Proposal Penelitian
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102 Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 11-22 E-ISSN : 2685-7198 DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.276 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah BENTUK FUNGSI DAN MAKNA TRADISI NGEJOT TUMPENG (FORM OF FUNCTION AND MEANING OF TRADITION NGEJOT TUMPENG) I NYOMAN SUPARMAN Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah JL. Roviga No. 29 Kel. Tondo Kec. Mantikulore Kota Palu e-mail: [email protected] ABSTRACT What are the ways to carry out the tradition of bouncing cone? (2) What is the form, function and meaning of the cone-crunching tradition? (3) What educational values are contained in the tradition of teasing rice cone? While the objectives of this study are (1) To find out the procedures for implementing the Ngejot tumpeng tradition. (2) To find out the form, function and meaning of the cone-teasing tradition. (3) To find out the values of Hindu religious education contained in the tradition of teasing rice cone. In this study, researchers used descriptive qualitative research, to get good results researchers used four theories including structural functional theory, symbol theory, meaning theory and value theory, in this study researchers used the method of observation, interviews and documentation. Determination of informants in this study using Purpsive Sampling technique. The results of the research in the Tgejot Tumpisi Tradition are through the procedures and the implementation by initiating the preparation of facilities in the form of banteng tumpeng which will be offered to the bride and groom during the Galungan Penampat, and arranged at the Galungan. Form of Function and Meaning Tumpeng Ngejot Tradition is the cleansing of Bhuana Agung and Bhuana Alit, fertility members in nature and members of harmony to humans, as an expression of gratitude towards Ida Sang Hyang WidhiWasa. Ethical values about ethical manners of aesthetic values, the value of the beauty of forms and their procedures, the cultural values of traditions that are hereditary are still preserved. Keywords: Function,Meaning and Ngejot Tumpeng ABSTRAK Rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakahtata cara pelaksanaan tradisi ngejot tumpeng? (2) Bagaimanakah bentuk, fungsi dan makna tradisi ngejot tumpeng? (3) Nilai-nilai pendidikan apakah yang terkandung dalam tradisi ngejot tumpeng? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi Ngejot tumpeng. (2) Untuk mengetahui bentuk,fungsi dan makna tradisi ngejot tumpeng. (3) Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam tradisi ngejot tumpeng. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, untuk mendapat hasil yang baik peneliti menggunakan empat teori antara lain teori fungsional stuktural, teori simbol,teori makna dan teori nilai, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi .Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purpsive Sampling. Adapun hasil penelitian dalamTradisi Ngejot tumpeng adalah melalui tata cara dan pelaksanaanya dengan mengawali persiapan sarana berupa banten tumpeng yang akan dipersembahkan kepada pasangan penganten saat Penampahan Galungan, dan ditatab saat Galungan. Bentuk Fungsi dan maknaTradisi Ngejot Tumpeng adalah pembersihan Bhuana Agungdan Bhuana Alit, member kesuburan pada alam dan member keharmonisan kepada manusia, sebagai wujud rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang WidhiWasa. Nilai etika tentang etika sopan santun nilai estetika nilai keindahan bentuk banten dan tata cara pelaksanaanya, nilai kultural tradisi yang dari turun temurun masih di lestarikan. Kata kunci: Fungsi, Makna dan Ngejot Tumpeng 23 Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102 Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 11-22 E-ISSN : 2685-7198 DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.276 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah I. PENDAHULUAN Ngejot tumpeng yang diperuntukkan Masyarakat Hindu yang berasal pada pasangan pengantin yang baru dari bali masih mengenal adanya menikah. Tradisi ini dilaksanakan tradisi atau kebudayaan yang masih setiap Hari Raya Galungan atau kental dalam adat istiadat. Tradisi Penampahan Galungan. Umumnya masyarakat Hindu masih masyarakat di Dusun Santibaru dilestarikan dari zaman ke zaman tradisi ini dilaksanakan pada saat yang selalu selaras dengan konsepsi Hari Raya Penampahan Galungan Tri Hita Karana, yang dilaksanakan serempak dan mengupayakan keselarasan dan bersama-sama meskipun tidak keserasian antara manusia dengan begitu meriah pelaksanaannya tuhan, antara manusia dengan hanya menyerahkan banten manusia dan manusia dengan tumpeng pada sang pengantin, lingkungan. Jadi Tri Hita Karana namun masyarakat di Dusun sebagai perwujudan kesejahteraan Santibaru sangat semangat kebahagiaan dimana ketiga unsur melaksanakannya. Sang Hyang Widhi yang maha Pelaksanaan tradisi Ngejot mengetahui, manusia mikrocosmos tumpeng di Dusun Santibaru masih dan alam semesta/bhuana dilaksanakan sampai saat ini, makrokosmos yang harus saling sedangkan di dusun yang menjaga sesama manusia, hal inilah berdekatan dengan Dusun yang menjadi tatanan kehidupan Santibaru tradisi ini masih kurang umat Hindu yang dijadikan budaya dilaksanakan. Melihat dari segi perilaku sehari-hari. bentuk tata cara sebenarnya Agama adalah keyakinan sampian tumpeng dipakai dimana terhadap suatu kebenaran dan saja seperti di upakara dewa yadnya Agama Hindu mempunyai tujuan maupun manusia yadnya, pada untuk mencapai moksa dan umumnya pemahaman masyarakat jagadhita yang berdasarkan dharma, sangat kurang tentang pelaksanaan untuk mengejar kesejahteraan lahir tradisi Ngejot tumpeng. Di Dusun dan kebahagiaan bhatin. Agama Santibaru banten tumpeng Hindu menerima modernisasi secara digunakan sebagai suatu tradisi, selektif selama tidak bertentangan banten yang berisi dengan dua dengan nilai-nilai Agama Hindu, dan tumpeng dan alat-alat lainnya modernisasi itu peranannya hanya seperti tape, sate, jajan, buah, sebagai penunjang untuk mencapai reremisan, yang dialasi dengan hakekat dari tujuan hidup. tamas dan lengkap dengan sampian Pelaksanaan upacara agama, dalam tumpengnya, namun masyarakat kehidupan sebagai manusia tidak memahami makna dari banten beragama, modernisasi ini tumpeng yang di peruntukan pada berpengaruh di dalam mencapai pengantin tersebut, generasi muda kesejahteraan hidup dan pada umumnya belum memahami kehidupan. tentang tradisi yang Modernisasi tidak berpengaruh dilaksanakannya. Tradisi ini terhadap nilai-nilai Agama Hindu dilaksanakan pada Hari Raya meskipun pada zaman modern ini penampahan Galungan atau hari banyaknya perkembangan atau raya Galungan karena Hari Raya kemajuan teknologi atau kemajuan Galungan ini dipercayakan ilmu pengetahuan. Namun di Dusun masyarakat hari kemenangan Santibaru masih ada salah satu dharma melawan adharma, oleh tradisi unik yang diwarisi dari karena itu tujuan perkawinan ini turun-temurun hingga kini masih mewujudkan tujuan keluarga yang tetap dipertahankan yaitu tradisi bahagia, berbicara tentang 24 Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102 Volume 10 Nomor 2 (2019) hal 11-22 E-ISSN : 2685-7198 DOI: 10.36417/widyagenitri.v10i2.276 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah perkawinan atau vivaha. Selain itu mempersiapkan Upacara Ngusaba perkawinan juga mempunyai nilai Pitra dengan perlengkapan Banten yang penting bagi kehidupan atau Sesajen sebagai sarana upacara manusia, yaitu dari orang yang tersebut, yang dalam pembuatannya dipimpin pada masa remaja menjadi mereka lakukan dengan penuh orang yang memimpin sebagai penghormatan kepada nenek bapak atau ibu rumah tangga dan moyang mereka agar diberi dari orang yang berkonsumsi keselamatan. Penelitian ini lebih (meminta, menerima) menjadi orang menekankan pada penghormatan yang memproduksi (menghasilkan) pada nenek moyang atau leluhur segala kebutuhan hidup. agar mendapatkan keselamatan, Berdasarkan fenomena di atas, perbedaan penelitian yang peneliti maka peneliti tertarik mengangkat lakukan tentang tradisi Ngejot judul penelitian Bentuk, Fungsi Dan tumpeng yang diperuntukan pada Makna Tradisi Ngejot tumpeng. orang yang baru menikah pertama Selain untuk mengetahui nilai-nilai kalinya. pendidikan, penelitian ini juga dapat Artawan (2010: 67) memehami tata cara pelaksanaan, menyebutkan bahwa Upacara bentuk, fungsi, makna, dan nilai- Nyatur ini dilaksanakan setahun nilai pendidikan secara lebih sekali dengan menggunakan wuku mendalam tentang tradisi Ngejot tepatnya rahina Buda Wage wuku tumpeng dan pelaksanaannya dapat langkir dan setiap enam bulannya terus terjaga dan terus melekat diselingi dengan upacara yang dalam diri masyarakat dan tradisi disebut odalan. Upacara Nyatur di atau kebudayaan tersebut tidak Pura Bale Agung Desa Pakraman akan pernah punah. Bakas kecamatan banjarangka kabupaten klungkung, tergolong 2. KAJIAN PUSTAKA unik karena upacara ini berpatokan dengan menggunakan wuku beda Triyasni (2010: 77-78) dengan ngusaba yang biasanya menyebutkan bahwa sebagaimana berpatokan dengan menggunakan diketahui bahwa Upacara Ngusaba sasih, yang sama-sama Pitra adalah suatu upacara ritual dilaksanakan setiap tahun sekali. yang dilaksanakan setiap setahun Prosesi upacara Nyatur ini yakni sekali pada Purnama Sasih Kedasa dengan Mendak Tirta, yang dilakukan di Pura Dalem di melaksanakan ngiring /mekiis untuk Jabe Tengah setelah selesai puja menyucikan diri dan wilayah desa, wali dengan menggunakan banten setelah bersih