KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY Published by Program Studi Magister Ekonomi Syariah- Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia ISSN: 1978-7308 (Print) Http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/KASABA

ANALISIS ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN NASIONAL

Aang Gunaepi1, Didin Hafidhuddin2, Irfan Syauqi Beik3 1 2 3 Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

ABSTRACT This study describe fiqh one of all asnaf on zakat, there are fi sabilillah and how imply at BAZNAS. This research uses library research and field research as complement with qualitative approach. Fi sabilillah have same means that . Fi sabilillah dalam BAZNAS imply to empowerment of mustahik with scholarship from elementary until higher education. Keyword: empowerment, fiqh, zakat

166 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

I. PENDAHULUAN Islam memberikan porsi besar memperlancar dan mempermudah terhadap kehidupan sosial masyarakat. penyampaian barang dan jada dari Allah menegaskan bahwa kesalehan produsen ke konsumen, sehingga pribadi tidak memiliki efek apapun jika penggunaannya sesuai dengan yang tidak membawa dampak positif bagi diperlukan. (Tjiptono, 1997: 185). kebaikan sekitarnya. Bahkan Rasulullah Sedangkan maksud distribusi dalam menegaskan bahwa sebaik-baik manusia zakat adalah kegiatan mengalokasikan adalah yang paling bermanfaat bagi dana zakat yang telah dihimpun dari orang lain. Dalam norma-norma agama muzakki kepada mustahik. islampun demikian. Saat islam Dalam penyebutan kedelapan mewajibkan satu hal, efek yang golongan penerima zakat ini, Allah dirasakan tidak hanya orientasi individu menggunakan dua redaksi yang berbeda. untuk mendapatkan pahala dan Empat golongan pertama Allah sebutkan mendekatkan diri kepada allah swt. Tapi dengan menggunakan li, yaitu Fuqara, di sisi lain, ibadah itu memiliki implikasi Masakin, Amilin ‘Alaiha, Muallafah terhadap sosial masyarakat. seperti Qulubuhum.Sedangkan empat golongan perintah saling berbagi kepada sesama lainnya ( Fi sabilillah, riqaab, ghaarim, dari orang yang mampu kepada yang ibn. Sabiil) menggunakan fi.Maksud membutuhkan yang dikenal islam penggunaan dua redaksi ini adalah dengan zakat, infak dan sedekah. bahwa untuk keempat golongan Kegiatan tersebut bukanlah bentuk pertama, dimaksudkan untuk kebaikan, tapi sejatinya adalah kepemilikan. Artinya, dana zakat mereka kewajiban seorang muslim sebagai terima langsung. Hal ini tentu saja bukan pembersih harta yang dimiliki serta suatu kebetulan atau ketidak merupakan sarana yang diberikan islam sengajaan.Allah menggunakan huruf “li” untuk mengikat kuat tali persaudaraan yang memiliki asal makna untuk sesama muslim, sekaligus sarana “kepemilikan” menunjukan bahwa menciptakan keamanan sosial. keempat golongan pertama berhak Dewasa ini, zakat menjadi salah satu memiliki zakat yang diberikan topik yang menarik untuk dikaji lebih kepadanya. Dan sesungguhnya mereka dalam dan lebih luas. Telah banyak mengambilnya sebagai hak milik. literatur yang mencoba menganalisis Sedangkan keempat golongan yang zakat dari berbagai sisi. Mulai dari kedua, zakat yang disalurkan tidak untuk hukum, potensi, serta peranannya dalam mereka, tapi untuk kemaslahatan yang membantu program pemerintah dalam langsung terkait dengan mereka. Harta mengentaskan pengangguran dan yang dialokasikan untuk ghaarim kemiskinan. Namun semua potensi sosial misalnya, dana itu tidak diberikan yang dimiliki zakat akan benar-benar kepada mereka, akan tetapi untuk orang terealisasi jika didistribusikan tepat yang meminjamkan uang padanya. sasaran. Namun pada prakteknya, kedelapan Distribusi dapat diartikan sebagai mustahik zakat tersebut mengalami kegiatan pemasaran yang berusaha dinamisasi makna dari waktu ke waktu. Seperti dana zakat yang dialokasikan

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 167 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 untuk keperluan fi sabiilillah. Meski meneliti kebijakan Badan Amil Zakat bagian ini tetap ada dalam golongan yang Nasional (BAZNAS) dalam berhak menerima zakat, tapi makna fi mendistribusikan dana zakat untuk sabilillah itu sendiri memiliki golongan tersebut. pergeseran makna seiring berjalannya zaman dan bergulirnya waktu. III. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini membatasi bahasan A. Konsep Fi Sabilillah dalam pada: (a) 1. Mengkaji konsep fi Tinjauan Fikih Klasik dan Modern sabilillah dalam tinjauan fikih klasik dan Secara bahasa, kata sabil adalah jalan modern, dan (b) Menganalisa yang menurut Kamus Besar bahasa Implementasi konsep fi sabilillah pada Indonesia berarti perkembangan atau Badan Amil Zakat Nasional berlangsungnya sesuatu, atau cara dan II. METODE PENELITIAN ikhtiar untuk melakukan sesuatu atu kelangsungan hidup sesuatu. (KBBI, Penelitian ini menggunakan metode 2007 : 452). Adapun makna sabilillah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang adalah jalan atau cara untuk mencapai dihimpun dari berbagai sumber pustaka ridha Allah. yang berkaitan erat dengan obyek penelitian ini dan berusaha mencari Menurut ibnu Atsir (156) sabilillah gambaran menyeluruh dengan adalah istilah umum untuk aktivitas yang mengumpulkan data,m fakta dan bertujuan mendekatkan diri kepada peristiwa, kemudian dijelaskan dan Allah dengan melaksanakan kewajiban, dianalisa serta dikaji berdasarkan teori ibadah sunnah, ataupun hal-hal lain yang dari berbagai konsep para ahli sesuai dianjurkan. Akan tetapi, kalimat ini dengan permasalahan utama, sehingga (sabilillah) lebih banyak digunakan menjadi suatu pembahasan yang logis dalam jihad sehingga seolah kalimat dan sistematis, untuk memperoleh satu sabilillah adalah jihad itu sendiri. kesimpulan materi yang dapat diterima Jika dipahami secara bahasa, kalimat secara valid dan reliable kebenarannya. ini sudah nampak jelas. Ibnu Atsir Untuk pengumpulan data yang mendefinisikan bahwa sabil adalah jalan. diperlukan sebagai bahan analisis, dalam Sedangkan sabilillah adalah semua penelitian ini digunakan prosedur aktivitas yang dilakukan untuk Interview atau wawancara Dimana mendekatkan diri kepada allah. Jika peneliti mengajukan pertanyaan kepada ditinjau lebih luas, maka ia lebih narasumber berdasarkan pedoman ditujukan kepada jihad, karena sering interview yang telah disiapkan secara digunakan untuk aktivitas ini, maka yang lengkap dan cermat. Narasumber yang dimaksud fii sabilillah adalah jihad. peneliti butuhkan dalam pelaksanaan Ibnu Atsir menyatakan bahwa makna penelitian ini adalah para Ulama yang asal dari kata sabil adalah jalan. kompeten di bidang fikih karena Sabilillah adalah sebuah kalimat yang berkaitan dengan definisi fi sabilillah memiliki arti luas dan umum, mencakup serta beberapa hal seputar definisi segala amal perbuatan ikhlas, yang tersebut dalam fikih. Sedangkan untuk dipergunakan untuk mendekatkan diri aplikasi pemahaman fi sabilillah penulis kepada Allah azza wa jalla dengan

168 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 melaksanakan segala perbuatan wajib, ayat Pada surat al-baqarah, lima ayat sunah, dan bermacam kebajikan lainnya. pada surat Ali Imran, delapan ayat pada Apabila kalimat tak terikat, maka surat an-Nisa, satu ayat pada surat al- biasanya dipergunakan untuk pengertian Maidah, tiga ayat pada surat al-Anfal, jihad (berperang) sehingga karena sembilan ayat pada surat at-Taubah, satu seringnya dipergunakan untuk itu, ayat pada surat al-, satu ayat pada seolah-olah sabilillah itu artinya hanya surat an-Nuur, dua ayat pada surat khusus untuk jihad. Muhammad, dan satu ayat pada surat al- Hujuraat, al-Hadiid, as-Shaf, dan al- Dari Ibnu Atsir tentang kalimat Muzammil. sabilillah, dapat diambil dua kesimpulan: (a) bahwa arti asal kata ini menurut Dari sekian redaksi fi sabilillah yang bahasa adalah setiap amal perbuatan terdapat dalam al-, ada beberapa ikhlas yang dipergunakan untuk kesamaan yang mungkin dari sana bisa mendekatkan diri kepada Allah swt., diambil kesimpulan, mengapa selalu meliputi segala amal perbuatan shaleh disandingkan dengan kata kerja yang baik yang bersifat pribadi maupun yang sama secara berulang-ulang. Kata kerja bersifat sosial, dan (b) bahwa arti yang tersebut antara lain, Qital atau biasa dipahami pada kata ini apabila peperangan, Jihad, Infak, dan Hijrah. bersifat mutlak adalah jihad sehingga Dari keempat kata kerja tersebut, karena seringnya dipergunakan untuk semuanya merupakan kata yang itu, seolah olah artinya hanya untuk menunjukkan bahwa fi sabilillah adalah jihad. peperangan. Untuk itu, para ulama Sebab perbedaan pendapat di banyak berpendapat bahwa maksud fi kalangan para ulama fikih tersebut sabilillah adalah perang. Pendapat ini didasari dari makna sabilillah itu sendiri. cukup logis, Karena mayoritas ayat fi Karena ia bisa diartikan dengan dua hal sabililah dalam al-Quran memiliki arti tersebut. Sabilillah dengan arti berperang. berperang, atau dengan arti semua Akan tetapi Yusuf al-Qhardawi kebaikan untuk mendekatkan diri berpendapat bahwa fi sabilillah yang kepada Allah swt. disertai kata-kata kerja tersebut Berdasarkan kesepakatan para memiliki dua arti, yaitu : ulama fikih juga menetapkan bahwa Pertama, arti yang bersifat umum, kedua arti ini bisa digunakan sebagai sesuai dengan maksud asli dari lafadz definisi sabilillah. Tetapi tidak berhenti tersebut, yaitu semua jenis kebaikan, sampai di situ, karena para ulama pun ketaatan dan semua jalan kebaikan. memiliki perbedaan pemahaman pada Kedua, fi sabilillah dengan arti yang sisi lain. Yaitu, apakah sabilillah hanya khusus yaitu menolong agama Allah, diartikan dengan jihad atau lebih luas, memerangi musuhNya dan menegakkan sehingga tidak terpaku pada batas-batas kalimat Allah di muka bumi ini sehingga jihad saja dan bahkan tidak ada satu tidak ada fitnah (kemusyrikan), dan perbuatan baik pun, kecuali masuk pada agama semuanya bagi Allah. Yang ruang lingkup kalimat itu. membedakan makna khusus dan umum kata fi sabilillah sekitar 43 ayat di dari lafadz fi sabilillah adalah susunan tiga belas surat yang berbeda. Sembilan kalimat itu sendiri.

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 169 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

Makna yang khusus ini terjadi karena perlu kiranya penulis kemukakan kalimat sabilillah terdapat setelah kata pendapat mereka tentang maksud fi perang dan jihad seperti, “berperang di sabilillah. jalan Allah” dan “berjihadlah kamu Yang disepakati dari keempat sekalian di jalan Allah”. madzhab tentang fi sabilillah adalah Pendapat yang dianggap kuat bahwa peperangan merupakan salah sebagaimana dikemukakan Yusuf satu poin yang termasuk di dalam Qhardawi adalah bahwa makna umum kategori tersebut. Perbedaan pendapat dari sabilillah tidak cocok untuk ayat itu terletak pada yang selain peperangan, tersebut. karena dengan keumumannya apakah termasuk ke dalam kategori fi ini meluas pada aspek-aspek yang sabilillah atau tidak. Kemudian banyak sekali, tidak terbatas sasarannya perbedaan itu semakin meluas hingga dan apalagi terhadap orang-orangnya. saat ini. berikut pendapat para Imam Jika fi sabilillah dalam ayat zakat itu madzhab tentang maksud fi sabilillah : diartikan secara umum, maka tentunya Pendapat pertama menyebutkan akan meniadakan pengkhususan sasaran bahwa sabilillah adalah perang. Pendapat zakat yang delapan. Sebagaimana hadits ini dikemukakan oleh Abu Yusuf dari nabi yang berbunyi :”sesungguhnya Allah madzhab Hanafi, madzhab Maliki, Syafi'i, tidak meridhai hukum Nabi dan hukum dan sebagian pendapat madzhab lain dalam masalah sedekah, sehingga ia Hambali, yang diperkuat oleh pendapat menetapkan hukumnya dan membaginya Ibnu Kudamah. pada delapan bagian.” Dan fi sabilillah Pendapat kedua dari pendapat ulama dengan arti umum meliputi semua madzhab fikih menyebutkan maksud fi kebaikan seperti pemberian pada orang- sabilillah dalam ayat zakat adalah orang fakir, miskin dan asnaf-asnaf lain, perang, haji dan umrah. Pendapat ini karena itu semua termasuk kebajikan dikemukakan oleh Muhammad bin Hasan dan ketaatan kepada Allah. Dan jika dari madzhab Hanafi juga pendapat memang begitu, tentulah tidak ada madzhab H. Selain dua pendapat di atas, perbedaan antara sasaran ini dengan ke empat imam madzhab juga sepakat sasaran zakat yang lainnya. dalam beberapa hal menganai sasaran fi Tentunya yang dimaksud adalah sabilillah: (a) Jihad secara pasti masuk ke makna khusus yang membedakan fi dalam ruang lingkup sabilillah, (b) sabilillah dari sasaran-sasaran lain. Disyariatkan menyerahkan zakat kepada Maksud ini juga sesuai dengan apa yang pribadi mujahid, berbeda dengan dikemukakan oleh para ahli tafsir dan menyerahkan zakat untuk keperluan ahli fikih yang menyebutkan bahwa arti jihad dan persiapannya, (c) Tidak sabilillah itu adalah jihad sesuai dengan diperbolehkan menyerahkan zakat demi maksud asalnya ketika ia besifat mutlak. kepentingan kebaikan dan kemaslahatan Dalam islam, ada empat madzhab bersama, seperti mendirikan dam, fikih yang menjadi rujukan mayoritas jembatan-jembatan, mendirikan mesjid- kaum muslimin dalam hukum, mulai dari mesjid dan sekolah-sekolah, ibadah sampai muamalah. Keempat memperbaiki jalan-jalan, mengurus madzhab itu adalah : madzhab Hanafi, mayat dan lain sebagainya. Biaya untuk Maliki, Syafii dan Hambali. Untuk itu, urusan ini diserahkan pada kas baitul-

170 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 mal dari hasil pendapatan lain seperti pertama adalah fi sabilillah dengan arti harta fai, pajak/upeti dan lain jihad di di medan perang melawan sebagainya. musuh-musuh Allah swt, dan kedua Seorang Ulama besar asal Mesir yang berarti semua kebaikan yang ditujukan juga merupakan penulis buku Fikih untuk Allah swt. Zakat, Syeikh Yusuf Qhardawi Sedangkan menurut ulama menyimpulkan pendapat para ulama kontemporer, fi sabilillah memiliki yang berbeda tentang ketentuan makna makna yang lebih luas dari pada fi sabilillah : pendapat yang telah dikemukakan oleh “Tidak diragukan lagi, di antara para para ulama klasik, selain dua makna yang ulama ada yang menyimpulkan fi telah di sebutkan di atas, yaitu bahwa fi sabilillah dengan maksud bahasa yang sabilillah adalah berperang di jalan Allah umum, yang mencakup semua jalan dengan berbagai macam bentuknya. Dan kebaikan yang menuju kepada ridha dalam hal ini, dakwah dengan berbagai Allah swt”. macam metodenya termasuk ke dalam fi sabilillah.” Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya : “saya tidak mendukung Pergeseran Makna Fi Sabilillah dahulu para ulama yang meluaskan arti fi dan sekarang sabilillah yang mencakup semua Dari penjelasan sebelumnya kebaikan dan bentuk ketaatan untuk mengenai makna fi sabilillah menurut mendekatkan diri kepada Allah, tetapi pendapat ulama salaf dan ulama saat ini, saya menguatkan pendapat yang dapat diketahui bahwa ada perbedaan menyempitkan arti tersebut yang pendapat dari mayoritas ulama pada dua menyatakan bahwa fi sabilillah hanya masa tersebut. terpaku pada jihad dengan pengertian Mayoritas Ulama salaf berpendapat perang senjata saja. Sesungguhnya jihad bahwa fi sabilillah adalah berjihad ke bisa saja dengan tulisan dan lisan, medan perang, melawan musuh-musuh sebagaimana jihad juga bisa dengan Allah sehingga kalimat Allah swt. pedang, begitu pun jihad bisa dengan Meninggi di muka bumi. Ulama saat ini pemikiran, pendidikan, sosial, ekonomi, lebih melihat makna fi sabilillah dalam atau politik, sebagaimana jihad dengan arti yang lebih luas, yaitu jihad dengan senjata. Yang tentu saja semua jenis jihad berbagai macam dan metodenya. ini membutuhkan bantuan dan biaya. Hal ini tentu saja memunculkan Yang terpenting adalah tercapainya sebuah fakta bahwa makna fi sabilillah syarat utama dari jihad tersebut yaitu sebagai salah satu mustahik zakat dahulu hendaknya berada di jalan Allah, atau dan sekarang mengalami peluasan dalam menguatkan agama islam, makna, sehingga mungkin lebih relevan meninggikan kalimat Allah di muka dan lebih tepat penyalurannya. bumi, dan semua jihad yang dimaksudkan demikian adalah fi Pergeseran makna fi sabilillah sabilillah, bagaimanapun bentuk dan bukanlah hal yang baru, mengingat pada senjatanya. masa ulama klasik terdapat beberapa ulama yang meluaskan arti fi sabilillah. Ulama klasik mendefinisikan fi sabilillah dalam dua makna, yang

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 171 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

Hanya saja itu merupakan pendapat belaku salah terhadap tanah airnya beberapa ulama saja, bukan mayoritas. atau terhadap sukunya bangsanya. Kedinamisan makna fi sabilillah yang 3. Tidak semua peperangan termasuk fi dikemukakan pada ulama disebabkan sabilillah. Seorang muslim yang oleh beberapa hal, yang penulis memikul senjata lantas kemudian simpulkan dalam beberapa poin berikut turun ke medan perang belumlah ini : tentu dikatakan fi sabilillah. 1. Makna jihad dalam islam tidak hanya B. Implementasi Konsep Fi Sabilillah terbatas pada perang senjata saja. pada Badan Amil Zakat Nasional Membela agama Allah, aturan dan syariatNya, pada sebagian waktu dan Fikih adalah ilmu yang membahas keadaan bisa dibuktikan dengan masalah-masalah kehidupan dengan berperang dan membunuh musuh- segala kemajuan dan perkembangannya. musuhNya. Bahkan pada sebagian Banyak hal-hal baru yang menjadi objek waktu dan tempat, merupakan satu- kajian fikih. Dan objek-objek tersebut satunya cara untuk membela agama akan terus ada dan akan terus menjadi Allah. Akan tetapi pada masa dimana objek diskusi pada Ulama dalam perang pemikiran dan budaya lebih menentukan hukum. Dalam menentukan mendominasi dan lebih besar hukum suatu masalah, ada beberapa dampaknya. Jika ulama dari madzhab metode yang dapat diambil sebagai empat telah mengkhususkan bagian rujukan hukum. Di antaranya adalah ini untuk mempersiapkan orang- Kiyas, Ijtihad, dan Ijma. Ketiga metode ini orang yang berperang dan pengawal diambil terlebih untuk menentukan yang berada pada perbatasan, hukum dari hal-hal yang baru, yang membantu segala kebutuhan perang belum ada di zaman Rasulullah saw. seperti senjata, kendaraan, Tentu saja, untuk menjadi seorang ulama perbekalan dan lain sebagainya, yang ijtihadnya diterima haruslah maka saat ini ummat dihadapkan memiliki kriteria tertentu. dengan peperangan bentuk baru Zakat sebagai ibadah dengan nilai yang membutuhkan pengawal dalam spiritual dan sosial tinggi telah Allah bentuk lain, yaitu orang-orang yang tentukan peruntukannya. Firman Allah berperang dengan menggunakan swt dalam surat at-Taubah ayat 60 wawasan dan keilmuannya untuk dengan rinci menyebutkannya, yang juga mengajarkan dan mendakwahkan menjadi jawaban atas orang-orang Islam. munafik yang telah menuduh bahwa 2. Perang yang terjadi akhir-akhir ini Rasulullah saw menentukan golongan- bukanlah perang Islam. Meski kaum golongan penerima zakat menurut muslimin berhadapan perang dengan keinginannya. Oleh karena itu, para orang-orang kafir, akan tetapi hal itu Ulama menegaskan bahwa zakat tidak banyak dilatarbelakangi oleh diberikan kecuali kepada golongan- kebangsaan dan kesukuan, dimana golongan yang telah ditetapkan Allah kaum muslimin dalam perang itu swt. Seperti pendapat Wahbah Zuhaily berhadapan dengan orang yang yang menyebutkan bahwa zakat tidak

172 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 boleh dibagikan kepada selain yang umrah, membangun masjid, memberikan disebutkan oleh Allah SWT. buka bagi yang puasa, menanggung biaya Tetapi pada faktanya, kedelapan anak yatim dan para pencari ilmu, golongan penerima zakat yang telah mengkafani orang yang meninggal, ditetapkan tersebut semakin mencetak mushaf, mendanai para da’i berkembang maksud dan pengertiannya. dan para pengajar ilmu agama, semua hal Dan fi sabilillah sebagai salah satu tersebut dan yang semisalnya penerima zakat dengan konsep yang merupakan perbuatan kebajikan. semakin berkembang dan berubah Selanjutnya adalah fatwa konferensi menyesuaikan kebutuhan zaman, tentang masalah kontemporer mengenai merupakan objek kajian baru yang perlu zakat yang menyebutkan bahwa fi dikaji. Dan para ulama pun memiliki sabilillah saat ini dimaksudkan kepada pendapat beragam tentang hal ini. jihad dengan arti yang lebih luas Fi sabilillah sebagai golongan yang sebagaimana ditetapkan para ahli fikih berhak menerima zakat adalah golongan yang bertujuan menjaga agama dan yang memiliki arti luas dan dinamis yang meninggikan kalimat Allah swt. Ini masih dibicarakan relevansinya hingga mencakup aktivitas dakwah dan bekerja saat ini. Dari semula yang memiliki arti dalam rangka menegakan hukum Allah, jihad, perang senjata yang pada masa mengkounter aliran aliran yang awal penyebaran islam menjadi salah bertentangan dengan ajaran islam. Oleh satu elemen penting sehingga mayoritas karena itu jihad yang dimaksud bukan ulama berpendapat bahwa sabilillah sebatas kegiatan peperangan saja. adalah perang. sampai saat ini, Dimana Badan Amil Zakat Nasional perang senjata atas nama agama sudah (BAZNAS) sebagai institusi zakat sangat jarang bahkan hampir tidak ada di pemerintah berperan penting dalam dapati. Para ulama pun memiliki menentukan golongan ketujuh dari pendapat beragam tentang dinamisasi delapan golongan penerima zakat ini makna untuk golongan tersebut. karena dua hal. Pertama, sebagai Sebagai pembuka pembahasan ini, lembaga zakat, yang inti dari penulis kembali mencoba dibentuknya untuk mengurus semua hal mengemukakan dua pendapat yang yang berkenaan dengan zakat. Kedua, dianggap paling kuat tentang maksud fi sebagai institusi milik pemerintah yang sabilillah saat ini menurut para ulama memiliki otoritas lebih kuat dari lembaga terkemuka, diantaranya: pendapat Dr. lembaga amil zakat yang dibentuk Riadh Manshur la-Khulaifi pada forum masyarakat dan seharusnya menjadi pusat riset dan kajian di Kuwait tahun acuan lembaga lembaga amil zakat 2006 yang memaparkan pendapat para tersebut. ulama tentang maksud fi sabilillah. Meski dalam kenyataannya fi Menurut beliau, pendapat yang paling sabilillah merupakan golongan yang kuat adalah pendapat yang menyebutkan masih terus dan akan berkembang, akan bahwa fi sabilillah mencakup semua jenis tetapi dalam hal ini Baznas telah kebajikan yang dimaksudkan untuk memberikan kriteria apa saja yang mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini termasuk fi sabilillah. bersifat umum mencakup jihad, haji,

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 173 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

“Saya ingin mengatakan atau penyaluran di dua program ini sama- menyampaikan bahwa fi sabilillah ini sama asnafnya fi sabilillah. “ (Faishal) adalah salah satu golongan yang Baznas menitik beratkan golongan fi ditempatkan atau disebut dalam sabilillah kepada program penerima zakat dan ini adalah golongan pemberdayaan. Lebih spesifik lagi yang aktifitasnya pada kegiatan- disebutkan bahwa fi sabilillah di salurkan kegiatan yang sifatnya kebaikan namun kepada beasiswa pendidikan. Ada memiliki tujuan memelihara agama. beberapa program baznas yang telah Secara global atau banyak orang sebut fi dilaksanakan terkait hal ini, yaitu: sabilillah ini kan artinya berjuang di jalan Rumah Cerdas Anak Bangsa Allah jadi kalau sebutan fi sabilillah dalam konteks umum ini adalah orang- Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) orang yang selalu bekerja kemudian adalah program pendanaan dan konsen pada kegiatannya ini dalam bimbingan bagi siswa dan mahasiswa menjaga agama.” (Faishal) dalam bidang pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi individu yang mandiri. Fi sabilillah adalah golongan yang Program ini dilatar belakangi oleh memiliki aktivitas dengan tujuan rendahnya tingkat pendidikan nasional. memelihara agama. Secara global Terbukti dengan posisi Indonesia yang memang memiliki arti berjuang di jalan berada dalam peringkat ke-108 di antara Allah. Dan dalam konteks ini adalah bangsa-bangsa lain di dunia (Human orang-orang yang bekerja dan fokus pada index 2010) . kegiatan menjaga agama. Secara lebih detail, fi sabilillah bisa juga berarti Program tersebut bertujuan: (a) orang-orang yang mencari ilmu. Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam mencerdaskan Fi sabilillah dalam realita adalah kehidupan bangsa, (b) Memberi golongan yang lebih banyak masuk ke kesempatan kepada anak-anak dari dalam kategori pemberdayaan. Dan keluarga kurang mampu secara ekonomi secara konkrit program pemberdayaan untuk bersekolah hingga perguruan Baznas untuk golongan fi sabilillah tinggi; dan (c) Menyiapkan generasi adalah dalam bentuk beasiswa penerus bangsa yang memiliki integritas pendidikan. Berikut ini beberapa lifeskill (IQ, EQ dan SQ). program pengembangan dan pemberdayaan yang dimiliki Baznas dari Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS) golongan fi sabilillah. Program ini ditujukan untuk “Yang konkret rumah cerdas anak keluarga miskin dan atau dhuafa, di bangsa adalah dalam bentuk beasiswa mana baznas melakukan pendekatan pendidikan, yang rumah dakwah baznas dengan program pendidikan. Jenjang itu kita berikan kepada beasiswa pendidikan yang ditawarkan adalah pendidikan. Hanya saja sifatnya starata satu (S1). Dengan program ini, pendidikan yang di rumah dakwah Baznas mendorong perubahan baznas lebih konsen kepada melahirkan paradigma mustahik dengan jalur dai-dai. Ini dua duanya tidak terpisahkan. pendidikan. Sehingga keluarga yang Maka ashnaf nya itu kalau kita sebutkan melahirkan sarjana ini nantinya akan merubah pola pikir, mental dan budaya.

174 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

Karena pada umumnya, orang orang secara kiprah karena ini bagian dari yang dalam keadaan tidak mampu tidak penyaluran zakat tentunya ini bisa kita dapat melihat masa depan. Dengan sebut sebagai relawan baznas. Jadi adanya program ini, Baznas berharap alumni-alumni SKSS ini adalah bagian adanya perubahan kondisi mustahik dari relawan-relawan Baznas untuk yang lebih baik. menyampaikan dan bahkan kita “Kalau untuk rekrutmen perserta mengharapkan kalau dia sampai sudah program ini kita bekerja sama kalau yang bekerja bahkan dia sudah mendapatkan untuk kita sebut SKSS kita bekerja sama gaji yang besar atau cukup maka dia yang dengan Perguruan Tinggi Negeri, tadinya penerima zakat akhirnya jadi Perguruan Tinggi Islam Negeri. Kalau pemberi zakat. Nah pemberi zakat ini untuk Perguruan Tinggi Negeri ada UI yang kita sebut sebagai muzakki. Karena IPB ITB UNPAD UGM UNAIR ada ITS. Ada apa? Mereka merasakan bagaimana UT juga. Kemudian ini memang kita peran dana zakat ini bisa mengantarkan proses dan memang kita bekerjasama mereka jadi sarjana.” (Faishal) denga perguruan tinggi tersebut agar Evaluasi peserta penerima bantuan kita bisa membiayai kebutuhan program ini dilakukan dalam dua sisi, mahasiswa/i agar bisa memiliki akademik dan non akademik. Di bidang kesempatan yang sama dengan yang lain. akademik, Mahasiswa peserta harus “ (Faishal) menyelesaikan masa pendidikan Proses rekrutmen calon penerima maksimal empat tahun dengan standar bantuan ini Baznas bekerja sama dengan minimal indeks prestasi tiga skala empat. Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Di samping itu, dalam bidang non Tinggi Islam Negeri. Untuk Perguruan akademik, Baznas juga mendorong para Tinggi Negeri, Bazanas telah bekerja peserta program untuk aktif di sama dengan beberapa Universitas organisasi. Selain itu, setelah selesai terkemuka seperti UI, IPB, ITB, UNPAD, kuliah para peserta program SKSS ini UGM, UNAIR, ITS, UT, dan Perguruan membuat semacam laporan kegiatan Tinggi lainnya. Proses rekrutmen yang akan disampaikan ke Baznas dilakukan secara terbuka, sehingga tentang rencana kegiatan selepas kuliah. setiap orang memiliki kesempatan yang Tanggung jawab lain mengenai kiprah sama untuk mendapatkan beasiswa ini. para peserta program SKSS ini adalah mereka merupakan relawan baznas. “Kemudain evaluasi peserta Artinya, mereka ikut serta penerima bantuan ini. Kalau masa belajar mensosialisasikan zakat di sekitar yaaa untuk tingkat S1 itu memang 4 mereka bahkan ke depannya saat para tahun dengan IP yang wajib minimal 3 peserta ini sudah mapan secara ekonomi, skala 4. Kemudian akhlak dan kiprah mereka menjadi muzakki dan organisasi juga kita dorong. Kemudain mendorong yang lain untuk ikut serta setelah belajar atau setelah mereka lulus menjadi muzakki. Karena mereka ini, mereka membuat laporan kegiatan merasakan bagaimana peran dana zakat atau hal hal yang memang mereka bisa mampu menghantarkan mereka menjadi sampaikan ke baznas apakah mereka sarjana. melanjutkan s2 dan seterusnya.Tanggung jawab dan lain lain

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 175 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

Bantuan yang diberikan untuk Menyalurkan dana zakat fi sabilillah program SKSS ini adalah berupa untuk dana pendidikan pernah beasiswa pendidikan plus uang saku disampaikan oleh beberapa ulama fikih. bulanan sebesar lima ratus ribu rupiah Di antaranya adalah pendapat pengikut perbulan. Imam Hanafi yang menafsirkan kata "Kalau untuk jumlah penerima sabilillah dengan menuntut ilmu bantuan, atau penerima manfaat SKSS sehingga atas dasar ini para pelajar yang total penerima S1 ini totalnya adalah menuntut ilmu berhak atas bagian dari 470. Kemudian ini yang tadi dibagi zakat atas nama golongan fi sabilillah. kepada mahasiswa yang ada di PTN PTIN Selanjutnya, pendapat Yusuf ada yang di IT ada juga yang kita sebut Qhardawi yang menyebutkan bahwa SKSS perorangan. Kemudian masih ada seseorang mengkhususkan dirinya dalam beberpa jumlah anak-anak mahasiswa mencari ilmu boleh diberi zakat sekedar yang korban tsunami, ini juga masuk memenuhi kebutuhan membeli buku- kedalam yang 470.” buku atau untuk kepentingan agama dan Sampai saat ini, jumlah penerima dunianya. bantuan baznas untuk program Satu Orang yang mencari ilmu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) mencapai mendapatkan bagian dari zakat karena 470 orang yang tersebar di beberapa dia melaksanakan fardhu kifayah. Selain Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan itu juga manfaat ilmu yang diperolehnya Tinggi Islam Negeri. tidak hanya dirasakan untuk dirinya, Beasiswa Dinnar tetapi juga untuk orang sekitarnya. Untuk itu, ia berhak mendapatkan Selanjutnya, program pertolongan dengan dana zakat. Karena pemberdayaan Baznas yang termasuk ke ia termasuk kategori orang yang dalam kategori fi sabilillah adalah membutuhkan pertolongan kaum Beasiswa Dinnar, yang merupakan muslimin atau orang yang dibutuhkan kepanjangan dari Dana Pendidikan Anak kaum muslimin itu sendiri. Negeri. Program ini ditujukan untuk jenjang pendidikan SD sampai SMA. Total Sebagian ulama mempersyaratkan penerima bantuan program ini sampai orang yang menuntut ilmu itu hendaklah tahun 2014 berjumlah 1304. Jadi, total bisa diharapkan keunggulan prestasinya penerima bantuan program Rumah dan dipakai oleh umat. Jika tidak Cerdas Anak Bangsa Baznas sudah demikian, maka tidak berhak atas zakat mencapai 1774. selama kuat bekerja. Yusuf Qardhawi menilai bahwa ini adalah pendapat yang Dari pemaparan yang telah penulis logis, ini pula yang dilakukan Negara- sampaikan di atas, dapat disimpulkan negara sekarang yang memberi beasiswa bahwa perhatian baznas terhadap dunia bagi siswa berprestasi untuk belajar ke pendidikan juga memiliki andil yang luar negeri atau dalam negeri. cukup besar. Mengingat bahwa pendidikan merupakan kebutuhan Di Indonesia sendiri, Menyalurkan sekunder dalam Islam. Allah swt dalam zakat untuk beasiswa pendidikan telah firman-Nya banyak menyebutkan ditetapkan sebagai salah satu bentuk keutamaan orang-orang berilmu. penyaluran zakat yang sah secara syariat. mengingat kebutuhannya mungkin lebih

176 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 terlihat untuk hal tersebut. Majelis Ulama Berbekal Ilmu pengetahuan adalah Indonesia pun pernah mengeluarkan hal penting yang harus diperhatikan fatwa yang menyebutkan bahwa seorang da'i. Hal ini juga termasuk salah menyalurkan zakat untuk beasiswa satu perhatian Baznas dimana ada dana pendidikan adalah sah karena termasuk zakat yang dialokasikan untuk kaderisasi fi sabilillah. lebih jelas berikut penggalan Ulama melalui program Rumah dakwah fatwa MUI terkait masalah tersebut : Baznas dan beasiswa pendidikan yang "Memberikan uang zakat untuk keperluan disebut Kaderisasi Seribu Ulama. pendidikan, khususnya dalam bentuk "Di rumah dakwah baznas ini ada beasiswa, hukumnya adalah SAH, karena yang kita sebut program kaderisasi termasuk dalam asnaf fi sabilillah, yaitu ulama atau KSU. Nah ini yang kita bantuan yang dikeluarkan dari dana fokuskan untuk penyaluran pengiriman zakat berdasarkan Al-Qur’an surat At- dai tapi kita bangun melalui pendekatan Taubah ayat 60 "Sesungguhnya zakat- beasiswa juga. Jadi ini kaderisasi 1000 zakat itu, hanyalah untuk orang-orang ulama orang-orang yang memang kita fakir, orang-orang miskin, pengurus- kader yang nantinya bisa berperan pengurus zakat, para mu'allaf yang sebagai bukan hanya dai tapi memang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) keulamaannya ini yang kita ciptakan." budak, orang-orang yang berhutang, (Faishal) untuk jalan Allah dan untuk mereka yang Dakwah sebagai salah satu betuk fi sedang dalam perjalanan, sebagai suatu sabilillah merupakan hasil Ijtihad para ketetapan yang diwajibkan Allah, dan ulama bersar saat ini. Tidak diragukan Allah Maha Mengetahui lagi Maha lagi, mayoritas Ulama sepakat bahwa Bijaksana" mengalokasikan dana zakat untuk Salah satu poin penting di sini adalah kegiatan dakwah adalah salah satu bahwa Baznas mensyaratkan penerima bentuk fi sabilillah. bantuan dana pendidikan ini dari Salah satunya adalah Fatwa yang kalangan miskin dan atau dhuafa, dikeluarkan dalam Konferensi pertama sebagaimana dijelaskan di atas. Seputar masalah kontemporer tentang Walaupun beberapa Ulama berpendapat zakat pada bahasan fi sabilillah bahwa seorang yang kaya pun berhak menyebutkan : mendapatkan bantuan jika mengkhususkan diri mencari ilmu, tapi "Sesungguhnya yang dimaksud prioritas Baznas tetap untuk golongan fi sabilillah adalah jihad dengan menyalurkan bantuan ini kepada yang pengertian yang lebih luas sebagaimana lebih berhak mendapatkannya dengan yang telah digariskan oleh para ahli Fikih mensyaratkan misikin atau dhuafa dengan tujuan menjaga agama, dan sebagai syarat mendapatkan bantuan meninggikan kalimat Allah di muka bumi. dana pendidikan ini. Namun dalam Yang termasuk fi sabililah adalah dakwah praketknya memang dibutuhkan kepada Allah swt, dan berusaha untuk pengawasan lebih supaya penyaluran menerapkan hukum Allah, Menjaga yang dilakukan tepat sasaran. pemahaman Islam yang benar dari serangan-serangan aliran yang merusak, Rumah Dakwah Baznas Menjelaskan Syubhat-syubhat yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam. Atas

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 177 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 dasar ini, Jihad tidak hanya sebatas pada IV. KESIMPULAN kegiatan peperangan saja. Hal-hal utama yang sesuai dengan Program Kaderisasi Seribu Ulama research questions penelitian sebagai pada Baznas adalah program kaderisasi berikut: ulama dan dai melalui pendekatan Pertama, Fi sabilillah memiliki beasiswa pendidikan. Program ini cakupan sangat luas dan masih umum. Fi menyediakan beasiswa program sabilillah yang di artikan sebagai “di jalan magister dan doktoral pada program Allah” atau lebih jelasnya semua studi khusus sehingga lahir para ulama perbuatan yang dimaksudkan untuk yang fakih dalam agama, berakhlak mendekatkan diri kepada Allah swt dan mulia, dan produktif dalam dakwah serta meninggikan kalimat Allah swt adalah melahirkan kitab-kitab rujukan umat. sebuah aktivitas yang masih sangat Kedepannya juga diharapkan penerima universal dan multitafsir. Karena sifatnya bantuan program ini berperan bukan yang umum ini pula sebab terjadinya hanya sebagai dai, tapi menjadi ulama perbedaan ulama dalam mendefinisikan dan tokoh agama di daerahnya. maksud yang sebenarnya.. Program ini telah dilaksanakan mulai Kedua, Dalam perkembangannya tahun 2007. Berbeda dengan program jihad seperti itu tidak lagi relevan. SKSS, program ini menyediakan jenjang Namun pemahaman fi sabilillah sebagai pendidikan Magister dan doktoral. Dua jihad tetap tidak berubah walaupun jenjang pendidikan ini diambil karena dengan media dan metode yang lebih harapan ke depannya akan melahirkan disesuaikan dengan zamannya. kader-kader Intelektual Muslim dalam Sebagaimana pendapat Yusuf Qhardawi bidang studi Islam. Mengingat saat ini tentang maksud fi sabilillah yang berarti perang pemikiran sudah semakin masif jihad. Beliau menyebutkan bahwa jihad dan sudah mencapai kondisi kadangkala bisa dilakukan dengan memprihatinkan bagi umat. Maka, tulisan dan ucapan sebagaimana bisa selayaknya ada intelektual Muslim yang juga dilakukan pula dengan pedang dan mampu mengimbangi dan menjadi visual pisau. Kadangkala jihad itu dilakukan bagi islam yang sebenarnya. dalam bidang pemikiran, pendidikan, Untuk pelaksanaannya program ini, sosial, ekonomi, politik sebagaimana Baznas bekerja sama dengan sekitar halnya dilakukan dengan kekuatan bala tujuh belas Universitas dalam negeri tentara. Ketiga, Dalam perkembangannya yang tersebari dari Jakarta, Bandung, jihad seperti itu tidak lagi relevan. Malang, dan Makassar. Proses rekrtumen Namun pemahaman fi sabilillah sebagai nya pun dilakukan secara terbuka dan jihad tetap tidak berubah walaupun siapapun memiliki kesempatan yang dengan media dan metode yang lebih sama untuk mengikuti program tersebut. disesuaikan dengan zamannya. Jumlah peserta program Kaderisasi Sebagaimana pendapat Yusuf Qhardawi Seribu Ulama (KSU) sampai tahun 2014 tentang maksud fi sabilillah yang berarti ini berjumlah 342 orang. Dan untuk jihad. Beliau menyebutkan bahwa jihad tahun 2014 Baznas sudah merekrut 78 kadangkala bisa dilakukan dengan orang yang sudah tersebar di tujuh belas tulisan dan ucapan sebagaimana bisa kampus di Tanah Air. juga dilakukan pula dengan pedang dan

178 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180 pisau. Kadangkala jihad itu dilakukan Al-maraghi, Syaikh Musthafa tafsir al dalam bidang pemikiran, pendidikan, maraghi. Musthafa al-baabii Mesir. sosial, ekonomi, politik sebagaimana at-Thowil, Nabil Subhi kemiskinan dan halnya dilakukan dengan kekuatan bala kelatarbelakangan di Negara mislikn, tentara. Seluruh jenis jihad ini Jakarta : Mizan, 1990. membutuhkan bantuan dan dorangan Al- Albani Muhammad Nasiruddin, materi. Yang paling penting, terwujudnya Shohih Jaami’u Shagir, al-Maktab al- syarat utama pada semua itu, yaitu Islami Beirut 1988. hendaknya sabilillah itu dimaksudkan untuk membela dan menegakkan kalimat Al-Munajjid, Muhammad silsilah a’maal Islam di muka bumi ini. Setiap jihad yang quluub , Majmu’ah az-Zaad Arab dimaksudkan untuk menegakkan kalimat Saudi : 2009 Allah, termasuk sabilillah, bagaimanapun Al-Asqolani, Ibn Hajar Fathul baari, Dar keadaan dan bentuk jihad serta al-Ma’rifah Beirut 1379 H. senjatanya. At-Thibi, Al-Husain bin Abdullah bin Muhammad, syarh at-Thibi ‘Ala DAFTAR PUSTAKA Misykat al-Mashabih, maktabah Anis , Ibrahim Mu’jam wasith, Kairo Nizar Musthafa Al-Baz : 1997. 1972. Al-Buhuti, Kasyaf al-Qana’ Daarul Fikri, Al-Munjid fi al-lughah wa al-a’lam. Beirut Libanon 1982 Dar el-Mashreq, 2002. Al kassani, Badai’ asshanai’ Dar-al-Hadits Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Mesir, 2004 Hasbi Pedoman Zakat. Semarang: An-Naisaburi, Nidzhamuddin al-Hasan PT.Pustaka Rizki Putra, 2009. bin Muhammad bin Husein, Azzuhaili, Wahbah al-Fiqh al-Islami Wa Gharaibul Quran Kwa Gharaibul Adillatuhu, Darul Fikri, Damaskus Furqan, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002. Beirut : 2002. Al-Qhurtubi, al-jaami li ahkam al-Quran Al-Buhuti, Kasyaf al-Qana’ Daarul Fikri, Beirut Daar ek-Kutub al-‘Ilmiah, Libanon 1982. 1993. Abdullah Nashih Ulwan, Ahkam az-Zakah At-thobari, Imam Ibn Jarir, Tafsir ‘ala dhoui al-madzahib al-arba’ah, Atthobari, Dar al-Fikr Beirut 2005. Baihaqi, Imam As-Sunan la-Kubro lil Al-Halfawi, Ibrahim Fiqh az-Zakah, Dar Baihaqi, Majelis Da’iroh ma’arif, Al-Hadits Mesir : 2012. 1344 H. Al-‘Ani, Khalid Abdurrozak Masharif az- Hajar Ibnu, fathul Baari, Dar al-Hadits, Zakah wa tamlikuha fi dhouil kitab Mesir 1998 wa as-sunnah, Huda, Nurul, Keuangan Publik Islami, Abdul Karim Zaidan, al-mufasshal fi Pendekatan Teoritis dan Sejarah. ahkamil Mar’ah wal- Ushrah, Jakarta Muassasah Ar-Risalah : 1993. Kencana Prenada Media Group, 2012. Al Jazairi, Abu Bakr Minhajul Muslim, Dar al-Salam Madinah : 1973

KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180 179 GUNAEPI, AANG. DIDIN HAFIDHUDDIN. IRFAN SYAUQI BEIK. (2018). ANALISIS FIQH ASNAF FI SABILILLAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA BADAN ZAKAT NASIONAL. KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, (11)2, 166-180

Hafidzuddin, Didin Zakat dalam Qhardawi, Yusuf kiat sukses mengelola perekonomian modern, (jakarta : zakat, Media Dakwah, Jakarta : 1997. Gema Insani ______, Hukum Zakat (terj). Press, 2008. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, ______,Ahmad Juaini, 2011. Membangun peradaban zakat, Rajab, Ibnu Jami’ul Ulum bal Hikam Jakarta : IMZ, 2007, Beirut Muassasah Risalah, 1994. Hanbal, Imam Ahmad bin, Musnad al- Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al Imam Ahmad bin Hanbal, Dar Al- manar, Hai’ah Mishriyyah al’Amah Minhaj : 2008. Lil Kitab, 1990 M. Hujazi, Muhammad Mahmud at tafsir al- Sabik, Sayyid, Fiqh sunnah, Darul fath Wadih.Dar al-Jiil al Jadid, kairo, 2000 Ismail, Abu Fida, Tafsir ibn katsir, Daar Al-Albani Muhammad Nashiruddin, al-fikr 1994. Shohih Jaami’u Shagir, Al-Maktab Al- Katsir, Abu Fida’ Ismail Ibn Tafsir Al- Islami, Beirut : 1988 Qur’anul Azhim. Kairo Daar Al- Shahih bukhari, daaruttauqi an-Najat, ‘Aqidah, 2008. Al-Al-Bani, Sunan Ibnu Majah, Maktabah Kementrian waqaf dan Keislaman, al-Ma’arif, Riyadh : 1997. Mausu’ah fiqhiyyah Quwaitiyyah Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-Fitan, bab al- 2002. amru bil Ma’ruf wan-Nahyi anil Kudamah, Ibnu, Al-Mughni, Darul Hadits, Munkar. Kairo 2004. Al-Azdi, Sulaiman bin al-Asyats, Sunan Khozin, Lubab St-Ta’wil Fiji ma’ani St- abu daud, Dar al-Hadits, Kairo Tanjil, Daral-Kutub al-Ilmiyyah, :1999. Beirut : 2004 Taymiyah, Ibnu, Kumpulan fatwa syeikh, Mandzur, Ibnu Lisanul Arab, Darul Islam Ibnu taimiah Beirut Darul Hadits, Kairo 2003, Kutub Ilmiyyah, 2000. Muslim Imam, Shahih Muslim, Darul Ihya Thabrani, Al-Mu’jam as-Shagir Ii at- kutub St-thurats : Beirut, 2000 Thabrani, al-Maktab al-Islami, Beirut Mandhur, Muhammad bin Mukrim Lisan : 1985 al Arab, Dar as-Shadir Beirut As-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Ar-Razi, Fakhruddin, Mafatihul Ghaib, Muhammad, Nail author, Dar al- Darul Ihya, Beirut : 2008. Wafa’ Syiria 2001. Mansur, Abdullah bin nawaziluzzakah. Al-Munjid fi al-lughah wa al-a’lam. Beirut Dar al-Miman, Riyadh : 2008. Dar el-Mashreq, 2002. Nujaim, Zainuddin bin Al-Bahrurro’iq, Subulussalalm, dar ibn Hazm, libanon, Dar al-Ma’rifah Beirut 2003. Nabhani, Taqiuddin An-Nizamul Iqtisadi fil Islam, Dar al-Ummah Beirut : 2004.

180 KASABA: JOURNAL OF ISLAMIC ECONOMY, VOL. 11, NO. 2, 166-180