Jurnal Biologi 4(5): 371-384 (2008)

Stuktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang (Coleoptera: Cerambicidae) di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai

Woro A. Noerdjito

Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI

ABSTRACT

Community Structure of Longicorn Fauna (Coleoptera: Cerambycidae) At Gunung Ciremai National Park. Longicorn beetles (Coleoptera: Cerambycidae) are useful for assessment of recovery of forest fauna, because mostly species feed on woody plants and are expected to increase in number and diversity along with development of the forest. The longicorn beetles were collected at the Gunung Ciremai National Park (GCNP) area, at Apuy track (Western part of GCNP) during three weeks in April 2006 and Linggarjati track (Eastern part of GCNP) also during three weeks in May-June 2007. These beetles were collected by Malaise, Light, Artocarpus branch traps (Bundled twigs of jack fruits tied onto a tree stem) and active collecting by sweeping, beating and handling methods. The specimens collected totally 184 individu, (38 species) which 12 species were noted found at Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) distributed at 1000-1300 meter above sea level. In the research we found Acalolepta rusticatrix, luscus and Pterolophia melanura that known as a common species of Cerambycid or longhorn beetles in Kalimantan and Java, were found in the research activities, caused these species found at many places including at Bogor Botanical Garden. In GCNP, we did not find Nyctimenius ochraceovittata as indicator for relatively less disturbed forest in Kalimantan, otherwise we find Nyctimenius varicornis mostly find in all study site at GCNP, that is possible as indicator for relatively less disturbed forest in Java. In GCNP, we find Gnoma longicollis as a cerambycid for natural forest indicator. In the paper show the comparative diversity study between traps (collecting methods) and study site (habitat and altitude).

Key word: Cerambycidae, Ciremai, struktur komunitas

PENDAHULUAN rapa jenis diketahui mengebor bambu dan rerumputan (Graminae) (Noerdjito et al. Kumbang Cerambycidae, merupa- 2005). Berbagai jenis kumbang Ceramby- kan kelompok serangga yang diketahui cidae hanya dapat ditemukan di hutan hampir selalu hidup sebagai pengebor sebagai jenis-jenis hutan dan beberapa batang kayu terutama stadium larvanya. jenis dapat ditemukan di kawasan terbuka (Makihara 1999). Sementara itu bebe- atau hutan terganggu akibat ulah manusia

371 Woro A. Noerdjito

(penebangan, perubahan fungsi kawa- dpl. dengan sub titik 200 m dpl. sehingga san) dan kebakaran. Sehingga struktur keseluruhan ada 3 titik. Titik pertama komunitas kumbang Ceramby-cidae di 1000-1200 m dpl, dimana pada ketinggian setiap tipe habitat adalah khas dan 1000-1100 m dpl. merupakan kawasan merupakan kelompok penting yang dapat perkebunan pinus tua dengan tanaman dipakai sebagai indikator (Noerdjito et yang dominan adalah pisang dan alpukat, al. 2004). Oleh karena itu kajian struktur serta semak belukar yang di beberapa kumbang Cerambycidae di kawasan titik cukup lebat. Selanjutnya pada Gunung Ciremai dan sekitar-nya dapat ketinggian 1100-1200, mulai memasuki dipakai sebagai salah satu komponen kawasan hutan terganggu, dengan dalam nenentukan status atau keadaan banyaknya semak belukar dan tumbuhan suatu kawasan hutan bambu di tepian sungai. Titik kedua (1200- 1400 m dpl.) walaupun merupakan hutan BAHAN DAN CARA KERJA primer, namun sampai pada ketinggian 1250 m dpl masih ada titik-titik yang Penelitian kumbang Cerambycidae, terbuka terutama disekitar jalur setapak. di kawasan Gunung Ciremai dan sekitar- Titik ketiga (1400-1600 m dpl.) merupa- nya, telah dilakukan 2 kali masing- kan hutan primer yang tampak lebih lebat masing selama kurang lebih 3 minggu, dibandingkan dengan hutan di titik 1200- yaitu di kawasan sisi Barat (April 2006) 1400 m dpl. dan di kawasan sisi Timur (Mei-Juni Pengamatan dan koleksi kumbang 2007). Cerambycidae dilakukan dengan secara Di kawasan sisi Barat, penelitian aktif dan pasif. Koleksi aktif dilakukan diakses melalui desa Harjamukti (Apuy) dengan metode beating, yaitu memukul dan atau kampung Cibuluh desa Tejamul- atau menggoyang cabang dan ranting ya dengan jarak tempuh ±1 (satu) jam pohon. Kumbang yang jatuh ditampung kendaraan bermotor menuju Pos I Arban. pada kain putih yang dibentangkan. Lokasi pertama difokuskan di hutan Koleksi aktif juga dilakukan dengan Arban 06º 54’ LS-108º 22’ BT yang menggunakan jaring penyapu (sweeping berdekatan dengan kebun masyarakat net) serta menangkap langsung dengan pada ketinggian 1600-1800 meter dpl. tangan (handling) terhadap individu yang merupakan hutan primer yang memiliki sedang hinggap. Koleksi pasif dilakukan kelembaban cukup tinggi dengan suhu dengan menggunakan berbagai perang- antara 15º–19º C. Lokasi kedua adalah kap yaitu, (1) Malaise Trap (MT), (2) Legok Pasang, dengan ketinggian 1400- Artocarpus Trap (AT), dan (3) Light 1600 m dpl, merupakan hutan sekunder Trap (LT). tua dan hutan pinus yang juga berbatasan (1) Perangkap Malaise (MT= Malaise dengan kebun masyarakat. Trap), berbentuk seperti tenda, Di kawasan sisi Timur, pengambilan dengan botol koleksi yang berisi contoh dilakukan di sepanjang pendakian alkohol 70% diujungnya. Perangkap Linggarjati pada ketinggian 1000-1600m ini sangat efektif untuk menangkap

372 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

kumbang yang aktif di siang hari. dapat dilakukan sampai pada Pantulan cahaya dari tenda yang ketinggian 1200 m dpl. berwarna putih, akan menarik kumbang untuk datang, biasanya HASIL akan hinggap pada tenda dan berjalan ke atas terperangkap oleh 1. Jumlah individu dan jenis kumbang botol koleksi. Cerambycidae berdasarkan metode (2) Perangkap Artocarpus (AT= koleksi Artocarpus Trap), merupakan Keragaman jenis kumbang Ceram- perangkap/umpan berupa seikat bycidae di kawasan sisi Barat (jalur Apuy) cabang nangka (Artocarpus) ber- dan sisi Timur (jalur Linggarjati) di sajikan daun banyak yang diikatkan pada berdasarkan metode koleksi/macam cabang pohon. Perangkap Arto- perangkap yang digunakan dan ketinggian carpus merupakan perangkap yang tempat di setiap titik pengamatan (Tabel paling baik dan effektif untuk 1 dan Gambar 1). menangkap kumbang Cerambycidae Koleksi aktif dilakukan di setiap titik (Noerdjito ey al. 2003). Oleh karena pengamatan, baik di jalur Apuy dan itu pada penelitian ini disetiap titik Linggarjati, dengan waktu aktifitas koleksi pengamatan di pasang 8 ikat cabang sekitar 2 jam, di setiap titik pengamatan. Artocarpus yang diikatkan pada Jenis-jenis kumbang Cerambycidae yang cabang atau pohon kecil atau tiang berhasil dikoleksi secara aktif dengan bambu yang ditancapkan. Kumbang berbagai cara (metode beating, sweep- yang datang ke perangkap cabang ing dan handling), keseluruhan tercatat Artocarpus dikoleksi dengan 23 individu dari 20 jenis (Tabel 1). Di menggoyang atau memukul perang- Apuy, tercatat 6 individu (5 jenis) kap dan kumbang yang jatuh kumbang Cerambicydae. Pada ketinggi- ditampung dengan kain putih yang an 1400-1600 m dpl (Legok Pasang) dibentangkan. Setiap 2 hari perang- terkoleksi 2 individu (1 jenis), sedangkan kap diperiksa dan kumbang yang pada ketinggian 1600-1800 m dpl ( Arban) terkumpul dari setiap perangkap dikoleksi 4 individu (4 jenis). Pada jalur dikumpulkan untuk diidentifikasi. Linggarjati pada ketinggian 1000-1600 m (3) Perangkap lampu (LT=Light trap), dpl tercatat 17 individu (15 jenis). Pada dilakukan dengan menggunakan ketinggian 1000-1200 m dpl. Tercatat 13 bohlam lampu 100 watt yang individu (4 jenis) yang menunjukkan diletakkan di depan layar putih yang jumlah individu serta jumlah jenis dibentangkan. Berbagai jenis kum- kumbang Cerambycidae tertinggi. bang Cerambycidae diketahui aktif Perangkap Malaise Trap pada jalur di malam hari dan tertarik cahaya pendakian Apuy di pasang pada 2 titik lampu. Karena kesulitan teknis dan pengamatan yaitu 4 MT pada ketinggian keamanan koleksi dengan perangkap 1400-1600 m dpl. (Legok Pasang) dan 4 lampu (LT) di jalur Linggarjati hanya MT pada ketinggian 1600-1800 m dpl.

373 Woro A. Noerdjito

Tabel 1. Jenis dan jumlah individu kumbang Cerambycidae pada berbagai metode koleksi dan ketinggian di jalur pendakian Apuy dan Linggarjati Taman Nasional Gunung Ciremai

Species Aktif MT AT LT A B C D E Total Acalolepta rusticatrix (Fabricius) 1 7 1 2 2 4 1 9 Acalolepta sp. 1 1 1 1 1 2 Amechana javanica Breuning 1 1 1 Astathes cincta Gahan 1 1 1 Ectotosia moorei Pascoe 1 1 1 Epepeotes luscus (Fabricius) 6 2 1 3 6 Epicedia maculatrix Perty 1 1 2 2 Glenea acuta (Fabricius) 1 1 1 Glenea algebraica (Thomson) 1 1 1 Glenea sp. 1 1 1 1 Gnoma longicollis 2 2 2 Gnoma sp.1 1 1 1 1 2 Grammoechus strenuus Thomson 1 1 1 Macrotoma serricollis Thomson 1 1 1 Megopis costata (Lansberge) 8 3 5 8 Nyctimenius varicornis (Fabricius) 1 3 39 1 2 8 10 22 43 Olenecamptus sp. (cf O. boornensis) 1 1 1 2 1 3 Pharsalia mortalis (Thomson) 2 2 2 Prionoma javanum Lansberge 1 1 1 Psectrocera plumigera Westwood 2 2 2 Pterolophia crassipes (Wiedeman) 5 5 5 Pterolophia melanura (Pascoe) 3 1 2 3 Pterolophia sp. 1 17 2 11 4 17 Pterolophia sp. 2 1 1 1 Pterolophia sp. 3 1 1 1 Ropica transvermaculata Breuning 33 5 1 2 25 33 Ropica javanica Breuning 1 1 1 Ropica sp. 1 3 3 3 Ropica sp. 2 2 2 2 Ropica sp. 3 2 2 2 Sarmydus antennatus Pascoe 1 2 3 6 6 Sciades ? Sp. 1 1 1 Sybra sp. 1 4 1 3 1 5 Trachelophora cervicollis Pascoe 1 1 1 1 2 Tripogeus javanicus Aurivillius 2 3 4 1 5 Xylotrechus fluctuosus Pascoe 2 2 2 Xystrocera festiva Thomson 1 1 2 2 Zorilispe sp. 3 3 3 Total jenis 20 7 21 5 5 8 21 13 14 38 Total individu 23 13 134 14 11 18 47 38 70 184

Keterangan: Aktif: sweeping, beating dan handling, MT: Malaise Trap, LT: Light Trap, AT: Artocarpus Trap, A: Apuy 1400-1600 m dpl. B: Apuy 1600-1800 m dpl. C: Linggarjati 1000-1200 m dpl. D: Linggarjati 1200-1400 m dpl. E : Linggarjati 1400-1600 m dpl.

374 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

(Arban). Sehingga pada jalur pendakian berturut-turut (apabila hujan diganti Apuy ini, jumlah keseluruhan perangkap dengan hari lain), mulai pukul 18.00 MT yang di pasang adalah 8 buah selama sampai dengan pukul 24.00 malam. Pada kurang lebih 2 minggu. Sampel di ambil Tabel 1 dan Gambar 1, tercatat 14 setiap 1 minggu, sehingga keseluruhan individu (5 jenis) kumbang Cerambycidae terdapat 16 sampel. Dari 16 sampel MT, yang terkoleksi dengan LT. Di jalur Apuy di jalur pendakian Apuy, hanya diperoleh terkoleksi 4 individu (2 jenis) semuanya 3 individu (2 jenis), yaitu Nyctimenius pada ketinggian 1600-1800 m dpl., yaitu varicornis (1 ind.) pada ketinggian 1600- Megopis costata (3 individu) dan 1800 m dpl dan Trypogeus javanicus (2 Acalolepta rusticatrix (1 individu). individu) pada ketinggain 1400-1600 m dpl Sedang di jalur Linggarjati terkoleksi 10 (Gambar 1). Pada jalur pendakian individu (4 jenis) yang semuanya Linggarjati, karena hanya ada satu jalur, dikoleksi pada ketinggian 1000-1200 m MT dapat dipasang mulai pada ketinggian dpl. 1050-1550 m dpl, dengan memasang 1 Pada jalur pendakian Apuy (2 titik MT pada ketinggian selang 50 m dpl. pengamatan), di setiap titik pengamatan Sehingga pada jalur pendakian Linggarjati dipasang 8 perangkap Artocarpus (AT), terpasang 11 MT. Karena jalur ini sangat sehingga semuanya terdapat 16 AT. Di ramai, setiap hari tidak kurang dari 100 jalur Linggarjati (3 titik pengamatan), pendaki yang lalu lalang, ada satu MT semuanya terpasang 24 AT. Dari yang hilang pada minggu kedua pada titik perangkap cabang Artocarpus (AT) ini pengamatan 1500 m dpl. sehingga hanya tercatat 135 individu (21 jenis ) kumbang diperoleh 21 sampel di jalur Linggarjati Cerambycidae (Tabel 1), dimana pada ini. Dari 21 sampel MT, di jalur Linggarjati jalur pendakian Apuy, terkoleksi 15 ini terkoleksi 10 individu (5 jenis) kumbang individu (4 jenis) dan pada jalur pen- Cerambycidae (Gambar 1). dakian Linggarjati 128 individu (21 jenis). Banyak kendala yang dijumpai di lapang untuk melakukan koleksi dengan 2. Jumlah individu dan jenis menggunakan perangkap lampu baik di kumbang Cerambycidae berdasar- jalur Apuy maupun Linggarjati. Faktor kan ketinggian tempat keamanan dan medan yang terjal juga Berdasarkan ketinggian, di jalur hujan atau kabut serta terang bulan (tidak Apuy pada ketinggian 1400-1600 m dpl. mungkin memasang LT, pada saat bulan dengan berbagai metode koleksi yang menuju purnama), koleksi dengan lampu dapat dilakukan (Aktif, MT, LT dan AT) hanya dapat dilakukan di titik pengamatan terkoleksi 5 jenis, 11 individu, sedang dekat base camp. Di jalur pendakian pada ketinggian 1600-1800 m dpl. Apuy, koleksi dengan LT dapat dilakukan terkoleksi 18 individu (8 jenis). Sedang di kedua titik pengamatan sedangkan di di jalur Linggarjati pada ketinggian 1000- jalur Linggarjati hanya dapat dilakukan 1200 m dpl. terkoleksi 47 individu (21 pada titik pengamatan 1000-1200 m dpl. jenis), pada ketinggian 1200-1400 m dpl. Koleksi dilakukan selama 2 malam terkoleksi 38 individu (13 jenis) dan pada

375 Woro A. Noerdjito

140 Jumlah jenis 119 120 Jumlah individu

100

80

60

40 21 1517 15 20 10 10 6 5 2 3 5 2 4 44 0 Aktif Aktif MT MT (L) LT (A) LT (L) Arto Arto (A) (L) (A) (A) (L)

Gambar 1. Jumlah individu dan jenis kumbang Cerambycidae yang dikoleksi pada setiap metode di jalur Apuy dan Linggarjati, Taman Nasional Gunung Ciremai ketinggian 1400-1600 m dpl. terkoleksi Jenis-jenis yang terperangkap 70 individu (14 jenis). Secara keseluruh- dengan MT, menunjukkan bahwa dari 2 an baik di Apuy dan di Linggarjati terko- jenis yaitu (Nyctimenius varicornis dan leksi 184 individu (38 jenis), dengan jenis Trypogeus javanicus) yang terkoleksi di yang dominan dan terdapat di berbagai jalur pendakian Apuy ternyata dapat ketinggian (Apuy dan Linggarjati) adalah ditemukan juga pada jalur pendakian Nyctimenius varicornis (Tabel 1 dan Linggarjati pada tempat dengan keting- Gambar 1). gian yang lebih rendah (Tabel 1). Nyctimenius varicornis dapat ditemu- PEMBAHASAN kan diberbagai ketinggian (A, B, C, D, E) baik di Apuy maupun di Linggarjati, Koleksi secara aktif dengan bea- sedangkan Trypogeus javanicus, di ting, sweeping dan handling, tercatat Apuy dapat ditemukan pada ketinggian 23 individu dari 20 jenis (Tabel 1 dan 1400-1600 m dpl. Di Linggarjati pada Gambar 1), 10 jenis diantaranya (Ectoto- ketinggian 1200-1400 m dpl. Hal ini sia moorei, Glenea acuta, Glenea disebabkan antara lain di kawasan algebraica, Glenea sp. 1, Gramoecus TNGC, sisi barat (jalur Apuy) kawasan strenuus, Macrotoma serricollis, hutan ditemukan mulai pada ketinggian Pharsalia mortalis, Prionoma java- 1400 m dpl, sedang pada sisi timur (jalur num, Psectrocera plumigera dan Linggarjati) pada ketinggian 1000 m dpl. Trachelophora cervicollis), merupakan Empat jenis yang tertangkap dengan jenis yang kurang aktif untuk terbang dan MT, di jalur Linggarjati yaitu Astates biasanya hinggap pada permukaan daun cincta, Pterolophia sp.3, Sarmydus atau batang. Sehingga tidak dapat antennatus dan Xylotrechus fluctuosus dikoleksi dengan perangkap. keseluruhan ditemukan pada ketinggian

376 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

200 184 Jumlah jenis 180 Jumlah individu 160 140 120 100 80 70 60 47 38 38 40 18 21 11 13 14 20 4 8 0 1400-1600 1600-1800 1000-1200 1200-1400 1400-1600 Total (A) (A) (L) (L) (L)

Gambar 2. Jumlah jenis dan individu kumbang Ceramycidae yang dikoleksi dengan berbagai metode (Aktif, MT, LT dan AT) berdasarkan ketinggian di jalur pendakian Apuy (A) dan Linggarjati (L), Taman Nasional Gunung Ciremai

1000-1200 m dpl. Semakin tinggi kawasan m dpl., sedang di Linggarjati pada di jalur pendakian Linggarjati ini, pada saat ketinggian 1200-1400 m dpl. pengamatan terlihat kabut yang lebih tebal Dari 5 jenis kumbang Cerambycidae dan hujan sering turun terutama pada sore yang tertangkap dengan lampu (LT) hari, hal ini yang mengakibatkan kumbang ternyata hanya Megopis costata yang kurang aktif. Selain itu pada umumnya aktif di malam hari dan tertarik sinar. jenis-jenis yang terperangkap dengan MT, Sedangkan keempat jenis lainnya (Tabel merupakan jenis-jenis dengan populasi 2), juga aktif pada siang hari sehingga tinggi, dan aktif terbang. Keempat jenis dapat ditangkap dengan perangkap lain. tersebut merupakan jenis yang berukuran Acalolepta rusticatrix, lebih banyak kecil kurang dari 5 mm, kemungkinan terkoleksi dengan perangkap cabang besar tidak mampu terbang di cuaca yang Artocarpus (AT). Olenecamptus sp. berkabut, sehingga tidak terperangkap (mirip O. boornensis) dan Sarmydus oleh MT yang di pasang di atas 1200 m antennatus, selain aktif di malam hari dpl. Hanya jenis-jenis tertentu yang juga aktif terbang di siang hari karena mampu aktif pada ketinggian di atas 1200 dapat terkoleksi dengan MT dan m dpl. yaitu Nyctimenius varicornis, Beating. Sedangkan Xystrocera festiva Olenecamptus sp. dan Trypogeus yang diketahui sebagai pengebor batang/ javanicus. Disamping ketiga jenis ini cabang pohon Albizia, selain tertarik mempunyai ukuran tubuh yang lebih dengan cahaya lampu, kumbang ini pada besar, lebih dari 10 mm, nampaknya saat ditangkap sedang hinggap pada Trypogeus javanicus merupakan jenis bunga Caliandra sp. yang hidup pada ketinggian diatas 1200 Dari keempat metode koleksi m dpl., di Apuy pada ketinggian 1400-1600 kumbang Cerambycidae di kedua jalur

377 Woro A. Noerdjito

pendakian (Apuy dan Linggarjati) hampir di semua titik pengamatan kecuali tampaknya perangkap Artocarpus, pada ketinggian 1700-1800 m dpl. di jalur adalah yang paling efektif, yaitu dengan Apuy tidak ditemukan. Hal ini di mengkoleksi 134 individu (21 jenis) sebabkan karena pada ketinggian (Gambar 2). Namun perangkap yang tersebut pada saat pengamatan kabut lain juga sangat penting dilakukan karena sangat tebal dan hujan setiap hari, anggota jenis kumbang Cerambycidae sehingga perangkap yang di pasang yang tinggi ini mempunyai perilaku yang terutama cabang Artocarpus, tidak cepat beragam. Sehingga untuk mengetahui kering sehingga tidak efektif atau tidak keragamannya berbagai cara koleksi menarik kehadiran kumbang Ceramby- perlu diterapkan. Dari 21jenis kumbang cidae. Pterolophia sp. 1, tidak ditemukan ini sebagian besar (14 jenis) berukuran di jalur Apuy, hal ini diketahui bahwa jenis kecil sekitar 5-10 mm, yang berukuran ini mempunyai ukuran tubuh sedikit lebih sekitar 15-20 mm (7 jenis) adalah besar di bandingkan kedua jenis lainnya, Acalolepta, Epepeotes, Gnoma, sehingga sulit terbang menembus kabut Epicedia dan Amechana. Jenis-jenis dan hujan di jalur Apuy pada saat itu. yang tertarik dengan perangkap cabang Apabila hanya ditinjau dari keting- ini diketahui aktif di siang hari dan gian tempat pada ketinggian yang sama menyukai tempat yang lebih terbuka (ada (1400-1600 m dpl.), jalur Linggarjati (L) sinar matahari yang masuk). menunjukkan keragaman yang jauh lebih Dari berbagai metode yang tinggi dibandingkan dengan jalur Apuy diterapkan (BT, MT, LT dan AT), di (A) (Gambar 2). Hal ini antara lain di- kedua jalur pengamatan yaitu Apuy sebabkan oleh keadaan habitat (struktur (April, 2006) dan Linggarjati (Mei, 2007) vegetasi). Di samping itu pada saat mencatat 184 individu, (38 jenis), 12 jenis pengamatan menunjukkan keadaan dapat ditemukan di Taman Nasional mikrohabitat seperti curah hujan, dan Gunung Halimun Salak (Makihara et al. kabut yang lebih lebat/tebal di Apuy, 2003). Kedua belas jenis kumbang sehingga mengurangi efektifitas Cerambycidae tersebut di atas baik di perangkap yang di pasang. Cabang TNGHS maupun di TNGC, dapat Artocarpus yang digunakan sebagai ditemukan pada ketinggian 1000-1200 m perangkap (AT), selalu tampak basah dan dpl. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa segar sehingga tidak menarik kumbang pada saat pengamatan di TNGC, tiga Cerambycidae. Sedangkan kumbang jenis, tercatat menunjukkan populasi Cerambycidae akan menyukai cabang tinggi yaitu Nyctimenius varicornis (43 yang sedang mengalami proses kematian, individu), Ropica transvermaculata (33 untuk meletakkan telur-telurnya setelah individu) dan Pterolophia sp.1 (17 melakukan perkawinan (bertemu) individu). Nyctimenius varicornis, dapat dengan kumbang jantan. di-temukan di setiap titik pengamatan Berdasarkan habitat dan ketinggian baik di jalur Apuy maupun Linggarjati. tempat hasil analisis kluster memper- Ropica transvermaculata, ditemukan lihatkan 3 kelompok habitat pada titik 0.71

378 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

A

B

A C

D

E

0.62 0.70 0.77 0.85 0.92 Koefisien ketidaksamaan Bray Curtis

Keterangan: A: Apuy 1400-1600 m dpl. B: Apuy 1600-1800 m dpl. C: Linggarjati 1000-1200 m dpl. D: Linggarjati 1200-1400 m dpl. E: Linggarjati 1400-1600 m dpl. Gambar 3. Pengelompokan habitat kumbang Cerambycidae di berbagai ketinggian di Taman Nasional Gunung Ciremai, berdasarkan indeks ketidaksamaan Bray Curtis dengan program NTSYSpc2.10p. dari indeks kesamaan Bray Curtis pada ketinggian 1400-1600 m dpl. (titik (Gambar 3). Kelompok pertama (A) E), menunjukkan struktur komunitas merupakan hutan sekunder di Legok yang berbeda (terpisah). Pada ketinggian Pasang (jalur pendakian Apuy), pada yang sama (1400-1600 m dpl.) di ketinggian 1400-1600 m dpl. Kelompok Linggarjati (E) dan Apuy (A) menunjuk- kedua (B) adalah hutan primer dengan kan struktur komunitas yang berbeda ketinggian 1600-1800 m dpl. Sedang karena di Legok Pasang (Apuy) kelompok ketiga (C, D, E) merupakan merupakan hutan sekunder. Hal ini juga habitat di jalur pendakian Linggarjati yang dapat dilihat pada Gambar 3, pada titik dimulai pada ketinggian 1000-1600 m dpl. 0.85 jarak Euclidian garis A terpisah Pada ketinggian 1000-1400 m dpl. (titik dengan garis B, C, D dan E yang merupa- C dan D) menunjukkan habitat yang kan kawasan hutan primer. sama, dimana pada jalur ini dapat Analisis kluster mendapatkan 6 ditemukan beberapa titik yang terbuka kelompok kumbang Cerambycidae pada yang ditumbuhi oleh tumbuhan sekunder. angka 0.69 dari indeks ketidaksamaan Sedang pada ketinggian 1400-1600 m Bray Curtis (Gambar 4). Kelompok per- dpl. (E) merupakan hutan yang lebih tama beranggotakan jenis-jenis yang rapat. Disamping itu di kawasan dapat ditemukan diberbagai habitat yang Linggarjati pada ketinggian 1000-1400 m didominasi oleh Nyctimenius varicornis. dpl. (titik C dan D), mempunyai struktur Nyctimenius ochraceovittata oleh komunitas yang tidak berbeda, sedang Makihara (2006) dapat ditemukan diber-

379 Woro A. Noerdjito 0.92 0.69 0.46 Koefisien ketidaksamaan Bray Curtis Bray ketidaksamaan Koefisien 0.23 0.00 indeks ketidaksamaan Bray Curtis dengan program NTSYSpc2.10p . Pengelompokan jenis kumbang Cerambycidae yang dikoleksi di jalur pendakian Apuy (A) dan Linggarjati (L), berdasarkan . Pengelompokan jenis kumbang Cerambycidae yang dikoleksi di jalur pendakian A_cincta G_acuta E_luscus X_festiva X_festiva E_moorei E_moorei M_costata M_costata Sybra_sp1 P_mortalis R_javanica A_javanica P_javanum G_strenuus Ropica_sp1 Ropica_sp1 Ropica_sp2 Ropica_sp3 Glenea_sp1 P_crassipes T_javanicus P_melanura P_melanura Sciades_Sp1 Zorilispe_sp Zorilispe_sp X_fluctuosus G_longicolis Gnoma_sp.1 P_plumigera P_plumigera A_rusticatrix A_rusticatrix T_cervicollis T_cervicollis S_antennatus E_maculatrix N_varicornis G_algebraica Acalolepta_sp1 Acalolepta_sp1 M_seserricollis M_seserricollis Pterolophia_sp3 Pterolopia_sp_1 Pterolophia_sp2 Olenecamptus_sp M_seserricollis R_transermacula Gambar 4 Gambar

380 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

bagai tipe hutan (primer, sekunder dan Cerambycidae yang ditemukan di hutan tanaman) di Kalimantan Timur, Linggarjati, pada ketinggian 1200-1400 sehingga jenis ini dianggap sebagai m dpl. yang didominasi oleh indikator hutan yang sedikit terganggu. Pterolophia melanura dan Gnoma Oleh karena itu di TNGC, Nyctimenius longcollis. Pterolophia melanura varicornis yang dapat ditemukan di merupakan jenis yang umum karena berbagai habitat dan ketinggian (ABCDE), dapat ditemukan baik di hutan maupun dapat dianggap sebagai jenis indikator di kebun seperti Kebun Raya Bogor hutan yang sedikit terganggu. (Noerdjito 2008). Sedang Gnoma Kelompok kedua terdiri atas 9 jenis, longicollis adalah salah satu jenis yang merupakan jenis-jenis yang hanya kumbang Cerambycidae hutan (Noer- ditemukan di kawasan hutan di jalur djito et al. 2003) yang banyak ditemu- pendakian Linggarjati (C, D, E). Kelompok kan di TNGHS, ditangkap dengan kedua ini didominasi oleh jenis-jenis yang perangkap cabang Artocarpus pada hanya terdapat di habitat pada ketinggian ketinggian 1000-1200 m dpl. 1400-1600 m dpl. (E), yaitu Epepeotes Kelompok kelima, terdiri dari 2 luscus, Zorililspe sp. dan Ropica sp.1. jenis yaitu Pterolophia crassipes dan Epepeotes luscus, merupakan jenis yang Tripogeus javanicus. Kedua jenis mempunyai sebaran sangat luas dan kumbang Cerambycidae ini terutama banyak ditemukan di Taman Nasional ditemukan di hutan Arban (Apuy) pada Gunung Halimun pada ketinggian sekitar ketinggian 1600-1800 m dpl. Ptero- 1000 m dpl. (Noerdjito et al. 2003). lophia crassipes diketahui banyak Kelompok ketiga, terdiri dari 4 jenis, ditemukan di hutan dataran rendah di yang sebagian besar merupakan jenis yang Kalimantan Timur (Makihara et al. terdapat di habitat hutan sekunder di Apuy 1999; Noerdjito et al. 2003), dan belum pada ketinggian 1400-1600 m dpl (B). pernah tercatat ada di Jawa. Hal ini Kelompok ini didominasi oleh jenis-jenis didukung juga oleh status spesimen yang berukuran besar dengan panjang MZB, dimana Pterolophia crassipes tubuh (dari toraks sampai abdomen) le- dari TNGC, merupakan koleksi baru bih dari 15mm yaitu Acalolepta sp. 1, dan sekaligus catatan baru untuk Jawa. Macrotoma serricollis dan Prionoma Tripogeus javanicus dapat terkoleksi javanum. Acalolepta sp.1 ini juga dapat dengan Malaise Trap (MT) di Linggar- ditemukan di Taman Nasional Gunung jati pada ketinggian 1200-1400 m dpl. Halimun pada ketinggian sekitar 1000 m (Tabel 1) dan banyak ditemukan dpl. (Noerdjito et al. 2003). Jenis ini sangat TNGHS pada ketinggian sekitar 1000 mirip dengan Acalolepta dispar yang m dpl. terdapat di Kalimantan Timur yang Kelompok keenam, terutama ber- merupakan hutan dataran rendah, sekitar anggotakan jenis-jenis yang menyukai 100 m dpl. (Makihara 1999). habitat terbuka, di Linggarjati pada Kelompok keempat, beranggotakan 4 ketinggian 1000-1200 m dpl. Dari 15 jenis didominasi oleh jenis-jenis kumbang jenis yang termasuk dalam kelompok

381 Woro A. Noerdjito

70

60

50 Observasi 40 Nilai maksimum 30 Bootstrap 20

10

0 123456789101112 Trap

Gambar 5. Analisa estimasi jumlah jenis kumbang Cerambycidae yang ditemukan di Jalur Apuy (A=1400-1600 meter dpl.&B=1600-1800 meter dpl) dan Linggarjati (C=1000-1200 meter dpl,D=1200-1400 meter dpl.&E=1400-1600 meter dpl.), Taman Nasional Gunung Ciremai

VI ini didominasi oleh Megopis costata sehingga beberapa perangkap atau alat dan Sarmydus antennatus. Kedua jenis koleksi hasilnya tidak optimum. Cabang kumbang Cerambycidae tersebut diatas Artocarpus (AT) dipasang di Apuy berukuran besar, dengan panjang tubuh kurang dikunjungi kumbang karena dari toraks sampai ujung abdomen lebih setelah satu minggu di pasang masih dari 20 mm, lebih menyukai habitat yang tetap segar karena air hujan. Perangkap terbuka dan aktif di malam hari sehingga lampu (LT) di Linggarjati hanya dapat hanya dapat dikoleksi dengan lampu (LT). di pasang sampai pada ketinggian 1200 Oleh karena itu Megopis costata dan m dpl, karena medan yang terjal dan bulan Sarmydus antennatus merupakan naik (menuju bulan purnama) pada saat kumbang Cerambycidae yang mudah penelitian. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan dan tersebar luas di Indonesia. diharapkan masih dapat dilanjutkan untuk Berdasarkan analisa estimasi jumlah melengkapi data tentang struktur jenis yang telah ditemukan di 2 titik komunitas kumbang Cerambycidae di koleksi di jalur Apuy dan 3 titik di jalur TNGC. Kegiatan penelitian yang perlu Linggarjati (38 jenis), ternyata lebih segera dilakukan adalah melakukan rendah dari nilai “Bootstrap” (45 jenis) koleksi pada ketinggian diatas 1600 m dan nilai maksimum (57 jenis) (Gambar dpl, baik di hutan primer maupun di hutan 5). Hal ini disebabkan antara lain sekunder baik yang terganggu (kebakaran keadaan mikrohabitat (kabut, mendung atau pembalakan) maupun yang utuh dan curah hujan) yang kurang mendukung serta kawasan perkebunan. Sebaiknya

382 Struktur Komunitas Fauna Kumbang Sungut Panjang

penelitian juga dapat dilakukan pada dikoleksi dengan lampu (LT). Jumlah musim kemarau jenis yang dapat ditemukan di kedua ja- lur pengamatan ini (Apuy dan Linggarjati) KESIMPULAN ternyata lebih rendah dari nilai “Bootstrap” (45 jenis) dan nilai mak- Berdasarkan 38 jenis kumbang simum (57 jenis), sehingga penelitian Cerambycidae yang ditemukan, di Apuy perlu dilanjutkan terutama pada dan Linggarjati dapat disimpulkan bah- ketinggian diatas 1600 m dpl., diberbagai wa struktur komunitas kumbang tipe habitat dan musim Cerambycidae di hutan sekunder ber- beda nyata dengan yang ada di hutan pri- UCAPAN TERIMAKASIH mer. Tipe habitat dan ketinggian merupa- kan faktor pembatas utama bagi sebaran Penulis mengucapkan terimakasih kumbang Cerambycidae di Taman kepada seluruh anggota team KSK, Nasional Gunung Ciremai. Kelompok Kajian Zonasi berdasarkan sebaran pertama merupakan jenis-jenis yang satwa di Taman Nasional Gunung dapat ditemukan di berbagai tipe habitat Ciremai P2 Biologi – LIPI, khususnya dan ketinggian yang didominasi oleh kepada saudara Endang Cholik dan Nyctimenius varicornis, sehingga dapat Sarino yang telah membantu penulis dianggap sebagai jenis indicator hutan dalam melakukan koleksi dan prosesing yang sedikit terganggu. Kelompok kedua spesimen. Sehingga spesimen yang didominasi oleh jenis-jenis yang hanya terkumpul dapat diidentifikasi dan terdapat di habitat pada ketinggian 1400- dianalisis dengan baik. Kepada Sdr. Dr. 1600 meter dpl. merupakan jenis yang Ibnu Maryanto dan Maryati, S.Hut. diketahui mempunyai sebaran luas. penulis juga mengucapkan terimakasih Kelompok ketiga, merupakan jenis yang karena telah membantu dalam analisa terdapat di habitat hutan sekunder pada statistik, sehingga tulisan ini menjadi lebih ketinggian 1400-1600 meter dpl, yang baik. didominasi oleh jenis-jenis yang beru- kuran besar dengan panjang tubuh lebih DAFTAR PUSTAKA dari 15mm. Kelompok keempat, adalah jenis-jenis kumbang Cerambycidae pada Makihara, H. 1999. Atlas of Longicorn ketinggian 1200-1400 meter dpl.yang beetles in Bukit Suharto Education didominasi oleh Pterolophia melanura Forest, Mulawarman University, dan Gnoma longcollis. Kelompok East Kalimantan, Indonesia. kelima, merupakan jenis-jenis yang Pusrehut Special Publication. Mula- terutama ditemukan pada ketinggian warman University & JICA.7: 140. 1600-1800 m dpl. Kelompok keenam, Makihara, H. 2006. Cerambycid beetles merupakan jenis-jenis yang lebih in East Kalimantan: Indicators for menyukai habitat yang terbuka dan aktif various conditioned forest. Sympo- di malam hari sehingga hanya dapat sium on Monoculture plantation and

383 Woro A. Noerdjito

biodiversity in Kalimantan. Noerdjito, WA., H. Makihara & Sugiarto. Samarinda. 19-20 Desember 2006 2004. Differences of Cerambycid Makihara, H., WA. Noerdjito & Sugiarto. fauna with fragment of primary, 2003. Longicorn Beetles from secondary and degraded forest in Gunung Halimun National Park, West landscape affected by human Java, Indonesia from 1997-2002 impacts and fire disturbance, East (Coleoptera, Disteniidae and Kalimantan, Indonesia. Proc. of the Cerambycidae). Bulletin of FFPRI. Int, Workshop on the Landscape 113: 189-223 Level Rehabilitation od degraded Noerdjito, WA., H. Makihara & S. Tropical Forest, March 2-3, 2004 Kahono. 2003. Fauna of Cerambycid FFPRI, Tsukuba, Japan (Matsu- Beetles from Gunung Halimun Nati- moto, Y., E. Ueda & S. Kobayashi onal Park. Proc. of the Internati- eds.). 63-73. onal Symposium on Land Mana- Noerdjito, WA., H. Makihara & K. gement and Biodiversity in South- Matsumoto. 2005. Longicorn east Asia. 17-20 Sept. 2002, Bali beetles fauna (Coleoptera, Ceram- Indonesia. 195-201. bycidae) collected from Friendship Noerdjito, WA., H. Makihara & Sugiarto. Forest at Sekaroh, Lombok. Proc. 2003. How to find out indicated of the Int, Work-shop on the cerambycid species for forest con- Landscape Level Rehabilitation of dition status in case of Gunung degraded Tropical Forest, Februari Halimun National, West Java and 22-23, 2005. FFPRI, Tsukuba, Japan Bukit Bangkirai Forest, East (Matsumoto, Y., R. Yoneda, Y. Ki- Kalimantan. Proc. Int, Workshop noto, E. Ueda & S. Kobayashi eds.). on the Landscape Level Rehabili- 55-64 tation of degraded Tropical Noerdjito, WA. 2008. Fauna kumbang Forests, 18-19 Feb.2003, FFPRI, sungut panjang (Coleoptera, Tsukuba, Japan (Kobayashi, S., Y. Cerambycidae) di Kebun Raya Matsumoto & E. Ueda eds.). 57- Bogor. Seminar Nasional Perhim- 60. punan Entomologi Indonesia. 18-19 Maret 2008

384