BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas Pelayanan

2.1.1 Definisi Kualitas Pelayanan

Pelayanan merupakan bagian dari sebuah jasa. Pelayanan adalah

suatu kegiatan atau proses menyampaikan jasa kepada pemakai jasa.

Pelayanan menurut Moekijat dalam Usahawan (2003) merupakan suatu

kegiatan atau aktivitas yang sifatnya berwujud ataupun tidak berwujud

yang dilakukan untuk melayani konsumen dengan memberikan barang

atau jasa disertai atau tanpa disertai pemindahan kepemilikan atas suatu

benda atau jasa tertentu. Kualitas adalah kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan

lingkungan yang memenuhi harapan (Goetsch & Davis dalam Tjiptono &

Chandra ,2007).

Kualitas akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari

pemberi jasa kepada pengguna jasa sesuai dengan apa yang

dipersepsikan dan yang diharapkan oleh pengguna jasa tersebut. Selain

itu, kualitas harus dimulai dari kebutuhan pengguna dan berakhir pada

persepsi pengguna. Sedangkan kualitas pelayanan didefinisikan sebagai

penyampaian jasa yang melebihi tingkat harapan penumpang. Namun,

kualitas pelayanan bukan hanya didasarkan pada layanan yang dinikmati

10

selama menggunakan jasa/produk melainkan saat sebelum dan sesudah pelayanan.

Parasuraman dalam usahawan (2003) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dengan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima. Pelayanan yang berkualitas akan menciptakan kepuasan terhadap pengguna layanan yang pada akhirnya dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya terjalin hubungan yang harmonis antara penyedia jasa dengan pelanggan dan membuat pengguna untuk terus menggunakan jasa tersebut.

Menurut Parasuraman, et al. (1994) mengungkapkan bahwa ada lima atribut atau dimensi karakteristik yang digunakan oleh para penumpang untuk melakukan evaluasi ataupun menilai suatu kualitas pelayanan jasa. Lima dimensi tersebut adalah:

• Kehandalan (reliability) : kemampuan untuk memberikan jasa

layanan seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya

sesuai yang diharapkan pelanggan yang tercermin dari ketepatan

waktu, layanan yang sama untuk semua orang.

• Daya Tanggap ketanggapan (responsiveness): kemampuan

perusahaan serta karyawannya untuk bersedia membantu,

merespon permintaan dari penumpang, memberikan pelayanan

dengan cepat dan menginformasikan kapan jasa akan diberikan.

• Jaminan ( assurance): kemampuan perusahan untuk memberikan

jaminan berupa rasa aman kepada penumpang. Selain itu, ada

11

jaminan berupa kesopanan, perilaku dan keterampilan karyawan

menguasai pengetahuan dan yang berhubungan dengan jasa

yang ditawarkan sehingga mampu mengatasi setiap masalah

yang dihadapi oleh penumpang dan akhirnya tumbuh rasa

percaya di benak penumpang

• Empati (empathy ): kemampuan perusahaan untuk memahami

masalah yang dialami oleh penumpang dan melakukan upaya

untuk membantu penumpang menyelesaikan masalah serta pihak

perusahaan memberikan perhatian secara personal kepada

penumpang.

• Bukti Fisik ( tangibles): kualitas jasa diukur dari daya tarik fasilitas

fisik, perlengkapan dan material yang digunakan serta penampilan

dari perusahaan pemberi jasa.

2.2 Jasa

2.2.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan pemberian kinerja atau tindakan tidak kasat mata

yang diberikan dari satu pihak ke pihak yang lainnya. Definisi jasa

banyak diungkapan oleh para ahli. Menurut Lovelock, Patterson & Walker

dalam Tjiptono & Chandra (2007) jasa atau service adalah sebuah

sistem. Sebagai suatu sistem, bisnis jasa terdiri dari dua komponen yakni

operasi jasa ( service operation) dan penyampaian jasa (service delivery) .

Operasi jasa adalah proses mengolah masukan ( input) sehingga tercipta

elemen-elemen jasa sedangkan penyampaian jasa adalah sebuah proses

12

mengolah elemen-elemen tersebut menjadi suatu kesatuan dan disampaikan kepada konsumen.

Produksi suatu jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Sifat-sifat khusus tersebut erat kaitannya dengan keempat karakteristik yang dimiliki oleh jasa tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam merancang suatu program pemasaran. Menurut Kotler (2000, p.429), dilihat dari sisi penawaran terdapat lima kategori produk, yakni:

1. Barang berwujud murni

Penawaran hanya berupa barang berwujud murni dan

tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut, seperti: pasta gigi,

sabun, deterjen, dan lain-lain.

2. Barang berwujud yang disertai jasa

Penawaran terdiri dari barang berwujud yang disertai

dengan satu atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tarik

konsumen. Sebagai contoh produsen mobil tidak hanya menjual

mobil saja, melainkan penjualannya juga tergantung pada kualitas

dan pelayanan kepada pembelinya, baik sebelum dan sesudah

pembelian, seperti ruang pameran, pengiriman, perbaikan dan

pemeliharaan, petunjuk pemakaian, jaminan/garansi.

3. Campuran

Penawaran terdiri dari barang berwujud dan jasa dengan

komposisi yang sama, seperti: restoran yang harus didukung oleh

pelayanan dan makanan yang sama baiknya.

13

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Penawaran terdiri atas jasa utama dan jasa tambahan

disertai dengan barang pelengkap. Sebagai contoh: penumpang

pesawat terbang membeli jasa transportasi, mereka sampai di

tempat tujuan tanpa sesuatu hal yang berwujud yang

memperlihatkan pengeluaran mereka. Namun perjalanan tersebut

juga meliputi barang-barang berwujud yang digunakan sebagai

pelengkap pelayanan yang diberikan, misalnya makanan dan

minuman sewaktu di dalam pesawat.

5. Jasa murni

Penawaran hanya terdiri atas jasa murni seperti: jasa penjaga

bayi, psikoterapi, jasa pijat, dan lain-lain.

2.2.2 Karakteristik Jasa

Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang

(produk fisik). Griffin dalam Rambat Lupiyoadi (2001) menyebutkan

bahwa jasa memiliki karakteristik sebagai berikut :

• Tidak berwujud ( intagibility) : jasa tidak dapat dilihat,

diraba, dirasa, didengar, atau dicium sebelum jasa tersebut

dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud

yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan,

kepuasan, atau rasa aman.

• Tidak dapat disimpan ( unstorability) : jasa tidak mengenal

persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah

dihasilkan. Sifat ini disebut juga sebagai tidak dapat

14

dipisahkan ( inseparability ), mengingat pada umumnya jasa

dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

• Customization : jasa sering kali didesain khusus sesuai

kebutuhan pelanggan, sebagaimana pada jasa auransi

dan kesehatan.

Sedangkan menurut Tjiptono (2007) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya :

1. Intangibility

Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan

suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu

perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja

(performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat

dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli

dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam

pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search

qualities , yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi

pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas

apa dan bagaimana yang akan diteriman konsumen,

umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan

dikonsumsi.

2. Inseparability

Tidak dapat dipisahkan berarti karakter jasa yang

memungkinkan diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.

Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri

khusus dalam pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi

15

hasil ( outcome ) dari jasa tersebut. Dalam hubungan penyedia

jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang

menyampaikan jasa merupakan unsur yang penting. Hal ini

berarti jasa secara normal tidak diproduksi pada suatu lokasi

yang terpusat dan dikonsumsi pada lokasi yang berbeda.

3. Variability / Heterogeneity

Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized

output , artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis

tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut

diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia

dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung

tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal

sikap dan perilakunya.

4. Perishability

Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi

pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau

kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu

atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

5. Lack of Ownership

Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.

Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas

penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa

mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak,

pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki

akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas.

16

2.3 Kepuasan dan Ketidakpuasan konsumen

2.3.1 Definisi Kepuasan

Kepuasaan adalah perasaan senang maupun kecewa seseorang

sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang

dirasakan dengan yang diharapkan (Kotler dalam Rangkuti, 2002).

Sedangkan menurut Schiffman & Kanuk (2007), kepuasan konsumen

(penumpang) adalah persepsi individu terhadap kinerja dari sebuah

produk atau jasa layanan yang berkorelasi dengan harapan.

Berikut ini adalah gambar mengenai konsep kepuasan dari

pelanggan atau penumpang:

Gambar 2.1. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan

Tujuan Kebutuhan dan Perusahaan keinginan konsumen

Produk Harapan konsumen terhadap produk Nilai produk bagi konsumen Tingkat Kepuasan

Sumber: Rangkuti (2002)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa pada

dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan suatu produk

bagi para konsumen dengan harapan konsumen merasa puas setelah

17

menggunakan atau mengkomsumsi produk yang dihasilkan oleh

perusahaan tersebut. Di sisi lain, konsumen memiliki beraneka ragam

kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi dan dinyatakan dalam

bentuk produk ( jasa atau barang). Konsumen menaruh harapan yang

besar terhadap produk yang dikonsumsinya agar produk tersebut mampu

melakukan perannya dalam rangka memenuhi keinginan dan

kebutuhannya tersebut. Pertemuan antara dua kepentingan itu akan

menentukan seberapa besar tingkat kepuasan konsumen terhadap

produk yang dikonsumsinya. Jika konsumen merasa puas dengan produk

yang dikonsumsi tersebut, maka nilai produk dimata konsumen tinggi.

Demikian pula sebaliknya, jika konsumen merasa tidak puas dengan

produk yang dikomsumsi tersebut, maka nilai produk dimata konsumen

rendah. Terciptanya kepuasan konsumen akan memberikan beberapa

manfaat bagi perusahaan, diantaranya hubungan antara perusahaan

dengan konsumennya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik

bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen, dan

membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut ( word of mouth) yang

menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2007: 24).

2.3.2. Harapan

Harapan atau ekpektasi adalah keyakinan seseorang sebelum

membeli suatu produk tertentu yang mana harapan dijadikan sebuah

standar atau acuan dalam menilai kinerja dari produk tersebut (Olson&

Dover dalam Zeithaml dalam Tjiptono & Chandra, 2007). Harapan

seseorang muncul dikarenakan adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi,

akibat pengalaman di masa lalu, pernyataan yang disampaikan oleh

18

seseorang terkait dengan jasa yang ditawarkan ( word of mouth) dan

komunikasi pihak penyedia jasa (Zeithaml, Parasuraman & Berry,1990).

Dalam penelitian ini, penumpang memiliki harapan tersendiri

mengenai pelayanan yang seharusnya didapatkan saat mereka

menggunakan jasa Transjakarta.

2.3.3. Persepsi

Persepsi merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia.

Persepsi adalah suatu sensasi atau stimulus yang diterima oleh otak

kemudian diorganisasikan dan diinterpretasi (Lahey, 2007). Persepsi juga

diartikan sebagai suatu pengalaman fisiologis seseorang terhadap

sebuah objek, yakni cara pandang terhadap objek atau situasi. Melalui

pengalaman tersebut dapat dilihat pengetahuan dan pemahaman individu

terhadap suatu objek (Abubakar,2009). Sedangkan menurut Neal,

Quester & Hawkins (2004), persepsi adalah suatu aktivitas kritis yang

menghubungkan individu sebagai seorang konsumen dengan kelompok,

situasi dan pengaruh pemasaran atau market.

Proses terjadinya persepsi meliputi tahapan sebagai berikut (Neal,

Quester & Hawkins, 2004):

• Exposure : proses awal terjadi ketika stimulus datang dalam

jangkauan saraf-saraf reseptor

• Attention : proses ketika stimulus mengaktifkan satu atau lebih

19

saraf reseptor sensorik sehingga menghasilkan sensasi tertentu. Sensasi yang dihasilkan tersebut kemudian diolah di otak

• Interpretation : hasil dari pengelolaan sensasi di otak yang dapat

digunakan individu dalam melakukan tugas-tugas.

• Memory : akumulasi dari pengalaman berlajar. Memori terdiri

dari dua komponen yakni long term memory dan short

term memory

2.4 Transjakarta

2.4.1 Sejarah Transjakarta

Transjakarta atau umum disebut Busway adalah sebuah sistem

transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di , Indonesia.

Sistem ini dimodelkan berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses

di Bogota, Kolombia.

Perencanaan Busway telah dimulai sejak tahun 1997 oleh

konsultan dari Inggris. Pada waktu itu direncanakan bus berjalan

berlawanan dengan arus lalu-lintas ( contra flow ) supaya jalur tidak

diserobot kendaraan lain, namun dibatalkan dengan pertimbangan

keselamatan lalu-lintas. Meskipun Busway di Jakarta meniru negara lain

(Kolombia, Jepang, Australia), namun Jakarta memiliki jalur yang

terpanjang dan terbanyak. Sehingga kalau dulu orang selalu melihat ke

Bogota, sekarang Jakarta sebagai contoh yang perlu dipelajari masalah

dan cara penanggulangannya.

20

Ide pembangunan proyek Bus Rapid Transit di Jakarta muncul

sekitar tahun 2001 dengan inspirasi proyek serupa di Bogota. Kemudian

ide ini menjadi sebuah tantangan untuk gubernur Sutiyoso yang terpilih

sebagai gubernur DKI Jakarta untuk periode yang kedua (2002-2007).

Sebuah institut bernama Institute for Transportation & Development

Policy (ITDP) menjadi pihak penting yang mengiringi proses

perencanaan proyek ini. Konsep awal dari sistem ini dibuat oleh PT.

Pamintori Cipta, sebuah konsultan transportasi yang sudah sering

bekerjasama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Selain pihak

swasta, terdapat beberapa pihak lain yang juga mendukung

keberhasilan dari proyek ini, di antaranya adalah badan bantuan

Amerika (US AID) dan The University of Indonesia’s Center for

Transportation Studies (UI-CTS).

2.4.2 Koridor Transjakarta

Koridor 1

Koridor 1 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan

Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Jalan-jalan yang dilalui

koridor 1 adalah sepanjang Jalan Sisingamangaraja, Sudirman, MH

Thamrin, Medan Merdeka Barat, dan Gajah Mada atau Hayam Wuruk.

Halte-halte yang dilalui bus TransJakarta koridor 1 antaralain Terminal

Blok M, Halte Masjid Agung, Halte Bundaran Senayan, Halte Gelora

BungKarno, Halte Polda Metro, Halte Semanggi Benhil, Halte Karet, Halte

Setiabudi, Halte Dukuh Atas, Halte Tosari, Halte Bundaran HI, Halte

Sarinah, Halte Bank Indonesia, Halte Monumen Nasional, Halte Harmoni

21

Central Busway, Halte Sawah Besar, Halte Mangga Besar, Halte Olimo, Halte

Glodok , Halte Stasiun Kota

Koridor 2 dan Koridor 3

Tepat dua tahun setelah pertama kali dioperasikan, pada 15

Januari 2006 meluncurkan jalur koridor 2 Pulo Gadung sampai Harmoni dan koridor 3 sampai Pasar Baru. Sejak

Minggu, 10 Februari 2008, beberapa bus transjakarta koridor 3 mulai melalui rutenya yang baru, dari arah Kalideres setelah halte tetap lurus melewati Jalan Kyai tanpa menuju halte Harmoni, busway tidak berbelok melalui Tomang.

Penggunaan jalur ini masih belum resmi karena sebagian besar bus koridor 3 masih melaui jalur Tomang, dan 2 halte busway sepanjang

Jalan Kyai Tapa belum beroperasi. Sejak tanggal 10 September 2008, 2 halte dan Sumber Waras mulai dioperasikan secara resmi. Koridor

2 untuk bus transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Pulo

Gadung sampai Halte Harmoni Central Busway. Jalan-jalan yang dilalui koridor 2 adalah sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Suprapto,

Senen Raya, Pejambon, Medan Merdeka Timur, Veteran, dan berputar di

Halte Harmoni Central Busway. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan

Medan Merdeka Barat, Medan Merdeka Selatan, Kwitang, Suprapto, dan seterusnya hingga kembali ke Terminal Pulo Gadung. Koridor 3 untuk bus transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Kalideres (Jakarta

Barat) sampai Halte Pasar Baru (Jakarta Pusat). Pada awal operasinya, jalan- jalan yang dilalui koridor 3 adalah sepanjang Jalan Daan Mogot, S.

Parman, RayaTomang, Gajah Mada/Hayam Wuruk, dan Juanda. Untuk

22

arah sebaliknya melewati Jalan Veteran dan langsung ke Tomang Raya tanpa melewati Harmoni Central Busway dan seterusnya hingga kembali ke Terminal Kalideres.

Dengan dioperasikan 2 halte baru sepanjang Jalan Kyai Tapa sejak tanggal 10September 2008, pengoperasian koridor ini berubah ke rute baru yaitu Jalan Daan Mogot, Kyai Tapa, Jalan Gajah Mada atau

Hayam Wuruk dan Jalan Juanda. Sebagian armada koridor 3 tetap melayani rute Jalan S. Parman dan Tomang seperti di atas sebagai bagian dari jalur Pulo Gadung sampai Kalideres yang biasa disebut jalur express hingga tanggal 2 November 2009 di saat jalur tersebut dilayani sepenuhnya oleh armada koridor 8.

Koridor 4, Koridor 5, Koridor 6 dan Koridor 7

Pada tahun 2006, dimulai pembangunan 4 koridor baru busway, adalah : Koridor 4 Pulo Gadung sampai Dukuh Atas, Koridor 5 Kampung

Melayu sampai Ancol, Koridor 6 Ragunan sampai Latuharhari, Koridor 7

Kampung Rambutan sampai Kampung Melayu. Sama seperti pada pembangunan koridor-koridor sebelumnya, proyek pembangunan 4 koridor ini juga mengundang reaksi negatif beberapa pihak terutama karena kemacetan parah yang disebabkannya. Koridor 4 sampai koridor 7 ini diresmikan penggunaannya pada Sabtu, 27Januari 2007, oleh Gubernur

DKI Jakarta Sutiyoso di shelter Taman Impian Jaya Ancol.Setelah peresmiannya, keempat koridor ini baru efektif beroperasi pada tanggal

28Januari 2007. Tidak seperti pada waktu peresmian koridor 1, tidak ada tiket gratis untuk masyarakat untuk sosialisasi di koridor-koridor ini.

23

Terdapat 14 Koridor 4 untuk bus transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Pulo Gadung sampai Halte Dukuh Atas 2. Jalan-jalan yang dilalui koridor 4 adalah sepanjangJalan Bekasi Raya, Pemuda,

Pramuka, Matraman, Tambak, Sultan Agung, danHalimun.

Koridor 5 untuk bus transjakarta beroperasi dengan jurusan

Terminal Kampung Melayu sampai Halte Ancol. Jalan-jalan yang dilalui koridor 5 adalah sepanjang Jalan Jatinegara Barat, Matraman Raya,

Salemba Raya, Kramat Raya, Pasar Senen, danGunung Sahari. Untuk arah sebaliknya melewati Jalan Gunung Sahari dan seterusnya sampai

Matraman Raya, kemudian masuk ke Jatinegara Timur.

Koridor 6 untuk bus transjakarta beroperasi dengan jurusan Halte

Ragunan sampai Halte Dukuh Atas 2. Jalan-jalan yang dilalui koridor 6 adalah sepanjang Jalan Harsono RM, Warung Jati Barat, Mampang

Prapatan, HR Rasuna Said, Latuhar hari,Halimun, kembali ke HR Rasuna

Said, dan seterusnya sampai ke Ragunan. Koridor 7 untuk bus

Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal KampungRambutan sampai Terminal Kampung Melayu. Jalan-jalan yang dilalui koridor 7 adalah sepanjang Jalan Kampung Rambutan, Raya Bogor, Sutoyo, MT

Haryono, dan Otto Iskandardinata .

Koridor 8, Korodor 9 dan Korrodor 10

Pembangunan koridor 8 sampai koridor 10 dimulai pada bulan

Agustus 2007.Ketiga koridor ini awalnya direncanakan untuk dapat beroperasi bulan Maret 2008, namun mengalami beberapa penundaan. Rencana operasional koridor 8 awalnya ditunda hingga 14 Februari 2009, namun

24

akhirnya mengalami penundaan lagi. Koridor ini pertama kali diuji coba secara terbatas pada tanggal 9 Februari 2009, dan memasuki tahap operasional pada Sabtu, 21 Februari 2009. Dari 45 bus yang dibutuhkan untuk melayani koridor 8, hingga tanggal 6 Februari 2009 baru tersedia

20 bus, yang memaksa BLUTJ untuk memangkas rute operasional dari

Lebak Bulus sampai Harmoni menjadi Lebak Bulus sampai Daan Mogot

(halteJelambar, walau sebagian sumber menginformasikan halte

Indosiar).

Setelah mengalami beberapa penundaan, pada Senin, 7

Desember 2009, Kepala Dinas Perhubungan DKI M. auchid menginformasikan bahwa pengoperasian koridor 9 dan 10 kembali mengalami penundaan. Target operasional yang awalnya ditetapkan pada Juni atau Oktober 2010 diundur menjadi November 2010.

Penundaan kali ini disebabkan karena penentuan tarif per kilometer bus yang baru disepakati oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan belum ditunjuknya operator yang mengelola koridor ini. Penentuan operator direncakan menggunakan sistem lelang yang akandilakukan pada bulan Februari atau Maret 2010. Koridor 8 beroperasi dengan jurusan terminal Lebak Bulus sampai Harmoni,dengan panjang 26 km.

Rute melalui Jalan Ciputat Raya, Jalan TB Simatupang, JalanMetro

Pondok Indah, Jalan Sultan Iskandar Muda, Jalan Teuku Nyak Arif, Jalan

Letjen Supeno, Jalan Panjang, Jalan Daan Mogot, Jalan Tomang Raya, dan Gajah Mada atau Hayam Wuruk.

Koridor 9 beroperasi dengan jurusan Pinang Ranti sampai Pluit, dengan panjang 29,9 km. Rute melalui Jalan Pondok Gede Raya, Raya

25

Bogor, Mayjen Sutoyo, MT Haryono, Gatot Subroto, S Parman,

Latumeten, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, dan Pluit. Koridor 10

beroperasi dengan jurusan Cililitan sampai Tanjung, dengan panjang 19

km. Rute melalui Jalan Mayjen Sutoyo, DI Panjaitan, Jendral Ahmad

Yani, YosSudarso, dan Enggano.

2.5 Kerangka Berpikir

Kemacetan di Ibu Kota Jakarta

Pemerintah Jakarta membuat inovasi transportasi yaitu Transjakarta

Pengguna merasakan adanya

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan pihak transjakarta

Melihat gambaran kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak transjakarta kepada pengguna jasa transjakarta

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

26