INFO – TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (01 - 09)

PEMAKNAAN ORNAMEN MURDHA PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL

I Nyoman Widya Paramadhyaksa1

Abstact - Murdha is an ornament lain on the top of Balinese traditional buildings which are generally functioned for religious and spiritual activities. This article discusses about the interpretation of symbolic meaning of murdha ornament. The method applied in this study is hermeneutic and using some approaches, such as: formal approach, religion concept approach, mythology, community belief, and comparison with other ornaments which have similar values with murdha. The finding shows that murdha is closely related to heaven as the final destination of the human’s soul after his death on earth.

Keywords: meaning, ornament, murdha, symbol, dan heaven.

PENDAHULUAN Di antara ketiga kelompok ornamen di atas, kelompok ornamen di bagian raab Dalam seni arsitektur tradisional Bali bangunan merupakan salah satu ornamen- dikenal adanya berbagai macam ornamen ornamen yang relatif paling jarang mendapat dan seni dekoratif yang menghiasi per- perhatian sebagai bahan kajian penelitian wujudan bangunannya. Ornamen maupun selama ini. Bentuk-bentuk ornamennya yang ukiran dekoratif tersebut terdapat di hampir sedemikian rupa – kecil dan sederhana – di semua bagian bangunan tradisional Bali. samping juga karena posisinya yang berada Ornamen-ornamen bangunan Bali berdasar di tempat yang sulit dicapai, sepertinya kan posisinya dapat dikelompokkan atas menjadi penyebab minimnya tulisan men ornamen-ornamen yang terdapat di bagian dalam dari para sarjana arsitektur tentang kaki, badan, dan atap bangunan. Pada bagian ornamen-ornamen kelompok ini. kaki bangunan atau bebaturan, lazimnya Murdha merupakan ornamen paling terdapat berbagai macam pahatan dari bahan utama dalam kelompok ornamen di bagian batu alam maupun bata merah. Pahatan- raab bangunan tradisional Bali. Ornamen ini pahatan ornamen ini disebut dengan nama paling banyak ditempatkan di puncak-puncak ornamen karang hasti, karang manuk, bangunan tradisional Bali yang beratap ukiran-ukiran pepatran, dan lain sebagainya. limasan, seperti bangunan-bangunan suci Pada bagian badan bangunan, lazimnya (bangunan pelinggih) yang terdapat dalam terdapat ruang (rong) dan beberapa batang areal pura. tiang bangunan (sasaka). Pada bagian ini Tulisan ringkas ini pada intinya terdapat pula ornamen karang bhoma dan memaparkan mengenai bentuk dasar, varian, ukiran-ukiran paduraksa. Pada bagian atap dan tafsiran makna simbolis dari ornament bangunan yang dalam istilah lokal Balinya murdha yang terdapat di puncak-puncak disebut dengan nama raab, lazimnya bangunan tradisional Bali. dapat dilihat adanya ornamen murdha Permasalahan penelitian yang akan dicari dan ornamen karang bentala di bagian jawabannya dalam kajian ini dapat dirumus puncaknya, serta ukiran-ukiran gegodeg kan sebagai berikut: pada tiap ujung jurai bangunannya.

1 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali, email: [email protected]

02 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009

1. Seperti apa bentuk dasar dan varian- bangunan-bangunan tradisional Bali. varian ornamen murdha di bangunan- Ornamen murdha dapat dinyatakan bangunan tradisional Bali? sebagai puncak atau kepala dari 2. Apa makna simbolis dari ornamen bangunan-bangunan yang “memakai”nya. murdha tersebut? b. Bentuk dasar dan variannya Bentuk dasar ornamen murdha pada umumnya adalah berdenah dasar lingkar KAJIAN TEORITIS an atau bujur sangkar. Ornamen ini memiliki tampak yang relatif sama pada Uraian Ringkas tentang Murdha keempat sisinya dan memiliki bagian a. Pengertian kepala yang mengecil atau meruncing ke Istilah murdha berasal dari istilah arah atas (lihat gambar 2-9). Sansekerta “mūrdhā” yang berarti Bentuk varian ornamen murdha adalah ‘kepala’ (Mardiwarsito, 1981: 357). sangat banyak. Bentuk-bentuk varian Pengertian ini akan menjadi lebih mudah tersebut antara lain berupa, kuncup bunga, dipahami apabila istilah murdha vas, tempayan terbalik, permata, kerucut, selanjutnya dilihat sebagai sebuah nama lingga-yoni, dan genta (lonceng genggam). ornamen yang terdapat di puncak atap

Murdha

Kepala

Karang Bhoma

Rong Badan

Kaki Bebaturan

Gambar 3. Gambar 1. Posisi murdha Gambar 2. Tampak atas Varian ornamen pada bangunan meru ornamen murdha murdha sumber: analisis, 2008 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009

Gambar 6. Ornamen Gambar 4. Gambar 5. murdha berbentuk krucut Varian ornamen murdha Varian ornamen murdha (prucut) sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009

I Nyoman W. Paramadhyaksa, Pemaknaan Ornamen…03

Gambar 7. Murdha Gambar 8. Gambar 9. Murdha kreasi berbentuk lingga-yoni Murdha berbentuk genta baru sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009 c. Bangunan “pemakai” ornamen murdha suci () dan bangunan untuk Ornamen murdha di Bali dapat ditemukan upacara ritual (bale gede) yang terdapat di puncak-puncak bangunan-bangunan dalam areal balai warga suatu tradi-sional Bali yang memiliki bagian permukiman adat Bali (bale banjar). Pada atap berbentuk dasar limasan. Bangunan- bangunan rumah tradisional Bali, bangunan pemakainya secara umum dapat ornamen murdha juga dipahatkan di dikelompok kan sebagai bangunan yang puncak bangunan bale dauh, yaitu terdapat di areal suci, bangunan bangunan yang masih memiliki kaitan permukiman umum, dan bangunan rumah dengan kegiatan agama atau untuk orang tinggal tradisional Bali. Bangunan- tua dari pasangan muda (suami-istri) bangunan suci yang “me-makai”ornamen pemilik rumah. murdha di bagian atapnya antara lain Berdasarkan uraian tentang bangunan- bangunan meru (pagoda Bali), pelinggih- bangunan “pemakai” di atas, mudah pelinggih (bangunan suci), maupun dipahami bahwa ornamen murdha ini gerbang utama menuju areal paling suci pada intinya memiliki korelasi yang kuat suatu pura umum (kori agung). Pada dengan fungsi bangunan sebagai bangunan permukiman umum, ornamen bangunan keagamaan atau sebagai murdha lazimnya ditempatkan di bangunan yang diperuntukkan kepada bangunan-bangunan yang juga masih orang-orang yang dituakan dalam suatu memiliki kaitan dengan kegiatan keluarga. keagamaan, seperti bangunan kentongan

Gambar 12. Gambar 11. Gambar 10. Kori agung Bangunan-bangunan suci berpuncak Bale kulkul murdha sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009

04 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009

Tinjauan tentang Ornamen-ornamen di Hindu di India (Flecker, 2002: 43). Puncak-puncak Bangunan Suci Hindu dan Ornamen ini berbentuk stūpa yang Buddha berukuran kecil. Ornamen stūpika dapat a. Rátna dimaknai sebagai simbolisasi keberadaan Ornamen rátna adalah ornamen yang sorga yang dalam ajaran agama Hindu terdapat di puncak-puncak arsitektur candi digambarkan berada di puncak tertinggi Hindu di Jawa maupun India. Istilah rátna gunung mahasuci alam semesta yang adalah berasal dari bahasa Sansekerta, bernama Meru (cf. O'flaherty, 1980: 81). berarti ‘permata’ atau ‘mutiara’ c. Kalaśa (Mardiwarsito, 1981: 467). Ornamen Kalaśa adalah ornamen puncak bangunan rátna adalah menyimbolkan keberadaan suci Buddhis yang bernama stūpa. alam sorga sebagai tempat bersemayam Ornamen ini lazimnya berbentuk pahatan nya para dewata, bidadari, dan roh-roh permata berkilauan. Kalaśa memuat suci. Sorga atau nirvāṇa dalam konsepsi konsepsi tentang kekosongan atau sunyata Hindu juga dimaknai sebagai tempat yang dikenal dalam ajaran Agama Buddha bersatunya jiwa manusia dengan Sang sebagai nirwana atau nirvāṇa (Stratton, Penciptanya, tempat kedamaian abadi, 2002: 18). Alam nirvāṇa dimaknai juga akhir dari tujuan perjalanan manusia dalam ajaran Buddha sebagai kebalikan menurut ajaran Agama Hindu dari alam fana atau alam dunia tempat (Stephenson, 1990: 134). Ornamen ini hidup manusia. Nirvāṇa dalam konsepsi lazimnya berbentuk seperti pahatan Buddha disebut juga sebagai sūnyata. sebuah kuncup bunga atau sebentuk Sūnyata merupakan titik tertinggi dalam permata kecil. ajaran agama Buddha, saat jiwa manusia b. Stūpika telah mampu terbebas penuh dari ikatan Stūpika merupakan sebutan ornamen yang duniawi dan mampu bersatu dengan Sang terdapat di puncak bangunan percandian Penciptanya (cf. Christian, 1972: 129).

Gambar 13. Candi Gambar 14. Rátna pada Gambar 15. Stūpa puncak Candi Prambanan sumber: survey, 2008 sumber: survey, 2009 sumber: www.google/gambar/stupa.html

Tinjauan terhadap Konsep Sorga dalam Perjalanan sinar yang dimaksud di sini Mitologi Hindu dan Kepercayaan adalah berkenaan dengan makna sorga Masyarakat tentang Sarana Air Suci sebagai lintasan perjalanan roh-roh di dalam Prosesi Upacara Ritual Hindu Bali. alam semesta yang akan bersatu kembali 1. Konsep sorga kepada Penciptanya. Dalam konsepsi ini Sorga berasal dari kata svarga yang Sang Pencipta atau Tuhan digambarkan berarti perjalanan menuju sinar. berwujud sinar suci atau matahari abadi di

I Nyoman W. Paramadhyaksa, Pemaknaan Ornamen…05 alam semesta (Chodjim, 2005: 12). Dalam sorga, melalui jembatan pelangi yang ajaran Hindu dan Buddha, svarga (sorga) terlihat di langit pada saat itu (cf. atau nirvāṇa digambarkan sebagai tempat Paramadhyaksa, 2009: 109). tertinggi di alam semesta yang penuh 2. Makna sarana Air suci dalam prosesi kedamaian, di mana jiwa manusia telah upacara Hindu Bali (tirtha) mampu kembali bersatu dengan Sang Agama Hindu di Bali disebut juga dengan Penciptanya. Tempat terbebasnya jiwa- nama āgama tirtha (agama air suci). Hal jiwa dari ikatan duniawi dan tidak terlahir ini berkaitan erat dengan kenyataan kembali (bereinkarnasi) di alam samsāra bahwa hampir dalam setiap kegiatan ritual atau di alam lain dengan tingkatan yang Hindu, digunakan sarana air suci yang lebih rendah (cf. Walls, 2007: 177, cf. disebut dengan nama tirtha (Stuart-Fox, Sudharta, 1982:80). 2002: 140). Tirtha sesungguhnya berasal Jiwa manusia maupun makhluk hidup dari air bersih biasa yang ditampung pada yang telah mati dalam konsepsi Hindu dan suatu wadah atau jambangan yang Buddha digambarkan akan melalui disucikan. Setelah diupacarai dan perjalanan berbentuk garis spiral mendaki didoakan oleh para pendeta di pura, air yang disebut pradaksina (Pandey, 2007: biasa ini selanjutnya diyakini telah 205). Jiwa-jiwa yang banyak melakukan menjadi air suci dengan berbagai khasiat kebaikan dalam kehidupan terdahulunya, dan energi positif yang diberikan Tuhan akan terlahir (bereinkarnasi) di alam (di alam atas) untuk menolong umatNya dengan tingkatan yang lebih tinggi, atau (di alam bawah). Air suci ini diyakini bahkan mampu langsung menaik dan berkhasiat khusus sesuai dengan memasuki alam sorga. Kebalikannya, kebutuhan umat yang memohonnya. jiwa-jiwa yang dalam kehidupannya Khasiat-khasiatnya antara lain sebagai air banyak melakukan kejahatan, akan turun penyucian, pemberkatan, penyembuhan, dan terlahir kembali (bereinkarnasi) di maupun penolak berbagai mara bahaya. alam dengan tingkatan lebih rendah. Jiwa Prosesi permohonan turunnya air suci yang telalu banyak melakukan kejahatan (tirtha) dari Tuhan di sorga kepada umat yang tidak terampuni lagi, akan jatuh ke manusia di bumi ini sering dikaitkan lubang neraka (cf. Du Bois, 2007: 556). dengan mitologi Dewi Gangga sebagai Hal ini sebagai akibat besarnya akumulasi dewi air di sorga yang turun ke bumi. hukuman yang harus dia tanggung sebagai Dewi Gangga turun dari alam para dewata akibat kejahatan-kejahatan yang dilaku- ke alam manusia sebagai aliran sungai dan kan dalam kehidupan sebelumnya. lautan untuk memberi kehidupan dan Dalam kepercayaan Hindu Bali, sorga kesejahteraan seluruh makhluk hidup di sebagai alam tertinggi diyakini memiliki bumi (Thompson, 2003: 94). jembatan penghubung dengan alam di bawahnya. Jembatan ini digambarkan sebagai pelangi yang secara kasat mata METODE dapat dilihat berbentuk busur berwarna- warni menyerupai sebuah jembatan besar Penelitian ini menerapkan metode analisis di langit. Lebih jauh, orang Bali pada kualitatif interpretatif atau hermeneutik yang masa lalu berkeyakinan bahwa apabila pada intinya berupaya menafsirkan makna pada saat upacara ngaben (pembakaran yang termuat pada ornamen murdha. Sebuah jenazah secara tradisional Bali) yang kajian yang menggunakan metode herme dilakukan di pekuburan adat (setra adat), neutik bukanlah bertujuan mencari makna terlihat adanya pelangi di langit, maka yang benar, melainkan melakukan tafsiran masyarakat meyakini hal itu sebagai terhadap makna suatu objek secara optimal. sebuah pertanda yang sangat baik. Jiwa Dalam metode ini digunakan berbagai sudut orang yang di-aben tersebut diyakini pandang atau pendekatan dalam membuat mampu secara langsung memasuki alam tafsiran. Hal ini didasarkan pada adanya

06 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009

banyak subjek yang memandang objek kajian 2. pendekatan berdasarkan konsepsi agama, melalui berbagai horizon dan paradigma yang 3. pendekatan atas mitologi dan kepercayaan berbeda-beda. Keragaman pandangan ini pada masyarakat, serta gilirannya akan menimbulkan kekayaan 4. pendekatan berdasarkan hasil komparasi makna dalam kehidupan manusia, menambah dengan ornamen-ornamen lain yang kualitas estetika, etika, logika, dan bernilai setara, seperti ornamen rátna atau pemahaman makna objek yang bersangkutan stūpika pada bangunan kuil-kuil Hindu, (cf. Ratna, 2004: 46). dan kalaśa pada bangunan stūpa agama Dalam melakukan kajian tentang makna Buddha. ornamen murdha ini, ditempuhlah beberapa macam pendekatan yaitu: Adapun langkah-langkah penelitian yang 1. pendekatan atas bentuk, dilakukan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Langkah-langkah penelitian No. Langkah-langkah Hasil yang diperoleh 1. Langkah 1 : Observasi awal Pemahaman tentang bentuk dasar Melakukan observasi awal tentang bentuk-bentuk ornamen murdha dan bentuk varian ornamen murdha yang terdapat di bangunan-bangunan tradisional di seluruh Bali. di lapangan. 2. Langkah 2 : Pemilihan objek penelitian (sampel) Sampel-sampel penelitian yang Menentukan sampel-sampel penelitian berdasarkan bentuk, style mampu mewakili berbagai karakter ukiran, usia, dan daerah asal. populasi ornamen murdha secara Sampel yang dipilih secara purposive sample, mengingat bentuk keseluruhan. ornamen murdha memiliki sangat banyak varian. 3. Langkah 3 : Studi literatur dan diskusi a. Melakukan studi literatur mengenai: (1) Pengertian murdha Mendapat pemahaman tentang (2) Jenis dan fungsi bangunan pemakainya ornamen murdha, konsepsi- (3) Konsepsi-konsepsi keagamaan. konsepsi keagamaan, mitologi, dan (4) Mitologi dan kepercayaan masyarakat. kepercayaan yang terkait dengan b. Diskusi yang dilakukan adalah bersama para arsitek tradisional makna simbolis ornamen murdha. Bali (undagi) dan juru ukir bangunan tradisional Bali (sangging), guna memperoleh kesamaan pemahaman tentang ornamen murdha. 4. Langkah 4 : Interpretasi dan Komparasi Melakukan interpretasi terhadap bentuk ornamen murdha, sekaligus Memahami makna simbolis juga mengkomparasikannya dengan ornamen bangunan-bangunan ornamen murdha. lain yang memiliki makna setara, seperti: rátna, stūpika, dan kalaśa.

5. Langkah 5 : Penyimpulan Kesimpulan dapat diperoleh, Menyusun kesimpulan hasil penelitian. permasalahan penelitian dapat terjawab. sumber: analisis, 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN digambarkan sebagai ornamen murdha berupa pahatan permata yang bercahaya. Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya Ornamen murdha di Bali juga dapat dipaparkan bahwa ornamen murdha ditempatkan di puncak bangunan suci dapat dimaknai sebagai berikut. meru (bangunan suci menyerupai pagoda) 1. Ornamen murdha sebagai simbolisasi dan bangunan suci lainnya yang juga sorga di puncak gunung Meru. secara konseptual merupakan simbolisasi Pada puncak gunung mahasuci Meru dari gunung mahasuci Meru (lihat gambar terdapat sorga (svarga) atau jalan sinar. 16). Pada perwujudan bangunan suci 2. Ornamen murdha sebagai simbolisasi tradisional Bali, konsepsi sorga ini sorga yang memiliki jembatan pelangi.

I Nyoman W. Paramadhyaksa, Pemaknaan Ornamen…07

Jembatan pelangi adalah jalan suci bagi berupa kekuatan, kesejahteraan, maupun para arwah dan dewata menuju alam sorga. kemakmuran yang berasal dari Tuhan Pada beberapa ornamen murdha jembatan (alam atas/sorga) kepada umat manusia di itu ditampilkan dalam bentuk beberapa bumi (alam bawah/dunia). Energi-energi garis melengkung yang menghubungkan positif Tuhan ini selanjutnya ditampung dasar ornamen dengan ukiran permata dalam sebuah wadah untuk kemudian kecil di puncak ornamen murdha (lihat disalurkan kepada umat manusia di bumi. gambar 17). Wadah penampung tersebut selanjutnya 3. Ornamen murdha sebagai simbolisasi diwujudkan sebagai pahatan ornamen wadah energi positif dari Tuhan murdha berbentuk vas atau jambangan air Energi-energi positif yang dimaksud dapat suci (tirtha) (lihat gambar 18).

Gambar 16. Arsitektur Gambar 17. Murdha Gambar 18. Murdha meru dengan elemen lengkung berbentuk jambangan sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2009

4. Ornamen murdha sebagai simbolisasi Dalam konsepsi Hinduistis, hubungan konsep kesucian alam atas (sorga). harmonis antara sorga (alam atas) dengan Alam atas atau alam para dewata (sorga) dunia (alam bawah) lazimnya diwujudkan yang suci disimbolkan sebagai ornamen sebagai hubungan lingga (tiang vertikal) murdha yang mengambil bentuk sebagai dengan yoni (bidang horizontal) (lihat bunga teratai maupun bentuk-bentuk lain gambar 21). Yoni yang horizontal adalah yang masih memiliki makna simbolis simbolisasi dunia tempat hunian umat kesucian, antara lain berupa genta manusia sebagai pihak penerima berkat (lonceng genggam pendeta untuk kegiatan dari Tuhan (alam atas). Elemen Lingga upacara). Bunga teratai dalam ajaran merupakan tiang penghubung alam dunia Agama Hindu, dimaknai sebagai bunga dengan alam sorga. Konsepsi lingga-yoni yang sangat disucikan. Dalam seni ini di alam nyata disimbolisasikan sebagai pengarcaan Hindu dan Buddha, bunga pasangan gunung sebagai elemen teratai juga sering dijadikan sebagai lingganya dan hamparan dataran tempat bentuk tempat duduk atau tempat berdiri hidup manusia sebagai elemen yoninya. bagi arca tokoh-tokoh dewata (lihat Puncak-puncak gunung dimaknai sebagai gambar 19 dan 20). suatu tempat yang sakral, tempat para 5. Ornamen murdha sebagai simbolisasi dewata dan roh-roh suci bersemayam dan hubungan harmonis antara sorga dan memberi perlindung-an, keselamatan, dunia. serta kemakmuran bagi umat manusia.

08 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009

Gambar 19. Arca dewa Gambar 20. Murdha Gambar 21. Lingga-yoni di atas bunga teratai berbentuk bunga teratai sumber: survey, 2008 sumber: survey, 2009 sumber: survey, 2008

Konsepsi ini pula menjadi dasar adanya DAFTAR PUSTAKA ornamen murdha yang mengambil bentuk dasar lingga-yoni (lihat gambar 7). Chodjim, Achmad. 2005. Membangun Sorga. Jakarta: Penerbit Serambi. Christian, William A. 1972. Oppositions of KESIMPULAN Religious Doctrines: a Study in The Logic of Dialogue Among Religions Simpulan yang diperoleh sebagai hasil Philosophy of Religion Series. Sydney: dari penelitian ini adalah: Macmillan. 1. Bentuk dasar ornamen murdha pada umumnya berdenah dasar lingkaran atau Du Bois, Abbe J.A. 2007. Hindu Manners, bujur sangkar, memiliki tampak yang Customs and Ceremonies. New York: relatif sama ke empat arahnya, dan Cosimo Incorporations. memiliki bagian kepala yang mengecil Flecker, Michael. 2002. The Archaeological atau bahkan meruncing ke atas. Bentuk Excavation of The 10th Century: Intan varian ornamen murdha adalah sangat Shipwreck. Oxford: Archaeopress. banyak, seperti berupa kuncup bunga, vas, tempayan terbalik, permata, kerucut, Mardiwarsito, L., 1981. Kamus Jawa Kuna – lingga yoni, dan genta (lonceng genggam . Ende – Flores: Penerbit Nusa pendeta). Indah – Percetakan Arnoldus. 2. Ornamen murdha yang ditempatkan di O’flaherty, Wendy Doniger, 1980. The Origin puncak bangunan-bangunan tradisional di of Evil in Hindu Mythology. Los Angeles: Bali, pada dasarnya menyimbolkan: (a) University of California Press. keberadaan sorga di puncak gunung mahasuci Meru, (b) kesucian alam atas Pandey, Vraj Kumar. 2007. Encyclopedia of (alam Tuhan), (c) penghubung alam Indian Philosophy, vol.1. New York: manusia di dunia dengan alam dewata di Anmol Publications. sorga, dan (d) wadah penampung segala Paramadhyaksa, I Nyoman Widya, 2009. energi positif yang berasal dari Tuhan Concepts of Balinese Meru. Kyoto: (alam atas) yang akan disalurkan kepada Kyoto Institute of Technology. (disertasi umat manusia di dunia (alam bawah). belum diterbitkan).

Ratna, I Nyoman Kutha, 2004. Teori, Metode,

dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar:

Pustaka Pelajar.

I Nyoman W. Paramadhyaksa, Pemaknaan Ornamen…09

Stephenson, June. 1990. Humanity’s Search Sudharta, Tjok. Rai. Slokāntara. Parisada for the Meaning of Life. Napa, California: Hindu Dharma Pusat, Bagian Penyalur Diemer Smith Publishing Company. Penerbit, Jakarta. 1982. Stratton, Eric. 2002. The Evolution of Indian Thompson, Richard L. 2003. Vedic Stupa Architecture in East Asia. Delhi: Cosmography and Astronomy. New Cawla Offset. Delhi: Motilal Banarsidass Publishers. Stuart-Fox, David J. 2002. Pura Besakih: Temple, Religion and Society in Bali. Leiden: KITLV.