Pandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019: 71-88 PANDANGAN MUHAMMAD RIZIEQ SHIHAB TENTANG PANCASILA M. Iqbal Maula Magister Studi Agama-Agama UIN SGD Bandung, Indonesia [email protected] Abstract This paper seeks to describe the perspective of al-Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab on Pancasila. At the beginning of the paper, the author will be explained in advance how the concept of the state according to the Sharia, that is divided into two main ideas, literalism-textual and substantialism-contextual. Furthermore, it will be more elaborated on the debate in filling the ideology of the state of Islam and nationalist groups in the period of national movement. Then, the author will describe the interpretation of al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab in the interpreting of Pancasila with the historical approach. Finally, the author critically examines this view which shows that the misinterpretation of al-Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab in understanding Pancasila. Keywords: Pancasila; Habib Rizieq; Syariah; Islam in Indonesia. Abstrak Tulisan ini berusaha mendeskripsikan pandangan al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab tentang Pancasila. Pada awal tulisan akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana konsep negara menurut syariah yang terbagi dalam dua paham utama yaitu literalis-tekstualis dan substansial-kontekstual. Selanjutnya akan dielaborasi lebih lanjut tentang perdebatan dalam mengisi ideologi negara dari golongan Islam dan nasionalis di masa pergerakan nasional. Kemudian penulis akan memaparkan bagaimana interpretasi al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab dalam memaknai Pancasila dengan pendekatan historis. Akhirnya, penulis menelaah secara kritis pandangan tersebut yang menunjukkan bahwa adanya misinterpretasi yang dilakukan al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab dalam memahami Pancasila. Kata kunci: Pancasila; Habib Rizieq; Syariah; Islam di Indonesia. PENDAHULUAN Soekarnoputri setelah melihat video Senin, 30 Januari 2017, yang diunggah pada tahun 2014 Muhammad Rizieq Bin Husein Shihab dimana Habib Rizieq, dalam video itu alias Habib Rizieq resmi ditetapkan dinilai telah menghina Soekarno sebagai tersangka karena melanggar dengan mengatakan bahwa “Pancasila Pasal 154 a KUHP tentang penodaan Soekarno, Ketuhanan ada di pantat terhadap lambang negara dan Pasal 320 sedangkan Pancasila Piagam Jakarta KUHP tentang pencemaran terhadap Ketuhanan ada di kepala”.1 Peristiwa orang yang sudah meninggal. Pelaporan tersebut dilakukan oleh 1Emma Mardiana, “Ini Kronologi Kasus Dugaan putri Soekarno, Sukmawati Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieq,” 2017, https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini- Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019 ini sontak memunculkan berbagai Di awal tulisan penulis akan reaksi, khususnya organisasi memaparkan dua pandangan umum masyarakat FPI (Front Pembela Islam) tentang hubungan antara Islam dan yang dipimpinnya sempat bentrok negara yang bersifat literal-tekstualis dengan organisasi masyarakat GMBI dan substansial-konstektual. Pada (Gerakan Masyarakat Bawah bagian selanjutnya akan dibahas Indonesia) di depan POLDA Jabar tentang bagaimana perdebatan antara ketika dirinya diperiksa sebagai saksi.2 golongan Islam dan Nasionalis dalam Konflik yang terjadi saat itu tidak lain mengisi ideologi negara Indonesia. adalah adanya interpretasi yang Kemudian di bagian akhir akan berbeda yang dipahami oleh Habib menjelaskan tentang perspektif al- dalam memahami Pancasila sebagai Habib Muhammad Rizieq bin Husain ideologi negara. Shihab tentang Pancasila. Al-Habib Muhammad Rizieq bin Dalam penelitian ini penulis Husein Shihab atau yang biasa dikenal menggunakan pendekatan kualitatif dengan Habib Rizieq menilai bahwa dengan sumber data kepustakaan Pancasila yang berlaku saat ini adalah (library research) dan data-data lainnya inkostitusional karena menurutnya yang menunjang. Sumber data primer Presiden Indonesia tidak pernah dalam tulisan ini adalah karya-karya mencabut Dekrit Presiden Soekarno tulis al-Habib Muhammad Rizieq bin tahun 1959 yang menyatakan Undang- Husein Shihab sendiri sedangkan data Undang Dasar haruslah kembali ke sekunder yang menjadi penunjangnya UUD 1945. Dengan demikian maka berupa laporan-laporan, ceramah saat ini lazimya Piagam Jakarta yang keagamaan, artikel-artikel dan berlaku dengan menekankan bahwa dokumen-dokumen lainnya yang “Ketuhanan dengan kewajiban relevan dengan objek pembahasan. menjalankan syariat Islam bagi Analisis data dalam penelitian ini pemeluk-pemeluknya” bukan adalah analisis isi (content analysis) Ketuhanan Yang Maha Esa. Penilaian yang berupaya untuk memahami, tersebut disampaikan olehnya melalui mendefinisikan, membandingkan, ceramah-ceramah dan buku yang telah menguraikan serta menyelidiki konsep ditulisnya berjudul “Wawasan Pancasila menurut al-Habib Kebangsaan Menuju NKRI Bersyariah” Muhammad Rizieq bin Husein Shihab. dan Tesisnya di Universiti Malaya di Malaysia yaitu “Pengaruh Pancasila HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap Penerapan Syariat Islam di Hubungan Islam dan Negara Indonesia.” Menurut Fazlur Rahman, Islam Tulisan ini mendiskusikan dimaknai sebagai “way of life” Pancasila menurut al-Habib memberikan panduan moral yang Muhammad Rizieq bin Husein Shihab.3 benar bagi tindakan manusia4 dan mencakup hidup yang total (kāffah) kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh- yang dinyatakan dalam syarīah. habib-rizieq. diakses 1 Januari 2018. Dengan kata lain Islam merupakan 2 https://nasional.tempo.co/read/835425/rizieq- diperiksa-polisi-fpi-bentrok-dengan-ormas-di- sebuah totalitas kesempurnaan yang bandung 12 Januari 2017 (18/3/2020). 3 Selanjutnya penulis akan menggunakan nama Habib Rizieq yang lazimnya dikenal di masyarakat 4Fazlur Rahman, Islam (Chicago: Winston, 1966). Indonesia. 241. 72 - Pandangan Muhammad Rizieq Shihab Tentang Pancasila Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019 memberikan solusi pada seluruh aspek didasarkan kepada ajaran-ajaran kehidupan manusia. Pandangan ini Islam yang lengkap.5 ditegaskan dalam al-Qur‟an dalam Dalam pandangan literalis- surat al-Nahl ayat 89: ...“dan Kami tekstualis gagasan tentang Islam dan turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Quran) Negara merupakan satu kesatuan atau untuk menjelaskan segala sesuatu dan sunnatullah, karena manusia dan alam petunjuk serta rahmat dan kabar gembira semesta merupakan ciptaan Tuhan. bagi orang-orang yang berserah diri.” Oleh karenanya ketundukan dan kepatuhan dalam kehidupan harus Pandangan totalitas seperti ini didasarkan pada hukum-hukum Tuhan mempunyai konsekuensi dalam serta diwujudkan dalam sebuah memahami Islam, baik secara literal- “negara Islam”. Memisahkan agama tekstual dan eksklusif yang terkesan dengan negara sama saja dengan kaku atau substansial-konstekstual dan melawan kehendak Tuhan.6 Argumen inklusif yang akomodatif. Dalam ini dikuatkan dengan ayat al-Qur‟an, pemahaman literalis-tekstual, makna- misalnya dalam surat al-Māidah ayat makna tersirat yang terkandung dalam 44; ... Barangsiapa yang tidak memutuskan al-Qur‟an dan Hadis cenderung menurut apa yang diturunkan Allah, Maka dipinggirkan. Keadaan ini justru mereka itu adalah orang-orang yang kafir. problematis, karena cara berpikir Maka dari itu mendirikan negara Islam seperti ini abai terhadap konteks di adalah wajib. Menurut pandangan ini mana dan kapan teks al-Qur‟an dan kedaulatan absolut hanyalah Allah Hadis tersebut turun. Nazih Ayubi semata, bila ada yang mengakui menjelaskan: kedaulatan lain selain kepada Allah “Percaya akan sifat Islam yang maka ia telah jatuh dalam sempurna dan menyeluruh kemusyrikan.7 Oleh karena itu sistem sehingga, menurut mereka, Islam pemerintahan lain selain sistem meliputi tiga “D” yang terkenal pemerintahan Islam haruslah ditolak itu (dīn, dunyā, dan dawlah). .. dan ditentang karena telah mengakui (karena itu) Islam adalah sebuah kedaulatan selain Allah. Pandangan ini totalitas yang padu yang terutama diperjuangkan oleh Sayyid menawarkan pemecahan Qutb.8 terhadap semua masalah kehidupan. Islam harus diterima 5 keseluruhannya, dan harus Nazih Ayubi, Political Islam: Religion and Politics in the Arab World (London and New York: diterapkan dalam keluarga, Routledge, 1991). 63-64. ekonomi dan politik. (bagi 6Abu ’Ala Al-Maududi, The Islamic State kalangan muslim ini) realisasi (Birmingham: UK Islamic Mission Dakwah Center, 1994). 158. sebuah masyarakat Islam 7John L. Esposito dan John O. Vol., Islam and dibayangkan dalam penciptaan Democracy (New York: Oxford University Press, sebuah negara Islam, yakni 1996). 19 dalam Ahmad Ali Nurdin, “Kaji Ulang sebuah “negara ideologis” yang Konsep Hubungan Islam Dan Demokrasi,” Review Politik 6, no. 1 (2016). 9. 8 Rahman, M. Taufiq. "Keadilan sosial dalam pemikiran barat dan islam: Studi Komparatif atas Pemikiran John Rawls dan Sayyid Qutb." (2012). http://digilib.uinsgd.ac.id/13066/1/KEADILAN%20 SOSIAL%20DALAM%20PEMIKIRAN%20BARA T%20DAN%20ISLAM.pdf M. Iqbal Maula - 73 Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019 Sedangkan menurut paham menjadi salah satu sumber hukum. substansial-konstektual Islam tidak Mereka menganggap bahwa mempunyai konsep baku dalam memformalkan hukum Islam dapat bernegara atau sistem politik. Bahkan menjadi salah satu faktor pemicu istilah negara (dawlah) sama sekali konflik horizontal karena banyaknya tidak terdapat dalam al-Qur‟an. madzhab dalam menginterpretasikan Menurut paham ini al-Qur‟an hanya syariah.10 menekankan nilai-nilai yang bersifat etis mengenai
Recommended publications
  • RADICALIZING INDONESIAN MODERATE ISLAM from WITHIN the NU-FPI Relationship in Bangkalan, Madura
    RADICALIZING INDONESIAN MODERATE ISLAM FROM WITHIN The NU-FPI Relationship in Bangkalan, Madura Ahmad Zainul Hamdi IAIN Sunan Ampel, Surabaya - Indonesia Abstract: This article tries to present the most current phenomenon of how moderate Islam can live side by side with radical Islam. By focusing its analysis on the dynamics of political life in Bangkalan, Madura, the paper argues that the encounter between these two different ideological streams is possible under particular circumstances. First, there is a specific political situation where the moderate Islam is able to control the political posts. Second, there is a forum where they can articulate Islamic ideas in terms of classical and modern political movements. This study has also found out that the binary perspective applied in the analysis of Islamic movement is not always relevant. The fact, as in the case of Bangkalan, is far more complex, in which NU and Islamic Defender Front (FPI) can merge. This is so Eecause at the Eeginning, F3,’s management in the city is led by kyais or/and prominent local NU leaders. Keywords: Radicalization, de-radicalization, moderate Islam, radical Islam. Introduction A discussion on the topic of contemporary Islamic movements is filled with various reviews about radical Islam. As news, academic work also has its own actual considerations. The September 11th incident seems to be a “productive” momentum to tap a new academic debate which was previously conducted only by a few people who were really making Islam and its socio-political life as an academic project. Islamism, in its violence and atrocity, then became a popular theme that filled almost all the scientific discussion that took ideology and contemporary Islamic movements as a main topic.
    [Show full text]
  • Pandangan Front Pembela Islam ( Fpi) Terhadap Islam Nusantara
    PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM ( FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA SKRIPSI Diajukan unttuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh: Riza Adi Putra 11150321000020 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Riza Adi Putra NIM : 11150321000020 Prodi : Studi Agama-Agama Fakultas : Ushuluddin Judul Skripsi :PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. ii iii iv ABSTRAK Riza Adi Putra Judul Skripsi: Pandangan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Islam Nusantara Islam Nusantara atau yang biasa disebut dengan Islam di Indonesia merupakan hasil dari dialog antara ajaran Islam dengan budaya lokal. Dengan demikian, hal tersebut akan menghasilkan budaya yang Islami, sehingga Islam Nusantara dipandang sebagai Islam dengan kearifan lokal. Di samping itu Islam Nusantara merupakan sebuah keberhasilan dari para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia lahir beberapa gerakan Islam dengan karakternya masing-masing. Seperti Nahdlatul Ulama dengan karakternya yang tradisional, Muhammadiyah dengan Modernis dan Front Pembela Islam (FPI) dengan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
    [Show full text]
  • ISLAM NUSANTARA and PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture PJAEE, 17 (3) (2020)
    ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture PJAEE, 17 (3) (2020) ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture Lutfi Hadi Aminuddin [email protected] Lutfi Hadi Aminuddin. ISLAM NUSANTARA AND PROGRESSIVE ISLAM: Nahdlatul Ulama (NU) And Muhammadiyah's View on Relationship of Religion and Culture-- Palarch’s Journal Of Archaralogy Of Egypt/Egyptogy 17(3), 515-528. ISSN 1567-214x Keywords: tajdid, wasathiyah, al-maqasid al-sharia, culture, ijtihad. ABSTRACT This study will focus on the differences between the Nahdlatul Ulama (NU) concept of Islam Nusantara and the Muhammadiyah concept of Progressive Islam and what the epistemological differences in the characteristics of both are. This is qualitative research using content analysis. The researcher found that there are differences between the concept and the characteristics of Islam Nusantara and Progressive Islam. Islam Nusantara refers to the teachings of Islam practised in Indonesia to articulate the teachings of the Qur'an and Sunnah with local tradition. While Muhammadiyah with the concept of Progressive Islam wants to present al-Qur'an and al-Sunnah as universal teachings, which not only contains commands and prohibitions but also contains values of progress to realize enlightened human life. The differences from the epistemological characteristics reveal that NU is more accommodating to local culture. At the same time, Muhammadiyah with the concept of al-ruju (back) to al-Qur'an and al-Sunnah is very strict in accommodating local culture. The different characteristics have an impact on the assessment of whether culture/tradition should be accepted or not.
    [Show full text]
  • ( Surau, Meunasah, Pesantren Dan Madrasah ) Oleh
    SEJARAH LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA ( Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah ) Oleh : Abdul Mukhlis Dosen Tetap STAI Pancawahana Bangil Kabupaten Pasuruan ABSTRAK Lembaga-lembaga pendidikan islam ada seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri, lembaga semisal Pondok Pesantren di Jawa, Surau di Sumatera ( Minangkabau ), Meunasah di Aceh dan Madrasah Islam modern yang menyebar di seluruh nusantara merupakan suatu fenomena- fenomena yang meniscayakan adanya dinamika lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pada suatu kurun waktu tertentu menjadi suatu lembaga pendidikan yang menjadi menjadi primadona di masanya, akankah lembaga-lembaga Islam semisal Pondok Pesantren dan Madrasah menjadi lembaga pendidikan Islam yang tetap bereksistensi ataukah ada model lembaga pendidikan lain yang lebih mengakomodasi peradaban dan kebudayaan dunia Islam. Kata Kunci : Pesantren, Surau, Meunasah dan Madrasah A. PENDAHULUAN tersebut tidak akan terserabut dari akar Perkembangan pendidikan Islam di kulturnya secara radikal. Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, B. SEJARAH DAN DINAMIKA mulai dari yang amat sederhana, sampai LEMBAGA-LEMBAGA dengan tahap-tahap yang sudah terhitung PENDIDIKAN DI NUSANTARA modern dan lengkap. Lembaga pendidikan 1. Surau Islam telah memainkan fungsi dan perannya Pembahasan tentang surau sebagai sesuai dengan tuntntan masyarakat dan lembaga Pendidikan Islam di Minang-kabau, zamannya. Perkembangan lembaga-lembaga hanya dipaparkan sekitar awal pertumbuhan pendidikan tersebut telah menarik perhatian surau sampai dengan meredupnya pamor para ahli baik dari dalam maupun luar negeri surau. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan untuk melakukan studi ilmiah secara lahirnya gerakan pembaruan di Minangkabau konfrehensif. Kini sudah banyak hasil karya yang ditandai dengan berdirinya madrasah penelitian para ahli yang menginformasikan sebagai pendidikan alternatif. tentang pertumbuhan dan perkembangan Istilah surau di Minangkabau sudah lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut.
    [Show full text]
  • Indonesian Schools: Shaping the Future of Islam and Democracy in a Democratic Muslim Country
    Journal of International Education and Leadership Volume 5 Issue 1 Spring 2015 http://www.jielusa.org/ ISSN: 2161-7252 Indonesian Schools: Shaping the Future of Islam and Democracy in a Democratic Muslim Country Kathleen E. Woodward University of North Georgia This paper examines the role of schools in slowly Islamizing Indonesian society and politics. Why is this Islamization happening and what does it portend for the future of democracy in Indonesia? The research is mostly qualitative and done through field experience, interviews, and data collection. It is concluded that radical madrasahs are not the main generators of Islamization, but instead the widespread prevalence of moderate Islamic schools are Islamizing Indonesian society and politics. The government began the “mainstreaming” of Islamic elementary and secondary schools, most of which are private, in 1975. This has continued and grown, making them popular options for education today. The government has more recently been increasing the role of state run Islamic universities by expanding their degree offerings to include many non- Islamic disciplines. The use of Islamic schools to educate Indonesians is due to the lack of development of secular public schools and high informal fees charged for the public schools. By making Islamic schools an attractive option that prepares students for success, society has been Islamized slowly as the number of alumni increases and as these alumni play leadership roles in society, business, and government. This Islamization is not of a radical nature, but it is resulting in more Islamic focused public discourse and governing policy, and low levels of tolerance for other faiths and variant Muslim practices.
    [Show full text]
  • Attachment File.Pdf
    I II Volume I, Number I, July 2020 E-ISSN 2722-8975 Journal for Study of Islamic History and Culture Pengantar Nomor Perdana - Nahdlatul Islam Nusantara Ahmad Suaedy Anatomy of the Islam Nusantara Program and the Necessity for a “Critical” Islam Nusantara Study Okamoto Masaaki Artikulasi Islam Nusantara dalam Perjuangan Agraria Mohamad Shohibuddin Menuju Sosiologi Nusantara: Analisa Sosiologis Ajaran Ki Ageng Suryomentaram dan Amanat Galunggung Ngatawi El-Zastrouw Traditional Islam and Global Religious Connectivity: Nahdlatul Ulama in The Netherlands Amin Mudzakkir Lasem: Harmoni dan Kontestasi Masyarakat Bineka Syamsul Hadi Traces of Māturīdīsm in the ‘Ulamā’s Works in Nusantara in the Seventeenth Until Nineteenth Centuries Muhamad Bindaniji Book Review Islam Dibawa Masuk oleh Orang Nusantara: Dari Data Terserak Buzurgh Al-Ramahurmuzi, ‘Ajaibul Hind: Kisah-Kisah Ajaib di Daratan dan Lautan Hindi Idris Masudi III IV V Journal for Study of Islamic History and Culture Volume I, Number I, July 2020 EDITOR-IN-CHIEF Ahmad Suaedy, (Scopus ID: 56419869500) Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta MANAGING EDITOR Ngatawi El-Zastrow, Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta INTERNATIONAL EDITORIAL BOARD Said Aqil Siradj, Faculty of Islam Nusantara UNUSIA Jakarta Robert W. Hefner, (Scopus ID: 36856758800) Boston University, Boston USA Okamoto Masaaki, (Scopus ID: 57191206120), Kyoto University, Kyoto Japan Dien Madjid, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Endang Turmudzi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Alwi A. Shihab,
    [Show full text]
  • Islamic Militancy, Sharia, and Democratic Consolidation in Post‑Suharto Indonesia
    This document is downloaded from DR‑NTU (https://dr.ntu.edu.sg) Nanyang Technological University, Singapore. Islamic militancy, Sharia, and democratic consolidation in post‑Suharto Indonesia Noorhaidi Hasan 2007 Noorhaidi Hasan. (2007). Islamic militancy, Sharia, and democratic consolidation in post‑Suharto Indonesia. (RSIS Working Paper, No. 143). Singapore: Nanyang Technological University. https://hdl.handle.net/10356/79795 Nanyang Technological University Downloaded on 28 Sep 2021 12:00:43 SGT ATTENTION: The Singapore Copyright Act applies to the use of this document. Nanyang Technological University Library No. 143 Islamic Militancy, Sharia, and Democratic Consolidation in Post-Suharto Indonesia Noorhaidi Hasan S. Rajaratnam School of International Studies Singapore 23 October 2007 With Compliments This Working Paper series presents papers in a preliminary form and serves to stimulate comment and discussion. The views expressed are entirely the author’s own and not that of the S. Rajaratnam School of International Studies ATTENTION: The Singapore Copyright Act applies to the use of this document. Nanyang Technological University Library The S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) was established in January 2007 as an autonomous School within the Nanyang Technological University. RSIS’s mission is to be a leading research and graduate teaching institution in strategic and international affairs in the Asia Pacific. To accomplish this mission, it will: • Provide a rigorous professional graduate education in international affairs with a strong practical and area emphasis • Conduct policy-relevant research in national security, defence and strategic studies, diplomacy and international relations • Collaborate with like-minded schools of international affairs to form a global network of excellence Graduate Training in International Affairs RSIS offers an exacting graduate education in international affairs, taught by an international faculty of leading thinkers and practitioners.
    [Show full text]
  • Saudi Strategies for Religious Influence and Soft Power in Indonesia
    12 2 July 2020 Saudi Strategies for Religious Influence and Soft Power in Indonesia Jarryd de Haan Research Analyst Indo-Pacific Research Programme Key Points Saudi Arabia’s push for religious influence in Indonesia has primarily taken shape through educational facilities, which remain the key source of influence today. Evidence of Saudi influence can also be seen through a trend of the “Arabisation” of Islam in Indonesia, as well as pressure on the Indonesian Government to maintain its hajj quota. Indonesian Muslim groups that object to the Salafist doctrine will continue to act as a brake on Saud i religious influence. Pancasila and, more broadly, nationalism, could also be used by those seeking to limit Saudi influence in the future. The long-term implications are less clear, but it is likely that Indonesia will continue to see elements of its own society continue to push for the adoption of more conservative policies and practices. Summary Saudi Arabia has a long history of exporting its brand of Islam across the globe as a tool of religious soft power influence and as a means to counter the influence of its rival, Iran. Indonesia, a country which contains the largest Muslim population in the world, has been at the receiving end of that influence for decades. This paper examines the origins of Saudi religious influence in Indonesia, the obstacles to that influence and identifies some of the implications that it may have for Indonesian society in the long-term future. Analysis Historical Saudi Religious Influence Saudi Arabia’s efforts to increase its religious influence in Indonesia coincided with an Islamic revival throughout South-East Asia in the late 1970s.
    [Show full text]
  • The Rise of Islamism and the Future of Indonesian Islam
    Journal of International Studies Vol. 16, 105-128 (2020) How to cite this article: Al Qurtuby, S. (2020). The rise of Islamism and the future of Indonesian Islam. Journal of International Studies, 16, 105-128. https://doi.org/10.32890/jis2020.16.7 The Rise of Islamism and the Future of Indonesian Islam Sumanto Al Qurtuby Department of Global & Social Studies College of General Studies King Fahd University of Petroleum & Minerals [email protected] Received: 6/4/2020 Revised: 28/6/2020 Accepted: 12/7/2020 Published: 30/12/2020 Abstract Since the downfall of Suharto’s dictatorial regime in 1998, Indonesia has witnessed a surge of various Islamist groups that have potentially threatened the country’s religious tolerance, civil Islam, and civic pluralism. Moreover, it is suggested that the rise of Islamist groups could likely transform Indonesia into an intolerant Islamist country. However, this article asserts that the Islamist groups are unlikely to reform Indonesia into an Islamic State or Sharia–based government and society, and are unable to receive the support and approval of the Indonesian Muslim majority due to the following fundamental reasons: the groups’ internal and inherent weaknesses, ruptured alliance among the groups, lack of Islamist political parties, limited intellectual grounds of the movement, the accommodation of some influential Muslim clerics and figures into the central government body, and public opposition toward the Islamist groups. Keywords: Islamism, Islamist movement, civil Islam, Muslim society, Islamist radicalism, peaceful Islamist mobilization, religious pluralism. Introduction One of the consequences observed in Indonesia after the downfall of Suharto in May, 1998 was the surge in Islamism.
    [Show full text]
  • BAB 13 Menghargai Tradisi Islam Di Nusantara INFOGRAFIS
    BAB 13 Menghargai Tradisi Islam di Nusantara INFOGRAFIS 330 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ْ ّٰ َّ ْ ٰ َّ ْ ِبس ِ م ِالل الرحم ِن الر ِحي ِم Sudahkah kalian mengetahui bahwa di Indonesia terdapat beragam tradisi Islam yang berkembang dari tahun ke tahun? Umat Islam berusaha untuk menjaga tradisi itu agar tidak punah ditelan kemajuan zaman. Kenapa umat Islam bersusah payah untuk melestarikanya? Apa dampak positif bagi umat Islam itu sendiri? Perlu diketahui bahwa setiap tradisi Islam di Nusantara disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, tentu upaya pelestariannya tidak boleh bertentangan dengan dasar-dasar agama Islam. Tidak hanya itu saja, ternyata tradisi Islam ini membawa banyak manfaat bagi kehidupan umat Islam dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nah, sampai sejauh mana kalian sudah mengenal tradisi Islam yang ada di Nusantara tercinta ini? Ingat lho, hampir tiap daerah atau provinsi biasanya mempunyai tradisi Islam yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kekhasan daerah atau provinsi itu masing-masing. Namun, pada prinsipnya tradisi itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Wahai generasi Islam yang hebat, coba kalian perhatikan tradisi yang sudah berkembang dan dipertahankan di daerahmu masing-masing. Apakah tradisi itu sama dengan tradisi daerah lain? Untuk memahami tradisi itu, kalian harus mengetahui seluk beluk perkembangan suatu tradisi pada daerah tertentu. Yang perlu diperhatikan adalah tidak diperkenankan untuk menghina atau menghancurkan tradisi Islam yang sudah dilestasrikan sejak lama. Oleh karena kalian adalah generasi yang saleh yang mempunyai tugas untuk tetap melestarikanya jika sesuai dengan ajaran agama Islam. Jika kurang sesuai, hendaknya pembenahannya dilakukan dengan cara yang baik dan tidak merusak tradisi tersebut.
    [Show full text]
  • ROBOHNYA LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU Yusutria, Rina Febriana
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Universitas Yapis Papua - Publikasi Jurnal Yusutria, Rina Febriana, Robohnya Lembaga Pendidikan Surau 118 ROBOHNYA LEMBAGA PENDIDIKAN SURAU Yusutria, Rina Febriana STKIP PGRI SUMATERA BARAT [email protected], [email protected] Abstrak Surau sebagai lembaga pendidikan yang pernah terlaksana di Sumatera Barat, merupakan lembaga pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi proses terjadinya transformasi nilai dan budaya pada komunitas sosial serta mengalami akulturasi dengan budaya lokal (adat). Namun dalam perjalanannya peranan Surau yang manjalankan fungsi adat dan fungsi agama, telah mengalami pergeseran sehingga kehilangan momentumnya pada saat sekarang ini. Metode penelitian yang dipakai metode historis melalui telaah pustaka, baik dalam bentuk buku maupun produk kebijakan berupa regulasi tentang pendidikan Islam sepanjang sejarah. Penyebab roboh lembaga pendidikan Surau disebabkan 2 macam baik internal diantaranya: 1). Hilangnya suritauladan karena pendiri telah meninggal dunia. 2). Pengaruh sistem pendidikan modern dari pemerintah kolonial Belanda. 3). Permen Kemenag dan Kemdik tahun 1970. 4). Semangat nasionalisme dan patriotisme dari umat Islam sebagai akibat kolonialisasi Belanda. 5). Ketidakpuasan terhadap institusi (tradisional). 6). Mengkombinasikan pendidikan umum ke dalam lembaga yang baru. 7). Adanya pengalihan tanggung jawab terhadap anak-anak dari mamak kepada ayah ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan
    [Show full text]
  • Melacak Akar Sejarah Pendidikan Surau: Asal-Usul, Karakteristik, Materi Dan Literatur Keagamaan
    Melacak Akar Sejarah Pendidikan Surau: Asal-Usul, Karakteristik, Materi dan Literatur Keagamaan Mujtahid Pendahuluan Selain sebagai tempat ibadah, dakwah dan media umat berkumpul, surau disinyalir sebagai salah satu institusi pendidikan Islam pertama di Minangkabau Sumatera Barat. Dari hasil penelurusan sejarah, surau telah menjadi sarana (institusi) penting dalam rangka ikut melakukan pencerdasan dan kemajuan masyarakat, khususnya pembelajaran keagamaan dan penanaman nilai-nilai moral. Bahkan lebih dari itu, pendidikan surau mempunyai reputasi yang cukup besar terhadap penyebaran agama Islam ke berbagai daerah dan wilayah sekitar. Sebagai sebuah sarana pendidikan agama, surau tetap dapat kita jumpai sampai sekarang, walaupun eksistensinya kemungkinan tidak lagi sebagaimana peran di masa lalu, yakni kembali pada fungsi semula sebagai tempat shalat, i`tikaf dan dzikir. Sebutan surau biasanya dikonotasikan (disama artikan) dengan istilah langgar atau mushalla. Meskipun secara substantif term tersebut tidak sepenuhnya bisa disamakan begitu saja. Karena dari segi kelahiran, surau muncul jauh sebelum langgar atau mushalla berdiri, dan istilah surau itu merupakan warisan dari agama Hindu-Budha atau para leluhur mereka yang menganut animisme, dinamisme ataupun politeisme. Penggunaan istilah langgar biasanya digunakan shalat dan mengaji bagi kaum muslim di Jawa. Setelah melaksanakan ibadah shalat, para jama’ah melanjutkan dengan membaca Al- Qur’an bersama yang dipimpin imam (guru) yang ditunjuk sebagai pendidik di surau. Sedangkan istilah mushalla, merupakan term mutakhir yang masih sangat baru. Sebagai sebuah istilah baru, karena ia muncul bersamaan dengan adanya percepatan pembangunan di sektor publik. Biasanya, sebagian institusi (lembaga), baik milik negara maupun swasta, menyediakan tempat khusus, yakni mushalla. Tempat ini digunakan oleh karyawan atau staf pegawai Muslim untuk menunaikan shalat. Di setiap institusi-institusi, sengaja menyisakan satu ruang/kamar yang khusus digunakan tempat ibadah.
    [Show full text]