Kata Pengantar

Ir. Imam Santoso, MSc. Direktur Jenderal Sumber Daya Air

Dengan mengucap puji dan syukur dalam memenuhi harapan akan terwujudnya kepada Tuhan yang Maha Esa, kami telah penyelenggaraan pembangunan infrastruktur menyelesaikan Laporan Kinerja Ditjen Sumber PUPR bidang sumber daya air untuk Daya Air Tahun 2016. Laporan ini merupakan mendukung ketahanan air, kedaulatan wujud dari transparansi dan akuntabilitas pangan, dan kedaulatan energi guna kinerja Ditjen Sumber Daya Air sebagai salah menggerakkan sektor-sektor strategis satu Unit Organisasi di Kementerian ekonomi domestik dalam rangka kemandirian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ekonomi. yang berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Sumber Daya Air mengacu pada Peraturan dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang dan Perumahan Rakyat, mengemban tugas Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi untuk menyelenggarakan perumusan dan Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas sumber daya air sesuai dengan ketentuan Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan. dokumen Laporan Kinerja Ditjen Sumber Daya Laporan Ditjen Sumber Daya Air Tahun Air Tahun 2016 ini merupakan cerminan 2016 dapat dijadikan sebagai salah satu media kinerja Ditjen Sumber Daya Air dalam tahun komunikasi kepada publik dan pemangku 2016 dalam rangka pencapaian sasaran kepentingan lainnya untuk menyampaikan strategis yang dilaksanakan dalam bentuk informasi kinerja Ditjen Sumber Daya Air sasaran program dan sasaran kegiatan. aaaaa

Kata Pengantar

i

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Selama tahun 2016 Ditjen Sumber Daya pada proyek strategis nasional, peningkatan Air telah melaksanakan berbagai program dan kemampuan manajemen proyek BBWS/BWS kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana dalam perencanaan, pelaksanaan dan Strategis 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air dan pengawasan, peningkatan kapasitas sumber ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 daya manusia, serta peningkatan tata kelola yang terdiri dari 7 (tujuh) Sasaran Program dan pengelolaan SDA terpadu. 14 (empat belas) Indikator Kinerja. Dalam Pencapaian yang telah diperoleh sampai Laporan Kinerja ini telah dijabarkan antara dengan tahun 2016 adalah merupakan hasil realisasi pencapaian indikator kinerja tahun kerja keras seluruh jajaran Ditjen Sumber Daya 2016 dengan target indikator kinerja yang telah Air, mulai dari tingkat Pusat sampai daerah. ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja 2016 Ditjen Dengan dukungan dari instansi/lembaga terkait, Sumber Daya Air, serta perbandingan capaian masyarakat, maupun dukungan dari penyedia target yang ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 barang dan jasa juga merupakan salah satu Ditjen Sumber Daya Air. faktor keberhasilan capaian kinerja tahun 2016. Dari hasil pengukuran kinerja, kami Akhir kata, semoga laporan kinerja ini menyadari bahwa selain berbagai keberhasilan dapat memberikan gambaran objektif tentang yang telah dicapai hingga tahun 2016, masih kinerja yang telah dihasilkan Ditjen Sumber terdapat beberapa sasaran program yang Daya Air selama tahun 2016, dapat belum tercapai sesuai dengan target yang dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen perencanaan program dan anggaran, serta Sumber Daya Air. Berbagai permasalahan, dapat memenuhi harapan sebagai kendala, dan hambatan yang perlu diselesaikan pertanggungjawaban kami atas mandat yang dan diantisipasi di tahun-tahun mendatang. diemban dan kinerja yang telah ditetapkan, dan Permasalahan, kendala, dan hambatan sebagai pendorong peningkatan kinerja dimaksud diantaranya penyelesaian organisasi Ditjen Sumber Daya Air. pembebasan tanah aaaaaaaaaaa

Kata Pengantar

ii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pengaman Pantai Kailolo Provinsi Maluku

Rawa Simpang Puding,

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. iii DAFTAR TABEL …………………………………………………………………... vii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. ix RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………………………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... Bab I-1 1.2 Kondisi Umum ………………………………………………………… Bab I-4 1.2.1. Peningkatan Dukungan Ketahanan Air …………………….. Bab I-5 1.2.2. Peningkatan Dukungan Kedaulatan Pangan ………………. Bab I-7 1.2.3. Peningkatan Dukungan Ketahanan Energi ………………… Bab I-8 1.2.4. Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA …….. Bab I-8 1.3 Potensi dan Permasalahan …………………………………………… Bab I-9 1.3.1. Potensi ………………………………………………………. Bab I-9 1.3.2. Permasalahan ……………………………………………….. Bab I-10 1.4 Kedudukan, Tugas dan Fungsi ……………………………………….. Bab I-14 1.5 Susunan Organisasi …………………………………………………... Bab I-15 1.6 Struktur Organisasi …………………………………………………... Bab I-16 1.4.1. Sekretariat Direktorat Jenderal …………………………….. Bab I-20 1.4.2. Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air ….. .. Bab I-21 1.4.3. Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air ………….. Bab I-22 1.4.4. Direktorat Sungai dan Pantai ……………………………….. Bab I-23 1.4.5. Direktorat Irigasi dan Rawa ………………………………… Bab I-24 1.4.6. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan ………………... Bab I-24 1.4.7. Pusat Bendungan …………………………………………… Bab I-26

Daftar Isi

iii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1.4.8. Pusat Air Tanah dan Air Baku ………………………………. Bab I-26 1.4.9. Balai Bendungan ……………………………………………. Bab I-27 1.4.10. Balai Besar Wilayah Sungai …………………………………. Bab I-28 1.4.11. Balai Wilayah Sungai ………………………………………... Bab I-30 1.4.12. Kelompok Jabatan Fungsional ……………………………... Bab I-32 1.7. Gambaran Wilayah Kerja ……………………………………………... Bab I-33 1.8. Isu Strategis …………………………………………………………... Bab I-37

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis 2015-2019 …………………………………………. Bab II-1 2.1.1. Visi dan Misi Kementerian PUPR …………………………… Bab II-1 2.1.2. Tujuan Direktorat Jenderal SDA ……………………………. Bab II-3 2.1.3. Sasaran Strategis dan Sasaran Program …………………… Bab II-5 2.1.4. Arah Kebijakan Umum Direktorat Jenderal SDA …………... Bab II-9 2.1.5. Strategi Operasional ………………………………………... Bab II-11 2.2 Rencana Kerja Tahunan ………………………………………………. Bab II-19 2.3 Target Tahun ini Menurut Renstra 2015-2019 ……………………….. Bab II-20 2.4 Target Kinerja ………………………………………………………… Bab II-23 2.4.1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ………………………………. Bab II-23 2.4.2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja ……………………. Bab II-26 2.5 Metode Pengukuran ………………………………………………….. Bab II-29 2.5.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Program Bab II-29 2.5.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Strategis Bab II-30

BAB III KAPASITAS ORGANISASI 3.1. Sumber Daya Manusia …………………………………………….….. Bab III-1 3.1.1. Berdasarkan Status Kepegawaian …………………………. Bab III-1 3.1.2. Berdasarkan Golongan ……………………………………... Bab III-4 3.1.3. Berdasarkan Latar Belakang dan Tingkat Pendidikan …….. Bab III-7 3.1.4. Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………………. Bab III-9 3.1.5. Upaya Peningkatan Kompetensi SDM ……………………... Bab III-9

Daftar Isi

iv

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.2. Sarana dan Prasarana ………………………………………………… Bab III-11 3.3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016 ……………………. Bab III-14 3.3.1. Triwulan I ……………………………………………………. Bab III-14 3.3.2. Triwulan II …………………………………………………… Bab III-18 3.3.3. Triwulan III …………………………………………………... Bab III-21 3.3.4. Triwulan IV …………………………………………………... Bab III-24

BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA 4.1. Capaian Kinerja Organisasi …………………………………………... Bab IV-1 4.1.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Capaian Sasaran Program ….. Bab IV-1 4.1.2. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan I …………. Bab IV-1 4.1.3. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan II ………… Bab IV-11 4.1.4. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan III ………... Bab IV-22 4.1.5. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan IV ………... Bab IV-33 4.1.6. Realisasi Pencapaian Kinerja TA 2016 ………………………. Bab IV-43 4.1.7. Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Program ……………. Bab IV-46 4.1.8. Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis ……………. Bab IV-47 4.2. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja ……….. Bab IV-49 4.2.1. Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 dan Target TA 2015 …….. Bab IV-49 4.2.2. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Perjanjian Kinerja TA 2016 dengan TA 2015 …………………………………….. Bab IV-53 4.2.3. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 Terhadap Renstra 2015-2019 ………………………………... Bab IV-56 4.2.4. Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016, Renstra 2016 dan RPJMN 2016 ……………………………... Bab IV-61 4.3. Analsisi Kinerja ………………………………………………………... Bab IV-64 4.3.1. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program dan Sasaran Strategis ……………………………………………………... Bab IV-64 4.3.2. Analisis Masalah dan Penyebab Kegagalan/Keberhasilan … Bab IV-66 4.3.3. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya. Bab IV-68 4.3.4. Analisis Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Target Kinerja ………………………………….. Bab IV-73

Daftar Isi

v

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 4.4. Realisasi Anggaran Tahun 2016 ……………………………………… Bab IV-76 4.5. Dampak dan Manfaat ………………………………………………… Bab IV-78

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Atas Hasil Evaluasi Kinerja ……………………………... Bab V-1 5.2. Permasalahan, Kendala dan Hambatan ……………………………... Bab V-4 5.3. Langkah-Langkah Antisipatif Pada Tahun Mendatang ……………... Bab V-5

LAMPIRAN i. Capaian Ditjen SDA Tahun 2016, Renstra Ditjen. SDA ii. Perjanjian Kinerja dan Monitoring Rencana Aksi iii. Dokumentasi Kegiatan Tahun 2016 iv. Sertifikasi ISO 9001:2008 v. Data Pendukung

Daftar Isi

vi

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Daftar Tabel

Tabel 1.1. Gambaran Wilayah Kerja BBWS/BWS di Lingkungan Ditjen SDA ………… Bab I-35 Tabel 2.1. Matriks Rencana Kerja Tahun 2016 ………………………………………... Bab II-20 Tabel 2.2. Target Renstra 2015-2019 dan Kebutuhan Pendanaan Ditjen SDA ………. Bab II-22 Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Ditjen SDA Tahun 2016 (Awal) …………………………. Bab II-24 Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Ditjen SDA Tahun 2016 (Akhir) ………………………… Bab II-25 Tabel 2.5. Indikator RBO Performance Benchmarking ………………………………... Bab II-28 Tabel 2.6. Tabel Kriteria Penilaian …………………………………………………….. Bab II-30 Tabel 2.7. Tabel Sasaran Strategis dan Sasaran Program 2015 – 2019 ………………. Bab II-31 Tabel 2.8. Pengukuran Target Capaian Sasaran Strategis 2016 ……………………… Bab II-32 Tabel 3.1. Sebaran Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian ……………. Bab III-1 Tabel 3.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan ………………………………. Bab III-5 Tabel 3.3. Komposisi Pegawai PNS berdasarkan tingkat pendidikan ……………….. Bab III-7 Tabel 3.4. Bidang Diklat di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air ……………………... Bab III-10 Tabel 3.5. Realisasi Diklat Pegawai Ditjen Sumber Daya Air 2016 …………………… Bab III-11 Tabel 3.6. Sebaran Peralatan Berat …………………………………………………… Bab III-13 Tabel 4.1. Progres Paket Kontraktual Triwulan I ……………………………………... Bab IV-3 Tabel 4.2. Capaian Indikator Triwulan I ……………………………………………….. Bab IV-4 Tabel 4.3. Progres Paket Kontraktual Triwulan II …………………………………….. Bab IV-12 Tabel 4.4. Capaian Indikator Triwulan II ………………………………………………. Bab IV-14 Tabel 4.5. Progres Paket Kontraktual Triwulan III ……………………………………. Bab IV-23 Tabel 4.6. Capaian Indikator Triwulan III …………………………………………..…. Bab IV-25 Tabel 4.7. Progres Paket Kontraktual Triwulan IV ……………………………………. Bab IV-34 Tabel 4.8. Capaian Indikator Triwulan IV ……………………………………………... Bab IV-36 Tabel 4.9. Perhitungan Pengukuran Capaian Sasaran Strategis …………………….. Bab IV-48 Tabel 4.10. Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ……………………………………. Bab IV-49 Tabel 4.11. Perbandingan Antara Capaian Kinerja TA 2016 dengan TA 2015 …………. Bab IV-54

Daftar Tabel

vii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 4.12. Sandingan Capaian Tahun 2015-2016 dengan Target Renstra 2015-2016 Ditjen Sumber Daya Air ……..……………………………………………... Bab IV-57 Tabel 4.13. Perbandingan capaian kinerja target Sasaran Strategis Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2015-2016 ………………………………………………….. Bab IV-60 Tabel 4.14. Progres Pelaksanaan Anggaran Tahun 2010 – 2016 ………………………. Bab IV-70

Daftar Tabel

viii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Daftar Gambar

Gambar 1.1. Program Strategis Ditjen SDA 2015-2019 dalam Mendukung Nawacita …. Bab I-3 Gambar 1.2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………….. Bab I-16 Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A …………………... Bab I-17 Gambar 1.4. Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B …………………... Bab I-18 Gambar 1.5. Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A dan B …………………... Bab I-19 Gambar 1.6. Struktur Organisasi Balai Bendungan ……………………………………... Bab I-20 Gambar 1.7. Wilayah Kerja Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………………... Bab I-34 Gambar 1.8. Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ……………………… Bab I-40 Gambar 3.1. Sebaran Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian …………………….. Bab III-3 Gambar 3.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan ………………………………. Bab III-4 Gambar 3.3. Sebaran Pegawai Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan ………………. Bab III-8 Gambar 3.4. Sebaran Pegawai Non-Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan …………. Bab III-8 Gambar 3.5. Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin ………………………….. Bab III-9 Gambar 3.6. Grafik Perbandingan Realisasi Keikutsertaan dengan SPRIN DIKLAT …… Bab III-10 Gambar 3.7. Sarana dan Prasarana ……………………………………………………… Bab III-12 Gambar 3.8. Inventarisasi Peralatan Berat ……………………………………………… Bab III-13 Gambar 3.9. Kronologi Pagu Direktorat Jenderal SDA TA 2016 ………………………... Bab III-14 Gambar 3.10. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan I ………. Bab III-15 Gambar 3.11. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan I ……………….……… Bab III-16 Gambar 3.12. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan I ………………….. Bab III-17 Gambar 3.13. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan II ……… Bab III-18 Gambar 3.14. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan II ……………………… Bab III-19 Gambar 3.15. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan II …………………. Bab III-20 Gambar 3.16. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan III ……... Bab III-21 Gambar 3.17. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan III …………………….. Bab III-22 Gambar 3.18. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan III ………….……... Bab III-23 Gambar 3.19. Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan IV ……... Bab III-24

Daftar Gambar

ix

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.20. Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan IV …………………….. Bab III-25 Gambar 3.21. Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan IV ………….……... Bab III-26 Gambar 4.1. Kurva S Progres Fisik Triwulan I …………………………………………… Bab IV-2 Gambar 4.2. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan I …………………………………... Bab IV-2 Gambar 4.3. Kurva S Progres Fisik Triwulan II …………………………………………... Bab IV-11 Gambar 4.4. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan II ………………………………….. Bab IV-13 Gambar 4.5. Kurva S Progres Fisik Triwulan III ………………………………………….. Bab IV-22 Gambar 4.6. Paket Kontraktual s.d Triwulan III …………………………………………. Bab IV-23 Gambar 4.7. Kurva S Progres Fisik Triwulan IV ………………………………………….. Bab IV-34 Gambar 4.8. Status Paket Kontraktual s.d Triwulan IV …………………………………. Bab IV-35 Gambar 4.9. Diagram Progres Keuangan dan Fisik Periode Tahun 2011-2016 …………. Bab IV-70 Gambar 4.10. Kurva S Rencana dan Realisasi Keuangan Tahun 2016 …………………… Bab IV-77 Gambar 4.11. Kurva S Rencana dan Realisasi Fisik Tahun 2016 ………………………….. Bab IV-77

Daftar Gambar

x

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air D.I Selinsing (Bendung Pice) Kepulauan Bangka Belitung

Rawa Simpang Puding, Jambi

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LaKIP) Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 disusun dalam rangka pemenuhan kewajiban atas mandat yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LaKIP Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 ini merupakan laporan kinerja Tahun kedua atas pelaksanaan rencana strategis Tahun 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Ditjen Sumber Daya Air, sebagai salah satu unit Eselon I didalamnya, merupakan pengelola sumber daya air yang bertugas dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta menyelenggarakan fungsi : 1. Perumusan kebijakan dibidang konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sumber air permukaan, dan pendayagunaan air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengelolaan sumber daya air. 4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pengelolaan sumber daya air. 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air. 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Laporan Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016, merupakan perwujudan transparansi dan akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya Air serta penggunaan anggarannya. Selain itu, Laporan Kinerja ini merupakan wujud

Ringkasan Eksekutif

xi

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dari kinerja dalam mendukung pencapaian visi dan misi Kementerian PUPR 2015-2019 , yaitu : “Terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam mendukung yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Untuk mewujudkan visi kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber Daya Air menjabarkan visi Kementerian PUPR tersebut ke dalam tujuan dan sasaran- sasaran program dan kegiatan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsinya. Dalam mencapai visi Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber Daya Air menetapkan 3 (tiga) tujuan yang akan dicapai dalam Tahun 2015-2019, yaitu : 1. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. 2. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan SDA untuk mengurangi disparitas pembanguan wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. 3. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur pekerjaaan umum dan perumahan rakyat bidang sumber daya air yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Untuk menunjang pencapaian tujuan strategis periode 2015-2019 tersebut disusunlah Peta Strategi Ditjen Sumber Daya Air yaitu 2 (dua) Sasaran Strategis, yaitu : 1. Meningkatnya dukungan untuk ketahanan air nasional, dengan indikator sasaran strategis “Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional”; dan 2. Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan indikator sasaran strategis “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi”. Untuk mewujudkan Sasaran Strategis tersebut, Ditjen Sumber Daya Air menetapkan 7 (tujuh) sasaran program yang menggambarkan kinerja Ditjen Sumber Daya Air yang akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran strategis.

Ringkasan Eksekutif

xii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air ditetapkan 7 (tujuh) sasaran program dengan 14 (empat belas) indikator kinerja beserta target outcome yang diharapkan, sebagai berikut : 1. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku, dengan indikator kinerja : a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target 6,27 m3/detik. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan target 0,92 m3/detik. c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target 60,92 m3/detik.

2. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air, dengan indikator kinerja :

a. Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target 52,87 juta m3.

b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target 6,23 juta m3. c. Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan target 3.432 juta m3.

3. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian daya rusak Air, dengan indikator kinerja :

a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan target 16.918,85 hektar.

4. Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA, dengan indikator kinerja :

a. Peningkatan indeks RBO, dengan target 2,48 Indeks.

5. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air, dengan indikator kinerja :

a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan target 20%.

6. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi, dengan indikator kinerja :

a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target 52.519 hektar. b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target 288.496 hektar. c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target 3.265.230,01 hektar.

Ringkasan Eksekutif

xiii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan, dengan target 12%.

7. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, dengan indikator kinerja : Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target 0,0 MW (tidak ada target outcome, baik dalam Renstra 2015-2019 maupun dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air.

Berdasarkan pengukuran capaian kinerja terhadap target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016, dari 7 (tujuh) sasaran program dengan 14 indikator kinerja didapati 4 (empat) indikator kinerja tidak tercapai, 9 (sembilan) indikator kinerja tercapai, dan 1 (satu) indikator kinerja tidak mempunyai target outcome, baik dalam Renstra 2015-2019 maupun dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air. Indikator kinerja yang tercapai, yaitu : 1) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula (100%); 2) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku (100%); 3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air (136,15%); 4) Peningkatan RBO Indeks (103,62%); 5) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonversi pada kawasan prioritas (100%); 6) Peningkatan layanan jaringan irigasi (100%); 7) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi (100,90%); 8) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi (100%); dan 9) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan (100%). Indikator kinerja tidak tercapai : 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku (83,65%); 2) Peningkatan kapasitas tampung sumber air (31,64%); 3) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air (69%); dan 4) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air (95,06%). Capaian kinerja Tahun 2015-2016 dibandingkan dengan target kinerja berdasarkan Renstra periode 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air, secara umum, tidak memuaskan atau kurang berhasil. Dari 14 (empat belas) indikator kinerja, hanya 5 (lima) indikator kinerja berhasil, dan 9 (sembilan) indikator lainnya tidak berhasil. Indikator kinerja yang berhasil, yaitu : 1) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan capaian 69,64 m3/detik lebih besar dari target Renstra 2015-2016 sebesar 57,88 m3/detik; 2) Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan capaian 1.028,73 juta m3, lebih besar dari target Renstra 2015-2019 sebesar 1.021,47 juta m3; 3) Peningkatan persentase kawasan lokasi yang

Ringkasan Eksekutif

xiv

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan capaian 40%, sesuai dengan target Renstra 2015-2016; 4) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi dengan capaian 3.581.530 hektar, lebih besar dari target Renstra 2015-2016 sebesar 3.345.174,05 hektar; dan 5) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan dengan capaian 12% sesuai dengan target Renstra 2015 – 2016. Indikator kinerja yang tidak berhasil, yaitu : 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan capaian 14,89 m3/detik, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 20,65 m3/detik; 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan capaian 9,12 m3/detik, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 9,90 m3/detik; 3) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan capaian 381,30 juta m3, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 1.143,20 juta m3; 4) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan capaian 12.679 juta m3, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 13.699,63 juta m3; 5) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan capaian 36.426,61 hektar, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 63.217,33 hektar; 6) Peningkatan indeks RBO, dengan capaian 2,57 Indeks, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 2,59 Indeks ; 7) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan capaian 234.536 hektar, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 426.245,16 hektar; 8) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan capaian 771.704,57 hektar, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 1.169.450,84 hektar; 9) Peningkatan potensi energi sumber air, dengan capaian Tahun lalu 111,84 MW, lebih kecil dari target Renstra 2015-2016 sebesar 113,19 MW. Dari hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran strategis, didapati bahwa capaian kinerja untuk indikator sasaran strategis “Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional” mencapai 42,90%, lebih tinggi dari target Sasaran Strategis dalam Renstra 2015-2019 sebesar 40,85%. Sedangkan capaian sasaran strategis untuk indikator “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” mencapai 53,14% lebih rendah dari target capaian Renstra 2015-2019 sebesar 53,93%. Prestasi capaian kinerja sasaran strategis Ditjen Sumber Daya Air dalam Tahun 2016 tidak terlepas dari dukungan dari komponen-kompenen input sebagai pendukung proses penyelenggaraan pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Komponen input dimaksud meliputi :

Ringkasan Eksekutif

xv

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

1. Sumber dana yang tersedia cukup memadai untuk menyelesaikan seluruh target output yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air. Pada Tahun anggaran 2016 Ditjen Sumber Daya Air, pada awal Januari 2016, mengelola APBN sebesar Rp. 30.427.440.685.000,- namun atas kebijakan pemerintah yang melakukan penghematan anggaran sehingga terjadi pemotongan/penghematan serta selfblocking terhadap alokasi DIPA Tahun 2016 yang mengalami penghematan sebesar Rp. 3,96 triliun, menjadi DIPA TA 2016 akhir menjadi Rp. 28.294.304.251.000,-. Realisasi penyerapan sampai dengan akhir Tahun 2016 mencapai 87,14% atau Rp. 24,656 T, lebih rendah dari rencana penyerapan sebesar 88,27%. Sehingga terdapat sisa anggaran yang tidak terserap sebesar Rp. 1,639 T atau 5,79 %. 2. Sumber daya manusia yang menjadi penangungjawab kegiatan-kegiatan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat BBWS/BWS cukup memadai dari sisi kemampuan dan keterampilan dalam mengelola anggaran dan kegiatan. Namun dalam hal ini dirasakan jumlah personil di tingkat BBWS/BWS yang memiliki latar belakang teknis lebih rendah sebanyak 2.279 orang atau 24,83% dibandingkan dengan personil dengan latar belakang pendidikan non-teknis sebanyak 6.899 orang (75,17%) dari total PNS 9.179 orang. 3. Adanya dukungan fasilitas berupa sarana kantor termasuk kelengkapan perkantoran, dan peralatan berat serta kendaraan operasional yang memadai yang mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

Secara umum, capaian kinerja pembangunan bidang sumber daya air pada Tahun 2016 dalam beberapa hal belum seperti yang diharapkan. Masih ditemui kendala, hambatan, dan permasalahan, baik dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal. Disamping berbagai keberhasilan yang telah dicapai, pembangunan sumber daya air dalam Tahun 2016 masih mengalami permasalahan, kendala dan hambatan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan fisik infrastruktur di lapangan. Kendala dan hambatan utama dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : 1. Kesiapan dokumen detail desain yang masih belum matang sehingga perlu dilakukan revisi, yang menyebabkan beberapa paket kegiatan tertunda pelelangan dan pelaksanaannya, antara lain : pembangunan Bendungan Rukoh

Ringkasan Eksekutif

xvi

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

(Prov. ), Pembangunan Jaringan irigasi DI Batang Asai (Prov. Sumatera Barat), Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Bayang (Prov. Sumatera Barat). 2. Keterlambatan pembebasan tanah untuk beberapa lokasi proyek, yang menyebabkan pelaksanaan fisik di lapangan tidak berjalan dengan baik dan tidak dapat mencapai target yang ditetapkan (antara lain : Bendungan Gongseng, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul, Bendungan Tapin dan Bendungan Lolak). 3. Proses pembebasan tanah yang memerlukan waktu cukup lama yang melibatkan instansi yang cukup banyak menyebabkan dana yang telah disediakan dalam DIPA Tahun 2016 tidak dapat terserap 100%. 4. Adanya kebijakan Pemerintah melalui Inpres No 4 Tahun 2016 dan Inpres No 8 Tahun 2016 berkaitan dengan penghematan anggaran pembangunan dan pemotongan pagu anggaran Ditjen Sumber Daya Air melalui selfblocking (sebesar Rp. 2,0 T), yang menyebabkan beberapa output terpaksa dikurangi sehingga tidak tercapainya outcome yang ditetapkan dalan Perjanjian Kinerja Tahun 2016. 5. Permasalahan pada kegiatan-kegiatan yang bersumber dari dana loan, antara lain : perubahan kebijakan World Bank pada Program WISMP 2 yang berkaitan dengan pemaketan dan lamanya persetujuan NOL pada BBWS Citarum menyebabkan 4 (empat) paket kegiatan tidak dapat dilaksanakan; Lender ADB, JICA, World Bank masih berkeberatan terkait penggunaan SPSE untuk pelaksanaan International Competitive Bidding (ICB).

Dalam upaya meminimalisir kendala dan hambatan yang menjadi faktor penyebab kegagalan dalam upaya pencapaian target output/outcome yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air, beberapa upaya dan tindaklanjut yang perlu dilakukan kedepan, antara lain : 1. Perlu dilakukan reviu Rencana Strategis Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019. 2. Penyiapan dokumen perencanaan teknis (Studi Kelayakan, AMDAL, DED, LARAP) secara lebih matang untuk pelaksanaan Tahun berikutnya. 3. Penyiapan lokasi lahan proyek lebih awal atau sebelum dilakukannya pelaksanaan kegiatan di lokasi yang direncanakan. 4. Penelitian lebih awal terhadap usulan-usulan kegiatan yang akan dikerjakan pada Tahun berikutnya, bukan saja terhadap alokasi dana yang akan diusulkan tetapi juga penelitian terhadap kesiapan proyek yang akan dibangun.

Ringkasan Eksekutif

xvii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

5. Membangun sistem informasi kinerja yang dilakukan melalui sistem aplikasi e- performance, dalam upaya pemantauan dan evaluasi capaian kinerja yang dihasilkan tiap unit kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. 6. Peningkatan kompetensi engineer/sarjana teknik sipil muda dalam pengelolaan proyek (project management). 7. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan pemangku kepentingan dan unsur keamanan serta penegak hukum dalam perencanaan maupun pelaksanaan proyek. 8. Perlu adanya ketentuan yang tegas dalam pelaksanaan pelelangan dengan menggunakan aplikasi SPSE baik yang bersumber dari dana APBN maupun yang bersumber sebagian atau seluruhnya dari dana loan.

Segala upaya perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja Ditjen Sumber Daya Air lebih meningkat lagi pada Tahun-Tahun mendatang. Capaian IKU yang masih dibawah target terus dilakukan evaluasi dan action plan yang relevan. Diharapkan dengan menggunakan sistem manajemen perencanaan atau e- programming dapat meningkatkan kualitas manajemen perencanaan penganggaran berbasis kinerja. Diharapkan output dan outcome yang dihasilkan akan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dari pemanfaatan suplai air untuk pertanian lahan beririgasi dan meningkatkan akses yang lebih banyak untuk memperoleh air baku bagi pelanggan, serta keamanan lingkungan dari terjadinya bencana banjir. Secara nasional, output yang dihasilkan akan menambah dukungan terhadap meningkatnya dukungan untuk ketahanan air nasional dan meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dimana muaranya adalah mendukung Program NAWACITA, terutama Agenda Prioritas “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.

Ringkasan Eksekutif

xviii

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Peningkatan Penyediaan Air Baku Kolong Sei Bati – Dang Merdu – Kodim Kabupaten Karimun

Rawa Simpang Puding, Jambi Bab I Pendahuluan

BAB IV 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas yang sangat strategis dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur khususnya dalam bidang sumber daya air. Ditjen Sumber Daya Air, sebagai salah satu unit Eselon I didalamnya merupakan pengelola sumber daya air yang bertugas dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Peran infrastruktur bidang sumber daya air sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur bidang sumber daya air juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global. Pelaksanaan program pengelolaan sumber daya air tahun 2016 merupakan pelaksanaan tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019. Dalam upaya meningkatkan peran strategis bidang sumber daya air, Rencana Strategis Ditjen Sumber Daya Air tahun 2015-2019 telah menetapkan sasaran program dalam mendukung sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun anggaran 2016 untuk sektor sumber daya air, yang meliputi : 1) Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, 2) Meningkatkan kapasitas tampung sumber-sumber air, 3) Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air, 4) Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, 5) Meningkatnya Kinerja BAB I Pendahuluan

I-1

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air layanan irigasi, 6) Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, 7) Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air.

Dalam rangka mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional atau NAWACITA, yakni butir 7 dari NAWACITA : “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”, Ditjen Sumber Daya Air menyiapkan program strategis dalam periode 2015- 2019 (secara skematik disajikan dalam Gambar 1.1) yang meliputi: a. Pembangunan 65 bendungan. b. Pembangunan Irigasi Baru 1 juta hektar. c. Rehabilitasi irigasi 3 juta hektar. d. Penyediaan air baku 67,52 m3/detik. e. Pengendali banjir 3.000 km. f. Pengamanan abrasi pantai 500 km. g. Pengendali lahar 300 buah.

Pencapaian sasaran prioritas nasional dan strategis tentunya tidak mudah, karena kebijakan, program dan kegiatan yang disusun harus mampu menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis pembangunan sektor sumber daya air saat ini, meliputi : 1) Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan ketahanan energi; dan 2) Meningkatnya ketahanan air nasional. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara dalam pembangunan dan pengelolaan sektor sumber daya air tersebut, Ditjen Sumber Daya Air dituntut untuk dapat melaksanakannya dengan prudent, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

BAB I Pendahuluan

I-2

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 1.1 Program Strategis Ditjen SDA 2015-2019 dalam Mendukung Nawacita

BAB I Pendahuluan

I-3

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016 dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian PUPR. LaKIP ini sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan Kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan Kinerja Ditjen Sumber Daya Air. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, dokumen LAKIP tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

1.2 Kondisi Umum

Pembangunan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat kedaulatan pangan, ketahanan air dan kedaulatan energi serta peningkatan daya saing di dunia internasional. Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah.

Ke depan, tuntutan dan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi begitu cepat, menjadi tantangan pembangunan infrastruktur, antara lain :

a. Adanya tuntutan peningkatan daya saing global, kualitas hidup manusia, dan kemandirian ekonomi, disparitas antar wilayah. BAB I Pendahuluan

I-4

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Perubahan dasar hukum pelaksanaan pengelolaan SDA sebagai tindak lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. c. Target kinerja yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal SDA meningkat 3 kali lipat. d. Perubahan struktur organisasi, baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun di lngkungan Direktorat Jenderal SDA. e. Restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada anggaran berbasis kinerja yang sasaran kinerjanya disusun berdasarkan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) yang diselaraskan dengan perubahan struktur organisasi dalam rangka pencapaian target kinerja oleh seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal SDA.

Hingga tahun 2014, telah dilaksanakan berbagai langkah kebijakan, dengan capaian sasaran-sasaran strategis meliputi : 1. Peningkatan dukungan terhadap ketahanan air melalui peningkatan kapasitas tampung; peningkatan layanan air baku; dan peningkatan pengendalian daya rusak air; 2. Peningkatan dukungan kedaulatan pangan melalui peningkatan layanan irigasi. 3. Peningkatan dukungan kedaulatan energi melalui pembangunan bendungan yang berpotensi sebagai sumber energi. 4. Peningkatan keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA.

1.2.1 Peningkatan Dukungan Ketahanan Air

Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan untuk ketahanan air nasional diperkirakan baru mencapai 28,95%, dan sampai dengan tahun 2015 mencapai 39,74%, melalui pencapaian 3 (tiga) indikator, yaitu :

A. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Kebutuhan Sehari-hari. Dalam upaya meningkatkan layanan air baku bagi kebutuhan rumah tangga, industri, dan perkotaan, sampai dengan 2014 telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 51,44 m3/detik atau 66,35% dari BAB I Pendahuluan

I-5

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari. Angka diatas belum memenuhi target kapasitas yang direncanakan yakni sebesar 56,00 m3/detik, sehingga terdapat defisit sebesar 4,56 m3/detik. Sedangkan sampai dengan tahun 2015, telah dibangun jaringan air baku dengan kapasitas layanan 60,18 m3/detik atau 70,70% dari pemenuhan kebutuhan air baku untuk sehari-hari, dimana terdapat penambahan sebesar 8,74 m3/detik pada tahun 2015.

B. Peningkatan Kapasitas tampung Per Kapita Indonesia memiliki total potensi air sebesar ± 3,9 trilyun m3 per tahun, namun hingga tahun 2014 baru ± 12,68 milyar m3 atau 50 m3 per kapita per tahun yang dapat dikelola melalui tampungan bendungan sebanyak 208 bendungan (178 bendungan diantaranya dikelola oleh Kementerian PUPR), dimana angka ini hanya 2,5% dari angka ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Pembangunan tampungan lainnya adalah berupa embung /situ/bangunan penampung air lainnya. Hingga tahun 2014 telah terbangun 1.332 buah embung/situ/bangunan penampung air lainnya. Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal SDA melanjutkan pembangunan bendungan sebanyak 16 bendungan dan 13 bendungan baru. Dari total 29 bendungan 5 bendungan diantaranya selesai dibangun dan beroperasi dengan total tambahan tampungan sebanyak 1,012 milyar m3 sehingga diperoleh ±54 m3 per kapita per tahun atau 2,67% dari ideal tampungan per kapita di suatu negara (1.975 m3 per kapita per tahun). Dengan demikian, hingga tahun 2015, total bendungan di Indonesia adalah 213 bendungan (183 bendungan diantaranya dikelola Kementerian PUPR) dengan total kapasitas tampung adalah 13,704 milyar m3, yang dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, serta sebagian untuk PLTA. Selain bendungan, tahun 2015 juga dibangun sebanyak 364 embung.

C. Peningkatan Layanan Infrastruktur Pengendali Daya Rusak Air Hingga tahun 2014 sudah dibangun ± 1.447 km prasarana pengendali banjir atau melindungi sekitar 36.199 hektar (LAKIP 2014) atau sekitar 18% dari 200 ribu hektar yang harus dilindungi melalui pembangunan : BAB I Pendahuluan

I-6

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1) Pengendalian banjir yang terdiri dari pembangunan 1.450 km dan rehabilitasi bangunan pengendali banjir 1.100 km. 2) Pengendalian sedimen dan lahar yang terdiri dari pembangunan pengendali lahar 150 buah dan rehabilitasi bangunan pengendali lahar 140 buah. 3) Pengaman pantai yang terdiri dari pembangunan 270 km dan rehabilitasi bangunan pengaman pantai 20 km.

Pada tahun 2015, Ditjen Sumber Daya Air telah membangun 304,36 km bangunan pengendali banjir, melakukan rehabilitasi terhadap 135,78 km bangunan pengendali banjir, membangun 52 buah pengendali lahar, rehabilitasi 21 buah pengendali lahar, membangun 66,88 km bangunan pengaman pantai dan rehabilitasi 0,92 km bangunan pengaman pantai. Infrastruktur pengendali banjir yang dibangun tersebut mampu melindungi kawasan seluas 20.344 hektar atau sekitar 26,12% dari 200 ribu hektar kawasan yang harus dilindungi.

1.2.2 Peningkatan Dukungan Kedaulatan Pangan

Hingga tahun 2014, peningkatan dukungan kedaulatan pangan diperkirakan baru mencapai 45,83% (Renstra 2015-2015 Direktorat Jenderal SDA) melalui pencapaian indikator peningkatan layanan air baku untuk irigasi. Hingga tahun 2014, sasaran strategis kegiatan irigasi dan rawa yang telah dicapai meliputi : a. Pembangunan jaringan irigasi permukaan dengan target mengairi 425.000 ha daerah irigasi, telah tercapai bahkan melebihi target, yakni 429.739 ha. b. Pembangunan jaringan irigasi rawa dan jaringan irigasi air tanah dengan target 237.000 hektar, berhasil mencapai 216.406 hektar. c. Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan dengan target mengairi 1.700.000 hektar daerah irigasi telah berhasil mencapai 2.021.439 hektar. d. Rehabilitasi jaringan irigasi rawa dan jaringan irigasi air tanah dengan target 663.000 hektar, dan berhasil melebihi target, yakni mencapai 697.568 hektar. Pada tahun 2015, pembangunan jaringan irigasi permukaan tercapai mengairi 135.900 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan mencapai

BAB I Pendahuluan

I-7

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air luas 330.778 hektar. Sedangkan pembangunan jaringan irigasi rawa tercapai seluas 41.314 hektar dan Rehabilitasi jaringan irigasi rawa mencapai 133.291 hektar. Pembangunan jaringan irigasi tambak mencapai 9.216 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak mencapai 32.575 hektar. Secara total tambahan dukungan layanan kebutuhan air baku untuk irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi seluas 182.017 hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 480.534 hektar.

1.2.3 Peningkatan Dukungan Kedaulatan Energi

Hingga tahun 2014, dari 208 bendungan yang ada di Indonesia, terdapat potensi sumber energi sekitar 8.653 MW. Sedangkan pada tahun 2015, dengan terselesaikannya 5 (lima) bendungan baru terdapat tambahan sumber energi sebesar 111,84 MW, sehingga sampai dengan tahun 2015 tersedia potensi sumber energi sebesar 8.764,84 MW.

1.2.4 Peningkatan Keberlanjutan Fungsi Infrastruktur SDA

Guna menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA, dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) seluruh infrastruktur SDA yang telah dibangun. Hingga tahun 2015, pelaksanaan kegiatan op meliputi : a. OP jaringan irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air tanah seluas 3.581.760 hektar. b. OP waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya sebanyak 1.298 buah, terdiri dari 211 bendungan dan 1.087 embung/situ/bangunan penampung air lainnya, dengan total tampungan 12,679 milyar m3. c. OP sarana dan prasarana air baku dengan kapasitas 69,64 m3/detik. d. OP sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 2.490 km, OP sarana dan prasarana pengendali sedimen/lahar gunung berapi sebanyak 267 buah, serta OP sarana dan prasarana pengaman pantai sepanjang 116,22 km.

BAB I Pendahuluan

I-8

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1.3 Potensi dan Permasalahan 1.3.1 Potensi

Ketersediaan air di Indonesia mencapai 3,90 trilyun m3/tahun, namun yang dapat dimanfaatkan baru sekitar 691,30 juta m3/tahun (sekitar 17,69%). Dari air yang dapat dimanfaatkan tersebut hanya sekitar 25,30% yang sudah termanfaatkan, utamanya sekitar 80,50% untuk memenuhi kebutuhan irigasi, sedangkan sisanya untuk kebutuhan domestik, perkotaan, dan industri. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada air cukup besar yang belum termanfaatkan. Namun di sisi lain, ketersediaan air tersebut juga tidak merata. Pulau Kalimantan merupakan pulau dengan ketersediaan air terbesar (33,60%), sedangkan Pulau Jawa (4,20%) dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia memiliki ketersediaan air terkecil setelah Bali dan Nusa Tenggara (7,70%). Selain untuk pemanfaatan domestik, perkotaan, dan industri, air juga dimanfaatkan sebagai sumber energi. Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2015-2034, pada tahun 2019 diperkirakan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia mencapai 347 TWh dengan konsumsi mencapai 1.293 kWh per kapita. Sementara, hingga 2014, total kapasitas terpasang pembangkit nasional adalah sebesar 53.065 MW, diantaranya adalah sumber energi terbarukan dari sumber daya air, yang meliputi : Pembangkit Listrik Tenaga Air/PLTA (5.059 MW); Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/PLTM (140 MW), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (30 MW). Pengembangan bendungan di Indonesia yang dilaksanakan saat ini berpotensi untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Beberapa waduk yang berpotensi dikembangkan PLTA yaitu Waduk Karian (Kab Lebak), Jatigede (Kab Sumedang), Jatibarang (Kota Semarang), Bajulmati (Kab Banyuwangi), Bendo (Kab Ponorogo), Lolak (Kab Bolaang Mongondouw), Kuwil (kab Minahasa Utara), Karalloe (Kab Gowa), Tugu (Kab Trenggalek), Titab (Kab Buleleng) dan Marangkayu (Kab Kukar). Potensi sumber energi lainnya dalam bentuk kecil adalah pengembangan PLTMH yang sesuai untuk kawasan pelosok di Indonesia. Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Energi Terbarukan (RIPEBAT) 2010 – 2025 (Kementerian ESDM), terdapat 6 provinsi yang potensi tenaga BAB I Pendahuluan

I-9

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air airnya besar untuk dimanfaatkan menjadi PLTMH, diantaranya Papua, meliputi sungai Mamberamo, Derewo, Ballem, Tuuga, Wiriagar/Sun, Kamundan, dan Kladuk dengan total potensi mencapai 12.725 MW. Potensi terbesar lainnya yaitu Kalimantan Timur, meliputi Sungai Kerayan, Mentarang, tugu, Mahakam, Boh, Sembakung, dan Kelai dengan total potensi mencapai 6.743 MW. Empat provinsi lain yang memiliki potensi adalah Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Biaya operasional PLTMH relatif lebih murah dibandingkan sumber energi lainnya. Hingga tahun 2034, pengembangan tenaga listrik diperkirakan membutuhkan pendanaan sekitar Rp. 325.464 juta USD untuk pembangkit.

1.3.2 Permasalahan Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengelolaan SDA ke depan, antara lain : a. Kerusakan Jaringan Irigasi Dari 7,15 juta hektar areal irigasi yang telah dibangun, hanya sekitar 11% (±760 hektar) yang ketersediaan airnya dapat dijamin melalui bendungan, sedangkan sisanya masih mengandalkan debit sungai atau mata air (free intake). Sebagian jaringan irigasi tidak berfungsi optimal akibat bencana alam serta belum lengkapnya sistem jaringan irigasi. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian produktif semakin tinggi, pada kurun waktu 2006-2013 mencapai 100-110 ribu hektar per tahun. Pengembangan lahan rawa sebagai alternatif lahan irigasi baru masih terbatas. Di sisi lain, penggunaan air irigasi cenderung boros karena rendahnya efisiensi. Keterbatasan pendanaan serta masih rendahnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia menyebabkan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu, partisipasi masyarakat petani dan kinerja kelembagaan pengelolaan irigasi belum optimal. Luas daerah irigasi di Indonesia sekitar 7,15 juta hektar, dengan 46% diantaranya dalam kondisi rusak. Kerusakan terbesar pada jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Daerah. Lebih dari 50% jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Daerah mengalami kerusakan. Di sisi lain, pembangunan jaringan irigasi baru relatif sulit dilakukan, karena keterbatasan ketersediaan lahan dan petani. BAB I Pendahuluan

I-10

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Layanan air baku yang belum optimal Suplai air baku semakin terbatas akibat menurunnya debit pada sumber- sumber air dan tingginya laju sedimentasi pada tampungan-tampungan air, seperti bendungan, embung, danau, dan situ. Selain itu kualitas air semakin rendah akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan sumber-sumber air lainnya. Di sisi lain, kebutuhan air baku smeakin meningkat akibat pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri, berkembangnya aktifitas manusia, dan tidak efisiennya pola pemanfaatan air. Rendahnya ketersediaan prasarana air baku, terutama di pedesaan, daerah terpencil, kawasan perbatasan, kawasan pariwisata, dan pulau-pulau terdepan meneybabkan tingginya eksploitasi air tanah yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga menyebabkan land subsidence dan intrusi air laut. c. Banjir dan Kekeringan Frekuensi dan intensitas bencana banjir, kekeringan dan abrasi pantai meningkat, akibat kerusakan daerah tangkapan air dan perubahan iklim seperti terjadi pada DAS , Citarum, dan Bengawan Solo. Tahun 2006 bencana banjir terjadi sebanyak 319 dan meningkat menjadi 1.015 pada tahun 2012. Angka ini terus mengalami penurunan hingga tahun 2015 kejadian banjir sebanyak 290. Penanganan banjir di kota-kota besar juga masih perlu dioptimalkan, seperti : , bandung, Surabaya, Solo, Medan, Padang, Pekanbaru, Jambi, Bandar , Pontianak, dll. Banjir di kawasan perkotaan tersebut disebabkan oleh buruknya sistem drainase mikro dan pembuangan sampah di badan sungai. Penambangan bahan mineral yang tidak terkendali di beberapa sungai memicu terjadinya degradasi dasar sungai serta erosi tebing sungai. Di sisi lain, tidak meratanya distribusi dan pola hujan di Indonesia menyebabkan beberapa wilayah mengalami kekeringan, seperti di Provinsi NTT dan NTB. Pada daerah-daerah tersebut perlu dibangun tampungan-tampungan air skala kecil sehingga air tetap ada pada saat musim kemarau.

BAB I Pendahuluan

I-11

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Alih fungsi lahan, khususnya pada kawasan tangkapan air (hulu) yang menyebabkan kerusakan DAS juga berkontribusi pada kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan yang mengakibatkan banjir dan musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan. Hal lain yang menjadi penyebab bencana ini adalah perubahan iklim yang mengakibatkan perubahan pola hujan di Indonesia, perubahan suhu permukaan wilayah daratan, kenaikan suhu permukaan laut, kenaikan tinggi muka air laut dan trend kejadian cuaca dan iklim ekstrim. Peningkatan erosi pada daerah hulu yang mengakibatkan sedimentasi di hilir juga menjadi penyebab banjir karena kapasitas sungai di hilir menjadi berkurang. d. Pelaksanaan Operasi Pemeliharaan yang belum optimal Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA antara lain disebabkan oleh manual OP yang belum seluruhnya tersedia, kurangnya fasilitas OP, kurangnya kesiapan kelembagaan dan personil pelaksana OP, belum seluruhnya pedoman dan Angka Kebutuhan Nyata OP (AKNOP) tersedia, dan keterbatasan penganggaran kegiatan OP sesuai dengan AKNOP. Hal ini mengakibatkan belum semua infrastruktur SDA di-OP secara mantap, menyebabkan umur fungsional infrastruktur tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Kerusakan yang terjadi pun, jika tidak cepat tertangani menyebabkan kebutuhan akan rehabilitasi meningkat dan hal ini membutuhkan dana yang lebih besar dari pelaksanaan OP itu sendiri. e. Keterpaduan Pengelolaan SDA Pelaksanaan pengelolaan SDA secara terpadu sebagaimana prinsip Integrated Water Resources Management (IWRM), belum terlaksana secara optimal. Beberapa isu yang masih harus dihadapi terkait pengelolaan SDA secara terpadu dan menyeluruh, antara lain : 1) Koordinasi antar instansi, antar pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota), dan antar pemilik kepentingan belum optimal akibat pendekatan yang bersifat sektoral dan pembagian urusan/tanggung jawab masih tumpang tindih dan kurang jelas.

BAB I Pendahuluan

I-12

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 2) Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air masih rendah, karena kurangnya pemahaman atas fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan dari air. 3) Kelembagaan pengelolaan SDA baik ditingkat pusat (Direktorat Jenderal SDA, BBWS/BWS), ditingkat daerah (Dinas, Balai Provinsi, Balai Kabupaten), hingga ditingkat unit khusus (PJT, pengelola irigasi, pengelola bendungan) perlu ditata dan diperkuat untuk mencapai pemisahan fungsi yang jelas dengan tetap saling bersinergi antarfungsi. 4) Pendanaan yang tidak konsisten dan berkelanjutan menyebabkan ketidakpastian akan pelaksanaan pengelolaan SDA yang berkelanjutan. Keterbatasan pendanaan menuntut adanya penetapan skala prioritas berdasarkan urgensi dan kesiapan pelaksanaan serta terbatasnya pendanaan dari APBN yang memerlukan pembiayaan dari pemegang izin (Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air/BJPSDA). 5) Pengelolaan data dan informasi SDA perlu ditingkatkan keakuratannya sehingga dapat menjadi dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan yang efisien dan tepat sasaran. 6) Pasca pembatalan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi , pengelolaan SDA kembali mengacu pada UU No 11 tahun 1974 tentang pengairan. Praktek pengelolaan SDA yang selama ini mengacu pada UU no 7 tahun 2004 perlu segera direview dan diberikan payung hukumnya sementara Rancangan UU pengganti akan disusun, dengan pertimbangan bahwa pelayanan kepada masyarakat harus tetap berjalan, lembaga pengelolaan yang sudah ada saat ini harus tetap ada, dan kesepakatan/kontrak dengan pihak ketiga harus tetap berjalan sampai akhir kontrak. 7) Penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA pada masing-masing WS masih perlu percepatan. Hingga tahun 2015, dari 64 WS kewenangan Pusat sudah ada 44 pola Pengelolaan SDA WS Kewenangan pusat yang ditetapkan oleh Menteri PUPR, sedangkan sisanya 5 Pola masih dalam proses penetapan dan 12 Pola masih dalam proses perbaikan. Adapun 3 pola untuk WS yang baru menjadi

BAB I Pendahuluan

I-13

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air kewenangan pusat berdasarkan Permen PUPR No. 4/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan WS masih belum disusun. Sementara Rencana Pengelolaan SDA WS yang sudah ditetapkan 1 (satu) buah yaitu Rencana PSDA WS Bengawan Solo, sedangkan 6 Rencana masih dalam proses penetapan, 48 Rencana masih dalam proses perbaikan, dan sisanya 9 Rencana masih dalam proses penyusunan termasuk 3 Rencana untuk WS baru. 8) Adanya keterpaduan dengan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Berdasarkan Menteri PUPR No. 13.1/PRT/M/2015 telah ditetapkan 35 WPS yang menjadi panduan keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR, baik antar eselon I di Lingkungan Kementerian PUPR maupun antar K/L terkait. Dengan adanya keterpaduan pembangunan infrastruktur di dalam 1 WPS dapat menjadi pengungkit ekonomi yang bersinergi dengan potensi dan kekurangan wilayah tersebut serta selaras dengan kelestarian lingkungan.

1.4 Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah ditetapkan Tugas dan Fungsi unit-unit kerja di lingkup Ditjen Sumber Daya Air yang merupakan unsur pelaksana pemerintahan, dipimpin oleh Menteri PUPR yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Ditjen Sumber Daya Air mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan dibidang konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada

BAB I Pendahuluan

I-14

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sumber air permukaan, dan pendayagunaan air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengelolaan sumber daya air. d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pengelolaan sumber daya air. e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air. f. Pelaksanaan administrasi Ditjen Sumber Daya Air. g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

1.5 Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Ditjen Sumber Daya Air tersebut terdiri dari unit- unit sebagai berikut : a. Sekretariat Direktorat Jenderal. b. Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air. c. Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air. d. Direktorat Sungai, dan Pantai. e. Direktorat Irigasi dan Rawa. f. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan. Serta Pusat-pusat yang berada di bawah koordinasi Ditjen Sumber Daya Air, yaitu : g. Pusat Bendungan. h. Pusat Air Tanah dan Air Baku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No : 20/PRT/M/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, untuk mendukung tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya Air dalam pengelolaan wilayah sungai telah dibentuk 12 (dua belas) Balai Besar Wilayah

BAB I Pendahuluan

I-15

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Sungai (BBWS Tipe A dan B), 21 (dua puluh satu) Balai Wilayah Sungai (BWS Tipe A dan B), Balai Bendungan, dan Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6 Struktur Organisasi

Bagan struktur organisasi dari Ditjen Sumber Daya Air dan struktur organisasi Balai Besar/Balai Wilayah Sungai serta Balai Bendungan dapat dilihat pada Gambar 1.2 sampai Gambar 1.6 dibawah ini :

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Ditjen Sumber Daya Air

BAB I Pendahuluan

I-16

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 1.3 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A

BAB I Pendahuluan

I-17

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 1.4 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B

BAB I Pendahuluan

I-18

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Struktur Organisasi BWS Tipe A

Struktur Organisasi BWS Tipe B

Gambar 1.5 Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A dan B

BAB I Pendahuluan

I-19

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 1.6 Struktur Organisasi Balai Bendungan

1.6.1 Sekretariat Direktorat Jenderal

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur organisasi di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana. b. Pelaksanaan urusan administrasi keuangan, tata usaha, dan rumah tangga Direktorat Jenderal. c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam penyusunan laporan akuntansi dan laporan barang milik negara. d. Pelaksanaan kebijakan pengendalian internal dan administrasi perbendaharaan dan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak. e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi advokasi hukum serta penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat Jenderal. f. Pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal. g. Pelaksanaan fasilitasi lahan.

BAB I Pendahuluan

I-20

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri dari : a. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tatalaksana. b. Bagian Keuangan dan Umum. c. Bagian Hukum dan Komunikasi Publik. d. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara dan Fasilitasi Lahan. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.2 Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air

Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan jaringan sumber daya air. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama. c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama. d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama. e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan perencanaan sumber daya air, keterpaduan pemrograman, evaluasi dan manajemen mutu, sistem informasi dan data sumber daya air, dan kerjasama. f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.

BAB I Pendahuluan

I-21

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air terdiri dari : a. Subdirektorat Perencanaan Sumber Daya Air. b. Subdirektorat Keterpaduan Pemrograman. c. Subdirektorat Evaluasi dan Manajemen Mutu. d. Subdirektorat Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air. e. Subdirektorat Kerja Sama. f. Subbagian Tata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.3 Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air

Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air melaksanakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan sumber daya air. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan SDA. c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan sumber daya air. d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan sumber daya air. e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan lingkungan sumber daya air. f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.

Struktur Organisasi Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air terdiri dari : a. Subdirektorat Perencanaan Wilayah Sungai.

BAB I Pendahuluan

I-22

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Subdirektorat Pengaturan Dan Pemantauan. c. Subdirektorat Kelembagaan. d. Subdirektorat Pemanfaatan Sumber Daya Air. e. Subdirektorat Hidrologi dan Lingkungan Sumber Daya Air. f. Subbagian Tata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.4 Direktorat Sungai dan Pantai

Direktorat Sungai Dan Pantai mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perencanaan, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Sungai Dan Pantai menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. c. Penyusunan perencanaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. d. Pembinaan pengelolaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. e. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama perkotaan. f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat. Direktorat Sungai dan Pantai terdiri dari : a. Subdirektorat Perencanaan. b. Subdirektorat Sungai Wilayah Barat. c. Subdirektorat Sungai Wilayah Timur. d. Subdirektorat Pantai. e. Subdirektorat Bimbingan Teknik. f. Subbagian Tata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional. BAB I Pendahuluan

I-23

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1.6.5 Direktorat Irigasi dan Rawa

Direktorat Irigasi dan Rawa mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perencanaan, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi dan rawa. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Irigasi dan Rawa menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria irigasi dan rawa. b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada irigasi dan rawa. c. Penyusunan perencanaan irigasi dan rawa. d. Pembinaan pengelolaan irigasi dan rawa. e. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada irigasi dan rawa. f. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Direktorat.

Direktorat Irigasi dan Rawa terdiri dari : a. Subdirektorat Perencanaan. b. Subdirektorat Irigasi Wilayah Barat. c. Subdirektorat Irigasi Wilayah Timur. d. Subdirektorat Rawa. e. Subdirektorat Bimbingan Teknik. f. Subbagian Tata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.6 Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan

Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan mempunyai tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan operasi dan pemeliharaan, penanggulangan darurat akibat bencana, dan fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan

BAB I Pendahuluan

I-24

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan op sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan perencanaan, penanggulangan darurat akibat bencana, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai dan pantai, irigasi dan rawa, bendungan dan danau, serta fasilitasi jaringan sumber daya air daerah. f. Pembinaan pelaksanaan penyusunan rencana penyediaan air tahunan prediktif, penilaian kesiapan operasi dan pemeliharaan, pelaksanaan verifikasi alokasi air, pengelolaan peralatan, dan fasilitasi pendukung penanggulangan darurat akibat bencana serta penyiapan fasilitas pendukung operasi dan pemeliharaan sumber daya air. g. Pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pelaksanaan op. h. Pembinaan teknis pengelolaan sumber daya air kepada badan usaha. i. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan terdiri dari : a. Subdirektorat Perencanaan Operasi dan Pemeliharaan. b. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Sungai dan Pantai. c. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi dan Rawa. d. Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Bendungan dan Danau. e. Subdirektorat Fasilitasi Jaringan Sumber Daya Air Daerah. f. Subbagian Tata Usaha.

BAB I Pendahuluan

I-25

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air g. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.7 Pusat Bendungan

Pusat Bendungan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pembinaan pelakasanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perencanaan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1363, Pusat Bendungan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanan norma, standar, prosedur, dan kriteria bendungan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air. b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada bendungan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air. c. Penyusunan perencanaan bendungan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air. d. Pembinaan pengelolaan bendungan, danau, situ, dan embung, serta konservasi fisik sumber daya air. e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.

Pusat Bendungan terdiri atas : a. Bagian Perencanaan dan Tata Usaha. b. Bidang Bendungan Wilayah Barat. c. Bidang Bendungan Wilayah Timur. d. Bidang Danau, Situ, Embung. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.8 Pusat Air Tanah dan Air Baku

Pusat Air Tanah Dan Air Baku mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, perencanaan dan konservasi air tanah dan air baku. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 1382, Pusat Air Tanah Dan Air Baku menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan dan pembinaan pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria air tanah dan air baku, serta konservasi air tanah dan air baku.

BAB I Pendahuluan

I-26

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Penilaian kesiapan pelaksanaan kegiatan pada air tanah dan air baku, serta konservasi air tanah dan air baku. c. Penyusunan perencanaan air tanah dan air baku, serta konservasi air tanah dan air baku. d. Pembinaan pengelolaan air tanah dan air baku, serta konservasi ATAB. e. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.

Pusat Air Tanah dan Air Baku terdiri atas : a. Bagian Perencanaan dan Tata Usaha. b. Bidang Air Tanah Dan Air Baku Wilayah Barat. c. Bidang Air Tanah Dan Air Baku Wilayah Timur. d. Bidang Konservasi Air Tanah Dan Air Baku. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.9 Balai Bendungan

Balai Bendungan adalah Unit Pelaksanaan Teknis di bidang Keamanan Bendungan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Balai Bendungan dibentuk dengan persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor: B/2427/M.Pan/10/2006 tanggal 13 Oktober 2006. Menurut Permen PUPR No. 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis, Balai Bendungan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penyiapan bimbingan teknis bendungan serta pemantauan perilaku bendungan kepada Komisi Keamanan Bendungan dimana Direktur Jenderal Sumber Daya Air sebagai ketua Komisi (Peraturan Menteri PU No. 72/PRT/M/1997 tentang Keamanan Bendungan). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Balai Bendungan menyelenggarakan fungsi : a. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyusunan program. b. Pengkajian bendungan untuk mendapatkan persetujuan. c. Inspeksi berkala dan luar biasa. d. Pelaksanaan analisa perilaku bendungan. e. Penyiapan bimbingan teknis bendungan.

BAB I Pendahuluan

I-27

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air f. Pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak pemilik bendungan. g. Penyebarluasan dan pemberian bimbingan bendungan. h. Penyusunan peraturan, pedoman, petunjuk teknis bendungan. i. Inventarisasi, registrasi dan klarifikasi bahaya bendungan. j. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik negara, dan k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Struktur Organisasi Balai Bendungan terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha. b. Seksi Program dan Evaluasi. c. Seksi Pemantauan Bendungan. d. Seksi Kajian Bendungan, Data dan Informasi. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.10 Balai Besar Wilayah Sungai

Balai Besar Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis dibidang konservasi sumber daya air, pembangunan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengembalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ditjen SDA. Tugas dan fungsi Balai Besar Wilayah Sungai ditetapkan melalui Permen PUPR No 20/PRT/M/2016. Dalam menjalankan tugasnya Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tanggung jawab dalam bidang pengelolaan drainase utama perkotaan, serta pendetailan fungsi BBWS terkait pengelolaan drainase utama perkotaan, penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan SMK3, penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis, penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja balai. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Balai Besar Wilayah Sungai menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai. b. Penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.

BAB I Pendahuluan

I-28

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air c. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan/penerapan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air. d. Penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis/ desain/ pengembangan sumber daya air. e. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan pemenang selaku Unit Layanan Pengadaan (ULP). f. Penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). g. Pengelolaan SDA yang meliputi konservasi SDA, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. h. Pengelolaan drainase utama perkotaan. i. Pengelolaan sistem hidrologi. j. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air. k. Pelaksanaan OP sumber daya air pada wilayah sungai. l. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota. m. Penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin penggunaan sumber daya air dan izin pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai. n. Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai. o. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. p. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik negara selaku Unit Akuntansi Wilayah. q. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air (BJP Sumber Daya Air) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. r. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta komunikasi publik. s. Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja Balai, dan t. Menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber daya air dan penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.

BAB I Pendahuluan

I-29

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai terdiri dari 2 (dua) tipe : a. Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A. b. Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B.

Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe A, terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha. b. Bidang Program dan Perencanaan Umum. c. Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air. d. Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air. e. Bidang Operasi dan Pemeliharaan. f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Tipe B terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha. b. Bidang Program dan Perencanaan Umum. c. Bidang Pelaksanaan. d. Bidang Operasi dan Pemeliharaan. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.11 Balai Wilayah Sungai

Balai Wilayah Sungai adalah unit pelaksana teknis dibidang konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Tugas dan fungsi Balai Wilayah Sungai ditetapkan melalui Permen PUPR No. 20/PRT/M/2016. Dalam menjalankan tugasnya Balai Wilayah Sungai mempunyai tanggung jawab dalam bidang pengelolaan drainase utama perkotaan, serta pendetailan fungsi BWS terkait pengelolaan drainase utama perkotaan, penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan SMK3, penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis, penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja balai. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Balai Wilayah Sungai menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.

BAB I Pendahuluan

I-30

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai. c. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan/penerapan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air. d. Penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis/ desain/ pengembangan sumber daya air. e. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan pemenang selaku Unit Layanan Pengadaan (ULP). f. Penyelenggaraan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). g. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. h. Pengelolaan drainase utama perkotaan. i. Pengelolaan sistem hidrologi. j. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air. k. Pelaksanaan OP sumber daya air pada wilayah sungai. l. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota. m. Penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin penggunaan sumber daya air dan izin pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai. n. Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai. o. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. p. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik negara selaku Unit Akuntansi Wilayah. q. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air (BJP Sumber Daya Air) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. r. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta komunikasi publik. s. Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja Balai, dan

BAB I Pendahuluan

I-31

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air t. Menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber daya air dan penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.

Balai Wilayah Sungai terdiri dari 2 (dua) Tipe : a. Balai Wilayah Sungai Tipe A. b. Balai Wilayah Sungai Tipe B.

Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe A terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha. b. Seksi Program dan Perencanaan Umum. c. Seksi Pelaksanaan. d. Seksi Operasi dan Pemeliharaan. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi Balai Wilayah Sungai Tipe B terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha. b. Seksi Program, Operasi dan Pemeliharaan. c. Seksi Pelaksanaan. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.6.12 Kelompok Jabatan Fungsional

Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas malakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. b. Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

BAB I Pendahuluan

I-32

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.7 Gambaran Wilayah Kerja

Wilayah kerja Ditjen Sumber Daya Air meliputi 34 Provinsi seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, wilayah sungai di Indonesia dibagi atas :

a. Wilayah sungai kewenangan Pemerintah Pusat, terdiri atas : 1. 5 (lima) Wilayah Sungai Lintas Negara. 2. 31 Wilayah Sungai Lintas Provinsi. 3. 28 Wilayah Sungai Strategis Nasional . b. Wilayah sungai kewenangan Pemerintah Provinsi terdiri atas 64 wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

c. 12 (dua belas) wilayah sungai kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Ditjen Sumber Daya Air memiliki kewenangan pengelolaan atas wilayah sungai lintas negara, lintas provinsi, dan strategis nasional.

BAB I Pendahuluan

I-33

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 1.7 Wilayah Kerja Ditjen Sumber Daya Air

BAB I Pendahuluan

I-34

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 1.1 Gambaran Wilayah Kerja BBWS/BWS di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air

Wilayah Kerja No BBWS/BWS Lokasi/Provinsi (Wilayah Sungai) WS Strategis Nasional : WS Aceh-Meureudu, WS Woyla- 1 BWS Sumatera I Bateue, WS Jambo-Aye Aceh WS Lintas Provinsi : WS Alas-Singkil WS Strategis Nasional : WS Belawan-Ular Padang, WS Toba- 2 BWS Sumatera II Asahan Sumatera Utara WS Lintas Provinsi : Batang Natal-Batang Batahan WS Strategis Nasional : WS Siak 3 BWS Sumatera III WS Lintas Provinsi : WS Rokan, WS Kampar WS Strategis Nasional : 4 BWS Sumatera IV Kepulauan Riau Ws. Kep. Riau WS Lintas Provinsi : 5 BWS Sumatera V Sumatera Barat WS Indragiri-Akuaman WS Lintas Provinsi : 6 BWS Sumatera VI Jambi WS Batanghari WS Lintas Provinsi : 7 BWS Sumatera VII WS Teramang-Muar, WS Nasal- Bengkulu Padang Guci WS Strategis Nasional : Sumatera Selatan WS Bangka 8 BBWS Sumatera VIII WS Lintas Provinsi : Bangka Belitung WS Musi-Sugihan-Banyuasin-Lemau WS Strategis Nasional : WS Seputih-Sekampung 9 BBWS Mesuji Sekampung Lampung WS Lintas Provinsi : WS Mesuji-Tulang Bawang BBWS Cidanau-Ciujung- WS Lintas Provinsi : 10 Banten Cidurian WS Cidanau-Ciujung- Cidurian WS Lintas Provinsi : 11 BBWS Ciliwung-Cisadane DKI Jakarta WS Ciliwung-Cisadane WS Lintas Provinsi : 12 BBWS Cimanuk-Cisanggarung Cirebon, Jawa Barat WS Cimanuk-Cisanggarung WS Lintas Provinsi : 13 BBWS Citanduy Banjar, Jawa Barat WS Citanduy WS Strategis Nasional : Bandung, Jawa 14 BBWS Citarum WS Citarum Barat WS Lintas Provinsi : Surakarta, Jawa 15 BBWS Bengawan Solo WS Bengawan Solo Tengah WS Strategis Nasional : Semarang, Jawa 16 BBWS Pemali-Juana WS Jratunseluna Tengah

BAB I Pendahuluan

I-35

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Wilayah Kerja No BBWS/BWS Lokasi/Provinsi (Wilayah Sungai) WS Strategis Nasional : WS Serayu-Bogowonto 17 BBWS Serayu Opak DI Yogyakarta WS Lintas Provinsi : WS Progo-Opak-Serang WS Strategis Nasional : 18 BBWS Brantas Jawa Timur WS Brantas WS Strategis Nasional : 19 BWS Bali-Penida Bali WS Bali-Penida WS Strategis Nasional : Nusa Tenggara 20 BWS Nusa Tenggara I WS Lombok, WS Sumbawa Barat WS Lintas Negara : WS Benanain, WS Noelmina Nusa Tenggara 21 BWS Nusa Tenggara II WS Strategis Nasional : Timur WS Flores WS Strategis Nasional : WS Kapuas 22 BWS Kalimantan I Kalimantan Barat WS Lintas Provinsi : WS Jelai Kendawangan WS Strategis Nasional : Kalimantan Tengah WS Mentaya-Katingan 23 BWS Kalimantan II WS Lintas Provinsi : Kalimantan Selatan WS Barito WS Lintas Negara : Kalimantan Utara WS Sesayap 24 BWS Kalimantan III WS Lintas Provinsi : Kalimantan Timur WS Mahakam, WS Berau-Kelai WS Lintas Provinsi : Sulawesi Barat WS Pompengan-Larona, WS Saddang BBWS Pompengan- 25 WS Strategis Nasional : Sulawesi Selatan Jeneberang WS Walanae-Cenranae, WS Jeneberang WS Strategis Nasional : WS Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas 26 BWS Sulawesi I Sulawesi Utara WS Lintas Provinsi : WS Dumoga-Sangkup WS Strategis Nasional : WS Paguyaman 27 BWS Sulawesi II WS Lintas Provinsi : Gorontalo WS Limboto-Bulango-Bone, WS Randangan WS Lintas Provinsi : 28 BWS Sulawesi III WS Palu-Lariang, WS Kalukku-Karama,WS Sulawesi Tengah Parigi-Poso WS Lintas Provinsi : WS Lasolo-Konaweha, WS Towari-Lasusua 29 BWS Sulawesi IV Sulawesi Tenggara WS Memberamo-Tami-Apauvar WS Einlanden--Bikuma

BAB I Pendahuluan

I-36

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Wilayah Kerja No BBWS/BWS Lokasi/Provinsi (Wilayah Sungai) WS Strategis Nasional : 30 BWS Maluku WS Ambon-Seram, WS Kep. Yamdena- Maluku Wetar WS Strategis Nasional : 31 BWS Maluku Utara WS Halmahera Utara, WS Halmahera Maluku Utara Selatan WS Strategis Nasional : WS Kamundan Sebyar 32 BWS Papua Barat BWS Papua Barat WS Lintas Provinsi : WS Omba WS Lintas Negara : 33 BWS Papua WS Memberamo-Tami-Apauvar Papua WS Einlanden-Digul-Bikuma

1.8 Isu Strategis

Permasalahan yang berkembang menjadi isu strategis di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, sebagai berikut : a. Sekitar 3.288.993 hektar (46%) dari total luas daerah irigasi 7.145.168 hektar dalam kondisi rusak. Sekitar 83,70% dari yang kondisinya rusak tersebut, merupakan irigasi kewenangan provinsi dan Kabupaten. b. Tampungan per kapita 50 m3/kapita (jauh lebih rendah dari Thailand - 1.277 m3 / kapita dan satu tingkat di atas Ethiopia-38 m3/kapita). c. Kapasitas air baku hingga 2015 (60,09 m3/detik) baru menjangkau layanan + 70,66% penduduk. d. Frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan kekeringan meningkat, akibat : 1) Perubahan pola hujan dan iklim. 2) Kerusakan DAS akibat alih fungsi lahan. 3) Inkonsistensi kebijakan di daerah (RTRW dan alih fungsi lahan). 4) Keterbatasan pendanaan. e. Umur fungsional infrastruktur tidak sesuai dengan umur rencana karena pelaksanaan OP yang belum optimal. f. Pelaksanaan pengelolaan SDA secara terpadu dan menyeluruh belum terlaksana secara optimal baik dalam bentuk koordinasi, partisipasi masyarakat, kelembagaan pengelolaan SDA, pendanaan yang tidak

BAB I Pendahuluan

I-37

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air konsisten maupun penyusunan pola dan rencana yang masih perlu percepatan.

Berangkat dari isu strategis yang ada, maka arah kebijakan umum Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. 2. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dilaksanakan berbasis wilayah sungai dan didasarkan pada rencana tata pengaturan air dan tata pengairan (pola pengelolaan Sumber Daya Air) dan rencana teknis tata pengaturan air dan tata pengairan (rencana pengelolaan Sumber Daya Air), yang diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang bersangkutan. 3. Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. 4. Pengendalian pemanfaatan air tanah seiring dengan peningkatan penyediaan air baku dari air permukaan, pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. 5. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. 6. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah strategis.

BAB I Pendahuluan

I-38

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 7. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir dilaksanakan selaras antara pendekatan struktural dan pendekatan non struktural melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah, diutamakan pada daerah berpenduduk padat, konektivitas antar pusat ekonomi dan kawasan strategis. 8. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah perbatasan, pulau-pulau kecil, kawasan permukiman serta pusat kegiatan ekonomi untuk mengurangi disparitas pembangunan wilayah. 9. Mitigasi dan adaptasi bidang Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air laut. 10. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus diupayakan pada kegiatan konservasi, pendayagunaan, serta pengendalian daya rusak, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga operasi dan pemeliharaan. 11. Penataan kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air, melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing dalam pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu. 12. Penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing. 13. Penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan data dan informasi, baik ke dalam maupun ke luar Ditjen Sumber Daya Air. Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program dan tujuan pembangunan dan pengelolaan sumber daya air maka disusun Road Map Pengelolaan Sumber Daya Air 2015-2019 seperti pada Gambar 1.8 dibawah ini :

BAB I Pendahuluan

I-39

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Road Map Pengelolaan Sumber Dayar Air 2015-2019

Gambar 1.8 Peta Strategi Ditjen Sumber Daya Air

BAB I Pendahuluan

I-40

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Bendungan Payaseunara Provinsi NAD

Waduk Jatibarang

Rawa Simpang Puding, Jambi Bab II Perencanaan Kinerja

BAB IV 2.1 Rencana Strategis 2015-2019 Akuntabilitas Kinerja Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Sumber Daya Air dilaksanakan dengan didasarkan kepada Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019 sesuai Peraturan Menteri PUPR No. 13.1/PRT/M/2015 yang mengacu kepada undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Substansi Renstra Ditjen Sumber Daya Air merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019, serta disesuikan dengan program NAWACITA (visi dan misi Presiden dan wakil Presiden) sebagai agenda prioritas nasional.

Renstra Ditjen Sumber Daya Air merupakan dokumen perencanaan yang berisi visi dan misi Kementerian PUPR, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sumber daya air yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Sumber Daya Air selama lima Tahun (2015-2019).Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas kondisi, potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis yang dihadapi dalam pembangunan dan pengelolaan sumber daya air. Dokumen Renstra isi selanjutnya digunakan sebagai acuan dan arahan seluruh Unit Kerja dan Unit Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air dalam menyusun perencanaan dan pemograman dan penganggaran serta penyusunan rencana kinerja Tahunan secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun antar sektor/subsektor terkait.

2.1.1 Visi dan Misi Kementerian PUPR

Visi Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015 – 2019 sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 adalah :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-1

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air “ Terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong ”

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong-royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal secara lebih rinci diperlukan untuk mendukung agenda prioritas nasional antara lain untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; serta untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

Misi Guna mencapai visi tersebut, dirumuskan misi sebagai rumusan umum mengenai upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi, yang harus dapat menjembatani penjabaran visi ke dalam tujuan. Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015 – 2019 adalah : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-2

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim. c. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘Infrastruktur Untuk Semua’. d. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI. e. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat.

2.1.2 Tujuan Ditjen Sumber Daya Air

Ditjen Sumber Daya Air, sebagai bagian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendukung pencapaian visi Kementerian PUPR melalui pencapaian misi ke-1, yaitu :

“ Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi”

Untuk mewujudkan visi Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, Ditjen Sumber Daya Air menjabarkan visi Kementerian PUPR tersebut ke dalam tujuan dan sasaran program dan kegiatan sesuai dengan peran, tugas dan fungsinya. Penjabaran visi dan misi tersebut juga mempertimbangkan pencapaian pembangunan terkait bidang Sumber Daya Air 2010-2014, potensi dan

BAB II Perencanaan Kinerja

II-3

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air permasalahan, tantangan utama pembangunan yang dihadapi lima Tahun ke depan serta sasaran utama dan arah kebijakan pembangunan nasional dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

Dari visi dan misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat dirumuskan tujuan-tujuan yang akan dilaksanakan selama periode Renstra Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2015 – 2019 yang merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian PUPR untuk mencapai sasaran dan tujuan Kementerian PUPR serta sasaran-sasaran Nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019. Tujuan Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 meliputi :

a. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. b. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan Sumber Daya Air untuk mengurangi disparitas pembanguan wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. c. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat bidang sumber daya air yang efektif efisien transparan dan akuntabel.

2.1.3 Sasaran Strategis dan Sasaran Program

Kementerian PUPR memiliki 4 (empat) sasaran strategis, yaitu: a. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR antar daerah, antar sektor, dan antar tingkat pemerintahan. b. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi. c. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-4

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air d. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan.

Ditjen Sumber Daya Air mendukung perwujudan sasaran strategis ke-2, yaitu: “Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi.” Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, Ditjen Sumber Daya Air menetapkan sasaran program yang menggambarkan kinerja Ditjen Sumber Daya Air yang akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran strategis, meliputi: a. Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, yang dicapai melalui : 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku dari 51,44 m3/detik menjadi 118,96 m3/detik atau peningkatan sebesar 67,52 m3/detik. 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku dengan kapasitas sebesar 21,76 m3/detik. 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku dengan kapasitas sebesar 47,28 m3/detik. b. Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air, yang dicapai melalui : 1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air sebesar 1.794,85 juta m3, dengan membangun 65 bendungan (16 bendungan on-going, 49 bendungan baru, 29 bendungan selesai) dan 1.088 embung/bangunan penampungan air lainnya. 2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air sebesar 3.410 juta m3, dengan rehabilitasi 45 bendungan dan 625 embung/bangunan penampungan air lainnya. 3) Terjaganya kapasitas tampung sumber air sebesar 13.949,95 juta m3, dengan operasi dan pemeliharaan 229 bendungan dan 1.899 embung/bangunan penampungan air lainnya. c. Meningkatnya kinerja layanan irigasi, yang dicapai melalui : 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta hektar, yang terdiri dari : a) Jaringan irigasi kewenangan Pusat yang dibangun sepanjang 4.160 Km, jaringan irigasi rawa yang dibangun 2.282 Km, jaringan irigasi

BAB II Perencanaan Kinerja

II-5

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tambak sepanjang 158,28 km, jaringan irigasi air tanah 1.967 Km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 471.791 hektar. b) Jaringan irigasi kewenangan Daerah yang dibangun sepanjang 13.323 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 616.157 hektar. 2) Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3 juta hektar, yang terdiri dari : a) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat sepanjang 20.162 Km, jaringan irigasi rawa sepanjang 8.093 Km, jaringan irigasi tambak sepanjang 837 Km, jaringan irigasi air tanah sepanjang 3.428 Km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,9 juta hektar. b) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Daerah sepanjang 21.289 Km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,1 juta hektar. 3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan, meliputi: jaringan irigasi 3,6 juta hektar (OP Jaringan Irigasi Permukaan 51.312 Km, OP Jaringan Irigasi Air Tanah 5.325 Km, OP Jaringan Irigasi Rawa 8.872 Km, OP Jaringan Irigasi Tambak 9,88 Km). 4) Peningkatan persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan (irigasi permukaan) dari 11% menjadi 12,6%. d. Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak, untuk melindungi kawasan seluas 200 ribu hektar, yang dicapai melalui : 1) Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul serta perkuatan tebing sepanjang 3.080 Km. 2) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali lahar gunung berapi sebanyak 306 buah. 3) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana dan prasarana pengamanan pantai sepanjang 530 Km. 4) Penanganan drainase perkotaan sepanjang 4 Km. e. Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, sebesar 20% per Tahun yang dicapai melalui : 1) Revitalisasi 25 danau dan mata air 20 kawasan. 2) Perlindungan 34 kawasan rawa. 3) Restorasi 42 sungai.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-6

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air f. Meningkatnya keterpaduan tata kelola sumber daya air, yang ditandai oleh peningkatan indeks RBO dari 2,24 menjadi 4, melalui pelaksanaan : 1) Penyusunan dan penerapan pola rencana pengelolaan SDA terpadu yang berbasis wilayah sungai. 2) Pengelolaan data dan informasi hidrologi wilayah sungai dan pengelolaan kualitas air pada sumber air. 3) Penyusunan dan penerapan pola dan sistem investasi kerjasama pengelolaan SDA. 4) Penataan kelembagaan dan benchmarking antar lembaga PSDA. 5) Pemberian bimbingan/bantuan teknis peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat dalam PSDA. 6) Penerbitan rekomendasi teknis terkait perijinan pemanfaatan SDA. g. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, yang dicapai melalui penambahan potensi energi dari 8.706 MW menjadi 8.848 MW dengan selesainya 29 bendungan hingga Tahun 2019. Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran program tersebut dibutuhkan dukungan upaya-upaya internal, seperti : a. Meningkatkan SDM yang berkompeten dan berintegritas. b. Meningkatkan budaya kerja berkinerja tinggi berintegritas. c. Meningkatkan pengelolaan regulasi. d. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (IT). e. Meningkatkan layanan dukungan manajemen.

Tujuan, sasaran strategis, dan sasaran program Ditjen Sumber Daya Air sebagaimana diatas memiliki hubungan hirarki yang terkait satu dengan lainnya sebagai berikut : a. Tujuan 1 : Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang sumber daya air untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. Tujuan 1 ini akan dicapai melalui sasaran strategis program sebagai berikut :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-7

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1) Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, melalui : a) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. b) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula. c) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. 2) Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air, melalui : a) Peningkatan kapasitas tampung sumber air. b) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air. c) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air. 3) Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air, melalui : peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air. 4) Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air, melalui : peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas. 5) Meningkatnya kinerja layanan irigasi, melalui : a) Peningkatan layanan jaringan irigasi. b) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi. c) Terjaganya fungs dan layanan jaringan irigasi. 6) Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air, melalui : peningkatan potensi energi sumber air. b. Tujuan 2 : Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan Sumber Daya Air untuk mengurangi disparitas pembanguan wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. Tujuan 2 ini akan dicapai melalui sasaran program meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA melalui peningkatan indeks RBO (indeks).

BAB II Perencanaan Kinerja

II-8

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air c. Tujuan 3 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Ditjen Sumber Daya Air yang meliputi sumber daya manusia sarana prasarana pendukung pengendalian dan pengawasan serta sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat bidang sumber daya air yang efektif efisien transparan dan akuntabel. Tujuan 3 ini akan dicapai melalui upaya-upaya internal organisasi Ditjen Sumber Daya Air.

2.1.4 Arah Kebijakan Umum Ditjen Sumber Daya Air

Arah kebijakan umum Ditjen Sumber Daya Air adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. b. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dilaksanakan berbasis wilayah sungai dan didasarkan pada rencana tata pengaturan air dan tata pengairan (pola pengelolaan SDA) dan rencana teknis tata pengaturan air dan tata pengairan (rencana pengelolaan SDA), yang diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang bersangkutan. c. Konservasi sumber air dilaksanakan dalam rangka mencapai keseimbangan antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. d. Pengendalian pemanfaatan air tanah seiring dengan peningkatan penyediaan air baku dari air permukaan, pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. e. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-9

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air f. Pendayagunaan SDA untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah strategis. g. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir dilaksanakan selaras antara pendekatan struktural dan pendekatan non- struktural melalui konservasi sumber daya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah, diutamakan pada daerah berpenduduk padat, konektivitas antar pusat ekonomi dan kawasan strategis. h. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah perbatasan, pulau-pulau kecil, kawasan permukiman, serta pusat kegiatan ekonomi untuk mengurangi disparitas pembangunan wilayah. i. Mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak negative perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air laut. j. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku kepentingan terus diupayakan pada kegiatan konservasi, pendayagunaan, serta pengendalian daya rusak, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA. k. Penataan kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing dalam pengelolaan SDA secara terpadu. l. Penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan data dan informasi, baik ke dalam maupun ke luar Ditjen Sumber Daya Air.

2.1.5 Strategi Operasional

Dalam rangka mencapai arah kebijakan sebagaimana disebutkan diatas, strategi Operasional Ditjen Sumber Daya Air 2015 – 2019 dibagi atas strategi operasional :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-10

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air a. Strategi Operasional Konservasi SDA

Konservasi sumber air ditujukan agar terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber-sumber air alami dan buatan serta peningkatan kapasitas sumber-sumber air buatan. Strategi pelaksanaan konservasi meliputi konservasi fisk dan non-fisik.

Strategi pelaksanaan konservasi fisik dicapai melalui : 1) Pembangunan 65 bendungan, terdiri dari penyelesaian/lanj utan 16 bendungan, 49 bendungan baru dengan target 29 bendungan dapat diselesaikan pada periode 2015 – 2019. Disamping itu juga dibangun ± 1.186 embung/bangunan penampung air lainnya. 2) Rehabilitasi/peningkatan 45 bendungan serta 651 embung dan bangunan penampung air lainnya. 3) Restorasi 42 sungai, revitalisasi 25 danau, dan konservasi 34 kawasan rawa. 4) Pembangunan 180 pengendali sedimen (check dam). 5) Operasi dan pemeliharaan 229 bendungan dan 1.899 embung/situ/bangunan penampung air lainnya. 6) Pemeliharaan sungai, danau, mata air, dan sumber-sumber air alami lainnya. 7) Konservasi air tanah difokuskan pada kawasan yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air baku. 8) Mendukung revitalisasi Program Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) sebagai tindak lanjut Kesepakatan Bersama 8 Menteri pada 9 Mei 2015, baik dengan kegiatan fisik maupun non-fisik.

Sementara, strategi pelaksanaan konservasi non fisik dicapai melalui : 1) Sosialisasi terkait perlunya konservasi kepada masyarakat disekitar sumber air. 2) Peningkatan peran serta masyarakat pada kegiatan konservasi sumber- sumber air. 3) Pembinaan Pemerintah Daerah dan dunia usaha terkait kegiatan konservasi sumber-sumber air.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-11

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 4) Peningkatan peran wadah koordinasi (Dewan SDA, TKPSDA, Komisi Irigasi, dll) dalam perumusan kebijakan maupun strategi dan pelaksanaan operasionalnya. b. Strategi Operasional Pendayagunaan SDA

Pendayagunaan sumber daya air ditujukan agar terpenuhinya kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari masyarakat serta untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat dicapai melalui strategi : 1) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku dari kapasitas 51,44 m3/detik menjadi 118,17 m3/detik atau peningkatan sebesar 67,52 m3/detik. 2) Rehabilitasi fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku kapasitas sebesar 21,76 m3/detik. 3) Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana pengelolaan air baku kapasitas sebesar 94,75 m3/detik. 4) Penyediaan air baku diutamakan bersifat regional dengan mempertimbangkan aspek keterpaduan dengan RTRW serta pola dan rencana pengelolaan SDA dan didasarkan atas desain yang menyeluruh mulai dari unit air baku, unit produksi, hingga unit distribusi. 5) Sinkronisasi lokus penyediaan air baku dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya, mencakup : i) kawasan Strategis Nasional (KSN), ii) Kawasan yang rawan air bersih, iii) kawasan perbatasan, pulau terluar, dan pesisir, iv) kawasan perkotaan, v) kawasan pariwisata prioritas, serta kawasan strategis lainnya.

Untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, dicapai melalui strategi : 1) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air tanah untuk mendukung kedaulatan pangan, yang dilaksanakan melalui : a) Peningkatan suplai irigasi yang dialayani dari bendungan dari 11% (760 ribu hektar) menjadi 12,60% (929 ribu hektar).

BAB II Perencanaan Kinerja

II-12

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b) Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta hektar, yang terdiri dari : 1. Jaringan irigasi kewenangan pusat yang dibangun sepanjang 4.160 km, jaringan irigasi rawa yang dibangun 2.282 km, jaringan irigasi tambak sepanjang 158,28 km, jaringan irigasi air tanah 1.967 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 471.791 hektar. 2. Jaringan irigasi kewenangan daerah yang dibangun sepanjang 12.323 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 616.157 hektar. c) Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3 juta hektar, yang terdiri dari : 1. Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan pusat sepanjang 20.162,76 km, jaringan irigasi rawa sepanjang 8.093 km, jaringan irigasi tambak sepanjang 837 km, jaringan irigasi air tanah sepanjang 3.428 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,9 juta hektar. 2. Rehabiltasi jaringan irigasi permukaan kewenangan daerah sepanjang 21.289,44 km. Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,1 juta hektar. d) Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan daerah dilaksanakan melalui pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK). e) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan, meliputi : jaringan irigasi 3,6 juta hektar (OP Jaringan irigasi permukaan 51.312 km, OP Jaringan irigasi air tanah 5.325 km, OP Jaringan irigasi rawa 8.872 km, OP Jaringan irigasi tambak 988 km). f) Pengembangan irigasi dilakukan dengan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian. Pengembangan irigasi pada masing-masing pulau dibedakan sebagai berikut : 1. Pengembangan irigasi di Pulau Sumatera diarahkan pada peningkatan sawah tadah hujan menjadi sawah beririgasi. 2. Pengembangan irigasi di Pulau Jawa diarahkan pada rehabilitasi dan modernisasi daerah irigasi yang telah habis umur ekonomisnya.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-13

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pada kurun 2015 – 2019 modernisasi difokuskan pada DI Jatiluhur, DI Rentang, dan DI Wadas Lintang. 3. Pengembangan irigasi di Pulau Bali diarahkan apda rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi, didukung oleh sistem pengembangan padi SRI. 4. Pengembangan irigasi di Pulau Nusa Tenggara diarahkan pada irigasi air tanah, didukung oleh pengembangan sumber-sumber air (embung/bendungan). 5. Pengembangan irigasi di Pulau Maluku diarahkan pada pengembangan irigasi permukaan. 6. Pengembangan irigasi di Pulau Papua diarahkan pada pengembangan irigasi rawa terutama untuk food estate. g) Pengembangan irigasi rawa, termasuk untuk food estate harus mempertimbangkan tata air rawa dalam rangka pencegahan emisi gas rumah kaca serta mempertimbangkan rencana tata ruang. h) Pengembangan irigasi tambak dilakukan dengan bersinkronisasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. i) Pengembangan irigasi air tanah difokuskan pada daerah-daerah minim sumber air permukaan didukung oleh konservasi air tanah sebagai upaya menjaga keberlanjutan air tanah. j) Pengelolaan dan pengembangan irigasi difokuskan pada 13 lumbung pangan : Aceh, Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Klasel, Kalbar, Sulsel, dan Sulteng. k) Pengembangan irigasi didukung oleh pemantapan pengelolaan irigasi, antara lain melalui : penerapan SRI, penyelenggaraan O&P yang didukung oleh anggaran yang memadai (AKNOP) dll. l) Penataan dan peningkatan kapasitas kelembagaan irigasi, antara lain melalui : pemberdayaan petani (P3A), peningkatan kemampuan personil O&P, pembentukan dan operasionalisasi Unit Pengelola Irigasi, peningkatan koordinasi dengan instansi terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah). 2) Peningkatan kapasitas sumber energi untuk mendukung kedaulatan energi, yang dilaksanakan melalui :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-14

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air a) Inventarisasi bendungan eksisting yang memiliki potensi PLTA dan identidikasi potensi-potensi PLTM dan PLTMH. b) Pemanfaatan potensi tersebut dengan melakukan koordinasi dengan Kementerian ESDM dan PT. PLN (Persero). c) Pelibatan swasta dan badan usaha lainnya dalam pemanfaatan air sebagai sumber energi dilaksanakan melalui mekanisme perijinan sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan 6 (enam) prinsip dasar batasan pengelolaan SDA sesuai putusan MK No. 58/PUU-XI/2013. c. Strategi Operasional Pengendalian Daya Rusak Air

Pengendalian daya rusak air ditujukan untuk peningkatan ketangguhan masyarakat dalam mengurasi resiko daya rusak air termasuk perubahan iklim, melalui penanganan kawasan yang terkena dampak banjir, sedimen/lahar gunung berapi, abrasi pantai, dan pencemaran air yang akan dicapai, baik melalui strategi dengan pendekatan struktural, maupun non- struktural. Strategi dengan pendekatan struktural meliputi : 1) Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul sepanjang 3.080 km. 2) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air seluas 200 ribu hektar. 3) Penanganan banjir dilaksanakan secara menyeluruh berdasarkan studi penanganan banjir pada masing-masing wilayah sungai. 4) Pembangunan sarana dan prasarana pengendali sedimen sebanyak 306 buah. 5) Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana dan prasarana pengamanan pantai sepanjang 530 km. 6) Penanganan drainase perkotaan sepanjang 4 km.

Sementara strategi dengan pendekatan non-struktural meliputi : 1) Penyusunan master plan penanganan banjir pada sungai-sungai prioritas, sehingga nantinya penanganan banjir akan menyeluruh tidak hanya spot- spot tertentu.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-15

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 2) Pelaksanaan monitoring kualitas air pada sungai-sungai utama di masing- masing wilayah kerja BBWS/BWS. 3) Pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan banjir dan upaya pengurangan pencemaran air, terutama masyarakat yang tinggal disepanjang sungai. 4) Pelibatan pemerintah daerah dalam penanganan banjir, drainase perkotaan, dan pencemaran air. 5) Penetapan sempadan sungai dan sumber-sumber air lainnya. 6) Pembuatan atau updating (pembaruan) peta rawan bencana (flood risk map). 7) Pengoperasian flood forecasting warning system (FFWS) di sungai-sungai utama sebagai upaya peringatan dini. d. Strategi Operasional Peningkatan Keterpaduan Tata Kelola SDA

Peningkatan keterpaduan tata kelola SDA ditujukan untuk mewujudkan tata kelola SDA yang lebih accountable, didukung oleh decision making process yang lebih partisipatif dan demokratif dalam rangka terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan, yangdicapai melalui strategi :

1) Perencanaan pengelolan SDA pada masing-masing wilayah sungai yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, meliputi:

a) Penyelesaian penyusunan, pembahasan dan penetapan dokumen pola dan rencana pengelolaan SDA pada masing-masing WS di wilayah kerja BBWS/BWS. b) Penyusunan rencana alokasi air pada masing-masing wilayah sungai yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. c) Operasionalisasi unit perencanaan pada masing-masing BBWS/BWS untuk memperkuat kapasitas desain infrastruktur SDA. d) Pemberian rekomendasi teknis sebagai dasar pemanfaatan SDA.

2) Peningkatan peran serta stakeholders, melalui : a) Optimalisasi peran stakeholder pada Tim Koordinasi Pengelolaan SDA (TKPSDA) pada masing-masing WS untuk meminimalkan konflik kepentingan dalam pengelolaan air di WS yang bersangkutan,

BAB II Perencanaan Kinerja

II-16

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air terutama pada penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA, rencana prioritas dan alokasi penggunaan air, kesepakatan mengenai program, rencana kegiatan dan alokasi pembiayaan pengelolaan SDA antar instansi, serta hal-hal lain yang bersifat taktis operasional di tingkat WS. b) Pembinaan masyarakat, Pemerintah Daerah dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pengelolaan SDA pada WS yang menjadi kewenangannya. c) Pembatasan pelibatan swasta hanya pada pemberian ijin pemanfaatan sumber daya air bukan pada bentuk kerjasama.

3) Peningkatan Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air (SISDA) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas data dan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan, melalui : a) Pemantapan website Direktoat Jenderal SDA yang dapat menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat dan akuntabel. Website ini didukung di masing-masing BBWS/BWS yang menampilkan data dan informasi lebih detil terkait pengelolaan WS dan infrastruktur SDA di wilayah kerjanya masing-masing b) Pengembangan jejaring SISDA, yang mencakup informasi terkait kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan SDA, prasarana SDA, teknologi SDA, lingkungan SDA, dan sekitarnya serta kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan SDA. c) Penerapan one map policy pada penyelenggaraan pengelolaan SDA. d) Pengembangan sistem e-government yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan SDA di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, meliputi : 1. Pengembangan dan penerapan e-programming untuk perencanaan pemrograman kegiatan. 2. Penerapan e-budgeting dengan memanfaatkan RKA-K/L yang dikembangkan oleh Kementerian Keuangan. 3. Penerapan e-procurement dan e-monitoring yang dikembangkan di lingkungan Kementerian PUPR.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-17

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 4. Pengembangan dan penerapan e-kinerja untuk pengukuran kinerja unit organisasi dan kinerja individu (pegawai). e) Pemantapan sistem komunikasi publik Ditjen Sumber Daya Air yang didasarkan pada data dan informasi yang lengkap, akurat dan akuntabel yang terintegrasi dengan e-programming. f) Peningkatan kapasitas SDM dibidang komunikasi publik dan teknologi informasi melalui pelatihan, studi banding, dll. 4) Pengusahaan atau penggunaan oleh perseorangan atau badan usaha dilakukan berdasarkan ijin pengusahaan atau ijin penggunaan Sumber Daya Air, yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan air dan peruntukan air sebagaimana tercantum dalam rencana pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang bersangkutan perijinan diberikan berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut : a) Pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari bagi kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar. b) Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari yang mengubah kondisi alami sumber air. c) Pertanian rakyat diluar sistem irigasi yang sudah ada. d) Pengusahaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari melalui sistem penyediaan air minum. e) Kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik. f) Pengusahaan sumber daya air oleh BUMN atau BUMD. g) Pengusahaan sumber daya air oleh badan usaha swasta. e. Strategi Operasional Operasi dan Pemeliharaan

Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan ditujukan untuk menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur sumber daya air, yang dicapai melalui strategi : 1) Seluruh prasarana SDA yang berupa aset harus dioperasi dan dipelihara. 2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan pada seluruh objek O&P yang terdiri atas : a) Seluruh infrastruktur SDA yang meliputi jaringan irigasi, bendungan, sarana dan prasarana air baku, dan sarana pengendali banjir.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-18

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b) Wadah (alami) yang strategis meliputi sungai perkotaan dan danau/situ. 3) Pengalokasian anggaran untuk kegiatan O&P sesuai dengan AKNOP secara bertahap. 4) Pengembangan dan pembinaan kelembagaan pelaksana O&P dibagi atas: a) Untuk sistem makro (sungai dan bendungan) dilakukan oleh BBWS/BWS dan perum Jasa Tirta. b) Untuk sistem mikro (jaringan irigasi, situ, air baku) dapat diserahkan ke Pemerintah Daerah melalui mekanisme Tugas Pembantuan (TP). 5) Pengembangan kelembagaan O&P dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesiapan SDM dan regulasi.

2.2 Rencana Kerja Tahunan

Rencana Kerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang memuat arah kebijakan nasional untuk periode satu Tahun sebagai komitmen Pemerintah untuk memberikan kepastian kebijakan dalam pembangunan nasional yang berkesinambungan. Tabel 2.1 berikut merupakan matriks rencana kerja Tahun 2016 program pengelolaan sumber daya air.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-19

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.1 Matriks Rencana Kerja Tahun 2016

SATUAN SASARAN STRATEGIS/SASARAN PROGRAM/INDIKATOR TARGET KINERJA ALOKASI 2016 (Rp. MILYAR) 1. Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 9,33 M3/detik 3.512,64 penyediaan air baku Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan 66 titik 2 105,53 prasarana penyediaan air baku seperti semula 24 buah Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan 3 - - - prasarana penyediaan air baku 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air 22 Bend on going 7.048,06 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 5 Bend baru 124 embung 964,09 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber 7 bendungan 2 514,40 air 65 embung 3 Terjaganya kapasitas tampung sumber air - - - 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya 1 202,48 km 3.097,58 rusak air 4 Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air Peningkatan persentase kawasan / lokasi yang 1 7 buah 89.84 dikonservasi pada kawasan prioritas 5 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA 1 Peningkatan indeks RBO (indeks) - - - 2. Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Air 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 103.630 Hektar 3.477,25 2 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan 11 % 3 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 200.514 Hektar 3.320,44 4 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi - - - 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air 1 Peningkatan potensi energi sumber air - - -

2.3 Target Tahun Ini Menurut Renstra 2015-2019

Target rencana kinerja Tahun 2016 menurut Renstra 2015 – 2019 Ditjen Sumber Daya Air dijabarkan lebih lanjut ke dalam 7 (tujuh) Sasaran Program dan 13 (tiga belas) Indikator Kinerja sebagai berikut :

a. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target outcome 12 m3/detik. 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan target outcome 1,7 m3/detik. 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target outcome 57,88 m3/detik.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-20

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air b. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-sumber Air 1) Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target outcome 1,09 juta m3. 2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target outcome 766,40 juta m3. 3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target outcome 13.700 juta m3. c. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian Daya Rusak Air 1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan target outcome 44.267 hektar.

d. Meningkatnya Keterpaduan Tata Kelola Pengelolaan Sumber Daya Air 1) Peningkatan indeks RBO, dengan target outcome 2,59 indeks. e. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air 1) Peningkatan persentase kawasan lokasi yang prioritas dikonservasi, dengan target outcome 20 %. f. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome 244.962,37 hektar. 2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome 691.490,27 hektar. 3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target outcome 3.345.174,05 hektar.

4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan, dengan target outcome 12%. g. Meningkatnya Potensi Energi dari Sumber-Sumber Air 1) Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target outcome 0 Mw.

Selengkapnya target Renstra 2015-2019 dan kebutuhan pendanaan tiap Tahunnya disajikan pada Tabel 2.2 berikut :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-21

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.2 Target Renstra 2015 – 2019 dan Kebutuhan Pendanaan Ditjen SDA

SASARAN STRATEGIS/SASARAN PROGRAM/INDIKATOR TARGET KEBUTUHAN PENDANAAN (TRILYUN) SATUAN KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL 2015 2016 2017 2018 2019

1. Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 m3/detik 8,65 12,00 11,87 13,00 22,00 67,52 penyediaan air baku Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana 2 m3/detik 8,20 1,70 2,29 2,96 6,84 22,00 dan prasarana penyediaan air baku seperti semula Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan 3 m3/detik 49,23 57,88 69,88 81,75 94,75 94,75 prasarana penyediaan air baku 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3 1020,38 1,09 102,61 146,62 524,15 1.794,85 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung 2 juta m3 376,80 766,40 752,80 756,00 758,00 3.410,00 sumber air 3 Terjaganya kapasitas tampung sumber air juta m3 12.679 13.700 13.701 13.803 13.950 13.949,95 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari 30,812 62,715 70,522 76,265 76,245 1 hektar 18.951 44.267 45.667 47.067 49.383 200.000 daya rusak air 4 Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air Peningkatan persentase kawasan / lokasi yang 1 % 20 20 20 20 20 100,00 dikonservasi pada kawasan prioritas 5 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA 1 Peningkatan indeks RBO (indeks) indeks 2,24 2,59 2,94 3,29 4,00 4,00 2. Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Air 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi hektar 181.282,79 244.962,37 208.149,70 236.847,95 216.705,03 1.087.947,84 2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi hektar 477.960,57 691.490,27 676.102,61 644.548,04 509.898,51 3.000.000 3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi hektar 3.142.532,18 3.345.174,05 3.424.361,90 3.519.694,19 3.604.791,23 3.604.791,23 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh 4 % 11 12 12 12,6 12,6 12,6 bendungan 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air 1 Peningkatan potensi energi sumber air MW 113,19 0,00 1,14 5,92 22,27 142,52

BAB II Perencanaan Kinerja

III-22

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 2.4 Target Kinerja

Target kinerja dalam hal ini diartikan sebagai target kinerja sasaran, baik sasaran strategis, sasaran program maupun sasaran kegiatan yang dilengkapi dengan indikatornya. Target kinerja sasaran menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Ditjen Sumber Daya Air yang meliputi program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan target kinerja baik tingkat kegiatan, program maupun kementerian didasarkan pada kriteria-kriteria diantarnya :

a. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran. b. Penetapan target relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan berdasarkan baseline data yang jelas.

Target sasaran Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 (Sasaran Strategis, Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan), Rencana Pencapaian Sasaran Strategis dan Sasaran Program Ditjen SDA 2015 – 2019, dan Matriks Kinerja dan Pendanaan Ditjen SDA 2015 – 2019 disajikan dalam Lampiran.

2.4.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Menurut Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, pengertian Perjanjian Kinerja adalah lembar atau dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program atau kegiatan disertai dengan Indikator Kinerja.

Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air merupakan bagian dari dokumen yang ditetapkan oleh Menteri PUPR guna mewujudkan capaian sasaran strategis. Perjanjian Kinerja Awal Tahun 2016 dan Revisi Perjanjian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air diuraikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 dibawah ini.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-23

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 (Awal)

BAB II Perencanaan Kinerja

II-24

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 (Akhir)

BAB II Perencanaan Kinerja

II-25

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 2.4.2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja

Perjanjian Kinerja 2016 Ditjen Sumber Daya Air dijabarkan lebih lanjut ke dalam 7 (tujuh) Sasaran Program dan 14 (empat belas) Indikator Kinerja sebagai acuan penilaian kinerja masing-masing program dengan rincian sebagai berikut:

a. Meningkatnya Layanan Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target semula output 973,98 km jaringan perpipaan, 123 buah embung/intake, dan 245 titik sumur bor dengan outcome 6,27 m3/detik menjadi output 973,98 km jaringan perpipaan, 123 buah embung/intake, dan 245 titik sumur bor dengan outcome 6,27 m3/detik. 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan target semula output sebesar 177,84 km rehabilitasi jaringan perpipaan, rehab 29 buah embung dan 237 titik sumur bor dengan outcome 0,92 m3/detik menjadi output sebesar 177,84 km rehabilitasi jaringan perpipaan, rehab 29 buah embung dan 237 titik sumur bor dengan tetap mempertahankan target outcome 0,92 m3/detik. 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan target output maupun outcome awal tetap dipertahankan berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap 484 buah embung dengan outcome 60,92 m3/detik.

b. Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air 1) Peningkatan kapasitas tampung sumber daya air, dengan target semula output berupa 8 bendungan baru, 22 bendungan on going dan 387 embung dengan total outcome 52,87 juta m3 menjadi output revisi berupa pembangunan 8 bendungan baru, 24 bendungan on going dan 387 embung dengan outcome 52,87 juta m3. 2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, tetap mempertahankan target output awal berupa rehabilitasi 5 bendungan, 71 buah embung dan 7 buah danau, namun target outcome terjadi peningkatan dari target awal 3,73 juta m3 menjadi 6,23 juta m3. 3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan target output awal kegiatan operasi dan pemeliharaan sebesar 167 bendungan,

BAB II Perencanaan Kinerja

II-26

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 1.207 buah embung dan 42 danau menjadi 167 bendungan, 860 buah embung, dan 47 danau. Pada indikator ini terjadi penurunan target outcome dari semula 4.745,56 juta m3 menjadi 3.432 juta m3. c. Meningkatnya Kapasitas Pengendalian daya rusak Air 1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak, dengan target semula output berupa panjang tanggul/pengendali banjir/pengamanan pantai sepanjang 326,82 km dan 29 buah bangunan pengendali banjir/lahar dengan outcome perlindungan terhadap kawasan seluas 18.281,89 hektar menjadi output berupa panjang tanggul/pengendali banjir/pengamanan pantai sepanjang 253,77 km dan 38 buah bangunan pengendali banjir/lahar dengan outcome perlindungan terhadap kawasan seluas 16.918,85 hektar. d. Meningkatnya Keterpaduan Tata Kelola Pengelolaan Sumber Daya Air. 1) Peningkatan indeks RBO, dengan target output dan outcome mengalami peningkatan dari target awal. Target output awal berupa skor self assessment sebesar 56,25% dengan target outcome berupa peningkatan indeks RBO sebesar 2,25, menjadi target output 62,12% dan target outcome 2,48. e. Meningkatnya Upaya Konservasi Sumber Daya Air 1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan target output tetap 20% dan target outcome 20%. f. Meningkatnya Kinerja Layanan Irigasi 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan target semula output berupa pembangunan jaringan irigasi sepanjang 1.619 km dan 19 buah bendung dengan outcome 51.676 hektar menjadi output berupa pembangunan jaringan irigasi sepanjang 918 km dan 16 buah bendung dengan target outcome 52.519 hektar. 2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target semula output berupa rehabilitasi jaringan irigasi sepanjang 3.100 km dan 4 buah bendung dengan outcome 347.607 hektar menjadi output berupa rehabilitasi jaringan irigasi sepanjang 2.430 km dan 3 buah bendung dengan outcome 288.496 hektar.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-27

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan target semula output berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap 751.710 km jaringan irigasi dan 554 buah bendung dengan outcome 3.559.749 hektar menjadi output berupa kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap 40.804 km jaringan irigasi dan 575 buah bendung dengan outcome 3.265.230,01 hektar.

4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh bendungan dengan target output dan outcome sebesar 12%.

g. Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air 1) Peningkatan potensi energi sumber air, dengan target semula output dan outcome sebesar 1,35 MW menjadi target output dan target outcome sebesar 0 MW.

Pengukuran capaian indikator kinerja pada sasaran program 1,2,3,5 dan 6 dalam Tabel 2.2 dilakukan melalui sistem emonitoring, sedangkan capaian kinerja pada sasaran program 4 dan 7 dilakukan secara manual karena data yang diperoleh belum online. Sasaran program 4 yaitu meningkatnya keterpaduan pengelolaan SDA, perhitungan capaian melalui pengukuran indikator kinerja peningkatan indeks RBO. Penilaian RBO Indeks berdasarkan pada pedoman pengukuran kinerja atas 5 key performance indicator dan 15 indikator. Dimana untuk setiap indikator memiliki skor antara 0 – 4 dengan kenaikan skor 0,5. Adapun indikator yang digunakan ditunjukkan pada tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Indikator RBO Performance Benchmarking

Skor Kode Bidang Kinerja Kritis Indikator Maksimum

4 A Misi 1 Status Badan Pengelola SDA 2 Tata Kelola Sumber Daya Air 4

3 Keterlibatan Pemakai Air 4 4 B Pemilik Kepentingan 4 Umpan Balik Pemakai Air 5 Kondisi Lingkungan 4

6 Konservasi SDA 4

BAB II Perencanaan Kinerja

II-28

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Skor Kode Bidang Kinerja Kritis Indikator Maksimum Pengembangan Sumber Daya 7 4 Manusia Pembelajaran dan C 8 Pengembangan Teknik 4 Pertumbuhan Pengembangan RBO 9 4 (BBWS/BWS/BPSDA/PJT)

Perencanaan tata kelola di dalam 10 4 RBO (BBWS/BWS/BPSDA/PJT)

Tata Kelola Internal Pendayagunaan SDA, Alokasi Air, D 11 4 Organisasi Perijinan dan Kekeringan 12 Pengendalian Daya Rusak Air 4 13 Pengelolaan Data 4

14 Efisiensi Keuangan 4 E Keuangan 15 Pemulihan Biaya 4

TOTAL SKOR 60

RBO Indeks menunjukkan rata-rata kenaikan skor RBO-PB untuk seluruh BBWS/BWS di Indonesia. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kenaikan dari RBO Indeks ini adalah :

Sedangkan capaian indikator kinerja pada sasaran program 7 merupakan outcome yang berkaitan dengan sasaran program ke-3 “Meningkatnya Kapasitas Tampung Sumber-Sumber Air”.

2.5 Metode Pengukuran 2.5.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Program

Penilaian Kinerja yang diberikan pada rencana aksi Tahun 2016 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Permen PAN&RB Nomor 20 Tahun 2013. Penilaian dibagi menjadi 6 kategori dan dibedakan berdasarkan range nilai dan warna seperti dalam Tabel 2.6 dibawah ini.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-29

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.6 Tabel Kriteria Penilaian

Nilai Kategori No Kategori Interpretasi Angka Warna

1 AA > 85 - 100 Memuaskan

2 A > 75 - 85 Sangat Baik

3 B > 65 - 75 Baik, perlu sedikit perbaikan

Cukup (memadai), perlu perbaikan yang 4 CC > 50 - 65 tidak mendasar Kurang, perlu banyak perbaikan, 5 C > 30 - 50 termasuk perubahan yang mendasar Sangat kurang, perlu banyak sekali 6 D 0 - 30 perbaikan, termasuk perubahan yang sangat mendasar sumber :Permen PAN & RB No. 20 Tahun 2013

Pengukuran Kinerja Tahun 2016 merupakan langkah untuk membandingkan realisasi Kinerja dengan sasaran (target) Kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen perjanjian Kinerja 2016 dalam rangka pelaksanaan DIPA APBN TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air. Nilai Kinerja dari masing-masing output merupakan perbandingan nilai Kinerja dari realisasi terhadap target capaian kinerja yang telah ditetapkan dari masing masing sub-output dalam sistem emonitoring.

2.5.2 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Strategis

Berdasarkan dokumen Renstra 2015-2019, ukuran keberhasilan Sasaran Strategis ditinjau dari Indikator Sasaran Strategis. Target Sasaran Strategis dan Sasaran Program Ditjen Sumber Daya Air 2015-2019 sebagaimana pada Tabel 2.7 dan Pengukuran Target Capain Sasaran Strategis sebagaimana tersaji pada Tabel 2.8 dibawah ini :

BAB II Perencanaan Kinerja

II-30

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.7 Target Sasaran Strategis dan Sasaran Program 2015 - 2019

Sasaran Baseline Target Baseline Target Sasaran Program Satuan Strategis 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Total

3 Pemenuhan Penambahan M /dt 51,44 8,65 12 11,87 13 22 67,52 Kebutuhan Air Baku Menjadi M3/dt 60,09 72,09 83,96 96,96 118,96 untuk Kehidupan sehari-hari Prosentase % 66,35 70,66 76,64 82,56 89,04 100

Penambahan Juta m3 12.679 1.020 1 103 147 524 1.795 Tingkat dukungan Peningkatan untuk ketahanan 28,95 32,97 40,85 48,91 57,34 67,60 KapasitasTampung Menjadi Juta m3 13.700 13.701 13.803 13.950 14.474 air nasional (%) Per Kapita Prosentase % 2,5 2,67 2,67 2,69 2,71 2,8

Peningkatan Penambahan Ha 36.199 18.951 44.267 45.667 47.067 49.383 205.333 Layanan Infrastruktur Menjadi Ha 55.150 99.416 145.083 192.150 241.532 Pengendali Daya Rusak Air Prosentase % 18 25,57 43,25 61,48 80,28 100 Penambahan Ha 181.283 244.962 208.150 236.848 216.705 1.087.948

Menjadi Ha 1.844.066 2.025.349 2.270.311 2.478.461 2.715.309 2.932.014

Pemenuhan Prosentase % 83 85,16 85,42 85,64 85,89 86,12 Kebutuhan Air Baku Tingkat dukungan untuk layanan Irigasi Penambahan Ha 5.141.407 477.961 691.490 676.103 644.548 509.899 3.000.000 untuk kedaulatan 45,83 52,66 53,93 55,15 56,33 57,28 Menjadi Ha 2.802.067 3.280.028 3.971.518 4.647.620 5.292.168 5.802.067 pangan dan energi (%) Prosentase % 54,50 71,24 74,77 78,22 81,51 84,11

Penambahan MW 113,19 0 1,14 5,92 22,27 142,52 Peningkatan Potensi Menjadi MW 8.706 8.819,19 8.819,19 8.820,33 8.826,25 8.848,52 Sumber Energi Prosentase % 0 1,59 1,59 1,59 1,6 1,6

BAB II Perencanaan Kinerja

II-31

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 2.8 Pengukuran Target Capaian Sasaran Strategis 2016

Sasaran Baseline 2015 2016 Baseline Target Strategis 2014 2014 Target Target Sasaran Program Satuan 2015 2016

Penambahan M3/det 51,44 8,65 12 Pemenuhan 3 kebutuhan air baku Menjadi M /det 60,09 72,09 untuk kehidupan Prosentase Tingkat % 66,35 70,66 76,64 3 dukungan Penambahan Juta m 12.679 1.020 1 untuk Peningkatan kapasitas 3 28,95 32,97 40,85 Menjadi Juta m 13.700 13.701 ketahanan tampung per kapita air nasional Prosentase % 2,5 2,67 2,67 (%) Peningkatan layanan Penambahan Ha 36.199 18.951 44.267 infrastruktur Menjadi Ha 55.150 99.416 pengendali daya rusak air Prosentase % 18 25,57 43,25 Penambahan Ha 181.283 244.962 Menjadi Ha 1.844.066 2.025.349 2.270.311 Pemenuhan Prosentase % 83 85,16 85,42 Tingkat kebutuhan air baku dukungan untuk layanan irigasi Penambahan Ha 5.141.407 477.961 691.490 untuk 45,83 52,66 53,93 Menjadi Ha kedaulatan 2.802.067 3.280.028 3.971.518 pangan Prosentase % 54,50 71,24 74,77 dan energi Penambahan MW 113,19 0 Peningkatan potensi Menjadi MW 8.706 8.819,19 8.819,19 sumber energi Prosentase % 0 1,59 1,59

Cara pengukuran capaian sasaran strategis dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air adalah sebagai berikut :

a. Indikator Sasaran Strategis terdiri dari 2, yaitu : 1) Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional, dengan target 40,85%. 2) Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan target 53,93%. b. Baseline merupakan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2014 berdasarkan Renstra 2010 – 2014 ditambah capaian kinerja Tahun 2015 berdasarkan Renstra 2015 – 2019. Baseline berdasarkan masing masing sasaran program 2016 adalah sebagai berikut : 1) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari : 60,09 m3/detik. 2) Peningkatan kapasitas tampung per kapita : 13.700 juta m3.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-32

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3) Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air : 55.150 hektar. 4) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi : 2.025.349 hektar 5) Peningkatan potensi sumber energi : 8.819,19 MW. c. Persentase capaian sasaran program dihitung berdasarkan capaian pada masing-masing indikator Kinerja yang mendukung langsung capaian sasaran program tersebut dengan tertimbang terhadap total target Renstra yakni : 1) Untuk sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari dihitung berdasarkan perbandingan capaian kapasitas air baku Tahun eksisting terhadap total kebutuhan air baku (2015-2019) ditambah akses air baku Tahun sebelumnya.

2) Untuk sasaran program peningkatan kapasitas tampung per kapita dihitung berdasarkan perbandingan capaian kapasitas tampung Tahun eksisting terhadap total kebutuhan kapasitas tampung ditambah capaian Tahun sebelumnya.

3) Untuk sasaran program peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air dihitung berdasarkan perhitungan penambahan luas kawasan yang terlindungi Tahun eksisting terhadap target perlindungan kawasan seluas 200 ribu hektar.

4) Untuk sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi dihitung berdasarkan perbandingan penambahan luas irigasi eksisting terhadap total target luas irigasi ditambah capaian Tahun sebelumnya.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-33

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 5) Untuk sasaran program peningkatan potensi sumber energi dihitung berdasarkan perbandingan capaian potensi energi Tahun eksisting terhadap total target potensi selama 2015-2019.

d. Pengukuran persentase Capaian Indikator kinerja Sasaran Strategis merupakan rata-rata total capaian dari sasaran program yang mendukungnya.

e. Capaian Sasaran Strategis : 1) Untuk Sasaran Strategis “Meningkatnya dukungan untuk ketahanan air” merupakan rata-rata capaian sasaran program : a) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari : 76,64%. b) Peningkatan kapasitas tampung sumber air per kapita : 2,67%. c) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air layanan infrastruktur pengendali daya rusak : 43,25%.

2) Untuk indikator Sasaran Strategis “Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” merupakan rata-rata capaian sasaran program : a) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi : 85,42% dan 74,77%. b) Peningkatan potensi sumber air (karena tidak ada target penambahan potensi Tahun berjalan, maka capaian untuk indikatornya sama dengan capaian Tahun sebelumnya) : 1,59%.

BAB II Perencanaan Kinerja

II-34

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Bendungan Teritip Provinsi Kalimantan Timur Bab III BAB IV Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja

3.1 Sumber Daya Manusia 3.1.1 Berdasarkan Status Kepegawaian

Berdasarkan data kepegawaian status 31 Desember 2016 Sumber Daya Manusia pada Ditjen Sumber Daya Air adalah sebanyak 9.178 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), dengan sebaran jumlah pegawai sebagaimana pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Sebaran Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian

PNS PNS PNS Status Pegawai No Unit Kerja Jumlah Total Pusat Daerah DPK NON PNS

1 2 3 4 5 = 3+4 6 7 8 =5+6+7

1 Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air 119 0 119 6 59 184

Direktorat Pengembangan 2 79 0 79 0 30 109 Jaringan Sumber Daya Air 3 Direktorat Bina Penatagunaan SDA 62 0 62 0 40 102 4 Direktorat Sungai dan Pantai 59 0 59 1 33 93 5 Direktorat Irigasi dan Rawa 74 0 74 0 16 90 6 Direktorat Bina OP 75 0 75 1 18 94 7 Sekretariat Dewan SDA Nasional 16 0 16 0 6 22 8 Pusat Air Tanah Air Baku 37 0 37 0 19 56 9 Pusat Bendungan 34 0 34 0 16 50 10 BBWS Brantas 505 73 578 2 6 586 11 BBWS Bengawan Solo 493 5 498 0 254 752 12 BBWS Pemali-Juana 226 0 226 17 255 498 13 BBWS Cimanuk-Cisanggarung 302 0 302 0 95 397 14 BBWS Citarum 270 2 272 1 27 300 15 BBWS Pompengan-Jeneberang 531 12 543 328 120 991 16 BBWS Sumatera VIII 278 199 477 0 164 641 17 BBWS Citanduy 200 0 200 0 75 275 18 BBWS Ciliwung-Cisadane 118 0 118 0 374 492 19 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian 194 0 194 0 185 379 20 BBWS Serayu-Opak 355 0 355 21 127 503 21 BBWS Mesuji-Sekampung 329 86 415 31 159 605 22 BWS Sumatera I 399 66 465 19 211 695 23 BWS Sumatera II 342 61 403 0 299 702 24 BWS Sumatera III 91 17 108 0 169 277 25 BWS Sumatera IV 30 1 31 0 395 426 26 BWS Sumatera V 134 38 172 0 335 507 27 BWS Sumatera VI 69 28 97 0 184 281

Bab III Kapasitas Organisasi

III-1

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air PNS PNS PNS Status Pegawai No Unit Kerja Jumlah Total Pusat Daerah DPK NON PNS 1 2 3 4 5 = 3+4 6 7 8 =5+6+7 28 BWS Sumatera VII 191 48 239 0 572 811 29 BWS Kalimantan I 83 7 90 1 80 171 30 BWS Kalimantan II 140 22 162 0 162 324 31 BWS Kalimantan III 142 23 165 0 212 377 32 BWS Bali Penida 182 38 220 0 182 402 33 BWS Nusa Tenggara I 584 0 584 0 113 697 34 BWS Nusa Tenggara II 307 91 398 1 23 422 35 BWS Sulawesi I 182 1 183 14 105 302 36 BWS Sulawesi II 101 4 105 0 95 200 37 BWS Sulawesi III 197 17 214 18 209 441 38 BWS Sulawesi IV 350 16 366 0 39 405 39 BWS Maluku 172 1 173 0 150 323 40 BWS Maluku Utara 50 12 62 0 115 177 41 BWS Papua 54 86 140 0 0 140 42 BWS Papua Barat 23 10 33 0 37 70 43 BWS Papua Merauke 7 0 7 0 11 18 44 Balai Bendungan 28 0 28 0 26 54 Jumlah Total 8.214 964 9.178 461 5.802 15.441 Catatan : 1. Dalam perhitungan formasi, PNS status DPK tidak dihitung sebagai kekuatan SDM organisasi. 2. Status DPK adalah status yang diberikan kepada PNS Pusat yang dipekerjakan di Daerah berdasarkan SK Kepala Biro.

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air berjumlah 9.178 orang, yang terdiri dari 8.214 PNS Pusat (89,50%) dan 964 PNS Daerah (10,50%). Bila dibandingkan proporsi PNS Pusat lebih banyak dari PNS Daerah, BWS Nusa Tenggara I merupakan Balai yang memiliki PNS Pusat terbanyak yaitu 584 orang. Secara rata-rata sebaran pegawai pada Unit Kerja Pusat dan BBWS/BWS, jumlah pegawai dengan status PNS Pusat lebih banyak dibandingkan dengan PNS Daerah kecuali di BWS Papua jumlah PNS dengan status Pusat sebanyak 54 orang sedangkan PNS berstatus daerah 86 orang.

Adapun jumlah pegawai yang tercatat di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air secara keseluruhan berjumlah 15.441 orang dengan adanya tambahan SDM yang berasal dari PNS status DPK (461 orang) dan Pegawai Non PNS (5.802 orang). Apabila kita bandingkan jumlahnya, terlihat bahwa jumlah Non PNS separuh dari jumlah PNS yang ada dan dilihat dari sebaran per Unit Kerja, ada beberapa BBWS/BWS yang jumlah pegawai Non PNS nya lebih besar dari jumlah pegawai PNS yang ada, antara lain : BBWS Pemali Juana, BWS Sumatera

Bab III Kapasitas Organisasi

III-2

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatera V, BWS Sumatera VI, BWS Sumatera VII, BWS Kalimantan III, BWS Maluku Utara, BWS Papua Barat, dan BWS Papua Merauke. Keterbatasan jumlah pegawai PNS disetiap wilayah menyebabkan Unit Kerja membutuhkan tambahan SDM dari Non PNS untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Tabel diatas menunjukkan adanya ketidakseimbangan sebaran PNS Pusat, dimana ada beberapa Unit Kerja yang memiliki jumlah PNS Pusat lebih dari 300 orang, yaitu : BBWS Brantas sebanyak 505 orang, BBWS Bengawan Solo sebanyak 493 orang, BBWS Cimanuk Cisanggarungsebanyak 302 orang, BBWS Pompengan Jeneberang sebanyak 531 orang, BBWS Serayu Opak sebanyak 355 orang, BBWS Mesuji Sekampung sebanyak 329 orang, BWS Sumatera I sebanyak 399 orang, BWS Sumatera II sebanyak 342 orang, BWS Nusa Tenggara I sebanyak 584 orang, BWS Nusa Tenggara II sebanyak 307 orang, dan BWS Sulawesi IV sebanyak 350 orang, namun disisi lain ada Balai yang hanya memiliki PNS kurang dari 100 orang. Perbedaan jumlah SDM tersebut (kemungkinan) disesuaikan dengan luas wilayah kerja, namun ada baiknya jumlah tersebut dapat dievaluasi sehingga Unit Kerja yang kekurangan SDM mendapat tambahan SDM, terutama untuk wilayah timur dengan jumlah PNS kurang dari 100 orang seperti BWS Kalimantan I sebanyak 83 orang, BWS Maluku Utara sebanyak 50 orang, BWS Papua sebanyak 54 orang, BWS Papua Barat sebanyak 23 orang, dan BWS Papua Merauke sebanyak 7 orang. Sebaran pegawai berdasarkan Status kepegawaian disajikan dalam Gambar 3.1 berikut.

SEBARAN PEGAWAI BERDASARKAN STATUS KEPEGAWAIAN

Non PNS 5.802 orang

PNS DPK 461 orang PNS Pusat PNS Daerah 8.214 orang 964

Gambar 3.1 Sebaran Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian

Bab III Kapasitas Organisasi

III-3

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.1.2 Berdasarkan Golongan

Sebaran SDM berdasarkan Golongan disajikan pada Tabel 3.2 dibawah ini. Dari total jumlah SDM berstatus PNS sebanyak 9.178 orang (Pusat dan daerah), PNS yang masuk Golongan I berjumlah 791 orang (8,62%), Golongan II berjumlah 3.996 orang (43,54%), Golongan III berjumlah 4.018 orang (43,78%) dan Golongan IV berjumlah 373 orang (4,06%). Jika dilihat secara keseluruhan bahwa komposisi pegawai lebih didominasi oleh PNS Golongan III sebesar 43,78% diikuti oleh Golongan II sebesar 43,54%. Hal ini berkaitan dengan adanya recruitment CPNS yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sejak Tahun 2005 yang mensyaratkan pendidikan minimal S1 (baik Teknik maupun Non Teknik) dan CPNS dengan latar belakang Sarjana ini secara otomatis akan diangkat menjadi PNS dengan golongan III/a untuk lulusan S1 dan III/b untuk lulusan S2. Selain itu, jumlah PNS golongan III juga disumbang oleh PNS yang tadinya berasal dari Golongan II/d naik golongan menjadi III/a baik karena melanjutkan pendidikan S1 (penyesuaian ijasah) maupun telah memenuhi masa pengabdian selama 20 Tahun (golongan naik setiap 4 Tahun sekali). Selain pengangkatan CPNS yang berasal dari umum, Kementerian PUPR juga melakukan pengangkatan pegawai Non PNS/tenaga honorer yang sudah mengabdi beberapa Tahun baik di unit kerja Pusat maupun BBWS/BWS. Pada umumnya tenaga honorer tersebut memiliki latar belakang pendidikan SMA (sederajat) ke bawah sehingga jumlah PNS golongan II menduduki peringkat kedua dengan jumlah terbanyak setelah golongan III. Komposisi pegawai berstatus PNS per golongan dapat dilihat pada gambar 3.2 dan Tabel 3.2 berikut.

KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN GOLONGAN Golongan IV Golongan I 4,06% 8,62% Golongan III 43,78% Golongan II 43,54%

Gambar 3.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan

Bab III Kapasitas Organisasi

III-4

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 3.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan

RIIL Komposisi Golongan Pegawai No Unit Kerja PNS I/a I/b I/c I/d Total II/a II/b II/c II/d Total III/a III/b III/c III/d Total IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Total 1 Sekditjen Sumber Daya Air 119 1 0 2 0 3 18 4 5 2 29 5 53 17 6 81 1 3 0 1 1 6 2 Direktorat PJSDA 79 0 0 0 0 0 6 5 4 3 18 10 22 18 5 55 3 2 1 0 0 6 3 Direktorat BPSDA 62 0 0 1 1 2 1 5 3 1 10 6 21 11 2 40 6 3 1 0 0 10 4 Direktorat Sungai dan Pantai 59 1 0 0 0 1 4 3 3 1 11 5 20 9 3 37 5 4 0 1 0 10 5 Direktorat Irigasi dan Rawa 74 0 0 1 0 1 8 3 6 3 20 6 18 10 4 38 8 5 1 1 0 15 Direktorat Bina Operasi dan 6 75 1 0 0 2 3 3 1 5 3 12 7 25 10 3 45 10 3 1 1 0 15 Pemeliharaan 7 Sekretariat Dewan SDA Nasional 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 2 1 9 3 3 1 0 0 7 8 Pusat Bendungan 37 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 2 15 4 5 26 5 2 0 1 0 8 9 Pusat Air Tanah dan Air Baku 34 0 0 0 0 0 1 2 0 3 6 4 7 8 3 22 3 2 1 0 0 6 10 BBWS Brantas 578 13 1 36 8 58 127 51 82 18 278 65 94 30 29 218 20 3 1 0 0 24 11 BBWS Bengawan Solo 498 41 3 42 7 93 96 30 91 8 225 45 75 27 12 159 20 1 0 0 0 21 12 BBWS Pemali-Juana 226 3 1 9 2 15 23 17 11 3 54 28 78 22 17 145 12 0 0 0 0 12 13 BBWS Cimanuk-Cisanggarung 302 30 1 33 4 68 55 30 46 5 136 21 45 16 8 90 7 1 0 0 0 8 14 BBWS Citarum 272 12 1 7 7 27 29 49 25 7 110 36 53 22 12 123 12 0 0 0 0 12 15 BBWS Citanduy 200 35 0 10 3 48 20 28 18 5 71 25 31 13 5 74 6 1 0 0 0 7 16 BBWS Ciliwung-Cisadane 118 0 2 6 4 12 5 10 18 9 42 9 24 13 6 52 11 1 0 0 0 12 17 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian 194 4 2 2 4 12 22 22 25 11 80 21 48 21 3 93 8 1 0 0 0 9 18 BBWS Serayu-Opak 355 21 1 11 9 42 50 51 55 7 163 20 76 25 7 128 21 1 0 0 0 22 19 BBWS Mesuji-Sekampung 415 4 1 7 2 14 30 108 59 10 207 51 84 28 18 181 10 3 0 0 0 13 20 BBWS Sumatera VIII 477 8 9 13 13 43 86 139 39 9 273 47 57 27 14 145 14 1 1 0 0 16 21 BWS Sumatera I 465 18 5 8 2 33 36 80 65 14 195 65 111 29 23 228 6 3 0 0 0 9 22 BWS Sumatera II 403 2 2 8 6 18 41 77 73 16 207 46 88 23 11 168 9 1 0 0 0 10 23 BWS Sumatera III 108 1 0 1 0 2 4 32 11 1 48 11 31 9 3 54 4 0 0 0 0 4 24 BWS Sumatera IV 31 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 10 10 3 28 1 1 0 0 0 2 25 BWS Sumatera V 172 0 0 8 3 11 17 34 17 7 75 16 40 16 9 81 5 0 0 0 0 5 26 BWS Sumatera VI 97 2 0 0 0 2 16 15 3 3 37 17 33 3 2 55 2 1 0 0 0 3

Bab III Kapasitas Organisasi

III-5

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air RIIL Komposisi Golongan Pegawai No Unit Kerja PNS I/a I/b I/c I/d Total II/a II/b II/c II/d Total III/a III/b III/c III/d Total IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e Total 27 BWS Sumatera VII 239 0 1 2 1 4 43 38 11 3 95 33 64 23 16 136 3 1 0 0 0 4 28 BWS Kalimantan I 90 0 0 2 1 3 4 19 8 3 34 12 23 8 6 49 3 1 0 0 0 4 29 BWS Kalimantan II 162 0 3 2 2 7 8 40 11 10 69 30 27 18 5 80 5 1 0 0 0 6 30 BWS Kalimantan III 165 2 1 4 0 7 33 11 3 1 48 46 43 11 6 106 4 0 0 0 0 4 31 BWS Bali-Penida 220 1 1 3 3 8 15 52 19 4 90 29 54 24 5 112 9 1 0 0 0 10 32 BWS Nusa Tenggara I 584 26 4 25 16 71 63 98 68 23 252 67 120 36 20 243 17 1 0 0 0 18 33 BWS Nusa Tenggara II 398 9 4 10 4 27 58 136 41 16 251 29 48 26 11 114 5 1 0 0 0 6 34 BBWS Pompengan-Jeneberang 543 26 11 27 11 75 72 91 38 3 204 76 110 31 29 246 16 1 1 0 0 18 35 BWS Sulawesi I 183 0 2 1 0 3 6 39 14 6 65 29 37 26 12 104 8 3 0 0 0 11 36 BWS Sulawesi II 105 1 0 1 1 3 19 16 8 4 47 20 21 7 4 52 2 1 0 0 0 3 37 BWS Sulawesi III 214 4 2 12 2 20 16 55 30 10 111 17 33 19 10 79 3 1 0 0 0 4 38 BWS Sulawesi IV 366 25 0 9 1 35 43 81 60 14 198 43 64 8 14 129 4 0 0 0 0 4 39 BWS Maluku 173 5 0 1 0 6 60 14 22 7 103 26 16 18 2 62 2 0 0 0 0 2 40 BWS Maluku Utara 62 0 0 1 0 1 6 11 7 3 27 9 17 5 3 34 0 0 0 0 0 0 41 BWS Papua 140 5 1 3 1 10 22 21 16 15 74 26 18 9 2 55 1 0 0 0 0 1 42 BWS Papua Barat 33 0 0 2 0 2 1 6 2 1 10 6 5 2 5 18 3 0 0 0 0 3 43 BWS Papua Merauke 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0 2 7 0 0 0 0 0 0 44 Balai Bendungan 28 1 0 0 0 1 2 3 0 2 7 4 8 2 3 17 3 0 0 0 0 3

JUMLAH 9.178 302 59 310 120 791 1.170 1.528 1.023 275 3.996 1.078 1.875 696 369 4.018 300 58 9 5 1 373

Bab III Kapasitas Organisasi

III-6

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.1.3 Berdasarkan Latar Belakang dan Tingkat Pendidikan

Dari total jumlah pegawai (9.178 orang) berstatus PNS baik pusat maupun daerah, pegawai yang mempunyai latar pendidikan teknik sebanyak 2.279 orang (24,83%) dan non teknik sebanyak 6.899 orang (75,17%). Jika melihat komposisi ini tentu saja memprihatinkan mengingat Ditjen Sumber Daya Air sebagai unit organisasi dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan kementerian teknis yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat mempunyai kapasitas sumber daya manusia bidang teknis yang sangat terbatas bahkan bisa dikatakan sangat kurang. Ditjen Sumber Daya Air sebagai unit organisasi yang memikul tanggung jawab terhadap penyelenggaraan infrastruktur bidang sumber daya air memerlukan lebih banyak tenaga teknik (terutama Teknik Sipil) baik sebagai pelaksana teknik, pengawas, maupun perencana.

Meskipun recruitment yang dilakukan mulai Tahun 2005 memberikan persyaratan minimal pendidikan S1 (Teknik dan Non Teknik), dan porsi untuk lulusan S1 dan S2 dengan latar belakang pendidikan Teknik selalu lebih besar namun karena recruitment pada Tahun-Tahun sebelumnya (terutama pengangkatan yang berasal dari jalur Non PNS) lebih banyak dari SMA (sederajat) kebawah berpendidikan non Teknik sehingga berpengaruh pada jumlah secara keseluruhan. Komposisi jumlah pegawai PNS berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Komposisi Pegawai PNS berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 S3 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 TEKNIK - - - 255 1.384 634 6 2.279 NON TEKNIK 384 369 3.923 220 1.621 378 4 6.899 Jumlah 384 369 3.923 475 3.005 1.012 10 9.178 Prosentase (%) 4,18 4,02 42,74 5,18 32,74 11,03 0,11 100

PNS yang mempunyai latar pendidikan teknik sejumlah 2.279 orang atau sebesar 24,83% dari total PNS, mempunyai tingkat pendidikan bervariasi dengan klasifikasi tingkat pendidikan meliputi D3 Teknik Sipil (255 orang atau 11,19%), S1 Teknik Sipil (1.325 orang atau 58,14%), S1 Teknik Geologi/Teknik Geodesi (59

Bab III Kapasitas Organisasi

III-7

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air orang atau 2,59%), S2 Teknik Sipil (634 orang atau 27,82%), dan S3 Teknik (6 orang atau 0,26%). Sebaran pegawai berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Gambar 3.3 dan 3.4 berikut.

SEBARAN PEGAWAI (TEKNIK) BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN S1 Teknik Sipil 1.325 orang (58,14%)

S2 Teknik Sipil 634 orang (27,82%)

S3 Teknik S1 Teknik 6 orang (0,26%) Geologi/Geodesi D3 Teknik Sipil 59 orang (2,59%) 255 orang (11,19%)

Gambar 3.3 Sebaran Pegawai Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sementara itu pegawai yang mempunyai latar belakang Non Teknik sebanyak 6.899 orang (75,17% dari total pegawai) mempunyai komposisi tingkat pendidikan bervariasi dari SD (Sekolah Dasar) hingga S3, yaitu dengan latar belakang pendidikan SD sebanyak 384 orang (5,57%), SMP sebanyak 369 orang (5,35%), SMA sebanyak 3.923 orang (56,86%), D3 sebanyak 220 orang (3,19%), S1 sebanyak 1.621 orang (23,50%), S2 sebanyak 378 orang (5,48%), dan S3 sebanyak 4 orang (0,06%).

Gambar 3.4 Sebaran Pegawai Non-Teknik berdasarkan Tingkat Pendidikan

Bab III Kapasitas Organisasi

III-8

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.1.4 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jika dilihat berdasarkan Jenis Kelamin (Gambar 3.5), komposisi pegawai PNS di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air (total 9.178 orang) adalah pegawai dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 7.301 orang (79,55%) dan pegawai dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.877 orang (20,45%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air didominasi oleh laki-laki, dan keadaan ini sangat mendukung tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya Air dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang sumber daya air terutama untuk tenaga-tenaga yang berada di lapangan.

Perempuan 1.877 orang (20,45%)

Laki-laki 7.301 orang 79,55%

Gambar 3.5 Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin

3.1.5 Upaya Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia

Dalam rangka peningkatan kompetensi sumber daya manusia di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, penugasan untuk keikutsertaan maupun usulan penyelenggaraan pendidikan dan latihan (diklat) telah diupayakan. Bidang diklat yang diikuti mencakup beberapa bidang sebagaimana Tabel 3.4 berikut :

Bab III Kapasitas Organisasi

III-9

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 3.4 Bidang Diklat di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air

BIDANG DIKLAT

TEKNIS SUMBER DAYA JABATAN AIR (Perencanaan dan MANAJEMEN KONSTRUKSI FUNGSIONAL Pengawasan)

Sistem Manajemen Bendungan Teknik Pengairan PIM II Mutu Sistem Manajemen Sungai Arsiparis PIM III K3 Pantai Pranata Humas PIM IV Hukum Kontrak Bendahara Pengadaan Barang Irigasi Pranata Komputer Pengeluaran jasa Rawa PISK

Air Tanah

Air Baku

Alokasi Air

OP Sungai

Realisasi keikutsertaan pegawai atas keempat bidang pendidikan dan latihan yang diselenggarakan sebagaimana disajikan pada grafik dan Tabel 3.5 berikut.

REALISASI DIKLAT PEGAWAI

Gambar 3.6 Grafik Perbandingan Realisasi Keikutsertaan dengan SPRIN DIKLAT

Bab III Kapasitas Organisasi

III-10

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tabel 3.5 Realisasi Diklat Pegawai Ditjen Sumber Daya Air 2016

REALISASI PESERTA BIDANG DIKLAT SPRIN REALISASI

Teknis SDA 1.300 1.120

Manajemen 130 18

Jafung 120 90 Konstruksi 210 120 JUMLAH 1.760 1.348

Berdasarkan tabel diatas jumlah realisasi keikutsertaan peserta diklat jika dibandingkan dengan surat perintah diklat sebesar 76,59%. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kinerja Organisasi Ditjen Sumber Daya Air sangat dipengaruhi oleh dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Adapun hal-hal yang harus menjadi perhatian bersama antara lain :

1. Sebaran jumlah PNS Pusat yang tidak merata di setiap wilayah kerja 2. Latar belakang pendidikan yang tidak seimbang antara yang pendidikan Teknik dan Non Teknik. 3. Minimnya pengadaan pendidikan dan pelatihan, dan/atau kursus-kursus yang diperoleh PNS/Non-PNS sesuai dengan bidang tugasnya.

3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan pembangunan yang berkualitas. Ditjen Sumber Daya Air memiliki sejumlah sarana dan prasarana sebagai berikut : a. Komputer dan peralatan komunikasi : 23.769 Unit. b. Kendaraan Dinas Operasional (KDO) : 7.605 Unit. c. Peralatan berat (Truck/dumptruck, excavator) : 1.477 unit. d. Mesin pompa air : 4.179 unit. e. Kapal Keruk (Dredger) : 22 unit. f. Gedung Kantor, baik di Pusat maupun yang dimiliki masing-masing BBWS/BWS dengan jumlah 6.852 Unit.

Bab III Kapasitas Organisasi

III-11

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Sarana dan Prasarana

23769

7605 6852 4179 1477 22

KOMPUTER & KDO ALAT BERAT MESIN POMPA KAPAL KERUK GEDUNG ALAT AIR KANTOR KOMUNIKASI

Gambar 3.7 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana diatas telah memberikan dukungan yang tinggi terhadap pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Peralatan berat, peralatan komunikasi dan komputer serta kendaraan dinas operasional misalnya, telah memberikan andil yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan dalam upaya terjaganya fungsi infrastruktur sumber daya air yang telah terbangun. Inventarisasi peralatan berat yang ada di seluruh BBWS/BWS tersaji pada gambar 3.8 sebagai berikut : a. Amphibious Excavator, sejumlah 31 unit b. Excavator, sejumlah 90 unit c. Dump Truck, 93 unit d. Dredger, sejumlah 14 unit e. Pompa Air 6”, sejumlah 15 unit f. Pompa Air 4”, sejumlah 136 unit g. Perahu Karet, sejumlah 195 unit h. Mobil pick Up, sejumlah 75 unit i. Wheel Loader, sejumlah 10 unit j. Mobil Pump, sejumlah 46 unit k. Trailer Truck, sejumlah 22 unit l. Ponton, sejumlah 6 unit.

Bab III Kapasitas Organisasi

III-12

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.8 Inventarisasi Peralatan Berat

Sebaran peralatan berat diatas selanjutnya lebih detail disajikan dalam tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6 Sebaran Peralatan Berat

Amphibious Dump Wheel Mobil Trailer Excavator Dredger Ponton NO BBWS/BWS Excavator Truck Loader Pump Truck Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 BWS SUMATERA I 1 1 1 1 2 BWS SUMATERA II 1 1 3 BWS SUMATERA III 2 1 2 4 BWSSUMATERA IV 1 1 5 BWSSUMATERA V 1 3 4 6 BWS SUMATERA VI 1 2 7 BWS SUMATERA VII 1 1 8 BBWS SUMATERA VIII 1 2 3 1 2 9 BWS MESUJISEKAMPUNG 2 1 1 2 1 10 BBWS CIDANAU CIUJUNG CIDURIAN 4 1 1 1 11 BBWS CILIWUNG CISADANE 3 6 10 11 9 1 12 BBWS CITARUM 2 8 11 1 2 5 1 13 BBWS CIMANUK CISANGGARUNG 5 5 4 4 1 14 BBWS CITANDUY 2 3 6 1 1 15 BBWS PEMALI JUANA 1 8 5 1 3 1 16 BBWS SERAYU OPAK 1 4 17 BBWS BENGAWAN SOLO 1 4 7 4 14 1 18 BBWS BRANTAS 1 8 9 2 1 2 19 BWS KALIMANTAN I 1 1 1 20 BWS KALIMANTAN II 2 1 21 BWS KALIMANTAN III 1 1 1 22 BWS SULAWESI I 1 1 1 1 23 BWS SULAWESI II 1 2 1 1 1 24 BWS SULAWESI III 7 2 1 25 BWS SULAWESI IV 1 1 1 1 26 BBWS POMPENGAN JENEBERANG 1 7 1 1 27 BWS BALI PENIDA 2 4 1 1 2 28 BWS NUSA TENGGARA I 1 2 7 2 4 29 BWS NUSA TENGGARA II 2 1 2 30 BWS MALUKU 1 31 BWS MALUKU UTARA 4 2 32 BWS PAPUA 1 33 BWS PAPUA BARAT 1 T O T A L 31 90 93 14 10 46 22 6

Bab III Kapasitas Organisasi

III-13

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016

Pada awal Tahun Anggaran 2016, Ditjen Sumber Daya Air mendapat alokasi dana sebesar Rp. 30,427 Trilyun. Namun terjadi Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P), sehingga pagu akhir Ditjen Sumber Daya Air menjadi Rp. 28,294 T, dan terdapat self blocking sebesar Rp. 2 T. Berikut disajikan perjalanan pagu awal – akhir Ditjen Sumber Daya Air pada gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Kronologi Pagu Ditjen Sumber Daya Air TA 2016

3.3.1 Triwulan I

Pada awal Tahun anggaran 2016, Ditjen Sumber Daya Air mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 30,427 Trilyun untuk melaksanakan kegiatan sebanyak 13.394 paket, yang terdiri dari :

a. Administrasi umum, 2.304 paket dengan total pagu Rp. 2,686 Trilyun b. Swakelola, 6.863 paket dengan total pagu Rp. 3,860 Trilyun c. Kontraktual, 4.227 paket dengan total pagu Rp. 23,883 Trilyun.

Bab III Kapasitas Organisasi

III-14

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Distribusi pagu anggaran berdasarkan kategori pengadaan, berdasarkan kegiatan, dan berdasarkan jenis belanja Triwulan I Tahun anggaran 2016 secara detil disajikan pada Gambar 3.10, Gambar 3.11, dan Gambar 3.12.

Gambar 3.10 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan I

Bab III Kapasitas Organisasi

III-15

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.11 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan I

Bab III Kapasitas Organisasi

III-16

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.12 Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan I

Bab III Kapasitas Organisasi

III-17

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Menurut Permen PUPR No : 20/PRT/M/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pelaksanaan anggaran pada Ditjen Sumber Daya Air dibagi kepada total 184 Satker yang terdiri dari : i) 10 Satker Pusat; ii) 33 Satker Balai; ii) 25 Satker OP; iii) 40 SNVT PJPA; iv) 39 SNVT PJSA; v) 28 SKPD TP-OP; vi) 8 Satker Pembangunan Bendungan; dan vii) 1 Satker Air Tanah dan Air Baku.

3.3.2 Triwulan II

Selanjutnya pada triwulan II Ditjen Sumber Daya Air mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 30,427 Trilyun untuk melaksanakan kegiatan sebanyak 13.555 paket, yang terdiri dari :

a. Administrasi umum, 2.304 paket dengan total pagu Rp. 2,467 Trilyun. b. Swakelola, 6.863 paket dengan total pagu Rp. 4,413 Trilyun. c. Kontraktual, 4.388 paket dengan total pagu Rp. 23,546 Trilyun.

Distribusi pagu anggaran berdasarkan kategori pengadaan, berdasarkan kegiatan, dan berdasarkan jenis belanja Triwulan II Tahun anggaran 2016 secara detil disajikan pada Gambar 3.13, Gambar 3.14, dan Gambar 3.15.

Gambar 3.13 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan II

Bab III Kapasitas Organisasi

III-18

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.11 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan II

Bab III Kapasitas Organisasi

III-19

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.12 Postur Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Triwulan II

Bab III Kapasitas Organisasi

III-20

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.3.3 Triwulan III

Pada Triwulan III Tahun Anggaran 2016 melalui INPRES No. 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, terjadi penghematan anggaran sebesar 2 Trilyun yang dilakukan melalui pemblokiran mandiri terhadap program/kegiatan yang tidak prioritas dan anggaran tersebut tidak dicairkan (self blocking). Alokasi anggaran Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan III ini sebesar Rp. 28,693 Trilyun (Termasuk didalamnya Rp. 2 Trilyun yang tidak bisa dicairkan dan dana blokir sebesar RP. 778 Milyar untuk beberapa paket yang loannya belum efektif/belum ada Loan Agreement antara lain paket Engineering Service Project (ESP) yang ada di Pusatab, FMSRB di BWS Maluku, IPDMIP di BWS Sumatera I, dan Jatigede di BBWS Cimanuk Cisanggarung). Distribusi anggaran Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan III berdasarkan kategori pengadaan, postur anggaran berdasarkan jenis kegiatan dan postur anggaran per jenis belanja disajikan dalam gambar 3.16, gambar 3.17 dan gambar 3.18 berikut.

Gambar 3.16 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan III

Bab III Kapasitas Organisasi

III-21

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.17 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan III

Bab III Kapasitas Organisasi

III-22

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.18 Postur Anggaran Bedasarkan Jenis Belanja Triwulan III

Bab III Kapasitas Organisasi

III-23

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3.3.4 Triwulan IV

Pada Triwulan IV terjadi lagi perubahan DIPA Ditjen Sumber Daya Air akibat adanya drop loan pada paket Pembangunan Waduk Jatigede (new additional loan) sebesar Rp. 527 Milyar dan percepatan loan sebesar Rp. 7 Milyar, sehingga pagu akhir Ditjen Sumber Daya Air menjadi Rp. 28,294 Trilyun. Distribusi anggaran Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan IV berdasarkan kategori pengadaan, postur anggaran berdasarkan jenis kegiatan dan postur anggaran per jenis belanja disajikan dalam gambar 3.19, gambar 3.20 dan gambar 3.21 berikut.

Gambar 3.19 Distribusi Anggaran Berdasarkan Kategori Pengadaan Triwulan IV

Bab III Kapasitas Organisasi

III-24

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.20 Postur Anggaran Berdasarkan Kegiatan Triwulan IV

Bab III Kapasitas Organisasi

III-25

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Gambar 3.21 Postur Anggaran Bedasarkan Jenis Belanja Triwulan IV

Bab III Kapasitas Organisasi

III-26

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Daerah Irigasi Karau Provinsi Kalimantan Tengah

Bab IV Akuntabilitas Kinerja

BAB IV 4.1. Capaian Kinerja Organisasi 4.1.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Capaian Sasaran Program Akuntabilitas Kinerja

Penilaian Kinerja yang diberikan pada rencana aksi Tahun 2016 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Permen PAN&RB Nomor 20 Tahun 2013. Penilaian dibagi menjadi 6 kategori dan dibedakan berdasarkan range nilai dan warna seperti dalam Tabel 2.6 di atas.

Pengukuran Kinerja Tahun 2016 merupakan langkah untuk membandingkan realisasi Kinerja dengan sasaran (target) Kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja 2016 dalam rangka pelaksanaan DIPA APBN TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air serta diukur pada setiap Triwulan.

Nilai Kinerja dari masing-masing output merupakan perbandingan nilai Kinerja dari realisasi terhadap target capaian kinerja yang telah ditetapkan dari masing masing sub-output dalam sistem emonitoring.

4.1.2 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan I

Sampai dengan akhir Triwulan I, realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air sebesar 9,07%, sementara target capaian fisik 10,33%. Sehingga terdapat deviasi progres fisik sebesar -1,26%. Capaian indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air pada triwulan I sebesar 28,97%, secara umum capaian per indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air masih baik karena deviasi yang terjadi masih dibawah 10%. Gambar 4.1 memperlihatkan grafik perbandingan target dengan realisasi fisik/output Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan I 2016. Pagu paket Kontraktual pada akhir Triwulan I adalah senilai Rp. 23,883 T dengan total paket kontraktual 4.227 paket, dengan progres pelaksanaan pelelangan sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.2 dan Tabel 4.1. Secara

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-1 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

umum progres pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan karena adanya kebijakan Pemerintah mengenai pelaksanaan lelang dini kegiatan TA 2016 dapat dimulai pada bulan Agustus 2015.

12 Target Fisik Ditjen. SDA 10.33 Real Fisik Ditjen. SDA

8 9.07

5.15

4 4.78 2.08

1.76 0 Jan Feb Mar

Gambar 4.1 Kurva-S Progres Fisik Triwulan I Namun deviasi progres fisik terjadi karena beberapa paket pekerjaan mengalami penundaan proses lelang disebabkan antara lain DED/review desain belum selesai, beberapa paket Tahun jamak (MYC) baru masih proses RPB dan/atau proses pengajuan usulan kegiatan Tahun Jamak (MYC), serta masih adanya kendala pembebasan tanah khususnya pada kegiatan pembangunan Bendungan baik Bendungan lanjutan (Bendungan Pidekso, Tukul, Gondang, Bendo, Gongseng, di JawaTengah dan Jawa Timur) maupun Bendungan baru.

Gambar 4.2 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan I

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-2 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.1 Progres Paket Kontraktual Triwulan I

Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %

Total Kontraktual 4.227 23.883.439.046 2.105.981.527 11,85 a. Tahunan 3.929 13.701.433.245 1.407.777.833 b. MYC Baru 86 1.721.615.481 36.482.237 c. MYC Lanjutan 212 8.460.390.320 661.721.457

Tahunan 3.929 13.701.433.245 1.407.777.833 16,08 a.Terkontrak 1.914 8.755.588.694 1.407.777.833 b.Proses Lelang 953 2.670.612.945 c. Belum Lelang 1.062 2.275.231.606 d. Sisa Lelang 1.097.915.010

MYC Baru 86 1.721.615.481 36.482.237 6,50 a.Terkontrak 6 561.316.610 36.482.237 b.Proses Lelang 17 79.188.390 c. Belum Lelang 63 1.081.110.481 d. Sisa Lelang - -

MYC Lanjutan 212 8.460.390.320 661.721.457 7,82 a.Terkontrak 212 8.460.390.320 661.721.457 b.Proses Lelang - - c. Belum Lelang - -

Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh) pada sasaran program sampai dengan Triwulan I dievaluasi dengan membandingkan antara realisasi dengan target/rencana capaian. Tabel 4.2 menyajikan capaian kinerja masing-masing indikator kinerja.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-3 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.2 Capaian Indikator Kinerja Triwulan I Triwulan I No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Output Target Outcome RN RL Kinerja 973,98 Km Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 123 Buah 6,27 m3/detik 6,79 5,08 74,80 penyediaan air baku 245 Titik Meningkatnya layanan sarana dan prasarana 177,84 Km 1 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan 3 penyediaan air baku 2 29 Buah 0,92 m /detik 22,43 16,60 73,99 prasarana penyediaan air baku 237 Titik Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana 3 484 Buah 60,92 m3/detik 8,43 1,42 16,83 penyediaan air baku 22 Waduk on going ; 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 8 Baru 52,87 juta m3 13,56 1,73 12,77 387 Buah 5 Bendungan Meningkatnya kapasitas tampung sumber 2 2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 71 Buah 3,73 juta m3 7,71 3,08 39,91 air 7 Danau 167 Bendungan 3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 1.207 Buah 4.745,56 juta m3 10,34 2,05 19,84 42 Danau Meningkatnya kapasitas pengendalian daya Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak 326,82 Km 3 1 18.281,89 Ha 7,46 2,26 30,33 rusak air air 29 Buah Meningkatnya keterpaduan tata kelola 4 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 20,00 15,00 75,00 pengelolaan Sumber Daya Air Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di konservasi 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 20% 20 % 15,00 10,00 66,67 pada kawasan prioritas 1.619 Km 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 51.676 Ha 11,60 2,62 22,55 19 Bendung 3.100 Km 2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 347.607 Ha 9,29 3,32 35,72 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 4 Bendung 751.710 Km 3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.559.749 Ha 14,10 3,46 24,55 554 Bendung 4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - - Meningkatnya potensi energi dari sumber 7 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw - - 0,00 daya air Total Kinerja 10,47 3,03 28,97 Deviasi -7,44

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-4 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja pada masing-masing sasaran program berdasarkan Rencana Aksi pada Triwulan I :

1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :

Target Target Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku 973,98 Km Peningkatan debit layanan sarana dan 123 Buah 6,27 1 3 6,79 5,08 74,80 prasarana penyediaan air baku 245 Titik m /detik

Pengembalian fungsi dan debit layanan 177,84 Km 0,92 2 sarana dan prasarana penyediaan air 29 Buah 22,43 16,60 73,99 m3/detik baku 237 Titik Terjaganya fungsi dan debit layanan 60,92 3 sarana dan prasarana penyediaan air 484 Buah 8,43 1,42 16,83 m3/detik baku a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 74,80% (hijau) termasuk dalam kategori sangat baik. Capaian ini disebabkan karena beberapa paket kegiatan sudah terkontrak sejak awal Januari 2016 karena adanya lelang dini, dan dalam tahap pelaksanaan meskipun progres masih rendah. Target output pada indikator kinerja ini adalah 973,98 jaringan pipa transmisi, 123 buah prasarana intake dan embung untuk air baku dan pengeboran 245 titik sumur air tanah. Sampai dengan Triwulan I belum ada output maupun outcome yang tercapai karena sebagian paket dalam tahap pelaksanaan dan sebagian dalam proses lelang dan belum lelang. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 73,99% (hijau) masuk dalam kategori baik. Kegiatan rehabilitasi sarana/prasarana air baku sebagian sudah ada yang terkontrak pada periode Januari – Maret 2016, dan dalam tahap pelaksanaan. c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 16,83% termasuk kategori sangat kurang (merah), perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini disebabkan karena kegiatan operasi dan pemeliharaan belum berjalan dan masih dalam tahap persiapan, dimana

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-5 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan sebagian besar dilakukan dengan cara swakelola.

2. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :

Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output Target Outcome RN RL Kinerja

2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air

Peningkatan kapasitas tampung 22 Wdk On going; 1 52,87 juta m3 13,56 1,73 12,77 sumber air 8 baru, 387 buah Pengembalian fungsi dan 5 Bendungan; 71 2 3,73 juta m3 7,71 3,08 39,91 kapasitas tampung sumber air buah, 7 danau 167 Bendungan; Terjaganya fungsi dan kapasitas 3 1.207 buah, 42 4.745,56 juta m3 10,34 2,05 19,84 tampung sumber air danau

a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 12,77% (merah). Progres kegiatan pembangunan 22 Bendungan on-going masih dalam tahap konstruksi karena paket pekerjaan Tahun jamak. Progres fisik pembangunan on-going yang masih rendah disebabkan adanya kendala pembebasan lahan dan sebagian terkontrak pada periode Triwulan IV Tahun 2015. Capaian target akan dapat diperhitungkan pada saat konstruksi Bendungan sudah selesai. Sedangkan untuk pembangunan 8 Bendungan baru masih ada kendala pada proses pembebasan lahan dan beberapa masih dalam proses RPB. Capaian target pembangunan 387 embung juga baru akan dapat diperhitungkan pada saat konstruksi sudah selesai dibangun. b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 39,91% (kuning). Kinerja kegiatan rehabilitasi termasuk dalam kategori kurang, perlu perbaikan dan perubahan yang mendasar. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kegiatan rehabilitasi yang masih belum berjalan atau terkontrak. c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 19,84% (merah) dan masuk dalam kategori sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-6 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

mendasar, dikarenakan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada umumnya dikerjakan secara swakelola, dan sebagian belum berjalan disebabkan masih dalam proses lelang dan persiapan DED.

3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :

Target Target Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air

Peningkatan luas kawasan yang 326,82 km; 1 18.281,89 Ha 7,46 2,26 30,33 terlindungi dari daya rusak air 29 buah

a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan nilai realisasi capaian Kinerja fisik 30,33% (kuning), termasuk dalam kategori kurang, perlu perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar. Hal ini disebabkan karena kegiatan pengendalian daya rusak air (pembangunan tanggul dan kanal banjir, perkuatan tebing, normalisasi sungai, pembangunan pengendali lahar, pembangunan infrastruktur pemecah gelombang dan tembok penahan gelombang) banyak yang belum terkontrak atau masih dalam proses lelang atau belum lelang. Beberapa pekerjaan Tahun jamak yang menjadi program prioritas sudah berjalan konstruksinya namun progres masih rendah, diantaranya normalisasi Kali Ciliwung dan Kali Cisadane, pembangunan pengamanan Pantai di Jakarta, pengendalian Banjir Sungai Asahan (Sumatera Utara), pengendalian banjir dan sedimen Batang Kuranji (Sumatera Barat).

4. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Triwulan I Target Target No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air

1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 20,00 15,00 75,00

a. Peningkatan presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 75,00% (hijau) masuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan tata kelola internal organisasi, keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, serta

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-7 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

koordinasi dan hubungan dengan stakeholder sudah berjalan di lingkungan Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.

5. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air

Peningkatan persentase 1 kawasan/lokasi yang di konservasi 20% 20% 15,00 10,00 66,67 pada kawasan prioritas

a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 66,67% (hijau) termasuk dalam kategori baik, hal ini disebabkan sebagian paket kegiatan kawasan/lokasi yang dilindungi sudah dalam tahap pelaksanaan, diantaranya melalui kegiatan upaya perlindungan sungai dan sempadan sungai, perlindungan terhadap mata air, serta revitalisasi danau.

6. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :

Target Target Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja

6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi Peningkatan layanan jaringan 1.619 Km 1 51.676 Ha 11,60 2,62 22,55 irigasi 19 Bendung Pengembalian fungsi dan layanan 3.100 Km 2 347.607 Ha 9,29 3,32 35,72 jaringan irigasi 4 Bendung Terjaganya fungsi dan layanan 751.710 Km 3 3.559.749 Ha 14,10 3,46 24,55 jaringan irigasi 554 Bendung Persentase daerah irigasi yang 4 12% 12% - - - diairi oleh Bendungan

a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 22,55% (merah) masih dalam kategori sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembangunan/peningkatan irigasi permukaan, tambak dan jaringan irigasi air tanah baru 69 paket terkontrak (antara lain DI Wadaslintang, DI Karangtalun, DI Lhok Guci, DI

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-8 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Aek Sigeaon, DI Sitakkurak, DI Osaka, DI Kelarik, DI Siulak Deras, DI Batang Sangkir, DI Lempuing, DI Lematang), dan sisanya dalam proses lelang (DI Komering Paket I dan II), belum lelang (DI Kahoho, Jaringan irigasi Tambak, DR Pulau Palas, DR Kuala Sebatu, DR Segedong, DR Semelagi, Jaringan tata air tambak Kamanre, Jaringan tambak Luwu), beberapa masih di blokir (Bendung Batang Asai-MYC, DI Sidey, DI Bomberay), proses MYC (DI Air Lakitan), menunggu persetujuan RPB (DI Baliase). b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, mempunyai kinerja kurang, perlu perbaikan dan perubahan mendasar dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 35,72% (kuning). Paket-paket kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi sebagian besar sudah terkontrak namun progres pelaksanaannya masih rendah, beberapa paket pekerjaan belum terkontrak, beberapa masih di blokir (DI Siulak Deras, DI Limun Singkut, DI Lempur), dan menunggu persetujuan lender dari Bank Dunia (paket pekerjaan yang didanai WISMP II pada BBWS Citarum). c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 24,55% (merah) termasuk dalam kategori sangat kurang. Hal ini disebabkan karena proses lelang baru akan dilaksanakan setelah akhir musim tanam atau pada masa pengeringan. d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5 Bendungan selesai dibangun yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah irigasi sebagai berikut : i) Bendungan Rajui mempunyai potensi mengairi DI Rajui seluas 1.000 hektar; ii) Bendungan Jatigede mempunyai potensi mengairi DI Rentang seluas 90.000 hektar (eksisting); iii) Bendungan Bajul Mati mempunyai potensi mengairi DI Bajul mati seluas 1.800 hektar (pengembangan); iv) Bendungan Nipah potensi mengairi daerah irigasi seluas 1.150 hektar (pengembangan); v) Bendungan Titab potensi untuk mengairi DI Puluran dan DI Saba seluas 1.795 hektar (eksisting). Total potensi DI yang diairi dari 5 (lima) Bendungan tersebut seluas 95.744,82 hektar (DI eksisting kurang lebih

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-9 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

90.000 hektar, sisanya DI pengembangan). Sehingga total daerah irigasi yang berpotensi diairi dari Bendungan pada Tahun 2016 bertambah dari 761.542 hektar menjadi 857.286,82 hektar dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 hektar (12%).

7. Capaian Kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan I No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja

7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air Peningkatan potensi energi sumber 1 1.35 MW 1,35 MW - - 0 air

a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja fisik 0,00% (Merah), sangat kurang. Pengukuran kinerja pada sasaran program ini sejalan dengan sasaran program ke-2 yaitu meningkatnya kapasitas tampung sumber air dengan indikator kinerja peningkatan kapasitas tampung air berupa pembangunan Bendungan baru. Capaian target baru dapat diperhitungkan pada saat konstruksi selesai dibangun. Hingga akhir Triwulan I TA 2016 ini pembangunan infrastruktur Bendungan, terutama Bendungan on-going belum ada yang selesai dan dapat beroperasi. Outcome dari indikator kinerja ini bergantung pada outcome tampungan air waduk yang dapat dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.

Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan kegiatan pada Triwulan I dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut : 1. Faktor Penyebab Kegagalan Secara umum, faktor penyebab rendahnya capaian Kinerja beberapa indikator Kinerja pada Triwulan I disebabkan antara lain : a. Terkendala pembebasan lahan yang berkaitan dengan proses negosisasi nilai kompensasi, proses TMKH dan PPKH yang memakan waktu cukup lama, a.l : Bendungan Gongseng di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu di Provinsi Jawa Timur, Bendungan Leuwikeris di jawa Barat.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-10 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

b. Keterlambatan Pelelangan 1) Dana Blokir Terdapat 6 (enam) paket pembangunan Bendungan (Rukoh/Aceh; Sukoharjo/Lampung; Ladongi/Sulut; Ciawi/Bogor; Sukamahi/Bogor; Cipanas/Jawa Barat) belum lelang terkendala dana masih diblokir dan persiapan dokumen RPB untuk pengajuan ijin MYC. 2) Paket-paket MYC Baru (86 paket) belum lelang, masih melengkapi dokumen pengusulan ijin MYC dan masalah pembebasan tanah. 3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik Tahunan dengan pagu < Rp. 200 juta, terutama kegiatan operasi dan pemeliharaan pada umumnya belum dilelangkan karena masih menunggu akhir musim tanam. c. Masalah Sosial dan Pembebasan Tanah Pada beberapa pelaksanaan konstruksi, ditemui permasalahan sosial, contohnya : Pembangunan Bendungan Jatigede, Sudetan Ciliwung, Bendungan-Bendungan dan Pengendali Banjir Jabung Ring Dike (BBWS Bengawan Solo), Bendungan Sembayat di Bengawan Solo (dikaitkan dengan isu HAM). 2. Faktor Penyebab Keberhasilan a. Adanya kebijakan lelang dini kegiatan Tahun 2016 yang dilaksanakan mulai Agustus 2015. b. DIPA 2016 sudah diterima pada Januari 2016 oleh masing-masing unit satuan kerja. c. Kesiapan organisasi penanggungjawab pelaksanaan, termasuk ULP dan POKJA pada masing-masing unit satuan kerja yang dibentuk sejak awal Tahun 2016. d. Kesiapan atau readiness criteria (FS, AMDAL, DED) yang lebih baik/mantap.

4.1.3 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan II

Sampai dengan akhir Triwulan II, realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air sebesar 35,61 %; realisasi keuangan 32,61 %, sementara target capaian fisik 35,74 % dan rencana penyerapan keuangan sebesar 36,98 %, sehingga terdapat deviasi progres fisik sebesar -0,13% dan deviasi progres keuangan sebesar - 4,37%. Dibandingkan dengan progres keuangan bulan Juni Tahun 2015 sebesar

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-11 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

26,68% dari target/rencana penyerapan sebesar 17,15%, dan realisasi progres fisik 17,08% dari target fisik sebesar 22,88%. Secara umum capaian per indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air masih baik karena deviasi yang terjadi masih dibawah 10%. Gambar 4.3 memperlihatkan grafik perbandingan target dan realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan II TA 2016.

40 35.74 Target Fisik Ditjen. SDA Real Fisik Ditjen. SDA 35.61 30 25.26

24.74 20 16.97

10.33 15.83 10 5.15 2.08 9.07 4.78 0 1.76 Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Gambar 4.3 Kurva S Progres Fisik Triwulan II

Total paket Kontraktual sampai dengan akhir Triwulan II adalah 4.388 paket senilai 23,546 T, yang terdiri dari 3.484 Paket senilai Rp. 20,331 T (86,34%) sudah terkontrak, 549 Paket senilai Rp. 2,172 T (9,22%) masih proses lelang dan 355 Paket senilai Rp. 1,043 T (4,42%) belum lelang. Secara umum progres pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan karena lelang dini sudah dimulai pada bulan September 2015. Namun deviasi progres fisik terjadi karena adanya kendala, antara lain : belum selesainya DED/review desain kegiatan pembangunan jaringan irigasi pada DI Batang Bayang, DI. Batang Asai, DI. Kalukku (Sulawesi Barat), kegiatan pembangunan 8 Bendungan baru dalam proses penyelesaian proses RPB, menunggu proses persetujuan NOL dokumen lelang kegiatan WISMP II, penyelesaian detail desain paket-paket serta masih adanya kendala pembebasan tanah. Sementara untuk paket-paket kegiatan Operasi dan Pemeliharaan masih belum ada realisasi yang berarti. Progres pelaksanaan paket-paket kontraktual hingga akhir Triwulan II disajikan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 sebagai berikut.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-12 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.3 Progres Paket Kontraktual Triwulan II Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %

Total Kontraktual 4.388 23.546.621.349 6.836.352.327 33,62 a. Tahunan 4.062 13.206.058.664 4.699.861.229 b. MYC Baru 107 1.542.857.339 15.476.687 c. MYC Lanjutan 219 8.797.705.346 2.121.014.411 Tahunan 4.062 14.115.874.999 4.699.861.229 41.37 a. Terkontrak 3.260 11.359.819.418 4.699.861.229 b. Proses Lelang 479 1.380.832.140 c. Belum Lelang 323 465.407.106 d. Sisa Lelang 909.816.335 MYC Baru 107 1.542.857.339 15.476.687 8,89 a.Terkontrak 5 174.053.412 15.476.687 b.Proses Lelang 70 791.189.234 c. Belum Lelang 32 577.614.693 d. Sisa Lelang - - MYC Lanjutan 219 8.797.705.346 2.121.014.411 24,11 a.Terkontrak 219 8.797.705.346 2.121.014.411 b.Proses Lelang - - c. Belum Lelang - -

Gambar 4.4 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan II

Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh) sasaran program pada Triwulan II dievaluasi dengan membandingkan antara realisasi dengan target/rencana capaian. Nilai capaian yang diperoleh

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-13 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dikorelasikan dengan range nilai dan kategori warna pada kriteria penilaian menurut Permen PAN & RB No. 20 Tahun 2013.

Tabel 4.4 menunjukkan realisasi kinerja masing-masing indikator kinerja sasaran program. Sampai dengan Triwulan II, total capaian kinerja sasaran program sebesar 90,96% (Memuaskan), dimana realisasi capaian indikator kinerja sebesar 33,50% dari rencana 36,83%.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-14 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.4 Capaian Indikator Kinerja Triwulan II TARGET TRIWULAN II NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTCOME OUTPUT RN RL KINERJA 973,98 Km Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 123 Buah 6,27 m3/detik 38,84 44,70 115,08 penyediaan air baku 245 Titik 177,84 Km Meningkatnya layanan sarana dan prasarana Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan 1 2 29 Buah 0,92 m3/detik 61,91 67,88 109,64 penyediaan air baku prasarana penyediaan air baku 237 Titik Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan 3 484 Buah 60,92 m3/detik 39,52 33,20 84,01 prasarana penyediaan air baku 22 Wdk on 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air going ; 8 Baru 52,87 juta m3 38,85 25,39 65,36 387 Buah 5 Bendungan 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 71 Buah 3,73 juta m3 37,36 34,41 92,11 7 Danau 167 Bendungan 3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 1.207 Buah 4.745,56 juta m3 42,90 29,55 68,88 42 Danau Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya 326,82 Km 3 1 18.281,89 Ha 31,01 31,99 103,15 air rusak air 29 Buah Meningkatnya keterpaduan tata kelola 4 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 40,00 35,00 87,50 pengelolaan Sumber Daya Air Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 20% 20 % 35,00 30,00 85,71 konservasi pada kawasan prioritas 1.619 Km 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 51.676 Ha 34,19 28,78 84,18 19 Bendung 3.100 Km 2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 347.607 Ha 36,06 40,70 112,85 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 4 Bendung 751.710 Km 3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.559.749 Ha 45,82 36,64 79,96 554 Bendung 4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - - 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw 0,00 0,00 0,00 Total Kinerja 36,83 33,50 90,96 Deviasi (3,33)

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-15

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan II :

1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :

No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Target Triwulan II Output Outcome RN RL Kinerja 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku 1 Peningkatan debit layanan sarana 973,98 Km dan prasarana penyediaan air baku 123 Buah 6,27 m3/detik 38,84 44,70 115,08 245 Titik 2 Pengembalian fungsi dan debit 177,84 Km layanan sarana dan prasarana 29 Buah 0,92 m3/detik 61,91 67,88 109,64 penyediaan air baku 237 Titik 3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana 484 Buah 60,92 m3/detik 39,52 33,20 84,01 penyediaan air baku a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai capaian kinerja 115,08% (biru) masuk dalam kategori memuaskan. Capaian kinerja pada indikator ini dapat melampaui target yang telah ditetapkan. Hal ini dicapai karena pelaksanaan kegiatan yang meliputi pembangunan air baku perpipaan, pembuatan sumur bor untuk air baku sudah berjalan. Paket-paket kegiatan penyediaan sasarana dan prasarana air baku pada umumnya berkisar Rp. 1,0 m – Rp. 3,0 m. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai capaian kinerja 109,64% (biru), masuk dalam kategori memuaskan. Kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana air baku sudah berjalan bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Kegiatan rehabilitasi prasarana dan sarana air baku pada umumnya berskala kecil. c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, berkinerja sangat baik dengan nilai capaian 84,01% (biru muda). Indikator kinerja ini merupakan realisasi kegiatan operasi pemeliharaan sudah dalam tahap pelaksanaan.

2. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-16

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target Outcome Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output RN RL Kinerja 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 1 Peningkatan kapasitas tampung 22 Wdk On sumber air going; 8 baru, 52,87 juta m3 38,85 25,39 65,36 387 buah 2 Pengembalian fungsi dan 5 Bendungan; kapasitas tampung sumber air 71 buah, 7 3,73 juta m3 37,36 34,41 92,11 danau 3 Terjaganya fungsi dan kapasitas 167 tampung sumber air Bendungan; 4.745,56 juta m3 42,90 29,55 68,88 1.207 buah, 42 danau

a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan kinerja baik, dan perlu perbaikan, dengan nilai realisasi capaian 65,36% (hijau). Untuk pekerjaan pembangunan 22 (dua puluh dua) Bendungan on going dalam tahap konstruksi dan sebagian besar menunjukkan progres yang signifikan di atas 50% baik fisik maupun keuangan. Beberapa Bendungan yang progresnya masih rendah terkendala pada proses pembebasan lahan (antara lain Bendungan Kuningan, Bendungan Muara Sei Gong, Bendungan Karalloe, Bendungan Sindang Heula, Waduk Gongseng). Sementara untuk 8 Bendungan baru, 2 Bendungan yaitu Bendungan Kuwil dan Bendungan Leuwikeris masih dalam tahap proses lelang, sedangkan 6 Bendungan lainnya (Bendungan Rukoh, Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi, Bendungan Cipanas, Bendungan Ladongi, dan Bendungan Sukoharjo) dalam proses RPB. Progres pembangunan 387 buah embung dalam tahap pelaksanaan. b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian Kinerja 92,11% (biru). Kinerja kegiatan rehabilitasi termasuk dalam kategori memuaskan. Capaian kinerja pada indikator ini sangat baik karena kegiatan rehabilitasi Bendungan, embung dan bangunan penampung air lainnya dalam tahap pelaksanaan dan dapat melampaui target yang telah ditetapkan. c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 68,88% (hijau) dan masuk dalam kategori baik, dan perlu peningkatan Kegiatan operasi dan pemeliharaan pada

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-17

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

beberapa bangunan penampung sumber air sudah mulai berjalan dalam tahap pelaksanaan.

3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :

Target Target Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air Peningkatan luas kawasan yang 326,82 km; 1 18.281,89 Ha 31,01 31,99 103,15 terlindungi dari daya rusak air 29 buah

a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan nilai capaian Kinerja 103,15% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan dapat melampaui target yang telah ditetapkan, dikarenakan sebagian besar (70% dari total paket) kegiatan pengendalian daya rusak air sudah dalam tahap pelaksanaan.

4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 40,00 35,00 87,50

a. Peningkatan presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja 87,50% (biru) masuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan wajib balai meliputi tata kelola internal organisasi, keuangan, penyusunan pola dan rencana PSDA, koordinasi terkait alokasi air (RAAT-Rencana Alokasi Air Tahunan), hidrologi dan kualitas air, Sistem Informasi dan Data SDA (SISDA) serta koordinasi dan hubungan dengan stakeholder melalui TKPSDA sudah berjalan dengan baik di masing-masing BBWS/BWS.

5. Capaian kinerja pada sasaran strategis “Meningkatnya upaya konservasi sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air Peningkatan persentase 1 kawasan/lokasi yang di konservasi 20% 20% 35,00 30,00 85,71 pada kawasan prioritas

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-18

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan nilai capaian kinerja 85,71% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan, hal ini disebabkan sebagian paket kegiatan perlindungan sungai dan sempadan sungai, perlindungan terhadap mata air, serta revitalisasi danau sudah dalam tahap pelaksanaan.

6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :

Target Target Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi Peningkatan layanan jaringan 1.619 Km 1 51.676 Ha 34,19 28,78 84,18 irigasi 19 Bendung Pengembalian fungsi dan layanan 3.100 Km 2 347.607 Ha 36,06 40,70 112,85 jaringan irigasi 4 Bendung Terjaganya fungsi dan layanan 751.710 Km 3 3.559.749 Ha 45,82 36,64 79,96 jaringan irigasi 554 Bendung Persentase daerah irigasi yang 4 12% 12% - - - diairi oleh Bendungan a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 84,18% (biru muda) termasuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan karena 75% dari kegiatan pembangunan/peningkatan irigasi permukaan, irigasi rawa, tambak dan jaringan irigasi air tanah sudah dalam tahap pelaksanaan, sebagian sisanya dalam proses lelang. b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, mempunyai kinerja memuaskan, melampaui target yang telah ditetapkan, dengan nilai capaian kinerja 112,85% dikarenakan pekerjaan rehabilitasi bendung/jaringan irigasi sudah dalam tahap pelaksanaan konstruksi. c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai kinerja 79,96% (biru muda) termasuk dalam kategori sangat baik. Kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sudah dalam tahap pelaksanaan dan sebagian sisanya dalam proses lelang.

d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5 Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-19

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

irigasi total seluas 95.744,82 hektar. Sehingga potensi daerah irigasi yang diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 hektar menjadi 857.286,82 hektar dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 hektar.

7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan II No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1.35 MW 1,35 MW - - 0

a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai capaian kinerja 0% (merah) termasuk dalam kategori sangat kurang. Pengukuran kinerja pada sasaran program ini sejalan dengan sasaran program ke-2 yaitu meningkatnya kapasitas tampung sumber air dengan indikator kinerja peningkatan kapasitas tampung air berupa pembangunan Bendungan baru. Capaian target baru dapat diperhitungkan pada saat konstruksi selesai dibangun. Hingga akhir Triwulan II TA 2016 ini pembangunan infrastruktur Bendungan on-going belum ada yang selesai sedangkan sebanyak 8 Bendungan baru dalam Tahun 2016 belum ada yang terkontrak, masih ada kendala pada proses pembebasan lahan dan beberapa masih dalam proses RPB dan pengusulan persetujuan Kontrak Tahun Jamak.

Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan kegiatan pada Triwulan II dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :

1. Faktor Penyebab Kegagalan Secara umum, faktor penyebab rendahnya capaian Kinerja beberapa indikator Kinerja pada Triwulan II disebabkan antara lain : a. Terkendala pembebasan lahan, beberapa proses tukar menukar kawasan hutan (TMKH) belum selesai, (TMKH dan PPKH) a.l : Bendungan Gongseng di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu di Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tanju di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-20

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

b. Keterlambatan Pelelangan 1) Dana Blokir Terdapat 6 (enam) paket pembangunan Bendungan (Rukoh/Aceh; Leuwikeris/Jawa Barat; Ladongi/Sulut; Ciawi/Bogor; Sukamahi/ Bogor; Cipanas/Jawa Barat) belum lelang terkendala dana masih diblokir dan persiapan dokumen RPB untuk pengajuan ijin MYC. 2) Paket-paket MYC Baru (56 paket) belum lelang, masih melengkapi dokumen pengusulan ijin MYC dan masalah pembebasan tanah. 3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik Tahunan dengan pagu < Rp. 200 juta, terutama kegiatan operasi dan pemeliharaan pada umumnya belum dilelangkan karena masih menunggu akhir musim tanam. 4) Dokumen SID yang sudah tidak relevan dengan kondisi lapangan sehingga mengakibatkan terjadi permasalahan dalam proses pengadaannya, dan diperlukan tindak lanjut review desain pada kegiatan pembangunan tanggul banjir di Kab. Tangerang dan kegiatan modernisasi jaringan irigasi Rentang di Kab. Majalengka dan Kab. Indramayu.

c. Masalah Sosial dan Pembebasan Tanah 1) Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui permasalahan sosial, diantaranya masih ada masyarakat yang menuntut pembayaran bangunan baru (bangunan hantu) pada pembangunan Bendungan Jatigede, sengketa tanah antar warga pada pembangunan Daerah Irigasi Jabung.

2) Belum adanya kesepakatan besarnya nilai kompensasi pembebasan tanah dengan masyarakat pada lokasi-lokasi pembangunan Bendungan antara lain Bendungan Tukul, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan Bendungan Karalloe di Prov. Sulawesi Selatan.

d. Penyelesaian review desain Masih terdapat kegiatan-kegiatan yang memerlukan penyesuain desain di lapangan, antara lain : Pembangunan Jaringan irigasi Batang Asai,

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-21

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Pembangunan Jaringan Irigasi Batang Bayang, Pembangunan Jaringan Irigasi Kalukku (Pompengan Jeneberang), Bendungan Rukoh (Aceh).

e. Kebijakan Pemerintah (Penghematan) Pada Bulan Mei 2016 pemerintah menerapkan kebijakan melalui Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016. Kebijakan penghematan diantaranya dilakukan terhadap anggaran dari kegiatan yang belum dikontrakkan atau yang tidak akan dilaksanakan hingga akhir Tahun serta kegiatan yang tidak mendesak atau dapat dilanjutkan (carry over) ke Tahun anggaran berikutnya. Dengan adanya kebijakan tersebut alokasi DIPA TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air dipotong sebesar Rp. 1,960 T, hal ini tentu akan berdampak pada proses revisi DIPA BBWS/BWS, menghambat proses pelaksanaan kegiatan lapangan, berkurangnya capaian output, terutama untuk paket-paket pekerjaan yang belum dikontrakkan.

2. Faktor Penyebab Keberhasilan

a. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengantisipasi kendala dan hambatan pelaksanaan. b. Menyelenggarakan pelaksanaan sistem manajemen mutu dalam melakukan audit internal terhadap proses pelaksanaan kegiatan di lingkungan unit Satuan Kerja BBWS/BWS. c. Memberdayakan seluruh sumber daya peralatan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, dan pekerjaan- pekerjaan lainnya. d. Mengaktifkan seluruh personil Direksi dan Pengawas dalam melakukan kegiatan pemantauan. e. Adanya dukungan dari pimpinan baik di tingkat Pusat maupun Daerah untuk turut memantau seluruh proses pelaksanaan program dan kegiatan di masing-masing BBWS/BWS.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-22

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah :

a. Percepatan persiapan pelaksanaan dan persiapan lelang untuk beberapa paket Bendungan dan paket-paket pada kegiatan tata air tambak yang dibangun/ditingkatkan (supervisi dan SID). b. Percepatan proses pembebasan tanah dengan pembentukan satgas tanah yang bertujuan membantu pelaksanaan pembebasan tanah di wilayah yang mengalami masalah pembebasan lahan. c. Percepatan pelaksanaan audit BPKP terkait paket eskalasi yang belum dibayarkan. d. Penyiapan data dukung yang diperlukan dalam rangka pembukaan blokir di 12 Satker yang berada di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.

4.1.4 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan III

Sampai dengan akhir Triwulan III, realisasi pelaksanaan fisik Ditjen Sumber Daya Air sebesar 60,29%; realisasi keuangan 52,25 % (Rp. 15,07 T), sementara target capaian fisik 71,66% dan rencana penyerapan keuangan sebesar 71,84 % sehingga terdapat deviasi progres fisik sebesar -11,37%. Deviasi capaian per indikator kinerja Ditjen Sumber Daya Air sangat tinggi mencapai >10% baik untuk target fisik maupun keuangan. Gambar 4.5 memperlihatkan grafik perbandingan target dengan realisasi fisik Ditjen Sumber Daya Air pada Triwulan III 2016.

80 71,66 Target Fisik Ditjen. SDA 70 Real Fisik Ditjen. SDA 59,01 60 46,71 60,29 50 53,32 40 35,74 42,51 30 25,26 35,61 16,97 20 10,33 24,74 5,15 10 2,08 15,83 9,07 0 4,78 1,76Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

Gambar 4.5 Kurva S Progres Fisik Triwulan III BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-23

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Total paket Kontraktual pada akhir triwulan III adalah sebanyak 4.382 paket dengan nilai pagu Rp. 22,079 T, dengan status progres kontraktual: sudah terkontrak 4.186 Paket senilai Rp. 21,107 T (95,60%); 123 Paket senilai Rp. 689,49 T (3,12%) dalam proses lelang; dan 73 Paket senilai Rp. 282,16 M (1,28%) belum lelang. Secara umum progres pelaksanaan kontraktual sudah baik, disebabkan karena lelang dini sudah dimulai pada bulan September 2015 juga beberapa paket MYC sudah dalam proses lelang karena ijin MYC sudah keluar. Deviasi progres fisik terjadi karena beberapa paket pekerjaan mengalami penundaan proses lelang disebabkan antara lain DED/review desain belum selesai, beberapa paket masih proses RPB, menunggu proses persetujuan NOL dokumen lelang, serta masih adanya kendala pembebasan tanah. Progres pelaksanaan paket-paket kontraktual hingga akhir Triwulan III disajikan dalam Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.5 Progres Paket Kontraktual Triwulan III Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan %

Total Kontraktual 4.382 22.079.341.530 11.791.712.250 55,86 a. Tahunan 4.039 12.643.955.924 7.781.972.937 b. MYC Baru 118 1.659.677.308 527.042.162 c. MYC Lanjutan 225 7.775.708.298 3.482.697.151

Tahunan 4.039 13.555.779.006 7.781.972.937 62,71 a. Terkontrak 3.890 12.409.935.737 7.781.972.937 b. Proses Lelang 91 115.800.985 c. Belum Lelang 58 118.219.202 d. Sisa Lelang 911.823.082

MYC Baru 118 1.729.191.768 527.042.162 57,16 a.Terkontrak 71 922.045.005 527.042.162 b.Proses Lelang 32 573.694.385 c. Belum Lelang 15 163.937.918 d. Sisa Lelang - 69.514.460

MYC Lanjutan 225 7.775.708.298 3.482.697.151 44,79 a.Terkontrak 225 7.775.708.298 3.482.697.151 b.Proses Lelang - - c. Belum Lelang - -

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-24

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Gambar 4.6 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan III

Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh) sasaran program pada Triwulan III dievaluasi dengan membandingkan antara realisasi dengan target/rencana capaian.

Sampai dengan Triwulan III, total capaian kinerja sasaran program mencapai 47,84% (kuning), dimana realisasi kinerja 34,30% dari rencana 71,69%. Capaian kinerja masuk dalam katagori kurang, dan masih perlu banyak perbaikan.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-25

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.6 Capaian Indikator Kinerja Triwulan III TARGET TRIWULAN III 8 SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTCOME OUTPUT RN RL KINERJA 973,98 Km Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 123 Buah 6,27 m3/detik 80,90 49,68 61,40 penyediaan air baku 245 Titik Meningkatnya layanan sarana dan prasarana 177,84 Km 1 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan penyediaan air baku 2 29 Buah 0,92 m3/detik 89,30 68,85 77,10 prasarana penyediaan air baku 237 Titik Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan 3 484 Buah 60,92 m3/detik 74,20 32,70 44,07 prasarana penyediaan air baku 22 Wdk on 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air going ; 8 Baru 52,87 juta m3 73,74 19,78 26,82 387 Buah 5 Bendungan 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 2 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air 71 Buah 3,73 juta m3 68,88 34,44 50,00 7 Danau 167 Bendungan 3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 1.207 Buah 4.745,56 juta m3 80,75 29,59 36,64 42 Danau Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya 326,82 Km 3 1 18.281,89 Ha 65,54 33,83 51,61 air rusak air 29 Buah Meningkatnya keterpaduan tata kelola 4 1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 Indeks 71,41 52,48 73,49 pengelolaan Sumber Daya Air Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 0,2 20 % 78,60 37,37 47,55 konservasi pada kawasan prioritas 1.619 Km 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 51.676 Ha 61,70 25,35 41,08 19 Bendung 3.100 Km 2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 347.607 Ha 74,76 47,59 63,65 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 4 Bendung 751.710 Km 3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.559.749 Ha 75,15 31,34 41,71 554 Bendung 4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - - 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 1,35 Mw 1,35 Mw 0,00 0,00 0,00 Total Kinerja 71,69 34,30 47,84 Deviasi (37,39)

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-26 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan III :

1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku

1 Peningkatan debit layanan sarana 973,98 Km dan prasarana penyediaan air baku 123 Buah 6,27 m3/detik 80,90 49,69 61,40 245 Titik 2 Pengembalian fungsi dan debit 177,84 Km layanan sarana dan prasarana 29 Buah 0,92 m3/detik 89,30 68,85 77,10 penyediaan air baku 237 Titik 3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan 484 Buah 60,92 m3/detik 74,20 32,70 44,07 air baku a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 61,40% (ungu), masuk dalam kategori cukup (memadai). Kemajuan pelaksanaan kegiatan pembangunan sasarana dan prasarana penyediaan air baku masih rendah yaitu 49,68%, sedangkan progres fisik Ditjen Sumber Daya Air sudah mencapai 60,29%. Progres pelaksanaan fisik yang masih rendah antara lain terkendala dalam hal sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah setempat, masalah sosial berupa pipa yang dibakar oleh masyarakat yang terjadi di NTB dan Kalimantan, masalah sosial yang timbul akibat penolakan masyarakat. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 77,10% (biru muda), masuk dalam kategori baik. Progres pelaksanaan fisik untuk rehabilitasi sarana dan prasarana penyediaan air baku sebesar 68,85%. Kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana air baku sudah dalam tahap pelaksanaan. c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, berkinerja kurang dengan nilai capaian 44,07%. Indikator kinerja ini merupakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang sebagian dilaksanakan melalui swakelola.

2. Pengukuran capaian pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-27 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target Outcome Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output RN RL Kinerja 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 22 Wdk On Peningkatan kapasitas tampung 1 going; 8 baru, 52,87 juta m3 73,74 19,78 26,82 sumber air 387 buah 5 Bendungan; Pengembalian fungsi dan 2 71 buah, 7 3,73 juta m3 68,88 34,44 50,00 kapasitas tampung sumber air danau 167 Terjaganya fungsi dan kapasitas Bendungan; 3 4.745,56 juta m3 80,75 29,59 36,64 tampung sumber air 1.207 buah, 42 danau a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 26,82% (merah), dengan kinerja sangat kurang. Hal ini disebabkan karena permasalahan pembebasan lahan, terutama masalah penetapan nilai kompensasi yang belum selesai pada pembangunan Bendungan- Bendungan on-going (antara lain : Bendungan Tukul, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan Bendungan Karalloe di Prov. Sulawesi Selatan), terkendala dengan proses penggantian lahan hutan lindung (Bendungan Gongseng dan Bendungan Tukul), dan dari 8 (delapan) Bendungan baru sampai dengan akhir triwulan III hanya 2 (dua) Bendungan yaitu Kuwil Kawangkoan dan Way Sekampung yang telah terkontrak, sedangkan 6 (enam) Bendungan baru lainnya masih dalam tahap proses lelang. b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 50% (kuning). Kinerja kegiatan rehabilitasi termasuk dalam kategori kurang. Capaian kinerja pada indikator ini kurang dikarenakan keterlambatan proses pelelangan. Beberapa kegiatan juga mengalami keterlambatan karena harus menunggu persetujuan NOL dari lender. c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisai capaian kinerja 36,64% (kuning) dan masuk dalam kategori kurang. Beberapa kegiatan operasi dan pemeliharaan di lapangan terlambat dilaksanakan karena cuaca ekstrim disebabkan oleh hujan yang lebat.

3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-28 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air Peningkatan luas kawasan yang 326,82 km; 1 18.281,89 Ha 65,54 33,83 51,61 terlindungi dari daya rusak air 29 buah

a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 51,61% (ungu), termasuk dalam kategori cukup, dan perlu penikatan yang mendasar. Beberapa paket sudah dalam tahap pelaksanaan, namun terdapat kegiatan yang membutuhkan review desain karena dokumen SID sudah tidak relevan lagi dengan kondisi di lapangan, antara lain kegiatan-kegiatan yang masuk dalam program Upper Citarum Basin Flood Management Sector Loan (JICA IP-559) yang meliputi peningkatan kapasitas Sungai Cimande, Sungai Cikijing dan Sungai Cikeuruh Hilir, dan terkendala pembebasan lahan pada kegiatan perbaikan sungai Kota Manado (River Improvement of Lower Reaches of Tondano River Segment II dan II) yang didanai Loan JICA IP-551.

4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja

4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air

1 Peningkatan RBO Indeks 56,25% 2,25 indeks 71,41 52,48 73,49

a. Peningkatan Presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja 73,49% (hijau), masuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan tata kelola internal organisasi, keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi , serta koordinasi dan hubungan dengan stakeholder sudah berjalan di masing- masing 34 BBWS/BWS. Kegiatan wajib balai untuk mendukung sasaran program meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air berupa layanan teknis tata kelola pegelolaan SDA terpadu, komunikasi dan layanan publik, sistem data dan informasi SDA, rencana pengelolaan SDA WS kewenangan pusat, hidrologi dan kualitas air,

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-29 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

rekomendasi teknis, alokasi air, pengelolaan BMN, serta kelembagaan pengelolaan SDA.

5. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air Peningkatan persentase 1 kawasan/lokasi yang di konservasi 20% 20% 78,60 37,37 47,55 pada kawasan prioritas a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja 47,55% (kuning), termasuk dalam kategori kurang. Terlambatnya kegiatan di lapangan karena adanya cuaca ekstrim atau hujan pada lokasi yang dikerjakan berupa paket kegiatan kawasan/lokasi yang dilindungi berupa kegiatan perlindungan sungai dan sempadan sungai, perlindungan terhadap mata air, serta revitalisasi danau dalam tahap pelaksanaan.

6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi Peningkatan layanan jaringan 1.619 Km 1 51.676 Ha 61,70 25,35 41,08 irigasi 19 Bendung Pengembalian fungsi dan layanan 3.100 Km 2 347.607 Ha 74,76 47,59 63,65 jaringan irigasi 4 Bendung Terjaganya fungsi dan layanan 751.710 Km 3 3.559.749 Ha 75,15 31,34 71,71 jaringan irigasi 554 Bendung Persentase daerah irigasi yang 4 12% 12 % - - - diairi oleh Bendungan a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 41,08% (kuning) termasuk dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena beberapa paket kegiatan pembangunan jaringan irigasi berskala besar yang masih mengalami kendala, yaitu : 1) Paket terlambat lelang : a) Pemantapan desain (DI Jambo Aye, DI Sausu, DI Gumbasa). b) Menunggu NOL dari Bank Dunia (Di Jatiluhur – 4 Paket). c) Loan belum efektif (DI Jabung Kanan).

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-30 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

d) Desain belum ada (DI Batang Bayang, DI Kaluku). e) Lahan belum bebas (Di Batng Asai, Di Batang Bayang). 2) Pembebasan Lahan : a) Dana kurang (DI Osaka, DI Sei Wampu) b) Penolakan masyarakat (DI Batang Sinamar, DI Amandit, DI Batang Alai). c) LARAP belum selesai (DI Jabung, DI Leuwigoong, DI Rengrang, DI Randangan). 3) Jadwal pengeringan (Di Progomanggis, DI Boro, DI Wadaslintang, DI Komering, DI Belitang). 4) Kinerja kontraktor (DI Lhok Guci). 5) Perubahan desain : a) Pemindahan lokasi/trase (DI Lempuing). b) Perubahan item pekerjaan (DI Klambu kiri, DI Klambu kanan). 6) Pengeringan dan tinggi muka air sungai (DI Pemali/Talang Poncol). 7) Dana blokir (48 paket, antara lain DI Siulak Deras, DI Limun Singkut, DI Jamut, DR Segedong dll).

b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 63,65% (ungu), masuk dalam katagori kinerja cukup. Sebagian besar paket-paket kegiatan kontraktual sudah berjalan, antara lain rehabilitasi jaringan irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak di BBWS Pemali Juana (Prov. Jawa Tengah), rehabilitasi jaringan irigasi Rawa Percut dan Pematang Cermai di BWS Sumatera II (Sumatera Utara). c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 41,71% (kuning) termasuk dalam kategori kurang. Terlambatnya kegiatan di lapangan karena adanya cuaca ekstrim atau hujan pada lokasi daerah irigasi yang dikerjakan. Paket-paket kegiatan ini merupakan kegiatan swakelola yang pada umumnya mulai dilaksanakan pada akhir Triwulan III. d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5 Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-31 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah irigasi total seluas 95.744,82 Ha. Sehingga potensi daerah irigasi yang diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 Ha menjadi 857.286,82 Ha dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 Ha.

7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan III No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air

1 Peningkatan potensi energi sumber air 1.35 MW 1,35 MW - - 0 a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 0% (merah), termasuk dalam kategori sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini disebabkan karena pembangunan infrastruktur Bendungan masih mengalami beberapa kendala pembebasan lahan yang terkait dengan masalah pembayaran kompensasi yang terhambat.

Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan kegiatan pada Triwulan III dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut : 1. Faktor Penyebab Kegagalan a. Masih terkendala permasalahan pembebasan lahan (TMKH, PPKH, ganti rugi, alokasi dana) untuk beberapa pembangunan Bendungan on-going antara lain Bendungan Gongseng, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul di Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan, Bendungan Lolak di Provinsi Sulawesi Utara. b. Belum adanya kesepakatan nilai kompensasi untuk pembayaran ganti rugi dengan masyarakat pemilik tanah antara lain Bendungan Tukul, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Jawa Tengah, dan Bendungan Karalloe di Prov. Sulawesi Selatan. c. Keterlambatan Pelelangan 1) Keterlambatan pelelangan terjadi karena terkendala dana yang diblokir. Hingga akhir triwulan III, masih ada 4 (empat) paket pembangunan Bendungan sedang dalam tahap proses lelang

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-32 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

(Bendungan Ciawi, Bendungan Cipanas, Bendungan Leuwikeris dan Bendungan Ladongi). Sedangkan 2 (dua) Bendungan belum proses lelang (Bendungan Sukamahi dan Bendungan Napun Gete). Begitu juga halnya dengan kegiatan irigasi dan rawa, dimana masih terdapat 48 paket yang dananya masih diblokir (diantaranya DI Siulak Deras, Di Limun Singkut, DI Jamut). 2) Paket-paket MYC Baru (15 paket) belum lelang, sebagian paket proses review desainnya belum selesai (DI Batang Bayang, DI Kalukku), keterlambatan penyelesaian DED oleh konsultan dari Lender (JICA IP- 559 BBWS Citarum – 3 paket), keterlambatan persetujuan/NOL Bank Dunia untuk paket-paket WISMP II (BBWS Citarum – 4 paket) dan Loan belum efektif (IPDMIP, URSIS, ESP, URIP). 3) Paket-paket kegiatan kontraktual fisik kegiatan operasi dan pemeliharaan (17 paket) belum dilelangkan diantaranya akibat permasalahan hak ulayat (BWS Papua), kehati-hatian dalam pelaksanaan pekerjaan (BBWS Pompengan Jeneberang), penyesuaian output dan akun dalam pelaksanaan WISMP II dan P3TGAI (BBWS Serayu Opak) serta realisasi keuangan menunggu hasil verifikasi BPKP (BWS Sumatera I). d. Masalah Sosial Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui permasalahan sosial, diantaranya masih ada masyarakat yang menuntut pembayaran bangunan baru (bangunan hantu) pada pembangunan Bendungan Jatigede, sengketa tanah antar warga pada pembangunan Daerah irigasi Jabung, penolakan masyarakat terhadap proses ganti rugi lahan oleh pemilik tanah (Sudetan Kali Ciliwung, inlet/outlet Kali Ciliwung). e. Kebijakan Pemerintah (selfblocking) Pada Bulan Agustus 2016 pemerintah menerapkan kebijakan melalui Instruksi Presiden RI No. 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016. Kebijakan penghematan dilakukan terhadap anggaran dari kegiatan yang belum dikontrakkan atau yang tidak akan dilaksanakan hingga akhir

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-33 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tahun serta kegiatan yang tidak mendesak atau dapat dilanjutkan (carry over) ke Tahun anggaran berikutnya dan memastikan anggarannya tidak dicairkan melalui blokir mandiri (selfblocking). Dengan adanya kebijakan tersebut akan berdampak pada berkurangnya capaian output terutama pada beberapa paket pekerjaan yang belum dikontrakkan.

2. Faktor Penyebab Keberhasilan Sampai dengan Triwulan III, progres atau kemajuan pekerjaan sangat rendah dibandingkan dengan Triwulan II. Secara kumulatif, kenaikan progres semakin kecil yang bekisar antara 0,25% – 0,35% perhari. Beberapa indikator kinerja memiliki progres yang cukup memadai yang dipengaruhi oleh :

a. Skala paket dengan nilai pagu berkisar Rp. 1,0 m – Rp. 2,0 m pada paket kegiatan-kegiatan rehabilitasi. b. Persiapan perencanaan atau desain rehabilitasi yang sudah ada. c. Tidak ada masalah sosial dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah : 1. Terhadap paket-paket yang belum/proses lelang : a. Mempercepat pelaksanaan pelelangang paket-paket kegiatan. b. Melakukan pemotongan mandiri (selfblocking) terhadap paket-paket yang dapat ditunda untuk dilaksanakan TA 2017. c. Mempercepat proses RPB bagi proyek-proyek MYC untuk segera dilelangkan dan mempercepat ijin MYC dari Kementerian Keuangan.

2. Terhadap paket pada tahap pelaksanaan : a. Mempercepat pelaksanaan fisik di lapangan dengan menginstruksikan untuk menambah jam kerja (2 shift), menambah tenaga kerja, dan menambah alat di lapangan. b. Memerintahkan para Satker/SNVT untuk melakukan penyerapan keuangan khususnya bagi Satker/SNVT yang deviasi antara progres fisik dan keuangan > 5%. c. Melakukan pemotongan/pembatalan alokasi dana yang bersumber dari pinjaman luar negeri yang belum ada Loan Agreementnya.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-34 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

3. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan proses pembebasan tanah, antara lain Kementerian LHK, Perhutani, Pemda setempat, Kementerian ATR untuk mempercepat proses PPKH dan TMKH.

4. Memberikan tambahan alokasi dana untuk pembebasan tanah pada paket- paket kegiatan yang membutuhkan (antara lain Pengendali banjir Sungai Asahan, Pembangunan Jaringan Irigasi Jabung).

4.1.5 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Triwulan IV

Pada Triwulan IV, realisasi pelaksanaan fisik Ditjen Sumber Daya Air adalah 94,20% dan target capaian fisiknya adalah 100% (Gambar 4.7).

110 100 Target Fisik Ditjen. SDA 100 88,95 90 Real Fisik Ditjen. SDA 78,12 94,20 80 71,66 70 59,01 80,57 60 70,55 46,71 50 60,29 35,74 53,32 40 25,26 30 42,51 16,97 35,61 20 10,33 5,15 24,74 10 2,08 15,83 0 9,07 4,78 1,76Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Gambar 4.7 Kurva S Progres Fisik Triwulan IV

Total paket kontraktual hingga akhir Triwulan IV sebanyak 4.426 paket senilai Rp. 21,048 T. Sudah terkontrak 4.373 paket senilai Rp. 20,779 T, Proses lelang 14 Paket senilai Rp. 103 M dan belum lelang 39 senilai 165 M. Secara umum paket yang belum dan proses lelang tidak akan terserap dikarenakan adanya selfblocking dan blokir.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-35 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.7 Progres Paket Kontraktual Triwulan IV

Kontraktual Paket Pagu Realisasi Keuangan % Total Kontraktual 4.426 21.048.795.787 18.419.204.736 87,51 a. Tahunan 4.072 11.901.077.046 11.558.271.566 b. MYC Baru 129 1.785.492.978 962.113.841 c. MYC Lanjutan 225 7.362.225.763 5.898.819.329

Tahunan 4.072 11.901.077.046 11.558.271.566 97,12 a. Terkontrak 4.035 11.864.591.212 11.558.271.566 b. Proses Lelang 11 13.282.116 c. Belum Lelang 26 23.203.718 d. Sisa Lelang 288.336.338

MYC Baru 129 1.785.492.978 962.113.841 53,88 a.Terkontrak 113 1.552.449.735 962.113.841 b.Proses Lelang 3 90.292.860 c. Belum Lelang 13 142.750.383 d. Sisa Lelang - 212.290

MYC Lanjutan 225 7.362.225.763 5.898.819.329 80,12 a.Terkontrak 225 7.362.225.763 5.898.819.329 b.Proses Lelang - - c. Belum Lelang - -

Gambar 4.8 Status Paket Kontraktual s.d Triwulan IV

Hingga Triwulan IV terdapat 39 paket kontraktual yang tidak terkontrak, yang terdiri dari 26 paket Tahunan atau Single Years Contract (SYC) dengan nilai pagu Rp. 23,20 Milyar dan sebanyak 13 paket Tahun Jamak atau Multy Years Contract Baru (MYC Baru) dengan pagu Rp. 142,75 Milyar.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-36 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Selanjutnya capaian masing-masing indikator kinerja pada 7 (tujuh) sasaran program pada Triwulan IV dievaluasi dengan membandingkan antara realisasi dengan target/rencana capaian disajikan pada Tabel 4.8.

Sehubungan dengan adanya revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air, yang berkaitan dengan pergantian Pejabat Ditjen Sumber daya Air, dan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan penghematan/pemotongan serta selfblocking pada DIPA TA 2016 menyebabkan adanya perubahan target output dan outcome. Sehingga sejak Triwulan IV evaluasi dan analisis pencapaian kinerja dilakukan terhadap Perjanjian Kinerja TA 2016 yang telah direvisi, sebagaimana dijelaskan dalam Bab II.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-37 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.8 Capaian Indikator Kinerja Triwulan IV

TRIWULAN IV NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET OUTPUT TARGET OUTCOME RN RL KINERJA 1 2 3 4 5 6 8 9 10=(9/8)*100 973,98 Km Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana 1 123 Buah 6,27 m3/detik 100,00 98,98 98,98 penyediaan air baku 245 Titik 177,84 Km Meningkatnya layanan sarana dan prasarana Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan 1 2 29 Buah 0,92 m3/detik 100,00 99,51 99,51 penyediaan air baku prasarana penyediaan air baku 237 Titik

Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan 3 484 Buah 60,92 m3/detik 100,00 97,37 97,37 prasarana penyediaan air baku

24 Wdk on going 1 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 8 Baru 52,87 juta m3 100,00 87,90 87,90 387 Buah 5 Bendungan Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 2 71 Buah 6,23 juta m3 100,00 99,14 99,14 air 7 Danau 167 Bendungan 3 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air 860 Buah 3.432 juta m3 100,00 92,67 92,67 47 Danau Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya 253,77 Km 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air 1 16.918,85 Ha 100,00 92,92 92,92 rusak air 38 Buah Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan 4 1 Peningkatan RBO Indeks 62,12% 2,48 Indeks 100,00 92,14 92,14 Sumber Daya Air Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang di 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air 1 20 20 % 100,00 95,69 95,69 konservasi pada kawasan prioritas 1.038,04 Km 1 Peningkatan layanan jaringan irigasi 52.519 Ha 100,00 94,35 94,35 16 Bendung 2.496,90 Km 2 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 288.496 Ha 100,00 96,53 96,53 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 3 Bendung 40.804 Km 3 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi 3.265.230,01 Ha 100,00 97,37 97,37 575 Bendung 4 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan 12% 12 % - - - 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air 1 Peningkatan potensi energi sumber air 0 Mw 0 Mw - - 0,00 Total Kinerja 100,00 93,64 93,64 Deviasi (6,36)

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-38 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Berikut adalah rincian penjelasan capaian Kinerja Ditjen Sumber Daya Air berdasarkan uraian Rencana Aksi pada Triwulan IV :

1. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” meliputi 3 indikator Kinerja yaitu :

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja

1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku 1 Peningkatan debit layanan sarana 973,98 Km dan prasarana penyediaan air baku 123 Buah 6,27 m3/detik 100 98,98 98,98 245 Titik 2 Pengembalian fungsi dan debit 177,84 Km layanan sarana dan prasarana 29 Buah 0,92 m3/detik 100 99,51 99,51 penyediaan air baku 237 Titik 3 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan 484 Buah 60,92 m3/detik 100 97,37 97,37 air baku a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 98,98% (biru), masuk dalam kategori memuaskan, kegiatan pembangunan sarana dan prasarana air baku selesai dilaksanakan. Pada indikator kinerja ini, realisasi capaian output pembangunan jaringan air baku sebesar 899,28 km dari target capaian output sebesar 973,98 km, dan pembangunan embung air baku dan intake sebanyak 87 buah dari target 123 buah, serta pembuatan sumur bor 54 titik dari target 245 titik. Tidak tercapainya target output yang ditetapkan antara lain disebabkan adanya pemotongan/penghematan dan selfblocking pada pagu DIPA TA 2016 Ditjen Sumber Daya Air berdasarkan kebijakan Pemerintah. Lokasi kegiatan yang dibangun antara lain : Pengeboran/explorasi Air Tanah Kab. Yahukimo (Prov. Papua), Pembangunan Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku SA Sungai Maro Kota Merauke Tahap IV (Prov. Papua). b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan nilai realisasi capaian kinerja 99,51% (biru), masuk dalam kategori memuaskan. Pelaksanaan fisik untuk rehabilitasi sarana dan prasarana penyediaan air baku selesai dilaksanakan. Realisasi capaian output pada indikator kinerja untuk rehabilitasi jaringan air baku tercapai 77,55 km, rehabilitasi sumur bor terealisasi 52 titik, sedangkan rehabilitasi embung air baku dan intake terealisasi dengan capaian 13 buah.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-39 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, berkinerja memuaskan dengan nilai capaian 97,37% (biru). Indikator kinerja ini merupakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang sebagian dilaksanakan melalui pemeliharaan berkala/rutin dan operasi jaringan perpipaan air bersih, sumur-sumur bor dan embung air baku beserta intake air baku sebanyak 484 buah.

2. Pengukuran capaian pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas tampung sumber air”, meliputi 3 indikator Kinerja :

Target Outcome Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Target Output RN RL Kinerja 2 Meningkatnya kapasitas tampung sumber air 24 Wdk On Peningkatan kapasitas tampung 1 going; 8 baru, 52,87 juta m3 100 87,90 87,90 sumber air 387 buah 5 Bendungan; Pengembalian fungsi dan 2 71 buah, 6,23 juta m3 100 99,14 99,14 kapasitas tampung sumber air 7 danau 167 Terjaganya fungsi dan kapasitas Bendungan; 3 3.432 juta m3 100 92,67 92,67 tampung sumber air 860 buah, 47 danau

a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 87,90% (biru), dengan kinerja memuaskan. Sampai dengan Desember 2016, 8 (delapan) Bendungan baru sudah terkontrak, yang terdiri dari Bendungan : Kuwil, Ladongi, Lolak, Ciawi, Cipanas, Leuwikeris, Napunggete, dan Sukamahi. Selain 8 pembangunan Bendungan baru, terdapat 24 (dua puluh empat) Bendungan on-going dalam pelaksanaan dengan 2 (dua) Bendungan selesai. Selain Bendungan, terdapat pembangunan 387 embung tersebar terutama pada wilayah rawan kekeringan. b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 99,14% (biru). Kinerja kegiatan rehabilitasi termasuk dalam kategori memuaskan. Pelaksanaan fisik paket-paket kegiatan rehabilitasi tampungan air yang tidak mengalami kendala blokir maupun selfblocking dapat diselesaikan pada akhir Tahun anggaran.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-40 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Realisasi capaian output pada indikator ini semua tercapai, dimana dapat dilaksanakan rehabilitasi 5 (lima) Bendungan, rehabilitasi 71 embung/situ, dan revitalisasi Danau termasuk Revitalisasi Danau tempe. c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan nilai realisai capaian kinerja 92,67% (biru) dan masuk dalam kategori memuaskan. Kegiatan operasi dan pemeliharaan dilapangan dapat mencapai target yang telah ditentukan. Pada indikator ini dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada 167 Bendungan, 1.171 embung/situ (lebih besar dari target 860 embung/situ yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja).

3. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan kapasitas pengendalian daya rusak air”, meliputi 1 indikator Kinerja :

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air Peningkatan luas kawasan yang 253,77 km; 1 16.918,85 Ha 100 92,92 92,92 terlindungi dari daya rusak air 38 buah

a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 92,92% (biru), termasuk dalam kategori memuaskan. Paket-paket kegiatan yang tidak mengalami kendala blokir maupun selfblocking dapat diselesaikan pada akhir Tahun anggaran. Realisasi capaian output pada indikator kinerja ini adalah 209,04 km (lebih kecil dari target output 253,77 Km yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja) dan 26 bangunan untuk kegiatan pembangunan pengendalian lahar, checkdam.

4. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatkan keterpaduan tata kelola pengelolaan sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 4 Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air 1 Peningkatan RBO Indeks 62,12% 2,48 indeks 100 92,14 92,14

a. Peningkatan Presentase RBO Indeks, dengan nilai realisasi capaian kinerja 92,14% (biru), masuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan karena indikator kinerja yang berkaitan dengan kegiatan wajib balai baik tata kelola internal organisasi, keuangan, pembelajaran dan

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-41 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

pertumbuhan organisasi, maupun koordinasi dan hubungan dengan stakeholder sudah berjalan dengan baik di masing-masing 34 BBWS/BWS. Kegiatan wajib balai untuk mendukung sasaran program meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan Sumber Daya Air berupa layanan teknis tata kelola pegelolaan SDA terpadu, komunikasi dan layanan publik, sistem data dan informasi SDA, rencana pengelolaan SDA WS kewenangan pusat, hidrologi dan kualitas air, rekomendasi teknis, alokasi air, pengelolaan BMN, serta kelembagaan pengelolaan SDA.

5. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya upaya konservasi sumber air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 5 Meningkatnya upaya konservasi sumber air Peningkatan persentase 1 kawasan/lokasi yang di konservasi 20% 20% 100 99,97 99,97 pada kawasan prioritas

a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan nilai realisasi capaian kinerja 99,97% (biru), termasuk dalam kategori memuaskan. Hal ini disebabkan paket kegiatan kawasan/lokasi yang dilindungi dapat dilaksanakan terutama pada 15 DAS prioritas, meliputi pelaksanaan kegiatan GNKPA, kegiatan perlindungan sungai dan sempadan sungai, restorasi sungai, perlindungan terhadap mata air, perlindungan danau dan sempadannya serta revitalisasi danau.

6. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” terdiri dari 4 indikator kinerja :

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 6 Meningkatnya kinerja layanan irigasi Peningkatan layanan jaringan 1.038,04 Km 1 52.519 Ha 100 94,35 94,35 irigasi 16 Bendung Pengembalian fungsi dan layanan 2.496,9 Km 2 288.496 Ha 100 96,53 96,53 jaringan irigasi 6 Bendung Terjaganya fungsi dan layanan 40.804 Km 3 3.265.230,01 Ha 100 97,37 97,37 jaringan irigasi 575 Bendung Persentase daerah irigasi yang 4 12% 12% - - - diairi oleh Bendungan a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 94,35% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan. Paket

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-42 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

kegiatan pembangunan jaringan irigasi yang tidak mengalami kendala dalam desain maupun pembebasan lahan dapat diselesaikan dengan baik. Capaian output pembangunan jaringan irigasi baru terealisasi sepanjang 1.038,04 km, pembangunan 16 bendung. Kegiatan-kegiatan pembangunan jaringan irigasi baru yang dikerjakan anatara lain : Pembangunan Jaringan irigasi Randangan Kiri Kab. Pohuwato (Prov. Gorontalo), Pembangunan Jaringan irigasi tetes DI. Kailolo Kab. Maluku Tengah. b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 96,53% (biru), masuk dalam kategori kinerja memuaskan. Paket-paket kegiatan kontraktual berjalan sesuai yang direncanakan, antara lain rehabilitasi jaringan irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi tambak di BBWS Pemali Juana (Prov. Jawa Tengah), rehabilitasi jaringan irigasi rawa Percut dan Pematang Cermai di BWS Sumatera II (Sumatera Utara). c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan nilai realisasi capaian kinerja 97,37% (biru) termasuk dalam kategori memuaskan. Paket-paket kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan berkala dan rutin serta operasi. Realisasi capaian operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sepanjang 40.804 km dan 575 bendung. d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dimana dimaksudkan sebagai potensi daerah irigasi yang dapat diairi oleh Bendungan yang selesai dibangun. Pada Tahun 2015 sebanyak 5 Bendungan selesai dibangun (Rajui, Jatigede, Bajul Mati, Nipah, dan Titab) yang masing-masing mempunyai potensi suplai air untuk daerah irigasi total seluas 95.744,82 hektar. Sehingga potensi daerah irigasi yang diairi dari Bendungan bertambah dari 761.542 hektar menjadi 857.286,82 hektar dari total daerah irigasi yang ada 7.145.168 hektar.

7. Capaian kinerja pada sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air” terdiri dari 1 indikator kinerja :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-43 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target Target Triwulan IV No Sasaran Program/Indikator Kinerja Output Outcome RN RL Kinerja 7 Meningkatnya potensi energi dari sumber daya air Peningkatan potensi energi sumber 1 1.35 MW 1,35 MW - - 0 air a. Peningkatan potensi energi sumber air, dengan nilai realisasi capaian kinerja 0% (merah), termasuk dalam kategori sangat kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang sangat mendasar. Hal ini disebabkan karena meskipun terdapat 2 buah pembangunan infrastruktur Bendungan yang selesai konstruksi pada Tahun 2016 yaitu Bendungan Teritip (Kalimantan Timur) dan Bendungan Payaseunara (Aceh), tetapi tidak terdapat potensi energi pada kedua Bendungan tersebut, sehingga indikator potensi energi sumber air tidak tercapai.

Faktor Penyebab Kegagalan dan Keberhasilan selama pelaksanaan kegiatan pada Triwulan IV dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut :

1. Faktor Penyebab Kegagalan a. Masih terkendala permasalahan pembebasan lahan (TMKH, PPKH, ganti rugi, alokasi dana) untuk beberapa pembangunan Bendungan on-going antara lain Bendungan Gongseng, Bendungan Pidekso, Bendungan Gondang di Provinsi Jawa Tengah, Bendungan Tugu, Bendungan Tukul di Provinsi Jawa Timur, Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan, Bendungan Lolak di Provinsi Sulawesi Utara. b. Belum adanya kesepakatan nilai kompensasi untuk pembayaran ganti rugi dengan masyarakat pemilik tanah. c. Keterlambatan Pelelangan Untuk paket-paket Tahunan (SYC) yang belum lelang pada umumnya terkendala dalam hal keterlambatan pelelangan akibat proses revisi DIPA sehingga batas waktu proses pelelangan tidak mencukupi. d. Paket-paket MYC Baru yang tidak terkontrak, antara lain : 1) Pembangunan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie Paket I dengan pagu Rp. 55,68 milyar, Pembangunan Bendungan Rukoh Paket II dengan pagu Rp. 18,5 Milyar, dan Supervisi dengan pagu Rp. 3,17 Milyar. Paket pembangunan Bendungan ini tidak dapat dilelangkan karena belum terselesaikannya review DED.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-44 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2) Pembangunan DI Kawasan Batang Bayang (6.500 hektar) di Kabupaten Pasaman Barat dengan nilai pagu Rp. 4,44 Milyar, disebabkan belum terselesaikannya review desain. 3) Pembangunan Bendung Batang Asai (6.210 hektar) di Kabupaten Sarolangun dengan nilai pagu Rp. 19,37 Milyar, belum dapat dilaksanakan konstruksinya karena masih terkendala pembebasan lahan. 4) Beberapa paket pekerjaan yang berkaitan dengan Loan Bank Dunia – WISMP 2 di BBWS Citarum tidak dapat dilelangkan karena menunggu No Objection Letter (NOL) dari Bank Dunia. Paket kegiatan tersebut meliputi Rehabilitasi SS. Kandanghaur Cs DI Jatiluhur di Kabupaten Indramayu dengan pagu Rp. 11,25 Milyar, dan Normalisasi Saluran Induk BT.UT 0-7 BT.UT 9-14 DI Jatiluhur. e. Masalah Sosial Pada beberapa pelaksanaan kegiatan konstruksi ditemui permasalahan sosial, diantaranya belum adanya kesepakatan nilai ganti rugi tanah dengan masyarakat, masih ada masyarakat yang menuntut pembayaran bangunan baru, sengketa tanah antar warga, permasalahan hak ulayat, dan penolakan masyarakat terhadap proses ganti rugi lahan oleh pemilik tanah.

2. Faktor Penyebab Keberhasilan Sampai dengan Triwulan IV, progres fisik mencapai 94,20% terjadi kenaikan yang cukup signifikan sebesar 32,78% dari capaian fisik Triwulan III. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian tersebut antara lain : a. Mempercepat pelaksanaan fisik di lapangan dengan menginstruksikan untuk menambah jam kerja (2 shift), menambah tenaga kerja, dan menambah alat di lapangan terhadap paket-paket yang sedang dalam tahap pelaksanaan. b. Melakukan pemotongan/pembatalan alokasi dana yang bersumber dari pinjaman luar negeri yang belum ada Loan Agreement nya. c. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan proses pembebasan tanah, antara lain Kementerian LHK, Perhutani, Pemda

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-45 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

setempat, Kementerian ATR untuk mempercepat proses PPKH dan TMKH.

4.1.6 Realisasi Pencapaian Kinerja Tahun Anggaran 2016

Pada Tahun anggaran 2016 ini terjadi revisi Perjanjian Kinerja akibat adanya pertimbangan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pergantian Pejabat Tinggi Madya (Eselon I) Ditjen Sumber Daya Air pada Bulan September 2016. 2. Adanya kebijakan Pemerintah berkaitan dengan penghematan/pemotongan pagu anggaran dan selfblocking yang menyebabkan berkurangnya pagu DIPA TA 2016 sehingga mengakibatkan perubahan target output dan/atau outcome.

Realisasi capaian kinerja TA 2016 untuk setiap Sasaran Program dengan masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut :

1. Sasaran Strategis : “Meningkatnya Dukungan Untuk Ketahanan Air Nasional” a. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku”, Realisasi capaian kinerja pada masing-masing indikator sebagai berikut : 1) Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan realisasi capaian outcome sebesar 6,15 m3/detik dari target outcome 6,27 m3/detik. 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dengan realisasi capaian outcome sebesar 0,92 m3/detik dari target outcome 0,92 m3/detik. 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dengan realisasi capaian outcome sebesar 60,92 m3/detik dari target outcome 60,92 m3/detik.

b. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”, Realisasi capaian kinerja pada masing-masing indikator sebagai berikut :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-46 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dengan realisasi capaian 3 outcome sebesar 16,73 juta m dari target outcome sebesar 52,87 juta m3. 2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dengan 3 realisasi capaian outcome sebesar 4,3 juta m dari target outcome 6,23 juta m3. 3) Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan realisasi capaian outcome sebesar 4.673 juta m3 dari target outcome 3.432 juta m3.

c. Sasaran program : “Meningkatnya kapasita pengendalian daya rusak air”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja : 1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dengan realisasi capaian outcome sebesar 16.083,11 hektar dari target outcome 16.918,85 hektar.

d. Sasaran program : “Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja : 1) Peningkatan RBO indeks, dengan realisasi capaian outcome sebesar 2,57 indeks dari target outcome sebesar 2,48 indeks.

e. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber air”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja ini : 1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, dengan realisasi capaian outcome sebesar 20% dari target outcome 20%.

2. Sasaran strategis : “Meningkatnya Dukungan Untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi a. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” Realisasi capaian kinerja pada masing-masing indikator, sebagai berikut : 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi capaian outcome sebesar 52.519 hektar dari target outcome sebesar 52.519 hektar. 2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi capaian outcome sebesar 291.171 hektar dari target outcome sebesar 288.496 hektar.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-47 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, dengan realisasi capaian outcome sebesar 3.265.230,01 hektar dari target outcome 3.265.230,01 hektar.

4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, dari capaian pembangunan Bendungan selesai di Tahun 2015 sebanyak 5 (lima) Bendungan yang mempunyai potensi untuk mengairi daerah irigasi seluas 95.744,82 hektar sehingga realisasi capaian outcome untuk indikator ini sebesar 12% dari target outcome 12%.

b. Sasaran program : “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air”, Realisasi capaian kinerja pada indikator kinerja ini : 1) Peningkatan potensi sumber energi, dengan realisasi capaian outcome sebesar 0 MW dari target outcome 0 MW.

4.1.7 Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Program Persentase capaian kinerja sasaran program dihitung berdasarkan capaian pada masing-masing indikator kinerja yang mendukung langsung capaian sasaran program dimaksud dengan tertimbang terhadap total capaian target Rencana Strategis (Renstra), sebagai berikut : 1. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari adalah 73,77% yang diperoleh berdasarkan perhitungan capaian kapasitas air baku Tahun eksisting terhadap total kebutuhan air baku (2015-2019) ditambah akses air baku Tahun sebelumnya.

ퟔ,ퟏퟓ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟕퟎ, ퟕퟏ% + {( ) 풙(ퟏퟎퟎ − ퟔퟔ, ퟑퟓ)%} = ퟕퟑ, ퟕퟕ% ퟔퟕ,ퟓퟐ

2. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan kapasitas tampung perkapita adalah 2,67% diperoleh berdasarkan perbandingan capaian kapasitas tampung Tahun eksisting terhadap total kebutuhan kapasitas tampung ditambah capaian Tahun sebelumnya. ퟏퟔ, ퟕퟑ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟐ, ퟔퟕ% + {( ) 풙(ퟐ, ퟖ − ퟐ, ퟓ)%} = ퟐ, ퟔퟕ% ퟏ. ퟕퟗퟓ

3. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air adalah 52,27% diperoleh berdasarkan

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-48 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

perhitungan penambahan luas kawasan yang terlindungi Tahun eksisting terhadap target perlindungan kawasan seluas 200 ribu hektar. ퟏퟔ. ퟎퟖퟑ, ퟏퟏ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟒퟓ, ퟖퟒ% + {( ) 풙(ퟏퟎퟎ − ퟏퟖ)%} = ퟓퟐ, ퟐퟕ% ퟐퟎퟓ. ퟑퟑퟑ

4. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi adalah 85,31% (pembangunan baru) diperoleh berdasarkan perhitungan perbandingan capaian luas irigasi Tahun eksisting terhadap total target luas irigasi ditambah capaian Tahun sebelumnya. ퟓퟐ. ퟓퟏퟗ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟖퟓ, ퟏퟔ% + {( ) 풙(ퟖퟔ, ퟏퟐ − ퟖퟑ)%} = ퟖퟓ, ퟑퟏ% ퟏ. ퟎퟖퟕ. ퟗퟒퟖ

Persentase Indikator kinerja dari sasaran program pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi adalah 74,13% (rehabilitasi) diperoleh berdasarkan perhitungan perbandingan capaian luas irigasi yang direhabilitasi pada Tahun eksisting terhadap total target luas irigasi yang direhabilitasi ditambah capaian Tahun sebelumnya. ퟐퟗퟏ. ퟏퟕퟏ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟕퟏ, ퟐퟓ% + {( ) 풙(ퟖퟒ, ퟏퟏ − ퟓퟒ, ퟓퟎ)%} = ퟕퟒ, ퟏퟑ% ퟑ. ퟎퟎퟎ. ퟎퟎퟎ

5. Persentase Indikator kinerja dari sasaran program peningkatan potensi sumber energi adalah 1,26% diperoleh berdasarkan perhitungan perbandingan capaian potensi energi pada Tahun eksisting terhadap total target potensi energi. ퟎ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 푰풏풅풊풌풂풕풐풓 풌풊풏풆풓풋풂 = ퟏ, ퟐퟔ% + {( ) 풙(ퟏ, ퟔ − ퟎ)%} = ퟏ, ퟐퟔ% ퟏퟒퟐ, ퟓퟐ

4.1.8 Realisasi Pencapaian Kinerja Sasaran Strategis Dari 7 (tujuh) Sasaran Program yang ditetapkan Ditjen Sumber Daya Air, ada 5 (lima) sasaran program yang mendukung langsung terhadap Sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis merupakan rata-rata total capaian dari sasaran program yang mendukungnya, dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Perhitungan kinerja Sasaran Strategis : “Tingkat dukungan ketahanan air nasional”, merupakan rata-rata persentase capaian sasaran program yang mendukungnya: 1. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari. 2. Peningkatan kapasitas tampung per kapita. 3. Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-49 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target persentase Sasaran Strategis tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional Tahun 2016 adalah sebesar 40,85% sedangkan capaian sasaran strategisnya adalah 42,90%, yang merupakan rata-rata dari total persentase capaian masing-masing sasaran program yang mendukungnya.

ퟕퟑ, ퟕퟕ + ퟐ, ퟔퟕ + ퟓퟐ, ퟐퟕퟏ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 풌풊풏풆풓풋풂 푺푺 ퟏ = ( ) = ퟒퟐ, ퟗퟎ% ퟑ b. Pengukuran kinerja Sasaran Strategis : “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi”, merupakan rata-rata total persentase capaian sasaran program yang mendukungnya: 1. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi. 2. Peningkatan potensi sumber air. Target persentase sasaran strategis tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan ketahanan energi Tahun 2016 adalah sebesar 53,93% sedangkan capaian sasaran strategisnya adalah 53,14%, yang merupakan total capaian sasaran program dibagi dengan jumlah indikator yang mendukungnya.

ퟖퟓ, ퟑퟏ + ퟕퟒ, ퟏퟑ + ퟏ, ퟐퟔ 푷풆풓풔풆풏풕풂풔풆 풌풊풏풆풓풋풂 푺푺 ퟐ = ( ) = ퟓퟑ, ퟏퟒ% ퟑ

Hasil perhitungan pengukuran capaian sasaran strategis dirangkum dalam Tabel 4.9 dibawah ini :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-50 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.9 Perhitungan Pengukuran Capaian Sasaran Strategis

Baseline 2015 2016 Baseline Capaian Sasaran Strategis Sasaran Program Satuan 2014 Target Capaian Target Capaian 2014 2015 2016 Penambahan M3/det 51,44 8,74 6,15 Pemenuhan kebutuhan air Menjadi M3/det 60,18 66,33 baku untuk kehidupan Persentase % 66,35 70,71 73,77 Penambahan Juta m3 12.679 1.025 16,73 Tingkat dukungan Peningkatan kapasitas untuk ketahanan air 28,95 32,97 39,74 40,85 42,90 Menjadi Juta m3 13.704 13.721 tampung per kapita nasional (%) Persentase % 2,5 2,67 2,67 Penambahan Ha 36.199 69.725 16.083,11 Peningkatan layanan infrastruktur pengendali Menjadi Ha 105.924 122.007,11 daya rusak air Persentase % 18 45,84 52,27 Penambahan Ha 182.018 52.519 Menjadi Ha 1.844.066 2.026.084 2.078.603

Pemenuhan kebutuhan air Persentase % 83 85,16 85,31 baku untuk layanan irigasi Penambahan Ha 480.534 291.171 Tingkat dukungan untuk kedaulatan 45,83 52,66 52,67 53,93 53,14 Menjadi Ha 2.802.067 3.282.601 3.571.097 pangan dan energi (%) Persentase % 54,5 71,25 74,13 Penambahan MW 111,84 0 Peningkatan potensi Menjadi MW 8.706 8.817,84 8.817,84 sumber energi Persentase % 0 1,26 1,26

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-51 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

4.2. Perbandingan Antara Target Dan Realisasi Capaian Kinerja 4.2.1 Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 dan Target TA 2016

Perbandingan capaian kinerja antara target capaian outcome yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dan realisasi capaian outcome disajikan pada Tabel 4.10 berikut.

Tabel. 4.10 Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2016

No SASARAN STRATEGIS/ INDIKATOR KINERJA Satuan 2016 Ket SASARAN PROGRAM TARGET PK CAPAIAN PK Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air 1) Peningkatan debit layanan Tidak sarana dan prasarana M3/dtk 6,27 6,15 tercapai penyediaan air baku 2) Pengembalian fungsi dan Meningkatnya layanan sarana debit layanan sarana dan 1 M3/dtk 0,92 0,92 Tercapai dan prasarana air baku prasarana penyediaan air baku seperti semula 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana M3/dtk 60,92 60,92 Tercapai penyediaan air baku 1) Peningkatan kapasitas Tidak Juta m3 52,87 16,73 tampung sumber air tercapai 2) Pengembalian fungsi dan Tidak Meningkatnya kapasitas kapasitas tampung sumber Juta m3 6,23 4,30 2 tercapai tampung sumber-sumber air air 3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber Juta m3 3.432 4.673 Tercapai air 1) Peningkatan luas kawasan Meningkatnya kapasitas Tidak 3 yang terlindungi dari daya Ha 16.918,85 16.083,11 penegndalian daya rusak air tercapai rusak air Meningkatnya keterpaduan 1) Peningkatan RBO Indeks 4 Indeks 2,48 2,57 Tercapai tata kelola pengelolaan SDA 1) Peningkatan persentase Meningkatnya upaya kawasan/lokasi yang 5 % 20 20 Tercapai konservasi sumber daya air dikonservasi pada kawasan prioritas Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi 1) Peningkatan layanan jaringan Ha 52.519 52.519 Tercapai irigasi 2) Pengembalian fungsi dan Ha 288.496 291.171 Tercapai Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi 6 layanan irigasi 3) Terjaganya fungsi dan Ha 3.265.230,01 3.265.230,01 Tercapai layanan jaringan irigasi 4) Persentase daerah irigasi % 12 12 Tercapai yang diairi oleh Bendungan Meningkatnya potensi energi 1) Peningkatan potensi energi 7 MW 0 0 - dari sumber-sumber air sumber air

Dari Tabel 4.10 diatas, terdapat 4 (empat) indikator kinerja tidak tercapai, dan 9 (sembilan) indikator kinerja tercapai, sedangkan 1 (satu) indikator kinerja tidak memiliki target.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-52 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Target capaian outcome tidak tercapai, adalah pada sasaran program dengan indikator kinerja, sebagai berikut: 1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku”, pada indikator kinerja: a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, dari target outcome sebesar 6,27 m3/detik hanya tercapai 6,15 m3/detik, terdapat deviasi outcome sebesar -0,12 m3/detik. Penyebab kegagalan capaian pada indikator kinerja ini disebabkan adanya kebijakan penghematan/ pemotongan anggaran TA 2016 dan selfblocking terhadap pagu dana untuk kegiatan pembagunan jaringan air baku, jaringan air tanah untuk air baku, dan jaringan air baku dari embung, sehingga target panjang perpipaan dengan target 973,98 km hanya tercapai sepanjang 899,28 km yang mengakibatkan pengurangan outcome sebesar 0,12 m3/detik.

2. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”, pada indikator kinerja: a. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, dari target capaian outcome sebesar 52,87 juta m3 terealisasi capaian outcome hanya sebesar 16,73 juta m3 yang diperoleh dari penyelesaian pembangunan 387 embung dengan kapasitas total 13,21 juta m3 dan penyelesaian 2 buah Bendungan yaitu Bendungan Teritip dan Bendungan Payaseunara dengan total kapasitas tampung 3,53 juta m3. Pencapaian outcome yang rendah dikarenakan ada 2 (dua) paket kegiatan yaitu Pembangunan Prasarana Danau Picung Kabupaten Lebong (25,99 juta m3) dan Pembangunan Prasarana Danau Hulu Kabupaten Bengkulu Selatan (10,4 juta m3) sebenarnya tidak menambah outcome karena kegiatan pada Danau Picung dan danau Hulu adalah pembangunan pengendali sedimen.

b. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air, dari target capaian outcome sebesar 6,23 juta m3 terealisasi capaian outcome hanya sebesar 4,3 juta m3 yang diperoleh dari rehabilitasi 5 Bendungan (Bendungan Cengklik, Bendungan Kedung Ulin, Bendungan Wonogiri, Bendungan Notopuro, dan Bendungan Sangiran) dengan total volume

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-53 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

0,55 juta m3, revitalisasi 7 buah danau dengan outcome 1,68 juta m3, dan rehabilitasi 71 embung dengan kapasitas total 2,07 juta m3.

3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air”, pada indikator kinerja : a. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air, dimana realisasi capaian outcome sebesar 16.083,11 hektar, lebih rendah dari target outcome sebesar 16.918,85 hektar. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan output pada kegiatan pembangunan tanggul, pembangunan prasarana banjir dan abrasi, pembangunan pengaman pantai, perkuatan tebing sungai, normalisasi sungai yang seharusnya target output sebesar 253,77 km hanya tercapai 209,04 km.

Target capaian outcome tercapai, adalah pada sasaran program dengan indikator kinerja, sebagai berikut: 1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku”, pada indikator kinerja: a. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula, dapat mencapai target outcome sebesar 0,92 m3/detik dari target outcome 0,92 m3/det. Keberhasilan ini didukung dengan adanya kebijakan lelang dini Tahun 2016 yang dimulai sejak Agustus 2015. Dengan pelelangan dini kegiatan Tahun 2016 sebagian besar paket dengan besaran pagu dibawah Rp. 10 M pelaksanaannya dapat dimulai pada Januari 2016. b. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, realisasi capaian outcome sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebesar 60,92 m3/detik.

2. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”, pada indikator kinerja: a. Terjaganya kapasitas tampung sumber air, dengan target outcome dari kegiatan operasi dan pemeliharaan sebesar 3.432 juta m3, outcome yang dicapai melebihi target sebesar 4.673 juta m3. Capaian outcome ini disumbang oleh kegiatan operasi pemeliharaan pada 1.171 buah embung

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-54 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

dan bangunan penampung lainnya dari yang ditargetkan sebanyak 860 buah.

3. Sasaran program : ”Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA”, padai indikator kinerja : a. Peningkatan indeks RBO (River Basin Organization), realisasi capaian outcome berupa indeks sebesar 2,57 melebihi target outcome indeks sebesar 2,48. Hal ini dikarenakan pencapaian yang cukup signifikan pada area tata usaha internal berupa peningkatan status pola dan rencana yang ditetapkan sebanyak 5 pola dan 7 rencana PSDA. Begitu juga dengan kegiatan alokasi air, pada Tahun 2016 ini telah difinalkan 5 Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT). Pencapaian juga diperoleh pada area keuangan berupa finalisasi kajian tarif BJPSDA di 15 BB/BWS dan siap disosialisasikan ke stakeholder. Seluruh 34 BBWS/BWS di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air telah melaksanakan kegiatan RBO.

4. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber air”, pada indikator kinerja : a. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas, realisasi outcome dapat sesuai target outcome yang telah ditetapkan sebesar 20%.

5. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi”, pada indikator kinerja: a. Peningkatan layanan jaringan irigasi, realisasi capaian outcome sebesar 52.519 hektar sesuai dengan target outcome yang telah ditetapkan sebesar 52.519 hektar. b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi, realisasi capaian outcome sebesar 291.171 hektar sesuai dengan target outcome yang ditetapkan sebesar 288.496 hektar. c. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi, realisasi outcome melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan dapat mencapai target outcome yang direncanakan sebesar 3.265.230,01 hektar. d. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, berdasarkan Bendungan yang selesai dibangun pada Tahun 2015 sebanyak 5 (lima)

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-55 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Bendungan memiliki potensi untuk mengairi daerah irigasi seluas 95.744,82 hektar sehingga realisasi outcome mencapai target outcome yang direncanakan sebesar 12%.

Target capaian outcome tidak memiliki target, adalah pada sasaran program dengan indikator kinerja, sebagai berikut: 6. Sasaran program : “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air”, indikator kinerja: a. Peningkatan potensi sumber energi, realisasi outcome sesuai dengan target yang direncanakan yaitu sebesar 0 MW, karena pada Tahun 2016 ini 2 Bendungan yang selesai dibangun dan dilakukan impounding (Bendungan Teritip dan Payaseunara) tidak mempunyai potensi sumber energi listrik.

4.2.2 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2016 dengan Tahun Anggaran 2015 Sandingan antara capaian kinerja Tahun anggaran 2016 capaian kinerja Tahun 2015 serta total target serta total realisasi 2015–2016 disajikan dalam Tabel 4.11 berikut.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-56 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.11 Perbandingan Antara Capaian Kinerja TA 2016 dengan TA 2015

2015 2016 TOTAL 2015 - 2016 SASARAN STRATEGIS/ SASARAN NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET CAPAIAN PROGRAM CAPAIAN PK TARGET PK TARGET REALISASI PK PK Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air 1) Peningkatan debit layanan sarana dan M3/detik 8,74 8,74 6,27 6,15 15,01 14,89 prasarana penyediaan air baku 2) Pengembalian fungsi dan debit layanan Meningkatnya layanan sarana dan 1 sarana dan prasarana penyediaan air baku M3/detik 8,20 8,20 0,92 0,92 9,12 9,12 prasarana air baku seperti semula 3) Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana M3/detik 69,64 69,64 60,92 60,92 130,56 130,56 dan prasarana penyediaan air baku 1) Peningkatan kapasi tas tampung sumber air Juta m3 1.024,59 1.012 52,87 16,73 1.077,46 1.028,73 2) Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung Meningkatnya kapasitas tampung Juta m3 377 377 6,23 4,3 383,23 381,3 2 sumber air sumber-sumber air 3) Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung Juta m3 12.679 12.679 3.432 4.673 16.111 17.352 sumber air Meningkatnya kapasitas 1) Peningkatan luas kawasan yang terlindungi 3 Ha 10.903 20.343,50 16.918,85 16.083,11 27.821,85 36.427,11 penegndalian daya rusak air dari daya rusak air Meningkatnya keterpaduan tata 1) Peningkatan RBO Indeks 4 Indeks 2,24 2,25 2,48 2,57 2,48 2,57 kelola pengelolaan SDA Meningkatnya upaya konservasi 1) Peningkatan persentase kawasan/lokasi 5 % 20 20 20 20 40 40 sumber daya air yang dikonservasi pada kawasan prioritas Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi Ha 182.017 182.017 52.519 52.519 234.536 234.536 2) Pengembalian fungsi dan layanan jaringan Ha 480.534 480.533,57 288.496 291.171 769.030 771.705 irigasi Meningkatnya kinerja layanan 6 3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi Ha 3.581.530 3.581.530 3.265.230,01 3.265.230,01 6.846.760,01 6.846.760,01 irigasi 4) Persentase daerah irigasi yang diairi oleh % 11 11 12 12 12 12 Bendungan Meningkatnya potensi energi dari 1) Peningkatan potensi energi sumber air 7 MW 113,19 111,84 0 0 113,19 111,84 sumber-sumber air

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-57 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Berikut capaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2015 : a. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana layanan penyediaan air baku”, dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, capaian Tahun 2015 adalah 8,74 m3/detik. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 6,15 m3/detik. 2. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula capaian diTahun 2015 adalah 8,20 m3/detik. Nilai ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 0,92 m3/detik. 3. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, capaian diTahun 2015 adalah 69,64 m3/detik. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 60,92 m3/detik. b. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas tampung sumber air” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan kapasitas tampung sumber air, capaian diTahun 2015 sebesar 1.012 juta m3 jauh lebih besar dari capaian Tahun 2016 sebesar 16,73 juta m3. Hal ini disebabkan pada Tahun 2015 terdapat 6 (enam) Bendungan yang di impounding sedangkan pada Tahun 2016 hanya ada 2 (dua) Bendungan. 2. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air capaian diTahun 2015 adalah 377 juta m3 jauh lebih besar bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 4,3 juta m3. 3. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air capaian diTahun 2015 adalah 12.679 juta m3 adalah lebih besar dibandingkan dengan capaian diTahun 2016 sebesar 4.673 juta m3. c. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air capaian diTahun 2015 adalah 20.344 hektar lebih besar dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 sebesar 16.083,11 hektar.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-58 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

d. Sasaran program : “Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Capaian peningkatan RBO indeks di Tahun 2015 sebesar 2,25 lebih kecil jika dibandingkan dengan capaian diTahun 2016 sebesar 2,57. e. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas sebesar 20% diTahun 2015, capaian indikator ini tetap sama di Tahun 2016 sebesar 20%. f. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan irigasi” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan layanan jaringan irigasi capaian diTahun 2015 adalah 182.017 hektar, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan capaian diTahun 2016 sebesar 52.519 hektar. 2. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi diTahun 2015 adalah 480.534 hektar nilainya lebih besar dibandingkan dengan capaian diTahun 2016 sebesar 291.171 hektar. 3. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi capaian diTahun 2015 adalah sebesar 3.581.530 hektar nilai ini lebih besar dibandingkan capaian di Tahun 2016 sebesar 3.265.230,01 hektar. 4. Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan, capaian diTahun 2015 sebesar 11% sama dengan kondisi eksisting/baseline 2014 dengan luas daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan sebesar 761.542 hektar (dari total luas DI 7.145.168 hektar), sementara capaian di Tahun 2016 ada penambahan potensi daerah irigasi yang diairi Bendungan seluas 95.744,82 hektar dari 5 Bendungan yang selesai dibangun Tahun 2015, sehingga capaian outcome menjadi 12%. g. Sasaran program “Meningkatnya potensi energi dari sumber-sumber air” , dengan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Peningkatan potensi energi sumber air capaian diTahun 2015 adalah 111.84 MW, capaian indikator kinerja ini di Tahun 2016 sebesar 0 MW karena 2 Bendungan yang selesai di impounding tidak memiliki potensi energi.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-59 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

4.2.3 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016 Terhadap Renstra 2015- 2019

a. Perbandingan antara capaian kinerja sampai dengan Tahun 2016 (2015-2016) dan target Renstra 2015-2019 sampai dengan Tahun 2016 (2015-2016) Dari pengukuran capaian indikator Kinerja pada sasaran program yang telah diuraikan diatas dihasilkan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2016, dan apabila dibandingkan dengan target Renstra 2015-2019 sampai dengan Tahun 2016 dapat diuraikan pada tabel 4.12 di bawah ini :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-60 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.12 Sandingan Capaian Tahun 2015-2016 dengan Target Renstra 2015-2016 Ditjen Sumber Daya Air

2015 2016 TOTAL 2015 - 2016 SASARAN STRATEGIS/ SASARAN BACKLOG NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TARGET PROGRAM REALISASI REALISASI RENSTRA REALISASI RENSTRA RENSTRA RENSTRA Meningkatnya Dukungan Ketahanan Air Peningkatan debit layanan sarana dan 1) M3/detik 8,65 8,74 12 6,15 20,65 14,89 -5,76 prasarana penyediaan air baku Pengembalian fungsi dan debit layanan Meningkatnya layanan sarana 1 2) sarana dan prasarana penyediaan air baku M3/detik 8,20 8,20 1,70 0,92 9,90 9,12 -0,78 dan prasarana air baku seperti semula Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana 3) M3/detik 49,23 69,64 57,88 60,92 57,88 69,64 11,76 dan prasarana penyediaan air baku 1) Peningkatan kapasitas tampung sumber air Juta m3 1.020,38 1.012 1,09 16,73 1.021,47 1.028,73 7,64 Meningkatnya kapasitas Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung 3 2 2) Juta m 376,80 377 766,40 4,30 1.143,20 381,30 -761,90 tampung sumber-sumber air sumber air Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung 3) Juta m3 15.396 12.679 15.896 4.673 13.699,63 12.679 -1.020,63 sumber air Meningkatnya kapasitas Peningkatan luas kawasan yang terlindungi 3 1) Ha 18.950,67 20.343,50 44.267 16.083,11 63.217,33 36.426,61 -26.790,72 penegndalian daya rusak air dari daya rusak air Meningkatnya keterpaduan tata 4 1) Peningkatan RBO Indeks Indeks 2,24 2,25 2,59 2,57 2,59 2,57 -0,02 kelola pengelolaan SDA Meningkatnya upaya konservasi Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang 5 1) % 20 20 20 20 40 40 0 sumber daya air dikonservasi pada kawasan prioritas Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi 1) Peningkatan layanan jaringan irigasi Ha 181.282,79 182.017 244.962,37 52.519 426.245,16 234.536 -191.709,15 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan 2) Ha 477.960,57 480.534 691.490,27 291.171 1.169.450,84 771.704,57 -397.746,26 Meningkatnya kinerja layanan irigasi 6 irigasi 3) Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi Ha 3.142.532 3.581.530 3.265.230,01 3.345.174,05 3.345.174,05 3.581.530 236.355,95 Persentase daerah irigasi yang diairi oleh 4) % 11 11 12 12 12 12 0 Bendungan Meningkatnya potensi energi dari 7 1) Peningkatan potensi energi sumber air MW 113,19 111,84 0 0 113,19 111,84 -1,35 sumber-sumber air

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-61 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Perbandingan antara capaian kinerja Tahun 2015-2016 dengan target Renstra sampai dengan Tahun 2016, diuraikan sebagai berikut :

1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” a. Target Renstra untuk indikator kinerja “Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” adalah 20,65 m3/detik sedangkan realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015--2016 adalah 14,89 m3/detik, terjadi backlog terhadap target Renstra sebesar 5,76 m3/detik. b. Target Renstra untuk indikator “Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula” pada Tahun 2015-2016 adalah 9,9 m3/detik dan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2016 sebesar 9,12 m3/detik, dengan demikian terjadi backlog sebesar 0,78 m3/detik . c. Target Renstra untuk indikator “Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku” untuk Tahun 2015-2016 adalah sebesar 107,11 m3/detik dan realisasi capaian kinerja Tahun 2015-2016 adalah 130,56 m3/detik, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.

2. Sasaran program : ‘Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air” a. Target Renstra pada Tahun 2015-2016 untuk indikator “Peningkatan kapasitas tampung sumber air” adalah 1.021,09 juta m3 dan realisasi capaian kinerja Tahun 2015-2016 adalah 1.028,73 juta m3, dengan demikian target Renstra tercapai. b. Target Renstra untuk indikator “Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air” pada Tahun 2015-2016 sebesar 1.142,4 juta m3 dan total realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 adalah 381,3 juta m3, dengan demikian target Renstra tidak tercapai dengan backlog sebesar 761,1 juta m3. c. Target Renstra 2015-2016 untuk indikator “Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air” adalah 31.365 juta m3 sementara realisasi capaian kinerja Tahun 2015-2016 sebesar 17.352 juta m3, dengan demikian target Renstra pada indikator kinerja ini tidak tercapai dan terjadi backlog sebesar 14.013 juta m3.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-62 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air” a. Target Renstra pada Tahun 2015-2016 untuk indikator “Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air” adalah 63.217,67 hektar dan realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 sebesar 36.427,11 hektar, dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dengan backlog sebesar 26.790,56 hektar.

4. Sasaran program : ‘Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA” a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan RBO Indeks” sampai dengan 2016 adalah 2,59 indeks dan indeks capaian Tahun 2016 sebesar 2,57 indeks yang diperoleh dari rata rata peningkatan nilai/skor 30 BBWS/BWS, dengan demikian target Renstra Tahun 2016 tidak dapat tercapai dan terjadi backlog indeks sebesar 0,02.

5. Sasaran program : “Meningkatnya upaya konservasi sumber daya air” a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan persentase kawasan/lokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas” sampai dengan Tahun 2016 adalah sebesar 40% dan capaian kinerja sebesar 40%, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.

6. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi” a. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Peningkatan layanan jaringan irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 426.245,16 hektar dan realisasi capaian kinerja sebesar 234.536 hektar, dengan demikian target Renstra tidak tercapai dan terjadi backlog sebesar 191.709,16 hektar. b. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 1.169.451 hektar sementara realisasi capaian kinerja pada Tahun 2015-2016 sebesar 771.705 hektar, dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dan terjadi backlog sebesar 397.746,27 hektar. c. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi” sampai dengan Tahun 2016 adalah 6.487.706 hektar dengan capaian kinerja sebesar 6.846.760,01 hektar, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-63 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

d. Target Renstra 2015-2019 untuk indikator “Persentase daerah irigasi yang diairi oleh Bendungan” sampai Tahun 2016 sebesar 12% dan capaian kinerja sebesar 12%, dengan demikian target Renstra dapat tercapai.

7. Sasaran program : ‘Meningkatnya potensi energi dari sumber sumber air” a. Target Renstra untuk indikator “Peningkatan potensi energi sumber air” Tahun 2015-2016 adalah 113,19 Mw dan capaian kinerja adalah 111,84 MW, dengan demikian target Renstra tidak dapat tercapai dan terjadi backlog sebesar 1,35 MW. b. Perbandingan antara capaian Sasaran Strategis sampai dengan Tahun 2016 (2015-2016) dan target capaian sasaran Strategis sampai dengan Tahun ini (2015-2016)

Persentase capaian terhadap sasaran strategis dengan indikator kinerja “Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional” sampai dengan Tahun 2016 sebesar 42,90%, dalam hal ini mencapai target yang direncanakan sebesar 40,85%. Sementara capaian terhadap sasaran strategis dengan indikator kinerja “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” pada Tahun 2016 sebesar 53,14% tidak dapat mencapai target yang direncanakan sebesar 53,93%. Perbandingan capaian kinerja Sasaran Strategis Tahun 2015–2016 selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Perbandingan Capaian Kinerja Target Sasaran Strategis Tahun 2015-2016

Sasaran Strategis Baseline 2015 2016 2014 Target Capaian Target Capaian Tingkat dukungan untuk ketahanan air 28,95 32,97 39,74 40,85 42,90 nasional (%)

Tingkat dukungan untuk kedaulatan 45,83 52,66 52,67 53,93 53,14 pangan dan ketahanan energi (%)

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-64 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

4.2.4 Perbandingan Antara Realisasi Capaian Kinerja TA 2016, Renstra 2016 dan RPJMN 2016

Perbandingan capaian kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra, terdapat sembilan indikator kinerja yang tidak tercapai terhadap target Renstra yaitu :

a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. Target Renstra adalah 12 m3/detik dan capaian 2016 adalah 6,15 m3/detik. Hal ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk pembangunan sarana dan prasarana air baku berupa saluran pembawa sepanjang 1.000 km, 120 buah embung/intake dan 164 titik sumur bor, anggaran yang teralokasikan pada DIPA 2016 untuk kegiatan air tanah dan air baku dapat direalisasikan untuk pembangunan saluran sepanjang 899.28 km, 87 buah embung/intake dan 54 titik sumur bor. Sehingga target outcome Renstra tidak tercapai. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula. Target Renstra adalah 1,7 m3/detik sedangkan capaian Tahun ini adalah 0,92 m3/detik. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengurangan target output dan outcome akibat pemotongan anggaran. c. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra adalah 766,40 juta m3, capaian Tahun ini adalah 4,30 juta m3. Hal ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan rehabilitasi Bendungan sebanyak 10 buah dan embung sebanyak 182 untuk pelaksanaan Tahun 2016, anggaran yang teralokasi hanya untuk rehabilitasi 5 Bendungan dan 71 embung. Sehingga target outcome Renstra tidak tercapai. d. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra sebesar 15.896 juta m3, capaian Tahun 2016 adalah 4.673 juta m3. Hal ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan Bendungan sebanyak 214 buah dan embung sebanyak 1.370 untuk pelaksanaan Tahun 2016, anggaran yang teralokasi hanya untuk operasi dan pemeliharaan 167 Bendungan dan 1.171 embung, sehingga target outcome Renstra tidak tercapai. e. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air. Target Renstra sebesar 44.267 hektar, capaian Tahun 2016 sebesar 16.083,11 hektar.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-65 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Hal ini disebabkan karena dari usulan target Renstra untuk kegiatan pembangunan pengendali banjir sepanjang 750 km, dan pengendali lahar 55 buah, anggaran yang dialokasikan pada DIPA 2016 untuk kegiatan tersebut diatas hanya mampu untuk melaksanakan pembangunan pengendali banjir sepanjang 209,04 km, dan pengendali lahar sebanyak 26 buah, sehingga target outcome Renstra tidak tercapai. f. Peningkatan RBO Indeks. Target Renstra untuk indikator ini sebesar 2,59 indeks, capaian Tahun 2016 sebesar 2,57 indeks. Selisih antara capaian dan target tidak terlalu besar, hal ini disebabkan usulan target Renstra untuk jumlah pola dan rencana pengelolaan SDA yang disusun berjumlah 10 pola dan 5 rencana, namun dengan alokasi anggaran yang tersedia hanya dapat direalisasikan sejumlah 5 pola dan 7 rencana. g. Peningkatan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk indikator ini sebesar 244.962,37 hektar, sementara capaian Tahun 2016 sebesar 52.519 hektar. Hal ini disebabkan dari usulan target Renstra berupa jaringan irigasi dan bendung yang dilaksanakan konstruksinya masing-masing 4.572 km dan 14 bendung, anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 dapat direalisasikan untuk pembangunan 1.038,04 km jaringan irigasi dan 16 bendung. Sehingga target Renstra tidak tercapai. h. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk indikator ini sebesar 691.490,27 hektar dan capaian 2016 sebesar 291.171 hektar. Hal ini disebabkan dari usulan target Renstra untuk kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dan bendung sebesar 11.481 km dan 11 bendung, anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 direalisasikan untuk rehabilitasi 2.496,90 km dan 3 bendung. Sehingga target outcome Renstra tidak tercapai. i. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi. Target Renstra untuk indikator ini sebesar 3.345.174,05 hektar dan capaian 2016 sebesar 3.265.230,01 hektar. Selisih capaian disebabkan dari usulan target Renstra untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan sepanjang 62.112,20 km dan 24 bendung, anggaran yang teralokasi pada DIPA 2016 direalisasikan untuk OP jaringan sepanjang 40.804 km dan 567 bendung.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-66 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Realisasi capaian 2016 pada dasarnya tidak dapat mencapai target pembangunan yang telah ditetapkan melalui dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sebagaimana rincian berikut : a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. Realisasi 2016 adalah 6,15 m3/detik dan RPJMN 12 m3/detik. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula. Realisasi 2016 adalah 0,92 m3/detik dan RPJMN 1 m3/detik. c. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. Realisasi 2016 adalah 60,92 m3/detik sementara target RPJMN 61 m3/detik. d. Peningkatan kapasitas tampung sumber air. Realisasi capaian 2016 adalah 8 Bendungan baru, 24 Bendungan on going, 2 Bendungan selesai dan 387 embung, sementara target RPJMN adalah 8 Bendungan baru, 30 Bendungan on going, 2 Bendungan selesai dan 124 embung. e. Pengembalian fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. Realisasi capaian 2016 adalah 5 Bendungan, 71 buah embung, 7 danau dan target RPJMN adalah 8 Bendungan, 144 buah embung, 5 danau. f. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. Realisasi capaian 2016 adalah 167 waduk, 1171 buah embung, 47 danau dan target RPJMN adalah 176 waduk, dan 1.395 embung. g. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air. Realisasi capaian 2016 pengendali banjir sepanjang 242,94 km dan 38 buah pengendali lahar, target RPJMN pengendali banjir sepanjang 675 km dan 55 buah pengendali lahar. h. Peningkatan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016 adalah 52.519 hektar dan RPJMN adalah 259.731 hektar. i. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016 adalah 291.171 hektar dan target RPJMN 669.723 hektar. j. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi. Realisasi capaian 2016 adalah 3.265.230,01 hektar dan target RPJMN 3.456.695 hektar.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-67 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

4.3 Analisis Kinerja 4.3.1 Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program dan Strategis Strategis A. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Program

1. Sasaran program : “Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku”

Dari evaluasi capaian kinerja pada sasaran program ini, sebagaimana dijelaskan pada subbab 4.2.1, terdapat “gap” atau “backlog” pada indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku sebesar – 0,12 m3/detik pada Tahun 2016, dan terhadap target Renstra 2015-2019 pada Tahun 2016 terdapat “gap”sebesar 5,85 m3/detik (dimana target capaian outcome dalam Renstra sebesar 12 m3/detik). Berdasarkan pegukuran capaian outcome pada indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku diperoleh persentase penambahan sebesar 73,77% lebih kecil dari target Renstra sebesar 76,64%.

2. Sasaran program : ‘Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air” Berdasarkan Renstra 2015-2019, peningkatan kapasitas tampung per kapita sebesar 1,0 juta m3, tetapi realisasi capaian outcome pada indikator kinerja peningkatan kapasitas tampung sumber air sebesar 16,73 juta m3 lebih kecil dari target outcome Perjanjian Kinerja Tahun 2016 sebesar 52,87 juta m3. Sehingga berdasarkan perhitungan persentase penambahan kapasitas tampung sumber air, yang dihitung dalam Subbab 4.1.7, diperoleh persentase penambahan sebesar 2,67% sama dengan persentase penambahan dalam Renstra sebesar 2,67%.

3. Sasaran program : “Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air”

Realisasi capaian outcome pada indikator kinerja peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air sebesar 16.083,11 Hektar dimana lebih kecil dari target outcome yang ditetapkan dalam Perjanjian

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-68 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Kinerja sebesar 16.918,85 hektar, sehingga terdapat “backlog” sebesar 835,74 hektar. Sedangkan dalam Renstra penambahan peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air ditargetkan sebesar 44.267 hektar. Meskipun demikian persentase capaian target outcome untuk peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air sebesar 52,27% melebihi target Renstra sebesar 43,25% dikarenakan perhitungan persentase capaian merupakan kumulatif dari capaian Tahun sebelumnya yang cukup signifikan.

4. Sasaran program : “Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi”

Berdasarkan Perjanjian Kinerja, target capaian outcome pada indikator peningkatan layanan jaringan irigasi sebesar 52.519 hektar. Realisasi capaian kinerja outcome sebesar 52.519 hektar. Dalam Renstra 2015-2019, target penambahan outcome 244.962 hektar, sehingga terdapat backlog sebesar 192.443 hektar. Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja, persentase penambahan capaian untuk indikator kinerja peningkatan layanan jaringan irigasi sebesar 85,31%, sedangkan persentase penambahan peningkatan layanan jaringan irigasi dalam Renstra ditetapkan sebesar 85,42%, sehingga terdapat backlog sebesar 0,21%. Sementara untuk kegiatan rehabilitasi realisasi capaian outcome sebesar 291.171 hektar atau penambahan persentase menjadi 74,13%, tidak dapat memenuhi target Renstra sebesar 691.490 hektar dengan target persentase penambahan menjadi 74,77%.

5. Sasaran program : ‘Meningkatnya potensi energi dari sumber sumber air”

Sasaran program ini dengan indikator kinerja peningkatan potensi energi sumber air yang berkaitan dengan sasaran program “Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air”, yakni kapasitas tampung sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Dalam Tahun 2016, terdapat 2 (dua) Bendungan yang selesai, yaitu : Bendungan Payaseunara, dan Bendungan Teritip. Kedua Bendungan tersebut tidak memberikan suplai air untuk pembangkit listrik tenaga air, sehingga target outcome dalam Perjanjian Kinerja

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-69 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

ditetapkan 0 MW. Dalam Renstra, penambahan target outcome sasaran program ini sebesar 0 MW. Dengan demikian, sasaran program ini tidak dapat dikatakan gagal atau tidak tercapai.

B. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Berdasarkan hasil pengukuran, persentase capaian sasaran strategis Ditjen Sumber Daya Air pada Tahun 2016 sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.9 diatas. Untuk Sasaran Strategis dengan indikator kinerja strategis ‘Tingkat dukungan untuk ketahanan air nasional” sebesar 42,90%, melebihi persentase yang ditetapkan dalam Renstra sebesar 40,85%. Sedangkan persentase capaian indikator kinerja strategis “Tingkat dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi” sebesar 53,14%, lebih kecil dari target persentase dalam Renstra sebesar 53,93%. Jika dibandingkan target sasaran strategis sebagaimana yang dituangkan dalam Renstra Ditjen Sumber Daya Air 2015 – 2019 diatas dimana persentase dukungan terhadap ketahanan air menjadi sebesar 40,85% dan persentase dukungan terhadap kedaulatan pangan dan ketahanan energi menjadi sebesar 53,93%, target penambahan persentase terhadap sasaran Strategis yang ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air tidak tercapai. Salah sastu penyebab tidak tercapainya target dimaksud karena adanya backlog kebutuhan pendanaan. Kebutuhan dana sesuai Renstra 2015-2019 pada Tahun 2016 sebesar Rp. 62,715 Trilyun. Sementara alokasi anggaran dalam DIPA Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2016 sebesar Rp. 28,294 Trilyun.

4.3.2 Analisis Masalah dan Penyebab Kegagalan/Keberhasilan

Dari evaluasi dan analisis kinerja pencapaian sasaran program dan sasaran strategis diatas, didapati beberapa faktor keberhasilan dan faktor kegagalan yang mempengaruhi pencapaian target sesuai Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

a. Faktor keberhasilan, antara lain : 1. Faktor Eksternal a) Kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pihak stakeholders (Pemerintah Daerah setempat, masyarakat calon penerima manfaat,

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-70 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Perhutani, lembaga/institusi terkait lainnya) sehingga semua permasalahan, kendala dan hambatan dapat diselesaikan tepat waktu, terutama berkaitan dengan pembebasan lahan dan/atau proses perizinan Tukar Menukar Kawasan Hutan. b) Dukungan sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat yang terkena dampak proyek oleh Pemda setempat, baik sebelum dan selama pelaksanaan kegiatan.

2. Faktor Internal a) Penyiapan sejak dini dokumen perencanaan teknis Feasibility Study, Amdal, DED, dan/atau LARAP) yang tersedia sejak awal Tahun anggaran 2016. b) Kebijakan Kementerian PUPR untuk melaksanakan lelang dini kegiatan Tahun 2016 yang sudah dimulai sejak Agustus 2015. c) Penyelesaian masalah sosial (pembebasan tanah) dan masalah lingkungan dapat diselesaikan dengan lancar. d) Sosialisasi yang berkesinambungan sebelum dan selama pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh BBWS/BWS. e) Penekanan oleh Pimpinan Kementerian PUPR untuk melakukan strategi percepatan pelaksanaan oleh masing-masing BBWS/BWS/Satuan Kerja/SNVT. f) Dukungan penggunaan sistem SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) yang membantu ULP dan POKJA dalam proses pelelangan. g) Dukungan sistem e-monitoring online yang sangat membantu dalam pemantauan progres pelaksanaan kegiatan di lapangan. h) Penyelenggaraan sistim manajemen mutu di masing-masing Satuan Kerja dan SNVT yang semakin meningkat melalui pelaksanaan audit internal. b. Faktor kegagalan pelaksanaan anggaran Tahun 2016, antara lain : 1. Penolakan masyarakat terhadap besarnya nilai ganti rugi tanah pada beberapa proyek pembangunan Bendungan dan pembangunan jaringan irigasi baru sehingga menghambat proses ganti rugi lahan.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-71 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2. Keterlambatan persetujuan pelaksanaan atau No Objection Letter (NOL) dari pihak Donor untuk kegiatan-kegiatan yang didanai pinjaman luar negeri mengakibatkan terkendalanya proses lelang. 3. Adanya kendala/hambatan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembebasan lahan yang diakibatkan proses negosiasi dengan pemilik tanah yang sangat alot dan penetapan nilai ganti rugi lahan dan aset lainnya yang memakan waktu cukup lama. 4. Masalah tukar menukar kawasan hutan dan atau tukar guling lahan dengan pihak Kementerian Kehutanan maupun Perhutani membutuhkan waktu yang cukup lama yang akibatnya terlambatnya dimulai pekerjaan fisik terutama Bendungan. 5. Hasil perencanaan teknis (detail desain) yang tidak matang dan akurat menyebabkan beberapa paket kegiatan pembangunan jaringan irigasi dan Bendungan tidak dapat dilaksankan pada Tahun 2016. 6. Permasalahan dengan Negara Donor untuk paket-paket yang didanai pinjaman luar negeri, dimana sering terjadi penerbitan No Objection Letter membutuhkan waktu lama, dan ada pihak Negara Donor yang tidak berserdia menggunakan aplikasi SPSE untuk pengadaan kegiatan yang didanai Loan. 7. Adanya kebijakan Pemerintah melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2016 dan Inpres Nomor 8 Tahun 2016 mengenai penghematan/pemotongan dan selfblocking pagu DIPA TA 2016, dimana pagu DIPA Ditjen Sumber Daya Air terpotong sebesar Rp. 3,96 triliun. Hal ini menyebabkan terjadinya penguranganh output pada beberapa program dan kegiatan sehingga target outcome tidak tercapai. 8. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman personil pelaksana proyek (Direksi, Pengawas, Konsultan, Kontraktor) berkaitan dengan manajemen resiko, sehingga segala resiko yang mungkin terjadi lambat diantisipasi.

4.3.3 Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Dari evaluasi kinerja yang diuraikan diatas, ketersediaan anggaran yang ada telah dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-72 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

misi Kementerian PUPR sesuai dengan peran, tugas dan fungsi Ditjen Sumber Daya Air. Penggunaan sumber daya anggaran mendukung untuk visi dan misi Kementerian PUPR yaitu: mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk sumber daya maritime untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi. Pembangunan sumber daya air telah menekankan pada dukungan untuk tercapainya program strategis nasional, melalui pembangunan Bendungan, pembangunan jaringan irigasi, penyediaan air baku, dan pengendalian daya rusak air. Secara umum pengertian efisiensi adalah merupakan komponen- komponen input yang digunakan seperti waktu, sumber daya manusia, biaya dan sarana atau peralatan untuk menghasilkan satu satuan output dan yang tidak berdampak pada pemborosan atau pengeluaran yang tidak berarti. Dari hasil realisasi capaian kinerja Tahun 2016, pencapaian output dan outcome pada sasaran program dan indikator kinerjanya menunjukkan hasil memuaskan. Dalam hal ini terlihat dari capaian output dibandingkan dengan alokasi anggaran yang tersedia. Sebagai contoh, indikator kinerja peningkatan kapasitas tampung sumber air, berdasarkan Renstra target penambahan kapasitas tampung sumber air sebesar 1 juta m3, tetapi dalam kenyataan dengan anggaran yang tersedia realisasi penambahan kapasitas tampung sumber air mengalami penambahan sebesar 16,73 juta m3. Namun demikian, juga terdapat realisasi target capaian outcome yang tidak tercapai dengan uang tersedia, antara lain indikator kinerja peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyedian air baku dimana realisasi capaian outcome 6,15 m3/detik lebih kecil dari target outcome 6,27 m3/detik. Secara umum, sarana dan prasarana sumber daya air yang dibangun Tahun 2016 telah sejalan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, yaitu diarahkan untuk : mendukung pengembangan daerah tertinggal dan perbatasan; dukungan untuk pengurangan disparitas antar wilayah (perkotaan, perdesaan dan perbatasan); serta peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar, serta peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana sumber daya air yang handal.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-73 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Dalam mencapai hasil pelaksanaan pembangunan yang efektif dan efisien, tidak terlepas dari dukungan anggaran, SDM, dan peralatan yang tersedia. a. Alokasi Dana DIPA TA 2016 Sebagaimana dijelaskan dalam Bab 3 diatas, pada awal TA 2016 alokasi anggaran dalam DIPA Tahun 2016 sebesar Rp. 30,427 Trilyun. Terdapat penghematan I dan selfblocking dalam DIPA Tahun 2016 pada Triwulan III menjadi Rp. 28,693 Trilyun dan pada akhir Triwulan IV alokasi dana menjadi Rp. 28,294 Trilyun. Berdasarkan Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air kebutuhan alokasi anggaran TA 2016 sebesar Rp. 62,715 Trilyun, sehingga dana yang dialokasikan untk Ditjen Sumber Daya Air mengalami kekurangan. Berdasarkan data e-monitoring online, progres penyerapan akhir keuangan TA 2016 sebesar 87,14% atau Rp. 24,656 Trilyun dengan capaian progres fisik mencapai 94,20%, sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 1,639 M (5,79%) yang tidak terpakai/terserap. Dari sisi alokasi anggaran dalam kurun waktu Tahun 2011-2016 setiap Tahun pagu Ditjen Sumber Daya Air mengalami peningkatan dari Rp. 13 Trilyun pada Tahun Anggaran 2011 meningkat menjadi Rp. 28,294 Trilyun pada Tahun 2016 sebagaimana terlihat pada Gambar 4.9 dan Tabel 4.14 dibawah ini.

Sandingan Progres Keuangan dan Fisik Tahun 2011 - 2016

95,24 96 94,46 94,20 93,05 93,32 92,31 91,79 91,21 92 90,43

87,14 88 86,52 86,64

84

80 2011 2012 2013 2014 2015 2016

keuangan fisik

Gambar 4.9 Diagram Progres Keuangan dan Fisik Periode Tahun 2011-2016

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-74 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Tabel 4.14 Tabel Progres Pelaksanaan Anggaran Tahun 2010 – 2016

Pagu (Rp. Ribu) Realisasi (Rp. Ribu) Fisik Tahun D RPM PLN Total RPM PLN Total % % 2011 10.219.504.349 2.803.903.619 13.023.407.968 9.090.003.974 2.177.430.845 11.267.434.819 86,52% 91,79% 2012a 16.455.000.530 2.634.339.345 19.089.339.875 14.828.390.555 1.709.716.980 16.538.107.535 86,64% 91,21% 2013r 20.010.952.301 3.170.619.793 23.181.572.094 18.605.178.632 2.356.974.233 20.962.152.865 90,43% 92,32% 2014 15.789.942.807 2.332.988.253 18.122.931.060 14.874.304.644 1.988.197.056 16.862.501.700 93,05% 94,46% 2015i 28.810.776.054 2.291.073.739 31.101.849.793 26.993.072.530 2.032.258.820 29.025.331.350 93,32% 93,24% 2016 26.634.282.425 1.660.021.826 28.294.304.251 23.462.566.569 1.193.575.392 24.656.141.961 87,14% 94,20% Gambar 4.9 dan Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 ini alokasi DIPA cenderung lebih kecil dari Tahun sebelumnya, realisasi penyerapan dan capaian target fisik juga cenderung turun karena adanya kebijakan pemblokiran mandiri (selfblocking) sebesar 2 trilyun dimana dana selfblocking ini tetap membebani DIPA meskipun tidak dapat digunakan. Namun demikian secara realisasi fisik capaian progres mencapai 94,20% hal ini membuktikan bahwa kapasitas kemampuan sumber daya Ditjen Sumber Daya Air semakin baik dalam melaksanakan kegiatan. b. Sumber Daya Manusia

Sebagaimana diuraikan dalam Bab 3 (Kapasitas Organisasi) Ditjen Sumber Daya Air memiliki total jumlah pegawai sebanyak 9.178 orang. Dalam pelaksanaan proses kegiatan baik di tingkat Pusat mapun Daerah (BBWS/BWS) telah diperlengkapi dengan personil-personil yang memadai dari sisi kuantitas dan kualitas. Bila dilihat dari tingkat pendidikan maka SDM yang ada pada Ditjen Sumber Daya Air didominasi oleh tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah 3.923 orang (42,74%), selanjutnya adalah S1 dengan jumlah 3.005 orang (32,74%), S2 dengan jumlah 1.012 orang (11,03%), S3 berjumlah 10 orang (0,11%) sisanya SD dan SMP. Pegawai-pegawai dengan tingkat pendidikan SLTA pada umumnya dimanfaatkan sebagai staf penunjang baik dikantor, sebagai pembantu administrasi teknik dan nonteknik, maupun di lapangan sebagai pembantu pengawas dan petugas operasi dan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air yang sudah terbangun. Sedangkan pegawai dengan tingkat pendidikan S1 (teknik dan non teknik) pada umumnya ditempatkan pada posisi sebagai Penanggungjawab kegiatan (Satker/SNVT/PPK), pengawas utama, pelaksana administrasi dan pelaksana teknik.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-75 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Saat ini pelaksanaan pengawasan pekerjaan paket-paket kontraktual pada umumnya menggunakan jasa konsultan, sehingga sebagian personil yang terbatas dimasing-masing BBWS/BWS dapat berkonsentrasi untuk kegiatan yang bersifat swakelola. c. Sarana dan Prasarana Dalam mendukung pelaksanaan anggaran Tahun 2016 diperlukan sarana dan peralatan. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Ditjen Sumber Daya Air baik di tingkat Pusat maupun Daerah (BBWS/BWS) sudah cukup memadai, sebagaimana dijelaskan pada Bab 3 diatas, yang meliputi :

a. Komputer dan peralatan komunikasi 4.509 Unit. b. Kendaraan Dinas Operasional (KDO) 6.593 Unit. c. Peralatan berat (Truck/dumptruck, excavator) 582 unit. d. Mesin pompa air 151 unit. e. Kapal Keruk (Dredger) yang dimiliki beberapa BBWS/BWS. f. Gedung Kantor, baik di Pusat maupun yang dimiliki masing-masing BBWS/BWS dengan jumlah 28.951 Unit.

Sarana dan prasarana diatas telah memberikan dukungan yang tinggi terhadap pelaksanaan anggaran Tahun 2016. Peralatan berat, peralatan komunikasi dan komputer serta kendaraan dinas operasional misalnya, telah memberikan andil yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan dalam upaya terjaganya fungsi infrastruktur sumber daya air yang telah terbangun. Demikian juga dengan aplikasi sistem e-monitoring online juga menjadi andalan bagi tingkat pimpinan tinggi di Pusat untuk melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi terhadap Kinerja penyelanggaraan pelaksanaan program kegiatan di masing-masing Unit Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Melalui sistem e-monitoring online dapat dilakukan pengendalian dan langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan bagi pekerjaan-pekerjaan yang mengalami masalah dan kendala di lapangan. Dengan memanfaatkan dukungan ketiga input diatas proses pelaksanaan anggaran Tahun 2016 dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan program kegiatan yang ditetapkan sejak awal pengusulan anggaran TA 2016.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-76 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Keberhasilan capaian output diatas tidak terlepas dari kemampuan penanggungjawab kegiatan dan seluruh jajaran Ditjen Sumber Daya Air, di tingkat Pusat maupun di BBWS/BWS, untuk menyelesaikan seluruh kegiatan dengan benar sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu, dari hasil pemantaun dan evaluasi Kinerja pelaksanaan kegiatan Tahun 2016 bahwa semua kegiatan fisik yang memberikan output dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan program strategis yang ditetapkan, antara lain sesuai dengan direktif Presiden/Wakil Presiden RI, aspirasi DPR, arahan Menteri PUPR dan Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pelaksanaan anggaran Tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Air dapat dikatakan efisien dari sisi penggunaan input yang tersedia yaitu: dana, waktu, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia, untuk menghasilkan output dan outcome yang diinginkan. Disamping itu, dengan seleksi usulan kegiatan yang ketat dengan memenuhi seluruh readiness criteria yang menjadi persyaratan sejak awal penyusunan DIPA 2016 dari Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air dan pelaksanaan kegiatan yang mengacu kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku, maka segala kendala dan hambatan di lapangan dapat diselesaikan secepat mungkin. Dengan demikian dari hasil output yang dicapai dengan efisien telah memberikan dampak atau efek yang diharapkan telah tercapai sesuai tujuan dan sasaran.

4.3.4 Analisis Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Target Kinerja Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran program yang telah ditetapkan dalam perjanjian Kinerja Tahun 2016 tersebut juga dilakukan upaya- upaya internal yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan pembangunan dan pengelolaan sumber daya air. Upaya-upaya dimaksud, seperti : a. Meningkatan pemahaman personil BBWS/BWS dalam penyelenggaraan sistim manajemen mutu sebagai alat untuk melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan proyek di lapangan.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-77 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

b. Meningkatkan SDM yang berkompeten dan berintegritas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi pendidikan dan pelatihan, dan kursus-kursus yang bersifat teknis dan administratif. c. Meningkatkan budaya kerja berkinerja tinggi dan berintegritas, kegiatan ini dilakukan melalui pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Pada Tahun 2016 dilingkungan Ditjen Sumber Daya Air, sebagai pilot project telah menetapkan BWS Sumatera V dan BBWS Pemali Juana sebagai unit satuan kerja untuk melakukan Pembangunan Zona Integritas untuk Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). d. Meningkatkan pengelolaan regulasi, dengan pembatalan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air oleh Mahkamah Konstitusi dan memberlakukan kembali UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pasca pembatalan UU Nomor 7 Tahun 2004 tersebut, Ditjen Sumber Daya Air telah berusaha untuk menyusun usulan peraturan-peraturan sebagai payung hukum sementara, dengan pertimbangan bahwa pelayanan kepada masyarakat harus tetap berjalan. Peraturan-peraturan yang telah diselesaikan, terdiri dari : 1) Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wialyah Sungai. 2) Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan Pengairan. 3) Permen PUPR No. 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai. 4) Permen PUPR No. 08/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi. 5) Permen PUPR No. 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan SDA. 6) Permen PUPR No. 10/PRT/M/2015 tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air. 7) Permen PUPR No. 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa Pasang Surut. 8) Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-78 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

9) Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak Air. 10) Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi. 11) Permen PUPR No. 16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Rawa Lebak. 12) Permen PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi. 13) Permen PUPR No. 18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi Dan Pemeliharaan Bangunan Pengairan. 14) Permen PUPR No. 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak. 15) Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi. 16) Permen PUPR No. 24/PRT/M/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Uang Tunai Untuk Rumah Pengganti dan Uang Santunan Untuk Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede. 17) Permen PUPR No. 26/PRT/M/2015 tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai. 18) Permen PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan. 19) Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau. 20) Permen PUPR No. 29/PRT/M/2015 tentang Rawa. 21) Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi. 22) Permen PUPR No. 01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber Daya Air. 23) Permen PUPR No. 09/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam Pemanfaatan Infrastruktur Sumber Daya Air Untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air/Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. e. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (IT), dalam upaya pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lapangan

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-79 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Ditjen Sumber Daya Air telah memanfaatkan aplikasi system e-monitoring 0nline untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. Selain itu, Ditjen Sumber Daya Air juga telah mengembangkan system manajemen perencanaan (e-programming). E-progamming dibangun untuk mengintegrasikan proses perencanaan dan pemrograman didukung oleh teknologi informasi. f. Meningkatkan layanan dukungan manajemen, berupa penyusunan NSPK (perencanaan dan pemograman SDA, tata kelola pengelolaan SDA Terpadu, NSPK irigasi permukaan, irigasi rawa, dan irigasi tambak, OP sarana dan prasarana SDA, pengendalian banjir, lahar gunung berapi, dan pengamanan pantai, keamanan Bendungan, penyediaan dan pengelolaan air tanah dan air baku).

4.4 Realisasi Anggaran Tahun 2016

Dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sumber daya air Tahun 2016, Ditjen Sumber Daya Air pada awal Tahun anggaran 2016 (Januari 2016) mendapat anggaran dengan pagu sebesar Rp. 30.427.440.685.000. Berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, dan Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, yang menyebabkan adanya pemotongan/penghematan dan selfblocking sebesar Rp. 3,96 triliun, yang terdiri dari : i) penghematan/ pemotongan sebesar Rp. 1,96 triliun; dan ii) selfblocking sebesar Rp. 2,0 triliun. Sehingga pagu DIPA TA 2016 mengalami revisi menjadi Rp. 28.294.304.251.000. Penyerapan keuangan sampai dengan akhir TA 2016 adalah sebagai berikut : a. Progres terhadap DIPA SPAN (Rp. 28.294.304.251.000) 1) Progres keuangan : 87,14%, dari rencana 100%, deviasi 12,86%. 2) Progres fisik : 94,20%, dari rencana 100%, deviasi 5,80%. b. Progres terhadap DIPA Efektif Tanpa Selfblocking (Rp. 26.294. 304.251.000) 1) Progres keuangan : 93,76%, dari rencana 100%, deviasi 5,24%.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-80 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2) Progres fisik : 100%, dari rencana 100%.

Pada Gambar 4.10 dan 4.11 disajikan Kurva-S Rencana dan Realisasi Keuangan dan Fisik Tahun 2016.

88,61 100 Renc. Keu 78,49 87,14 Real. Keu 67,74 71,00 55,67 59,51 44,6 52,83 35,02 44,69 25,89 33,13 35,79 18,86 12,79 7,16 20,37 2,77 14,44 9,64 5,2 2,06 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Gambar 4.10 Kurva S Rencana dan Realisasi Keuangan Tahun 2016

Gambar 4.11 Kurva S Rencana dan Realisasi Fisik Tahun 2016

Sampai dengan akhir Tahun anggaran 2016, sisa anggaran yang tidak terserap sebesar Rp. 3,640 Trilyun atau sebesar 12,86% dari pagu DIPA Rp. 28,294 Trilyun, yang terdiri dari : a. Selfblocking : Rp. 2 Trilyun.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-81 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

b. Blokir : Rp. 248,08 Milyar. c. Sisa anggaran : Rp. 1,639 Trilyun.

Dana yang tidak terserap tersebut disebabkan : a. Terdapat 22 paket kontraktual Tahunan dengan pagu Rp. 17,09 Milyar yang tidak dapat dilelangkan dengan beberapa alasan antara lain masuk dalam selfblocking (appraisal tanah Bendungan Way Sekampung dan Bendungan Tapin), blokir (FMSRB P. Ambon, Urgent Rehabilitation Strategic Irrigation for Western Region), belum ada loan agreement (IPDMIP), waktu lelang yang tidak mencukupi akibat proses revisi DIPA (appraisal tanah floodway Cisangkuy). b. Terdapat 13 paket kontraktual Tahun jamak baru (MYC Baru) dengan pagu Rp. 142,75 Milyar yang tidak dapat dilelangkan, beberapa karena selfblocking (PIMS, Flood Risk Management and Engineering Services, DI Batang Bayang, DI Batang Asai, DI Kalukku), menunggu persetujuan lender/NOL (3 paket di DI Jatiluhur), dan batal lelang (Bendungan Rukoh). c. Terdapat sisa kontraktual sebesar Rp. 678,02 milyar. d. Terdapat sisa AU dan pekerjaan swakelola sebesar Rp. 801,81 milyar.

4.5 Dampak dan Manfaat Salah satu tujuan Ditjen Sumber Daya Air, yaitu : “Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PUPR bidang sumber daya air untuk mendukung ketahanan air , kedaulatan pangan , dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi”. Dari hasil output yang diperoleh dalam penyelenggaraan anggaran Tahun 2016 yang diuraikan di atas akan memberikan manfaat yang besar bagi stakeholders terutama masyarakat di wilayah proyek yang dibangun/direhabilitasi antara lain berupa peningkatan ekonomi masyarakat di wilayah sekitar proyek yang terbangun. Capaian output Tahun 2016 sebagai Tahun kedua Renstra 2015-2019 Ditjen Sumber Daya Air mendukung pencapaian target sasaran strategis yang ditetapkan sebagaimana diuraikan pada Butir 4.3. Dampak dan manfaat dari hasil pembangunan dan pengelolaan sumber daya air Tahun 2016, antara lain :

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-82 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

a. Menambah dukungan ketersediaan suplai air irigasi pada areal pertanian beririgasi seluas 52.519 ha, sehingga mampu meningkatkan produksi gabah kering giling (GKG) sebesar ± 0,387 juta ton GKG per Tahun, dengan asumsi produktivitas 5,16 ton GKG/ hektar, dengan IP 1,43. b. Menambah dukungan akses kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari sebesar 6,15 m3/detik atau setara dengan memenuhi air baku untuk 7,55 juta jiwa, dengan asumsi kebutuhan air baku 100 liter/jiwa/hari. c. Mendukung tambahan kapasitas tampung sumber air sebesar 16,73 juta m3, sehingga total tampungan sampai dengan Tahun 2016 sebesar 13.721 milyar m3 (tampungan sampai dengan Tahun 2014 sebesar 12,68 trilyun m3). Jika jumlah penduduk Tahun 2016 sebanyak ± 256,17 juta jiwa maka dapat meningkatkan tampungan per kapita menjadi 53,56 juta m3/kapita/Tahun. Air tampungan dalam waduk dapat dimanfaatkan untuk air baku, irigasi, dll. d. Bertambahnya luas kawasan yang terlindungi daya rusak air seluas ± 16.000 ha, melalui pembangunan infrastruktur pengendali banjir sepanjang 242,94 Km.

Berikut beberapa keberhasilan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak dan manfaat yang besar yang diselesaikan dalam Tahun 2016 pada Ditjen Sumber Daya Air :

1) Pembangunan Embung Babolit (Lanjutan) Pembangunan Embung Babolit (Lanjutan) berlokasi di Kota Melawi, Provinsi Kalimantan Barat dengan kapasitas tampung 129.000 m3 dan luas genangan 10.990 m2. Manfaatnya adalah sebagai penyediaan prasarana dan sarana Air Baku 18 liter/detik.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-83 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2) Peningkatan Embung Aek Natonang

Kegiatan ini berlokasi di 55 km sebelah hulu Kota Pangururan dan berjarak 255 km dari kota Medan. Volume tampungan sebesar 661.954 m3, sumber air berasal dari Sungai Binanga Bolon dan Sungai Halian. Manfaatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Kecamatan Simanindo dan Kecamatan Palipi.

3) Rehabilitasi Embung Aibo

Kegiatan ini berlokasi di Desa Maibo, Kecamatan Aimas, Kabupaten Sorong dengan volume tampung 43.158,47 m3 dan layanan air baku 0,28 liter/detik.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-84 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

4) Revitalisasi Danau Tondano

Kegiatan ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara. Manfaat dari pembangunan ini adalah 1) Meningkatkan tampungan air danar sebesar 46 juta m3, 2) Meningkatkan ketahan produksi listrik di PLTA Tonsea lama, PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II, 3) Mempertahankan suplai air bersih untuk kota Manado, 4) Pengendalian sedimentasi pada danau, 5) Pengendalian pencemaran limbah domestik yang masuk ke danau, 6) Mendorong pertimbuhan pariwisata.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-85 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

5) Pengerukan dan Pengendalian Sedimen Danau Limboto (MYC)

Kegiatan ini berlokasi di Provinsi Gorontalo, panjang rencana pengerukan 10,527 M. Manfaatnya adalah 1) Pengendalian sedimentasi, 2) Pengendalian banjir di Kota Gorontalo, Pengendalian perencanaan limbah domestik, 3) Menopang mata pencaharian untuk nelayan di sekitar danau, 4) Mendorong pertumbuhan pariwisata danau.

6) Revitalisasi Danau Tempe

Kegiatan ini terdiri dari 3 lokasi, yaitu : di Kab. Sidrap, Kab. Soppeng, Kab. Wajo provinsi Sulawesi Selatan, merupakan danau paparan banjir Sungai Walanae, dengan volume tampungan 145,6 juta m3. Manfaatnya adalah 1) Meningkatkan tampungan air danau sebesar 31,3 juta m3, 2) Pengendalian sedimen pada danau, 3) Pengendalian banjir di Kab. Wajo, kab. Soppeng dan Kab. Sidrap, 4) Menopang mata pencaharian untuk nelayan, 5) Mendorong pertumbuhan pariwisata danau.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-86 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

7) Lanjutan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Bena

Kegiatan ini berlokasi di Desa Bena, Kecamatan Amanuban Selatan. Sumber air berasal dari Bendung Linamnutu, luas lahan 3.500 hektar dengan panjang saluran irigasi 10.025,97 m, waktu pelaksanaan 240 hari kalender.

8) Rehabilitasi Bangunan Utama D.I Klambu

Kegiatan ini berlokasi di kabupaten Grobogan, Demak, Kudus dan Pati, Jawa Tengah dengan luas daerah irigasi 37.451 hektar, panjang saluran primer 73.797 m, panjang saluran sekunder 216.440 m.

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-87 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

9) Pembangunan Intake dan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Kotanopan

Kegiatan ini berlokasi di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, waktu pelaksanaan 180 hari kalender. Manfaatnya adalah melayani kebutuhan air baku bagi masyarakat di Kotanopan.

10) Pembangunan Prasarana Pengambil Air Tanah untuk Air Baku 10 Titik Kabupaten Muaro Jambi

Kegiatan ini tersebar di 10 desa kabupaten Muaro Jambi, dengan waktu pelaksanaan 240 hari kalender, tipe bangunan sumur dalam dan kapasitas

BAB IV Akuntabilitas Kinerja

IV-88 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air