Letak Sujud Sahwi Menurut Mazhab Hanafi Dan Mazhab Syafi'i

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Letak Sujud Sahwi Menurut Mazhab Hanafi Dan Mazhab Syafi'i WAHANA INOVASI VOLUME 9 No.2 JULI-DES 2020 ISSN : 2089-8592 LETAK SUJUD SAHWI MENURUT MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB SYAFI’I Lewis Pramana Lubis Dosen Prodi PAI/STAI Al-Ishlahiyah Binjai ABSTRAK Ulama yang berpendapat bahwa sujud sahwi itu dilakukan karena ada Pokok permasalahan dalam ini kekurangan atau kelebihan dalam adalah perbedaan pendapat tentang letak menjalankan bagian bagian karena lupa, sujud sahwi antara mazhab hanafi dan sepakat bahwa bagian-bagian shalat mazhab syafi’i. Menurut mazhab Hanafi tersebut adalah perbuatan atau bacaan letak sujud sahwi setelah salam, sunat bukan fardu. sedangkan mazhab syafi’I letaknya sebelum salam. Kenyataan ini MAZHAB HANAFI DAN MAZHAB menimbulkan pertanyaan : dimanakah SYAFI’I letak sujud sahwi ? apakah dalil yang digunakan ? Qaul mana yang rajah antar A. Sejarah dan Biografi Pendiri Mazhab kedua mazhab ?, untuk memperoleh Hanafi jawaban dari pertanyaan itu, studi ini Nama lengkap imam hanafi ialah diarahkan kepada library research, dan Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin menggunakan penelitian kualitatif. Hadis- Zuwatha al-Kufi. Dia adalah keturunan hadis sujud sahwi setelah salam, menurut orang orang Persia yang merdeka ( bukan analisis penulis pendapat Syafi’I yang keturunan hamba sahaya). Dilahirkan paling rajih ( kuat) karena menurut syafi’i pada tahun 80 H pada masa khalifah hadist hadist yang menyatakan sujud abdul malik bin marwan , wafat di sahwi setelah salam dinasakhan oleh Baghdad pada tahun 150 H. Dia generasi hadist riwayat ibnu buhainah (sujud sahwi atba’ at-tabi’in . parasnya tampan, sebelum salam), tentunya tanpa ucapannya fasih, santun argumentasinya mengurangi rasa hormat dan ta’zim kuat sangat cerdas berwibawa terhormat, penulis kepada mazhab hanafi. pendiam bagaikan mutiara. Dimasa hidupnya pernah melihat dan mendengar PENDAHULUAN tujuh sahabat nabi. Disamping itu berani menjutifikasi beberapa perawi hadits yang Shalat menurut bahasa artinya lemah hafalannya dan membantah yang berdoa, sedangkan menurut istilah fiqh dianggapnya salah sebagaimana dikatakan imam ar-Rafi’I shalat artinya perkataan dan perbuatan B. Pola pemikiran metode istidlal dan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri factor faktornya dengan salam dengan syarat syarat Menurut sejarawan, bahwa pada tertentu. Masalah kewajiban shalat fardhu masa pemerintahan dinasti Umayyah dan yang lima waktu sudah jelas kiranya Abbasiyah, abu hanafiah pernah kewajibannya yang bersumber dari al ditawarkan beberapa jabatan resmi, Qur’an dan al hadits.dalam shalat ada seperti di kuffah yang ditawarkan oleh rukun yang harus dipenuhi diantaranya yazid bin umar akan tetapi ia menolaknya. niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul Akibat penolakan itu dia dipenjarakan ihram, surah alfatiha, ruku, sujud dan lain sampai ia meninggal dunia. Abu hanafiah lain. Adapun tempat tempat shalat yang hidup selama 52 tahun pada dinasti menyebabkan Rasulullah SAW bersujud umayyah dan 18 tahun pada dinasti sahwi ada lima yaitu pertama karena abbasiyah. beliau lupa tidak duduk tahiyat awal di akhir rakaa’at kedua, beliau langsung C. Karya Abu Hanafiah, Muridnya serta berdiri, kedua karena beliau baru Penyebarannya mendapat dua rakaat lalu salam. Menurut Syed Ameer ali di dalam bukunya The spirit of islam, karya karya 99 Lewis Pramana Lubis : Letak Sujud Sahwi Menurut Mazhab Hanafi dan ………………………. abu hanafiah baik mengenai fatwa D. Perbedaan Periwayatan fatwanya maupun ijtihadnya ketika itu Ini terjadi karena delapan sebab, belum dikodifikasikan. Setelah beliau contoh sebuah hadits sampai kepada meninggal, buah pikirannya seseorang tetapi tidak sampai kepada dikodifikasikan oleh murid muridnya dan yang lain. Perkara ini tergantung kepada pengikutnya sehingga mazhabnya hidup perbedaan dalam masalah ta’dil dan tarjih dan berkembang. Adapun murid muridnya atau pun sebuah hadits sampai salah yang berjasa antara lain seorang dari kedua mujtahid dengan cara 1. Abu yusuf Ya qub bin Ibrahim, yang disepakati, tetapi salah seorang dari besar pada zaman pemerintahan kedua mujtahid itu menetapkan beberapa khalifah harun al rasyid syarat untuk beramal dengannya, 2. Muhammad ibnu al Hassan sedangkan yang seorang lagi tidak dilahirkan di wasit. meletakkan syarat apa apa. 3. abu huzail dilahirkan di astihan wafat di bashrah PENUTUP 4. al hasan ibnu ziyad . dia terkenal sebagai orang yang Kesimpulan meriwayatkan hadits dan fatwa Terjadi perbedaan pendapat imam abu hanafiah mengenai letak sujud sahwi antara mazhab hanafi ( letak sujud sahwi setelah LETAK SUJUD SAHWI salam) dan mazhab syafi’i pada semua keadaan yang menyebabkab sujud sahwi. A. Menurut Mazhab hanafi dan dalilnya Adanya dua riwayat yang saling yaitu Para ulama dalam lingkup mazhab mazhab hanafi menggunakan hadits hanafi sepakat bahwa letak sujud sahwi riwayat Tsauban dari Rasulullah SAW. adalah setelah salam pada setiap Kemudian di akhir shalat melakukan sujud keadaan yang menyebabkan sujud sahwi. sahwi sebelum salam. Jika ternyata Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa shalatnya lima rakaat maka sujudnya itu literatur fiqh mazhab hanafi. menggenapkan shalatnya. B. Menurut mazhab syafi’i dan Dalilnya Saran Para ulama mazhab syafii Saran saran ini insya allah akan berpendapat bahwa letak sujud sahwi bermanfaat bagi penulis antara lain: adalah sebelum salam imam syafii 1. Sudah selayaknya sebagai menjadikan hadit ibnu buhainah sebagai mahasiswa memperdalam kajian dasar argumentasi . terkait ilmu hokum islam 2. Sebagai mahasiswa diajarkan C. Pengertian Ikhtilaf agar berfikir kritis selayaknya kita Secara etimologis ikhtilaf merupakan memberikan kontribusi kata yang diambil dari bahasa arab yang 3. Kita harus turut serta bearti berselisih tidak sepaham, mengembalikan kajian hokum sedangkan secara terminology fiqhiyyah islam klasik sebagai ikhtilaf adalah perselisihan pendapat yang permasalahannya. dikalangan para ulama fiqh sebagai hasil ijtihad untuk mendapatkan dan DAFTAR PUSTAKA menetapkan suatu ketentuan hokum tertentu. Disamping itu perbedaan As-sarkhasi, Syamsudin Abu Bakar pendapat yang terjadi dikalangan sahabat Muhammad Ibnu Abi Sahl, jus 1 serta para ulama tidak menyentuh Libanon masalah yang tergolong sebagai dasar agama. Setiap mujtahid berusaha keras Al –hanafi ibn al-human syarh fathul qadir mencurahkan tenaga dan pikirannya jus 1 Lobanon untuk menentukan hokum allah dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah Asy-Syafii al iman abi abdillah yang memerlukan penjelasan dan Muhammad bin idris al um- darat. penegasan hukumnya. Al Jaziri, abdul rahman kitab al –Fiqhu ala madzahid al arba’ah juz 1 Libanon 100 Lewis Pramana Lubis : Letak Sujud Sahwi Menurut Mazhab Hanafi dan ………………………. Ad dimasyqi, Muhammad ibn ahmad abu al fatah al karim . Surabaya : Bina Ilmu .
Recommended publications
  • The Radiance of the Secrets of Prayer
    The Radiance of the Secrets of Prayer by Muhsin Qara‟ati Translator and typesetter: Mansoor Limba Project supervisor: Translation Unit, Cultural Affairs Department Ahl al-Bayt („a) World Assembly (ABWA) ISBN: 978-964-529-434-0 Published by: Ahlul Bayt World Assembly (ABWA) Keshavarz Blvd., Opposite to Laleh Park, P.O. Box: 14155-7368 Tehran, IRAN Site : www.ahl-ul-bayt.org E-mail: [email protected] © Ahl al-Bayt („a) World Assembly (ABWA) The Radiance of the Secrets of Prayer Title Foreword Preface Chapter 1 Worship {„ibadah} -Why worship {„ibadah}? -Reasons for worship 1. Greatness of God 2. Feelings of dependence 3. Awareness of blessings 4. Human nature {fitrah} -Role of worship 1. Making the perishable perpetual 2. Changing the material into the spiritual 3. Individual and collective development -Dimensions of worship 1. Reflection on the handiwork of God 2. Earning a living 3. Seeking knowledge 4. Rendering service to the people 5. Waiting for the global government of justice -How we should worship 1. Conscious worship 2. Fervent worship 3. Sincere worship 4. Worshipping submissively 5. Worshipping in private -Dangers threatening worship 1. Ostentation {riya‟} 2. Self-conceit {„ujb} 3. Sin -Ways of avoiding pride and self-conceit {„ujb} 1. Have we really worshipped? 2. Have our acts of worship been accepted? 3. Futile acts of worship 4. Will we achieve redemption? 5. Comparing acts of worship and blessings 6. Comparing acts of worship and complacencies 7. Comparing acts of worship and needs 8. Comparing our state of worship with that of the divine saints -Invalid acts of worship -Servitude and not worship -Constancy in worship -Opportunity to engage in worship -Enduring difficulties of worship -Promotion of worship -Duty and its conditions 1.
    [Show full text]
  • Tim Penyusun
    TIM PENYUSUN Penanggung Jawab : Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I Ketua : Syaiful Hadi, M.Pd. Anggota : Dr. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I Fathul Mujib, M.Ag. Drs. H. Muh. Kharis, M.Pd. Sekretariat : Drs. Mashuri, M.H.I. Dr. Khoirul Anam, M.Pd.I Herlina Wahyufie, S.Sos. Rini Fitriani, S.ST. Penelaah : Drs. Nurul Hidayat, M.Ag. Modul Praktikum Ibadah 1 KATA PENGANTAR Keberadaan Tri Dharma di dalam sebuah Perguruan Tinggi laksana "motor" yang menggerakkan mekanisme kerja yang mengarahkan perguruan tersebut kepada tujuan yang dikehendaki sehingga eksistensinya diakui. Terlebih lagi Dharma kedua yang berhubungan dengan penelitian yang merupakan tindak lanjut dari Dharma pembelajaran teoritis yang diperoleh mahasiswa di bangku perkuliahan. Dharma penelitian ini dapat dijadikan medan realisasi teori- teori dan sekaligus menjadi motivator bagi mahasiswa untuk mengadakan terobosan-terobosan baru yang menjadi ciri Insan Universiter. Dengan demikian, peran mahasiswa sebagai agent of change bagi masyarakatnya, baik mikro maupun makro, menjadi nyata.Menjadi mahasiswa bukan berarti hanya mencari dan menambah pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan yang bertambah tanpa diiringi oleh perilaku yang baik kepada Tuhan dan manusia serta alam sekitar akan berkurang nilainya. Aspek kognitif dan aspek afektif harus diimbangi oleh aspek psikomotorik yang wajar.Aspek psikomotorik manusia juga membutuhkan pencerahan dengan praktek ibadah yang benar dan meyakinkan menurut syari‟at Islam. Praktek ibadah yang benar membutuhkan ilmu sekaligus praktek yang dapat dievaluasi oleh ahlinya melalui serangkaian pertemuan antara mahasiswa dengan dosen.Sehingga di tengah kesibukan mencari ilmu dan menambah wawasan dan pengalaman mereka memiliki bekal pengetahuan yang praktis tentang ibadah pokok dalam agama Islam. Sehingga ketika mereka selesai menempuh studi di kampus mereka akan memiliki dasar-dasar praktek ibadah 2 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sehari-hari sehingga kemampuan rasio mereka akan diimbangi oleh pengalaman ubudiyah yang mencerahkan dan dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat.
    [Show full text]
  • Religion and Ethics Senior 2 Student Book
    RELIGION AND ETHICS SENIOR 2 STUDENT BOOK Kigali January 2019 Copyright © 2019 Rwanda Education Board All rights reserved This book is the property of Rwanda Education Board. Credit should be given to the authors when the source of this book is quoted. ii Religion and Ethics Senior 2 student book FOREWORD Dear Student, Rwanda Education Board is honoured to present to you this Religion and Ethics book for Senior two which serves as a guide to competence-based teaching and learning to ensure consistency and coherence in the learning of Religion and Ethics subject. The Rwandan educational philosophy is to ensure that you achieve full potential at every level of education which will prepare you to be well integrated in society and exploit employment opportunities. The government of Rwanda emphasizes the importance of aligning teaching and learning materials with the syllabus to facilitate your learning process. Many factors influence what you learn, how well you learn and the competences you acquire. Those factors include the instructional materials available among others. Special attention was paid special attention to the activities that facilitate the learning process in which you can develop your ideas and make new discoveries during concrete activities carried out individually or with peers. In competence-based curriculum, learning is considered as a process of active building and developing knowledge and meanings by the learner where concepts are mainly introduced by an activity, a situation or a scenario that helps the learner to construct
    [Show full text]
  • Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User
    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Diajukan Oleh : SITI ROFI’AH S. 810908055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas lindungan, hidayah dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis pada Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul : HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN SUKOHARJO. Penulisan tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak; oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak, terutama kepada : 1. Prof. Dr. H.M. Syamsulhadi, dr.Sp.K.J(K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di program Pascasarjana (PPs) UNS. 2. Prof.Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D, Direktur Program Pascasarjana UNS beserta Staff yang telah mendukung terlaksananya penelitian untuk penulisan tesis ini. 3. Prof.Dr.Mulyoto, M.Pd., Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberi kesempatan dan selalu memberi dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Prof. Dr. Sri Yutmini, sebagai pembimbing pertama yang telah mencurahkan dan menyediakan waktu dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan arahan dari sejak awal penulisan hingga penulisan ini berakhir.
    [Show full text]
  • Download Download
    THE IMPLEMENTATION OF SKUA AND BUILDING OF SPIRITUAL ATTITUDE IMPLEMENTASI SKUA DAN PEMBENTUKAN SIKAP SPIRITUAL Mohammad Afifi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah (STAIFA) Pamekasan Jl. Sumber Gayam Kadur Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan [email protected], 087850442317 Abstrac This research aims to describe the additional religious material initiated by the Ministry of Religion of the East Java Regional Office which is packaged in the Ubudiyah and Akhlakul Karimah (SKUA) Proficiency Standards and its implementation process which is designed to contribute positively in shaping the spiritual attitudes of students at Madrasah Aliyah An-Najah I Sumenep. This research is categorized as a descriptive-qualitative field research with a naturalistic approach and case studies. The data analysis used interactive model analysis initiated by Miles and Huberman, namely: data reduction, data display, conclusion drawing and verification. The results showed that the content of this SKUA material was in accordance with the material content in the PAI subject cluster. In the implementation process, the implementation of SKUA learning at MA An-Najah I, it has gone through the ideal stages of implementing a standard curriculum, starting with planning then continuing with implementation and ending with the evaluation process. The spiritual attitude of students at MA An- Najah 1 is in a good category with the implementation of this SKUA. Keywords; implementation; SKUA; spiritual attitude Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan materi tambahan keagamaan yang diinisiasi oleh Kemenag Kantor Wilayah Jawa Timur yang dikemas dalam Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) serta proses implementasinya yang dimaskusdkan dapat berkontribusi positif dalam pembentukan sikap spiritual peserta didik di Madrasah Aliyah An-Najah I Kab.
    [Show full text]
  • Kh. Muhajirin Amsar Contribution on Legal Hadith Interpretation Masykur
    Journal of Islamic Studies and Culture December 2015, Vol. 3, No. 2, pp. 42-47 ISSN: 2333-5904 (Print), 2333-5912 (Online) Copyright © The Author(s). All Rights Reserved. Published by American Research Institute for Policy Development DOI: 10.15640/jisc.v3n2a6 URL: http://dx.doi.org/10.15640/jisc.v3n2a6 Kh. Muhajirin Amsar Contribution On Legal Hadith Interpretation Masykur Hakim1 The Meaning of Hadith Contribution and Its Interpretation The word ‘contribution’ is originally derived from English word which means to help or donations, for example “His contribution to art literature was very great, which meansa very large contribution to the literature.Or a meaningful contribution to charity which equal understanding to donations to charity.2 Furthermore, etymologically speaking the word ‘sharh’ (interpretation) is derived from the Arabic sharaha which means‘to explain’, ‘to open’, ‘to pave’.3 And too, the word ‘sharh’ is usually used to describe the meaning of the hadith, while the word ‘tafsir’ is usually used to explain the meaning of the Qur'an. For the impelementation, the word tafsiris exclusively concerning with the interpretationof the qur'anic meaning. While sharh, relies on hadith interpretation, its content, conclusion (istinbath) for bothlegalormoralof the Prophet’s words, or explaining other disciplines.4 Meanwhile, according to the definition the word sharh hadith is as follows: ﺷﺮح اﻟﺤﺪﯾﺚ ھﻮ ﺑﯿﺎن ﻣﻌﺎﻧﻲ اﻟﺤﺪﯾﺚ واﺳﺘﺨﺮاج ﻓﻮاﻧﺪه ﻣﻦ ﺣﻜﻢ وﻛﻤﺔ (Sharh hatdith is to explain and to interpret the meaning of all its contents of hadith both legal and wisdom). The definition very much relies on the matan of hadith where as sharh includes all components of hadith, both sanad and matan is as follows: ﺷﺮح اﻟﺤﺪﯾﺚ ھﻮﺑﯿﺎن ﻣﺎﯾﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﺤﺪﯾﺚ ﻣﺘﻨﺎوﺳﻨﺪا ﻣﻦ ﺻﺤﺔ وﻋﻠﺔ وﺑﯿﺎن ﻣﻌﺎﺑﯿﮫ واﺳﺘﺨﺮاج اﺣﻜﺎﻣﮫ وﺣﻜﻤﮫ.
    [Show full text]
  • D:\! KANTOR Lkis\@ NASKAH\3
    Pendidikan Islam dalam Teori dan Praktik BAB IV FIQH 233 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. 234 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pendidikan Islam dalam Teori dan Praktik PASAL 1 THAHARAH 1. Pengertian Thaharah Thaharah menurut bahasa adalah bersih. Menurut istilah fuqaha (ahli fiqih) berarti membersihkan hadas atau menghilangkan najis, najis jasmani seperti darah, air kencing, dan tinja sebelum melakukan ibadah.1 Thaharah ada dua yaitu thaharah dari hadas dan thaharah dari najis, dan diantaranya syarat sah shalat adalah suci badan, pakaian dan tempat dari najis. Sedangkan cara menghilangkan najis ada tata caranya tersendiri sesuai dengan keadaan najis itu sendiri. Tharah ada dua macam: a) Thaharah dari hadas, yaitu mensucikan badan dengan mandi, wudlu atau tayamum. b) Thaharah dari najis, yaitu mensucikan badan, pakaian dan tempat dari najis dengan air. Alat yang dipergunakan untuk bersuci adalah: a) Air yang suci lagi mensucikan (air mutlak) yaitu sumur, air hujan, air laut, air dari mata air, air sungai, air embun, air salju. 1 Moh. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (Jakarta: Lentera Basritama, 2001), 3. 235 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. b) Batu atau benda keras lain yang dapat digunakan untuk membersihkan c) Debu yang digunakan jetika berhalangan menggunakan air sebagai wudlu atau mandi wajib yang disebut tayamum.
    [Show full text]
  • The Implementation of Every Day with Quran and Sunnah Programs in Anak Saleh Elementary School Malang
    THE IMPLEMENTATION OF EVERY DAY WITH QURAN AND SUNNAH PROGRAMS IN ANAK SALEH ELEMENTARY SCHOOL MALANG THESIS Written by: Erlina NIM.15110079 ISLAMIC EDUCATION DEPARTMENT TARBIYAH AND TEACHER TRAINING FACULTY MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY MALANG FEBRUARY, 2019 THE IMPLEMENTATION OF EVERY DAY WITH QURAN AND SUNNAH PROGRAMS IN ANAK SALEH ELEMENTARY SCHOOL MALANG THESIS Presented to Tarbiyah and Teacher Training Faculty Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang In Partial fulfillment of the Degree of Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Written by: Erlina NIM.15110079 ISLAMIC EDUCATION DEPARTMENT TARBIYAH AND TEACHER TRAINING FACULTY MAULANA MALIK IBRAHIM STATE UNIVERSITY MALANG FEBRUARY, 2019 i ii iii DEDICATION By reciting bismillah and thank God, I offer this little work to the owner, to the creator of Allah SWT as a form of gratitude for all His blessings so that I can complete this thesis. It is not the prayer and greetings that we always praise the Great Prophet, Habibana Muhammad SAW. Dear Mr. Rohmat and my beloved mother (Ibu Nasri) who has given birth, raised, guided, advised, supervised, also facilitated, and blessed every struggle, a little of this work hopefully will make you smile, I will always be sure that you will smiling, even though I won't be able to see your sweet smile back, even though your mother's face is even more wrinkled, your sweat drops that have been supporting me and my sister alone, may this work be able to manifest a little of your hopes for me. For my younger brother (Hasim Mustofa, brother (Quratun Nisa, Jumik Asih, Nur Huda), and you thank you for all the motivation in every step of my life in learning that this work can continue to motivate my younger siblings and older siblings who wish to study but not yet there is a chance, may Allah always make it easy.
    [Show full text]
  • A Commantery of Prayer.Pdf
    A Commantery of Prayer Author : Muhsin Qara’ati Publisher’s Foreword Chapter 1 : What is worship ‘ibadah? Management in worship The visage of prayer The visage of worship [‘ibadah] Chapter 2: Intention [niyyah] The intention gives value to the deed Chapter 3 : Takbirah al‐Ihram Chapter 4 : Surah al‐Fatihah Which one is the straight path [sirat al‐mustaqim] Chapter 5 : Surah al‐Ikhlas Chapter 6 : Bowing Down [ruku‘] and Prostration [sujud] The prostrations of the saints of God Chapter 7 : Dhikr at‐Tasbih Chapter 8 : Qunut Chapter 9 : Tashahhud and Salam Presented by http://www.alhassanain.com & http://www.islamicblessings.com Bibliography Publisher’s Foreword In the Name of Allah, the All‐beneficent, the All‐merciful The precious legacy left behind by the Holy Prophet’s Household [ahl al‐bayt] (may peace be upon them all) and their followers’ preservation of this legacy from the menace of extinction is a perfect example of an all‐encompassing school [maktab], which embraces the different branches of Islamic knowledge. This school has been able to train many talented personalities by quenching them with this gushing fountain. This school has presented scholars to the Muslim ummah who, by following the Holy Prophet’s Household (‘a), have occupied the station of clarifying doubts and skepticisms brought forth by various creeds and intellectual currents both inside and outside Muslim society. Throughout the past centuries, they have presented the firmest answers and The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.
    [Show full text]
  • Print This Article
    KH. MUHAJIRIN AMSAR CONTRIBUTION ON LEGAL HADITH INTERPRETATION Masykur Hakim A Lecturer at the Faculty of Ushuluddin, The State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak Ada perbedaan dan kesamaan yang menonjol kaitannya dengan penjelasan ha- dist tentang tidur dan wudhu dalam kitab Subul al-Salam dan Misbah al-Dhalam. Al-Shana’niy menjelaskan hadits tersebut dengan pendekatan tatabahasa atau gramer sebelum menjelaskan isinya. Sementara KH Muhajirin Amsar menjelaskan hadits den- gan mengabaikan pendapat ulama lainnya dalam hal tata bahasa, sehingga pembaca dapat langsung memahami isi hadits. Dia juga tidak memberikan pendapatnya sendiri setelah pendapat ulama, tampaknya ia lebih cenderung menempatkan pembaca untuk memilih secara bebas karena masalah sebagai isu khilafiyyah. Masing-masing memiliki nilai tambah tersendiri dan telah membuat kontribusi yang signifikan dalam konteks penjelasan hukum hadis yang terdapat dalam kitab Bulughal-Maram termasuk KH Muhajirin Amsar, Para ulama Betawi asli. 214 Millah Vol. XV, No. 2, Februari 2016 Keywords: Muhajirin Amsar, Subul al Salam, Misbah al-Dhalam,and Interpretation A. Introduction The word ‘contribution’ is originally derived from English word which means to help or donations, for example “His contribution to art literature was very great, which means very large contribution to the literature. Or a meaningful contribution to charity which equal understanding to donation stocharity.1 Furthermore, etymologically speaking the word ‘sharh’ (interpretation) is derived from the Arabic sharaha which means ‘to explain’, ‘to open’, ‘and to pave’.2 And too, the word ‘sharh’ is usually used to describe the meaning of the hadith, while the word ‘tafsir’ is usually used to explain the meaning of the Qur’an.
    [Show full text]
  • 37 CHAPTER III the CLASSIFICATION of PROSTRATION in the QUR'an in This Chapter, Contain a Description of Prostration and the C
    CHAPTER III THE CLASSIFICATION OF PROSTRATION IN THE QUR’AN In this chapter, contain a description of prostration and the classification in the Qur’an includes a description of the etymological meaning and terminological meaning of prostration, the classification of prostration included human prostration, angels prostration, the earthly and heavenly bodies prostration and the mosque as place of prostration or worship. A. The Etymological and The Terminological Meaning of Prostration The derivation of word sajada is mentioned 81 verses which is found in 32 surahs in the Qur’an. Prostration comes from the Arabic word sajada-yasjudu- sujûdan means submission and obedience,1 puts the head to the ground.2 The word prostration in the etymological meaning is submission and huminity, it is also used in the sense of bowing your head, looking at something, but a view that contains lethargy and weakness.3 The word prostration used in some verses of the Qur'an is not in the sense commonly understood as worshiping God by placing the forehead to the ground during prayer.4 Prostration is a form of submission and self-servitude to Allah Almighty. Prostration also means worshiping Allah the Highest God. 1Abî Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariyya, Maqâyis al-Lugah vol. 5 (n.p.: Dâr al-Fikr, n.d), 133. 2Abû al-Faḍl Jamâl al-Dîn Muhammad Ibn Mukram Ibn Manẓûr al-Ifrîqî, Lisân al-‘Arab vol. 3 (Beirut: Dâr al-Shadr, n.d), 204. 3M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 481. 4Muhammad Kamil Hasan al-Mahami, Ensiklopedi Al-Qur’an Tematis translated by Ahmad Fawaid Syadzili vol.
    [Show full text]
  • BERSUCI (MANDI, WUDHU, DAN TAYAMMUM) Islam Sebagai Agama
    BERSUCI (MANDI, WUDHU, DAN TAYAMMUM) Islam sebagai agama sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk selalu menjaga kebersihan baik kebersihan dirinya maupun kebersihan sekitarnya. Juga menjaga kebersihan lahir maupun kebersihan batin. Menjaga kebersihan lahir/ luar dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi untuk membersihkan batin dari hadas hanya dapat dilakukan sesuai dengan apa yang telah digariskan Tuhan melalui Nabi-Nya. Ketika seseorang hendak berhubungan dengan Tuhannya harus dalam keadaan bersih baik bersih lahirnya dari segala macam najis maupun bersih batin atau jiwanya dari hadas baik hadas yang besar maupun hadas kecil. Menghilangkan hadas besar adalah dengan cara mandi atau tayammum, sedangkan untuk menghilangkan hadas kecil adalah dengan berwudlu atau tayammum. Kesemuanya telah diatur tentang tatacara pelaksanaannya, syarat rukunnya, maupun segala hal yang berkaitan dengannya. MANDI Mandi merupakan cara untuk membersihkan tubuh dari segala macam kotoran, baik kotoran yang menempel pada badan maupun kotoran atau hadas yang ada pada batin atau jiwa. Mandi dilakukan dengan menggunakan air yang suci dan mensucikan, dan tidak dapat hanya dengan air yang hanya suci tapi tidak mensucikan, seperti air yang telah dipakai untuk bersuci atau air yang tercampur dengan benda suci lainnya. WUDLU Wudlu adalah salah satu cara untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu dilakukan apabila hendak melaksanakan salat ataupun ibadah-ibadah lain yang mana dalam ibadah tersebut diperlukan suci dari hadas kecil. Definisi wudlu Wudlu adalah membersihkan anggota tertentu, atau pekerjaan tertentu yang diawali dengan niat, yaitu membasuh muka, tangan, dan kaki serta mengusap kepala. Dalil wudlu Adapun yang mejadi dalil bagi diwajibkannya wudlu adalah firman Allah dalam surat … ayat …, serta hadis “Allah tidak menerima salat kamu sekalian ketika mempunyai hadas sehingga kamu sekalian berwudlu” Rukun Wudlu Adapun yang menjadi rukun dari wudlu adalah sebagai berikut: 1.
    [Show full text]