

Gambar 3.Wawancara Foto Bersama Leti Lestari dan Asih Safitri Desa Rantau Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

Gambar 4.Warga Mengikuti acara Tujuh Bulanan Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

73

Gambar 5. Wawancara dan Foto bersama Ibu Hamil Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin

74

Gambar 6. Pembukaan atau mukoddimah Acara Tujuh Bulanan yang dibacakan Oleh Bapak Hasan Basri Warga Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

75

Gambar 7. Persiapan Hidangan Masyarakat Rantau Limau Manis

Gambar 8. Ramah Tamah Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

76

77

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri Nama : Faizah Tempat & Tgl.Lahir : Rantau Limau Manis, 07-12-1996 Pekerjaan : Mahasiswi Alamat : Rantau Limau Manis, RT 10, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin.

B. Riwayat Pendidikan 1. S1 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Tahun 2019 2. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Merangin Pada Tahun 2015 3. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)1 Merangin Pada Tahun 2012 4. Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 223/VI Rantau Limau Manis Pada Tahun 2009.