Notula Edisi ke-5 biennale 10 Jam untuk Kesusasteraan

Ditulis oleh Élise Bas

Karya seni : Indonesia dan Prancis apakah saling mempengaruhi ? Edisi ke-5 acara dua tahunan Sepuluh jam untuk kesusastraan indonesia

UNESCO, Ruangan IV 7, place de Fontenoy, Paris VIIe Jumat, 9 November 2012 Asosiasi Pasar Malam, untuk kekerabatan masyarakat prancis dan indonesia 14 rue du Cardinal Lemoine - 75005 Paris, téléphone 01 56 24 94 53 [email protected] http://pasarmalam.free.fr

L’Ambassade d’Indonésie Délégation Permanente de la République d’Indonésie auprès de l’UNESCO

ISBN 979-10-91125-05-5 Notula Edisi ke-5 biennale 10 Jam untuk Kesusasteraan Indonesia 9 November 2012, Unesco, 125 Avenue de Suffren, Paris

Karya seni : Indonesia dan Prancis apakah keduanya saling memberi inspirasi ?

Semuanya menyimak dengan penuh perhatian...

JADWAL ACARA

10.00 – Pintu ruangan dibuka 16.30 – Pemutaran film video: Jangan Terbangun 10.15 – Acara Pembukaan Sebelum Mimpi Berakhir 10.30 – Para penulis Prancis di Jawa : Berbagai 17.00 – Pada siapa dan mengapa mengajarkan Perjalanan dan Kesaksian, konferensi bahasa Prancis di Indonesia ? 11.45 – Métro B, tari kontemporer Indonesia 17.30 – Batik, chic ! Memakai kain batik di 12.30 – Makan siang Prancis. Peragaan dan presentasi aneka kain 14.00– Diskusi: Bagaimana meletakkan terindah dari Jawa. pengaruh seni dan sastra Indonesia di Prancis 18.00 – Pameran Buku dan sebaliknya, dari Prancis di Indonesia? 20.00 – Penutupan 15.30 – Rehat, suguhan jajanan Indonesia 16.00 – Pembacaan puisi Di UNESCO… Reva Januarty dan Hélène Koloway Yuyu Hagenbücher, pemandu acara

BABAK I – PAGI HARI

Acara Pembukaan

Edisi ke-5 biennale Sepuluh Jam untuk terima kasihnya yang sedalam-dalamnya pada Kesusateraan Indonesia dibuka oleh: Kedutaan Besar Indonesia dan perwakilan tetap Arifi SAIMAN, Kepala/koordinator Bidang Prancis untuk UNESCO. Penerangan Sosial Budaya Kedutaan Besar Bapak Arifi SAIMAN, Kepala/koordinator Republik Indonesia untuk Prancis dan Bidang Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Kepangeranan Andorre dan Monaco. Besar Republik Indonesia di Prancis, untuk Daniel RONDEAU, Duta Besar, delegasi tetap Kepangeranan Andorre dan Monaco, selanjutnya Republik Prancis untuk UNESCO. pada kesempatan ini juga mengucapkan, atas Yuyu HAGENBÜCHER, pembawa acara. nama Kedutaan Indonesia selamat datang pada seluruh peserta. Beliau menggarisbawahi Atas nama Asosiasi Pasar Malam, Yuyu bahwa betapa pertemuan para penulis, pelaku HAGENBÜCHER pertama-tama mengucapkan seni, penyair, para penerbit, seniman Prancis selamat datang pada semua peserta, dan dan Indonesia dalam acara Sepuluh Jam ini memperkenalkan buku puisi karya Saut mewakili sebuah kesempatan unik dalam wajah SITUMORANG, yang telah diterjemahkan oleh kebudayaan Prancis. « Asam di gunung, garam François-René DAILLIE, yang dicetak khusus di laut / bertemu dalam satu belanga… ». Selain untuk acara Sepuluh Jam untuk Kesusasteraan itu, penyelenggaraan acara ini secara kebetulan Indonesia tanggal 9 November 2012. Sebuah bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan di buku yang sangat bermakna mengingat Indonesia 10 November. Setelah mengingatkan sulitnya mendapatkan buku-buku Indonesia di peran yang tak ternilai harganya para penulis toko-toko buku Prancis. Ibu HAGENBÜCHER besar yang sekaligus pejuang kemerdekaan mewakili Asosiasi Pasar Malam menyatakan Indonesia, Bapak SAIMAN mengakhiri pidatonya dengan mengucapkan terima kasihnya yang bagi Bapak Daniel RONDEAU adalah sebuah sebesar-besarnya pada Pasar Malam. pencerahan. Sebagaimana telah beliau garis Bapak Daniel RONDEAU, Duta Besar, wakil tetap bawahi sendiri, kesusasteraan Indonesia saat ini Republik Prancis untuk UNESCO, kemudian jelas modern, para wanita (Ayu UTAMI, Saman) mendapat giliran untuk menggarisbawahi mempunyai reputasi di tingkat internasional. betapa jarangnya sekarang ini menyediakan Yayasan Lontar dan proyeknya « Dunia, Sebuah sepuluh jam –dan bukan 5 menit- pada Syair Raksasa» diluncurkan bekerjasama dengan kesusasteraan pada umumnya, dan khususnya seorang antropolog Spanyol, juga memainkan pada kesusasteraan Indonesia. Di depan para sebuah peran primordial dalam penyebarannya. hadirin, dalam beberapa patah kata beliau Yang Mulia Bapak Daniel Rondeau, menyatakan menceritakan pengalaman pribadinya ketika mendapat kehormatan bisa menyambut mengenal kesusasteraan Indonesia. Memang penyelenggaraan acara seperti ini di gedung bagi beliau sekian lama kepulauan Indonesia UNESCO, akhirnya menyampaikan ucapan selalu diasosiasikan dengan suatu tempat, terima kasihnya pada Asosiasi Pasar Malam. yaitu Borobudur, yang terungkap begitu puitis Dalam edisi ke-5 biennale ini diungkapkan dalam tulisan-tulisan Roger VAILLANT, di penyesalan yang dalam atas ketidakhadiran dua mana misteri «anggrek beraroma kambing » tokoh penting yaitu François-René DAILLIE dan berpadu dengan para penari yang gemulai, A. Umar SAID, yang masing-masing adalah pantai yang berpasir putih dan makam di penulis/penerjemah dan pejuang kemerdekaan, puncak bukit. Borobudur, juga merupakan dan anggota Pasar Malam, yang belum lama ini tempat magis di mana raja Mataram terakhir meninggal. dimakamkan, terkurung dalam istananya Indonesia dan Prancis, apakah keduanya saling dengan 10.000 istrinya… Lebih dekat lagi memberi inspirasi satu sama lain? Itulah dengan kita, puisi Saut SITUMORANG, yang pertanyaan yang harus dijawab dalam edisi ke-5 mendapat kehormatan dalam penyelenggaraan biennale ini. 10 Jam untuk Kesusasteraan Indonesia kali ini,

Para penulis Prancis di Jawa : berbagai perjalanan dan kesaksian, presentasi dari Philippe GRANGE, direktur Institut Asia-Pasifik, La Rochelle.

Tidak banyak penulis Prancis yang tertarik hanya tertuju pada rakyat Jawa tapi tetap juga pada pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. pada cara memerintah orang-orang Belanda Karya-karya tulis yang mereka hasilkan tentang dan negeri-negeri jajahan mereka. Dalam perjalanan itu lebih benilai sosiologi dan presentasinya, Bapak GRANGE memfokuskan ilmu pengetahuan daripada bernilai sastra. diri pada abad ke-19 dan ke-20. Sebelum abad ke-19, tulisan-tulisan seperti itu jarang, tulisan-tulisan yang ada berasal Sekedar untuk mengingatkan, beberapa nama dari para nahkoda yang melaporkan kesulitan- penulis yang disebutkan oleh Bapak GRANGE kesulitan yang mereka temui dalam pembelian sepanjang presentasinya adalah De Molins dan perdagangan rempah-rempah, catatan- (1858-1864), De Beauvoir (1866), Rimbaud catatan dari para penjelajah, pejabat yang ingin (1876 – yang terdaftar dalam pasukan kolonial memahami «gaya Belanda » – yang dianggap Belanda, yang kemudian melarikan diri, sebagai sebuah keberhasilan–, supaya bisa tinggal di pulau Jawa kurang lebih 3 bulan, mengadopsinya dengan lebih baik. Pada jaman tapi sayangnya tidak menuliskan apa-apa…), itu, pandangan para wartawan dan penulis tidak Pina, Leclercq, Cabaton (1910), Angoulvant Konferensi "Para penulis Prancis di Jawa : berbagai perjalanan dan kesaksiannya"

(1924), Robequain, Roger Vaillant (ditugaskan oleh oleh keluarga-keluarga bangsawan Prancis, pada tahun 1951 untuk hariannya), lalu Clara misalnya tulisan dari Comte Ludovic de Beauvoir Malraux, Jack Thieuloy dan Bernard Dorléans. (1846-1929), yang saat itu berusia 20 tahun, dan ditugaskan oleh keluarganya mencatat semua Membedakan dalam tiga periode, beliau yang terjadi selama perjalanannya ke Siam, menyusun paparannya dalam tiga masa, yaitu Jawa dan Canton. Karyanya itu, dipublikasikan pada pertengahan abad ke-19, pandangan- 1868, meraih sukses besar di berbagai toko pandangan bangsawan yang terheran-heran, buku, sebagian karena kualitas dan eksotisme kadang-kadang tampak jelas merendahkan, dari ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan. Dari dan tidak bebas dari berbagai kritik terkait tulisan-tulisan Beauvoir dan Molins, muncul dengan kekasaran exploitasi kolonial, di mana khususnya kepatuhan para petani Jawa pada tulisan-tulisan ini pertama-tama cenderung aristokrat kulit putih, yang secara mengherankan simpatik terhadap orang-orang Jawa (1). terkait dengan larangan pemerintah Belanda Namun pandangan ini seiring dengan waktu menyekolahkan anak-anak Jawa, karena takut makin mengeras, dan terlihat kekaguman orang akan menebarkan benih hasrat untuk merdeka. Prancis terhadap gaya penjajahan Belanda yang Akhir abad ke-19 ditandai dengan berbagai « efisien », secara progresif kita sampai pada kekaguman terhadap gaya penjajahan Belanda. tulisan-tulisan yang diwarnai rasisme, yang Hampir sepertiga pendapatan APBN Belanda mana pada akhir abad ke-19, penjajahan sering berasal dari eksploitasi tanah jajahannya di dibenarkan oleh berbagai pertimbangan seolah- Hindia Belanda melalui sistem tanam paksa olah-ilmiah yang menegaskan kesuperioritasan (Cultuurstelsel), benar-benar « perbudakan orang-orang Eropa atas orang-orang Jawa (2). fiskal » yang terjadi antara sekitar tahun 1830 Akhirnya, pada abad ke-20, pandangan pasca- dan 1900. Dalam sistem ini, sebagian dari tanah kolonial menemukan kembali nada simpatinya pertanian harus ditanami dengan tanaman yang terhadap rakyat Indonesia (3). telah ditentukan oleh pemerintah, 2/5 dari panen harus dikirim ke gudang pemerintah. Periode pertama: Rasa simpati terhadap Penyalahgunaan kekuasaan sering terjadi, dan orang-orang Jawa dan kekaguman pada konsekuensi dari sistem ini kadang-kadang gaya penjajahan Belanda (abad ke-19) mengerikan, yaitu terjadinya wabah kelaparan, dan para petani Jawa secara kolektif sering Pada abad ke-19, tulisan-tulisan, yang mana tercekik hutang akibat sistem ini. Sistem ini yang kita miliki saat ini sebagian besar terkait justru menimbulkan rasa kagum yang besar dengan ekspedisi–ekspedisi yang dilakukan daripada rasa antipati dari para pengelana sekaligus penulis Prancis. Duvernois, inspektur diambil oleh pemerintah Belanda pada tahun kolonial Prancis (1863), begitu juga Pina 1902. Namun, ditinggalkannya sistem tanam (1880) menunjukkan kekaguman mereka pada paksa, tidak serta merta berarti berakhirnya sistem penjajahan Belanda di Indonesia ketika cengkeraman pemerintah Belanda atas sumber- membandingkannya dengan sistem penjajahan sumber pendapatan negara. Liberalisasi Prancis di Aljazair. Dari tulisan-tulisan memungkinkan didirikannya perkebunan- itu, tentunya Pax neerlandica diberlakukan perkebunan swasta besar di bidang karet, awal berkat sistem tersebut. Suara senada muncul dari ekploitasi minyak, namun demikian beban selama beberapa puluh tahun dalam tulisan para petani tidak mengalami perubahan. Para Angoulvant, yang pada tahun 1926 memuji penulis Prancis pada jaman itu mengkuatirkan berbagai infrastruktur yang dibangun untuk liberalisasi tersebut, yaitu pengajaran di menjamin pendayagunaan pertanian negeri sekolah-sekolah seharusnya disesuaikan dengan jajahan, hingga menyatakan bahwa « Penjajahan kebutuhan ras agar tidak mengarah pada Belanda telah memberikan hasil lebih baik ketidakpatuhan (Gonnaud, 1905), kebiasaan- daripada yang kita hasilkan. Kita harus banyak kebiasaan baru seperti membaca koran akan belajar, keterlambatan besar ini harus segera bisa menimbulkan resiko lahirnya pemogokan dikejar». Secara bersamaan, kita bisa temukan dan pergerakan-pergerakan provokatif yang dalam tulisan-tulisan para penulis tersebut menimbulkan pemberontakan (Robequain, upaya-upaya pembenaran diberlakukannya 1946). penjajahan, yang sering dibarengi dengan penghinaan pada sultan setempat, bernada Periode ketiga : Pandangan pasca- ironis dan tanpa rasa hormat. Meningkatnya penjajahan (paruh kedua abad ke-20) jumlah populasi juga dikemukakan oleh Leclercq (1898) seolah merupakan sebuah konsekuensi Pandangan pasca-penjajahan dari beberapa positif dari sistem tanam paksa tersebut, penulis Prancis jauh lebih ramah. Di antara para padahal hal tersebut justru terjadi di banyak penulis yang disebutkan, kita bisa mengingat negara terbelakang. nama Clara Malraux yang pada tahun 1963, tertarik pada kondisi perempuan, dia melihat Periode kedua: Era upaya-upaya bahwa di Jawa kondisi perempuan lebih maju dari pembenaran kolonialisasi (akhir abad pada di Prancis saat itu, « Dalam bekerja, jumlah ke-19 dan paruh pertama abad ke-20) para wanita muda atau tua sama banyaknya dengan yang laki-laki, dan sama gesitnya dalam bekerja», Selain pertimbangan-pertimbangan perdamaian « para wanita berhak memilih dalam pemilihan dan demografi, untuk membenarkanumum dan terpilih karena dalam pemilihan diberlakukannya penjajahan, juga digunakan karena memiliki kemampuan, mereka memiliki argumen-arguman seolah-olah-ilmiah, aktivitas profesional yang intens… ada wanita yang benar-benar bernada rasis: penjajahan yang menjadi menteri ». Dalam karya lain, Jack memungkinkan para pribumi belajar bekerja Thieuloy (Gairah Indonesia, 1985) menuliskan (Leclercq, 1898), para penduduk pribumi pula nada kekagumannya terhadap masyarakat memiliki sebuah « tanda kepala» lebih rendah Indonesia, yang menggarisbawahi martabat dan daripada orang-orang Eropa (Gonnaud, 1905). ketenangan orang-orang Indonesia, misalnya dalam kendaraan umum yang sangat padat… Novel Max Havelaar karya Multatuli (nama samaran dari Eduard Douwes Dekker), terbit Tanya-Jawab tahun 1860, membentuk sebuah opini publik Belanda yang berbalik arah, dan secara langsung Sepanjang sesi tanya-jawab setelah konferensi, menjadi awal timbulnya « politik etis» yang salah satunya mengungkapkan karya Bernard Dorléans yaitu « Orang-orang Prancis di menjawab bahwa dalam penulisan sejarah Indonesia », yang menunjukkan bahwa Indonesia moderen Indonesia, tidak dibicarakan kerjasama tidak pernah dianggap sebagai sebuah subyek mutualisme, dan yang dilakukan secara sadar utama oleh pemerintah Prancis, dan hanya para antara bangsawan Jawa dan penguasa penjajah pengelana dan penulis yang tertarik dengan Belanda, namun demikian kita tidak bisa Indonesia. menyamaratakan semua bangsawan Jawa, tidak semuanya melakukan kerjasama dengan Pada sebuah pertanyaan mengenai peran kaum penjajah. elit Indonesia terhadap para penjajah, pemapar

Metro B : tari kontemporer Indonesia. Karya asli tahun 2012.

Koreografi dan penari : Kadek PUSPASARI merah, simbol kondisi wanita yang lebih percaya Musik : Jean DESAIRE dan Christophe MOURE diri tapi tidak mengurangi kesensualannya, penonton bisa menebak kegalauan hati tentang Koreografi yang begitu indah ciptaan Kadek jati diri yang diwakili dengan perubahan si PUSPASARI, seorang penari Indonesia ini wanita muda, di mana berbagai pertanyaan mengisahkan keberangkatannya ke Prancis, dan tercermin dalam kaca yang berdiri tegak yang bagaimana dia beradaptasi dengan masyarakat diletakkan di tengah panggung. Prancis… Namun, ini terkait dengan masalah Dalam bagian ke-3, Kadek mengganti roknya antar budaya dalam arti luas. Penonton diajak dengan kostum yang lebih maskulin, memakai untuk merenungkan bentuk interaksi-interaksi gelang kaki bergemerincing, naik kuda lumping. yang timbul, di tempat di mana dia harus Musik menjadi lebih berirama, si penari menyesuaikan budayanya sendiri dengan adat bergumul tumpang tindih dengan kudanya istiadat sebuah masyarakat asing di mana dia yang berganti-gantian mematuhinya atau hidup. melepaskan diri. Improvisasi, panggilan publik dan partisipasi mereka dalam merajut jaring Diiringi suara gamelan, sang penari, Kadek laba-laba merah akhir, serta «tergugahnya» PUSPASARI mempesona para penontonnya musisi yang menarikan sebuah pantomim dengan berbagai tarian dalam balutan pakaian penutupan, semuanya merupakan elemen- tradisional. Aksi kedua, dia melakukan elemen artistik yang inovatif dan orisinil, yang metamorfosa yaitu mengganti baju membuat pertunjukan ini menjadi karya seni ini tradisionalnya dengan rok mini moderen warna unik.

Tari kontemporer Indonesia… oleh Kadek Yulia Puspasari Moure Sita Satoeti Phulpin, Saut Situmorang, Rahayu Surtiarti Hidayat, Anda Djoehana Wiradikarta, Joëlle Durand Raucher. Foto © Hélène Koloway

BABAK II – SIANG HINGGA SORE HARI

Diskusi: Bagaimana menyajikan pengaruh karya seni dan sastra Indonesia di Prancis dan begitu pula sebaliknya?

Moderator : Anda Djoehana WIRADIKARTA komik manga. Pernyataannya jelas, yaitu akhir- Pembicara: akhir ini, di , kita bisa menemukan Darwis KHUDORI, arsitek, penulis, sejarawan, kembali di pasaran komik Petualangan Tintin. dosen-peneliti di Université du Havre, Lima tahun lalu, empat album Titeuf telah direktur Master Pertukaran dengan Asia. diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Rahayu Surtiati HIDAYAT, dosen bahasa Prancis Erlangga (Jakarta), dan setahun kemudian, (Universitas Jakarta) dan penerjemah. album Kisah Cinta Swann karya Marcel Proust Saut SITUMORANG, penyair. yang diadaptasikan oleh Stéphane Heuet, Joëlle DURAND RAUCHER, sutradara. muncul di Kepustakaan Populer Gramedia. Dari hal tersebut tepat sekali apabila pembicara Penerjemah : Hélène POITEVIN dan mengemukakan pertanyaan pembuka: Apakah Sita Satoeti PHULPIN. ini merupakan kembalinya minat pada komik- komik Eropa, antara lain Prancis, Belgia dan Rahayu Surtiati HIDAYAT, pembicara Swis? pertama dalam diskusi ini, mengemukakan Pada akhir tahun 70-an, beberapa penerbit, antara masalah membaharui minat sekarang ini pada lain Indira dan Gramedia, pernah menerbitkan berbagai komik di Indonesia, yang beberapa di komik-komik Prancis dalam bahasa Indonesia antaranya menjadi tidak tampak akibat serbuan seperti Petualangan Tintin, Asterix, Lucky Luke, Tanguy dan Laverdure. Komik-komik ini ada bertahan lama, salah satunya karena banyak hingga akhir tahun 1990-an saat “manga” mulai pembaca muda yang tak lagi mengenal wayang. masuk ke pasaran Indonesia, yang kemudian Seiring dengan kompetisi tahun 1998, digelar meraih sukses luar biasa hingga saat ini. Komik tiap tahun kompetisi-kompetisi lain, diikuti manga juga memberikan pengaruhnya pada para dengan pameran selama sepekan. Pada tahun seniman Indonesia. Bahkan beberapa seniman 1999, festival komik se-ASEAN digelar di pernah menerima penghargaan dari pemerintah Jakarta. Menjadi tempat pertemuan para Jepang atas karya-karya mereka. seniman, penerbit dan media massa, kompetisi- Namun begitu pada awal tahun 90-an, beberapa kompetisi seperti ini menimbulkan semacam seniman , yang tak lama kemudian pemahaman yang saling menguntungkan, dalam diikuti oleh para seniman Yogyakarta dan Malang, waktu satu jam para seniman menyadari bahwa mulai mempublikasikan karya-karya komik kekuatan pasar bisa mengangkat nama mereka Indonesia mereka yang autentik, di antaranya tapi bisa juga membunuh mereka. Sekarang ini adalah Carok. Antusiasme mereka yang meluap- komik-komik Indonesia juga diterjemahkan luap menuntun mereka mempublikasikan dalam bahasa asing. sendiri karya-karya mereka, sebelum dibantu Dalam konteks ini, komik-komik terjemahan oleh penerbit-penerbit kecil. Pemerintah dari bahasa Prancis – utamanya Asterix dan Lucky Indonesia, khususnya Departemen Pendidikan Luke – bagaimanapun juga berhasil bertahan. dan Kebudayaan menaruh perhatian pada Komil-komik ini dicetak ulang lebih dari perubahan situasi seperti itu, lalu memberikan sepukuh kali. Penerbit Sinar Harapan memberi dukungannya pada perkembangan komik-komik bayaran yang sangat baik pada penerjemah Indonesia. Sebuah kompetisi tingkat nasional « Petualangan Asterix » yang telah mengadaptasi kemudian digelar oleh Direktorat Jenderal nama, ejekan-ejekan dan cara berbicara tokoh- Kebudayaan pada tahun 1998, walaupun saat tokoh dalam komik. Jelas, lebih dari 30 tahun itu terjadi krisis ekonomi di Indonesia. masyarakat pada umumnya mengenal tokoh- Gaya komik-komik Indonesia ini bukan tanpa tokoh dalam komik-komik tersebut, bisa kita adanya pengaruh dari komik-komik Eropa. sebutkan pada baris pertama tokoh-tokoh dalam « Petualangan Asterix, Prajurit Galia » tak dapat komik Tintin. Penerbit Elex Media Computindo dibantah menjadi sumber inspirasi. Periode ini tidak berdiam diri saja di pinggir. Pada awal abad juga menjadi masa pencarian identitas diri bagi XXI penerbit ini mulai mempublikasikan komik- para seniman muda, seperti dapat dilihat dalam komik Prancis yang diterjemahkan kembali oleh komik berjudul « Ayam Majapahit ». Penggunaan para penerjemah muda. Semua publik dibidik format A4, dan periode itu ditandai dengan yaitu anak-anak (misalnya Lou), para remaja komik karikatur yang bisa ditemukan di mana- (Titeuf), dan juga orang dewasa, yang mana mana, sedemikian kuatnya komik karikatur, secara eksplisit bisa kita sebut beberapa karya sehingga selama lebih dari 10 tahun di Kompas di sini, yaitu « Kisah Cinta Swann » karya Marcel Minggu selalu ada karikatur Jakarta yang Proust, yang diadaptasi oleh Stéphane Heuet. diciptakan oleh Mice dan Petualangan Sukribo Kesimpulannya, Madame Surtiati HIDAYAT yang digambar oleh Ismail. menggarisbawahi bahwa masyarakat Indonesia Hal lain yang bisa dicatat adalah kembalinya, selalu tertarik dengan komik, jika anak-anak untuk sementara waktu, gaya “wayang” — menyukai manga, orang dewasa lebih memilih yang sangat populer pada tahun 50-an dan jenis “super-hero” dan komik-komik Prancis. 60-an— perpaduan gaya “super hero”. Seniman Bagaimanpun juga, selera para pembaca generasi muda yang berhasrat mengeksploitasi tampaknya mengikuti sebuah lingkaran cerita wayang, lalu menggarapnya sekaligus ulang-alik, tidak hanya komik-komik Prancis, memodernisasinya (misalnya dengan Avatar). komik-komik wayang pun tahun 1950-an Bagaimanapun juga, aliran komik ini tidak kembali populer. Ibu Joëlle DURAND RAUCHER kemudian dalam tulisan-tulisannya, yang dengan jelas mendapat giliran berbicara untuk berbagi dengan dia nyatakan secara terbuka. Penulis-penulis publik impiannya pada interaksi-interaksi sastra Prancis lainnya lebih memberi kontribusi dalam Eropa (Shakespeare dan Impian Suatu Malam pandangan politiknya misalnya filsuf Jean-Paul Musim Panasnya) dan sastra Asia (Ramayana). Sartre, Michel Foucault dengan Connaissance et Titik awal renungannya, yang mana pembicara Savoir (Pengetahuan dan Mengetahui), Jacques mengajak para hadirin, adalah Impian Suatu Derrida atau juga Franz Fanon, yang berasal dari Malam Musim Panas, yaitu mengapa tidak Martinique. menganyam hubungan antara naskah warisan Akhirnya, arsitek, sejarawan, dan direktur Eropa itu dengan karya seni Bali? Dalam Impian Master Pertukaran dengan Asia Université du Suatu Malam Musim panas, kita belajar sejak Havre Darwis KHUDORI memaparkan pada dari kata-kata pertama bahwa seorang pangeran hadirin persepsinya mengenai peran pertukaran akan menikahi seorang wanita yang dia cintai internasional antara Prancis dan Indonesia. dan mencintainya. Merupakan kegembiraan Pembicara menggarisbawahi bahwa 57 tahun jika bisa menampilkan sebuah naskah teater, setelah Konferensi Bandung, 50 tahun setelah mitos Pyrame dan Thisbé. Jika teater adalah era Penjajahan, 20 tahun setelah perang dingin, seni metamorfosa dan pemikiran tentang ilusi, tampaknya era Bandung masih tetap menandai Pyrame dan Thisbé menurut Ibu DURAND dunia. Pada tahun 1955, tahun konferensi RAUCHER, akan bisa menjadi para tokoh dalam Asia-Afrika, pertemuan pertama rakyat dongeng-dongeng Bali. dari negara-negara yang pernah mengalami Penyair Saut SITUMORANG, di mana penjajahan, semangat Bandung meliputi tiga paparannya diterjemahkan oleh Hélène kenyataan, yaitu sebuah panggilan agar semua POITEVIN, selanjutnya mengemukakan negara dapat hidup berdampingan dengan sebuah latihan yang menarik, dengan sentilan damai, sebuah panggilan pada pembebasan humor dan ironi, menyampaikan apa yang melawan hegemoni negara-negara adi kuasa, dinamakannya sebagai kesimpulannya «biografi sebuah panggilan pada solidaritas di antara intelektual». Tantangannya dengan begitu adalah rakyat yang mengalami tekanan. Sebelum menjelaskan bagaimana budaya Prancis, sastra mengakhiri pembicaraannya, pembicara dan teori khususnya, telah mempengaruhinya melontarkan pertanyaan, apakah saat ini kita dalam menulis dan juga dalam berpikir. sudah terbebas dari dominasi si kuat terhadap Setelah belajar sastra Inggris di Universitas si lemah? Apakah kita sudah cukup solider Sumatera Utara di Medan, Saut SITUMORANG antara satu dengan yang lain, pada saat bencana mengenal sebagian besar penulis Prancis kelaparan masih ada? Dalam sebuah kata, ketika dia tinggal di New-Zelande (1989- masih bisakah kita melakukan pertukaran 2000), melalui buku-buku bekas yang dibelinya ekonomi untuk kepentingan Prancis dan di toko-tojo buku bekas, yang jarang ada di Indonesia? Menghadapi persaingan-persaingan Indonesia. Perkenalannya dengan karya- ekonomi yang menguasai dunia saat ini, Darwis karya Charles Baudelaire, Arthur Rimbaud, KHUDORI mengatakan bahwa penyebaran Guillaume Apollinaire juga para penulis surealis kesusastraan memiliki peran penting untuk seperti Lautréamont dan juga para penulis dimainkan, yaitu sebuah optimisme komunikatif dari negara-negara francophone bekas jajahan yang benar-benar ingin ia tularkan pada para Prancis seperti Aimé Césaire (para penulis dari mahasiswanya, mendorong mereka untuk benua hitam) merupakan sebuah pencerahan. membaca, menunjukkan karya-karya teater, Karena tidak memahami bahasa Prancis, Saut dan terutama mengambil bagian pertukaran SITUMORANG tentu saja membaca karya-karya sastra di antara berbagai universitas… mereka dalam versi bahasa Inggris. Namun, pengaruh para penulis Prancis tampak nyata Tanya - Jawab disengaja sebuah payung dan sebuah mesin jahit di atas meja operasi» (Lautréamont). Pepatah Pada Ibu Rahayu Surtiati Hidayat : Mengapa ini memungkinkannya menjauhkan diri dari di Indonesia komik-komik kembali populer? aturan-aturan baku, stok metafora murni Mengapa « Petualangan Asterix, Prajurit Galia » puisi Indonesia (seperti dalam pantun) dan begitu disukai ? menemukan sebuah jalur unik. Dengan bantuan Untuk pertanyaan pertama itu hanya bisa kredo surealis, SITUMORANG bisa menulis puisi dijawab dengan pernyataan sederhana yaitu marxis yang keluar dari jalur, menggunakan adanya perubahan selera dari para pembaca gambar-gambar yang murni revolusioner. Dalam komik di Indonesia. Terkait dengan kesuksesan « Puisi Buah-buahan», ditulis untuk mengkritik luar biasa yang diraih oleh Asterix, harus Suharto, dia menggambarkan misalnya mantan digarisbawahi peran primordial penerjemahan presiden dengan memanfaatkan gambar buah- dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. buahan yang tidak kurang sedap. Dalam penerjemahannya misalnya semua nama dalam versi asli telah diindonesiakan Pada Darwis KHUDORI : di mata orang Prancis, tanpa menghilangkan nuansa Romawinya. Indonesia tidak menarik perhatian secara Cara berbicara para tokohnya, ejekan-ejekan ekonomi seperti halnya China atau India. Oleh juga diindonesiakan. Itulah sebabnya mengapa karena itu, adakah cara lain yang bisa membuat Asterix begitu disukai, dan tak mengherankan Indonesia dipandang? jika akan tetap bisa bertahan lama dalam pikiran Bedanya dengan China atau India, Indonesia masyarakat Indonesia. bisa membanggakan diri sebagai sebuah negara republik, yang membuat mata dunia Pada Ibu DURAND RAUCHER : Apa yang ada menghargai Indonesia. Selain itu, konsep dalam karya seni Bali yang memungkinkan bangsa yang didengungkan oleh Ernest Renan dipanggungkannya cinta « Impian pada Suatu seringkali digunakan oleh dalam Malam Musim Panas »? pidato-pidatonya. Sebuah bangsa, untuk Shakespeare telah menuliskan Romeo dan Renan, bukanlah sebuah kumpulan rakyat yang Juliette beberapa tahun sebelum “Impian pada memiliki kesamaan bahasa, wilayah dan agama, Suatu Malam Musim Panas”. Semuanya sepakat tapi pengalaman bersama –dan kesengsaraan– bisa menemukan kembali mitos Pyrame dan masa lalu, yang lebih menyatukan daripada Thisbé dalam karya tersebut. Karya tanpa alur, kegembiraan. Pengalaman penjajahan, hampir abadi, tanpa ruang yang persis hanya penghinaan rasial, kepedihan bersama dalam indikasi tempat saja (di Atena), naskah tanpa menghadapi penjajahan, merupakan elemen- psikologi. Jika si ratu para peri bisa, dengan elemen pembangun kesatuan Indonesia. perantara sebuah filter, jatuh cinta pada keledai, Kemauan untuk bersama-sama untuk masa jika para pengrajin yang hanyalah orang-orang depan adalah pilar kesatuan sebuah negara. sederhana bisa memainkan sebuah mitos yang begitu kuno, maka Pyrame dan Thisbé, yang Sebelum rehat, Saut SITUMORANG orang Babylonia, bisa menjadi orang Bali. membacakan puisinya sendiri yang berjudul Puisi Buah-buahan, di mana subyeknya adalah Pada Saut SITUMORANG : bagaimana Suharto. menerjemahkan pengaruh surealis dalam tulisan-tulisannya? Saut SITUMORANG menyatakan sumber- sumber inspirasinya dari para penulis surealis, yaitu Keindahannya, yaitu « pertemuan tak Jim Adhilimas dan Pierre Stumm, aktor Alex Grillo Nany Ismail Pembacaan beberapa puisi

Oleh Jim ADHI LIMAS dan Pierre STUMM, pemain teater. Pembacaan dua buah puisi oleh Saut SITUMORANG sendiri.

Jangan Bangun Bebelum Mimpi Berakhir, atau 15 tahun kerjasama antara Indonesia dan Prancis.

Presentasi oleh Alex GRILLO, seorang vibrafonis (Marseille) dan Gayam (Yogyakarta) yang mana dan komposer, lalu pemutaran sebuah film Sam Harkand et Cie (Marseille) tergabung di video sebuah pertunjukan hidup yaitu musik, dalamnya, spesialis seni grotesque (benda- teater topeng, tari. Pertunjukan ini merupakan benda seni yang aneh-lucu-fantastik), topeng hasil kerjasama franco-indonesia antara dua dan boneka wayang. kelompok musik: Léda Atomica Musique

Diskusi: Pada siapa dan mengapa mengajarkan bahasa Prancis di Indoensia ?

Pembicara : satu alasan berkurangnya minat ini adalah Nany ISMAIL, dosen sastra dan bahasa Prancis, tentu karena merosotnya jumlah perusahaan Universitas Pajajaran (UNPAD), Bandung. Prancis yang berinvestasi di Indonesia. Ketika Rahayu SURTIATI, dosen sastra dan bahasa mereka ditanya alasan mereka belajar bahasa Prancis, Universitas Indonesia, Jakarta. Prancis, sebagian besar mahasiswa Indonesia menjawab karena mereka ingin pergi ke Prancis. Ibu Nany ISMAIL terlebih dahulu menyatakan Tapi kenyataannya hanya 8% di antara mereka kepesimisannya yaitu meskipun Bandung yang akhirnya benar-benar bisa berkunjung ke hanyalah berjarak 135 km dari Jakarta, namun Prancis Alasan lainnya, mendaftar ke jurusan para mahasiswa yang belajar bahasa Prancis bahasa Prancis, sayangnya, hanyalah cara untuk hanyalah karena faktor kebetulan saja. Salah mengisi waktu agar tidak dikatakan tidak kuliah, mereka tidak diterima di jurusan lain, sehingga pilihan mengambil jurusan bahasa Prancis mereka mendaftar ke jurusan bahasa Prancis. sekarang ini sukarela dan tidak terpaksa – lebih Apapun alasan mereka, sekitar 300 mahasiswa merupakan perubahan positif. Mata pelajaran tiap tahun belajar di jurusan bahasa Prancis yang diajarkan selama kuliah meliputi sastra, di Universitas Pajajaran Bandung (dengan bahasa dan budaya negara-negara berbahasa pengecualian luar biasa, yaitu jumlah mereka Prancis, jadi tidak hanya Prancis. Selain itu, mencapai 700 jaman Zidane!). sinema menjadi bagian dari obyek pelajaran, dan mata kuliah yang terkait dengan bidang Ibu Rahayu SURTIATI kemudian ini cukup meraih sukses. Akhirnya, oleh karena mengungkapkan masalah 90 mahasiswa yang sekarang ini pekerjaan penerjemah merupakan mendaftarkan diri tiap tahun di Universitas profesi yang laris di Indonesia, hal ini memberi Indonesia Jakarta. Menjadi semi-swasta sejak kontribusi meningkatkan minat para pelajar tahun 2000, Universitas Indonesia Jakarta untuk mendaftarkan diri ke universitas- bermaksud untuk mengubah diri menjadi universitas yang memiliki jurusan bahasa menjadi universitas penelitian, dan secara de Prancis. Para pegawai negeripun sekarang bisa facto menutup program diploma. Namun begitu, berkarier dalam bidang penerjemahan. Sejak jumlah mahasiswa tidak berkurang, mereka ini dua tahun ini, pemerintah banyak menyediakan secara keseluruhan dipindahkan ke program- berbagai beasiswa untuk belajar bahasa Prancis. program yang lain. Menurut Ibu SURTIATI,

Paparan Duta Besar Indonesia di Prancis

Duta Besar Indonesia di Prancis yang memilih menyatakan pendapatnya dalam bahasa Inggris mengingatkan dalam beberapa patah kata hubungan telah lama terjalin antara dua negara kita berkat sastra Indonesia. Beliau menggarisbawahi betapa kuatnya pengaruh budaya Prancis di Indonesia, sejarah, ide-ide dan nilai-nilainya, dan mengingatkan peran fundamental yang dibawa oleh berbagai acara seperti « Biennale 10 jam untuk Kesusasteraan Indonesia » yang melestarikan hubungan ini. Beliau mengakhiri pidatonya dengan menyatakan kepuasannya terkait dengan kemitraan yang strategis antara Indonesia dan Prancis, khususnya yang dipupuk dari pertukaran budaya semacam ini.

Yang Mulia Duta Besar Indonesia, Bpk. Rezlan Ishar Jenie dan Ibu Sofia Sudarma, Penasehat Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO. Para peragawati sehari… Icha Calchat, Hèlène Poitevin, Novalia Courtoy, Élise Bas, Claudia Huisman. Foto © Hélène Koloway Batik, chic! Mengenakan batik di Prancis

Penjelasan berbagai cara yang berbeda dalam HAGENBÜCHER dengan bantuan Desi mengenakan kain batiks – didahului dengan DJOEHANA WIRADIKARTA dan Novalia peragaan kecil dan presentasi aneka kain COURTOY. terindah Jawa–, dilaksanakan oleh Yuyu

Pameran buku

Seperti tradisi, pameran buku ini yang menjadi penutup acara, menampilkan di antaranya berbagai buku sumbangan dari Éditions du Pacifique, juga Lontar, orang-orang Indonesia, buku-buku tentang Indonesia, buku-buku dalam bahasa Prancis, dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris, begitu pula buku-buku yang diterbitkan oleh Pasar Malam, yaitu « Kata-kata Kepedihan Ini » karya Saut SITUMORANG, buku kecil berisi puisi yang belum pernah diterbitkan, majalah asosiasi Pasar Malam yang diterbitkan tiap enam bulan sekali Le Banian dan buku-buku yang seri Collection du Banian. Para sukarelawan, dari kiri ke kanan : Sita Satoeti Phulpin, Desi Djoehana Wiradikarta, Hélène Koloway, Angela Dewulf, Reva Januarty, Wilma Margono, Johanna Lederer, Yuyu Hagenbücher.

Élise Bas, mencatat untuk membuat notula.