PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG

NIHON DE NO OSHOUGATSU

Kertas Karya

DISUSUN

O

L

E

H

FRISKA RATZAN RIANA

132203066

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG NIHON DE NO OSHOUGATSU

KERTAS KARYA Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Diploma III dalam bidang Bahasa Jepang.

Dikerjakan

OLEH:

FRISKA RATZAN RIANA NIM:132203066 Pembimbing, Pembaca

Zulnaidi, S.S., M.Hum Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D NIP. 196708072004011001 NIP.196910112002121001

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi DIII Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Zulnaidi S.S, M.Hum NIP. 196708072005011001

Medan, Juni 2016

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S. Nip 196008051987031001

Panitia Ujian :

No. Nama

1. Zulnaidi, S.S, M.Hum.

( )

2. Zulnaidi, S.S, M.Hum. ( )

3. Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D. ( )

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG, sebagaimana syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Study D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu

Budaya dengan gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu, baik berupa bimbingan maupun pengarahan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi D-III

Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum, selaku dosen pembimbing yang sudah

banyak membimbing serta membantu penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan dan kertas karya ini.

4. Bapak Mhd. Pujiono. M.Hum., Ph.D, selaku dosen pembaca yang sudah

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa

di Program Studi D-III Bahasa Jepang.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Kedua orangtua saya Agus Efendy Tanjung dan Diana br Siringo-ringo

yang telah membesarkan saya dan merawat saya sampai saya menjadi

seperti sekarang serta senantiasa mendukung saya, baik berupa dukungan

moril maupun material.

7. Teman-teman saya, Ade Andriani, Intan Arianta dan teman-teman

angkatan 2013 yang telah banyak membantu dan memberi semangat

kepada saya dalam penyelesaian kertas karya ini.

8. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

per satu, yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan kertas karya ini.

Semoga kertas karya ini memberi manfaat dan semoga dapat menambah wawasan bagi orang yang membacanya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Medan, Juni 2016

Penulis

Friska Ratzan Riana

NIM. 132203066

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…... i

DAFTAR ISI ...... …………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ………………………………………………... 1

1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 3

1.3 Batasan Masalah ………………………………………………………... 3

1.4 Metode Penulisan ……………………………………………………..... 4

BAB II GAMBARAN UMUM …………………………………………..…… 5

2.1 Sejarah Tahun Baru di Jepang ………………………………………….. 5

2.2 Makna Tahun Baru Bagi Masyarakat Jepang ………………………...… 6

BAB III PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG ……………………….. 9

3.1 Cara Merayakan Tahun Baru di Jepang ………………………………... 9

3.2 Kegiatan Perayaan Tahun Baru di Jepang ..………………………...…. 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………...... … 27

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………...…….. 27

4.2 Saran ………………………………………………………...……….... 29

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah sebutan orang Indonesia, sementara orang Eropa menyebutnya atau Japon, sedangkan orang Jepang sendiri menyebut

Nippon atau Nihon (日本). Dilihat dari kanjinya, Nihon (日本) artinya asal matahari. Sebutan ini berasal dari bangsa yang berada di sebelah barat Jepang, yaitu orang Tairiku (daratan Asia). Masa itu adalah masa pengiriman Kenzuishi dan Kentoshi dari Kerajaan China untuk mengetahui daerah asal matahari terbit.

Jepang adalah Negara kepulauan yang terdiri dari 4 pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil. Pulau-pulau besar tersebut adalah Hokkaido (北海道),

Honshu ( 本 州 ), Shikoku ( 四 国 ) dan Kyushu ( 九 州 ). Berdasarkan letak geografisnya, Jepang mempunyai 4 musim yaitu musim dingin (fuyu/Error!

Hyperlink reference not valid.), musim semi (haru/Error! Hyperlink reference not valid.), musim panas (natsu/Error! Hyperlink reference not valid.) dan musim gugur

(aki/Error! Hyperlink reference not valid.). Di setiap musim, ada berbagai festival atau perayaan (matsuri/祭り). Matsuri adalah sesuatu yang paling penting dalam sistem kepercayaan Jepang. Inti dari matsuri di Jepang adalah penyembahan Roh leluhur yang tinggal di gunung. Orang Jepang percaya perjalanan roh leluhur berhubungan dengan musim pada setiap tahunnya. Dalam matsuri, yang dipersembahkan adalah makanan dan minuman yang kemudian bisa dimakan oleh

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA manusia. Di Jepang, penghormatan terhadap roh leluhur dilakukan 2 kali, yaitu pada musim panas saat merayakan perayaan obon dan di awal Tahun Baru. Saat perayaan Tahun Baru, orang Jepang percaya roh leluhur datang sebagai

(Dewa Tahun) yang memberi berkah dan kelimpahan sepanjang tahun.

Dalam bahasa Jepang, Tahun Baru disebut Shougatsu (正月). Tahun Baru di Jepang berlangsung selama 3 hari, mulai dari tanggal 1 Januari sampai tanggal

3 Januari. Sedangkan kegiatan menyambut Tahun Baru sudah dimulai sejak 2 atau

3 minggu sebelum pergantian tahun. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah oosouji (

大掃除/kegiatan bersih-bersih rumah secara besar-besaran), pemasangan kazari atau hiasan, menyiapkan makanan khas Tahun Baru (osechi ryouri/お節料理), mengirim nengajou (年賀状/kartu pos Tahun Baru) ke kantor pos dan beberapa kegiatan religius lainnya.

Berbeda dengan kota-kota besar pada umumnya yang merayakan Tahun

Baru dengan penuh kemeriahan, di Jepang Tahun Baru dirayakan dengan suasana hening dan sepi. Hal ini dikarenakan Jepang masih memegang teguh tradisi dari nenek moyang mereka. Pada malam Tahun Baru, orang Jepang mempunyai tradisi memakan soba yang disebut toshikoshi soba. Kemudian pada malam pergantian tahun, seluruh kuil Buddha yang ada di Jepang akan memukul genta sebanyak 108 kali. Hari-hari pada awal Tahun Baru ditandai dengan kunjungan pertama ke kuil- kuil agama dan Buddha yang disebut dengan hatsumoude. Selain itu,

Tahun Baru juga dijadikan moment untuk mengunjungi tetangga atau bunke

(keluarga cabang) dan honke (keluarga asal). Bagi anak-anak yang tinggal jauh dari orang tua dan keluarga atau perantau, memanfaatkan libur Tahun Baru untuk

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pulang ke kampung halaman, berkumpul bersama keluarga dan saling memberi salam Tahun Baru.

Orang Jepang merayakan Tahun Baru berdasarkan tradisi yang turun dari nenek moyang mereka dan sangat jauh dari kemeriahan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang perayaan Tahun Baru di

Jepang. Sesuai dengan topik yang akan dibahas, judul kertas karya ini adalah

“PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG”.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya dengan judul “PERAYAAN

TAHUN BARU DI JEPANG” ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah Tahun Baru di Jepang

2. Untuk mengetahui makna Tahun Baru bagi masyarakat Jepang

3. Untuk mengetahui cara orang Jepang merayakan Tahun Baru

4. Untuk mengetahui tradisi dan kebiasaan yang dilakukan pada perayaan Tahun

Baru di Jepang

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan kertas karya ini, penulis memfokuskan tentang cara merayakan Tahun Baru di Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini, penulis

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA juga mengemukakan tentang sejarah Tahun Baru di Jepang serta makna dan keunikan perayaan Tahun Baru di Jepang.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan sumber-sumber bacaan berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirangkum dan dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.

Selain itu, penulis juga memanfaatkan media Internet untuk mencari referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih jelas dan lebih akurat.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Tahun Baru di Jepang

Bagi Negara atau budaya yang mempunyai kalender tahunan mempunyai perayaan Tahun Baru. Mereka memperingati Tahun Baru pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka. Bagi Negara yang mengadopsi Kalender

Gregorian, merayakan Tahun Baru pada tanggal 1 Januari. Tahun Baru itu sendiri pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM, tidak lama setelah Julius

Caesar dinobatkan sebagai Kaisar Roma dan memutuskan mengganti penanggalan tradisional Romawi.

Jepang adalah salah satu Negara yang mempunyai kalender negaranya sendiri. Pada zaman dahulu, Kalender Jepang didasarkan pada Kalender

Tionghoa, sehingga orang Jepang merayakan Tahun Baru pada awal musim semi bersamaan dengan Tahun Baru Imlek. Pada tahun 660 SM, cara penghitungan tahun di Jepang berdasarkan tahun Kaisar Jimmu naik tahta yang sering disebut

Kalender Kaisar (kou-reki), Kalender Jimmu (jimmu-reki), Zaman Jimmu (jimmu- kigen) atau Tahun Sumera (Tahun Kaisar). Tahun 1 Kalender Jimmu lebih awal

660 tahun daripada Kalender Gregorian. Tahun 2000 Kalender Gregorian sama dengan tahun 2660 Kalender Jimmu.

Penggunaan tahun berdasarkan tahun Kaisar Jimmu naik tahta ditetapkan pada zaman Meiji berdasarkan pengumuman Daijou-kan No.342 tanggal 15

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Desember 1872. Pelaksanaan dimulai pada tanggal 1 Januari 1873 bersamaan dengan dihapusnya penggunaan Kalender Tempo yang digunakan sampai akhir tahun ke-5 zaman Meiji. Pada saat itu juga Jepang mulai menggunakan Kalender

Gregorian dan Tahun Baru di Jepang dirayakan pada tanggal 1 Januari. Meskipun

Jepang merayakan Tahun Baru berdasarkan sistem Kalender Gregorian, Jepang masih menganut tradisi Shio (Eto) yang berasal dari sistem Kalender Tionghoa karena Jepang merupakan Negara yang memiliki pengaruh dari China. Jepang merayakan Tahun Baru dan pergantian Eto secara bersamaan pada tanggal 1

Januari, walaupun menurut sistem Kalender Tionghoa, pergantian Shio terjadi pada Tahun Baru Imlek.

2.2 Makna Tahun Baru Bagi Masyarakat Jepang

Tahun Baru adalah suatu perayaan untuk merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Bagi sebagian budaya, Tahun Baru bukan hanya sekedar perayaan pergantian tahun saja tetapi saat yang istimewa sehingga tidak ingin melewatkannya sedikit pun. Tahun Baru dianggap sebagai sebuah lembaran baru dengan perubahan dan semangat yang baru.

Secara tradisi, Tahun Baru di Jepang merupakan upacara penghormatan terhadap roh leluhur. Orang Jepang percaya bahwa saat Tahun Baru, arwah leluhur datang sebagai Toshigami (Dewa Tahun) yang dipercaya sebagai pemberi berkah dan kelimpahan sepanjang tahun. Sehingga mereka mempersiapkan berbagai makanan untuk menyambut roh leluhur tersebut. Makanan yang akan

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka sajikan sudah dipersiapkan sebelum malam pergantian tahun, karena di

Jepang dilarang memasak saat perayaan Tahun Baru. Mereka percaya Dewa Api akan marah bila melihat ada yang memasak saat perayaan Tahun Baru. Selain itu, mereka juga menghias rumah mereka dengan hiasan yang terbuat dari padi karena roh leluhur tersebut dianggap sebagai dewa padi. Selain itu, Tahun

Baru juga memiliki makna hari yang baru dengan peruntungan yang baru. Konon jika tidak dirayakan, maka dipercaya akan menyebabkan ketidakberuntungan pada tahun itu

Adapun makna Tahun Baru bagi masyarakat Jepang adalah sebagai berikut : a. Makna pribadi atau bagi diri sendiri.

Bagi pribadi orang Jepang, Tahun Baru mempunyai makna yang berbeda- beda. Tetapi sebagian besar memaknai Tahun Baru sebagai peruntungan yang baru. Mereka menjadikan saat Tahun Baru untuk berdoa agar tahun tersebut menjadi tahun keberuntungan mereka. Bagi pelajar biasanya berharap agar mendapat nilai yang bagus dan lulus di universitas yang mereka inginkan. Selain itu, ada juga yang mengharapkan peruntungan untuk karir mereka agar lebih baik dari tahun sebelumnya. Bagi yang belum mempunyai pasangan biasanya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodoh sesuai dengan yang mereka harapkan. b. Makna keluarga.

Makna keluarga yang dimaksud adalah kerjasama antaranggota keluarga yang jarang bisa dilakukan pada hari biasa. Seperti membersihkan rumah saat menyambut Tahun Baru atau yang biasa disebut oosouji. Pada saat oosouji, semua

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA anggota keluarga saling membagi tugas untuk membersihkan rumah. Untuk pekerjaan yang berat, diserahkan kepada ayah dan anak laki-laki yang sudah remaja (mampu melakukan pekerjaan tersebut). Sedangkan ibu dan anak perempuan melakukan pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh wanita, seperti menyapu, mengepel, dan lain sebagainya. Pada malam oomisoka, orang Jepang akan menghabiskan malam Tahun Baru dengan berkumpul bersama keluarga mereka. Sehingga rasa kekeluargaan mereka semakin terasa erat. c. Makna sosial.

Tahun Baru adalah saat yang tepat untuk berkunjung ke rumah tetangga, teman, kerabat dan bersilaturahmi. Bahkan orang Jepang yang merantau ke luar daerah memanfaatkan libur Tahun Baru untuk pulang ke kampong halaman demi dapat berkumpul bersama keluarga, kerabat dan bertemu dengan teman lama mereka.

Selain makna dari perayaan Tahun Baru itu sendiri, semua kegiatan, hiasan rumah maupun makanan Tahun Baru, semuanya mempunyai makna tersendiri bagi orang Jepang. Makna dari itu semua biasanya berhubungan dengan kedatangan roh leluhur, kesehatan, umur yang panjang dan hasil alam, baik itu hasil panen maupun hasil laut.

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

PERAYAAN TAHUN BARU DI JEPANG

3.1 Cara Merayakan Tahun Baru di Jepang

Tahun Baru adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh semua orang di seluruh dunia, terutama bagi kaum yang merayakannya. Beda Negara, beda budaya, beda pula cara untuk merayakannya. Tiap Negara mempunyai cara tersendiri untuk merayakan Tahun Baru. Kota-kota besar pada umumnya merayakan Tahun Baru dengan pesta kembang api, konser musik, dan kemeriahan lainnya.

Dalam bahasa Jepang, Tahun Baru disebut shougatsu (正 月 ). Istilah shougatsu dulu dipakai untuk nama bulan pertama pada tahun yang baru, tetapi sekarang hanya digunakan untuk menyebut tiga hari pertama pada awal tahun. Di

Jepang, Tahun Baru dirayakan selama 3 hari (sanganichi/三が日), yaitu mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 3 Januari. Tanggal 1 Januari disebut ganjitsu (元日/hari pertama), sedangkan pagi hari 1 Januari disebut gantan (元旦 pagi pertama).

Tahun Baru di Jepang dirayakan dengan suasana yang hening dan sepi, berbeda dengan perayaan di kota-kota besar pada umumnya. Bagi mereka, Tahun

Baru adalah upacara penyembahan roh leluhur, sama seperti upacara penyembahan roh leluhur pada perayaan obon. Kebiasaan atau tradisi yang mereka lakukan saat Tahun Baru merupakan tradisi yang diturunkan oleh nenek

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA moyang mereka. Mereka sangat memegang teguh tradisi nenek moyang mereka tersebut.

3.2 Kegiatan Perayaan Tahun Baru di Jepang

Tahun Baru di Jepang memang berbeda dengan perayaan Tahun Baru di kota-kota besar pada umumnya. Tahun Baru di Jepang sangat sepi dan jauh dari kemeriahan. Namun, banyak tradisi yang dapat ditemukan pada perayaan Tahun

Baru di negeri matahari terbit ini. Untuk merayakan Tahun Baru di Jepang, orang

Jepang melakukan bermacam-macam kegiatan dan tradisi, yaitu : a. Oosouji

Dalam rangka menyambut Tahun Baru, orang Jepang melakukan kebiasaan bersih-bersih rumah secara besar-besaran yang disebut oosouji.

Kegiatan ini sudah mulai dilakukan sejak 2 atau 3 minggu sebelum Tahun Baru.

Kegiatan oosouji ini berbeda dengan bersih-bersih rumah seperti hari biasa. Saat oosouji, semua sudut dan pojok rumah yang biasanya tidak tersentuh sapu atau lap sama sekali, pada kegiatan ini semua itu dibersihkan. Lemari, kulkas, tempat tidur, dan benda berat lainnya pun digeser untuk dibersihkan, terutama bagian belakang dan bawah. Isi lemari pun dibongkar dan disusun ulang agar terlihat lebih rapi. Kegiatan ini pun melibatkan semua anggota keluarga. Menurut kepercayaan orang Jepang, debu dan kotoran lain yang tertinggal di rumah dianggap sebagai penghambat rezeki dan keberuntungan di tahun depan.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selain membersihkan rumah, orang Jepang juga menghias rumah mereka.

Berikut beberapa istilah hiasan yang biasa dipajang oleh orang Jepang saat Tahun

Baru, antara lain :

- Shimenawa, terbuat dari dua buah untaian jerami yang dililitkan dan

ditaruh di gerbang depan sebagai simbol pengusir roh-roh jahat atau jimat

untuk penolak bala. Hal ini bertujuan agar setiap orang mendapatkan

keselamatan dan perayaan Tahun Baru berjalan dengan lancar.

- Kadomatsu, merupakan rangkaian dari bambu dan daun pinus yang

diletakkan di pintu masuk. Pohon bambu yang tumbuh meruncing ke atas

melambangkan suatu kekuatan dan kesabaran. Daun pinus yang selalu

hijau dianggap sebagai lambang hidup yang panjang. Orang Jepang

percaya bahwa Toshigami (Dewa Tahun Baru) datang ke rumah mereka

dan bersemayam di dalam kadomatsu selama perayaan Tahun Baru.

- Kagami mochi, adalah hiasan Tahun Baru yang terdiri dari tumpukan dua

buah mochi berbentuk bulat pipih dan diletakkan pada sebuah nampan

kayu. Di atas tumpukan mochi biasanya diberi hiasan jeruk. Hal ini

melambangkan tahun lama dan tahun baru.

- Kirigami, terdiri dari berbagai bentuk dan orang Jepang percaya bahwa di

setiap bentuk ditempati oleh dewa yang berbeda. Misalnya, bentuk

(guntingan atau lipatan zigzag yang diselipkan pada celah tongkat bambu)

dipercaya sebagai tempat tinggal Toshigami. Bentuk kirigami lainnya

yaitu ikan dan kura-kura dijadikan sebagai tempat tinggal dewa

keberuntungan, dan Daikoku (dewa laut yang memberi berkah

kepada para nelayan saat tahun baru berupa hasil laut yang melimpah).

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Miki no Kuchi, terbuat dari bahan kertas, bambu, dan tatal kayu yang

dirangkai menjadi sebuah bentuk hiasan kemudian dimasukkan ke dalam

botol yang berisi sake. Karena sake terbuat dari beras yang dipercaya

sebagai lambang kesuburan yang sangat disukai oleh para dewa, dan sake

juga dianggap sebagai minuman suci untuk persembahn para dewa,

sehingga miki no kuchi dijadikan sebagai lambang minuman yang

digunakan untuk menyambut kedatangan para dewa.

Menurut orang Jepang, hiasan Tahun Baru harus dipasang pada hari yang baik. Hiasan Tahun Baru tidak boleh dipasang pada tanggal 29 Desember, karena jika diucapkan dalam bahasa Jepang angka 29 berbunyi nijuuku yang bermakna kesengsaraan yang berlipat dua. Biasanya, pemasangan hiasan dilakukan pada tanggal 27, 28 dan 30. Hiasan juga tidak boleh dipasang pada tanggal 31 karena ada kepercayaan bahwa Toshigami akan marah jika hiasan dipasang pada saat satu hari sebelum Tahun Baru. Hiasan-hiasan Tahun Baru ini akan dipasang sampai tanggal 7 Januari. b. Mochitsuki

Mochitsuki adalah tradisi orang Jepang membuat kue mochi untuk perayaan Tahun Baru. Meskipun saat ini sudah banyak mesin untuk membuat kue mochi dengan lebih mudah, namun khusus saat Tahun Baru, kue mochi dibuat secara tradisional. Bahan utama untuk membuat kue mochi adalah beras ketan.

Alat-alat yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu lumbung batu dan penumbuk kayu. Untuk membuat kue mochi, beras ketan dikukus terlebih dahulu hingga matang. Kemudian, beras ketan yang sudah matang dituang ke dalam

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lumbung batu untuk ditumbuk menggunakan penumbuk kayu. Dalam proses penumbukan ini, dibutuhkan 2 orang, satu orang bertugas menumbuk beras ketan, sedangkan satu orang lagi bertugas membolak-balik beras ketan agar tidak ada beras ketan yang tidak tertumbuk. Orang yang bertugas untuk membolak-balikkan beras ketan, harus cekatan agar tidak terkena penumbuk kayu.

Selain sebagai hidangan Tahun Baru, mochi juga digunakan sebagai hiasan yang disebut kagami mochi. Kue mochi dibentuk bulat pipih dan disusun sebanyak 2 tumpukan di atas sebuah nampan kayu. Di atas kue mochi diletakkan sebuah jeruk sebagai hiasan, melambangkan tahun lama dan tahun baru. c. Bonenkai

Bonenkai (忘年会) adalah tradisi yang diadakan beberapa perusahaan ataupun perkumpulan organisasi di Jepang menjelang tutup buku tahunan. Dilihat dari kanjinya, bonenkai memiliki makna “pesta untuk melupakan tahun (lama)”.

Untuk penyelenggaraan acara ini, biasanya ditunjuk satu orang sebagai koordinator untuk melakukan pemesanan tempat dan menghubungi orang-orang yang akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Beberapa hari sebelum acara, restoran maupun hotel sudah penuh terpesan oleh beberapa group yang ingin merayakan bonenkai. Acara ini diawali dengan kanpai (minum bersama), kemudian dilanjutkan dengan makan-makan, berkaraoke bahkan sampai mabuk hingga larut malam. Hal ini dilakukan untuk melupakan beberapa hal yang tidak menyenangkan selama menjalani satu tahun.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Oomisoka (Malam Tahun Baru)

Pada malam pergantian tahun, biasanya orang Jepang akan berkumpul bersama keluarga mereka sambil memakan soba atau biasa disebut toshikoshi soba. Orang Jepang menjadikan soba sebagai hidangan akhir tahun karena mie soba adalah hidangan yang sederhana dan dipercaya dapat membantu meringankan beban setelah lelah melakukan kegiatan untuk menyambut Tahun

Baru. Bentuk soba yang halus dan panjang merupakan simbol dari harapan hidup sehat, damai dan panjang umur. Selain itu, soba terbuat dari tepung gandum kuda yang dikenal sebagai tanaman yang tahan cuaca buruk. Meskipun diterpa hujan dan angin kencang, tanaman gandum kuda akan kembali tumbuh sehat sehingga dipercaya sebagai makanan sehat.

Selain menyantap soba, keluarga Jepang juga melewatkan malam pergantian tahun dengan menonton acara televisi spesial malam Tahun Baru. Di

Jepang ada beberapa acara televisi yang spesial untuk malam Tahun Baru, diantaranya adalah :

- Kouhaku Uta Gassen, ditayangkan oleh NHK

- Yuku Toshi Kuru Toshi, ditayangkan oleh NHK

- Nippon no Uta, ditayangkan oleh TV Tokyo e. Joya no kane

Pada malam pergantian tahun menjelang pukul 00:00, kuil-kuil Buddha yang ada di seluruh Jepang akan memukul genta yang disebut joya no kane. Genta yang dipukul sebanyak 108 kali yang melambangkan :

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Jumlah nafsu.

Menurut kepercayaan orang Jepang, manusia memiliki 108 nafsu dunia.

Manusia memiliki enam indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicip, peraba, dan pikiran yang masing-masing dapat merasakan hal senang, menyakitkan dan netral. Tiga hal tersebut dikalikan dengan enam indra manusia

(3 x 6 = 18). Setiap nafsu dibagi menjadi dua jenis, bersih dan kotor, dan dua jenis nafsu tersebut dikalikan dengan jumlah kali sebelumnya (18 x 2 = 36). Masing- masing dari 36 nafsu dapat terjadi pada masa lalu, masa depan, atau masa kini, sehingga keseluruhannya ada 108 nafsu (36 x 3 =108).

2. Satu tahun.

Setahun terdiri dari 12 bulan, 24 posisi matahari, dan 72 musim. Jika dijumlahkan, maka hasilnya 108.

3. Penderitaan besar (shiku-hakku).

Shiku-hakku bila diucapkan berbunyi seperti angka 4, 9 dan 8, 9. Bila dikalikan dan hasil kali keduanya dijumlahkan, hasilnya 108 {(4 x 9) + (8 x 9). f. Hatsuhinode

Matahari yang terbit pada pagi hari di awal tahun disebut hatsu hinode atau goraikou. Istilah goraikou diartikan “datangnya sang dewa”. Orang Jepang pada zaman dahulu membayangkan bahwa saat dewa datang, pemandangannya seperti matahari terbit. Menurut kepercayaan, Dewa Toshigami akan datang bersamaan dengan munculnya hatsu hinode. Oleh sebab itu, melihat matahari

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terbit di Jepang mempunyai arti untuk menyambut datangnya dewa Toshigami dan Tahun Baru.

Saat memandang hatsu hinode, orang Jepang memanjatkan bermacam- macam doa. Ada yang berdoa untuk keberuntungan di tahun itu, ada yang bersumpah tentang hal yang akan dilakukan pada tahun itu, dan sebagainya. Saat menjelang Tahun Baru, tempat-tempat seperti puncak Gunung Fuji, Inubosaki di

Prefektur Chiba dan tempat-tempat yang terkenal akan keindahan pemandangan matahari terbitnya akan penuh dengan orang-orang yang ingin menyaksikan hatsu hinode. g. Hatsumoude

Hatsumoude adalah kunjungan pertama ke kuil Buddha atau kuil Shinto pada awal Tahun Baru di Jepang. Tradisi hatsumoude berasal sejak zaman Meiji.

Salah satu asal usul hatsumoude adalah ehoumoude, yakni kunjungan ke kuil yang terletak di mata angin keberuntungan. Toshitokujin (salah satu mata angin) tinggal di mata angin keberuntungan (ehou) dan di sana tidak tinggal Tatarigami

(pembawa petaka). Namun, orang zaman sekarang sudah tidak sering lagi berkunjung ke kuil ujigami atau kuil berdasarkan mata angin keberuntungan, melainkan ke kuil-kuil terkenal.

Pada umumnya, hatsumoude dilakukan selama tiga hari pada awal tahun

(1 Januari sampai 3 Januari), namun kunjungan ke kuil selama bulan Januari juga masih dikatakan hatsumoude. Kunjungan ke berbagai kuil Buddha dan kuil Shinto dipercaya membawa berbagai macam berkat. Di Jepang bagian barat, dikenal tradisi sanshamairi, yakni melakukan kunjungan sebanyak mungkin (biasanya ke

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3 kuil) dalam 3 hari pertama Tahun Baru. Kunjungan ini dilakukan untuk berdoa memohon kedamaian untuk tahun yang baru.

Pada saat hatsumoude para wanita-wanita Jepang yang mengunjungi kuil akan memakai kimono. Kimono yang dipakai pada saat hatsumoude berbeda dengan kimono musim panas. Kimono yang digunakan pada musim panas disebut yukata, sedangkan yang digunakan pada hatsumoude adalah kimono komon

(kimono lengan pendek). Kimono ini dipakai agar lebih mudah dan nyaman digunakan di tengah kerumunan orang di kuil daripada furisode (kimono lengan panjang).

Saat hatsumoude, di Jinja maupun di kuil terdapat omikuji. Menurut pendeta agung, pada omikuji tertulis kata-kata petunjuk dewa. Banyak orang yang mengambil omikuji untuk meramalkan bagaimana keadaan di tahun yang baru dan hal apa saja yang harus diperhatikan. Pada omikuji terdapat tingkatan ramalan mulai dari yang paling bagus daikichi, chuukichi, shoukichi, suekichi, kichi, hingga yang paling buruk kyou. Selain itu, tertulis juga kata-kata ramalan untuk hal-hal seperti permohonan, orang yang ditunggu, barang yang hilang, perjalanan, usaha, sekolah, jodoh, pindah rumah, dan lain-lain.

Bagi orang yang mendapatkan omikuji suekichi dan kyou atau omikuji yang berisi ramalan yang kurang baik lainnya, mereka dapat mengikatkannya di tempat pengikat omikuji yang disediakan di dalam jinja atau kuil. Hal ini dimaksudkan untuk menahan hal-hal buruk tersebut di dalam jinja dan kuil. Ada juga yang mengikatkannya di pohon yang terdapat di taman kuil, tetapi tindakan tersebut dapat merusak pohon sehingga lebih disarankan untuk mengikat omikuji

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA di dalam kuil. Bagi yang mendapatkan ramalan yang baik atau berupa teguran dan nasehat, dapat membawa pulang omikuji tersebut.

Ada juga kebiasaan mengganti dan baru saat Tahun Baru.

Omamori dan Ofuda adalah jimat yang di dalamnya terdapat kekuatan dewa dan bisa dibawa kemana pun. Ada banyak jenis omamori seperti “pelindung rumah”,

“pelindung di jalan”, “lancar study”, “lulus ujian”, “pelindung saat melahirkan”,

“pelindung diri”, dan lain-lain. Ofuda biasanya diletakkan di meja altar sembahyang yang terdapat di rumah.

Adapun kuil-kuil yang ramai dikunjungi adalah sebagai berikut :

- Kuil Meiji, terletak di Shibuya, Tokyo

- Narita-san, terletak di Narita, Prefektur Chiba

- Kawasaki Daishi, terletak di Kawasaki, Kanagawa, Prefektur Kanagawa

- Fushimi Inari Taisha, terletak di Kyoto

- Kuil Atsuta, terletak di Nagoya

- Sumiyoshi Taisha, terletak di Osaka

- Dazaifu Tenman-guu, terletak di Daizaifu, Prefektur Fukuoka

- Kuil Hikawa, terletak di Saitama

- Tsurugaoka -guu, terletak di , Prefektur Kanagawa

- Sensou-ji, terletak di Daito, Tokyo h. Nengajou

Orang Jepang mempunyai tradisi saling kirim kartu pos ucapan Tahun

Baru atau nengajou kepada teman, kerabat dan rekan kerja. Tradisi mengirim

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nengajou ini merupakan tradisi yang sangat tua. Tradisi ini dimulai sejak Periode

Heian dan menjadi populer sejak 1871 ketika layanan pos didirikan. Pada pertengahan bulan Desember, orang Jepang sudah mulai mengirim nengajou ke kantor pos. Menurut tradisi orang Jepang, nengajou harus sampai pada alamat yang dituju pada tanggal 1 Januari. Untuk itu, pihak kantor pos Jepang memberikan jaminan kalau nengajou tersebut dikirimkan sebelum tanggal 25

Desember, maka mereka dapat memastikan kalau nengajou tersebut akan sampai tepat waktu.

Setiap tahunnya, kantor pos Jepang memiliki tradisi mencetak kartu pos dengan tema yang berbeda-beda. Kartu pos dihiasi dengan lukisan tempat terkenal di Jepang dan gambar binatang shio untuk tahun yang baru. Kantor pos Jepang juga memiliki kartu pos Tahun Baru dengan nomor undian yang diundi pada awal tahun. Penerima kartu pos yang beruntung dapat memenangkan berbagai hadiah berupa barang.

Kartu pos Tahun Baru berisi berbagai pesan dan ucapan. Gambar binatang atau kalimat ucapan standar bisa ditambahkan dengan menggunakan stempel karet beraneka warna. Bagi yang memiliki kenalan atau relasi yang banyak, biasanya sudah menulis kartu ucapan sejak awal bulan Desember. Berikut ucapan selamat

Tahun Baru yang umum :

. Kotoshi mo yoroshiku onegaishimasu

. Akemashite omedetou gozaimasu

. Kin-ga shinnen

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA i. Otoshidama

Otoshidama (お年玉) adalah tradisi orang Jepang memberi sejumlah uang kertas yang masih baru atau uang logam yang dimasukkan ke dalam amplop kecil

(pochibukuro/otoshidama-bukuro) kepada anak-anak. Amplop kecil tersebut berhias aneka gambar kesukaan anak-anak. Jumlah uang yang diberikan disesuaikan dengan usia anak yang menerima otoshidama. Biasanya anak-anak menerima otoshidama dari paman, bibi dan kerabat mereka yang lainnya. Anak- anak Jepang sangat menantikan saat-saat untuk pembagian otoshidama. Uang yang mereka terima biasanya mereka pergunakan untuk membeli barang kesukaan mereka, seperti mobil-mobilan, boneka dan mainan lainnya.

j. Menyantap Osechi Ryouri

Pada perayaan Tahun Baru, orang Jepang bersama keluarganya akan menyantap oosechi ryouri bersama-sama. Osechi ryouri (お 節 料 理 ) adalah makanan khas Tahun Baru di Jepang. Sebagian besar rasa makanan osechi sangat manis, asin dan diacar dengan cuka. Makanan yang dimasak harus dimasak hingga betul-betul kering agar tahan lama, karena selama perayaan Tahun Baru, orang Jepang dilarang memasak. Mereka percaya Dewa Api akan marah bila melihat orang memasak selama perayaan tersebut.

Secara tradisional, osechi terdiri dari :

- O-toso : sake untuk kesehatan yang diminum di pagi hari awal tahun.

- Iwaizakana : tiga macam makanan untuk teman minum sake.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Zouni : sup berisi mochi

- Nishime : sayur-sayuran yang dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan

mirin (gula pasir).

Macam iwaizakana dan sayur-sayuran untuk nishime berbeda-beda menurut daerahnya.

Osechi ryouri terdiri dari makanan inti, makanan pelengkap, acar dan makanan panggang. Makanan inti terdiri dari :

- Tatsukuri, tazukuri (pembuat padi), sejenis ikan teri yang disebut gomame.

Gomame ini digongseng dengan kecap asin dan mirin. Masakan ini

melambangkan hasil panen yang melimpah.

- Kazunoko, telur ikan berwarna kuning. Digunakan sebagai harapan

dikaruniai banyak anak pada tahun yang baru.

- Kuromame, kacang berwarna hitam. Dalam bahasa Jepang, mame berarti

bekerja sekuat tenaga dan kesehatan, sehingga dimakan sebagai harapan

agar sehat sepanjang tahun. Kuromame juga dipercaya bisa menangkal roh

jahat.

- Tataki-gobou, akar gobo yang berwarna hitam. Akar ini terlihat seperti

burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang melimpah.

Makanan pelengkap :

- Datemaki, yaitu telur dadar yang digulung bagaikan kitab sutra,

melambangkan kebijakan dan pengetahuan.

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Kurikinton, kinton artinya gumpalan emas dan kuri berarti buah kastanye.

Seperti arti dari namanya “gumpalan emas dari buah kastanye”, makanan

ini terlihat mewah.

- Kombumaki, makanan ini olahan dari surimi, berwarna putih dengan

sedikit warna merah di bagian pinggir. Makanan ini melambangkan beras

merah dan beras putih.

- Otafuku-mame, kacang dengan rasa manis yang dipercaya sebagai

pembawa keberuntungan.

Acar :

- Acar sayur-sayuran berwarna merah dan putih

- Acar lobak

- Acar umbi seroja

Makanan panggang :

- Ikan sunglir (buri) bakar. Ikan ini mempunyai nama yang berbeda-beda

sesuai dengan usia ikan tersebut. Ikan yang berhasil menjadi dewasa

disebut buri, sehingga dijadikan simbol keberhasilan dan sukses.

- Ikan kakap bakar, merupakan salah satu ikan persembahan untuk dewa.

Dalam bahasa Jepang, nama ikan ini mirip kata metedai (kegembiraan).

- Udang bakar, karena memiliki sungut yang panjang dan melengkung

melambangkan orang yang sudah tua, sehingga dengan memakannya

berharap bisa berumur panjang.

- Belut unagi panggang. Belut jenis ini adalah ikan yang pandai memanjat

sehingga digunakan untuk mendoakan keberhasilan yang cepat.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Osechi ryouri ini ditata rapi di dalam kotak kayu bersusun yang disebut

juubako. Secara tradisional, juubako terdiri dari 5 susun, dihitung dari atas dan

diberi nama ichi no juu, ni no juu, san no juu, yo no juu, dan go no juu.

Adapun susunan makanan pada juubako yaitu :

- Kotak nomor 1 : Iwaizakana

- Kotak nomor 2 : Acar dan makanan pelengkap

- Kotak nomor 3 : Makanan panggang

- Kotak nomor 4 : Nimono

- Kotak nomor 5 : Kosong

Kotak nomor 5 disengaja kosong, digunakan sebagai simbol tempat

yang masih kosong untuk menampung rezeki. k. Kesenian dan Permainan Tahun Baru di Jepang

Perayaan Tahun Baru di Jepang juga dimeriahkan dengan menulis aksara kanji pertama untuk tahun tersebut. Tradisi ini disebut kakizome (kaligrafi pertama) yang dilakukan pada tanggal 2 Januari. Kakizome adalah frasa ( ungkapan ) yang ditulis pada secarik kertas panjang kemudian digantung menghadap ke arah yang dianggap membawa keberuntungan sampai tanggal 14

Januari. Kemudian, dibakar pada Festival Api Sagicho.

Selain itu ada juga beberapa permainan tradisional yang dimainkan saat perayaan Tahun Baru. Permainan ini biasanya dimainkan untuk menghilang kejenuhan selama libur, terutama bagi anak-anak. Berikut permainan tradisional

Tahun Baru di Jepang :

- Takoage.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Takoage adalah permainan layang-layang. Umumnya permainan ini

dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini biasanya dijadikan ajang

pamer layangan baru dan adu ketangkasan menerbangkan layangan sampai

yang paling tinggi.

- Karuta.

Karuta adalah permainan kartu Jepang. Ada bermacam-macam variasi

karuta, tetapi yang paling sering dimainkan adalah uta-garuta (kartu yang

berisi lirik-lirik puisi) dan iroha-garuta (kartu yang berisi huruf-huruf

hiragana). Prinsip bermainnya adalah seseorang bertugas membaca,

sedangkan yang lainnya berebut mencari kartu yang diminta dalam deret

kartu. Kartu yang dibaca disebut yomifuda, dan kartu yang dicari disebut

torifuda. Semakin banyak orang yang ikut bermain, maka akan semakin

seru.

- Koma-asobi.

Koma-asobi adalah permainan gasing. Koma-asobi merupakan permainan

kuno. Permainan ini sudah dimainkan sejak abad ke-10. Mainan gasing ini

terbuat dari kayu, tingginya sekitar 20 cm, dan terdapat gambar ayah dan

anak. Bagian bawah gasing disebut daruma besar (ayah), sedangkan

bagian atasnya disebut daruma kecil (anak). Daruma besar terkadang

mempunyai 1-4 huruf kanji di badannya yang dapat digunakan untuk

meramal.

- Fukuwarai.

Secara harafiah, berarti tawa keberuntungan. Cara bermainnya adalah

menempelkan potongan-potongan gambar wajah, seperti mata, alis,

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hidung, mulut, kumis, rambut dan sebagainya ke gambar wajah kosong

dengan mata tertutup. Permainan ini sangat cocok dimainkan bersama

keluarga karena dapat dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa.

- Hanetsuki.

Permainan ini mirip dengan badminton, tetapi tidak menggunakan net.

Hanetsuki dimainkan menggunakan paddle dari kayu yang disebut hagoita

dan cock yang berwarna-warni. Hagoita yang dipakai berbentuk persegi,

dan kadang-kadang diberi gambar, biasanya gambar kabuki, tetapi

sekarang lebih bervariasi. Aturan mainnya hampir sama dengan main

badminton, yang gagal menepis cock dinyatakan kalah dan mukanya akan

dicoret oleh pemenang dengan tinta.

l. Makan Bubur Nanakusa sebagai Hidangan Penutupan Perayaan

Tahun Baru

Penutupan perayaan Tahun Baru ditandai dengan memakan bubur nanakusa (七草/tujuh rumput), yaitu bubur yang terbuat dari beras dicampur 7 jenis sayuran. Tradisi ini dilakukan pada pagi hari tanggal 7 Januari. Ketujuh jenis sayuran diletakkan di atas talenan sejak hari sebelumnya dan dimasukkan ke dalam bubur tepat pada pagi hari 7 Januari. Sebelum dimasukkan ke dalam bubur, konon sayuran harus dipukul-pukul dengan memakai sepotong kayu di depan altar

Dewa Tahun Baru. Lagu nanakusabayashi juga perlu dinyanyikan untuk mengeluarkan khasiat dari ketujuh jenis sayuran tersebut.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bubur nanakusa dimakan untuk mengistirahatkan perut, karena selama

Tahun Baru diisi dengan lauk pauk masakan osechi yang sebagian besar bukan berupa sayuran. Selain itu, bubur nanakusa juga dipercaya dapat menjauhkan orang dari pilek dan segala macam penyakit. Berbagai tempat di Jepang sering mengadakan acara makan bubur bersama pada tanggal 7 Januari.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Di Jepang, Tahun Baru diperingati setiap tanggal 1 Januari sejak tahun

1873 saat pemerintah Jepang memutuskan menggunakan Kalender

Gregorian. Sebelumnya Kalender Jepang didasarkan pada Kalender

Tionghoa dan Tahun Baru dirayakan pada awal musim semi bersamaan

dengan Tahun Baru Imlek.

2. Menurut kepercayaan orang Jepang, Tahun Baru (shougatsu/正月) adalah

sebuah upacara penghormatan terhadap roh leluhur yang datang sebagai

Toshigami (Dewa Tahun) yang memberi berkah dan kelimpahan

sepanjang tahun. Tahun Baru di Jepang dirayakan selama 3 hari

(sanganichi/三が日), yaitu mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan

tanggal 3 Januari.

.3. Tahun Baru di Jepang dirayakan berdasarkan tradisi nenek moyang

mereka, sehingga perayaannya berbeda dengan perayaan di kota-kota

besar pada umumnya. Tahun Baru di Jepang dirayakan dengan suasana

yang hening dan sepi, sangat jauh dari kemeriahan.

4. Ada beberapa tradisi atau kebiasaan yang dilakukan orang Jepang pada

perayaan Tahun Baru, di antaranya :

a. Oosouji, yaitu kebiasaan bersih-bersih rumah secara besar-besaran yang

dilakukan bersama seluruh anggota keluarga.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Mochitsuki, yaitu tradisi orang Jepang membuat kue mochi secara

tradisional untuk perayaan Tahun Baru. c. Bonenkai, yaitu tradisi yang dilakukan beberapa perusahaan ataupun

perkumpulan organisasi di Jepang menjelang tutup buku tahunan. d. Menyantap mie soba sebagai hidangan akhir tahun pada malam Tahun

Baru (oomisoka). e. Joya no kane, yaitu tradisi memukul genta di kuil Buddha pada malam

pergantian tahun sebanyak 108 kali. f. Hatsu hinode, yaitu kebiasaan melihat matahari yang terbit pada pagi hari

di awal tahun. g. Hatsumoude, adalah tradisi mengunjungi kuil pada hari pertama Tahun

Baru. h. Nengajou, yaitu tradisi saling kirim kartu pos ucapan Tahun Baru. i. Otoshidama, yaitu tradisi orang Jepang memberi sejumlah uang kertas

yang masih baru atau uang logam yang dimasukkan ke dalam amplop

kecil. j. Menyantap osechi ryouri (makanan khas Tahun Baru di Jepang) bersama

keluarga dan kerabat. k. Menulis kakizome (kaligrafi pertama) untuk tahun tersebut. Ada juga

beberapa permainan Tahun Baru ala Jepang yang dimainkan saat libur

Tahun Baru, di antaranya :

- Takoage, permainan layang-layang

- Karuta, permainan kartu Jepang

- Koma asobi, permainan gasing

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Fukuwarai, permainan menyusun potongan gambar wajah dengan

mata tertutup

- Hanetsuki, permainan badminton tanpa menggunakan net

l. Makan bubur nanakusa sebagai hidangan penutupan perayaan Tahun

Baru.

4.2 Saran

Kebanyakan Negara merayakan Tahun Baru dengan pesta yang meriah, tetapi tidak ada makna yang jelas dari perayaan tersebut. Jepang merupakan salah satu Negara maju di Asia, tetapi mereka masih memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan memiliki tujuan tertentu, sehingga Tahun Baru mengandung makna yang jelas bagi mereka.

Dari cara perayaan Tahun Baru di Jepang ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang baik dan dapat ditiru. Misalnya, menjaga kelestarian terus menjalankan budaya atau tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kita walau bersaing dengan modernisasi zaman. Hal ini akan berguna agar penerus yang akan datang tetap dapat mengenal budaya tradisional mereka. Hal lain yang dapat kita contoh dari perayaan Tahun Baru di Jepang ini adalah meriahnya suatu perayaan bukan dilihat dari seberapa besar dan meriahnya pesta yang dilakukan, tetapi bagaimana cara kita memaknai perayaan tersebut.

Namun, ada beberapa hal negatif yang sebaiknya tidak untuk ditiru dari perayaan di Jepang ini. Salah satunya adalah pesta dan mabuk-mabukan sampai

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA larut malam pada acara bonenkai. Selain dapat mengganggu ketenangan orang lain, terlalu banyak meminum minuman berakhohol juga dapat merusak kesehatan.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Haryanti, Pitri. 2013. All About Japan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Situmorang, Hamzon, dan Uli, Rospita. 2013. └ 日 本 民 俗 Error! Hyperlink reference not valid.┐(Mizoku Gaku (Ethnologi) Jepang). Medan: USU Press. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahun_Jepang https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru_Jepang https://japansayskutabaru.blogspot.co.id/2014/01/menyambut-tahun-baru-di- Jepang https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hatsu%C5%8Dde https://id.m.wikipedia.org/wiki/%C5%8Cmisoka https://www.jalan2kejepang.com/blog/tradisi-mochitsuki https://vevnews.blogspot.co.id/2014/12/mengirim-nengajo-tradisi-menyambut https://id.m.wikipedia.org/wiki/Osechi https://hamanochi.blogspot.co.id/2010/01/permainan-tahun-baru https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nanakusa https://id.manabillage.com https://mcha-id.com

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Dalam bahasa Jepang, Tahun Baru disebut shougatsu. Bagi orang Jepang,

Tahun Baru adalah upacara penyembahan terhadap roh leluhur. Tahun Baru di

Jepang berbeda dengan Tahun Baru di negara-negara pada umumnya. Tahun Baru di Jepang dirayakan dengan suasana yang hening dan sepi. Orang Jepang melakukan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka.

Perusahaan-perusahaan ataupun perkumpulan organisasi di Jepang akan mengadakan pesta tutup tahun di restoran atau hotel yang disebut bonenkai.

Kebiasaan ini dilakukan untuk melepaskan hal-hal yang tidak menyenangkan selama setahun. Pesta ini biasanya diawali dengan minum bersama, makan bersama, berkaraoke bahkan sampai mabuk hingga larut malam.

Untuk menyambut Tahun Baru, orang Jepang membersihkan seluruh isi rumah bersama keluarga mereka. Kegiatan bersih-bersih ini disebut oosouji.

Benda berat seperti lemari dan tempat tidur pun digeser untuk dibersihkan bagian bawah dan belakangnya. Kemudian, mereka juga memasang hiasan Tahun Baru.

Ada beberapa hiasan Tahun Baru ala Jepang. Shimenawa, kadomatsu, kagamimochi, dan lain-lain.

Pada malam tahun baru, orang Jepang biasanya berkumpul bersama keluarga mereka sambil memakan soba sebagai hidangan akhir tahun. Mereka juga melewatkan malam tahun baru dengan menonton acara televisi spesial malam tahun baru yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi Jepang. Pada jam

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12 malam pada malam Tahun Baru,, kuil-kuil Buddha yang ada di seluruh Jepang akan memukul genta sebanyak 108 kali.

Pada pagi pertama awal Tahun, orang Jepang pergi ke gunung dan laut untuk melihat hatsu hinode. Menurut kepercayaan orang Jepang, Dewa Toshigami datang bersamaan dengan hatsuhinode. Pada hari pertama tahun baru, orang

Jepang biasanya berkunjung dan berdoa ke kuil Buddha atau kuil Shinto. Tradisi ini disebut hatsumoude. Pada saat hatsumoude, wanita Jepang mengenakan kimono untuk pergi ke kuil. Selain itu, orang Jepang juga mengambil omikuji yang terdapat di kuil untuk melihat ramalan nasib mereka di tahun yang baru dan membeli jimat omamori dan ofuda yang baru sebagai pelindung dan jimat keberuntungan bagi mereka.

Masakan Tahun Baru Jepang disebut osechi. Secara tradisional, di dalam osechi ada o-toso, iwaizakana, o-zouni, dan nishime. Tetapi, bahan-bahan dan cara membuatnya berbeda menurut daerahnya. Saat Tahun Baru, Anak-anak akan menerima otoshidama dari para orang dewasa. Otoshidama adalah sebuah amplop yang berisi uang. Di Jepang ada beberapa permainan tradisional yang dimainkan saat perayaan tahun baru,, yaitu takoage, karuta-tori, hanetsuki, koma-mawashi, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa akan bermain bersama.

Di Jepang, perayaan Tahun Baru berakhir pada tanggal 7 Januari.

Biasanya, orang Jepang memakan bubur nanakusa untuk mengakhiri perayaan

Tahun Baru. Bubur ini terbuat dari beras dan dicampur dengan 7 jenis sayuran.

Daerah-daerah di Jepang sering mengadakan makan bubur bersama pada tanggal

7 Januari.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA