10 2. LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Gereja Gereja Merupakan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
2. LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan tentang Gereja Gereja merupakan tempat peribadatan agama kristiani. Pada bab ini akan lebih dijelaskan lebih detail lagi mengenai pengertian gereja Katolik, arsitektur (tata ruang), beserta ruang dan peralatan dalam gereja. 2.1.1 Pengertian Gereja Katolik Pengertian gereja dari asal katanya yaitu, „gereja‟ berasal dari kata Portugis „igreja‟ yang berarti : „kumpulan‟ atau „pertemuan‟, yang merupakan transkripsi dari kata Yunani atau kata latin „ekklesia‟ yang berarti : mereka yang dipanggil, kaum, golongan, dan „kyriake‟ yang berarti : yang dimiliki Tuhan (Heuken 341). Dilihat dari istilah di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari gereja adalah suatu kumpulan (golongan) orang yang dipanggil dan dimiliki oleh Tuhan. Kata „Katolik‟ sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti umum, universal. Kata ini pertama kali ditemukan dalam tulisan Ignatius dari Antiokhia, yaitu dalam surat kepada jemaat di Smirna. Dalam terminologi Kristen, kata ini dipergunakan dalam beberapa arti sebagai berikut: a. Gereja yang universal, yang bertujuan untuk membedakannya dari gereja lokal. b. Gereja yang benar, yang bertujuan untuk membedakannya dengan aliran sesat dan skismatik. c. Bagi penulis sejarah, istilah ini dipakai untuk menunjuk gereja sebelum perpisahan antara Gereja Barat dan Gereja Timur pada tahun 1054. d. Sejak munculnya Reformasi, istilah ini dipakai oleh Gereja Barat sebagai nama dirinya. (Wellem 211) Jadi kesimpulannya, Gereja Katolik menurut Heuken adalah umat Kristen yang meyakinkan dirinya sebagai „Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik sesuai dengan Syahadat‟. Gereja yang dikepalai Kristus, di dunia ini tersusun sebagai satu umat yang beriman akan Yesus Kristus dan direalisasikan 10 Universitas Kristen Petra dulu Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti para rasul yang diketuai oleh uskup Roma sebagai pengganti St. Petrus. 2.1.2 Arsitektur dan Tata Ruang Gereja Bangunan gereja merupakan suatu hasil arsitektur suatu zaman, yang mencakup beberapa hal, yaitu adanya kemuliaan Allah dan manusia, ketekunan dalam hal waktu, ketrampilan, dan biaya, dibangun oleh para ahli terbaik zamannya, serta menggunakan teknik-teknik bangunan yang paling mutakhir. Secara tidak langsung dalam menikmati bangunan sebuah gereja, kita sudah dapat menikmati perjalanan-perjalanan budaya berabad-abad, sehingga terdapat kekhususan terhadap gaya atau motif yang digunakan pada bangunan gereja dalam tiap-tiap zamannya (Mariyanto 31). Menurut Mariyanto (32) bahwa dalam sejarah gereja terdapat berbagai gaya dan motif yang digunakan pada tiap-tiap zamannya, antara lain : 1. Gaya Rumah biasa dan Sinagoga (merupakan jemaat kristiani yang pertama). 2. Gaya Basilika (abad II - III). 3. Gaya Romanesque (abad XI). 4. Gaya Gotik (abad XII - XIII). 5. Gaya Renaisans (akhir abad XV – awal abad XVI). 6. Gaya Barok (pertengahan abad XVI – XVII). 7. Gaya Neo-klasik (abad XVIII – zaman Modern). Setelah zaman modern, para arsitektur gereja mulai melakukan perubahan-perubahan gaya yang ada, sehingga tidak ada bangunan gereja yang khas akibat adanya paham sekularasi. Maka boleh dikata bahwa bangunan gereja masa kini bergaya pluriform, artinya bahwa setiap arsitektur diberi kesempatan dan kebebasan memilih, merancang, dan membangun model serta tata ruang gereja menurut “ungkapan seni religusnya”. Keadaan yang seperti itu membuat adanya kesan bahwa banyak bangunan gereja yang tidak memenuhi kebutuhan imam dan umat. Maka dari itu, Konsili Vatikan II mengeluarkan keputusan bahwa tiap gedung gereja harus mempunyai tata ruang yang liturgis. 11 Universitas Kristen Petra Menurut Mariyanto (33-35) tata ruang yang liturgis yang harus diperhatikan menurut Konsili Vatikan II yaitu : 1. Dalam pembangunan, pemugaran atau penyesuaian bangunan lama, hendaknya sesuai diusahakan dengan seksama supaya gereja-gereja menjadi benar-benar cocok sesuai dengan hakikat gereja. 2. Dibutuhkan suasana yang ramah dan nyaman, yakni saling mengenal, dan adanya relasi yang akrab antar umat. 3. Baik dalam tata bangun, tata ruang, musik maupun kesenian harus memenuhi dua tuntutan liturgis, yakni : mutu dan keserasian. “mutu” menunjukkan cinta dan perhatian dalam berbagai bentuk seni, sehingga dapat menghindari perlengkapan liturgi yang murahan atau dibuat-buat. Sedangkan “keserasian” menunjuk pada keserasian barang-barang seni yang dapat mengungkapkan misteri dan dapat dikomunikasikan dalam liturgi, sehingga liturgi menjadi “hidup”. 4. Semua perlengkapan liturgi yang penting harus mudah dipindahkan dan tetap dijaga unsur keagungan dan kegunaan, dan harus ditata dengan rapi sebelum peribadatan dimulai. Kesimpulannya bahwa, sebuah tata ruang gereja harus mencakup seluruh lingkup tempat kegiatan liturgis dilaksanakan, dan tata ruang gereja dapat membantu umat dalam melaksanakan kegiatan liturgi, serta dapat membangun suasana yang serasi dan indah sehingga dapat membuat umat nyaman dan betah. Dengan demikian tata ruang yang liturgis akan sangat menunjang jalannya peribadatan. 2.1.3 Ruang dan Perlengkapan Gedung Gereja Menurut Windhu (13-25) Di dalam dan sekitar gedung gereja ada beberapa tempat yang seharusnya kita kenal, antara lain : a. Panti Imam Panti Imam adalah tempat imam memimpin perayaan liturgi. 12 Universitas Kristen Petra Gambar 2.1 Panti Imam Sumber : Windhu (1997, p. 13) Bagian-bagian dari Panti Imam : Altar adalah meja besar untuk mengadakan perayaan Ekaristi dalam liturgi yang lain. Mimbar atau ambo adalah tempat mengadakan ibadat sabda (bacaan dari Perjanjian Lama, surat-surat para rasul atau epistola, dan injil), berkotbah, pembacaan mazmur, pembacaan doa umat, dan pengumuman. Sedilia adalah tempat duduk imam dan para pembantunya (para Prodiakon, Misdinar, dan Konselebran). Kredens adalah meja kecil yang diletakkan di panti imam. Tabernakel adalah semacam lemari kecil untuk menyimpan Sakramen Mahakudus. Lampu Tuhan adalah lampu merah yang menyala terus di dekat tabernakel sebagai tanda bahwa dalam tabernakel disimpan Sakramen Mahakudus. b. Sakristi Sakristi adalah tempat persiapan imam dan pembantunya (misdinar, prodiakon paroki) sebelum mereka keluar ke altar. Di sakristi imam dan pembantunya mengenakan busana liturgi. Dalam sakristi terdapat beberapa lemari untuk menyimpan buku-buku Ekaristi, pakaian liturgi, dan perlengkapan liturgi lainnya. Tentu terdapat juga salib, penanggalan liturgi, dan lavabo. Sakristi 13 Universitas Kristen Petra biasanya terletak di samping atau di belakang panti imam. Sakristi dan panti imam dibatasi dengan tembok dan dihubungkan dengan dua atau satu pintu. Gambar 2.2 Ruang Sakristi Sumber : Windhu (1997, p. 17) c. Panti Umat Panti Umat adalah tempat bangku atau kursi untuk umat. Tempat duduk bangku biasanya punya tempat untuk berlutut. Tempat duduk kursi hanya bisa untuk duduk, tetapi tidak bisa untuk berlutut. Gambar 2.3 Panti umat dan Tempat Koor Sumber : Windhu (1997, p. 18) d. Tempat Koor Tempat Koor adalah tempat khusus bagi para petugas yang diserahi tugas untuk membawakan lagu-lagu selama perayaan liturgi dan ekaristi. Dahulu tempat koor biasanya di balkon supaya suara mereka terdengar kuat dan bagus. Namun kini banyak tempat koor yang berada di samping kiri atau kanan altar, bahkan ada yang menjadi satu dengan umat, dengan maksud lebih menggiatkan partisipasi umat dalam bernyanyi. 14 Universitas Kristen Petra e. Kamar Pengakuan Kamar Pengakuan adalah tempat untuk menerima sakramen tobat secara pribadi. Kamar pengakuan dibagi menjadi dua : satu ruangan untuk imam, dan satu lagi untuk orang yang mengaku dosa. Kedua kamar ini dibatasi sekat dinding kecil dengan lobang untuk berkomunikasi. Di dalam pengakuan biasanya terdapat salib dan bangku untuk berlutut. Kamar pengakuan biasanya terletak di sayap kanan dan kiri bagian dalam gereja. Maksudnya supaya umat bisa dengan mudah mendapatkan tempat itu. Biasanya ada lebih dari satu tempat kamar pengakuan. Sebelum atau sesudah ekaristi sering ada imam menyediakan diri bagi umat yang ingin mendapatkan sakramen tobat. Gambar 2.4 Ruang Pengakuan Sumber : Windhu (1997, p. 18) f. Balkon Balkon adalah tempat atau ruang atas di bagian depan gereja. Dahulu dimaksudkan sebagai tempat koor supaya suaranya lantang memenuhi gedung gereja. Di gereja yang tidak mempunyai balkon, tempat koor biasanya menjadi satu dengan umat atau di dekat altar. Balkon yang tidak difungsikan untuk tempat koor, sekarang dipakai untuk tempat duduk umat. Dari balkon ini pula lonceng gereja dibunyikan. g. Menara Gereja Menara Gereja adalah tempat untuk menggantukan lonceng. Menara gereja kadang-kadang disebut juga candi karena bentuknya mirip dengan candi. Menara gereja ada yang menjadi satu dengan bangunan gereja, ada yang terpisah di samping kiri atau kanan gereja. Menara gereja harus tinggi supaya bunyi lonceng bisa didengar umat sejauh mungkin. Biasanya di atas menara 15 Universitas Kristen Petra dipasang salib sebagai tanda bahwa tempat itu sebagai tempat ibadah kristiani. Kadang-kadang ada menara yang dilengkapi dengan patung jago sebagai lambang agar kita berjaga-jaga dan tidak jatuh dalam pencobaan seperti Petrus. h. Tempat Air Suci Tempat air suci adalah bejana kecil di kanan dan kiri pintu depan gereja. Umat yang akan mengikuti perayaan liturgi sebelum masuk ke gereja mengambil air suci dengan tangan dan menandai diri dengan tanda salib. Tindakan ini mengingatkan kita pada sakramen pembaptisan yang telah diterima. Gambar 2.5 Tempat Air Suci Sumber : Windhu (1997, p. 22) i. Bejana Permandian Bejana pemandian adalah tempat air untuk membaptis. Biasanya bejana peemandian berada di dekat