PERBANDINGAN KINERJA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

KABUPATEN BARAT DENGAN KABUPATEN PEMEKARANNYA

TAHUN 2011-2019

COMPARISON OF SOCIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT PERFORMANCE

BETWEEN ACEH BARAT AND IT’S EXTENDED REGENCIES

PERIOD 2011-2019

Reza Septian Pradana1 1Fungsional Statistisi Ahli BPS Kabupaten Aceh Jaya Jalan -Meulaboh Km 152, Keutapang, , Aceh Jaya e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pemekaran daerah merupakan suatu kebijakan desentralisasi yang memiliki filosofi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengoptimalkan potensi sumber daya daerah yang bersangkutan baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun pemerintahan. Namun dalam pelaksanaannya, banyak daerah pemekaran yang gagal dalam mengoptimalkan potensinya dan bermuara pada ketertinggalan/perlambatan pertumbuhan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kondisi kinerja pembangunan sosial dan ekonomi kabupaten pemekaran terhadap kabupaten induknya pasca pemekaran daerah. Kinerja pembangunan sosial diukur dengan angka kemiskinan, angka harapan hidup, angka rata-rata lama sekolah, dan indeks pembangunan manusia sedangkan kinerja pembangunan ekonomi diukur dengan pertumbuhan ekonomi. Studi kasus dilakukan pada tiga kabupaten pemekaran, yaitu Aceh Jaya, Nagan Raya, dan Simeulue serta kabupaten induk, yaitu Aceh Barat. Perbandingan dilakukan dengan menggunakan uji beda dua rata-rata (uji–t) dengan periode data 2011-2019. Secara statistik, perbedaan kinerja pembangunan ekonomi Kabupaten Aceh Barat dibandingkan kabupaten pemekarannya tidak signifikan. Ditinjau dari kinerja pembangunan sosial, Kabupaten Aceh Jaya secara signifikan sudah lebih baik dibandingkan kabupaten induk dalam upaya pengentasan kemiskinan. Kabupaten Nagan Raya secara signifikan sudah lebih baik dibandingkan kabupaten induk dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi sederhana bagi pemerintah daerah setempat dalam memutuskan kebijakan untuk pemekaran daerah selanjutnya. Kata kunci: pemekaran daerah, kinerja pembangunan ekonomi, kinerja pembangunan sosial, uji-t ABSTRACT Regional extension is one of decentralization policy that philosophically formed to help a region on improving its welfare of society through improving economic, social, and government performance. However, while implementing this kind of policy, many extended

11 regions failed to optimize its potencies and ended up having slow-moving growth. This study aimed at estimating and analyzing the comparison between extended region dan main region on optimizing its economic and social performance. Social development performance is measured by using number of poverty, life expectancy at birth, mean years of schooling and human development index while economic development performance is measured by using economic growth. This case study is applied to three extended regions, namely Aceh Jaya, Nagan Raya, and Simeuleu with their main region namely Aceh Barat. Comparison is analyzied by applying average differential test or t-test equal mean period 2011-2019. Statistically, economic development performance difference of Aceh Barat Regency and it’s extended regencies is insignificant. From social development performance, is significantly already better than it’s main regency in poverty alleviation. is significantly already better than it’s main regency in enhancement of society health quality. The result of this research can be used to evaluate how regional expansion has been working and to decide any kind of policy related to regional expansion

Keyword: regional expansion, economic development performance, social development performance, t-test

PENDAHULUAN daerah, peningkatan pelayanan kepada Pemekaran daerah yang merupakan masyarakat, peningkatan keamanan dan implikasi otonomi daerah pada dasarnya ketertiban, serta peningkatan hubungan bertujuan untuk meningkatkan yang serasi antara pusat dan daerah. pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Namun, dalam pelaksanaannya terdapat masyarakat (Lincolin, 1999). Dengan pro dan kontra terkait pemekaran daerah. pemekaran daerah, daerah pemekaran Simangunsong (2010) dalam diharapkan dapat lebih mengoptimalkan Yuliati (2011) mengatakan bahwa potensi daerah yang bersangkutan. sejatinya pemekaran daerah mempunyai Adanya independensi pengelolaan daerah dampak positif dan negatif. Dampak otonomi baru (DOB), diharapkan dapat positifnya adalah demokratisasi, membuka ruang yang lebih luas dalam tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan pemberdayaan potensi ekonomi. Pada baru, pendekatan pelayanan kepada akhirnya, memberikan kontribusi masyarakat, kemudahan membangun dan terhadap pengurangan kemiskinan pada memelihara sarana dan prasarana, daerah tersebut. tumbuhnya lapangan kerja baru, dan Sejalan dengan Peraturan adanya motivasi pengembangan inovasi Pemerintah 129 Tahun 2000 yang dan kreativitas daerah. menyatakan bahwa pembentukan, Ada lima dampak negatif dari pemekaran, penghapusan dan pemekaran daerah (Simangunsong, 2010 penggabungan daerah bertujuan untuk dalam Yuliati, 2011). Pertama, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. pemekaran wilayah hanya untuk Hal ini dilakukan melalui percepatan kepentingan segelintir “elit” atau pelaksanaan pembangunan perekonomian kelompok masyarakat yang daerah, percepatan pengelolaan potensi menginginkan jabatan tertentu, misalnya

12

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, provinsi, delapan kota dan 34 provinsi. Bupati/Walikota, DPRD, Kepala Dinas. Dilihat dari presentasenya berarti jumlah Kedua, munculnya primodialisme putra kabupaten/kota bertambah sebesar 34 daerah. Ketiga, biaya demokrasi persen. meningkat tajam. Keempat, beberapa Dari banyaknya usulan pemekaran hasil pemekaran daerah tidak berdampak daerah yang berasal dari berbagai positif terhadap pelayanan publik dan provinsi di , banyak diantaranya kesejahteraan masyarakat. Kelima, diusulkan oleh Provinsi Aceh. Di pemekaran daerah dapat berpotensi Provinsi Aceh, tercatat sebanyak 13 mematikan daerah induk di beberapa kabupaten/ kota melakukan pemekaran tempat. dari awal 10 daerah induk. Adapun 13 Dampak di atas ternyata kabupaten/kota hasil pemekaran antara berhubungan dengan studi evaluasi lain Simeulue, Aceh Singkil, Bireun, dampak pemekaran daerah yang Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh dilakukan oleh Badan Perencanaan Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Pembangunan Nasional (Bappenas) Meriah, Pidie Jaya, , bekerja sama dengan United Nations , dan . Pada saat ini, Development Programme (UNDP) tahun di wilayah Aceh telah muncul upaya 2007. Hasil studi memberikan informasi untuk membentuk provinsi baru yaitu bahwa daerah pemekaran baru ternyata Provinsi Aceh Tenggara dan Gayo Lues tidak berada dalam kondisi yang lebih (ALA) dan Aceh Barat Selatan (ABAS). baik dibandingkan daerah induk. Hal Selain itu, Pemerintah Aceh pernah yang serupa juga disampaikan oleh mengeluarkan surat rekomendasi terkait Kementerian Dalam Negeri dalam pemekaran daerah otonomi baru (DOB) Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-XVI Kabupaten Aceh Raya dari Kabupaten tahun 2012 yang menyatakan bahwa Induk Aceh Besar. sejak reformasi, terdapat sebanyak 78,7 Kabupaten Aceh Barat memiliki persen daerah hasil pemekaran yang kabupaten pemekaran terbanyak di gagal mencapai tujuannya dan hanya 21,3 Provinsi Aceh. Hingga saat ini, tercatat persen daerah hasil pemekaran yang sebanyak tiga kabupaten hasil pemekaran berhasil. Kegagalan tersebut dikarenakan Kabupaten Aceh Barat, yakni Kabupaten daerah belum memberikan kontribusi Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan yang positif terhadap perkembangan Kabupaten Simeulue. Bahkan, di wilayah daerah dan wilayah sekitarnya. Aceh Barat pernah muncul upaya untuk Pemekaran daerah yang terjadi membentuk kota pemekaran baru yakni pada daerah tingkat kabupaten/kota Kota Meulaboh. maupun pada tingkat provinsi memang Sebagaimana filosofi pemekaran banyak terjadi sejak kebijakan daerah, kebijakan desentralisasi bertujuan desentralisasi ditetapkan pada tahun untuk meningkatkan kesejahteraan 1999. Dilihat dari jumlah daerah masyarakat dengan cara mengoptimalkan otonomi, sejak tahun 1999 hingga tahun potensi sumber daya daerah yang 2004 terdapat tujuh provinsi, 26 kota dan bersangkutan baik dari aspek ekonomi, 115 kabupaten. Sementara sejak tahun sosial, maupun pemerintahan (Todaro 2005-2014 terdapat tambahan satu dan Smith, 2004). Dengan demikian,

13 diperlukan analisis perbandingan kinerja masih belum lebih baik. Selain itu, pembangunan sosial dan ekonomi penelitian yang dilakukan oleh Kabupaten Aceh Barat selaku kabupaten Khairullah dan Cahyadin (2006), Yuliati induk dan tiga kabupaten pemekarannya. (2011), Ferawati (2015), dan Nizar, dkk Dengan demikian diperoleh informasi (2018) secara umum diperoleh informasi apakah dalam pelaksanaannya, kabupaten bahwa kinerja pembangunan sosial dan pemekaran dari Aceh Barat berhasil ekonomi daerah induk masih lebih baik dalam mengoptimalkan potensinya atau dibandingkan daerah pemekaran. justru sebaliknya telah bermuara pada Hipotesis yang digunakan dalam ketertinggalan/perlambatan pertumbuhan penelitian ini adalah terdapat perbedaan daerah yang ditinjau dari kinerja rata-rata kinerja pembangunan sosial dan pembangunan sosial dan ekonomi. ekonomi antara Kabupaten Aceh Barat Penelitian ini bertujuan untuk dan kabupaten pemekarannya. mengetahui perbandingan kondisi kinerja pembangunan sosial dan ekonomi METODE Kabupaten Aceh Barat selaku kabupaten Data yang digunakan dalam induk dan kabupaten pemekarannya penelitian ini adalah data sekunder (Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan berupa data time series kinerja Raya, dan Kabupaten Simeulue) pasca pembangunan sosial dan ekonomi pemekaran daerah. Hasil penelitian ini Kabupaten Aceh Barat sebagai dapat digunakan sebagai bahan evaluasi Kabupaten Induk dan tiga kabupaten sederhana bagi pemerintah daerah pemekarannya, yaitu Kabupaten Aceh setempat dalam memutuskan kebijakan Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan untuk pemekaran daerah selaanjutnya Kabupaten Simeulue tahun 2011-2019. sehingga rencana pemekaran wilayah Kinerja pembangunan sosial diukur yang akan datang bukan sekedar coba- dengan angka harapan hidup (AHH), coba. rata-rata lama sekolah (RLS), Indeks Penelitian terkait perbandingan Pembangunan Manusia (IPM), dan kinerja pembangunan sosial dan ekonomi persentase penduduk miskin (MISKIN). daerah induk dengan daerah Kemudian, kinerja pembangunan pemekarannya sudah banyak dilakukan. ekonomi diukur dengan pertumbuhan Hasil penelitian yang dilakukan oleh ekonomi (PE). Pemilihan indikator Siagian (2017) menunjukkan bahwa tersebut berdasarkan penelitian terdahulu Kinerja ekonomi pada Kabupaten sebagaimana penelitian yang pernah Maybrat dan Kabupaten Tambrauw dilakukan oleh Nizar, dkk (2018), Siagian pemekaran secara statistik lebih baik (2017), Ferawati (2015), Yuliati (2011), dibandingkan kabupaten induknya, serta Khairullah dan Cahyadin (2006). sedangkan Kabupaten Manokwari Penentuan periode tahun 2011-2019 Selatan dan Kabupaten Pegunungan mempertimbangkan ketersediaan data Arfak masih belum lebih baik. Ditinjau pada instansi terkait. dari kinerja sosial, hanya Kabupaten Penelitian ini menggunakan Maybrat yang sudah lebih baik analisis uji beda dua rata-rata (uji-t) dibandingan dengan kabupaten induk, untuk melihat perbedaan kinerja sedangkan ketiga kabupaten lainnya pembangunan sosial dan ekonomi

14 masing-masing kabupaten pemekaran � � + � � , , , , dengan kabupaten induk. Kemudian, � = �, + �, − 2 hasil uji akan didukung dengan analisis deskriptif yang menjelaskan fenomena- Keterangan: fenomena yang terjadi pada masing- �̅, : rata-rata indikator i kabupaten j masing kabupaten. Uji beda dua rata-rata tahun 2011-2019 merupakan pengujian terhadap nilai �̅ : rata-rata indikator i Kabupaten parameter � (rata-rata populasi pertama) , Aceh Barat tahun 2011-2019 dengan nilai parameter � (rata-rata � : rata-rata populasi indikator i populasi kedua) dengan varian kedua , kabupaten j populasi diketahui maupun tidak � : rata-rata populasi indikator i diketahui (Walpole, 2009). Analisis ini , digunakan untuk menguji hipotesis Kabupaten Aceh Barat bahwa secara statistik terdapat perbedaan � : varians dari nilai indikator i nilai ukuran kinerja pembangunan sosial kabupaten j dan Kabupaten Aceh dan ekonomi yang signifikan dari dua Barat populasi (masing-masing kabupaten �, : jumlah sampel indikator i pemekaran terhadap kabupaten induk). kabupaten j Tahapan pengujian pada uji beda �, : jumlah sampel indikator i dua rata-rata yakni penentuan formulasi Kabupaten Aceh Barat hipotesis, penentuan taraf nyata (level of �, : varians indikator i kabupaten j significancy), penentuan wilayah kritis tahun 2011-2019 atau kriteria pengujian, penghitungan �, : varians indikator i Kabupaten nilai uji statistik, dan penarikan Aceh Barat tahun 2011-2019 keputusan serta kesimpulan. Adapun i : kabupaten pemekaran dari hipotesis yang digunakan dalam Kabupaten Aceh Barat (Aceh penelitian ini adalah sebagai berikut: Jaya (AJAY), Nagan Raya � : �, = �, (tidak ada perbedaan (NAGAN), Simeuleu rata-rata kinerja pembangunan sosial dan (SIMEULUE)) ekonomi i antara kabupaten pemekaran j dengan kabupaten induk (Aceh Barat)) Untuk mengetahui seberapa besar � : �, ≠ �, (ada perbedaan rata- perbedaan nilai kinerja pembangunan rata kinerja pembangunan sosial dan sosial dan ekonomi Kabupaten Aceh Jaya ekonomi i antara kabupaten pemekaran j dan kabupaten pemekarannya dibutuhkan dengan kabupaten induk (Aceh Barat)) nilai effect size. Dalam penelitian ini, Secara matematis, uji beda dua penghitungan nilai effect size digunakan rata-rata (uji-t) dirumuskan sebagai rumus sebagai berikut: berikut: � �̅ − �̅ − � − � ������ ���� � = � = , , , , � + �� � � + dimana t adalah t-statistik dan df adalah �, �, degree of freedom

15

Kriteria nilai effect size menurut pengujian asumsi terhadap data, yaitu uji Rosenthal (1987) dalam Latan (2014) normalitas dan uji homogenitas. Pada adalah sebagai berikut: penelitian ini, uji Jarque-Berra effect size 0,25 ≥ r > 0,50 : kecil digunakan untuk pengujian asumsi effect size 0,50 ≥ r > 0,75 : menengah normalitas data. Kemudian, uji Levene effect size r ≥ 0,75 : besar digunakan untuk pengujian asumsi homogenitas data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian asumsi normalitas Pengujian Beda Rata-Rata Kinerja dengan uji Jarque Berra, seluruh data Pembangunan Sosial dan Ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini Kabupaten Aceh Barat dengan berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan Kabupaten Pemekarannya Tahun dengan nilai P-value untuk keseluruhan 2011-2019 data lebih besar dari alpha 0,05. Adapun Menurut Gravetter & Wallnau hasil pengujian normalitas dengan (2014), sebelum melakukan pengujian bantuan software eviews 9 adalah sebagai hipotesis, terlebih dahulu dilakukan berikut:

Tabel 1. Hasil Pengujian Kenormalan dengan Uji Jarque Berra

P-Value Variabel AJAY NAGAN SIMEULUE ABAR PE 0,41 0,42 0,65 0,41 Miskin 0,77 0,76 0,49 0,66 AHH 0,71 0,69 0,65 0,72 RLS 0,87 0,69 0,55 0,61 IPM 0,98 0,73 0,70 0,63

Hasil pengujian asumsi kabupaten pemekaran sama. Dengan homogenitas dengan uji Levene, varians demikian, asumsi kesamaan varians dari dua kelompok data yang (homogenitas) data terpenuhi. Adapun dibandingkan, yakni variabel kinerja hasil pengujian asumsi homogenitas pembangunan sosial maupun ekonomi dengan bantuan software SPSS 22 adalah dari kabupaten induk (Aceh Barat) dan sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengujian Kesamaan Varians dengan Uji Levene

P-Value Variabel AJAY NAGAN SIMEULUE vs vs vs ABAR ABAR ABAR PE 0,06 0,08 0,06 Miskin 0,91 0,68 0,06 AHH 0,92 0,28 0,08 RLS 0,09 0,07 0,06 IPM 0,14 0,66 0,67

16

Dikarenakan asumsi kenormalan Barat dengan Kabupaten Pemekarannya dan kesamaan varians sudah terpenuhi, Tahun 2011-2019. Adapun hasil langkah selanjutnya adalah melakukan uji pengujian beda rata-rata sampel beda rata-rata kinerja pembangunan independen (uji-t) dengan bantuan sosial dan ekonomi Kabupaten Aceh software SPSS 22 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Pengujian Beda Rata-Rata Sampel Independen

t-statistic/ P-Value AJAY NAGAN SIMEULUE Variabel vs vs vs ABAR ABAR ABAR

PE -0,96 -0,83 -0,44 (0,35) (0,42) (0,66)

-5,68 -1,23 -1,31 Miskin (0,00)* (0,24) (0,21)

-7,31 8,01 -18,54 AHH (0,00)* (0,00)* (0,00)*

-2,04 -1,77 1,61 RLS (0,06) (0,10) (0,13)

-1,36 -2,42 -6,61 IPM (0,19) (0,03)* (0,00)*

Setelah pengujian beda rata-rata, dengan kabupaten pemekarannya. dilakukan penghitungan nilai effect size Adapun hasil penghitungan nilai effect untuk mengetahui seberapa besar size sebagai berikut: perbedaan kinerja Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4 Nilai Effect Size

P-Value AJAY NAGAN SIMEULUE Variabel vs vs vs ABAR ABAR ABAR PE - - - Miskin 0,82 - - AHH 0,88 0,89 0,98 RLS - - - IPM - 0,52 0,86

17

Analisis Perbandingan Angka Kabupaten Aceh Barat mencapai 21,50 Kemiskinan Kabupaten Aceh Barat persen sedangkan Kabupaten Aceh Jaya dengan Kabupaten Pemekarannya mencapai 16,16 persen pada tahun 2011- Tahun 2011-2019 2019. Ini berarti kinerja pembangunan

26,00 sosial Kabupaten Aceh Jaya dalam upaya 24,00 mengurangi persentase penduduk miskin 22,00 20,00 lebih baik dibandingkan kabupaten 18,00 induknya (Kabupaten Aceh Barat). 16,00 Perbedaan rata-rata persentase penduduk 14,00 12,00 miskin kedua kabupaten ini tergolong 10,00 besar. Hal ini dibuktikan dengan nilai

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 effect size sebesar 0,82 (lebih besar dari Aceh Jaya Nagan Raya 0,75). Simeulue Aceh Barat Kedua kabupaten pemekaran Gambar 1 Perkembangan persentase lainnya, yakni Kabupaten Nagan Raya penduduk miskin Kabupaten dan Kabupaten Simeulue juga memiliki Aceh Barat dan Kabupaten rata-rata persentase penduduk miskin Pemekarannya Tahun 2011- yang lebih rendah dibandingkan 2019 (persen) Kabupaten Aceh Barat, dimana masing- masing 20,43 persen dan 20,52 persen. Secara umum, perkembangan Namun, perbedaan rata-rata persentase angka kemiskinan yang digambarkan kedua kabupaten pemekaran ini dengan persentase penduduk miskin dibandingkan kabupaten induk tidak Kabupaten Aceh Barat dan kabupaten signifikan secara statistik. Hal ini pemekarannya cenderung mengalami ditunjukkan dengan nilai P-value lebih trend menurun selama tahun 2011-2019. besar dari alpha 0,05 Hal ini menunjukkan adanya upaya yang serius dari pemerintah daerah keempat Analisis Perbandingan Angka kabupaten tersebut dalam menurunkan Harapan Hidup (AHH) Kabupaten angka kemiskinan. Aceh Barat dengan Kabupaten Dari hasil uji beda rata-rata Pemekarannya Tahun 2011-2019 persentase penduduk miskin, perbedaan yang signifikan terjadi pada Kabupaten 70,00 Aceh Jaya dengan Kabupaten Aceh Barat 68,00 Hal ini ditunjukkan dengan nilai P-value 66,00 kurang dari alpha 0,05. Nilai negatif t- 64,00 statistic dari uji beda rata-rata persentase 62,00 penduduk miskin antara Kabupaten Aceh 60,00

Jaya dan Kabupaten Aceh Barat 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 menunjukkan bahwa rata-rata persentase Aceh Jaya Nagan Raya penduduk Kabupaten Aceh Barat lebih Simeulue Aceh Barat tinggi dibandingkan Kabupaten Aceh Gambar 2 Perkembangan Angka Jaya selama tahun 2011 hingga 2019. Harapan Hidup (AHH) Rata-rata persentase penduduk miskin 18

Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Barat mencapai 67,93 tahun. Ini Kabupaten Pemekarannya berarti bayi yang dilahirkan penduduk Tahun 2011-2019 (tahun) Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2019 dapat bertahan hidup hingga umur 67 Secara umum, perkembangan tahun. kualitas kesehatan penduduk yang Perbedaan rata-rata Angka Harapan digambarkan dengan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Aceh Barat dan Hidup (AHH) Kabupaten Aceh Barat dan kabupaten pemekarannya tergolong kabupaten pemekarannya cenderung besar. Hal ini dibuktikan dengan nilai mengalami kenaikan selama tahun 2011- effect size lebih besar dari 0,75. 2019. Hal ini menunjukkan kondisi Menurut Siagian (2017), salah satu kesehatan masyarakat Kabupaten Aceh penyebab rendahnya Angka Harapan Barat dan kabupaten pemekarannya terus Hidup pada kabupaten pemekaran menunjukkan kondisi yang semakin baik. dibandingkan dengan kabupaten induk Dari hasil uji beda rata-rata, adalah pendidikan ibu masih belum diperoleh informasi bahwa rata-rata cukup mengenai gizi bayi sejak dalam Angka harapan Hidup (AHH) Kabupaten kandungan dan gizi yang diperlukan Aceh Barat dengan kabupaten untuk bayi tersebut masih kurang. Hal ini pemekarannya berbeda secara signifikan mengakibatkan Angka Harapan Hidup selama tahun 2011-2019. Hal ini sulit untuk meningkat secara drastis. ditunjukkan dengan nilai P-value kurang Selain itu, ketersediaan fasilitas dari alpha 0,05. kesehatan yang jauh lebih banyak di Nilai negatif t-statistic dari uji beda Kabupaten Aceh Barat apabila rata-rata Angka Harapan Hidup (AHH) dibandingkan dengan Kabupaten Aceh antara Kabupaten Aceh Jaya dengan Jaya dan Kabupaten Simeulue juga Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten menjadi penyebab rendahnya Angka Simeulue dengan Kabupaten Aceh Barat Harapan Hidup pada Kabupaten Aceh menunjukkan bahwa rata-rata Angka Jaya dan Kabupaten Simeulue Harapan Hidup Kabupaten Aceh Barat dibandingkan dengan Kabupaten Aceh lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Barat. Berdasarkan hasil pendataan Aceh Jaya dan Kabupaten Simeulue potensi desa yang dilakukan oleh Badan selama tahun 2011 hingga 2019. Rata- Pusat Statistik, tercatat 4 desa di rata Angka Harapan Hidup Kabupaten Kabupaten Aceh Barat memiliki Rumah Aceh Barat mencapai 67,49 tahun Sakit. Desa yang memiliki Rumah Sakit sedangkan Kabupaten Aceh Jaya dan di Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Kabupaten Simeulue masing-masing Simeulue masing – masing hanya 1 desa. mencapai 66,64 tahun dan 64,60 tahun Hal ini juga didukung oleh data dari pada tahun 2011-2019. Ini berarti kinerja Dinas Kesehatan Aceh dimana tercatat pembangunan sosial Kabupaten Aceh sebanyak 3 rumah sakit umum dan 1 Barat dalam upaya peningkatan kualitas rumah sakit khusus di Kabupaten Aceh kesehatan penduduk lebih baik Barat sedangkan Kabupaten Aceh Jaya dibandingkan Kabupaten Aceh Jaya dan dan Kabupaten Simeulue hanya memiliki Kabupaten Simeulue. Pada tahun 2019, 1 rumah sakit umum. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten

19

Berbeda halnya dengan Kabupaten 9,50 Nagan Raya yang memiliki nilai t- 9,00 statistic positif. Ini berarti rata-rata 8,50 Angka Harapan Hidup Kabupaten Nagan 8,00 7,50 Raya lebih tinggi dibandingkan 7,00 Kabupaten Aceh Barat selama tahun 6,50 2011 hingga 2019. Rata-rata Angka 201120122013201420152016201720182019 Aceh Jaya Nagan Raya Harapan Hidup Kabupaten Nagan Raya Simeulue Aceh Barat mencapai 68,57 tahun pada tahun 2011- 2019. Ini berarti kinerja pembangunan Gambar 3 Perkembangan Rata-Rata sosial Kabupaten Nagan Raya dalam Lama Sekolah (RLS) upaya peningkatan kualitas kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan penduduk lebih baik dibandingkan Kabupaten Pemekarannya Kabupaten Induk (Aceh Barat). Pada Tahun 2011-2019 (tahun) tahun 2019, Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Nagan Raya mencapai Secara umum, perkembangan 69,14 tahun. Ini berarti bayi yang kualitas pendidikan penduduk yang dilahirkan penduduk Kabupaten Nagan digambarkan dengan rata-rata lama Raya pada tahun 2019 dapat bertahan sekolah penduduk Kabupaten Aceh Barat hidup hingga umur 69 tahun. dan kabupaten pemekarannya cenderung Hasil Survei Sosial Ekonomi mengalami trend menaik selama tahun Nasional (SUSENAS) Maret yang 2011-2019. Hal ini menunjukkan adanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik upaya yang serius dari pemerintah daerah (BPS) menunjukkan bahwa persentase keempat kabupaten tersebut dalam wanita berumur 15-49 tahun yang pernah meningkatkan kualitas sumber daya kawin dan melahirkan hidup dalam dua manusia khususnya dari sisi pendidikan. tahun terakhir dengan penanganan dokter Secara rata-rata, Rata-Rata Lama di Kabupaten Nagan Raya sebesar 43,80 Sekolah (RLS) Kabupaten Aceh Barat persen dan lebih besar dibandingkan di pada tahun 2011-2019 sebesar 8,43 Kabupaten Aceh Barat yang hanya 21,19 tahun. Angka ini lebih besar apabila persen. Kemudian, persentase wanita dibandingkan Kabupaten Aceh Jaya dan berumur 15-49 tahun yang pernah kawin Kabupaten Nagan Raya dimana masing- dan melahirkan hidup dalam dua tahun masing mencapai 7,95 tahun dan 8,03 terakhir dengan dukun di Kabupaten tahun. Pada tahun 2019, rata-rata lama Nagan Raya sebesar 1,72 persen dan sekolah Kabupaten Aceh Barat sebesar lebih kecil dibandingkan di Kabupaten 9,09 tahun. Ini berarti penduduk Aceh Barat yang hanya 3,51 persen Kabupaten Aceh Jaya yang berusia 25 tahun keatas pada tahun 2018 telah Analisis Perbandingan Rata-Rata menempuh pendidikan hingga 9 tahun Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Aceh atau lulus SMP. Dengan demikian, Barat dengan Kabupaten program wajib belajar 9 tahun di Pemekarannya Tahun 2011-2019 Kabupaten Aceh Barat berhasil dicapai. Berbeda dengan Kabupaten Simeulue, rata-rata lama sekolah pada

20 tahun 2011-2019 secara rata-rata 16,00 14,12 14,59 mencapai 8,78 tahun. Angka ini lebih 13,97 13,51 14,00 besar apabila dibandingkan Kabupaten 12,00 9,08 9,09 Aceh Barat selaku kabupaten induk. 10,00 8,66 8,50 Walaupun demikian, hasil uji beda 8,00 6,00 rata-rata menunjukkan bahwa perbedaan 4,00 angka rata-rata lama sekolah antara 2,00 Kabupaten Aceh Barat dengan kabupaten 0,00 Aceh Nagan Simeulue Aceh pemekarannya tidak signifikan. Hal ini Jaya Raya Barat ditunjukkan dengan nilai P-value lebih Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah besar dari alpha 0,05. Gambar 4 Harapan Lama Sekolah Ditinjau dari angka harapan lama (HLS) dan Rata-Rata Lama sekolah, baik kabupaten induk maupun Sekolah (RLS) Kabupaten kabupaten pemekaran memiliki angka Aceh Barat dan Kabupaten harapan lama sekolah yang sangat tinggi Pemekarannya Tahun 2019 dibandingkan dengan angka rata-rata (tahun) lama sekolahnya. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di tiap kabupaten Analisis Perbandingan Rata-Rata seharusnya bisa mengenyam pendidikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih tinggi dibandingkan realita Kabupaten Aceh Barat dengan yang terjadi saat ini. Perbedaan yang Kabupaten Pemekarannya Tahun sangat jauh antara angka harapan lama 2011-2019 sekolah dan angka rata-rata lama sekolah baik di kabupaten pemekaran maupun di kabupaten induk disebabkan oleh faktor 73,00 yang sama, yaitu minimnya tenaga 68,00 pendidikan, keterbatasan fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah, dan 63,00 lain-lain, serta infrastruktur berupa akses 58,00 transportasi dan jalan yang belum 201120122013201420152016201720182019 memadai dari pemukiman penduduk Aceh Jaya Nagan Raya khususnya yang masih tinggal di daerah Simeulue Aceh Barat pelosok (Siagian, 2017). Gambar 5 Perkembangan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Pemekarannya Tahun 2011-2019 (poin)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas sumber daya manusia. Secara keseluruhan dapat dilihat

21 bahwa hasil capaian IPM keempat (IPM) Kabupaten Aceh Barat tergolong kabupaten setiap tahun selalu mengalami tinggi yang mana mencapai 71,22. pertumbuhan yang positif dan bervariasi Berdasarkan nilai effect size, selama tahun 2011 hingga 2019. Hal ini perbedaan rata-rata IPM Kabupaten Aceh menunjukkan bahwa kualitas sumber Barat dengan Kabupaten Nagan Raya daya manusia pada keempat kabupaten masuk kategori menegah. Kemudian, tersebut semakin baik. Beberapa daerah perbedaan rata-rata IPM Kabupaten Aceh memiliki pertumbuhan yang pesat, Barat dengan Kabupaten Simeulue sementara beberapa daerah lainnya masih tergolong tinggi. relatif lambat. Rata-rata IPM Kabupaten Aceh Dari hasil uji beda rata-rata, Jaya selama tahun 2011 hingga 2019 diperoleh informasi bahwa ada dua masih dibawah Kabupaten Aceh Barat kabupaten pemekaran yang memiliki yakni sebesar 67,52. Secara statistik, perbedaan rata-rata Indeks Pembangunan perbedaan rata-rata IPM Kabupaten Aceh Manusia (IPM) yang signifikan dengan Jaya dengan Kabupaten Aceh Barat tidak kabupaten induk (Kabupaten Aceh Barat) signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan selama tahun 2011-2019. Kedua nilai P-value lebih besar dari alpha 0,05. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Pencapaian komponen-komponen Nagan Raya dan Kabupaten Simeulue. penyusun IPM cenderung menunjukkan Hal ini ditunjukkan dengan nilai P-value bahwa komponen yang capaiannya masih kurang dari alpha 0,05. cukup rendah, yaitu kabupaten hasil Nilai negatif t-statistic dari uji beda pemekaran. Namun, kabupaten rata-rata Indeks Pembangunan Manusia pemekaran mempunyai peluang untuk (IPM) antara Kabupaten Nagan Raya lebih cepat berkembang atau meningkat dengan Kabupaten Aceh Barat dan dalam capaian yang tinggi dibandingkan Kabupaten Simeulue dengan Kabupaten dengan daerah-daerah yang telah Aceh Barat menunjukkan bahwa rata-rata memiliki komponen yang sudah tinggi, Indeks Pembangunan Manusia yaitu kabupaten induk. Namun, masih Kabupaten Aceh Barat lebih tinggi diperlukan waktu yang cukup lama agar dibandingkan Kabupaten Nagan Raya capaian pembangunan manusia yang dan Kabupaten Simeulue selama tahun tinggi secara keseluruhan, yaitu 2011 hingga 2019. Rata-rata Angka mencakup aspek kesehatan, ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia pendidikan, dapat tercapai. Kabupaten Aceh Barat mencapai 68,54 sedangkan Kabupaten Nagan Raya dan Analisis Perbandingan Kinerja Kabupaten Simeulue masing-masing Pembangunan Ekonomi Kabupaten mencapai 66,56 dan 63,11 pada tahun Aceh Barat dengan Kabupaten 2011-2019. Ini berarti kinerja Pemekarannya Tahun 2011-2019 pembangunan sosial Kabupaten Aceh Barat dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia lebih baik dibandingkan Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Simeulue. Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan Manusia

22

14,00 Walaupun demikian, hasil uji beda 12,00 rata-rata menunjukkan bahwa perbedaan 10,00 angka pertumbuhan ekonomi antara 8,00 Kabupaten Aceh Barat dengan kabupaten 6,00 4,00 pemekarannya tidak signifikan. Hal ini 2,00 ditunjukkan dengan nilai P-value lebih 0,00 besar dari alpha 0,05.

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pemicu fluktuasi pertumbuhan Aceh Jaya Nagan Raya ekonomi pada masing-masing kabupaten Simeulue Aceh Barat ini dapat ditinjau dari struktur Gambar 6 Laju Pertumbuhan PDRB perekonomiannya yang terdapat pada (Pertumbuhan Ekonomi) rincian PDRB menurut lapangan usaha. Kabupaten Aceh Barat dan Berdasarkan data dari Badan Pusat Kabupaten Pemekarannya Statistik (BPS), struktur perekonomian Tahun 2011-2019 (persen) sebagian masyarakat kabupaten induk dan kabupaten pemekaran tidak bergeser Secara umum, selama tahun 2011 selama periode 2011-2019. Keempat hingga 2019 pertumbuhan PDRB kabupaten bertumpu pada sektor Kabupaten Aceh Barat dan kabupaten pertanian. Penurunan kontribusi pertanian pemekarannya memiliki nilai positif. Ini disebabkan oleh kecenderungan berarti perekonomian pada empat masyarakat untuk bertani hanya sebatas kabupaten tersebut terus mengalami untuk memenuhi kebutuhan pokok kenaikan pada setiap tahunnya. Selama mereka saja tanpa memperhitungkan tahun 2011 hingga 2019, laju keuntungan yang diperoleh apabila hasil pertumbuhan PDRB empat kabupaten pertanian juga dimanfaatkan untuk tersebut berfluktuatif. Penurunan sumber penghasilan. pertumbuhan ekonomi tidak serta merta menunjukkan bahwa perekonomian di KESIMPULAN daerah yang bersangkutan menjadi Berdasarkan hasil dan pembahasan kurang baik namun perekonomian di diatas, dapat diperoleh kesimpulan daerah tersebut tetap tumbuh positif sebagai berikut: namun melambat dibandingkan tahun 1. Kinerja pembangunan ekonomi yang sebelumnya. dihitung melalui rata-rata Secara rata-rata, pertumbuhan pertumbuhan PDRB (pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat pada ekonomi) Kabupaten Aceh Barat tahun 2011-2019 sebesar 5,11 persen. selaku kabupaten induk secara statistik Angka ini lebih besar apabila tidak signifikan lebih tinggi dibandingkan kabupaten pemekarannya, dibandingkan dengan kinerja dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten kabupaten pemekarannya. Aceh Jaya sebesar 3,82 persen, 2. Kinerja pembangunan sosial yang Kabupaten Nagan Raya sebesar 3,96 dihitung melalui angka kemiskinan persen, dan Kabupaten Simeulue sebesar (persentase penduduk miskin), Angka 4,52 persen. Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan Indeks

23

Pembangunan Manusia (IPM) tidak semuanya secara signifikan lebih baik Adapun saran yang dapat Kabupaten induk apabila dikemukakan dari penelitian ini adalah dibandingkan dengan kinerja sebagai berikut: kabupaten pemekaran. 1. Perlu adanya kajian yang lebih a. Kinerja pembangunan sosial mendalam terkait kabupaten Kabupaten Aceh Jaya dalam pemekaran sehingga dapat dilihat mengurangi angka kemiskinan aspek mana yang seharusnya menjadi (persentase penduduk miskin) fokus utama dalam pembangunan secara statistik signifikan lebih pasca pemekaran daerah baik dibandingkan Kabupaten 2. Untuk aspek ekonomi, pemerintah Aceh Barat. daerah sebaiknya memberikan b. Kinerja pembangunan sosial perhatian lebih bagi sektor-sektor Kabupaten Aceh Barat dalam utama kabupaten pemekaran. Seperti peningkatan kualitas kesehatan lebih mendorong masyarakat untuk masyarakat yang diukur dengan mulai menjadikan komoditi hasil Angka Harapan Hidup (AHH) pertanian sebagai sumber pendapatan secara statistik signifikan lebih dan mulai mengolahnya menjadi baik dibandingkan Kabupaten barang yang memiliki nilai tambah Aceh Jaya dan Kabupaten yang tinggi. Simeulue namun secara signifikan 3. Untuk angka kemiskinan, hal yang tidak lebih baik dibandingkan menjadi fokus utama adalah Kabupaten Simeulue. peningkatan pendapatan per kapita c. Kinerja pembangunan sosial masing-masing penduduk. Hal ini Kabupaten Aceh Barat selaku dapat dimulai dengan pengadaan kabupaten induk dalam teknologi yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan potensi terbesar di kabupaten masyarakat yang diukur dengan pemekaran agar dapat digunakan oleh Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) penduduk setempat, seperti alat secara statistik tidak signifikan pembajak lahan dan alat penangkap dibandingkan kabupaten ikan. pemekarannya. 4. Untuk angka harapan hidup, d. Kinerja pembangunan sosial masyarakat diharapkan memiliki Kabupaten Aceh Barat dalam pengetahuan yang baik mengenai peningkatan kualitas sumber daya kesehatan ibu dan bayi baik itu dari manusia yang diukur dengan segi pemberian ASI, gizi baik untuk Indeks Pembangunan Manusia ibu, dan lain-lain. Hal ini dapat (IPM) secara statistik signifikan dilakukan pemerintah dengan lebih baik dibandingkan kabupaten memberikan sosialisasi dan bantuan pemekarannya, khususnya apabila langsung berupa materiil untuk dibandingkan dengan Kabupaten memenuhi kebutuhan kesehatan ibu Nagan Raya dan Kabupaten dan bayi. Simeuleu. 5. Untuk bidang pendidikan, perlu adanya pembangunan yang lebih

24

6. serius terkait infrastuktur pendidikan Decentralized Governance seperti gedung sekolah, pengadaan Project. Jakarta: Bappenas.. peralatan sekolah, adanya tenaga kerja Ferawati. (2015). Analisis Perbandingan yang baik dari segi kuantitas maupun Kinerja Ekonomi Daerah kualitas, dan pengadaan bahan ajar Pemekaran dengan Daerah Induk yang benar. Sederhananya, pemerintah di Aceh. Banda Aceh: Universitas dapat mulai membangun gedung Syiah Kuala. sekolah di tiap distrik pada masing- Gravetter, J. & Larry B. Wallnau. (2014). masing kabupaten pemekaran dan Pengantar Statistika Sosial, Edisi mengoptimalkan pengadaan buku/ 8. Jakarta: Salemba. bacaan yang mengandung konten yang benar. Khairullah dan Cahyadin, Malik. (2006). 7. Untuk IPM, diperlukan adanya Evaluasi Pemekaran Wilayah di kesinambungan pembangunan diantara Indonesia: Studi Kasus Kabupaten variabel ekonomi, angka kemiskinan, Lahat. Jurnal Ekonomi angka harapan hidup, rata-rata lama Pembangunan Vol. 11, No 3. sekolah, dan harapan lama sekolah Latan, Hengky. (2014). Aplikasi Analisis agar IPM penduduk kabupaten Data Statistik Untuk Ilmu Sosial pemekaran dapat meningkat. Dalam Sains dengan IMB SPSS. aspek ini, pemerintah dapat membuka Alfabeta: Bandung. lapangan pekerjaan yang baru di tiap Nizar, Muhammad, Mohd. Nur kabupaten pemekaran dengan Syechalad, dan Eddy Gunawan. menyesuaikan terhadap sektor-sektor (2018). Analisis Dampak ekonomi utama di kabupaten tersebut Pemekaran Daerah Kabupaten/ atau memberikan kursus/pelatihan Kota Terhadap Pembangunan khusus bagi penduduk usia kerja agar Manusia di Provinsi Aceh. Jurnal dapat menghasilkan barang/jasa yang Ekonomi dan Kebijakan Publik bernilai tambah tinggi. Indonesia Vol. 5, No. 2 Siagian, Laura Marisa. (2017). DAFTAR PUSTAKA Perbandingan Kinerja Ekonomi- Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Sosial Empat Kabupaten Perencanaan dan Pembangunan Pemekaran versus Kabupaten Ekonomi Daerah (Edisi Pertama). Induk di Papua Barat. Jakarta: Yogyakarta: BPFE. STIS. Bappenas dan UNDP. (2007). Studi Smith, Stephen C. & Michael P. Todaro. Evaluasi Pemekaran Daerah. (2004). Pembangunan Ekonomi Building and Reinventing Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Yuliati, Emie. (2011). Evaluasi Hasil Walpole, R.E. (2009). Pengantar Pemekaran: Studi Kasus Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: PT Pemekaran Kabupaten. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Universitas Indonesia.

25