Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

KEANEKARAGAMAN JENIS DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN RORO KUNING KECAMATAN LOCERET KABUPATEN NGANJUK

THE DIVERSITY OF SQUAMATA IN THE TOURIST AREA WATERFALL RORO KUNING KECAMATAN LOCERET KABUPATEN NGANJUK

Oleh: SEPTI WULANDARI 13.1.01.06.0034

Dibimbing oleh : Dr. Sulistiono, M.Si. Tisa Rizkika N. A., S.Pd., M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2017

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap :Septi Wulandari NPM :13.1.01.06.0034 Telepun/HP :0857 8529 3572 Alamat Surel (Email) :[email protected] Judul Artikel :Keanekaragaman Jenis Squamata di Kawasan Wisata Air Terjun Roro Kuning Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk Fakultas – Program Studi :FKIP-Pendidikan Biologi Nama Perguruan Tinggi :Universitas Nusantara PGRI Kediri Alamat Perguruan Tinggi :Jl. KH. Achmad DahlanNo. 76, Mojoroto, Kota Kediri

Dengan ini menyatakan bahwa : a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarisme; b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mengetahui Kediri, 7 Agustus 2017

Pembimbing I Pembimbing II Penulis

Dr. Sulistiono, M.Si. Tisa Rizkika N. A., S.Pd., M.Sc. Septi Wulandari NIDN. 0007076801 NIDN. 0705038901 NPM. 13.1.01.06.0034

Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 1|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

KEANEKARAGAMAN JENIS SQUAMATA DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN RORO KUNING KECAMATAN LOCERET KABUPATEN KEDIRI

Septi Wulandari 13.1.01.06.0034 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi Pendidikan Biologi [email protected] Dr. Sulistiono, M.Si. Tisa Rizkika N. A., S.Pd., M.Sc. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

Studi tentang reptil di Jawa dan sekitarnya masih sangat jarang dilakukan. Salah satunya di Wisata Air Terjun Roro Kuning Kabupaten Nganjuk yang belum mempunyai database mengenai kenakeragaaman ordo squamata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis dan keanekaragaman ordo squamata. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode VES (Visual Ecounter Survey) dipadukan dengan Time Search dan line transek yang dibagi menjadi 3 jalur pengamatan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai April 2017 pada pukul 19.00 – 23.00 WIB untuk data nokturnal dan pukul 07.00 – 11.00 WIB untuk data diurnal. Pengamatan dilakukan 6 kali. Indeks Shannon-Wienner digunakan untuk analisis keanekaragaman, untuk mengukur derajat kemerataan digunakan indeks kemerataan Simpson, sedangkan pendekatan Buden (2000) digunakan untuk mengukur derajat kemelimpahan. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan 12 jenis reptil dengan total 358 individu yang berasal dari 4 famili yaitu famili Gekkonidae (Ptychozoon kuhli, Cyrtodactylus marmoratus, Cosymbotus platyurus, Gehyra mutilate Hemidactylus frenatus dan Gekko gecko,), famili ( cristatella dan Bronchocela jubata), famili Scincidae (Eutrophis multifasciata dan Sphenomorphus sanctus), dan famili Colubridae (Ahaetulla prasina, Xenochrophis trianguligerus). Indeks Kenakeragaman ordo squamata dikawasan air terjun roro kuning tergolong tinggi (2,14) dengan nilai kemerataan (0,86) dan kemelimpahan terbesar dijumpai pada Ptychozoon kuhli.

Kata kunci: Keanekaragaman Jenis, Squamata, Roro Kuning.

I. LATAR BELAKANG Studi tentang reptil di Jawa dan Reptil adalah hewan vertebrata yang sekitarnya merupakan hal yang sangat terdiri dari ular, kadal, buaya, Caiman, menarik. Hingga saat ini, publikasi kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar spesifik tentang reptil di Jawa atau di 7900 spesies reptil hidup sampai saat ini beberapa wilayah di Jawa masih sangat yang mendiami berbagai tipe habitat jarang ditemukan. Studi tentang jenis- beriklim sedang dan tropis termasuk jenis reptil di Jawa masih mengacu kepada padang pasir, hutan, lahan basah air tawar, de Rooij, dan sebagian kecil publikasi hutan bakau dan laut terbuka jurnal dari LIPI (Mumpuni, 2001; (Klappenbach, 2013). Kurniati, 2003; Riyanto, 2008). Selain itu,

Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 2|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

sebagian besar studi reptil selalu acuan tentang penelitian reptil di jawa dan digabungkan dengan amfibi dan hampir juga dapat memberikan informasi terbaru keseluruhan hasil penelitian tersebut lebih mengenai jenis-jenis reptil yang ada di mendeskripsikan tentang keanekaragaman kawasan wisata air terjun Roro Kuning. amfibi. II. METODE Ordo Squamata merupakan salah Penelitian ini dimulai pada bulan satu dari bangsa Reptil yang mempunyai januari 2016 sampai bulan April 2017, jumlah jenis terbanyak. Menurut Obst pengamatan dilakukan malam hari pukul (1998), Ordo squamata terdiri dari 3 sub 19.00 − 23.00 WIB untuk mendapatkan ordo yaitu Sauria (kadal), Serpentes (ular), data jenis herpetofauna nokturnal. dan Amphisbaenia (kadal cacing). sedangkan untuk pengamatan diurnal Kawasan Wisata Air Terjun Roro dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 WIB. Kuning terletak di Desa Bajulan Metode sampling yang digunakan Kecamata Loceret, berjarak Sekitar 23 km untuk mencari spesimen Ordo Squamata ke arah selatan pusat Kabupaten Nganjuk. yaitu Metode Visual Ecounter Survey Secara Umum Kawasan ini merupakan (VES) atau survey penjumpaan visual Daerah pegunungan dengan ketinggian (Heyer dkk, 1994) yang dipadukan dengan 675 m di atas permukaan laut (Mahardika, Time Search untuk jalur darat sedangkan 2012). untuk jalur sungai digunakan metode VES Penelitian mengenai yang dipadukan dengan metode line keanekaragaman jenis reptil belum banyak transek (transek sampling) (Kusrini dkk, dilakukan, salah satunya seperti di 2007). kawasan wisata Air Terjun Roro Kuning. Alat-alat yang digunakan dalam Data mengenai keanekaragaman jenis penelitian ini antara lain: senter untuk reptil di kawasan wisata ini belum ada. survei di malam hari, GPS untuk Minimnya informasi tersebut mendapatkan koordinat lokasi dan menyebabkan kurang efektifnya ketinggian, pH meter untuk mengetahui pengelolaan kawasan ini, baik bagi pH air, termometer raksa untuk mengukur kepentingan ilmu pengetahuan, suhu air dan udara, kamera untuk pendidikan, dan pariwisata. Penelitian ini dokumentasi dan identifikasi, kantong dilakukan berdasarkan latar belakang dan blacu dan botol selai untuk penyimpanan pertimbangan permasalahan di atas spesimen. Bahan yang digunakan untuk dengan tujuan dapat menjadi sumber pembuatan spesimen menggunakan Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 3|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

metode awetan basah antara lain ethanol pada lokasi penelitian dengan formula 70%, formaldehid 4% dan akuades. sebagai berikut: Pencarian juga dilakukan dengan E = H’ Ln S melihat di bawah batu, kayu-kayu lapuk, Keterangan : semak dan pohon untuk E = Indeks kesamarataan jenis mengoptimalisasikan perolehan data. H’ = Indeks keanekaragaman Shannon- Setiap ditemukan jenis reptil, selanjutnya Wiener diidentifikasi dan dilakukan pencatatan S = Jumlah jenis yang ditemukan data lokasi ditemukannya jenis tersebut. Jika nilai E mendekati 1 maka Jenis yang tidak bisa diidentifikasi secara menunjukkan jumlah individu antar jenis langsung di lapangan, akan disimpan relatif sama. Namun jika lebih dari 1 dalam kantung sampel untuk diidentifikasi ataupun kurang maka kemungkinan besar di laboratorium. terdapat jenis dominan di komunitas Hasil dari data jenis reptil yang tersebut. diperoleh selanjutnya akan dihitung Derajat kemelimpahan relatif jenis dengan menggunakan indeks herpetofauna yang dijumpai selama keanekaragaman Shannon-Wiener penelitian dikategorikan dalam 4 (Magurran 1988) yang mempunyai kelompok mengikuti Buden (2000), yaitu: formula sebagai berikut: dapat dikatakan banyak dijumpai jika H’= -∑ Pi Ln Pi minimal tercatat 30 perjumpaan/hari, Keterangan : dikatakan cukup banyak dijumpai jika H’= Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener, jika hanya 10 perjumpaan/hari, sulit Pi = Proporsi jenis ke-i. dijumpai jika hanya 5 perjumpaan/hari Menurut Brower & Zarr (1997), dan dikatakan langka jika penjumpaannya keanekaragaman dikatakan sangat rendah di bawah 5 perjumpaan/hari pada sebagian jika nilainya <1, jika nilainya berkisar besar waktu survei. antara 1-1,5 maka dikatakan rendah dan Selain data-data tersebut, kami juga dikatakan sedang jika nilainya berkisar mengambil beberapa data kondisi fisik antara 1,5-2,0. Sedangkan dikatakan lingkungan, seperti suhu, kelembaban, dan tinggi jika nilainya >2,0. ketinggian. Indeks Simpson digunakan untuk

mengetahui derajat kesamarataan jenis Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 4|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

III. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu jenis Gekko gecko. Sedangkan Jenis Berdasarkan hasil penelitian di yang termasuk kategori data kurang (DD: Wisata Air Terjun Roro Kuning Data Deficient) yaitu Ptychozoon kuhli Kabupaten Nganjuk ditemukan 12 jenis tetapi pada saat penelitian jenis ini paling reptil dengan total 358 individu yang banyak ditemukan. Untuk jenis yang berasal dari 4 famili. termasuk ketegori tidak dievaluasi Keseluruhan jenis yang ditemukan (NE:Not Evaluated) yaitu jenis di kawasan wisata air terjun Roro Kuning , Eutrophis memiliki perilaku nokturnal dan diurnal. multifasciata dan Ahaetulla prasina. Adapun jenis ordo Squamata yang Menurut Jeffries (1997) faktor memiliki perilaku nocturnal yaitu yg mempengaruhi keanekaragaman adalah Ptychozoon kuhli, Cosymbotus platyurus, luasan, ketinggian, dan keanekaragaman Cyrtodactylus marmorantus, Gehyra habitat. area yang lebih luas biasanya mutilate, dan Bronchocela cristatella, memiliki habitat yang lebih beragam. untuk jenis yang memiliki perilaku diurnal Kawasan wisata air terjun Roro Kuning yaitu Sphenomorphus sanctus dan memiliki komposisi mikrohabitat yang Xenochrophis trianguligerus, sedangkan cukup beragam seperti serasah, pohon jenis squamata yang memiliki perilaku tumbang, semak, dan bebatuan namun nokturnal maupun diurnal yaitu cenderung memiliki struktur vegetasi yang Hemidactylus frenatus, Gekko gecko, seragam dengan tegakan yang tidak terlalu Bronchocela jubata, Eutrophis rapat. multifasciata dan Ahaetulla prasina. a. Indeks Keanekaragaman Jenis Status reptil yang ditemukan di Ukuran keanekaragaman jenis lokasi penelitian menurut IUCN (2017) ini ditentukan berdasarkan struktur terbagi 4 status konservasi yaitu (LC: kerapatan atau kelimpahan individu dari Least Concern) jenis reptil yang memiliki setiap jenis yang teramati (Magurran status atau belum mendapatkan perhatian 1988). Indeks yang dihitung meliputi terdiri dari Cosymbotus platyurus, indeks keanekaragaman jenis (H’) dan Cyrtodactylus marmorantus, indeks kemerataan jenis (E). Perhitungan Hemidactylus frenatus, Bronchocela hanya dilakukan terhadap jenis yang jubata, Sphenomorphus sanctus dan ditemukan di dalam jalur lokasi penelitian Xenochrophis trianguligerus. Jenis yang sedangkan perbandingan tingkat masuk kategori rentan (Vu: Vulnerable) Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 5|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

keanekaragaman yang digunakan tersebut lebih seragam dan tidak terlalu berdasarkan tipe habitat yaitu antar zona. rapat, memiliki sungai/jalur yang sempit,

2.5 kanan kiri tertutup oleh tebing yang cukup

2.05

- 2 1.82 1.75 tinggi dan curam, selain itu juga adanya

1.5 semak, pepohonan, dan tumbuhan bawah di sekitar area sungai.

Wiener 1

0.5 Nilai keanekaragaman pada area Indeks Ahannon

0 zona II tergolong sedang bekisar 1,77, Hal Zona ini dikarenakan jumlah jenis maupun Gambar 1. Indek keanekaragaman individu yang ditemukan di area sungai (H’) di kawasan wisata air terjun Roro relatif lebih tinggi dari pada habitat darat. Kuning meliputi: Zona I ,Zona II Disekitar area sungai lebih landai, selain ,Zona III itu untuk area didukung adanya semak, Berdasarkan Gambar diatas pohon tumbang, dan bebatuan yang sangat keanekaragaman jenis tiap zona cocok untuk tempat hidup dan mencari pengamatan berbeda-beda. Hal itu makan reptil. disebabkan jenis dan jumlah yang di Nilai keanekaragaman pada area temukan di setiap lokasi berbeda. Sebagai zona III tergolong tinggi bekisar 2,05, hal contoh untuk nilai tertinggi ini dikarenakan tegakan di area tersebut keanekaragaman jenis antara zona I, II, III lebih seragam dan cukup rapat walaupun terdapat pada zona III sebesar 2.05, untuk hanya sedikit ditemukan habitat berupa nilai terendah pada zona II bekisar 1,75. lokasi yang berair seperti genangan atau Keanekaragaman hayati di suatu aliran sungai, tetapi di area ini dukung lokasi dikatakan tinggi jika menunjukan adanya sumber dan kolam yang nilai indeks keanekaragaman lebih dari mendukung perkembanganbiakan reptil, 2,00, dikatakan sedang jika nilainya selain itu mikrohabitat seperti pohon diantara 1,50-2,00, dikatakan rendah jika tumbang dan semak yang tersedia relatif nilai indeks berkisar antara 1,00-1,50 dan lebih sedikit dibandingkan kedua lokasi dikatakan sangat rendah jika nilai lainnya. indeksnya dibawah 1,00 (Brower dan Nilai keanekaragaman (H’) Zarr, 1997). Nilai keanekaragaman pada gabungan seluruh habitat dari zona I, II, II area zona I tergolong sedang bekisar 1,82, menunjukkan bahwa nilai hal ini dikarenakan tegakan di area keanekaragaman di kawasan air terjun Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 6|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

roro kuning bekisar 2,14. Hasil ini Kemerataan jenis yang paling menunjukkan bahwa indek tinggi di lokasi penelitian jika dilihat dari keanekaragaman reptil di kawasan wisata Gambar 2 adalah pada zona III sebesar air terjun roro kuning terbilang tinggi. 0.82. tingginya kemerataan jenis di zona Menurut Primack et al. (1998 dalam III di sebabkan jumlah total individu Darmawan) bahwa satwa liar akan terbagi rata pada setiap jenis yang semakin beranekaragam bila struktur ditemukan. Sedangkan kemerataan jenis habitatnya juga beranekaragam. Ada enam yang paling rendah adalah pada zona II faktor yang saling berkaitan yang sebesar 0.70. Rendahnya kemerataan jenis menentukan naik turunnya keragaman di zona ini disebabkan jumlah total jenis suatu komunitas, yaitu: waktu, individu tidak terbagi rata pada setiap heterogenitas, ruang, persaingan, jenis yang ditemukan. pemangsaan, kestabilan lingkungan dan Nilai E dikatakan semakin produktivitas (Krebs 1978), sedangkan merata jika mendekati 1 dan dikatakan menurut Goin & Goin (1971 dalam tidak merata jika mendekati 0. Dari nilai E Darmawan) kecocokan terhadap suhu dan yang didapatkan dari zona I dan II kelembaban, penutupan tajuk dan formasi menunjukan rendahnya kemarataan jenis tanah merupakan faktor yang dan adanya dominasi jumlah populasi mempengaruhi keanekaragaman. pada jenis tertentu. Dominasi jumlah jenis b. Indeks Kemerataan Jenis semakin terlihat dengan nilai yang hampir sama keduanya bekisar 0.73 dan 0,70 0.8 dengan indikasi nilai E yang lebih rendah

0.7 0.6 dan semakin menjauhi angka 1. Nilai 0.5 kemerataan pada area zona III bekisar 0.4 0.82 mendekati 1, maka menunjukkan 0.3 jumlah individu antar jenis relatif sama

Indeks Kemerataan 0.2 0.1 dan tidak ada dominasi di komunitas 0 Lokasi Pengamatan tersebut. Keanekaragaman hayati yang tinggi Gambar 2. Indek kemerataan (E) di kawasan dapat berpengaruh kepada keseimbangan wisata air terjun Roro Kuning meliputi: antar jenis yang tinggi, dalam hal ini Zona I Zona II Zona III adalah kemerataan jenis (Berry, et al., 2016). Semakin tinggi keanekaragaman Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 7|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

dalam suatu komunitas, maka Sphenomorphus 1.33 La sanctus keseimbangan jenis akan semakin tinggi Ahaetulla prasina 1.33 La (Prihantono, 2007 dalam Berry, et al., Xenochrophis 0.33 La 2016). trianguligerus

Kemerataan dapat digunakan Total 100% sebagai indikator adanya jenis yang Tabel 4.1 Indek kemelimpahan di mendominasi pada suatu komunitas kawasan wisata air terjun Roro Kuning. (Santosa, 1995 dalam Abdiansyah, 2011). Berdasarkan Tabel 4.1 presentase Sehingga dominasi suatu jenis akan tinggi perjumpaan total anggota ordo Squamata jika kemerataan rendah, begitu juga selama 6 kali pengamatan di lokasi sebaliknya (Abdiansyah, 2011). penelitian, Ptychozoon kuhli menduduki Nilai kemerataan (E) gabungan peringkat tertinggi dengan perjumpaan seluruh habitat dari zona I, II, II total terbanyak yaitu 65 perjumpaan atau menunjukkan bahwa nilai kemerataan di (18%). Sedangkan untuk jenis yang kawasan air terjun roro kuning bekisar memiliki presentase terendah ada pada 0.86, maka menunjukkan jumlah individu jenis Xenochrophis trianguligerus, antar jenis relatif sama dan tidak ada sebanyak 2 kali perjumpaan (0,33 %). dominasi di komunitas tersebut. Ptychozoon kuhli memiliki c. Indeks Kemelimpahan status melimpah dikarenakan memiliki *Derajat niche yang luas dan kemampuan adaptasi Prese Jenis Kemelimp yang lebih baik daripada jenis reptil ntase ahan lainnya, ditunjukan Pada penelitian di Ptychozoon kuhli 10.83 Cu lokasi area wisata air terjun rorokuning, Cyrtodactylus 5.66 Ja kami menemukan populasi Ptychozoon marmoratus kuhlii dalam jumlah cukup melimpah, Cosymbotus 7.83 Ja platyurus yang sebelumnya terakhir tercatat sekitar Gehyra mutilate 3.66 La tahun 1912 sebelum akhirnya ditemukan Hemidactylus 9.83 Ja frenatus lagi oleh Qurniawan (2012) dalam Gekko gecko 0.66 La populasi kecil di Goa Kiskendo, Kulon Bronchocela 1 La Progo, Yogyakarta. Sebaran alami dari cristatella Ptychozoon kuhlii di Pulau Jawa meliputi Bronchocela jubata 8.5 Ja Eutrophis Sukabumi, Gunung Ungaran, Wilis, dan 8.66 Ja multifasciata Tengger serta area ekowisata Goa Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 8|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Kiskendo, Kulon Progo, Yogyakarta. IV. KESIMPULAN Jenis ini juga ditemukan di Gadok, Berdasarkan penelitian yang Buitenzorg, dan Preanger.Seperti fauna telah dilakukan di Kawasan Wisata Air pada umumnya, reptil bergantung pada Terjun Roro Kuning Kecamatan Loceret mahluk hidup lainnya sebagai sumber Kabupaten Nganjuk, dapat disimpulkan makanan (Goin dan Goin 1971). bahwa: Xenochrophis trianguligerus Jenis reptil (ordo squamata) yang memiliki niche yang sangat sempit. ditemukan terdapat 4 famili dari 12 jenis Xenochrophis trianguligerus dijumpai yang terdiri dari 358 individu yaitu famili khususnya pada daerah yang lembab dan Gekkonidae (Ptychozoon kuhli, basah seperti tepian sungai, rawa, kolam Cyrtodactylus marmoratus, Cosymbotus dan persawahan di hutan dan perkebunan. platyurus, Gehyra mutilate Hemidactylus Ular ini memangsa satwa amfibi dan ikan frenatus dan Gekko gecko), famili (lang de & vogel 2001). Agamidae (Bronchocela cristatella dan d. Karakteristik Habitat Reptil Bronchocela jubata), famili Scincidae Faktor-faktor yang (Eutrophis multifasciata dan mempengaruhi hidup reptil adalah pH, air, Sphenomorphus sanctus), dan famili suhu, kelembaban serta struktur hutan. Colubridae (Ahaetulla prasina, Struktur hutan merupakan salah satu Xenochrophis trianguligerus). bentuk pelindung yang digunakan oleh Indeks keanekaragaman ordo jenis – jenis reptil untuk tempat squamata di Kawasan Wisata Air Terjun penyesuaian terhadap perubahan suhu, Roro Kuning Kecamatan Loceret sehingga hilangnya struktur hutan Kabupaten Nganjuk terbilang tinggi yaitu menyebabkan juga hilangnya sumber sebesar 2,14 dengan Nilai Kemerataan pakan dan tempat berlindung bagi reptil. 0,86. Nilai kelimpahan terbesar reptil Alikodra (2002) menyatakan bahwa yang ditemukan, terdapat pada spesies kualitas dan kuantitas pakan dapat Ptychozoon kuhli yaitu sebesar (18 %) menyebabkan satwa berpindah (migrasi), dari total jumlah spesies yang ditemukan terutama satwa ektotermal seperti reptil 65.Untuk spesies yang memiliki yang pergerakannya sangat dipengaruhi presentase terendah ada pada spesies oleh suhu. Xenochrophis trianguligerus sebanyak 2 kali perjumpaan (0,33 %).

Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 9|| Pendidikan Biologi

Simki-Techsain Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

DAFTAR RUJUKAN Mahardika, D. P., Sari, N., Wardhani., 2012. Studi Kasus Destinasi Pariwisata Air Brower, J. E. dan Zar, J. H. 1997. Field and Terjun Sedudo dan Air Terjun Roro Laboratory Methods for General Kuning. Planning for Urban Region Ecology. WM. C. Brown Company and Environment. 1 (1): 100-101. Publishers, Portugue, IOWA. p. 25- Mumpuni.2001. Keanekaragaman 50. Herpetofauna di Taman Nasional Buden, D. W. 2000. The of Pohnpei, Gunung Halimun, Jawa Barat. Edisi Federated Stated of Micronesia. Khusus Biodiversitas Taman Micronesica, 32 (2): 155-180. Nasional Gunung Halimun. Bidang Goin, C.J., O.B. Goin dan Z.R. Zug. 1978. Zoologi, Puslit Biologi-LIPI Bogor.5 Introduction to . W.H. (6). Freeman and Company. San Magurran, A. E. (1988) Ecologycal Diversity Francisco. 378 . and its Measurement. Croom Helm, Heyer, W. R., Donnelly, M. A., Mc Diarmid, London R. W., Hayek, L. C. & Foster, M. S. Obst F.J.,K.Ritcher and U.Jacob. 1988. Atlas (1994) Measuring and Monitoring of Reptiles and Amphibians for the Biological Diversity: Standard Terrarium. T.F.H. Publications.inc. Methods for Amphibians. United State of America. Smithsonian Institution Press, Primack RB, Supriatna J, indrawan M, Washington. Kramadibrata P. 1998. Biologi [IUCN] International Union for Konservasi. Jakarta: Yayasan obor Conservation of Nature and Nature Resources. 2017. IUCN Red List of Riyanto.2008. Komunitas Herpetofauna di Threatened Species: Chalcorana Taman Nasional Gunung Ciremai, chalconota, Odorana hosii, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia Phrynoidis asper, Duttaphrynus 4(5): 349-358 (2008)). Museum melanostictus, Leptobrachium Zoolocum Bogoriense. hasseltii, Fejervarya limnocharis, Santosa, Y. 1995. Teknik Pengukuran Occidozyga lima, Polypedates Keanekaragaman Satwa liar. Bogor: leucomystax, Version 2017. 5. Jurusan Konservasi Sumberdaya http://www.iucnredlist.org. Diakses Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut pada 17 Mei 2017. Pertanian Bogor Klappenbach, L. 2013. Reptiles. Utami, B., Hanifa B. F., Choiriyah N.N. http://animals.about.com/od/reptiles/p 2016. Studi perbandingan /reptiles.htm. Diakses pada 26 maret keanekaragaman reptil dan amfibi di 2017. kawasan ekowisata air terjun Kurniati, H. 2003. Amphibian & Reptiles of rorokuning, nganjuk dan ironggolo, Gunung Halimun National Park West kediri sebagai indikator kualitas , Indonesia (Frog, and lingkungan yang baik. Prosiding Snakes): An Illustrated Guide Book.. Seminar Nasional II . 24: 1047-1054 Research Center for Biology (LIPI) Qurniawan, T. F. 2012. Keanekaragaman and Nagao Natural Environment Jenis Herpetofauna di Kawasan Foundation (NEF). Cibinong.6-65. Ekowisata Goa Kiskendo, Kusrini, D. M. (2009) Pedoman Penelitian Kulonprogo, Provinsi Daerah dan Survei Amphibia Di lapangan. Istimewa Yogyakarta. Biota Vol. 17 Departemen Konservasi Sumberdaya (2): 78−8 Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian, Bogor.

Septi Wulandari | 13.1.01.06.0034 simki.unpkediri.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Program Studi || 10|| Pendidikan Biologi