PESAN DAKWAH DALAM FILM KARYA ( Studi Analisis Isi )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Syarat Meraih Gelar Sarjana(S.I.kom) Jurusan Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh : MUH. RESKI PANGESTU NIM :50700113256

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Muh. Reski Pangestu

Nim : 50700113256

Tempat/TanggalLahir : Wonorejo, 04 Juli 1994

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Alamat : Komp. Bung Permai B 10/ No 03

Judul : Pesan Dakwah Dalam Film Munafik Karya Syamsul Yusof ( Studi Analisis Isi)

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika dikemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuatoleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, November 2017

Penulis

Muh. Reski Pangestu Nim: 50700113256

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, atas limpahan berkah, rahmat, dan pertolongan serta hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan, kesehatan, dan keselamatan, serta kemampuan untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam atas junjungan kami baginda Nabi Muhammad saw yang telah menyampaikan kepada kami nikmat Islam dan menuntun manusia ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang dikehendaki serta diridhoi oleh Allah swt.

Skripsi yang berjudul“Pesan Dakwah Dalam Film Munafik Karya Syamsul Yusof ( Studi Analisis Isi)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Sarjana Ilmu Komunikasi (S. I. Ikom) pada fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai banyak rintangan dan kesulitan, baik itu yang datang dari pribadi peneliti sendiri maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran peneliti dapat melewati rintangan tersebut tentunya dengan petunjuk dari Allah swt dan adanya bimbingan serta bantuan dari semua pihak. Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ucapan sederhana ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si., Sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Prof. Dr. Mardan, M.AG. Sebagai Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A, Sebagai Wakil Rektor II, Prof. Siti Aisyah,

M.A., Ph.D. Sebagai Wakil Rektor III, Prof. Hamdan Juhannis, Ma., Ph.D.

Selaku Wakil Rektor IV, serta seluru staf UIN Alauddin Makassar. 2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M., beserta wakil dekan.

3. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Ramsiah Tasruddin, S.Ag., M.Si., dan Haidir Fitra Siagian,S.Sos., M.Si., Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Dr. Muh. Anshar Akil, M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan serta petunjuk pada setiap proses penulisan skripsi ini

sampai akhir hingga dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis.

5. Dr. Hj. Haniah, Lc., M.A,. selaku pembimbing II yang telah mencurahkan

perhatian dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dan tidak

bosan-bosannya membantu penulis saat konsultasi hingga semua proses

dilewati dengan penuh semangat oleh penulis. 6. Muliadi, S,Ag, M.Sos.I., selaku penguji I dan Harmin Hatta, S.Sos., M.I.Kom

selaku penguji II yang telah senantiasa memberikan kritik dan saran untuk

perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap Dosen, Staf Jurusan, Tata Usaha, serta Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi tak lupa penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu, bimbingan, arahan serta motivasi selama penulis menempuh

pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi. 8. Terima kasih berbalut cinta yang tak terhingga saya hanturkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm Cornelius M Dan Ibunda Hj. Ririn Erwandari, yang tak kenal lelah memberikan Do’a, dorongan, motivasi, dan

dukungan baik dalam bentuk materil maupun imateril. Karena merekalah saya

dapat menjangkau dunia dengan ilmu pengetahuan. Terima kasih juga kepada kakak-adekku yang telah banyak membantu saya selama jalannya perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada keluarga besarku karena

selama ini telah banyak mendoakan dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada sayasehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terkhusus Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2013 yang telah menjadi teman seperjuangan

selama 4 tahun. Untuk senior I.Kom 2008-2012 dan kawan-kawan serta junior- junior 2014 hingga sekarang. Terima kasih atas semangat dan motivasi yang

diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Sahabat seperjuangan selama pembuatan skripsi La Ode Muhammad

Rismawan , Sadyah, Jumriati, Sakinah, Husnul Khatimah M, Tri Septiana

Hidayat, Syamsul Rijal, Ismail Hidrus, Ibnu Taimiyah, Muhammad Dirham,

Ambo Angka, serta seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih karena selalu memberikan motivasi

dan juga rela berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis mengikuti aktivitas

di kampus UIN Alauddin Makassar. Terima kasih atas semangat, Doa, dan

dukungan serta kesetiaan kalianselama ini. 11. Teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kecamatan Bisappu Kabupaten Bantaeng. Terkhusus untuk KKN Desa Tanete, Bapak dan Ibu, Kakak-Kakak, adek posko

dan teman-temanku Ahmad Aidin, Jamal Luddin, Ahmad Dahlan, Ilham, Sukma Nurdin, Risda Wulandari, Nurhidaya Ramdhani, Mardiah, Dewi, Muh. Erzan, Rara Fhyra, Lukman, Rheya, Anti,Aya dan Isra beserta seluruh masyarakat Desa Tanete telah menjadi semangat tersendiri bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas pengalaman berharganya selama KKN. 12. Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan.Terima kasih telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Dengan penuh kesadaran penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, walau demikian penulis berusaha menyajikan yang terbaik. Semoga Allah senantiasa memberi kemudahan dan perlindungan-Nya kepada semua pihak yang berperan dalam penulisan skripsi ini. Wassalam.

Makassar, November 2017

Penyusun

Muh. Reski Pangestu NIM: 50700113256

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... ix ABSTRAK ...... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penelitian ...... 5 D. Manfaat Penelitian ...... 5 E. Hipotesis ...... 6 F. Defenisi Oprasional dan Rungan Lingkup Penelitian ...... 6 G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Komunikasi Massa ...... 12 1. Pengertian Komunikasi Massa ...... 12 2. Karakteristik Komunikasi Massa ...... 14 B. Analisis Isi ...... 16 1. Pengertian Analisis Isi ...... 16 2. Tujuan Analisis Isi ...... 18 3. Tahapan Analisis Isi Kuantitatif ...... 19 C. Pesan Dakwah ...... 20 1. Pengertian Pesan Dakwah ...... 20 2. Jenis-jenis Pesan Dakwah ...... 22 3. Metode Dakwah ...... 24 4. Pertimbangan Memilih Pesan Dakwah ...... 25 D. Film ...... 26 1. Pengertian Film ...... 26 2. Fungsi Film ...... 27 3. Karakter Film ...... 28 4. Jenis-jenis Film ...... 29 5. Film sebagai Media dakwah ...... 30 E. Pesan Dakwah Dalam Film ...... 31 F. Sinopsi film Munafik ...... 32 G. Kerangka Teori ...... 33

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...... 35 B. Unit Analisis ...... 36 C. Populasi dan Sampel ...... 36 D. Jenis Data ...... 37 E. Teknik Pengumpulan Data ...... 37 F. Teknik Pengolahan Data ...... 38 G. Analisis Data ...... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ...... 42 1. Deskripsi Objek Penelitian ...... 42 a. Gambaran Umum Film Munafik ...... 42 b. Profil Film Munafik ...... 43 c. Struktur Produksi Film Munafik ...... 45 2. Pengujian Hipotensis dan Analisis ...... 47 a. Pengujian Hipotensis ...... 47 b. Analisis Data ...... 47 1). Uji Reabilitas ...... 47 2). Uji Validitas ...... 49 c. Distribusi Frekuensi ...... 55 1). Kategori Aqidah ...... 55 2). Kategori Syariah ...... 58 3). Kategori Akhalak ...... 61 B. Pembahasan ...... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 66 B. Implikasi ...... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAT PENULIS

DAFTAR TABEL Tabel I.I Penelitian terdahulu ...... 11 Tabel 4.1 Struktur Produksi Film Munafik ...... 45 Tabel 4.2 Uji Validitas Kategori Aqidah ...... 50 Tabel 4.3 Uji Validitas Kategori Syariah ...... 51 Tabel 4.4 Uji Validitas Kategori Akhalak ...... 53 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aqidah ...... 55 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Syariah ...... 58 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Akhalak ...... 61 Tabel 4.8 Frekuensi Total pesan dakwa ...... 63

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Logo Skop Production ...... 42 Gambar 4.2 Poster Film Munafik ...... 43 Gambar 4.3 Adam Membaca Dua kalimat Syahadat ...... 56 Gambar 4.4 Al Qur’an dan Tafsir ...... 56 Gambar 4.5 Adam Menyampaikan bahwa Keturunan Nabi nabi adalah yang Muliah ...... 57 Gambar 4.6 Adam dan Amir Berziarah ...... 57 Gambar 4.7 Amir Ikhalas Menerima Kepergian ibunya ...... 58 Gambar 4.8 Adam Mengambil Wudhu ...... 59 Gambar 4.9 Sholat Berjamaah ...... 59 Gambar 4.10 Menawarkan Obat Depression ...... 60 Gambar 4.11 Ruqyah ...... 61 Gambar 4.12 Berzikir ...... 62 Gambar 4.13 Adam Memeluk Amir ...... 62 Gambar 4.14 Merapikan Rumput di Pemakaman ...... 63

ABSTRAK Nama Penyusun : Muh. Reski Pangestu NIM : 50700113256 Judul Skripsi : Pesan Dakwah Dalam Film Munafik Karya Syamsul Yusof ( Studi Analisis Isi ) Pembimbing : 1. Dr. Muh. Anshar Akil, M.Si 2. Dr. Hj. Haniah, Lc., M.A

Penelitian ini berjudul “Pesan Dakwah Dalam Film Munafik Karya Syamsul Yusof (Studi Analisis Isi), Merupakan penelitian yang mencoba menganalisis pesan dakwah yang terdapat dalam film Munafik. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui Pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam film “Munafik”, (2) untuk mengetahui Pesan dakwah apa yang mendominasi dalam film “Munafik”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuantitatif Jenis Deskriptif dengan pendekatan analisis isi kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dengan menyaksikan langsung film Munafik. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu editing, Coding, tabulatting. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap film Munafik, ditemukan bahwa film Munafik mengandung pesan dakwah tentang akidah, syariah dan akhlak. Sedangkan pesan dakwah yang mendominasi dalam Film Munafik yaitu kategori Aqidah sebanyak 25 kali dengan persentasi 47,16%, kategori akhlak mempunyai frekuensi sebanyak 20 kali dengan persentase 37,75%, sedangkan Kategori syariah dengan frekuensi sebanyak 8 kali dan persentase 15,09%, Dengan demikian Prosentasi paling tinggi adalah Aqidah dengan kemunculan 25 kali atau 47,16 %. Implikasi Penelitian ini adalah adanya pesan dakwah yang diselipkan dalam film Munafik diantaranya kategori aqidah, syariah, dan akhlak dari ketiga kategori itu yang mendominasi pesan dakwah adalah aqidah yang dapat membantu masyarakat yang belum mengetahui tentang agama, dan dapat dijadikan reverensi sebuah kehidupan yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis. Masalah yang berkaitan dengan Makna simiotika atau respon masyarakat dan penggunaan pendekataan isi kualitatif dalam film ini dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam. Dakwah

Islam adalah ke arah kualitas puncak dari nilai-nilai kemanusiaan, dan peradaban manusia.1 Dengan tujuan utama mewujudkan kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah swt, yakni dengan menyampaikan nilai- nilai yang dapat mendatangkan kebahagian dan kesejahtraan yang diridhai oleh Allah swt sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.2 Lain halnya dengan kenyataan yang ada saat ini, kegiatan dakwah sering kali diartikan di tengah-tengah masyarakat hanya berupa ceramah agama yakni ulama sebagai pendakwah menyampaikan pesannya dihadapan khalayak. Sejatinya, dakwah bukan bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama, karena dakwah Islam memiliki wilayah yang luas dalam semua aspek kehidupan, Ia memiliki ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah. Kita sendiri tidak bisa terlepas dari kegiatan dakwah. Apapun yang berkaitan dengan Islam, kita pastikan ada unsur dakwah.3

Salah satu dari unsur dakwah adalah materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan kepada mitra dakwah. Dalam hal ini pesan dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Inti ajaran agama Islam adalah meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan pondasi utama dalam beragama, yang didalamnya

1 Muhammad Al-Bahy, Islam Agama Dakwah Bukan Revolusi, (Jakarta: kalam Mulia, 1997), hal 45. 2 Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam,(Jakarta: Ichtiar Baru, 1997), hal. 281 3 Moh, Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 5

memuat sistem keyakinan atau iman. Syariah meliputi sistem peribadah makhluk dengan khaliqnya, sedangkan akhlak meliputi sistem relasi antar makhluk.

Oleh karena itu hakikat isi pesan dakwah adalah pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada mitra dakwah. Pesan dakwah dapat disampaikan melalui beberapa media diantaranya adalah film. Film adalah karya seni yang dihasilkan oleh kerja tim bukan one man job, atau dikerjakan oleh perorangan. Film memerlukan skenario yang dibuat oleh penulis, para pemain yang berakting sesuai isi skenario, sutradara yang mengatur akting pemain, dan orang-orang lain yang membantu teknis pemb uatan film mulai dari juru kamera, editor, penata cahaya, penata artistik, pengubah musik hingga pencatat skrip.4

Sebelumnya film merupakan salah satu bentuk media massa yang dipandang mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan hiburan dikala penat

5 menghadapi aktifitas hidup sehari-hari. Sejak saat itu, pertunjukkan film telah menjadi saluran pelarian alias “eskapisme” dari masyarakat yang lelah bekerja, terutama di daerah perkotaan. Pada perkembangan selanjutya, film mulai beralih fungsi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan masyarakat tetapi juga menjadi wahana penerangan, edukasi dan transformasi nilai.6

Sebagai transformasi nilai, film yang hadir dengan tampilan audiovisual memberikan kesan tersendiri bagi penontonnya, tampilan audiovisual berpengaruh besar terhadap transformasi nilai baru bagi penontonnya. Di tengah begitu derasnya

4 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta: CV Homerian Pustaka,2009), hal. 16. 5 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hal. 13. 6 Aep Kusmawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004),hal. 94.

film-film yang miskin akan nilai agama dalam masyarakat, muncul beberapa film yang sarat dengan nilai dan memberikan kritik sosial.

Film “Munafik”, merupakan salah satu film yang sarat dengan nilai-nilai agama dalam hidup. Film “Munafik” adalah film asal malaisya yang disutradarai oleh

Syamsul Yosuf ini sempat menuai beberapa kritik dan kontroversi. Film yang dinaungi rumah produksi Skop Production ini dibintangi oleh Syamsul Yusof sendiri.

Film yang diproduseri Syamsul Yusof ini berhasil menghadirkan film horror yang berasil membawa nilai-nilai islam.

Di kisahkan, Adam, seorang Ustaz sepesialis menghadapi orang yang kerasukan menggunakan cara islam (Ruqyah), sikapnya yang tawadhu atas kemampuannya membuat dia disukai semua yang mengenalnya, terutama penduduk desa disekitarnya.

Kebahagiaan yang dirasakan adam, istri dan anaknya tidak berlangsung lama karena kemudian dia mengalami kecelakaan yang mengerikan. Akibat kecelakaan itu isterinya meninggal ditempat kejadian tampa sempat mendapat pertolongan. Dengan kematian isterinya, adam sangat terpukul dengan kejadian tersebut sehingga membuatnya berhenti dari ruqyah dan menjauh shalat berjamaah.

Seakan adam tidak menerima Qada & Qadar Allah. Keimanannya mulai rapuh, goyah dan tak sekuat sebelumnya. Adam mulai murung, mengasingkan diri dari jamaah masjid dan lebih seneng ibadah dirumah bersama anaknya amir.

Di saat yang sama, maria, salah satu penduduk desa. Mengalami gangguan jin yang parah hingga di diagnosis dokter mengalami penyakit mental atau depresi.

Sementara itu, Adam semakin tertekan karena anaknya juga bersedih merindukan ibunya. Walau dalam keadaan tertekan, Adam tepaksa menerima permintaan untuk mengobati Maria setelah dibujuk Imam desa dan ayahnya Rahim. Begitu Adam bertemu Maria, misteri ini akan mulai terungkap. Singkat cerita peristiwa demi peristiwa telah meyadarkan Adam.7

Film “Munafik” walaupun rating di IMBD (Internet Movie Database) hanya masuk 6.8 bukan berarti film ini membosankan, karena film ini menyajikan tipikal yang berbeda dari kebanyakan film yang ada. Selama ini masih jarang terdapat film internasional yang di dalamnya mengandung pesan dakwah. Namun Syamsul Yusof berani menampilkan hal berbeda dari film ini, sehingga mampu memikat penonton bioskop di seluruh dunia. Bila dilihat dari adegan dan dialog dalam film ini, muncul pesan dakwah yang menarik dikaji. Diantaranya ketika Ustadz Adam mengucapkan dua kalimat syahadat, “Ashadu’al la illa I-lah wa’ ashadu’anna muhammadar rasulu l-lah” kepada Zulaika yang merupakan isterinya. Untuk itulah peneliti tertarik mengkaji lebih lanjut khususnya tentang pesan dakwah dengan pembahasan yang lebih spesifik dan mendalam dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam film “Munafik”?

2. Pesan dakwah apa yang mendominasi dalam film “Munafik”?

7 http://www.pusatsinopsis.com/2016/10/1/MUNAFIK-2016.html, diakses pada tanggal 01 oktober 2016

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam film “Munafik”.

2. Untuk mengetahui pesan dakwah apa yang mendominasi dalam film

“Munafik”.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini

bermanfaat untuk:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini, dapat digunakan untuk memperluas wawasan keilmuan yang positif, sehingga dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi studi ilmu

Komunikasi Penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Relevansi Personal Sebagai pengalaman tersendiri bagi peneliti dan juga

sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Bagi fakultas Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dakwah

Islam dengan kemasan yang menarik dan berbeda yaitu dengan media film.

c. Bagi institusi perfilman Indonesia Sebagai motivasi bagi dunia perfilman untuk

melakukan inovasi dalam berkarya.

E. Hipotesis

Pada penelitian ini, peneliti menyatakan hipotesis bahwa pesan dakwah yang

terdapat dalam film “Munafik” adalah tentang akidah, syariah dan akhlak.

Sedangkan pesan dakwah yang mendominasi dalam film “Munafik” adalah tentang

Aqidah.

F. Defenisi Oprasional dan Ruang Lingkup Penelitian

Untuk definisi operasional seharusnya tersusun secara mantap, kuat, jelas, serta kemudian dapat diterapkan. Selanjutnya gambaran penelitian tentang variabel yang akan diteliti sudah cukup jelas batasanya.8 agar tidak terjadi kesalah pahaman antara penulis dan pembaca, oleh sebab itu perlu adanya batasan, maka peneliti Membatasi ruang lingkup penelitiannya ada orenasi pesan dakwah yang tesirat dalam film

“Munafik”

Dari penjelasan diatas definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pesan Dakwah

Pesan dakwah merupakan ide – ide yang mengandung makna Islamiyah

yaitu aqidah, syariah, akhlaq yang disampaikan secara verbal dan nonverbal yang

memiliki perasaan, nilai, gagasan, dan dipresentasikan dalam film munafik.

2. Film Munafik

Merupakan sebuah film bergenre Horor yang memiliki unsur religi. yang

disutradarai Syamsul Yusof yang juga berperan sebagai penulis skenario dan

sekaligus mengambil peran utama dalam film munafik.

8 Munawar Syamsudin Aan, Metode Riset Kuantitatif Komunikasi.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 172

3. Analisis Isi

Analisis isi (ContentAnalysis) adalah ditunjukan untuk mengidentifikasi

secara sistematis isi pesan dakwah yang terdapat dalam film Munafik.

4. Komunikasi Massa

Merupakan proses penyampaian pesan, informasi, gagasan kepada public

melalui media.

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu digunakan untuk menunjukkan orisinilitas karya ilmiah

yang dilakukan, dan harus ditunjang dengan pencarian penelitian terdahulu yang

memiliki substansi yang sejenis namun dapat digunakan sekaligus untuk

membedakan antara penelitian yang sudah pernah ada.

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dianggap peneliti relevan dengan

penelitian ini:

Pertama adalah skripsi dari Agus Priyanto, mahasiswa program studi ilmu

komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang berjudul “Pesan Adegan

Pornografi Dan Pornoaksi Dalam Film Horor Indonesia (Studi Pada Film Horor

Periode Tahun 2011-2012).” Skripsi ini dibuat pada tahun 2013 dengan

menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Hasil temuan dari penelitian ini adalah

fenomena pornografi dan pornoaksi dalam film horor di Indonesia menjadi sebuah

trend baru di dunia perfilman khususnya film horor. Beberapa tahun belakangan,

banyak ditemukan film horor yang didalamnya terdapat adegan-adegan berbau

pornografi dan pornoaksi bahkan tidak jarang film horor tersebut didominasi

dengan adegan-adegan porno dibandingkan dengan kemunculan hantu-hantu.

Peneliti ini menggunakan teori simbol sebagai salah satu teori yang digunakan dalam penelitiannya. Teori simbol ini digunakan peneliti dalam melihat penelitian

“Pesan Adegan Pornografi dan Pornoaksi pada Film Horor Indonesia ini dari segi pesan adegannya.

Peneliti kedua, Pesan dakwah dalam film religius (Analisis Isi Film Mengaku

Rasul) oleh Faruk, mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,

2009. Untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang ada dalam film Mengaku

Rasul, merupakan tujuan penelitian tersebut.

Peneliti ketiga, Silvia Riskha Fabriar (2009) dengan judul “Pesan Dakwah

Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban (Analisis Pesan Tentang Kesetaraan

Gender Dalam Prespektif Islam)”. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Walisonggo Semarang. Film perempuan berkalung sorban adalah sebuah film yang diangkat dari novel karya

Abidah El Khalieqy tentang perjuangan seorang perempuan untuk meraih eksistensinya. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari seseorang dan perilaku yang diamati. Dengan penelitian kualitatif penulis berusaha untuk memahami pesan yang terdapat pada film perempuan berkalung sorban. Pendekatan yang penulis gunakan untuk mengetahui pesan dakwah yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesan dakwah tentang kesetaraan gender yang terkandung

dalam film Perempuan Berkalung Sorban adalah yang berhubungan dengan syariah dan bidang muamalah. Pesan tersebut disajikan dalam dua bentuk yaitu bidang domestik dan bidang publik.

Perbedaan dari peneliti ini dengan tiga penelitian diatas terletak pada penggunaan Teori. Penelitian yang pertama menggunakan teorinya untuk menganalisis dari sisi pesan pornografi dan pornoaksi. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah subjek yang digunakan. Meskipun peneliti juga menggunakan teori tersebut untuk membedah isi pesan yang terdapat dalam film, akan tetapi subjek peneliti berbeda, yaitu pesan Dakwah dalam film Munafik.

Penelitian yang kedua juga menggunakan salah satu teori yang digunakan peneliti untuk menganalisis isi dalam film. Hanya saja, berbeda pada objek film yang diteliti. Juga berbeda dalam metode peneltiannya. Pada penelitian tersebut menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis isi kuantitatif.

Penelitian yang ketiga sama – sama meneliti mengenai film, namun berbeda pada objek film yang diteliti. Selain itu Juga berbeda dalam metode peneltiannya.

Pada penelitian tersebut menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif dengan teori semiotika, sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis isi kuantitatif. Sehingga cara memperoleh hasil dan peroses penelitian berbeda.

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

NO JUDUL FOKUS PENELITIAN METODE KESIMPULAN

1. PesanAdegan Adegan pornografi dan Menggunakan metode Hasil dari penelitian ini Pornografi Dan Pornoaksi pornoaksi dari film horor Analisis isi dengan teori dari menjelaskanPembagian Dalam Film Horor Indonesia. Susane Langer yaitu Teori pornografi dan pornoaksi dari Indonesia (Studi Pada simbol. adegan film horror pada rentang Film Horor Periode waktu 2011-2012 dengan Tahun 2011-2012). implementasi yang tampak dari bahasa. 2. Pesan Dakwah Dalam Pesan dakwah dalam film Menggunakan metode Penelitian ini ingin mengetahui Film Religius (Analisis Mengaku Rasul. penelitian analisis isi pesan dakwah apa saja yang ada Isi Film Mengaku Rasul) kualitatif. dalam film Mengaku Rasul.

3. Silvia Riskha Febriai. Pesan dakwah yang berkaitan Metode kualitatif dengan teori Hasil dari penelitian ini yaitu Pesan dakwah dalam film dengan kesetaraan gender semiotika Rolands Barthes. menunjukkan bahwa kesetaraan “Perempuan Berkalung dalam film Perempuan gender dalam film Berempuan Sorban”. Berkalung Sorban. Berkalung sorban ditunjukan dalam dua bidang yaitu bidang domestik dan publik.

Sumber : oleh peneliti (2017)

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Komunikasi Massa

1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Bittner adalah pesan yang dikomunkasihkan melalui media

massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is message communicated through a

mass medium to a large number of people ).9 Dari definisi tersebut diketahui bahwa

komunikasi massa itu harus menggunakan media massa, Jadi sekalipun komunikasi massa itu

disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri

oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan

komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah siaran radio dan

televisi, kedua disebut sebagai media cetak, serta media film. Film sebagai media komunkasi

massa adalah film bioskop.

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu

Gebner. Menurut Gerbner seperti yang dikutip oleh Rahmat dalam buku Elvinaro “Mass

communication is the tehnologically and institutionally based productionand distribution of the

most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa

adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang

kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.10

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk

berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak

luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan,

dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan,

9 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa Suatu (Jakarta:Rajawali Pers,2014),h.7. 10 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), h. 152.

12 13

melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Sedangkan Meletzke mengartikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada disatu tempat, tetapi tersebar diberbagai tempat. Menyimak berbagai definisi komunikasi massanyang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan,secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

Komunikasi massa ialah penyebaran dengan menggunakan media yang ditujukan kepada masyarakat yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak nampak oleh si penyampai pesan.

Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya satu arah (one way trafic). Begitu pesan disebarkan oleh komunikator tidak dapat diketahui pesan tersebut diterima, dimengerti atau dilakukan oleh komunikan.

Wartawan surat kabar, penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film tidak mengetahui nasip pesan yang disampaikan kepada khalayak. Komunikasi media massa atau komunikasi massa memiliki umpan balik tidk langsung atau tertunda. Bahkan tidk terjadi feedback .

Sehingga komunikator harus berusaha sedemikian rupa sehingga komunikasinya itu benar- benar diduga akan berhasil11.

11 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses Dan Konteks” (Bandung:Widya Padjajaran, 2009), h.82.

14

2. Karakteristik Komunikasi Massa

Berikut ini adalah karakteristik komunikasi massa :

a. Komunikator lembaga.

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunkasi massa itu

menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Dengan mengingat

kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan

komunkatornya brgerak dalam organisasi yang kompleks.

b. Pesan bersifat umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukan semua

orang dan tidak ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan

komunikasi massa bersifat umum, pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa

atau opini, namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat

dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun

harus memenui kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian

besar komunikan.

c. Komunikanya anonim dan heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi

massa, komunikator tidak mengenal (anonim), karena komunikasi menggunakan media dan

tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen,

karen terdiri dari berbgai lapisan masyarakat yang berbeda pendapat dikelompokkan

15

berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya,

agama, dan tingkat ekonomi.12

d. Komunikasi massa menimbukan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komnikasi lainnya adalah jumlah sasaran

khalayak atau komunikator yang dicapainya relaif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih

dari itu komunikator yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan

memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan.

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada

komunikasi antarpersonal unsur hubungan sangat penting, sebaliknya pada komunikasi

massa yang penting adalah isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedimkian

rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang

akan digunakan.

f. Komunikasi massa bersifat satu arah.

Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan

komunikasi lainya, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya.

Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau

melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dengan

komunikanya tidak dapat melakukan kontak langsung komunikator aktif menyampaikan

pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat

12 Elvinaro Ardianto, Lukiati kumala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Suatu pengantar Edisi Revisi.(Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007).h.7

16

melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi massa antarpersonal,

dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.13

g. Stimulasi alat indera “terbatas”

Ciri komunikasi massa lainya yang dianggap salah satu kelemahannya adalah

stimulusi alat indera “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulus alat indera

bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya

melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditing, khalayak hanya mendengar, sedangkan

pada meia telefisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan balik tertunda.

Kompenen umpan balik atau yang lebh populer dengan sebutan feedback merupakan

faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi sering dapat

dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.14

B. Analisis Isi

1. Pengertian Analisis Isi

Anlisis isi adalah suatu teknik penelitian ilmiah yang ditunjukan untuk mengetahui

gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditunjukan untuk

mengidentifikasi secara sitematis isi komunikasi yang tampak (manifest) , dan dilakukan

secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.

Metode ini sangat terkenal dikalangan peneliti media massa, karena metode analisis isi

lebih efisien untuk menyelidiki isi dari media seperti jumlah dan jenis iklan dalam siaran atau

13 Elvinaro Ardianto, Lukiati kumala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Suatu pengantar Edisi Revisi.(Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007)h.7- 9 14 Elvinaro Ardianto, Lukiati kumala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa: Suatu pengantar Edisi Revisi, h. 11.

17

media cetak, mempelajari propaganda di surat kabar dan radio, dan meneliti potret kehidupan

dalam film.

Beberapa definisi dari analisis isi muncul dari ahli komunikasi. Walizer dan Wiener

(1978) mengartikannya sebagai sebuah prosedur sistematik untuk menguji isi dari informasi

yang telah terekam, Krippendorf (1980) mendefinisikannya sebagai sebuah teknik penelitian

untuk membentuk pedoman yang valid dan dapat ditiru (replicable) dari data hingga pada

konteksnya. Kerlinger (1986) mengatakan bahwa analisis isi adalah sebuah metode studi dan

analisis komunikasi dalam suatu cara yang sisitematik, objektif, dan kuantitatif dalam rangka

mengukur variabel.15

Menurut Holsti, Analisis isi adalah suatu teknik membuat kesimpulan dengan cara

mengidentifikasi karakteristik-karakteristik pesan tertentu secara obyektif dan sistematis.

Klaus Krippendorff mendefenisikan anaisis isi sebagai teknik penelitian dalam membuat

kesimpulan-kesimpulan dari data konteksnya. Berdasarkan dua defenisi diatas, maka ada dua

fungsi analisis isi, yaitu: memberikan uraian yang sistematis dan dapat diuji tentang isi

manifese dan laten suatu wacana naratif, dan menghasilkan kesimpulan yang valid tentang

konteks naratif yang berdasarkan isi deskriptifnya. (Eriyanto) Holsti mengemukakan tiga

fungsi utama analisis isi, yaitu16:

a). Menggambarkan karakteristik komunikasi dengan mengajukan pertanyaan: apa,

bagaimana, dan kepada siapa pesan itu disampaikan

b). Membuat kesimpulan-kesimpulan, seperti anteseden komunikasi, dengan mengajukan

pertanyaan mengapa pesan itu disampaikan, dan

15 Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).h.157 16Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011) H.28

18

c). Membuat kesimpulan-kesimpulan tentang konsekuensi komunikasi dengan mengajukan

apa efek-efek pesan tersebut.

Fungsi deskriftif dalam analisis isi mencakup identifikasi terhadap tema-tema dan pola structural dalam suatu pesan, dan perbandingan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator yang berbeda atau sebaliknya pesan yang disampaikan oleh komunikator yang sama dalam konteks yang berbeda. Fungsi inferensial adalah mencakup penarikan kesimpulan tentang efek-efek yang mungkin ditimbulkan oleh pesan tersebut dan menyimpulan norma-norma perilaku sosial yang direfleksikan oleh pesan tersebut. Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya: klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi. Analisis isi didahului dengan melakukan coding terhadap istilah-istilah atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga dicatat dalam konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan penelitian.

Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi. Kemudian satuan makna dan kategori dianalisis dan dicari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian sebagaimana umumnya laporan penelitian.

2. Tujuan Analisis Isi

Analisis isi meliputi semua bidang spesialisasi yang sebenarnya juga tercakup dalam penelitian survey. Selain itu, Ada tiga konsep yang tercakup di dalam analisis isi. Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut aturan-

19

aturan yang ditetapkan secara implisit, misalnya: cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi

bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif. Ada lima tujuan analisis isi, yaitu:

a. Menggambarkan karakteristik dari pesan

b. Menggambarkan secara detail isi (content)

c. Melihat pesan pada khalayak yang berbeda

d. Melihat pesan dari komunikator yang berbeda

e. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan

Analisis Isi (Content Analysis) pada umumnya tidak berasal dari teori, namun dibentuk

dengan menguji dokumen yang dipelajari, serta menegaskan unsur-unsur umum apa saja

yang diisikan. Seperti menganalisis suatu film.17

3. Tahapan Analisis Isi Kuantitatif

Analisis isi kuantitatif hanya memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat

(tampak atau manifest). Tahapan analisis isi adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan analisis, berupa yang ingin diketahui lewat analisis isi, hal

– hal apa saja yang menjadi masalah penelitian dan ingin dijawab lewat analisis isi.

b. Konseptualisasi dan operasionalisasi, berupa merumuskan konsep penelitian dan

melakukan operasionalisasi sehingga konsep bisa diukur.

c. Lembar coding ( Coding sheet ), yaitu menurunkan oprasionalisasi ke dalam lembar

coding.

d. Populasi dan sampel. Di sini peneliti perlu merumusan populasi dan sampel analisi isi.

Apakah populasi bisa diambil semua.

17 Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011),h.32-33

20

e. Treining / Pelatihan coder dan pengujian validitas realibilitas.

f. Proses coding. Dalam tahapan ini yaitu berupa mengkode ke semua isi scene

ke dalam lembar coding yang telah disusun.

g. Penghitungan realibilitas final, yaitu peneliti menghitung angka realibilitas dari

hasil coding dengan menggunakan rumus / formula yang akan digunakan.

h. Imput data dan analisis.

Di sinilah peran penting analisis isi untuk memahami produk isi media berupa tayangan –

tayangan media agar dapat pula dihubungkan dengan realitas yang terjadi di saat pesan

dibuat. Karena semua pesan baik berupa teks, symbol – symbol, dan sebagainya merupakan

hasil produk sosial dan budaya masyarakat.

Analisis isi juga banyak dipakai oleh bidang studi lain, dan juga merupakan metode

ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan

memanfaatkan dokumen. Penggunaanya terdapat dalam tiga aspek. Pertama, analisis isi

ditempatkan sebagai metode utama. Kedua, dapat dipakai saja sebagai salah satu metode saja

dalam penelitian. Ketiga, analisis isi dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menguji

kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain.18

C. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan merupakan seperangkat simbol baik itu bersifat verbal maupun Nonverbal yang

memiliki makna, nilai, dan gagasan. Yang dimaksud verbal disini yaitu kata-kata,

sedangkan Nonverbal yaitu semua hal yang disampaikan baik itu menggunakan suara atau

18 Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 56-57

21

dengan gerakan fisik seperti ekpresi,menggelengkan kepala, memainkan jari, atau bahasa tubuh, penampilan, atau isyarat, seperti bersiul atau mennjukan warna.19

Dakwah adalah pesan-pesan kebaikan. Sedangkan menurut istilah Dakwah merupakan proses penyampaian pesan-pesan terentu yang berupa suran ajakan, atau panggilan kebenaran, baik untuk orang lain maupun dirinya sendiri.20 Namun ada juga yang mengartikan Dakwah secara etimologis adalah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan, yang artinya mengajak, menyeru, memanggil, suruan, permohonan, dan permintan.21

Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia kepada Allah swt dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baIik pula, Berikut ini ayat-ayat Dakwah:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َولْتَ ُكن ّم ُنكم أَُّمةٌ يَْدعُ َون إََل ْاْلَْْي َوََيُْمُر َون ِبلَْمْعُروف َويـَْنـَهْوَن َع ِن الُْم َنكر َوأُْولَـئ َك ُه ُم ِ الُْمْفل ُح ْون Terjemanya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِِّ ِ ِ َّ ْادعُ إَل َسبيل َرب ّ َك ِب ْْل ْكَمة َوالَْمْوعظَة ْاْلَ َسنَة َوَجادْمْلُ ِبلِت ه َـَ أَ ْْ َس ُـن إن َربَّ َـك ُهَـو

ِ ِ ِِ ِ ِ أَْعلَُم ِبَن َض َّل َعن َسبيله َوُهَو أَْعلَُمبالُْمْهتَد َين

Terjemahnya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

19 M.S. Hidajat, Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),h. 43-44. 20 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 31. 21 Andy Dermawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002), hal. 24.

22

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125)22

Dari berbagai macam pengertian dakwah tersebut, pada dasarnya mencerminkan hal-hal

Tersebut : a. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan

terencana. b. Usaha yang dilakukan adalah Mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaki

situasi yang lebih baik. c. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut, yakni hidup bahagia

sejahtera di dunia ataupun di akhirat.

Pesan dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri.23 Lain halnya dengan Tato Tasmara, beliu berpendapat bahwa pesan dakwah ialah semua pernyataan yang bersumberkan al-Qur’an dan sunnah baik tulisan maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.24

Sedangkan Moh. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah, menyatakan bahwa pesan dakwah merupakan isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan, dan sebagainya diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.25 Dari sini dapat disimpulkan bahwa Pesan Dakwah adalah semua materi yang berbentuk simbol- simbol yang berupa kata, gambar, dan sebagainya yang berdasarkan al-Qur’an dan sunnah

22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,, hal. 421. 23 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 24 24 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43 25Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 318.

23

dan diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra

dakwah.

2. Jenis-jenis Pesan Dakwah

a. Masalah keimanan (Aqidah)

Akidah berasal dari bahasa arab ‘aqidah yang bentuk jamaknya adalah ‘aqa ‘id yang

berarti kepercayaan atau keyakinan.26 Oleh karena itu akqidah yang menjadi pondasi utama

bagi umat muslim. Karena aqidah ini lah yang menjadi dasar dan memberikan arahan bagi

kehidupan khususnya umat muslim.

Aqidah dalam Islam bersifat i’tiqad batiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat

hubungannya dengan rukun iman, yakni iman atau percaya kepada Allah Swt, malaikat-

malaikatnya, Kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, Hari akhir serta qada’dan qadar. Hal ini seperti

yang disabdahkan Rasullallah Saw27 :

“…Bahwasanya engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan engkau percaya adanya kepada qadar Allah yang baik maupun buruk…”. (HR. Muslim).

b. Masalah Keislamannya (Syariah)

Syariah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua

peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan

mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Ini dijelaskan dalam sabda Rasullah

saw28 :

“...Islam ialah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang sebesar melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, dan engkau

26 Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, Dr. Utsman Jum’ah Ad Dhomairiyah 9 (Maktabah As Sawaadi At Tauzi’, Cet 1; 1425 H, Jeddah) h. 87 27 Jalālud-Din As-Sayūti, Ad-Dībāj Fī Sărh Muslim Ben Al-Hajjāj, (Lebanon: Dar Alkotob Al-Ilmiyah, 2006), h. 89. 28 Ibid

24

mendirikan shalat, memberikan zakat, engkau berpuasa pada bulan Ramadhan , dan engkau menjalankan haji ke Baitullah bila engkau mampu menjalankannya...”. (HR. Muslim)

Hadits tersebut mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Artinya

masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada

ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup

antara sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual-beli, berumah-tangga,

bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga larangan-

larangan Allah seperti minum minuman keras, berzina, mencuri dan sebagainya termasuk

pula dalam materi dakwah (nahi anil munkar). c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaq)

Kata akhlak berasal dari kata khuluqun yang dalam bahasa arab artinya watak , kelakuan

,tabi’at, perangai, budi pekerti, tingkah laku dan kebiasaan. Sedangkan dari segi istilah,

akhlak merupakan suatu keadaan jiwa atau sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong

seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran pertimbangan

atau penelitian.29 Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji

menurut pandangan akal dan hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan yang

timbul itu tidak baik, maka dinamakan akhlak yang buruk. Adapun akhlak terdiri dari

akhlak terhadap khaliq dan akhlak terhadap makhluk (manusia maupun bukan manusia).

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap

saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini

berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan

29 Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2004), h. 117-118.

25

dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak sebagai penyempurna

keimanan dan keislaman.

3. Metode Dakwah

Secara sederhana Metode dakwah adalah teknik atau cara yang digunakan oleh para da’i

dalam menyampaikan pesan dakwahnya. sehingga dengan cara tersebut pesan yang

disampaikan dapat diterima oleh mad’unya, dan kemudian diterapkan dalam kehidupannya.

Berdasarkan QS.An Nahl ayat 125 bentuk-bentuk metode dakwah ada tiga yaitu : a. Bil lisan yaitu Metode Dakwah yang dilakukan dengan tiga metode yaitu ceramah,

tanyak jawab dan percakapan secara pribadi. b. Bil qalam yaitu Metode Dakwah yang lebih menitik beratkan kepada dakwah yang

bersifat tulisan. c. Bil hal. Yaitu Metode Dakwah yang dilakukan melalui kegiatan langsung d. menyentuh kepada masyarakat yang sebagai objek dakwahnya.

Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan konstektual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti kontraks dan nyata. Dan konstektual disini artinya relevan dan menyangkut probelem yang dialami ditengah masyarakat.

4. Pertimbangan Memilih Pesan Dakwah

Materi dakwah (Iman, Islam dan Ihsan) adalah materi dasar yang dapat diperluas dengan materi lain yang mengandung dan memperdalam materi dasar tersebut, seperti kisah para

26

Nabi dan Rasul, para syuhada dan sholihin, serta hasil ijtihad para ulama, dan hasil penelitian pakar yang berhubungan dengan materi dasar tersebut termasuk juga doa-doa dan sebagainya.

Dalam operasionalnya pemilihan materi dakwah harus sesuai dengan keadaan. Materi dakwah itu dapat disampaikan secara verbal seperti pada majelis ta’lim, pengajian rutin, pementasan qasidah, musyabaqah tilawatil qur’an, doa bersama dan lain-lainnya atau bisa juga disampaikan melalui non verbal seperti zakat, infaq, shadaqah, pementasan, pantomim, khitanan masal dan lainnya.30

Namun adakalanya masih terdapat komunikator yang tidak menyadari bahwa pesan yang disampaikannya itu tidak berkaitan dengan komunikan, dan komunikan tidak merasa berkepentingan sehingga komunikasi tidak berjalan responsif. Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah pesan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik

perhatian sasaran yang dimaksud. b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada pengalaman yang sama antara

komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat mengerti. c. Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu. d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut yang layak

bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk

memberikan tanggapan yang dikehendaki.31

30 M. Hasyim Syamhudi, Manajemen Dakwah, (Surabaya: eLKAF, 2007), hal. 50. 31 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 99.

27

Film termasuk media dakwah yang materi dakwahnya disampaikan secara verbal dan

non verbal, karena dalam film kegiatan tersebut dikombinasikan sehingga menjadi tayangan

yang menarik untuk disaksikan.

D. Film

1. Pengertian Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam

yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV. Memang sejak TV menyajikan film –

film seperti yang diputar di gedung – gedung bioskop.32

Sedangkan menurut Anwar Arifin film adalah alat komunikasi massa yang mengoperkan

lambang - lambang komunikasinya dalam bentuk bayangan – bayangan hidup di atas sebua

layar putih.33

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara

luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra,

penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak

mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri

tumbuh.

2. Fungsi Film

Pada umumnya film hanya dianggap sebagai bentuk hiburan di waktu senggang. Disisi

lain film juga memiliki fungsi lebih dari itu. A. W Widjaja berpendapat film dengan

kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efektif sebagai media

32 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafind Persada, 2004), h. 126. 33 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, (Bandung: Armico, 1982), h. 28.

28

hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Ia bisa diputar berulangkali pada tempat dan khalayak yang berbeda.34

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat kita pahami bahwa fungsi awal sebuah film adalah bukan hanya sebagai media penghibur semata saja, namun dalam film terdapat fungsi yang sangat penting lainya, yakni sebagai media informasi dan sebagai media edukatif

(pendidikan).

Disamping itu film juga berfungsi sebagai tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali menginjakkan kaki di jalan Allah. Sebagai media tabligh, film mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media-media lainnya. Dengan kelebihan-kelebihan itulah, film dapat menjadi media tabligh yang efektif, dimana pesan- pesannya dapat disampaikan kepada penonton secara halus dan menyentuh relung hati tanpa mereka merasa digurui. Hal ini senada dengan ajaran Allah swt bahwa untuk mengkomunikasikan pesan, hendak dilakukan dengan qawlan syadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam hati.

3. Kriteria Film yang Bermutu

Tidak semua film yang ditayangkan di bioskop memiliki kualitas yang bermutu.

Tentunya, kualitas bermutu tersebut tidak hanya diperoleh dari naskah yang menarik untuk difilmkan. Tetapi semua aspek dalam proses pembuatannya juga sangat menentukan apakah film tersebut bermutu atau tidak. Menurut Onong Uchjana Effendy, ada empat kriteria film yang bermutu, yaitu:

34 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 126.

29

a. Memenuhi tri fungsi film

Fungsi film adalah hiburan, pendidikan dan penerangan. Filmnya sendiri sudah

merupakan sarana hiburan. Orang menonton film tentunya untuk mencari hiburan, apakah

film itu membuat ketawa, mencucurkan air mata atau membikin gemetar ketakutan. Kalau

saja film ini membawakan pesan yang sifatnya mendidik atau memberikan penerangan,

barangkali dapat dinilai sebagai memenuhi salah satu unsur film bermutu.

b. Konstruktif

Film yang bersifat konstruktif ialah kebalikan dari yang bersifat desdruktif, yakni film di

mana perilaku si aktor atau aktris serba negatif yang bisa ditiru oleh masyarakat, terutama

mudamudi. Andaikata sebuah film tidak mempertontonkan adeganadegan seperti itu,

barangkali dapat dinilai sebagai memenuhi unsur lain dari film bermutu.

c. Artistik – etis – logis

Film memang harus artistik. Itulah sebabnya, film sering disebut hasil seni. Kalau saja

sebuah film membawakan cerita mengandung etika, lalu penampilannya memang logis, film

seperti itu dapat dinilai sebagai memenuhi ciri ketiga dari film bermutu.

d. Persuasif

Film yang bersifat persuasif ialah film yang ceritanya mengandung ajakan secara halus,

dalam hal ini sudah tentu ajakan berpartisipasi dalam pembangunan, “national and character

building” yang sedang diilancarkan pemerintah35

35 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 226-227

30

4. Jenis – Jenis Film

Film dapat dikelompokkan pada jenis – jenisnya diantaranya :

a. Drama / Romance, adalah jenis film yang mengangkat kejadian atau peristiwa hidup yang

hebat, dan mengandung sifat romance, tragedy, bahkan komedi.

b. Realisme adalah adalam film yang menggambarkan kehidupan keseharian.

c. Biography adalah jenis film yang mengulas sejarah perjalanan hidup atau karir seorang

tokoh, ras dan kebudayaan ataupun kelompok.

d. War adalah film yang menggambarkan pertempuran

e. Futuristik, adalah film yang menggambarkan kehiduan pada masa yang akan datang secara

khayali.

f. History, adalah jenis film yang mengandung cerita masa lalu sesuai dengan kejadian dan

peristiwa yang telah menjadi sebuah sejarah.

g. Animation , adalah jenis film kartun animasi dengan berbagai alur cerita. Biasanya genre

film ini memiliki sub genre hampir sama dengan genre utama film non animasi.

h. Adventure, adalah Jenis film yang menitik beratkan pada sebuah alur petualang yang sarat

akan teka teki dan tantangan dalam bertarungan melawan alam liar.

i. Crime Story adalah jenis film yang menampilkan skenario kejahatan kriminal sebagai inti

dari keseluruan film.

j. Film Seks, adalam film yang menampilkan adegan panas dan erotisme.

k. Sci-Fi adalah jenis film fantasi imajinasi pengetahuan khususnya yang bersifat exact yang

dikembangkan untuk mendapatkan dasar pengetahuan alur film yang menitik beratkan

pada penelitian dan penemuan-penemuan teknologi.

31

l. Horror adalah jenis film yang berisi tentang kejadian mistis dan berhubungan dengan

sesuatu yang menyeramkan dan menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut. m. Thriller adalah jenis film yang penuh dengan aksi menegangkan dan mendebarkan dan

biasanya tipe alur ceritanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi

menantang. n. Westem adalah jenis film yang berkaitan dengan suku di Amerika dan kehidupan pada

zaman kebudayaan suku indian masi ada yang biasanya memiliki tokoh koboi berkuda,

sherif dan aksi khas duel menembak.

5. Film Sebagai Media Dakwah

Film adalah salah satu media komunikasi sekaligus media massa yang menarik untuk

dijadikan media dakwah. Hal ini karena film termasuk dalam media audiovisual, sehingga

mempunyai pengaruh yang lebih terhadap khalayak. Bahkan film mempunyai keunggulan

tersendiri, antara lain:

1). Secara psikologis memiliki kecenderungan yang unik dalam menyajikan pesan dalam

menerangkan hal-hal yang masih samar.

2) Mengurangi keraguan dan lebih mudah diingat.36

Dengan memanfaatkan berbagai kelebihan media ini, diharapkan para sineas muslim

mampu memberikan karya terbaiknya, dengan tidak lupa menyampaikan pesan - pesan

dakwah di dalam cerita film tersebut. Sehingga kegiatan dakwah tidak hanya dilakukan

secara konvensional, tetapi juga mampu menuju ke arah yang lebih modern seiring

berkembangnya media komunikasi yang ada saat ini.

36 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),h.108

32

E. Pesan Dakwah Dalam Film

Di zaman sekarang ini, dakwah tidaklah cukup hanya disampaikan dengan lisan saja, yang dimana aktifitasnya hanya dilakukan dari mimbar ke mimbar tanpa bantuan alat-alat modern, yang sekarang terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa. Sehingga, dalam perjalanan menggapai tujuan dakwah, tentunya perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada mad’u yang homogen maupun heterogen.37 Salah satu alat komunikasi massa adalah film. Dahulu film hanya berfungsi sebagai hiburan. Pada saat ini film mempunyai fungsi yang lebih dari itu, hal ini dikarenakan pesan yang disampaikan dalam cerita film sangatlah beragam, tergantung dari kepentingan masing-masing pembuat film tersebut.

Pesan dakwah diklasifikasikan dalam tiga hal pokok penting, yaitu masalah keimanan

(aqidah), masalah keislama (syariah) dan maslah budi pekerti (akhlak), ketiga hal pokok tersebut dapat dimasukkan dalam jalan cerita film yang akan dibuat. Tentunya diperlukan kekreatifan tersendiri bagi para sineas agar pesan-pesan dakwah yang akan disampaikan dalam film dakwah menjadi lebih menarik dan tidak menjenuhkan seperti ceramah-ceramah agama pada umumnya.

Film merupakan suatu adegan dan dialog yang direkayasa, tetapi dibuat seperti realitas kehidupan pada umumnya. Film dakwah yang baik adalah film yang mampu mempresentasikan kenyataan sehari-hari sedekat mungkin, sehingga pesan dakwah yang disampaikan benar-benar menyentuh penonton, tanpa merasa digutui oleh siapa pun. Seperti yang diungkapkan Ade

Irwansyah, bahwa menonton film tidak hanya mengandalkan kerja mata dan terlinga, tapi juga otak dan hati.38

37 Aep Kusmawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 102. 38 Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yogyakarta: CV Homerian Pustaka, 2009), hal. 8

33

F. Sinopsis Film Munafik.

Film Munafik menceritakan sebuah tragedi seorang Ustadz yang memiliki kemampuan untuk mengusir jin yang mengganggu dan berdiam dalam tubuh seseorang (Ruqyah, Exorcism).

Namun, semejak istrinya meninggal karena sebuah kecelakaan dalam waktu yang belum lama, ia memutuskan berhenti dari praktek Ruqyah, sampai suatu hari seorang gadis bernama

Maria –seorang keturunan keluarga kaya raya di desa Adam– mengalami teror dan gangguan hebat dari mahkluk ghaib. Disaat yang sama, Adam masih berduka akan kepergian istrinya.

Adam merasa belum siap untuk kembali kepada kehidupannya seperti biasa. Namun, keadaan memaksanya kembali menggunakan anugerah Tuhan untuk membantu Maria, mengusir makhluk terkutuk yang bersemayam dalam tubuhnya. Sayang, masalah gadis ini ternyata lebih pelik dari yang dibayangkan. Adam dan orang-orang disekelilingnya mendapatkan teror serupa setelah upaya pertama menyelamatkan Maria dan semakin parah setiap harinya. Akankah Adam berhasil menghentikan teror yang menimpa Maria dan dirinya sendiri.

G. Kerangka Teoritik

Penelitian ini menggunakan kerangka teori kategorisasi pesan dakwah yang dibagi dalam

tiga kelompok besar, masing-masing kelompok diperinci sesuai dengan tema besarnya.

Adapun yang dipakai dalam penelitian ini adalah kategorisasi pesan dakwah menurut Moh. Ali

Aziz, yang mengelompokkan secara garis besar pesan dakwah, sebagai berikut:

1. Aqidah, yang meliputi:

a). Iman kepada Allah

b). Iman kepada malaikat-Nya

c). Iman kepada kitab-kitab-Nya

34

d). Iman kepada rasul-rasul-Nya

e). Iman kepada hari akhir

f). Iman kepada qadha-qadhar

2. Syariah

a. Ibadah (dalam arti khas):

1) Thaharah

2) Sholat

3) Zakat

4) Puasa

5) Haji

b. Muamalah (dalam arti luas) meliputi:

1) Al-Qunumul Khas (hukum perdata)

- Muamalah (hukum niaga)

- Munakahat (hukum nikah)

- Waratsah (hukum waris)

- Dan lain sebagainya

2) Al-Qanumul ’am (hukum publik)

- Hinayah (hukum pidana)

- Khilafah (hukum negara)

- Jihad (hukum perang dan damai)

- Dan lain-lain

3. Akhlak, yaitu meliputi:

a. Akhlak terhadap Khaliq

35

b. Akhlak terhadap makhluk, yang meliputi:

1) Akhlak terhadap manusia

- Diri sendiri

- Keluarga

- Tetangga

- Masyarakat lainnya

2) Akhlak terhadap bukan manusia adalah Flora Dan fauna 39

39 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 94-95.

36

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi yang digunakan untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, dan obyektif terhadap pesan yang tampak dalam film. Tujuan dilakukannya analisis isi dalam film ini adalah : Pertama, untuk menggambarkan isi komunikasi (describing communication content) dengan mengungkap kecenderungan yang ada pada isi komunikasi dalam hal ini melalui film. Kedua, Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan dakwah (testing hypotesis of religious messages characteristic). Sedangkan jenis analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan menggambarkan pesan dakwah yang nampak dalam adegan dan dialog di film “Munafik” dengan cara meringkas atau menyusun data yang diperoleh dari penelitian yang didasarkan pada distribusi nilai variabel dan frekuensi pesan dakwah yang terdapat pada nilai variabel tersebut.

Adapun alasan memilih analisis isi kuantitatif, karena penelitian ini ingin mengetahui pesan dakwah yang tampak dan untuk mengetahui kecenderungan pesan dakwah yang ada dalam film, dengan cara menghitung frekuensi dan persentase masing-masing kategori pesan dakwah yang ada dalam film. Prinsip analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Prinsip sistematik : maksudnya ada perlakuan yang sama pada semua isi yang dianalisis.

Periset tidak menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan minatnya, tetapi keseluruhan

isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

37

2) Prinsip obyektif : hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya.

Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama,

maka hasilnya akan sama.

3) Prinsip kuantitatif : dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan

berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode

deduktif.

4) Prinsip isi yang nyata : maksudnya yang diriset atau yang dianalisis adalah isi yang

tampak (tersurat) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara nanti hasil akhir dari

analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun

semuanya bermula dari analisi terhadap isi yang tampak.

B. Unit Analisis

Unit analisis merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.40

Dalam penelitian ini menggunakan unit tematik, dengan satuan ukurannya adalah semua adegan dan dialog yang ada dalam film “Munafik”.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian.41 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pesan-pesan yang ada pada film “Munafik” yang terdiri dari 18 scene.

40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 143. 41 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). (Jakarta: GP Press, 2008), hal. 69.

38

2. Sampel

42 Sample adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi. dengan merujuk pada keseluruhan pesan dakwah yang ada pada film “Munafik”. Maka sampel dari penelitian ini akan diambil dari hasil populasi 18 scane dalam film munafik, peneliti akan mengambil sampel 16 scene yang mengandung pesan-pesan dakwah dalam film Munafik.

D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penelitian ini dengan 2 cara, yaitu:

1. Data Primer

Penelitian ini diperoleh langsung dengan mengamati tayangan film munafik dalam bentuk

File Video.

2. Data Sekunder

Merupakan data tambahan atau data pelengkap yang sifatnya melengkapi data yang sudah ada, dari penelitian ini adalah Studi kepustakaan , internet, dan sumber data lainnya yang dapat dijadikan sebagai data pelengkap.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini dengan 2 cara, yaitu:

1. Dokumentasi, yakni dengan cara mencari data berupa data-data, catatan, arsip dan foto

sesuai dengan apa yang bisa dijadikan informasi tambahan bagi penelitian ini.

2. Observasi, peneliti mengamati isi pesan atau materi yang ada difilm Munafik, kemudian

peneliti menjadikan ke dalam bentuk transkip data scene yang digunakan sebagai alat bantu

dalam mengamatinya.

42 Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), Hal. 221.

39

F. Teknik Pengolahan Data Tehnik analisis data merupakan suatu metode yang biasa digunakan untuk menganalisa data, atau dengan kata lain merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa

(editing) kemudian pemberian identitas (coding) dan lanjut melakukan proses pembeberan

(tabulating).43

1) Tahap tahap memeriksa (editing), pada tahap ini peneliti melakukan penyeleksian data

dengan cara mengamati dan menyaksikan setiap adegan dan dialog pada film “Munafik”

yang memiliki kandungan pesan dakwah.

2) Tahap pemberian identitas (coding), pada tahap ini peneliti lanjut melakukan penyeleksian

setiap adegan dan dialog pada film “Munafik” yang mengandung pesan dakwah. Kemudian

data yang telah diseleksi tersebut dimasukkan dalam lembar koding yang telah di buat.

Sebelum menganalisa lebih lanjut, untuk memastikan kereliabilitasan dan kevaliditasan data

yang diperoleh. Maka peneliti akan melakukan uji reliabilitas dan uji validitas.

3) Tahap proses pembeberan (tabulatting), pada tahap terakhir ini. Peneliti akan

menginterpretasikan data-data yang telah terkumpulkan dengan menggunakan distribusi

frekuensi, sehingga akan diketahui frekuensi dan presentase bentuk-bentuk pesan dakwah

apa yang terkandung dalam film “Munafik”.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penggunaan perhitungan statistik, peneliti menggunakan tiga tahap tehnik analisis data, yaitu:

1. Uji reliabilitas

43 Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011).h 290.

40

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel

(reliable). Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.44

Dalam uji reliabilitas kategori, peneliti akan menggunakan sistem coding sehingga peneliti dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian peneliti terhadap kandungan pesan dakwah dalam tiap adegan dan dialog di film “Munafik”. Untuk menghitungnya, peneliti akan menggunakan rumus Holsty.9

Rumus Holsty :

2M CR = N 1 + N 2 Keterangan :

CR = Coeficient Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengcoding (juri) dan periset.

N1,N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengcoding (juri) dan periset.

Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategori adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding tidak mencapai 0,75, maka kategori operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan.45

2. Uji validitas

44 Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011).h 160 . 45 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 238.

41

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.46 Untuk menghitung validitas penelitian ini, maka peneliti menggunakan rumus Scott.

Rumus Scott:

Pi = (%Observed Agreement - %Expected Agreement) (1 - % Expected Agreement)

Keterangan:

Pi = Nilai keterandalan Observed Agreement = persentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antarpengkode (yaitu nilai C.R). Expected Agreement = persentase persetujuan yang diharapkan yaitu proporsis dari jumlah pesan dikuadratkan. 3. Distribusi frekuensi

Pada tehnik analisis yang terakhir ini, peneliti menggunakan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan pembagian data ke dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan oleh nilai persentase yang tertinggi dan demikian sebaliknya.47

Selain itu, kegunaan dari lain distribusi frekuensi adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi masing-masing kategori.

46Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011).h 160 . 47 Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011).h 165

42

43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Objek Penelitian a. Gambaran Umum Film Munafik

Munafik adalah sebuah film yang bergenre horror yang diproduksikan oleh Skop

Production.

Gambar 4.1 Logo Skop Production. Sumber : https://ms.wikipedia.org/wiki/Skop_Production_Sdn_Bhd

Skop Productio adalah produsen dan produser film dan Drama di . Didirikan pada tahun 1990 oleh Datuk . dan disutradarai oleh Syamsul Yusof. Film perdana mereka adalah Shadow of Death, Munafik film yang berasil dengan kutipan tertinggi sepanjang zaman dengan kutipan sebanyak RM 19.00 Juta, memecahkan rekor yang sebelum ini dipegang oleh (RM 17.40 juta)48.

Film yang telah diproduksi Skop Production.

a) Shadow of Death (1990)

b) Pemburu bayaran (1993)

c) Sembilu (1994)

48 “Skop Productio”https://ms.wikipedia.org/wiki/Skop_Production_Sdn_Bhd, (diakses pada 03 Oktober 2017).

44

d) Bara (1999)

e) Pasrah (2000)

f) Long Long Fadil (2014)

g) Penghinaan (2016)

Gambar 4.2 poster Film Munafik Sumber:http://gunawansinopsis.blogspot.co.id/2017/03/sinopsis-film-munafik-2016.html b. Profil Film Munafik

Film “Munafik” diproduksi oleh Skop Production yang di sutradarai oleh Syamsul Yusof rilis pada tanggal 26 Februari 2016 yang berkisah mengenai Adam, seorang pengamal perubatan

Islam yang tidak dapat menerima kematian isterinya. Selepas bertemu dengan Maria, peristiwa pelik (rumit) mulai menghantui dirinya. Film Munafik merupakan film lintas genre. Memadukan antara horor, thriller dan struktur whodunit. Film ini juga mengambil isu religius sebagai ruh utama kisahnya. Membangun dunia dalam ceritanya bukan sekularisme. Para karekter di film ini diikat dalam sebuah norma agama yang ketat. Para karakter perempuan memakai jilbab syar’i.

Bukan jilbab feshion modern. Para prianya memakai songkok dan sarung, serta menegakkan

45

shalat. Menjadikan kejahatan di ceritanya sebagai bentuk penyelewengan terhadap kaidah agama dan untuk menghukum juga lewat konsep keagamaan.49

Meskipun film munafik ini konsep sebagai tontonan keluarga, namun akan lebih baik jika anak-anak yang menonton layar lebar tersebut tetap mendapat bimbingan orang tua agar bisa menjelaskan lebih jauh mengenai pendidikan islam, serta pola kehidupan seseorang yang cari makan dengan kopiah dan jubah’ diperlukan agar anak tidak salah paham mengenai nilai pendidikan islam saat ini, seseorang harus waspada terhadap qada’ dan qadar, larangan menggunakan samat, jimat, syirik dan mengerti mengenai bawasannya setiap manusia akan diuji dengan bencana.

Secara keseluruhan, film munafik sangatlah inspiratif karena banyak menampilkan pesan-pesan positif tentang pentingnya percaya mengenai qada’ dan qadar terutama bagi para generasi penerus. Selain itu, munafik seakan menyadarkan kita kalau bawasanya manusia dan jin diciptakan hanya kecuali untuk ibadah kepada Allah swt. c. Struktur Produksi Film Munafik

Tabel 4.1 struktur Produksi Film munafik

Judul Munafik

Durasi 93 menit

Genre Horror

49https://MunafikReviewTakHanyaMenakuti,TapiJugaTentangPenerimaanDiri.html, (diakses pada 03 Oktober 2017)

46

Sutradara Syamsul Yusof

Penulis Skenario Syamsul Yusof

Produser Datuk Yusof Haslam

Produksi Skop Production

Distributor MD Pictures

Tanggal Rilis 25 Februari 2016 (Malaysia) dan 5 Oktober 2016

(Indonesia).

Negara Malaysia

Bahasa Film Melayu, Indonesia

Pemain Syamsul Yusof sebagai (Ustaz Adam)

Nabila Huda sebagai (Maria)

Fizz Fairuz sebagai (Iman)

Sabrina Ali sebagai (Zati)

Pekin Ibrahim sebagai (Fazli)

Datuk sebagai (Rahim)

A. Galak sebagai (Imam Ali)

47

ZarinaZainoordin sebagai (Zulaikha)

Ruzzlan Abdullah Sebagai (Shah)

Izuan Fitri Sebagai (Amir)

Razif Salimin Sebagai (Osman)

Rahim Razali Sebagai (ayah Adam).50

Sumber : data olahan peneliti 2017.

2. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data

a. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini, peneliti menyatakan hipotesis bahwa pesan dakwah yang terdapat dalam film “Munafik” adalah tentang akidah, syariah dan akhlak. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, hasilnya menunjukkan bahwa pesan dakwah dalam film “Munafik” yaitu tentang akidah, syariah dan akhlak dengan persentase masing-masing kategori sebanyak

47,16%; 15,09%; 37,75%.

Dari pemaparan tersebut, maka antara hipotesis dengan hasil analisis data bernilai satu.

b. Analisis Data

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan analisis isi kuantitatif. Sebelum dilakukan analisis terhadap data yang berupa adegan dan dialog dalam film

Munafik melalui distribusi frekuensi, peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas untuk menguji kategorisasi pesan dakwah yang sudah dibuat oleh peneliti.

50 “Sinopsis film munafik” https://www.sinopsis.co.id/munafik, (10 September 2017).

48

Berikut ini merupakan uji reliabilitas, uji validitas dan distribusi frekuensi berdasarkan kategori pesan dakwah

1) Uji reliabilitas

Untuk mengukur uji reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Holsty:

2.M ______CR = = N1 + N2

. Keterangan:

CR = Coeficient Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding (hakim) dan periset.

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset.

a. Kategori akidah

Pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset = 6

Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 6 __2.M__ 2(6) 12 CR = = = = 1 N1 + N2 6 + 6 12

b. Kategori syariah

Pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset = 11

Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 11

2.M ______2(11) 22 CR = = = = 1 N1 + N2 11 + 11 22

49

c. Kategori syariah

Pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset = 6

Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 6

2.M ______2(6) 12 CR = = = = 1 N1 + N2 6 + 6 12

Dengan demikian maka diperoleh nilai untuk pengamatan diatas adalah 1 atau 100%.

Ambang penerimaan yang sering dipakai uji reabilitas kategorisasi adalah 0,75 atau 75%

karena persetujuan antara juri sudah melebihi 75%, maka kategori operasional sudah

spesifik. Artinya kategorisasi yang dibuat sudah mencapai tingkat keterpercayaan.

2). Uji validitas

Untuk menguji validitas data penelitian ini, maka peneliti menggunakan rumus Scott :

Pi = (%Observed Agreement - %Expected Agreement) (1 - % Expected Agreement)

Keterangan:

Pi = Nilai keterandalan

Observed Agreement = persentase persetujuan yang ditemukan dari

pernyataan yang disetujui antarpengkode (yaitu nilai C.R).

Expected Agreement = persentase persetujuan yang diharapkan yaitu

proporsis dari jumlah pesan dikuadratkan.

50

a. Kategori aqidah

Tabel 4.2 Uji Validitas Kategori Aqidah

Proporsis dari Pengkuadratan Kategorisasi Frekuensi Total berita (X) X

1+ 0,56 0,3136 14 1- - - 2+ 0 0 0 2- - - 3+ 0,24 0,0576 6 3- - - 4+ 0,04 0,0016 1 4- - - 5+ 0,08 0,0064 2 5- - - 6+ 2 6- 0,08 0,0064 - Jumlah 25 1 0,3856

Sumber : data olahan peneliti 2017.

Tabel di atas terdiri dari enam kategori. Tanda (+) di atas berarti antarpengkode setuju

(hakim setuju dengan koding pesan yang ditemukan). Tanda (-) berarti hakim tidak setuju

51

dengan koding pesan yang ditemukan. Dari tabel di atas dilihat bahwa terdapat 14 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori satu. Terdapat 6 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori tiga.

Terdapat 1 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori empat. Terdapat 2 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori lima, dan Terdapat 2 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori enam Jadi, perhitungannya ke dalam rumus

Scott:

Pi = (%Observed Agreement - %Expected Agreement) (1 - % Expected Agreement)

= 1 - 0,3856 = 0,6144 = 1 1 - 0,3856 0.6144 b. Kategori Syariah

Tabel 4.3 Uji Validitas Kategori Syariah

Proporsis dari Pengkuadratan Kategorisasi Frekuensi Total berita (X) X

7+ 0,125 0,015625 1 7- - - - 8+ 0,375 0,140625 3 8- - - - 9+ - - - 9- - - -

52

10+ - - - 10- - - - 11+ - - - 11- - - - 12+ - - - 12- - - - 13+ - - - 13- - - - 14+ - - - 14- - - - 15+ 0,25 0,625 2 15- - - - 16+ - - - 16- - - - 17+ 0,25 0.625 2 17- - - - Jumlah 8 1 0,281250

Sumber : data olahan peneliti 2017

Tabel di atas terdiri dari sebelas kategori. Tanda (+) di atas berarti antarpengkode setuju

(hakim setuju dengan koding pesan yang ditemukan). Tanda (-) berarti hakim tidak setuju dengan koding pesan yang ditemukan. Dari tabel di atas dilihat bahwa terdapat 1 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori tujuh. Terdapat

3 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori

53

delapan. Terdapat 2 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke

dalam kategori lima belas. Terdapat 2 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim

untuk dimasukkan ke dalam kategori tujuh belas. Jadi, perhitungannya ke dalam rumus Scott:

Pi = (%Observed Agreement - %Expected Agreement) (1 - % Expected Agreement)

= 1 - 0,281250 = 0,71875 = 1 1 - 0,281250 0,71875 c. Kategori Akhalak

Tabel 4.4 Uji Validitas Kategori Akhalak

Proporsis dari Pengkuadratan Kategorisasi Frekuensi Total berita (X) X

18+ 0,5 0,25 10 18- - - - 19+ - - - 19- - - - 20+ 0,15 0,225 3 20- - - - 21+ 0,2 0,04 4 21- - - - 22+ - - - 22- - - - 23+ 0,15 0,225 3 23- - - -

54

Jumlah 20 1 0,730

Sumber : data olahan peneliti 2017

Tabel di atas terdiri dari enam kategori. Tanda (+) di atas berarti antarpengkode setuju

(hakim setuju dengan koding pesan yang ditemukan). Tanda (-) berarti hakim tidak setuju dengan koding pesan yang ditemukan. Dari tabel di atas dilihat bahwa terdapat 10 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori delapan belas.

Terdapat 3 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori 20. Terdapat 4 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori dua pulu satu. Terdapat 3 adegan dan dialog yang disetujui periset dan hakim untuk dimasukkan ke dalam kategori dua pulu tiga. Jadi, perhitungannya ke dalam rumus Scott:

Pi = (%Observed Agreement - %Expected Agreement) (1 - % Expected Agreement)

= 1 - 0,730 = 0,27 = 1 1 - 0,730 0,27 c. Distribusi frekuensi

1) Kategori aqidah

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Aqidah

No Frekuensi Presentasi

1. 0,56 14 2. 0 - 3. 0,24 6

55

4. 0,04 1 5. 0,08 2 6. 0,08 2 Jumlah 100% 25 Sumber : data olahan peneliti 2017

Dari data di atas diperoleh frekuensi total untuk pesan dakwah kategori akidah adalah 6 kali. Penulisan nomor di atas adalah perwakilan dari bentuk pesan dakwah kategori akidah, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

No. 1 adalah iman kepada Allah. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 14 kali dengan persentase 0,56% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah. Adegan ini terlihat pada menit ke-1 detik ke-50, ketika Adam menuntun isterinya untuk membaca dua kalimat syahadat sebelum syakaratul maut.

Gambar 4.3 Adam Membaca dua kalimat syahadat.

No. 2 adalah iman kepada malaikat. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 1 kali dengan persentase 0,04% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah. Adegan ini terlihat pada menit ke-1 detik ke-45, ketika ketika Ustazd Adam bersaksi kepadamalaikat dengan membaca syahadat.

56

No. 3 adalah iman kepada Kitab-kitab-Nya. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 6 kali dengan persentase 0,24% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah.

Adegan ini terlihat pada menit ke-04 detik ke-07, terlihat mimbar yang di atasnya terdapat

Al-Qur’an Dan Tafsir yang beralas sajadah.

Gambar. 4.4 Al-Qur’an dan tafsir

No. 4 adalah iman kepada Rasul-rasul-Nya. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 1 kali dengan persentase 0,04% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah. Adegan ini terlihat pada menit ke-37 detik ke-09, ketika ketika Ustazd Adam menegaskan kepada isteri pak usman bahwa sesungguhnya Allah memuliahkan anak nabi Adam. Kita semua lebih mulia dari pada jin dan syaitan.

Gambar. 4.5 Adam Menyampaikan keturunan nabi adam adalah yang muliah.

No. 5 adalah iman kepada Hari Akhir. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 2 kali dengan persentase 0,08% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah. Adegan ini

57

terlihat pada menit ke- 07 detik ke-15. ketika Ustaz adam mengatakan kepada amir dengan berziarah kubur kita bisa mengingatkan tentang kematian.

Gambar. 4.6 Adam dan amir Berziarah kubur

No. 6 adalah iman kepada Qada‟ dan Qadar. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 2 kali dengan persentase 0.08% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akidah.

Adegan ini terlihat pada menit ke-6 detik ke-40, ketika Ustaz Adam menasehati amir untuk menerima bahwa ibunya sudah kembali kepada Allah.

Gambar. 4.7 Ikhlas menerima kepergian ibunya

2) Kategori Syariah

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Syariah

No Frekuensi Presentasi

7. 0.125 1 8. 0.375 3

58

9. 0 0 10. 0 0 11. 0 0 12. 0 0 13. 0 0 14. 0 0 15. 0,25 2 16. 0 0 17. 0,25% 2 Jumlah 100% 8 Sumber : data olahan peneliti 2017

Dari data di atas diperoleh frekuensi total untuk pesan dakwah kategori syariah adalah 8 kali. Penulisan nomor di atas adalah perwakilan dari bentuk pesan dakwah kategori syariah, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

No. 7 adalah thaharah. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 1 kali dengan persentase

1.25% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori syariah. Adegan ini terlihat pada menit ke-3 detik ke-58, ketika Ustaz Adam mengambil wudhu.

Gambar. 4.8 Ustaz adam mengambil wudhu.

59

No. 8 adalah sholat. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 3 kali dengan persentase

3,75% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori syariah. Adegan ini terlihat pada menit ke-3 detik ke-36, ketika Imam desa mengerjakan sholat subuh berjamaah di masjid.

Gambar. 4.9 Sholat berjamaah

No. 9 adalah Zakat. Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 10 adalah Puasa. Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 11 adalah Haji. Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 12 adalah muamalah (hukum pidana). Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 13 adalah muamalah (hukum negara). Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 14 adalah muamalah (hukum nikah). Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 15 adalah muamalah (hukum jual beli). Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 1 kali dengan persentase 1,25% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori syariah. Adegan ini terlihat pada menit ke-8 detik ke-05, ketika fazli menawarkan obat depression kepada maria.

Gambar. 4.10 Menawarkan obat depression

60

No. 16 adalah muamalah (hukum waris). Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 17 adalah muamalah (hukum jihad). Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 3 kali

dengan persentase 3,75% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori syariah. Adegan ini

terlihat pada menit ke-33 detik ke-20, Ustaz adam lakukan ruqyah yang sesuai dengan syariat

yang diajarkan rasulullah untuk mengusir jin yang ada didalam tubuh maria.

Gambar 4.11 Ruqyah

3) Kategori akhlak

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori akhlak

No Frekuensi Presentasi

18. 0,5 10 19. 0 - 20. 0,15 3 21. 0,2 4 22. - - 23. 0,15 3 Jumlah 100% 20 Sumber : data olahan peneliti 2017

61

Dari data di atas diperoleh frekuensi total untuk pesan dakwah kategori akhlak adalah 20 kali. Penulisan nomor di atas adalah perwakilan dari bentuk pesan dakwah kategori akhlak, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

No. 18 adalah akhlak terhadap Allah. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 10 kali dengan persentase 50 % dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akhlak. Adegan ini terlihat pada menit ke-32 detik ke-05, ketika Ustaz Adam berdzikir “Subhanaallah

Walhamdulillah Wala Ilaha Illallah” untuk menghusir Jin.

Gambar 4.12 Berzikir

No. 19 adalah akhlak terhadap diri sendiri. Pesan dakwah ini tidak ada sama sekali.

No. 20 adalah akhlak terhadap keluarga. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 7 kali dengan persentase 35% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akhlak. Adegan ini terlihat pada menit ke-5 detik ke-50, Adam memeluk Amir, sambil menasehatinya.

Gambar 4.13 Adam memeluk Amir

62

No. 21 adalah akhlak terhadap lingkungan. Bentuk pesan dakwah ini muncul sebanyak 3 kali dengan persentase 15% dari keseluruhan jumlah pesan dakwah kategori akhlak. Adegan ini terlihat pada menit ke-7 detik ke-30, ketika sham membersikah dan merapikan rumput yang ada di pemakaman.

Gambar 4.14 Merapikan rumput yang ada di pemakaman

Secara keseluruhan data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.8 Frekuensi Total Kategorisasi Pesan Frekuensi Total Presentase Dakwah

Aqidah 25 47,16

Syariah 8 15,09

Akhlak 20 37,75

Jumlah 53 100%

Sumber : data olahan peneliti 2017

Dari data di atas diperoleh frekuensi keseluruhan sebanyak 53 kali, dengan 3 kategori pesan dakwah. Frekuensi tertinggi terdapat pada kategori Aqidah sebanyak 25 kali dengan persentase 47,16%. Sedangkan kategori akhlak mempunyai frekuensi sebanyak 20 kali

63

dengan persentase 37,75%. Kategori syariah dengan frekuensi sebanyak 8 kali dan persentase

15,09%.

B. PEMBAHASAN

Pesan dakwah dalam film “Munafik”, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini meliputi pesan dakwah tentang aqidah, syariah dan akhlak. Sedangkan pesan dakwah yang mendominasi dalam film “Munafik” adalah kategori aqidah. Berdasarkan hipotesis yang diajukan, peneliti juga menyatakan bahwa pesan dakwah yang terdapat dalam film “Munafik” yaitu tentang aqidah, syariah dan akhlak. Sedangkan pesan dakwah yang mendominasi adalah kategori Aqidah.

Adapun alasan peneliti mengajukan hipotesis tersebut, karena berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan peneliti terhadap film “Munafik” menunjukkan terdapat adegan- adegan yang memperlihatkan bahwa adegan tersebut termasuk dalam pesan dakwah kategori aqidah, syariah dan akhlak. Tapi pesan dakwah yang lebih banyak mendominasi dalam film ini adalah aqidah. Salah satu contoh peneliti mengungkapkan hipotesis tersebut, di antaranya terdapat adegan dimana diperlihatkan kitab suci al-Qur’an dan taqsir yang diletakkan diatas mimbar, yang termasuk dalam pesan dakwah kategori aqidah. Terdapat juga adegan yang di dalamnya terkandung pesan dakwah tentang syariah, yakni ketika berbondong-bondong kemasjid untuk melaksanakan sholat subuh secara berjamaah. Selain itu, terdapat juga adegan ketika sang Imam Ali memberikan pencerahan kepada ustaz Adam tentang dua perkara yang mesti kita hadapi didunia ini Yang pertama musibah dan yang kedua hikma. sebagai manusia kita perluh rhido karna segala jawaban terkandung dalam Al Qur’an dan Allah sudah berfirman yang dia tidak akan bebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Dari

64

penjelasan itu adam tetap tidak menerima. Kemudian sang imam menyatakan minta lah pertolongan kepada Allah untuk lapangkan dada dan tenangkan hati.

Sedangkan alasan peneliti menyatakan bahwa kategori aqidah lebih mendominasi dalam film ini, karena banyak adegan dan dialog yang menampilkan tentang mentauhidkan Allah swt. Salah satunya ketika Adam menuntun istrinya untuk menyebut dua kalimat syahadat menjelang akhir hidupnya. dijelaskan Bahwa sanya Dua kalimat syahadat merupakan kalimat bersaksi kepada

Allah bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah Rasulullah, kemudian terdapat seseorang yang mengimani dan mengamalkan isi kitab-kitab Allah swt, dan juga Dari hasil data Frekuensi tertinggi terdapat pada kategori aqidah sebanyak 25 kali dengan persentase

47,16%. Sedangkan kategori akhlak mempunyai frekuensi sebanyak 20 kali dengan persentase

37,75%. Kategori syariah dengan frekuensi sebanyak 8 kali dan persentase 15,09%. Dari sini dapat dinyatakan bahwa pesan dakwah yang paling dominan adalah kategori aqidah.

65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Melalui metode serta teori yang digunakan dalam analisis film Munafik ini didapatkan

sebuah temuan yang berupa pesan dakwah dari film tersebut, antara lain , Pesan dakwah

tentang masalah keimanan (Aqidah), seperti iman kepada Allah, iman kepada malaikat,

iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul, iman kepada hari akhir, dan Qada

& Qadar, Pesan dakwah tentang masalah keislaman (Syariah ), seperti ibadah Thaharah,

Sholat, Zakat, Puasa, Haji, Pesan dakwah tentang masalah budi perkerti (Akhlak), seperti

Akhlak terhadap Khaliq, Akhlak terhadap makhluk.

2. Dari hasil analisis data menggunakan distribusi frekuensi, ditemukan pesan dakwah yang

sering muncul atau dominan dalam film “Munafik” adalah pesan dakwah kategori Aqidah,

dengan preentase 47,16% sub kategori yang muncul meliputi iman kepada Allah, iman

kepada kitab-kitab Allah,iman kepada Rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, iman

kepada Qada dan qadar. sebanyak 0,56%; 0,24%; 0,04%; 0,08%; 0,08%. Kategori ini

mendominasi karena secara umum film “Munafik” menceritakan tentang perjuangan Ustadz

Adam yang mendapatkan tugas untuk meruqyahi maria ditengah ia mendapat ujian untuk

menerima Qada dan Qadar atas kepergian istri dan anak semata wayangnya.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti melihat Film Munafik terbilang sangat kreatif dan efektif. Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam film munafik terdapat pesan-pesan dakwah yang diselipkan sehingga menjadi trend media dakwah saat ini. Ada pun pesan dakwah yang digambarkan dalam film munafik ini kategori aqidah, syariah, dan akhalak,

66

namun dari ketiga kategori itu pesan dakwah yang paling dominan muncul yaitu kategori aqidah dengan presentasi 47,16 %.

Penyampaian dakwah dalam film ini sangatlah efektif sehingga dapat mudah ditangkap dan dipahami oleh khalayak. Walaupun demikian, ada beberapa upaya yang penulis rekomendasikan untuk lembaga dakwah agar dapat mengoptimalkan penyebaran dakwah melalui media film, sebagai berikut:

1. Bagi lembaga dakwah khususnya yang bergerak di bidang film dan sejenisnya, agar bisa

menciptakan karya yang setidaknya sama dengan kualitas film ini. Tentu sebaiknya film

tersebut tidak memperbanyak bumbu-bumbunya, namun lebih fokus terhadap pesan dakwah

yang akan disampaikan.

2. Rekomendasi untuk penelitian berikutnya agar dapat diteliti lebih dalam lagi, misalnya

masalah yang terkait dengan simbol atau penggunaan pendekatan semiotika kualitatif dalam

film “Munafik”.

67

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar, Strategi Komunikasi, (Bandung: Armico, 1982) Abdullah, Ma’ruf. Metodologi Penelitian Kuantitatif.(Yogyakarta:CV.Aswaja Pressindo.2011) Aan ,Munawar Syamsudin, Metode Riset Kuantitatif Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013 Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997) Arifin, Anwar, Sistem Komunikasi Indonesia…, Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009) Cangara ,Hafied,Pangantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada,2014. Dermawan, Andy, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 2002) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Dhomairiyah, Utsman Jum’ah Ad ,Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, 9 (Maktabah As Sawaadi At Tauzi’, Cet 1; 1425 H, Jeddah) Eriyanto, Analisis isi : pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011) Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistk. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Hidajat, M.S., Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006). Jalālud-Din As-Sayūti, Ad-Dībāj Fī Sărh Muslim Ben Al-Hajjāj, (Lebanon: Dar Alkotob Al-Ilmiyah, 2006). Krippendorf, Klaus. Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metodologi. (Jakarta:Rajawali.1991). Komala, Lukiati, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses Dan Konteks”(Bandung:Widya Padjajaran, 2009). Mulyana, Deddy, Ilmu komunikasi; suatu pengantar (Bandung: Remaja Rosdakaraya,2009). McQuail, Danis. Teori Komunikasi Massa Buku I Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. 2011. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003). Sambas, Syukriadi, Kominikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Prees, 2004). Sutinah, Bagong Suyanto, Berbagai Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendapat. Jakarta : Prenada Media, 2005.

68

Siti Karlinah, Andranto, Elvinaro, Lukiati Komala dan, Komunikasi Massa Suatu Pengantar(Bandung:Refika Offset,2007) Suparmoko, M, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: BPFE, 1995) Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) Wahyu Ilaihi, M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009). http://www.pusatsinopsis.com/2016/10/1/MUNAFIK-2016.html, diakses pada tanggal 01 oktober 2016 http://www.scribd.com/doc/6067791/Analisis-Isi diakses tanggal 11 Januari 2017 Massofa.wordpress, Metode-Analisi-Isi-Reliabilitas-Dan-Validitas-Dalam-Metode- Penelitian Komunikasi, 28 januari 2008, (http://massofa.wordpress.com/ diakses11 Januari 2017) Film munafik ( http://www.pusatsinopsis.com/2016/10/MUNAFIK-2016.html diakses pada tanggal 15 februari 2017 )

69

LAMPIRAN

70

Lampiran Hasil Rekapitulasi Antar Juri

Keterangan Kategori Coder Coder Tidak Setuju pesan 1 2 Setuju (S) (TS) Iman kepada allah 14 14 1 0 Iman kepada malaikat - - 1

Iman kepada kitab-kitab Allah 6 6 1 Aqidah Iman kepada Rasul-rasul Allah 1 1 1 Iman kepada hari kiamat 2 2 1

Iman kepada qada dan qadar 2 2 1 Ibadah- tharah 1 1 1 - Sholat 3 3 1 - Zakat - - 1 - Puasa - - 1 - Haji - - 1 Muamalah (Hukum) pidana - - 1 Syariah Muamalah (Hukum) Negara - - 1

Muamalah (Hukum) nikah - - 1 Muamalah (Hukum) jual beli 1 1 1 Muamalah (Hukum) waris - - 1 Muamalah (Hukum) jihad 3 3 1 Terhadap Allah 10 10 1 Terhadap Diri sendiri - - 1 Terhadap sesama keluarga 3 3 1 Akhalak Terhadap orang lain 4 4 1 Terhadap hewan - - 1 Terhadap lingkungan 3 3 1 Total setuju dan beda 23 0

71

Lampiran Lembar Codding

Kategori

pesan Menit Pesan Dakwah Dalam Film Munafik

01:50 Dua kalimat Syahadat

06:20 Adam mengatakan bahwa Semua orang hanya milik allah,suatu hari nanti kita akan kembali kepada allah.

Asman mengatakan Jangan pernah tinggalkan masjid, Aqidah Iman kepada allah 10:26 karna tidak ada tempat yang menjaminkan ketenangan selain rumah allah.

Maria membuat catatan mengenai firman Allah dalam 12:11 surat father ayat 6 dan surat ya-sin : 60

13:34 Maria menjeritkan Allahuakbar

29:46 Adam tidak sia-siakan kelebihan yang diberikan Allah

72

Swt.

Imam Ali mengatakan yakin dan pegang rapat-rapat 37:22 pada semua firman dan sunnah Allah swt.

37:30 Adam berserah diri kepada allah

Adam selalu ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan 38:00 setelah melakukan Ruqyah.

43:39 Ibu teri maria yang jujur atas kerisauan yang dirasakan.

51:37 Ustaz adam memohon perlindungan kepada Allah Swt. 61:40 Sifat Adam yang kuat memelihara amanah dan menepati janji 86:10 Adam tidak meragukan pertolongan Allah Swt.

87:55 akhirnya adam ikhlas atas kepergian istri dan anaknya.

Iman kepada malaikat ______04:07 Al-Qur’an yang diletakkan diatas mimbar.

Iman kepada kitab-kitab Allah Imam desa mengatakan tetaplah berpegangteguh 15:26 kepada al Qur an karna segala jawaban ada didalam al- Qur’ an.

73

27:55 Gambaran kitab suci Al Qur’an yang beralas sajadah. 28:32 Ibu tiri maria mengambil Al Qur’an yang diletakkan dilantai. 62:52 Maria memeluk Al Qur’an.

91:14 Amir belajar mengaji bersama zulaika. Ustaz Adam menegaskan bahwa manusia tak perlu takut Iman kepada Rasul-rasul Allah 37:09 pada iblis. Sesungguhnya anak-anak Adam lebih muliah dari pada iblis.

07:15 Jangan lupa berziarah kubur, dengan berziarahi kubur Iman kepada hari kiamat dapat mengingatkan kita dengan kematian.

35:23 Keturunan iblis yang akan muncul Dajjal

6:40 Harus menerima kematian ibunya

Iman kepada qada dan qadar Imam Ali mengakhiri percakapannya dengan 16:14 mengatakan Insya’allah.

Ibadah- tharah 3:58 Wudhu Syariah Sholat berjamaah. - Sholat 3:36

74

27:05 Maria melaksanakan Sholat.

74:55 Ayah Adam yang melakukan Sholat.

- Zakat ------

- Puasa - -

- Haji - -

Muamalah (Hukum) pidana - -

Muamalah (Hukum) negara - -

Muamalah (Hukum) nikah - -

Muamalah (Hukum) jual beli 08:05 Menawarkan obat depression

Muamalah (Hukum) waris - - Adam kembali melakukan Ruqyah terhadap warga 30:35 kampung yang kenak gangguan jin.

Muamalah (Hukum) jihad 49:46 Ustaz Adam melakukan Ruqyah maria Ustaz adam berjihad dijalan Allah dengan melawan 83:50 orang kafir.

75

Imam desa menasehati adam dengan firman allah, 15:32 bahwa sanya allah tidak akan membebankan seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupannya. Mintalah pertolongan kepada allah, lapangkan dada dan tenangkan hati.

Imam desa menyuruh adam untuk memaafkan orang 15:44 yang membuat adam celaka.

Zulaikan merindukan keindahan surga ciptaan Allah 24:40 Swt.

Maria bertawakal dengan menyebut Allahuakbar 28:00 Akhalak Terhadap Allah berulang kali. . Maria melakukan sholat fardu dan sholat malam untuk 31:50 menyembah dan Mengagungkan Allah.

Ustaz Adam berdzikir “Subhanaallah Walhamdulillah 32:08 Wala Ilaha Illallah” untuk menghusir Jin.

Adam memiliki keyakinan yang kuat terhadap allah 33:45 Swt.

Asman mengucapkan Lahaula Wala Quwata Illa 35:58 Billahil Aliyil Adzim ketika melihat maria memuntahkan paku.

76

91:20 Adam memohon ampun kepada Allah Swt.

Terhadap Diri sendiri - - 05:50 Adam memeluk amir sambil menasehatinya. Terhadap Sesama keluarga 25:55 Ayah adam bersilah turahmi kerumah adam.

88:30 Ayah adam menolong Adam Terhadap sesame orang lain 09:11 Menolong istri sham

10:25 Azman Silaturahmi kerumah adam

14:55 Imam desa memberikan pencerahan terhadap adam

79:40 Ustas Adam menolong maria yang diculik oleh jin.

Terhadap sesame hewan ------

07:30 Membersihkan tempat ziarah kubur Azman,adam dan imam ali membersikan gangguan jin Terhadap lingkungan 36:47 dirumah maria.

87:35 Ustaz adam yang berasil membersihkan ganguan jin didesanya.

77

Riwayat Penulias

Muh. Reski Pangestu lahir di mangkutana Provinsi Sulawesi Selatan Pada Tanggal 4 Juli 1994, anak ke 4 dari 4 bersodara dari pasangan Suami Istri, Cornelius M dengan Ririn Erwandari. Tempat tinggal saat ini di komp Bung permai kecamata tamalandrea kota Makassar.

Pedidikan formal yang pernah ditempuh, antara lain SD Sidotepung 160 pada tahun 2001 sampai 2007, kemudian di SMP Negeri 1 Mangkutana hingga tahun 2010, kemudian di SMA 4 Luwu Timur tahun 2010 hingga tahun 2013, dan S1 Ilmu Komunikasi di Fakultas Dakwa dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2013 sampai tahun 2017.

Pendidikan Non- formal pernah mengikuti berbagai macam organisasi sekolah intra maupun ekstra dan organisasi kampus. Pernah pula mengikuti berbagai macam pelatihan pengembangan diri sejak pendidikan SMA hingga Kuliah.