Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 1

PENAMAAN DESA DAN DUSUN DI KECAMATAN WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO (KAJIAN ETIMOLOGI DAN SEMANTIK)

THE NAMING OF VILLAGE IN THE WRINGIN SUBDISTRICT BONDOWOSO REGENSY (STUDY OF ETYMOLOGY AND SEMANTICS)

Esi Emalisa, Kusnadi, Ali Badrudin Jurusan Sastra , Fakultas Sastra, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research is purpose to describe the backround of the villages name, derivation of villages name and the meaning of villages name in the subdistrict wringin bondowoso . The research is practicable in three steps, first is preparing data, second is processing data and the third is presentation of data. preparing data is collecting data that require by observation technique and depth interview. The result of observation technique is documentation data and the result of dept interview technique is information about the research. Analysing data is doing by analyse data use padan referencial technique to answer the problems of the research. Presentation of data doing by present the result of the research by formal method and informal method. The of the villages that use as sample is in the subdistrict wringin, . Based on the analysing data that done, can be conclude that names of the village and hamlet in the wringin subdistrict, bondowoso regency that formed as infinitive, affixes, reduplication words and phrase. Consider from etimology, all names of the vilage has derivation that clasified by nature element, thing element based on the process of develop, based on the pray and hope and the sircumstances. Key words: village name and hamlet, etimology, semantic.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan latar belakang bentuk nama desa, asal-usul nama desa dan makna nama desa di Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil penelitian. Penyediaan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Teknik observasi menghasilkan data dokumentasi di lapangan dan teknik wawancara mendalam menghasilkan informasi terkait yang dibutuhkan dalam penelitian. Tahap analisis data dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh menggunakan teknik padan refrensial untuk menjawab permasalahan penelitian. Tahap penyajian data dilakukan dengan menyajikan hasil penelitian dengan metode formal dan informal. Nama desa yang digunakan sebagai sampel berada di bawah Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso. Berdasakan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Nama-nama Desa dan Dusun di Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso ada yang berbentuk kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan frasa. Ditinjau dari segi etimologi semua mempunyai asal-usul yang diklasifikasikan berdasarkan unsur alam, unsur benda, berdasarkan proses Berdirinya, berdasarkan doa dan harapan, dan berdasarkan keadaan. Kata kunci: nama desa dan dusun, etimologi, semantik.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 2

1. PENDAHULUAN Dictionary, istilah toponym pertama kali muncul Pernyataan behind the name is a long history dalam bahasa Ingrris pada tahun 1876 (Santosa of settlement berarti ‘dibalik nama ada sejarah dalam Basuki dan Marwati, 20014:208). panjang peradapan manusia’. Manusia memberi Toponimi atau nama tempat merupakan sebutan nama lingkungannya sejak manusia berbudaya dan yang diberikan kepada unsur rupabumi berupa menetap di suatu tempat di bumi Rais (dalam tulisan di peta atau papan nama petunjuk jalan Basuki dan Marwati, 2014:208). Nama-nama atau lokasi suatu tempat serta sebagi informasi gunung, sungai, bukit, jalan, nama diri, tempat ruang geografi tertentu. Toponimi merupakan usaha, dan bahkan nama suatu desa diberikan ilmu yang mempelajari nama tempat (toponim), untuk acuan masyarakat itu sendiri, dengan kata mulai dari asal usul, arti, makna, penggunaan, dan lain tidak ada nama yang tidak memiliki arti atau tipologinya (Basuki dan Marwati, 2014:208). sejarah. Nama-nama yang ada disekitar sering kita Dalam kehidupan seringkali manusia, tentu abaikan maknanya atau sering mengabaikan arti saja termasuk kita, sukar memberi nama-nama dari nama itu sendri, padahal nama yang sering atau label-label terhadap benda-benda atau dipakai setiap hari atau yang sering diucapakan peristiwa-peristiwa yang ada di sekelilingnya setiap saat sangat bermakna dan dapat ditelusuri karena terlalu banyaknya dan sangat beragamnya asal muasal nama itu diberikan. Setiap nama benda-benda atau peristiwa-peristiwa tersebut. dalam masyarakat punya makna tertentu, sehingga Oleh karena itu, lahirlah nama kelompok dari nama-nama desa, dusun, nama diri, gunung, benda atau hal yang berjenis-jenis itu, misalnya sungai tersebut muncul. nama binatang, nama tumbuh-tumbuhan, nama Nama sebagai lambang bersifat arbitrer. Akan buah-buahan, dan sebagainya. Yang dinamai tetapi, masih dapat ditelusuri sebab-sebab atau rumput, misalnya, adalah sejenis tumbuhan hal-hal yang melatarbelakangi. Istilah nama sering rendah, yang meliputi beratus mungkin beribu- diartikan sebagai kata sebutan yang dijadikan ribu spesies. Mungkin kita tahu nama pohon identitas seseorang untuk memanggil atau seperti durian, salak, mangga, atau pisang; tetapi menyebut suatu barang agar berbeda dengan orang pergilah ke hutan atau ke kebun raya, pasti masih lain. Pemberian nama orang biasanya disertai lebih banyak jenis pohon yang namanya tidak harapan atau doa orang tua untuk anaknya. anda kenal. Pemberian nama tempat berhubungan dengan Arti Nama desa dan dusun tidak banyak peristiwa atau kejadian yang mengiringi penamaan diketahui oleh masyarakat karena faktor yang suatu daerah, hal-hal yang dianggap aneh, dan melatarbelangi perubahan sosial. Salah satu faktor orang yang menjadi cikal bakal (Basuki dan tersebut adalah kurangnya keingintahuan tentang Marwati, 2014:208). sejarah penamaan desa. Nama desa dan dusun Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan tersebut merupakan bentuk warisan nenek moyang bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri atau orang kuno yang seharusnya tetap dijaga dan khas atau yang menonjol dari benda itu yang dilestarikan dari generasi ke generasi. Berdasarkan sudah diketahui secara umum. Misalnya, pada batasan-batasan mengenai penamaan desa dan tahun enam puluhan saat ada yang orang dusun masuk dalam kajian etimologi semantik mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak karena mengkaji tentang asal usul nama-nama ada kata sudirmannya”, maka kata sudirman yang desa dan dusun yang ada di Kecamatan Wringin, dimaksud adalah karena pada waktu itu uang Kabupaten Bondowoso. bergambar Jenderal Sudirman. Sekarang mungkin Semantik adalah ilmu makna, membicarakan dikatakan orang tidak ada kartininya sebab uang makna, bagaimana mula adanya makna sesuatu kertas sekarang bergambar R. A Kartini (lembaran (misalnya: sejarah kata, dalam arti bagaimana kata sepuluh ribu) (Chaer, 1994:46). itu muncul), bagaimana perkembangannya, dan Penamaan suatu tempat yang kemudian disebut mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah sebagai ‘toponim’ menjadi suatu bentuk hubungan bahasa (Slametmuljana dalam Djajasudarma khusus antara manusia dan tempat tersebut. 1993:14). Meskipun sejak awal manusia berkediaman sudah Menurut Chaer (1994: 13) etimologi adalah menamai tempatnya, menurut Oxford English studi tentang asal-usul kata, perubahan kata, dan

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 3 perubahan makna. Pembelajaran tentang etimologi dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat yang juga merupakan cabang ilmu dari linguistik. dipakai (Sudaryanto, 1988:62). Penelitian Beberapa kata yang telah diambil dari bahasa lain, deskriptif ini menyajikan gambaran mengenai kemungkinan dalam bentuk yang telah diubah bentuk dan makna nama-nama desa dan dusun di (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah Kecamatan Wringin. Dengan metode ini tua dan perbandingan bahasa lain, etimologis dikumpulkan data-data dari objek yang telah merekontruksi asal usul suatu kata dalam suatu ditentukan, kemudian dikemukakan apa adanya. bahasa, dari sumber apa, dan bagaimana bentuk Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni dan arti dari kata tersebut berubah. Berdasarkan tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan uraian tersebut di atas dapat ditarik rumusan tahap penyajian hasil penelitian. Penyediaan data masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: dilakukan dengan mengumpulkan data yang 1.Bagaimana bentuk nama desa dan dusun di dibutuhkan dengan teknik observasi dan Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso? wawancara mendalam.Observasi dilakukan 2.Bagaimana sistem penamaan desa dan dusun di dengan pengamatan dan pencatatan yang Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso? sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Moleong (1994:175) mengatakan bahwa 2. METODE PENELITIAN pengamatan langsung dilakukan untuk Metode penelitian merupakan alat, prosedur, mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi dan teknik yang dipilih untuk melaksanakan motif, kepercayaan, perhatian,perilaku tak sadar, penelitian dalam pengumpulan data kebiasaan, sehingga peneliti dapat melihat dunia (Djajasudarma, 1993:4). Metode merupakan yang dilihat informan serta dapat merasakan apa prosedur penelitian yang ruang lingkupnya lebih yang dialami dan dirasakan informasi sehingga luas daripada teknik. Oleh karena itu, dapat peneliti bisa menjadi sumber data. Namun, dalam dipahami jika sebuah metode terdiri atas beberapa hal ini penelitian tidak menggunakan jenis teknik. observasi partisipan karena peneliti hanya Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengamati saja dan tidak ikut serta dalam adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor kegiatan yang dilakukan informan. (dalam Moelong, 2001:3) menyatakan bahwa Selain itu, digunakan alat bantu untuk metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang kelancaran pengamatan, yaitu dengan teknik menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata rekam, foto, dan teknik catat. Menurut Sudaryanto tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku (1993:135), teknik rekam dilakukan dengan yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merekam seluruh jawaban atas pertanyaan yang melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada diberikan oleh peneliti. Kemudian dilakukan konteks dari suatu keutuhan. Peneliti atau dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan, yakni bantuan orang lain merupakan alat pengumpul mencatat semua informasi yang diberikan oleh data utama. Motode kualitatif merupakan prosedur informan. Selanjutnya metode yang digunakan yang menghasilkan data deskriptif berupa data dalam penyediaan data adalah metode wawancara tertulis atau lisan dimasyarakat bahasa. Penelitian mendalam. Wawancara mendalam merupakan kualitatif disebut juga sebagai penelitian metode yang digunakan untuk menggali naturalistik, alamiah, studi kasus, dan penelitian pandangan antarpersepsi informan tentang objek deskriptif. penelitian terhadap pedoman wawancara sesuai Metode deskriptif adalah metode penelitian dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan (Mukhtar, 2013:118). Jika dalam proses fakta yang ada atau fenomena yang memang wawancara mendalam terdapat informasi yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, patut digali lebih lanjut, peneliti akan meminta sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa informan menjelaskannya pada saat wawancara wujud bahasa seperti apa adanya. Metode berlangsung atau di waktu lain, kegitan itu disebut deskriptif tidak mempertimbangkan benar probing. Teknik observasi menghasilkan data salahnya penggunaan bahasa oleh penutur- dokumentasi di lapangan dan teknik wawancara penuturnya dan metode sebagai cara kerja harus

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 4 mendalam menghasilkan informasi terkait yang Masyarakatsuku Jawa memutuskan untuk dibutuhkan dalam penelitian. memberi nama daerah tersebut adalah Tahap analisis data dilakukan dengan jambewungu. Jadi, makna dari nama Desa menganalisis data yang diperoleh menggunakan Jambewungu adalah kekhasan pohon jambewungu teknik padan refrensial untuk menjawab yang menjadi ciri khas atau penanda dari desa itu. permasalahan penelitian. Metode padan merupakan metode yang menggunakan alat 3. PEMBAHASAN penentu diluar, terlepas, dan tidak menjadi bagian 3.1 Bentuk-bentuk Nama Desa dan Dusun dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: A. Bentuk-betuk Nama Desa dan Dusun berupa 13). Menurut Mahsun (2005:117) padan kata Monomorfemis merupakan kata yang bersinonim dengan kata Desa Wringin [wriŋin] merupakan bahasa banding dan sesuatu yang dibandingkan jawa tetapi orang madura mengatakan Bringin mengandung makna adanya keterhubungan [briŋƐn] berasal dari kata benda yang artinya sehingga padan di sini diartikan sebagai hal pohon besar yang tingginya bisa mencapai antara menghubungbandingkan. Metode padan 20 sampai 35 m, berakar tunggang, dari cabang- digunakan untuk mengetahui apakah unsur cabangnya keluar akar gantung, daunnya kecil serapan dalam penamaan desa dan dusun berasal berbentuk bulat telur meruncing ke ujung dan dari bahasa Madura, bahasa Jawa atau bahasa rimbun (KBBI, 2009:87). Desa Wringin Indonesia. bermakna pohon wringin yang sangat besar. Nama Metode padan dapat dibedakan macamnya “Wringin” juga memiliki makna pada masyarakat paling tidak menjadi lima sub-jenis berdasarkan wringin, makna nama Wringin untuk masyarakat alat penentu yang dimaksud. Sub-jenis yang adalah doa, agar usia daerah wringin selalu pertama, alat penentunya ialah kenyataan yang panjang dan makmur seperti pohon wringin. ditunjuk oleh bahasa atau acuan bahasa; sub-jenis Desa Gubrih[gubr∂](bahasa Madura) berasal yang kedua, alat penentunya organ pembentuk dari kata sifat yang artinya “dibinasakan”. Desa bahasa atau organ wicara; dan sub-jenis yang Gubrih bermakna dibinasakan atau dihabiskan. ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut alat Nama Gubrih juga memiliki makna pada penentunya bahasa lain atau langue lain, perekam masyarakatnya, yaitu selalu menjunjug tinggi dan pengawet bahasa (yaitu tulisan), serta orang harga diri sampai mati. yang menjadi mitra wicara (Sudaryanto, 1993:13). Desa Bukor [bukϽr] berasal dari kata “bakor” Metode padan yang digunakan dalam peneliti [bakϽr] (bahasa Madura) merupakan kata benda ini adalah metode padan referensial dengan yang artinya sejenis mangkok tapi ukurannya menggunakan alat penentu kenyataan yang besar dan terbuat dari Mas alami. Desa Bukor ditunjuk oleh bahasa atau referent. Misalnya, bermakna sejenis mangkok besar terbuat dari Mas. nama Desa Jambe Wungu [dibuŋuh] merupakan Nama “Bukor” juga memiliki makna pada bentuk frasa yang terdiri atas kata dasarjambe masyarakatnya, yaitu nasehat Raden Wirowongso, [jamb∂] yang artinya pohon pinang (KBJ, yang berisi “apapun yang menjadi milik kita, kita 2012:78) dan kata dasar wungu [wuŋu] yang tidak boleh mengambil sembarangan meskipun artinya warna ungu (bahasa Jawa). Desa kebetulan menemukannya. Jambewungu merupakan salah satu desa di Desa Glingseran[gliŋsƐran] berasal dari kata Kecamatan Wringin, berbatasan dengan Desa “Klenceran” [kl∂ncƐran] (bahasa Madura). Kata Jatisari.Menurut cerita rakyat, dahulu kala ada Klenceran mengalami perubahan dalam BM yang pengembara dari suku Jawa berhenti di Daerah kemudian berubah menjadi Glingseran (nama Jambewungu yang merupakan hutan yang resmi). Klenceran merupakan kata kerja yang dipenuhi oleh pohon pinang yang berwarna ungu. artinya jalan-jalan. Desa Glingseran bermakna Masyarakatsuku Jawamenetap di hutan jambe klenceran yang artinya tempat yang cocok untuk tersebut dan memanfaatkan pohon pinang yang jalan-jalan. Nama “Glingseran” juga memiliki berwarna ungu sebagai obat tradisional. Bukan makna pada masyarakatnya, yaitu penanda bahwa hanya obat tradisional, mereka juga memanfaatkan di desa tersebut banyak situs peninggalan buah pinang tersebut sebagai cemilan sehari-hari. purbakala yang saat ini masih tetap dilestarikan.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 5

Dusun Kokap[kokap] (bahasa Madura) masyarakat agar pohon rotan tersebut bisa berasal dari kata benda yang artinya pohon besar mengubah perekonomian masyarakat setempat. sejenis pohon nangka tapi getah pohon kokap Dusun TOmangan[tϽmaŋan] dari kata dasar sering digunakan untuk perangkap burung. Dusun “tomang” [tϽmaŋ] yang artinya tungku= batu dsb Kokap bermakna pohon kokap. Nama “Kokap” yang dipasang untuk perapian atau tempat juga memiki makna pada masyarakatnya, yaitu ciri tumpuan periuk waktu memasak, bahan bakarnya khas daerah tersebut yang memiliki banyak pohon dari kayu-kayu (KLBMI, 2009:718) mendapat kokap dan sangat bermanfaat untuk masyarakat sufiks -an. Dusun Tomangan bermakna tungku setempat. yang terbuat dari batu. Nama “Tomangan” juga Dusun Palongan[palϽŋan] (bahasa Madura) memiki makna pada masyarakatnya, yaitu ciri berasal dari kata benda yang artinya lumpung kayu khas dari daerah tersebut yang mayoritas panjang untuk menumbuk padi. Dusun Palongan masyarakatnya memanfaatkan batu alam untuk bermakna sumber air yang mirip dengan lesung kebutuhan hidup sehari-hari. untuk menumbuk padi. Nama “Palongan” juga Dusun Dadapan[dh∂dh∂b∂n] dari kata dasar memiliki makna pada masyarakatnya, yaitu ciri “dadap” [dh∂dh∂p] yang artinya tak nganaleh atau khas dan keunikan sumber air palongan menjadi rabun (bahasa Madura) mendapat sufiks -an. penanda dari daerah tersebut. Dusun Dadapan bermakna rabun. Nama B. Bentuk-bentuk Nama Desa dan Dusun “Dadapan” juga memiliki makna pada Polimorfemis masyarakatnya, yaitu mayoritas masyarakat tidak 1) Kata Berimbuhan bisa baca tulis serta membedakan warna. Dusun Palinggian[paliŋgiyan] merupakana Dusun Semampir[s∂mampir] atau orang bahasa Jawatetapi orang madura mengatakan madura mengatakan Semamper [s∂mampƐr]dari Plenggien[plƐŋgiyƐn] dari kata dasar “linggih” kata dasar “mampir” [mamper] yang artinya [liŋgih] yang artinya tempat duduk (KLBMI, singgah (KBBI, 2005:707) mendapat prefiks se-. 2009:2) mendapat konfiks pe-an. Dusun Dusun Semampir bermakna singgah. Nama Palinggian bermakna tempat duduk bujuk atau “Semampir” juga memiliki makna pada orang yang berpengaruh terhadap daerah tersebut. masyarakatnya, yaitu pada jaman dahulu Dusun Nama “Palinggian” juga memiliki makna pada Semampir pernah disinggahi Ratu Rengganis. masyarakatnya, yaitu doa masyarakat agar wilayah Dusun Kolangger[kϽlaŋgh∂r] dari kata dasar tersebut banyak ulamak seperti bujuk Sorah. “langger” [laŋgh∂r] yang artinya surau atau suatu DusunTambeleng[tamb∂ll∂ŋ](bahasa Madura) tempat masjid kecil untuk tempat sembahyang dan dari kata dasar “tambel” [tamb∂l] yang artinya mengaji, biasanya banyak terdapat di kampung- meletakkan sesuatu untuk menutupi yang bocor kampung (KLBMI, 2009:353) mendapat prefiks (sobek, berlubang, dan sebagainya) (KLBMI, ko-. Dusun Kolangger bermakna doa untuk daerah 2009:682) mendapat sufiks -eng. Dusun tersebut yang banyak surau atau masjid kecil. Tambeleng bermakna daerah yang ditambal. Nama Nama “Kolangger” juga memiliki makna pada “Tambelleng” juga memiliki makna pada masyarakatnya, yaitu kepercayaan masyarakat masyarakatnya, yaitu penanda bahwa daerah yang baik akan membawa manusia pada pintu tersebut merupakan persawahan yang kemudian surga. diubah menjadi tempat tinggal penduduk. 2) Kata Ulang Dusun Panjalinan[pañjh∂linan] dari kata Dusun arak-arak[ara?-ara?]atau orang dasar “panjalin” [phanj∂lin] atau manjhalin yang madura mengatakan Rak-karak [rak-karak]dari artinya rotan, tentang tumbuhan menjalar yang kata asal “karak” [karak] (bahasa Madura). Kata batangnya digunakan untuk berbagai macam karak [rak-karak] mengalami reduplikasi BM yang barang atau perabot (seperti kursi, tali, gelang umumnya mengulang sebagian suku akhir dan dsb.) (KLBMI, 2009:523) mendapat sufiks -an. kata arak-arak mengalami reduplikasi bentuk Dusun Panjalinan bermakna pohon manjelin atau turunan, umumnya dituturkan dalam situasi resmi. bambu rotan. Nama “Panjalinan” juga memiliki Kata karak dihilangkan berupa menjadi kata arak makna pada masyarakatnya, yaitu sebuah harapan yang kemudian diulang menjadi arak-arak. Karak merupakan kata benda yang artinya nasi karak,

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 6 nasi karak adalah nasi bagian bawah yang (bahasa Jawa). Desa Jambe Wungu bermakna berkerak yang diolah atau dimasak lagi dengan pohon pinang yang berwarna ungu. Nama memakai air yang dicampuri kapur, setelah masak “Jambewungu” juga memiliki makna pada ditaburi parutan kelapa dengan lauk biasanya ikan masyaraknya, yaitu kekhasan pohon jambewungu asin, ada juga yang dibuat langsung yaitu menanak menjadi penanda dari daerah tersebut. nasi dengan air yang dicampuri air kapur, bisa dari Desa Banyu wulu [bañuwulu] merupakan beras biasa atau yang dicampur dengan beras bahasa Jawatetapi orang madura mengatakan ketan hitam (KLBMI, 2009:270). Dusun Arak- Nyibulu [ñibulu]berasal dari bentuk frasa yang arak bermakna banyak penjual nasi karak. Nama terdiri atas kata dasar banyu [bañu] yang artinya “Arak-arak” juga memiliki makna pada air (KBJ, 2012:28) dan kata dasar wulu [wulu] masyarakatnya, yaitu kesederhanaan masyarakat yang artinya bulu, rambun (KBJ, 2012:240). Desa yang memanfaatkan nasi karak untuk dimakan dan Banyu Wulu bermakna Sumber mata air, memiliki dijual. pohon rotan yang ditumbuhi bulu. Nama C. Bentuk-bentuk Nama Desa dan Dusun yang “Banyuwulu” juga memiliki makna pada Berupa Frasa masyarakatnya, yaitu keajaiban rotan yang Desa SumberCanting[sumb∂rcantIŋ]merupakan ditumbuhi bulu membawa berkah untuk bahasa Jawa tetapi orang madura mengatakan Ber masyarakat sekitar. Canting[b∂rcantIŋ]berasal dari bentuk Frasa yang Desa Jati tamban[jatitamb∂n] merupakan terdiri atas kata dasar sumber [sumb∂r] artinya bentuk frasa yang terdiri atas kata dasar jati [jati] tempat keluar (air atau zat cair) (KBBI, (bahasa Jawa) yang artinya pohon yang kayunya 2009:1102) dan kata dasar canting [cantIŋ] artinya keras dan ulet, baik untuk bahan rumah dsb. pencedok air (dibuat dari bambu dan sebagainya) Daunnya besar, bulat, dan kasar pada (KBBI, 2009:193). Desa Sumber canting berada di permukaannya (KBBI, 2005:462) dan kata dasar wilayah paling utara di Kecamatan Wringin, tamban [tamb∂n] (bahasa Madura) yang artinya Kabupaten Bondowoso, berbatasan dengan jeu = jauh (bahasa Madura). Desa Jati tamban wilayah . Desa Sumber Canting bermakna bermakna jati yang artinya pohon banyak pohon Sumber mata air yang wajib dicedok dengan jati dan tamban yang artinya jauh. Nama pencedok yang terbuat dari batok kelapa. Nama “Jatitamban” juga memiliki makna pada “Sumber canting” juga memiliki makna pada masyarakatnya, yaitu harapan antara suku Madura masyarakatnya, yaitu ciri khas dan kepercayaan dan suku Jawa agar tetap terjalin silturahmi masyarakat bahwa sumber air akan mati bila tidak dengan baik. dicedok dengan batok kelapa. 3.2 Sistem Penamaan Desa dan Dusun Desa Sumber [sumb∂rmalaŋ]merupakan A. Sistem Penamaan Menggunakan Unsur Alam bahasa Jawa tetapi orang madura mengatakan Ber Asal-usul nama Dusun Gua yang artinya liang Malang[b∂rmalaŋ]berasal dari bentuk frasa yang lubang besar pada kaki gunung. Manusia purba terdiri atas kata dasar sumber [sumb∂r] yang memanfaatkan lubang besar di kaki gunung untuk artinya tempat keluar air atau zat cair (KBBI, tempat tinggal mereka, bukan hanya tempat 2005:1102) dan malang [malaŋ] yang artinya tinggal mereka juga memakai lubang tersebut terletak melintang (KBBI, 2005:705). Desa untuk mengubur kerabat mereka yang sudah Sumber Malang bermakna sumber yang letaknya meninggal. Dusun Gua berada di Desa melintang. Nama “Sumber Malang” juga memiliki Banyuwulu, Dusun Gua tersebut merupakan makna pada masyarakatnya, yaitu penanda bahwa pegunungan dan di kaki pegunungan tersebut daerah tersebut terdapat sumber mata air yang terdapat banyak gua peninggalan jaman purba. panjang dan melintang. Kira-kira sekitar tiga gua yang berada di daerah Desa Jambe wungu [jamb∂wuŋu] merupakan tersebut satu diantaranya sangat besar dan konon bahasa Jawa tetapi orang madura mengatakan merupakan kuburan sesepuh manusia purba. Situs Dibunguh [dhibuŋuh] berasal dari bentuk frasa gua tersebut belum diresmikan oleh Pemerintah yang terdiri atas kata dasar jambe [jamb∂] yang Pusat, iulah salah satu penyebab gua tersebut tidak artinya pohon pinang (KBJ, 2012:78) dan kata terawat dan sudah tertutup pohon. dasar wungu [wuŋu] yang artinya warna ungu

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 7

Asal-usul nama Desa Jati tamban adalah dari pohon yang ada di sana dan hutan yang dulunya kata “jati yaitu pohon jati dan tamban yaitu jeu seram menjadi daerah yang asri dan dapat dihuni. (bahasa Madura) atau jauh”. Desa Jatitamban Tidak jarang, burung kluang yang dulunya tinggal terletak diantara Desa Jatisari dan Desa Ampelan. di hutan tersebut berkeliaran dirumah-rumah Dulu Desa Jatitamban ini adalah sebuah hutan warga. belantara yang di tumbuhi banyak kayu jati. B. Sistem Penamaan Menggunakan Unsur Benda Kemudian, ada dua kelompok orang yang datang Asal usul nama Desa Bukor berasal dari kata ke hutan tersebut. Kelompok pertama datang dari bakor (sejenis mangkok tapi besar terbuat dari suku Madura yang diberi nama “tamban” dan EMas). Mayoritas penduduk desa bukor berasal kelompok kedua datang dari suku jawa yang dari Suku Madura, nama bukor diambil dari kata diberi nama “jati” . Kelompok pertama (suku bakor yang terbuat dari Emas murni dari jaman Madura) menempati daerah sebelah barat dan purba. Menurut cerita rakyat, raden Wirowongso kelompok kedua (suku Jawa) menempati darah adalah orang yang pertama membabat desa Bukor sebelah timur. Dalam memenuhi kebutuhan menemukan Bakor yang terbuat dari mas, bakor keluarga sehari-hari mereka memanfaatkan kayu tersebut dibawa pulang. Setelah sampai di rumah, jati tersebut untuk di jual kepasar sebagai kayu Raden Wirowongso menaruh bakor mas diatas bakar. Kelompok dari suku Madura memberi tempat tidur, Raden Wirowongso bermimpi di nama kelompoknya tamban atau jauh karena pada dalam tidurnya beliau bertemu dengan seseorang saat mengembara mencari tempat tinggal, salah yang mempunyai bakor mas, dia ingin mengambil seorang bertanya pada ketua kelompk tersebut bakor itu kembali dan berkata “bakor ini terlalu “gik jeu? “apakah masih jauh?”, lalu ketua sakti, tidak boleh berada di tempat seperti ini”, kelompok merasa bahwa pengembarannya sudah kemudian dalam mimpinya raden Wirowongso selesai dan mereka berhenti, sebab itulah memberikan bakor tersebut kepada pemiliknya. kelompok dari suku Madura tersebut memberi Keesokan harinya, raden Wirowongso nama tamban atau Jauh. Hari berganti hari, bulan mengumumkan bahwa daerah tersebut akan diberi berganti bulan, tahun berganti tahun orang-orang nama Bakor Mas yang kemudian berubah menjadi yang datang kesana semakin banyak lalu mereka Bukor. punya keinginan mengangkat seorang pemimpin Asal-usul nama Dusun Bandusah dari kata dan memeberi nama desa mereka, maka mereka pandhusa [pandhusah] yang kemudian berubah mengadakan musyawarah antara kelompok barat menjadi bandusah artinya harta karun atau peti dan timur. Dari hasil musyawarah tersebut mati peninggalan raja-raja. Sebelum orang madura disepakti nama dari kelompok mereka yaitu “Jati pindah ke Dusun Bandusah, Dusun Bandusah tamban”. dihuni oleh orang purba. Menurut cerita rakyat, Asal-usul nama Dusun Kluangan yang artinya orang purba selalu membuat benda-benda yang burung Kluang (bahasa Madura). Daerah tersebut unik yang tebuat dari mas yang kemudian merupakan hutan yang dipenuhi pohon-pohon dipersembahkan untuk raja atau tuhannya. yang rimbun, misalnya: pohon rambutan, pohon Seorang raja di jaman purba selalu menerima bringin, pohon kelapa, dan juga pohon kapas. hadiah dari penduduknya, raja menyimpan harta Masyarakat di daerah tersebut dulunya tidak karun di dalam peti yang kemudian peti tersebut berani memasuki hutan, konon hutan tersebut dimasukkan ke dalam batu yang besar yang dijaga oleh makhluk gaib dan dikelilingi oleh nantinya dijadikan peti mati raja. Menurut burung Kluang. Burung Kluang adalah sejenis legenda, memang benar-benar ada batu kelelawar tetapi sayap dan juga badannya lebih meninggalan jaman purba yang di dalamnya besar. Sebenarnya yang ditakutkan masyarakat di terdapat harta karun, banyak warga yang sekitar tidak terbukti, karena tidak pernah ada menemukan harta karun di dalam batu namun, cerita tentang korban yang mati maupun terluka hanya orang yang DILAMATKAN (dapat ijin dari setelah pergi ke hutan tersebut dan semua itu manusia purba dari mimpi) saja yang bisa hanyalah mitos belaka. Setelah berunding dengan mengambil harta karun tersebut. Dari banyaknya Raden Wirowongso selaku pemangku desa, batu yang di dalamnya terdapat harta karun atau Masyarakat berbondong-bondong menebang yang sering disebut bandusah oleh orang Madura,

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 8 kemudian daerah tersebut dinamakan Dusun kemudian, bujuk terjelincir dan terjatuh. Entah apa Bandusah. yang membuat bujuk tersebut tergelincir hingga Asal-usul nama Dusun Palongan yang artinya meninggal, dan masyarakat-pun memahami arti lesung untuk menumbuk padi. Daerah Palongan dan makna dari perkataan sebelum bujuk merupakan daerah yang sangat subur, banyak meninggal “lah bektonah nak” yang maknanya tumbuhan yang hidup didaerah tersebut, juga sudah waktunya beliau pergi dari dunia ini. banyak sumber mata air yang jernih. Salah satu Semasa hidup bujuk sangat disegani karena mata air yang paling terkenal di daerah tersebut sifatnya yang tulus membantu orang, bekerja adalah sumber air atau yang sering disebut sungai sendiri dengan keras, dan taat beribadah. berbentuk seperti palongan atau lesung penumbuk Asal-usul nama Dusun Palinggian dari kata padi. Karena bentuknya yang seperti lesung padi, asal palongguen yang artinya tempat duduk, masyarakat sering menyebutnya sungai palongan. berawal dari seorang bujuk Sorah atau orang yang Sungai palongan menjadi satu-satunya sumber disegani di wilayah tersebut. Menurut cerita mata air yang jernir di daerah tersebut, semua rakyat, bujuk Sorah adalah orang Islam yang masyarakat memanfaatkan air tersebut untuk sangat taat dalam beragama. Beliau mempunyai minum, mandi, memasak dan untuk kebutuhan kebiasaan memainkan layangan dan sembari sehari-hari. memainkan layangan tersebut, bujuk Sorah sering C. Sistem Penamaan Berdasarkan Proses duduk di atas batu yang begitu besar hingga Berdirinya tingginya mencapai 3 meter. Namun, batu tersebut Asal-usul nama Desa Ambulu dari kata ambu tidak bisa disinggahi oleh orang biasa dan anehnya yang artinya berhenti dan “gelluh” yang artinya hanya bujuk sorah yang bisa duduk di atas batu dahulu. Mayoritas masyarakat ambulu berasal dari itu. Kebiasaan bujuk sorah yang duduk di batu lalu suku madura, tidak heran pemberian nama Desa membuat masyarakat sepakat untuk memberi Ambulu menggunakan bahasa Madura. Menurut nama pada daerahnya, yaitu palinggian dari kata cerita rakyat, putri cantik dari Argopuro Dewi asal palongguen (bahasa Madura) yang artinya Rengganis mengembara ke seluruh dunia dan tempat duduk bujuk Sorah. dalam pengembaraannya Dewi Rengganis lewat di D. Sistem Penamaan Berdasarkan Doa dan Desa ambulu. Mayarakat ingin menyapa dan Harapan melihat Dewi Rengganis secara langsung dan Asal-usul nama Dusun Kolangger dari kata mereka berteriak “ambu gelluh” yang artinya langger yang artinya surau atau masjid kecil. berhenti dahulu, Dewi Rengganis-pun berhenti Dusun Kolangger merupakan dusun yang berada dan beristirahat di Desa ambulu. Masyarakat di bawah pemerintahan Desa Banyuputih, Dusun antusias dengan kedatangan Dewi Rengganis, Kolangger dulunya merupakan daerah yang mereka tidak menyangka Dewi Rengganis bisa banyak ulamaknya atau guru umat islam. Konon, datang ke tempat mereka. Setelah kejadian itu, daerah tersebut memiliki banyak surau, dan banyak pengembara yang melewati wilayah hampir setiap halaman rumah mempunyai surau. tersebut. Untuk mengabadikan peristiwa Masyarakat percaya, bahwa bila solat berjamaah kedatangan Dewi Rengganis mereka memberi akan lebih diijabah doanya dari pada solat sendiri nama tempat itu “Ambugelluh” yang kemudian dirumah, dari kepercayaan itulah masyarakat disingkat ambulu. berlomba-lomba membuat surau di depan rumah Asal usul nama Dusun Lokacar berasal dari dan sepakat memberi nama pada daerah itu kata tabeleccar yang artinya tergelincir. Menurut Kolangger yang artinya banyak surau. Sampai saat cerita rakyat, nama dusun lokacar diambil dari ini-pun, masih ada sisa-sisa surau di depan rumah cerita Bujuk atau orang yang di segani oleh penduduk di daerah Kolangger yang masih terawat masyarakat, yang ingin menjemur jagung. dan masih digunakan. Masyarakat ingin membantu bujuk tersebut tetapi Asal-usul nama Dusun Kramat yang artinya beliau berkata “lah bektonah nak” yang artinya karomah. Menurut cerita rakyat, dahulu kala ada sudah waktunya nak. Masyarakat terheran-heran seorang bujuk atau orang yang disegani di daerah dengan perkataan bujuk tersebut, mereka tidak tersebut, bujuk tersebut terkenal dengan paham dengan perkataan bujuk. Tidak lama ketaatannya dalam beribadah. Bukan hanya taat

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 9 beribadah, bujuk tersebut juga terkenal dengan jurang dan sungai yang curam, masih terdapat kesaktiannya pasalnya setiap warga yang sakit dan jalan yang licin, dan banyak batu-batu yang tajam. meminta pertolongan pada bujuk, warga langsung Asal-usul nama Dusun Karang Tengah sembuh karena itulah bujuk tersebut dijuluki berasal dari kata pekarangan atau halaman dan bujuk Kramat atau bujuk yang doanya diijabah tengah atau letaknya berada di tengah-tengah. oleh Allah yang maha besar. Bujuk Kramat juga Karang tengah merupakan dusun yang berada di dikenal sebagai malapetaka bagi orang yang jahat tengah-tengah Desa Bukor, dikelilingi oleh Dusun padanya, menurut warga ada seorang warga yang Durin, Dusun Parseh, Dusun Kluangan, dan memfitnah bahwa bujuk kramat itu orang gila dan Dusun Karang koong. Artinya Dusun karang tidak lama kemudian orang yang memfitnah tengah merupakan dusun yang berada di tengah- Bujuk Kramat menjadi gila. Masyarakat percaya, tengah Desa Bukor dan dikelilingi oleh dusun- apa yang didoakan Bujuk Kramat akan dusun yang berada di bawah pemerintahan desa dikabulkan, dan barang siapa yang berusaha Bukor. menebar isu akan menyerang balik orang yang Asal-usul nama Dusun Karang Koong berasal menebar isu tersebut. dari kata “karang yang artinya Pekarangan atau E. Sistem Penamaan Berdasarkan Keadaan halaman dan Koong (bahasa Madura) sendiri”. Asal-usul nama Dusun Alas Kranjang “alas Dusun Karang koong merupakan dusun yang yang artinya hutan rimba dan krajang yang artinya berpenghuni satu orang saja, tidak orang lain bakul dari anyaman”. Menurut cerita, daerah maupun tetangga yang menghuni di daerah tersebut dulunya adalah hutan rimba yang tersebut. Masyarakat setempat sering menyebut dipenuhi oleh pohon-pohon yang menjulang tempat itu adalah karang koong yang artinya tinggi. Hutan tersebut berada di puncak gunung, hanya terdapat satu rumah di dusun itu, orang dari bawah gunung terlihat seperti keranjang yang menghuni rumah tersebut adalah bujuk atau bentuknya berpetak-petak, pohon-pohon tinggi orang yang di segani oleh orang-orang sekitar. berjejer dengan rapi. Dahulu kala, hanya beberapa Bujuk tersebut hanya tinggal sendiri dan tak ada orang yang tinggal di derah tersebut, tempatnya keluarga yang menemani, kehidupan sehari-hari yang masih belum layak dihuni karena banyak Bujuk Koong diisi dengan mensyiarkan agama di pohon-pohon, dan juga sulit dijangkau oleh daerah tersebut. Orang-orang menyebutnya penduduk di sana menjadi alasan masyarakat sebagai kekasih Allah karena bujuk tersebut tidak mau bertempat tinggal di daerah tersebut. sangat taat beribadah, hingga akhir hayat Bujuk Tetapi, sekarang akses jalan menuju ke Alas Koong ditemukan di atas tempat sajadahnya. kranjang sudah diperbaiki dan sudah banyak masyarakat yang tinggal di sana. 4. Kesimpulan Asal-usul nama Dusun Klabangan dari kata Berdasakan analisis data yang telah dilakukan, asal selabengan (bahasa Madura) yang artinya se- dapat disimpulkan bahwa Nama-nama Desa dan pintu. Daerah tersebut merupakan daerah yang Dusun di Kecamatan Wringin, Kabupaten dikelilingi oleh sungai-sungai, dan tidak memiliki Bondowoso ada yang berbentuk kata dasar, kata akses jalan yang cukup baik. Kata klabengan berimbuhan, kata ulang dan frasa. Ditinjau dari diambil dari satu-satunya akses jalan keluar masuk segi etimologi semua mempunyai asal-usul yang menuju klabangan yang konon jalannya hanya satu diklasifikasikan berdasarkan unsur alam, unsur meter seperti pintu, sebelah kanan jalan yaitu benda, berdasarkan prosesBerdirinya, berdasarkan sungai yang sangat dalam dan di sebelah kiri jalan doa dan harapan, dan berdasarkan keadaan. jurang. Jalan tersebut adalah satu-satunya akses jalan untuk menuju ke klabangan yang jalannya 5. Daftar Pustaka hanya se-pintu masuk, tidak jarang anak-anak Basuki dan Marwati. 2014. “Proses Penamaan yang masih sekolah tidak mau sekolah karena Desa di Kabupaten Sleman: Tinjauan takut untuk melewati jalan tersebut. Jalan yang Semantis”. (Dalam Literasi) 4(2):207- cukup melelahkan juga membutuhkan keberanian 214. Jember: Jember University Press. untuk menuju ke dusun tersebut karena selain Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Angkasa.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 Volume 1 (1) Juni 2016 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-10 10

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993a. Semantik 1: Pengantar ke Arah Makna. Bandung : Refika Aditama. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mukhtar. 2013. Metodelogi Praktis Peneitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi. Moleong, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L.J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Angkasa. Nursam, Windarti, SS. 2012. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Buku Seru. Pawitra, Andrian. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Madura Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016