Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Eko Murdiyanto Sosiologi Perdesaan/ Eko Murdiyanto -Edisi I – Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta 2008. 264 hlm: 21 cm

ISBN: 978-979-8918-88-9

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Diterbitkan oleh: Wimaya Press UPN ”Veteran” Yogyakarta

Edisi pertama : Desember 2008

Alamat Penerbit: Badan Usaha Universitas (BUU) Jl SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur Yogyakarta. 55283 Telp/Fac: (0274) 489027

ISBN : 978-979-8918-88-9

ajian sosiologi perdesaan yang berfokus pada memahami memahami karakter masyarakat sebagai suatu komunitas Sosiologi Perdesaan Eko Murdiyanto Yang utuh semakin pesat perkembangannya. Hal ini seiring dengan kondisi masyarakat di perdesaan yang senantiasa berubah sejak revolusi industri bergulir di Eropa dan membawa konsekuensi perubahan dalam masyarakat yang cenderung cepat. Perubahan ini mendorong munculnya mobilitas penduduk di seluruh dunia. Sejalan dengan itu perubahan pola dalam mobilitas penduduk membawa implikasi bagi perkembangan masyarakat secara luas. Akibat yang kemudian muncul bagi daerah perdesaan, adalah perubahan baik secara fisik maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu proses mobilitas penduduk SOSIOLOGI atau migrasi harus senantiasa dipandang sebagai proses alami, sehingga perubahan dalam masyarakat yang ditimbulkannya dapat diantisipasi. Dengan memahami perubahan dalam masyarakat di perdesaan diharapkan program pengembangan masyarakat menuju masyarakat yang PERDESAAN lebih baik dapat dilakukan dengan smart. Buku ini mencoba memberikan wacana bagaimana memahami karakter masyarakat di perdesaan sebagai Pengantar Untuk Memahami suatu komunitas secara utuh, yaitu suatu pemahaman yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Hal ini diperlukan untuk memahami Masyarakat Desa kondisi masyarakat di perdesaan dalam rangka pengembangan masyarakat

menuju masyarakat yang lebih baik dengan tidak meninggalkan masa lalu dan mengabaikan masa depan.

Eko Murdiyanto, Lahir di Yogyakarta, 6 Maret Eko Murdiyanto 2008 1970 Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta. Memperoleh gelar SP dari Sosek Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta (1995); gelar M.Si. dalam Sosiologi Perdesaan dari IPB Bogor (2001). Aktif meneliti dan menulis tentang Sosiologi Perdesaan dan Pertanian, Studi Gender, Migrasi, Industri Kecil, Agroforestry, Monitoring dan Evaluasi, Perubahan Sosial, Komunikasi dan informasi Pertanian, dan Kelembagaan

ISBN UPN “Veteran” Yogyakarta Press 2008 Eko Murdiyanto Sosiologi Perdesaan, Pengantar Untuk Memahami Masyarakat Desa Yogyakarta : UPN “Veteran” Yogyakarta Press. 2008

VII + 218 hlm : ISBN : 979-

Hak cipta dilindungi undang- undang. All right reserved.

Diterbitkan oleh : UPN “Veteran” Yogyakarta Press

Edisi Pertama : Agustus 2008

Alamat Penerbit : Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 486733

ISBN : 979- Yakin dan percayalah, Sosiologi Perdesaan Dihari-hari yang melelahkan, disitu ada keceriaan Pengantar Untuk Memahami Di hari-hari yang panas menyesakkan, yang diselingi dengan hujan lebat berhamburan , yang kadang- Masyarakat Desa kadang diikuti petir menggelegar menyambar- nyambar, Di situ ada juga BIDADARI

Buat: Ayah dan ibuku, yang selalu memberikan curahan kasih dan sayang Eko Murdiyanto Istriku, Muflichah dan anak-anakku; Mufqi Rafif Darmawan dan Afrina Zahra Khoirunnisa yang senantiasa mengingatkan untuk ati-ati, hati-hati dalam hidup, dan selalu berjalan di jalan-Nya. KATA PENGANTAR migrasi manusia ternyata hal ini membawa pengaruh dan perubahan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Secara keseluruhan fenomena migrasi membawa implikasi bagi perkembangan masyarakat secara luas. Sosiologi perdesaan sebagai suatu bagian dari Implikasi yang kemudian muncul terutama bagi daerah sosiologi terapan semakin pesat perkembangannya dewasa asal, dalam hal ini daerah perdesaan, adalah perubahan ini. Hal ini dipicu dengan makin bertambahnya baik secara fisik maupun sosial kemasyarakatan. Oleh pemahaman bahwa sosiologi perdesaan diperlukan bagi karena itu proses mobilitas penduduk atau migrasi harus perkembangan dan aplikasi ilmu lain kepada masyarakat senantiasa dipandang sebagai proses alami, sehingga luas, terutama masyarakat di perdesaan. Dengan kata lain perubahan dalam masyarakat yang ditimbulkannya dapat memahami sosiologi perdesaan merupakan pembuka diantisipasi. untuk menerapkan suatu ilmu kepada masyarakat. Mudah-mudahan buku ini dapat menjadi bahan Kajian sosiologi perdesaan berfokus pada bacaan bagi kita yang akan memahami masyarakat, memahami karakter masyarakat sebagai suatu komunitas terutama masyarakat di perdesaan, dalam rangka yang utuh. Namun memahami karakter masyarakat di pengembangan masyarakat menuju masyarakat yang lebih perdesaan tidak dapat dilepaskan dari pemahaman baik. terhadap desa secara fisik. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa budaya material dan immaterial memiliki Eko Murdiyanto, MSi hubungan dengan tipe desa secara fisik. Dengan memahami desa secara komprehensif akan menambah wawasan mengenai kondisi masyarakat di masa lalu, masa kini dan gambaran yang terjadi di masa depan. Kondisi masyarakat di perdesaan yang senantiasa berubah seperti gelombang lautan, dimulai semenjak revolusi industri bergulir di Eropa yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Perubahan dunia yang begitu cepat juga menjadi penyebab munculnya migrasi manusia di seluruh dunia. Sejalan dengan perubahan pola dalam

i ii DAFTAR ISI  Desa-desa di Indonesia ...... 50  Tipologi Desa di Indonesia ...... 53  Pola Lokasi & Wilayah Desa ...... 55

Kata Pengantar i Bab III. Masyarakat Dan Kebudayaan Daftar Tabel vii Agraris ...... 65 Daftar Gambar viii  Masyarakat ...... 65  Elemen-elemen dalam Masyarakat 67 Bab 1. Sosiologi dan Sosiologi Perdesaan ..... 1  Kebudayaan ...... 73  Sosiologi ...... 1  Perkembangan kebudayaan ...... 75  Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi  Wujud Kebudayaan ...... 78 Perkembangan Ilmu Sosiologi ...... 13  Pola-pola Kebudayaan ...... 80  Perkembangan teori Sosiologi ...... 20  Karakteristik Masyarakat Desa ...... 81  Perkembangan sosiologi pada  Konsep Pola Adaptif Ekologi ...... 88 Abad pencerahan ...... 24  Tipologi Masyarakat Agraris  Sosiologi modern ...... 26 Menurut Pola Adaptasi Ekologi ..... 92  Metode-metode dalam Sosiologi ... 27  Pokok bahasan sosiologi ...... 30 Bab IV. Aspek Sosial Desa ...... 94  Sosiologi Perdesaan ...... 31  Proses Sosial & interaksi sosial ...... 94  Latar Belakang Sosiologi Pedesaan 33  Keluarga dan Sistem Kekerabatan . 113  Kelembagaan Sosial ...... 116 Bab II. Karakteristik Dan Tipologi Desa ...... 38  Kelompok Sosial ...... 122  Pemahaman Desa ...... 38  Grup Sosial ...... 128  Beberapa Konsep Mengenai Desa . 40  Organisasi Sosial ...... 131  Karakteristik Desa ...... 42

iii iv  Politik–Birokrasi sebagai Sistem Berubah ...... 208 (Pemerintahan) ...... 134 a. Sambatan ...... 213  Stratifikasi Sosial ...... 143 b. Gugur gunung ...... 213

Bab V. Aspek Ekonomi Desa ...... 156 c. Nyumbang ...... 215  Resiprositas ...... 156 d. Selamatan ...... 217  Redistribusi ...... 164 Daftar Pustaka  Subsistensi ...... 165  Dana-dana yang harus dikeluarkan petani ...... 166

Bab VI. Pembangunan dan Perubahan Masyarakat Desa ……………………… 172  Pembangunan dan Modernisasi ... 172  Perubahan & Bentuk Perubahan .. 183  Modernisasi Hubungan- hubungan Sosial …………………. 189

Bab VII. Mobilitas Dan Proses Perubahan Masyarakat Desa …………………...... 199  Mobilitas (Gerak) Penduduk ……. 199  Migrasi, pembangunan dan perubahan …………………...... 204  Prinsip Resiprositas pada Masyarakat Agraris yang Sedang

v vi DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Tabel 1. Perbedaan Perspektif Fungsionalis dan Konflik ...... 9 Gambar 1. Pola Desa Melingkar di Bali sebelum era Modernisasi ...... 56 Tabel 2. Kajian berdasarkan perspektif sosiologis ...... 11 Gambar 2. Pola Lokasi Desa di Nusa Tenggara ...... 57 Tabel 3. Karakteristik masyarakat Desa dan Kota Menurut Roucek & Warren ... 43 Gambar 3. Pola Lokasi Desa Transmigrasi di Desa Bugel Kabupaten Kulon Tabel 4. Karakteristik masyarakat Desa dan Progo ...... 58 Kota Menurut Horton & Hunt ...... 44 Gambar 4. Pola Lokasi Desa Konsentris ...... 59 Tabel 5. Karakteristik Desa dan Kota menurut Sorokin dan Zimmerman 46 Gambar 5. Pola Lokasi desa di Padang (Sumatera Barat) yang berpusat di Tabel 6. Nama-nama kesatuan masyarakat Surau (masjid) ...... 60 hukum setingkat desa di Indonesia 51 Gambar 6. Pasar Lima di Banjarmasin yang terletak Sejajar Sungai Mahakam 61

vii viii kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran Bab I ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Sosiologi dan Sosiologi berasal dari bahasa latin Socius yang berarti Sosiologi Perdesaan teman, bersama-sama dan Logos yang berarti omongan. Maka secara umum pengertian sosiologi diartikan sebagai tentang masyarakat (omongan tentang teman, tentang kebersamaan). Sosiologi lahir ketika Auguste Comte, menerbitkan buku “Cours De Philosophie Positive” (1838) Sosiologi perdesaan sebagai suatu bagian dari dan lebih dipopulerkan oleh Herbert Spencer yang sosiologi terapan semakin pesat perkembangannya dewasa menerbitkan buku Principles of Sociology (1876). Dalam buku ini. Hal ini dipicu dengan makin bertambahnya itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan pemahaman bahwa sosiologi diperlukan bagi intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dan aplikasi ilmu yang lain kepada perkembangan dari tahap sebelumya, yaitu: masyarakat luas. Dengan kata lain sosiologi perdesaan 1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia merupakan pembuka untuk diterapkannya suatu ilmu bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu kepada masyarakat. Untuk itulah diperlukan pemahaman disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas mengenai Konseptualisasi sosiologi dan sosiologi manusia. Perdesaan. 2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan- Sosiologi kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan Sosiologi merupakan pengetahuan atau ilmu tentang dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas masyarakat. Sebagai cabang Ilmu Sosial, sosiologi tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap hukum-hukum alam yang seragam. kehidupan manusia. Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh 3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai ilmuwan Perancis, August Comte yang kemudian dikenal berpikir secara ilmiah. sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, Émile Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis Durkheim (Perancis) orang pertama yang berhasil dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan

1 2 perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti 6. JAA Van Dorn dan CJ Lammers (1964) , sosiologi pembangunan. adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari 7. Max Weber, Sosiologi adalah ilmu yang berupaya masyarakat baru lahir kemudian di Eropa. Untuk memahami tindakan-tindakan sosial. memahami bahwa sosiologi tidak hanya sekedar sebagai 8. Selo Soemardjan & Soeleman Soemardi (1964), sosiologi ilmu tetang masyarakat diperlukan beberapa batasan dari adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses- sejumlah ahli sosiologi, diantaranya: proses sosial, termasuk perubahan sosial. 1. Pitirin Sorokin (1928), sosiologi memperlajari gejala 9. ER Babbie (1983), sosiologi adalah telaah kehidupan sosial budaya dari sudut umum, sifat esensi gejala sosial, mulai dari interaksi sampai hubungan global tersebut serta hubungan antar gejala tersebut yang amat antar bangsa. banyak. Secara lebih jelas Pitirin mengatakan bahwa 10. Paul B. Horton, Sosiologi adalah ilmu yang sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka dan produk kehidupan kelompok tersebut. macam gejala-gejala sosial, hubungan dan pengaruh 11. Soejono Soekanto, Sosiologi adalah ilmu yang timbale balik antara gejala sosial dengan gejala non- memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan sosial serta ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial. yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan 2. FF Cuber (1951), sosiologi adalah ilmu pengetahuan pola-pola umum kehidupan masyarakat. tentang hubungan timbal balik antar manusia. 12. Allan Jhonson, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari 3. RM Mc Iver & CH Page (1955), sosiologi adalah ilmu kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya yang berkaitan dengan hubungan sosial dan dengan dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem seluruh jaringan hubungan itu disebut masyarakat. tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula 4. Roucek & Warren (1962), sosiologi adalah ilmu yang orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem mempelajari hubungan antara manusia dalam tersebut. kelompok-kelompok. 5. William F Ogburn dan Mayer F Nimkoff (1964), Dari beberapa definisi tersebut apabila dicari Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari kesamaannya maka dapat dirumuskan secara umum masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan bahwa : menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

3 4 perspektif evolusioner untuk mencari pola perubahan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat manusia dalam masyarakat dalam berbagai aspeknya. yang berbeda, untuk mengetahui apakah ada urutan Atau umum yang dapat ditemukan. Dalam suatu kasus kita mungkin akan menduga apakah ada kesamaan antara Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang faham komunis yang terjadi di Rusia dengan yang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian terjadi di Cina, apakah perkembagannya sama untuk umum, rasional, empiris serta bersifat umum kedua negara tersebut yang memiliki kultur dasar berbeda. Dalam konteks inilah perspektif evolusionis melihat perubahan yang terjadi di kedua negara Sosiologi mempelajari kehidupan manusia dalam tersebut dalam rentang waktu yang lama dan berbeda masyarakat (cummunity, society) dalam berbagai aspeknya. diatara keduanya. Oleh karena itu terdapat beberapa perspektif dalam 2. Perspektif Interaksionis, yang tidak menyarankan teori memandang suatu masyarakat. Suatu masyarakat besar tentang masyarakat, karena istilah ”masyarakat”, dipandang oleh perspektif tersebut dari sudut pandang ”negara”, ”lembaga” adalah abstraksi konseptual saja, yang berbeda, mengajukan pertanyaan yang berbeda dan sedangkan yang ditelaah dalan perspektif ini adalah mencapai kesimpulan yang berbeda. orang-orang dan interaksinya. Para ahli interaksi Dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif, simbolik seperti GH Mead, CH Cooley memusatkan diantaranya perspektif evolusionis, interaksionis, perhatiannya pada interaksi antara individu dan fungsionalis, teori konflik, teori sumber, teori sistem, teori kelompok. Orang-orang berintraksi dengan pertukaran, fenomenologi, metodologi etnis dan lainnya. menggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, Disini akan dikemukakan perspektif dalam sosiologi isyarat dan yang paling penting dengan menggunakan menurut Horton & Hunt mengemukakan tentang 4 kata-kata secara tertulis ataupun lisan. Suatu kata Perspektif atau pendekatan yang dipakai dalam sosiologi, tidaklah memiliki makna yang melekat dalam kata itu yaitu: sendiri , melainkan hanyalah suatu bunyi dan baru 1. Perspektif Evolusionis, yaitu perspektif teoritis yang akan memiliki makna bila orang sependapat bahwa paling awal dalam sejarah sosiologi yang didasarkan bunyi tersebut mengandung arti khusus. pada karya August Comte dan Herbert Spencer. Para ahli persepektif interaksi modern seperti E Perspektif ini memberikan keterangan-keterangan yang Goffman dan H Blumer menekankan bahwa orang memuaskan tentang bagaimana masyarakat tidak menanggapi orang lain sesuai dengan ”bagaimana berkembang dan tumbuh. Para sosiolog yang memakai mereka membayangkan orang itu”. Dalam perilaku

5 6 manusia, kenyataan bukanlah sesuatu yang tampak kekuatan dalam sejarah. Perspektif ini dikembangkan saja, tetapi dibangun dalam pikiran orang-orang pada oleh C Wright Mills, Lewis Coser, Aron Dahrendorf dan waktu mereka saling menilai dan menerka perasaan Collins, yang melihat suatu masyarakat agak berbeda serta gerak hati satu sama lainnya. Hal ini tidak berarti dengan pendapat para fungsionalis. Mereka melihat bahwa semua kenyataan adalah subyektif atau hanya bahwa masyarakat sebagai terikat bersama karena ada dalam pikiran, tetapi juga fakta obyektif dalam kekuatan dari kelompok atau kelas yang dominan. alam semesta. Makna diberikan pada suatu fakta dan Secara garis besar perbedaan perspektif fungsionalis tindakan manusia oleh manusia. Perspektif dengan konflik dapat dilihat pada Tabel 1. interaksionis simbolis memusatkan perhatiannya pada arti-arti apa yang ditemukan orang pada perilaku orang Tabel 1. Perbedaan Perspektif Fungsionalis dan Konflik lain, bagaimana arti itu diturunkan dan bagaimana Persepsi Teori Teori Konflik orang lain menanggapinya. tentang Fungsionalis 3. Perspektif Fungsionalis, yang melihat masyarakat Masyarakat Suatu sistem yang Suatu sistem yang sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama stabil dari tidak stabil dari secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang kelompok- kelompok dan kelas agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai kelompok yang yang saling yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut. bekerja sama bertentangan Kelas Suatu tingkat status Sekelompok orang Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil Sosial dari orang-orang yg memiliki dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan, yang memperoleh kepentingan yaitu kecenderungan untuk mempertahankan sistem pendapatan dan ekonomi dan kebu- kerja yang selaras dan seimbang. Para ahli funsionalis memiliki gaya tuhan kekuasaan seperti Talcot Parsons, Kingsley Davis dan Robert hidup yang serupa. yang serupa. Merton berpendapat bahwa setiap kelompok atau Berkem-bang dari Berkembang dari lembaga akan melaksanakan tugas tertentu dan terus- isi perasaan orang keberhasilan menerus, karena hal itu fungsional. Namun suatu nilai dan kelompok sebagian orang dlm atau kejadian pada suatu waktu atau tempat dapat yang berbeda mengeksploitasi menjadi fungsional atau disfungsional pada saat dan orang lain. tempat yang berbeda. 4. Perspektif Konflik, yang secara luas didasarkan pada karya Karl Marx yang melihat pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan-

7 8 Lanjutan Tabel 1. Lanjutan Tabel 1. Perbedaan Tidak dapat Tidak perlu dan Lembaga- Menanamkan nilai- Menanamkan nilai- Sosial dihindarkan dalam tidak adil, terutama lembaga sosial nilai umum dan nilai kesetiaan yang susunan masya- disebabkan kesetiaan yang melindungi gol rakat yang perbedaan dalam mempersatukan yang mendapat kompleks, terutama kekuasaan, dapat masyarakat hak-hak istimewa karena perbedaan dihindari dengan Hukum dan Menjalankan Menjalankan kontribusi dari jalan penyusunan Pemerintahan peraturan yang peraturan yang kelompok- kembali mencerminkan dipaksakan oleh kelompok yang masyarakat secara konsensus nilai- kelas yang berbeda sosialis nilai masyarakat dominan untuk Perubahan Timbul dari Dipaksakan oleh melindungi hak- Sosial perubahan suatu kelas thd hak istimewa fungsional kelas lain untuk masyarakat yang kepentingan kelas Berdasarkan uraian diatas terlihat perbedaan yang terus berubah pemaksa jelas diantara keempat perspektif tersebut. Para evolusionis Tata tertib Hasil usaha tidak Dihasilkan dan memusatkan perhatiannya pada kemiripan dalam sosial sadar dari orang- dipertahankan oleh msasyarakat yang tengah berubah, interaksionis orang untuk pemaksa yag mengorganisasi terorganisasi oleh memusatkan perhatiannya pada perilaku perorangan dan kegiatan mereka kelas yang kelompok yang sebenarnya, fungsionalis lebih secara produktif dominan memusatkan perhatiannya pada konsesnus nilai dan teori Nilai-nilai Konsensus atas Kepentingan yang konflik memusatkan perhatiannya pada perbedaan, nilai-nilai yang bertentangan akan ketegangan dan perubahan. Sebagai contoh munculnya mempersatukan memecah belah suatu kasus dikeluarkannya prosedur kelulusan yang baru masyarakat masyarakat. tanpa adanya diskusi dengan mahasiswa sebagai kelompok Khayalan konsen- yang akan terkena kebijakan baru tersebut. Setelah sus nilai-nilai beberapa hari mengeluh, kemarin sekelompok mahasiswa dipertahankan oleh memasuki ruangan dekanat untuk melakukan aksi kelas yg dominan menolak perberlakuan kebijakan tersebut. Para mahasiswa menyegel semua kantor administrasi fakultas dan meminta

9 10 semua staf administrai untuk libur. Polisi diminta datang untuk mengatasi Lanjutan Tabel 2 Kondisi tersebut oleh pihak kampus dan ...... Konflik 1. Mengapa masukan dari mahasiswa tidak diminta sebelum melakukan perubahan kebijakan ini? Bagaimana mempelajari peristiwa sosial ini dari 2. Siapakah yang akan mendapat keuntungan keempat perspektif? Secara singkat dapat digambarkan dan siapa yang dirugikan dengan perubahan pada Tabel 2. kebijakan tersebut? 3. Mengapa Fakultas menginginkan perubahan Tabel 2. Kajian Berdasarkan Perspektif Sosiologis dan mengapa mahasiswa menentangnya? Perspektif Kajian Evolusionis 1. bagaimana urutan terjadinya konfrontasi Berdasarkan contoh diatas terlihat perbedaan antara mahasiswa dengan dekanat? penekanan dalam kajiannya, yaitu: 2. Pola yang sudah ada yang bagaimana, yang 1) evolusionis pada perkembangan historis perbedaan diikuti 3. Bagaimanakah peristiwa tersebut merupakan kelas dalam masyarakat yang berbeda, produk dari situasi sebelumnya? 2) interaksionis menelaah bagaimana kelas masyarakat Interaksionis 1. Bagaimana peraturan dibuat dan dirubah? didefiiskan dan bagaimana orang memandang dan 2. Siapa yang mempunyai wewenang untuk memperlakukan anggota dari kelas mereka dan kelas mengubah peraturan, bagaimana caranya? lainnya, 3. Bagaimana ”orang yang baik” dan ”orang 3) fungsionalis memperhatikan bagaimana perbedaan yang buruk” mendapat julukan? kelas berfungsi dalam sebuah masyarakat untuk 4. Bagaimana ketegangan yang terjadi dan membagikan tugas dan imbalan dan menjaga agar peran apa yang dimainkan pada waktu sistem terus berjalan, dan semangat konfrontasi berkembang? 4) teoritis konflik memusatkan perhatian pada bagaimana Fungsionalis 1. Alasan-alasan apakah yang mendorong perbedaan kelas dipaksakan dan dipertahankan oleh perubahan kebijakan tersebut? 2. Dengan perubahan kebijakan, tujuan apa kelas dominan untuk keuntungan pihaknya dan atas yang bisa dicapai Fakultas dan mahasiswa? beban pihak yang kurang beruntung. 3. Dengan konfrontasi ini, tujuan apa yang bisa Secara umum perspektif yang berbeda tersebut saling dicapai oleh aktivitas mahasiswa? melengkapi, karena yang satu melihat sesuatu yang 4. Akibat-akibat apakah yang akan timbul dari mungkin diabaikan atau tidak dilihat perspektif yang lain. konfrontasi tersebut? Semua perspektif tersebut digunakan dalam susunan yang berbeda. Perbedaan perspektif ini hanyalah dalam hal

11 12 penekanan atau titik fokus kajian. Hal ini diperkuat dengan manusia telah sanggup berpikir secara ilmiah). Hasil karya kenyataan bahwa kebanyakan sosiolog akan menolak Comte yang utama antara lain; The Positive Philosophy dan untuk diklasifikasikan dalam salah satu perspektif tersebut, Subjective Synthesis. hanya saja mereka mempunyai perspektif yang paling mereka senangi dan sangat mereka percayai. Semua 2. Herbert Spencer (1820-1903) perspektif bermanfaat dan diperlukan untuk pemahaman Spencer menguraiakan materi sosiologi secara rinci dan yang lengkap tentang masyarakat. sistematis. Obyek sosiologi pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Sosiologi harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan Sosiologi keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan 1. Auguste Comte (1798-1857) lembaga keagamaan. Unsur-unsur masyarakat tadi Auguste Comte diangap sebagai bapak sosiologi mempunyai hubungan yang tetap dan harmonis serta karena yang pertama-tama memberi nama pada ilmu merupakan suatu integrasi. Hasil karya Spencer yang tersebut. Masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta utama antara lain; Principle of Psychology dan Principles of obyektif. Comte tidak secara rinci menguraikan masalah- Ethics. masalah yang menjadi obyek sosiologi, tetapi mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, 3. Emile Durkheim (1858-1917) yaitu sosial statistics (merupakan ilmu yang mempejari Durkheim berpendapat bahwa sosiologi meneliti lembaga- hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. kemasyarakatan) dan sosial dynamic (meneropong Durkheim membagi sosiologi menjadi 7 seksi, yaitu; bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan sosiologi umum, sosiologi agama, sosiologi hukum dan mengalami perkembangan sepanjang masa). Perkembangan moral, sosiologi tentang kejahatan, sosiologi ekonomi, tersebut melewati beberapa tahap sesuai dengan tahap demografi dan sosiologi estetika. Hasil karya Durkheim perkembangan pikiran manusia, yaitu: tahap teologis yang utama antara lain; The Sosial division of Labor, dan The (tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia rules of Sociological method. ini mempunyai jiwa dan oleh hal itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada diatas manusia), tahap 4. Max Weber (1864-1920) metafisis (tahapan dimana manusia masih percaya bahwa Max Weber memberikan pengertian mengenai perilaku gejala-gejala di dunai ini disebabkan oleh kekuatan yang manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya berada diatas manusia), dan tahap positif (tahap diman interaksi sosial (terkenal dengan metode ”pengertian” atau

13 14 method of understanding). Weber juga dikenal dengan teori geografis menentukan jenis pekerjaan dan hal akan ideal typus, yaitu suatu konstruksi dalam fikiran seorang mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk lembaga-lembaga lainnya. Hasil karya Le Play yang utama menganalisa gejala-gejala dalam masyarakat. Ajaran antara lain; Sosial reform in france, The organization of family sosiologisnya menyumbang perkembnagan menani analsiis dan The organization of Labor. wewenang, birokrasi, sosiologi agama, dan organisasi- organisasi ekonomi. Hasil karya Weber yang utama antara 7. Ferdinand Tonnies lain; The Economy and Society, The Theory of sosial and Tonnies dikenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft economic organization, dan Collected essays on Sociology and dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai Sosial Problems. perkembangan kelompok-kelompok sosial. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana 5. Charles Horton Cooley (1864-1929) anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang Cooley mengembangkan konsepsi mengenai hubungan murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar timbal-balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara hubungannya adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin individu dengan masyarakat. Pada saat manusia berada yang juga bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat dibawah dominasi kelompok utama (primary group) yaitu diumpamakan pada peralatan hidup tubuh manusia. keluarga, kelompok sepermainan dan tetangga yang Bentuk ini terutama dapat dijumpai pada keluarga, ditandai dengan saling kenal diantara mereka serta kerja kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan sebagainya. sama pribadi yang erat adalah peleburan individu-individu Gesellschaft (patembayan) sebagai bentuk kehidupan dalam satu kelompok, sehingga tujuan individu menjadi bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok tujuan kelompok. Hasil karya Cooley yang utama antara dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Bentuk ini lain; Human Nature and Sosial order, Sosial organization dan merupakan suatu bentuk dalam pikiran semata, Sosial Process. strukturnya bersifat mekanis sebagaimana sebuah mesin. Bentuk ini biasanya terdapat pada organisasi pedagang, 6. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882) organisasi suatu pabrik, organisasi industri dan sebagainya. Le Play mengenalkan suatu metode tertentu dalam Hasil karya Tonnies yang utama antara lain; Gemeinschaft meneliti dan menganalisa gejala-gejala sosial yaitu dengan und Gesellschaf dan Sociological studies and critism. mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Le Play juga menggunakan metode studi 8. Leopold von Wiese (1876-1949) kasus dalam penelitian-penelitiannya. Penelitian tentang Von Wiese menganggap sosiologi sebagai suatu masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Obyek khusus

15 16 sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial. Katagori kemampuan untuk menggerakkan kecakapan-kecakapan proses sosial selanjutnya dibagi atas dasar derajat asosiatif manusia di dalam memenuhi tujuannya. Hasil karya Ward atau disosiatifnya. Hasil karya Von Wiese yang utama yang utama antara lain; Dynamic society dan Pure Sociology. antara lain; Systematic Sociology dan Sociology of Sosial Relation. 11. Vilfredo pareto (1848-1923) Pareto membuat beberapa teori yang serig disebut logi- 9. Alfred Vierkandt (1867-1953) experimental science. Sosiologinya didasarkan pada observasi Vierkandt terutama mempelajri interaksi dalam terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta- masyarakat dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat fakta dan rumus-rumus matematika. Menurut Pareto, merupakan himpunan interaksi-interaksi sosial, sehingga masyarakat merupakan suatu sistem kekuatan yang sosiologi bertugas untuk mengkonstruksikan teori-teori seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri- tentang masyarakat dan kebudayaan. Setiap masyarakat ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia, dan merupakan suatu kebulatan dimana masing-masing unsur tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan saling mempengaruhi. Dasar semua struktur soaial adalah serta dorongan dalam dirinya. Hasil karya Pareto yang ikatan emosional, tak ada konflik antara kesadaran individu utama antara lain; treatise on general sociology yang dengan kelompok. Oleh karena itu individu tunduk kepada diterjemahkan menjadi The Mind and Society. tujuan kelompok. Hubungan antara satu individu merupakan suatu mata rantai, hubungan tersebut akan 12. Goerge Simmel (1858-1918) timbul dan hilang, tetapi struktur dan tujuan kelompok Simmel berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tetap bertahan. Hasil karya Vierkandt yang utama antara pengetahuan khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan lain; Primitive and civilized peoples dan family, people and state analitis yang abstrak diantara semua ilmu pengetahuan in their sosial life. kemasyarakatan. Masyarakat merupakan suatu proses yang terus berjalan dan berkembang. Masyarakat ada dimana 10. Lester Frank Ward (1841-1913) individu mengadakan interaksi dengan individu-individu Ward merupakan pelopor sosiologi di Amerika Serikat. lainnya. Interaksi timbul karena kepentingan-kepentingan Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan dan dorongan tertentu. Obyek sosiologi meurutnya adalah manusia. Menurut Ward, kekuatan dinamis dalam gejala bentuk-bentuk hubungan antar manusia. Hasil karya sosial adalah perasaan yang terdiri dari keinginan- Simmel yang utama antara lain; Concerning sosial keingainan dan kepentingan-kepentingan. Perasaan differentiations, Basic problems of sociology dan Conflict of merupakan kekuatan individu, karena interaksi berubah Modern culture. menjadi kekuatan sosial. Kekuatan sosial mepunyai

17 18 13. William Graham Sumner (1840-1910) asas-asas baru dalam keidupan ekonomi. Menurutnya, Sumner mendasarkan pada konsep in-group dan out sangat perlu diadakan planning for fredom , yaitu group. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok- perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kelompok sosial. Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu maupun petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan kelompok di dalam maupun di luar rangka perimbangan- warga-warga sekelompok maupun warga-warga dari perimbangan tersebut. Hasil karya Manheim yang utama kelompok lain. Apabila suatu kebiasaan dianggap demikian antara lain; Ideology and Utopia dan Amn and society in an age pentingnya bagi kesejahteraan kelompok sosial, maka of reconstruction. kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan atau moral kelompok yang mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Perkembangan teori Sosiologi Menurtunya ada 4 dorongan universal dalam diri manusia, Perkembangan teori sosiologi tidak bisa dilepaskan yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut dan rasa hampa. Dari dengan keberadaan Auguste Comte sebagai bapak dorongan tersebut timbullah kepentingan-kepentingan sosiologi. Seperti yang disebutkan dalam Soekanto (1982), yang menyebabkan terjadinya pola-pola kegiatan hal ini menyebabkan masa Comte dapat dianggap sebagai kebudayaan. Hasil karya Sumner yang utama antara lain; patokan dalam perkembangan sosiologi. Konsep Comte What sosial classes owe to folkwasy dan The science of Sosiology. yang kemudian terkenal adalah ketika Comte membedakan sosiologi menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. 14. Robert Ezra Park (1864-1944) Sosiologi statis memusatkan perhatiannya pada hukum- Park beranggapan bahwa sosiologi meneliti masyarakat hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. setempat dari sudut hubungan antar manusia. Hasil karya Asumsi dasar sosiologi satais adalah bahwa semua gejala Park yang utama antara lain; Introduction to the Science of sosial saling berkaitan, yang berarti bahwa percuma Sociology dan Race and Culture. mempelajari gejala sosial secara tersendiri. Unit sosial yang terpenting bukanlah individu, tetapi keluarga yang bagian- 15. Karl Manheim (1893-1947) bagiannya terikat oleh simpati. Agar suatu masyarakat Manheim mempelopori suatu cabang sosiologi, yaitu berkembang maka simpati harus diganti dengan kooperasi, sosiologi pengetahuan yang khusus menelaah hubungan yang hanya mungkin ada apabila terdapat pembagian kerja. antara masyarakat dengan penegtahuan. Teori yang sangat Sosiologi dinamis merupakan teori tentang terkenal adalah mengenai krisis. Akar dari segenap perkembangan dalam arti pembangunan. Comte yakin pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam bahwa masyarakat akan berkembang menuju suatu ketegangan-ketegangan yang timbul di semua lapangan kesempurnaan. Meskipun demikian Comte lebih kehidupan karena asas laisses faire berdampingan dengan

19 20 mementingkan perubahan-perubahan atau perkembangan dapat dipertahankan dalam masyarakat yang modern dalam cita-cita daripada bentuk. sekalipun. Setelah era Auguste Comte, sosiologi mengalami c. Mazhab Formal, sangat terpengaruh oleh ajaran dan perkembangan pesat yang dapat dikelompokkan ke dalam filsafat Immanuel Kant. Beberapa tokoh mazhab ini mazhab-mazhab. Beberapa mazhab tersebut antara lain: antara lain George Simmel, Leopold Von Wiese dan a. Mazhab Geografi dan lingkungan, yang menguraikan Alfred Vierkandt. Simmel berpendapat bahwa elemen- bahwa tidak mungkin suatu masyarakat terlepas dari elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk- tanah atau lingkungan dimana masyarakat itu berada. bentuk yang mengatur hubungan antar elemen-elemen Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang tersebut. Berbagai lembaga didalam masyarakat apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi dan masyarakat tersebut. Teori-teori ini mencakup sejarah konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, perkembangan masyarakat-masyarakat tersebut. agama, peperangan, kelas-kelas dapat diberi Beberapa tokoh mazhab ini antara lain; Edward Buckle karakteristik menurut salah satu bentuk diatas atau dari Inggris dan Le Pay dari Perancis. ketiga-tiganya. Seorang warga masyarakat akan b. Mazhab Organis dan Evolusioner, yang sangat mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa dipengaruhi teori-teori bidang biologi dalam arti luas. menjada warga masyarakat tak akan mungkin Mazhab ini menganalogikan antara masyarakat seseorang mengalami proses interaksi antara individu manusia dengan organisme manusia. Tokoh penting dengan kelompok. mazhab ini antara lain Herbert Spencer, Emile d. Mazhab Psikologi, yang mendasarkan teorinya pada Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Dalam bukunya psikologi. Beberapa tokoh mazhab ini diantaranya Principle of Sociology, Spencer berpendapat bahwa suatu Gariel Tarde, Richard Horton Cooleh, dan LT organisme akan berkembang menjadi semakin Hobhouse. Menurut Tarde, gejala sosial empunyai sifat sempurna sifatnya, dengan kriteria kompleksitas, psikologi yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa diferensiasi dan integrasi. Demikian juga halnya dengan individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari masyarakat. Perkembagan masyarakat dari pertanian ke kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. industri terjadi karena kompleksitas, diferensiasi dan Bentuk utama dari interaksi mental individu adalah integrasi yang semakin mantap dalam masyarakat imitasi, oposisi dan adaptasi atau penemuan baru. menuju pada keadaan hidup yang dalami. Durkheim Imitasi seringkali berhadapan dengan oposisi yang dan Tonnies juga terpengaruh oleh kehidupan sosial meuju pada bentuk adaptasi yang baru. Dengan lainnya dalam suatu hubungan dengan sesamanya, dan demikian mungkin terjadi perubahan sosial yang

21 22 disebabkan oleh penemuan baru, perubahan-perubahan penguasa atau ideologi, dan 4) hukum rasional dan dan seterusnya. formal, dimana hukum dibentuk semata-mata atas e. Mazhab Ekonomi, yang sangat dipengaruhi oleh ajaran dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum. Karl Marx dan Max Weber. Konsep yang terkenal dari keduanya adalah pembagian masyarakat dalam kelas- kelas yang berdasarkan pada kepemilikan ekonomi. Perkembangan sosiologi pada Abad pencerahan Marx mempergunakan metode sejarah dan filsafat Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, untuk membangun teori tentang perubahan yang seperti Socrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa menunjukkan tentang perkembangan masyarakat manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa menuju suatu keadaan dimana ada keadilan sosial. mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan Weber berpendapat bahwa tingkah laku individu- kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh individu dalam masyarakat diklasifikasikan menurut 4 para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu tipe ideal aksi sosial, yaitu; 1) aksi yang bertujuan, 2) Sina, dan Thomas Aquinas. Para pemikir tersebut aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, 3) aksi berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tradisional yang menyangkut tingkah laku yang tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi melaksanakan suatu aturan yang bersanksi dan 4) aksi dengan masyarakatnya. yang emosional yang menyangkut perasaan seseorang. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad Atas dasar keempat aksi tersebut maka timbul pencerahan (abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat. pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri f. Mazhab Hukum, yang dipelopori oleh Emilei Durkeim, ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu Max Weber dan Lawrence M Friedmen. Menurut Weber berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan terdapat 4 tipe ideal hukum, yaitu; 1) hukum irasional masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia. dan materiil diman pembentukan undang-undang dan Perubahan-perubahan besar terus berkembang secara hakim mendasarkan keputusan-keputusannya semata- revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang suatu kaidah, 2) hukum irasional dan formal, dimana lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam pembentuk undang-undang dan hakin berpedoman revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. pada`kaidah-kaidah diluar akal, tetapi pada wahyu atau Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini ramalan, 30 hukum rasional dan materiil, dimana terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan keputusan-keputusan pembentuk undang-undang dan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijakan menganalisis perubahan dalam masyarakat.

23 24 Perubahan yang terjadi akibat revolusi industri menyebabkan perubahan pada struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Sosiologi modern Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada dan bukannya di yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin Eropa yang merupakan tempat dimana sosiologi muncul berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak pertama kalinya. Pada permulaan abad ke-20, gelombang kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah, besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu seperti Tsar di Rusia, Raja–raja di Perancis dan sebagainya. berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya Perubahan adanya revolusi industri ini mulai kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar perubahan masyarakat harus dapat dianalisis, karena masyarakat pun tak terelakkan. perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan masyarakat sudah diantisipasi secara dini. Oleh karena itu lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang muncul pemikiran bahwa: sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka a. Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang lahirlah sosiologi modern, yang merevisi dan penyesuaian harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui sosiologi abad pertengahan dengan kondisi terkini. penyebab dan akibatnya. Berkebalikan dengan pendapat sosiologi sebelumnya, b. Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat pendekatan sosiologi modern cenderung mikro menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam (pendekatan empiris), artinya perubahan masyarakat dapat masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang akal. Dengan metode ilmiah yang tepat perubahan muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah. yang lebih luas. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian dalam sosiologi, terutama penelitian yang bersifat empiris.

25 26 Metode-metode dalam Sosiologi c. Studi Kasus (case study), yang bertujuan untuk Sosiologi mempelajari obyeknya (masyarakat) dengan mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala menggunakan beberapa cara kerja atau metode yang juga nyata dalam kehidupan masyarakat. Studi kasus dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dalam dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, sosiologi terdapat dua metode, yaitu metode kualitatif dan kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga metode kuantitatif. maupun individu-individu. Dasar studi kasus 1. Metode Kualitatif, mengutamakan bahan yang sukar adalah penelaahaan suatu masalah khusus yang diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran- merupakan gejala umum dari persoalan-persoalan ukuran lain yang bersifat eksak, walaupuin bahan- lainnya dapat menghasilkan dalil-dalil umum. Alat- bahan tersebut terdapat dengan nyata dalam alat yang dipergunakan dalam metode studi kasus masyarakat. Metode ini berdasarkan pengertian adalah wawancara (interview) baik yang tersusun (verstehen). Dalam metode ini termasuk didalamnya maupun yang tidak tersusun, pertanyaan- adalah metode: pertanyaan (questionnaires) dengan telah dibuatkan a. Historis, metode yang menggunakan analisis atas pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dari peristiwa-peristiwa masa dalam silam untuk daftar-daftar pertanyaan (schedules), participant merumuskan prinsip-prinsip umum. Seseorang observer technique (penyelidik ikut serta dalam yang akan menyelidiki akibat-akibat revolusi secara kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang umum akan mempergunakan bahan-bahan sejarah sedang diamati). untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi di masa silam. 2. Metode Kuantitatif, mengutamakan bahan-bahan b. Komparatif, metode yang mementingkan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala perbandingan antara bermacam-macam masyarakat yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala- beserta bidangnya-bidangnya untuk memperoleh skala, indeks, tabel dan formula. Metode yang perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan termasuk kuantitatif adalah metode statistik yang serta sebab-sebabnya. Perbedaan dan persamaan bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara tersebut bertujuan untuk mendapatkan petunjuk- matematis. Akhir-akhir ini berkembang sociometry yang petunjuk mengenai perilaku mansyarakat pada mempergunakan skala-skala dan angka-angka untuk masa silam dan masa sekarang dan mengenai mempelajari hubungan antar manusia dalam masyarakat-masyarakat yang mempunyai tingkat masyarakat. peradaban yang berbeda atau sama. Berdasarkan penjenisan metode dalam sosiologi dapat dibagi menjadi:

27 28 1. Metode Induktif, yang mempelajri suatu gejala khusus satu metode untuk menyelidiki obyeknya (subyek yang untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku sosiologis). dalam lapangan yang lebih luas. 2. Metode Deduktif, yang memulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudia dipelajari Pokok bahasan sosiologi dalam keadaan yang khusus. Sosiologi sebagai ilmu memiliki beberapa pokok bahasan, Pembagian metode sosiologis yang lainnya adalah yaitu: berdasarkan jenis metode, yaitu: 1. Fakta sosial, yaitu cara bertindak, berpikir, dan 1. Metode empiris, yang menyandarkan diri pada berperasaan yang berada di luar individu dan keadaan-keadaan yang dengan nayat dapat didapat mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan dalam masyarakat. Metode ini diwujudkan dengan riset individu tersebut. Contoh, di perguruan tinggi seorang atau penelitian yaitu cara mempelajari suatu masalah mahasiswa diwajidkan untuk datang tepat waktu ketika secara sistematis dan intensif untuk mendapatkan kuliah dan bersikap hormat kepada seluruh civitas pengetahuan yang lebih banyak mengenai masalah akademika. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan tersebut. Riset dapat bersifat riset dasar (basic) yang ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya banyak dari ilmu pengetahuan dan riset aplikasi cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di (applied), yang ditujukan pada penggunaan ilmu luar individu (kampus), yang bersifat memaksa dan pengetahuan secara praktis. mengendalikan individu (mahasiswa). 2. Metode rationalistis, yang mencapai pengertian tentang 2. Tindakan sosial, yaitu suatu tindakan yang dilakukan masalah-masalah kemasyarakatan. Metode ini masih dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. digunakan oleh para ahli, terutama metode Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi fungsionalisme. Metode ini bertujuan untuk meneliti bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan bunga untuk mendapat perhatian orang lain, struktur sosial masyarakat. Metode ini berpendapat merupakan tindakan sosial. bahwa unsur-unsur yang membentuk masyarakat 3. Khayalan sosiologis, diperlukan untuk dapat mempunyai hubungan timbal balik yang saling memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun pengaruh-mempengaruhi, masing-masing memiliki yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, fungsi sendiri-sendiri. dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami Metode-metode sosiologi tersebut bersifat saling sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan melengkapi dan para ahli sering menggunakan lebih dari hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan

29 30 khayalan sosiologis adalah troubles (permasalahan dikotomik antara desa dengan kotanya. Beberapa tokoh pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap mendefinisikan sosiologi perdesaan sebagai betrikut: nilai-nilai pribadi) dan issues (merupakan hal yang ada a. John Gillete (1922), berpendapat bahwa sosiologi di luar jangkauan kehidupan pribadi individu) Contoh, perdesaan adalah cabang sosiologi yang secara jika Indonesia hanya terdapat satu orang yang sistematik mempelajari komunitas–komunitas menganggur, maka hal ini disebut trouble atau hanya perdesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi menjadi masalah individual yang pemecahannya dapat serta kecenderungan-kecenderungannya dan melalui peningkatan keterampilan pribadi. Namun merumuskan prinsip-prinsip kemajuan. apabila di Indonesia terdapat 50 juta penduduk yang b. NL Sims (1942), sosiologi perdesaan adalah studi menganggur, maka pengangguran tersebut merupakan asosiasi antara orang-orang yang hidupnya banyak issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas tergantung pada pertanian. lagi, tidak sekedar peningkatan ketrampilan individu c. Dwight Sanderson (1942), sosiologi perdesaan adalah semata. studi tentang kehidupan dalam lingkungan 4. Realitas sosial, yaitu kenyataan yang ada dibelakang perdesaan. tabir, dimana seorang sosiolog dituntut untuk dapat d. Lynn Smith & Paul Zopf (1970), sosiologi perdesaan menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai adalah kumpulan pengetahuan yang telah tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. disistematisasikan yang dihasilkan lewat penerapan Penyingkapan berbagai tabir tersebut harus mengikuti metode ilmiah ke dalam studi masyarakat aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara perdesaan: organisasi & strukturnya, proses- ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka prosesnya, sistem sosial, dan perubahan- pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta perubahannya. menghindari penilaian normatif, jauh dari sikap 2. Baru (Kapitalis), muncul setelah era globalisasi, dimana subyektif. perbedaan antara desa dan kota semakin kabur oleh perkembangan teknologi (khususnya transportasi dan Sosiologi Perdesaan komunikasi). Pemahaman pada masa ini tidak terlepas Secara umum terdapat dua versi sosiologi dari dominasi kapitalis beserta sains-teknologinya yang perdesaan, yaitu versi lama (klasik) dan baru (modern). memeiliki kemampuan menembus dan menerobos Pengertian sosiologi perdesaan kedua versi tersebut dapat setiap sudut dunia, seloah tidak ada tembok diuraikan berdasarkan tokoh yang memperkenalkannya: penghalang setiap sudut di dunia. Salah satu ahli 1. Sosiologi Klasik, muncul tatkala barat secara umum penting versi ini adalah Howard Newby (1978) yang masih memperlihatkan perbedaan yang jelas dan bahkan berpendapat bahwa sosiologi perdesaan ”baru” harus

31 32 banyak belajar dari imbauan Karl Kautsky mengenai munculnya depopulasi di daerah perdesaan di Amerika pertanyaan agraria (The Agrarian Question) dengan Serikat. Munculnya depopulasi ini menyebabkan melihat perubahan-perubahan yang dialami pertanian munculnya isu kemanusiaan yang menyebabkan keinginan di bawah dominasi produksi kapitalis. Secara lebih jelas untuk memperbaiki kehidupan di perdesaan mulai meluas sosiologi perdesaan yang baru merupakan studi tentang sekitar tahun 1900. bagaimana masyarakat desa (bukan hanya desa Isyu tersebut melahirkan mata kuliah mengenai pertanian) menyesuaikan diri terhadap merasuknya masalah sosial perdesaan di Universitas Chicago, Michigan sistem kapitalisme modern di tengah kehidupan dan North Carolina. Lebih lanjut isyu tersebut mereka. mengakibatkan Presiden Amerika Serikat saat itu, yaitu Roosevelt, membentuk komisi tentang kehidupan desa (Commision on Rural Life). Keputusan membentuk komisi ini Latar Belakang Sosiologi Perdesaan juga dipengaruhi oleh studi Sir Horace Plunkett di Irlandia Latar belakang sosiologi di Dunia tidak terlepas dari mengenai rusaknya kehidupan desa di Irlandia. peranan Amerika Serikat. Amerika Serikat abad 19 terjadi Ketimpangan dalam masyarakat pada masa industri. Laporan komisi tentang kehidupan desa telah Sebelum muncul ketimpangan tersebut di Amerika menarik perhatian para sosiolog Amerika Serikat. Dalam kepemilikan lahan pertanian sangatlah luas dengan tipe pertemuan para sosiolog yang tergabung dalam American masyarakat yang agraris. Namun perkembangan Sociological Society tahun 1912, kehidupan desa ditampilkan industrialisasi di Amerika menyebabkan semakin sebagai topik utama. Sebagai akibat berkembangnya berkurangnya lahan pertanian, karena mulai tumbuh desa- masyarakat yang relatif cepat, pada tahun 1937 muncullah desa yang berkembang dengan pesat yang menjelama kelompok ahli sosiologi yang mengkhususkan diri pada menjadi kota-kota. kajian masyarakat perdesaan yang dikenal dengan nama Rural Sociology Society. Pembangunan yang begitu pesat di Dampak perkembangan tumbuhnya desa-desa di Amerika Serikat sebagai imbas revolusi industri Amerika adalah munculnya interaksi-interaksi baru yang menyebabkan mulai hilangnya desa-desa di Amerika merupakan pertemuan dari masyarakat beberapa wilayah Serikat. Hal ini menyebabkan para sosiolog amerika sulit di Amerika Serikat. Interaksi-interaksi baru tersebut secara menemukan obyek kajiannya. Oleh karena itu para sosiolog tidak langsung berpengaruh terhadap munculnya norma Amerika mulai melakukan penelitian di Amerika Selatan dan tata kelakuan baru dari masyarakat yang bergabung (Peru, Meksiko, El Salvador, Cuba, Brasil) yang masih tersebut yang agak berbeda dengan norma dan tata memiliki banyak sekali masyarakat perdesaan sebagai kelakuan lama yang dibawa oleh masing-masing obyeknya. penduduk. Akibat lain yang ditimbulkan adalah

33 34 Perkembangan kajian wilayah perdesaan yang dunia II yang memberikan kuliah sosiologi. Namun tahun semakin meluas ternyata berdampak pada perkembangan 1934/1935 kuliah sosiologi ditiadakan, karena guru besar ilmu sosiologi itu sendiri. Pada tahun 1957 muncullah yang memegang otoritas menyusun daftar kuliah Asosiasi Sosiologi Perdesaan di Eropa (European Society for menimbang bahwa kajian-kajian sosiologis tidaklah Rural Sociology) dan Jepang yang mengkhususkan kajiannya diperlukan dalam hubungannya dengan proses hukum. pada masyarakat perdesaan di Eropa dan Jepang. Setelah Perang Dunia II Kolopaking Di Indonesia Kajian sosiologi juga berkembang memberikan kuliah sosiologi pada Akademi politik dengan pesat, meskipun para pujangga dan pemimpin Yogyakarta (dilebur ke dalam UGM pada fakultas Sosial indonesia tidak pernah belajar teori ilmu sosiologi secara dan Politik). Kemudian diikuti dengan diterbitkannya buku formal, namun banyak diantara mereka telah memasukkan Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusumo yang unsur-unsur sosiologi ke dalam ajarannya. Ajaran Wulang memuat beberapa pengertian elementer dari sosiologi yang reh yang diajarkan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari teoritis dan bersifat sebagai filsafat. Pada tahun 1950 Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara menyusul diterbitkannya buku sosiologi oleh Bardosono, anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan- yang diikuti dengan diterbitkannya buku Sosiologi Untuk golongan yang berbeda (inter group relations). Demikian Masyarakat indonesia karangan Hassan shadily (lulusan juga halnya dengan Ki Hajar Dewantoro meletakkan dasar- Cornell University di Amerika Serikat) yang memuat dasar mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan bahan-bahan sosiologi yang modern. Beberapa tahun Indonesia dalam pendidikan di Indonesia yang kemudian muncullah ahli-ahli sosiologi Inonesia yang dipraktekkan dalam organisasi kependidikan Taman Siswa. banyak menulis karya-karyanya. Salah satu karya yang sampai saat ini masih menjadi acuan adalah buku Sosial Dari penjelasan tersebut semakin jelaslah bahwa change in Yogyakarta yang ditulis oleh Selo Soemardjan sosiologi sebagai praktis telah berkembang dan tahun 1962. Tahun 1964 Selo Soemardjan bersama Soeleman dikembangkan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan Soemardi juga menulis buku Setangka Bunga Sosiologi peneliti asing di Indonesia seperti tulisan snouck hurgronje, yang dijadikan bacaan wajib bagi perguruan tinggi di C van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dan sebagainya Indonesia. Sejak saat itulah mulai bermunculan ahli-ahli yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai pusat sosiologi Indonesia sampai saat ini, seperti Sajogjo, Pujiwati perhatiannya. Hanya saja pada saat itu sosiologi belum Sajogjo, Tjondronegoro, Herman Soewardi, Astrid Susanto dianggap cukup penting untuk dipelajari dan dan sebagainya. dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan. Satu hal yang perlu mendapat perhatian munculnya Sekolah tinggi hukum (Rechtshogeschool) di latar belakang sosiologi perdesaan adalah keterkaitannya satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia sebelum perang

35 36 dengan isyu kemanusiaan yang muncul sebagai refleksi dari ketimpangan masyarakat desa sebagai akibat Bab II perkembangan industri. Oleh karena itu sebagai salah satu ciri sosiologi perdesan adalah penekanannya pada aspek Karakteristik Dan praktis, sekalipun masih dalam kategori ilmu murni. Tipologi Desa Disamping itu sosiologi perdesaan juga dilekati oleh komitmen moral yang kental untuk membangun kehidupan masyarakat desa.

Memahami karakter suatu masyarakat di perdesaan tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap desa secara fisik. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa budaya material dan immaterial memiliki hubungan dengan tipe desa secara fisik. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman mengenai karakteristik desa.

Pemahaman Desa Desa merupakan obyek pokok dalam sosiologi perdesaan. Secara umum kita memahami desa merupakan sutu cerminan kehidupan yang bersahaja, belum maju, cenderung terbelakang, namun untuk memahami desa tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Pengertian desa mestilah dibedakan antara rural dan village. Rural lebih bermakna sebagai perdesaan dengan ciri khas pada karakteristik masyarakat, sedangkan makna village lebih pada desa sebagai suatu unit territorial. Dengan demikian suatu perdesaan (rural) dapat mencakup satu desa (village) atau sejumlah desa. Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Egon E Bergel (1955), mendefinisikan

37 38 desa sebagai setiap pemukiman para petani (peasant). sebagai suatu kumpulan komunitas yang memiliki ikatan Menurutnya ciri pertanian bukanlah ciri yang selalu warganya terhadap wilayah yang didiaminya. melekat pada setiap desa, tetapi fungsi desa sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang Beberapa Konsep Mengenai Desa relatif kecil. Suatu desa ditandai dengan keterikatan Dalam rangka memahami desa perlu dibahas konsep- warganya terhadap suatu wilayah tertentu dan bukannya konsep mengenai rural, urban, sub-urban atau rurban, village , pada pertanian semata. Dalam konteks sosiologi, town dan city. masyarakat yang memiliki ikatan kebersamaan dan ikatan Rural dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia terhadap wilayah tertentu disebut sebagai suatu komunitas suntingan S Wojowasito dan WJS Poerwodarminto (1972) (community). diartikan ”seperti desa, seperti di desa”, sehingga rural Pengertian desa menurut Paul Landis (1948) diterjemahkan menjadi perdesaan, bukanlah desa (village). didasarkan pada tujuan analisis, yaitu analisis statistik, Mungkin masih banyak kota-kota dalam pengertian kita sosial-psikologik dan ekonomik. Secara statistik desa diterjemahkan menjadi perdesaan, bahkan kota Jakarta, didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya masih diterjemahkan sebagai big village, karena banyak kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan sosial-psikologik kelompok masyarakat atau lingkungannya yang masih suatu desa merupakan lingkungan yang penduduknya seperti desa. memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara Berdasarkan Undang-undang No. 5 th 1979, dan warganya. Berdasarkan analisis ekonomik, desa Undang-undang no 22 th 1999, desa didefinisikan sebagi didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang pendapatan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk penduduknya tergantung pada pertanian. Dari ketiga ciri sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya tersebut mungkin yang pertama, yaitu berdasarkan analisis kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi statistik kurang tepat dilakukan, karena 1) tidak pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan mempertimbangkan kepadatan penduduk negara dimana berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri dalam desa tersebut terdapat, dan 2) tidak menampung ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep ini perubahan-perubahan volume penduduk suatu desa. menempatkan desa berbeda dengan Kelurahan. Kelurahan berdasarkan Undang-undang tersebut Definisi desa yang lain juga dikemukana oleh ahli merupakan bentukan pemerintah Pemerintah lewat sosiologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat (1977) yang peraturan-peraturan yang tidak selalu merupakan bentuk mendefinisikan desa sebagai tempat menetap komunitas asli dari masyarakat lewat proses sejarah yang panjang kecil. Namun yang terpenting dari definisi tersebut bahwa seperti desa dan diciptakan tanpa terikat pada kesatuan desa tidak semata-mata terikat pada pertanian, tetapi integritas sosial-kultural masyarakatnya. Oleh karena itu

39 40 perbedaan tersebut terletak pada kesatuan kesatuan perdesaan dalam pelbagai segi. Dalam konteks ini kota masyarakat hukum dan berhak menyelenggarakan kecil bukanlah sekedar desa besar. Sebuah desa hanya rumahtangganya sendiri, sekalipun dibatasi. melayani orang-orang desa, desa tidak memiliki pengaruh- Sementara urban diartika sebagai “dari kota, seperti di pengaruh terhadap daerah-daerah sekitarnya, baik politik, kota”, sehingga diterjemahkan menjadi perkotaan, ekonomi maupun kultural. Sebaliknya kota kecil memiliki bukanlah kota (town atau kota kecil, city atau kota besar). pengaruh-pengaruh tersebut. Kota kecil lebih berfungsi Mungkin desa-desa di Inggris atau Amerika dan Eropa sebagai pasar bagi hasil-hasil pertanian, kerajinan atau umumnya dapat disebut sebagau urban areas atau setidak- industri kecil desa-desa sekitarnya. Hubungan antara kota tidaknya komunitasnya sudah bersifat urban. kecil dan desa merupakan hubngan timbal balik. Tidak Berdasarkan pengertian tersebut maka hakekat hanya desa tergantung pada kota kecil, tetapi kota kecil konsep rural dan urban lebih menunjuk kepada karakteristik juga tergantung pada desa-desa di sekitarnya. Beberapa ciri masyarakatnya, sedangkan village , town dan city lebih kota kecil antara lain; adanya organisasi soail yang ketat mengacu pada suatu unit teritorial. Village , town dan city dan berbagai hubungan bersifat primer sehingga sistem bahkan lebih dipertegas lagi sebagai suatu unit teritorial- pengawasan kota kecil lebih ketat dibandingkan desa. administrasi atau berkaitan dengan kekotaprajaan. Dengan Konsep city (kota besar) didefinisikan sebagai suatu kata lain urban bukan hanya sebuah kota (town atau kota pemukiman perkotaan yang mendominasi sebuah kawasan kecil, city atau kota besar) dalam arti suatu kotamadia atau (region), baik perdesaan maupun perkotaan. Dalam ciri kotapraja, melainkan termasuk daerah-daerah di luar batas sosial antara kota besar dengan kota kecil tidaklah berbeda, resmi daerah tersebut yang masyarakatnya memiliki cara hanya yang membedakannya adalah kompleksitas yang hidup kota. ada di kota besar. Penduduk kota besar terdeferensiasi Konsep sub-urban atau rurban yang sering diartikan berdasar atas daerah asal, status, pendidikan, dan pola-pola sebagai daerah ”piggiran kota”, padahal sebenarnya tingkah laku. Dengan demikian kota besar mengandung bermakna sebagai bentuk-antara (in-between) antara rural deferensiasi tinggi yang berkaitan dengan proses dan urban. Dilihat sebagai suatu lingkungan daerah sub penggandaan fungsi. urban merupakan daerah yag terletak diantara atau ditengah-tengah daerah rural dan urban. Dilihat sebagai Karakteristik Desa sutau bentuk komunitas sub urban merupakan kelompok Penjelasan mengenai karakteristik desa yang komunitas yang memiliki sifat-sifat tengah-tengah antara ditempatkan sebagai masyarakat yang masih bersahaja, rural dan urban. selalu dikaitkan atau dilawankan dengan pemahaman Konsep town (kota kecil) didefinisikan sebagai suatu mengenai kota yang maju dan kompleks. Hal ini pemukiman perkotaan yang didominasi dalam lingkungan menyebabkan karakteristik antara desa dan kota cenderung

41 42 bersifat kontras satu sama lain. Dalam merumuskan Lanjutan Tabel 3. karakteristik yang kontras tersebut sejumlah sosiolog masih 6. Keluarga lebih Lebih banyak tersedia mengacu pada pola pemikiran yang bersiat teoritik seperti ditekankan fungsinya lembaga atau fasilitas untuk konsep Ferdinand Tonnies (Gemeinschaft-Gesellschaft), sebagi unit ekonomi mendapatkan barang dan Charles Cooley (Primary-Secondary group) dan Emile pelayanan Durkheim (Solidaritas Mekanik-organik). 7. Populasi anak dalam Lebih banyak mengubah Namun gambaran desa-kota yang mendasarkan pada proporsi yang lebih besar lingkungan dan tergantung kondisi empirik juga dilakukan oleh beberapa ahli pada spesialisasi sosiologi, seperti Roucek & Warren (1962) dan Horton & Hunt (1976). Roucek & Warren (1962) melihat bahwa Gambaran perbedaan karakteristik seperti diatas masyarakat desa dan kota memiliki karakteristik seperti menunjukkan perbedaan karakteristik yang kontras antar pada Tabel 3. desa dan kota. Pandangan serupa juga dikemukakann oleh Horton & Hunt (1976) yang melihat perbedaan desa dan Tabel 3. Karakteristik masyarakat Desa dan Kota Menurut kota dalam masyarakat di Amerika dalam beberapa hal Roucek & Warren seperti pada Tabel 4. No Desa Kota 1. Besarnya peranan Besarnya peranan Tabel 4. Karakteristik masyarakat Desa dan Kota Menurut kelompok primer kelompok sekunder Horton & Hunt 2. Faktor geografik Anonimitas merupakan ciri No Desa Kota menentukan sebagai kehidupan masyarakat 1. Penduduknya cenderung Teknologi rasional, yang dasar pembentukan terisolasi dengan pola berkembang seiring kelompok/asosiasi pemukimannya dengan pertumbuhan kota- 3. Hubungan lebih bersifat Hubungan natara orang satu cenderung berpencar kota kecil yang terbuka intim dan awet dengan lainnya lebih (meskipun mulai berubah terhadap daerah lain. didasarkan atas kepentingan seiring revolusi desa) daripada kedaerahan 2. Hubungan dan cara Institusi pemerintah formal 4. Homogen Heterogen pandang terhadap orang yang berdasarkan pada 5. Mobilitas sosial rendah Mobilitas sosial tinggi lain sebagai pribadi utuh batas wilayah bukannya bukan sekedar seseorang pada sistem kekeluargaan yang mempunyai fungsi tertentu

43 44 Lanjutan Tabel 4. Tabel 5. Karakteristik Desa dan Kota menurut Sorokin dan 3. Adat dan kebiasaan Organisasi sosial yang Zimmerman muncul karena berdasarkan bidang No Penciri Desa Kota kebutuhan sosial pekerjaan dan kelas sosial, 1. mata Pertanian dan usaha Usaha jasa dan bukan pada sistem pencaharian kolektif sebagai ciri manufaktur sebagai kekerabatan ekonomi ciri ekonomi Homogenitas dalam 4. Adanya pembagian kerja ke 2. ukuran kecil, karena lahan Besar, karena jasa etnik, budaya dan dalam beberapa bidang komunitas lebih banyak dan manufaktur pekerjaan pekerjaan khusus digunakan untuk tidak memerlukan 5. Ekonomi keluarga Sistem perdagangan dan pertanian lahan yang luas bersifat subsinten dunia usaha 3. tingkat Rendah, terkait dgn Tinggi, terkait dgn (meskipun sudah mulai kepadatan ukuran komunitas ukuran komunitas komersial, yang ditandai penduduk dan luas lahan dan luas lahan dengan munculnya agribisnis atau pertanian 4. lingkungan a. Fisik (anorganic); a. Fisik (anorganic); berskala besar) berhadapan tidak langsung dan berhadapan dipengaruhi langsung Tabel 4. menunjukkan perbedaan karakteristik yang b. Biologi (organik); b. Biologi (organik); berbeda secara kontras, baik dalam homogenitas, tanah,kekotoran tanah identik kependudukan, interaksi dan ekonomi. Namun gambaran indentik dgn dengan ”bakteri” desa-kota secara lebih rinci diuraikan oleh Pitirin A. hidup mereka Sorokin dan carle C Zimmerman (dalam Rahardjo, 1999) c. Sosio-kultural : c. Sosio-kultural: mengemukakan faktor yang menjadi dasar dalam  Physiososial;  Physiososial; menentukan karakteristik desa dan kota. Keduanya bangunan fisik bangunan fisik membedakan desa dan kota berdasar atas 8 hal, yaitu; mata homogen yg bervariasi pencaharian, ukuran komunitas, tingkat kepadatan  biososial;  biososial; penduduk, lingkungan, diferensiasi sosial, stratifikasi komposisi ras komposisi ras sosial, interaksi sosial dan solidaritas sosial. Dalam bentuk homogen beragam sederhana dapat diringkas seperti Tabel 5.  psychososial;  psychososial; sederhana lebih kompleks

45 46 1. Heterogenitas sosial, yaitu heterogenitas masyarakat Lanjutan Tabel 5. kota tinggi. 5. diferensiasi Dalam hal jumlah, Dalam hal jumlah, 2. Asosiasi sekunder, yakni masyarakat kota dalam sosial variasi dan variasi dan kelompok sekunder karena banyaknya penduduk, kompleksitasnya kompleksitasnya sehingga yang mendominasi kehidupan masyarakat rendah, karena tinggi, karena kota adalah asosiasi sekunder. penduduknya penduduknya 3. Toleransi sosial, masyarakat kota memiliki toleransi homogen heterogen, banyak sosial yang tinggi karena pengawasan sosialnya relatif pendatang longgar. 6. stratifikasi Sederhana, Kompleks, 4. Pengawasan sekunder, masyarakat kota dengan sosial perbedaan jarak perbedaan jarak toleransi sosial yang tinngi sehingga pengawasan yang sosial dekat, sosial jauh, tersebar efektif adalah pengawasan sekunder. mengelompok pada merata pada setiap 5. Mobilita sosial, pada masyarakat kota relatif tinggi dan lapisan menengah, lapisan, dasar lebih mementingkan prestasi (achievement) dasar pembeda pembeda tidak 6. Asosiasi sukarela, yakni masyarakat kota lebih memilki cenderung kaku begitu kaku kebebasan untuk memutuskan berbagai hal secara Mobilitas sosial Mobilitas sosial perorangan, sehingga cenderung kepada asosiasi rendah tinggi sukarela, yakni asosiasi yang anggotanya bebas keluar 7. interaksi Kontak sosial Kontak sosial dan masuk . sosial cenderung sedikit cenderung banyak 7. Individualis, masyarakat kota cenderung melepaskan dan bervariasi diri dari koleksivitas atau cederug individualis. 8. solidaritas Didasarkan pada Didasarkan pada 8. Segregasi spasial, dalam masyarakat kota berbagai sosial kesamaan- perbedaan- kelompok sosial yang berbeda cenderung memisahkan kesamaan perbedaan secara fisik. Konsep-konsep desa yang dikemukana diatas Selain model pencirian desa dan kota seperti diatas, belumlah cukup untuk memberikan gambaran desa-desa di dalam perspektif evolusionis Kingsley Davis (dalam Indonesia. Hal ini disebabkan di Indonesia masih terdapat Rahardjo, 1999) mencirikan masyarakat kota, yang berarti desa yang masih mendekati desa era prakapitalistik (desa berkebalikan dengan masyarakat desa, berdasarkan 8 sebelum modernisasi). JH Boeke dalam bukunya ”The faktor, yaitu: Interest of the Voiceless Far east, Introduction to Oriental

47 48 Economics” tahun 1948, menggambarkan ciri pokok desa Desa-desa di Indonesia prakapitalistik adalah: Desa-desa dimanapun merupakan fenomena yang 1. Penundukan kegiatan ekonomi dibawah kegiatan sosial, bersifat universal, karena memiliki sejumlah ciri-ciri yang artuinya kegiatan sosial lebih penitng daripada kegiatan sama. Namun juga memiliki ciri-ciri khusus yang bersifat ekonomi, bahkan kegiatan ekonomi dipandang sebagai lokal, regional maupun nasional. Desa-desa di Indonesia ”kejahatan”. selain memiliki ciri yang berbeda dengan desa-desa di 2. keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis negara lain, juga memiliki ciri khas antar desa. Hal ini dapat sehingga masyarakat desa hakekatnya bukan dimaklumi karena Indonesia memiliki kebhinekaan yang merupakan unit ekonomi tetapi merupakan unit sosial kental, sehingga sangatlah sulit membuat generalisasi dengan keluarga merupakan unit terkecil dan karakteristik desa di Indonesia yang khas dan terpenting. Dengan kata lain keterpaduan masyarakat membedakannya dengan desa-desa lain. desa bukanlah keterpaduan ekonomi tetapi Sebagian desa-desa di Indonesia telah ada sebelum keterpaduan sosial. negara Republik Indonesia terbentuk, dengan kemandirian 3. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada desa juga diakui oleh pemerintah. Pengakuan pemerintah ekonomi, oleh karena itu masyarakat desa merupakan ini misalnya dapat dilihat pada Inpres Nomor 5 tahun 1976, pengelompokan kecil-kecil yang menyebabkan orang- yang menyebutkan bahwa desa adalah desa dan orang desa saling mengenal dan akrab satu sama lain. masyarakat hukum yang setingkat dengan nama asli Berdasarkan hubungan personal inilah maka tradisi lainnya dalam pengertian teritorial-administratif langsung yang ada dapat dipertahankan. dibawah kecamatan. Pengertian seperti ini juga terdapat 4. Desa cenderung menatap ke belakang tidak kedepan, dalam Undang-undang nomer 5 tahun 1979. yang dapat memperkuat kelestarian tradisi setempat. Keberagaman desa di Indonesia dapat dilihat dalam 5. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan, berbagai aspek, baik fisik maupun non fisik. Desa sebagai menerima tradisi dan moral kelompok sebagai kesatuan masyarakat hukum (yang menyelenggarakan pedomannya. Hal ini menyebabkan tingkat kolektivitas urusan rumahtangganya sendiri) sudah ada sejak lama di yang sangat tinggi, individualisme otomatis tidak dapat Indonesia bahkan sampai saat ini. Oleh karena itu dibuatlah diterima. patokan bagi nama-nama desa di Indonesia. Nama-nama kesatuan masyarakat hukum setingkat desa di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6 (Rahardjo, 1999).

49 50 Tabel 6. Nama-nama kesatuan masyarakat hukum setingkat desa di Indonesia Lanjutan Tabel 6. 15. Kalimantan Kampung Kepala Kampung No Propinsi Nama Desa Sebutan Kepala Tengah Desa 16. Kalimantan Kampung Kepala Kampung 1. Nangroe Aceh Kampung, Kepala Kampung Timur Darussalam Mukim, Gampong 17. Kalimantan Kampung Kepala Kampung 2. Sumatera Timur: kampung Kepala kampung, Selatan Utara Tapanuli: Negeri, Kepala Negeri, 18. Sulawesi Utara Desa/Kampung Kepala Ori, Huta Kepala huta Desa/Kampung 3. Sumatera Barat Nagari Wali Nagari 19. Sulawesi Kampung Kepala Kampung 4. Riau Kampung Kepala Kampung Tengah 5. Sumatera Marga Pasirah/Kepala 20. Sulawesi Desa Kepala Desa Selatan Marga Tenggara 6. Jambi Marga Pasirah/Kepala 21. Sulawesi Desa Gaya Baru Kepala Desa gaya Marga Selatan Baru 7. Bengkulu Marga Pasirah/Kepala 22. Bali Desa/Perbekel Kepala Desa/Perbekel Marga 23. Nusa Tenggara Desa Kepala Desa 8. Lampung Marga Pasirah/Kepala Barat Marga 24. Nusa tenggara Desa Gaya Baru Kepala Desa Gaya 9. DKI Jakarta Kelurahan Lurah Timur Baru 10. Jawa Barat Desa Kepala Desa/Kuwu 25. Maluku Tengah, Negeri Pemerintah Negeri Tenggara 11. Jawa Tengah Desa Kepala Desa Maluku Utara Kampung Kepala Kampung 12. Jawa Timur Desa Kepala Desa 26. Papua Kampung Kepala Kampung 13. DIY Desa Kepala Desa 14. Kalimantan Kampung Kepala Kampung Barat Patokan nama tersebut yang dibuat oleh Menteri Dalam Negeri bukan merupakan patokan final dan tidak dapat diganggu gugat, tetapi dapat berubah. Di Sumatera

51 52 Barat pernah terjadi perubahan melalui Peraturan daerah, sebagai petani. Setelah desa pertanian, desa nelayan bahwa daerah hukum setingkat desa bukan lagi nagari merupakan desa yang sangat penting dari segi jumlahnya. tetapi jorong, yaitu daerah yang semula setingkat dusun. Hal ini juga terkait dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain itu di Indonesia terdepat beberapa tipe desa Tipologi Desa di Indonesia yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, antara lain : Desa-desa di Indonesia ternyata tidak hanya desa 1. Desa Nelayan, desa dengan mata pencaharian utama dengan nuansa pertanian, tetapi juga terdapat desa dengan penduduknya adalah usaha perikanan laut, seperti Desa nuansa lain. Oleh karena itu Saparin (dalam Rahardjo, 1999) Depok, Desa Samas, Desa Congot, Desa pelabuhan menyebutkan ada beberapa tipe desa di Indonesia, yaitu: Ratu, dan sebagainya. 1. Desa Tambangan, yaitu desa yang memiliki kegiatan 2. Desa Persawahan, desa dengan mata pencaharian utama penyebarangan orang atau barang dimana utama penduduknya adalah sebagai petani lahan sawah terdapat sungai besar. yang memiliki air pengairan secara baik, sebagian besar 2. Desa Nelayan, desa dengan mata pencaharian utama desa di Jawa seperti; desa-desa di Delanggu, desa-desa penduduknya adalah usaha perikanan laut. di kerawang dan sebagainya. 3. Desa Pelabuhan, desa yang memiliki hubungan dengan 3. Desa Perladangan, desa dengan mata pencaharian mancanegara, antar pulau dan sebagainya. utama penduduknya adalah sebagai petani ladang atau 4. Desa Perdikan, desa yang dibebaskan dari pungutan peladang, karena lahan pertaniannya tidak memiliki air pajak, karena diwajibkan memelihara makam raja atau pengairan yang baik atau hanya mengandalkan air karena jasa-jasa terhadap raja) hujan, seperti sebagain besar petani di Gunung Kidul, 5. Desa penghasil usaha pertanian, kegiatan perdagangan, Wonogiri, Nusa Tenggara, dan sebagainya. industri kerajinan, pertambangan dan sebagainya. 4. Desa Perkebunan, desa dengan mata pencaharian 6. Desa perintis, desa yang terjadinya karena kegiatan utama penduduknya adalah sebagai pekebun tanaman transmigrasi. tahunan, seperti kelapa sawit, kakao, karet, kopi, teh 7. Desa Pariwisata, desa dengan mata pencaharian dan sebagainya. Desa semacam ini banyak terdapat di penduduknya terutama karena adanya obyek Sumatera Utara, Lampung, Jambi, Kalimantan, Sulawesi pariwisata. dan sebagainya. 5. Desa Peternakan, desa dengan mata pencaharian utama Berdasarkan urutan jumlah terbesar memang desa penduduknya adalah sebagai peternak, baik ternak pertanian sangatlah banyak, mengingat Indonesia adalah besar (kambing, kerbau, sapi dan sebaginya) maupun negara agraris dengan sebagian besar penduduknya ternak kecil (ayam, bebek, dan sebagainya).

53 54 6. Desa Kerajinan/industri kecil, desa dengan mata tengah-tengahnya, sementara pesawahan atau ladang pencaharian utama penduduknya adalah sebagai tersebar di luar lingkaran utama. Pola lokasi desa pengrajin atau pengusaha kecil seperti; perajin gerabah seperti ini banyak terdapat di Bali pada masa sebelum di Kasongan, perajin bambu di Kecamatan Minggir, modernisasi menyentuh pulau Bali dengan pura desa pengusaha gula kelapa di Kokap, emping mlinjo di sebagai pusat tempat tinggal penduduknya. Hal ini Banguntapan dan sebagainya. terjadi karena pura merupakan pusat segala kegiatan 7. Desa Industri sedang dan besar, desa dengan mata yang bersifat sosial kemasyarakatan dan keagamaan, pencaharian utama penduduknya adalah sebagai meskipun di masing-masing rumah sudah memiliki pengusaha sedang dan besar, seperti desa-desa di pura keluarga (Gambar 1.) Tangerang, Kerawang dan sebagainya. 8. Desa Jasa dan Perdagangan desa dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah sebagai penyedia jasa dan perdagangan.

Pura desa Pola Lokasi & Wilayah Desa Desa-desa di Indonesia memiliki pola lokasi yang Ψ Rumah beragam sesuai dengan karakteristik sosial budaya yang Penduduk dianutnya. Beberapa desa memiliki persamaan dalam pola Sawah atau lokasi, tetapi karakteristik sosial budaya yang berbeda, ladang misalnya; pola lokasi desa di Sumatra dan Kalimantan yang sama-sama memanjang sepanjang jalur jalan utama, yang membedakan adalah Sungai dan Jalan raya dimana desa di Gambar 1. Pola Desa Melingkar di Bali sebelum Kalimantan memanjang sepanjang sungai, sementara desa- era Modernisasi desa di Sumatra memanjang sepanjang jalan raya. Hal ini dapat dimaklumi karena di Kalimantan pusat aktivitas Agak berbeda dengan pola desa sebelum modernisasi, terdapat di sepanjang sungai besar. Beberapa pola lokasi pola desa di Bali pada saat ini lebih cenderung desa-desa di Indonesia antara lain: mengikuti jalan desa dengan letak pura desa 1. Pola desa Melingkar, yaitu desa-desa dengan tempat merupakan pintu masuk atau keluar bagi desa. tinggal penduduknya secara melingkar dengan Meskipun demikian pura masih merupakan titik sentral menjadikan pusat kegiatansosial budaya terletak di

55 56 dalam pola lokasi tempat tinggal penduduk desa di Bali.

2. Pola desa Mendatar, yaitu pola lokasi desa yang meletakkan tempat pemukiman penduduknya sejajar dengan rumah penduduk yang lain. Pola ini masih digunakan pada Suku-suku pedalaman di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Nusa Tenggara maupun Papua (Gambar 2).

Gambar 3. Pola Lokasi Desa Transmigrasi di Desa Bugel Kabupaten Kulon Progo

3. Pola desa Konsentris, yaitu pola lokasi desa-desa dimana pemukiman penduduk mengumpul di suatu lokasi yang memiliki administratif lebih kecil (misalnya dusun) dan ada lahan pertanian diantara dusun-dusun tersebut (Gambar 4). Antar dusun dihubungkan dengan jalan yang merupakan penghubung bagi penduduk desa setempat. Pola ini banyak dijumpai di Sumatra dan Jawa yang memiliki penduduk dengan Gambar 2. Pola Lokasi Desa di Nusa Tenggara karakteristik hampir sama.

Pola desa mendatar saat ini banyak digunakan sebagai pemukiman transmigrasi. Salah satu contoh adalah desa transmigrasi adalah Desa Bugel, Kulon Progo, DIY (Gambar 3).

57 58 lokasi desa seperti ini terdapat di Kalimantan Desa (memanjang sungai) dan Sumatra (memanjang jalan atau tempat yang menjadi pusat kegiatan). Pada Masyarakat padang surau sebagai pusat kegiatan Sawah Jalan Dusun masyarakat menjadikan pola lokasi tempat tinggal yang sejajar atau mendekati surau (Gambar 5) .

Sawah Dusun Sawah

Dusun Surau Sawah

Gambar 4. Pola Lokasi Desa Konsentris

Pola lokasi desa konsentris di Jawa dan Sumatera ini memungkinkan penduduk desa yang berdomisili di masing-masing dusun memiliki hubungan yang erat Gambar 5. Pola Lokasi desa di Padang (Sumatera Barat) dan akrab. Hal ini dimungkiknkan karena sebagai yang berpusat di Surau (masjid) warga desa mereka juga memiliki kewajiban berinteraksi dan melakukan kegiatan di tingkat desa. Sementara di Kalimantan yang memiliki sungai-sungai Tidaklah mengherankan kemudian apabila seorang besar yang berfungsi sebagai jalan raya (dengan yang bertempat tinggal berjauhan sangat mengenal menggunakan perahu) banyak dijumpai pola lokasi orang lain yang sama-sama satu desa. desa yang sejajar dengan sungai, baik tempat tinggal maupun kegiatan ekonomi kegiatan masyarakat 4. Pola desa Memanjang jalur sungai/jalan, yaitu pola (Gambar 6). Pola ini memungkinakan karena lahan- lokasi desa dimana pemukiman penduduknya berada lahan yang ada di belakang mereka adalah hutan lebat di sekitar sungai atau jalan raya dan dibelakang yang belum memungkinkan untuk digarap sebagai pemuliman terdapat sawah dan ladang mereka. Pola lahan pertanian. Pola ini memiliki ciri mata pencaharian

59 60 utama penduduknya sebagai nelayan dan sebagian 2. Nebulous Farm Village Type yang memiliki ciri-ciri lainnya bermata pencaharian sebagai petani. tempat tinggal mengumpul tapi sebagian ada yang menyebar di luar tempat tinggal bersama sawah ladang. Pada tipe ini memiliki ciri sosiologis tradisi kuat dan kolektivitas yang kuat. Tipe lokasi ini banyak terdapat pada desa-desa di Asia Tenggara, terutama Sulawesi, Maluku, Irian, dan Jawa. 3. Arranged Isolated Farm Type yang memiliki ciri-ciri tempat tinggal di sekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan pusat perdagangan (Trade Centre). Pada tipe ini memiliki ciri sosiologis tradisi kurang kuat, mulai muncul individualisme yang menonjol, dan produksi bidang perdagangan. Tipe lokasi ini banyak terdapat pada desa-desa di Eropa dan Amerika. 4. Pure Isolated Farm Type yang memiliki ciri-ciri tempat Gambar 6. Pasar Lima di Banjarmasin yang terletak tinggal di luar pusat perdagangan (Trade Centre) Sejajar Sungai Mahakam bersama dengan sawah ladang. Pada tipe ini memiliki ciri sosiologis tradisi kurang kuat, individualisme mulai Selain tipologi yang dimiliki Indonesia, beberapa ahli menonjol, dan lebih banyak produksi bidang juga menggolongkan pola lokasi desa-desa menjadi perdagangan daripada pertanian. Tipe lokasi ini banyak beberapa tipe yang umumnya desa-desa tersebut berada di terdapat pada desa-desa di Eropa dan Amerika. Amerika Serikat atau Eropa. Landis (1948), menggolongkan tipologi desa ke dalam 4 tipe, yaitu: Selain itu terdapat tipologi Desa Menurut Everett M Rogers 1. Farm Village Type yang memiliki ciri-ciri tempat tinggal & Rabel J Burdge (1972), yang menggolongkan desa yang menggumpul dengan sawah ladang berada menjadi 3 tipe, yaitu: disekitar tempat tinggal. Pada tipe ini memiliki ciri 1. The Scattered Farmstead Cummunity yang memiliki ciri sosiologis tradisi yang kuat, namun proses produksi sebagian di pusat pelayanan sebagian terpencar sudah bersifat komersial. Tipe lokasi ini banyak bersama sawah ladang. terdapat pada desa-desa di Asia Tenggara, terutama 2. The Cluster Village, yang berciri tempat tinggal pulau Jawa. mengumpul, selebihnya sawah ladang.

61 62 3. The Line Village yang berciri, tempat tinggal di sekitar 5. Desa Pancasila, yaitu tipe desa ideal yang dicita-citakan jalan-jalan atau aliran sungai bangsa Indonesia dengan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Penggolongan tipe desa juga dilakukan dengan melihat tingkat perkembangan masyarakatnya. Berdasarkan Pemahaman lebih lanjut diperlukan untuk mengenal perkembangan masyarakatnya desa-desa di Indonesia lebih dalam mengenai tipe desa di Indonesia. Dengan dapat dibagi menjadi 5, yaitu: memahami desa secara komprehensif akan menambah 1. Desa Tradisionil (pra desa), desa ini banyak dijumpai wawasan mengenai kondisi masyarakat di Indonesia. pada masyarakat suku-suku terasing yang seluruh kehidupan masyarakatnya (termasuk bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara memasak makanan dan sebagainya) masih sangat tergantung pada pemberian alam sekeliling mereka, misalnya; suku badui dalam, suku dayak, suku anak dalam dan sebagainya. 2. Desa Swadaya, yaitu desa yang memiliki kondisi relatif statis tradisional dalam arti masyarakatnya sangat tergantung pada ketrampilan dan kemampuan pimpinannya, misalnya; desa badui luar, dan sebagainya. 3. Desa Swakarya (desa peralihan), yaitu desa yang mulai disentuh oleh anasir-anasir dari luar berupa pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyarakat, misalnya; desa-desa di Jawa yang terletak di pelosok. 4. Desa Swasembada, yaitu desa dimana masyarakatnya telah maju yang ditandai denga sudah mengenal dan menggunakan mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah dan selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan.

63 64 pembagian kerja yang berfungsi khusus dan saling Bab III tergantung (interdependent) dan memiliki sistem sosial budaya yang mengatur kegiatan para anggota yang Masyarakat Dan mempunyai kesadaran akan kesatuan dan perasaan Kebudayaan Agraris memiliki serta mampu bertindak secara kolektif dengan cara yang teratur. Dengan demikian komunitas dapat diartikan sebagai “masyarakat setempat”, yaitu suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh sutau derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat Masyarakat agraris, seperti Indonesia, memiliki setempat. Perasaan masyarakat setempat menurut RM Mac karakteristik yang khas. Karakteristik yang nampak Iver dan Page (Soekanto, 1970) mempunyai 3 unsur, yaitu: menonjol adalah perbedaan budaya tiap masyarakat yang 1. seperasaan; seseorang berusaha untuk mengidentifikasi berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa dirinya dengan sebanyak mungkin orang-orang dalam budaya material dan immaterial memiliki hubungan kelompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat dengan karakteristik masyarakatnya, baik sebagai menyebutkan dirinya sebagai ”kelompok kita” dan masyarakat padi sawah, lahan kering atau masyarakat ”perasaan kita”. nelayan. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman mengenai 2. sepenanggungan; setiap individu sadar akan bentuk perbedaan budaya suatu desa. peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan bahwa peranannya tadi Masyarakat dijalankan, sehingga ia mempunyai keduidukan yang Masyarakat sebagai komunitas (cummunity) adalah pasti dalam darah dagingnya sendiri. kelompok orang yang terikat oleh pola-pola interaksi 3. saling memerlukan; individu yang tergabung dalam karena kebutuhan dan kepentingan bersama untuk masyarakat setempat merasa dirinya tertgantung pada bertemu dalam kepentingan mereka. Definisi ini merujuk komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun dari pengertian komunitas yang menurut Horton (1992) kebutuhan psikologisnya. adalah suatu kelompok setempat atau local dimana orang Kehidupan sosial orang dipengaruhi oleh bentuk melaksanakan segenap kegiatan (aktivitas) kehidupannya. komunitas dimana ia hidup. Sebuah komunitas yang Secara lebih terinci Hillery, Jonassen dan Wills merupakan suatu kelompok kesatuan hidup manusia (kota, mendefinsikan komunitas adalah sekelompok orang yang desa) maupun sebagai seperangkat perasaan (rasa keikatan, hidup dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki kesetiaan) akan mempengaruhi kehidupan sosial seseorang.

65 66 Masyarakat (sebagai terjemahan society) adalah 1. Keyakinan (pengetahuan), setiap sistem sosial sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi mempunyai keyakinan-keyakinan (belief) tertentu yang tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar dipeluk dan ditaati oleh para anggotanya. Hal ini interaksi adalah antara individu-individu yang berada terjadi karena orang bertingkah laku sesuai dengan apa dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah yang mereka ketahui dan yakini. masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan 2. Perasaan (sentimen), bagaimana perasaan anggota antar entitas-entitas. suatu sistem sosial tentang hal-hal, peristiwa-peristiwa Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang serta tempat-tempat tertentu tanpa memperdulikan berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas cara mereka mempunyai perasaan itu. diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga 3. Tujuan, sasaran atau cita-cita, tujuan atau maksud dari arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara sistem sosial paling jelas bisa dilihat dari fungsi sistem- implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap sistem itu sendiri. Pencapaian sasaran merupakan anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang suatu proses untuk mencapai tujuan. sama dalam mencapai tujuan bersama. 4. Norma (norm), Norma sosial dapat dikatakan sebagai Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat di dalam situasi-situasi tertentu. Norma apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan menggambarkan tata tertib atau aturan-aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia permainan. Wujud dari norma dapat berupa: kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan a. Folksways atau aturan didalam melakukan sesuatu kemaslahatan. yang dibenarkan oleh umum akan tetapi sebetulnya tidak memiliki status paksaan atau keharusan. b. Mores atau segala tingkah laku yang menjadi Elemen-elemen dalam Masyarakat keharusan, dimana setiap orang wajib melakukan. Istilah elemen menyatakan suatu bagian pokok atau c. Hukum, yang didalamnya menjelaskan dan dasar dari kesatuan yang lebih besar. Satuan-satuan mewajibkan ditaatinya mores dan mengekang interaksi sosial yang ada dalam masyarakat akan tingkah laku yang berada diluar lingkup mores membentuk struktur sistem sosial itu sendiri. Unsur-unsur tersebut. tersebut merupakan bagian-bagian yang menyatu di dalam 5. Kedudukan peranan (status), yaitu sebagai suatu sistem sosial. Menurut Alvin L Bertrand (1980) terdapat 10 kedudukan di dalam suatu sistem sosial yang tidak unsur dari sistem sosial, yaitu: tergantung pada para pelaku tersebut. Peranan merupakan suatu bagian dari status yang terdiri dari

67 68 sekumpulan norma-norma sosial. Norma-norma tersebut sdikit banyak terintegrasidi dalam membentuk Sebagai suatu sistem sosial, masyarakat juga memiliki suatu peranan. Seorang individu bisa menduduki status elemen-eleman dasar, yaitu: tertentu melalui dua macam, yaitu status yang 1. penduduk (orang), terikat secara paternal, hubungan diperoleh secara otomatis (ascribed statuses) dan melalui darah, ascribed status maupun achievement status. usaha sendiri (achieved statuses). 2. wilayah, terdapat masyarakat setempat , ada interaksi 6. Tingkatan atau pangkat (rank), sebagai suatu unsur dari antara penduduk dan wilayahnya. Wilayah inilah yang sistem sosial dapat dipandang sebagai kepangkatan membedakan antara community dengan society, dimana sosial (sosial standing). Pangkat tersebut tergantung society merupakan penduduk dalam arti luas yang tidak pada posisi-posisi status dan hubungan-hubungan terikat dengan tempat tinggal atau teritori, misal: peranan. masyarakat civitas akademika. 7. Kekuasaan atau pengaruh (power), Kekuasaan seseorang 3. interaksi atau sekelompok orang dalam mengawasi orang atau 4. kepentingan bersama kelompok lain biasanya terlihat seperti berkedudukan 5. kebutuhan bersama untuk melakukan pengawasan terhadap suatu yang menjadi nilai-nilai bagi orang atau kelompok lain. Kelima elemen dasar tersebut sekaligus menjadi cirri yang Kekuasaan seringkali dikelompokkan menjadi otoritatip membedakan antara masyarakat yang satu dengan (bersandar pada posisi status) dan non otoritatip masyarakat lainnya. Selain itu dalam masyarakat terdapat (pemaksaan dan kemampuan mempengaruhi orang elemen-elemen sebagai suatu system. Elemen-elemen lain. masyarakat sebagai sistem, antara lain: 8. Sanksi, menyatakan tentang sistem ganjaran (reward) 1. Tujuan/sasaran, perubahan yang diharapkan atau dan hukuman (punishment). dikehendaki oleh anggota masyarakat untuk 9. Sarana atau fasilitas, yaitu semua cara atau jalan yang menyelesaikan terus-menerus operasinya. bisa digunakan untuk mencapai tujuan itu sendiri. 2. Norma, aturan atau penuntun standar yang 10. Tekanan dan ketegangan (stress-strain), sistem sosial menentukan apa yang pantas atau tidak pantas dalam akan mengalami tekanan apabila terjadi perbedaan masyarakat. Norma berpengaruh terhadap arti aplikasi interpretasi dan perbedaan tersebut berubah menjadi dalam hasil yang dicapai tujuan/sasaran masyarakat. pola-pola tindakan. Konflik, penyimpangan dan 3. Status, peran, posisi dalam struktur dan dimulai dengan ketidakserasian timbal dari adanya tekanan-tekanan tingkah laku dan penampilan individu atau individu- dan hal tersebut menyebabkan perpecahan individu dalam masyarakat. Mereka menggabungkan (disorganization) sturktur dan fungsi.

69 70 4. Sanksi, ini mekanisme kontrol yang menyebabkan Kepercayaan memperlihatkan ‘apa yang kita tahu’ kerelaan dengan norma dan tujuan di masyarakat. sentimen memperlihatkan ‘apa yang kita rasakan’ Mereka memberi-kepuasan (hadiah) atau mencabut- tentang dunia. kepuasan (hukuman). 5. Rangking sosial, kedudukan relatif anggota kolektif Secara lebih singkat beberapa ahli sosiologi yang merasa sebagai anggota. Ini akibat dari penilaian mendefinisikan masyarakat berdasarkan tinjauan yang semua di masyarakat mengikuti statusnya dalam berbeda. Beberapa definisi ahli sosiologi tentang masyarakat, pelaksanaan status-peran, prestise dan masyarakat antara lain: penghargaan, kekuasaan, dan nilai dan sistem nilai 1. RM Mc Iver & CH Page (1955), masyarakat merupakan 6. fasilitas, berbagai hal yang digunakan dalam suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari masyarakat untuk mencapai tujuannya. Fasilitas ini wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan mungkin finansial, fisik, sumber daya manusia dan golongan, pengawasan tingkah laku serta kebebasan sosial, kemampuan hubungan manusia, pengetahuan, manusia teknologi dan sumber daya lain yang ada. 2. Ralph Linton (1956) mendefinisikan masyarakat sebagai 7. Kekuasaan, kecakapan atau kemampuan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama mengendalikan tingkah laku atau sikap yang lain. cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri Kekuasaan memiliki dua sifat: a). wibawa/wewenang mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu yaitu hak untuk mengontrol bagi yang lain sanksi kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dalam masyarakat dan b). pengaruh, yaitu aspek tidak dengan jelas berwenang dari kekuasaan yang dapat mengakibatkan 3. ER Babbie (1983), mendefiniskan masyarakat perubahan sikap atau tingkah laku yang lain. Pengaruh merupakan kumpulan orang-orang yang telah hidup dapat menjadi dasar hubungan manusia atau modal bersama yang menghasilkan kebudayaan sosial lewat kemurahan pengetahuan seperior, beberapa tipe dari kekayaan atau pemerasan sama sekali. Berdasarkan definisi diatas maka Soerjono Soekanto (1990), 8. Kepercayaan (pengetahuan), persepsi individu dalam menyebutkan bahwa suatu masyarakat harus memiliki 4 hubungan yang ada antara fenomena dalam dunia. unsur, yaitu : Individu-individu dalam masyarakat selalu merasa 1. Manusia yang hidup bersama, Mereka hubungan-hubungan ada kesamaannya. 2. bercampur untuk waktu yang lama, 9. Perasaan / sentimen, perasaan normatif yang ekspresif 3. Mereka sadar sebagai satu kesatuan dan dan mewakili perasaan individu tentang fenomena 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. dalam dunia. Ini rekatif terbuka untuk mempercayai.

71 72 Apabila suatu kelompok orang atau sekelompok orang setiap saat sebagai pedoman potensiil bagi perilaku memiliki cirri-ciri tersebut diatas maka dapatlah kelompok manusia. masyarakat tersebut disebut sebagai masyarakat. 4. Herskovit (1955), bagian dari lingkungan yang merupakan buatan manusia dan merupakan Sesuatu yang superorganik Kebudayaan 5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa mendefinisikan kebudayaan adalah semua hasil karya, Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak rasa dan cipta masyarakat. dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang 6. Koentjaraningrat (1979) mendefinisikan kebudayaan berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa yang dijadikan milik manusia dengan cara diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata mempelajarinya. culture diterjemahkan "kultur" dalam bahasa Indonesia. 7. EB Taylor (1987), kebudayaan merupakan kompleks Dalam antropologi prinsip kebudayaan adalah yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, merupakan suatu hal yang tidak disadari keberadaannya moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan yang oleh warga masyarakat, dan baru menjadi bahan renungan diperoleh manusia selaku anggota masyarakat ketika seseorang mempelajari kebudayaan masyarakat lain. Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat Keesing (1958), merangkum definisi kebudayaan dari disimpulkan bahwa kebudayaan mencakup semua yang beberapa ahli, antara lain: diperoleh atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota 1. Tylor (1871), merupakan keseluruhan konsep yang masyarakat, meliputi semua pola pikir, merasakan dan mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral , bertindak. Oleh karena itu Soekanto (1977) melihat hukum, adat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan hubungan antara kebudayaan dan masyarakat sebagai yang didapatkan manusia sebagai manusia sebagai berikut: anggota masyarakat. 1. Masyarakat bersepakat membentuk kebudayaan dan 2. Linton (1940), seluruh pengetahuan, sikap dan pola kebudayaan tersebut menjadi suatu yang ‘super perilaku kebiasaan yang dimiliki bersama dan organik’ yang bersifat mengatur dalam bentuk nilai disebarkan oleh warga suatu masyarakat tertentu. budaya. 3. Kluchkon dan Kelly (1945), Pola kehidupan, eksplisit 2. Kebudayaan mengikat hubungan antar manusia, akan dan implisit, regional dan non-rasional, yang terwujud berubah bila masyarakat menghendaki karena merupakan ‘collective product’.

73 74 3. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan tidak ada Selanjutnya perkembangan pertanian menimbulkan masyarakat tanpa budaya. surplus, pelapisan sosial makin tegas (buruh, pedagang, bangsawan) dan rumit (pemilik, penggarap, buruh dll). Perkembangan kebudayaan Akumulasi surplus menimbulkan masyarakat perkotaan Sejarah kemanusiaan menurut perspektif arkeologi yang memasukkan masyarakat desa dalam subordinasinya modern, terbagi menjadi dua jaman, yaitu jaman food dalam struktur birokrasi pemerintah (merupakan ciri gathering (memanfaatkan hasil alam secara liar) dan food masyarakat modern). producer (telah mengembangkan budidaya tanaman dan Namun kebudayaan memiliki ciri khasnya yang unik, ternak). Menurut Keesing (1985), perubahan terjadi setelah aneka ragam dan relatif. Sifat Keunikan, Keanekaragaman manusia menemukan cara peleburan logam (‘the first dan Relativitas Kebudayaan dapat dijelaskan : technological revolution’ atau food producing revolutian’) yang terjadi 12 ribu – 10 ribu tahun yang lalu di Timur Tengah 1. Kebudayaan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan, ide selatan laut kaspia utara Irak atau Iran kemudian menyebar dan artifact yang dipelajari, digunakan dan dipelajari ke seluruh dunia. bersama. Secara singkat perkembangan tersebut dapat 2. Kebudayaan dapat dipelajari sebagai fenomena sejarah digambarkan sebagai berikut: melalui proses inovasi dan difusi Jenis Mata Pelapisan 3. Kebudayaan dapat dipelajari sebagai fenomena Zaman Masyarakat Pencaharian Sosial regional, dapat menyebar ke reginal lain memalui Palaeolitik/ Kelompok berburu, perbedaan akulturasi, asimilasi dan integrasi. Batu tua kecil sporadis meramu biologis 4. Kebudayaan cenderung berpola, terlihat adanya mesolitik/ Kelompok transisi berburu, diferensisasi struktur kebudayaan yang relatif stabil membentuk batu mulai meramu ke sosial/ transisi pola kebudayaan / ‘pattern of culture’ pertengahan membesar budidaya ke arah 5. Elemen kebudayaan memiliki bentuk dan fungsi yang pertanian pelapisan khas. sederhana sosial 6. Kebudayaan bersifat mempersatukan karena adanya Neolitik/ Kelompok pengenalan alat pelapisan nilai, norma dan peraturan dan pantangan yang bersifat batu baru masy logam sosial dan menetap/ menimbulkan kebudayaan integratif. sedentary budidaya (mulai timbul 7. Kebudayaan dapat mengalami perubahan sesuai pertanian yang upacara perubahan perilkau manusia, inovasi dan konfigurasi. lebih maju keagamaan) 8. Kebudayaan bersifat permanen, terpola atau terstruktur 9generalis) namun ada sub-sub yang khas.

75 76 9. Kebudayaan adalah suatu continum (kesinambungan c. traits compleks (membajak dengan kerbau), proses), disosialisasikan dari generasi ke generasi d. traits (alat bajak) dan berikutnya. e. items (mata bajak). 10. Kebudayaan bersifat simbolik, merupakan rangkaian 2. Menurut Herkovits (4 elemen), yaitu: makna dari berbagi simbol yang tidak selalu dimengerti a. alat-alat teknologi, oleh orang dari kebudayaan yang berbeda. b. sistem ekonomi, Oleh karena itu suatu kebudayaan mengandung c. keluarga dan berbagai elemen kebudayaan, misal kebudayaan Indonesia d. kekuasaan politik. terdiri dari pola kebudayaan Jawa, Sunda, Bali dll. 3. Menurut Bronislaw malinowski (4 elemen),yaitu: Peradaban (civilization) merupakan kesatuan kebudayaan a. sistem norma dalam bekerjasama menguasai alam, sejenis dan mempunyai pusat dan pinggiran (periphery). b. organisasi ekonomi, Masing-masing pola kebudayaan tersebut memiliki ciri c. alat/lembaga pendidikan terutama keluarga dan khasnyanya masing-masing. Akan tertapi kebudayaan d. organisasi kekuatan dan kekuasaan. memiliki elemen yang relative sama atau sering disebut 4. Van Doorn & Lammers (1959) membagi menjadi 3 sebagia elemen kebudayaann yang universal. Menurut elemen, yatu Norma, harapan, dan nilai-nilai. beberapa ahli elemen-elemen kebudayaan yang universal Elemen–elemen kebudayaan ini masing-masing adalah: terdapat dalam setiap kebudayaan, hanya mungkin 1. Menurut Kluckhon (7 elemen), yaitu : bentuknya yang tidak sama. Masing-masing kebudayaan a. perlengkapan hidup, dengan elemennya menjadikan macam-macam kebudayaan b. mata pencaharian/ekonomi, yang ada lebih berwarna dan mewarnai dunia. c. sistem kemasyarakatan, d. bahasa/media komunikasi, Wujud Kebudayaan e. kesenian, Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan f. sistem pengetahuan dan menjadi tiga, yaitu : g. religi. 1. Gagasan (Wujud ideal), yaitu kebudayaan yang Oleh Ralph Linton disebut sebagai cultural universal berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, yang ada pada setiap kebudayaan, kemudian dirinci norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya lagi menjadi : abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di a. cultural elemen (misal: mata pencaharian pertanian alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat lahan basah), tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk b. cultural activities (mengolah tanah sawah),

77 78 tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion dalam karangan dan buku-buku hasil karya para olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin penulis warga masyarakat tersebut. cuci. 2. Aktivitas (tindakan), yaitu wujud kebudayaan sebagai 2. Kebudayaan nonmaterial (immaterial), yaitu kebudayaan suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat yang berwujud ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola Pola-pola Kebudayaan tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang khas konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat yang mungkin tidak ditemui pada masyarakat lainnya. Hal diamati dan didokumentasikan. ini terjadi karena pada masyarakat dengan kebudayaan 3. Artefak (karya), yaitu wujud kebudayaan fisik yang memiliki pola kebudayaannya sendiri. Beberapa ahli berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua mengemukakan tentang pola-pola kebudayaan yang manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau merupakan ciri khas dari masyarakat. hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan Robert Refield (1953), mengungkapkan bahwa dalam didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara masyarakat terdapat 3 pola dalam kebudayaannya, yaitu: ketiga wujud kebudayaan. 1. Pola bersikap yang mendapat isi dan pengarahan dari Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara nilai budaya (panutan hidup) dan pola berfikir wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang terdapat dalam Jiwa masyarakat yang wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud bersangkutan. kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada 2. Pola bertindak dan kelakuan dalam kegiatan tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. masyarakat yang tercermin dalam Organisasi dalam Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat amsyarakat. digolongkan atas dua komponen utama: 3. Pola sarana benda-benda yang tercermin dari teknologi 1. Kebudayaan material, yaitu kebudayaan yang mengacu yang dihasilkan masyarakat tersebut pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Dalam bentuk lain Koentjaraningrat (1979) membagi Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah pola-pola kebudayaan menjadi: temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian 1. cultural system yang meliputi Kompleks ide-ide, arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dsb seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup

79 80 2. sosial system yang merupakan kompleks aktifitas serta d. karena itu, petani sangat hati-hati banyak langkah tindakan berpola dari manusia dan masyarakat yang keliru dibuat yang dapat menimbulkan 3. Kebudayaan fisik yang merupakan benda-benda hasil kesukaran. Oleh karena itu, petani enggan karya manusia. mengambil risiko. Pola-pola kebudayaan yang disebutkan diatas dimiliki setiap budaya dalam masyarakat yang sudah mapan, 2. Tanah/lahan adalah dasar utama dalam kehidupan artinya pola kebudayaan ini tidak akan ditemukan secara a. produktifitas lahan hampir minimal utuh atau hanya sebagian saja pada masyarakat yang masih b. pertanian banyak atau sedikit tradisional tradisional. Perbedaan pola kebudayaan pada berbagai c. tidak proporsional kepemilikan kekayaan dan tingkatan masyarakat akan menyebabkan perbedaan pendapatan karakteristik suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat d. input dalam penggunaan lahan tidak didapat lainnya, terutama masyarakat desa yang merupakan satu dengan mudah oleh patani, jika pernah, mereka masyarakat yang merupakan satu kesatuan hukum. tidak memiliki kontrol setiap saat. e. tapi pertanian mulai berubah; berubah dalam Karakteristik Masyarakat Desa teknologi, kepemilikan lahan, struktur, Karakteristik masyarakat desa di perdesaan dapat kemampuan dan skill (kecakapan). dilihat dari sisi demografi, Ekonomi, Sosial-budaya dan 3. Keluarga dalam jumlah besar dan fokus utama Psikologi masyarakat atau psiko-sosial. Berdasarkan hal kehidupan sosial tersebut maka masyarakat desa memiliki karakteristik: a. keluarga inti menjadi tipical pola 1. Hidup adalah persoalan kelangsungan hidup b. tiap anggota keluarga memiliki peran a. karena ekonomi petani terutama produksi yang c. kawin usia muda menjadi keadaan yang biasa rendah d. keluarga-keluarga yang besar, akibatnya; kematian b. karena ‘rural war’ sangat penting dalam melihat bayi tinggi, pertumbuhan fisik anak-anak sangat dunia luar. lambat, kesehatan ibu menurun dan skore anak- c. karena petani tidak memiliki kontrol dalam anak signifikan rendah dalam tes IQ keputusan sesuatu dalam kehidupan; keputusan 4. Kehidupan desa adalah mengatur masyarakat sekitar dibuat dari pusat kekuasaan, bisnis, industri, dan a. tetanga mengubah kehidupan keluarga disamping pengetahuan. Petani selalu tidak mengetahui yang lain memberikan dasar saling membantu, bagaimana atau mengapa mereka membuat kunjungan sosial dan aktifitas bermain anak-anak. keputusan b. individu mengenal mereka sendiri dengan masyarakat

81 82 c. dalam masyarakat, kelompok informal menjadi ada mengalami kenaikan bagiannya untuk ketakutan untuk berbagai tujuan, seperti menggosip, malas- yang tak mnyenangkan dari tetangganya. malasan, minum-minum, main kartu dan aktivitas c. Agama dan tahayul sikap penting dalam informal lainnya. kehidupan desa. Agama menjadikan manusia d. kelompok formal juga ada, seperti majlis/dewan menyesuaikan diri apa yang tidak diketahuinya desa, dan banyak organisasi lain yang diatur dan tidak terkontrol kekuatan di alam semesta. Ini kelompok dari luar ( biasanya agen pemerintah) mengatur dia dalam kekuatan dan membangun e. kepemimpinan yang diberikan oleh masyarakat. tingkah laku yang dapat diterima sesama manusia. Masyarakat desa memiliki ranking individu dan Ini meliputi kepercayaan dan pemujaan dan pola kepemimpinan yang memberi persetujuan pengorbanan unuk memperoleh kepuasaan tentang sistem ranking. Pemimpin diharapkan spiritual dan ini meliputi bagian siapa yang berdiri menunjukkan peran yang tepat dalam sistem. diantara tempat ibadah. Tahayul mendalam dalam 5. karakteristik antar hubungan dan psikologi budaya manusia desa. Ini mempengaruhi a. hubungan personal sangat penting. Oleh karena itu, kepercayaannya, sikap dan perbuatan dalam ada nilai tinggi yang halus dalam hubungan antar kehidupan di dunia. Sebagai contoh, orang desa personal. Banyak transaksi menjadi didasari oleh Filipina percaya kontrasepsi dan aborsi sudah hubungan personal yang tinggi. terdapat secara alami dan ditakdirkan. Oleh karena b. Rasa saling tak percaya dan selalu dalam keadaan itu, pemakaian kontrasepsi akan dapat dihukum kelambanan. Semangat Bayanihan menahan oleh hukum alam dan spiritual. fenomena ini sungguh ada dalam wilayah desa. Ini 6. Waktu sekarang sangat penting dan masyarakat desa menemukan dalam orang-orang kepercayaan biasanya tidak berkemauan untuk kelambatan hadiah. bahwa emuanya baik, seperti pada tanah, kekayan, Orang memiliki perhatian terhadap masa yang akan kesehatan, kekuasaan dan penyelamatan dan lain- datang dan sangat respek terhadap masa lalu, tapi lain.Hal ini diberi kuantitas definit dan dapat sangat tidak interes dengan kejadian masa datang mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika ada dalam perasaan agama atau mistik. Konsep mengenai orang mengalami kenaikan dalam bagian ini, ada waktu teliti dan sedikit terstruktur dibandingkan hubungan penurunan pada yang lain. dengan daerah kota. Mungkin karena itu, upah, sangat Konsekuensinya, penduduk desa menentang sering tidak terlambat. Untuk mereka merubah sikap perubahan, yang dapat digunakan untuk dan tingkah laku mereka, mereka harus melihat dengan mengurangi bagian ‘roti’ atau enggan untuk segera keuntungan atau upah. Segera setelah melihat upah, ini adalah yang terbaik. Ini mungkin satu alasan

83 84 mengapa rencana (dalam penggunaan teknik) tidak tergantung dari waktu yang mereka miliki. Selain segera diterima umum untuk mencapai sasaran dalam itu orang-orang informal mentransfer informasi masyarakat desa. Sebaga contoh, uji coba varitas melalui radio yang memiliki banyak saluran. tanaman baru, metode perencanaan keluarga atau Televisi cepat mereka tangkap. Media cetak selalu proyek pembangunan masyarakat seperti bangunan air, memiliki keuntungan daerah. Barang cetakan yang upah yang diberikan terlambat. Upah diberikan sangat terkenal adalah komik. berangsur-angsur dan menunggu waktu untuk e. Media tradisional tetap populer. seperti media terwujud. Masyarakat desa hampir tidak berkemauan drama rakyat, pertunjukan nyanyian, pertunjukan untuk menungu keuntunan sebab mereka ditekan oleh lawak tetap populer dan dapat diterima. Oleh masalah memebri makan keluarga mereka, uang untuk karena itu mereka baik menangkap informasi. pakaian, danmembayar untuk jasa kesehatan dan lain- lain. Berdasarkan karakteristik masyarakat desa diatas baik 7. Karakteristik pendidikan dan komunikasi kondisi fisik dan sosial maka kehidupan masyarakat desa a. Sekolah formal terbatas juga memiliki ciri-ciri yang khas pula. Oleh karena itu b. tingkat DO tingi. Banyak hal yang menjadi faktor, terdapat perbedaan kepribadian dan perilaku atara orang- seperti: orang di perdesaan, terlebih-lebih dengan orang-orang di 1. kualitas yang rendah dari lembaga / fasilitas perkotaan. Menurut Edward (Horton, 1992) ciri tradisionil 2. kurikulum tidak relefan berhadapan dengan kehidupan desa akan memepengaruhi komunitasnya. Lebih keinginan mereka kanjut Edward membagi komunitas kedalam 5 tipe, yaitu: 3. jarak yang jauh sebelum mencapai sekolah 1. Komunitas desa kecil dengan ladang pertanian yang c. Akses informasi terbatas. Kelambanan informasi ini tersebar di sekitar pusat desa. menjadikan desa kurang mengetahui alternatif 2. Komunitas desa terbuka yang tidak memiliki pusat desa yang terbaik dan membuat mereka terlambat 3. Komunitas desa yang sejenis tipenya, meliputi desa mempraktekannya. Kondisi mereka dilanjutkan apa nelayan, pertambangan dan desa penggilingan yang yang mereka lihat seperti legitimasi, 4. desa bergaris lurus dengan rumah-rumah yang berdiri kecocokan dan pantas. Kontibusi ini membuat memanjang jalan dengan ladang pertanian yang mereka tak tertarik dan segan untuk menerima atau panjang dan sempit. respon terhadap ide baru dan kebiasaan baru. 5. Komunitas desa perkebunan. d. Sistem komunikasi desa selalu melalui pertemuan kelompok informal yang tiak reguler tapi frekuensi Ada beberapa ciri tertentu yang dimiliki oleh semua tipe tempat dalam desa. Diskusi yang dilakukan komunitas desa, yaitu:

85 86 1. Isolasi, orang desa mengelompokkan diri ke dalam Konsep Pola Adaptif Ekologi desa-desa kecil yang Madang pertaniannya dapat Terbentuknya kebudayaan dalam suatu masyarakat dicapai dengan berjalan kaki. Kelompok setempat tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingkungan dimana bukan saja terpisah dengan kelompok lanilla, tetapi masyarakat tersebut bertempat tinggal. Kebudayaan perahu keluarga yang satupun terpisah dari keluarga lainnya, tidak akan kita temukan pada masyarakat pedalaman, karena penduduk yang berjumlah kecil hidup dengan karena jauh dari laut atau tidak memiliki sungai besar yang menyebar, maka kontak antar individu jarang terjadi. dapat digunakan untuk menjalanjkan perahunya. Tetapi 2. Homogenitas, dalam kelompok pemukiman cenderung kebudayaan perahu akan kita temukan pada masyarakat homogen dari segi latar belakang etnik dan budayanya. yang dekat dengan laut atau memiliki sungai untuk 3. Pertanian, hampir semua penduduk komunitas desa menjalankan perahunya. adalah petani. Beberapa ahli mengemukakan bahwa terbentuknya 4. Ekonomi subsistensi, yang dicirikan dengan tanaman kebudayaan berhubungan dengan kondisi lingkungan yang diproduksi adalah segala sesuatu yang sekitarnya. Beberapa pola adaptif terhadap lingkungan dikonsumsi. akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda dalam Oleh karena itu masyarakat di perdesaan sebagai lingkungan yang berbeda pula. Konsep pola adaptif ekologi masyarakat agraris memiliki ciri: dapat dikelompokkan menjadi: 1. Memiliki hubungan dengan tanah (dan air), dalam 1. Determinsime Lingkungan, yang dikemukakan oleh kaitannya dengan usahatani (bersifat sedentary) Friedrich Retzel. Konsep ini berpendapat bahwa pola 2. Usahatani keluarga merupakan dasar pemilikan kebudayaan terbentuk oleh faktor lingkungan alam. produksi dan konsumsi dan kehidupan sosial Perbedaan lingkungan alam akan menghasilkan 3. Kedudukan sosial dan peranan individu dalam kebudayaan yang berbeda, misalnya; pada masyarakat masyarakat antara lain ditentukan oleh faktor luasan eskimo yang memiliki lingkungan alam salju abadi penguasaan di bidang pertania. Tradisi yang dimiliki memiliki model pakaian yang berlapis-lapis dan tebal, adalah tradisi kecil (Little Tradition) yang menuju pada berbeda dengan pakaian pada masyarakat tropis yang tradisi besar (Great Tradition), sehingga masyarakat di cenderung tipis dan hanya satu atau dua lapis saja. perdesaan sering disebut sebagai masyarakat yang terbelah (Part Soscieties), yaitu masyarakat yang 2. Posibilisme Lingkungan, dikemukakan oleh A.L. menggunakan kebudayaan besar dan kecil dalam waktu Kroeber. Menurut Kroeber alam bukan sepenuhnya yang bersamaan. membentuk pola kebudayaan, alam hanya merupakan penapis (screen) bagi budaya terhadap masuknya budaya lain. Masuknya budaya lain dari daerah yang

87 88 memiliki lingkungan alam berbeda tidak seluruhnya terbuka selalu memberikan keluaran yang diperlukan ditolak, ada sebagain kebudayaan yang kemudian sebagai masukan oleh sistem kehidupan diadaptasi disesuaikan dengan lingkungan alamnya. lingkungannya. Namun dalam proses tarik ulur antara masyarakat dengan lingkungannya tampak bahwa 3. Ekologi Budaya, dikemukakan oleh Julian Stewart patokan ideal dari masyarakat maupun lingkungan (1957). Pendekatan ini lahir dengan dilatarbelakangi bisa digantikan dan ditinggalkan. Saling oleh beberapa sebab, pertama, adanya kecenderungan ketergantungan antara masyarakat dan lingkungan untuk mulai menerima pendekatan materialistik, kedua, hidupnya, membentuk kesatuan sistem ekologi adanya ketidakpuasan terhadap paham yang tengah (ekosistem). berkembang bahwa gejala-gejala sosial hanya dapat Steward berpandangan bahwa adaptasi ekologis diterangkan dari segi sosial saja. kultural bukan hanya dimungkinkan oleh lingkungan Pendekatan ekologi budaya pada dasarnya merevisi akan tetapi juga membentuk proses-proses kreatif dan pendekatan posibilisme lingkungan. Steward juga ada tingkat keharusan (degree of inevitability) dalam memperjelas hubungan timbal balik antara terjadinya penyesuaian kebudayaan. Implikasinya kebudayaan dan lingkungan melalui penelaahan dari adalah bahwa asal dari beberapa aspek budaya tertentu sudut adaptasi. Dinamika organisasi sosial budaya dapat diungkapkan melalui studi hubungan antara merupakan produk dari proses adaptasi manusia dan kebudayaan dan lingkungannya. Steward menawarkan lingkungannya. Konseps ini dilandasi oleh hipotesis 3 prosedur dasar dalam ekologi kultural, yaitu: steward bahwa kondisi lingkungan tertentu akan tumbuh beberapa pranata atau institusi yang berpola 1. Hubungan antara lingkungan dengan teknologi tertentu, yang dikenal dengan inti kebudayaan (cultural produktif atau eksploitatif. core). Inti kebudayaan dapat merupakan pranata sosial, 2. Pola tingkah laku yang ada dalam proses budaya atau ekonomi. Inti kebudayaan tumbuh berkat eksploitasi terhadap area tertentu dengan adanya teknologi eksploitasi sumber daya dan menggunakan teknologi tertentu organisasi-organisasi sosial yang bergerak di bidang 3. Sejauhmana pola tingkah laku yang dibutuhkan pengelolaan sumberdaya. dalam mengekploitasi suatu lingkungan mempengaruhi aspek lain dari budaya. Keadaan ini akan menempatkan manusia sebagai bagian dari sistem sosial budaya dan sebagai Pola adaptif masyarakat terhadap lingkungannya komponen biologis dari biosfer. Hal Ini menjadikan selain menghasilkan kebudayaan yang khas juga manusia, sebagai suatu masyarakat, pada kedudukan menghasilkan orientasi masyarakat terhadap alam. yang unik di alam. Masyarakat sebagai suatu sistem

89 90 Orientasi Nilai Budaya terhadap Alam seperti dikemukakan oleh Kluckhlon, yang kemudian dikenal Tipologi Masyarakat Agraris Menurut Pola Adaptasi dengan sintesa Kluckhlon, yaitu: Ekologi 1. Pasrah, takluk terhadap alam, yaitu orientasi nilai Masyarakat agraris, baik masyarakat agraris awal budaya yang menempatkan alam sebagai sesuatu yang maupun modern (masyarakat pemburu peramu, memiliki kekuasaan besar, sehingga pada masyarakat masyarakat peladang berpindah dan masyarakat petani ini alam seolah memiliki kekuatan yang luar biasa sawah irigasi) memiliki pola adaptasi yang berbeda. dibandingkan dengan dirinya. Pada masyarakat ini Perbedaan ini dapat dilihat dari budidaya tanaman yang pemenuhan kebutuhan makanan baik yang berasal dari dilakukan, pengolahan lahan, pola tempat tinggal, hewan maupun tumbuhan hanya diambil dari alam, subsistensi, pola pemukiman dan diferensiasi sosial. Dalam tanpa usaha untuk melakukan domestikasi dengan bentuk ringkas dapat dilihat pada Matriks dibawah ini. merubah alam. Orientasi nilai budaya ini ditemukan pada masyarakat pemburu dan meramu. Masyarakat Masyarakat Masyarakat 2. Menaklukkan alam, yaitu orientasi nilai budaya yang Pemburu Peladang Petani Sawah menepatkan alam sebagai sesuatu yang harus Peramu berpindah Irigasi dimaksimalkan pemanfataan untuk sebesar-besarnya Budidaya Domestikasi Heterokultur Monokultur bagi masyarakat. Orientasi nilai ini cenderung Pertanian ”tertutup” tanaman pangan terbuka mengekploitasi alam seluas-luasnya untuk kepentingan Mempertahankan Kesuburan tanah Kesuburan tanah masyarakat. Alam seolah-olah harus diperas karena Pengolahan tanah kelestarian dipulihkan dgn dipertahankan dgn alam memang disediakan untuk manusia. Orientasi ekosistem rotasi irigasi nilai budaya ini ditemukan pada masyarakat modern Tempat Berpindah ikuti Berpindah- Menetap yang berorientasi kapitalis. tinggal pergerakan pindah 3. Selaras dengan alam, yaitu orientasi nilai budaya yang satwa & siklus mengikuti menempatkan alam sebagai sesuatu yang dapat produksi hutan rotasi ladang dimanfaatkan seluas-luasnya, namun diiringi dengan Subsistensi Cenderung Cenderung Cenderung Subsisten Subsisten komersial usaha untuk melestarikan alam sehingga Pemukiman Tersebar dlm Berkelompok Berkelompok kemanfaatannya dapat secara berkelanjutan dan kelompok kecil dlm satu lokasi membentuk desa berkesinambungan Diferensiasi Relatif tidak ada Mulai tampak Tinggi sosial

91 92 Suatu masyarakat agraris memiliki karakteristik yang khas yang akan memberikan ciri kebudayaan yang khas Bab IV pula. Masyarakat agraris yang memiliki hubungan dengan tanah dan air secara erat yang juga berkaitan dengan Aspek Sosial Desa kedudukan sosial, usahatani bersifat subsisten (keluarga) merupakan dasar pemilikan produksi, konsumsi dan kehidupan sosial. Kondisi yang sekilas merupakan kelemahan masyarakat agraris, sebenarnya merupakan suatu kekuatan tersembunyi masyarakat agraris. Memahami suatu masyarakat sangat diperlukan dalam upaya melakukan interaksi dengan masyarakat tersebut. Salah satu upaya untuk memahami masyarakat dapat dilakukan dengan memahami secara mendalam bentuk-bentuk proses sosial dalam masyarakat, baik dalam konteks masyarakat luas maupun dalam konteks suatu keluarga yang memiliki norma tertentu. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai proses- proses sosial dalam masyarakat dan keluarga. Kemampuan memahami suatu masyarakat sangat diperlukan dalam upaya melakukan interaksi dengan masyarakat tersebut. Keberhasilan dalam memahami masyarakat melalui pemahaman bentuk-bentuk proses sosial dalam masyarakat, baik dalam konteks masyarakat luas maupun dalam konteks suatu keluarga. Untuk memahami proses-proses sosial dalam masyarakat dan keluarga sangat diperlukan dalam upaya memahami suatu masyarakat, terutama masyarakat desa yang memiliki proses sosial khas perdesaan.

Proses Sosial & interaksi sosial Manusia dalam bermasyarakat berinteraksi dalam bentuk proses sosial. Proses sosial adalah cara-cara

93 94 berhubungan yang dapat diamati apabila perorangan atau kelompok manusia maupun antara perseorangan dengan kelompok manusia saling bertemu. Dalam proses sosial kelompok. Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila yang menjadi obyek adalah peristiwa sosial atau perbuatan tidak memenuhi 2 syarat, yaitu adanya kontak sosial dan sosial (dalam konteks struktur sosial). adanya komunikasi. Proses sosial yang timbul dalam Masyarakat sebagai Terjadinya proses sosial setelah perorangan atau akibat adanya interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin ada kelompok yang saling bertemu menyebabkan isi pandang dua, yaitu proses sosial yang mendekatkan dan proses dalam proses sosial bersifat obyektif dan subyektif. sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan. Obyektif atau subyektif yang terjadi tergantung pada siapa 1. Proses yang Assosiatif (Processes of association, proses atau kelompok mana yang saling bertemu. Oleh karena itu sosial yang mendekatkan) faktor terjadinya hubungan sosial dapat dibagi menjadi 3, a. Kerjasama (cooperation), yang timbul karena yaitu: orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya 1. Adanya hubungan menurut status para pelakunya dan kelompok lainnya. Motivasi kerjasama menurut 2. Adanya hubungan menurut peranan para pelakunya Chitambar (1973) antar lain karena kepentingan 3. Adanya proses sosial yang dinyatakan dalam hubungan pribadi, kepentingan umum, altruistic (sifat tersebut mementingkan kepentingan orang lain daripada Pengetahuan tentang proses-proses osial dalam kepentingannya sendiri), tuntutan situasi, gotong- masyarakat memungkinkan seseorang untuk memperoleh royong, tolong-menolong dan musyawarah. Kerja pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat sama dapat dibedakan menjadi: atau sering disebut sebagai gerak masyarakat. Pembahasan 1) kerja sama spontan (spontaneous cooperation), mengani proses sosial difokuskan pada bentuk interaksi yaitu kersama yang serta merta yang terjadi sosial, yaitu bentuk-bentuk yang tampak apabila secara tiba-tiba dan spontan. perseorangan atau kelompok-kelompok manusia 2) kerjasama langsung (directed cooperation), yaitu megadakan hubungan satu sama lain terutama dengan kerjasama yang merupakan hasil dari perintah mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai atasan atau penguasa. unsur pokok struktur sosial. Dengan demikian akan 3) kerjasama kontrak (contactual cooperation), yaitu diketahui aspek dinamis dan statis dari masyarakat. kerja sama atas dasar tertentu. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya 4) kerjasama tradisionil (straditional cooperation), aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan yaitu kerja sama sebagai bagian atau unsur dari hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang sistem sosial. Dalam masyarakatJawa kerjasama menyangkut hubungan antara orang perorang, anatar seperti ini digambarkan dengan istilah gugur

95 96 gunung, sambat sinambat, yang memiliki unsur- pada usaha orang atau grup untuk meredakan unsur kerukunan. pertentangan, mencapai kestabilan atau Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, kelangsungan hubungan antar grup. Thompson dan Mc Ewen (dalam Soekanto, 1982) Tujuan akomodasi disesuaikan dengan situasi membagi menjadi 5 bentuk kerjasama, yaitu: yang dihadapi, antara lain: 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan 1) untuk mengurangi pertentangan antara tolong menolong. orang-perorangan atau kelompok-kelompok 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan erjanjian manusia sebagai akibat perbedaan paham. mengenai pertukaran barang-barang dan jasa- Akomodasi disini bertujuan untuk jasa antara dua organiasi atau lebih. menghasilkan suatu sintesa antar kedua 3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses pendapat tersebut agar menghasilkan suatu penerimaan unsure-unsur baru dalam pola yang baru. kepemimpinan dalam organisasi sebagai salah 2) Mencegah meledaknya pertentangan untuk satu cara menghindari terjadinya kegoncangan sementara waktu atau temporer. dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan 3) Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama 4) Koalisi (koalition), yaitu kombinasi antar dua antara kelompok-kelompok sosial yang organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan- hidupnya terpisah sebagai akibat faktor- tujuan yang sama. faktor sosial psikologis dan kebudayaan 5) Join-venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan seperti pada masyarakat berkasta. proyek-proyek tertentu, misalnya; pengusahaan 4) Mengusahakan peleburan antara kelompok- perkebunan kelapa sawit, perfilman, hotel dan kelompok sosial yang terpisah melalui sebagainya. perkawinan campuran atau asimilasi. Menurut Young & Mack (dalam Soekanto, b. Akomodasi 1992), akomodasi sebagai suatu proses sosial Istilah akomodasi dapt dipergunakan dalam dua mempunyai beberapa bentuk, yaitu: makna, yaitu menunjuk sebagai suatu proses dan 1) Koersi (coercion), adalah suatu bentuk hasil interaksi sosial. Akomodasi yang menunjuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan sebagai suatu keadaan hasil interaksi sosial oleh karena adanya paksaan, dimana salah menunjuk pada suatu keadan dimana terdapat satu pihak berada dalam keadaan yang keseimbangan baru setelah pihak yang berkonflik lemah bila dibandingkan dengan pihak lain. berbaikan kembali Sebagai suatu proses menunjuk Pelaksanaannya dapat secara langsung

97 98 (secara fisik) maupun tidak langsung (secara perselisihan antara buruh dengan psikologis). perusahaan, maka dibentuklah panitia tetap 2) Kompromi (compromise), adalah suatu bentuk untuk menyelesaikan perselisihan dimana akomodasi dimana pihak-pihak yang wakil perusahaan dan wakil buruh duduk terlibat saling mengurangi tuntutannya agar bersama dalam panitia tersebut. tercapai suatu penyelesaian terhadap 6) Toleransi (Toleration atau tolerant- perselisihan. Dalam kondisi ini salah satu participation), yaitu bentuk akomodasi tanpa pihak bersedia untuk merasakan dan persetujuan yang formal, yang mungkin memahami keadaan pihak lain, begitu pula timbul tanpa disadarai sebagai bentuk dari sebaliknya. sikap yang toleran pihak yang satu terhadap 3) Arbitrasi (arbitration), merupakan salah satu pihak lain. cara untuk mencapai kompromi apabila 7) Stalemate, merupakan bentuk akomodasi pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup dimana pihak yang bertentangan mencapainya sendiri. Pertentanagn mempunayi keuatan seimbang berhenti pada diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih suatu titik tertentu dalam melakukan oleh kedua pihak yang bersengketa. pertentangan, karena kedua pihak tidak 4) Mediasi (mediation), hampir sama dengan mungkin melakukan gerakan maju atau arbitrasi, yaitu dengan adanya pihak ketiga mundur, misalnya; pada hubungan antara yang netral dalam perselisihan yang Amerika Serikat dan Rusia mengenai senjata bertugas mengusahakan penyelesaian nuklir. sengketa dengan jalan damai. Kedudukan 8) Adjudikasi (Adjudication), yaitu suatu pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan penyelesaian perkara atau sengketa di tidak mempunyai kewenangan untuk pengadilan. memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut. c. Asimilasi 5) Konsiliasi (Conciliation), adalah suatu usaha Asimilasi merupakan proses sosial dalam untuk mempertemukan keinginan-keinginan taraf lanjut yang ditandai dengan usaha-usaha dari pihak yang berselisih demi tercapainya mengurangi perbedaan-perbedaan yang persetujuan bersama. Dalam konsiliasi ini terdapat antara orang-perorangan atau pihak-pihak yang bersengketa dapat kelompok-kelompok manusia. Asimilasi mengadakan asimilasi, misalnya; menyebabkan perubahan-perubahan dalam

99 100 hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat 3) sikap menghargai orang asing dan serta interaksi sosial Proses terakhir dari kebudayaannya, yang dapat asimilasi adalah akulturasi. mendekatkan masyarakat-masyarakat Dalam proses asimilasi unsur kebudayaan yang menjadi pendukung kebudayaan baru yang timbul sebagai akibat pergaulan tersebut. orang-orang dari kelompok yang berlainan. 4) sikap yang terbuka dari golongan yang Unsur-unsur kebudayaan baru tersebut berbeda berkuasa dalam masyarakat, sehigga dengan kedua kebudayaan yang bertemu.. golongan minoritas juga merasa Dengan kata lain dalam asimilasi terjadi diperhatikan sama dengan golongan kebudayaan baru sebagai akibat interaksi sosial. mayoritas. Dalam Proses asimilasi akan timbul bila: 5) persamaan dalam unsur-unsur 1) ada kelompok manusia yang berbeda kebudayaan sehingga kebudayaan kebudayaan, yang satu akan merasa lebih 2) anggota kelompok saling bergaul secara didekatkan dengan kebudayaan langsung dan intensif dalam waktu yang lainnya. lama dan 6) perkawinan campuran atau 3) kebudayan masing-masing kelompok amalgamasi (amalgamation), yang dapat berubah dan saling menyesuaikan diri menyebabkan kedudukan masyarakat Berbeda dengan asimilasi, dalam yang berbeda kebudayaan merasa akulturasi, unsur-unsur kebudayaan yang sejajar atau tidak berbeda dengan diperoleh dari kebudayaan lain sebagai akibat masyarakat dengan kebudayaan lain. pergaulan yang intensif dan lama. 7) adanya musuh bersama dari luar yang Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadikan kelompok yang mempermudah terjadinya suatu asimilasi, yaitu: berselisih melakukan kompromi 1) toleransi, yang akan mendorong uantuk bersama-sama menghadapi terjadinya komunikasi yang pada musuh dari luar tersebut. akhirnya akan mempercepat asimilasi. 2) kesempatan-kesempatan yang 2. Dissosiatif (menjauhkan, mempertentangkan) seimbang di bidang ekonomi, karena Proses-proses disosiatif sering juga disebut dapat mentralisir perbedaan-perbedaan sebagai oppositional processes atau proses oposisi pada kebudayaan yang berbeda. dimana proses ini dapat ditemukan pada setiap

101 102 masyarakat walaupun bentuk dan arahnya perseorangan dan persaingan yang bersifat tidak ditentukan oleh kebudayaan dan system sosial pribadi. masyarakat yang bersangkutan. Oposisi dapat Tipe persaingan yang bersifat pribadi diartikan sebagai cara berjuang seseorang atau (rivalry) secara langsung bersaing antar pribadi, sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. misalnya untuk mendapatkan kedudukan dalam Oleh karena itu pola-pola oposisi sering juga disebut organisasi. Tipe persaingan yang tidak bersifat sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for pribadi yang langsung bersaing adalah existence). kelompok. Kedua tipe ini menghasilkan Pengertian ini dipopulerkan oleh Charles beberapa membentuk persaingan, yaitu: Darwin yang menunjuk kepada suatu keadaan a. persaingan di bidang ekonomi, yang dimana manusia yang satu tergantung pada timbul sebagai akibat terbatsnya kehidupan manusia yang lainnya, keadaan mana persediaan apabila dibandingkan dengan akan menimbulkan kerjasama untuk tetap bertahan jumlah konsumen. Persaingan burtujuan hidup. Usaha-usaha ini terlihat dari upaya manusia untuk mengatur produksi dan distribusi untuk 1) melindungi dirinya dari kekuatan- agar dapat sebesar-besarnya memberi kekuatan dalam masyarakat, dan 2) usaha manusia kemanfaatan pada masyarakat. melindungi dirinya dari binatang buas dan alam b. persaingan kebudayaan, yang juga yang keras. menyangkut persaingan di bidang agama, Oposisi atau proses disosiatif dibedakan dalam lembaga pendidikan dan lembaga tiga bentuk, yaitu: kemasyarakatan lainnya. a. Persaingan c. persaingan mendapatkan kedudukan dan Persaingan diartikan sebagai suatu proses peranan dalam masyarakat, sesuai dengan sosial dimana individu atau kelompok manusia keinginan perseorangan atau kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui yang menginginkan dirinya diakui sebagai bidang-bidang kehidupan yang pada masa orang atau kelompok yang memiliki tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan kedudukan serta peranan yang cara menarik perhatian publik atau terpandang. Kedudukan dan peranan apa mempertajam prasangka yang telah ada tanpa yang dikejar, tergantung dari apa yang mempergunakan ancaman atau kekerasan. paling dihargai oleh masyarakat pada Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu suatu masa tertentu. Sebagai contoh pada persaingan yang bersifat pribadi atau masa desa tradisional kedudukan Lurah

103 104 sangat dicari masyarakat, namun sekarang sebagai pegawai yang memiliki Persaingan antara A dan B tidak terjadi penghasilan besarlah yang banyak dicari saling melanggar jalur masing-masing, karena masyarakat desa. sudah memiliki jalannya masing-masing. Salah d. persaingan perbedaan ras, yang satu tanda adanya persaingan adalah dengan sebenarnya persaingan di bidang tidak adanya kontak antara mereka yang kebudayaan hanya saja sifat-sifat fisik bersaing, tidak adanya kesadaran akan suatu ras mudah kelihatan dibandingkan perbedaan kepentingan dan cenderung bersifat dengan ciri-ciri kebudayaan lainnya. pribadi. Misalnya ketika Afrika Selatan menerapkan politik Apartheid, maka orang- b. Pertentangan atau Konflik (Conflict) orang kulit putih lebih terhormat Pertentangan adalah suatu proses sosial dibandingkan orang local yang berkulit dimana individu atau kelompok berusaha gelap. memenuhi tujuannya dengan jalan menantang Akibat persaingan dapat bersifat assosiatif pihak lain yang disertai dengan ancaman dan maupun dissosiatif. Oleh karena itu Coolley atau ekkerasan. Akar-akar pertentangan antara mengindikasikan hasil persaingan terkait lain: dengan 4 faktor, yaitu: kepribadian seseorang, 1) perbedaan antara individu-individu, tingkat kemajuan masyarakat, solidaritas terutama perbedaan pendirian dan kelompok dan disorganisasi dalam masyarakat. perasasaan diantara mereka. Dalam bentuk sederhana persaingan dapat 2) Perbedaan kebudayaan, yang sedikit bayak digambarkan seperti perlombaan lari cepat jarak akan mempengaruhi kepribadian seseorang pendek dimana masing-masing sudah memiliki dalam kebudayaan tersebut. jalurnya masing-masing. 3) Perbedaan kepentingan, baik kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. 4) Perubahan sosial, terutama yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang dapat menyebabkan munculnya golongan-golongan yang A B berbeda pendiriannya.

105 106 Sumber konflik dapat berupa pengusaan 1) tambahnya solidaritas in-group, tanah atau sumber ekonomi, kedudukan atau apabila pertentangan dengan gengsi sosial politik dan perjodohan- kelompok lain. perkawinan. 2) Pecahnya persatuan dalam kelompok Pertentanagn memiliki beberapa bentuk apabila pertentangan dalam satu khusus, yaitu: kelompok. 1) pertentangan pribadi, yang terjadi 3) Perubahan kepribadian para individu antar individu yang saling tidak 4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya menyukai. korban manusia. 2) pertentangan rasial, yang terjadi antar 5) Akomodasi, dominasi dan takluknya ras atau suku bangsa yang berbeda. salah satu pihak. 3) pertentangan antara kelas-kelas sosial Salah satu tanda adanya pertentangan dalam masyarakat yang biasanya adalah dengan adanya kontak antara mereka terjadi karena perbedaan kepentingan. yang bertentangan, adanya kesadaran akan 4) pertentangan politik yang terjadi antar perbedaan kepentingan dan cenderung bersifat kelompok dalam satu Negara atau tidak pribadi. dengan Negara lain yang akan Dalam bentuk sederhana pertentangan memimbulkan pertentangan yang dapat digambarkan seperti orang yang bersifat internasional. berkampanye dalam politik. 5) pertentangan bersifat internasional yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan yang merembet kepada kedaulatan Negara.

Pertentangan menyebabkan hal-hal A yang buruk, baik bagi individu, kelompok B C maupun masyarakat. Akibat-akibat yang D dapat ditimbulkan oleh adanya pertentangan adalah: Pertentangan antara A,B, C dan D terjadi saling melanggar jalur masing-masing, karena tidak memiliki jalannya masing-masing.

107 108 5) Taktis, seperti mengejutkan lawan, c. Kontravensi mengganggu atau membingungkan pihak Kontravensi merupakan bentuk proses lain, memaksa pihak lain menyesuaikan diri sosial yang berada antara persaingan dan dengan kekerasan, provokasi, intimidasi dan pertentangan. Kontravensi ditandai oleh gejala- sebagainya. gejala adanya ketidakpastian mengenai diri Oleh karena letak kontravensi antar seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak persaingan dan pertentangan maka dikenal tipe- suka yang disembunyikan, kebencian atau tipe kontravensi, yaitu: keraguan terhadap kepribadian seseorang. 1) kontravensi antar masyarakat Dalam bentuknya yang murni kontravensi 2) antagonisme keagamaan merupakan sikap mental yang tersembunyi 3) kontravensi intelektual dan terhadap orang lain atau unsur kebudayaan 4) oposisi moral masyarakat tertentu. Salah satu tanda adanya kontravensi Bentuk kontravensi menurut Leopold von adalah sifat agak tertutup atau rahasia dari Wiese dan Howard Becker (1932) adalah: pihak-pihka yang melakukan kontravensi. 1) Umum, yang meliputi perbuatan-perbuatan Dalam bentuk sederhana kontravensi dapat seperti penolakan, keengganan, perlawanan, digambarkan seperti orang yang melakukan perbuatan menghalangi, protes, gangguan, perang dingin. perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain. 2) Sederhana, seperti menyangkal pernyataan B A orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat atau selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain. 3) Intensif, mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus yang mengecewakan pihak lain dan sebagainya. A B 4) Rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan Kontravensi antara A dan B terjadi saling sebagainya. menggunakan metode orang lain dalam

109 110 mencapai tujuan sebagai reaksi atas aksi yang perbedaan kecil terutama pada daya cakup masing- dilakukan orang lain. masing. Oleh karena itu Analisis Proses sosial dapat Pembagian proses-proses sosial kerjasama juga dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal. Van dikemukan oleh Kimball Young yang membagi Doorn & Lammers (1959) menegaskan bahwa dalam bentuk-bentuk proses sosial menjadi: melakukan analsisi sosial perlu memperhatikan 1) oposisi (oposition) yang mencakup beberapa hal, antara lain: persaingan (competition) dan a. satuan analisis: kejadian sosial, interaksi sosial pertentangan atau konflik (conflict) antara 2 orang atau lebih 2) kerjasama (co-operation) yang b. Dalam interaksi sosial perlu membedakan 3 hal, menghasilkan akomodasi yaitu: orang-orang yg bertindak (status & 3) diferensiasi (differentiation) yang peranannya), masyarakat dan pola kebudayaan. merupakan suatu proses dimana orang- c. Sejumlah interaksi sosial dapat diglongkan dalam perorang dalam masyarakat memperoleh beragam jenis hubungan sosial yang dibina oleh hak dan kewajiban yang berbeda dengan sejumlah orang, pelaku dari 1 atau 2 group orang-orang lain dalam masyarakat atas d. Beragam hubungan sosial tersebut dapat dasar perbedaan usia, jenis kelamin, dan digolongkan dalam beragam proses sosial, yaitu: pekerjaan. Diferensiasi tersebut yang mendekatkan orang (solidaritas) dan menghasilkan sistem pelapisan dalam menjauhkan orang (antagonistik). masyarakat Analisis proses sosial dilakukan untuk mengetahu Sementara Tamotsu Shibutani membagi interaksi yang terjadi dalam masyarakat, sehingga akan beberapa pola interaksi, yaitu: diketahui proses-proses sosial yang terjadi dalam 1) Akomodasi dalam situasi-situasi rutin masyarakat. Proses-proses sosial tersebut terjadi dalam 2) Ekspresi pertemuan dan anjuran masyarakat perdesaan di Indonesia. Penyelesaian persoalan 3) Interaksi strategis dalam pertentangan- dalam interaksi sosial dilakukan dengan melalui du pertentangan pendekatan pada masyarakat desa yang berbeda, yaitu: 4) Pengembangan perilaku massa. 1. Pada masyarakat desa tradisionil yang hanya mengenal Perbedaan fundamental antar apa yang hukum adat, dilakukan dengan cara damai mauoun dikemukakan oleh Gillin dan Gillin, Kimmall young dan menggunakan hukum adat desa. Sistem penyelesaian Tamotsu Shibutani tidak ada, kecuali perbedaan- dan sanksi dialakukan oleh pemimpin desa adat atau

111 112 orang yang dituakan untuk menyelesaikan kasus luas. Pembedaan tipe-tipe tersebut sangat dipengaruhi oleh tersebut. Hukum Adat adalah hukum yang menjadi kondisi kebudayaan masyarakat setempat. pegangan dalam tindakan-tindakan masyarakat, yang Keluarga yang bersistem konsanguinal menekankan dicirikan dengan jika dilanggar akan dikenai sanksi oleh pada pentingnya ikatan darah, seperi hubungan antara masyarakat yangbersangkutan. anak dengan orang tuanya. Dalam sistem ini ikatan 2. Pada masyarakat desa modern yang telah mengenal seseorang dengan orang tuanya dianggap lebih penting hukum positif (hukum negara), Sistem penyelesaian daripada ikatan dengan suami atau istrinya, misalnya pada persoalan dilakukan secara hukum desa atau hukum keluarga tradisonil Jepang, Cina, Jawa dan sebagainya. positif, bahkan sampai ke pengadilan. Sebaliknya sistem konjugal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan, dimana ikatan antara suami dan Baik hukum maupun proses-proses dalam masyarakat istri lebih kuat daripada ikatan dengan orang tuanya. keduanya membentuk sebuah kendali sosial (sosial control), Tipe keluarga orientasi (family of orientation) yang terdiri dari pengawasan sosial (yang merupakan menekankan pada keluarga yang didalamnya seseorang sumber hukum normatif yang diacu elit masyarakat yang dilahirkan. Agak berbeda, tipe keluarga prokreasi (family of biasanya berbentuk tekstual/tertulis dan memiliki asas precreation) merupakan keluarga yang dibentuk dengan legalitas sering disebut juga hukum positif) dan pengawasan jalan menikah dan mempunyai keturunan. Tipe keluarga masyarakat yang merupakan hukum sosiologis yang juga batih (nuclear family) merupakan satuan keluarga terkecil diacu oleh elit masyarakat yang biasanya lebih kontekstual yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Menurut William serta memiliki asas legitimitas sering disebut juga hukum Goode keluarga batih tidak mengandung hubungan masyarakat. fungsional dengan kerabat dari keluarga orientasi salah satu pihak (ayah atau ibu). Keluarga luas terdiri dari beberapa keluarga batih. Beberapa tipe keluarga ini Keluarga dan Sistem Kekerabatan diantaranya joint family, yan terdiri atas beberapa orang Dalam sosiologi keluarga merupakan suatu sistem laki-laki kakak beradik beserta anak-anak mereka dan sosial yang tertutup, merupakan suatu grup kerabat yang saudara kandung perempuan mereka yang belum menikah. paling kecil yang menggambarkan kesatuan berdasarkan Laki-laki tertua diantara mereka menjadi kepala keluarga keanggotaan. manakala ayah mereka meninggal dunia. Clayton (1979) Tipe keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga melihat bahwa di India dan pakistan banyak dijumpai tipe yang bersistem konsanguinal dan konjugal, keluarga keluarga seperti ini. Selain itu juga terdapat bentuk orientasi dan prokreasi, serta keluarga batih dan keluarga keluarga luas virilokal, yang terdiri atas suatu keluarga batih ditambah keluarga batih para anak-anaknya. Tipe

113 114 keluarga seperti ini menurut Danandjaja (1971) banyak 3. Matrilokal, yaitu pasangan baru menetap dan tinggal dijumpai di Nias. bersama pihak perempuan, seperti di Padang Sumatera Keluarga-keluarga di indonesia juga mengenal aturan- Barat. aturan mengenai keturunan yang terdapat dalam Sistem 4. Patri-Matrilokal, yaitu pasangan yang baru menikah kekerabatan. Dalam penarikan garis keturunan di Indonesia mula-mula menetap bersama pihak laki-laki tetapi dikenal 4 istilah, yaitu: pasangan tesrebut menetap dengan pihak perempuan. 1. Patrilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari pihak laki- 5. Bilokal, yaitu pasangan yang baru menikah dapat laki, seperti; Batak, Bali dan sebagainya memilih tinggal dan menetap di pihak laki-laki atau 2. Matrilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari pihak perempuan. perempuan, seperti Padang Sumatera Barat yang 6. Avunculokal, merupakan pola matrilineal yang dikenal dengan istilah Ninik Mamak. didalamnya seorang laki-laki menetap di desa paman 3. Bilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari pihak laki- dari pihak ibu (kakak laki-laki ibunya). laki dan perempuan, misalnya; Suku Jawa. 7. Neolokal, yaitu pasangan suami istri setelah menikah 4. Keturunan rangkap, yaitu garis keturunan ditarik dari bebas untuk memilih tempat menetap di luar tempat pihak laki-laki secara patrilineal dan dari pihak keluarga laki-laki atau perempuan. perempuan secara matrilineal, seperti pada masyarakat dayak di Kalimantan Tengah. Adanya kelompok kekerabatan di Indonesia mendorong munculnya kolektivitas kekerabatan, baik yang Setelah menikah tempat tinggal yang dipilih oleh berorganisasi (clan, marga, trah, dan sebagainya), maupun pasangan baru tersebut juga mengikuti pola yang sesuai yang tidak berorganisasi (lineage). dengan kebudayaan masyarakat setempat. Menurut Clayton terdapat 7 adat menetap setelah menikah (dalam Kelembagaan Sosial Sunarto, 2000) yaitu: Memahami masyarakat secara utuh tidak dapat 1. Patrilokal, yaitu pasangan yang baru menikah tinggal dilepaskan dari keharusan untuk memahami Kelembagaan menetap bersama keluarga pihak laki-laki, seperti di dan Kelompok yang ada di masyarakat. Hal tersebut Batak dan Bali. sangat muthlak diperlukan mengingat dalam suatu 2. Matri-Patrilokal, yaitu suami mula-mula menetap masyarakat selalu memiliki kelembagaan dan kelompok bersama pihak perempuan tetapi pasangan kemudian sosial. Kelembagaan dan kelompok sosial dalam menetap dengan pihak laki-laki, seperti kebanyakan masyarakat bias jadi lebih kuat dan eksis di masyarakat desa-desa di Jawa. terutama masyarakat perdesaan daripada kelembagaan dan kelompok formal yang dibentuk atas pihak desa.

115 116 Kelembagaan sosial desa timbul sebagai akibat b. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan adanya kebutuhan manusia yang bersifat normatif yang hubungan yang berpusat pada serangkaian aktivitas harus dipenuhi, seperti; berteman, bekerjasama dan untuk memenuhi kompleks kebutuhan khsus dalam sebagainya. Alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut masyarakat (Koentjaraningrat, 1974) apabila telah disepakati bersama kemudian dapat c. Lembaga Sosial adalah tata abstraksi yang lebih tinggi dilembagakan dalam suatu lembaga sosial. Secara ringkas dari group, organisasi maupun sistem sosial lainnya dapat digambarkan; Perbedaan pendapat ini tidaklah begitu penting dalam Kebutuhan manusia : normatif memahami kelembagaan, terutama kelembagaan di desa. Menurut Anderson, yang terpenting harus dikaji adalah proses pelembagaannya (Institutionalization), yaitu proses “pemenuhan” terjadinya kelembagaan dalam masyarakat yang mengatur dan membina pola-pola prosedur disertai sanksi-sanksi dalam masyarakat. Proses pelembagaan yang mungkin kelembagaan sosial terjadi mulai dari adanya norma baru sampai norma tersebut dihayati dan akhirnya dilembagakan oleh masyarakat adalah; Lembaga Sosial (Institusion), merupakan sistem hubungan sosial yang terorganisir, meliputi nilai-nilai & Norma baru tata cara yang dihayati bersama dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok. Koentjaraningrat (1974), Dikenal menyamakan makna lembaga sosial tersebut dengan istilah pranata. Sementara itu Mc Iver & Page, melihat adanya Diakui Institution dalam makna abstrak dan Assosiation dalam makna kongkrit. Dihargai Dari beberapa pendapat ahli sosiologi dapat disimpulkan bahwa: Ditaati a. Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma- norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu dihayati(mendarah daging), dilembagakan kebutuhan pokok di dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2000)

117 118 Kasus terjadinya suku Badui dalam dan luar adalah Dalam proses pelembagaan yang sudah matang salah satu contoh sanksi yang diberikan oleh suku Badui di terjadi kristalisasi struktur & kristalisasi pola kebudayaan, Jawa barat terkait dengan pelanggaran terhadap adat sehingga terbentuklah kelembagaan yang mapan dalam masyarakat Badui. Suku Badui luar dikeluarkan dari suku masyarakat. Kelembagan dalam masyarakat terbentuk Badui secara adat karena melanggar kesepakatan adat secara bertahap dalam tingkatan norma, mulai dari tahap untuk tidak menggunakan barang-barang dari luar suku sederhana (cara) yang bersifat individu sampai pada adat Badui, seperti; baju, alat masak, alat pertanian dan yang disepakati bersama. Dalam bentuk sederhana sebagainya. Oleh karena itu masyarakat Badui yang tingkatan norma dalam masyarakat serta sanksi yang melanggar adapt dikeluarkan dari suku Badui yang diberikan apabila terjadi pelanggaran, baik secara moral kemudian membentuk apa yang mereka sebut sebagai suku maupun oleh masyarakat, terutama masyarakat di Badui Luar, sedangkan amsyarakat badui yang masih asli perdesaan, dapat digambarkan sebagai berikut; sering disebut suku Badui Dalam. Lembaga sosial dalam masyarakat perdesaan Tingkatan Sanksi memilliki fungsi memberikan pedoman, menjaga keutuhan Norma Moral Masyarakat dan memberikan pegangan kepada masyarakat untuk Cara (usage), bersifat Tidak pantas Dianggap janggal mengadakan kendali sosial (sosial control). Kendali sosial pribadi terdiri dari pengawasan sosial dan pengawasan masyarakat Pengawasan sosial merupakan sumber hukum Kebiasaan (folkways) Malu Dicela normatif yang diacu elit masyarakat yang biasanya bersifat umum berbentuk tekstual/tertulis dan memiliki asas legalitas Tata Kelakuan (mores) Bersalah Dihukum sering disebut juga hukum positif. Pengawasan masyarakat Adat (customs) Berdosa Dikeluarkan yang merupakan hukum sosiologis yang juga diacu oleh elit masyarakat yang biasanya lebih kontekstual serta Proses penjatuhan sanksi, baik yang bersifat moral memiliki asas legitimitas sering disebut juga hukum maupun sanksi masyarakat juga bertingkat mulai yang masyarakat. paling ringan sampai yang berat. Secara moral sanksi mulai Sesuai dengan fungsinya tersebut maka Gillin & Gillin dari dikatakan tidak pantas sampai dianggap berdosa, melihat bahwa Kelembagaan sosial memiliki ciri-ciri : misalnya, seorang laki-laki yang berambut panjang seperti 1. Suatu pengorganisasian perempuan dalam masyarakat desa umumnya dianggap 2. Memiliki tingkat kekekalan tertentu sesuatu yang tidak pantas karena berbeda dengan 3. Memiliki 1 atau lebih tujuan tertentu kebanyakan laki-laki desa lainnya, dan sebagainya. 4. Memiliki lambang-lambang

119 120 5. Mempunyai alat perlengkapan 6. Mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis Desa-desa di Indonesia yang telah tersentuh peraturan desa oleh pemerintah, artinya bukan sebagai Ciri-ciri tersebut menjadikan kelembagaan sosial di desa tradisionil tetapi desa modern, pada umumnya perdesaan memiliki tipe yang berbeda-beda berdasarkan memiliki lembaga-lembaga diatas. Beberapa kelembagaan sudut penelaahannya, seperti pada gambar berikut: sosial yang penting di Perdesaan: Sudut penelaahan Tipe 1. Keluarga batih dan hubungan kerabat (pertalian darah, 1. perkembangan cressive institution (tumbuh alami) hubungan perkawinan) enacted institution ( dibuat) 2. Lembaga penguasaan tanah (hak persekutuan, hak 2. Sistem nilai yang basic institution (dasar) perseorangan) diterima masyarakat subsdiary institution (subsider) 3. Lembaga keagamaan dan sistem kepercayaan 3. penerimaan Sosial sanctioned institution 4. Lembaga musyawarah adat masyarakat Sosial unsanctioned institution 5. Lembaga ekonomi 4. penyebaran General institution (umum) restricted institution (kelompok ttt) Kelompok Sosial 5. pengendalian Operative institution (pelaksanaan) Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat Regulative institution (menggendalikan) penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena sebagian besar kegiatan manusia berada dalam Selain itu berdasarkan ciri-ciri tersebut maka kelembagaan kelompok sosial. Beberapa ahli sosilogi berusaha dalam masyarakat desa dapat digolongkan berdasarkan megklasifikasi jenis kelompok. Robert Bierstedt (1948), kebutuhan manusia, yaitu: menunjuukan bahwa kelompok sosial harus memiliki 3 Tujuan / Kebutuhan Lembaga Sosial kriteria, yaitu: Kinship/domestic Pelamaran, perkawinan, perceraian 1. Organisasi Economic Pertanian, koperasi, industri, 2. Hubungan sosial antar anggota perdagangan 3. Kesadaran jenis Educational Pengasuhan, pesantren, pendidikan Berdasarkan kriteria tersebut maka muncullah 4 jenis dasar kelompok, yaitu: Scientific Penelitian, metode ilmiah 1. Kelompok Asosiasi (Associational Group), yaitu Aesthetic & Recreational Kesenian kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis Religious Upacara selamatan masjid, gereja Political Pemerintah, partai, demokrasi yang menurut MacIver pada kelompokm ini dijumpai Somatic Kedokteran, olah raga, kecantikan persamaan kepentingan pribadi (like interest) maupun

121 122 kepentingan bersama (commond interest). Selain itu terdapat hubungan sosial antar anggota yang berupa Seorang individu dapat menjadi anggota beberapa kontak dan komunikasi, contoh; Negara RI, OSIS, kelompok sosial, missal seorang perempuan yang Gerakan pramuka, Fakultas, Universitas, Senat mengikuti kelompok arisan dan menjadi anggota dharma Mahasiswa, Partai polotik, Ikatan Dokter Indonesia dan wanita, maka: sebagainya. 2. Kelompok sosial (Sosial Group), yaitu kelompok yang Perempuan arisan dharma wanita anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan (kemasyarakatan) (sosial) (asosiasi) berhubungan satu dengan lainnya tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi, contoh; kelompok teman, Klasifikasi lain mengenai kelompok sosial dikemukakan kerabat, dan sebagainya. oleh Robert K Merton (1965). Merton mendefinisikan 3. Kelompok Kemasyarakatan (Societal Group), kelompok kelompok sosial secara sosiologi sebagai sekelompok orang yang didalamnya belum ada kontak dan komunikasi yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah dan juga belum ada organisasi. Dalam kelompok ini mapan. Oleh karena itu suatu kelompok sosial harus dijumpai adanya persamaan kepentingan pribadi (like memiliki kriteria: interest) tapi bukan kepentingan bersama, contoh; a. sering terjadi interaksi kelompok jenis kelamin (gender). b. orang-orang yang berinteraksi disebut “anggota” 4. Kelompok statistik (Statistical Group), yaitu kelompok c. orang-orang yang berinteraksi oleh orang lain yang hanya dalam arti analitis dan merupakan hasil disebut sebagai “anggota kelompok” rekaan ilmuan sosial, contoh; pengelompokan Berdasarkan kriteria tersebut Merton membedakan antara poenduduk berdasarkan usia tertentu. kelompok sosial dengan kolektivitas. Perbedaan keduanya Dalam bentuk sederhana jenis kelompok sosial dalam terletak pada ada tidaknya interaksi. masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut: Perkembangan yang melanda Eropa dan Amerika Kriteria setelah revolusi industri berpengaruh terhadap perubahan Kelompok organisasi hubungan Kesadaran dalam pengelompokkan anggota masyarakat. Beberapa ahli sosial jenis sosiologi melakukan klasifikasi kelompok yang berbeda- Statistik - - - beda, antara lain: Kemasyarakatan - -  1. Emile Durkheim, Sosial -   Durkheim membagi kelompok menjadi kelompok yang   Assosiasi  didasarkan atas solidaritas mekanik dan solidaritas

123 124 organik. Solidaritas mekanik menunjukkan ciri yang kehidupan bersama yang intim, pribadi dan ekslusif menandai masyarakat yang masih sederhana yang merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejak (masyarakat segmetal). Dalam masyarakat seperti ini lahir, oleh karena itu ditandai dengan kehidupan kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup organik. Dalam konteks Indonesia sering disebut terpisah satu dengan yang lainnya. Masing-masing sebagai masyarakat paguyuban, masyarakat yang kelompok dapat memnuhi kebutuhannya sendiri tanpa guyub atau akrab. Tönnies membedakan Gemeinschaft harus bergantung pada kelompok lain. Dalam menjadi 3 jenis, yaitu; masyarakt yang mengutamakan solidaritas mekanik a. Gemeinschaft by blood, mengacu pada ikatan-ikatan yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap, kekerabatan perbedaan dalam sikap dan perilaku tidak dibenarkan. b. Gemeinschaft of place, berdasarkan kedekatan letak Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran tempat tinggal serta tempat bekerja yang medorong kolektif, hati nurani kolektif dan bersifat ektrem dan orang untuk berhubungan lebih dekat (intim). memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran bersifat represif c. Gemeinschaft of mind, yang mengacu pada hubungan atau akan dikenai hukuman pidan menurut versi persahabatan yang disebabkan oleh persamaan masyarakat. keahlian atau perkejaan serta pandangan. Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang Gesellschaft merupakan suatu nama dan gejala baru, mengikat masyarakat kompleks, yaitu masyarakat yang yang dilukiskan sebagai kehidupan publik, sebagai telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing- dipersatukan oleh kesaling- tergantungan antar bagian. masing tetap mandiri, sehingga ditandai dengan Tiap anggota menjalankan peran berbeda. Ikatan utama struktur mekanik. Gesellschaft bersifat sementara dan yang mempersatukan masyarakat adalah kesepakatan semu. Dalam konteks Indonesia sering disebutkan yang terjalin diantara kelompok profesi. Sanksi sebagai masyarakat patembayan, yaitu masyarakat yang terhadap pelanggaran bersifat restitutif, namun yang dalam interaksi didasarkan pada nilai barang atau uang. menonjol bukan lagi pidana tetapi perdata. Pelanggar 3. Charles Horton Cooley harus membayar ganti rugi kepada pihak yang Cooley pada tahun 1909 memperkenalkan konsep menderita kerugian untuk mengembalikan primary group , yaitu kelompok yang ditandai oleh keseimbangan yang telah dilanggarnya. pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim. 2. Ferdinand Tönnies Runag lingkup yang terpenting kelompok ini adalah Tönnies secara rinci mengulas pengelompokan dalam keluarga, teman bermain, rukun warga serta komunitas masyarakat yang dinamakan Gemeinschaft dan pada orang dewasa. Dalam pandangan kelompok ini Gesellschaft. Gemeinschaft digambarkan sebagai pergaulan intim menghasilkan kesatuan dalam banyak

125 126 hal, sehingga menjadikan seseorang menjadi hidup Grup Sosial dalam tujuan bersama kelompok. Keterpaduan ini oleh Secara umum group sosial didefinisikan sebagai satu Cooley diwujudkan dalam kata “kita”. Kelompok lain kesatuan yang terdiri dari 2 orang atau lebih dan diantara yang tidak sama dengan konsep Cooley ini oleh mereka terdapat komunikasi 2 arah dan interaksi satu sama beberapa ahli sosiologi disebut kelompok sekunder lain. Dalam group sosial adanya komunikasi dan interaksi (Sekundary group). menjadi suatu keharusan untuk membedakannya dengan 4. W.G. Summers kolektivitas. Oleh karena itu dalam group sosial memiliki Summer berpendapat bahwa masyarakat primitif yang relasi sosial yang berbeda antara goup, kolektivitas dan merupakan kelompok kecil tersebar di suatu wilayah kategori sosial. muncul diferensiasi antara kelompok kita (we-group) Dalam tinjauan relasi group bersifat bersifat langsung atau kelompok dalam (in-group) dengan orang lain, sehingga terdapat penyebutan “anggota”, pada kelompok orang lain (others group) atau kelompok luar Kolektivitas relasi bersifat tak langsung sehingga dikenal (Out-group). Menurut Summers, dikalangan anggota penyebutan sebagai “warga”, dan pada Kategori sosial kelompok dijumpai persahabatan, keteraturan dan relasi group tak ada atau sedikit sehingga tidak terjadi kedamaian, sedangkan hubungan kelompok diluar penyebutan sebagai “anggota”. Oleh karena itu menurut kelompok ditandai denga kebenciandan permusuhan. Van Dorn & Lammers (1959) group sosial memiliki ciri-ciri : 5. Robert K Merton 1) keanggotaan yang terbatas, Merton memusatkan perhatiannya pada kenyataan 2) norma yang tertentu, bahwa keanggotaan dalam kelompok tidak berarti 3) tujuan tertentu, dan bahwa seseorang akan menjadikan kelompoknya 4) latar belakang tertentu. menjadi acuan bagi cara bersikap, menilai atupun Berdasarkan cirri dan sifat suatu group sosial tersebut bertindak. Kadang-kadang perilaku seseorang tidak agar suatu grup sosial tetap eksis, maka group sosial mengacu pada kelompoknya dimana ia menjadi tersebut harus memiliki 4 syarat: anggotanya, melainkan pada kelompok lain. Dalam 1) ada kesadaran menjadi bagian dari kelo pok konteks ini dikenal istilah kelompok yang diacu dalam 2) ada hubungan timbal balik antar anggota kelompok bertindak dan berperilaku (membership group) dan 3) ada satu fakto ryang dimiliki bersama oleh sesama kelompok yang diikuti tapi tidak digunakan sebagai anggota kelompok (nasib, kepentingan dll) acuan dalam bertindak dan berperilaku (Reference 4) berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku group). Berbicara mengenai ciri dan sifat group sosial dapat pula disebutkan proses pembentukan group sosial. Menurut

127 128 Koentjaraningrat (1979), terdapat dasar pembentukan grup 1. Kharismatis, tipe kepemimpinan yang cenderung sosial & prinsip-prinsip hubungan yang mengikat anggota. bersifat otoriter atau bertangan besi. Dasar-dasar tersebut adalah: 2. Tradisional, cenderung bersikap demokratis, mau 1. Dasar keturunan satu nenek moyang, misalnya; menampung dan menerima usulan, saran atau masukan paguyuban trah, marga, clan dan sebagainya. orang lain. 2. Dasar tempat tinggal bersama/berdekatan, misalnya; 3. Modern, cenderung bersifat pembagian tugas dan rukun tetangga, persatuan warga perumahan dan fungsional, sehingga lebih bersifat koordinatif atau sebagainya. sebagai koordinator. 3. Dasar kepentingan bersama, misalnya; kelompok dokter, kelompok tani dan sebagainya Setiap group yang dibentuk mewujudkan komunikasi 4. Dasar program pihak ‘atas desa’, misalnya, persatuan dan interaksi dalam group dengan memiliki struktur ibu-ibu PKK, LKMD dan sebagainya. group. Struktur group akan mempengaruhi keeratan hubungan atau interaksi dalam group tersebut atau sering Dasar keanggotaan group dapat secara terencana seperti; disebut dengan kohesi Grup. Grup memiliki struktur yang kelompok tani, kelompok arisan dan sebagainya maupun menggambarkan hubungan antar pelaku serta proses sosial kebetulan, seperti; kelompok narapidana yang kebetulan yang menyertainya. Van Dorn & Lammers (1959) bersama-sama dalam satu penjara dan sebaginya. menyebutkan bahwa hubungan status antar pelaku dalam Keanggotaan suatu group ini menyebabkab munculnua group dapat berupa hubungna dalam tingkatan sosial sifat keanggotaan group yang terbuka & tertutup. Terbuka antar pelaku horisontal atau vertikal? hubungan peran artinya setiap orang, siapapun, boleh menjadi anggota dan antar pelaku (peranan sosial) : apa peran & keterkaitan keluar sebagai anggota dan tidak ada persyaratan khusus, peran satu sama lain dan proses sosial yang menyertai, misalnya; koperasi serba usaha dan sebagainya. Tertutup dapat berupa assosiatif atau dissosiatif. berarti tidak semua orang boleh menjadi anggota group, Kohesi grup didefinisikan sebagai keeratan ikatan antar dengan kata lain untuk menjadi anggota group harus anggota grup. Basis kohesi grup dapat berupa: memenuhi persayaratan tertentu, misalnya; untuk menjadi a. Imbalan yang tersedia di dalam dan melalui grup anggota kelompok tani harus memiliki lahan yang terletak b. Kesesuaian tujuan individu & tujuan grup dalam hamparan yang sama dengan hamparan kelompok c. Ketertarikan antar anggota grup satu sama lain tani dan sebagainya. d. Arti penting grup sebagai sumber atau dasar identitas Dari sisi Kepemimpinan, group sosial dapat individu dan persepsi diri serta internalisasi budaya dikelompokkan menjadi 3, yaitu: dan nilai-nilai grup pada individu

129 130 Dalam bentuk sederhana hubungan antara kohesi grup organisasi sosial merupakan gejala sosial resmi berkaitan dan faktor yang mempengaruhinya, dapat digambarkan dengan seperangkat peraturan-peraturan yang tertulis. sebagai berikut: Agak berbeda dengan ini, Himes(1967) mendefinisikan organisasi sosial adalah suatu bentuk group yang besarnya Faktor yang mempengaruhi Derajat kohesivitas maupun cakupan komunikasinya telah melampaui batasan Kohesi grup Tinggi Rendah group sosial, sehingga menciptakan bentuk-bentuk Karakteristik sosial anggota (ciri, Homogen Heterogen hubungan sekunder & formal. norma, latar belakang budaya) Organisasi sosial memiliki beberapa fungsi, antara Ukuran grup Kecil (intim) Besar lain: (kurang a. Sebagai saluran usaha orang dalam memenuhi intim) kebutuhan individu. Mobilitas fisik angggota grup Rendah Tinggi b. Sebagai saluran kegiatan yang berencana (keluar lingkungan grup) c. Dengan mencapai tujuannya maka suatu organisasi Efektifitas komunikasi Tinggi, Rendah penyesuaian diri dapat mempengaruhi kepentingan orang banyak dan anggota pada mendorong pada perubahan sosial norma perilaku d. Sebagai wadah bagi rencana kerja baru yang kemudian berjalan lancar dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat luas. Oleh karena itu Bereldon & Steiner (1964) Dari hubungan derajat kohesivitas group dengan factor menyebutkan ciri-ciri Organisasi sosial, yaitu: bersifat yang mempengaruhi dapat dilihat bahwa derajat formalitas, memiliki Hierarki yang jelas, memiliki Ukuran/ kohesivitas yang tingi antar anggota group dapat besarnya (size) yang tertentu dan memiliki Umur (duration) ditemukan pada ukuran group yang kecil dengan tertentu, tidak selamanya. Oleh karena itu organisasi sosial karakteristik anggota yang homogen, sehingga mobilitas dapat dibedakan dengan group sosial, yaitu: fisik anggota menjadi rendah dan komunikasi berlangsung secara efektif, demikian juga sebalikya untuk group dengan Grup Sosial Organisasi Sosial derajat kohesivitas rendah. Mementingkan kepuasan: Mementingkan produktivitas: Kepuasan moral, Tempat produktivitas mengatasi masalah, identifikasi diri, kepuasan produktivitas menganalisa Organisasi Sosial dalam loyalitas dan masalah, meningkatkan output berpartisipasi dan efisiensi Organisasi sosial banyak dijumpai di perdesaan yang relatif telah maju. Bereldon & Steiner (1964) mendefiniskan

131 132 Organisasi sosial seperti yang didefinisikan diatas Himes (1967) menyebutkan bahwa penyebab terjadinya membentuk hubungan sekunder & formal diantara perubahan dalam organisasi sosial, antara lain: anggotanya. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat 1. Memudarnya kekerabatan, mengatur hubungan antar anggota organisasi sosial 2. pertumbuhan spesialisasi, tersebut sebagai suatu sistem Pengendalian dalam 3. sekularisasi & Rasionalisasi, berkembangnya organisasi organisasi sosial. Amitai Etzioni (1965) menyebutkan massa bahwa Sistem pengendalian dalam organisasi sosial Salah satu usaha untuk mengatasi perubahan dalam merupakan sistem integrasi dari organisasi-organisasi organisasi sosial orang kemudian merekayasa suatu modern. Lebih lanjut Etzioni membagi sistem pengendalian organisasi yang lebih kompleks, yang dikenal dengan nama organisasi sosial berdasarkan basis otoritasnya dan ciri birokrasi. Menurut JW Schoorl (982), terdapat 3 kondisi kepatuhan yang timbul menyertainya menjadi 3, yaitu: sosial yang menyebabkan timbulnya birokrasi, yaitu: 1. Proses integrasi (kelompok sosial & kegiatan ekonomi) Basis otoritas Ciri Contoh 2. Pembesaran skala kepatuhan 3. Proses diferensiasi Coercive (kekuatan Alienatif  Penjara Max Weber menyebutkan bentuk ideal birokrasi memaksa)  Kamp konsentrasi adalah birokrasi legal-rasional, yang didalamnya memiliki  Lembaga Rehabilitasi ciri-ciri:  Rumah sakit jiwa 1. Pembagian kerja dan tanggung jawab yang tegas Utilitarian (kekuatan Kalkulatif  Perusahaan berdasarkan ketentuan tertulis utiliter)  Serikat buruh 2. Prinsip hierarkis dalam pengorganisasian  Kantor  Bank 3. Pelaksanaan tugas diatur oleh perangkat peraturan Normative power Moral  Partai politik yang konsisten (simbolik), sosial  Organisasi keagamaan 4. Terdapat jenjang karier dan sistem kenaikan pangkat power  Universitas 5. Tugas dijalankan menurut peraturan tanpa pandang  Sekolah bulu 6. Gaji menurut peraturan. Sistem pengendalian dalam organisasi sosial diperlukan agar suatu organisasi sosial dapat bertahan Politik –Birokrasi sebagai Sistem (Pemerintahan) selama mungkin. Hal ini disebabkan karena dewasa ini Sistem Politik-birokrasi membuat dua sub sistem, terdapat kecenderungan perubahan dalam organisasi sosial. sissem politik dan sistem birokrasi. Sistem politik mendapat perhatian utama dengan penetuan kebijaksanaan dan

133 134 pembuat kebijaksanaan; sistem birokrasi memberi ’penampilan berkuasa’ dan menyebabkan orang lain perhatian pada program pembangunan dan menerima perintahnya sebagai sesuatu yang harus diikuti. pelaksanaannya. Sistem politik mengubah pejabat yang Oleh Weber ini deisebut dengan kekuasaan karisma. terpilih, mereka a) Presiden, b) Batasang Pambansa, c) Individu tersebut diyakini mendapat bimbingan wahyu, Gubernur dan Sangguniang Panlalawigan; kepala memiliki kualitas yang sakral, jauh dari orang-orang Sanguniang Bayan / Panglunsod; dan pemimpin Barangay kebanyakan. Menurut weber rutinitas karisma dapat dan Dewan Barangay. dipecahkan dengan berbagai cara, yaitu: Sistem Birokrasi termasuk, a) kementrian/ 1. upaya pencarian orang-orang yang memiliki tanda atau departemen, b) Pegawai negeri yang non departemen, c) isyarat karisma yang serupa dengan tanda atau isyarat pemerintah sendiri dan kerjasama kontrol, d) kantor yang pemimpin yang berkarisma lain, antara nasional dan lokal, dimana posisi menjadi 2. dapat dicari melalui keputusan nubuat, wahyu, nujum pegangandalam pengangkatan dalam bermacam-macam atau suratan nasib. Proses seleksi diberi legitimasi dan tingkatan. orang yang terpilih dianugerahi kualitas karisma. Membicarakan birokrasi tidak lepas dari ketertarikan 3. menyerahkan keputusan kepada pemimpin berkarisma Weber terhadap birokrasi. Weber melihat bahwa birokrasi untuk memilih pengganti. melambangkan tahapan lain proses rsionalisasi, yaitu suatu 4. ditetapkan oleh badan atau dewan yang diberi hak proses yang menurut Weber menandai masyarakat modern menetapkan pemimpin berkarisma, menganugerahi yang berbada dengan bentuk-bentuk masyarakat yang kualitas pemimpin dengan menggunakan upacara ‘tradisional’. Penataan ekonomi secara rasional selalu akan khusus. membawa serta penataan hubungan sosial secara rasional. 5. melalui asumsi logis, bahwa secara biologis atau turun Birokrasi, pada hakekatnya, mengatasimasalah temurun karisma dapat diwariskan. melepaskan diri manusia dari ketergantungan atas cara- 6. melalui pewarisan upacara ritualitas, dengan cara kekuasaan tradisonal. Untuk memahami perlu ditelaah penobatan. tentang konsepsi Weber mengenai hakikat kekuasaan Kedua, kekuasaan yang terletak dalam jabatan atau status dalam bentuk tradisionalnya dan dalam bentuk yang dipegang oleh individu. ‘Orang kuat’ tidak harus birokratisnya. punya mata yang bersiar-sinar atau suara yang kekuasaan didefinisikan sebagai kemungkinan memekakkan telinga, ia hanya memerlukan mandat yang ditaatinya perintah oleh orang lain pada saat orang lain itu diperlukan untuk suatu kedudukan otoritas tertentu. menjadi pihak ‘lawan’, dapat didekati dengan dua cara. Pertama, kekuasaan dipandang terletak dalam individu, segi-segi tertentu telah memberi seseorang suatu

135 136 Menurut Weber1, birokrasi mengandung gagasan- menunjukkan ketaatan itu ditujukan kepada pribadi gagasan yang memiliki saling ketergantungan sebagai perseorangan tatapi pada tatanan yang impersonal. berikut: 6. Dalam suatu birokrasi, orgaisasi jabatan mengikuti 1. suatu norma legal tertentu dapat ditetapkan melalui prinsip hirarki, artinya jabatan rendah berada dibawah kesepakatan atau pemaksaan atas dasar alasan kontrol dan pengawasan jabatan atasnya. kepatutan atau nilai-nilai rasional atau keduanya, 7. Hanya orang yang memiliki pendidikan teknis yng disertai dengan tuntutan ketaatan setidak-tidaknya pad memadailah yang memenuhi syarat untuk menjadi sebagian dari anggota kelompok korporasi. anggota staf administrasi suatu kelompok yang 2. Dalam birokrasi, pelaksanaan hukum dianggap terlatak terorganisasikan secara birokratis, dan oleh karenanya pada penerapan aturan-atiran pada kasus kusus. Proses hanya orang-orang seperti itulah yang dapat dipilih administratif merupakan upaya pemenuhan secara untuk menduduki jabatan. rasional kepentingan-kepentingan yang dispesifikasikan 8. Dalam jenis birokrasi yang rasional. ada suatu prinsip dalam tatanan yang mengatur kelompok korporasi yang harus dijadikan pegangan, yaitu bahwa para dengan batas-batas yang ditetapkan oleh aturan-aturan anggota staf administrasi harus benar-benar terjauhkan hukum yang sah. dari pemiik alat-alat produksi atau administrasi. Pada 3. Dalam birokrasi, orang yang punya otoritas menduduki dasarnya ada pemisahan sepenuhnya,kekayaan milik suatu jabatan. dalam tindakan yang berhubungan organisasi yang dibatasi di lingkungan kantor atau dengan statusnya, termasuk perintah-perintah yang jabatan saja, dan kekayaan pribadi individu yang dikeluarkannya kepada orang lain , dia tunduk kepada digunakan untuk kepentingan pribadi pejabat yang suatu tatanan yang menjadi kiblat bagi semua bersangkutan. Ada pengaturan pemisahan tempat tindakannya. dimana fungsi-fungsi kepejabatan dilaksanakan, 4. Orang yang mentaati otoritas berbuat hanya dalam ‘pejabat’ dalam artian premise, dengan tempat tinggal batas kapasitas dia sebagai seorang anggota kelompok para pejabat yang bersangkutan. korporasi dan apa yang ditaatinya tak lain adalah 9. Tindakan, keputusan dan aturan-aturan administratif hukum. dirumuskan dan dicatat secara tertulis, bahkan dalam 5. Para anggota kelompok korporasi sepanjang mereka kasus-kasus dimana pembicaraan lisan sudah menjadi taat pada seseorang yang sedang berkuasa, tidak aturan atau perintah. Ini berlaku setidak-tidaknya untuk diskusi-diskusi pendahuluan dan usulan-usulan, 1 penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada buku karangan cuzzort and untuk keputusan akhir, dan untuk semua jenis perintah, King, alih bahasa oleh Mulyadi Guntur Wasesa, “ Kekuasaan, Birokrasi, aturan dan tatanan. Perpaduan antara dokumen- Harta dan Agama”. dokumen tertulis dan pengorganisasian fungsi pejabat

137 138 secara terus-menerus itulah yang mewujud menjadi Dalam masyarakat modern birokrasi berperanan jabatan, yang merupakan titik pusat perhatian semua paradoksinal, yaitu: jenis tindakan korporasi modern. 1. Birokrasi menggaris bawahi kenyataan-kenyatan yang Konsep tentang birokrasi menurut Weber2, terlihat dari tak dapat dihindari bahwa dalam pencapaian sejumlah ciri-ciri pokok struktur birokrasi dalam tipe ideal, yaitu: besar sasaran (produk barang, penyediaan jasa, 1. Kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan untuk mencapai perlindungan lingkungan dan sebagainya) tujuan-tujuan organisasi terdistribusikan melalui cara membutuhkan organisasi. yang telah ditentukan dan dianggap sebagai tugas 2. Organisasi forma (birokrasi) ditandai dengan kekakuan resmi, melalui pembagian tugas secara tegas. dan kemandegan struktural (Structural statis), tata cara 2. Pengorganisasian kantor mengikuti prinsip hierarkis; yang berlebihan dan penyimpangan dari sasaran, sifat yaitu bahwa unit yang lebih rendah berada dibawah yang tak pribadi dan pengabaian serta otomatis dan pengawasan dan pembinaan unt yang lebih tinggi. menutup diri terhadap perbedaan pendapat. 3. Pelaksaan tugas diatur oelh sistem peraturan yang Dari hal tersebut seolah-oleh birokrasi bermuka dua, yaitu: abstrak dan konsisten dan mencakup penerapan aturan 1. ancaman terhadap kebebasan, spontanitas dan tersebut dalam kasus tertentu. kemajuan sosial 4. Seorang pejabat yang ideal melaksanakan tugas 2. membawa keuntungan baik yan telah dicapai maupun berdasarkan semangat formal dan tidak bersifat pribadi potensial) bagi individu dan masyarakat. (sine ira et studio), tanpa perasaan dendam atau nafsu oleh karena itu tanpa perasaan kasih sayang atau Sementara itu Birokrasi dalam tiga aras yang berbeda, antusiasme. dapat dijelaskan sebagai berikut3: 5. Pekerjaan dalam suatu organisasi birokrasi didasarkan 1. Pada aras global, yakni negara-negara atau lembaga- pada kualifikasi teknis dan dilindungi dari pemecatan lembaga (biasanya terdapat di negara maju) yang secara sepihak. biasanya berperan sebagai pemberi dana bagi proyek- 6. Pengalaman secara universal cenderung proyek pembangunan di negara dunia ketiga. Bantuan- mengungkapkan tipe organisasi administratif yang bantuan yang diberikan, baik secara terbuka maupun murni berciri birokrasi. Dilihat dari sudut pandang tersembunyi melayani kepentingan tertentu dari si yang semata-mata teknis, mampu mencapai tingkat pemberi. Bantuan itu tidak hanya untuk dunia ketiga efisiensi yang tertinggi.

3 penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada pengantar oleh Arif Budiman 2 penjeasan lebih lanjut terdapat pada buku karangan Peter M Blau dan dari buku karangan Ph. Quarles Van Ufford, “Krisis Tersembunyi dalam Marshall W Meyer, “Birokrasi dalam Masyarakat Modern” Pembangunan: Birokrasi-birokrasi Pembangunan”.

139 140 saja (seperti yang nyaring diteriakkan), tetapi untuk 4. Pelaksanaan program tidak sektoral kepentingan birokrasi yang mengelola bantuan tersebut. 5. Program/proyek pembangunan pelaksanaanya sangat 2. Pada aras nasional, bantuan-bantuan pembangunan terpusat yang datang dari lembaga-lembaga internasional harus 6. Kemampuan teknik individu perseorangan tinggi, melewati birokrasi nasional sebelum mencapai tetapi kompetisi profesional & kecemburuan merajalela pengelola pembangunan di tingkat lokal. Disinipun dan kemampuan manajerial untuk manajemen muncul kepentingan birokrasi dalam mengelola proyek pembangunan mengalami kelambanan atau tertinggal. pembangunan, baik kepentingan ekonomi maupun 7. Koordinasi dan integrasi jasa sulit tercapai terutama politik. dalam tingkat lapang. 3. Pada pengelola-pengelola proyek pembangunan pada 8. Administrator level menengah memberi perhatian aras paling bawah yang langsung berhadapan dengan prestasi pada masa yang pendek daripada membuat konsumen atau target group dari proyek-proyek yang program untuk hasil produksi dalam masyarakat dikelola. Pengelola harus berhati-hati dalam perdesaan. menghadapi birokrat-birokrat lokal yang 9. Tekanan program sangat dekat daripada membangun mengelilinginya. Pengelola seakan terjepit antara kemampuan masyarkat desa untuk melanjutkan usaha kepentingan konsumen yang dilayaninya dengan pembangunan. birokrat lokal. 10. Adanya siondrom bagian prestasi (quota-of- accomplishment-syndrome) Dari penjelasan tersebut nampaklah bahwa birokrasi bukan 11. Tiap pemerintah menjadikan agen organisasi sebagai merupakan instrumen yang netral tapi ‘beraneka warna’, daerah langganan dalam memberi bantuan tetapi yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas seefektif dan berlawanan antar masyarakat desa. seefisien mungkin dalam ‘aneka warna’, setiap warna 12. Alokasi bantuan dan proses pembiayaan dilakukan mewakili kepentingan dari unit-unit birokrasi secara terpusat, dan mempengaruhi dalam sektor program horisontal dan vertikal. dan dasar proyek. Hasil bantuan untuk Oleh karena itu Sistem Politik-Birokrasi memiliki proyek/program pembangunan sangat sulit dicapai. karakteristik-karakteristik yang khas, yaitu: 13. Jangkauan jasa pengiriman untuk masyarakat desa 1. Kredibilitas sistem menyuramkan sebab keanehan terbatas. yang ada dan masa depan, suap dan korupsi dan 14. Sikap personil kondusif untuk kreasi keterbelakangan penyalahgunaan oleh pejabat. terbiasa dan/atau berlawanan untuk membangun 2. Red Tape (birokrasi) yang merajalela kemampuan manusia. 3. Menteri berfungsi mengatur

141 142 Stratifikasi Sosial 3. Pitirin Sorokin (1959), membagi pelapisan masyarakat Perkembangan masyarakat yang semakin maju berdasarkan Kekayaan, Kekuasaan, kehormatan, Ilmu ternyata berimbas munculnya kelompok-kelompok sosial Pengetahuan. dalam susunan yang hierarkhis atau berjenjang. Kondisi ini dimulai dengan sistem dalam masyarakat yang mulai Pembagian kelompok masyarakat berdasarkan mengadakan pembagian kerja. Direrensiasi adalah kriteria tersebut mugkin tidak cocok dengan kondisi desa pembagian dan pembedaan atas berbagai peranan dan yang memiliki karakteristik khas. Smith & Zopf (1970), fungsi-fungsi berdasarkan pembedaan perorangan karena mengemukakan adanya dua tipe desa, yaitu: faktor “dasar” (biologis) dan faktor “ajar” dalam 1. Desa tipe satu kelas (one-class system), yaitu tipe desa masyarakat. Status seseorang menggambarkan kedudukan yang pemilikan lahan warganya rata-rata sama, seseorang dalam kelompok sosial dihubungkan dengan kalaupun ada perbedaan tidak bersifat senjang. Desa orang lain dalam kelompok Sosial itu, sedangkan peranan tipe ini terdapat dua macam desa yang memiliki didefinisikan sebagai aspek dinamis dari status. Orang karakteristik berbeda, yaitu: yang memiliki status berbeda akan memiliki peranan yang a. Desa tipe satu kelas yang pemilikan lahan warganya berbeda pula dalam masyarakat. rata-rata luas dengan petaninya merupakan petani- Adanya diferensiasi dalam masyarakat menyebabkan petani kelas menengah, pemilik sekaligus munculnya pelapisan-pelapisan dalam masyarakat atau penggarap dengan pertanian ukuran keluarga sering disebut sebagai stratifikasi. Stratifikasi adalah suatu (family-sized farm). Tipe desa seperti inibanyak tipe diferensiasi yang menunjukkan sistem hierarki terdapat di Eropa barat laut, Amerika Serikat dan sistematis dalam penilaian atas beragam tingkatan pada Kanada. sejumlah posisi. Beberapa ahli sosiologi barat membuat b. Desa tipe satu kelas yang pemilikan lahan warganya kriteria Perbedaan stratifikasi / pelapisan masyararakat, rata-rata sempit, namun merupakan petani bebas. antara lain: Secara umum petani-petani kelompok ini 1. Karl Marx, membagi pelapisan dalam masyarakat merupakan petani kelas bawah, seprti petani yang berdasarkan atas penguasaan faktor-faktor produksi ada di Haiti. (ekonomi), masyarakat dibagi menjadi kelompok Borjuis Pada tipe desa ini akan menciptakan (pemilik faktor produksi) dan Proletar (buruh). stratifikasi sosial yang tidak tajam, tidak 2. Max Weber, membagi pelapisan dalam masyarakat menciptakan struktur sosial yang setegas kasta, berdasarkan ukuran previlese ekonomi, prestise atau mobilitas vertikal merupakan gejala yang biasa , kehormatan kekuasaan. dengan hubungan antar anggota masyarakat

143 144 bersifat egaliter, standar hidup yang tinggi dan Pada masyarakat desa di Jawa, dimana tanah masih masyarakat responsif terhadap kemajuan. merupakan sesuatu yang dapat menunjukkan 2. Desa tipe dua kelas (two-class system), yaitu tipe desa pengelompokkan masyarakat dapat dibagi ke dalam dimana sebagain kecil terdapat warganya yang beberapa kelompok. Menurut Jaspan (dalam Rahardjo, memiliki lahan luas dan selebihnya dalam jumlah besar 1999) terdapat 4 pelapisan dalam masyarakat desa di sekitar merupakan warga yang tidak memiliki lahan. Dalam Yogyakarta, yaitu: bentuk sederhana dalam tipe desa ini terdapat ”tuan 1. kuli kenceng, yaitu mereka yang memiliki tanah tanah-tuan tanah”. Tipe ini banyak terdapat di Timur pekarangan dan sawah. Jauh, Spanyol, dan Amerika Serikat. 2. kuli gundul, yaitu mereka yang hanya memiliki sawah. Pada tipe desa ini akan menciptakan stratifikasi 3. kuli karangkopek, yaitu mereka yang memiliki sosial yang tajam, menciptakan struktur sosial yang pekarangan saja. sekaku sistem kasta, tidak memberi peluang mobilitas 4. indung tlosor, yaitu mereka yang memiliki rumah saja vertikal, terciptanya orang-orang dengan ”kepribadian diatas tanah orang lain. mudah diperintah” , standar hidup yang rendah dan masyarakat tidak responsif terhadap kemajuan. Pembagian lain dilakukan oleh Ter Haar (1960), yang Desa-desa di Indonesia sebagai masyarakat yang membagi mesyarakat desa menjadi 3 golongan, yaitu: masih bersifat sedentar (sangat terikat dengan tanah) dapat 1. Golongan pribumi pemilik tanah (sikep, kuli, baku atau mengikuti konsep yang dilakukan oleh Smith & Zopf, gogol). namun perlu memperhitungkan beberapa faktor, antara 2. Golongan yang hanya memiliki rumah dan pekarangan lain : saja atau tanah pertanian saja (indung atau lindung). 1. banyak desa yang pemilikan tanahnya bersifat kolektif, 3. Golongan yang hanya memiliki rumah saja diatas tanah menjadi milik desa atau adat (terutama di luar Jawa). orang lain dan mencari nafkah sendiri (numpang). Pada desa seperti ini kepemilikan lahan bukanlah merupakan faktor determinan dalam stratifikasi Koentjaraningrat (1964), membagi masyarakat menjadi 3 masyarakat. kelompok, yaitu: 2. Masih banyak desa-desa yang penduduknya sangat 1. Keturunan cikal bakal desa dan pemilik tanah (kentol) jarang (Sulawesi, Papua, Sumatera, Kalimantan dan 2. Pemilik tanah diluar golongan kentol (kuli). lainnya). Pada desa ini tanah tidak memiliki nilai yang 3. Tidak memiliki tanah. cukup tinggi untuk menciptakan piramida sosial pada masyarakatnya. Namun pada saat ini pembagian golongan tersebut muali berubah. Hasil penelitian yang dilakukan penulis di

145 146 Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2000, masyarakat Terkait dengan fungsi stratifikasi sosial diatas yang setempat mengelompokkan anggota masyarakat menggambarkan adanya status dan peranan seseorang berdasarkan kepemilikan lahan berdasarkan kepemilikan dalam masyarakat pasti menimbulkan adanya interaksi dan lahan kering atau tegalan menjadi; komunikasi dalam hubungan antar anggota masyarakat 1. kuli kenceng, mereka yang memiliki lahan kering lebih maka stratifikasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : dari 1 hektar. 1. Stratifikasi terbuka, dimana ada kemungkinan anggota 2. kuli kendho, mereka yang memiliki lahan kering kurang berpindah ke kelompok lain atau ke strata ldiatas atau dari 1 hektar. dibawahnya. 3. kuli, mereka yang tidak memiliki lahan kering untuk 2. Stratifikasi tertutup, tidak ada kemungkinan anggota digarap. berpindah ke kelompok lain.

Dengan menggunakan istilah struktur sosial, Soekanto Macam-macam stratifikasi diatas memberikan bentuk (1983), memberikan pengertian sebagai hubungan timbal stratifikasi yang berbeda-beda. Bentuk stratifikasi sosial balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan- dapat dibedakan menjadi: peranan. Interaksi dalam sistem sosial dikonsepkan secara lebih terperinci dengan menjabarkan tentang manusia yang 1. Stratifikasi sosial secara umum menempati posisi-posisi dan melaksanakan peranannya. Pengertian hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan lebih dikenal dengan pendekatan struktural-fungsional. Upper-class / kelas atas Stratifikasi sosial yang membagi manusia kedalam golongan-golongan tertentu memiliki beberapa fungsi. Middle-class / kelas menengah Menurut Kinsley Davis & Wilbert fungsi stratifikasi sosial, adalah: Lower-class / kelas bawah 1. Menjelaskan kedudukan seseorang 2. Menunjukkan pada siapa dan antara siapa interaksi sosial harus berlangsung 3. Menegaskan prestasi dan imbalan prestasi bagi tiap strata.

147 148 2. Stratifikasi demografis (tingkat usia) Macam-macam stratifikasi sosial diatas akan memberikan ciri-ciri interaksi dan komunikasi yang berbeda pada tiap macam. Untuk melihat sistem pelapisan sosial di desa perlu dilakukan analisis Pelapisan Sosial. Van Dorn & Lammers (1959) , menyebutkan ciri-ciri interaksi & komunikasi dapat ditunjukkan dimensi struktural, yaitu: 1. Jarak soisial, kemungkinan relasi & seberapa jauh dapat Wanita Pria “bertemu” 2. integrasi sosial, besar kecilnya keselarasan dalam proses 3. Stratifikasi dalam pergeseran sosial sosial 3. tingkatan sosial: a. arah sepihak dalam interaksi sosial b. pendapat dalam membedakan siapa lebih tinggi/rendah kedudukannya c. perasaan terhadap yang lain sispa yang kurang/lebih d. kemauan untuk berinisiatif atau mengikuti inisiatif orang lain

4. Stratifikasi perkembangan masyarakat Sistem pelapisan sosial dalam masyarakat akan membentuk beberapa tipe Pelapisan. Beberapa tipe pelapisan yang ada di Indonesia adalah tipe kasta, oligarkhis dan demokratis. strata A Tipe pelapisan apabila dikaitkan dengan ciri penentu status individu, mobilitas vertikal dan penguasa tunggal dapat Strata B digambarkan sebagai berikut:

a) perkembangan ideal b) perkembangan riil

149 150 Kesulitan ini ditemukan oleh Beteille (1979) ketika Tipe-tipe Pelapisan mencoba merumuskan definisi formal tentang kelas dengan Ciri Kasta Oligarkhis demokratis cara membandingkan antara berbagai model penafsiran Penentu Status Ascribed Ascribed Achieved struktur kelas yang ada dengan kenyataan sosial yang individu status status status ditemukan dalam masyarakat agraris di India. Beteille Mobilitas vertikal Tidak terjadi Terbatas Mudah tidak menemukan satupun definisi formal tentang kelas terjadi yang sepenuhnya memuaskan dilihat dari kemampuan Penguasa tunggal ada Ada Tidak ada untuk menjelaskan gejala sosial tidak hanya secara logis dan konsisten tetapi juga sekaligus menunjukkan secara Dalam berbagai tipe pelapisan sosial dimungkinkan tajam arti sosiologis kategori-kategori kelas yang dihasilkan atau tidak dimungkinkan seseorang melakukan mobilitas oleh definisi-definisi tersebut. sosial. Mobilitas Sosial menunjukan pada gejala naik Lebih lanjut Beteille menjelaskan bahwa pembagian turunnya seseorang, keluarga atau suatu lapisan dalam kelas dalam masyarakat pada lazimnya mengikuti dua hierarkhi lapisan, status dan kekuasaan (struktur sosial), macam pendekatan formal, yaitu pendekatan dikotomi dan baik secara vertikal (berpindah ke yang lebih tinggi atau pendekatan gradasi. Pendekatan dikotomi mengandalkan lebih rendah) atau horisontal (berpindah ke lapisan yang adanya hubungan ketergantungan antara dua kategori sama). Pendorong atau penahan terjadinya mobilitas kelas dalam kaitannya dengan pemilikan, pengendalian, menurut Sajogjo (1994) dapat disebabkan oleh sukses atau dan pengunaan tanah, seperti hubungan antara pemilik kejatuhan ekonomi, menang atau kalah dalam konflik, tanah dengan buruh tani. Pendekatan dikotomi memiliki pendidikan, perkawinan, memperoleh tanah garapan dan keunggulan dalam hal menunjukkan arti sosiologis dari lain-lain. hubungan-hubungan antara berbagai kategori kelas yang Dalam masyarakat agraris beberapa ahli memiliki ditampilkan, namun memiliki kelemahan dalam hal pendapat yang agak berbeda dalam struktur sosial. Shanin menjelaskan konsistensi hubungan antara berbagai kategori (1975) berpendapat bahwa struktur sosial desa merupakan tersebut. Sebagai contoh hubungan ketergantungan antara keadaan khusus bagi daerah tertentu dan dalam kurun dua kategori kelas dalam kaitannya dengan pemilikan dan waktu tertentu. Lebih lanjut Shanin menjelaskan bahwa penggunaan tanah, seperti hubungan antara pemilik tanah tidak ada konsep lapisan sosial yang dapat digunakan dengan buruh tani. Model pembagian ini tidak mampu untuk menjelaskan secara tepat kenyataan sosial kelompok menjelaskan bagaimana sifat hubungan antara kategori petani tertentu, sehingga upaya untuk mengungkapkan tersebut bila dihadapkan pada gejala banyaknya pemilik struktur kelas masyarakat merupakan masalah yang sulit. tanah sempit yang relatif terbebas dari ketergantungan

151 152 pada pemilik tanah luas dan tidak mempekerjakan atau sendiri oleh peneliti, selain itu pemilikan tanah dengan luas mengupah buruh tani. yang sama akan memiliki arti yang berbeda-beda antara Arti pemilik tanah dalam batas tertentu akan satu masyarakat dengan masyarakat lain. menjadi kabur bila jumlah penyewa tanah tersebar secara Menghadapi kelemahan model pendekatan formal meluas. Dalam keadaan seperti ini, penyewa tanah tersebut, Beteille (1979) mengajukan pendekatan alternatif biasanya ditempatkan sebagai kelas menengah yang yakni dengan mensintesiskan pendekatan yang bertolak menjembatani antara pemilik tanah dan buruh tani. Konsep dari konsep formal dengan kategori-kategori yang berlaku sesperti ini ternyata tidak dapat diterapkan secara konsisten dengan kenyataan sosial dalam masyarakat yang dalam keanyataan sosial yang terjadi. Beteille (1979) bersangkutan. Pendekatan ini bertolak dari kategori- mencontohkan kenyataan sosial yang berbeda di Uttar kategori sebagaimana yang dipersepsikan oleh masyarakat Pradesh dan Benggala Utara, dimana kaum sirdars (petani bersangkutan. Hubungan antara kategori-kategori penyewa di Uttar Pradesh) menikmati hak-hak yang hanya dipahami dengan mensintesiskan antara penafsiran yang sedikit lebih rendah daripada hak-hak yang dinikmati diberikan oleh masyarakat bersangkutan dengan konsep- kaum pemilik tanah. Sementara kaum adhiyar (petani konsep formal pada masyarakat. penyewa di Benggala Utara) menikmati hak-hak yang Dalam konsep formal masyarakat Jawa, menurut hanya sedikit lebih tinggi daripada hak-hak yang dinikmati Surjomihardjo (2000) stratifikasi sosial atau pelapisan kaum buruh tani. masyarakat di Yogyakarta sangat bertalian dengan Sementara pendekatan gradasi memiliki keungulan kedudukan kraton dalam struktur sosial di Jawa. Jika dalam hal menjelaskan konsistensi hubungan antara digambarkan dalam bentuk kerucut, yang di atas sekali dari berbagai kategori-kategori, namun kategori-kategori yang sistem pelapisan masyarakat ialah sultan, di bawahnya dihasilkan adalah kategori statistik dan ditentukan sendiri adalah kerabat kraton (sentana dalem), kemudian abdi dalem oleh peneliti sehingga hanya mampu menunjukkan arti (priyayi) yang bekerja pada adminitrasi kesultanan maupun sosiologi secara samar-samar. Sebagai contoh dalam gradasi pemerintahan dan lapisan terbawah adalah wong cilik sederhana, bila yang digunakan kriteria adalah luas (rakyat jelata), yaitu pekerja yang tidak terdidik atau sedikit pemilikan tanah, maka akan diperoleh kategori-kategori mendapat latihan kerja di perusahaan kecil (pembersih kelas yang memudahkan untuk mengungkapkan jalan, pengrajin, tukang delman, tukang bangunan, pegawai konsistensi antara kategori-kategori dengan bantuan rendah, polisi dan sebagainya) atau penduduk yang statistik. Sedangkan arti sosiologis dari kategori-kategori terletak jauh dari pusat kraton. tersebut terlihat samar-samar. Kelompok pemilik tanah 0,5 Sementara Koentjaraningkat (1964: 363) – 1,0 hektar, misalnya, tidaklah menggambarkan suatu menyebutkan bahwa di perdesaan Jawa pelapisan sosial kelompok sosial melainkan kelompok yang ditentukan dalam masyarakat didasarkan atas pemilikan tanah,

153 154 sehingga dibedakan wong sugih dan wong cilik. Namun perlu dikemukaan pendapat Horton dan Hunt (1990) Bab V bahwa selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu yang dihargai tersebut akan Aspek Ekonomi Desa menjadi benih yang menumbuhkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat, sesuatu yang dihargai dalam masyarakat mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis (kekayaan) seperti tanah, kendaraan, dan mungkin juga keturunan dan keluarga yang terhormat. Masyarakat desa yang masih kental memiliki Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka budaya sosial, ternyata juga memiliki budaya ekonomi untuk menggambarkan sruktur sosial pada masyarakat yang khas pula. Kondisi masyarakat dengan karakteristik perdesaan didasari atas ukuran previlese ekonomi, ukuran sosialnya menjadikan masyarakat di perdesaan memiliki prestise atau kehormatan dan ukuran kekuasaan yang sumber pendapatan terutama dari hasil pertaniannya. berlaku dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa penelitian Hanya saja sebagian besar masyarakat desa masih ini mensintesiskan pendekatan yang bertolak dari konsep cenderung mementingkan usaha yang bersifat subsistensi. formal dengan kategori-kategori yang berlaku dalam Semboyan safety first (utamakan selamat) ternyata masih kenyataan sosial masyarakat yang bersangkutan. menjadi pegangan masyarakat di Perdesaan. Hubungan antara kategori-kategori dipahami dengan mensintesiskan antara penafsiran yang diberikan oleh Resiprositas masyarakat bersangkutan dengan konsep-konsep formal Sebagian besar penduduk yang tinggal di perdesaan pada masyarakat Jawa. adalah petani (terjemahan dari peasant), yaitu orang yang tidak melakukan usaha di bidang pertanian dalam arti ekonomi. Ciri-ciri ekonomi dan sosial petani di perdesaan mendekati ciri ekonomi orang primitif, yaitu: 1. hasil untuk sendiri atau kerabat 2. tidak ada ketergantungan atau pertuanan 3. kecenderunan membatasi produksi, karena tidak ada rangsangan adanya pertukaran Ciri pertukaran merupakan kondisi sebelum masyarakat mencapai tradisional dan perdesaan dengan sistem perekonomian subsisten. Dalam antropologi

155 156 ekonomi, berbagai pertukaran yang terdapat dalam tradisional, sedangkan redistribusi menjadi ciri sistem masyarakat tradisional dan perdesaan yang tidak ekonomi masyarakat feodal. menggunakan mekanisme uang sering disebut resiprositas Resiprositas dapat diartikan sebagai pertukaran atau redistribusi. Namun menurut Polanyi (1968), timbal balik antar individu atau antar kelompok. Namun resiprositas berbeda dengan redistribusi. Meskipun Polanyi menambahkan bahwa resiprositas haruslah ada demikian Dalton (1961), melihat pertukaran sebagai gejala hubungan yang simetri antar pelaku dan adanya hubungan kebudayaan yang keberadaannya berdimensi luas, tidak personel diantara mereka. Hubungan simetri adalah sekedar berdimensi ekonomi, tetapi juga agama, teknologi, hubungan sosial dengan masing-masing pihak ekologi, politik dan organisasi sosial. menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang Sistem pertukaran mempunyai peranan yang penting sama ketika proses pertukaran berlangsung. Sebagai contoh dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang seorang warga desa yang mengundang penduduk lain dan jasa, kesejahteraan hidup masyarakat yang dipengaruhi untuk melakukan kenduri. Pada waktu lain kepala desa oleh sistem produksi yang dipakai dan sistem perkawinan juga mengundang warga lain untuk kenduri. Dalam yang berlaku. Namun beberapa ahli (polanyi, Dalton, Cook konteks tersebut antara warga dan kepala desa yang sama- dan Swartz & Jordan) membedakan pertukaran sama mengundang kenduri sejajar sebagai kelompok berdasarkan pada harapan-harapan atau motif yang ingin keagamaan, meskipun sebagai warga mereka berbeda dicapai oleh partisipan dalam melakukan transaksi menjadi dalam derajat kekayaan dan prestise sosial yang berbeda. 3 pola, yaitu: Keberadaan resiprositas didukung oleh struktur 1. Resiprositas, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang egaliter, yaitu suatu masyarakat yang sosial dan ekonomi, tetapi kebutuhan ekonomi yang ditandai rendahnya tingkat stratifikasi sosial dan kekuatan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan politik relatif terdistribusi merata di kalangan warganya komersial. (Halperin & Dow, 1978). Struktur egaliter memudahkan 2. Redistribusi, kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat menempatkan diri dalam kategori sosial sosial dan ekonomi, tetapi kebutuhan ekonomi yang yang sama ketika mengadakan resiprositas. tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan Menurut Sahlins (1974) ada tiga macam resiprositas komersial. berdasarkan pola-pola organisasi sosial, ukuran kekayaan 3. Pertukaran pasar, yaitu usaha mendapatkan dan tipe barang yang dipertukarkan, yaitu: keuntungan komersial, suatu keuntungan yang 1. Resiprositas umum, yaitu resiprositas yang terjadi pada diperoleh melalui tawar menawar. individu atau kelompok yang memberikan barang atau Lebih kanjut dikatakan bahwa resiprositas menjadi jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa ciri sistem ekonomi masyarakat sederhana dan petani menentukan batas waktu pengembalian. Dalam

157 158 resiprositas ini masing-masing pihak bahwa mereka oleh harta warisan yang merupakan sumber mata akan saling memberi dan percaya bahwa barang atau pencaharian mereka. jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan. c. Dalam golongan masyarakat miskin, golongan Pemberian tidak disertai dengan pamrih, tetapi masyarakat yang memperoleh nafkah tidak tetap, kedua belah pihak telah dibekali suatu moral bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut., misalnya kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Kebaikan tidak melalui gotong-royong, sambatan (desa Jawa). harus langsung kepada orang yang memberi kebaikan. Kebaikan antar tetangga dewasa, suatu saat mungkin 2. Resiprositas sebanding, yaitu pertukaran yang akan berbalas kebaikan pada anak-anak mereka. dilakukan oleh individu dua atau lebih dan kelompok Dalam resiprotas ini tidak ada sanksi hukum yang dua atau lebih yang menghendaki barang atau jasa yang dengan ketat mengontrol seseorang untuk memberi dipertukarkan memiliki nilai sebanding dan disertai atau mengembalikan. Hanya moral saja yang dengan kapan pertukaran itu berlangsung, kapan mengontrol dan mendorong pribadi-pribadi untuk memberikan, kapan menerima dan mengembalikan. menerima resiprositas umum sebagai kebenaran yang Resiprositas sebanding memiliki fungsi untuk tidak boleh dilanggar. Pelanggaran mungkin akan membina solidaritas sosial dan menjamin kebutuhan dinilai sebagai perbuatan dosa, durhaka, tidak jujur, ekonomi sekaligus mengurangi risiko kehilangan tidak bermoral dan sebagainya. Pelanggaran mungkin barang atau jasa yang dipertukarkan. Namun fungsi akan menerima tekanan moral dari kelompoknya sosial tersebut dapat rusak apabila salah satu pihak seperti; umpatan, peringatan lisan atau gunjingan yang tidak konsekuen dalam mengembalikan. dapat menurunkan martabat dalam pergaulan dengan Dalam pertukaran ini masing-masing pihak kelompoknya. membutuhkan barang atau jasa dari partnertnya, Sistem resiprositas umum biasanya berlaku pada namun masing-masing tidak menghendaki untuk masyarakat yang memiliki proses-proses sosial-kultural memberi dengan nilai lebih dibandingkan dengan apa erat diantara angotanya. yang diterimanya. Kondisi ini menunjukkan bahwa Resiprositas umum terdapat pada : individu atau kelompok yang melakukan transaksi a. Dalam masyarakat sederhana, resiprositas umum bukan sebagai satu unit sosial dalam satuan sosial cenderung memusat di kalangan orang yang melainkan sebagai unit-unit sosial yang otonom. Inilah mempunyai hubungan kerabat dekat. yang membedakan dengan resiprositas umum, dimana b. Dalam masyarakat desa agraris resiprositas individu atau kelompok merupakan satu unit sosial dijumpai di kalangan kerabat dekat, karena terikat yang utuh.

159 160 Ciri lain resiprositas ini ditunjukkan adanya sehingga untuk melakukan suatu hajat, pernikahan, norma atau aturan atau sanksi sosial untuk mengontrol sunatan ataupun yang lainnya, dibutuhkan suatu usaha individu dalam melakukan transaksi (bila melanggar yang memerlukan waktu lama. akan mendapat tekanan moral atau hukuman dari Berdasarkan kondisi seperti diatas maka dapat masyarakat), dan keputusan untuk melakukan dimengerti kalau bentuk sumbangan yang diberikan resiprositas berada ditangan masing-masing individu. berupa bahan-bahan pangan dan air. Bahan-bahan Sistem resiprositas sebanding biasanya berlaku pangan yang dijadikan sumbangan-pun berbeda-beda pada masyarakat yang memiliki proses-proses sosial- tergantung jenis hajat. Sumbangan untuk pernikahan kultural terutama solidaritas personal yang erat berbeda dengan untuk sunatan, meskipun diantara angotanya. Resiprositas sebanding terdapat perbedaannya tidak begitu besar. Bahan pangan ‘wajib’ pada : yang dijadikan sumbangan adalah beras, beras ketan a. Dalam masyarakat tribal, resiprositas sebanding dan jadah , gula pasir, gula merah, kelapa, mie, pisang, cenderung terjadi pada tingkat komunitas, daun pisang atau daun jati, bumbu dapur dan tempe sementara pada tingkat individu kurang atau tahu atau bahan mentah lainnya yang diperlukan memegang peran. bagi kegiatan tersebut. Jumlah sumbangan yang b. Dalam masyarakat petani, desa agraris diberikan menunjukkan kedekatan berdasarkan resiprositas dijumpai untuk memenuhi kekerabatan dari pemilik hajat dan status sosialnya. kebutuhan faktor-faktor produksi. Sumbangan yang diberikan dicatat oleh orang yang ditunjuk tuan rumah. Hal ini dilakukan untuk Penelitian White tahun 1976 menunjukkan bahwa pada hari itu juga akan dikembalikan dalam bentuk proporsi penghasilan penduduk desa di Jawa yang ulih-ulih4 dengan jumlah yang lebih sedikit tetapi dipakai untuk seremonial sosial relatif cukup tinggi lengkap kepada penyumbang. Sementara di (Kartodirdjo, 1987). Hal ini juga ditemukan penulis kesempatan lain apabila penyumbang memiliki hajat dalam penelitiannya di Gunung Kidul mengenai sumbangan atau tradisi nyumbang. Tradisi nyumbang 4 bagi masyarakat di Gunung Kidul merupakan salah Ulih ulih adalah balasan secara langsung dari pemilik hajat pada hari satu cermin kuatnya ikatan solidaritas warga. yang sama diberikan kepada penyumbang. Kewajiban memberi ulih-ulih disebabkan karena ibu rumah tangga yang biasanya masak untuk Sumbangan dari orang lain sangat dibutuhkan, keluarganya seharian penuh ada ditempat orang yang punya hajat untuk mengingat kondisi geografis Gunung Kidul yang rewang atau membantu, sehingga tidak sempat memikirkan makan berbukit-bukit dan kering, sehingga merupakan daerah keluarganya. Oleh karena itu agar keluarga orang yang rewang tidak minus, baik minus air maupun minus sumber pangan, terlantar maka keluarga orang yang rewang dikirim makanan dalam bentuk yang sudah matang (sudah dimasak).

161 162 maka orang yang memiliki hajat akan menyumbang Rp 10.000,-. Meskipun demikian sumbangan dalam dengan barang dan jumlah yang sama. Orang yang bentuk uang ini juga dicatat oleh orang yang diberi ditunjuk oleh bekel ini merupakan orang kepercayaan kuasa oleh pemilik hajat. bekel untuk mengontrol terjadinya arus sumbangan dan menjadi acuan bagi tuan rumahuntuk bertindak Redistribusi apabila dikemudian hari terjadi gunjingan-gunjingan Redistribusi agak berbeda dengan pertukaran, oleh masyarakat sehubungan dengan sumbangan. terutama dalam hal hubungan dalam masyarakat. Pada redistribusi terdapat hubungan asimetris yaitu hubungan 3. resiprositas negatif (pertukaran pasar atau jual beli), yang ditandai adanya individu-individu tertentu yang yaitu pertukaran yang dilakukan oleh individu atau tampil sebagai pengorganisir pengumpulan barang atau kelompok masyarakat secara ekonomi pasar yang jasa dari anggota-anggota kelompoknya. Setelah bersifat komersial. Sistem ini muncul setelah sistem terkumpul barang dan jasa tersebut didistribusikan kembali ekonomi terintervensi oleh sistem ekonomi barat. ke dalam kelompok tersebut dalam bentuk barang atau jasa Proses intervensi perekonomian barat yang sama atau berbeda. menyebabkan hilangnya bentuk-bentuk pertukaran Redistribusi merupakan salah satu bentuk kerjasama tradisional yang diganti dengan pertukaran modern individu-individu anggota suatu masyarakat atau suatu dan munculnya dualisme pertukaran. Penelitian penulis kelompok dalam memanfaatkan sumberdaya yang mereka di Gunung Kidul mengenai tradisi nyumbang dengan miliki dan kuasai. Kerjasama tersebut berkaitan dengan desa yang sudah mengalami perubahan akibat migrasi masalah-masalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat tahun 1999 yang dilakukan memberikan gambaran atau kelompok dan sekaligus upaya individu tertentu resiprositas tersebut. untuk berperan dalam kelompok. Tradisi nyumbang bagi masyarakat di Gunung Dengan demikian redistribusi memiliki beberapa Kidul karena kondisi geografisnya biasanya bentuk dimensi, yaitu dimensi sosial, ekonomi dan politik yang sumbangan yang diberikan berupa bahan-bahan khas. Dalam dimensi sosial, hubungan yang terjadi adalah pangan dan air. Namun di Desa Mulusan dan Sodo, hubunagn antar individu sebagai anggota kelompok. dimana di kedua desa tersebut sumbangan yang Mereka berperilaku bukan mewakili dirinya sebagai diberikan tidak dalam bentuk barang tetapi sudah pribadi, tetapi mewakili sebagai anggota kelompok. Dalam berganti dalam bentuk uang. Besarnya sumbangan dimensi ekonomi, redistribusi merupakan pertukaran yang bervariasi, tergantung bentuk hajatan dan kedekatan tidak dilandasi motif komersial tetapi sosial sebagai citra secara kerabat dari pemilik hajat dan status sosialnya. dari integritas masyarakat yang terintegrasi secara sentralis. Besarnya sumbangan berkisar antara Rp 2.500,- sampai Dalam dimensi politik, individu-individu yang melakukan

163 164 aktivitas redistribusi menurut aturan-aturan atau norma 2. sebagai suatu bentuk perekonomian, yang merupakan yang mengarah pada tindakan untuk kepentingan kolektif suatu system produksi yang hasilnya untuk kebutuhan dengan cara memusatkan wewenang pada pihak tertentu. sendiri, tidak dipasarkan, sedangkan kalau ada Demikian juga halnya dengan fungsi redistribusi yang produksi yang dipasarkan tidak dimaksudkan untuk kompleks, meliputi fungsi sosial, ekonomi dan politik. mencapai keuntungan komersiil. Secara sosial redistribusi adalah megenai kesenjangan dan kecemburuan sosial serta meningkatkan kesejahteraan. Ciri-ciri subsistensi masyarakat di perdesaan terlihat dari Fungsi ini memperlihatkan bahwa redistribusi berpihak sumber-sumber pendapatan masyarakat desa, yaitu: pada yang miskin dan masyarakat secara lebih luas. Fungsi 1. Dominan berasal dari hasil pertanian primer politik redistribusi adalah sebagai mekanisme uang untuk 2. Sangat sedikit yang berasal dari bidang luar pertanian, memobilisasi kekauatan guna kepentingan-kepentingan kalaupun ada dalam skala rumahtangga. politik dan mengintegrasikan berbagai kelompok dalam masyarakat sebagai satu kesatuan Fungsi ekonomi redistribusi meliputi kerjasama ekonomi yang bersifat simbiosis saling menguntungkan, kerjasama ekonomi yang bersifat eksploitatif, menyelamatkan atau melindungi hasil produksi dari kerusakan yang sia-sia, melindungi anggota masyarakat yang ekonominya lemah, menjamin konsumsi warga masyarakat yang tidak dapat menghasilkan barang, menjamin meningkatkan efektifitas usaha produksi, sebagai a) petani dengan lahan b) usaha industri emping sarana untuk menabung dan sebagai mobilitas pertukaran. garapannya mlinjo skala rumahtangga

Subsistensi Setelah suatu desa melalui pertukaran dan redistribusi Dana-dana yang harus dikeluarkan petani maka akan mencapai kondisi tradisionil dengan sistem Masyarakat desa yang masih kental memiliki budaya perekonomian subsisten. Pengertian subsisten menurut sosial dengan karakteristik sosialnya menjadikan Wharton (dalam Sairin dkk, 2002), ada dua, yaitu: masyarakat di perdesaan berhubungan dan hidup 1. sebagai tingkat hidup, yang menggambarkan suatu berdampingan dengan kegiatan-kegiatan sosial. Oleh kondisi ekonomi yang berfungsi sekedar untuk karena itu tidaklah mengherankan apabila kegiatan- bertahan hidup. kegiatan sosial yang lebih banyak daripada kegiatan

165 166 ekonomi membawa konsekuensi banyakya presentase 3. Masyarakat perusahaan pertanian, petani hanya sebagai pendapatan yang digunakan untuk sosial. Dengan kata lain buruh. biaya sosial (sosial cost) akan lebih banyak daripada biaya Oleh karena itu petani mengalami dilema dalam yang digunakan untuk kegiatan lainnya. berusahatani, yaitu apakah memperbesar produksi atau Beberapa dana yang harus dikeluarkan petani di mengurangi konsumsi? Strategi memperbesar produksi perdesaan antara lain: dilakukan pada saat: 1. Replacement fund, dana penggantian yaitu jumlah yang 1. saat beban tradisionil atas dana sewa tanah berkurang diperlukan untuk mengganti peralatan minimumnya. 2. saat dapat mengelakkan dari tuntutan-tuntutan yang Selain dana untuk keperluan minimum kalori dan dikenakan untuk seremonial surplusnya (untuk benih tahun berikutnya) Strategi tersebut dilakukan petani dengan tujuan utama 2. Ceremonial fund, dana seremonial, yaitu dana yang adalah untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak digunakan untuk berpartisipasi dalam hubungan sosial menguntungkan, baik secara sosial maupun secara kemasyarakatan. ekonomi. 3. Dana sewa tanah, yaitu dana yang dikeluarkan untuk beban atas kerjanya yang tinggi di ladang. Produksi Secara ekonomi dilema tersebut mungkin dana sewa tanah inilah yang membedakan petani merupakan suatu akibat dari sistem ekonomi yang perdesaan (peasant) dan pencocok tanam (cultivator) terdapat dalam masyarakat tersebut. Sistem ekonomi yang primitif. masyarakat di perdesaan yang tidak dapat dilepaskan dari kedudukannya sebagai petani yang melakukan kerjasama Dana-dana yang harus dikeluarkan petani diatas dengan alam. Dalam kontesk ini kemudian dikenal istilan erat kaitannya dengan kedudukan atau tempat kaum tani ekotipe. Ekotipe adalah sistem pengalihan energi dari dalam masyarakat. Eric Wolf menempatkan kedudukan lingkungan kepada manusia. Ekotipe memiliki beberapa kaum tani yang berbeda dalam masyarakat yang berbeda, macam, yaitu: yaitu: 1. paleoteknik, ditandai penggunaan tenaga kerja 1. Masyarakat primitif, petani sebagai produsen utama manusia dan hewan : kekayaan sosial, dan masyarakat hanya menduduki a. Long term following system / Swidden, yaitu sistem posisi sekunder. dimana tanah yang sudah tandus dibiarkan 2. Masyarakat revolusi industri, petani menduduki posisi menganggur untuk jangka waktu tertentu, yang sekunder, posisi primer digantikan oleh pekerja-pekerja dikaitkan dengan pembakaran hutan untuk industri. membuka tanah dan bercocok tanam dengan menggunakan bajak.

167 168 b. Sectorial following system, yaitu sistem tanam c. didatangkannya tanaman baru dan sebagian, dimana tanah yang akan ditanami kecenderungan spesialisasi regional untuk dibagi dua atau lebih, ditanami selama dua-tiga tanaman tertentu dan tahun lalu dibiarkan kosong selama 3-4 tahun. d. digunakan mesin baru. c. Shorterm following system, yaitu sistem tanam bergilir dengan siklus singkat, dimaan lahan Bentuk utama ekotip neoteknik adalah : ditanami selama 1-2 tahun lalu dibiarkan kosong a. Specialized Horticulture, hortikultura yang selama 1 tahun dispesialisasikan, yang bercirikan produksi kebun d. Permanent cultivation, yaitu sistem tanam atau hasil kebun anggur diatas lahan yang permanen, yang berkaitan dengan teknik-teknik depelihara secara permanen. yang menjamin adanya penyediaan air yang b. Dairy farm, perusahaan susu, dengan bajak dan permanen bagi tanaman yang sedang tumbuh siklus rotasi lahan yang pendek. (sistem hidroulik) misla pada : mediterania dan c. Mixed farming, pertanian campuran, dimana transalpine petani memelihara ternak dan bercocok tanam e. Permanent cultivation of favored plots, yaitu untuk tujuan komersial. penanaman permanen lahan-lahan pilihan, d. Crops of the topic, hasil perkebunan daerah tropis, dengan satu jalur tanah di daerah belakang yang seperti kopi, tebu atau coklat. dimanfaatkan secara sporadis. Point a,b dan c mempunyai arti penting dalam Bagian lain yang menguhubungkan produsen dan perkembangan evolusi budaya. konsumen adalah adanya penyedia barang dan jasa. Penyediaan barang dan jasa komplementer, dilakukan 2. neoteknik, ditandai besarnya ketergantungan oleh : kepada energi yang berasal dari bahan bakar dan 1. Sectional markets, pasar seksional, pasar yang terdiri kepada ketrampilan-ketrampilan yang diberikan oleh dari kelompok-kelompok yang terdapat di luar ilmu pengetahuan. Pertanian ekotipe ini dipengaruhi pasar, tapi dalam satu jaringan pertukaran menjadi oleh kemajuan revolusi pertanian kedua yang satu bagian, dan tindakan pertukaran ditandai oleh : menghubungkan bagian satu dengan bagian lain. a. pengolahan lahanpertanian sepanjang tahun 2. Network markets, pasar jaringan, jenis pasar yang dibantu oleh pengembangan rotasi tanaman dan tidak tergantung kepada interaksi tradisonal antara penggunaan pupuk buatan, monopoli-monopoli berdasarkan kebiasaan dalam b. perbaikan mutu tanaman dan ternak, suatu sistem regional yang tertutup.

169 170 Bab VI Penyediaan barang dan jasa tidak dapat dilepaskan dari adanya hak atas tanah atau domain. Domain adalah hak Pembangunan dan milik tanah pada tingkat terakhir atau pengawasan atas Perubahan Masyarakat Desa penggunaan suatu daerah tertentu. Terbagi dalam : 1. Patrimonial (feodal), hak yang diturunkan karena warisan 2. Prebendal (administratif), hak yang diberikan kepada pejabat yang megutip upeti dari petani dalam Pembangunan nasional yang bertujuan untuk kedudukannya sebagai abdi negara kemajuan masyarakat memiliki dampak yang beragam 3. Mencantile, tanah milik pribadi dan dapat diperjual pada setiap masyarakat. Efek pembangunan dapat bernilai belikan dan digunakan untuk menghasilkan positif maupun negartif. Terkait dengan akibat yang keuntungan bagi pemiliknya. ditimbulkan adanya pembangunan muncullah suatu proses percepatan dalam pengembangan masyarakat yang mampu Sistem ekonomi di perdesaan ternyata masih menjadikan suatu masyarakat mengalami perkembangan mengandalkan produksi pertanian sebagai sumber utama yang sangat cepat. Namun kecepatan yang berorientasi dengan sektor industri kecil sebagai penambahnya. paad modernisasi justru membawa nampak yang kompleks Memahami sistem ekonomi di Perdesaan memberikan bagi masyarakat itu sendiri. gambaran pada kita bahwa sistem ekonomi yang terjadi masih dipengaruhi oleh budaya sosial masyarakatnya. Pembangunan dan Modernisasi Tetapi justru hal inilah yang menjadikan masyarakat Konsep pembangunan dewasa ini banyak perdesaan memiliki kehidupan yang serasi dan selaras mengalami pergeseran makna dan implikasi. Pembangunan dengan alam dan manusia lainnya seolah identik dengan modernisasi. SC Dube mencoba melakukan pemikiran kembali atas konsep pembangunan, dimana pembangunan yang difokuskan pada terjadinya ketidakmenentuan, ketidaktetapan dan kontradiksi dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial yang dibuat.

171 172 Lebih lanjut Dube melihat bahwa konsep Modernisasi juga didefinisikan oleh beberapa ahli, modernisasi dan pembangunan bersamaan arti dalam hal- diantaranya: hal sebagai berikut: 1. Koentjaraningrat (1975), modernisasi merupakan 1. Keduanya menunjuk pada suatu tingkat dari proses mengembangkan sikap mental berorientasi ke masyarakat, sebab teori modernisasi membedakan masa depan, berhasrat mengekploitasi lingkungan, antara masyarakat tradisional, transisional dan modern; menilai tinggi karya manusia dan sikap lain yang sementara teori pembangunan membedakan sejenis masyarakat sebagai masyarakat terbelakang, sedang 2. Schoorl,J.W. (1980) mengemukakan bahwa modernisasi membangun dan maju. adalah suatu proses transformasi, suatu perubahan 2. Keduanya mengartikulasikan seperangkat tujuan masyarakat dalam segala aspeknya. tertentu, pada sisi bahwa ide-ide dari modernisasi dan Dalam konteks definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan keduanya menyajikan sebuah agenda modernisasi bermakna westernisasi. kerja. Tjondronegoro (1978), secara lebih rinci membedakan 3. Kedua konsep tsb menunjuk pada sebuah proses antara pembangunan dan modernisasi. Modernisasi gerakan dari kondisi tradisional menuju modernitas menurutnya adalah suatu proses merubah tradisi dan atau dari kondisi terbelakang menuju maju. condong kepada pembaharuan kebudayaan materiil dahulu Beberapa ahli mencoba mendefinisikan (perubahan sikap dan sistem nilai) mengikuti kemudian. pembangunan dan modernisasi sebagai suatu perubahan. Namun Tjondronegoro mendefinisikan modernisasi dalam Beberapa ahli yang mendefinisikan pembangunan antara makna pembangunan dan westernisasi, yaitu: lain: 1. SM Katz (1987) Perubahan kemasyarakatan yang besar 1. Modernisasi yang bermakna westernisasi, yaitu dari satu tingkat kesejahteraan ke tingkat berikutnya mengutamakan teknologi dari barat, Nilai-nilai asing yang dihargai lebih tinggi. diterima seiring dengan kedatangan teknologi itu. 2. SP Siagian (1997) suatu usaha atau rangkaian usaha 2. Modernisasi yang bermakna pembangunan, yaitu pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang unsur teknologi masih diutamakan dan sedikit banyak dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan diasumsikan bahwa kebaikan-kebaikan teknologi pemerintah menuju modernitas dalam rangka yang didatangkan akan tersalur atau “menetes ke pembinaan bangsa (nation-building) bawah” invisible hand (Adam Smith) Dalam konteks definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pengertian diatas pembangunan pembangunan adalah suatu proses perubahan ke depan diartikan sebagai perubahan susunan dan pola masyarakat. atau kearah kemajuan. Dalam konteks ini yang didahulukan bukan teknologi,

173 174 melainkan susunan masyarakat dahulu. Perubahan dalam 2. Proses keduanya sangat rumit dan bersifat susunan tersebut yang akan merangsang lapisan-lapisan multidimensi, menyangkut seperangkat kognitif, masyarakat berproduksi. Dengan perubahan itu juga sarana perilaku dan modifikasi dan restrukturisasi institusi. pembagian dalam masyarakat akan berubah, pemerataan 3. Keduanya merupakan proses yang sistematis, variasi hasil pembangunan dimantapkan, teknologi akan pada suatu dimensi akan berdampak kovariasi pad menyusul perubahan ini. Juga diduga pertumbuhan dimensi-dimensi lainnya. ekonomi akan lebih pesat akibat produsen utama yang 4. Keduanya merupakan proses global, sebab ide-ide dan memiliki tenaga kerja mendapat kejutan dan rangsangan tehnik diserap dari pusat perubahan menuju bagian lain baru. di dunia. 5. Keduanya merupakan proses jangka panjang. Waktu Ciri-ciri perubahan terlihat dari tradisi, dari sikap merpakan unsur penting bagi keduanya, karena tidak dan jalan pikiran menghadapi hari depan, dan perubahan ada metode yang diketahui dapat menciptakan dalam arti pembaharuan (ciri dari dari perubahan). Oleh keduanya secara seketika. karena itu menurut Tjondronegoro pembangunan 6. Keduanya merupakan proses yang memiliki fase-fase, bermakna menyusun pola masyarakat baru dahulu pengalaman sejarah mengindikasikan bahwa gerakan (teknologi akan menyusul dengan mudah). Sedangkan mencapai tujuan modernisasi dan pembangunan modernisasi bermakna tanpa diawali merubah masyarakat, mengambil tempat melalui fase-fase dan sub-fase-sub tetapi mengutamakan teknologi. fase yang dapat diidentifikasi. Samuel Huntington (1976) mengidentifikasi 9 7. Keduanya merupakan proses menuju penyeragaman , karakteristik proses modernisasi yang juga dapat yaitu sampai pada titik dimana berbagai tipe digunakan untuk mengidentifikasi proses pembangunan, masyarakat menjadi semakin seragam sampai dapat yaitu : membentuk sebuah masyarakat dunia. 1. Modernisasi dan pembangunan merupakan proses yang 8. Keduanya merupakan proses yang tidak dapat balik, revolusioner, sebab secara konsekuensi teknologis karena tidak dapat mundur lagi, yang mungkin maupun kulturalnya sama pentingnya sebagaimana hanyalah terjadinya beberapa penurunan yang bersifat revolusi neolithic yang telah membalik masa berburu temporal. dan mengumpulkan makanan menjadi pertanian 9. Keduanya merupakan proses yang progresif, karena menetap. Yang mengubah kebudayaan agraris menjadi pada jangka panjang keduanya akan membentuk kebudayaan industri kota (menurut Alvin Toffler : dari kehidupan manusia yang beradab baik secara material gelombang pertama menuju gelombang kedua). maupun kultural.

175 176 Sebagai kebalikannya ada 3 ciri lain modernisasi dan sudut pandang orang luar. Cina dan India merupakan pembangunan yang dapat diidentifikasi dan ditambahkan contoh untuk kasus pertama. yaitu : 4. Pertumbuhan atau pemerataan. Apakah akan berfokus 10. Keduanya merupakan proses yang menyakitkan, pada GNP, atau pada kebutuhan dasar, penyediaan karena menciptakan eksploitasi dari berbagai segmen lapangan kerja dan peningkatan jasa-jasa sosial . di masyarakat dan menciptakan pada taraf tertentu 5. Perencanaan terpusat atau bekerjanya kekuatan pasar. ketidakbergunaan. Apakah perlu ada lembaga perencana pusat atau 11. Keduanya merupakan proses yang multilinear, karena diserahkan pada mekanisme pasar yang bekerja. berbagai negara ternyata tidak harus melalui jalan 6. Sentralisasi atau desentralisasi. Yang juga sangat terkait yang sama, melainkan berbagai alternatif dapat dengan pertanyaan apakah dengan partisipasi masyarakat ditempuh. atau dengan profesionalisme 12. Keduanya juga tidak dapat dikatakan sebagai 7. Industrialisasi atau kelestarian lingkungan. Karena berlangsung terus dan tidak pernah berakhir, sebab kerusakan yang ditimbulkan oleh negara yang sangat dikondisikan oleh batas-batas baik dari dalam membangun lebih besar dibanding kerusakan yang maupun dari luar. ditimbulkan oleh negara terbelakang. 8. Hal lainnya adalah seperti pengutamaan pada industri Hal lain yang perlu diperhatikan adalah yang terkait atau pertanian; substitusi impor atau promosi ekspor; dengan dilema-dilema pembangunan terutama yang terjadi bantuan luar negeri atau perdagangan; perdagangan bebas di negara-negara sedang berkembang sebagai berikut ; internasional atau integrasi regional plus proteksi dan 1. Membangun atau tidak membangun. Dampak-dampak sebagainya. negatif pembangunan menjadikan beberapa pemikir 9. Juga apakah berdasarkan investasi fisik atau investasi terutama di dunia ke-3 menganggap pembangunan pada modal manusia; apakah akan menggunakan teknologi sebagai musuh nomor 1 dari kehidupan manusia. maju atau teknologi tepat guna; apakah akan bersifat 2. Pembangunan endogenous atau exogenous. Faktor evolusioner ataukah revolusioner; apakah akan 1 jenis pembangunan sangat ditentukan oleh etnis, agama, pembangunan atau beberapa pembangunan. kebudayaan dan bahasa (endogenus) tetapi juga dipengaruhi oleh difusi ide-ide baru, inovasiinovasi, Berdasarkan hal ini maka muncul paradigma modernisasi teknologi dari luar (eksogenus). didasarkan pada 3 asumsi yang merupakan konsep dasar 3. Menggantungkan pd diri sendiri atau saling ketergantungan. dari modernisasi, yaitu ; Yang maksudnya apakah pembangunan tersebut akan berdasarkan sudut pandang sendiri atau berdasarkan

177 178 1. Kekuatan sumberdaya alam harus selalu ditingkatkan Hal-hal lain yang dikemukakan oleh Dube adalah dalm rangka untuk mengatasi permasalahan kehidupan berbagai kelemahan dalam pendekatan modernisasi manusia dan mencapai standar kehidupan yang layak. terutama bagi pembangunan di negara yang sedang 2. Menuju hal tersebu harus melalui usa-usaha baik secara berkembang, seperti : individual maupun bersama-sama, dimana usaha 1. Kemenduaan modernisasi seperti bahwa sebenarnya bersama tersebut akan dapat mencapai modernisasi siapakah yang diuntungkan oleh modernisasi, apakah yang lebih tinggi. negara maju atau negara berkembang, apakah 3. Untuk menciptakan dan menjalankan organisasi yang kelompok kaya atau miskin, dan sebagainya; rumit butuh kepribadian yang diubah secara radikal, 2. Dampak-dampak lingkungan seperti polusi lingkungan, demikian juga struktur sosial dan nilai-nilai budayanya. ketidakseimbangan ekologi, obat-obat pensuci hama, pestisida, eksploitasi sumberdaya alam besar-besaran, Melihat asumsi diatas bagi negara-negara di dunia, kerusakan lahan dan air, atmosfir, efek rumah-kaca, terutama bagi Negara sedang berkembang terdapat efek pendinginan dan sebagainya; kendala-kendala menuju modernisasi dalam Negara itu 3. Konteks global ketidakseimbangan konsumsi sendiri (faktor internal), yaitu: sumberdaya dunia; Amerika yang hanya 6% penduduk 1. Kendala-kendala idiologis : Ide-ide modernisasi seperti dunia mengkonsumsi 35% sumberdaya dunia. Negara- demokrasi, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme negara maju yang hanya ⅓ dari penduduk dunia sering mendapatkan tantangan. mengkonsumsi ⅔ sumberdaya alam, sementara negara 2. Kendala-kendala motivasi : Hal-hal seperti sikap mental berkembang dan terbelakang yang ⅔ penduduk dunia yang tidak mendukung, pencapaian yang rendah, mengkonsumsi ⅓ saja. Untuk melestarikan kurangnya disiplin mengakibatkan menyimpangnya kepentingannya negara-negara maju tersebut modernisasi dari tujuannya semula. menciptakan hubungan patron-klien (superordinasi dan 3. Kendala-kendal institusional : Seperti askripsi, subordinasi) baru baik secara militer maupun partikularisme, aspek afektif yang tidak mendukung perdagangan. terhadap modernisasi. 4. Kendala-kendala organisasi : Pencapaian adminsitrasi Untuk mengatasi hal tersebut Dube menyarankan sangat terbatas, lemahnya perencanaan dan dibuatnya paradigma baru tentang pembangunan negara komunikasi, lemahnya faktor kepemimpinan yang ideal ketiga. Paradigma baru tersebut antara-lain ; rasional, dsb. 1. Perlu adanya penjelasan ekonomis, karena pendekatan- pendekatan ekonomi Barat (model Keynes, Rostow, dan sebagainya) memiliki kelemahan-kelemahan:

179 180 (1) Penjelasan pembangunan ekonomi bersifat parsial, (6) Distribusi dan kebijakan ketenagakerjaan harus karena tidak memasukkan kolonialisme sebagai merupakan bagian yang integral dari rencana sebab yang mengantarkan Barat dalam kondisi produksi yang mustahil diarahkan untuk ekonomi yang maju saat ini; memproduksi tanpa mendistribusikan-nya, (2) Tidak menjelaskan latar belakang keterbelakangan (7) Unsur penting dalam kebijakan distribusi harus negara-negara lain yang sebagian besar demi peningkatan produktifitas orang miskin disebabkan oleh imperialisme Barat; melalui perubahan radikal arah investasi menuju (3) Hanya mengangkat aturan-aturan yang terbatas kelompok termiskin di masyarakat, tentang tingkat-tingkat pertumbuhan; (8) Restrukturisasi drastis hubungan kekuasaan (4) Tidak cukup sensitif terhadap kemiskinan dan ekonomi dan politik harus diarahkan bagi peninjauan kembali atas distribusi ekonomi. pembangunan mayoritas penduduk. 2. Adanya suara-suara ketidaksepakatan terhadap 3. Model internasional strukturalis dapat digambarkan pendekatan tersebut. Mahbub al-Haq (1976) disini untuk melengkapi pandangan tentang perubahan menjelaskan bahwa ; konsep modernisasi, sebagai berikut ; (1) Pertumbuhan yang diukur dengan GNP tidak (1) Bahwa kondisi keterbelakangan merupakan disaring lagi, tentang apa yang dibutuhkan yaitu sesuatu yang diciptakan, bukan sesuatu yang serangan langsung thd kemiskinan masyarakat murni dalam suatu proses evolusi (Dos Santos, banyak, 1969). (2) Mekanisme pasar terdistorsi oleh distribusi yang (2) Pembangunan tidak mulus mengalir dari pusat terjadi dari pendapatan dan kesejahteraan, menuju periferi, kadang-kadang malah sehingga secara umum tidak realistis untuk keterbelakangan muncul disebabkan digunakan dalam menata tujuan nasional, pembangunan di pusat (Paul Baran, 1962). (3) Perbaikan kelembagaan umumnya terlalu (3) Pembangunan kapitalis menciptakan dualisme menentukan dibanding tingkat biaya yang sesuai baik pada skala nasional maupun internasional, bagi sebuah strategi pembangunan yang relevan, hubungan yang bersifat superior dan inferior (4) Strategi pembangunan baru harus didasarkan atas menjadi gejala yang kronis dan gap antara pemuasan kebutuhan dasar manusia dibanding keduanya semakin melebar. permintaan pasar, (4) Dualisme dalam negeri dinegara-negara ketiga (5) Gaya pembangunan harus untuk pembangunan membentuk pusat-pusat kecil kemewahan dan yang melayani masyarakat bukan masyarakat kekeuasaan yang dikelilingi oleh kemiskinan dan yang melayani pembangunan, keterbelakangan.

181 182 (5) Bantuan internasional hanyalah cuci-mata belaka, pendapat para ahli diantaranya Selo Soemardjan dan Lance karena tidak akan pernah meningkatkan negara Castles. ketiga dari keterbelakangan tetapi mengakibatkan Selo Soemardjan dalam tulisannya “Perubahan Sosial bertambahnya hutang. di Yogyakarta” (1981), meyebutkan bahwa di Yogyakarta (6) Ketergantungan berakibat juga pada kolonialisme terjadi perubahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat intelektual, sistem pendidikan yang tidak relevan, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, pertunjukan standar hidup tinggi negara maju sikap dan pola tingkah laku antar kelompok dalam menimbulkan pembangunan yang salah kaprah masyarakat. Hal ini diperkuat dengan tulisan lain yang dinegara ketiga. berjudul “Bureaucracy in Changing Culture” (1995) yang mengacu pada aspek-aspek yang berubah pada sistem Perubahan & Bentuk Perubahan sosial masyarakat, faktor non ekonomi seperti status sosial Perubahan dalam masyarakat merupakan salah satu dan tingkatan. ciri dinamisasi dalam masyarakat tersebut. Perubahan Sementara Lance Castles dalam bukunya “Birokrasi: secara fisik relatif lebih mudah dipahami dan dilihat secara Kepemimpinan dan Perubahan Sosial di Indonesia” (1986) nyata, namun tifak demikian halnya dengan perubahan menyebutkan bahwa perubahan sosial mengacu pada sosial. Perubahan sosial merupakan suatu perubahan aspek-aspek yang berubah pada sistem sosial masyarakat, dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. terutama pada struktur masyarakat. Sistem sosial dalam masyarakat senantiasa akan berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan Membaca ketiga tulisan tersebut kita dapat melihat tingkat perkembangan masyarakatnya. Oleh karena itu bahwa perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi perubahan sosial memiliki 2 dimensi, yaitu perubahan disebabkan karena adanya perubahan ideologi politik. dalam : Dengan tulisan Selo Soemardjan dalam “Perubahan Sosial 1. pola budaya ; yang meliputi cara berfikir, nilai, norma, di Yogyakarta” terlihat lebih luas dalam konsep mengenai pengetahuan, kesenian, sarana benda-benda dan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Secara sebagainya umum dapat dilihat bahwa konsep mengenai birokrasi 2. struktur sosial ; yang meliputi organisasi sosial, sistem dalam ketiga tulisan tersebut mengacu pada Weber, pelapisan, pembagian kekuasaan, sistem hubungan sehingga kira dapat melihat bahwa ketiga tulisan tersebut antar warga masyarakat. bernuansa Weberian. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah mana yang Konsep perubahan sosial dan kebudayaan yang menjadi sebab? Mana yang menjadi akibat? Untuk dipergunakan dalam ketiga tulisan tersebut pada dasarnya membahas hal tersbut perlu kiranya kita perbandingkan tidaklah berbeda, hanya penekanan yang digunakan

183 184 ketiganya agak berbeda. Konsep perubahan sosial yang Selain itu ketiga tulisan memandang birokrasi digunakan Selo Soemardjan dalam “Perubahan Sosial di menjadi pelopor perubahan atau sebagai “agents of change” Yogyakarta” mencakup bermacam perubahan dalam dan perubahan yang terjadi menurut Selo Soemardjan lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem dalam “Perubahan Sosial di Yogyakarta” menyebabkan sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap dan pola tingkah laku penyesuaian kelembagaan dan penyesuaian perorangan, antar kelompok dalam masyarakat, sementara dalam sementara dalam “Bureaucracy in Changing Culture” “Bureaucracy in Changing Culture” mengacu pada aspek- berpengaruh pada pelaksanaan hukum dan peraturan aspek yang berubah pada sistem sosial masyarakat, faktor negara lainnya dan Lance Castles dalam “Birokrasi: non ekonomi seperti status sosial dan tingkatan dan Lance Kepemimpinan dan Perubahan Sosial di Indonesia” Castles dalam “Birokrasi: Kepemimpinan dan Perubahan berpengaruh sebagai pusat dalam kegiatan pembangunan Sosial di Indonesia” mengacu pada aspek-aspek yang dan dalam pengendalian masyarakat. berubah pada sistem sosial masyarakat, terutama pada Posisi birokrasi dalam perubahan sosial dan struktur masyarakat. kebudayaan menurut ketiga tulisan tersebut sedikit Konsep perubahan kebudayaan yang dipergunakan berbeda. Menurut Selo Soemardjan dalam “Perubahan dalam ketiga tulisan tersebut pada dasarnya tidak berbeda. Sosial di Yogyakarta” sebagai pelopor perubahan dan juga Konsep perubahan kebudayaan yang digunakan Selo terpengaruh oleh tekanan-tekanan sosial yang menyertai Soemardjan dalam “Perubahan Sosial di Yogyakarta” proses perubahan awal dan lebih sering menimbulkan terlihat lebih luas karena mencakup tiap perubahan pada perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Tekanan- salah satu bagian dari keseluruhan kompleks yang tekanan yang muncul yang menyertai proses perubahan mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, awal menjadi penentu dalam tindakan dan posisi mana moral, hukum, adat dan tiap kemampuan serta kebiasaan yang akan ditempati oleh birokrasi, sehingga birokrasi lainnya yang didapatkan manusia sebagai anggota tetap menemukan eksistensi dirinya dan tidak terkena masyarakat., sementara dalam “Bureaucracy in Changing dampak yang fatal dalam kedudukannya sebagai birokrat. Culture” perubahan kebudayaan hanya mengacu pada Sementara dalam “Bureaucracy in Changing Culture” Selo nilai-nilai budaya terutama aspek-aspek hukum dan Soemardjan memandang birokrasi sebagai pendorong pemberdayaannya dalam pemerintahan di Indonesia dan pelaksanaan hukum yang sangat berpengaruh pada Lance Castles dalam “Birokrasi: Kepemimpinan dan perubahan sosial yang berhubungan dengan penerapan Perubahan Sosial di Indonesia” mengacu pada aspek-aspek birokrasi di Indonesia. Sehingga terkesan pihak birokrasi yang berubah pada budaya masyarakat, terutama pada ‘menciptakan’ hukum untuk kepentingan dirinya, pola kebudayaannya. meskipun hukum yang diciptakannya ‘diberi label’ dengan nuansa berpihak pada hukum itu sendiri (hukum sebagai

185 186 superioritas). Sementara menurut Lance Castles dalam 2. Desa menjadi menjadi bagian dari sistem sosial- “Birokrasi: Kepemimpinan dan Perubahan Sosial di ekonomi yang lebih besar. Indonesia” birokrasi mendorong perubahan-perubahan 3. Struktur biososial: perimbangan kedudukan wanita & pada struktur masyarakat dan pola kebudayaannya, laki-laki dimana birokrasi di Indonesia sangat berpengaruh pada 4. Struktur sosial: terjadi polarisasi sosial. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional, yang Sementara dimensi kultural dalam perubahan sosial berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. ada 3, yaitu: Dalam hal ini ditekankan faktor legitimasi atau pengesahan 1. Inovasi kultural, melalui invention (penemuan, kombinasi warga masyarakat sebagai unsur utama dalam baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang pembentukan tertib sosial, sehingga pembangunan dapat sudah ada), tentation, borrowing (meminjam kebudayaan menarik partisipasi masyarakat. lain untuk digunakan dalam budayanya sendiri). Ketiga tulisan diatas melihat bahwa terjadi perubahan 2. Diffusi, dengan conscious diffusion dan cultural drift sosial dalam masyarakat, baik dalam dimensi struktural 3. Integrasi dengan menolak bentuk baru, menduplikasi maupun kultural. Himes (1967), menyebutkan ada 5 bentuk lama dan baru dalam pola variabel tertentu dan dimensi struktural dalam perubahan sosial, yaitu: menempatkan bentuk lama ke dalam bentuk baru. 1. bertambah/berkurangnya isi peranan (dalam aspek Perubahan Kultural dalam konteks ini merupakan perilaku & wewenang) perubahan dari kebudayaan pola tradisional ke modern. 2. bertambah/berkurangnya sejumlah peranan atau Hal ini dapat ditunjukkan dari adanya perubahan ; kategori peranan 1. desa dengan derajat isolasi tinggi akan memiliki 3. pergeseran lokasi peranan atau kategori peranan resistensi tinggi terhadap kebudayaan modern. 4. Modifikasi saluran komunikasi antara peranan atau 2. desa dengan derajat isolasi rendah (terbuka) akan lebih kategori peranan mudah mengalami perubahan oleh kebudayaan 5. Perubahan jenis dan fungsi yang dilakukan oleh modern. strukturnya. Namun perubahan yang akan terjadi dapat Perubahan Struktural ini bagi masyarakat desa akan mengalami hambatan atau bahkan kegagalan dalam menyebabkan perubahan struktur desa yang semakin perubahan. Soekanto (1982), menyebutkan ada 9 faktor kompleks. Hal ini ditandai dengan: yang menghalangi terjadinya perubahan, yaitu: 1. struktur fisik desa (pola pemukiman): cenderung 1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. mengelompok, sebagai suatu unit kesatuan komunitas 2. Perkembangan imu pengetahuan yang terlambat. kecil. 3. Sikap masyarakat yang sangat teradisionil

187 188 4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dari penggunaan tehnik-tehnik yang sederhana dan dengan kuat. tradisionil ke arah penggunaan pengetahuan ilmiah. 5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan akan integrasi (2) Dalam bidang pertanian, masyarakat yang kebudayaan. berkembang itu sedang beralih dari pertanian 6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap sederhana ke arahh produksi hasil pertanian untuk yang tertutup. pasaran. 7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. (3) Dalam bidang industri, masyarakat sedang 8. Adat atau kebiasaan mengalami suatu peralihan dari penggunaan tenaga 9. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak manusia dan binatang ke industrialisasi yang mungkin diperbaiki. sebenarnya atau orang-orang yang bekerja untuk upah pada mesin-mesin yang digerakkan oleh sumber tenaga. Modernisasi Hubungan-hubungan Sosial (4) Dalam susunan ekologi perkembangan masyarakat Smelser (1966) dalam The Modernization of Sosial bergerak dari sawah/ladang dan desa ke pemusatan- Relation melihat bahwa Persoalan pembangunan ekonomi pemusatan di kota. menjadi pemikiran para pemimpin negara-negara baru dan Keempat proses ini tidak selalu --walaupun sering- dipersoalkan oleh para pembentuk garis kebijaksanaan di bekerja serentak selama proses pembangunan. Hasil negara-negara yang telah maju; dan juga sangat menarik pertanian dapat diperdagangkan tanpa adanya suatu para ahli ilmu-ilmu sosial, yang mencoba menemuken perubahan yang berarti dalam bidang industri seperti faktor-faktor yang menimbulkan perubahan yang tengah halnya di daerah-daerah jajahan dahulu tatkala para merevolusikan dunia masa kini. penjajah berusaha meningkatkan produksi bahan mentah, Ide pembangunan ekonomi telah menjadi sangat Industrialisasi dapat terjadi di daerah perdesaan seperti biasa dalam pandangan pertengahan abad keduapuluh, halnya pada masa awal industrialisasi di Inggris dan di maka dianggap sebagai suatu proses yang sederhana dan beberapa tempat di Asia. utuh. Tetapi pembangunan ekonomi tidaklah sederhana Dan kota-kota dapat saja meluas sekalipun tidak dan utuh. Apabila kita memakai istilah ini maka sekurang- terdapat industrialisasi yang berarti, seperti yang terjadi di kurangnya ada empat proses yang berbeda tetapi saling beberapa bagian di Asia dan Afrika. Pelajaran yang dapat berhubungan yaitu: kita tarik dari tinjauan di atas ialah bahwa sebab-sebab, (1) Dalam bidang teknologi, suatu masyarakat yang arah dan akibat-akibat dari pembangunan ekonomi itu akan sedang berkembang sedang mengalami perubahan Sangat berbeda-beda di negara yang satu dan di negara yang lain.

189 190 Selain itu pembangunan ekonomi adalah satu baikpun direncanakannya suatu perubahan aspek saja dari serangkaian perubahan masyarakat yang masyarakat, beberapa perubahan kelembagaan dialami oleh negara-negara baru. Istilah "modernisasi" - tertentu akan mendahului perubahan kelembagaan suatu konsep yang sekeluarga dengan istilah lainnya. ‘pembangunen ekonomi' tetapi lebih luas jangkauannya - menunjukkan bahwa perubahan-perubahan teknik, Kenyataannya di dunia ini terdapat hubungan- ekonomi dan ekologi berlangsung dalam keseluruhan hubungan kerja yang sedang berubah. Dalam masyarakat jaringan sosial dan kebudayaan. Dalam suatu negara yang pra-industri, secara tipikal produksi terdapat dalam unit- baru timbul tentu ada perubahan-perubahan yang besar unit kekerabatan. Pertanian sederhana adalah yang paling dalam beberapa hal, yaitu; utama; industri-industri lainnya, seperti kerajinan tangan, (1) dalam bidang politik sewaktu sistem-sistem bersifat melengkapi pertanian tetapi masih terikat pada kewibawaan suku dan desa yang sederhana Itu kekerabatan dan desa. Dalam beberapa masyarakat digantikan dengan sistem-sistem pemilihan umum, tertentu, kedudukan pekerjaan ditentukan oleh suatu kepartaian, perwakilan dan birokrasi pegawai negeri kelompok. Yang luas, seperti kasta umpamanya Hubungan (2) Dalam bidang pendidikan, sewaktu masyarakat pertukaran barang juga digariskan oleh sistem-sistem berusaha mengurangkan kebutahurufan dan kekerabatan yang tradisionil dan oleh kewajiban-kewajiban meningkatkan ketrampilan-ketrampilan yang komuniti. Pendeknya, kegiatan ekonomi relatif tidak membawa hasil-hasil ekonomi: didiferensiasikan dari lingkungan kekeluargaan-komuniti (3) Dalam bidang religi, sewaktu sistem-sistem tradisionil. kepercayaan sekuler mulai menggantikan agama- Dalam sektor pertanian, perkenalan dengan agama tradisionilistis. barang-barang yang bernilai uang berarti bahwa sebagai (4) Dalam lingkungan keluarga ketika unit-unit hubungan suatu contoh perubahan dasar dari sistem pertanian kekeluargaan yang meluas menghilan dan sederhana. Apabila manufaktur dan pabrik-pabrik muncul, (5) Dalam lingkungan stratifikasi. Ketika mobilitas maka seorang pekeja tidak saja dipisahkan dari geografis dan sosial cenderung merenggangkan sistem pengendalian modalnya tetapi juga dari anggota-anggota hierarki yang sudah pasti dan turun temurun. Selain keluargayang lain, karena ditempatkan bersama-sama itu peruhahan ini mulai pada waktu yang berbeda dan dengan pekerja-pekerja lainnya yang diperoleh dalam berjalan dengan kecepatan yang berbeda-beda pula di pasaran tenaga kerja. Dengan demikian modernisasi setiap negara. Jadi. dalam suatu negara yang sedang memisahkan kegiatan-kegiatan ekonomi dari kegiatan- mengalami modernisasi terdapat keragaman dalam kegiatan kekeluargaan dan komuniti. perubahan-perubahan kelembagaannya; dan betapa

191 192 Sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini, lebih dari anggotanya meninggalkannya untuk mencapai hubungan antara si pekerja dengan kehidupan ekonomi pekerjaan dalam pasaran tenaga kerja Kegiatan-kegiatan sangat berubah. Hal ini berarti bahwa si pekerja dalam keluarga makin lebih terpusat pada kesenangan- pasaran yang sedang mengalami proses modernisasi kesenangan emosionil dan sosialisasi. berhadapan dengan beberapa persoalan-persoalan Implikasi sosial dari perubahan struktur yang penyesuaian diri, yaitu: dilukiskadengan cara sederhana itu sangatlah besar. a. Pertama, seseorang menyadari bahwa ia dihadapkan Implikasi yang fundamental adalah terjadinya proses pada suatu cara membuat perhitungan yang baru. individual dan isolasi keluarga batih (nuclear family). Bila b. Kedua, ia menyadari bahwa pengertian mengenai keluarga harus mondar-mandir dalam pasaran tenaga kerja jaminan hidup ekonominya telah sangat berubah. maka tidaklah mungkin untuk membawa seluruh anggota c. Ketiga, dalam hal konsumsi, seorang pekerja dalam keluarga, malah tidak mungkin untuk mempertahankan pasaran yang sedang menjadi modern dihadapkan pada hubungan-hubungan yang erat dan yang bercabang-cabang patokan-patokan yang selalu berubah. itu dengan para misan. d. Keempat, untuk menyesuaikan diri yang dipaksakan Suatu persoalan sosial yang timbul akibat perubahan dalam sektor tradisionil. Banyak pekerja-pekerja kota- dalam keluarga ini adalah tempat dari orang-orang yang industri berkunjung atan berpindah kembali ke daerah telah tua sekali Karena tidak lagi ditampung oleh unit perdesaan. kekerabatan yang melindungi mereka, maka orang-orang Apabila hal ini terjadi maka kemungkinannya adalah yang sangat tua ke dalam pengawasan komuniti atau pengrusakan cara hidup tradisionil, terutama bila keadaan negara sebagai "titipan” yang jumlahnya makin besar dari diperdesaan tidak begitu baik, dan mempertajam yang sudah-sudah. Karena tersisihkannya dari masyarakat prtentangan antara kota dan perdesaan serta antara maka timbullah lembaga baru seperti pensiun dan jaminan pemuda yang meninggalkan desa dan orang tua yang sosial. tinggal. Secara serentak hubungan antara orangtua dan anak- Beberapa hubungan yang berubah dapat anak juga mengalami perubahan. Sang ayah, yang sekarang disebutkan, antara lain: harus meninggalkan rumah-tangganya untuk bekerja di 1. Hubungan kekeluargaan yang berubah tempat yang lain, dengan sendirinya kehilangan banyak Salah satu akibat dipisahkannya kegiatan-kegiatan fungsinya untuk memberi latihan ekonomi yang ekonomi dari lingkungan keluarga-komuniti adalah bahwa sebelumnya diberikannya pada anak-anaknya. Sang ibu suatu keluarga kehilangan beberapa fungsi dan peranannya rdalam sosialisasi menjadi lebih penting, memperoleh suatu peranan yarg khusus, Karena keluarga karena ia memiliki hampir semua tanggung jawab untuk tidak lagi merupakan suatu unit produksi, maka satu atau

193 194 membina kehidupan emosionil yang pertama dari anak- jarang sekali timbul. Sebagian besar dari kehidupan sosial anak. dan persoalan-persoalannya disalurkan melalui kelompok- Suatu percabangan dari hubungan orangtua -- anak kelompok pembawaan yang ber-fungsi ragam itu sendiri. yang berubah-bah ini adalah "jurang masa remaja", yaitu (1) Dasar-dasar tradisionil bagi kehidupan komuniti ketika para remaja terlepas dari hubungan yang erat dan perkumpulan ini banyak yang tetap bertahan, malah dengan orang tua semasa usia muda, tetapi belum juga ketika kompleks kota-industri mulai timbul. Bila mendapat pekerjaan atau peranan-peranan dalam rumah industrialisasi timbul di desa-desa; umpamanya, atau bila tangga atau masyarakat dan (2) mengenai pembentukan desa-desa dibangun di sekitar perusahaan industri keluarga-keluarga baru. keluarga, maka kebanyakan dari hubungan-hubungan Pendeknya, modernisasi cenderung untuk komuniti dan keluarga dapat bertahan dalam keadaan menimbulkan perkembangan unit keluarga yang dibentuk industri itu. oleh daya tarik emasionil dan yang dibangun atas dasar- dasar seksuil, emosionil yang terbatas. Keluarga dengan 3. Diskontinuitas dalam modernisasi dan timbulnya demikian telah tersisihkan dari bidang-bidang Sosial lain kerusuhan sasial. yang penting, kecuali hubungan-hubungan keluar dari Pelbagai perubahan ekonomi dan sosial yang masing-masing anggotanya. Akhirnya, dalam lingkungan dilukiskan diatas dapat berbahaya bagi ketenteraman sosial keluarga, fungsi yang serba beragam dan kompieks dari karena beberapa sebab. hubungan-hubungan antar anggota keluarga yang satu Pertama, perubahan sosial tidaklah merata dalam dengan anggota yang lainnya cenderung untuk menjadi proser modernisasi. Dalam masyarakat-masyarakat hubungan-hubungan emosionil saja. kolonial, umpamanya, kekuasaan-kekuasaan Eropa sering menimbulkan perubahan besar dalam kerangka ekonomi 2. Perubahan-perubahan dalam kehidupan komuniti dan dan politik dengan cara mengeksplotir kekayaan ekonomi perkumpulan-perkumpulan dan membangun administrasi kolonial, tetapi bersamaan Dari contoh masyarakat tradisionil yang dengan itu menggalakkan atau memaksakan suatu disederhanakan, nampak bahwa kehidupan komuniti dan konservatisme dalam agama-agama tradisionil kelas-kelas perkumpulan-perkumpulan sangat erat terjalin dengan tradisionil dan sistem-sistem kekerabatan. Dalam suatu dasar-dasar pembawaan kelompok-kelompok sosial, masyarakat yang mengalami modernisasi setelah masa kekerabatan, klan, hubungan-hubungan suku dan kasta. kolonial, muncullah diskontinuitas-diskontinuitas yang Organisasi-organisasi formil seperti perserikatan serupa. perburuhan, klub sosial, perkumpulan-perkumpulan Kedua, perkembangan kegiatan-kegiatan sosial dan sukarela dan kelompok kepentingan atau interest grooup ekonomi yang baru menimbulkan pertentangan-

195 196 pertentangan dalam cara hidup yang tradisionil Contohnya; b. Apabila kccepatanlah yang menjadi acuan, maka apabila pabrik-pabrik mulai menghasilkan barang-barang Pembangunan suatu negara dapat terlampau cepat dalam jumlah yang besar, yang bersaing dengan barang- menghancurkan bentuk-bentuk integrasi tradisionil dan barang yang sama jenisnya yang dihasilkan di daerah melahirkan tingkat-tingkat kerusuhan yang berbahaya perdesaan, maka pasaran dibanjiri dengan barang-barang dan dapat menimbulkan suatu pola perkembangan yang murahan, yang mematikan sumber penghasilan yang tidak seimbang dalam masyarakat, yang juga orang-arang desa tersebut. Secara teori hal ini seharusnya merupakan sumber kerusuhan. mendorong orang-orang desa tersebut untuk mengerjakan Persoalan utama bagi suatu pembangunan yang sejumlah pekerjaan upahan yang sejenis. Tetapi berhasil adalah dengan tidak mengutamakan satu ukuran kenyataannya, sangat sulit dan lambat untuk mengalihkan saja tetapi dengan cara mengimbangi dan mengukur setiap orang-orang desa tersebut ke dalam kerja upahan, dan pembangunan dengan bermacam-macam ukuran ekonomi sering memerlukan beberapa generasi untuk dan sosial yang berbeda-beda. merampungkannya. Pembangunan dengan tidak memperhatikan Ketiga, usaha-usaha pihak pemerintah negara-negara masyarakat yang akan dikenai pembangunan justru akan baru untuk membendung dan mengatasi kerusuhan- menimbulkan kekagetan dan ketidaksiapan masyarakat. kerusuhan sosial itu sering malah menimbulkan kerusuhan- Hal ini justru akan menimbulkan efek pembangunan yang kerusuhan yang lebih jauh. Sebagian besar dari usaha- bernilai negatif. Untuk itu penyusunan program usaha yang berhasil untuk mengintegrasikan dan pembangunan alangkah baiknya dimulai dari masyarakat. mengembangkan masyarakat datangnya dari pemerintah Meminjam istilah Gertz, mulailah pembangunan dari pusat. belakang, pembangunan yang dimulai dari masyarakat itu Pelajaran yang dapat ditarik dari paradoks-paradoks sendiri diatas adalah bahwa negara-negara yang sedang berkembang menghadapi suatu bahaya: a. apabila negara-negara tersebut menganggap suatu hal yang mungkin saja terjadi-perkembangan ekonomk sebagai semata-mata prkembangan yang secepet mungking memusatkan perhatian secara tidak semestinya pada ukuran ini agaknya akan menimbulkan beban-beban sosial yang akhimya akan menghancurkan usaha pembangunan itu sendiri.

197 198 Bab VII penduduk (migran). Artinya, orang yang melakukan gerak penduduk akan dapat diketahui dari berpindah atau Mobilitas Dan Proses Perubahan tidaknya tempat tinggalnya. Kartomo Wirosuhadjo (1981) Masyarakat Desa memberi definisi migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian negara. Oleh karena itu dikenal beberapa tipe mobilitas atau gerak penduduk: 1. Permanen, yaitu apabila pindah tempat tinggal secara tetap atau menetap di tempat baru. Tipe ini sering Semenjak revolusi industri bergulir di Eropa yang disebut dengan istilah migrasi saja. Tipe permanen kemudian menyebar ke seluruh dunia, fenomena migrasi dibagi menjadi 2, yaitu: manusia dimulai. Sejalan dengan perubahan pola dalam 1) Internal, yaitu gerak penduduk yang terjadi dalam migrasi manusia ternyata hal ini membawa pengaruh dan satu Negara, yang dibagi menjadi: perubahan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. a. Urbanisasi, yaitu gerak penduduk dari desa ke Secara keseluruhan fenomena migrasi membawa implikasi kota. bagi perkembangan masyarakat secara luas. b. Transmigrasi, yaitu gerak penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya, dimana daerah tujuan merupakan daerah baru yang sedang dibuka. Mobilitas (Gerak) Penduduk 2) Internasional, yaitu gerak penduduk yang terjadi Istilah umum gerak penduduk dalam demografi antar Negara, atau antara Negara yang satu ke adalah population mobility, Territorial mobility. Hal ini Negara lainnya. Dibagi menjadi: memberi makna bahwa gerak penduduk tersbut a. Emigrasi, yaitu gerak penduduk dari Negara merupakan gerak yang bersifat soasial, melibatkan fisik dan kita keluar ke Negara lain. melampaui geografis atau wilayah tertentu. Oleh karena itu b. Imigrasi, yaitu gerak penduduk dari satu Negara gerak penduduk atau mobilitas mengandung arti sebagai masuk ke Negara kita. pindah tempat (pemanen atau tidak permanen) dengan 2. Non Permanen, yaitu pindah tempat tinggal secara menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari suatu sementara atau tidak menetap di tempat baru unit geografis ke satu unit geografis lainnya. 1) Sirkulasi atau gerak berselang dalam jangka Definisi ini secara tidak langsung melibatkan tempat pendek, repetitive (berulang kali) dalam periode tinggal orang yang melakukan mobilitas atau gerak tertentu.

199 200 2) Komutasi atau gerak harian, yaitu gerak penduduk therefore are usually repetitive, cyclic and yang terjadi secara rutin setiap hari. oscillatory”

Dewasa ini salah satu bentuk gerak penduduk yang Mantra (1978) dalam penelitiannya tentang mobilitas yang cenderung banyak terjadi adalah migrasi sikrkulasi mendalam di dua dukuh membedakan sirkulasi menjadi (pelakunya disebut migrant sirkuler). Kartomo (1981), beberapa kelompok, yaitu (1) kunjungan (visiting), (2) mengatakan bahwa apabila seseorang tidak bermaksud sekolah (school), (3) buruh (wage work), (4) keterkaitan menetap di daerah yang didatangi dan telah tinggal di dengan sosial budaya (sosial-cultural commitment), (5) daerah itu kurang dari tiga bulan, maka orang tersebut melaksanakan suatu tugas (business) dan (6) berdagang dapat digolongkan dalam migran sirkuler. Sementara (trading). Dalam penelitian ini hanya ditekankan pada menurut Hadisupadmo (1991), mobilitas sirkuler adalah migran yang bekerja saja, baik sebagai buruh, berdagang penduduk yang bekerja di luar wilayah desanya dan maupun melaksanakan suatu tugas. Yang dimaksud pulang kembali setelah minimal dua hari dan maksimal dengan bekerja adalah melaksanakan suatu kegiatan atau enam bulan baik secara teratur maupun tidak. Batas waktu membantu melaksanakan suatu kegiatan untuk minimal dua hari untuk membedakan dengan mobilitas mendapatkan uang, barang atau jasa dalam waktu enam ulang-alik dan batas waktu maksimal enam bulan untuk bulan terakhir. Menurut Mantra (1978), migran sirkuler membedakan dengan migran menetap. Mantra (1988), dalam masyarakat jawa dikenal sebagai beboro atau boro. menyatakan bahwa batasan tempat dan waktu tersebut Sementara itu Prawiraatmadja (Wariso, 1989), lebih banyak ditentukan berdasarkan kesepakatan. menjelaskan boro sebagai mencari untung, dimana boro Lebih lanjut Hadisupadmo (1991) mengatakan mengandung unsur-unsur: (1) pergi ke daerah lain untuk bahwa ciri utama migran sirkuler adalah masih tercatat sementara; (2) atas kemauan sendiri; (3) memiliki tujuan ke sebagai penduduk daerah asal secara resmi, bukan sebagai daerah tertentu atau berpindah-pindah dari satu daerah ke penduduk daerah tujuan. Hal ini sesuai dengan apa yang daerah lain; (4) tujuan mencari nafkah; dan (5) penghasilan dikemukakan oleh Chapman (1977) bahwa yang menjadi yang diperoleh di daerah lain dibawa pulang untuk fokus dalam studi sirkulasi penduduk diantaranya adalah mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Lebih lanjut tidak adanya perubahan tempat tinggal secara permanen, Prawiraatmadja menjelaskan bahwa dengan menggunakan seperti yang dinyatakan sebagai: istilah boro, maka sebenarnyalah motif ekonomi yang berada di balik migrasi sirkuler, karena dengan melakukan “The study of circulation focuses upon all those migrasi sirkuler keluarga migran sirkuler memiliki sumber form of movement that involve no changes in nafkah ganda, di desa dan di kota. Sumber nafkah ganda permanent places of residence, and which

201 202 disamping bermanfaat untuk menambah penghasilan juga desa, yaitu; adanya sifat kekeluargaan, sifat gotong royong, mempertinggi ketahanan subsistensi keluarga. guyub atau penuh kerukunan, biaya hidup murah, dan Orang yang melakukan migrasi atau migran pada dapat bercocok tanam. dasarnya memiliki motivasi yang berbeda-beda. Revenstein Sementara kota sebagai daerah tujuan memiliki dengan hukum-hukum migrasinya menyebutkan bahwa faktor penarik yang menyebabkan seseorang tertarik untuk migrasi dipengaruhi oleh jarak, gender dengan motivasi pergi ke kota, yaitu tersedia pekerjaan disektor S & M ekonomi sebagai motivasi yang dominan. Berbeda dengan (Service & Manufacture, jasa dan pabrikasi), Sarpras itu C Jansen dalam teori kesempatan antara (Intervening trransportasi tersedia, Keberadaan kawan atau saudara. opportunities Theory) yang menyebutkan bahwa jumlah Namun kota juga memiliki faktor penolak yang orang yang pergi ke suatu jarak tertentu berbanding menyebbakan orang enggan untuk tinggal di kota, yaitu: langsung dengan jumlah kesempatan pada jarak tersebut, kriminalitas yang tinggi dan biaya hidup tinggi. dan berbanding terbalik dengan jumlah kesempatan antara. Berbeda dengan keduanya, Everett Lee (1966) Migrasi, pembangunan dan perubahan mengemukakan teori dorong-tarik (Push-Pull Theory), Migrasi sebagai suatu kenyataan sosial tidak dapat dimana seorang yang melakukan migrasi dipengaruhi oleh dipungkiri telah menyumbang dalam proses pembangunan faktor daerah asal, daerah tujuan, pribadi dan rintangan- dan perubahan yang terjadi, baik di daerah asal maupun rintangan antara. Lebih lanjut Lee mengatakan bahwa tiap- daerah tujuan. Bahkan Goldscheider (1985) mengatakan tiap daerah memiliki: bahwa migrasi berhubungan dengan proses sosial, baik a. Faktor minus (kekuatan sentrifugal): mengikat orang sebagai sebab maupun akibat. Lebih jauh Goldscheider dalam suatu daerah atau memikat orang terhadap menggambarkan adanya variasi tipe-tipe migrasi yang daerah tersebut kompleks dalam struktur sosial suatu masyarakat. Oleh b. Faktor plus (kekuatan sentripetal): faktor yang karena itu, perubahan struktur sosial masyarakat tidak cenderung menolak mereka hanya mengubah pola-pola migrasi, tetapi perubahan c. Faktor indiferen, netral, tak punya pengaruh menolak migrasi secara perlahan-lahan bisa mengubah struktur atau menerima. sosial masyarakat di suatu komunitas atau kelompok- Sebagai daerah asal migran desa memiliki faktor kelompok sosial yang berbeda. pendorong yang menyebabkan seseorang tertarik untuk Hal senada juga dikemukakan oleh beberapa ahli, keluar desanya yang berupa terbatasnya fasilitas, terbatas diantaranya Simmons, Mantra dan Hadisupadmo. pekerjaan hanya sektor A (Agriculture, pertanian) dan upah Simmons (1984), berpendapat bahwa migrasi merupakan yang rendah. Namun daerah asal memiliki faktor penahan bagian yang integral dari perubahan sosial ekonomi suatu yang membuat orang mau bertahan untuk tetap tiggal di daerah. Lebih lanjut Siimons mengatakan bahwa terdapat

203 204 hubungan yang saling mempengaruhi antara migrasi “…… flows of wealth are undoubtedly important, dengan perubahan sosial ekonomi yang tampak secara not only to the villagers but also to the migrants”. nyata pada migran yang telah berhasil dalam kehidupannya. Selain itu Caldwell menyatakan bahwa 56 persen Mantra (1988), berpendapat bahwa migrasi migran mengirim uang ke desa secara teratur, 27 persen berpengaruh positif terhadap daerah asal karena membawa mengirim kalau ada persediaan dan 17 persen mengirim uang, barang-barang dan gagasan untuk pembangunan. kalau diminta. Kalau dilihat dari kondisi daerah asal, maka Para migran dapat memperoleh ide-ide, pengetahuan, dan terdapat perbedaan keteraturan remitan antara desa yang pangalaman baru di kota yang sangat berguna untuk miskin dengan desa yang relatif lebih baik kondisi memajukan masyarakat desa asal dan mendorong bagi lahannya. Desa miskin lebih menggantungkan kehidupan perubahan sosial. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi ekonominya pada remitan daripada desa yang kondisi antara lain adalah perubahan gaya hidup yang meliputi lahannya lebih baik. Keadaan ini sesuai dengan hasil gaya bangunan rumah, pemilikan barang-barang simbol penelitian Hull (197) di Jawa yang menyatakan bahwa status, gaya pakaian dan perubahan gaya bahasa yang makin miskin suatu keluarga makin bergantung kepada digunakan. bantuan ekonomi dari anak. Sementara Hugo (1975), dari Senada dengan itu Hadisupadmo (1991), hasil penelitian di Jawa Barat, menyimpulkan bahwa berpendapat bahwa migrasi berpengaruh positif terhadap remitan merupakan faktor yang amat penting untuk pembangunan desa terutama dalam pengelolaan lahan membina hubungan dengan daerah asal. Keluarga batih pertanian dan perbaikan lingkungan desa serta secara merupakan satu kesatuan sosial ekonomi, maka bagi langsung berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga migran bujangan remitan diberikan kepada orang tuanya, migran sirkuler. sedangkan bagi yang telah kawin diberikan kepada Ketiganya berpendapat bahwa pengaruh migran istrinya. terhadap pembangunan dan perubahan desa karena para Connell et al. (1976), berpendapat bahwa remitan migran membawa sesuatu dari daerah tujuan yang disebut adalah pengiriman uang atau barang antara migran dan dengan remitan. Pada awalnya pengertian remitan adalah anggota keluarga di desa. Berdasarkan ini maka Connell et pengiriman uang atau barang (Caldwell, 1969). Dalam al. membedakan remitan menjadi dua macam, yaitu penelitian di Ghana itu Caldwell menyatakan bahwa arus inremittance dan outremittance. Inremittance adalah balik yang berupa uang dan barang merupakan aspek yang pengiriman atau pemberian uang atau barang-barang dari paling penting dengan adanya arus migrasi keluar dilihat migran ke daerah asal, sedangkan outremittance adalah dari segi ekonomi. Caldwell (1969), menyatakan: sebaliknya, yaitu pengiriman atau pemberian barang- barang dari daerah asal kepada migran.

205 206 Demikian juga pengertian remitan dalam United yang diperkirakan obyektif dari daerah asal dan tujuan, States Department of Commerce (1977) yaitu “the flow of disamping mungkin ciri-ciri struktural dari arus gerak funds back into the village” atau aliran uang ke desa. Tetapi penduduk itu. Minat utama analisis ini adalah untuk oleh Curson (1981) pengertian remitan tidak hanya terbatas mengetahui volume arah-arah dan migrasi netto di pada pengiriman uang ke desa dalam segala bentuknya, berbagai daerah atau antar daerah tetapi juga pengiriman barang-barang, yang dinyatakan 2. Tingkat Mikro; menurut Germani dibagi menjadi : sebagai: a. Tingkat obyektif; yaitu menganalisa semua faktor “pendorong-penarik” dan berbagai kondisi “……… involve a bewildering array of transfer, komunikasi, aksessibiliti dan kontrak antara daerah debt repayment, gifts, donations, transfers of asal dan tujuan. Kondisi obyektif tidak bekerja pada goods, and services to the distribution of profits suasana vakum, melainkan bekerja dalam suatu and commercial payment”. kontekas norma dan psiko sosial. b. Tingkat Normatif; yaitu menganalisa dalam norma, Selain remitan berupa uang dan barang Mantra (1988), kepercayaan masyarakat dan nilai-nilai masyarakat menyebutkan bahwa remitan dapat juga berupa gagasan asal tak hanya ditemukan kriteria apa yang harus atau ide-ide, pengetahuan, dan pengalaman baru yang dipandang sebagai kondisi baik dan buruk tetapi diperoleh selama bekerja di kota. juga pola sikap dan perlaku yang mengatur migrasi. Namun demikian proses migrasi juga memberikan c. Tingkat Psiko Sosial; yaitu analisa terhadap sikap dampak tersembunyi bagi pelaku migrasi, yaitu gegar dan harapan-harapan dari tiap individu secara budaya (cultural lag). Gegar budaya merupakan suatu kongkrit. kondisi dimana kebudayaan materiil lebih cepat daripada kebudayaan immateriilnya atau adanya kesenjangan Prinsip Resiprositas pada Masyarakat Agraris yang budaya antara suatu masyarakat terhadap budaya Sedang Berubah masyarakat lainnya. Pada masyarakat sedentary (masyarakat yang terikat pada tanah) kekuatan hukum adat dalam kehidupannya Untuk mengetahui pengaruh gerak penduduk baik terasa lebih kuat daripada hukum negara dan agama. Hal bagi daerah asal maupun daerah tujuan dapat dilakukan ini terjadi karena ikatan antara masyarakat dengan dengan melakukan analisa gerak penduduk. Analisa gerak lingkungan tempat tinggalnya dan dengan masyarakat penduduk dapat dilakukan dalam 3 tingkat, yaitu dalam lingkungannya begitu erat. Kekuatan hukum adat 1. Tingkat Makro; menurut RJ Pryor yaitu sebab-sebab semakin terlihat apabila terjadi konflik dalam masyarakat, gerak penduduk disimpulkan dengan melihat ciri-ciri maka masyarakat akan lebih cenderung menggunakan

207 208 hukum adat sebagai pemecahannya daripada hukum disebabkan oleh kebudayaan materiil (misalnya; teknologi) negara ataupun hukum agama. dan bukannya kebudayaan immateriil (misalnya; sistem Keeratan hubungan antara masyarakat dengan nilai). hukum adatnya dapat dipahami, karena masyarakat itu Perilaku orang dalam suatu cara disebabkan apa sendirilah yang ‘menciptakan’ hukum adat dan masyarakat yang tetangga, teman, anggota kelompok lakukan. Perilaku pulalah yang dikenai hukum adat tersebut. Sementara dapat disebabkan karena ada keinginan kuat untuk dengan hukum negara dan agama masyarakat merasa memelihara hubungan baik dengan lingkungan dan dengan bahwa kedua hukum itu bukan ‘ciptaannya’ , oleh karena itu penguasa. Malinowski berpendapat bahwa intisari hukum tidak merasa bahwa hukum itu dapat dikenakan pada terjalin dalam prinsip resiprositas, tetapi tidak berarti mereka. Sehingga hukum adat lebih efektif dalam bahwa semua yang merupakan hukum dapat digolongkan masyarakat bila dibandingkan dengan hukum negara dan pada asas resiprositas. agama. Asas resiprositas muncul dalam masyarakat sebagai Seiring dengan berjalannya waktu, pembangunan akibat adanya persamaan nasib karena hidup dalam mulai dapat dirasakan hasilnya. Dalam masyarakat mulai lingkungan yang sama, lingkungan yang memberi batasan timbul perubahan-perubahan, baik mengenai nilai-nilai dalam gerak penduduknya. Batasan-batasan gerak tersebut sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola perikelakuan, disebabkan karena jarak antar mereka yang jauh dan organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, ketiadaan sarana dan prasarana transportasi, selain lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan keterikatan masyarakat dengan tanah kelahiran atau wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sedentary dan terhadap kekerabatan menjadi sangat kuat5. pada bidang tertentu akan mempengaruhi perubahan pada Menurut Scott6, prinsip resiprositas berdasarkan bidang lainnya. gagasan yang sederhana saja, yakni bahwa orang harus Perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum tidak selalu berlangsung bersama-sama. Pada keadaan 5 Hal ini disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X mengenai tertentu perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh Konsep Nusantara Dalam Falsafah Jawa Kaitannya dengan Transmigrasi perkembangan unsur-unsur lain dari masyarakat serta dalam Seminar Nasional Membangkitkan Budaya Kepeloporan dlm kebudayaannya, atau mungkin sebaliknya yang terjadi. Mobilitas Penduduk di Jakarta 19-20 April 1994. 6 Dengan demikian hukum adat dalam suatu masyarakat James C Scott. 1976. The Moral Economy of The Peasant. Diterjemahkan oleh Hasan Basri dengan Judul Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan akan mengalami singgungan oleh perubahan sosial dalam Subsistensi di Asia Tenggara. Mengutip pendapat Gouldner dalam The masyarakat tersebut. Meskipun demikian, hukum adat Norm of reciprocity. P. 171. Sebenarnya terjemahan dari judul diatas lebih dapat bertahan dari perubahan sosial, selama kurang tepat, mengingat ekonomi yang disajian dalam tulisan ini adalah perubahan sosial tersebut lebih pada perubahan yang moralnya petani, sehingga mungkin yang tepat adalah ekonomi petani yang bermoral.

209 210 membantu mereka yang pernah membantunya atau selamatan9. Prinsip yang sama seringkali mengatur setidak-tidaknya jangan merugikannya. Labih khusus lagi, pertukaran sumber-sumber pangan dalam lingkungan desa. prinsip ini mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa Satu keluarga yang sedang dalam kesulitan akan yang diterima menciptakan, bagi si penerima, satu mengharapkan bantuan dari orang-orang lain yang kewajiban timbal balik untuk membalas hadiah atau jasa keadaannya lebih baik, dan mengharapkan akan dapat dengan nilai yang setidak-tidaknya sebanding di kemudian membalas apabila situasinya terbalik. hari. Malinoswki dan Mauss, menemukan bahwa prinsip Dalam masyarakat tradisional jelaslah bahwa resiprositas berfungsi sebagai landasan bagi struktur resiprositas terkait dengan siklus pertanian dan seremonial. persahabatan dan persekutuan dalam masyarakat- Hal ini pada umumnya berlaku di dalam lingkungan masyarakat tradisional7. pemukiman desa dimana tekanan-tekanan sosial dalam Dalam masyarakat asas resiprositas terlihat dari komunitas memperkuat perasaan-perasaan hutang budi. beberapa kegiatan yang sudah mendarah daging dilakukan Suatu hal yang penting disini adalah bahwa pertukaran itu dan senantiasa mendapat perhatian yang serius oleh menyangkut nilai-nilai yang dapat diperbandingkan. masyarakat, yaitu antara lain; gotong royong membangun Sebagai perbandingan dalam melihat asas rumah (sambatan), kerja bakti (gugur gunung)8, bantuan resiprositas dalam kontrol sosial di perdesaan akan tenaga maupun materi bagi orang lain yang sedang dipaparkan dari tiga daerah yang secara empirik telah memiliki hajat seperti; pernikahan, sunatan, dan hajatan dilakukan peneitian yaitu Desa Mulusan, Sodo10 dan Desa lainnya (nyumbang) dan secara ritual dalam bentuk Nglegi11, dalam sambatan, gugur gunung, nyumbang, dan selamatan.

7 Malinowski .Crime and Custom in savage Society. 1962 dan Marcel Mauss. The Gift: Form and Function of Exchange in Archaic. 1954. Maus dalam hal ini berpendapat bahwa sebagian besar dari analisanya mengenai “prestation” serta kaitan-kaitan sosial yang diciptakannya juga 9 Selamatan merupakan suatu acara makan bersama yang dihadiri oleh diterapkan kepada masyarakat-masyarakat non tradisional. tetangga, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa penting dalam 8 Gugur gunung dalam masyarakat di Gunung Kidul berbeda dengan kehidupan rumah tangga petani seperti membangun rumah, kematian kerja bakti yang dilakukan bersama-sama untuk membersihkan jalan, salah satu anggota keluarga, kelahiran anak, panen yang berhasil dan membuat selokan dan sebagainya. Tetapi merupakan ‘pemotongan sebagainya. gunung’ disekitar rumah penduduk. Pemotongan ini dilakukan karena 10 Kedua desa diteliti oleh I.B. Mantra tahun 1988 dan Sunarto keadaan geografis Gunung Kidul yang berbukit-bukit, sehingga hampir Hadisupadmo tahun 1991. Meskipun kedua peneliti lebih semua rumah penduduk tanahnya diperoleh dari memotong bukit kecil menekankan telaah dari sisi kependudukan, terutama mengenai di sekitar rumah. Kegiatan ini mengandung asas resiprositas karena Migran, tetapi dalam karya tulis keduanya ditemukan kajian-kajian suatu saat setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk yang bersifat ilmu sosial. melakukan ‘pemotongan gunung’ 11 Desa Nglegi pernah diteliti penulis tahun 1991 dan 1999.

211 212 Sambatan akan membangun rumah pada tempat yang baru. Dapat Pada ketiga desa seorang warga akan dikatakan bahwa tidak seorangpun di Gunung Kidul yang menyempatkan diri untuk datang, meskipun bekerja dan membangun rumah tanpa melakukan Gugur gunung. mondok di luar daerah, terutama apabila dapat dengan Seperti sambatan, seorang warga desa akan menyempatkan mudah dijangkau dari desanya, misalnya Yogya yang diri untuk datang dan berpartisipasi dalam gugur gunung hanya berjarak lebih kurang 25 kilometer. Seandainya warga lain, meskipun bekerja dan mondok di luar daerah, tidak bisa, warga desa Mulusan dan Sodo akan pamit pada terutama apabila dapat dengan mudah dijangkau dari kesempatan sebelum dimulai sambatan dengan membawa desanya, misalnya Yogya, meskipun harus libur sementara bantuan uang sekedar untuk ‘membeli paku’. Tidak berbeda untuk tidak mencari nafkah (berdagang atau menjadi jauh dengan di Desa Nglegi, hanya seseorang di rantau buruh) Seandainya tidak bisa, warga desa Mulusan dan yang dekat (Yogyakarta) akan menyempatkan diri untuk Sodo akan pamit pada kesempatan sebelum dimulai pulang, meskipun harus libur sementara untuk tidak sambatan dengan memberikan harapan, mudah-mudahan mencari nafkah (biasanya berdagang atau menjadi buruh). dapat pulang dan ikut gugur gunung meskipun hanya Meskipun tidak ada ‘uang’ untuk mengganti ketidak ‘matun’ atau menyabut rumput. Tidak berbeda dengan di hadirannya, masyarakat di Desa Nglegi percaya bahwa Desa Nglegi, seseorang di rantau yang dekat (Yogyakarta) yang di rantau akan datang. Hal ini dilakukan karena akan menyempatkan diri untuk pulang, meskipun harus apabila ia tidak dapat ikut sambatan tanpa ada keterangan, libur sementara untuk tidak mencari nafkah (biasanya maka bekel pada kesempatan lain akan menanyakan pada berdagang atau menjadi buruh atau bekerja yang tidak yang bersangkutan. Keterangan bekel inilah seolah-olah terikat waktu atau bekerja yang dapat mengatur dirinya yang melegitimasi sanksi dari masyarakat, meskipun untuk kapan bekerja dan kapan libur). Sesuatu yang sebelumnya masyarakat sudah memberikan sanksi istimewa dalam gugur gunung ini adalah tidak dikenalnya ‘dibicarakan’. Sanksi berikutnya akan dihentikan atau lebih bantuan yang berupa uang, semuanya dalam bentuk berat (sanksi paling berat adalah tidak di’sambati’ atau tidak tenaga. Hal ini dilakukan karena apabila ia tidak dapat ikut akan datang para tetangga apabila yang bersangkutan gugur gunung tanpa ada keterangan, maka bekel pada mengadakan sambatan di masa yang akan datang kesempatan lain akan menanyakan pada yang tergantung dari ‘legitimasi’ bekel. bersangkutan. Keterangan bekel inilah seolah-olah yang melegitimasi sanksi dari masyarakat, meskipun sebelumnya masyarakat sudah memberikan sanksi Gugur gunung ‘dibicarakan’ atau dipergunjingkan dalam masyarakat. Gugur gunung bagi masyarakat di Gunung Kidul Sanksi berikutnya akan dihentikan atau lebih berat di masa menjadi pekerjaan rutin yang dimiliki oleh seseorang yang yang akan datang tergantung dari ‘legitimasi’ bekel,

213 214 masyarakat dengan sendirinya akan menjatuhkan sanksi Sumbangan yang diberikan dicatat oleh orang yang yang sama. ditunjuk bekel dan tuan rumah. Hal ini dilakukan untuk pada hari itu juga akan dikembalikan dalam bentuk ulih- ulih dengan jumlah yang lebih sedikit tetapi lengkap Nyumbang kepada penyumbang. Tradisi nyumbang bagi masyarakat di Gunung Kidul, Sementara di kesempatan lain apabila penyumbang terutama pada ketiga desa diatas, merupakan salah satu memiliki hajat maka orang yang memiliki hajat akan cermin kuatnya ikatan solidaritas warga. Sumbangan dari menyumbang dengan barang dan jumlah yang sama. orang lain sangat dibutuhkan, mengingat kondisi geografis Orang yang ditunjuk oleh bekel ini merupakan orang Gunung Kidul yang berbukit-bukit dan kering, sehingga kepercayaan bekel untuk mengontrol terjadinya arus merupakan daerah minus, baik minus air maupun minus sumbangan dan menjadi acuan bagi bekel untuk bertindak sumber pangan. Sehingga untuk melakukan suatu hajat, apabila dikemudian hari terjadi gunjingan-gunjingan oleh pernikahan, sunatan ataupun yang lainnya, dibutuhkan masyarakat sehubungan dengan sumbangan. suatu usaha yang memerlukan waktu lama. Kondisi ini sangat dijaga oleh masyarakat di Desa Berdasarkan kondisi seperti diatas maka dapat Nglegi, karena mereka beranggapan bahwa dengan dimengerti kalau bentuk sumbangan yang diberikan memberikan bantuan dalam bentuk bahan pangan lebih berupa bahan-bahan pangan dan air. Bahan-bahan pangan berharga, sehingga tuan rumah yang punya hajat tidak yang dijadikan sumbanganpun berbeda-beda tergantung kebingungan untuk berbelanja ke pasar, mengingat pasar jenis hajat. Sumbangan untuk pernikahan berbeda dengan desa tidak mencukupi untuk pengadaan bahan pangan untuk sunatan atau khitanan, meskipun perbedaannya dalam jumlah cukup besar. Selain itu jumlah sumbangan tidak begitu besar. Bahan pangan ‘wajib’ yang dijadikan yang diberikan juga berarti bahwa pemberi ‘sedang sumbangan adalah beras, gula pasir, gula merah, kelapa, memproklamirkan-diri’ status sosialnya. mie, beras ketan dan jadah12 , pisang, daun pisang atau Keadaan ini secara fisik berbeda dengan di Desa daun jati, bumbu dapur dan tempe atau tahu. Jumlah Mulusan dan Sodo, dimana di kedua desa tersebut sumbangan yang diberikan menunjukkan kedekatan secara sumbangan yang diberikan tidak dalam bentuk barang kerabat dari pemilik hajat dan status sosialnya. tetapi sudah berganti dalam bentuk uang. Besarnya sumbangan bervariasi, tergantung bentuk hajatan dan kedekatan secara kerabat dari pemilik hajat dan status 12 Jadah merupakan makanan yang harus ada dalam sumbangan, terbuat sosialnya. Besarnya sumbangan berkisar antara dari ketan yang dimasak dengan cara khusus, dan setelah masak Rp 2.500,- sampai Rp 10.000,-. Meskipun demikian kemudian dilekatkan dengan cara ditumbuk baru kemudian didiamkan sumbangan dalam bentuk uang ini juga dicatat oleh orang selama sehari semalam.

215 216 yang diberi kuasa oleh bekel dan pemilik hajat. Hanya saja Pada saat selamatan ini seluruh anggota masyarakat terlibat hal ini tidak mempengaruhi bentuk ulih-ulih yang diberikan didalamnya, termasuk warga desa yang bekerja dan kepada penyumbang dari si empunya hajat, tetapi untuk mondok di luar desa. Mereka akanmenyempatkan diri masa yang akan datang akan berpengaruh apabila si untuk pulang, meskipun harus ctui dari pekerjaannya atau penyumbang memiliki hajat yang sama. libur sementara dari berdagang dan menjadi buruh. Bekel atau penewu dalam menegakkan hukum adat Berbeda dengan sumbangan diatas, jumlah bahan pangan bersumber pada orang kepercayaan yang bertugas yang diberikan dalam selamatan ini jauh lebih sedikit, yaitu mencatat arus sumbangan. Apabila terjadi pelanggaran hanya berupa nasi, urapan dan lauk satu piring dan setiap proses yang terjadi tidak seperti pada sambatan dan gugur keluarga hanya satu piring. gunung, tetapi lebih singkat. Bekel atau penewu tidak akan Penyetoran kepada pihak dukuh atau desa dicatat menanyakan kepada pelanggar kenapa ia melanggar, tetapi kelengkapannya oleh orang yang dipercaya bekel atau langsung menjatuhkan sanksi atau catatan untuk masa penewu untuk mengontrol. Orang ini biasanya juga yang yang akan datang, sementara itu hukuman dari masyarakat mencacat dalam kegiatan menyumbang. Sanksi yang yang berupa ‘dibicarakan’ atau menjadi ’pembicaraan diberikan apabila dilanggar berlaku saat selamatan itu juga. banyak orang’ sudah berlaku. Kuatnya sanksi ini membuat Mulai dari dibicarakan dengan sindiran, dipermalukan setiap warga berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi sampai pengucilan dari semua kegiatan yang berhubungan kewajibannya dalam menyumbang, meskipun harus dengan desa atau dusun. Hal ini secara psikologis berarti berhutang kepada sanak saudaranya. juga pengucilan dari masyarakat secara umum, karena orang yang tidak terlibat dalam selamatan ini dianggap tidak memiliki tetangga. Kuatnya sanksi ini membuat setiap Selamatan warga berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi Hukum adat yang berlaku dalam selamatan memiliki kewajibannya dalam selamatan, meskipun harus berhutang sanksi yang eling berat dibandingkan dengan lainnya, kepada sanak saudaranya. terutama selamatan yang berkenaan dengan selamatan desa. Sementara selamatan yang berkenaan dengan Migrasi yang dilakukan oleh manusia ke segala kelahiran bayi, kematian dan mendirikan rumah tidak penjuru dunia, ternyata membawa dampak yang sangat berbeda dengan lainnya. Baik dalam bentuk sumbangannya luar biasa, baik dampak positif maupun negatif. Seiring maupun sanksi yang diberikan kepada pelanggar. Hal ini dengan hal itu usaha-usaha yang perlu dilakukan adalah berlaku di semua desa di Gunung Kidul, tidak terkecuali di mengerem dampak negatif yang ditimbulkan didaerah asal Desa Mulusan, Sodo dan Nglegi. maupun daerah tujuan. Selamatan desa berkenaan dengan upacara bersih desa, sebagai awal tanam padi gogo, dan selamatan panen.

217 218 DAFTAR PUSTAKA Chambers, Robert. 1996. PRA, Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Curson, P. 1981. Remmitance and Migration: The Asy’ari, Sapari. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Usaha Commerce of Movement. Journal of Population Nasional. Surabaya. Geography. Vol. 3, Number 1 and 2. June- Bayunus, Ilyas dan Farid Ahmad. 1988. Sosiologi December 1981. Islam dan Masyarakat Kontemporer. Mizan. Dube, S.C. 1988. Modernization and Development: the Search for Alternative Paradigms. London: Zed Belling & Kotten. 1985. Modernisasi. CV Rajawali & Book Ltd. YIIS. Jakarta Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi Modern. Bendix, R dan Lipset, SM. 1968. Max Weber, “Class, Diterjemahkan oleh Suryatim. UI-Press. Status and Party”, Class, Status and Power. Jakarta. Routledge & Kegan Paul Ltd. London. Friedman M, Lawrence. 1977. Law and Society, an Beteille, Andre. 1979. Studies in Agrarian Social Introduction. Printice Hall. New Jersey. Structure. Cetakan ketiga. Oxford University Geertz. C. 1963. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial dan Press. New Delhi. Modernisasi Ekonomi di Dua Kota di Indonesia. Bertrand, Alvin. 1980. Sosiologi, Kerangka Acuan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Metode Penelitian, Teori-teori tentang Sosiologi, Goldscheider, Calvin. 1985. Populasi, Modernisasi dan Kepribadian dan Kebudayaan. PT Bina Ilmu. Struktur Sosial. Terjemahan oleh Al Ghozali Jakarta. Usman dan Andre Bayo Ala. CV Rajawali. Blau, Peter dan Marshall W Meyer. 1987. Birokrasi Goode, J.W. 1995. The Family. Terjemahan oleh Dalam Masyarakat Modern. Diterjemahkan oleh Lailahanoum. Sosiologi Kelurarga. Bumi Gary R Yusuf. UI Press. Jakarta Aksara Jakarta. Bouma, PJ. 1982. Sosiologi Fundamental. Djambatan. Griffin, K. 1976. Land Concentration and Rural Poverty. Jakarta New York: Holmes & Meier Publisher Inc. Castles, L, et.al. 1986. Birokrasi: Kepemimpinan dan Hadisupadmo, Sunarto. 1991. Pengaruh Remiten migran Perubahan Sosial di Indonesia (Kumpulan Esai). sirkuler Terhadap Kesejahteraan Keluarga Migran Hapsara. Surakarta. dan Desa Asal: Suatu Kajian di Desa Mulusan dan Sodo. Disertasi. Universitas Gadjah Mada. Lippitt, Ronald, Jeanne Watson dan Bruce Westley. Yogyakarta. 1958. Planned Chenge. Harcourt, Brace & World Horton, Paul & Chester L Huntl. 1999. Sosiologi jilid Inc. I & 2. Ed 6. Erlangga. Jakarta. Mantra, I.B. 1988. Population Mobility and The Link Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Between Migrans and the Family Back Homes in Totowa, New Jersey, United Ngawis Village, Gunung Kidul Regency, Inayatullah. 1980. Development of Monitoring and Yogyakarta Special Region. The Indonesian Evaluation System for Rural Development in Asia, Journal of Geography. Vol. 18. No. 55 June. Some Asiaan Experiences. Asian and Pacific Peters A.A.G dan Koesrini Siswosoebroto. 1988. Development Administration Centre Kuala Hukum dan Perkembangan Sosial. Pustaka Sinar Lumpur. Malaysia. P. 53-75. Harapan Jakarta. Johnson, Paul oyle. 1982. Teori Sosiologi klasik dan Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Modern. Diindonesiakan oleh Robert MZ Pertanian. UGM Press. Yogyakarta. Lawang. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum. Penerbit Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Alumni Bandung. Indonesia. FE-UI Pres. Jakarta Rambo, Terry, 1981, Coceptual Approaches To Human Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Ecology: A Sourcebook On Alternative Paradigms Pembangunan. PT Gramedia. Jakarta. For The Study Of Human Interaction With The Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Environment, East-West Environment and Critical Review of Concepts and Definitions. Policy Institut, Honolulu, Hawaii. Cambridge, MA: Peabody Museum Raz. Joseph 1980. Concept of Legal System. Clarendo Laeyendecker. 1983. Tata, Perubahan dan Press. Oxford. Ketimpangan Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Rusli, Said. 1982. Gerak (Mobilitas) Penduduk Gramedia. Jakarta. Pedesaan di Jawa Tengah. IPB. Bogor. Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan. Andi Offset. Sairin, Sjafri, Pujo Semedi dan Bambang Hudayana. Yogyakarta. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sajogjo dan Sajogjo Pujiwati. 1995. Sosiologi Sorokin, Pitirin. 1959. Social and Cultural Mobility. Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta. The Free Press Glencoe Collier-Mac Millan Sajogjo, Pujiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Limited. London. Pascasarjana IKIP Jakarta dan BKKBN. Simmons, A.B. 1984. Migration and Rural Jakarta. Development, Coceptual Approachs, Research Scott C James. 1976. The Moral Economy of The Finding and Policy Issues, Population, Peasant. Terjemahan Hasan Basri: Moral Distribution, Migration, and Development. Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di United Nation. New York. Asia Tenggara). LP3ES. Jakarta Smelser, N.J. 1966. The Modernization of Social Sitorus, Felix dkk. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Relations. Cambridge Mass. Voice of American Dokis. IPB. Bogor. Forum Lecture) Soekanto, Soerjono. 1980. Pokok-pokok Sosiologi Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun Hukum. CV Rajawali. Jakarta. Perekonomian Rakyat. Pustaka Pelajar. Jakarta. ______. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. FE UI Grafindo. Jakarta. Press. Jakarta. ______, 1993, Beberapa Teori Sosiologi tentang Surjomihardjo, A. 2000. Kota Yogyakarta 1880-1930: Struktur Masyarakat, PT Raja Grafindo Sejarah Perkembangan Sosial. Yayasan Untuk Persada, Jakarta. Indonesia. Jakarta. Soekanto, Soerjono dan Tjandrasari, Heri. 1983. Susanto, Astrid. 1983. Pengantar Sosiologi dan Beberapa aspek Sosio Yuridis Masyarakat. Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta. Penerbit Alumni Bandung. ______. 1994. Sosiologi Pembangunan. Bina Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan Sosial di Cipta. Jakarta. Yogyakarta (terjemahan). Gadjah Mada Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Pembangunan University Press. Yogyakarta. Masyarakat. Pustaka Jaya. Jakarta. ______. 1995. Bureaucracy in Changing Syed Hasan, Syarifah Saleha. 1993. Perubahan dan Culture. Indonesian Law and Administrative Kesinambunagn Tradisi Undang-undang Pribumi Review, Vol (1): 26-59. di Sabah. Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia. Bangi. Tjondronegoro, S.M.P. 1978. Modernisasi Pedesaan: Pilihan Strategi dasar Menuju Fase Lepas Landas?. Prisma 3 April 1978. ______. 1984. Social Organization and Planned development in Rural Java. Singapore Oxford University Press Oxford, new York. T.O. Ihromi. 1984. Antropologi dan Hukum. Yayasan Obor Indonesia.