LIMA SENYAWA FENOLIK DARI KULIT KAYU Dipterocarpus elongatus (DIPTEROCARPACEAE) DAN SIFAT SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL MURIN LEUKEMIA P-388

Muhtadi,1∗) Euis H. Hakim,2) Yana M. Syah,2) Lia D. Juliawaty,2) Sjamsul A. Achmad,2) dan Jalifah Latip3)

1) Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jalan A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura, Surakarta 57102, Indonesia 2) Kelompok Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia

3) School of Chemical Sciences & Food Technology, Faculty of Science and Technology, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor D.E., Malaysia

ABSTRAK Lima senyawa fenolik, yaitu (-)-laevifonol (1), (-)-α-viniferin (2), (-)-vatikanol A (3), bergenin (4) dan 4’- O-metilgalokatecin (5), telah berhasil diisolasi dari ekstrak aseton kulit batang Dipterocarpus elongatus. Struktur molekul senyawa-senyawa tersebut ditetapkan berdasarkan data spektroskopi UV, IR, 1H NMR dan 13C NMR serta perbandingan dengan data sejenis yang telah dilaporkan. Pengujian aktivitas sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 dilakukan dengan metode MTT assay. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik dari masing-masing senyawa menunjukkan nilai IC50 berturut-turut sebesar >100; 17,5; 27,0; >100 dan 70,0 µg/ml.

Kata kunci : Senyawa fenolik, sitotoksik, sel murin P-388, Dipterocarpus elongatus, Dipterocarpaceae

ABSTRACT Five phenolic compounds; i.e. (-)-laevifonol, (-)-α-viniferin, (-)-vaticanol A, bergenin and 4’-O- methylgallocathecin were isolated from acetone extracts of the stem bark of Dipterocarpus elongatus. The structure of the isolates were established based on spectroscopic evidence; UV, IR, 1H NMR, 13C NMR, and by comparison with the standard compounds. The cytotoxic activities of these compounds were evaluated against murine leukaemia P-388 cells with MTT assay. The IC50 values of all compounds were >100.0; 17.5; 27.0; >100.0 and 70.0 µg/ml, respectively.

Keywords : Phenolic compounds, cytotoxic, murine P-388 cells, Dipterocarpus elongates, Dipterocarpaceae

∗ Alamat korespondensi: Tel.: +62-271-717417 Pes.: 305, Fax: +62-271-715448, E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN Dipterocarpaceae atau yang lebih dikenal (-)-hemsleyanol D, (-)-, (-)-ε- dengan “meranti, keruwing, atau kamfer” viniferin, (-)-ampelopsin F, isoampelopsin F, adalah merupakan tumbuhan pohon penghasil (-)-shorealakton, dan bergenin (Ito et al., kayu yang sangat unggul kualitasnya. Menurut 2004). Sedangkan dari D. retusus telah Newman et al. (1999), famili berhasil diisolasi (-)-ε-viniferin, (-)-α- Dipterocarpaceae memiliki jumlah spesies viniferin, (-)-vatikanol A bersama-sama yang relatif besar, yaitu terdiri dari 16 genus dengan skopoletin dan bergenin (Muhtadi et dan 600 spesies. Genus utama dari famili ini al., 2005) dan dari D. hasselti telah dilaporkan adalah Shorea, Hopea dan Dipterocarpus, adanya senyawa-senyawa (-)-ε-viniferin, yang masing-masing terdiri dari sekitar 150, (-)-laevifonol, (-)-α-viniferin, (-)-vatikanol B, 100 dan 75 spesies. Genus lain, seperti Vatica, (-)-hopafenol, dan (+)-diptonindonesin E dari terdiri dari sekitar 15 spesies, sedangkan genus hasil isolasi kulit batangnya (Muhtadi et al., Dryobalanops, Parashorea, dan Upuna 2006). Fakta ini menunjukkan adanya merupakan genus yang memiliki spesies senyawa oligomer baru dari genus paling kecil dan di Indonesia, masing-masing ini, dan memberikan peluang untuk terdiri dari 8, 6, dan 1 spesies. Tumbuhan ini mengungkap keragaman kandungan senyawa- terdapat sangat melimpah di wilayah senyawa oligomer resveratrol dalam genus Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Dipterocarpus. juga tersebar di Indonesia bagian barat, Dalam makalah ini akan disampaikan Malaysia, Brunei, dan Filipina, serta ke arah penemuan lima senyawa fenolik dari ekstrak timur hingga Irian Jaya dan Papua Nugini aseton kulit batang tumbuhan D. elongatus (Newman et al., 1999). Korth dan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel Kandungan senyawa kimia metabolit murin leukemia P-388. Tiga senyawa dari sekunder tumbuhan famili Dipterocarpaceae jenis oligomer resveratrol, yaitu (-)-laevifonol cukup beragam, meliputi golongan fenol, (1), (-)-α-viniferin (2) dan (-)-vatikanol A (3), seperti oligostilbenoid (oligomer resveratrol), sedangkan dua dari kelompok senyawa yang flavonoid, fenilpropanoid, dan turunan asam lain, yaitu bergenin (4) senyawa turunan asam fenolat, serta golongan non-fenol, yaitu fenolat dan 4’-O-metilgalokatecin (5), triterpenoid (Sotheeswaran and Pasuphaty, senyawa turunan flavan-3-ol. Pemisahan 1993, Hakim, 2002). Senyawa oligomer senyawa-senyawa fenolik dan sifat resveratrol, yang tersusun dari unit monomer sitotoksiknya dari spesies D. elongatus Korth resveratrol, merupakan metabolit sekunder ini merupakan penelitian terbaru yang belum utama dalam famili ini (Sotheeswaran and pernah dilaporkan sebelumnya. Pasuphaty, 1993; Hakim, 2002). Sejauh ini, Penentuan struktur senyawa-senyawa telah dilaporkan berbagai contoh oligomer tersebut ditetapkan berdasarkan data resveratrol dari kelompok dimer, trimer, spektroskopi UV, IR, 1H NMR dan 13C NMR tetramer, heksamer, heptamer, dan oktamer serta perbandingan dengan data sejenis yang resveratrol (Sotheeswaran and Pasuphaty, telah dilaporkan. Sedangkan aktivitas 1993; Ito et al., 2001-a; 2001-b). Kajian kimia sitotoksiknya ditentukan dengan menggunakan khususnya kandungan senyawa fenolik dari sel murin leukemia P-388 berdasarkan metode Dipterocarpus belum banyak dilakukan. MTT dan prosedur standar yang Berdasarkan kajian literatur baru tiga spesies dikembangkan oleh NCI (Hostettmann, 1991). dari genus Dipterocarpus yang telah dilaporkan kandungan senyawa fenoliknya, METODOLOGI PENELITIAN yakni dari D. grandiflorus telah berhasil Bahan diisolasi senyawa-senyawa, yaitu grandifenol Bahan tumbuhan yang digunakan adalah kulit A dan B, (-)-, (+)-α-viniferin, (- batang D. elongatus Korth, diperoleh dari )-hopeafenol, (-)-vatikanol B, (-)-vatikanol C, kebun percobaan Haurbentes (Jasinga), Bogor,

Jawa Barat, pada bulan November 2001. kromatografi radial (eluen CHCl3 : MeOH = 9 Tumbuhan tersebut diidentifikasi oleh staf : 1) diperoleh α-viniferin (2) (53 mg) dan 4’- Herbarium Bogoriensis, Lembaga Ilmu O-metilgalokatecin (5) (11 mg). Fraksi D Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. (1,72 g) difraksinasi dengan KCV (eluen n- heksana : etilasetat = 3 : 7 – etilasetat : MeOH Jalannya Penelitian = 8 : 2) diperoleh 4 fraksi (D1-D4) berturut- Titik leleh ditentukan dengan ‘micro turut beratnya 137 mg, 125 mg, 383 mg, dan melting point apparatus’. Putaran optik diukur 103 mg. Dari fraksi D3 dan D4 diperoleh dengan polarimeter Perkin-Elmer 341 dalam kristal putih, dan setelah dilakukan MeOH. Spektrum UV dan IR ditetapkan rekristalisasi diperoleh bergenin (4) (106 mg). dengan Cary Varian 100 Conc. dan Perkin- Selanjutnya terhadap sebagian fraksi D3 (283 Elmer Spectrum One FT-IR mg) dilakukan pemisahan dan pemurnian lebih spectrophotometers. Spektrum 1H dan 13C lanjut dengan kromatografi radial (eluen NMR ditentukan dengan spektrofotometer CHCl3 : MeOH = 9 : 1) diperoleh laevifonol JEOL ECP400, yang beroperasi pada 400 (1) (37 mg) dan vatikanol A (3) (15 mg). MHz (1H) dan 100 MHz (13C). Kromatografi cair vakum menggunakan Si-gel 60 GF254 Penentuan sifat sitotoksik (Merck), kromatografi radial menggunakan Si- Aktivitas sitotoksik senyawa 1-5 dinyatakan gel 60 PF254 (Merck), dan analisis KLT sebagai IC50, yaitu konsentrasi sampel yang menggunakan plat KLT Kieselgel 60 GF254 dibutuhkan untuk menginhibisi 50% sel murin 0,25 mm (Merck). Pelarut yang digunakan leukemia P-388 melalui pewarnaan pereaksi semuanya berkualitas teknis yang didestilasi. MTT. Uji dilakukan dengan cara menambahkan berbagai konsentrasi ketiga Ekstraksi dan Isolasi senyawa tersebut ke dalam biakan sel murin Serbuk kering kayu batang D. leukemia P-388. Setelah diinkubasi selama 48 elongatus sebanyak 1,6 kg dimaserasi dua kali jam, ke dalam sampel ditambahkan pereaksi dengan pelarut aseton 8 L (masing-masing 1 warna MTT dan diinkubasikan kembali X 24 jam), sehingga diperoleh 41 g ekstrak selama 4 jam. Jumlah sel tumor P-388 yang aseton, setelah itu maserasi dilanjutkan dengan terinhibisi oleh sampel diukur dari serapannya pelarut metanol 1 X 8 L (1 X 24 jam), dengan menggunakan alat pembaca pelat diperoleh 30 g ekstrak metanol. Masing- mikro pada λ 540 nm setelah penambahan masing ekstrak selanjutnya dilarutkan kembali larutan penghenti pertumbuhan. Nilai IC50 dalam campuran MeOH-dietileter untuk dapat dihitung melalui ekstrapolasi garis 50% pengendapan tanin, sehingga diperoleh ekstrak serapan kontrol positif pada kurva serapan aseton kering (21 g) dan ekstrak metanol terhadap berbagai konsentrasi sampel kering (20 g). Gabungan kedua ekstrak (41 g) menggunakan grafik semilogaritma. difraksinasi dengan KCV (eluen n-heksan- (-)-Laevifonol (1), diperoleh sebagai serbuk etilasetat (7 : 3) – etilasetat, MeOH) o 20 putih kecoklatan, t.l. 242 C (terurai), [α]D - menghasilkan lima fraksi utama A-E (masing- o masing 13,02; 4,03; 1,72; 1,72; dan 6,89 g). 135 (c 0,1, MeOH); UV (MeOH) λmaks nm: Fraksi C (1,72 g) selanjutnya dipisahkan 203, 228 (bahu), 284; UV (MeOH+NaOH) λmaks nm: 207, 251 (bahu), 295; IR (KBr) ν dengan menggunakan cara kromatografi radial -1 (eluen klorofrom : MeOH = 9,5 : 0,5 – maks cm : 3411, 1787, 1614, 1514, 1452, 1 etilasetat : MeOH = 8 : 2) sehingga diperoleh 1259, 1125, 835; H NMR (aseton–d6, 400 13 4 fraksi C1-C4 berturut-turut beratnya 247 mg, MHz) δ ppm: lihat Tabel 1; C NMR (aseton– 261 mg, 171 mg, dan 231 mg. Terhadap fraksi d6, 100 MHz) δ ppm: lihat Tabel 2. C1 (247 mg) dilakukan pemurnian lebih lanjut (−)−α-Viniferin (2), diperoleh sebagai o dengan kromatografi radial (eluen CHCl3 : padatan putih kecoklatan, t.l. 235 C (terurai) 20 o MeOH = 9,5 : 0,5) diperoleh α-viniferin (2) dan [α]D -50 (c 0,1, MeOH); UV (MeOH) (82 mg). Terhadap fraksi C2 (261 mg) λmaks nm: 203, 227 (bahu), 285; UV dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan (MeOH+NaOH) λmaks nm: 205, 249 (bahu), -1 293; IR (KBr) ν maks cm : 3456, 3231, 1614, 8); 156,6 (C-8a); 135,8 (C-1’); 107,3 (C-2’); 1 1515, 1486, 829; H NMR (aseton–d6, 400 151,0 (C-3’); 136,3 (C-4’); 151,0 (C-5’); MHz) δ ppm: lihat Tabel 1; 13C NMR (aseton– 107,3 (C-6’); dan 60,5 (OMe). d6, 100 MHz) δ ppm: lihat Tabel 2. (-)-Vatikanol A (3), diperoleh sebagai padatan putih kecoklatan, t.l. 248 oC (terurai) dan [α] 20 -130o (c 0,1, MeOH). UV (MeOH) D λmaks (log ε) 227 (4,57), dan 284 nm (4,19), penambahan pereaksi geser NaOH terjadi pergeseran batokromik sebesar 11 nm. IR -1 (KBr) ν maks 3550 – 3231 cm (-OH), 1616, 1511, dan 1483 cm-1 (C=C aromatik) dan 828 -1 1 HO HO HO OH cm (p-disubstitusibenzena). Spektrum H H HO H O OH O OH H O H H HO H HO NMR δΗ (ppm) (aseton–d6, 400 MHz): lihat OH O H H OH O H OH 13 H H Tabel 1; C NMR (aseton–d , 100 MHz) δ O OH H H H 6 OH O OH B1 H OH O H HO H O ppm: lihat Tabel 2. HO H OH H H OH (-)-Bergenin (4), diperoleh sebagai kristal HO o 20 o putih, t.l. 140-143 C, dan [α]D -33 (c (-)-laevifonol (1) (-)-α−viniferin (2) (-)-vatikanol A (3) 0,1, MeOH). UV (MeOH) λmaks (log ε) 220 OH (5,73), 274 ( 4,22) dan 318 nm (4,81). IR O HO H OCH3 -1 O H H H (KBr) ν maks 3424-3195 cm (-OH), 2985- OH HO O H3CO OH -1 -1 H H H H 2723 cm (-CH alifatik), 1702 cm (C=O OH O OH H H H H OH -1 CH OH ester), 1612, 1527, dan 1463 cm (C=C 2 OH H -1 benzena), 1348-1335 cm (C-O-C) dan 1092- bergenin (4) 4'-O-metilgalokatecin (5) 1071 cm-1 (C-O oksi aril). Spektrum 1H NMR Gambar 1. Struktur kimia senyawa hasil isolasi

(aseton–d6, 400 MHz) δΗ (ppm): 7,03 (1H, s, dari D. elongatus Korth H-3); 4,91 (1H, d, J = 10,6 Hz, H-8); 4,05 (1H, dd, J = 9,5; 10,6 Hz, H-9); 3,80 (1H, t, J HASIL DAN PEMBAHASAN = 8,8 Hz, H-10); 3,40 (1H, t, J=8,8 Hz, H- Lima senyawa fenolik telah berhasil 11); 3,68 (1H, brs, H-12); 4,01 (1H, dd, J = diisolasi dari ekstrak aseton kulit batang D. 1,9; 11,8 Hz, H-13); 3,65 (1H, dd, J = 6,9; elongatus Korth, yaitu (-)-laevifonol (1), (-)- 11,8 Hz, H-13); dan 3,87 (3H, s, OMe). α-viniferin (2), (-)-vatikanol A (3), bergenin 4’-O-metilgalokatecin (5), diperoleh sebagai (4) dan 4’-O-metilgalokatecin (5). Dalam o serbuk putih kecoklatan, t.l. 150-153 C, makalah ini akan dibahas proses elusidasi 20 o [α]D -17 (c 0,1, MeOH). UV (MeOH) λmaks struktur dari senyawa (-)-laevifonol (1) yang (log ε) 207 (4,89), 228 (bahu) (4,54) dan 274 telah diisolasi. -1 (4,22). IR (KBr) ν maks 3413 cm (-OH), Senyawa 1 diperoleh sebagai serbuk -1 o 20 2927-2847 cm (-CH alifatik), 1624, 1517, putih kecoklatan, t.l. 242 C (terurai), [α]D - -1 -1 dan 1450 cm (C=C benzena), 1359 cm (C- 135o (c 0,1, MeOH). Spektrum UV -1 O-C) dan 1144 cm (C-O oksiaril). Spektrum menunjukkan adanya kromofor yang khas 1 H NMR (aseton–d6, 400 MHz) δΗ (ppm): 4,55 untuk untuk kromofor fenol sederhana pada (1H, d, J = 7,0 Hz, H-2); 4,00 (1H, m, H-3); λmaks (MeOH) 205, 228 (bahu) dan 284 nm. 2,86 (1H, dd, J = 16,3; 5,0 Hz, H-4α); 2,54 Spektrum IR senyawa 1, menunjukkan bahwa (1H, dd, J = 16,3; 7,0 Hz, H-4β); 6,01 (1H, d, senyawa 1 termasuk oligomer resveratrol J = 2,2 Hz, H-6); 5,88 (1H, d, J = 2,2 Hz, H- dengan munculnya pita-pita serapan untuk 8); 6,50 (1H, s, H-2a’); 6,50 (1H, s, H-6a’); gugus hidroksil (3430 cm-1), C-H alifatik dan 3,78 (3H, s, OMe) ppm. Spektrum 13C (2916 dan 2840 cm-1), C=C aromatik (1614, -1 NMR (aseton–d6, 100 MHz) δC (ppm) : 82,4 1514, dan 1445 cm ), C-O oksiaril (1240 dan (C-2); 68,1 (C-3); 28,4 (C-4); 100,4 (C-4a); 1170 cm-1) dan p-disubstitusibenzena (831 157,2 (C-5); 96,1 (C-6); 157,7 (C-7); 95,4 (C- cm-1).

1 Tabel 1. Data H NMR (pelarut aseton–d6, 400 MHz) senyawa 1-3 hasil isolasi

No. C δH ppm (multiplisitas, J dalam Hz) 1 1*) 2 2*) 3 3*) 2(6)a 6,76 (d, 8,4) 6,71 (m) 7,01 (d, 8,8) 7,03 (d, 8,5) 7,26 (d, 8,8) 7,28 (d, 8,8) 3(5)a 6,76 (d, 8,4) 6,71 (m) 6,70 (d, 8,8) 6,72 (d, 8,5) 6,81 (d, 8,8) 6,83 (d, 8,8) 4a ------7a 5,04 (d, 7,7) 5,03 (d, 8,0) 6,07 (brs) 6,21 (brs) 6,16 (brd, 4,0) 6,18 (brd, 3,9) 8a 3,02 (brs) 3,02 (d, 7,1) 3,95 (brs) 3,98 (brs) 4,49 (d, 4,0) 4,51 (d, 3,9) 9a ------10a 5,91 (d, 2,2) 5,86 (d, 2,0) - - - - 11a ------12a 6,16 (t, 2,2) 6,14 (t, 2,0) 6,22 (d, 1,8) 6,25 (d, 1,8) 6,06 (d, 2,2) 6,10 (d, 2,4) 13a - - - - - 14a 5,91 (d, 2,2) 5,86 (d, 2,0) 6,71 (d, 1,8) 6,72 (d, 1,8) 6,46 (d, 2,2) 6,48 (d, 2,4) 2(6)b 6,96 (d, 8,4) 6,92 (d, 8,5) 7,02 (d, 8,8) 7,08 (d, 8,5) 7,04 (d, 8,4) 7,07 (d, 8,8) 3(5)b 6,76 (d, 8,4) 6,71 (m) 6,78 (d, 8,8) 6,79 (d, 8,5) 6,59 (d, 8,4) 6,60 (d, 8,8) 4b ------7b 5,28 (d, 5,29 (d, 4,90 (d, 6,2) 4,90 (d, 6,4) 5,15 (brs) 5,17 (brs) 10,6) 11,0) 8b 3,29 (d, 3,22 (d, 4,60 (d, 6,2) 4,61 (d, 6,4) 4,49 (d, 7,0) 4,52 (d, 7,3) 10,6) 11,0) 9b ------10b ------11b ------12b 6,18 (d, 2,2) 6,17 (d, 2,0) 6,24 (d, 2,0) 6,22 (d, 1,8) 6,21 (s) 6,22 (s) 13b ------14b 7,16 (brs) 7,13 (brs) 5,98 (d, 2,0) 5,99 (d, 1,8) - - 1’ ------2’ ------3’ ------4’ 4,41 (brs) 4,36 (brs) - - - - 5’ 4,22 (m) 4,20 (m) - - - - 6’ 3,98 (dd, 3,98 (dd; - - - - 2,6; 9,9) 4,3; 10,3) 4,07 (dd; 4,09 (dd; - - - - 4,4; 9,9) 2,0; 10,3) 2(6)c 7,22 (d, 8,8) 7,22 (d, 8,5) 6,52 (d, 8,4) 6,55 (d, 8,8) 3(5)c 6,76 (d, 8,8) 6,77 (d, 8,5) 6,34 (d, 8,4) 6,37 (d, 8,8) 4c - - - - 7c 5,92 (d, 5,95 (d, 9,7) 3,62 (d, 7,0) 3,65 (d, 7,0) 10,0) 8c 4,68 (d, 4,71 (d, 9,7) 4,17 (brs) 4,20 (brs) 10,0) 9c - - - - 10c - - 6,25 (d, 2,2) 6,27 (d, 2,0) 11c - - - - 12c 6,20 (d, 2,0) 6,15 (d, 2,0) 6,19 (t, 2,2) 6,21 (t, 2,0) 13c - - - - 14c 6,59 (d, 6,46 (d, 2,0) 6,25 (d, 2,2) 6,27 (d, 2,0) 2,0)

13 Tabel 2. Perbandingan data C NMR (δC ppm) dari senyawa 1, 2 dan 3 dengan (-)-laevifonol, (-)-α-viniferin dan (-)-vatikanol A yang telah dilaporkan.

No. C 1 1* No. C 2 2* 3 3*

1a 132,3 132,4 1a 132,0 132,0 134,5 134,4 2/6a 129,1 129,0 2/6a 128,2 128,1 128,0 128,0 3/5a 115,7 115,8 3/5a 115,7 115,7 116,1 116,0 4a 158,2 158,2 4a 158,2 157,8 157,9 157,9 7a 94,2 94,8 7a 86,4 86,4 86,6 86,5 8a 56,2 57,1 8a 46,4 46,4 50,4 50,3 9a 145,9 145,9 9a 141,2 141,2 144,8 144,7 10a 107,1 107,5 10a 120,9 120,9 119,4 119,3 11a 159,7 159,6 11a 160,6 161,6 157,8 157,7 12a 102,4 102,5 12a 98,0 98,0 101,4 101,3 13a 159,7 159,6 13a 159,3 159,3 156,4 156,3 14a 107,1 107,5 14a 106,2 106,2 103,3 103,3 1b 131,8 131,7 1b 132,5 132,5 138,7 138,7 2/6b 128,2 128,2 2/6b 128,7 128,6 129,3 129,2 3/5b 116,0 116,1 3/5b 116,1 116,1 114,8 115,4 4b 158,6 158,8 4b 158,4 158,3 155,8 155,8 7b 90,0 90,8 7b 95,6 95,6 36,1 36,0 8b 56,5 57,1 8b 55,7 55,6 48,7 48,6 9b 129,8 129,8 9b 141,2 141,2 144,9 144,9 10b 122,9 123,3 10b 118,8 118,8 118,7 118,6 11b 161,1 161,3 11b 161,6 161,6 159,9 159,9 12b 97.0 97.3 12b 98,0 98,0 95,4 95,3 13b 159,0 159,0 13b 159,3 159,3 155,5 155,4 14b 110,7 111,0 14b 108,6 108,5 122,3 122,2 1’ 172,1 173,6 1c 132,0 132,0 135,8 135,8 2’ 81,0 81,3 2/6c 128,1 128,1 129,7 129,6 3’ 118,7 119,1 3/5c 116,1 116,2 114,9 114,9 4’ 89,1 89,6 4c 157,9 157,8 156,5 156,4 5’ 74,6 74,6 7c 90,0 90,0 64,4 64,3 6’ 75,7 75,6 8c 52,8 52,8 57,5 57,5 9c 138,7 138,7 147,6 147,5 10c 119,7 119,7 106,7 106,7 11c 161,7 161,7 159,4 159,2 12c 96,9 96,9 101,3 101,3 13c 160,7 160,8 159,4 159,2 14c 105,8 105,8 106,7 106,7

1, 2, 3) diukur dalam pelarut aseton-d6 100 MHz. 1* di,ukur dalam pelarut aseton-d6 125 MHz (Hirano et al., 2003).

2* diukur dalam pelarut aseton-d6 100 MHz (Pryce and Langcake, 1977). 3* diukur dalam pelrut aseton-d6 125 MHz (Tanaka et al., 2000).

Berdasarkan data spektrum UV dan IR 2 dengan (-)-α-viniferin (2) (Pryce dan menunjukkan bahwa senyawa 1 adalah Langcake, 1977), sedangkan senyawa 3 oligomer resveratrol. Berdasarkan data dengan (-)-vatikanol A yang telah dilaporkan spektrum 13C NMR (Tabel 2), menunjukkan oleh Tanaka et al. (2000) memperlihatkan adanya 27 sinyal yang mewakili 34 karbon, kesesuaian yang tinggi. mengindikasikan dimer resveratrol (2 X 14 karbon) yang mengikat satu unit struktur Aktivitas sitotoksik terhadap sel murin dengan 6 atom karbon. Sinyal-sinyal karbon leukemia P-388 tersebut, terdiri dari satu karbon karbonil ester Hasil evaluasi biologi pada δC 172,1 ppm, enam karbon oksiaril Pada pengujian sifat sitotoksitas pada δC 158,2 –161,1 ppm, lima karbon terhadap sel murin leukemia P-388 kuarterner aromatik pada δC 122,9 – 145,9 memperlihatkan harga IC50 masing-masing: ppm, 13 karbon metin aromatik pada δC 97,0 senyawa 1 >100 µg/ml; senyawa 2 17,5 µg/ml; – 129,1 ppm, dua karbon kuarterner alifatik senyawa 3 27,0 µg/ml; senyawa 4 >100 pada δC 81,0 dan 118,7 ppm, satu karbon µg/ml; dan senyawa 5 70,0 µg/ml. metilen alifatik pada δC 75,7 ppm, serta empat Hasil pengujian aktivitas sitotoksik karbon alifatik pada δC 56,2 – 94,2 ppm. terhadap sel murin leukemia P-388 1 Spektrum H NMR (Tabel 1) menampilkan memperlihatkan harga IC50 masing-masing; sinyal-sinyal proton yang menunjukkan laevifonol (1) >100 µg/ml; α-viniferin (2) adanya dua unit p-hidroksifenil pada δΗ 6,76 17,5 µg/ml; dan vatikanol A (3) 27,0 µg/ml. (6H, d, J = 8,4 Hz) dan 6,96 ppm (2H), Laevifonol (1), suatu dimer resveratrol tidak sepasang sinyal aromatik untuk satu unit menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel 1,2,3,5-tetrasubstitusibenzena pada δΗ 6,18 murin leukemia P-388, sedangkan senyawa dan 7,16 ppm, dua sinyal aromatik yang prekursornya ε-viniferin memiliki aktivitas berkopling meta untuk satu unit 1,3,5- sitotoksik yang cukup tinggi, IC50 7,8 µg/ml trisubstitusibenzena pada δΗ 6,16 dan 5,91 (Muhtadi et al., 2005). Fakta ini memberikan ppm, satu unit 2,3-disubstitusi-2,3- penjelasan bahwa pengikatan unit asam dihidrobenzofuran pada δΗ 5,04 dan 3,02 ppm; askorbat (meningkatkan polaritasnya), dua proton alifatik yang berkopling trans pada ternyata menghilangkan aktivitas δΗ 5,28 dan 3,29 ppm dan empat sinyal proton sitotoksiknya. alifatik yang merupakan karakteristik adanya Aktivitas sitotoksik dari dua trimer satu unit asam askorbat pada δΗ 3,98; 4,07; resveratrol yang telah diisolasi, memberikan 4,22 dan 4,41 ppm. pengetahuan bahwa senyawa oligoresveratarol Karakteristik unit-unit struktur tersebut yang simetri; (-)-α-viniferin (2) memiliki menyarankan senyawa 1 memiliki struktur aktivitas sitotoksik yang lebih tinggi dibanding molekul yang sesuai dengan (-)-laevifonol senyawa yang tidak simetri (-)-vatikanol A yang telah dilaporkan oleh Hirano et al. (3). (2003). Perbandingan data 1H dan 13C NMR (lihat Tabel 1 dan 2) senyawa 1 dengan (-)- Sedangkan senyawa fenolik lainnya, laevifonol yang telah diisolasi oleh Hirano et bergenin (4) dan 4’-O-metilgalokatecin (5) al. (2003) memperlihatkan kesesuaian yang tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan murin leukemia P-388. Fakta ini menunjukkan bahwa senyawa 1 adalah (-)-laevifonol. bahwa senyawa turunan asam fenolat dan senyawa flavan-3-ol tidak aktif terhadap sel Dengan metodologi penentuan struktur murin leukemia P-388. yang sama, maka senyawa 2 dan 3, dapat ditentukan sebagai (-)-α-viniferin (2) dan (-)- KESIMPULAN vatikanol A (3). Dan masing-masing telah dibandingkan data 1H dan 13C NMR, senyawa Lima senyawa fenolik telah berhasil diisolasi dari ekstrak aseton kulit batang D. elongatus Korth, yaitu (-)-laevifonol (1), grandiflorus, Helvetica Chimica Acta, 87, (-)-α-viniferin (2), (-)-vatikanol A (3), 479-495 bergenin (4) dan 4’-O-metilgalokatecin (5). Ito, T., Tanaka, T., Nakaya, K., Iinuma, M., Hasil pengujian aktivitas sitotoksik terhadap Takashashi, Y., Naganawa, H., Ohyama, M., Nakanishi, Y., Bastow, K.F., Lee, K., sel murin leukemia P-388 dari (-)-laevifonol 2001-a, A novel bridged trimer (IC50 > 100,0 µg/ml), (-)-α-viniferin (IC50 and four highly condensed stilbenoid 17,5 µg/ml), (-)-vatikanol A (IC50 27,0 µg/ml), oligomers in Vatica rassak, Tetrahedron, 57, bergenin (IC50 > 100,0 µg/ml) dan 4’-O- 7309-7321 metilgalokatecin (IC50 70,0 µg/ml). Hasil Ito, T., Tanaka, T., Nakaya, K., Iinuma, M., analisis secara kualitatif hubungan struktur Takashashi, Y., Naganawa, H., Ohyama, M., dengan aktivitas sitotoksik, diperoleh Nakanishi, Y., Bastow, K.F., Lee, K., kesimpulan bahwa senyawa oligomer 2001-b, A new resveratrol octamer, resveratrol yang simetri memiliki aktivitas vateriaphenol A, in Vateria indica, Tetrahedron letters, 42, 5909-5912 sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 Muhtadi, Hakim, E.H., Syah, Y.M., Juliawaty, yang lebih tinggi dibanding senyawa L.D., Achmad, S.A. Latip, J., Ghisalberti, oligoresveratrol yang tak simetri. Adanya unit E.L., 2006, Cytotoxic Resveratrol polar (asam askorbat) pada senyawa Oligomers from the Tree Bark of oligoresveratrol, mengakibatkan hilangnya Dipterocarpus hasseltii, Journal of aktivitas sitotoksik. Fitoterapia, Vol. 77, Issues 7-8, 550-555 Muhtadi, Euis H. Hakim, Syah, Y.M., Juliawaty, UCAPAN TERIMAKASIH L.D., Achmad, S.A., Said, I.M., Latip, J., Kami ucapkan terima kasih kepada 2005, Tiga senyawa oligostilbenoid dari Kebun Percobaan Haurbentes (Jasinga), kulit batang Dipterocarpus retusus Korth (Dipterocarpaceae), Jurnal Matematika dan Bogor, Jawa Barat, atas bantuannya dalam Sains, 10 (4), 135-141 menyediakan sampel tumbuhan dan Bapak Newman, M.F., Burges, P.F., Whitemore, T.C., Ismail Rahman & staf Herbarium Bogoriensis 1999, Pedoman identifikasi Pohon Bogor dalam determinasi tumbuhan. Prof. Dipterocarpaceae Pulau Kalimantan, Laily bin Din dan Dr. Jalifah Latip dari Prosea Indonesia, Bogor, 5-45 Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) atas Oshima, Y., Ueno, Y., Hisamichi, K., Takeshita, bimbingannya selama Program Sandwich di M., 1993, Ampelopsin F and G, Novel UKM dan bantuannya dalam mengukur bridged plant oligostilbenes from spektrum 1H NMR dan 13C NMR. Ampelopsis brevipedunculata var. hancei roots (Vitaceae), Tetrahedron, 49, 5801- 5804 DAFTAR PUSTAKA Hakim, E.H., 2002, “Oligostilbenoid dari tumbuh- Pryce R.J. and Langcake P., 1977, α-Viniferin: an tumbuhan Dipterocarpaceae”, Bull. Soc. Nat. antifungal resveratrol trimer from Prod. Chem., 2, 1-9 grapevines, Phytochemistry, 16, 1452- Hirano, Y., Kondo, R., Sakai, K., 2003, Novel 1454 stilbenoid isolated from the heartwood of Sotheeswaran, S. and Pasuphaty, V., 1993, Shorea laeviforia, Japan Wood Science, 49, Distribution of resveratrol oligomers in 53-58 plants, Phytochemistry, 32, 1083-1092 Hostettmann, K., 1991, Method in Plant Tanaka, T., Ito, T., Nakaya, K., Iinuma,,M., Biochemistry: Assay for Bioactivity, Riswan, S., 2000, Oligostilbenoids in stem Volume 6, Academic press, London, 71- bark of Vatica rassak, Phytochemistry, 54, 134 63-69. Ito T., Tanaka, T., Iinuma, M., Nakaya, K., Takahashi, Y., Sawa, R., Murata, J., Darnaedi, D., 2004, Two new resveratrol (=5-[1E)-2-(4-Hydroxyphenyl)ethenyl]- benzene-1,3-diol) tetramers with a tetrahydrofuran ring from Dipterocarpus