<<

MATRA S������� P��������� K��� B���� A��� ��� K��� S�������� PEMBARUAN ����� M��������� K��� R���� D����������

www.matrapembaruan.com Adi Suhendra * Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri e-ISSN: 2549-5283 p-ISSN: 2549-5151 Dikirim: 8 Juli 2017; Direvisi: 12 September 2017; Disetujui: 25 Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131- September 2017 142

Abstract DOI: 10.21787/mp.1.3.2017.131-142 This study is about disability-friendly cities (KRD). This research is motivated by the innovation of local government policy in realizing the city of disability friendly. The purpose of this research is to describe various Keywords: Local Government, efforts made by local government of City and City in Disability, Policy Innovation realizing KRD. This research uses qualitative approach. The data collection technique is done by interviewing informants and collecting secondary data. Kata Kunci: Pemerintah Daerah, While data processing is done by data reduction is open coding, axial coding Disabilitas, Inovasi Kebijakan and selective coding. The �indings of the strategy in the city of Surakarta is to support the budget for the disabled. In addition, the local government of Surakarta also issued social assistance given to persons with disabilities who enter the criteria of poor families. While Banda Aceh, local government do dukunyan in the �ield of education that is by establishing schools in Kota For *Korespondensi kindergarten level there are six units, 20 units of elementary school, nine Phone : +62 822 4446 8840 units of junior high school, seven units of SMA, and 15 SLB with the number Email : adisuhendra.pm@gmail. of supporters of 120 teachers. In the housing sector, Pemko Banda Aceh com also issued a policy to enable disabled people to access affordable housing facilities and the assistance of Al-Quran Braile Digital to the blind. The result of this research is surakarta city make KRD by giving social support. While Banda Aceh is more on creating an inclusive city that unites people with disabilities to merge in people’s lives.

Intisari Penelitian ini adalah tentang Kota Ramah Disabilitas (KRD). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya inovasi kebijakan pemerintahan daerah dalam mewujudkan kota ramah disabilitas. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam mewujudkan KRD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan dan mengumpulkan data sekunder. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan reduksi data yaitu open coding, axial coding dan selective coding. Temuan dilapangan strategi yang dilakukan kota Surakarta adalah adanya upaya dari pemerintah daerah membuat kebijakan dan dukungan anggaran bagi kaum difabel. Selain itu Pemda Surakarta juga memberikan BADAN PENELITIAN DAN bantuan sosial kepada penyandang disabilitas yang masuk kriteria PENGEMBANGAN (BPP) keluarga miskin. Sedangkan Banda Aceh, Pemerintah daerah melakukan KEMENTERIAN DALAM dukunganya di bidang pendidikan dengan mendirikan 6 unit TK, 20 unit NEGERI SD, 9 unit SMP, 7 unit SMA, dan 15 SLB dengan 120 orang guru pendukung. Di bidang perumahan, Pemko Banda Aceh juga mengeluarkan kebijakan Jl. Kramat Raya No. 132, Pusat, agar kaum difabel dapat mengakses fasilitas perumahan yang terjangkau 10450 dan bantuan al-Quran braile digital kepada para tuna netra. Hasil dalam penelitian ini adalah Kota Surakarta membuat KRD dengan memberikan © Adi Suhendra dukungan sosial. Sedangkan Banda Aceh lebih pada menciptakan kota inklusif yaitu penyatuan penyandang disabilitas untuk melebur di kehidupan masyarakat. This work is licensed under the Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. 131 I. Pandahuluan akan meningkatkan jumlah penyandang disabilitas Penelitian ini adalah tentang kota ramah karena meningkatnya gangguan kesehatan yang disabilitas (KRD). KRD merupakan kota yang diakibatkan penyakit kronis degeneratif. mempunyai sistem pembangunan berbasis ramah Disabilitas erat kaitannya dengan kesehatan disabilitas melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dilatarbelakangi masalah kesehatan, dan sebaliknya dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh kondisibaik fisik disabilitas maupun juga mental. dapat Disabilitas mempengaruhi banyak dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kesehatan. Sektor kesehatan berperan dalam kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan upaya pencegahan hingga rehabilitasi. Dalam perlindungan bagi kaum disabilitas. KRD atau yang upaya pelayanan kesehatan, penyandang disabilitas dalam bahasa inggris diistilahkan dengan disability juga perlu mendapatkan pelayanan khusus dan friendly cities (DFC) awalnya diinisiasi oleh konvensi terjangkau sesuai kebutuhan khusus dari disabilitas atas hak-hak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dimilikinya. dimaksudkan untuk melindungi hak dan martabat Jika melihat kajian dari Pusat Kajian penyandang disabilitas. Dalam pertemuan itu, Disabilitas FISIP UI bekerja sama dengan Australian tujuan konvensi diadakan adalah untuk memajukan, Governement. Program disabilitas di melindungi dan menjamin penikmatan penuh dan diintegrasikan pada bidang lainnya, dan dituangkan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang fundamental oleh semua penyandang disabilitas, Cacat 2004 -2013 yang meliputi 8 bidang prioritas, dan untuk meningkatkan penghormatan atas yaitu Bidang Pembentukan Organisasi Swadaya martabat yang melekat pada mereka (Teks diadopsi Penyandang Disabilitas, Peningkatan Kesejahteraan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Perempuan Penyandang Disabilitas, Deteksi Dini, pada tanggal 13 Desember 2006, dan dibuka untuk Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang ditandatangani pada tanggal 30 Maret 2007). Disabilitas, Akses Penyandang Disabilitas terhadap Pemerintah Indonesia telah menandatangani Fasilitas Umum dan Transportasi, Aksesibilitas konvensi tersebut pada 30 Maret 2007 di New Penyandang Disabilitas dalam bidang Informasi York. Penandatanganan tersebut menunjukkan Komunikasi dan Teknologi, Penghapusan kesungguhan negara Indonesia untuk menghormati, Kemiskinan, dan Kerja sama Internasional dan melindungi, memenuhi, dan memajukan hak- HAM. Namun hingga 2/3 masa pelaksanaan RAN hak penyandang disabilitas, yang pada akhirnya Penyandang Disabilitas, tidak banyak kemajuan diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para berarti yang dicapai, meskipun (Irwanto et al. penyandang disabilitas (Kementrian Kesehatan RI 2010). Dalam konteks itu, penelitian ini berusaha 2014). menggambarkan pelbagai upaya yang dilakukan Dalam upaya melindungi, menghormati, pemerintah daerah dalam mewujudkan KRD itu. memajukan, dan memenuhi hak-hak penyandang Jika dicermati, permasalahan pada masyarakat disabilitas, Pemerintah Indonesia telah membentuk disabilitas adalah sulitnya berinteraksi dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berbagai hambatan dapat menyulitkan partisipasi mengatur pelindungan terhadap penyandang penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan disabilitas, termasuk di antaranya UU No 36 Tahun kesetaraan dengan yang lainya. Padahal sejatinya 2009 tentang Kesehatan yang memuat mengenai hak mereka adalah sama yaitu pemenuhan hak atas Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat pada pendidikan, kesehatan, sosial, hukum dan politik. Bagian Ketiga yaitu pasal 138-140. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian Menurut Konvensi tentang Hak-Hak ini ingin melihat upaya yang dilakukan Kota Banda Penyandang Disabilitas, disabilitas merupakan Aceh dan Kota Surakarta dalam memberikan suatu konsep yang terus berkembang, di mana pelayanan kepada masyarakat disabilitas. penyandang disabilitas mencakup mereka yang Banda Aceh merupakan proyek percontohan yang digagas pemerintah pusat. Kota Banda Aceh atau sensorik dalam jangka waktu lama dan ketika telah memberi contoh bagaimana kota ini terus berhadapanmemiliki keterbatasan dengan berbagai fisik, mental,hambatan, intelektual, hal ini melakukan perbaikan rencana pembangunan dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektivitas jangka panjang maupun menengah dengan mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan menjadikan kotanya sebagai kota yang ramah dengan yang lainnya. Timbulnya disabilitas dapat bagi semua warganya termasuk kaum difabel. dilatarbelakangi masalah kesehatan yang timbul Sedangkan Kota Surakarta juga dinobatkan sebagai sejak lahir, penyakit kronis maupun akut, dan cedera Kota Ramah Disabilitas. Kota ini pada tahun 2014 yang dapat diakibatkan oleh kecelakaan, perang, telah menerima Piagam Kebijakan Inovatif dari kerusuhan, bencana, dan sebagainya. Seiring Zero Project International selaku penyelenggara meningkatnya populasi lanjut usia, ditengarai nominasi aksesibilitas bagi difabel yang meliputi

Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 132 bidang transportasi, informasi dan komunikasi. memang tengah dikerjakan oleh pemerintah daerah. Perbedaan di kedua kota ini adalah jika kota Sejauh ini sudah cukup banyak penelitian yang Surakarta telah mengerluarkan peraturan daerah pernah mengulas tentang KRD, utamanya penelitian- tentang kesetaraan disabilitas, sedangkan Kota penelitian yang dilakukan oleh para peneliti barat. Banda Aceh belum. Namun demikian, keduanya Seperti yang dilakukan oleh Popiel (2014) tentang memiliki kesamaan yakni effort atas upaya penelitianya di Kota Krakow, Polandia. Berkat upaya menjadikan kota ramah terhadap kaum disabilitas. dan perubahan yang mereka timbulkan, wisatawan Kajian ini ingin menjelaskan bagaimana yang memiliki gangguan dari seluruh dunia bisa strategi Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta mengenal baik kota maupun sumber daya dan berupaya mewujudkan KRD. Harapannya, kedua infrastruktur wisatanya. Peningkatan aksesibilitas model ini dapat menjadi contoh atau model KRD menyebabkan peningkatan pergerakan wisatawan, baik daerah lainnya di Indonesia. Karena selama menarik modal baru untuk membuka kemungkinan ini KRD masih jarang di implementasikan di kota- pengembangan lebih lanjut praktik terbaik dan kota di Indonesia. Sebagai contoh, kota banda aceh ketersediaan kota untuk semua orang. Akses telah menerapkan pembangunan gedung di banda terhadap pariwisata, berbagai jenis layanan dan aceh harus ramah terhadap penyandang disabilitas. produk terkait harus menjadi standar dan tidak Pemerintah Kota Banda Aceh mewajibkan setiap terkecuali. Faktanya adalah bahwa menyediakan gedung publik yang akan dibangun di ibu kota aksesibilitas tidak selalu merupakan tugas yang Provinsi Aceh memenuhi persyaratan ramah pada mudah, namun sekarang, di usia menciptakannya disabilitas atau penyandang cacat. Semua gedung dapat digunakan sebagai contoh aglomerasi yang publik yang dibangun wajib ramah disabilitas. Jika berusaha memecahkan hambatan di lingkungan tidak, pemerintah kota tidak akan mengeluarkan izin kota dan mempromosikan partisipasi penyandang mendirikan bangunan. kebijakan ramah terhadap cacat dan lansia di bidang pariwisata. disabilitas ini mengacu pada UU No 28 Tahun 2002 Adapun kajian tentang disabilitas juga pernah Tentang Bangunan Gedung dan amanah UU No 26 dikaji oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Hasil Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Serta perintah kajian yang disusun oleh Rapley (2013) menjelaskan Qanun Kota Banda Aceh No 10 Tahun 2004 tentang aksebilitas pada masyarakat berkebutuhan Bangunan Gedung, dan Qanun Kota Banda Aceh No khusus harus menjadi panduan normatif dalam 4 Tahun 2009 Tentang RTRW 2009-2029. menyetarakan hak. Dalam perkembangan arus Adapun strategi yang dilakukan oleh utama secara internasional masih sulit dipahami pemerintah daerah Surakarta, yaitu menerbitkan sampai saat ini. Dikatakan bahwa aksesibilitas Peraturan Daerah Kota Surakarta No 2 Tahun dalam konteks pembangunan harus dipandang 2008 Tentang Kesetaraan Difabel. Dalam Perda sebagai barang publik global daripada biaya untuk tersebut, sejumlah kewajiban harus dilaksanakan mematuhi kebijakan dan undang-undang non- oleh Pemda Surakarta. Dalam Pasal 8 menyebutkan diskriminasi. pemerintah daerah memunyai kewajiban Sementara Bezmez (2013) di Istanbul Turki, untuk mewujudkan kesetaraan difabel melalui; dalam penelitianya menjelaskan, isu disabilitas perlindungan dari segala bentuk eksploitasi menjadi isu prioritas yang dibicarakan pada dan penerapan peraturan perundang-undangan masyarakat perkotaan dan pemerintah daerah. yang bersifat diskriminatif; penyusunan kebijakan Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa selama ini, dalam pemenuhan pelayanan publik; dan padangan partai politik terhadap orang disabilitas keterbukaan informasi dan kesempatan bagi difabel hanyalah karena faktor amal, bukan pada persamaan dalam pembangunan daerah hak. Hal ini dikarenakan sebagian besar tuntutan Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat penduduk terhadap fasilitas di perkotaan hanya dan memiliki relevansi yang tepat dengan tugas datang dari masyarakat non-disabilitas. pokok dan fungsi Kementerian Dalam Negeri Tidak jauh berbeda dengan penelitian para (Kemendagri). Sebab, sebagai kementerian yang peneliti barat yang menelaah KRD dari perspektif membina dan mengawasi pemerintahan di daerah, pembangunan kota, para sarjana lokal di Indonesia Kemendagri memiliki kewenangan mensinergikan juga menekankan penelitian KRD dari sudut dan mengoordinasikan program pemerintah pandang pendidikan bagi penyandang disabilitas. pusat yang dikeluarkan Kementerian/Lembaga Seperti misalnya Triutari (2014) yang melihat sektoral agar sukses dalam pelaksanaannya di tentang pendidkan Segregasi dan Pendidikan daerah. Dalam konteks ini, KRD sebagai salah satu Inklusif pada penyandang disabilitas. Sistem program nasional, patut dikawal oleh Kemendagri pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan (Hamudy 2015). Apalagi, urusan perlindungan dimana anak berkebutuhan khusus terpisah penyandang disabilitas merupakan urusan wajib dari sistem pendidikan anak pada umumnya. yang sudah dibebankan kepada daerah. Kemendagri Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasif berkewajiban memastikan bahwa urusan itu dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari

Strategi Pemerintah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Kota Ramah Disabilitas 133 Adi Suhendra penyelenggaraan pendidikan untuk anak pada Untuk meringkas pelbagai sudut pandang itu, umumnya. Pendidikan segregasi adalah sekolah peneliti menggunakan indikator yang digunakan yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari Kementerian Sosial untuk menggambarkan upaya sistem persekolahan reguler. Sedangkan Sekolah yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam Inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi mewujudkan KRD. dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa Penelitian ini juga dianggap penting dan relevan berkebutuhan khusus dalam program yang sama, karena melihat konteks kekinian di Indonesia. dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi Sebagai negara yang menjunjung tinggi hak asasi anak berkebutuhan khusus adalah pentingnya manusia, pemerintah Republik Indonesia menjamin pendidikan Inklusif, tidak hanya memenuhi target perlindungan dan pemenuhan hak disabilitas yang pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 diatur dalam beberapa peraturan, seperti UUD tahun, akan tetapi lebih banyak keuntungannya 1945, peraturan perundang-undangan yang bersifat tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia. nasional maupun internasional, pemerintah juga Dari hasil penelitian yang dilakukan, pendidikan segregasi bukannya mereka tidak Hak-hak Disabilitas yang diimplementasikan mendapat pelayanan yang baik namun mereka dalamtelah meratifikasiUU No 8 Tahun Konvensi 2016 Internasional tentang Penyandang tentang belum merasakan dengan sempurna sesuai dengan Disabilitas. canangan dan ganbaran pendidikan inklusif Disamping itu, Dalam kerangka Nawacita, yang diberitakan pada saat sekarang ini. Mereka pemenuhan hak penyandang disabilitas termasuk menyatakan mungkin pendidikan inklusif ini baru dalam bagian penting dari Nawacita ke satu dan belum teraplikasi dengan sempurna. dan ke sembilan (RI 2016). Presiden Jokowi Senafas dengan Triutari, penelitian dari menegaskan kehadiran negara untuk melindungi Rizky (2014) menjelaskan pendidikan pada dan memberi rasa aman pada seluruh warga negara, tentu termasuk penyandang disabilitas di bahwa kebutuhan siswa disabilitas pasca- dalamnya. Lalu pada Nawacita ke Sembilan, apa sekolahmasa SMA. menengah Kajianya atas, identifikasinya yaitu pihak sekolah menjelaskan harus yang dimaksud dengan memperteguh kebhinekaan mempersiapkan siswa yang ingin bekerja setelah dan memperkuat restorasi sosial sudah dengan lulus SMA, agar dapat bersaing dengan masyarakat sendirinya langsung mengarah pada upaya umum. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan memperjuangkan hak penyandang disabilitas sosialisasi ke perusahaan-perusahaan atau sebagai bagian dari kebhinekaan. mengadakan bimbingan konseling di sekolah terkait bidang pekerjaan yang ingin ditekuni oleh siswa. Selain itu, pihak sekolah harus memfasilitasi siswa II. Metode Lokus penelitian ini berfokus pada pemerintah penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta. Kota pendidikan ke perguruan tinggi. Berdasarkan Banda Aceh dipilih, karena di kota itu KRD sudah hasil penelitian ini, keinginan siswa penyandang diwujudkan sejak 2007 (YIPD 2014). Untuk disabilitas untuk melanjutkan pendidikan ke mengetahui bagaimana strategi masing-masing perguruatn tinggi menempati tempat kedua. Untuk pemerintahan daerah dalam mewujudkan KRD, itu, sebaiknya pihak sekolah mengadakan konseling dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dan try out bagi siswa yang ingin melanjutkan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif pendidikan ke perguruan tinggi. dipilih karena penggalian data dalam penelitian Bertautan dengan penelitian Rizky, justru kajian ini dapat dikatakan baik dengan menggunakan lain mendapati hal yang menarik. Kajian dari Sholeh wawancara mendalam (indepth interview). Adapun (2015) menjelaskan bahwa penyandang disabilitas teknik pengumpulan data dilakukan dengan di Indonesia kurang mendapat kesempatan dan mewawancarai sejumlah informan yakni dari fasilitas bagi penyandang disabilitas kurang Bappeda dan Dinas PU. Serta penggalian informasi mendapatkan perhatian di tingkat perguruan tinggi. juga dilakukan dengan mencari dokumen yang Demikian juga dengan kebijakan-kebijakan yang terkait, baik yang dikeluarkan oleh Kementerian di keluarkan oleh perguruan tinggi kurang sensitif Sosial, Kementerian Kesehatan, instansi terkait terhadap disabilitas. lainnya, maupun pemberitaan yang dilansir media Kendati begitu, para peneliti di atas meneliti massa cetak. KRD secara parsial saja, dengan sudut pandang Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan tertentu. Berbeda dengan kajian di atas, penelitian reduksi data, menggunakan teknik open coding, axial ini berusaha menelaah KRD dari beberapa sudut coding dan selective coding. seperti yang jelaskan pandang secara komprehensif, tidak hanya dari (Berg 2001) reduksi data ini dimaksudkan untuk sudut pandang pembangunan kota yang memenuhi mengarahkan perhatian pada fokus kebutuhan penelitian, menyederhanakan, dan mengubah data kebutuhan anak secara fisik, tetapi juga non-fisik. Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 134 mentah menjadi bentuk yang lebih mudah dikelola. grahita. Hingga saat ini, sudah banyak sekolah di Kota Reduksi data dilakukan peneliti dari sepanjang Banda Aceh yang menerapkan sitem pendidikan proses penelitian ini. inklusi. Untuk tingkat TK ada enam unit, SD 20 unit, SMP sembilan unit, SMA tujuh unit, dan 15 SLB dengan jumlah guru pendukung sebanyak120 III. Hasil dan Pembahasan orang.” Sementara di bidang kesehatan, pihaknya Pada bagian ini diuraikan pelbagai strategi juga melakukan berbagai pendekatan seperti yang dilakukan Pemerintah Banda Aceh dan Kota penyediaan layanan medis khusus bagi penyandang Surakarta dalam mewujudkan KRD di kotanya disabilitas secara gratis." (Informan Bappeda). masing-masing. Selain itu, akan diuraikan beberapa Di bidang perumahan, Pemko Banda Aceh juga hal yang dianggap sebagai upaya pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan agar kaum difabel dapat dalam mewujudkan KRD tersebut. mengakses fasilitas perumahan yang terjangkau. “Dan akses tranportasi di Banda Aceh juga telah A. Banda Aceh Menuju KRD diatur agar sesuai dengan standar kebutuhan Upaya pemerintahan kota banda aceh kelompok khusus. Saat ini kami sudah memiliki dalam memperbaiki pelayanan disabilitas adalah sistem tranportasi darat Trans Kutaraja yang ramah dengan mengembangkan keterlibatan penuh bagi penyandang disabilitas." (Informan Bappeda). penyandang disabilitas dalam masyarakat. Istilah Hal lainnya, (Informan Bappeda) ini dikenal dengan sebutan masyarakat inklusif. mengungkapkan Pemko Banda Aceh juga Istilah inklusif digunakan untuk mendeskripsikan memberikan bantuan Al-Quran Braile Digital kepada penyatuan penyandang disabilitas untuk melebur di para tuna netra, sehingga memudahkan mereka kehidupan masyarakat. Konsep inklusi memberikan untuk mempelajari, membaca dan memahami pemahaman mengenai pentingnya penerimaan kalam Ilahi sebagai pedoman hidup dalam penyandang disabilitas yang memiliki hambatan ke kehidupan sehari-hari. “Menyahuti permintaan dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial mereka, kami juga menyerahkan bantuan radio agar yang ada di masyarakat. mereka dapat mendengarkan ceramah-ceramah Untuk mewujudkan KRD secara inklusi, Kepala agama.” Ia menambahkan, untuk membantu Daerah Banda Aceh menandatangani Piagam peningkatan kualitas hidup dan ekonomi, Pemko Jaringan Wali Kota Indonesia untuk Kota Inklusif. Banda Aceh bekerja sama dengan pemerintah Piagam ini ditujukan untuk menyatakan kembali provinsi dan pemerintah pusat, serta lembaga komitmen para wali kota untuk melakukan aksi-aksi lainnya, juga menyediakan berbagai bantuan sosial yang direkomendasikan di dalam piagam tersebut di antaranya pemberian dana maupun alat bantu demi memenuhi, melindungi, dan mempromosikan bagi penyandang disabilitas. hak-hak penyandang disabilitas tanpa diskriminasi, Upaya Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipromosikan mewujudkan KRD, sejatinya tak terlepaskan dari oleh the United Nations Conventions on the Rights of pengalaman pahit kota banda aceh sebagai korban bencana tsunami 2004. Kejadian ini menjadikan pemerintah Indonesia pada 2011 lalu. PeopleBantuan with Disabilities usaha ekonomi (UNCRPD) produktif yang diratifikasiterus juga lebih ramah terhadap masyarakat penyandang disalurkan oleh Pemda kepada kaum disabilitas disabilitas.refleksi bagi kepala daerah agar Kota Banda Aceh seperti bantuan mesin jahit, dan bantuan tempat Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun peralatan dan modal usaha. Selain itu juga diberikan masyarakat dalam setiap bencana alam adalah bantuanusaha refleksi biaya di hidup mana sebesar disediakan Rp 2,5tempat, juta perpelatihan, tahun bahwa bencana alam tidak hanya menimbulkan bagi penyandang cacat, dan bantuan Rp 1 juta per korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur saja. tahun bagi keluarga dengan anak cacat, serta Rp Namun, bencana alam kala itu menimbulkan korban 300 ribu per bulan bagi penyandang cacat berat, di yang selamat menjadi kehilangan fungsi tubuhnya samping bantuan-bantuan lainnya dari Baitul Mal. atau dengan kata lain menjadi penyandang Dalam bidang pendidikan, misalnya, Pemko disabilitas. Banyak dari korban selamat yang Banda Aceh terus berupaya menyediakan fasilitas kemudian kehilangan kaki, lengan dan fungsi kaki pendidikan bagi penyandang disabilitas maupun lainnya seperti fungsi penglihatan dan pendengaran anak-anak mereka. selama proses penyelamatan diri (Fuad dan Twigg, “Di antaranya menerima guru khusus bagi 2008). anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi NAD pada tahun 2005, pasca bencana gempa bumi guru pendidik inklusi untuk mengikuti pendidikan dan tsunami menyebutkan bahwa sebesar 62.785 khususmembangun bagi anak berbagai tuna aksesnetra, fisik,tuna rungu, mengirim dan calontuna (1,85%) penduduk Aceh mengalami stres dari total

Strategi Pemerintah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Kota Ramah Disabilitas 135 Adi Suhendra penduduk Provinsi NAD saat itu yang berjumlah peraturan yang memihak bagi kaum disabilitas di 4.031.589 jiwa. Sejumlah 263.294 jiwa warga Aceh antaranya adalah Qanun Kota Banda Aceh No 10 (6,63%) mengalami kehilangan mata pencaharian Tahun 2004 tentang Bangunan Gedung, dan Qanun dan penduduk yang mengalami disabilitas akibat Kota Banda Aceh No 4 Tahun 2009 Tentang Rencana bencana gempa bumi dan tsunami sebesar 6.629 Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009- orang (0,17%). Angka ini mungkin bila dilihat 2029. Ramos (sekretaris Dinas PU Banda Aceh) secara persen tergolong kecil namun sekecil apapun menegaskan, tim Dinas PU akan mempelajari jumlah penyandang disabilitas, tetap memunyai gambar setiap usulan gedung publik. Dari gambar hak yang sama sebagai warga negara. Dampak yang tersebut, Dinas PU akan memberikan rekomendasi ditimbulkan bencana alam sangat besar dan dapat kepada Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu berkepanjangan yaitu menimbulkan trauma dan Pintu (DPMPTSP) terkait izin mendirikan bangunan. stress yang mendalam bagi penduduk Aceh. Kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh, desainnya Atas pengalaman beberapa tragedi itu, diharuskan ramah disabilitas. Kebijakan ini sebagai Pemerintah Provinsi Aceh membuat Qanun komitmen dalam memberikan kemudahan atau tentang perlindungan bagi masyarakat disabiitas. akses bagi penyandang disabilitas. Qanun tentang perlindungan bagi disabilitas dituangkan Qanun Aceh No 11 Tahun 2013 Tentang B. Regulasi KRD di Surakarta Kesejahteraan Sosial. Qanun Aceh ini mengatur Kota Surakarta merupakan salah satu kota asas, tujuan, dan ruang lingkup, tanggung di Indonesia yang banyak memberikan perhatian jawab, kewenangan dan kewajiban, dalam kepada persoalan penyandang disabilitas. Di tahun penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Hal lain 2008, Pemerintahan daerah mengeluarkan regulasi yang diatur dalam Qanun Aceh ini adalah sumber dan kebijakan terkait kesetaraan disabilitas. Dasar daya penyelenggaraan kesejahteraan sosial, hukum pengaturan penyandang disabilitas di Kota sasaran penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Surakarta adalah Perda Kota Surakarta No 2 Tahun dan pembinaan dan pengawasan. Mengingat 2008 tentang Kesetaraan Difabel (Lembaran Daerah pentingnya koordinasi antar-berbagai pihak dalam Kota Surakarta Tahun 2008 No 2). Peraturan Daerah penyelenggaraan kesejahteraan sosial, maka Qanun tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Perwal ini juga mengatur sanksi administratif kepada Kota Surakarta No 9 Tahun 2013 tentang Petunjuk pihak-pihak yang menyelenggarakan kesejahteraan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 2 sosial tanpa izin. Tahun 2008 Tentang Kesetaraan Difabel. Kesetaraan Mengusung visi Banda Aceh Model Kota difabel adalah kondisi yang menjamin terwujudnya Madani, Pemko Banda Aceh menjunjung tinggi keadilan bagi penyandang disabilitas. Dengan kesetaraan hak seluruh kelompok masyarakat, demikian kiranya ada perlakuan yang proporsional keadilan, kebersamaan, dan menghargai hak-hak di antara para peyandang disabilitas sendiri dan asasi manusia termasuk hak bagi penyandang antara penyandang disabilitas dengan yang tidak. disabilitas yaitu Kota Madani akan benar-benar Sebagai contoh, hasil pelaksanaan Perda dan tercapai ketika seluruh aspek tersebut dapat Perwali tersebut dilakukan dengan membangun terpenuhi dan diimplementasikan dalam kehidupan terminal yang ramah dengan disabilitas. Terminal masyarakat. Bus Tirtonadi Surakarta yang terletak di Jl. Jendral Kota Banda Aceh juga dijadikan pilot project Ahmad Yani No 262, Surakarta merupakan kota inklusif yang ramah bagi penyandang difabel terminal yang dapat dikatakan strategis, yakni oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. menghubungkan kabupaten-kabupaten di wilayah Mari Elka Pangestu selaku Menteri Kemenparekraf bekas Karesidenan Surakarta (solo raya) seperti saat itu mendorong implementasi fasilitas Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, insfrastruktur dan transportasi publik yang ramah Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, bagi penyandang disabilitas di daerah. disusul juga Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten dan Kota pada 2016, Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Surakarta. Terminal Tirtonadi belum lama ini Djamal dinobatkan sebagai tokoh peduli kaum dilakukan renovasi. Sebagai sarana pelayanan disablitas oleh Forum Komunikasi Masyarakat publik, terminal di Surakarta ini dituntut untuk Berkebutuhan Khusus Aceh (FKM-BKA) FKM-BKA mengakomodasi semua kepentingan masyarakat, Award 2016 (acehprov.go.id, 2016). tidak terkecuali dengan kaum difabel. Kaum difabel Sebagai komitmen mewujudkan KRD, merupakan anggota masyarakat yang memiliki hak Pemerintah Kota Banda Aceh melakukan strategi yang sama dalam menggukakan fasilitas publik. yaitu pemenuhan hak bagi kaum disabilitas dengan menerbitkan sejumlah peraturan. Beberapa

Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 136 mengganti istilah penyandang cacat. Di antaranya Perda Kota Surakarta No 2 Tahun 2008 tentang kesetaraaan Difabel (lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 No 2). Peraturan daerah itu kemudia ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Surakarya No 9 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 2 Tahun 2008 tentang penyediaan fasilitas pada bangunan umum dan lingkungan bagi difabel. Perda itu dimaknai bagi setiap orang penyandang kelainan Gambar 1.1 Jalur untuk penderita tunanetra di Terminal Tirtonadi Surakarta (Sunaryo n.d. Merdeka.com) merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukanfisik dan/atau secara mental, selayaknya dapat bagi mengganggu penyadang cacat atau Tidak hanya itu, bertepatan dengan Hari Difabel Sedunia, Pemkot Surakarta juga meluncurkan bus untuk kaum difabel. Bus tersebut diberi fisik, Jika penyandang melihat Perda cacat itu, mental istilah dan difabel penyandang dalam nama Begawan Abiyasa. Bus tersebut disediakan Perdacacat fisik Kota dan Surakarta mental (Perda No 2 Kota Tahun Surakarta, 2008 2008)masih untuk sarana wisata kota bagi difabel. Nama juga dipadankan dan disandingkan dengan istilah Begawan Abiyasa sendiri diambil dari nama tokoh penyandang cacat. Ketentuan ini nampak jelas pewayangan yang diyakini sebagai bapak kaum dalam Pasal 1 Angka 8. Dari isi Perda Kota Surakarta difabel. Tiga putra dari tiga istri Begawan Abiyasa, tersebut nampak bahwa dalam tataran pemerintah sang leluhur keluarga Pandawa dan Kurawa, terlahir telah ada keinginan baik untuk melakukan eufemisme bagi istilah penyandang cacat, namun sosok-sosok hebat di cerita pewayangan. masih timbul keraguan dalam penggunaan istilah cacat fisik. Meski demikian, ketiganya menurunkan penyandang cacat atau difabel (Pudyatmoko, Y Sri; Dewi 2015). Dalam Peraturan Walikota tersebut diatur pula mengenai rehabilitasi yang dimaksudkan sebagai upaya yang meliputi semua tindakan untuk mempersiapkan penyandang disabilitas dalam proses integrasi dengan masyarakat. Penyandang disabilitas diberikan hak-hak berupa bantuan sosial sebagai upaya pemberian bantuan kepada penyandang disabilitas yang tidak mampu, yang bersifat tetap, agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya, diberikan sarana

Gambar 1.2 Bus Khusus - Para Penyandang Cacat Difabel Saat Menggunakan Bus Begawan Abiyasa Di Kota Surakarta disediakan bagi penyandang disabilitas guna mewujudkanaksesibilitas kesamaan fisik, yakni kesempatan kemudahan dalam segala yang Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan aspek kehidupan dan penghidupan. Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Bagi penyandang disabilitas diberikan Soedrajad mengatakan, dua unit bus itu merupakan pelayanan hak-hak tertentu meliputi: aksesibilitas pemberian Pemprov Jateng. Sebelumnya, bus yang dibeli 2011 silam itu dimanfaatkan sebagai peran serta dalam pembangunan; dan bantuan fisik; rehabilitasi; pendidikan; kesempatan kerja; kendaraan antar jemput atlet difabel pada Asian Paragames (APG) VI di Solo (Proatmojo 2013). dan prasarana umum yang meliputi: aksesibilitas sosial. Aksesibilitas fisik dilaksanakan pada sarana Seiring berakhirnya pesta olahraga bagi difabel, pada bangunan umum; pada jalan umum; pada kedua bus yang dibeli bersama delapan bus serupa pertamanan dan pemakaman umum; dan pada tidak lagi dimanfaatkan. Pemkot pun meminta angkutan umum. Pemprov Jateng menghibahkan bus itu agar dapat digunakan warga difabel. Bus tersebut memiliki C. Dukungan Anggaran untuk Kaum desain yang lowdeck dan interior yang cukup luas, Disabilitas di Surakarta satu unit bus bisa mengangkut sekira 25 orang Bantuan sosial diberikan kepada penyandang penyandang cacat. disabilitas yang masuk kriteria keluarga miskin. Istilah difabel telah digunakan dalam Bantuan sosial tersebut dapat berupa uang atau berbeagai peraturan daerah di Indonesia untuk barang sesuai kebutuhan penyandang disabilitas

Strategi Pemerintah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Kota Ramah Disabilitas 137 Adi Suhendra yang bersangkutan. Syarat dan tata cara pemberian karena menjadi satu dengan kegiatan lain, seperti bantuan sosial dilakukan oleh satuan kerja renovasi gedung pemerintah, pembuatan taman perangkat daerah yang ditunjuk oleh Walikota. dan kawasan pedestrian, dan pembangunan sarana Berdasar keterangan dari Bagian Sosial Budaya penunjang transportasi. pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sistem penganggaran yang dilaksanakan Kota Surakarta penganggaran untuk keperluan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta pada saat penyandang disabilitas dijadikan satu anggaran ini menggunakan sistem penganggaran berbasis dengan persoalan kesejahteraan sosial. Secara kinerja. Secara teori anggaran berbasis kinerja teknis penganggaran ada pada SKPD (Satuan Kerja merupakan pendekatan penyusunan anggaran Perangkat Daerah). berdasarkan beban kerja dan unit cost data ke Dari wawancara dengan salah seorang pejabat dalam setiap kegiatan yang terstruktur dalam suatu pada Bidang Sosial dari Dinas Sosial Nakertrans program untuk mencapai tujuan. Surakarta diketahui bahwa tahun 2015 hibah Dasar pemikirannya adalah penganggaran untuk bidang ini sebesar Rp 1,8 milyar. Hal tersebut harus dapat digunakan sebagai alat menajemen belum yang masuk dalam APBNP. Penganggaran sehingga penyusunan anggaran harus dapat pendampingan kegiatan bagi penyandang disabilitas memberikan hasil yang berguna bagi pengambilan yang rutin dilakukan secara nasional ada HDI (hari keputusan manajerial (legislatif/eksekutif). difabel nasional). Anggaran harus dianggap sebagai program kerja. Keberpihakan terhadap persoalan tertentu Selain itu, anggaran juga bisa jadi sebuah bentuk memang dapat dilihat antara lain dalam pengawasan. Menurut Bohari (dalam Marlita, pengalokasiaan anggaran. Dalam Pasal 31 ayat 2014) pengawasan adalah suatu upaya agar apa (4) UUD 1945 pasca-amandemen juga ditentukan yang telah direncanakan sebelumnya diwujudkan bahwa paling sedikit 20% dari APBN dianggarkan dalam waktu yang telah ditentukan serta untuk untuk bidang pendidikan. Di dalam UU No 28 Tahun mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan- 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kesulitan dalam pelaksanaan, sehingga berdasarkan diatur mengenai pengalokasian dalam persentase pengamatan-pengamatan tersebut dapat diambil minimal tertentu (earmarking) dari tiga jenis pajak suatu tindakan untuk memperbaikinya demi secara langsung terhadap hal-hal yang dibutuhkan tercapainya wujud semula. rakyat. Minimal 10% dari hasil Pajak Kendaraan Anggaran berbasis kinerja memusatkan Bermotor digunakan untuk memperbaiki dan membangun sarana transportasi. Minimal 50% dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dari hasil pajak rokok untuk pelayanan kesehatan dihasilkanperhatian padadari input pengukuran tertentu. efisiensi Tiga unsur hasil pokok kerja dan sebagian dari hasil pajak penerangan jalan anggaran berbasis kinerja, yaitu: pengeluaran digunakan untuk penyediaan sarana penerangan pemerintah dikelompokkan menurut program dan jalan. kegiatan, performance measurement (pengukuran Dalam rangka penganggaran bagi kaum hasil kerja), dan program reporting (pelaporan difabel, Pemerintah Kota Surakarta menyediakan program). dana baik untuk kegiatan yang langsung maupun tidak langsung. Penganggaran yang langsung D. Pendekatan Model Sosial Disabilitas bagi kaum difabel dilaksanakan untuk program- Suatu kota dapat dipandang sebagai organisme program bantuan langsung seperti penyediaan alat hidup. Dalam perkembangannya sebagai organisme, bantu, penyediaan kebutuhan langsung, maupun kota memunyai seperangkat elemen-elemen yang pemberdayaan, seperti pelatihan, pemberian membentuk lingkungan kehidupan yang mencirikan keterampilan, dan pendidikan formal melalui sifat-sifat perkotaan. Elemen utama pembentuk sekolah inklusi. Program tersebut dilaksanakan kota adalah penduduk dan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sehari-hari. Dalam proses perkembangannya, maupun oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah elemen-elemen kegiatan kota juga memunyai kaitan Raga. Di samping itu juga penganggaran dilakukan satu sama lain sebagai akibat interaksi yang terjadi untuk kegiatan-kegiatan yang tidak langsung dalam aktivitas penduduk sehari-hari. Interaksi akan tetapi bersifat dukungan. Kegiatan tersebut tersebut dapat menimbulkan pengaruh dan dilakukan untuk penyediaan sarana umum yang perubahan-perubahan sifat kegiatan di Kota yang memberikan aksesibilitas bagi kaum difabel, bersangkutan makin mudah hubungan tersebut seperti misalnya untuk penyediaan kawasan dapat dilakukan, makin intensif pula kecenderungan pedestrian, bangunan pemerintah, trotoar, halte untuk berinteraksi yang terjadi. bus, yang memberikan akses bagi kaum difabel. Bertautan dengan perencanaan tata kota, Penganggaran untuk kegiatan tersebut tidak terlihat Pemerintah Kota Banda Aceh berupaya menata secara langsung sebagai sebuah mata anggaran, kota dengan memperhatikan aksesibilitas bagi

Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 138 penyandang disabilitas. Contoh nyata adalah Oleh karena itu, atas dasar rasa belas kasihan pembangunan fasilitas pelayanan publik baik atau rasa keadilan, masyarakat menginvestasikan di swasta maupun pemerintahan. Pemerintah sumber-sumber dalam bidang perawatan kesehatan Kota Banda Aceh memperketat pengeluaran Izin dan berbagai bentuk pelayanan terkait lainnya Mendirikan Bangunan (IMB), terutama untuk dalam upaya untuk ”menyembuhkan” disabilitas bangunan-bangunan pelayanan publik, baik secara medis, mengembangkan fungsionalitas dan pemerintah maupun swasta. Pemerintah kota /atau meningkatkan keberfungsian penyandang mengambil kebijakan setiap bangunan baru, disabilitas sehingga memungkinkan mereka desainnya harus ramah disabilitas. Kebijakan memunyai kehidupan yang lebih “normal”. ini dilakukan sebagai komitmen Walikota dalam Dengan pendekatan belas kasihan itu, para memberikan kemudahan bagi para penyandang penyandang disabilitas cenderung dipandang disabilitas. sebagai “objek” perlindungan, perlakuan dan Seperti apa yang diutarakan oleh Sekretaris bantuan dari pada sebagai subjek pemegang Dinas PU, beberapa bangunan, terutama milik hak. Sebagai akibat dari pendekatan ini, para swasta masih belum dilengkapi akses untuk kaum penyandang disabilitas dipisahkan dari masyarakat disabilitas. Karena itu, sekarang ini setiap pemohon umum, dan disediakan bagi mereka sekolah khusus, yang mengajukan izin mendirikan bangunan “bengkel kerja terlindung” (sheltered workshop), diwajibkan membuat akses bagi penyandang dan di masyarakat tertentu juga bahkan perumahan cacat. “Bagi bangunan lama, akan ada surat dan transportasi yang terpisah. Ini dilakukan atas edaran Walikota yang meminta pemilik bangunan asumsi bahwa mereka tidak mampu menghadapi menambah dan menyesuaikan, sehingga bangunan tantangan hidup di masyarakat luas. Mereka sering mereka memiliki akses disabilitas. Bahkan tidak diberi kesamaan akses ke hak-hak mendasar bangunan milik pemerintah kota seperti RSUD dan kebebasan fundamental (misalnya perawatan Meuraxa, gedung penyelamatan, serta taman-taman kesehatan yang memadai, pekerjaan, pendidikan, di Banda Aceh sudah harus ramah disabilitas . pemilihan, partisipasi dalam kegiatan budaya); Kemudian jika di Surakarta, Pemerintah mereka hanya diberi akses ke tempat-tempat yang Daerah Surakarta juga mengucurkan bantuan sosial disediakan khusus bagi penyandang disabilitas. diberikan kepada penyandang disabilitas yang Dalam bidang pendidikan, model ini telah masuk kriteria keluarga miskin. Bantuan sosial melahirkan sistem segregasi yang memisahkan tersebut berupa uang atau barang sesuai kebutuhan anak-anak penyandang disabilitas dari anak-anak penyandang disabilitas yang bersangkutan. Syarat pada umumnya. Anak-anak penyandang disabilitas dan tata cara pemberian bantuan sosial dilakukan ditempatkan di sekolah-sekolah khusus yang kita oleh satuan kerja perangkat daerah yang ditunjuk kenal dengan istilah sekolah luar biasa (SLB). oleh Walikota. Akibatnya, para penyandang disabilitas cenderung Jika melihat kedua fenomena itu, Selama lebih diperlakukan sebagai orang asing di dalam dari sepuluh tahun terakhir ini, terdapat perubahan masyarakatnya sendiri. Masyarakat cenderung paradigma tentang disabilitas, dari paradigma yang memandangnya sebagai suatu keanehan apabila didasarkan atas medical model of disability yang ada penyandang disabilitas yang berpartisipasi memunculkan charity-based approach to disability, dalam kegiatan yang tidak dirancang khusus ke paradigma yang didasarkan atas social model of baginya. Lebih jauh pendekatan ini memunculkan disability yang memunculkan human-rights-based diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. approach to disability daripada Medical model of Dari kedua daerah yang ditemukan, pemerintah disability (lih. Katsui, 2008). daerah Banda Aceh dan Surakarta memandang Medical model of disability seperti yang Social model of disability sebagai sebuah strategi disebutkan Sullivan (2011) adalah sebuah pemerintahan daerah dalam memberikan fasilitas model di mana disabilitas dipandang sebagai yang sama kepada penyandang disabilitas. Social model of disability mengemukakan bahwa hambatan yang merupakan hakikat dari kondisi individu sistemik, sikap negatif dan eksklusi oleh masyarakat penyandangnya,akibat dari kondisi yang kelainanmerupakan fisik bagian semata-mata, intrinsik (secara sengaja atau tidak sengaja) merupakan dari diri individu yang bersangkutan. Kondisi ini dapat mengurangi kualitas kehidupan individu, yang menyandang disabilitas dan siapa yang dan jelas mengakibatkan kerugian bagi individu tidakfaktor-faktor di dalam utama masyarakat yang tertentu mendefinisikan (Shakespeare siapa tersebut. Akibatnya, mengatasi masalah disabilitas and Watson 2001). Model ini mengakui bahwa sementara orang-orang tertentu mempunyai variasi itu, memahami dan meneliti cara mengontrol dan mengubahitu berkutat penyebabnya. seputar mengidentifikasi Potensi dan disabilitastanggung kadang-kadang dapat mengakibatkan keterbatasan jawab profesi medis dalam bidang ini adalah sentral. fungsifisik, sensori,atau ketunaan intelektual, pada individu, atau psikologis, ini tidak harus yang

Strategi Pemerintah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Kota Ramah Disabilitas 139 Adi Suhendra mengakibatkan disabilitas, kalau masyarakat dapat oleh Pemerintah Kota Surakarta saja. Penganggaran menghargai dan menginklusikan semua orang untuk mendanai kaum difabel di kota Surakarta tanpa memandang perbedaan-perbedaan individu. juga dibantu oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Model ini tidak menyangkal bahwa perbedaan- Provinsi, maupun sumbangan. Dengan demikian perbedaan individual tertentu mengakibatkan penganggaran bagi kaum difabel dapat memenuhi keterbatasan individual atau ketunaan, tetapi hal ini kebutuhan yang setiap tahun terus berkembang, tidak boleh menjadi penyebab eksklusi. sesuai dengan slogan Surakarta sebagai kota Berdasarkan model sosial, disabilitas inklusi dan layak difabel. Selain itu, pemerintah disebabkan oleh masyarakat tempat kita tinggal daerah mengeluarkan bantuan sosial diberikan dan bukan merupakan ‘kesalahan’ seorang individu kepada penyandang disabilitas yang masuk penyandang disabilitas itu, atau juga bukan kriteria keluarga miskin. Bantuan sosial tersebut merupakan konsekuensi yang tak dapat dihindari dapat berupa uang atau barang sesuai kebutuhan dari keterbatasannya. Disabilitas merupakan akibat penyandang disabilitas. Berbeda dengan Banda Aceh. Mengusung yang ada di dalam masyarakat, yang mengarah visi Banda Aceh Model Kota Madani yaitu kota padadari hambatan-hambatan diskriminasi. Oleh fisik,karena struktural itu, pengubahan dan sikap yang menjunjung tinggi kesetaraan hak seluruh lingkungan demi menghilangkan hambatan- kelompok masyarakat, keadilan, kebersamaan, hambatan tersebut diyakini dapat menghilangkan dan menghargai hak-hak asasi manusia termasuk disabilitas sekurang-kurangnya menurunkan hak bagi penyandang disabilitas Kota Banda Aceh tingkat disabilitas itu. berusaha menjadikan kota sebagai kota inklusif Model sosial memandang penyandang bagi kaum disabilitas. Dibidang pendidikan, sekolah disabilitas sebagai bagian dari ekonomi, lingkungan di Kota Banda Aceh yang menerapkan sitem dan budaya masyarakat kita. Jika seorang individu pendidikan inklusi. Untuk tingkat TK ada enam penyandang disabilitas tidak dapat ambil bagian unit, SD 20 unit, SMP sembilan unit, SMA tujuh dalam kegiatan di masyarakat, yang merupakan unit, dan 15 SLB dengan jumlah guru pendukung masalah adalah hambatan-hambatan yang sebanyak120 orang. Di bidang perumahan, Pemko mencegah individu itu memainkan peran di dalam Banda Aceh juga mengeluarkan kebijakan agar masyarakat itu, bukan sang individu itu sendiri. Satu kaum difabel dapat mengakses fasilitas perumahan contoh sederhana adalah tentang seorang penguna yang terjangkau dan memberikan bantuan Al-Quran kursi roda yang mengalami hambatan mobilitas. Dia Braile Digital kepada para tuna netra. sesungguhnya tidak mengalami disabilitas apabila lingkungan tempat tinggalnya memungkinkannya Ucapan Terima Kasih untuk menggunakan kendaraan umum, dan dengan Ucapan terima kasih dihaturkan untuk Kepala kursi rodanya dia dapat sepenuhnya mengakses BPP Kemendagri, Kepala Pusat Litbang Inovasi semua bangunan beserta segala fasilitasnya seperti Daerah BPP Kemendagri, serta kepada para orang lain. narasumber yang ada di lingkungan pemerintah darah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta, yang IV. Kesimpulan telah mendukung dan membantu penelitian Dari hasil pembahasan pada bagian ini. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa sebelumnya didapatkan simpulan dalam kajian dijadikan rujukan untuk penerapan kebijakan di ini adalah strategi yang dilakukan Kota Surakarta daerah lainnya, serta referensi dalam membuat dengan membuat Perda Kota Surakarta No 2 Tahun penelitian selanjutnya. 2008 tentang Kesetaraan Difabel. Peraturan Daerah tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Perwal V. Daftar Pustaka Kota Surakarta No 9 Tahun 2013 tentang Petunjuk Aceh, Pemprov. 2016. “Peduli Kaum Disabilitas, Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta No Walikota Banda Aceh Dianugerahi FKM- 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel. Selain BKA Award 2016.” Pemerintah Aceh. itu, strategi yang dilakukan kota surakarta adalah http://www.acehprov.go.id/news/ dengan melakukan dukungan anggaran bagi kaum read/2016/02/01/2940/peduli-kaum- difabel. Penganggaran untuk kegiatan tersebut disabilitas-walikota-banda-aceh-dianugerahi- tidak terlihat secara langsung sebagai sebuah mata fkm-bka-award-2016.html (June 18, 2017). anggaran, karena menjadi satu dengan kegiaan lain, Berg, Bruce Lawrence. 2001. Qualitative Research seperti renovasi gedung pemerintah, pembuatan Methods For The Social Sciences. 4th ed. ed. taman dan kawasan pedestrian, dan pembangunan Sarah L. Kelbaugh. United State of Amerika: sarana penunjang transportasi. Pekerjaan Umum, California State University. dan Dinas Perhubungan. Penganggaran bagi kaum Bezmez, Dikmen. 2013. “Urban Citizenship, the Right difabel di Kota Surakarta tidak hanya dilakukan to the City and Politics of Disability in Istanbul.”

Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 140 International Journal of Urban and Regional Equitable Development for All.” Department Research 37(1): 93–114. http://doi.wiley. of Economic and Social Affairs, United Nations com/10.1111/j.1468-2427.2012.01190.x (June): 79. (June 4, 2017). RI, Presiden. 2016. “Model Pemenuhan Hak Fuad; Twigg. 2008. Studi Model Kebijakan Penyandang Disabilitas Kota Solo - Presiden Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam (Studi Republik Indonesia.” www.presidenri.go.id. Kasus Di Kabupaten Bantul, ). http://www.presidenri.go.id/pembangunan- Yogyakarta. https://propionagreat.wordpress. manusia-2/model-pemenuhan-hak- com/2013/03/20/peran-pemerintah-daerah- penyandang-disabilitas-kota-solo.html (June terhadap-penyandang-disabilitas-di-nad/ 18, 2017). (June 18, 2017). Rizky, Ulfah Fatmala. 2014. “Identifikasi Kebutuhan Hamudy, Moh. Ilham A. 2015. “Upaya Mewujudkan Siswa Penyandang Disabilitas Pasca Sekolah Kota Layak Anak Di Surakarta Dan .” Menengah Atas.” Indonesian Journal od Jurnal Bina Praja 7(2): 149–60. Disability Studies: 52–59. Irwanto et al. 2010. Pusat Kajian Disabilitas Shakespeare, Torn, and Nicholas Watson. 2001. FISIP Universitas Indonesia Analisis Situasi “The Social Model of Disability: An Outdated Penyandang Disabilitas Di Indonesia: Ideology?” Research in Social Science and Sebuah Desk-Review. . http://www. Disability 2: 9–28. ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/- Sholeh, Akhmad. 2015. “Islam Dan Penyandang --ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/ publication/wcms_160340.pdf. Penyandang Disabilitas Dalam Sistem Katsui, By Hisayo. 2008. Development Downside of PendidikanDisabilitas : Di TelaahIndonesia.” Hak Jurnal Aksesibilitas Palastren the Human Rights-Based Approach to Disability 8(2): 293–320. in Development. Tokyo. Sullivan, Kathryn. 2011. The Prevalence of the Kementrian Kesehatan RI. 2014. “Situasi Medical Model of Disability in Society The Penyandang Disabilitas.” Buletin Jendela Data Prevalence of the Medical Model of Disability in & Informasi Kesehatan Semester 2(1): 1–5. Society. http://digitalcommons.olin.edu/ahs_ Marlita, Dewi. 2014. “Pengaruh Kualitas Kerja capstone_2011/13. Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Sunaryo, Arie. “Terminal Tirtonadi Solo Dilengkapi Kecamatan Bontang Selatan.” E-Jurnal Ilmu Jalur Khusus Tunanetra | Merdeka.com.” Pemerintahan 2(3): 2640–49. https://www.merdeka.com/peristiwa/ Popiel, Marcin. 2014. “Paving the Way To Accessible terminal-tirtonadi-solo-dilengkapi-jalur- Tourism on the Example of Krakow.” European khusus-tunanetra.html (September 25, 2017). Journal of Tourism: 55–71. www.ejthr.com. Surakarta, Pemerintahan Daerah. 2008. Peraturan Proatmojo, Galih. 2013. “Siswa SLB Puas Dan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2008 Senang Dengan Fasilitas Bus Begawan Abiyasa Tentang Kesetaraan Difabel Dengan Rahmat - Tribun Jateng.” Tribun news Jateng. http:// Tuhan Yang Maha Esa Walikota Surakarta. jateng.tribunnews.com/2013/12/04/siswa- Surakarta. slb-puas-dan-senang-dengan-fasilitas-bus- Triutari, Indah. 2014. “Volume Nomor September begawan-abiyasa (September 25, 2017). 2014.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Pudyatmoko, Y Sri; Dewi, Imma Indra. 2015. (September): 221–29. Penganggaran Keuangan Daerah Yang Berpihak YIPD. 2014. “Banda Aceh Layak Jadi Kota Ramah Pada Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas.” Yayasan Inovasi Pemerintahan Disabilitas Di Kota Surakarta. Yogyakarta. Daerah. http://www.yipd.or.id/en/articles/ Rapley, Clinton E. 2013. “Accessibility and banda-aceh-layak-jadi-kota-ramah-disabilitas Development: Environmental Accessibility and (June 18, 2017). Its Implications for Inclusive, Sustainable and

141 Halaman ini sengaja dikosongkan

142