Kementerian Kelautan Dan Perikanan 2018 Kata Pengantar

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kementerian Kelautan Dan Perikanan 2018 Kata Pengantar DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga buku ini dapat tersusun dengan baik. Penyusunan Profil Potensi Usaha dan Peluang Investasi Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk: 1) Menyediakan data dan informasi potensi usaha dan peluang investasi Provinsi Sumatera Barat kepada stakeholders dan calon investor; 2) Referensi dan pertimbangan dalam memutuskan investasi di sektor kelautan dan perikanan serta percepatan industri kelautan dan perikanan; serta 3) Mempromosikan potensi usaha dan peluang investasi sektor kelautan dan perikanan, baik hulu dan hilir menurut lokasi (Provinsi dan Kabupaten/ Kota), komoditas/produk maupun bidang usaha. Profil Potensi Usaha dan Peluang Investasi Kelautan dan Perikanan berisi data dan informasi usaha kelautan dan perikanan layak investasi, potensi dan pemanfaatan perikanan, infrastruktur pendukung investasi, spesifikasi teknis bidang usaha, kemudahan investasi serta kontak hubung daerah. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya buku ini. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini, kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai informasi potensi usaha dan peluang investasi kelautan dan perikanan di Provinsi Riau. Jakarta, Desember 2018 Tim Penyusun PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya alam kelautan dan perikanan bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, maka taka ada jalan kecuali mengimplementasikan prinsip tiga pilar. Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan. Tiga pilar inilah yang menjadi misi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Kabinet Kerja guna mewujudkan visi yang dicanangkan yakni Laut Sebagai Masa Depan Bangsa. Sektor Perikanan Indonesia termasuk di Provinsi Riau selama ini belum sepenuhnya dikelola secara berdaulat, tidak berkelanjutan dan tidak mensejahterakan. Jika kondisi ini dibiarkan, International Union for Conservation of Nature memproyeksikan potensi tangkapan ikan di perairan Indonesia akan anjlok hingga 40 % pada Tahun 2050. Bahkan berdasarkan kajian University of California Santa Barbora (UCSB) dan Balitbang Kelautan dan Perikanan KKP RI, jika eksploitasi berlebihan terus dibiarkan, biomassa ikan di perairan nusantara akan anjlok hingga 81 persen pada tahun 2035. Kapal-kapal ikan asing juga menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sehingga merusak ekosistem dan mengancam kelestarian stok ikan. Penangkapan ikan secara illegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (Illegal, unreported, unregulated/IUU Fishing) memenuhi perairan Indonesia, menginjak-injak kedaulatan dan mengabaikan kelestraian. Laut yang seharusnya menjadi sumber kesejahteraan nelayan lokal, makin lama tak bisa diandalkan sebagai mata pencaharian. Tangkapan nelayan lokal terus menurun akibat tidak mampu bersaing dengan kapal- kapal besar milik asing. Ikan pun seolah hilang sering rusaknya ekosistem dan terumbu karang. Berdasarkan survey BPS periode 2003-2013, jumlah rumah tangga nelayan turun dari 1,6 juta menjadi hanya sekitar 800.000. selain itu, sebanyak 115 perusahaan pengolahan ikan nasional gulung tikar akibat tak mendapat pasokan ikan mengingat kapal-kapal illegal fishing langsung membawa ikan curiannya ke luar negeri. Untuk mewujudkan misi kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan tentu saja IUU Fishing, Overfishing, dan penangkapan yang merusak (destructive fishing) harus diberantas. KKP pun merumuskan secara matang dan komprehensif kebijakan reformasi total sector perikanan termasuk target-target pencapaiannya. Sebagai langkah awal pemberantasan IUU Fishing, KKP menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2014 tentang moratorium izin untuk kapal eks asing. Kapal eks asing merupakan kapal yang awalnya dimiliki asing atau kapal yang diimport dari Negara lain yang kemudian benderanya diganti dengan bendera Indonesia sehingga menjadi kapal nasional. KKP juga menerbitkan Permen KP Nomor 57/2014 tentang larangan alih muat (transshipment) di tengah laut. Kebijakan ini dikeluarkan lantaran transshipment dilarang, pasokan ikan ke industry pengolahan di sejumlah Negara turun drastis. Ini membuktikan bahwa sebagian besar pasokan ikan-ikan ke Negara-negara tetangga merupakan hasil illegal fishing dari perairan Indonesia. Pemberantasan IUU Fishing telah membuat produksi perikanan tangkap laut nasional melanjak drastis 11,3 % pada tahun 2017. Seiring melonjaknya produksi ikan yang ditangkap kesejahteraan nelayanpun kian meningkat. Hal ini terlihat dari Indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) maupun Nilai Tukar Usaha Nelayan (NTUN) yang terus membaik secara signifikan. Pemberantasan IUU fishing tidak hanya menguntungkan Negara dari segi penerimaan pajak PNBP, tapi juga menyelamatkan uang Negara triliunan rupiah dari BBM bersubsisdi yang banyak dipakai kapal illegal fishing. Selanjutnya pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Riau mengacu pada konsep kebijakan KKP mengarahkan kepada pembangunan di wilayah pesisir dan laut, karena daya dukung sumberdaya darat dari waktu ke waktu semakin berkurang karena digerus pertambahan penduduk. Untuk mengoptimalkan dan mendorong industry perikanan, KKP membuat Program Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan system logistic ikan. SKPT merupakan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan sector kelautan dan perikanan sebagai penggerak utama. Tak hanya mendorong industry perikanan di pulau- pulau kecil, konsep SKPT juga merupakan upaya membangun Indonesia dari pinggiran menjadikan daerah-daerah terluar sebagai beranda depan Indonesia. Pembangunan di wilayah pesisir dan laut merupakan upaya pemberian alternative pilihan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya sekaligus sebagai upaya peningkatan kualitas pelaku usaha yang dilakukan secara berkelanjutan dengan basis komoditas local yang kompetitif berlandaskan kemampuan regional dengan memanfaatkan kemajuan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No 23 Tahun 2014 yang membatasi kewenangan Provinsi adalah di wilayah pesisir dan laut untuk kegiatan budidaya dan penangkapan. Untuk mendayagunakan potensi sumber daya kelautan dan perikanan diperlukan kesungguhan dan dukungan politik, ekonomi, sosisl untuk menjadikan sector kelautan dan perikanan sebagai prime mover (penggerak) pembanguanan ekonomi di Provinsi Riau. Dengan kata lain sudah seharusnya sector kelautan dan perikanan Riau dijadikan main stream (ARUS UTAMA) Pembangunan Riau untuk masa kini dan masa yang akan datang. Salah satu Kabupaten Provinsi Riau yang berpotensi untuk peluang investasi adalah Kabupaten Kampar, berikut ulasannya : KABUPATEN KAMPAR I. Keadaan Umum 1.1. Goegrafis Daerah (Letak, Luas, Kab/kota dan Kecamatan) Kabupaten Kampar terletak diantara 10°25’ Lintang Utara - 00°20’ Lintang Selatan, 100° 42’ - 103° 28’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut : - Sebelah utara dengan Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hulu. - Sebelah selatan dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi. - Sebelah barat dengan Propinsi Sumatera Barat. - Sebelah timur dengan Kabupaten Pelelawan dan Kota Pekanbaru. Kabupaten Kampar dengan populasi 415.344 orang, dibagi dalam 21 kecamatan yang meliputi area seluas 11.707,64 km, hampir seluruh daerah merupakan dataran rendah, terkecuali beberapa daerah yang dilalui oleh Bukit Barisan dengan ketinggian 200 - 300 m diatas permukaan laut. Iklim di Kabupaten Kampar adalah tropis dengan suhu rata-rata 22° C - 31° C. Musim kemarau berlangsung antara bulan Maret sampai Agustus, sementara musim hujan berlangsung antara bulan September sampai Februari. Di Kabupaten ini terdapat tiga Sungai besar, yaitu Siak, Rokan, dan Kampar yang salah satunya bermuara di Selat Malaka. Sungai Kampar sepanjang 413,5 km dengan kedalaman rata rata 7,7 m dan lebar 143 m. Sungai Siak sepanjang 90 km dengan kedalaman rata rata 8 - 12 m. Disamping itu terdapat lebih kurang seratus sungai yang dapat menghubungkan satu desa ke desa lainnya. Saat ini Tahun 2018, Kabupaten Kampar memiliki 21 kecamatan, sebagai hasil pemekaran dari 12 kecamatan sebelumnya. Kedua puluh satu kecamatan tersebut (beserta ibu kota kecamatan) adalah: 1. Bangkinang (Ibu Kota Bangkinang) 2. Bangkinang Barat (Ibu Kota Kuok) 3. Bangkinang Seberang (Ibu Kota Muara Uwai) 4. Gunung Sahilan (Ibu Kota Gunung Sahilan) 5. Kampar (Ibu Kota Air Tiris) 6. Kampar Kiri (Ibu Kota Sungai Pagar) 7. Kampar Kiri Hilir (Ibu Kota Gema) 8. Kampar Kiri Hulu (Ibu Kota Lipat Kain) 9. Kampar Timur (Ibu Kota Kampar) 10. Kampar Utara (Ibu Kota Desa Sawah) 11. Perhentian Raja (Ibu Kota Pantai Raja) 12. Rumbio Jaya (Ibu Kota Rumbio) 13. Salo (Ibu Kota Salo) 14. Siak Hulu (Ibu Kota Pandau) 15. Tambang (Ibu Kota Tambang) 16. Tapung (Ibu Kota Petapahan) 17. Tapung Hilir (Ibu Kota Pantai Cermin) 18. Tapung Hulu (Ibu Kota Sinama Nenek) 19. XIII Koto Kampar (Ibu Kota Muara Mahat) 20. Perhentian Raja (Ibu Kota Pantai Raja) 21. Kuok (Ibu Kota Kuok) 1.2. Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Usia Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (0-0 s/d 65+) dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kampar Tahun 2017 Kelompok Jenis Kelamin No Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 0 – 4 48.213 45.937 94.150 2 5 – 9 44.956 42.324 87.280 3 10 - 14 42.592 39.977 82.569 4 15 - 19 37.389 34.911 72.300 5 20 - 24 35.377 33.689 69.006
Recommended publications
  • Download File
    DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI RIAU KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA KEADAAN 31 DESEMBER 2015 PROVINSI RIAU KODE KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 1401 KUANTAN SINGINGI 11 12 23 1402 INDRAGIRI HULU 9 9 18 1403 INDRAGIRI HILIR 11 14 25 1404 PELALAWAN 4 8 12 1405 SIAK 7 8 15 1406 KAMPAR 8 23 31 1407 ROKAN HULU 7 14 21 1408 BENGKALIS 4 7 11 1409 ROKAN HILIR 6 11 17 1410 KEPULAUAN MERANTI 4 5 9 1471 KOTA PEKANBARU 5 15 20 1473 KOTA DUMAI 3 7 10 JUMLAH 79 133 212 Kode Kode No. Provinsi Kabupaten/ Kabupaten/Kota Kode Puskesmas Nama Puskesmas Alamat Puskesmas Provinsi Kota 1 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401010102 Lubuk Jambi Jl. Sudirman No. 48 Lubuk Jambi, Kec. Kuantan Mudik 2 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401010103 Pangkalan Ds. Pangkalan, Kec. Kuantan Mudik 3 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401010201 Lubuk Ramo Jl. Jend. Sudirman Ds. Lubuk Ramo, Kec. Kuantan Mudik 4 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401011201 Lubuk Ambacang Ds. Lubuk Ambacang, Kec. Hulu Kuantan 5 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401012201 Guntung Toar Jl. Al. Iklas No. 03, Kec. Guntung Toar 6 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401020101 Muara Lembu Jl. Jend Sudirman Rt. 01 Rw 06, Kec. Singingi 7 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401020102 Sungai Sirih Jl. Melati No. 01 Ds. Sei Sirih, Kec. Singingi 8 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401020203 Sungai Keranji Ds. Sei Keranji, Kec. Singingi 9 14 Riau 1401 Kuantan Singingi P1401021101 Sungai Buluh Ds.
    [Show full text]
  • Rapat Persiapan Penerapan Psbb Provinsi Riau
    RAPAT PERSIAPAN PENERAPAN PSBB PROVINSI RIAU PEKANBARU, 30 APRIL 2020 Dari 639 orang PDP, tersebar di seluruh kab/kota (12 kab/kota se-Propinsi Riau), dengan 41 kasus positif yang tersebar di 8 kab/kota (Pekanbaru, Dumai, Pelelawan, Kampar, Bengkalis, Indragiri Hilir, Rokan Hulu, Siak) ANGGARAN PENANGANAN COVID-19 se-RIAU PENANGANAN DAMPAK PENYEDIAAN JARING PENANGANAN KESEHATAN EKONOMI PENGAMAN SOSIAL 1. Provinsi Riau : Rp. 154,30 M 1. Provinsi Riau : Rp.25 M 1. Provinsi Riau : Rp.254.,14 M 1. Kabupaten/Kota : 1. Kabupaten/Kota : 1. Kabupaten/Kota : ▪ Kota Pekanbaru Rp. 66,49 M ▪ Kota Pekanbaru Rp. 56,55 M ▪ Kota Pekanbaru Rp. 6,59 M ▪ Kab. Siak Rp. 33,74 M ▪ Kab. Siak Rp. - ▪ Kab. Siak Rp. 11,37 M ▪ Kab. Rokan Hulu Rp. 12,60 M ▪ Kab. Rokan Hulu Rp. - ▪ Kab. Rokan Hulu Rp. - ▪ Kab. Kuansing Rp. 39,53 M ▪ Kab. Kuansing Rp. 1,28 M ▪ Kab. Kuansing Rp. 23,10 M ▪ Kab. Inhil Rp. 89,98 M ▪ Kab. Inhil Rp. - ▪ Kab. Inhil Rp. - ▪ Kab. Inhu Rp. 53,21 M ▪ Kab. Inhu Rp. 31,78 M ▪ Kab. Inhu Rp. 31,78 M ▪ Kab. Rohil Rp. 41,62 M ▪ Kab. Rohil Rp. 7,40 M ▪ Kab. Rohil Rp. 6,50 M ▪ Kab. Pelalawan Rp. 37,91 M ▪ Kab. Pelalawan Rp. 16,49 M ▪ Kab. Pelalawan Rp. 8,76 M ▪ Kab. Kampar Rp. 23,59 M ▪ Kab. Kampar Rp. 6,82 M ▪ Kab. Kampar Rp. 1,09 M ▪ Kab. Kep. Meranti Rp. 11,23 M ▪ Kab. Kep. Meranti Rp. - ▪ Kab. Kep. Meranti Rp. 25,46 M ▪ Kab. Bengkalis Rp.
    [Show full text]
  • INDUSTRI GALANGAN KAPAL KAYU DI PESISIR RIAU Muchtar Ahmad Dan Nofrizal ABSTRACT Base on the Survei and Field Visiting at the Lo
    JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 INDUSTRI GALANGAN KAPAL KAYU DI PESISIR RIAU Muchtar Ahmad1) dan Nofrizal2) 1)Laboratorium Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Km.12.5 Simpang Baru, Pekanbaru (28294), Telp (0761) 63275, Fax. (0761) 63274. E-mail : [email protected], HP : 085363956456 2)Laboratorium Alat Penankapan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Km.12.5 Simpang Baru, Pekanbaru (28294), Telp (0761) 63275, Fax. (0761) 63274. E-mail : [email protected], HP: 081365578455 ABSTRACT Base on the survei and field visiting at the location of dockyard industry, the state of traditional dockyard management and technology reported. Traditional dockyards use wood as raw materials for building mostly small fishing boat of less than 5 GT. The location of dockyard is built open on the bank of riverside in the coastal area without any covered building. Facilities in the traditional dockyard as well as infrastructure ro the location are almost nothing deliberately built. The dockyard persists on the wetland environment, swampy area, and unhealthy working condition. The management of the dockyard is family wise as it belongs to the one core family, but the boat craft man mostly recruite from extended family. While the technology used mostly come from the long experiences working in the famili or other dockyard. The main problem of the traditional dockyard is the raw wood materials are scarce and difficult to get it, except by high price, whilst capital to secure materials stock unavailable. The consequence, five of seven traditional dockyard surveied have been stopping to product a new boat; and frustrating to pace the future.
    [Show full text]
  • Gubernurriau
    GUBERNURRIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR ArruN 2O2O TENTANG ANALISA STAITDAR BELIINJA DENGAN RAIIMAT TT'HAIT YAI|G MAIIA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51 ayat (5) dan ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2Ol9 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Analisa Standar Biaya; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan undang-undang Damrat Nomor 19 Tahun tg57 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 751 Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor ll2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor I6a6l; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OI4 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56791; 4. Peraturan Pemerintah Nomor L2 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daeratr (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322l; 5. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2O2O tentang Standar Harga Satuan Regional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O2O Nomor 5a7l; 2 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah tehh diubah beberapa kali teralthir ".b"g"i**JdenganPeraturanMenteriDalamNegeriNomor2I Tahun 2oll tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang, Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OIl Nomor 310); 7.
    [Show full text]
  • Analysis of Character Value in the Batobo Tradition in the Kuantan Singingi Community, Riau
    ANALYSIS OF CHARACTER VALUE IN THE BATOBO TRADITION IN THE KUANTAN SINGINGI COMMUNITY, RIAU HENDRI MARHADI, ERLISNAWATI Riau University [email protected] Abstract Batobo is a tradition of agricultural process in paddy’s cultivation that exist among Kuantan Singingi people in Riau Province. The tradition is passed from generation to generation and still preserved today. This study aims to analyze the character values contained in the batobo tradition. There are folk art performances, dances, and music in a form of traditional festival in the tradition. This study aims to analyze the character values contained in Batobo tradition. This study uses literature review from various sources relevant to the research. We can conclude that there are some characters identified from the tradition such as mutual cooperation, sharing culture, social care, responsibility and discipline values. These characteristic is visible on the daily life of Kuantan Singingi community which is used as a guide in behavior. The values also work as a social tool especially in accelerating and motivating people on the agricultural production. Keywords: Character Value, Batobo Tradition INTRODUCTION Kuantan Singingi Regency with the capital city of Teluk Kuantan is one of the regencies in Riau Province. Kuantan Singingi Regency is a division of Indragiri Hulu Regency which was formed under Law No.53 of 1999. Kuantan Singingi Regency with an area of ± 7,656.03 퐾푀2 is located at 0°00 North Latitude - 1°00 South Latitude, 101 ° South Latitude, 101°02 - 100°55 East Longitude with distance from sea level 120 KM and height around 25-30 meters from sea level (Kuantan Singingi Regency Government, 2006).
    [Show full text]
  • Kasus Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan) Di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2018-2019
    PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERIKANAN (KASUS SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN) DI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2018-2019 Oleh : Azizul Hakim Email : [email protected] Dosen Pembimbing : Drs. H. Isril, M.H. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277 ABSTRAK Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat melimpah. Rokan Hilir pernah menjadi Daerah dengan produksi ikan terbesar di dunia. Namun prestasi tersebut terus menurun hingga sekarang predikat daerah dengan produksi ikan terbesar di dunia tersebut lepas. Maka dari itu perlunya Pengawasan Pemerintah Daerah dalam hal ini yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau melalui Unit Pelaksana Teknis Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Wilayah 3 dalam menjaga potensi kelautan dan perikanan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir agar dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap Urusan Pemerintahan Bidang Perikanan (Kasus Sumberdaya Kelautan dan Perikanan) di Kabupaten Rokan Hilir tahun 2018-2019, serta untuk mengetahui apa saja factor penghambat Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap Urusan Pemerintahan Bidang Perikanan (Kasus Sumberdaya Kelautan dan Perikanan) di Kabupaten Rokan Hilir ini dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau Wilayah 3.
    [Show full text]
  • Sonoro Energy Ltd
    Selat Panjang Production Sharing Contract (PSC) Overview November 2019 1 Forward-Looking Statements Certain statements in this presentation may constitute “forward-looking information” (“forward-looking statements”) within the meaning of applicable Canadian securities laws. Forward-looking statements are often, but not always, identified by the use of words such as “anticipate”, “estimate”, “potential”, “could”, “ongoing”, “prospective”, “expected” and similar words suggesting future outcomes. Readers are cautioned that, by their nature, forward-looking statements are based on current expectations regarding future events that involve a number of assumptions, known and unknown risks, and uncertainties. Actual results, performance or achievements of the Company, or the industry, may vary materially from what is expressed or implied by such forward-looking statements. Therefore, readers should not place undue reliance on forward-looking statements. Readers are also cautioned that potential production rates may not be indicative of long-term performance or of ultimate recovery. The Company will update its assumptions to reflect new events or circumstances when it is required, by law, to do so. The forward-looking statements in this presentation are based on management’s current expectations and assumptions that involve a number of risks and uncertainties. These risks and uncertainties include, but are not limited to: (1) risks associated with obtaining, maintaining and the timing of receipt of regulatory approvals, permits, and licenses;
    [Show full text]
  • Role of Rm Doctors. Pratomo As a Pioneer of Bagan Siapiapi Public Health 1910-1939
    ROLE OF RM DOCTORS. PRATOMO AS A PIONEER OF BAGAN SIAPIAPI PUBLIC HEALTH 1910-1939 Setyawati *, Prof. Dr. Isjoni, M.Sc **, Dra. Bedriati Ibrahim, M.Sc *** Email: [email protected], [email protected], [email protected] Cp: 081268303452 Historical Education Study Program Department of Social Sciences Education Faculty of Teacher Training and Education, University of Riau Abstract: Around the 19th century the Hindia Dutch government lacked medical personnel in its colonies namely Indonesia. Starting from a variety of diseases that plagued the population in 1847, with thus attempting to recruit indigenous workers as doctors was cheap and easy to obtain. then a school of Javanese Medical Schools (STOVIA) was established. The purpose of this study is 1) To find out the beginning of the entry of the Netherlands in Bagansiapiapi, 2) To find out the reasons for the doctor's RM. Pratomo came to Bagansiapiapi, 3) To find out the role of Doctor RM. Pratomo as a pioneer of bagan siapi-api public health 1910-1939, 4) To find out the development of the hospital that was built by the Doctor RM. Pratomo 1910-1939. As for this study using qualitative research methods with a historical approach and data collection techniques in the form of observation, direct interviews and documentation. The results of this study were doctor RM. Pratomo was a doctor who was transferred to the Bagansiapiapi area and became the first doctor in Bagansiapiapi. Doctor RM. Pratomo built medical clinics and treated local people to communities in the countryside near the Rokan River. So much the role of the doctor RM.
    [Show full text]
  • A Study on the Economic Potential of Blood Cockles (Anadara Granosa) in Rokan Hilir, Riau Province, Indonesia 1Eni Yulinda, 2Mazni Saad, 3Muhammad Yusuf
    A study on the economic potential of blood cockles (Anadara granosa) in Rokan Hilir, Riau Province, Indonesia 1Eni Yulinda, 2Mazni Saad, 3Muhammad Yusuf 1 Faculty of Marine and Fisheries, University of Riau St. HR Subrantas, KM 12.5 Panam Pekanbaru, Riau, Indonesia; 2 Department of Tourism, Kulliyah of Languages and Management, International Islamic University Malaysia, Pagoh Education Hub, KM1, Jalan Pancor, Pagoh 84600 Muar, Johor, Malaysia; 3 Faculty of Fisheries, Cokroaminoto University of Makassar, St. Tamalanrea, KM 11, Tamalanrea, Makassar, Indonesia. Corresponding author: M. Yusuf, [email protected] Abstract. This research was conducted from January to July 2019 in Rokan Hilir Regency, Riau Province for the purpose of investigating the prospects and economic potentials of blood cockle (Anadara granosa) cultivation in the regency. The methods used included a survey, direct observation and an in-depth interview with 65 marine cockle cultivators and related stakeholders in the three production centers of marine fisheries, namely Panipahan, Bagansiapiapi and Sinaboi. The data obtained were analyzed descriptively and its business feasibility analyzed. The results showed that the blood cockle cultivation business of Rokan Hilir is very profitable (BCR 1.88 and PPC 1.92). In addition, the prospects of developing cockle cultivation is also good because of the wide (124,000,000 m2) land potential available, the low demand for high skills, and the accessibility for export of products to the Malaysian market. Key Words: Anadara granosa, economic potential, cultivation, Rokan Hilir. Introduction. Indonesia is the largest maritime and island nation in the world. The country has 17,504 large and small islands and almost 75% of the territory consists of oceans (5.9 million km2).
    [Show full text]
  • Efektivitas Penggunaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang Pembangunan Desa Di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir
    EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR T E S I S Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains OLEH : NAMA : ANDRI MUNAWAR NPM : 167122030 BIDANG KAJIAN UTAMA : ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU ADMINISTRASI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2019 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR ABSTRAK Oleh : Andri Munawar Alokasi Dana Desa (ADD) yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada desa digunakan untuk membantu pendanaan penyelenggara pemerintah desa, meningkatkan sarana dan prasarana desa, meningkat pengamalan nilai-nilai keagamaan sosial dan budaya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Efektivitas penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam menunjang pembangunan Desa di Kepenghuluan Serusa dan Kepenghuluan Parit Aman Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir. Penelitian ini menggunakan teori Gibson yang mengatakan bahwa Efektivitas merupakan ukuran keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan menggunakan sumber daya manusia dan sarana yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dikatakan efektif apabila berhasil mencapai tujuan dan visi dari organisasi tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis. Sampel
    [Show full text]
  • LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No
    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 72, 2020 PEMERINTAHAN. Perbatasan Negara. Provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau. Rencana Tata Ruang. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI RIAU DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 2020, No. 72 -2- 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI RIAU DAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1.
    [Show full text]
  • Annu Al Report 2019
    ANNUAL REPORT 2019 ANNUAL 1 ANNUAL REPORT 2019 Building on the initiatives of previous years, Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business to shape the future through internal collaboration, synergies, and partnerships within the digital ecosystem at large. Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business At the same time, Telkomsel strove to improve customer experience and satisfaction as key drivers of long-term success. (in billion rupiah) (in million) DIGITAL BUSINESS DATA USERS REVENUE 58,237 110.3 23.1% 3.5% DATA 50,550 LTE USERS 88.3 22.3% (in million) 61.3% DIGITAL SERVICES 7,687 29.0% 2019 63.9% DIGITAL 2018 BUSINESS 53.0% CONTRIBUTION 2 PT TELEKOMUNIKASI SELULAR IMPROVED MOMENTUM Telkomsel has successfully delivered growth and revenue from data supported by solid digital products and services offerings, as shown by TOTAL BTS improved momentum in 2019. 212,235 (in gigabyte) 12.2% CONSUMPTION/ 2019 DATA USER 3G/4G BTS 54.7% 5.2 161,938 16.7% 2018 3.4 (in terabyte) PAYLOAD 6,715,227 53.6% 3 ANNUAL REPORT 2019 Highlights of the Year 6 Key Performance Company 8 Financial Highlights at a Glance 9 Operational Highlights 10 2019 Event Highlights 52 Telkomsel in Brief 18 Awards & Accolades 53 Share Ownership History 23 ISO Certification 54 Organization Structure 54 Key Products & Services 56 Milestones Business Review Remarks from 60 Vision and Mission the Management 61 Corporate Strategy in Brief 62 Transformation Program 65 Marketing 26 Remarks from the President Commissioner 72 Digital Services 30
    [Show full text]