LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENGARUH PENEBARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus ) TERHADAP KEPADATAN NYAMUK Anopheles DI KECAMATAN MERAPI BARAT, LAHAT DAN DI KECAMATAN SEMIDANG AJI, OGAN KOMERING ULU TAHUN 2020

Penyusun: Yahya,SKM.,M.Si. dan Tim

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BATURAJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2020

2

3

4

5

6

7

SUSUNAN TIM PENELITI

Panitia Pembina Ilmiah Pusat III: 1. Dra. Shinta., M.Si 2. Jusniar Ariati, S.Si. M.Si

Keahlian / Kedudukan No N a m a Uraian Tugas Kesarjanaan dalam Tim Ketua Entomologi Bertanggung jawab terhadap 1 Yahya Pelaksana Kesehatan/ S2 seluruh aspek penelitian.

Membantu dalam kegiatan Lasbudi P. survei entomologi dan 2 S2 Kesehatan Anggota Ambarita wawancara mendalam dan FGD Membantu merancang metode penelitian, kuesioner 2 Milana Salim S2 Kesehatan Anggota penelitian, analisa data, serta kegiatan lapangan. Bertanggung jawab pada R. Irpan 3 S2 Kesehatan Anggota kegiatan penangkapan namuk Pahlevi dan identifikasi Anopheles Bertanggung jawab pada Yanelza pembuatan prosedur 4 S2 Kesehatan Anggota Supranelfy penelitian dan penangkapan nyamuk. Bertanggungjawab pada Indah 5 S1 Sosiologi Anggota kegiatan FGD, analisis Margarethy tematik data kualitatif Bertanggung jawab pada Rizki kegiatan pengumpulan data 6 Nurmaliani S1 Kesehatan Anggota di lapangan, penyiapan ikan nila merah, dan penyiapan laporan Membantu pengumpulan data kepadtaan populasi Surakhmi S1 Kesehatan jentik Anopheles dan 7 Anggota Oktavia Masyarakat membantu dalam identifikasi nyamuk Anopheles hasil pembiakan dari jentik Membantu dalam analisis Dheli data, kegiatan pemetaan dan 8 S1 Statistik Anggota Ofarimawan membantu pembuatan laporan Membantu dalam penyiapan Kesehatan 9 Desi Asyati Anggota alat untuk penangkapan Lingkungan survei jentik, pengamatan

8

lingkungan, membantu pembuatan laporan, membantu penyiapan ikan nila merah yang akan ditebar Membantu dalam identifikasi habitat Anophele s, untuk Vivin intervensi penebaran ikan 11 S1 Biologi Anggota Mahdalena nila merah, serta membantu dalam membuat peta lingkungan. Membantu dalam kegiatan Hendri penangkapan nyamuk 12 SLTA/litkayasa Anggota Erwadi dewasa, identifikasi nyamuk Anopheles Membantu dalam pengumpulan data populasi Katarina Sri jentik di lapangan, 13 SLTA/litkayasa Anggota Rahayu menyiapkan alat survei dan membantu menyiapkan ikan nila merah Membantu dalam penyiapan alat untuk penangkapan Rahayu Hasti Kesehatan survei jentik, pengamatan 14 Anggota Komaria Lingkungan lingkungan, membantu kegiatan penangkapan nyamuk dewasa Himawan Membantu aspek 15 S1 Ekonomi Admintrasi Sutanto administrasi penelitian.

Membantu aspek 16 Sutiman SLTA Administrasi administrasi penelitian.

9

10

PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG

Baturaja, Desember 2020

PENGARUH PENEBARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus ) TERHADAP KEPADATAN NYAMUK Anopheles DI KECAMATAN MERAPI BARAT, KABUPATEN LAHAT DAN DI KECAMATAN SEMIDANG AJI, OGAN KOMERING ULU TAHUN 2020

Pengusul,

Yahya, SKM, M.Si NIP. 197905012002121006

Mengetahui,

Ketua PPI Puslitbang Ukesmas Kepala Puslitbang Upaya Kes. Masy.

Dr. Miko Hananto, SKM.,M.Kes Ir. Doddy Izwardy, MA NIP. 197105151997031003 NIP. 196302161986031005

11

Lembar Pengesahan Laporan Penelitian

Judul Penelitian:

PENGARUH PENEBARAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus ) TERHADAP KEPADATAN NYAMUK Anopheles DI KECAMATAN MERAPI BARAT, KABUPATEN LAHAT DAN DI KECAMATAN SEMIDANG AJI, OGAN KOMERING ULU TAHUN 2020

Ketua Pelaksana : Yahya, S.K.M., M.Si NIP : 197905012002121006 Satuan Kerja : Balai Litbang Kesehatan Baturaja

Disetujui Komisi Pembina

Pembina I Pembina II

Dra. Shinta., M.Si Jusniar Ariati, S.Si. M.Si NIP. 196201181992032001 NIP. 196907151997032003

Diketahui

Ketua PPI Puslitbang Ukesmas Kepala Puslitbang Upaya Kes. Masy.

Dr. Miko Hananto, SKM.,M.Kes Ir. Doddy Izwardy, MA NIP. 197105151997031003 NIP. 196302161986031005

12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya maka laporan hasil penelitian yang berjudul: “Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu dan Kecamatan Merapi Barat Tahun 2020 ”dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan hasil penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, sehingga kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun guna perbaikan di masa datang. Laporan yang disampaikan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan tim peneliti maupun tim pendukung yang telah bekerjasama dengan kemampuan masing-masing secara maksimal. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. M. Sudomo yang telah memberikan masukan mengenai metode penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Panitia Pembina Ilmiah dari Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat (Ibu Dra. Shinta, M.Si dan Jusniar Ariati, S.Si,. M.Si) yang telah memberi masukan dalam proses pembuatan proposal dan protokol penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Litbang Kesehatan Baturaja (Bapak Yulian Taviv, S.K.M,.M.Si) yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada kami sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab. OKU dan Kab. Lahat beserta jajarannya, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. OKU beserta jajaranya, Kepala Dinas Perikanan Kab. Lahat beserta jajarannya, Kepala Puskesmas Ulak Pandan, Kepala Puskesmas Merapi II, serta para pengelola program malaria dan surveilans di Puskesmas Ulak Pandan dan Puskesmas Merapi II yang telah memfasilitasi sehingga penelitian ini berjalan lancar. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Tubohan, Kepala Desa Padang Bindu, Kab. OKU dan Kepala Desa Merapi, Kab. Lahat yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan penelitian serta pembuatan laporan hasil penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten OKU dan Lahat dalam upaya pengendalaian penyakit malaria, sehingga program eliminasi malaria di Kab. OKU dan Lahat bisa tercapai. Besar harapan kami kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Tim Peneliti

13

RINGKASAN EKSEKUTIF

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di , karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta menurunkan produktivitas sumber daya manusia dan pembangunan nasional. 1,2,3 Sebagian besar wilayah di Sumatera masuk dalam kategori endemis rendah (artinya API < 1/1.000 penduduk berisiko), namun ada beberapa kabupaten yang masih termasuk dalam kategori endemis sedang (API 1-5/1.000 penduduk berisiko). Hingga tahun 2018, dari 17 kabupeten/kota yang ada di Sumatera Selatan, baru delapan kabupaten/kota yang mencapai program eliminasi malaria. Pada tahun 2018, kasus malaria tertinggi di Sumatera Selatan adalah Kabupaten Lahat (408 kasus), Kabupaten Muara Enim (181 kasus), OKU Selatan (223 kasus) dan OKU Timur (70 kasus), sedangkan di OKU (15 kasus). Berbagai upaya pengendalian vektor malaria telah dilakukan di Sumatera Selatan meliputi Indoor Residual Spraying (IRS) dan penggunaan kelambu berinsektisida. Upaya pengendalian vektor malaria melalui pemanfaatan ikan pemakan jentik perlu digalakkan di Sumatera Selatan dalam upaya memutus mata rantai penularan malaria. Pengendalian biologi dengan penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) dipilih untuk menurunkan populasi nyamuk Anopheles sebagai upaya untuk memutus rantai penularan malaria. Pemilihan ikan nila merah karena telah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil bahwa jenis ikan tersebut efektif menurunkan populasi jentik Anopheles . Hasil penelitian Ghosh et al. di tahun 2004 menunjukkan bahwa terjadi penurunan larva dan pupa Anopheles pada parit buatan yang diamati pada hari ke-30 dan hari ke-45 setelah dimasukkan ikan nila merah. Penelitian Ghosh (2017) menunjukkan bahwa Oreochromis niloticus juga mampu menuurnkan jumlah larva quinquefasciatus . Penelitian yang dilakukan oleh Sudomo (1998) menunjukkan hasil bahwa kolam yang diisi dengan ikan nila merah dan ikan mas, jentik nyamuknya lebih sedikit dibandingkan dengan kolam yang diisi dengan ikan mas saja. Penelitian ini dilakukan untuk membantu pemutusan rantai penularan malaria dengan upaya menurunkan populasi jentik Anopheles dan populasi Anopheles dewasa di Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat. Penelitian ini dilakukan di satu desa endemis malaria dan memiliki variasi jenis genangan air. Pada satu desa akan dilakukan intervensi dengan penebaran ikan nila merah. Selanjutnya akan dibandingkan kepadatan jentik Anopheles dan Anopheles dewasa melalui survei entomologi yang terdiri atas penangkapan jentik dan Anopheles dewasa. Selain penebaran ikan nila

14 merah, akan dilakukan juga pendampingan kepada masyarakat melalui kelompok tani, agar masyarakat mau memanfaatkan ikan nila merah dan menjaga kelangsungan ikan tersebut. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, tahap pertama merupakan studi pendahuluan (preliminary studi ), tahap kedua merupakan pelaksanaan uji intervensi. Melalui kegiatan studi pendahuluan diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai ukuran/umur ikan nila merah dan jumlah ikan nila merah yang efektif ditebar di tiap jenis breeding places pada hitungan luas per meter persegi, sehingga dapat untuk menurunkan jumlah jentik Anopheles . Akan dipilih empat kolam dengan luas antara 100-500 m 2, yang ditemukan jentik Anopheles . Selanjutnya dilakukan penangkapan jentik sebelum ditebarkan ikan nila merah, untuk mengetahui kepadatan jentik. Kemudian dilakukan intervensi dengan melakukan penebaran ikan nila merah. Kolam I ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm, dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam II ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Kolam III ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam IV ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Setelah kolam ditebari ikan, kemudian akan dilakukan pengamatan kepadatan jentik pada tiap-tiap kolam, pada selang waktu dua minggu selama dua bulan sejak penebaran ikan (empat kali pengamatan). Selain itu, akan diamati juga perkembangan ikan dengan cara mengamati apakah ikan telah berkembangbiak dan mengukur sampel panjang ikan pada beberapa titik yang ada di kolam. Data yang diperoleh pada studi pendahuluan, akan dijadikan acuan dalam memilih ukuran dan jumlah ikan yang ditebar pada tiap habitat. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan di wilayah Kabupaten OKU. Selanjutnya dilakukan uji intervensi pada satu desa. Akan dilakukan survei entomologi meliputi penangkapan jentik dan nyamuk dewasa sebelum dan sesudah intervensi (penebaran ikan nila merah). Penangkapan jentik dan nyamuk dewasa dilakukan satu kali sebelum penebaran ikan dan dua kali setelah penebaran ikan nila merah, selang waktu dua minggu untuk tiap pengamatan. Pada setiap pengamatan akan diukur suhu air, salinitas air, pH air, serta pengamatan keberadaan vegetasi air, pengamatan predator jentik. Data hasil penangkapan jentik Anopheles dan penangkapan nyamuk dewasa akan dianalisis untuk melihat pengaruh penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) dalam menurunkan populasi jentik Anopheles . Dilakukan juga analisis faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, dan kimia pada tiap habitat tempat perkembangbiakan yang berpengaruh terhadap kepadatan jentik Anopheles di lokasi penelitian. Dianalisis data rata-rata kumulatif kepadatan jentik, antara sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah.

15

Intervensi melalui penebaran ikan nila merah dalam kegiatan penelitian ini diharapkan mampu menurunkan kepadatan nyamuk Anopheles, sehingga membantu Dinas Kesehatan Kabupaten OKU dan Kabupaten Lahat dalam mengatasi terjadinya penularan malaria setempat (kasus indigenous ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis habitat/ breeding places larva Anopheles di lokasi penelitian umumnya berupa sawah pasca panen, air yang tergenang, kolam yang tidak dimanfaatkan untuk budidaya ikan, kobakan air yang bersifat sementara. Suhu air rata-rata pada habitat yang ditemukan jentik Anopheles adalah berkisar antara 26,1 - 31,5 0C, intensitas cahaya matahari pada titik pengamatan bervariasi antara 117 x 10 lx hingga 8.777 lx. Jenis vegetasi yang hidup di permukaan air/sekitar habitat antara lain rumput, padi, rumput, lumut, teratai, kangkung, genjer, putri malu, apu-apu ( Pistia stratiotes ), selain vegetasi ditemukan juga bekas batang rumput, ranting, sampah daun yang menjadi tempat berlindung jentik Anopheles . Hewan air yang berpotensi menjadi predator jentik yang banyak ditemui di habitat meliputi ikan gupi ( Poecilia reticulate ), anak ikan gabus ( Channa striata ), ikan sepat ( Trichogaster trichopterus ), kelompok udang-udangan ( Crustacea ), larva/nimfa capung, kutu air ( Daphnia ), keong, kelompok serangga air seperti anggang- anggang ( Gerriade ), Notonectidae , laba-laba air ( Argyroneta aquatia ). Habitat/kolam yang banyak ditumbuhi rumput di tepi kolam ada kecenderungan kepadatan jentik Anopheles lebih tinggi di banding kolam yang dibersihkan. Ada penurunan rata-rata kepadatan jentik nyamuk Anopheles saat sebelum ditebar ikan nila merah dengan setelah ditebar ikan. Ada penurunan rata-rata kepadatan jentik nyamuk Anopheles saat sebelum ditebar ikan nila merah dengan setelah ditebar ikan. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah dari dua kolam di Desa Padang Bindu, OKU adalah: sebelum ditebar ikan kepadatan jentik Anopheles adalah 1 ekor per 2 kali pencidukan (0,546), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 3 kali cidukan (0,3525), mengalami sedikit penurunan. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles di Desa Merapi Kabupaten Lahat, sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah adalah: sebelum ditebar ikan rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles adalah 4 ekor dalam 20 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam 5 kali cidukan (0,202), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 4 ekor per 25 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam tiap 6 kali cidukan (0,1642), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. Ada penurunan nilai Man Hour Density (MHD) dan Man Biting Rate (MBR) nyamuk Anopheles sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah, baik di OKU maupun di Lahat.

16

Untuk Desa Padang Bindu, Nilai MHD tertinggi nyamuk Anopheles saat pre intervensi yaitu An. vagus sebesar 0,34 nyamuk/orang/jam. Nilai MBR nyamuk Anopheles tertinggi yaitu An. vagus sebesar 1 nyamuk/orang/malam dan angka dominansi tertinggi juga nyamuk An vagus sebesar 0,64 nyamuk. Setelah penebaran ikan nila merah hanya An. vagus saja yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu. Nilai MHD An. vagus sebesar 0,11 nyamuk/orang/jam dengan nilai MBR sebesar 0,33 nyamuk/orang/malam. Untuk Desa Merapi, nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu hanya didapatkan tahap pra intervensi saja (sebelum ditebar ikan nila merah), sebanyak 1 nyamuk yaitu An. vagus. Perhitungan MHD An. vagus sebesar 0,45 nyamuk/orang/jam dan MBR sebesar 0,67 nyamuk/orang/malam dengan angka dominansi 0,5. Ikan nila merah yang ideal untuk ditebar ke habitat adalah ikan dengan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Meskipun masyarakat belum begitu mengenal teknik budidaya dan manfaat ikan nila merah, tapi umumnya menerima ikan nila merah untuk dimanfaatkan sebagai pemakan jentik nyamuk, serta tidak ada kearifan lokal yang mengatur mengenai budidaya dan panen ikan.

17

ABSTRAK

Pendahuluan: Pengendalian biologi dengan penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) dipilih untuk menurunkan populasi nyamuk Anopheles sebagai upaya untuk memutus rantai penularan malaria. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk membantu menurunkan populasi jentik Anopheles dan populasi Anopheles dewasa di Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat. Metode: Intervensi dengan penebaran ikan nila merah dilakukan di satu desa endemis malaria dan memiliki variasi jenis genangan air. Jenis Penelitian adalah penelitian intervensi dengan pendekatan rancangan kuasi eksperimen pre-post test/ before-after design. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, tahap pertama merupakan studi pendahuluan ( preliminary studi ), tahap kedua merupakan pelaksanaan uji intervensi. Dilakukan survei entomologi meliputi penangkapan jentik dan nyamuk dewasa sebelum dan sesudah intervensi (penebaran ikan nila merah). Analisis: Data rata-rata kumulatif kepadatan jentik, dan nyamuk dewasa dianalisis untuk membandingkan antara sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan rata-rata kepadatan jentik nyamuk Anopheles saat sebelum ditebar ikan nila merah dengan setelah ditebar ikan. Ada penurunan nilai Man Hour Density (MHD) dan Man Biting Rate (MBR) nyamuk Anopheles sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah, baik di OKU maupun di Lahat.

Kata kunci: biologi kontrol, ikan nila merah, jentik Anopheles

18

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...... 1 SK Penelitian ...... 2 Susunan Tim Peneliti ...... ………8 Persetujuan Etik...... 10 Persetujuan Atasan ...... 11 Lembar Pengesahan Laporan ...... 12 Kata Pengantar ...... 13 Ringkasan Eksekutif ...... 14 Abstrak ...... 18 Daftar Isi ...... 19 Daftar Tabel ...... 20 Daftar Gambar ...... 21 Daftar Grafik ...... 22 Pendahuluan ...... 24 Tinjauan Pustaka ...... 28 Metode Penelitian………………………………………………………………………………… 34 Hasil ...... 58 Pembahasan ...... 169 Kesimpulan dan Saran ...... 175 Ucapan Terima Kasih ...... 179 Daftar Pustaka ...... 180 Lampiran ………………………………………………………………………………… 181

19

Daftar Tabel

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel ...... 37 Tabel 2. Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Pandan ...... 38 Tabel 3. Distribusi Wilayah kerja Puskesmas Merapi II berdasarkan luas wilayah dan jumlah ...... 59 Tabel 4. Hasil Pemerikasaan Jentik Nyamuk Anopheles di Wilayah PT. Bara Abadi Utama ...... 65 Tabel 5. Jumlah Ikan Nila Merah yang Ditebar pada Masing-Masing Petak Sawah di Desa ...... 67 Tabel 6. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 A, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 68 Tabel 7. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 B, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 70 Tabel 8. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 C, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 72 Tabel 9. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 2 Lokasi 1, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 74 Tabel 10. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak 5 (Sawah 1 Lokasi 2), Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji. Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 76 Tabel 11. Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak 6 (Sawah 2 Lokasi 2), Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji. Kabupaten Ogan Komering Ulu ...... 78 Tabel 12. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap I (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kec. Semidang OKU 4-7 November 2020) ...... 82 Tabel 13. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap II (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kec. Semidang OKU (4-7 November 2020) ...... 83 Tabel 14. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap III (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kec. Semidang OKU (26-29 November 2020) ...... 84 Tabel 15. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap IV (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kec. Semidang OKU (4-7 Desember 2020) ...... 85 Tabel 16. Luas dan jumlah ikan nila merah yang ditebarkan pada masing-masing Kolam ...... 86 Tabel 17. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap I (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kec. Merapi Barat, Kab. Lahat (4-7 November 2020) ...... 91 Tabel 18. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap II (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kec. Merapi Barat, Kab. Lahat (14 November 2020) ...... 92 Tabel 19. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap III (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kec. Merapi Barat, Kab. Lahat ...... 93 Tabel 20. Hasil Penangkapan Jentik di Tahap IV (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kec. Merapi Barat, Kab. Lahat ...... 94 Tabel 21. Jenis dan jumlah individu nyamuk yang tertangkap di Kab. OKU Tahun 2020 ...... 106 Tabel 22. Parameter Densitas Nyamuk Anopheles Yang Tertangkap saat Pre Intervensi dan Pasca Intervensi Di Kabupaten OKU Tahun 2020 ...... 107 Tabel 23. Jenis dan jumlah individu nyamuk yang tertangkap Di Kab. Lahat Tahun 2020 ...... 108 Tabel 24. Distribusi Responden Menurut Karakteristik ...... 110 Tabel 25. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Malaria ...... 111 Tabel 26. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Penyakit Malaria ...... 112 Tabel 27. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Tentang Malaria ...... 113 Tabel 28. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang jentik nyamuk penular Malaria ... 113

20

Tabel 29. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang ikan pemakan jentik nyamuk malaria ...... 114 Tabel 30. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang adanya genangan air ...... 115 Tabel 31. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang pemberantasan jentik ...... 116 Tabel 32. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang ikan nila merah ...... 117 Tabel 33. Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap malaria ...... 119 Tabel 34. Distribusi responden berdasarkan sikap ...... 119 Tabel 35. Distribusi responden berdasarkan anggota keluarga yang pernah positif malaria dan ...... 120 Tabel 36. Distribusi responden berdasarkan aktivitas yang beresiko dan cara menghindari ...... 120 Tabel 37. Distribusi responden berdasarkan keluarga yang memelihara hewan ternak dan ...... 121 Tabel 38. Distribusi responden berdasarkan genangan air di sekitar tempat tinggal ...... 121 Tabel 39. Distribusi responden berdasarkan penyuluhan tentang pengendalian penyakit Malaria .... 122 Tabel 40. Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan pemantauan jentik ...... 123 Tabel 41. Distribusi responden berdasarkan partisipasi dalam program pencegahan penyakit Malaria ...... 123

21

Daftar Gambar Gambar 1. Kolam ikan di Desa Tubohan yang didalamnya ditemukan jentik Culex pada survei pendahuluan ...... 61 Gambar 2. Petak sawah dengan sistem mina padi di Desa Tubohan yang di dalamnya ditemukan jentik Anopheles pada survei pendahuluan ...... 62 Gambar 3. Kolam di Desa Padang Bindu yang di dalamnya ditemukan jentik Anopheles pada survei pendahuluan ...... 62 Gambar 4. Kolam di Desa Padang Bindu yang di dalamnya ditemukan jentik Anopheles pada survei pendahuluan ...... 63 Gambar 5. Kegiatan koordinasi dengan Kepala Puskesmas Merapi II saat survei pendahuluan ...... 64 Gambar 6. Kolam yang diamati di Desa Merapi, (survei pendahuluan): kondisi kolam sebelum musim penghujan ...... 69 Gambar 7. Ikan gupi (Poecilia reticulate) yang ikut terjiduk saat kegiatan penangkapan jentik di petak sawah di Desa Tubohan Kec. Semidang Aji, Kab. OKU ...... 69 Gambar 8. Kondisi Kolam 1 sebelum dibersihkan rumputnya ...... 86 Gambar 9. Kondisi Kolam 1 sebelum dibersihkan rumputnya ...... 88 Gambar 10. Kondisi Kolam 1 setelah dibersihkan ...... 88 Gambar 11. kondisi kolam belum dibersihkan (awal survei) ...... 95 Gambar 12. kondisi kolam yang telah dibersihkan setelah ditebari ikan nila merah ...... 96 Gambar 13. Kondisi tepi kolam 2 pada survei IV, pada bagian yang masih ditumbuhi rumput, banyak ditemukan jentik Anopheles...... 97 Gambar 14. Kondisi kolam B sesudah ditebar ikan nila merah...... 98 Gambar 15. Kondisi kolam C sesudah ditebar ikan nila merah...... 99 Gambar 16. Kondisi kolam D sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah...... 101 Gambar 17. Kondisi kolam E sebelum ditebar ikan nila merah ...... 102 Gambar 18. Kondisi kolam G sesudah ditebar ikan nila merah ...... 104 G

22

Daftar Grafik Grafik 1. Kepadatan Jentik pada Petak Sawah 1 A pada Survey Tahap Preliminary ...... 66 Grafik 2. Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak Sawah 1 B Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah ...... 71 Grafik 3. Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak Sawah 1 C Sebelum dan Sesudah ditebar ...... 73 Grafik 4. Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 4 (Sawah 2 lokasi 1) Sebelum dan Sesudah di Tebar Ikan Nila Merah ...... 75 Grafik 5. Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 5 (Sawah 1 lokasi 2) Sebelum dan Sesudah Ditebar Ikan Nila Merah ...... 77 Grafik 6. Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 6 (Sawah 2 lokasi 2) Sebelum dan Sesudah Ditebar Ikan Nila Merah ...... 79 Grafik 7. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam 1, Desa Padang Bindu, Semidang Aji,OKU ...... 87 Grafik 8. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam 2, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, OKU ...... 89 Grafik 9. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam A, Desa Merapi, Lahat ...... 95 Grafik 10. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam B, Desa Merapi, Lahat ...... 95 Grafik 11. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam B, Desa Merapi, Lahat ...... 97 Grafik 12. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam D, Desa Merapi, Lahat ...... 98 Grafik 13. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam E, Desa Merapi, Lahat ...... 101 Grafik 14. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam G, Desa Merapi, Lahat ...... 101 Grafik 15. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam H, Desa Merapi, Lahat ...... 103

23

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta menurunkan produktivitas sumber daya manusia dan pembangunan nasional. 1,2,3 Untuk mengatasi malaria telah dihasilkan komitmen global dalam World Health Assembly (WHA) ke-60 tahun 2007 tentang eliminasi malaria di tiap negara. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan, telah mengeluarkan keputusan mengenai eliminasi malaria di Indonesia di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 293/Menkes/SK/IV/2009. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam suatu wilayah geografis tertentu, namun bukan berarti tidak ada kasus malaria yang berasal dari luar daerah serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut. Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan kembali. Syarat suatu wilayah untuk mencapai eliminasi malaria jika angka Annual Parasite Incidence (API ) kurang dari satu per 1.000 penduduk berisiko (setara dengan kabupaten/kota), sudah tidak ada kasus malaria indigenous selama tiga tahun berturut-turut, serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaan surveilans yang baik.4 Sampai tahun 2017, sebagian besar wilayah di Sumatera masuk dalam kategori endemis rendah (artinya API < 1/1.000 penduduk berisiko), namun ada beberapa kabupaten yang masih termasuk dalam kategori middle endemic (API 1-5/1.000 penduduk berisiko). Target pencapaian eliminasi malaria di wilayah Sumatera (kecuali Provinsi Aceh) akan dicapai pada tahun 2020, termasuk juga target pencapaian eliminasi malaria di Sumatera Selatan adalah hingga tahun 2020. 5 Hingga tahun 2018, dari 17 kabupeten/kota yag ada di Sumatera Selatan, baru delapan kabupaten/kota yang mencapai program eliminasi malaria. Road map eliminasi malaria di Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut: tahun 2018 target eliminasi di Kabupaten Muara Enim dan Kota Lubuk Linggau, tahun 2019 target eliminasi di Kabupaten Musi Rawas, Musi Rawas Utara, dan Musi Banyuasin, tahun 2021 target eliminasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan) dan Lahat. Pada tahun 2018, kasus malaria tertinggi di Sumatera Selatan adalah Kabupaten Lahat (408 kasus), Kabupaten Muara Enim (181 kasus), OKU Selatan (223 kasus) dan OKU Timur (70 kasus), sedangkan di OKU (15 kasus). Kabupaten OKU termasuk dalam

24 wilayah dengan kategori endemis rendah. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 293/Menkes/SK/IV/2009, maka untuk mencapai eliminasi malaria tahun 2021 di empat kabupaten tersebut, semestinya sudah tidak ada lagi penularan malaria setempat mulai tahun 2018 hingga tahun 2020. 6 Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat dan Kecamatan Semidang Aji di Kabupaten OKU sebagai lokasi penelitian atas pertimbangan perbedaan jenis topografi pada kedua wilayah tersebut. Kecamatan Merapi Barat di Kabupaten Lahat merupakan wilayah perkebunan dan tambang batubara, sedangkan Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU merupakan sebagian besar wilayah perkebunan, sungai dan rawa.. Riset Khusus Vektora di Kabupaten Lahat tahun 2015 menunjukkan bahwa jenis Anopheles yang tertangkap di Lahat antara lain Anopheles peditaeniatus, An.vagus, An.nigerrimus, An.kochi, An.sinensis, An. tesselatus, An. maculatus, An. leucosphyrus, dan An. barbirostris dengan jenis breeding places meliputi kolam ikan, kobakan, sawah, kolam bekas galian, sungai kecil. 7 Hasil pemetaan reseptif malaria tahun 2019 di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji menunjukkan bahwa jenis Anopheles yang tertangkap di rawa dan bekas kolam ikan adalah An. tesselatus, An. vagus, An. barbirostris, An. nigerrimus, An. kochi. Upaya untuk memutus penularan malaria, harus terus digalakkan di Kabupaten OKU dan Kabupaten Lahat. Salah satu upaya untuk memutus rantai penularan malaria adalah dengan mengatasi vektor penular malaria yang ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles . Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pengendalian vektor, baik upaya pengendalian fisik, pengendalian biologi, maupun pengendalian kimia. Pengendalian kimia yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, akan berdampak pada munculnya generasi nyamuk yang resisten. 8 Metode pengendalian yang memberdayakan masyarakat yaitu pengendalian biologi dengan penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) agar populasi nyamuk Anopheles menjadi berkurang. Pemilihan ikan nila merah karena telah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil bahwa jenis ikan tersebut efektif menurunkan populasi jentik Anopheles . Hasil penelitian Ghosh et al. di India tahun 2004 menunjukkan bahwa terjadi penurunan larva dan pupa Anopheles pada parit buatan yang diamati pada hari ke-30 dan hari ke-45 setelah dimasukkan ikan nila merah. 9 Penelitian Ghosh (2017) menunjukkan bahwa Oreochromis niloticus juga mampu menuurnkan jumlah larva Culex quinquefasciatus .10 Penelitian yang dilakukan oleh Sudomo (1998) menunjukkan hasil bahwa kolam yang diisi dengan ikan nila merah dan ikan mas, jentik nyamuknya lebih sedikit dibandingkan dengan kolam yang diisi dengan ikan mas saja. 11 Pemilihan penyebaran ikan nila merah sebagai tindakan intervensi,

25 karena jenis ikan tersebut telah terbukti bisa dipakai sebagai agen pengendali jentik Anopheles di Cina, Somalia dan Ethiopia, serta mampu menurunkan populasi nyamuk Anopheles .12 Sebenarnya ada beberapa jenis ikan pemakan jentik lainnya yang bisa digunakan seperti ikan kepala timah ( Aplocheilus panchax ) dan ikan sepat ( Trichogaster trichopterus ), namun jenis ikan tersebut sulit diperoleh untuk jumlah yang relatif banyak, selain itu juga ada jenis ikan mas ( Cyprinus carpio ), akan tetapi jenis ikan ini bersifat ‘ bottom freeder’ dan tidak menyukai tanaman air. 6 Karakteristik ikan nila merah mampu bertahan pada suhu tinggi dan kadar oksigen rendah, memiliki kapasitas pertumbuhan yang cepat, mampu bertahan pada tingkat kekeruhan air yang tinggi, memiliki perilaku tidak suka melompat atau melarikan diri dari habitat. Bila pada suatu waktu populasi jentik menurun, diharapkan ikan nila merah tetap dapat bertahan hidup dengan memakan tanaman air, alga atau plankton, karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila merah memakan tanaman air, alga, plankton yang ada di habitat tersebut. 13,14 Penelitian ini diharapkan dapat membantu Dinas Kesehatan untuk menurunkan kepadatan nyamuk Anopheles di Kabupaten Lahat dan Kabupaten OKU. Penebaran ikan nila merah dianggap cocok dengan kondisi topografi di Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat yang banyak ditemukan kolam bekas galian batubara, dan Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU banyak dijumpai kolam dan danau kecil.

1.2 Rumusan Masalah Kabupaten OKU dan Kabupaten Lahat menargetkan akan mencapai eliminasi malaria pada tahun 2021. Namun hingga tahun 2019, masih ada penularan malaria setempat, sehingga syarat untuk program eliminasi belum terpenuhi. Upaya untuk mencegah terjadinya penularan malaria setempat sangat diperlukan, salah satunya melalui upaya penanganan vektor yaitu dengan menurunkan kepadatan Anopheles . Upaya penurunan kepadatan Anopheles melalui pengendalian biologi dengan cara penebaran ikan nila merah sebelumnya memang belum dilakukan di Kabupaten OKU dan Kabupaten Lahat.

1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) efektif untuk menurunkan kepadatan jentik nyamuk Anopheles dan populasi Anopheles dewasa? 2. Berapa ukuran/umur ikan nila merah yang efektif untuk ditebarkan pada breeding places ?

26

3. Berapa kepadatan ikan nila merah yang ideal untuk ditebarkan pada tiap luas breeding places dalam meter persegi? 4. Apakah suhu air, intensitas cahaya, salinitas air, pH air, vegetasi air, predator larva, berpengaruh terhadap kepadatan jentik Anopheles ?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum:

Menganalisis pengaruh penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) terhadap kepadatan jentik Anopheles dan Anophele s dewasa di satu desa di Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU, dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat.

1.4.2 Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis habitat/ breeding places larva Anopheles di lokasi terpilih. 2. Mengukur faktor fisik habitat/ breeding places meliputi luas, suhu dan intensitas cahaya matahari. 3. Mengukur faktor kimia habitat/ breeding places meliputi pH dan salinitas, BOD dan COD. 4. Mengidentifikasi jenis vegetasi yang hidup di permukaan air/sekitar habitat. 5. Mengidentifikasi predator jentik yang banyak ditemui di habitat. 6. Menganalisis pengaruh karakteristik habitat terhadap kepadatan larva. 7. Menghitung kepadatan larva sebelum dan sesudah penebaran ikan di wilayah intervensi. 8. Menghitung kepadatan nyamuk sebelum dan sesudah penebaran ikan di wilayah intervensi. 9. Menganalisis jumlah dan ukuran/umur ikan nila merah yang efektif untuk ditebarkan di breeding places pada tiap ukuran luas per meter persegi. 10. Menganalisis penerimaan masyarakat terhadap kegiatan penebaran ikan nila merah.

1.5 Manfaat Penelitian

Intervensi dalam kegiatan penelitian ini diharapkan mampu mengurangi populasi nyamuk Anopheles agar dapat memutuskan rantai penularan malaria, sehingga dalam beberapa tahun ke depan Kabupaten OKU dan Kabupaten Lahat bisa mencapai eliminasi malaria.

27

1.6 Hipotesis penelitian

1. Penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) dapat menurunkan kepadatan jentik Anopheles yang diiringi dengan berkurangnya jumlah Anopheles dewasa. 2. Pada konsisi tertentu: suhu air, salinitas air, pH air, vegetasi air, predator larva, berpengaruh terhadap kepadatan jentik Anopheles.

28

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Pendudung Kejadian Malaria

Menurut Hendrick. L. Blum, ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup ( life style ), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut, faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.15,16 Interaksi berbagai faktor tersebut akan mempengaruhi status kesehatan seseorang maupun komunitas tertentu. Misalnya perilaku manusia yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan lingkungan fisik. Selain itu dengan adanya pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan dapat memberikan perubahan perilaku seseorang/masyarakat untuk datang berobat ke puskesmas. Lingkungan adalah lingkungan tempat tinggal manusia dan nyamuk. 17 Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian malaria di suatu daerah, karena bila kondisi lingkungan sesuai dengan tempat perindukan, maka nyamuk akan berkembangbiak dengan cepat. Tingkat penularan malaria dipengaruhi beberapa faktor biologi dan iklim, yang menyebabkan fluktuasi pada lama dan intensitas penularan malaria pada tahun yang sama atau di antara tahun yang berbeda. Nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria harus mempunyai kebiasaan menggigit manusia dan hidup yang cukup lama. Keadaan ini diperlukan oleh parasit malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai menghasilkan bentuk yang infektif (menular), dan kemudian mengigit manusia kembali. Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecepatan perkembangbiakan plasmodium dalam tubuh nyamuk. Hal ini menjadi bukti, penyebab intensitas penularan malaria paling tinggi menjelang musim penghujan berkaitan dengan peningkatan populasi nyamuk. Faktor lingkungan yang mempengaruhi morbiditas malaria, dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan fisik meliputi keberadaan tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Anopheles . Pada umumnya tempat perkembangbiakan nyamuk berupa genangan air (seperti lagun, aliran sungai, rawa, empang, dan tambak). Di tempat ini sering ditemukan jentik vektor atau tersangka vektor, sehingga pada periode tertentu menunjukan kepadatan yang tinggi.

29

Keberadaan perindukan nyamuk ini akan berpengaruh terhadap kejadian malaria bila jarak dengan pemukiman penduduk sangat dekat. Jarak ini dikaitkan dengan jarak terbang nyamuk Anopheles maksimal 2 km. Lingkungan fisik memegang peranan sebagai tempat hidup nyamuk vektor berupa tempat perindukan alami (rawa, lagun, genangan air di hutan dan lain- lain) dan buatan manusia (sawah, kolam ikan, tambak ikan/udang, parit pengairan, genangan air hujan). Berdasarkan lama air menggenang, tempat perkembangbiakan jentik nyamuk dapat dibagi menjadi tempat perkembangbiakan jentik yang permanen (rawa, sawah, mata air, dan kolam) dan tempat perkembangbiakan jentik yang temporer (muara sungai yang tertutup pasir di pantai, lagun, genangan air payau, cekungan air sewaktu kemarau, dan sawah tadah hujan). Perubahan lahan terhadap penyakit malaria di Utara berdampak penting pada kesehatan manusia dan perkembangbiakan nyamuk. Perubahan lahan dapat mempengaruhi habitat tempat perkembangbiakan jentik dan distribusi vektor. Lingkungan biologi merupakan lingkungan flora dan fauna, seperti tumbuhan bakau, lumut dan ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk. Adanya tumbuh-tumbuhan dapat melindungi larva dari sinar matahari maupun serangan dari makhluk hidup lain. Populasi nyamuk disuatu daerah ditentukan juga oleh adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gabus, ikan nila dan ikan mujair. Adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut terletak dekat dengan rumah tinggal. 18

2.2 Siklus Hidup Anopheles

Dalam hidupnya, nyamuk Anopheles mengalami siklus hidup, mulai dari telur, jentik, kepompong/pupa hingga nyamuk dewasa. Jentik dan pupa hidup di air sedangkan nyamuk dewasa hidup di darat/udara. Nyamuk dewasa akan meletakkan telurnya dipermukaan air, ±100-300 butir sekali bertelur. Setelah 1-2 hari telur menetas menjadi jentik, kemudian jentik menjadi kepompong. Waktu yang diperlukan untuk menjadi kepompong adalah sekitar 8-10 hari. Kepompong merupakan stadium istirahat dan tidak makan, dan pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk. Tahap ini memerlukan waktu 1-2 hari. Nyamuk yang baru keluar setelah bersentuhan dengan udara, akan terbang untuk mencari makan berupa cairan tumbuhan di sekitarnya dan nyamuk betina akan menghisap darah untuk kebutuhan pertumbuhan telur. Umur nyamuk jantan cenderung lebih pendek yaitu kira-kira satu minggu, sedangkan nyamuk betina lebih panjang yaitu sekitar 1-2 bulan. Nyamuk betina

30 mengalami masa kawin satu kali seumur hidup dan biasanya terjadi 24-48 jam setelah keluar dari telurnya. 18,19

2.3 Jenis-jenis Habitat Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.

Habitat perkembangbiakan merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk pada saat pradewasa, mulai dari telur, larva dan pupa, terbagi menjadi empat kelompok yaitu (1) Habitat yang permanen dan semi permanen seperti rawa, danau, (2) Daerah aliran air yang berasosiasi dengan tumbuhan, (3) Kontainer termasuk genangan air pada ketiak daun tumbuhan, dan (4) Genangan air pada tanah yang bersifat sementara. Sementara itu, Rao (1981) membagi habitat larva menjadi dua kelompok yaitu (1) Habitat yang bersifat alamiah seperti danau, rawa, genangan air, dan (2) Habitat buatan manusia seperti daerah sawah, irigasi, kolam. Adapun Bruce-Chwatt (1985) mengklasifikasikan habitat larva dalam lima kelompok yaitu (1) Air tawar yang menggenang permanen atau temporal seperti rawa-rawa yang terbuka luas atau daerah rawa yang merupakan bagian dari danau, kolam, genangan air, dan mata air, (2) Kumpulan air tawar yang sifatnya sementara seperti genangan air terbuka di lapangan dan bekas tapak kaki binatang, (3) Air yang mengalir permanen atau semi permanen seperti sungai yang terbuka dengan vegetasi, air yang mengalir dari selokan, (4) Tempat penampungan air alami seperti lubang pada batu, pohon, lubang buatan hewan, dan tempat penampungan air buatan manusia seperti kaleng, ban, tempurung kelapa, dan (5) Air payau seperti rawa-rawa pasang surut. 20 Habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. berbeda di beberapa wilayah di Indonesia. Hasil penelitian Wigati et al. (2010) menunjukkan bahwa jenis habitat potensial untuk Anopheles di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat meliputi kolam ikan yang tidak digunakan, sawah, sungai, kolam penampungan air dan mata air. An. sundaicus banyak ditemukan di muara sungai dan lagun. An. barbirostris. An. vagus, An. hyrcanus banyak ditemukan di muara sungai. 21 Sementara itu Vivin et. al melaporkan bahwa habitat perkembangan jentik Anopheles di Desa Simpang Empang, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan meliputi rawa, selokan, kolam perendaman karet, kolam pemandian, lubang bekas roda mobil, genangan air di jalan. Spesies nyamuk yang ditemukan di rawa adalah An. barbumbrosus dan An. philippinensis , An. kochi di kolam, An. barbumbrosus di kolam pemandian, An. vagus di lubang bekas roda ban mobil. 22 Hasil penelitian Ritawati et al. di Kecamatan Lengkiti menunjukkan bahwa jentik An. aconitus di parit dan kolam, An. vagus di parit, sedangkan An. barbirostris , An. umbrosus, dan An. nigerrimus ditemukan di kolam. 23 Oktarina et al. melaporkan bahwa di

31

Desa Tanjung Kemala Barat Kabupaten OKU Timur, jentik Anopheles ditemukan di sumur tidak terpakai, kolam bekas dan sawah. 24 Ambarita et al. melaporkan bahwa habitat perkembangbiakan jentik An. maculatus di Kabupaten OKU Selatan meliputi mata air, bendungan, kobakan, serta rawa-rawa di kaki bukit, sedangkan An. leucosphyrus ditemukan di saluran air di tepi jalan. 25 Hasil penelitian Budianto et al. di Kabupaten Lahat menunjukkan bahwa beberapa jenis habitat perkembangbiakan Anopheles di Kabupeten Lahat meliputi kolam bekas, parit jernih, sawah dan aliran sungai. 26

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Habitat Perkembangbiakan Larva Anopheles 2.4.1 Suhu Air

Suhu air sangat mempengaruhi perkembangan larva. Secara umum nyamuk Anopheles lebih menyukai temperatur yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis . Itulah sebabnya jenis Anopheles lebih banyak dijumpai di daerah tropis. Suhu air dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan paparan sinar matahari pada habitat. Suhu mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air, suhu air semakin tinggi maka semakin rendah kelarutan oksigen di dalam air. Suhu air berpengaruh terhadap metabolisme pertumbuhan fase telur, larva dan pupa. Telur, larva dan pupa nyamuk menjadi dewasa membutuhkan waktu 14 hari pada suhu air 70 0 0 0 0 F (21,1 C), dan 10 hari pada suhu air 80 F (26,7 C).19,20

2.4.2 Derajat Keasaman (pH) Air

Derajat keasaman (pH) air mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air. Perairan asam kurang baik untuk perkembangbiakan bahkan cenderung mematikan organisme. Swingle (1961) dalam Boyd (1990) membuat klasifikasi pH terhadap kehidupan di air yaitu (1) pH 6,5-9 dibutuhkan oleh hewan air untuk bereproduksi, (2) pH 5-6,5 perkembangan hewan air lambat, (3) pH 4-5 hewan air tidak bereproduksi, (4) pH 4 merupakan titik kematian asam, dan (5) pH 11 merupakan titik kematian basa. 20

2.4.3 Salinitas Air

Salinitas air pada habitat perkembangbiakan larva Anopheles dipengaruhi oleh berubahnya luas genangan air, curah hujan, aliran air tawar dan evaporasi. Salinitas air yang berubah selama satu tahun menyebabkan banyak spesies nyamuk melakukan adaptasi.19,20

32

2.4.4 Lingkungan fisik

Lingkungan fisik mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk An. sundaicus , salah satu faktor yang mempengaruhi adalah air. Curah hujan berperan pada tersedianya air sebagai tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi rawa dan genangan air. Pada penelitian Suwito didapatkan curah hujan sebesar 10-22 ml. 9 Semakin deras hujan, ketinggian air pada rawa dan genangan air ikut meningkat serta arus air semakin deras. Menurut Effendi kedalaman berkisar antara 15-100 cm, sedangkan arus air yang deras akan menghilangkan larva karena terbawa arus air. Selain itu suhu air juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk, pada penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2008), didapatkan suhu berkisar antara 32-33,5 oC, sedangkan menurut Depkes RI (2008) 2 suhu berkisar antara 25-27 oC untuk perkembangbiakan nyamuk. Umumnya hujan disertai dengan angin yang berpengaruh terhadap jarak terbang nyamuk. Faktor lain seperti kondisi geografis, Kecamatan Rajabasa yang berada di sepanjang pinggir pantai memiliki angin yang cukup kuat juga berpengaruh terhadap jarak terbang nyamuk. Curah hujan yang tinggi berpengaruh pula terhadap kelembaban udara. Pada penelitian Suwito, kelembaban tertinggi pada Bulan Desember (84,30 %) dan terendah pada Bulan Agustus (76 %). 10 Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh lainnya adalah ketinggian lokasi. Malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Kecamatan Rajabasa berada kurang dari 100 mdpl. 6 Sinar matahari merupakan faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi keberadaan nyamuk dan berpengaruh pada kelembaban dan suhu. Pada beberapa jenis nyamuk suka berlindung dibawah lumut agar tidak terkena sinar matahari.

2.4.5 Gulma Air

Gulma air pada habitat perkembangbiakan sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk Anopheles . Gulma air dapat berfungsi sebagai tempat menambatkan diri bagi larva nyamuk sewaktu istirahat di permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan predator. Tumbuhan air dan ganggang yang membusuk di permukaan air yang menyebar luas dan mendapat sinar matahari langsung sangat membantu perkembangan larva. Hal ini disebabkan oleh mikrofauna dan mikroflora sebagai bahan makanan larva banyak berkumpul di sekitar tumbuhan air yang membusuk.19,20

33

2.4.6 Keberadaan Ikan (Predator Larva)

Predator memiliki peranan yang penting dalam menyeimbangkan kepadatan larva nyamuk, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian biotik. Ikan merupakan salah satu predator larva. Kepadatan nyamuk di suatu daerah ditentukan oleh keberadaan ikan sebagai predator, misalnya ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan gapi ( Poecilia reticulata), ikan nila (Oreochromis nilotica), ikan mujair (O. mozambica), ikan sepat ( Trichogaster pectoralis), ikan mas (Cyprinus carpio ), ikan gabus (Ophiio striatus), ikan bandeng (Chanos chanos), ikan lele (Claricis batraus) .19 Larva A. farauti di Doro Kabupaten Halmahaera Selatan mempunyai predator ikan kecil, udang, nimfa capung dan berudu.27

34

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori Tatalaksana pengobatan, kemampuan laboratorium, resistensi agent, dll Agent ELIMINASI Indigenous/ MALARIA Host import

Environtment

Pelayanan Kesehatan

Surveilans Vektor Pengendalian Mengurangi populasi transmisi lokal

Stadium Stadium Keterlibatan linsek Penebaran ikan Nyamuk Pradewasa a Partisipasi masyarakat

Pengaruh musim

Kolam/sawah/ Karaktersitik habitat rawa/kubangan, bekas galian batubara

dll (genangan air permanen dan potensial ditebar ikan

Tulchinsky dkk. (2009) menggambarkan tiga faktor yang utama yang terkait penularan penyakit yaitu faktor agent, host dan environment . Dalam upaya mencapai eliminasi malaria, kabupaten setempat harus memiliki kemampuan tatalaksana pengobatan, kemampuan laboratorium dan tidak ada penularan indigenous , selain itu harus memiliki kemampuan surveilans terhadap vektor untuk mengurangi transmisi lokal. Lingkungan fisik termasuk dalam salah satu faktor risiko penularan malaria, yaitu adanya habitat yang menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk Anopheles . Salah satu upaya untuk memutuskan rantai penularan malaria adalah dengan pengendalian vektor, yang ditargetkan pada stadium jentik dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik yang dianggap aman bagi lingkungan.

35

3.2 Kerangka Konsep

Preliminary Study (Studi Pendahuluan )

Kolam yang ditemukan jentik Anopheles 2 (ukuran antara 100-500 m )

Kepadatan Jentik Anopheles

Penebaran bibit ikan nila merah (umur 30 hari Penebaran bibit ikan nila merah (umur 45 hari/ /panjang 3-5cm, jumlah ikan 3 ekor per m 2 dan panjang 6-8cm, jumlah ikan 3 ekor per m 2 dan 6 ekor per m 2) 6 ekor per m 2 )

Uji Intervensi

Penebaran DESA Habitat Habitat Ikan Penurunan DENGAN pradewasa pradewasa Kepadatan JENIS Anopheles Anophel es Anopheles HABITAT Pendamp ingan BERVARIASI

Karakteristik fisik: Penerimaan suhu air, cahaya Masyarakat

Keterlibatan

Karakteristik kimia: Tomas pH dan salinitas

Karakteristik biologi: vegetasi air, predator jentik

Keterangan Kerangka Konsep Penelitian ini terdiri atas dua tahap, tahap pertama merupakan studi pendahuluan (preliminary studi ), tahap kedua merupakan pelaksanaan uji intervensi. Melalui kegiatan studi pendahuluan diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai ukuran/umur ikan nila merah dan jumlah ikan merah yang efektif ditebar di tiap jenis

36 breeding places pada hitungan luas per meter persegi, sehingga dapat untuk menurunkan jumlah jentik Anopheles . Akan dipilih empat kolam dengan luas antara 100-500 m 2, yang ditemukan jentik Anopheles . Selanjutnya dilakukan penangkapan jentik sebelum ditebarkan ikan nila merah, untuk mengetahui kepadatan jentik. Kemudian dilakukan intervensi dengan melakukan penebaran ikan nila merah. Kolam I ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm (umur sekitar 30 hari), dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam II ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Kolam III ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm (umur sekitar 45 hari) dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam IV ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Setelah kolam ditebari ikan, kemudian akan dilakukan pengamatan kepadatan jentik pada tiap-tiap kolam, pada selang waktu dua minggu selama dua bulan sejak penebaran ikan (dua kali pengamatan). Selain itu, akan diamati juga perkembangan ikan dengan cara mengamati apakah ikan telah berkembangbiak dan mengukur sampel panjang ikan pada beberapa titik yang ada di kolam. Data yang diperoleh pada studi pendahuluan, akan dijadikan acuan dalam memilih ukuran dan jumlah ikan yang ditebar pada tiap habitat. Selanjutnya dilakukan uji intervensi yang dilakukan pada satu desa. Akan dilakukan survei entomologi meliputi penangkapan jentik dan nyamuk dewasa sebelum dan sesudah intervensi (penebaran ikan nila merah). Penangkapan jentik dan nyamuk dewasa dilakukan dua kali sebelum penebaran ikan (selang waktu dua minggu) dan empat kali setelah penebaran ikan nila merah (selang waktu dua minggu untuk tiap pengamatan). Pada setiap pengamatan akan diukur suhu air, intesitas cahaya, salinitas air dan pH air, pengamatan keberadaan vegetasi air, pengamatan predator jentik. Jenis predator jentik yang mungkin ditemukan seperti kumbang air/ water bugs (Hemiptera: Heteroptera), larva capung/ dragonfly (Odonata: Anisoptera), capung carum/ damselfly (Odonata: Zygoptera), larva dan kumbang penyelam dewasa (Coleoptera: Dytiscidae), larva nyamuk genus Lutzia (Diptera: Culicidae), larva lalat capung/ mayfly (Insecta: Emphemeroptera), cacing lumpur/ tubificid worm (Annelida: Oligochaeta), chironomid midges /lalat daun (Diptera: Chironomidae), fresh water snail / siput air tawar (Gastropoda: Mesogastropoda), kutu air ( Cyclops ), anggang-anggang ( Gerridae ) dan keberadaan ikan kepala timah ( Panchax panchax ).

37

Indikator keberhasilan kegiatan adalah menurunnya populasi jentik dan populasi nyamuk (sebelum dan sesudah kegiatan penebaran ikan nila merah). Akan dilakukan kegiatan pendampingan, agar masyarakat mau memanfaatkan ikan nila merah dan menjaga agar ikan nila merah tetap berlangsung pada tiap habitat yang ditebarkan. Pendampingan akan dilakukan pada kelompok tani, yang bertugas mengamati memotivasi warga agar mau memanfatkan ikan nila merah, dan mengawasi perkembangan ikan yang telah ditebar. Akan dilihat juga partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ikan nila merah dan peran serta tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk dalam pemanfaatan ikan nila merah, melalui indepth interview yang dilakukan sebelum dan sesudah penebaran ikan.

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Penebaran ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) dapat menurunkan kepadatan jentik Anopheles yang diringi dengan berkurangnya jumlah Anopheles dewasa. 2. Pada kondisi tertentu: suhu air, intensitas cahaya, salinitas air, pH air, vegetasi air, predator larva berpengaruh terhadap kepadatan jentik Anopheles.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Alat dan Cara Skala Hasil Ukur Operasional Ukur

1. Kepad Jumlah larva pada Cidukan jentik Kategorik 1. Kurang padat : jika atan Jentik tiap jenis habitat jentik didapatkan Anopheles tempat perindukan Cara: Perhitungan antara 1-5 ekor dalam

yang diamati, langsung pada frekuensi pencidukan sebelum dan jentik yang lebih dari 10 kali sesudah intervensi . berhasil dalam satu jenis tertangkap pada habitat. tiap kali 2. Sedang: jika jentik pencidukan, didapatkan lebih dari dilakukan lima ekor dalam sebelum dan frekuensi sesudah pencidukan 5-10 penebaran ikan kali dalam satu jenis habitat. 3. Padat: jika jentik

38

didapatkan lebih dari 10 ekor dalam frekuensi pencidukan kurang dari 1-5 kali dalam satu jenis habitat.

2. Kepadatan Jumlah nyamuk MHD, MBR, Ordinal 1. Tertangkap Nyamuk Anopheles Anophele s yang Kelimpahan Anopheles dewasa Dewasa tertangkap dengan Nisbi, Frekuensi 2. Tidak tertangkap human landing dan Dominansi, Anopheles dewasa collection dengan dilakukan lapis kelambu, baik sebelum dan di dalam rumah sesudah maupun di luar penebaran ikan rumah.

3. Suhu Air Temperatur air yang Termometer air Rasio Celcius ( oC) ada di tiap raksa habitat.19,20 Cara: Mencelupkan bagian ujung yang terdapat bintik perak ke dalam air, tunggu sekitar lima menit, dilakukan pada setiap pengamatan jentik

4. Luas Luas tip jenis Meteran, Kompas Nominal meter Habitat genangan air pada Lensatik tiap tempat habitat perkembangbiakan Cara: jentik yang di ukur Memperkirakan langsung dengan luas habitat menggunakan dengan membuat meteran dan compas sketsa habitat 19,20 lensatik. pada kertas milimeter, dilakukan pada setiap pengamatan jentik

39

5. Salinitas Tingkat kandungan Refraktometer Rasio Per mil Air kadar garam pada air yang ada di tiap Cara: Meneteskan perindukan jentik air pada kaca 19, 20 refraktometer lalu Anopheles. ditutup dan diarahkan ke sumber cahaya matahari, dilakukan pada tiap pengamatan jentik

6. pH air Derajat asam dan pH stick Interval <7 = Asam basa jenis air yang ada pada habitat Cara: ukur dengan 7 = Netral pH stick pada air perindukan jentik >7 = basa Anopheles.19, 20 selama tiga menit dan dicocokkan dengan pH standar, dilakukan pada tiap pengamatan jentik

7. Intensitas Daya pancar dari Menggunakan Rasio Candela Cahaya matahari yang jatuh Lux Meter mengenai bidang permukaan habitat Diukur pada tiap perkembangbiakan pengamatan jentik

8. Vegetasi Keberadaan jenis Pencatatan Ordinal 1 = Tidak ada tumbuhan air yang terdapat di habitat Pengamatan 0 = Ada perindukan jentik langsung 19 ,20 Anopheles. Dilakukan pada tiap pengamatan jentik

9. Predator Keberadaan jenis Pengambilan Ordinal 1 = Tidak ada Jentik hewan air yang Sampel dengan terdapat di habitat Metode Cidukan, . = Ada perkembangbiakan jentik Anopheles Pencatatan dan seperti serangga air, Pengamatan kelompok udang- langsung, jenis biota

40

kutu air ( Cyclops ), diidentifikasi di larva capung, Balai anggang-anggang (Gerridae ) dan Dilakukan pada sebagainya).19,20 tiap pengatan jentik

10. Panjang Panjang rata-rata Pencatatan dan Interval 1. 3-5 cm ikan nila ikan nila merah pengamatan 2. 6-8 cm merah yang pada saat langsung ditebar: panjang 3-5 (Oreochro cm, dan 6-8 cm. mis niloticus ) pada saat penebaran 11. Panjang Panjang rata-rata Pengukuran Interval 1. Sekitar 5-10 cm ikan nila sampel ikan nila langsung merah merah yang diukur 2. > 10 cm pada saat (Oreochro pengamatan jentik, mis yang diambil secara niloticus ) acak pada tiap setelah breeding places. penebaran 12. Jumlah Jumlah ikan nila Penghitungan Interval 1. 3 ekor per m 2 merah yang ditebar ikan nila jumlah ikan 2 merah pada tiap jenis 2. 6 ekor per m breeding places per (Oreochro meter persegi mis niloticus ) yang ditebar 13. Partisipasi Peran serta tokoh Indepth Interview Kualitatif Tematik Masyarak masyarakat dalam at dan sosialisasi ikan nila merah dan Penerimaa penerimaan n terhadap terhadaap kegiatan ikan nila penebaran ikan nila merah merah

Penebaran Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ): Penebaran ikan nila merah yang berumur sekitar 30 hari dengan ukuran 3-5 cm, dan umur sekitar 45 hari ukuran 6-8 cm.

41

Ikan nila merah berasal dari sistem pengadaan yang akan berkerjasama dengan Dinas Perikanan dan Pertenakan Kabupaten OKU tahun 2020. Hasil penelitian Adnyana dkk. (2014) menunjukkan hasil bahwa ikan nila dengan ukuran kecil sekitar 6 cm, efektif untuk digunakan sebagai pengendali hayati vektor malaria. Semakin besar ukuran ikan nila, maka jumlah jentik nyamuk yang dimangsa semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh perubahan preferensi pakan/kesukaan, seiring dengan perkembangan ikan nila tersebut. 28

Genangan air yang dipilih untuk penebaran ikan nila merah adalah: Genangan air yang bersifat permanen, baik yang ditemukan jentik Anopheles ataupun tidak, seperti bekas galian batubara/tambang, bekas galian tanah lempung untuk bahan pembuat semen, kolam bekas galian tanah liat untuk pembuatan batu bata, parit, sumur (sumur warga yang masih berdinding tanah dan berpotensi untuk menjadi habitat perkembangbiakan jentik nyamuk), kolam yang tidak dimanfaatkan yang airnya kemungkinan tidak kering dalam waktu sekitar tiga bulan. Jika genangan air bersifat sementara seperti lubang galian yang berisi air hujan, kobakan bekas roda kendaraan,tidak dilakukan penebaran ikan, meskipun ditemukan jentik Anopheles , cukup ditimbun dan masyarakat disarankan untuk melakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan genangan air. Penebaran ikan dilakukan sekali, kemudian akan diamati keberadaan ikan setelah sekitar dua minggu sejak penebaran, selama satu bulan. Rentang waktu pengamatan ini mengacu pada lama perkembangan jentik Anopheles , dari instar I hingga menjadi pupa yang membutuhkan waktu sekitar 10-21 hari. 19,29 Setelah ikan ditebarkan, ikan tidak diberi makan, dibiarkan alami dengan harapan akan memakan jentik Anopheles yang ada pada habitat perkembangbiakan nyamuk. Kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di lokasi penelitian,dibandingkan antara kepadatan jentik sebelum penebaran ikan nila merah, dengan kepadatan jentik yang ditemukan setelah kegiatan tersebut.

Skala variabel (Skala penukuruan): interval Kriteria: 1. Kurang padat : jika jentik didapatkan antara 1-5 ekor dalam frekuensi pencidukan lebih dari 10 kali dalam satu jenis tempat perindukan. 2. Sedang : jika jentik didapatkan lebih dari lima ekor dalam frekuensi

42

pencidukan 5-10 kali dalam satu jenis tempat perindukan. 3. Padat : jika jentik didapatkan lebih dari 10 ekor dalam frekuensi pencidukan kurang dari 1-5 kali dalam satu jenis tempat perindukan. 3.5 Disain Penelitian

Jenis Penelitian adalah penelitian intervensi dengan pendekatan rancangan kuasi eksperimen pre-post test/ before-after design.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat dipilih satu lokasi/desa yang masih memiliki variasi jenis breeding places beragam. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian hingga kegiatan analisis data adalah lima bulan, dimulai dari Agustus hingga Desember 2020.

3.7 Populasi dan Sampel

Ada dua Jenis populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh habitat/ breeding places pada kegiatan pengamatan jentik nyamuk, populasi kedua adalah seluruh masyarakat yang akan diwawancarai untuk kegiatan wawancara mendalam ( indepth interview ).

1. Kegiatan Penebaran dan Pengamatan Jentik

Populasi : Seluruh jenis habitat tempat perkembangbiakan jentik yang berpotensi untuk di temukan Anopheles ada di lokasi/desa terpilih baik yang bersifat permanen maupun yang kemungkinan akan kering kurang dari satu bulan, namun berpotensi untuk ditemukan jentik Anopheles. Sampel : Badan air yang merupakan habitat jentik Anopheles dibuktikan dengan ditemukannya jentik Anopheles. . Pemilihan habitat tempat perindukan dilakukan secara purposive , dipilih seluruh genangan-genangan air yang dianggap berpotensi untuk perkembangbiakan jentik Anopheles .

43

Unit analisis adalah habitat tempat perindukan yang ditebarkan ikan nila merah. Pemilihan sampel genangan air yang permanen untuk ditebarkan ikan nila merah ditentukan secara purposive, dengan memperhatikan variasi dari jenis genangan air.

Perhitungan jumlah sampel Habitat Mengacu pada jumlah habitat tempat perindukan nyamuk yang diamati di berbagai daerah di Indonesia rata-rata peneliti menemukan sekitar 10 jenis habitat perkembangbiakan nyamuk. Maka karena penelitian ini bermaksud melihat hubungan dan pengaruh berbagai variabel terhadap keberadaan jentik Anophele s, syarat sampel harus berdistribusi normal, nilai kritis agar sampel mendekati syarat distribusi normal adalah nilai 20-30. Maka mengacu pada jumlah rata-rata pada jumlah habitat yang ada pada tiap desa berkisar 10 jenis habitat, maka tidak dilakukan perhitungan besar sampel. Tetapi seluruh habitat yang ada dijadikan sampel (Total Populasi habitat yang bersifat permanen yang ada pada tiap desa ). Jumlah habitat tempat perkembangbiakan jentik yang ditebar ikan nila merah adalah total genangan air yang permanen pada tiap desa, agar sampel memenuhi syarat distribusi normal, maka untuk ui statistik akan dilakukan uji normalitas data untuk pemilihan jenis uji statistik lanjut, jika akan dilakukan uji statistik dengan uji t independen dan paired sampel t-test. 30, 31

2. Kegiatan Wawancara Mendalam ( Indepth Interview ) Wawancara mendalam ditujukan kepada informan yang terdiri atas para pejabat lintas program dan lintas sektor di tingkat kabupaten, kecamatan, puskesmas, desa (tokoh masyarakat dan kelompok tani di desa). Untuk menggali riwayat pengendalian malaria di kabupaten hingga tingkat desa, pemanfaatan ikan pemakan jentik dalam menanggulangi malaria, upaya dan kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan penangulangan malaria, serta sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan penebaran ikan merah.

Kriteria Informan: Pejabat lintas program dan lintas sektoral di kabupaten/kecamatan/puskesmas/desa yang terkait pencegahan penyakit malaria serta bidang perikanan dan pertanian, serta ketua atau anggota kelompok tani yang ada di tiap desa.

44

Jumlah informan untuk wawancara mendalam berkisar 4-10 orang yang dipilih secara snowball sampling.

3.8 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Genangan Air untuk penebaran ikan: Badan air yang bersifat permanen seperti kolam bekas galian tanah liat untuk pembuatan batu bata, bekas galian tambang batu bara, bekas galian tanah lempung sebagai bahan pembuat semen, parit, sumur yang terpakai secara rutin, kolam, serta sawah yang ada sistem mina padi atau sawah yang selalu tergenang air dan ditemukan larva Anopheles .

Kriteria Eksklusi Genangan Air untuk Penebaran Ikan: Genangan air bersifat sementara seperti lubang galian yang berisi air hujan, kobakan bekas roda kendaraan, sawah yang airnya akan kering kurang dari tiga bulan.

3.9 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan adalah kuesioner panduan untuk wawancara mendalam, formulir pengamatan jentik serta parameter fisik pada tiap habitat, formulir penangkapan nyamuk dewasa.

3.10 Bahan dan Prosedur Kerja 3.10.1 Survei Pendahuluan dan Perizinan

1. Kegiatan Perizinan Perizinan dilakukan pada: a. Dinkes Provinsi Sumsel. b. Kesbangpol Provinsi Sumsel. c. Dinkes Kab. OKU dan Kab. Lahat: pemilihan desa secara bertingkat berdasarkan angka API/AMI tinggi mulai dari kecamatan s/d desa. d. Perizinan ke kecamatan/kelurahan/desa: mencari desa yang memiliki jenis breeding places (BP) beragam, menggali informasi mengenai karakteristik penduduk untuk wilayah intervensi ikan.

45

e. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten OKU dan Kab. Lahat untuk memilih satu desa untuk pelaksanaan preliminary study (studi pendahuluan).

Dilakukan oleh tim untuk berkoordinasi dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten untuk izin pelaksanaan penelitian. Koordinasi dengan pihak kecamatan, puskesmas, serta aparat desa di lokasi yang terpilih dan dilakukan sosialisasi mengenai tujuan kegiatan penebaran ikan nila merah dalam rangka mengurangi populasi jentik Anopheles . Hasil dari survei pendahuluan, diharapkan pihak kecamatan ataupun puskesmas bisa mengeluarkan himbauan kepada masyarakat agar berperan aktif dalam kegiatan penebaran ikan nila merah dan membersihkan genangan air yang bersifat sementara yang berpotensi untuk tempat perkembangbiakan jentik Anopheles .

2. Survei Pendahuluan:

a. Pemetaan lokasi untuk mengetahui spot-spot breeding places permanen pada desa yang telah ditentukan. b. Kolam/genangan air yang tidak permanen dicatat dan diobservasi (jumlah, jenis, asal air, luas, pH, dan salinitas) c. Pengumpulan data sekunder: Profil desa/kelurahan (keberadaan perusahaan, mata pencaharian penduduk, asal suku, dll). d. Dilakukan wawancara mendalam kepada pengelola program malaria di Dinas Kesehatan dan Petugas Puskesmas untuk menggali upaya yang dilakukan dalam penanggulangan malaria, serta menggali informasi mengenai penerimaan masyarakat dalam penebaran ikan nila merah melalui wawancara mendalam pada anggota kelompok tani. e. Memilih desa di Kabupaten OKU sebagai lokasi untuk studi pendahuluan.

3.10.2 Studi Pendahuluan (Preliminary Study )

Setelah proses perizinan dan survei pendahuluan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan studi pendahuluan. Melalui kegiatan studi pendahuluan diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai ukuran/umur ikan nila merah dan jumlah ikan nila merah yang efektif ditebar di tiap jenis breeding places pada hitungan luas per meter persegi, sehingga dapat untuk menurunkan

46

jumlah jentik Anopheles . Akan dipilih empat kolam dengan luas antara 100-500 m2, yang ditemukan jentik Anopheles . Selanjutnya dilakukan penangkapan jentik sebelum ditebarkan ikan nila merah, untuk mengetahui kepadatan jentik. Kemudian dilakukan intervensi dengan melakukan penebaran ikan nila merah. Kolam I ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm (umur sekitar 30 hari), dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam II ditebari dengan ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Kolam III ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm (umur sekitar 45 hari) dengan kepadatan 3 ekor ikan/m 2. Kolam IV ditebari dengan ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor ikan/m 2. Setelah kolam ditebari ikan, kemudian akan dilakukan pengamatan kepadatan jentik pada tiap-tiap kolam, pada selang waktu dua minggu selama dua bulan sejak penebaran ikan (empat kali pengamatan). Selain itu, akan diamati juga perkembangan ikan dengan cara mengamati apakah ikan telah berkembangbiak dan mengukur sampel panjang ikan pada beberapa titik yang ada di kolam. Data yang diperoleh pada studi pendahuluan, akan dijadikan acuan dalam memilih ukuran dan jumlah ikan yang ditebar pada tiap habitat.

3.10.3 Studi Intervensi

1. Survei Habitat dan Pemeriksaan Jentik

Kegiatan meliputi survei habitat dan vektor pra Intervensi ( before ) dan pasca intervensi ( after ). a. Survei habitat dan vektor pra Intervensi a. Pemeriksaan jentik tahap awal, dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan penebaran ikan nila merah, bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tempat perindukan potensial bagi Anopheles serta tingkat kepadatan Anopheles di lokasi terpilih. Hasil pengamatan jenik ini menjadi acuan pemilihan jenis- jenis habitat tempat perindukan potensial yang cocok untuk penebaran ikan nila merah, atau habitat yang cukup dibersihkan atau ditimbun pada kegiatan gotong royong yang disarankan pada masyarakat pada saat sosialisasi kegiatan penebaran ikan nila merah pada masyarakat desa. b. Dilakukan pencidukan larva dan identifikasi jentik, dihitung kepadatan larva. c. Dilakukan observasi karakteristik fisik kolam/genangan air: - dihitung luasnya untuk memperkirakan jumlah ikan,

47

- observasi tingkat kekeruhan (observasi), - diukur intensitas cahaya, - diukur suhu harian dalam beberapa termin waktu (pagi, siang, sore, malam) d. Dilakukan pengambilan sampel untuk observasi karakteristik kimia meliputi kadar pH dan salinitas air.. e. Observasi karakteristik biologi meliputi vegetasi naungan/air, predator larva (pengambilan sampel dan identifikasi). f. Penangkapan nyamuk pra intervensi. g. Kegiatan ini dilakukan dua kali sebelum penebaran ikan merah, untuk memastikan pada tiap habitat ada/tidak jentik Anopheles, selang waktu pada tiap pengamatan adalah dua minggu . b. Survei habitat, penangkapan jentik dan nyamjuk dewasa pasca Intervensi. a. Dilakukan di akhir termin penelitian (setelah penebaran ikan dilakukan.) b. Kegiatan yang dilakukan sama dengan pada saat survei habitat dan vektor pra intervensi (poin b-f). c. Pengamatan keberadaan ikan nila merah di desa intervensi, perkiraan jumlah akhir, berat/panjang ikan, dilakukan dengan menangkap sampel ikan pada beberapa titik di habitat yang ditebar ikan dengan menggunakan cidukan jaring untuk menangkap ikan. Ikan yang tertangkap diukur panjangnya, dan ditimbang beratnya dengan timbangan ikan, selanjutnya setelah diukur dan ditimbang, ikan dikembalikan lagi ke dalam breeding places . Selanjutnya diukur rata-rata panjang dan berat sampel ikan.

Pemeriksaan jentik setelah penebaran ikan nila merah dilakukan dua kali bersamaan dengan kegiatan penangkapan nyamuk dewasa, dengan selang waktu dua minggu antar pengamatan. Pemilihan lokasi survei berdasarkan data kasus malaria di Puskesmas. Titik awal lokasi survei adalah genangan air yang ada di sekitar rumah penderita, dilanjutkan pada genangan air lainnya hingga radius sekitar 2 km, sesuai dengan jarak terbang nyamuk. Bahan yang digunakan meliputi cidukan jentik, pipet plastik, senter, botol vial, kertas label, alat tulis, nampan plastik, formulir survei jentik Anopheles , dan breeder . Jentik Anopheles ditangkap dengan

48 menggunakan cidukan. Cidukan jentik hanya dimasukkan sebagian saja ke dalam air dengan sudut kemiringan sekitar 45 o. Jentik yang tertangkap di pindahkan ke dalam nampan plastik untuk memudahkan membedakan jenis jentik. 6 Jentik Anopheles yang tertangkap di masukkan ke dalam botol vial yang telah ditempeli kertas label. Pada kertas label di tulis lokasi pengamatan, jenis habitat, serta tanggal pengamatan. Jentik Anopheles yang tertangkap, dipisahkan berdasarkan habitat. Pada tiap-tiap jenis tempat perindukan yang ditemukan jentik Anopheles , diamati tumbuhan air, hewan air yang ada, serta dilakukan penitikan koordinat bumi dengan bantuan alat Global Positioning System (GPS ) untuk membantu pemetaan lokasi, hasil dicatat pada formulir yang tersedia. Dilakukan penghitungan kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap pada satu jenis tempat perindukan dibagi dengan jumlah cidukan yang dilakukan. Untuk mempermudah menghitung jumlah ikan nila merah yang akan ditebar, maka dilakukan pengukuran luas tempat perindukan untuk membantu memperkirakan jumlah ikan nila merah yang akan ditebar pada masing-masing habitat. Jentik Anopheles yang tertangkap di tiap habitat perkembangbiakan, dipindahkan ke dalam mosquito breeder untuk dikembangkan hingga dewasa di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja. Jentik nyamuk Anopheles yang telah menjadi nyamuk dewasa akan diidentifikasi hingga tingkat spesies dengan panduan Buku kunci bergambar untuk Anopheles betina dari Indonesia oleh O’Connor dan Arwati S (1979).32 Salinitas air, pH air dan suhu air diukur dengan menggunakan alat uji kualitas air multiparamater AMT03. Keberadaan tumbuhan air, diamati secara langsung, jika terdapat tumbuhan air maka diidentifikasi jenisnya. Kerapatan tumbuhan air dikategorikan menjadi sangat rapat apabila >75% permukaan air tertutup tumbuhan air, rapat 50-75%, sedang 25-50%, jarang <25%. 21 Keberadaan predator diamati secara langsung bersamaan saat melakukan pencidukan jentik, dilihat apakah ada predator yang ikut masuk ke dalam cidukan, jika ada maka diidentifikasi jenisnya. Jenis predator jentik yang mungkin ditemukan seperti kutu air ( Cyclops ), larva capung, anggang-anggang (Gerridae ) dan sebagainya. 28 Pemeriksaan jentik setelah penebaran ikan nila merah bertujuan untuk membandingkan kepadatan jentik Anopheles pada tiap tempat perindukan yang ditemukan jentik sebelumnya. Pada tiap pemeriksaan jentik tetap dicatat jenis

49

habitat, jumlah jentik Anopheles yang ditemukan, pengukuran suhu air, kedalaman air, salinitas air, pengamatan keberadaan tumbuhan air dan predator jentik. c. Penangkapan Nyamuk Dewasa

Penangkapan nyamuk akan dilakukan di dalam dan di luar rumah yang dipilih dekat dengan habitat/ breeding places yang ditebari ikan nila merah. Penangkapan sebelum penebaran ikan nila merah dilakukan satu kali bersamaan dengan kegiatan survei jentik. Penangkapan setelah penebaran ikan merah dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu dua minggu antar penangkapan nyamuk. Penangkapan nyamuk Anopheles dewasa dilakukan oleh 7 petugas. Tiga petugas yang ditempatkan di dalam 3 rumah yang sudah ditentukan, tiga petugas lain ditempatkan di sekitar semak-semak yang telah ditentukan dan satu petugas ditempatkan di sekitar kandang dan sekaligus bertugas untuk mengambil gelas kertas hasil tangkapan dan memberi gelas kertas baru kepada 6 petugas penangkap di dalam dan di luar rumah. 33 Enam petugas penangkap nyamuk di dalam dan diluar rumah menggunakan metode penangkapan yang disebut Human Landing Collection (HLC) menggunakan 2 kelambu ( double net ). Hal ini dilakukan untuk mengganti metode penangkapan HLC sebelumnya yang dianggap rentan terhadap penularan malaria. Metode ini menggunaan kelambu sebagai alat perangkap sekaligus menghindari diri dari kontak langsung terhadap nyamuk. Metode ini menggunakan 2 buah kelambu, kelambu kecil dan kelambu besar. Kelambu kecil dipasang di dalam kelambu besar. Pintu dan batas bawah kelambu besar dibiarkan terbuka sedikit, memberi kesempatan nyamuk masuk. Pintu kelambu kecil tertutup rapat sehingga petugas pengumpan tidak dapat tergigit nyamuk, ia hanya berperan sebagai sumber atraktan. Seorang petugas pengumpan berbaring tenang di dalam kelambu kecil selama 50 menit. Setelah 50 menit, petugas tersebut keluar dari kelambu kecil, berubah peran sebagai penangkap nyamuk. Dengan menggunakan aspirator, petugas tersebut mulai mengelilingi ruang antara kelambu kecil dan kelambu besar, menangkap nyamuk yang hinggap pada dinding bagian dalam kelambu besar dan dinding bagian luar kelambu kecil. kegiatan dilakukan selama 5 menit. Setelah 5 menit, petugas keluar dari dalam kelambu besar dan mulai

50

menangkap nyamuk yang ada di dinding bagian luar kelambu besar. Semua nyamuk hasil tangkapan dimasukkan kedalam gelas kertas khusus hasil tangkapan nyamuk yang telah diberi label waktu dan metode penangkapan. Penangkapan dilakukan selama 12 jam dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi. Semua nyamuk hasil tangkapan yang dikumpulkan per jam, langsung di identifikasi menggunakan Kunci Identifikasi dari O’Connor dan Soepanto 32 di pos penangkapan. Semua data dicatat dalam formulir entomologi. Nyamuk di identifikasi langsung di lapangan pada saat penangkapan. Kepadatan nyamuk akan dihitung pada masing-masing spesies yang tertangkap dengan menghitung nilai MHD, MBR, Kelimpahan Nisbi, Frekuensi dan Dominansi. Pemilihan rumah untuk tempat penangkapan nyamuk, adalah rumah dengan penghuni yang pernah memiliki riwayat malaria, atau rumah di sekitarnya dengan breeding places.

3.10.4 Sosialisasi mengenai penanggulangan malaria dan cara pengendalian malaria dengan ikan nila merah

Sosialisasi mengenai penyakit malaria dan pengendalian malaria menggunakan ikan nila merah bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai penanggulangan malaria dan pemanfaatan ikan nila merah sebagai pemakan jentik nyamuk. Target sosialisasi: petugas kesehatan (puskesmas/bidan/posbindu/dll), anggota kelompok tani, juru malaria desa, tokoh masyarakat (ketua RT, RW, PKK, tokoh agama, dll), dan perwakilan masyarakat. Sosialisasi berupa penyuluhan secara langsung, atau menggunakan media video tentang ikan, dan dilakukan tanya jawab. Disampaikan juga materi mengenai cara pemeliharaan ikan nila merah (dengan melibatkan dinas peternakan dan pertanian kabupaten), dan himbauan kepada masyarakat agar tidak mengganggu ikan nila merah yang akan disebar di desa tersebut. Penduduk yang diundang yang mewakili dari tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah, anggota kelompok tani. Kegiatan dilakukan di balai desa atau di Puskesmas Pembantu, jumlah peserta yang diundang sekitar 20 penduduk per desa. Isi sosialisasi meliputi bahaya penyakit malaria, pencegahan malaria, penyebab malaria, cara perkembangbiakan nyamuk Anopheles , tujuan penebaran ikan nila merah, motivasi agar kegiatan biological control dapat

51

dilakukan secara berlanjut oleh masyarakat dan ikan nila merah yang telah ditebar bisa dijaga. Mengingatkan masyarakat agar jangan menangkap ikan nila merah yang telah ditebar jika belum berkembang biak dan ukurannya masih kecil. Dalam kegiatan ini juga dilakukan anjuran kepada masyarakat untuk melakukan pembersihan genangan air yang berpotensi menjadi tembat berkembangbiak jentik nyamuk melalui kegiatan gotong royong. Untuk mengingatkan agar masyarakat tidak menangkap ikan nila merah yang ditebarkan, maka ditunjukkan kader dari tiap desa sesuai dengan jumlah habitat yang ditebar ikan nila merah. Kader tersebut bisa laki-laki ataupun perempuan yang bersedia untuk membantu mencacat keberadaan ikan pada tiap habitat serta mencatat ada/tidaknya kegiatan pembersihan genangan air pada tiap bulan. Tugas kader tersebut selain mengingatkan agar masyarakat jangan menangkap ikan nila merah yang ditebar jika jumlahnya masih sedikit, juga untuk mengamati keberadaan ikan pada tiap habitat.

3.10.5 Penebaran Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus )

Setelah dilakukan survei jentik pertama, akan dilakukan penebaran bibit ikan nila merah berukuran 3-5 cm atau 6-8 cm, yang dipilih berdasarkan acuan dari studi pendahuluan. Dipilih genangan air yang bersifat permanen seperti bekas tambang, rawa, kolam yang tidak dimanfaatkan, kolam bekas galian batubata, dan jenis lainnya. Harapannya ikan nila merah bisa memakan jentik Anopheles .

Pada saat penebaran ikan nila merah, akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Focus Group Discussion (FGD) - FGD kepada tokoh masyarakat, petugas kesehatan, anggota kelompok tani, kader yang ditunjuk, lintar sektor mengenai malaria, pengendalian biologis dengan ikan nila. - Memberikan sosialisasi kembali. - Bersama-sama melakukan penebaran ikan nila merah pada tiap breeding places. - Mengharapkan agar peserta FGD dapat mensosialisasikan kepada masyarakat desa mengenai pengendalian malaria dengan ikan

52

- Menjelaskan mekanisme kegiatan selanjutnya yakni kegiatan yang perlu dilakukan oleh kader terkait malaria/pengendalian dengan ikan, dan juga mekanisme pendampingan oleh tim peneliti. - Bersama-sama tim kelompok tani merumuskan rancana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya. . membuat nama tim kader sesuai kesepakatan . mencatat perkembangan ikan nila merah per habitat. . sosialisasi kepada masyarakat tentang malaria. . melakukan intervensi tentang habitat yang tidak permanen di musim penghujan . mengobservasi dan mencatat kendala yang ditemukan di lapangan.

Ikan nila merah berasal dari sistem pengadaan yang akan berkerjasama dengan Dinas Perikanan dan Pertenakan Kabupaten OKU tahun 2020. Jumlah ikan nila merah yang ditebarkan dalam tiap genangan air disesuaikan dengan luar genangan, kepadatan ikan yang ditebarkan idealnya sebanyak 3 (tiga) ekor dalam tiap meter persegi. 5 Namun untuk mengantisipasi kematian ikan yang telah ditebar, maka akan ditebarkan 6 (enam) ekor ikan pada tiap meter persegi. Semua jenis habitat perkembangbiakan jentik yang bersifat permanen, akan ditebarkan ikan nila merah, meskipun tidak ditemukan jentik pada saat pemeriksaan jentik. Genangan air yang bersifat permanen yang akan ditebarkan ikan nila merah seperti kolam bekas galian tanah liat untuk pembuatan batubata, parit, sumur (sumur warga yang masih berdinding tanah dan berpotensi untuk menjadi habitat perkembangbiakan jentik nyamuk), kolam serta bekas galian tambang yang airnya kemungkinan tidak kering dalam waktu sekitar tiga bulan. Jika genangan air bersifat sementara seperti lubang galian yang berisi air hujan, kobakan bekas roda kendaraan, tidak dilakukan penebaran ikan, meskipun ditemukan jentik Anopheles cukup ditimbun dan masyarakat disarankan untuk melakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan genangan air. Penebaran ikan pada tahap intervensi akan dilakukan sekitar bulan Juli. Ikan nila merah yang telah ditebarkan tidak diberi makan, akan tetapi dibiarkan mencari makanan secara alami, dengan harapan ikan mila merah tersebut memakan jentik nyamuk yang ada di habitat perkembangbiakan jentik.

53

b. Prosedur Pengukuran Luas Habitat Perkembangbiakan dengan Kompas Lensatik Metode yang digunakan adalah pemetaan menggunanan kompas lensatik. Peralatan yang digunakan kompas lensatik, penggaris 30 cm, alat tulis, kertas milimeter, kalkulator, bujur derajat 180 0, segitiga siku-siku dua buah, spidol 12 warna, roll meter 50 meter, kertas HVS, formulir pengukuran. Objek dapat dilihat melalui celah dan garis rambut yang melekat pada tutup kompas. Untuk memperkirakan bentuk habitat perkembangbiakan, dengan membuat sket dasar yang membuat jalan poros. Titik awal adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak sebenarnya. Jarak dari titik awal ke titik berikutnya diukur dengan roll meter. Cara melangkah, misalnya jarak 100 langkah: 70 meter, dengan demikian jarak 1 langkah + 70 cm. Tentukan titik awal dengan memperhatikan bentuk habitat pada saat orientasi. Menentukan sudut arah titik awal ke titik berikutnya dengan cara menempatkan pusat busur berimpit dengan titik awal. Angka 0 atau 360 tepat pada arah utara, dan angka 180 tepat pada arah selatan. Tentukan sudut arah degan titik bantu. Contoh: Tarik garis dari titik awal dengan titik bantu. Sudut arah dari titik A ke B = 45 0. Jumlah langkah dari A ke B = 150 langkah. Skala peta 1: 5.000. Panjang rata-rata satu langkah= 70 cm. Panjang garis A-B di peta (150 x 70 cm)/5.000 = 2.1 cm. Mengukur luas habitat dilakukan dengan menarik garis dari titik tertentu ke titik lainnya, sehingga terbentuk beberapa segitiga. Penghitungan luas = ½ tinggi x alas, dengan skala ukuran peta. Luas gambar habitat sama dengan jumlah luas segitiga yang ada. Perkiraan luas habitat = luas gambar habitat (dalam cm 2) x skala skala kuadrat. Mengukur volume habitat = luas habitat x kedalaman rata-rata (Departemen Kesehatan Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jenderal PPM & PL. Modul Pengamatan Serangga Penular Penyakit. 1996. Jakarta). 34 c. Pengukuran pH Air

Alat yang digunakan untuk pengukuran pH air adalah dengan menggunakan kertas pH (kertas lakmus). Untuk mengukur PH air atau larutan secara praktis

54

dapat menggunakan kertas lakmus. Cara kerja kertas ini adalah dengan cara mencelupkan kertas ke dalam cairan yang akan diukur selama lebih kurang lima detik, kemudian diangkat dan dilihat perubahan warnah yang terjadi. Jika kertas berubah menjadi merah berarti cairan tersebut bersifat asam (PH < 7,0). Jika kertas lakmus berubah menjadi biru maka cairan tersebut bersifat basa (PH >7,0) Menentukkan kondisi nilai pH dapat ditunjukkan dengan angka dan warna. Misal :

 Warna merah berarti menandakan asam kuat 1-6  Warna hijau berarti menandakan basa kuat >7

 Warna kuning berarti menandakan tingkat pH netral 5,5 – 6,5, ini berati asam dan basa berada dalam keadaan seimbang. d. Prosedur Pengukuran Salinitas Air

Alat yang pengukuran salinitas air adalah dengan menggunakan Salinity Refraktometer . Prosedur penggunan Salinity Refraktometer adalah :

 Sebelum dipakai, Refraktometer dibersihkan dengan tisu mengarah ke bawah  Pada bagian prisma Refraktometer ditetesi dengan tetes cairan aquadest atau larutan NaCl 5%. Cairan dituangkan hingga melapisi seluruh permukaan prisma. Gunakan pipet untuk mengambil cairan yang ingin diukur.

 Tutup secara hati-hati refraktometer dengan mengembalikan pelat ke posisi awal. Prisma jangan dipaksakan masuk jika sedikit tertahan.

 Untuk mendapat hasil salinitas, lihat di bagian dalam ujung bulat refraktometer. Bakal terlihat satu angka skala atau lebih. Skala salinitas biasanya bertanda 0/00 yang berarti "bagian per seribu", dari 0 di dasar skala hingga 50 di ujungnya. Ukuran salinitas terlihat pada garis pertemuan bagian putih dan biru.  Setelah dipakai r efraktometer wajib dibersihkan hingga kering menggunakan tisu atau kain lembut.

55

e. Prosedur Pengamatan Predator Jentik

Keberadaan predator diamati secara langsung bersamaan saat melakukan pencidukan jentik, dilihat apakah ada predator yang ikut masuk ke dalam cidukan, jika ada maka diidentifikasi jenisnya. Jenis predator jentik yang mungkin ditemukan seperti kumbang air/ water bugs (Hemiptera: Heteroptera), larva capung/ dragonfly (Odonata: Anisoptera), capung jarum/ damselfly (Odonata: Zygoptera), larva dan kumbang penyelam dewasa (Coleoptera: Dytiscidae), larbva nyamuk genus Lutzia (Diptera: Culicidae), larva lalat capung/ mayfly (Insecta: Emphemeroptera), cacing lumpur/ tubificid worm (Annelida: Oligochaeta), chironomid midges /lalat daun (Diptera: Chironomidae ), fresh water snail / siput air tawar (Gastropoda: Mesogastropoda), kutu air ( Cyclops ), anggang-anggang (Gerridae ) dan keberadaan ikan kepala timah ( Panchax panchax ).

3.10.6 Prosedur Pendampingan

a. Pendampingan dilakukan sebanyak satu kali. b. Tujuan pendampingan: Pendampingan dimaksud untuk memberi semacam pemicuan agar kegiatan ini dapat dilanjutkan/terus berlangsung setelah penelitian selesai dengan dana swadaya dari masyarakat. Metode pemicuan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD). c. Kegiatan peneliti dalam pendampingan: - Diskusi permasalahan yang ditemukan di lapangan (setiap pendampingan, menggunakan form). - Diskusi solusi dan Rencana Tindak Lanjut (setiap pendampingan, menggunakan form) - Memberikan pelatihan tentang pengembangbiakan ikan nila (narsum dari Dinas peternakan Kabupaten) sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat (merangsang minat masyarakat untuk menggunakan ikan). - Jika ada ikan yang mati - tidak disarankan untuk memberikan ulang, tapi bagaimana memotivasi kader untuk mencari solusi sendiri. - Melibatkan lintas sektor untuk kesinambungan program penebaran ikan nila dan pengendalian malaria lainnya. - Observasi karakteristik habitat (suhu, pH, dan salinitas).

56

- Untuk mencegah terjadinya risiko penularan COVID-19 para peserta kegiatan harus memperhatikan protokol pencegahan penularan COVID-19. Seluruh peserta wajib mencuci tangan sebelum kegiatan di mulai. Fasilitas pencuci tangan akan disiapkan oleh tim peneliti. Saat peserta tiba di lokasi pertemuan, akan dilakukan pengukuran suhu permukaan tubuh calon peserta kegiatan yang akan dilakukan oleh tim peneliti dengan menggunakan alat thermal gun . Peserta dengan suhu permukaan tubuh di atas 37,2 oC atau sedang mengalami batuk tidak diperkenankan mengikuti kegiatan diskusi. Petugas yang melakukan pengecekan suhu tubuh wajib menggunakan sarung tangan karet. menjaga jarak tempat duduk minimal satu meter antar peserta, seluruh peserta wajib menggunakan masker, jumlah peserta diskusi tidak lebih dari 20 orang. Masker untuk peserta kegiatan akan disediakan oleh tim peneliti.

Diakhir pendampingan dilakukan pengukuran terhadap partisipasi masyarakat melalui indepth interview. Masyarakat yang dipilih bisa berasal dari kelompok tani di desa. Satu orang kader diharapkan bisa mengawasi satu habitat yang ditebar ikan nila merah. Jumlah kader pengawas, mengikuti jumlah habitat yang ada di desa masing-masing. Wawancara dilakukan pada seluruh kader. Tugas kader mengawasi perkembangan ikan yang telah ditebar, mengingatkan masyarakat agar tidak dikonsumsi penduduk sebelum jumlahnya bertambah/berkembangbiak. Kader mengajak masyarakat untuk mengaplikasikan metode ini dihabitat yang lain yang ditemukan dan berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan. Pada setiap kali pengamatan jentik dilihat apakah ikan masih ada apa tidak, serta mengamati apakah ikan telah berkembangbiak.

3.11 Manajemen dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari masing-masing variabel yang diperoleh akan diolah dianalisis secara statistik untuk menjawab tujuan khusus nomor enam hingga nomor sepuluh. Data dianalisis dengan menggunakan uji T paired atau Paired T test , sebagai uji komparatif untuk sekala interval atau rasio, serta GLM-repetated measure . Sebelum itu, dilakukan pengujian normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov ,

57 serta dilakukan uji Chi-square . Untuk hasil kegiatan wawancara mendalam yang telah dibuat dalam bentuk transkrip, akan dianalisis secara ‘tematik’.

Menghitung Kepadatan Nyamuk

Hasil identifikasi dianalisis untuk mengetahui keragaman fauna, kepadatan populasi menusuk-menghisap darah manusia, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap, dominansi nyamuk pada masing-masing desa. Kepadatan nyamuk yaitu jumlah nyamuk yang menusuk-menghisap darah manusia per orang per jam ( MHD = Man Hour Density ), dan jumlah nyamuk yang menusuk-menghisap darah manusia per orang per malam (MBR = Man Bitting Rate ), dihitung dengan persamaan berdasarkan WHO sebagai berikut:

Kelimpahan nisbi adalah perbandingan antara banyaknya nyamuk suatu spesies dengan jumlah nyamuk dari berbagai spesies yang tertangkap, dan dinyatakan dalam persentase.

Angka frekuensi nyamuk tertangkap adalah perbandingan antara jumlah suatu spesies nyamuk diketemukan dalam penangkapan dan banyaknya penangkapan.

Angka dominansi spesies diperoleh dari hasil perkalian kelimpahan nisbi dan frekuensi nyamuk tersebut tertangkap.

58

IV. HASIL

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PUSKESMAS ULAK PANDAN, OGAN KOMERING ULU

Puskesmas Ulak Pandan terletak di kecamatan Semidang Aji tepatnya di Desa Ulak Pandan 150 Meter masuk lorong ke arah SMA Negeri 9 OKU dari jalan lintas Sumatera, yaitu berdampingan dengan SMA Negeri 9 OKU yang jalan akses menuju Puskesmas 100 Meter jalan setapak semen dan 50 Meter jalan tanah naik tebing yang terjal. Puskesmas Ulak Pandan terletak dijalan Lintas Sumatera Km.30 tepatnya di Desa Ulak Pandan Kecamatan Semidang Aji, Letaknya cukup strategis berdekatan dengan pasar Ulak Pandan dan SMA Negeri 9 OKU, dengan luas wilayah kerja lebih kurang 339 km 2. Wilayah kerja Puskesmas Ulak Pandan meliputi 11 Desa dan 1 talang dengan jumlah penduduk 18.244 Jiwa dengan jumlah KK sebanyak 4.567 KK (Data BPS Kab. OKU). Berdasarkan keadaan sosial ekonominya mata pencarian utama sebagai pedagang, pegawai negeri, pensiunan, petani, buruh, sopir.

Tabel 2 Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Pandan

NO Nama Desa Luas Wilayah 1 Desa Tubohan 40 km 2 2 Desa Keban Agung 25 km 2 3 Desa Ulak Pandan 50 km 2 4 Desa Bedegung 20 km 2 5 Desa Panggal-Panggal 25 km 2 6 Desa Padang Bindu 60 km 2 7 Desa Sukamerindu 25 km 2 8 Desa Nyiur sayak 30 km 2 9 Desa Batang Hari 35 km 2 10 Desa Sukarami 20 km 2 11 Desa Tanjung Kurung 30 km 2 12 Talang Teratak 10 km 2

Desa Padang Bindu terletak di Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah desa Padang Bindu adalah 143,55 km 2 dengan Jumlah penduduk 5397 jiwa (BPS OKU, 2018). Jarak desa Padang Bindu ke Kota Baturaja (Pusat Pemerintahan Kabupaten OKU) sekitar 35 km. Kondisi Geografi Desa Padang Bindu berupa permukiman daratan, dengan topografi berupa dataran rendah dan dataran tinggi. Dengan didominasi daerah dataran tinggi jajaran perbukitan karst (perbukitan kapur) yang merupakan tempat wisata situs purbakala.

59

Kasus malaria di wilayah Kecamatan Semidang Aji, terakhir terlapor pada tahun 2019 dengan jumlah 1 kasus di Desa Banjar Sari, namun Desa Banjar Sari tidak termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Ulak Pandan, tetapi masuk wilayah kerja Puskesmas Pengaringan (Laporan Dinkes OKU 2020).

PUSKESMAS MERAPI II, LAHAT Puskesmas Merapi II terletak di kecamatan Merapi Barat tepatnya didesa Merapi Kecamatan Merapi Barat. Akses menuju puskesmas sangat mudah karena terletak di Jalan Lintas Sumatera. UPT Puskesmas Merapi II membawahi 17 Desa dengan posisi bangunan induk puskesmas terletak di Desa Merapi, yaitu desa paling ujung dari desa-desa yang lain dengan desa terjauh adalah Desa Muara Temiang yang berjarak 18 km dengan waktu tempuh ± 20 menit. Puskesmas Merapi II terletak dijalan Lintas Sumatera tepatnya didesa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Letaknya cukup strategis berdekatan dengan Pemukiman penduduk dan berada di pusat pemerintahan di Kecamatan Merapi dengan luas wilayah kerja puskesmas yaitu lebih kurang 228 Km 2, dengan wilayah kerja sebanyak 17 desa.

Tabel 3 Distribusi Wilayah kerja Puskesmas Merapi II berdasarkan luas wilayah dan jumlah Penduduknya

No Desa Luas Jumlah Penduduk Jumlah Kepadatan Wilayah Laki Perempuan L + P rumah penduduk ( Km 2 ) (L) (P) Tangga perkm 2 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Muara Temiang 10,55 440 382 822 207 77,91 2 Lubuk 4,10 320 291 611 197 149,02 Kepayang 3 Tanjung Telang 13,46 441 452 983 244 73,03 4 Karang Endah 10,00 312 272 584 146 58,4 5 Payo 3,5 514 472 986 249 281,71 6 Suka Marga 1,37 295 288 583 170 425,55 7 Tanjung Pinang 16,01 420 451 871 211 54,40 8 Gunung Agung 19,78 556 551 1107 215 55,97 9 Suka Cinta 13,00 491 540 1036 260 79,69 10 Ulak Pandan 24,25 1.155 1283 2438 564 432 11 Negeri Agung 5,05 475 397 872 211 172 12 Lebak Budi 21,09 552 495 1047 246 49,64 13 Tanjung Baru 5,10 507 519 1026 289 201,18 14 Kebur 15,00 780 998 1778 415 118,53 15 Telatang 15,90 447 525 972 267 61,13 16 Muara Maung 23,80 571 552 1123 285 47,18 17 Merapi 26,00 1562 1582 3144 481 120,92 Jumlah 228,0 9843 10,140 19,983 4657 88

60

Wilayah kerja Puskesmas Merapi II meliputi 17 Desa dengan jumlah penduduk 19.983 Jiwa dengan jumlah KK sebanyak 4.657 KK (Data BPS Kabupaten Lahat). Sebagian besar penduduk adalah bertani, yaitu pertanian kopi, padi, karet, jeruk. Pendapatan tambahan penduduk yaitu dari perdagangan dan penambangan batu koral dan pasir, khususnya di sepanjang sungai lematang. Kecamatan Merapi Barat juga mempunyai perusahaan- perusahaan yang bergerak dibidang penambangan batu (golongan C). dan penambangan Batu Bara, sebagian kecil masyarakat ada yang membuat batubata. Batas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Merapi II :  Utara : Kabupaten Muara Enim  Timur : Kecamatan Merapi Timur  Selatan : Kecamatan Merapi Selatan  Barat : Kecamatan Kota Lahat Desa Merapi terletak di kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah desa Merapi adalah 15000 Ha. Adapun Jarak desa Merapi dari Pusat Pemerintahan ke Kecamatan 1km, dan Ke Kabupaten 21 km. Kondisi Geografi Desa Merapi berupa Pemukiman Daratan, dengan topografi berupa Dataran Rendah dan dataran tinggi. Batas-batas wilayah desa Merapi yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Merapi Timur (desa telatang, sungai puntang, dan gunug Kembang), sebelah selatan berbatasan dengan Merapi Barat dan Muara Enim (Sungai Kungkilan, dan Negeri Agung, Tanjung Baru, Keban Agung), Sebelah Barat Berbatasan dengan Merapi Barat ( Muara Maung dan Telatang), dan sebelah timur berbatasan dengan Merapi Timur (desa Air Lawai, sirah Pulau,) dan Muara Enim (Keban Agung). Tahun 2020, nilai API di Puskesmas Merapi II, tertinggi ketiga di Kabupaten Lahat, setelah Puskesmas Bunga Mas dan Puskesmas Pajar Bulan (Laporan Dinkes Kab. Lahat Tahun 2020).

4.2 Survei Pendahuluan

Kabupaten OKU

Kegiatan Perizinan dan Koordinasi Kegiatan Penelitian dengan Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten OKU telah dilakukan pada tanggal 7 September 2020. Pejabat yang ditemui: Kabid. P2P Dinas Kesehatan Kab. OKU, Kasie. Penangggulan Penyakit Menular, dan Ka. Tu Puskesmas Ulak Pandan, Pengelola Program Malaria Puskesmas Ulak Pandan, Kepala Desa Tubohan.

61

Pihak Dinas Kesehatan menyambut baik kegiatan penelitian ini, karena diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat dengan adanya penebaran ikan nila merah. Pihak Puskesmas Ulak Pandan juga menyambut baik kegiatan penelitian ini. Koordinasi kegiatan dilakukan bersama antara tim peneliti dari Balai Litbang Kesehatan Baturaja, Staf P2P Dinas Kesehatan Kab. OKU dan Pengelola Program Malaria Puskesmas Ulak Pandan. Kegiatan dilanjutkan dengan survei pendahuluan untuk memilih kemungkinan lokasi desa sebagai lokasi penelitian. Survei jentik dilakukan di Desa Tubohan, yang dipilih untuk survei pendahuluan karena memiliki kolam-kolam yang cocok untuk penebaran ikan, serta adanya sistem pengairan mina padi di desa tersebut. Hasil survei belum mendapatkan jentik Anopheles di kolam-kolam di Desa Tubohan. Namun banyak ditemukan jentik nyamuk Culex . Total kolam ikan yang diamati ada lima kolam yang masih berisi ikan, namun ditemui jentik Culex dan selongsong jentik nyamuk genus lainnya, serta satu petak sawah dengan sistem mina padi, yang airnya ada sepanjang tanjung. Di Desa Tubohan memiliki kelompok tani yang menjadi binaan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. OKU. Survei jentik yang lebih intensif akan dilakukan kembali pada survei jentik pada tahap pre I sebelum penebaran ikan merah, untuk memastikan apakah di wilayah ini memang tidak dijumpai jentik Anopheles .

Gambar 1 Kolam ikan di Desa Tubohan yang didalamnya ditemukan jentik Culex pada survei pendahuluan

62

Gambar 2 Petak sawah dengan sistem mina padi di Desa Tubohan yang di dalamnya ditemukan jentik Anopheles pada survei pendahuluan

Selanjutnya, pada kegiatan survei pendahuluan dilakukan juga pemeriksaan genangan air yang memungkinkan untuk penebaran ikan merah di Desa Padang Bindu Kec. Semidang Aji, masih termasuk wilayah kerja Puskesmas Ulak Pandan. Pemeriksaan jentik dilakukan pada kolam yang ada di dalam perkebunan karet dekat peternakan sapi milik penduduk. Kolam tersebut cocok untuk penebaran ikan nila merah. Di sekitar kolam juga banyak rumah penduduk yang bisa dijadikan sebagai lokasi penangkapan nyamuk dewasa. Hasil survei jentik di Padang Bindu mendapatkan jentik Anopheles 2 ekor / 5 kali pencidukan. Kepadatan jentik masih kurang, kemungkinan besar karena faktor iklim yang masuk pada musim kemarau. Desa Padang Bindu pernah dijadikan sebagai lokasi penelitian mengenai nyamuk Anopheles dari perguruan tinggi dan lembaga pemerintah. Ada beberapa penduduk yang bertugas sebagai pengawas di kandang sapi di desa tersebut pernah terlibat dalam kegiatan penangkapan nyamuk Anopheles oleh Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dan Dinkes Kab. OKU.

Gambar 3 Kolam di Desa Padang Bindu yang di dalamnya ditemukan jentik Anopheles pada survei pendahuluan

63

Pada kegiatan survei pendahluan, juga dilakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas Tanjung Lengkayap, bahwa salah satu desa di Kec. Lengkiti akan dipilih sebagai lokasi penebaran ikan nila merah pada tahap preliminary (uji coba). Bersama pengelola program malaria Puskesmas Tanjung Lengkayap, melakukan survei jentik di kolam ikan di desa Bumi Kawah. Pada kolam ikan tersebut dijumpai jenis ikan selain ikan nila merah, namun tidak banyak. Setelah dilakukan pencidukan banyak ditemui jenti Culex (Gambar Kolam A dan Kolam B). Pada cidukan ke sepuluh baru berhasil ditemui jentik Anopheles pada kolam tersebut, di sekitar daun-daun di pinggir kolam (Gambar Kolam B). Total ada empat kolam yang diamati yang memungkinkan untuk penebaran ikan nila merah di Desa Bumi Kawah. Hasil survei pada kolam ikan lainnya yang airnya tinggal sedikit (karena musim kemarau), namun langsung ditemukan dua ekor Anopheles pada satu kali cidukan pertama (Gambar Kolam D).

Kolam A Kolam B

Kolam C Kolam D Gambar 4 Kondisi kolam di Desa Bumi Kawah saat survei pendahuluan

Keterangan: Kolam yang di survei di Desa Bumi Kawah Kecamatan Lengkiti, pada kolam A tidak ditemukan jentik nyamuk Anopheles , pada kolam B ditemukan jentik Anopheles , namun kepadatannya kurang (1 ekor/10 kali cidukan. Kolam C dan D merupakan bagian kolam yang sama, Gambar Kolam C menunjukkan kondisi kolam saat musim penghujan. Gambar Kolam D menunjukkan kondisi kolam pada saat musim kemarau.

64

Hasil survei lanjutan pada bulan berikutnya, pada kolam A dan B tidak ditemukan jentik nyamuk Anopheles , hanya ditemukan jentik Culex . Pada Kolam C/D ditemukan jentik Anopheles , namun kepadatannya kurang, 1 ekor/20 kali cidukan. Atas pertimbangan tersebut, maka sehingga tim peneliti memutuskan bahwa kolam yang di Desa Bumi Kawah tidak dijadikan sebagai lokasi kegiatan preliminary survey .

Kabupaten Lahat

Pada Kegiatan survei pendahuluan di Kabupaten Lahat, dilakukaan koordinasi dengan Kepala Puskesmas Merapi II mengenai tujuan penelitian, tujuan penebaran ikan nila merah, menyampaikan gambaran lokasi yang akan dipilih yaitu desa yang memiliki keragaman habitat /jenis genangan kolam yang cocok untuk penebaran ikan nila merah. Penelitian juga akan melihat bekas galian tambang batubara, apakah ditemukan jentik Anopheles dan memungkinan untuk ditebar ikan nila merah di lokasi bekas pertambangan.

Gambar 5 Kegiatan koordinasi dengan Kepala Puskesmas Merapi II saat survei pendahuluan

Gambar 6 Kolam yang diamati di Desa Merapi, gambar kiri (survei pendahuluan): kondidi kolam sebelum musim penghujan, gambar kanan (survei pra penebaran ikan): kondisi kolam yang sama disurvei saat musim hujan, air meluap sehingga tidak cocok untuk ditebar ikan nila merah.

65

Tabel 4 Hasil Pemerikasaan Jentik Nyamuk Anopheles di Wilayah PT. Bara Abadi Utama

Jenis genangan Hasil Rekomendasi Tidak ditemukan jentik Pembersihan rumput dan nyamuk Anopheles (jenis tumbuhan putri malu di nyamuk penular penyakit pinggir kolam secara malaria) pada kolam tersebut. rutin, yang berpotensi sebagai tempat berlindung bagi jentik nyamuk.

Kolam Penampungan Air Titik Koordinat: Latitude: -3,778855 Longitude: 103,666768 Ditemukan jentik nyamuk Pembersihan rumput dan Anopheles (jenis nyamuk tumbuhan putri malu di penular penyakit malaria) pada pinggir kolam secara kolam tersebut. Di dalam rutin, agar ikan yang ada kolam sudah ada ikan, namun di dapat kolam dapat di pinggir kolam ditumbuhi memakan jentik nyamuk rumput dan tumbuhan putri di pinggir kolam. malu yang berpotensi menjadi tempat berlindung jentik nyamuk. Kolam Pengendapan Lumpur (Stokpile) Kepadatan Jentik: Titik Koordinat: 4 ekor / 20 kali cidukan Latitude: -3,779323 Longitude: 103,671299 Ditemukan jentik nyamuk Pembersihan rumput dan Anopheles (jenis nyamuk lumut secara rutin, serta penular penyakit malaria) pada penebaran ikan dapat kolam tersebut. Permukaan memakan jentik nyamuk genangan air ditumbuhi rumput pada genangan air. dan lumut yang berpotensi menjadi tempat berlindung jentik nyamuk.

Genangan Air Alami Kepadatan jentik: Titik Koordinat: 1 ekor / 6 kali cidukan Latitude: -3,775788 dan 1 ekor / 8 kali cidukan Longitude: 103,660428

66

Tidak ditemukan jentik Pembersihan rumput di nyamuk Anopheles (jenis pinggir kolam secara nyamuk penular penyakit rutin, agar bersih dan malaria) pada kolam tersebut. tidak menjadi tempat Sudah ada ikan nila pada berlindung bagi jentik kolam. Kolam sudah nyamuk. dimanfaatkan dengan memasang keramba untuk budidaya ikan patin dan ikan lele.

Kolam Bekas Galian (Titik 1) Titik Koordinat: Latitude: -3,776945 Longitude: 103,679092 Tidak ditemukan jentik Pembersihan kayu yang nyamuk Anopheles (jenis mati pada bagian kolam, nyamuk penular penyakit dan pemanfaatan malaria) pada kolam tersebut. keramba ikan hingga Sudah ada ikan pada sisi kolam bagian kolam ini. yang lain. Ditemukan makhluk hidup sebagai predator jentik nyamuk seperti larva capung.

Kolam Bekas Galian (Titik 2) Titik Koordinat: Latitude: -3,775788 Longitude: 103,678929 Ditemukan jentik nyamuk Pembersihan rumput dan Anopheles (jenis nyamuk putri malu secara rutin, penular penyakit malaria) pada serta penebaran ikan saluran air tersebut. Bagian dapat memakan jentik pinggir saluran air ditumbuhi nyamuk pada saluran air. rumput dan putri malu yang berpotensi menjadi tempat berlindung jentik nyamuk.

Kepadatan jentik: Saluran air yang terhubung dengan 1 ekor / 6 kali cidukan kolam dan 1 ekor / 8 kali cidukan Titik Koordinat: Latitude: -3,784589 Longitude: 103,660493

67

4.3 Tahap Preliminery

Tujuan kegiatan preliminary survei adalah untuk mendapatkan data ukuran ikan nila merah dan kepatatan ikan yang ditebar dalam tiap satuan luas meter persegi. Lokasi kegiatan yang dipilih adalah sawah dengan sistem mina padi yang ada di Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU. Agar kondisi lingkungan yang diamati relatif homogen dari segi lingkungan fisik maupun biologis (seperti suhu air, ph air, COD, BOD, jenis tumbuhan air dan predator jentik lainya yang ada di habitat), maka dipilihlah petak-petak sawah yang dibatasi dengan waring ikan.

Tabel 5 Jumlah Ikan Nila Merah yang Ditebar pada Masing-Masing Petak Sawah di Desa Tubohan Kec. Semidang Aji, Kab. OKU Pada Tahap Preliminary

No Jenis Habitat Luas Ukuran dan Kepadatan Ikan yang ditebar 1 Petak Sawah 1 A (Lokasi 1) 20 m x 5,5 m (110 m 2) Ikan nila merah yang ditebar: ukuran 3-5 cm, kepadatan 3 ekor/m 2 (330 ekor) 2 Petak Sawah 1 B (Lokasi 1) 16 mx 5,5 m (88 m 2) Ikan nila merah yang ditebar: ukuran 6-8 cm, kepadatan 3 ekor per m 2 (264 ekor) 3 Petak Sawah 1 C (Lokasi 1) 20 m x 5,5 m (110 m 2) Ikan nila merah yang ditebar: ukuran 3-5 cm, kepadatan 6 ekor per m 2 (660 ekor) 4 Petak Sawah 2 (Lokasi 1) 24+41,5 m x 1 m Ikan nila merah yang ditebar: (65,5 m 2) ukuran 6-8 cm, kepadatan 3 ekor per m 2 (150 ekor 5 Petak Sawah 1 (Lokasi 2) 55 m x 1 m (55m 2) Ikan nila merah yang ditebar: ukuran 6-8 cm, 6 ekor per m 2 (330 ekor) 6 Petak Sawah 2 (Lokasi 2) 64 m x 0,5 m (32 m 2) Ikan nila merah yang ditebar: ukuran 6-8 cm, 6 ekor per m 2 (200 ekor)

68

Hasil Pengamatan Lingkungan dan Penangkapan Jentik Anopheles Tahap Preliminary

Tabel 6 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 A, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 1 (Petak Pengamatan I / Pengamatan II / Pengamatan III / Pengamatan IV / Sawah 1 A) Sebelum Ditebar Sebelum Ditebar Setelah Ditebar Sebelum Ditebar Ikan nila merah yang ikan ikan ikan ikan ditebar: ukuran 3-5 cm, ( 1 Oktober 2020) (8 Oktober 2020) (16 Oktober (27 Oktober kepadatan 3 ekor/m 2 (330 2020) 2020) ekor) Lokasi: Desa Tubohan, Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 ,3 oC Suhu air: 29 o Suhu air: 29 ,2 oC Kec. Semidang Aji Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: 5- Kedalaman air: Koordinat: 10-15 cm 10-15 cm 20 cm 10-15 cm Lattitude :-4,068867 o Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Longitude :104,00169 o Luas Kolam: 20 x Luas Kolam: 20 x Luas Kolam: 20 x Luas Kolam: 20 x 5,5 m 5,5 m 5,5 m 5,5 m pH air: 5 pH air: 5 pH air: 5 pH air: 5 Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan : : : : 2762x 10 Lux Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: BOD: 1,92 mg/l padi dan rumput padi dan rumput padi dan rumput COD: 15,48 mg/l Predator jentik: Predator jentik: Predator jentik: Tumbuhan Air: larva capung, kutu larva capung, kutu larva capung, kutu padi dan rumput air, keong air, keong air, keong, ikan Predator jentik:

Kepadatan larva: Kepadatan larva: gupi Ikan gupi, water 1/4 kali, 1/6 kali, 1/2 kali, 1/3 kali, Kepadatan larva: strider ( Gerridae ), 1/8 kali,1/2 kali, 2/3 kali, 0/5 kali, 4/20 kali, 2/10 backswimmer 16/16 kali 1/5 kali, 0/10 kali, kali, 1/5 kali,1/20 (Notonectidae ) 2/2 kali, 0/6 kali . kali, 1/20 kali, 1/ Kepadatan larva: 10 kali 2/20 kali, 1/20 kali, 3/20 kali, 2/20 kali, 1/8 kali, 0/20 kali.

Pada Tabel 6 tampak bahwa luas petak sawah A adalah 20 x 5,5 m, rata-rata ukuran ikan nila merah yang ditebar pada petak sawah tersebut adalah 3-5 cm, dengan jumlah 330 ekor (kepatan 3 ekor ikan/ m 2). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebelum di tebar ikan nila merah, telah dijumpai adanya ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Tumbuhan yang ditemui pada petak sawah tersebut adalah tanaman padi dan rumput yang tumbuh di pinggir kolam. Pada kegiatan penangkapan jentik tahap I dan II (sebelum ditebar ikan nila merah), kepadatan jentik adalah 40 ekor / 46 kali cidukan (0,869) dan 7 ekor /36 kali cidukan (0,194). Pada penangkapan jentik tahap III dan IV (setelah penebaran ikan merah) rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap adalah 14 ekor/85 kali cidukan (0,170) dan 9/108 kali cidukan (0,083). Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 2 kali cidukan (0,53), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 8 kali cidukan (0,126).

69

Kepadatan Jentik Pada Petak Sawah 1 A Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah

0,869

0,194 0,17 0,083

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca II Sawah IA Sawah IA Sawah IA Sawah IA

Grafik 1 Kepadatan Jentik pada Petak Sawah 1 A pada Survey Tahap Preliminary

Pada Grafik 1 menunjuk bahwa jumlah jentik Anopheles yang tertangkap, tertinggi pada kegiatan penangkapan pertama, kemudian pada tahap 3 dan tahap 4 (setelah penebaran ikan nila merah). Pengamatan pada tahap 1 dan 2 menunjukkan bahwa sebelum ditebar ikan nila merah, telah dijumpai keberadaan ikan lainnya di dalam petak sawah yaitu jenis ikan gupi (Poecilia reticulate ), namun demikian ternyata jentik nyamuk Anopheles masih ditemukan disela-sela rumput yang tumbuh di pinggir sawah.

Gambar 7 Ikan gupi ( Poecilia reticulate ) yang ikut terciduk saat kegiatan penangkapan jentik di petak sawah di Desa Tubohan Kec. Semidang Aji, Kab. OKU

70

Tabel 7 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 B, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 2 (Petak Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Sawah 1 B) ( 1 Oktober (8 Oktober) (16 Oktober) (27 Oktober Ikan nila merah yang 2020) 2020) ditebar: ukuran 6-8 cm, kepadatan 3 ekor per m 2 (264 ekor) Lokasi: Desa Tubohan, Kec. Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 28,8 oC Semidang Aji Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: Koordinat: 30 cm 30 cm 30 cm 30 cm Lattitude:-4,068797 o Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Longitude: 104,001669 o Luas Kolam: 16 x Luas Kolam: 16 x Luas Kolam: 16 x Luas Kolam: 16 x 5,5 m 5,5 m 5,5 m 5,5 m pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan Lux/Pencahayaan : : : : Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: 1375 x 10 Lux padi dan rumput padi dan rumput padi dan rumput BOD: 1,92 mg/l Predator jentik: Predator jentik: Predator jentik: COD: 15,48 mg/l larva capung, larva capung, larva capung, Tumbuhan Air: kutu air, keong kutu air, keong kutu air, keong padi dan rumput Kepadatan larva: Kepadatan larva: Kepadatan larva: Predator jentik: 3/18 kali, 1/4 kali, 0/6 kali, 0/4 kali, 0/20 kali, 0/10 Ikan kopi-kopi, 2/7 kali 3/5 kali, 2/2 kali, kali, 0/10 kali, water strider 0/15 kali, 0/16 0/21 kali, 0/20 (Gerridae ), kali, 0/8 kali kali, 0/15 kali backswimmer (Notonectidae ) Kepadatan larva: 1/20 kali, 1/16 kali, 1/20 kali, 0/10 kali 2/19 kali, 0/10 kali, 2/20 kali, 1/20 kali, 0/5 kali

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa ikan nila merah yang ditebar pada petak sawah 1 B (luas 16 x 5,5 m) adalah ikan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada empat kali pengamatan, kisaran suhu air pada petak sawah adalah 28,8 - 29 0C, kedalaman air pada petak sawah ini sekitar 30 cm, pH air menunjukkan angka 5, salinitas air pada angka 0. Pada petak sawah ini, sebelum ikan nila merah ditebarkan, telah ditemui juga jenis ikan gupi (Poecilia reticulate ). Petak sawah ini juga memakai sistem mina padi, sehingga pada saat padi akan di panen, maka air di bagian tengah sawah akan mengering, ikan akan berpindah pada kolam yang di gali pada pinggir sawah. Selain ikan, jenis hewan air lainnya yang ditemui pada petak sawah adalah larva capung, kutu air, dan keong. Total jentik Anopheles yang tertangkap pada pengamatan I adalah 6 ekor per 29 kali pencidukan. Pada pengamatan

71

II jentik Anopheles yang tertangkap adalah 5 ekor per 56 kali pencidukan. Pada pengamatan III setelah penebaran ikan nila merah, jentik Anopheles yang tertangkap adalah 0 per 96 kali pencidukan. Pada pengamatan IV jentik Anopheles yang tertangkap adalah 8 ekor per 126 kali pencidukan. Pada pengamatan IV, kondisi sawah habis panen, sehingga tersisa batang tanaman padi yang dipotong saat panen, jentik Anopheles banyak ditemukan pada sisa batang padi habis panen tersebut. Sisa batang padi dijadikan tempat berlindung bagi jentik Anopheles , sehingga ditemukan juga jentik instar 4 pada pengamatan IV.

Kepadatan Jentik Pada Petak Sawah 1 B Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah

0,206

0,063 0,089 0

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca II Sawah IB Sawah IB Sawah IB Sawah IB

Grafik 2 Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak Sawah 1 B Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah.

Pada grafik 2 menunjukkan bahwa dari pengamatan I ke pengamatan II sebelum ikan nila merah ditebar, ada peningkatan jumlah jentik Anopheles yang ditemukan, kemudian menurun setelah ikan nila merah ditebar pada pengataman III, kemudian pada pengamatan IV ada sedikit peningkatan dibanding pengamatan III. Pada pengataman III, bagian tengah sawah airnya dikosongkan karena akan dipanen, kemudian pada pengamatan pengamatan IV sawah telah selesai di panen, banyak dijumpai sisa batang padi yang dijadikan tempat berlindung jentik Anopheles. Kepadatan Anopheles pada pengamatan pertama adalah rata-rata 1 ekor pada 5 kali cidukan (0,206), pada pengamatan II rata-rata 1 ekor pada 11 kali cidukan (0,089). Pada pengamatan III tidak berhasil ditemukan jentik Anopheles , karena air yang tersisa hanya di bagian kolam di pinggir sawah, ikan berkumpul di dalam genangan air tersebut. Pada pengamatan IV, air kembali dialirkan hingga ke seluruh bagian petak sawah, sehingga ikan menyebar, kepadatan jentik yang tertangkap adalah 1 ekor dalam 16 kali

72 pencidukan (0,063). Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 7 kali cidukan (0,147), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 30 kali cidukan (0,0315).

Tabel 8 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 1 C, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 3 (Petak Sawah 1 C ) Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Ikan nila merah yang ditebar: ( 1 Oktober (8 Oktober (16 Oktober (27 Oktober ukuran 3-5 cm, kepadatan 6 ekor 2020) 2020) 2020) 2020) per m 2 (660 ekor) Lokasi: Desa Tubohan, Kec. Suhu air : 29 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 ,6 oC Semidang Aji Kedalaman Kedalaman Kedalaman air: Kedalaman air: Koordinat: air: 30 cm air: 10-15 cm 5-20 cm 10-15 cm Lattitude:-4,068649 o Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Longitude: 104,001722 o Luas Kolam: Luas Kolam: Luas Kolam: 20 Luas Kolam: 20 x 20 x 5,5 M 20 x 5,5 M x 5,5 M 5,5 M pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Lux/Pencahayaa padi dan padi dan padi dan rumput n: rumput rumput Predator jentik: 1097 x 10 Lux Predator Predator larva capung, BOD: 1,92 mg/l jentik: larva jentik: larva kutu air, keong COD: 15,48 mg/l capung, kutu capung, kutu Kepadatan Tumbuhan Air: air, keong air, keong larva: 0/20 kali, padi dan rumput Kepadatan Kepadatan 0/10 kali, 0/37 Predator jentik: larva: 1/1 kali, larva: kali, 1/17 kali, Ikan gupi, water 2/10 kali, 3/3 0/3, 5/5, 0/8, 0/10 kali, 0/10 strider kali, 1/2 kali, 0/12, 0/15, 0/7 kali, 0/12 kali, (Gerridae ), 1/1 kali 0/20 kali, 0/20 backswimmer kali, 0/20 kali (Notonectidae ) Kepadatan larva: 2/20 kali, 1/20 kali, 2/20 kali, 1/20 kali

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa ikan nila merah yang ditebar pada petak sawah 1 C (luas 20 x 5,5 m) adalah ikan ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor per m 2. Pada empat kali pengamatan, kisaran suhu air pada petak sawah adalah 29 – 29,6 0C, kedalaman air pada petak sawah 1C ini sekitar 5-30 cm, pH air menunjukkan angka 5, salinitas air pada angka 0. Pada petak sawah 1 C ini, sebelum ikan nila merah ditebarkan juga telah ditemui jenis ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Petak sawah ini juga memakai sistem mina padi, sehingga pada saat padi akan di panen, maka air di bagian tengah sawah akan mengering, ikan akan berpindah pada kolam yang di gali pada pinggir sawah. Selain ikan, jenis hewan air lainnya yang ditemui pada petak sawah adalah larva capung, kutu air, Gerridae , Notonectidae dan keong. Total jentik Anopheles yang tertangkap pada pengamatan I adalah 8 ekor per 17 kali pencidukan. Pada pengamatan II jentik Anopheles yang tertangkap adalah 5 ekor per 50 kali

73 pencidukan. Pada pengamatan III setelah penebaran ikan nila merah, jentik Anopheles yang tertangkap adalah 1 per 176 kali pencidukan. Pada pengamatan IV jentik Anopheles yang tertangkap adalah 6 ekor per 80 kali pencidukan. Sama seperti petak sawah IA dan 1B, pada pengamatan IV, kondisi sawah habis panen, sehingga tersisa batang tanaman padi yang dipotong saat panen, jentik Anopheles banyak ditemukan pada sisa batang padi habis panen tersebut. Sisa batang padi dijadikan tempat berlindung bagi jentik Anopheles , jentik yang ditemukan pada petak sawah 1C kebanyakan jentik Anopheles instar 1 dan 2.

Kepadatan Jentik Pada Petak Sawah 1 C Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah

0,47

0,1 0,005 0,075

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca II Sawah IC Sawah IC Sawah IC Sawah IC

Grafik 3 Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak Sawah 1 C Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah.

Kepadatan Anopheles pada petak sawah 1 C pada pengamatan pertama adalah rata- rata 1 ekor pada tiap 2 kali cidukan (0,47), pada pengamatan II rata-rata 1 ekor pada tiap 10 kali cidukan (0,1). Pada pengamatan III jentik Anopheles mengalami penurunan, rata-rata kepadatan jentik ditemukan hanya 1 ekor pada tiap 170 kali cidukan (0,005). Pada pengamatan IV, sama seperti petak sawah 1B, kepadatan jentik yang tertangkap mengalami peningkatan dibandingkan pengamatan III yaitu 1 ekor dalam tiap 14 kali pencidukan (0,075). Pada pengamatan IV kondisi sawah juga habis panen, air telah dialirkan kembali ke seluruh petak sawah untuk kemudian dibajak kembali. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3 kali cidukan (0,285), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04).

74

Tabel 9 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak Sawah 2 Lokasi 1, Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 4 (Petak Sawah 2 Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Lokasi 1) (1 Oktober (8 Oktober (16 Oktober (27 Oktober 2020) Ikan nila merah yang ditebar: 2020) 2020) 2020) ukuran 6-8 cm, kepadatan 3 ekor per m 2 (150 ekor) Lokasi Desa Tubohan Kec. Semidang Suhu air: 29 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 28 o Suhu air: 29 oC Aji Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: 25 - Koordinat: 25 - 40 cm 15 - 20 cm 20 - 30 cm 30 cm Lattitude:--4,06884704 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Longitude: 104,0017109 o Luas Kolam: Luas Kolam: Luas Kolam: Luas Kolam: (24+41,5) m x 1 (24+41,5) m x (24+41,5) m x 1 (24+41,5) m x 1 m m 1 m m pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 Lux/Pencahayaan: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: 2628 x 10 Lux padi dan padi dan padi BOD: 2,04 mg/l rumput rumput dan rumput COD: 14,32 mg/l Predator jentik Predator jentik Predator jentik: Tumbuhan Air: padi : ikan, : ikan, ikan gupi, larva dan rumput larva capung, larva capung, capung, kutu air, Predator jentik : kutu air, keong kutu air, laba- larva capung, Ikan gupi, water Kepadatan laba air keong strider ( Gerridae ), larva: Kepadatan Kepadatan larva: backswimmer 3/3 kali, 1/3 larva: 0/15 kali, 0/17 (Notonectidae ) kali, 1/3 kali, 15/16 kali, 0/10 kali, 0/19 kali, Kepadatan larva: 1/2 kali kali, 0/16 kali, 0/10 kali, 1/10 2/20 kali, 1/20 kali 1/20 kali, 0/13 kali, 1/2 kali, 1/10 kali, 2/12 kali, kali 0/17 kali

Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa ikan nila merah yang ditebar pada petak 4 (sawah II lokasi 1) dengan luas area pengamatan 24 + 41,4 m x 1 m, adalah ikan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada empat kali pengamatan, kisaran suhu air pada petak sawah 4 adalah 28–29 0C, kedalaman air pada petak sawah ini sekitar 15-40 cm, pH air menunjukkan angka 5, salinitas air pada angka 0. Pada petak sawah 4 ini, sebelum ikan nila merah ditebarkan juga ditemukan jenis ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Petak sawah ini juga memakai sistem mina padi. Rumput tumbuh di bagian pinggir petak sawah yang tergenang oleh air. Jenis hewan air lainnya yang ditemui pada petak sawah adalah larva capung, laba- laba air, kutu air, Gerridae , Notonectidae dan keong. Total jentik Anopheles yang tertangkap pada pengamatan I adalah 6 ekor per 11 kali pencidukan. Pada pengamatan II jentik Anopheles yang tertangkap adalah 18 ekor per 104 kali pencidukan. Pada pengamatan III setelah penebaran ikan nila merah, jentik Anopheles yang tertangkap adalah 3 per 83 kali pencidukan. Pada pengamatan IV jentik Anopheles yang tertangkap adalah 3 ekor per 40 kali

75 pencidukan. Sama seperti petak sawah IA dan 1B, pada pengamatan IV, kondisi sawah habis panen, sehingga tersisa batang tanaman padi yang dipotong saat panen, jentik Anopheles banyak ditemukan pada sisa batang padi habis panen tersebut. Sisa batang padi dijadikan tempat berlindung bagi jentik Anopheles , jentik yang ditemukan pada petak sawah 1C kebanyakan pada fase instar 1 dan 2.

Kepadatan Jentik Pada Petak 4 (Sawah 2 Lokasi 1) Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nila Merah 0,545

0,173 0,075 0,036

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca II Sawah II lok 1 Sawah II lok 1 Sawah II lok 1 Sawah II lok 1

Grafik 4 Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 4 (Sawah 2 lokasi 1) Sebelum dan Sesudah Ditebar Ikan Nila Merah

Pada Grafik 4 tampak bahwa kepadatan Anopheles pada petak 4 (sawah 2 lokasi 1) pada pengamatan pertama adalah rata-rata 1 ekor pada tiap 2 kali cidukan (0,54), pada pengamatan II rata-rata 1 ekor pada 6 kali cidukan (0,173). Pada pengamatan III jentik Anopheles mengalami penurunan, kepadatan jentik yang ditemukan hanya 1 ekor pada tiap 28 kali cidukan (0,036). Pada pengamatan IV, sama seperti petak sawah 1C, kepadatan jentik yang tertangkap mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pengamatan III yaitu 1 ekor dalam tiap 14 kali pencidukan (0,075). Pada petak sawah 4 ini, jentik Anopheles banyak ditemukan pada bagian pinggir kolam yang ditumbuhi rumput. Jentik Anopheles bersembunyi disela-sela rumput. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3 kali cidukan (0,359), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 20 kali cidukan (0,05).

76

Tabel 10 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak 5 (Sawah 1 Lokasi 2), Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji. Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 5 (Petak Sawah 1 Pengamatan I Pengamatan II Pengamata Pengamatan IV Lokasi 2) (1 Oktober 2020) (8 Oktober n III (27 Oktober ikan ukuran 6-8 cm, 6 ekor per m 2 2020) (16 Oktober 2020) (330 ekor) 2020) Desa Tubohan Kec. Semidang Aji Suhu air: 29 oC Suhu air: 2 7 oC Suhu air: 29 Suhu air: 29 ,2 oC Koordinat: Kedalaman air: Kedalaman air: oC Kedalaman air: Koordinat: 20 - 30 cm 30 - 33 cm Kedalaman 15- 20 cm Lattitude:-4,068968 o Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 air: 20 - 30 Salinitas air: 0 Longitude: 104,000898 o Luas Kolam: 55 x Luas Kolam: cm Luas Kolam: 55 x 1 m 55 x 1 m Salinitas air: 1 pH air : 5 pH air : 5 0 pH air : 5 Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Luas Kolam: Lux/Pencahayaa padi dan rumput padi dan 55 x 1 m n: 1168x10 Lux Predator jentik: rumput semak pH air : 5 BOD: 1,85 mg/l ikan gupi, larva belukar Tumbuhan COD: 16,33 mg/l capung, kutu air Predator jentik: Air: padi dan Tumbuhan Air: Kepadatan larva: Ikan gupi, rumput padi dan rumput 7/15 kali water strider semak semak belukar (Gerridae ), belukar Predator jentik: backswimmer Predator Ikan gupi, water (Notonectidae ) jentik: ikan, strider Kepadatan larva (Gerridae), larva: 32/20, capung, kutu backswimmer 0/2, 1/8, air (Notonectidae) 2/1, 1/16, 4/50, Kepadatan Kepadatan larva: 1/15, 0/15, larva: 1/20, 1/16, 1/20, 0/13, 4/14 kali 0/20, 0/10, 1/5, 1/10 0/5, 0/10, kali 0/10 , 0/20, 0/20 , 0/15, 0/20, 0/20, 0/10, 0/20, 0/20 kali

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa ikan nila merah yang ditebar pada petak 5 (sawah 1 lokasi II) dengan luas area pengamatan 55 m x 1 m, adalah ikan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor per m 2. Pada empat kali pengamatan, kisaran suhu air pada petak sawah 4 adalah 27–29,2 0C, kedalaman air pada petak sawah ini bervariasi antara 15-20 cm hingga 30- 33 cm, pH air menunjukkan angka 5, salinitas air pada angka 0. Pada petak sawah 5, sebelum ikan nila merah ditebarkan juga ditemukan jenis ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Petak sawah ini juga memakai sistem mina padi. Pada saat mendekati panen, air yang ada di sawah dikurangi, sehingga kedalamannya menurun. Rumput juga tumbuh di bagian pinggir petak sawah, saat air di kurangi, rumput tersebut menjadi tidak terendam air. Jenis hewan air lainnya yang ditemui pada petak sawah adalah larva capung, kutu air, Gerridae ,

77

Notonectidae . Total jentik Anopheles yang tertangkap pada pengamatan I adalah 7 ekor per 15 kali pencidukan. Pada pengamatan II jentik Anopheles yang tertangkap adalah 45 ekor per 154 kali pencidukan. Pada pengamatan III setelah penebaran ikan nila merah, jentik Anopheles yang tertangkap adalah 0 per 190 kali pencidukan. Pada pengamatan IV jentik Anopheles yang tertangkap adalah 5 ekor per 81 kali pencidukan. Sama seperti petak sawah lainnya, pada pengamatan IV, kondisi sawah habis panen, sehingga tersisa batang tanaman padi yang dipotong saat panen, jentik Anopheles banyak ditemukan pada sisa batang padi habis panen tersebut. Sisa batang padi dijadikan tempat berlindung bagi jentik Anopheles , jentik yang ditemukan pada petak sawah 1C kebanyakan jentik Anopheles instar 1.

Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 5 (Sawah 1 Lokasi II) Sebelum dan Sesudah penebaran Ikan Nila Merah

Kepadatan

0,466666667 0,292208

0,0617284 0

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca Sawah I Sawah I Sawah I Sawah I Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi 2

Grafik 5 Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 5 (Sawah 1 lokasi 2) Sebelum dan Sesudah Ditebar Ikan Nila Merah

Kepadatan Anopheles pada petak 5 (sawah 1 lokasi 2) pada pengamatan pertama adalah rata-rata 1 ekor pada tiap 2 kali cidukan (0,46), pada pengamatan II rata-rata kepadatan jentik yang terciduk mengalami penurunan yaitu 1 ekor pada tiap 3 kali cidukan (0,292208). Pada pengamatan kedua, sawah akan dipanen sehingga air yang ada di sawah dikurangi, rumput yang tumbuh di pinggir sawah juga tidak terendam air, sebagian sudah dibersihkan. Pada pengamatan III jentik Anopheles mengalami penurunan, kepadatan jentik yang ditemukan menjadi 0. Pada pengamatan IV, kepadatan jentik yang tertangkap mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pengamatan III yaitu 1 ekor dalam tiap 16 kali pencidukan (0,062). Pada petak sawah 5 ini, jentik Anopheles ditemukan pada bagian pinggir kolam yang ditumbuhi rumput. Jentik Anopheles bersembunyi disela-sela rumput. Saat air di

78 sawah dikurangi, kondisi rumput menjadi tidak terendam air. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3 kali cidukan (0,379), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 30 kali cidukan (0,03).

Tabel 11 Hasil Penangkapan Jentik Tahap Preliminary pada Petak 6 (Sawah 2 Lokasi 2), Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji. Kabupaten Ogan Komering Ulu

Jenis Habitat 6 (Petak Sawah 2 Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan Pengamatan Lokasi 2) ( 1 Oktober (8 Oktober III IV ikan ukuran 6-8 cm, 6 ekor per m 2 2020) 2020) (16 Oktober (27 Oktober (200 ekor) 2020) 2020) Desa Tubohan, Kec. Semidang Aji Suhu air: 29 oC Suhu air: 31 oC Suhu air: 29 oC Suhu air: 31 oC Koordinat: Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: Kedalaman air: Lattitude:-4,068869 o 25-30 cm 15-20 cm 15 cm 10-15 cm Longitude: 104,000702 o Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Salinitas air: 0 Luas Kolam: 64 Luas Kolam: 64 Luas Kolam: 64 Luas Kolam: 64 x 0,5 m x 5,5 m x 5,5 m x 5,5 m pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 pH air : 5 Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: Tumbuhan Air: BOD: 3,96 mg/l padi dan padi dan padi dan COD: 25,02 rumput rumput rumput mg/l Predator jentik: Predator jentik: Predator jentik Tumbuhan Air: larva capung, ikan, anggang- : kutu padi dan kutu air, keong anggang. air, larva rumput Kepadatan Kepadatan capung, ikan Predator jentik: larva: 12/7 kali, larva: 1/25, 2/5, gupi, laba-laba Ikan kopi-kopi, 2/4 kali, 5/15 0/20, 4/3, 3/10 air Kepadatan water strider kali kali larva: 0/15 kali, (Gerridae ), 0/20 kali, 0/20 backswimmer kali, 0/20 kali, (Notonectidae ) 0/20 kali , 0/18 Kepadatan kali, 1/3 kali, larva: 2/20, 0/15 kali, 0/10 1/20, 1/5, 5/10 kali, 0/20 kali, kali 0/20 kali

Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa ikan nila merah yang ditebar pada petak 5 (sawah 1 lokasi II) dengan luas area pengamatan 64 x 0,5 m, adalah ikan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor per m 2. Pada empat kali pengamatan, kisaran suhu air pada petak sawah 4 adalah 29–29,31C, kedalaman air pada petak sawah ini bervariasi antara 15-30 cm, pH air menunjukkan angka 5, salinitas air pada angka 0. Pada petak sawah 6, sebelum ikan nila merah ditebarkan juga ditemukan jenis ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Petak sawah ini juga memakai sistem mina padi. Sama seperti petak sawah 5, pada saat mendekati panen, air yang ada di sawah dikurangi, sehingga kedalamannya menurun. Rumput juga tumbuh di bagian pinggir petak sawah, saat air di kurangi, rumput tersebut menjadi tidak terendam air. Pada saat selesai panen, air kembali diisi sebelum sawah dibajak, sisa batang padi yang dipotong

79 juga terendam air, berpotensi menjadi tempat berlindung jentik Anopheles . Jenis hewan air lainnya yang ditemui pada petak sawah adalah larva capung, kutu air, anggang-anggang (Gerridae), backswimmer /serangga perenang gaya punggung ( Notonectidae ). Total jentik Anopheles yang tertangkap pada pengamatan I adalah 19 ekor per 26 kali pencidukan. Pada pengamatan II jentik Anopheles yang tertangkap adalah 10 ekor per 63 kali pencidukan. Pada pengamatan III setelah penebaran ikan nila merah, jentik Anopheles yang tertangkap adalah 1 per 181 kali pencidukan. Pada pengamatan IV jentik Anopheles yang tertangkap adalah 9 ekor per 55 kali pencidukan. Sama seperti petak sawah lainnya, pada pengamatan IV, kondisi sawah habis panen, sehingga tersisa batang tanaman padi yang dipotong saat panen, jentik Anopheles banyak ditemukan pada sisa batang padi habis panen tersebut. Sisa batang padi dijadikan tempat berlindung bagi jentik Anopheles , jentik yang ditemukan pada petak sawah 6 juga kebanyakan jentik Anopheles instar 1, sedangkan pada petak sawah di sebelahnya yang tidak ditebar ikan nila merah, banyak dijumpai jentik Anopheles instar 4.

Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak Sawah 6 (Sawah 2 Lokasi 2) Sebelum dan Sesudah Penebaran Ikan

0,73077

0,1587 0,1636 0,0055

Survey Pertama Survey Kedua Survey Pasca Survey Pasca Sawah II Sawah II Sawah II Sawah II

Grafik 6 Kepadatan Jentik Anopheles pada Petak 6 (Sawah 2 lokasi 2) Sebelum dan Sesudah Ditebar Ikan Nila Merah

Pada Grafik 6 Tampak bahwa Kepadatan Anopheles pada petak 6 (sawah 2 lokasi 2) pada pengamatan pertama adalah rata-rata 2 ekor pada tiap 3 kali cidukan (0,76), pada pengamatan II rata-rata kepadatan jentik yang terciduk mengalami penurunan yaitu 1 ekor pada tiap 6 kali cidukan (0,1587). Sama seperti petak sawah 4, pada pengamatan kedua, sawah akan dipanen sehingga air yang ada di sawah dikurangi, rumput yang tumbuh di pinggir sawah juga tidak terendam air, sebagian sudah dibersihkan. Pada pengamatan III

80 jentik Anopheles mengalami penurunan, kepadatan jentik yang ditemukan menjadi 1 per 181 kali ciudkan (0,005). Pada pengamatan IV, kepadatan jentik yang tertangkap mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pengamatan III yaitu 1 ekor dalam tiap 6 kali pencidukan (0,166). Pada petak sawah 6 ini, jentik Anopheles juga ditemukan pada bagian pinggir kolam yang ditumbuhi rumput. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 2 kali cidukan (0,445), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 16 kali cidukan (0,08).Secara keseluruhan rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles pada tiap petak sawak, sebelum ditebar ikan nila merah dan sesudah ditebar ikan nila merah pada tahap preliminary adalah sebagai berikut: 1. Pada petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 3 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 2 kali cidukan (0,53), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 8 kali cidukan (0,126). 2. Pada petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3,5 kali cidukan atau 2 ekor per 7 kali cidukan (0,285), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04). 3. Pada petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 4 kali cidukan (0,253), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04). 4. Pada petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3 kali cidukan (0,412), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 18 kali cidukan (0,055). Dari hasil di atas, maka untuk tahap intervensi dari penelitian, dipilih ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2 yang akan di tebarkan di genangan air yang ada di Desa Padang Bindu, OKU dan Desa Merapi Kab. Lahat. Lokasi intervensi (penebaran ikan nila merah) pada penelitian adalah Desa Padang Bindu, Kab. OKU dan Desa Merapi, Kab. Lahat, pemilihan kedua desa tersebut berdasarkan variasi dari genangan air yang dijumpai di desa yang ditemukan jentik Anopheles pada saat survei pendahuluan. Pada tahap intervensi, pada masing-masing desa akan dilakukan 4 kali pengamatan (penangkapan jentik dan nyamuk dewasa). Dua kali dilaksanakan sebelum penebaran ikan nila merah, dua kali lagi dilaksanakan setelah penebaran ikan nila merah. Jarak/ rentang hari untuk masing-masing pengamatan sekitar 7-10 hari.

81

4.4 Hasil Survei Jentik Pada Tahap Intervensi Hasil kegiatan penangkapan jentik pada tahap intevensi pada masing-masing desa (Desa Padang Bindu dan Desa Merapi), disajikan pada beberapa Tabel berikut ini:

82

Tabel 12 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap I (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang OKU (4-7 November 2020)

Titik koordinat (°) Kepadatan Jenis suhu air Kedalaman Salinitas luas tumbuhan Predator larva Ditebar No. pH air Pencahayaan Habitat (°C) air (0/00) habitat air jentik (ekor ikan nila Lat Long /cidukan) 1 Aliran -4,066851 103, 929846 26,8 10 cm - 1 m 0 lebar: 3 m 7 5539 x 10 tidak ada ikan 3/80 (0.0375) tidak sungai

2 Genangan -4,065984 103,929717 30,9 5 - 10 cm 0 1,5 m 7 1082 x 10 tidak ada larva 28/59 (0.475) tidak di aliran capung sungai 3 Kolam 1 -4,062696 103,929277 28 30cm - 3 m 0 70 m x 14 5 3547 x 10 Teratai, ikan gabus, 63 /150 (0,42) ya m genjer, larva lumut, capung, kangkung keong, kutu rumput air, laba- laba air 4 Kolam 2 -4,062696 103,929277 28 30 cm - 1 m 0 77 m x 8 5 2240 x 10 rumput ikan gabus, 12/76 (0,16) ya m larva capung, kutu air, laba-laba air

83

Tabel 13 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap II (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang OKU (13-16 November 2020)

No. Jenis Titik koordinat (°) suhu Kedalaman Salinitas luas pH Pencahayaan tumbuhan Predator jentik Kepadatan Ditebar Habitat Lattitude Longitude air air (0/00) habitat air air larva ikan nila (°C) (ekor/ kali cidukan) 1 Aliran -4,066851 103, 929846 30,8 5-15 cm 0 lebar: 3 m 6 1797 x 10 rumput, Larva capung 9/41 (0,22) tidak sungai lumut laba -laba air 2 Genangan -4,065984 103,929717 26,3 5cm - 2 m 0 1,5 m 6 5982 x 10 akar pohon, larva 1/35 tidak di aliran bekas daun capung,ikan sungai seluang 3 kolam 1 -4,062696 103,929277 29,9 30 cm - 3 m 0 70 x 14 m 6 1059 x 10 Teratai, kutu air, 46/32 ya rumput nimpa capung (1,44) 4 kolam 2 -4,062696 103,929277 28,9 30 cm - 1 m 0 74 x 8 m 6 1072 x 10 rumput ikan cere, ikan 14/66 ya gabus, nimpa (0,212) capung

84

Tabel 14 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap III (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang OKU (26-29 November 2020)

suhu Jenis Titik koordinat (°) Kedalaman Salinitas luas pH Kepadatan Ditebar No. air Pencahayaan tumbuhan air Predator jentik Habitat air (0/00) habitat air larva ikan nila Lattitude Longitude (°C) 1 Aliran -4,066851 103, 929846 28,2 5-10 cm 0 lebar: 3 m 6 max 5739 x 10 sampah daun kutu air, larva 61/70 tidak sungai yang jatuh capung, (0,87) min 74 x 10 2 Genangan -4,065984 103,929717 26,1 45 cm 0 1,5 m 6 min 1289 x 10 lumut, rumput 1/3 tidak di aliran max 8430x 10 (0,03) sungai 3 Kolam 1 -4,062696 103,929277 28,7 3 m 0 70 x 14 m 6 min 622 x 10 kangkung, lumut larva capung, 52/100 ya kutu air (0,52) max 4016 x 10 rumput, teratai 4 Kolam 2 -4,062696 103,929277 28,1 1- 6,5 m 0 74 x 8 m 6 min 1581 x 10 rumput , lumut serangga air, 17/120 ya max 2913 x 10 larva capung (0,42) kutu air

85

Tabel 15 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap IV (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang OKU (4-7 Desember 2020)

suhu Titik koordinat (°) Kedalaman Salinitas luas kolam/ tumbuhan Kepadatan Ditebar No. Jenis Habitat air pH air Pencahayaan Predator jentik air (0/00) genangan air larva ikan nila Lattitude Longitude (°C) 1 Aliran sungai -4,066851 103, 929846 25,8 10 cm - 1 m 0 lebar: 3 m 6 2752 x 10 tumpukan ikan 10 ekor per 60 tidak daun yang kali cidukan tidak (0,17) mengalir 2 Genangan di -4,065984 103,929717 26,3 10 -15 cm 0 1,5 m 6 117 x 10 lumut nimfa capung, 49 ekor per tidak aliran sungai ikan 173 kali cidukan (0,28) 3 kolam 1 -4,062696 103,929277 29,3 3 m 0 71 x 14 m 5 1532 x 10 teratai , nimfa capung, 48 ekor per ya rumput, ikan, kutu air 102 kali bekas cidukan ranting dan (0,47) sisa rumput 4 kolam 2 -4,062696 103,929277 28 1,5 m 0 74 x 8 m 5 1012 x 10 rumput nimfa capung, 72 ekor per ya anak ikan 260 kali gabus, kutu air cidukan (0,27)

86

Gambar 8 Keterangan: Gambar Atas menunjukkan kondisi Kolam 1 sebelum dibersihkan rumputnya, Gambar Bawah: Kondisi Kolam 1 setelah dibersihkan rumputnya

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa kondisi kolam 1 sebelum penebaran ikan, di bagian pinggir kolam ditumbuhi rumput yang menutupi permukaan kolam, selain itu di bagian tengah kolam juga ditumbuhi bunga teratai. Jangkauan pencidukan jentik juga terbatas pada area yang tidak ditutupi oleh rumput. Jentik Anopheles banyak ditemukan pada bagian pinggir kolam yang tertutup oleh rumput dan sampah daun yang ada di dalam kolam. Sebelum ikan nila merah ditebar, telah dijumpai anak ikan gabus yang berenang bergerombol dibagian tepi kolam 1. Pada gambar bagian bawah menunjukkan bahwa bersamaan dengan penebaran ikan nila merah, maka kolam 1 mulai dibersihkan oleh masyakat. Setelah rumput dibersihkan, bagian permukaan dari pinggir kolam banyak tertup oleh bekas rumput dan bekas daun dan ranting kecil yang menghalangi ikan nila merah untuk menjangkau jentik Anopheles . Jentik Anopheles masih ditemukan di antara bekas rumput dan sampah ranting, berada di permukaan air, bergabung di antara bekas rumput dan ranting tersebut. Jika jentik Anopheles tersebut tidak bergerak maka akan serupa dengan bentuk sampah kayu-kayu kecil yang ada di dalam kolam. Jarak survei jentik I setelah ikan nila merah ditebarkan ke dalam kolam adalah empat hari, dan jarak pencidukan jentik pada survei I dengan survei II (setelah

87 ikan ditebar) adalah 8 hari. Pada selang empat hari tersebut, rumput yang ada di kolam I dan kolam II dibersihkan dari permukaan kolam. Pada survei jentik I setelah ikan nila ditebar, jentik Anopheles yang ditemukan bervariasi mulai dari instar 1 hingga instar 4. Kemungkinan bahwa jentik Anopheles instar 1 yang ditemukan, berasal dari telur Anopheles yang diletakkan di antara rumput, dan saat rumput dibersihkan, telur tetap berada di antara sampah rumput dan menetas. Sedangkan jentik instar 4 yang ditemukan 4 hari setelah ikan nila merah ditebar, kemungkinan besar telah menetas sebelum rumput dibersihkan dari kolam, dan berada di antara sampah bekas rumput dan ranting di pinggir kolam, sehingga sulit dijangkau oleh ikan nila merah.

Grafik 7 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam 1, Desa Padang Bindu, Semidang Aji, OKU 1,600 1,438 1,400 1,200 1,000 0,800 0,520 0,600 0,394 0,471 0,400 0,200

0,000Kepadatan jentik percidukan Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada grafik 7 tampak bahwa pada survei jentik I dan II (sebelum penebaran ikan nila merah) terjadi peningkatan rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap pada survei I dan survei II. Pada penangkapan pertama rata-rata tertangkap 1 ekor jentik pada tiap 3 kali pencidukan (0,394), pada survei II rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan meningkat menjadi 2 ekor pada tiap 3 kali pencidukan. Setelah ikan nila merah ditebarkan, selang waktu 4 hari setelah ikan ditebar, dilakukan survei jentik III. Pada survei jentik III, rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan adalah 1 ekor pada tiap dua kali cidukan, mengalami penurunan dibanding survei II. Pada survei IV, rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan pada kolam 1 kembali mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil pada survei II dan survei III. Pada survei terakhir, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap adalah 1 ekor pada tiap dua kali pencidukan.

88

Gambar 9 Kondisi kolam 2 yang di survei di Desa Padang Pindu Kec. Semidang Aji, OKU, pada gambar kiri menunjukkan pada awal survei kondisi kolam belum dibersihkan, pada gambar kanan menunjukkan kondisi kolam yang telah dibersihkan setelah ditebari ikan nila merah.

Pada Gambar 9 menjelaskan bahwa sebelum ditebar ikan nila merah, permukaan air pada kolam 2 banyak ditumbuhi rumput yang menyebabkan permukaan kolam menjadi sempit. Pada saat survei I dan II sebelum rumput pada kolam tersebut dibersihkan, jangkauan area pencidukan jentik terbatas pada area pinggir kolam yang permukaannya tidak terhalang oleh rumput. Pada survei III dan IV setelah ikan nila merah ditebarkan, rumput pada kolam dibersihkan dan diangkat dari dalam kolam. Namun masih tersisa rumput yang tumbuh di beberapa bagian di tepi kolam. Pada survei IV, jentik Anopheles yang ditemukan pada kolam 2 ini berkisar antara instar 2-4, ditemukan berada di antara sampah rumput dan rumput yang masih tumbuh di tepi kolam, sehingga tidak terjangkau oleh ikan nila merah. Dari pengamatan tim peneliti, ikan nila merah sering berenang secara berkelompok di bagian tengah kolam, jarang berenang hingga bagian tepi kolam, tempat ditemukannya jentik Anopheles .

Gambar 10 Kondisi tepi kolam 2 pada survei IV, pada bagian yang masih ditumbuhi rumput, banyak ditemukan jentik Anopheles.

89

Grafik 8. Kepadatan jentik per cidukan di Kolam 2, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, OKU 0,300

0,250 0,212 0,277

0,200 0,142 0,140 0,150

0,100

0,050

0,000Kepadatan jentik percidukan Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 8 tampak bahwa hasil survei jentik I dan II (sebelum penebaran ikan nila merah) pada kolam 2 di Desa Padang Bindu, terjadi peningkatan rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap antara survei I dengan survei II. Pada penangkapan pertama rata-rata tertangkap 1 ekor jentik pada tiap 7 kali pencidukan (0,140), pada survei II rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan meningkat menjadi 1 ekor pada tiap 5 kali pencidukan. Survei jentik pasca penebaran ikan nila merah dilakukan berselang 4 hari setelah ikan ditebar. Pada survei jentik III (4 hari pasca penebaran ikan), rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan adalah 1 ekor pada tiap 7 kali cidukan, mengalami penurunan dibanding survei II (sebelum ditebar ikan). Akan tetapi pada survei IV, rata-rata jentik Anopheles yang ditemukan pada kolam 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pada survei III. Pada survei terakhir, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap adalah 1 ekor pada tiap empat kali pencidukan. Faktor yang menyebabkan masih ditemukannya jentik Anopheles di dalam kolam yang telah ditebarkan ikan nila merah, antara lain masih adanya sisa batang rumput dan ranting yang ada di dalam kolam, serta masih adanya rumput yang tumbuh di pinggir kolam yang dijadikan sebagai tempat berlindung bagi jentik Anopheles . Jentik Anopheles suka beraktivitas diantara bekas ranting yang kecil sebagai tempat penyamaran untuk mengindari predator. Adanya tempat berlindung tersebut, maka ikan nila merah tidak dapat menjangkau keberadaan jentik yang bersembunyi di antara rumput dan sampah ranting/batang rumput, yang didukung oleh sifat ikan nila merah yang lebih suka berenang bergerombol di bagian tengah kolam. Selain itu, waktu pengamatan setelah ditebar ikan nila merah di dalam penelitian ini relatif yang singkat menyebabkan tidak dapat mengikuti perkembangan populasi jentik Anopheles selanjutnya setelah ditebar ikan nila merah.

90

Hasil survei jentik Anopheles di Desa Merapi Kabupaten Lahat

Pada tahap intervensi penelitian, Survei Jentik dilaksanakan di beberapa genangan air berupa kolam dan sawah yang ada di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat. Jumlah kolam serta jumlah ikan yang diterbarkan akan di sajikan pada Tabel berikut:

Tabel 16 Luas dan jumlah ikan nila merah yang ditebarkan pada masing-masing Kolam

No Nama Titik koordinat (°) Luas Kolam Jumlah Ikan yang Genangan Lattitude Longitude ditebar Nilai Nilai (ukuran ikan 6-8) BOD COD air air (mg/l) (mg/l) 1 Kolam A -3,742442 103,666450 16 x 13 m 630 ekor 14,46 49,69 2 Kolam B -3,742802 103,666214 5,5 x 14 m 250 ekor 2,22 29,56 3 Kolam C -3,742696 103,666165 7 x 14 m 300 ekor 1,98 26,96 4 Kolam D -3,740880 103,665015 8 x 12 m 300 ekor 2,70 32,76 5 Kolam E -3,740868 103,665161 4 x 12 m 150 ekor 1,20 28,97 6 Kolam H -3,744937 103,667178 10 x 15 m 450 ekor 1,74 30,15 7 Kolam G -3,740485 103,664804 48 x 37 m 2000 ekor 1,62 30,03

Selanjutnya hasil pemeriksaan jentik dan pengamatan lingkungan pada masing-masing genangan air pada 4 kali pengamatan, akan disajikan Tabel berikut:

91

Tabel 17 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap I (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Kab. Lahat(4-7 November 2020)

No Jenis Habitat Titik Koordinat Suhu Kedalaman Salinitas Luas pH Pencahayaan Tumbuhan Air Predator Jentik Kepadatan Ditebarkan Air (˚C) Air (Meter Air ( ᵒ/100) Kolam/ Air (Lux) Larva (Jumlah Ikan Nila Latitude Longitude atau genangan larva/kali Merah Centimeter) (M2) pencidukan) 1 Kolam A -3,7424250 +103,666425 29,5 ± 1,5 Meter 0 16 X 15 m 5 6595 x 10 rumput kutu air, ikan mas, 3 ekor per 28 Belum larva capung kali cidukan (0,107)

3 Kolam B -3,7425350 +103,666367 31,5 10 -15 cm 0 5,5 X14 m 5 4986 x 10 pakis - Ikan, water strider 8 ekor per 23 Belum pakisan, (Gerridae) kali cidukan kangkung (0,347) batang 4 Kolam C -3,7424259 +103,666128 30,6 ±30 cm 0 7 X 14 m 5 8777 x 10 rumput, ikan, udang, larva 15 ekor per 25 Belum kangkung capung kali cidukan (0,6)

5 Kolam D -3,7409150 +103,666998 30,2 ±30 cm 0 8 x 12 m 5 1317x 10 rumput, kutu air, ikan nila 3 ekor per 9 Belum kangkung, hitam kali cidukan genjer, eceng (0,33) gondok 6 Kolam E -3,7408310 +103,664998 30,2 ±30 cm 0 4 X 12 m 5 1588x10 rumput, ikan sepat, 5 ekor per 26 Belum kangkung udang, larva kali cidukan capung, water (0,192) strider (Gerridae), backswimmer (Notonectidae)

7 Kolam F -3,7443650 +103,667879 31,1 ± 1 -1,5 meter 0 50 X 8 m 5 2092x10 rumput, kutu air, ikan 1 ekor per 1 Belum kangkung, gabus kali cidukan ( genjer,putri 0,059) malu 8 Kolam H -3,7432210 +103,667052 31,5 ± 50 cm -2 0 50 X 30 m 5 1079x10 rumput, kutu air, ikan 0/30 Belum meter kiambang gabus (apu-apu)

92

Tabel 18 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap II (Sebelum Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Kab. Lahat (14 November 2020)

Titik Koordinat Suhu Kedalaman Salinitas Luas pH Pencahayaan Tumbuhan Air Predator Jentik Kepadatan Ditebarkan Air (˚C) Air (Meter Air ( ᵒ/100) Kolam/ Air (Lux) Larva (Jumlah Ikan Nila No Jenis Habitat Latitude Longitude atau genangan larva/kali Merah Centimeter) (M2) pencidukan) 1 Kolam A -3,7424250 +103,666425 29,5 ± 1,5 Meter 0 16 X 15 m 5 6595 x 10 rumput kutu air, ikan mas, 2 ekor per 22 Belum larva capung kali cidukan (0,09)

3 Kolam B -3,7425350 +103,666367 31,5 10 -15 cm 0 5,5 X 14 m 5 4986 x10 pakis - Ikan, water strider 8 ekor / 68 kali Belum pakisan, (Gerridae) cidukan kangkung (0,117) batang 4 Kolam C -3,7424259 +103,666128 30,6 ±30 cm 0 7 X 14 m 5 8777x 10 rumput, ikan, udang, larva 9 ekor per 49 Belum kangkung capung kali cidukan (0,183)

5 Kolam D -3,7409150 +103,666998 30,2 ±30 cm 0 8 x 12 m 5 1317x 10 rumput, kutu air, ikan nila 15 ekor per 37 Belum kangkung, hitam kali cidukan genjer, eceng (0,405) gondok 6 Kolam E -3,7408310 +103,664998 30,2 ±30 cm 0 4 X 12 M 5 1588 x10 rumput, ikan sepat, 2 ekor per 7 Belum kangkung udang, larva kali cidukan capung, Gerridae (0,285)

7 Kolam F -3,7443650 +103,667879 31,1 ± 1 -1,5 meter 0 50 X 8 M 5 2092 x 10 rumput, kutu air, ikan 0 / 32 kali Belum kangkung, gabus cidukan genjer,putri malu 8 Kolam G -3,744795 103,667035 31,5 ± 50 cm -2 0 15 X 10 M 5 1079 x 10 kangkung kutu air, ikan 6 ekor per 89 Belum meter gabus kali cidukan (0,067) 9 Kolam H -3,740493 103,664993 28,8 1,5 m 0 48 X 37 M 1001 x 10 kangkung, udang, anggang - 3 per 184 kali Belum kiambang anggang, capung cidukan air, kutu air, ikang (0,016)

93

Tabel 19 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap III (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Kab. Lahat( 26-30 November 2020)

No. Jenis Habitat Titik koordinat (°) suhu Kedalam Salinitas luas kolam/ pH Pencahayaan Tumbuhan air Predator Kepadatan Ditebar ikan nila Lattitude Longitude air (°C) an air (0/00) genangan air jentik larva merah 1 Kola m A -3,742442 103,666450 28,8 2 m 0 16 X 15 m 5 4390 x 10 tidak ada kutu air 1 ekor /100 kali Ya (0,0083) 2 Kolam B -3,742802 103,666214 28,2 2 m 0 5,5 X 14 m 5 4986 x 10 tidak ada larva capung 2 ekor /180 kali Ya kutu air (0,183) 3 Kolam C -3,742696 103,666165 29,5 2 m 0 7 X 14 m 5 1020 x 10 tidak ada udang, larva 24 ekor /100 Ya capung, kutu kali (0,24) air 4 Kolam D -3,740880 103,665015 30,5 1-2 m 0 8 X 12 m 5 1484 x 10 genjer, rumput, kutu air, laba - 15 ekor / 170 Ya kangkung laba air cidukan (0,341) 5 Kolam E -3,740868 103,665161 29,5 1 m 0 4 x 12 m 5 1007 x 10 kangkung laba -laba air, 6 ekor / 100 Ya larva capung, cidukan (0,06) laba-laba air 6 Kolam G -3,744937 103,667178 29,6 20 cm - 4 0 15 x 10 m 5 3555 x 10 kiambang, larva capung, 2 ekor / 180 Ya m kangkung ikan, udang, cidukan (0,01) kutu air 7 Kolam H -3,740485 103,664804 30 1 m 0 48 x 37 m 5 1001 x 10 kangkung laba -laba air, 2 ekor /110 Ya larva capung cidukan (0,018) 8 Kolam Non -3,742567 103,666397 29 0,5 m 0 2 m x 3 m 5 1522 x 10 eceng gondok, laba -laba air, 40 ekor /30 Ya Intervensi kangkung larva capung, cidukan (1,33) kutu air

94

Tabel 20 Hasil Penangkapan Jentik di Tahap IV (Setelah Penebaran Ikan) di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Kab. Lahat ( 4-8 Desember 2020)

Titik Koordinat Suhu Kedalaman Salinitas Luas pH Pencahayaan Tumbuhan Air Predator Jentik Kepadatan Ditebarkan Air (˚C) Air (Meter Air ( ᵒ/00) Kolam/ Air (Lux) Larva (Jumlah Ikan Nila No Jenis Habitat Latitude Longitude atau genangan larva/kali Merah Centimeter) (M2) pencidukan) 1 Kolam A -3,7424250 +103,666425 29,6 ± 1,5 Meter 0 16 X 15 m 5 1938 x 10 tidak ada kutu air, ikan mas, 0 / 40 kali Ya larva capung cidukan

3 Kolam B -3,7425350 +103,666367 29,5 10 -15 cm 0 5,5 X 14 m 5 5320 x 10 rumput larva capung 16 ekor / 70 Ya kali cidukan (0,23)

4 Kolam C -3,7424259 +103,666128 29,1 ±30 cm 0 7 X 14 m 5 3706 x 10 - laba -laba air, 9 ekor per 55 Ya larva capung kali cidukan (0,163)

5 Kolam D -3,7409150 +103,666998 28,4 ±30 cm 0 8 x 12 m 5 2486 x 10 kangkung, laba -laba air, 42 ekor per 75 Ya rumput larva capung kali cidukan (0,56)

6 Kolam E -3,7408310 +103,664998 29,1 ±30 cm 0 4 X 12 M 5 1445 x 10 rumput, ikan sepat, 13 ekor per 37 Ya kangkung udang, larva kali cidukan capung, Gerridae (0,351)

7 Kolam G -3,744795 103,667035 29,8 ± 50 cm -2 0 15 X 10 M 5 4406 x 10 kangkung, ikan betok, ikan 14 ekor per Ya meter teratai gabus, larva 126 kali capung udang cidukan (0,111) 8 Kolam H -3,740493 103,664993 28,8 1,5 m 0 48 X 37 M 3539 x 10 kangkung, udang, anggang - 0 per 51 kali Ya kiambang, anggang, capung cidukan rumput air, kutu air, ikang

9 Kolam Tanpa -3,742567 103,666397 27,8 0,5 m 0 2 m x 3 m 5 1138 x 10 eceng laba -laba air, 5 ekor per 35 Tidak Intervensi gondok, larva capung kali cidukan kangkung

95

Grafik 9 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam A, Desa Merapi, Lahat

0,120 0,107

0,100 0,091

0,080

0,060

0,040

0,020 0,008

Kepadatanjentik per cidukan 0,000 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 9 tampak bahwa terjadi penurunan rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam A, sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah. Ukuran ikan nila merah yang ditebar adalah 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan I dan pengamatan II kolam ikan belum dibersihkan (Gambar 8). Rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam A pada pengamatan I adalah 1 ekor tiap 10 kali cidukan (0,107). Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap menurun menjadi 1 ekor tiap 11 kali pencidukan. Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan I dan II adalah rumput. Setelah ditebar ikan nila merah, pada pengamatan III mengalami penurunan lagi menjadi hanya 1 ekor tiap 100 kali pencidukan (0,0083). Pada pengamatan IV, tidak ada jentik Anopheles yang tertangkap di kolam A.

Gambar 11 Kondisi kolam A sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah. Sebelum ditebar ikan dan area kolam belum dibersihkan (kiri), setelah ditebar ikan dan area kolam sudah dibersihkan (kanan)

96

Grafik 10 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam B, Desa Merapi, Lahat

0,400 0,348 0,350

0,300 0,229 0,250 0,183 0,200

0,150 0,118

0,100

0,050 Kepadatanjentik per cidukan 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 10 tampak bahwa terjadi penurunan rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam B sebelum ditebar ikan nila merah. Namun setelah ditebar ikan nila merah ada sedikit peningkatan rata-rata jentik Anopheles yang tertangkap. Ukuran ikan nila merah yang ditebar adalah 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan I dan pengamatan II kolam ikan belum dibersihkan (Gambar 9). Rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam B pada pengamatan I adalah 1 ekor tiap 3 kali cidukan (0,348). Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap menurun menjadi 1 ekor tiap 8 kali pencidukan (0,12). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan I dan II adalah rumput. Selain itu banyak sampah bekas batang pisang dan daun kelapa di dalam kolam. Setelah ditebar ikan nila merah, pada pengamatan III dan IV rata-rata jentik yang tertangkap adalah 1 ekor tiap 5 kali cidukan (0,182 / 0,229).

Gambar 12 Kondisi kolam B sebelum ditebar ikan nila merah.

97

Gambar 13 Kondisi kolam B sesudah ditebar ikan nila merah.

Pada gambar 13 menunjukkan bahwa pada pengamatan III dan IV, area kolam sudah mulai dibersihkan, rumput yang tumbuh mulai berkurang dibanding pada pengamatan I dan II. Akan tetapi, pada bagian dalam kolam, masih banyak sampah daun kelapa dan ranting pohon yang menghalangi pergerakan ikan nila merah hingga ke pinggir kolam. Jentik Anopheles yang banyak di temukan di antara sampah ranting pohon tersebut.

Grafik 11 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam C, Desa Merapi, Lahat

0,700 0,600 0,600

0,500

0,400

0,300 0,240 0,184 0,164 0,200

0,100 Kepadatanjentik per cidukan 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 11 tampak bahwa terjadi penurunan rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam C sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah. Ukuran ikan nila merah yang ditebar adalah 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan I, rata- rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam C sebanyak 2 ekor pada tiap 3 kali cidukan (0,600). Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap menurun menjadi 1 ekor tiap 5 kali pencidukan (0,184). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan I dan II adalah rumput. Setelah ditebar ikan nila merah, kolam mulai dibersihkan, rumput yang tumbuh di tepi kolam, mulai berkurang. Pada pengamatan III rata-rata jentik yang

98 tertangkap hampir sama dengan pengamatan II yaitu 1 ekor tiap 5 kali cidukan (0,240). Namun pada pengamatan IV, rata-rata jentik yang tertangkap sedikit menurun menjadi 1 ekor per 6 kali cidukan (0,164)

Gambar 14 Kondisi kolam C sesudah ditebar ikan nila merah.

Pada gambar 14 tampak bahwa rumput yang tumbuh ditepi kolam sudah mulai dibersihkan, tidak lagi menutupi permukaan air. Dibandingkan dengan kolam B yang ada disebelahnya, sampah ranting dan pelepah daun kelapa di kolam C juga lebih jarang dijumpai.

Grafik 12 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam D, Desa Merapi, Lahat

0,600 0,560

0,500 0,405 0,400 0,333 0,341

0,300

0,200

0,100 Kepadatanjentik per cidukan 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 12 tampak bahwa rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam D sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah tidak terlalu berbeda. Dari pengamatan II ke pengamatan III mengalami penurunan, tetapi pada pengamatan IV

99 meningkat lagi. Ukuran ikan nila merah yang ditebar sama dengan kolam lainnya yaitu 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan I, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam D sebanyak 1 ekor pada tiap 3 kali cidukan (0,333). Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap meningkat sedikit menjadi 2 ekor tiap 5 kali pencidukan (0,4). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan I dan II adalah rumput yang tumbuh di tepi kolam. Setelah ditebar ikan nila merah, kolam tidak dibersihkan, rumput masih tumbuh di tepi kolam. Pada pengamatan III rata-rata jentik yang tertangkap sama dengan pengamatan I yaitu 1 ekor tiap 3 kali cidukan (0,341). Namun pada pengamatan IV, rata-rata jentik yang tertangkap meningkat menjadi 1 ekor per 2 kali cidukan (0,560).

Gambar 15 Kondisi kolam D sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah.

Pada Gambar 12 tampak bahwa kondisi rumput yang ada di kolam D sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah, tidak mengalami perubahan. Rumput yang tumbuh di tepi kolam pada awal pengamatan, menjadi semakin panjang hingga mencapai ke tengah kolam pada pengamatan III dan IV. Rumput yang tumbuh subur tersebut menjadi penghalang bagi ikan nila merah untuk bergerak di dalam kolam. Sehingga banyak ditemukan jentik

100

Anopheles di antara rumput yang tumbuh. Kekeruhan air pada kolam D mempengaruhi jarak pandang ikan terhadap larva Anopheles.

Grafik 13 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam E, Desa Merapi, Lahat

0,400 0,351 0,350 0,286 0,300

0,250 0,192 0,200

0,150

0,100 0,067

0,050 Kepadatanjentik per cidukan 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 13 tampak bahwa rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam E sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah menunjukkan peningkatan dan penurunan (naik turun). Dari pengamatan I ke pengamatan II mengalami peningkatan, kemudian pada pengamatan III mengalami penurunan tetapi pada pengamatan IV meningkat lagi. Ukuran ikan nila merah yang ditebar juga sama dengan kolam lainnya yaitu 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan I, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam E sebanyak 1 ekor pada tiap 5 kali cidukan (0,192). Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap meningkat sedikit menjadi 1 ekor tiap 3 kali pencidukan (0,286). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan I dan II adalah rumput yang tumbuh di tepi kolam. Sama seperti kolam D, kondisi air di kolam E juga keruh. Setelah ditebar ikan nila merah, kolam juga tidak dibersihkan, rumput masih tumbuh di tepi kolam. Pada pengamatan III rata-rata jentik yang tertangkap mengalami penurunan yaitu 1 ekor tiap 15 kali cidukan (0,67). Namun pada pengamatan IV, rata-rata jentik yang tertangkap meningkat menjadi 1 ekor per 3 kali cidukan (0,351). Selain tumbuhnya rumputdi tepi kolam, kekeruhan air pada kolam E juga berpengaruh terhadap keberadaan jentik Anopheles , karena mempengaruhi jarak pandang ikan terhadap target yang akan dimangsa.

101

Gambar 16 Kondisi kolam E sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah

Pada Gambar 16 tampak bahwa rumput yang ada di kolam E sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah, tidak dibersihkan. Rumput yang tumbuh subur tersebut menjadi penghalang bagi ikan nila merah untuk bergerak di dalam kolam. Sehingga banyak ditemukan jentik Anopheles di antara rumput yang tumbuh. Air pada kolam E juga terlihat keruh.

Grafik 14 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam G, Desa Merapi, Lahat

0,120 0,111 0,100

0,080

0,060

0,040 0,016 0,020 0,009 Kepadatanjentik per cidukan 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

102

Pada Grafik 14 tampak bahwa rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam G mengalami penurunan dari pengamatan II ke pengamatan III, namun pada pengamatan IV meningkat lagi. Ukuran ikan nila merah yang ditebar sama dengan kolam lainnya yaitu 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan II, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam G sebanyak 1 ekor pada tiap 60 kali cidukan (0,333). Pada pengamatan III, rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap menurun tajam menjadi 1 ekor tiap 110 kali pencidukan (0,009). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam pada pengamatan II adalah rumput yang tumbuh di tepi kolam. Setelah ditebar ikan nila merah, kolam tidak dibersihkan, rumput masih tumbuh di tepi kolam. Namun pada pengamatan IV, rata-rata jentik yang tertangkap meningkat tmenjadi 1 ekor per 9 kali cidukan (0,111).

Gambar 17 Kondisi kolam G sesudah ditebar ikan nila merah

Pada Gambar 17 tampak bahwa rumput yang ada di kolam G tidak dibersihkan. Rumput yang menuti permukaan tepi kolam tersebut menjadi tempang berlindung jentik Anopheles. Runput menjadi penghalang bagi ikan nila merah untuk bergerak di dalam kolam. Salin rumputyang tumbuh di tepi kolam, keruhnya air kolam G juga berpengaruh terhadap banyak jentik Anopheles , karena air yang keruh membatasi jarak pandang ikan dalam mencari mangsa.

103

Grafik 15 Kepadatan jentik per cidukan di Kolam H, Desa Merapi, Lahat

0,080 0,067 0,070

0,060

0,050

0,040

0,030 0,018 0,020

0,010

Kepadatanjentik per cidukan 0,000 0,000 Survei I (Pra 1) Survei II (Pra 2) Survei III (Pasca 1) Survei IV (Pasca 2) Waktu pelaksanaan survei

Pada Grafik 15 tampak bahwa rata-rata kepadatan jentik Anopheles yang tertangkap di kolam H mengalami penurunan dari pengamatan II hingga pengamatan IV. Ukuran ikan nila merah yang ditebar jua sama dengan kolam lainnya yaitu 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. Pada pengamatan II (sebelum ikan nila merah ditebar), rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap di kolam H sebanyak 1 ekor pada tiap 15 kali cidukan (0,067). Pada pengamatan III (setelah ikan ditebar), rata-rata kepadatan jentik yang tertangkap menurun tajam menjadi 1 ekor tiap 55 kali pencidukan (0,018). Jenis vegetasi yang dijumpai di kolam H adalah rumput yang tumbuh di tepi kolam, tumbuhan apu-apu ( Pistia stratiotes ). Setelah ditebar ikan nila merah, kolam tidak dibersihkan, rumput masih tumbuh di tepi kolam. Namun pada pengamatan IV, rata-rata jentik yang tertangkap meningkat menjadi 1 ekor per 9 kali cidukan (0,111). Pada Gambar 18 tampak bahwa kondisi air di kolam H terlihat jernis, berbeda dengan kondisi air pada kolam D, kolam E, dan kolam G.

Gambar 18 Kondisi Kolam H saat penebaran ikan nila merah (foto kiri) dan kondisi kolam saat pengamatan jentik setelah ikan nila ditebar (foto kanan)

104

Rata-rata Kumulatif Kepadatan Jentik Anopheles Sebelum dan Sesudah ditebar Ikan Nika Merah

Hasil Survei di Desa Padang Bindu Kec. Semidang Aji, Kab. OKU

Hasil survei di Kolam 1 menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 1 kali cidukan (0,916), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 2 kali cidukan (0,4955), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam 2 menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 6 kali cidukan (0,176), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 5 kali cidukan (0,2095), pada kolam 2 mengalami sedikit peningkatan sebelum dan sesudah intervensi. Rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah dari dua kolam di Desa Padang Bindu, OKU adalah: sebelum ditebar ikan kepadatan jentik Anopheles adalah 1 ekor per 2 kali pencidukan (0,546), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 3 kali cidukan (0,3525), mengalami sedikit penurunan.

Hasil Survei di Desa Merapi Kec. Merapi Barat, Kab. Lahat

Hasil survei di Kolam A menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 100 kali cidukan (0,099), sedangkan setelah ditebar ikan amenjadi 1 ekor per 250 kali cidukan (0,004), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam B menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 5 kali cidukan (0,233), sedangkan setelah ditebar ikan juga 1 ekor per 5 kali cidukan (0,206), sama sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam C menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 2 ekor per 5 kali cidukan (0,392), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 5 kali cidukan (0,202), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam D menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 2 ekor per 5 kali cidukan (0,369), sedangkan setelah ditebar ikan relatif sama yaitu 1 ekor per 5 kali cidukan (0,4505), relatif sama sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam E menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 4 kali cidukan (0,239), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 4 kali cidukan (0,205), juga relatif sama sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam G menunjukkan bahwa rata-rata

105 kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 60 kali cidukan (0,016), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 16 kali cidukan (0,06), mengalami peningkatan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil survei di Kolam H menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 15 kali cidukan (0,067), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 1 ekor per 55 kali cidukan (0,018), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. Secara keseluruhan dari 7 kolam yang ditebar ikan nila merah di Desa Merapi, Kab. Lahat, nila rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles , sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah adalah: sebelum ditebar ikan rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles adalah 4 ekor dalam 20 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam 5 kali cidukan (0,202), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 4 ekor per 25 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam tiap 6 kali cidukan (0,1642), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi.

106

4.5 Hasil Penangkapan Nyamuk Dewasa

4.5.1 Penangkapan Nyamuk Dewasa di Kabupaten OKU Hasil penangkapan nyamuk di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU berhasil tertangkap sebanyak 2680 nyamuk yang terdiri atas 30 spesies. Jumlah nyamuk yang tertangkap saat pre intervensi berjumlah 713 nyamuk dengan spesies nyamuk yang paling dominan adalah Culex vishnui (31%). Pada tahap pasca intervensi (setelah penebaran ikan nila merah) didapatkan sebanyak 1.967 nyamuk dengan spesies yang paling dominan tertangkap adalah Culex tritaeniorhynchus (46,04%). Hasil penangkapan nyamuk tersaji pada Tabel 21 berikut:

Tabel 21 Jenis dan jumlah individu nyamuk yang tertangkap Di Kabupaten OKU Tahun 2020 Pre Intervensi Pasca intervensi No Spesies Umpan orang Nyamuk hinggap Umpan orang Nyamuk hinggap Jumlah Jumlah Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar 1 Aedes albopictus 1 0 1 0 2 0 1 0 1 2 2 Aedes vexan 3 17 0 0 20 0 0 0 0 0 3 Aedes lineatopennis 0 4 1 0 5 2 0 0 0 2 4 Aedes aegypti 2 0 0 0 2 6 2 11 0 19 5 Aedes albolincatus 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 6 Aedes sp 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 7 Anopheles barbirostris 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 8 Anopheles kochi 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 9 Anopheles vagus 0 3 0 0 3 0 1 1 1 3 10 Anopheles indefinitus 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 11 Armigeres subalbatus 10 7 0 0 17 3 1 2 1 7 12 Culex bitaeniorhynchus 1 0 0 1 2 0 0 0 1 1 13 Culex gellidus 0 1 1 0 2 3 1 3 2 9 14 Culex hutchinsoni 0 12 2 4 18 0 3 1 6 10 15 Culex quinquefasciatus 34 16 8 18 76 18 41 20 50 129 16 Culex tritaeniorhynchus 43 64 36 37 180 179 300 142 433 1054 17 Culex vishnui 31 95 59 36 221 105 204 99 274 682 18 Culex fuscocephalus 4 2 5 1 12 0 0 0 0 0 19 Culex nigropunctatus 3 2 0 1 6 0 3 0 0 3 20 Culex infula 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 21 Culex sp 2 13 0 0 15 1 0 0 1 2 22 Cq.crassipes 0 0 0 0 0 0 1 2 1 4 23 Coquillettidia sp 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 24 Mansonia uniformis 32 55 15 5 107 3 5 2 15 25 25 Mimomyia sp 1 2 0 0 3 0 0 0 0 0 26 Mimomyia elegant 0 1 0 0 1 0 2 0 0 2 27 Malaya spp 1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 28 Topomyia sp 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 29 Triptoides 1 3 1 1 6 1 4 3 2 10 30 Veralina butleri 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 Jumlah 173 305 130 105 713 321 569 287 790 1967

107

Nyamuk Anopheles yang tertangkap selama penelitian sebanyak 13 nyamuk yang teridentifikasi sebanyak 4 spesies. Nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu sebanyak 8 nyamuk yaitu 7 nyamuk saat pre intervensi dan 1 nyamuk saat pasca intervensi. Nilai MHD tertinggi nyamuk Anopheles saat pre intervensi yaitu An. vagus sebesar 0,34 nyamuk/orang/jam. Nilai MBR nyamuk Anopheles tertinggi yaitu An. vagus sebesar 1 nyamuk/orang/malam dan angka dominansi tertinggi juga nyamuk An vagus sebesar 0,64 nyamuk. Saat pasca intervensi hanya An. vagus saja yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu. Nilai MHD An. vagus sebesar 0,11 nyamuk/orang/jam dengan nilai MBR sebesar 0,33 nyamuk/orang/malam. Parameter densitas nyamuk Anopheles pra intervensi dan pasca intervensi tersaji pada Tabel 22.

Tabel 22 Parameter Densitas Nyamuk Anopheles Yang Tertangkap saat Pre Intervensi dan Pasca Intervensi Di Kabupaten OKU Tahun 2020

Pre intervensi Pasca intervensi Spesies ∑ MHD MBR Nisbi Frek Dom ∑ MHD MBR Nisbi Frek Dom

Anopheles barbirostris 2 0,22 0,33 0,29 1 0,29 0 0 0 0 0 0 Anopheles kochi 1 0,11 0,17 0,14 0,5 0,07 0 0 0 0 0 0 Anopheles vagus 3 0,34 1,00 0,43 1,5 0,64 1 0,11 0,33 1 0,5 0,5 Anopheles indefinitus 1 0,11 0,17 0,14 0,5 0,07 0 0 0 0 0 0

Ket : ∑ = Jumlah nyamuk Anopheles , MHD = Man Hour Density , MBR = Man Bitting rate , Frek = Frekuensi nyamuk tertangkap, Nisbi = Kelimpahan Nisbi, Dom = Dominansi spesies

108

4.5.2 Penangkapan Nyamuk Dewasa di Kabupaten Lahat Hasil penangkapan nyamuk di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat didapatkan sebanyak 1.641 nyamuk yang terdiri atas 26 spesies. Jumlah nyamuk yang tertangkap saat pre intervensi berjumlah 829 nyamuk dengan spesies nyamuk yang paling dominan adalah Culex vishnui (70,44%). Sedangkan saat pasca intervensi didapatkan sebanyak 812 nyamuk dengan spesies yang paling banyak tertangkap adalah Culex tritaeniorhynchus (44,58%). Hasil penangkapan nyamuk tersaji pada Tabel 23 berikut:

Tabel 23 Jenis dan jumlah individu nyamuk yang tertangkap Di Kabupaten Lahat Tahun 2020

Pre Intervensi Pasca Intervensi Nyamuk Umpan orang Nyamuk Hinggap Umpan orang No Spesies Hinggap Jumlah Jumlah Lua Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar Dalam r 1 Aedes albopictus 0 0 0 1 1 1 0 1 0 2 2 Aedes poicilius 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Aedes vexan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 Aedomyia sp 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5 Anopheles barbirostris 0 0 1 4 5 0 0 2 3 5 6 Anopheles kochi 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 7 Anopheles sinensis 0 0 0 0 0 0 0 2 8 10 8 Anopheles vagus 1 0 0 3 4 0 0 2 3 5 9 Anopheles nigerimus 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 10 Anopheles crawfordi 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 11 Armigeres subalbatus 0 0 0 5 5 2 1 2 3 8 12 Armigeres kesseli 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 13 Culex bitaeniorhynchus 1 0 0 1 2 0 0 0 1 1 14 Culex gellidus 0 0 0 8 8 1 1 0 13 15 15 Culex hutchinsoni 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 16 Culex quinquefasciatus 15 4 15 8 42 48 12 48 16 124 17 Culex tritaeniorhynchus 11 15 31 106 163 66 71 70 155 362 18 Culex vishnui 52 36 57 439 584 44 87 67 67 265 19 Culex fuscocephalus 2 0 0 1 3 0 0s 0 0 0 20 Culex nigropunctatus 0 0 1 0 1 0 0 1 1 2 21 Culex sinensis 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 22 Culex sp 0 0 0 1 1 0 2 0 0 2 23 Cq.crassipes 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 24 Coquillettidia sp 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 25 Lutzia sp 1 0 0 3 4 0 0 0 0 0 26 Mansonia uniformis 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 Total 83 56 106 584 829 165 176 197 274 812

109

Nyamuk Anopheles yang tertangkap selama penelitian sebanyak 35 nyamuk yang teridentifikasi sebanyak 6 spesies yaitu An. barbirostris, An. vagus, An. kochi, An. nigerrimus, An. crawfordi, An. sinensis. Nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu hanya didapatkan tahap pra intervensi saja (sebelum ditebar ikan nila merah), sebanyak 1 nyamuk yaitu An. vagus. Perhitungan MHD An. vagus sebesar 0,45 nyamuk/orang/jam dan MBR sebesar 0,67 nyamuk/orang/malam dengan angka dominansi 0,5.

110

4.6 Pengetahuan, Sikap, Perilaku Masyarakat Terhadap Malaria dan Pencegahan Malaria

Karakteristik Subyek Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian berjumlah 60 responden untuk terbagi dalam 2 puskesmas, 30 responden dari Desa Padang Bindu (Puskesmas Ulak Pandan) Kabupaten OKU dan 30 responden dari Desa Merapi (Puskesmas Merapi II) Kabupaten Lahat. Karakteristik responden disajikan dalam Tabel 24 sebagai berikut:

Tabel 24 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Nama Puskesmas Karakteristik Total Ulak Pandan Merapi II Jenis Kelamin - Laki-Laki 12 (40%) 14 (46.7%) 26 (43.4%) - Perempuan 18 (60%) 16 (53.3%) 34 (56.7%) Tingkat Pendidikan - Tidak Pernah Sekolah 3 (10%) 0 (0%) 3 (5%) - Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD/MI 9 (30%) 1 (3.3%) 10 (16.7%) - Tamat SD/MI 12 (40%) 8 (26.7%) 20 (33.3%) - Tamat SLTP/MTS 4 (13.3%) 6 (20%) 10 (16.7%) - Tamat SLTA/SMA 2 (6.7%) 11 (36.7%) 13 (21.7%) - > D1/D3/D4/Sarjana 0 (0%) 4 (13.3%) 4 (6.7%) Pekerjaan - Tidak Bekerja 7 ( 23.3%) 12 (40%) 19 (31.7%) - Pegawai Swasta 0 (0%) 3 (10%) 3 (5%) - Pelajar/Mahasiswa 1 (3.3%) 1 (3.3%) 2 (3.4%) - Wirausaha 1 (3.3%) 3 (10%) 4 (6.7%) - Buruh 10 (33.3%) 6 (20%) 16 (26.7%) - Petani/Nelayan 9 (30%) 2 (6.7%) 11 (18.3%) - Lainnya 2 (6.7%) 2 (6.7%) 5 (8.4) Hubungan dengan Kepala Keluarga - Kepala Keluarga 10 (33.3%) 12 (40%) 22 (36.7%) - Istri/Suami 11 (36.7%) 15 (50%) 26 (43.3%) - Anak/Menantu 7 (23.3%) 2 (6.7%) 9 (15%) - Orang tua/Mertua 1 (10%) 0 (0%) 1 (1.7%) - Cucu 0 (0%) 1 (3.3%) 1 (1.7%) - Famili lainnya 1 (10%) 0 (0%) 1 (1.7%)

Pada Tabel 24 tampak bahwa sebagian responden besar berjenis kelamin perempuan banyak dibandingkan dengan laki-laki pada Puskesmas Ulak Pandan (OKU) maupun Puskesmas Merapi II (Lahat) yaitu 56%. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden pada Puskesmas Padang Bindu memiliki tingkat pendidikan Tamat SD/MI yaitu 40%, sedangkan sebagian besar responden di Puskesmas Merapi II memiliki tingkat

111

Pendidikan Tamat SLTA/SMA yaitu 36.7%, secara keseluruhan tingkat pendidikan responden yaitu Tamat SD/MI yaitu 33.3%. Berdasarkan Tabel 24 dapat diliihat bahwa responden yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja, sebagaian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu 26.7%. Berdasarkan hubungan responden dengan kepala keluarga sebagaian besar responden memiliki hubungan dengan kepala keluarga yaitu istri/suami sebesar 43.4%.

4.7 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden

4.7.1 Pengetahuan Responden tentang malaria

Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Malaria

Karakteristik Total

Mengetahui tentang Penyakit Malaria - Iya 47 (78.3%) - Tidak 13 (21.7%) Mendapatkan Informasi tentang Malaria - Keluarga/Teman/Kerabat 16 (34%) - Petugas Kesehatan 20 (42.6%) - Kader Kesehatan 0 (0%) - Aparat Desa/RT/RW 0 (0%) - Media Massa/Poster/Spanduk 1 (2.1%) - Media Elektoronik (TV/Radio) 10 (21.3%) - Media Internet/Media Sosial 0 (0%) Gejala Malaria - Demam 12 (25.5%) - Demam dan Menggigil 24 (51.1%) - Lainnya 3 (6.4%) - Tidak Tahu 8 (17%) Apakah Malaria Menular - Ya 24 (51.1%) - Tidak 14 (29.8%) - Tidak Tahu 9 (19.1%) Cara Penularan Malaria - Melalui gigitan nyamuk 15 (62.5%) - Melalui sentuhan/keringat 1 (4.2%) - Melalui udara/droplet 2 (8.3%) - Melalui makanan 3 (12.5%) - Keturunan 1 (4.2%) - Lainnya 2 (8.3%)

112

Penyebab Malaria - Parasit Malaria/Plasmodium 1 (2.1%) - Nyamuk 36 (76.6%) - Lainnya 10 (21.3%) Nama Nyamuk Malaria - Anopheles 1 (2.1%) - Aedes 9 (19.1%) - Lainnya 37 (78.7%) Ciri Nyamuk Malaria - Jika hinggap posisi menungging 4 (8.1%) - Berwarna hitam putih 8 (17%) - Lainnya 35 (74.4%) Waktu Menggigit nyamuk Malaria - Malam 21 (47.8%) - Subuh/Dini hari 0 (0%) - Sore/Menjelang magrib 3 (6.8%) - Sore Hari 5 (11.4%) - Siang Hari 8 (18.2%) - Pagi Hari 7 (15.9%) - Tidak Tahu 3 (6.8%)

Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa mereka ‘mengetahui tentang penyakit malaria’ yaitu 78.3%, hanya 21.7% responden yang menjawab tidak tahu. Sedangkan informasi mengenai malaria sebagian besar didapatkan dari petugas Kesehatan 42.6% Berdasarkan hasil pengolahan data untuk kategori pengetahuan responden terhadap pengetahuan malaria, maka responden dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang. Jika responden berhasil menjawab 80% lebih jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan baik, Jika responden berhasil menjawab 60-79% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan cukup dan Jika responden berhasil menjawab kurang dari 60% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan kurang. Tabel 26 Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Penyakit Malaria

Karakteristik Total Tingkat Pengetahuan Penyakit Malaria - Baik 0 (0%) - Cukup 14 (23.3%) - Kurang 46 (76.7%)

113

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan penyakit malaria dengan tingkat kurang 76.7%, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tentang penyakit malaria dengan tingkat baik (0%).

Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Tentang Malaria Tingkat Pengetahuan tentang Malaria Total Karakteristik Baik Cukup Kurang Tingkat Pendidikan - Tidak Pernah Sekolah 0 (0%) 0 (0%) 3 (6.5%) 3 (5%) - Tidak Tamat SD/MI 0 (0%) 2 (14.3%) 8 (17.4%) 10 (16.7%) - Tamat SD/MI 0 (0%) 2 (14.3%) 18 (39.1%) 20 (33.3%) - Tamat SLTP/MTS 0 (0%) 4 (28.6%) 6 (13%) 10 (16.7%) - Tamat SLTA/SMA 0 (0%) 3 (21.4%) 10 (21.7%) 13 (21.7%) - > D1/D3/D4/Sarjana 0 (0%) 3 (21.4.%) 1 (2.2%) 4 (6.7%)

Pada Tabel 27 tampak bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit malaria pada masing masing tingkat Pendidikan masih kurang, Dilihat dari hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang malaria menggunakan analisis chi square dengan p -value 0.063 (p>0.005) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Malaria.

4.7.2 Pengetahuan Responden Mengenai Pencegahan Malaria

Tabel 28 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang jentik nyamuk penular malaria Karakteristik Total Mengetahui tentang Jentik/Nyamuk Penular Malaria - Iya 22 (36.7%) - Tidak 38 (63.3%) Di mana jentik nyamuk malaria hidup - Bak Mandi 8 (12.1%) - Kolam 7 (10.6%) - Rawa-rawa 28 (42.2%) - Sawah 1 (1.5%) - Selokan 13 (19.6%) - Lainnya 9 (13.6%) Bagaimana cara membasmi jentik malaria - Memelihara ikan pemakan jentik 1 (3%) - Memberikan larvasida 5 (12.8%) - Menguras tempat penampungan air 14 (35.9%) - Melakukan Gerakan PSN 3M 2 (5%) - Menimbun genangan air 6 (15.3%)

114

- Lainnya 4 (10.2%) - Tidak tahu 7 (17.9%)

Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa responden yang menjawab mengetahui tentang penyakit jentik yaitu 36.7%, sedangkan 63.3% yang menjawab tidak tahu. Selanjutnya diketahui bahwa pengetahuan responden mengetahui di mana jentik nyamuk malaria hidup, yaitu 42.6% menjawab di rawa-rawa. Responden yang menyatakan bahwa cara membasmi jentik nyamuk malaria terbanyak yaitu dengan menguras penampungan air yaitu 35.9%.

Tabel 29 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang ikan pemakan jentik nyamuk malaria Karakteristik Total Apakah Ikan dapat mengurangi jentik malaria - Ya 27 (87.1%) - Tidak 4 (12.9%) Ikan yang dapat membasmi jentik - Ikan Guppy 0 (0%) - Ikan Cupang 6 (19.3%) - Ikan Tempalo 1 (3%) - Ikan Mas 2 (6%) - Ikan Nila Merah 4 (12.9%) - Lainnya 18 (58%)

Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa responden yang menjawab ikan dapat membantu mengurangi jentik nyamuk malaria yaitu 87.1%, hanya 12.9% responden yang menjawab tidak. Namun hanya 12,9% yang menjawan ikan nila merah dapat membasmi jentik, sebagian besar responden yang menjawab ikan yang dapat membasmi jentik nyamuk malaria adalah ikan lainnya yaitu 58%.

115

Tabel 30 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang adanya genangan air

Karakteristik Total Apakah ada genangan air yang bersifat permanen - Ya 47 (78.3%) - Tidak 13 (21.7%) Jenis Genangan air - Selokan/Parit 4 (6.5%) - Sawah 4 (6.5% - Rawa-Rawa 2 (3.2%) - Empang/Kolam 38 (62.2%) - Mata air 0 (0%) - Lainnya 13 (21.3%) Genangan air ada pemilik dan terpelihara - Ya 35 (70.8%) - Tidak 9 (18.8%) - Tidak tahu 3 (6.3%) - Lainnya 2 (4.2%) Gengangan terdapat ikan - Ya 39 (83%) - Tidak 7 (14.9%) - Tidak tahu 1 (2.1%) - Lainnya 0 (0%) Terdapat Ikan pada genangan yang dapat dikonsumsi - Ya 33 (71.7%) - Tidak 7 (15.2%) - Tidak tahu 4 (8.7%) - Lainnya 2 (4.3%)

Genangan air dipantau/dikelola aparat pemerintah/swasta - Ya 2 (4.3%) - Tidak 33 (71.7%) - Tidak tahu 11 (23.9%) - Lainnya 0 (0%) Sejak kapan dilakukan pemantauan genangan air - Rutin, sebelum penelitian dilakukan 1 (50%) - Tidak rutin, sebelum penelitian dilakukan 1 (50%) - Rutin, setelah penelitian dilakukan 0 (0%) - Tidak rutin, setelah penelitian dilakukan 0 (0%) - Tidak tahu 0 (0%)

Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa responden yang mengetahui adanya genangan air yang bersifat permanen yaitu sebanyak 47 orang. Jenis genangan yang diketahui oleh responden umunya adalah empang/kolam yaitu 62.2%. Genangan air yang terpelihara yaitu 70.8%, genangan air terdapat ikan adalah yaitu 83%.

116

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk kategori pengetahuan responden terhadap pengetahuan tentang pemberantasan jentik, maka responden dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang. Jika responden berhasil menjawab 80% lebih jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan baik, Jika responden berhasil menjawab 60-79% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan cukup dan Jika responden berhasil menjawab kurang dari 60% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan kurang.

Tabel 31 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang pemberantasan jentik

Tingkat Pengetahuan tentang Total Karakteristik Pemberantasan Jentik Baik Cukup Kurang Tingkat Pendidikan - Tidak Pernah Sekolah 0 (0%) 1 (6.3%) 2 (5.1%) 3 (5%) - Tidak Tamat SD/MI 0 (0%) 6 (37.5%) 4 (10.3%) 10 (16.7%) - Tamat SD/MI 3 (60%) 3 (18.8%) 14 (35.9%) 20 (33.3%) - Tamat SLTP/MTS 0 (0%) 2 (12.5%) 8 (20.5%) 10 (16.7%) - Tamat SLTA/SMA 1 (20%) 4 (25%) 8 (20.5%) 13 (21.7%) - > D1/D3/D4/Sarjana 1 (20%) 1 (6.3%) 3 (7.7%) 4 (6.7%)

Pada Tabel 31 tampak bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit malaria masih kurang, dapat dilihat dari pengetahuan responden dengan tingkat baik hanya 5 orang. Dilihat dari hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang pemberantasan jentik menggunakan analisis chi square dengan p -value 0.262 (p>0.005) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat Pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang tentang pemberantasan jentik.

117

Pengetahuan Responden tentang ikan nila merah

Tabel 32 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang ikan nila merah

Karakteristik Total Mengetahui tentang ikan nila merah - Iya 22 (36.7%) - Tidak 38 (63.3%) Ada nama lokal ikan nila merah - Ada 0 (0%) - tidak 60 (100%) Pernah ada kegiatan penebaran ikan nila merah yang dilakukan Pemda - Pernah 2 (3.5%) - Tidak 35 (64%) - Tidak tahu 30 (35.1%) Kapan dilaksanakan penebaran ikan nila merah - Sebelum penelitian 2 (100%) - Sesudah penelitian 0 (0%) Di mana Penebaran ikan dilakukan - Sawah 0 (0%) - Kolam 2 (100%) - Lainnya 0 (0%) Ikan nila mudah didapatkan di sekitar desa - Ya 6 (11.3%) - Tidak 47 (88.7%) Ada Pantangan masyarakat jika mengkonsumsi ikan nila merah - Ya 0 (0%) - Tidak 100 (100%) Manfaat ikan nila merah yang diketahui responden - Dikonsumsi 46 (92%) - Membasmi jentik nyamuk 3 (3.3%) - Ikan hias 3 (3.3%) ikan nila cocok di tebarkan di wilayah tempat tinggal - Ya 51 (85%) - tidak 9 (15%)

Berdasarkan Tabel 32 diketahui bahwa responden yang mengetahui tentang ikan nila merah yaitu 36.7%, sedangkan 63.3% responden yang menjawab tidak. Sedangkan responden yang menjawab pernah ada penebaran ikan nila merah yang dilakukan Pemda yaitu 3.5% yang dilaksanakan sebelum penelitian dengan penebaran ikan dilakukan di kolam.

118

4.8. Sikap Responden Terhadap Penyakit Malaria

Tabel 33 Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap malaria

Karakteristik Total Malaria adalah penyakit yang berbahaya - Sangat Setuju 0 (0%) - Setuju 5 (8.3%) - Tidak Tahu 5 (8.3%) - Tidak Setuju 48 (80%) - Sangat tidak setuju 2 (3.3%) Dapat tertular malaria dengan bersentuhan - Sangat Setuju 1 (1.7%) - Setuju 6 (10%) - Tidak Tahu 9 (15%) - Tidak Setuju 42 (70%) - Sangat tidak setuju Malaria tidak akan ada jika nyamuk diberantas - Sangat Setuju 2 (3.3%) - Setuju 49 (81.7%) - Tidak Tahu 7(11.7%) - Tidak Setuju 2 (3.3%) - Sangat tidak setuju Perlu ada penyuluhan mengenai nyamuk penular malaria - Sangat Setuju 8 (13.3%) - Setuju 46 (76.7%) - Tidak Tahu 4 (6.7%) - Tidak Setuju 2 (3.3%) - Sangat tidak setuju 0 (0%) Pemantauan jentik merupakan tanggung jawab pemerintah - Sangat Setuju 4 (6.7%) - Setuju 38 (63.3%) - Tidak Tahu 3 (5%) - Tidak Setuju 15 (25%) - Sangat tidak setuju 0 (0%) Menebaran ikan di kolam/sawah dapat memberantas malaria - Sangat Setuju 4 (6.7 %) - Setuju 49 (81.7%) - Tidak Tahu 5 (8.3%) - Tidak Setuju 2 (3.3%) - Sangat tidak setuju 0 (0%) Ikan nila cocok di tebar di daerah tempat tinggal - Sangat Setuju 5 (8.3%) - Setuju 45 (75%) - Tidak Tahu 8 (13.3%) - Tidak Setuju 0 (0%) - Sangat tidak setuju 0 (0%)

119

Masyarakat perlu diberikan penyuluhan tentang manfaat ikan nila untuk membasmi jentik malaria - Sangat Setuju 5 (8.3%) - Setuju 50 (83.3%) - Tidak Tahu 5 (8.3%) - Tidak Setuju 0 (0%) - Sangat tidak setuju 0 (0%) Ikan yang ditebar pada genangan air adalah milik Bersama sehingga dapat dikonsumsi sampai habis - Sangat Setuju 3 (5%) - Setuju 30 (50%) - Tidak Tahu 3 (5%) - Tidak Setuju 24 (40%) - Sangat tidak setuju 0 (0%) Memelihara ikan nila pada genangan air lebih merepotkan dibandingkan dengan cara memberantas jentik lainnya - Sangat Setuju 1 (1.7%) - Setuju 16 (26.7%) - Tidak Tahu 8 (%) - Tidak Setuju 32 (53.3%) - Sangat tidak setuju 0 (0%)

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk kategori sikap, maka responden dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang. Jika responden berhasil menjawab 80% lebih jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan baik, Jika responden berhasil menjawab 60-79% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan cukup dan Jika responden berhasil menjawab kurang dari 60% jawaban yang benar maka dikelompokkan kedalam tingkat pengetahuan kurang. Tabel 34 Distribusi responden berdasarkan sikap

Karakteristik Total

Sikap - Baik 1 (1.7%) - Cukup 42 ( 70%) - Kurang 5 (28.3%)

Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa responden dengan sikap dengan kategori yang baik yaitu 1.7% sedangkan 70% dengan sikap responden kategori cukup dan 28.3% dengan sikap responden kategori kurang.

120

4.9 Tindakan terhadap pencegahan malaria

Tabel 35 Distribusi responden berdasarkan anggota keluarga yang pernah positif malaria dan cara mengatasinya Karakteristik Total Ada anggota keluarga yang pernah positif malaria - Ya 21 (21.7%) - Tidak 47 (78.3%) Cara mengatasi gejala penyakit malaria - Minum obat yang diberikan oleh petugas Kesehatan 12 (70.5%) - Meminum obat generik yang dibeli sendiri 3 (17.6%) - Minum/makan obat ramuan tradisional 2 (11.7%) - Tidak melakukan apa apa 0 (0%)

Berdasarkan Tabel 35 diketahui bahwa terdapat responden atau anggota keluarga responden yang pernah positif malaria yaitu 21.7%. Sedangkan diketahui sebagian besar cara responden atau keluarga responden dalam mengatasi gejala penyakit malaria dengan minum obat yang diberikan petugas kesehatan yaitu 70.5%.

Tabel 36 Distribusi responden berdasarkan aktivitas yang beresiko dan cara menghindari gigitan nyamuk Karakteristik Total Sering beraktivitas di luar rumah pada malam/dini hari/subuh - Ya 35 (58.3%) - Tidak 25 (41.7%) Kegiatan yang sering dilakukan pada malam/dini hari/subuh - Mengobrol di teras/luar rumah 20 (47%) - Ronda/pengajian 4 (9.5%) - Menjaga kebun 5 (12%) - Buang air (bak/bab) 1 (2%) - Berjualan dipasar 1 (2%) - lainnya 11 (26%) Yang dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk - Menggunakan anti nyamuk disekitar tempat beraktivitas 7 (18%) - Memakai lotion anti nyamuk 13 (35%) - Menggunakan pakaian tertutup 4 (10.8%) - Lainnya 4 (10.8%) - Tidak melakukan apa apa 9 (24.3%) Sering membiarkan jendela/pintu terbuka pada malam/dini hari/subuh - Ya 12 (20%) - Tidak 48 (80%) Yang dilakukan untuk mencegah nyamuk masuk kedalam rumah

121

- Menggunanakan anti nyamuk di dalam rumah 37 (50.6%) - Memasang kasa ventilasi 11 (15%) - Memasang kasa pada jendela yang terbuka 0 (0%) - Tidak menggantung pakaian bekas pakai di dalam rumah 2 (2.7%) - Lainnya 15 (20.5%) - Tidak melakukan apa apa 8 (10.9%)

Berdasarkan Tabel 36 diketahui bahwa terdapat responden yang sering beraktivitas di luar rumah yaitu 58.3%. Sedangkan diketahui Sebagian besar kegiatan responden yang sering dilakukan pada malam/dini hari/subuh untuk mengobrol di teras/luar rumah yaitu 70.5%. Responden yang sering membiarkan jendela/pintu rumah terbuka pada malam/dini hari/subuh yaitu 58.3%. Sebagian besar kegiatan responden mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dengan menggunakan anti nyamuk di dalam rumah yaitu 50.6%.

Tabel 37 Distribusi responden berdasarkan keluarga yang memelihara hewan ternak dan hewan ternak biasa diletakkan Karakteristik Total Ada anggota keluarga yang memelihara hewan ternak (sapi/kambing) - Ya 4 (6.7%) - Tidak 56 (93.3%) Di mana hewan ternak biasa di letakan pada malam hari/subuh - Di kandang, dekat rumah 4 (100%) - Di kandang jauh dari rumah 0 (0%) - Ditambatkan didekat rumah 0 (0%) - Lainnya 0 (0%)

Berdasarkan Tabel 37 diketahui bahwa terdapat responden memelihara hewan ternak (sapi/kambing) yaitu 6.7%, seluruh hewan ternak diletakan di kandang dekat rumah

Tabel 38 Distribusi responden berdasarkan genangan air di sekitar tempat tinggal

Karakteristik Total Apakah ada genangan air di sekitar tempat tinggal - Ya 28 (46.7%) - Tidak 32 (53.3%) Apa jenis genangan air tersebut - Selokan/parit 20 (71.4%) - Sawah 0 (0%) - Rawa rawa 0 (0%) - Empang/kolam 7 (25%) - Mata air 0 (0%)

122

- Lainnya 1 (3.6%) Bagaimana sifat genangan air - Permanen, selalu ada 19 (67.9%) - Tidak permanen, tergantung iklim/musim 9 (32.1%) Melakukan pemantauan jentik terhadap genangan air - Ya 5 (8.3%) - Tidak 55 (91.7%)

Berdasarkan Tabel 38 diketahui bahwa terdapat responden yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat genangan yaitu 46.7%. Sebagian besar jenis genangan air adalah selokan atau parit yaitu 71.4%. Siifat genangan air permananen yaitu 69.9%. Diketahui bahwa terdapat responden yang melakukan pemantauan jentik terhadap genangaan air yaitu 8.3%.

Tabel 39 Distribusi responden berdasarkan penyuluhan tentang pengendalian penyakit malaria Karakteristik Total Apakah pernah mendengar penyuluhan tentang pengendalian penyakit malaria - Ya 11 (18.3%) - Tidak 49 (81.7%) Kapan waktu penyulihan pengendalian malaria - Sebelum penelitian 11 (100%) - Saat ini 0 (0%) Siapa yang memberikan penyuluhan - Petugas Kesehatan 19 (90.9%) - Aparat pemerintah 1 (9.1%) - Kader Kesehatan 0 (0%) - Pihak swasta 0 (0%) - Tetangga 0 (0%) - Lainnya 0 (0%)

Pada Tabel 39 tampak bahwa terdapat responden yang pernah mendengar penyuluhan tentang pengendalian malaria yaitu 18.3%. seluruh penyuluhan tersebut dilakukan pada sebelum penelitian, sebagian besar yang memberikan penyuluhan tersebut yaitu petugas kesehatan yaitu 90.9%.

123

Tabel 40 Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan pemantauan jentik

Karakteristik Total Pernah melaksanakan pemantauan jentik - Ya 1 (1.7%) - Tidak 59 (98.3%) Waktu pemantauan jentik - Sebelum penelitian 1 (100%) - Saat penelitian berjalan 0 (0%) Siapa yang menyelenggarakan - Petugas Kesehatan 0 (0%) - Aparat pemerintah (RT/RWKepala Desa) 0 (0%) - Kader kesehatan 0 (0%) - Pihak swasta 0 (0%) - Lainnya 1 (100%) Tindakan apa yang dilakukan setelah pemantauan jentik - Menebar ikan pemakan jentik 0 (0%) - Memberikan larvasida 0 (0%) - Menimbun genangan air 0 (0%) - Menabur oli/garam 0 (0%) - Mengalirkan airnya 0 (0%) - Membersihkan genangan dari sampah/tanaman air 1 (100%) - Lainnya 0 (0%)

Pada Tabel 40 tampak bahwa terdapat responden yang pernah melaksanakan pemantauan jentik yaitu 1.7%. seluruh pemantauan jentik tersebut dilakukan pada sebelum penelitian. Diketahui bahwa tindakan yang dilakukan setelah pemantauan jentik yaitu membersihkan genangan air dari sampah/tanaman air.

Tabel 41 Distribusi responden berdasarkan partisipasi dalam program pencegahan penyakit malaria Karakteristik Total Apakah anda akan ikut berpartisipasi dalam program pencegahan penyakit malaria dengan cara menebar ikan pada genangan di desa - Ya 25 (41.7%) - Tidak 35 (58.3%)

Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa terdapat responden yang akan ikut berpartisipasi dalam pencegahan penyakit malaria dengan menebar ikan pada genangan di desa jentik yaitu 41.7%.

124

4.8 Hasil Wawancara Mendalam

4.8.1 Program Pengendalian Malaria di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Pertanyaan: Selama ini apakah ada program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Misalnya IRS, larvasida, kelambunisasi, modifikasi lingkungan, dll) . kapan? Apakah saat ini masih berjalan ? Adakah hambatan/kendala yang ditemui ? apa hambatan tersebut ?

Intisari: Kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan pembagian kelambu, survei pengambilan darah, melakukan pelatihan tenaga analis untuk meningkatkan kemampuan pemeriksaan darah dan melakukan upaya-upaya kerjasama lintas sektor melalui kegiatan-kegiatan di desa untuk mencegah dan mengendalikan penyakit malaria. Hambatan khusus di Kabupaten OKU yaitu kondisi geografis yang wilayah oku masih berbatsan dengan kabupaten yang masih endemis malaria. Selain itu hambatan lainnya yaitu pindahnya tenaga terlatih. Kegiatan pengendalian malaria di Puskesmas Ulak Pandan dimulai dari kegiatan skrining malaria pada ibu hamil, Mass Blood Survey (MBS) dan pembagian kelambu. Untuk MBS dimulai di tahun 2007, kemudian hasil yang postif kemudian dilakukan PE dan diberi kelambu. Kelambunisasi yang dimulai sejak lama. Hambatannya jumlah kelambu tidak sesuai dengan jumlah penduduk.

Informan: “Eee.. kita dari bidang pencegahan pengendalian penyakit dinas kesehatan kabupaten ogan komering ulu salah satu penyakit yang kita kendalikan itu adalah malaria. OKU direncanakan eliminasi malaria pada tahun 2022, jadi kita sudah melakukan berbagai kegiatan diantaranya untuk mengendalikan malaria ini adalah dengan pembagian kelambu, kelambu malaria, kemudian melakukan eee… survei pengambilan darah. Survei darah, kemudian juga eee melakukan pelatihan tenaga analis untuk meningkatkan kemampuan pemeriksaan eee darah untuk mengetahui apakah ada eee bibit-bibit penyakit di wilayah kabupaten ogan komering ulu. kemudian juga melakukan upaya-upaya kerjasama lintas sektor melalui kegiatan-kegiatan di desa untuk mencegah dan mengendalikan penyakit malaria juga meningkatkan kapasitas dari tenaga kesehatan khususnya untuk pengobatannya

125 agar malaria diberikan obat sesuai dengan ee program yang ada. Dalam pelaksanaan kegiatan ini tentu saja ada. setiap kegiatan pasti ada hambatan-hambatannya khususnya untuk kita di kabupaten oku ini memang salah satu kendalanya eee kondisi geografis mungkin kemudian eee kita juga berbatasan dengan kabupaten yang masih endemis malaria, kemudian kalau hambatan lain mungkin kadang-kadang terjadi perpindahan dari tenaga kesehatan yang sudah terlatih itu mustinya tetap di puskesmas atau di dinas pengelola program malarianya tau-tau berpindah. itu kendala-kendala kita di lapangan.”

Informan: “Eh…eh, e apa program pengendaliannyo yuk yo?, yang pertamo kito skrining, skrining bumil, skrining bumil ini kan wajib untuk dilakukan pemeriksaan malaria. Terus pembagian kelambu. Terusss MBS nah MBS itu dilakukan e kita bukan kerja sama sih emang dapatnyo dari dinas kesehatan kan, dinas kesehatan e mengajukan ado MBS di desa wilayah Ulak Pandan untuk e MBS nyo kemarin kalo dari tahun 2007, 2008 sampek 2013 setiap tahun pasti dapat duo desa MBS nah karno 2013-14 karno untuk inikan ado bantuan dana dari Global Fund kan yuk, nah dari Global Fund yang kemaren itu sempat di setop vakum kan jadi MBS dak katek. Tapi tetap penyaringannyo dari puskesmas tetep dari bidan desa dari BP setiap pasien yang demam menggigil di BP dikirim ke laboratorium. Nah terus untuk pasien yang positif di PE kan, di PE terus pemberian kelambu. Eee terakhir kito MBS di tahun 2018 desa Ulak Pandan samo Padang Bindu, masing-masing desa yang di ambil darah secara rendom 250 sempel terakhir kemarin negatif, tidak ditemukan yang positif kasus kasus terakhir yang positif di tahun 2014 kalo dak salah, pokoknyo duo tahun tigo tahun ini belum.”

Intisari: “Hmm.. Lama tuh pak. Tidak mencukupi! tidak mencukupi tidak sesuai dengan jumlah kelambu dan jumlah penduduk atau warganya.”

Pertanyaan: Dalam usaha pencapaian eliminasi malaria kabupaten malaria bapak/ibu, program pengendalian malaria apa saja yang menjadi prioritas di wilayah kerja bapak/ibu? Sebutkan? Apakah ada kendala?

126

Intisari: Kegiatan prioritas di OKU yaitu kegiatan skrining malaria untuk menemukan kasus malaria dengan pemeriksaan laboratoium, penyuluhan tentang pencegahan malaria dan kelambunisasi terutama untuk ibu hamil. Kegiatan prioritas di Puskesmas Ulak Pandan adalah kelambunisasi, skrining malaria pada ibu hamil dan PE malaria.

Informan: Dalam upaya mencapai eliminasi malaria itu tentu saja yang pertama kita berupaya melakukan penjaringan, skrining untuk eee menemukan apakah masih ada malaria di OKU ini melalui penguatan dari pelayanan kesehatan di puskesmas, itu kepada kawan-kawan di puskesmas kami minta kalaupun menemukan ada kunjungan ee dengan keluhan yang menjurus ke malaria dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. jadi laboratorium menjadi salah satu hal penting untuk memastikan apakah kita masih ada malaria atau tidak. Kemudian yang kedua eee memberikan dan menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang tata cara pencegahan dan menghindari penyakit malaria ini. Dan saat ini juga kita masih terus berupaya untuk bisa mengendalikan penyakit ini dengan memberikan kelambu khususnya memang untuk daerah-daerah yang eee difokuskan kemudian untuk ibu hamil dalam hal ini penekanannya.”

Informan: “Emmm…. kelambu, skrining bumil, penjaringan - Sama PE.”

Informan: “kegiatan pengendalian malaria di Puskesmas Ulak Pandan yaitu kelambunisasi yang dimulai sejak lama. Hambatannya jumlah kelambu tidak sesuai dengan jumlah penduduk .”

Pertanyaan: Selama ini apakah ada program penanggulangan malaria secara biologi kontrol dengan kegiatan ikanisasi di lokasi-lokasi yang berpotensi adanya jentik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jika ada , sejak kapan? apakah masih berjalan? apakah kegiatan ikanisasi ini dapat menurunkan kasus malaria/kepadatan jentik di wilayah bapak/ibu? apakah ada hambatan dalam program ikanisasi tersebut? Apa hambatannya? Bagaimana solusi terhadap hambatan tersebut? Jika tidak ada kegiatan ikanisasi mengapa?

127

Intisari: Belum ada kegiatan untuk kegiatan biologi kontrol maupun ikanisasi karena dana kegiatan yang belum dianggarkan.

Informan: “Kalau dari program dinas kesehatan sampai dengan saat ini belum ada. Eee karena kita memang belum menganggarkan.”

Pertanyaan: Program biologi kontrol apa saja selain kegiatan ikanisasi di wilayah kerja bapak/ibu? Sebutkan ? Apakah masih berjalan (mengapa)? apakah ada hambatan? Dan hambatan apa saja yang muncul tsb?

Intisari: Untuk di Kabupaten OKU, belum ada kegiatan pengendalian malaria secara biologi yang pernah dilaksanakan.

Informan: “Apa ya, belum ada sih Mba. setau saya belum ada”

Informan: “Eee.... belum ada”

Pertanyaan: Apakah kegiatan program ikanisasi perlu melibatkan/kerjasama antar lintas program ? lintas program siapa saja yang terlibat? apakah masih berjalan jika telah dilakukan kerjasama lintas program untuk ikanisasi ini ? Apakah ada kendala dalam kerjasama lintas program tersebut ?

Intisari: Kegiatan program ikanisasi perlu melibatkan program kesling dan promkes.

128

Informan: “Kesehatan lingkungan tetapi juga harus didukung dengan promosi kesehatan, eee.... jadi kalau dua-duanya itu mendukung di satu sisi kita juga melakukan kegiatan ini mudah- mudahan bisa terlaksanakan dengan baik.”

Pertanyaan: Apakah kegiatan tersebut perlu melibatkan/bekerjasama dengan lintas sektor lain (seperti Dinas Perikanan/swasta/LSM), sebutkan? Apa bentuk kerjasama tersebut? apakah masih berjalan jika telah dilakukan kerjasama lintas sektor untuk ikanisasi ini ? apakah ada kendala dalam kerjasama lintas sektor tersebut?

Intisari: Kerjasama lintas sektor sangat diperlukan misalnya dengan melibatkan kades dan pihak kecamatan terkait kebijakan yang bisa membantu prosesnya. Selain itu kerjasama dengan melibatkan Dinas Perikanan, pihak swasta dan BUMN. Perlu ada kerjasama lintas sektor dengan Dinas perikanan sebagai penyedia bibit ikan, dinas pertanian yang bisa diajak untuk pemberian diwilayah pertanian, ketahanan pangan, bappeda yang terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah, Pemberdayaan Masyaraat Desa (PMD). Untuk lintas vertikal bisa bekerjasama dengan TNI/Polri dalam hal keamanan dan pemberian infomasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan setrum atau putas.

Informan: “Perlu Pak, lintas sektor itu perlu untuk membantunyo ye, mempercepat prosesnya kan. melibatkan kades, menunggu kebijakan kecamatan. Dinas perikanan perlu lah ya dilibatkan ya, swasta, BUMN.”

Informan: “Kalau untuk lintas sektor eee.... yang jelas itu dari dinas perikanan, ya karena dia terkait langsung, kemudian dinas pertanian, ya karena mungkin ikan-ikan ini juga akan kita eeee... atau dilepaskan di daerah-daerah pertanian, kemudian ketahanan pangan, ya juga saya kira berpengaruh, kemudian Bappeda karena bagian yang merencanakan untuk pembangunan daerah dan jangan lupakan satu lagi. Eee....PMD. Ya Pemberdayaan Masyarakat Desa atau PMD ini bisa menjadi perpanjangan tangan kita untuk minta bantuan karena beliau yang langsung eeee.... kontak dengan masyarakat desa. Kemudian untuk....untuk lintas vertikalnya

129 kegiatan itu akan berjalan kalau didukung oleh TNI/Polri. ya paling tidak keamanannya. Ya keamanan juga memberikan informasi ke masyarakat. karena sebagian misalnya kita melepas ikan kalau ndak dilibatkan lintas sektor ada saja, ada yang misalnya melepas apa eee. ....melakukan setrum misalnya atau putas sehingga ikan-ikan ini bisa sia-sia.”

Pertanyaan: Jika sudah ada program penanggulangan malaria dengan kegiatan ikanisasi di wilayah kerja Bapak/Ibu , apakah ada anggaran khusus yang disiapkan untuk program penanggulangan malaria dengan ikanisasi ini? Jika tidak ada anggaran khusus untuk ikanisasi , berasal dari pos mana anggaran kegiatan ikanisasi tersebut? apakah anggaran tersebut mencukupi? apakah ada permasalahan yang timbul pada kegiatan ikanisasi akibat kendala anggaran tsb? Bagaimana solusinya?

Intisari : Belum ada kegiatan penanggulangan malaria di Kabupten OKU dengan memanfaatkan ikan.

Informan: “Karena memang belum..belum pengadaan juga sih karena dari provinsi juga belum... belum ...belum ada sih yang berkaitan dengan masalah ikan itu mba belum...gak...gimana ya ngomonginya tuh ehh kami belum ada kegiatannya gitu”

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu apakah program penanggulangan malaria dengan ikanisasi dapat menjadi prioritas program penanggulangan malaria di wilayah kerja bapak/ibu? Jika iya mengapa/ jika tidak mengapa?

Intisari: Kegiatan ikanisasi bisa menjadi prioritas dalam penanggulangan malaria. Jika memang benar-benar dilaksanakan dan bekerjasama dengan lintas sektor, sebaiknya kegiatan ini dilakukan berkelanjutan dan dilakukan pemantauan. Selain itu masyarakat diberikan edukasi mengenai pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan ikanisasi dapat menjadi prioritas program penanggulangan malaria. Ikanisasi berpengaruh dalam penanganan malaria di Kec. Semidang Aji karena ikan yang ditebar bisa memakan jentik dan akhirnya mengurangi malaria. Informan:

130

“Bisa. Kalau memang dilaksanakan dengan betul-betul seperti itu artinya memang betul dilaksanakan melibatkan lintas sektor bukan hanya sekali kita melepaskan, setelah dilepaskan eee...harus ada pemantauan lagi kan. Dipantau diliat diberikan edukasi ke masyarakat mungkin bisa berjalan dengan baik tapi kalau hanya satu kali kita lepas setelah itu selesai eee....kita belum tentu bisa berjalan.”

Informan: “Oo.. biso jadi, kemungkinan besar bisa sangat berpengaruh lah yo dengan penanganan malaria di daerah Semidang Aji ini. Karena memang kan yang namonyo kolam ikan atau memang ado genangan-genangan air di desa itu kan bisa jadi sarang dari jentik nyamuk, jadi kalau ada yang ikan untuk apo namonyo istilahnyo untuk makani jentik tadi kan setidaknya berkurang, biso mengurangi resiko adonyo malaria. Nyamuk malaria.”

Pertanyaan: Terkait dengan sarana/prasarana program ikanisasi menurut bapak/ibu apa saja yang perlu disiapkan dalam program ikanisasi ini? Apakah kemungkinan ada kendala yang muncul akibat sarana prasana ini?

Intisari: Sebuah program sangat membutuhkan perencanaan kegiatan dan pemetaan wilayah. Saat pelaksanaannya membuukan kerjasama dengan dinas perikanan terkait bibit ikan. Dengan adanya rencana yang baik semoga tidak ada kendala. Kalau untuk di lapangan yang menjadi kendala adala asumsi masyarakat yang menganggap ikan yang ditebar untuk di konsumsi. Yang diperlukan adalah bibit ikan sendiri dan pengembangan SDM yang akan menjalankan kegiatan ini.

Informan: “Eee .... yang jelas untuk sebuah program itu perlu perencanaan, ndak bisa kita langsung- langsung ya artinya perlu perencanaan baik itu dari sisi biaya kemudian dari hal-hal pemetaan wilayah yang mana saja harus dilepaskan ikannya kemudian juga eee... hal-hal lain yang terkait dengan suatu kegiatan itu perlu dipertimbangkan. Tetapi pada prinsipnya eeee.... kegiatan ini bagus mungkin kita kalau dinas kesehatan bisa minta bantuan dengan dinas perikanan ya untuk melakukan kegiatan ini.Iya khususnya ikannya. Iya. gak bisa kita melepas kalau dak ada ikannya. Eee... ya itu tadi terkait dengan sarana prasarana ini kan

131 luas....apakah yang dimaksud sarana itu tempatnya apakah itu alatnya ataukah itu ikannya sebenarnya, tapi kalau direncanakan dengan baik mudah-mudahan tidak ada kendala, kecuali di lapangan, di lapangan tadi tempat melepas ikan itu harus kita jelaskan betul tujuan dan manfaatnya. Karena yang namanya ikan itu akan eee... asumsi dari masyarakat untuk dimakan. Sementara kita tujuannya adalah untuk makan jentik. Mungkin ikannya yang perlu dipilih pilih dulu. Ya artinya kalau ikannya menggoda untuk dimakan pasti habis”

Informan: “Kalau dari Puskesmas, kalau ikanisasi yang pastinya bibit ikan terus juga sumber daya manusianyo terus itu la mungkin yo.”

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu apakah jenis ikan nila merah merah bisa memberantas malaria di wilayah bapak/ibu? Jika iya, mengapa? Jika tidak, mengapa ? Selain ikan nila merah ikan apa lagi yang cocok sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles ) di lingkungan bapak/ibu?

Intisari: Ikan nila bisa memberantas malaria karena ikan nila merah merupakan ikan pemakan jentik. Jik dilihat rencana lokasi penebarannya memang ada jentik Anopheles .

Informan: “Ehh...kalau lihat dari lokasi sih ehh ikan nila merah kan memang pemakan jentik nyamuk kan semoga saja memang bisa kalau memang ia penyebaran ikan nilanya banyak gitu mba dan memang ada jentik-jentik nyamuk Anopheles. ”

Pertanyaan: Apakah kondisi geografis di wilayah bapak/ibu cocok/ideal sebagai tempat perkembangbiakan ikan nila merah ( probing dengan tempat yang berpotensi adanya jentik anopheles di wilayah penelitian )? Jika ya mengapa? Jika tidak cocok mengapa dan ikan apa yang cocok untuk dikembangbiakan?

132

Intisari: Ikan nila cocok untuk dikembangbiakkan di wilayah OKU karena banyak aliran sungai. Ikan nila cocok untuk dikembangbiakkan di wilayah Semidang Aji karena di sebagian desa merupakan wilayah persawahan dan ada genangan yang tidak kering.

Informan: “Eee... untuk tempat kita, saya kira bisa, bisa ya. karena OKU ini kan banyak aliran sungai.”

Informan: “Kalo sepertinya bisa itu pak di eeee di sebagian wilayah ini pak, di sebagian desa yang ada genangan air yang dak kering. Persawahan dengan ini pak, persawahan, persawahan.”

Pertanyaan: Apakah ada kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan) ? Jika ada apakah tradisi tersebut masih ada/dijalankan oleh masyarakat diwilayah bapak/ibu? Apakah tradisi tersebut dapat menghambat program ikanisasi di wilayah bapak/ibu?

Intisari: Tidak ada kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan di Kab.OKU

Informan: “Untuk OKU kayaknya gak ada”

Pertanyaan: Bagaimana penerimaan masyarakat di lingkungan Bapak/Ibu terhadap penebaran ikan nila merah dilingkungan untuk dikembangbiakan sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles )? Apa keuntungan dan kelemahannya ?

133

Intisari: Dengan diberikan penjelasan tentang kegiatan ini masyarakat bisa menerima dan mendukung pelaksanaan kegiatan ini karena bertujuan untuk kebaikan bersama. Keuntungannya kegiatan penebaran ikan ini bisa membantu pemberantasan malaria. Kekurangannya adalah karena wilayah OKU sanganlah luas maka sebaiknya penebaran ini tidak hanya dilakukan disatu wilayah/desa saja. Masyarakat pasti sangat menerima karena bisa membantu kegiatan pengendalian malaria. Keuntungannya kegiatan ini bisa mencegah pekembangbiakan nyamuk yang menyebabkan malaria sedangkan kelemahannya dari segi perawatan, masyarakat harus lebih sering membersihkan kolam yang menjadi tempat penebaran ikan nila merah.

Informan: “Kita berharap sih kita berharap masyarakat akan menerima dan mendukung ini karena ini untuk kebaikan kita bersama. eee.... saya belum bisa mengatakan karena saya belum ikut ya pada saat pelepasan ikan tapi saya meyakini masyarakat OKU kalau diberikan penjelasan yang baik yang benar akan mendukung eee... program kita ini. Apalagi melepas bibit ikan ini tidak ada sisi negatifnya. tidak ada merugikan eee... masyarakat. Keuntungannya ya itu tadi bisa membantu kita eee... memberantas malaria ini karena ikan memakan jentik-jentiknya cuma kekurangannya tetap ada pasti tetap ada salah satunya karena wilayah kita luas apakah semua tempat itu kita bisa lepasin itu perlu kita pertimbangkan, kalau hanya satu tempat apalagi misalnya di kolam, satu kolam ya berarti ikannya makan di kolam itu saja ya yang di sebelah-sebelahnya tidak. Aa... itu perlu dipikirkan artinya untuk satu desa saja tidak bisa kita melepaskan hanya satu titik, hanya ada satu kolam misalnya. Kolam yang lain eee.... daerah-daerah yang lain itu perlu dipertimbangkan. Jadi jangan mubazir. Kalau galak galaki nian seperti itu ya. Kalau nak satu desa yo paling idak jangan satu titik ada tiga empat atau memang daerah-daerah itu yang memang menurut kita perlu dilepaskan bibit ikan.”

Informan: “Pasti..pastinya seneng la masyarakat, kan bisa membantu penanganan malaria ini, seidaknyo kan untuk terjadi penyakit malaria minim kemungkinannya, yang pastinyo seneng. Kalau keuntungannya ya itu tadi, bisa mencegah adanya nyamuk malaria tadi kalau kelemahannyo mungkin perawatan tempatnya mungkin harus lebih sering dibersihin lagi, kolam-kolam ikan atau memang tempat yang jadi tempat pengembangan perkembangbikan ikan nila merah tadi.”

134

Harapan/Saran/Masukan Terhadap Kegiatan Biologi Kontrol dengan Ikanisasi

Intisari: Sebaiknya pelaksanaan kegiatan penebaran ikan ini dilanjutkan dengan pemantauan kegiatan bukan hanya satu kali pelaksanaan. Selain itu diperlukan penyuluhan ke masyarakat terkait dengan pemanfaatan ikan untuk pengendalian malaria. Harapannya adalah dengan dilaksanakannya kegiatan ini bisa menjadi pemicu daerah lain untuk melaksanakan kegiatan yang sama.

Informan: “Itu tadi kita tetap kalau eee... masukannya..., terimakasih kita walopun memang ada pelepasan ikan itu. Cuma saran dan masukannya untuk kegiatan ini jangan hanya setelah dilepas selesai tidak ada pemantauan. Kalau cuma sekali tanpa kita pantau kita berikan pendidikan penjelasan kepada masyarakat tentang manfaatnya seperti ini seperti ini dikhawatirkan mubazir. Kemudian pelepasannya juga untuk dipetakan dulu itu tadi kembali ke awal, jangan satu desa satu misalnya satu kolam saja karena tujuan kita untuk menekan malaria artinya kita harus melihat daerah-daerah di sekitar situ yang kemungkinan menjadi tempat perindukan nyamuk ya kita coba lepas. Ya jangan setengah-setengah. Kalau galak, galaki nian. Biar kejingokan nian hasilnyo. Dan kita harus bandingkan sebelum dan sesudah harus ada datanya.“

Informan: “Memicu daerah lainnya pak. Sebagai pemicu.”

4.8.2 Program Pengendalian Malaria yang Telah Dilakukan di Kabupaten Lahat Pertanyaan: Program pengendalian malaria yang sudah dilakukan di wilayah Kabupaten Lahat? Intisari: Program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas di wilayah Kabupaten. Lahat meliputi Indoor Residual Spraying (IRS), Mass Blood Survey (MBS), Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan pemeriksaan malaria untuk ibu hamil minimal satu kali selama masa kehamilan. Kegiatan pengendalian ini masih berjalan tetapi karena adanya pandemi covid19 jumlah kunjungan berkurang. Untuk pelaksanaan MBS dilakukan dengan metode “door to door’ sebanyak 500 sediaan darah

135 ditargetkan tercapai dalam waktu 5 hari. Pelaksanaan IRS sudah pada tahap pelatihan kader puskesmas dan pembagian kelambu dengan sasaran ibu hamil. Hambatannya adalah untuk IRS banyak warga yang menolak.

Informan: “Kalau pengendalian ada kegiatan IRS, ada kegiatan eeee MBS, IRS Indoor residual spraying, ada Mass Blood survey. Kita juga ada eee PE penyelidikan Epidemiologi untuk kasus positif dan pelayanan eeee pemeriksaan untuk ibu hamil seperti itu pengendalian kasus malaria, jadi pemeriksaan bagi ibu hamil 1 kali selama kehamilan, minimal. Masih berjalan Buk, tapi dengan adanya pandemi ini ada penurunan kasus berkurangnya jumlah kunjungan sehingga mungkin akan merubah pola pemeriksaan door to door direncanakan akan pelaksanaan eeee Mass blood survei di tahun ini ke door to door 500 sediaan darah, untuk dibuat dor tu dor tadi dalam waktu 5 hari. - IR, IRS sedang dilaksanakan kegiatannya, kemarin kita udah koordinasi dengan puskesmas untuk pelaksanaannya, sudah melatih kader puskesmas untuk pelaksanaan lanjutan sekarang masih sedang berlangsung di Puskesmas Tanjung Sakti Wilayah Desa Pagar Agung, eee untuk IRS. Untuk kelambu kita ada kegiatan pembagian kelambu rutin eee dengan eeee sasaran ibu hamil dan saat ini sedang berjalan pembagian kelambu. Kalau kendala pengendalian, kalau di kegiatan IRS hampir rata-rata masyarakat menolak eee penyemprotan, ditakutkan adanya atau kerusakan warna rumah karena cairan insek yang kita sebar.”

Di wilayah Puskesmas Merapi II kegiatan pengendalian malaria yang telah dilakukan jika ada kasus positif, mulai dari PE kemudian MBS, penyemprotan dan kelambunisasi. Kegiatan kelambunisasi diajukan sejak tahun 2015 dan dibagikan terakhir ditahun 2017 dengan sasaran ibu hamil dan balita, sedangkan kegiatan MBS dilakukan sejak tahun 2018.

Kutipan wawancara dengan informan: “Kalau kami, pertama kan yang kegiatan di laporan untuk menanggulangi kalau ada kasus positif, kan kita lakuin PE terus sudah kalau, kalau umpamanya kasusnya udah banyakan MBS, terus yang terakhir kemarin pengambilan sampelnya xxxx - Pengendalian rumah, - Ada penyemprotan kan sama - Pembagian kelambu, kelambu massal itu - Yang fogging biasanya - belum ada kan kemarin di yang khusus malaria, paling-paling fogging. Iya cuma kelambu doang - Iya, kalau setiap ada kasus pasti dikasih, terus kalau masang eee malah seluruhnya yang ada vektornyo mbak - Iya yang ada vektornya, kayak Lebak Budi kemarin seluruh, satu

136 desa - Iya kalau kemarin iya, kalau yang terakhir kelambu yang dibagi cuma ibu hamil sama balita Seluruh Kecamatan Merapi Barat Mbak - itu 2017? - Iya - Yang vektornya iya - Kalau itu pengolah yang lama itu kan mbak yang di seluruh desa Lebak Budi ada - Kayaknya 2015 an - Eh'eh yang seluruh Desa Lebak Budi yang vektornya itu yang ditemui Anopheles. Nah kalau aku kemarin cuma kan ambil sampel nyamuk di Anopheles, di Lebak Budi ketemunya Anopheles nah terus ada program dari Dinkes kan boleh ngajuin kelambu buat balita sama ibu hamil aja - Terus kalau ada kasus, baru dikasih kelambu.”

Program pengendalian malaria yang menjadi prioritas di Kabupaten Lahat Secara umum program pegendalian malaria yang menjadi prioritas di dinkes Kabupaten Lahat adalah pembagian kelambu berinsektisida.

Informan: “Kayaknya kalau disini kelambu itu deh… Memang dari malaria itu tadi ada kelambu terus abate.”

Hambatan dalam kegiatan pengendalian misalnya adanya penolakan masyarakat dalam kegiatan penyemprotan dinding rumah, karena masyrakat takut menimbulkan kerusakan pada cat di dinding rumah. Untuk kegiatan MBS karena kurangnya kunjungan dan saat masyarakat dilarang berkeremun, maka polanya dirubah dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah.

Informan: “ Kalau kendala pengendalian, kalau di kegiatan IRS hampir rata-rata masyarakat menolak eee penyemprotan, ditakutkan adanya atau kerusakan warna rumah karena cairan insek yang kita sebar. Kalau Mass Blood Survey kendalanya untuk saat ini ya itu tadi, kunjungan yang sangat kurang dan tidak boleh berkerumun maka di rubahlah polanya kemungkinan di triwulan ke-4 ini kita melaksanakannya dalam bentuk dor tu dor”

Puskesmas Merapi II Program prioritas di Puskesmas Merapi II adala skrining malaria pada ibu hamil dan pelacakan kasus malaria dengan menggunakan RDT. Hambatannya kegiatan ini tidak berjalan jika ketersediaan RDT kosong.

137

Informan: “Kalau kami biasanya skrining malaria pada ibuk hamil.. Pelacakan kasus pak. Tapi berhubung RDT tadi masih kosong jadi untuk taun ini belum berjalan ”

Selama ini apakah ada program penanggulangan malaria secara biologi kontrol dengan kegiatan ikanisasi di lokasi-lokasi yang berpotensi adanya jentik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jika ada , sejak kapan? apakah masih berjalan?

Intisari: Penebaran ikan sudah ada sejak tahun 2018, tersebar di beberapa puskesmas yang memiliki kasus positif tetapi tidak ada evaluasi lanjut hanya sampai penebaran saja. Kendalanya adalah masyarakat yang mengambil ikan yang sudah disebar walaupun ukuran ikan masih kecil dan kesalahan penyampaian terkait penggunaan larvasida oleh petugas puskesmas.

Informan: “Iya ikanisasi, udah ada sekitar saya di sini 2018 kurang lebih dari 2018 sampai dengan tahun ini, 3 tahun terakhir ada. -Tersebar di beberapa wilayah, terutama kasus, yang mempunyai kasus positif di wilayah Puskesmas mempunyai kasus positif, kalau di tahun 2018 Kalau saya tidak salah di Muara Lawai, di tahun 2019 di Pagar Gunung dan Tinggi Hari wilayah Gumay Ulu, di tahun ini kita ada kegiatan di Tanjung Sakti. Setelah penebaran tidak ada evaluasi lanjut, - belum ada, baru penebaran. Kendala, itu ada, mungkin banyak, sebanyak yang, yang memanfaatkan ikanisasi untuk, untuk kepentingan pribadi, itu, yang menjadi kendalanya mungkin jumlah yang kita sebar dan yang, yang masih bertahan itu sangat sedikit. - Iya, ada yang masih kecil pun dipanen untuk di, di kepentingan pribadi mereka - Iya, mereka pembiakan sendiri.”

Intisari: Pelaksanaan kegiatan ikanisasi baru sebatas planning dan sampai saat ini belum ada realisasinya.

Informan: “Kan Kalau kemarin dikasih ikan kan biar nyamuknya itu, tapi baru reali kemaren baru plenning tapi realisasi sampai sekarang belum ada - Iya, rencana kemarin kan pernah ambil

138 vektor nyamuk itu juga kan, katanya " Mas dikasih apa? " Dikasih ikan. Tapi belum tau berhasil apa enggak Katanya kan. Ikannya ikan apa juga kita nggak tahu mbak ”

Apakah kegiatan ikanisasi ini dapat menurunkan kasus malaria/kepadatan jentik di wilayah bapak/ibu? apakah ada hambatan dalam program ikanisasi tersebut? Apa hambatannya? Bagaimana solusi terhadap hambatan tersebut? Jika tidak ada kegiatan ikanisasi mengapa?

Intisari: Penebaran ikan pasti bisa menurunkan kasus malaria, memang tidak menurunkan angka kasus secara drastis tetapi bisa memberikan progres yang besar untuk menurunkan kasus malaria. Kendalanya adalah pelaksanaan program terbatas hanya di beberapa lokus dan tidak ada tindak lanjut untuk monitoring dan evaluasi kegiatan.

Informan: “Yang saya tau ya otomatis pasti ada .. Kalau eh menurut yang saya tau aja ya pengetahuan saya terus lagi logika saya seperti itu, dari satu tempat yang ada jentiknya kayak bak aja kalau kita masukkin ikan tempalo aja maksudnya tadi ya, jenis ikan itu kan kecil banget kan mulutnya kecil banget tapi bisa makan jentik-jentik apalagi ikan yang ini maksudnya tadi, kalau menurut pengetahuan saya... Kalau secara drastic rasanya nggak tapi itu menjadi progress besar juga karena untuk menjadi nyamuk kan otomatis kan pasti dari jentik tu. Cuman mungkin karena programnya terbatas di beberapa lokus seperti itu, terus lagi kelanjutan untuk monitoring evaluasinya juga gak ada, nggak kayak kelambu. Jadi kayak kelambu, abate, maksudnya itu tadi kan ehh maksudnya kontinu seperti itu. Kalau yang ini kan ehh ini kan program GF pak ya. Kalau kayak balitbang kan memang untuk penelitian aja. Kan maksudnya tadi bukan untuk progress selanjutnya. Kalau yang ini kan ehh kalau memang sudah berhasil nanti ya mungkin ini..”

Pertanyaan: Program biologi kontrol apa saja selain kegiatan ikanisasi di wilayah kerja bapak/ibu? Sebutkan ? Apakah masih berjalan (mengapa)? apakah ada hambatan? Dan hambatan apa saja yang muncul tsb?

139

Intisari: Selain ikanisasi, program pengendalian biologi ( biology control ) lainnya yang telah dilakukan larvasiding dengan menggunakan larvasida biologi. Jenis larvasida biologi yang digunakan adalah Mosnon TB, Bacillus thuringiensis var. israelensis (BTI), Effervescent Larvasidase yang tebar di rawa dan kolam.

Informan: “Kita pake terakhir MOSNON TB - Yang tablet - BTI - Effervescent - Di rawa, di ee kolam- kolam di sekitar rumah lebih menekankan yang di sekitar rumah yang dekat dengan rumah- rumah penduduk.”

Apakah kegiatan program ikanisasi perlu melibatkan/kerjasama antar lintas program ? lintas program siapa saja yang terlibat? apakah masih berjalan jika telah dilakukan kerjasama lintas program untuk ikanisasi ini ? Apakah ada kendala dalam kerjasama lintas program tersebut ?

Intisari: Pada program ikanisasi ini, bidang P2P sudah bekerja sama dengan surveilans untuk pemetaan dan pengendalian jentik juga dilibatkan promosi kesehatan (promkes). Semua program sebaiknya dilibatkan pada kegiatan ikanisasi terutama promkes dan kesehatan lingkungan (kesling).

Informan: “Di P2P ini ada survelen yang bisa terlibat sebagai pemetaan xxxx, kalau di bidang lain ada di bidang promkes untuk eee eee ini - Iya, pengendalian jentik.”

Informan: “kegiatan ikanisasi melibatkan kerjasama dengan promkes, program laboratorium, surveilans, poli dan dokter.”

Pertanyaan: Apakah kegiatan tersebut perlu melibatkan/bekerjasama dengan lintas sektor lain (seperti Dinas Perikanan/swasta/LSM), sebutkan? Apa bentuk kerjasama tersebut? apakah masih

140 berjalan jika telah dilakukan kerjasama lintas sektor untuk ikanisasi ini ? apakah ada kendala dalam kerjasama lintas sektor tersebut?

Intisari: Program kerjasama lintas sektor sudah dilakukan dengan pihak desa, untuk dinas perikanan belum penah dilakukan kerjasama. Kegiatan ikanisasi sangat membutuhkan kerjasama lintas sektor dengan camat dan kepala desa.

Informan: “Kalo ke desa ke ini masih bagus. Cuman Kalo untuk ke perikanan kita belum pernah melaksanakan kalo untuk lintas sektor ke dinas perikanan untuk eee misalnya eee mempertanyakan ketersediaan bibit di mereka untuk pelaksana kita penebaran eee ikanisasi, itu belum pernah kita kolaborasi sampai ke sedetail itu.”

Informan: “kegiatan ikanisasi sangat membutuhkan kerjasama lintas sektor dengan camat dan kepala desa.” Jika sudah ada program penanggulangan malaria dengan kegiatan ikanisasi di wilayah kerja Bapak/Ibu , apakah ada anggaran khusus yang disiapkan untuk program penanggulangan malaria dengan ikanisasi ini? Jika tidak ada anggaran khusus untuk ikanisasi , berasal dari pos mana anggaran kegiatan ikanisasi tersebut? apakah anggaran tersebut mencukupi? apakah ada permasalahan yang timbul pada kegiatan ikanisasi akibat kendala anggaran tsb? Bagaimana solusinya?

Intisari: Ada anggaran khusus malaria yaitu dari Global Found (GF) malaria dan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kab.Lahat.

Informan: “Anggaran khusus, kalo untuk kegiatan, kita ada dana Global Fund, yang Global Fund malaria dan ada dana APBD Kabupaten - Baru 2 tahun terakhir bu, untuk dana pendanaan - Tapi kalo GF udah dari tahun, tahun Buk Lusi.” Apakah program penanggulangan malaria dengan ikanisasi dapat menjadi prioritas program penanggulangan malaria di wilayah kerja bapak/ibu? Jika iya mengapa/ jika tidak mengapa?

141

Intisari: Program ikanisasi dapat menjadi prioritas penanggulangan malaria, karena ikanisasi tidak memberikan efek samping untuk masyarakat bahkan bermanfaat dan menguntungkan bagi masyarakat serta dapat membantu tercapainya eliminasi malaria.

Informan: “Kalau memang kita acuannya udah ada mbak, terus kalau dari Kapusnya Ka ee ini Apa udah ada rekrutnya, kerjasamanya maksudnya kan, Puskesmas juga kan harus ada dari Dinkes kan, punya acuannya kan mbak ya, Dari Mbak kan misalnya ke Dinkes ke Kapus ya Kami ikuti aturan Mbak. - Iya, setuju karena selama ini kan enggak ada efek samping kan, menguntungkan bagi masyarakat enggak jadi masalah lah mbak. - Ikannya bisa menghasilkan ikan - nyamuknya hilang terus eliminasi xxxxxx, eliminasi malaria ”

Pertanyaan: Terkait dengan sarana/prasarana program ikanisasi menurut bapak/ibu apa saja yang perlu disiapkan dalam program ikanisasi ini? Apakah kemungkinan ada kendala yang muncul akibat sarana prasana ini?

Intisari: Dibutuhkan sosialisasi dan penyuluhan terkait program ikanisasi dan yang menjadi kendala adalah persepsi masyarakat yang merasa tidak adil karena tidak diikutsertakan. Sebelum kegiatan ikanisasi dilakukan harus dilakukan survei jentik terlebih dulu dan kemudian penunjukan kader ikanisasi. Kendala ada pada warga.

Informan: “Ikanisasi persiapan pertama ya kolam ya mbak yang harus disiapin ya, yang kedua Mbak kita kan belum ahli masalah ini kan mbak ya, baru kali ini kita dengar kan, dari pera xxxx belum tahu, cara pengolahan, terus alat-alatnya belum ada kita Mbak - Iya, nah Maksud saya itu kan Mbak, biar masyarakat tahu kita dulu yang harus tahu Mbak ya, nih Contohnya kayak gini, Kayak gini. Kita kan sosialisasi dulu Mbak Biar mereka tahu kan, - Kalau sudah sosialisasi terus diadakan penyuluhan kasih sampel baru mereka percaya Mbak. - Jadi kan bisa di usulin satu desa satu kolam untuk jentik nyamuk, kan bisa kita lihat Mbak perkembangannya gimana - Iya, ikan kan mbak ya. Kalau yang, yang jadi masalah itu mungkin kalau kita kasih satu rumah ya, mungkin ributkan, ya pasti mau dikasih semua gitu

142 mbak, - Bener nggak Mbak?, Itu masalahnya kan mbak. "Kok saya nggak ada, kok ini dikasih” enggak dikasih itu kendalanya mungkin mbak”

Informan: “Biasanya kegiatan itu inklut ke reseptif, pemetaan reseptif pemeriksaan jentik dulu, baru kita bisa melepaskan ikan. Jadi kita mencari, mencari jentiknya dulu, xxx lebih ke eee kegiatan - Iya surveynya dulu - enggak ada bu sosialisasi - Iya, khusus ikanisasi, misal kader, kader ikanisasi tadi ya, - Belum ada, belum tahu kendala ke arah mana karena belum ada pelaksanaan. Karena kendala kita tadi buk, eee masalah warga yang masih terjadi.”

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu apakah jenis ikan nila merah merah bisa memberantas malaria di wilayah bapak/ibu? Jika iya, mengapa? Jika tidak, mengapa ? Selain ikan nila merah ikan apa lagi yang cocok sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria (Anopheles ) di lingkungan bapak/ibu?

Intisari: Ikan nila merah efektif untuk memberantas malaria, selain itu ada ikan mujair, ikan cupang dan ikan kepala timah

Informan: “Ikanisasi, ikan nila - Efektif, mujair, mujair ya. Ikannnn cupang, itu dominan untuk, untuk ini jentik, ada yang kepala timah, ikan kepala timah.” Pertanyaan: Apakah kondisi geografis di wilayah bapak/ibu cocok/ideal sebagai tempat perkembangbiakan ikan nila merah ( probing dengan tempat yang berpotensi adanya jentik anopheles di wilayah penelitian )? Jika ya mengapa? Jika tidak cocok mengapa dan ikan apa yang cocok untuk dikembangbiakan?

Intisari: Untuk kondisi geografis wilayah merapi II sangat cocok untuk ikan nila merah karena di wilayah ini banyak PT dan banyak bekas galian yang terbengkalai.

143

Informan: “Cocok sih kita kan - Ee karena banyak PT, banyak tambang kan banyak sih ee media yang sudah terbengkalai kayak itu - Ya cocok sih geografis kita, eeee maksudnya tuh panas dingin hujan ini biasa ee nggak kayak harus panas bener, nggak harus kering nggak sih di sini”

Pertanyaan: Apakah ada kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan) ? Jika ada apakah tradisi tersebut masih ada/dijalankan oleh masyarakat diwilayah bapak/ibu? Apakah tradisi tersebut dapat menghambat program ikanisasi di wilayah bapak/ibu?

Intisari: tidak ada kearifan lokal/tradisi budaya khusus pemanfaatan ikan, tetapi ada desa yang melaksanakan pembiakan dan pemeliharaan ikan dialam tetapi tidak boleh diambil, yang bisa disebut dengan istilah "lubuk larangan"

Informan: “Kalau setau saya tidak ada, - cuman ada wilayah, eee desa-desa yang melaksanakan istilahnya “Lubuk larangan” atau tempat eee per eee apa pembiakan ikan yang tidak boleh diganggu sampai dengan masa panen. Bukan ritual, - Ini bukan ritual tapi memang pelarangan untuk wilayah Desa tertentu dimana mereka melaksanakan pembiakan ikan. Sehingga pembiakan ikan itu panennya serentak untuk seluruh warga. - Ada banyak daerah kalau ininya - Wilayah Kikim ada, wilayah ee merapi juga ada. - Kalau Merapi barat kayak gak ada Pak, - Karena wilayah sungai yang lebih ini. Yang ada tuh di merapi timur kalau saya tidak salah di Desa Gunung Agung, Gedung Agung. Iya, ikan dipelihara. - Iya, konsepnya dipelihara, memang dibiakkan, tapi bukan diberi makan setiap hari - bukan.- iya dipelihara, ikan yang memang sengaja dilepaskan di ini di alam - Terbuka tapi tidak boleh untuk diambil, seperti itu. Kalau di Kikim memang di sungai.- Masih. Di sungai, di wilayah sungai dari perbatasan Desa ini sampai ke desa itu tidak boleh diganggu, tidak boleh ada pemancingan, tidak boleh ada xxxxx - Iya, dari Desa, eee yang pastinya keputusan Kepala Desa dan mungkin kesepakatan bersama atas nama desa. - Betul, belum ada secara undang-

144 undang, saya tidak tahu kalau ada secara peraturan daerah. Tetapi yang saya tahu adanya peraturan desa xxxxxx. –“ Pertanyaan: Bagaimana penerimaan masyarakat di lingkungan Bapak/Ibu terhadap penebaran ikan nila merah dilingkungan untuk dikembangbiakan sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles )? Apa keuntungan dan kelemahannya ?

Intisari : Masyarakat sangat menerima jika dilakukan penebaran ikan nila di lingkungan Puskesmas Merapi II. Sebaiknya sebelum melakukan kegiatan penebaran ikan dilakukan sosialisasi dan penyuluhan. Ketika pelaksanaan penebaran ikan nila harus adil dan semua masyarakat terlibat. Masyarakat menerima dengan baik, karena bermanfaat bagi mereka dan bisa dijadikan predator jentik. Yang menjadi kendala adalah tidak ada kegiatan kontroling untuk memantau kondisi ikan, selain itu ikan yang sudah besar juga tidak lagi makan jentik.

Informan: “Kayaknya positif mbak, mangkanya kita mengadakan sosialisasi xxxx penyuluhan dulu kan, pokoknya kalo udah kita penyuluhan, kita udah uji coba, bagus, mereka mau lah pasti, kendalanya cuma satu, harus adil, semua dapet mbak, itu aja”

Informan: “Respon mereka baik, sangat bagus malahan, mereka setuju dengan pem eee penebaran bibit, malah untuk oknum-oknum tertentu ya itu tadi. - Mereka bisa memanfaatkan secara pribadi untuk dibiakkan sendiri, untuk konsumsi sendiri atau untuk diperjualbelikan sendiri. - Iya, sebagai predator jentik juuugaa. kelemahannya kontroling kelemahannya jadi kita susah kontroling karena wilayah desa ada pagi, sore, malam, yang ada kemungkinan orang untuk ber-ini berbuat ini buruk di situ. - Kalau kelebihannya memang itu predator jentik dan secara harfiah lebih cepat berkembang biak, walaupun dia sudah besar tidak mungkin sekitar ukurannya nya sudah tidak lagi layak makan jentik, dia sudah bisa regenarasi dengan yang, yang lebih kecil untuk xxxxx makanan jentik.”

145

Harapan/Saran/Masukan terhadap kegiatan biologi kontrol dengan ikanisasi

Intisari: Harapannya adalah semoga bisa berjalan lancar, bermanfaat bagi semua dan kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan. Harapannya dengan adanya ikanisasi bisa membantu tercapainya eliminasi malaria tahun 2023 dan kasus malaria menjadi terkendali serta meningkatnya kesadaran masyarakat.

Informan: “Eee harapan kita sih ini bisa berjalan dengan lancar, terus bisa bermanfaat dengan masyarakat, eee hasilnya juga bisa dimanfaatkan kita bersamalah eee harapan kita ke depannya seperti itu - Terus berkesinambungan jangan, jangan eee sampai disini, itu harapan kita puskesmas dan masyarakatnya juga”

Informan: “ Harapannya eliminasi 2023 ini tercapai Pak, - Eliminasi Malaria tercapai, kalo secara sekup kecil wilayah-wilayah yang masih banyak kasus terjadi pengurangan dan dapat mengendalikan kasus, kesadaran masyarakat lebih tinggi.”

4.8.3 Program Ikanisasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (Dinas Perikanan dan Peternakan )

Pertanyaan: Apakah di wilayah kerja bapak/ibu pernah atau sedang digalakan sosialisasi / penyebaran / pembagian ikan / penyebaran ikan? Sejak kapan? Tujuan sosialisasi / penyebaran/ pembagian ikan?

Intisari: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten OKU telah melakukan program perairan umum yaitu program penebaran ikan diperairan umum seperti sungai dan budidaya ikan dimana memberikan bantuan ke kelompok budidaya ikan dengan bantuan benih atau pakan ikan agar produksinya meningkat. Ada program restocking di Kabupaten OKU yaitu kegiatan penebaran ikan khususnya di sungai dan rawa untuk pelestarian ikan agar tidak punah

146

Informan: “Sebenarnya itu sudah program, sebenarnya disini ada dua bidang, satu budidaya satunya perairan umum, kalau saya disini bidang budidaya. Jadi fokusnya kalau dia penyebaran benih ikan itu untuk peningkatan produksi ikan, jadi membantu kelompok-kelompok yang sudah ada agar produksinya bisa meningkat, nah salah satunya bantuan benih ikan atau bisa pakan.”

Informan: “Kalu dari kita itu pelestarian Pak.. misalnya kalau restocking itu kan nebar di sungai diii apa, rawa itu, kan supaya…. Biar ada terus ikan itu, nggak punah.”

Pertanyaan: Apakah di lingkungan bapak/ibu ada budidaya ikan baik secara pribadi maupun kelompok tani/bersama di sawah, kolam, tambak, dsbnya yang bekerjasama/binaan Dinas Pertanian dan Perikanan?

Intisari: Untuk program budidaya ikan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten OKU difokuskan pada kelompok masyarakat yaitu kelompok budidaya ikan yang terintegtasi dengan penanaman padi di sawah. Informan: “Kelompoknya kelompok pembudidaya ikan, salah satu kegiatannya tadi yang di Tubohan kec. Semidang Aji , itu ada kegiatan dari kementerian, dana dari kementerian dan alokasi khusus. Untuk kegiatan Mina Padi, Mina itu artinya budidaya ikan yang terintegrasi dengan penanaman padi sawah .”

Pertanyaan: Apakah pernah dilakukan sosialisasi tentang budidaya ikan? siapa yang memberikan sosialisasi? siapa saja yang diundang? Tujuan sosialisasi tersebut? Bagaimana bentuk/cara sosialisasi diberikan? Materi yang diberikan tentang apa? Media sosialisasi yang digunakan?

Intisari: Di Kab. OKU ada kegiatan sosialisasi tentang budidaya ikan dan produksinya yang diberikan oleh tenaga penyuluh. Tujuan sosialisasi adalah untuk melihat sejauh mana penerapan

147

IPTEKnya. Cara sosialisasi berupa penyuluhan ke kelompok tani, salah satunya yaitu mengenai teknik budidaya ikan.

Informan: “Sosialisasi kalau itu kan kami ada dua, disini ada penyuluh , pegawainya rutin dari kementerian. Koordinasinya salah satu tadi untuk melihat sejauh mana penerapan IPTEKnya, apakah sudah diterapkan dengan baik IPTEK budidaya ini kan, nah mulai apakah mereka masih membudidayakan secara biasa saja atau intensifikasi. Penyuluhan biasanya cuma ke kelompok, penyuluhan biasa. Alat bantu kalau lagi perlu bisa juga pakai peraga, atau bisa pakai infokus. Salah satunya tehnik budidaya ikan misalnya menggunakan macam-macam kan kalau sekarang, mulai dari tehnik budidaya ikan yang biasa atau pakai probiotik misalnya padat tebar, pokoknya yang terbaru tentang budidaya ikan, yang bisa memperbaiki jumlah produksinya. ”

Pertanyaan: Apakah pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan oleh intansi bapak/ibu? Dimana? Sejak kapan? Apakah masih berjalan? Tujuan kegiatan? bagaimana prosedur/cara pendistribusian ikanisasi sampai ke masyarakat? Ikan apa yang disebarkan/dibagikan ke masyarakat? Apakah keuntungan dimasyarakat? apakah ada hambatan dalam pelaksanaannya? Intisari: Telah dilakukan penebaran ikan di sungai dan pembagian bibit ikan nila dan baung pada kelompok tani di semidang aji berbarengan dengan mina padi dengan tujuan utamanya meningkatkan keuntungan dari segi ekonomi di masyarakat.

Informan: “Pertama ada kegiatan kalau yang itu MINA PADI kan ada kegiatan dari kementerian yang menu nya salah satunya MINA PADI, jadi kami mengajak kelompok untuk siapa yang berminat atau yang kami lihat mempunyai potensi di Semidang Aji karena banyak sawah makanya kami ajak disitu mereka mengusulkan untuk permohonan bantuan itu. Enggak karena itu anggarannya masuk anggaran APBN, ah sebenarnya masuk APBD tapi melalui dana alokasi khusus yang di APBD kan. Ikan yang disebar ke masyarakat ikan nila, baung.Dari segi pertama ilmu, karena selama ini masyarakat kita ini kan pertanian, perkebunan dan perikanan kan baru, dianggap baru ya. Selama ini kan mengandalkan ikan

148 konsumsi mereka ini kan dari luar, jadi ilmu tentang budidaya ikan dianggap masih jarang dilakukan masyarakat. Jadi dia dapat ilmunya. Kedua itu kan secara ekonomi .”

Pertanyaan: Apakah pernah ada usulan/kegiatan kerjasama dari Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk melibatkan instansi bapak/ibu dalam program ikanisasi (sosialisasi/penyebaran/pembagian) sebagai upaya penanggulangan malaria di kabupaten bapak/ibu? Bentuk kerjasama yang dilakukan? Apakah masih berjalan? Ikan apa yang disebarkan/dibagikan ke masyarakat? Apakah ada hambatan dan kendala? I Intisari: Belum pernah ada kerjasama dengan Dinkes OKU

Informan: “Belum pernah. Kalau selama saya kerja disini belum pernah. Saya pernah dengar di tempat-tempat lain tapi khusus untuk OKU belum pernah ada kerjasama .”

Pertanyaan: Apakah ada komitmen bersama mengenai program ikanisasi yang sedang/pernah berjalan di tingkat dinkes/pkm/camat/lurah/RW/RT hingga masyarakat? Apa bentuk komitmen bersama tersebut ? Apakah ada hambatan dalam komitmen bersama ini?

Intisari: Tidak ada komitmen bersama mengenai program ikanisasi yang sedang/pernah berjalan di tingkat dinkes/pkm/camat/lurah/RW/RT hingga masyarakat.

Informan: “Kalau koordinasi bareng itu nggak ada, karena kalau sudah tanggung jawab kami sebagai Dinas Perikanan. karena jumlah ikan disini kan untuk terus menerus dituntut untuk meningkatkan produksi, karena kan kaitannya dengan gizi masyarakat, konsumsi karena untuk pemenuhan gizi ikan. Gizi protein dari ikan,hewan kan. ”

149

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu apakah dengan penyebaran ikan nila merah bisa memberantas malaria (predator jentik anopheles) di wilayah bapak/ibu? Apa nama lain ikan nila merah di wilayah bapak/ibu?

Intisari: Informan dari Dinas Perikanan OKU berpendapat bahwa hampir semua jenis ikan bisa sebagai predator jentik malaria dan berdampak positif upaya penanggulangan malaria dengan biologi kontrol (penebaran ikan). Tidak ada nama khusus/nama lain ikan nila di OKU.

Informan: “Mestinya harus, yang pernah saya baca jenis ikan karena jentik tadi hidup di air, hampir semua jenis ikan itu kalau masih kecil dia akan memakan jasad renik atau apapun yang ukurannya sangat kecil yang ada di air itu dan makhluk hidup, hewan kan biasanya Enggak ada, orang itu kan taunya ikan mujair atau ikan nila, tapi karena khusus nila merah kan merah warnanya, warnanya sudah beda. Tapi kalau ikan nila yang hitam orang suka disamakan dengan mujair padahal kan ada perbedaan sedikit.. ”

Pertanyaan: Bagaimana perawatan ikan nila merah, apakah memerlukan biaya dan alat yang cukup besar? sulit/tidak masyarakat memperoleh bibit nila merah? ekosistem/tempat penyebaran ikan nila merah jika melihat kondisi geografis wilayah bapak/ibu? Apa keuntungan ikan nila merah selain bisa mengendalikan jentik Anopheles ?

Intisari: Untuk hal perawatan ikan nila merah tidak sulit/cenderung mudah diaplikasikan masyarakat.

Informan: “Nggak terlalu ribet sih kalau nila..Pak..paling ganti air ..kalau perlatan yang khusus nggak ada ”

Pertanyaan: Apakah ada kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai

150 dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan) ? Apakah tradisi tersebut masih ada/dijalankan oleh masyarakat diwilayah bapak/ibu? Jika tidak lagi mengapa?

Intisari: Tidak ada tradisi/budaya tertentu yang mengatur budidaya/pemanfaatan ikan di lingkungan namun secara teknik budidaya ikan dan cara menjaga keberlajutan ekosistem ikan ada dan Dinas Perikanan OKU selalu mengingatkan hal tersebut ke masyarakat.

Informan: “tidak ada pantangan/tradisi/budaya namun pemerintah masih mengingatkan jangan mengambil ikan dengan merusak ekosistem seperti dengan cara menyetrum dan menggunakan putas. ”

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu ikan apa yang ideal/menguntungkan untuk disebarkan ke masyarakat selain ikan nila merah sebagai predator/pemakan jentik malaria (dari segi biaya/manfaat bagi masyarakat)? Intisari: Menurut Dinas Perikanan OKU ikan yang ideal sebagai predator jentik malaria adalah ikan nila, mas dan lele.

Informan: “Kalau saya melihat, kami biasanya melihat dari segi ekonomi dan kesenangan masyarakat itu senang makan ikan apa di daerahnya disana, kalau makan ikan mas ya kita arahkan ke ikan mas. Memenuhi syarat nggak disana itu untuk membudidayakan ikan mas, kalau Mina Padi di sawah kan itu bisa. Kalau mereka senang makan ikan nila kan nanti lebih laku dijual.”

Informan: “Ikan nila termasuk.. dia pemakan..makannya kuat juga..ikan nila Eee.eeee…lele”

151

4.8.4 Program Ikanisasi di Kabupaten Lahat (Dinas Perikanan)

Pertanyaan: Apakah di wilayah kerja bapak/ibu pernah atau sedang digalakan sosialisasi / penyebaran / pembagian ikan / penyebaran ikan? Sejak kapan? Tujuan sosialisasi/penyebaran/pembagian ikan?

Intisari: Kegiatan pembagian ikan dilakukan setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 1999.

Informan: “Kalau pembagian ikan itu istilahnya setiap tahun mbak (ya mungkin kalau salah ya)selalu ada. Dari awal saya bekerja disini sudah mulai. Disini kita bantukan kepada kelompok- kelompok pemuda daya ikan melalui istilahnya program kerja melalui proposal dari kelompok kan. saya mulai kerja itu tahun 1999. Tujuannya Ya cuman untuk meningkatan ekonomi masyarakat.”

Pertanyaan: Apakah di lingkungan bapak/ibu ada budidaya ikan baik secara pribadi maupun kelompok tani/bersama di sawah, kolam, tambak, dsbnya yang bekerjasama/binaan Dinas Pertanian dan Perikanan?

Intisari: Kegiatan budidaya ikan ini sudah dilaksanakan dengan bekerjasama dengan kelompok binaan yang suda terdaftar di dinas perikanan.

Informan: “ya emang kalau sudah istilahnya kita bina. Sudah terbentuk kelompok itu sudah dibina dari budidaya sudah terdaftar didinas perikanan.disini kalau saya memegang 16 kelompok binaan jadi di kota Lahat ini ada 4 yang sudah budidaya sudah memijahkan sudah produksi sudah ada disini sudah berjalan.”

152

Pertanyaan: Apakah pernah dilakukan sosialisasi tentang budidaya ikan? siapa yang memberikan sosialisasi? siapa saja yang diundang? Tujuan sosialisasi tersebut? Bagaimana bentuk/cara sosialisasi diberikan? Materi yang diberikan tentang apa? Media sosialisasi yang digunakan?

Intisari: Kegiatan sosialisasi terus dilakukan seiap tahunnya. Kegiatan ini berupa penyuluhan yang bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang cara budidaya ikan yang bukan hanya untuk dikonsumsi tetapi juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Yang diundang dalam kegiatan ini biasanya kades beserta perangkat desa samapai ke masyarakat.

Informan: “Kalau sosialisasi tentang budidaya ikan kami terus. Kami kan penyuluh jadi istilahnya kami kerja selain mensosialisasi tentang cara budidaya ikan, cara membuat kelompok itu kami terus lakukan gencar untuk istilahnya mengubah masyarakat itu untuk jangan memelihara ikan itu hanya untuk konsumsi sendiri tapi untuk produksi untuk meningkatkan perekonomian mereka. Kalau biasanya kades, perangkat desa lah biasanya itu. Kalau kita itu kalau di lapangan biasa berkoordinasi langsung ke kades. Ini kan awal pertama kita ke camat nih. Kecamatan kita sudah sosialisasi baru ke kades desa masing- masing. Jadi kita itu menginformasikan sebelum ada itu kita konfirmasikan dulu ke kadesnya apakah disitu ada potensi perikanan ada atau tidak kan, misalkan disitu ada potensi perikanan kita istilahnya sosialisasikan secara intens disana. Sampai ke masyarakat. ”

Pertanyaan: Apakah pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan oleh intansi bapak/ibu? Dimana? Sejak kapan? Apakah masih berjalan? Tujuan kegiatan? bagaimana prosedur/cara pendistribusian ikanisasi sampai ke masyarakat? Ikan apa yang disebarkan/dibagikan ke masyarakat? Apakah keuntungan dimasyarakat? apakah ada hambatan dalam pelaksanaannya?

Intisari: Kegiatan ini masih berjalan. Prosedurnya yaitu pembentukkan Kelompok Dakan (Kelompok Budidaya Ikan) yang dibuatkan akte pengukuhan, lalu dari kelompok tersebut membuat proposal yang diajukan ke Dinas perikanan. Sebelum pelaksanaan dilakukan pengecekan

153 kelompok agar tepat sasaran. ikan yang ditebar ikan nila, lele, patin emas dan gurami. Keuntungannya adalah bisa mengubah kolam-kolam terbengkalai menjadi bermanfaat sebagai tempat pemeliharaan ikan, bisa menjadi sumber mata pencaharian dan daari sisi lingkungan ikan yang ditebar bisa memakan jentik nyamuk.

Informan: “Oo ini kalau prosedurnya kita itu. Ini kan 1 bentuk kelompok dulu. Dakan namanya busetelah terbentuknya musyawarah terjadinya Pokdakan baru dibuatkan akte pengukuhan. Setelah itu mereka buat proposal untuk apa yang dibutuhkan mereka, bilamana turun bantuan itu masyarakatnya langsung ke dinas untuk konfirmasi dulu dan juga sebelum itu turun kami mengecek terlebih dahulu kelompoknya tu bilamana yang biasanya kan ada kategori kelompok yang aktif ada ya non aktif jadi sebelum dia turun istilahnya itu tidak tepat sasaran jadi biasanya kami mengecek terlebih dahulu setelah itu dianggap kami pas baru kami turunkan kelompok yang tadi. ikan nila, ikan lele, patin sama gurame ”

Informan: “Yang sudah berjalan? yang sudah berjalan ya keuntungannya kan kita di kondisi sekarang ini mbak banyak kolam-kolam itu tidak termanfaatkan, keuntungannya dari kolam yang tidak termanfaatkan itu bisa menghasilkan keuntungan membuka lapangan pekerjaan istilahnya sumber mata pencaharian dan juga mungkin dari sisi lingkungan kan ikan itu juga memakan jentik nyamuk segala macam itu kan istilahnya tuh juga dampak secara ini .”

Pertanyaan: Apakah pernah ada usulan/kegiatan kerjasama dari Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk melibatkan instansi bapak/ibu dalam program ikanisasi (sosialisasi/penyebaran/pembagian) sebagai upaya penanggulangan malaria di kabupaten bapak/ibu? Bentuk kerjasama yang dilakukan? Apakah masih berjalan? Ikan apa yang disebarkan/dibagikan ke masyarakat? Apakah ada hambatan dan kendala?

Intisari: Belum ada kerjasama dari Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk melibatkan instansi bapak/ibu dalam program ikanisasi (sosialisasi/penyebaran/pembagian) sebagai upaya penanggulangan malaria.

154

Pertanyaan: Apakah ada komitmen bersama mengenai program ikanisasi yang sedang/pernah berjalan di tingkat dinkes/pkm/camat/lurah/RW/RT hingga masyarakat? Apa bentuk komitmen bersama tersebut ? Apakah ada hambatan dalam komitmen bersama ini?

Intisari: Tidak ada komitmen bersama.

Informan: semua informan menjawab tidak ada

Pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu apakah dengan penyebaran ikan nila merah bisa memberantas malaria (predator jentik Anopheles ) di wilayah Bapak/Ibu? Apa nama lain ikan nila merah di wilayah bapak/ibu?

Intisari: Ikan nila merah bisa dimanfaatkan untuk memberantas malaria (predator jentik Anopheles). Karena ikan nila merah bisa makan jentik nyamuk.

Informan: “Sama sih nila merah. Saya juga nyebar nila merah di kolam. Karena setau saya kan ikan nila merah bisa makan jentik nyamuk sama lumut tempat perkembangbiakan nyamuk tadi. Bukan jentiknya saja jadi lumut tempat perkembangbiakan jentik tadi juga dimakan oleh ikan tadi. ”

Pertanyaan: Bagaimana perawatannya ikan nila merah, apakah memerlukan biaya dan alat yang cukup besar? sulit/tidak masyarakat memperoleh bibit nila merah? ekosistem/tempat penyebaran ikan nila merah jika melihat kondisi geografis wilayah bapak/ibu? Apa keuntungan ikan nila merah selain bisa mengendalikan jentik anopheles ?

155

Intisari: Pemeliharaan ikan nila merah terbilang mudah dan murah. Pemeliharaan ikan nila merah sangat mudah karena cocok di semua tempat baik kolam, sawah, danau maupun daerah irigasi. Informan: “Kalau dibandingkan lele lebih simple, lebih murah nila..kalau nila itu ikan yang bisa kita pelihara tanpa memberi banyak pakan.karena dia herbivora kan bisa makan daun daunan dan makan apa itu bahan tambahan.kalau lele dia fokus dengan bahan pakan tambahan itu karena kan dari dilihat itu ikannya ikan lele itu kan ikan predatoran butuh banyak makan makanya ikan yang rakus.kalau nila it biasanya pemeliharaannya tidak ribetlah seribet lele kalau lele tiap minggu atau 2 minggu sekali harus ganti air, kalau nila gak usah. “

Informan: “Cocok di semua tempat, di kolam, di sawah, danau, kolam...kolam apa tadah hujan untuk daerah-daerah irigasi cocok”

Pertanyaan: Apakah ada kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan) ? Apakah tradisi tersebut masih ada/dijalankan oleh masyarakat diwilayah bapak/ibu? Jika tidak lagi mengapa?

Intisari: Di Kabupaen Lahat terdapat tradisi yang disebut lubuk larangan yang mengatur masyarakat untuk tidak mengambil ikan sebelum masa panen.

Informan: “Kalau yang disini yang itu kita itu bukan seperti pembudidaya kan tapi balik ke sungai jadi istilahnya tu dia tu ada namanya lubuk larangan disitu ada peraturan kapan dia manen tdk boleh diambil sebelum dipanen itu ada tu peraturan mereka,di daerah Kikim itu banyak itu namanya lubuk larangan kalau dia misalkan tiap tahun pasti panen, biasanya ikan-ikan local, ikan-ikan lokal yang khas kota Lahat bukan ikan spesifik seperti ikan nila.”

156

Pertanyaan: Menurut bapak/ibu ikan apa yang ideal/menguntungkan untuk disebarkan ke masyarakat selain ikan nila merah sebagai predator/pemakan jentik malaria (dari segi biaya/manfaat bagi masyarakat)?

Intisari: Hampir semua ikan itu memakan jentik tetapi yang menguntungkan untuk disebar di masyarrakat adalah ikaan nila merah dan ikan emas.

Informan: “Hampir seluruh ikan makan jentik tapi yang dominan ikan nila merah sama ikan emas itu yang dominan”

4.8.5 Hasil Fokus Grup Diskusi di Desa Tubohan, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU

Pertanyaan: Apa program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas/instansi/pihak lainnya dilingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu?

Intisari: Masyarakat mengetahui ada program/kegiatan pengendalian malaria di wilayahnya yaitu pembagian kelambu yang didistribusikan melalui bidan desa, yang ditargetkan untuk ibu hamil.

Informan: “Kelambu ado, kalo untuk pemerintahan kito belum, tapi pemerintahan sebelumnya itu sudah pernah ada pembagian kelambu itu”.

Informan: “Kalo tidak salah yang dapat dulu itu ibu hamil, anak di bawah 1 tahun ye…”.

Informan: “Ada untuk ibu hamil”.

157

Pertanyaan: Di lingkungan Bapak/Ibu ada tambak /kolam/kubangan/galian/siring sawah/dsb yang terbekalai/terlantar, upaya apa yang dilakukan untuk memberdayakan tambak / kolam / kubangan / galian/ siring sawah yang terbekalai tersebut (baik pribadi/kelompok/pemerintah)?

Intisari: Masih ada genangan air berupa kubangan yang tidak dimanfaatkan.

Informan: “Banyak men kubangan Pak… hehehe”

Pertanyaan: Apa pernah dilakukan sosialisasi ikanisasi di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini?

Intisari: Sosialisasi mengenai budidaya ikan nila merah, belum pernah dilakukan di Desa Tubohan.

Informan: “Belum pernah”.

Pertanyaan: Apakah di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan?

Intisari: Pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten OKU sekitar bulan Oktober 2019. Tujuaanya adalah pengembangan ikan nila, untuk meningkatkan budidaya ikan nila, supaya budidaya ikan air tawar tidak terputus.

Informan: “Ya, Dinas perikanan, Yo agak akhir.Kiro-kiro bulan 10 an, Untuk pengembangbiakan bibit ikan nila seluruhnya harus nah untuk akan ke depannyo sebetulnyo yang ado disini supayo bisa ningkat untuk budidayakan seluruh ikan itu yang ikan nila itu kan supayo dio tuh

158 berkembang biak maksudnyo supaya gak budidaya ikan air tawar kita tahun ini dak putus sebetulnya”.

Pertanyaan: Apakah ikan nila merah familiar/dikenal masyarakat di wilayah Bapak/Ibu?

Intisari: Banyak masyarakat yang belum tahu tentang nila merah

Informan: “Nila bae... belum pernah”

Informan: “Mungkin pernah teliat pak ye di pasar-pasar itu yang jualan tapi kan kami dek de kurang ngerti kapan nila..nila tuh Pak”.

Pertanyaan: Kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan)?

Intisari: Tidak ada pantangan maupun larangan mengenai budidaya ikan nila merah dan ikan lainnya secara umum di desa ini.

Informan: “dak ado pantangan, larangan. Kami nih ngatek pantangan. Asak ado ka bantuan dak katek pantangannyo”.

Pertanyan: Penerimaan masyarakat terhadap ikan nila merah untuk dikembangbiakan sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles )?

159

Intisari: Masyarakat antusias dengan kegiatan penebaran ikan nila merah.

Informan: “Yo antusialah sebabnye kalo cuma ado bantuan kami la merase senang seluruh yang ado kelompok yang ade dalam kelompok ini kan termasuk masyarakat lain kan jadi akan ada perkembangan untuk kedepannyo kami menyambut dengan senang hati”

Informan: “Kalo memang ado kawan-kawan dari loka litbang terkait masalah ikan nila aku selaku kepala desa siap mengkondisikan masyarakat dusun tubohan terkait masalah pembuatan kolam ataupun membentuk aponyo kalo memang ado bantuan, bantuan dari pemerintah untuk perkembangbiakan nila, membantu ekonomi masyarakat. Itu bae ke depannyo nih. Kalo memang tubohan ini dipilih kageknyo untuk intinyo aku siapke”.

Pertanyaan: Ikan nila merah ini sulit dalam perawatannya maupun pembibitan baru (untuk keberlanjutan ikan nila merah)? Mengapa? Cara perawatan sesuai kondisi geografis Bapak/Ibu?

Intisari: Perawatan ikan nila merah hampir sama dengan ikan nila biasa. hanya saja untuk pembibitan baru, bibit yang baru harus dipisahkan dari ikan lama

Informan: “Samo. pembibitan : Yah harus di pisah pak dengan yang lamo. Supayo kalo campur dengan yang lamo dimakan Pak”.

4.8.6 Hasil Fokus Grup Diskusi di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU

Pertanyaan: Apa program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas/instansi/pihak lainnya dilingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu?

160

Intisari: Program/kegiatan pengendalian yang diketahui peserta FGD di wilayahnya adalah pembagian kelambu yang didistribusikan melalui Puskesmas.

Informan: “Pembagian kelambu…. Kalo dak salah itu tahun 2005”, Lewat Puskesmas. Pertamo dan terakhir. Baru itu la Pak”.

Pertanyaan: Di lingkungan Bapak/Ibu ada tambak /kolam/kubangan/galian/siring sawah/dsb yang terbekalai/terlantar, upaya apa yang dilakukan untuk memberdayakan tambak / kolam / kubangan / galian/ siring sawah yang terbekalai tersebut (baik pribadi/kelompok/pemerintah)?

Intisari: Genangan air yang dijumpai di Desa Padang Bindu berupa kolam, sungai dan sawah. Belum ada upaya untuk pemberdayaan kolam/genangan air yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat.

Informan: “Sawah tapi bukan disini. (lingkungan) Satu, due, tige, empat itu yang banyak. (DUSUN 5) Kolam itula … nah kecuali yang sungai sana sungai alami yang gua putri selabu tu itu sungai.

Informan: “Ade….Sawah dak katek hase ku dak katek ye…

Informan: “Tumbuh dewek. Uji kami di sini ikan nila, ikan bujuk.(Iyo maksud aku ditebar itu maksudnyo bukan cuma pemerintah secara pribadi pernah dak pak yo) …Idak pernah”.

Pertanyaan: Apa pernah dilakukan sosialisasi ikanisasi di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini?

161

Intisari: Sosialisasi ikanisasi pernah dilakukan pada tahun 1989.

Informan: “Secara umum belum. Dulu pernah kalu kite punye kolam disitu padat karya.Tapi sudah lama betul kami masih kecik waktu itu. Taun lapan Sembilan”

Pertanyaan: Apakah di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan?

Intisari: Belum ada penyebaran/pembagian ikan oleh pemerintah ataupun swasta.

Informan: “Belum”.

Pertanyaan: Apakah ikan nila merah familiar/dikenal masyarakat di wilayah Bapak/Ibu?

Intisari: Ikan nila merah tidak terlalu dikenal masyarakat.

Informan: “Nila tula yang ngerti”.

Pertanyaan: Kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan)?

Intisari: Tidak ada tradisi atau budaya setempat yang mengatur mengenai pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai saat panen.

162

Informan: “aman-aman kian asak ade ikan.. ade.. panen”

Informan: “Tidak ada kearifan atau budaya lokal berkaitan dengan budidaya/pemanfaatan ikan di lingkungan”.

Pertanyan: Penerimaan masyarakat terhadap ikan nila merah untuk dikembangbiakan sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles )?

Intisari: Secara umum masyarakat tidak akan keberatan ataupun menolak pengembangbiakan ikan predator jentik ini. Selain ikan nila, ikan gabus, lele, mujair juga bisa jadi predator jentik.

Informan: “Ai gampang kalo sudah besar manfaat nyo tadi untuk keluargo tadi biso di makan, na itu sasaran nyo kan”.

Pertanyaan: Ikan nila merah ini sulit dalam perawatannya maupun pembibitan baru (untuk keberlanjutan ikan nila merah)? Mengapa? Cara perawatan sesuai kondisi geografis Bapak/Ibu?

Intisari: Kesulitan lebih kepada lebih teknis penebaran bibit ikan yang perlu dipahami prosedurnya serta persyaratan kolam pemeliharaan, serta pemberian pakan saat ikan sudah besar.

Informan: “Ini nyo kalo kelemahannyo tu waktu ikan nyo besak nian nanti, kan makanan nyo kan la beda dio”.

Informan: “Same kian (dengan nila biasa), soalnyo itukan pakan paling kan, pakan nyo samo kan”.

163

Informan: “Gampang mati. Umur paling 2,3 hari, benar kata bapak yang setres itu, soal nyo kami dulu pake motor bawa bibitnyo’.

Pertanyaan: Harapan dan masukan Bapak/Ibu untuk kelanjutan kegiatan?

Intisari: Masyarakat siap mendukung apabila hasil kajian penelitian maupun pihak terkait menunjukkan ada potensi desa dalam pengembangbiakkan ikan. Ketika program nantinya dijalankan tentunya memerlukan komitmen seluruh warga untuk turut menjaga dan merawat ikan.

Infroman: “Nahh intinya mak ini pak masyarakat di lingkungan sini siap untuk itu.. untuk perkembangan berikutnya kita liat dulu disitukan ada penilaian dari pihak kesehatan nahh perikanan tentunya tidak mengurangi dari penelitian pak nahh kalau ada potensi untuk mengembangkan itu .. itu kelihatan nati pak kelihatan dari begitu sudah ngasih bibit begitu sudah ini.. nah dari situ nanti kelihatan nahh kalau memungkinkan yo jadikan percontohan pak dusun lima ini khususnya mengenai pemeliharaan ikan”.

Informan: “Lanjut.. heeh sebab warga sini boleh dikatekan galak ngerawatnyo kalo diajungkan kalau dak diajongkan ngambil kian dio nahh mak itukan . harus kita umumkan nak dirawat tapi klau tidak diajong ngambek gek dio perlu itukan”.

4.8.7 Hasil Fokus Grup Diskusi di Desa Merapi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat

Pertanyaan: Apa program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas/instansi/pihak lainnya dilingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu?

164

Intisari: Umumnya informan belum bisa membedakan mana program pencegahan yang dilakukan untuk malaria dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), Kebanyakan informan menjawab ‘Fogging ’ merupakan kegiatan pengendalian malaria yang telah di lakukan. Kebanyakan informan belum mengetahui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida di wilayah Desa Merapi. Pernah larvasida dengan melakukan penyemprotan genangan air. Ada kegiatan survei jentik di sawah yang dilakukan oleh Puskesmas yang melibatkan kader di desa.

Informan: Penyemprotan

Informan: Kalau pembagian kelambu nggak denger tapi kalau penyemprotan fogging apa itu namanya pernah.

Informan: Kalau dak salah malaria. Malaria dari dinas kesehatan seluruh itu di fogging yang pengasapan itu kan pake mobil bahu jalan kan, itu bae yang setau aku.

Informan: Idak kalau nginak yang rumah nian idak, dak pernah, kan cuma sekali ibaratnya cuma nyemproti yang genang-genangan air bae.

Informan: Apo yo. Paling ngambeki jentik-jentik dari puskes tidak tau apo penelitiannyo mungkin dari ngambil-ngambil bae. Kutemeni ngambil jentik jenis itu jenis itu dari sawah itu sawah itu.

Pertanyaan: Di lingkungan Bapak/Ibu ada tambak /kolam/kubangan/ galian/siring sawah/dsb yang terbekalai/terlantar, upaya apa yang dilakukan untuk memberdayakan tambak/kolam/ kubangan /galian/ siring sawah yang terbekalai tersebut (baik pribadi/kelompok/pemerintah)?

165

Intisari: Banyak kolam/genangan air yang terbengkalai karena terbentur biaya pengelolaan, baik untuk pemeliharaan ikan maupun untuk memperbaiki saluran air yang tergenang. Upaya pernah dilakukan dengan budidaya ikan, tapi karena terbentur modal dan dirasa kurang menguntungkan, maka tidak dilanjutkan.

Informan: Kalau yang namanya terlantar itu tidak ada pak namanya terlantar,kalau namanya terlantar itu tidak diusahakan, rata-rata walaupun genangan itu, perencanaan untuk penanaman padi atau untuk kolam ikan .

Informan: Banyak genangan. Karena masalah dana, sehingga tidak dapat memelihara ikan.

Informan: Upaya supaya tidak terbengkalai sudah dilakukan dengan memelihara ikan, namun karena tidak seimbang antara biaya operasional dan hasil penjualan, akhirnya kolam dibiarkan terbengkai.

Informan: Tebar nila tapi belum nila belum nila apa itu, belum nila gip masih nila biasa.

Pertanyaan: Apa pernah dilakukan sosialisasi ikanisasi di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini?

Intisari: Belum pernah ada kegiatan sosialisasi tentang ikanisasi di wilayah Desa Merapi Informan: Belum, belum pernah, karena basic merapi ini bukan perikanan jadi pertanian tanaman keras. Pertanian, jadi…..untuk sosialisasi maupun penyuluhan tentang ikan itu kan agak kurang mereka itu pas mau penyuluhan tu harus punya basic tertentu ya kalau daerah yang nggak ada kolam untuk apa di sosialisasi penyuluhan tentang ikan kecuali ada minat dari masyarakat mau bikin kolam seandainya kolam terpal satu kelompok mungkin nanti dibina oleh para PPL.

166

Pertanyaan: Apakah di lingkungan Bapak/Ibu sebelum penelitian ini pernah dilakukan penyebaran/pembagian ikan?

Intisari: Pernah ada penebaran ikan. Ada bantuan ikan yang diberikan oleh Perusahaan Tambang.

Informan: “Bantuan ikan itu kayak usaha,sejenis dari PT mungkin itu ya apa daerah belakang kantor camat itu ada yang mana itu, ya sejenis itu lah paling bantuan”

Pertanyaan: Apakah ikan nila merah familiar/dikenal masyarakat di wilayah Bapak/Ibu?

Intisari: Ikan nila sudah cukup dikenal di Desa Merapi, tetapi spesifik ikan nila merah belum cukup dikenal oleh sebagian besar masyarakat.

Informan: “Kemungkinan belum ini Pak, paling kebanyakan disini ada yang ikan nila hitam itu ikan emas yang kebanyakan tau kan”.

Informan: “Kalo dikenal saya rasa sudah dikenal pak, cuman kalo mayoritas disini ini mungkin belum..belum seluruh masyarakat mengenal cuman kalo itu dikenal saya rasa sudah ada yang mengenal, salah satunya contoh dari Pak Zulkifli..ini kan sudah membudidayakan daripada suatu ikan merah. Sudah dikenal cuman belum merata istilah kata”.

Pertanyaan: Kearifan lokal/tradisi budaya setempat yang mengatur mengenai budidaya/pemanfaatan ikan dsb dilingkungan (probing tradisi/budaya/pantangan dimulai dari pemilihan ikan, waktu penyebaran ikan, sampai dengan saat panen dan pemanfaatan ikan)?

167

Intisari: Tidak ada kearifan lokal yang mengatur budidaya ikan.

Informan: “untuk jenis ikan yang tidak boleh dipelihara ya, saya rasa tidak ada itu pak kalo untuk jenis ikan yang tidak boleh atau dilarang menurut ee ..... Kepercayaan atau budaya masyarakat sini saya rasa tidak ada itu, setiap ikan tadi ya namanya ikan apalagi kalo untuk jenis dikonsumsi tidak ada larangan yang tidak boleh”.

Pertanyan: Penerimaan masyarakat terhadap ikan nila merah untuk dikembangbiakan sebagai predator/pemakan bagi jentik nyamuk malaria ( Anopheles )?

Intisari: Bisa diterima masyarakat.

Informan: ‘Kalau untuk penerimaan tentu dalam hal ini aku yakin msyarakat sangat setuju, kalo penerimaanya kan’.

Informan: Ya menerima Pak, kalau ada fungsinya pasti menerima.

Pertanyaan: Ikan nila merah ini sulit dalam perawatannya maupun pembibitan baru (untuk keberlanjutan ikan nila merah)? Mengapa? Cara perawatan sesuai kondisi geografis Bapak/Ibu?

Intisari: Masyarakat belum banyak yang paham mengenai perawatan/budi daya ikan nila merah. Beberapa mengatakan perawatan dan pembibitan tidak sulit karena sama seperti ikan nila pada umumnya. Beberapa mengatakan tidak tahu.

168

Informan: “Jadi gini pak, setau kami, sepengetahuan kami ikan nila itu adalah ikan yang hidupnya di air tawar, itu sebenernya nila ini kan sangat mudah, untuk ee dikelola tidak begitu sulit gitu kan, lain halnya dengan ikan lele, perlu artinya dia harus dipisahkan dari yang kecil sampai yang besar karna ikan itu tidak termasuk ikan predator, nah jadi untuk kesimpulan saya rasa mudah untuk memelihara atau mengelola itu, ikan itu, karna ikan itu bukan jenis ikan predator itu aja”.

Informan: “Ya karna kita belum terlalu terpelajar..mungkin agak susah, oleh karna apa, oleh karna ada predator yang lain, nah ini yang predator yang lain ini akan..tempat kita kan di sawah kan, jadi predator yang buas ini gabus, nah itu yang susah kita ngatasinya itu, kalo dikasih racun mati semua, iya..apa itu..kalo kita mau..beli apa itu, kerambak itu kan biaya nya, itulah yang ini..kalo hidupnya, hidup dia”

169

V. PEMBAHASAN

Kegiatan preliminary survei yang telah dilakukan di Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU untuk mendapatkan data ukuran ikan nila merah dan kepatatan ikan yang ditebar dalam tiap satuan luas meter persegi, menunjukkan hasil bahwa kondisi lingkungan yang diamati relatif homogen dari segi lingkungan fisik maupun biologis (seperti suhu air, ph air, COD, BOD, jenis tumbuhan air dan predator jentik lainya yang ada di habitat. Rata-rata suhu air pada habitat yang diamati adalah 28,8-31 0C. Suhu air sangat mempengaruhi perkembangan larva. Secara umum nyamuk Anopheles lebih menyukai temperatur yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis Culicinae . Itulah sebabnya jenis Anopheles lebih banyak dijumpai di daerah tropis. Suhu air dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan paparan sinar matahari pada habitat. Suhu mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air, suhu air semakin tinggi maka semakin rendah kelarutan oksigen di dalam air. Suhu air berpengaruh terhadap metabolisme pertumbuhan fase telur, larva dan pupa. Telur, larva dan 0 0 pupa nyamuk menjadi dewasa membutuhkan waktu 14 hari pada suhu air 70 F (21,1 C), dan 0 0 10 hari pada suhu air 80 F (26,7 C).19,20 Hasil pengukuran pH pada habitat yang diamati menunjukkan angka 5. Derajat keasaman (pH) air mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air. Perairan asam kurang baik untuk perkembangbiakan bahkan cenderung mematikan organisme. Swingle (1961) dalam Boyd (1990) membuat klasifikasi pH terhadap kehidupan di air yaitu (1) pH 6,5-9 dibutuhkan oleh hewan air untuk bereproduksi, (2) pH 5-6,5 perkembangan hewan air lambat, (3) pH 4-5 hewan air tidak bereproduksi, (4) pH 4 merupakan titik kematian asam, dan (5) pH 11 merupakan titik kematian basa. 19 Hasil pengukuran salinitas menunjukkan angka 0. Salinitas air pada habitat perkembangbiakan larva Anopheles dipengaruhi oleh berubahnya luas genangan air, curah hujan, aliran air tawar dan evaporasi. Salinitas air yang berubah selama satu tahun menyebabkan banyak spesies nyamuk melakukan adaptasi.19,20 Hasil penelitian Rahman et al . (2011) menunjukkan hasil bahwa suhu, pH, salinitas, keberadaan vegetasi, keberadaan predator, memiliki hubungan dengan densitas larva Anopheles . 35 Hasil pemeriksaan jentik Anopheles menunjukkan bahwa penurunan tertinggi rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah adalah 2 pada petak sawah yang ditebarkan ikan nila ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m .. Pada petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor/ m2,

170 rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 4 kali cidukan (0,253), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04). Menurut penelitian Adnyana dkk. (2014) pada skala laboratorium, menunjukkan hasil bahwa ikan nila dengan ukuran kecil sekitar 6 cm, efektif untuk digunakan sebagai pengendali hayati vektor malaria. Semakin besar ukuran ikan nila, maka jumlah jentik nyamuk yang dimangsa semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh perubahan preferensi pakan/kesukaan, seiring dengan perkembangan ikan nila tersebut. 28 Hasil pengamatan pada tahap preliminary menunjukkan bahwa sebelum di tebar ikan nila merah, telah dijumpai adanya ikan gupi ( Poecilia reticulate ). Predator memiliki peranan yang penting dalam menyeimbangkan kepadatan larva nyamuk, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian biotik. Ikan merupakan salah satu predator larva. Kepadatan nyamuk di suatu daerah ditentukan oleh keberadaan ikan sebagai predator, misalnya ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan gapi ( Poecilia reticulata), ikan nila (Oreochromis nilotica), ikan mujair (O. mozambica), ikan sepat ( Trichogaster pectoralis), ikan mas (Cyprinus carpio ), ikan gabus (Ophiio striatus), ikan bandeng (Chanos chanos), ikan lele (Claricis batraus) .20 Larva A. farauti di Doro Kabupaten Halmahaera Selatan mempunyai predator ikan kecil, udang, nimfa capung dan berudu.27 Namun hasil pengamatan pada penelitian bahwa meskipun pada petak telah dijumapi adanyan ikan gupi (P. Reticulata ) sebelum ikan nila merah ditebar, tetapi masih ditemukan jenik Anopheles pada masing-masing petak sawah. Hasil penelitian Anogwih (2010), menunjukkan bahwa meskipun lebih menyukai larva Chironomus (cacing darah), P. reticulata tidak pernah berhenti memakan larva nyamuk. Namun terdapat variasi periode puncak konsumsi jentik nyamuk oleh ikan yang amati dengan penurunan pakan bahkan dengan peningkatan kepadatan larva nyamuk. Perilaku ikan yang diamati menunjukkan perilaku shoaling; menghindari larva yang tidak bergerak; rendah makan saat lajang; persaingan untuk mangsa saat dipasangkan; total menghindari kepompong nyamuk; dan lebih banyak waktu dihabiskan untuk air permukaan. Keberadaan mangsa alternatif kemungkinan besar akan mempengaruhi efisiensi P. reticulata sebagai agen pengendali nyamuk di lapangan. 35 Hasil grafik 1 hingga grafik 6 menujukkan bahwa ada penurunan kepadatan jentik Anopheles pada tiap petak sawah yang diamati sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah. Penurunan terjadi pada petak sawah yang diterbarkan ikan nila merah ukuran 3-5 cm maupun 6-8 cm, baik pada kepadatan 3 ekor m 2 maupun kepadatan 6 ekor per m 2. Namun ada sedikit peningkatan dari pengamatan ke-3 dan ke-4, pada lima petak sawah, kemungkinan disebabkan pada pengamatan ke-3 belum dilakukan panen padi di sawah dan air pada sawah

171 dikurangi. Pada pengamatan ke-4, padi di sawah telah dipanen, banyak tersisa potongan/pangkal batang padi di arena petak sawah, kemudian air telah dialirkan ke seluruh bagian petak sawah, agar tanah kembali menjadi gembur, sebelum sawah tersebut dibajak kembali. Dari hasil tersebut maka untuk tahap intervensi dari penelitian, dipilih ikan nila ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2 yang akan di tebarkan di genangan air yang ada di Desa Padang Bindu, OKU dan Desa Merapi Kab. Lahat. Faktor yang menyebabkan masih ditemukannya jentik Anopheles di dalam kolam yang telah ditebarkan ikan nila merah, antara lain masih adanya sisa batang rumput dan ranting yang ada di dalam kolam, serta masih adanya rumput yang tumbuh di pinggir kolam yang dijadikan sebagai tempat berlindung bagi jentik Anopheles . Jentik Anopheles suka beraktivitas diantara bekas ranting yang kecil sebagai tempat penyamaran untuk mengindari predator. Adanya tempat berlindung tersebut, maka ikan nila merah tidak dapat menjangkau keberadaan jentik yang bersembunyi di antara rumput dan sampah ranting/batang rumput, yang didukung oleh sifat ikan nila merah yang lebih suka berenang bergerombol di bagian tengah kolam. Selain itu, waktu pengamatan setelah ditebar ikan nila merah di dalam penelitian ini relatif yang singkat menyebabkan tidak dapat mengikuti perkembangan populasi jentik Anopheles selanjutnya setelah ditebar ikan nila merah. Gulma air pada habitat perkembangbiakan sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk Anopheles . Gulma air dapat berfungsi sebagai tempat menambatkan diri bagi larva nyamuk sewaktu istirahat di permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan predator. Tumbuhan air dan ganggang yang membusuk di permukaan air yang menyebar luas dan mendapat sinar matahari langsung sangat membantu perkembangan larva. Hal ini disebabkan oleh mikrofauna dan mikroflora sebagai bahan makanan larva banyak berkumpul di sekitar tumbuhan air yang membusuk.19,20 Hasil penangkapan jentik Anopheles menunjukkan bahwa pada beberapa kolam yang rumput dan sampah ranting di dalamnya tidak dibersihkan, ada peningkatan rata-rata kumulatif jentik Anopheles yang tertangkap, meskipun telah ditebarkan ikan nila merah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat jentik Anopheles yang sering diam dipermukaan dan bersembunyi diantara rumput dan sampah ranting, sehingga ikan nila merah sulit mengidentifikasinya sebagai mangsa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Anogwih (2010), bahwa ikan predator cenderung menghindari mangsa yang tidak bergerak. 36 Selain itu keberadaan vegetasi juga berpengaruh terhadap keberadaan jentik Anopheles . Keberadaan vegetasi pada habitat akan mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam air. Hal tersebut dikarenakan vegetasi yang ada akan melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis akan mempengaruhi keberadaan oksigen

172 terlarut dalam air sehingga akan mempengaruhi kepadatan larva nyamuk di tempat perkembangbiakan. Selain itu, tanaman air tersebut dijadikan sebagai tempat berteduh dari sinar matahari, terlindung dari pengaruh gerakan permukaan air dan musuh-musuhnya serta untuk mendapatkan makanan yang biasanya terdapat di sekitar tanaman tersebut. 37 Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai BOD pada petak sawah di Desa Tubohan berkisar antara 1,85-3.96 mg/l, pada kolam di Desa Padang Bindu antara 1,50-1,76 mg/l. Untuk nilai BOD genangan air/kolam di Desa Merapi antara 1,20-2,70 mg/l, namun ada satu kolam yang nilai BOD nya mencapai 14,46 mg/l. Nilai COD pada petak sawah di Desa Tubuhan berkisar anatara 14,32-25,02 mg/l, Desa Padang BIndu 14,18-16,63 mg/l, Desa Merapi 26,96-32,76 mg/l. Ada satu kolam di Desa Merapi memiliki COD 49,69 mg.l. BOD (Biochemical Oxygen Demand ) adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air. BOD dapat menggambarkan kemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik. COD (Chemical Oxygen Demand ) adalah parameter penduga jumlah total bahan organik yang ada dalam air atau perairan, baik yang mudah urai maupun yang sulit urai. Dengan memperbandingkan nilai COD dan BOD, akan diketahui gambaran jumlah bahan organik persisten (sulit urai) yang terkandung di dalamnya. Rasio BOD/COD untuk bahan pencemar non-biodegradable < 0,01, sedangkan untuk limbah yang bersifat biodegradable > 0,1. Kadar BOD yang tinggi akan mengancam kehidupan biota air karena turunnya kadar oksigen dalam air serta akan menjadi media distribusi penyakit. Secara umum, parameter BOD banyak digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.28/MEN/2004 tentang Parameter kualitas Sumber dengan nilai BOD < 40 mg/L. Sedangkan menurut Yusuf dan Handoyo (2004) baku mutu nilai COD adalah <80mg/l (aturan longgar) dan nilai idealnya <25 mg/l.38,39 Hasil identifikasi nyamuk dewasa yang tertangkap di Kabupaten OKU didominasi oleh genus Culex. (90,41%). Spesies yang paling banyak tertangkap yaitu Cx tritaeniorhynchus dan Cx vishnui. Lokasi penelitian merupakan daerah perkebunan karet dekat pemukiman warga yang sangat mendukung perkembangbiakan kedua spesies tersebut. Penelitian sebelumnya menyatakan kedua nyamuk tersebut lebih banyak ditemukan diareal perkebunan karet dan sawit. 40,41. Habitat larva Cx tritaeniorhynchus dapat ditemukan di genangan air permanen, atau sementara berupa kolam sawah setelah panen, sungai kecil, rawa dan perairan yang rendah salinitasnya. 42

173

Nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu lebih banyak didapatkan saat pre intervensi apabila dibandingkan dengan pasca intervensi. Saat pre intervensi nyamuk Anopheles lebih banyak didapatkan di luar rumah (UOL). Anopheles yang paling banyak tertangkap di luar rumah yaitu An. vagus . Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan An vagus lebih menyukai mengggigit di dalam rumah. 26, 43. Angka MHD tertinggi saat pre intervensi pada An. vagus mencapai 0,34 nyamuk/orang/jam dan saat pasca intervensi angka MHD tertinggi juga pada An. vagus (0,11). Nilai MHD menggambarkan jumlah nyamuk yang berpotensi menghisap darah manusia dalam satuan jam penangkapan. Semakin tinggi nilai MHD maka semakin berpotensi untuk menularkan malaria. 44 Nilai MBR tertinggi juga teridentifikasi pada An. vagus yaitu sebesar 1 nyamuk/orang/malam. MBR menggambarkan jumlah nyamuk yang tertangkap dalam satu malam penangkapan. Angka Dominansi tertinggi juga pada An. vagus sebesar 0,65. Angka dominansi menggambarkan jumlah nyamuk yang berpotensi tertangkap selama penelitian. Nyamuk yang tertangkap saat pasca intervensi dengan metode umpan orang dengan kelambu hanya didapatkan 1 nyamuk saja yaitu An. vagus . Dengan Nilai MHD 0,45 nyamuk/orang/jam, MBR sebesar 0,67 nyamuk/orang/malam dan nilai dominansi spesies sebesar 0,5 nyamuk. Hasil identifikasi nyamuk dewasa yang tertangkap di Kabupaten Lahat juga didominasi oleh genus Culex. (96,10%). Spesies yang paling banyak tertangkap juga Cx tritaeniorhynchus dan Cx vishnui. Lokasi penangkapan sebagian besar dikelilingi oleh areal persawahan dan perkebunan karet yang sangat mendukung bagi habitat Cx tritaeniorhynchus dan Cx vishnui. 40,41. Nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu hanya didapatkan 1 nyamuk saja yaitu An vagus . Perhitungan MHD An. vagus sebesar 0,45 nyamuk/orang/jam dan MBR sebesar 0,67 nyamuk/orang/malam dengan angka dominansi 0,5. Tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit malaria pada masing masing tingkat pendidikan masih kurang. Dilihat dari hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang malaria menggunakan analisis chi square dengan p -value 0.063 (p>0.005) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang malaria. Tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit malaria masih kurang, dapat dilihat dari pengetahuan responden dengan tingkat baik hanya 5 orang. Dilihat dari hubungan antara

174 tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang pemberantasan jentik menggunakan analisis chi square dengan p -value 0.262 (p>0.005) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang tentang pemberantasan jentik. Kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan pembagian kelambu, survei pengambilan darah, melakukan pelatihan tenaga analis untuk meningkatkan kemampuan pemeriksaan darah dan melakukan upaya-upaya kerjasama lintas sektor melalui kegiatan-kegiatan di desa untuk mencegah dan mengendalikan penyakit malaria. Hambatan khusus di Kabupaten OKU yaitu kondisi geografis yang wilayah oku masih berbatsan dengan kabupaten yang masih endemis malaria. Selain itu hambatan lainnya yaitu pindahnya tenaga terlatih. Kegiatan pengendalian malaria di Puskesmas Ulak Pandan dimulai dari kegiatan skrining malaria pada ibu hamil, Mass Blood Survey (MBS) dan pembagian kelambu. Untuk MBS dimulai di tahun 2007, kemudian hasil yang postif kemudian dilakukan PE dan diberi kelambu. Kelambunisasi yang dimulai sejak lama. Hambatannya jumlah kelambu tidak sesuai dengan jumlah penduduk. Program/kegiatan pengendalian malaria yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan/Puskesmas di wilayah Kabupaten. Lahat meliputi Indoor Residual Spraying (IRS), Mass Blood Survey (MBS), Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan pemeriksaan malaria untuk ibu hamil minimal satu kali selama masa kehamilan. Kegiatan pengendalian ini masih berjalan tetapi karena adanya pandemi covid19 jumlah kunjungan berkurang. Untuk pelaksanaan MBS dilakukan dengan metode “door to door’ sebanyak 500 sediaan darah ditargetkan tercapai dalam waktu 5 hari. Pelaksanaan IRS sudah pada tahap pelatihan kader puskesmas dan pembagian kelambu dengan sasaran ibu hamil. Hambatannya adalah untuk IRS banyak warga yang menolak.

175

VI . KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Jenis-jenis habitat/ breeding places larva Anopheles di lokasi penelitian umumnya berupa sawah pasca panen, air yang tergenang, kolam yang tidak dimanfaatkan untuk budidaya ikan, kobakan air yang bersifat sementara.  Habitat tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji berupa sawah, setelah jentik Anopheles yang ditemukan menjadi nyamuk dewasa, hasil identifikasi menunjukkan spesies An. barbirostris dan An. vagus .  Habitat tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Padang Bindu, Kab. OKU berupa kolam, genangan air pada aliran sungai di dekat Gua Selabe, kobakan air yang bersifat sementara, hasil identifikasi jentik yang menjadi nyamuk dewasa adalah An. barbirostris.  Habitat tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Merapi adalah sawah pasca panen, kolam ikan yang tidak dimanfaatkan, genangan air di sekitar sawah, hasil identifikasi jentik yang menjadi nyamuk dewasa adalah An. barbirostris. 2. Suhu air rata-rata pada habitat yang ditemukan jentik Anopheles adalah berkisar antara 26,1 - 31,5 0C, intensitas cahaya matahari pada titik pengamatan bervariasi antara 117 x 10 lx hingga 8.777 x 10 lx. 3. Rata-rata pH air adalah 5-6, salinitas 0, nilai BOD antara 1,5 m/l hingga 14,46 mg/l dan nilai COD berkisar antara 14,18 mg/l hingga 49,69 mg/l. 4. Jenis vegetasi yang tumbuh di permukaan air/sekitar habitat antara lain rumput, padi, rumput, lumut, teratai, kangkung, genjer, putri malu, apu-apu ( Pistia stratiotes ), selain vegetasi ditemukan juga bekas batang rumput, ranting, sampah daun yang menjadi tempat berlindung jentik Anopheles . 5. Hewan air yang berpotensi menjadi predator jentik yang banyak ditemui di habitat meliputi ikan gupi ( Poecilia reticulate ), anak ikan gabus ( Channa striata ), ikan sepat (Trichogaster trichopterus ), kelompok udang-udangan ( Crustacea ), larva/nimfa capung, kutu air (Daphnia ), keong, kelompok serangga air seperti anggang-anggang ( Gerriade ), Notonectidae , laba-laba air ( Argyroneta aquatia ). 6. Habitat/kolam yang banyak ditumbuhi rumput di tepi kolam ada kecenderungan kepadatan jentik Anopheles lebih tinggi di banding kolam yang dibersihkan. 7. Ada penurunan rata-rata kepadatan jentik nyamuk Anopheles saat sebelum ditebar ikan nila merah dengan setelah ditebar ikan.

176

 Petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 3 ekor/ m 2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 2 kali cidukan (0,53), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 8 kali cidukan (0,126).  Petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 6 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3,5 kali cidukan atau 2 ekor per 7 kali cidukan (0,285), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04).  Petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 4 kali cidukan (0,253), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 25 kali cidukan (0,04).  Petak sawah yang ditebar ikan nila merah ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 6 ekor/ m2, rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum ditebar ikan adalah 1 ekor per 3 kali cidukan (0,412), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 18 kali cidukan (0,055).  Rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah dari dua kolam di Desa Padang Bindu, OKU adalah: sebelum ditebar ikan kepadatan jentik Anopheles adalah 1 ekor per 2 kali pencidukan (0,546), setelah ditebar ikan menjadi 1 ekor per 3 kali cidukan (0,3525), mengalami sedikit penurunan.  Rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles di Desa Merapi Kabupaten Lahat, sebelum dan sesudah ditebar ikan nila merah adalah: sebelum ditebar ikan rata-rata kumulatif kepadatan jentik Anopheles adalah 4 ekor dalam 20 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam 5 kali cidukan (0,202), sedangkan setelah ditebar ikan adalah 4 ekor per 25 kali cidukan atau sekitar 1 ekor dalam tiap 6 kali cidukan (0,1642), mengalami penurunan sebelum dan sesudah intervensi. 8. Ada penurunan nilai Man Hour Density (MHD) dan Man Biting Rate (MBR) nyamuk Anopheles sebelum dan sesudah penebaran ikan nila merah, baik di OKU maupun di Lahat.  Untuk Desa Padang Bindu, Nilai MHD tertinggi nyamuk Anopheles saat pre intervensi yaitu An. vagus sebesar 0,34 nyamuk/orang/jam. Nilai MBR nyamuk Anopheles tertinggi yaitu An. vagus sebesar 1 nyamuk/orang/malam dan angka dominansi tertinggi juga nyamuk An vagus sebesar 0,64 nyamuk. Setelah penebaran ikan nila merah hanya An. vagus saja yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu. Nilai MHD An. vagus sebesar 0,11 nyamuk/orang/jam dengan nilai MBR sebesar 0,33 nyamuk/orang/malam.

177

 Untuk Desa Merapi, nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan metode umpan orang dengan kelambu hanya didapatkan tahap pra intervensi saja (sebelum ditebar ikan nila merah), sebanyak 1 nyamuk yaitu An. vagus. Perhitungan MHD An. vagus sebesar 0,45 nyamuk/orang/jam dan MBR sebesar 0,67 nyamuk/orang/malam dengan angka dominansi 0,5. 9. Ikan nila merah yang ideal untuk ditebar ke habitat adalah ikan dengan ukuran 6-8 cm dengan kepadatan 3 ekor per m 2. 10. Meskipun masyarakat belum begitu mengenal teknik budidaya dan manfaat ikan nila merah, tapi umumnya menerima ikan nila merah untuk dimanfaatkan sebagai pemakan jentik nyamuk, serta tidak ada kearifan lokal yang mengatur mengenai budidaya dan panen ikan.

6.2 SARAN

1. Ikan nila merah bisa dimanfaatkan sebagai biologi kontrol pengendalian malaria pada daerah dengan kasus malaria indigenous . Namun perlu didukung dengan ketersediaan data mengenai ragam habitat tempat perkembangbiakan jentik Anopheles pada masing- masing wilayah dengan kasus malaria indigenous . Agar diperoleh gambaran wilayah mana saja yang cocok dilakukan intervensi dengan pemanfaatan ikan nila merah. Data mengenai keanekaragaman jenis habitat tersebut bisa dikumpulkan saat petugas Puskesmas melakukan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi. 2. Pemanfaatan larvasida biologi tetap perlu dilakukan pada jenis genangan/habitat yang ditemukan jentik Anopheles , namun airnya bersifat sementara (akan kering pada waktu tertentu) misalnya pada sawah tadah hujan. 3. Perlu dilakukan kerja sama lintar sektor antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Perikanan agar wilayah yang telah diintervensi dengan ikan nila merah bisa menjadi contoh bagi wilayah lain untuk pemanfaatan ikan sebagai pemakan jentik nyamuk. Sehingga dengan adanya kerja sama, selain penebaran ikan untuk tujuan ‘ Restocking ’ yang telah dilakukan, ada juga penebaran ikan dengan tujuan pengendalian penyakit tular nyamuk.

178

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Ketua PPI Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, serta Kepala Balai Litbang Kesehatan Baturaja yang telah memberikan dukungan kepada kami sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. M. Sudomo yang telah memberikan masukan mengenai metode penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Panitia Pembina Ilmiah dari Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat (Ibu Dra. Shinta, M.Si dan Jusniar Ariati, S.Si,. M.Si) yang telah memberi masukan dalam proses pembuatan proposal dan protokol penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab. OKU dan Kab. Lahat beserta jajarannya, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. OKU beserta jajaranya, Kepala Dinas Perikanan Kab. Lahat beserta jajarannya, Kepala Puskesmas Ulak Pandan, Kepala Puskesmas Merapi II, serta para pengelola program malaria dan surveilans di Puskesmas Ulak Pandan dan Puskesmas Merapi II yang telah memfasilitasi sehingga penelitian ini berjalan lancar. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Tubohan, Kepala Desa Padang Bindu, Kab. OKU dan Kepala Desa Merapi, Kab. Lahat yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan penelitian serta pembuatan laporan hasil penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten OKU dan Lahat dalam upaya pengendalaian penyakit malaria, sehingga program eliminasi malaria di Kab. OKU dan Lahat bisa tercapai.

179

DAFTAR PUSTAKA

1. Kesehatan K. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 . Indonesia; 2009:1-36. 2. Sutarto, Cania E. Faktor Lingkungan, Perilaku dan Penyakit Malaria. Agromed Unila . 2017;4(1):271-278. doi:10.1002/jsfa.2740630211 3. Belitung BBTPKB. Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Tengah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Eliminasi Malaria .; 2014:1-15. 4. Kementerian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia . Indonesia; 2009:1- 37. 5. InfoDatin-Malaria-2016.pdf. 6. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 . Palembang; 2017. 7. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riset Khusus Vektor Dan Reservoir Penyakit (Rhikus Vektora) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 . Salatiga; 2015. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RIKHUS/2015/Lap_ Vektora_SUMSEL_2015.pdf. 8. Nwane P, Etang J, Choua M, Toto JC, Koffi A. Multiple insecticide resistance mechanisms in Anopheles gambiae s . l . populations from Cameroon , Central Africa. Parasit Vectors . 2013;6(41):1-14. doi:10.1186/1756-3305-6-41 9. Ghosh A, Mandal S, Bhattacharjee I, Chandra G. Biological Control of Vector Mosquitoes by Some Common Exotic Fish Predators. Turk J Biol . 2005;29(29 (2005):167-171. 10. Ghosh A, Chandra G. Functional response and density dependent feeding interaction of Oreochromis niloticus against immatures of Culex quinquefasciatus. J Vector Borne Dis . 2017;54(4):366-368. doi:10.4103/0972-9062.225843 11. Sudomo M, Nurisa I, Idram SI, Sujitno. Efektivitas Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) sebagai Pemakan Jentik Nyamuk. Media Litbang Kesehat . 1998;VIII(2):3-6. 12. Teklehaimanot, Awash, Kassahun A. Using Fish Againts Malaria: a Local Initiative. World Health Forum . 1993;14(2):176-177. 13. Rustadi. Kelimpahan Plankton dan Pemanfaatannya oleh Nila Merah (Oreochromis sp.) dalam Hapa Pembenihan dan Pendederan di Waduk Sermo. J Perikan . 2008;X(1):20-29. 14. Hestimaya E. Studi Iktiofauna di Danau Lido Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2010. 15. Harmendo, Nur Endah W, Raharjo M. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. J Kesehat Lingkung Indones . 2009;8(1):15-19. 16. Hapsari D, Sari P, Pradono J. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup sehat

180

Terhadap Status Kesehatan. Bul Penelit Kesehat . 2009:40-49. 17. Etrawati F. Intervensi Perilaku dan Lingkungan dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Indonesia Tahun 2012. Bul Spirakel . 2012;1(1):25-31. 18. Sutarto, Eka CB. Faktor Lingkungan , Perilaku dan Penyakit Malaria. J Agromed Unila . 2017;4(1):173-184. 19. Sugiarti S. Karakteristik Tempat Perindukan Nyamuk Anopheles sp. yang Potensial Sebagai Vektor Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran. 2018. 20. Suwito. Bioekologi Spesies Anopheles di Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran: Keragaman , Karakteristik Habitat, Kepadatan, Perilaku dan Distribusi Spasial. 2010. 21. Wigati, Ariati Y, Andris H. Beberapa Aspek Ekologi Anopheles spp di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Zoo Indones . 2010;19(2):83-91. 22. Mahdalena V, Suryaningtyas NH, Ni’mah T. Ekologi Habitat Perkembangbiakan Anopheles Spp. Di Desa Simpang Empat, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. J Ekol Kesehat . 2017;14(4):342-349. doi:10.22435/jek.v14i4.4713.342-349 23. Ritawati, Yahya. Distribusi Spasial Malaria di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011. J Pembang Mns . 2012;6(1):33- 43. http://litbangda.sumselprov.go.id/jurnal/16. 24. Oktarina R, Yahya Y, Salim M, Pahlevi I. Keragaman Spesies Nyamuk di Desa Pemetung Basuki dan Desa Tanjung Kemala Barat KAbupaten Ogan Komering Ulu Timur. Spirakel . 2014;6(September):14-25. 25. Ambarita LP, Taviv Y, Purnama D, Betriyon, Pahlepi RI, Saikhu A. Beberapa Aspek Bionomik Anopheles Maculatus dan An. Leucoshyrus di Perkebunan Kopi daerah Endemis Malaria Kabupaten Oku Selatan. J Ekol Kesehat . 2009;10(4):229-238. 26. Budiyanto A, Ambarita LP, Salim M. Konfirmasi Anopheles sinensis dan Anopheles vagus sebagai Vektor Malaria di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. ASPIRATOR - J Vector-borne Dis Stud . 2017;9(2):51-60. doi:10.22435/aspirator.v9i2.5998.51-60 27. Mulyadi. Distribusi Spasial dan Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp. serta Perannya dalam Penularan Malaria di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. 2010. 28. Triana NWDAVLMAME. Predasi Ikan Nila (Oreocromis Niloticus) terhadap Larva Anopheles Sp di Insektarium Loka Litbang P2B2 Waikabubak Tahun 2014. J Penyakit Bersumber Binatang . 2015;3(1):10-17. 29. Nugrogo DT. Siklus Perkembangan Predewasa Anopheles aconitus (Diptera: Culicidae) Pada Dua Jenis Formulasi Pakan yang Berbeda di Laboratorium. 2009. 30. Samsudin A. Uji Tanda, Uji Wilcoxon, dan Kolmogorov Smirnov. In: Statistika Nonparametrik . Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia; :1-35.

181

31. Fallo JO, Setiawan A, Susanto B. Uji Normalitas Berdasarkan Metode Anderson- Darling, Cramer-Von Mises dan Lilliefirs Menggunakan Metode Bootstrap. In: Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Dengan Tema"Penguatan Peran Matematika Dan Pendidkan Matematika Untuk Indonesia Yang Lebih Baik". Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogtakarta; 2013:151-158. 32. O’Connor CT, Soepanto A. Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles Di Indonesia . 4th ed. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2013. 33. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir. Pedoman Pengumpulan Data Vektor (Nyamuk) Di Lapangan .; 2017. 34. Binatang DPPB. Modul Pengamatan Serangga Penular Penyakit . (Lingkungan DJP& P, ed.). Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1996. 35. Rahman RR, Ishak H, Ibrahim E. Hubungan Karakteristik Lingkungan Breeding Sites dengan Densitas Larva Anopheles di Wilayah Kerja Puskesmas Durikumba Kecamatan Karossa Kab. Mamuju Tengah. Kesehat Lingkung Fak Kesehat Masy UNHAS, Makassar . 2011:1-14. https://core.ac.uk/download/pdf/25490775.pdf. 36. Anogwih JA. Predator-Prey Densitu of Poecilia reticulata ( Guppy ) Under Laboratory Investigation. Zool . 2010;8 2010(May):47-51. 37. HL N, Ishak H, Anwar. Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Anopheles sp. di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Univ Hasanuddin . 2014. https://core.ac.uk/download/pdf/25496133.pdf. 38. Tamyiz M. Perbandingan Rasio BOD / COD Pada Area Tambak Di Hulu Dan Hilir Terhadap Biodegradabilitas Bahan Organik. J Res Technol . 2015;1(1):9-15. http://journal.unusida.ac.id/index.php/jrt/article/view/5. 39. Atima W. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan BAku Mutu Air Limbah. J Biol Sci Educ . 2015;4(1):99-111. 40. Zen S. STUDI KOMUNITAS NYAMUK PENYEBAB FILARIASIS DI DESA BOJONG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. BIOEDUKASI (Jurnal Pendidik Biol . 2015;6(2):129-133. doi:10.24127/bioedukasi.v6i2.341 41. Pahlepi RI, Santoso S, Mahdalena V, Marini M. Culex vishnui Sebagai Vektor Filariasis Potensial di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. ASPIRATOR - J Vector-borne Dis Stud . 2020;12(1):1-10. doi:10.22435/asp.v12i1.3040 42. Kemenkes RI. Atlas Vektor Penyakit Di Indonesia . 1st ed. Jakarta; 2011. 43. Mading M, Sopi IIP. Beberapa Aspek Bioekologi Nyamuk Anopheles vagus di Desa Selong Belanak Kabupaten Lombok Tengah. Spirakel . 2014;6(1):26-32. 44. Kemenkes RI. Pedoman Survey Entomologi Malaria Dan Pedoman Vektor Malaria Di Indonesia .; 2013.

182

LAMPIRAN

183

Kondisi tepi kolam di Desa Padang Bindu pada survei III yang masih ditumbuhi rumput

Kondisi tepi kolam di Desa Padang Bindu setelah rumput dibersihkan, namun sisa daun dan batang rumput di dalam kolam, menjadi tempat berlindung bagi jentik Anopheles

184

Bekas batang rumput di tepi kolam di Desa Padang Bindu, menjadi mempat berlindung jentik Anopheles

Genangan air/ kolam kecil di dekat Gua Selabe, Desa Padang Bindu, yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles barbirostris

185

Kolam yang menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Bumi Kawah, Kecamatan Lengkiti, OKU

Sawah tadah hujan di Desa Merapi, Kecamatan Merapi Barat, yang menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles

186

Genangan air di pinggir sawah yang menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles di Desa Merapi Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat

Ikan nila merah yang akan ditebarkan ke dalam Kolam

187

Kegiatan koordinasi dengan Kepala Puskesmas Ulan Pandan, OKU

Nyamuk Anopheles barbirostis dewasa, hasil dari pembiakan jentik yang tertangkap di lokasi penelitian

188

FORMULIR PENGAMATAN LINGKUNGAN

Judul Penelitian: Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020 Nama Desa : Kecamatan : Kabupaten : Waktu Pengamatan : Bulan...... Minggu ke ...... Titik Koordinat Kepadatan Apakah Jumlah Suhu Kedalaman Salinitas Ditebar Jumlah Larva genanganair Kasus Jenis Air Air Air pH Tumbuhan Predator Ikan ikan No Latitude Longitude (Jumlah dibersihkan Malaria Habitat Air Air Jentik Nila yang o 0 larva/ kali Setempat ( C) (meter) ( /00 ) Merah ditebar pencidukan

1

2

3

4

5

189

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN (Bagi Kader Pengontrol Keberadaan Ikan Nila Merah)

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi/Selamat Siang/Selamat Sore

Kami dari Kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja akan mengadakan penelitian berjudul: Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2020

Dalam penelitian ini membutuhkan petugas untuk memantau keberadaan ikan nila merah pada tempat-tempat yang kami tebarkan ikan nila merah untuk mengurangi keberadaan jentik nyamuk yang menularkan penyakit malaria. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara kami butuhkan untuk mengingatkan kepada masyarakat agar tidak menangkap ikan nila merah yang kami tebarkan di beberapa tempat di desa ini. Ikan nila merah tersebut sangat kami butuhkan kelangsungan hidupnya agar kami dapat melihat pengaruh ikan nila merah tersebut dapat menurunkan jumlah jentik nyamuk penular malaria di desa ini. Selain itu, Bapak/Ibu juga diharapkan dapat memantau setiap dua minggu sekali selama empat bulan untuk melihat apakah ikan nila merah yang kami tebarkan masih ada di tempat-tempat yang kami tebarkan. Agar Bapak/Ibu mengetahui di mana saja tempat-tempat yang kami tebarkan ikan nila merah, kami mohon kesediaan agar bisa berpastisipasi pada saat ikan nila merah tersebut kami tebarkan bersama-sama dengan penduduk desa ini. Tidak ada risiko jika Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan ini. Untuk mengganti waktu Bapak/Ibu yang hilang untuk mengontrol keberadaan ikan nila merah, kami akan memberikan imbalan berupa uang senilai Rp. 50.000,- tiap bulannya, selama dua bulan pengamatan.

Untuk lebih jelas lagi, silahkan Bapak/Ibu/Saudara membaca informasi berikut ini. Bila masih ada hal-hal yang ingin ditanyakan, jangan merasa ragu, silahkan bertanya kepada kami.

Ringkasan Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk membantu menurunkan jumlah jentik nyamuk dan nyamuk dewasa yang menjadi penular malaria di Kabupaten OKU. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menurunkan jentik nyamuk malaria adalah dengan menebarkan ikan nila merah sebagai pemakan jentik nyamuk di berbagai genangan air yang ada di desa ini. Penelitian ini dilakukan pada satu desa di Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU.

Kerahasiaan Identitas kader sebagai pemantau keberadaan ikan nila merah dalam kegiatan penelitian ini tidak akan kami cantumkan dalam hasil penelitian.

Risiko Tidak ada risiko yang ditimbulkan karena keterlibatan anda sebagai pemantau keberadaan ikan nila merah di penelitian ini.

Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menurunkan angka kepadatan jentik nyamuk penular malaria, sehingga penularan penyakit malaria menjadi berkurang.

Informasi Lain Ketua tim penelitian ini atas nama Yahya, SKM., M,Si dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja. Telepon 08127875646

190

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020

Yang Bertanda Tangan di bawah ini:

Nama : ...... Umur : ...... Alamat : ...... Telepon : ......

Telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai penelitian tentang Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020 yang dilakukan oleh Tim Peneliti Balai Litbang Kesehatan Baturaja.

Partipasi saya dilakukan secara sukarela dan dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu- waktu tanpa sanksi apapun.

...... 2020

Saksi Yang Menyetujui

(Pemantau Ikan)

(...... ) (...... )

191

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN (Bagi Pendamping Penebaran Ikan Nila Merah)

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi/Selamat Siang/Selamat Sore

Kami dari Kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja akan mengadakan penelitian berjudul: Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020

Dalam penelitian ini membutuhkan petugas untuk mendampingi kami untuk menebarkan ikan nila merah pada tempat-tempat yang ada genangan air yang kemungkinan tidak akan kering pada musim kemarau. Penebaran ikan nila merah pada tempat-tempat yang kami tebarkan ikan nila merah untuk mengurangi keberadaan jentik nyamuk yang menularkan penyakit malaria. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara kami butuhkan untuk membantu kami menunjukkan di mana saja lokasi yang ada genangan air yang sifatnya tidak kering pada musim kemarau yang ada di desa ini. Kemudian kita akan menebarkan ikan nila merah bersama-sama. Tidak ada risiko jika Bapak/Ibu terlibat dalam kegiatan ini. Untuk mengganti waktu Bapak/Ibu yang hilang karena membantu kami menebarkan ikan nila merah, kami akan memberikan imbalan berupa uang senilai Rp. 25.000,- selama satu kali kegiatan penebaran ikan nila merah di desa ini.

Untuk lebih jelas lagi, silahkan Bapak/Ibu/Saudara membaca informasi berikut ini. Bila masih ada hal-hal yang ingin ditanyakan, jangan merasa ragu, silahkan bertanya kepada kami.

Ringkasan Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk membantu menurunkan jumlah jentik nyamuk dan nyamuk dewasa yang menjadi penular malaria di Kabupaten OKU. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menurunkan jentik nyamuk malaria dengan menebarkan ikan nila merah sebagai pemakan jentik nyamuk di berbagai genangan air yang ada di desa ini. Penelitian ini dilakukan pada satu desa di Semidang Aji, OKU.

Kerahasiaan Identitas penduduk yang membantu menebarkan ikan nila merah dalam kegiatan penelitian ini tidak akan kami cantumkan dalam hasil penelitian.

Risiko Tidak ada risiko yang ditimbulkan karena keterlibatan anda untuk menebarkan ikan nila merah di penelitian ini.

Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menurunkan angka kepadatan jentik nyamuk penular malaria, sehingga penularan penyakit malaria menjadi berkurang.

Informasi Lain Ketua tim penelitian ini atas nama Yahya, SKM., M,Si dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja. Telepon 08127875646

192

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020

Yang Bertanda Tangan di bawah ini:

Nama : ...... Umur : ...... Alamat : ...... Telepon : ......

Telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai penelitian tentang Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah ( Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Kab. OKU Tahun 2020 yang dilakukan oleh Tim Peneliti Balai Litbang Kesehatan Baturaja.

Partipasi saya dilakukan secara sukarela dan dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu- waktu tanpa sanksi apapun.

...... 2020

Saksi Yang Menyetujui

(Pembantu Penebar Ikan)

(...... ) (...... )

193

NASKAH PENJELASAN UNTUK PENANGKAP NYAMUK

Kami meminta anda untuk turut mengambil bagian sebagai penangkap nyamuk dalam suatu kegiatan penelitian berjudul Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020

Pada penelitian ini dilakukan proses penangkapan nyamuk yang melibatkan anda. Salah satu tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data jenis nyamuk penyebab malaria yaitu Anopheles di Kabupaten OKU, Provinsi Sumatera Selatan serta tempat perkembangbiakannya.

Adapun kegiatan penelitian yang melibatkan anda adalah sebagai berikut :

1. Penangkapan Nyamuk Pada Saat Hinggap Untuk Menghisap Darah (Malam hingga pagi hari) Pada saat penelitian, anda kami minta untuk menangkap nyamuk yang hinggap untuk menghisap darah di bagian tubuh anda. Anda akan berada di luar atau dalam rumah dengan menyiapkan bagian tubuh seperti tangan atau kaki anda dalam keadaan terbuka. Anda akan kami bekali dengan sebuah alat bernama aspirator dan akan kami ajari cara memakainya untuk menangkap nyamuk yang menghisap darah anda sepanjang malam mulai dari jam 18.00 s/d jam 06.00.

Penangkapan dilakukan dengan penangkapan nyamuk per jam (30 menit penangkap nyamuk di dalam kelambu kecil, lalu 10 menit menangkap nyamuk di kelambu besar, 10 menit menangkap nyamuk yang hinggap ( resting ) di luar kelambu. Penangkapan dilakukan oleh 6 orang kolektor.

Pada saat melakukan penangkapan nyamuk saat hinggap untuk menghisap darah, anda tidak diperkenankan menggunakan obat anti nyamuk dalam berbagai bentuk di sekitar tempat anda menangkap nyamuk atau di tubuh anda. Anda juga tidak diperkenankan merokok pada waktu menangkap nyamuk saat hinggap untuk menghisap darah. Nyamuk yang tertangkap anda masukkan ke dalam gelas kertas bertutup kain kasa yang telah kami sediakan. Setiap jam penangkapan terdiri atas satu gelas berisi nyamuk yang akan kami ambil setiap jam pada waktu istirahat anda.

Risiko dan Usaha Penjagaan Pada penangkapan nyamuk menggunakan umpan badan, saat nyamuk menghisap darah anda, anda mungkin akan berisiko untuk terkena malaria. Namun kami akan mengurangi resiko tersebut dengan menggunakan kelambu untuk menghindari hal tersebut.

194

Manfaat Malaria dapat menyebabkan anda sakit dengan gejala berat sampai berisiko meninggal dunia. Bahkan malaria dapat mewabah bila tidak segera diberi penanganan dan pengobatan. Penularan malaria tersebut disebarkan oleh nyamuk Anopheles yang ada di sekitar tempat tinggal anda. Apabila ada penderita malaria yang terhisap darahnya oleh nyamuk tersebut, Plasmodium atau parasit penyebab penyakit tersebut akan berpindah ke tubuh nyamuk. Bila nyamuk yang terinfeksi itu menggigit orang sehat, maka parasitnya akan berpindah ke tubuhnya sehingga orang tersebut menjadi sakit juga. Di alam ada beberapa jenis nyamuk Anopheles yang berpotensi untuk menyebarkan penyakit ini. Dengan mengetahui macam-macam jenis Anopheles yang ada di wilayah anda, kita bisa mengetahui jenis apa saja yang bisa menjadi penular penyakit malaria sehingga dapat dilakukan pemberantasan dan pengendalian nyamuk tersebut dan penyakit malaria di wilayah anda. Dalam penelitian ini, partisipasi anda tidak akan menyebabkan beban keuangan bagi anda dan keluarga.

Kerahasiaan Catatan mengenai hasil kerja (penangkapan nyamuk) anda merupakan data yang akan kami olah sehingga menjadi sebuah informasi yang berharga untuk banyak pihak. Sementara informasi tentang anda akan kami rahasiakan. Informasi tentang anda tidak akan diketahui karena data yang kami buat sebagai laporan hasil penelitian tidak akan mencantumkan identitas anda.

Kompensasi

Untuk pelaksanaan penelitian ini, anda akan mendapatkan kompensasi sebagai pengganti waktu dan tenaga sebesar Rp 150.000 per orang per kegiatan penangkapan nyamuk.

Pertanyaan-pertanyaan Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda atau anda hendak melaporkan kemungkinan risiko yang timbul selama/setelah penelitian, anda dapat melapor kepada petugas kesehatan setempat atau tim penelitian ini. Tim peneliti yang dapat dihubungi yaitu: Yahya, SKM, M.Si (0812 7875646 atau 0735 325303) yang beralamat di Kantor Balai Litbangkes Baturaja, Jl. Jend. A. Yani KM 7 Kemelak Baturaja-Sumsel.

195

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (UNTUK PENANGKAP NYAMUK) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ………………………………………………… Umur : ………………………………………………… Alamat : ………………………………………………… Setelah dibacakan naskah penjelasan dan memahami maksud dan tujuan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus ) Terhadap Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu Tahun 2020

” maka dengan ini saya menyatakan setuju / tidak setuju * berpartisipasi sebagai responden. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dengan penelitian ini, maka saya berhak untuk mengundurkan diri dan tidak akan mengajukan tuntutan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta tanpa ada paksaan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. *Coret yang tidak perlu.

,……..……2020

Saksi, Yang membuat persetujuan,

(……………………………….) (……………………………….)

Mengetahui,

Ketua Pelaksana Penelitian,

Yahya, SKM, M.Si

NIP.197905012002121006

196

197

198

199

200

201