2. Imron Rosyadi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
GAGASAN DAN PRAKTIK POLITIK ISLAM ERA 1996-1990-AN DALAM PERSPEKTIF ORDE BARU Imron Rosyadi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448 ABSTRAK Kelahiran Orde Baru dengan aktor intelektualnya, yaitu Soeharto, sebenarnya menjadi harapan banyak kalangan, termasuk umat Islam, untuk dapat memberikan ruang yang luas, khususnya kehidupan politik yang demokratis, di samping mengembalikan kondisi ekonomi bangsa yang carut marut. Harapan yang besar itu terlihat dari dukungan umat Islam terhadap eksistensi Orde Baru. Namun, seiring perjalanan Orde Baru, harapan itu tidak seperti yang diharapkan. Sebaliknya, kehidupan politik yang tidak demokratis justru menjadi fenomena di mana-mana. Alasan yang dikemukakan adalah perioritas pembangunan ekonomi harus lebih didahulukan. Sebab, menurujuk pengalaman di masa Orde Lama, partai-partai memberikan andil dalam keterpurukan ekonomi bangsa, khususnya partisipasi yang ideologis dan kritis di Parlemen. Untuk itu, depolitisasi dan desimbolisasi terhadap partai Islam menjadi pilihan untuk dilakukan demi pembangunan ekonomi. Tulisan ini mencoba nelakukan analisis secara cermat fenomena tersebut. Kata Kunci: politik Islam, Orde Baru Pendahuluan Baru merupakan orde pembeda dari Orde Baru pernah menjadi keku- orde lama era Soekarno. Secara embrio- atan yang mendominasi dalam pentas nal, kelahiran Orde Baru ini dapat dilacak politik nasional selama 32 tahun. Orde dari Surat Perintah Sebelas Maret 124 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 124 - 135 (Supersemar) pada tahun 1966 yang sebagai kekuatan utama menggandeng dimotori oleh Jendral Soeharto. Kela- teknokrat dan ekonom untuk memper- hiran Orde Baru ini secara langsung cepat pemulihan perekonomian nasional.4 memotong dua kekuatan utama pemerin- Untuk memperkuat pertumbuhan tahan Soekarno, yaitu Soekarno sendiri perekonomian secara stabil, Orde Baru dan PKI. Dengan lengsernya dua harus belajar pengalaman kehidupan kekuatan ini, maka tinggal ABRI sebagai politik masa Orde Lama. Dalam evalua- kekuatan tunggal dalam Orde Baru di sinya, system liberal dalam menata bawah komando sekaligus actor intelek- kehidupan politik yang lebih berbasis tualnya, yaitu Soeharto.1 pada partai di parlemen dipandang sangat Soeharto dengan Orde Barunya tidak kondusif untuk pemulihan krisis mempunyai tugas untuk menata institusi- yang dialami Negara. Bahkan pada institusi politik dan memperbaiki per- tingkat tententu, besarnya peran partai ekonomian yang kondisinya carut-marut di parlemen itu dibarengi dengan kecen- warisan Orde Lama.2 Dalam bidang derungan adanya konflik politik di daerah politik diperlukan format politik baru yang yang berbasis ideologis dan berpotensi lebih demokratis dengan tidak mengulang menimbulkan pemberontakan di daerah. format yang pernah dikembangkan Orde Kondisi politik seperti itu, sulit mencapai Lama. Keharusan perubahan ini meru- consensus sehingga yang terjadi adalah pakan suatu tuntutan yang berkembang berlarut-larutnya persoalan yang sedang pada waktu itu mengingat praktik politik dipecahkan khususnya perekonomian. Orde Lama yang lebih cenderung otoriter Bercermin pada kehidupan politik dan dictator.3 Sedangkan dalam bidang masa sebelumnya, Orde Baru mencoba perekonomian, Orde Baru menca- menformat ulang system politik nasional. nangkan dengan menitikberatkan pada Dalam format baru ini, Orde Baru me- orientasi pertumbuhan ekonomi. Untuk nyebutnya dengan system demokrasi keperluan ini, Orde Baru dengan ABRI Pancasila. Dalam konteks ini, Orde Baru 1Eep Saifullah Fatah, Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru: Masalah dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional (Bandung: Rosyada, 2000), 22. 2Harold Crouch, Militer dan Politik di Indonesia (Jakarta: Sinar Harapan, 1980), 47; Mohtar Mas‘ud, Struktur Ekonomi Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 1989), 49-50. 3Format politik Orde Lama sangat sentralistik dan tidak demokratis karena itu, banyak kalangan berharap banyak kepada Orde Baru untuk tidak menggunakan format politik Orde Lama. Harapan ini didasarkan pada tiga argumentasi empiric, pertama, Orde Baru dilahirkan oleh gerakan massa yang mengalirkan arus keinginan dari bawah. Kedua, formulasi kebijakan-kebijakan politik tidak lagi didasarkan pada peran politisi dan ideologi. Ketiga, bergesernya pusat kekuasaan yang pada masa Orde Lama: Presiden, Militer dan dan PKI menjadi militer, teknokrat dan birokrasi. Namun, harapan itu, menurut Eep, hanya tinggal kenangan. Lihat Eep, Pengkhianatan…, 21-23. 4Ali Murtopo, Strategi Politik Nasional (Jakarta: CSIS, 1980), 47. Gagasan dan Praktik Politik Islam Era 1996-1990-an ... (Imron Rosyadi) 125 ingin melaksanakan Pancasila dan UUD empat pilar5 yang masing-masing meru- 45 secara murni dan konsekuen dalam pakan hal berkait satu sama lain. setiap gerak pembangunan yang dilak- Pertama, militer sebagai salah satu sanakan. Dilihat dari sini, secara ideolo- instrument kekuatan politik Orde Baru gis, antara Orde Lama dan Orde Baru yang harus mendominasi berbagai aspek tidak berbeda karena sama-sama ingin pembangunan. Penggunaan militer mempertahan Pancasila dan UUD 45. sebagai kekuatan utama pelaksanaan Hal ini berbeda dengan Partai-partai pembangunan merupakan cara logis Islam masa Orde Lama, seperti Masyu- yang ditempuh untuk mempercepat mi, yang ingin memperjuangkan Islam jalannya pembangunan. Opsi ini ditempuh sebagai dasar Negara. dengan bercermin pada pengalaman Dalam demokrasi Pancasila versi Orde Lama, khususnya aspek keamanan Orde Baru, stabilitas politik menjadi yang tidak stabil. sangat penting untuk dapat melindungan Pada tingkat tertentu, sikap repre- pertumbuhan ekonomi bangsa. Untuk itu, sif sebagai konsekuensi diterapkan peran partai politik harus ditekan pendekatan keamanan merupakan sedemikian rupa dan aspek-aspek politik pilihan Orde Baru yang dilakukan ideologis selain Pancasila harus ‘dimati- dengan kesadaran mendalam. Tindakan kan‘ dalam kehidupan politik nasional. represif ini ditujukan kepada siapa saja Untuk mengamankan idealisme ini, Orde yang dinilai akan memunculkan potensi Baru harus mengedepankan jurus repre- kearah instabilitas keamanan yang sif dan pendekatan keamanan sebagai berujung pada mengganggu roda peme- panglima untuk mempercepat laju pro- rintahan. Dari sini Orde baru berjalan gram pembangunan nasional. tidak demokratis adalah suatu tindakan Tulisan ini akan mencoba menelu- yang sulit dihindari, meski gagasan awal suri implementasi perspektif Orde Baru peralihan kekuasaan dari Orde Lama dalam kehidupan politik nasional, seperti dimaksudkan untuk menciptakan iklim disebutkan di muka, khususnya terhadap kehidupan yang demokratis. partai Islam. Kedua, pembangunan ekonomi sebagai perioritas utama pembangunan. Empat Strategi Politik Orde Baru. Kondisi ekonomi yang carut marut men- Secara general, strategi untuk jadi perhatian utama Orde Baru. Peme- mencapai cita-cita Orde Baru untuk rintah secara terus menerus mengupa- membangun Indonesia dilakukan dengan yakan percepatan pertumbuhan ekonomi 5Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 198-212. 126 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 124 - 135 yang pada tingkat tertentu mengesam- Sumitro Djoyohadikusumo, Radius pingkan pemerataan. 6 Untuk keperluan Prawiro dan Frans Seda. Tim ini meru- ini, Orde Baru merekrut teknokrat- pakan generasi pertama dan masih ekonom dan menarik investor asing untuk ditambah dengan tim generasi kedua, masuk ke Indonesia dengan keiistime- misalnya, Arifin Siregar dan Andrianus waan-keistimewaan. Investor asing yang Mooy.9 menjadi incaran Orde Baru waktu itu Program pertumbuhan ekonomi adalah Amerika dan Jepang. Sedangkan Orde Baru ini memang menuai hasil pengusaha local diberikan fasilitas khusus memperbaiki kondisi ekonomi yang sebagai pendukung terciptanya pertum- ditinggalkan Orde Lama. Namun seiring buhan ekonomi. Pengusaha local yang dengan pertumbuhan itu, muncul kritik paling diuntungkan dengan kebijakan ini dari sejumlah cendikiawan karena cara- adalah pengusaha nonpribumi oleh cara untuk menuju ke sana dilakukan karena merekalah yang mempunyai dengan berlebihan yang berakibat mun- modal yang diperolehnya semasa penja- culnya kesenjangan yang tajam di tengah jahan Belanda yang waktu itu diberikan masyarakat, bahkan ekonomi pertum- hak istimewa untuk mengembangkan buhan ini bergulir dan hanya dimiliki oleh perdagangan.7 sekelompok tertentu saja. Dalam hal ini, Untuk mengawasi pembangunan warga Negara Indonesi keturunan cina ekonomi ini, Orde Baru membentuk mendominasi penikmat ekonomi pertum- Dewan Stabilitas Ekonomi di bawah buhan. Dari pengusaha pribumi keba- Soeharto sebagai ketuanya dengan nyakan yang dekat dengan pejabat atau anggota stafnya dari ekonom Universitas mantan pejabat tinggi. Menurut penelitian Indonesia.8 Di antara mereka itu, misal- Yoon Hwan Shin, pada akhir tahun nya Ali Wardana, Wijoyo Nitisastro, 1980-an, terdapat 29 konglomerat Muhammad Sjadli, Emil Salim, dan nonpri dari 40 konglomerat terbesar di Subroto. Di samping itu, Soeharto selaku Indonesia dengan perincian peringkat 1- Presiden, mengangkat tim penasehat 8 ditempati pengusaha WNI keturunan, ekonomi Presiden dengan anggota baru diikuti oleh pengusaha pribumi. Dari 6Analisis tentang program ekonomi dan implikasinya dalam kehidupan social dan politik, lihat dalam H.W. Arnandt (ed), Pembangunan dan Pemerataan: Indonesia di Masa Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 1988); juga Arief Budiman, Negara dan Pembangunan, Studi tentang Indonesia