Perilaku Konsumen Rumah Tangga Dalam Memilih Daging Sapi Di Kota Padang (The Behavior of Household Consumers in Choosing the Beef in Padang)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2 Perilaku Konsumen Rumah Tangga Dalam Memilih Daging Sapi di Kota Padang (The Behavior of Household Consumers in Choosing The Beef in Padang) Salam N Aritonang Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang [email protected] Abstrak Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. Responden penelitian adalah ibu rumah tangga yang ada di kota Padang. Teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling berdasarkan wilayah pemukiman yang dibagi menjadi wilayah pusat kota dan wilayah pinggiran kota. Jumlah sampel ditentukan secara quota sebanyak 120 orang yang dipilih dengan metode accidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku ibu rumah tangga dalam memilih daging sapi ditinjau dari aspek fisik daging secara keseluruhan responden memilih daging segar (100%), dari aspek kualitas daging rata-rata responden memilih mengkonsumsi daging padat (76,7%) dan dari aspek harga sangat mempengaruhi konsumen rumah tangga untuk memilih mengkonsumsi daging sapi atau tidak (100%). Kata kunci: perilaku, daging sapi, konsumen rumah tangga, padang Abstract This research is conducted to evaluate the behavior of household consumer in choosing beef in Padang. The research is conducted by surveying method. The samples are housewife in Padang. Cluster random sampling is done based on urban and suburban. There are 120 samples that is choosen using the accidental method. The result shows that in physical aspect the housewife tend to choose fresh meat (100%), in meat quality aspect, housewives tends to choose solid meat (76,7%), and price aspect also affects household consumer whether to consume beef or not (100%). Keywords : behavior, beef, household, padang Pendahuluan meningkat menjadi 2,44 kg/kapita/tahun Daging adalah semua jaringan hewan (Dinas Peternakan Sumatera Barat, 2010). dan semua produk hasil pengolahan jaringan- Konsumsi protein hewani penduduk Sumatera jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan Barat khususnya daging sapi didukung oleh serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan budaya kuliner masyarakat Sumatera Barat bagi yang memakannya (Aberle et al. 2001). yang menjadikan daging sapi sebagai makanan Menurut Lawrie (2003) daya terima konsumen khas minang seperti dendeng batokok dan terhadap daging dipengaruhi oleh keempukan, rendang. Pada restoran/rumah makan masakan juiciness, dan selera. Keempukan merupakan Padang, daging merupakan menu utama yang salah satu indikator dan faktor utama disajikan dengan berbagai bentuk pertimbangan bagi konsumen dalam memilih pengolahan/masakan. daging yang berkualitas baik. Rumah tangga yang tinggal di wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu perkotaan diduga memiliki tingkat konsumsi provinsi yang penduduknya mengkonsumsi daging yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein hewani khususnya daging cukup tinggi penduduk yang tinggal diwilayah pedesaan. di Indonesia yaitu 2,85 gr/kapita/hari pada Kota Padang tercatat sebagai daerah yang tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan dengan penduduknya mempunyai konsumsi daging provinsi lain seperti Aceh 1,53 gr/kapita/hari, sapi tertinggi. Laporan Dinas Pertanian, Sumatera Utara 2,03 gr/kapita/hari, Jawa Peternakan dan Kehutanan Kota Padang (2011) Tengah 1,98 gr/kapita/hari (Badan Pusat menyebutkan bahwa konsumsi daging sapi Statistik Sumatera Barat, 2011). Khusus untuk tahun 2010 ± 2,13 kg/kap/thn, masih dibawah konsumsi daging sapi terus meningkat, yaitu standar gizi nasional yang diharapkan yaitu pada tahun 2009 rata-rata sebesar 2,21 10,0 kg/kap/thn. kg/kapita/tahun dan pada tahun 2010 Menurut Pramono (2001) beberapa JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2 faktor yang mempengaruhi sikap konsumen karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dalam memilih daging di pasaran diantaranya: dialokasikan pada kebutuhan non pangan (BPS 1. Bentuk daging, yaitu daging segar, daging Modul Konsumsi Penduduk, 2013). dingin, daging beku, daging olahan, dan daging yang sudah masak. Materi dan Metode 2. Bagian daging, yang dikelompokkan Penelitian ini dilakukan di 4 kelurahan berdasarkan harga, pertama adalah daging yang mewakili pusat perkotaan dan pinggiran has dalam, kemudian daging has luar, kota Padang. Kelurahan yang mewakili pusat daging paha, daging iga, dan daging kota ditetapkan yaitu kelurahan Kampung Jao, kepala, jerohan serta tetelan. Kecamatan Padang Barat dan kelurahan 3. Cara memilih daging, biasanya konsumen Sawahan Kecamatan Padang Timur. Sedangkan memilih daging dengan menggunakan kelurahan yang mewakili pinggiran kota yaitu indera penglihatan, penciuman dan indera Kelurahan Beringin Kecamatan Lubuk peraba. Selain itu ada juga konsumen yang Kilangan dan Kelurahan Lambung Bukit memilih daging dengan melihat ada atau Kecamatan Pauh. tidaknya lemak atau darah dan ada juga Metode yang digunakan pada penelitian yang mempercayakan pilihannya pada ini adalah metode survei yaitu ragam penjual daging. Ditinjau dari segi mengumpulkan informasi dari sebagian sampel kesehatan cara pemilihan daging yang untuk mewakili seluruh populasi. Responden paling baik adalah dengan melihat warna penelitian adalah ibu rumah tangga, hal ini dan tekstur daging serta dengan melakukan didasarkan atas pertimbangan bahwa ibu rumah penciuman, tanpa melakukan perabaan. tangga adalah orang yang paling berperan Astawan (2006) mengemukakan bahwa dalam menentukan konsumsi pada suatu rumah ciri-ciri kualitas daging sapi yang baik tangganya. Teknik pengambilan sampel yang adalah warna merah cerah, serabut daging digunakan adalah dengan Cluster Random halus tetapi tidak mudah hancur dan sedikit Sampling berdasarkan kepada wilayah berlemak, tekstur daging yang masih segar pemukiman. Pertama pemukiman dibagi terasa masih kenyal, bau dan rasa. menjadi 2 cluster yaitu pemukiman yang dekat Berdasarkan hasil penelitian Daslina dengan pusat kota yang terdiri dari 6 kecamatan (2002) pola konsumsi daging di daerah yaitu Kecamatan Padang Timur, Padang Barat, perkotaan dan pedesaan menunjukkan pola Padang Utara, Nanggalo, Padang Selatan, yang berbeda, yaitu pada volume konsumsinya. Lubuk Begalung dan pemukiman wilayah Di perkotaan konsumsi daging jauh lebih tinggi pinggiran kota yang terdiri dari 5 kecamatan dibandingkan di daerah pedesaan, kecuali untuk yaitu Kecamatan Koto Tangah, Bungus Teluk daging kambing dan kerbau. Ilham (2001) Kabung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh. Pada dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tiap cluster di pilih 2 kecamatan secara acak. keputusan mengkonsumsi daging sapi tidak Selanjutnya pada masing-masing kecamatan hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi dilakukan pemilihan 1 kelurahan juga secara ditentukan juga oleh tingkat pendidikan dan acak. Di setiap kelurahan ditetapkan sampel aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas dengan quota sebanyak 30 rumah tangga. sosial ekonomi. orang yang memiliki Dengan demikian jumlah sampel untuk kedua pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi cluster sebanyak 120 rumah tangga. cenderung untuk memilih pangan yang lebih Pengambilan responden dilakukan secara baik kualitasnya dari pada yang berpendidikan accidental. rendah. Variabel yang diukur dalam penelitian Teori Engel’s menyatakan bahwa semakin ini adalah perilaku memilih daging sapi, tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin dengan alasan memilih berdasarkan : a) kondisi rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi fisik daging, b) kualitas daging, c) harga. Data makanan. Berdasarkan teori klasik ini, maka yang diperlukan dalam penelitian ini adalah keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila data primer yang diperoleh langsung dari persentasi pengeluaran untuk makanan jauh responden melalui wawancara dengan memakai lebih kecil dari persentasi pengeluaran untuk kuesioner sebagai alat bantu, lalu dianalisis bukan makanan. Artinya proporsi alokasi secara deskriptif. pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, Salam N. Aritonang, dkk. Perilaku Konsumen Hasil dan Pembahasan pinggiran kota adalah SLTA sebesar 55% dan Karakteristik Responden 35% dengan persentase rata-rata 45%. Hal ini Umur menunjukkan bahwa pengambil keputusan Distribusi responden berdasarkan umur dapat pemilihan konsumsi untuk rumah tangga dilihat pada Tabel 1 berikut. mempunyai pendidikan yang cukup tinggi. Pada Tabel 1 tampak umur responden Dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan terbanyak adalah pada ibu rumah tangga akan gizi, diharapkan penentu konsumsi dapat kelompok umur 36 sampai dengan 45 tahun, lebih selektif dalam menentukan menu baik itu pada rumah tangga wilayah pusat kota keluarga, yaitu menu yang memiliki nilai gizi sebesar 51,7% maupun wilayah pinggiran kota yang tinggi. sebesar 43,3% dengan persentase rata-rata Persentase terkecil tingkat pendidikan di 47,5%. Pada umur ini termasuk kelompok umur wilayah pusat kota adalah yang tidak sekolah produktif, responden sudah dewasa sehingga atau tidak tamat SD sebesar 0%. Di wilayah sudah matang dalam pengambilan keputusan, pinggiran kota yang tidak sekolah atau tidak terutama dalam hal keputusan konsumsi. Selera tamat SD sebesar 8,3%. Persentase terkecil seseorang terhadap barang/jasa sangat tingkat pendidikan di wilayah pinggiran kota berhubungan dengan umur, semakin dewasa adalah tamatan perguruan tinggi sebesar 3,3% umur seseorang maka keputusan untuk sedangkan pada wilayah pusat kota tamatan mengkonsumsi suatu barang semakin selektif. perguruan tinggi sebesar 28,3%. Hasil Umur juga merupakan salah satu faktor yang penelitian Sayuti dan Efendi (2004) mempengaruhi seseorang dalam membuat menyatakan bahwa pendidikan