Pengaruh Mazhab Mufassir Terhadap Perbedaan Penafsiran
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 2, No. 1 (2017) 55-77, DOI: 10.21580/jish.21.2516 PENGARUH MAZHAB MUFASSIR TERHADAP PERBEDAAN PENAFSIRAN Ahmad Atabik Institut Agama Islam Negeri Kudus [email protected] Abstract This article explores the influence of aqidah and fiqh mazhab or sect in different inter- pretations. The interpreters prefer using the word ikhtilaf to be juxtaposed with inter- pretation. Ibnu Taimiyah mentions an article ikhtilaf al-salaf fi al-tafsir in the book Muqaddimah fi Usul al-Tafsir and the other scholars' works. The interpretation dif- ference is divided into two parts, variative difference (tanawwu') and contradictory dis- putes (tadad). Both of those interpretation difference forms occured among the scholars, but in terms of difference (contradictory) quantity is relative small. In this article, it is found that mazhab mufassir often influence their interpretation result. Affiliation of mazhab fiqh is very influencial on an interpreter's interpretation. The affiliation of kalam also influences a mufassir in interpreting the verses of the Qur'an. The influence of this difference leads to various interpretation and enriches the scientific treasures in Islamic religion. Keywords: influence; interpretation; mazhab; tafsir. Abstrak Artikel ini mengeksplorasi tentang pengaruh mazhab aqidah dan fiqih da- lam perbedaan penafsiran. Para ahli tafsir lebih memilih penggunaan kata ikhtilaf untuk disandingkan dengan penafsiran. Semisal, Ibnu Taimiyah menyebut sebuah pasal ikhtilaf al-salaf fi al-tafsir dalam kitab Muqaddimah fi Usul al-Tafsir, serta karya ulama-ulama lainnya. Perbedaan penafsiran dibagi menjadi dua bagian, yakni perbedaan variatif (tanawwu’), dan perse- lisihan kontradiktif (tadad). Kedua bentuk perbedaan penafsiran itu, terjadi dikalangan para ulama, namun dari segi kuantitasnya perbedaan (kontra- diktif) relatif kecil. Dalam artikel ini, ditemukan bahwa mazhab mufassir seringkali mempengaruhi hasil penafsirannya. Afiliasi terhadap mazhab fi- ISSN 2527-8401 (p) 2527-838X (e) © 2017 JISH Pascasarjana UIN Walisongo Semarang http://journal.walisongo.ac.id/index.php/jish Pengaruh Mazhab Mufassir terhadap Perbedaan Penafsiran qih sangat berpengaruh pada penafsiran seorang penafsir. Begitu juga, afil- iasi terhadap mazhab kalam juga sangat mempengaruhi seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Sehingga, pengaruh perbedaan ini menyebabkan banyaknya penafsiran yang beragam dan memperkaya kha- zanah keilmuan dalam agama Islam. Kata kunci: mazhab; pengaruh; penafsiran. Pendahuluan Perbedaan merupakan watak dan tabiat manusia. Setiap orang melihat suatu permasalahan dari satu sudut pandang kemudian menghukuminya sesuai dengan cara pandang dan juga ijtihadnya. Da- lam masalah yang sama, terkadang seseorang dengan yang lainnya menempuh jalan yang berbeda, meskipun tujuan akhirnya sama. Na- mun dengan adanya perbedaan pendapat, hidup ini menjadi dinamis dan keilmuan semakin berkembang. Perbedaan pendapat di antara kalangan ulama bahkan umat Is- lam secara umum bukan hanya terdapat dalam masalah fiqih (syarī‘ah) semata, tetapi perselisihan juga melingkupi berbagai macam hal, sep- erti penafsiran, politik (siyāsah), pendidikan, dakwah, dan lain se- bagainya. Acap kali, ketidaksepahaman yang terjadi di kalangan umat Islam hanya pada tataran yang sempit, bahkan seringkali hanya perbe- daan penggunaan istilah (term). Kata perbedaan dan perselisihan apabila dialih bahasakan kepada bahasa Arab mempunyai beberapa pengertian; tanāquḍ, ta‘āruḍ, tanāzu‘, taḍād dan khilāf atau ikhtilāf. Dalam konteks perbedaan penafsiran, para ulama memilih penggunaan kata ikhtilāf daripada kata tanāquḍ, ta’āruḍ, tadad atau tanāzu‘. Hal ini bisa dilihat dari karya- karya ulama yang menyuguhkan perbedaan penafsiran sebagai objek kajiannya. Semisal, Ibnu Taimiyah menyebut sebuah pasal ikhtilāf al- salaf fi al-tafsir dalam kitab Muqaddimah fī Uṣūl al-Tafsīr. Al-Fanīsān menelurkan sebuah karya yang indah tentang perbedaan penafsiran dengan judul Ikhtilāf al-Mufassirīn Asbābuhu wa Asāruhu. ‘Abd al-Ilāh Ḥaurī al-Ḥaurī menulis sebuah karya Asbāb Ikhtilāf al-Mufassirīn fī Tafsīr al-Ahkām. Dan masih banyak lagi ulama dan pakar ilmu tafsir 56 Journal of Islamic Studies and Humanitites Ahmad Atabik menulis karya tentang perbedaan penafsiran dengan term ikhtilāf al- mufassirīn. Secara bahasa, ikhtilāf berasal dari khalf. Menurut Ibnu Fāris kata yang berasal dari kha’ lam fa’ mempunyai tiga makna asal; 1) sesuatu yang datang setelah sesuatu (pengganti) yang menempati tempatnya, 2) lawan kata depan, 3) perubahan.1 Dalam al-Qur’an dikatakan; فخلف من بعدهم خلف Artinya: Maka datanglah generasi sesudah mereka, pengganti. Sesuatu dinamakan khilāfah karena yang kedua datang menem- pati posisi yang pertama. Makna lain dari khalafa adalah ingkar, salah, pengganti dan berbeda. Sementara apabila dikatakan ikhtalafa al-nās fī kaẓā, berarti manusia berselisih dalam suatu hal, dalam artian setiap individu dari mereka mengingkari pendapat yang lainnya. Dalam QS. al-Rum: 22 dikatakan: ِ ِِ ِ ِ ِ ِ َوم ْن آََيته َخلْ ُق ال َّسَماَوات َواْْلَْر ِض َوا ْختََل ُف أَلْسن َت ُكْم ِ َوأَلَْوان ُكْم Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah mencip- takan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna ku- litmu” Dalam tulisan ini akan mengeksplorasi tentang pengaruh ma- zhab aqidah dan fiqih dalam perbedaan penafsiran. Para ahli tafsir lebih memilih penggunaan kata ikhtilāf untuk disandingkan dengan penafsiran. Semisal, Ibnu Taimiyah menyebut sebuah pasal ikhtilāf al- salaf fi al-tafsir dalam kitab Muqaddimah fī Uṣūl al-Tafsīr, serta karya ulama-ulama lainnya. Perbedaan penafsiran dibagi menjadi dua ba- gian, yakni perbedaan variatif (tanawwu’), dan perselisihan kontradik- tif (taḍād). Kedua bentuk perbedaan penafsiran itu, terjadi dikalangan para ulama, namun dari segi kuantitasnya perbedaan (kontradiktif) relatif kecil. 1 Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis Al-Lugah, 210. Vol. 2, No. 1 (2017) 57 Pengaruh Mazhab Mufassir terhadap Perbedaan Penafsiran Berangkat dari perbedaan penafsiran di atas, maka melalui tulisan ini dengan pendekatan deskriptif analisis akan menggali lebih men- dalam tentang hal-hal yang mempengaruhi hasil penafsiran. Selain itu juga, seberapa kuat pengaruh afiliasi mazhab fiqih dan mazhab aqidah terhadap penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Konsep dan Macam-macam Perbedaan Penafsiran Dalam perbedaan yang terjadi pada penafsiran, Ibnu Taimiyah membagi perbedaan atau perselisihan menjadi dua bagian: 1) Perbe- daan variatif (tanawwu’), 2) Perselisihan kontradiktif (taḍād). Kedua bentuk perbedaan itu terjadi dalam penafsiran para ulama’, namun dari segi kuantitasnya perbedaan bentuk kedua (kontradiktif) relatif kecil.2 a. Perbedaan Variatif (Tanawwu‘). Al-Ṭayyār menjelaskan, perselisihan variatif (tanawwu’) adalah apabila sebuah ayat mengandung semua pendapat yang dikatakan ter- hadapnya bilamana makna-makna tersebut benar dan tidak saling bertentangan. Dengan kata lain, bilamana masing-masing dari kedua pendapat tersebut terkandung pada makna pendapat yang lainnya hanya saja ungkapan dari keduanya berbeda. Sementara menurut al- Rūmī perbedaan penafsiran variatif adalah, bilamana kedua makna tersebut berbeda namun tidak saling menafikan satu sama lain. Pen- dapat yang satu adalah benar dan pendapat yang lainnya juga benar, meskipun makna yang terkandung pada salah satu dari kedua pen- dapat itu bukanlah makna yang terkandung pada pendapat yang lainnya.3 Perbedaan penafsiran variatif banyak dijumpai dalam penafsiran ulama klasik. Beberapa ulama seperti Isḥāq, Sufyān bin ‘Uyainah dan al-Ḥasan mengisyaratkan keberadaan perselisihan variatif yang ter- jadi pada ulama salaf. Muḥammad bin Naṣr al-Marūzī (w. 294) men- gutip hal tersebut dari mereka, Ia berkata: Saya pernah mendengar Isḥāq berpendapat tentang firman Allah (wa ulī al-amri minkum). Bisa jadi penafsiran ayat tersebut adalah ulū al-‘ilm (ulama) dan bisa juga 2 Al-Tayyar, Fusul Fi Usul Al-Tafsir, 57. 3 Al-Rumi, Buhuts Fi Usul Al-Tafsir Wa Manahijuhu, 42. 58 Journal of Islamic Studies and Humanitites Ahmad Atabik umarā’ al-sarāyā (pemerintah), hal itu karena satu ayat ditafsirkan oleh para ulama dengan beberapa versi, dan itu bukanlah sebuah perse- lisihan.4 Al-Ṭayyār juga memberi contoh lain adanya perbedaan penafsiran ulama salaf secara variatif. Sufyān ‘Uyainah berkata: Adakah yang lebih tampak perselisihannya dari kata al-khunnas. Menurut ‘Abdullāh bin Mas‘ūd al-khunnas artinya dalah sapi liar. Se- mentara menurut ‘Ali bin ‘Abī Tālib, al-khunnas adalah bintang-bin- tang. Mengambil benang merah dari perselisihan kedua sahabat ter- sebut, Sufyān berpendapat kedua pendapat tersebut sebenarnya ada- lah sama, karena bintang-bintang bersembunyi pada siang hari dan bermunculan pada malam hari. Sementara sapi liar ketika melihat manusia, maka ia akan bersembunyi di dalam semak-semak, dan ketika ia tidak melihat manusia maka ia akan keluar. Keduanya sama- sama memiliki arti bersembunyi. Al-Syāṭibī (w. 790) di dalam kitab al-Muwāfaqāt menyampaikan pembahasan secara lengkap mengenai perselisihan variatif dan me- masukkannya dalam kelompok perselisihan yang tidak diperhi- tungkan. Al-Syāṭibī berkata, di antara perselisihan yang tidak diperhi- tungkan adalah dua macam:5 Pertama, pendapat-pendapat yang bertentangan dengan ke- tentuan yang telah ditetapkan di dalam syari’ah. Kedua, pendapat yang nampak berbeda namun sebenarnya tidak. Hal tersebut biasanya banyak terjadi dalam penafsiran terhadap Al- Qur’an dan sunnah. Maka dari itu sulit mendapati para ulama