AKULTURASI BUDAYA DALAM ARSITEKTUR MASJID GEDHE MATARAM

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh: Apriyanto NIM: 09120008

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2015

i

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Motto:

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan idak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang- orang yang mendapat petunjuk”

(Q.S AT-Taubah ayat 18)

v

Halaman Persembahan

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Almamaterku Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak Nurhabib, ibu Suyati dan seluruh keluarga besarku Nurwiyanto, Sony S Saputra, Dwi umaroh, Kastini, Hartini, Dewi, Sahila dan Nevan Terima kasih atas dukungan dan doanya yang tak pernah putus selalu mendoakan ananda Hanya dengan rahmat dan hidayah allah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vi

Abstraksi

Akulturasi Budaya Dalam Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede

Masjid Gedhe Mataram Kotagede, merupakan salah satu masjid tradisional di Jawa. Hingga saat ini keberadaanya masih terjaga dengan baik. Arsitektur masjid Gedhe Mataram merupakan percampuran dari berbagai unsur budaya, mulai dari bangunan utama yang memiliki kesamaan bentuk dengan rumah tradisional Jawa yaitu , sampai konsep masjid dan makam para pendiri kerajaan mataram yang masih bisa kita saksikan saat ini. Sejarah berdirinya masjid Gedhe Mataram Kotagede yaitu pada masa panembahan Senopati pada tahun 1585-1601. Bangunan masjid tersebut berawal dari bentuk langgar. Seiring perkembangannya masjid Gedhe Mataram Kotagede mengalami beberapa perbaikan dan penambahan yang disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Adapun bagian-bagian masjid Gedhe Mataram Kotagede saat ini,mulai dari ruangan utama yaitu: pawestren, mimbar, mihrab, , atap tumpang, mustaka, sedangkan unsur luar masjid terdapat serambi, bedhug dan kenthongan, jagang atau blumbang, tempat wudhu, prasasti tugu, bangsal dan satu kompleks dengan makam para pendiri masjid.memiliki pintu gerbang , tempat wudhu, jagang atau blumbang, serambi, pawestren, saka guru, mihrab, mimbar, atap tumpang, mustaka. Masjid tersebut satu kompleks dengan makam.

Penelitian menggunakan metode sejarah yang mencakup beberapa aspek yaitu pengumpulan data, kritik sumber, analisis data, penulisan hasil pemelitian. Selain itu juga penulis menggunakan pendekatan historis-arkeologis. Pendekatan historis digunakan untuk mengetahui sejarah masjid gedhe mataram. sedangkan pendekatan arkeologis ditujukan untuk mengetahui pembangunan atau renofasi masjid gedhe mataram kotagede. Teori yang digunkan adalah teori akulturasi yang diutarakan oleh Koentjaraningrat, bahwa akulturasi terjadi ketika suatu kebudayaan dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan asing, sedangkan unsur kebudayaan asing diintegrasikan dalam kebudayaan yang ada tanpa menghilangkan kebudayaan asli. Hasil dari penelitian ini terdapat tiga unsur pengaruh budaya yaitu pengaruh unsur budaya Islam, Jawa dan Hindu. Unsur Islam terdapat bentuk mimbar, mihrab, tempat wudhu. Unsur jawa terdapat pada saka guru tiang penyangga atap, bentuk atap masjid yang berbentuk lamabang gantung yaitu atap yang berbentuk kemah atau piramid. Sedangkan unsur Hindu terdapat pada gapura paduraksa, motif hias yang ada pada pagar keliling masjid motif teratai, kala makara.

vii

KATA PENGANTAR

بِسْنِ اللّٰهِ الّرَحْوٰنِ الّرَحِيْنِ اَلْحَوْدُلِلّٰهِ رَّبِ الْعَالَوِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُهُوْرِ الدُنْيَا وَالدِيْنِ وَالّصَالَةُ وَالسَالَمُعَلَى اَشّْرَفِ الْاَنْبِيَاءِوَالْوُّرْسَلِيْنَ سَيِدِناَ هُحَوَدٍوَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَا بِه أَجْوَعِيْنَ.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah dan pertolongan-Nya, sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya penulis juga menghaturkan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Sang Revolusioner sejati, Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabatnya dan para pengikut setianya, yang telah menyiarkan agama Islam dengan penuh pengorbanan tanpa mengenal lelah serta mengeluarkan manusia dari "alam kegelapan menuju alam penuh cahaya". Skripsi yang berjudul “Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede“ hal ini bertujuan untuk mengetahui proses akulturasi serta bentuk akulturasi yang ada pada masjid Gedhe Mataram Kotagede. Pada realitanya proses penulisan skripsi ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Berbagai kendala seperti pengumpulan dan penulisan sumber informasi dari lapangan, adalah salah satu kesulitan penulis karena harus merubah sumber informasi dari bahasa lisan ke dalam tulisan. Terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata-mata karena usaha penulis, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Riswinarno S.S, M.M, selaku dosen pembimbing, yang telah mengajarkan banyak hal terhadap penulis, mulai dari penulisan sampai ilmu pengetahuan lain. Semoga Allah membalas segala pengorbanan beliau. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Siti Maryam, Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, Himayatul Ittihadiyah Ketua Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Muhammad Wildan, M. A. Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh Dosen Jurusan Islam. Serta tidak lupa seluruh karyawan, tata usaha UIN Sunan Kalijaga yang sudah melayani penulis dengan ramah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Pengurus Ta’mir masjid Gedhe Mataram Kotagede, yang tidak bisa saya sebut satu-satu, terima kasih sudah membantu penulis dalam memberikan informasi tentang sejarah masjid Mataram. 2. Juru kunci Makam raja-raja Kotagede, petugas perpustakaan Balai Arkeologi Yogyakarta.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i PERYATAAN KEASLIAN ...... ii NOTA DINAS ...... iii PENGESAHAN ...... iv MOTTO ...... v PERSEMBAHAN ...... vi ABSTRAK ...... vii KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 6 D. Tinjauan Pustaka ...... 7 E. Landasan Teori ...... 8 F. Metode Penelitian ...... 11 G. Sistematika Pembahasan ...... 13

BAB II: GAMBARAN UMUM MASJID GEDHE MATARAM KOTAGEDE

A. Kondisi Lingkungan ...... 16 B. Sejarah Masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 20 C. Perkembangan Masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 23

x

BAB III: DESKRIPSI ARSITEKTUR DAN ORNAMENTAL MASJID GEDHE MATARAM KOTAGEDE

A. Pola Arsitektur Masjid ...... 27 B. Unsur Arsitektur bagian dalam masjid ...... 36 1. Ruang utama ...... 36 2. Mihrab ...... 36 3. Mimbar ...... 36 4. Atap Tumpang ...... 37 5. Mustaka ...... 38 6. Pawestren ...... 38 C. Unsur Arsitektur bagian luar masjid ...... 39 1. Serambi ...... 39 2. Bedhug dan Kenthongan ...... 40 3. TempatWudhu ...... 40 4. Jagang ...... 41 5. Bangsal ...... 41 6. Tugu ...... 42 7. Kelir ...... 42 8. Gapura ...... 43 9. Makam ...... 44 D. Deskripsi Ornamental ...... 45 1. Ornamen Kaligrafis ...... 45 2. Ornamen Non-Kaligrafis ...... 46

BAB IV: AKULTURASI SEBAGAI PROSES PERCAMPURAN BUDAYA A. Deskripsi Akulturasi ...... 48 B. Analisis Bagian Dalam Masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 50

xi

1. Mimbar ...... 50 2. Mihrab ...... 52 3. Pawestren ...... 54 C. Analisis Bagian Luar Masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 55 1. Serambi ...... 55 2. Jagang ...... 56 3. Pawudhon ...... 58 4. Atap Tumpang ...... 58 5. Mustaka ...... 60 6. Kelir ...... 61 7. Gapura ...... 61 8. Makam ...... 63 D. Analisis Unsur Ornamental Masjid ...... 64 1. Motif Floral ...... 66 2. Motif Kala ...... 67

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ...... 68 B. Saran-Saran...... 69

DAFTAR PUSTAKA ...... 70 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Prasasti huruf Arab dan Jawa pada pintu ruang utama masjid ...... 23 Gambar 2 Denah masjid Gedhe Mataram Kotagede...... 25 Gambar 3 Inskripsi berupa tulisan berbahasa Arab dan Jawa...... 45 Gambar 4 Bunga teratai yang terdapat pada dinding pagar masjid ...... 46 Gambar 5 Kalamakara yang terdapat pada gapura paduraksa ...... 47 Gambar 6 Mimbar masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 52 Gambar 7 Mihrab masjid Gedhe Mataram...... 54 Gambar 8 Pawestren masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 55 Gambar 9 Serambi masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 56

Gambar 10 Jagang atau parit keliling ...... 57

Gambar 11 Tempat wudhu masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 58

Gambar 12 Mustaka masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 60

Gambar 13 Kelir pada pintu masuk masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 61

Gambar 14 Gapura pintu masuk masjid Gedhe Mataram Kotagede ...... 62

Gambar 15 Gapura pintu masuk makam raja mataram di Kotagede ...... 64

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Surat Izin Penelitian dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Lampiran 2 Lampiran Surat Izin Penelitian dari Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Lampiran 3 Lampiran Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Bantul Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Lampiran 4 Daftar Narasumber

Lampiran 5 Gambar Peta wilayah Kotagede

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masuk dan berkembangnya Islam di telah memberikan

pengaruh pada alam pikiran dan pola kehidupan masyarakat. Pengaruh tersebut

tidak hanya terbatas pada bidang mental spiritual saja, tetapi juga dalam wujud

tatanan sosial dan kreativitas budaya yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu

bentuk pengaruh itu ditandai dengan adanya seni arsitektur Islam berupa

bangunan masjid.

Kata masjid berasal dari kata pokok dasar “sujud”. Sedangkan pengertian

sujud dalam Islam adalah kepatuhan atau ketundukan yang dilakukan dengan

penuh kekhidmatan sebagai seorang muslim atau hamba Tuhan. Selain itu, masjid

juga bisa diartikan sebagai suatu bangunan yang berfungsi untuk melakukan

ibadah bagi orang Islam baik itu dilakukan secara sendiri maupun berkelompok.1

Berawal dari bentuknya yang sederhana berupa musholla atau langgar,2

kemudian mengalami perkembangan bentuk yang lebih beragam. Adapun ciri-ciri

masjid tradisional di Jawa secara umum yaitu beratap tumpang, berdenah persegi,

mihrab, mimbar, memiliki pawestren, serambi, kolam di depan serambi, pagar

1Abdul Rochym, Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan (Bandung: Angkasa, 1983), hlm. 155. 2R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III (Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm. 73.

1 2

keliling, serta memiliki pelengkap seperti bedhug dan kenthongan.3 Selain itu yang menarik dari masjid kuno di Jawa yaitu mayoritas memiliki ruang bujur sangkar atau persegi panjang menyerupai bangunan Joglo.4 Pada ruang utama terdapat empat tiang untuk menopang atap. Tiang tersebut dinamakan saka guru.5

Bangunan dengan ciri-ciri tersebut tidak lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kebudayaan di mana masjid dibangun.6

Salah satu masjid kuno yang cukup ternama, dan menjadi simbol keberadaan kerajaan Mataram Islam adalah masjid Gedhe Mataram Kotagede.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede merupakan masjid utama kerajaan. Masjid ini terletak di selatan Pasar Kotagede dan berada di sebelah barat alun-alun.

Masjid ini berdiri dengan satu kompleks Pasarean Agung7 Kotagede yang dikelilingi oleh pagar batas keliling setinggi 2,5 m. Dalam struktur keruangan pusat kerajaan Islam di Jawa, masjid Gedhe Mataram Kotagede merupakan salah satu elemen pokok Catur Gatra Tunggal.8 Kotagede dijadikan sebagai

3Inajati AM Romli, Islam dan Kebudayaan Jawa: Suatu Kajian Arkeologi (Yogyakarta: Yayasan Javanologi), tanpa tahun, hlm. 3. 4Joglo merupakan model bangunan rumah tradisional Jawa biasanya yang memiliki rumah joglo kaum bangsawan. Lihat H.Frick, Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia, (University Press: Kanisius, 1997) hlm. 218. 5Istilah ini berasal dari bahasa Sansekerta.Saka artinya tiang, dan Guruartinya utama/inti. Secara sederhana saka guru dapat diartikan sebagai tiang utama penyangga struktur bangunan. Lihat Tim Balai Bahasa Yogyakara, Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa), Edisi kedua, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 632. 6Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: Press, 2006), hlm. 1. 7Pasarean Agung artinya pemakaman besar. Disebut pemakaman besar karena orang- orang yang dikuburkan di makam tersebut adalah orang-orang “besar” yaitu para trah raja-raja Mataram Islam. Hasil wawancara dengan penjaga makam Kotagede pada 01 Oktober 2013. 8 Istilah Catur Gatra Tunggal terdiri dari tiga suku kata yaitu: Catur artinya empat, Gatra artinya baris atau unsur, dan Tunggal artinya satu/kesatuan. Catur Gatra Tunggal adalah konsep tata ruang kota-kota lama di khususnya pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang diadopsi dari masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, konsep Catur Gatra Tunggal masa kerajaan Islam terdiri dari: , Alun-Alun, Masjid dan Pasar. Lihat Tim Balai Bahasa Yogyakara, Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa), Edisi kedua, hlm. 93, 209, 738. 3

Khutanegara9 kerajaan Mataram Islam. Di sebelah barat masjid tersebut dimakamkan para pendiri kerajaan Mataram Islam. Dengan demikian area ini memiliki nilai religius yang tinggi.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede diperkirakan telah berdiri pada masa pemerintahan Ki Ageng Pamanahan yaitu pada akhir abad ke-16 M. Pada waktu itu struktur bangunan awalnya masih berupa sebuah langgar. Pada masa

Penembahan Senopati (1575-1601M) bangunan langgar tersebut kemudian dipindah menjadi cungkup makam. Di lokasi yang tidak jauh dari cungkup didirikan sebuah masjid yang merupakan cikal bakal berdirinya masjid Gedhe

Mataram Kotagede. Pembangunan tersebut terjadi pada tahun 1587 M. Dalam

Babad Momana disebutkan bahwa masjid ini selesai dibangun pada tahun 1511 J atau 1589 M.10

Pada ruang utama masjid Gedhe Mataram Kotagede memiliki atap yang berbentuk tajug lambang gantung.11 Adapun pada serambi berbentuk atap limas.12 Sedangkan pada mustaka masjid dihiasi daun kluwih.13 Secara garis besar masjid Gedhe Mataram Kotagede dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: halaman, pagar keliling, bangunan utama dan makam. Sebelum memasuki bangunan utama masjid, yaitu dari arah timur, akan dijumpai sebuah gapura yang

9Khutanegara artinya ibu kota Negara (kerajaan). Lihat Tim Balai Bahasa Yogyakara, Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa), Edisi kedua, hlm. 410, 406. 10Inajati Adisijanti, Arkeologi Perkotaan Mataram Islam (Yogyakarta: Jendela, 2000), hlm. 56. 11Atap yang berbentuk kemah atau piramida. Lihat H. Frick, Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia, hlm. 228. 12Atap berbentuk perisai. Lihat H. Frick, Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia, hlm. 220. 13Pujiono, Profil Masjid Gedhe Mataram Peninggalan Sejarah Masa Awal Kasultanan Mataram Di Yogyakarta (Yogyakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2003), hlm. 10.

4

terbuat dari batu bata dan berbentuk paduraksa.14 Di puncak gapura tersebut terdapat ornamen kala yaitu wajah raksasa dengan mata membelalak, hidung lebar dan mulut terbuka lebar. Bangunan gapura paduraksa semacam ini lazim dijumpai pada pintu masuk sebuah candi sebagai bangunan suci dan sakral agama

Hindu-Budha.

Apabila dicermati dengan seksama, letak gapura yang ada di Masjid

Gedhe Mataram Kotagede tidaklah lurus atau linier dengan bangunan utama masjid. Di hadapan gapura terdapat bangunan kelir yang terbuat dari bata dengan panjang sekitar 5 meter dan tinggi 2,5 meter. Selain gapura yang merupakan pintu masuk ke halaman depan masjid ini, ada juga dua buah gapura paduraksa lagi yang ada di sisi utara dan selatan.

Konsepsi masjid-makam merupakan salah satu desain utama bangunan masjid Gedhe Mataram Kotagede. Di belakang masjid dimakamkan para peletak dasar kerajaan Mataram Islam, di antaranya: Ki Ageng Pemanahan, Panembahan

Senopati dan Sunan Seda Ing Krapyak. Selain itu, ada juga makam Sultan

Hamengkubuwana II, Pangeran Adipati Pakualam I, dan kerabat dekat serta keluarga besar trah raja-raja Mataram Islam lainnya. Keberadaan kompleks makam dan masjid sebagai satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan merupakan bagian dari sejarah keberadaan masjid tersebut.15

14Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura sebagai gerbang akses penghubung antar kawasan dalam suatu komplek bangunan khusus. Bangunan semacam ini lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan . Lihat Tim Balai Bahasa Yogyakara, Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa), Edisi kedua, hlm. 519. 15Inajati Adrisijanti, Arkeologi Perkotaan Mataram Islam (Yogyakarta: Jendela, 2000), hlm. 56. 5

Dari uraian di atas mengindikasikan bahwa masjid di Jawa khususnya di

masjid Gedhe Mataram Kotagede tidak lepas dari unsur-unsur budaya sebelum

Islam yaitu Hindu-Budha. Budaya tersebut turut mewarnai arsitektur masjid

Gedhe Mataram Kotagede dengan ciri khas kayu sebagai konstruksi bangunan

utama.16 Hubungan antara pendukung dua kebudayaan yang berbeda dalam

waktu yang lama mengakibatkan terjadinya akulturasi.

Dalam proses akulturasi akan terjadi penerima atau penolakan budaya. Hal

ini dikarenakan masih dalam penyesuaian kebudayaan satu sama lain dan hal

tersebut membutuhkan waktu lama. Sifat elastis kebudayaan Islam dapat dilihat

pada konsep bangunan masjid Gedhe Mataram. Hal ini karena dalam Islam tidak

ada aturan baku tentang bentuk arsitektur masjid sehingga masjid yang ada di

Jawa berbeda dengan di Arab.

Berdasarkan uraian di atas, arsitektur masjid Gedhe Mataram Kotagede

menyimpan keunikan-keunikan kultural yang perlu dikaji lebih dalam. Fakta-fakta

semacam konsep masjid-makam, gapura paduraksa, dan yang lain inilah yang

menarik perhatian penulis untuk mengkaji lebih dalam. Khususnya bentuk

akulturasi budaya yang terdapat dalam arsitektur masjid Gedhe Mataram

Kotagede.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang masjid Gedhe Mataram Kotagede. Fokus utama penelitian ini

16Juliadi, Masjid Agung Banten, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 54. 6

adalah bentuk akulturasi budaya dalam arsitektur masjid Gedhe Mataram

Kotagede. Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Unsur budaya mana saja yang mempengaruhi pola arsitektur masjid Gedhe

Mataram Kotagede?

2. Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terjadi dalam arsitektur masjid

Gedhe Mataram Kotagede?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian yang dilakukan dalam sebuah karya ilmiah

pasti memiliki tujuan teoritis maupun praktis. Sesuai dengan permasalahan di atas,

diharapkan penelitian ini dapat memenuhi tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang mempengaruhi arsitektur masjid

Gedhe Mataram Kotagede.

2. Untuk mengetahui akulurasi budaya dalam arsitektur masjid Gedhe Mataram

Kotagede.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah dan

kebudayaan Islam di Indonesia.

b. Menjadi bahan referensi, dokumentasi, dan pembelajaran tentang sejarah

dan arsitektur masjid Gedhe Mataram Kotagede. 7

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah pengetahuan baru tentang peninggalan

kebudayaan khususnya yang berhubungan dengan arsitektur masjid.

b. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan sekaligus sebagai sarana untuk pembelajaran dalam rangka

mengembangkan konsep maupun teori yang telah diperoleh di bangku

perkuliahan ke dalam bentuk penelitian.

c. Bagi daerah yang diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan inventarisasi dan dokumentasi terhadap aset-aset warisan

budaya daerah berupa bangunan-bangunan yang bernilai sejarah.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai masjid Gedhe Mataram Kotagede telah dilakukan

oleh beberapa peneliti. Namun belum ada yang mengkaji lebih dalam perihal

akulturasi budaya. Beberapa judul penelitian yang telah membahas tentang masjid

Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta yaitu:

Skripsi yang berjudul “Masjid Merah Panjunan Cirebon (Kajian Historis

Arkeologis)” yang ditulis oleh Laeli Wijaya mahasiswa Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

2008 menjelaskan tentang deskripsi arsitektur dan akulturasi pada masjid tersebut.

Skripsi yang berjudul “Ragam Hias Pada Bangunan Masjid Mataram di

Kotagede Yogyakarta” yang ditulis oleh Fajar Setyawan (2009), mahasiswa 8

Program Studi Kriya Seni Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Insitut Seni

Indonesia Yogyakarta. Skripsi ini kajiannya lebih memfokuskan pada seni hiasan-

hiasan masjid. Fajar Setyawan tidak membahas mengenai bagaimana akulturasi

budaya yang terjadi pada arsitektur masjid Gedhe Mataram Kotagede. Hal inilah

yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian Fajar Setyawan.

Buku berjudul Masjid Tradisional di Jawa, yang ditulis oleh Mundzirin

Yusuf Elba, diterbitkan oleh Nur Cahya di Yogyakarta (1983). Buku ini

membahas tentang masjid tradisional di Jawa yang uraiannya mengarah pada

aspek arsitekturnya. Selain itu juga dibahas beberapa masjid di luar Indonesia

(khususnya di negara-negara Islam) sebagai pembanding sehingga dapat

disimpulkan mengenai ciri-ciri khusus masjid tradisional di Jawa. Akan tetapi

buku ini tidak membahas secara khusus mengenai masjid Gedhe Mataram

Kotagede. Dalam buku tersebut yang dijadikan contoh sebagai salah satu masjid

tradisional di Jawa yaitu masjid jami’ Sumenep.

E. Landasan Teori

Sebelum Islam masuk di Jawa, masyarakat Jawa telah memiliki

kemampuan dalam melahirkan karya seni arsitektur, baik yang dijiwai oleh nilai-

nilai asli Jawa maupun yang dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu. Seperti adanya

beberapa peninggalan arkeologis, mulai dari artefak, arca, relief, sampai

bangunan yang bersifat monumental seperti, Candi , dan Candi

Prambanan. 9

Dalam perjalannya, ketika Islam masuk dan berkembang di Jawa, keberadaan arsitektur baik Jawa maupun Hindu-Budha tidak dihilangkan oleh agama Islam, melainkan adanya arsitektur yang telah berkembang dalam konsep dan filosofi masyarakat Jawa tersebut, dijadikan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam, sehingga agama Islam memunculkan kreativitas baru sebagai hasil dari akulturasi dan inovasi kebudayaan.17

Seperti halnya pada masjid Gedhe Mataram Kotagede. Masjid tersebut, memiliki gaya arsitektur yang khas seperti masjid tradisional Jawa pada umumnya. Terdiri dari tiga bagian yaitu bagian utama masjid meliputi mihrab, mimbar, dan terdapat empat tiang yang beratap tumpang. Bagian kedua meliputi pawestren, dan serambi, sedangkan bagian ketiga meliputi kolam di depan serambi atau jagang, halaman, dan pagar keliling, serta memiliki pelengkap seperti bedhug dan kenthongan. Namun, pagar keliling dan gapura masjid Gedhe

Mataram Kotagede dibangun dengan mengambil dari unsur Hindu.

Persoalan pokok penelitian ini adalah adanya bangunan masjid yang dibangun mengunakan dua unsur kebudayaan yaitu unsur kebudayaan Islam Jawa dengan unsur kebudayaan Hindu/Budha. Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini cukup sederhana yaitu adanya pengabungan dua unsur kebudayaan yaitu antara

Islam Jawa dengan Hindu/Budha, sehingga akan memunculkan bentuk budaya baru tanpa mengilangkan kedua unsur-unsur budaya yang lama.

Objek penelitian ini adalah masjid Gedhe Mataram Kotagede, yang mengkaji sejarah serta arsitekturnya, sehingga pendekatan yang digunakan dalam

17H, Abdul Jamil, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000), hlm. 185. 10

penelitian ini adalah pendekatan historis-arkeologis. Pendekatan historis digunakan untuk mengungkapkan latar belakang berdirinya masjid Gedhe

Mataram Kotagede. Pendekatan arkeologis digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur budaya yang ada pada masjid Gedhe Mataram Kotagede.

Sebagai suatu penelitian bangunan masjid dengan pendekatan historis arkelogis, maka teori yang digunakan untuk mengamati masjid yang dibangun mengunakan dua unsur budaya adalah teori akulturasi. Akulturasi adalah sebagai berikut:

Koentjaraningrat lebih jauh menjelaskan bahwa akulturasi terjadi ketika suatu kebudayaan tertentu telah dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya. Unsur-unsur kebudayaan asing lambat-laun akan diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan identitas kebudayaan itu sendiri.18

Terjadinya akulturasi salah satunya dapat dilihat melalui peninggalan kebudayaan yang bersifat artefaktual. Akulturasi yang terjadi di Nusantara yaitu antara budaya Islam dengan budaya setempat ataupun budaya lainnya. Salah satunya dapat dilihat melalui seni arsitektur masjid. Hal ini karena salah satu saluran penyebaran Islam dilakukan melalui karya seni arsitektur masjid.

Contohnya adalah masjid-masjid yang ada di Jawa.19

18Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II, (: UI Press, 1990), hlm. 91. 19Marwati Djoened P. dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonisia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 192. 11

F. Metode Penelitian

Objek penelitian studi ini adalah akulturasi budaya dalam arsitektur masjid

Gedhe Mataram Kotagede. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sejarah. Dengan metode sejarah diharapkan mempermudah jalannya

proses penelitian yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.20

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, metode sejarah bertumpu pada empat

langkah proses yaitu: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.

Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan data yang terkait objek

penelitian yaitu masjid Gedhe Mataram dengan sumber-sumber tertulis berupa

buku, ensiklopedi Kotagede, internet dan berbagai sarana pendukung lainnya.

Data tersebut diperoleh dari perpustakaan Balai Arkeologi Yogyakarta,

Perpustakaan Moseum Sonobudoyo, perpustakaan Kolose St. Ignatius,

Perpustakaan Dinas Kebudayaan DIY, dan Perpustakaan UIN Sunankalijaga

Yogyakarta, Perpustakaan ISI Yogyakarta.

Karena penelitian ini bersifat lapangan atau field research, maka penulis

melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.21 Observasi yang

dilakukan yaitu datang langsung ke tempat lokasi yaitu Masjid Gedhe Mataram

Kotagede yang berada di wilayah Yogyakarta. Setelah sampai lokasi penulis

mengambil gambar bagian-bagian dari masjid tersebut, setelah mengambil

beberapa gambar penulis mengamati kompleks masjid tersebut. Selanjutnya akan

20Arif Farqhan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 21. 21Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 70. 12

dideskripsikan dan dianalisis dalam skripsi ini, dengan tujuan untuk mendapatkan data secara visual dengan melihat objek secara langsung.

Dalam mengumpulakan sumber informasi lapangan, penulis terlebih dahulu menentukan narasumber yang mengetahui seluk beluk masjid Gedhe

Mataram Kotagede, antara lain Warisman penjaga kesekertariatan masjid. Like

Suryaji bidang rumah tangga. Dian Laksmi Pratiwi kasi Purbakala DIY. Moh Arif

Indrawanto kabag pemerintahan desa Jagalan.

Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan persiapan salah satunya menulis pokok pertanyaan, membuat jadwal wawancara dengan informan terlebih dahulu, menggunakan bahasa yang baik dalam bertanya, tidak terkesan memaksa serta mencatat nama informan, tanggal, pekerjaan dengan harapan proses wawancara bisa berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Selain itu penulis menggunakan media elektronik kamera untuk mengambil gambar objek penelitian.

Setelah data diperoleh dari bebagai sumber langkah selanjutnya yaitu melakukan kritik intern dan ekstern. Kritik intern membandingkan sumber tertulis seperti buku satu dengan yang lain. Kritik ekstern membandingkan antara informan satu dengan yang lain, tujuannya mendapatkan data yang valid, yang kemudian digunakan sebagai bahan pembanding penelitian.

Berikutnya adalah analisis data (Interpretasi), data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data merupakan upaya mencari dan menyusun secara sistematis catatan dari hasil observasi, wawancara dan lainnya 13

untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.22 Pada tahap

ini dilakukan analisis dan sintesis terhadap objek penelitian penulis, analisis

digunakan untuk menguraikan permasalahan, seperti dalam penelitian ini

permasalah yang timbul yaitu unsur budaya mana saja yang mempengaruhi

akulturasi tersebut. sedangkan sintesis digunakan untuk menglompokan atau

menyatukan.

Tahap berikutnya adalah penulisan laporan (hitoriografi), pemaparan atau

pelaporan hasil penelitian yang telah dilakukan.23 Pada tahap ini dilakukan

penganalisisan data, baik yang berupa fakta-fakta dilapangan maupun dari sumber

tulis lain terkait dengan masjid Gedhe Mataram Kotagede. Dengan harapan

menghasilkan rangkaian tulisan yang jelas dengan kapasitas yang dimiliki oleh

penulis.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka sistematika

pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencangkup deskripsi dari skripsi

ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini diungkapkan gambaran

umum tentang seluruh rangkaian penulisan skripsi sebagai dasar pijakan bagi

pembahasan selanjutnya.

22Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Sarasih, 1990), hlm. 183. 23Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm. 67. 14

Bab kedua, pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum masjid

Gedhe Mataram Kotagede, seperti kondisi lingkungan, sejarah masjid Gedhe

Mataram dan perkembangan masjid Gedhe Mataram. Permasalahan yang dibahas dalam bab ini adalah perihal sejarah berdiri dan perkembangan masjid Gedhe

Mataram Kotagede. Pembahasan ini dianggap penting karena merupakan bagian untuk menunjang penelusuran kepada pokok permasalahan yang diteliti.

Bab ketiga membahas mengenai deskripsi arsitektural dan ornamental

Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Dalam bab ini membahas tentang pola arsitektur masjid. Unsur arsitektur di sini meliputi; serambi, tempat wudhu, jagang, bangsal, tugu, kelir, gapura dan makam. Dengan penjelasan unsur arsitektural diharapkan mempermudah pemahaman pembaca terhadap objek penelitian. Selanjutnya penulis memaparkan tentang perangkat dan perlengkapan masjid yang meliputi: mimbar dan mihrab. Untuk melengkapi deskripsi dalam bab ini penulis menambahkan tentang deskripsi ornamental yang meliputi ornamen kaligrafi dan ornamen non kaligrafi.

Bab keempat berisi tentang akulturasi sebagai proses percampuran budaya.

Dalam pembahasan ini dijelaskan tentang analisis bagian dalam masjid Gedhe

Mataram Kotagede yang meliputi: mihrab, mimbar, tempat wudhu dan analisis bagian luar masjid Gedhe Mataram Kotagede yang meliputi: serambi, jagang, pawudhon, bangsal, mustaka, kelir, gapura, dan makam. Poin terakhir dalam bab inti ini yaitu analisis unsur ornamental masjid yang meliputi: motif floral dan motif kala. 15

Bab kelima merupakan penutup yang mencakup kesimpulan dan saran- saran. Kesimpulan pertama menjelaskan unsur budaya yang mempengaruhi arsitektur masjid Gedhe Mataram Kotagede. Salah satunya adalah unsur budaya

Islam dan unsur budaya Hindu. Bagian kedua menjelaskan mengenai bentuk akulturasi budaya. BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Arsitektur tidak lepas dari faktor lingkungan dan kebudayaan setempat.

Contoh arsitektur masjid di Jawa, berbeda dengan Masjid di Tanah Arab. Ciri

khas masjid tradisional Jawa yaitu memiliki atap tumpang atau atap susun,

jumlahnya dua, tiga bahkan lebih, sedangkan di timur tengah yang menjadi ciri

khas yaitu bentuk atap kubah.

Salah satu tipe masjid tradisional jawa yaitu Masjid Gedhe Mataram

Kotagede. Dibangun pada masa pemerintahan Ki Ageng Pemanahan pada akhir

abad 16. Berawal dari sebuah musholla atau langgar kemudian dibangun menjadi

sebuah masjid pada masa Panembahan Hanyakrawati dan disempurnakan pada

masa Sultan Agung. Hingga saat ini masjid tersebut masih kokoh dan menjadi

wisata keagamaan dan sejarah, dikarnakan arsitekturnya yang khas syarat akan

percampuran budaya.

Terdapat tiga unsur budaya pada masjid Gedhe Mataram Kotagede yaitu

unsur Islam, Hindu dan Jawa. Unsur Islam terdapat pada mimbar, mihrab dan

tempat wudhu. Unsur budaya Hindu terdapat pada gapura paduraksa pada pintu

masuk masjid dan motif tumbuhan dan hewan yang terletak pada pagar keliling

masjid. Sedangkan unsur Jawa terdapat konstruksi bangunan itu sendiri tepatnya

pada atap model tajug dan atap serambi menggunakan model limasan yang berarti

atap perisai.

68 69

B. Saran

Masjid Gedhe Mataram Kotagede merupakan bukti nyata keberadaan

kerajaan Mataram di Kotagede. Hal tersebut pantas dijadikan sebagai situs

warisan budaya lokal maupun nasional. Oleh karena itu kita sebagai pewaris

budaya leluhur harus menjaga dan mendokumentasikan keberadaan masjid Gedhe

Mataram Kotagede.

Terhadap bukti arkeologis hasil peninggalan kerajaan Mataram yang masih

ada seperti masjid, pasar, makam, serta nama tempat merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu penulis bersyukur bisa menyaksikan

bukti peninggalan kerajaan Mataram tersebut.

Semoga penulisan skripsi ini bisa menjadi bahan pertimbangan atau

tambahan bacaan. Khususnya tentang sejarah masjid dan semoga bermanfaat bagi

penulis-penulis selanjutnya. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap ada pembahasan yang lebih

mendalam dan menyempurnakan penulisan tentang akulturasi budaya dalam

masjid Gedhe Mataram Kotagede. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,1998.

______. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2003.

Adrisijanti, Inajati dan M. Romli. Islam dan Kebudayaan Jawa: Suatu Kajian Arkeologi dalam “Seminar Sehari Karisma Warisan Budaya Islam di Indonesia”. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 1995.

Adrisijanti, Inajati. Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Yogyakarta: Jendela, 2000.

Ardika, I Wayan. Indonesia Heritage: Sejarah Awal. Yogyakarta: Grolier International, Inc., 2002.

Budhi Santosa, S. Arsitektur Sebagai Ungkapan Nilai Budaya. Surabaya: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, t.t.

Direktorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum. Rumah Pusaka Kotegede: Inventarisasi dan Dokumentasi 2011. Yogyakarta: Cipta Karya, 2011.

Dwiyanto, Djoko. Ensiklopedi Kotagede. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, 2009.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003.

Forum Joglo. Toponim Kotagede Asal Muasal Nama Tempat. Yogyakarta: Rekompak, Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, 2011.

Frick, Heinz. Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 1997.

70 71

G. Moedjanto. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius, 1987.

Heuken, Adolf. Masjid-Masjid Tua di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003.

Jabar, M. Abdul. Seni di dalam Peradaban Islam. Bandung: Pustaka.1988.

Jalaludin, dkk. 261 Tahun Masjid Agung dan Perkembangan Islam di Sumatera Selatan. Palembang: Panitia Renovasi Masjid Agung Palembang, 2003.

Jamil, Abdul dkk. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media, 2000.

Juliadi. Masjid Agung Banten Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak, 2007.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rinika Cipta, 1990.

______. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-Press, 1990.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang, 1995.

Pranowo, Bambang. Memahami Islam Jawa. Jakarta: Pustaka Alvabet. 2009.

Purwadi. Ensiklopedi Adat-Istiadat Budaya Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007.

Purwadi. Kraton Pajang. Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008.

Rochym, Abdul. Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan. Bandung: Angkasa, 1983.

Rochym, Abdul. Masjid dalam Karya Arsitektur Indonesia. Bandung: Angkasa, 1983.

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 1991. 72

Santoso, Rivianto Budi. Kotagede Life Between Walls. Yogyakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2011.

Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 3. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Sugiyarto, Dakung. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta, 1981/1982.

Sutrisno, Mudji. Ranah-Ranah Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Syafwandi. Estetika dan Simbolisme Beberapa Masjid Tradisional di Banten Jawa Barat. Cilegon: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1993.

Syafwandi. Menara Masjid Kudus dalam Tinjaun Sejarah dan Arsitektur. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.

Wiryoprawiro, Zein M.. Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur. Surabaya: PT Bina Ilmu,1986.

Woodward R, Mark. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan. Yogyakarta: LKis, 1999.

Yusuf Elba, Mundzirin. Masjid Tradisional di Jawa, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983.

73

SKRIPSI:

Masjid merah panjunan Cirebon ( kajian Historis – Arkeologis) ditulis oleh Laely Wijaya. mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam UIN Yogyakarta, 2008.

Akulturasi Budaya pada Arsitektur masjid Sultoni di Plosokuning Ngaglik Sleman, ditulis oleh Dwi Wahyuningsih, mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam UIN Yogyakarta, 2006.

ARSIP:

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang: Toha Putra, 1995.

Depertemen Pedidikan dan Kebudayaan Kantor wilayah Profinsi DIY, Studi Teknis Arkeologis masjid makam Kotagede kabupaten Bantul DIY 1995/ 1996.

DAFTAR NARASUMBER PENELITIAN. ( 9 Desember 2013)

Nama : DIAN LAKSHMI PRATIWI, SS, MA

Umur : 40Tahun

Jabatan : KASI PURBAKALA, DISBUD, DIY

Nama : WARISMAN

Umur : 59 tahun

Jabatan : Ta’lim masjid Gedhe Mataram Kotagede

Nama : LIKE SORYAJI

Umur : 60 tahun

Jabatan : Bidang rumah tangga masjid Gedhe Mataram Kotagede

Nama : MOH ARIF INDRAWANTO

Umur : 39 tahun

Jabatan : Kabag pemerintahan desa Jagalan

Nama : YUDOWIBOWO

Umur : 22 tahun

Jabatan : Mahasiswa UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta) Jurusan

arsitektur Lampiran Gambar Teknis Masjid Gedhe Mataram Kotagede1

Denah Masjid Gedhe Mataram Kotagede

1Hesus Lota dkk, Album Pesareyan Raja-raja Mataram, Yogyakarta, Indonesea, 1993.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede dari arah utara dan selatan

Gambar Masjid Gedhe Mataram Kotagede dari arah barat timur Peta wilayah Kotagede2

2Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik rumah, Kawasan Pustaka Kotagede Yogyakarta Indonesia, Jogjakarta Haritage Society, UNESKO Bangkok, UNESKO Jakarta, 2007.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : APRIYANTO Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal lahir : Kebumen, 14 April 1989 Agama : Islam Nama Ayah : Nurhabib Nama Ibu : Suyati Alamat Yogyakarta : Perum Polri Gowok, Blok C4 139, Depok Sleman Yogyakarta Alamat Rumah :Ds Plumbon Pesawahan, RT. 02 RW. 05, Karangsambung, Kebumen.

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Plumbon Pesawahan, Karangsambung, Kebumen, 2002 2. SMP N 2 Karangsambung, Kebumen, lulus tahun 2004 3. SMK MA’ARIF 1 Kebumen, lulus tahun 2008 4. Masuk Fakultas Adab Universitas Islam Negrei Sunan kalijaga Yogyakarta, tahun 2009

C. Pengalaman Organisasi:

1. Anggota UKM Al Mizan tahun 2010 2. Anggota UKM Pramuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2011 3. Mengajar TPA di SD 3 Nogopuro Yogyakarta 2011 4. Wakil Ketua IMAKTA (Ikatan Mahasiswa Kebumen di Yogyakarta 2012 5. DPO (Dewan Pertimbangan Organisasi) IMAKTA 2012-2014 6. Mengajar TPA di SD Perumnas 1 Condongcatur Sleman Yogyakarta 2014- sekarang