CIVIL SOCIETY DAN PREMANISME Studi Terhadap Sistem Rekrutmen Anggota Forum Betawi Rempug Gardu 0176

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh: Faiz Kamil NIM: 11151120000033

Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 1440 H/2019 M

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas tentang rekrutmen Forum Betawi Rempug (FBR) yang membentuk karakter anggotanya. Tulisan ini menjelaskan sistem dan mekanisme rekrutmen FBR serta pencegahan dan penanggulangan terhadap anggota yang melakukan tindakan premanisme, yang dilatarbelakangi oleh beberapa kejadian tindakan premanisme yang dilakukan oleh anggota ormas tersebut. Kerangka teori penelitian ini memakai teori rekrutmen. Penulis memakai konsep strategi rekrutmen yang dijelaskan oleh David A. Snow, sedangkan dalam penjelasan pencegahan dan penanggulangan anggota FBR menggunakan konsep civil society organization yang dijelaskan oleh Larry Diamond dengan memberi pendidikan dan pemberdayaan terhadap anggota, agar terhindar dari labeling premanisme yang dijelaskan oleh Edwan Lemart. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus melalui analisa deskriptif dari keberadaan FBR terkait dengan adanya rekrutmen, pencegahan dan penanggulangan terhadap anggota. penulis menggunakan teknik wawancara dengan 6 narasumber untuk pengumpulan data primer dan studi pustaka sebagai data sekunder. Penelitian kualitatif ini memberi bukti bahwa rekrutmen anggota yang dilakukan FBR menggunakan sistem orang terdekat atau kekerabatan dengan mekanisme datang langsung dan bertatap muka dengan para pengurus FBR. Langkah-langkah rekrutmen begitu sederhana hanya rutin bersilaturahmi dan setelah dinyatakan aktif maka selanjutnya mengisi formulir untuk menjadi anggota resmi. Di dalam rekrutmen FBR terdapat kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan yang dimiliki yakni FBR hanya mengandalkan cara rekrutmen dengan recruiting intimates. Tata cara dan administrasinya yang digunakan masih sangat sederhana, masih dengan formulir kertas untuk orang yang ingin bergabung ke dalam FBR. FBR sudah cukup tepat dalam mencegah dan menanggulangi anggota yang melakukan tindakan premanisme. Dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan terhadap anggota, untuk penanggulangan terdapat tiga tahap yakni peringatan, pencabutan kartu tanda anggota sementara, dan terakhir pemecatan.

Kata Kunci : FBR, Rekrutmen, Ormas, Pencegahan, Penanggulangan.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurakan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul yang telah membawa umatnya semua dari kegelapan pada masa yang terang benderang hingga saat ini.

Skripsi yang berjudul “Civil Society dan Premanisme Studi terhadap Sistem

Rekrutmen Anggota Forum Betawi Rempug Gardu 0176” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjanan Sosial (S.Sos) pada Program

Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama masa-masa pra penelitian, penyusunan, penulisan, hingga masa penyelesaian skripsi ini saya mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 2. Prof. Dr. Ali Munhanif, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan jajarannya.

vii

3. Dr. Iding Rasyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama ini. 4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama ini. 5. Dr. Idris Thaha, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini, Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama penelitian ini. 6. Dr. Nawiruddin, M.Ag selaku dosen penguji I dalam ujian skripsi ini. 7. Khoirun Nisa MA. Pol. selaku dosen penguji II dalam ujian skripsi ini. 8. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah. 9. Tri Aryadi, Arsyad, Fairuz, Robi, Ismail Jamil, dan Agus Salim yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. 10. Orang tua tercinta Mahmuddin dan Sun’ah, serta kedua kakak dan adik Fakar Aida dan Lisa yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 11. Alysha Primadani Putri Kekasih tersayang yang selalu memberi dukungan serta bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini hingga tuntas. 12. Sahabat terbaik Redbull Daffa, Reza, Andy, Dayat, Dimas, Adnan, Cahya, Arfiah, Adel, Nabilla, Inas, Lila, Helma, 13. Kawan satu bimbingan skripsi Cherlinda, Daffa, dan Lila. 14. Kawan sekaligus keluarga selama kuliah di UIN, semua teman di Prodi Ilmu Politik A 2015. 15. Keluarga besar HMI Komisariat FISIP Cabang Ciputat. 16. Keluarga besar kelompok KKN Inspire 192, Satrio, Almory, Ocid, Ivan, Rian, Rifadho, Ican, Acong, Aini, Leli, Marwah, Ririn, Nurul, Ery, Nabila, Tia, Ninit, Putri, Avit,

viii

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan baik berupa doa, moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...... iv PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...... v ABSTRAKSI ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR SINGKATAN ...... xiv BAB I ...... 1 PENDAHULUAN ...... 1 A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian ...... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7 D. Tinjauan Pustaka ...... 7 E. Metode Penelitian ...... 12 E.1. Jenis Penelitian ...... 12 E.2. Teknik Pengumpulan Data ...... 13 E.3. Teknik Analisis Data ...... 13 F. Sistematika Penulisan ...... 14 BAB II ...... 16 KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL ...... 16 A. Teori Rekrutmen ...... 16 A.1. Pengertian Rekrutmen ...... 16 A.2. Tujuan dan Pentingnya Rekrutmen ...... 17 A.3. Strategi Rekrutmen ...... 18 B. Teori Civil Society ...... 21 B.1. Pembentukan Civil Society ...... 21

x

B.2. Pengertian Civil Society ...... 23 B.3. Fungsi Civil Society ...... 26 C. Teori Labeling ...... 28 C.1. Pengertian Labeling ...... 28 C.2. Pembentukan Labeling ...... 29 BAB III ...... 31 GAMBARAN UMUM ANGGOTA DAN KEPENGURUSAN FBR ...... 31 A. Asal Muasal FBR ...... 31 B. Kepengurusan FBR ...... 33 C. Anggota serta Atribut FBR Gardu 0176 ...... 35 D. Aktivitas FBR ...... 37 BAB IV ...... 38 REKRUTMEN, PENCEGAHAN, DAN PENANGGULANGAN ANGGOTA FBR GARDU 0176 DARI TINDAKAN PREMANISME ...... 38 A. Rekrutmen FBR ...... 38 A.1. Kriteria Rekrutmen yang Dilakukan FBR ...... 39 A.2. Sistem Rekrutmen Kekerabatan (Intimates) ...... 40 A.3. Mekanisme Rekrutmen Kekerabatan (Intimates) ...... 42 B. Menangkal Premanisme dalam Tubuh FBR ...... 46 B.1. Pendidikan dan Pemberdayaan sebagai Upaya Pencegahan ...... 49 B.2. Peringatan dan Pemecatan sebagai Upaya Penanggulangan ...... 56 BAB V ...... 58 PENUTUP ...... 58 A. Kesimpulan ...... 58 B. Saran ...... 60 B.1. Saran Praktis ...... 60 B.2. Saran Akademis ...... 60 DAFTAR PUSTAKA ...... 61

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah Etnis di Jakarta Menurut BPS Tahun 2010……………...... 28

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1. Struktur Kepemimpinan Forum Betawi Rempug...... 32 Gambar IV.1. Formulir Pendaftaran Anggota Forum Betawi Rempug...... …...…42 Gambar IV.2. Kegiatan Pengajian Kitab di FBR Gardu 0176……………………….51 Gambar IV.3. Surat Rekomendasi FBR untuk Perusahaan ...... 53

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik CSO : Civil Society Organization CSR : Corporate Social Responsibility KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia Korlap : Kordinator Lapangan Korwil : Koordinator Wilayah KTA : Kartu Tanda Anggota KTP : Kartu Tanda Penduduk Ormas : Organisasi Masyarakat PP : Pemuda Pancasila Pemilu : Pemilihan Umum SDM : Sumber Daya Manusia Siskamling : Sistem Keamanan Lingkungan TPS : Tempat Pemungutan Suara wanbinpus : Dewan Pembina Pusat wanhatpus : Dewan Penasehat Pusat

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini membahas tentang organisasi Forum Betawi Rempug (FBR) dalam rekrutmen, pencegahan dan penanggulang anggota dari tindakan premanisme.

Rekrutmen merupakan titik awal regenerasi FBR untuk memperbaiki citranya yang selama ini dijustifikasi sebagai organisasi preman. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa anggota yang dihasilkan tersebut bukan merupakan orang-orang yang berpotensi melakukan aksi premanisme.1 FBR memiliki cara agar anggota tercegah dari tindakan-tindakan premanisme dengan memberikan pelatihan serta pemberdayaan.

Ada dua kasus FBR yang dihimpun penulis yaitu dua anggota FBR Gardu 0176 pada 17 Maret 2013 menyerang Kantor Media Tempo2. Berikutnya kasus sekelompok anggota FBR dengan Pemuda Pancasila bentrok di depan Gandaria City, Kapolres

Metro Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar menyebut, dua ormas yang terlibat yakni

Pemuda Pancasila (PP) FBR Gardu 0176.3

Selain itu FBR menguasai lahan-lahan parkiran, dan kerap meminta dana kepada perusahaan-perusahaan sekitar. Melihat dari kasus-kasus tersebut seakan anggota FBR

1 Nina Farlina, “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug (FBR)” (Tesis Pascasarjana Ilmu Susastra, Universitas Indonesia, Depok, 2012). 2 Irfan Abdurrahmat, “FBR: Pelaku Berinisial O Sudah Bukan Anggota Kami”, 18 Maret 2013, (Republika On-line); tersedia di https://www.republika.co.id/; diakses pada 12 November 2018. 3 Nada Nailufar, "Ormas FBR dan Pemuda Pancasila Bentrok di Jakarta Selatan", 11 September 2018, (Kompas On-line); tersedia di https://megapolitan.kompas.com/; diakses pada 12 November 2018.

1 lupa dengan fungsi dan perannya. Sudah tercantum dalam AD/ART yaitu status, fungsi, dan peran FBR sebagai organisasi kemasyarakatan yang berfungsi sebagai perjuangan masyarakat Betawi serta berperan sebagai wadah dan aspirasi masyarakat

Betawi yang memperjuangkan hak-hak dan cita-cita masyarakat Betawi secara umum.4

Berdasarkan data sebelumnya, banyak para kader lupa terhadap status, peran, dan fungsi FBR karena tidak selektifnya sistem rekrutmen anggota dan kurangnya pendidikan serta pemberdayaan sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita FBR itu sendiri.

Ketua umum FBR tidak membantah jika ormas yang dipimpinnya sering turut andil dalam bentrok dengan kelompok lain. Ia beranggapan, hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat Jakarta yang beragam.5 Terkadang aksi premanisme yang dilakukan demi mencapai sebutan jagoan orang oleh sekitar. Di dalam masyarakat Betawi dikenal istilah Jago. Istilah ini merujuk kepada seseorang yang ahli silat atau main pukulan, namun tetap memegang nilai kebaikan. J.J Rizal sebagai sejarawan mengungkapkan organisasi yang tercipta ini mengubah konsep jago, karena dapat dilihat main pukul yang digunakan tidak lagi memegang nilai kebaikan.6

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam tradisi dan memiliki banyak suku dan ras. Dari berbagai macam kalangan masyarakat itu, maka

4 Forum Betawi Rempug (FBR). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Forum Betawi Rempug. Jawa Barat: FBR, 2002. 5 Suriyanto, Yuliawati, dan Aulia, “Ormas Betawi: Antara Golok Jawara dan Identitas Pribumi”. 6 Wawancara dengan Tri Aryadi, ketua FBR Gardu 0176, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

2 tumbuh kelompok yang disebut organisasi masyarakat (ormas) demi mewakili suara anggotanya dan menyuarakan aspirasi. Kota Jakarta yang merupakan pusat dari ibu kota dan bisa dianalogikan sebagai miniatur Indonesia karena di dalamnya terdapat multi kultural suku dan etnis, dengan gambaran sebagai berikut:

Tabel I.1. Jumlah Etnis di Jakarta Berdasarkan Data BPS Tahun 20107

ETNIS JIWA

Jawa 3,453,000

Betawi 2,700,000

Sunda 1,592,000

Tionghoa 632,000

Batak 327,000

Minangkabau 272,000

Melayu 92,000

Madura 80,000

Suku Asal Sumsel 72,000

Bugis 68,000

Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2010

Pada tabel jumlah etnis di Jakarta yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS), dapat disimpulkan bahwa Jakarta merupakan kota yang memiliki banyak etnis

7 Badan Pusat Statistik, “Jumlah Suku Bangsa di DKI Jakarta”, https://jakarta.bps.go.id/, diakses pada 16 November 2018.

3 di dalamnya, dan jumlah etnis Betawi sudah kalah kuantitasnya dari etnis Jawa yang merupakan pendatang. Dikarenakan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga banyak masyarakat dari luar yang berdatangan atau urbanisasi dan mendominasi di lingkungan Jakarta, maka tidak heran tabel di atas menunjukkan etnis di Jakarta sangat beragam.

Sejak ormas terbentuk setelah kemerdekaan, jawara-jawara direkrut sebagai alat pemukul. Pada masa itu jawara-jawara yang merupakan bekas pejuang yang tidak masuk ke militer dan tidak memiliki pekerjaan.8

Setelah rezim Soeharto selesai pada Mei 1998 membuka permasalahan baru yakni masalah suku, agama, ras, dan antar golongan. Mereka memprotes ketertinggalan putra daerah dalam setiap kontestasi politik daerah. Berkaitan dengan itu muncul slogan agar penduduk asli menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri.9

Etnis Betawi sebagai warga asli Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, mulai dari bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya. Agar etnis Betawi dapat menyalurkan aspirasi dan mengembangkan potensi tanpa harus menyerang etnis lain yang hidup bersama di tanah Betawi maka satu langkah yang bisa dilakukan

8 Suriyanto, Yuliawati, dan Aulia Bintang Pratama, “Ormas Betawi: Antara Golok Jawara dan Identitas Pribumi”, 22 Juni 2016, (CNN On-line); tersedia di https://www.cnnindonesia.com/; diakses pada 16 November 2018. 9 Widyanto Untung, ”Antara Jago dan Preman: Studi Tentang Habitus Premanisme Pada Organisasi Forum Betawi Rempug (FBR)” (Tesis Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2005).

4 adalah dengan membentuk ormas kedaerahan, dalam hal ini terbentuklah organisasi

FBR.

Dalam buku yang menjelaskan biografi Kiai Fadholi El Munir dan organisasi yang didirikannya, FBR berdiri dari keprihatinan para sesepuh warga Betawi atas kenyataan yang mereka rasakan di Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi semakin tersisih dan terhimpit kehidupan kota. Mereka berharap tidak di sepelekan dan diremehkan di ibu kota yang semakin padat dengan serbuan arus modernisasi.10

Berdasarkan data sebelumnya, ketika mengetahui ada pendatang yang melakukan maksiat di kampung halaman warga Betawi.11 Sebab dari itu, para tokoh Betawi seperti

Kiai Fadholi El Munir bangkit dan memperjuangkan hak-haknya. Pada hari Minggu

Legi 29 Juli 2001 Masehi, FBR berdiri dipelopori oleh beberapa ulama muda Betawi di Pondok Yatim Zidatul Mubtadi’ien Cakung Jakarta Timur. Sebagai kelompok yang paham dan sadar hak, kewajiban, peran serta dan tanggung jawabnya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Tekad kuat etnis Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, , Depok, dan untuk berkumpul dan bersatu dalam wadah yakni FBR.12

FBR juga sering melakukan pengawasan di saat pemilu berlangsung terutama di

Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang rawan konflik di sekitar wilayah Gardu FBR

0176. Sudah tertera di janji setia FBR nomor 7 yaitu Siap bekerjasama dengan

10 Solemanto, Jejak Langkah Sang Kiai: Mengenal Republik dari Tanah Betawi (Jakarta: Mukti Jaya, 2009), h. 16. 11 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 12 Solemanto, Jejak Langkah Sang Kiai: Mengenal Republik dari Tanah Betawi, h. 17.

5 pemerintah, aparat keamanan, antar suku atau antar etnis selagi tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah.13 Hal ini dilakukan karena banyak anggota yang pengangguran dan menjalankan usaha kecil yang tidak terus maju demi menghindarkan anggota melakukan tindakan pemerasan atau pemalakan yang kerap dilakukan anggotanya.14 Namun upaya itu tidak terlalu efisien, masih ada anggota-anggota yang melakukan aksi premanisme seperti data sebelumnya.

Beberapa kasus tindakan kriminal yang melibatkan anggota ormas FBR membuat citra mereka di mata masyarakat sangat buruk. Seperti yang disebutkan ketua umum

FBR banyak anggota yang pengangguran dan usaha itupun tidak membuatnya mereka kaya. penulis berasumsi sementara banyak terjadinya kasus seperti yang dipaparkan di atas terjadi bukan hanya alasan rasa solidaritas, tetapi dikarenakan tidak ketat dalam merekrut anggota, serta kurangnya pendidikan dan pemberdayaan yang dilakukan pengurus FBR. Apabila anggota FBR tidak diberdayakan, maka anggota tersebut berpotensi melakukan tindakan premanisme seperti data sebelumnya. Berdasarkan pernyataan masalah tersebut penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai rekrutmen, pencegahan, dan penanggulangan anggota FBR Gardu 0176.

Penulis tertarik meneliti gardu 0176, sebab gardu tersebut melakukan rekrutmen paling banyak di Jakarta. Terbukti gardu 0176 memiliki anggota terbanyak di Jakarta yakni 363 orang. Selain itu Gardu 0176 rutin mendokumentasikan kegiatannya di

13 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 14 Suriyanto, Yuliawati, dan Aulia Bintang Pratama, “Ormas Betawi: Antara Golok Jawara dan Identitas Pribumi”.

6 dalam websitenya. FBR di Jakarta hanya Gardu 0176 yang memiliki website, selain

0176 hanya Korwil tangerang yang memiliki website.15

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari pernyataan masalah tersebut, penelitian yang dilakukan ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu:

1. Bagaimana sistem rekrutmen anggota FBR dalam menyeleksi calon anggota?

2. Bagaimana peran FBR dalam mencegah dan menanggulangi tindakan premanisme

yang dilakukan oleh anggotanya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, tentunya terdapat tujuan dan manfaat penelitian yang ingin dicapai yaitu: a. Untuk mengkaji sistem rekrutmen FBR dalam menyeleksi calon anggota. b. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi peran FBR dalam mencegah dan

menanggulangi anggota yang melakukan tindakan premanisme.

D. Tinjauan Pustaka

Agar tidak terjadi kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai instrumen perbandingan dalam melakukan penelitian. Penelusuran ini dilakukan untuk

15 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

7 memberikan keragaman perspektif yang dapat menjadi perbandingan dalam melakukan penelitian.

Pertama, karya ilmiah dari UIN Syarif Hidayatullah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang diteliti oleh Fitri Fauziah yang berjudul “Peran Hubungan

Masyarakat (Humas) FBR Dalam Mengatasi Krisis Organisasi”.16 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian tersebut menjelaskan bagaimana mengatasi krisis organisasi, FBR memberi pelayanan komunikasi, baik internal maupun eksternal adalah peran Humas FBR. Dalam hal pelayanan internal, humas FBR memberi pengarahan dan pembinaan anggota-anggota yang bermasalah kepada koordinator wilayah yang bersangkutan, lalu dalam hal pelayanan komunikasi eksternal, humas FBR memberi penjelasan serta melakukan pendekatan kepada publik eksternal yang bersangkutan juga melakukan kerja sama dengan Badan Kesatuan

Bangsa.

Perbedaan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan Fitri Fauziah lebih ke arah komunikasi dengan teori yang digunakan public relation. sedangkan penelitian yang dilakukan penulis lebih ke arah rekrutmen organisasi FBR.

Kedua, karya ilmiah yang ditulis oleh Tengku Ariefnanda Aziz, M. Syamsul

Maarif, dan Anggraini Sukmawati yang berjudul “Pengaruh Rekrutmen dan Seleksi

16 Fitri Fauziah, “Peran Hubungan Masyarakat (humas) Forum Betawi Rempug (FBR) Dalam Mengatasi Krisis Organisasi”, (Skripsi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2012).

8

Terhadap Kinerja”.17 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, di dalamnya menjelaskan bahwa dari tiga variabel faktor rekrutmen dan seleksi memiliki hubungan yang positif namun memiliki kendala dalam prosedur. Dalam hal ini harus adanya pembaharuan sistem rekrutmen, kebijakan organisasi dan perencanaan rekrutmen.

Dalam pembahasan karya ilmiah ini memiliki perbedaan yakni membahas perusahaan bukan organisasi dan juga metode yang digunakan adalah kuantitatif.

Memang dalam pembahasannya mempunyai kesamaan yaitu sistem rekrutmen, karya ilmiah yang ditelitinya lebih mengarah hubungan antara pola rekrutmen dan seleksi karyawan terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan teori rekrutmen dan teknik maksimum dengan menggunakan kuesioner dan wawancara untuk mengetahui jenis variabel, model, dan kesalahan.

Ketiga, karya ilmiah yang ditulis oleh Roby Darwis Nasution yang berjudul

“Analisis Efektifitas Pola Rekrutmen Kader Ranting Muhammadiyah di Ponorogo”.18

Penelitiannya menggunakan metode kualitatif dan menjelaskan sesuai dengan keputusan muktamar Muhammadiyah ke-46 tentang revitalisasi kader dan anggota

Muhammadiyah, pola rekrutmen yang dilaksanakan oleh Ranting Muhammadiyah di

Kabupaten Ponorogo. Tujuan utama dari rekrutmen juga sudah sesuai dengan

17 Tengku Arifnanda Aziz, M Syamsul Maarif, dan Anggraini Sukmawati, “Pengaruh Sistem Rekrutmen dan Seleksi Terhadap Kinerja,” Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No. 2, Mei 2017 (Jurnal On-line); tersedia di https://journal.ipb.ac.id/; diakses pada 13 November 2018. 18 Roby Darwis Nasution, “Analisis Efektifitas Pola Rekrutmen Kader Ranting Muhammadiyah Di Ponorogo,” Jurnal Sosial Politik Humaniora, Vol. 6. No.1. Agustus 2017 (Jurnal On-line); tersedia di https://www.researchgate.net/; di unduh pada 03 Desember 2018.

9 ketetapan pimpinan pusat Muhammadiyah yaitu untuk melanjutkan perjuangan

Muhammadiyah serta memperluas ruang dakwah.

Perbedaan penelitian ini, terletak pada objek penelitian yaitu organisasi

Muhammadiyah, serta tempat penelitian yang dilakukan yaitu kota Ponorogo. Memang dalam penelitiannya memiliki kesamaan yaitu membahas sistem rekrutmen, namun inti permasalahan di organisasi Muhammadiyah yaitu kesulitan untuk mencari kader usia muda dan produktif. Sebab dari itu penelitian ini menggunakan teori rekrutmen dengan metode deskriptif kualitatif menggunakan tiga sampel.

Keempat, karya ilmiah dari Universitas Islam Raden Rahmat Malang yang ditulis oleh Mahatir Muhammad Iqbal yang berjudul “Membangun Sistem Rekrutmen Calon

Pegawai Negeri Sipil Pada Era Otonomi Daerah”.19 Karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan membahas sistem rekturmen pada era sekarang dan membandingkan dengan era rezim orde baru yang serba penuh pungutan liar. Dalam penjelasan ini lebih kepada hal teknis dalam merekrut pegawai haruslah dengan perencanaan yang matang. Dalam hal ini yang bersangkutan adalah administrasi publik yang sebagian dari aktivitas masyarakat maka dibutuhkannya konstruksi bottom up dalam proses rekrutmen CPNS.

Penelitian ini berbeda karena lebih membahas kepada administrasi publik yang mana dibutuhkannya reformasi birokrasi yang baik. Sedangkan yang dibahas penulis

19 Mahatir Muhammad Iqbal, “Membangun Sistem Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Era Otonomi Daerah” Jurnal Sosial Politik dan Humaniora /07/Vol. 05/No. 02 Juni 2017 (Jurnal On-line); tersedia di http://journal.umpo.ac.id/; diakses pada 03 November 2018.

10 yaitu anggota ormas yang tidak membutuhkan campur tangan birokrasi dalam hal rekrutmen anggota. Penelitian ini menggunakan teori sistem dengan membahas sistem birokrasi dan pemerintahan.

Kelima, karya ilmiah dari Universitas Indonesia yang diteliti oleh Nina Farlina

yang berjudul “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug

(FBR)”.20 Karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di dalamnya

membahas tentang identitas Betawi yang terorganisir dalam organisasi Forum Betawi

Rempug (FBR). Dalam analisisnya didapatkan identitas etnis Betawi merupakan etnis

yang agamis, berbudaya bahkan sebagai etnis asli Jakarta dibangun dengan

menunjukkan diri sedemikian rupa agar menimbulkan makna seperti yang diinginkan

FBR. Namun, media massa berperan juga dalam membentuk identitas Betawi dan

memberi hasil sudut pandang negatif, sehingga menimbulkan identitas premanisme.

Namun organisasi ini bukan hanya diikuti oleh kalangan Betawi namun kalangan

etnis lain demi mempertahankan wilayahnya dari serbuan para pendatang.

Perbedaan penelitian ini yaitu menggunakan sudut pandang identitas, yang di dalamnya menggunakan teori semiotika barthes. Berdasarkan teori tersebut dapat menjelaskan representasi identitas dalam fenomena budaya yang memiliki makna dalam sebuah kelompok.

Keenam, karya ilmiah dari Universitas Indonesia yang diteliti oleh Widyanto

Untung yang berjudul “Antara Jago dan Preman: Studi Tentang Habitus Premanisme

20 Nina Farlina, “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug (FBR)”, Universitas Indonesia, Depok, 2012).

11

Pada Organisasi Forum Betawi Rempug (FBR)”.21 Karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif, di dalamnya membahas habitus premanisme yang ada pada organisasi FBR.

Dalam analisisnya penulis menemukan bahwa habitus premanisme dalam tubuh

FBR muncul sebagai reaksi karena posisi sosial etnis Betawi yang tersingkirkan secara ekonomi, sosial, kultural dan politik. Dizalimi dan dianiaya oleh kaum pendatang, elit politik dan pemerintah itulah yang dirasakan mereka. Di sisi lain, semenjak zaman kolonial Belanda dalam tradisi Betawi ada nilai-nilai jago yang anti penjajah dan membantu kaum yang lemah. Internalisasi nilai-nilai jago, pengalaman ditindas, dan keterbatasan modal ekonomi, sosial, kultural dan politik inilah yang membuat mereka melakukan tindak kekerasan. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu premanisme yang dilakukan FBR disebabkan institutional distrust.

E. Metode Penelitian

E.1. Jenis Penelitian

Dalam karya ilmiah ini jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif.

Untuk penelitian kualitatif dalam menyajikan data berbentuk deskriptif dan lebih apa adanya atau natural setting, maka dari itu arah penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam penelitian ini penulis memberi deskripsi dengan

21 Widyanto Untung, ”Antara Jago dan Preman: Studi Tentang Habitus Premanisme Pada Organisasi Forum Betawi Rempug (FBR)”.

12 memberi gambaran hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, serta mengkaji dan menelaah lebih jauh menyangkut sistem rekrutmen anggota FBR Gardu 0176.

E.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

E.2.1. Wawancara (in-depth interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang informan. Wawancara ialah cara yang baik untuk menghidupkan topik riset.22 Untuk mendapatkan data primer dapat berupa catatan, dokumentasi, dan rekaman suara hasil wawancara secara langsung dengan responden yang berkaitan dengan rekrutmen anggota FBR.

E.2.2. Literatur

Studi literatur ialah mencari dan menghimpun data sekunder yang menyangkut dengan masalah-masalah melalui literatur buku, surat kabar, internet, dan lain-lain yang bersangkutan dengan rekrutmen anggota FBR.

E.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan tentang subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan memberi gambaran terhadap data-data yang telah terkumpul serta memberikan penjelasan. Memakai teknik

22 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 12.

13 analisis data ini diharapkan dapat menyodorkan gambaran yang sistematis, faktual, akurat, dan aktual mengenai topik sistem rekrutmen anggota FBR Gardu 0176 dengan berdasarkan teori rekrutmen dan civil society. Penulis berpedoman pada buku yang diterbitkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yaitu “Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi”.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan penelitian dan saling bersangkutan antara bab yang satu dengan lainnya, maka penulis membagi pembahasan terbagi dalam lima bab, berikut sistematika penulisan dalam penelitian ini:

Bab I, dalam bab ini yang dipaparkan penulis diawali dengan pendahuluan dengan menjelaskan pentingnya penelitian yang diteliti dan menjabarkan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian terkait sistem rekrutmen anggota FBR.

Bab II, pada bab ini terdapat kerangka teori yang meliputi pengertian civil society dan rekrutmen, yang dijabarkan dari beberapa bahan bacaan dan karya ilmiah, kemudian disangkutkan kepada pembahasan rekrutmen anggota FBR di Gardu 0176.

Bab III, memaparkan profil dan AD/ART yang menjelaskan pengertian, sejarah, fungsi, visi, dan misi organisasi FBR, serta sepak terjangnya dalam kehidupan sosial.

Bab IV, pembahasan bab ini mengenai hasil dari temuan penelitian dengan mewawancarai narasumber yang ada, dengan membahas sistem rekrutmen anggota

FBR dan menanggulangi premanisme yang timbul disebabkan anggota pengangguran.

14

Bab V, dalam bab ini yang dipaparkan penulis yaitu penutup, yang berisi kesimpulan dan saran agar pembaca bisa lebih memahami dalam membaca penelitian ini.

15

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL

Bab ini menjelaskan beberapa teori yang digunakan untuk menganalisa penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori labeling, civil society dan rekrutmen. Beberapa teori ini digunakan sebagai bahan dasar penguat argumentasi dan menganalisis lebih jauh mengenai civil society dan premanisme untuk melihat ormas FBR dalam melakukan rekrutmen, pencegahan, dan penganggulangan dari tindakan premanisme.

A. Teori Rekrutmen

A.1. Pengertian Rekrutmen

Rekrutmen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses dan cara memasukkan calon anggota baru.1 Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk diposisikan dalam organisasi.2 Cara yang dilakukan dengan proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki jabatan atau posisi tertentu.3 Selain itu rekrutmen merupakan bentuk usaha mengatur komposisi sumber daya manusia secara seimbang sesuai dengan tuntutan melalui penyeleksian yang dilakukan.

Di negara yang demokratis rekrutmen biasa dilaksanakan secara terbuka. Setiap orang yang memenuhi syarat dan mampu memiliki peluang yang sama untuk

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, “rekrutmen”, https://kbbi.web.id/, diakses pada 20 Februari 2019. 2 Dr. Edy Soetrisno. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 45. 3 Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 81.

16 menduduki kedudukan atau jabatan tersebut. Banyak pengertian mengenai rekrutmen namun memiliki pengertian yang sama. Berdasarkan pengertian tersebut, maka rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar yang kompeten untuk diposisikan dalam organisasi.

A.2. Tujuan dan Pentingnya Rekrutmen

Rekrutmen merupakan proses atau tindakan yang dilakukan oleh organisasi untuk mendapatkan tambahan anggota melalui berbagai tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi. Penarikan anggota bertujuan untuk menyediakan anggota yang cukup agar manajemen dapat memilih anggota yang memenuhi kualifikasi yang mereka perlukan di dalam organisasi.4

Rekrutmen diadakan untuk memperoleh persediaan sebanyak-banyaknya calon anggota, maka organisasi memiliki peluang besar untuk melakukan pilihan terhadap calon anggota yang dianggap kompeten dan potensial.5 Rekrutmen yang ideal yaitu jika sejumlah calon anggota yang berkualitas ditarik untuk bergabung dalam sebuah organisasi, karena dari calon anggota yang berkualitas itu yang melanjutkan kepemimpinan dalam sebuah organisasi.

Tujuan umum rekrutmen, yaitu untuk menyiapkan sejumlah calon anggota yang berpotensi dan berkualitas. Sedangkan tujuan spesifik rekrutmen yakni untuk menetapkan kebutuhan rekrutmen masa kini dan masa mendatang, hubungannya

4 A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 33 5 Ambar Teguh Sulistiyani, Manajamen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 169-170.

17 dengan perencanaan sumber daya manusia dan untuk meningkatkan kualitas dari para anggota.

Dalam organisasi team builder biasanya berkeyakinan investasi terpenting yang bisa ditanamkan adalah pada anggota. Maka biasanya mereka menekankan pada pentingnya rekrutmen dan segala yang berhubungan dengan strategi pengembangan sumber daya manusia.6

Rekrutmen dianggap baik jika memenuhi syarat-syarat, yaitu jaringan menerima pengarahan dan bimbingan menyangkut tugas organisasi, jaringan menerima dan memahami peraturan, memperlihatkan kemauan, dan menerapkan prinsip sehingga menghasilkan informan dan memberi pelayanan untuk keperluan rekrutmen.

A.3. Strategi Rekrutmen

Strategi organisasi untuk memperluas organisasinya dan memperbanyak anggota terdapat dua cara, yaitu recruiting intimates dan recruiting strangers. Recruiting intimates adalah mengajak seseorang karena hubungan pertemanan, keluarga, kerabat untuk bergabung dalam sebuah gerakan dengan cara langsung atau dengan media perantara. Sedangkan recruiting strangers adalah mengajak seseorang tanpa ada hubungan sebelumnya untuk bergabung dalam sebuah gerakan dengan menarik orang lain dengan cara bertemu langsung, serta melalui media.7

6 Herry Tjahjono, Culture Based Leadership, (Jakarta: Gramedia, 2010), h. 95. 7 Jo Freeman dan Johnson Victoria, Wave of Protes: Social Movements Since the Sixties, (Maryland: Rowman and Littlefield Publishers, 1999) h. 72-74.

18

Strategi rekrutmen dijelaskan lebih spesifik oleh David A. Snow, yaitu face to face dan mediated.8 Face to face yaitu bertatap muka secara langsung dan saling berkomunikasi. Face to face terbagi menjadi dua, yaitu private face to face dan public face to face.

Private face to face yaitu karena ada hubungan pertemanan, kekeluargaan, dan berasal dari daerah yang sama. Sehingga tidak sulit dalam melakukan rekrutmen disebabkan sudah ada hubungan sebelumnya. Sedangkan public face to face yaitu jika ada forum di ruang publik yang dapat dimanfaatkan oleh seorang anggota untuk menarik calon anggota sehingga orang tersebut tertarik untuk bergabung ke dalam organisasi, seperti pengajian atau seminar.

Mediated yaitu strategi rekrutmen yang membutuhkan media, adanya perkenalan dan komunikasi terjalin intens melalui media. Mediated terbagi menjadi dua yaitu private mediated dan public mediated.

Private mediated yaitu adanya seorang pengurus organisasi melakukan strategi rekrutmen dengan cara menghubungi calon anggota dengan berkenalan dan komunikasi melalui telpon atau sms yang sifatnya hubungan personal antara kedua individu. Sedangkan public mediated yaitu adanya pengurus organisasi mengajak calon anggota dengan menyebarkan melalui media yang sifatnya umum dan dapat dibaca semua orang, seperti koran atau brosur, dan untuk media elektronik seperti facebook atau instagram.

8 D. Mc Adam dan David A. Snow, Social Movements: Reading on their Emergence, Mobilization and Dynamics, (Los Angels: Roxbury Publishing Company, 1997), h. 122-124.

19

Teori rekrutmen yang dikembangkan oleh Harvard University adalah hire the attitude train the skill dalam rekrutmen. Makna teori tersebut yaitu pilih yang berperilaku baik lalu kemudian beri dia keterampilan, karena mengasah keterampilan itu jauh lebih mudah dari pada mengubah perilaku.9 Maka kalau kita menemukan orang yang memiliki perilaku unggul, mudah bagi kita untuk memberi keterampilan kepadanya untuk organisasi. Karena untuk menjadi pemimpin yang bagus bahan bakunya adalah perilaku dan keterampilan yang unggul. Memang bukan hanya itu saja tetapi kedua itu adalah syarat mutlaknya. Agar mendapatkan kedua syarat itu maka dalam proses penarikan harus dilandasi dengan rancangan yang benar-benar matang.

Dalam rekrutmen anggota FBR, pengurus menggunakan strategi recruiting intimates atau biasa di sebut sistem kekerabatan dengan cara private face to face.

Seperti mengajak orang terdekat seperti keluarga dan kerabat untuk bergabung dalam organisasi FBR. Sebab pengurus FBR menganggap orang asing adalah ancaman. maka dibutuhkan perkenalan terlebih dahulu sebelum mengajak ke dalam organisasi. Jika ada orang asing yang ingin masuk FBR maka diperintahkan untuk rutin silaturahmi dahulu ke Gardu agar saling kenal dahulu satu sama lain.. Menurut ketua Gardu FBR

0176, dengan silaturahmi keluarga atau kerabat kita juga dapat menjelaskan organisasi yang kita ikuti. Tidak untuk mengajak langsung ke dalam organisasi tetapi bisa diawali dengan menyebutkan segala kebaikan apa yang telah dilakukan oleh ormas FBR.

9 Januar Darmawan, Profit and Beyond, (Jakarta: Kencana, 2009), h.97.

20

Setelah itu bisa dilanjutkan dengan menjelaskan apa visi misi dan sepak terjang

FBR, jika visi misi dan sepak terjang organisasi itu menarik maka orang di sekitar kita tertarik. Jika orang tersebut memiliki ketertarikan atau ingin tahu lebih dalam terhadap ormas FBR maka kita bisa mengajaknya ke acara-acara FBR agar mereka mengetahui fakta lapangan ormas FBR sebelum bergabung ke dalamnya. Jika sudah melalui itu, maka orang tersebut dapat melakukan tahap-tahap pendaftaran calon anggota.10

B. Teori Civil Society

B.1. Pembentukan Civil Society

Pada awalnya civil society merupakan konsep sekuler karena adanya ilmuwan penentang pada kekuasaan gereja yang absolut di abad pertengahan. Kemudian berlanjut pada lahirnya sikap liberal yang mengakui hak-hak individu untuk mengartikulasikan otonomi di setiap pilihan-pilihan hidupnya. Akibat adanya sikap liberal ini maka ia membutuhkan ruang umum atau public sphere dan jaminan hukum serta public discourse.

Civil society di Indonesia muncul pada akhir abad ke-19. Kota-kota di Indonesia pada masa itu masih berkembang seiring dengan munculnya masyarakat kelas menengah. Sejarawan menganggap lahirnya kelas menengah ini sebagai munculnya zaman modal, yaitu ketika masyarakat swasta berhasil memperjuangkan hak-haknya.

Berkembangnya perdagangan dan perkebunan swasta membuat civil society ini

10 Wawancara dengan Tri Aryadi, ketua FBR Gardu 0176, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

21 mempunyai kekuatan politis untuk mendesak pemerintah kolonial menyediakan fasilitas publik.

Pada abad ke-19 pembentukan masyarakat kelas menengah itulah awal dari pembentukan civil society. Perkembangannya selama ini menggambarkan sejarah civil society di Indonesia. Namun di sisi lain, terdapat perbedaan pendapat tentang hak-hak masyarakat antara pribumi dan Belanda membuat sejarah civil society di Indonesia tidak dapat sekedar dipandang sebagai sejarah masyarakat urban. Bagian masyarakat pribumi pada civil society menjadikan hubungan yang signifikan dengan pembentukan konsep Indonesia sebagai bangsa dan negara.11

Berdasarkan hubungan tersebut membuat sejarah civil society menjadi sangat kompleks di Indonesia. Pembentukan civil society tidak bisa dipahami tanpa membahas sebuah kebudayaan baru yang mendasarinya. Kebudayaan baru ini yang nantinya mengantarkan masyarakat pribumi memasuki kelas menengah. Kebudayaan baru tersebut membuat masyarakat pribumi menyadari hak-hak mereka sebagai bangsa.12

Keberadaan civil society di dalam rakyat modern tentu tak lepas dari hadirnya komponen-komponen struktural dan kultural inheren di dalamnya. Komponen pertama termasuk terbentuknya negara yang yang berdaulat, berkembangnya ekonomi pasar, tersedianya ruang-ruang publik bebas, tumbuh dan berkembangnya kelas menengah, dan keberadaan organisasi-organisasi kepentingan dalam rakyat. Pada saat yang sama, civil society berkembang dan menjadi kuat apabila komponen-komponen kultural yang

11 Burhanuddin Abdullah, Urban Culture, (Jakarta: CP Biennale, 2005), h. 3. 12 Burhanuddin, Urban Culture, h. 4.

22 menjadi landasannya juga kuat. Komponen tersebut adalah pengakuan terhadap HAM dan perlindungan atasnya, khususnya hak berbicara dan berorganisasi, sikap toleran antar individu dan kelompok dalam rakyat, adanya tingkat kepercayaan publik (public trust) yang tinggi terhadap pranata-pranata sosial dan politik, serta kuatnya komitmen terhadap kemandirian pribadi dan kelompok.

B.2. Pengertian Civil Society

Civil society berasal dari kata civillity yang mengandung makna toleransi, kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima beragam pandangan politik dan tingkah laku sosial.13 Berbicara tentang civil society, maka harus berbicara tentang negara. Dalam artian pembicaraan tentang civil society tidak terlepaskan dari pembicaraan tentang negara. Keduanya baik civil society maupun negara dapat saling menghargai sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.14

Orang pertama yang membedakan konsep negara dan civil society mungkin merupakan Hegel (1770-1831). Civil society dalam pandangan Hegel adalah sebuah wilayah perantara di antara wilayah keluarga dan wilayah negara.15 Kaum borjuis yang mulai bermunculan di Eropa abad ke-17, melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan negara feodal maupun keluarga, sehingga menciptakan wilayah sosial baru yang

13 A. Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN, 2007), h. 193-197. 14 Jakob Utama, Masyarakat Warga dan Pergulatan Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2001), h. xii. 15 Bachtiar Alam, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan”, Jurnal Antropologi Indonesia, Vol. 30, No. 2, 2006 (Jurnal On-line); tersedia di http://www.ijil.ui.ac.id/; diakses pada 19 Januari 2019.

23 ditandai oleh berbagai persaingan ekonomi dalam bentuk kerja, produksi, pertukaran jasa dan barang, serta perolehan harta.

Wilayah sosial demikian disebut dengan civil society. Pernyataan lebih lanjut bahwa civil society adalah arena persaingan ekonomi, maka ia memiliki potensi perpecahan. Pada akhirnya negara sebagai kekuasaan politik yang mengurus kepentingan umum, harus mengontrol civil society agar tidak mengalami disintegrasi.16

Konsep civil socicety harus dipahami dengan kerangka tradisi liberal. Civil society bukan manifestasi dari sistem komunal dan bukan entitas sosial yang terdiri dari kumpulan manusia. Civil society merupakan ruang publik yang berisikan manusia segala individu-individu dengan segala atribut intrinsiknya.

Sebab itu civil society memiliki karakteristik yang juga terdapat dalam manusia sebagai individu, jika individu merupakan ruang pribadi maka civil society merupakan ruang publik. Sebab itu di dalamnya harus terdapat kebebasan, kesederajatan, dan nilai yang terkait seperti otonom, kesukarelaan serta keseimbangan.17 Civil society sebagai kumpulan karakter yang berbeda dalam bidang kehidupan sosial di dunia domestik, lingkungan ekonomi, aktivitas budaya, dan interaksi politik yang diatur pihak swasta atau sukarela antara individu dan kelompok di luar kendali negara.18

Manifestasi dari civil society yaitu asosiasi atau ormas yang muncul secara sukarela dan independen, tidak menjadi bagian formal, serta state apparatus sebagai

16 Bachtiar, “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan”. 17 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & Civil Society, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 5. 18 Indra Bastian, Akuntansi Untuk LSM dan Patai Politik, (Jakata: Erlangga, 2007). h. 6.

24 manifestasi dan pewadahan budaya dan hak masyarakat.19 Sebab itu masyarakat sipil dapat diklasifikasikan sebagai ormas, organisasi profesi, dan organisasi akar rumput yang berbasis pada ruang tertentu. Secara umum komunitas tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komunitas fungsional dan komunitas spasial.

Komunitas fungsional ditandai dengan hubungan-hubungan sosial tanpa dibatasi oleh ruang, sedangkan komunitas spasial memiliki batas ruang yang jelas.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, FBR merupakan masyarakat sipil yang secara klasifikasi masuk dalam ormas. Jika klasifikasi secara umum FBR termasuk dalam komunitas spasial, sesuai dengan AD/ART karena dibatasi oleh ruang yakni wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).20

Kita ketahui bahwa negara yang maju dan demokratis, menjunjung tinggi keberadaan civil society yang kuat untuk menjalankan sistem politik demokrasi. Ciri utama civil society yaitu keswadayaan dan kesukarelaan dengan cara asosiasi yang ada dalam rangka menyalurkan kepentingan bersama-sama, satu visi, gagasan. Mampu melakukan kiprah dengan sendiri tanpa ada ketergantungan dengan tujuan keswasembadaan.

Ahli ilmu politik melihat civil society di Indonesia sebagai wilayah kehidupan sosial yang menjamin berlangsungnya tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, tidak terserap di dalam jaringan-jaringan

19 Hendro dan Ali, Islam & Civil Society, h. 5. 20 Forum Betawi Rempug (FBR). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Forum Betawi Rempug. Jawa Barat: FBR, 2002.

25 kelembagaan politik resmi, serta mengandung transaksi komunikasi yang bebas oleh warga masyarakat.21 Civil society lebih dari sekedar gerakan pro-demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas.

B.3. Fungsi Civil Society

Civil society mengharapkan sebuah interaksi terbuka antar asosiasi-asosiasi yang berada dalam ruang publik untuk melakukan kesepakatan dengan berdialog yang digunakan untuk meraih kepentingan masing-masing, itu yang juga ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum, rule of law, aturan yang telah disepakati bersama dan dibuat, maka dari itu civil society sebagai penggerak demokrasi. Ketiga wilayah yaitu negara (state), pasar (privat sector), dan masyarakat (society) didorong untuk memiliki hubungan yang sinergis dan fungsional serta seimbang.

Civil society juga berfungsi sebagai alat dan tujuan. Sebagai alat civil society adalah landasan untuk melakukan check and balance. Sedangkan tujuan civil society yaitu agar masyarakat tetap bisa mengawasi konflik-konflik secara damai dan institusional. FBR melakukan check and balance sebagai fungsi dari alat civil society, seperti saat ikut melakukan aksi di kedutaan besar Myanmar. Sebagai tujuan civil society FBR juga sering melakukan pengawasan menjadi mitra polisi setempat, di saat pemilihan umum (pemilu) berlangsung terutama di tempat pemungutan suara (TPS) yang rawan konflik.22 Ini bertujuan untuk memberdayakan anggota FBR.

21 Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi & Pemberdayaan Civil Society, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 76. 22Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

26

Sebenarnya civil society sangat dibutuhkan untuk menjembatani atas proteksi masyarakat dari intervensi negara dan militer yang berlebihan melalui berbagai asosiasi, organisasi dan pengelompokan bebas di dalam rakyat serta keberadaan ruang- ruang publik yang bebas dan juga untuk menjembatani jika terjadinya dominasi kekuatan primordial seperti agama, karena agama dalam bernegara sebagai salah satu elemen identitas.23

Semua organisasi atau asosiasi yang berada di luar sektor negara yaitu Civil Society

Organization (CSO), mereka mencakup organisasi ketetanggan yang kecil, lokal hingga organisasi-organisasi berbasis keanggotaan berorientasi nasional. Civil society organization yang dijelaskan Larry Diamond adalah organisasi atau asosiasi yang ada di luar negara bersifat bebas dan independen. Civil society organization mencakup organisasi baik yang formal maupun informal yang dapat dikategorikan sebagai berikut, bersifat ekonomis, kultural, edukasi, dan informasi, berkaitan dengan kepentingan dan pembangunan, beriorientasi isu dan civic, serta berhubungan dengan aliran informasi dan ide-ide yang mencakup kelompok- kelompok yang mengevaluasi serta mengkritisi negara. 24

Dalam pengertian civil society organization terdapat lima karakteristik, yaitu mempunyai kepedulian yang bersangkutan dengan tujuan-tujuan publik dari pada tujuan-tujuan privat, bersangkutan dengan negara dalam berbagai cara namun tidak

23 Hikam, Islam, Demokratisasi & Pemberdayaan Civil Society, h.77. 24 Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial, (Malang: Intrans Publishing, 2016), h. 210-220.

27 berupaya untuk memenangkan kontrol atas posisi dalam negara, tidak berupaya untuk govern the polity as a whole apa yang ingin diraih oleh civil society organization dari negara biasanya berkaitan dengan perubahan kebijakan reformasi, kelembagaan, akuntabilitas negara, tidak berupaya memonopoli ruang politis dan fungsional dalam masyarakat, mempresentasikan kepentingan kelompok yang berbeda-beda atau meliputi aspek aspek yang beragam dari kepentingan.25

Dalam membentuk civil society organization yang ideal maka dibutuhkan pendidikan dan pemberdayaan terhadap anggota. Kegiatan tersebut merupakan investasi dan keberlangsungan civil society organization. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka dibutuhkan kemitraan sebagai pendukung pelaksanaan.

C. Teori Labeling C.1. Pengertian Labeling

Labeling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu. Labeling bisa juga disebut sebagai penjulukan/ pemberian cap.26

Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut “anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel”. Atau

25 Oman, Konsep dan Teori Gerakan Sosial, h. 220. 26 Iqrak Sulhin, Discontinuitas Penologi Punitif, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 139.

28 penerapan lain “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh”. Bisa juga seperti ini “Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar”.

C.2. Pembentukan Labeling

Diinspirasi oleh perspektif interaksionisme simbolik dan telah berkembang sedemikian rupa dengan riset-riset dan pengujiannya dalam berbagai bidang seperti, kriminolog, kesehatan mental, kesehatan dan pendidikan. Menurut Edwin Lemert,

Seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling, pemberi julukan, cap, etika, merek yang diberikan masyarakat kepadanya. Diawali seseorang melakukan penyimpangan primer, dicap masyarakat sebagai penyimpang. Kemudian, jika melakukan penyimpangan serupa disebut penyimpangan sekunder sehingga menghasilkan suatu karir menyimpang. Labeling dapat mendorong orang ke arah dunia menyimpang. Teori labeling sangat memperhatikan aspek reaksi sosial terhadap kejahatan seperti premanisme.27

Konsep premanisme yaitu tindakan main hakim sendiri, menerabas prosedur demi kepentingan sepihak, kecenderungan memaksakan pendapat pada orang lain. Pada saat ini premanisme telah bermetamorfosa dalam berbagai bentuk agar terlihat legal.28

Ada beberapa sebab yang mengakibatkan premanisme itu sendiri Pertama, premanisme bersumber dari naluri hewaniah manusia. Seperti pernah dijelaskan

27 Iqrak, Discontinuitas Penologi Punitif, h. 139. 28 Zaitunah Subhan, Pornografi dan Premanisme, (Jakarta: Elkahfi, 2006), h. 121

29

Thomas Hobes, setiap manusia pada hakikatnya memiliki naluri memangsa manusia lain dengan rasa gagah tanpa perasaan berdosa. Kedua, Premanisme juga tumbuh karena suasana kepengapan sosial. Dalam suasana yang pengap ini manua akan kehilangan pengendalian diri dan terjebak pada kerendahan budi. Ketiga premanisme makin tumbuh subur apabila dalam iklim permisivitas moral. Ketika moralitas dianggap tidak relevan secara sosial dan orang seolah dibolehkan untuk melakukan apapun berdasarkan nama apapun, maka premanisme bisa menjadi candu dalam masyarakat. Keempat, ketika insitusi yang bisa menjamin kepastian telah kehilangan kredibilitas, maka premanisme menjadi menjamur.29

Dari keempat akar tersebut praktik-praktik premanisme belakangan ini sebagai buahnya. Maka dalam jangka pendek premanisme seperti pelacuran yakni musuh retorik masyarakat, namun sulit dimatikan lantaran masyarakat sendiri ikut memeliharanya diam-diam.

29 EEP Saefulloh Fatah, Mencintai Indonesia dengan Amal, (Jakarta: Republika, 2004), h.78.

30

BAB III

GAMBARAN UMUM ANGGOTA DAN KEPENGURUSAN FBR

Dalam bab ini membahas tentang sejarah, struktur, dan profil FBR Gardu 0176.

Anggota mereka terdiri dari berbagai macam kalangan, mulai dari kalangan ustaz, sesepuh, veteran, bapak-bapak, ibu-ibu, sampai anak muda yang terpilih melalui rekrutmen. Berbagai macam kalangan tersebut membuat penulis ingin mengetahui lebih dalam rekrutmen, pencegahan dan penanggulangan anggota FBR Gardu 0176 dari tindakan premanisme.

A. Asal Muasal FBR

FBR adalah organisasi etnis betawi yang mayoritas anggotanya Islam. FBR berdiri pada 29 Juli 2001 bertempat di Pondok Pesantren Ziyadatul Mubtadi’ien, Padaengan,

Cakung, Jakarta Timur. FBR didirikan oleh kaum muda Betawi yang peduli budaya dan orang Betawi seperti Fadholi El Munir.1

Ormas tersebut berdiri atas keprihatinan para sesepuh warga Betawi berdasarkan kenyataan yang mereka hadapi di Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi semakin tersisih dan terhimpit kehidupan kota.2 Mereka berharap tidak di sepelekan dan diremehkan di ibu kota yang semakin padat dengan serbuan pendatang dan arogansi kebijakan dari otonomi daerah.

1 Solemanto, Jejak Langkah Sang Kiai: Mengenal Republik dari Tanah Betawi, h. 16. 2 Solemanto, Jejak Langkah Sang Kiai: Mengenal Republik dari Tanah Betawi, h. 16.

31

Mereka hanya ingin merdeka di kampungnya sendiri. Merdeka bukan dalam artian memisahkan diri dari Indonesia, tetapi merdeka untuk berusaha, berserikat, dan merdeka dalam menikmati pembangunan Jakarta. Sebab dari itu para pendiri FBR menginginkan orang Betawi di Jakarta menjadi prioritas dalam hal perdagangan, industri, dan perusahaan. Hal tersebut dilakukan demi menghargai Betawi sebagai penduduk asli Jakarta dan bisa menikmati hasil dari pembangunan Jakarta, karena banyak pengusaha yang tidak mempekerjakan orang Betawi.

Filosofi kata rempug dalam nama FBR, digunakan pertama kali oleh Guru Mansur untuk menyemangati kaum Betawi dalam melawan penjajah. Hal tersebut juga mengarahkan untuk bersatunya kaum muda Betawi agar berakhlak mulia, sebagaimana

FBR merupakan organisasi yang berpedoman Islam.3 Seperti misi yang telah dijelaskan dalam AD/ART yakni membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tertib dan nyaman. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Betawi, melalui pendidikan dan pelatihan dan pembukaan lapangan kerja.

Meningkatkan pernanan masyarakat Betawi dalam berbagai aspek kehidupan.

Melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi sebagai bagian dari kebudayaan dan aset pariwisata nasional. Melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar, dan mewujudkan terbentuknya the real owner island di Kota Jakarta.4

3 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: Logos, 2002). h. 32 4 Forum Betawi Rempug (FBR). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Forum Betawi Rempug. Jawa Barat: FBR, 2002.

32

B. Kepengurusan FBR

Kepengurusan FBR memiliki struktur yang jelas dari FBR pusat hingga ke tingkat kelurahan, berikut struktur FBR : Gambar III.1. Struktur Kepemimpinan Forum Betawi Rempug

FBR PUSAT

KORWIL

GARDU

Penjelasan tersebut merupakan struktur kepemimpinan dalam organisasi FBR yang terdapat di AD/ART. Kepemimpinan FBR di tingkat pusat dipegang oleh pimpinan pusat, kepemimpinan FBR di tingkat kotamadya dipegang oleh pimpinan

Koordinator Wilayah (Korwil), kepemimpinan FBR di tingkat kelurahan dipegang oleh pimpinan Gardu.5

Dalam AD/ART adanya dewan pembina dan dewan penasehat untuk membantu kepengurusan pusat, maka dibentuklah Dewan Pembina Pusat (Wanbinpus) sebagai tim kepengurusan yang berfungsi sebagai penasehat/konsultan dalam pengambilan

5 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

33 kebijakan dan keputusan strategis di tingkat pusat. Selain itu untuk membantu teknis kepengurusan pusat, maka dibentuk Dewan Penasehat Pusat (Wanhatpus) sebagai tim kepengurusan yang berfungsi sebagai penasehat/konsultan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan teknis di tingkat pusat.6

Untuk membentuk Gardu minimal harus memiliki 100 anggota. Jika kurang dari

100 maka belum bisa dibentuk Gardu, hanya dibentuk pos di daerah tersebut yang disebut korlap dan berpusat kepada Gardu terdekat. Jika jumlahnya melebihi 200 maka dibentuk Gardu lagi dalam satu kelurahan tersebut yang dibagi-bagi dalam setiap kampungnya, ini dilakukan demi menghindari lepas kontrolnya ketua terhadap anggota jika terlalu banyak anggota dalam satu Gardu. Anggota-anggota tersebut di bagi-bagi sesuai divisinya seperti pasukan tempur, pasukan bantuan, dan pasukan lainnya.7 Dapat dilihat FBR memiliki struktur organisasi yang baik dan memiliki dewan pimpinan pusat sebagai yang mengatur keseluruhan organisasinya.

Kepengurusan tersebut cukup baik seperti kepengurusan organisasi pada umumnya. Struktur kepengurusan tersebut berfungsi jika ada permasalahan dari bawah yang tidak terselesaikan maka dilanjutkan ke atas hingaa kepengurus pusat. seperti kasus pemecatan anggota, maka tidak bisa diselesaikan hanya di bawah, maka harus dapat persetujuan dari pusat.

6 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 7 Wawancara dengan Tri Aryadi, ketua FBR Gardu 0176, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

34

C. Anggota serta Atribut FBR Gardu 0176

Dalam FBR korwil Jakarta Selatan terdapat 46 Gardu, yang memiliki jumlah anggota terbanyak dan yang paling aktif adalah Gardu 0176. Berdasarkan daftar nama anggota, Gardu 0176 memiliki jumlah anggota sebanyak 383 orang. Dari 383 anggota tersebut terbagi dalam 14 Koordinator Lapangan (korlap) yaitu korlap Bungur, Radio

Dalam, Terogong, Kampung Duku, Tanah Kusir, Larangan, Nipah, Prapanca,

Senopati, Keramat Item, Tangerang, Kramat Pela, Pesanggerahan, dan Kampung

Gunung.8

FBR Gardu 0176 memiliki anggota mayoritas laki-laki, dari 383 anggota hanya ada

8 wanita yang artinya hanya sekitar 2% dari seluruh jumlah anggota. Rata-rata anggota berumur 41-55 tahun, dengan tahun kelahiran antara 1964-1978 dan mayoritas lahir di

Jakarta.9

Sesuai di dalam AD/ART keanggotaan FBR membagi dalam tiga kategori yaitu anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan. Anggota Biasa adalah anggota yang merupakan warga Betawi yang berdomisili di wilayah Jabodetabek, beragama Islam, sudah dewasa dan sudah tercatat secara administrasi oleh pengurus

FBR serta aktif mengikuti kegiatan FBR.10

Anggota luar biasa ialah setiap warga Betawi yang berdomisili diluar wilayah

Jabodetabek, sudah dewasa, menyetujui azas, landasan, tujuan dan usaha-usaha serta

8 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 9 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 10 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

35 sanggup melaksanakan semua keputusan FBR atau setiap warga non Betawi yang berdomisili di dalam dan atau di luar wilayah Jabodetabek yang memiliki keterkaitan dengan Betawi, dari segi perkawinan dan atau dari tempat kelahiran, sudah dewasa, menyetujui azas, landasan, tujuan, dan usaha-usaha serta sanggup melaksanakan semua keputusan FBR. Anggota kehormatan, ialah setiap orang yang bukan tercatat sebagai anggota biasa atau anggota luar biasa, tetapi dianggap telah berjasa kepada FBR, dan ditetapkan dalam keputusan pimpinan pusat.11

Dalam menggunakan atribut memang ormas FBR ini memiliki ciri khas yaitu pakaian serba hitam, mulai dari baju hitam, celana hitam dengan model celana pangsi, dengan golok yang terselip di pinggang, peci hitam, dan sarung yang melingkar di leher. Pakaian serba hitam dengan sarung melingkar di leher merupakan simbol identitas sejarah perjuangan masyarakat betawi.12

Atribut yang ditetapkan AD/ART ini bercorak pakaian pencak silat untuk menggambarkan etnis Betawi sebagai jawara.13 Pakaian yang dipakai seseorang memiliki peran penting yakni menggambarkan perlambangan jiwa seseorang.14

11 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 12 Nina, “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug (FBR)”, Universitas Indonesia, Depok, 2012). 13 Nina, “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug (FBR)” (Tesis Pascasarjana Ilmu Susastra, Universitas Indonesia, Depok, 2012). 14 Idi Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai komunikasi,(Yogyakarta: Jalasutra, 2007), h.267.

36

D. Aktivitas FBR

Aktifitas FBR ada tiga yang dijelaskan dalam AD/ART, yakni membina hubungan persaudaraan yg kokoh di antara sesama masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya demi terciptanya kehidupan yang aman, nyaman, dan damai serta bahagia dunia dan akhirat. FBR Gardu 0176 biasa melaksanakannya dengan saling membantu mereka yang sedang melakukan kegiatan seperti acara-acara sakral.15

Berikutnya yaitu membina hubungan kerjasama dengan pemerintah dan lainnya dalam melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan sosial. Seperti saat berlangsungnya Pemilu maka FBR turut membantu pemerintah dalam menjaga keamanan berlangsungnya Pemilu. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Betawi melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan serta penyaluran kerja. Dalam setiap Gardu berbeda-beda dalam melakukan pendidikan, namun pada akhirnya jika anggota sudah terampil disalurkan ke perusahaan sekitar yang membutuhkan tenaga kerja atau diberi modal untuk membuka usaha.

Terakhir yakni meningkatkan peranan masyarakat Betawi dalam berbagai aspek kehidupan serta melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Selain itu FBR harus menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar di Gardu 0176 pengamalan ini sudah dijalankan dengan memiliki anak yatim piatu asuh di bawah naungan Gardu 0176, dan setiap bulannya rutin diadakan acara santunan kepada mereka.

15 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

37

BAB IV

REKRUTMEN, PENCEGAHAN, DAN PENANGGULANGAN ANGGOTA

FBR GARDU 0176 DARI TINDAKAN PREMANISME

Bab ini merupakan analisis dari hasil penelitian rekrutmen FBR. Rekrutmen yang dilakukan FBR berfokus untuk membangun basis kekuatan dan melebarkan sayap kekuasaannya ke penjuru Jabodetabek. Hal ini dilakukan karena nama FBR belum besar seperti ormas lain, maka dari itu FBR masih memiliki sistem keanggotaan yang sederhana. Namun dengan dalih mencari basis sumber kekuatan dan ingin melebarkan sayap kekuasaan, FBR tidak terlalu memperhatikan seleksi dalam rekrutmen.

Dampaknya banyak orang-orang yang tidak berkualitas masuk ke dalam ormas FBR.

Hingga melakukan aksi premanisme dengan mengatasnamakan FBR.

A. Rekrutmen FBR

Dalam tahapan rekrutmen merupakan bagian terpenting, karena dari proses tersebut ormas mendapatkan sumber daya manusia yang harus memiliki potensi.

Keberadaan anggota mempunyai keuntungan tersendiri bagi ormas. Anggota ormas sangat penting karena masing-masing memiliki peran dan fungsinya tersendiri.

Namun keanggotaan dalam ormas menjadi persoalan tersendiri yang selalu membayangi ormas, terutama ormas kedaerahan sebab ormas tersebut harus selalu menjaga citra dan mewakili aspirasi dari suku daerah yang diwakilinya tersebut. Bukan

38 hanya itu, anggota baru harus giat menjalankan aktifitas fungsional dan dipersiapkan sebagai estafet kepemimpinan di masa yang mendatang.1

Tanpa adanya rekrutmen maka ormas terancam kepunahan. Bukan hanya melakukan rekrutmen, tetapi ormas juga harus memberi pelatihan dasar agar anggotanya tidak melenceng perilaku dan perbuatannya dari AD/ART dalam berorganisasi.

A.1. Kriteria Rekrutmen yang Dilakukan FBR

FBR sebagai ormas kedaerahan penting melakukan rekrutmen untuk melanjutkan perjalanan FBR menuju cita-cita, selain itu dalam hal kepemimpinan juga harus diregenerasi. Untuk mendapatkan generasi penerus bukan hal mudah bagi FBR, karena banyak orang yang berprasangka FBR adalah ormas yang hanya bisa diikuti oleh orang

Betawi saja2.

Dari sedikitnya ketertarikan masyarakat pada FBR yang disebabkan oleh beberapa sebab yang telah dijelaskan sebelumnya, maka FBR dalam melakukan rekrutmen tidak ketat dalam melakukan seleksi terhadap calon anggota. Setiap calon anggota harus imamah atau mengikuti segala perintah ketua, tidak boleh melakukan hal krusial yang sekiranya belum mendapatkan izin ketua.3

1 M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 297. 2 Wawancara dengan Robi, anggota FBR Gardu 0176, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 13:45. 3 Wawancara dengan Tri Aryadi, ketua FBR Gardu 0176, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

39

Selain itu calon anggota harus istiqomah dalam artian harus tetap aktif di FBR dan tidak menyimpang ke organisasi Betawi yang lain. Sesuai dengan teori rekrutmen yang dikembangkan oleh Harvard University adalah hire the attitude train the skill yaitu pilih yang berperilaku baik lalu kemudian beri dia keterampilan, karena mengasah keterampilan itu jauh lebih mudah dari pada mengubah perilaku.4 Aktif yang dimaksud adalah harus rajin bersilaturahmi ke Gardu, tanpa harus di minta hadir ke Gardu calon anggota harus sadar pentingnya silaturahmi ke Gardu. Karena kewajiban calon anggota dan anggota Pertama, setia, tunduk, dan taat kepada AD/ART, tata tertib dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh FBR, Kedua bersungguh-sungguh mendukung dan membantu segala langkah FBR, serta bertanggung jawab atas segala yang diamanatkan kepadanya, Ketiga membayar infak bulanan atau infak tahunan yang ditetapkan oleh pimpinan pusat, Keempat memupuk dan memelihara ukhuwah

Islamiyah dan persatuan nasional.5

A.2. Sistem Rekrutmen Kekerabatan (Intimates)

Sistem rekrutmen ormas FBR melalui recruiting intimates atau kekerabatan.

Strategi itu dilakukan melalui orang terdekat untuk masuk ke dalam bagian organisasi.

Seperti mengajak teman atau keluarga untuk masuk ke dalam FBR. Karena dari

4 Januar Darmawan, Profit and Beyond, (Jakarta: Kencana, 2009), h.97. 5 Forum Betawi Rempug (FBR). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Forum Betawi Rempug. Jawa Barat: FBR, 2002.

40 hubungan dekat terhadap teman ataupun keluarga, mempunyai cara agar mereka tertarik dengan tawaran yang kita berikan.6

Lebih spesifiknya Strategi rekrutmen dijelaskan oleh David A. Snow, recruiting intimates atau kekerabatan bisa dilakukannya dengan dua cara yaitu private face to face dan private mediated, namun FBR hanya menggunakan strategi private face to face.7

Menurut pengurus Gardu 0176, strategi private face to face yang mempertemukan langsung calon anggota dengan pengurus sangat efektif. Sebab dengan bertatap muka seseorang lebih serius bergabung dibandingkan orang yang melalui media. Sebab dari tatap muka kita bisa mengajak bukan hanya melalui perkataan, tetapi juga menggunakan ekspresi wajah.8 Bukan berarti FBR tidak memberi tanggapan kepada orang yang ingin bergabung di FBR melalui media seperti sosial media. Tetapi pengurus memberi tanggapan kepada orang tersebut dengan memerintahkannya datang ke Gardu FBR dan mengenal langsung dengan bertatap muka. Karena dengan bertatap muka orang lain tidak banyak melakukan intervensi seperti argumentasi-argumentasi orang yang menganggap FBR buruk.

Orang yang melakukan recruiting intimates di Gardu 0176 adalah orang yang supel dan mudah bergaul karena dengan itu mereka memiliki banyak teman pergaulan.

Orang yang diajak biasanya saudara, tetangga, kerabat dan teman berkumpul di forum

6 Freeman dan Victoria, Wave of Protes: Social Movements Since the Sixties, h. 72-73. 7 Freeman dan Victoria, Wave of Protes: Social Movements Since the Sixties, h. 73. 8 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

41 seperti pengajian atau warung kopi.9 Namun ada juga yang bergabung disebabkan orang tersebut telah dekat dengan anggota FBR karena telah dibantu dari permasalahan sosial maupun hukum yang dialaminya. Itu merupakan sebuah bentuk strategi rekrutmen private face to face yang dilakukan, selain itu FBR menganggap membantu seseorang terutama orang di sekitar yang sedang butuh bantuan merupakan fungsi FBR sebagai ormas.10

A.3. Mekanisme Rekrutmen Kekerabatan (Intimates)

Gardu 0176 tidak memiliki kriteria khusus dalam rekrutmen, siapa saja bisa masuk

. Namun dianjurkan orang tersebut istiqomah yaitu Selain itu calon anggota harus istiqomah dalam artian harus tetap aktif di FBR dan tidak menyimpang ke organisasi

Betawi yang lain, dan imamah mengikuti segala perintah ketua, tidak boleh melakukan hal krusial yang sekiranya belum mendapatkan izin ketua, serta mampu mengabdikan dirinya untuk menjaga derajat dan martabat masyarakat Betawi. Untuk mempertahankan derajat dan martabat tidaklah mudah, maka dibutuhkan keahlian bela diri serta memiliki kharisma dan wibawa pada setiap anggota FBR.11

Dalam rekrutmen, FBR tidak memberikan batasan pada usia. Usia berapapun asalkan dia sudah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) maka orang tersebut bisa bergabung ke dalam FBR.12 Tetapi FBR lebih mendahulukan orang yang sudah sangat

9 Wawancara dengan Fairuz, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 13:00. 10 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 11 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 12 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

42 dewasa atau berumur di atas 30. Pengurus menganggap kalangan remaja masih rentan dalam hal istiqomah dan imamah.13

Kalangan remaja masih mudah berpindah hati ke organisasi lain, dalam hal berorganisasi remaja juga rentan bertindak di luar perintah ketua karena semangat yang masih terlalu bergejolak. Berdasarkan AD/ART maka tahapan yang dilakukan orang yang ingin masuk FBR yaitu dengan cara mengajukan permintaan menjadi anggota disertai pernyataan setuju pada azas, landasan, tujuan dan usaha-usaha FBR secara tertulis dan lisan.14

Gambar IV.1. Formulir Pendaftaran Anggota FBR15

13 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 14 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 15 Agus Salim, “Tata Cara Bai’at Anggota Baru Forum Betawi Rempug (FBR),” diakses dari http://rebutjakarta.blogspot.com, pada 19 Agustus 2019.

43

Cara mengajukan menjadi anggota FBR yaitu mengisi formulir pendaftaran baru dengan benar dan lengkap, melingkari kode huruf B pada pojok kanan atas formulir pendaftaran baru, melampiri foto kopi KTP 3 lembar, dan pas foto 2x3 berwarna berjumlah 3 lembar, memberikan infaq penggantian cetak kartu sebesar Rp. 25.000 dengan rincian Rp. 15.000 untuk infaq FBR pusat, ditambah Rp. 5.000 untuk menambahkan kas korwil FBR, ditambah Rp. 5.000 untuk menambahkan kas Gardu

FBR.16

Proses dari pendaftaran awal sampai dengan pengakuan resmi sebagai anggota

FBR selama 3 bulan. Calon harus aktif bersilaturahmi selama 3 bulan. Jika memang calon anggota serius maka anggota tersebut selalu aktif, jika calon anggota tidak serius maka calon anggota tersebut malas hadir bahkan yang biasa terjadi adalah hilang tanpa kabar. Apabila selama menjadi calon anggota yang bersangkutan menunjukan hal-hal positif, maka ia diterima menjadi anggota penuh. Permintaan menjadi anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan yang kuat, baik hukum maupun organisasi.17

Selama tiga bulan dari proses awal sampai resmi, dengan rincian satu bulan masa percobaan di FBR Gardu, jika dirasa layak maka diberikan rekomendasi dari ketua

Gardu FBR, satu bulan masa percobaan di korwil FBR. Jika calon anggota dirasa layak maka diberikan rekomendasi dari korwil FBR, dan satu bulan masa percobaan di FBR

16 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 17 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

44 pusat, jika dirasa layak maka diberikan rekomendasi dari KH. Lutfi Hakim, MA selaku

Imam Besar FBR sejabodetabek.18 Serta wajib menghapal, minimal memahami bai’atan. Namun dari selama tiga bulan tersebut calon anggota hanya diminta mengikuti kegiatan rutinitas seperti anggota biasa, tidak ada pelatihan dasar terhadap calon anggota seperti pada umumnya ormas lain.

Berikut merupakan tata cara pembaiatan menjadi anggota resmi FBR:

“Tata cara pem-bai’atan yang wajib dihapal, minimal dipahami baik oleh anggota FBR lama maupun anggota FBR baru yang akan mendaftar sebagai anggota : 1. Mengucapkan 2 Kalimat syahadat 3 kali ; 2. Membaca surat Al-Fatihah ; 3. Membaca shalawat Nabi ; Allahumashali’ala syayidina Muhammad, wa aala ali syayidina Muhammad

4. Membaca shalawat nariyah / Kamilah 11 kali ;

لهم صل صالة كاملة وسلم سالما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك

Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka ( 11 x )

5. Menguncapkan Janji Setia anggota FBR sejabodetabek :

Janji setia anggota FBR sejabodetabek : 1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya ; 2. Taat dan patuh pada pimpinan FBR dan AD/ART serta garis-garis besar Haluan FBR ; 3. Siap memberantas tempat-tempat ma’siat dan orang-orang yang berbuat dzolim ; 4. Berusaha meninggalkan larangan agama seperti mabuk karena minuman serta obat terlarang, berzina, berjudi, dan narkoba ;

18 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

45

5. Siap berkorban dengan ikhlas untuk membela dan membantu serta menolong sesama anggota FBR ; 6. Siap memberikan maaf manakala terjadi kesalahpahaman sesama anggota FBR ; 7. Siap bekerjasama dengan pemerintah, aparat, keamanan, antar suku atau antar etnis selagi tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah ; 8. Siap dicabut kartu tanda anggota FBR manakala melanggar agama, AD/ART serta tidak mentaati pimpinan ; 9. Siap menghadiri kegiatan FBR setelah mendapat persetujuan dari pimpinan FBR.”19

Setelah mendapatkan persetujuan menjadi anggota penuh berdasarkan ketua Gardu, maka calon anggota harus mendapatkan persetujuan ketua korwil dan terakhir persetujuan pimpinan pusat FBR. Setelah mendapatkan persetujuan pimpinan pusat

FBR, kepadanya diberikan surat pengesahan berupa Kartu Tanda Anggota (KTA).20

B. Menangkal Premanisme dalam Tubuh FBR

Kekuatan jawara sudah menjadi hal yang melekat dalam citra ormas FBR. Jika kita coba mencari katalog dalam google, maka yang muncul yaitu keterkaitan antara jawara

FBR dengan jawara ormas lain. Tetapi konotasi jawara di sini bukanlah hal buruk, jawara FBR diandalkan untuk melakukan perlawanan di saat FBR atau suku Betawi mengalami penindasan yang dilakukan oleh suku lain, ormas lain, perusahaan, atau lembaga pemerintah maka FBR harus berani melawan jika berada di posisi yang benar dan sudah dapat persetujuan oleh ketua Gardu. 21

19 Agus, “Tata Cara Bai’at Anggota Baru Forum Betawi Rempug (FBR)”. 20 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 21 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

46

Dari kekuatan dan kharisma jawara di dalam ormas FBR tersebut, membuat FBR disegani ormas lain. Tetapi dibalik itu sering justifikasi preman kerap ditujukan kepada

FBR oleh ormas atau lembaga lain yang tidak menyukai FBR. Kejadian yang kerap terjadi yaitu bersitegang antara salah seorang anggota FBR dengan salah seorang anggota ormas lain, dari kesalahpahaman yang kerap terjadi teman dalam satu ormas turut ikut campur dalam konflik tersebut dengan membawa atribut ormas masing- masing sehingga berujung menimbulkan keributan antar ormas. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah permasalahan pribadi yang diturut campurkan oleh teman- temannya yang ingin membela.22

Selain itu FBR juga sering dijustifikasi sebagai kelompok preman oleh perusahaan-perusahaan, dilatarbelakangi FBR sering meminta dana CSR (Corporate

Social Responsibility).23 CSR sendiri sangat berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Perusahaan tersebut sebelum melakukan kegiatan, harus berdasarkan atas keputusan yang tak hanya memikirkan atau terorientasi pada aspek ekonomi, melainkan juga harus memikirkan dampak sosial serta lingkungan yang bisa ditimbulkan oleh keputusan tersebut.24 CSR tersebut telah diatur dalam Peraturan Gubernur DKI nomor 112 tahun 2013.25

22 Wawancara dengan Agus Salim, Sekretaris FBR gardu 0176, di Gardu 0176 pada 16 Maret 2019 Pukul 20:45. 23 Bimo Wiwoho, “Alasan Dakwah, FBR Belum Mau Pecat Anggota yang Minta THR”, 28 Mei 2018, (CNN On-line); tersedia di https://www.cnnindonesia.com/; diakses pada 20 Maret 2019. 24 Rio Brian, “Pengertian CSR Menurut Para Ahli, Manfaat dan Fungsi CSR Serta Contohnya”, diakses dari https://www.maxmanroe.com, pada 31 Juni 2019. 25 Pergub DKI nomor 112 tahun 2013, tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan dunia usaha.

47

Pada dasarnya, CSR memang bertumpu pada bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder yang terkait. Beberapa hal yang termasuk di dalam program CSR ini diantaranya adalah tatalaksana perusahaan, kesadaran perusahaan-perusahaan terhadap lingkungan, standar bagi karyawan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan dengan masyarakat, dan investasi sosial perusahaan. Ini dilakukan untuk memberikan giveback untuk masyarakat dari keuntungan yang perusahaan peroleh.26

Namun dalam kenyataannya penggalangan dana seperti untuk mengadakan acara bertemakan kesenian betawi, perusahaan tidak menurunkan dana. Pada akhirnya FBR dijustifikasi sebagai tukang palak. Walaupun cara yang dilakukan FBR sudah legal hukum dengan memberi proposal dan mengirim kepada perusahaan-perusahaan di sekitar wilayahnya, tanpa membuat kerusuhan dan pemaksaan. 27

Sesuai dalam AD/ART harta benda FBR di peroleh dari uang pangkal dan iuran anggota, usaha-usaha organisasi, dan sumbangan yang sah dan tidak mengikat.

Diperjelas lagi dalam AD/ART yaitu keuangan FBR diperoleh dari sumber-sumber dana dilingkungan masyarakat Betawi dan sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat. Sumber dana dilingkungan masyarakat Betawi didapat dari uang pendaftaran, uang iuran dan infaq anggota, sumbangan dari masyarakat Betawi serta simpatisan usaha-usaha yang halal, dan kekayaan organisasi dan perangkatnya berupa

26 Maria R. Nindita Radyati, Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta: Trisakti University Indonesia, 2014), h. 136. 27 Wawancara dengan Agus, di Gardu 0176 pada 16 Maret 2019 Pukul 20:45.

48 dana, inventaris kantor, gedung, tanah, dan lain-lain harus dicatatkan dalam kekayaan organisasi.28

FBR merupakan ormas kedaerahan yang merupakan elemen identitas dalam kehidupan bernegara. Elemen identitas dalam civil society organization memang diperlukan untuk mempresentasikan kepentingan kelompok yang berbeda-beda atau meliputi aspek aspek yang beragam dari kepentingan.29 Namun demi menghindari dominasi kekuatan primordial dan monopoli ruang politis dan fungsional dalam masyarakat, FBR seharusnya mempunyai pencegahan dan solusi.

B.1. Pendidikan dan Pemberdayaan sebagai Upaya Pencegahan

Selain perselisihan antara seorang anggota FBR dengan ormas lain dan pengajuan dana CSR yang menyebabkan justifikasi preman ditujukan kepada ormas FBR, ketua

Gardu 0176 mengakui memang ada juga beberapa oknum FBR yang melakukan tindakan premanisme. Seperti pada kejadian penyerangan kantor media massa Tempo, ketua Gardu membenarkan anggotanya yang menyebabkan kerusakan kantor Tempo.30

Kasus seperti itu tidak mungkin atas perintah ketua kecuali ada penyerangan terlebih dahulu kepada Gardu 0176.

Maka dari itu dibutuhkannya pencegahan agar tidak terulang kembali kejadian- kejadian yang menyebabkan citra FBR menjadi buruk, terutama di Gardu 0176 hanya

28 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002. 29 Oman, Konsep dan Teori Gerakan Sosial, h. 220. 30 Irfan Abdurrahmat, “FBR: Pelaku Berinisial O Sudah Bukan Anggota Kami”, 18 Maret 2013, (Republika On-line); tersedia di https://www.republika.co.id/; diakses pada 12 November 2018.

49 karena perbuatan segelintir oknum. Setiap organisasi sepatutnya bukan hanya melakukan rekrutmen anggota untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Selain rekrutmen, organisasi membutuhkan pendidikan dan pemberdayaan anggota demi menghindari akar-akar premanisme yang telah dijelaskan sebelumnya agar terhindar labeling preman terhadap FBR, karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat memberdayakan pengikut. Dapat dianalogikan pemimpin memang harus memberi kail, bukan ikan pada pengikutnya. Artinya, struktur insentif yang dibentuk oleh pemimpin seharusnya bukan bersifat jangka pendek dan pragmatis-materialistis.

Seperti dengan analogi mendapatkan kail, pengikut berkesempatan mengembangkan kualitas kepengikutan dengan optimal, alami, genuine, dan otentik.31

Pemberdayaan memiliki dua arah tujuan. Pertama, memperkuat posisi lapisan anggota dalam struktur kekuasaan. Kedua, memperkuat struktur kekuasaan melalui penguatan kapasitas anggota. Karena itu, pemberdayaan menjadi hal yang sangat penting terutama dalam rangka pembangunan anggota. Pemberdayaan bisa menjadi pemutus mata rantai dari berbagai belenggu keterbelakangan lapisan anggota.32

Menurut Ambar Teguh Sulistyani, proses pemberdayaan bisa dilakukan secara bertahap. Pertama, tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Kedua, tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan, wawasan, kecakapan dan keterampilan

31 Alfian, Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, h. 297. 32 Alfian, Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, h. 297.

50 sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Ketiga, tahap peningkatan kecakapan, keterampilan, dan kemampuan intelektual sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan pada kemandirian33

Maka dari itu dibutuhkan seperti beberapa program untuk memperkuat pemberdayaan pengikut seperti pelatihan, pemahaman komitmen dan konsistensi tata tertib dan budaya organisasi, kemampuan dialog secara cerdas dengan pemimpin dan keberanian untuk melancarkan kritik yang konstruktif, kemampuan mengembangkan kerja tim dengan pemimpin dan jejaringnya.34

Dalam melakukan pencegahan terhadap tindakan yang mengarah kriminal atau premanisme, setiap Gardu FBR memiliki cara yang berbeda-beda. Di dalam Gardu

0176, cara yang dilakukan oleh pengurus ada dua yakni melalui pendidikan dan pemberdayaan. Menurut Jurgen Habermas civil society memiliki penekanan pada aspek legalitas, kepemilikan privat, pasar, dan kelompok kepentingan. Dengan pemberdayaan kelompok, dugaan atau keegoisan elit atas dasar persamaan dapat dicegah.35

Pendidikan yang dilakukan pengurus FBR Gardu 0176 yaitu melakukan diskusi- diskusi secara intelektual.36 Selain diskusi, agar rohani anggota juga mendapat

33 Ambar, Manajamen Sumber Daya Manusia, h. 83-84. 34 Alfian, Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, h. 297. 35 Indra Bastian, Akuntansi Untuk LSM dan Patai Politik, h. 6. 36 Wawancara dengan Arsyad Alfarizi, Pembina dan Penasehat FBR gardu 0176, di Gardu 0176 pada 16 Maret 2019 Pukul 20:50.

51 masukan, maka pengurus mengadakan pengajian kitab-kitab yang di dalamnya mengajarkan tata cara berkehidupan sosial sesuai tuntunan agama Islam.37

Gambar IV.2. Kegiatan Pengajian Kitab di FBR Gardu 0176

Diawali mengisi rohani dengan tuntunan agama, nantinya berdampak langsung kepada perilaku anggota yang mengikuti pengajian kitab setiap malam jumat di Gardu.

Selain itu ada acara yang dilakukan oleh FBR korwil Jakarta Selatan yaitu acara lintas

Gardu, di dalamnya ada seluruh Gardu yang ada di Jakarta Selatan, berkumpul untuk bersilaturahmi dan diberi arahan dan masukan oleh pengurus korwil.38

Setelah pendidikan yaitu pemberdayaan, anggota FBR juga perlu diberdayakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 karena ormas sebagai pilar

37 Wawancara dengan Ismail Jamil, Korlap Kramat Pela FBR gardu 0176, di Gardu 0176 pada 4 Juli 2019 Pukul 21:05.

38 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35.

52 keempat demokrasi.39 Sebab program pemberdayaan ormas dan lembaga sosial masyarakat untuk meningkatkan partisipasi aktif sebagai lembaga kontrol yang demokratis, bertanggung jawab berdasarkan tatanan sosial masyarakat menurut alur dan patut.40 Dalam rangka peningkatan peran serta atau pemberdayaan ormas, pelaksananya harus disesuaikan dengan tujuan pendirian ormas yaitu visi dan misi serta kompetensi ormas.41 FBR membutuhkan mitra untuk melaksanaan pemberdayaan tersebut.

Pemberdayaan yang diterapkan untuk anggota FBR Gardu 0176 yaitu menjadi mitra polisi guna membantu kerja polisi di wilayah tersebut dalam pengamanan, sesuai dengan penjelasan Larry Diamond dalam pengertian civil society organization yaitu mempunyai kepedulian yang bersangkutan dengan tujuan-tujuan publik dari pada tujuan-tujuan privat, bersangkutan dengan negara dalam berbagai cara namun tidak berupaya untuk memenangkan kontrol atas atau posisi dalam negara.42 Maksud pengamanan disini seperti adanya acara yang dilakukan masyarakat setempat.

39 Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatann Menjadi Undang-Undang. 40 Muslim Kasim dan Sinaro Basa, Strategi dan Potensi Padang Pariaman dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Era Globalisasi, (Jakarta, Indomedia, 2004), h. 206. 41 Puji Agus, Memahami Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, (Bandung: Fokusmedia, 2018). h. 58. 42 Oman, Konsep dan Teori Gerakan Sosial, h. 210-220.

53

Gambar IV.3. Surat Rekomendasi FBR untuk Perusahaan.43

Surat rekomendasi yang dikeluarkan FBR Gardu 0176 ditujukan untuk perusahaan, dengan tujuan untuk memberdayakan anggotanya yang pengangguran melalui surat rekomendasi untuk perusahaan yang berada di lingkungan Gardu agar mempekerjakan anggota FBR Gardu 0176. Seperti dengan memberikan fasilitas kepada para anggotanya sebagai pekerja jasa keamanan dan juga mengelola parkir di lahan atau toko yang tidak terdapat manajemen parkir oleh pemiliknya.

43 Rohmat, “FBR Peduli Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, di akses dari https://www.facebook.com/ pada 15 Agustus 2019.

54

Untuk saat ini yang telah berhasil dilakukan FBR dalam memberdayakan anggotanya yakni menjadikan sebagai juru parkir di mini market. Selain menjadi juru parkir FBR berhasil mengajukan surat rekomendasi kepada perusahaan 1Park Avenue tepat di depan gardu 0176, dan anggota diposisikan sebagai tim pengamanan.44

Telah tertera di dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10. Tahun 2002, kurang lebih berisi keharusan bagi setiap pembangunan fasilitas yang ada di wilayah

DKI Jakarta untuk melibatkan masyarakat setempat dalam setiap kegiatannya, seperti dengan menggunakan masyarakat setempat sebagai sumber daya manusia (SDM) atau karyawan dari fasilitas dimaksud. Fasilitas dimaksud untuk membangun baik fasilitas sosial atau fasilitas umum bagi kepentingan warga setempat.45

Di dalam setiap pembangunan fasilitas di wilayah DKI Jakarta terdapat hak bagi masyarakat setempat atau penduduk asli Jakarta dalam hal ini adalah orang betawi, diantaranya adalah pengkarya gunaan masyarakat setempat untuk dijadikan sumber daya manusia atau karyawan bagi fasilitas yg dibangun tersebut. Dibangunnya fasilitas sosial maupun fasilitas umum bagi masyarakat setempat, seperti misalnya tempat ibadah, jalan tembus, dan drainase (pengairan), serta kontribusi dalam bentuk materi bagi masyarakat setempat yang dapat dipergunakan mislanya untuk biaya kordinasi warga setempat, biaya akomodasi dan konsumsi pada saat melakukan sistem pangamanan terpadu atau Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling) atau sebagai

44 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 45 Perda DKI Jakarta Nomor 10. Tahun 2002, tentang Rencana Starategis Pembangunan Provinsi DKI Jakarta

55 tabungan untuk mengadakan acara-acara besar baik hari besar nasional maupun hari besar keagamaan.

B.2. Peringatan dan Pemecatan sebagai Upaya Penanggulangan

FBR tegas dalam menindak anggotanya jika terbukti bertindak di luar dari arahan ketua dan ketentuan AD/ART. Dalam AD/ART disebutkan seseorang dipecat dari keanggotaan FBR karena dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau melakukan perbuatan yang mencemarkan dan menodai nama FBR, baik ditinjau dari segi hukum, kemaslahatan umum maupun organisasi, dengan prosedur sebagai berikut.46

Pada dasarnya pemecatan dilakukan berdasarkan keputusan rapat pimpinan pusat setelah menerima usul dari pengurus Gardu. Sebelum dipecat anggota yang bersangkutan diberikan peringatan oleh pimpinan Gardu. Jika setelah lima belas hari peringatan itu tidak diperhatikan, maka pimpinan Gardu dapat memberhentikan sementara selama tiga bulan berikut dengan pencabutan sementara KTA. Anggota yang diberhentikan sementara atau dipecat dapat membela diri dalam kesempatan yang diberikan untuk menghadap pimpinan pusat.47

Jika selama pemberhentian sementara yang bersangkutan tidak melakukan permintaan maaf dan tidak menunjukan perubahan, maka keanggotaan gugur dengan sendirinya. Pimpinan pusat mempunyai wewenang memecat seorang anggota secara

46 Wawancara dengan Aryadi, di Gardu 0176 pada 27 Februari 2019 Pukul 14:35. 47 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

56 langsung, surat pemecatan itu nantinya dikirimkan kepada pimpinan Gardu yang bersangkutan. Pertimbangan dan tata cara yang dimaksud juga berlaku terhadap semua anggota seperti anggota luar biasa dan anggota kehormatan dengan sebutan pencabutan keanggotaan.48

48 Forum Betawi Rempug (FBR). Jawa Barat: FBR, 2002.

57

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan rekrutmen anggota FBR Gardu

0176. Dalam bab ini juga terdapat saran praktis bagi FBR maupun ormas lainnya dalam melakukan rekrutmen anggota. Selain itu terdapat saran akademis yang ditujukan untuk penulis dikemudian hari.

A. Kesimpulan

FBR hanya memberikan kriteria kepada calon anggota FBR yaitu istiqomah dan imamah. Dari syarat tersebut bermaksudkan agar jika kelak orang tersebut menjadi anggota FBR, maka orang tersebut tetap setia dan tidak khianat terhadap FBR.

Pengurus FBR menyimpulkan orang yang masuk FBR merupakan orang yang istiqomah dan imamah hanya dari 3 bulan ketika orang tersebut dalam masa percobaan atau disebut calon anggota. Namun di dalam 3 bulan tersebut tidak terdapat pelatihan khusus calon anggota, calon anggota hanya diperintahkan mengikuti semua acara dan rutinitas FBR sebagaimana mestinya. Selain persyaratan cara rekrutmen juga termasuk dalam strategi untuk menjaga keberlangsungan FBR. Cara rekrutmen yang dilakukan

FBR menggunakan recruiting intimates, yaitu berdasarkan orang terdekat kita.

Di dalam rekrutmen, pencegahan dan penanggulangan anggota FBR dari tindakan premanisme terdapat kelebihan maupun kekurangan. Kekurangan dalam rekrutmen, pencegahan dan penanggulangan anggota FBR dari tindakan premanisme, yakni tidak adanya pelatihan dasar. Akibat tidak adanya penekanan nilai dasar banyak anggota

58 yang lupa dengan fungsi dan perannya di masyarakat. Lebih lagi dalam era dunia digital seperti saat ini, rekam jejak digital FBR sangat buruk. Ketika kita mencari katalog dalam google maka didominasi oleh berita-berita kerusuhan FBR. Maka sulit bagi FBR dalam mencari anggota baru kalau bukan dari orang sekitar anggota FBR itu sendiri.

Maka tidak heran FBR hanya mengandalkan cara rekrutmen dengan recruiting intimates. Tata cara dan administrasinya yang digunakan masih sangat sederhana, masih dengan formulir kertas yang disediakan pengurus Gardu untuk orang yang ingin bergabung ke dalam FBR. Belum ada rekrutmen secara online, sehingga sulit bagi FBR untuk menyebarluaskan FBR secara cepat.

Di balik kekurangan terdapat kelebihan dalam rekrutmen, pencegahan dan penanggulangan anggota FBR dari tindakan premanisme. FBR memberi kriteria kepada calon anggota, yakni orang yang istoqomah dan imamah. FBR dalam rekrutmen menggunakan tata cara Islami yang sangat mewakili etnis betawi. Terlebih lagi di dalam FBR terdapat figur kiyai dan ulama, figur tersebut mempengaruhi daya tarik masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap ulama untuk masuk ke dalam Ormas

FBR. Selain itu FBR sering terjun langsung ke masyarakat dalam hal bencana alam maupun dalam memberi bantuan secara hukum dalam permasalahan pribadi seorang masyarakat sekitar.

Langkah FBR dalam mencegah dan menanggulangi anggota yang melakukan tindakan premanisme cukup tepat. Dalam pencegahan dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan terhadap anggota, untuk penanggulangan terdapat tiga tahap yakni peringatan, pencabutan KTA sementara, dan terakhir pemecatan.

59

FBR bisa dikatakan sebagai civil society sebab beberapa kegiatannya aktif berperan terhadap negara sebagai pilar keempat demokrasi. Selama ini beberapa tindakan premanisme yang terjadi hanya dilakukan oknum anggota, pengurus menyesalkan kejadian tersebut.

B. Saran

B.1. Saran Praktis

Dari karya ilmiah ini, perlu diingat bagi ormas lain bahwa rekrutmen merupakan proses yang sangat penting dilakukan. Karena dari titik inilah dimulainya regenerasi kepemimpinan melalui rekrutmen anggota. Permasalahan yang timbul diakibatkan oleh anggota yang menyimpang dari aturan, maka perlu di perhatikan dalam tahap rekrutmen. Tidak adanya pelatihan dasar membuat calon anggota tidak di tekankan terhadap nilai dasar.

Selain proses rekrutmen yang harus diperbaiki, ormas juga harus memperbaiki citranya di masyarakat. Tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap ormas membuat beberapa kasus menimpa ormas dan masyarakat menjadi tidak acuh terhadap ormas. Citra tersebut harus diperbaiki oleh ormas jika masih ingin eksistensi di dalam kehidupan sosial masyarakat.

B.2. Saran Akademis

Adanya karya ilmiah ini diharapkan lebih banyak lagi penelitian tentang rekrutmen ormas. Lebih menarik jika ada yang meneliti kedua ormas yang saling bersinggungan dengan konflik yang kompleks.

60

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Burhanuddin. Urban Culture. Jakarta: CP Biennale, 2005.

Adam, D. Mc dan Snow, David A. Social Movements: Reading on their Emergence, Mobilization and Dynamics. Los Angels: Roxbury Publishing Company, 1997.

Alfian, M. Alfan. Menjadi Pemimpin Politik: Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009

Aziz, Abdul. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: Logos, 2002.

Bastian, Indra. Akuntansi Untuk LSM dan Patai Politik. Jakata: Erlangga, 2007.

Darmawan, Januar. Profit and Beyond. Jakarta: Kencana, 2009.

Dayat, Suryana. Komputer Sebagai Sistem Organisasi. Jakarta: Createspace Independent Publishing Platform, 2012.

Fatah, EEP Saefulloh. Mencintai Indonesia dengan Amal. Jakarta: Republika, 2004.

Forum Betawi Rempug (FBR). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Forum Betawi Rempug. Jawa Barat: FBR, 2002.

Freeman, Jo dan Victoria Johnson. Wave of Protes: Social Movements Since the Sixties. Maryland: Rowman and Littlefield Publishers, 1999.

Hikam, Muhammad A.S. Islam, Demokratisasi, dan Pemberdayaan Civil Society. Jakarta: Erlangga, 2000.

Ibrahim, Idi Subandy. Budaya Populer sebagai komunikasi.Yogyakarta: Jalasutra, 2007.

Kasim, Muslim dan Basa, Sinaro. Strategi dan Potensi Padang Pariaman dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Era Globalisasi. Jakarta, Indomedia, 2004.

Kriyantono, Rachmat. Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal. Jakarta: Kencana, 2014.

61

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Muwafik, Saleh Akh. Komunikasi Dalam Kepemimpinan Organisasi. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2016.

Prasetyo, Hendro dan Munhanif Ali. Islam & Civil Society. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Puji, Agus. Memahami Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Bandung: Fokusmedia, 2018.

Radyati, Maria R. Nindita. Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR). Jakarta: Trisakti University Indonesia, 2014.

Sadili, Samsudin. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Soetrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Solemanto. Jejak Langkah Sang Kiai; mengenal republik dari tanah betawi. Jakarta: Mukti Jaya, 2009.

Subhan, Zaitunah. Pornografi dan Premanisme. Jakarta: Elkahfi, 2006.

Sukmana, Oman. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Intrans Publishing, 2016.

Sulhin, Iqrak. Discontinuitas Penologi Punitif. Jakarta: Kencana, 2016.

Sulistiyani Ambar Teguh dan Rosidah. Manajamen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Tjahjono, Herry. Culture Based Leadership. Jakarta: Gramedia, 2010.

Ubaedillah A, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN, 2007.

Utama, Jakob. Masyarakat Warga dan Pergulatan Indonesia. Jakarta: Kompas, 2001.

Dokumen Elektronik

62

Badan Pusat Statistik, “Jumlah Suku Bangsa di DKI Jakarta”, 2010. Database on-line. tersedia di https://jakarta.bps.go.id/.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “rekrutmen”, 2012. Database on-line. tersedia di https://kbbi.web.id/.

Rio Brian, “Pengertian CSR Menurut Para Ahli, Manfaat dan Fungsi CSR Serta Contohnya”, 2015. Database on-line. tersedia di https://www.maxmanroe.com.

Rohmat, “FBR Peduli Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, 2012. Database on-line. tersedia di https://www.facebook.com/.

Salim, Agus, “Tata Cara Bai’at Anggota Baru Forum Betawi Rempug (FBR)”, 2011. Database on-line tersedia di http://rebutjakarta.blogspot.com.

Karya Ilmiah

Alam, Bachtiar. “Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori Kebudayaan”, Jurnal Antropologi Indonesia, Vol. 30, No. 2, (Januari 2006);19.

Arifanda, Azis, Tengku, M. Syamsul, Maarif, dan Anggraini, Sukmawati. “Pengaruh Sistem Rekrutmen dan Seleksi Terhadap Kinerja”. Jurnal Pengaruh Bisnis dan Manajemen, 10.17358/JABM.3.2.246 (November 2017): 5.

Darwis, Nasution Robby. 2018. “Analisis Efektifitas Pola Rekrutmen Kader Rantingmuhammadiyah di Ponorogo”, Jurnal Sosial Politik dan Humaniora, Vol. 6. No.1. (november 2018): 44.

Farlina, Nina. 2012. “Representasi Identitas Betawi Dalam Forum Betawi Rempug (FBR)”, (Tesis S2 Program Studi Ilmu Susastra Universitas Indonesia 2012).

Fauziah, Fitri. 2015, “Peran Hubungan Masyarakat (HUMAS) Forum Betawi Rempug (FBR) Dalam Mengatasi Krisis Organisasi”, (Skripsi S1 Program Studi Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah 2015).

Mahatir, Muhammad Iqbal. 2017. “Membangun Sistem Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Era Otonomi Daerah.” Jurnal Sosial Politik dan Humaniora, /07/Vol. 05/No., (Juni 2017): 9.

Widyanto, Untung. 2005. “Antara Jago dan Preman: studi tentang habitus premanisme pada organisasi Forum Betawi Rempug (FBR)”. (Tesis Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2005).

63

Berita Adhiansyah, Yova. “30 Gardu FBR di Jakarta Selatan Memeriahkan Acara Futsal”. Sindo News, 28 April 2019, 1524904063.

Alhabhsy, Hasan. “Selayang Pandang FBR dan Masalah Minta Jatah THR”. CNN, 28 Mei 2018, 080512-20-301740.

Irfan Abdurrahmat.. ““FBR: Pelaku Berinisial O Sudah Bukan Anggota Kami”. Republika, 12 November 2013.

Nailufar, Nada. "Ormas FBR dan Pemuda Pancasila Bentrok di Jakarta Selatan.” Kompas, 11 September 2018, 19395601.

Suriyanto, Yuliawati, dan Aulia Bintang Pratama. “Ormas Betawi: Antara Golok Jawara dan Identitas Pribumi.” CNN, 22 Juni 2016, 112524-20-140046.

Wahyu, Yohan. "Gerak Ormas dalam Politik Kebangsaan.” Kompas, 4 Agustus 2015, 16150071.

Waluyo, Djoko. “NKRI Harga Mati Buat FBR.” Harian Terbit, 2 Juli 2017.

Wanda. Perayaan Milad ke-17 Forum Betawi Rempug.” Kata Media, 11 September 2018.

Wiwoho, Bimo. “Alasan Dakwah, FBR Belum Mau Pecat Anggota yang Minta THR.” CNN, 28 Mei 2018, 20180528043539-20-301714.

Wawancara

Wawancara dengan Agus Salim Sekretaris FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

Wawancara dengan Arsyad Alfarizi Pembina dan Penasihat FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

Wawancara dengan Fairuz Anggota FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

Wawancara dengan Ismail Jamil Korlap Kramat Pela FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

Wawancara dengan Robi Anggota FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

64

Wawancara dengan Tri Aryadi Ketua FBR Gardu 0176, 27 Februari 2019 di Gardu 0176.

Dokumen Resmi

Pergub DKI nomor 112 tahun 2013, tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan dunia usaha.

Perda DKI Jakarta Nomor 10. Tahun 2002, tentang Rencana Starategis Pembangunan Provinsi DKI Jakarta.

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang.

65