Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131- September 2017 142
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MATRA S������� P��������� K��� B���� A��� ��� K��� S�������� PEMBARUAN ����� M��������� K��� R���� D���������� www.matrapembaruan.com Adi Suhendra * Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri e-ISSN: 2549-5283 p-ISSN: 2549-5151 Dikirim: 8 Juli 2017; Direvisi: 12 September 2017; Disetujui: 25 Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131- September 2017 142 Abstract DOI: 10.21787/mp.1.3.2017.131-142 This study is about disability-friendly cities (KRD). This research is motivated by the innovation of local government policy in realizing the city of disability friendly. The purpose of this research is to describe various Keywords: Local Government, efforts made by local government of Banda Aceh City and Surakarta City in Disability, Policy Innovation realizing KRD. This research uses qualitative approach. The data collection technique is done by interviewing informants and collecting secondary data. Kata Kunci: Pemerintah Daerah, While data processing is done by data reduction is open coding, axial coding Disabilitas, Inovasi Kebijakan and selective coding. The �indings of the strategy in the city of Surakarta is to support the budget for the disabled. In addition, the local government of Surakarta also issued social assistance given to persons with disabilities who enter the criteria of poor families. While Banda Aceh, local government do dukunyan in the �ield of education that is by establishing schools in Kota For *Korespondensi kindergarten level there are six units, 20 units of elementary school, nine Phone : +62 822 4446 8840 units of junior high school, seven units of SMA, and 15 SLB with the number Email : adisuhendra.pm@gmail. of supporters of 120 teachers. In the housing sector, Pemko Banda Aceh com also issued a policy to enable disabled people to access affordable housing facilities and the assistance of Al-Quran Braile Digital to the blind. The result of this research is surakarta city make KRD by giving social support. While Banda Aceh is more on creating an inclusive city that unites people with disabilities to merge in people’s lives. Intisari Penelitian ini adalah tentang Kota Ramah Disabilitas (KRD). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya inovasi kebijakan pemerintahan daerah dalam mewujudkan kota ramah disabilitas. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah Kota Banda Aceh dan Kota Surakarta dalam mewujudkan KRD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan dan mengumpulkan data sekunder. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan reduksi data yaitu open coding, axial coding dan selective coding. Temuan dilapangan strategi yang dilakukan kota Surakarta adalah adanya upaya dari pemerintah daerah membuat kebijakan dan dukungan anggaran bagi kaum difabel. Selain itu Pemda Surakarta juga memberikan BADAN PENELITIAN DAN bantuan sosial kepada penyandang disabilitas yang masuk kriteria PENGEMBANGAN (BPP) keluarga miskin. Sedangkan Banda Aceh, Pemerintah daerah melakukan KEMENTERIAN DALAM dukunganya di bidang pendidikan dengan mendirikan 6 unit TK, 20 unit NEGERI SD, 9 unit SMP, 7 unit SMA, dan 15 SLB dengan 120 orang guru pendukung. Di bidang perumahan, Pemko Banda Aceh juga mengeluarkan kebijakan Jl. Kramat Raya No. 132, Jakarta Pusat, agar kaum difabel dapat mengakses fasilitas perumahan yang terjangkau 10450 dan bantuan al-Quran braile digital kepada para tuna netra. Hasil dalam penelitian ini adalah Kota Surakarta membuat KRD dengan memberikan © Adi Suhendra dukungan sosial. Sedangkan Banda Aceh lebih pada menciptakan kota inklusif yaitu penyatuan penyandang disabilitas untuk melebur di kehidupan masyarakat. This work is licensed under the Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. 131 I. Pandahuluan akan meningkatkan jumlah penyandang disabilitas Penelitian ini adalah tentang kota ramah karena meningkatnya gangguan kesehatan yang disabilitas (KRD). KRD merupakan kota yang diakibatkan penyakit kronis degeneratif. mempunyai sistem pembangunan berbasis ramah Disabilitas erat kaitannya dengan kesehatan disabilitas melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dilatarbelakangi masalah kesehatan, dan sebaliknya dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh kondisibaik fisik disabilitas maupun jugamental. dapat Disabilitas mempengaruhi banyak dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kesehatan. Sektor kesehatan berperan dalam kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan upaya pencegahan hingga rehabilitasi. Dalam perlindungan bagi kaum disabilitas. KRD atau yang upaya pelayanan kesehatan, penyandang disabilitas dalam bahasa inggris diistilahkan dengan disability juga perlu mendapatkan pelayanan khusus dan friendly cities (DFC) awalnya diinisiasi oleh konvensi terjangkau sesuai kebutuhan khusus dari disabilitas atas hak-hak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dimilikinya. dimaksudkan untuk melindungi hak dan martabat Jika melihat kajian dari Pusat Kajian penyandang disabilitas. Dalam pertemuan itu, Disabilitas FISIP UI bekerja sama dengan Australian tujuan konvensi diadakan adalah untuk memajukan, Governement. Program disabilitas di Indonesia melindungi dan menjamin penikmatan penuh dan diintegrasikan pada bidang lainnya, dan dituangkan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang fundamental oleh semua penyandang disabilitas, Cacat 2004 -2013 yang meliputi 8 bidang prioritas, dan untuk meningkatkan penghormatan atas yaitu Bidang Pembentukan Organisasi Swadaya martabat yang melekat pada mereka (Teks diadopsi Penyandang Disabilitas, Peningkatan Kesejahteraan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Perempuan Penyandang Disabilitas, Deteksi Dini, pada tanggal 13 Desember 2006, dan dibuka untuk Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang ditandatangani pada tanggal 30 Maret 2007). Disabilitas, Akses Penyandang Disabilitas terhadap Pemerintah Indonesia telah menandatangani Fasilitas Umum dan Transportasi, Aksesibilitas konvensi tersebut pada 30 Maret 2007 di New Penyandang Disabilitas dalam bidang Informasi York. Penandatanganan tersebut menunjukkan Komunikasi dan Teknologi, Penghapusan kesungguhan negara Indonesia untuk menghormati, Kemiskinan, dan Kerja sama Internasional dan melindungi, memenuhi, dan memajukan hak- HAM. Namun hingga 2/3 masa pelaksanaan RAN hak penyandang disabilitas, yang pada akhirnya Penyandang Disabilitas, tidak banyak kemajuan diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para berarti yang dicapai, meskipun (Irwanto et al. penyandang disabilitas (Kementrian Kesehatan RI 2010). Dalam konteks itu, penelitian ini berusaha 2014). menggambarkan pelbagai upaya yang dilakukan Dalam upaya melindungi, menghormati, pemerintah daerah dalam mewujudkan KRD itu. memajukan, dan memenuhi hak-hak penyandang Jika dicermati, permasalahan pada masyarakat disabilitas, Pemerintah Indonesia telah membentuk disabilitas adalah sulitnya berinteraksi dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berbagai hambatan dapat menyulitkan partisipasi mengatur pelindungan terhadap penyandang penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan disabilitas, termasuk di antaranya UU No 36 Tahun kesetaraan dengan yang lainya. Padahal sejatinya 2009 tentang Kesehatan yang memuat mengenai hak mereka adalah sama yaitu pemenuhan hak atas Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat pada pendidikan, kesehatan, sosial, hukum dan politik. Bagian Ketiga yaitu pasal 138-140. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian Menurut Konvensi tentang Hak-Hak ini ingin melihat upaya yang dilakukan Kota Banda Penyandang Disabilitas, disabilitas merupakan Aceh dan Kota Surakarta dalam memberikan suatu konsep yang terus berkembang, di mana pelayanan kepada masyarakat disabilitas. penyandang disabilitas mencakup mereka yang Banda Aceh merupakan proyek percontohan yang digagas pemerintah pusat. Kota Banda Aceh atau sensorik dalam jangka waktu lama dan ketika telah memberi contoh bagaimana kota ini terus berhadapanmemiliki keterbatasan dengan berbagai fisik, mental,hambatan, intelektual, hal ini melakukan perbaikan rencana pembangunan dapat menghalangi partisipasi penuh dan efektivitas jangka panjang maupun menengah dengan mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan menjadikan kotanya sebagai kota yang ramah dengan yang lainnya. Timbulnya disabilitas dapat bagi semua warganya termasuk kaum difabel. dilatarbelakangi masalah kesehatan yang timbul Sedangkan Kota Surakarta juga dinobatkan sebagai sejak lahir, penyakit kronis maupun akut, dan cedera Kota Ramah Disabilitas. Kota ini pada tahun 2014 yang dapat diakibatkan oleh kecelakaan, perang, telah menerima Piagam Kebijakan Inovatif dari kerusuhan, bencana, dan sebagainya. Seiring Zero Project International selaku penyelenggara meningkatnya populasi lanjut usia, ditengarai nominasi aksesibilitas bagi difabel yang meliputi Matra Pembaruan 1 (3) (2017): 131-141 132 bidang transportasi, informasi dan komunikasi. memang tengah dikerjakan oleh pemerintah daerah. Perbedaan di antara kedua kota ini adalah jika kota Sejauh ini sudah cukup banyak penelitian yang Surakarta telah mengerluarkan peraturan daerah pernah mengulas tentang KRD, utamanya penelitian- tentang kesetaraan disabilitas, sedangkan Kota penelitian yang dilakukan oleh para peneliti barat. Banda Aceh belum. Namun demikian, keduanya Seperti yang dilakukan oleh Popiel (2014) tentang memiliki kesamaan yakni effort atas upaya penelitianya di Kota Krakow, Polandia. Berkat