oleh: Pemenang Writingthon  Kategori Pelajar dan Mahasiswa ©2018

Diterbitkan oleh: Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Bitread Publishing

ISBN: 978-602-5877-80-3

BUKU INI MILIK NEGARA DAN TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN Pengantar Menteri Komunikasi dan Informatika Republik

“Momentum Asian Games 2018 harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa.” – Presiden Joko Widodo

akyat Indonesia saat ini tengah berbangga. Event bergengsi se-Asia kini Rkembali diselenggarakan di tanah air kita. Sebelumnya, Asian Games ke-4, yang diselenggarakan pada 1962, juga diselenggarakan di Indonesia. Saat itu, Republik Indonesia telah genap berusia 17 tahun sejak hari kemerdekaannya. Presiden Soekarno dan para founding father bangsa ini menjadikan momentum tersebut untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia ada, Indonesia bisa. Kendati saat itu, segudang permasalahan yang kompleks turut menyelimuti bangsa Indonesia sebagai sebuah negara yang masih sangat muda. Persoalan dana, infrastruktur, keamanan, sumber daya, dan lain sebagainya menjadi cerita tersendiri yang menghiasi prestasi bangsa ini. Namun, demi menunjukkan eksistensi merah-putih di pentas dunia dan demi membuktikan kedaulatan negeri kita, seluruh bangsa Indonesia bersatu mendukung perhelatan akbar tersebut. Bagi sebuah negeri yang baru merdeka dengan segala problematikanya, menjadi tuan rumah sebuah event besar dunia merupakan suatu pencapaian yang luar biasa.

Tahun ini, tepatnya pada tanggal 18 Agustus–2 September 2018, bangsa ini seolah kembali mengulang sejarah. Kita kembali menjadi tuan rumah Asian Games, dengan segenap martabat dan potensi yang telah kita miliki sekarang. Kementerian Komunikasi dan Informatika turut menyaksikan euforia tersebut. Bahkan, kami memiliki tanggung jawab untuk menggelorakan semangat tersebut, agar ingar-bingar dan kemeriahan Asian Games bisa menjangkau seantero negeri, bahkan ke seluruh dunia. Dari Sabang sampai Merauke, harus turut merasakan gempita Asian Games ke-18. Ini bukan semata perhelatan masyarakat dan , ini adalah

Aku Bangga Asian Games di Negeriku III hajat kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Bahkan, gelaran Asian Games merupakan sebuah momen kolektif negara-negara se-Asia. Mata dunia saat ini tertuju pada kita, pada Indonesia. Maka, Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan berbagai cara berupaya menunaikan tugas tersebut, untuk menggaungkan Asian Games sehingga event tersebut menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.

Buku ini merupakan sekelumit bukti kegembiraan dan dukungan masyarakat Indonesia dalam menyambut Asian Games. Energy of Asia menjadi tema Asian Games tahun ini. Energy of Asia merupakan simbol keragaman budaya dan warisan (legacy) sebagai identitas Asia. Indonesia bisa dibilang merupakan representasi dari itu semua. Pancaran energi serta makna Asian Games semakin kuat dan berkesan, manakala kita saksikan bagaimana anak-anak bangsa turut andil dalam menyuarakan dukungan bagi Asian Games yang datang dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Buku ini merangkum gegap gempita dukungan tersebut, menyimbolkan kebhinekaan sebagai elemen-elemen yang menyusun kekuatan, bahwa perbedaan itu merupakan berkah yang membuat kita dapat saling mengisi dan saling melengkapi. Keanekaragaman yang pada gilirannya menjadi sebuah energi dan kekuatan, seperti halnya tema yang digaungkan pada Asian Games edisi ini. Maka, Kementerian Komunikasi dan Informatika menangkap kemeriahan 34 provinsi mendukung Asian Games dalam buku ini.

Akhir kata, semoga buku ini dapat menginspirasi dan menjadi salah satu catatan manis dari rangkaian gelaran Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Saatnya menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa. Selamat Membaca.

“Kita tunjukkan pada dunia, Indonesia bangsa yang besar, yang mampu maju ke muka memimpin pembebasan bangsa-bangsa di dunia menuju dunia barunya.” – Ir. Soekarno

Rudiantara

IV Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Daftar Isi

Kata Pengantar – III Daftar Isi – V

Menakar Kekuatan Soft Diplomacy Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018 – 1 Oleh: Muhammad Haikal Razi (Aceh)

Domainee De La Romanee Conti – 8 Oleh: Ghea Charya Padanta Ginting (Sumatra Utara)

Asian Games untuk Indonesia – 13 Oleh: Vhira Nadiandra Pratiwi (Sumatra Barat)

Indonesia dan Identitas Bernama Olahraga dan Budaya – 18 Oleh: Iqbal Novanda (Riau)

Lebih dari B Aja – 25 Oleh: Rizky Clarinta Putri (Jambi)

Pesta di Tepi Musi – 30 Oleh: Salma Afifah (Bengkulu)

Asian Games 2018 sebagai Hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia Ke-73 – 35 Oleh: Ria Siti Juairiah (Sumatra Selatan)

Aku Bangga Asian Games di Negeriku V Ngapain Dukung Asian Games 2018? – 41 Oleh: Ida Lestari (Lampung)

Generasi Energi Tanpa Batas, Sang Anak Bangsa – 47 Oleh: Cynthia Nofentary Purba (Kepulauan Riau)

Asian Games 2018: Pesta Olahraga dan Upaya Perdamaian – 52 Oleh: Muhammad Ammar Hidayahtulloh (Bangka Belitung)

Peluang Memperkenalkan Budaya Indonesia dalam Asian Games 2018 – 59 Oleh: Fathan Huda (Kalimantan Utara)

Mendukung Asian Games 2018 dengan Menjadi Netizen yang Memiliki Bibit, Bebet, Bobot, dan Turut Memerangi Hoax – 63 Oleh: Angelia Loreta (Kalimantan Barat)

Aku, Indonesia, dan Asian Games – 69 Oleh: Rinaldi (Kalimantan Tenggara)

Sepak Terjang Asian Games 1962 untuk Asian Games 2018 – 74 Oleh: Alfian Fikri Fahrurroaizi (Kalimantan Timur)

Asian Games untuk Indonesia Lebih Baik – 81 Oleh: Nagawati Limata (Kalimantan Selatan)

Karung Emas itu Milik Indonesia – 85 Oleh: Daniah Arthamevia Putri Hidayah (Banten)

Nostalgia – 90 Oleh: Nur Azizah Maharani (Jawa Barat)

VI Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Indonesia Sebagai Tuan Rumah Asian Games: Sejarah, Tantangan, dan Dukungan Masyarakat – 98 Oleh: Muhamad Fajar Irfandi (DKI Jakarta)

Aku Akan Meneriakkan Namamu di Gbk, Kawan! – 104 Oleh: Ilham Dary Athallah (Jawa Tengah)

Rasa Bangga Indonesia untuk Asian Games Ke-18 – 112 Oleh: Azzahra Larasati (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Saya Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018 – 117 Oleh: Ivtachul Ma’rifah (Jawa Timur)

Sinergi Muda Berkarya – 121 Oleh: Made Naraya Laksmayuda Sumaniaka ()

Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games: “Harus Bangga atau Kecewa?” – 126 Oleh:Mahdi Singaparado (Nusa Tenggara Barat)

Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games – 133 Oleh: Oktavianus Dato Toda (Nusa Tenggara Timur)

Perspektif Seorang Pelajar: Bangga Indonesia Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018 – 136 Oleh: Gabriela Eliana (Sulawesi Utara)

Memanjat Tebing Juara Asian Games 2018 untuk Indonesia – 143 Oleh: Vivi Oktaviani Pulukadang (Gorontalo)

Aku Bangga Asian Games di Negeriku VII Upaya Peningkatan Awareness” Penonton dan Pengunjung Internasional – 149 Oleh: La Ode Rifaldi Nedan Prakasa (Sulawesi Tenggara)

Indonesia Membanggakan melalui Asian Games – 160 Oleh: Muhammad Ayyub (Sulawesi Barat)

Asian Games, Kemenangan Kedua untuk Indonesia – 165 Oleh: Fathul Khair Tabri (Sulawesi Selatan)

Dari Sulawesi Tengah untuk Asian Games 2018 – 171 Oleh : Zulrafli Aditya (Sulawesi Tengah)

Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games Ke-18 Tahun 2018 – 178 Oleh: Darfianto (Maluku Utara) 178

Gemakan Raungan Asian Games 2018, Karena Asian Games 2018 Adalah Kita – 183 Oleh: Johanes Marcelino Matmey (Maluku)

Aku Bangga Indonesiaku – 188 Oleh: Anita I. Atiameru (Papua Barat)

Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games – 192 Oleh: Natalia Tabuni (Papua)

Tentang Penulis – 195

VIII Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Menakar Kekuatan Soft Diplomacy Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018

Oleh: Muhammad Haikal Razi (Aceh)

“Asian Games bukan hanya terbatas pertandingan olahraga, tetapi juga mengusung harga diri bangsa.”

-Ir. Soekarno-

urang dari sebulan lagi, pesta olahraga Asian Games 2018 akan Kdigelar. Tak kurang dari 19 ribu atlet terbaik di Asia akan berkumpul di Jakarta dan Palembang untuk bertanding menjadi pemenang di berbagai cabang olahraga. Sebagai acara olahraga terbesar di dunia setelah Olimpiade, Asian Games adalah ajang bergengsi yang diikuti oleh bangsa-bangsa Asia dan diorganisir oleh (OCA). Demi menyukseskan Asian Games 2018, pemerintah dan INASGOC turut melakukan serangkaian kegiatan guna menaikkan branding Asian Games, baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang mengakibatkan kemeriahan Asian Games terlihat di seluruh penjuru tanah air. Menariknya lagi, Asian Games 2018 akan menjadi kado indah bagi Indonesia pasalnya upacara pembukaan Asian Games 2018 akan digelar tepat sehari setelah peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-73. Sebagai rakyat Indonesia, tentu ada kebanggaan tersendiri melihat bangsa kita mampu menjadi tuan rumah event olahraga prestisius ini, karena pada dasarnya pergelaran Asian Games 2018 tidak hanya sebagai ajang olahraga, tapi juga sebagai

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 1 momentum menunjukkan kekuatan soft diplomacy kita sebagai negara berpengaruh di Asia.

Sejarah mencatat, ini merupakan Asian Games ke-dua yang diselenggarakan di Indonesia. Lima puluh enam tahun silam, di saat Indonesia masih berusia 17 tahun acara serupa digelar di ibukota Indonesia, Jakarta. Persiapan Asian Games 1962 dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno. Untuk mencapai tujuannya, beliau harus berhasil menampilkan identitas baru Indonesia, yakni sebuah identitas sebagai bangsa yang besar dan berdaulat. Jakarta sebagai tuan rumah harus sempurna merepresentasikan wajah Indonesia sebagai bangsa yang besar. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mempersiapkan suatu mahakarya yang monumental pada masanya, Stadion Utama Gelora Bung Karno yang merupakan stadion termegah pada saat itu. Selain itu, dibangun pula Jembatan Semanggi, Bundaran Hotel Indonesia, Patung Selamat Datang, sampai stasiun TVRI sebagai penunjang pelaksanaan Asian Games. Berbagai insfrastrukstur yang dibangun menjadikan Jakarta sebagai ibukota yang menakjubkan, besar, dan modern tak kalah dengan kota-kota besar di Asia lainnya. Ini merupakan suatu investasi sosial, budaya, dan politik yang amat strategis dalam rangka mempresentasikan bangsa kita di mata dunia.

Bagi bangsa Indonesia, Asian Games 2018 tidak hanya sebatas kompetisi olahraga, tetapi juga suatu platform untuk memperkuat persahabatan kita dengan bangsa-bangsa Asia lainnya, seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi di sela-sela acara “Asian Games 2018 Diplomatic Walk” di Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu lalu. Acara tersebut turut dihadiri oleh duta besar negara-negara sahabat serta pimpinan berbagai organisasi internasional di Jakarta. Olahraga sering dikaitkan dengan diplomasi model baru sebab olahraga adalah salah satu di antara bentuk soft power yang sangat strategis terutama dalam diplomasi publik. Memang belakangan ini tren diplomasi di dunia turut bergeser dari yang awalnya kaku menjadi lebih

2 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games cair. Bangsa-bangsa di dunia, tak terkecuali di Asia sekarang ini sepertinya berubah dengan sangat cepat. Negara tidak lagi memamerkan kekuatan militernya untuk unjuk kekuatan guna mencapai national interest-nya. Dunia seakan muak dengan model pendekatan kuno tersebut yang pada akhirnya justru berpotensi menimbulkan perang. Dalam beberapa dekade belakangan ini muncul sistem pendekatan baru, yakni soft diplomacy.

Secara sederhana, soft diplomacy diartikan sebagai cara suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional melalui pendekatan sosial dan budaya. Menariknya, pelaksanaan pesta olahraga turut digunakan sebagai media soft diplomacy tersebut. Peran penting olahraga dalam diplomasi sudah berlangsung cukup lama bahkan sudah berlangsung sejak Perang Dunia II (1939-1945). Sebagai contoh, Presiden Amerika Serikat Franklin D Roosevelt menggunakan olahraga tinju sebagai alat diplomasi. Di enua Afrika, tercatat nama Nelson Mandela yang pernah menggunakan acara Piala Dunia Rugbi untuk mencapai rekonsiliasi nasional antara kulit hitam dan kulit putih. Serta yang tak kalah menarik adalah “Diplomasi Pingpong” antara Pemerintah dan Amerika Serikat yang terbukti berhasil mengurangi ketegangan antara kedua negara.

Barry Sanders dalam “Sport as Public Diplomacy” melihat bahwa olahraga adalah media yang kuat dan besar untuk menyebarkan informasi, reputasi, dan hubungan internasional yang adalah inti dari diplomasi publik. Besaran dari audience internasional dan tingkat ketertarikan pada olahraga melebihi subjek lainnya, termasuk dalam masalah politik karena sifat olahraga sendiri adalah mencari keunggulan dalam kompetisi, sehingga melahirkan prestasi dan prestise. Masyarakat olahraga juga dapat menjadi pelaku diplomasi. Masyarakat dapat bermitra, membangun jejaring, mempromosikan aset, menyebarluaskan informasi, serta people to people contact.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 3 Persahabatan dan Perdamaian

Beberapa waktu yang lalu, Presiden Joko Widodo menjamu Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok di Istana Bogor. Uniknya pada acara kenegaraan tersebut, terselip dukungan dari PM Tiongkok Li Keqiang, bahkan kedua pemimpin tersebut berfoto bersama, sambil memegang boneka yang menjadi maskot Asian Games 2018, yakni Bhin Bin, Atung, dan Kaka. Dalam pernyataan persnya Presiden Jokowi mengapresiasi dukungan dan partisipasi Republik Rakyat Tiongkok dalam penyelenggaraan Asian Games pada bulan Agustus nanti. Presiden Jokowi berharap agar Asian Games bukan hanya semata pesta olahraga, namun mempererat persahabatan negara-negara di Asia.

Presiden Jokowi dan PM Li Keqiang Berpose dengan Maskot Asian Games 2018 Sumber: airmagz.com

Di lain sisi, Asian Games 2018 menjadi momentum bersejarah rekonsiliasi antar dua negara Korea yang sejak lama mengalami perang dingin. Sebagian atlet dari Korea Selatan dan Korea Utara dipastikan bersatu menjadi Tim Korea dalam tiga cabang olahraga yang akan dipertandingkan nanti. Berdasarkan keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan INASGOC di Jakarta, ketiga cabang olahraga yang diikuti Tim Korea adalah bola basket putri, perahu naga putri dan putra, serta dayung. Dengan demikian, Asian Games akan diikuti oleh tiga Korea,

4 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games yakni Korea Selatan, Korea Utara, dan Tim Korea. Ketua Inasgoc, Erick Tohir, juga menuturkan bahwa dalam parade atlet nanti, dua negara juga akan bersatu memakai nama Korea, tak ada Korea Selatan maupun Korea Utara. Dengan penyatuan dua Korea ini memungkinkan untuk menuntaskan permusuhan mereka yang berlangsung sejak 1953 lalu. Secara tak langsung, nama besar Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara akan ikut terangkat karena mampu menyatukan dua negara yang telah lama berkonflik.

Asian Games mendorong terwujudnya persahabatan, perda- maian, dan kemajuan bersama lebih cepat dan lebih kuat, khususnya di kawasan Asia. Hal ini tidak hanya di arena olahraga, namun juga akan menular dalam berbagai sisi. Selama para atlet berada di Indonesia me- dia tidak hanya menampilkan acara olahraga saja, juga berbagai event lainnya termasuk keunikan yang terjadi saat penyelenggaraan pesta olahraga ini. Jika selama ini Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri khusus mengundang wartawan dan jurnalis dari berbagai negara untuk meliput Indonesia dalam Familiarization Trip dan Journal- ist Visit Program, tentu dengan kehadiran 3.500 pekerja media tersebut menjadi jumlah yang sangat besar dalam meliput Indonesia.

Salah satu manfaat besar yang akan diterima oleh Indonesia dalam penyelenggaraan Asian Games ini adalah citra positif kita yang merupakan one of valuable currencies dalam hubungan internasional dan juga menjadi modal dalam mempertahanankan kepentingan nasional. Dengan segala potensi yang kita miliki, Indonesia pantas dianggap menjadi big brother bagi negara-negara Asia. Hal ini juga mengukuhkan kekuatan soft diplomacy Indonesia. Diplomasi di bidang olahraga dapat menjadi alternatif yang efektif selain diplomasi konvensional di meja perundingan.

Diplomasi olahraga sebagai elemen dari diplomasi publik adakalanya dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan karakter dan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 5 budaya suatu bangsa. Pada akhirnya, diplomasi olahraga akan bermuara pada kesempatan untuk meredam konflik dan ketegangan serta membawa hubungan yang lebih erat.

Sebagai masyarakat Indonesia, terlebih yang terlibat dalam Asian Games 2018 tentunya kita harus pandai menempatkan diri dalam setiap situasi. Jangan sampai ada hal buruk yang mampu mempengaruhi citra Indonesia di mata dunia. Misalnya, baru-baru ini ada insiden pelemparan bangku penonton saat pertandingan bola di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang yang membuat kita pilu. Jangan sampai event kebanggaan bangsa ini rusak karena ulah oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Namun di sisi lain, kita juga harus mengapresiasi animo masyarakat yang luar biasa dalam menyambut Asian Games ini. Seperti yang diberitakan oleh berbagai media online, masyarakat Jakarta bahu-membahu menghias kampung mereka berwarna-warni serta memasang bendera-bendera negara peserta Asian Games di berbagai tempat. Meski sempat menuai kritikan karena tiang bendera menggunakan bambu, namun semangat masyarakat dalam menyukseskan pesta olahraga empat tahunan ini patut kita apresiasi.

Asian Games tinggal menghitung hari, ‘kerja kolosal’ masyarakat Indonesia dalam menyukseskan perhelatan akbar ini akan menjadi perbincangan dunia, terlebih karena banyak hal-hal unik dan menarik yang bakal terjadi nanti. Dengan waktu yang tidak banyak lagi, dukungan serta partisipasi seluruh elemen bangsa akan menjadi penentu keberhasilan kita sebagai tuan rumah penyelenggara. Kita harapkan dengan slogan “Energy of Asia” yang disandang Asian Games 2018 ini benar-benar memberi energi yang sebesar-besarnya bagi bangsa di Asia terutama bagi Indonesia sebagai penyelenggara. Bersama dengan dukungbersama.id dan indonesiabaik.id kita sukseskan Asian games 2018. Indonesia Bisa!

6 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Referensi:

Imran. Maskot Asian Games di Pertemuan Jokowi dan PM China Li Keqiang. Airmagz edisi 8 Mei 2018. Diakses melalui https://www. airmagz.com/25357/maskot-asian-games-di-pertemuan-jokowi-dan- pm-china-li-keqiang.html pada 23 Juli pukul 14.00 WIB.

Laksamana, Nugyasa. Bakal Ada “3 Negara Korea pada Asian Games 2018. Kompas edisi 29 Juni 2018.Diakses melalui https://olahraga. kompas.com/read/2018/06/29/17015528/bakal-ada-3-negara-korea- pada-asian-games-2018 pada 23 Juli pukul 20.15 WIB.

Melissen, Jan. 2005. The New Public Diplomacy: Soft Power in International Relations. Inggris: Macmillan Distribution Ltd.

Sanders, Berry. 2011. Sport as Public Diplomacy. USC Center on Public Diplomacy University of California. Diakses melalui https:// uscpublicdiplomacy.org/users/barry_sanders pada 23 Juli 2018 pukul 21.50 WIB.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 7 Domainee De La Romanee Conti

Oleh: Ghea Charya Padanta Ginting (Sumatra Utara)

“Kaka, badak bercula satu dengan pakaian tradisional motif bunga khas Palembangnya itu busung dada, bangga akan kekuatannya. Sementara Atung, si Rusa Bawean pun tak mau kalah, mengelukan kecepatannya, sembari ia memperbaiki sarung motif tumpal yang ia kenakan. Dari tengah mereka, muncullah Bhin Bhin si strategator cerdas. Sayap burung cendrawasih itu membuka hingga tampak rompi motif Asmat di tubuhnya. Ujarnya membawa sepatah filosofi: Ingat, kita BHINNEKA TUNGGAL IKA.”

edikit cerita pembuka: pada tahun 2017 lalu, saya sebagai Srepresentatif dari Indonesia, mewakili tanah air untuk turut serta dalam World Festival Of Youth And Student ke-19 di Moskow dan Sochi, Rusia. Event ini merupakan festival internasional empat tahun sekali, dalam skala besar yang mengundang 20.000 orang cendekiawan dan pemuda, dari total 180 negara, di seluruh dunia. Dalam acara ini, para delegasi dapat memilih bidang ilmu yang mereka inginkan dan bentuk pendalaman ilmu yang mereka sukai, seperti: konferensi, workshop, kuliah umum, dan sebagainya. WFYS terasa begitu luar biasa, menuntut saya untuk berdecak kagum terhadap totalitas Rusia sebagai Tuan Rumah tahun 2017. Domainee de la romanee conti. Satu kalimat filosofis yang sempurna untuk mendeskripsikan kesuksesan negara eks-bangsa Slav Timur ini. Mahakarya dari Burgundy yang menghasilkan anggur bebas investor ini menjadi salah satu wine terbaik di dunia. Sama seperti WFYS

8 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games 2017 yang terukir sebagai acara maha-berkesan, yang membekas di hati para partisipannya.

Setelah saya kembali ke tanah air, saya membaca berita tentang Indonesia, yang akan menjadi Tuan Rumah bagi Asian Games 2018. Acara olahraga empat tahunan bagi multibangsa se-Benua Asia. Mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah, digantikan oleh Ibu Pertiwi. Saya berdecak kagum, sedikit debaran melincah di hati saya. Bangga sekali! Benar- benar merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan. Bagaimana tidak? Ini adalah kesempatan ke dua bagi kita, sejak terakhir kali menjadi Tuan Rumah pada tahun 1962, lima puluh enam tahun yang lalu. Jika tahun 2014 lalu, ‘Only One’ dari JYJ dikumandangkan nyaring sebagai lagu tema acara tersebut di Stadion Asiad, maka tahun ini, “Meraih Bintang” oleh Via Vallen akan mengguncangkan seluruh Stadion Jakabaring dan Gelora Bung Karno.

Acara akbar semacam Asian Games, sudah sepatutnya memanen euforia dan respon yang luar biasa dari masyarakat Indonesia, terutama para pemukim di wilayah utama olimpiade olahraga tersebut dilaksanakan. Dimulai dari , India sebagai perdana Asiad (sebutan lain Asian Games) tahun 1951, kini predikat ‘Tuan Rumah’ dapat sampai di pijakan Sang Saka Merah Putih.

Yang membanggakan dari bangsaku, tanah airku, antusiasme dan kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah terjalin cukup baik, sehingga persiapan acara dapat berjalan dengan lancar. Disampaikan oleh Kominfo, selain bangunan yang ikonik dan fasilitas-fasilitas bertaraf internasional, infrastruktur untuk Asian Games pun disiapkan untuk manfaat jangka panjang. Seperti renovasi 71,3% di GBK, venue dayung dan tembak di Palembang, stadion hoki dan kolam renang yang disesuaikan dengan standar federasi internasional masing-masing, hingga infrastruktur hunian bagi para atlet. Seluruhnya yang terbaik

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 9 demi menampung 15.000 atlet, 7.000 media, dan 30.000 volunteer, untuk Asian Games yang luar biasa.

Iseng-iseng googling, saya menemukan bahwa seluruh fasilitas terpapar di atas, tak kalah luar biasa dari yang disediakan di Rusia. Meski Bu Puan Maharani, (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI) mengatakan bahwa persiapan Asian Games telah mencapai 96%, saya merasa seluruhnya sudah tampak 100% luar biasa. Saya bangga sekali, dan semakin bangga ketika mengetahui, bahwa telah disediakan fasilitas untuk para difabel, seperti lift dan kamar khusus. Banyak sekali pembaruan dan inovasi yang mengejutkan, yang tak saya sangka Indonesia bisa wujudkan. Dalam hati, saya sedikit malu. Meskipun saya bangga, pada awalnya saya sedikit khawatir dengan tittle “Tuan Rumah” yang kita sandang. Dan kini, begitu saya melihat kesiapan dan proses “menuju matang”, saya malu telah pernah mengkhawatirkan negara ini. Negara ini butuh didukung, bukan dikhawatirkan.

Saya semakin bersemangat. “Haus akan informasi Asiad” saya beranak-pinak, hingga akhirnya sampai pada atlet-atlet yang akan bertanding dalam setiap cabang (kebanyakan yang saya search adalah dari Indonesia). Saya tertegun saat menjumpai profil Zohri. Tahu, ‘kan, Muhammad Zohri? Muda-muda cabai rawit yang menyabet medali emas dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20? Luar biasa perjuangannya, merangkak dari rumah mungil berlindungkan genting dan anyaman bambu. Tanpa orangtua dan tanpa kemewahan, ia yang awalnya kesulitan dalam mengajukan visa, berhasil memberikan kemegahan dengan gelimang kehormatan untuk Bumi Indonesia. Kini lelaki tersebut telah beroleh rumah baru, dan akan segera bersiap untuk memboyong medali emas (lagi) dalam Asian Games 2018.

Lalu pencarian saya berlanjut pada prosesi latihan para atlet Asian Games. Tanpa bisa banyak berkomentar--bahkan saya tak sanggup tonton sampai akhir--, saya menutup ponsel, dan merenung.

10 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Saya kembali mengingat euforia di Rusia, pada festival WFYS 2017 lalu. Mengingat saat-saat ketika saya berlatih bahasa Inggris dan sedikit belajar bahasa Rusia sebelum berangkat. Detik-detik sebelum saya meninggalkan Indonesia, dan waktu dimana pertama kali saya merasakan bekunya tiupan angin di bumi Rusia. Di lokasi festival, terdapat sebuah dome yang dikelilingi oleh ratusan bendera dari tiap-tiap negara yang hadir. Saya menyusuri lingkaran tersebut, mencari bendera Indonesia. Dan ketika saya menemukannya, hati saya terasa penuh. Diam-diam dalam bisikan, saya nyanyikan lagu “Indonesia Raya” dengan mata yang berkaca-kaca. Saya bangga. Saya bangga dengan tanah air saya yang oleh harkat dan martabatnya, menghantarkan saya ke tempat itu. Dramatis, memang, tetapi itulah yang saya rasakan. Dan berkaitan dengan Asian Games tahun ini, saya membayangkan betapa teguh dan penuhnya hati para atlet yang akan bertanding nantinya. Di pundaknya tak hanya ada dirinya dan kemampuan olahraga, tetapi juga kebanggaan dan dukungan bangsa. Kaki merekalah yang berlari, namun tanah airlah penyokongnya. Tangan merekalah yang mengayunkan bat, namun pada Indonesialah mereka persembahkan bola dan martabat. Ia yang berenang, di dalam air Ibu Pertiwi yang akan membawanya pada menang.

Lalu, saya kembali pada filosofi saya sebelumnya. Domainee de la romanee conti. Anggur yang hanya diproduksi sebanyak enam botol per tahun, serupa langkanya dengan kesempatan untuk menjadi Tuan Rumah Asian Games kali ini. Dan perjalanan negaraku—ah, bukan,- -kita—, semacam mahakarya yang dibentuk dengan perpaduan kesabaran, waktu, pengorbanan, dan penderitaan demi mencapai sebuah kesempurnaan. Segala perhitungan masuk ke dalam setiap tetesnya, hingga tanpa filtrasi, bahkan formasi batu dan kandungan mineral dalam tanah, yang melahirkan pohonnya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 11 “Oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peta prakiraan cuaca dengan skala mikro di sekitar arena Asian Games. Indonesia akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan helat Asian Games. Zero El Nino, low La Nina, kemarau tak akan seekstrem tahun 2015 lalu. Prediksi suhu: 22-33 derajat celsius di Jakarta, dan 23-34 derajat celsius di Palembang.”

Layaknya domainee de la romanee contiyang terukir citarasa dan kombinasi teroirnya oleh bumi dan langit, iklim pun secara kontributoris mendukung Indonesia untuk mencapai kehormatan dan kesuksesan sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018.

Kemudian catatan ini saya tulis, dan selesai dalam waktu lima jam setelah saya membaca informasi tentang Writingthon Asian Games 2018. Jika Asian Games adalah domainee de la romanee contisaya, maka saya harus menjadi iklim, atau bumi yang berkontribusi untuknya.

Saya sangat bangga. Saya sangat bangga pada Indonesia kita sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018. Saya percaya, sebagaimana euforia acara internasional tersohor lainnya, negara ini pun dapat membabat habis perhatian masyarakat dunia. Asian Games 2018, tidak akan kalah dari euforia Piala Dunia yang baru saja dihelatkan.

“The 2018 Asian Games, officially known as the 18th Asian Games, also known as Jakarta Palembang 2018. Scheduled to be held from 18 August-2 September 2018. With the motto: Energy Of Asia, there were 45 nations participating on 462 events of 40 sports. With the main venue, Gelora Bung Karno and Jakabaring Stadion, and the theme song, ‘Meraih Bintang’, written in Bahasa, the official language of our Asiad host nation.

12 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Asian Games untuk Indonesia

Oleh: Vhira Nadiandra Pratiwi (Sumatra Barat)

sian Games di tahun 2018 ini mungkin tidak berlebihan jika kita Amenyebutnya sebagai keberuntungan atau keterpaksaan yang dipaksakan. Beruntung sebab Vietnam mundur sebagai tuan rumah sebab berbagai alasan dan terkesan dipaksakan sebab Asian Games yang seharusnya diadakan 2019 mendatang dipercepat menjadi tahun ini karena alasan pemilihan presiden akan dilakukan di 2019 mendatang. Rupanya Jokowi tidak ingin kehilangan kesempatan, dan Indonesia tetap memaksakan diri ingin menjadi tuan rumah perhelatan olahraga bergengsi di Asia ini.

Nama Indonesia pun muncul ke permukaan, sebagai negara yang menyatakan siap dan sanggup menjadi tuan rumah pengganti, menggantikan Vietnam yang sedang kepayahan dalam hal finansial. Setelah berbagai macam peninjauan yang dilakukan oleh Olympic Council of Asia (OCA) baik dari fasilitas juga infrastruktur, dan tentunya pendekatan personal yang tidak henti-hentinya diupayakan oleh para pemimpin lembaga olahraga serta Komite Olimpiade Indonesia (KOI), usaha Indonesia pun berbuah manis. Rupanya Indonesia cukup gigih melihat peluang. Indonesia tentunya tidak menyia-nyiakan kesempatan dan masyarakat sudah sepatutnya bangga sebab telah terpilih menjadi tuan rumah terlepas dari segala alasan yang mendasari terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sebab mungkin sudah cukup rasanya 56 tahun kita habiskan untuk menunggu, setelah sebelumnya sempat menjadi tuan rumah dalam Asian Games 1962. Siap tidak siap Indonesia menyiapkan diri untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan sekali 56 tahun ini. Kompetisi olahraga empat tahunan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 13 ini akan diselenggarakan di dua kota di Indonesia yaitu, Jakarta dan Palembang. Dan sebagai seseorang yang besar di Jakarta dan saat ini sedang berkuliah di Sumatra tentu saja saya turut bangga kedua kota ini akan menjadi penyelenggara perhelatan olahraga yang paling bergengsi di Asia.

Melihat beberapa pekan ke belakang, wajar rasanya jika Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah, Indonesia berhasil menunjukkan bahwa dirinya mampu, salah satunya melalui medali emas yang disumbangkan Liliana & Tontowi untuk ganda campuran dari cabang bulu tangkis dalam Indonesia Open 2018 serta Marcus & Kevin dalam ganda putra All England 2018 dan Indonesia Open 2018. Tidak hanya bulu tangkis saja, medali emas turut disumbangkan oleh Lalu Muhammad Zohri, melalui juara lari 100 meter di kejuaraan dunia atletik U-20 pada 11 Juli lalu.

Bukan hanya dari segi prestasi tapi Indonesia juga menyiapkan dirinya dari segi infrastruktur terutama pada kota penyelenggara, yaitu Jakarta dan Palembang. Pada Asian Games sebelumnya, pada tahun 1962 Indonesia gencar-gencaran membangun Gelora Bung Karno yang bahkan saat itu didaulat sebagai salah satu gelanggang olahraga terbesar di Asia Tenggara, serta patung selamat datang yang masih tegak berdiri di seberang Hotel Indonesia, yang pada waktu itu menjadi tempat penginapan para tamu1. Tamu undangan terpuaskan dan dibuat kagum dengan kerja cepat Indonesia yang saat itu belum lama merdeka. Belum lagi 1000 televisi yang didatangkan Bung Karno dari Jepang, semata- mata agar para rakyat bisa menikmati perayaan Asian Games yang sedang berlangsung di tanah air2. Tentu persiapan Indonesia tahun ini tidak akan kurang dari persiapan 56 tahun yang lalu. Tahun ini kompleks olahraga GBK direnovasi, MRT & LRT pun sedang disiapkan menjelang

1. GoodNewsFromIndonesia “Mengenang Asian Games 1962” 2. Hubner, S. (2012). The Fourth Asian Games (Jakarta 1962) in a Transnational Perspective. The Internasional Journal of the History of Sport, 1295-1310.

14 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Asian Games dimulai3. Kabar-kabarnya Indonesia sudah menyiapkan anggaran sekitar 4,1 triliun untuk persiapan Asian Games 2018 ini. Tidak berlebihan rasanya jika presiden OCA, Sheikh Fahad Al-Ahmed Al menanggapi secara positif kemajuan Indonesia dalam persiapan Asian Games 2018 mendatang4. Jika pada Asian Games sebelumnya Indonesia mampu menyiapkan dirinya dalam waktu yang terbilang cukup singkat dan berhasil mendapat pengakuan dari para negara lainnya, berarti tidak ada alasan bagi kita untuk ragu dan melakukan hal yang serupa, bahkan lebih, dalam Asian Games tahun ini. Tunjukkan kualitas kita setelah 56 tahun vakum menjadi tuan rumah, tunjukkan bahwa Indonesia mampu dan Indonesia bisa. Mari kita kenalkan kembali nama Indonesia dengan prestasi dan kepercayaan.

Saya sendiri tidak begitu mengerti mengenai sistematika pemilihan tuan rumah Asian Games. Dari sumber yang saya baca, cara memilih tuan rumah Asian Games yang membuat Indonesia terpilih menjadi tuan rumah tahun 1964 lalu adalah melalui hasil voting yang berhasil dimenangkan Indonesia, unggul 2 suara dari Pakistan5. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa salah satu faktor pendukung Indonesia dipercaya sebagai lokasi Asia Games tahun ini adalah karena Indonesia dianggap sebagai negara paling aman karena anti-terorisme. Hmm, bukankah baru beberapa minggu yang lalu gereja di bom di Surabaya? Anti-terorisme kita bilang? Tidak baik pura-pura lupa secepat itu.

Mengapa tidak kita realisasikan saja anggapan-anggapan tadi, toh tidak ada ruginya, ‘kan? Jika di bawah kepemimpinan Soekarno rakyat mampu dan rela bergotong-royong, kerjasama, kerja keras untuk menegakkan Asian Games 1962, kenapa sekarang tidak bisa? Saya rasa simpati rakyat terhadap Jokowi pun cukup besar. Mari tunjukkan warga Indonesia yang selalu dikenal dengan keramahannya, dengan

3. Tirto.ID 4. Juara.net “OCA Puas dengan Kemajuan Persiapan Indonesia Jelang Asian Games 2018” 5. GoodNewsFromIndonesia “Mengenang Asian Games 1962”

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 15 kekompakannya. Bukan dengan kebodohannya. Prestasi yang kita torehkan cukup banyak dan nama negara kita sedikit demi sedikit mulai tercium harumnya hingga ke negeri seberang. Tingkatkan lagi semua, gencarkan lagi prestasi. Jangan lagi-lagi kita tutupi prestasi yang ada dengan kelakuan ‘asal viral’ yang sedang menjangkiti remaja kita saat ini, yang prinsip hidupnya adalah bodoh tidak masalah asal eksistensi terjaga. Sebagai generasi muda, kita perlu memilih, memilih dipercaya sebagai negara dengan penduduk yang bodoh cenderung terbelakang atau dengan prestasi yang kian gemilang.

Satu per satu nama warga Indonesia mulai menorehkan prestasi di kancah internasional, bahkan mereka yang sebelumnya namanya tidak pernah muncul ke permukaan kini mulai disorot karena berhasil memunculkan nama Indonesia ke hadapan dunia. Mereka yang namanya hanya muncul sekali lalu, mereka yang tidak viral, mereka yang bekerja nyata, bukan bekerja maya, semua menorehkan prestasi atas satu nama, Indonesia. Sudah waktunya bagi kita mengikuti jejak mereka. Saya yakin generasi saya, bahkan generasi yang lebih muda dari saya mampu melakukan itu. Mungkin saat ini kita hanya terlena sesaat. Terlena menjadi cepat terkenal tanpa manfaat. Sibuk mencari sensasi tanpa peduli isi. Tapi perlu kita ingat, sesuatu yang cepat datang biasanya cepat pergi, sedangkan kerja keras dan ketekunan bukan kerja cepat.

Mari kita berikan Asian Games tahun ini kesan yang menarik. Sebagai tuan rumah tunjukkan bahwa Indonesia yang ramah dan berbudaya masih ada, bukan hanya mitos belaka. Buktikan bahwa Bhineka Tunggal Ika bukan hanya sekedar semboyan negara kita. Buktikan bahwa kita ada, kita satu, kita Indonesia. Bawa semua kerja nyata kita ke mata dunia, supaya mereka bisa melihat kita lebih jelas dari sebelumnya.

Saya lahir di Mojokerto, Jawa Timur, saya dibesarkan di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jakarta, dan saat ini tengah berjuang menyelesaikan S1 di Sumatra. Saya Indonesia. Saya bangga membagi masa hidup saya untuk

16 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games dibesarkan oleh negara ini. Lima puluh enam tahun adalah penantian yang cukup panjang bagi Indonesia, jumlahnya hampir dua kali lipat umur saya. Mari jangan sia-siakan kesempatan ini. Sebagai satu bangsa, satu negara, lakukan yang kita bisa untuk menyukseskan Asian Games 2018. Bantu yang bisa kita bantu #dukungbersama #asiangames2018. Bangga menjadi Indonesia.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 17 Indonesia dan Identitas Bernama Olahraga dan Budaya

Oleh: Iqbal Novanda (Riau)

Awal kemajuan bangsa ditandai salah satunya oleh rakyat kita yang cinta dan gemar olahraga. (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-5 Republik Indonesia)

elain politik dan agama, adakah hal lain yang mampu membangkitkan Sfanatisme melebihi olahraga? Saya rasa tidak. Beberapa hari lalu, suporter Sriwijaya FC terlibat kericuhan yang berakibat rusaknya beberapa fasilitas di Stadion Jakabaring, yang mirisnya, merupakan salah satu venue pertandingan perhelatan Asian Games 2018 nantinya.

Di Ambon lain cerita, masyarakatnya terkenal dengan fanatisme- nya terhadap timnas sepakbola Negeri Kincir Angin, Belanda. Kecintaan mereka diekspresikan lewat konvoi berkeliling kota, membuat Kota Ambon larut dalam keriuhan, penuh dengan atribut khas tim “Singa Oranye”. Lalu, teman saya sendiri pernah “nangis bombay” karena timnas bulutangkis putra Indonesia gagal menekuk Denmark di final perebutan Piala Thomas Cup 2016 di Kunshan, Tiongkok.

Olahraga memang punya daya tarik tersendiri. Mulai anak muda dengan ego dan kebanggaannya, sampai ibu-ibu yang kerap latah jika ada pertandingan seru yang menyita banyak mata, terserah olahraga apa saja, apalagi yang bertanding adalah perwakilan Indonesia, semakin semangat tentunya.

18 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Olahraga di luar kapasitas utamanya sebagai media bagi manusia untuk menyehatkan tubuh membuktikan bahwa posisinya sudah bak kekuasaan yang mampu menggerakkan massa dengan sebuah tujuan tertentu. Tujuan inilah yang nantinya mampu membawa perubahan bagi sebuah bangsa, yang baik buruknya tergantung pada tujuan itu sendiri.

Meninjau perkembangan olahraga Indonesia, dalam sudut pandang partisipasinya dalam Asian Games, Indonesia sendiri dalam 17 kali keikutsertaannya dengan rekor tidak pernah absen sejak Asian Games pertama kali digelar di New Delhi, dengan 1 diantaranya menjadi tuan rumah pada tahun 1962 dan untuk kedua kalinya pada tahun 2018, tepatnya Agustus mendatang. Walaupun tidak seadidaya Tiongkok maupun negara-negara Asia Timur lainnya, Indonesia sudah dapat dikatakan cukup mampu berbicara di perhelatan bangsa-bangsa Asia tersebut. Sebut saja di cabang bulutangkis, torehan medali Indonesia di cabang ini dapat dikatakan luar biasa, dan jangan pula kita lupa dengan prestasi membanggakan anak bangsa pada cabang dayung di nomor balap perahu naga yang sukses mengguncang yang saat itu menjadi tuan rumah pada tahun 2010 dengan 3 medali emas dan 3 medali perak terkalung di leher para atlet dengan latar belakang kedaerahan yang jauh berbeda. Satu kata, bangga.

Lalu, jika kita bertanya, siapa sosok paling layak dikenang dalam perkembangan olahraga Indonesia? Tentu jawaban dari setiap individu akan berbeda. Namun, ketika kita bertanya bagaimana olahraga telah turut membentuk Indonesia menjadi sebuah bangsa yang bertahan di tengah perkembangan dunia pada abad ke-21 yang dicirikan dengan kebebasan berkarya dan pengutamaan Internet of Things di segala bidang? Budaya Pacu Jalur Kuantan di Kuantan Singingi, Provinsi Riau menarik untuk kita intip sebagai salah satu narasumbernya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 19 Olahraga, Budaya dan Pembangunan Bangsa Pacu Jalur Kuantan Kredit Gambar: tripriau.com

Sejarah menuturkan, dalam budaya Indonesia sendiri tidak ada keterlibatan latihan fisik seperti olahraga modern. Sebagaimana umumnya, suku-suku asli di Indonesia menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan, seperti ritual, seni, kebugaran fisik, transportasi dan bela diri. Tarian Hudoq khas Suku Dayak adalah contoh latihan fisik ritual di Indonesia. Beberapa ritual suku lainnya pun sangat terikat dengan olahraga, seperti tradisi “fahombo” atau lompat batu dari Nias yang kental dengan teknik lompat gawang dan lompat jauh dalam cabang atletik. Tak terkecuali Pacu Jalur Kuantan asli Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau yang merupakan suatu budaya berupa pertandingan aktivitas fisik medayung “jalur” (sebutan untuk perahu yang saat ini digunakan sebagai alat pacuan) untuk sampai tercepat di garis finish.

Penghujung 2017, saya sendiri berkesempatan mengunjungi salah satu Kanagarian (umumnya disebut desa) di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat desa. Kanagarian Kari, sebagaimana saya menghabiskan seminggu penuh pada minggu terakhir tahun 2017 adalah bagian kecil dari

20 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games kompleksitas penyelenggaraan Pacu Jalur yang di masa modern kini telah dijadikan event pariwisata nasional tahunan. Ya, setiap tahun pada masa penyelenggaraannya event ini mampu menyihir seluruh Kuantan Singingi. Melebur menjadi satu dalam keramaian dan sorakan mendukung “jalur” jagoan.

Menggali informasi dari masyarakat setempat, terkhusus para tetua Kanagarian, saya ketahui bahwa Pacu Jalur sendiri sudah menjadi nadi masyarakat Kuantan Singingi. Memang tak heran, kondisi geografis kabupaten ini yang didominasi aliran sungai (secara khusus oleh masyarakat setempat disebut “batang”) menjadi sejarah di balik adanya budaya ini. Bertolak dari “jalur” sebagai alat transportasilah yang menyebabkan masyarakat Kuantan Singingi mulai mengenal kegiatan Pacu Jalur yang kini berkembang menjadi kegiatan olahraga yang kental akan unsur budaya.

Meninjau korelasi antara Pacu Jalur dan pembangunan masyarakat Kuantan Singingi, Pacu Jalur tak sekadar pertandingan memacu perahu. Jauh di baliknya, rangkaian kegiatannya terbilang cukup atau bahkan sangat kompleks. Bayangkan saja, titik awal dari seluruh rangkaian adalah prosesi penebangan pohon yang akan dijadikan sebaga “jalur” untuk bertanding nantinya. Tak sembarang pohon, tak semua pohon, begitupun tak sembarang orang dapat melakukan prosesi ini. Yang selanjutnya, terus berjalan menarik dengan keterlibatan seluruh elemen masyarakat. Begitulah Pacu Jalur, bukan sekadar olahraga semata, namun sudah menelusup di balik semua aspek kehidupan masyarakat Kuantan Singingi. Musik, makanan, nilai moral, hingga karya sastra sudah dipengaruhinya. Jujur saja, saya adalah penggemar berat dari sebuah cerpen karya salah satu sastrawan Riau yang mengangkat tema romansa dalam pagelaran Pacu Jalur yang dikemas apik dengan nuansa magis dan mistis yang melekat padanya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 21 Tak sampai di situ, para “anak pacu”, sebutan bagi para pendayung “jalur” pun dipersiapkan dengan sangat matang. Bahkan sudah sejak kecil, para anak laki-laki dibiasakan mendayung untuk nantinya menjadi “anak pacu”. Memang bukan hal biasa, semua ini memang dilakukan demi kebanggaan desa. Tak ayal, “anak pacu” dari Kuantan Singingi punya pamor tersendiri. Bahkan levelnya sudah menembus level dunia. Seperti yang saya singgung sebelumnya, keberhasilan tim dayung Indonesia di cabang perahu naga pada Asian Games 2010 di Guangzhou tak terlepas dari jerih dan peluh lengan “anak pacu” dari Pacu Jalur Kuantan.

Berita Kesuksesan Pedayung Riau di Asian Games 2010 Sumber: halloriau.com

Saat itu, ketika saya masih kelas 4 SD, masih lekat di ingatan saya bagaimana headline media cetak di Riau didominasi oleh keberhasilan tim dayung Indonesia. Tentu yang menjadi sorotan adalah “anak jalur” dari Kuantan Singingi yang ikut andil dalam kejayaan tersebut. Fakta dan data dibeberkan, profil para putra daerah yang mampu berbicara di ajang supremasi olahraga Asia tersebut menjadi konsumsi publik. Pemerintah daerah berlomba-lomba menjanjikan bonus bagi mereka. Saya saat itu, hanya bisa turut bangga dan sekali lagi, bangga.

22 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Belajar jauh dari Pacu Jalur Kuantan, agaknya bangsa kita harus sedikit merundukkan kepala, melihat dan belajar dari Pacu Jalur Kuantan. Dan yang membuat saya bangga, saya rasa kita sudah mencoba melaksanakannya.

Adapun ketika olahraga dieratkan dengan budaya, terambillah hati masyarakat di dalamnya.

Adapun ketika olahraga digandengkan dengan budaya, suburlah pembangunan bangsa.

Adapun ketika olahraga digandengkan dengan budaya, masyarakat cinta akannya.

Kekompleks-an penyelenggaraan Pacu Jalur Kuantan dapat kita jadikan semangat dalam menyatukan kebhinekaan bangsa dalam satu wadah Asian Games 2018. Bagaimana Pacu Jalur menyatukan masyarakatnya, kita optimis akan melakukan hal yang sama. Bagaimana Pacu Jalur berhasil mengonversikan olahraga dan budaya menjadi motor pemberdayaan masyarakat lewat beragam produk budaya, sastra, musik hingga industri makanan dan pariwisata, tentu kita akan menuai hal yang sama. Begitupun bagaimana Pacu Jalur Kuantan mampu mengokohkan eksistensinya lewat prestasi putra asli daerahnya, tentu rakyat Indonesia pun akan sukses dengan prestasi dan regenerasi ke depannya. Kita semua harus yakin dan percaya, bahwa perhelatan ini bukanlah sekadar beberapa minggu saja, melihat ke depan harus ada investasi bagi bangsa ini, baik dari ekonomi, sosial hingga pembangunan manusianya, yang salah satunya cinta akan olahraga.

Pun satu hal yang tak kalah penting, kebanggaan dan segala bentuk nilai moral yang terangkai dalam rangkaian Pacu Jalur Kuantan, dapat menjadi pemantik api semangat bagi kita seluruh rakyat republik ini untuk memberikan yang terbaik bagi kesuksesan Asian Games nantinya. Cukup dalam kapasitas kita masing-masing. Tak pula harus

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 23 secara masif, cukup dari hal sederhana, seperti menjaga kebersihan, membudayakan antri yang baik dan benar, menaati peraturan yang telah ditetapkan dan masih banyak lagi. Terkhusus bagi generasi milenial, yang dunia dan teknologi sudah ditangan, jadikan hal tersebut sebagai wadah untuk kita menjadikan Asian Games 2018 nantinya tak hanya menyita mata Asia, namun mampu ke seluruh dunia. Kalau kata kidz zaman now sih, viralkeun!

Pada akhirnya, kita semua harus setuju, kesuksesan Asian Games 2018 bukan hanya dipegang oleh beberapa pihak saja, namun beban itu ada diseluruh genggaman masyarakat Indonesia. Tantangannya adalah, mampukah setiap kita untuk mengangkat tanganbersama , bergerak dan mengonversi beban di genggaman tadi menjadi semangat yang akan memancarkan Energy of Asia ke seluruh penjuru Asia, bahkan dunia. Hingga akhirnya, setiap kita mampu berujar dengan lantangnya bahwa; #AkuBanggaIndonesiasebagaiTuanRumahAsianGames

“Give the best, let god do to rest” – Theme song Asian Games 2018; As “Bright as The Sun”

24 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Lebih dari B Aja

Oleh: Rizky Clarinta Putri (Jambi)

erjalan menyusuri jalanan ibukota Jakarta kala itu di tengah penatnya Bkehidupan perkuliahan, tiba-tiba mata penulis tertuju pada papan warna-warni bergambar ilustrasi olahraga di pinggir jalan. Semula penulis tidak mengetahui ada perihal apa sampai dipasang papan-papan tersebut. Namun, setelah melihat spanduk besar bertuliskan “18th Asian Games 2018, 18-08-18” akhirnya penulis sadar bahwa akan dilaksanakan sebuah kompetisi olahraga terbesar ke dua di dunia, yaitu, Asian Games di Jakarta dan juga Palembang. Seketika itu pula penulis merasa bahagia dan sangat bangga akan keberhasilan Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Games. Mungkin di luar sana masih banyak yang merasa “B” aja atau biasa saja saat tahu negara ini menjadi tuan rumah perlombaan tersebut karena masih kurangnya informasi yang diketahui tentang Asian Games ini. Bahkan, masih ada pula yang belum mampu membedakan antara Asian Games dan perlombaan serupa seperti Sea Games. Maka dari itu terdapat beberapa hal penting yang harus kita tahu antara Asian Games dan Indonesia, mulai dari sejarah hingga tindakan apa saja yang dilakukan masyarakat Indonesia saat ini sebagai perwujudan rasa bangga karena Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke-18.

Papan warna-warni yang menarik perhatian penulis kala itu. Sumber Gambar: jpnn.com

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 25 Bercerita sedikit tentang Asian Games, Asian Games merupakan ajang perlombaan olahraga terbesar ke dua di dunia setelah Olimpiade. Ajang empat tahunan sekali ini diikuti negara-negara di Asia. Asian Games telah diadakan sebanyak 17 kali, pertama kali di India dan yang ke-17 lalu diadakan di Korea Selatan. Sebentar lagi perlombaan ini akan dilaksanakan untuk yang ke-18 kalinya. Pelaksanaan Asian Games ke-18 akan diadakan di Jakarta dan Palembang, Indonesia.

Ini merupakan kali ke dua Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Tentu ini menjadi sebuah kebanggaan, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah pada tahun 1962. Sebelum berhasil terpilih, Indonesia sempat mengalami penolakan. Awalnya negara yang terpilih menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 bukanlah Indonesia, melainkan Vietnam. Saat itu Indonesia mengajukan diri dengan Surabaya menjadi kota yang akan dijadikan tempat pelaksanaan Asian Games, namun gagal hingga akhirnya Vietnam yang terpilih. Namun, secara mengejutkan Vietnam mengundurkan diri. Tentu saja Olympiad Commitee Asian (OCA) harus segera mencari pengganti Vietnam. Melihat keseriusan Indonesia dibandingkan kandidat lainnya, OCA pun akhirnya memilih negeri tercinta ini menjadi tuan rumah Asian Games. Sebagai ajang empat tahunan sekali, seharusnya Asian Games ke-18 diadakan tahun 2019, tetapi karena akan ada pemilu pada tahun 2019 mendatang, pelaksanaannya pun dimajukan menjadi tahun 2018. Dengan waktu persiapan yang singkat, Indonesia harus berusaha secara cepat mempersiapkan semua keperluan pelaksanaan Asian Games ke-18.

Diadakannya Asian Games di Indonesia akan membuat negara kita lebih dikenal dunia Internasional. Diprediksi akan ada sekitar 5 miliar pasang mata yang akan menyaksikan ajang ini. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sedikit, hampir seluruh umat manusia di dunia ini menyaksikan. Tak hanya dari wilayah Asia, pada tahun ini Asian Games juga akan ditayangkan di Amerika Latin dan mungkin juga di Eropa, yaitu

26 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Belanda. Profil Indonesia di mata internasional akan meningkat karena menjadi tuan rumah Asian Games ke-18, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bapak Bambang PS Brodjonegoro, dilansir dari website okezone.com. Banyak cara dilakukan masyarakat sebagai wujud nyata rasa bangga. Mulai dari hal kecil seperti yang penulis lakukan saat ini, yaitu dengan mengikuti lomba menulis “Aku Bangga Indonesia menjadi Tuan Rumah Asian Games”. Melalui tulisan sederhana ini semoga dapat menumbuhkan, setidaknya, sedikit rasa bangga di hati para pembaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah turun langsung jadi relawan atau bahkan menjadi atlet yang bertanding di Asian Games ke-18. Namun, ada juga masyarakat yang melakukan hal lain, misalnya menghias lingkungan sekitar dengan atribut Asian Games untuk penuansaan Asian Games ke-18. Berbicara mengenai relawan, penulis mengenal beberapa relawan Asian Games ke-18 yang tidak lain adalah teman satu sekolah dan satu kampus penulis, yaitu Lika dan Haikal. Lika menjadi relawan di wilayah Palembang, sedangkan Haikal di Jakarta. Lika menjadi Liaison Officer sedangkan Haikal nantinya akan menjadi salah satu penari saat pembukaan Asian Games ke-18.

Penulis merasa bangga tak hanya kala tahu Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, melainkan juga saat melihat bagaimana semangat kedua teman ini dalam menyambut ajang bergengsi ini. Mulai dari melihat postingan Snapgram Lika dengan foto ID CARD-nya sebagai LO, hingga melihat perjuangan Haikal yang berusaha secepat kilat mengejar kereta untuk pergi berlatih tari agar bisa menampilkan tampilan yang sempurna saat pembukaan Asian Games nanti. Apa yang saya lakukan mungkin belum sebesar kontribusi mereka, tetapi sekecil apapun kontribusi yang kita lakukan tetap akan berarti besar. Hal-hal yang saya dan teman lakukan hanyalah sebagian contoh betapa kami sebagai bagian dari masyarakat Indonesia terutama pemuda Indonesia merasa bangga ketika negara yang dicintai ini menjadi tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya. Tiap melewati Bundaran HI, saya selalu

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 27 takjub melihat sebuah layar yang sangat besar terpasang di bundaran itu. Layar tersebut ibarat timer yang digunakan untuk menghitung mundur pelaksanaan Asian Games ke-18. Begitu megah dan indah layar itu menghiasi jalanan seputaran HI. Semakin hari, angka yang muncul semakin sedikit. Ini pertanda bahwa Asian Games ke-18 sudah semakin dekat. Tepat pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018 nanti akan ada ribuan atlet dari puluhan negara datang ke Indonesia untuk bertanding. Saat itulah kita buktikan pada dunia bahwa kita memang layak dan pantas menjadi tuan rumah. Penulis pun sangat berharap dapat langsung hadir menyaksikan secara live event tersebut. Menjadi saksi hidup kemegahan Asian Games adalah kesempatan once a life yang kita tidak pernah tahu kapan bisa terjadi lagi.

Layar Countdown Asian Games di Bundaran HI Sumber: Google.com/indo.co Di tengah euforia menyambut Asian Games ke-18, Indonesia juga disibukkan dengan satu dua teror dan kriminalitas yang menghantui ketentraman dan kedamaian negeri ini. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat pemerintah Indonesia dalam mempersiapkan sebaik mungkin ajang tersebut.

Pemerintah masih tetap berusaha membuktikan pada dunia bahwa Indonesia bisa serta layak untuk menjadi tuan rumah Asian Games. Kondisi seperti ini hampir serupa saat pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah pada tahun 1962. Saat itu Indonesia baru merdeka, usianya masih amat muda, yaitu 17 tahun. Namun, ajang tersebut sukses

28 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games besar dengan hanya 3 tahun persiapan. Pemerintah masa itu berhasil membangun sarana olahraga nan megah yang sampai saat ini masih dapat kita lihat, yaitu Stadion Gelora Bung Karno atau GBK. Saat itu juga kita meraih urutan ke-2 dalam perolehan medali. Kita pun mendapat pujian bahkan dari negara Jepang yang dahulu menjajah kita. Oleh karena itu, dengan situasi yang tak terlalu bersahabat ini sudah sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia merasa bangga dan tidak hanya “B” saja saat menjadi tuan rumah Asian Games.

DAFTAR ACUAN

Akhir, Dani. 2018. Hitung-hitungan Bappenas Soal Keuntungan Jadi Tuan Rumah Asian Games. Diakses pada hari Minggu tanggal 15 Juli 2018 pukul 20.26 WIB di https://economy.okezone.com/ read/2018/04/30/320/1892730/hitung-hitungan-bappenas-soal- keuntungan-jadi-tuan-rumah-asian-games#lastread.

Kencana, Maulandy. 2018. Erick Thohir, Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018 Banyak Keuntungannya. Diakses pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 20.32 di https://m.liputan6.com/bisnis/read/3496745/erick- thohir-jadi-tuan-rumah-asian-games-2018- banyak-keuntungannya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 29 Pesta di Tepi Musi

Oleh: Salma Afifah (Bengkulu)

khirnya Indonesia kembali mendapat kehormatan untuk menjadi Atuan rumah dalam ajang Asian Games yang ke-18. Sebuah ajang bergengsi empat tahunan yang diikuti oleh 45 negara di seluruh penjuru Asia dengan ribuan peserta yang terdiri dari para atlet, official, atau pun sekedar penggembira. Kedatangan tamu dari berbagai negeri dalam jumlah besar dalam kurun waktu bersamaan ini akan menjadi pengalaman berkesan bagi anak bangsa. Kesempatan menjadi tuan rumah ini, sekaligus sebagai wahana untuk membuktikan bahwa kesantunan dan keramahan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu, bukanlah isapan jempol semata.

Ini merupakan kali kedua Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah. Sebelumnya pada Asian Games ke-4 yang dilaksanakan pada tahun 1962, Indonesia telah sukses melaksanakan dengan berbagai cerita yang ada di baliknya. Jika dulu kita hanya dapat mendengar kobaran semangat dan pengorbanan tanpa batas dari para panitia, atlet, pelatih serta segenap masyarakat Indonesia yang berjuang dengan segenap keterbatasan akibat masih minimnya sarana dan prasarana pada masa itu demi suksesnya agenda penting bangsa ini, maka kini kita dituntut untuk juga memiliki antusiasme setara dengan para pendahulu itu.

Untuk pertama kali dalam sejarah, Asian Games kali ini akan dilaksanakan di dua kota besar, yaitu di Jakarta dan Palembang. Hal ini sebenarnya merupakan keputusan dari OCA (Olympic Council of Asia) pada 25 Juli 2014 lalu dalam pertemuan di Kuwait City. Hal ini sebenarnya adalah sebuah kesempatan luar biasa untuk mengenalkan Indonesia

30 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games dengan beragam daerah, budaya, seni serta tradisi pada negara-negara lain termasuk juga aneka kuliner asal Indonesia yang eksotis dan kaya rasa.

Asian Games pertama kali dilaksanakan di New Delhi, India pada 4-11 Maret 1951, yang ketika itu diikuti oleh 491 atlet dari 11 komite Olimpiade Nasional (NOC), yakni Afganistan, Burma, Ceylon/Sri Langka, Filipina, India, Indonesia, Iran, Jepang, Nepal, Singapura, dan Thailand.

Pada pelaksanaan Asian Games yang ke-4, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah. Beberapa fasilitas yang telah dibangun pada saat pelaksanaan Asian Games yang pertama dulu kembali digunakan setelah mengalami renovasi seperti Stadion Gelora Bung Karno yang merupakan stadion terbesar ke dua di Asia Tenggara setelah Stadion Nasional Bukit Jalil di sebelah selatan Kuala Lumpur, Malaysia. Stadion yang didirikan oleh presiden pertama Indonesia itu memang dibuat untuk menyambut Asian Games pertama di Indonesia.

Patung selamat datang yang sampai saat ini masih berdiri kokoh, juga dibangun guna menyambut para peserta Asian Games tahun 1962 silam. Lalu, bagaimana dengan persiapan penyambutan para peserta Asian Games di tahun 2018 yang akan dilaksanakan pada 18 Agustus mendatang? Tentunya akan ada banyak kejutan dan hal-hal luar biasa yang telah dibuat untuk menyambut mereka. Mulai dari panggung pembukaan super mewah yang akan dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno hingga tempat-tempat pelaksanaan kejuaraan yang telah disiapkan.

Sebagai salah satu warga negara Indonesia yang berdomisili di Provinsi Bengkulu, tentunya saya sangat bangga menyaksikan hal ini. Sekalipun belum mempunyai kesempatan untuk menyaksikan langsung pembukaan dan kegiatan Asian Games yang dilaksanakan di provinsi sebelah, meski tidak dapat melihatnya secara langsung, tetapi sensasi

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 31 Asian Games ini dapat dirasakan melalui berbagai media cetak, elektronik dan juga media sosial.

Terlebih lagi ketika menyadari mereka juga pasti akan terpapar dan menikmati hasil bumi dari Bengkulu seperti kopi, nanas, pisang termasuk kacang tanah. Belum lagi ketika melihat penyambutan- penyambutan yang dilakukan masyarakat Indonesia yang mendukung penuh kegiatan ini.

Palembang sebagai salah satu Kota yang terpilih menjadi tuan rumah, dahulunya merupakan pusat kejayaan kerajaan Sriwijaya. Sebuah kerajaan maritim terbesar ke dua di Asia Tenggara yang berasal dari abad ke-7 dengan daerah kekuasaan yang membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Wilayahnya yang terbentang luas itu memungkinkan Palembang sebagai pusat kerajaannya menjadi pusat perhatian dan keramaian pada masa jayanya. Berbagai bangsa datang silih berganti berkunjung dengan beragam keperluan mulai dari mengantar upeti, perdagangan, perundingan perbatasan, maupun masalah bilateral lainnya.

Selain dapat merasakan sensasi berada di sebuah pusat kerajaan besar di masa lalu, para peserta Asian Games yang berada di Palembang juga berkesempatan untuk mencicipi makanan khas Palembang yang telah dikenal di seantero Nusantara, suatu makanan yang merupakan hasil perpaduan yang sempurna antara sagu, gandum, dan ikan sungai pilihan beserta bumbu lain yang kemudian direbus dan digoreng hingga menjadi suatu makanan enak plus gurih bernama empek-empek. Makanan lezat ini biasanya disajikan beserta saus/cuka yang terbuat dari gula aren yang dihasilkan dari penyadapan pohon aren yang tumbuh alami di daerah pegunungan di pedalaman Sumatra. Campurannya meliputi Asam Jawa, Bawang Putih, dan Udang kering. Selain itu, ada beberapa makanan khas lain yang masih termasuk keluarga empek-empek seperti lenggang, yakni

32 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games empek-empek yang digoreng bersama telur. Ada juga laksa, yaitu empek- empek rebus yang diberi kuah santan, atau tekwan yang berupa empek- empek rebus yang diberi kuah sup.

Dalam beberapa tahun terakhir, Palembang terus berbenah. Dengan beberapa penambahan berupa jalur kereta, dan jalan layang, peningkatan fasilitas bandara, stasiun kereta, terminal bus, penataan jalur kendaraan untuk mengurangi kemacetan, serta hotel-hotel berbintang yang tumbuh subur untuk menyambut para tamu dari berbagai negara.

Meskipun demikian, hal itu tidak menghilangkan keeksotisan kota Palembang yang terkenal dengan Sungai Musinya yang membagi Palembang menjadi dua dengan Jembatan Ampera sebagai penghubungnya. Jembatan legendaris ini dibangun pada masa Presiden Soekarno dengan dua menara yang menjulang tinggi di sisi kanan-kirinya. Pada saat diresmikan sampai beberapa tahun sesudahnya, bagian tengah jembatan ini dapat dinaik-turunkan menggunakan peralatan mekanis yang terdapat di kedua menara itu dengan pemberat berupa bandul seberat masing-masing 500 ton sehingga kapal-kapal yang berukuran besar tetap dapat melintasinya.

Keberadaan perahu ketek sebagai alat transportasi tradisional yang menghubungkan antar-daerah di sekitar Sungai Musi, perahu- perahu nelayan yang menangkap ikan dengan peralatan tradisional semisal jaring ataupun pancing merupakan keindahan tersendiri saat melepas pandangan ke seantero permukaan Sungai Musi yang mengalir tenang. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah telah membuat kebijakan untuk melarang semua jenis bangunan untuk tidak membelakangi Sungai Musi sehingga sejauh mata memandang yang terlihat adalah bangunan warna-warni dengan corak, bentuk, dan ukuran yang beraneka rupa. Pada saat senja, menyaksikan matahari tenggelam dari atas jembatan legendaris ini merupakan sensasi yang tak terlupakan. Dan ketika malam menjelang, pantulan lampu aneka warna

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 33 yang berpendar di sepanjang aliran sungai menimbulkan kesan bahwa cahaya bermunculan di atas dan di bawah permukaan sungai.

Inilah kesempatan emas bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi penduduk yang bermukim di sekitar lokasi pelaksanaan Asian Games untuk menunjukkan watak asli kita sebagai bangsa yang penuh sopan santun ramah tamah kepada para pendatang. Dengan begitu, diharapkan dapat memberi kesan tersendiri bagi mereka untuk datang kembali mengunjungi Indonesia sekalipun event Asian Games ini telah berakhir.

Terakhir, harapan saya untuk Asian Games ke-18 di tahun 2018 ini semoga kegiatan ini mampu meningkatkan semangat kompetisi, interaksi antarbangsa, kontribusi bagi sesama, dan semangat pantang menyerah para pemuda Indonesia untuk terus berkarya. Dan juga, mari kita terus dukung event Asian Games ini bersama dukungbersama.id dan Indonesiabaik.id.

34 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Asian Games 2018 sebagai Hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia Ke-73

Oleh: Ria Siti Juairiah (Sumatra Selatan)

erapapun biaya yang harus dikeluarkan, tidak menjadi masalah “Bbagi Bung Karno, asalkan harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia diakui.” Itu adalah sebaris kalimat yang diserukan oleh presiden pertama Ir. Soekarno saat mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games ke-4 di Jakarta tahun 1962 yang lalu. Seruan tersebut menunjukkan betapa pentingnya Asian Games untuk meningkatkan gengsi Indonesia yang saat itu masih berumur 17 tahun.

Kini 56 tahun setelah Ir. Soekarno menyerukan untuk membangun stadion raksasa bernama Gelora Bung Karno guna menyambut Asian Games ke-4, kesempatan itu akhirnya didapatkan Indonesia lagi. Pada 18 Agustus 2018 akan menjadi hari yang bersejarah bagi Indonesia sebab pada tanggal tersebut Jakarta dan Palembang akan melaksanakan pembukaan ajang olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Games ke-18.

Pembukaan yang bertepatan sehari setelah hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-73 ini seolah menjadikan Asian Games sebagai hadiah besar bagi rakyat Indonesia. Hadiah besar dimana sekali lagi kita bisa mendapatkan kesempatan untuk membuat harga diri Indonesia bisa diakui dunia.

Waktu empat tahun yang diberikan untuk menyiapkan pembangunan ternyata cukup untuk membuat seluruh elemen

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 35 masyarakat bersama pemerintah bahu membahu demi membenahi negeri. Keterbatasan waktu ini justru membuat pemerintah lebih serius dalam mencanangkan pembangunan, terutama di dua kota penyelenggara acara.

Berikut adalah beberapa alasan yang akan membuat Asian Games 2018 menjadi hadiah ulang tahun yang spesial bagi Indonesia.

Indonesia Menjadi Sorotan Asia

Sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 yang akan diadakan selama 15 hari, Indonesia otomatis akan menjadi sorotan dari hampir seluruh negara di Asia. Pasalnya, perhelatan pesta olahraga akbar ini akan mengundang sekitar 8000 awak media dari negara peserta yang kemudian akan menyiarkannya ke negara asalnya masing-masing. Hal ini tentu akan membuat Indonesia semakin dikenal oleh negara-negara Asia, bahkan dunia.

Indonesia Mendapatkan Kesempatan Emas

Tak bisa dipungkiri bahwa perhelatan pesta olahraga terbesar Asia ini pasti akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Melalui acara ini Indonesia dan kota-kota penyelenggara bisa melakukan promosi wisata besar-besaran kepada semua atlet, awak media, dan wisatawan yang datang. Pemanfaatan tiket bangku penonton, transportasi, kuliner, penginapan, sponsor, suvenir, dan hak siar televisi juga akan menyumbang keuntungan yang besar.

Dari bidang olahraga sendiri, atlet-atlet Indonesia akan mendapat keuntungan berupa dukungan langsung dari masyarakat Indonesia. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan motivasi atlet sehingga dapat meraih lebih banyak medali dan membuat Indonesia berada di posisi 10 besar Asia.

36 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Indonesia sebagai Negara Aman

Dengan ditunjuknya negara Indonesia sebagai tuan rumah cukup untuk membuktikan bahwa Indonesia dipercaya sebagai negara yang aman untuk dikunjungi.

Keamanan dan aksi terorisme yang menjadi isu besar di Indonesia belakangan ini juga telah diperhitungkan matang-matang dengan melakukan perencanaan strategi pengamanan. Seratus ribu personel polisi, puluhan ribu anggota TNI, pasukan penjinak bom, detasemen anti- teror dan detasemen Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) dari pasukan Gegana Brimob Polri siap di barisan terdepan untuk mengawal setiap arena pertandingan selama berlangsungnya acara.

Masyarakat juga ikut dilibatkan dalam pengamanan dengan diluncurkannya layanan “Palembang Siaga 112” oleh Kominfo. Deng- an hanya bermodal handphone/telepon rumah, masyarakat bisa menghubungi 112 untuk melaporkan adanya kebakaran, tindak kriminal, kecelakaan dan penanganan kesehatan yang bersifat daraurat. Tak perlu khawatir untuk yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia karena layanan ini juga melayani bahasa lain seperti Inggris, Arab, Cina dan Korea. Dan layanan ini bebas pulsa alias gratis.

Keseriusan pemerintah dalam mengamankan Asian Games ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang aman dan bebas dari bahaya kriminalitas maupun terorisme.

Indonesia Telah Mengalami Kemajuan

Mengulang sejarah di tahun 1962 dimana Indonesia pernah sukses menyelenggarakan Asian Games ke-4, tahun ini Indonesia juga akan membuktikan bahwa negara ini telah mengalami kemajuan yang pesat sejak 56 tahun yang lalu.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 37 Kemajuan ini dapat dilihat dari dibangunnya jalur transportasi baru untuk kereta api listrik, yaitu LRT (Light Rail Transit) di Palembang dan MRT (Mass Rail Transit) di Jakarta. Kedua jalur transportasi ini akan menjadi primadona karena dibangun di pertengahan kota.

Kota Palembang juga telah menyiapkan tiga ruas jalan tol, dua jembatan layang, dua jembatan Musi, LRT sejauh 25 kilometer dan kompleks Jakabaring Sport City (JSC) untuk menyambut Asian Games 2018.

Indonesia Memiliki Fasilitas Olahraga Lengkap dan Berstandar Internasional

Fasilitas olahraga menjadi “tokoh utama” dalam pembangunan kali ini. Stadion yang tak layak akan diperbaiki, arena yang belum dibuat akan dibangun dengan megah dan beberapa titik di kota penyelenggara juga telah ditambah beberapa spot olahraga baru.

Tak tanggung-tanggung, semua fasilitas olahraga ini sudah memenuhi standar internasional. Bahkan ada beberapa arena yang menjadi terbaik di Asia, bahkan dunia. Seperti di Jakabaring Sport City misalnya, dikompleks olahraga Palembang ini terdapat beberapa arena unggulan seperti Poll atau arena kolam renang yang merupakan arena renang terbaik di Indonesia, Shooting Range sebagai arena menembak terbaik di Asia, Ski and Canoe sebagai arena ski dan dayung terbaik di dunia, Court sebagai arena tenis terbaik di Asia serta Bowling Center Sinarmas sebagai arena bowling terbaik di Asia Tenggara.

Jakarta juga mempunyai arena kebanggaan Indonesia, yaitu Gelora Bung Karno yang memiliki stadion sepak bola terbaik di Asia menurut Fox Sport Asia sedangkan untuk penerangan lampunya adalah yang terbaik di dunia.

38 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Ambisi pemerintah untuk membangun arena olahraga yang berstandar internasional hingga menjadi yang terbaik di dunia adalah satu bukti bahwa pemerintah benar-benar serius dalam menyiapkan Asian Games ini.

Indonesia Berani Unjuk Prestasi

Pada Asian Games ke-18 ini setidaknya terdapat 15.000 atlet dari 45 negara peserta yang akan ikut bertanding. Dengan jumlah sebanyak itu Indonesia masih optimis bisa mencapai 10 besar Asia. Hal ini dibuktikan dengan Kemenpora yang akan mengirim perwakilan untuk 20 cabang olahraga. Keoptimisan ini bukan tanpa sebab, jika melihat kilas balik di tahun 1962, saat itu Indonesia berhasil menjadi juara ke dua setelah Jepang diajang bergengsi ini. Indonesia juga pernah meraih juara umum terbanyak dalam sejarah SEA Games, yaitu 11 kali dan yang terbaru adalah menjadi juara utama di ASEAN Para Games 2017.

Mengenai prestasi atlet-atlet sendiri, Indonesia tidak main-main. Sejak pertama kali mengikuti Asian Games, Indonesia telah berhasil mengantongi 427 medali yang membuat Indonesia berada di posisi ke- 12 sebagai negara dengan jumlah medali terbanyak di Asian Games. Terdapat beberapa cabang olahraga dengan medali emas yang cukup bisa diandalkan seperti bulu tangkis, tenis dan atletik. Semua prestasi ini menunjukkan bahwa atlet Indonesia adalah atlet yang kompetitif dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk mencapai 10 besar Asia.

Rakyat Indonesia Mencintai Olahraga

Sorakan semangat dari penonton yang menggema di setiap pertandingan olahraga menunjukkan bahwa antuasisme masyarakat Indonesia terhadap olahraga masih cukup tinggi. Adanya beberapa tema Asian Games yang tersebar di banyak penjuru kota Palembang dan Jakarta juga menunjukkan bahwa atmosfer Asian Games telah berhasil ditumbuhkan di kalangan masyarakat. Tidak adanya aksi demonstrasi penolakan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 39 ataupun perusakan pada fasilitas pendukung juga menunjukkan bahwa rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati acara empat tahunan ini.

Begitu banyak keuntungan-keuntungan yang akan kita dapatkan jika kita berhasil menjadi tuan rumah Asian Games 2018 ini. Keuntungan- keuntungan itu tak ayal pasti membuat kita lebih bangga pada Indonesia. Dan setelah semua persiapan yang dikerjakan dengan gotong royong antara pemerintah dan rakyat Indonesia, maka selanjutnya adalah kewajiban kita bersama untuk mendukung acara dan menjaga keadaan agar tetap kondusif.

Semoga dengan hadiah ulang tahun kemerdekaan kita kali ini, lagu “Indonesia Raya” bisa menggaung merdu di hampir seluruh arena pertandingan. Dan semoga tahun ini negeri kita benar-benar bisa berjaya di ajang pertandingan olahraga terbesar di Benua Asia ini. Salam Asian Games 2018!

Ayo ikut dukung Asian Games ke-18 Jakarta-Palembang melalui dukungbersama.id dan indonesiabaik.id.

40 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Ngapain Dukung Asian Games 2018?

Oleh: Ida Lestari (Lampung)

ajah gadis itu berseri-seri ketika bertemu denganku. Umurnya W22 tahun. Seorang mahasiswi kehutanan Universitas Lampung. Rila Argia Pangesti namanya, tapi aku memanggilanya Opa. “Aku Lolos!” Senyumnya cerah saat mengumumkan kalimat itu. Sudah beberapa bulan ini tema obrolan kami seputar Asian Games yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang bulan depan.

Kebanggaan sebagai tuan rumah dalam perhelatan besar ini menyusup ke hati kami. Bukan tanpa alasan, setiap tamu tentunya memilih berkunjung ke rumah yang memungkinkan ia nyaman berada di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang ramah dan menyenangkan untuk dikunjungi, sehingga terpilih menjadi tuan rumah tahun ini.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 41 Sebagai tuan rumah, kita sebagai warganya punya kewajiban menyambut dan melayani layaknya tuan rumah melayani tamu. Pemerintah sendiri telah berupaya melakukan banyak perbaikan fasilitas sebagai persiapan penyelenggaraan Asian Games 2018. Setelah itu, giliran kita warganya untuk beraksi dan mendukung Asian Games 2018.

Opa berkata, “Tujuanku menjadi volunteer Asian Games adalah untuk mendapatkan pengalaman baru, dan ini adalah kesempatanku untuk ikut membela negaraku dengan cara lain. Setidaknya aku ingin menjaga nama baik Indonesia dengan menunjukkan sikap baik kepada tamu negara kita.”

APA UNTUNGNYA KITA MENDUKUNG ASIAN GAMES 2018?

Masih banyak masyarakat yang belum peduli dengan perhelatan akbar Asian Games ini. Banyak di antara kita yang masih bertanya-tanya, apa istimewanya menjadi seorang tuan rumah?

“Kita hanya akan banyak keluar uang dan tenaga untuk mempersiapkan ini dan itu. Apa pula untungnya bagi kita.”

Pikiran yang sangat salah menurutku. Pasalnya, banyak keuntungan yang sangat mungkin kita dapatkan. Baik untuk negara kita maupun kita pribadi.

“Aku banyak mengenal orang baru di sana, Da. Dan aku belajar banyak mengenai loyalitas dan tanggung jawab dari event ini,” tutur Opa. Itu hanya segelintir keuntungan yang bisa diperoleh dari event ini. Keuntungan lain yang bisa kita peroleh dari perhelatan ini di antaranya:

42 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games • Membuka lapangan pekerjaan dadakan

Salah satu keuntungan yang bisa kita pribadi peroleh dari perhelatan ini adalah adanya lapangan pekerjaan baru. Pernak pernik lucu dan murah, serta makanan khas Indonesia akan banyak dicari oleh tamu-tamu kita dari luar Indonesia di sela-sela pertandingan yang akan diadakan. Hal ini akan sangat memungkinkan bagi warga sekitar meraup untung dengan cara berjualan. Mungkin akan banyak pedagang- pedagang kecil dadakan yang muncul sepanjang kegiatan Asian Games berlangsung. Akan lebih baik jika pedagang-pedagang dadakan tersebut disediakan tempat khusus untuk berjualan yang areanya berada di sekitar permukiman atlet-atlet Asian Games atau dekat arena perlombaan. Penyediaan tempat ini akan sangat membantu pedagang-pedagang dadakan mendapatkan tempat berjualan. Hal ini juga akan membuat pemandangan yang lebih tertata dan rapi. Selain itu juga memudahkan konsumen dari luar Indonesia untuk lebih banyak mendapatkan pilihan barang yang akan dibeli di sela-sela perlombaan.

• Mempromosikan tempat wisata Indonesia ke kancah dunia

Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 tidak hanya menguntungkan bagi warganya, namun juga bagi Indonesia. Indonesia memang terkenal dengan negara yang memiliki pemandangan yang indah. Beberapa daerah di Indonesia yang telah mendunia adalah Bali dan Raja Ampat Papua. Tempat pelaksanaan lomba yang memilih wilayah lain di Indonesia ini akan membantu mempromosikan daerah tersebut dan daerah sekitarnya. Seperti daerah tempat saya tinggal, Lampung. Wilayahnya yang dekat dengan Palembang akan ikut terpromosikan dengan dipilihnya Palembang sebagai salah satu tempat beberapa pertandingan Asian Games dilangsungkan.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 43 • Ajang pengenalan budaya

Tidak hanya alamnya yang indah, Indonesia juga memiliki pesona budaya daerah yang sangat beragam dan menarik yang bisa dibentuk sebagai salah satu wisata budaya. Perhelatan ini akan menjadi tempat yang strategis untuk mengenalkan budaya-budaya Indonesia yang unik dan indah tersebut. Beberapa contohnya adalah tari, musik, bahasa hingga fashion Indonesia. Semua itu memiliki nilai seni yang dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke Indonesia.

• Ajang belajar pemuda Indonesia

Sebagai tuan rumah, pemerintah akan membutuhkan banyak bantuan tenaga, dari guide hingga penerjemah dan masih banyak lainnya. Bagi saya, event ini akan sangat membantu memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi pemuda-pemuda Indonesia yang mau menjadi volunteer. Seperti temanku yang kuceritakan di awal. Ia sangat antusias menjadi salah satu volunteer yang akan membantu jalannya perhelatan akbar ini. Salah satu alasan kenapa ia ingin ambil bagian secara langsung dari perhelatan ini adalah karena kesenangannya untuk belajar sesuatu yang baru. Di perhelatan tersebut ia akan mendapatkan banyak pengalaman baru yang sangat mungkin ia butuhkan di masa depan. Selain itu, ia juga bisa mempraktikkan bahasa Inggrisnya secara langsung. Bukan suatu hal yang baru, bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya pemudanya, kurang lancar menggunakan bahasa internasional tersebut.

BAGAIMANA CARA MENDUKUNG ASIAN GAMES 2018 DI INDONESIA?

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendukung dan ikut menyukseskan perhelatan ini, di antaranya:

44 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games • Viralkan…!!!

Cara ini terbukti sangat efektif digunakan di Indonesia. Pasalnya, dari total seluruh masyarakat Indonesia yang menggunakan internet, 95% darinya menggunakan internet untuk mengakses sosial media. Banyak orang yang seketika viral di sosial media kemudian menjadi publik figur yang wajahnya akan sering muncul di televisi. Dengan begitu, maka orang-orang tersebut juga akan dikenal oleh masyarakat yang awam dengan internet. Jika cara memviralkan tersebut dilakukan, maka geliat dari Asian Games 2018 akan sangat terasa hingga ke pelosok negeri. Oleh karena itu, dari sekarang, yuk, dimulai dengan mengisi beranda-beranda media sosial kita dengan semangat Asian Games 2018.

• Tonton secara langsung

Mungkin bagi sebagian masyarakat kita yang memang lebih suka yang gratis (saya juga :D), cara ini sedikit memaksa untuk kita menganggarkan budget tersendiri. Namun, bagi kamu yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi pertandingan, akan sangat sayang jika tidak menyaksikan pertandingan secara langsung. Karenaevent ini hanya diadakan 4 tahun sekali. Bagi kita yang memang tempat tinggalnya jauh, ini bisa menjadi momen liburan apik bersama keluarga, karena kita bisa membangun nasionalisme sambil liburan bersama orang-orang terkasih.

• Menjadi Volunteer

Menjadi volunteer merupakan salah satu cara kita untuk mendukung berlangsungnya Asian Games 2018 di Indonesia. Volunteer merupakan wajah awal Asian Games di Indonesia. “Apa yang kita lakukan, bagaimana sikap kita, itu yang nanti akan sangat membekas pada tamu- tamu negara kita,” kata Opa.

Pendaftaran Volunteer memang telah ditutup saat ini, dan sudah diumumkan siapa saja yang berhasil menjadi volunteer. Antusiasme

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 45 masyarakat Indonesia terlihat dari jumlah volunteer yang mendaftar. Dari dua gelombang yang dibuka terlihat bahwa pendaftar volunteer melebihi kapasitas yang dibutuhkan, sehingga dengan berat hati panitia harus mengeliminasi beberapa pendaftar. Opa adalah salah satu peserta yang diterima.

“Menjadi volunteer adalah caraku untuk mengabdi kepada Indonesia. Aku ingin menyambut tamu-tamu negara dan melayani dengan sebaik-baiknya. Aku ingin sambutan kita di sini berkesan di hati mereka dan membuat mereka rindu kembali ke Indonesia.”

Sebagai volunteer tentunya harus mengesampingkan ego pribadi, kerjasama tim sangat penting untuk dipupuk, sehingga tidak ada yang berasumsi ini pekerjaanku dan itu pekerjaanmu. Karena sejatinya volunteer harus bergotong-royong, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Hal ini akan memudahkan koordinasi antardivisi volunteer.

• Menjaga sikap

Ini adalah tips terakhir dariku untuk mendukung berlangsungnya Asian Games 2018 bulan depan. Ramah dan murah senyum merupakan ciri khas yang telah melekat di benak warga internasional ketika mendengar Indonesia. Dan sikap merupakan hal yang paling utama yang harus kita jaga, seperti sigap menolong, menjaga kebersihan dan sebagainya. Bukan hal baru, jika banyak orang yang saling berseteru karena sikap yang tidak sesuai. Sikap juga yang akan menentukan, apakah seorang tamu akan betah atau tidak berada di rumah kita. Sebagai tuan rumah tentunya kita harus bersikap terbuka menerima tamu yang datang dan siap melayani dan berkorban.

46 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Generasi Energi Tanpa Batas, Sang Anak Bangsa

Oleh: Cynthia Nofentary Purba (Kepulauan Riau)

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

- Ir. Soekarno

etiap kita pasti pernah berada di suatu titik permukaan, lalu timbul Spertanyaan: “aku bisa ga, yah?”, “pasti ga mungkin deh”, “duh, lawannya orang-orang hebat, nih”, “pesimis, deh”. Kalau Indonesia bisa bicara, pasti dia bakal bilang, “Buset, Filipina, Singapura. Berat, nih, berat.” Indonesia bukan hanya dikenal sebagai salah satu destinasi dunia, tapi melekat dengan darah pejuang yang pantang menyerah. Terbukti dengan segudang prestasi pemuda-pemuda Indonesia, seperti Susi Susanti, Yayuk Basuki, Richard Sambera, Bambang Pamungkas, dan masih banyak lagi piagam penghargaan yang mengharumkan nama bangsa kita melalui Asian Games.

Semua orang pasti tahu, dong, Asian Games itu ajang lomba internasional yang gak main-main. Semua negara mengirimkan perwakilan atletnya untuk bertanding dan memperebutkan kejuaraan bergengsi ini. Nah, berita baiknya, tahun 2018 Indonesia tuan rumahnya! Wow, gak kebayang, ‘kan? Sama, saya juga. Bangga? Tentu. Bahkan, sekalipun selalu saja ada problema di tengah-tengah negara kita, sekalipun banyak negara-negara yang lebih hebat dari negara kita, Indonesia tetap dipercaya oleh dunia. Tentu harapan seluruh masyarakat

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 47 Indonesia adalah memberikan tempat yang terbaik untuk semua peserta dari seluruh penjuru dunia dan tentunya menggantungkan cita-cita kepada pemuda kita untuk memperoleh piala kemenangan. Karena, siapa, sih, yang gak bangga negaranya menjadi tuan rumah?

Pernah, beberapa kali saya mengabdi di salah satu sudut pulau terpencil di Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Mas, Kabupaten Lingga. Dengan fasilitas sekolah yang apa adanya, triplek tipis yang menjadi pembatas antara kelas-kelas dengan ketersediaan buku yang sangat minim, saya bahkan nyaris menitikkan air mata di depan mereka. Satu gedung kecil yang menampung SD dan SMP sekaligus, dan harus mendayung sampan dari seberang ke seberang untuk ke sekolah. Saya harus banyak bersyukur dan berbangga saat ini, karena Indonesia dengan luar biasanya melahirkan generasi energi tanpa batas.

Suatu ketika, saat sedang menanyakan cita-cita, tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab “ingin menjadi nelayan”, “mau bantu bapak aja cari ikan”, atau “gak tau, Kak. Soalnya kalau mau SMA harus nyebrang

48 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games 3 jam ke Lingga”. Wow! Luar biasa. Saya dan tim kaget saat mereka serentak menjawab “pilot, Kak”, “guru, Kak”, “nakhoda, Kak” dan masih banyak lagi kejutan dari mereka, sang anak bangsa. Lalu, belum puas rasa bangga saya terhadap mereka, iseng-iseng saya bertanya kepada salah seorang anak, “Beneran mau jadi model, Dek?” Ia menjawab, “Iya, Kak. Mau jadi penyanyi juga. Gak mau di sini terus. Mau ke Jakarta, keliling Indonesia, menang juara-juara. Nanti mau bawa banyak orang ke sini.”

Asian Games bukanlah hanya suatu ajang perlombaan dan menang, tapi sebagai bentuk betapa Indonesia membutuhkan sang anak bangsa dengan energi tanpa batas. Sama seperti theme song “Energy of Asia” yang dielukan dan menjadi kekuatan utama yang patut diperhitungkan oleh dunia. Berbicara tentang bahasa, budaya, dan sejarah Indonesia memang tidak akan pernah ada habisnya. Nilai keberagaman dan kesatuan inilah yang menjadi energi yang dipegang oleh Indonesia sebagai tuan rumah guna menyukseskan Asian Games tahun ini.

Seandainya saya boleh menceritakan berita bahagia ini untuk adik-adik di Pulau Mas, betapa saya ingin mengatakan kalau mereka boleh berbangga atas simbol Bhinneka Tunggal Ika yang tersemat di seragam putih merah mereka. Bahkan, kalaupun tidak ada berita yang bisa ditonton oleh orangtua mereka karena tidak ada listrik yang masuk ke Pulau mereka, saya tetap ingin menyampaikan berita hebat ini. Kalau semangat mereka sedang ditunggu, perjuangan mereka sedang dinantikan, dan semangat mereka sedang diserap habis-habisan oleh ajang Asian Games ini. Lalu, saya akan bercerita, kalau pemuda-pemuda yang telah menorehkan tinta prestasi di Indonesia bukanlah selalu berasal dari latar belakang yang mewah. Barangkali, saat kecil, mereka memiliki semangat yang sama, hingga sekarang dapat berada di tengah ajang internasional, membawa nama harum untuk Indonesia.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 49 Semua mata di seluruh penjuru dunia akan mengarah ke Jakarta dan Palembang, tempat Asian Games 2018 akan berlangsung. Dari Sabang hingga Merauke akan menyaksikan dahsyatnya puncak acara ini, dan saya perlu berbahagia untuk menyebarkan kebahagiaan yang sama. Mereka, sekalipun berada di pelosok pulau yang tidak terlihat, tetaplah menjadi bagian dari kebanggaan Indonesia saat ini. Pun sama halnya dengan saya, sekalipun tidak dapat melihat secara langsung, saya dapat merasakan persiapan yang luar biasa. Dan sekali lagi, saya berbangga hati karena dapat berkontribusi dengan mengikuti lomba menulis. Bahkan melalui ini, kebanggaan dan kebahagiaan akan mengalir dengan sendirinya. Melalui dukungan, support, semua orang akan dengan sendirinya bangga memperkenalkan Indonesia kepada dunia.

Kelak, saya akan bercerita, dan mereka akan semakin dewasa dan semakin tahu. Bahwa dalam Asian Games 2018, ada 40 cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Kelak, mereka akan semakin mengerti mengapa semangat mereka tetap dibutuhkan, harapan dan cita-cita mereka harus tetap setinggi langit, dan perjuangan mereka harus dipertahankan. Sebab, ada banyak sekali yang menunggu mereka berkarya dan berprestasi. Indonesia sedang menunggu mereka di Asian Games tahun-tahun berikutnya.

Saya tahu, membawa Indonesia menjadi tuan rumah untuk ajang dunia bukanlah hal yang mudah, namun patut diapresiasi, harus didukung. Intinya adalah, pemuda-pemuda Indonesia dapat menorehkan prestasi yang tiada habisnya. Generasi akan selalu bertambah, dan Asian Games menjadi salah satu tantangan sekaligus perjuangan. Saya seorang pemuda dan saya sadar betapa pentingnya peran generasi saya dibutuhkan. Asian Games menjadi salah satu jalan membawa pemuda- pemuda berbakat berkontribusi untuk bangsa. Pemuda boleh menjadi tua, tapi nama akan selalu ada.

50 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Saya yakin, persiapan Asian Games adalah persiapan besar. Masyarakat Indonesia tengah menyambut mata dunia. Indonesia tengah mempersiapkan kedatangan para sang juara, sang anak bangsa. Saya yang melihat dari TV saja sudah berbangga. Di sana, Jakarta dan Palembang akan menjadi saksi kejuaraan Asian Games 2018. Di sana, akan ada atlet- atlet Indonesia, dari berbagai latar belakang, suku, dan agama. Presiden hingga aparat akan mempersiapkan yang terbaik. Harapan besar ada di tangan Indonesia, di tangan rakyat Indonesia dan di tangan atlet pemuda yang ada. Karena hal yang tak kalah penting bukan sekadar tuan rumah, namun prestasi yang akan membuat rakyat Indonesia bangga.

Lalu pada akhirnya, kalau saya akan menyampaikan itu semua kepada mereka, akan ada kata yang terucap, “Bilangin sama kakak-kakak sama abang-abang yang mau lomba biar semangat berjuangnya. Nanti kami gantian sama mereka kalau kami sudah besar. Kan abangnya pasti udah tua. Nanti mau ke Jakarta, terus ikut lomba Asian Games, biar ibu sama bapak bangga kami bawa piala. Kakak, aku sama teman-teman bangga, kok, jadi anak Indonesia.” Begitupun saya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 51 Asian Games 2018: Pesta Olahraga dan Upaya Perdamaian

Oleh: Muhammad Ammar Hidayahtulloh (Bangka Belitung)

sian Games, pesta olahraga terbesar ke dua di dunia setelah AOlimpiade akan diselenggarakan di Indonesia untuk yang kedua kalinya pada tahun 2018 di Jakarta dan Palembang setelah 56 tahun terakhir. Penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia ini menjadi sorotan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Jakarta dan Palembang pada khususnya. Pemerintah Indonesia bersama dengan panitia penyelenggara serta pihak sponsor berkerjasama secara optimal untuk mempromosikan perhelatan akbar yang diadakan setiap 4 tahun ini. Indonesia tentunya tidak hanya mengharapkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah ini sebatas euforia pertandingan olahraga semata, melainkan akan membawa dampak positif bagi semua pihak, khususnya dalam masalah pembangunan. Namun, akankah Asian Games 2018 memberikan kesan dan pesan yang berbeda dari perhelatan sebelumnya?

Sejarah Asian Games

Asian Games pertama kali diadakan di New Delhi, India pada tahun 1951 dengan 489 Atlet dari 11 Negara yang bertanding. Terlaksananya Asian Games untuk pertama kalinya tidaklah tanpa sejarah yang panjang. Far Eastern Championship Games pada tahun 1913 yang diselenggarakan di merupakan awal sejarahnya Asian Games. Namun, setelah kompetisi pada tahun 1934, Far Eastern Championship Games tidak pernah diselenggarakan kembali karena Perang Tiongkok-Jepang ke-2.

52 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Setelah Perang Dunia II, beberapa negara di Asia menjadi negara yang independen. Keinginan untuk kembali mengadakan pesta olahraga tersebut kembali diinisiasi setelah Summer Olympics 1948 di London oleh Cina dan Filipina serta India. Asian Games diinisiasi untuk mengekspesikan eksistensi negara-negara Asia tanpa mengambil jalan kekerasan, melainkan dengan meningkatkan sikap dan rasa saling percaya dan memahami dan antarnegara. Partisipasi dari negara-negara di Asia yang terus meningkat di setiap Asian Games menunjukkan respon yang positif untuk saling percaya dan menjaga hubungan persahabatan semua negara. Sejak Asian Games pertama di New Delhi pada tahun 1951, Asian Games telah berhasil diselenggarakan setiap 4 tahun sekali hingga tahun 2018, yaitu Asian Games yang ke-18.

Indonesia dan Asian Games

Indonesia telah berpartisipasi aktif sejak Asian Games pertama kali dilaksanakan dan membawa 5 medali perunggu di cabang olahraga atletik. Indonesia selalu mengirimkan atlet terbaiknya untuk berkompetisi dalam Asian Games. Indonesia pernah menjadi tuan rumah sekaligus runner-up dalam Asian Games 1962 yang diselenggarakan di Jakarta dengan perolehan medali terbanyak sepanjang sejarah Indonesia di Asian Games, yaitu 21 medali emas, 26 medali perak, dan 30 medali perunggu.

Pada Asian Games 1962, Jakarta menjadi tuan rumah untuk 12 negara dengan 1.460 Atlet yang bertanding dalam 13 cabang olahraga. Selain sebagai perhelatan olahraga di Asia, Asian Games 1962 terlepas dari sebagai pesta olahraga, tetapi juga menjadi strategi politik bagi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno setelah Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 sebagai upaya kerjasama negara-negara Asia dan Afrika untuk melawan kolonialisme. Setelah 56 tahun berlalu, Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 53 Asian Games 2018 akan diadakan pada Agustus hingga September mendatang. Asian Games untuk kali pertamanya akan diadakan di dua kota besar di Indonesia, Jakarta dan Palembang. Dalam pesta olahraga ini sudah ada 11.000 atlet nasional terdaftar dari 45 negara yang akan berjuang dan berkompetisi dalam 40 cabang olahraga untuk memperebutkan medali dan mengharumkan nama negaranya.

Sportivitas dan Solidaritas Kemanusiaan

Dalam perhelatan olahraga, baik ditingkat lokal, nasional, regional dan bahkan internasional, nilai sportivitas adalah nilai yang harus dijunjung tinggi oleh setiap atlet dalam bertanding. Sikap sportif dimaknai sebagai sikap yang adil dan jujur terhadap lawan, serta mengakui keunggulan lawan dengan berlapang dada dalam menerima segala hasil pertandingan. Namun, terlepas dari hasil pertandingan, menang atau kalah, setiap atlet disatukan dengan sikap solidaritas kemanusiaan yang dimaknai sebagai sikap yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Sumber: http://ichef.bbci.co.uk/news/976/cpsprodpb/139E6/ production/_90685308_teamrefugee.jpg

54 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Nilai sportivitas dan solidaritas kemanusiaan itu sangat jelas ditunjukkan oleh 10 atlet Tim Pengungsi Olimpiade Rio pada tahun 2016 di Brazil. Kehadiran mereka pada Olimpiade Rio 2016 menjadi sorotan dunia karena bahwasanya perhelatan olahraga seperti Olimpiade haruslah menoleransi keberagaman, serta mendukung mereka yang dapat berkontribusi untuk masyarakat melalui bakat mereka sebagai upaya untuk perdamaian. Partisipasi 10 atlet tersebut menjadi harapan bagi pengungsi yang ada diseluruh dunia bahwa mereka juga manusia yang memiliki kesempatan dan hak yang sama seperti manusia lainnya, karena sebenarnya menjadi pengungsi bukanlah sebuah pilihan yang mereka inginkan.

Tidak hanya itu, banyak sekali aksi solidaritas kemanusiaan lainnya yang menjadi benih perdamaian dunia pada perhelatan olahraga. Misalnya, ketika dua tim di Olimpiade PyeongChang 2018, yaitu atlet dari Tim Korea Utara dan Korea Selatan berpawai di bawah satu Bendera Unifikasi Korea. Hal ini tidak hanya menjadi bukti meriahnya pesta olahraga dunia tersebut, melainkan panggung politik perdamaian bagi kedua negara yang berkonflik.

Sumber: https://static01.nyt.com/images/2018/02/09/sports/olympics/ openingceremony-james-65/openingceremony- james-65-jumbo-v5. jpg?quality=90&auto=webp

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 55 Sikap solidaritas kemanusiaan oleh setiap atlet kebanggaan dari setiap negara yang berkompetisi dalam perhelatan olahraga adalah sikap yang tentunya tulus dari hati mereka. Ketika aksi-aksi solidaritas kemanusiaan ini digaungkan pada saat pesta olahraga yang disaksikan oleh seluruh orang di penjuru dunia ini berlangsung, hal ini akan menggerakkan hati masyarakat secara luas, organisasi kemanusiaan atau bahkan negara-negara di dunia untuk saling menerima perbedaan dan menghargai keberagaman. Dengan demikian bentuk sikap cinta damai akan terpupuk untuk mencegah konflik yang berpotensi terjadi atau bahkan menghentikan konflik yang sedang terjadi.

Bagaimana dengan Asian Games 2018?

Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Indonesia ini akan memberikan suasana yang berbeda bagi atlet yang akan berlaga nanti. Keberagaman budaya, agama, etnis, suku, ras dan bahasa di Indonesia akan menjadi pembelajaran yang penting bagi seluruh atlet nantinya bahwa Indonesia sebagai negara multikultural mampu menjadi negara yang aman dan damai. Dua kota yang dipilih menjadi tuan rumah Asian Games 2018 di Indonesia ini, Jakarta dan Palembang, akan menjadi representasi Indonesia di mata dunia.

Sebuah kabar bahagia telah terdengar bahwa Dewan Olimpiade Asia telah secara resmi mengumumkan penggabungan Korea Utara dan Korea Selatan menjadi satu tim di tiga cabang olahraga pada Asian Games 2018 mendatang. Hal ini menjadi sejarah kali pertama bagi Korea Utara dan Korea Selatan bersatu menjadi sebuah tim di beberapa olahraga, seperti yang diungkapkan oleh Direktur Internasional dan Hubungan Komite Olimpiade Nasional Dewan Olimpiade Asia. Demikian juga aksi pawai bersama atlet dari Korea Utara dan Korea Selatan pada Olimpiade Rio 2016 di bawah satu Bendera Unifikasi Korea akan menjadi sejarah penting jika terjadi kembali pada Asian Games 2018. Terlepas dari semua hal tersebut, aksi nyata yang dilakukan oleh dua negara Korea tersebut

56 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games untuk segera menyudahi konflik selama 70 tahun tersebut menjadi hal yang paling diharapkan.

Selain itu, Indonesia juga akan menjamu atlet dari Palestina dan Suriah untuk bertanding pada Asian Games 2018. Perlu dipahami dengan jelas mengenai fakta bahwa penyelenggaraan Asian Games 2018 sebagai pesta olahraga terbesar di Asia ini tidak akan terlepas dari kepentingan Indonesia. Kehadiran dan partisipasi atlet Palestina dan Suriah ini dapat diinterpretasikan sebagai bukti nyata hubungan bilateral yang kuat dan pengakuan atas kemerdekaan kedua negara tersebut. Dengan diselenggarakannya Asian Games 2018 di Indonesia, komitmen Indonesia yang sangat besar untuk menciptakan perdamaian di Palestina dan Suriah diharapkan akan mendapat dukungan dari negara lain yang ikut bertanding.

Refleksi Ke Depan

Asian Games pada sejarahnya diinisiasi untuk mengekspresikan eksistensi negara-negara Asia tanpa menggunakan kekerasan melainkan dengan meningkatkan tali persahabatan melalui pesta olahraga ini. Seiring berjalannya waktu, pesta olahraga seperti Asian Games tidak hanya menjadi tempat untuk atlet berbakat bertanding, tetapi juga tempat untuk mengekspresikan aksi-aksi solidaritas kemanusiaan.

Asian Games 2018 akan menjadi pesta olahraga terbesar di Asia yang berbeda sepanjang sejarahnya karena Indonesia adalah tuan rumahnya. Indonesia sebagai negara multikultural yang aman dan damai akan menjadi pelajaran lain yang dapat diambil oleh atlet di penjuru Asia selain dari medali kemenangan. Memaknai situasi dan kondisi kawasan Asia yang masih rawan konflik, maka dari itu aksi-aksi solidaritas kemanusiaan yang dilakukan oleh atlet-atlet yang bertanding menjadi sangat penting sekali untuk menciptakan perdamaian di kawasan.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 57 Dengan demikian, hal ini dapat dikonstruksikan pada masyarakat dunia bahwa perdamaian bisa ditempuh dengan berbagai macam cara, salah satunya pesta olahraga. Asian Games 2018 akan menjadi pesta olahraga dan upaya perdamaian, serta akan menjadi langkah awal untuk menginspirasi dunia olahraga.

58 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Peluang Memperkenalkan Budaya Indonesia dalam Asian Games 2018

Oleh: Fathan Huda (Kalimantan Utara)

engapa aku bangga Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games M2018? Karena dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 ini memberikan keuntungan bagi Indonesia. Kita dapat membuka peluang Indonesia dengan memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang mempunyai banyak talenta, budaya, tempat wisata dan kekayaan alamnya. Dan bukan hanya pengenalan, tetapi kita juga dapat meningkatkan minat atau kesadaran generasi muda dalam bidang olahraga dan budaya. Kita jangan berpikir bahwa jika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games akan banyak sekali mengeluarkan dana dalam pesta olahraga Asia tersebut. Akan tetapi, berpikirlah bagaimana cara kita mendapatkan keuntungan jika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 ini, karena yang akan menyaksikan pesta olahraga ini bukan hanya warga Indonesia, dan bukan hanya orang-orang yang berada di Asia. Akan ada turis-turis mancanegara atau bahkan dari benua tetangga yang dekat dengan Indonesia, seperti Benua Australia, yang mungkin juga akan ikut menyaksikan kemeriahan pesta olahraga Asia ini.

Banyak sekali atlet-atlet Indonesia yang berlomba di Asian Games 2018 ini yang mempunyai kemampuan yang sudah diakui oleh dunia. Dalam cabang olahraga bulutangkis, Indonesia terkenal sebagai negara yang mempunyai atlet bulutangkis yang sering menjuarai pertandingan bulutangkis tingkat Asia. Olahraga bulutangkis adalah olahraga yang paling banyak melahirkan atlet yang dikenal oleh dunia dan atlet-atlet ini sudah memberi informasi tentang pengalamannya sehingga mereka

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 59 dapat meraih kesuksesan. Banyak atlet bulutangkis mendirikan sekolah Bulutangkis untuk melatih generasi muda agar bisa bersaing di kancah dunia dan menunjukkan kualitas Indonesia di cabang bulutangkis. Di Asian Games 2018 ini akan hadir generasi-generasi penerus yang akan siap mengharumkan nama Indonesia di tingkat Asia, dengan dukungan Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, Jusuf Kalla, yang juga sebagai Ketua Dewan Pengarah Asian Games dalam upaya meningkatkan prestasi atlet Indonesia. Tidak hanya bulutangkis, penargetan pengenalan pemain muda Indonesia juga sedang ditargetkan melalui cabang olahraga sepak bola, karena sepak bola adalah olahraga yang banyak diminati. Apalagi di Indonesia, hampir setiap daerah mendukung timnas Indonesia dalam pertandingan-pertandingan sepak bola yang diikuti oleh timnas Indonesia. Saat ini Indonesia sudah tertinggal jauh dengan negara tetangga, yaitu Vietnam, yang menempati posisi ke-103 ranking FIFA dengan poin 331, sedangkan Indonesia di posisi ke-162 dengan poin 111. Namun, semoga saja Indonesia dalam ajang Asian Games ini dapat menaikkan posisinya dalam ranking FIFA, atau bahkan dapat mengejar Vietnam yang jauh di atas Indonesia.

Wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke mempunyai 34 Provinsi. Tiap-tiap provinsi mempunyai daerah yang memiliki ciri khas tradisi, makanan, dan tarian. Jakarta dan Palembang adalah dua kota yang ditunjuk sebagai tempat berlangsungnya Asian Games 2018. Kita dapat secara langsung memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui Asian games ini dan menjaga agar tradisi Indonesia tidak hilang begitu saja. Dengan adanya pengenalan budaya Indonesia di Asian Games 2018 ini dapat membangkitkan semangat pemuda Indonesia untuk meneruskan budaya Indonesia. Tidak itu saja, kesadaran penerus bangsa dalam meneruskan kebudayaan Indonesia ini juga sangat penting dalam hal memperkenalkan budaya Indonesia, agar Indonesia tidak hanya dikenal dengan rempah-rempahnya atau tempat wisatanya saja, tetapi juga kebudayaannya. Pengenalan budaya ini diharapkan tidak hanya

60 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games saat Asian Games saja, tetapi setelah Asian Games tetap akan dilakukan pengenalan budaya Indonesia ke luar negeri, dan bukan pengenalan di dalam negeri saja.

Indonesia memiliki lebih dari 1.700 pulau yang tidak hanya dikenal oleh wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara yang hobi traveling. Tempat wisata Indonesia yang paling dikenal oleh wisatawan luar negeri adalah Raja Ampat, Bali, Yogyakarta dan Pulau Kakaban. Pada Asian Games 2018 ini diharapkan lebih banyak lagi tempat wisata yang dapat diperkenalkan kepada wisatawan mancanegara sehingga dapat meningkatkan jumlah turis yang datang berwisata ke Indonesia. Diharapkan akan ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia di tahun ini, dibandingkan tahun 2017 kemarin yang berjumlah 1,15 juta kunjungan, meningkat 3,03% dibandingkan tahun 2016 sekitar 1,11 juta kunjungan. Jadi, apa salahnya jika kita mendukung program pemerintah dalam upaya peningkatan jumlah wisatawan tahun 2018 ini.

Indonesia sangat terkenal dengan kekayaan alamnya. Bahkan karena kekayaan alam ini wilayah Indonesia ingin dikuasai oleh bangsa- bangsa Barat termasuk salah satunya yaitu, Belanda. Namun, itu terjadi ratusan tahun yang lalu. Bagaimana jika tahun ini Indonesia memperkenalkan kembali kualitas kekayaan alamnya yang semakin meningkat ke Asia untuk meningkatkan persaingan dengan negara lain di Asia? Kita juga bisa memperkenalkan masakan tradisional kita ke bangsa lain. Bahkan, mantan Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama sangat menyukai makanan tradisional khas Madura, yaitu sate. Barack Obama mengakui bahwa dia masih sangat mengingat masakan Indonesia saat ia berpidato. Masih ingatnya Obama terhadap sate bisa jadi karena kelezatan masakan khas Madura tersebut. Di balik kesukaan Obama terhadap makanan itu kita dapat mengetahui bahwa kelezeatan makanan tersebut berasal dari bahan-bahan khusus yang dihasilkan dari rempah-rempah. Rempah-rempah tidak bisa dianggap sebelah mata

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 61 pada Asian Games 2018 ini. Obama saja mengakui bahwa sate dan bakso itu makanan yang enak. Inilah kesempatan bagi Indonesia khususnya bagi para pedagang makanan yang ada di Palembang dan Jakarta untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia untuk memikat para turis. Dengan begitu, penghasilan mereka pun akan meningkat selama perhelatan Asian Games ini.

Itulah beberapa kesempatan besar yang dapat dimanfaatkan saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games Tahun ini. Mulai dari kesempatan meningkatkan jumlah atlet untuk mengharumkan nama Indonesia, mengasah bakat-bakat anak Indonesia, dan memperkenalkan tempat wisata atau wilayah yang ada di Indonesia, sehingga dapat menambah pengetahuan turis bahwa masih banyak tempat wisata di Indonesia yang belum mereka ketahui. Jika pengenalan tempat sudah berhasil, maka berhasil juga pengenalan rempah-rempah Indonesia melalui makanan yang berada di daerah tempat wisata tersebut. Namun, pengenalan tersebut juga harus disertai dengan upaya menambah daya tarik kepada pengunjung, misalnya dengan memasang spanduk atau dengan menawarkan makanan tersebut kepada para wisatawan. Itulah kesempatan dan keuntungan jika kita menjadi tuan rumah Asian Games. Saya memperkenalkan budaya Indonesia dalam Asian Games 2018 ini karena saya bangga Indonesia mempunyai seribu keragaman dan keindahan.

Mari Dukung Indonesia dalam Asian Games 2018!

62 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Mendukung Asian Games 2018 dengan Menjadi Netizen yang Memiliki Bibit, Bebet, Bobot, dan Turut Memerangi Hoax

Oleh: Angelia Loreta (Kalimantan Barat)

iapa sih, yang tidak bangga tanah airnya terpilih menjadi tuan rumah SAsian Games 2018? Jika ditanya hal itu, semua penduduk Indonesia pasti bangga! Demam Asian Games 2018 secara perlahan namun pasti mulai merajalela dan menginfeksi penduduk Indonesia, terutama pemuda-pemudi yang selalu aktif berselancar di internet dan berkelana dalam dunia maya. Melalui internet, informasi dan berita tersebar secara cepat dan luas. Suatu ketika saya tergelitik oleh postingan Instagram akun resmi Asian Games 2018 @asiangames2018. Pada 5 Juli 2018, akun tersebut mem-posting peringatan mengenai waspada terhadap penipuan perekrutan relawan Asian Games 2018. Banyak pihak yang membuat penipuan mengatasnamakan panitia Asian Games 2018 atau yang lebih dikenal dengan INASGOC.

Dikutip dari berita yang dipublikasikan pada 27 Mei 2018 di website asiangames2018.id/news, tersebar informasi menyimpang mengenai perekrutan relawan untuk mendukung Asian Games 2018. Beredar hoax atau berita palsu bahwa para relawan akan diberi imbalan sebesar Rp600.000 per hari. Hal tersebut dibantah oleh Erick Thohir selaku Ketua Pelaksana Asian Games 2018. Melalui laman berita yang sama, Erick Thohir mengungkapkan kekhawatirannya terhadap isu penipuan penerimaan relawan, bahkan ada yang meminta bayaran. Ia mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan menyatakan bahwa

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 63 semua informasi dan pendaftaran dapat diakses melalui website resmi Asian Games 2018, asiangames2018.id. Beliau menegaskan bahwa INASGOC tidak pernah bekerjasama dengan agen maupun koordinator lain dalam pencarian relawan.

Salah satu upaya mencegah penyebaran hoax adalah dengan diselenggarakannya sosialisasi oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada 6 Juli 2018 di Kabupaten Kudus. Sosialisasi dengan judul “Literasi Pengembangan Generasi Muda Milenial” tersebut dihadiri oleh sekitar 2.000 warga dari Desa Klumpit dan sekitarnya. Tujuan dari sosialisasi ini adalah agar generasi muda terus berinovasi mengembangkan ekonomi kreatif dan dapat menyaring informasi agar terhindari dari hoax atau berita palsu. Ahmad Andi Wibowo selaku tim asistensi Kemenpora mengimbau masyarakat agar menjaga sikap dan ketenangan serta menghindari kerusuhan selama Asian Games 2018 berlangsung.

Sebagai generasi muda yang dapat mengakses internet secara mudah, kita harus paham mengenai ciri-ciri berita yang baik. Sumadiria (2005) menyatakan bahwa berita adalah laporan mengenai ide atau fakta terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi khalayak. Penyebaran berita dapat melalui media seperti surat kabar, radio, televisi, atau media internet. Dalam pernyataan tersebut jelas ditegaskan bahwa berita yang baik adalah berita yang berdasarkan fakta dan berisi konten yang penting bagi khalayak atau dalam kata lain, mengedukasi. Berita yang baik adalah berita yang diketahui kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, proses penyampaian pesan juga harus diperhatikan. Menurut Harold D. Lasswel, proses komunikasi adalah “Who says what in which channel to whom with what effect?” Artinya, proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui media dan dapat berdampak luas. Setiap unsur tersebut harus diperhatikan dengan baik. Pesan yang disampaikan

64 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games tentu akan berdampak kepada penerima pesan. Oleh karena itu, berita bohong atau hoax haruslah diperangi agar tidak menimbulkan efek yang buruk. Pesan atau berita yang disampaikan haruslah berguna dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sebelum menyebarkan berita terkait Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Kota Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September 2018, ada baiknya kita mencari tahu terlebih dahulu kebenaran di balik berita-berita yang tersebar. Penulis menggagas sebuah ide orisinil yang dapat menjadi acuan dalam memberantas dan memerangi hoax, yaitu dengan menjadi netizen yang memiliki bibit, bebet, dan bobot. Lantas, apakah yang dimaksud dengan netizen yang memiliki bibit, bebet, dan bobot?

Netizen merupakan kepanjangan dari citizen of net atau warga internet. Netizen yang memiliki bibit, bebet, dan bobot adalah pengguna internet yang dapat menyaring berita secara baik sehingga dapat membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang dikategorikan sebagai informasi palsu atau yang biasa dikenal dengan istilah hoax.

Netizen yang memiliki bibit adalah pengguna internet yang memiliki latar belakang jelas. Latar belakang yang dimaksud adalah kejelasan akun sosial media yang digunakan untuk menyebarkan berita. Jika ingin menyebarkan berita haruslah menggunakan akun asli dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila akun tersebut merupakan akun pribadi, maka pada saat mendaftarkan akun tersebut pengguna harus menginput identitas asli dan menampilkan identitas asli pada lamannya. Jika akun tersebut adalah akun dari sebuah organisasi atau komunitas, maka identitas dari organisasi atau komunitas tersebutlah yang didaftarkan dan ditampilkan. Mengapa hal ini harus dipertimbangkan? Karena semua informasi atau berita yang disebar harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 65 Kedua, netizen yang memiliki bebet. Bebet sebenarnya berasal dari kata ‘bebedan’ atau cara berpakaian dalam Bahasa Jawa. Namun dalam konteks sosial media, penulis mengaitkan cara berpakaian atau penampilan itu dalam konteks berita atau informasi yang tersebar. Berita yang baik haruslah ditulis secara rapi dan jelas sehingga tidak bersifat ambigu dan menimbulkan pertanyaan. Berita yang disebar haruslah lengkap, bukan merupakan potongan-potongan dari sebuah berita lainnya. Harus mengandung unsur 5W dan 1H agar tidak mengundang pertanyaan dan harus berasal dari sumber yang terpercaya. Lantas, darimana kita tahu apakah sebuah sumber berita terpercaya atau tidak? Caranya adalah dengan klarifikasi langsung ke sumbernya. Apabila sumber tersebut berasal dari tulisan atau opini pribadi, maka tulisan tersebut harus diperkuat oleh fakta. Salah satu contoh sumber terpercaya yang menyediakan berita mengenai Asian Games 2018 adalah media dan website seperti dukungbersama.id dan indonesiabaik.id.

Ketiga, bobot. Netizen berbobot adalah netizen yang berkualitas. Artinya, pengguna internet harus dapat membedakan berita asli dan hoax. Netizen berkualitas haruslah menyaring dan mengklarifikasi berita yang mereka dapat. Tidak serta-merta dibagikan tanpa diketahui kebenarannya. Pengguna internet yang berbobot harus mampu mencari kebenaran sebuah berita dan juga mengedukasi publik. Ketika netizen memutuskan untuk menyebarkan berita, berita tersebut haruslah bersifat edukatif. Baik netizen dan berita yang ia sebar haruslah berbobot dan tidak mengandung SARA.

Di bawah ini, penulis membuat sebuah poster untuk memudahkan netizen mengingat cara menjadi netizen yang memiliki 3B setiap kali berselancar di dunia maya dan ingin menyebarkan berita. Poster dibuat dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, agar dapat dimengerti semua orang termasuk warga negara asing.

66 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games

Dengan segala kemudahan akses internet yang ada di zaman yang canggih ini, pengguna internet harus memiliki kemampuan untuk menyaring informasi yang didapatkan. Teknologi dan segala kecanggihannya diciptakan untuk mendukung kebutuhan manusia. Manusia haruslah menjadi tuan dan mampu mengontrol teknologi yang ada. Netizen harus dapat mempertimbangkan tiga hal sebelum menyebarkan berita. Pertama, pastikan informasi yang didapatkan adalah benar dan didukung oleh fakta. Kedua, jika berita sudah diklarifikasi, pikirkan apakah isi berita tersebut bersifat positif atau negatif. Langkah terakhir, pertimbangkan dampak yang akan terjadi bila berita tersebut disebar, apakah akan bermanfaat atau justru merugikan.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 67 Penyebaran hoax melalui sosial media dapat berakibat fatal apabila tidak diatasi dengan benar. Mengedukasi masyarakat mengenai cara membedakan berita yang benar dan hoax adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Apabila netizen dapat mencari kebenaran sebuah berita simpang siur, netizen dapat membantah hoax yang tersebar dengan informasi kebenaran yang didukung dengan fakta. Hal tersebut juga dapat menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap Asian Games 2018 agar penyelenggaraannya dapat berjalan dengan lancar. Sebelum kita membuka pintu bagi negara lain untuk masuk dan berkompetisi, kita haruslah terlebih dahulu bersatu memastikan berita yang tersebar adalah informasi yang benar. Mengutip dari postingan Instagram resmi Presiden Joko Widodo, @jokowi, pada 11 Juli 2018, “Mari, sukseskan Asian Games 2018. Sukses persiapannya, sukses penyelenggaraannya, dan sukses prestasinya.”

68 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Aku, Indonesia, dan Asian Games

Oleh: Rinaldi (Kalimantan Tenggara)

esta Olahraga Asia 2018 (bahasa Inggris: 2018 Asian Games) yang Psecara resmi dikenal sebagai Pesta Olahraga Asia ke-18 adalah acara olahraga multi-event regional Asia yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 18 Agustus - 2 September 2018 di dua kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Ini merupakan kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games setelah Asian Games IV yang diadakan di Jakarta pada tahun 1962, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Asian Games akan diadakan di dua kota sekaligus (Sumber: Wikipedia).

Menteri Pariwisata Indonesia bapak Arief Yahya mengatakan bahwa “Event Asian Games 2018 ini adalah momentum yang tepat untuk mempromosikan destinasi unggulan di Tanah Air. Nanti akan ada paket wisata bagi penonton dari luar negeri yang ingin menikmati keindahan destinasi di Indonesia”. Hal tersebut saya angkat menjadi topik khusus dalam menulis artikel ini. Dimana saya akan mengungkapkan siapakah tokoh “Aku”, apa hubungan tokoh “Aku” dengan Indonesia, dan mengapa tokoh “Aku”, Indonesia, dan Asian Games bisa saling berpengaruh satu dengan lainnya. (Sumber foto: Instagram Kemenpar)

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 69 Siapakah tokoh “Aku” yang dimaksud dalam tulisan ini? Aku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kata ganti orang pertama, namun dalam artikel ini tokoh “Aku” yang dimaksud adalah saya sendiri sebagai penulis dan Anda si Pembaca tulisan ini. Tokoh “Aku” yaitu saya dan Anda dalam hal ini memiliki posisi yang teramat penting untuk mengambil suatu keputusan atas tindakan yang akan dilakukan ke depannya. Mengapa demikian? Hal ini tidak lepas dari hubungan “Aku” dan Indonesia. Simak ceritanya berikut ini secara saksama.

Aku lahir di suatu bangsa dan tanah air bernama Indonesia. Dimana tanah air ini mempunyai seribu ragam budaya dan bahasa yang di antaranya sudah mendunia. Negeri yang mempunyai keunikan dan keindahan biota laut, pemandangan alam seindah permata, serta masyarakatnya yang ramah yang menjadi ciri khas utamanya. Semua kekayaan yang ada merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang diwarisan oleh leluhur secara terus menerus yang dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Seluruh kekayaan yang merupakan keragaman di mata dunia. Dan sebagai generasi muda perlulah aku patut berbangga atas itu semua. Namun, sebagian orang di luar sana masih banyak yang belum mengetahui akan keelokkan bak berlian negeri ini. Mereka mengenal tanah Indonesia hanya pada pulau Bali. Padahal dari ujung Sabang hingga membentang sampai Merauke, negeri ini lebih indah dibanding negeri lainnya di dunia. Hal ini kadang terpikir olehku, apa yang bisa ku lakukan untuk tanah air tercinta ini agar dunia tau akan kekayaannya yang tiada duanya ini. Hingga akhirnya ku ketahui bahwa tahun ini negeri Indonesia tercinta terpilih di dua kotanya yaitu Jakarta dan Palembang dipilih sebagai tuan rumah ajang Asian Games ke-18. Ini merupakan suatu kebanggan tersendiri dan kabar gembira sekaligus merupakan momentum yang sempurna untuk memperkenalkan seluruh kekayaan dan keindahan alam serta budaya Indonesia kepada dunia khususnya negara peserta Asian Games. Dapat dipastikan bahwa nantinya akan

70 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games banyak sekali wisatawan asing yang akan berkunjung yang bukan hanya sekedar untuk mendukung negaranya yang akan bertanding namun juga sembari menyempatkan diri untuk menikmati panorama budaya dan keindahan alam yang ada. Kesempatan yang luarbiasa ini tidaklah akan mungkin datang lagi dalam waktu dekat. Hingga terpikir olehku bahwa ini lah saat – saat yang dinanti untuk memperkenalkan seluruh budaya tanah air kepada dunia. Rasa bangga pada diri terhadap negeri ini juga harus dirasakan oleh mata dunia. Akan tetapi, mungkin tidak banyak yang dapat kulakukan, namun, dengan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games, aku yakin ini merupakan usaha terbaik yang dapat kulakukan untuk sekarang. Diantaranya adalah sebagai berikut :

• Mendukung Asian Games melalui Media Sosial

Hal yang pertama harus dilakukan adalah memberitakan atau menyebarkan luas informasi mengenai Asian Games sebagai bentuk upaya mendukung acara tersebut melalui media sosial. Kita tahu bahwa bukanlah merupakan hal tabu lagi bahwa media sosial menjadi suatu tren kekinian yang sudah menjajah setiap orang di seluruh negeri, baik orang tua maupun anak muda zaman sekarang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar dimedia sosial daripada bermain di luar rumah. Mereka lebih menyukai membaca suatu artikel atau berita melalui media sosial dibandingkan harus membaca koran ataupun tabloid. Namun, aku mengambil kesempatan lain dalam hal ini. Aku tau tidak semua orang mengakses media sosial untuk mencari informasi bahkan yang berkaitan dengan Asian Games sehingga masih banyak yang belum mengetahui secara lengkap dan betul mengenai ajang tersebut. Akan tetapi, jika aku mampu menyebarluaskan informasi – informasi yang berkaitan dengan Asian Games kesetiap ranah publik melalui media sosial dengan cara membagikannya melalui media sosial yang kumiliki dengan tetap memperhatikan isi perihal yang disampaikan. Hal tersebut tentunya menjadi usaha yang efektif dan efisien sebagai

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 71 upaya mendukung ajang Asian Games. Sehingga pada akhirnya akan semakin banyak orang-orang yang mengetahui ajang perhelatan multi-event perlombaan spektakuler ini. Dapat dipastikan bahwa jika semakin banyak orang yang mengetahui maka mereka pastinya juga akan melakukan berbagai persiapan guna mempersiapkan daerah masing – masing apabila nanti akan dikunjungi oleh turis asing. Mulai dari persiapan sarana prasarana hingga persiapan paket wisata yang akan dipilih wisatawan nantinya untuk menikmati keindahan budaya dan pemandangan alam sekitar. Dan pada akhirnya bukan hanya pemerintah saja, namun juga masyarakat luas dapat dikatakan turut berpartisipasi secara aktif dalam mendunkung Asian Games ke-18 ini.

• Persiapkan Diri menjadi Tour Guide (Pemandu Wisata)

Hal kedua yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menjadi seorang Tour Guide atau lebih dikenal dengan istilah Pemandu Wisata. Mengapa demikian? Saat turis– turis asing berkunjung tidak semua dari mereka akan terus menerus bersama dengan penerjemah bahasa mereka. Dalam hal ini aku juga harus mempersiapkan diri apabila nanti ada turis yang berkunjung aku bisa menjadi pemandu wisata sekaligus penerjemah bahasa mereka. Walau aku tau aku tidak akan dibayar, akan tetapi niat diawal adalah untuk memperkenal budaya setempat tempat dimana mereka nantinya akan berkunjung. Sehingga dengan pengetahuan yang aku miliki akan keunikan budaya setempat, aku bisa secara lebih terperinci memperkenalkan budaya tersebut kepada mereka para turis asing. Dan aku yakin saat mereka nanti kembali ke negara asalnya, mereka pastinya akan memberitahukan seluruh pengalaman mereka kepada rekannya, sehingga akan menimbulkan ketertarikan rekannya untuk juga bisa berkunjung ke Indonesia.

72 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Aku yakin dengan kedua hal di atas keindahan, keunikan, dan keragaman budaya yang ada di Indonesia akan semakin dikenal oleh dunia melalui perhelatan ajang Asian Games ini. Sehingga seluruh kekayaan atas keunikan dan keragaman budaya serta keindahan panorama yang ada di Indonesia tidak hanya akan terus diwariskan kepada anak cucu saja akan tetapi juga kepada dunia. Dan atas hal tersebut keindahan yang ada bukan hanya sekadar diketahui dunia, namun juga mendapat pengakuannya secara universal. Dan pada akhirnya keindahan tersebut juga tidak hanya sekadar dapat dinikmati untuk saat ini, namun juga untuk ke depannya dan masa yang akan datang.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 73 Sepak Terjang Asian Games 1962 ntuk Asian Games 2018

Oleh: Alfian Fikri Fahrurroaizi (Kalimantan Timur)

“Asian Games bukan hanya untuk olahraga, melainkan membangun satu Nation Indonesia, National Building Indonesia” – Soekarno, Bandung, 9 April 1961

edikit kutipan dari sang proklamator Ir. SSoekarno yang mempunyai keinginan untuk menunjukkan dan memperkenalkan Indonesia kepada dunia sebagai negara yang baru merdeka. Untuk itu, Indonesia bersedia menjadi tuan rumah Asian Games yang ke-4, diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1962. Asian Games merupakan ajang kompetisi olahraga terbesar Logo Asian Games di Jakarta tingkat Asia, penyelenggaraan Asian Games ini pada tahun 1962. diselenggarakan 4 tahun sekali, Ajang olahraga Sumber: https://upload. ini diadakan oleh Dewan Olimpiade Asia (Olympic wikimedia.org/wikipedia/ id/2/22/Logo_Asian_ 6 Council of Asia/OCA). Games_1962.jpg

Dalam kurung waktu 4 tahun setelah penunjukkan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1958, di bawah Komando langsung Ir. Soekarno bersama Komando Urusan Asian Games (KUPAG)7

6. Toemon, Slyvana. (2017, Desember). Sejarah Asian Games. http://bobo.grid.id/ read/08679589/sejarah-asian-games. Diakses 12 Juli 2018. 7. Cayo. (2017, Juli). Sejarah Asian Games IV tahun 1962 Jakarta Indonesia. http://www. indonesiacayo.com/2017/07/sejarah-asian-games-iv-tahun-1962.html. Diakses 12 Juli 2018

74 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games melalui Keputusan Presiden RI No. 79 tahun 1961 yang dikeluarkan pada 28 Februari 1961, Indonesia berbenah untuk segera melakukan pembangunan komplek olahraga, stadion megah di Senayan bernama Gelora Bung Karno, pembangunan Hotel Indonesia, pembangunan baru Jalan Thamrin dan Jalan Gatot Subroto, membangun Jembatan Semanggi, serta memanggil seniman terbaik untuk menghias Senayan dan beberapa sudut jalan Jakarta dengan patung-patung artistik yang menggambarkan kebudayaan Indonesia dan gelora rakyat Indonesia.8

Pembangunan besar-besaran tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan, Mengapa Soekarno mengorbankan biaya besar demi menunjang kegiatan olahraga? Namun, ia mampu menjawabnya dengan mudah. Di matanya, olahraga merupakan salah satu alat perjuangan bangsa. Dengan berkiprahnya Indonesia di dunia olah tubuh, Indonesia akan mampu berbicara kepada dunia. Tecermin dari kutipan kata dari Soekarno berikut.

"Kita tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bangsa yang besar. Yang mampu maju ke muka, memimpin pembebasan bangsa-bangsa di dunia menuju dunia barunya." Soekarno.

Soekarno ingin membuktikan jika Indonesia mampu berdiri sendiri, menjunjung tinggi kebebasan untuk bernegara tanpa campur tangan negara lain dan menolak adanya penjajahan. Dengan adanya semangat yang membara untuk berjuang menunjukkan Indonesia mampu dan tidak lemah, terbukti dengan dibangun Stadion Senayan yang dibangun megah, selesai dengan tepat waktu. Pembangunan infrastruktur yang cepat tersebut karena dibangun bersama-sama di kalangan Pemerintah, masyarakat dan militer, saling bahu-membahu untuk menyukseskan Asian Games ke-4 ini.

8. (2015, Mei). Makna Asian Games Jakarta 1962 dan 2018. http://presidenri.go.id/ program-prioritas-2/1000.html. Diakses 13 Juli 2018

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 75 Asian Games IV 1962, kala itu berlangsung mulai tanggal 24 Agustus hingga 4 September 1962. Peresmian Asian Games saat itu dibuka oleh Ir. Soekarno, di Stadion Gelora Bung Karno, disiarkan oleh TVRI sekaligus menjadi siaran perdana dan disaksikan oleh masyarakat Indonesia yang hadir pada saat itu. Diikuti 12 negara di Asia dengan mempertandingkan 13 cabang olahraga. Pada saat itu, Indonesia sebagai tuan rumah tidak mengundang tim dari dan yang merupakan anggota AGF (). Ini dilakukan untuk menghormati negara-negara Arab dan Tiongkok yang sedang memiliki hubungan diplomasi tidak baik dengan kedua negara tersebut.9

Selama Asian Games IV berlangsung, Indonesia telah berhasil meraih berbagai prestasi di sejumlah cabang olahraga Asian Games. Indonesia menempati peringkat ke-2 dengan total perolehan 21 medali emas, 28 medali perak, dan 32 medali perunggu.

Perolehan Medali pada Asian Games 1962 Sumber : http://www.ocasia.org

9. Widazulfia, Fahmiranti. (2015, September).Mengenang Asian Games 1962. https:// www.goodnewsfromindonesia.id/2015/09/12/mengenang-asian-games-1962. Diakses 13 Juli 2018

76 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Prestasi ini, tentunya membanggakan bagi masyarakat Indonesia, menjadi catatan sejarah baru untuk Indonesia, sekaligus menjadi bukti keseriusan pemerintah yang kala itu dipimpin oleh presiden Soekarno membuktikan pada dunia bahwa Indonesia yang baru merdeka pada saat itu bisa berprestasi di dunia olahraga dan momen Asian Games 1962 dapat menjadi spirit untuk terus berprestasi pada ajang Asian Games berikutnya.10 Indonesia menunjukkan dan membuka mata kepada dunia internasional khususnya di Asia, jika Indonesia mampu berjaya dibidang olahraga. Berjuang untuk mengharumkan bangsa tanpa mengenal lelah bagai pejuang yang ingin mempertahankan kemerdekaan negara.

“Berapapun biaya yang harus dikeluarkan, tidak menjadi masalah asalkan harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia diakui.” - Soekarno.

Tahun ini, sejarah akan terulang lagi. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Indonesia menjadi tuan rumah setelah Vietnam mengundurkan diri dari kesanggupannya menjadi tuan rumah akibat kesulitan finansial. Seperti halnya tahun 1962, Indonesia kembali berbenah mendekati hari perhelatan akbar Asian games yang dilaksanakan sehari setelah Hari Kemedekaan Indonesia, yaitu 18 Agustus 2018. Dimulai dengan melakukan perbaikan fasilitas yang sesuai standar internasional dari berbagai cabang olahraga. Perbaikan Stadion Gelora Bung Karno untuk kursi penonton, lampu penerangan yang menggunakan teknologi canggih sehingga dapat menerangi stadion dengan sangat baik seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat.

10. Warsito, Renggo. (2015, Oktober). Bangkitnya Arwah Asian Games 1962 Soekarno di Tahun 2018. https://www.kompasiana.com/themessenger/561d0954d77e61db098b456c/ bangkitnya-arwah-asian-games-1962-soekarno-di-tahun-2018. Diakses 13 Juli 2018

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 77 Asian Games tak hanya sekadar sebuah kompetisi, tujuan dari dibentuk Asian Games juga untuk mempererat persaudaraan khususnya di Asia sekaligus memperkenalkan budaya dari masing-masing negara. Untuk itu tahun 2018 nanti, Indonesia akan memanfaatkan momen Asian Games untuk menjadi sebuah gelaran yang makin membukakan mata bangsa-bangsa di Asia tentang Indonesia dengan segala macam keragaman budaya, perkembangan ekonomi, keramahan warganya, keindahan alam dan keragaman makanan khas daerah, dan pada ujungnya, potensi pariwisatanya.

Melihat momen ini, pemerintah yang saat ini dipimpin oleh bapak Ir. Joko Widodo juga telah mempromosikan Asian Games yang akan diadakan di Indonesia ini dengan cara yang unik dan dengan cepat menjadi trending menyesuaikan apa yang paling disukai digenerasi milenial saat ini. Yaitu, dengan menggunakan jaket buatan anak bangsa. Tak heran, jika tidak sedikit masyarakat sangat antusias ingin memiliki jaket yang sama, sehingga menjadi peluang yang mendatangkan keuntungan bagi pengrajin jaket tersebut agar memproduksi barang lebih banyak sesuai permintaan.

Jaket Jokowi untuk mempromosikan Asian Games di Indonesia Sumber : http:// kaltim.tribunnews.com/2018/05/04/jaket-asian-games-jokowi-jadi-viral- ternyata-segini-harganya

78 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, cara yang dilakukan oleh Presiden Jokowi ini untuk mempromosikan Asian Games sangatlah berbeda dan unik. Tidak hanya Presiden Jokowi menteri kabinet akan ikut memakai jaket yang serupa dengan presiden dan dikenakan pada sebagai media promosi.

Asian Games tahun ini memakai 3 maskot yang mempresentasikan energi pada Asian Games, yaitu Bhin bhin yang digambarkan sebagai seekor Burung Cendrawasih yang mengenakan rompi dengan motif Asmat dari Papua, Atung digambarkan sebagai Rusa Bawean yang mengenakan sarung dengan motif tumpal dari Jakarta mempresentasikan kecepatan, dan Kaka yang digambarkan sebagai badak bercula satu mengenakan pakaian tradisional dari Palembang menggambarkan kekuatan. Jiwa dari “Energy of Asia” terbentang pada keberagaman budaya, bahasa, dan peninggalan sejarah. Saat semua elemen ini bersatu, ini akan menjadi kekuatan utama yang diperhitungkan dunia. Nilai keberagaman dan kesatuan yang dipegang teguh Indonesia yang menjadikan negara dengan berbagai suku, etnis dan bahasa, berjuang bersama-sama sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat dan bersatu diikat menjadi kesatuan di bawah Bhinneka Tunggal Ika.11

Bangga tentunya menjadi bagian dari warga negara Indonesia yang terdiri dari beribu pulau, budaya, dan bahasa yang tidak semua negara lain dapatkan. Saling bahu-membahu, gotong royong sama-sama untuk mengharumkan negara. Asian Games tahun 1962 adalah cerminan semangat rakyat Indonesia untuk menunjukkan kehebatan Indonesia di tingkat Asia. Semangat yang selalu berkobar, sikap yang pantang menyerah hingga dapat membuat negara lain kagum dengan Indonesia karena dapat menyelesaikan target tepat pada waktunya, hingga prestasi Indonesia yang gemilang, membuat masyarakat Indonesia sangat bangga dengan negaranya sendiri.

11. LOGO & MASKOT Asian Games 2018. https://asiangames2018.id/about/themascots. Diakses 13 Juli 2018

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 79 Bukan saja tugas pemerintah untuk menyukseskan Asian Games tahun ini di Indonesia, besar harapan menjelang Asian Games ini peran masyarakat Indonesia dari berbagai daerah juga dapat membantu untuk menyukseskan Asian Games ini dengan tetap menjaga kebersihan dan ketertiban serta merawat fasilitas yang sudah dibangun untuk melaksanakan pergelaran Asian Games 18 tahun 2018 di Jakarta dan Palembang, serta mendukung pemain Indonesia agar dapat mengharumkan nama Indonesia, membawa Indonesia menjadi juara!

80 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Asian Games untuk Indonesia Lebih Baik

Oleh: Nagawati Limata (Kalimantan Selatan)

ndonesia kini patut berbangga karena pada tahun ini negara kita Imendapat kesempatan kembali untuk menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di Asia. Tentu ini bukan sebuah perkara mudah mengingat persiapannya yang hanya diberi waktu empat tahun dari ditetapkannya Indonesia sebagai tuan rumah pada 25 Juli 2014 yang lalu. Mengapa kita perlu berbangga? Mungkin itu yang terbesit di benak remaja-remaja Indonesia yang lebih gemar menonton artis luar negeri tampil di Indonesia ketimbang melirik Asian Games. Pada dasarnya memang bukan salah mereka begitu karena acara olahraga hanya menghipnotis sebagian orang, terkecuali olahraga sepak bola yang selalu mampu menghisap banyak penonton.

Asian Games sendiri merupakan suatu acara olahraga terbesar setelah Olimpiade yang diorganizir oleh Olympic Council of Asia dan tahun ini negara kita, Indonesia mendapat kesempatan menjadi tuan rumah pada pegelarannya yang ke-18. Tercatat sejak pertama kali diadakan di New Delhi India, ini kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah yang mana Asian Games sendiri pernah diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1962. Pegelaran pesta olahraga yang diikuti oleh 45 negara ini akan memperlombakan 40 cabang olahraga dan dilaksanakan di 2 kota besar yaitu Palembang dan Jakarta. Adapun Asian Games sendiri dijadwalkan akan dilaksanakan pada 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018 nanti.

Indonesia juga akan mendapat keuntungan di berbagai sektor dari terlaksanakannya Asian Games di Indonesia mendatang. Yang

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 81 terutama tentu Indonesia akan mendapat keuntungan dari sektor pariwisata dan kebudayaan, dimana melalui pegelaran bergengsi ini Indonesia dapat sekaligus memperkenalkan kebudayaan daerah serta tentunya meningkatkan jumlah turis yang berkunjung ke Indonesia. Asian Games juga dapat menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan keindahan budaya Indonesia seperti yang telah tergambar dari maskot Asian Games 2018 yang terdiri dari 3 hewan lucu khas Indonesia antara lain: ‘Kaka’ yang merupakan badak bercula satu (Rhinoceros Sondaicus) yang melambangkan kekuatan memakai pakaian tradisional Indonesia yaitu pakaian bermotif bunga khas Palembang. Ada pula ‘Atung’ yang merupakan rusa Bawean (Hyelaphus Kuhlii) yang melambangkan kecepatan yang mana ia memakai pakaian tradisional dari Indonesia juga yaitu sarung dengan motif ‘tumpal’ yang berasal dari DKI Jakarta. Selain itu hadir pula ‘Bhin-Bhin’ yang merupakan burung Cendrawasih (Paradisaea Apoda) yang melambangkan strategi digambarkan mengenakan pakaian tradisional Indonesia yaitu rompi dengan corak khas dari suku Asmat di Papua. Asian Games juga memberi dampak positif bagi perekonomian rakyat karena ketika pagelaran tersebut dilaksanakan masyarakat sekitar dapat meningkatkan perkonomiannya lewat menjual merchandise atau makanan ringgan, misalnya. Dan yang terpenting dalam segi politik dan kenegaraan, tentunya dengan pegelaran ajang olahraga se-Asia ini akan membentuk jalur jalur hubungan kenegaraan antar negara-negara peserta Asian Games.

Pertanyaannya kini adalah bagaimana tanggapan masyarakat mengenai ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games? Apakah euphoria Asian Games telah merasuki remaja dan pemuda bangsa? Ataukah semua itu tenggelam karena tidak banyak yang menggemari olahraga? Akankah hasrat pemerintah Indonesia yang menginginkan Asian Games menjadi euphoria bagi seluruh masyarakat Indonesia terwujud? Ataukah euphoria Asian Games terkalahkan karena berbarengan dengan Piala Dunia? Bahkan kini pertanyaan paling

82 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games menyayat hati seperti ‘taukah Indonesia merupakan tuan rumah Asian Games tahun ini?’ menjadi sebuah tamparan keras bagi bangsa ini. Aku pribadi bangga dengan hampir terwujudnya Asian Games ini mengingat Indonesia hanya memiliki waktu 4 tahun sejak ditunjuk sebagai Tuan rumah pada 25 Juli 2014 setelah sebelumnya Vietnam mengumumkan penarikan sebagai tuan rumah Asian Games pada 17 April 2014. Tentu bukan hal mudah untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar sesuai dengan standar yang ditetapkan yang pastinya merupakan standar internasional.

Lahir dan besar di Banjarmasin membuatku mencintai kota ini, kota yang terkenal akan sungainya hingga berjulukan kota seribu sungai. Aku patut berbangga dengan kotaku karena Banjarmasin mendapat kesempatan menjadi salah satu dari 54 titik persinggahan arak-arakan obor Asian Games tahun ini. Obor yang dinyalakan di New Delhi, India tersebut akan diarak keliling kota-kota besar di Nusantara selama 35 hari. Banjarmasin tentunya patut berbangga karena kota kecil yang terkenal dengan pasar terapungnya ini mempunyai nilai tersendiri sehingga dipercayakan sebagai salah satu tempat persinggahan obor tersebut. Bahkan untuk menyambut obor tersebut pemerintah Banjarmasin dikabarkan akan mengadakan kirab budaya dan beberapa acara hiburan lainnya di sekitar Pasar Terapung Siring Tendean yang merupakan jantung kota Banjarmasin.

Ajang olahraga membanggakan ini tentu menjadi sebuah pegelaran olahraga yang ditunggu-tunggu oleh semua masyarakat di negara-negara yang turut ikut serta dalam pegelarannya. Tentunya kita semua memiliki harapan yang besar agar ajang olahraga Asian Games ini dapat membawa pengaruh besar bagi perkembangan bangsa ini hingga diharapkan setelah terlaksananya Asian Games ini Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik. Saya mengajak rekan-rekan sebangsa se- Tanah air untuk turut larut dalam euforia Asian Games ini dan alangkah

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 83 lebih baiknya kita turut berkontribusi dan membantu dalam pegelaran akbar ini melalui minat dan bakat yang dimiliki. Tentu turut berkontribusi dapat dilakukan dengan berbagai cara, menulis artikel seperti yang aku lakukan juga termasuk dalam kontribusi tentunya. Selain itu bagi yang gemar bermusik dan pandai bernyanyi mungkin dapat menunjukkan kontribusinya lewat karya lagunya yang indah agar dapat membakar semangat para atlet yang berlomba nanti seperti yang telah dilakukan oleh musisi-musisi Tanah Air.

Menurutku, semua hal akan dapat berjalan dengan baik apabila ada niat dari pelaku perbuatan tersebut, jadi jangan pernah ragu dengan bakat yang dimiliki dan kembangkanlah bakat tersebut agar menjadi suatu hal yang indah dan dapat dinikmati oleh khalayak ramai maka disitulah kebahagiaan akan terpancar dan akan dapat kau nikmati pula kebahagiaan itu. Selamat bertanding aku ucapkan kepada semua atlet yang nanti akan bertanding, junjung tinggi sportifitas dan rasa persahabatan karena ini bukan perkara siapa yang menang siapa yang kalah melainkan bagaimana hubungan antar negaralah yang lebih penting untuk dijaga keharmonisannya. Selamat datang di Indonesia, sebuah negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi namun masyarakatnya dapat hidup berdampingan dan diselimuti kebudayaan-kebudayaan yang indah, semoga yang terbaiklah yang menjadi pemenang dan semoga Tuhan menyertai pagelaran olahraga se Asia ini. Sekali lagi dapat kukatakan AKU BANGGA JAKARTA DAN PALEMBANG (INDONESIA) DAPAT MENJADI TUAN RUMAH Asian Games KE-18 TAHUN 2018.

84 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Karung Emas itu Milik Indonesia

Oleh: Daniah Arthamevia Putri Hidayah (Banten)

ua orang lelaki sedang berada di tebing jurang menatap dalam Dpada apa yang ada di dasar jurang. Sesaat kemudian, salah satu dari mereka sibuk menyiapkan peralatan dan perlengkapan untuk turun ke bawah.

“Ayo! Kau ikut atau tidak?” tanyanya pada seorang lelaki lainnya yang masih bergeming.

“Kau yakin akan turun ke bawah hanya demi emas yang belum kau tahu jumlah pastinya?”

“Aku berani mengambil keputusan untuk turun ke dasar jurang ini meskipun aku tahu risikonya adalah kematian. Tapi aku yakin, ada harta karun besar yang menungguku di bawah sana. Aku akan kaya dan membawa keluargaku lepas dari kemiskinan.” Lelaki pertama berkata dengan yakin senyum dan mata berbinar.

Pada akhirnya, lelaki pertama berhasil kembali dengan dua karung emas dan tubuh penuh luka. Sedangkan lelaki kedua tetap dalam keadaan bersih namun juga tanpa hasil apa-apa yang ia bawa pulang.

Saat ini, Indonesia masih dilingkupi sejumlah permasalahan yang kompleks. Namun, sebagai negara berkembang, Indonesia tidak berhenti untuk terus berupaya menjadi lebih maju. Dengan keadaan perekonomian yang belum bisa dikatakan kuat,, Indonesia berani mengambil keputusan mengeluarkan sejumlah dana untuk penyelenggaran pesta olahraga terbesar di Asia. Pada 2014 lalu, dewan eksekutif Olympic Council of

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 85 Asia telah memastikan bahwa Indonesia menjadi pengganti Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games. Sebelumnya Vietnam menyatakan bahwa mereka tidak mampu menggelar Asian Games karena kendala perekonomian dan kesulitan sosial.

Indonesia berani menunjukkan bahwa dirinya mampu mengambil tindakan seperti yang tergambar pada kisah lelaki dan emas diawal tulisan. Sebuah peristiwa aksi-reaksi yang sudah tak asing lagi yaitu high risk high return. Apabila kamu siap menghadapi risiko yang besar, maka kamu juga akan mendapat hasil yang luar biasa hebat. Begitu pula jika hanya ingin berada di zona nyaman saja, maka hasil yang kamu dapat juga akan stagnan. Sebuah kebanggaan bagi saya mampu menjadi saksi Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.

Risiko yang dihadapi pemerintah tidaklah sedikit dan kecil. Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejumlah sekitar 45 triliun harus rela dikucurkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Asian Games 2018. Padahal dalam pemenuhan target penerimaan saja masih sulit.

Selain itu, beberapa orang menghakimi bahwa pemerintah tidak menggunakan dana dengan semestinya. Uang sebesar 45 triliun tersebut seharusnya bisa dialokasikan untuk perbaikan jalan di desa- desa, suntikan dana kesehatan, atau mengutamakan kepentingan rakyat lainnya. Bukannya digunakan untuk pembangunan infrastruktur megah- megahan demi pengunjung dari luar Indonesia yang akan bertandang dalam Asian Games pada Agustus 2018 mendatang. Pro dan kontra datang dari semua arah, namun pemerintah tetap konsisten dan percaya pengambilan risiko kali ini akan berbuah manis bagi perekonomian negara.

Pemerintah tidak akan mengambil keputusan dengan risiko besar tanpa pertimbangan yang matang. Jelas ada imbalan luar biasa yang

86 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games akan didapatkan dengan risiko sebesar itu. Manfaat apa sih yang akan Indonesia dapatkan dengan menjadi tuan rumah Asian Games 2018? Manfaat yang didapatkan Indonesia ialah manfaat dari kegiatan ekonomi dan non-ekonomi. Manfaat dari kegiatan ekonomi misalnya berasal dari pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tiket rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam Asian Games 2018. Mulai dari upacara pembukaan, pertandingan, hingga upacara penutupan Asian Games 2018. Di dalam upacara pembuka dan penutupan banyak mengundang artis serta seniman papan atas dalam negeri. Dalam pertandingan itu sendiri akan banyak pendukung baik dari dalam maupun luar negeri yang tidak ingin melewatkan untuk menyaksikan atlet kesayangannya secara langsung. Selain itu, pemasukan juga didapatkan melalui penjualan cenderamata serta pendapatan dari iklan, kerjasama dengan sponsor, partner, supporting, supplier, dan prestige.

Sedangkan dari sisi non-ekonomi, dengan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia memiliki manfaat jangka panjang untuk mendorong perekonomian Indonesia menjadi lebih maju. Di antaranya menunjukkan kekayaan budaya, dan pemandangan yang dimiliki Indonesia kepada penduduk negra lain yang mengikuti kegiatan ini, sehingga citra Indonesia meningkat di mata dunia. Akan lebih banyak lagi orang-orang di dunia, setidaknya dari 45 negara yang berpartisipasi dalam Asian Games 2018, yang mengenal Indonesia, bahkan tidak menutup kemungkinan pasca kegiatan Asian Games ini akan terjadi peningkatan jumlah turis yang berdatangan untuk berwisata ke Indonesia, bahkan mendatangkan investor mancanegara yang tertarik dengan Indonesia.

Peningkatan kualitas fasilitas yang telah dilaksanakan selama persiapan Asian Games 2018 dapat mendatangkan manfaat besar pasca kegiatan. Seperti yang dilakukan Palembang saat menjadi tuan rumah SEA Games 2011 lalu, pemerintah daerah setempat membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Jakabaring Sport City yang mengelola aset

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 87 keolahragaan secara profesional untuk kemudian dapat dimanfaatkan baik untuk kegiatan olahraga nasional, internasional, maupun masyarakat umum. Hal tersebut dapat menjadi sumbangan bagi pendapatan daerah.

Tidak ada alasan yang membuat saya tidak bangga kepada negara ini. Meskipun dengan kondisi finansial yang tidak terlalu baik, bahkan masih banyak hujatan dari dalam negeri mengenai utang yang tak kunjung lunas, negara saya dengan cerdas memanfaatkan kesempatan menjadi tuan rumah perhelatan olahraga akbar untuk memperbaiki perekonomian negara. Salah satu bentuk investasi negara berkembang dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Harapannya dengan menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia mampu meningkatkan profil negaranya dan berujung pada kesejahteraan rakyat yang lebih merata dan lebih baik.

Berita baik tidak berhenti di sini, kebanggaan saya bertambah ketika tahu bahwa rakyat Indonesia sangat mendukung pemerintah dalam menyukseskan Asian Games 2018. Terlihat dari antusiasme yang tinggi dari 13.000 warga yang mau menjadi relawan demi kelancaran kegiatan Asian Games 2018. Dengan menjadi relawan kegiatan ini, sebanyak 13.000 relawan yang terpilih telah dibekali oleh ilmu dan keterampilan saat melakukan training, harapannya kelak semakin banyak warga negara Indonesia yang mampu memanfaatkan keterampilannya untuk menghasilkan kegiatan ekonomi, berbuat untuk negeri, mendapatkan pekerjaan, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan citra negara, dan berbagai hal positif lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, terlebih jika bisa berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.

Dukungan yang besar juga dapat dilihat dari antusiasme warga, baik pemuda-pemudi hingga sekelompok masyarakat, dalam mengikuti berbagai kompetisi yang diselenggarakan. Di antaranya kompetisi membuat video interpretasi atau kreasi lagu tema Asian Games 2018, kompetisi blog yang memperlombakan konten kreatif para bloger

88 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games dengan tema mendukung bersama Asian Games dari seluruh penjuru daerah masing-masing, serta kompetisi foto dengan tema dukung bersama Asian Games 2018. Uniknya, kali ini juga diadakan lomba gapura hias terbaik yang dapat diikuti oleh sekelompok masyarakat atau Karang Taruna dari desa dan dusun di seluruh penjuru Indonesia. Gapura tersebut harus menunjukkan tema Energy of Asia serta memadukan perayaan kemerdekaan Indonesia dan Asian Games.

Dukungan selanjutnya juga datang dari perusahaan-perusahaan dalam negeri yang aktif mendukung sebagai lima kategori sponsor yang ditawarkan pemerintah. Terlihat bahwa seluruh lapisan masyarakat Indonesia menunjukkan dukungannya dalam menyukseskan tugas besar Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Jikalau perhelatan ini sukses, bukankah kita sendiri yang akan menikmati karung-karung emas perjuangan tersebut?

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk selalu mendukung apapun yang sedang pemerintah upayakan demi kebaikan negara kita. Termasuk dengan turut bangga dan menyukseskan ajang Asian Games 2018.

Pemerintah telah mengusahakan yang terbaik, maka rakyatnya juga harus mendukung dengan maksimal. Mari tunjukkan bakti kita pada negeri! Seorang mantan Direktur Eksekutif Bank Dunia yang memilih untuk kembali ke tanah airnya karena panggilan hati selalu berpesan: “Jangan lelah mencintai negeri ini. Indonesia saya, Indonesia kamu, Indonesia kita.”

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 89 Nostalgia

Oleh: Nur Azizah Maharani (Jawa Barat)

Bangga, tapi tetap biasa saja. Itulah jawaban keluarga besar alm. Effendi Saleh, sang pembawa obor Asian Games 1962, ketika saya bertanya tentang bagaimana suasana rumah keluarga saat Almarhum mendapat kehormatan tersebut. ”Biasa saja bukan karena event-nya tidak spesial, tapi karena apa yang beliau lakukan saat itu memang harus dilakukan. Harus dijalani (dengan ketulusan). Bukan untuk bonus, bayaran, atau pun exposé.”

agi sebagian kecil orang, Asian Games 2018 tak hanya kompetisi Bolahraga yang rutin diadakan sekali dalam empat tahun. Asian Games 2018 juga bukan sekadar kompetisi di mana Indonesia bertindak menjadi tuan rumah. Lebih dari itu, bagi mereka, Asian Games 2018 adalah ajang bernostalgia; ajang memompa memori terhadap Asian Games 1962 yang begitu semarak, juga terhadap hal-hal lain yang lebih personal.

Itulah yang setidaknya saya tangkap dari perbincangan saya dengan Sari Tjakrawiralaksana, cucu dari alm. Alibasah Saleh (pendiri Perbakin, masih bertalian darah dengan alm. Effendi Saleh), pada akhir bulan Juni lalu. Walaupun kami hanya berkomunikasi melalui media sosial, cerita Kak Sari—begitu saya memanggil beliau—amatlah hidup. Manis, juga sarat inspirasi.

”Kami (keluarga besar) menyimpan rasa hormat dan bangga yang luar biasa. Nggak cuma untuk beliau (alm. Effendi Saleh), tapi juga untuk kakak beradik Almarhum,” tutur Kak Sari, merujuk pada kakek-kakek

90 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games beliau yang memang sudah terkenal perjuangannya dalam membangun Indonesia. Mulai dari beberapa kali menduduki jabatan menteri, merintis RRI, sampai yang telah saya tuliskan tadi: mendirikan Perbakin, salah satu organisasi menembak terbesar di Indonesia. ”Kalau Mbah Tam (panggilan Kak Sari untuk alm. Effendi Saleh) juga terkenal karena jasa beliau dalam perkereta-apian Indonesia. Tak hanya karena beliau membawa obor Asian Games 1962.”

”Pertanyaan saya membuat Kak Sari jadi bernostalgia, nggak?” tanya saya iseng.

Sambil membubuhkan ”hehehe” di ujung kalimat, Kak Sari menjawab, ”Iya, lumayan.”

Ah, Asian Games 1962 memang membangkitkan banyak kenang- an. Terutama tentang cerita di baliknya, sosok-sosok yang menyumbang jasa untuknya, dan Indonesia.

Menurut saya, ada dua poin tentang Indonesia yang membuat nostalgia terhadap Asian Games 1962 semakin kuat. Poin pertama, Indonesia baru merdeka selama tujuh belas tahun ketika menghelat ajang sebergengsi itu. Poin kedua, ketika Indonesia baru terpilih sebagai tuan rumah, sejumlah negara sempat meragukan kapabilitas Indonesia. Mana mungkin Indonesia, yang masih carut-marut akibat konflik pascakemerdekaan, bisa mengatur agenda sepenting itu?

Jujur, ketika pertama kali mengetahui eksistensi keraguan tersebut, jiwa nasionalisme saya berteriak, ”Ah, tentu saja Indonesia bisa!”

Namun, ketika saya memikirkannya lebih lanjut, mau tak mau saya harus mengakui bahwa keraguan itu cukup masuk akal. Saat itu, Indonesia masih berkonflik dengan Belanda mengenai perebutan Papua Barat. Belum lagi dengan segudang konflik lainnya, seperti krisis pangan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 91 yang memaksa masyarakat mengantre panjang hanya demi sekantong beras.

Bagaimana caranya Indonesia bisa menyelenggarakan Asian Games?

Jawabannya, karena .

”There’s always a story in every history,” tutur Kak Sari sebelum memulai penjelasan mengenai peran Sukarno dalam Asian Games 1962. ”Ini yang membuat sejarah menarik.”

Bung Karno, presiden pertama Indonesia, diketahui telah mengucurkan biaya yang cukup besar demi Asian Games 1962. Walaupun banyak yang menganggap ajang ini sebagai beban bagi Indonesia, Bung Karno tidak peduli. Ambisi beliau begitu kuat. Asian Games 1962 harus menjadi bukti bahwa Indonesia ”ada” dan hebat.

”Saat itu, Bung Karno ingin Indonesia terlihat secara fisik di mata dunia,” tutur Kak Sari sambil mengenang beberapa fragmen masa kecil beliau.

Konon, menjelang Asian Games 1962, beberapa wilayah seperti Tebet dan Kebon Baru kedatangan tetangga baru yang mengistilahi diri mereka sendiri sebagai ”Gusuran Senayan”. Mereka terpaksa pindah karena kampung mereka, yang sekarang menjadi kompleks Senayan, direlokasi besar-besaran atas perintah Bung Karno.

Kak Sari menambahkan, ”Saya tahu itu, karena saya tinggal di Tebet.”

Lantas, apakah relokasi besar-besaran tersebut berdampak baik? Atau justru sebaliknya?

92 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games ”Tergantung konteks,” jawab Kak Sari mantap. ”Di satu sisi, memang banyak yang heran kenapa Sukarno berusaha membangun Indonesia sedemikian rupa, padahal sandang dan pangan saat itu saja sedang susah. Namun, di sisi lain, Indonesia jadi punya Senayan, stasiun TV, lapangan udara Kemayoran, dan infrastruktur lainnya. Belum lagi dengan pengakuan internasional yang Indonesia dapatkan.”

Saya menahan napas. Sejarah menunjukkan dua sisinya di sini….

Itu dia tentang Asian Games 1962. Bagaimana dengan Asian Games 2018?

Berbeda dengan Asian Games 1962 di mana Indonesia terpilih sebagai tuan rumah setelah pemungutan suara resmi, untuk Asian Games 2018, Indonesia terpilih setelah Vietnam—yang direncanakan menjadi tuan rumah Asian Games 2019—mundur karena alasan ekonomi. Didukung oleh faktor sedikitnya negara lain yang bersedia menggantikan Vietnam, makin muluslah jalan Indonesia untuk menjadi tuan rumah bagi ajang bergengsi ini (meskipun pelaksanaannya terpaksa dimajukan ke tahun 2018 agar tidak bentrok dengan Pilpres 2019).

”Walaupun ada segelintir pihak yang kurang sreg dengan cara Indonesia terpilih sebagai tuan rumah (yang dianggap kurang formal), sebenarnya itu nggak penting,” kata Ratri Atsil, salah seorang volunteer Asian Games 2018. Pada pertengahan bulan Juni kemarin, saya memang berkesempatan untuk bertemu dengan Ratri di sebuah café yang terletak di wilayah Sukajadi, Bandung. Kebetulan, Ratri sedang libur dari kewajibannya sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor. Kami pun bisa bertemu khusus untuk membahas Asian Games.

”Lalu, apa yang penting?”

Sambil menambahkan susu ke dalam cangkir kopinya, Ratri membalas tegas, ”Keuntungan yang Indonesia dapatkan.”

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 93 Ya. Persis seperti Sukarno yang membangun infrastruktur Indonesia secara besar-besaran demi Asian Games, Joko Widodo selaku Presiden Indonesia saat ini juga melakukan hal yang sama. Kemajuan infrastruktur inilah yang Ratri maksud sebagai keuntungan jangka panjang bagi Indonesia.

”Nggak cuma membenahi apa yang sudah ada, Pak Jokowi bahkan meresmikan Bandara Kertajati di Majalengka sebagai bandara internasional baru, lho,” tambah Ratri dengan mata berbinar. ”Pada akhirnya, potensi pariwisata Indonesia pasti akan meningkat. Ekonomi juga ikutan secara otomatis.”

Saya tertawa kecil. ”Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui, ya?”

”Betul,” balas Ratri sembari tersenyum kecil. ”Pokoknya, walaupun saya belum lahir ketika Asian Games 1962 berlangsung, saya yakin Indonesia mampu menyelenggarakan Asian Games yang sama hebatnya—atau bahkan lebih—tahun ini.” Jeda. Ratri menyesap kopinya sebentar. ”Dan, saya jamin, saya nggak akan pernah melupakan kehebatan itu.”

”Apakah kamu juga akan mengenang Indonesia sebagai pemenang?”

”Jelas.”

”Berarti kamu yakin, Indonesia akan memperoleh banyak emas?”

”Bagi saya, terlepas dari berapa pun emas yang akan Indonesia peroleh, Indonesia selalu jadi pemenang,” balas Ratri. ”Namun, kalau kita sedang membahas kemenangan secara literal, ada baiknya kita serahkan saja pada para atlet.”

94 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Ah, tentu saja. Kompetisi olahraga tanpa atlet, persis seperti benang tanpa jarum. Rasa-rasanya tak afdal jika peran atlet hanya dibahas sekilas.

Itulah mengapa saya memaksakan diri untuk mencari kontak salah satu atlet Asian Games 2018. Pencarian yang cukup sulit, sebenarnya, tapi berbekal kemujuran, akhirnya saya berhasil mendapatkan kontak Ashilla Safiya. Mahasiswi Universitas Indonesia ini, yang saya panggil dengan sebutan Kak Shilla, akan mewakili Indonesia dalam pertandingan softball.

Setelah berkenalan dengan Kak Shilla secara singkat, saya langsung menanyakan sesuatu yang paling membuat saya penasaran, ”Kenapa softball, Kak?”

Kenapa bukan , renang, atau olahraga lainnya?

Cerita Kak Shilla pun mengalir. Ternyata, meskipun sudah menggeluti dunia olahraga sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Kak Shilla baru mendalami softball sekitar empat tahun lalu.

”Awalnya, saya ikut baseball karena ekstrakurikuler sekolah,” tutur Kak Shilla. ”Saya pindah ke softballkarena saya merasa kesempatan saya lebih besar di softball. Sudah cukup, lah, baseball-nya.”

”Bagaimana caranya Kakak bisa terpilih untuk bertanding di Asian Games?”

”Para atlet dipanggil berdasarkan performance di turnamen- turnamen sebelumnya,” jawab Kak Shilla. ”Kami ikut seleksi awal sampai 21 atlet tersaring, lalu mulai tahap eliminasi.”

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 95 Obrolan kami tak berhenti sampai di situ. Kak Shilla bahkan membahas SEA Games 2015 dan PON 2016 yang juga pernah ia ikuti. Walaupun pengalamannya dalam dunia softball tidak sebanyak dunia baseball, ia mengaku santai saja saat bertanding. ”Ada beberapa nervous moment, memang, tapi wajar. Namanya juga pertandingan besar. Apalagi Asian Games nanti.”

Asian Games. Pertandingan. Besar.

Saya merinding. Dengan empat puluh cabang olahraga, 45 negara, dan 15.000 atlet, Asian Games jelas bukan ajang main-main. Meski hanya dua negara—Jepang dan Tiongkok—yang pernah menjadi juara umum, tetap saja Indonesia tak boleh lengah. ”Kakak serius, kan, ikut Asian Games ini?”

”Kok pertanyaannya kayak gitu?” tanya Kak Shilla sambil tertawa. ”Pasti serius, lah. Bagi para atlet, semua turnamen itu serius.”

Saya cengengesan malu, menyadari keluguan dalam pertanyaan saya tadi. Ya, walaupun Kak Shilla sempat menyatakan bahwa softball bukanlah cabang olahraga yang diprioritaskan oleh Indonesia dalam Asian Games tahun ini, mana mungkin para atlet softball hanya bercanda?

Para atlet, baik dari cabang softball maupun cabang olahraga lainnya, pasti akan mengusahakan yang terbaik. Tak mungkin mereka tidak mau menjadikan Asian Games tahun ini sebagai salah satu kenangan terbaik mereka; kenangan yang menyempurnakan jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Hal yang sama juga berlaku untuk saya. Untuk Anda. Untuk kita semua. Rasa-rasanya rugi jika kita membiarkan Asian Games 2018 berlalu begitu saja. Apalagi, yang perlu kita lakukan untuk mendukung Asian Games 2018 amatlah mudah: menjadi suporter yang cerdas.

96 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games ”Tidak peduli menang atau kalah, saya pasti bakal terkenang- kenang dengan Asian Games 2018,” tutur Kak Shilla, menutup perbincangan kami pada hari itu.

Ah, kenangan. Sepahit apa pun rasanya, pasti tetap ada sebercak rasa manis yang tertinggal….

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 97 Indonesia Sebagai Tuan Rumah Asian Games: sejarah, Tantangan, dan Dukungan Masyarakat

Oleh: Muhamad Fajar Irfandi (DKI Jakarta)

ada 18 Agustus hingga 2 September 2018 mendatang, Indonesia akan Pmenyelenggarakan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang. Selain kedua kota tersebut, terdapat pula beberapa kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten seperti Bogor, Bandung, Subang, Tigaraksa, dan Cikarang yang juga menjadi tempat diselenggarakannya beberapa cabang olahraga (cabor). Asian Games 2018 merupakan kali kedua Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah ajang empat tahunan ini. Sebelumnya, Indonesia pernah dipercaya untuk menyelanggarakan Asian Games ke-4 pada tahun 1962 di Jakarta. Hal ini tentunya menjadi sebuah kehormatan bagi bangsa dan negara karena dua kali diberikan tanggung jawab untuk melangsungkan pesta olahraga terbesar se-Asia ini. Diselenggarakannya Asian Games ke-18 di Indonesia ini menambah panjang daftar ajang olahraga yang diadakan di Indonesia. Dekade terakhir ini saja, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah beberapa ajang olahraga besar seperti pada 2008, Southeast Asian Games (SEA Games) pada 2011, Islamic Solidarity Games pada 2013 dan ASEAN University Games pada 2014.

Perjalanan Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games ke-4 tahun 1962 bukanlah sebuah perjalanan yang mulus. Pada tahun 1960-an, Indonesia harus melewati banyak tantangan agar dapat menyelenggarakan Asian Games pada tahun 1962. Salah satu tantangan tersebut adalah kurangnya tenaga profesional di bidang keolahragaan.

98 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Lutan (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Indonesia and the Asian Games: Sport, Nationalism and the ‘New Order’ berpendapat bahwa masalah besar yang dihadapi Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games 1962 adalah rendahnya kapabilitas sumber daya manusia Indonesia dalam organisasi dan manajemen olahraga. Hal tersebut tentu memberikan kesulitan bagi Indonesia dalam mempersiapkan ajang besar sekelas Asian Games.

Kondisi perekonomian Indonesia pada awal tahun 60-an juga belum stabil. Inflasi tinggi serta hutang pemerintah yang cukup banyak menjadi batu sandungan bagi Pemerintah Indonesia dalam memastikan kondisi finansial yang stabil demi lancarnya Asian Games 1962. Dengan segala tantangan dan keterbatasan yang dimiliki, Indonesia berhasil membangun sarana dan prasarana yang berkualitas dan layak bagi pesta olahraga terbesar se-Asia. Lebih dari 12.000 pekerja dan 40 insinyur terlibat pembangunan tersebut (Lutan, 2005). Indonesia berhasil membuktikan bahwa dengan determinasi dan usaha yang kuat maka Indonesia berhasil menjadi tuan rumah yang layak bagi penyelenggaraan Asian Games ke-4 tahun 1962.

Sama seperti saat kali pertama melangsungkan Asian Games, jalan Indonesia menuju terselenggaranya Asian Games 2018 penuh dengan berbagai macam tantangan. Minimnya waktu persiapan menjadi tantangan utama bagi Indonesia dalam mempersiapkan Asian Games ke-18 ini. Awalnya, Indonesia bukanlah tuan rumah Asian Games ke- 18. Surabaya yang pada awalnya diajukan Indonesia kalah dari Hanoi yang diajukan Vietnam pada pemilihan tahun 2012. Namun, pada April 2014 Vietnam pada akhirnya memutuskan mundur sebagai tuan rumah. Bidding kedua pun segera dilaksanakan untuk menentukan negara pengganti Vietnam.

Menurut Trotier (2016), Indonesia memiliki keuntungan dalam proses bidding tersebut karena tidak adanya kompetitor yang bersedia

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 99 menjadi kandidat pengganti Vietnam selain Indonesia. Di sisi lain, keterbatasan waktu dalam mencari kandidat membuat Olympic Council of Asia (OCA) sebagai otoritas yang mengontrol urusan olahraga di Asia berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan dalam proses negosiasi. Hasilnya, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 menggantikan Vietnam dan juga berhasil dalam melakukan negosiasi untuk memajukan waktu penyelenggaraan Asian Games ke- 18 dari 2019 ke 2018 karena akan melaksakan pemilihan umum pada tahun 2019. Waktu yang terbuang di saat Indonesia belum diputuskan sebagai tuan rumah ditambah dengan dimajukannya Asian Games ke-18 mempersempit waktu persiapan Indonesia.

Kurangnya sarana dan prasarana olahraga yang berkualitas juga menjadi tantangan bagi Indonesia. Dalam waktu yang sempit, Indonesia harus dapat mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar dan kualitas internasional yang telah ditetapkan. Selain itu, tempat penyelenggaraan utama Asian Games yang terbagi di dua kota dan dua pulau yang berbeda yaitu Jakarta di Pulau Jawa dan Palembang di Pulau Sumatra juga menjadi tantangan tersendiri bagi arus logistik dan transportasi. Hal ini pun sempat menimbulkan kecemasan dari OCA. Karena itulah, Pemerintah Indonesia bergegas untuk membangun berbagai macam infrastruktur di Palembang dan Jakarta serta memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah ada agar sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Berbagai macam perbaikan dan pembangunan yang dilakukan Pemerintah beberapa tahun menjelang Asian Games ini merupakan wujud dari kegigihan Pemerintah Indonesia dalam membangun citra baik Indonesia. Sebagai tuan rumah, Indonesia diharapkan tidak hanya mampu berperan sebagai tempat diselenggarakannya ajang tersebut namun juga berperan sebagai tuan rumah yang ramah dan mampu meninggalkan kesan yang baik bagi siapapun yang mengunjunginya.

100 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Determinasi dan usaha Pemerintah Indonesia dalam memastikan Asian Games 2018 terselenggara dengan lancar dan sesuai dengan standar internasional patut diapresiasi. Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya seluruh lapisan masyarakat turut mendukung pemerintah dalam menyukseskan penyelanggaraan Asian Games 2018 ini. Apresiasi dan dukungan tersebut dapat disalurkan melalui berbagai cara dan media.

Salah satu cara untuk mengapresiasi usaha Pemerintah Indonesia adalah dengan tidak merusak dan atau menyalahgunakan sarana dan prasarana yang telah dibangun dan diperbaiki oleh pemerintah. Seluruh fasilitas yang tersedia tidak akan dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila fasilitas tersebut rusak. Selain itu, seluruh masyarakat juga wajib menjaga keindahan dan kebersihan kota dengan tidak mencorat-coret fasilitas umum membuang sampah sembarangan. Sebagai warga negara yang baik, kesadaran masyarakat dalam menjaga keindahan dan kebersihan haruslah dibudayakan dimanapun dan kapanpun. Melalui ajang Asian Games ini, masyarakat dapat belajar untuk menginternalisasikan budaya menjaga kebersihan dan keindahan sehingga budaya tersebut tidak hanya dilakukan saat pelaksanaan Asian Games saja namun juga hingga seterusnya.

Membantu pemerintah dan Indonesia Asian Games Organizing Committee (INASGOC) dengan ikut mempromosikan Asian Games 2018 merupakan bentuk dukungan yang paling mudah dilakukan. Di era media sosial ini, masyarakat dapat memanfaatkan akun media sosial yang mereka punya untuk ikut mempromosikan Asian Games 2018. Hal simpel seperti memperbanyak tweet, story, dan post mengenai Asian Games 2018 di Twitter, Instagram, dan Facebook dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan rasa memiliki masyarakat terhadap Asian Games 2018. Apabila mempunyai kanal Youtube dan Blog, masyarakat dapat memperbanyak ulasan mengenai Asian Games 2018 sepertivenue ,

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 101 profil atlet, fasilitas yang disediakan, sejarah Asian Games, hingga ulasan mengenai negara-negara yang berpartisipasi di ajang Asian Games 2018.

Ketika Asian Games berlangsung, masyarakat dapat meramaikan Asian Games dengan cara menonton baik langsung maupun tidak langsung, mengapresiasi dan ‘memviralkan’ atlet-atlet yang berjuang bagi Indonesia terlebih lagi yang berhasil mendapatkan medali, dan membentuk serta mempertahankan citra baik dan reputasi Indonesia. Selama Asian Games, masyarakat dapat membiasakan diri berperilaku baik, tidak merendahkan serta menghina atlet maupun delegasi negara lain, menjaga kebersihan dan keindahan, serta menjaga suasana media sosial yang kondusif dengan tidak menyebarkan hoax, spam, ujaran kebencian, dan hal-hal yang dapat memicu konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bagi penduduk DKI Jakarta, mereka dapat membantu pemerintah dan INASGOC dalam mencapai target waktu tempuh atlet selama Asian Games 2018 dengan mematuhi aturan ganjil- genap yang diberlakukan. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa aturan tersebut berpotensi merugikan mobilitas masyarakat, akan lebih baik apabila masyarakat sedikit berkorban demi kelancaran Asian Games 2018 dengan cara mematuhi aturan tersebut dan memilih untuk melewati rute-rute alternatif yang ada.

Dua kali dipercaya sebagai tuan rumah ajang besar seperti Asian Games adalah sebuah kehormatan bagi bangsa dan negara Indonesia. Dalam setiap kali menyelenggarakan Asian Games, Indonesia harus menghadapi berbagai macam tantangan dan kendala yang berpotensi menghambat jalannya Asian Games. Namun, dengan usaha dan determinasi yang kuat, Indonesia sukses menyelenggarakan Asian Games ke-4 tahun 1962 di Jakarta. Kesuksesan itulah yang diharapkan untuk kembali terulang dalam penyelenggaran Asian Games ke-18 tahun ini. Demi memastikan lancarnya pelaksanaan Asian Games, diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam mengapresiasi

102 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games dan mendukung kinerja Pemerintah Indonesia dan INASGOC serta ikut meramaikan dan mempromosikan Asian Games 2018.

Referensi

Lutan, R. (2005). Indonesia and the Asian Games: Sport, Nationalism and the ‘New Order’. Sport in Society, 8(3), 414-424. DOI: 10.1080/17430430500249175

Trotier, F. (2016). The Legacy of the Games of the New Emerging Forces and Indonesia’s Relationship with the International Olympic Committee. The International Journal of the History of Sport, 33(12), 1321-1340. DOI: 10.1080/09523367.2017.1281801

Raya, M. (12 Desember 2017). Tantangan-Tantangan INASGOC Menuju Asian Games 2018. Detik Sport. Diakses dari https://sport.detik. com/sport-lain/3765415/tantangan-tantangan-inasgoc-menuju-asian- games-2018 pada 15 Juli 2018 pukul 20:47.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 103 Aku Akan Meneriakkan Namamu di Gbk, Kawan!

Oleh: Ilham Dary Athallah (Jawa Tengah)

Berswafoto dengan Prima, kawanku di UNY. Ia akan mewakili Indonesia di Cabor Panahan dalam Asian Games 2018. Bulan depan, aku lebih dari siap. Untuk meneriakkan namamu, sembari bersorak bagi Indonesia. (Dok. Pribadi)

iang hari terik di Bulan Agustus setahun lampau, menjadi kala kami Swaktu itu duduk bersama. Seonggok TV tabung berlayar kusam di ruangan kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta, menayangkan samar-samar aksi Prima. Dia teman kami, segenap civitas UNY dan semua mahasiswa yang ada di ruangan siang itu.

Sekadar kusebut sebagai teman, jikalau siapa tahu diriku tak boleh mengaku-aku sebagai sobat karibnya. Karena hari itu, ia sedang

104 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games membawa panji merah putih di Malaysia. Dan karena itu pula, Prima sedang menjadi sahabat seluruh Indonesia yang menaruh harapan pada tiap sudut pundaknya. Sebagai bagian dari perguruan tinggi negeri dengan salah satu fasilitas olahraga terbaik di negeri ini, kamipun jua mendoakan yang sama.

Tayangan kamera televisi plat merah tersebut mulai menyorot manuver beberapa atlet. Semua tampil dengan benar-benar lincah dan menghibur. Baik itu bagiku yang telah lama gemar menonton panahan, ataupun menjadi oase ditengah hiruk pikuk para civitas yang sedang belajar sebagai mahasiswa dan mengajar sebagai dosen. Terlebih, kampus kami telah menjadi kawah candradimuka banyak atlet muda layaknya Evan Dimas hingga David Maulana.

Prima kebetulan tampil paling akhir. Dan layaknya pelepas dahaga, ia menyajikan hidangan terbaik. Kebahagiaan itu tersaji saat ia menaklukkan sang tuan rumah. Sesi final yang berlangsung beberapa hari sesudahnya, juga tak kalah memuaskan. Walaupun, kami semua sepakat, final tak semenegangkan babak sebelumnya.

Kami sama-sama yakin atas hal itu, karena ada yang berbeda kala Prima melesatkan panah di masing-masing babak. Terlepas dari kedua lawannya di tiap babak yang sama-sama perwakilan Malaysia, Prima justru lebih yakin tanpa keraguan di babak final.

Saat semi final, kami justru menyaksikan lewat layar kaca. Betapa tangan dan sekujur tubuh Prima tremor ketika harus menengadah ke arah sasaran. Panah yang digenggamnya, juga tak kunjung dilesatkan. Padahal, Prima kala itu tertinggal tiga poin. Sekencang apapun kita berdoa, jikapun ia gagal, kita memahami betul perjuangan keras yang telah ia jalani. Toh kita tetap berteman, apapun yang terjadi. Dan dalam diam kami, firasat muncul bahwa bukan ketegangan kompetisilah yang membuat hati Prima bergetar. Kami yakin, Prima sudah terlatih untuk itu.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 105 Ketika pulang di Yogyakarta, barulah ia bertutur. Pekikan “Indonesia” yang menggema di tengah tegangnya Semifinal ajang Sea Games itu, ternyata seakan tak terdengar sama sekali di kepala Prima. Suara rintihan Nurhayani, ibundanya yang sedang berjibaku melawan sakit tulang, justru terngiang di kepalanya. Padahal jarak Rumah Sakit Panti Rapih tempat sang ibunda berjuang melawan rasa pedih, sangat jauh dari Kuala Lumpur.

Sorakan sang pelatih dari pinggir kemudian memecah imaji itu. Prima teringat bahwa ia harus menatap ke depan. Mewujudkan doa-doa yang dihantarkan dari tepi lapangan, di rumah, dan di penjuru negeri, untuk kemenangannya.

Sehingga ketika ia berhasil membalikkan keadaan di semifinal walau sempat tertinggal tiga poin lebih dulu, hingga menaklukkan Malaysia dalam pertarungan final hanya dengan unggul satu poin, Prima membayar tuntas doa-doa tersebut ketika pulang ke rumahnya di Pakualaman. Medali Emas Sea Games 2017, yang digondolnya tepat sehari sebelum peringatan kemerdekaan negeri yang ke-72, juga tanpa ragu dikalungkan pada sang ibu.

Menjadi bukti kasih cintanya kepada Ibu, juga pada Panahan, dan Bangsa. Karena ia yakin, ketika satu busur lawan yang terakhir dilesatkan dan memperoleh angka 9, sedangkan busurnya meraih angka sempurna di kesempatan terakhir, semesta sedang berkonspirasi bersama doa ibunya dan restu Tuhan.

Perjuangan Prima dan carut marut pikir atas ibunya, masih dalam tutur kawanku tersebut, telah berlangsung jauh sebelum semifinal itu kami saksikan bersama. Selepas pelatnas berakhir, Prima kala itu menyempatkan diri pulang ke rumahnya di Pakualaman, Yogyakarta. Sang pelatih memang memberikannya waktu libur satu minggu selepas

106 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games berkompetisi di Shanghai. Waktu tersebut, rencananya digunakan Prima untuk sungkem kepada orangtua dan sanak saudaranya, sembari memohon doa restu untuk ajang Sea Games.

Tapi sesampainya di rumah, ia justru mendapati sang ibunda tergeletak lesu di kamarnya. Prima memang sudah tahu bahwa sang ibu sedang sakit, tapi tak tahu bahwa sakit sang ibu ternyata semakin parah dari hari ke hari. Prima kemudian membujuk sang ibunda untuk menuju ke dokter, dan syukurlah sang ibunda kebetulan bersedia.

“Jadi dari Shanghai itu aku dapat tiket ke Jogja hari Selasa, sampai rumah lihat. Waduh Mama kok tambah gini, tambah parah. Beberapa hari kemudian paginya, tak panggilkan ambulans. Dibawa ke Puskesmas Lempuyangan, lalu akhirnya langsung dirujuk ke RS Panti Rapih,” demikian tukilan kisah Prima kepadaku.

Barulah di Panti Rapih, Prima sekeluarga mengetahui bahwa Nurhayani mengidap penyakit tulang kaki. Prima sebenarnya ingin menunggu proses pengobatan sang ibunda, tapi sang ayah melarangnya. Ia meminta Prima berfokus pada tugas negara yang segera diembannya, seraya mengingatkan bahwa ia harus ke Jakarta pada pukul enam sore harinya. Prima tak punya pilihan lain selain melaksanakannya.

Tak berselang lama, Prima kemudian sampai di Jakarta dan terbang ke Malaysia. Sempat Prima menelpon sang ayah untuk menanyakan bagaimana kondisi dan perkembangan sang ibunda. Tapi, Putu berbohong bahwa kondisi sang ibunda telah membaik. Ketika Prima meminta untuk berbicara langsung dengan sang ibu, Putu menolak. Memintanya fokus berjuang, seraya mencabut simcard di telepon genggamnya. Hingga kemudian, fokus benar-benar dilakukannya dengan penuh keikhlasan. Sisanya, adalah kisah gores emas tinta sejarah yang menambah pundi-pundi prestasi bagi negeri.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 107 Prima, kala berpose di sela-sela berlatih panahan di Universitas Negeri Yogyakarta. Setelah foto kuambil bersama seorang kawan, ia lekas mengunggahnya di media sosial. (Dok. Kalam/Pewara UNY)

Kami Ingin Bersorak di Tribun

Kami sebagai teman dan rekan sejawat, tak bisa lebih berbangga lagi kepada Prima. Ia adalah seorang dari sekian banyak generasi emas yang kebetulan kami kenal dari UNY. Khusus untuk Asian Games 2018 sendiri, ada dua lagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan yang akan turut berkompetisi di samping teman kami Prima. Mereka adalah Lia Mansur di cabor Taekwondo, dan Claudia Megawati di cabor Renang Indah.

Namun perkenalan dan persahabatan kami, kadang bagai pungguk merindukan bulan jika bicara dukung-mendukung di lapangan hijau. Kami tentu sangat ingin hadir dan turut menyaksikan setiap laga pertandingan teman-teman. Meneriakkan namanya bersahutan dengan pekikan “Indonesia,” adalah pengalaman mistis. Aku merasakan secuil pengalaman itu dengan dada yang cukup sesak, setiap pertandingan olahraga populer layaknya bulutangkis ditayangkan di televisi. Jikalau

108 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games itu kejuaraan Open maupun regional yang digelar di sekeliling Jawa, kamipun kerap hadir dan merasakan atmosfer serupa.

Tapi dalam pertandingan regional resmi, rasanya keberadaan kami terlalu jauh dari angan. Kantong mahasiswa rasanya tak masuk akal jika harus memesan tiket pesawat pulang-pergi harga jutaan rupiah. Bukannya tak ingin, tapi makan apa kami nanti selepas kembali pulang ke Yogyakarta?

Lebih-lebih, Prima dan kawan-kawan atlet juga kerap mengapre- siasi betul doa dan dukungan kami dari kampung halaman. Ia merasa, apa yang kami lakukan sudah lebih dari cukup. Dua hal tersebut pula, yang disebutnya membuat rindu untuk segera pulang selepas kompetisi usai. Sekaligus, rindu untuk terus mengibarkan panji-panji Merah Putih dalam pertandingan lainnya.

Apa yang Prima belum tahu, adalah kadang hati kami juga berbisik hal serupa. Jika Prima makin rindu mewakili Indonesia, kami juga sangat berkeinginan untuk mendukung setiap wakil Indonesia dalam kompetisi. Kami sangat ingin berdiri layaknya sang pelatih, yang bisa menyadarkan Prima kala fokusnya sedikit tergoyahkan. Asian Games yang kelak digelar di Jakarta-Palembang, membuat impian itu selangkah lagi menjadi realita. Bahwa kami, juga ingin bersorak di tribun!

Kala Asian Games mulai menjadi demam di penjuru negeri, layaknya amanat Presiden Joko Widodo bagi semua instansi dan segenap bangsa untuk turut menyukseskannya, kekaguman kami jatuh tak hanya pada keberhasilan pembangunan infrastuktur dan persiapan atlet negeri ini. Akses jual-beli tiket, menurut kami jadi satu hal yang layak diacungi jempol. Lewat website resmi hingga KiosTix, kita hanya perlu mengusap layar telepon genggam pribadi untuk mencari pada jadwal mana Prima akan tampil.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 109 Harga tiketnya pun, jika kita mau bandingkan dengan gelaran serupa di negara asing, jauh lebih murah. Tiket pembukaan misalnya, di mana Prima akan turut melambaikan tangan keliling stadion bersama segenap kontingen lainnya, dijual paling murah 750.000. Dari apa yang saya baca di KiosTix, harga termahal tiket itupun hanya seharga lima juta rupiah. Kami sebagai mahasiswa berani sebut hanya, karena harga tersebut justru ditawarkan sebagai harga tiket termurah untuk tribun reguler kala gelaran Asian Games serupa berlangsung di Guangzhou (2010), dan Incheon (2014).

Gelaran Asian Games di Jakarta dan Palembang, juga membuatnya tak berjarak satu purnama dengan kami di Yogyakarta dalam ruang dan waktu. Bahkan tiket kereta api seharga 150 ribu untuk Yogyakarta- Jakarta, masih tersedia via KiosTix hingga tulisan ini ditulis. Kami bisa saja berangkat pada suatu malam, untuk kemudian terlelap di kereta sepanjang perjalanan menuju ibukota. Bangun pagi, kami langsung siap menghabiskan suara untuk sorak-sorai kepada sang sahabat. Pekik “Indonesia” yang nantinya bergema lewat layar kaca, tak lagi kami sekadar saksikan. Tapi juga berasal dari sorak-sorai kami, sekaligus menjadi kenangan tak terlupakan untuk kenangan di masa tua kelak.

Sementara ini, kami telah memesan tiket kereta untuk tanggal 22 Agustus. Kalender menunjukkan tanggal tersebut berada di hari Jum’at. Kami juga sebenarnya tak tahu apakah Prima benar-benar akan tampil di keesokan harinya. Akan tetapi, jadwal menunjukkan bahwa akhir pekan akan menjadi ajang puncak untuk cabang olahraga panahan. Sehingga pesanan tiket kami, adalah harapan sekaligus doa bagi sang kawan yang akhirnya dapat kami dukung di lapangan hijau. Sekaligus, menandakan momentum bahwa akhirnya kami dapat menyuarakan namanya seiring dengan haru biru dukungan atas Indonesia. Yang datang dari seisi tribun dan penjuru negeri.

110 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Kompleks Gelora Bung Karno, dan sepasang mataku bersama kawan-kawan, akan jadi saksi. Betapa kami bangga padamu, Prima. Serta padamu negeri, tempat kami berbakti dan mengabdi. Kebanggaan yang akan kutunjukkan, dengan meneriakkan namamu di Gelora Bung Karno kelak.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 111 Rasa Bangga Indonesia untuk Asian Games Ke-18

Oleh: Azzahra Larasati (Daerah Istimewa Yogyakarta)

erayaan kemerdekaan Indonesia tahun ini sepertinya akan sangat Pmembekas bagi bangsa Indonesia. Ya, tahun ini Indonesia patut berbangga. Untuk yang kedua kalinya, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah Asian Games, tepatnya yang ke-18 setelah perhelatan Asian Games ke-4 pada tahun 1962. Butuh waktu setidaknya lima puluh enam tahun sampai akhirnya Indonesia kembali menjadi tuan rumah Asian Games. Untuk lokasi perhelatannya sendiri kembali bertempat di Jakarta namun kali ini ditambah dengan Palembang serta beberapa tempat sebagai tuan rumah pendukung. Tentu tak mudah mendapat kepercayaan sebesar itu. Indonesia membuktikan, bahwa negeri kita patut diperhitungkan di kancah Internasional. Perhelatan akbar Asian Games yang akan diadakan pada tanggal 18 Agustus mendatang tentu membawa rasa suka cita yang amat sangat. Mata dunia akan tertuju pada Indonesia, dan ya, sekali lagi saya ucapkan bahwa kita patut berbangga. Dengan total empat puluh lima negara partisipan dan empat puluh cabang olahraga yang dipertandingkan, sudah terbayang di benak bagaimana euphoria dari pesta olahraga ini.

Sudah mulai dapat dirasakan atmosfirnya di berbagai daerah di Indonesia. Dan salah satu yang ditunggu-tunggu untuk memulai event akbar ini adalah torch relay atau yang lebih dikenal dengan nama kirab obor. Kirab obor adalah suatu kegiatan saat obor Asian Games yang telah bertakhtakan api abadi, akan dibawa secara estafet oleh para petinggi daerah, atlet, public figure dan sebagainya secara bergantian dengan penjagaan ketat pihak panitia dan keamanan.

112 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Masyarakat tentu sangat antusias menyambutnya. Di Yogyakarta sendiri, sebagai kota pertama yang disinggahi sekaligus menjadi start dari kirab ini, sudah terlihat euforianya sejak pagi hari. Dimulai dari petugas kepolisian yang sudah dikumpulkan sejak pagi di alun-alun, hingga para pelajar mulai TK, SD, SMP, hingga SMA yang telah berbaris sembari membawa bendera merah putih juga banner-banner penyemangat, di sepanjang garis rute dilewatinya kirab obor. Suasana makin meriah ketika para seniman daerah juga menunjukkan suka citanya dengan memakai atribut kesenian mereka sekaligus memberikan pertunjukkan secara gratis.

Haru tak dapat dibendung ketika obor mulai terlihat di pelupuk mata. Digenggam erat oleh salah seorang pelari yang terus menyunggingkan senyum penuh semangat, siapa pula yang tak akan merasa bangga. Indonesia telah lama menanti, ya, lima puluh enam tahun terlewati untuk kembali menjadi tuan rumah pesta akbar ini.

Titik pemberhentian ada di tugu Yogyakarta. Disana makin padat lagi masyarakat yang menanti kedatangan. Keriuhan terdengar ketika iringan mulai terlihat. Terutama ketika pemegang obor tersebut adalah walikota tercinta. Pemberhentian tersebut rupanya bukanlah titik akhir. Perjalanan masihlah panjang. Masih banyak daerah yang harus didatangi.

Masih banyak yang menanti

Kirab hanyalah salah satu contoh hal yang menunjukkan betapa antusiasnya bangsa menyambut Asian Games yang ke-18 ini. Atribut yang berseliweran juga makin menambah kemeriahan suasana. Ayo tunjukkan rasa bangga dan dukungan untuk negeri tercinta dengan ikut berkontribusi.

Tak hanya soal kirab saja. Membicarakan masalah sebuah perhelatan terutama perhelatan olahraga sebesar ini, kurang rasanya jika tak membicarakan maskot. Maskot tentu saja menjadi hal penting

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 113 untuk memperkenalkan dan memeriahkan suatu penyelenggaraan. Tak hanya satu, Asian Games 2018 rupanya mempersembahkan tiga maskot sekaligus. Yang pertama diberi nama Bhin-Bhin, seekor burung Cendrawasih dari tanah Papua. Bhin-Bhin melambangkan strategi. Lalu ada Atung, rusa Bawean yang merupakan satwa endemik dari pulau Bawean. Maskot ini melambangkan kecepatan. Maskot terakhir yakni Kaka, adalah seekor badak bercula satu yang mana hanya dapat ditemukan di Ujung Kulon, Banten. Seperti penampakannya yang terlihat kokoh dan besar, Kaka melambangkan kekuatan. Ketiga maskot tersebut dipilih untuk mewakili semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Diharapkan bahwa ajang Asian Games dapat mempersatukan kita semua tanpa saling melihat perbedaan. Sungguh hal yang nampak sederhana namun memiliki arti yang begitu mendalam.

Bukan hanya itu. Seremoni pembukaan dan penutupan dari Asian Games ke-18 yang katanya menelan cukup banyak biaya ini pun tak ayal membuat masyarakat penasaran. Apalagi Wishnutama, yang terpilih menjadi creative director untuk seremoni pembukaan dan penutupan Asian Games 2018 sendiri menjanjikan bahwa panggung yang akan disiapkan akan menjadi panggung terbesar dan termegah yang pernah ada di dunia, bahkan dibanding Olimpiade apapun. Tentu saja ini membuat masyarakat makin tak sabar untuk menunggu dan menyaksikannya baik secara langsung maupun di rumah masing-masing di saluran televisi official broadcasting dari seremoni ini.

Asian Games tentu bukan hanya milik pemerintah dan panitia yang terlibat. Antusiasme masyarakat pun tak bisa dianggap remeh. Walau pesta olahraga Asian Games baru dimulai Agustus mendatang, gaungnya sudah terdengar dimana-mana sejak beberapa bulan silam. Mulai dari banner yang sudah terpasang dimana-mana, official song yang mulai diperdengarkan, hingga merchandise yang diperjualbelikan

114 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games ditempat-tempat yang sudah berlisensi resmi. Tentu saja kita harus menunjukkan kegembiraan dalam menyambut Asian Games kali ini.

Untuk itu jadilah tuan rumah yang dapat memberikan kesan yang baik dan membekas bagi para tamu yang akan datang. Mari kita tunjukkan bahwa tak hanya sebagai negara yang indah, Indonesia juga memiliki penghuni yang bertanggungjawab.

Banyak hal yang sesungguhnya dapat dilakukan untuk menun- jukkan kita masyarakat yang peduli. Mulai dari ikut memperkenalkan ajang Asian Games ke lingkungan sekitar, hingga menonton langsung pertandingan untuk mendukung para wakil Indonesia. Kita pun harus memastikan jika Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang baik dan penyelenggaraan Asian Games ke-18 ini dapat berjalan dengan semestinya. Juga marilah sambut tamu yang akan datang dengan keramahan dan buatlah mereka nyaman di negeri kita.

Menunjukkan kebanggaan sebagai tuan rumah Asian Games sejalan dengan menunjukkan rasa bangsa akan Indonesia. Dunia harus tahu bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya ramah, cinta olahraga, dan penuh semangat mengabdi untuk negerinya. Untuk itu, mari kita dukung bersama penyelenggaraan Asian Games ke-18 ini dengan sepenuh hati, dan juga doa yang terus di panjatkan kepada yang mahakuasa, berharap agar para atlet terutama yang membawa nama Indonesia bisa memberikan sumbangsih medali bagi Indonesia. Namun yang terpenting dari ajang ini ialah rasa persatuan dan solidaritas yang kita bangun satu sama lain.

Sekelebat asa mulai terbayang. Jika posisi tuan rumah menjadi pemacu semangat, akankah Indonesia menjadi peraih medali terbanyak untuk perhelatan Asian Games kali ini?

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 115 Sepertinya tak pantas rasanya jika hanya memikirkan sebuah medali semata. Karena prestasi bukan hanya ditentukan oleh kemenangan. Yang terpenting adalah kita semua bisa merasakan kegembiraan dari perhelatan akbar ini. Karena di sinilah kesempatan emas untuk membuktikan kerja keras tanpa akhir yang dilakukan selama ini. Bagaimana bendera merah putih akan berkibar begitu gagahnya di mata berjuta orang.

116 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Saya Bangga Indonesia Sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018

Oleh: Ivtachul Ma’rifah (Jawa Timur)

sian Games pada awalnya merupakan ajang olahraga di Asia Akecil yang diadakan untuk menunjukkan kesatuan kerjasama antar tiga negara, yaitu Kerajaan Jepang, Kepulauan Filipina, dan Republik Tiongkok pada tahun 1913. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, banyak negara di Asia yang merdeka. Beberapa negara tersebut menginginkan diselenggarakannya sebuah kompetisi olahraga yang akan menunjukkan kepada dunia bahwa kekuasaan di Asia tidak ditunjukkan dengan kekerasan, akan tetapi dibangun berdasarkan kekeluargaan dan saling pengertian satu sama lain. Usulan Guru Dutt Sondhi untuk mengadakan Asian Games memperoleh respons positif. Akhirnya Asian Games diselenggarakan untuk pertama kalinya pada 1951 di New Delhi, India. Beberapa tahun setelah itu, Asian Games rutin diselenggarakan setiap empat tahun sekali dan diikuti oleh atlet-atlet dari seluruh Asia.

Pada tahun 1962 yakni tahun keempat bagi Asian Games, Indonesia tercatat sebagai tuan rumah. Menjadi suatu kebanggaan bagi Bangsa Indonesia karena memperoleh kesempatan untuk menyelenggarakan event terbesar di Asia ini. Meskipun Indonesia merupakan negara yang baru merdeka, akan tetapi Indenesia mampu menunjukkan kepada Asia bahkan Dunia dengan suksesnya Asian Games 1962. Asian Games 1962 memperebutkan 372 medali emas dan diikuti oleh 1.460 Atlet yang mewakili tujuh belas NOC Asia. Asian Games ini menampilkan tiga belas cabang olahraga, antara lain atletik, akuatik (renang, loncat indah, dan polo air), bola basket, tinju, balap sepeda (jalan raya dan trek), hoki, sepak bola, menembak, tenis meja, tenis, bola voli, dan gulat.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 117 Pada tahun ini, 2018 Indonesia kembali terpilih menjadi tuan rumah Asian Games yang ke-18. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah yang kedua kalinya menjadikan kami rakyat Indonesia bangga khususnya saya sendiri. Tidak hanya infrastruktur yang disediakan untuk kelangsungan Asian Games, akan tetapi adat istiadat, budaya dan karakter bangsa pun akan dinilai oleh masyarakat Asia khususnya dan dunia pada umumnya. Infrastruktur yang memadai akan menjembatani kesuksesan acara ini, selain itu masyarakat yang ramah membuat orang lain tidak sungkan untuk bertanya atau pun meminta bantuan. Mereka akan saling mengenal berbagai kebudayaan di Asia, mulai dari tarian, musik, pakaian adat dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, pada Asian Games kali ini diadakan pemotretan yang menggambarkan berbagai macam budaya yang ada di Asia beserta atribut olahraga yang akan dipertandingkan.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. Wujud dari kekayaan tersebut ditunjukkan dengan pemilihan tiga maskot Asian Games 2018. Ketiga maskot tersebut yaitu Bhin Bhin, Atung, dan Kaka. Bhin Bhin adalah burung cendrawasih (Paradisaea apoda) yang berasal dari Indonesia Timur. Bhin Bhin merupakan maskot yang berasal dari Papua. Maskot yang melambangkan strategi. Sebagai maskot, Bhin bhin menggunakan rompi motif Asmat. Maskot kedua yakni Atung. Atung adalah rusa bawean (Hyelaphus kuhlii). Atung berasal dari Pulau Bawean, Gresik Jawa Timur. Atung merupakan maskot yang melambangkan kecepatan. Sebagai maskot, Atung mengenakan sarung dengan motif tumpal dari Jakarta. Maskot yang ketiga yakni Kaka. Kaka adalah badak bercula satu (Rhinoceros

118 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games sondaicus). Kaka berasal dari Jawa. Selain disebut badak bercula satu, Kaka juga sering disebut Badak Jawa. Badak bercula satu (Kaka) banyak ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Kaka melambangkan kekuatan. Sebagai maskot, kaka mengenakan pakaian tradisional dengan motif bunga khas Palembang. Bhin Bhin, Atung, dan Kaka melambangkan keberagaman. Nama tersebut diambil dari semboyan Bhineka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Seperti yang kita ketahui Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki keunikannya masing-masing.

Kekayaan yang dimiliki Indonesia akan berdampak positif apabila semua elemen saling bersinergi untuk mengelolanya menjadi lebih baik. Pada tahun ini, Asian Games diselenggarakan di dua kota, yakni Jakarta dan Palembang. Sebagai bagian dari persiapan menyambut Asian Games, pembangunan MRT Jakarta akan dipercepat. Palembang juga akan meningkatkan fasilitas transportasi mereka dengan membangun monorel dengan panjang 25 kilometer dari Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II ke Jakabaring Sport City. Beberapa fasilitas transportasi lainnya seperti underpass, flyover, dan jembatan juga akan dibangun di kota tersebut. Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II akan memperluas terminal kedatangan dan keberangkatan yang ada, dan membangun skybridge dengan terminal kereta ringan (LRT) yang mengambil penumpang ke Jakabaring. Asian Games akan berlangsung pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 2 September 2018. Pada Asian Games kali ini cabang olahraga yang dipertandingkan sebanyak 40 cabang. Terdiri dari 32 cabang olahraga olimpiade dan 8 cabang olahraga non olimpiade.

Kecintaan saya pada tanah air menumbuhkan kebanggan yang besar serta harapan yang tinggi untuk kesuksesan Asian Games tahun ini. Dukungan dari seluruh warga Indonesia dapat membakar semangat para atlet untuk menyabet banyak medali. Saya percaya bahwa atlet Indonesia mampu bertanding secara sportfi, begitu pula dengan atlet dari negara

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 119 lain. Mereka akan berjuang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memenangkan pertandingan. Kita semua akan menjadi saksi atas setiap kemenangan dari perlombaan Asian Games 2018. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan cara menonton langsung cabang olahraga fovorit kita atau update melalui media sosial resmi Asian Games.

Saya sebagai salah seorang masyarakat yang berasal dari Jawa Timur mewujudkan dukungan untuk Asian Games 2018 dengan mewarnai wajah saya sesuai karakter maskot. Karena saya berasal dari Jawa Timur, saya memilih untuk menjadi Atung. Kita dapat melakukan berbagai tindakan sesuai dengan minat kita untuk mendukung Asian Games 2018. Asian Games juga membuka volunteer untuk muda-mudi Indonesia guna membantu sebelum dan selama acara berlangsung. Berbagai kegiatan yang kita ikuti tersebut dapat membuktikan kepada negara lain bahwa kita seluruh elemen dari bangsa Indonesia bersatu untuk menyambut Asian Games 2018 dan siap menjadi tuan rumah yang baik pada Asian Games 2018.

Berbagai perlombaan juga digelar untuk menyemarakan acara ini. Mulai dari Video competition, photography, cover lagu resmi Asian Games 2018, dan lain lain. Mari bersama-sama meramaikan acara terbesar di Asia ini dengan cara mengikuti perlombaan sesuai dengan bakat yang kita miliki. Tidak perlu merasa malu atau pun tidak percaya diri dengan bakat yang kita miliki, karena niat awal kita adalah bersama- sama ikut serta dalam meramaikan Asian Games 2018. Tumbuhkan kebanggaanmu terhadap bangsamu. Berikan karya terbaikmu dan kerahkan seluruh kemampuanmu. Semua mata dunia melihat kearah Indonesia saat ini.

120 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Sinergi Muda Berkarya

Oleh: Made Naraya Laksmayuda Sumaniaka (Bali)

inergi muda berkarya.” Kalimat tersebut yang terus berdengung di “Stelinga saya setelah mendengar kata Asian Games 2018. Mengapa? Karena bagi saya, pesta olahraga kali ini menyuguhkan sentuhan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu besarnya partisipasi generasi muda bangsa untuk memeriahkan ajang terbesar di tahun 2018 ini.

Dilihat dari sejarahnya, persiapan yang dilakukan Indonesia terbilang sangat luar biasa dan patut dicatat. Di tahun 2012, telah diputuskan bahwa negara yang menjadi tuan rumah Asian Games adalah Vietnam. Akan tetapi, harapan negeri Hanoi itu terpaksa kandas karena mengalami kesulitan ekonomi. Padahal, mereka sudah melakukan 2 tahun persiapan. Sebelumnya, kota Surabaya menjadi kandidat kedua setelah Vietnam dan ada 5 kandidat potensial lainnya seperti Dubai, Taipei, Kuala Lumpur, New Delhi dan Hongkong, namun sebagian negara tersebut mengundurkan diri karena alasan finansial. Dengan begitu, akhirnya Indonesia dengan bangga mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games yang baru. Waktu yang biasanya tersedia untuk persiapan adalah 7 tahun, yaitu dari tahun 2012 sampai 2019 karena Asian Games sebenarnya akan diadakan pada tahun 2019. Tetapi karena di tahun tersebut terdapat pemilihan presiden, maka Indonesia dengan berani memajukannya ke tahun 2018. Dalam hal itu, akhirnya Indonesia hanya memiliki waktu persiapan 4 tahun saja, bukan 7 tahun seperti biasanya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 121 Dan Indonesia siap menghadapi tantangan tersebut. Patut dibanggakan, bukan?

Sebagai seorang pelajar SMA yang baru merantau ke Jakarta seorang diri selama satu tahun, tentunya sangat terpukau dan takjub melihat bagaimana persiapan yang dilakukan di Ibukota Indonesia. Hampir tidak ada tempat yang tidak dihiasi atribut asian games. Entah itu di gedung- gedung, pinggir jalan, pusat perbelanjaan, stasiun, kereta, bus, ataupun di bawah jalan tol. Semuanya diwarnai dengan semangat sang maskot Asian Games 2018, yaitu Si Bhin-Bhin, Atung, dan Ika.

Berbicara mengenai maskot Asian Games, sebenarnya ketiga maskot tersebut memiliki ‘pendahulu’ yang merupakan burung cendrawasih yang bernama “Drawa”. Indonesia memiliki cerita yang unik dan terbilang kontroversi dalam hal logo dan maskot Asian Games 2018. Pada 2015 lalu, maskot sudah diluncurkan yang berupa burung cendrawasih, binatang khas papua yang mengenakan pakaian olahraga khas Indonesia pencak silat. Namun, beberapa selang waktu setelah diluncurkannya logo dan maskot kepada publik, tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa maskot tersebut terkesan jadul, ketinggalan zaman dan tidak memiliki nilai estetika.

Banyak masyarakat yang berpendapat melalui media sosial sampai menjadi trending topic di media sosial twitter. Saat itu, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi menerima kritikan masyarakat Indonesia mengenai desain Drawa secara terbuka dan positif. Dan akhirnya, pada Juli 2016, logo dan maskot baru telah resmi diluncurkan dari hasil sayembara masyarakat dengan maskot badak bercula satu, rusa bawean, dan tidak melupakannya, burung cendrawasih. Logo yang sebelumnya adalah burung cendrawasih berubah menjadi logo yang terinspirasi dari bagian atas Stadion Utama Gelora Bung Karno dan telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo. Atas perubahan logo dan maskot yang baru tersebut, masyarakat memberikan respon positif.

122 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Bagi saya, ini menjadi salah satu nilai penting bagi Asian Games 2018. Karena kritikan masyarakat mengenai maskot dan logo menunjukkan antusiasme segenap lapisan masyarakat Indonesia untuk menyukseskan Asian Games 2018. Inilah yang membedakan Indonesia sebagai penyelenggara Asian Games 2018 dengan pesta olahraga lainnya, dimana tidak hanya pemerintah ataupun pihak berwenang lainnya saja yang bergerak, namun juga masyarakat yang memang merupakan pemangku kekuasaan tertinggi di Indonesia untuk berkontribusi bagi tanah airnya. Bhin-bhin, Atung, dan kaka tidak hanya menjadi maskot pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke, namun juga telah menjadi simbol kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia.

Kontribusi masyarakat Indonesia untuk memeriahkan Asian Games tidak berhenti hanya sampai disitu saja. Khususnya bagi generasi muda, ada banyak sekali artis, atlet, vlogger, content creator, youtuber, selebriti, dan pegiat kreatif lainnya yang ikut menggiatkan dan membantu mempromosikan semangat Asian Games 2018. Tepat Juni lalu, Bapak Presiden Joko Widodo mengundang mereka ke istana presiden di Jakarta. Terdapat figur publik dan pegiat seni seperti Lukman Sardi, Marcel, Gading Martin, Irfan Hakim, Titi Rajo Bintang, Andre Hehanusa, Edho Zell, Nessie Judge, Indy Barends, Indra Bekti, Belva Devara, Jovial Da Lopes dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Selain itu tampak juga sejumlah atlet seperti Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Tontowi Yahya, dan Liliyana Natsir. Mereka s e m u a diundang untuk membantu men’demam’kan Asian Games ke masyarakat. Ini membuktikan bahwa pemerintah tidak melupakan arus perkembangan zaman dari para pegiat kreatif dan mengetahui betapa pentingnya media sosial sebagai sarana paling mudah untuk diakses masyarakat.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 123 Dari situlah, Asian Games melahirkan banyak lagu-lagu yang dibawakan oleh seniman-seniman muda seperti Via Vallen dengan lagunya “Meraih Bintang”, Afgan dengan lagunya “Be Alright”, Once dan Shakira Jasmine dengan lagu “Menaklukan Dunia”, Slank dan Dipha Barus dengan lagu “Asian Dance” yang menampilkan tarian di Asian Games. Tidak hanya itu, terdapat juga lagu-lagu lain yang dipersembahkan oleh Gamaliel Audrey Cantika, NEV+, Ariel, Dea, dan seniman legendaris, Guruh Soekarno Putra. Sederet fakta tersebut cukup menunjukkan bahwa Asian Games kali ini tidak terkesan jadul dan mengikuti arus perkembangan zaman, namun juga tidak lupa dengan budaya asli Indonesia.

Antusiasme masyarakat Indonesia yang sangat besar juga dapat ditunjukkan dari jumlah calon relawan atau volunteer yang ingin mengikuti perseleksian relawan Asian Games 2018. Dari target relawan sebanyak 13.000 orang, saat pendaftaran dibuka, ternyata terdapat empat puluh ribu orang lebih yang mendaftar. Jika dihitung, realita yang didapatkan tiga kali lipat lebih besar daripada ekspetasi panitia penyelenggara (INASGOC). Bahkan sekjen INASGOC, Eris Heryyanto mengakui bahwa antusiasme generasi muda Indonesia untuk berkontribusi sangat luar biasa. Para relawan akan menjadi tulang punggung panitia penyelenggara Asian Games. Tanpa adanya para sukarelawan, tentunya pelaksanaan Asian Games akan berkendala.

Mungkin sampai saat ini kita masih berpikir bahwa kontribusi masyarakat Indonesia hanya terbatas bagi para seniman, pegiat kreatif, dan para relawan yang memenuhi kriteria. Contohnya saya yang ingin mendaftar sebagai relawan namun belum cukup umur dan belum mempunya KTP. Saya yang tinggal di luar pulau Jawa yang jauh dari tempat pelaksanaan Asian Games akan susah untuk berkontribusi. Namun sederet alasan tersebut tidak akan bisa menghentikan keinginan dan niat baik untuk melakukan sesuatu demi penyelenggaraan Asian

124 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Games yang mungkin adalah kesempatan sekali seumur hidup saya. Tidak ada kata mustahil bagi kita yang memiliki niat baik, hanya seberapa besar tekad kita saja untuk bergerak. Hal paling nyata yang bisa saya (dan kamu) lakukan adalah memberikan informasi dan semangat akan betapa pentingnya Asian Games bagi Indonesia kepada orang terdekat kita seperti keluarga, kerabat, dan tetangga kita. Dan seperti yang saya lakukan sekarang, dengan mengemukakan pendapat saya di tulisan ini, semoga saya bisa memberikan sedikit kontribusi dan menjadi bagian kecil dari sejarah Asian Games.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 125 Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games: “Harus Bangga atau Kecewa?”

Oleh:Mahdi Singaparado (Nusa Tenggara Barat)

“Kau boleh hancurkan Pattimura-Pattimura tua, membelenggu kami laksana jelaga dibunuh hawa khatulistiwa.

Tapi, hai, para penjarah Nusantara!

Ingatlah kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit dan menggelora!

Kan mereka terjang badai laksana bahtera di samudera!”

agai api yang tersapu air, aku tercenung mendengar lantunan syair Byang kakekku alunkan. Walau sudah tua, suaranya terdengar lantang, seolah jarak beribu-ribu kilometer yang memisahkan kami, Bima dan Jakarta, tak mampu benar-benar melakukan tugasnya walau hanya telepon seluler yang menjadi jembatan komunikasi antara kami.

Sementara kakek yang biasa kupanggil Dae Tua terus mengalunkan syairnya, kuputuskan untuk memotongnya, meski tak senonoh kurasa kelakuan ini, tetap kuberanikan diri. Aku hanya ingin memastikan sesuatu yang bagiku amat membanggakan.

“Dae Tua, bagaimana perasaan Dae ketika Asian Games 1962 dihelat di Indonesia?”

126 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Luncuran kalimat lancang itu telah terbebas. Lantas, Dae Tua seketika berhenti melantunkan syairnya. Dapat kudengar ia mengembuskan napas, panjang.

“Kecewa, Di. Dae Tua sangat kecewa.”

Jawaban yang tak diduga-duga itu menyentakku. Bagaimana bisa Dae Tua kecewa ketika Indonesia telah sukses mengukir sejarah dengan menjadi negara peringkat kedua se-Asia? Semengecewakan itukah perhelatan Asian Games 1962 dulu di Jakarta? Lalu, di mana letak celah itu hingga berhasil membuat kakekku kecewa?

“Mau tahu kenapa Dae Tua kecewa, Mahdi?” tanya Dae Tua dari seberang sana.Buru-buru, dengan dada yang berdebar, kuanggukan kepala sembari berucap, “Ya, Dae, Mahdi ingin tahu.”

Asian Games yang Mengecewakan

Matahari yang terik membuat seorang pemuda bernama Yasin (18) mengusap peluh. Ia baru saja turun dari gerbong kereta yang mengantarnya dari Surabaya. Jauh-jauh ia merantau dari Bima selama lima hari, hanya sekadar untuk merasakan gempita perhelatan bergengsi, Asian Games yang dihelat di Indonesia, Jakarta tepatnya. Saat itu adalah awal Agustus 1961, era orde lama, maka jangan heran bila pemandangannya amat jauh berbeda dibanding tahun 2018, kala reformasi menggelora.

Hari berganti, pemuda yang pada tahun 2018 telah berusia 75 tahun itu memulai hidup baru dengan menemui rekan setanahkelahirannya. Alhasil, jadilah kini, Yasin mengejar tekadnya untuk turut berpartisipasi dalam perhelatan Asian Games yang akan diselenggarakan tahun depan. Ia ingin menjadi atlet balap sepeda yang nanti akan mewakili Indonesia di Asian Games.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 127 Namun, perjuangan menjadi seorang atlet bukanlah perkara yang mudah. Sudah tiga kali ia berusaha bertandang ke Istana Negara dengan harapan bisa memiliki kesempatan. Sebanyak itu pula ia berkunjung ke Gelora Bung Karno demi mencari informasi tentang perekrutan. Tetapi hasilnya nihil, tak kujung ia temukan jalan untuk turut berpartisipasi dalam ajang tersebut. Lalu mungkinkah semua atlet yang akan berlaga di Asian Games sebenarnya telah disepakati?

Yasin tak menyerah sampai di situ. Ia terus mencari-cari informasi tentang Asian Games dan serba-serbinya pada surat-surat kabar dan radio. Tiap hari ia bersepeda dari Kayu Manis menuju Senayan, Medan Merdeka dan kembali lagi ke Kayu Manis. Selama di perjalanan, amat mudah baginya menjumpai poster yang bertuliskan “Madju Terus” yang mencakup informasi penyelenggaraan Asian Games, namun begitu sulit mencari informasi tentang keatletan.

Karena tidak bisa terus-menerus menganggur dengan beraktivitas demikian, Yasin lantas mulai memenuhi persediaan dan kebutuhan ekonominya yang makin menipis dengan bekerja sebagai makelar surat kabar, yang tiap pagi bersepeda melempar satu-dua eksemplar surat kabar ke rumah-rumah penduduk ibukota.

Sambil menyelam minum air, sekiranya itulah yang Yasin lakukan. Ia memanfaatkan surat-surat kabar yang ia antar untuk mencari informasi terkini tentang Asian Games, untuk mengetahui tentang perihal keatletan yang tak kunjung ia temukan.

Pasrah, akhirnya Yasin mulai menjalani kesehariannya dengan berat hati. Ia hampir putus asa.

Seiring bergantinya hari, gegap gempita Asian Games terasa begitu nyata. Tak terasa, sudah setahun ia menetap di Jakarta. Bahkan pada tiap surat kabar yang ia antar, tiada pembahasan lain selain Asian Games, kalaupun ada, tidaklah jauh melenceng dari perhelatan olahraga

128 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games empat tahunan tersebut. Ada pula surat kabar yang berpolemik tentang kontroversi yang dituai pesta olahraga tersebut. Lagipula, bukankah terlalu riskan rasanya berpolemik jika kontroversi itu menyangkut pengakuan martabat bangsa?

Hari itu pun tiba. Hari yang merupakan puncak kekecewaannya terhadap Jakarta, terhadap Asian Games, dan terhadap dirinya sendiri. Hari itu merupakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia ke-17, hiruk- pikuk bangsa Indonesia yang direpresentasikan oleh ibukota dalam menyambut hari kemerdekaan begitu riuh terasa. Tepat pada hari itu, ketika Yasin sedang menyeberangi jalan Medan Merdeka Barat untuk mengantar surat kabar terakhirnya edisi 17 Agustus 1962, tiba-tiba dari sebelah kiri jalan melaju kencang sebuah mobil hitam. Tak pelak, mobil tersebut seketika menabrak sepeda yang ia kendarai. Jauh, ia terpental. Terpisah, ia dari sepedanya yang telah remuk. Yasin tidak sadarkan diri kemudian.

Pagi pada hari itu merupakan pagi terakhir Yasin mengantar surat kabar. Seminggu sudah Yasin terbaring di bangsal nomor 3 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kecelakaan itu menyebabkan tulang kering pada kaki kanannya patah, tak bisa ia gerakkan apalagi untuk mengayuh sepeda. Semenjak kecelakaan tersebut, tak pernah Yasin jumpai kembali sepeda yang pada hari kemerdekaan itu ia kendarai, seolah-olah raib, tak ada seorang pun yang datang untuk menyerahkan sepeda itu padanya.

Sementarakan itu, Asian Games sudah di ambang pintu gerbang. Pembukaannya akan digelar hari itu, tanggal 24 Agustus 1962.

Pupus sudah harapan Yasin untuk berlaga di Asian Games 1962. Dengan kondisi yang seperti itu, mustahil rasanya ia bisa mewakili Indonesia, lebih-lebih bila ia berjalan menuju stadion. Obor pertama Asian Games ke-4 itu telah menyala di Gelora Bung Karno, Yasin bahkan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 129 tak bisa menghadiri pembukannya, ia hanya bisa mendengar siaran langsungnya melalui RRI, Radio Republik Indonesia. Bahkan saat itu ketersediaan TVRI amatlah langka hingga tak bisa Yasin menyaksikannya dari bangsal rumah sakit.

Ia kecewa. Kecewa terhadap Jakarta, kecewa terhadap Asian Games dan kecewa terhadap dirinya sendiri.

Miris sekali memang. Sebuah mimpi yang tak tercapai. Bila kau yang merasakannya, dapatkah kau bayangkan bagaimana?

Ada Hikmah di Balik Tiap Kegagalan

Semenjak percakapan itu, hampir semua yang ada dalam diriku berubah. Kenapa bisa begitu? Aku sendiri tak tahu, mungkin karena kisah pedih yang Dae Tua alami, bahwasanya tidak semua yang kita inginkan dapat benar-benar terealisasikan.

Aku pun mulai mengerti, bahkan sangat mengerti bagaimana situasi yang Dae Tua alami waktu dulu tahun 1962. Setelah mengalami kecelakaan itu, pribadi Dae Tua benar-benar berbeda. Kecelakaan itu membuatnya tak pernah lagi sudi dan berani untuk menyentuh sepeda. Ia sudah trauma. Telah dikuburnya dalam-dalam impian untuk menjadi atlet balap sepeda. Ia mengatur ulang seluruh hidupnya dan kini menjadi seorang guru. Mimpi yang ia canangkan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Menjadi guru risikonya rendah, Di. Tapi bukan berarti dengan begitu, kita bisa lari dari risiko. Tidak. Apa yang kita tanam hari ini, belum tentu akan kita tuai nanti. Tapi, dengan menjadi guru, apa yang kita ajarkan, selamanya akan selalu bermanfaat bagi kehidupan. Kamu ngerti?” kurang lebih seperti itulah perkataan Dae Tua sebelum mengakhiri percakapannya denganku.

130 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Melalui kisah Dae Tua, aku belajar bahwa setiap orang terlahir dalam alasan dan misinya masing-masing. Bila seorang atlet dilahirkan untuk membela negara dalam perhelatan olahraga, maka seorang guru dilahirkan untuk menjadi seseorang yang membangun karakter seorang atlet hingga ia bisa sukses dan mengharumkan nama bangsa. Semuanya memiliki keterikatan, bukan?

Jadi, apakah wajar bila Dae Tua kecewa terhadap perhelatan Asian Games tahun 1962? Jawabannya, bisa ya, bisa pula tidak. Menurutku, wajar bila seorang manusia merasa kecewa terhadap sesuatu yang hadir dalam hidupnya, karena memang sudah menjadi hakikat seorang manusia bila ia memiliki hawa nafsu. Namun, aku tidak setuju bila Dae Tua terus-menerus kecewa terhadap sebuah kesuksesan. Jalan yang telah Dae Tua pilih sudah jelas dan membuahkan hasil, lalu mengapa pula ia tetap merasa kecewa? Sekali lagi, manusia memang tak luput dari kungkungan hawa nafsu.

Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games

Mungkin Dae Tua bisa memeluk semua rasa kecewa itu erat-erat, aku tak bisa memaksanya untuk melepas pelukan itu. Itu merupakan haknya. Namun, sebagai generasi muda yang terlahir jauh setelah generasi Dae Tua dilahirkan, banyak perbedaan signifikan antara kami. Bila Dae Tua merupakan pemuda yang sulit untuk melupakan, berorientasi pada proses dan taat peraturan, maka aku merupakan pemuda yang terbuka pada perubahan, berorientasi pada hal instan dan menyukai kebebasan. Jauh bukan perbedaan di antara kami?

Lalu, apakah aku akan setuju dengan substansi Dae Tua yang kecewa terhadap Asian Games? Tentu saja tidak! Kami berbeda. Kami dilahirkan pada lingkungan berbeda, dibesarkan dengan metode yang berbeda dan memiliki pola pikir yang berbeda. Meski aku banyak belajar dari Dae Tua, bukan berarti aku turut melakukan apa yang

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 131 pernah Dae Tua lakukan. Ini semua menyangkut keyakinan, dan keyakinanku adalah, aku akan tetap berdiri di sini dan mendukung Asian Games dengan caraku sendiri.

Bagaimana caraku mendukung Asian Games?

Jika Dae Tua mencurahkan rasa cinta kasihnya akan tanah air dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsa, maka caraku dalam mencurahkan rasa cinta kasih terhadap tanah air adalah dengan mendukung para atlet yang akan berlaga pada Asian Games dengan cara menyalurkan pikiranku ke dalam bentuk tulisan. Dalam kesempatan ini, ialah berbentuk artikel feature yang kini kutulis.

Apa kau mengerti? Senada dengan syair Dae Tua, bahwasanya “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tapi Pattimura-Pattimura muda kelak akan bangkit!” Lantas, arti sebenarnya adalah, ketika generasi tua pergi, maka yang mengambil alih ialah generasi muda.

Bukankah sebuah negara akan kuat dari segala aspek bila ia didukung oleh bangsanya sendiri dari segala aspek pula?

132 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games

Oleh: Oktavianus Dato Toda (Nusa Tenggara Timur)

enurut Wikipedia, Republik Indonesia (RI) umumnya disebut MINDONESIA, adalah Negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antar Benua Asia dan Astralia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonensia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara, dengan populasi hampir 270.054.853 juta jiwa pada tahun 2018. Indoneia adalah Negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan dan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dengan lebih dari 230 juta jiwa.

Indonesia menjadi Tuan Rumah bukan yang pertama kalinya di ajang Asian Games, ini merupakan yang kedua kalinya Indonesia dipercaya menjadi Tuan rumah di ajang yang sangat bergensi ini, pada tahun 1962 yang ke 4 merupakan yang pertama kalinya Indonesia menjadi Tuan rumah dengan 15 cabang olahraga yang dipertandingkan oleh 17 Negara. Pada kesempatan yang kedua ini merupakan suatu yang sangat membanggakan dimana Indonesia kembali dipercaya menjadi Tuan rumah dalam ajang yang bergengsi dan yang ditunggu-tunggu di Asia, dengan 42 cabang olahraga yang dipertandingkan menurut Sekretaris Jenderal INASGOC (Komite Asian Games Indonesia), Eris Heryanto.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 133 Pada ajang ini Indonesia memperkenalkan 3 Maskot yaitu,

• BHIN BHIN

BHIN BHIN adalah seekor burung Cendrawasih yang mem- presentasikan strategi, dengan mengenakan rompi dengan motif Asmat dari Papua.

• ATUNG

ATUNG adalah seekor rusa yang mempresentasikan Kecepatan, dengan sarung dan motif Tumpal dari Jakarta.

• KAKA

KAKA adalah seekor badak bercula satu yang mempreentasikan Kekuatan,dengan pakaian tradisional dan motif bunga khas Palembang.

Dari ketiga Maskot di atas, para atlet dapat terinspirasi akan strategi, kecepatan, dan kekuatan dan bukan hanya terinspirasi, para atlet diharapkan dapat mempersembahkan Medali untuk negara-negara mereka, dengan maskot tersebut juga para peserta dari negara-negara lain dapat mengetahui bahwa Indonesia sangat kaya akan hewan-hewan asli dan tidak terdapat di negara-negara lain.

Dari ajang ini juga Indonesia dapat memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia sangat kaya akan dunia Pariwisata, mulai dari wisata Religi, kuliner, Bahari, Pantai, Alam, Desa, dan sebagainya, ini suatu kesempatan yang sangat berharga untuk negara Indonsia untuk dapat kekayaan yang sebenarnya kepada dunia.

Mengapa saya bangga Indonesia menjadi Tuan rumah Asian Games 2018, karena Indonesia adalah negara yang kuat, strategis, bersatu, damai, saya sebagai warga Negara akan mendukung para atlet

134 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Indonesia dalam meraih medali Emas dan menjadi pemenang dalam ajang ini.

Dan dengan ini juga Indonesia bukan hanya dapat memperkenalkan dunia pariwisatanya, juga dapat memperkenalkan akan kekayaan- kekayaan lainnya seperti, makanan khas, adat istiadat, kebudayaan, agama, seni, dan pesona lainnya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 135 Perspektif Seorang Pelajar: Bangga Indonesia Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018

Oleh: Gabriela Eliana (Sulawesi Utara)

sian Games merupakan ajang olahraga terbesar dan paling bergengsi Adi Asia yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1951 di New Delhi, India. Pada saat itu, hanya ada 11 negara Asia yang mengikuti ajang olahraga ini. Cabang olahraga yang dipertandingkan pada Asian Games yang pertama hanyalah 6 cabang, yaitu atletik, bola basket, selam, sepak bola, renang, dan polo air. Ajang ini diselenggarakan 4 tahun sekali, dan Asian Games yang terakhir diselenggarakan pada tahun 2014 di Incheon, Korea Selatan. Tunggu. Bukankah itu berarti tahun ini seharusnya Asian Games dipertandingkan lagi? Ya! Tak salah lagi, Asian Games akan diselenggarakan lagi pada tahun 2018 ini. Pastinya, Asian Games tahun ini akan lebih meriah dibandingkan Asian Games yang telah diselenggarakan pada tahun-tahun sebelumnya.

Ngomong-ngomong, pernahkah kalian melihat iklan Asian Games 2018? Tentu pernah, bukan? Bisakah kalian tebak dimana Asian Games 2018 akan diselenggarakan? Ya! Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2018. Tepatnya, Asian Games tahun ini akan diselenggarakan di Jakarta, ibukota Indonesia, dan Palembang, kota metropolitan terbersih. Tentunya, hal ini merupakan hadiah spesial untuk dirgahayu Indonesia yang ke-73. Bagaimana tidak, Asian Games 2018 akan dimulai sehari setelah hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Tepatnya, Asian Games tahun ini akan dimulai dari tanggal 18 Agustus 2018 sampai tanggal 2 September 2018. Tahun

136 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games ini, akan ada 15 ribu atlet dan ofisial dari berbagai negara di Asia, 7 ribu jurnalis, serta 30 ribu relawan yang hadir.

Tahukah kamu? Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games adalah pada tahun 1962. Pada saat itu, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno, mengesahkan Stadion Senayan, stadion dimana Asian Games yang keempat diselenggarakan. Pada zamannya, stadion Senayan merupakan salah satu stadion terbesar di Asia. Bayangkan, betapa besarnya persiapan yang dilakukan untuk menyelenggarakan Asian Games pada saat itu. GBK mendapatkan banyak pujian, tak hanya karena menjadi stadion terbesar di Asia, tetapi juga karena stadion tersebut dibuat tanpa adanya tiang penyangga. Tak hanya itu, untuk mempersiapkan Asian Games 1962, Hotel Indonesia dan patung Selamat Datang juga didirikan. Tak terasa ya? Setelah 56 tahun, akhirnya negara kita diberikan tanggung jawab lagi untuk menjadi tuan rumah, penyelenggara Asian Games yang ke-18.

Tahun ini, ada 10 cabang olahraga baru yaitu roller sport, bridge, bola basket 3x3, jetski, Pencak Silat, Jiu Jitsu, Sambo, Kurash, paralayang, dan panjat tebing. Tentunya, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk meraih medali emas pada cabang olahraga baru ini. Contohnya, dari cabang olahraga bola basket 3x3, kita memiliki tim putri yang diperkuat oleh Jovita Elizabeth, Lea Kahol, Dewa Ayu Made Sriartha Kusuma Dewi, dan Agustin Graditta Retong, dan tim putra yang diperkuat oleh Rivaldo Tandra Pangesthio, Erick Jonathan Gosal, Reza Fahdani Guntara, dan Danny Ray. Pada 3x3 Asia Challenge 2017, tim putri Indonesia mendapatkan gelar juara, sementara tim putra Indonesia berhasil menduduki peringkat kedua. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki Iqbal Candra Pratama dan Wewey Wita, atlet putra dan putri andalan Indonesia di cabang Pencak Silat. Dari cabang olahraga jetski, Indonesia juga memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan medali emas dengan atlet andalan Indonesia, Aero Sutan Aswar.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 137 Tak hanya dari cabang olahraga baru, tentunya kita juga memiliki peluang besar untuk mendapatkan banyak medali dari cabang olahraga yang lama. Salah satunya dari cabang olahraga yang paling digemari rakyat Indonesia, yaitu bulutangkis. Pastinya, Kevin Sanjaya, Marcus Gideon, Lilyana Natsir, Tontowi Ahmad dan kawan-kawan, juga siap untuk memberikan yang terbaik dan membanggakan Indonesia. Tak hanya itu, tahun ini pastinya banyak atlet muda, bibit-bibit baru, yang juga siap untuk membanggakan Indonesia. Salah satu atlet muda yang sekarang kerap diperbincangkan adalah Lalu Muhammad Zohri. Atlet berumur 18 tahun yang akan bertanding di Asian Games 2018 ini baru saja menjadi juara dunia atletik U-20 lari 100 meter.

Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games untuk yang kedua kalinya merupakan salah satu prestasi terbesar Indonesia. Hal ini dikarenakan sebuah negara agar dapat diutus menjadi tuan rumah Asian Games, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah infrastruktur yang memenuhi standar internasional, kestabilan ekonomi dan politik, keamanan negara, dan budaya toleransi yang tinggi. Jika faktor-faktor ini tidak dapat dipenuhi, maka tidak mungkin Dewan Olimpiade Asia atau yang juga dikenal sebagai Olympic Council of Asia (OCA) memberikan Indonesia tanggung jawab besar untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018.

Tak bisa dipungkiri, infrastruktur Indonesia memadai. Mulai dari jalan tol, bandar udara, light rail transit (LRT) yang tak hanya ada di Jakarta namun juga yang baru-baru ini diresmikan di Palembang, tempat tinggal untuk para tamu, hingga fasilitas olahraga yang memenuhi standar internasional, semuanya sudah dimiliki Indonesia. Bahkan, demi mempersiapkan Asian Games yang ke-18 ini, beberapa fasilitas baru disediakan di Gelora Bung Karno, diantaranya adalah CCTV yang memiliki sistem deteksi wajah, kursi penonton single seat, dan papan skor digital yang terpasang pada dua sisi stadion. Masih seputaran topik infrastruktur,

138 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games seperti yang kita ketahui, kemacetan di Jakarta merupakan masalah yang serius. Bayangkan betapa macetnya Jakarta nanti saat Asian Games sudah berlangsung. Tunggu dulu! Jangan pikir hal ini tidak akan ditangani oleh Kementerian Perhubungan. Dalam rangka mempersiapkan Asian Games 2018, Kementerian Perhubungan meluncurkan 3 kebijakan, yaitu manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL), penyediaan angkutan umum, dan pembatasan lalu lintas angkutan barang. Kebijakan-kebijakan ini mencangkup perluasan ganjil-genap, pembukaan dan penutupan pintu tol prioritas, penyediaan bus untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang bersangkutan dengan Asian Games, dan lain-lainnya.

Faktor kestabilan ekonomi dan politik, serta keamanan negara juga merupakan hal yang penting dalam memilih tuan rumah Asian Games. Beberapa negara yang tadinya dinominasikan sebagai tuan rumah Asian Games 2018 mundur akibat kondisi ekonomi negara mereka yang tidak stabil. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga karena dengan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah ajang olahraga yang bergengsi ini, berarti Indonesia dianggap memiliki kondisi ekonomi dan politik yang stabil, dan bahwa Indonesia adalah negara yang aman. Bayangkan saja, dari berpuluh-puluh negara lain yang juga ingin memiliki kesempatan untuk menjadi tuan rumah Asian Games, Indonesia lah yang dipercayakan untuk mendapatkan kesempatan ini.

Indonesia dikenal sebagai negara yang multikultural. Negara yang kita cintai ini juga terkenal dengan budaya toleransinya yang tinggi, menjunjung tinggi semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, dan sila ke-3 “Persatuan Indonesia”. Mengapa hal ini penting bagi Asian Games 2018? Asian Games kali ini akan mengundang 45 negara, dan negara-negara tersebut tentunya memiliki budaya yang berbeda dari Indonesia. Dengan sikap warga Indonesia yang mengusung tinggi toleransi, maka kita diharapkan menjadi tuan rumah yang bersahabat. Sebagai warga Indonesia, kita harus bangga karena

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 139 dengan diutusnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games tahun ini, kita dipercaya bisa menjadi tuan rumah yang baik dan ramah.

Dengan diselenggarakannya Asian Games 2018 di Indonesia, tak hanya Jakarta dan Palembang, namun seluruh Indonesia juga bisa mendapatkan banyak sekali keuntungan secara ekonomi. Tak hanya terjalinnya persahabatan antara Indonesia dan negara-negara lainnya yang terletak di benua Asia, namun juga banjirnya turis-turis yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi ekonomi dan pariwisata Indonesia. Walikota Palembang, H. Harnojoyo, bahkan mengatakan bahwa pertumbuhan kota Palembang sendiri dapat menembus angka 6 atau bahkan 7 persen tahun ini. Sedangkan di Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat meningkat sebanyak 6,5 persen. Tak hanya itu, kabarnya Indonesia mendapatkan pemasukan sebesar Rp. 45 triliun dari Asian Games 2018.

Tak hanya keuntungan secara ekonomi dan pariwisata, tetapi juga keuntungan dalam hal mempromosikan budaya Indonesia. Sudahkah kalian melihat logo Asian Games tahun ini? Logo tahun ini merepresentasikan hewan-hewan khas Indonesia, diantaranya burung cendrawasih yang dipresentasikan oleh karakter Bhin Bhin, rusa bawean oleh karakter Atung, dan badak bercula satu oleh karakter Kaka. Jika kita perhatikan baik-baik, karakter-karakter tersebut mengenakan kain bermotif khas Indonesia, diantaranya Tenun Asmat dari Papua, Batik Tumpal dari Jakarta, dan motif bunga khas Palembang.

Sebagai warga Indonesia, kita patut bangga. Tak hanya karena Indonesia dapat mendapatkan banyak dampak positif dan kita memiliki kesempatan besar untuk meraih banyak medali, tetapi juga karena Indonesia dianggap sanggup dan mampu menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Maka dari itu, kita harus menggunakan oportunitas ini untuk memperlihatkan etalase budaya Indonesia yang baik. Jadilah suporter

140 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games sekaligus tuan rumah yang sopan dan ramah. Jika kalian tidak bisa datang langsung ke tempat pertandingan untuk memeriahkan ajang ini, jangan khawatir! indonesiabaik.id sudah menyediakan informasi tentang Asian Games 2018. Tak hanya itu, dukungbersama.id mengadakan berbagai macam kompetisi agar kamu bisa ikut memeriahkan Asian Games tahun ini! Marilah kita dukung Asian Games 2018 di Indonesia!

Daftar Pustaka

Aditya, Andika. 2018. Meneropong Stadion GBK Dari Masa Ke Masa. https://www.lanangindonesia.com. Diakses pada 15 Juli 2018.

Adyatama, Egi dan Prasetyo, Hari. 2018. Target 10 Besar, Ini Cabang Andalan Indonesia. https://asiangames.tempo.co. Diakses pada 15 Juli 2018.

Adyatama, Egi dan Saleh, Nurdin. 2018. Aero Aswar, Jagoan Indonesia di Cabang Jetski.

https://asiangames.tempo.co. Diakses pada 15 Juli 2018.

INASGOC. 2018. Inilah Cabang Olahraga Yang Pertama Dipertandingkan Pada 2018. https://asiangames2018.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

INASGOC. 2018. Mengenal Atlet Andalan Indonesia Di Asian Games 2018. https://asiangames2018.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

INASGOC. 2018. Renovasi Arena Asian Games 2018 Di GBK Diharapkan Selesai Akhir Tahun Ini. https://asiangames2018.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 141 Maulana, Lalan Wahid. 2017. 5 Faktor Indonesia Terpilih Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018. https://www.brilio.net. Diakses pada 15 Juli 2018.

MetroTV. 2018. Asian Games Pacu Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta 6,5%. http://ekonomi.metrotvnews.com. Diakses pada 15 Juli 2018.

Movanita, Ambaranie Nadia Kemala. 2018. Dampak Ekonomi Asian Games ke Ekonomi Indonesia Capai Rp 45 Triliun. https://ekonomi. kompas.com. Diakses pada 15 Juli 2018.

Puspita, Ratna. 2018. 12 Pemain Ikuti Seleksi Timnas 3X3.https:// www.republika.co.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

Setiawan, Dikky dan Rahmawati, Wahyu. 2018. Bappenas: Asian Games 2018 Sumbang Ekonomi Untuk Negara. https://nasional.kontan. co.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

Waluyo, Dee. 2018. Ada Asian Games, Ekonomi Palembang Berharap Tembus 7,0 Persen. https://jpp.go.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

Widazulfia, Fahmiranti. 2015. Mengenang Asian Games 1962. https://www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses pada 15 Juli 2018.

142 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Memanjat Tebing Juara Asian Games 2018 untuk Indonesia

Oleh: Vivi Oktaviani Pulukadang

(Gorontalo)

esta olahraga Asian Games 2018 telah melambai di depan mata, Ptanda waktu pertarungan dalam persahabatan telah tiba di tanah Ibu Pertiwi. Indonesia berkesempatan memainkan peran ganda; sebagai peserta dan tuan rumah pesta olahraga yang meriah ini. 2018 menjadi tahun yang sangat penting bagi Indonesia untuk membuktikan kepada dunia, khususnya negara-negara Asia bahwa Indonesia lebih dari mampu untuk bersaing memperebutkan predikat juara. Lebih dari itu, Indonesia juga berkesempatan membuktikan kematangan dan kapasitasnya sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Ini merupakan kali kedua Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah perhelatan akbar yang hanya diadakan 4 tahun sekali ini.

Ada beberapa hal yang jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia mengenai Asian Games 2018 ini. Pertama, semestinya yang menjadi tuan rumah Asian Games kali ini adalah Negara Vietnam. Namun, dikarenakan sejumlah faktor Vietnam menyatakan ketidaksiapannya sebagai tuan rumah Asian Games. Indonesia kemudian menyatakan kesiapannya untuk mengambil alih posisi Vietnam sebagai tuan rumah. Keputusan yang sangat tepat, melihat keseriusan pemerintah dalam mempersiapkan Asian Games 2018 dengan sebaik mungkin, ditambah begitu antusiasnya masyarakat untuk menyambut tamu dari berbagai Negara yang akan bertarung melawan saudara-saudarinya, Putra-Putri terbaik Ibu Pertiwi.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 143 Sebagai tuan rumah, seluruh masyarakat Indonesia menunjukkan rasa bangga dan dukungannya untuk menyemarakkan Asian Games 2018 melalui berbagai postingan bertagar #dukungbersama #asiangames2018 di berbagai media sosial. Bahkan, tulisan ini pun merupakan salah satu bentuk kebanggaan saya sebagai bagian dari Indonesia yang berbangga hati sebagai tuan rumah Asian Games kali ini.

Menjadi tuan rumah untuk Asian Games 2018 menempatkan Indonesia ke dalam posisi yang nyaman namun juga memberi perasaan was-was bagi masyarakat. Nyaman, karena masyarakat Indonesia mendapat akses yang lebih mudah untuk menyaksikan dan memberi dukungan secara langsung kepada atlet-atlet kebanggaan Indonesia. Namun, masyarakat juga dibayangi perasaan was-was yang lazim, mengingat posisi Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ini membuat dunia meletakkan ekspetasi yang cukup tinggi pada Indonesia. Sehingga, untuk menyelamatkan citra Indonesia di mata negara-negara lain, Indonesia harus mampu menjadi juara dan membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu negara terdepan di Asia. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: “Mampukah Indonesia?”

Adalah Aries Susanti Rahayu, seorang atlet panjat tebing Indonesia asal daerah Grobogan, Jawa Tengah yang kini dikenal luas sebagai Spiderwoman Indonesia karena keberhasilannya membawa pulang medali emas pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing atau International

144 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2018 yang digelar di Chongqing, China, Mei lalu. Kemampuan Aries dalam bidang panjat tebing mengejutkan publik yang tidak menyangka Indonesia akan Berjaya dalam pertarungan olah raga panjat tebing tingkat Internasional itu. Namun bagi sebagian kerabat dan rekan yang mengenal Aries dengan cukup baik, kemenangan Aries ini bukanlah perjalanan mudah, tapi harus melalui latihan dan usaha yang memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Sehingga bukanlah hal yang mengejutkan ketika Aries menuai hasil luar biasa sebagai hadiah dari usahanya selama ini.

Sejak kelas 5 SD, Aries kecil selalu mengikuti berbagai perlombaan atletik dan lari. Semakin hari, semakin menekuni dunia olahraga,bakatnya pun semakin terasah. Aries kecil juga ternyata sudah familiar dalam hal memanjat, hingga pada saat duduk di bangku SMP, Aries diperkenalkan pada olahraga panjat tebing oleh gurunya waktu itu.

“Dikenalin panjat tebing sama guru waktu SMP, kok ternyata ini menantang. Terus dari kecil juga memang sudah senang manjat-manjat pohon,” ujar wanita berusia 23 tahun itu, seperti dikutip MetroTV (14/7). Sejak itu, Aries memulai langkahnya dalam menggeluti olahraga panjat tebing.

Ia pernah mengikuti Kejuaraan Nasional Panjat Tebing UPN Yogyakarta (2008), Kejuaraan Nasional kategori Speed Youth B (2010), Kejuaraan Daerah kategori Speed Youth A (2011). Pada 2013, Aries mulai panen juara. Ia mendapat juara I pada Panjat Tebing Nasional Madapala Yogyakarta, juara III Porprov Jateng speed track campuran, juara II speed track perorangan putri Porprov XIV, juara III Speed Putri di Kejuaraan Nasional dan Speed World Record tim rellay putri Kejuaraan Nasional pada 2014, dan juara II speed umum putri di Unisi Wall Competition Yogyakarta. Kemudian pada tahun 2017, Aries mulai memberanikan diri

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 145 mengikuti kejuaraan panjat tebing tingkat dunia. Sebelum keluar sebagai juara, Aries sempat mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh International Federation of Sport Climbing (IFSC) sebanyak lima kali, dan sukses di percobaan kelima.

Pertama, ia mengikuti Asian Continental Championship 2017 di Iran. Kemudian diikuti dengan IFSC Climbing Worldcup 2017 di Wujian, China, IFSC Climbing Worldcup 2017 di Xiamen, China, IFSC Climbing Worldcup 2018 di Moskow, Rusia, dan yang baru saja usai adalah IFSC Climbing Worldcup 2018 di Chongqing, Tiongkok, yang membawanya pada puncak IFSC World Cup 2018 yang membuat namanya dikenal luas saat ini.

Ketika dunia memiliki Spider man sebagai Superhero andalannya, maka Indonesia, menurut Presiden Joko Widodo, memiliki Aries sebagai kebanggaannya. Hal ini diutarakan Presiden Joko Widodo pada laman facebook kepunyaannya. Sontak, Aries menjadi pusat perhatian Indonesia dan dicari-cari berbagai media.

Kala itu, Aries sedang tersenyum malu-malu saat dipuji mengenai prestasinya yang mengejutkan dunia dan membanggakan Indonesia. Aries pun diserang dengan banyak pertanyaan, dan salah seorang wartawan menarik perhatiannya ketika menyuarakan “Bagaimana dengan sebutan Spiderwoman yang diberikan kepada Anda?” tanya wartawan itu. Aries, sosok inspiratif dengan tatanan jilbab sederhana dan wajah tanpa riasan itu lalu menunjukkan ekspresi senang yang diikuti tawa kecil. Aries lalu menjawab, “Saya terserah dengan yang kasih julukan saja. Menurut saya, julukan itu buat kami semua buat timnas panjat tebing Indonesia. Semua Spiderwoman,” ujarnya. Aries kemudian kembali menjawab pertanyaan- pertanyaan yang ditujukan kepadanya dengan senyuman khasnya, sebagaimana yang ia perlihatkan saat berfoto bersama Menpora Imam Nahrawi.

146 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Saat ini, Aris sedang digadang-gadang sebagai salah satu tumpuan Indonesia dalam meraih predikat juara pada Asian Games 2018. Kelihaian yang mengantarkannya pada puncak tebing IFSC di China dan menaklukkan Rusia yang saat itu menjadi pesaing utamanya, memancarkan gelora semangat kepada para atlet Indonesia yang akan berjuang meraih prestasi pada Asian Games 2018 ini. “Ketika tebing tinggi di negeri orang saat itu dapat ditaklukkan Indonesia, bukankah menaklukkan berbagai kompetisi di tanah Ibu Pertiwi seharusnya dapat dilakukan juga? Atlet Indonesia tak hanya butuh latihan dan latihan saja, mereka juga butuh semangat untuk memanjat tebing juara Asian Games 2018” itulah yang muncul di benak sebagian orang, termasuk saya. Sebagaimana Aries berhasil menaklukkan tebing tantangannya, para atlet lain dari Indonesia pun berkesempatan yang sama untuk menaklukkan tantangan dari setiap kompetisi yang diikutinya.

Sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, saya merasa bangga Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Melihat berbagai upaya Indonesia dalam semakin memantapkan persiapan perhelatan akbar ini, saya yakin dan percaya Indonesia lebih dari mampu menjalankan perannya sebagai tuan rumah. Pun, sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, saya dan daerah saya, Provinsi Gorontalo, mendukung Asian Games 2018 dan mengajak saudara sebangsa dan setanah air untuk melakukan hal yang sama. Dari daerah mana pun atlet yang memperjuangkan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 147 kemenangan Indonesia pada ajang ini, merekalah putra putri terbaik bangsa yang harus diberikan doa dan dukungan bersama. Semoga setiap atlet yang berjuang untuk Indonesia mencapai tebing tertinggi dalam Asian Games 2018 ini dan dengan bangga mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda kemenangan. Sukseskan Asian Games 2018! Indonesia BISA!

148 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Upaya Peningkatan Awareness” Penonton dan Pengunjung Internasional

Oleh: La Ode Rifaldi Nedan Prakasa (Sulawesi Tenggara)

udah menjadi hal umum apabila ada persaingan yang ketat untuk Smenyelenggarakan acara-acara olahraga berskala besar. Hal ini dikarenakan sebuah negara menganggap bahwa hal itu akan mampu meningkatkan citra global mereka dan membuat destinasi lebih menarik bagi wisatawan masa depan (Choong-Ki, 2005). Di samping itu, menjadi tuan rumah juga memberikan manfaat ekonomi dari peristiwa olahraga (Gratton, Dobson, & Sibli, 2000). Oleh karena itu, ketika kesempatan datang, Indonesia bertekad maju dan akhirnya terpilih untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018 setelah pengunduran diri Vietnam (Antara News, 2015). Sehingga, Indonesia akan menyelenggarakan multievent ini pada tanggal 18 agustus - 2 September di dua kota berbeda yakni Jakarta dan Palembang (Asian Games 2018, 2017).

Sebagai tuan rumah, sudah seharusnya ini menjadi kesempatan yang besar bagi Indonesia untuk mengikat hati pengunjung dan penonton dari berbagai penjuru belahan dunia. Namun, mendekati upacara pembukaan salah satu hal yang masih menjadi fokus perhatian adalah promosi dan sosialisasi untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan (Era Indonesia, 2018). Terkait hal itu, dikutip dari situs resmi Sekretaris Kabinet, President Joko Widodo menyatakan hingga Mei 2018 belum ada pergerakan yang signifikan baik di media-media lokal maupun internasional (Sekertaris Kabinet, 2018).

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 149 Kurangnya sosialisasi akan berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat lokal maupun internasional dan kurangnya pengunjung dan penonton (Detik Sport, 2018). Padahal, Asian Games merupakan hajatan nasional sehingga menjadi tugas bersama untuk membuat demam masyarakat. Gaungnya perlu lebih lantang agar menggema hingga ke seluruh Nusantara maupun diseluruh belahan dunia (Suara Merdeka, 2018).

Oleh sebab itu, untuk mendukung acara ini penulis percaya pendekatan soft power melalui strategi diplomasi publik dan nation branding harus memainkan peran aktif untuk melibatkan khalayak domestik dan internasional. Hal ini dapat di lakukan dengan dua cara yaitu mengoptimalisasi peran sosial media dan meningkat kolabarasi para entitas. Tentu saja, hal ini mampu menjadi solusi bagi Indonesia dengan tujuan, disamping mampu menjadi magnet bagi pengunjung dan penonton untuk berkunjung ke Indonesia hal ini juga dapat memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada dunia internasional sebagai tuan rumah Asian Games 2018.

Pemaparan Masalah

Kurangnya sosialisasi nampaknya mulai menjadi kekhawatiran pihak Panitia Pelaksana Asian Games 2018, untuk membuktikan hal ini penulis melakukan pengumpulan data dengan mengambil sample 10 orang mahasiswa internasional dari 5 negara berbeda di President University untuk mengetahui sejauh mana mereka mengetahui informasi umum mengenai Asian Games 2018.

150 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Data-data ini adalah hasil penelitian penulis yang di ambil melalui media Google Form

Hasilnya, meskipun hampir semua dari mereka mengetahui tema dan di mana Asian Games akan dilaksanakan. Akan tetapi, setengah dari mereka hanya satu kali dalam seminggu melihat publikasi mengenai Asian Games di tahun 2018. Terlebih lagi, hanya 50% yang mengetahui kapan pembukaan Asian games dilaksanakan dan hanya 30% yang menjawab dengan benar moto Asian Games. Sementara itu, ketika ditanya apakah mereka akan datang ke upacara pembukaan hanya setengah dari meraka

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 151 yang berkeinginan hadir. Lebih jauh lagi, hal ini membuktikan sosialisasi yang di lakukan belum sepenuhnya maksimal dan diperlukan pendekatan pendekatan yang baik untuk menggaet hati pengunjung dan penonton demi suksesnya Indonesia sebagai tuan rumah.

Tinjauan Pustaka

Penulis akan menggunakan dua konsep yaitu diplomasi publik dan nation branding. Publik Diplomasi mengarah pada governement-to-people atau people-to-people relations. Jan Mellisen mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara (Milessen, 2006). Lebih jauh lagi, menurut Mark Leonard publik diplomasi mampu meningkatkan penghargaan masyarakat ke pada negara tertentu, seperti mempunyai persepsi yang positif (Leonard, 2002)

Sementara itu, Nation branding pada dasarnya adalah upaya untuk membentuk sebuah negara menjadi unik dan memastikan image- image unik tersebut menjangkau dan membenam di benak kelompok sasaran. Menurut Millesen nation branding menggunakan pendekatan holistic dimana hal ini sangat berpengaruh untuk membangun citra suatu negara (Melissen, 2005). Sedangkan tujuan nation branding menurut Simon Anholt adalah membuat orang melihat suatu negara sedikit berbeda dengan negara lainnya (Anholt, 2003)

Kedua konsep ini apabila diimplementasikan dengan metode yang tepat. Maka, mampu membuat sosialisasi yang lebih efektif, yaitu dengan cara menfokuskan upaya peningkatan peran sosial media dan kolaborasi entitas yang lebih efisien.

152 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Diplomasi Publik: Peran Sosial Media dalam Meningkatkan “Awarenness”

Melihat data terkini dari Internet World Statistic di tahun 2018, menunjukka bahwa Indonesia berada di posisi kelima pengguna internet terbanyak di dunia yang mencapai 93,4 juta orang dan pengguna smartphone mencapai 71 juta orang (Internet World Stats, 2018). Sudah seharusnya pengguna media sosial ini membantu promosi Asian Games 2018 sebagai bentuk rasa kebanggan kita. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi yang ada sudah seharusnya peran sosial media di tingkatkan dalam sosialisasi Asian Games 2018 yang dapat dilakukan melalui strategi berikut:

Pemerintah harus mewajibkan semua sosial media dan website pemrintahan (go.id) dimulai dari kalangan kementrian, BUMN, pemerintah daerah terutama untuk KBRI untuk membuat iklan dan publikasi di halaman utama website masing-masing,

Melibatkan kerja sama dengan private sectors dan Non- Governmental Organizations dalam melakukan kampanye melalui pendekatan baru. Seperti, kontes iklan digital melalui sosial media untuk menyebarluaskan sosialisisasi Asian Games 2018 ke seluruh dunia.

Mendorong semua kalangan masyarakat untuk meningkatkan penyebaran informasi Asian Games 2018 melaui akun sosial media masing-masing, utamanya menggerakan masyarakat untuk menjadikan Asian Games sebagai trending topic di sosial media.

Sebagai tambahan, iklan yang dibuat harusnya didesain semenarik mungkin, dan melibatkan informasi seperti waktu, kota, moto, maskot, dan informasi umum lainnya. Selain itu, penggunakan atlet Indonesia maupun dunia yang berprestasi internasional sebagai model utama iklan juga bisa menjadi salah satu strategi.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 153 Publik Diplomasi Melalui Peningkatan Peran Sosial Media untuk Asian Games 2018

Konsep diplomasi publik melalui peningkatan peran sosial media akan meningkatkan “awareness” dan mampu mengubah cara pandang penonton dan pengunjung Internasional untuk lebih tertarik dengan Asian Games 2018. Ketika iklan dan publikasi terlihat menarik dan menjadi “trending topic” di media sosial maka hal ini mampu mengikat hati mereka untuk datang langsung atau memusatkan perhatihan ke perhelatan Asian Games 2018.

Nation Branding: Pentingnya Kolaborasi Entitas

Hal kedua yang bisa dilakukan untuk memenangkan hati para pengunjung internasional adalah menggunakan konsep nation branding dimana dalam implementasinya diperlukan kolaborasi setiap pihak dimulai dari korporasi, instansi, komunitas, hingga media. Hal ini untuk menyukseskan Asian Games dalpat dilakukan melalui hal berikut:

154 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Parade, Karnaval atau Festival Asian Games 2018 yang dilakukan secara kolosal dengan menyatukan konsep olahraga dan budaya di kota Jakarta dan Palembang yang juga menampilkan artis papan atas dan juga bermitra dengan beberapa insan pertelevisian Indonesia utamanya TVRI menjelang dan pada saat upacara pembukaan,

Mendorong Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gerakan Pesona Indonsia meningkatkan daya tarik Kota Jakarta dan Palembang sebagai kota dalam pelaksanaan Asian Games 2018 menggunakan Branding Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia.

Konsep Nation Branding untuk Asian Games 2018

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan image kota-kota penyelenggara Asian Games 2018 di mata dunia internasional, konsep nation branding dapat katakan dengan istilah “sekali mendayung, dua tiga pulai terlampaui”, selain memperkenal budaya dan pesona wilayah- wilayah indonesia kepada dunia juga mampu menarik hati pengunjung untuk menyaksikan Asian Games 2018 secara langsung.

Kesuksesan Tiongkok menggelar Olimpiade 2008 Diplomasi publik dan nation branding, Hal ini juga lah yang dilakukan

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 155 Tiongkok sebagai kunci kesuksesannya dalam menyelenggarakan Olimpade Beijing 2008. Di balik kesuksesan Diplomasi Publik Tiongkok, adalah peran media. Olimpiade Beijing telah menjadi bentuk khas dari ruang publik yang dimediasi untuk khalayak global dan nasional (Jilly Traganou and Jaeho Kang, 2008). Sebagai konsep nation branding Tiongkok melakukan sebuah pertunjukkan akbar berdurasi satu jam yang mengulang sejarah Tiongkok dan memberikan terhadap kebanggaan nasional negara itu dalam Upacara Pembukaan (Williams, 2008).

Terbukti nyata, menurut Administrasi Pariwisata Nasional China, menjelang pembukaan Olimpade, Beijing memiliki 3,8 juta kedatangan pengunjung asing pada tahun 2007, naik 11,8 persen dibandingkan 2006 (Sands, 2008). Lebih jauh lagi, Menurut Nielsen Media Research, 4,7 miliar pemirsa di seluruh dunia menonton beberapa liputan televisi, seperlima lebih besar dari 3,9 miliar yang menonton Olimpiade 2004 di Athena (ESPN, 2008). Penyiar Amerika NBC menghasilkan hanya 2 jam video streaming online untuk Olimpiade Musim Dingin 2006 tetapi menghasilkan sekitar 2.200 jam cakupan untuk Olimpiade Musim Panas 2008 (CNN, 2008)

Kesimpulan

Tulisan ini merukapan suatu ungkapan rasa bangga penulis melihat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Oleh sebab itu, tulisan ini dibuat sebagai kontribusi nyata dalam membantu menyukseskan Asian Games 2018. Penulis yakin salah satu ukuran dalam menentukan kesuksesan terlaksananya Asian Games 2018 adalah dengan melihat jumlah pengunjung yang datang dan penonton yang menyaksikan baik domestik maupun international. Sehingga, konsep diplomasi publik dan nation branding adalah metode yang tepat untuk memenangkan hati pengunjung dan penonton internasional.

156 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games DAFTAR PUSTAKA

Anholt, S. (2003). Brand New Justice: Branding Places and Products Help the Developing World. London: Elsevier.

Antara News. (2015, September 16). Pembukaan dan Penutupan Asian Games 2018 diadakan di Jakarta. Dipetik Juli 05, 2018, dari https:// www.antaranews.com/berita/518497/pembukaan-dan-penutupan- asian-games-2018-diadakan-di-jakarta

Asian Games 2018. (2017). Asian Games 2018. Dipetik Juli 2018, dari https://asiangames2018.id/about

Choong-Ki, L. (2005). Impact of Sport Mega-Event on Destination Image:The Case of the 2002 Fifa World Cup Korea/. International Journal of Hospitality & Tourism Administration, 1.

CNN. (2008, Juli 10). Olympics Enter the ‘2.0’ Era. Dipetik Juli 8, 2018, dari http://edition.cnn.com/2008/TECH/07/09/oly.media/index. html

Detik Sport. (2018, April 30). Promosi Asian Games Dikritik Presiden, Ini Rencana INASGOC dan Kementerian. Dipetik Juli 8, 2018, dari https://sport.detik.com/sport-lain/3998431/promosi-asian-games- dikritik-presiden-ini-rencana-inasgoc-dan-kementerian

Era Indonesia. (2018, April 19). Ketika Jokowi Tegur Kurangnya Sosialisasi Asian Games. Diambil kembali dari https://www.era.id/read/ xOUAQw-ketika-jokowi-tegur-kurangnya-sosialisasi-asian-games

ESPN. (2008, September 6). Beijing TV coverage drew 4.7 billion viewers worldwide. Dipetik 07 Juli, 2018, dari http://www.espn.com/ olympics/news/story?id=3571042

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 157 Gratton, C., Dobson, N., & Sibli, S. (2000). The economic importance of major sports events: A case-study of six events. Managing Leisure, 17-28.

Internet World Stats. (2018). Top 20 Countries with the Highest Number of Internet Users. Dipetik Juli 08, 2018, dari https://www. internetworldstats.com/top20.htm.

Jilly Traganou and Jaeho Kang. (2008). The Olympics as Media Space. Los Angeles: LA84 Foundation.

Leonard, M. (2002). Public Diplomacy. London: The Foreign Policy Centre.

Melissen, J. (2005). The New Public Diplomacy. New York: Palgrave Macmillan.

Milessen, J. (2006). Public Diplomacy Between Theory and Practice. California: Rand Corporation.

Sands, L. M. (2008, Juli 1). https://www.chinabusinessreview. com. Dipetik Februari 5, 2018, dari The 2008 Olympics’ Impact on China: https://www.chinabusinessreview.com/the-2008-olympics-impact-on- china/

Sekertaris Kabinet. (2018, April 18). Rapat Terbatas Tanggal 18 April 2018 Pukul 14:00:00. Dipetik Juli 06, 2018, dari http://siskab.setkab. go.id/jadwal_sidang/arahan_teknis/2448

Suara Merdeka. (2018, Mei 8). Asian Games Minim Sosialisasi. Dipetik Juli 6, 2018, dari https://www.suaramerdeka.com/smcetak/ baca/83266/asian-games-minim-sosialisasi

158 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Williams, R. (2008, Agustus). www.theguardian.com. Diambil kembali dari Patriot games: China makes its point with greatest show: https://www.theguardian.com/sport/2008/aug/09/olympics2008. openingceremony

PENGISI GOOGLE FORM

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 159 Indonesia Membanggakan melalui Asian Games

Oleh: Muhammad Ayyub (Sulawesi Barat)

ai sobat semua, sudah siapkah kamu menyaksikan dan mendukung Hperjuangan para atlet Indonesia yang akan berlaga di Asian Games 2018? Ayo, pastinya kalian semua memberikan dukungan yang terbaik bagi atlet Indonesia di ajang bergengsi 4 tahun sekali ini.

Asian Games sejarahnya sendiri merupakan ajang olahraga di Asia kecil, Far Eastern Championship Games yang diadakan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga negara, yaitu Kerajaan Jepang, Kepulauan Filipina, dan Republik Tiongkok. Ajang ini pertama diadakan di Manila pada tahun 1913. Sampai saat ini, sebanyak 45 negara sudah bergabung dalam Asian Games. Hal ini semakin menunjukkan keeratan setiap negara yang ada di Asia dan diwujudkan melalui ajang ini.

Tapi, apakah sobat semua sudah tahu beberapa fakta menarik di balik pelaksanaan Asian Games 2018? Mari kita simak dulu beberapa fakta tersebut.

• Asian Games XVIII, 18.8.2018

Pelaksanaan Asian Games di Indonesia kali ini merupakan yang ke -18, dan akan dilaksakan pada tanggal 18 bulan 8 dan di tahun 2018. Angka 8 menjadi angka yang sering muncul dalam perhelatan akbar ini. Adapun arti angka 8 ini dalam Feng Shui dijuluki sebagai Bintang Kekayaan yang membawa keburuntungan special. Semoga saja ini pertanda baik Indonesia bisa menjadi juara umum, Aamiin.

160 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games • Indonesia sebagai tuan rumah yang kedua kali

Pelaksanaan Asian Games 2018 merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan di Indonesia. Pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah pada Asian Games IV sekitar 55 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 28 Agustus - 4 September tahun 1962. karena inilah, Indonesia membangun Stadion Gelora Bung Karno serta stasiun TVRI. Untuk perhelatan kedua ini, tidak hanya dilaksanakan di Jakarta saja, namun Asian Games 2018 ini diadakan juga di Palembang.

• Bhin Bhin, Atung, dan Kaka

Maskot Asian Games 2018 diambil dari nilai keberagaman dan kesatuan dengan energi berbeda. Bhin Bhin adalah seekor burung Cendrawasih (Paradisaea Apoda) yang merepresentasikan strategi. Bhin Bhin mengenakan rompi dengan motif Asmat dari Papua. Atung adalah seekor rusa Bawean (Hyelaphus Kuhlii) yang merepresentasikan kecepatan. Atung mengenakan sarung dengan motif tumpal dari Jakarta. Kaka adalah seekor badak bercula satu (Rhinoceros Sondaicus) yang merepresentasikan kekuatan. Kaka mengenakan pakaian tradisional dengan motif bunga khas Palembang.

• Makna Logo Asian Games 2018

Logo Asian Games 2018 berbentuk megahnya sketsa atas Stadion Utama Gelora Bung Karno dan matahari di bagian tengahnya. Matahari tersebut sebagai lambang sumber energi paling utama yang kemudian menyebar melalui delapan jalur keseluruh Asia melalui ajang Asiang Games.

Itulah beberapa fakta menarik dari Asian Games 2018 yang saya rangkum. Namun selain fakta menarik tersebut, saya sebagai mahasiswa Indonesia sangat bangga melihat Indonesia sebagai tuan rumah diperhelatan akbar se-Asia ini. Karena dalam perhelatan ini,

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 161 Indonesia akan mendapatkan manfaat positif meskipun membutuhkan dana serta perhatian besar dalam penyelenggaraan Asian Games 2018. Kondisi inilah yang menjadi hal penting dalam perhelatan, karena dapat dinikmati tidak hanya oleh pemerintah, atlet, pengusaha, namun semua pihak, termasuk masyarakat secara luas.

Dalam acara Presentasi Perkembangan Pelaksanaan Asian Games 2018 jelang akhir tahun 2017 di Jakarta, Senin (11/12), Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games (Inasgoc) Erick Thohir mengatakan, “Banyak negara maju berlomba menyelenggarakan karena ada tiga efek utama yang dikejar, yaitu dari sisi budaya, national branding, dan ekonomi”.

• Sisi Budaya atau Pariwisata

Dalam perhelatan akbar ini, Dimana dari sisi budaya akan menonjolkan budaya Indonesia, selain itu dampaknya adalah perubahan moral masyarakat sendiri, selain adanya pembangunan venue. Hal ini membuat, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar pada bidang budaya atau pariwisata. Karena, pada penyelenggraan ajang internasional ini dapat meningkatkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

“Penyelenggaraan ajang olahraga internasional Asian Games juga memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang berkontribusi terhadap pariwisata. Dampak langsungnya yakni peningkatan kunjungan wisman, berkembangnya infrastruktur, serta peningkatan ekonomi. Sementara, dampak tidak langsungnya yakni media value yang tinggi, nama Indonesia akan menjadi sorotan sekitar 200 negara yang menayangkan Asian Games 2018, ”kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dikutip dari laman facebook Kemenpar, Jakarta, Senin (14/5/2018).

“Media Value Asian Games begitu tinggi. Karena itu, pariwisata Indonesia akan semakin hits karena adanya penyelenggaraan perhelatan olahraga akbar ini” kata Arief Yahya.

162 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Selain itu, untuk memanfaatkan even besar ini, Kementerian Pariwisata juga menyiapkan paket wisata untuk menyambut perhelatan olahraga akbar yang satu ini. Paket ini bisa dipilih para atlet, official atau pun supporter yang datang dari berbagai negara. Pilihan paket wisata yang ditawarkan ada dua macam, yaitu Paket One Day Tour yang menawarkan paket melancong ke berbagai destinasi dalam satu hari dan Paket Overstay yang bisa menawarkan perjalanan ke destinasi pilihan.

• Sisi National Branding

Sebagai negara yang terpilih untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018, banyak hal yang sangat diperhatikan Indonesia untuk membuat nama Indonesia semakin bagus di mata dunia.

National Branding sudah sewajarnya sangat diperhatikan, mengingat Asian Games tidak hanya disiarkan di Indonesia dan seluruh negara Asia. Namun, disiarkan juga hingga beberapa negara Amerika Latin.

Sadar gelaran Asian Games akan dilihat banyak negara, Erick pun berharap Indonesia bisa menjadi tuan rumah yang baik. Artinya, baik dari masyarakat, atlet, panitia, hingga partisipan acara yang terlibat dalam Asian Games bisa menunjukkan sikap dan budaya yang baik.

“Asian games ini bukan hanya acara olahraga. Tetapi bagaimana kita mempromosikan Indonesia, makanan, budaya,” ujar Erick.

“Ini juga bisa menjadi warisan bagi masyarakat untuk memperlihatkan, kita tuan rumah yang baik, ingin memberikan service yang baik, tetapi kita juga angkat budaya yang bagus seperti budaya antri, tidak buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Saya rasa suksesnya Asian games berkat dukungan semua lapisan masyrakat dan pemerintah,” tambahnya.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 163 • Sisi Ekonomi

Berdasarkan perhitungan sementara Bappenas terhadap perhelatan multi event terbesar kedua setelah Olimpiade ini, dampak ekonomi dari pengeluaran pengunjung selama tinggal di Indonesia untuk Asian Games 2018 sebesar Rp3,6 triliun dengan komposisi 88% pengeluaran berasal dari penonton dan wisatawan, diikuti 4,67% pengeluaran oleh atlet, 3,96% pengeluaran awak media, 2,34% pengeluaran ofisial, dan 0,77% pengeluaran sukarelawan.

“Akomodasi diperkirakan menjadi komponen pengeluaran terbesar yang mencapai Rp1,3 triliun. Pengeluaran pengunjung diharapkan juga termasuk pembelian merchandise resmi Asian Games 2018,” ungkap Erick.

Salah satu upaya memberikan dampak ekonomi yang besar, Panitia Pelaksana Asian Games 2018 berkomitmen untuk memajukan produk dalam negeri melalui penyediaan merchandise resmi Asian Games 2018.

Ajang sebesar Asian Games merupakan sebuah kesempatan yang sangat baik dan sangat dikejar oleh negara-negara lain. Indonesia yang saat ini berlaga sebagai tuan rumah harus memanfaatkan dampak positif dari perhelatan akbar ini. Sebagai seorang mahasiswa saya sangat bangga menjadi masyarakat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games. Terbukti pemerintah sangat memperhatikan kegiatan ini selain mendukung secara penuh para atlet, pemerintah juga memperhatikan secara serius semua kalangan masyarakat terkhusus UMKM untuk meningkatkan perekonomian.

Jangan lupa dukung para atlet kita yah!!! Bangga Menjadi Tuan Rumah Asian games!!!

164 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Asian Games, Kemenangan Kedua ntuk Indonesia

Oleh: Fathul Khair Tabri (Sulawesi Selatan)

Gambar ini adalah Dokumen Pribadi

Ikatte ri turatea bau Adatta marioloa sayang E aule pakarenayya Pakarenayya la’biri ri pa’gaukang

Punna nia pa’gaukang bau Nia patempo tempoang sayang E aule sukku baji’na Sukku baji’na punna nia pakkarena

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 165 Deburan ombak Bira bersenandung, O Pakarena. Sahut menyahut gemuruh ombak bergulung ke pantai. Putihnya pasir pantai dan birunya laut seketika menghipnotis kita untuk enggan beranjak dari sini. Kumatikan lagu Pakarena dari handponeku, mataku memandang lurus laut yang luas. Kuhayati kembali lirik dari lagu tersebut, Kami orang atas (Orang Makassar) Memiliki adat sejak dulu, Pakarena. Pakarena yang anggun dalam setiap penampilan. Jika ada suatu pesta, alangkah eloknya jika ada tarian Pakarena.

Bira, Dokumen Pribadi

Pikiranku mengawan menanyakan pada diri sendiri, bagaimana bila seandainya bila pembukaan Asian Games menyuguhkan tarian Pakarena, Ah! Kebanggan tersendiri bagi kami masyarakat Sulawesi Selatan. Namun cukup dimengerti, obor dengan api abadi yang melintas di Bulukumba dan Makassar menjadi udara sejuk bagi kami. Sangat berarti, kabupaten Bulukumba dan kota Makassar terpilih menjadi salah satu dari 54 kota yang disinggahi oleh kirab kobaran obor Asian Games 2018.

166 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Obor Asian Games sendiri akan berkeliling di Indonesia melewati 18 provinsi, 54 kota dan 64 titik. Termasuk Bulukumba. Tak heran bila Bulukumba terpilih, sebab di antara sekian banyaknya destinasi di Sulawesi Selatan, Bulukumba menjadi destinasi yang mengagumkan. Keindahan laut dan pantainya sungguh sangat memesona. Terlebih dengan kapal-kapal legendaris yang terkenal di seluruh dunia yang berasal dari Sulawesi Selatan, kapal Phinisi. Banggalah kami dengan kirab obor Asian Games 2018 di daerah kami.

Pelaksanaan Asian Games di Kota Makassar akan berlangsung pada tanggal 28 Juli 2018, lepas obor tiba di Bandara International Sultan Hasanuddin Makassar, estafet obor langsung dibawa ke Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba. Obor akan bermalam semalam di Bira, dan akan dibawa ke Anjungan Pantai Losari kota Makassar melalui jalur laut. Kadispora kota Makassar telah menyiapkan tiga Phinisi yang akan mengantar rombongan Torch Relay dan dikawal dengan 45 kapal, jumlah kapal itu merupakan simbol dari jumlah negara peserta Asian Games. Setiap kapal akan dihias dan menampilkan bendera masing-masing negara.

Torch Relay Obor Asian Games sungguh adalah suguhan luar biasa sekaligus sangat membanggakan bagi Indonesia. Bukan hanya negara- negara Asia saja yang melihat betapa luas dan beragamnya Indonesia namun juga mata dunia akan tertuju pada titik-titik yang disinggahi oleh obor tersebut. Setali tiga uang, Torch Relay akan menjadi pemantik dalam meningkatkan destinasi di daerah Indonesia sehingga wisatawan mancanegara akan banyak berkunjung di negeri Ini. Sebut saja Bromo, Pantai Bira, Candi Prambanan hingga makam Presiden Soekarno menjadi rute dari obor tersebut.

Api Asian Games berasal dari India, negara pertama dalam penyelenggaraan Asian Games. Candi Prambanan menjadi saksi disatukannya api abadi dari India dan Indonesia, Api abadi yang berasal

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 167 dari Grobogan. Api Mrapen sendiri telah menjadi tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Karena dalam perhelatan akbar api ini sering digunakan dalam pembukaan kegiatan tersebut, tak hanya itu negara- negara di kawasan Asia Tenggara pun kerap memilih Api Mrapen sebagai ritual pembuka dalam kegiatannya atau pun dalam kegiatan keagamaan. Indonesia sekali lagi membuktikan pada dunia, bahwa untuk api abadi pun Indonesia memilikinya. Patutlah kita berbangga dengan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Tawa anak-anak menyadarkanku, hilir angin sepoi-sepoi meniup lembut rambutku ini. Laut selalu tenang, sekaligus amat misterius. Di dalamnya menyimpan sejuta rahasia, laut Bira. Teringat dengan cerita orang tuaku, saat itu usianya sangat muda, ketika Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah, tepatnya 56 tahun yang lalu. Indonesia masih sangat belia, namun mampu membuktikan kualitasnya. Tentu tidak dapat disandingkan saat ini, karena saat itu hanya ada satu stasiun yang meliput yaitu TVRI.

Walaupun begitu, untuk semangat tidak usah diragukan, pemuda-pemuda pada zaman itu mengekspresikan euforianya dengan berbagai cara, memasang umbul-umbul atau pun nonton bersama. Segala rasa suka cita dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak hingga tua, semuanya bahu membahu memberikan semangat kepada para atlet-atlet dan bangsa Indoensia. Meskipun Ujungpandang (Makassar) saat itu amat jauh dari atmosfir pembangunan dan semarak Asian Games, namun tetap rakyat Makassar dan Sulawesi Selatan menyambut baik ihwal ajang prestisius tersebut.

Sebelumnya, Pada 23 Mei 1958 menjadi saksi dimana Dewan Federasi Asian Games memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk mengadakan perhelatan akbar tersebut. Untuk pertama kalinya Indonesia mendapatkan kesempatan sebagai tuan rumah Asian Games ke-IV pada tahun 1962. Berbagai insfrastruktur dibangun demi

168 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games lancarnya kegiatan tersebut, seperti Hotel Indonesia, Gelora Bung Karno, dan Patung Selamat Datang di kota Jakarta. Tak tanggung-tanggung pembangunan tersebut hanya berlangsung selama empat tahun. Soekarno sebagai presiden pertama berhasil membuktikan bahwa Indonesia sangat siap dalam Asian Games.

Kesempatan kedua pun tiba, di usia Indonesia telah matang. Pembuktian bahwa Indonesia akan mengulang kembali masa emas dalam penyelenggaran Asian Games. 18-08-2018 tanggal yang begitu indah, dipilih menjadi waktu dibukanya ajang akbar tersebut. Seluruh elemen bahu-membahu menyukseskan kegiatan tersebut, Indonesia akan memulai perlombaan serentak di dua kota besar yaitu Jakarta dan Palembang. Tentu bukan hal yang mudah dibutuhkan sikap fokus, kerja keras dan sinergi dalam menyukseskannya.

Hal lainnya ialah pemilihan maskot yang sangat khas, melambangkan keanekaragaman satwa yang ada di Indoensia. Ketiga maskot tersebut adalah Bhin-bhin, Atung dan Kaka. Bhin-Bhin adalah hewan endemik dari tanah Papua, Cendrawasih. Hewan mahsyur ini telah menjadi primadona di antara hewan-hewan lainnya, karena keunikan dan keindahan dari bulunya. Dalam maskotnya Bhin-Bhin mengenakan rompi yang bermotifkan ukiran khas dari suku asmat. Postur yang menggemaskan ini mewakili dari lambang strategi.

Atung sendiri merupakan Rusa Bawean, salah satu hewan yang terancam punah di Indonesia dengan mengenakan batik Parang, Atung adalah simbol dari kecepatan. Dan yang terakhir adalah Kaka, hewan ini cukup menarik perhatian dengan postur yang besar di antara kedua maskot lainnya. Kaka merupakan Badak Bercula Satu dan juga hewan yang terancam punah, Kaka mengenakan songket Palembang yang memiliki makna kekuatan. Dan bila seluruh nama maskot disatukan, akan melambangkan semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 169 Indonesia akan menjadi tuan rumah, dengan harapan yang sangat besar negara ini mampu untuk mengulang kembali kesuksesannya. Seluruh masyarakat Indoensia sangat antusias dengan kegiatan akbar ini, semangat dan doa akan terus dipancarkan. Masyarakat di pelosok negeri hingga kota besar, akan terus bersemangat dalam menyukseskan Asian Games. Sebab kesuksesan Asian Games adalah kemenangan untuk seluruh rakyat Indoensia. Asian Games, Energy of Asia.

170 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Dari Sulawesi Tengah untuk Asian Games 2018

Oleh : Zulrafli Aditya (Sulawesi Tengah)

ecintaan masyarakat Indonesia akan olahraga tidak perlu Kdipertanyakan lagi. Pada setiap perhelatan kejuaraan olahraga, tak sedikit di antara mereka yang menaruh perhatian dan semangat yang amat menggelora. Meskipun Indonesia tidak ikut serta dalam kejuaraan tersebut. Kejuaraan sepakbola bertajuk Piala Dunia 2018 menjadi salah satu contoh nyata. Kejuaraan yang berlangsung di Rusia tersebut sangat meriah bahkan dicintai oleh sebagian besar lapisan masyarakat di berbagai daerah, meski negara tercinta belum berkesempatan untuk mengikuti kompetisi empat tahunan tersebut.

Piala Dunia bisa dikatakan menjadi ajang pemanasan emosi bagi masyarakat Indonesia sebelum menghadapi pagelaran olahraga bertaraf internasional yang akan diadakan di tanah air sendiri. Tinggal menghitung hari, ajang olahraga multievent Asian Games 2018 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018, di dua kota yang berbeda, yaitu Jakarta dan Palembang, serta beberapa wilayah pendukung seperti di Provinsi Banten dan Jawa Barat. Sekitar belasan ribu atlet dan ofisial yang berasal dari 45 negara di kawasan Asia akan ikut serta memperebutkan medali demi medali di berbagai cabang olahraga.

Lika liku perjalanan menyertai besarnya perjuangan Indonesia sehingga terpilih menjadi negara penyelenggara Asian Games 2018. Pada tahun 2012, Indonesia mengajukan kota Surabaya sebagai salah satu kandidat kota penyelenggara Asian Games edisi ke-18. Namun

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 171 sayangnya harapan Indonesia pupus setelah di luar dugaan kalah melawan Hanoi, ibukota Vietnam, pada proses pengundian (bidding) yang diselenggarakan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA) di Makau.

Dua tahun kemudian, Vietnam secara resmi menarik diri sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 diakibatkan kondisi keuangan Vietnam serta ketidaksiapan negara tersebut sebagai penyelenggara kegiatan. Kritikan dari berbagai pihak serta desakan dari masyarakat Vietnam turut menjadi faktor pendorong diambilnya keputusan tersebut. Tanggal 20 September 2014 menjadi momen yang sangat bersejarah dimana Dewan Olimpiade Asia (OCA) resmi mengesahkan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-18. Sontak rasa pilu dan kesedihan publik mulai berubah menjadi energi dan semangat baru. Setelah sekian lama, penantian masyarakat untuk mendukung secara langsung kontingen Indonesia pada perhelatan Asian Games akhirnya berbuah manis.

Gencarnya Promosi Kepada Masyarakat

Selaku tuan rumah Indonesia mulai menggenjot pembangunan di segala lini, mulai dari segi infrastruktur, sarana prasarana, kesiapan atlet, hingga promosi dan sosialisasi kepada masyarakat. Pergerakan kesiapan Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games 2018 dalam waktu demi waktu semakin menunjukkan perkembangan yang sangat positif. Tak terkecuali dalam segi promosi dan sosialisasi kepada masyarakat umum baik di wilayah perkotaan hingga di desa-desa. Pengenalan ajang Asian Games kepada masyarakat dilakukan secara masif dan bisa dikatakan tanpa henti. Pihak penyelenggara Asian Games rasanya tak ingin menyiakan waktu dan keadaan demi memperkenalkan pesta olahraga yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang tersebut.

Promosi dan sosialisasi Asian Games juga terus menggeliat di Provinsi Sulawesi Tengah. Sejumlah poster, spanduk, dan alat peraga promosi Asian Games menghiasi berbagai sudut kota dan desa. Bahkan

172 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games beberapa baliho berukuran medium yang mempromosikan atlet sepaktakraw putri kebanggaan Sulawesi Tengah bernama Bripda Akyko Micheel Kapito ikut terpasang di sejumlah titik keramaian Kota Palu. Akyko merupakan atlet dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang akan memperkuat tim nasional sepak takraw putri Indonesia.

Selain itu, Pemerintah Kota Palu juga turut memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Asian Games melalui sejumlah baliho yang terpasang di beberapa lokasi. Mulai dari kawasan Pasar Bambaru, Jalan Basuki Rahmat, hingga di kawasan Taman Bundaran Nasional Jalan Sultan Hasanuddin. Baliho bertuliskan “Sukseskan Asian Games Jakarta – Palembang” tersebut juga menampakkan beberapa sosok pejabat daerah, seperti Walikota Palu Drs Hidayat MSi, Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said, Kapolres Palu AKBP Mujianto, Kajari Palu Subeno SH MM, dan Dandim 1306/Donggala Letkol Kav I Made Maha Yudiksa SSos.

KIRI : Baliho berisikan dukungan dari TNI dan Polri yang didirikan di kawasan Taman GOR Palu

KANAN : Baliho dukungan dari Pemerintah Kota Palu di kawasan Jalan Basuki Rahmat Palu

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 173 Tidak hanya itu, baliho berukuran besar milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga tampak berdiri kokoh di berbagai sudut kota, contohnya di kawasan Taman GOR dan perempatan Jalan Veteran. Baliho tersebut menampilkan potret Kapolri, Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara yang berpegangan tangan sebagai simbol sinergitas dan kerjasama kedua institusi tersebut guna mengamankan dan menyukseskan pelaksanaan Asian Games. TNI dan Polri juga menggunakan fasilitas videotron yang terpasang di kawasan Jalan Wahid Hasyim untuk menampilkan video dukungan dari TNI dan Polri yang berdurasi lima menit. Sepanjang waktu dan setiap saat, video ini ditampilkan sembari mengiringi hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang melintasi jalan tersebut.

Selain melalui baliho dan spanduk, pemerintah juga melakukan langkah promosi lainnya melalui penyelenggaraan berbagai kompetisi olahraga skala nasional hingga internasional. Salah satunya melalui ajang Central Celebes Marathon (CCM) 2018 yang diselenggarakan di Kota Palu pada April 2018. Sekitar 5.000 peserta dari dalam maupun luar negeri turut serta dalam perlombaan tersebut. Perhelatan CCM 2018 bahkan menjadi salah satu agenda Road to Asian Games yang tentunya bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sekalipun tidak digelar di Palu, namun rupanya promosi yang dilakukan cukup efektif untuk meningkatkan antusiasme masyarakat guna menyukseskan Asian Games.

Masifnya pergerakan sosialisasi dan dukungan dari Kota Palu bisa dikatakan menuai hasil yang positif. Sebagian besar masyarakat sebelumnya sama sekali tidak tahu diadakannya Asian Games di Indonesia dalam waktu dekat. Namun berkat adanya sosialisasi melalui baliho, spanduk dukungan, hingga kompetisi olahraga di daerah, masyarakat kini mengetahui akan diselenggarakannya Asian Games.

174 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Bahkan tak sedikit diantara mereka yang mencari tahu lebih mendalam ajang tersebut melalui ponsel mereka. Mulai dari siapa saja atlet yang akan mewakili Indonesia, stasiun televisi yang akan menyiarkan berbagai pertandingan secara langsung, bahkan ada yang sampai memesan tiket pesawat menuju Jakarta agar tidak ketinggalan menyaksikan momen- momen bersejarah yang belum tentu terulang di masa depan. Semua dilakukan atas dasar kecintaan mereka terhadap penyelenggaraan Asian Games, dan bentuk dukungan penuh mereka bagi kontingen Indonesia.

Dari Sulawesi Tengah, Siap Harumkan Indonesia

Wajar jika masyarakat meluapkan rasa bangga dan gembira begitu mereka mengetahui Indonesia akan menjadi tuan rumah pesta olahraga terakbar di Asia. Baliho yang dipasang di berbagai sudut kota mampu menumbuhkan semangat dan kesadaran masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018. Terlebih, ini merupakan kali kedua Indonesia berkesempatan untuk menyelenggarakan Asian Games setelah tahun 1962. Penantian selama 58 tahun yang tentunya direngkuh melalui perjuangan yang keras dan tidak mudah. Apalagi masyarakat juga tahu akan ada beberapa atlet dari Sulawesi Tengah yang akan mewakili Indonesia di ajang empat tahunan tersebut.

Ya, beberapa atlet kebanggaan Sulawesi Tengah dipercayakan untuk memperkuat kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 mendatang. Mereka diantaranya berasal dari cabang olahraga sepak takraw dan panjat tebing. Ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sulawesi Tengah, mengingat mereka tidak hanya akan mengharumkan nama daerahnya, tetapi nama bangsa dan negara Indonesia.

Seperti yang dilansir oleh Antara Sulteng, dua atlet sepak takraw putri asal Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dipastikan akan berlaga di Asian Games untuk membela nama tuan rumah. Mereka adalah

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 175 Bripda Akyko Micheel Kapito dan Nur Isni Cykitha Sumito. Keduanya berhasil masuk dalam tim inti sepak takraw Indonesia setelah menjalani serangkaian tahapan dalam seleksi nasional (seleknas) yang berlangsung di GOR Icuk Sugiarto Sukabumi.

Baik Akyko maupun Nur Isni bukan merupakan nama baru di olahraga sepak takraw. Untuk skala internasional, kedua atlet tersebut khususnya Akyko telah banyak meraih prestasi membanggakan untuk Sulawesi Tengah. Wanita 23 tahun yang juga personel Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda Sulawesi Tengah tersebut diketahui pernah menyabet medali perunggu Asian Beach Games edisi 2012 di Haiyang, Tiongkok dan edisi 2014 di Phuket, Thailand. Bahkan pada ajang Test Event Road to Asian Games di Palembang 2017, ia berhasil membawa pulang 2 medali emas.

KIRI : Atlet sepak takraw putri, Bripda Akyko Micheel Kapito (Foto : tribratanewspoldasulteng.com)

KANAN : Atlet panjat tebing, Aspar Jaelolo (Foto : jogja. tribunnews.com)

Sementara itu, atlet panjat tebing kelahiran Kabupaten Donggala, Aspar Jaelolo, berhasil menembus tim inti cabang olahraga tersebut untuk berlaga di Asian Games 2018. Aspar bahkan diharapkan dapat meraih medali emas untuk Indonesia. Bukan tanpa dasar, harapan tersebut sangat realistis mengingat sepak terjang dan prestasi Aspar yang sangat gemilang di kancah internasional. Pada ajang Piala Dunia

176 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Panjat Tebing IFCS 2017 yang diselenggarakan di Wujiang, Aspar berhasil meraih medali perak sekaligus mengibarkan bendera merah putih di negeri tirai bambu.

Tampilnya sejumlah atlet kebanggaan Sulawesi Tengah menjadi angin segar bagi perkembangan olahraga di tingkat daerah. Hal ini menjadi bukti positif bahwa Sulawesi Tengah juga memiliki potensi berkualitas yang mampu mewakili Indonesia di kejuaraan internasional. Ini pun sekaligus menjadi momentum yang baik bagi Sulawesi Tengah untuk segera mengakhiri paceklik medali emas pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua, mengingat pada PON 2016 di Jawa Barat, kontingen Sulawesi Tengah gagal mempersembahkan satupun medali emas.

Publik tentunya berharap kepada kontingen Indonesia, khususnya atlet kebanggaan Sulawesi Tengah, agar bisa menggapai prestasi yang gemilang di ajang Asian Games 2018. Menjadi tuan rumah, berlaga di depan publik sendiri, disaksikan jutaan pasang mata, apalagi mengibarkan sang merah putih di puncak tertinggi, merupakan harapan besar yang disematkan di pundak para pejuang olahraga. Sudah saatnya kontingen Indonesia berjaya di tanah air sendiri. Asian Games menjadi momen yang sangat tepat untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih menjadi macan di benua Asia. Indonesia Jaya, Masyarakat Bangga!

Ditulis oleh Zulrafli Aditya, 20 tahun, Mahasiswa Semester IV Fakultas Hukum Universitas Tadulako

Lomba Writingthon Asian Games 2018 kategori Pelajar/ Mahasiswa

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 177 Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games Ke-18 Tahun 2018

Oleh: Darfianto (Maluku Utara)

sian Games adalah salah satu event Olahraga terbesar kedua Asetelah Olimpiade. Asian Games hampir sama dengan Sea Games hanya saja berbeda, Sea Games adalah perhelatan olahraga yang diselenggarakan 2 Tahun sekali meliputi kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan beberapa negara lainnya yang tergabung dengan kawasan Asia Tenggara sedangkan Asian Games adalah perhelatan olahraga yang diselenggarakan 4 Tahun sekali meliputi seluruh Kawasan Benua Asia entah itu Asia Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Barat.

Menurut Wikipedia sejarah Asian Games merupakan ajang olahraga di Asia Kecil dengan nama Far Eastern Championship Games yang diadakan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga Negara yaitu Kerajaan Jepang, Kepulauan Filipina dan Republik Tiongkok. Far Eastern Championship Games pertama diadakan di Manila pada tahun 1913. Akan tetapi pada tahun 1938 Far Eastern Championship Games dihentikan karena Jepang menyerbu Tiongkok dan aneksasi terhadap Filipina yang menjadi pemicu perluasan Perang Dunia II ke wilayah Pasifik.

Setelah Perang Dunia II, pada saat Olimpiade di London Agustus 1948 Guru Dutt Sondhi dari perwakilan India mengusulkan kepada para pemimpin kontingen dari negara-negara Asia untuk mengadakan Asian

178 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Games. Pada Februari 1949 seluruh perwakilan membentuk Federasi Atletik Asia dengan menggunakan nama Federasi Asian Games ( Asian Games Federation ) dan menyepakati untuk mengadakan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi, Ibukota India maka Asian Games akan diselenggarakan 4 tahun sekali sesuai dengan kesepakatan bersama.

Pada saat pemilihan tuan rumah Asian Games ke IV yang dilaksanakan di Tokyo, Jepang pada 23 Mei 1958 Dewan Federasi Asian Games memberikan dukungan terhadap ibukota Indonesia atas , yang merupakan salah satu kandidat lainnya dan akhirnya Indonesia menjadi Tuan Rumah Asian Games ke-4 pada tahun 1962 yang diselenggarakan di Jakarta, Indonesia dari tanggal 24 Agustus 1962 sampai 4 September 1962. Sebanyak 1.460 atlet dari 17 negara yang berpartisipasi untuk memperebutkan medali pada 15 cabang olahraga termasuk badminton yang merupakan cabang olahraga yang dipertandingkan pertama kali di ajang Asian Games. Asian Games IV yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1962 tersebut ada beberapa negara yang tidak berpartisipasi diantaranya Israel dan Taiwan dikarenakan mengalah pada tekanan negara-negara Arab dan Republik Rakyat Tiongkok yang akhirnya membuat Indonesia menolak mengeluarkan visa bagi delegasi Israel dan Taiwan padahal Indonesia sudah berjanji akan mengundang semua anggota Federasi termasuk meraka yang tidak memiliki hubungan diplomatik seperti Israel, Republik Tiongkok dan Korea Selatan.

Akhirnya setelah 50 tahun lebih lamanya Indonesia kembali terpilih sebagai Tuan Rumah Asian Games XVIII yang akan diselenggarakan Jakarta-Palembang pada 18 Agustus 2018 sampai dengan 2 September 2018. Sebelum Asian Games yang ke-17 diselenggarakan di Incheon, Korea Selatan pada 19 September-4 Oktober tahun 2014. Hanoi, Vietnam telah ditetapkan sebagai tuan rumah Asian Games XVIII pada 8 November 2018 mengalahkan Surabaya, Indonesia dan Dubai, Uni

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 179 Emirat Arab. Namun pada 2014 sebelum pelaksanaan Asian Games yang ke-17 Hanoi, Vietnam mengundurkan diri sebagai tuan rumah Asian Games yang ke-18 dikarenakan kekhawatiran mengenai kemampuan Vietnam untuk menjadi tuan rumah. Akhirnya, pada tanggal 25 Juli 2014, Hanoi mengundurkan diri sebagai Asian Games XVIII dan OCA menunjuk Jakarta dan Palembang sebagai tuan rumah Asian Games XVII.

Asian Games 2018 kali ini ada beberapa cabang olahraga baru yang akan dipertandingan nantinya seperti Bridge, Basket 3x3, Jetski, Ju- jitsu, Pencak Silat, Sambo, Kurash, Paralayang / Paragliding, Panjat Tebing dan Roller Sports ( Inline Speed Skating dan Skateboarding ). Ada sekitar 15.000 orang atlet yang bertanding dengan 40 cabang olahraga diikuti seluruh Dewan Olimpiade Asia yang berjumlah 45 Negara.

Setelah terpilih sebagai tuan rumah Asian Games XVIII pemerintah berupa membangun infrastruktur untuk memberikan kesan yang terbaik bagi atlet, Perwakilan Delegasi, Masyarakat, Warga Negara Asing yang merupakan penonton dan seluruh elemen yang terkait. Upaya sebelum pelaksanaan Asian Games, yang dilakukan pemerintah dari 2014 sampai 2018 sudah berjalan hingga mencapai 100%. Betapa bangganya kita sebagai tuan rumah dalam acara bergengsi dan besar ini, tentunya tidak hanya pemerintah saja yang turun dalam dukung bersama untuk sukseskan Asian Games yang ke-18 Jakarta-Palembang Tahun 2018 tetapi masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke agar kita turut berpartisipasi seperti mempromosikan Asian Games yang ke-18 ini, mempromosikan tempat wisata, memberikan pemahaman tentang Asian Games, menjadikan sosial media sebagai media promosi, melakukan kegiatan bertema Asian Games hingga menjadi tuan rumah yang sopan dan ramah pada saat pelaksaan mendatang lainnya.

180 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Masyarakat di Provinsi Maluku Utara juga begitu mendukung demi suksesnya Asian Games yang ke-18 ini, meskipun tidak ada kegiatan yang berhubungan dengan Asian Games yang terlaksana di Maluku Utara. Tetapi semangat kami untuk mendukung Indonesia dalam Asian Games begitu antusias. Adapun sesuatu yang diharapkan seperti pawai obor yang tidak melintasi salah satu Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara tidak tercapai tetapi tidak menggoyang semangat untuk mendukung Indonesia dan suksesnya acara Asian Games yang ke-18 di Jakarta-Palembang nantinya karena kita tau makna pawai obor Asian Games ini adalah sebagai pesan bahwa Asian Games 2018 bergema di seluruh wilayah Indonesia, jangan hanya masyarakat di Palembang ataupun Jakarta saja ( Kutipan dari Erick Thohir selaku Ketua Umum Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee – Inasgoc ).

Dengan penuh kebanggaan kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik mari kita membantu untuk sukseskan acara olahraga terbesar di Asia ini yaitu Asian Games agar berjalan dengan baik sehingga kita bisa memberikan sebuah kesan berharga kepada seluruh lapisan elemen yang turut berpartisipasi dalam Asian Games 2018. Mari kita berikan pelayanan yang baik, sopan, santun dan ramah agar disuatu saat mereka kembali lagi atau menjadi cerita ke depannya setelah kembali dari Indonesia selepas terselenggaranya Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang nantinya.

Tetap selalu mempromosikan pariwisata di daerah masing-masing seperti instruksi Kementrian Pariwisata yang bergandengan dengan Kementrian Pemuda dan Olahraga dalam acara Asian Games yang ke-18 di Jakarta-Palembang Tahun 2018.

Saya juga atas nama pribadi merasa begitu bangga setelah sekian lamanya Indonesia kini kembali menjadi tuan rumah Asian Games XVIII tahun 2018 ini. Kami berharap kegiatan Asian Games 2018 dapat berjalan dengan sukses karena kami Provinsi Maluku Utara akan selalu

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 181 mendukung penuh demi suksesnya acara Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang Nantinya.

Indonesia Bisa, Indonesia Emas, Indonesia Juara

Ayo Timnas Indonesia mari kita raih prestasi yang gemilang

Di Asian Games 18th Jakarta – Palembang Tahun 2018

18 Agustus 2018 – 2 September 2018

Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Olahraga_Asia

https://id.wikipedia.org/wiki/Asian_Games_1962

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Olahraga_Asia_2018

https://bola.kompas.com/read/2018/07/13/06000058/pesan- yang-terkandung-dalam-pawai-obor- asian-games-2018

182 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Gemakan Raungan Asian Games 2018, Karena Asian Games 2018 Adalah Kita

Oleh: Johanes Marcelino Matmey (Maluku)

ntuk kedua kalinya, Indonesia menjadi tuan rumah dalam pesta Uolahraga terbesar se-Asia, sekaligus merupakan pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade, yaitu Asian Games, dimana hal serupa pun pernah terjadi untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1962. Ajang olahraga empat tahunan tersebut merupakan suatu kompetisi bergengsi untuk menunjukka kualitas atlet-atlet dari masing- masing negara peserta di Asia.

Indonesia kembali patut berbangga, karena didapuk sebagai tuan rumah Asian Games 2018, yang lebih tepatnya akan dilaksanakan di Palembang dan Jakarta. Sebagai tuan rumah, Indonesia pun harus siap, baik secara infrastruktur maupun secara protokoler terkait dengan diadakannya pesta olahraga tersebut. Kesiapan Indonesia bukan hanya ditunjukkan dari seberapa siapnya bangunan, seberapa siapnya jalur-jalur media, melainkan pula ditunjukkan lewat seberapa siapnya mentalitas bangsa Indonesia untuk menerima kompetisi dan menghargai kompetisi yang akan berjalan.

Asian Games 2018 nantinya harus menjadi suatu wadah di mana Indonesia menunjukka kepada dunia bagaimana kualitas bangsa Indonesia dalam mempersiapkan segala sesuatunya, serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sebagai negara di Asia Tenggara bukan hanya unggul dalam sumber daya alamnya saja, melainkan juga unggul

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 183 dalam berbagai bidang, termasuk sumber daya manusianya. Asian Games 2018 menyadarkan mata dunia bahwa Indonesia sebagai negara yang tidak seharusnya dianggap dan dipandang sepele. Pembuktian dari Indonesia yang tidak dapat dianggap sepele itu dapat dilihat dari kegiatan Sea Games 2011 sebagai komparasi, bahwasannya Indonesia sangat sukses besar dengan kegiatan tersebut, ditambah lagi dengan Indonesia menjadi juara umum dalam ajang olahraga tersebut.

Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang bukan hanya menjadi suatu ajang untuk memamerkan teknologi canggih, bangunan megah, dan kesiapan serta kesigapan bangsa, melainkan juga menjadi ajang untuk membangun solidaritas antar negara, antar atlet, maupun memupuk persaudara untuk membangun hubungan persahabatan sekaligus menjalin diplomasi yang baik antar negara. Tagline Bangga Menjadi Tuan Rumah Asian Games 2018 seharusnya bukan hanya dirasakan di Jakarta dan Sumatra Selatan saja, melainkan juga harus melekat pada ke-34 propinsi yang ada di Indonesia. Mengapa? Karena, Asian Games 2018 bukan hanya tentang Jakarta dan Sumatra Selatan saja, melainkan juga Indonesia, sehingga patut berbanggalah Indonesia dengan ke-34 propinsi didalamnya yang ditunjuk sebagai tuan rumah.

Asian Games 2018 di Indonesia pun dapat dijadikan sebagai ajang promosi budaya dan pariwisata Indonesia. Jakarta dan Sumatra Selatan merupakan mahakarya kecil Tuhan dari begitu luasnya keberagaman di Indonesia. Jakarta bukan hanya dikenal sebagai sebuah kota padat dan metropolitan di Indonesia, melainkan juga sebagai lokasi dimana bertumbuhnya diversitas dari berbagai macam suku, kelompok, agama, pun ras. Begitu pula dengan Sumatra Selatan, sebagai propinsi di mana Palembang terletak didalamnya, sangat terkenal akan wisata kulinernya. Sehingga, secara tidak langsung, mengundang semua turis dari berbagai negara untuk melihat berbagai macam keberagaman yang ada di di

184 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Jakarta dan Sumatra Selatan, pun juga di seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Lewat event berharga ini, membuat banyak orang yang tidak mengenal bangsa Indonesia menjadi lebih mengenal bangsa Indonesia lagi, bukan hanya sebagai negara berkembang saja yang ada di Asia Tenggara, melainkan juga sebagai negara yang elok, negara yang ramah, dan juga sebagai negara yang sangat sub-kulturatif.

Asian Games 2018 nantinya mencirikhaskan solidaritas bangsa Indonesia lewat budaya toleransi. Hal ini ditunjukkan bahwasannya Indonesia merupakan salah satu negara besar di dunia yang sangat beragam dan saling menghargai antarsesama. Reputasi bangsa Indonesia sebagai negara beragam, sudah sangat melekat sejak bertahun-tahun silam lewat budaya menghargai, budaya hidup rukun, budaya saling bahu-membahu dan budaya saling menolong. Dengan budaya tersebut, mari tunjukkan kepada dunia lewat Asian Games 2018 ini, bahwa apa yang menjadi cibiran media massa terkait hidup intoleransi di Indonesia, itu semua hanyalah omong kosong belaka. Jadikan definisi bangga menjadi tuan rumah Asian Games 2018 bukan hanya sebagai sebuah identitas kelompok-kelompok tertentu saja, melainkan sebagai identitas dan jati diri bangsa Indonesia seutuhnya.

Asian Games 2018 selanjutnya diposisikan oleh Indonesia pun sebagai ajang sportifitas dan ajang kompetisi yang sehat. Jiwa kompetitif bangsa Indonesia sudah bukan menjadi omongan tanpa bukti lagi, melainkan sebagai sebuah omongan dengan fakta yang luar biasa banyak dengan berbagai macam ukiran prestasi didalamnya. Kalah menang seharusnya bukan menjadi persoalan bagi kita pada saatnya nanti, melainkan ketika kita bisa memberikan yang terbaik sebagai tuan rumah, itulah jiwa kebanggan dan identitas, serta jati diri bangsa Indonesia yang sebenarnya. Ajang empat tahunan sekali ini pun menjadi sebuah batu loncatan bagi bangsa Indonesia untuk sekali lagi menunjukka kepada dunia, bahwa Indonesia bukan negara yang bisa diunderestimatebelaka,

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 185 melainkan sebagai negara yang punya jiwa kesiapan dan kesigapan yang matang. Para atlet kita dipersiapkan untuk memiliki mental layaknya baja dan juara. Dalam kondisi apapun, Indonesia harus siap dan tangkas, serta menjunjung tinggi sportifitas bangsa. Jangan kita mau dikalahkan oleh mereka yang selalu memandang rendah dan menganggap kita tidak mampu. Karena pada dasarnya, mereka yang bilang kita tidak mampulah yang sebenarnya tidak mampu.

Asian Games 2018 jangan hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk pembuktian kepada banyak bangsa saja, melainkan juga sebagai batu loncatan untuk menuju pembangunan berkelanjutan kedepannya. Lewat berbagai macam perubahan yang terjadi menjelang Asian Games 2018, Indonesia sangat berbenah diri, baik dari segi mental para atlet, para media, pun pihak pemerintah. Asian Games 2018 menjadi ajang yang bersifat futuristik, dimana cita-cita bangsa tergambar secara jelas dan nyata didalamnya. Sebagai suatu momen bersejarah bagi bangsa Indonesia, pesta olahrga ini menjadi suatu gambaran bagaimana Indonesia di masa sekarang untuk Indonesia yang akan datang.

Asian Games 2018 menjadi sebuah gambaran bagi masyarakat Indonesia untuk lebih berprestasi lagi kedepannya dalam berbagai bidang. Kita tidak dapat berbuat yang lebih besar untuk Indonesia, kita hanya bisa memberikan seluruh hidup kita kepada tanah air kita tercinta lewat prestasi yang membanggakan, sehingga bukan hanya pribadi maupun keluarga kita yang bangga, melainkan Indonesia pun turut bangga dengan hadirnya kita.

Asian Games 2018 bukan hanya tentang Jakarta dan Palembang saja, tetapi Asian Games 2018 adalah tentang Indonesia, tentang Indonesia yang terdiri atas 34 propinsi, serta rumah bagi berbagai macam etnis, suku, bangsa, agama, bahasa dan budaya. Asian Games 2018 jangan hanya dikenal sebagai ajang olahraga saja, melainkan juga harus dikenal sebagai ajang untuk bangsa Indonesia membangun relasi

186 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games yang lebih baik dan lebih akrab lagi dengan negara-negara disekitar Asia Tenggara. Jangan jadikan Asian Games 2018 sebagai rumah politik, melainkan jadikan Asian Games 2018 di Indonesia sebagai rumah bagi terciptanya kerukunan, keteguhan dan kedamaian yang nantinya dapat diceritakan kepada dunia.

Asian Games 2018 : Energy of Asia dimulai dari Indonesia untuk dunia. Energi yang sesungguhnya akan dimulai pada saatnya. Energi yang kuat membuktikan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang kokoh. Energi yang terpancar hadir bukan sebagai suatu omong kosong belaka, tetapi energi itu hadir untuk merubah stigma banyak orang di luar sana yang tidak mengenal bangsa Indonesia. Energi tersebut hadir karena Indonesia sebagai pancaran identitas Asia yang sebenarnya. Mari, buat semua orang yang sering memandang sebelah mata Asia, untuk melihat bagaimana Asia yang sebenarnya lewat bangsa Indonesia. Asian Games 2018 bukan tentang saya, kamu, ataupun mereka, tapi Asian Games 2018 adalah tentang kita, kita yang mau maju, kita yang punya reputasi dan kita yang bangga menjadi tuan rumah.

Junjung tinggi sportifitas, kalahkan rasa takutmu, bangga menjadi yang terbaik di negara sendiri. Jadikan omongan mereka yang sering merendahkanmu sebagai batu loncatan untuk keberhasilanmu pada saatnya. Dan jangan pernah meremehkan orang lain. Tetapi jadilah pribadi, jadilah atlet yang mau untuk merendahkan diri, karena jiwa pemenang yang sebenarnya ialah mereka yang mau untuk menjadi rendah dihadapan orang lain, karena pada saatnya nanti mereka akan ditinggikan.

INDONESIA TUAN RUMAH ASIAN GAMES 2018

“Energy of Asia”

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 187 Aku Bangga Indonesiaku

Oleh: Anita I. Atiameru (Papua Barat)

enjadi Tuan rumah untuk Asean Games 2018, tentulah suatu Mkebangaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, bagaimana tidak? Setelah sekian lama Indonesia kembali menjadi tuan rumah untuk Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Sebelumnya, pada tahun 1962 (ASIAN GAMES ke-4) Indonesia pernah menjadi tuan rumah, tepatnya di Jakarta. Indonesia pada saat itu memenangkan 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu dan menjadi “runner up” dalam Asian Games ke-4. Sekarang adalah kali kedua Indonesia dipercayakan menjadi tuan rumah bagi Asia Games 2018. Indonesia disetujui menjadi tuan rumah Asian Games XVIII oleh Dewan Eksekutif Dewan Olimpiade Asia pada 19 September 2014. Dan hal tersebut dapat terwujud untuk menjadi tuan rumah pada 18 Agustus-2 September 2018 nanti dengan mempertandikan atlet-atlet yang luar biasa yang berasal dari berbagai negara di Asian.

Asian Games merupakan sebuah pesta olahraga terbesar kedua di dunia, yang diikuti oleh seluruh negara-negara yang berada dalam lingkup Asian. Tidak seperti Asian Games ke-4 pada tahun 1962 yang dilaksanakan hanya di satu tempat di Indonesia yakni di Jakarta, Asian Games tahun 2018 akan diselenggarakan di dua tempat yang berbeda yakni di Jakarta dan di Palembang. Dan bagi saya itu merupakan nilai plus tersendiri karena Indonesia akan memperkenalkan secara langsung satu lagi kota di Indonesia, yaitu kota Palembang yang akan menjadi tepat terselenggaranya Asian Games 2018, dan nantinya mungkin dapat menjadi destinasi wisata yang baru yang akan dikunjungi dan dikenal

188 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games oleh masyarakat Indonesia sendiri yang mungkin belum pernah singgah ke kota Palembang, maupun turis mancanegara yang ingin berkunjung.

Asian Games 2018 ini mengusung tema “Energy of Asia” dan mempunyai 3 maskot untuk Asian Games tahun ini, yaitu Burung Cendrawasih yang disebut (Bhin Bhin), Rusa Bawean yang disebut (Atung), serta Badak Bercula Satu yang disebut (Kaka) yang akan meramaikan dan menjadi semangat untuk Asian Games ke-18 bagi para atlet yang akan bertanding maupun para pendukung Asian Games di Indonesia tahun ini.

Seperti yang kita tahu, bahwa negara kita, negara Indonesia memiliki potensi dalam segi geografis. Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya Indonesia untuk menyelenggarakan acara bergengsi ini untuk menjadi tuan rumah pada Asian Games 2018 yang ke-18.

Dipercayakannya negara Indonesia menjadi tuan rumah untuk Asean Games 2018 tentunya membuat seluruh rakyat merasa bangga akan hal itu. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi para masyarakat Indonesia juga ikut mendukung hal tersebut. Mengapa? Karena selain Indonesia dipercayakan untuk menjadi tempat terselenggaranya Asian Games, Indonesia tentu akan dikenal lebih lagi bukan hanya oleh para atlet yang akan datang bertanding, ataupun wisatawan yang sering melancong ke Indonesia, tetapi juga oleh para pendukung yang mungkin baru pertama kali berkunjung ke Indonesia untuk melihat bakat-bakat ataupun talenta-talenta yang luar biasa yang akan ditampilkan oleh atlet pada ajang Asian Games 2018. Melalui Asian Games 2018, Indonesia akan semakin dikenal oleh dunia bukan hanya melalui pesona alam Indonesia yang dapat memanjakan mata, ataupun budaya Indonesia yang beraneka ragam, serta suku bangsa, ras, dan agama yang berbeda. Tapi Indonesia juga mempunyai SDM (sumber daya manusia) yang sangat bertalenta yang akan ditampilkan melalui Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang nanti.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 189 Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya kita harus bangga. Saya sebagai seorang mahasiwa, saya merasa sangat bangga dan saya sangat mendukung Asian Games 2018 dimana Indonesia yang menjadi tuan rumah untuk Asian Games tahun ini. Menurut saya, dipercayakannya Indonesia untuk menjadi tuan rumah pada Asian Games tahun merupakan suatu kehormatan bagi bangsa Indonesia, dan sudah saatnya Indonesia harus menunjukkan yang terbaik dan Indonesia juga harus lebih dikenal lagi di mata dunia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyukseskan Asian Games 2018 ini mulai dari menyiapkan infrastruktur, sarana, dan prasarana (seperti lapangan, alat-alat, tempat tinggal para atlet serta property lainnya) yang akan digunakan dalam acara Asian Games ke-18 yang harus dalam kondisi baik dan berkualitas. Tidak dipungkiri bahwa dalam menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk persiapan Asian Games 2018 dengan Indonesia sebagai tuan rumah, tentunya masih ada kekurangan disana-sini yang harus diperbaiki maupun kendala-kendala lain yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia baik itu yang eksternal maupun internal. Untuk itulah pemerintah Indonesia terus bekerja sama untuk bisa memberikan yang terbaik demi suksesnya Asian Games 2018.

Bukan hanya persiapan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia saja. Para atlet Indonesia juga turut mempersiapkan diri mereka. Ada diantara mereka yang tentu saja sudah sejak lama (berhari-hari, berbulan- bulan bahkan mungkin ada yang sampai setahun atau setahun lebih) lamanya untuk mempersiapkan diri, mempersiapkan segala sesuatunya dengan cara melatih talenta yang mereka miliki sesuai dengan bidang yang akan mereka tampilkan pada Asian Games ke-18, mulai dari pada fisik, mental, bahkan mungkin spiritual untuk memberikan hasil yang terbaik bagi bangsa Indonesia dalam Asian Games 2018.

Atlet Indonesia maupun altet-atlet dari negara lain se-Asia juga akan bersama-sama menampilkan segala yang terbaik yang sudah

190 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games mereka siapkan untuk membawa harum nama negara mereka masing- masing dalam Asian Games 2018. Tak kalah juga dengan para pendukung dari masing-masing negara yang akan datang dari berbagai negara dengan ciri khas yang telah mereka siapkan untuk mendukung dan melihat talenta-talenta yang luar biasa yang ditampilkan oleh atlet-atlet dari dunia. Tidak hanya itu, saya juga yakin bahwa masyarakat Indonesia juga akan bersama-sama mendukung serta menyukseskan Asian Games 2018 ini dengan cara yang baik bersama-sama dengan pendukung Asian Games dari negara lain.

Tidak hanya pemerintah dan atlet yang turut mempersiapkan acara Asian Games di Indonesia. Para wasit juga ikut mengambil bagian dalam cabang olahraga yang dipertandingkan pada Asian Games ke-18 nanti. Para relawan, serta seluruh panitia, serta pihak-pihak yang terbentuk juga turut membantu untuk menyukseskan acara Asian Games ke-18 dengan memberikan yang terbaik. TNI dan POLRI sebagai keamanan negara Indonesia juga turut membantu untuk mengawal jalannya Asian Games ke-18 dengan aman. Para media dari Indonesia maupun dari negara lain juga tentunya akan turut mengambil bagian untuk meramaikan acara Asian Games ke-18, ini dengan meliput jalannya acara bergengsi Asian Games yang ke-18 ini, yang tentunya akan disiarkan ke seluruh Asia.

Untuk itu, mari kita bersama-sama mendukung Asian Games 2018, bersama-sama dengan atlet-atlet kita dari Indonesia maupun atlet dari seluruh Asian, yang sudah menyiapkan diri mereka untuk menampilkan yang tebaik dalam Asian Games ke-18, dengan menjadi pendukung yang baik, yang memberikan semangat dan kepercayaan diri kepada atlet- atlet kita yang akan tampil dan juga menjadi pendukung yang sportif, jujur agar Asian Games ke-18 di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan dapat menjadi kebanggaan bagi Indonesia.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 191 Aku Bangga Indonesia sebagai Tuan Rumah Asian Games

Oleh: Natalia Tabuni (Papua)

sian Games merupakan salah satu pesta olahraga terbesar negara- Anegara Se-Asia. Asian Games pertama kali didirikan pada tahun 1951 di Delhi,India. Asian Games pertama ini hanya berlangsung selama 8 hari yang mempertandingkan 12 cabang olahraga diikuti oleh 11 negara dan melibatkan 489 atlet. Saat ini Asian Games merupakan event olahraga multicabang terbesar nomor dua setelah Olimpiade (musim panas), jika dilihat dari jumlah negara anggota dan atlet yang ikut ambil bagian dalam suatu event penyelenggaraan Asian Games.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi bangsa indonesia karena menjadi tuan rumah Asian Games di tahun ini. Perhelatan akbar Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang akan diselenggarakan mulai 18 Agustus 2018. Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games banyak persiapan yang pastinya sudah di siapkan sejauh ini seperti infrastruktur, lapangan dan juga kesiapan dari atlet-atlet yang nantinya akan bertanding, Asian Games atau pesta olahraga se-Asian dimana Indonesia sebagai tuan rumahnya, ini merupakan suatu moment yang paling baik dan berharga buat masyarakat indonesia dimana muda-mudi berbakat, berpotensi, berkemampuan tinggi lainnya akan di ikut sertakan untuk ambil bagian dalam berbagai cabang olahraga yang telah di tentukan oleh penyelenggara. Tentunya dengan harapan bahwa mereka akan mengaharumkan nama Indonesia dengan segala kemampuan yang mereka punya, sebagai anak bangsa, hal ini patut untuk di banggakan dan diberi apresiasi. Asian Games 2018 akan memberikan legacy. Sebut saja dari sisi

192 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games ekonomi, dampak sosial dan pengetahuan dari negara maju di Asia bahkan dunia. Ajang empat tahunan tersebut diharapkan akan memberikan manfaat yang besar kepada bangsa Indonesia,Salah satu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat adalah dampak langsung ekonomi dari berbagai sector antara lain, “Mendapatkan Rp 3,6 Triliun dari Penonton Asian Games, Pembangunan Infrastruktur Asian Games, Menarik Minat Investor, Menciptakan Lapangan Kerja”. Asian Games adalah gelaran bertaraf internasional yang sangat bergengsi. Ketikaevent olahraga ini berlangsung, mata investor di seluruh dunia akan menyorot Indonesia. Jika kesempatan ini bisa dimanfaatkan Indonesia dengan memamerkan potensi yang ada, bukan mustahil Asian Games menjadi pintu bagi masuknya investasi asing di kemudian hari. Asian Games menjadi ajang unjuk gigi Indonesia kepada dunia karena ekspektasi investor asing terhadap Asian Games sangat tinggi.

Dengan adanya Asian Games ini saya sebagai anak bangsa berharap agar Bangsa Indonesia selalu dapat menjaga hubungan antar negara-negara Asian lainnya dalam dunia politik,ekonomi dan lainnya sehingga dapat terjalin erat serta selalu ada persaingan yang sehat dan positif. Ajang empat tahunan ini harus di cermati dengan amat sangat baik oleh setiap orang tua di tanah air ini agar menjadi bekal buat anak-anaknya di esok hari sehingga para orangtua kita dapat mengajar mendidik serta menjaga anak-anak generasi dengan baik dalam hal ini menjaga agar tidak terobsesi dengan hal-hal negatif di dunia maya antara lain seperti yang sudah kita ketahui bersama (tiktok, whatsapp, facebook, youtube, Game Online, twitter, Path, instagram dan masih banyak hal negatif lainnya d luar sana yang akan melumpuhkan otak atau pikiran generasi penerus kita), melainkan mereka di bentuk dan di ajar untuk melakukan hal_hal positif unutk sukses. Di ajang empat tahunan pesta olahraga ini, Indonesia memiliki banyak sekali anak-anak berbakat dari Sabang sampai Merauke, dan tak lupa Sapaan Hangatpun datang Dari Bumi CENDERAWASIH Pulau kecil di

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 193 ujung Timur,pulau yang selalu memancarkan cahayanya tanpa mengenal lelah, kepada mereka yang mewakili Pulau kami “yang berkulit Hitam “. Namun Indah di pandang,dan kepada mereka yang berambut keriting namun selalu unik dengan mahkota yang indah di atas kepalanya, “Selamat mengikuti Pesta Olahraga Se-Asian (ASIAN GAMES Agustus 2018, Jakarta-Palembang ), Ciptakan Setiap Permainan cantikmu di setiap cabang Olahraga yang kau pilih.”

“HITAM BUKAN KELAM,KERITING BUKAN RUSAK,TAPI HITAM DAN KERITING ADALAH MARTABATKU” (Mansar Hugo W).

194 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games TENTANG PENULIS

Muhammad Haikal Razi atau yang akrab disapa Haikal, lahir di Banda Aceh pada tanggal 14 April 1999. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa semester III pada Prodi Teknik Geofisika, Fakutas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Selain kuliah, ia juga aktif di berbagai organisasi di bidang sosial, lingkungan, dan kebencanaan. Di usianya yang telah menginjak 19 tahun, ia telah beberapa kali mendapat penghargaan tingkat internasional, seperti: Honorary Youth Ambassador of New Zealand, Youth Ambassador for “World Tsunami Awareness Day”, serta pernah menjadi Delegasi Indonesia pada High School Students Summit di Kuroshio, Jepang.

Ghea Charya Padanta Ginting Akrab dipanggil ‘Ghea’, gadis kelahiran Jakarta, 31 Desember 1997 ini senang menulis sejak masih duduk di sekolah dasar. Meski jarang mengirimkan tulisannya kepada media, buah pikirannya telah menghantarkannya kepada beberapa event, baik dalam, maupun luar negeri. Sebagai perwakilan Sumatra Utara yang berasal dari Pematangsiantar, kini Ghea sedang menempuh pendidikan sarjana fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Hobinya menulis, menggambar, dan bernyanyi. Mungkin juga sedikit bermalas-malasan dan bermain. Pesan darinya untuk setiap waktu: stay positive thinking dan jangan lupa bahagia!

Vira Nadia, (masih) berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas negeri di Sumatra Barat, hingga saat tulisan ini diterbitkan. Menerima beasiswa jurnalistik Wiztian Yoetri tahun 2017. Dan belum ada prestasi

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 195 lainnya. Hingga saat ini masih dan akan terus belajar menulis. Aktif menulis berbagai macam hal, mulai dari fiksi, non fiksi, hingga surat cinta. Dapat dihubungi di, No.Seluler: 081270048554 Email: viranadiandra@ gmail.com Blog: nadiandr.blogspot.com

Iqbal Novanda. Iqbal sebagaimana biasanya dipanggil, memiliki ketertarikan besar pada bidang tulis menulis. Puisi lah yang membuatnya pertama jatuh cinta, hingga akhirnya ia turut mengembangkan minatnya pada bentuk karya lain termasuk di dalamnya esai, artikel dan bentuk karangan bebas lainnya. Selain menulis, remaja kelahiran Pekanbaru ini pun menaruh banyak minat pada bidang aviasi dan juga travel. Yap, suatu saat dia memang punya impian untuk menjadi part-time travel blogger and see the world beyond! Jangan ragu untuk menghubunginya lewat akun instagram: iqbalnovandaa dan twitter: iqbalnovanda24 . See ya!

Rizky Clarinta Putri atau biasa dipanggil Rara, dilahirkan di Jambi pada tanggal 14 September 1997. Rara adalah anak bungsu dari pasangan Yoserizal dan Erlinda. Rara memiliki seorang kakak perempuan bernama Ririn serta seorang kakak laki-laki bernama Rio. Rara merupakan alumni SDN 28 Kota Jambi tahun 2009, R-SBI SMPN 1 Kota Jambi tahun 2012, serta SMAN 3 Kota Jambi tahun 2015. Sejak tahun 2016 hingga kini, Rara sedang menempuh pendidikan S-1 Farmasi di Universitas Indonesia. Rara memiliki cita-cita menjadi seorang dosen.

Salma Afifah, lahir di Curup Kab. Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 22 Juni 2001 dari pasangan Orangtua, Ayah Sutanto, S.Kep seorang PNS di Dinas Kesehatan Rejang Lebong dan Ibu Fitri Andriyani, S.Pdi. seorang

196 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Guru Swasta. Hobi “menulis” sejak sebelum bisa menulis. Saat ini tinggal bersama teman-teman di Asrama MAN Insan Cendekia Bengkulu tengah, berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari rumah Orangtua di Curup. Mempunyai dua orang adik yang kesemuanya laki-laki dan menjadi sumber inspirasi setiap kali ingin menulis. Bercita-cita menjadi penulis selain cita-cita lain yang tak bisa disebut satu.

Ria Siti Juairiah, lahir di 7 November 1997 dan saat ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan Sistem Komputer, Universitas Sriwijaya. Sangat menyukai musik, kerajinan tangan, sastra, dan bepergian ke tempat- tempat yang tak terduga untuk kemudian menuliskan semuanya pada buku harian. Memiliki akun di beberapa media sosial diantaranya Instagram @riasitijuairiah dan Facebook Ria Siti.

Cynthia Nofentary Purba, lahir di Cilegon, 2 November 1997. Anak pertama dari 3 bersaudara. Selalu berharap punya saudara kandung laki-laki. Pernah sekolah 3 tahun di Medan sebelum sekarang menetap di Batam. Pekerjaan utama sebagai pengacak-acak koding yang suka pacaran sama deadline dan wifi gratisan. Mahasiswi Informatika semester 7 di satu-satunya Universitas Negeri berbasis Kemaritiman yang ada di Kepulauan Riau. Ngga pernah kapok ikutan banyak organisasi dan suka nyanggupin kegiatan-kegiatan di dalam atau di luar kota (catatan: fully funded). Salah satu kandidat utama Ekspedisi Nusantara Jaya Jalur Pemuda Kepulauan Riau 2017. Dari kecil hobi nulis, baca novel, balet dan kadang-kadang ciptain lagu. Pencinta badut dan Upin Ipin. Waktu luang dihabiskan dengan membuat puisi dan internetan sampai kuota habis. Dengan sangat berbangga hati dapat menulis disalah satu kisah ini.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 197 Muhammad Ammar Hidayahtulloh, yang akrab dipanggil Ammar adalah mahasiswa hubungan internasional tingkat akhir di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kelahiran Bandung pada 6 Desember 1997. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang dibesarkan dan mengenyam pendidikan di Belitung. Sebagai seorang mahasiswa, penulis memiliki minat dalam kajian gender dan ASEAN. Terlepas dari lingkup minat penulis, penulis adalah seorang asisten dosen dalam mata kuliah masalah dunia Islam dan sejarah dunia. Selain di bidang akademik, penulis juga aktif dalam organisasi dan pergerakan, yaitu BEM FISIPOL UMY dan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIPOL UMY. Penulis adalah Duta Muda ASEAN Indonesia Provinsi Bangka Belitung 2017 dan terpilih sebagai Top 6 Duta Muda ASEAN Indonesia. Pada tahun 2018, penulis menjadi salah seorang delegasi Indonesia untuk program JENESYS (Japan – East Asia Network of Exchange for Students and Youths). Saat ini, penulis aktif dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat, salah satunya pengembangan potensi ikan hias di Dusun Kadisoro, Bantul.

Fathan Huda adalah seorang pelajar di SMAN 1 TANA TIDUNG. Ia dilahirkan di Tarakan, pada 7 Februari 2001 beragama Islam. Fathan Huda menempuh Pendidikan SD pada tahun 2006 di SDN UTAMA 1 TARAKAN, dan pada tahun 2009 pindah sekolah di SDN 001 SESAYAP HILIR sekarang sudah diganti menjadi SDN Terpadu Unggulan 2 Tana Tidung dan menempuh Pendidikan tingkat pertama di SMPN 1 SESAYAP HILIR. Fathan Huda merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Ayah-nya adalah Hasyim (alm) dan ibu-nya adalah Ainah seorang guru PAUD di PAUD Tubus Sepala di Kabupaten Tana Tidung. Fathan Huda hobi menari dan mempunyai keterampilan dalam bidang menari, ia ikut dalam melestarikan budaya tradisional suku Tidung, khususnya dalam bidang menari dan juga melestarikan budaya daerah dengan cara mengajarkan

198 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Tari Tradisonal suku Tidung yang disebut dengan Tari Jepin kepada anak- anak SDN TERPADU UNGGULAN 2 TANA TIDUNG tempat-nya menempuh Pendidikan waktu SD.

Angelia Loreta atau yang lebih dikenal dengan panggilan Angel merupakan mahasiswi di salah satu universitas swasta di Indonesia. Gadis yang lahir pada tahun 1998 ini merupakan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi dengan bidang Public Relations sebagai konsentrasinya. Hobi menulisnya sudah ia miliki sejak SD, beberapa lomba di bidang menulis baik menulis cerpen maupun karya ilmiah pun sering ia ikuti dan berhasil ia menangkan. Dukungan yang tak henti-hentinya datang dari keluarga serta teman-temannya merupakan motivasi terbesar dalam menekuni passionnya. Ia selalu berharap melalui tulisannya ia dapat membagikan manfaat bagi banyak orang. Because she believes in one motto in her life, which is to “be a blessing to someone today” in any way, anytime, anywhere.

Rinaldi dilahirkan di Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik pertamanya sedang duduk dibangku Sekolah Dasar kelas V, dan adik keduanya baru berusia 3 tahun. Rinaldi merupakan seorang penulis baru, bahkan bisa dibilang sebagai penulis pemula. Ia memulai untuk pertama kali kepenulisannya pada tahun 2016 saat ia meraih Juara Pertama Menulis Bahasa Indonesia kategori Putra tingkat Sekolah. Hingga akhirnya pada tahun 2018 ini, ia berkesempatan untuk mengikuti Writingthon Asian Games 2018 yang diadakan atas kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika denganBitread Publising. Dan dengan adanya karantina tantangan kepenulisan yang akan diikutinya atas event tersebut, Rinaldi

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 199 mengharapkan agar kedepannya ia lebih mampu dan mapan dalam dunia kepenulisan agar bisa menjadi seorang penulis yang handal dan profesional.

Alfian Fikri Fahrurroaizi, biasanya dipanggil Fikri atau terkadang Alfian. Lahir dan dibesarkan dari seorang bapak bernama Suwito Kamin dan seorang ibu Sismiati. Dilahirkan di sebuah kota yang terletak di pesisir Timur Pulau Kalimantan, Bontang namanya. Lahir pada tanggal 28 Juli 1998. Saya memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TK IT) Baiturrahman mulai tahun 2002 dan lulus pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD-1 Yayasan Pupuk Kaltim mulai tahun ajaran 2004 hingga lulus 2010. Setelah lulus melanjutkan Sekolah SMP di SMP Yayasan Pupuk Kaltim lulusan tahun 2013 serta jenjang SMA di SMA Yayasan Pupuk Kaltim pada tahun ajaran 2013 lulus tahun 2016. Saat ini sedang melanjutkan Studi di Universitas Brawijaya jurusan Sosiologi angkatan 2016. Selama menempuh SMP, ia mulai tertarik dengan menulis saat memulai menulis sebuah artikel di Blog. Saat SMA, ia aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Fotografi dan mengikuti lomba foto, salah satunya masuk 5 besar Lomba peringatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tingkat Kota Bontang 2014. Kemudian aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler Geografi Club dan juga mengikuti Lomba Olimpiade Geografi Nasional (OLGENAS) 2015 di Universitas Gadjah Mada. Selama kuliah ini, ia mengikuti organisasi Riset Karya Tulis Ilmiah dan mengikuti berbagai Lomba

Nagawati Limantara, lahir dan besar di Banjarmasin. Merupakan seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang mengidolakan Soe Hok Gie. Mulai menulis sejak SMP dan telah menulis 1 buku novel, 1 kumpulan puisi dan cerpen serta beberapa buku

200 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games antologi bersama penulis-penulis lainnya di Indonesia. Dapat dihubungi di akun Instagram 06_nl_03

Daniah Arthamevia Putri Hidayah akrab dipanggil Daniah. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN dan berdomisili di Tangerang Selatan. Lahir di Sidoarjo pada tanggal 8 Juli 1999. Hobi mendengarkan musik, bergabung kegiatan volunteer, menonton film (lokal, barat,anime, drama, dan sebagainya) serta sedang aktif belajar membaca dan bergelut di dunia menulis. Motto hidupnya adalah untuk menjadi sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Masih membutuhkan banyak kritik dan saran. Mari saling menyapa di www.daniaharthamevia.blogspot.com, akun instagram @ daniahsipidt, dan alamat e-mail di [email protected].

Nur Azizah Maharani, dipanggil Rani, lebih dikenal dengan nama pena Narani Widodo. Sudah aktif di dunia kepenulisan sejak tahun 2009, tetapi baru menjadikan penulis sebagai profesi sampingan setelah novel perdananya (Inikah Rasanya Cinta, Media Pressindo) terbit pada tahun 2014. Aktif mengirimkan cerpen dan artikel ke majalah maupun panitia lomba. Saat ini masih menjalani perkuliahan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Bisa dihubungi melalui blog naraniwidodo.blogspot.com atau Instagram @naraniwidodo.

Muhamad Fajar Irfandi atau yang biasa yang dipanggil Fajar lahir pada 14 Desember 1998. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Semenjak kecil, Ia tumbuh dan besar di Jakarta. Saat ini, Ia berstatus sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 201 Lahir di Grobogan, 2 Mei 1998, Ilham Dary Athallah kini aktif sebagai mahasiswa tahun ketiga di Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada. Di kampus, ia juga aktif sebagai tutor untuk beberapa kelas dan asisten peneliti untuk Institute of International Studies (IIS) UGM. Di luar kampus, putra sulung dari Yudi Hariyanto dan Wedawati ini juga aktif dalam komunitas kepenulisan KR Academy.

Azzahra Larasati Akrab disapa Azza, lahir 21 tahun silam tepatnya pada tanggal 29 April 1997. Gadis yang hobinya menonton film dan membaca komik tersebut, saat ini masih menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta. Sejak kecil sudah menggemari dunia tulis-menulis terutama tulisan fiksi yang dapat mengasah kemampuan imajinasinya. Jika ingin berdikusi maupun menjalin pertemanan, penulis sungguh terbuka. Bisa ikuti media sosial penulis yakni azzalarasati di instagram.

Ivtachul Ma’rifah, lahir di Bojonegoro Jawa Timur pada 18 Juli 1999. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Tamat Sekolah Dasar tahun 2011 dari SD Negeri Kunci 1 Dander, Sekolah Menengah Pertama tahun 2014 dari SMP Negeri 3 Bojonegoro, Sekolah Menengah Atas tahun 2017 dari MA Negeri 1 Model Bojonegoro Program Studi IPA. Saat ini menempuh Program Studi Diploma III Akuntansi di Politeknik Negeri Jakarta. Sejak tahun 2017 mengajar privat matematika untuk SMP dan SMA hingga sekarang. Staf Bendahara Koperasi Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Staf Kurikulum kelas 6 Accounting Goes To Village (AGTV) di Kampung Lio Depok.

202 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games Made Naraya Laksmayuda Sumaniaka, adalah seorang pelajar yang berasal dari desa sederhana di Gegelang. Kabupaten Karangasem, Bali. Dirinya lahir pada tanggal 13 Maret 2002. Saat ini ia tengah merantau seorang diri demi menempuh pendidikan SMA UPH College di Tangerang. Dari keluarganya yang sederhana, ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang diplomat.

Mahdi Singaparado, ia mengadopsi nama Alwi Parrado sebagai nama penanya. Lahir di Bima, 27 Juni 2001, bershio Ular Air dan bergolongan darah AB. Mahdi merupakan pecinta traveling yang dilakukan secara abal- abal dan tak terduga, atau lebih tepat bila disebut the Insane Traveller. Mencintai dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SD, membuat Mahdi telah banyak menghasilkan karya tulis, terutama puisi dan cerpen.

Oktavianus Dato Toda Lahir di Pangadu Rowa, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, pada 15 januari 1995 adalah mahasiswa Kampus Politeknik Negeri Kupang, Jurusan Pariwisata, Prodi Perhotelan, anak ke 5 dari 6 bersaudara, lulusan SMA N 1 Waibakul Sumba Tengah, kemudian melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Kupang, dengan jurusan pariwisata. Karena keaktifannya semasa sekolah ia pernah menjuarai olimpiade sains tingkat kabupaten, ia juga berpengalaman sebagai Paskibraka dan Pramuka.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 203 Gabriela Eliana, atau yang kerap dipanggil Gaby, lahir di Jakarta pada tanggal 12 Februari 2001. Ia menghabiskan masa SD dan SMP di Sekolah Victory Plus, Bekasi, dimana ia memperoleh ilmu menulis dan berdebat dalam Bahasa Inggris. Gaby saat ini duduk di bangku kelas 12 di Manado Independent School yang terletak di provinsi Sulawesi Utara. Menulis merupakan hal yang digemarinya semenjak duduk di bangku kelas 7. Kegemarannya dalam menulis membawanya kepada peringkat 44 pada ajang World Scholar’s Cup Global Round 2016 yang diikuti oleh 3.400 peserta dari 50 negara. Berkat pengalaman yang diperolehnya selama ini, ia berhasil menjadi wakil dari Sulawesi Utara untuk ajang Writingthon Asian Games 2018 kategori pelajar dan mahasiswa. Tak hanya menulis, ia juga gemar menari, bermain piano, dan mengikuti lomba debat.

Vivi Oktaviani Pulukadang, perempuan kelahiran Gorontalo, tepatnya pada 29 Oktober 1999. Ia memegang teguh motto hidup “Jika tidak lebih baik, maka lebih baik tidak” sehingga hari-hari yang sedang dan akan dijalaninya selalu diupayakan untuk lebih baik dari hari-hari kemarin. Sejak SD, SMP, hingga SMA ia sering mengikuti berbagai perlombaan. Ia pernah menjuarai Cipta Baca Puisi tingkat kota ketika di bangku SD. Saat SMP, Juara 2 Menulis Cerpen Children Helping Children (CHC) tingkat nasional juga berhasil ia raih. Berbagai prestasi lainnya pun mampu torehkan, di antaranya menjadi delegasi Forum Anak Nasional pada 2016, dan menjadi delegasi Provinsi Gorontalo untuk Pelopor Penataan Ruang tingkat Nasional. Saat ini ia tengah menjalani kuliah di Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo. Pernah menjuarai lomba debat pada kategori mahasiswa yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), dan Lomba Debat Tingkat Nasional yang diselenggarakan MPR-RI tahun 2018.Selain berkecimpung dalam

204 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games berbagai Lomba/Kompetisi, Vivi juga aktif dalam berbagai organisasi. Semasa SMA, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Marching Band Gita Ultra Prima, menjadi anggota tetap Forum Anak Kota Gorontalo dan Provinsi Gorontalo, menjadi bagian dari Forum Anak Nasional dan Pelopor Penataan Ruang. Kini, sebagai Mahasiswi, Vivi aktif dalam 2 Organisasi internal kampus, yaitu Fordehkonsmero (Forum Debat Hukum dan Konstitusi Merah Maron) dan ILC (International Law Corner). Ia dapat ditemukan di Instagram: vivi.pulukadang, dan Email: vivi.pulukadang@ gmail.com.

La Ode Rifaldi Nedan Prakasa berasal dari Muna, Sulawesi Tenggara, merupakan mahasiswa Hubungan Internasional (2017), Universitas Presiden. Selalu aktif dalam kegiatan berorganisasi, penulis merupakan sekretaris di Senat Mahasiswa dan merupakan seorang jurnalis di Unit Kegiatan Mahasiswa “International Insight Magazine”. Menulis tentang situasi dunia internasional berdasarkan sudut pandang teori-teori Hubungan Internasional.

Hai sobat, perkenalkan namaku Muhammad Ayyub, silahkan panggil saja Ayyub. Lahir pada tanggal 24 Maret 1997 di sebuah tempat yang indah bernama Somba di daerah Majene, Sulawesi Barat. Saya tumbuh besar dengan pencapaian yang memuaskan dengan semangat dan kerja keras. Berbagai penghargaan telah saya raih di bidang karya ilmiah dan menduduki beberapa jabatan ketua dalam organisasi. Ini saya merupakan mahasiswa jurusan Informatics Engineering dan sekaligus menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Tanri Abeng University. Sungguh sangat senang jika kita bias bercengkrama. Silahkan tinggalkan pesan melalu email [email protected].

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 205 Perkenalkan saya Fathul Khair Tabri dengan nama Pena Fathul Khair Khan merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya prodi Sastra Arab di Universitas Hasanuddin, Makassar. Saat ini saya menekuni bidang kepenulisan ilmiah, dan menjadi dewan penasihat di Organisasi Forum Lingkar Pena Ranting Unhas. Selain menulis saya juga aktif di berbagai organisasi seperti UKM LDM Al-Adab FIB Unhas, dan sempat menjadi ketua umum FLP Ranting Unhas. Saya merupakan salah seorang dari penerima beasiswa Pertamina Foundation Scholarship di Unhas. hubungi saya di FB: Fathul Khair Khan, IG: @khairkhan12 dan alamat email: [email protected]

Perkenalkan nama saya Zulrafli Aditya. Saya lahir di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada tanggal 29 Maret 1998. Saat ini saya aktif sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Tadulako. Saat ini saya juga menjabat sebagai Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hitam Putih Fakultas Hukum Universitas Tadulako.

Darfianto, lahir di Jorgoga 15 Februari 1996, anak pertama pasangan La Hisi dan Wa Ode Nurwati, ia lulusan dari SMA negeri 10 Kota Ternate dan sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Khairun Ternate.

Nama saya Johanes Marcelino Matmey, biasa dipanggil dengan nama Ino. Saya lahir di Ambon, 29 Maret 1999, dan sekarang menjalani perkuliahan S1 di Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Maluku. Saya beralamat di Kompleks Angkatan Laut Lantamal IX Halong, Ambon. Ibu saya sebagai seorang Ibu Rumah Tangga, dan ayah saya sudah meninggal dunia. Saya memiliki prinsip hidup untuk berusaha selalu

206 Pemenang Kompetisi Writingthon Asian Games menjadi berkat bagi orang lain lewat apa yang saya lakukan. Saya setiap harinya senantiasa belajar bagaimana caranya untuk menjadi lebih baik dari diri saya lagi. Hobi saya ialah mendengarkan lagu (apalagi K-Pop atau Korean Pop) dan membaca buku (terlebih lagi buku sejarah).

Nama saya Anita I. Atiameru. Saya lahir di Papua Barat, tepatnya di kota Sorong. Saya adalah anak pertama dari 2 orang bersaudara. Ayah saya seorang PNS dan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Saya memulai untuk menulis sejak SMA. Sekarang saya sedang melanjutkan studi S1 saya di salah satu Universitas Swasta di Kota Tangerang.

Natalia Tabuni lahir di Wamena Papua, tanggal 16 Desember 1992. Saat ini, penulis tercatat sebagai mahasiswi di salah Universitas di Denpasar Bali. Penulis membuat tulisan ini sebagai salah satu rasa kebanggan atas terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 Jakarta- Palembang.

Aku Bangga Asian Games di Negeriku 207