EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm F. )TERHADAP KADAR HORMON ENDOGEN DAN PERUBAHAN GAMBARAN HISTOLOGI FOLIKEL ANTRAL OVARIUM PADA MENCIT BETINA

TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Magister Ilmu Biomedik

Ni’mah Hidayatul Laili 15 501 0060

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2018

TESIS EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN GANDARUSA (JusticiagendarussaBurmF.)TERHADAP KADAR HORMON ESTRADIOL ENDOGEN DAN PERUBAHAN GAMBARAN HISTOLOGI FOLIKEL ANTRAL OVARIUM PADA MENCIT BETINA

Disusun oleh Ni’mah Hidayatul Laili MBK. 15 501 0060

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 23 Oktober 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Menyetujui, Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.dr.H. Taufiq R.Nasihun,M.Kes,Sp.AndDr.Ir.Hj.Titiek Sumarawati,M.Kes NIK. 220186022 NIK.2230198045 Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Prof. Dr.dr.H. Taufiq R. Nasihun,M.Kes, Sp.And NIK. 220186022

PERNYATAAN

Dalam ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperolehdarihasilpenerbitanmaupun yang belum / tidakditerbitkan, sumbernyadijelaskan di dalamtulisandandaftarpustaka.

Semarang, Oktober 2017

( Ni’mahHidayatulLaili )

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Nama : Ni’mah HidayatulLaili Tempat / tanggalLahir : Karanganyar, 11 Januari 1992 Agama : Islam JenisKelamin : Perempuan

B. RiwayatPendidikan : 1. SDN Potronayan 01 : Lulus tahun 2004 2. SMP AL – MUAYYAD Surakarta : Lulus tahun 2007 3. SMA AL-MUAYYAD Surakarta : Lulus tahun 2010 4. D III KebidananEstuUtomoBoyolali : Lulus tahun 2013 5. D IV StikesKaryaHusada Semarang : Lulus tahun 2014 6. Magister IlmuBiomedik FK UNISSULA ( 2015 – sekarang )

C. RiwayatPekerjaan : Klinik AN-NUR, Surakarta

D. RiwayatKeluarga :

1. Nama Orang Tua Ayah :H. MaryonoS.Pd Ibu : Hj. SriyatiM.Pd 2. NamaSuami : Arif WahibNuryanta Amd.Rad 3. NamaAnak : Arsyfa HibatillahWahib

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, anugerah dan pertolongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis dengan judul “EfekPemberian Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia gendarussa,

Burm f.)terhadap Kadar Hormon Estradiol Endogen dan Perubahan Gambaran

Histologi Folikel Antral Ovarium pada Mencit Betina”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Biomedikdari

Program Studi Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

Tesis ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan ketulusan serta rasa hormat kepada:

1. DR. dr.Setyo Trisandi, SH, Sp.F selaku DekanUniversitas Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Prof. DR. dr. H. Taufiq R. Nasihun, M.Kes, Sp.And selaku Ketua Program

Magister Ilmu Biomedis Fakultas Kedokteran Unissula, Pembimbing I

3. Dr. Ir. Hj. TitiekSumarawati, M.Kes selaku pembimbing II

4. Dr. Drs. H. Israhnanto Isradji, Msi selaku Penguji I

5. Dr. dr. Hj. Chodidjah,M.Kes.PA selaku Penguji II

6. Dr. Hj. Atina Hussaana, Msi.Apt selaku penguji III

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang besar kepada keluarga

tercinta : Ayahanda dan Ibunda tercinta H.Maryono S.Pd dan Hj.Sriyati M.Pd,

kakak dan adik-adik tersayang aunty kembar Afifah Azizah,omIrfan, Mukhlis,

Iza dan Aunty Mutiara, mamah Fatiemah El-loekman, Ulfi, Linda atas doa dan

cinta kasih,dukungan dan toleransi yang sangat luar biasa. Terimakasih juga

untuk Suami Arif Wahib Nuryanta, Amd.Rad dan putriku terkasih Arsyfa

Hibatillah Wahib atas dukungan dan pengorbanannya menemani penulis

selama menyelesaikan pendidikan.

SemogaALLAH SWTsenantiasamelimpahkanrahmat-Nyakepadakita semua. Akhir kata, penulismenyadaribahwadalampenyusunanTesisinimasihjauh dari sempurna, sebab di dunia ini tidak ada yang sempurna,kecuali Allah SWT semata. Karenaitu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan di masa yang akan datang.

Semarang,Oktober2017

Ni’mah HidayatulLaili

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii PERNYATAAN...... iii RIWAYAT HIDUP...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR SINGKATAN ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xii ABSTRAK ...... xiii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1. LatarBelakang ...... 1 1.2. RumusanMasalah ...... 4 1.3. TujuanPenelitian ...... 4 1.4. OriginalitasPenelitian ...... 5 1.5. ManfaatPenelitian ...... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 8 2.1. Hormon ...... 8 2.1.1. Hormon Estrogen ...... 8 2.1.2. Efek Estrogen Sebagai TSH ...... 9 2.1.3. Menopause ...... 10 2.1.4. Tahap – tahap Menopause ...... 12 2.2. Histologi Ovarium ...... 13 2.3. Daun Gandarusa ...... 25 2.4. HubunganantaraDaunGandarusadenganMeningkatnyaHormo n Estrogen danHistologiOvarium ...... 33

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKAN KONSEP DAN HIPOTESIS 36 3.1. KerangkaTeori...... 36 3.2. KerangkaKonsep ...... 38 3.3. HipotesisPenelitian ...... 39 BAB IV METODE PENELITIAN ...... 40 4.1. JenisdanDesainPenelitian ...... 40 4.2. PopulasidanSampelPenelitian ...... 41 4.3. VariabelPenelitian ...... 41 4.4. DefinisiOperasionaldanSkalaPengukuran ...... 42 4.5. Bahan/Materipenelitian ...... 43 4.6. Cara PenelitiandanAlurKerjaPenelitian ...... 44 4.7. TeknikPengumpulan Data ...... 49 4.8. Analisis Data ...... 49 4.9. JadwalPelaksanaannyaPenelitian ...... 50 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 51 5.1. Hasil ...... 51 5.2. Pembahasan ...... 57 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 63 6.1. Kesimpulan ...... 63 6.2. Saran ...... 63 DAFTAR PUSTAKA ...... 64 LAMPIRAN ...... 67

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 OriginalitasPenelitian ...... 5 Tabel 5.1 Data Hasil Perlakuan ...... 50 Tabel 5.2 Uji Post-Hoct Variabel Hormon Estradiol Endogen...... 55 Tabel 5.3 Uji Post-HoctVariabel Histologi Folikel Antral Ovarium kiri...... 55 Tabel 5.4 Uji Post-Hoct Variabel Histologi Folikel Antral Ovarium kanan... 55 Tabel 5.5 Data KorelasiHormon Estradiol Endogen denganOvariumKiri...... 56 Tabel 5.6 Data KorelasiHormon Estradiol Endogen denganOvariumkanan.56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ovarium ...... 13 Gambar 2.2 Folikel Primer ...... 17 Gambar 2.3 FolikelAntral...... 21 Gambar 2.4 TanamanGandarusa ...... 26 Gambar 3.1 Kerangka Teori ...... 38 Gambar 3.2 Bagankonseppenelitian ...... 39 Gambar 4.1 DesainPenelitian ...... 40 Gambar 4.2 BaganProsedurPenelitian ...... 48 Gambar 5.1 Histologi Ovarium Kiri Mencit...... 51 Gambar 5.2 Histologi Ovarium Kanan Mencit...... 52

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosinatrifosfat

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

FSH : follicle stimulating hormone

HRT :Hormon replacement therapy

HSD : Hidroxy Dehydrogenase LH : luteinising hormone

RE : Receptor Estrogen TSH : TerapiSulihHormon REa : Receptor Estrogen Alfa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance Lampiran 2. Surat Balasan Permohonan Ijin Penelitian di laboratorium PAU UGM Yogyakarta Lampiran 3. Surat balasan permohonan Ijin Penelitian di laboratorium Patologi Anatomi RSI Sultan AgungSemarang Lampiran 4. Gambaran Histologi Folikel Antral OvariumKanan Kiri Mencit Lampiran 5. HasilPembacaan Histologi Folikel Antral Ovarium Mencit Lampiran 6. Hasil Uji Toksonomi Daun Gandarusa Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Lampiran 8. Hasil Analisa Data Lampiran 9. Hasil Pemeriksaan Kadar Estradiol

ABSTRAK

Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup. Kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (aging) dapat ditandai dengan terjadinya premenopause dan menopause. Daun gandarusa mengandung isoflavon yang terdapat didalam flavanoid yang bertindak sebagai fitoestrogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina. Penelitian ini adalah penelitian true experimental dengan menggunakan posttest only control group design. Populasi yang digunakan adalah mencit betina berumur 16-17 bulan dengan berat badan antara 18-35 gram. Total jumlah sampel yang digunakan 24 ekor. Pemilihan sampel secara random, penelitian dilakukan selama 28 hari dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol diberikan 0,48 ml aquadest dan kelompok perlakuan masing–masing diberikan ekstrak daun gandarusa dengan volume 0.48 ml peroral 2 kali sehari sesuai dosis. Sesudah perlakuan dilakukan pembedahan, pembuatan preparat histologi ovarium,dan pengamatan menggunakan mikroskop. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Post Hoc LSD. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium secara bermakna dengan nilai ( p<0,05) disebabkan daun gandarusa bersifat fitoestrogen dan antioksidan alami. Simpulan: pemberian ekstrak daun gandarusa meningkatkan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina menjadi melebar dan jumlahnya menjadi banyak.

Kata kunci: ekstrak daun gandarusa, estradiol endogen, histologi ovarium.

ABSTRACT

Aging involves the natural traversed by any creatures .Physiological state in a woman who has entered an aging process ( aging ) can characterized by the occurrence premenopause and menopause. Leaves gandarusa containing isoflavon contained in flavanoid acting as fitoestrogen. The purpose of this research is to find the effects of the leaves to extract gandarusa elevated levels of hormones estradiol endogenous and change the histology follicles antral ovary in mice female . This research is research true experimental by using posttest only control group design .The population that is used is old 16-17 month with a weight between 18-35 grams, The total number of sample used 24 tail.A random sampling, the research was conducted with the treatment 28 days and divided into 4 group. The control groups was treated with 0,48 ml distilled water and each treatment group 0.48 ml orally extract given twice a day according to dose. After the surgery, making treatment preparations ovarian histology, and observations using a microscope.The data obtained were analyzed using Analysis of Varians (ANOVA) followed by Post Hoct LSD test. Based on the research showed increased levels of the hormone estradiol endogenous and change a histology antral follicle ovary a significanct change ( p< 0,05 ) because it leaves gandarusa is fitoestrogen and antioksidant. Conclusions: the provision of extract leaves gandarusa increase the hormone estradiol endogenous and change picture histology follicles antral the ovary in mice female becomes dilated..

Key words : gandarusa leaves extract, estradiol endogenous, ovary histology.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan orang. Kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (aging) dapat ditandai dengan terjadinya premenopause dan menopause.

Ketika terjadi menopause akan menimbulkan keluhan yang berbeda pada tiap orang, keluhan menopause disebut sindrom menopause yang meliputi; gejolak panas (Hot Flushes), keringat di malam hari (night sweat), kekeringan vagina

(dryness vaginal), penurunan daya ingat, kurang tidur (insomnia), rasa cemas

(depresi).(1) Keluhan menopause selama ini dikurangi dengan cara memberikan hormon estrogen secara sintetis yang dapat memberikan efek samping seperti penyakit cancer mammae.(2) Daun Gandarusa memiliki kandungan isoflavon yang merupakan bahan aktif yang berpengaruh pada hormon estradiol dan testosteron.

Daun Gandarusa merupakan obat herbal yang bisa meningkatkan hormon estradiol endogen dan folikel antral ovarium, tetapi bukti ilmiahnya belum ada.

Wanita pada masa perimenopause berdasarkan tinjauan psikologis mengalami gangguan fisik, seksual, gangguan psikologis dan sosial. Safrina melaporkan bahwa perubahan fisik yang dirasakan responden pada masa perimenopause meliputi ketidakteraturan siklus menstruasi 64,1%, rasa cepat lelah

56,3%, penurunan keinginan seksual 51,6%, berat badan bertambah 42,2%, sulit

tidur 40,6%, perubahan pada kulit 37,5%, rasa panas pada wajah (hot flushes)

31,3% dan keringat berlebih di malam hari 17,2%. Perubahan psikologi yang terjadi saat perimenopause meliputi ingatan menurun 57,8%, mudah tersinggung

39,1%, rasa gelisah yang berlebih 26,6%, kecemasan 25%, merasa tidak berharga

15,6%, merasa tidak cantik lagi 14,1% akibatnya tidak percaya diri dan rasa takut menjadi tua 12,5% yang berakibat perceraian meningkat.(2)

Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian sebelumnya diantaranya adalah Lyra Febrianda yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap spermatogenesis mencit efektif mereduksi jumlah sel spermatosit, sel spermatid serta spermatozoa yang memiliki tudung akrosom utuh.(3) Lukitawati, Nita; Fetri Lestari melakukan penelitian yang memperoleh hasil bahwa Pemberian extrak etanol 95% daun gandarusa dapat mempengaruhi indeks bobot organ reproduksi mencit dilihat dari adanya perbedaan bermakna antara bobot organ testis, epididimis dan vas different, kualitas kelompok kontrol dan kelompok uji.(4) Hasil penelitian Rusmiatik menunjukkan bahwa ekstrak daun gandarusa meningkatkan jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional. Peningkatan jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya kista fungsional secara bermakna pada kelompok perlakuan, disebabkan kemampuan ekstrak daun gandarusa sebagai fitoestrogen dan antioksidan alami menghambat terbentuknya radikal bebas, sehingga melindungi DNA dan sel dari kerusakan.(5)

Prajogo dalam penelitian menunjukkan bahwa daun gandarusa mengandung

12 komponen , dengan komponen mayor 6,8-di-α-L-arabinopiranosil-

4,5,7-trihidroksiflavon atau 6,8-diarabinosilapigenin atau Gendarusin A dengan aktivitas mencegah penetrasi spermatozoa ke ovum.(6) Kandungan Isoflavon di dalam flavonoid merupakan bahan aktif yang berpengaruh pada hormon estrogen dan testosteron.(7) Flavanoid mengacu pada fitoestrogen karena ditemukan dari tumbuhan (fito) dan kemampuannya untuk bereaksi seperti hormon estrogen pada tubuh manusia.(8) Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen dan mencegah pengikatan estrogen alami, hal ini menyebabkan isoflavon dapat berikatan dengan Receptor Estrogen (RE), di hipofise anterior mensintesis GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)untuk menstimulus sekresi FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone). Hipotalamus dan hipofise mempunyai reseptor androgen dan estrogen.

Namun afinitas RE ligan tersebut lebih rendah dibanding estrogen endogen sel epitel dari jaringan reproduksi seperti ovari.

Mekanisme aksi biologis estrogen adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai estrogen agonis (menyerupai estrogen) yang dapat berikatan dengan RE dan menstimulasi respon estrogen, atau bertindak sebagai estrogen antagonis

(inhibitor aktivitas estrogen) yang dapat berikatan dengan RE namun menghambat respon estrogen. Isoflavon bersifat antagonis (inhibitor aktivitas estrogen) ketika kadar estrogen tinggi, sebaliknya isoflavon bersifat agonis ketika kadar estrogen rendah. Isoflavon menunjukkan aktivitas biologi yang penting diantaranya meningkatkan hormon estradiol estrogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium. Hormon estrogen yang dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen.(9)Efek peningkatan hormon

estrogen terhadap uterus menyebabkan proliferasi endometrium dan perkembangan kelenjar endometrium yang digunakan sebagai nutrisi bagi ovum yang berimplantasi, sehingga dapat menurunkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat, pendarahan tidak teratur, dan osteoporosis, serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit kepala dan depresi.(10) Mengingat makin besarnya pengaruh isoflavon yang terkandung dalam daun gandarusa terhadap peningkatkan kadar hormon estradiol estrogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium, maka muncul pertanyaan apakah pemberian ekstrak daun gandarusa berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina?

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah: bagaimana efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.3. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efek

pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan kadar hormon

estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium

pada mencit betina.

1.4. Originalitas Penelitian

Penelitian ini berjudul “Efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium. Metode penelitian yang digunakan yaitu true experimental dengan rancangan post test only control group design, yang dilakukan selama 28 hari.

Adapun penelitian penunjang yang telah ditemukan peneliti sebagai berikut :

Nama,Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

Rusmiatik Pemberian Ekstrak Daun Penelitian Hasil (2013). Gandarusa (Justicia menggunakan penelitian gendarusa, Burm f.) rancangan true menunjukkan Menghambat Proses experimental bahwa ekstrak Penuaan Ovarium pada dengan daun Marmut. menggunakan post gandarusa test only control meningkatkan group design. jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional.

Lyra Efek Pemberian extrak Penelitian ini Pemberian Febrianda daun gandarusa per oral menggunakan ekstrak daun (2012). terhadap rancangan gandarusa spermatogenesis mencit eksperimental (True terhadap dan keutuhan tudung experimental spermatogene akrosom spermatozoa research) yakni sis mencit mencit. rancangan post test efektif

dengan kelompok mereduksi kontrol (Post test jumlah sel group with control). spermatosit, sel spermatid serta spermatozoa yang memiliki tudung akrosom utuh.

Lukitawati, Efek extrak etanol daun Jenis penelitian ini Pemberian Nita; Fetri gandarusa adalah kuantitatif. extrak etanol Lestari (2008). terhadapsister 95 % daun reproduksi dan kualitas gandarusa spermatozoa serta dapat reversebilitasnya pada mempengaruh mencit jantan galur i indeks bobot swiss Webster. organ reproduksi mencit dilihat dari adanya perbedaan bermakna antara bobot organ testis, epididimis dan vas different, kualitas kelompok kontrol dan kelompok uji.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Memberi informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun gandarusa

terhadap peningkatan hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran

histologi folikel antral ovarium.

2. Memberikan informasi tentang khasanah keilmuan pada bidang biologi

reproduksi serta menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Bila terbukti ekstrak daun gandarusa dapat meningkatkan hormon estradiol

endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium, dapat

dilanjutkan untuk uji klinis ketahap berikutnya atau penelitian lain pada

manusia.

2. Memberi informasi kepada masyarakat luas dan menambah pengetahuan

tentang daun gandarusa yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu

reproduksi yang kemudian dapat digunakan sebagai obat kontrasepsi .

3. Mendukung pengembangan penelitian hormon sebagai alternatif pengganti

Hormone replacement therapy (HRT).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hormon Estrogen

2.1.1. Pengertian Hormon Estradiol Endogen

Estrogen dan progesterone adalah hormon-hormon yang dihasilkan olehovarium. Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel- selspesifik pada tubuh dan bertanggung jawab akan perkembangan sebagian besarsifat seksual sekunder wanita. Sedangkan progesterone hampir seluruhnya berkaitan dengan persiapan akhir uterus untuk kehamilan dan kelenjar mammae

(11) untuk laktasi.

Pada wanita normal yang tidak hamil, estrogen disekresikan dalam jumlah besar oleh ovarium dan jumlah kecil oleh korteks adrenal.Pada kehamilan, estrogen juga disekresi oleh plasenta.Ada 3 yang terdapat dalam jumlah yang bermakna, yaitu beta estradiol, estron, dan estrion.Beta estradiol merupakan estrogen utama yang disekresi oleh ovarium.Estron sebagian besar disekresi oleh korteks adrenal ginjal dan sel teka ovarium. adalah estrogen yang lemah, merupakan produk oksidasi estradiol dan estron, perubahan ini terjadi pada hati.

Potensi beta estradiol 12 kali potensi estron dan 80 kali potensi estriol, sehingga beta estradiol dianggap sebagai estrogen utama.(11)

Estrogen pada tulang menyebabkan aktivitas osteoblastik dan penyatuan epifisis dini dengan diafisis tulang panjang.Pada pelvis menyebabkan perluasan pelvis. Pada kulit menyebabkan sifat lembut dan halus.(11) Estrogen berperan

sebagai pemberi efek umpan balik negatif yang kuat menekan gonadotropin (FSH dan LH) sehingga pertumbuhan folikel terhambat. Efek ini yang diambil sebagai mekanisme kerja obat anti fertilitas, dengan estrogenik sintetik menghambat ovulasi melalui efek pada hipothalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofise.(11)

2.1.2. Efek Estrogen Sebagai Terapi Sulih Hormon (TSH).

Kemanjuran TSH dalam mengatasi keluhan menopause seperti vasomotor, psikofisiologik dan urogenital menempatkan TSH sebagai pengobatan kunci bagi menopause.(11) Untuk TSH tersedia berbagai jenis estrogen dan yang dianjurkan adalah estrogen alamiah. Disebut alamiah karena estrogen tersebut memiliki sifat dan cara kerja yang sama dengan hormon yang di dalam tubuh wanita. Yang termasuk estrogen alamiah adalah estradiol, estron, estron sulfat, estriol dan ester estradiol seperti , estradiol valerat, atau estradiol suksinat.(12)

Estrogen sintetik seperti etinil estradiol dan sangat tidak dianjurkan penggunaannya sebagai TSH karena estrogen jenis ini sangat memberatkan fungsi hati dan efek sampingnya banyak.Misalnya etinil estradiol memicu pembentukan angioten sinogen 35.000 kali lebih kuat dibanding estrogen alamiah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.Efeknya terhadap proliferasi endometrium juga sangat besar. Estradiol merupakan estrogen utama wanita usia reproduksi, sehingga dibuat estrogen alamiah yang didalam tubuh akan diubah menjadi estradiol. Yang paling efektif adalah estradiol dan estradiol valerat.(12)

2.1.3 Menopause

Menopause adalah penghentian daur haid (menstruasi) seorang wanita pada usia sekitar 45 sampai 50 tahun untuk selamanya. Berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita menopause disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel,serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis.(46)

Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Faktor fisik dan psikis mempengaruhi kapan terjadinya menopause. Demikian juga dengan adanya penyakit tertentu,operasi indung telur, stres, obat-obatan, dan gaya hidup merupakan contoh faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause.

Berbagai gejala yang dirasakan pada masa menopause berdasarkan

MRS(Menopause Rating Scale) dari Greene,yang dikenal dengan istilah Skala

Klimakterik Greene, dapat dikelompokkan sebagai gejala psikologik seperti jantung berdebar, perasaan tegang atau tertekan, sulit tidur, mudah tersinggung, mudah panik, sukar berkonsentrasi, mudah lelah, hilangnya minat pada banyakhal, perasaan tidak bahagia, mudah menangis. Selain itu yakni gejala somatic seperti perasaan kepala pusing, atau badan terasa tertekan, sebagian tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala, nyeri otot atau persendian, tangan atau kaki terasa sakit, dan kesukaran bernapas, serta gejala vasomotor yaitu Gejolak panas(hotflashes) dan berkeringat di malam hari.(47)

Pada saat menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia terus

meningkat. Pada saat menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai suatuketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup.

Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir. Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar

FSH dan estradiol yang bervariasi, maka setelah memasuki usia menopause akan ditemukan kadar FSH tinggi (>40 mIU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dapat rendah bagi sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain akan tinggi apalagi pada wanita gemuk akibat aromatisasi androgen menjadi estrogen dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause merupakan diagnosis retrospektif, bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml maka dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause.(46)

Memasuki masa perimenopause aktivitas folikel dalam ovarium mulai berkurang. Ketika ovarium tidak menghasilkan ovum dan berhenti memproduksi estradiol, kelenjar hipofisa berusaha merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen, sehingga terjadi peningkatan produksi

FSH.(48) Sekitar 3-4 tahun sebelum menopause, kadar FSH mulai meningkat sedikit, sedangkan produksi estrogen, inhibin, dan progesteron ovarium menurun.(49)

Selama menopause, penurunan fungsi estrogen dan inhibin ovarium mengakibatkan berkurangnya sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis. Inhibin berfungsi untuk meregulasi FSH, sehingga kadar FSH

lebih banyak daripada kadar LH .(49) Ovarium pascamenopause berukuran kecil dan tidak berisi folikel.(49)

2.1.4 Tahap-Tahap Menopause

Penurunan fungsi generatif dari ovarium menyebabkan peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (klimakterik), disebut juga fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Wanita yang mengalami klimakterium akan mengalami penurunan produksi hormon estrogen.(46)Klimak terik yang dialami oleh perempuan terbagi dalam beberapa fase, yaitu:

1. Pramenopause (Premenopause)

Fase pramenopause merupakan awal dimulainya fase klimakterik. Fase ini dimulai pada usia 40 tahun dan ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, Perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid.(46)

2. Fase Perimenopause

Fase perimenopause merupakan fase peralihan antara fase pramenopausedan fase pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur

(ada yang >38 hari atau <18 hari), dan terjadinya perubahan ke arah menopause (antara 2-8 tahun dan 1 tahun setelah menstruasi terakhir).(46)

3. Fase Menopause

Fase menopause adalah perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut “change of life”, dan terjadi antara usia 45-55 tahun dan tidak menstruasi selama 12 bulan terakhir.(46)

4. Fase Pascamenopause (Postmenopause)

Fase pascamenopause dimulai setelah umur 60 tahun. Kelenjar adrenal merupakan sumber androgen utama bagi wanita pascamenopause.(46) Fase ini setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan amenore (menstruasi terakhir).(46)

2.2. Histologi Ovarium

2.2.1. Definisi Ovarium

Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua ovarium, dua tuba uterina, uterus, vagina dan genitalia eksterna. Ovarium merupakan suatu badan berbentuk buah kenari dengan ukurang kurang lebih panjang 3 cm, lebar 1,5 cm dan tebal 1 cm. ovarium memiliki bagian-bagian yang terdiri dari medulla dan korteks, bagian medulla ovarium mengandung jalinan vaskular yang luas di dalam jaringan ikat seluler yang longgar. Korteks merupakan tempat folikel ovarium yang mengandung oosit terutama ditemukan.(13)

Gambar 2.1.Ovarium(13)

Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5–2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1) Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin

(fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi. 2) Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.(13)

2.2.2. Histologi Ovarium

Ovarium dikelilingi oleh selapis sel epitel kuboid. Sel epitel kolumnar

Ovarium tersusun atas folikel dengan berbagai tingkatan perkembangan, jaringan interstisial, serta jaringan stroma yang berisi pembuluh darah, saraf, dan limfe.(14)

Folikel mencit diklasifikasi menjadi tiga, yaitu folikel kecil (small follicles), folikel sedang (medium follicles), dan folikel besar (large follicles).Folikel yang tidak berkembang secara berangsur mengalami atresia.Atresia tahap awal ditandai dengan sel teka interna dan sel granulosa intak, beberapa sel mulai terlepas masuk ke antrum yang masih mengandung cairan folikel.Cumulus ooporus tampak tidak utuh dan degenerasi oosit sudah berada dalam tahap lanjut.Sisa oosit dikelilingi

zona pellusida tebal, tampak didalam antrum.Atresia tahap lanjut ditandai dengan sel teka interna masih tetap utuh, tampak agak hipertropi, sel granulosa tidak ada, semua sudah dilepaskan dan direabsorpsi.Membran vitrea menebal, jaringan ikat longgar berasal dari stroma dan telah mengisi sebagian rongga folikel yang telah mengecil, yang masih mengandung cairan folikel. Atresia tahap akhir, seluruh folikel telah diganti oleh jaringan ikat.(15)

2.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Folikel Ovarium

Epithel germinal mengelilingi ovarium.Di bawah epithel terdapat tunika albuginea yang memiliki vaskularisasi sangat sedikit.Ovarium terdiri dari korteksdan medulla. Korteks merupakan bagian fungsional ovarium yang terdiri atas jaringan konektif yang disebut stroma yang di dalamnya terdapat folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan medula berada di bagian tengah ovarium, terdiri atas jaringan konektif yang kaya vaskularisasi, saraf, limfa, serta terdapatsel interstitial.(16)

Oosit primer yang bertahan hidup dikelilingi oleh sel epithelial pipih yang disebut folikel primordial. Selama masa pubertas, setiap bulannya 15-20 folikel primordial berkembang dan satu folikel diantaranya mengalami ovulasi setiap 28 hari.(17)Hal ini terjadi selama 35-40 tahun kemudian. Dalam 10-15 tahun terakhir sebelum menopause, terjadi suatu percepatan kehilangan folikel. Jumlah folikel primordial pada saat menopause mungkin akan habis atau kurangdari 100. Hal ini menyebabkan turunnya level hormon estrogen akibat berkurangnya jumlah folikel aktif, meningkatnya jumlah folikel yang mengalamiatresia akibat apoptosis,

peningkatan FSH, serta penurunan level inhibin B seperti insulin-like growth factor I.(18)

Jumlah folikel yang tersedia sangat berbeda pada setiap perempuan.

Oositdan pertumbuhan folikel juga dipengaruhi oleh stress biologis seperti radikal bebas, kerusakan DNA, dan menumpuknya bahan kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme tubuh. Oosit selalu mengalami kendali mutu yang ketat, sehingga oosit yang mendapat kelainan akan mengalami apoptosis.(12) Saat usia lebih dari 30 tahun ovarium mulai mengecil dan jumlah kista fungsionalnya bertambah, yang mencapai puncaknya antara umur 40-45 tahun. Pada usia tersebut tidak jarang ditemukan hyperplasia stroma ovarium, dan setelah menopause akan berkurang dimana stroma ovarium mengalami fibrotik.

Meskipun telah menghentikan fungsinya, ovarium masih tetap sebagai organ endokrin, diamana sel-sel interstitial dan sel-sel stromanya memproduksi testosteron dan androstenedion, serta estradiol dan progesteron dalam jumlah kecil.(12)

Folikel di korteks ovarium seluruhnya berada pada tahap folikel primordial sebelum mencapai masa pubertas.Oosit berhenti berkembang sampai berada pada stadium diploten.Oosit tersebut dikelilingi oleh selapis sel granulose pipih dan tidak memiliki suplai pembuluh darah.Dipisahkan dari stroma ovarium oleh lamina basalis.Folikel ini tidak dipengaruhi oleh gonadotropin. Tetapi, diferensiasi dan proliferasinya dipicu oleh faktor lokal.(19)

Perkembangan sel folikuler dan oosit terdiri dari lima tahap. Tahapan yang dimaksud meliputi primer (folikel primer), sekunder (folikel sekunder), tertier

atau early antral phase, antral, dan graafian follicle. Menurut Bulun dan

Adashi,(20)tahap perkembangan folikel ovarium sebagai berikut.

1. Folikel Primer (100-150 μm)

Perkembangan folikel primer merupakan stadium pertama

pertumbuhanfolikel.Oosit mulai tumbuh, terbentuk zona pellusida yang

mengelilingi oosit.Zona pellusida tersebut disintesis oleh oosit dan sel

granulosa yang terletak diantara oosit dan lapisan sel granulose.Pada akhir

stadium ini, sel-sel granulosamengalami perubahan morfologi dari skuamosa

menjadi kuboidal.

Gambar 2.2 Folikel Primer(20)

Folikel primer yang berasal dari satu sel epitel benih yang membelah

diri. Sel yang nantinya akan menjadi ovum berada ditengah-tengah dikelilingi

oleh sel-sel kecil hasil pembelahan tadi yang nantinya akan berkembang

menjadi sel granulosa. Stadium pertama pertumbuhan folikel adalah

pembesaran ovum yang diikuti oleh perkembangan lapisan-lapisan sel

granulosa sekitar ovum.(20)

2. Folikel sekunder

Diameter oosit mencapai 200 μm.Pertumbuhan folikel meliputi

proliferasi sel-sel granulosa, dan terbentuknya sel-sel teka merupakan

perubahan ke arahfolikel sekunder.Dengan perkembangan sel teka, folikel

memperoleh suplai darahtersendiri meskipun lapisan sel granulosa tetap

avaskuler. Sel-sel granulosamembentuk reseptor-resptor follicle stimulating

hormone (FSH), estrogen, danandrogen.(21)

Menurut Garner and Hiatt, pada akhir tahap perkembangan

folikelsekunder sel-sel stroma membesar dan kapiler-kapiler memasuki teka

internauntuk memberi nutrisi kepada teka interna dan sel-sel granulosa yang

vaskular.Sebagian besar folikel yang mencapai perkembangan pada tahap ini

mengalamiatresia. Tetapi, beberapa sel granulosanya tidak mengalami

degenerasi danmembentuk kelenjar interstitial yang mensekresi androgen.(16)

Folikel sekunder terjadi pada waktu hewan betina telah lahir dan

menjalani proses pendewasaan tubuh. Folikel sekunder ini bentuknya lebih

besar karena jumlah sel-sel granulosanya lebih banyak, ovumnya telah

memiliki pembungkus tipis yang disebut dengan membrana vitelin, apabila

diluar membran vitelin sudah terdapat satu lagimembran yang lebih tebal yang

disebut dengan zona pelusida.Selapis tebal zona pellucida mengelilingi oosit

yang tersusun paling sedikit 3 glikoprotein yang berbeda.Oosit dan sel-sel

folikular (sel-sel granulosa) memberikan kontribusi pada sintesis zona. Pada

akhir tahap perkembangan ini, beberapa lapisan dari sel-sel yang menyerupai

jaringan ikat dibentuk di sekitar lamina basalis yang nantinya disebut sebagai

lapisan teca.(21)

3. Folikel tertier

Pertumbuhan menjadi folikel tertier ini terjadi pada waktu hewan

menjadi dewasa dan dilanjutkan pada siklus birahi.Folikel tertier ditandai

dengan ukuran yang lebih besar dari pada folikel sekunder dan letaknya lebih

jauh dari korteks.Selain itu pada folikel tertier juga ditandai dengan

terbentuknya antrum. Dengan berlanjutnya perkembangan folikel tertier, maka

akan terbentuk dua lapisan sel teca yaitu lapisan dalam teca interna yang

berdifferensiasi di dalam sel teca interstitial dan lapisan luar teca eksterna

yang berdifferensiasi menjadi sel otot polos. Sel teka berasal dari stroma

ovarium dan segera bersifat epitheloid dan berfungsi menyekresi bagian

terbesar esterogen, sedangkan sel-sel granulosa akan menyekresikan

progesteron.(21)

Teka eksterna terdiri dari sel otot polos yang tersusun secara

konsentris, yang mana dipersarafi oleh saraf otonom.Teka interna

mengandung kumpulan dari sel-sel epitel besar yang disebut sel teka

interstitial.Sel teka interstitial memiliki reseptor sel untuk LH dan insulin.

Sebagai respon terhadap stimulasi LH dan insulin, sel tersebut akan

menghasilkan kadar androgen tinggi, umumnya androstenedion. Teka interna

banyak menerima vaskularisasi yang berasal darijalinan kapiler longgar yang

mengelilingi folikel Graaf saat proses pertumbuhan.

Folikel tertier atau early antral phase ditandai dengan pembentukansebuah antrum atau rongga dalam folikel.Cairan antrum mengandung steroid, protein, elektrolit, dan proteoglycans.Di bawah pengaruh

FSH, sel-sel granulosamulai berdiferensiasi membentuk membran periantral, cumulus oophorus, danlapisan corona radiata.Sel granulosa mensekresi aktivin dan meningkatkanekspresi P450 aromatase karena stimulasi FSH. Fungsi aktivin adalahmeningkatka ekspresi gen reseptor FSH di sel granulosa dan mempercepatfolikulogenesis. Disisi lain, sel granulosa juga mensekresi inhibin. Inhibin terlibatdalam lengkung umpan balik negatif yang menghambat hipofise mensekresi FSH.Pertumbuhan folikel selama fase ini karena mitosis sel granulosa akibat stimulasi FSH. Bila tidak terdapat FSH, folikel akan mengalami atresia.(21)

Atas pengaruh FSH dan estrogen, sel-sel teka interna mendapatkan reseptor LH. Di bawah pengaruh LH, sel teka interna meningkatkan jumlahreseptor LH dan memperkuat aktivitas enzim StAR, 3 β hidroxy steroid dehydrogenase (3βHSD) dan P450c17 untuk segera meningkatkan sekresiandrogen dalam bentuk androstenedion dan testosteron. Selanjutnya androgenberdifusi melewati lamina basalis folikel menuju sel granulose. Di bawahpengaruh FSH, androgen terutama androstenedion mengalami proses aromatisasidengan bantuan enzim P450 aromatase menjadi estrogen. Estrogen yangdihasilkan bekerja pada folikel untuk meningkatkan jumlah reseptor FSH di selgranulosa sehingga sel tersebut mengalami proliferasi. Hal ini penting dalamseleksi folikel dominan.(21)

4. Folikel Antral

Fase pertumbuhan antrum (antral phase) ditandai oleh pertumbuhan

cepatdari folikel dan bersifat sangat tergantung pada gonadotropin.Di bawah

pengaruhFSH sel teka interna terus berdiferensiasi dan mensekresi

androstenedion lebih banyak sehingga estrogen yang dihasilkan juga

bertambah banyak.Meningkatnyaestrogen menyebabkan aktivitas FSH dalam

folikel diperkuat, memberi umpanbalik negatif ke hipofisis untuk menghambat

sekresi FSH serta memfasilitasipengaruh FSH dalam membentuk reseptor LH

di sel granulosa. Puncak FSH,merangsang munculnya reseptor LH yang

adekuat di sel-sel granulosa untukterjadinya luteinisasi.(21)

Gambar 2.3 Folikel Antral(21)

Folikel antral adalah folikel kecil-kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal.Folikel antral

disebut juga resting follicle.Folikel ini terlihat pada awal siklus haid dan

jumlahnya dapat memperkirakan jumlah folikel primodial di dalam

ovarium.Jumlah folikel antral kedua ovarium < 5 folikel menunjukkan

kelompok respon buruk dalam program superovulasi, kelompok 5-10 folikel

termasuk respon kurang, kelompok 11-30 folikel termasuk respon baik, dan di

atas 30 folikel disebut respon berlebihan.

Jumlah folikel antral mempunyai nilai prediksi terbaik untuk menilai

respon ovarium.Pembatalan siklus lebih sering pada wanita dengan jumlah

folikel antral < 6 folikel.Jumlah folikel antral yang terlihat pada pemeriksaan

dengan menggunakan USG transvaginal berhubungan dengan jumlah folikel

primodial.Jumlah folikel antral dihitung hari ke 3-7 setelah menstruasi.Wanita

yang mempunyai jumlah folikel antral < 5 folikel yang berdiameter <10

mmsebelum stimulasi ovarium dimulai mempunyai prognostik keberhasilan

yang rendah.

5. Graafian Follicle (Folikel de Graaf)

Fase ini merupakan proses penentuan atau seleksi satu folikel

dominanyang akan berovulasi. Turunnya kadar FSH menyebabkan folikel

antral yang lebihkecil mengalami atresia, sedangkan folikel dominan terus

tumbuh denganmengakumulasi jumlah sel-sel granulosa dan reseptor FSH

yang lebih banyak.Tingginya kadar estrogen dalam folikel memberi umpan

balik positif ke hipofiseuntuk menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH

tersebut menyebabkan disekresinya progesteron di sel-sel granulosa. FSH,

LH, dan progesteronemenstimulasi enzim-enzim proteolitik yang

mendegradasi kolagen di dinding folikel sehingga mudah ruptur. Disekresinya

prostaglandin menyebabkan otot-ototpolos ovarium berkontraksi sehingga

membantu pelepasan ovum.(21)

Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosa, jaringan ikat, dan

pembuluhdarah kecil di ovarium mulai berpoliferasi.Selanjutnya sel-sel

granulosamembesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan

jaringan ikatdiantaranya serta berwarna kekuningan yang disebut korpus luteum.Korpusluteum mensekresi hormon progesteron.Bila terjadi fertilisasi, korpus luteumtersebut dipertahankan sampai plasenta terbentuk sempurna.

Bila tidak terjadifertilisasi, sel-selnya mengalami atropi dan terbentuklah korpus albikans.(21)

Dalam folikel de Graff, ovum terbungkus oleh masa sel yang disebut dengan cumulus ooporus. Telur bersama dengan massa sel yang membungkusnya menonjol ke dalam ruang antrum yang penuh dengan cairan folikel. Pada umumnya telur ini terletak dibagian yang berhadapan dengan bagian folikel yang nantinya akan pecah pada waktu ovulasi. Hanya kadang- kadang saja telur terletak tepat pada bagian yang akan pecah pada waktu ovulasi. Komponen lain dari folikel de graaf adalah sel-sel granulosa. Sel-sel ini melapisi dinding antrum, juga menjadi cumulus oophorus; massa sel granulosa yang membungkus sel telur dan terletak paling dekat dengan telur disebut corona radiata.(21)

Pecahnya folikel de graaf dan keluarnya ovum dari dalam folikel disebut peristiwa ovulasi.Dinding folikel mula-mula retak dibagian stigma, yaitu suatu tempat di bagian permukaan folikel yang menonjol keluar dari bagian badan ovarium; lalu cairan folikel melelh keluar.Bersama keluarnya cairan folikel inilah ovum keluar.Jaringan folikel yang masih tetap ada di ovarium setelah ovulasi berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan endokrin yang mensekresikan hormon betina selama fase luteal (luteal phase) siklus ovarium.Pada ovarium ditemukan dua corpus, yaitu corpus luteum dan

corpus albicans.Corpus luteum atau disebut yellow body berasal dari folikel de graaf yang telah berovulasi.Disebut badan kuning karena sel-sel granulosanya yang mengandung pigmen lipokrom yang berwarna kuning.Corpus luteum selain mengandung selgranulosa, juga jaringan ikat yang berasal dari teca interna. Antrum dimasuki darah serta jaringan ikat.(21)

Ovulasi folikel yang tinggal bersama teca interna menjadi suatu badan.Badan ini tampak kekuningan sehingga disebut badan kuning atau corpus luteum.Sel folikelnya yang biasa pula disebut sel granulosa karena banyak mengandung granula, mensekresi progesterone dan estrogen.

Progesteron mengontrol implantasi embrio dalam uterus dan mencegah terjadinya pertumbuhan folikel baru serta ovulasi Liquor folliculi-nya sudah terperas keluar ketika proses ovulasi dan bekas antrum diisi dengan jaringan ikat. Sel granulosa kini disebut sel lutein granulosa.Sitoplasma berisi lipokhrom, pigmen kuning.Itulah yang menyebabkan badan itu berwarna kuning.Lapisan luar badan ini terdiri dari sel lutein theca, yang asalnya adalah dari theca interna folikel.Jika tidak terjadi kehamilan atau implantasi, umur corpus luteum hanya dua minggu.Kemudian berdegenerasi dan hilang.Setelah itu terjadi haid.Jika terjadi kehamilan, plasenta menghasilkan hormone gonadotropin. Hormon ini merangsang corpus luteum untuk lebih aktif menghasilkan progesteron dan estrogen.(21)

2.3. Daun Gandarusa

2.3.1. Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)

Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)berupa semak, pada umumnya di tanam sebagai pagar hidup atautumbuhan liar di hutan, tanggul sungai atau di pelihara sebagai tanaman obat.Tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas permukaan laut, tumbuh tegak, tinggidapat mencapai 2 m, percabangan banyak, dimulai dari dekat pangkal batang.Cabang-cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tuawarnanya menjadi coklat mengkilat.

Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal,yang bentuknya lanset dengan panjang 5-20 cm., lebar 1-3,5 cm, tepi rata, ujungdaun meruncing, pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5 – 7,5 mm,warna daun hijau gelap.

Bunga kecil berwarna putih atau dadu yang tersusun dalam rangkaian berupamalai bulir yang menguncup, berambut menyebar dan keluar dari ketiak daun atau ujung tangkai.Buah berbentuk bulat panjang.Selain yang berbatang hitam lebihpopuler ada juga yang berbatang hijau. Di India dan Asia Tenggara dipakai sebagai penurun panas, merangsang muntah, anti reumatik, pengobatan sakit kepala, kelumpuhan otot wajah, eczema, sakit mata dan telinga.(22)

Nama lokal Handarusa (Sunda), Gandarusa, Tetean, Trus (Jawa), Puli

(Ternate), Besi-besi (Aceh), Gandarusa (Melayu), Bo gu dan (China), Gandarisa

(Bima). Daun gandarusa mengandung justicin, alkaloida, saponin, flavonoida, minyak atsiri, dan tanin.Berkhasiat sebagai obat pegal linu, obat pening dan obatuntuk haid yang tidak teratur.Kegunaan yang lain untuk obat luka terpukul

(memar), patah tulang (Fraktur), reumatik pada persendian, bisul, borok

dankorengan.Daun tanaman gandarusa mempunyai banyak kegunaan dalam pengobatan tradisional. Di antaranya, akar dan daun direbus, kemudian diminum dua kali dalam sebulan bisa sebagai obat KB bagi laki-laki.(23)

Gambar 2.4 Tanaman Gandarusa(23)

2.3.2. Klasifikasi

Divisi = Spermatophyta

Sub Divisi = Angiospermae

Kelas = Dicotyledonae

Ordo = Euphorbiales

Familia = Euphorbiaceae

Genus = Justicia

Spesies = Justicia gendarussa Burm. f.

2.3.3. Kandungan yang terdapat dalam DaunGandarusa

2.3.3.1. Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan

senyawa yang berasal dari hewan).Semua alkaloid mengandung setidaknya 1 buah atom nitrogen. Sebagian besar alkaloid dibentuk dari asam-asam amino seperti lisin, ornitin, fenilalanin, tirosin, dan tritofan.(39)Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang

(32) sedikit. Alkaloid mempunyai rumus kimia C20H24N2O2.3H2O.

Ada beberapa kemungkinan titik tangkap molekuler senyawa alam yang terkandung dalam masing-masing ekstrak sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma.Kemungkinan pertama, senyawa alam tersebut mampu menghambat signal transduksi. Signal transduksi dimulai dengan adanya rangsangan dari luar yang berupa faktor pertumbuhan yang ditangkap oleh reseptor. Reseptor akan menyampaikan signal proliferatif ke protein di sitoplasma. Aktivasi signal transduksi ini melalui proses fosforilasi dengan melibatkan ATP dan protein yang terlibat umumnya adalah jenis protein kinase. Proses signal transduction cascades ini dapat dihambat oleh beberapa senyawa alam yang termasuk inhibitor fosfatase dan inhibitor kinase. Ekstrak uji mungkin mengandung suatu zat inhibitor kinase sehingga dapat menghambat signal transduction cascades. Misalnya karena adanya flavonoid yang dapat berkompetisi dengan ATP dalam proses fosforilasi sehingga fosforilasi terhambat.Kemungkinan kedua, mempengaruhi program cell cycle yaitu dengan menghambat cell cycle progression dan menginduksi cell cycle arrest. Rangkaian signal transduksi berakhir di nukleus dan sel dari G0 masuk ke

G1 phase. Signal transduksi menginisiasi faktor transkripsi yang akan mentranskripsi gen-gen yang dibutuhkan untuk jalannya cell cycle. (36)

Alkaloid merupakan golongan steroid, adalah hormon seks yang berfungsi mengatur fungsi-fungsi organ reproduksi, baik pada perempuan maupun padalaki- laki.Hormon steroid seks yang terpenting adalah Estrogen, Gestagen (progesteron) dan Androgen. Estrogen adalah hormon streroid dengan 18 atom Cyang dibentuk dari 17 ketosteroid androstenedion, dan dibagi menjadi dua jenis, yaitu estrogen alamiah dan sintetik. Jenis estrogen alamiah yang terpenting adalahestradiol (E2), estriol (E3), dan estron (E4).Estrogen baru dapat bekerja secara aktif setelah diubah terlebih dahulu menjadi estradiol.

Estrogen dibentuk tidak hanya pada fase folikuler, melainkan pada fase luteal oleh sel-sel yang terdapat pada dinding folikel. Pada endometrium estrogen menyebabkan perubahan proliferatif, sedangkan pada vagina, tuba dan uterus, estrogen akan meningkatkan kemampuan kerja organ-organ tersebut. Gestagen

(progesterone) termasuk steroid atom C, baru bisa bekerja pada organ sasaran setelah terbentuk reseptornya terlebih dahulu oleh estrogen.Progesteron menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium dan mengurangi kontraksi miometrium. Pada serviks, progesteron menyebabkan perubahan konsistensi lendir serviks, sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma dan pada akhirnya tidak terjadi fertilisasi.(24)

2.3.3.2. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air.Saponin mempunyai kandungan glikosida triterpenoid

dan sterol. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam membentuk busa dan menghemolisis darah.(41) Mula-mula disebut saponin karena sifatnya yang khas menyerupai sabun. Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat aktif secara farmakologi.

Beberapa jenis saponin bekerja sebagai antimikroba. Saponin mempunyai rumus

(33) kimia C56H92O29.

Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Inti steroid spiroketal pada saponin mempunyai kerangka karbon dasar yang sama dengan kerangka steroid. Saponin dimanfaatkan sebagai sumber sapogenin dan dapat diubah menjadi sterol yang berkhasiat penting, misalnya kortison, estrogen kontraseptif dan lain-lain.(37)

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpen dan sterol. Ikatan sterol dalam senyawa saponin merupakan ikatan steroid yang terdapatdalam hormon steroid, termasuk dalam kelompok steroid yang mempunyai sifatpenghambat spermatogenesis.(24)Golongan steroid merupakan prekursor hormon estrogen yang salah satu kerjanya pada otot polos uterus, yaitu merangsang kontraksi uterus.

Estrogen dapat menurunkan sekresi FSH pada keadaan tertentu akan menghambat

LH (reaksi umpan balik) sehingga dapat mempengaruhi ovulasi.(24)

2.3.3.3. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan. Flavonoid mempunyai rumus kimia

(34) C9H6O2. Flavonoid mempunyai beberapa kandungan antara lain isoflavon, flavon, flavonol, flavanon, dihidroksi flavonol, khalkon, dan antosianidin.(40)

Mekanisme kerja flavonoid adalah dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi apoptosis. Kinerja flavonoid dalam tubuh juga mampu berikatan dengan reseptor estrogen alfa (REα) pada testis dan epididimis yang dapat menggantikan fungsi estrogenik dan bekerja sama dengan testosteron untuk pematangan spermatozoa.(38)

Flavonoid merupakan substansi poliphenolic yang terdapat dalam sebagian besar tanaman. Kombinasi multipel grup hidroksil, gula, oksigen, dan grup metal membentuk beberapa kelas dari flavonoid yaitu flavonols, flavones, flavanols

(cattechins) antochyains dan isoflavons.(25)

Isoflavon merupakan flavonoid yang bertindak sebagai fitoestrogen yang banyak berguna bagi kesehatan. Flavonoida dan isoflavonoida adalah salah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh- tumbuhan, khususnya dari golongan Leguminoceae (tanaman berbunga

(25) kupukupu). Isoflavon mempunyai rumus kimia C15H10O2.

Senyawa isoflavon terdistribusi secara luas pada bagian-bagian tanaman, baik pada akar, batang, daun, maupun buah, sehingga senyawa ini secara tidak

disadari juga terdapat dalam menu makanan sehari-hari. Bahkan, karena sedemikian luas distribusinya dalam tanaman maka dikatakan bahwa hampir tidak normal apabila suatu menu makanan tanpa mengandung senyawa flavonoid. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa flavon tidak membahayakan bagi tubuh dan bahkan sebaliknya dapat memberikan manfaat pada kesehatan.(25)

Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak disintesis oleh tanaman. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber utama senyawa isoflavon di alam.(25) Berdasarkan biosintesisnya flavon/isoflavon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan bagian kelompok yang terbesar dalam golongantersebut.

Aktivitas fisiologis senyawa isoflavon telah banyak diteliti dan ternyata menunjukkan bahwa berbagai aktivitas berkaitan dengan struktur senyawanya.

Aktivitas suatu senyawa ditentukan pula oleh gugus-gugus yang terdapat dalamstruktur tersebut. Dengan demikian, dengan cara derivatisasi secara kimia dansecara biologis, dapat dibentuk senyawa-senyawa aktif yang diinginkan.

Dalamhal struktur, aktivitas antioksidan ditentukan oleh bentuk struktur bebas

(aglikon) dari senyawa. Aktivitas tersebut ditentukan oleh gugus -OH ganda, terutamadengan gugus C=0 pada posisi C-3 dengan gugus -OH pada posisi C-2 atau padaposisi C-5.

Hasil transformasi isoflavon selama fermentasi tempe , , glisitein, dan Faktor-II, ternyata memenuhi kriteria tersebut. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan terbentuknya kompleks dengan logam.(25) Aktivitas estrogenik isoflavon ternyata terkait dengan struktur kimianya yangmirip dengan

, yang biasa digunakan sebagai obat estrogenik. Bahkan, senyawa isoflavon mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dari stilbestrol.Daidzein merupakan senyawa isoflavon yang aktivitas estrogenik-nya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa isoflavon lainnya. Aktivitas anti inflamasi ditunjukkan oleh gugus C=O pada posisi C-3 dan gugus -OH pada posisi C-5 yang dapat membentuk kompleks dengan logam besi, seperti quersetin. Sedang aktivitas anti-ulser ditunjukkan oleh struktur gugus -OH yang bersebelahan, seperti pada mirisetin. Sebagaimana diperlihatkan oleh Graham bahwa senyawa formononitin dan gliseolin berpotensi untuk membunuh kapang patogen sehingga berpotensi sebagai senyawa pestisida (biopestisida).(26)

Di atas disebutkan bahwa senyawa isoflavonoida banyak mempunyai aktivitas biologis. Mekanisme aktivitas senyawa ini dapat dipandang sebagai fungsi "alat komunikasi" (molecular messenger) dalam proses interaksi antar selyang selanjutnya mempengaruhi proses metabolisma sel atau makhluk hidup yang bersangkutan. Dalam hal ini, dapat secara negatif (menghambat) maupun secarapositif (menstimulasi).

Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bervariasi. Di antaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan bahkan telah diketahui fungsi fisiologisnya dan telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.(25)Senyawa isoflavon terbukti juga mempunyai efek hormonal, khususnya efekestrogenik.

Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi , dimana equol ini mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen.(26)

2.4. Hubungan antara Daun Gandarusa dengan Meningkatnya Hormon

Estradiol Endogen dan PerubahanGambaran Histologi Folikel Antral

Ovarium

Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) merupakan tanaman pagar hidup, dipelihara sebagai tanaman obat. Hasil penelitian Rusmiatik menunjukkan bahwa ekstrak daun gandarusa meningkatkan jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional.Prajogo dalam penelitian menunjukkan bahwa daun gandarusa mengandung 12 komponen flavonoid, dengan komponen mayor 6,8-di-α-L-arabinopiranosil-4,5,7-trihidroksi flavon atau 6,8-diarabinosilapigenin atau Gendarusin A dengan aktivitas mencegah penetrasi spermatozoa ke ovum.(6) Kandungan Isoflavon di dalam flavonoid merupakan bahan aktif yang berpengaruh pada hormon estrogen dan testosteron.(7) Flavanoid mengacu pada fitoestrogen karena ditemukan dari tumbuhan (fito) dan kemampuannya untuk bereaksi seperti hormon estrogen pada tubuh manusia.(8) Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen dan mencegah pengikatan estrogen alami, hal ini menyebabkan isoflavon dapat berikatan dengan Receptor Estrogen (RE), di hipofise anterior mensisntesis GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)untuk menstimulus sekresi FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone). Hipotalamus dan hipofise mempunyai reseptor androgen dan estrogen.

Namun afinitas RE ligan tersebut lebih rendah dibanding estrogen endogen sel epitel dari jaringan reproduksi seperti ovari. Pada saat menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat. Pada saat menopause Jumlah folikel

yang mengalami atresia terus meningkat, sampai suatuketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir. Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi, maka setelah memasuki usia menopause akan ditemukan kadar FSH tinggi (>40 mIU/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dapat rendah bagi sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain akan tinggi apalagi pada wanita gemuk akibat aromatisasi androgen menjadi estrogen dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause merupakan diagnosis retrospektif, bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml maka dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause 46)

Selama menopause, penurunan fungsi estrogen dan inhibin ovarium mengakibatkan berkurangnya sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis. Inhibin berfungsi untuk meregulasi FSH, sehingga kadar FSH lebih banyak daripada kadar LH .(49) Ovarium pascamenopause berukuran kecil dan tidak berisi folikel.(49)

Mekanisme aksi biologis estrogen adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai estrogen agonis (menyerupai estrogen) yang dapat berikatan dengan RE dan menstimulasi respon estrogen, atau bertindak sebagai estrogen antagonis

(inhibitor aktivitas estrogen) yang dapat berikatan dengan RE namun menghambat respon estrogen. Isoflavon bersifat antagonis (inhibitor aktivitas estrogen) ketika

kadar estrogen tinggi, sebaliknya isoflavon bersifat agonis ketika kadar estrogen rendah. Isoflavon menunjukkan aktivitas biologi yang penting diantaranya meningkatkan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi ovarium. Hormon estrogen yang dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen.(9) Efek peningkatan hormon estrogen terhadap uterus menyebabkan proliferasi endometrium dan perkembagan kelenjar endometrium yang digunakan sebagai nutrisi bagi ovum yang berimplantasi, sehingga dapat menurunkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat, dan osteoporosis, serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit kepala dan depresi serta cancer mammae.(10)

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. KerangkaTeori

Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f.) merupakan tanaman semak dan pada umumnya di tanam sebagai pagar hidup atau tumbuhan liar di hutan,tanggul sungai atau di pelihara sebagai tanaman obat. Etnawati dalam penelitian menunjukkan bahwa daun gandarusa mengandung justicin, alkaloida, saponin, flavonoida, minyak atsiri, dan tannin. Golongan flavonoid yang dihasilkan dari daungan darusa antara lain dari turunan flavanon, calkon, flavon, pterokarpan, isoflavanon, isoflavon, dan isoflavan.(6) Kandungan Isoflavon di dalam flavonoid merupakan bahan aktif yang berpengaruh pada hormon estrogen dan testosteron.(7) Flavanoid mengacu pada fitoestrogen karena ditemukan dari tumbuhan (fito) dan kemampuannya untuk bereaksi seperti hormon estrogen pada tubuh manusia.(8) Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen. Hal ini menyebabkan isoflavon dapat berikatan dengan Receptor Estrogen (RE), di hipofise anterior mensintesis GnRH

(Gonadotropin Releasing Hormone) untuk menstimulus sekresi FSH (Folicle

Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Hipotalamus dan hipofise mempunyai reseptor androgen dan estrogen. Namun afinitas RE ligan tersebut lebih rendah dibanding estrogen endogen sel epitel dari jaringan reproduksi seperti ovari.

Mekanisme aksi biologis estrogen adalah kemampuannya untuk bertindak sebagai estrogen agonis yang dapat berikatan dengan RE dan menstimulasi respon

estrogen, atau bertindak sebagai estrogen antagonis (inhibitor aktivitas estrogen) yang dapat berikatan dengan RE namun menghambat respon estrogen. Isoflavon bersifat antagonis (inhibitor aktivitas estrogen) ketika kadar estrogen tinggi, sebaliknya isoflavon bersifat agonis ketika kadar estrogen rendah. Isoflavon menunjukkan aktivitas biologi yang penting diantaranya meningkatkan hormon estrogen dan histologi ovarium. Hormon estrogen yang dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen.(9) Efek peningkatan hormon estrogen terhadap uterus menyebabkan proliferasi endometrium dan perkembagan kelenjar endometrium yang digunakan sebagai nutrisi bagi ovum yang berimplantasi, sehingga dapat menurunkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat, pendarahan tidak teratur, dan osteoporosis, serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit kepala dan depresi serta cancer mammae.(10) Berdasarkan hal itu, maka dibuat kerangka teori sebagai berikut:

3.1. Kerangka Teori

Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. f.)

Jumlah RE Hipotalamus Flavanoid Kadar Isoflavon

Kadar GnRH

Jumlah Kadar Estradiol Receptor Estrogen Eksogen (RE)

Kadar LH KadarFSH

Nitrogen, lisin, ornitin,

phenilalanin, tryrosin, triptofandanasam amino

Kadar Estradiol Endogen

Perubahan Gambaran Histologi Folikel

Antral Ovarium

3.2. Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Ekstrak Daun Gandarusa Kadar Estradiol Perubahan Histologi Folikel

Endogen Antral Ovarium

3.3. HipotesisPenelitian

“Pemberian ekstrak daun gandarusa berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina”.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian true experimental dengan menggunakan posttest only control group design.(28) Skema penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: P0 O1

P S R P1 O2

P2 O3

P3 O4

Gambar 4.1. Desain Penelitian Keterangan : P = Populasi mencit menopouse S = Sampel R = Randomisasi P0 = Kelompok kontrol/Placebo dengan pemberian 0,48 ml aquadest P1 = Kelompok perlakuan1 dengan pemberian 0,48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 10%. P2 = Kelompok perlakuan 2 dengan pemberian 0,48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 20%. P3 = Kelompok perlakuan 3 dengan pemberian 0,48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 30%. O1 = Observasi kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada kelompok control post test. O2 = Observasi kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada kelompok perlakuan 1 dengan pemberian 0,48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 10% .(5) O3 = Observasi kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada kelompokperlakuan 2 dengan pemberian 0.48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 20% . O4 = Observasi kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada kelompok perlakuan 3 dengan pemberian 0,48 ml ekstrak daun gandarusa konsentrasi 30% .

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit betina galur wistar mencit umur 16–17 bulan dengan berat badan antara 18-35 gram. Umur mencit ditentukan dari melihat tanggal kelahiran mencit dan waktu pengambilan sampel. Satu bulan mencit ekuivalen dengan 3 tahun pada manusia. Jadi mencit

16-17 bulan ekuivalen dengan manusia 48-51 tahun (masa menopause).(31) yang diperoleh dari laboratorium UGM bidang layanan pra klinik dan pengembangan hewan percobaan.

Jumlah sampel penelitian menurut WHO untuk hewan coba adalah 5 ekor.

Pada penelitian ini jumlah sampel perkelompok adalah 6 ekor, sehingga total jumlah sampel yang digunakan menjadi 24 ekor. Sampel yang dipilih kemudian dibagi menjadi (empat) kelompok secara acak (random), dimana satu kelompok sebagai kelompok kontrol dan 3 (tiga) kelompok lainnya sebagai kelompok eksperimen.Penentuan umur sampel berdasarkan pertimbangan proses penuaan, berat badan. Adapun kriteria sampel penelitian adalah sebagai berikut:

4.2.1. Kriteria Inklusi

1. Mencit betina yang berumur antara 16-17 bulan, BB 18-35 gram.

2. Mencit betina yang sehat dan tidak bunting

4.2.2. Kriteria Eksklusi

1. Mencit tidak sehat (gerakan tidak sehat).

2. Mencit mati saat penelitian.

4.3. Variabel Penelitian

4.3.1. Variabel

4.3.1.1 Variabel bebas

Ekstrak daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F).

4.3.1.2 Variabel tergantung

a. Kadar hormon estradiol endogen

b. Perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium

4.4. Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Bebas

Ekstrak daun gandarusa adalah ekstrak hasil ekstraksi etanol 70% dengan

metode maserasi yang diberikan peroral kepada mencit betina melalui sonde

sebanyak 0,48 ml untuk kelompok kontrol dan masing-masing kelompok

perlakuan diberikan konsentrasi 10% (0,48 ml), 20% (0,48 ml), 30% (0,48

ml) diberikan 2 kali sehari. Skala data nominal.

4.4.2 Variabel Tergantung

4.4.2.1. Hormon estradiol endogen

Hormon estradiol endogen adalah kadar hormon estradiol

endogen yang diperoleh dari sampel darah. Pengambilan

darah dilakukan pada hari ke 28 setelah perlakuan pada

bagian medial kantus sinus orbitalis mata kanan sebanyak 0,5

ml untuk pemeriksaan kadar estradiol endogen menggunakan

metode ELISA. Skala data rasio.

4.4.2.2 . Gambaran histologi folikel antral ovarium

Gambaran histologi folikel antral ovarium adalah jumlah

folikel antral preparat histologis pada setiap ovarium kiri dan

kanan, dibuat blok dengan metode paraffin dengan

pengecatan HE yang diamati dalam lima lapang pandang

menggunakan mikroskop Olympus tipe BX51 dengan

pembesaran 40 × 10 (400 kali), pengamatan dimulai dari kiri

lalu digeser kekanan, kemudian kebawah sesuai arah jarum

jam. Hasil pengamatan banyaknya folikel antral ovarium kiri

dan kanan kemudian dijumlahkan folikelnya. Skala data

rasio.

4.5.Bahan/Materi penelitian

1. Daun tanaman gandarusa yang diekstrak dengan etanol 70% dengan

konsentrasi 10%, 20% dan 30%.

2. Hewan coba

Dalam penelitian ini digunakan mencit betina yang berumur kurang lebih 16-

17 bulan, diperkirakan sedang mengalami proses penuaan, berat badan 18-35

gram. Diberi makan dan minum ad libitum dengan ransum yang berbentuk

pellet, dengan volume dan komposisi yang sama.

3. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk pewarnaan preparat histologi ovarium

terdiri dari: Larutan formalin 10%, yang digunakan untuk menyimpan organ

fiksasi; etanol 70%, estradiol, paraffin cair histosac, hematoxylin eosin (HE),

xylol,balsam.

4. Alat penelitian

Meliputi timbangan gram, kaca benda dan kaca penutup, mikroskop Olympus

tipe BX 51, seperangkat alat bedah, dan Microm tipe HM 351.

4.6.Cara Penelitian dan Alur Kerja Penelitian

1. Pembuatan ekstrak daun gandarusa

Pembuatan ekstrak daun gandarusa dilakukan di laboratorium PAU UGM

Yogyakarta. Daun gandarusa dikeringkan dalam oven dengan suhu 400C selama 7

jam sebanyak 1500 gram serbuk (yang telah diayak menggunakan ayakan) daun

gandarusa diekstraksi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 7,5 liter (1:5)

menggunakan metode maserasi dengan pengadukan menggunakan stirrer selama

kurang lebih 1 jam, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan

disaring menggunakan kain flannel. Maserat di uapkan dengan vacuum ratory

evaporator dengan suhu 600C dan kecepatan rpm yaitu 100 rpm. Ekstrak kental

ditimbang dan dihitung rendemennya.

2. Prosedur pemberian Pakan

Hewan coba yaitu mencit betina disiapkan 24 ekor yang dipilih secara

random. Adaptasi mencit selama 7 hari. Selama proses adaptasi mencit tetap

diberi makan berupa ransum ayam berbentuk pellet dan minum sesuai kebutuhan.

Selesai proses adaptasi, berat badan mencit ditimbang dengan timbangan Camry

tipe s/m spica 2011.

3. Perlakuan pemberian ekstrak daun gandarusa

Selanjutnya mencit dipisahkan menjadi empat kelompok, yaitu kelompok

placebo, kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok perlakuan

3. Setiap kelompok ditempatkan pada satu kandang. Setiap mencit pada kelompok

placebo diberikan aquadest sebanyak 0,48 ml selama 28 hari, sedangkan mencit

pada kelompok perlakuan 1 (P1) diberikan ekstrak daun gandarusa dengan

konsentrasi 10% sebanyak 0,48 ml, mencit pada kelompok perlakuan 2 (P2)

diberikan 0,48 ml ekstrak daun gandarusa dengan konsentrasi 20% dan kelompok

perlakuan 3 (P3) diberikan 0,48 ml ekstrak daun gandarusa dengan konsentrasi

30%, per oral dua kali sehari jam 8 pagi dan jam 5 sore selama 28 hari.

Penetapan dosis dan lama perlakuan berdasarkan pada penelitian Rusmiatik tentang pemberian ekstrak daun gandarusa menghambat proses penuaan ovarium pada mencit.. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak tanaman gandarusa terhadap peningkatan jumlah folikel sekunder, mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional. Marmut yang menjadi hewan coba diberikan dosis 6 ml ekstrak daun gandarusa dengan konsentrasi 10%, 20% dan

30% (29) dan pemberian estrogen menghambat proses penuaan ovariummencit betina selama 28 hari.(30)

4. Perlakuan Pembedahan pada Mencit

Setelah perlakuan selama 28 hari, dilakukan pembedahan. Langkah kerja pembedahan dimulai dengan memasukkan mencit kedalam tabung yang berisi chloroform 100% sampai mencit mati, kemudian dibedah untuk mengambil organ ovarium kiri dan kanan untuk pembuatan preparat histologis ovarium. Hewan coba yang telah mati dan diambil organnya ditanam didalam tanah.

5. Pembuatan sediaan

Pembuatan sediaan mikroanatomi ovarium dilakukan dengan metode parafin dengan tahapan sebagai berikut. a. Fiksasi

Ovarium difiksasi dalam larutan bufer formalin, dilanjutkan dengan larutan

Bouin selama 3 jam. b. Washing, dehidrasi dan clearing

Organ ovarium dicuci dengan alkohol 70% beberapa kali. Dehidrasi

dilakukan dengan alkohol konsentrasi bertingkat dimulai dari alkohol 70%,

80%, 90%, 95% absolut.Untuk menjernihkan, organ ovarium, direndam dalam

toluol selama semalam. c. Infiltrasi dan embedding

Infiltrasi parafin ke dalam jaringan dengan cara merendam organ

ovarium dalam campuran toluol dan paraffin selama 30 menit, kemudian

dilanjutkan dengan paraffin murni I, II, III masing-masing selama 50 menit

selanjutnya dilakukan embedding yaitu penanaman organ dalam paraffin

padat. d. Pengirisan dan penempelan

Blok parafin yang berisi organ ovarium diiris 6 μm dibagian tengah

menggunakan mikrotom Microm type HM 351. Kemudian ditempel pada

gelas benda yang telah diolesi dengan Mayers albumin. Dibiarkan selama 24

jam agar penempelan irisan organ ovarium mencit menempel cukup kuat. e. Staining dan mounting

Sediaan dipulas dengan Hematoxylin Ehrlich-Eosin dengan urutan

sebagai berikut: xylol I selama 5 menit; xylol II selama 5 menit; xylol

IIIselama 5 menit; alkohol 100% I selama 5 menit; alkohol 100% II selama

5menit; aquadest (beberapa celup), Harris-Hematoxylin selama 15

menit;aquadest selama 1 menit (celup naik turun); acid alkohol 1 % sebanyak

5-7 celupan (jangan sampai pucat); aquadest I selama 1 menit; aquadest

IIselama 15; eosin selama 2 menit; alkohol 96% I selama 3 menit; alkohol96%

II selama 3 menit; alkohol 100% I selama 3 menit; alkohol 100% IIselama 3

menit; xylol IV selama 5 menit; xylol V selama 5 menit. Sediaanyang telah

dipulas ditutup, direkatkan menggunakan permount.

6. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan untuk melihat gambaran histologi folikel antral ovarium pada setiap ovarium kiri dan kanan, dibuat blok dengan metode paraffin dengan pengecatan HE yang diamati dalam lima lapang pandang menggunakan mikroskop Olympus tipe BX51 dengan perbesaran 40x10 (100x), pengamatan dimulai dari kiri lalu digeser kekanan, kemudian kebawah sesuai arah jarum jam.

Hasil pengamatan banyaknya folikel antral ovarium kiri dan kanan kemudian dijumlahkan folikelnya. Secara skematis, prosedur penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut:

Mencit 24 ekor

Adaptasi selama 7 hari

Random

Kelompok P0 Kelompok P1 Kelompok P2 Kelompok P3 (Kontrol ) Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Aquadest 10 % konsentrasi 20%konsentrasi 30%konsentrasi ekstrak daun ekstrak daun ekstrak daun gandarusa gandarusa gandarusa konsentrasi konsentrasi 30% 20%

Perlakuan Selama 28 Hari

Post test Pengambilan Darah Pengukuran Hormon

Estrogen Endogen Pembedahan Pembuatan preparat

Pemeriksaan Analisis Data Histologi Folikel Antral Ovarium

Gambar 4.2. Bagan Prosedur Penelitian

4.7.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi. Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

informasi tentang situasi dan peristiwa selama penelitian berlangsung. Pada

penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi:

1. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke 28 pada bagian medial kantus

sinus orbitalis mata kanan sebanyak 0,5 ml dilakukan pada pagi hari untuk

pemeriksaan kadar estradiol endogen menggunakan metode ELISA.

2. Pembuatan preparat histologi ovarium untuk pengamatan perubahan folikel

antral ovarium.

4.8.Analisis Data

Data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk deskriptif kemudian

dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk dan uji homogenitas

menggunakan Levene Test dikarenakan data rasio dan jumlah sampel tiap

kelompok <50. Uji normalitas pada hormon estradiol endogen dengan uji Shapiro

Wilk diperoleh nilai p(<0,05) yang artinya data kadar hormon estradiol endogen

tidak berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan Leven Test diperoleh p<(0,05)

yang artinya nilai hormon estradiol endogen tidak homogen. Data kadar estradiol

endogen tidak normal dan tidak homogen, maka dilakukan uji non parametrik

Kruskal Wallis setelah itu untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara

berbeda signifikan antar empat kempok dilakukan uji post hoc LSD.

Data histologi folikel antral ovarium kiri dan kanan berdistribusi normal dan

homogen, untuk membuktikan hipotesis penelitian setelah data terbukti normal

dan homogen kemudian dilakukan analisis komparatif ,yaitu uji parametrik One

Way Anova. Setelah itu untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara

berbeda signifikan antar empat kempok dilakukan uji post hoc LSD.

4.9.Jadwal Pelaksanaannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 28 hari di bulan Mei-Juni 2017 di

Laboratorium PAU Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Untuk mengetahui

kadar estradiol endogen pada mencit percobaan dilakukan pemeriksaan di

Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta dan pemeriksaan histologi ovarium di Laboratorium Patologi

Anatomi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada bulan Agustus 2017

dilakukan oleh Dokter Spesialis Patologi Anatomi.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil analisis statistik efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap kadar estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada mencit betina dalam penelitian ini dapat dipaparkan dalam tabel 5.1 dan gambar

5.1.

Tabel 5.1 Data Hasil Perlakuan

KELOMPOK VARIABEL P0 P1(10%) P2(20%) P3(30%) p Mean  SD Mean  SD Mean  SD Mean  SD Hormon 192.8359.21 589.5024.87 813.0011.86 1288.0010.73 Estradiol Endogen Shapiro-wilk > 0,05 Levene test P=0,016 Kruskal- P=0,000 Wallis Test Histologi 5.500.517 9.760.612 31.060.301 14.130.206 Ovarium Kiri Shapiro-wilk > 0,05 Levene test P=0,359 One way P=0,000 ANOVA Histologi 6.230.388 9.830.480 13.060.350 32.100.517 Ovarium Kanan Shapiro-wilk > 0,05 Levene test P=0,914 One way P=0,000 ANOVA

Folikel Antral Folikel antral P0 P1

Folikel Antral Folikel Antral P2 P3

Gambar 5.1 Histologi Ovarium Kiri Mencit Pengecatan HE Perbesaran 400 x P0: kelompok kontrol , P1: konsentrasi 10%, P2: konsentrasi 20%, P3: konsentrasi 30%.

Folikel Antral Folikel Antral

P0 P1

Folikel Antral Folikel Antral P3 P2

Gambar 5.2 Histologi Ovarium Kanan Mencit Pengecatan HE Pembesaran 400 x P0: kelompok kontrol, P1: konsentrasi 10%, P2: konsentrasi 20% , P3: konsentrasi 30%.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diperoleh nilai mean hormon estradiol endogen paling tinggi adalah pada kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 30% yaitu sebesar 1288.0010.73, diikuti dengan kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi

20% yaitu sebesar 813.0011.86 dan kemudian kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 10% yaitu sebesar 589.5024.87, adapun

nilai hormon estradiol endogen paling rendah terdapat pada kelompok kontrol yaitu 192.8359.21.

Nilai hormon estradiol endogen diuji normalitas sebaran data dengan

Shapiro Wilk (n= 24 sampel) diperoleh p < 0,05, mempunyai arti sebaran data hormon estradiol endogen tidak normal. Nilai hormon estradiol endogen diuji homogenitas dengan Levene Test dengan hasil p= 0,016 (p < 0,05), mempunyai arti nilai hormon estradiol endogen tidak homogen (heterogen). Hasil pengujian menunjukkan bahwa data hormon estradiol endogen tidak normal dan tidak homogen, maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal

Wallis menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 atau nilai p < 0,05, mempunyai arti bahwa nilai hormon estradiol endogen pada empat kelompok terdapat perbedaan yang bermakna.

Nilai mean pada histologi folikel antral ovarium kiri paling tinggi adalah pada kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 30% yaitu sebesar 14.130.206, diikuti dengan kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 31.060.301 dan kemudian kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 10% yaitu sebesar9.760.612, adapun nilai histologi folikel antral ovarium kiri paling rendah terdapat pada kelompok kontrol yaitu 5.500.517.

Nilai histologi folikel antral ovarium kiri diuji normalitas sebaran data dengan Shapiro Wilk (n= 24 sampel) dengan hasil p > 0,05, mempunyai arti sebaran data histologi folikel antral ovarium kiri normal. Nilai histologi folikel antral ovarium kiri diuji homogenitas dengan Levene Test dengan hasil p= 0,359

(p > 0,05), mempunyai arti nilai histologi folikel antral ovarium kiri homogen.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa data histologi folikel antral ovarium kiri normal dan homogen, maka dilakukan uji parametrik one way ANOVA. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 atau nilai p < 0,05, mempunyai arti bahwa nilai histologi folikel antral ovarium kiri pada empat kelompok terdapat perbedaan yang bermakna.

Nilai mean histologi folikel antral ovarium kanan paling tinggi adalah pada kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 30% yaitu sebesar 32.100.517, diikuti dengan kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 20% yaitu sebesar 13.060.350 dan kemudian kelompok dengan pemberian ekstrak daun gandarusa pada konsentrasi 10% yaitu sebesar 9.830.480, adapun nilai histologi folikel antral ovarium kanan paling rendah terdapat pada kelompok kontrol yaitu 6.230.388.

Nilai histologi folikel antral ovarium kanan diuji normalitas sebaran data dengan Shapiro Wilk (n= 24 sampel) dengan hasil p > 0,05, mempunyai arti sebaran data histologi folikel antral ovarium kanan normal. Nilai histologi folikel antral ovarium kanan diuji homogenitas dengan Levene Test dengan hasil p=

0,914 (p > 0,05), mempunyai arti nilai histologi folikel antral ovarium kanan homogen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data histologi folikel antral ovarium kanan normal dan homogen, maka dilakukan uji parametrik one way

ANOVA. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 atau nilai p < 0,05, mempunyai arti bahwa nilai histologi folikel antral ovarium kanan pada

empat kelompok terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk mengetahui kelompok

mana yang berbeda secara bermakna, dilakukan uji post-hoc LSD.

Tabel 5.2. Uji Post-Hoc LSD untuk Variabel Hormon Estradiol Endogen

P0 P1(10%) P2 (20%) P3 (30%)

P0 - 0.000 0.000 0.000 P1(10%) 0.000 - 0.000 0.000 P2(20%) 0.000 0.000 - 0.000 P3 (30%) 0.000 0.000 0.000 - Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak daun gandarusa

berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon estradiol endogen dan terbukti

kebenarannya.

Tabel 5.3. Uji Post-Hoc LSD untuk Variabel Histologi Folikel Antral Ovarium Kiri

P0 P1 (10%) P2(20%) P3(30%) P0 - 0.000 0.000 0.000 P1(10%) 0.000 - 0.000 0.000 P2(20%) 0.000 0.000 - 0.000 P3(30%) 0.000 0.000 0.000 - Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak daun gandarusa

berpengaruh terhadap perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium kiri

mencit dan terbukti kebenarannya.

Tabel 5.4. Uji Post-Hoc LSD untuk Variabel Histologi Folikel Antral Ovarium Kanan

P0 P1(10%) P2(20%) P3(30%) P0 - 0.000 0.000 0.000 P1(10%) 0.000 - 0.000 0.000 P2(20%) 0.000 0.000 - 0.000 P3(30%) 0.000 0.000 0.000 -

Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak daun gandarusa berpengaruh terhadap perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium kanan mencit dan terbukti kebenarannya.

Tabel 5.5. Data Korelasi Hormon Estradiol Endogen dengan Ovarium Kiri

Correlations Hormon Estradiol Ovarium Kiri Endogen Pearson Correlation 1 .934** Hormon Estradiol Sig. (2-tailed) .000 Endogen N 24 24 Pearson Correlation .934** 1 Ovarium Kiri Sig. (2-tailed) .000 N 24 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 5.6. Data Korelasi Hormon Estradiol Endogen dengan Ovarium Kanan

Correlations Hormon Estradiol Ovarium Kanan Endogen Pearson Correlation 1 .939** Hormon Estradiol Sig. (2-tailed) .000 Endogen N 24 24 Pearson Correlation .939** 1 Ovarium Kanan Sig. (2-tailed) .000 N 24 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan data uji korelasi pearson antara data hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kiri pada mencit betina diperoleh hasil nilai p= 0,000 (p < 0,05), berarti terdapat korelasi antara hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kiri pada mencit betina. Nilai

Pearson Correlation adalah 0,934, ini menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel (hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kiri pada mencit betina) adalah sangat kuat.

Uji korelasi pearson antara data hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kanan pada mencit betina diperoleh hasil nilai p= 0,000 (p <

0,05), berarti terdapat korelasi antara hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kanan pada mencit betina. Nilai Pearson Correlation adalah

0,939, ini menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel (hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium kanan pada mencit betina) adalah sangat kuat.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan ekstrak daun gandarusa yang diekstraksi dengan pelarut etanol 70% yang dilakukan di laboratorium PAU UGM

Yogyakarta. Dosis pemberian diperoleh dari hasil konversi dosis marmut ke dosis mencit dengan faktor konversi mencit (0,08) menurut rumus tabel konversi

Lawrence. Kemudian dosis mencit 0,08 dikalikan dosis pada penelitian sebelumnya (0,08 x 6) = 0,48 ml diberikan selama 28 hari.(30)

Nilai hormon estradiol endogen kelompok perlakuan (P3) dosis 0,144 ml dengan konsentrasi 30% lebih tinggi bila dibandingkan kelompok kontrol (P0).

Hal ini dapat diartikan bahwa dosis pemberian ekstrak daun gandarusa yang mengandung isoflavon didalamnya berperan penting dalam kenaikan kadar estradiol endogen dalm tubuh.Flavanoid mengacu pada fitoestrogen karena ditemukan dari tumbuhan (fito) dan kemampuannya untuk bereaksi seperti hormon endogen pada tubuh manusia.(8) Mekanisme kerja fitoestrogen dalam

jaringan adalah dengan berikatan pada reseptor estrogen hal ini menyebabkan isoflavon dapat berikatan dengan Receptor Estrogen (RE), di hipofise anterior mensintesis GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)untuk menstimulus sekresi

FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Di bawah pengaruh FSH sel teka interna terus berdiferensiasi dan mensekresi androstenedion lebih banyak sehingga estrogen yang dihasilkan juga bertambah banyak. Atas pengaruh FSH dan LH kadar estradiol meningkat yang menyebabkan perubahan gambaran folikel antral ovarium mencit.

Semakin bertambahnya umur, jumlah oosit semakin berkurang hingga pada saat menopause jumlah oosit kurang dari seratus bahkan tidak ada. Hal tersebut juga diikuti oleh penuaan ovarium.(17)

Menurut Goldman and Klatz, proses penuaan tidak sama pada setiap orang.

Kondisi ini berkaitan dengan adanya toksin dalam diet danlingkungan. Disisi lain, hormon sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh.

Menurunya produksi hormon akibat penuaan,menyebabkan kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh juga menurun.(43) Pangkahila menguraikan, pada tahap subklinik (umur 25-35) tahun sebagian besar hormon didalam tubuh seperti testosteron, growth hormone, dan estrogen mulai menurun.(44)

Peningkatan hormon estradiol endogen setelah perlakuan disebabkan oleh estrogen yang dihasilkan dari proses aromatisasi androgen terutama androstenedion dibawah pengaruh FSH. Atas pengaruh FSH dan estrogen, sel-sel teka interna folikel membentuk reseptor LH. Dibawah pengaruh LH, sel teka

tersebut menghasilkan androgen. Semakin banyak androgen yang dihasilkan, semakin banyak pula estrogen yang dibentuk. Meningkatnya estrogen menyebabkan aktifitas FSH dalam folikel semakin kuat, memberi umpan balik negatif ke hipofisis untuk menghambat sekresi FSH serta memfasilitasi pengaruh

FSH dalam membentuk reseptor LH di sel granulosa, puncaknya FSH merangsang reseptor LH yang adekuat di sel-sel granulosa sehingga terjadi luteinisasi.(45) Semakin tinggi dosis pemberian isoflavon pada tubuh maka semakin banyak pula reseptor estrogen yang berikatan dengan isoflavon yang mengakibatkan efek estrogenik pada tubuh, sehingga terjadilah kenaikan kadar estradiol endogen.

Hasil uji Kruskal Wallis pada tabel 5.1. menunjukkan nilai p pada hormon estradiol endogen (p= 0,000) nilai p< 0,05 sedangkan hasil uji One way Anova pada histologi folikel antral kanan dan kiri nilai (p 0,000) nilai p< 0,05. Nilai tersebut dinyatakan signifikan, dengan demikian dapat dikatakan pemberian ekstrak daun gandarusa dapat meningkatkan hormon estradiol endogen lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol yang di berikan aqudest. Pemberian ekstrak daun gandarusa juga dapat berpengaruh terhadap perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium mencit lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan teruji kebenarannya.

Hasil uji tersebut disebabkan oleh kemampuan flavonoid yang didalamnya mengandung Isoflavon dalam ekstrak daun gandarusayang memiliki efek estrogenik. Aktivitas isoflavon sangat tergantung pada reseptor estrogen dalam tubuh. Isoflavon dapat berikatan dengan reseptor α dan βestrogen. Afinitas

isoflavon sama dengan estrogen bila berikatan dengan reseptor β estrogen. Bila kadar estrogen dalam tubuh berkurang, isoflavon dapat mengambil alih efek estrogen.(46).

Nilai pada histologi folikel antral kanan dan kiri mencit pada kelompok perlakuan (P3) dengan dosis 0,144 mg lebih meningkat bila dibandingkan kelompok kontrol (P0) disebabkan karena terdapat perubahan diameter pada kelompok perlakuan (P3) yang semakin melebar dibandingkan kelompok kontrol

(P0) . Hal ini dapat diartikan bahwa dosis pemberian ekstrak daun gandarusa yang mengandung isoflavon didalamnya berperan penting dalam perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium. Tingginya kadar estrogen dalam folikel memberi umpan balik positif ke hipofise untuk menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH tersebut menyebabkan terbentuknya progesteron di sel-sel granulose. Turunnya kadar FSH menyebabkan folikel antral yang lebih kecil mengalami atresia, sedangkan folikel dominan terus tumbuh dengan mengakumulasi jumlah sel-sel granulosa dan reseptor FSH yang lebih banyak. Hormon estrogen yang dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen yang menyebabkan proliferasi endometrium dan perkembangan kelenjar endometrium yang digunakan sebagai nutrisi bagi ovum yang berimplantasi, sehingga dapat menurunkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat,serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit kepala, dan depresi serta cancer mammae.(10)

Hipotalamus dan hipofise mempunyai reseptor androgen dan estrogen.

Namun afinitas RE ligan tersebut lebih rendah dibanding estrogen endogen sel

epitel dari jaringan reproduksi seperti ovari. Isoflavon bersifat antagonis (inhibitor aktivitas estrogen) ketika kadar estrogen tinggi, sebaliknya isoflavon bersifat agonis ketika kadar estrogen rendah.(9) Isoflavon menunjukkan aktivitas biologi yang penting diantaranya meningkatkan kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium. Hormon estrogen yang dihasilkan juga meningkat karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen.(9) Pada saat menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup.

Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu,efek peningkatan hormon estrogen terhadap uterus menyebabkan proliferasi endometrium dan perkembagan kelenjar endometrium yang digunakan sebagai nutrisi bagi ovum yang berimplantasi, sehingga dapat menurunkan keluhan fisik seperti keluarnya keringat, suhu tubuh meningkat, dan osteoporosis, serta keluhan psikis seperti gugup, insomnia, sakit kepala dan depresi serta cancer mammae.(10)

Penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Rusmiatik penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak daun gandarusa meningkatkan jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional.

Peningkatan jumlah folikel sekunder, dan mengurangi terbentuknya kista fungsional secara bermakna pada kelompok perlakuan, disebabkan kemampuan ekstrak daun gandarusa sebagai fitoestrogen dan antioksidan alami menghambat terbentuknya radikal bebas, sehingga melindungi DNA dan sel dari kerusakan.(5)Perbedaan penelitian ini terletak pada pemberian ekstrak daun gandarusa sebagai upaya meningkatan hormon estradiol endogen dan perubahan

gambaran histologi folikel antral ovarium, sedangkan penelitian sebelumnya berpengaruh pada jumlah folikel sekunder dan mengurangi terbentuknya jumlah kista fungsional.

Berdasarkan data uji korelasi pearson antara data hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium pada mencit betina diperoleh hasil nilai p=

0,000 (p < 0,05), berarti terdapat korelasi antara hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium pada mencit betina. Nilai Pearson Correlation adalah 0,934 dan 0,939 , ini menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel

(hormon estradiol endogen dengan histologi folikel antral ovarium pada mencit betina) adalah sangat kuat. Namun pengamatan penelitian ini dilakukan dalam keterbatasan yaitu penelitian ini tidak mengetahui kadar LH dan FSH serta tidak disertai uji toksisitas pada daun gandarusa sehingga perlu penelitian lebih lanjut.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang efek pemberian ekstrak daun gandarusa dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%selama 28 hari, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1. Pemberian ekstrak daun gandarusa berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon

estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral ovarium pada

mencit betina disebabkan karena terdapat perubahan diameter pada kelompok

perlakuan (P3) yang semakin melebar dibandingkan kelompok kontrol (P0). Semakin

tinggi dosis pemberian isoflavon pada tubuh maka semakin tinggi kadar estradiol

endogen.

6.1.2. Terdapat perbedaan efek pemberian ekstrak daun gandarusa terhadap peningkatan

kadar hormon estradiol endogen dan perubahan gambaran histologi folikel antral

ovarium pada mencit betina.

6.2. Saran

6.2.1 Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar FSH dan LH terhadap

peningkatan hormon estradiol endogen dan perubahan histologi folikel antral ovarium

menjadi lebih melebar pada mencit betina.

DAFTAR PUSTAKA

1. Levina, Pakasi.Menopause, Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: Salemba Medika.2002. 2. Safrina. Tetap Aktif di Masa Menopause. Jurnal Bidan. Vol.XIII no.5. Penerbit Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta.2009. 3. Lyra Febrianda. Efek Pemberian Extrak Daun Gandarusa Per Oral terhadap Spermatogenesis Mencit dan Keutuhan Tudung Akrosom Spermatozoa Mencit. Aceh: Universitas Syiah Kuala. 2012. 4. Lukitawati, Nita; Fetri Lestari. Efek Extrak Etanol Daun Gandarusa terhadapSistem Reproduksi dan Kualitas Spermatozoa Serta Reversebilitasnya pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster. Bandung: Universitas Islam Bandung. 2008. 5. Rusmiatik. Pemberian Ekstrak Daun Gandarusa (Justicia gendarusa, Burm f.) Menghambat Proses Penuaan Ovarium pada Marmut. Denpasar: Universitas Udayana Denpasar. 2013. 6. Prajogo, B.E.W. Aktivitas Antifertilitas Flavanoid Daun Justicia Gendarussa Burm.F, Disertasi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.Skripsi Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta. 2002. 7. Styaningtyas, Eryna dan Estiasih, Teti. Roti Tawar Laktogenik, Perangsang ASI, Berbasis Kearifan Lokal Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2014. Vol.2 No.1 p.121-131. 8. Susetyarini, E. Karakteristik dan Kandungan Senyawa Aktif Daun Beluntas (Pluchea indica). Berkala Penelitian Hayati Edisi Khusus. 2009. 3A:107-110. 9. Markaverich, B.M., B. Webb, C.L. Densmore dan R.R. Gregory. Effect of on Estrogen Reseptor Function and Uterin Growth in Ovarietomized Rats. J.Environ. Health. Prespect.2005.103 (6) : 574-581. 10. Suhargo, L. Efek Estrogenik Ekstrak Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum L. griff) pada Histologi Uterus Mencit Betina Ovariektomi. Berk. Penel. Hayati. 2005.10:107–110 11. Guyton, A.C., Textbook of Medical Physiology tenth edition, WB SoundersCompany.2000.81: 1283-1302. 12. Baziad, A. Menopause dan Andropouse. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawihardjo.2003. 13. Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusuma, F.F.,Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.2004. 14. Davis, R.B., B.A. Simco, C.A. Groudie, N.C. Parker, W. Couldwell, and P. Snellgrove.Hormonal Sex Manipulation and Evidence for Female Homogamety in Channel Catfish. Gen. Comp. Endocr. 2000.78:219-223. 15. Eroschenko, V.P. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi 9. Alih Bahasa: Tambiyong Jan: EGC.2003.P. 58-56. 16. Gartner, L.P., Hiatt, J.L.Color Textbook Of Histology, WB saunsers Company,2001.20:461-469. 17. Sadler, T.W. Langman’s Medical Embriology. Philadelphia: LippincotWilliam & Willkins, 2004.p: 18-24. 18. Gordon, J.D. and Sperof L. Hand Book For Clinical Gynecologic,Endocrynology, and Fertility. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.2002.p 54 – 64. 19. Anantasika.Fisiologi Menstruasi dalam : Megadhana Dan Kusuma, J.Editor. Kumpulan Makalah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Obstetri dan Ginekologi, Denpasar 28- 29 Oktober.2005.p. 83-89.

20. Bulun, SE. And Adashi, E.Y. The Physiology and Pathology of the Female Reproductive Axis. In: Larsen, Kronenberg, Melmed, Polonsky.Williams Textbook of Endocrynology. 10 th. Ed. Philadelphia:Saunders. 2002.P.587- 608. 21. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka.2005. 22. Sastroamidjojo, S., Obat Asli Indonesia. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2001. 23. Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, R.J., Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Departemen Kesehatan R.I., Edisi 1, Jakarta. 2004.324. 24. Maidangkay, T., Pemberian Infusa Rimpang Kencur (Kaemferia Glanga. L)Menghambat Perkembangan Folikel Mencit Betina Dewasa (Musmusculus) (tesis). Program Pasca Sarjana Program Studi IlmuKedokteran Reproduksi Universitas Udayana.2008. 25. Zilliken, F.I Production of Novel Isoflavons. Material Meeting, BMBF, Bonn, Germany Available From http://www.naturalwoman.com/phyto.htm.2009. 26. Graham, T.L. dan Graham, M.Y. Glyceollin Elicitor Induce Major but Distinctly Different Shifts in Isoflavonoid Metabolism ih Proximal and Distal Cell Popolations. Molecular Plant-Microbe Interactions. 1991. Vol.4, No. 1. 27. Pradana, S., Prospek dan Manfaat Isoflavon sebagai Fitoestrogen BagiKesehatan. Available From http://en.wikipedia.org.2009. 28. Pocock, S.J. Clinical Trials, A Practical Approach, Cichestes, John Wiley & Sons.2008. 29. Darmayasa, G.B., Pemberia Ekstrak Tanaman Gandarusa Menghambat Spermatogenesis marmut (tesis). Pasca Sarjana Program Studi IlmuKedokteran Reproduksi Universitas Udayana.2008. 30. Natasha, F., Pemberian Estrogen Menghambat Proses Penuaan Pada Ovarium Mencit (tesis). Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kedokteran Reproduksi Universitas Udayana.2007. 31. Safrida, Nastiti Kusumorini, Wasmen Manalu, dan Hera Maheshwari. Penurunan Kadar Progesteron Serum dan Komponen Matriks Ekstraseluler dan Seluler Kulit Sebagai Indikator Penuaan PadaTikus. Jurnal Kedokteran Hewan. 2013.Vol. 7 No. 1. 32. Lenny S. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan: Fak. MIPA. USU.2006. 33. Masoh, Antuji H. Pentingnya Nilai Tambah Produk Pagan, Dalam buku Pertanian Mandiri. Penyunting Masroh, Antuaji, H. Penebar Swadaya, Jakarta.2010. 34. Markham.Cara Identifikasi Flavonoid, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal 1-20, Penerbit ITB. Bandung.2008. 35. A. Setiawati, F.D. Suyatna, S. Gan, Farmakologi dan Terapi edisi 5 (cetak ulang dengan perbaikan.Bagian Farmakologi, Fakultas Kedoteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, p.23. 36. Broekman F, Giovannetti E, dan Peters GJ, Tyrosine Kinase Inhibitors: Multi-Targeted or Single-Targeted?, WJCO.2011. 2(2), 80-93. 37. Harborne, J.B. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (alih bahasa: Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro). Bandung: Penerbit ITB.2006. 38. Adrien Jems Akiles Unitly dan Cerria Inara. Potensi Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dalam Meningkatkan Kinerja Reproduksi. Prosiding Seminar Nasional.2011. 39. Harborne, J.B. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB. Bandung.1996. 40. Pambudi, A., Syaefudin., Noriko, Nita., Swandari, Risa dan Azura, Purwanty Rara. Identifikasi Bioaktif Golongan Flavanoid Tanaman Anting-Anting (Acalypha Indica L). Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 2014.Vol . 2, No. 3.

41. Adlhani, Erfanur. Penapisan Kandungan Fitrokimia pada Buah Labu Kuning (Cucurbita moschata). Jurnal Teknologi & Industri.2014.Vol. 3, No. 1. 42. Hidajat, A., Terapi Sulih Hormon Pada Menopause. Simposium Gerontologi Medik II-Malang.2001. 43. Goldman, R dan Klatz. R. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn. Bhd. 2007.p. 19-25. 44. Pangkahila, W. Anti Aging Medicin : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2007.Hal : 1-3, 8-9, 37-40, 216. 45. Adnyana, P. Menopause dan Permasalahannya dalam: Megadhana dan Kusuma, J. Editor. Kumpulan makalah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Obstetri dan Ginekologi. 2005.Denpasar 28-29 Oktober. p.90- 95. 46. Baziad, A. Menopause dan Andropouse. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.2003. 47. Greene, J.G. Measuring the symptom dimension of quality of life : General and menopause specific scales and their subscale structure. In: Schneider HPG, editor HRT and quality of life. The Parthenon Publising Group. Boca Raton, London, NY, Washington; 2003. Pp. 35-43. 48. Speroff et al. Clinical Gynecologic Endokrinology and Infertility 7th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2005. 49. Heffner, Linda J. dan Schust, Danny J. At a Glance Sistem Reproduksi (Alih Bahasa: dr. Vidhia Umami). Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006.

Lampiran 4 : Gambar Histologi Folikel Antral Ovarium Kiri Mencit

Folikel Antral Folikel Antral

P0 P1

Folikel Antral Folikel Antral P2 P3

Histologi Folikel Antral Ovarium Kanan Mencit

Folikel Antral Folikel Antral

P0 P1

Folikel Antral Folikel Antral P2 P3

Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

A B

Ekstrak kental daun gandarusa Populasi Mencit Betina

C D

Mencit setelah dari tabung chloroform 100% Pembedahan

E F

Pengamblian Sampel Darah 0,5 cc Tabung Eppendoft Melalui Sinus Orbitalis Kanan Mencit LAMPIRAN 8 HASIL UJI NORMALITAS

Explore

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Kontrol (P0) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P1) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Ovarium Kiri Perlakuan (P2) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P3) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Kontrol (P0) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P1) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Ovarium Kanan Perlakuan (P2) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P3) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Kontrol (P0) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P1) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Hormon Estradiol Endogen Perlakuan (P2) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0% Perlakuan (P3) 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0%

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kontrol (P0) .243 6 .200* .881 6 .272 Perlakuan (P1) .355 6 .017 .809 6 .071 Ovarium Kiri Perlakuan (P2) .254 6 .200* .866 6 .212 Perlakuan (P3) .293 6 .117 .915 6 .473 Kontrol (P0) .172 6 .200* .912 6 .452 Perlakuan (P1) .175 6 .200* .975 6 .926 Ovarium Kanan Perlakuan (P2) .185 6 .200* .974 6 .918 Perlakuan (P3) .257 6 .200* .881 6 .272 Kontrol (P0) .189 6 .200* .931 6 .587 Perlakuan (P1) .301 6 .096 .734 6 .014 Hormon Estradiol Endogen Perlakuan (P2) .200 6 .200* .946 6 .710 Perlakuan (P3) .296 6 .108 .861 6 .192 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

HASIL UJI HOMOGENITAS DAN ONEWAY ANOVA

Oneway

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Kontrol (P0) 6 5.5000 .51769 .21134 4.9567 6.0433 5.00 6.40 Perlakuan (P1) 6 9.7667 .61210 .24989 9.1243 10.4090 8.60 10.40 Ovarium Kiri Perlakuan (P2) 6 13.0667 .30111 .12293 12.7507 13.3827 12.80 13.60

Perlakuan (P3) 6 14.1333 .20656 .08433 13.9166 14.3501 13.80 14.40 Total 24 10.6167 3.46105 .70648 9.1552 12.0781 5.00 14.40 Kontrol (P0) 6 6.2333 .38816 .15846 5.8260 6.6407 5.60 6.60 Perlakuan (P1) 6 9.8333 .40825 .16667 9.4049 10.2618 9.20 10.40 Ovarium Kanan Perlakuan (P2) 6 13.0667 .35024 .14298 12.6991 13.4342 12.60 13.60 Perlakuan (P3) 6 14.1000 .51769 .21134 13.5567 14.6433 13.20 14.60 Total 24 10.8083 3.16529 .64611 9.4717 12.1449 5.60 14.60 Kontrol (P0) 6 192.8333 59.21289 24.17356 130.6932 254.9735 125.00 280.00 Perlakuan (P1) 6 589.5000 42.87540 17.50381 544.5050 634.4950 506.00 618.00 Hormon Estradiol Endogen Perlakuan (P2) 6 813.0000 11.86592 4.84424 800.5475 825.4525 796.00 827.00

Perlakuan (P3) 6 1288.0000 10.73313 4.38178 1276.7363 1299.2637 1277.00 1308.00 Total 24 720.8333 405.67889 82.80886 549.5302 892.1365 125.00 1308.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. Ovarium Kiri 1.134 3 20 .359 Ovarium Kanan .172 3 20 .914 Hormon Estradiol Endogen 4.343 3 20 .016

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 271.633 3 90.544 466.724 .000 Ovarium Kiri Within Groups 3.880 20 .194 Total 275.513 23 Between Groups 226.898 3 75.633 427.304 .000 Ovarium Kanan Within Groups 3.540 20 .177 Total 230.438 23 Between Groups 3757231.000 3 1252410.333 894.504 .000 Hormon Estradiol Endogen Within Groups 28002.333 20 1400.117 Total 3785233.333 23

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval (I-J) Lower Bound Upper Bound Perlakuan (P1) -4.26667* .25430 .000 -4.7971 -3.7362 Kontrol (P0) Perlakuan (P2) -7.56667* .25430 .000 -8.0971 -7.0362 Perlakuan (P3) -8.63333* .25430 .000 -9.1638 -8.1029 Kontrol (P0) 4.26667* .25430 .000 3.7362 4.7971

Perlakuan (P1) Perlakuan (P2) -3.30000* .25430 .000 -3.8305 -2.7695 Perlakuan (P3) -4.36667* .25430 .000 -4.8971 -3.8362 Ovarium Kiri Kontrol (P0) 7.56667* .25430 .000 7.0362 8.0971 Perlakuan (P2) Perlakuan (P1) 3.30000* .25430 .000 2.7695 3.8305 Perlakuan (P3) -1.06667* .25430 .000 -1.5971 -.5362

Kontrol (P0) 8.63333* .25430 .000 8.1029 9.1638 Perlakuan (P3) Perlakuan (P1) 4.36667* .25430 .000 3.8362 4.8971 Perlakuan (P2) 1.06667* .25430 .000 .5362 1.5971 Perlakuan (P1) -3.60000* .24290 .000 -4.1067 -3.0933 Kontrol (P0) Perlakuan (P2) -6.83333* .24290 .000 -7.3400 -6.3267 Perlakuan (P3) -7.86667* .24290 .000 -8.3733 -7.3600 Kontrol (P0) 3.60000* .24290 .000 3.0933 4.1067 Perlakuan (P1) Perlakuan (P2) -3.23333* .24290 .000 -3.7400 -2.7267 Perlakuan (P3) -4.26667* .24290 .000 -4.7733 -3.7600 Ovarium Kanan Kontrol (P0) 6.83333* .24290 .000 6.3267 7.3400 Perlakuan (P2) Perlakuan (P1) 3.23333* .24290 .000 2.7267 3.7400 Perlakuan (P3) -1.03333* .24290 .000 -1.5400 -.5267 Kontrol (P0) 7.86667* .24290 .000 7.3600 8.3733 Perlakuan (P3) Perlakuan (P1) 4.26667* .24290 .000 3.7600 4.7733 Perlakuan (P2) 1.03333* .24290 .000 .5267 1.5400 Perlakuan (P1) -396.66667* 21.60337 .000 -441.7305 -351.6028 Kontrol (P0) Perlakuan (P2) -620.16667* 21.60337 .000 -665.2305 -575.1028 Perlakuan (P3) -1095.16667* 21.60337 .000 -1140.2305 -1050.1028 Kontrol (P0) 396.66667* 21.60337 .000 351.6028 441.7305 Perlakuan (P1) Perlakuan (P2) -223.50000* 21.60337 .000 -268.5638 -178.4362 Hormon Estradiol Endogen Perlakuan (P3) -698.50000* 21.60337 .000 -743.5638 -653.4362 Kontrol (P0) 620.16667* 21.60337 .000 575.1028 665.2305 Perlakuan (P2) Perlakuan (P1) 223.50000* 21.60337 .000 178.4362 268.5638 Perlakuan (P3) -475.00000* 21.60337 .000 -520.0638 -429.9362 Perlakuan (P3) Kontrol (P0) 1095.16667* 21.60337 .000 1050.1028 1140.2305

Perlakuan (P1) 698.50000* 21.60337 .000 653.4362 743.5638 Perlakuan (P2) 475.00000* 21.60337 .000 429.9362 520.0638 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Hormon Estradiol Endogen 24 720.8333 405.67889 125.00 1308.00 Kelompok 24 1.50 1.142 0 3

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Kontrol (P0) 6 3.50 Perlakuan (P1) 6 9.50 Hormon Estradiol Endogen Perlakuan (P2) 6 15.50 Perlakuan (P3) 6 21.50 Total 24

Test Statisticsa,b

Hormon Estradiol Endogen

Chi-Square 21.600 df 3 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Lampiran 9: Hasil Pemeriksaaan Kadar Estradiol

No Kode OD pg/ml Standart X Y 1 P0.1 1,387 220,00 pg/ml OD 2 P0.2 1,477 130,00 3 P0.3 1,327 280,00 0 2,112 4 P0.4 1,422 185,00 25 1,790 5 P0.5 1,482 125,00 100 1,458 6 P0.6 1,390 217,00 250 1,147 500 0,839 7 P1.1 0,992 615,00 1000 0,540 8 P1.2 1,021 586,00 2000 0,269 9 P1.3 1,011 596,00 10 P1.4 0,989 618,00 11 P1.5 0,991 616,00 12 P1.6 1,101 506,00

13 P2.1 0,790 817,00 14 P2.2 0,805 802,00 15 P2.3 0,811 796,00 16 P2.4 0,785 822,00 17 P2.5 0,793 814,00 18 P2.6 0,780 827,00

19 P3.1 0,321 1286,00 20 P3.2 0,299 1308,00 21 P3.3 0,318 1289,00 22 P3.4 0,326 1281,00 23 P3.5 0,320 1287,00 24 P3.6 0,330 1277,00

ii