Profil Kabupaten Kayong Utara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Profil Kabupaten Kayong Utara RPJM Bidang Cipta Karya BAB.2 PROFIL KABUPATEN KAYONG UTARA 2.1. Keadaan Geografis Menurut undang-undang RI No. 6 Tahun 2007 dan Surat Mendagri No. 135/439/SJ Tanggal 27 Pebruari 2007, luas wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah 4.568,26 km². Luas wilayah ini relatif kecil jika dibandingkan wilayah Kabupaten/ Kota lain di Kalimantan Barat. Secara geografis, Kabupaten Kayong Utara berada di sisi Selatan Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 0° 43’ 5,15’’ Lintang Selatan sampai dengan 1° 46’ 35,21’’ Lintang Selatan dan 108° 40’ 58,88’’ Bujur Timur sampai dengan 110° 24’ 30,05’’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah sebagai berikut: Utara : Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, dan Selat Karimata Selatan : Selat Karimata dan Kabupaten Ketapang Barat : Selat Karimata Timur : Kabupaten Ketapang Wilayah Kabupaten Kayong Utara terdiri dari 6 Kecamatan. Dimana kecamatan-kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan laut. Dengan demikian masing-masing kecamatan mempunyai potensi kelautan yang tentunya dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Grafik 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Kayong Utara menurut kecamatan Sumber : KDA Kayong Utara 2016 (Kabupaten Kayong Utara) II-1 RPJM Bidang Cipta Karya Sebagian besar wilayah Kabupaten Kayong Utara merupakan perairan laut dan memiliki banyak pulau. Pulau yang ada di Kabupaten Kayong Utara berjumlah 103. Pulau-pulau ini tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan Sukadana, Simpang Hilir, Pulau Maya dan Kepulauan Karimata. Grafik 2.2. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Kayong Utara (mm) Rata-rata curah hujan di Kabupaten Kayong Utara sepanjang tahun 2015 adalah 215,78 mm, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Curah Hujan tertinggi terjadi di bulan Mei, 440,67 mm dan terendah di bulan September 1,33 mm. Rata-rata hari hujan perbulan sepanjang tahun 2015 di Kabupaten Kayong Utara sebesar 9,72 hari, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hari hujan terbanyak di bulan April sebanyak 15,67 hari dan terendah di bulan September, 2 hari selama sebulan. 2.2. Pemerintahan 2.2.1. Sejarah Kabupaten Kayong Utara Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling, yaitu bagian dari Karesidenan Kalimantan Barat (Resi-dentis Western Afdeling Van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di (Kabupaten Kayong Utara) II-2 RPJM Bidang Cipta Karya Pontianak. Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Wedana, yaitu : 1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana 2. Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang 3. Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap Afdeling Ketapang dibagi menjadi tiga kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan, yaitu : - Gusti Muhammad Saunan memimpin kerajaan Matan. - Tengku Betung memimpin kerajaan Sukadana. - Gusti Mesir memimpin kerajaan Simpang Sedangkan terbentuknya wilayah Kabupaten Kayong Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Ketapang didasari oleh Undang-undang RI No. 6 Tahun 2007 dan Surat Mendagri No. 135/439/SJ Tanggal 27 Februari 2007. Tabel 2.1. Letak Geografis Kabupaten Kayong Utara Menurut Kecamatan (Kabupaten Kayong Utara) II-3 RPJM Bidang Cipta Karya 2.2.2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jumlah anggota legislatif Kabupaten Kayong Utara tahun 2014- 2019 sebanyak 25 orang dengan 2 diantaranya adalah wanita. 2.2.3. Pemerintahan Desa Pada tahun 2015, Kabupaten Kayong Utara terbagi menjadi 6 kecamatan, 43 Desa, 168 Dusun, dan 636 RT. Tujuh desa diantaranya termasuk daerah sulit yang tersebar masing-masing 2 desa di Kecamatan Simpang Hilir, Kecamatan Seponti dan 3 desa di Kecamatan Kepulauan Karimata. 2.2.4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada tahun 2015, jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Kayong Utara sebanyak 2.667 orang, 2.491 orang merupakan pegawai daerah dan 176 orang pegawai pusat. Persentase jumlah pegawai daerah menurut jenis kelamin adalah 54,07% pegawai laki-laki dan 45,93% pegawai perempuan. Secara umum, pegawai negeri sipil di Kabupaten Kayong Utara didominasi oleh kaum laki-laki. Tabel 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Kayong Utara Menurut Kecamatan (Kabupaten Kayong Utara) II-4 RPJM Bidang Cipta Karya 2.3. Penduduk dan Ketenagakerjaan 2.3.1. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2015 sebanyak 105.477 jiwa (53.672 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 51.805 jiwa berjenis kelamin perempuan). Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Kayong Utara yaitu 4.568,26 km², maka kepadatan penduduk yang hanya sekitar 23 jiwa per km² terhitung masih sedikit. Dari enam kecamatan yang ada di Kabupaten Kayong Utara, kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Simpang Hilir, yaitu sekitar 30,25% dari total penduduk Kabupaten Kayong Utara. Grafik 2.3. Piramida Penduduk Kabupaten Kayong Utara, 2015 Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kayong Utara pada periode 1990-2000 sebesar 1,29% dan pada periode 2000-2010 laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,94%. Jika dilihat menurut kecamatan yang ada, maka laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2010 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk (Kabupaten Kayong Utara) II-5 RPJM Bidang Cipta Karya pada tahun 1990-2000. Dengan pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sukadana dan Simpang Hilir (masing-masing 2,79% dan 3,61%). Tabel 2.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk Kabupaten Kayong Utara menurut Kecamatan, 2015 2.3.2. Ketenagakerjaan Jumlah pencari kerja perempuan pada tahun 2014 di Kabupaten Kayong Utara 46,26 persen dan pencari kerja laki-laki 53,74 persen dari total pencari kerja. Jumlah pencari kerja tamatan SMA merupakan jumlah pencari kerja terbanyak yaitu mencapai 55,10 persen. Sedangkan pencari kerja tamatan SD dan SLTP yaitu tidak ada. Banyaknya pelatihan pada Balai Latihan Kerja (BLK) tahun 2014 berasal dari non institusional yaitu sebesar 60 paket dan 16 paket Institusional. Pada tahun 2014 jumlah perusahaan dan jumlah pekerja di Kabupaten Kayong Utara masing-masing adalah 356 perusahaan dan 14.298 pekerja. Jika dirinci menurut (Kabupaten Kayong Utara) II-6 RPJM Bidang Cipta Karya lapangan usaha, lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan yaitu sebesar 85,26 persen, sedangkan lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja paling sedikit adalah sektor Jasa Kemasyarakatan yaitu 0,02 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2015 sebesar 70,43 persen. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,76 persen. 2.4. Sosial 2.4.1. Pendidikan Pada tahun 2015 terdapat 215 sekolah yang terdiri dari 37 TK, 104 SD, 10 MI, 37 SMP, 6 MTs, 12 SMU, 4 MA, dan 5 SMK di Kabupaten Kayong Utara, dengan total guru sebanyak 1.844 orang dan murid sebanyak 25.300 orang. Jumlah sekolah negeri yaitu 162 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 1.642 orang dan murid sebanyak 22.801 siswa, sedangkan jumlah sekolah swasta 53 sekolah dengan 202 jumlah guru dan murid sebanyak 2.499 siswa. Grafik 2.4. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kayong Utara, 2011-2015 (Kabupaten Kayong Utara) II-7 RPJM Bidang Cipta Karya 2.4.2. Kesehatan Banyaknya tenaga medis di Kabupaten Kayong Utara tahun 2015 sebanyak 357 orang, dan didominasi oleh perawat sebanyak 159 orang, dokter umum sebanyak 11 orang dan dokter gigi 1 orang. Grafik 2.5. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kayong Utara Menurut Penempatannya, 2011-2015 Banyaknya sarana kesehatan pemerintah di Kabupaten Kayong Utara tahun 2015 adalah 38 fasilitas, yang terdiri dari 8 Puskesmas dan 30 pustu. Sedangkan jumlah apotek baru terdapat 1 buah, tepatnya di Kecamatan Sukadana. 2.4.3. Agama Jumlah pemuka agama pada tahun 2015 di Kabupaten Kayong Utara berjumlah 72 orang, terdiri dari 56 da’i, 1 pastur, dan 15 pendeta. Sedangkan jumlah rumah ibadah di Kabupaten Kayong Utara, 108 masjid, 16 gereja, 1 pura, 4 vihara dan 1 klenteng. Jumlah pemeluk agama di Kabupaten Kayong Utara tahun 2015 sebanyak 94,96 persen adalah pemeluk agama Islam, dan selebihnya terbagi pemeluk agama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. (Kabupaten Kayong Utara) II-8 RPJM Bidang Cipta Karya 2.4.4. Lansia dan Anak Terlantar Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan anak terlantar di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2014 sebanyak 432 lansia dan 88 anak. 2.4.5. Organisasi Kemasyarakatan Jumlah organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2014 masing-masing 15 Organisasi Masyarakat (Ormas). Tabel 2.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kayong Utara, 2011-2015 2.5. Pertanian 2.5.1. Tanaman Pangan Pada tahun 2015 produksi tanaman padi Kabupaten Kayong Utara sebesar 48.595 ton, terdiri dari 48.306 ton padi sawah dan 289 ton padi ladang. Dengan luas panen seluas 19.290 ha, maka produktivitas padi tahun 2015 sebesar 25,19 kw/ha. Padi masih menjadi komoditi utama di bidang pertanian, disusul diperingkat kedua adalah (Kabupaten Kayong Utara) II-9 RPJM Bidang Cipta Karya komoditi ubi kayu dengan produksi sebesar 2.179 ton. Komoditi terendah adalah kacang kedelai. Grafik 2.6. Banyaknya Hasil Panen per Hektar Sumber : KDA Kayong Utara 2016 Komoditi sayuran terbesar adalah terung dengan produksi 9.864 ton, sedangkan yang terendah adalah buncis yaitu 240 ton. Produksi buahbuahan terbesar adalah nenas, durian dan pisang, masing-masing produksinya 13.279 ton, 12.542 ton dan 20.923 ton. Durian adalah buah khas Kabupaten Kayong Utara, produksinya yang cukup besar dapat mendorong perekonomian masyarakatnya, begitu juga dengan industri ikutan yang berbahan baku durian,
Recommended publications
  • Tracing the Maritime Greatness and the Formation of Cosmopolitan Society in South Borneo
    JMSNI (Journal of Maritime Studies and National Integration), 3 (2), 71-79 | E-ISSN: 2579-9215 Tracing the Maritime Greatness and the Formation of Cosmopolitan Society in South Borneo Yety Rochwulaningsih,*1 Noor Naelil Masruroh,2 Fanada Sholihah3 1Master and Doctoral Program of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Indonesia 2Department of History Faculty of Humanities Diponegoro University, Indonesia 3Center for Asian Studies, Faculty of Humanities, Diponegoro University, Indonesia DOI: https://doi.org/10.14710/jmsni.v3i2.6291 Abstract This article examines the triumph of the maritime world of South Borneo and Received: the construction of a cosmopolitan society as a result of the trade diaspora and November 8, 2019 the mobility of nations from various regions. A “liquid” situation has placed Banjarmasin as a maritime emporium in the archipelago which influenced in Accepted: the 17th century. In fact, the expansion of Islam in the 16th to 17th centuries December 8, 2019 in Southeast Asia directly impacted the strengthening of the existing emporium. Thus, for a long time, Banjarmasin people have interacted and even Corresponding Author: integrated with various types of outsiders who came, for example, Javanese, [email protected] Malays, Indians, Bugis, Chinese, Persians, Arabs, British and Dutch. In the context of the maritime world, the people of South Borneo are not only objects of the entry of foreign traders, but are able to become important subjects in trading activities, especially in the pepper trade. The Banjar Sultanate was even able to respond to the needs of pepper at the global level through intensification of pepper cultivation.
    [Show full text]
  • Chopsticks As a Typical Dayak Borneo Weapon
    Chopsticks as a Typical Dayak Borneo Weapon Hamid Darmadi {[email protected]} IKIP PGRI Pontianak Abstract: The ancestors of the Dayak tribe who live amid dense forests and inhabited by various wild animals, inspire and motivate the Dayak tribe to make reliable weapons that are not only able to protect themselves from the fierce forest life, but also able to sustain the existence of the Dayak tribe as a whole . The ferocious wilderness of Borneo island has tapered the determination and enthusiasm "Dayak ancestors make" Typical "weapons called" chopsticks. "Chopsticks are made of iron wood (ironwood). Chopsticks have a length of 1.5 to 2cm. The best size for a chopstick Chopsticks consist of three main parts, namely: Chopsticks, chopsticks (damak) and chopsticks (spear made of selected iron tied to the end of the chopsticks). Chopsticks that rely on this blowing power, has a shooting accuracy of up to 200 meters, effective shooting distance of 25 to 30 meters to "typical" which makes the chopstick gun deadly because at the end of the dam is spiked / smeared poison in the form of gum ipuh and a mixture of deadly animals that are said to have no antidote. with the advent of Technology and Knowledge, chopsticks began to be rarely produced as weapons of war, but more at p production as a sports tool to clot and order. Keywords: Typical Dayak Weapon Chopsticks 1 Introduction 1.1 Background for making Chopsticks Weapons Living amidst a dense forest with tree trees that looms high and is inhabited by various wild and wild animals, has inspired Dayaks to make weapons that are not only able to protect them from the fierce forest life, but also able to sustain their lives both materially and moral.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik http://jurmafis.untan.ac.id ; http://jurnal.fisipuntan.org STRATEGI POLITIK PARTAI KOALISI DALAM KEMENANGAN PASANGAN CITRA DUANI DAN EFFENDI AHMAD DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2018 Oleh: DEWI SUSANTI 1* NIM. E1051151038 Drs. Asmadi, M.Si2 , Herri Junius Nge,S.Sos,M.Si2 *Email: [email protected] 1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2. Dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. ABSTRAK Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui marketing politik partai koalisi dalam kemenangan pasangan Citra Duani dan Effendi Ahmad dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kayong Utara Tahun 2018,ditinjau dari teori Marketing Politik, Skripsi ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan wawancara kepada informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa marketing politik yang digunakan partai koalisi bisa ditinjau dengan teori Marketing Politik yang didalamnya terdapat tiga pendekatan yaitu, push marekting yaitu melalui kegiatan kampanye politik yang dilakukan partai koalisi dan tim sukses dengan menggunakan pertemuan akbar dan bakti sosial dan bertemu secara langsung dengan masyarakat untuk menyampaikan produk politik yang dimiliki pasangan Citra-Effendi, pull marketing yaitu penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa seperti penyampaian isu politik dengan menggunakan media cetak dan media online yaitu Facebook, youtube dan pemasangan baliho di persimpangan jalan, dan pass marketing yaitu penyampaian produk politik kepada pihak-pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat seperti tokoh Osman sapta Odang, dalam melaksanakan marketing politik pasangan Citra Duani-Effendi Ahmad partai koalisi lebih menitikberatkan melalui pendekatan Pass Marketing yaitu menggunakan tokoh yang memiliki pengaruh di Kabupaten Kayong Utara yaitu sosok Osman Sapta Odang.
    [Show full text]
  • Improving Rural Health Care Reduces Illegal Logging and Conserves Carbon in a Tropical Forest
    Improving rural health care reduces illegal logging and conserves carbon in a tropical forest Isabel J. Jonesa,1, Andrew J. MacDonaldb,c,d, Skylar R. Hopkinse,f, Andrea J. Lundg, Zac Yung-Chun Liua, Nurul Ihsan Fawzih, Mahardika Putra Purbah, Katie Fankhauseri, Andrew J. Chamberlina, Monica Nirmalah, Arthur G. Blundellj, Ashley Emersonk, Jonathan Jenningsk, Lynne Gaffikinl,m, Michele Barrym, David Lopez-Carrn, Kinari Webbk, Giulio A. De Leoa,o, and Susanne H. Sokolowm,o,p,1 aHopkins Marine Station, Department of Biology, Stanford University, Pacific Grove, CA 93950; bDepartment of Biology, Stanford University, Stanford, CA 94305; cEarth Research Institute, University of California, Santa Barbara, CA 93106; dBren School of Environmental Science and Management, University of California, Santa Barbara, CA 93106; eNational Center for Ecological Analysis and Synthesis, Santa Barbara, CA 93101; fDepartment of Applied Ecology, North Carolina State University, Raleigh, NC 27607; gEmmett Interdisciplinary Program in Environment and Resources, Stanford University, Stanford, CA 94305; hAlam Sehat Lestari, Sukadana, West Kalimantan 78852, Indonesia; iOregon Health and Science University, School of Public Health, Portland, OR 97239; jNatural Capital Advisors, New Orleans, LA 70115; kHealth In Harmony, Portland, OR 97214; lDepartment of Obstetrics and Gynecology, Stanford University, Stanford, CA 94305; mCenter for Innovation in Global Health, Stanford University, Stanford, CA 94305; nDepartment of Geography, University of California, Santa Barbara,
    [Show full text]
  • Unlocking the Potential Economic in Undeveloped Regency Through Maritime Infrastructure
    UNLOCKING THE POTENTIAL ECONOMIC IN UNDEVELOPED REGENCY THROUGH MARITIME INFRASTRUCTURE (CASE STUDY: REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING OF NORTH KAYONG REGENCY) Imanuddin ABDULGANI, [email protected], Gadjah Mada University ABSTRACT The North Kayong Regency is one of the new Regency in West Kalimantan Province that is still lack of infrastructure development such as infrastructure and public amenities. The purpose of this research is to contribute in regional development planning policy through determine appropriate method in maritime infrastructure for increasing regional economic growth. Our study shows that the best practice to improve the development planning process is improve better and appropriate policies that might be apply through the new methods on practice oriented, focus on strategies, tools and manage the utilization of planning and resources. By maintain strategies, develop solution that integrates different dimension of regional planning and resources in every conceivable way to solve the problem and to overcome the obstacles. Keyword : Economic Growth, Maritime Infrastructure, Interconnectivity, Regional Development Planning, Undeveloped Regency INTRODUCTION The Maritime Infrastructure and its benefit for Development can not be implemented optimally, since there is regulation that the use of maritime infrastructure must follow the order of the Ministry of Transportation and Provincial Agency for Transportation which supplemented by the Provincial Spatial Plan (RTRW). The challenge is that the maritime infrastructure is not always coincident with the administrative area so as to allow synergies between agencies can not run harmoniously and produce no real technical action. For example, making a grand design of a regional sea port development can have a different direction of environmental function with a land allocation which is arranged in the Regional Spatial Plan (RTRW).
    [Show full text]
  • Output 3 REDD+ Model for HP/HL/APL Is Developed at Pilot Site(S) in West Kalimantan
    日本インドネシアREDD+実施メカニズム構築プロジェクト(REDD+計画調査) 業務完了報告書 Output 3 REDD+ model for HP/HL/APL is developed at pilot site(s) in West Kalimantan. Activity 3-1 Conduct studies on conventional management of HP/HL/APL (peatland). 活動 1-7 で検討・実施した。 Activity 3-2 Identify pilot site(s) for improved management of HP/HL/APL (peatland). 活動 1-7 で検討・実施した。 Activity 3-3 Calculate RL/REL for pilot site(s). (業務実施の活動対象外) Activity 3-4 Identify policy and measures for improved management of HP/HL/APL (peatland) including the development of performance/safeguard indicators. (業務実施の活動対象外) Activity 3-5 Estimate CO2 emission for improved management. (業務実施の活動対象外) Activity 3-6 Develop a carbon monitoring method. 活動 1-2 及び 1-6 で検討・実施した。 Activity 3-7 Conduct baseline survey on biodiversity and community livelihood. (業務実施の活動対象外) Activity 3-8 Conduct safeguard/co-benefit activities on the improvement of livelihood, biodiversity conservation and the provision of environmental services. (業務実施の活動対象外) Activity 3-9 Collect and assess data on land use change and carbon stock, biodiversity conservation and community livelihood. (業務実施の活動対象外) Draft an operational manual of REDD+ model by analyzing local conditions, policy instruments, project activities and their impacts. (業務実施の活動対象外) - 158 - 日本インドネシアREDD+実施メカニズム構築プロジェクト(REDD+計画調査) 業務完了報告書 Output 4 Capacity of carbon monitoring is enhanced at the provincial level in Central Kalimantan. Activity 4-1 Assist to organize MRV institution. (業務実施の活動対象外) Activity 4-2 Provide training for MRV institution, local governments and communities to enhance
    [Show full text]
  • Borneo: Treasure Island at Risk
    Borneo: Treasure Island at Risk Status of Forest, Wildlife and related Threats on the Island of Borneo Acknowledgement The following persons provided valuable advice and information to this report: - Fitrian Ardiansyah, WWF Indonesia - Stuart Chapman, WWF Indonesia - David S. Edwards, University of Brunei Darussalam - Nina Griesshammer, WWF Germany - Mirjam Müller, WWF Germany - Bambang Supriyanto, WWF Indonesia - Junaidi Payne, WWF Malaysia - Florian Siegert, Ludwig-Maximilians-University of Munich - Lely Rulia Siregar, Indonesian Ministry of Forestry - Alois Vedder, WWF Germany - Stefan Ziegler, WWF Germany Published by: WWF Germany, Frankfurt am Main, June 2005 Authors: Mario Rautner, Consultant, Borealis Centre for Environment and Trade Research Martin Hardiono (maps), Consultant Raymond J. Alfred (Sabah maps), WWF Malaysia Coordinator: Markus Radday, WWF Germany, Assistance: Mirjam Müller, WWF Germany Contact: Markus Radday, WWF Germany, phone +49 69 7 91 44-189; e-mail: [email protected] Layout text: Astrid Ernst Production Rainer Litty, WWF Germany Printed on recycled paper © 2005 WWF Germany, Frankfurt am Main Any reproduction in full or in part of this publication must mention the title and credit of the above mentioned publisher as the copyright owner. Cover photo: © WWF Jikkie Jonkman / Alain Compost Preface The forests of Borneo are rapidly disappearing: A man-made disaster. A few decades ago the third largest island on our planet was still covered by a vast green carpet of lush rainforest. These forests are invaluable because of the diversity of unique plants and animals they harbour: Majestic species such as orang-utans, elephants and rhinos, to name but a few. Equally important: They are of critical value to people, both as a prized natural heritage and for the goods and services that they provide.
    [Show full text]
  • Daftar Nama-Nama Penerima Bantuan Pemerintah Bagi Pelaku Usaha Mikro (Bpum) Tahun 2020 Tahap Kesepuluh
    Lampiran Nomor : 22 Tahun 2020 Tanggal : 16 September 2020 Perihal : Penetapan Nama- Nama Penerima Bantuan Pemerintah Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) Tahun 2020 Tahap Kesepuluh DAFTAR NAMA-NAMA PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH BAGI PELAKU USAHA MIKRO (BPUM) TAHUN 2020 TAHAP KESEPULUH NAMA LENGKAP NO ALAMAT BIDANG USAHA NO. TELP NIK 220413 SARBANI Jlprof M Yamin Ggkencana Kota Pontianak Kalimantan Barat 6171030403830013 No30 Rt 01 Rw 13 220414 YUSTINA AKIM Jln Sr Dalam Komp Bumi Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat Perdagangan 6112016110800006 Batara 3 A22 Rt 6 Rw 1 220415 ABUI Jl Haji Abas Rt 8 Rw 2 Kab. Sanggau Kalimantan Barat 6103012502760004 220416 GENY SANJAYA SAPUTRA Candraloka Teras 2 Blok A3 Kab. Ketapang Kalimantan Barat Perdagangan 6104041111800001 No21 Rt 6 Rw 11 220417 IDHAM HALIK Jl P Ratu Moch Idris Rt 9 Rw 3 Kab. Sintang Kalimantan Barat Perdagangan 6105010605610001 220418 ELLYDA SUZIANI Jl Dharma Putra Btn Citra Kab. Sintang Kalimantan Barat Perdagangan 6105016004680004 Baning Permai Blok G No 220419 DEDY SAPUTRA Jlpembangunan Ggberingin Rt Kab. Sambas Kalimantan Barat Perdagangan 6101051010930004 2 Rw 12 220420 HIMRAN NOOR Jlkapten Bambang Ismoyo 49 Kota Pontianak Kalimantan Barat 6171020811580004 Rt 6 Rw 9 220421 EVA JULIANTI Komp Pawan Permai Mas Iii Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat 6112014607740001 Blok P10 Rt 1 Rw 13 220422 MULYADI Dusun Bindang Desa Kartiasa Kab. Sambas Kalimantan Barat Wiraswasta 6101010506730004 Kec Sambas Sambas Samb 220423 KAMALUDIN Dusun Turusan Kecamatan Kab. Sambas Kalimantan Barat Wiraswasta 6101010606910004 Sambas Kecamatan Sambas Sa 220424 JONI Jl Gusti Hamzah Dsn Tunas Kab. Sambas Kalimantan Barat Wiraswasta 6101010502830005 Baru Kel Duria Rt00700 220425 NG SUN KIONG Dusun Siapat Rt001001 Kab.
    [Show full text]
  • Tinjauan Awal Batuan Dasar Di Wilayah Pantai Kalimantan Barat Untuk
    Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524 Pontianak, 19 Juni 2014 TINJAUAN AWAL BATUAN DASAR DI WILAYAH PANTAI KALIMANTAN BARAT UNTUK ANALISIS KESELAMATAN TAPAK PLTN Hadi Suntoko, June Mellawati Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir-BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710, Email: [email protected] ABSTRAK TINJAUAN BATUAN DASAR DI BEBERAPA WILAYAH PANTAI KABUPATEN KALIMANTAN BARAT UNTUK ANALISIS KESELAMATAN TAPAK PLTN. Material bawah permukaan (batuan dasar) merupakan bagian dari aspek geologi, geofisik geoteknik yang perlu dikaji dalam kegiatan penyiapan tapak PLTN. Bapeten merekomendasikan pentingnya kajian tersebut melalui Perka Bapeten No 4 Tahun 2008, dan BATAN telah melakukan kajian tersebut untuk studi kelayakan PLTN. Berdasarkan hal ini telah dilakukan tinjauan batuan dasar di sepanjang pantai Kalimantan Barat yang merupakan wilayah studi calon tapak Kalbar untuk analisis keselamatan tapak PLTN. Tujuan penelitian adalah memperoleh data batuan dasar dalam rangka untuk analisis aspek geologi dan geoteknik pondasi untuk keselamatan tapak PLTN. Data yang diperoleh untuk rekomendasi lokasi calon tapak PLTN Kalbar. Metodologi yang digunakan meliputi pengumpulan data sekunder, konfirmasi lapangan, diskripsi, identifikasi, interpretasi dan analisis data. Lokasi penelitian meliputi wilayah pantai dari Kabupaten Kubu Raya, Kayong Utara dan Ketapang, Kalimantan Barat. Studi dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Kubu Raya, Kayong Utara dan Ketapang merupakan dataran rendah, dataran tinggi, dan perbukitan yang didominasi oleh batuan alluvium dan batuan terobosan granit, granodiorit, diorite, dan dasit. Daerah Sukadana dan sekitarnya dibentuk oleh batuan berumur kapur, yaitu metasedimen, metamorf, dan granit yang mengandung mineral kuarsit turmalin, kuarsit muskovit, sekis kuarsa, biotit, serta terobosan mikro diorite yang ditutupi alluvium.
    [Show full text]
  • PT Batu Mas Sejahtera, Ketapang Regency, West Kalimantan Province, Indonesia
    SUMMARY OF ASSESSMENTS AND MANAGEMENT PLANS Proposed New Plantings by PT Batu Mas Sejahtera, Ketapang Regency, West Kalimantan Province, Indonesia First Submission: June 2020 i Contents List of Tables ................................................................................................................................................ iii List of Figures ................................................................................................................................................ v List of Abbreviations ................................................................................................................................... vii 1. OVERVIEW AND BACKGROUND ................................................................................................................ 1 1.1. Overview ....................................................................................................................................... 1 1.2. New development plan ................................................................................................................. 1 1.3. Social and environmental contexts of the management unit ...................................................... 1 2. ASSESSMENT PROCESS AND METHODS ................................................................................................ 6 2.1. Social and environmental impact assessments ............................................................................ 6 2.2. HCV assessment ...........................................................................................................................
    [Show full text]
  • The Study on Distribution Mechanism Reform Through
    MINISTRY OF AGRICULTURE THE REPUBLIC OF INDONESIA THE STUDY ON DISTRIBUTION MECHANISM REFORM THROUGH DEVELOPMENT OF WHOLESALE MARKET (IMPROVING OF POST-HARVEST HANDLING AND MARKETING FACILITIES) IN INDONESIA (AGRICULTURE) FINAL REPORT MAIN REPORT JANUARY 2012 JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY SYSTEM SCIENCE CONSULTANTS INC. NIPPON KOEI CO., LTD. RDD JR 12-003 Map of the Study Areas Bird’s Eye View of the New TA in Lampung Province in Lampung Province TA of the New View Eye Bird’s Photographs 1. Lampung Province (1) Existing Wholesale Markets in Bandar Lampung City 1) Taming Market ■Facade of market building ■Wholesale booths ■Debris of cabbage 2) Gintung Market ■Neighboring main street ■Cabbage in wholesale market ■Potato in wholesale market ■Internal condition of retail market ■Garbage collection truck (2) Candidate Sites of TA Construction 1) Penengahan Site ■Neighboring trunk road ■Project site owned by Lampung Province (Ex-truck scale facilities of (view toward B. Lampung) Transportation Agency, Approx. 1.8 ha) ■Project site (private land of approx. 10 ha) ■Houses in the project site 2) Natar Site ■Neighboring access road (view ■Overview of the site (viewed from neighboring trunk road) toward Bandar Lampung City) ■Chicken farm facilities in the site (under ■High-voltage line ■Private junior high school operation) and tower in the site which is facing to access road 3) Gedong Tataan Site ■Neighboring access road (view ■Overview of the site (access road and street trees viewed from toward Bandar Lampung City) the center of the site)
    [Show full text]
  • Khazanah Leksikon Kelautan Dalam Bahasa Melayu Dialek Sukadana
    KHAZANAH LEKSIKON KELAUTAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SUKADANA Mira Yunika Sari, Ahmad Rabi’ul Muzammil, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Surel:[email protected] Abstract This study focused on marine lexicons in Malay language Sukadana. The research problem was how the form of the lingual unit of marine lexicon, the meaning of the marine lexicon, retains the Sukadana Malay language lexicon on adolescent, adult, and old speakers, as well as the RPP Indonesian alternative model with material on marine class VII Semester I according to the 2013 curriculum. Based on the analysis found 81 data of marine lexicons in Malay language Sukadana which are divided into two research groups, namely the activity of capturing marine products including lexicons of transportation equipment, there are 3 lexicon data, there are 15 lexicon data, there are 37 lexicon data, and part use techniques Fishing gear has 12 lexicon data, while marine processing activities include the name of food processing, there are 4 lexicon data, the name of material processing is 9 lexicon data, and the name of production processing is 1 lexicon data. Understanding of marine lexicons in Sukadana Malay language for adolescents 15-20 years old, adults 21-45, and aged ≥ 46 years for 81 lexicons from the results of research on understanding the lexicon of marine language in Sukadana Malay still persists among those ages. Keywords: Embedding Lexicon,Marine Lexicon, Meaning of Language Supplement Text Indonesia PENDAHULUAN Bahasa Melayu Sukadana merupakan politik dan perdagangan kolonial. Faktor satu di antara bahasa daerah yang ada di sejarah inilah yang melandasi pemilihan Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat.
    [Show full text]