Bab I Dinamika Politik Etnis Dan Politik Uang Dalam Pilkada A

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab I Dinamika Politik Etnis Dan Politik Uang Dalam Pilkada A 1 BAB I DINAMIKA POLITIK ETNIS DAN POLITIK UANG DALAM PILKADA A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung berdampak pada bangkitnya semangat kedaerahan atau instrumentasi etnis oleh elite politik. Mobilisasi etnis oleh elite politik bertujuan menggerakkan masyarakat untuk memilih elite yang mencalonkan diri dalam Pilkada. Hal ini dapat ditengarai dengan adanya isu-isu putra daerah asli dan pendatang dalam kampanye Pilkada. Isu putra daerah asli yang ditampilkan dalam kampanye, sesungguhnya menyerang calon lain yang bukan putra daerah. Instrumentasi etnis dalam Pilkada bisa memicu konflik horisontal antar pendukung calon. Sehubungan dengan maraknya instrumentasi etnis dalam Pilkada, bermula dari pengekangan oleh rejim Orde Baru selama tiga puluh dua tahun. Oleh karena dikekang selama tiga puluh dua tahun, maka ketika kekang tersebut terbuka lebar, maka instrumentasi etnis menjadi ancaman perpecahan dalam masyarakat. Studi terdahulu membuktikan bahwa instrumentasi etnis tersebut dimanfaatkan oleh elite politik untuk pemenangan dalam Pilkada. Dari hasil penelitian penulis terhadap tesis dan disertasi tentang politik etnis, penulis menemukan beberapa kajian yang menarik. Penelitian tentang instrumentasi etnis dalam pemenangan Pilkada dilakukan oleh Umasugi (2009), Ramadlan (2008) dan 2 Syarkawi (2007). Umasugi menemukan bahwa pemenangan Pilkada di Kabupaten Buru disebabkan kandidat menginstrumentasi etnis – hal ini diidentifikasi dengan pemilihan wakil Bupati yang menunjuk kandidat dengan marga yang berpengaruh besar di Kabupaten Buru. Kandidat menginstrumentasi etnisitas dalam rangka membangkitkan ikatan primordialisme dan kekerabatan dalam masyarakat untuk mendukungnya. Dampak dari kemenangan kandidat dalam Pilkada ialah hanya etnis tertentu yang menempati posisi strategis dalam pemerintahan1. Sebaliknya Ramadlan mengkaji instrumentasi etnis Dayak dari sisi yang berbeda dengan Umasugi. Temuan Ramadlan menunjukkan bahwa kemenangan kandidat dalam Pilkada ditopang oleh strategi jejaring etnisitas adat. Instrumentasi jejaring elit adat yang ditopang dengan adanya isu putra daerah menarik simpati pemilih. Hal yang selaras juga ditemukan dalam penelitian Syarkawi yang meneliti tentang fisibilitas politik identitas dalam Pilkada di Kalteng. Syarkawi menemukan bahwa politik identitas memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat Kalteng yang masih terikat dengan tradisi dan adat istiadat. Pasangan Narang dan Diran merupakan perpaduan antara Dayak dan Jawa yang sangat dominan di Kalteng. Namun dalam masyarakat majemuk secara etnis, kemenangan kandidat tidak cukup hanya ditopang oleh dua kandidat dari etnis mayoritas. Temuan Azis (2007) dalam penelitian di provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan perlunya akomodasi semua 1 Dalam masyarakat yang masih terikat kuat dengan adat (suku) tampaknya pengaruh etnis yang dominan, tetapi faktor penentu yang tidak kelihatan yang mampu memobilisasi mereka, yakni money politics sering berbaur menyatu dalam adat,agama dan acara ritual lainnya. Dengan kata lain instrumentasi etnis tidak dapat terpisahkan dengan praktik money politics. 3 etnis dalam masyarakat. Dalam konteks ini kandidat mengakomodasi semua etnis yang mendukungnya. Implikasi dari dukungan beberapa etnis tersebut ialah penempatan orang dalam pemerintahan melibatkan beberapa etnis. Dampaknya terhadap etnis minoritas, karena tidak mendukung kandidat mereka akan tersingkir dari pemerintahan dan dapat memicu kerawanan sosial. Sebaliknya temuan Bangsawan (2007) agak unik, karena ternyata etnis minoritas tidak identik dengan kekalahan dalam Pilkada yang sarat dengan instrumentasi etnis. Penelitian tentang Ahok dalam Pilkada di Kabupaten Belitung membuktikan Ahok selaku representasi etnis minoritas mampu mengalahkan kandidat lain. Strategi kemenangan Ahok terhadap masyarakat kota ialah mengampanyekan program pendidikan dan kesehatan gratis, untuk masyarakat pinggiran kota akan disediakan lapangan kerja dan bantuan usaha. Sementara itu strategi Ahok untuk masyarakat pedesaan ialah mencitrakan diri sebagai figur yang kredibel, kapabel dan bertanggungjawab. Terbukti Ahok dari etnis minoritas mampu mengalahkan kelompok etnis mayoritas, karena program yang ditawarkan kepada masyarakat menjawab kebutuhan mereka2. Tampaknya dalam Pilkada langsung kontestasi antar kandidat yang menginstrumentasi etnis adalah hal yang lazim terjadi. Namun tentang rivalitas antar etnis dalam Pilkada ternyata tidak semudah yang kita duga. Studi ini dibuktikan oleh 2 Dalam kasus Ahok ini faktor instrumentasi etnis tampaknya tidak berlaku, karena masyarakat Belitung sudah mampu memilah-milah, mana kandidat yang layak dipilih dan mampu memberikan solusi atas masalah ekonomi. Mereka mampu memilih kandidat yang kredibel dan bertanggungjawab tanpa membedakan etnis dan agama. 4 Kocu (2007) yang meneliti perilaku pemilih di tengah rivalitas antar kelompok etnis di Sorong Selatan-Papua Barat. Kocu menemukan bahwa loyalitas individu terhadap kesamaan etnis tidak terbukti, sebab mereka lebih memilih kandidat yang mampu membawa kesejahteraan masyarakat. Sekalipun etnis mereka berbeda dengan kandidat, namun bila kandidat mampu menunjukkan karya nyata dan mampu membangkitkan solidaritas yang sama untuk memerangi kemiskinan, maka kandidat tersebut yang akan dipilih oleh masyarakat. Dalam hal ini studi Kocu membuktikan berlakunya teori rational choice, artinya pemilih tidak dipengaruhi oleh faktor kesamaan etnis, namun mereka cenderung memilih kandidat yang tidak memicu berkonflik, agar terjadi kenyamanan dan perubahan ekonomi dalam masyarakat. Dari hasil temuan penelitian tersebut diatas masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan. Peneliti yang mengkaji dari sisi pemenangan kandidat dari perspektif strategi pemenangan akan terjebak untuk memaparkan keunggulan strategi pemenangan versi kandidat. Secara implisit peneliti akan terjebak untuk menjadi penyambung lidah bagi kandidat. Demikian juga dengan peneliti yang memaparkan pendekatan dari sisi kepemilikan modal yang kuat bagi kandidat. Mereka akan digiring ke pemikiran kepada yang kuat dan yang lemah – mereka yang memiliki modal yang kuat yang akan menang. Logika ini sangat sederhana dan mudah ditebak, karena parameter kemenangan hanya pada kandidat yang modalnya besar. Pendekatan instrumentasi etnisitas seperti yang dipaparkan diatas ada beberapa varian, namun peneliti juga akan terjebak dengan loyalitas pemilih terhadap kandidat yang sama etnisnya. Ternyata temuan tersebut diatas tidak menyinggung tentang faktor politik 5 uang dalam Pilkada. Padahal politik uang dilakukan oleh semua kandidat dalam Pilkada. Pertanyaan kritis yang patut diajukan ialah apakah strategi yang memengaruhi kandidat dalam pemenangan Pilkada atau politik uang ? Ataukah kemenangan kandidat berdasar pada modal besar tanpa strategi yang efektif ? Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan mendasar dalam penelitian penulis ialah argumen yang penulis tawarkan berbeda. Penulis berargumen mobilisasi jejaring etnis dilakukan bersamaan dengan politik uang dalam pemenangan Pilkada. Namun politik uang tidak efektif tanpa adanya mobilisasi jejaring etnis yang dirajut ke desa-desa melalui pemuka adat, pemuka agama dan tokoh masyarakat (birokrasi). Selain itu peneliti membandingkan proses dua kemenangan Kepala Daerah dalam era transisi demokrasi di Kaltim. Figur Suwarna dari etnis Sunda merupakan representasi mantan Pangdam Mulawarman (militer) dan pendatang yang berhasil memenangkan Pilkada Kaltim dua periode berturut-turut. Sedangkan pesaingnya ialah Awang Farouk Ishak dari etnis Kutai yang mewakili penduduk asli Kaltim. Persaingan antara keduanya dan proses adu strategi dalam pemenangan Pilkada Kaltim tersebut yang penulis teliti. 6 B. Politik Etnis di Kalimantan Timur Pada awalnya pasca runtuhnya rejim Orde Baru (1998), terjadilah era transisi demokrasi di Indonesia dan hal ini ditandai dengan maraknya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung. Proses Pilkada secara langsung juga terjadi di Kalimantan Timur (Kaltim), dimana untuk pertama kalinya masyarakat Kaltim memilih Kepala Daerah secara langsung tahun 2008. Kemenangan Pilkada langsung menjadi kemenangan putra daerah, karena untuk kedua kalinya dalam sejarah pemerintahan di Kaltim etnis Kutai (Awang Farouk Ishak) sebagai Kepala Daerah. Sebelumnya Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (1956-1962) sebagai Gubernur Kaltim yang pertama pada era Orde Lama. Tampaknya persaingan antar etnis dalam merengkuh kekuasaan di Kaltim terjadi, karena adanya hegemoni etnis Jawa (militer) dalam pemerintahan. Sebelum Pilkada langsung diterapkan, biasanya pada era Orde Baru seorang Kepala Daerah ditunjuk atau dipilih langsung oleh DPRD. Namun pada praktiknya seorang Gubernur terpilih karena memiliki kedekatan dengan Soeharto. Hal ini sudah menjadi semacam tradisi bahwa Kepala Daerah di Kaltim biasanya dari latar belakang militer atau dari TNI Angkatan Darat dan bisanya berasal dari etnis Jawa. Hal ini bisa dipahami, karena pada era Soeharto berkuasa, dia menghegemoni pemerintahan dengan menempatkan kroni-kroninya pada jabatan yang strategis dengan tujuan menjadi ‘bemper’ untuk penguasaan atas sentra ekonomi di Kaltim. 7 Oleh karena itu tidak mengherankan Suwarna (etnis Sunda) selaku mantan Pangdam Mulawarman dan mantan Wakil Gubernur Kaltim mampu memerintah Kaltim selama dua periode. Tampaknya pemerintahan Suwarna selaku Kepala Daerah diwarnai dengan adanya tindak politik uang, sehingga dia mampu mengendalikan anggota DPRD
Recommended publications
  • Gender Equality and Corporate Social Responsibility in Mining: an Investigation of the Potential for Change at Kaltim Prima Coal, Indonesia
    GENDER EQUALITY AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY IN MINING: AN INVESTIGATION OF THE POTENTIAL FOR CHANGE AT KALTIM PRIMA COAL, INDONESIA By Petra Mahy A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy of The Australian National University. RESOURCE MANAGEMENT IN ASIA PACIFIC PROGRAM CRAWFORD SCHOOL OF ECONOMICS AND GOVERMENT ANU COLLEGE OF ASIA AND THE PACIFIC THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY CANBERRA, SEPTEMBER 2011 Declaration I, Petra Mahy, declare that this thesis, submitted in fulfilment of the requirements for the award of Doctor of Philosophy, in the Resource Management in Asia Pacific Program, Crawford School of Economics and Government, College of Asia and the Pacific, Australian National University, is wholly my own work unless otherwise referenced or acknowledged. This thesis has not been submitted for qualifications at any other academic institution. © September 2011 Petra Mahy ii Acknowledgements I am indebted to the many people who provided assistance to me during the course of my PhD candidature. I would firstly like to acknowledge the invaluable guidance of Dr Kuntala Lahiri-Dutt as my principal PhD supervisor and the initiator of the Linkage Project with KPC. Kuntala introduced me to the field of mining and gender, made this research possible and provided sustained support throughout my research. I also thank my second supervisor Dr Colin Filer and advisor Dr Patrick Guinness who both provided advice on my research aims and feedback on initial drafts of this thesis. I acknowledge the support of staff members in Resource Management in the Asia-Pacific (RMAP) Program and of fellow students in my cohort including Nina, Hendra, Kathy, Keri, Masayuki, Rachel and Wijayono.
    [Show full text]
  • Indo 86 0 1227644172 81 1
    Contesting Power in Indonesia's Resource-Rich Regions in the Era of Decentralization: New Strategy for Central Control over the Regions Akiko Morishita1 1. Introduction On June 19, 2006, after being investigated for fourteen hours by the National Corruption Eradication Commission (Komisi Pemberantasan Korupsi, KPK), Suwarna Abdul Fatah, governor of East Kalimantan, was formally arrested on suspicion of corruption in an oil-palm plantation project. He was accused of issuing a permit for the opening up of around one-million hectares of the province's forest to oil-palm plantation development without proper legal process. It turned out that the Surya Dumai Group, which had obtained the permit, cleared the land for timber but did not open the plantation. Instead, it smuggled the trees to Tawau, the south westernmost town in Sabah, Malaysia.2 The company's president, Martias, was also arrested, on 1 I would like to thank Professor Takashi Shiraishi, Professor Patricio Abinales, and Associate Professor Caroline Hau for their helpful reviews and comments. I am also grateful to those who helped me during my stay in Central and East Kalimantan, although I cannot mention their names for obvious reasons. Initial research was carried out in East and Central Kalimantan under a doctoral fellowship from Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), during 2003-06. The essay was written under a postdoctoral fellowship from JSPS. 2 Riky Ferdianto, "Gubernur Kalimantan Timur Ditahan," Tempo Interaktif, June 19, 2006. Tutut Herlina, Indonesia 86 (October 2008) 82 Akiko Morishita August 3, 2006. Nine months after his arrest, Suwarna was sentenced to seven years in prison on March 2, 2007, while Martias was jailed for eighteen months as an accomplice.
    [Show full text]
  • Opportunities and Challenges in Encountering the Global Situation
    INFORMASI PERUSAHAAN 07 COMPANY INFORMATION PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI SITUASI GLOBAL OPPORTUNITIES AND CHALLENGES IN ENCOUNTERING THE GLOBAL SITUATION ISBN 978-602-70441-3-5 PT Pupuk Kalimantan Timur LAPORAN TAHUNAN - 2014 - ANNUAL REPORT A PROFIL PERUSAHAAN SUMBER DAYA MANUSIA ANALISA & PEMBAHASAN MANAJEMEN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ANALISA KEUANGAN 01COMPANY PROFILE 02HUMAN RESOURCES PROFILE 03 MANAGEMENT DISCUSSION & ANALISYS 04GOOD CORPORATE GOVERNANCE 05 CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 06 FINANACE ANALISYS PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI SITUASI GLOBALOPPORTUNITIES AND CHALLENGES IN ENCOUNTERING THE GLOBAL SITUATION B LAPORAN TAHUNAN - 2014 - ANNUAL REPORT PT Pupuk Kalimantan Timur INFORMASI PERUSAHAAN 07 COMPANY INFORMATION 2014 merupakan tahun penuh tantangan bagi pelaku bisnis. Fluktuasi perekonomian global serta persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut Perusahaan untuk semakin jeli membaca dan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Implementasi strategi bisnis yang kami lakukan di tahun ini berhasil menghadapi tantangan bisnis, sekaligus sukses membukukan laba tertinggi sepanjang PELUANG DAN sejarah Perusahaan. Kinerja produksi Perusahaan pada tahun 2014 sangat baik. Produksi urea mencapai 3,02 Juta ton atau 101% dari target yang ditetapkan, sementara amoniak mencapai 2,43 Juta ton atau 111% dari target. Biaya operasional pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp13,59 Triliun atau 125% dari tahun TANTANGAN sebelumnya. Sejalan dengan itu, Perusahaan berhasil membukukan pendapatan Rp17,20 Triliun atau 118% dari target, dengan laba Rp3,48 Triliun atau 173% dari target. Pencapaian perusahaan di tahun 2014, menjadi pendorong semangat untuk terus menjadi perusahaan bereputasi prima. Memiliki kejelian MENGHADAPI dalam menangkap peluang dan mengembangkannya menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan global di masa yang akan datang. 2014 is a challenging year for business doer.
    [Show full text]
  • Politik Ambivalensi: Nalar Elite Di Balik Pemenangan Pilkada
    Politik Ambivalensi: Nalar Elite di Balik Pemenangan Pilkada Kata Pengantar: Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A. Dr. Asep Nurjaman, M.Si. Dr. Guno Tri Tjahjoko Politik Ambivalensi: Nalar Elite di Balik Pemenangan Pilkada Hak cipta © Penerbit PolGov, 2015 All rights reserved Penulis: Dr. Guno Tri Tjahjoko Editor: Umi Nurun Ni’mah Pemeriksa Aksara: Cucuk Radosha Tata Letak Isi: M. Baihaqi Lathif Cetakan I, Desember 2015 Diterbitkan oleh Penerbit PolGov Penerbit PolGov khusus menerbitkan buku-buku politik dan pemerintahan, berada di bawah payung Research Centre of Politics and Government (PolGov). Research Centre for Politics and Government (PolGov) adalah lembaga riset dan publikasi dari Jurusan Politik dan Pemerintahan (JPP) Fisipol UGM. Saat ini PolGov berfokus pada empat tema kunci sesuai dengan kurikulum JPP, yaitu: 1) politik lokal dan otonomi daerah, 2) partai politik, pemilu, dan parlemen, 3) HAM dan demokrasi, 4) reformasi tata kelola pemerintahan dan pengembangan sistem integritas. Gedung BA Lt. 4 Fisipol UGM Jl. Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 http://jpp.fisipol.ugm.ac.id Telp./Fax: Surel: [email protected] Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Dr. Guno Tri Tjahjoko Politik Ambivalensi: Nalar Elite di Balik Pemenangan Pilkada Penulis: Dr. Guno Tri Tjahjoko; Editor: Umi Nurun Ni’mah Cet.1 — Yogyakarta: Penerbit PolGov, Desember 2015 lxxii + 236 hlm. 15 x 23 cm ISBN 1. Sosial /Politik I. Judul SEPATAH KATA PERSPEKTIF BARU TERHADAP FENOMENA PATRONASE DI INDONESIA uji syukur kepada Tuhan atas terbitnya buku “POLITIK AMBIVALENSI: Nalar Elite di Balik Pemenangan PPilkada”, sehingga buku ini ada di tangan pembaca. Sesungguhnya, buku ini merupakan disertasi penulis yang telah diedit dengan bahasa populer, agar mudah dipahami isinya dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
    [Show full text]
  • The Role of Regional Government in Poverty Reduction in East Kalimantan, Indonesia
    The Role of Regional Government in Poverty Reduction in East Kalimantan, Indonesia Muhammad Ali BA (Indonesian Muslim University), MA (Victoria University) School of Social Science and Psychology Faculty of Arts, Education and Human Development Victoria University Submitted in fulfillment of the requirements of the Degree of Doctor of Philosophy March, 2013 ABSTRACT East Kalimantan is a province of paradox. It has considerable economic potential, measured in terms of abundant endowments of natural resources. And yet it lacks infrastructure and has poor human resources, factors which condemn much of the population to live in poverty. Regional autonomy, implemented since 2001, has provided more political power and fiscal capacity to the region, and therefore it has been expected to give more opportunity for regional governments to accelerate regional development and bring their people to greater prosperity. However, East Kalimantan still harbors high levels of poverty. This study examines the extent to which regional governments use their authority, greatly expanded under regional autonomy laws, to address poverty issues in the province. This research utilizes qualitative methodology and employs a case study approach. It involves 63 interview participants from senior regional government officials, members of regional councils and other local stakeholders, which were selected using a combination of “purposive and snowball” sampling. Other secondary data collected include regional government documents and publications. The thesis argues that regional autonomy has provided regional governments with more political and fiscal capacity and has increased the role of regional governments in developing the regions. However, this has not necessarily meant that regional governments have been successful in alleviating poverty.
    [Show full text]
  • The Politics of Patronage in Intergovernmental Financial Transfer: the Role of Local Elites in East Kalimantan Province, Indonesia
    THE POLITICS OF PATRONAGE IN INTERGOVERNMENTAL FINANCIAL TRANSFER: THE ROLE OF LOCAL ELITES IN EAST KALIMANTAN PROVINCE, INDONESIA Ahyar Muhammad Diah College of Arts and Education, Victoria University Melbourne, Australia Submitted in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy 2017 ABSTRACT Intergovernmental financial transfers from central to local governments provide a vital source of income to support local development of public services and infrastructure. However, most local governments in developing countries, such as Indonesia, fail to meet the transfer objectives due to misuse of the funds by local elites. Although financial transfers increased significantly with increased local autonomy since 2001, local development has not been commensurate with the larger budgets, with unfair wealth distribution denying equitable outcomes. Previous studies have addressed the involvement of political rulers in the misuse of intergovernmental financial transfers, but there has been limited investigation into the role of other elites. Working with theories of the politics of patronage derived from Eisendtat (1980) and Bearfield (2009), this study examines the role of a much wider range of formal and informal elites—from bureaucrats and politicians to businessmen and religious and ethnic leaders—in intergovernmental financial transfer within the Indonesian province of East Kalimantan. The aims of the study are twofold: to provide insight into how local elites exercise their power and influence to structure and allocate financial resources, and to help local governments curb the misuse of financial resources. The study utilises data derived from three main sources: in-depth interviews with 36 elite stakeholders, direct observation, and information contained in local government documents, collected during two field visits and follow-up telephone interviews and email contacts.
    [Show full text]
  • Who Owns the Land? Looking for Law and Power in Reformasi East Kalimantan
    Who owns the Land? Looking for Law and Power in Reformasi East Kalimantan Een wetenschappelijke proeve op het gebied van de Rechtsgeleerdheid Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Radboud Universiteit Nijmegen op gezag van de rector magnificus prof. dr. S.C.J.J. Kortmann, volgens besluit van het college van decanen in het openbaar te verdedigen op maandag 23 november 2009 om 10.30 uur precies. door Laurens Gerrit Hendrik Bakker geboren op 12 augustus 1974 te Leidschendam Who owns the Land? Looking for Law and Power in Reformasi East Kalimantan An academic essay in Law Doctoral Thesis To obtain the degree of doctor from Radboud Universiteit Nijmegen on the Promotores authority of the Rector Magnificus prof. dr. S.C.J.J. Kortmann, according to the Prof. dr. F.A.M. Hüsken decision of council of deans to be defended in public on �������������������Monday November, 23 Prof. mr. P.H.P.H.M.C van Kempen 2009 at 10.30 hours Prof. mr. H.M.C. Slaats by Manuscriptcommissie Prof. mr. A.B. Terlouw Laurens Gerrit Hendrik Bakker Prof. dr. K. VBB born on 12 August 1974 Prof. dr. T. Widlok in Leidschendam ‘Truth shall prevail – don’t you know Magna est veritas et . Yes, when it gets a chance. There is a law, no doubt – and likewise a law regulates your luck in the throwing of the dice. It is not Justice the servant of men, but accident, hazard, Fortune – the ally of patient Time – that holds an even and scrupulous balance. Both of us had said the very same thing.
    [Show full text]