Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

ISSN 1412-1689 Kebijakan Editorial

Suluah diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Suluah Budaya (BPNB) Padang. Buletin ini bertujuan menyebarkan informasi hasil pengkajian dan Media Komunikasi Kesejarahan, penganalisaan menyangkut masalah-masalah Kemasyarakatan, dan Kebudayaan kesejarahan dan nilai-nilai tradisional, Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 khususnya di daerah Sumatera Barat, Pelindung , dan Sumatera Selatan serta daerah- Dirjen Kebudayaan daerah di pada umumnya. Cakupan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan isi mengisyarakat munculnya “pencerahan” pada kelompok masyarakat yang dapat Penanggungjawab digunakan sebagai alat mereproduksi dan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang mentransformasi sejarah dan kebudayaan daerah. Hasil reproduksi itu diharapkan dapat Penasehat Ahli disumbangkan untuk memajukan kebudayaan Mestika Zed (UNP) nasional yang mampu menghadapi M. Yusuf (UNAND) perkembangan zaman pada masa sekarang Alfitri (UNAND) dan masa yang akan datang. Nursyirwan Effendi (UNAND) Rusdi Muchtar (LIPI) Kebijakan Penerbitan Dwi Purwoko (LIPI) Redaksi mengajak para ahli, sarjana, praktisi Pemimpin Redaksi dan pemerhati masalah-masalah kesejarahan Undri dan nilai-nilai tradisional untuk menuangkan buah pikirannya secara bebas dan bertang- Wakil Pemimpin Redaksi gung jawab lewat karya tulis di Suluah. Kami Hasanadi mengutamakan artikel yang membahas persoalan aktual yang yang sedang berkem- Dewan Redaksi bang di tengah masyarakat dilihat dari Yondri perspektif sejarah dan kebudayaan. Kriteria Ernatip utama tulisan adalah artikel yang berupa hasil Seno penelitian dan memiliki nilai praktis serta Efrianto bermanfaat untuk pengambilan suatu kebi- jakan. Selain itu, penerbit juga menerima Redaktur Pelaksana tulisan-tulisan ilmiah yang berguna untuk Budi Eka Putra mengembangkan dan memperkaya kerangka Silvia Devi berpikir dalam mengkaji masalah-masalah Abrar Haris sejarah, kemasyarakatan dan kebudayaan. Syafrilman Redaksi hanya menerima tulisan yang Kesekretariatan berbahasa Indonesia dan Inggris. Penulis Rismadona yang tulisannya dimuat dalam Suluah, akan Kadril diberi imbalan. Artikel yang tidak diterbitkan akan dikembalikan jika disertai perangko Alamat Redaksi secukupnya. Jl. Raya Belimbing 16 A Kuranji, Padang Telp./Fax. (0751) 496181 e-mail: [email protected]

i Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

PENGANTAR REDAKSI Laki-Laki Minangkabau oleh Zusneli Zubir, (10). Pandangan Dunia Masyarakat Minangkabau dalam Gurindam Ratok Mak Membahas tentang masyarakat sebagai Enggi Karya Yus Dt. Parpatih oleh Hasanadi, sebuah proses sangatlah unik. Keunikan (11). Migrasi dan Adaptasi Orang tersebut tergambarkan dalam irama Minangkabau di Kota Bengkulu oleh Undri. kehidupan dan lingkaran yang mengitarinya. (12). Pola Hubungan dalam Keluarga Batih di Gambaran tersebut terbingkai dengan jelas Nagari Salayo Kabupaten Solok oleh lewat aktiftas yang dia lakukan, dan akibat Witrianto, dan (13). Persepsi Masyarakat yang timbul akibat dari aktifitas tersebut, Terhadap Orang Bertato Pada Masyarakat di bahkan lebih jauh lagi penentuan “takdir dari Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan atas” pun ikut menetukan proses tersebut. Padang Timur Kota Padang oleh Rismadona. Proses aktifitas masyarakat itupun (14) Teologi Pembebasan Keragaman Etnis- beragam, mulai dari fondasi sosial, budaya, agama dan Respon Masyarakat oleh Ferawati ekonomi, bahkan lebih jauh lagi persoalan (15) Resensi oleh Abrar Haris. politik pun ditukikkan. Akhirnya dengan tulisan tersebut dapat Sebagai sebuah kajian, persoalan menambah cakrawala keintelektualan kita masyarakat tidak akan pernah kering untuk terutama mengenai masalah relung dengan dikaji, dan akan selalu muncul ide-ide baru core nya tentang masyarakat. Selamat yang cemerlang untuk dikaji atau ditulis membaca (Undri). kembali. Itu pula sebabnya pada edisi ini tidak terlepas dari persoalan masyarakat yang menjadi tema utamanya. Berkaitan dengan persoalan diatas maka tim redaksi menurunkan tulisan yang core utamanya tentang masyarakat, tulisan tersebut yakni : (1). Sejarah Perkembangan Kawasan Kota Lama di Daerah Rawan Gempa Sumatera Barat oleh Gusti Asnan, (2). Pemerintah Marga Pada Zaman Belanda di Sumatera Selatan (1823-1940) oleh Seno, (3). Strategi Adaptasi Transmigrasi Orang Bali di Desa Nusa Bali Oku Timur Sumatera Selatan oleh Ajisman, (4) Transmigrasi di Sumatera Barat “Dari Masyarakat Terpencil Menjadi Pusat Perekonomian” oleh Efrianto, A, (5) Pendidikan Karakter Melalui Dongeng oleh Silvia Devi, (6) Mengatasi Krisis : Daya Lentur Industri Tenun Wajo Menghadapi Krisis (1930-1998) oleh Taufik Ahmad, (7) Perjuangan Rakyat Bengkulu pada Zaman Jepang dan Kmerdekaan (1942-1949) oleh Jumhari, (8) Pengeloalaan dan Praktif Berzakat di Provinsi Bengkulu oleh Hariadi, (9) Dari Baju Model Jubah Putih ke Jas : Pengaruh Modernisasi Islam dalam Gaya Berpakaian ii Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

DAFTAR ISI Migrasi dan Adaptasi Orang Minangkabau di Kota Bengkulu Undri (124) Sejarah Perkembangan Kawasan Kota Lama di Daerah Rawan Gempa Sumatera Barat Pola Hubungan dalam Keluarga Batih di Gusti Asnan (1) Nagari Salayo Kabupaten Solok Witrianto (138) Pemerintah Marga Pada Zaman Belanda di Sumatera Selatan (1823-1940) Persepsi Masyarakat Terhadap Orang Bertato Seno (12) Pada Masyarakat di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur Kota Padang Strategi Adaptasi Transmigrasi Orang Bali di Rismadona (148) Desa Nusa Bali Oku Timur Sumatera Selatan Ajisman (25) Teologi Pembebasan Keragaman Etnis-agama dan Respon Masyarakat Transmigrasi di Sumatera Barat “Dari Ferawati (158) Masyarakat Terpencil Menjadi Pusat Perekonomian” Resensi Buku (167) Efrianto, A (45)

Pendidikan Karakter Melalui Dongeng Silvia Devi (55)

Mengatasi Krisis : Daya Lentur Industri Tenun Wajo Menghadapi Krisis (1930-1998) Taufik Ahmad (69)

Perjuangan Rakyat Bengkulu pada Zaman Jepang dan Kemerdekaan (1942-1949) Jumhari (79)

Pengeloalaan dan Praktif Berzakat di Provinsi Bengkulu Hariadi (86)

Dari Baju Model Jubah Putih ke Jas: Pengaruh Modernisasi Islam dalam Gaya Berpakaian Laki-Laki Minangkabau Zusneli Zubir (104)

Pandangan Dunia Masyarakat Minangkabau dalam Gurindam Ratok Mak Enggi Karya Yus Dt. Parpatih Hasanadi (114)

iii Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN KOTA LAMA DI DAERAH RAWAN GEMPA SUMATERA BARAT Gusti Asnan

Abstract In the middle of the 17th century, VOC found its factory in the estuary of Padang River (Muara). In one and half century Muara developed to be a small town which was crowded by company’s buildings and warehouses, Chinese and native merchants houses, as well as market that managed by the native merchants. The Netherlands East Indie government, which inherited the company, expanded the city of Padang to the northern, southern, and eastern direction. However the Dutch still concentrated its political and economic activities in Muara. It marked by the construction of several important governmental buildings in that area. The physical development of Padang to the northern, southern and eastern direction continued by the Indonesian government. Similar to the Dutch colonial regime, Indonesian government also maintained Muara as the “city center”. This policy is based on Muara as the embryo of Padang. In the relationship with this condition, Muara then is also popular called as “old city”. This article tries to trace the development of Padang generally and “old city” area especially. This article also tries to discuss several reasons of the governments (The Netherland East Indies or Indonesian Republic) to develop the city to the northern, southern, and eastern part of Muara. Then, this article also tries to study the local genius of the Padang native, who tends to build their villages in the eastern most part of the city, far from the sea shore. Shortly, this article tries to answer the question, to what extend the relationship between the governmental reasons and the Padang native’s local genius to develop and to construct their buildings and houses with the location of Padang that lies in the disaster area that often rocked by earthquakes and several times swept away by tsunamis)?

Keyword : development of Padang generally, earthquakes, and West Sumatera.

Pendahuluan (Cortesao 1944: 135-165). Dua orang Dari berbagai sumber sejarah diketahui pengelana Portugis yang lain, yang bahwa sepanjang pantai barat Pulau Sumatera melakukan perjalanan mengelilingi Sumatera terdapat sejumlah besar pemukiman, mulai dari pada abad ke-16, yakni Diogo Pachecon dan apa yang disebut dengan kampung hingga Jeronimo de Figueirado menambahkan kota. Sebagian kampung atau kota itu telah sejumlah nama pemukiman yang lain, di didiami oleh para pemukim sejak waktu yang antaranya Natal, Ipuh, Miro, Enggano, dlbnya. lama, bahkan sejak zaman “bahuela”, sebelum Nama-nama kampung atau kota di kedatangan orang Barat ke daerah ini. Tome kawasan barat Pulau Sumatera ini semakin Pires yang melakukan perjalanan keliling Asia banyak jumlahnya ketika Kerajaan Aceh dan (Selatan, Tenggara dan Timur) pada parohan Kerajaan Banten melebarkan kekuasaannya ke pertama dekade kedua abad ke-16, misalnya kawasan ini pada abad ke-16 dan 17, serta mencatat telah ada enam terras dan reinos di ketika orang Belanda hadir dan berkuasa di kawasan ini, yaitu Tulang Bawang, Andalas, wilayah ini. Tidak itu saja, pada kurun waktu Pariaman, Tiku, Barus dan Meulaboh hadirnya penguasa kolonial ini unit-unit

1 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 pemukiman tersebut tumbuh dengan pesat, kemudian dinamika perkembangan bahkan beberapa di antaranya berkembang pembangunan di kawasan “Kota Lama” (dan menjadi kota terpenting dan terkemuka di bagian-bagian lain) dikaitkan dengan Sumatera. Sebagian besar kota yang tampil ke ancaman bencana berupa gempa bumi atau panggung sejarah pada masa penjajahan tsunami yang dialaminya. Belanda adalah unit-unit pemukiman yang telah terbentuk pada masa sebelumnya (pra- “Kota Lama” v.s. “Kota Baru” kedatangan orang Barat). Salah satu dari unit Banyak pihak, sebagian besar warga kota pemukiman dan kemudian tumbuh menjadi Padang serta pemangku kepentingan kota yang besar dan penting di Sumatera pembangunan/wisata/budaya Sumatera Barat adalah Padang. atau Indonesia, mengartikan “Kota Lama” Sumber-sumber sejarah juga menyebut adalah bagian dari kota Padang yang secara bahwa unit-unit pemukiman yang berada di geografis terletak di sebelah utara kawasan kawasan pantai barat Sumatera memiliki muara Batang Arau. Pengertian ini kadang- banyak masalah dan tantangan. Masalah atau kadang oleh sebagian kalangan juga ditambah tantangan yang lazim dan hampir selalu dengan “….dan dibangun pada masa ditemui pada sepanjang waktu, terutama ada penjajahan Belanda….”. Pada satu sisi, masa kolonial, adalah lingkungan yang tidak pengertian yang dikaitkan dengan kontribusi sehat atau tidak bersih. Hal ini terutama penjajah Belanda ini ada betulnya, namun – disebabkan oleh tanah yang berawa serta air secara historis – defenisi yang disebut terakhir yang kurang atau tidak layak konsumsi. ini mengundang pertanyaan baru, bukankah Masalah lain yang juga menantang para bagian kota Padang yang dibangun pada masa pemukin di kawasan ini adalah banyaknya penjajahan Belanda tidak hanya yang berlokasi bencana, terutama gempa (dan tsunami). di sekitar muara Batang Arau? Atau, Pada satu sisi, tinggal di wilayah yang penjajahan Belanda itu berlangsung dalam banyak masalah dan tantangan, membuat kurun waktu yang lama, pada pada kurun warganya memiliki kearifan atau daya kreasi waktu yang mana “Kota Lama” itu dibangun? dan inovasi yang cerdas, sehingga membuat Kalau pengertian yang dipakai masih mereka bisa hidup dalam suasana yang serba mengaitkan dengan masa penjajahan Belanda, menakutkan dan mengancam (harta benda setidaknya wilayah “Kota Lama” itu mestilah serta jiwa) itu. Di sisi lain, karena bencana mencakup daerah yang termasuk ke dalam (seperti gempa atau tsunami) tidak datang (dan daerah administratif Gemeente Padang membahayakan) setiap waktu dan karena pada (hingga akhir penjajahan Belanda) dan wilayah fase-fase tertentu pembangunan pemukiman, Kotapraja atau Kotamadya Padang hingga terutama di daerah perkotaan dilakukan oleh tahun 1979. Dan, bila ada bagian kota yang “orang luar”, maka banyak dari mereka yang disebut dengan “Kota Lama” maka abai, lalai atau lupa dengan tantangan dan seharusnya juga ada bagian kota yang masalah tersebut. Kedua pengalaman di atas, dinamakan “Kota Baru”. Mengambil kearifan yang cerdas atau kelalaian yang perbandingan pada batasan “Kota Lama”, kadangkala membahayakan jiwa, juga terdapat maka pengertian “Kota Baru” adalah wilayah pada warga Padang. kota yang meliputi seluruh kawasan yang Artikel ini mencoba menelusuri dan menjadi bagian daerah administratif mendiskusikan perkembangan kota Padang Kotamadya Padang atau Kota Padang pasca- umumnya dan kawasan “Kota Lama” kota perluasan tahun 1979. tersebut pada khususnya. Fokus bahasan Penegasan pembatasan ini menjadi perlu akan ditekankan pada pengertian “Kota Lama”, bila kita ingin membincangkan kota Padang

2 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 dari perspektif kebijaksanaan politik yang ditafsirkan bahwa Padang waktu itu (sebelum melatarbelakangi pertumbuhan dan kedatangan orang Belanda/VOC) belum perkembangannya. “Kota Lama” tumbuh dan mempunyai arti dan peran sosial, politik atau berkembang dalam alam kolonial dan dibangun ekonomi sama sekali. oleh penguasa kolonial. “Kota Baru” hadir dan Sebaliknya, menurut laporan VOC, dibangun pada alam republik. Sebagai bagian beberapa paal (setara 1,8 km) di sebelah timur dari kota kolonial, “Kota Lama” menampilkan bibir pantai terdapat beberapa pemukiman watak dan praktik-praktik serta kepentingan- yang ramai penduduknya. Munculnya unit- kepentingan politik, sosial, budaya, dan unit pemukiman di kawasan timur yang terletak ekonomi kolonial. Sebaliknyanya, “Kota Baru” cukup jauh dari tepi pantai itu diperkirakan merepresentasikan kondisi sosial, politik, sebagai bagian dari kearifan tradisional ekonomi, dan budaya Indonesia kontemporer. penduduk setempat. Mereka menyadari Di samping itu, penegasan pembatasan ini kawasan sepanjang garis pantai adalah daerah juga penting bila dihubungkan dengan tujuan yang tidak atau kurang cocok dimukimi. Seperti pertemuan kita ini, mengaitkan perkembangan yang disebut di atas, daerah yang dekat dan pembangunan “Kota Lama” dengan dengan pinggir laut umumnya terdiri dari rawa, bencana gempa/tsunami. Pertama, ada nilai- memiliki air yang kualitasnya kurang atau tidak nilai kearifan (yang tidak terlihat) yang hadir baik (tidak sehat), sebaliknya nun di sebelah dalam perkembangan dan pembangunannya; timur terdapat daerah dengan tanah yang serta kedua, ada perencanaan-perencanaan padat, subur, dan cadangan air yang bersih yang matang dan kalkulasi-kalkulasi yang serta lingkungan yang lebih sehat. Kearifan jelimet oleh perencana pembangunan di balik yang didapat dari pengalaman sejarah, tidak pertumbuhan dan pembangunannya. mau tinggal di lingkungan yang tidak sehat, menyebabkan mereka memilih tinggal di “Pemukiman Lama” dan Kearifan Lokal kawasan timur itu. Tidak dapat diingkari lagi, sebelum Kearifan yang sama, namun dalam kontek Belanda (tepatnya Vereenigde Oost Indische menghindarkan jatuhnya korban harta dan Companie atau VOC) mendirikan lojinya di jiwa bila terjadi musibah gempa (yang sering kawasan Muaro Padang, di kawasan itu telah diiringi oleh tsunami) juga membuat mereka menetap beberapa pemukim. Beberapa sumber tidak mau tinggal di tepi pantai. Dari catatan menyebut mereka orang rupit. Jumlah mereka sejarah memang diketahui, bahwa kawasan tidak banyak, hanya terdiri dari beberapa pantai di bagian barat Pulau Sumatera sangat keluarga. Umumnya mereka hidup dari rawan akan gempa. Beberapa gempa besar menangkap ikan. Secara sosial, politik atau (dan terjadi dalam waktu yang cukup lama) ekonomi keberadaan mereka hampir tidak serta menimbulkan bencana tsunami terjadi berarti. Karena itu, baik Pires, Diogo Pachecon pada tahun 1892, 1864, 1833, 1797, 1770, 1763, dan Jeronimo de Figueirado tidak dan 1696 (diperkirakan gempa dan tsunami menyinggung adanya unit pemukiman ini juga terjadi pada kurun waktu sebelum 1696 dalam catatan mereka. Para pelaut, pengelana, ini). Gempa besar dan tsunami yang terjadi atau pejabat Portugis umumnya mencatat pada tahun 1797 misalnya meluluhlantakan dengan sangat detil setiap daerah atau rupa kota Padang serta tsunami yang terjadi setelah bumi yang mereka temui (dengan catatan gempa itu melemparkan sejumlah kapal yang daerah atau bagian dari rupa bumi tersebut sebelum tertambat di pelabuhan Muaro hingga memiliki arti dan peran sosial, politik, dan beberapa ratus meter ke arah daratan. ekonomi yang penting atau cukup penting). Disamping itu, kenangan akan gempa besar Absennya Padang dari catatan mereka bisa dan tsunami yang terjadi tahun 1696 juga

3 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 masih hangat dikalangan penduduk setempat dibangun pada tahun 1660-an, namun baru hingga perempat pertama abad ke-19. Jadi arif mulai menemui bentuknya yang ideal pada dan sadar akan lingkungan yang kurang baik perempat terakhir abad ke-17. Loji atau loge serta potensi bencana yang demikian besar, (berasal dari bahasa Portugis fetoria), berarti maka banyak penduduk yang membangun tempat tinggal, kantor atau gudang atau pemukinan di kawasan timur garis pantai bahkan benteng tempat melakukan Padang. Itulah sebabnya dewasa ini bisa kita perdagangan dan sekaligus administrasi temui unit-unit “Pemukiman Lama”, seperti pemerintahan serta pusat pertahanan VOC Lubukminturun, Kuranji, Pauh, Limau Manis (Gusti Asnan 2006:1). Dengan demikian, cikal dan Lubukkilangan yang umumnya berlokasi bakal perkembangan dan pembangunan “Kota di kawasan timur yang relatif jauh dari pinggir Lama” adalah untuk kepentingan pemukiman, pantai. perdagangan dan tentara. Kawasan di kawasan timur, yang relatif Seiring dengan perjalanan waktu, di jauh dari bibir pantai, memang jauh lebih sehat kawasan muara ini juga berdiri beberapa dan bias dikatakan aman dari bencana bangunan yang lain, di antaranya rumah tsunami. Sehingga tidak salah, bila dengan kepala perwakilan VOC, gereja, gudang lada local genius yang mereka miliki sebagai dan rempah, rumah sakit, dua buah bak air warisan dari nenek moyang yang mereka untuk kapal, serta dua buah penempatan terima, menyebabkan mereka memilih tinggal meriam. Loji, rumah kepala perwakilan VOC, di kawasan timur itu. Dewasa ini, setiap saat gereja, dan satu penempatan meriam berada merebak isu ada tsunami (sesudah terjadi di sisi utara sungai. Gudang lada dan rempah, gempa) warga yang tinggal di pusat kota dan rumah sakit, bak air serta satu penempatan pinggir pantai berbondong-bondong lari meriam berlokasi di bagian selatan sungai. menyelamatkan diri ke kawasan “Pemukiman Semua bangunan penting milik VOC ini Lama” ini. Para tetua atau nenek moyang warga berlokasi di kawasan sekitar muara Batang Padang di masa lampau telah membuat Arau. Lokasi ini dipilih karena kawasan itulah pemukiman yang sehat dan aman dari tsunami yang menyediakan lahan yang cocok. sebelum Belanda memikirkan atau membangun Cocoknya wilayah tersebut antara lain pemukiman di pinggir laut. didukung oleh lokasinya yang berada di kawasan muara sungai yang menyediakan Pembangunan “Kota Lama” tempat untuk perahu/kapal berlabuh dan Sejarah kehadiran “Kota Lama” memang “sedikit” lebih aman bila dibandingkan tidak bisa dipisahkan dari kehadiran orang dengan kawasan lain di sekitarnya. Sedikit Belanda. VOC adalah lembaga atau lebih aman, dalam pengertian aman dari “pemerintahan” Belanda yang pertama terlibat hantaman ganasnya ombak Samudera Hindia dalam pembangunannya. “Kota Lama” pada dan “sedikit” lebih layak dimukimi bila masa VOC ini mencakup kawasan yang berada dibandingkan dengan kawasan lain di di sekitar muara Batang Arau. Sepanjang masa sekitarnya yang berawa, serta adanya kekuasaan VOC (hingga akhir abad ke-18) “sedikit” warga yang memukiminya. Dan kawasan ini hanya meliputi antara satu hingga sejauh yang diketahui, tidak ada sumber yang dua paal ke arah hulu dan beberapa ratus dibuat VOC bahwa menginformasikan bahwsa meter kea rah utara serta beberapa ratus meter mereka juga mempertimbangkan adanya kea rah selatan (Guung Padang). potensi ancaman gempa atau tsunami yang Loji atau loge adalah bangunan pertama akan mengancam keberadaan loji atau loge yang didirikan kompeni dagang tersebut di mereka. Absennya pertimbangan itu, kawasan ini. Loji atau loge Padang ini mulai berkemunginan besar, disebabkan oleh belum

4 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 tahunya mereka akan bencana atau musibah sedikit ke arah hulu dari pemukiman orang itu. Bukankah mereka “orang luar” yang baru China dan loji VOC (Dobbin 1983: 97ff). Lokasi datang ke daerah ini saat itu? pemukiman mereka yang berada di kawasan Loji adalah bangunan utama yang dimiliki hulu, yang secara geografi juga berlokasi di serta bangunan yang pertama dibangun oleh bagian timur, sekaligus merepresentasikan VOC (Netscher 1881: Lampiran I). Namun bahwa para pemukin dari etnik Minang itu pembangunan loji tersebut segera menjadi “turun” dari “Pemukiman Lama” mereka yang magnet yang menarik pemukim lain, yang berada di bagian timur. berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa Tidak banyak atau belum didapat untuk datang dan juga membangun hunian di informasi yang lebih lengkap mengenai kawasan ini. Bangsa China datang beberapa banyaknya bangunan yang dibangun pada saat setelah loji VOC didirikan. Mereka masa VOC ini (yang berlangsung hingga akhir membangun pemukiman bersebelahan abad ke-18). Merujuk pada apa yang ditulis dengan kantor dagang kompeni niaga itu. Dalrymple daam “Collection of plants of port Tepatnya, lokasi pemukiman mereka sedikit di in the East Indies” dapat dikatakan bahwa sebelah barat, dan utara loji. Namun rumah hingga akhir abad ke-18 hanya ada 13 gedung/ kapten China berada di bagian paling barat bangunan penting yang ada di “Kota Lama”. loji dan rumah kepala perwakilan VOC. Di Namun yang dapat dipastikan, pada masa samping orang China, datang pula para kompeni niaga itu, wilayah Padang masih pemukim yang berasal dari suku terbatas di sekitar kawasan muara Batang Minangkabau. Lokasi pemukiman mereka, Arau.

Peta 1: Padang pada Akhir Abad ke-18

Dari beberapa sumber sejarah juga Gempa dan tsunami tahun 1797 menimbulkan diketahui, bahwa pada masa kumpeni ini ada banyak kerusakan karena waktu itu bangunan dua musibah besar yang disebabkan oleh telah banyak, gempa dan tsunami tahun 1696 gempa (dan tsunami) yang melanda Padang: sebetulnya juga kuat, namun karena saat itu pertama, bencana gempa besar yang diiringi bangunan belum banyak sehingga kerusakan tsunami tahun 1797 (seperti yang telah disebut relatif tidak begitu intensif diberitakan (karena di atas); kedua, gempa dan tsunami yang pemukiman ini baru dibangun). Hanya saja, terjadi tahun 1696. Ada perbedaan yang besar dampak gempa dan tsunami tahun 1696 begitu antara kedua bencana ini bagi kota Padang. lama dirasakan penduduk kota karena bencana

5 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 itu – kemungkinan besar – adalah musibah tahun 1824, dia tidak menemukan lebih dari pertama yang dialami Padang semenjak dia tiga bangunan yang kondisinya bagus, dan didirikan. Di samping kehancuran kota akibat salah satu dari tiga bangunan yang bagus itu bencana alam, pada masa VOC ini Padang adalah rumah residen. Sisanya rumah yang (tepatnya loji Padang) juga pernah dirusak jelek dan tidak sehat (Nahuijs 1827: 58). Jalan oleh tentara Ingggris yang menyerbu kota ini dan jembatan juga digambarkannya tidak baik, tahun 1781 (Eschels-Kroon 1783; Nahuijs tidak teratur dan tidak tertata dengan baik 1827; Dobbin 1983). (Nahuijs 1827:43). Walaupun demikian, pada Serbuan tentara Inggris (yang kemudian saat itu Nahuij telah diberitahu tentang adanya diiringi pula oleh serangan Perancis di bawah rencana pembangunan gedung-gedung komando Le Meme tahun 1793) serta gempa pemerintahan (yang disusun oleh Raaff), besar yang diiringi tsunami tahun 1797 seperti gudang-gudang senjata, gudang- menyebabkan Padang pada pergantian abad gudang kopi atau rempah, asrama tentara, 18 ke abad 19 bagaikan kota mati secara rumah sakit, rumah dan kantor residen, ekonomi dan politik. Apalagi pada waktu itu, penjara, dlsbnya, termasuk juga rencana di Padang khususnya dan pantai barat pembangunan sebuah gereja (Nahuijs 1827: Sumatera umumnya, yang berkuasa adalah 41). Inggris. Inggris yang menempatkan Padang Satu hal lain yang cukup menarik yang sebagai “bawahan” dari pemerintahan dicatat oleh Nahuij dalam kunjungannya pada Bengkulu tidak serius mengelola wilayah ini. tahun-tahun pertama berkuasanya pemerintah Ada kesan, Padang menjadi daerah yang Hinia Belanda tersebut adalah rumah ditelantarkan. Kondisi ini menyebabkan penduduk yang umumnya terbuat dari kayu, Padang selama masa pemerintahan tinggi dari tanah, dan beratap rumbia. Di Inggris(interregnum Inggris) tidak mengalami samping meniru model rumah yang pertumbuhan yang berarti. diperkenalkan penduduk “pribumi” Perhatian dan pembangunan Padang diperkirakan arsitektur bangunan seperti ini mulai kembali bergairah setelah pemerintah juga ditujukan untuk mengatasi masalah banjir Hindia Belanda mengambilalihnya dari tangan dan juga bersiaga menghadapi kemungkinan Inggris tahun 1819. Setelah pengambilalihan gempa. Kontruksi rumah yang terbuat dari tersebut, Padang dijadikan sebagai pusat kayu lazim ditemukan di “Pemukiman Lama” pemerintahan daerah administratif setingkat di kawasan timur. Model rumah seperti ini keresidenan (1819-1837) dan kemudian diperkirakan ditiru oleh VOC di masa silam setingkat provinsi (pasca-1837). Padang juga sewaktu mereka masuk ke kawasan timur menjadi lokasi berdirinya keagenan dalam rangka menyerang orang Pauh. Nederlandsch Handel Maatschappij (NHM) Kesan lain yang cukup banyak (1827), satu-satunya keagenan kantor dagang diungkapkannya dalam catatan perjalanan tersebut di luar Jawa saat itu (Gusti Asnan perwira menengah Belanda itu adalah adanya 2007). rumah-rumah milik orang China (dalam jumlah Pada hari-hari pertama jatuhnya Padang yang cukup banyak dan dengan kondisi yang ke tangan pemerintah Hindia Belanda, cukup bagus) serta perkampungan serta pasar konsentrasi pemukiman dan perkantoran (Pasar Gadang) yang dimukimi orang Minang. masih terfokus di kawasan sekitar Muaro. Dengan kata lain Nahuij menyebut bahwa Namun, seperti dikatakan Nahuij, kondisinya pada saat itu, pemukiman di “Kota Lama” telah masih sangat memprihatinkan, tidak bagus ditata secara terpisah berdasarkan bangsa/ serta tidak teratur dengan baik. Bahkan penulis suku bangsa atau telah ditata berdasarkan ini menyebut, ketika dia mengunjungi kota itu politik “apartheid”.

6 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Demikian gambaran pemukiman dan Paderi. Di samping itu dalam radius ini pulalah bangunan yang ada di kota Padang (“Kota dibangun rumah residen (pasca-1837 rumah Lama”) beberapa saat setelah Pemerintah gubernur) dan kantor pengadilan serta Belanda mengambil alihnya dari tangan benteng pertahanan. Rumah-rumah para Inggris. pejabat sipil dan militer Belanda serta kaum Memasuki tahun-tahun pertengahan indo juga berada dalam radius ini (Rusli Amran 1820-an, terjadi perubahan yang cukup 1988: 11-34). signifikan di “Kota Lama”. Pada kurun waktu Memasuki tahun 1850-an, lebih sepuluh itu, sebagai bagian dari keterlibatan Belanda tahun setelah perlawanan Kaum Paderi dalam Perang Paderi, pemerintah menjadikan berhasil dihabisi, penggerak utama Padang sebagai “basis” utama kampanye pembangunan kota Padang lebih didasarkan militer yang mereka lakukan (di samping oleh desakan/kepentingan administratif dan sebagai pusat pemerintahan). Untuk itu ekonomis. Memang, sejak tahun 1850-an berbagai sarana dan prasarana pendukung peran kota Padang sebagai pusat segera dibangun. Rancangan pembangunan pemerintahan dan juga aktivitas ekonomi yang disusun Raaf sebelumnya (setelah semakin nyata (apalagi sejak tahun 1847 disempurnakan) segera diimplementasikan. diperkenalkan tanam paksa kopi dan lelang Karena itu sejak pertengahan 1820-an (hingga kopinya diadakan di kota Padang). dasawarsa 1840-an) berbagai fasilitas Pembangunan berbagai fasilitas umum, perkantoran, tangsi tentara, dan fasilitas umum pemerintahan sipil dan militer, perumahan lainnya mulai dibangun di Padang. penduduk, pasar dan juga pelabuhan semakin Konsentrasi utama pembangunan masih di nampak wujudnya. Bahkan terjadi percepatan kawasan sekitar muara Batang Arau. Kantor pembangunan yang luar biasa pada parohan residen, penjara, kantor NHM, gudang- kedua abad ke-19 itu (Rusli Amran 1988: 11- gudang tentara dan hasil bumi masih 34). dipusatkan di sana. Namun karena banyaknya Sama dengan fase pembangunan 1820- bangunan lain yang akan didirikan (termasuk an hingga 1840-an, perkembangan kota masih asrama atau tangsi tentara yang dipersiapkan menuju ke arah utara (alasannya masih sama dalam Perang Paderi), maka kawasan sekitar dengan alasan sebelumnya). Namun, muara dirasa tidak mencukupi lagi. Untuk wilayahnya semakin luas, dan bangunan yang itulah, kawasan yang berada di sebelah utara didirikan semakin banyak. Pada tahun 1875 muara mulai dibuka. Pembangunan diarahkan setidaknya terdapat 34 gedung atau bangunan ke kawasan utara karena daerah itu masih penting dan besar di kota Padang. Sekitar merupakan daerah tak bertuan atau masih setengah darinya berlokasi di daerah “baru” merupakan tanah yang liar. Pengembangan di bagian utara kawasan muara Batang Arau. tidak diarahkan ke timur karena itu “tidak Dan sesuatu yang menarik diperhatikan pada mungkin” dilakukan, karena itu adalah fase pembangunan pasca-1850-an ini adalah wilayahnya para inlanders. penempatan bangunan-bangunan penting Pada fase pembangunan 1820-an sampai serta rumah-rumah para pejabat sipil dan militer dengan 1840-an, wilayah “Kota Lama” dan kawasan elit yang relatif jauh dari pinggir sesungguhnya telah meluas dari muara pantai. Tepatnya lokasi yang disebut terakhir Batang Arau hingga kawasan yang dewasa berada pada kawasan yang dewasa ini menjadi ini disebut Belakang Tangsi. Sebutan bagian dari Jalan Sudirman, daerah Sawahan, Belakang Tangsi mengindikasikan bahwa di Jalan Proklamasi hingga Ganting. daerah itulah dibangunnya tangsi tentara Diperkirakan, penempatan bangunan yang disiapkan untuk menghadapi kaum perkantoran dan rumah-rumah para petinggi

7 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 serta kawasan elit di daerah yang relatif jauh lokasi bangunan pemerintah dan pemukiman dari kawasan pantai ini berhubungan dengan para petinggi sipil dan militer ke kawasan yang gempa bumi yang terjadi dalam waktu yang “aman” itu adalah bagian dari sikap waspada lama pada tahun 1861, 1864 dan 1865. Gempa dan antisipasi dari kemungkinan terjadinya bumi yang berlangsung dalam waktu yang tsunami. Dan seiring dengan itu, kualitas lama saat itu merusak banyak bangunan serta bangunan yang dibuat pada fase menimbulkan kecemasan atau ketakutan yang pembangunan pasca-1850-an ini juga jauh mendalam bagi warga kota Padang. Dari lebih baik daripada kualitas bangunan yang beberapa laporan yang dibuat pemerintah dibuat pada fase pembangunan sebelumnya. pasca-1865-an diketahui, bahwa pemindahan

Peta 2: Padang sekitar 1875

Secara politik, tahun 1906 Padang pelayaran mereka ke kawasan Selat Malaka. mendapat status sebagai gemeente Berbagai handelhuizen dan perusahaan yang (Staatsblad No. 151 1906). Namun secara sebelumnya beroperasi di sini mulai pindah ekonomi, pada kurun waktu yang sama Padang atau menutup usahanya. Beberapa konsulat mulai mengalami kemunduran. Kejayaan kopi, perdagangan negara asing juga tutup dan sebagai urat nadi utama kejayaan Padang memindahkan kegiatannya (terutama ke kota dapat dikatakan mulai berakhir. Aktivitas niaga Medan) (Colombijn 1994: 66-116). di kota Padang juga mengalami kemunduran. Walaupun demikian, sebagai kota yang Penurunan ini semakin terasa pada dekade masih berperan sebagai pusat kegiatan politik kedua, seterusnya pada dasawara ketiga dan pada tingkat keresidenan dan pusat kegiatan tahun-tahun 1930-an. Kapal-kapal antar- ekonomi, sosial dan budaya untuk wilayah Samudera yang hingga akhir abad ke-19 masih ’s Westkust, sebetulnya Padang masih menyinggahi Padang mulai mengalihkan merupakan kota terpenting di bagian barat

8 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Sumatera. Karena itu perkembangan dan seiring dengan perjalanan waktu, desakan ke pembangunan kota masih tetap berlangsung utara ini tetap berlanjut hingga mencapai Air sejak tahun-tahun permulaan abad ke-20. Tawar dan kawasan Siteba. Di kawasan ini Beberapa proyek pembangunan terpenting banyak dibangun kompleks perumahan, pada fase pembangunan pasca-1900 ini adalah asrama polisi, dan sekolah atau perguruan pembuatan banjir kanal yang dimulai tahun tinggi (Mardanas Safwan 1987: 62-82; 1911. Pembanguan banjir kanal ini dimulai dari Colombijn 1994: 144ff). daerah Ujung Tanah melintasi kawasan “paling timur” dari “Kota Lama” hingga ke Penutup daerah “paling utara” dari “Kota Lama”. Memasuki dekade 1980-an, Padang Pembangunan ini ditujukan untuk berubah dengan drastis. Wilayahnya mengendalikan banjir yang kerap melanda bertambah sepuluh atau lima belas kali lebih Padang waktu itu (dan juga pada waktu-waktu luas dari ukuran semula (sebelum 1979). sebelumnya). Proyek pembangunan Wajahnya juga mengalami perubahan yang terpenting kedua yang dilakukan pada fase signifikan. Bila “Kota Lama” hampir identik pembangunan ketiga ini adalah mengarahkan dengan gedung-gedung perkantoran, pertumbuhan kota ke kawasan timur. pertokoan, kompleks perumahan, sekolah dan Pengalihan pembangunan ke kawasan timur perguruan tinggi, rumah-rumah ibadah yang ini diawali dengan pembangunan pabrik besar dan megah, maka di sebagian besar Semen Padang di kawasan Indarung. Lebih “Kota Baru” hanya ditemui hamparan sawah, ke timur dari “Pemukiman Lama” kaum kebun dan peladangan, hutan. Sedangkan bumiputera. Pengembangan ini kemudian hunian penduduk masih berupa dilanjutkan dengan pembukaan beberapa perkampungan lama. perkebunan besar (ondernemingen) di Namun karena kota adalah sesuatu yang kawasan Gadut dan Rimbodatar serta dinamis, maka wajah lama “Kota Baru” itu pembangunan objek wisata “Welkom” di segera mengalami perubahan. Pembangunan kawasan Lubuk Begalung. Pengembangan ke gedung-gedung baru, kompleks perumahan, kawasan timur ini juga didukung oleh sekolah dan perguruan tinggi juga mulai pembangun jalan raya yang besar dan lurus. dilakukan. Gejala ini nampak sekali sejak Pada waktu yang bersamaan, sebetulnya pertengahan 1980-an. pembangunan kota juga ditujukan ke arah Perkembangan dan pertumbuhan selatan. Namun pembangunan ke arah selatan Padang yang intensif serta ekspansif ini lebih terbatas untuk pembangunan menyebabkan kawasan muara yang menjadi pelabuhan (Emmahaven) (Mardanas Safwan cikal bakal Padang seakan-akan terlupakan. 1987: 62-82); Rusli Amran 1988: 11-34; Gejala ini telah terjadi dalam waktu yang lama, Colombijn 1994: 66-119). setidaknya sejak tahun 1970-an. Dinamika Pembangunan “Kota Lama” mulai kawasan Muaro seakan-akan luput dari kembali nampak pada tahun-tahun permulaan perhatian warga atau juga pemerintahan kota 1950-an. Karena itu, dapat dikatakan periode khususnya atau pemerintah provinsi atau 1950-an ke atas, hingga 1970-an sebagai fase pusat pada umumnya. Dalam suasana seperti keempat dalam perkembanan dan inilah, bangunan- bangunan lama dan pembangunan kota Padang. Arah bersejarah (peninggalan zaman penjajahan perkembangan kota pada fase pembangunan Belanda) mengalami nasib yang tragis. ini kembali mengarah ke kawasan yang Sebagian dari bangunan itu dibiarkan kosong terdapat dibagian utara. Wilayah “di dan ditelantarkan, sebagian digunakan untuk seberang” Banjir Kanal mulai dibuka. Dan gudang (tanpa ada upaya untuk

9 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 memeliharanya), sebagian dialihfungsikan, pemerintah meninggalkan daerah itu. sebagian dirombak menjadi sesuatu yang baru Merujuk kembali pada perjalanan sejarah sehingga menghilangkan ciri awalnya, dan kota Padang, semua daerah yang dewasa ini bahkan ada yang dihancurkan serta diganti dikategorkan sebagai zona merah dengan yang baru sama sekali. sesungguhnya pernah menjadi bagian dari Dari berbagai catatan dan keterangan “Kota Lama” (dalam pengertian luas yang yang diperoleh, dewasa inilah (sejak tahun saya kemukan dalam tulisan ini). Karena itu, 1970-an) penelantaran dan “pengrusakan” membincangkan perkembangan “Kota Lama” terjadi dalam skala yang parah pada bangunan- sejatinya juga membicarakan kawasan lain bangunan lama dan bersejarah di kawasan yang ikut-serta menjadi bagian integral dari Muaro. Dan mengulang kembali apa yang telah pertumbuhan dan perkembangan Padang. disampaikan di atas, “pengrusakan” itu sesungguhnya terjadi karena penelantaran dan kurangnya perhatian yang diberikan oleh Daftar Pustaka warga atau pemangku kepentingan terhadap berbagai bangunan lama dan bersejarah itu. Colombijn, Freek, 1994. Patches of Padang: Penelantaran dan kurangnya perhatian The History of an Indonesia Town in the tersebutlah yang akhirnya, ketika ada gempa Twentienth Century and the Use of Urban yang cukup kuat, membuat bangunan- Space. Leiden: Research School CNWS. bangunan itu dengan mudah mengalami Cortesao, Armando,1944, The Summa kerusakan. Dalam konteks ini disampaikan Oriental of Tome Pires: An Account of the bahwa gempa sesungguhnya hanya East, from Red Sea to Japan, written in penambah (bukan penyebab utama) kerusakan and India in 1512-1515. pada bangunan lama dan bersejarah di London: The Haklyut Society. kawasan Muaro. Penyebab utamanya, adalah Dobbin, Christine, 1983, Islamic Revivalism penelantaran dan kekurangperhatian kita in a Changing Peasant Economy: Central selama ini. Karena itu, perlu digarisbawahi, Sumatra, 1784 - 1847. London: Curzon dibutuhkan perhatian yang lebih sungguh- Press. sungguh dari warga masyarakat dan seluruh Engels-Kroon, Adolf, 1783, Beschrijving van pemangku kepentingan untuk memulihkan het Eiland Sumatra. Haarlem: C.H. Bohn kembali serta untuk menjadi keberlanjutan en Zoon. keberadaan gedung-gedung lama dan Gusti Asnan, 2006, Pemerintahan Sumatera bersejarah yang ada di kawasan Muaro. Kalau Barat: Dari VOC ke Reformasi. perhatian ini tidak ada atau kurang, sia-sia saja Yogyakarta: Dian Pustaka. segala daya dan upaya untuk —, 2007, Dunia Maritim Pantai Sumatera. menghidupkannya kembali. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Perhatian yang sama juga perlu diberikan Mardanas Safwan,1987, Sejarah Kota terhadap bangunan dan aset kota lainnya, baik Padang. Jakarta: Dep. P dan K. berupa bangunan tua bersejarah atau objek- Netzcher, 1881, “Padang in het Laatst der 18e objek lainnya, yang berlokasi di kawasan yang Eeuw” dalam Verhandelingen van het saat sekarang dikatakan zona merah, di Koloniaal Instituut voor Taal-, Land- en kawasan yang tingkat kerawanannya akan Volkenkunde, No. 41. bahaya tsunami cukup atau sangat tinggi. Nahujs van Burst, H.G., 1827, Brieven over Sebagaimana diketahui, ada gejala pembiaran Bencoolen, Padang, het Rijk van terhadap bangunan dan asset yang berada di Minangkabau, Rhiouw, Sincapoera en kawasan itu. Ada kecenderungan warga dan Poelo Pinang. Breda: F.B. Hoolingerus

10 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Pijpers. Rusli Amran, 1988, Padang Riwayatmu Dulu. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Staatsblad van Nederlandsch-Indie. No. 151 1906.

11 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

PEMERINTAHAN MARGA PADA ZAMAN BELANDA DI SUMATERA SELATAN (1823-1940)

Seno

Abstract

This research examines marga or clan as governmental system in South Sumatra. Marga as a livelihood order system directly relates to public interest. As a territory, within single marga body, generally there are some villages. A marga that owns just one village called mijen or hamlet. Within mijen, there are several minor villages. There are two classifications in marga, they are marga village and usual village. In marga village, they constitutes as the seat of clan head and led by Pembarab while in usual village, they are not occupied by clan head and led by Kerio or Proatin (Perwatin: officials). In each marga, a Pasirah is stated as the chief or leader whose charge is to perform executive function within his clan. He is chosen through pancang or candidacy in an open election. He is then appointed and given the title, in Sultanate period, by Sultan himself. Keywords: Clan, indigenous law, colonial government, South Sumatra

1 Husin Sayuti, “Pembangunan Pedesaan” dalam Buku Materi Pokok Studi Masyarakat Indonesia, (Jakarta : UT 1999), hal. 42. 2 A. Hasjmy, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta : Beuna, 1983), hal. 80. 3 Meunasah adalah tempat ibadah ummat Islam di Aceh yang ukurannya lebih kecil dari mesjid. Biasanya meunasah ini dipakai untuk belajar agama bagi anak-anak di gampong, yang dipimpin oleh seorang teungku menasah.

12 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Pendahuluan setelah lembaga keluarga, kampung dan Jika ditelusuri jejak-jejak masa lalunya, dusun.1 Tentang pengertian marga, pada Sumatera Selatan mempunyai sejarah yang tahun 1823 Kruseman mengatakan bahwa di panjang, baik sejarah politik, ekonomi, sosial, daerah Komering istilah ini dimaksudkan budaya maupun sejarah pemerintahan. “orang dari keturunan yang sama” atau “orang Khusus mengenai pemerintahan, sudah sejak sa/asal”, yang terikat konsensus bersama atau ratusan tahun silam di Sumatera Selatan ada “orang mufakat”; orang-orang dengan fikiran sistem pemerintahan yang diselenggarakan atau sikap batin atau tali persaudaraan yang dari tingkat terendah hingga pemerintah pusat sama”.2 di Kerajaan/Kesultanan. Pemerintahan Pada umumnya, Marga merupakan tertinggi berada di Keraton/Kerajaan, yang sekumpulan dusun yang tergabung menjadi mengatur kehidupan masyarakat yang berada satu kesatuan administratif. Masyarakat dalam di lingkungan keraton, seperti para abdi dalem gabungan dusun-dusun ini pada awalnya atau abdi kerajaan, pekerja, tukang, pedagang berasal dari satu kesatuan administratif. dan sebagainya. Masyarakat dalam gabungan dusun-dusun ini Sedangkan Pemerintahan terendah pada awalnya berasal dari satu kerabat, tetapi berada di daerah-daerah yang terbagi dalam kemudian, setelah Marga terbentuk menjadi desa-desa atau dusun-dusun. Dusun-dusun satu kesatuan administratif faktor kekerabatan atau kampung-kampung ini dikepalai oleh itu menjadi kabur. Bahkan dengan sifatnya seorang kepala dusun yang disebut Krio. yang teritorial itu mendorong terjadi proses Untuk Kota Palembang kepala kampung ini degeneratif dalam marga-marga di Sumatera disebut Sirah Kampung. Selatan. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa Kumpulan beberapa dusun mengikatkan siapa pun dapat menjadi penghuni suatu dirinya dalam suatu kesatuan hukum yang marga, selagi ia dapat memenuhi persyaratan disebut Marga. Tiap-tiap satuan Marga terdiri administratif tertentu tanpa terlalu atas 5 (lima) sampai 15 (lima belas) dusun. Ada mensyaratkan faktor genealogisnya. juga satu dua Marga yang jumlahnya lebih Adapun tujuan dalam penulisan ini dari lima belas dusun. Susunan kemargaan adalah Mengetahui keberadaan Marga pada ini merupakan susunan pemerintahan zaman Belanda dan potensi Pemerintahan terendah yang paling asli yang bersifat Marga dalam melaksanakan pembangun otonom, artinya Marga tersebut mempunyai daerah. Di samping itu juga untuk mengetahui hak untuk mengtur dan mengurus rumah pengaruh pemerintah kolonial Belanda tangganya sendiri tanpa campur tangan dari terhadap berlakunya hukum adat di Pemerintah di pusat kerajaan/kesultanan. lingkungan marga serta bagaimana dinamika Adapun yang dimaksud dengan Marga politik marga. Penelitian yang dilaksanakan ini adalah suatu kesatuan organis yang terbentuk diharapkan dapat memberi manfaat bagi berdasarkan teritorial genealogis, yang secara kepentingan akademik, pemerintah daerah dan fungsional memainkan peranan yang sangat masyarakat Sumatera Selatan. penting bagi kehidupan masyarakat di Ada dua batasan dalam penelitian ini. lingkungannya. Secara tradisional, Marga Pertama batasan spasial yang meliputi wilayah merupakan institusi tertinggi kemasyarakatan bekas karesidenan Palembang yang sekarang

1 Saudi Berlian, OKI (Ogan Komering Ilir) Dalam Lintasan Sejarah, (Palembang : Pemkab Ogan Kemoring Ilir, 2003), hal. 148. 2 Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821-1942, (Yakarta : INIS, 1997), hal. 88.

13 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 masuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan. tugas terpenting proatin adalah sebagai polisi Adapun sampel wilayah diambil di daerah dan mengadili pelanggaran lebih ringan, yang Ogan Komering Ulu dan sekitarnya. Kedua dapat didenda sebanyak-banyaknya 6 (enam) batasan spasial yang meliputi kurun waktu rial. Para proatin sewaktu mengadili dapat zaman kolonial Belanda, yaitu mulai tahun dibantu oleh punggawa, yang dengan 1823 hingga 1940. berbagai cara direkrut dari para jurai tuo. Metode penelitian yang dilakukan Sebagai contoh dapat dipakai daerah dengan menggunakan metode sejarah. Komering. Kepala desa di daerah ini dalam Metode ini melalui tahapan seperti yang tugas mereka dibantu oleh semua jurai tuo dikemukakan oleh Louis Gotschal3 sebagai yang sekali gus berfungsi sebagai tuo berikut : Pertama, heuristik atau pengumpulan kampung, mengingat semua warga jurai data, baik data tertulis maupun data biasanya tinggal di kampung yang sama.6 wawancara. Kedua, melakukan kritik sumber, Dalam bentuk pemerintahan kolegial ini, berupa kritik intern dan kritik ekstern. Ketiga, mustahil kepala marga atau dusun dapat interpretasi yaitu proses perumusan fakta- memutuskan sesuatu tanpa konsensus kepala fakta dari sumberberupa bukti dan bekas yang dusun dan kepala jurai. Di bawah diperoleh dari tahap heuristik. Keempat, pemerintahan sultan Palembang, di bagian- historiografi4 atau penulisan yang dirangkai bagian uluan, warga marga bahkan berhak sesuai data dan fakta hingga menjadi karya menuntut pemberhentian pesirah, jika sejarah yang runtut dan kronologis sesuai menurut pendapat mereka orang ini dengan tema penelitian. mengambil keputusan secara sepihak. Contoh yang bagus dapat kita jumpai dalam koleksi Sistem Pemerintahan Marga adat yang dikumpulkan tahun 1823 di Kikim Di Sumatera Selatan, tiap marga sebagai berikut : mempunyai kepala marga atau pesirah yang Pasal 28 : Jika pasirah tidak setia menyandang gelar depati atau pangeran. Ia terhadap kawulanya dan dalam dibantu oleh kepala dusun, yang di zaman vonisnya tidak sesuai dengan undang- Kesultanan memakai gelar krio, baginda, undang atau hukum agama/adat, maka lurah atau ingebei. Para kepala dusun, yang ia dapat dipecat. Pasal 39 : Jika pasirah secara kolektif disebut proatin, membentuk atau proatin melakukan perbuatan suatu dewan pemerintahan dan dewan hukum. matagawe/binasa dan merusak rumah Sedangkan pesirah, hanya berfungsi sebagai keturunannya, serta menganggap ketua dewan. Tatkala pertemuan di balai-balai barang sebagai haknya, maka yang di dusun pasirah, dibicarakan tentang bersalah akan celaka.(KITLV, H 189:16- undang-undang oleh para kepala adat, yang 17). melalui peundingan panjang harus mencapai Struktur birokrasi kolonial yang lemah, konsensus.5 sebelum tahun 1853 tidak mampu memperkuat Bentuk pemerintahan kolegial dari marga kedudukan para pasirah dalam sistem politik ini dapat dijumpai dalam taraf dusun yang lebih ini. Keadaan politik yang tidak stabil setelah rendah. Menurut analogi jabatan pasirah,

3 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1985), hal. 32. 4 Gilbert J Gharraghan, A. Guide to Historical Method, (New York : Fordham University Press, 1984), hal. 54- 57. Lihat juga T. Ibrahim Alfian, “Tentang Metodologi Sejarah”, dalam buku T. Ibrahim Alfian, et al., (ed.), Dari Babat Hingga Hikayat Sampai Sejarah Kritis : Kumpulan Karangan Dipersembahkan Kepada Prof.Dr. Sartono Kartodirdjo (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1992), hal. 409-419. 5 Ibid., hal. 88. 6 Ibid., hal. 89.

14 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 runtuhnya Kesultanan, malah memperlemah Pada masa Kolonial Belanda sistem kedudukan Pasirah di Uluan Palembang. Di pemerintahan Marga masih eksis. Bahkan Periferi negara kolonial, orang-orang kuat dan Belanda pun berhak memberi gelar kepada pemimpin gerombolan mulai bertindak Kepala Marga yang disenanginya. Dalam semena-mena, sehingga pengaruh kepala adat kedudukan sebagai orang yang diangkat, dalam masyarakat hulu lenyap sama sekali. Pasirah bukanlah ambtenaar (pegawai Seperti yang dicatat oleh seorang pegawai Belanda). Akan tetapi, pihak Kolonial Belanda Belanda sebagai berikut : melakukan berbagai upaya untuk Di Marga yang jauh dari pemerintahan, mengkooptasi Pasirah, antara lain dengan kepala marga dan proatin dipilih dan memberikan penghargaan tertentu bagi yang diberhentikan oleh rakyat dengan dipandangnya mempunyai kualitas yang suara terbanyak, dan karena perintah tinggi. kepala divisi tidak berarti banyak, maka Untuk memperjelas identitasnya, Pasirah pembunuhan, perampokan dan memakai pakaian dan cap kepasirahan. Cap keadaan tidak aman adalah akibat atau stempel kepasirahan menjadi legitimasi lembaga yang tidak berdaya ini. Kepala yang sangat kuat dan resmi sebagai penguasa biasanya tidak mempunyai cukup daya di lingkungan marga yang bersangkutan. untuk menghentikan anarki Stempel diserahkan kepada yang baru apabila kawulanya, menghukum atau terjadi pergantian. menyerahkan pelanggar atas Tanda jabatan Pasirah yang lain adalah permintaan. (KITLV H 117 : 180-1). kopiah yang disebut dengan Peci Air Mas dan payung berwarna merah yang pada Sebagai suatu teritorial, pada umumnya tepinya ada les (garis pinggir) berwarna dalam suatu marga terdapat sekumpulan kuning. Lebar les itu dua duim (sekitar tiga dusun. Marga yang hanya mempunyai satu sentimeter). Untuk angkutan melalui sungai dusun disebut mijen. Dalam dusun itu terdapat dan lebak-lebak, Pasirah mempunyai beberapa kampung. Ada dua klasifikasi dusun “kendaraan dinas” berupa perahu cat merah dalam Marga dan dusun biasa. Dusun Marga les kuning. Keunikan ini dilengkapi dengan adalah tempat kedudukan Kepala Marga. pengayuh (dayung) warna merah dan les Dusun Marga dipimpin oleh Pembarab, kuning pula. Ibu Pasirah diperbolehkan jika sedangkan dusun yang bukan ditempati oleh hendak mempergunakan kendaraan dinas Kepala Marga dipimpin oleh Kerio atau yang unik ini. Proatin (Perwatin : pejabat). Dalam satu Pejabat penting lain dalam kehidupan Marga boleh jadi terdapat sepuluh atau dua Marga dan Dusun adalah Pembarab. puluh dusun. Atau tidak sampai pada jumlah Pembarab adalah kepala dusun tempat itu. kedudukan kepala Marga, atau Dusun Marga. Dalam setiap Marga ditetapkan seorang Ia disebut pula dengan Penggawa Marga. Pasirah (Kepala) sebagai pemimpin Marga. Kedudukannya berada di bawah Pasirah, Pasirah bertugas memimpin fungsi eksekutif bahkan terkadang ia berhak pula menduduki di dalam Marganya. Ia dipilih menjadi Pasirah jabatan kepasirahan sementara ketika ia melalui Pancang atau pencalonan diri dalam sedang berhalangan atau tidak berada di suatu pemilihan umum yang terbuka. Ia tempat. kemudian diangkat dan diberi gelar. Pada masa Dalam suatu Marga ditetapkan pula Lebai Kesultanan, ia diberi gelar oleh pihak Penghulu sebagai tokoh yang mempunyai Kesultanan. wewenang dan tanggung jawab mengelola masalah keagamaan (Islam). Ia berkewajiban

15 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 mengurus prosesi upacara daur hidup seperti orang terkemuka dalam masyarakat. Hal inilah kelahiran, perkawinan dan kematian. yang kemudian dijadikan dasar pijakan untuk Pembarab, Kaum dan Penghulu mempunyai membentuk Dewan-Dewan Perwakilan di kedudukan yang kuat, sehingga ia tidak dapat masa-masa yang akan datang.8 dipecat oleh Pasirah meski dengan alasan atas Pada hakekatnya kesatuan Marga, perintah Kepala Marga. Negeri atau Haminte itu adalah mengatur Di Dusun Marga ada bangunan berupa dirinya sendiri. Meskipun begitu, ia tidak paseban, gerogol, tangsi, gardu, dan balai. lepas dari hubungan Pemerintahan umumnya. Masing-masing bangunan tersebut Oleh karena itu, ia juga merupakan sambungan mempunyai fungsi yang beragam dari lidah terakhir dari Pemerintah Pusat untuk penampungan, tempat rekreasi, penjagaan menyampaikan kehendak Pemerintah kepada keamanan, tempat pesakitan, kantor rakyatnya. administratif dan sebagainya. Pemeliharaan Pada masa Kolonial Belanda di Sumatera bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Selatan, keadaan seperti itu dibiarkan terus. bersama. Bagi yang tidak menaruh perhatian Malahan dengan adanya susunan seperti ini, terhadap perawatan akan dikenai sanksi Belanda dapat memanfaatkan keberadaan Sistem Pemerintahan Marga ini di marga-marga ini untuk tujuan melanggengkan samping berkembang di Sumatera Selatan, juga kekuasaannya. Bahkan ketika terjadi konflik ada di wilayah Bengkulu sejak ratusan tahun intern di Kesultanan Palembang, Belanda silam. Di daerah-daerah Uluan Palembang dapat dengan mudah memanfaatkan Belanda menjumpai sistem pemerintahan keberadaan marga-marga ini untuk mengail Marga ini. Di daerah Lampung, mereka juga diair keruh. Belanda dapat dengan mudah menemui susunan yang sama seperti Marga. mengadu domba pada para pihak yang Pemerintahan setingkat Marga ini di Lampung bertikai. Di samping itu, Belanda juga dapat disebut Negeri, sedangkan di Bangka dan menjalankan roda pemerintahan kolonialnya Belitung disebut Haminte.7 dengan memanfaatkan Kepala-Kepala Marga Pada awal Belanda berkuasa di Sumatera itu untuk memaksa rakyat bekerja pada Selatan, sistem Pemerintahan Marga, Negeri perkebunan-perkebunan milik Pemerintah dan Haminte ini dikepalai oleh seorang Kepala Belanda.9 yang dinamai Pasirah, Pangeran atau Depati. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Mereka ini memerintah rakyat dengan bantuan kejahatan atau perampokan, maka Kepala- Kepala-kepala Dusun yang disebut Krio. Kepala Marga yang disalahkan dan dikatakan Dalam menjalankan tugasnya Krio dibantu tidak cakap memerintah. Sebaliknya jika ada oleh Penggawa-Penggawa. Setelah Proklamasi kebencian massa terhadap tindakan kemerdekaan Indonesia, mereka disebut Pemerintah Belanda, maka Kepala-Kepala Pamong-Pamong Marga. Marga juga disalahkan dengan alasan tidak Terbawa oleh jiwa gotong royong yang mampu mengurus daerah. Jika ada kepala hidup dalam masyarakat desa, Kepala-kepala Marga yang tidak sepaham dengan Belanda Marga tersebut sebelum membuat keputusan dapat dituduh telah bersekongkol melakukan penting, selalu mengadakan perundingan dan kejahatan atau kekejaman yang merugikan permusyawaratan dengan tokoh-tokoh Pemerintah. Buntutnya Kepala-Kepala Marga masyarakat/tokoh-tokoh adat, dan orang- tersebut dipecat dan digantikan oleh orang-

7 Republik Indonesia Propinsi Sumatera Selatan, (Palembang : Kementerian Penerangan, tanpa tahun), hal. 87. 8 Saudi Berlian, Op.Cit., hal. 40. 9 Ibid., hal. 87

16 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 orang yang dapat bekerja sama dengan pihak transmigrasi dan irigasi di Sumatera Selatan, Belanda. Keadaan seperti ini berjalan ratusan Belanda banyak memanfaatkan para kepala tahun lamanya. Marga yang tersebar di seluruh daerah Kekejaman-demi kekejaman yang Sumatera Selatan. Berkat dukungan para dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda kepala Marga tersebut, Pemerintah Belanda di Sumatera Selatan, telah memicu kesadaran dapat menjalankan dengan baik ketiga rakyat untuk menentang kekuasaan Belanda. program tersebut, meski tujuannya semata Kesadaran bangsa ini semakin hari semakin hanya untuk kepentingan kolonial. nampak, sehingga muncullah pergerakan- Pelaksanaan edukasi atau pendidikan pergerakan nasional yang menentang Belanda. hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan administrasi dan birokrasi rendahan dengan nasional yang menentang Pemerintah, maka upah yang murah. Transmigrasi dilaksanakan Belanda menggulirkan politik Ethis yang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dicanangkan sekitar akhir abad ke XVIII. Politik murah yang dapat dipekerjakan di Ethis ini terdiri dari tiga program pemerintah perkebunan-perkebunan milik Belanda di yang terdiri atas edukasi, transmigrasi dan Sumatera Selatan. Sedangkan irigasi dibangun irigasi yang kemudian terkenal dengan istilah untuk mengairi tanaman perkebunan milik Trias Politica Hindia Belanda. Terkait dengan Belanda. politik Ethis ini Belanda mulai membuka Penyimpangan-penyimpangan politik sekolah-sekolah di tanah jajahan, termasuk di Ethis yang dilakukan Pemerintah Kolonial Sumatera Selatan. Program transmigrasi juga Belanda telah membuat tokoh-tokoh dilaksanakan untuk memindahkan penduduk Pergerakan Nasional membangun organisasi Jawa ke pulau-pulau di luar Jawa, termasuk politik atau parpol (Partai Politik) di Indonesia, juga di Sumatera Selatan. Perguruan- termasuk juga di Sumatera Selatan. Lebih-lebih perguruan mulai dibuka, dan pada saat inilah setelah tentara Jepang dapat mengalahkan Belanda mulai berhasil memikat hati sebagian tentara Rusia pada tahun 1905, kesadaran itu pembesar bangsa Indonesia. Di Sumatera semakin berkembang. Pada saat itulah bangsa Selatan. Hanya anak-anak para regent dan kita memulai riwayat perjuangannya lain-lain pembesar dari bangsa Indonesia yang menentang penjajahan melaui jalan politik boleh meneruskan pelajarannya di perguruan- dalam bentuk organisasi dan partai yang perguruan menengah dan tinggi. Untuk modern. daerah Sumatea Selatan, sebagian besar Melihat gelagat yang kurang diperuntukkan bagi anak-anak Kepala-Kepala menguntungkan ini, Pemerintah Belanda Adat tadi.10 kemudian berusaha untuk melepaskan prinsip Untuk melaksanakan program irigasi, di Pemerintahan secara sentral. Belanda mulai Sumatera Selatan Pemerintah Kolonial memberi kekuasaan kepada kepala-kepala Belanda membangun saluran irigasi yang daerah, termasuk juga para kepala Marga di terkenal dengan waduk raksasa Belitang yang Sumatera Selatan agar dapat mengatur dan membendung aliran Sungai Komering. Oleh mengurus rumah tangganya sendiri. Terkait karena itu bendungan tersebut juga dikenal dengan usaha inilah maka Pemerintah Hindia dengan nama Bendungan Komering. Belanda mengeluarkan “Inl. Gemeente Pelaksanaan progran edukasi, Ordonantie Buitengewesten” (IGOB) Stbl. 1938 No. 490 dsb.11 Khusus mengenai Marga.

10 Ibid., hal. 88 11 Ibid., hal. 88.

17 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Peraturan itu adalah Peraturan Pokok Otonomi Pengaruh Belanda Dalam Hukum Adat bagi Marga. Dalam peraturan itu mengatur Setelah tahun 1851, Belanda aktif mengenai (1) Masalah keuangan Marga melakukan politik aneksasi di pedalaman (pendapatan dan pengeluaran); (2) Hak-hak Palembang. Peralihan ini menyebabkan korp Gubernur untuk mengesahkan pajak-pajak pemerintahan di Palembang diperluas, dan yang diadakan oleh Marga. Artinya Marga kemudian pada tahun 1853, pegawai Belanda diperkenankan mengadakan pajak sendiri; (3) ditempatkan di semua onderafdeling dengan Hak-hak Residen membuat dan mengadakan pangkat kontrolir. Dalam menancapkan pemilihan, pemecatan terhadap Kepala-Kepala pengaruhnya, Belanda mengerahkan daya Adat, serta menetapkan nilai Marga.12 upaya sebagai alat kekuasaan.Namun Dengan disahkannya peraturan ini, maka demikian, wibawa birokrasi Belanda tidak dapat diketahui hak-hak campur tangan sampai pada tingkat desa.Namun demikian, Gubernur dan Residen. Dengan demikian yang lebih penting pagi Belanda adalah dapat disimpulkan bahwa maju mundurnya tuntutan pemerintah kolonial terhadap suatu Marga pada umumnya pada umumnya wewenang moral masyarakat melalui sangat tergantung kepada cakap tidaknya penemuan serta manipulasi lambang dan seorang Residen yang membawahinya. lembaga yang legitim, yang dapat menjamin Mengapa demikian, karena dalam hal ini persatuan penduduk terhadap tata politik Residen masih mempunyai hak untuk yang eksis. membuat peraturan-peraturan dan petunjuk- Supaya dapat memantapkan petunjuk untuk Marga, meski sebagian hak pengaruhnya, Belanda perlu memperoleh tersebut sebagian masih berada ditangan pengetahuan yang lebih luas tentang lembaga Gubernur Belanda. pemerintahan dan hukum lokal. Bersamaan Pada saat itulah realisasi Marga sebagai dengan penempatan kontrolir pertama di daerah otonomi diwujudkan. Misalnya diatur onderafdeling Komering Ogan Ulu dan Enim dan disusun di samping kepala-kepala Marga, yang baru diciptakan tahun 1848, dimulai pula satu Dewan Perwakilan yang anggotanya kodifikasi hukum setempat. Pada awalnya dipilih dan diangkat oleh Belanda. Seperti pada usaha ini dapat membantah keputusan umumnya Dewan Perwakilan di Indonesia pasirah. Untuk dapat bertindak sebagai arbiter pada waktu itu, Dewan Marga di Sumatera pada pertikaian yuridis, kontrolir memerlukan Selatan pada hakekatnya belum mempunyai pedoman peradilan pasirah. Sebaliknya, hak yang luas, kecuali memberi nasehat dan kepala dusun dan marga perlu pula mengetaui anjuran kepada Kepala-Kepala Marga. pedoman atasan baru mereka, sehingga Agar tidak merugikan Pemerintah mereka dapat membela diri terhadap keluhan Kolonial Belanda, maka perlu dilakukan beleid rakyat pedesaan. Dengan tujuan itu diadakan begitu rupa, sehingga yang terpilih untuk rapat kepala marga, guna rancangan kodifikasi menjadi anggota Dewan Marga harus orang- pertama, yang pada tahun-tahun berikutnya orang yang tidak menentang politik Belanda. ditambah dengan yurisprudensi baru. (ARA, Wakil-wakil kaum pergerakan di kala itu oleh vb.15-6-1869:17, De Brauw Kepala GG Pemerintah Belanda diusahakan untuk (Gubernur Jenderal) : 2). disingkirkan agar tidak duduk dalam dewan Usaha ini pada tahap awal terbatas pada tersebut. kepala daerah Komering Ogan Ulu dan Enim saja. Ekspansi Pemerintahan Belanda

12Ibid., hal. 88.

18 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 mengharuskan pedoman serupa diadakan dengan Pasirah. Masih pada tahun yang untuk seluruh karesidenan Palembang, dan sama susunan praktis ini dikodifikasikan pada tahun 1853, Residen De Brauw dengan nama Undang-undang Simbur memerintahkan Kontrolir JRFS van den Cahaya yang terdiri dari enam bagian dengan Bosche dan JJ Walland agar masing-masing judul : aturan pajak, aturan marga, adat bujang menyusun kodivikasi hukum adat di Uluan dan gadis, aturan dusun dan berladang, dan Palembang. adat perhukuman. Peralihan ini dari tradisi Dalam kenyataannya, tradisi lisan yang lisan ke teks hukum tertulis, ditandai oleh berkembang di masyarakat desa menjadi seleksi dan manipulasi. Hukum adat yang sumber problematik bagi peradilan kolonial. berlawanan dengan gagasan hukum negara Pada masing-masing daerah, adat berbeda Kolonial dapat dihilangkan. Sebaliknya, dalam detail, keanekaan yuridis ini tidak pengertian baru diperkenalkan sebagai hukum praktis untuk kodifikasi umum yang dapat adat14. diberlakukan di seluruh karesidenan Konsepsi baru adat ini hanya Palembang. Ciri lokal menjadi rintangan besar menunjukkan persamaan sepintas lalu dengan untuk menciptakan suatu sistem hukum adat masa silam, selanjutnya diserap secara kolonial yang seragam. Seperti dikeluarkan De tidak kritis dalam kebudayaan pedesaan. Brauw, di Karesidenan Palembang adat Dengan mengambil alih tradisi hukum lisan, berbeda di mana-mana atau diinterpretasikan wakil negara kolonial dapat menancapkan dengan cara yang berbeda. Pegawai Belanda hegemoninya dan merampas hak penduduk yang dipindahkan antar daerah di Palembang, pedesaan untuk merumuskan sendiri nilai dan masih tetap asing seperti sebelumnya. Jika norma mereka, sehingga menciptakan keadaan hukum adat dipakai sebagai alat yuridis untuk moril dan politik yang pasif. memerintah rakyat pedesaan, maka diperlukan Fleksibilitas dan manipulasi menjadi ciri unifikasi hukum.13 sistem yuridis ini. Akhirnya dalam praktek Kodivikasi adat mengalami banyak segera nampak bahwa pegawai pemerintah hambatan. Hal ini terjadi karena besarnya Belanda tidak dapat bekerja dengan korpus keanekaragaman adat setempat. Adat bukan teks hukum yang statis. Sejak masa jabatan pengertian statis, namun proses Residen De Brauw (1851-1855) telah disadari pembentukannya konsensus yang berubah- bahwa, keadaan baru dapat terjadi yang tidak ubah tentang isi adat, dipengaruhi oleh diatur dalam teks undang-undang Simbur permainan kekuatan antara hakim dan Cahaya. Masalah ini secara resmi diselesaikan penduduk. Selama menyelidiki hukum adat dengan tidak memasukkan Undang-undang yang historis, van den Bosche beranggapan Simbur Cahaya ke dalam sistem yuridis bahwa di Uluan Palembang “banyak adat yang Hindia Belanda, sehingga kodifikasi Van den sudah rusak keasliannya atau tidak dipakai”, Bosche hanya dapat dipakai sebagai pedoman sehingga juga tidak mungkin untuk pada peradilan adat.(ARA, vb. 15-6-1869 17, menetapkan dengan tepat apa dulunya nasihat Dewan Hindia/Raad van Indie : 7-8). “pengertian hukum otentik” yang lama. Keuntungan rumusan ini bagi pegawai Sebagai gantinya, van den Bosche mulai pemerintah kolonial adalah dibukanya peluang menciptakan kodivikasi baru, dan dengan untuk menyimpang dari undang-undang, jika tujuan selama tahun 1853 diadakan rapat keadaan memaksanya. Dengan demikian,

13 Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821-1942, (Yakarta : INIS, 1997), hal. 90. 14 Ibid., hal. 91.

19 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 dalam peradilan kolonial terjadi keadaan yang terpecah-pecah dan sebagian besar paradaksal bahwa penetapan aparat birokratis pasif, yang terutama tidak mempunyai sarana memerlukan teks hukum tertulis, tetapi konseptual organisasi perlawanan supra lokal. sebaliknya mengingat hukum adat yang Hanya di sana- sinidalam sumber kolonial sifatnya tidak tertulis, dibuka peluang bagi ditemukan indikasi tentang kesadaran ganda kontrolir untuk menetapkan sendiri apa yang ini. ingin diakuinya sebagai adat. Pada tahun 1923 dan 1931, di Komering Dalam struktur baru ini, keputusan Ulu ditemukan peradilan rahasia, yang terdiri yuridis yang penting ditingkat onderafdeling atas pengadilan yang disusun oleh penduduk semata-mata diambil oleh pasirah di bawah untuk mengadili pelanggaran norma yang pimpinan kontrolir Belanda. Sedangkan tidak dihukum oleh peradilan adat kolonial pelanggaran yang lebih kecil di tingkat marga, (adatrechtbundel 1932 : 451). Mungkin daerah diselesaikan langsung oleh pasirah.15 Komering Ulu merupakan pengecualian atas Konstruksi ini sangat memperkuat posisi kekuasaan umum pasirah, yang biasanya kekuasaan pegawai Belanda, yang berhasil memaksakan konsepsi kolonial baru selanjutnya melalui pembicaraan bersama tentang adat kepada rakyat. Konsensus yang dengan pasirah dapat menetapkan dan hampir menyeluruh ini, bukan berarti bahwa mempengaruhi norma, nilai dan sentimen hegemoni Belanda didasarkan atas kerja sama setempat. Sebaliknya pasirah dalam praktek penuh dari penduduk, yang mengungkapkan yuris setelah tahun 1853, justru berpegangan perlawanan dalam rangkaian gangguan pada teks Undang-undang Simbur Cahaya keamanan kecil dan insiden, yang antara tahun sebagai pedoman yang diberikan atasan 1914 dan 1918 akan mencapai puncaknya Belandanya. dalam pemberontakan setempat di bawah Untuk menjamin terjadinya persetujuan bendera Syarikat abang. Setelah penduduk pedesaan terhadap susunan umum dihentikannya proses Islamisasi orang tidak sistem yuridis, maka Pemerintah Belanda lagi mampu mewujudkan pandangan mental nerasa perlu untuk memberikan peran sentral perlawanan ini, yang secara implisit tampak kepada para pasirah. Akan tetapi, dibalik dalam tingkah laku mereka, ke dalam konsep kontinuitas semu ini tersembunyi kenyataan alternatif yang secara fundamental menantang bahwa organisasi adat telah diubah dengan hegemoni kebudayaan pemerintah kolonial akibat jauh, yang memberikan kepada pasirah Belanda. dan kontrolir modifikasi pengetahuan tentang adat dengan mengorbankan wibawa kepala Dinamika Politik Marga desa dan jurai. Untuk menggambarkan kekuasaan Persetujuan pasif dengan peraturan pasirah sebagai sistem statis dan tertutup perundang-undangan pemerintah Belanda berdasarkan kelas yang dominan, akan tidak berarti bahwa penduduk pedesaan tidak menghasilkan gambar karikatur yang salah. Di mempunyai konsepsi adat sendiri, namun Palembang terjadi pertaruhan kekuasaan konsepsi ini jarang diwujudkan dalam terus-menerus di tingkat marga. Persaingan tindakan. Konsensus yang menjadi dasar ini terutama disebabkan oleh kenyataan peradilan adat kolonial lebih dahulu bahwa pasirah dipilih langsung oleh warga merupakan ungkapan masyarakat pedesaan marga dalam pemilihan bebas. Pemerintah

15 Kekuasaan tunggal pasirah ini sebagian dibetulkan oleh ordonansi konsep tahun 1902 yang menentukan pengadilan adapt terdiri dari berbagai orang hakim. Dalam praktek, peraturan ini tidak mengakiri posisi kekuasaan kepala adat, mengingat rapat demikian hanya terdiri atas dua tau tiga orang, yang biasanya termasuk kerabat langsung pasirah.

20 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 kolonial Belanda memang memperkuat posisi Peta politik Palembang berubah ketika kekuasaan pasirah secara sepihak, namun di negara kolonial Belanda tidak saja sisi lain Belanda menetapkan bahwa jabatan menetapkan isi hukum adat, tetapi juga ini menjadi taruhan dalam setiap pemilihan menentukan kembali batas-batas masyarakat umum. Jika jabatan pasirah kosong karena adat. Sesungguhnya marga tidak merupakan kematian atau pemecatan, semua pria yang kesatuan yang baku, sehingga marga tercatat dalam daftar pajak pada hari pemilihan bervariasi antara satu atau dua sampai lebih berkumpul di bawah pimpinan kontrolir di dari sepuluh dusun. Di mata Belanda, yang dusun mantan pasirah untuk menyatakan ingin memperkenalkan suatu sistem pilihan mereka. pemerintahan yang seragam, perbedaan besar Mengingat bagian terbesar penduduk ini tidak praktis. Supaya para kepala ini dapat desa itu buta huruf, tidak dapat dipergunakan memiliki penghasilan yang besar dan sekaligus surat pengambilan suara, dan untuk prosedur hasil kerja rodi sedapat mungkin dibagi rata, ini dipikirkan dua alternatif. Biasanya calon Belanda menetapkan bahwa semua marga ditempatkan di ketinggian, kemudian setiap harus terdiri atas 1.200 sampai 2000 orang orang berdiri di belakang calon pilihannya. wajib pajak. Dengan tujuan ini, antara 1900 Jika tiap anggota marga sudah menetapkan dan 1910 dimulai reorganisasi dengan pilihan politiknya, dengan cara sederhana ini memecah marga yang lebih besar menjadi kontrolir dapat menghitung pengikut calon satuan lebih kecil, dan sebaliknya marga yang bersangkutan. Pada kesempatan yang lain, lebih kecil menjadi satuan yang lebih besar. kontrolir mengambil tempat di luar jarak Akibatny, jumlah marga di karesidenan dengar massa yang berkumpul. Selanjutnya, Palembang merosot tajam dari 222 pada tahun tiap orang yang berhak memilih suara terpisah 1870 ke 181 pada tahun 1910.16 Jika dipikirkan membisikkan pilihannya di depan meja bahwa jumlah marga yang dipecah menjadi pemilihan di mana kontrolir sendiri mengikuti satuan yang lebih kecil tidak diketahui, berarti pemungutan suara.(Adatrechtbundel VII bahwa antara tahun 1870 dan 1910, lebih dari 1913:352-3). seperempat batas seluruh marga diubah.17 Pada pertengah abad ke-19 genealogi Lanskap politik karesidenan Palembang masih memainkan peranan yang penting diubah secara mendalam oleh reorganisasi ini. untuk legitimasi kekuasaan di tingkat marga. Hasil semua fusi dan pemecahan ini tidak saja Bagian terbesar marga, penduduknya perubahan batas ekstern antara marga, akan cencerung mengukuhkan jabatan putra bekas tetapi hubungan politik intern juga berubah. pasirah. Jika jabatan pasirah selalu dipangku Marga yang dibentuk dari pecahan wibawa dalam cabang keluarga yang sama, maka mantan pasirah, terjadi vakum politik karena anggota marga yang tidak dapat menelusuri tidak ada calon yang sah, yang biasanya keturunan mereka sampai keturuna pasirah, menyebabkan persaingan hebat di antara bukan calon sah untuk jabatan tertinggi warga marga. Keadaan politik yang sama dalam marga. Jarang dijumpai persaingan sekali berbeda terdapat dalam marga yang terbatas di antara anggota keturunan pasirah, berfusi. Jika dua atau lebih marga digabung, yang biasanya dapat mengharapkan dengan sendirinya satu atau lebih kepala persetujuan penduduk setempat, sehingga adat diberhentikan dari jabatannya. Pada jarang terjadi kampanye politik terang- pemilihan berikutnya, biasanya calon dari terangan.(Vingerhoets 1928 : 43). marga yang berpenduduk terbanyak dipilih

16 ARNAS, Laporan Politik1870: Lampiran; Van Kol 1914 : 192. 17 Jeroen Peeters,Op.cit., hal. 95.

21 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 menjadi kepala, sedangkan mantan pasirah ratusan orang serta disediakan makanan dan yang lain merasa frustrasi.(Vingerhoets 1928 minuman dan pemberian uang satu golden. : 50). Jumlah uang yang besar juga harus Dengan latar belakang ini kita harus dikeluarkan untuk memperoleh dukungan dari memandang usaha pasirah untuk sebanyak orang-orang berpengaruh yang mempunyai mungkin mengukuhkan posisi kekuasaan pengikut tertentu di kalangan penduduk mereka yang penuh tantangan. Pertama, dusun mereka. Untuk memperoleh bantuan mereka berusaha mencapai tujuan ini dengan dari juru pilih ini, berbagai calon malah mengawasi pula pemilihan untuk jabatan menawarkan sejumlah uang, yang baru dapat politik yang lain. Fungsi seperti lebai ditebus jika calon memang diangkat menjadi penghulu, khatib dan krio sering diberikan pasirah. Dengan demikian calon pasirah kepada kerabat terdekat pasirah, sehingga membutuhkan biaya ratusan sampai ribuan pimpinan marga menyerupai pemerintahan gulden untuk dapat berkampanye. keluarga. Di samping itu, pasirah berusaha Penutup memperkuat jaringn mereka melalui siasat Dari uraian di atas dapat ditarik perkawinan yang seksama. Pada paro pertama kesimpulan bahwa, marga merupakan abad ke-19, hanya minoritas kecil kepala marga pemerintahan tradisional terendah yang mampu untuk memelihara lebih dari seorang berlaku di daerah-daerah yang ada di wilayah istri. Akan tetapi, dengan kenaikan Sumatera Selatan. Adapun adat-istiadat dan penghasilan mereka, poligami menjadi suatu tata pergaulan hidup bermasyarakat diatur hal yang umum di kalangan pasirah. dalam hukum adat yang diwariskan turun Perkawinan ini sering didasarkan atas temurun secara lisan sejak zaman Kesultanan pertimbangan politik. Marga dengan batas hingga dan masih tetap eksis hingga zaman lama yang masih utuh, pasirahnya cenderung Belanda. Sistem pemerintahan marga ini untuk mengadakan perkawinan dengan sehari-harinya dapat secara langsung keluarga pasirah dari marga yang bertetangga. berhubungan dengan kepentingan Lain sekali politik perkawinan pasirah yang masyarakat. tidak memiliki basis setempat yang kuat. Sebagai suatu teritorial, pada umumnya Dalam keadaan ini kepala marga lebih dalam suatu marga terdapat sekumpulan cenderung untuk mengadakan koalisi dengan dusun. Marga yang hanya mempunyai satu keluarga yang berpengaruh dalam marga itu, dusun disebut mijen. Dalam dusun itu terdapat sehingga pasirah biasanya memiliki berbagai beberapa kampung. Ada dua klasifikasi dusun istri yang tinggal tersebar di berbagai dusun. dalam Marga dan dusun biasa. Dusun Marga Akibat politik perkawinan yang seksama ini adalah tempat kedudukan Kepala Marga. terjadi jaringan kerabat yang meliputi seluruh Dusun Marga dipimpin oleh Pembarab, marga, suatu kekuatan politik yang dengan sedangkan dusun yang bukan ditempati oleh sukses dapat dimobilisir sewaktu pemilihan.18 Kepala Marga dipimpin oleh Kerio atau Pada saat pemilihan, tidak hanya relasi Proatin (Perwatin : pejabat). Dalam satu memainkan peranan penting. Mengingat Marga boleh jadi terdapat sepuluh atau dua jabatan pasirah berhubungan dengan puluh dusun. Atau tidak sampai pada jumlah penghasilan besar, pada akhir abad ke-19 juga itu. terjadi komersialisasi kampanye politik. Para Dalam setiap Marga ditetapkan seorang calon pasirah misalnya menerima tamu sampai Pasirah (Kepala) sebagai pemimpin Marga.

18 Jeroen Peeters, Ibid., hal.95.

22 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Pasirah bertugas memimpin fungsi eksekutif saja menetapkan isi hukum adat, tetapi juga di dalam Marganya. Ia dipilih menjadi Pasirah menentukan kembali batas-batas masyarakat melalui Pancang atau pencalonan diri dalam adat. suatu pemilihan umum yang terbuka. Ia Pada saat diadakan pemilihan jabatan kemudian diangkat dan diberi gelar. Pada masa pasirah, sering kali terjadi komersialisasi Kesultanan, ia diberi gelar oleh pihak kampanye politik. Para calon pasirah, sering Kesultanan. kali menerima tamu sampai ratusan orang serta Pengaruh Belanda terhadap hukum adat menyediakan makan minum dan memberi yang berlaku dalam wilayah marga di seluruh sejumlah uang untuk menarik dukungan agar Sumatera Selatan mulai nampak pada tahun dipilih. Jumlah uang yang besar juga harus 1823. Pada tahun ini, Belanda menempatkan dikeluarkan untuk memperoleh dukungan dari pegawainya di seluruh onderafdeling dengan orang-orang berpengaruh yang mempunyai pangkat kontrolir. Dominasi kepala adat dalam banyak pengikut di kalangan penduduk menangani kasus-kasus hukum yang terjadi dusun/marga. Untuk memperoleh bantuan dari di wilayah kekuasaannya mulai mendapat juru pilih ini, berbagai calon malah menawarkan campur tangan dari hukum yang diberlakukan sejumlah uang, yang baru dapat ditebus jika oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Belanda calon menang dalam pemilihan dan diangkat membuat undang-undang hukum tertulis, serta disahkan menjadi pesirah. sedangkan hukum adat yang berkembang di Biaya yang dikeluarkan memang cukup masyarakat secara lisan, sehingga tidak besar, sebanding dengan gaji yang diperlukan landasan hukum yang saklek, tetapi diterimanya yang juga besar. Maka hanya lebih fleksibel sesuai dengan kasus yang orang-orang kaya saja yang bisa mencalonkan ditanganinya. diri sebagai pesirah atau kepala marga. Tradisi lisan yang berlaku di lingkungan Mengingat biaya yang dikeluarkan sangat hukum adat masyarakat marga/desa besar, maka tidak menutup kemungkinan ketika merupakan sumber problematik bagi peradilan terpilih menjadi kepala adat/pesirah, juga kolonial Belanda. Pada masing-masing daerah mencari celah untuk memperkaya diri dengan adat berbeda dalam detail, sehingga cara-cara yang tidak legal, misalnya KKN keanekaragaman yuridis ini menjadi tidak (Koropsi, Kolusi dan Nepotisme). Jadi korupsi praktis untuk kodifikasi umum yang dapat memang sudah ada sejak zaman Belanda diberlakukan di seluruh Karesidenan dahulu dan masih tetap ada hingga sekarang. Palembang. Hal ini menjadi peluang untuk menyimpang dari undang-undang. Daftar Pustaka Dalam peradilan kolonial Belanda terjadi paradoksal bahwa penetapan aparat birokratis A. Hasjmy, 1983, Kebudayaan Aceh Dalam membutuhkan teks hukum tertulis, sedangkan Sejarah, Jakarta : Beuna. hukum adat yang berkembang di masyarakat Bambang Purwanto, 2002, “Sejarah Lisan dan bersifat tidak tertulis. Dalam hal ini, jika terjadi Upaya Mencari Format Baru pelanggaran kecil diserahkan kepada pasirah Historiografi Indonesia Sentris” dalam yang berkuasa di lingkungan marga untuk Dari ke Yogyakarta, Persembahan menanganinya, sedangkan kasus-kasus besar Kepada Teuku Ibrahim Alfian, Jakarta diambil alih oleh kontrolir Belanda. : Yayasan Masyarakat Sejarawan Pada zaman Belanda, genealogi masih Indonesia. memainkan peranan penting untuk legitimasi Berlian, Saudi, 2003, Ogan Komering Ilir kekuasaan di tingkat marga. Namun, peta Dalam Lintasan Sejarah, Palembang politik Palembang diubah ketika Belanda tidak

23 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

: Pemerintah Kabupaten Ogan Dipersembahkan Kepada Prof.Dr. Komering Ilir. Sartono Kartodirdjo, Yogyakarta : Gilbert J Gharraghan, 1984, A. Guide to Gadjah Mada University Press. Historical Method, New York : Fordham University Press. Hockett, Homer Carey, 1967, The Critical Method in Historical Research and Writing New York : The Macmillan Company. Husin Sayuti, 1999, “Pembangunan Pedesaan” dalam Buku Materi Pokok Studi Masyarakat Indonesia, Jakarta : UT. Lindblad, J. Thomas (ed.), 2003, Fondasi Ekonomi Indonesia, Yogyakarta : Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM dan Pustaka Pelajar. Louis Gottschalk, 1985, Mengerti Sejarah, Jakarta : Universitas Indonesia Press. Peeters, Jeroen, 1997, Kaum Tuo – Kaum Mudo, Perubahan Religius di Palembang 1821 – 1942, Jakarta : INIS. Republik Indonesia Propinsi sumatera Selatan, Palembang : Kementerian Penerangan, tanpa tahun. Sofyan Ibrahim, 1993, Peranan Pemerintahan Desa Dalam Penyelesaian Tindak Pidana di Desa, Banda Aceh : Pusat Pengembangan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Syiah Kuala. Teuku Ibrahim Alfian, 1994, “Metodologi Penelitian Sejarah”, Diktat, Banda Aceh : Arsip Nasional Perwakilan Daerah Istimewa Aceh, Museum Negeri Aceh, dan MSI Cabang Aceh...... , 1992, “Tentang Metodologi Sejarah”, dalam buku T. Ibrahim Alfian, et al., (ed.), Dari Babat Hingga Hikayat Sampai Sejarah Kritis : Kumpulan Karangan

24 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

STRATEGI ADAPTASI TRANSMIGRASI ORANG BALI DI DESA NUSA BALI OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

Ajisman

Abstract

This study aims to determine adaptation strategies taken by Balinese people in Nusa Bali Village in South Sumatra. For such purpose, this research uses historical research methods and borrows views from social sciences paradigm by studying cultural activities and behavior of Balinese people and local community. The research shows that implementation of resettlement began in 1963 in the village of Nusa Bali until 1989 has been widely bringing changes to the way of life of local and migrated people. Before resettlement, village of Nusa Bali has little population and socio-economic life is still very simple. Public facilities and infrastructure does not exist and Nusa Bali village is still isolated. After resettlement, the inter ethnic interaction tends to promote cooperation in social and cultural contact. Harmony occurs between two people, both individual interests and collective interests are not so contentious that strengthen sense of unity and togetherness. Inter-ethnic interaction and adaptation proves to be a social bridge for young people to find a mate so quite a lot of them who do mixed marriages between children of Balinese and locals. Adaptation among population even supports the recourses of local cultures where the two cultures affect and influence each other to enrich the local’s cultural treasures. They learn from each other and respect different cultures so they gain more harmonious relationship and establish good cooperation. Keywords: Adaptation, resettlement, Balinese people, East Oku.

25 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Pendahuluan Dalam rangka beradaptasi, masyarakat juga Transmigrasi merupakan upaya mengalami perubahan. Namun hakikat dari pemerintah untuk meningkatkan kemakmuran perubahan tersebut untuk menyesuaikan diri dan kesejahteraan masyarakat yang dikaitkan dengan lingkungan baru. langsung dengan pembangunan segala Kehidupan sosial budaya transmigrasi bidang. Penyelenggaraan transmigrasi perlu dikaji, karena transmigrasi dan diartikan sebagaiupaya menjamin masyarakat setempat memerlukan interaksi kelangsungan hidup bangsa dan rakyat sosial. Mereka bertemu, berkumpul dan Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan mempunyai kepentingan yang sama untuk transmigrasi adalah upaya pembangunan memperbaiki nasib. Mereka memainan pedesaan di wilayah baru dengan basisi peranan penting sebagai makhluk sosial ekonomi atau produksi dalam bentuk usaha untuk saling beradaptasi dan berinteraksi. tani yang menetap. Menurut Murtono Dalam berinteraksi dan beradaptasi, tentu (1986:45) program transmigrasi tidak semata- sangat dipengaruhi oleh sikap dan sistim nilai mata untuk meratakan persebaran penduduk dan selanjutnya mempengaruhi pola pada secara geografis di seluruh Indonesia, namun tindakan. Adanya usaha untuk berinteraksi lebih beroreantasi kepada pengolahan maka akan membantu ke arah kerjasama untuk potensi alam di daerah dan pembangunan tiap kepentingan bersama. Adanya interaksi antar daerah. sesama transmigrasi orang atau masyarakat Program transmigrasi merupakan usaha setempat tidak saja berpengaruh terhadap untuk memperluas kesempatan kerja, kehidupan sosial, budaya tetapi yang lebih meningkatkan produksi dan pendapatan penting adalah dapat meningkatkan nilai petani, karena itu program transmigrasi produksi dan pendapatan mereka bersama. dilaksanakan secara terintegrasi dengan Diantara daerah tujuan transmigrasi di upaya peningkatan taraf hidup transmigran Indonesia, Provinsi Sumatera Selatan dan penduduk setempat. Selain itu, program tepatnya di daerah Belitang,Kabupaten OKU transmigrasi dilakukan dalam rangka Timur merupakan salah satu daerah pengendalian dan pemerataan penduduk transmigrasi yang banyak didatangi para yang diharapkan dapat meningkatkan taraf transmigrasi asal Pulau Jawa dan Bali. Salah kesejahteraan masyarakat. satunya adalah Desa Nusa Bali berada di Dalam membicarakan kehidupan Kecamatan Belitang III. Desa Nusa Bali masyarakat transmigrasi tidak terlepas dari ditempati oleh transimigrasi orang Bali yang hubungannya dengan kebudayaan yang dilanda bencana alam meletusnya Gunung dimiliki. Dengan kata lain melalui kebudayaan Agung tahun 1963. Dalam perkembangannya manusia itu akan selalu melakukan adaptasi para transmigrasi Belitang III khususnya di terhadap lingkungan alamnya yang Desa Nusa Bali dapat beradaptasi dengan dijembatani oleh pola-pola kebudayaan yang penduduk setempat dan boleh dikatakan dimiliki. Oleh sebab itu budaya dan struktur hubungan antara penduduk asli Melayu sosial mempunyai peranan penting dalam Komering dengan para transmigrasi berjalan membentuk potret kehidupan suatu dengan baik.1 Pelaksanaan transmigrasi yang masyarakat transmigrasi. Kehidupan dimulai tahun 1963 di Desa Nusa Bali sampai masyarakat di suatu lokasi transmigrasi dengan tahun 1989, telah banyak membawa diwujudkan dalam pola tindakan dan prilaku. perubahan tata cara hidup masyarakatnya.

1 Djawatan Penerangan Povinsi Sumatera Selatan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Jakarta: Djawatan Penerangan Provinsi Sumatera Selatan, 1954. hlm, 354

26 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Baik transmigasi yang berasal dari Bali mengenal dan saling menghargai serta maupun penduduk setempat. Sebelum mempererat tali persaudaraan, sehingga rasa kedatangan transmigrasi, Desa Nusa Bali persatuan dan kesatuan dapat lebih masih sangat sedikit penduduknya dan diperkokoh. Keberhasilan orang Bali di Desa kehidupan sosial ekonominya juga masih Nusa Bali tidak terlepas dari strategis adaptasi sangat sederhana. Sarana dan prasarana yang mereka lakukan dengan penduduk umum belum memadai sehingga Desa Nusa setempat, Untuk mengungkapkan bagaimana Bali masih merupakan daerah yang masih strategis orang Bali beradaptasi dengan terisolir. penduduk setempat, maka penelitian ini Dalam konteks program transmigrasi menarik untuk dilakukan. yang dilaksanakan di Desa Nusa Bali, proses adaptasi memainkan peranan penting Perumusan dan Pembatasan Masalah terutama menghadapi situasi yang baru. Dalam membicarakan kehidupan Adaptasi merupakan proses mengatasi masyarakat transmigrasi tidak terlepas dari halangan dan proses perubahan untuk hubungannya dengan kebudayaan yang menyusuaikan diri dengan lingkungan. dimiliki. Dengan kata lain melalui kebudayaan Tanda-tanda munculnya adaptasi adalah: 1) manusia itu akan selalu melakukan adaptasi masyarakat melaksanakan kewajiban bersama terhadap lingkungan alamnya yang untuk kepentingan orang banyak, 2) dijambatani oleh pola-pola kebuadayan yang tumbuhnya rasa persahabatan, 3) mengakui dimiliki. Fokus penelitian ini melihat dan menghormati hak orang lain, 4) simpati bagaimana kehidupan sosial dan strategi terhadap pekerjaan orang lain, dan 5) adaptai transmigrasi orang Bali di Desa Nusa menghormati dan menghargai tradisi atau Bali. Bertolak dari persoalan tersebuat, maka budaya lain.2 identifikasi masalah penelitian dapat Kedatangan transmigrasi orang Bali ke dikemukakan sebagai berikut: Desa Nusa Bali akan sangat menguntungkan, 1. Bagaimana kehidupan sosial transmigrasi baik terhadap penduduk setempat maupun orang Bali dalam berprilaku adaptasi terhadap para pendatang. Keuntungan bagi dengan penduduk setempat ? masyarakat setempat, disamping daerahnya 2. Bagaimana strategi trnsmigrasi orang Bali lebih produktif juga dapat membuka daerah dalam beradaptasi dengan penduduk Belitang III khususnya Desa Nusa Bali dari setempat ? keterasingan dari dunia usaha, khususnya dalam bidang pertanian tanaman pangan. Batasan temporal dalam penelitian ini Kekurangan tenaga dapat dipenuhi dengan diawali dari tahun 1963, saat awal kedatangan hadirnya para transmigrasi dari Bali. orang Bali di Desa Nusa Bali. Orang Bali Disamping itu, masyarakat setempat juga ditransmigrasikan ke Desa Nusa Bali adalah dapat meniru sistem pertanian baru yang akibat meletusnya Gunung Agung yang dibawah oleh para transmigrasi. Mereka juga melanda pemukiman mereka. Sementara ruang dapat berinteraksi dan beradaptasi saling lingkup variabel atau materi penelitian adalah mempengaruhi dan dapat saling memperkaya mencakup bagaimana mereka berinteraksi dan budaya, sehingga menjadi lebih terbuka beradaptasi dengan penduduk asli. Tahun terhadap kaum pendatang yang membawa 1989 dijadikan batasan akhir dari penelitian beragam kebiasaan dan tradisi dari daerah ini karena diperkirakan selama 26 tahun orang asalnya. Dengan demikian akan menjadi saling Bali telah dapat beradaptasi dengan

2 Soekanto.S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo 2002, hlm. 72

27 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 penduduk setempat, dan pada tahun 1989 ini Kerangka Konseptual pula diperkirakan Desa Nusa Bali sudah Beberapa konsep yang terkait dengan mengalami perkembangan yang sangat pesat. transmigrasi dan adaptasi akan dipaparkan Batas spasial penelitian ini adalah Desa Nusa sebagai berikut: Migrasi adalah perpindahan BaliI karena Desa Nusa Bali merupakan daerah penduduk dengan tujuan untuk menetap dari pertama yang dihuni oleh transmigrasi orang suatu tempat ke tempat lain melewati batas Bali korban letusan Gunung Agung. administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Migrasi Tujuan dan Manfaat internasional, yaitu perpindahan penduduk Penelitian ini bertujuan menjelaskan dari suatu negara ke negara lain. Migrasi tentang strategi adaptasi transmigrasi orang internal perpindahan yang terjadi dalam satu Bali dengan penduduk setempat. Untuk lebih negara, misalnya antar provinsi, antar kota/ jelasnya dapat diuraikan dibawah ini. kabupaten, migrasi perdesaan ke perkotaan 1. Menjelaskan tentang kehidupan sosial atau satuan administratif lainnya yang lebih transmigrasi orang Bali di Desa Nusa Bali rendah dari pada tingkat kabupaten, seperti 3 2. Menjelaskan strategi adaptasi kecamatan, kelurahan dan seterusnya. transmigrasi orang Bali yang di Desa Transmigrasi (tansmigration) adalah Nusa Bali dengan penduduk setempat. salah satu bagian dari migrasi yaitu pemindahan dan/kepindahan penduduk dari Penelitian ini diharapkan dapat suatu daerah untuk menetap di daerah lain menambah pemahaman masyarakat tentang yang ditetapkan di dalam wilayah Republik bagiaman keberadaan orang Bali di Desa Nusa Indonesia guna kepentingan pembangunan Bali dan proses mereka beradaptasi dengan negara atau alasan lain yang dipandung perlu penduduk setempat . Di samping itu tulisan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang ini dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah diatur oleh undang-undang.4 Sementara Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur menurut undang-undang nomor 3 tahun 1972 dalam memahami kondisi para transmigrasi transmigrasi adalah perpindahan penduduk yang terdapat di wilayah mereka. Sehingga dari suatu daerah ke daerah lain untuk bisa mengeluarkan kebijakan untuk bertempat tinggal dan mencari nafkah dengan mempercepat kemajuan dan mengatasi mengolah tanah pertanian yang baru dibuka persoalan yang timbul akibat kedatangan dan ditetapkan oleh pemerintah di wilayah transmigrasi. Bagi para peneliti, diharapkan Indonesia guna kepentingan pembangunan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan dengan ketentuan yang dipandang perlu dan informasi serupa untuk dikembangkan lebih diatur dalam undang-undang.5 Dalam pasal lanjut. 4 PP No. 42 Tahun 1973 dinyatakan bahwa transmigrasi ada dua bentuk, yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi swakarsa/spontan.6 Transmigrasi umum

3 Harry Hariawan Saleh. Transmigrasi : Antara Kebutuhan Masyarakat dan Kepentingan Pemerintah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005, hlm. 54 4 Ibid, hlm. 58 5 Rozi Munir, Transmigrasi, Apa dan Masalahnya, dalam Sri Edi (ed), Sepuluh Windu Transmigrasi di Indonesia. 1905-1985. Jakarta: UI, 1985, hlm. 276. 6 Sujarwadi, Transmigrasi Swakarsa, Transmigrasi Nelayan dan Transmigarsi Perkebunan, dalam Rukmadi Warsito dkk, Transmigrasi: Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1995, hlm.1

28 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 adalah transmigrasi yang biaya dengan individu lainnya, antara kelompok pelaksanaannya ditanggung oleh pemerintah, yang satu dengan kelompok lainnya, maupun sedangkan transmigrasi swakarsa ialah antara kelompok dengan individu.9 Proses transmigrasi yang biaya pelaksanaannya interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat ditanggung oleh transmigrasi yang di Desa Nusa Bali dengan sendirinya bersangkutan atau oleh pihak lain yang menyebabkan akulturasi kebudayaan antara bersedia membantu membiayainya. masyarakat pendatang dengan penduduk Disamping itu juga ada transmigasi lokal, pribumi. transmigrasi sisipan, transmgrasi pramuka Akulturasi menurut Koentjaraningrat dan transmigrasi bedol desa.7 (2006) adalah proses sosial yang terjadi Program Transmigrasi sangat erat antara sebuah kelompok masyarakat yang kaitanya dengan pembangunan daerah, baik dihadapkan dengan kelompok masyarakat di daerah asal maupun di daerah penerima yang berbeda, sehingga terjadi penyatuan atau penduduk setempat. Bagi daerah asal kebudayaan yang berbeda, namun masing- mengurangi beban penduduk yang sangat masing dari unsur-unsur kebudayaan padat, sedangkan daerah penerima dapat tersebut masih terlihat.10 Proses interaksi memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sosial menghasilkan akulturasi dan akulturasi sangat kurang dalam mengerjakan tanah- menghasilkan sebuah perubahan sosial tanah subur yang masih kosong atau belum dalam kehidupan masyarakat. Selo tergarap.8 Daerah Belitang III merupakan Soemardjan mengatakan bahwa perubahan daerah relatif subur, namun penduduknya sosial adalah perubahan-perubahan pada sangat sedikit sehingga daerah tersebut lembaga-lembaga kemasyarakatan yang sangat kekurangan tenaga untuk menggarap mempengaruhi sistem sosial seperti nilai-nilai pertanian yang masih kosong. Akibatnya, sosial, sikap dan pola tingkah laku antar daerah tersebut tidak produktif dan hasil-hasil kelompok masyarakat yang mempengaruhi pertanian tidak dapat diusahakan secara pola interaksi.11 maksimal. Dengan menempatkan transmigrasi Ada beberapa komponen yang juga di daerah Belitang III maka lahan pertanian sangat memberi warna dalam proses adaptasi yang masih kosong dapat diberikan pada para tersebut seperti kerjasama, asimilasi dan transmigrasi untuk diolah dan diusahakan alkuturasi. (1) kerjasama diartikan sebagai sebagai lahan yang produktif. interaksi sosial dimana individu atau Kedatangan transmigrasi menyebabkan kelompok berkerjasama untuk mencapai masyarakat di Belitang III khususnya di Desa tujuan bersama yang disebut dengan istilah Nusa Bali menjadi heterogen. Ciri khas dari gotong royong, tolong menolong atau kerja masyarakat yang heterogen adalah bakti. (2) asimilasi adalah suatu proses satu meningkatnya interaksi sosial. Interaksi sosial arah dimana individu atau kelompok lain yang dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan biasanya lebih besar dan menjadi bagian dari sosial, hubungan sosial yang dimaksud kelompok tersebut. dan (3) alkuturasi adalah berupa hubungan antara individu yang satu suatu proses dimana individu atau kelompok

7 Ibid 8 Presiden Republik Indonesia, Pidato Pertanggngjawaban Presiden Mandataris MPR RI pada tanggal 1 Maret 1983, Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1983, hlm. 830 9 Soekanto. S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo 2002, hlm 34 10 Koentjaranigrat Pengatar Antropologi Jakarta : Aksara Baru, 2006, hlm 163 11 Wahyu, MS. Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Hecca Mitra Utama, 2005, hlm 3 . Pengertian yang sama juga ditemukan dalam tulisan Robert H. Louer Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta Rineka Cipta 2003, hlm 3 – 57

29 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 yang berbeda kebudayaan secara terus lain-lain yang berhubungan dengan menerus melakukan hubungan kontak, transmigrasi orang Bali di Desa Nusa Bali. sehingga melahirkan kebudayaan yang Kedua, Wawancara dilakukan dengan baru.12 mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Dalam adaptasi terjadi berbagai interaksi informan antara lain mantan transmigrasi sosial antara anggota masyarakat tersebut. orang Bali di Desa Nusa Bali yang sebagianya Apabila ada dua atau lebih individu (etnik), sampai sekarang masih hidup, kepala desa maka kelompok sosial atau sistem sosial dan pemuka masyarakat Bali di Desa Nusa terbentuk. Mereka bergaul (berinteraksi) Bali dan orang yang dianggap tahu mengenai dalam suatu daerah pemukiman maka sudah keberadaan orang Bali di Desa Nusa Bali, dapat dipastikan bahwa ditempat itu akan dalam hal ini dapat disebut sebagai informan terjadi interaksi sosial dengan segala kunci. Pengamatan (observasi) dilakukan konsekwensinya. Dari hasil adaptasi, lama guna mengamati kondisi di lapangan. kelamaan dapat menyesuaikan diri dengan situasi masyarakat setempat dan pendatang Pembahasan lainya yang pada akhirnya akan Gambaran Umum Daerah Penelitian memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan. Letak dan Kondisi Geografis Desa Nusa Bali adalah merupakan salah Metode Penelitian dan Bahan Sumber satu Desa yang ada di Kecamatan Belitang Metode penelitian yang digunakan III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Provinsi Sumatera Selatan. Desa Nusa Bali analitik. Dengan pendekatan tersebut berjarak lebih kurang 1,5 km dari ibu kota diharapkan dapat menggambarkan secara kecamatan, dengan ibukota kabupaten lebih mendalam kehidupan transmigrasi orang Bali kurang 62 km dengan waktu tempuh 2 jam di Desa Nusa Bali terutama kehidupan sosial perjalanan mobil, jarak ke ibu kota provinsi budaya dan ekonominya. Untuk menganalisis lebih kurang 280 km. Batas-batas wilayah dan menginterpretasi data yang dikumpulkan Desa Nusa Bali yaitu sebelah utara dari hasil penelitian menggunakan pendekatan berbatasan dengan Desa Sinu Marga, sebelah kualitatif. Pendekatan yang digunakan selatan dengan Desa Sumber Rejo, sebelah diharapkan dapat melihat ralitas kehidupan timur dengan Desa Nusa Bakti dan sebelah dan karakteristik masyarakat yang diteliti dan barat dengan Desa Nusa Tunggal. keberhasilan kehidupan masyarakat yang Desa Nusa Bali mempunyai ketinggian diteliti. antara 0-40 meter di atas permukaan laut, Desa Teknik pengumpulan data yang Nusa Bali mempunyai iklim sub tropis atau digunakan dalam penelitian ini adalah studi berhawa sedang. Curah hujan cukup tinggi pustaka, pengamatan (observasi) dan yaitu antara 199 mm/tahun dan hari hujan wawancara. Data kualitatif diperoleh melalui 130,1 hari/tahun dan tidak ada bulan kering wawancara bebas dengan sejumlah informan. sepanjang tahun. Berdasarkan data Kantor Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu literatur yang berhubungan dengan Timur pada tahun 2004 musim hujan penelitian ini, yaitu buku-buku, dokumen, berlansung dari bulan September sampai arsip, laporan penelitian, artikel atau berita bulan Januari dengan suhu udara max 27 °C/ dalam Koran, majalah maupun wabset dan

12 “Komunitas Sunda Transmigran di Lampung” oleh Yudi Putu Satria dkk. Dalam Tradisi Adaptasi Masyarakat Banten dan Lampung. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. 2006, hlm. 116.

30 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 min 24. °C. Secara geografis, daerah Desa 1972. Untuk mengisi lahan yang Nusa Bali sebagian besar terdiri dari dataran kosong ditinggalkan oleh rendah dan sedikit agak berbukit. Yang penduduknya, Kepala Desa Nusa Bali dataran rendah merupakan lahan yang terdiri meminta pada Jawatan Transmigrasi dari tanah, gambut, rawa. Sedangkan daerah Belitang sebanyak 50 kk untuk berbukitan merupakan tanah liat yang ditempatkan di dusun yang kosong berbukit kecil. Sebagian tanah ditutupi oleh itu”.14 rawa-rawa yang sulit dikeringkan, dan Desa Nusa Bali yang luasnya 765 ha perbukitan ditumbuhi oleh kayu-kayu besar. tersebut dihuni oleh 1632 jiwa penduduk. Hutan yang ada didaerah ini sangat potensial Jumlah penduduk laki-laki tidak jauh berbeda untuk dikelolah karena banyak mengandung dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah hasil hutan seperti kayu, manau, rotan dan penduduk kelompok umur 26-35 Tahun berbagai jenis kayu yang bisa dimanfaatkan terdapat sebanyak 316 orang, kemudian untuk bahan bangunan. Desa Nusa Bali disusul oleh kelompok umur 19-25 Tahun memliki luas lebih kurang 7.650.000 M² atau sebanyak 234 orang, kelompok umur 7-12 765 hektar.13 Dari luas tanah tersebut, yang Tahun 224 orang, kelompok umur 36-45 telah diusahakan oleh penduduk baru seluas Tahun terdapat 219 orang, dan yang 693,5 hektar dan 71,5 hektar sisanya masih kelompok umur 51-60 Tahun berjumlah 111 hutan. orang. Jumlah penduduk berdasarkan usia tersebut dapat terbagi kepada 2 golongan Penduduk besar, yaitu golongan usia produktif dan Desa Nusa Bali sebagian besar golongan usia tidak produktif. Klasifikasi usia penduduknya adalah suku bangsa Bali.Suku produktif berada dalan rentang usia 13 tahun bangsa Bali ini menyebar di beberapa dusun sampai 60 tahun, dengan asumsi bahwa pada yang ada di Desa Nusa Bali. Selain dari suku rentang usia tersebut sudah dan masih bangsa Bali adalagi suku bangsa lainya mampu berkerja guna menghasilkan sesuatu seperti: Jawa, dan Melayu Komering, Namun secara produktif. Usia yang tidak produktif suku bangsa ini mengelompok di satu dusun adalah usia 0-12 tahun dan usia 61 tahun ke yaitu Dusun Jati Sari. Penduduk Desa Nusa atas, dengan asumsi bahwa pada rentang usia Bali ini adalah penduduk yang tersebut seseorang belum dan tidak mampu ditransmigrasikan dari Pulau Bali dan Jawa lagi bekerja untuk menghasilkan sesuatu Tengah ke Desa Nusa Bali. Berikut penuturan secara produktif.15 Kepada Desa Nusa Bali Desa Nusa Bali yang berjarak lebih “Pada awalnya di tahun 1963 kurang 60 km dari kota Kabupaten ternyata transmigransi orang Bali sebanyak 100 belum mempunyai sarana dan prasaran kk, tidak berapa lama kemudian pendidikan yang memadai, di Desa Nusa Bali didatangkan lagi sebanyak 12 kk, hanya ada 1 buah sekolah SD dan 1 buah namun yang 12 kk berkembang dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan sekarang sudah menjadi sebuah Desa demikian dapat dipahami, jika orang tua ingin yang dinamakan Desa Sinar Bali ( melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat SLTP pemekaran dari Desa Nusa Bali). atau SLTA ia harus pergi ke luar dari Desa Sementara orang Jawa datang tahun Nusa Bali seperti ke Belitang atau ibu ota

13 Monografi Desa Nusa Bali Kecamatan Belitang III. Bapeda Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2007. 14 Wawancara dengan Iketut Sumendra, tanggal 10 April 2012 di Desa Nusa Bali 15 Monografi Desa Nusa Bali Kecamatan Belitang III Tahun 2006

31 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 kabupaten Martapura. Pola Pemukiman Sebagian besar penduduk Desa Nusa Pola rumah di Desa Nusa Bali Bali hanya tamat Sekolah Dasar berjumlah kebanyakan mengelompok menempati jalan sebanyak 375 orang, yang tamat Sekolah besar atau gang. Pemilik rumah Dasar ini hampir berimbang jumlahnya antara mempertimbangkan bahwa dengan cara ini laki-laki dengan perempuan yang hanya hubungan sosial lebih terjalin dan keperluan menempuh pendidikan setingkat Sekolah untuk bermobilisasi akan mudah. Sebagian Dasar. Mereka yang tamat Sekolah Dasar besar rumah-rumah di Desa Nusa Bali di tersebut berusia antara 18 tahun hingga 56 halaman depannya berdiri bangunan pura. tahun. Kemudian disusul oleh penduduk Bangunan pura ini bervariasi ada yang besar yang hanya tamat sekolah setingkat Sekolah dan ada yang kecil, hal ini tergantung tingkat Lanjutan Tingkat Pertama yang berjumlah 225 status sosial ekonominya, bila tingkat orang. Sementara yang buta huruf masih ekonomi keluarga itu lebih baik maka pura terdapat sebanyak 50 orang. Sedangkan yang yang dibangun juga lebih besar dan indah. tamat perguruan tinggi hanya berjumlah 11 Pemahaman akan konsep rumah telah orang.16 Menurut beberapa informan yang dimegerti oleh masyarakat Desa Nusa Bali sekaligus orang tua siswa, hal yang melalui penyuluhan dari Dinas Perumahan, menyebabkan penurunan minat tersebut dan meniru rumah-rumah lain di luar desa, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan terutama dalam hal penataan rumah dilihat dari ekonomi para orang tua, mengingat biaya aspek kesehatan dan arsitektur sebuah rumah sekolah sekarang semakin tinggi. Siswa-siswa yang indah. Dengan demikian, hampir seluruh yang dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih rumah di Desa Nusa Bali terutama rumah- tinggi merupakan siswa dari orang tua yang rumah permanen konsep piñataan ruang dan memiliki kemanpuan ekonomi. Siswa yang tata letak bangunan sudah menunjukan tidak dapat menamatkan bangku SD, tamat konsep ideal bagi perumahan satu SD, atau tamat SLTP biasanya membantu masyarakat. Arah rumah diusahakan usaha orang tua mereka berkerja ke ladang, mengelompok menghadap ke arah jalan ke kebun atau usaha sampingan lainya. dengan menghadap ke arah sinar mata hari, Penduduk Desa Nusa Bali sebagian arah rumah yang demikian selain membuat besar beragama Hindu, hal ini dapat dilihat interaksi sosial di antara sesama warga dengan adanya Pura di depan rumah masing- masyarakat berjalan dengan baiak juga masing, hampir disetiap rumah di Desa Nusa kebutuhan sinar matahari untuk kesehatan Bali mendirikan Pura di depan rumahnya. dapat terpenuhi. Disamping itu terdapat tiga buah Pura yang Penataan dan pembagian ruangan sangat besar. Selain dari agama Hindu diupayakan memenuhi kebutuhan-kebutuhan penduduk Desa Nusa Bali juga pemeluk penghuninya. Pembuatan ruang-ruang tamu, agama Islam. Pemeluk agama Islam adalah ruang tidur, dapur, kamar mandi dan WC suku bangsa Jawa dan Melayu Komering. mendapat prioritas utama pengadaannya, Jumlah penduduk yang beragama Hindu barulah setelah itu pembuatan bangunan- menduduki posisi jumlah yang paling banyak bangunan lainya yang menjadi unsur yaitu 1.032 jiwa, yang beragama Islam penunjang seperti kamar tidur untuk setiap sebanyak 690 jiwa, sementara yang beragama penghuni, ruang keluarga yang spesifik dan Budha terdapat 5 jiwa. representatif, kamar mandi tamu, gudang dan ruangan lainya. Acuan rumah sehat pun tampak pada pemilihan bahan bangunan. Rumah-rumah diupayakan berupa rumah

32 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 permanen dengan dinding tembok dan lantai organisasi ke-Dusunan dan ke-RT-an, Karang keramik. Beberapa rumah semi permanen Taruna, PKK, Desa Wisma dan organisasi berbahan setengah tembok dan setengah pengajian/majelis tak’lim bagi masyarakat bagian atasnya berupa bilik atau triplek. Jawa yang beragama Islam, koperasi dan kelompok tani.17 Sarana dan Prasarana Desa Nusa Bali merupakan salah satu Sistem Kekerabatan desa yang memiliki sarana transportasi berupa Garis keturunan orang Bali pada jalan kecamatan sepanjang 4 km dan jalan desa prinsipnya adalah mengikuti keturunan garis yang masih pengerasan 1,5 km dan masih jalan ayah atau patrilineal. Kelompok kekerabatan tanah 19,5 km. Sekalipun masih banyak jalan yang terkecil adalah keluarga batih. Dalam desa yang belum diaspal namun jalan kehidupan sehari-hari, pengunaan cara tersebut dapat dilalui oleh kenderaan roda dua menyebut atau memanggil diatur oleh posisi dan roda empat. Alat transportasi yang dan statusnya dalam kerabat. Panggilan atau dipergunakan di Desa Nusa Bali meliputi sebutan kepada seseorang sangat kenderaan pribadi baik kenderaan roda empat dipengaruhi oleh adat sopan santun dalam maupun kenderaan roda dua. Satu buah unit kerabat, bahwa orang tua yang lebih tua mesti mobil pick up dipergunakan untuk dihormati, orang yang sebaya mesti dihargai, mengangkut hasil bumi dari Desa Nusa Bali yang orang yang lebih muda haruslah di ke Pasar Gumawang Belitang. Sementara mobil sayangi. rental cukup banyak yaitu 12 buah yang dapat Panggilan untuk bapak-bapak yang mengantarkan penumpang dari Desa Nusa tidak mempunyai hubungan kekerabat apabila Bali ke kota Kabupaten atau kota provinsi bertemu di jalan adalah “Pak”, Sementara dan ke daerah kabupatenlainya di Provinsi panggilan untuk ibu-ibu yang tidak Sumatera Selatan. Kenderaan dan sarana jalan mempunyai hubungan kekerabatan pada yang terdapat di Desa Nusa Bali tersebut umumnya sama dengan memanggil “Mek”. mempermudah penduduk untuk melakukan Sapaan kepada orang yang sebaya yang mobilisasi ke mana saja dan kapan saja. biasanya belum di kenal “Kakak” atau “Adik”. Dengan demikian, Desa Nusa Bali menjadi Pada dasarnya sapaan atau panggilan desa hidup. Desa Nusa Bali. Telah memiliki tersebut adalah menghargai lawan bicara. organisasi kemasyarakatan diantaranya: Berikut Istilah kekerabatan masyarakat Bali di desa Nusa Bali.

17 Monografi Desa Nusa Bali Tahun 2006

33 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Istilah Kekerabatan Masyarakat Bali di Desa Nusa Bali

N0 Istilah Kedudukan Panggilan 1. Kakek Orang tua ayah Laki-Laki Kakek, Kaki atau Pekak 2. Nenek Orang tua ayah perempuan Ninik atau Kadong 3. Ibu Orang tua Perempuan Mek. 4. Ayah Orang tua Laki-laki Pak. Pak Tut, Pak De, Pak Wan(Wayan) 5. Kakak Laki-laki atau Saudara yang laki-laki atau Kak. Wan (Wayan) Perempuan perempuan yang lebih tua 6. Adik Ibu Saudara yang perempuan Mek Tut, dari pihak ibu 7. Kakak Laki-laki atau Saudara Yang laki-laki Kak Nengah atau perempauan atau perempuan yang Made tengah 8. Kakak laki-laki atau Saudara yang laki-laki atau Kak Tut perempuan bungsu perempuan yang bungsu 9. Adik Laki-laki yang Saudara yang laki-laki Kak Beli bungsu yang paling tua 10. Paman Adik bapak Pak We 11. Adik Saudara yang umumnya Dik, Adik lebih muda

Kehidupan Ekonomi orang lain. Sebagian dari penduduk Desa Mengingat jarak Desa Nusa Bali dengan Nusa Bali ada juga yang telah tergolongkan tempat-tempat lainya cukup jauh, ditambah kepada pengusaha kecil dan menengah, sarana transportasi yang tidak memadai, hal mereka ini adalah para petani yang telah mulai tersebut menyebabkan mata pencaharian beralih profesi dari petani kepada pedagang, utama masyarakat Desa Nusa Bali hanya karena daerah ini adalah pengahsil berbagai terpokus pada bertani atau berkebun. Jenis hasil pertanian yang dipasarkan di sekitar mata pencaharian penduduk Desa Nusa Bali Provinsi Sumatera Selatan. Sementara adalah sebagai berikut: 1.319 orang penduduk yang Pegawai Negeri Sipil meliputi penduduknya adalah sebagai petani, untuk pegawai pemda, tenaga guru dan bidang mata pencaharian sebagai petani ini mereka kesehatan. rata-rata mendapatkan lahan pertanian Selain mata pencaharian pokok seperti sebanyak 2 hektar / kk. Kemudian ada juga tersebut, terdapat pula mata pencaharian lain penduduknya sebagai buruh tani berjumlah seperti beternak, namun demikian, beternak 273 orang dari jumlah penduduk. Penduduk unggas atau hewan lainya tidak termasuk ke yang mata pencaharianya sebagai buruh tani dalam mata pencaharian pokok mengingat ini adalah penduduk yang lahan pertanianya jumlah ternak yang dipelihara hanya kurang subur sehingga mereka mencari mencukupi kebutuhan keluarga dan sifatnya tambahan penghasilan dari berkerja di tempat hanya usaha sampingan yaitu mengisi waktu

34 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 senggang sehabis mengerjakan pekerjaan nikahnya dikeluarkan oleh pemerintah atau utama, atau sebagai upaya memenuhi gizi catatan sipil. Pada saat acara Resepsi yang keluarga. dihadiri oleh berbagai lapisan kedua mempelai berpakaian adat, tapi setelah selesai acara Adat Istiadat resepsi pakaianya dibuka dan dilepas Sistem perkawinan yang berlaku di kemudian diganti dengan pakaian lain, artinya Desa Nusa Bali tidak jauh berbeda dengan di kedua belah pihak telah melepas masa Bali. Dengan proses sebagai berikut: Sebelum lajangnnya.18 acara meminang dilakukan kedua belah pihak atau yang akan dijodohkan sudah ada Ritual Merambah Hutan kecocokkan kedua belah pihak. Setelah itu Dalam kepercayaan masyarakat Bali keluarga pihak laki-laki mengadakan bahwa Seluruh isi bumi atau isi alam ada yang peninjauan terlebih dahulu pada pihak menguasainya atau penjaganya. Menurut keluarga perempuan. Setelah itu baru kepercayaan orang Bali Tuhan memang Maha diadakan acara peminangan dari pihak Kuasa sekalian alam, tapi Tuhan telah keluarga yang laki. Jika kedua calon mempelai menciptakan penghuni di masing-masing sudah ada kecocokan untuk menikah, maka alam yang ada, seperti di laut ada diadakanlah acara peminangan. Pada acara penguasanya di darat dan di udara juga ada peminangan itu yang dibawa adalah cerana penguasanya. Orang Bali mempercayai kalau beserta isinya kemudian ditambah dengan akan memasuki wilayah penguasa tersebut rokok. Dalam acara peminangan itu yang laki harus meminta izin terlebih dahulu. Kalau dibawa ke rumah yang perempuan dan tidak meminta izin, maka sipenghuni alam itu dipertemukan, Kedua orang tua mereka akan marah dan tidak jarang terjadi orang menanyakan apakah keduanya benar-benar jatuh sakit bahkan ada yang meninggal dunia. saling mencintai, Jika keduanya sudah saling Berkenaan dengan ritual merambah hutan ini mencintai, maka kedua orang tua mereka berikut Kt. Redike mengungkapkan: melanjutkan kepada pertunangan melaui acara “Menurut kepercayaan masyarakat peminangan. Bali di dalam alam ini secara alam gaib Setelah peminangan dilakukan, pada semuanya ada yang punya dan ada hari itu juga lansung dibawa pulang oleh pihak penghuninya, baik di laut, udara dan laki-laki, tapi sebelum masuk ke rumah yang daratan dan kita tidak boleh laki diadakan upacara Pembia Kauman berbenturan dengan alam gaib yang terlebih dahulu di halaman rumah sebelum menghuni alam itu. Umpamanya naik ke rumah yang laki-laki. Menurut adat sebelum kita akan membuka hutan Bali disitulah akad nikahnya dilangsungkan. untuk berkebun tentu kita meminta izin Kalau sudah diupacarakan sebelum masuk terlebih dahulu pada yang menunggu rumah, maka keduanya sudah boleh satu hutan itu, artinya kita bukan mengakui kamar dan campur seperti layaknya suami istri sebagai milik kita tidak, kita cuma itu baru menikah secara adat. Selanjutnya nompang menggarap atau untuk diadakan acara resepsi pernikahanya, maka berkebun. Gunanya kita menghormati pada saat itulah diundang seluruh yang alam gaib itu supaya kita tidak terkait seperti Lurah, RT, Pemangku Adat dan diganggunya. Seperti di Desa Nusa masyarakat sekitar, maka di saat itulah surat

18 Wawancara dengan Gusti Ngurah Setiya Putra, 11 April 2012 di Desa Nusa Bali

35 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Bali ini pada awal kedatangan kami Menjalin Hubungan Sosial dengan Etnik dulu disebut angker oleh orang Lain pribumi, kenapa dikatakannya angker Hubungan sosial antar etnik di Desa karena ada penghununya, jadi kalau Nusa Bali berlangsung antara berbagai latar kita mau menggarapnya ya kita belakang sosial budaya, yakni antara warga meminta izin terlebih dahulu kepada transmigarsi dari Jawa, Bali dan dengan warga yang menunggu hutan”.19 setempat. Bentuk hubungan sosial tidak terlepas dari sikap dan sistem nilai budaya Strategi Adaptasi yang dimiliki oleh kelompok etnik, yang dalam Dalam kebijakan program transmigrasi, hubungan sosial dapat diwujudkan dalam diharapkan terjadinya proses adaptasi dari bentuk terjadinya kerja bakti atau kegiatan pendatang terhadap penduduk setempat gotong oyong. Sebagian informan dalam suatu sistem sosial yang luas. Usaha mengatakan kegiatan gotong royong yang penyesuaian diri antar kelompok etnik di Desa dilakukan oleh suku bangsa berlangsung Nusa Bali pada dasarnya bukanlah suatu dengan baik. Kegiatan gotong royong ini pekerjaan yang sulit, karena diantara mereka dilaksanakan setiap satu kali dalam satu bulan memiliki kesamaan dalam bidang usaha dan yaitu pada hari minggu pertama setiap setatusnya sebagai petani. Orang Komring bulanya. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dan orang Jawa yang sudah lebih duluan yakni membersihkan lingkungan sekitar datang ke Desa Nusa Bali yang sudah seperti membersihkan semak belukar di berprofesi sebagai petani penggarap ladang. pinggir jalan dan selokan air. Selain itu jika Dalam konteks program transmigrasi ada warga yang kurang mampu akan yang dilaksanakan di Desa Nusa Bali, proses membangun rumah, maka akan dikerjakan adaptasi memainkan peranan penting secara bergotong royong. Pemilik rumah terutama menghadapi situasi yang baru. menyediakan bahan bangunan dan makanan, Adaptasi merupakan proses mengatasi sedang warga menyumbangkan tenaganya. halangan dan proses perubahan untuk Dalam pertanian juga dilaksanakan secara menyusuaikan diri dengan lingkungan. bergotong royong, mulai mengolah tanah, Tanda-tanda munculnya adaptasi adalah: 1) menanam, pengairan, sampai panen. Meski masyarakat melaksanakan kewajiban bersama saat sekarang hal ini jarang dilakukan, karena untuk kepentingan orang banyak, 2) mulai mengunakan tenaga upahan. tumbuhnya rasa persahabatan, 3) mengakui Hubungan sosial tidak hanya terjadi dan menghormati hak orang lain, 4) simpati pada kegiatan yang sifatnya untuk umum, terhadap pekerjaan orang lain, dan 5) tetapi juga terjadi hubungan yang harmonis menghormati dan menghargai tradisi atau antara kelompok etnik seperti pada acara adat budaya lain.20 Sebagian dari tanda-tanda perkawinan dan kematian. Jika ada undangan munculnya adaptasi tersebut sudah tampak perkawinan, kelahiran, khitanan dan hajatan di dalam kehidupan antar suku bangsa di lainnya, mereka senantiasa memenuhi Desa Nusa Bali. Antara lain strategi adaptasi undangan tersebut sambil membawa uang orang Bali diDesa Nusa Bali dengan sumbangan atau bingkisan berupa makanan. lingkungannya adalah: Terlebih jika ada warga yang sakit, meninggal dunia atau mendapat musibah, mereka datang

19 Wawancara dengan Kt. Redike, 11 April 2012 di Desa Nusa Bali. Kt Redike adalah ketua adat Desa Nusa Bali 20 Soekanto.S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo 2002, hlm. 72

36 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 untuk membantu, menegok atau melayat. mengatakan perkawinan antar suku tidak Hubungan antar etnik pada acara-acara adat menjadi suatu hal yang ganjil karena sudah tampak harmonis, karena pada umukmnya banyak dilakukan. Beriku beberapa contoh mereka saling menghargai dan menghormati perkawinan campur yang sudah dilakukan adat istiadat etnik lain. oleh masyarakat Desa Nusa Bali. Salah Bahasa yang digunakan dalam kegiatan seorang informan orang Bali yang mengaku sehari-hari merupakan faktor penting dalam anaknya sudah melakukan pernikahan proses hubungan sosial antar warga dengan suku Komring: masyarakat transmigrasi di Desa Nusa Bali. “Hubungan baik antar suku bangsa Orang Bali jika bertemu dengan sesama orang dimulai lebih kurang dari tahun 1980 Bali akan mempergunakan bahasa Bali, tapi an, maka semenjak itu sudah banyak jika sudah bercampur dengan suku bangsa terjadi perkawinan campur di daerah Komering atau Jawa orang Bali akan Desa Nusa Bali sampai sekarang, baik mempergunakan bahasa Indonesia. Namun laki-lakinya orang Bali ataupun tidak jarang juga orang Bali jika bertemu sebaliknya, tidak ada lagi menjadi dengan orang Jawa akan mempergunakan masalah. Salah satu contoh anak saya bahasa Jawa, karena orang Bali sebagianya yang laki-laki menikah dengan mengerti bahasa Jawa. Tingkat toleransi perempuan Komring sampai sekarang orang Bali terhadap etnik lain cukup tinggi, hubungan keluarga cukup baik”.22 orang Bali tidak akan menggunakan bahasa Dalam pelaksanaan perkawinan campur, Bali selagi ada suku bangsa lain disekitarnya, orang Bali ternyata lebih toleran dan namun dalam lingkungan keluarga mereka pelaksanaannya tidak seketat seperti di Pulau mempergunakan bahasa Bali. Bali, barangkali hal itu sudah bagian dari strategis mereka dalam beradaptasi dengan Perkawinan Campur penduduk setempat. Di Pulau Bali jika ada Perkawinan campur antar suku bangsa orang Bali yang menikah dengan orang yang (amalgamation) di Indonesia dianggap bukan Bali terlebih dahulu mereka harus sebagai salah satu faktor yang paling masuk ke dalam agama Hindu, setelah itu baru menguntungkan dalam mempercepat proses diproses di Parikade (majelis di dalam agama adaptasi. Koentjaraningrat mempertegas Hindu). Proses semacam ini ternyata tidak bahwa satu-satunya alat untuk mempercepat diperlakukan bagi orang Bali di Desa Nusa asimilasa dan adaptasi adalah dengan Bali. Pelaksanaan perkawinan akan ditentukan melakukan perkawinan campur antar suku oleh calon mempelai kedua belah pihak, jika bangsa.21 Perkawinan campur antar suku yang lakinya orang Bali meminang perempuan bangsa, dalam hal ini khususnya orang Bali Komring, maka yang laki-laki Bali akan ikut dengan orang Jawa dan Komring di Desa agama perempuan Komring, dan pelaksanaan Nusa Bali sudah terjadi semenjak tahun 1980 perkawinanya secara Islam, dengan arti kata an, terutama semenjak terjadinya pembauran yang laki-laki harus di Islamkan terlebih antar suku bangsa di Desa Nusa Bali. Sudah dahulu baru keduanya dinikahkan secara banyak perkawinan campur yang dilakukan agama Islam di depan petugas P3 NTR masyarakat, baik orang Bali dengan suku kecamatan setempat yang dihadiri oleh Komring maupun orang Komring dengan keluarga kedua belah pihak. Kebiasaan yang orang Jawa. Salah seorang informan

21 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1974, hlm. 148 22 Wawancara dengan Ketut Anggresi, 13 April 2012 di Desa Nusa Bali

37 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 berlaku di Desa Nusa Bali adalah siapa yag potong gigi, setelah itu baru dilakukan melamar, orang itulah yang ikut agama orang upacara perkawinannya. Setelah urutan yang dilamarnya. upacara ini dilakukan, maka semuanya sudah Dalam pelaksanaan pesta pernikahan sah dan sudah menjadi milik laki-laki yang dalam perkawinan campur Desa Nusa Bali perempuan itu. Selanjutnya yang perempuan juga punya aturan yang suda disepakati itu didaftarkan pada sanggar keluarga yang bersama. Tempat pesta ditentukan laki-laki. Mereka sudah sah menikah secara kesepakatan keluarga kedua belah pihak. agama Hindu dan sudah diterima di dalam Sedangkan acara pestanya biasanya kalau keluarga yang laki-laki. Selanjutnya kedua orang Bali tempat memasaknya memakai dua pelah pihak membicarakan untuk menetapkan versi yang pertama masakan Bali yang dan hari hari resepsinya pernikahanya. memasaknya juga orang Bali. Versi yang lebih Di Desa Nusa Bali sering juga terjadi netral yaitu masakan yang bisa dimakan oleh perkawinan campur yang laki-lakinya Komring orang Islam, dan kedua versi tersebut dan yang perempuanya Bali, yang perempuan memasaknya dipisahkan tempatnya dan harus masuk Islam terlebih dahulu, segala orang yang memasaknya juga dibedakan sesuatunya dilaksanakan secara Islam, orang termasuk penyajiannya. Kalau orang Bali tua kedua belah pihak hanya tinggal merestui. melaksanakan kawin campur dengan orang Jika perempuan Bali menikah dengan laki-laki Komring yang Islam atau orang Jawa, maka Komring statusya di dalam keluarga tetap orang Bali memanggil atau mengundang dianggap keluarga, tapi tidak lagi diikutkan orang Komring atau Jawa untuk memasak di dalam acara-acara keagamaan Hindu atau rumah mereka. Kekuatiran atau keragu-raguan acara adat orang Bali. Tapi kalau ia bercerai orang Islam akam memakan hidangan pesta dengan suaminya, kalau ia masuk agama di tempat orang Bali tidak akan terjadi. Hindu kembali maka ia harus diupacarai Sehingga pelaksanaan pesta perkawinan kembali baru ia bisa diterima di dalam adat campur di Desa Nusa Bali tidak ada masalah, dan sudah diperlakukan layaknya orang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi dan beragama Hindu. Pembinaan bagi orang yang menghormati agama masing-masing. telah melakukan perkawinan campur, Perkawinan campur yang sering terjadi diserahkan pada keluarga yang diikutinya, di Desa Nusa Bali adalah yang laki-lakinya umpamanya perempuan Bali menikah dengan orang Bali dan yang perempuanya orang laki-laki Komring, maka keluarga laki-laki Komring. Proses pernikahanya adalah tersebut harus bertanggungjawab untuk pertama bermusyawarah dulu pihak laki-laki melakukan pembinaan terhadap perempuan Bali dengan pihak orang tua perempuan Bali yang telah masuk Islam tersebut. Komring yang dimusyawarahkan adalah apa benar mereka saling mencintai dan akan Upacara Keagamaan melangsungkan pernikahan. Setelah Upacara keagamaan di Desa Nusa Bali keduanya bermusyawarah, maka di dalam dapat menjadi sarana adaptasi bagi suku adat Bali ada namanya Parikade (majelis di bangsa yang ada. Upacara keagamaan adalah dalam agama Hindu). Sebelum mereka upacara agama Hindu dan Islam. Upacara dinikahkan terlebih dahulu yang perempuan keagaman bagi masyarakat Bali adalah itu harus diupacarakan secara adat Bali yang Upacara kematian (ngaben) atau upacara dilakukan oleh Prikade, namanya Pembia persembahyangan di Pura. Kalau ada acara Kauman mulai dari lahir sampai dewasa kematian di Pura atau di kuburan, orang Jawa diupacarakan, nama upacaranya: tiga bulanan dan Komring memanfaatkanya untuk (upacara buat nama), upacara ulang tahun, berjualan. Karena acara tersebut memakan

38 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 waktu yang lama, mereka manfaatkan untuk disekitar bulan Maret setiap tahunya. berjualan di kuburan. Biasanya mereka Bedanya dengan di Bali, kalau di Bali orang berjualan minuman, buah-buahan, mi ayam, tidak melakukan Nyepi hukumnya didenda es campur, rujak dan lain-lain. Orang Komring bisa berbentuk uang, kalau di Desa Nusa dan Jawa berjualan di luar lokasi kuburan, Bali selain dari orang Bali boleh keluar rumah biasanya mereka berjualan hampir setiap hari, atau berkeliaran di dalam kampung. kalau acara pembakaran mayat memakan Masyarakat Bali di Desa Nusa Bali tidak waktu selama 4-6 jam. Pembakaran mayat itu menerapkan hukum adat seperti di Bali jika tempatnya dikuburan. Tidak setiap orang tidak melakukan nyepi bagi yang bukan orang meninggal lansung dibakar tergantung situasi Bali. Pada saat orang Bali nyepi orang yang dan kondisi kadangkala sampai 3 atau 4 hari bukan Bali tidak masalah kalau ia keluar rumah. sambil menunggu acara ritualnya baru Selama orang Bali melakukan nyepi, orang diadakan pembakaran. Ada juga dikubur dulu, yang bukan Bali tidak akan bertamu ke rumah setelah beberapa tahun atau bulan baru orang Bali selama nyepi masih berlangsung. diadakan upacara pembakaran atau Begitu juga dengan Hari Raya Galungan, Hari Ngabennya. Ada juga acara Ngaben Raya Galungan adalah hari kemenangan dilakukan secara ramai-ramai, mayat itu Darma melawan Darta, dan hari raya ini terlebih dahulu dikumpulkan baru diadakan dirayakan enam bulan sekali, biasanya jatuh uparaca ngabenya, kadangkala bisa nyampai pada hari rabu kliwon. Hari Raya Galungan ratusan mayat, walaupun kondisi mayat itu masyarakat Bali melakukan sembahyang sudah tidak utuh lagi. Selama upacara bersama di Pura, setelah itu bersilaturrahmi pembakaran mayat berlansung orang Bali ke rumah tetangga. Kemudian Hari Raya tidak ada yang tidak hadir di komplek makam, Kuningan: Hari raya ini dilakukan setelah 10 semuanya menyaksikan berlangsungnya hari, hari Raya Galungan. Pelaksanaanya juga upacara, sementara orang Komring dan Jawa melakukan sembahyang bersama di Pura, sibuk dengan berjualan di komplek makam setelah itu juga bersilahturrahmi ke rumah tersebut, disanalah terjadi pembauran antara tetangga, pada perinsipnya sama dengan hari suku bangsa.23 Raya Galungan. Ketiga hari raya tersebut Bagi agama Hindu ada hari-hari besar dilakukan oleh semua orang Bali, karena agama mereka. Hari-hari besar atau hari-hari sudah merupakan tradisi yang diterima dari raya yang harus dihormati dan dirayakan bagi nenek moyang mereka dari dahulu. masyarakat Bali adalah: Hari Raya Nyepi : Di Untuk merayakan hari-hari raya tersebut Bali Nyepi dilakukan selama satu minggu. masyarakat Bali melakukannya di Pura, ada Selama satu minggu itu orang Bali tidak keluar dua buah Pura yang besar di desa Nusa Bali rumah dan diam saja di rumah, menghidupkan untuk tempat melakukan sembayang. Selama api tidak, makan tidak, minum tidak dan orang Bali melakukan persembahyangan di berbicarapun tidak selama satu hari satu Pura, hal itu di manfaatkan oleh suku bangsa malam, mulai jam enam sampai jam enam lain untuk berjualan seperti suku bangsa Jawa keesokan harinya. Dalam nyepi orang Bali dan Komring. Mereka berjualan makanan di hanya berate atau bertapa di dalam kamar luar pagar Pura, jika orang Jawa dan Komring selama satu hari satu malam, bagi anak-anak telah berjualan makanan, maka orang Bali kecil ia hanya cuma puasa saja sedangkan tidak mau lagi berjualan makanan pada waktu beratenya tidak, tergantung tingkat kesucian persembahyangan, mereka hanya sibuk seseorang. Hari Raya Nyepi dirayakan untuk beribadah di Pura. Bagi umat Islam

23 Wawancara dengan Kt. Redike 16 April 2012 di Desa Nusa Bali

39 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Komring dan Jawa juga punya acara-acara gotong royong pembuatan jalan atau keagamaan seperti hari raya Idul Fitri, Idul membersihkan jalan-jalan setapak di Adha, maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan sekitar daerah tempat kami bermukim. peringatan-peringatan hari besar Islam lainya. Kemudian juga dalam aktifitas di pasar Dalam setiap ada kesempatan pada waktu atau jual beli hasil kebun dan lain hari-hari besar Islam pemuka agama Islam sebagainya. Dalam berinteraksi itu selalu menyampaikan himbauan kepada pada awalnya orang Komring tidak seluruh umat Islam di Desa Nusa Bali agar mengerti bahasa kami dan kami juga menjalin persatuan dan kesatuan dan saling tidak mengerti bahasa mereka. Pada menghormati antar umat beragama. Dengan awalnya sering terjadi perselisihan melalui himbauan dan sosialisasi oleh antara orang Bali dengan orang berbagai pihak, maka kehidupan antar umat Komring, karena bahasa masing- beragama terjalin dengan baik. masing sama-sama tidak paham. Namun lama kelamaan dan telah sering Memahami Bahasa dan Budaya berkomunikasi, maka dengan secara Strategi lain yang dipakai oleh orang Bali berangsur-angsur dapat saling dalam beradaptasi dengan penduduk memahami bahasa masing-masing”.24 setempat adalah dengan memahami bahasa Untuk mengatasi persoalan bahasa yang dan budaya. Bahasa adalah suatu alat untuk saling bertentangan satu sama lain tersebut, berkomunikasi antar sesama. Jika terjadi maka diperlukan tokoh-tokoh masyarakat Bali perkawinan campuran antara orang Bali maupun masyarakat Komring yang bisa dengan Komring maka bahasa yang menyatukan dan mengatasi masalah bahasa digunakan adalah bahasa Indonesia, begitu tersebut. Artinya bahwa bahasa yang sama juga dengan anak-anak mereka akan diajari pengucapannya belum tentu sama artinya mengunakan bahasa Indonesia. Untuk bagi suku bangsa Bali dan Komring. Akan memahami bahasa penduduk setempat tetapi seiring berjalanya waktu lama kelamaan ternyata tidak gampang dan memerlukan kedua belah pihak dapat memehami bahasa waktu yang relatif cukup lama, namun lama masing-masing, benturan atau perselisihan. kelamaan akhirnya kedua belah pihak sudah mengenai bahasa dapat diatasi, akhirnya dapat memahami bahasa masing-masing. kedua belah pihak dapat saling memahami. Berdasarkan pengakuan dari salah seorang Sehingga tidak lagi terjadi perselisihan informan yang tergolong pada generasi mengenai pengertian bahasa yang saling pertama yang ditransmigrasikan dari Pulau betentangan tersebut. Bali ke Desa Nusa Bali mengatakan: “Pada awal kedatangan orang Bali Pendayagunaan Sarana Ekonomi ke daerah sini sudah ada orang Mata pencaharian utama warga kampung atau orang Komring sebagai transmigrasi Bali di Desa Nusa Bali adalah penduduk asli disekitar sini, walaupun petani. Dalam pekerjaan, werga melakukan jumlahnya juga tidak banyak, dan kegiatan tolong menolong dalam hal rumahnya juga jarang-jarang. Orang menggarap sawah atau ladang yang Bali bertemu dengan orang Komring dikerjakan secara bergiliran. Sebagian besar ketika ada acara gotong royong mereka menanam padi dan pelawija, dengan bersama, pada waktu itu sudah ada panen 2 kali dalam setahun. Jenis padi yang

24 Wawancara dengan Kt. Redike 14 April 2012 di Desa Nusa Bali

40 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 ditanam adalah padi lokal (IR 62 dan IR 64), tetangga berupa saling meminjam uang atau dengan sistem sawah pengairan, namun beras biasa dilakukan secara sukarela. Pinjam sawah yang dapat dialiri pengairan ini hanya meminjam uang secara pribadi karap dilakukan sawah yang terdapat di Dusun Jati Sari, bila seseorang membutuhkan uang secara sementara dusun yang lainya hanya mendadak dan dalam jumlah yang tidak begitu mengandalkan air tadah hujan. banyak. Sekalipun memiliki padi yang dapat Selain bersawah, mereka juga memiliki dijual, namun dalam waktu singkat hal kebun/ladang yang ditanami pohon kopi, lada tersebut sulit dilakukan. Dalam pinjam dan tanaman lainya seperti coklat. Dalam meminjam ini tidak ada perjanjian khusus kegiatan bertani tersebut, werga transmigrasi mengingat peminjam dan yang meminjam melakukannya dengan cara bergotong mungkin bersaudara atau tetangga yang royong atau tolong menolong secara sudah saling kenal mengenal. Jika terdapat bergiliran. Kegiatan gotong royong dalam janji, muncul dari peminjam yang berjanji akan berladang dilakukan warga transmigrasi Desa mengembalikan pinjamannya bila uang telah Nusa Bali adalah ketika pertama kali membuka ada. Cara-cara peminjaman seperti ini tidak lahan, karena masih banyak pohon besar atau pernah memakai bunga pinjaman. Sebagai tunggul kayu yang membutuhkan banyak tanda berterima kasih atas pinjaman yang tenaga untuk membersihkan dan menebang. diberikan, peminjam mengembalikan uang Selain itu juga mencangkul, membuat tanggul, disertai dengan pengiriman makanan, serta menanam bibit, dan waktu panen serta ucapan terima kasih telah menolong. Orang membunuh hama, dibutuhkan banyak tenaga yang meminjamkan uang pun tidak untuk mengerjakannya. Sampai sekarang berkeberatan meminjamkan uang. Bagi mereka tolong menolong dalam berladang masih menolong orang yang sedang membutuhkan bayak dilakukan, walaupun ada pertolongan merupakan perbuatan mulia. kecendrungan kegiatan tolong menolong atau Adaptasi dan interaksi yang dilakukan gotong royong ini akan semangkin dengan penduduk setempat yakni orang menghilang, hal ini disebabkan karena sudah Komring sebagai penerima transmigran banyak diantara warga desa sudah sibuk terdapat hubungan yang saling dengan urusan mereka masing-masin. membutuhkan satu sama lain. Dari hasil Sikap tolong menolong dalam memenuhi wawancara dengan informan kebutuhan pokok sangat diperlukan, terlebih mengungkapkan bahwa motif penduduk saat awal mereka menempati Dsa Nusa Bali setempat berhubungan dengan para (tahun 1963), ditambah lagi setelah tidak transmigran adalah mereka ingin menimbah mendapatkan jatah bahan makanan dari ilmu pengetahuan terutama tentang pertanian Jawatan Transmigrasi. Waktu itu setiap menetap seperti bersawah dan menanam keluarga belum memperoleh panen yang buah-buahan dan sayur sayuran. Sebaliknya, mencukupi sehingga banyak yang kehabisan para transmigran sebagai pendatang ingin bahan makanan, dari kebutuhan inilah mampu menimbah ilmu pengetahuan dari penduduk menumbuhkan sikap tolong menolong yang setempat tentang pola menanam di ladang sebagian dari mereka masih seperti, tanaman karet, kopi dan lada, karena mempertahankannya sampai sekarang. pada umumnya orang Bali yang datang ke Disamping tolong menolong dalam Desa Nusa Bali dikampungnya adalah pertanian, juga dilakukan tolong menolong sebagai petani sawah. Dalam hal ini mereka dalam memenuhi kebutuhan material terutama saling menimbah ilmu pengetahuan dan pada masa paceklik yang mengalami kesulitan penerapkan alat-alat teknlogi yang dianggap bahan pangan. Saling menolong antar lebih menguntungkan. Tukar menukar dalam

41 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 pengetahuan inilah menjadikan hubungan dikunjungi oleh Menteri Penerangan mereka menjadi harmonis dan saling Harmoko, acara peringatan 17 Agustus itu membutuhkan. dipusatkan peringatannya di Kota Gumawang Pada awalnya penduduk setempat yakni Belitang. Pada acara tersebut transmigrasi orang Komring terbiasa menggunakan Bali menampilkan kesenian dan juga cangkul bergagang panjang tanpa diampilkan nyanyian “Transmigrasi orang Bali lengkungan di ujungnya dalam mengelolah korban Gunung Agung”. Berikut penuturan tanah, setelah melihat cangkul orang Bali salah seorang informan yang pernah ikut yang bergagang lebih pendek dan menyanyikan lagu Transmigrasi Korban melengkung di ujung, mereka merasa tertarik Gunung Agung tersebut: untuk mencobanya. Menurut perkiraan “Nyanyian Transmigrasi orang Bali itu mereka, cangkul yang lebih pendek akan bunyinya seperti ini “Kami ini efektif menancap ke dalam tanah tanpa transmigrasi sisa kurban Gunung memerlukan tenaga yang banyak. Pada Agung, yang ada di Pulau Bali, awalnya mereka canggung menggunakan Meletusnya tahun 1963, Sejak sejak cangkul tersebut karena terbiasa itu kami berada disini”. Nyanyian menggunakan cangkul bergagang tegak lurus ini dinyanyikan setiapa ada acara dan tinggi. Sekarang mereka telah peringatan ulang tahun RI tanggal 17 menggunakan cangkul pendek seperti orang Agustus terutama di Desa Nusa Bali Bali, cangkul seperti itu dianggap lebih ini, biasanya nyanyian ini dinyanyikan produktif, dan sebaliknya orang Bali oleh perempauan dan laki-laki mengunakan parang panjang untuk sebanyak 12 orang istilahnya dalam memotong rumput serta menebas kayu acara “gayung bersambut atau meniru parang orang Komring. Demikian juga berbalas pantun” dengan diiringi sabit yang biasa dipergunakan orang Bali tarian Bali”.25 dalam menuai padi, sekarang juga sudah dipakai oleh masyarakat setempat. Berdasarkan keterangan dari sebagian informan bahwa petunjukan pentas seni Pentas Seni/Pertunjukan tersebut sudah jarang dilakukan, terutama Pada awal kedatangan transmigrasi Bali kesenian Bali yang untuk dipertontonkan, tapi di Desa Nusa Bali antara tahun 1965-1976 kalau untuk ritual atau adat masih tetap sering mengadakan petunjukan seni. Pentas dilakukan. Petunjukan pentas seni itu tidak pertunjukan kesenian ini dilakukan adalah dilakukan lagi karena keadaan sosial ekonomi untuk bersosialisasi dengan penduduk masyarakat sudah semangkin membaik, maka setempat. Pentas seni dilakukan terutama dengan sendirinya orang sudah semagkin pada hari-hari peringatan seperti peringatan sibuk dalam beraktifitas dalam hal ekonomi. 17 Agustus. Dalam acara peringatan itu Kebanyakan masyarakat di desa Nusa Bali diadakan petunjukan malam kesenian antara pergi pagi pulangnya sudah sore bahkan lain petunjukan kesenian yang ditampilkan sampai malam, dengan sendirinya perhatian adalah “Tari Bali” dan “Jaipongan” bagi masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat masyarakat Jawa. Pernah sekitar tahun 1978 kegiatan sosial atau yang menyangkut desa yang ada di daerah Belitang ini dengan kegiatan kesenian jadi terabaikan,

25 Wawancara dengan Kt. Redike 13 April 2012 di Desa Nusa Bali

42 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Penutup terjadi, dapat diselesaikan dengan Simpulan musyawarah di antara mereka. Pelaksanaan transmigrasi yang dimulai Interaksi dan adaptasi antar etnis ini tahun 1963 di Desa Nusa Bali sampai dengan dapat menjadi jambatan bagi generasi muda tahun 1989, telah banyak membawa untuk mencari jodoh sehingga cukup banyak perubahan tata cara hidup masyarakatnya. di antara mereka yang melakukan perkawinan Baik transmigasi yang berasal dari Bali campur antara anak-anak transmigrasi asal maupun transmigrasi dari Jawa dan juga Bali dengan penduduk setempat. Adanya penduduk setempat. Sebelum ada adaptasi antara warga transmigrasi dengan transmigrasi Desa Nusa Bali masih sangat penduduk setepat merupakan pendudukung sedikit penduduknya dan kehidupan sosial kultur budaya lokal, yang menebabkan ekonominya juga masih sangat sederhana. mereka dapat saling pengaruh mempengaruhi Sarana dan prasarana umum belum ada. Jalan dan dapat memperkaya kasanah budaya dari Belitang ke Desa Nusa Bali masih berupa daerah. Mereka bisa saling belajar dan saling jalan tanah dan sempit sehingga Desa Nusa menghormati kedua kultur yang berbeda, Bali masih merupakan daerah yang masih sehingga hubungan mereka menjadi lebih terisolir. harmonis dan dapat menjalin kerjasama yang Sebelum ada transmigrasi, sebagain baik, Banyak diantara mereka yang mengusai besar wilayah Desa Nusa Bali masih berupa bahasa Jawa dan bahasa Komring. hutan. Penduduk yang sangat sedikit dengan lahan yang sangat luas menyebabkan daerah Saran tersebut kekurangan tenaga dan tak dapat Kehadiran transmigrasi juga menyimpan dikembangkan menjadi daerah yang potensi komplik, oleh karena itu di samping produktif. Setelah adanya transmigrasi, secara kita harus saling menghargai dan saling berangsur-angsur Desa Nusa Bali sudah menghormati, kita juga harus saling mengenal mulai berkembang. Tahun demi tahun dan saling menyelami perbedaan dapat kehidupan sosial ekonomi masyarakat terus menjadi anugrah yang berharga dari Allah meningkat dan sekarang Desa Nusa Bali telah SWT untuk mempererat tali persatuan dan menjadi daerah yang maju. Pemerintah kesatuan bangsa. Diharapkan kepada Daerah Provinsi Sumatera Selatan telah pemerintah setempat dan unsur terkait, agar menetapakan daerah Belitang menjadi dapat terus menerus melakukan pembinaan lumbung beras dan jagung bagi Provinsi terhadap warga transmigrasi, sehingga akan Sumatera Selatan. Pada umumnya program terwujud rasa persatuan dan kesatuan transmigrasi menitik beratkan pada pola bangsa. usaha tanaman pangan, perkebunan dan sektor lainya seperti peternakan, dan lain-lain. Dalam berinteraksi cendrung mengedepankan kerjasama, baik sesama Daftar Pustaka penduduk transmigran maupun penduduk setempat dalam komtak sosial dan Buku budayanya. Keserasian yang terjadi antara masyarakat, baik kepentingan individu Amral, M. Sjamsu. 1960 Dari Kolonialisasi maupun kepentingan bersama tidak begitu ke Transmigrasi Djakarta : Jembatan diperdebatkan sehingga dapat mempertebal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan rasa persatuan dan kebersamaan. Dalam Direktorat Sejarah dan Nilia tradisional, menangani masalah komplik yang mungkin

43 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

1954, Interaksi Antar Suku Bangsa Utama. Dalam Masyarakat Majemuk. Warsito, Rukimin dkk. 1995. Transmigrasi : Jakarta: Departemen Pendidikan dan Dari Daerah Asal Sampai Benturan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Budaya di Tempat Pemukiman, Nilai Tradisional. Jakarta: Raja Grafindo Persada Djawatan Penerangan Povinsi Sumatera Yulfita Rahardjo. 1996 Dinamika Selatan, 1954, Republik Indonesia Provinsi Sumatera Selatan 1954. Sosial Pemuda di Perkotaan. Jakarta: Djawatan Penerangan Provinsi Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sumatera Selatan. Hariawan, Harry Saleh. 2005. Transmigrasi: Wawancara Antara Kebutuhan Masyarakat dan Kepentingan Pemerintah. Jakarta : 1. Wawancara dengan Iketut Sumendra (64 Pustaka Sinar Harapan. tahun) tanggal 14 April 2012 di Desa Nusa Bali Koentjaranigrat. 2006. Pengatar Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. 2. Wawancara dengan Nurkhamid (37 tahun ) tanggal 16 April 2012 di Desa Monografi Kecamatan Belitang III Tahun Nusa Bali 2009 3. Wawancara dengan K.t. Redike (58 Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah tahun) tanggal14 April 2012 di Desa Nusa Penelitian Sejarah Kontemporer. Bali Jakarta: Inti Idayu Press. 4. Wawancara dengan Gusti Ngurah Setiya Robert H. Louer. 2003 Perspektif Tentang Putra (41 tahun) tanggal 17 April 2012 di Perubahan Sosial, Jakarta :Rineka Desa Nusa Bali Cipta 5. Wawancara dengan Suradi (42 tahun) Seno dan Yondri, 2007, Transmigrasi di tanggal 16 April 2012 di Desa Nusa Bali Lunang Silaut. Padang : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai 6. Wawancara dengan Ketut Anggresi (37 Tradisional. tahun) tanggal 15 April 2012 di Desa Nusa Bali Soekanto. S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo 7. Wawancara dengan Mispan (45 tahun) tanggal 12 April 2012 di Desa Nusa Bakti Swasono, Sri Edi.1986 Transmigrasi di Indonesia tahun 1905 – 1985" Jakarta 8. Wawancara dengan A.Muslih (53 tahun) : Universitas Indonesia. tanggal 16 April 2012 di Desa Nusa Bakti Wahyu, MS. 2005 Perubahan Sosial dan 9. Wawancara dengan Sudarwaki (77 Pembangunan, Jakarta: Hecca Mitra tahun) tanggal 14 April 2012 di Desa Nusa Tunggal15

44 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

TRANSMIGRAN DI SUMATERA BARAT “DARI MASYARAKAT TERPENCIL MENJADI PUSAT PEREKONOMIAN”

Efrianto A.

Abstract

Resettlement is a program implemented by colonial government and continues to this day. The main reason of resettlement is how government can reduce population density in Java and open up new economic zones outside Java. Java, Bali and Lombok constitutes as the origin of migrants and the island of Sumatra, Kalimantan, Celebes and Papua constitutes as location of resettlement. Varied resettlement patterns applied by government. Colonial government is more inclined to the interests of colonizers in opening new plantations. In Old Order, resettlement is designed to give more life to the struggle army members while in New Order, resettlement is focused in opening new economic zones and move the residents because the construction carried out by government at that time. The resettlement location is generally located in remote areas away from residential areas. These conditions led people to struggle and make a lot of sacrifice. The subsequent developments show the resettlement region has grown to become a new economic zone. In West Sumatra, there are three growing and thriving resettlement area namely Dharmasraya, South Solok and West Pasaman. Keywords: resettlement, Old Order, New Order.

Pendahuluan Jawa. Program ini dikenal dengan nama Program transmigrasi di Pulau Sumatera intensifikasi dan extensifikasi pertanian. Untuk sebenarnya meneruskan program mensukseskan ke dua program tersebut pengembangan pertanian di luar Jawa yang pemerintah kembali memindahkan penduduk telah di mulai oleh pemerintah Belanda dengan dari Jawa ke luar Jawa dalam jumlah banyak.1 nama politik Etis / Balas Budi. Setelah Karena istilah Etis / Balas Budi dianggap Indonesia merdeka, pemerintahan orde lama kurang bagus, maka pemerintah orde lama dan orde baru melakukan pengembangan merasa perlu mencari nama baru, untuk lahan pertanian dan perkebunan ke luar pulau program pemindahan penduduk antar pulau

1 Nugraha Setiawan, 2005 “ Satu Abad Transmigrasi di Indonesia: Perjalanan Sejarah Pelaksanaan, 1905- 2005“ Bandung: Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Padjajaran

45 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 di Indonesia, akhirnya disepakati nama yang Mandiri (TSM), yang dibiayai sendiri oleh dipakai adalah transmigrasi. 2 transmigran sedangkan pemerintah hanya Transmigrasi merupakan salah satu cara menyediakan lahan saja untuk setiap kepala yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Lama keluarga.5 untuk mempercepat pembangunan dan Di samping perubahan bentuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau pelaksanaan transmigrasi, daerah pesebaran Jawa serta menumbuhkan kawasan pertanian transmigrasi semakin luas pada masa Orde dan perkebunan baru di luar Jawa. Pada masa Baru. Seluruh pulau di Indonesia kecuali Jawa, Orde Lama transmigrasi pertama kali terjadi Madura dan Bali dijadikan sebagai lokasi tanggal 12 Desember 1950 dengan penempatan transmigrasi seperti Sumatera, diberangkatkan sebanyak 23 Kepala Keluarga Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, ( 77 jiwa) dari Pulau Jawa ke Lampung.33 Nusa Tenggara. Dampak kehadiran Secara nasional pelaksananan transmigrasi dikawasan itu mendatangkan transmigrasi pada masa Orde Lamu tidak dampak yang luar biasa, salah satu hasilnya sesuai dengan target program yang telah adalah di bidang infrastruktur, seperti ditetapkan, sebab realisasi penempatan pengembangan jalan trans Sumatera, Trans transmigrasi sejak tahun 1950 hingga 1968 Kalimantan, Trans Sulawesi, Trans Irian, Trans mencapai 98.631 KK. Jika diasumsikan setiap Maluku. Sampai tahun 1993 jumlah KK terdiri atas 4 sampai 5 jiwa, maka jumlah transmigrasi yang telah diberangkatkan dari transmigran mencapai 400 hingga 500 ribu jiwa. daerah asal ke daerah baru, mulai zaman Jumlah itu jauh meleset dari yang kolonial Belanda sampai tahun 1993 adalah diprogramkan oleh kepala Jawatan Ir HAO 6.4 juta orang atau 1.750.000 Kepala Tambunan yang merencanakan pemindahan Keluarga.6 penduduk dari pulau Jawa ke pulau-pulau Pelaksanaan transmigrasi di Sumatera lainnya selama 15 tahun sebanyak 31 juta jiwa.4 Barat telah dimulai semenjak masa Orde Lama Pada masa Orde Baru pelaksanaan dengan wilayah penempatan di Kabupaten transmigrasi terdiri dari ; Pertama, Pasaman dan Kabupaten Sawahlunto Transmigrasi Umum (TU) yang dari segi Sijunjung. Pelaksanaan transmigrasi pada anggaran dibiayai sepenuhnya oleh masa Orde Baru di Sumatera Barat semakin pemerintah dan pada umumnya berada di lahan meningkat berdasarkan laporan dari kanwil basah dan kering. Kedua, Transmigrasi Dapartemen Transmigrasi Sumatera Barat Swakarsa Berbantuan (TSB) yang sebagian menyebutkan bahwa transmigran yang telah besar biayanya dijamin oleh pemerintah dan dipindahkan ke Sumatera Barat sampai tahun pada umumnya untuk prasarana dan sarana 1988 berjumlah 10.787 KK yang tersebar di pemukiman. Sedangkan sebagian lagi dibiayai Kabupaten Pasaman, Kabupaten Sawahlunto oleh fasilitas kredit penanaman kebun kelapa Sijunjung, Kabupaten Lima Puluh Kota, sawit dan sarana produksi lainnya seperti Kabupaten Solok, Kabupaten Padang nelayan. Ketiga, Transmigrasi Swakarsa Pariaman (Mentawai) dan Kabupaten Pesisir Selatan.7

2 Patrice Levang, 2003 “Ayo Ke Tanah Sebarang“ Jakarta: Gramedia, hlm 11 3 Ibid 4 Rakyat Merdeka “Potret Transmigrasi dari Masa ke Masa” terbit pada tanggal 09 desember 2010 5 Undang-Undang Repbulik Indonesia No. 29 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 1997 tentang ke Transmigrasian. 6 Op.cit “ Ayo Ke Tanah Sebarang” hlm 19 7 Badan Pusat Statistik, 1988 Sumatera Barat dalam Angka Tahun 1988 Padang: BPS dan Bappeda Sumatera Barat, hlm 76

46 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Dalam konteks itulah tulisan ini ingin transmigrasi maka sebelum tahun1957, kata menjelaskan wilayah-wilayah transmigrasi di yang terdapat adalah Sumatera Tengah. Dalam Sumatera Barat mulai zaman Orde Lama sampai tulisan M. Syamsul menjelaskan bahwa Orde Baru. Tulisan ini diharapkan bisa Sumatera Tengah merupakan salah satu dimanfaatkan oleh Pemerintah Sumatera Barat wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan dalam memahami kondisi transmigran yang transmigrasi oleh pemerintah Orde lama terdapat di wilayah ini. Sehingga bisa sedangkan penyelidikan dan penelitian mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat tentang wilayah penempatan transmigrasi kemajuan dan mengatasi persoalan yang telah dilaksanakan semenjak masa Belanda. timbul akibat kedatangan transmigran. Di Penelitian dan peneyelidikan pertama samping itu tulisan ini akan menambah diadakan pada tahun 1938 dilaksanakan di pemahaman masyarakat tentang bahwa daerah Batahan Kabupaten Pasaman, luas keberhasilan yang diraih tranmigran lahan yang disediakan lebih kurang 30.000 Ha membutuhkan perjuangan dan pengorbaan tanah seluas tersebut yang selesai diteliti dari para transmigran. seluas 22000 Ha, berdasarkan penelitian yang Sesuai dengan metode penelitian sejarah, cocok adalah 19000 Ha. Penyelidikan tulisan ini dimulai dengan tahap pertama yaitu kemudian juga dilaksanakan di daearah pengumpulan data yang disebut heuristik. Surulangun – Tembesi setelah dilakukan Tahap berikutnya adalah melakukan kritik penyelidikan dari 125000 Ha yang diangap baik terhadap data-data yang telah diperoleh baik adalah 42000 Ha sedangkan di daerah Bangko kritik ekstern maupun intern, guna menjamin – Tabir dari 11000 yang disediakan hanya otensitas dan kredibilitas dari data. Setelah 57000 Ha yang diangap baik.8 melalui tahap kritik, maka dilanjutkan dengan Penyelidikan dan penelitian yang interpretasi dan penulisan. Pengumpulan data dilaksanakan oleh Belanda ini dijadikan dilakukan melalui penelitian pustaka dan panduan dalam menyusun pelaksanaan penelitian lapangan. transmigrasi pada fase-fase berikutnya. Di Sumatera Barat ada beberapa daerah yang Pembahasan dijadikan sebagai lokasi penempatan Membicarakan bagaimana perjalanan transmigrasi. Daerah pertama yang didiami transmigrasi di Sumatera Barat pada masa Orde oleh transmigrasi pada masa orde lama adalah Lama. Maka terlebih dahulu akan dijelaskan Koto Baru proses pemindahan transmigran tentang perkembang wilayah dan adminstrasi tersebut terjadi pada tahun 1953. Pelaksanaan Sumatera Barat itu sendiri. Sebelum tahun transmigrasi pada masa orde lama yang terakhir 1957, Nama Sumatera Barat belum dikenal yang dilaksanakan pada tahun 1968 dengan lokasi ada adalah nama Sumatera Tengah yang saat penempatan di daerah Sungai Tambang. ini menjadi 4 Propinsi yaitu Sumatera Barat, Berikut rincian daerah transmigrasi di Riau, Kepulauan Riau dan Jambi. Ketika kita Sumatera Barat pada masa Orde Lama : membahas tentang bagaimana perjalanan

8 Amral M. Sjamsu Dari Kolonialisasi ke transmigrasi Djakarta : Jembatan, 1960 hlm 74

47 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Tabel 1 Lokasi dan Jumlah Transmigrasi Pada Masa Orde Lama Di Sumatera Barat

No Tahun Daerah Penempatan Asal Transmigrasi Jumlah KK Jiwa 1 1953 Koto Baru Jawa Tengah 83 293 Jawa Timur 177 702 Lokal 44 127 2 1954 Koto Baru Yogyakarta 78 252 Tongar Lokal / Suriname 293 1012 Desa Baru Yogyakarta 42 143 3 1955 Kota Baru Jawa Tengah 29 102 Padang Lawas Jawa Tengah 45 146 Jawa Timur 26 146 Desa Baru Jawa Timur 61 262 4 1956 Desa Baru Jawa Barat 63 285 Jawa Tengah 27 115 Pulau Mainan Jawa Tengah 113 531 Yogyakarta 25 105 Jawa Timur 113 421 5 1962 Kinali Jawa Barat 100 481 6 1963 Kinali Jawa Barat 44 201 Jawa Tengah 131 632 Yogyakarta 30 128 Jawa Timur 83 449 7 1964 Kinali Jawa Tengah 102 746 8 1965 Lepau Temperung Jawa Tengah 404 1664 Koto Rajo Jawa Tengah 45 122 Sungai Tambang Jawa Tengah 110 414 Jawa Timur 49 271 Dusun Tinggi Jawa Timur 199 769 Lokal 16 106 Lokal 44 166 9 1966 Koto Rajo Jawa Barat 61 241 10 1968 Tongar Jawa Barat 101 476 Sungai Tambang Jawa Barat 152 745 Jawa Tengah 48 194 Yogyakarta 47 221 Jawa Timur 101 476 Sumber : Sumatera Barat dalam Angka Tahun 1988

Data di atas menjelaskan pada masa orde tahun tersebut di Sumatera Barat sedang lama kawasan penempatan transmigrasi terjadi pergolakan wilayah yang dikenal terkonsentrasi di Kabupaten Pasaman dan dengan peristiwa Pemerintahan Revolusi Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Republik Indonesia (PRRI). Sedangkan Transmigrasi terbanyak terjadi pada tahun pelaksanaan transmigrasi lokal pertama di 1965 dengan jumlah transmigran 867 KK dan Sumatera Barat terjadi pada tahun1954 dengan jumlah transmigran terkecil terjadi pada lokasi penempatan di Tongar. pada masa orde tahun1966 dengan jumlah 61 KK. Proses lama telah berhasil memindahkan 2696 KK. Dari pengiriman transmigrasi ke Sumatera Barat, 2696 KK terdapat 60 KK merupakan sempat terhenti dari tahun 1957 – 1961. Faktor transmigrasi lokal. utama yang menyebabkan terhentinya proses Masing-masing wilayah transmigrasi pengiriman transmigrasi ke Sumatera Barat pada masa orde lama ternyata memiliki cerita adalah masalah keamanan, sebab pada tahun- tersendiri bagaimana proses pembebasan

48 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 lahan, proses kedatangan transmigran dan proses ganti rugi diatur oleh Pemerintah kehidupan transmigran di wilayah baru Kabupaten Pasaman bersama-sama dengan tersebut. Salah satu daerah transmigrasi di ninik mamak daerah yang bersangkutan masa Orde lama yang terkenal di Sumatera sesuai dengan adat dan dalam jumlah yang Barat adalah unit transmigran di Tongar. layak. Akan tetapi beberapa bulan sebelum Transmigran yang pindah kekawasan ini Repatrian Suriname datang kepala-kepala adat merupakan Orang Jawa yang terdapat di meminta kembali sebidang tanahnya yang Suriname. Oleh karena di Jawa sudah tidak seluas 400 m dan terletak di sepanjang jalan ada lahan kosong dan di Lampung telah kelas II. dicadangkan sebagai daerah Transmigrasi dari Keputusan ninik mamak untuk menarik Jawa, maka Jawatan Transmigrasi tanah seluar 400 meter menyebabkan lokasi mengusulkan sebidang tanah di Sumatera transmigran tidak berada dipingir jalan. Survay Tengah.9 yang dilaksanakan tidak berdasarkan petunjuk Jawatan Transmigrasi bekerjasama yang jelas menambah permasalahan di dengan Yayasan Tanah Air mengadakan kawasan transmigran tersebut. Sebab tanah peninjauan ke Kenagarian Air Gadang yang diperuntukan untuk transmigran ternyata Pasaman, untuk melihat tanah seluas 5200 ha. banyak aliran sungai dan kawasan tersebut Untuk mensukseskan program transmigrasi tidak cocok untuk tanaman padi sawah. maka pemerintah melakukan dialog dan Persoalan ini berdampak untuk kehidupan kerjasama dengan ketua-ketua adat agar mau transmigran di Tongar, tiap keluarga hanya menyerahkan tanah mereka kepada diberi 1 ha dan sawah atau ladang sebanyak pemerintah. Kepala-kepala adat setempat 4 ha / kk, dengan sistim pengolahan secara bersedia menyerahkan tanahnya dengan berkelompok, satu kelompok biasanya terdiri beberapa persyaratan khusus yang tercantum dari 4 kk.11 dalam Akte Penyerahan yang ditandatangani Penderitaan yang dihadapi oleh tanggal 8 Mei 1953, pasal-pasal terpenting masyarakat transmigran Tongar, belum berbunyi sebagai berikut “Kami menyerahkan berakhir ketika terjadi pergolakan di daerah tanah ini kepada Pemerintah Kabupaten Sumatera Barat. Para transmigran tidak berani Pasaman supaya pemerintah selanjutnya untuk mengarap dan mengolah lahan dapat menyerahkannya lagi kepada saudara- pertanian mereka. Kondisi ini berlangsung saudara kami dari Suriname dan keturunannya sampai tiga (3) tahun, akibatnya lahan yang menjadi hak milik mereka dengan syarat-syarat telah diolah menjadi terlantar. Selesai berikut”. Pendatang baru akan menjadi pergolakan daerah bantuan yang diberikan anggota masyarakat adat dan berada di bawah kepada Yayasan Tanah Air, tidak lagi berjalan, Pemerintahan Nagari Air Gadang sehingga akibatnya banyak sarana dan prasarana yang mereka mengambil bagian pada suka duka rusak ketika masa pergolakan tidak bisa penduduk asli Air Gadang.10 dimanfaatkan lagi. Bagi transmigran yang Di samping itu pemerintah memberikan tidak sangup bertahan, banyak melarikan diri jaminan akan memberikan Ganti rugi untuk ke Pakan Baru terutama bagi transmigran yang hasil tanaman-tanaman yang sudah memiliki skil di bidang mesin/teknisi. diusahakan oleh penduduk asli disana. Dalam

9 Eny May 2000 “ Transmigrasi dan Pengetasan Kemiskinan : Analisi Sejarah Program Transmigrasi di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat tahun 1941 – 1999 Padang : Pascasarjana Unand. 10 Op.cit 11 Op.cit

49 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Data di atas memperlihatkan bahwa mencari ke hidupan baru di Pekanbaru, yang pelaksanaaan transmigrasi di Sumatera Barat saat itu telah tumbuh menjadi kota industri pada masa orde lama ternyata memiliki baru. Peristiwa dan fenomena yang sama juga persoalan yang sangat komplek mulai dari ditemukan di daerah-daerah transmigrasi bagaimana proses pembebasan lahan yang lainnya. tidak berjalan optimal. Survey yang tidak berlangsung dengan optimal menyebabkan Transmigrasi Masa Orde Baru lahan yang tersedia bagi peserta tidak sesuai Pelaksanaan transmigrasi di Sumatera dengan rencana pelaksanaan transmigrasi. Barat pada masa Orde Baru semakin intensif Kondisi diperburuk oleh situasi keamanan hal ini terlihat dengan semakin banyaknya yang tidak kondusif sehingga proses perjanjian dan kesepakatan yang dihasilkan pemanfaatan lahan tidak berjalan dengan antara pemerintah dengan ninik mamak di optimal. Akibatnya banyak anggota beberapa nagari di Sumatera Barat. transmigrasi dari Suriname yang pindah dan

Tabel 2 Kesepakatan Pemerintah dan Ninik Mamak di beberapa Nagari di Sumatera Barat No Tempat Tanggal Perjanjian Luas Lahan 1 Lunang 23 Maret 1973 6.000 2 Mandi Angin 15 Pebruari 1975 3.200 3 Sungai Aur 29 November 1975 3.500 3 Silaut 17 Januari 1976 23.000 4 Kota Besar 28 Januari 1976 98.000 5 Bonjol 28 Januari 1976 6.000 6 Sungai Limau 19 Mei 1976 9.000 7 Tebing Tinggi 23 Mai 1976 5.000 8 Sungai Kunit 33.000

Data di atas memperlihatkan bahwa pemerintah dijadikan lokasi penempatan transmigrasi telah membebaskan lahan masyarakat dari yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten tahun 1973 - 1976 seluas 187.700 Ha. Lahan Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten inilah yang dimanfaatkan oleh pemerintah Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan untuk melaksanakan transmigrasi pada dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Berikut periode-periode awal pelaksanaan penyebaran lokasi transmigrasi di Sumatera transmigrasi di Sumatera Barat. Sampai tahun Barat dari tahun 1973 - 1988 : 1988 ada beberapa daerah kabupaten yang

50 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Tabel 3 Transmigrasi di Sumatera Pada Masa Orde Baru 1973 – 1988

No Tahun Lokasi Penempatan Asal Transmigran Jumlah KK Jiwa 1 73/74 Sungai Tambang Yogyakarta 50 255 Jawa Tengah 100 513 Lunang Yogyakarta 150 572 Jawa Tengah 150 772 2 74/75 Kinali Yogyakarta 50 157 DKI 150 406 Lunang Yogyakarta 53 233 Jawa Tengah 247 954 3 76/77 Sitiung Jawa Tengah 2001 8.819 Kinali Jawa Tengah 100 512 Yogyakarta 100 401 Jawa Timur 50 252 4 77/78 Sitiung II Jawa Tengah 2000 8098 5 78/79 Siat Lokal/ Sijunjung 362 2.108 Jawa tengah 900 4177 Agam + T. Datar 38 211 6 79/80 Kota Besar Lokal / APPDT 500 1.874 7 80/81 Kota Besar Jawa Tengah 478 2268 Jawa Timur 349 1393 Jawa Barat 100 414 Yogyakarta 62 218 Lokal/APPDT 511 3142 8 81/82 Lunang II Jawa Tengah 225 995 Jawa Barat 91 347 Jawa Timur 130 540 Pesisir Selatan 54 237 Tebing Tinggi Jawa Barat 207 948 Jawa Tengah 77 332 Jawa Timur 166 694 Lokal/Sijunjung 50 304 9 82/83 Lunang III Yogyakarta 50 176 Jawa Tengah 98 411 Jawa Barat 150 615 Jawa Timur 152 591 Pesisir Selatan 50 297 10 83/84 Timpeh I Jawa Barat 205 903 Jawa Timur 23 87 Yogyakarta 150 557 Lokal / Sijunjung 122 601 Tebing Tinggi Jawa Barat 72 317 Tabek Yogyakarta 115 391 Jawa Timur 251 1019 Lokal /Sijunjung 62 342

51 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

11 85/86 Timpah II Jawa Timur 65 243 Jawa Tengah 71 303 Jawa Barat 89 358 Lokal / Sijunjung 25 156 Timpeh II Lokal / Sijunjung 200 971 Tanah Datar 50 254 Lunang / Silaut Yogyakarta 100 341 Jawa Tengah 50 166 Jawa Barat 30 122 Salido 20 96 Pangkalan Jawa Tengah 96 383 Jawa Barat 161 619 Lokal/ 50 Kota 190 901 Medan 26 121 Padang 27 133 Sungai Kunyit Jawa Tengah 120 532 Jawa Barat 77 299 Solok 100 460 12 86/87 Sungai Aur Sumbar 268 1387 Sumut 4 30 Timpeh III Yogyakarta 51 181 Jawa Timur 50 192 Sumbar 25 134 Lunang Silaut Jawa Barat 76 316 Jawa Tengah 86 328 Yogyakarta 137 485 Jawa Timur 25 98 Sumbar 75 352 Sungai Kunyit Sumbar 187 1013 Tua Pejat Jawa Barat 63 294 Jawa Tengah 66 243 Jawa Timur 75 297 Sumbar 60 319 13 87/88 Pangkalan Sumbar 57 292 Jawa Barat 30 131 Sungai Aur Sumbar 100 528

Data di atas menjelaskan bahwa selama pembebasan lahan, kedatangan dan transmigrasi di Sumatera Pada masa Orde Baru kehidupan masyarakat dikawasan tersebut. di dominasi oleh transmigran dari Jawa Seperti yang terjadi di Transmigrasi Lunang Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Kabupaten Pesisir Selatan. Penyerahan tanah samping itu terdapat transmigrasi lokal dari dari ninik mamak Nagari Lunang kepada Pariaman, Agam, Tanah Datar, Pesisir Selatan transmigrasi terjadi pada tanggal 23 Maret dan Sawah Lunto Sijunjung yang mengikuti 1973. Dalam proses negosiasi antara program karena bencana alam dan direlokasi pemerintah dengan ninik mamak terdapat yang dilakukan oleh pemerintah karena kondisi beberapa kesepakatan yang harus dipenuhi. pemukiman mereka. Program transmigrasi lokal Pertama, orang yang ikut bertransmigrasi disini di Sawahlunto Sijunjung dan Pesisir Selatan harus bersedia diangkat menjadi sanak dikenal juga dengan Alokasi Penempatan kemanakan. Kedua, mereka harus mengisi Penduduk Daerah Transmigrasi (APPDT). cupak gantang di daerah yang baru, artinya Pelaksanaan transmigrasi di Sumatera meraka yang datang di Nagari Lunang ini Barat pada masa orde baru juga memiliki harus mematuhi adat istiadat disini, sepeti dinamika tersendiri baik dalam proses yang terungkap pada peribahasa yang

52 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 menyebutkan “Dimana Bumi Dipijak, Disitu Kabupaten Pasaman Barat dan Langit Dijunjung,”. Ketiga, mereka yang ikut Kabupaten Dharmasraya sebagai sebuah bertransmigrasi harus beragama Islam, ke kabupaten baru tidak bisa dipisahkan dari empat, mereka harus mematuhi ketententuan keberhasilan tranmigran di kawasan itu untuk yang menyebutkan”adat diisi, limbago mengembangkan daerah mereka sehingga dituang.12 menjadi sebuah pusat ekonomi baru. Di Informasi di atas menjelaskan bahwa samping itu keberhasilan kaum pendatang dalam membuka kawasan transmigrasi antara untuk menjadi bupati atau wakil bupati pemerintah dan ninik mamak terlibat dalam pertama di ke dua daerah tersebut menjadi bukti berbagai kesepakatan salah satu pasal yang bahwa kehadiran mereka dapat diterima oleh dibuat adalah : keharusan bagi seluruh penduduk asli. Hal ini membuktikan bahwa transmigran yang datang harus beragama kedatangan transmigran telah memunculkan Islam dan bergabung dalam suku-suku yang kawasan baru yang lebih maju dari daerah terdapat di wilayah penempatan. Pasal-pasal induk. Padahal diawal kedatangannya tersebut memberikan kemudahan kepada tranmigran kawasan ini merupakan kawasan seluruh transmigran untuk berintegrasi di yang terpecil dan terpingirikan, namun kaum lokasi penempatan. Kehidupan transmigran transmigran telah merubah kawasan ini menjadi dalam perkembangan selanjutnya jauh lebih daerah maju dan menjanjikan. baik dari penduduk asli. Hal ini terlihat hampir diseluruh wilayah tranmigrasi di Sumatera Penutup. Barat. Seperti terlihat di lokasi transmigrasi Keberhasilan transmigran untuk merubah Lunang, bentuk rumah para transmigrasi kehidupan dan menjadikan kawasan mereka kebanyakan lebih modern, terbuat dari bahan menjadi pusat perekonomian baru bukalah batu, beratap seng, dan mempunyai sesuatu yang diraih dengan mudah. Banyak perkarangan yang dipagar dan ditanami pengorbanan dan jerih payah yang telah berbagai tumbuhan dan buah-buahan. Hal dilakukan oleh transmigran untuk yang sama juga kita temukan di daerah mengwujudkan semua itu. Cerita perjuangan Dharmasraya, begitu banyak kawasan dan pengorbanan yang dilakukan oleh transmigran yang lebih maju dibandingkan tranmigran seharusnya menjadi cambuk bagi dengan perkampungan masyarakat asli. setiap penduduk di Sumatera Barat, bahwa Cara kerja transmigran yang dinilai lebih keberhasilan bukan diraih dengan mudah giat, lebih rajin, mereka mencangkul dan namun harus melalui perjuangan dan berladang dan makan juga dari hasil ladang. pengorbaban. Otonomi daerah menyebabkan Sedangkan penduduk asli kebanyakan lebih munculnya semangat kedaerahan untuk itu suka menjual hasil ladang mereka, dan membeli pemerintah Pemerintah daerah melalui dinas- kebutuhan makan yang harganya lebih tinggi. dinas terkait mesti melakukan berbagai upaya Hal-hal diatas merupakan faktor utama agar informasi tentang kepindahan penyebab transmigrasi jauh lebih maju transmigran ke Sumatera Barat, kehidupan dibandingkan dengan penduduk asli. Seiring transmigran dan proses mendapatkan lahan berjalannya waktu pelaksanaan transmigrasi harus disampaikan pada generasi muda untuk di Sumater Barat telah memunculkan kawasan- mengindari konflik di kemudian hari. Untuk kawasan ekonomi baru di Sumatera Barat. itu diharapkan pemerintah harus melakukan

12 Seno dan Yondri 2007 “ Transmigrasi di Lunang Silaut” Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang

53 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 berbagai langkah diantaranya : Rakyat Merdeka, 2010, “Potret Transmigrasi 1. Menerbitkan Buku yang mengungkapkan dari Masa ke Masa” terbit pada tanggal proses kedatangan, pemberian lahan dan 09 desember. kehidupan awal transmigran di Sumatera Seno dan Yondri, 2007 “ Transmigrasi di Barat sebagai bahan bacaan untuk Lunang Silaut” Balai Pelestarian Sejarah masyarakat asli terutama generasi muda dan Nilai Tradisional Padang untuk membangun kesadaran mereka tentang transmigran. Undang-Undang Repbulik Indonesia No. 29 2. Memberikan bantuan dan pelatihan tahun 2009 tentang Perubahan atas transmigran terutama pada kawasan yang Undang-Undang No 15 Tahun 1997 masih belum berkembang. tentang ke Transmigrasian. 3. menfasilitasi terciptanya event-event yang mendukung terciptanya interaksi antara transmigran dengan penduduk asli secara alami 4. Pemerintah Daerah perlu mengadakan festival-festival yang menampilkan budaya dan keunikan masing-masing etnis Sumatera Barat untuk mengungkapkan kekayaan budaya di Sumatera Barat

Daftar Pustaka

Amral M. Sjamsu, 1960, Dari Kolonialisasi ke Transmigrasi Djakarta : Jembatan. Badan Pusat Statistik, 1988 Sumatera Barat dalam Angka Tahun 1988 Padang: BPS dan Bappeda Sumatera Barat, Eny May 2000 “ Transmigrasi dan Pengetasan Kemiskinan : Analisi Sejarah Program Transmigrasi di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat tahun 1941 – 1999 Padang : Pascasarjana Unand. Nugraha Setiawan, 2005 “ Satu Abad Transmigrasi di Indonesia: Perjalanan Sejarah Pelaksanaan, 1905-2005” Bandung: Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Padjajaran Patrice Levang, 2003 “Ayo Ke Tanah Sebarang” Jakarta: Gramedia

54 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI DONGENG

Silvia Devi

Abstract

Character education involves aspects of knowledge, feelings and actions. These three things have to go hand in hand. Character education has become urgent at this moment for the fact that moral state of society today worsens. Therefore, government improves the quality of education by implementing character education. One that can be applied as a method of learning for child is storytelling. We know storytelling is a fiction or fantasy story that can be added or modified in accordance with imagination and creativity of storyteller. A storytelling embodies lesson of evil and good characters. In storytelling, the most important aspect is not only the delivery of message but also, therein lies the role of a storytelling for young children in an attempt to study and mimic the good character as a form of education. In Prabumulih, community and government is very concerned about the benefits of storytelling collected into a book of folklore. It is one of efforts to preserve the heritage that is very useful in character education. Keywords: character education, storytelling.

Pendahuluan dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik Saat ini banyak sekali terjadi di anak agar kelak dewasa nanti sang anak masyarakat segala perbuatan yang tidak memiliki karakter atau kepribadian yang baik. bermoral. Tindak kejahatan dari penipuan, Sebelum kita lebih jauh membahas apa itu kekerasan, perkosaan sampai pada tindak karakter dan bagaimana pendidikan karakter pembunuhan. Tidak hanya dilakukan oleh tersebut, maka terlebih dahulu dijelaskan masyarakat kelas menengah ke bawah definisi dari karakter itu sendiri. melainkan juga oleh masyarakat menengah ke Banyak sekali definisi karakter, salah atas. Tidak hanya dilakukan oleh orang satunya menurut Samani dan Haryanto dewasa tetapi juga dilakukan oleh remaja ke (2011:41) bahwa karakter adalah perilaku yang bawah. Betapa mirisnya melihat kenyataan ini. tampak dalam kehidupan sehari-hari baik Apa yang salah dari karakter atau pribadi- dalam bersikap maupun bertindak. Menurut pribadi masyarakat yang berkembang saat pengamatan seorang filsuf kontemporer ini??? bernama Michael Novak (dalam Lickona, Sangat tidak mudah untuk membentuk 2012:81) karakter merupakan campuran sebuah karakter yang baik dan bermoral. Itu kompatibel dari seluruh kebaikan yang telah menjadi persoalan sejak manusia ada dan diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, melakukan interaksi antar sesama. Semua kaum bijaksana dan kumpulan orang yang bermula dari sebuah keluarga dalam berakal sehat yang ada dalam sejarah. pembentukan karakter. Banyak cara yang Pada kehidupan bermasyarakat,

55 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 seringkali karakter disamakan dengan dalam tindakan. Disimpulkan bahwa dari ketiga kepribadian. Hal ini tidak bisa disalahkan hal ini tidak datang dengan sendirinya, akan karena memang karakter memperlihatkan tetapi dapat dibentuk dalam proses belajar sebuah ciri identitas pribadi seseorang. secara terus menerus dimanapun dan kapan Dengan melihat kepribadian maka orang pun. tersebut memiliki karakter tersendiri. Akan Melihat kenyataan bahwa sebuah tetapi, sebuah karakter sangat dipengaruhi karakter atau kepribadian sangat panjang oleh keturunan dan lingkungan. Maksud dari proses pembentukannya, dan hal ini berkaitan keturunan yakni sifat atau karakter yang dengan kehidupan nyata yang akan dilalui diturunkan langsung melalui gen si anak yang setiap individu dalam bermasyarakat. Maka nampak dalam perilakunya. Sifat orangtua oleh karena itu sangatlah urgen untuk akan terlihat pada si anak baik langsung menerapkan pendidikan karakter yang tidaklah maupun tidak langsung. Sedangkan pengaruh mudah ini dimulai sejak usia dini agar sang dari lingkungan yang dimaksud bisa dari anak dalam menjalani proses tumbuh rumah, sekolah, dan juga masyarakat. Oleh kembangnya selalu tak lepas dari seseorang karena itu agar memiliki sebuah karakter yang yang diteladaninya yakni orangtua. Salah satu baik maka harus melalui pendidikan yang baik cara yang sudah dilakukan dan merupakan pula terutama pendidikan karakter yang dimulai salah satu warisan yang sangat tak ternilai dari semenjak dalam kandungan sampai harganya yang juga sangat mendukung dalam tumbuh dewasa. penerapan pendidikan karakter adalah melalui Pengertian pendidikan karakter menurut cerita rakyat yang salah satunya adalah Megawangi (2004:95) dalam Kesuma dkk dongeng. Hal ini telah diwariskan secara turun (2011:5) yakni sebuah usaha untuk mendidik temurun yang sampai sekarang justru anak-anak agar dapat mengambil keputusan sangatlah tepat untuk dilestarikan kembali. dengan bijak dan mempraktikkannya dalam Cerita rakyat merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat kearifan lokal masyarakat. Hampir seluruh memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dimana pun berada kearifan lokal lingkungannya. Pengertian pendidikan bagian dari pola hidup di lingkungannya. karakter menurut Suyanto (dalam http:// Sehingga dalam menjalani hubungan www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/ masyarakat dengan masyarakat lain, pages/urgensi.html) adalah pendidikan budi hubungan masyarakat dengan alam pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek lingkungananya dilaksanakan atas dasar pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), kearifan lokal yang sudah diajarkan oleh nenek dan tindakan (action). moyang. Kearifan lokal dalam sebuah cerita Secara singkat dapat dikatakan bahwa rakyat merupakan salah satu cara untuk pendidikan karakter berbasis sebuah nilai dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam konteks moral, dan hal ini senada dengan ungkapan nilai luhur dalam sebuah tradisi. menurut Lickona (2011:82) bahwa nilai dan Salah satu bentuk cerita rakyat yang akan moral berada pada tiga bagian yakni diteliti adalah dongeng yang berkembang pengetahuan nilai dan moral, perasaan nilai pada masyarakat Prabumulih. Tujuan dan moral dan perilaku nilai dan moral. Dalam mendongeng adalah merupakan sebuah kehidupan nyata dapat kita melihat sebuah hiburan kepada anak-anak. Namun begitu karakter yang baik dari mengetahui hal yang sebuah dongeng yang baik tidak hanya baik, menginginkan hal yang baik, dan sebatas menghibur melainkan mampu melakukan hal yang baik- kebiasaan dalam cara menjadikannya sebagai sebuah pembelajaran berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan yang sifatnya tidak menggurui melainkan bisa

56 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 menjadi sebuah suri teladan bagi anak dari usia dini terutama dalam penanaman nilai-nilai tokoh-tokoh yang diceritakan dalam sebuah karakter yang baik. Diterapkannya tradisi dongeng tersebut. mendongeng juga merupakan salah satu Seperti diketahui bahwa sebuah dongeng metode belajar yang menarik bagi anak karena terdapat tokoh-tokoh yang menampilkan sifatnya santai sehingga memudahkan para karakter-karakter pribadinya. Tidak semuanya orangtua dalam usaha menanamkan nilai menampilkan karakter baik dan bermoral, tetapi karakter pada anak dan tidak menggurui. ada juga yang menampilkan karakter buruk. Namun begitu, pada setiap dongeng sudah Kerangka Konsep bisa ditebak bahwa segala kejahatan akan Adapun konsep-konsep yang berkaitan terkalahkan oleh segala kebajikan. Oleh karena dengan penelitian ini adalah pendidikan itu nilai-nilai tersebutlah yang akan menjadi karakter dan dongeng. Pengertian pendidikan sebuah pembelajaran efektif dalam usaha karakter secara umum menggabungkan antara pendidikan karakter terhadap anak Diharapkan pengetahuan, perasaan dan tindakan. Dalam kelak seiring masa pertumbuhan dan pendidikan karakter, harus terdapat perkembangan si anak, maka nilai-nilai kesinambungan antara ketiga hal tersebut. tersebut akan menjadi karakter yang baik pada Adapun empat ciri khas dalam sebuah jiwa si anak yang akan bermanfaat dalam pendidikan karakter menurut Jamaluddin menjalankan roda kehidupan nyata di (2008:385) yakni, pertama, keteraturan interior masyarakat. dimana setiap tindakan diukur berdasar hirarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatid dalam Rumusan Masalah setiap tindakan. Kedua, koherensi yang Berdasarkan latar belakang di atas maka memberi keberanian, membuat seseorang rumusan masalah dalam penelitian ini terujud teguh pada prinsip, tidak mudah terombang- dalam bentuk dua pertanyaan penelitian yakni, ambing pada situasi baru atau takut resiko. dongeng apa saja yang berkembang di Koherensi merupakan dasar yang membangun masyarakat Prabumulih? Nilai pendidikan rasa percaya satu sama lain. Ketiga, otonomi karakter apa saja yang terkandung dalam yakni seseorang menginternalisasikan aturan dongeng-dongeng tersebut? dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi, dan keempat, keteguhan dan kesetiaan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Keteguhan adalah daya tahan seseorang Penelitian ini adalah salah usaha dalam guna mengingini apa yang dipandang baik, pengembangan metode pembelajaran dan kesetiaan merupakan dasar bagi pendidikan karakter bagi anak usia dini. Tujuan penghormatan atas komitmen yang dipilih. penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Dengan adanya ciri khas pendidikan karakter bagaimana pendidikan karakter dapat ini, maka sosok pribadi bisa dikatakan sosok dipelajari melalui berbagai macam karakter dari yang berkarakter. tokoh-tokoh dalam dongeng. Bagi anak usia dini, tentunya pendidikan Mengidentifikasi beberapa contoh dongeng karakter tidak bisa diajarkan secara kaku, yang bisa dijadikan contoh dalam penanaman melainkan diajarkan secara santai dan flesibel. karakter bagi anak usia dini. Maksudnya di sini adalah cara penanaman Adapun manfaat penelitian ini bagi para sebuah karakter dapat dilaksanakan melalui orangtua untuk dapat melestarikan tradisi contoh-contoh yang memang secara mendongeng, karena mendongeng tidak dunianya mudah untuk dipahami. Salah hanya sebuah hiburan tetapi juga sebagai satunya adalah melalui tokoh-tokoh dalam salah satu sarana belajar bagi anak semenjak sebuah dongeng yang pastinya memiliki

57 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 karakter-karakter yang berbeda. Leach dalam Yollanda( 2007:1) salah satu Seperti diketahui bahwa sebuah dongeng jenis dongeng adalah cerita binatang (animal adalah cerita lisan yang dianggap tak pernah tale) dengan membaginya menjadi tiga tipe benar-benar terjadi yang tak terikat tempat dan yakni : waktu. Dongeng adalah salah satu wujud 1. Etiological tale, yakni cerita tentang asal kreativitas dalam bercerita dan berimajinasi. usul terjadinya binatang berdasarkan Bahkan dikatakan oleh Yollanda (2007:1) bentuk atau rupa binatang itu sekarang. bahwa materi dongeng itu banyak yang tidak 2. Fable, yakni cerita binatang yang masuk akal, penuh dengan khayalan karena mengandung pendidikan moral. Binatang dongeng dikisahkan dari mulut ke mulut dan ini diceritakan mempunyai akal, tingkah setiap orang yang menceritakannya laku, dan juga berbicara seperti manusia. cenderung memasukkan sedikit khayalannya 3. Beast epic, merupakan siklus cerita sehingga kebenaran isinya semakin binatang dengan seekor binatang sebagai berkurang. pelaku utamanya, namun ada juga yang Sesungguhnya dongeng tidak hanya tokoh utamanya campuran yakni sebuah cerita penghantar tidur. Dongeng juga binatang dan manusia. merupakan sebuah metode pembelajaran Nilai karakter dapat dilihat dalam sebuah khususnya bagi anak usia dini, baik di rumah dongeng. Hal ini seperti yang pernah diteliti dalam sebuah keluarga ataupun dalam sebuah oleh Sulistyarini (dalam www.adjisaka.com/ perkumpulan atau komunitas anak usia dini kbjf/indeks.php/03/makalah-komisi-b/642-13- seperti kelompok bermain atau sanggar. nilai-moral-cerita-rakyat) bahwa dalam sebuah Dongeng yang merupakan cerita rekaan cerita rakyat, yang dalam hal ini lebih memiliki beberapa jenis yakni : dikhususkan kepada dongeng terkandung 1. Dongeng binatang, yakni dongeng yang nilai-nilai moral baik secara individual, sosial ditokohi oleh binatang peliharaan atau dan juga religi. Beberapa nilai tersebut dapat binatang liar yang dalam hal ini binatang dilihat pada kolom berikut ini: ini dapat berbicara (James, 1984:8). Metode Penelitian 2. Dongeng biasa, yakni dongeng yang Metode penelitian yang digunakan ditokohi oleh manusia dan biasanya berisi adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan kisah suka duka seseorang(James, data yang diambil dari sebuah karya sastra 1984:117). berupa buku Kumpulan Cerita Rakyat 3. Lelucon dan anekdot, yakni dongeng- Kabupaten Muara Enim I, Pemerintah dongeng yang dapat menimbulkan rasa Kabupaten Muara Enim, Kantor menggelikan hati, sehingga menimbulkan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, 2009, tawa bagi yang mendengarnya maupun dan Lala Savitri (ed), Kumpulan Cerita yang menceritakannya (James, 1984: 117) Rakyat Kabupaten Muara Enim II, 4. Dongeng berumus. Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Kantor

58 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Nilai Moral Individual Nilai Moral sosial Nilai Moral Religi Kepatuhan Bekerjasama Percaya Kekuasaan Tuhan Pemberani Suka menolong Percaya Adanya Tuhan Rela berkorban Kasih sayang Berserah Diri kepada Jujur Kerukunan Tuhan/Bertawakal Adil dan bijaksana Suka memberi nasihat Memohon Ampun kepada Menghormati Menghargai Peduli nasib orang lain Tuhan. Bekerja keras, Suka mendoakan orang lain. Menepati janji Tahu balas budi Baik budi pekerti Rendah hati, dan Hati-hati dalam bertindak

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, 2009. kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enimdan Dalam buku ini terdiri dari berbagai macam Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan bentuk cerita rakyat, yakni berupa mitos, Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. legenda dan dongeng. Akan tetapi, khusus Secara iklim Kota Prabumulih termasuk dalam penulisan ini lebih difokuskan cerita daerah tropis basah dengan curah hujan rakyat berupa dongeng. Baik dongeng yang 204,45 Km2 dan suhu rata-rata 27°C. Suhu diperankan oleh binatang, oleh manusia, dan udara ditentukan dengan tinggi rendahnya dongeng yang diperankan oleh binatang dan wilayah tersebut dari permukaan laut. Dilihat manusia. Adapun pengumpulan data dari ketinggian permukaan laut maka Kota dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan Prabumulih termasuk beradas di dataran wawancara dengan informan dengan rendah dengan ketinggian rata-rata adalah 34 menggunakan alat bantu perekaman. m dari permukaan laut yang hanya mencapai 100 m. Daerah ini meliputi sebagian besar dari Hasil dan Pembahasan wilayah kecamatan Prabumulih Barat, Prabumulih Selayang Pandang1 Prabumulih Timur dan Rambang Kapak Secara geografis, Kota Prabumulih Tengah. Sedangkan daerah yang memiliki terletak antara 3°20’09,1" - 3°34’24,7" Lintang ketinggian paling rendah yaitu 10 m berada Selatan dan 104° 07’ 50,4" - 104° 19’41,6" Bujur pada wilayah Kecamatan Cambai dan Timur, dengan luas daerah sebesar 434,50 Prabumulih Timur. KM2. Adapun wilayah terluas yakni berada Jarak terjauh dari ibukota Kota di kecamatan Prabumulih Timur dengan luas Prabumulih adalah kecamatan Rambang Kapak 219,00 km2 dan wilayah terkecil yakni Tengah yakni dengan jarak 35 km, sedangkan kecamatan Prabumulih Timur yakni 32,94 km2. ke Cambai menempuh jarak 20 km, dan jarak Batas-batas wilayah Kota Prabumulih terdekat yakni ke Kecamatan Prabumulih Timur yakni :Sebelah Utara berbatasan dengan yakni ditempuh dengan jarak 13 km. Kecamatan Lembak dan Kecamatan Tanah Sedangkan Jumlah penduduk Kota Abang Kabupaten Muara Enim. Sebelah Prabumulih Tahun 2007 sebesar 132.476 jiwa ( Timur berbatasan dengan Kecamatan Lembak jumlah penduduk laki-laki : 64.592 jiwa dan dan kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara jumlah penduduk perempuan : 67.884 ) dengan Enim. Sebelah Selatan berbatasan dengan tingkat kepadatan sebesar 300,89 penduduk /

1 Diambil dari Laporan Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda Kota Prabumulih. Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang, Tahun 2012 dengan perubahan seperlunya.

59 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Km2. Sinopsis Cerita Dongeng dan Nilai Karakter Mengenai sejarah, Kota prabumulih yang terkandung di dalamnya. mengalami perjalanan sejarah yang panjang. 1. Batu betangkup (Salmuddin, SH, Kota Prabumulih merupakan pemekaran dari 2009:49) Kabupaten Muara Enim. Dari kota Prabumulih Sinopsis Cerita menuju ibukota Muara Enim maka jarak yang Cerita ini mengisahkan tentang ditempuh adalah 87 Km sedangkan ke ibukota kehidupan sang ibu dengan dua orang Propinsi Sumatera Selatan maka jaraknya lebih anaknya, yang satu berumur 7 tahun dan jauh yakni 97 Km. dilihat dari masa sang adik berumur 2 tahun. Seperti biasa pemerintahannya maka terbagi menjadi 5 masa sang ibu bekerja ke ladang dan sebelum yakni : pergi meninggalkan pesan kepada anak 1. Masa sebelum pemerintahan sulung untuk menjaga sang adik dan Belanda menunggu sampai sang ibu pulang. 2. Masa pemerintahan Belanda Jangan sembarang memberikan makanan 3. Masa kemerdekaan kepada sang adik. Sang anak mengiyakan 4. Masa pemerintahan Kota pesan sang ibu, tetapi keesokan harinya Administratif Prabumulih anak sulung tersebut berbohong kepada 5. Masa Pemerintahan Kota Prabumulih ibunya dan ketika adiknya tertidur kemudian dia tinggalkan. Pada bidang pendidikan yang merupakan Sore hari barulah ia kembali dari salah satu bidang penting dalam meningkatkan bermain dan melihat adik telah terisak-isak sumber daya manusia, maka Kota Prabumulih menangis meminta untuk bertemu ke telah cukup memiliki sarana pendidikan guna ibunya. Karena kurang sabar maka sang mendukung peningkatan tersebut. Dari data kakak membawa sang adik pergi mencari tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Dinas ibu ke ladang. Karena sang adik sangat Pendidikan Kota Prabumulih diketahui bahwa lapar maka ketika dijalan terdapat buah jumlah gedung dari tingkat sekolah paling yang telah dibuka isinya seperti nasi. Agar rendah yakni TK ada sebanyak 20 gedung, adik tidak terus menangis diberikanlah SD sebanyak 89 gedung, MI sebanyak 2 buah tersebut kepada sang adik. Setelah gedung SLTP sebanyak 19 gedung, MTs itu mereka melanjutkan perjalanan untuk sebanyak 6 gedung, SLTA sebanyak 13 bertemu ibu tetapi sang adik terus saja gedung dan MA sebanyak 3 gedung.Agar menangis. Setelah sampai di ladang dan peningkatan kualitas pendidikan terwujud, bertemulah dengan sang ibu, maka melihat yang dibutuhkan tidak hanya ketersediaan sang anak bungsu yang parau kemudian gedung, melainkan juga ketersediaan tenaga dia memarahi anak sulungnya. Kemudian pengajar. Kota Prabumulih memiliki 2.620 guru memberi makan serta menidurkannya. yang tersebar di lingkungan pendidikan di Setelah menidurkan kedua anaknya Kota Prabumulih. sang ibu pun bergi ke batu betangkup. Pada bidang keagamaan, Kota Kemudian anak tersebut tidur dan Prabumulih termasuk memiliki masyarakat terbangun setelah mendengar suara yang sangat toleran dengan perbedaan agama burung yang memberi tahu kalau sang bu yang ada. Masyarakat saling menghormati telah jauh meninggalkannya, dengan kebebasan beragama tersebut dengan mengendong sang adik mereka terus kenyataan bahwa aktivitas keagamaan dapat menangis agar sang ibu keluar, kemudian berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan mendengar itu sang ibu keluar kemudian konflik.

60 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

menidurkan kembali anaknya, hal ini burung itu terbang, ketika Idi menurunkan terulang sampai beberapa kali. panahnya kembali burung tersebut Sang anak melihat ibu masuk ke dalam bertengger di bahunya sambil berkicau batu betangkup, dan terlihat rambut sang dengan suara merdunya. ibu yang terjepit di luar kemudian ditarik- Semenjak kejadian itu Idi selalu cepat tariknya sampai putus. Setelah itu sang bangun pagi dengan alasan untuk mencari ibu berpesan kepada anak sulungnya burung yang indah itu. Karena heran untuk pulang dan menanam rambut ibunya melihat tingkah sang anak maka tersebut. Ternyata setelah ditanam Idi pun berbohong dengan alasan akan tumbuh subur dan berbuah yang besar berburu Rusa yang gagal ditangkap menjadi semangka. Lalu ia teringat pesan kemarin. ibunya kalau sudah berbuah maka dibelah Idi masuk hutan dan tak beberapa dengan padi tidak dengan pisau. Teringat lama ia kembali bertemu dengan burung pesan itu maka dibelahlah semangka tersebut, dan tanpa dinyana ternyata tersebut dengan padi ternyata keluarlah burung tersebut dapat berbicara sehingga sang ibu. Kemudian mereka hidup bahagia. hal ini membuat Idi terbengong. Burung tersebut berkata kalau ia adalah Dewi Nilai-nilai Pendidikan Karakter burung yang bertugas menjaga burung- Adapun nilai-nilai yang dapat burung agar tidak disakiti oleh manusia. diambil dari dongeng di atas adalah kita Bertemanlah burung dengan pemburu harus patuh terhadap orangtua, selalu tersebut. Dan burung memenuhi akan menjaga amanah, jangan suka berbohong, kebutuhan pemburu selama sang pemburu saling menyayangi antar sesama. mau berjanji untuk tidak memburu burung- burung dimanapun berada. 2. Burung Pengasih dan Sang Pemburu Sejak perjanjian tersebut maka Idi (Lala Savitri (ed), 2009:60) selalu dapat menikmati hidangan gulai Sinopsis Cerita Rusa yang sangat ia idam-idamkan. Cerita ini mengisahkan tentang Karena ibunya bingung dan tak percaya seorang ibu yang tinggal bersama anak kalau Idi yang memasaknya, maka ia yang bernama Idi. Mereka tinggal di dalam berpura-pura ke kebun padahal ingin hutan yang belum ada penduduknya. Sang mengintip dapurnya. Ia terkejut ternyata anak bertanya kepada ibunya kenapa telah tersaji hidangan lezat di mejanya, mereka tinggal di hutan belantara ini, terus tetapi ada burung yang bertengger di saja sang anak bertanya dari waktu ke periuk nasi. Karena takut mengotori waktu dan sang ibu hanya menjawab hidangan maka sang ibu kemudian bahwa kita harus bersabar dalam menjalani memukul dan menagkap burung tersebut hidup ini dan kelak jika kau besar maka dan dimasukkan ke dalam sangkar. harus bekerja keras untuk memperoleh Sore harinya Idi pulang ia sangat hasil. terkejut melihat sang burung terkurung Begitulah kehidupan Idi bersama dalam keadaan lemah dan ekornya ada ibunya yang selalu bersabar walau yang putus. Langsung saja Idi bertengkar terkadang Idi berburu tidak mendapatkan dengan ibunya. Tiba-tiba burung berkata hasil. Suatu hari ia pergi berburu ke dalam janganlah betengkar, lepaskan saja saya hutan, di sana ia lihat ada seekor burung dan berjanjilah jangan menyakiti burung- yang warnanya sangat cantik sekali. Idi burung lagi. berusaha membidikkan panahnya lalu

61 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Nilai-nilai Pendidikan Karakter selesai menguburkan dia mengucapkan Nilai – nilai karakter dari tokoh dongeng terimakasih seraya berpesan kalau ada di atas adalah, selalu bersemangat yang tumbuh di atas kuburan ini maka menjalankan hidup/ bekerja keras, bersabar, tolong dipelihara dengan baik. menjaga pesan/ amanah, jangan berbohong, Selang beberapa tahun kemudian jangan suka menyakiti hewan dan mahluk tumbuhlah pohon di atas pusara itu Tuhan yang lainnya. dengan bermacam-macam buahnya yang aneh. Ada yang seperti keris dan ada juga 3. Burung Puyuh Mati Menelan Buah berbuah emas dan intan. Mereka Rerawe (Aminuddin Asyari, 2009:77) berebutan mengambil buahnya dan ada Sinopsis Cerita yang tertimpa buah yang tajam setelah Cerita ini mengisahkan tentang diselidiki ternyata itu orang yang tidak mau hubungan besanan antara binatang Beruk memberikan tanahnya sejengkal untuk dengan binatang Puyuh. Suatu ketika menguburkan Puyuh yang mati ketika itu. mereka mencari buah Rerawe, dan ketika mendapati pohon tersebut sang Beruk Nilai-nilai Pendidikan Karakter berkata kepada besannya agar ia naik ke Nilai-nilai karakter dari dongeng di atas atas dan besannya untuk memilih buah adalah, selalu berhubungan baik antar sesama, Rerawe yang masak untuk dikumpulkan selalu menjaga amanah, tidak boleh serakah, dan dibagi bersama. Tetapi karena Puyuh saling menolong antar sesama, selalu serakah maka mana yang masak dengan berterimakasih atas bantuan orang lain, jangan rakusnya ia makan buah Rerawe yang berbuat jahat atau pelit terhadap orang lain. sudah dikumpulkan di bawah tersebut. Karena kekenyangan maka Puyuh pun 4.Anak dalam bubu mati. Melihat besannya mati Beruk Sinopsis Cerita menangis sejadi-jadinya, tetapi ia juga Cerita rakyat ini menceritakan sebuah berpikir dimana dia harus menguburkan keluarga yang hanya terdiri dari 7 besannya. bersaudara kakak beradik yang yatim piatu Setelah berjalan ke sana kemari ia tinggal di sebuah kawasan Prabumulih. mendapati seorang yang sedang menebas Suatu pagi mereka bercerita akan keinginan hutan. Dengan memohon dia meminta agar mereka dimasa depan. Sang kakak tertua diberikan tanah sejengkal untuk memiliki sifat yang buruk. Terdapat suatu mengburkan besannya tersebut. Tetapi perbincangan cita-cita mereka dewasa orang tersebut menolak dengan alasan kelak. Kakak-kakak si bungsu tidak mau kebusukan bangkainya. Dengan berkeinginan makan dan hidup yang enak sedih kemudian Beruk terus mencari dan sementara si bungsu bercita-cita ingin betemulah dengan tukang kebun, dan ia menjadi anak raja. Kakak-kakaknya pun meminta tanah sejengkal. Lagi-lagi ternyata geram dengan keinginan adik, orang terbut menolak permintaan Beruk. oleh karena itu timbullah niat buruknya Terus tanpa putus asa ia berjalan dan pada untuk menyingkirkan sang adik bungsu. akhirnya bertemulah dia dengan orang Suatu ketika mereka melemparkan adiknya yang sedang bergotong royong dan ke sungai. Tapi ada Mak Raje yang kemudian dia meminta tanah. Orang memasang bubu di sungai. Ketika itu Mak tersebut mempersilahkan unuk mengambil Raje ingin mengangkat bubunya tetapi seberapa yang diperlukan oleh Beruk terasa berat. Alangkah herannya dia untuk menguburkan besannya. Setelah ternyata yang dia angkat adalah seorang

62 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

anak, bukan ikan. Saking terkejutnya dia pagi ada seorang Raja yang sangat gemar bawalah bubu tersebut ke rumah dan berkebun, semua hasil kebunnya melimpah memberitahukan kepada istrinya. Karena ada Mangga, Nanas, Jeruk Lepang dan senangnya sang istri kemudian Cabai, begitu juga sayur mayurnya. Tetapi mengangkatnya menjadi anak. Sehingga sang Raja terkejut ketika ia pergi ke ladang diasuhlah anak tersebut sampai dewasa. lepangnya yang ternyata telah rusak. Ia Ketika dewasa anak tadi tumbuh berpikir bahwa ini semua pastilah kerjaan tampan dan berbudi baik sehingga Kancil. Kemudian Raja membuat orangtua angkatnya ingin menikahkan perangkap untuk memberi pelajaran anak tadi dengan anaknya. Tapi karena kepada Kancil dengan cara menyerakkan sadar bahwa dia adalah anak yatim piatu buah lepang di atas sebuah lubang yang dia rendah diri. Tapi alangkah terkejutnya sudah digali dan dibuat perangkap. dia justru orangtua angkatnyalah yang Kontan saja keesokan harinya akan mengawinkan dirinya dengan anak perangkap itu berhasil sehingga Kancil mereka. Saat perkawinan tersebut pun terjatuh ke dalam lubang. Karena dilangsungkan, Mak Raje mengadakan kesal Kancil mencari akal biar ia bisa keluar perjamuan untuk makan bersama kepada dengan cara berpura-pura mengaji seakan- tamu-tamu yang diundang. Datanglah akan hari akan kiamat dengan harapan saudara dari si bungsu tadi.karena kawan-kawan binatang yang lain akan penasaran dia cari tahu siapa yang kelak datang. Tak beberapa lama kawan-kawan menjadi menantu Mak Raje, tanpa binatang yang lain karena sangat takut disangka ternyata itu adalah sang adik masuk neraka kalau tidak bisa mengaji yang dulu hendak dibunuh dengan cara seperti ucapan tipuan Kancil. Meraka dilempar ke sungai. Tapi sang adik tidak percaya dan dengan segera Kancil menaruh dendam, karenanya dia tetap membuat perjanjian siapa yang batal maka menyayangi saudara-saudaranya. harus dilempar ke luar lubang. Akhirnya meraka hidup bahagia dilandasi Keesokan harinya Kancil kentut rasa kasih sayang. yang itu berarti dia batal dan wajib dilempar keluar. Setelah di luar betapa senangnya Nilai-nilai Pendidikan Karakter dia dan dia pun mengucapkan kepada Nilai-nilai karakter dari dongeng di atas temannya kalau teman-temannya tersebut adalah tidak boleh memiliki sifat iri, selalu telah dia tipu.mendengar itu salah satu mempunyai cita-cita yang tinggi dan berusaha temannya yakni Singa yang terus mengejar menggapainya, tidak boleh punya sifat jahat Kancil. Tetapi Kancil dengan seribu apalagi melukai orang, selalu bersifat baik, akalnya terus memperdaya dan mencelakai berterimakasih terhadap jasa atau bantuan temannya dan terakhir dia mengerjai Singa orang lain, tidak boleh dendam dan selalu dengan menganggap Ular sawah yang memaafkan kesalahan orang lain, selalu sedang tidur adalah ikat pinggang Raja. menyayangi antar sesama. Karena sangat ingin mencoba ikat pinggang tersebut, akhirnya Singa 5.Kancil dan Perangkap Mah Raje mengikatkan Ular tersebut yang sedang (Maryati, S.Ag, 2009:82) tidur ke pinggangnya. Kontan saja Ular Sinopsis Cerita terbangun dan terganggu sehingga ia Cerita ini mengisahkan kehidupan lilitkan badannya ke badan ular sampai binatang yang bernama Kancil yang tulang Singa itu remuk dan mematikan sifatnya sangat serakah dan licik. Suatu Singa tersebut.

63 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Nilai-nilai Pendidikan Karakter mendapati keadaan seperti itu. Langsung Nilai-nilai karakter dari dongeng di atas saja sang kakak menangis ia teringgat adalah janganlah mengambil hak milik orang pesan kedua orangtuanya yang sebentar lain, jangan bersifat serakah dan licik, jangan lagi akan pulang, da ia takut kena marah melukai teman demi kepentingan diri sendiri, orangtuanya. Seketika itu kakaknya tidak boleh menipu, jangan mudah percaya berkata “Adek ku Remang Salit kite kan dengan ajakan atau rayuan orang lain, jangan bepisah untuk selame-lamenye, kalu pernah mudah menyerah, selalu mencari jalan adek rindu pandangi dan panggillah keluar dari setiap kesulitan. ayuk di malam bulan purname datang”. Seketika itu sang kakak berubah menjadi 6. Sang Pungguk Merindukan Bulan bulan. Sang adik lalu meminta maaf dan Sinopsis Cerita menangis tersedu-sedu. Akhirnya sang Cerita ini menceritakan sebuah adik berubah menjadi seekor Burung keluarga yang belum dikarunia anak. Oleh Pungguk yang tinggal di bumi merindukan karena besarnya keinginan memiliki anak kehadiran Sang bulan. Semua telah tersebut maka berangkatlah suami untuk menjadi bubur, tak ada yang perlu disesali. bertapa memohon diberikan anak oleh Allah. Walau dengan berat hati sang istri Nilai-nilai Pendidikan Karakter merelakan suaminya untuk pergi dengan Nilai-nilai karakter yang ada dalam harapan akan mendapatkan anak yang dongeng di atas adalah selalu berusaha tidak sangat didam-idamkannya. mudah putus asa, bersyukur atas pemberian Pergilah suami tersebut bertapa dan Allah, menjaga amanah, selalu membantu sudah seminggu belum juga mendapat orang tua, tidak boleh serakah, selalu berusaha pertanda. Tetapi suatu ketika pada malam menahan amarah, meminta maaf atas yang ke sembilan ia bermimpi bertemu kesalahan yang diperbuat. seorang kakek dan suami tersebut mengutarakan keinginannya. Setelah itu 7. Si Kura-Kura sang kakek meyuruhnya pulang untuk Sinopsis Cerita menemui istrinya yang telah gelisah Cerita ini megisahkan pertemanan menunggu. Selang beberapa minggu dua hewan Kura-Kura dengan Si Beruk. Si kemudian sang istri hamil dan kelak Kura-kura yang terkenal lamban diajak melahirkan anak kembar laki-laki berlomba lari oleh Beruk. Tentu saja Kura- perempuan dan diberi nama Remang Salit kura kalah, walau diulang sampai berapa dan Kembang Melur. kalipun. Kemudian sang Kura-Kura Suatu ketika kedua orangtua ini pergi meminta perlombaan dihentikan karena dia ke ladang dan berpesan kepada anaknya merasa akan percuma saja karena dia akan untuk membereskan rumah. Sepeninggal selalu kalah. Kemudian waktu dia mau orangtuanya sang kakak berpesan kepada pulang si Beruk minta ikut dan mengajak adiknya untuk menunggu sang kakak agar dia membantu mengambil Pisang yang kalau mau makan karena dia harus menyuci ditanam oleh Kura-kura dan sudah masak. piring ke sungai. Namun karena didera rasa Karena Kura-kura merasa Si Beruk tidak lapar yang sangat maka sang adik tidak akan membohonginya maka manakala si sanggup untuk menunggu kepulangan Beruk memanjat pohon pisangnya ia kakaknya. Tanpa disadari sang adik makan bersabar menuggu untuk diambilkan oleh sampai menghabiskan nasi dan lauk pauk. Beruk. Tetapi malang nasib Kura-Kura dia Sehingga terkejutlah sang kakak ketika hanya tertipu oleh rakusnya Beruk

64 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

memakan pisangnya di atas pohon. tinggal di kebun. Kerjanya mencuri buah Rasa kesal di hati beberapa hari Lepang manakala sang Pemilik telah kemudian si Kura-kura mencari akal untuk pulang ke rumah. Saat sedang asyik makan mengerjai si Beruk dengan cara mengajak buah Lepang kemudian tibalah dua ekor lomba diikat dalam air. Dengan menyusun burung yakni Perkutut dan Tekukur yang strategi Kura-Kura yang memegang tali si dalam hatinya juga ingin merasakan Beruk mengikatkan tali tersebut ke akar kenikmatan buah Lepang tersebut. Tanpa kayu sampai Si Beruk kesulitan bernapas menolak sang Beruk pun mau berbagi dan akhirnya mati. Tapi sayang apa yang karena merasa ada teman mencuri. dilakukan oleh Kura-Kura diketahui oleh Pada saat mereka sedang asyik alam orang yang akan mandi sehingga dia pikirannya untuk berlayar menyusuri dibawa menghadap Raja dan diberi menikmati hasil curiannya timbul dalam hukuman. pikirannya untuk berlayar menyusuri Dengan akalnya sang Kura-Kura keindahan panorama sungai Enim yang merasa seperti ketakutan apabila diberi asri. Kemudian Beruk mananyakan hukuman dikurung dalam kandang ayam, rencananya tersebut ke dua temannya. padahal dalam hatinya dia sangat Tentu saja mereka mau dan mulailah mereka kegirangan karena dia bisa makan telur dan membuat perahu yang akan digunakan badannya bertambah gemuk. Diketahui untuk berlayar dengan berbahan dasat oleh raja maka Si Kura-Kura diberi kulit buah Lepang. Mereka membuatnya hukuman yang menurutnya lebih berat dengan alat yang mereka punya seperti yakni dimasukkan ke sungai yang airnya kuku dan gigi yang runcing. deras. Dengan bersikap pura-pura takut Tak terasa perahu yang dibuat telah kemudian Kura-Kura dimasukkan ke dalam selesai dan mereka berembuk siapa yang air, tetapi alangkah senangnya dia masuk akan mengemudikan. Tetapi Sang Beruk air karena dia bisa bebas berenang dan tidak mau karena sifat buruknya seperti selamat ke pinggir sungai. Ternyata raja bos. Dengan menerima burung Tekukur salah dalam memberi hukuman kepada mengemudikan perahu untuk yang Kura-Kura. pertama dengan rencana akan bergantian dengan saudaranya yakni Nilai-nilai Pendidikan Karakter Perkutut.dengan rasa senangnya mereka Nilai-nilai karakter yang ada dalam menikmati pelayaran mereka dan ternyata dongeng di atas adalah jangan menghina mereka telah memasuki Pangkalan kekurangan mahluk lain, jangan sombong, Tunggang Terup. Disana banyak selalu bersabar, jangan serakah, selalu penduduk yang mandi-mandi dan anak menolong teman yang kesulitan, selalu anak yang bermain. Melihat ada perahu menggunakan akal untuk lepas dari kesulitan mereka menertawakan bahwa ada seekor dan jangan pernah menyerah. Beruk yang sedang duduk santai. Karena merasa kesal dibilang mirip Beruk maka dia 8. Sang Beruk dan Perahu Lepang (Mukti pun minta duduk di depan sebagai Tamiri, 2009:29) pengemudi. Sinopsis Cerita Kemudian dengan terus berlayar Cerita rakyat ini mengisahkan tentang akhirnya mereka tiba di Pangkalan Galang kelakuan Beruk yang serakah mencuri kemudian Beruk ditertawakan kembali oleh buah Lepang. Suatu hari ada sang Beruk para anak-anak yang sedang mandi dan yang ukurannya sangat besar yang biasa bermain di air. Kemudian dia pindah lagi

65 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

ke belakang agar dia tidak dicemooh lagi. “sepak batu” yang diikuti oleh para wali Karena kurang tahu dengan keadaan arus yang memiliki ilmu yang sakti. Selain itu maka mereka pun terbawa ke arus deras ada juga syarat yang diminta oleh putri dan pada akhirnya perahu terbalik. Ke dua jika ingin melamarnya yakni menyediakan ekor burung bisa langsung terbang tetapi 7 batang besi yang masing –masing besi Beruk terjatuh dan perahu rusak. berikatkan 25 besi. Akhirnya ada yang Untungnya Beruk melihat ada sebuah dapat memenuhi permintaan putri, tetapi Lugur dan berusaha meraihnya sehingga karena saudara sang putri bersifat buruk selamatlah sang Beruk dan menyesali maka ketika akan melamar sang putri segala perilaku buruknya. disuruh bersembunyi, oleh kakaknya diumumkan bahwa sang putri hilang. Guna Nilai-nilai Pendidikan Karakter menemukan sang putri kembali diadakan Nilai-nilai karakter dari dongeng di atas sayembara bagi yang menemukannya adalah jangan bersikap sombong, jangan akan menjadi suaminya. bersikap serakah, memiliki kepedulian terhadap Berita ini terdengan sampai ke Putra sesama, jangan suka mencuri, jangan suka Majapahit, maka putra tersebut bersam mengejek ciptaan Allah, jangan terlalu minder pengawalnya bersama mencari putri dan dengan fisik yang dimiliki, selalu bersyukur akhirnya ditemukan. Oleh karena mereka atas smua karunia Allah, selalu meminta maaf mencarinya dnegan menggunakan perahu/ dan menyesali perbuatan salah yang pernah rejung maka perahu tersebut tidak bisa dilakukan. berjalan, dan diperlukan pengganjal. Oleh karena putri itumengiyakan membantu 9. Putri Uraian mencarikan pengganjal yaitu dirinya. Sinopsis Cerita Konon katanya nenek moyang orang Cerita ini mengisahkan sebuah Cambai bersumpah bahwa gadis yang keluarga yang terdiri dari 7 kakak beradik cantik dan berambut panjang hidupnya dan Si Bungsu dikenal dengan nama Putri tidak akan lama, karena seringkali tertimpa Uraian. Putri ini terkanal akan bencana akan kecantikannya. Sehingga kecantikannya dan banyak para wali dan Orang Cambai tidak ada gadis cantik. raja yang ingin mempersungtingnya. Asal kenapa putri ini bernama Putri Uraian Nilai-nilai Pendidikan Karakter adalah karena rupanya yang sangat cantik Kesimpulan cerita in adalah kita tidak dan memiliki rambut yang sangat panjang boleh memiliki sifat burut atau bahkan sehingga apabila ia siap mandi dan mencelakan orang lain. Kita harus memiliki mengeringkan rambutnya memerlukan 7 sifat yang baik dan mau membantu sesama. galar / tempat jemuran untuk Sebagai mahluk ciptaan Tuhan harus pandai membetangkan rambutnya, selain itu juga merawat diri. berbuah emas. Ketika putri menjemur rambutnya maka air yang turun 10. Sang Penyemang (Lala Savitri (ed), bergemerincing memasuki sebuah lembah 2009:84) yang pada akhirnya lembah itu terkenal Sinopsis Cerita dengan sebtan Lubuk Air Rambut yang Cerita ini mengisahkan tentang terkenal angker dan siapa yang datang ke seorag laki-laki yang sangat pemala ia sana akan jatuh sakit. tinggal ddesa kecil di pinggiran Sungai Untuk mendapatkan putri dari Enim. Suatu hari ia mendapat dua Cambai ini diadakan sebuah sayembara undangan hajatan di seber ang Ulu yakni

66 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

di Dusun Tanjung jati yang terkenal penyemang ke kepala kampung dan dengan masakan opor ayam dan undangan diteruskan ke kantor polisi. satu lagi di Dusun Kepur yang sangat terkenal dengan masakan gulai kambing. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Karena senangnya mendapat dua Pesan dari cerita ini adalah kita tidak boleh undangan sekaligus maka ia kemudian menjadi orang pemalas. Kita harus berangkat menyeberangi sungai dengan bertanggung jawab dengan segala tindak perahunya. Dia bingung harus kemana tanduk kita. Jadi orang haruslah bekerja keras terlebih dahulu karena banyangan dan tidak lari dari tanggung jawab. makanan enak sudah membuat ia bingung. Jadilah ia pergi ke Dusun Tanjung Jati Penutup tetapi ditengah perjalanan bayangan Dari 10 cerita dongeng yang sudah hidangan gulai kambing menggodanya dijelaskan di atas, ternyata memiliki sehingga membuat ia harus memutar serangkaian nilai karakter di dalamnya. Nilai- kembali arah perahunya. nilai karakter tersebut terlihat dari peran-peran Setibanya di sana ternyata para tamu tokoh di dalamnya. Nilai-nilai karakter yang sudah pulang karena hajatan telah selesai. ada dalam dongeng tersebut mencerminkan Dengan sedih ia berbalik arah ke undangan nilai-nilai individual, nilai moral sosial dan juga hajatan yang satu lagi dengan harapan ia nilai religi. Pada setiap cerita dongeng di atas, tidak akan kecewa lagi. Dengan gigih ia ketiga jenis nilai ini ada di dalamnya. mendayung perahunya dengan sekuat Tujuan dongeng yang tidak hanya tenaga tetapi apa mau dikata dia pun sebagai cerita penghantar tidur, tetapi juga mendapati hajatan telah usai. sebagai sebuah metode pembelajaran karakter Dengan sedih dan dalam keadaan bagi anak usia dini. Oleh karena banyak perut lapar dan kedinginan maka ia manfaat lain dari dongeng, yakni berusaha memancing ikan dan ia 1. Sebagai media untuk berkumpul mendapatkan ikan yang banyak. Tetapi 2. Sebagai cara menciptakan ketika hendak menggoreng ikan yang semangat kebersamaan dan sudah ditangkap ternyata sudah dimakan perasaan dekat satu sama lain oleh kucing kesayangannya. Betapa 3. Mengajarkan suatu pesan kepada kesalnya ia akan nasib sialnya itu. Hutang anak tanpa terkesan memaksa sang pemeyamang sangat banyak dan karena malas mana mungkin ia mampu membayar semua hutang-hutangnya Daftar Pustaka tersebut. Oleh karena itu ia sangat ketakutan bertemu dengan orang-orang Pemerintah Kabupaten Muara Enim, 2009, maka tidak ada jalan lain ia harus pergi Kumpulan Cerita Rakyat Kabupaten sangat fajar ke hutan dan kembali ke rumah Muara Enim I, Pemerintah Kabupaten dalam keadaan matahari terbenam. Muara Enim, Kantor Perpustakaan, Arsip Tetapi masyarakat yang kesal maka dan Dokumentasi mereka intip apa saja pekerjaan sang Endraswara, Suwardi, 2008, Metodologi penyemang tersebut. Ternayata ketahuan Penelitian Folklore Konsep, Teori, dan kalau ia bersembunyi di dalam hutan. Aplikasi, Yogyakarta: FBS Universitas Karena masyarakat kesal maka bersama- Negeri Yogyakarta. sama mereka mengadukan sang

67 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Hariadi, 2012, Nilai-Nilai Pendidikan Moral Website dalam Cerita Rakyat di Kabupaten www.adjisaka.com/kbjf/indeks.php/03/ Banyuasin, dalam Suluah Media makalah-komisi-b/642-13-nilai-moral-cerita Komunikasi Kesejarahan, - rakyat), diunduh tanggal 6 April 2013 kemasyarakatan dan Kebudayaan, www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/ BPSNT Padang, Volume 12 No. 16 Juni pages/urgensi.html. diunduh tanggal 4 2012, ISSN 1412-1689 April 2013 Jamaluddin, 2008, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Karakter , dalam Paedagogy Jurnal Ilmiah Forum Ilmu- Ilmu Kependidikan, Vol VIII, No 3 September 2008, ISSN 1412-4351 Kesuma, Dharma, dkk, 2011, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lala Savitri (ed), 2009, Kumpulan Cerita Rakyat Kabupaten Muara Enim II, Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi. Lickona, Thomas, 2012, Mendidik Untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggungjawab, Jakarta : Bumi Aksara Sukatman, Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia Pengantar Teori dan Pembelajarannya,Yogyakarta, LaksBang Pressindo Sutarto, 1997, Legenda Kasada dan Karo Orang Tengger Lumajang, Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Yollanda, 2007, Cerminan Nilai dan Fungsi Dongeng dalam Buku Cerita Rakyat Minangkabau, Padang, Balai Bahasa Padang. Dalam Salingka Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra, Vol4 Nomor 1 Edisi Desember 2007 ISSN 0216-1389, Balai Bahasa Padang.

68 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

MENGATASI KRISIS: DAYA LENTUR INDUSTRI TENUN WAJO MENGHADAPI KRISIS (1930-1998)

Taufik Ahmad

Abstract

This research sees the weaving activity of Wajo people is not only seen as an economic activity but also as a cultural product. Both have been walking hand in hand along times and surpass beyond the boundaries of regime. Both also has made significant contributions and able to survive in times of crisis. This article aims to provide a better understanding on the power of Wajo weavers, their response to crisis and major changes that occurs in the span of history of crisis. Wajo weave, from colonial period to the era of reform basically fluctuates up and down along with the production. Although shaken by crisis regionally, nationally and internationally, Wajo textile sustains and shows strong resistance in finding a new balance in the middle of crisis. Keywords: Weaving Industry, Economic Crisis, Sengkang, Wajo.

Pendahuluan terburuk yang ditunjukkan oleh inflasi yang Bagi penenun Wajo, ada ungkapan luar biasa tinggi mencapai 600 persen. “kalau tidak ada benang serat pisang pun Kemudian diikuti dengan periode krisis jadi”. Ungkapan ini memperlihatkan bahwa ekonomi 1997/1998 atau disebut “krismon” kegiatan bertenun bagi orang Wajo tidak yang memberi dampak negatif pada tingginya hanya sekedar aktivitas ekonomi tetapi angka pengangguran, kemiskinan dan putus merupakan produk kebudayaan. Baik sebagai sekolah di berbagai kota besar Indonesia. aktivitas ekonomi maupun sebagai produk Apakah benar krisis ekonomi telah kebudayaan keduanya telah berjalan beriring melanda seluruh pelosok negeri di semua dengan perkembangan zaman. Eksistensi sektor, atau hanya dominasi persepsi dari industry tenun Wajo telah belangsung lama pelaku ekonomi makro? Kemudian bagaimana melampau batas-batas rezim dan telah respon ekonomi kecil yang berbasis melewati berbagai periode krisis dalam sejarah. kerakyatan dalam menghadapi krissis, Dalam bentangan sejarah krisis yang panjang, bagaimana mereka dapat keluar situasi krisis? mulai dari periode krisis ekonomi internasional Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar yang dikenal dengan masa depresi 1930-an, untuk melihat penenun Sengkang Wajo melewati tahun 1960-an ketika ekonomi sebagai sektor ekonomi berbasis kerakyatan Indonesia sampai pada titik perkembangan dalam menghadap krisis. Bagaimana penenun

69 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Sengkang Wajo mampu bertahan dari 2008: 399-400) hantaman krisis? Apa yang mereka lakukan Di tengah krisis ekononomi 1930, pihak ketika diterpa krisis dari waktu ke waktu Jepang semakin giat melakukan ekspansi ke sehingga mampu eksis sampai sekarang? pasar ke Hindia Belanda (Peter Post, 1991: Adalah serangkan pertanyaan ini akan 185). Inpor sarung dan kain panjang dari dijawab dalam artikel ini. Jepang mengalami peningkatan yang drastis dari tahun 1930 sampai 1933 sehingga Pembahasan dikhawatirkan dapat mematikan industri tekstil Depresi 1930 lokal. Keadaan ini dapat mengancam indusrti Pada tahun 1929, dunia dikacaukan tekstil lokal. Akan tetapi untuk wilayah dengan kegentingan yang berpusat pada Indoesia Timur, utamanya utamanya bursa saham Wall Street, yang dikenal sebagai Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi depresi besar (great depression) (Suyomukti, memiliki beragam industri tekstikl tradisional 2012) Dan, meskipun kejadian tersebut yang dapat membantu memenuhi kebutuhan terutama menimpa perekonomian Amerika lokal. Khusus di Sulawesi Selatan, Serikat, namun gejolak tersebut mempengaruhi pengelolaan industri tekstil dari hulu ke hilir ritme perekonomian dunia yang melambat dapat bertahan di daerah ini karena ditopang serta dikenal sebagai masa serba sulit pengalaman panjang dan jaringan (malaise). Masa-masa sulit tersebut ditandai perdagangan yang telah mengakar sejak abad dengan melonjaknya harga minyak, tingginya ke-17 di mana orang Bugis-Makassar telah harga pangan, anjloknya kondisi fiskal negara- mengekspor pakaian dan sarung (tenunan) ke negara kuat, bangkrutnya perusahan- berbagai pulai di Nusantara. perusahaan besar serta kerugian sangat besar Untuk mengurangi efek dari situasi dari pialang di pasar modal. (Prasetyantoko, ekonomi yang memburuk, pemerintah Belanda 2008: 2) melakukan usaha-usaha menciptakan padat Akibatnya dalam konteks Indonesia, karya dengan mempekerjakan para indikator kemakmuran yang tampak pada pengangguran di berbagai proyek tahun 1920-an tidak akan bertahan lama. Harga pembangunan. Di dalam lingkungan internal beberapa produk Indonesia telah mengalami birokrasi, kencangkan ‘ikat pinggang’, tren menurun dan pasar untuk ekspor gula berhemat dalam hal biaya birokrasi. Bagi para menciut karena produksi gula bit meluas di priyayi Jawa yang menjadi ‘ambtenaar’ mana-mana, terutama di Ingris dan Jepang. Belanda dianjurkan memperkecil biaya rumah Namun tidak ada yang cukup siap untuk tangga dengan mengurangi pesta, pelesiran, menghadapi apa yang akan terjadi setelah sifat konsumtif dan yang terpenting Oktober 1929. Ekonomi Indonesia sangat mengurangi jumlah pembantu yang tergantung pada ekspornya, terutama produk dipekerjakan di rumahtangga. (Erwiza Erman, minyak bumi dan pertanian. Pada tahun 1930, 2012: 118) sebanyak 52 persen dari produk ini diekspor Bagaimana halnya dengan penduduk di ke negara-negara industri Eropa dan Amerika Sulawesi Selatan pada umumnya dan para Utara. Krisis ekonomi ke dua didaratan ini penenun khususunya di Wajo pada periode berakibat diberlakukannya kebijakan proteksi malaise itu? Tidak berbeda nasibnya dengan secara menyeluruh, ditambah dengan harga- daerah lain di pulau Jawa dan Sumatera atau harga yang menurun, tiba-tiba menjerumuskan ditempat-tempat lain di Indonesia. Banyak Indonesia di dalam suatu kriris ekonomi yang penduduk di Sulawesi Selatan yang terkena tidak pernah sepenuhnya teratasi sebelum dampak negatif dari periode malaise tersebut, penaklukan Jepang pada tahun 1942. (Ricklefs, terutama mereka yang bekerja sebagai pekerja

70 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 lepas di perusahaan Belanda, di Pelabuhan- Wajo dan tenunnya kembali mendapat ‘angin pelabuhan, atau mereka yang berdagang di segar’dengan keluarnya peraturan mengenai pasar-pasar karena daya beli masyarakat pembatasan impor (Ordonansi Impor) pada menurun. (Harry J. Benda dan Ruth Mac Vey, tahun 1934. Dalam peraturan itu disebutkan 1960: 100-101). Lalu lintas pelabuhan bahwa pemerintah melarang impor pakaian memperlihatkan gejalan penurunan, karena dan benang yang berwarna. Aturan bangkrutnya perusahaan ekspor inpor. pelarangan impor ini dimaksudkan untuk Indikator kemakmuran 1920-an tidak dapat membangkitkan kembali industri tekstil/tenun bertahan semua beruba secara tiba-tiba sejak bumi putera yang sebelumnya mulai kalah tahun 1930. bersaing dengan tekstil Jepang yang Pada masa sulit ini banyak orang Wajo membanjiri pasar tekstil Hindia-Belanda dan pergi merantau ke Kalimantan, Sumatera dan dengan harga yang jauh lebih murah daripada Semenanjung Melayu. Sementara di negeri harga tekstil yang diproduksi anak negeri. Wajo sendiri aktivitas bertenun dan pemasaran (Erwiza Erman, 2012: 121). Sejak tahun 1930 produk yang telah memperoleh bentuknya sampai 1933 inpor pakaian Jepang membanjiri sejak lama dengan memanfaatkan jalur wilayah Hindia Belanda, sehingga pemerintah pelayaran dan perdagangan antara pulau juga mengeluarkan aturan untuk melarang pakaian mengalami penurunan. Sementara itu dan benang berwarna yang berasal dari Jepang kampung-kampung tenun yang tersebar di memasuki wilayah Hindia Belanda. Kebijakan pelosok desa di Wajo masih tetap larangan impor tektil Jepang memberi ruang memproduksi sarung yang berwarna-warni industri tekstil lokal berkembang. sebagai bagian dari tradisi mereka. Hasil Muncul respon positif penenun di Wajo wawancara dengan pengusaha sutera di untuk keluar atau tidak terjebak dari krisis dan Sengkang dan penenun di Tosora menjelaskan kompetisi dengan industri tekstil dari Jepang. bahwa pada tahun 1930-an penenun di Torasa Sebelumnya pemerintah Hindia Belanda telah dan kampung-kampung tenun lainnya dengan mengusahakan kemajuan pertenunan di Wajo. sistem tenun walida tetap dipertahankan Diberitakan oleh koran Surabajaasch meskipun periode tersebut merupakan periode Handelsblad tentang seorang pejabat dari yang sulit. Industri rumahan ini tetap bagian tekstil dari Departemen pertanian, mendapat minat pembeli baik dari dalam tenaga Kerja dan Perdagangan, mengadakan maupun dari luar Wajo. perjalanan dinas ke Singkang dan Pare-Pare. Rantau merupakan salah satu unsur Kira-kira dua tahun lalu bagian dari penting dalam pemasaran produk tenun orang kerajinan tekstil ini juga sudah datrang ke Wajo. Para penenun rumahan yang bersifat Celebes, yaitu Dalenoord, diikuti oleh Burliegh independen menitipkan sarung-sarung mereka ke Pare-pare sebagai pejabat teknis untuk untuk dijual di negeri rantau atau para bagian pengembangan industri tekstil. perantau sendiri membutuhkan sarung Bugis Maksud kedatangan mereka adalah untuk untuk dibawa serta sebagai kebanggaan dan memajukan industri tekstil pribumi baik dari identitas mereka di negeri rantau. Sistem segi metode kerja yang lebih baik, bahan- promosi secara kultural ini berlanjut dari bahan mentahnya dan memperkenalkan alat generasi ke generasi sehingga hasil tenunan tenun moderen kepada penduduk dan yang orang Wajo berupa sarung menjadi repsentasi disebut terakhir inilah tujuan utama dari sarung Bugis yang terkenal dan banyak kunjungan itu. (New Rotterdam Courant, 5 diminati oleh orang di Nusantara. Oktober 1929) Kondisi sulit pada periode malaise Dari hasil kunjungan tersebut hanya dilalui sementara waktu. Penduduk menghasilkan rencana pemerintah Hindia

71 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Belanda untuk mengembangkan indusri persediaan beras bagi tentara militernya pertenunan di Wajo. Pemerintah Hindia mengalami kekuarangan akibat perang Belanda memberi kesempatan kepada 25 dengan sekutu. Untuk menanggulangi perempuan untuk dilatih dalam program kekuarangan beras, maka Jepang mulai pertenunan yang lebih modern. Tujuannya membentuk serangkaian kebijakan. Kebijakan adalah untuk menciptakan penenun yang ini telah memporak-porandakan sektor mandiri dan mampu mengembangkan industri ekonomi lain, seperti industri rakyat yang tekstil di daerahnya. Pengusaha tenun di bergerak dalam bidang pertenunan mengalami Sulawesi Selatan mempekerjakan penenun kelangkaan bahan baku. Sehingga masyarakat dengan sistim upah. Distributor Bugis mengalami krisis pakaian. memasok bahan (benang) dan membayar NLG Di tengah kondisi demikian, kehadiran 1 weefloon untuk setiap sarung. Dengan penenun menjadi bagian penting dalam sistim ini penenun mendapatkan upah memenuhi kebutuhan pakaian masyarakat. mingguan dengan jumlah sedikit. Untuk Akan tetapi, pada periode pendudukan Jepang menenun perangkat baru (perangkat tekstil kondisi perekonomian yang tidak stabil weefloon) mendapat upah 60 sen setiap sehingga terjadi kelangkaan bahan baku sarung. Oleh karena itu program pemerintah tenun. Industri tenun sutera yang Hindia Belanda bertujuan memajukan mengandalkan benang sutera lokal mengalami kemandirian penenun dan bermanfaat bagi kendala kelangkaan bahan baku benang pengembangan tekstil karena industri ulat sutera mandek. Tanaman Setelah terjadi malaise, penenun di Wajo murbey sebagai bahan makanan ulat setera tidak serta merta kehilangan pekerjaan mereka. tebengkalai. Demikian pula kapas yang selama Kemandirian dalam hal pengolahan bahan ini diproduski di Selayar juga tidak dapat baku merupakan modal utama bagi penenun berhasil dengan baik karena program pertanian untuk dapat bertahan. Demikian pula sawah Jepang dan penaman jarak di Selayar ketersediaan pasar dalam negeri masih dapat lebih diutamakan. Petani yang selama ini terpenuhi karena pemerintah Belanda bergerak dalam bidang penyediaan bahan menerapkan kebijakan larangan menginpor baku kain tidak dapat bekerja secara maksimal tekstil dari Jepang sehingga industri tenun karena perekonomian diarahkan untuk dalam negeri masih dapat bertahan. Ketika kepentingan perang. Petani ulat sutera tidak terjadi kelangkaan benang sutera dan benang dapat menghasilkan kapompong yang baik sintetik, orang Wajo memanfaatkan benang karena tanaman murbey sebagai bahan kapas yang diproduksi dari Selayar dan Toraja. makanan ulat tidak dapat ditemukan. Oleh karena itu, industri tekstil dari hulu ke Sementara tanaman kapas yang hilir di tingkat lokal memberi kekuatan bagi dikembangkan di Selayar harus diganti penenun untuk bertahan di tengah badai dengan tanaman jarak dan padi, khusus di krisis. pulau Jampea Selayar sebagaimana diinstuksikan kebijakan Jepang menjadikan Krisis 1940-60-an Sulawesi Selagtan sebagai sumber bahan Pendudukan Jepang di Sulawesi Selatan makanan untuk kebutuhan perang. mempengaruhi kondisi ekonomi pribumi. Akibat kondisi tersebut bagi para Kondisi tersebut memiliki relevansi signifikan penenun di Wajo tidak dapat beraktivitas dengan implementasi kebijakan ekonomi. sebagaimana biasanya karena orientasi Jepang memprioritaskan pada ekonomi pemerintah Jepang adalah pertanian padi untuk pertanian padi. Pertanian padi menjadi amat bahan makanan kebutuhan pemerintah penting bagi pendudukan Jepang, karena Jepang sehingga tidak memperhatikan

72 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 keberlanjutan industri tekstil. Seorang juga karena kelangkaan di pasar. Para penenun pengusaha sutera dari Sengkang independen tidak dapat memproduksi kain menggambarkan bahwa karena kelangkaan untuk dijual bahkan bahan pakaian bagi bahan baku sehingga orang tuanya mereka sendiri begitu sulit untuk didapat. Pada menggunakan bekas kaus kaki tentara Jepang periode ini karung goni dan karoro adalah yang telah dibuang diurai kembali kemudian jenis pakaian masyarakat lapisan bawah. ditenun untuk dijadikan pakaian. Demikian Ketika penenun tidak dapat berktivitas maka pula sebagian penenun menggunakan serat para pedatang sarung pun kehilangan pohon pisang untuk ditenun. Pada periode pekerjaan mereka. Pada periode ini oleh ini hampir tidak dapat ditemukan produk beberapa penenun menyebutkan titik paling sarung sutera sebagaimana ditemukan pada distrorisif dari pertenunan di Wajo. periode sebelumnya. Akan tetapi aktivitas Ketika tahun-tahun terakhir masa bertenun masih dapat berjalan melambat pendudukan Jepang, penduduk Sulawesi dengan penggunakan sumber daya alam yang Selatan termasuk di Wajo mencoba mengatasi tersedia. (M. Ridwan, wawancara, 29 Oktober, krisis bahan mentah untuk tenunnya dengan 2012) menanam kapas di halaman rumah-rumah Pemerintah Jepang kemudian menyadari penduduk. Ini bukanlah fenomena baru. Sebab pentingnya pakaian yang semakin langkah para penenun di Sulawersi Selatan, telah sehingga Jepang mencona menerapkan mampu memproses benang dari kapas yang tanaman kapas kembali. Hal ini dihubungkan ditanam penduduk, terutama di daerah sekitar dengan berkurangnya pasokan pakaian dan Selayar dan Toraja. Pengetahuan tersebut menjadi sangat langka. Dalam hasil penelitian kemudian diadopsi oleh orang Wajo untuk Najira Amsi (2008) bahwa kapas adalah salah digunakan kembali ketika mereka menghadapi satu barang yang paling langka selama kesulitan terutama pada masa krisis politik dan pendudukan Jepang. olehnya itu, segera krisis bahan mentah. Penduduk Wajo setelah Jepang menguasai Sulawesi Selatan, memanfaatkan potensi alam sekitarnya untuk mereka menyadari dan mengambil langkah- dijadikan bahan pewarna. Misalnya, tanaman langkah untuk mengatasinya. Dengan indigo, kopi, danu mangga, tanah, kesumba, perkiraan bahwa cadangan yang ada hanya kunyit, dan buah manggis diproses untuk untuk mencukupi konsumen untuk waktu menjadi zat pewarna kain. Mereka tidak saja yang relative singkat. Apalagi situasi perang, mengandalkan kapas yang ditanam oleh menjadi indikasi mandeknya pasokan bahan penduduk di sekitar Selayar dan Toraja, tetapi sandang tersebut untuk didatangkan dari menanam sendiri kapas di halaman rumah Jepang. Olehnya itu Jepang mengembangkan mereka masing-masing. Cara demikian telah produksi kapas lokal yang berskala besar banyak membantu penenun dan membuktikan namun tidak dapat berkembang dengan baik daya tahan dan elastisitas industri tenun dalam karena kebutuhan beras jauh lebih badai krisis politik dan krisis ekonomi. diprioritaskan. Kondisi yang sama juga ditemukan pada Periode Perang Dunia ke II dan masa masa revolusi, khususnya ketika kondisi pendudukan militer Jepang memang berakibat ekonomi semakin tidak menentu. Hubungan fatal bagi petenun di Wajo. Kelangkaan bahan Sulawesi dan Jawa yang terputus, dan telah baku adalah penyebab utama sehingga nyaris berdampak pula pada semakin susah barang- tidak dapat melanjutkan aktivitas bertenun. barang kebutuhan pokok yang sebelum Peternakan ulat lokal terhenti, sementara perang diimpor dari Jawa. Kondisi ini semakin benang inpor tidak dapat terbeli oleh penenun, susah ketika Belanda kembali menguasai bukan hanya karena harga yang melambung Sulawesi dan seterusnya pada tahun 1949 dan

73 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 menjadikan Sulawesi sebagai negara boneka dapat berocock tanam dengan baik harus (NIT). Belanda menguasai wilayah Republik mengungi ke tempat yang aman. Demikian mengalami kesulitan untuk mendapatkan halnya dengan penenun harus meninggalkan bahan-bahan sandang pangan. Harga kampung halaman dalam waktu yang tidak kebutuhan pokok naik berlipat ganda, karena tentu karena menghindari dampak negatif dari menjadi langka. Karena itu, di berbagai daerah, konfllik antara TNI dengan pihak DI/TII dan Belanda mencoba untuk memenuhi kebutuhan Permesta. Para penduduk dari pedalaman sendiri dengan menggalakkan potensi mengungsi ke Makassar dalam jumlah yang ekonomi di daerah-daerah yang dikuasainya. besar (Dias Pradadimara, 2004). Dari para Sementara itu dalam bidang industri tekstil pengunsi tersebut sebagian dari mereka adalah tidak dapat beroperasi dengan baik karena penenun dari pendalaman. Dan mereka maraknya demontrasi dan pemogokan buruh meninggalkan alat tenun untuk beberapa sehingga produksi semakin menurun. waktu menunggu situasi kemanan kembali Setelah Indonesia kembali ke bentuk normal. Sebagian juga menetap di Makassar negara kesatuan pada tahun 1950, hubungan dan menjadi pedagang kain ketika situasi ekonomi dengan Jawa kembali terjalin. Pada kembali normal. Pasar-pasar tradisional periode ini penenun Wajo mulai mengadopsi seperti; pasar butung, terong, adalah menjadi teknologi alat tenun bukan mesin (ATBM) dari tempat orang-orang Wajo menjual bahan Jawa. Industri tekstil Wajo kembali pakaian. memperlihatkan gairahnya. Teknologi baru Masa ini merantau kembali adalah upaya menjawab kebutuhan kain di memperlihatkan tingkat intensitas yang tinggi. wilayah Indonesia Timur, terutama, Sulawesi Di daerah rantau, orang-orang Wajo Tenggara, Tengah dan Kalimantan yang memperkenalkan teknik bertenun, seperti di merupakan pasar bagi penenun Wajo sejak Donggala dan Samarinda. Ditemukan teknik periode kolonial. tenun di daerah ini menggunakan teknik orang Setelah ATBM mulai diterapkan di Wajo Wajo dengan istilah dan tradisi bertenun yang dan gairah pertenunan menemukan mirip dengan Wajo. Dalam tradisi lisan orang momentum justru tidak bertahan lama karena Donggala menyebutkan bahwa kedatangan situasi keamanan regional di Sulawesi Selatan orang Wajo yang membawa teknologi terguncang oleh gerakan DI/TII dan Permesta pertenunan. sehingga sektor pemasaran mengalami Periode 1960-an perekonomian di kendala. Sektor ekonomi dikuasai oleh militer Sulawesi Selatan merosot karena karena diberlakukan situasi darurat militer penyulundupan secara besar-besaran. (SOB) sementara di dareah pedalaman gerakan Bagaimana halnya dengan tenun di Wajo? DI/TII Kahar Muzakkar memonoli Pada masa krisis tersebut, tenun Wajo yang perdagangan. Memang kebutuhan akan memproduksi sarung diuntungkan dengan pakaian dirasa mendesak, tetapi situasi merosotnya produksi sarung di pulau Jawa, keamanan yang mengakibatkan pemasaran akibat banyaknya pemogokan karena semakin produk tenun Wajo tersendat. kuatnya serikat sekerja di bawah pengaruh Pemasaran produk tenun mengalami Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1960- hambatan ketika pecah gerakan DI/TII pada an hampir setiap rumah tangga di Tosora, tahun 1952 dan Permestas pada tahun 1957, Sengkang dan Sabbangparu memiliki alat sehingga produksi terpaksa melambat bahkan pertenunan wallida (Gedongan) dan bola- sebagian besar berhenti selama dua tahun. bola (ATBM). Bahkan pada tahun 1965 Ketika pecah pemberontakan, aktivitas teknologi pertenunan sutera mengalami ekonomi rakyat nyaris lumpuh, petani tidak peningkatan signifikan. Berawal ketika

74 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 seorang tokoh perempuan yang juga seorang pengusaha sutera kehilangan bahan baku di bangsawan “Ranreng Tua” Wajo yaitu Datu pasaran. Sebagian besar petani murbey mulai Hj. Muddariyah Petta Balla’sari memprakarsai beralih ke tanaman bernilai ekspor sehingga dan memperkenalkan alat tenun baru dari bahan baku sutera pun semakin menjadi Thailand yang mampu memproduksi sutera langkah. Sementara untuk mengimpor bahan asli (semacam Thai Silk) dalam skala besar. Ia baku luar, para penenun harus mengeluarkan juga mendatangkan seorang ahli pertenunan biaya lebih besar sehingga produksi semakin dari Thailand untuk mengajarkan penggunaan menurun. (M. Ridwan, wawancara, 29 alat tenun tersebut kepada masyarakat Oktober, 2012) Kemaudian memasuki tahun setempat sekaligus menularkan berbagai ilmu 1997 ketika terjadi krisis ekonomi yang pertenunan sehingga mampu menghasilkan menghantam Asia Tenggara merupakan produksi sutera yang berkualitas tinggi. puncak krisis yang dihadapi para penenun di Berawal dari prakarsa inilah sehingga memacu Wajo. ketekunan dan membuka wawasan kreativitas Pada tahun 1997 industri tenun Wajo masyarakat dan pengrajin yang lain untuk nyaris lumpuh total karena kehilangan bahan mengembangkan kegiatan persuteraan di baku. Pada masa lalu ketika terjadi kelangkaan Kabupaten Wajo. Penenun Wajo menemukan bahan baku di pasaran, para penenun masih momentum kebangkita baru dengan bisa berhara dari benang lokal yang diproduksi memproduksi kembali kain sutera berkualtas petani di Wajo dan sekitarnya. Akan tetapi tinggi. setelah krisis ekonomi 1997 kelangkaan bahan Jika kita melihat dan membandingkan baku tidak dapat diatasi. Kebijakan pemerintah dengan sektor ekonomi berskala besar pada yang mementikan impor bahan baku benang tahun 1960-an ini, maka di bawah kondisi pada tahun 1980-an menjadikan sektor ekonomi Indonesia yang terus menerus pertenunan kehilangan bahan baku pada saat memburuk, tenun Wajo semakin mencari krisis. Benang impor tak terbeli oleh penenun celah-celah yang menguntungkan. Celah baru karena hargang melambung tinggi. diperoleh dengan memanfaatkan program Problem yang dihadapi para perajin, Berdikari pemerintah Orde Lama untuk terutama kurangnya pasokan bahan baku pembangunan industri kecil dengan tujuan yang berkualitas dan sulitnya pemasaran menggantikan posisi barang-barang impor. produk tenun. Dua hal itulah yang paling Dengan program ini, pemerintah membuat para perajin tidak dapat mengharapkan Indonesia dapat berdiri sendiri meningkatkan produksinya. Kondisi yang menikmati produksi negaranya sendiri. Inilah sama dialami perajin tenun asal Wajo. Industri suatu kebijakan ekonomi pemerintah Orde tenun Wajo yang tersebar di beberapa tempat, Lama yang mirip dengan gerakan Swadesi seperti kecamatan Sabbangparu, Kecamatan Mahatma Gandhi di India. Kendatipun Tempe, Kecamatan Majauleng, Pammana dan demikian, tidak ditemukan data secara detil lain sebagainya ibarat mobil yang berjalan tentang bantuan pemerintah kepada penenun terseok-seok karena kekurangan bahan bakar. di Wajo. Seorang pengusaha tenun mengutarakan bahwa selama ini industri tenun Wajo yang Krisis 1990-an telah menjadi bagian adat sekaligus menjadi Industri tenun Wajo sebenarnya telah mata pencarian masyarakat menghadapi mengalami krisis sejak tahun 1980-an karena berbagai persoalan dan kendala utama adalah kelangkaan bahan baku. Sementara persoalan bahan baku. pemerintaha lebih memprioritaskan industri Para penenun akhirnya memilih tekstil yang berkala besar. Para penenun dan menggunakan benang sintetis yang dikenal

75 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 dengan istilah benang impor. Padahal, bulan. Tetapi, usaha itu terus merosot dan kini harganya jauh lebih mahal ketimbang benang maksimal hanya 100 lembar per bulan. Artinya, lokal. Sebagai gambaran, satu kilogram benang hanya warga yang memiliki modal besar yang lokal hanya Rp 250.000, sedangkan benang mampu bertahan. Perajin bermodal kecil sudah sintetis impor kini mencapai Rp 400.000 per gulung tikar. Kondisi seperti inilah yang kg. M. Ridwan pemilik usaha tenun sutra di mengakibatkan industri rakyat, termasuk kain Sempange, Sengkang, menyatakan bahwa tenun, sulit berkembang. Padahal, jika industri persoalan bahan baku menjadi problem yang rakyat tenun dikelola secara profesional, belum terpecahkan sampai hari ini. Akibat bukan tidak mungkin industri tenun dapat pasokan bahan baku lokal yang terbatas, menjadi penggerak ekonomi masyarakat. ditambah kualitasnya yang tidak bagus, para Menghadapi hantaman krisis ekonomi, perajin terpaksa bergantung pada bahan baku beberapa pengusaha tenun terpaksa impor, terutama dari China. Selain benang, para menghentikan kegiatan pertenunan dalam perajin juga terpaksa menggunakan pewarna jangka waktu yang tidak ditentukan. Beberapa impor. Selembar sarung setidaknya penenun di sekitar danau Tempe Sengkang membutuhkan seperempat kilogram benang memilih merantau untuk mencarai pekerjaan dengan masa pengerjaan sepekan hingga 10 lain. Sebagian dari mereka beralih ke hari. Sementara peternakan ulat sutera di perkebunan cacao. Rantau menjadi salah satu Kabupaten Wajo hanya mampu menyediakan alternatif dari krisis ekonomi tahun 1997 10 persen dari total kebutuhan bahan baku. kendatipun sebagian besar dari mereka pada Oleh karena itu para penenun Wajo sangat akhirnya kembali bertenun. bergantung pada ketersediaan bahan baku dari Pengalaman berbeda yang dialami oleh Enrekang, Toraja dan Soppeng sebagai Kurnia ketika terjadi krisis ekonomi. Sebagai penghasil benang sutera di Sulawesi Selatan. pengusaha sutera yang diwariskan keluarga Kendatipun demikian, wilayah-wilayah ini secara turun temurun, Kurnia merespon krisis tidak sepenuhnya mampu menyediakan bahan ekonomi dengan mencoba melakukan baku sehingga bahan baku dari Jawa dan luar penghematan dan bertahan atas krisis negeri, terutama Cina dan India mutlak sangat ekonomi. Mempelajari dengan seksama aspek- diperlukan. aspek yang dikembangkan setelah krisis Produk tenun gedokan biasanya tidak sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dari memiliki jalur pemasaran yang jelas. Mereka segi produksi dan pemasaran terjadi umumnya hanya menitipkan hasil tenunan penurunan drastis tetapi menurut Kurnia kepada pedagang kain yang ada di pasar. bahwa sutera memiliki potensi yang besar Bahkan, tidak jarang para perajin bekerja pada untuk dikembangkan. Keyakinan bahwa pemilik modal dengan upah yang rendah. Satu setelah krisis akan terdapat periode pemulihan lembar sarung biasanya kami jual Rp 30.000 yang dapat menguntungkan. sampai Rp 40.000 ke pedagang kain di pasar. Untuk menemukan celah dari krisis Namun, biasanya oleh para pedagang dijual ekonomi, Kurnia kemudian mendatangkan lebih dari Rp 100.000 per lembar, tergantung pekerja dari Jawa untuk menciptakan tenun motif dan coraknya. Dalam satu bulan, para batik. Konteks ini memperlihatkan terjadi perajin tenun gedokan rata-rata hanya bisa diversifikasi produk dari sarung sutera menjadi menghasilkan tiga sarung. kain sutera batik, sutera untuk bahan pakaian, Hasil wawancara dengan seorang tas, dan lain sebagainya. Demikian pula pengusaha tenun bahwa pada pertengahan beragam variasi motif yang bermunculan dekade 1980-1990, dari kolong rumahnya dia untuk mencoba menarik selera pasar yang mampu memproduksi 300 lembar kain per lesu. Melihat perkembangan tersebut, Kurnia

76 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 mengembangkan usahanya dan membuka menjembatani berbagai kepentingan, cabang di Jawa sehingga tidak lagi mengatur etika pasar sutera dan meningkatkan mendatangkan pekerja batik dari Jawa. Hal ini segala aspek yang berkaitan dengan dapat memotong jalur distribusi sehingga persuteraan. Salah satu sasaran dari asosiasi dapat menekan kost distribusi. persuteraan adalah mengembangkan usaha Nampaknya penenun Sengkang telah persuteraan dari hulu ke hilir. Industri hulu menemukan formulasi tersendiri untuk meliputi kegiatan mulai dari produksi telur mengatasi krisis ekonomi. Penciptaan motif- untuk sutera sampai kokon pintal dan kokon motif baru dengan produk yang beragam akhir (kokon dobel). Para pelaku industri hulu disesuiakan dengan perkembangan pasar. ini adalah para petani sutera, perusahaan Pengeloaan organisasi usaha sutera ke arah swasta, pemerintahan melalui Perhutani. yang lebih profesional dan menetapkan Kemudian industri hilir meliputi kegiatan standar-standar kerja yang profesional. pertenunan, industri kerajinan hasil jadi Produk utama yang dihasilkan tenun kain dengan bahan sutera lain dan benang bedah polos dan tenun kain ikat kemudian diproses dan industri pengelolah waste. lebih lanjut ke bebagai motif (finishing silk Secara bertahap namun pasti, industri fabrics) seperti produk garmen, fashion pertenunan Wajo mulai bangki lagi. Kegiatan sutera, dan berbagai macam aksesoris. pengembangan persuteraan di Kabupaten Kemudian kain tenun putih polos diproses Wajo dapat ditemui disemua Kecamatan yang kembali menjadi sutera batik atau dengan ada namun khusus dalam pengembangan kerajinan lainnya untuk kebutuhan upacara persuteraan alam dan produksi benang sutera pernikahan berupa bajo bodo atau pakaian terkonsentrasi di Kecamatan Sabbangparu seragam pernikahan. Upaya membuat ragam dan daerah pengembangannya tersebar di produk ini dimaksudkan untuk menarik minat Kecamatan Pammana, Kecamatan Tempe, pembeli yang lebih variatif. Kecamatan Bola, Kecamatan Gilireng, dan Persoalan yang kemudian mengemuka Kecamatan Majauleng. Sedangkang sentra ketika para penenun telah melewati krisis tahap industri penenunan sutera terdapat di demi tahap terdapat perpecahan internal di Kecamatan Tanasitolo dan daerah antara pengusaha tenun sutera itu sendiri. pengembangannya tersebar di Kecamatan Persaingan yang tidak sehat di antara Tempe, Kecamatan Majauleng, dan pengusaha sutera mengakibatkan terjadinya Kecamatan Pammana. ketidastabilan harga sehingga memicu hubungan-hubungan yang kurang harmonis Simpulan di antara pengusaha sutera. Demikian pula Dari penjelasan di atas dapat upaya monopoli pasar bahan baku dan produk disimpulkan bahwa dalam menghadapi badai tenun dari pengusaha yang lebih besar krisis sejak Depresi ekonomi dunia 1930an, mengakibatkan beberapa pengusaha kecil nampaknya tenun Wajo mampu bertahan. harus jatuh bangun mempertahankan usaha Ketahanan itu disebabkan karena usaha tenun pertenunannya. Para spekulan harga lebih sebagai usaha ekonomi dan kultural pada memainkan peran membuat harga produk waktu bersamaan. Bahkan pada masa-masa ini tenun tidak stabil. Kondisi ini diperparah tenun mengalami lonjakan permintaan karena ketika pemerintah daerah tidak melakukan adanya pembatasan impor tekstil yang kontrol terhadap harga sutera. dikeluarkan pemerintah. Ketahanan penenun Untuk mengatasi persoalan tersebut, Wajo juga disebabkan karena strategi mereka maka dibentuklah asosiasi sutera di Sulawesi menciptakan bahan baku yang bersumber dari Selatan. Asosiasi ini diharapkan dapat lingkungan mereka. Periode 1940-an adalah

77 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

periode paling sulit bagi penenun Wajo, Kurnia Syam, wawancara tanggal 28 terutama setelah pendudukan Jepang. Oktober, 26 November 2012 di Pemerintah Jepang lebih menggalakkan Sengkang pertanian yang bahan pangan dan Barlian, wawancara 27 Oktober 2012 di kepentingan industri perang sehingga petani Tosora Kabupaten Wajo sutera tidak berjalan dan terjadi kelangkaan Buku dan Artikel bahan baku. Amsi Najirah, 2008 “Kebijakan Ekonomi Periode 1960an dan 1970an adalah Pertanian Padi Periode periode memburuknya ekonomi Indonesia Pendudukan Jepang Di Sulawesi dengan tingkat inflasi mencapai 600 persen, Selatan (1924-1945” tesis Program tetapi sekali lagi, tenun Wajo justru Studi Antroplogi Pascasarjana menampakkan kekuatannya. Bahkan pada Unhas tahun 1950-an ATBM masuk di Wajo dan pada Asba, Rasyd. (peny). 2006. Katalog Sejarah tahun 1965 teknologi tenun sutera Thailand Lisan Jepang di Sulawesi Selatan. Pusat masuk diperkenalkan di Wajo. Meskipun Kajan Multikultural dan Pengembangan mengalami fluktuasi yang silih berganti baik Regional, Divisi Ilmu-Ilmu Sosial dan tenun sarung dan tenun polos sutera, kedua Humaniora, Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin. tenun ini telah membantu perekonomian masyarakat Wajo pada masa-masa sulit. Benda, Harry J. and Ruth Mac Vey. 1960. The Communist Uprisings of 1926- Kerjasama dengan para perantau Wajo baik 1927 in Indonesia: key documents. di beberapa kota Indonesia hampir selalu Modern Indonesia Project, Southeast berfungsi mengeluarkan para penenun Wajo Asia Program, Department of Asian waktu krisis. Perantau ini sangat berperan Studies, Cornell University. dalam memasarkan produksi tenun Wajo. Dari Erman, Erwiza, dkk, 2012. Tenun Silungkang seluruh krisis ekonomi 1930an, 1960an dan Dalam Badai Krisis, Jakarta, Verbum 1990an, yang paling berbahaya adalah krisis Post, Peter, 1991 Japanese Bedrijvigheid in yang diciptakan oleh pengusaha tenun Wajo Indonesie. 1986–1942: Struturele sendiri yang menjadi spekulan harga sehingga Elementen Van Japan’s voor Oorlogse produk tenun Wajo tidak stabil. Keadaan ini Economische Expansie in Zuidoost dapat mematikan industri berkala kecil. Azie, Amsterdam: Centrale Iluis Drukkerij Vrije Universiteit, Daftar Pustaka Pradadimara, Dias, 2004, Penduduk Kota, Arsip Warga Kota, dan Sejarah Kota: Kisah Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Makassar, Draf Pertama., Juli. The 1st PropinsiSulawesi Selatan Pusat Kajian International Conference on Urban Multikultural dan Pengembangan History, Surabaya, August, 23rd-25th. Regional Universitas Hasanuddin dan Prasetantiko, 2008, Bencana Finansial: Tokyo University of Foreign Studies Stabilitas Sebagai Barang Publik, (STUFS). Lembaran Deskripsi dan Jakarta: Kompas Kaset Sejarah Lisan Jepang Sulawesi Selatan. Ricklefs, M.C. 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: Serambi, New Rotterdam Courant, tanggal 5 Oktober 2008 1929 Wawancara dan Diskusi M. Ridwan, Wawancara tanggal 29 Oktober 2012 di Sengkang

78 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

PERJUANGAN RAKYAT BENGKULU PADA MASA JEPANG DAN KEMERDEKAAN, 1942-1949*

Jumhari**

Abstract

The history and growth of nationalism has evolved within Bengkulu people with the passage and the development of patriotism and heroism. The endurance and resistance shown by Bengkulu people takes root far from colonial period until Japanese occupation. Mentality against colonial oppression and fight for justice has been the true and primal character and identity of Bengkulu people. Keywords: Nationalism, Bengkulu, colonialism, history

Pendahuluan dikumandangkan oleh generasi pendahulu Momentum 100 tahun kebangkitan kita –BO (Boedi Oetmo)- pada awal abad ke- nasional yang kita peringati pada tanggal 20 20.1 Mei 2008 kemarin, setidaknya menjadi waktu Organisasi BO tidak hanya dipandang yang tepat bagi kita semua untuk merenungkan sekedar dari monumen dari arus sejarah tentang sejauh mana proses sejarah perjalanan kebangkitan nasional, akan tetapi organisasi kita sebagai sebuah bangsa yang bermartabat ini telah melahirkan konsepsi baru dari model menemukan muara yang tepat, yakni perlawanan terhadap kolonial Belanda yang terwujudnya masyarakat yang adil dan berbeda dari corak sebelumya. Bahkan pada sejahtera sebagaimana amanat pembukaan gilirannya organisasi ini mampu memberikan UUD 1945. Kiranya momentum kebangkitan stimulan bagi munculnya kesadaran baru bagi nasional akan berlalu tanpa makna, jika organisasi pergerakan lainnya, seperti Sarikat sekiranya kita tidak mampu belajar dari spirit Islam (1912) yang berkembang belakangan. kebangkitan nasional yang pernah Sarekat Islam yang berbasis nilai keagamaan

* Makalah disampaikan dalam Lawatan Sejarah Daerah BPSNT Padang di Bengkulu dengan tema “ Menelusuri Jejak-Jejak Sejarah di Provinsi Bengkulu dalam Rangka Memaknai Nilai-Nilai Perjuangan Bangsa“, diselenggarakan oleh BPSNT Padang tanggal 21-23 Mei 2008. ** Staf fungsional Balai Pelestarian Nilai Budaya |(BPNB) Padang. 1 Uraian menarik tentang BO, bisa dibaca dari karya Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918, Jakarta: Grafitipers, 1989.

79 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

(Islam) ternyata mampu menggoyahkan nasionalisme rakyat Bengkulu dengan sendi-sendi kemapanan konstruksi sosial menelusuri jejak-jejak perjuangan Perjuangan negara kolonial yang berlandaskan pada azas Rakyat Bengkulu pada Masa Jepang dan “rust en orde” (kemananan dan ketertiban) Kemerdekaan, 1942-1949, sebagaimana tema sebagaimana ditunjukkan oleh Takashi lawatan ini. Shiraisi.2 Dalam konteks lokal (Bengkulu), spirit Perjuangan Rakyat Bengkulu pada Masa kebangkitan nasional yang berakar dari Jepang dan Kemerdekaan, 1942-1949: semangat heroisme masyarakat Bengkulu pada Cermin Semangat Perlawanan”Empang Ka masa lampau bisa dijadikan kekuatan bagi Hulu” masyarakat Bengkulu untuk bangkit dari Akar nasionalisme masyarakat Bengkulu keterpurukan dan kesenjangan sosial ekonomi telah muncul, jauh sebelum lahirnya bangsa sebagaimana dialami oleh saudara mereka di Indonesia. Pengertian nasionalisme disini daerah lain, sebagaimana terlihat dalam dipahami sebagai perasaan dan ikatan sejarah perjalanan perlawanan rakyat bersama untuk mempertahankan Bengkulu terhadap kaum imperialisme, baik eksistensinya sesuai dengan konteks Belanda maupun Jepang. Bahkan fase zamannya. Berdasarkan etimologinya kata “ pendudukan Jepang yang dipandang oleh Bengkulu “ bermakna “empang ke hulu” sebagaian pihak sebagai periode yang lebih (hambat ke hulu), dari tradisi lisan istilah ini buruk dalam konteks perlakukan manusia atas dihubungkan kisah ekspansi kerajaan Aceh nama politik imperialisme dibandingkan pada masa pemerintahan Raja Iskandar Muda penjajahan Belanda. Sikap pantang menyerah ke wilayah Bengkulu. Dikisahkan armada Aceh yang diperlihatkan oleh rakyat Bengkulu tidak menyerang melalui laut dan berusaha hanya teruji pada fase ini, bahkan ketika memasuki Sungai Serut, penyerangan ini kemerdekaan dalam genggaman kita dilakukan karena raja Aceh tidak berhasil menghadapi ujian dari nafsu kolonialisme mendapatkan Puteri Gading Cempaka anak Belanda yang ingin berkuasa kembali di Ratu Agung (Raja Sungai Serut). Untuk Indonesia, lag-lagi rakyat Bengkulu mampu menghambat gerak maju pasukan Aceh, Raja melewati rintangan tersebut untuk tetap setia Sungai Serut menggunakan strategi menegakan panji-panji merah putih di bumi menghayutkan kayu-kayu (rebo) ke Sungai Bengkulu. Serut. Dengan banyaknya kayu yang Bercermin dari realitas historis diatas, dihanyutkan ke sungai maka laju pasukan rakyat Bengkulu telah memperlihatkan sikap Aceh terhambat. Dari sinilah muncul istilah nasionalisme dan daya juang yang tinggi “empang ke hulu” yang akhirnya melahirkan untuk melewati tahun-tahun yang penuh nama Bengkulu.3 pengorbanan dan pertaruhan harga diri Meskipun kisah diatas berbau mitos, sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. kiranya cerita ini bisa menjadi simbol dari Dan sejatinya sikap inilah yang harus kita karateristik masyarakat Bengkulu yang miliki saat ini untuk menjawab tantangan pantang menyerah. Bukankah mitos sebagai zaman yang semakin pelik dan menuntut bagian dari esensial dari kehidupan sosial persaingan dengan bangsa lain. Makalah penting untuk dilestarikan. Dengan kata lain ringkas ini mencoba mendeskripsikan spirit mitos integratif meminjam istilah Taufik

2 Takashi Shiraisi, Zaman Bergerak, Radikalisasi Rakyat di Jawa 1912-1926, Jakarta: Grafitipres, 1997. 3 Cecep Eka Permana, “Dari “Empang Ka Hulu” Ke Bengkulu“ dalam Arung Samudera, Persembahan Memperingati Sembilan Windu A.B. Lapian, (Edi Sedyawati & Susanto Zuhdi, ed), Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lemlit UI, 2001, hal. 55-63.

80 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Abdullah tetap relevan untuk meneguhkan diatur oleh pemerintahan pendudukan Jepang ikatan kolektifitas dan memori sejarah tentang yang berkedudukan di Bukit Tinggi. Setelah komunitasnya sebagai upaya pemantapan Palembang berhasil dikuasai oleh Jepang pada nilai-nilai yang bersifat inspiratif.4 tanggal 14 Februari 1942, gerak maju pasukan Nasionalisme masyarakat Bengkulu Dai Nippon akhirnya berhasil menduduki terus berproses seiring dengan gerak sejarah Jambi (26 Februari 1942). Dan pada tanggal 24 dan roda perputaran zaman dan senantiasa Februari 1942 jam 14.00 WIB masuklah bala berinteraksi dengan struktur sosial tentara Jepang ke Bengkulu.7 masyarakatnya. Ketika kolonial Inggris (EIC) Periode singkat pendudukan Jepang bercokol di bumi Raflesia ini, kesewenang- meninggalkan penderitaan dan kesengsaraan wenangan para penguasa EIC mendapat yang mendalam bagi rakyat Bengkulu, hal ini perlawanan dari masyarakat Bengkulu seperti ditambah perilaku pemerintahan pendudukan terjadinya peristiwa Mount Felix 1807, dimana Jepang yang lebih ketat dalam pengawasan dalam peristiwa ini, rakyat Bengkulu yang terhadap berbagai aktifitas kemasyarakatan marah kepada penguasa EIC melakukan pada masa ini. Dimana-mana rakyat terpaksa pembunuhan terhadap Thomas Parr, seorang makan jagung dan memakai baju yang berasal Residen Inggris yang bertindak kejam kepada dari kulit kayu. Terlepas dari semua rakyat Bengkulu pada masa penderitaan ini, jaman pendudukan Jepang pemerintahannya.5 Pergantian kekuasaan dari setidaknya memberikan pendidikan dan kolonial Inggris kepada Belanda tidaklah pelatihan militer kepada para pemuda seperti berarti melunturkan sifat pantang menyerah Heiho, Gyugun maupun PETA dan dari sinilah rakyat Bengkulu terhadap kaum imperialis. kemudian cikal bakal TNI terlahir. 8 Pada masa pemerintahan Belanda di Kekuatan militer Jepang yang Bengkulu, perlawanan terhadap penguasa sebelumnya begitu menakutkan akhirnya surut yang bertindak tiran silih berganti sepanjang pula, kekalahan tentara Jepang terhadap kekuasaan Belanda, tercatat beberapa tentara Sekutu dalam perang Asia Timur Raya perlawanan sengit rakyat Bengkulu terhadap semakin tampak, ketika bulan Maret 1945 Belanda seperti perlawanan terhadap Asisten Iwojima berhasil diduduki Amerika Serikat. Residen Knoerle (1831-1833), perlawanan Puncaknya ketika Jepang harus menyerah Rakyat Kandang dan pembunuhan Kapten tanpa syarat kepada Sekutu, setelah Hirosima Delau serta perlawanan Rakyat Bintunan dan Nagasaki di bom oleh sekutu pada tanggal serta terbunuhnya Asisten Residen H. van 6 dan 9 Agusstus 1945. Berita kekalahan Amstel.6 Jepang diketahui oleh rakyat Bengkulu, hal Karateristik pantang menyerah rakyat ini semakin terlihat dengan beberapa gejala Bengkulu terus berlanjut, ketika pemerintahan lain yang membuktikan kekalahan Jepang, fasis Jepang yang berkuasa singkat di yakni sejak tanggal 15 Agustus 1945 kapal- Indonesia (1942-1945). Pada masa ini wilayah kapal Jepang yang biasanya berada diperairan Bengkulu termasuk daerah Sumatera lainnya Bengkulu mulai menghilang. Kemudian pada

4 Taufik Abdullah, Nasionalisme & Sejarah, Bandung: Satya Historika, 2001, hal. 24-25. 5 Agus Setiyanto, Elite Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke-19, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal.126- 140. Lihat juga Abdullah Sidik, Sejarah Bengkulu 1500-1900, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, hal. Hal.69-71. 6 Achmaddin Dalip dkk, Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu, Jakarta:IDSN, 1983/1984, hal. 47-65 7 Ibid., hal. 83. 8 Iim Imadudin dkk, Masa Revolusi di Bengkulu 1945-1950 (Inventarisasi Sumber Sejarah Lisan), Padang: BKSNT, PPST, 2003, hal. 10-11.

81 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 tanggal 16 Agustus 1945, kesatuan Heiho dan Indra Caya, yang menghasilkan maklumat Gyugun dibubarkan.9 perdamaian pada tanggal 2 Januari 1946 yang Berita proklamasi kemerdekaan baru ditanda tangani oleh Residen Bengkulu, diterima di Bengkulu pada tanggal 3 September Butaityo Inomia dan Kepala Pemerintahan 1945 melalui surat kabar “Palembang Simbun”. Negeri Kepahiang,11 Beberapa orang pemimpin masyarakat dan Setelah Jepang meninggalkan Bengkulu tokoh politik Bengkulu, seperti M. Ali tidak berarti rakyat Bengkulu merasa bebas Hanafiah, Hamdan Nahyuddin, A.Rasyid dari ancaman. Kedatangan Inggris yang Thalib, Nawawi Manaf, Zen Ranie, Zahari Tani mewakili Sekutu justru membawa persoalan dan lain-lainnya segera melakukan tersendiri, sebab Belanda yang membonceng konsolidasi dan konsultasi. Para pemuda yang tentara Sekutu ternyata memiliki ambisi untuk pernah bergabung dalam Heiho dan Gyugun berkuasa kembali dan menghukum mereka diminta menyebarkan berita proklamasi yang bekerja sama dengan Jepang. Nafsu keseluruh pelosok Bengkulu. Selanjutnya Belanda untuk menguasai Indonesia berujung mulai tanggal 8 Sepetember 1945 bendera dengan terjadinya agresi militer I (21 Juli 1947) merah putih wajib dikibarkan dikantor-kantor sesaat setelah perjanjian Linggarjati disepakati pemerintah. Roda pemerintahan Bengkulu oleh Belanda dan RI (25 Maret 1947). Belanda mulai berjalan setelah ditunjuknya Ir.Indra menyakinkan kepada dunia, bahwa hal ini Caya sebagai Residen Bengkulu yang disusul merupakan “aksi polisional” yang selajutnya dengan dibentuknya Komite dimaksudkan untuk memadamkan kekacauan Nasional Indonesia (KNI) pada tanggal 8 diluar kuasa pemerintah republik dan untuk September 1945, yang anggota terdiri menerapkan syarat-syarat Perjanjian beberapa tokoh diatas. Linggarjati.12 Dalam suasana revolusi yang dipenuhi Agresi militer Belanda dihadapi oleh dengan hasrat nasionalisme yang meluap- rakyat dengan semangat dan motivasi tinggi luap, insiden dan persengketaan kecil dan untuk menegakan kemerdekaan. Untuk pertempuran antara rakyat dengan pihak menghadapi kekuatan persenjataan Belanda penjajah semakin sering terjadi. Insiden yang lebih modern, rakyat menerapkan taktik pertama yang terjadi antara pihak Inggris perang gerilya. Kontak senjata terjadi antara selaku wakil Sekutu dengan rakyat Bengkulu, pejuang dengan Belanda di Front Tanggul yakni terjadinya “Pasar Bengkulu Affair” pada Muara Kamal Talang Pangeran (Sumbangsel). tanggal 1 November 1945.10 Kemudian juga Dalam peristiwa ini gugur Mayor R.Iskandar, kontak bersenjata antara pemuda dan TKR komandan Batalyon Garuda. Agresi militer dengan pasukan Jepang, seperti insiden yang Belanda ini, akhirnya menuai kecaman dunia terjadi di Kepahiang (8 November 1945), Curup Internasional. Dewan Keamanan PBB (tanggal 7, 13 dan 20 Desember 1945) dan memerintahkan kedua belah untuk melakukan puncaknya peristiwa pertempuran di Tabarena gencatan senjata (4 Agustus 1947). Kemudian pada akhir bulan Desember 1945. Untuk PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) mencegah konflik antara tentara Jepang dan yang anggotanya terdiri dari Australia, Belgia pejuang RI berkepanjangan, maka komandan dan Amerika Serikat untuk mengawasi tentara Jepang menemui residen Bengkulu, Ir penghentian permusuhan antara RI dan

9 Achmaddin Dalip dkk, op.cit., hal. 97. 10 M.Z. Ranni, Perlawanan terhadap Penjajahan dan Perjuangan menegakkan kemredekaan Indonesia di Bumi Bengkulu, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 63. 11 Ibid., hal. 103 12 Iim Imadudin dkk, , op.cit, hal. 56.

82 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Belanda.13 digempur oleh Belanda, karena dianggap Berkat mediasi KTN pihak RI dan Belanda sebagai basis pertahanan TNI. akhirnya bersepakat untuk menyelesaikan Kekuatan TNI bersama rakyat Bengkulu sengketa melalui meja perundingan. Maka bahu-membahu menghadapi pasukan pada tanggal 17 Januari 1948 ditandai tangani Belanda, seperti usaha mempertahankan perjanjian Renville diatas kapal perang pelabuhan disekitar Tapak Paderi oleh Amerika Serikat. Akan tetapi hal ini tidak pasukan Lettu Nawawi Manaf bersama berarti Belanda berhenti meneruskan ekspansi pasukan lain yang dipimpin oleh Lettu Jarab, kekuatan militernya, buktinya beberapa pasukan Sersan Mayor Supardi dan sebagian pertempuran tetap terjadi antara pasukan TNI pasukan Letda A. Mahyudin. Belanda dengan Belanda di beberapa medan akhirnya berhasil menguasai kota Bengkulu pertempuran, seperti front Tebing Tinggi setelah jatuhnya Fort Marlborough. TNI (Lettu Syamsul Bahrun), Lahat (Pembantu melakukan politik pembumi-hangusan untuk Letnan Muda A.Zikiri Jakfar), Kota Lahat mencegah pemnfaatan gedung-gedung (Mayor Kiswoto).14 pemerintahan oleh Belanda. Pada masa agresi Belanda ternyata tidak pernah konsisten militer kedua, Lebong Tandai menjadi markas dengan sikapnya, hal ini semakin pemerintahan setelah Muara Aman diduduki membuktikan bahwa perundingan hanya Belanda. Lebong Tandai juga menjadi markas dipandang oleh Belanda sebagai cara untuk bersama bagi Residen Hazairin, A.K. Gani dan mengkonsolidasikan kekuatan militernya. M. Isa. Denga kata lain Lebong Tandai menjadi Buktinya Belanda lagi-lagi mengingkari pusat pemerintah sipil untuk provinsi kesepakatan Renville, yakni ketika pada Sumatera Selatan, Karesidenan Bengkulu dan tanggal 19 Desember 1948, mereka markas gubernur militer istimewa Sumatera melancarkan agresi militer ke dua. Yogyakarta, Selatan. Daerah ini dikenal sebagai daerah sebagai ibukota RI diduduki termasuk penghasil tambang emas yang dipergunakan menawan Presiden Soekarno dan Wakil untuk kepentingan RI, sebelum akhirnya Presiden M.Hatta. Sementara Panglima Besar dihancurka oleh Belanda pada tanggal 20 April Jendral Soedirman tetap meneruskan 1949.15 perlawanan terhadap Belanda secara Selama agresi militer yang kedua yang bergerilya. berlangsung dari tanggal 19 Desember 1948 Melihat kondisi yang semakin genting, sampai dengan 27 Desember 1949, terdapat pemerintah provinsi Sumatera Selatan kira-kira 316 orang yang gugur dalam usaha memindahkan staf gubernur militer dari Muara mempertahankan kemerdekaan. Pada tanggal Aman ke Lebong Tandai Bengkulu Utara. 15 Agustus 1949 berlangsung perundingan Tanda-tanda invansi pasukan Belanda di pertama di Muara Aman antara Belanda Bengkulu mulai terlihat ketika dua pesawat dengan pemerintah RI yang diwakili oleh A.K. terbang Belanda menembaki Kepahiang pada Gani. Hasil perundingan ini kedua belah pihak tanggal 30 Desember 1948, yang disusul menyepakati gencatan senjata. Selama dengan serangan berikutnya ke Kota periode agresi militer kedua, Belanda tidak Bengkulu pada tanggal 31 Desember 1948. berarti menguasai seluruh Bengkulu. Belanda Kawasan sekitar pantai seperti Pantai Sungai hanya mampu menguasai kota-kota besar di Hitam, Pasar Bengkulu dan Pntai Panjang juga Bengkulu seperti Kota Bengkulu, Curup,

13 Abdullah Sidk, op.cit, hal. 155. 14 Iim Imadudin, op.cit.,hal. 57. 15 Abdullah Sidik, op.cit., hal 160.

83 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Kepahiang dan Muara Aman, sedangka slogan pasar bebasnya. Bangsa kita menjadi daerah Manna dan Muko-muko tetap berada salah satu pangsa pasar bagi produk mereka di tangan pemerintah RI. Bengkulu pelan- termasuk produk budayanya (budaya pop) . pelan terlepas dari kekuasaan Belanda setelah Dikota-kota besar termasuk di Bengkulu, penyerahan seluuh daerah Bengkulu oleh mudah ditemukan perilaku dan gaya hidup Belanda kepada Komandan Sub Territorium anak muda yang mengadopsi budaya pop Bengklulu, Letkol Barlian. Pada tanggal 8 seperti fashion, selera makanan (KFC, Mac Desember 1949 pasukan TNI memasuki Donald dll), genre musik dan komunikasi Kepahang dan Curup, yang kemudian tiba di berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Muara Aman dan Kota Bengkulu satu hari Proses globlalisasi juga telah menciptakan kemudian. Mulai tanggal 11 Desember 1949, post individualisme pada masyarakat. kekuasan Belanda di wilayah Bengkuu telah Penetrasi tehnologi informasi dan komunikasi berpindah kepada RI, yang sekaligus ditengah jantung kehidupan masyarakat, menandai fase baru dimana rakyat Bengkuu memungkinkan setiap hidup untuk mengakses terbebas dari penjajahan.16 berbagai informasi melalui internet. Melalui internet kita mudah bergaul dan berkomunikasi dengan setiap dimanapun berada di tempat Memaknai Spirit “Empang Ka Hulu “ Rakyat lain.17 Bengkulu dalam Konteks Kekinian Selain itu kita perlu mendefinisikan dan Kisah heroik dan patriotisme rakyat memaknai kembali arti perjuangan Bengkulu yang digambarkan diatas, kiranya “nasionalisme” dalm konteks kekinian, bila kita bisa memberikan gambaran kepada kita semua, tidak ingin tergerus oleh arus globlal. bahwa masyarakat Bengkulu memiliki Ketercerabutan kita dari ikatan kolektif dan kontribusi yang cukup signifikan dalam jati diri sebagai sebuah bangsa, menjadikan lintasan sejarah perjuangan bangsa. kita rapuh dan rentan dari efek negatif arus Resistensi rakyat Bengkulu terhadap kaum globalisasi. Cara untuk mengatasi persoalan kolonial telah teruji disepanjang periode ini adalah dengan melakukan upaya revitalisasi pergulatan sejarah perjuangan mereka budaya dan tradisi luhur yang kita miliki serta melawan kaum imperialis, setidak hal ini terlihat melakukan proses internalisasi nilai sejak dini dari daya juang dan sikap patriotik pejuang melalui pendidikan, baik di lingkungan Bengkulu yang terekam dalam fragmen sejarah keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. perjuangan rakyat Bengkulu di sepanjang fase pendudukan Jepang sampai upaya Penutup mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Spirit perjuangan rakyat Bengkulu dalam Kiranya tantangan yang tidak kalah menghadapi setiap upaya kaum imperilaisme beratnya bagi generasi muda pada saat ini yang ingin bercokol di bumi Bengkulu adalah bagaimana menghadapi serbuan bukanlah sesuatu bersifat taken for granted. globalisasi dunia, yang ditandai dengan Akan tetapi nilai-nilai kejuangan yang pesatnya teknologi informasi sehingga dunia terkandungnya didalamnya tersebut telah menjadi tanpa batas lagi (borderless). Kita berproses dan bermetaforsis yang berakar dari sebagai negara berkembang tidak luput dari tradisi kejuangan spirit “Empang Ka Hulu” serbuan dari kelompok neo-liberal dengan yang dimiliki rakyat Bengkulu dari masa

16 Iim Imadudin op.cit, hal.60 17 Syafri Sairin, “Budaya Minangkabau dalam Masyarakat Multikultur: Merajut Keharmonisan” dalam Mambangkik Batang Tarandam, (Editor Herwandi), Kumpulan Makalah Seminar Internasional Kebudayaan Minangkabau 2004, Padang

84 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 kerajaan tradisional sampai modern. Siddik, Abdullah, 1996, Sejarah Bengkulu Kiranya spirit “Empang Ka Hulu” yang 1500-1900, Jakarta: Balai Pustaka. dimiliki rakyat miliki tetap relevan dalam Shiraisi, Takashi,1997, Zaman Bergerak, konteks kekinian apalagi ditengah himpitan Radikalisasi Rakyat di Jawa 1912- masalah ekonomi dan sosial yang menerpa 1926, Jakarta: Grafitipres. bangsa ini, momentum kebangkitan nasional seharusnya menjadikan kita semua, semakin Syairin, Safri, 2004, “Budaya Minangkabau bijak untuk meneguhkan sikap nasionalisme dalam Masyarakat Multikultur: Merajut kita sesuai dengan panggilan zaman Keharmonisan” dalam Mambangkik (zeitgeist).. Batang Tarandam, (Editor Herwandi), Kumpulan Makalah Seminar Internasional Kebudayaan Minangkabau Padang. Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik, 2001, Nasionalisme dan Sejarah, Bandung: Satya Historika. Dalip, Achmaddin dkk, 1983/1984, Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu, Jakarta : Depdiknas, Direktorat Jarahnitra Proyek IDSN. Eka Permana, Cecep, 2001, “ Dari ‘Empang Ka Hulu’ Ke Bengkulu” dalam Arung Samudra, Persembahan Memperingati Sembilan Windu A.B. Lapian, Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya UI. Imadudin, Iim dkk, Masa Revolusi di Bengkulu 1945-1950 (Inventarisasi Sumber Sejarah Lisan), Padang: BKSNT, 2003 Nagazumi, Akira, 1989, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918, Jakarta: Grafitipers. Ranni, M.Z, 1990, Perlawanan terhadap Penjajahan dan Perjuangan menegakkan kemredekaan Indonesia di Bumi Bengkulu, Jakarta: Balai Pustaka. Setiyanto, Agus, 2001, Elit Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke-19, Jakarta: Balai Pustaka.

85 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

PENGELOLAAN DAN PRAKTIF BERZAKAT DI PROPINSI BENGKULU

Hariadi

Abstract This paper describes the alms management and practices in Bengkulu. This study is a qualitative research method and data collection taken through library research and interviews. The technique of data analysis is descriptive analysis. The findings in this study as follows: management of alms or zakat in Bengkulu province began long before the Act was enacted in 1999, management of zakat. The alms charity and raising activities is centered on house of worship. After 1999, government forms organization that manages the charity in any levels of government office as mandated by law. Traditionally, Muslim community in Bengkulu only issues alms of rice and crops such as coffee or rubber. After the formation of alms bodies and institutions, people such as civil servants and other become the object of charity in effective system. Keywords: Alms Practice, Bengkulu Province.

Pendahuluan Penggabungan kata shalat dan zakat dalam 1. Latar Belakang Masalah Alquran sebanyak dua puluh tujuh kali, hal Zakat bagi umat Islam merupakan suatu itu menunjukkan bahwa zakat memiliki urgensi kewajiban yang harus ditunaikan. Posisi zakat yang sama dengan shalat. Dengan demikian amat penting untuk menjaga keseimbangan dapat dipahami bahwa zakat merupakan satu kehidupan masyarakat Islam. Zakat juga pilar penting dalam Islam. merupakan salah satu tiang yang berfungsi Zakat bertujuan untuk membawa umat menyangga kehidupan umat. Meninggalkan Islam kepada kemaslahatan dalam dan mengabaikannya nya dipandang sebagai perekonomian. Bagi orang yang kaya zakat perbuatan dosa. bertujuan untuk memelihara dari sifat serakah Pentingnya arti zakat dapat dilihat dari dan menumpuk-numpuk harta, sedangkan dirangkaikannya kata zakat dengan kata shalat manfaat bagi orang miskin bertujuan untuk sebanyak dua puluh tujuh kali, sedangkan memberikan jaminan kehidupan yang layak. yang tidak dirangkaikan dengan kata shalat Dengan demikian zakat bertujuan sebanyak tiga kali dalam Al-quran, sebarannya membebaskan manusia dari bencana ekonomi terdapat di dalam surat yang turun di Makkah dalam keadaan kaya ataupun miskin. Zakat dan dalam surat yang turun di Madinah. adalah ajaran Islam yang berorientasi pada sisi

86 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 kemanusiaan, oleh karena itu ajaran Islam 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian merupakan anugerah yang diberikan Allah Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian kepada umat manusia. ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana Kesadaran mengenai pentingnya zakat pengelolaan dan praktik berzakat pada semakin disadari karena realita kemiskinan masyarakat muslim di Bengkulu. Adapun yang masih tinggi. Kemiskinan sampai saat manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini masih menjadi musuh yang sangat sulit ini adalah didapatkannya sebuah gambaran untuk ditaklukkan oleh bangsa Indonesia. mengenai pengeloaan zakat dan praktik Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah berzakat pada masyarakat muslim di Bengkulu. untuk menanggulanginya, dengan berbagai macam program, misalnya melalui bantuan 4. Kerangka Konseptual langsung ataupun tidak langsung, seperti Zakat merupakan bagian dari ajaran membuka lapangan kerja dengan Islam, bila ditinjau dari segi bahasa berarti mendatangkan investor. Namun demikian berkah, tumbuh, bersih dan baik. Bila ditinjau kemiskinan masih mendera lebih dari tiga puluh dari istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu persen masyarakat Indonesia, baik yang yang diwajibkan Allah untuk diserahkan tinggal di perkotaan maupun yang tinggal di kepada orang yang berhak menerimanya. pedesaan. Jumlah harta yang dikeluarkan itulah yang Pelaksanaan zakat telah menjadi bagian disebut dengan zakat. Kata zakat disebut pengamalan Islam bagi masyarakat muslim di tiga puluh kali dalam alquran, dua puluh tujuh Indonesia. Masyarakat muslim Masing- kali disebut bersama kata shalat, sebaran kata masing daerah mempunyai kekhasan zakat terdapat di dalam surat yang turun di tersendiri dalam pengelolaan dan menunaikan Makkah dan selebihnya dalam surat yang kewajiban berzakat. turun di Madinah. Penelitian ini akan melihat berkaitan dengan Pengelolaan dan Praktif Berzakat di 5.Tinjauan Pustaka Propinsi Bengkulu. Alasan Pemilihan propinsi Kajian mengenai zakat dalam buku-buku bengkulu sebagai lokasi penelitian yang telah ada dapat dikategorikan kepada disebabkan oleh, atara lain, pertama, Propinsi dua jenis, bersifat teoritis dan bersifat praktis. Bengkulu dihuni oleh mayoritas masyarakat Kajian yang bersifat teoritis mencakup hal- muslim, kedua, masyarakat muslim Bengkulu hal sebagai berikut, pertama, kajian terhadap berasal dari berbagai suku bangsa, seperti dalil-dalil yang memerintahkan untuk Melayu, Rejang, Serawai dan suku-suku melaksanakan zakat yang bersumber dari lainnya. Latar belakang yang berbeda itu, Alquran dan Hadits, kedua, Kajian diperkirakan akan memberi pengaruh terhadap perbandingan antara beberapa mazhab tata cara pengolaan dan pelaksanaan dalam mengenai ketentuan-ketentuan zakat, ketiga, menunaikan zakat. Kajian yang tidak kalah menariknya adalah penambahan objek-objek yang dikenai zakat, 2. Perumusan Masalah kalau pada awal Islam objek zakat cuma Berdasarkan latar belakang yang telah terbatas pada beberapa objek saja seperti, diuraikan di atas rumusan masalah penelitian makanan pokok, emas perak, binatang ternak, ini adalah sebagai berikut: harta perniagaan, dan harta terpendam. Untuk 1. Bagaimanakah pengelolaan zakat saat ini sudah dikenal zakat profesi, yang pada manyarakat muslim Bengkulu? diambil dari gaji dengan perhitungan tertentu. 2. Bagaimanakah Mayarakat Muslim Buku-buku yang membahas kajian zakat Bengkulu dalam menunaikan zakat? secara teoritis diantaranya: Hukum Zakat

87 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 karangan Yusuf Qardhawi, Zakat Profesi: adalah data yang faktual dan aktual, sehingga Solusi Mengentaskan Kemiskinan Umat, data yang diperoleh pada saat peristiwa karangan Yayat Hidayat, dan Zakat, kajian berlangsung. ( Kusmayadi, 2000:85) Berbagai Mazhab, karangan Wahbah Al 6.3. Wawancara Zuhaily. Wawancara merupakan proses interaksi Kajian zakat yang bersifat praktis, ruang dan komunikasi antara peneliti dengan lingkupnya berkaitan dengan hal-hal sebagai responden. Wawancara juga dapat diartikan berikut: pertama, kajiaan perkembangan sebagai model pengumpulan data dengan cara pengelolaan zakat dalam berbagai bentuk bertanya langsung kepada responden dan lembaga dan model penyalurannya kepada jawaban-jawaban dicatat atau direkan dengan yang berhak menerimanya. Kedua, berkaitan alat bantu perekaman.( Kusmayadi 2000:84) dengan efektifitas zakat dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan. Buku-buku 6.4.Teknik Analisis Data yang berkaitan dengan hal diatas diantaranya: Data yang telah berhasil dihimpun akan Akuntansi dan Manajemen Zakat: dianalisis melalui tahapan sebagai berikut: Mengkomunikasikan Kesadaran dan Pertama, data akan diseleksi atas dasar Membangun Jaringan, karangan M.Arif realibilitas dan validitas, dengan Mufraini, Keresahan Pemulung Zakat, berlangsugnya tahapan ini, data yang karangan Eri Sudewo, Zakat dalam Pusaran realibilitas dan validitasnya rendah akan Arus Modernitas, karangan Sudirman, dan The digugurkan atau disempurnakan. Kedua, data Power of Zakat:Studi Perbandingan yang telah telah lulus seleksi akan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, karangan dikelompokkan sesuai dengan tema.(Sumardi, Didin Hafidhuddin, dkk. 2009:40). Data yang telah diseleksi dan dikelompokkan akan disusun menjadi laporan 6. Metode Penelitian penelitian dalam bentuk deskriptif analisis. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. penggunaan metode ini dimaksudkan agar B. Pembahasan dalam melakukukan pengumpulan dan 1. Sekilas Provinsi Bengkulu penggalian data secara mendalam terhadap 1.1.Letak dan Kondisi Geografis objek yang diteliti. Adapun teknik Propinsi Bengkulu berada di Pantai Barat pengumpulan dan analisis data sebagai pulau Sumatera. Batas wilayah propinsi ini berikut: disebelah utara dengan propinsi Sumatera Barat, sebelah selatan dengan Propinsi 6.1.Studi kepustakaan Lampung. Pada bagian timur Propinsi Studi kepustakaan merupakan aktifitas Bengkulu berdiri pegunungan Bukit Barisan mengumpulkan tulisan-tulisan yang berkatan dari Muko-Muko di bagian utara hingga dengan topik bahasan yang tersebar di Lampung Barat di bagian Selatan. Pantai berbagai pustaka ataupun koleksi pribadi. Bengkulu mempunyai beberapa teluk, yaitu Bentuk-bentuk dokumen yang akan Teluk Pulau, Teluk Sambat, Teluk Krui, Teluk dikumpukan adalah buku, majalah, artikel, Tanubang dan Teluk Belimbing. Teluk pulau koran dan dokumen-dokumen lainnya. juga dikenal dengan nama Teluk Selebar dan 6.2. Observasi/pengamatan Pulau Baai.(Badrul Munir Hamidi, 2004:5). Merupakan teknik pengumpulan data Pulau Baai sampai sekarang masih menjadi dengan cara mengamati, meneliti atau pelabuhan kapal domestik dan internasional. mengukur kejadian yang sedang berlangsung, Berdasarkan catatan P.N Van Kempen menggunakan metode ini, data yang diperoleh batas Wilayah Bengkulu pada abad ke 19

88 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 sebelah utara berbatas dengan Inderapura, yang terkait dengan daur hidup, mulai dari Serampai dan Kerinci, sebelah timur berbatas kelahiran, sampai kematian. Namun sisi-sisi dengan residen Palembang, sebelah selatan persamaan dalam beberapa tradisi juga terlihat, berbatas dengan distrik Lampung dan sebelah hal ini dimungkinkan karena interaksi antara barat adalah lautan Hindia. (Badrul Munir suku bangsa dan persamaan dalam hal Hamidi, 2004:5-6) keyakinan.

1.2.Penduduk 1.5.Keagamaan Wilayah Bengkulu didiami oleh beberapa Masyarakat Bengkulu mayoritas suku bangsa. Suku bangsa itu antara lain: Suku memeluk agama Islam. Berdasarkan data dari Rejang, Suku Serawai, Melayu, Bulang, Kaur, Kanwil Depag Propinsi Bengkulu tahun 2010 Enggano, Melayu Muko-Muko, Ipuh, Pekal, diketahui jumlah pemeluk masing-masing Lembak, Pasmah Ulu Manna dan Melayu agama sebagai berikut: Mayarakat yang Bengkulu.( Badrul Munir Hamidi: 2004:10). memeluk agama Islam berjumlah 1.782.738 Disamping suku-suku yang disebutkan diatas orang, yang beragama Kristen berjumlah daerah Bengkulu juga dihuni oleh orang Cina, 57.896 orang, yang beragama Katolik 15,947 Arab, India, dan Bugis. orang, yang beragama Hindu 15.200 orang, yang beragama Budha 10.037 orang dan 1.3.Ekonomi agama lainnya 14.714 orang. Perekonomian Bengkulu bergantung kepada berbagai sektor, seperti pertanian, 2. Zakat dalam Islam pekebunan, perikanan, hasil hutan, Sektor 2.1. Dasar-dasar Hukum Mengenai Zakat pertambangan, dan perindustrian. Dalam Zakat yang menurut bahasa berarti, suci, bidang pertanian hasil utama propinsi tumbuh, bersih, dan baik, merupakan salah Bengkulu adalah padi yang terdiri dari padi satu dari rukun Islam menurut kategorinya lahan basah dan lahan kering. Disamping padi dibagi menjadi dua jenis, zakat fitrah dan zakat juga dihasilkan palawija lainnya seperti jagung, mal. Zakat Fitrah adalah zakat yang wajib ketela pohon dan ketela rambat. Perkebunan dibayarkan oleh setiap muslim, laki-laki- di Bengkulu menghasilkan kopi, lada, cengkeh, perempuan, dewasa, anak-anak orang merdeka karet, kelapa, tembakau, jahe, kemiri, gula enau, maupun hamba sahaya. Zakat ini disyariatkan kemiri, sahang, dan kelapa sawit. Hutan di untuk mensucikan jiwa orang yang Bengkulu juga menghasilkan berbagai jenis melaksanakan puasa dan sekaligus memberi kayu seperti meranti, rasa mala, bayur, durian, makan kepada orang-orang miskin dan rotan dan jenis kayu lainya. Sektor perikanan memenuhi kebutuhan hidup mereka saat terdiri dari perikanan darat dan perikanan laut. merayakan Idul Fitri. Sektor pertambangan terdiri dari tambang Zakat fitrah ini diwajibkan berdasarkan emas, dan batu bara.(Kenang-kenangan, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud 1993:35-37) dan Ibnu Majah: Zakat Fitrah difardukan sebagai 1.4. Budaya penyuci jiwa orang yang berpuasa Mengingat banyaknya suku bangsa dari perkataan bohong, jelek yang mendiami Bengkulu, dapat dipastikan dengan cara memberi makan dalam hal kebudayaan mereka juga beragam. orang miskin. Diberikan sebelum Masing-masing suku bangsa mempunyai ciri shalat ied, maka ia menjadi fitrah khas tersendiri. Perbedaan budaya masing- yang diterima, dan orang yang masing suku bangsa dapat dilihat dari tradisi

89 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

membayarkannya setelah shalat berdasarkan ayat al-quran diantaranya: ied, zakat berubah menjadi “ Dan dirikanlah shalat, shadaqah biasa. Zakat fitrah tunaikanlah zakat dan rukuklah diwajibkan kepada seluruh umat beserta orang-orang yang rukuk” Islam dengan jumlah satu sa’ (2,34 Q.S al-Baqarah (2) :43 kg) makanan pokok. “ Dan dirikanlah shalat dan Kewajiban zakat fitrah juga terdapat tunaikanlah zakat . Dan kebaikan dalam hadist yang diriwayatkan oleh jumhur apa saja yang kamu usahakan ulama hadits dengan sanad utamanya adalah bagi dirimu tentu kamu akan Ibnu Abbas: mendapatkan pahalanya pada sisi Rasululloh memfardukan zakat Allah. Sesunguhnya Allah maha fitrah pada bulan suci Ramadhan apa-apa yang kamu kerjakan” Q.S atas seluruh umamat Islam dengan al-Baqarah (2) :110 jumlah satu sa’ kurma atau satu sa’ gandum bagi hamba sahaya dan Ambillah zakat dari sebagian orang merdeka,baik laki-laki harta mereka, dengan zakat itu maupun perempuan, anak kecil kamu membersihkan dan maupun dewasa. mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Zakat mal adalah zakat terhadap harta Sesungguhnya doa kamu itu yang dimiliki oleh seorang muslim. Mengenai (menjadi) ketenteraman jiwa bagi zakat ini ulama menjelaskan sebagai berikut: mereka. Dan Allah Maha Imam Malik mendefinisikan zakat mal Mendengar lagi Maha sebagai bagian tertentu dari harta tertentu Mengetahui. Q.S at-Taubah (9) yang telah mencapai nisab bagi orang yang :103 berhak menerimanya dengan ketentuan harta dimaksud dimiliki secara sempurna, telah Selain tercantum di dalam al-Quran mencapai haul dan bukan barang tambang. kewajiban menunaikan zakat ini juga terdapat Sedagkan Imam Abu Hanifah mendefinisikan Hadits-hadits Nabi yang di riwayat oleh zakat mal sebagai pemindahan kepemilikan Bukhari, Muslim, Nasai, Ibnu Majah dan tertentu dari harta tertentu kepada seseorang Ahmad Ibnu Hanbal diantara hadits tersebut berdasarkan ketetapan Allah SWT. Imam sebagai berikut: Syafi’i mendefinisikan zakat adalah sesuatu yang dikeluarkan dari harta atau jiwa tertentu “Peliharalah hartamu dengan dengan cara tertentu pula. Sedangkan Ahmad (menunaikan) zakat, obatilah Ibnu Hambal mendefinisikan zakat dengan hak orang–orang sakit dengan wajib pada harta tertentu (merupakan hak) mengeluarkan sedekah dan tolaklah bagi orang tertentu pada waktu tertentu pula. bala dengan do’a” .(Hadits riwayat Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan zakat mal Tabrani dari Ibnu Mas’ud) adalah sejumlah harta tertentu yang “ Umat Islam berhak untuk diwajibkan Allah menyerahkannya kepada memerangi orang-orang yang orang yang berhak menerimanya tidak mau bersyahadat, tidak (Ensikolopedi Hukum Islam, Jilid VI, 1996: shalat dan tidak membayar zakat”. 1985-1989) (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim Kewajiban membayarkan zakat mal ini dari Ibnu Umar).

90 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

“Orang yang dikaruniai Allah tukar, yakni 90 gram emas dan 200 dirham kekayaan, tetapi tidak mau perak. membayarkan zakatnya, pada hari 3. Harta perdagangan yang telah mencapai kiamat nanti, ia akan didatangi nisab. Harta perdagangan adalah seluruh seekor ular jantan yang sangat benda yang diperjual belikan dan berbisa dan sangat menakutkan dibutuhkan manusia. Sedangkan yang dengan dua bintik di atas dua dimaksud dengan nisab adalah matanya, lalu melilit dan mematuk terpenuhinya jumlah yang ditentukan leher orang dimaksud sambil syariat, yakni setara dengan jumlah zakat berteriak, saya adalah emas 90 gram emas atau 200 dirham perak. kekayaanmu yang kamu timbun- Jumlah zakat yang wajib dikeluarkan timbun dahulu (di dunia)..” sebersar 2,5 persen. Dikeluarkan setelah (Hadits riwayat Bukhari dari Abu melalui masa haul (berlalu selama satu Hurairah) tahun) sejak barang itu dimiliki dan diperjual belikan, diniatkan untuk 2.2.Harta Benda Yang Wajib Dizakatkan diperdagangkan, bukan untuk Jenis-jenis harta yang yang wajib dimanfaatkan sendiri. Juga bukan berasal dikeluarkan zakatnya berdasarkan ketentuan dari warisan, hibah, wakaf, wasiat atau al-quran dan hadits nabi sebagai berikut: sedekah ( Ensikolopedi Hukum Islam, 996: 1. Emas dan perak. Pada zaman Nabi 1992) Muhammad emas dan perak menjadi alat 4. Zakat hasil pertanian. Kewajiban zakat tukar. Kewajiban berzakat terhadap kedua atas harta pertanian berdasarkan firman jenis benda ini didasarkan kepada hadits Allah: Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh “Hai orang-orang yang beriman, Ad-Darulqutni yang sumber rujukannya nafkahkanlah dijalan Allah Ibnu Umar, hadits tersebut sebagai berikut: sebagian dari hasil usahamu yang “kurang dari 20 misqal (dinar/emas atau baik –baik dan sebagian dari apa 20 dirham perak tidak wajib zakat”. yang kamu keluarkan dari bumi Dengan demikian kewajiban untuk untuk kamu . Dan janganlah kamu mengeluarkan zakat emas dan perak memilih yang buruk-buruk lalu adalah apabila kepemilikan emas dan perak kamu menafkahkan daripadanya, mencapai berat 20 misqal (satu misqal pada hal kamu sendiri tidak mau setara dengan dengan 4,5 gram) dengan mengambilnya melainkan dengan demikian maka kepemilikan yang wajib memicingkan mata terhadapnya . dizakatkan seberat 90 gram, dengan jumlah dan ketahuilah, bahwa Allah zakat yang harus dikeluarkan sebesar 2,5 maha kaya lagi maha terpuji”.( persen. surat al Baqarah (2): 267) 2. Perhiasan yang terbuat dari emas dan “Dialah yang menjadikan kebun- perak. Perhiasan yang terbuat dari emas kebun yang berjunjung dan yang dan perak wajib dizakatkan bila mencapai tidak berjunjung, pohon korma, jumlah satu nisab. Nisab nya sebanyak tanam-tanaman yang bermacam- 2,5 persen. Nisab kepemilikan perhiasan macam buahnya, zaitun dan emas dan perak dimaksud sama dengan delima yang serupa (bentuk dan jumlah yang terdapat dalam kewajiban warnanya) dan tidak sama zakat bagi emas dan perak, sebagai nilai (rasanya). Makanlah dari

91 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

buahnya (yang bermacam-macam berikut, unta, sapi, lembu dan kambing. itu) bila dia berbuah, dan Zakat hewan ternak dikeluarkan satu kali tunaikanlah haknya di hari setahun. (zakat profesi: 133) memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir 2.3.Hikmah-Hikmah Disyariatkan Zakat miskin) dan janganlah kamu Setiap ibadah yang dilakukan di dalam berlebih-lebihan. Sesungguhnya Islam mempunyai hikmah masing-masing. Allah tidak menyukai orang- Abdul Wahab Khalaf menjelaskan bahwa orang yang berlebihan”. (surat al hikmah dari setiap pelaksanaan syariat Islam An’am (6): 141) bertujuan untuk kemaslahatan” Hikmah setiap hukum syariat adalah untuk Hasil pertanian yang wajib dizakatkan mewujudkan kemaslahatan dan menolak berupa biji-bijian, buah-buahan yang dapat kebinasaan”. Berikut ini akan dijelaskan menjadi makanan dan dapat disimpan dalam beberapa hikmah disyariatkan zakat menurut waktu lama, seperti padi, gandum, zaitun dan para ulama: kurma. Ketentuan zakatnya terbagi kepada Menurut Syekh Ali Ahmad Jarjawi dua kategori, kategori pertama, Apabila hikmah pelaksanaan zakat sebagai berikut: sawah atau ladang yang diairi dengan irigasi 1. Membantu orang yang lemah, zakatnya sebesar lima persen dari hasil panen. menolong orang yang susah dan Sedangkan kategori Kedua, Apabila sawah memberikan kemampuan kepada atau ladang merupakan sawah yang hanya orang yang lemah agar sanggup memanfaatkan air hujan saja, zakatnya 10 menjalankan yang difardukan oleh persen dari hasil panen. Allah SWT. 5. Zakat Barang Tambang, (ma’din). Barang 2. Mensucikan diri orang yang berzakat Tambang (ma’din) adalah benda-benda dari noda dan dosa dan berharga yang terdapat di perut bumi, harta membersihkan budi pekertinya agar terpendam (rikaz) yang dikeluarkan dari menjadi pemurah dan mulia serta perut bumi berupa simpanan orang-orang terjauh dari sifat kikir dan bakhil. terdahulu. Jenis-jenis harta yang 3. Allah akan memberikan kelebihan dikeluarkan dari perut bumi baik berupa, hikmah dari harta yang mereka benda padat, seperti emas, perak, tembaga, zakatkan. (Ali Ahmad Jarjawi, ataupun benda cair seperti minyak tanah, Hikmatut Tasyri’ wa falsafatuhu. Juz gas, solar, premium dan jenis lainnya yang I, 1938 h. 169) bermanfaat untuk kehidupan manusia. Keutamaan orang-orang yang Nisab dari harta terpendam sebesar 20 mengeluarkan harta yang dimilikinya untuk persen, hal ini berdasarkan kepada hadits melaksanakan perintah Allah di jelaskan dalam nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari, al Quran sebagai berikut: Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Majah “Dan Orang-orang yang “Harta yang didapatkan dari benda membelanjakan hartanya untuk terpendam adalah seperlima”. mencari keridhoaan Allah dan Sedangkan untuk barang tambang adalah untuk keteguhan jiwa mereka, 2,5 persen. seperti sebuah kebun yang terletak 6. Zakat Hewan Ternak. Jenis hewan ternak di dataran tinggi yang disiram oleh yang yang dizakatkan adalah sebagai hujan lebat, maka kebun itu

92 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

menghasilkan buah dua kali lipat. c. Secara umum hikmah zakat bagi Jika hujan lebat tidak masyarakat adalah sebagai pembangkit menyiramnya, maka hujan untuk menggelorakan ekonomi setiap gerimispun memadai dan Allah pribadi muslim, dengan memahami maha melihat apa yang kamu kewajiban berzakat dan tujuannya akan perbuat”.( surat Al-baqarah, ayat mendorong setiap muslim agar untuk 265) meningkatkan usahanya dan meninggalkan sikap bermalas-malasan Zakat juga mengandung hikmah terhadap dalam berusaha. Manusia sebagai orang-orang yang berhak merima, karena zakat makhluk yang Allah berikan akal pikiran merupakan suatu bentuk pertolongan kepada pastilah akan berusaha untuk orang-orang yang tidak mampu agar taraf mengusahakan yang terbaik bagi dirinya kehidupannya menjadi lebih baik melalui dan bagi orang-orang yang ada di permodalan yang bersumber dari dana zakat sekelilingnya. Zakat yang terkelola dengan yang bisa dihimpun dari para muzakki. baik akan mendatangkan kebaikan bagi Zakat juga sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat umum, menghasilkan ekonomi terhadap nikmat harta benda yang diberikan yang sehat dan menumbuhkan kerukunan Allah. Zakat memiliki arti penting untuk kehidupan di masyarakat dan kasih membangun manusia seutuhnya. Zakat itu sayang antara sesama. mendatangkan keberkatan, menumbuhkan kerukunan dan kasih sayang diantara sesama manusia. 3.Pengelolaan Zakat di Bengkulu Bila dipandang hikmah zakat dari sisi 3.1.Perkembangan Pengelolaan Zakat muzakki, mustahik dan masyrakat secara umum Sistem pengelolaan zakat di Nusantara sebagai berikut: telah dimulai semejak masa penjajahan a. Hikmah Zakat Terhadap Muzakki Belanda, melalui ordonantie nomor 6200 merupakan suatu cara untuk menolong tanggal 8 Pebruari 1905 yang menyatakan fakir miskin, yang mengandung perasaan bahwa pelaksanaan ajaran Islam diberlakukan persamaan yang memikirkan nasib bagi masyarakat pribumi, termasuk manusia dalam lingkungan persaudaraan pengelolaan zakat. Setelah kemerdekaan dan juga zakat itu dapat membersihkan hati diproklamirkan pengelolaan zakat tetap dan jiwa muzakki dari sifat kikir serta dilakukan oleh masyarakat muslim dengan mendidik menjadi orang yang yang pengaturan dari pemerintah, melalui surat menunaikan amanah. edaran Nomor A/VII/1736ge7 pemerintah mengeluarkan aturan zakat fitrah yang b. Hikmah Zakat bagi mustahik adalah agar ditetapkan pada tanggal 8 Desember 1951. orang-orang yang kurang mampu tidak Tahun 1964 Departemen Agama menyusun hidup meminta-minta dan mengharap rancangan UU tentang pengumpulan dan belas kasihan. Zakat yang ada diharapkan pembagian zakat yang rencananya akan dapat meringankan beban ekonomi dinahkodai oleh Baitul Mal, namun rancangan mustahik. Dana zakat yang diterimanya ini gagal menjadi UU seiring dengan juga dapat dijadikan modal usaha dalam tumbangnya Orde Lama. memenuhi kebutuhan ekonomi. Zakat juga Rancangan Undang-Undang ini kembali dapat membersihkan jiwa mustahik dari dibahas oleh Dewan Perwakilan Raknyat rasa cemburu, benci, tidak senang kepada Gotong Royong (DPRGR). kepada menteri oraang-orang yang kaya.

93 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 sosial dan menteri keuangan diberikan hanya terbatas pada harta-harta yang kewenangan untuk melakukan pemungutan bersifat eksplisit (manthuq) dikemukakan keuangan dengan surat nomor MA/095/1967. secara rinci dalam al-quran maupun hadits Pada tahun 1968 menteri Agama mengeluarkan nabi, seperti emas dan perak, hasil keputusan nomor 4 tahun 1968 tentang pertanian (terbatas pada tanaman yang pembentukan Badan Amil Zakat dan peraturan menghasilkan makanan pokok) peternakan menteri Agama nomor 45 tahun 1968 tentang (terbatas pada sapi, kambing, domba) pembentukan Baitul Mal yang berfungsi perdagangan (terbatas pada komoditas- menjadi penerima dan penampung zakat dan komoditas yang berbentuk barang) dan pendistribusiannya kepada para mustahik. Rikaz (harta temuan). Tahun 1989, melalui Instruksi MENAG no 16/ Penyebab dari semua itu adalah hal-hal 1989 meminta semua jajaran departemen sebagai berikut: Agama melakukan pembinaan zakat, infak dan 1. Belum tumbuhnya lembaga pemungutan shadaqah. Tahun 1991 dikeluarkan keputusan zakat, kecuali pada derah-daerah tertentu bersama menteri Agama dan menteri dalam saja. negeri nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang 2. Rendahnya kepercayaan masyarakat pembinaan Amil Zakat, infak dan Shadaqah. kepada amil zakat Keputusan bersama ini kemudian ditindak lanjuti dengan Instruksi menteri Agama 3. Profesi amil zakat masih dianggap sebagai nomor 5 tahun 1991 tentang pedoman profesi sambilan pembinaan teknis Badan Amil Zakat , Infak 4. Masih jarang dilakukan sosialisasi dan Shadaqah dan Instruksi menteri dalam mengengai zakat, baik yang berkaitan Negeri nomor 7 tahun 1998 tentang pembinaan dengan hikmah, urgensi dan tujuan zakat, Umum Badan Amil Zakat Infak dan Shadaqah. tata cara pelaksanaan zakat, harta objek Di awal orde Reformasi, pemerintah dan zakat, maupun kaitan zakat dengan Dewan Perwakilan Raknyat mengeluarkan UU peningkatan kegiatan ekonomi maupun Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan kaitan zakat dengan peningkatan kegiatan Zakat, Infak dan Shadaqah. Untuk ketentuan ekonomi maupun peningkatan operasionalnya Menteri Agama kesejahteraan masyarakat.(Didin/ 94) mengeluarkan keputusan Nomor 373 tahun Perubahan pengelolaan zakat pada era 2003. setelah tahun 90an sangat dipengaruhinya Menurut Didin Hafidhuddin oleh buku tulisan Yusuf Al-Qaradhawi yang Perkembangan pengelolaan zakat sebelum berjudul Fiqh az-zakat yang berisikan tahun 1990 memiliki ciri antara lain sebagai penjelasan zakat secara komprehensif. Buku berikut: ini di terjemahkan oleh Salman Harun, 1. Pada umumnya diberikan langsung oleh Hasanuddin dan Didin Hafidhuddin dan muzakki kepada mustahik tanpa melalui diterbitkan pertama kali pada tahun 1988, oleh amil zakat. PT Pustaka Lentera Antar Nusa bekerja sama dengan Baziz DKI. Dalam buku tersebut 2. Jikapun ada yang diserahkan melalui amil dijelaskan zakat mencakup seluruh bidang zakat hanya terbatas pada zakat fitrah pekerjaan yang halal apabila mencapai nisab. 3. Zakat yang diberikan muzakki kepada Termasuk di dalamnya penghasilan yang mustahik hanya bersifat konsumtif untuk didapatkan melalui keahlian tertentu secara keperluan sesaat. perorangan maupun bersama-sama, atau yang 4. Harta objek zakat (al-amwal az-zakawiyah) sering disebut zakat profesi (mihnah),

94 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 misalnya dokter, ahli hukum, arsitek, dosen/ hanya menetapkan kewajiban zakat pada guru, penjahit, karyawan, maupun profesi komoditas komoditas tertentu saja yang lainnya. Termasuk juga objek zakat perusahaan konvensional. Petani yang kondisinya saat ini yang dikelola oleh seorang muslim atau kurang beruntung, harus berzakat apabila hasil bersama-sama misalnya dalam bentuk sebuah pertaniannya sampai senishab. Karena itu perseroan terbatas (PT). sangat adil pula apabila zakat ini bersifat wajib Dalam buku tulisannya itu Yusuf al- pada penghasilan yang didapatkan oleh Qaradhawi mengemukakan bahwa harta objek dokter, para ahli hukum, konsultan dalam zakat (al-amwal az-zakawiyah) meliputi semua berbagai profesi lainnya. harta ataupun penghasilan/ pendapatan yang dimiliki oleh setiap muslim. 3.2.Badan Amil Zakat Propinsi Bengkulu Yusuf al-Qaradhawi mengungkapkan Sebelum lahirnya Undang-Undang no 38 alasan yang bersifat umum dari ayat al Quran tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Di sebagai berikut: propinsi Bengkulu sudah pernah berdiri Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS) TK. I Artinya: Hai Orang-orang yang Bengkulu selama dua periode yaitu periode beriman, nafkahkanlah (di jalan 1989-1994 dan periode 1994-1999. Pada Allah) sebagian dari hasil periode pertama BAZIZ TK. I dipimpin oleh usahamu yang baik-baik dan Drs. Sukirman. Kegiatan saat itu masih sangat sebagaian dari apa yang kami sederhana, karena masih sebatas sosialisasi keluarkan dari bumi untukmu. terutama ke daerah-daerah tingkat II yang Dan janganlah kamu memilih yang dimulai dengan merintis penghimpunan dana buruk buruk lalu kamu nafkahkan Zakat Infak Sedekah(ZIS). Pendirian BAZIZ daripadanya, padahal kamu tingkat I Bengkulu ini berdasarkan hasil sendiri tidak mau mengambilnya musyawarah daerah (MUSDA I) pada tahun melainkan dengan memicingkan 1989 mata terhadapnya. Dan Setelah periode pertama berakhir BAZIZ ketahuilah, bahwa Allah maha TK I menggelar MUBES II yang menghasilkan kaya lagi maha terpuji. (Q.S al- keputusan baru, yaitu periode kedua dengan Baqarah: 267) masa bakti 1994-1999 yang dipimpin oleh Drs. Bachtiar Djamal. Pada periode kedua ini Artinya: Ambillah zakat dari BAZIZ sudah mengalami peningkatan karena sebagian harta mereka, dengan sudah beroperasi lebih luas, yang sebelumnya zakat itu kamu membersihkan dan hanya mengumpul infak dari dinas dan mensucikan mereka, dan instansi TK I Propinsi Bengkulu. mendoa’alah untuk mereka. Kepengurusan BAZIZ pada periode ini terdiri Sesungguhnya do’a kamu itu dari seluruh kepala kanwil/dinas dan instansi (menjadi) ketenteraman jiwa bagi TK.I Bengkulu yang berposisi sebagai mereka. Dan Allah maha pengurus pleno. Lahirnya UU No.38 tahun mendengar lagi maha 1999 tentang pengelolaan zakat mendorong mengetahui” (Q.S. at-Taubah: BAZIZ TK.I Bengkulu membentuk panitia 103) untuk menggelar mubes III. Kepanitiaan Kedua dari sudut keadilan yang Mubes ini dikukuhkan dengan Surat merupakan ciri utama ajaran Islam penetapan Keputusan Gubernur TK.I Bengkulu no. 75 kewajiban zakat pada setiap harta yang dimiliki tahun 2000 tanggal 19 April 2000 tentang akan terasa sangat jelas, bandingkan dengan pembentukan Panitia pelaksana MUBES III

95 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

BAZIZ TK.I Bengkulu. Dari Mubes ini Bank perkreditan Raknyat Syariah terbentuk terbentuk kepengurusan Badan Muamalah Harkat. Amil Zakat Daerah (BAZDA) Propinsi 4. Melakukan Silaturrahmi kepada calon Bengkulu. Dari hasil MUBES ini terbentuk muzakki, seperti kepada eksekutif, kepengurusan Badan Amil Zakat Daerah legislatif dan para pengusaha. (BAZDA) Propinsi Bengkulu tahun 2000-2003 5. Mendata PNS golongan tiga keatas dan di bawah pimpinan Drs. H. Alwi Hasbullah. pejabat eselon yang bekerja di instansi Dengan terbentuknya BAZDA secara pemerintahan otomatis BAZIZ TK.I Propinsi Bengkulu tidak beroperasi lagi. 6. Menjalin kerja sama dengan ormas Islam, Pada periode awal berdiri BAZIZ kegiatan Lembaga dakwah dan majelis taklim untuk baru terbatas kepada sosialisasi ke daerah- mensosialisasikan kewajiban berzakat dan daerah tingkat dua yang saat itu lebih keberadaan BAZ kepada ummat melalui ditekankan kepada Infak. Setelah tahun1994 berbagai kegiatan keislaman. Badan Amil Zakat Propinsi Bengkulu 7. Membentuk unit-unit pengumpul zakat mengalami perkembangan yang cukup pesat, (UPZ) di instansi/Lembaga, BUMN/ perkembangan ini tidak hanya segi BUMD. operasional saja tetapi juga terlihat dari jumlah Zakat yang terkumpul kemudian dana Zakat yang berhasil dihimpun. Jika pada dibagikan kepada mustahik melalui program- tahun 2006 jumlah dana yang terkumpul pada program pendayagunaan dana zakat, diantara Badan Amil Zakat propinsi Bengkulu sekitar program yang digulirkan sebagai berikut: 142 juta, pada tahun 2007 dana dana zakat yang terkumpul pada Badan Amil Zakat 1) Bekerja sama dengan pihak kelurahan, Propinsi Bengkulu telah mencapai 682 juta. desa, RT, majelis taklim, pengurus masjid Setiap tahun terus mengalami peningkatan, dan lembaga untuk melakukan pendataan pada tahun 2010 dana zakat yang terkumpul mustahik. sekitar 873 juta. 2) Menyalurkan dana zakat secara produktif Program program yang dilakukan oleh untuk meningkat usaha musthiq. Program BAZ Propinsi Bengkulu dalam menghimpun dilakukan setelah melakukan survey ke zakat dari para muzakki sebagai berikut: lapangan untuk meninjau keadaan para pedagang kecil, penjual makanan, penjual 1. Melakukan Sosialisasi UU Nomor 38 sayuran, pedagang ikan, petani, nelayan tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan perajin yang membutuhkan dana secara terus menerus. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan usahanya. melalui ceramah, diskusi dan dialog antara 3) Manyalurkan dana ZIZ untuk pihak BAZ dengan lembaga pemerintahan kepantingan konsumtif dan beasiswa bagi dan swasta. keluarga miskin, dengan bererapa 2. Melakukan sosialisasi kewajiban zakat persyaratan, seperti: miskin, berprestasi, dan anjuran infak dan sedekah kepada berakhlak mulia dan mampu membaca al- masyarakat melalui media cetak, elektronik, Quran secara baik. ceramah, khotbah, brosur spanduk dan 4) Menyalurkan dana ZIZ secara insidentil media lainnya. untuk para duafa’ penyandang tuna netra, 3. Melakukan kerjasama dengan bank ibnu sabil, muallaf, bantuan pengobatan. dengan membuka rekening zakat, infak dan 5) Menyalurkan dana ZIZ untuk sedekah seperti kerjasama dengan Bank membangun sarana ibadah, pondok Muamalat, Bank Raknyat Indonesia dan pesantren, Taman Pendidikan al-Quran,

96 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

yayasan sosial dan Ormas Islam. menyampaikan kewajiban serta hak sesuai 6) Memberikan santunan kepada penyapu dengan amanah, profesional, adil, dan jalan, petugas kebersihan dan sopir transparan hingga kepercayaan donatur dan bantuan yang diberikan pada duafa’ dapat 3.3. Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) meningkat merupakan harapan lembaga ini. Pos Keadilan Peduli Ummat sebagai Program terpadu yang gulirkanPKPU lembaga amil zakat (LAZ) hadir di Bengkulu sebagai berikut: sejak 8 juni 2000, akan tetapi resmi menjadi · Pemberdayaan dan Pembinaan cabang PKPU Pusat pada tanggal 2 juli 2000, - Pemberdayaan ekonomi berdasarkan keputusan direktur PKPU Pusat - Pembinaan mental No. PKPU –P/VIII.I/SK/2000. Awal mula - Bantuan beasiswa yatim dan duafa berdirinya PKPU di Bengkulu itu karena - Bina kelompok masyarakat sadar adanya rasa kemanusiaan yang tinggi oleh kesehatan sekolompok orang, setelah terjadinya gempa · Bantuan Sosial bumi berkekuatan 7,6 SR mengunjang - Pembangunan Masjid Bengkulu. Karena ini merupakan musibah - Khitanan Masal besar yang terjadi di Bengkulu dan musibah ini memakan korban yang cukup banyak. Dalam mensosialisaikan lembaganya Sekelompok orang yang rasa kepedulian tinggi sebagai LAZ, PKPU menyebarkan buletin terhadap kesulitan masyarakat Bengkulu bulanan kepada masyarakat melalui RISMA mencari bantuan keluar daerah dan akhirnya dan ormas-ormas Islam lainnya. Dalam buletin mendapatkan bantuan dari LAZ PKPU di tersebut juga dimuat laporan keuangan, Jakarta. Sejak saat itu terjalin komunikasi yang sehingga uang masuk dan keluar dapat dilihat bagus, yang akhirnya menjadi cikal bakal dengan transparan oleh masyarakat, lebih berdirinya PKPU di Bengkulu. khusus oleh donatur. Untuk wilayah Bengkulu PKPU bertujuan membantu meringankan PKPU baru ada di ibu kota propinsi, beban penderitaan umat dan ikut berperan sedangkan untuk membantu operasional di serta bersama pemerintah dan komponen tingkat kota dan kabupaten dibentuk bangsa lainnya untuk meningkatkan korordinator lapangan (KORLAP). Para kesejahteraan ummat. PKPU Bengkulu di pegawai yang bekerja sebagai amil zakat ini kukuhkan oleh Gubernur Bengkulu pada tidak boleh bekerja di tempat lain, setiap tanggal 14 maret 2002 dengan surat keputusan pegawai diminta untuk fokus terhadap gubernur nomor 133 pada tahun 2002. pekerjaannya.. (Maisaroh, 2004:35-38) PKPU Bengkulu dalam menjalankan aktifitasnya bermitra dengan beberapa 4. Praktek Berzakat pada Masyarakat lembaga lain seperti Persaudaraan Muslimah Muslim Bengkulu. (salimah), remaja Islam Masjid (RISMA), 4.1.Sekilas Mengenai Masyarakat Muslim Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim (KAMMI), Bengkulu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Yayasan Agama Islam yang dianut oleh Ibu dan Anak (YIDAS), Yayasan Al-Fida’, masyarakat Bengkulu saat ini, bila ditinjau dari Majelis Taklim dan lembaga-lembaga lainnya. pembawanya melalui beberapa jalur masuk, PKPU berkomitmen memfasilitasi antara sebagai berikut: donator di satu sisi dan dan fakir miskin di sisi Pertama, melalui kerajaan sungai serut lainnya. Kerja yang amanah dan professional yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim merupakan keharusan dalam etos kerja Muhidin. Kedua, melalui perkawinan Sultan Lembaga PKPU. Menunaikan dan Muzaffar Syah dengan putri Serindang bulan.

97 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Ketiga, melalui kedatangan Maha Raja Sakti Naqsyabandiyah dan beberapa dari kerajaan Pagaruyung ke sungai Lemau gerakan politik Islam seperti Syarikat pada abad ke XVII. Keempat, melalui dakwah Islam, Hizbullah, Masyumi juga para da’i dari Banten dan hubungan kerajaan berperan dalam memperkokoh agama Banten dengan Selebar. Kelima, melalui Islam di Bengkulu. kerajan Muko-muko. Perjalanan panjang dakwah Islam kepada Dengan terbukanya isolasi kerajaan- masyarakat Bengkulu oleh berbagai pihak baik kerajaan di wilayah Bengkulu dengan berupa perorangan dan organisasi yang sekitarnya, maka tahap demi tahap agama bersifat lokal maupun nasional telah Islam dapat berkembang pesat. Para pembawa menghasilkan kedekatan masyarakat dan pengembang Islam berikutnya adalah: Bengkulu yang terdiri dari berbagai suku 1. KH. Abdurrahman Delamat yang bangsa dengan Agama Islam. Suku bangsa mendakwahkan Islam di Rejang yang ada di Bengkulu mengidentifikasi diri Lebong mereka dengan Islam. Orang Rejang mengaku 2. Orang-orang Benggali yang menganut bahwa mereka beragama Islam, begitu juga paham Syiah mengembangkan agama dengan orang Serawai, Orang Lembak dan Islam di Kota Bengkulu dan orang kaur. Kesemarakan Islam di Bengulu meninggalkan upacara tabot yang dewasa ini dapat dilihat dari jumlah rumah dilaksanakan setiap awal Muharram ibadah, seperti masjid, mushalla. Lembaga dari tanggal 1 sampai tanggal 10 pendidikan Islam seperti, Taman Pendidikan Muharram. al-Quran, Pondok Pesantren dan Sekolah 3. Orang Sumatera Barat yang datang ke Tinggi Agama Islam.(Badrul Munir Hamidi: 4) Bengkulu yang mayoritas sebagai pedagang, di samping berdagang 4.2.Tradisi Berzakat pada Masyarakat mereka juga mengajarkan agama Islam. Muslim Bengkulu 4. Buruh tambang yang berasal dari Jawa Untuk megetahui tradisi berzakat yang yang telah memeluk agama Islam yang dilakukan oleh masyarakat bengkulu berikut didatangkan oleh Belanda ke daerah ini akan dikemukan beberapa praktik Lebong juga berpartisipasi pengelolaan zakat yang berlangsung di mengembangkan agama Islam. beberapa daerah, sebagai berikut: 5. Orang-orang koloni/kontraktor yang 4.2.1.Pelaksanaan Zakat di Kecamatan menjadi pekerja di perkebunan besar Kerkap di wilayah Bengkulu juga turut Pelaksanaan zakat mal yang biasa mengembangkan Islam di Bengkulu. dilaksanakan oleh masyarakat muslim di 6. Pada penghujung penjajahan Belanda, kecamatan Kerkap adalah zakat hasil sebelum Indonesia merdeka pertanian berupa padi dan hasil perdagangan. organisasi-organisasi Islam seperti Sedangkan zakat jenis hasil pertanian atau Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, perkebunan lainnya belum dilaksanakan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) seperti zakat hasil perkebunan karet, dan kopi. dan beberapa organisasi Islam lokal Penanaman padi di Kecamatan kerkap seperti MAS, Saadatul Darain, dan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Jenis Umul Khair juga mengambil peran sawahnya adalah sawah irigasi yang airnya dalam mengembangkan Agama Islam. berasal dari bendungan sungai dan sawah 7. Awal kemerdekaan gerakan Tarekat rawa yang pengairannya berasal dari air hujan.

98 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Aktifitas turun kesawah pada bulan April terdiri dari dua cara, pertama, muzakki sampai Agustus dan Oktober sampai Februari. menyerahkan kepada amil zakat yang ada di Dari hasil usaha penanaman padi inilah bila Masjid untuk dibagikan kepada yang berhak mencapai senisab masyarakat mengeluarkan menerimanya, model kedua ada juga yang zakat. memberikan langsung kepada yang berhak Pelaksanaan zakat yang biasa di menerimanya. Besar zakat fitrah yang praktekkan adalah para muzakki memberikan dikeluarkan adalah dua setengah cupak (10 zakatnya kepada keluarga dekat atau famili canting). Waktu pembayaran biasnya tiga hari yang datang meminta. Bila tidak ada keluarga sebelum hari raya, namun demikian ada juga dekat datang meminta maka muzakki akan yang membayarkan pada malam takbiran, memberikan kepada keluarga yang dianggap sebelum hari raya. (Mukhlisin, 1994: 54) kurang mampu dalam kehidupan sehari-hari. (Syafwan karim (1987) 28-31) 4.3.Peluang dan Tantangan pengelolaan zakat di Bengkulu 4.2.2. Tradisi berzakat di Kecamatan Muko- 4.3.1. Peluang Optimalisai Pengelolaan Muko Selatan Zakat di Bengkulu Pembayar zakat mal di Kecamatan Muko- Sebagaiman telah disinggung pada bab muko Selatan masih terfokus kepada zakat sebelumnya, bahwa masyarakat Bengkulu hasil tanaman pangan yaitu padi. Model mayoritas memeluk agama Islam. Dari jumlah Muzakki dalam membanyarkan zakat terdiri umat Islam tersebut bisa dikelompokkan dari dua cara: menjadi tiga kategori, pertama: kelompok Pertama, Muzakki memanggil amil zakat sejahtera, kelompok ini digolongkan kepada ke rumahnya untuk menerima pembayaran pembayar zakat ( Muzakki), kedua kelompok zakat. Kedua, muzakki mengantarkan zakatnya prasejahtera, kelompok ini digolongkan kepada amil zakat yang ada di masjid kepada kelompok yang bukan pembayar zakat Dari data yang didapatkan jumlah padi (muzakki) dan bukan pula penerima zakat zakat yang berhasil dikumpulkan berjumlah (mustahik), ketiga, kelompok penerima zakat 5.352 kulak dari 133 orang muzakki dengan (mustahik). Menurut Asnaini Bila potensi perincian sebagai berikut: Desa Medan Jaya zakat yang ada di Propinsi Bengkulu terkelola 727 kulak dari 24 orang muzakki, desa Pulau dengan baik diperkirakan dapat mencukupi Baru 1.060 kulak dari 29 muzakki, desa Sibak untuk membantu mustahik yang ada.1 Potensi 1.630 kulak dari 43 muzakki, desa Tanjung zakat yang yang sudah mulai terkelola adalah Harapan 1.350 kulak dari 43 muzakki dan desa zakat profesi yang bersumber dari pegewai Pasar Ipuh 1.935 kulak dari 37 muzakki negeri Sipil di lingkungan pemerintah propinsi, (Mukhlisin, 1994: 51) dan kabupaten kota. Para PNS menyerahkan Sedangkan untuk pembayaran zakat zakatnya melalui Unit Pengumpul UPZ yang fitrah di kecamatan Muko-Muko Selatan dibentuk di instansi masing-masing, namun dilakukan dalam dua bentuk, sebagai berikut: tidak ada kewajiban untuk menyetorkan semua Pertama, dibayar dalam bentuk zatnya, zakat yang terkumpul itu ke BAZ Propinsi atau yaitu berupa beras sebagai bahan makanan Kabupaten Kota. Disamping Muzakki dari pokok, Kedua, dibayar dalam bentuk uang PNS ada juga dari kalangan profesional seperti seharga beras. dokter dan polisi, namun jumlahnya masih Untuk model pembayaran zakat firah ini sangat kecil. Untuk pembayarannya muzakki

1 Wawancara dengan Asnaini, merupakan dosen dan peneliti yang telah melakukan beberapa penelitian berkaitan dengan zakat di Propinsi Bengkulu.

99 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 langsung mengantar ke Kantor BAZ atau informatika adalah salah satu sarana yang melalui rekening2. menunjuang untuk memberitahukan sesuatu. Banyak sekali media informatika yang bisa 4.3.2. Tantangan dan Kendala pengelolaan digunakan seperti TV, Radio, Majalah, Koran Zakat di Bengkulu dan internet.Kalau pegelola zakat jeli melihat Sebagai sesuatu yang baru, Badan Amil peluang ini akan sangat mudah untuk Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) menyampaikan masalah zakat kepada keberadaannya tentu saja belum langsung bisa masyarakat dengan memasukkannya kedalam diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Perlu iklan. Karena sebagaimana yang kita ketahui usaha yang terus menerus media informatika sekarang ini tidak terlepas memperkenalkannya. Beberapa tantangan dan dari iklan. Suatu produk atau jasa akan dibeli kendala untuk meyakinkan mayarakat, atau di dikenal masyarakat apabila diiklankan khususnya para muzakki untuk menyalurkan di media. Dampaknya adalah nilai penjualan zakatnya melalui (BAZ/LAZ) sebagai berikut: akan meningkat. Sebaliknya suatu produk atau Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan jasa yang tidak di iklankan sulit dikenal dan dengan beberapa orang yang mengamati dibeli oleh masyarakat. perkembangan pengelolaan zakat di Bengkulu Hal ini sepatutnya juga disadari oleh dapat diambil beberapa tantangan dan kendala BAZ sebagai suatu badan yang yang dihadapi dalam pengeloaannya: berkecimpung dalam layanan jasa masyarakat. Dalam melakukan sosialisasi ini BAZ juga bisa 1.Muzakki Merasa lebih baik dan puas kalau melakukan kordinasi dengan berbagai zakat diberikan dengan tangannya sendiri. lembaga perbankkan, organisasi keagamaan Merobah kebiasaan yang telah dilakukan dan Lembaga Suwadaya Masyarakat yang masyarakat secara turun temurun memang ada. bukanlah suatu yang mudah. Termasuk dalam hal ini merobah kebiasaan berzakat. Ada 3.Masih Kurangnya Perhatian Pemerintah beberapa alasan; pertama, Para muzakki Propinsi merasa puas langsung memberikan zakatnya langsung kepada yang berhak menerimanya. Pemerintah Sebagai lembaga yang diberi kedua, Pengaruh kebiasaan orang tua, yang kepercayaan untuk mengatur masyarakat dulunya mendapatkan pengajaran dari para pada berbagai sendi kehidupan seperti sosial guru dan buya. Kebiasaan yang dilakukan ekonomi agama dan sebagainya. Dalam orang tua dalam membayar zakat itu kemudian pengelolaan zakat ini diharapkan perhatian dilanjutkkan oleh anak-anaknya. Untuk yang lebih besar lagi dari pemerintah untuk merobah kebiasaan itu, menurut Asnaini, yang memperkuat lembaga zakat ini sehingga harus terus dilakukan adalah sosialisasi dan menjadi lembaga yang kuat. Peran yang memberikan pemahaman yang konprehensif diharapkan dari pemerintah dapat berupa bahwa sebenarnya zakat itu dipandang bukan pengalokasian dana anggaran pendapatan dari kepentingan pembayar zakat3. dan belanja daerah yang lebih maksimal untuk operasional kegiatan BAZ. 2.Masih Kurangnya Sosialisasi Informasi pada saat ini sungguh amat dibutuhkan masyarakat karena media

2 Wawancara dengan Rusli M Daud salah seorang pengurus Bazda Propinsi Bengkulu 3 Wawancara dengan Asnaini, ibid

100 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

4.Masih Kurang Transparansi terhadap prasarana yang belum memadai. Seperti, pengeloaan zakat fasilitas perkantoran, kendaraan dan fasilitas Transparansi pengelolaan zakat mutlak yang menunjang lainnya. untuk diwujudkan, karena dengan demikian akan membangun kepercayaan masyarakat 7. Masih kurangnya koordinasi dalam kepada Lembaga Amil Zakat Propinsi. mengelola zakat Semangat transparansi semakin kuat setelah Koordinasi antara Badan atau Lembaga reformasi bergulir. Dengan adanya tranparansi zakat dengan berbagai lembaga terkait harus masyarakat akan percaya dan rela terus ditingkatkan, terutama dengan bagian menyalurkan zakatnya melalui BAZ dan LAZ yang menangani urusan zakat di KEMENAG. yang ada. Kepercayaan merupakan modal Ada kesan masing-masingnya berjalan- yang sangat berharga bagi BAZ atau LAZ sendiri-sendiri, Seharusnya pengurus badan untuk mempermudah dalam menyakinkan dan lembaga zakat harus bermitra sesuai mustahik untuk menyerahkan zakatnya. amanat undang-undang, Ada tiga lembaga Transparansi BAZ/LAZ di Bengkulu yang harus bersinergi, lembaga zakat, kemenag diharapkan diketahui oleh semua elemen yang dan pemerintah sesuai tingkatnya. ada di Bengkulu. Hal itu bisa disampaikan melalui surat kabar dan majalah, dengan Penutup demikian setiap elemen masyarakat 1.. Simpulan mengetahui keadaan dana yang terkumpul di Pengeloaan zakat di Propinsi Bengkulu BAZ/LAZ dan untuk keperluan apa telah dimulai jauh sebelum disahkannya UU dimanfaatkan. pengelolaan zakat tahun 2009. Lembaga pengelolanya di pusatkan di masjid-masjid 5.Muzakki sering mengeneralisir sikap yang ada dengan kepengurusannya bersifat tidak amanahnya amil belum terstruktur dengan baik. Zakat yang Prilaku tidak amanahnya Amil di suatu dipungutpun masih berupa kebutuhan pokok lembaga zakat di daerah tertentu juga turut berupa hasil padi. Setelah Undang Undang memberikan dampak negativ terhadap badan pengelolaan zakat disahkan pada tahun 1999, atau lembaga pengelola zakat. Kendatipun Pengelolaan zakat di Bengkulu memasuki fase badan atau lembaga tempat amil yang baru. Badan Amil Zakat dibentuk di tingkat bersangkutan tidak berada di daerah si propinsi dan kabupaten kota. Disamping muzakki. Muzakki khawatir zakat yang mereka Badan Amil Zakat ada juga Lembaga Amil bayarkan melalui badan atau lembaga tidak Zakat yang dibentuk oleh organisasi dan disalurkan kepada kepada orang yang berhak yayasan, seperti Pos Keadilan Peduli Ummat menerimanya. (PKPU). Muzakki yang menjadi target utama Badan Amil Zakat adalah Pegawai Negeri Sipil 6. Badan atau Lembaga masih kurang siap (PNS) dan jenis profesi lainnya. Untuk memperkenalkan Badan Amil Zakat yang Kesiapan badan atau lembaga pengelola masih baru terbentuk dilakukan sosialisasi zakat dapat dilihat dari beberaapa aspek, dengan berbagai bentuk dan cara, sehingga pertama, sumberdaya manusia, sumberdaya BAZ dikenal oleh masyarakat secara luas dan pengelola zakat haruslah orang-orang khususnya para muzakki. Kendala dan profesional dan fokus mengurus perzakatan, tantangan yang dihadapi adalah merobah bukan tenaga part time, yang hanya kebiasaan masyarakat muslim untuk beralih mempergunakan sisa-sisa waktu dari tugas dari membayar zakat dari pola tradisional. Hal utamanya. Kedua, fasilitas sarana dan lain yang juga menjadi tantangan adalah

101 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 membangun kepercayaan masyarakat muslim Daftar Pustaka kepada Badan dan Lembaga Amil Zakat. Pembayaran zakat yang dilaksanakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, oleh masyarakat muslim Bengkulu secara 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisional masih fokus kepada bahan Jakarta, Balai Pustaka. makanan pokok, yaitu padi. Penghasilan selain Hafidhuddin, Didin, 2008. The Power of padi, seperti kopi, karet dan hasil perkebunan Zakat: Studi Perbandingan lainnya tidak dikeluarkan zakatnya. Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, Penghitungan nisab zakat menggunakan Malang, UIN-Malang Press penakar tradisional seperti canting dan kulak. Hidayat, Yayat, 2008. Zakat Profesi: Solusi Pembayarannya dapat di kategorikan menjadi Mengentaskan Kemiskinan Umat, dua bentuk, pertama, muzakki langsung Bandung, Mulia Press. membayarkannya kepada yang berhak menerimanya, biasanya muzakki Kusmayadi dkk, 2000. Metodologi Penelitian mengutamakan keluarga terdekat yang masih dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta, mempunyai hubungan darah. Sifat zakat yang PT Gramedia Pustaka Utama. diberikan cendrung kepada zakat konsumtif. Maisaroh, 2004. Analisis Perbandingan Kedua, Muzakki menyerahkan kepada amil Program PKPU dan BAZ Propinsi zakat, pengurus masjid atau mushalla untuk Bengkulu, Sripsi, STAIN Bengkulu. diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Mufraini, M.Arif, 2006. Akuntansi dan Sifat amil zakatnya masih belum terorganisasi Manajemen Zakat: dengan baik. Amil zakat membagi zakat yang Mengkomunikasikan Kesadaran dan terkumpul berdasarkan jumlah penerima. Membangun Jaringan, Jakarta, kencana Sasaran amil dalam membagikan zakat adalah Munir Hamidi, Badrul, 2004 Masuk dan fakir miskin yang ada dilingkungan setempat. Berkembangnya Islam di Daerah Bengkulu, Panitia Penyelenggara STQN 2.Saran XVII. 1. Perlu usaha terus menerus untuk mensosialisasikan Badan/Lembaga Nurliana, Debbi, 2002. Respon yang Diberikan Amil Zakat kepada masyarakat muslim Pemerintah Kota Bengkulu dalam Bengkulu dengan memanfaatkan Pelaksanaan Zakat, skripsi, STAIN berbagai media yang tersedia, seperti Bengkulu. melalui forum-forum, media cetak , dan Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, 1993. media elektronik. Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas 2. Badan/Lembaga zakat harus terus Keresidenan Bengkulu Menjadi meningkatkan kualitas kelembagaan Propinsi Bengkulu, Palembang, dan professional pengelolaan agar Sriwijaya Media Utama. bisa menghadirkan pelayanan yang Ramadaniar, 2004. Studi Komparatif maksimal dan berkualitas. Pengelolaan Zakat pada Badan Amil 3. Perlu peningkatan fasilitas Zakat Propinsi Bengkulu Pra dan Pasca perkantoran untuk menunjang UU No. 38 tahun 1999, skripsi, STAIN kelancaran pengelolaan zakat, dalam Bengkulu. hal penghimpunan dan Suryabrata, Sumadi,2009.Metodologi pendistribusian zakat yang berhasil Penelitian, Jakarta, Rajawali Pers dihimpun.

102 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Sudewo, Eri, 2004. Keresahan Pemulung Zakat, Jakarta, Khairul Bayan-Sumber pemikiran Islam. Sudirman, 2007. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang, UIN-Malang Press Sumira, Rini, 2011. Dampak Zakat Produktif Terhadap Perekonomian Mustahik pada Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi Bengkulu, skripsi, STAIN Bengkulu Qardawi, Yusuf, 2007. Hukum Zakat, pent, Salman Harun dkk. Jakarta, PT Mitra Kejaya Indonesia. Zuhaily, Wahbah, 2000. Zakat, kajian Berbagai Mazhab, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

103 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

DARI BAJU MODEL JUBAH PUTIH KE JAS: PENGARUH MODERNISASI ISLAM DALAM GAYA BERPAKAIAN LAKI-LAKI MINANGKABAU

Zusneli Zubir

Abstract

The influence of Islamic modernization not only brings renewal to the idea of Islam tenets itself but also makes impact on the style of daily dress among Minangkabau Muslims. Before the influence of Islamic modernization initiated by Padri Order in West Sumatra, men generally wear guntiang cino dress whereas the princes wear destar covered with a black loose clothes. Then, a significant change occurs when Padri disseminates their idea as a purification of Islamic teachings by instructing Minangkabau men to white robe and turban head wear. The second change occurs when some Islamic modernist scholars such as Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad and Ibrahim Musa introduces Western style dress into Minangkabau society. The modernizing Islamic movement in the early 20th century in many aspects including in clothing life style is made in peaceful or non-coercive manner so that its influence sustains into this days. Keywords: Clothing, culture, modernization, Islam.

Pendahuluan masyarakat, ditandai dengan model pakaian Orang Minangkabau mengenal berbagai yang tidak hanya sekedar membungkus jenis pakaian tradisional, yang tubuhnya yang berfungsi melindungi tubuh, penggunaannya hampir selalu dikaitkan namun juga makna-makna simbolis yang harus dengan fungsi adat sekaligus sosial. Fungsi dipertahankan.1 pakaian semakin krusial apabila dihubungkan Salah satu jenis pakaian yang penulis dengan posisi seorang ditengah masyarakat. angkat dalam tulisan ini adalah pengaruh Di Minangkabau ada tiga hal yang gerakan modernisasi Islam terhadap gaya membedakan posisi seseorang ditengah berpakaian laki-laki. Cara berpakaian orang masyarakat, pertama posisi sebagai tokoh adat Minangkabau memang mengalami proses dan kedua posisinya sebagai tokoh ulama, perkembangan yang cukup pesat. Hal ini serta posisi seseorang sebagai bundo tercermin dalam pepatah Minang, Kain kanduang. Ketiga posisi ini ditengah pandindiang miang, ameh pandindiang

 Penulis adalah staf fungsional peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang. 1 Harmoko, Indonesia Indah. (Jakarta: Harapan Kita, 2001), hlm. 5-10.

104 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 malu, artinya kain pendinding atau pembatas elite di Minangkabau. Bertitik tolak dari miang, emas pendinding atau penutup malu, latarbelakang di atas, kajian ini akan melihat dengan kata lain pakaian itu betul-betul bagaimana perkembangan munculnya baju menutup seluruh tubuh agar tidak terkena oleh gamis yang sudah dimulai semenjak masa bahaya alam dan Islam menegaskan tidak Paderi? Selanjutnya yang menarik pula dilihat memberi ransangan seksual bagi lawan adalah, bagaimana pula proses perubahan jenisnya, jadi adat dan agama sejalan dalam gaya berpakaian elite Minang, terutama Kaum memandang cara berpakaian ini. Muda pada masa awal abad ke-20? Tulisan ini menarik untuk dikaji, mengingat dalam beberapa kurun dasawarsa Perubahan Berpakaian dalam Pendekatan terakhir orang Minang mudah beradaptasi Teoritis dengan berbagai model fashion. Jika kita tinjau Menurut definisi umum, pakaian pada secara historis, adaptasi laki-laki Minang, awalnya berfungsi sebagai alat melindungi terutama di kalangan elitenya dalam tubuh, dari pengaruh cuaca dan gigitan berpakaian tidaklah mudah, bahkan kerap serangga. Ketika masuknya Islam, konsep menimbulkan konflik. Sebelum masuknya pakaian mulai bergeser tidak saja untuk pengaruh Paderi, laki-laki Minang umumnya menutupi tubuh tetapi telah berkembang memakai baju guntiang Cino sedangkan menjadi nilai kesopanan dan etika sampai untuk kalangan penghulu memakai pakaian akhirnya berkembang menjadi nilai-nilai destar dan baju hitam longgar. estetika. Hal terlihat jelas, ketika paham Perubahan besar terjadi ketika ulama Wahabi masuk ke Minangkabau. Menurut Paderi pulang ke Minangkabau untuk paham ini, pakaian tidak lagi sekadar mengikuti memurnikan ajaran Islam. Pada masa Paderi, kesopanan, tetapi sudah menerapkan cara pendekatan yang dilakukan elite terhadap berpakaian menurut Islam yaitu menutup aurat, masyarakat terkesan dipaksakan. Hal ini memakai kerudung atau jilbab. bertujuan untuk membedakan antara kaum Konsep ini dilanjutkan hingga puritan dengan kaum adat. Kaum puritan modernisasi yang diterapkan melalui beranggapan, pakaian yang layak dipakai oleh pendidikan, baik pendidikan Barat di seorang muslim adalah gamis, bukan pakaian Bukittinggi maupun pendidikan Islam di tradisional Minang yang sehari-hari dipakai. Padang Panjang. Sehubungan dengan ini, Kondisi serupa juga terjadi pada awal maka guna lebih memahami studi mengenai abad ke-20. Kaum Muda yang membawa perkembangan pakaian di Minangkabau pengaruh dari kaum reformis Timur Tengah, terutama di Sumatera Barat secara mendalam, juga melakukan dobrakan dalam gaya maka pendekatan dalam memahami suatu berpakaian. Seperti Haji Abdul Karim Amrullah peristiwa sejarah, dapat dilakukan melalui yang sering memakai setelan jas, baju kerah berbagai jalur metodologis atau perspektif putih, dasi, pantolan, benar-benar teoritis dan perspektif ekonomis, sosiologis, mencerminkan prestige ulama yang ke-Barat- dan antropologis. Kita dapat mengandaikan baratan. Gaya berpakaian ini pun tidak luput, bahwa pertemuan beberapa faktor telah mendapat kecaman dari Kaum Tua yang menyebabkan terjadinya peristiwa sejarah. berfatwa meniru gaya berpakaian orang Barat, Sebelum mencapai titik pertemuan itu, faktor- hukumnya kafir. faktor itu masing-masing mengalami Tulisan ini pada dasarnya ingin perkembangannya sendiri. Berdasarkan menjawab tantangan terhadap minimnya tema pertimbangan teoritis ini, kita bisa membahas penelitian, terutaam yang mengkaji pengaruh secara terpisah aspek-aspek itu sebagai faktor- modernisasi Islam terhadap gaya berpakaian faktor kondisional dari peristiwa sejarah.2

105 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Sehubungan dengan tulisan ini, maka umum pakaian seorang penghulu terdiri dari melihat perubahan pakaian di Minangkabau destar, baju hitam longgar, celana hitam lebar, memiliki keterkaitan dengan ekonomi sesamping, kain sarung yang disandang, keris, masyarakat yang bermetamorfosis berupa dan tongkat.4 Gaya berpakaian seorang datuk adaptasi budaya terhadap kebijakan regulasi pada masa Paderi, tentunya tidak banyak yang pernah dikeluarkan pada masa mengalami perubahan, seperti yang ada pada pemerintah kolonial Belanda dan kebijakan gambar berikut. yang dikeluarkan tokoh-tokoh modernis Islam di Minangkabau. Penekanan ini senada dengan tulisan Henk Schulte Nordholt tentang Negara di atas Kulit: Pakaian, Sepatu, dan Kerapian di Indonesia bahwa sarung dan kebaya telah digeser dalam wilayah kehidupan domestik.3 Bila sejarah gaya pakaian di Eropa berhubungan dengan modernisasi dan pilihan politik, sedangkan di Sumatera Barat sejarah perkembangan pakaian berhubungan dengan dinamisnya budaya Minang, prestige, dan mencerminkan status sosial seseorang.

Pembahasan 1. Pakaian Penghulu dan Baju Guntiang Cino Sebelum Kedatangan Ulama Paderi Gambar 1. Dua orang Datuk yang berasal dari Bicara mengenai gaya berpakaian elite Kelarasan Limopuluah Koto. Foto ini diambil tahun Minangkabau pada masa pra Paderi dan masa 1930-an. Paderi, mau tidak mau merujuk pada gaya Sumber: www.pictura-kitlv.dp.nl berpakaian seorang penghulu dan ulama pada masa itu. Tentu saja ini terkait dengan posisi Panghulu atau ninik mamak yang berada di Menurut A.A Navis dalam Alam pasukuan atau kaum. Mereka biasanya Takambang Jadi Guru, bahwa pakaian dipanggil datuk, sebagai panggilan seorang penghulu mengandung makna kehormatan, karena posisinya yang penting simbolik, baik warna, mode, maupun cara sebagai pemimpin kaumnya dan berhak memakainya.5 Umumnya pakaian seorang mengatur sanak keluarga yang terhimpun di penghulu mulai dari destar, baju sampai celana dalamnya. berwarna hitam. Pakaian kebesaran seorang Masing-masing daerah di Sumatera Barat penghulu, seperti pada Gambar 1 terdiri dari memiliki variasi yang berbeda, tetapi secara destar sebagai penutup kepala. Biasa disebut

2 Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten Tahun 1888. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hlm. 24. 3 Lebih lanjut lihat Henk Schulte Nordholt, Kriminalitas, Modernitas, dan Identitas dalam Sejarah Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 245-246. 4 Tim Penulis, Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, dan Senjata Tradisional (33 Propinsi di Indonesia). (Jakarta: CIF, 2008), hlm. 10. 5 A.A. Navis, Alam Takambang Jadi Guru. Adat dan Kebudayaan Minangkabau. (Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1984), hlm. 142.

106 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 saluak batimba (seluk bertimba) terbuat dari warna putih pada baju melambangkan kain batik. Bagian muka saluak ditata berkerut- kebersihan dan kemurnian para pemakainya. kerut berjenjang dengan bagian atas datar. Mode gunting cina merupakan gaya pakaian Kemudian dikenakan baju lengan hitam longgar yang menjadi pakaian sehari-hari. longgar (besar lengan) dengan leher lepas Sementara penutup kepala biasanya para tidak berkatuk, belah sampai ke dada tanpa pemuda lebih suka mengenakan peci dari kancing. Umumnya dipakai sarawa (celana) bahan beludru warna hitam yang sekarang lapang warna hitam. Celana lapang ini menjadi salah satu pakaian nasional. melambangkan kesiagaan, walaupun lapang Hanya saja, perubahan gaya berpakaian dibatasi oleh ukua (ukur) dan jangko (jangka) laki-laki Minang dimulai sejak kedatangan diwujudkan melalui sulaman benang emas ulama Paderi yang membawa misi memurnikan pada pinggirnya (minsai). ajaran Islam. AV Michel dalam Bijdrage tot de Selain itu, pakaian seorang datuk juga Bibliografie van de huidige godsdienstige dilengkapi dengan kain samping yang melilit ter Sumatera’s Westkust menceritakan pinggang di atas lutut dengan sudutnya suasana Sumatera Barat yang diliputi konflik seperti niru tergantung. Kain sesamping ini dan huru-hara sejak kedatangan kaum Paderi.7 dipakai terutama saat bepergian dan Kecendrungan munculnya konflik pada masa kebanyakan dipilih warna merah sebagai Paderi, menurut Taufik Abdullah menandakan lambang keberanian serta tanggungjawab. gerakan tersebut menuntut adanya Sedangkan di bagian pinggangnya dililit penyesuaian Islam yang murni terhadap cawek (ikat pinggang) dari sutra berjumbai realitas sosial dan budaya yang hidup pada (bajam-bua alai). Bahunya berselempang masa itu.8 kain sandang atau kain kaciak dari kain sebagai lambang kebesaran seorang penghulu 2. Jubah dan Turban Putih Pada Masa Paderi (ninik mamak). Perkembangan pembaruan Islam di Tidak hanya itu, pakaian seorang Sumatera Barat merupakan bagian integral dari penghulu, juga dilengkapi keris dengan posisi perkembangan sekte wahabi di Timur Tengah. miring ke kiri terselip di perut melambangkan Aliran yang didirikan Mohammad bin Abdul keberanian tanpa bermaksud menghadang Wahab ini, menurut Schrieke menolak ijma’ musuh melainkan untuk menjadi hakim.6 sebagai bagian dari putusan ulama dan Biasanya masih ditambah dengan tongkat menolak perkembangan sufiistik, mistisme, untuk berjalan di malam hari atau berdiri lama. mitos, dan pemujaan berlebihan terhadap Sedangkan untuk alas kaki dikenakan selop orang-orang keramat (taklid).9 dari beludru. Pengaruh wahabi yang dibawa oleh Lain halnya dengan pakain laki-laki delapan ulama Minangkabau tersebut, tidak Minang yang biasa dipakai sehari-hari. Hingga saja menyentuh ranah pemurnian ajaran Islam, akhir abad ke-19, umumnya laki-laki Minang namun juga dalam Model pakaian orang mengenakan celana batik tanpa pisak, baju Paderi, sehingga mereka mudah untuk dikenali putih mode gunting cina dan kopiah. Pilihan (lihat Gambar 2). Cirinya memakai baju gamis

6 Lebih lanjut lihat Tim Penulis, Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, dan Senjata Tradisional (33 Propinsi di Indonesia). (Jakarta: CIF, 2008), hlm. 13. 7 Lihat lebih lanjut dalam B.J.O Schrieke, Pergolakan Agama di Sumatra Barat. Sebuah Sumbangan Bibliografi. (Jakarta: Bhratara, 1973), hlm. 11. 8 Lihat pernyataan Taufik Abdullah dalam B.J.O Schrieke, Pergolakan Agama di Sumatra Barat. Sebuah Sumbangan Bibliografi. (Jakarta: Bhratara, 1973), hlm. 8. 9 Lihat A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta : Al-Husna Zikra, 1995), h. 149.

107 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 atau baju terusan berwarna putih. Selain itu, tidak lepas dari kondisi iklim jazirah Arab yang mereka dilengkapi dengan sorban dan kain ekstrim, sehingga pakaian ini dapat melindungi slempang yang terdapat di bahu sebelah kiri kulit dari sengatan matahari dan dinginnya yang berwarna putih. Gaya pakaian demikian, cuaca pada malam hari. pada masa Paderi menjadi simbol pemakainya, Mengenai aturan-aturan hidup secara sehingga pada waktu itu ada dua simbol dari Islami dan berpakaian, pernah diungkap cara berpakaian orang Minang. Pertama, Tuanku nan Renceh dalam sebuah pertemuan pakaian serba hitam ataupun destar hitam dengan kaum adat di Bukit Kamang. Tuanku menunjukkan identitas mereka mewakili kaum Nan Renceh mengajak kaum adat untuk adat dan bangsawan Pagaruyung. Kedua, melaksanakan salat fardhu, untuk kaum laki- pakaian gamis putih menunjukkan identitas si laki diwajibkan memelihara janggut, berpakaian pemakai yang mewakili kaum Paderi. seperti orang-orang Paderi, melarang merokok, makan sirih, madat, dan minum arak. Sedangkan untuk kaum perempuan, Tuanku Nan Renceh menganjurkan mereka agar memakai pakaian yang menutup seluruh tubuhnya, menggunakan cadar, melarang memakan sirih, dan lain sebagainya. Tidak sebatas aturan, pihak Paderi pun menerapkan sanksi tegas bagi pelanggar aturan ini di daerah-daerah yang telah mereka kuasai. Adapun aturan-atruran yang ditetapkan antara lain: siapa yang mencukur jenggot didenda 2 suku, yang memepat gigi didenda seekor kerbau, lutut yang tidak ditutup didenda 2 suku, perempuan yang tidak menutup muka didenda 3 suku, perempuan yang bertengkar didenda 5 suku, orang tua yang memukul anak didenda 2 suku, memanjangkan kuku didenda 2 suku, riba didenda 5 kepang, meninggalkan shalat sekali didenda 5 suku, kalau lebih dihukum mati.11 Gambar 2 pakaian seorang pengikut Paderi. Gambar ini dilukis oleh JC La Velatte di Batavia tahun 1839 Senada dengan Tuanku nan Renceh, Sumber: www.kitlv.ac.nl Tuanku Pasaman menganjurkan pengikut Paderi memakai pakaian putih, jubah panjang Ajakan dari ulama Paderi kepada setiap sampai ke mata kaki (gamis), rambut kepala laki-laki agar memakai gamis diilhami dari salah dicukur habis, memakai sorban putih, seuntai satu hadits riwayat Muhammad bin Humaid tasbih di tangan kiri dan pedang di sebelah ar Razi yang bersumber dari Ummu Salamah kanan. Cara berpakaian di atas menunjukkan r.a. yang mengatakan bahwa pakaian yang identitas seorang ulama di kalangan Paderi paling disenangi Rasulullah SAW adalah yang berpakaian putih, berjubah panjang dan gamis.10 Kegemaran Rasulullah memakai gamis memakai sorban putih. Adapun yang

10 Pakaian Rasulullah saw”, http://www.fiqhislam.com/index.php?op-tion=com. content & view=article&id=25617&Itemid=162. Diakses tanggal 14 Mei 2012. 11 Muhammad Radjab, Perang Paderi...., hlm. 31.

108 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 membedakan anjuran Tuanku nan Renceh dan memakai kembali pakaian kebesarannya. Tuanku Pasaman adalah pada penekanan Sementara itu, di kalangan ulama tradisional memakai tasbih dan pedang sebagai simbol masih tetap mempertahankan gaya berpakaian perlawanan terhadap kolonial Belanda. Paderi dan mengeluarkan fatwa haram kepada Gaya berpakaian secara Islami ini, setiap orang yang meniru gaya berpakaian terutama yang merujuk pakaian khas jazirah orang Eropa. Arab, sering ditafsirkan orang-orang Belanda Pandangan seperti itu mendapat yang tinggal di Hindia Timur, Eropa, dan perlawanan dengan adanya perubahan besar Amerika sebagai bagian dari revitalisme Islam. terhadap gaya berpakaian laki-laki di Kondisi ini menunjukkan, orang-orang Paderi Minangkabau, terutama pada awal abad ke- penentang pemerintah kolonial Belanda 20, saat tiga orang murid Syekh Ahmad Khatib, memakai jubah panjang putih dengan turban seperti Haji Abdul Karim Amrullah, Syekh di kepala. Selain itu, kaum Paderi juga Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdullah mempropagandakan cara hidup yang lebih Ahmad kembali ke Sumatera Barat. puritan, melarang perjudian, minuman Kembalinya tiga orang murid Syekh Ahmad beralkohol, mengisap opium, tembakau, dan Khatib tersebut, tidak saja membawa misi lain sebagainya. puritanisme Islam, tetapi juga mendobrak Sejak dikeluarkannya himbauan ulama tradisi kaku dari ijma ulama yang Paderi tersebut, banyak laki-laki Minang yang mengharamkan meniru gaya berpakaian Barat. memilih memakai gamis putih dan turban. Di Pelopori oleh Haji Rasul (Haji Abdul Jubah putih kelompok Paderi merupakan Karim Amrullah), Abdullah Ahmad, Ibrahim simbol status religius yang tinggi dan Musa Parabek yang memperkenalkan pertama dipandang alim oleh pengikutnya. Pengaruh kali corak pakaian Barat kepada siswanya. Gaya berpakaian ini, merupakan manifestasi berpakaian tokoh modernis Islam, perjalanan haji mereka dan diadopsinya gaya menunjukkan revolusi gaya berpakaian berpakaian di Mekah. Sekembalinya Tuanku seorang ulama. Gaya berpakaian yang Imam Bonjol dan beberapa haji lainnya dari ditunjukkan kedua ulama modernis ini secara Mekah, menjadikan pakaian ini menjadi simbol langsung menyanggah fatwa meniru cara penghormatan terhadap mereka baik di berpakaian orang kafir, hukumnya adalah lingkungan masyarakat, maupun di mata kafir. Taqlidnya ulama tradisional dan pemerintah kolonial. Sebutan tuanku, haji, pengikut tarekat terhadap fatwa yang berlaku, syekh, kyai mereka peroleh setelah menyebabkan mereka menutup pintu ijtihad kepulangan mereka dari tanah suci.12 serapat-rapatnya. Sanggahan dan perlawanan kaum muda terhadap reinterpretasi hadits 3. Jas, Pantolan, dan Dasi Sebagai Bagian tersebut tidak saja dibuktikan melalui fatwa- Dari Model Pakaian Kaum Muda fatwa, namun juga melalui bukti pakaian mereka sehari-hari, seperti pantolan, jas, dan Sejak berakhirnya Gerakan Paderi, laki- cepiaw. laki di Minangkabau kembali pada pakaian guntiang Cino, sedangkan untuk penghulu

12 Lebih lanjut baca Kees van Dijk,”Sarung, Jubah dan Celana. Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi” dalam Henk Schulte Nordholt..., hlm. 83.

109 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

cara berpakaian Haji Rasul tidak saja ia tunjukkan saat mengajar di Sumatera Thawalib, namun juga dalam berbagai pertemuan. Kasus serangan ulama tradisional terhadap pakaian Barat, tidak saja terjadi di Sumatera Barat, tapi juga di Jawa. Kasus pertama, terjadi pada K.H Ahmad Dahlan yang dianggap kafir oleh masyarakat Kauman dan ulama tradisional karena berani memakai pakaian sinyo Belanda yang dipadukan dengan blankon dan kain batik. Akibatnya, kebencian kaum konservatif terhadap Ahmad Dahlan dan pengikutnya semakin menjadi-jadi, setelah Ahmad Dahlan juga mencanangkan perubahan arah kiblat Masjid dan mengubah metode class untuk Madrasah Diniyah Gambar 3 Haji Abdul Karim Amrullah dengan Ibtidaiyah.13Pada tahun 1914, menurut Kees pakaian jas, baju kerah putih, cepiaw (kopiah) dan Van Dijk, celana panjang dan topi sudah mulai dasi. Sumber: www.omaq.org mendapat serangan dari ulama tradisional, terutama di Jawa. Kondisi ini tidak menghentikan keinginan sebagian orang Jawa Berpakaian gaya Eropa pada masa itu, untuk meninggalkan sarung dan kain penutup menjadi sebuah indikasi bahwa seseorang kepala mereka. mendukung perkembangan ide-ide progresif. Kondisi serupa juga dideskripsikan Gaya pakaian Eropa menunjukkan, seseorang Hamka, bagaimana serangan-serangan yang menjadi bagian dari gerakan modernisasi, dilakukan Kaum Tua (ulama tradisional) ataupun menuntut kebebasan politik lebih terhadap Kaum Muda, yang memfatwakan besar dari pemerintah kolonial Belanda, haram hukumnya mengikuti gaya berpakaian melainkan juga protes terhadap tata krama dan mereka yang kebarat-baratan. Haji Abdul etika ulama tradisional Minang pada masa itu. Karim Amrullah dan Haji Abdullah Ahmad Gaya berpakaian Haji Rasul hampir sama pada masa itu memfatwakan cepiaw, pantolan dengan gaya berpakaian Haji Abdullah dan dasi tidaklah haram dan menyerupai orang Ahmad. Eropa. Fatwa yang dilontarkan kedua tokoh Pada gambar 3 merupakan sosok Haji modernis Islam itu, segera mendapat sambutan Abdul Karim Amrullah yang mengubah total positif dari kalangan masyarakat, bahkan baju cara berpakaiannya, memakai baju berkerah, gamis, sadariah, jubah, serban dengan cepat 14 jas, pantolan, dilengkapi dengan kopiah berganti dengan pantolan, dasi dan cepiaw. beludru. Model pakaian Haji Abdul Karim Bahkan, menurut Hamka, bertahun-tahun Amrullah memberi gambaran bahwa ia telah lamanya Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul memulai sebuah revolusi terhadap gaya memakai dasi dan pantolan dengan berpakaian seorang ulama. Perubahan total dikepalanya memakai tarbusy, bahkan

13 Lebih lanjut lihat Film Sang Pencerah. Produksi Movie Pictures tahun 2009. 14 Hamka, Ayahku. (Jakarta: Widjaja, 1950), hlm. 54.

110 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 terkadang memakai cepiaw. Namun gaya Kedua, cuaca ekstrim yang terjadi di jazirah berpakaian kedua ulama modernis itu, agak Arabia memungkinkan orang Arab lebih sering berbeda dengan Syekh Ibrahim Musa Parabek memakai gamis. Sedangkan di Sumatera Barat yang tetap mempertahankan turban. yang beriklim tropis, tidak cocok memakainya. Ketiga, jika segala sesuatu yang berasal dari Barat diharamkan, maka ummat Islam tetap terpenjara dengan idiom tradisionalnya. Sehingga perlawanan yang ditunjukkan kaum muda tidak saja melalui dakwah, fatwa, pers, namun juga melalui gaya berpakaian. Melalui revolusi berpakaian tersebut, kaum muda ingin membawa ummat Islam bangkit dari sifat taklid dan kejumudan cara berpikirnya. Revolusi yang ditunjukkan kaum muda ternyata ampuh membangun opini segala sesuatu yang berasal dari Barat masih banyak manfaatnya. Meskipun gaya berpakaian kaum modernis sering mendapat kritikan dan cela, namun gaya berpakaian ini perlahan-lahan mulai direspon dan dipakai di kalangan ulama tradisional di Sumatera Barat. Mulai berubahnya gaya berpakaian ulama tradisional Gambar 4 Syech Ibrahim Musa dengan pakaian jas, baju kerah putih, turban. diduga untuk menarik perhatian dari pengikut Sumber: www.omaq.org tarekat Naqsyabandiah, tarekat Syattariyah dan Perti, yang banyak pindah ke Pada gambar 4 merupakan sosok Syekh Muhammadiyah dan MIT. Ibrahim Musa Parabek yang menggabungkan Sedangkan model pakaian untuk laki-laki cara berpakaian Timur Tengah dengan Barat. Minang tidak banyak mengalami perubahan, Syekh Ibrahim Musa memakai jas dipadu seperti masa Paderi. Mode pakaiannya adalah dengan baju terusan putih dan sorban. Dari baju putih mode gunting cina, celana batik 15 model pakaiannya, Syekh Ibrahim Musa masih tanpa pisak, dan kopiah. Pilihan warna putih mengakomodasi gaya pakaian klasik dipadu pada baju melambangkan kebersihan dan dengan gaya modernis. Dari gaya berpakaian kemurnian para pemakainya. Mode gunting ketiga ulama modernis ini menunjukkan mereka cina merupakan mode pakaian longgar tidak mau terikat dengan fatwa ulama yang menujukkan pakaian sehari-hari. Para pemuda mengharamkan meniru model busana orang biasanya lebih suka mengenakan peci dari Barat. bahan beludru warna hitam sebagai penutup Ada beberapa alasan mengapa kedua kepala. ulama ini keluar dari mainstream yang Selain itu, mode pakaian laki-laki di ditetapkan oleh ulama terdahulu. Pertama, Sumatera Barat juga ada yang kebarat-baratan. kaum muda menolak derajat tasyabuh yang Mode pakaian ini biasanya dipakai siswa- melekat pada budaya Barat karena jas dan siswa Gubernemen, Kweekschool, AMS, pantolan masih menutup aurat laki-laki. STOVIA, dan lain sebagainya. Ada yang

15 Haji Masoed Abidin, wawancara, tanggal 1 Januari 2013 di Masjid Al-Munawarah Siteba Kota Padang.

111 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 memakai pantolan putih dipadu celana batik, elitenya memakai pakaian adat dengan destar kopiyah beludru, dan kain sarung di leher. dan pakaian hitam longgar. Kemudian ada juga yang memakai jas putih Perubahan gaya berpakaian laki-laki dipadu dengan pantalon putih dan kopiyah Minang terjadi dalam dua tahap. Pertama, belundru. pada masa pengaruh Paderi yang dilakukan Revolusi berpakaian ini, menunjukkan dengan cara paksaan, dimana seorang laki- pakaian putih gunting cina sudah mulai laki harus memakai jubah putih, turban, dan ditinggalkan. Mereka yang berasal dari tidak boleh meniru gaya berpakaian Barat dan kalangan terdidik, terutama yang mengecap pakaian tradisional Minang. Kedua, pada awal pendididikan Barat sudah biasa memakai abad ke-20 ketika ulama modernis seperti Haji pakaian tersebut. Bisa dikatakan jas dan Abdul Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad pantolan merupakan bagian dari pakaian resmi dan Haji Ibrahim Musa Parabek laki-laki Minang. Persoalan yang menjadi memperkenalkan gaya berpakaian ala Eropa sumber konflik adalah model pakaian yang dipandang tabu pada masa itu. Dari perempuan pada akhir abad ke-19 yang dikritik kedua proses tersebut, proses kedualah yang Haji Rasul. Mode pakaian yang dimaksud memegang peranan penting dan memiliki adalah baju kurung pendek yang dampak hingga hari ini. Gaya berpakaian ulama menampakkan lekuk tubuh si perempuan. Haji modernis ini mengubah pencitraan ulama pada Rasul dengan tegas menyatakan pakaian masa lalu yang sering digambarkan sering kebaya yang ketat dan rambut perempuan memakai jubah dan turban putih yang kotor yang terbuka, tidak mengenakan jilbab sama dan tidak memakai alas kaki, menjadi sosok halnya dengan orang kafir.16 ulama berpakaian jas, pentolan, dasi, cepiaw, Mode pakaian pada awal abad ke-20 telah dan sepatu. mengalami pergeseran dari pola tradisional dengan corak Islam menuju pola westernisasi. Daftar Pustaka Hadirnya sekolah-sekolah pada masa pergerakan nasional, yang berbasis Islam dan Arsip Barat menunjukan kedua belah pihak berlomba menyebarluaskan kebijakannya Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat melalui aturan-aturan berpakaian. Seluruh No. 24/05/13/Th. XIII, 10 Mei 2012 persoalan itu akan terjawab pada bagian selanjutnya dalam tulisan ini. Majalah/Surat Kabar

Penutup “Episoden Uit Geschiedenis der Revolusi berpakaian laki-laki Nederlandsche Krigsverrigtingen Minangkabau tidak hanya terjadi pada masa op Sumatra’s Westkust” dalam kini, namun jauh sebelumnya telah mengalami Indisch Magazijn 12/1, No. 7. 1844, beberapa perubahan yang signifikan. Pakaian hlm. 116. sehari-hari laki-laki Minangkabau dijumpai “Sejarah Perguruan Diniyyah Putri Padang dalam beberapa foto yang diproduksi pada Panjang”, Pelita tanggal 21 Mei masa lalu, menunjukkan didominasi pakaian 2012. guntiang Cino. Sedangkan di kalangan

16 Syaikh Haji Rasul dan Fitnah Kekuasaan” dalam http://www.eramuslim.com

112 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Buku Logos. Mardjani Martamin, 1984. Tuanku Imam A.A Navis, 1986. Alam Terkembang Jadi Bonjol. Jakarta: Departemen Guru. Adat dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan, Minangkabau. Jakarta: Pustaka Direktorat Sejarah dan Nilai Grafitipers. Tradisional, Proyek Inventarisasi Abuddin Nata, 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Dokumentasi Sejarah dan Perkembangan Lembaga- Nasional. lembaga Pendidikan Islam di M.D Mansoer, 1970. Sedjarah Minangkabau. Indonesia. Jakarta: Grasindo. Jakarta: Bhratara. Azyumardi Azra, 1989. Perspektif Islam di Muhammad Radjab, 1964. Perang Paderi di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Sumatera Barat (1803-1838). Obor Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ______, 2000. Pendidikan Islam Nurdholt , Henk Schulte, ed.al, 2005. Outward Tradisi dan Modernisasi Menuju Appearances: Trend, Identitas, Milenium Baru. Jakarta: Logos. Kepentingan. Yogyakarta: LkiS. Baudet, H dan I.J. Brugmans. 1987. Politik ______, 2002. Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Kriminalitas, Modernitas, dan Terj. Amir Sutaarga. Identitas dalam Sejarah Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Boekoe Peringatan 15 Tahoen Dinijjah Pelajar. Shool Poetri Padang Panjang. Rusli Amran, 1981. Sumatra Barat hingga Padang Panjag: Dinijah School Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Poeteri, 1938. Harapan. Deliar Noer, 1991. Gerakan Islam Modern di S. Nasution, 1987. Sejarah Pendidikan Indonesia 1900-1942. Jakarta: Indonesia, Bandung: Jemmars. LP3ES. Schrieke, B.J.O. 1973. Pergolakan Agama di Dobbin, Christine, 2008. Gejolak Ekonomi, Sumatra Barat. Sebuah Kebangkitan Islam, dan Gerakan Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Padri; Minangkabau 1784-1847. Bhratara. Jakarta: Komunitas Bambu. Sumarsono Moestoko, 1979. Pendidikan di Graghan, Gilbert J., 1984. A. Guide to Indonesia, dari Jaman ke Jaman. Historical Method. New York: Jakarta: Depdikbud. Fordham University Press. Taufik Abdullah, 1987. Islam dan Masyarakat: Graves, Elizabeth E. 2007. Asal-usul elite Pantulan Sejarah Indonesia. Minangkabau modern: respons Jakarta: Pustaka Panjimas. terhadap kolonial Belanda abad Turner, Jonathan H, 1978. The Structure of XIX/XX. Jakarta:Yayasan Obor Sociological Theory. Illinois: The Indonesia. Dorbey Press. Hanun Asrohah, 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Ciputat: Logos. Mahmud Yunus, 1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung. Maksum, 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Ciputat:

113 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

PANDANGAN DUNIA MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM GURINDAM RATOK MAK ENGGI KARYA YUS DT. PARPATIAH

Hasanadi

Abstract

This writing is a research finding which purposed to describe stryctural story and world sight (vision de monde world vision) about Minangkabau society as reflected in the story of Gurindam Ratok Mak Enggi (GRME) written by Yus Dt. Parpatiah (1989). The method used in this research was dialectic concept proposed by Lucian Goldmann. Analyzing data was done by using transcription, library research, and data analysis technique. The result of data analysis has strengthened the world vision concept, that an author is the conveyor of a society’s complexity ideas reflected in a literary work. Integrity of tradition and law (syara’) an idealism, that is the world vision Minangkabau society inferred in story of GRME. It appeared in a certain moments of the social life during the integrity process to produce cultural and tradition philosophcal based adat basandi syara’-syara’ basandi kitabullah (ABSSBK). Keywords : world vision,tradition and syara’, ABSSBK, Minangkabau society.

Pendahuluan kelompok bahasa rakyat, yaitu ungkapan 1.1 Latar Belakang tradisional yang mengandung kiasan, Tulisan ini merupakan hasil penelitian sindiran, perumpamaan serta berisikan ajaran terhadap transkripsi teks cerita Gurindam moral dan prinsip hidup.1 Ratok Mak Enggi (selanjutnya ditulis cerita GRME merupakan hasil kreatifitas sastra GRME) karya Yus. Dt. Parpatiah. Awalnya yang mengandung ide, kritik dan pandangan cerita ini dikemas dengan menggunakan media pengarang terhadap fenomena dan perubahan kaset rekaman yang diproduksi oleh dalam kehidupan sosial budaya yang terjadi Baleroung Group Jakarta pada tahun 1989 di tengah masyarakat Minangkabau. Hamka pimpinan Yus. Dt. Parpatiah. Cerita kaset ini mengatakan bahwa masyarakat Minangkabau kemudian diproduksi ulang dalam jumlah yang menganut falsafah adat basandi syara’- banyak untuk tujuan dipasarkan oleh Tanama syara’ basandi kitabullah (ABSSBK) Recor Padang pimpinan Hj. Yuskal sejak tahun mengalami berbagai persoalan yang 1993. Cerita GRME berbahasa Minangkabau berdanfak pada terjadinya berbagai ragam adat—masuk dalam klasifikasi perubahan. Menurut Hamka, masyarakat tidak peribahasa, sehingga banyak berisi kiasan dan secara konsisten menjalankan ketentuan adat perumpamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa maupun syari’at agama Islam. Kepemilikan Indonesia peribahasa masuk kepada masyarakat terhadap falsafah tersebut tidak

1 Poerwadarminta, W. J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta : balai Pustaka.

114 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 serta merta menyelesaikan persoalan. Pada 1.3 Tujuan dan Manfaat kenyataannya seringkali terlihat tindakan Penelitian ini secara umum bertujuan yang nyata-nyata bertentangan dengan menghasilkan rekonstruksi yang ketentuan adat dan syarak, baik dilakukan komprehensif tentang proses integrasi sistem secara individu maupun secara kelompok.2 nilai adat dan syarak yang melahirkan falsafah Jamna juga menulis bahwa terjadinya konflik ABSSBK di Minangkabau. Secara khusus antara ulama muda pendukung mazhab tulisan ini bertujuan sebagai berikut : Hambali dengan ulama tua golongan Syi’ah 1. Mendeskripsikan struktur cerita di Minangkabau, pada awal abad ke-19, GRME. menjadikan Minangkabau memasuki periode 2. Mendeskripsikan pandangan dunia baru yang dikenal dengan Islamisasi politik, masyarakat Minangkabau yang yang membakar alam Minangkabau selama terefleksi dalam cerita GRME. hampir seperempat abad. Komvlik dan Secara konseptual penelitin ini memberi dinamika sosial budaya antara mereka yang mamfaat bagi masyarakat ilmiah, terutama badunsanak ini lazim dikenal dengan dalam memperkaya konsep pemikiran terkait periodesasi perang Paderi serta menjadi faktor dengan kajian dibidang ilmu sastra dan penting yang mendukung lahirnya falsafah budaya. Selanjutnya, tulisan ini menjadi ABSSBK.3 jembatan pembelajaran bagi masyarakat Oleh karena itu, cerita GRME penting Minangkabau khususnya dan masyarakat untuk diteliti, terutama dalam perannya sebagai Indonesia pada umumnya terhadap karya media penyampaian ide, kritik dan pandangan sastra sejenis, terutama hasil kreativitas pengarang terhadap persoalan sosial budaya kesusastraan Yus Dt. Parpatih. Terakhir, masyarakat Minangkabau, baik sebelum tulisan ini tentunya menjadi bagian dari hasil pertemuan bukit Marapalam, maupun sesudah penelitian staf peneliti BPSNT Padang, masyakat Minangkabau hidup dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. mengacu pada falsafah ABSSBK. Fananie mengatakan bahwa sastra tidak hanya 1.4 Kerangka Konseptual sekedar karya yang bersifat imajinatif -pribadi, Menurut Goldmann, pandangan dunia melainkan dapat pula menjadi cerminan suatu merupakan istilah yang cocok bagi kompleks rekaan budaya, yaitu suatu perwujudan dari menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi- pandangan dunia tertentu pada saat karya itu aspirasi, dan perasaan-perasaan yang lahir.4 menghubungkan secara bersama-bersama anggota-anggota suatu kelompok sosial 1.2 Perumusan Masalah tertentu dan yang membedakannya dengan Berdasarkan latar belakang di atas tulisan kelompok sosial yang lain. Pandangan dunia ini dirumuskan dalam formulasi pertanyaan inti ini tidak berhubungan dengan kesadaran sebagai berikut : kolektif tetapi dengan struktur mental yang 1. Bagaimana struktur cerita GRME? merupakan kemuncak dari kesadaran suatu 2. Bagaimana pandangan dunia kelompok, serta realiti dinamik yang mengarah masyarakat Minangkabau yang kepada suatu hal, sehingga ia boleh berada di terefleksi dalam cerita GRME ? luar kesadaran kolektif (yang konvensional).

2 Hamka. 1982. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka Panji Mas. 3 Jamna, Jamaris.2004. Pendidikan Matrilinial. Padang: Pusat Pengkajian islam dan Adat Minangkabau (PPIM). 4 Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

115 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Seseorang individu tidak mungkin mempunyai dasar metode dialektika adalah adanya pandangan dunianya (world view) sendiri, pengetahuan mengenai fakta-fakta namun menyuarakan pandangan dunia suatu kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila kelompok sosial (transindividual subject).5 tidak dibuat konkrit dengan Pandangan dunia bukanlah merupakan mengintegrasikannya ke dalam totalitas atau fakta empiris yang langsung, tetapi merupakan keseluruhan8. Metode dialektika struktur gagasan, aspirasi, dan perasaan yang mengembangkan “pemahaman penjelasan”. dapat menyatukan suatu kelompok sosial di Pemahaman adalah usaha untuk memahami hadapan suatu kelompok sosial lain. Jadi, struktur objek, sedangkan penjelasan adalah pandangan dunia adalah suatu abstraksi; ia usaha penemuan makna struktur yang lebih mencapai bentuknya yang konkret dalam besar. Pemahaman adalah langkah untuk sastra dan filsafat. Pandangan dunia bukanlah mengidentifikasi bagian dan penjelasan fakta, tidak memiliki eksistensi objektif karena adalah pemaknaan unsur bagian ke dalam ada sebagai ekspresi teoritis dari kondisi dan unsur keseluruhan. Oleh karena itu, setiap kepentingan yang nyata dari strata sosial gagasan atau fakta setiap individu mempunyai tertentu. Goldmann menyebut pandangan arti jika ditempatkan dalam keseluruhan. dunia sebagai suatu bentuk kesadaran kolektif Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat yang menyatukan individu-individu menjadi dipahami dengan pengetahuan yang satu kelompok yang memiliki identitas.6 bertambah mengenai fakta-fakta partial yang Setiap karya sastra yang penting membangun karya itu, sehingga proses mempunyai structure significative, yang pencarian pengetahuan dengan dialektika menurut Goldmann bersifat otonom dan menjadi gerak yang melingkar. imanen, yang harus digali oleh peneliti Penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan analisis yang cermat. Menurut menggunakan teknik transkripsi, studi Goldmann struktur kemaknaan itu yang kepustakaan dan analisis data. Teknik mewakili pandangan dunia (vision du monde) transkripsi dilakukan terhadap teks lisan cerita pengarang, tidak sebagai individu tetapi kaset GRME sehingga menjadi teks tulis sebagai wakil golongan masyarakatnya. dengan berpedoman pada buku yang berjudul Kemudian atas dasar analisis vision du monde Tata Bahasa Minangkabau yang ditulis oleh tersebut peneliti dapat membandingkan Gerard Mossay (1981). Studi Kepustakaan dengan data-data dan analisis keadaan sosial dilakukan untuk menelusuri referensi yang masyarakat yang bersangkutan. Dalam arti terkait baik secara langsung maupun tidak karya sastra dapat dipahami asalnya dan langsung dengan penelitian ini. Referensi terjadinya (genetic!) dari latar belakang tersebut berupa buku, hasil penelitian, artikel struktur sosial tertentu.7 dan sebagainya. Analisis terhadap data dilakukan dalam 1.5 Metode Penelitian dua aspek, yaitu analisis terhadap strukstur Penelitian ini bersifat kualitatif serta cerita GRME dan analisis sosiologis. Analisis menggunakan metode dialektika yang terhadap struktur cerita difokuskan pada aspek dikemukakan oleh Lucian Goldmann. Metode sudut pandang pencerita, aspek tokoh- dialektika mengukuhkan perihal tidak adanya penokohan, aspek alur dan latar serta aspek titik awal yang mutlak terpecahkan. Prinsip tema dan amanat. Sementara itu analisis

5 Dalam Faruk. 1990. Pengantar Sosiologi Sastra. Jogjakarta : Pustaka Pelajar. 6 Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Depdikbud, P3B. 7 Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta Pusat: PT. Dunia Pustaka Jaya.

116 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 sosiologis difokuskan pada uapaya merupakan anak-anak Mak Enggi. mendeskripsikan fakta-fakta sosial Dikategorikan juga ke dalam tokoh bawahan kemanusiaan tragis di tengah masyarakat yaitu Mamak Rumah, Ajo, Uniang, saudara Minangkabu yang melatarbelakangi lahirnya perempuan dan kemenakan Mak Enggi. Tokoh GRME. dan penokohan cerita GRME hadir secara analitis dan dramatis. Secara analitis tokoh Hasil hadir melalui pemaparan pengarag mengenai 2.1 Struktur Cerita GRME karakteristik perwatakan sementara secara 1. Sudut Pandang Pencerita dramatis tokoh muncul melalui percakapan Yus. Dt. Parpatiah sebagai pencerita yang melengkapi sebuah peristiwa. berada pada posisi “akuan sertaan” atau Sebagaimana terlihat pada teks berikut : menggunakan teknik akuan (TA), sekaligus Lain pulo sipaik Sarial. Paja ko bak berada pada posisi “diaan sertaan” atau calak litak, mato lindok kumbang menggunakan teknik dia-an (TD). Sudut bataduah, garak lamban sarik bakisa, pandang ini menggambarkan bahwa pencerita maha tutua cando ka mati, tapi akanyo menerima sekaligus menolak segala perlakuan jelo-bajelo. (GRME, 1989). yang dikenakan kepada tokoh utama. Dalam (Lain pula sifat Sarial. Anak ini bak calak dua teknik tersebut pencerita memberikan litak, mata sayu kumbang berteduh, penekanan seputar kejadian tragis yang gerak lamban susah bergeser, mahal dialami oleh tokoh Mak Enggi. Hal ini tutur seperti akan mati, tapi akalnya tergambar oleh kutipan teks berikut : jalin-berjalin) Salorong di badan diri ambo, dimaso Satibo di rumah induak, kamanakan maso bak kini, dimusim samusim purak tacangang, manga Enggi sarupo nangko, sadang tagak di ambang iko, manjujuang sumpik ilia mudaik, patang, patang tagelek sanjo hari. Baitu malu kami diliek urang”. (GRME, kaluah Mak Enggi Sutan, tagak tapaku 1989). dihaluan, untuang tabuang buruak sajo, ilang paduli di rang rang banyak (Waktu tiba di rumah induk, (GRME, 1989). kemenaakan berpura-pura tercengan, mengapa Enggi serupa ini, menjunjung (Selorong di badan diri hamba, di masa- karung hilir mudik malu kami dilihat masa bak kini, dimusim semusim orang). sekarang, sedang tegak diambang petang, petang tergelincir senja hari. Identifikasi fisik tokoh yang Begitu keluh Mak Enggi Sutan, tegak menggambarkan kondisi tubuh, wajah, nama, terpaku di haluan, untung terbuang usia dan sebagainya, juga terlihat dalam cerita buruk saja, hilang peduli di orang GRME, meskipun tidak untuk setiap tokoh. banyak.) Sebagaimana terlihat pada beberapa kutipan teks berikut : 2. Tokoh dan Penokohan Kok sanak batanyo tantang umua, Tokoh utama cerita GRME adalah Mak barako tahun nan tapakai, barapo Enggi, terutama didasarkan pada bulan jo harinyo, mako rumiklah ambo kecendrungan pengarang dalam memberikan nak manjawab. Limo anak limo perhatian permasalahan cerita pada parangai, lain pulo sipaik Si Linda. kehidupan Mak Enggi. Sementara itu tokoh Paja ko bak calak litak, mato lindok bawahan adalah isteri Mak Enggi, Ida, Tini, kumbang bataduah, rambuiknyo Anif, Syarial, dan Linda, yang semuanya panjang inggo batih. Si Tini balain

117 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

bantuak. Tinggi antah randah pun 1989). bukan, kok kulik bako disalinnyo, hitam (Sedikit sesal pada si Anip. Dia sudah basaka manjalinok (GRME, 1989). nyata ditimbangan, taraju dia (Kalau sanak bertanya tentang umur, memegangnya, tapi mengukur tidak berapakah tahun yang terpakai, berapa setimbang, yang bak orang menginjak bulan dengan harinya, maka rumitlah buluh). hamba untuk menjawab. (Lima anak lima perangai, lain pula sifat si Linda. Anak ini bak calak litak, mata sayu 3. Alur dan Latar kumbang berteduh, rambutnya panjang Alur cerita GRME memakai teknik sorot sehingga betis. Si Tini berlain bentuk. balik. Sementara itu, pengarang Tinggi entah, rendah pun bukan, kalau memperkenalkan aspek latar cerita dengan kulit bako disalinnya, hitam bak saka menggunakan bahasa kias, seperti kata manggiurkan). mamak (mamak) dan sumando (semenda). Secara fiktif cerita menunjuk Indonesia, Identifikasi psikis dan kepribadian tokoh yaitu dengan menyebut Minangkabau, cerita GRME pun tergambar secara baik kepada Palembang, Bengkulu, jambi, dan betawi. pembaca. Terbukti dalam kutipan teks berikut, Sebagaimana terlihat melalui kutipan yang menggambarkan Mak Enggi sebagai berikut ; pribadi yang bijak dan pandai membagi waktu, Tarunjuak kabakeh mamak, dunsanak Sarial yang pintar dan taat menjalankan urang sumando, sidang pandanga perintah agama serta mampu memilah dan kasadonyo. Etan di Jambi di Palembang, memilih teman yang tepat, dan Anip yang ataupun di Bangkaulu. Di Minangkabau bersikap tidak adil dalam memutuskan. tanah pusako, atau di Batawi tanah rang Jawo. Kok diambiak istilah tigo Ambo nan sadang mudo matah. Hari zaman, sapanjang dalam sajarah, sahari diparampek, malam samalam tapeklah juo maananyo. Partamo jaman dipatigo, anak dipangku arek-arek, Ulando, kaduo di jaman Japang, katigo kamanakan dibimbiang jo pusako, di jaman kamardekaan (GRME, 1989). urang kampuang ditenggang pulo, baitu (Tertuju kepada mamak, sausara orang pituah diamakan (GRME, 1989). semenda, sidang pendengar (Hamba yang sedang muda mentah. kesemuanya. Yaitu di Jambi di Hari sehari diperempat, malam semalam Palembang, ataupun di Bengkulu. Di dipertiga, anak dipangku erat-erat, Minangkabau tanah pusaka, atau di kemenakan dibimbing dengan pusaka, Betawi tanah orang Jawa. Kalau diambil orang kampong ditimbang pula, begitu istilah tiga zaman, sepanjang dalam petuah diamalkan). sejarah, tepatlah juga maknanya. Pertama zaman Belanda, kedua di zaman Kok Sarial lain tingkahnyo. Hobinyo Jepang, ketiga di zaman kemerdekaan). bamain catua, ka surau tibo dahulu, kok bakawan pandai mamiliah. 4. Tema dan Amanat (GRME, 1989). Secara tekstual tema cerita GRME adalah (Kalau Sarial lain tingkahnya. Hobinya “ratapan laki-laki Minangkabau di usia bermain catur, ke surau sampai dahulu, tua”. Disebabkan tema merupakan struktur kalau berteman pandai memilih). kategoris yang berisikan ide dan pandangan Saketek sasa ka si Anip. Inyo lah nyato yang bersifat didaktis, sekaligus merupakan ditimbangan, taraju inyo mamaciknyo, amanat moral tentang kehidupan sosial tapi maukua indak satimbang, nan bak budaya, maka secara implisit tema cerita GRME urang mamijak buluah. (GRME,

118 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 adalah “ketidakberdayaan masarakat syarak bersendi kitabullah, guna yang Minangkabau”. Gambaran mengenai konflik, lenyap hilang betul. Sudah rebah dinamika dan peristiwa melalui struktur GRME rupanya kayu besar, cendawan tumbuh mengarah pada upaya pengarang untuk diuratnya, murai berulang petang pagi, terungkapnya tema dimaksud. Melalui tema hama pianggang menyudahkan, akan bagaimana lagi). tersebut pengarang memberikan efek pesan Taradok sanak nan sanasip, saidok berupa nilai-nilai yang sublim kepada saparasaian, manangguang apo nan pembacanya. Hasil perenungan yang ambo tangguang, dari siko kami dilahirkannya dalam bentuk seni kreatif serta pasankan. Janlah maupek menggunakan media bahasa sejatinya manyaranto, usah manyada jo menginginkan suatu perbaikan di tengah mahamun, itulah adat pado alam. masyarakat Minangkabau; perbaikan pola Walau coiko parasaian, batukuak pikir, perbaikan pemahaman, perbaikan sikap uarng mananggungnyo, usah dihino dan perilaku serta perbaikan sistem sosial digalakkan, ambiak akimah nan budaya secara berkesinambungan. Kehadiran paralu. Bukan maratok-ratok sajo, setiap tokoh dengan penokohannya dalam isuak kok ado kagunonyo, ambiak cerita GRME merupakan gambaran dari katelong kapidoman. (GRME, 1989). (Terhadap saudara yang senasip, kehidupan masyarakat Minangkabau. Melalui senasip seperasaian, menanggung apa kehidupan imajinatif mereka dalam cerita yang hamba tanggung, dari sini kami mengalir pesan terkait perlunya keseriusan pesankan. Janganlah mengumpat dan rasa tanggung jawab masyarakat mencerca, jangan menyerah dan Minangkabau dalam mengaplikasikan nilai- mengemis, itulah adat pada alam. Walau nilai luhur adat bersendi syarak, pentingnya seperti ini penanggungan, bertambah semangat yang kuat dalam menjalani orang menanggungnya, jangan dihina kehidupan, serta pentingnya kehati-hatian ditertawakan, ambil hikmah yang perlu. dalam mengambil sebuah keputusan bersikap Bukan meratap-ratap saja, esok kalau dan berperilaku.Diisyaratkan oleh kutipan teks ada gunanya, ambil menjadi tauladan berikut : untuk pedoman).

Kini baitulah nan tajadi Sutan, anjiang 2.2 Pandangan Dunia Masyarakat pamburu daulunyo, jo bangkai awak Minangkabau dalam GRME ndak sato. Badan umpamo tuduang Sebagai transformasi ide dan mentalitas daun, paralu kutiko ari ujan, lah paneh kelompok sosial tertentu pandangan dunia badan tabuang. Kiniko, sungguahpun tidak lahir dengan tiba-tiba. Ia diperlukan demi iduik dilingkuang adaik, nan syarak terbangunnya mentalitas baru serta basandi kitabullah, gono nan lanyok teratasinya mentalitas lama. Proses panjang ilang laleh. Lah rabah cando kayu itu disebabkan oleh kenyataan bahwa gadang, tindawan tumbuah diureknyo, pandangan dunia merupakan kesadaran yang murai baulang patang pagi, amo pianggang manydahkan, kabaa mungkin tidak semua orang dapat juo(GRME, 1989). memahaminya. Kesadaran yang menyatakan (Kini begitulah yang terjdi sutan, anjing suatu kecendrungan kelompok kearah suatu pemburu dahulunya, dibangkai saya koherensi menyeluruh serta perspektif yang tidak ikut. Badan umpama tudung daun, koheren dan terpadu mengenai hubungan perlu ketika hari hujan, sudah panas manusia dengan sesamannya dan alam badan terbuang. Sekarang ini, semesta. Pandangan dunia adalah segenap sungguhpun hidup dilingkung adat, yang gagasan, perasaan, dan aspirasi yang

119 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 kompleks yang menghubungkan dan perasaan yang dapat mempersatukan suatu mempertentangkan kelompok sosial tertentu kelompok sosial masyarakat tersebut, dan dengan kelompok sosial lainnya sebagai suatu memperoleh bentuknya yang konkret dalam pemahanman kesadaran subjek kolektif.9 sebuah karya sastra.10 Berdasarkan analisis yang dilakukan Djamaris menulis bahwa pembicaraan terhadap struktur cerita GRME, sekaligus terkait dengan adat dan syara’ di berupaya mengaitkannya dengan realitas Minangkabau senantiasa diawali dengan sosial budaya masyarakat Minangkabau, maka penjelasan bahwa adat dalam pengertian pandangan dunia yang terefleksi dalam GRME masyarakat Minangkabau adalah kebudayaan adalah “integrasi adat dan syara’ suatu secara utuh, yang tidak berubah sekaligus idealisme”. Pandangan dunia ini lahir bersama yang dapat berubah. Pengertian ini merujuk momen-momen krisis kehidupan sosial pada pengertian yang ada dalam pemahaman budaya yang menjadi domain lahirnya kolektif masyarakat Minangkabau. Satu falsafah adat basandi syara’-syara’ basandi pemahaman yang berangkat dari proses kitabullah. Perasaan, keputusan dan tindakan kebebasan memilih satu pengertian yang pas yang dilakukan oleh Mak Enggi merupakan berdasarkan pemakainya, tempat, waktu, aspirasi pengarang tentang “dunia baru” yang kebutuhan serta kepentingan yang berbeda.11 mempertahankan keontetikan nilai budaya. Sementara itu, Menurut Syadily, kata syara’ Keterkaitan dan kesamaan ide serta berasal dari bahasa Arab, yaitu Syaraa’i, yaitu pandangan antara Yus Dt. Parpatih sebagai bentuk masdar dari kata syari’at. Syarak, pengarang dengan Mak Enggi merupakan ditinjau dari makna kebahasaan dapat berarti gambaran keberpihakan pengarang pada nilai- jalan yang lapang (lurus).12 nilai yang diemban oleh karakter tokoh yang Terjadinya proses integrasi sosial diciptakannya. Dalam hal ini pengarang kebudayaan (adat) dengan syarak (Islam) di menyelesaiakan problematika dengan Minangkabau ternyata sulit terwujud. Proses gagasan-gagasan yang dihantarkan oleh integrasi itu berjalan lamban dalam kurun tokoh Mak Enggi, yaitu untuk mencapai sejarah yang cukup panjang. Namun demikian, pandangan dunia. tidak pula berarti segala proses yang Sebagaimana dikatakan oleh Taslim, menunjukkan kedua sistem nilai ini bergerak tokoh mempunyai peran penting untuk menuju pada kondisi yang ideal telah berakhir. menyampaikan ataupun mewujdkan Secara empirik, meskipun kondisi tersebut pandangan dunia. Pandangan dunia yang memperlihatkan bahwa begitu simpang- ditampilkan lewat problematic hero merupakan siurnya kondisi masyarakat Minangkabau, suatu struktur global yang bermakna. namun secara konseptual ide-ide perbaikan Problematic hero tersebut dimaksudkan terus menguat. Kondisi tersebut sebenarnya sebagai ungkapan penyampaian masalah dan telah berlangsung sejak lama, memakan pemikiran pengarang dalam cerita yang perjalanan sejarah yang melelahkan. kemudian dijawab dan dituntaskan oleh tokoh Kongkritnya, apabila dicermati maka utamanya. Pandangan dunia ini bukan fakta didapatlah bahwa masyarakat Minangkabau empiris yang bersifat langsung tetapi tidak hanya “melahirkan” ketidkmenentuan. merupakan suatu gagasan, aspirasi dan Masyarakat yang berbasiskan sistem

9 Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.Yokyakarta: Pustaka Pelajar. 10 Taslim, Ratna Juita. 2010. Skripsi, Fakultas Sastra. Padang : Universitas Andalas. 11 Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 12 Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar.

120 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 kekerabatan matrilinial ini secara perlahan juga Sebagaimana dikemukakan oleh memunculkan orang-orang yang Hasanudin, secara historis, pada tahun 1803 menghendaki perbaikan dalam berbagai tiga orang Minangkabau berfaham Wahabi aspek. Generasi pembaruan di tengah yang lama di tanah Arab kembali ke masyarakat yang mengalami degradasi moral Minangkabau. Kepulangan tiga Hj ini budaya ini terus bertumbuh bersama cita-cita bertepatan dengan berkobarnya revolusi baru. Mereka berinisiatif menjadi penengah Wahabi di Minangkabau. Dapat dipastikan dalam perseteruan klasik antara kaum adat bahwa kepulangan mereka ke luhaknya yang bersikap konservatif dengan para ulama masing-masing adalah dengan membawa yang berpaham moderat. Sebagaimana semangat pembersihan dari kaum Wahabi. diisyaratkan oleh Nizar, kelompok kecil yang Oleh karena itu, kenyataan sesudahnya terus berkembang di tengah masyarakat memang memperlihatkan bagaimana mereka Minangkabau tersebut berupaya melanjutkan perseteruan dengan golongan menjembatani proses kesepahaman yang Syi’ah yang dominan di Minangkabau sejak konstruktif antara kaum adat dan para ulama.13 pertengahan abad ke-16. Apalagi, iklim Secara kontekstual, pandangan dunia beragama masyarakat ternyata membantu sebagaimana disuarakan pengarang dalam mereka untuk melakukan pembersihan dan GRME telah dimulai dari tengah masyarakat. pemurnian agama. Sesudah itu pula, Namun demikian, kebanyakan masyarakat kegagalan golongan Syiah melarang praktik Minangkabau sulit untuk menerima mereka. melanggar hukum Islam, seakan menunjang Oleh karena itu, berintegrasinya sistem nilai simpati masyarakat Minangkabau terhadap adat dan syarak lebih sebagai konsep, namun kehadiran golongan Wahabi ini.14 kurang memberikan damfak terhadap Sebenarnya, kehidupan beragama kehidupan masyarakat. Berbagai komflik yang masyarakat Minangkabau lebih terjadi secara sosial budaya terkait kenyataan memperlihatkan sebuah proses Islamisasi tersebut begitu begitu dirasakan sampai pada Kultural dimasa itu. Dengan bersimpatinya lapisan masyarakat awam. Masyarakat masyarakat kepada golongan Wahabi Minangkabau mengalami permasalahan yang menyebabkan semakin kuatnya golongan ini kronis, yaitu terjadinya semacam “split serta mulailah mereka melakukan tindakan personality”. Masyarakat berada pada suatu pembersihan praktik–praktik melanggar keadaan dimana tidak terjadinya sinergisitas hukum syara’ secara lebih leluasa. Bentrok antara potensi otak dan hati. Oleh karena itu, fisikpun jadi tak terelakkan. Ini terjadi antara upaya strategis yang harus segera dilakukan pendukung mazhab Hambali dengan dengan adalah menciptakan ruang yang leluasa untuk ulama tua golongan Syiah di Minangkabau. berdialog. Di samping itu, penting kiranya Artinya untuk kontek Minangkabau memberikan penyuluhan-penyuluhan dimulainya satu periode baru dari dalam keagamaan yang bersifat mengajak pergerakan Islam di Minangkabau, yaitu masyarakat dalam semua lapisan, sehingga berjalurkan kekuatan fisik dan kemudian secara kolektiv bersinergi kecerdasan otak disebut dengan Islamisasi politik. Pergerakan (IQ), kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan Islamisasi politik ini merupakan alternatif bagi spritual (SQ). Islamisasi Kultural yang dianggap penyebab

13 Nizar, Hayati. 2004. Bundo Kanduang dalam Kajian Islam dan Budaya. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkanau (PPIM). 14 Dalam Putra, Yerry Satria. 2008. Minangkabau di Persimpangan Generasi (ed). Padang: Andalas University Press.

121 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 ketidakberdayaan ulama dalam masyarakat. para pejuang yang idealis-realis guna Dapat ditelusuri bahwa satu indikasi membumikan falsafah adat bersendikan revolusi fisik Islamisasi politik ini adalah apa syarak. Meskipun akan menghadapi berbagai yang berlangsung di Bukit Marapalam, yaitu rintangan, namun masyarakat dengan tipikal di akhir-akhir perang Padri, yang ditandai tersebut dibutuhkan Minangkabau kedepan. dengan berlangsungnya musyawarah besar Pandangan dunia yang meyakini bahwa yang dihadiri komponen-komponen penting antara sistem nilai adat dan sistem nilai sara’ masyarakat Minangkabau. Hadir di situ dari sebagai sesutu yang ideal, sebagaimana golongan ulama, golongan cendekiawan, dan dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya juga dari para pemangku adat Minangkabau. telah lahir dan semakin bertumbuh. Musyawarah inilah yang kemudian melahirkan Eksistensinya belum diterima secara luas, satu sendi baru bagi kehidupan adat dan terbungkus oleh kecenderungan masyarakat syarak di Minangkabau, yang lebih dikenal yang lebih membela ketentuan adat dengan dengan falsafah adat bersendi syarak’, syara’ mengabaikan hukum syara’, atau justru basandi kitabullah . sebaliknya, sehingga antara adat dan syara’ Secara konseptual proses integrasi adat terlihat berbenturan. Kondisi tersebut dan syara’ sudah tuntas. Pandangan dunia disebabkan oleh sebahagian ulama yang tidak yang meyakini bahwa integrasi tersebut memahami adat secara baik. Sebaliknya, sebagai sesuatu yang ideal sekaligus sebahagian dari tokoh adat ternyata memiliki merupakan sesuatu yang diperjuangkan. pengetahuan yang minim tentang syarak. Sebaliknya, secara kontekstual tidaklah Akibatnya, masyarakat berada dalam demikian adanya. Setelah sekitar dua abad kebingungan untuk menjadi pengikut yang pasca Bukit Marapalam kehidupan ber-adat setia. Oleh karena itu, idealisme masyarakat dan ber-agama di Minangkabau ternyata menjadi sulit untuk diwujudkan—bersemayam masih diwarnai kesimpangsiuran. Landasan dalam ide dan gagasan. kehidupan yang ideal tersebut belum teraktualisasi secara baik di tengah Penutup masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih 3.1 Simpulan ditemukannya praktik-praktik pelngagran, baik Analisis struktur cerita GRME yang terhadap ketentuan adat maupun terhadap difokuskan pada unsur sudut pandang hokum syara’. pencerita, tokoh-penokohan, alur dan latar, Adat Minangkabau yang dilandaskan serta unsur tema dan amanat, memperlihatkan pada hukum syara’ adalah sesuatu yang telah bahwa keberadaan karya sastra ini menjadi mapan. Oleh karena itu, masyarakat penting bagi, terutama dalam perannya Minangkabau hendaknya semakin sadar sebagai media penyampaian ide-ide perbaikan bahwa yang dibutuhkan adalah pemahaman kondisi sosial budaya masyarakat dan perilaku yang tepat. Salah satu indikasinya Minangkabau. Dalam kaitannya dengan adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan analisis sosiologis masyarakat Minangkabau, telah bersinerginya kecerdasan emosional struktur cerita merupakan refleksi dari (EQ), kecerdasan intelektual (IQ) dan kompleksitas ide dan pemikiran pengarang kecerdasan spritual (SQ), tentunya sebagai yang berhadapan dengan fenomena yang satu modal kolektif. Secara sosial-idiologis tumbuh dalam masyarakat Minangkabau. diharapkan pula ketiga unsur kecerdasan ini Pandangan dunia masyarakat mampu membuka ruang untuk lahirnya visi Minangkabau yang disuarakan pengarang dan misi yang juga akan direalisasikan secara (subyek transindividual) dalam GRME adalah kolektif pula. Minangkabau harus melahirkan “integrasi adat dan syara’ sebagai suatu

122 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 idealisme”. Pandangan dunia ini lahir dalam Jamna, Jamaris.2004. Pendidikan Matrilinial. momen-momen krisis kehidupan sosial Padang: Pusat Pengkajian islam dan Adat budaya masyarakat Minangkabau selama Minangkabau (PPIM). berlangsungnya proses integrasi dua sistem Nizar, Hayati. 2004. Bundo Kanduang dalam nilai yang melahirkan falsafah adat bersendi Kajian Islam dan Budaya. Padang: Pusat syara’-syara’ basandi kitabullah. Oleh karena Pengkajian Islam dan Minangkanau (PPIM). itu, masyarakat dihadapkan pada pilihan yang Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa dilematik, yaitu bertahan dalam perjuangan Indonesi. Jakarta : balai Pustaka namun bekonsekuensi krisis identitas, atau memilih mengakhiri perjuangan dengan Putra, Yerry Satria. 2008. Minangkabau di berkompromi setelah mengalami trauma. Persimpangan Generasi (ed). Padang: Andalas University Press. 3.2 Saran Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode dan Kedepan, penting dilakukan dialog- Teknik Penelitian Sastra.Yokyakarta: dialog tentang kebudayaan Minangkabau Pustaka Pelajar. secara komprehensif-konstruktif, terutama Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta : sebagai upaya meluruskan kekeliruan PT. Ichtiar. pemahaman dan perilaku masyarakat dalam Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar mengaktualisasikan falsafah adat basandi Teori Sastra. Jakarta Pusat: PT. Dunia syara’-syara’ basandi kitabullah. Kepada Pustaka Jaya. lembaga dan instansi yang memiliki fokus perhatian pada espek kebudayaan Taslim, Ratna Juita. 2010. Skripsi, Fakultas Sastra. Minangkabau, perlu kiranya meningkatkan Padang : Universitas Andalas. bentuk-bentuk kegiatan pengkajian nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang tersimpan dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya masyarakat Minangkabau, terutama dalam berbagai objek sastra.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Depdikbud, P3B. Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Faruk. 1990. Pengantar Sosiologi Sastra. Jogjakarta : Pustaka Pelajar. Hamka. 1982. Islam dan Adat Minangkabau. Jakarta: Pustaka Panji Mas.

123 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

MIGRASI DAN ADAPTASI ORANG MINANGKABAU DI KOTA BENGKULU*

Undri

Abstract

This paper examines how the process of migration and adaptation of Minangkabau people in the city of Bengkulu in Bengkulu Province that is viewed by Minangkabau people as life pursuit destination or mrt in Minangkabau term. According to data, in 1930, the number of Minangkabau people migrates to Bengkulu reaches 6,670 souls and their numbers steadily continue to grow, especially after 1960s as a result of the eruption of PRRI (Revolutionary Government of the Republic of Indonesia). At that time, feeling being embarrassed and humiliated serves as the main trigger that encourages Minangkabau people to leave their homeland and seek life beyond their border. Now, Minangkabau people pervade almost in all areas in the city of Bengkulu and the majority works as traders, clerks, drivers and others. This paper aims at describing how Minangkabau ethnic migration takes shape to the city of Bengkulu in Bengkulu province and the process of Minangkabau ethnic adaptation within the city wall and how Minangkabau people makes influential inter ethnic relationship with other ethnicities in Bengkulu. Keywords: Migration, adaptation, Minangkabau people, Bengkulu.

Pendahuluan Mereka memiliki apa yang disebut sebagai Latar Belakang Masalah “misi budaya”.1 Kebiasaan merantau bagi Proses migrasi masyarakat Minangkabau masyarakat Minangkabau juga dipengaruhi merupakan hal yang menarik karena berbeda oleh posisi anak laki-laki di dalam keluarga. dengan proses migrasi di Indonesia secara Anak laki-laki yang sudah besar dan umum. Merantau atau migrasi yang dilakukan belum beristri tidak memiliki tempat di rumah oleh mereka sangat dipengaruhi oleh latar ibunya, mereka akan tidur di surau dan belakang budaya. Orang Minangkabau melepas lelah di lapau.2 Dari hasil bergurau di mendorong kaum muda untuk merantau. lapau dan berkumpul di surau timbul keinginan

* Bahan tulisan ini berasal dari laporan penelitian penulis tentang migrasi orang Minangkabau di Kota Bengkulu. Lebih lanjut lihat Undri, dan kawan-kawan, Migrasi Orang Minangkabau ke Kota Bengkulu (1963-2013). Laporan Penelitian. Padang : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang, 2013. 1 Pelly mendefinisikan “misi budaya” tersebut sebagai seperangkat tujuan yang diharapkan dicapai oleh anggota- anggota suatu masyarakat tertentu, yang didasarkan pada nilai-nilai dominan dari pandangan dunia masyarakat tersebut. Lebih lanjut lihat Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi : Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing . Jakarta, LP3ES, 1994 :1. 2 Dari perspektif sejarah surau, dan lapau merupakan arena untuk “pendewasaan” serta “periode turun tanah” anak-anak muda, yaitu transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Naim (1984), anak-anak laki-laki antara usia 7 sampai 10 tahun didorong keluar dari rumah ibunya untuk berdiam di surau-surau. Mereka tidur dan bermain disekitar surau, atau tidur bersama teman-teman mereka di lepau-lapau. Mereka kembali ke rumah hanya waktu makan dan mencuci pakaian untuk kemudian kembali lagi ke surau atau lepau. Surau dapat dipandang sebagai lambang kesucian (sacral), sopan santun, serta kepatuhan kepada Allah. Lapau adalah lembaga-lembaga bisnis (profane), melambangkan keduniawiaan, kekasaran, dan keberanian. Walau lembaga- lembaga ini sangat berbeda serta melambangkan hal-hal yang berlawanan, tetapi keduanya tidak bisa dipisahkan. Pameo dalam masyarakat Minangkabau menyebutkan, ulama pergi ke surau, parewa pergi ke lapau. Lebih lanjut lihat Naim (1984), Abdullah, (1988 : 19), Kato, (2005 : 210), dan Pelly (1984 :27).

124 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 untuk mencari sesuatu yang lain dari daerah dibedakan antara penduduk asli dan asalnya, jika hanya duduk di lapau akan penduduk pendatang.3 dianggap sebagai parewa. Jika mereka tidak Salah satu penduduk pendatang yang mempunyai penghasilan dan pekerjaan tetap ada di Kota Bengkulu adalah orang menyebabkan orang takut mengambilnya Minangkabau. Orang Minangkabau yang sebagai menantu. Kebiasaan merantau ini juga datang tersebut kemudian berinteraksi, baik sesuai dengan pantun lama orang dengan penduduk asli seperti orang Melayu Minangkaau yang berbunyi : Bengkulu, dan penduduk pendatang seperti Cina, Batak, Jawa, Palembang, India, Bugis, “Kara tau madang di hulu, Madura, Bali, Aceh dan lain-lain. Khusus suku babuah babungo balun bangsa pendatang tersebut sangat marantau bujang dahulu, berpengaruh terutama dalam pemukiman dan di rumah paguno balun.” penguasaan sektor ekonomi seperti adanya Salah satu daerah tujuan merantaunya Kampung Bali, Kampung Jawa, Kampung orang Minangkabau adalah Kota Bengkulu. Aceh, dan Kampung Cina. Penguasaan Bengkulu yang dahulu disebut Bencoolen bidang ekonomi seperti bidang perdagangan merupakan kota pelabuhan tua, dijadikan kota oleh Orang Minangkabau dan Cina, dan pendudukan dan perdagangan oleh Inggris penguasaan bidang nelayan oleh orang pada abad XVIII dan XIX. Kota ini juga Bugis.4 terkenal karena pernah menjadi tempat Bagi Orang Minangkabau di daerah pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun tersebut membentuk perkumpulan- 1939 - 1942 pada masa penjajahan Belanda perkumpulan sukarela. Perkumpulan- sampai pendudukan Jepang. Selain itu, di kota perkumpulan tersebut mempunyai peranan ini terdapat benteng peninggalan masa penting untuk mempertahankan identitas etnik pendudukan Inggris, Fort Marlborough, yang mereka dan juga dalam mengadaptasikan misi terletak di tepi pantai. Kota Bengkulu budaya mereka terhadap tuntutan lingkungan merupakan salah satu daerah yang cukup daerah yang baru. Terkadang misi tersebut penting dalam perdaganganan. Dengan dihadapkan pada realitas yang tidak selalu banyaknya para pedagang yang datang ke ramah. Misalnya IKMAL (Ikatan Keluarga wilayah Bengkulu, maka penduduk wilayah Malalo). Pembentukan perkumpulan ini ini cukup majemuk. Saat ini saja pada awalnya semakin banyaknya orang Malalo penduduk Kota Bengkulu sudah sulit yang ada di Bengkulu. Tujuan awalnya adalah

3 Penduduk asli (penduduk asal) adalah penduduk yang mendiami Kota Bengkulu se belum terjadinya kontak dengan budaya luar yaitu sekitar abad ke -16. Penduduk asli Kota Bengkulu disepakati oleh Badan Musyarawah Adat Provinsi Bengkulu adalah Orang Melayu Bengkulu walaupun pernyataan ini masih tetap jadi polemik karena konsep Malayu Bengkulu sendiri masih dipertanyakan. Bahkan menurut Tambo Bangkahoeloe (H. Delais dan J. Hasan, 1933) dan dikutip oleh Badrul Munir Hamidy (ed) (1991/1992) bahwa asal usul Orang Melayu Bengkulu adalah keturunan dari perkawinan campur antara orang Jawa, Bugis, Lampung, Banten, Palembang, Lembak dan Lampung dengan penduduk Kerajaan Sungai Lemau pada masa pemerintahan Datuk Bagindo Maharaja Sakti dan Puteri Gading Cempaka. Sedangkan yang dianggap penduduk asli di wilayah Provinsi Bengkulu adalah suku bangsa Serawai, Rejang, Enggano, Muko-Muko, Lembak, Krui, dan Pekal. Persoalan ini lebih lanjut lihat Refisrul dan Kawan-kawan, “Dinamika Hubungan Antar Suku Bangsa di Kota Bengkulu”. Laporan Penelitian. Padang : Departemen Keudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2007 : 5. 4 Lebih lanjut lihat Rois Leonard Arios dan Yondri. “Pola Interaksi Antarsuku Bangsa di Kecamatan Selebar Bengkulu”. Laporan Penelitian. Padang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2005. Baca juga Rois Leonard Arios dan Ajisman, “Etos Kerja Masyarakat Nelayan : Studi Kasus di Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar Bengkulu”. Laporan Penelitian. Padang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2003.

125 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 untuk mempersatukan para perantau yang menjalani kehidupan bermasyarakat. tersebar di Kota Bengkulu sehingga terjalin hubungan yang baik dan akrab serta Perumusan dan Pembatasan Masalah kekeluargaan antar para perantau. Rangkaian pertanyaan berikut ini dapat Uniknya, sekarang ini banyak sektor membantu mengarahkan pokok-pokok ekonomi yang dikuasai oleh orang persoalan secara lebih jelas. Adapun Minangkabau dengan keliahannya pertanyaan yang akan dirumuskan dalam berdagang. Begitu juga dengan sektor tulisan ini adalah sebagai berikut : pemerintahan, terakhir posisi Walikota 1. Bagaimana proses migrasi etnik Bengkulu yang dipegang oleh orang dari Minangkabau ke Kota Bengkulu Minangkabau yakni Jhon Kenedi yang berasal Provinsi Bengkulu ? dari Malalo, Sumatera Barat. Bahkan sekarang 2. Bagaimana bentuk adaptasi etnik ini mereka telah menjadi orang Bengkulu. Minangkabau di Kota Bengkulu Di sisi lain, kajian tentang migrasi dan Provinsi Bengkulu ?. adaptasi orang Minangkabau di Kota 3. Bagaimana pengaruh migrasi dan Bengkulu selama ini berdasarkan adaptasi etnik Minangkabau dengan pengetahuan penulis belum ada yang etnik lainnya di Kota Bengkulu melakukan. Karya yang pernah menyinggung Provinsi Bengkulu ? tentang keberadaan orang Minangkabau di Adapun batasan spasial dalam daerah tersebut, yakni karya Yondri dan pembahasan ini adalah Kota Bengkulu kawan-kawan (1999/2000) tentang Provinsi Bengkulu. Batasan temporal dalam perkumpulan perantau Minangkabau di Kota pembahasan ini adalah dari tahun 1930 sampai Bengkulu studi kasus Ikatakan Keluarga 2013. Tahun 1930 diambil sebagai batasan Malalo Cabang Bengkulu.5 Kemudian, karya awalnya karena pada tahun tersebut orang klasik dari Mochtar Naim (1979), menjelaskan Minangkabau telah melakukan migrasi ke Kota bahwa salah satu daerah tujuan orang Bengkulu secara besar-besaran. Seperti yang Minangkabau merantau yakni Kota Bengkulu. telah dijelaskan pada bagian diatas bahwa Berdasarkan data tahun 1930, orang menurut Naim (1979 : 31 ) dan Jaspan (1964 : Minangkabau di daerah tersebut berjumlah 25 ) merupakan salah-satu daerah tersebut 6.670 jiwa orang.6 Karya Jaspan (1964), yang tempat mereka bermigrasi, dan bagi orang menjelaskan bahwa migrasi orang Minangkabau diistilahkan dengan merantau. Minangkabau juga ke daerah Rejang, dan Menurut data tahun 1930, jumlah orang mereka menetap di daerah tersebut.7 Minangkabau yang merantau ke daerah Tulisan ini sesungguhnya ingin mencoba tersebut yakni 6.670 jiwa. Sedangkan tahun menelusuri serta memusatkan kajian tentang 2013 diambil sebagai batasan akhirnya, karena migrasi dan adaptasi Orang Minangkabau di proses sosial masih berlangsung sampai Kota Bengkulu. Migrasi dan adaptasi Orang sekarang. Menurut Irwan Abdullah (2006), Minangkabau tanpa menimbulkan konflik, sebab proses sosial masih berlangsung dalam sampai saat ini mareka hidup rukun dalam

5 Yondri dan kawan-kawan, “Perkumpulan Perantau Minangkabau di Kotamadya Bengkulu (Studi Kasus Ikatan Keluarga Malalo Cabang Bengkulu)”. Laporan Penelitian. Padang : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 1999/2000. 6 Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Jogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1979. 357 halaman 7 Jaspan, M.A, “From Patriliny to Matriliny: Structural Change Among Redjang of Southwest Sumatra”. Ph. D. Dissertasion, Austrlia : Austrlia National University dalam Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta : Balai Pustaka, 2005.

126 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 sebuah masyarakat, maka kajian ini tidak akan heterogen pula kebutuhan mereka. Hal ini pernah berhenti dikaji, baik dari segi substansi dapat mengakibatkan semakin heterogen isi maupun waktu. stress yang mereka alami. Kedua, terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara Landasan Teoritik tempat yang satu dengan tempat yang lain. Migrasi dan Konsep Penduduk Pendatang Apabila tempat yang satu dengan tempat yang dan Asli lain tidak ada perbedaan nilai kefaedahan Migrasi adalah proses berpindahnya wilayah, maka tidak akan terjadi mobilitas penduduk dari suatu tempat ke tempat lain penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan melewati batas wilayah administrasi tertentu bahwa mobilitas penduduk terjadi apabila yang dilalui dalam perpindahan terdapat perbedaan nilai kefaedahan antara tersebut.Perpindahan yang melewati batas dua wilayah. desa/keluarahan saja disebut sebagai migrasi Everett S. Lee (1981) dalam tulisannya antar desa/keluarahan.Perpindahan yang yang berjudul A Theory of Migration melewati batas kecamatan disebut migrasi mengungkapkan bahwa volume migrasi di antar kecamatan, yang melewati batas provinsi suatu wilayah berkembang sesuai dengan disebut migrasi antar provinsi.Penduduk yang tingkat keanekaragaman daerah-daerah melakukan perpindahan disebut migran. tersebut. Di daerah asal dan daerah tujuan ada Berdasarkan jenisnya, migrasi dapat faktor-faktor positif (+), negatif (-), ada pula dibedakan ke dalam tiga kategori (Mantra : faktor-faktor netral (0). Faktor positif adalah 2000), yaitu; (1) Migrasi seumur hidup (life faktor yang memberikan keuntungan di daerah time migrant) adalah mereka yang pindah dari tujuan, misalnya ketersediaan lapangan tempat lahir ke tempat tinggal sekarang, atau pekerjaan. Faktor negatif adalah faktor yang mereka yang tempat tinggalnya sekarang mendorong penduduk untuk bermigasi, bukan di wilayah provinsi tempat misalnya kesulitan untuk mendapatkan kelahirannya. (2) Migran risen (risen migran) pekerjaan, atau ingin meningkatkan taraf adalah mereka yang pindah melewati batas kehidupannya. Selain itu, mobilitas juga provinsi dalam kurun 5 tahun terakhir sebelum dipengaruhi oleh faktor rintangan, misalnya, pencacahan, dan (3) Migran total (total ongkos pindah yang tinggi, terbatasnya migran) adalah mereka yang pernah pindah sarana transportasi, dan topografi yang sulit. antar provinsi tanpa memperhatikan kapan Alasan utama terjadinya pergerakan pindahnya sehingga provinsi tempat tinggal penduduk: pertama, perpindahan penduduk sebelumnya berbeda dengan provinsi tempat dilakukan sebagai suatu strategi untuk tinggal sekarang. meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga Ada beberapa teori yang mengatakan atau pribadi, baik dalam arti ekonomis maupun mengapa seseorang mengambil keputusan dalam arti sosial , kedua, secara historis gerak untuk melakukan mobilitas atau migrasi, perpindahan penduduk yang paling menonjol diantaranya adalah teori kebutuhan dan terjadi antara desa dengan kota karena tekanan atauneed and stress (dalam Saefullah: keterbatasan lapangan kerja di daerah 1999), artinya proses mobilitas akan terjadi perdesaan di mana lahan pertanian makin lama apabila: pertama, seseorang mengalami makin menyempit. tekanan (stress), baik ekonomi, sosial, maupun psikologi ditempat ia berada. Tiap-tiap Adaptasi individu mempunyai kebutuhan yang Kedatangan orang Minangkabau di Kota berbeda-beda, makin heterogen struktur Bengkulu menyebabkan masyarakat di Kota penduduk di suatu daerah, maka semakin Bengkulu menjadi heterogen. Ciri khas dari

127 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 masyarakat yang heterogen adalah Ada beberapa komponen yang juga meningkatnya interaksi sosial. Menurut sangat member warna dalam proses adaptasi Soekanto (2002), interaksi sosial dapat tersebut seperti kerjasama, asimilasi dan diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial, akulturasi. (1) kerjasama diartikan sebagai hubungan sosial yang dimaksud berupa interaksi sosial dimana individu atau hubungan antara individu yang satu dengan kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan individu lainnya, antara kelompok yang satu bersama yang disebut dengan istilah gotong dengan kelompok lainnya, maupun antara royong, tolong menolong atau kerja bakti, (2) kelompok dengan individu. Proses interaksi asimilasi adalah suatu proses satu arah sosial menghasilkan akulturasi dan akulturasi dimana individu atau kelompok lain yang menghasilkan perubahan sosial dalam biasanya lebih besar dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.8 Selo Soemardjan kelompok tersebut, dan (3) akulturasi adalah dalam Wahyu (2005) mengatakan bahwa suatu proses dimana individu atau kelompok perubahan sosial adalah perubahan- yang berbeda kebudayaan secara terus perubahan pada lembaga-lembaga menerus melakukan hubungan kontak, kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sehingga melahirkan kebudayaan yang baru. sosial seperti nilai-nilai sosial, sikap dan pola Dalam adaptasi terjadi berbagai interaksi tingkah laku antar kelompok masyarakat yang sosial antara anggota masyarakat tersebut. mempengaruhi pola inetraksi.9 Apabila ada dua atau lebih individu (etnik), Dalam konteks merantaunya orang maka kelompok sosial atau sistem sosial Minangkabau ke Kota Bengkulu, proses terbentuk. Mereka bergaul (berinteraksi) dalam adaptasi memainkan peranan penting terutama suatu daerah pemukiman maka sudah dapat menghadapi situasi yang baru. Adaptasi dipastikan bahwa ditempat itu akan terjadi merupakan proses mengatasi halangan dan interaksi sosial dengan segala proses perubahan untuk menyesuaikan diri konsekuensinya. Dari hasil adaptasi, lama dengan lingkungan yang baru. Dari pengertian kelamaan dapat menyesuaikan diri dengan adaptasi tersebut Soekanto membagi tipe situasi masyarakat setempat dan pendatang adaptasi dalam 3 golongan yakni, (1) adaptasi lainnya yang pada akhirnya akan terhadap lingkungan eksternal fisik, (2) memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan. adaptasi terhadap sosial budaya, (3) adaptasi terhadap kondisi kehidupan secara efektif. 10 Gambaran Umum Kota Bengkulu Berdasarkan konsep dan tipe adaptasi Secara geografis, Kota Bengkulu terletak tersebut, maka dirumuskan tanda-tanda pada koordinat 30°45’ – 30°59’ Lintang Selatan munculnya adaptasi, jika (1) masyarakat dan 102°14’ – 102°22’ Bujur Timur. Posisi melaksanakan kewajiban bersama untuk geografis tersebut terletak di pantai bagian kepentingan orang banyak, (2) tumbuhnya Barat Pulau Sumatera yang berhadapan rasa persahabatan, (3) mengakui dan langsung dengan Samudera Hindia. Kota menghormati hak orang lain, (4) simpati Bengkulu dengan luas wilayah 151,7 km², terhadap pekerjaan orang lain, dan (5) dengan panjang pantai sekitar 525 km, dan menghormati dan menghargai tradisi atau kawasan kota ini juga membujur sejajar dengan budaya lain. pegunungan Bukit Barisan.11

8 Soekanto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo, 2002 : 34. 9 Wahyu, MS. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : Hecca Mitra Utama, 2005:3 10 Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983 : 141. 11 Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, Kota Bengkulu dalam Angka Tahun 2011. Bengkulu : Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, 2012 : 12.

128 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Berdasarkan letak geografis tersebut, Utara dan Timur, sedangkan pusat Kota Kota Bengkulu mempunyai lingkungan pantai Bengkulu sendiri berada pada ketinggian yang berhadapan dengan gelombang kuat, antara 10 – 25 meter/dibawah permukaan laut. yang dipengaruhi oleh swell dan diperkirakan Secara umum wilayah Kota Bengkulu menimbulkan erosi alami pantai akibat didominasi oleh kondisi lereng datar, yang gelombang besar tersebut. Erosi alami pantai mencapai 88,09% (12.730,7 hektar), yang terdiri atau abrasi pantai ini berpotensi untuk dari 2 (dua) kondisi kemiringan lereng yaitu menimbulkan sedimen pada garis pantai dan kemiringan lerengnya 0 – 3% dengan luas hal ini akan diperparah oleh suplai sedimen 8.145,38 hektar dan sekitar 4.585,32 hektar dari Daerah Aliran Sungai besar yang terletak kemiringan lereng 3 – 8% yang sesuai untuk di sekitar Kota Bengkulu. Kondisi ini perlu pengembangan pembangunan kota. Wilayah dicermati sebagai potensi dan masalah yang dengan kemiringan 0 – 3% ini terletak di harus diantisipasi agar pembangunan kota ke daerah bagian Barat, Selatan dan Timur Laut depan benar-benar dapat memberikan manfaat Kota Bengkulu, sedangkan kemiringan lereng yang sebesar-besarnya, dan mereduksi 3 – 8% sebagian di Utara, pusat kota yang kemungkinan dampak/pengaruh negatif yang memanjang ke arah Tenggara Kota akan ditimbulkan. Karena itu juga, daerah ini Bengkulu.12 merupaka daerah lempengan dengan rawan Disigi dari jumlah penduduk, penduduk atas goncangan gempa. kota Bengkulu pada pertengahan tahun 2009 Secara administratif, Kota Bengkulu berjumlah 278.831 jiwa dengan 71.395 rumah mempunyai luas wilayah daratan sekitar 151,7 tangga. Penduduk tahun 2009 naik sebesar km²,ditambah 1 (satu) pulau dengan luas 2 1,56 persen dibandingkan dengan tahun 2008 (dua) hektar dan lautan seluas 387,6 Km2 yang dimana penduduk pertengahan tahun 2008 terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan dan 67 berjumlah 274.477 jiwa, sedangkan tingkat (enampuluh tujuh) kelurahan, dengan batas kepadatan penduduk 1.838 orang penduduk administratif sebagai berikut :Sebelah Utara per Km2 pada tahun 2009 naik dari tahun 2008 berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu yang tingkat kepadatan penduduk kota Tengah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Bengkulu mencapai 1.809 jiwa per Km2 .Dilihat Kabupaten Seluma; Sebelah Timur berbatasan dari penyebaran penduduk terlihat bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah; Sebelah Barat penduduk kota Bengkulu lebih banyak yang berbatasan Samudera Hindia. tinggal di kecamatan Gading Cempaka sebesar Dari segi letaknya, Kota Bengkulu 27,26 persen dan disusul daerah Ratu Agung terletak pada ketinggian antara 0 – 100 meter/ sebesar 15.42 persen, hal ini disebabkan dibawah permukaan laut, dengan persebaran daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan yang beragam pada setiap wilayah kota, ekonomi Bengkulu. Sedangkan yang paling sehingga menyebabkan morfologi kota yang sedikit kecamatan Kampung Melayu sebesar bergelombang. Lokasi dengan titik tertinggi 7,71 persen.13 (hingga 100 meter/dibawah permukaan laut) Komposisi penduduk kota Bengkulu berada di bagian tenggara (Kecamatan menunjukkan bahwa penduduk usia 0 – 14 Selebar). Sementara titik terendah (antara 0 turun dari 30,47 persen tahun 2008 menjadi meter/dibawah permukaan laut – 10 meter/ 28,35 tahun 2009, penduduk produktif usia 15 dibawah permukaan laut) di bagian Selatan, – 64 tahun naik dari 66.68 persen tahun 2008

12 Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, Ibid, 2012 : 14. 13 Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, Kota Bengkulu dalam Angka Tahun 2009. Bengkulu : Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, 2010 : 16.

129 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 menjadi 68,52 persen tahun 2009. Penduduk sedikit sekali yang dapat mereka kerjakan kalau usia 65 tahun ke atas yang mengalami mereka tetap tinggal di kampung, atau hanya kenaikan dari 2,8 persen pada tahun 2008 di kota-kota kabupaten. menjadi 3,12 persen tahun 2009.14 Kedua, faktor ekonomi. Faktor ekonomi merupakan faktor yang built-in dalam Proses Migrasi Orang Minangkabau ke Kota urbanisasi yang dilakukan oleh orang Bengkulu Minangkabau. Karena ia selalu terjalin dalam Tidak ada data yang pasti kapan orang pelembagaan merantau itu sendiri. Secara Minangkabau ke Kota Bengkulu. Namun tradisional, sekalipun sawah cukup untuk proses merantau pada etnis Minang telah kelangsungan hidup keluarga, orang muda berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat selalu didorong untuk pergi migrasi mencari migrasi pertama terjadi pada abad ke-7, di rezeki agar ia dapat sanggup berdiri sendiri mana banyak pedagang-pedagang emas yang dan menghidupi keluarganya pula bila datang berasal dari pedalaman Minangkabau masanya untuk berumah tangga. melakukan perdagangan di muara Jambi, dan Ketiga faktor budaya. Menurut Mochtar terlibat dalam pembentukan Kerajaan Malayu, Naim (1984), faktor-faktor budaya yang misalnya dan sampai ke daerah Bengkulu. mendorong laki-laki Minangkabau melakukan Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke- migrasi, di antaranya adalah; Pertama, 14, dimana banyak keluarga Minang yang struktur sosial di Minangkabau yang berpindah ke pesisir timur Sumatera. matrilineal tidak cukup memberi tempat yang Mereka mendirikan koloni-koloni dagang kokoh bagi laki-laki dalam kehidupan keluarga, di Batubara, Pelalawan, hingga melintasi selat dalam arti dia tidak mempunyai kekuasaan ke Penang dan Negeri Sembilan, Malaysia. yang mantap di rumah istrinya dan tidak pula Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah di rumah ibunya sendiri Kedua, dengan sistem timur, juga terjadi perpindahan masyarakat kekerabatan keluarga besar (extended family Minang ke pesisir barat Sumatera. Di system), suami dan istri masing-masingnya sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak tetap merupakan bagian dari keluarga induk bermukim di Meulaboh, Aceh tempat masing-masing. Dorongan untuk melakukan keturunan Minang dikenal dengan sebutan migrasi merupakan usaha melepaskan diri dari Aneuk Jamee; Barus, Sibolga, Natal, hingga keluarga induk untuk dapat membangun Bengkulu. keluarga batih sendiri yang terhindar dari Sebab -Sebab Migrasi pada Etnis berbagai intervensi keluarga besar. Ketiga, Minangkabau15. Pertama, adaya tarik kota. laki-laki, walaupun terhitung sebagai anggota Kota, terutama kota besar pada umumnya keluarga di rumah ibunya, dia tidak dapat selalu dipandang sebagai pusat pendidikan, menikmati harta keluarga. pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, Keempat, tanggungjawab ganda yang dia dan sebagainya. Di kotalah segala ide tentang pikul (baik sebagai bapak terhadap anaknya, kemajuan dilaksanakan. Juga di kotalah sebagai mamak terhadap kemenakannya, kesempatan-kesempatan kerja yang banyak. sebagai saudara laki-laki terhadap saudara- Oleh karena itu, daya tarik kota terutama saudara perempuannya, maupun sebagai dirasakan oleh golongan terpelajar, karena anggota keluarga dan sebagai anggota

14 Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, Ibid, 2009 : 19. 15 Bahan ini berasal dari Witrianto, Migrasi Orang Minangkabau Keberbagai Daerah di Indonesia dalam http://witrianto.blogdetik.com/2010/12/31/migrasi-orang-minangkabau-ke-berbagai-kota-di-indonesia/ . Diakses 10 Agustus 2013 Pukul 18.15 WIB.

130 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 masyarakat kampungnya) mungkin dirasa terjual. Mereka juga diberikan sedikit wejangan terlalu berat untuk dihadapi sekaligus. berupa teknik-teknik berdagang dan gambaran Kelima, ketidaktergantungan mereka kepada pasar secara umum. Keadaan seperti ini tanah menimbulkan sikap menilai rendah banyak terjadi di Kota Bengkulu. terhadap kehidupan bertani. Keenam, anak Selain berdagang kecil-kecilan, banyak laki-laki telah didorong untuk meninggalkan pula pedagang Minang yang menggeluti rumah sejak dari umur muda. Pada dasarnya bisnis menengah. Seperti jual-beli emas, mereka ingin mencari saudara di perantauan. membuka restoran, penerbitan buku, atau Hal ini sesuai dengan pantun lama usaha percetakan. Menurut catatan yang Minangkabau yang berisikan nasihat untuk dihimpun oleh Mochtar Naim, 40% usaha anak muda yang hendak pergi merantau atau penerbitan buku nasional dipegang oleh sebagai pedoman bagi perantau baru. pengusaha-pengusaha asal Minang, yang sebagian besar mereka berkantor di ibu kota. Kok waa pai ka pakan, Iiyu bali, balanak banak, Selain banyaknya karya-karya penulis Ikan panjang bali dahulu, Minang yang harus diorbitkan, bisnis Kok waang pai bajalan, penerbitan buku sangat sesuai dengan jiwa Induak cari dunsanak cari, orang Minang yang haus pengetahuan. Pada Induak samang cari dahulu masa kolonial Hindia-Belanda, penerbit buku terbesar Balai Pusataka sering dipimpin oleh Kalau engkau pergi ke pekan orang-orang Minang. Pengalaman bekerja dan Hiu beli, belanak beli berkenalan dengan orang Balai Pustaka inilah Ikan panjang beli dahulu yang menjadi bekal mereka untuk terjun Kalau engkau pergi berjalan diusaha penerbitan. Ibu cari saudara cari Di seluruh Nusantara, bisnis rumah Induk semang cari dahulu makan merupakan keahlian orang Minang Profesi Orang Minangkabau di Kota yang dominasinya belum bisa dipatahkan Bengkulu hingga saat ini. Selain cita rasa masakannya Dari banyak profesi dan pekerjaan yang yang cocok bagi lidah semua orang, sistem ditawarkan, berdagang merupakan profesi bisnis Rumah Makan Padang yang unik itu, favorit banyak perantau Minang. Profesi ini telah menjadikannya bertahan hingga sesuai dengan karakter orang Minangkabau bertahun-tahun. Dalam usaha rumah makan yang dinamis dan selalu ingin bebas. Di setiap Padang, tak dikenal adanya pemilik tunggal. sudut kota, persimpangan jalan, dan pasar, Setiap karyawan akan dilibatkan dalam selalu saja ditemui pedagang Minang pengelolaan bisnis, sekaligus juga menjadi menjajakan barang dagangannya. Mereka pemiliknya. Keuntungan dan jenjang karir menjual dan melayani aneka keperluan ditentukan dari seberapa besar peran mereka masyarakat. Mulai dari yang kecil-kecil dalam usaha tersebut. Rumah makan Padang “bermodalkan dengkul”, seperti membuat yang berserakan di serata Kota Bengkulu, dari stempel, servis jam, cetak foto kilat, penjahit, mal-mal hingga sudut-sudut kompleks atau tukang potong rambut. Berjualan baju, perumahan, ternyata memberikan multiplier kaos kaki, sepatu, atau mainan, banyak pula effect bagi pengusaha peternakan dan dilakoni para perantau Minang. agrobisnis. Seorang pemuda Minang yang masih muda mentah, setibanya dari kampung Bentuk Adaptasi Etnik Minangkabau halaman akan dibekali barang-barang Sebagai etnik yang menjadikan tradisi dagangan yang bisa dibayarkan setelah laku merantau sebagai ikon dalam bermigrasi, etnik

131 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Minangkabau di Kota Bengkulu dalam meninggalkan daerahnya dan pergi merantau beradaptasi memiliki ciri khas tersendiri. Proses sendiri dan setelah mempunyai pekerjaan dan migrasi-merantau nya etnik Minangkabau di penghasilan yang jelas di perantauan, baru Kota Bengkulu bermuara sebuah ikatan kemudian mendatangkan istri dan anaknya. diantara sesama mereka seasal dan se daerah. Salah satu daerah rantau yang dimaksud Konsekuensi dari ini maka lahirlah beberapa adalah provinsi Bengkulu. ikatan keluarga di Kota Bnegkulu yang berasal Seiring dengan perjalanan waktu, dari etnik Minangkabau. Berfondasikan hal ternyata orang-orang Malalo yang merantau tersebut bentuk adaptasi etnik Minangkabau di Bengkulu semakin bertambah banyak. di Kota Bengkulu dituangkannya melalui Walaupun demikian, dalam mencari nafkah/ pembentukan ikatan keluarga. Adapun ikatan mengusahakan kehidupannya serta keluarga tersebut yakni : mengekpresikan kebutuhan-kebutuhannya dilakukan atas dasar keinginan masing- IKMAL (Ikatan Keluarga Malalo) masing. Melihat fenomena seperti di atas maka IKMAL (Ikatan Keluarga Malalo) yaitu ada beberapa perantau mengusulkan agar perkumpulan orang-orang yang berasal dari membentuk suatu perkumpulan. Perkumpulan salah satu daerah di Sumatera Barat yang tersebut sebagai wahana yang mampu bernama Nagari Malalo. Nagari ini tepatnya mempersatukan mereka sertra sebagai terletak di pantai Barat Danau Singkarak kerangka acuan dalam mengarahkan Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera kehidupan mereka di perantauan. Adapun ide Barat. Dilihat dari potensi alamnya, daerah ini membentuk suatu perkumpulan orang-orang tidak begitu mendukung aktifitas masyarakat rantau di Bengkulu awalnya dicetuskan oleh meningkatkan pendapatan di bidang enam sekawan yaitu : (1) Buya Muctar Yatin, pertanian. Sebaliknya usaha pertanian hanya (2) H. Datu Basa, (3) H. Bustaman, (4) H. Jamba, sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga (5) H. Siri , dan (6) H. ldris Musa. saja.16 Dengan kondisi yang tidak Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) menguntungkan seperti di atas maka, orang-- Persatuan Keluarga Daerah Piaman yang orang Malalo untuk meningkatkan taraf disingkat PKDP adalah suatu organisasi para hidupnya pergi merantau. Selain keadaan perantau Minangkabau yang berasal dari alamnya faktor lain yang mendorong warga wilayah administrasi Kota Pariaman dan Malalo pergi merantau adalah budaya mereka Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang menganut sistem matrilineal. Adat serta warga dari wilayah-wilayah sekitarnya matrilineal ini adalah dimana pihak yang yang punya kedekatan budaya, sejarah dan menguasai harta warisan adalah saudara hubungan emosional/kekerabatan. PKDP perempuan. Anak laki-laki hanya sebagai pagar didirikan pada tanggal 29 April 1984 di atau pengawas tetapi tidak mempunyai hak Pariaman, Sumatera Barat, oleh para tokoh apa-apa di rumah. Budaya seperti ini masih Piaman (Pariaman). Dewan Pimpinan Pusat melekat pada kehidupan warga malalo, PKDP berkedudukan di Jakarta sebagai sehingga mereka harus mencari jalan dan Ibukota Negara Republik Indonesia, mengambil keputusan untuk melakukan sedangkan cabangnya terdapat di beberapa gerakan merantau. Mereka biasanya kota di seluruh Indonesia. Persatuan Keluarga

16 Yondri dan kawan-kawan, ‘Perkumpulan Perantau Minangkabau di Kotamadya Bengkulu (Studi Kasus Ikatan Keluarga Malalo Cabang Bengkulu). Laporan Penelitian. Padang : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenedral Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 1999/2000.

132 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Daerah Piaman (PKDP) terdiri dari beberapa diberikan kepada anggota atau keluarganya organisasi perantau yang berasal dari nagari yang tertimpa musibah sakit atau meninggal (desa/kelurahan) yang lebih kecil. dunia. Bantuan diperuntukkan bagi keluarga Pendirian organisasi ini bertujuan anggota, terdiri dari anak, suami, istri, mertua menghimpun potensi ekonomi dan intelektual dan famili anggota yang menjadi masyarakat Pariaman untuk kemaslahatan tanggungannya serta tinggal bersama masyarakat kampung halaman di wilayah yang keluarga anggota IKPS tersebut. (2) Bantuan tergabung dalam organisasi itu khususnya juga diberikan bukan hanya pada anggota dan masyarakat luas lain pada umumnya. yang tertimpa musibah tetapi juga diberikan Beberapa tujuan tersebut disimpulkan dalam kepada anggota yang melaksanakan hajatan empat poin, adalah (1) Mewujudkan suasana atau pesta perkawinan, bagi anak anggota kekeluargaan, kebersamaan, keswadayaan maupun anggota itu sendiri, (3) Pengajian dan kekerabatan antara warga Piaman di Keagamaan dan Ceramah Keagamaan, (4) rantau dengan warga di ranah, dan Arisan Bulanan memperkokoh persatuan dan kesatuan dengan warga lainnya di rantau, (2) Membina Ikatan Keluarga Tuah Sakato 17 dan meningkatkan kualitas sumber daya IKTS adalah Ikatan Keluarga Tuah manusia warga Piaman di rantau dan di ranah Sakato. Nama tersebut merupakan suatu agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bentuk perkumpulan atau organisasi sosial berilmu serta memiliki kepedulian terhadap kekeluargaan dan kemasyarakatan. Organisasi pembangunan rantau dan ranah serta siap ini awalnya dibentuk oleh orang-orang menjadi tauladan bagi generasi berikutnya,(3) perantau Minangkabau yang satu profesi, Menciptakan peluang berusaha sebagai yaitu sebagai pedagang kalangan. Pedagang sumber ekonomi anggota di perantauan dan kalangan, yaitu pedagang berada di Kota kampung halaman guna meningkatkan harkat Bengkulu, tetapi berjualan di pasar-pasar dan martabat masyarakatnya, dan (4) yang ada di daerah Selatan dan Utara pada Melestarikan dan membudayakan nilai-nilai hari-hari pasar yang biasa di sana. Organisasi agama dan adat dalam kehidupan dengan kato sosial kekeluargaan dan kemasyarakatan putuih Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi IKTS menurut anggaran dasar dan anggaran Kitabullah. rumah tangga dalam pasal ini didirikan dengan tujuan untuk memupuk dan meningkatkan Ikatan Keluarga Pesisir Selatan ukhuwah Islamiyah dan Ikata Keluarga Pesisir Selatan (IKPS) menumbuhkembangkan rasa solidaritas sosial adalah organisasi yang dibentuk oleh Orang sesama anggota IKTS. Membantu Minangkabau di Kota Bengkulu yang berasal meringankan beban bagi anggota IKTS yang dari Kabupaten Pesisir Selatan. Keberadaan mengalami musibah, maupun yang organisasi ini di Kota Bengkulu sejak tahun melaksanakan hajatan dan mengembangkan 1998. Walaupun orang Pesisir Selatan sudah kegiatan-kegiatan kesenian, ekonomi, dan lama berada di Kota Bengkulu, namun peranan wanita. organisasi ini baru dibentuk pada tahun 1998 Kelompok IKTS ini mula-mula tersebut. Adapun aktifitas yang dilakukan anggotanya adalah orang Minangkabau yang organisasi ini adalah : (1) Bantuan dua telah lama menetap di Pagar Alam dan

17 Bahan ini berasal dari Yanti Mardia, “Aktifitas Sosial Ikatan Keluarga Tuah Sakato (IKTS) dalam Memeliara Rasa Solidaritas Anggota Perantau Minangkabau di Kota Bengkulu (Studi Kasus pada Ikatan Keluarga Tuah Sakato di Kota Bengkulu). Skripsi. Bengkulu : Jurusan Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Bengkulu, 2003.

133 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 merantau kembali ke Bengkulu karena melihat IKAMAMI (Ikatan Keluarga Mahasiswa daya tarik Kota Bengkulu untuk berdagang. Minangkabau)18 Sebelum IKTS didirikan anggota perantauan IKAMAMI adalah singkatan dari Ikatan ini mengikuti kelompok perantauan Keluarga Mahasiswa Minangkabau. Nama Minangkabau yang ada di Kota Bengkulu. tersebut merupakan suatu bentuk Karena mereka merasa kurang dihormati perkumpulan atau organisasi sosial seperti anggota yang lain dan menyadari kekeluargaan, yang dibentuk oleh para bahwa perekonomian mereka sangat lemah mahasiswa asal Minangkabau, Sumatera dibandingkan dengan anggota yang telah Barat. Organisasi sosial kekeluargaan lama menetap di Kota Bengkulu. Karena kurang IKAMAMI didirikan dengan tujuan untuk dipedulikan lalu mereka menarik diri dan menghimpun dengan meningkatkan perkumpulan Minangkabau yang mereka ikuti, kesejahteraan sosial mahasiswa Minangkabau 1 minggu berikutnya mereka berkumpul dan di perantauan. ingin mendirikan suatu kelompok Perkumpulan mahasiswa Minangkabau kekeluargaan sendiri. Maka akhirnya pada ada sejak dibukanya jenjang pendidikan tahun 1987 kelompok mereka terbentuk yang perguruan tinggi di Bengkulu. Perkumpulan mula-mula berjumlah 9 kepala keluarga. dan organisasi mahasiswa Minangkabau Anggota kemudian berkumpul dan hadir dengan bermacam-macam nama, seperti bermusyawarah untuk memilih pengurus inti IMM (Ikatan Mahasiswa Minang), IPPM dan menemukan nama yang cocok untuk (Ikatan Pemuda Pelajar Minang), namun pada perkumpulan mereka. Hasil dari musyawarah tanggal 20 juli 1994 diadakan Musyawarah tersebut disepakati nama kelompok keluarga Besar (MUBES), disepakatilah dan disahkan ekonomi pangsan untuk kelompok mereka. bahwa nama dari organisasi sosial Nama itu ditetapkan karena anggota kekeluargaan mahasiswa Minangkabau seluruhnya adalah keluarga-keluarga adalah Ikatan Kekeluarga Mahasiswa perekonomian menengah ke bawah. Minangkabau yang disingkat menjadi Pada tahun 1987 sampai dengan 1992 IKAMAMI. Meskipun pada awalnya kelompok keluarga ekonomi pangsan dipimpin pemberian nama organisasi kekeluargaan oleh Bapak Umar Sutan Bandaro. Kegiatan- mahasiswa Minangkabau ini bermacam- kegiatan yang mereka lakukan mulanya hanya macam, namun sejak diikrarkannya nama pengajian dan arisan dari rumah ke rumah IKAMAMI, bermacam nama tersebut setiap bulannya. 2 bulan berikutnya anggota membawa pada penyatuan visi dan misi bertambah 3 kepala keluarga, maka jumlah perkumpulan untuk mempermudah gerak dan anggota bertambah menjadi 11 kepala langkah kedepan IKAMAMI tersebut. keluarga. Anggota kembali bermusyawarah Kesepakatan pencetus nama untuk, menambah kegiatan dengan IKAMAMI, tidak lepas dari kebiasaan membentuk simpan pinjam anggota dan masyarakat Minangkabau untuk biasa pemberian bantuan suka dan duka untuk menggunakan kata-kata yang pendek, singkat anggota yang mengalami musibah atau dan praktis. Pemberian nama IKAMAMI hajatan. mencerminkan bahwa mahasiswa Minangkabau dirantau merupakan suatu

18 Bahan ini berasal dari Andi Syofyani, “Peranan IKAMAMI dalam Mengatasi Perilaku Asusila Pada Mahasiswa Minangkabau (Studis Kasus Pada IKAMAMI Cabang Bengkulu)” Skripsi . Bengkulu : Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bengkulu, 2003.

134 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 keluarga yang terkait dalam ikatan batin dan Sementara menurut Simmond (1989), hingga moral sebagai wadah silaturahmi bagi tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta hektar mahasiswa Minangkabau diperantauan juga lahan hijau (pertanian, kehutanan, sebagai tempat berkomunikasi antara satu perkebunan, dan lain-lain) telah berubah dengan yang lainnya sehingga selaku anak peruntukannya menjadi lahan perkotaan. rantau saling senasip sepenanggungan Adanya perubahan penggunaan lahan dirantau orang, ado samo dimakan tiado samo tersebut dilihat dari aspek ekonomi pertanian dicari. Mahasiswa Minangkabau selaku merupakan ancaman terhadap ketahanan generasi muda Minangkabau agar tetap kokoh pangan penduduk dan dilihat dari aspek memegang falsafat hidup orang Minangkabau lingkungan hal itu merupakan ancaman “Adat basandi Syara’, Syara’ basandi terhadap daya dukung lingkungan. Kitabbullah” karena bagaimanapun Disamping itu dengan bermigrasi dan mahasiswa Minangkabau dirantau merupakan beradaptasinya etnik Minangkabau dengan perwakilan atau duta yang dapat membawa etnik lainnya di Kota Bengkulu telah membuat keharuman nma dari Ranah Minangkabau. masyarakat di Kota Bengkulu menjadi beragam Untuk itu Ikatan Keluarga Mahasiswa dan mereka hidup saling toleransi dan Minangkabau (IKAMAMI) mencoba melakukan perkawinan campuran antar etnik berusaha mewujudan lahirnya generasi yang ada di kota tersebut. sekarang dan mendatang yang mampu memahami dan melaksanakan nilai-nilai Penutup budaya yang ada, baik budaya Minangkabau Proses migrasi masyarakat Minangkabau maupun budaya tempat tinggal secara tepat merupakan hal yang menarik karena berbeda dan utuh serta menyatukan potensi untuk dengan proses migrasi di Indonesia secara membangun masyarakat yang adil dan makmur umum. Merantau atau migrasi yang dilakukan yang diridhoi oleh Allah SWT. Hal ini sesuai oleh mereka sangat dipengaruhi oleh latar dengan moto IKAMAMI “ Dimana Bumi belakang budaya. Orang Minangkabau Dipijak Disitu Langik Dijunjung”. mendorong kaum muda untuk merantau. Mereka memiliki apa yang disebut sebagai Pengaruh Migrasi dan Adaptasi “misi budaya”. Kebiasaan merantau bagi Pengaruh dari migrasi dan adaptasi masyarakat Minangkabau juga dipengaruhi orang Minangkabau dengan etnik lainnya di oleh posisi anak laki-laki di dalam keluarga. Kota Bengkulu berpengaruh terhadap bentuk Orang Minangkabau di Kota Bengkulu pengunaan lahan atau pemukiman di Kota sudah menjadi orang Bengkulu sendiri dan Bengkulu. Bentuk penggunaan lahan suatu mereka sudah beranak bercucu di kota wilayah terkait dengan pertumbuhan tersebut. Mereka telah hidup berdampingan penduduk dan aktivitasnya. Semakin dengan etnik lainnya, baik itu etnik Melayu meningkatnya jumlah penduduk dan semakin Bengkulu dan juga etnik lainnya yang telah intensifnya aktivitas penduduk di suatu menetap di kota Bengkulu tersebut. tempat berdampak pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan dan aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat. Menurut Miller (1988), sebanyak 43 % penduduk dunia tinggal di wilayah perkotaan.

135 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Daftar Pustaka Pelly, Usman ,1994, Urbanisasi dan Adaptasi : Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Abdullah, Taufik, 1988, Sekolah dan Politik : Mandailing . Jakarta, LP3ES. Gerakan Kaum Muda di Sumatera Barat Refisrul dan Kawan-kawan, 2007, “Dinamika (1927-1933). Terjemahan oleh Lindayanti dan Hubungan Antar Suku Bangsa di Kota A. Guntur. Padang-Sumatera Barat. Bengkulu”. Laporan Penelitian. Padang : Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Departemen Keudayaan dan Pariwisata, Balai Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, 2010, Pelestarian Se1arah dan Nilai Tradisional Kota Bengkulu dalam Angka Tahun 2009. Padang. Bengkulu : Biro Pusat Statistik dan Badan Rois Leonard Arios dan Yondri, 2005, “Pola Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Interaksi Antarsuku Bangsa di Kecamatan Bengkulu. Selebar Bengkulu”. Laporan Penelitian. Biro Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Padang : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Pembangunan Daerah Kota Bengkulu, 2012, Tradisional Padang. Kota Bengkulu dalam Angka Tahun 2011. Rois Leonard Arios dan Ajisman, 2008, “Etos Kerja Bengkulu : Biro Pusat Statistik dan Badan Masyarakat Nelayan : Studi Kasus di Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar Bengkulu. Bengkulu”. Laporan Penelitian. Padang : Balai Lee, Everett S. 1981. “Suatu Teori Migrasi”. Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang. Terjemahan dari buku; A Theory of Migration. Saefullah, A. Djadja. 1999, “Migrasi Dan Perubahan Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Sosial Budaya”. Jurnal Kependudukan, Vol. Universitas Gadjah Mada. I No I Januari 1999. PPK-Lemlit Universitas Hoesin, Ki Agoes. Koempoelan Oendang-Oendang Padjadjaran. Bandung. Lembaga dan Sosial Oenderafdeeling dee Soekanto, S 2002, Sosiologi Suatu Pengantar. Gewest Bengkoeloe. Palembang : Sriwijaya Jakarta : Raja Grafindo. Media Oetama, 1996 (cetak ulang)...... , 1983, Teori Sosiologi Tentang Jaspan, M.A, “From Patriliny to Matriliny: Perubahan Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia. Structural Change Among Redjang of Syofyani, Andi. 2003, “Peranan IKAMAMI Southwest Sumatra”. Ph. D. Dissertasion, dalam Mengatasi Perilaku Asusila Pada Australia : Austrlia National University. Mahasiswa Minangkabau (Studis Kasus Kato, Tsuyoshi, 2005, Adat Minangkabau dan Pada IKAMAMI Cabang Bengkulu)” Skripsi Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta . Bengkulu : Jurusan Kesejahteraan Sosial : Balai Pustaka. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Naim, Mochtar, 1979, Merantau Pola Migrasi Bengkulu. Suku Minangkabau. Jogyakarta : Gadjah Sarwono, Sarwit dan kawan-kawan (penyunting), Mada University Press. 2004, Bunga Rampai Melayu Bengkulu. Mantra, Ida Bagoes, 2000, Demografi Umum. Bengkulu : Dinas Pariwisata Propinsi Yogyakarta : PSPK-UGM. Bengkulu. Mardia, Mardia, 2008, “Aktifitas Sosial Ikatan Setiyanto, Agus. 2001, Elite Pribumi Bengkulu Keluarga Tuah Sakato (IKTS) dalam Perspektif Sejarah Abad Ke-19. Jakarta : Balai Memeliara Rasa Solidaritas Anggota Perantau Pustaka. Minangkabau di Kota Bengkulu (Studi Kasus ...... , 2006, Orang-Orang Besar pada Ikatan Keluarga Tuah Sakato di Kota Bengkulu. Yogyakarta : Ombak. Bengkulu). Skripsi. Bengkulu : Jurusan Sidik, Abdullah, 1996, Sejarah Bengkulu 1500- Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas 1990. Jakarta : Balai Pustaka. Bengkulu.

136 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Undri, dan kawan-kawan, Migrasi Orang Minangkabau Nama : Bagindo Almawi Z. ke Kota Bengkulu (1963-2013). Laporan Umur : 60 Tahun Penelitian. Padang : Balai Pelestarian Nilai Pekerjaan : Swasta Budaya (BPNB) Padang, 2013. Asal : Padang Pariaman Wahyu, MS. 2005, Perubahan Sosial dan Alamat : Jalan Sudirman nomor nomor 245 Pembangunan. Jakarta : Hecca Mitra Utama. Dwinka Hotel - Bengkulu Witrianto, Migrasi Orang Minangkabau Keberbagai Daerah di Indonesia dalam http:/ /witrianto.blogdetik.com/2010/12/31/migrasi- orang-minangkabau-ke-berbagai-kota-di- indonesia/. Diakses 10 Agustus 2013 Pukul 18.15 WIB. Yondri dan Kawan-kawan, 1999/2000, Perkumpulan Perantau Minangkabau di Kotamadya Bengkulu (Studi Kasus Ikatan Keluarga Malalo Cabang Bengkulu). Laporan Penelitian. Padang : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang.

Daftar Informan

Nama : Raidi Umur : 49 Tahun Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil) Asal : Bengkulu Alamat : Jalan Pembangunan Padang Harapan no. 8 Bengkulu

Nama : Ismael Tanjung Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Swasta Asal : Pesisir Selatan Alamat : Rawa Makmur RT. 19 Kota Bengkulu Nama : Haji Agus Salim Jami’ Umur : 70 Tahun Pekerjaan : Swasta Asal : Pesisir Selatan Alamat : Hotel Madelin-Bengkulu

Nama : Ali Azwar Sikumbang, SE Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Swasta Asal : Padang Pariaman Alamat : Kota Bengkulu- Bengkulu

137 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA BATIH DI NAGARI SALAYO KABUPATEN SOLOK

Witrianto

Abstract

Social relations in the community always uses the concept of social interaction plays an important role to determine the relationship of the individual to individual, group of individuals, groups of individuals, and groups with the group. The relationship resulted in the birth of the patterns of relationships called social processes (social proces). As a society that adheres to matrilineal kinship system, close relationships within the family in Minangkabau especially involving women is a relationship, such as between mother and child, between girls with boys, and among girls. Relationships among men in the family in Minangkabau lasted more rigid and more tinged with awe. Keywords: Social Relations, Social Process, Matrilineal.

Pendahuluan interaksi dan dampak yang ditimbulkannya. Keluarga merupakan lingkungan yang Hubungan yang terjadi dalam keluarga pertama dan utama bagi perkembangan menurut Suleeman (1999), dapat dilihat dari; individu. Sejak kecil anak tumbuh dan (1) Hubungan suami-istri. (2) Hubungan berkembang dalam lingkungan keluarga. orangtua-anak. (3) Hubungan antarsaudara Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat (siblings). Hubungan ini dapat pula sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi ditambahkan dengan (4) Hubungan pertumbuhan dan perkembangan anak, baik antargenerasi (Setyawati, 1999). secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melihat hubungan suami-istri, Keluarga adalah suatu sistem yang menurut Scanzoni dan Scanzoni (1981), terdiri dari individu-individu yang berinteraksi sebagaimana dikutip Suleeman (1999), dapat dan saling bersosialisasi dan mengatur. dibedakan menurut pola perkawinan yang Keluarga merupakan tempat sebagian besar ada, yaitu (1) Hubungan kepemilikan (owner individu belajar berpikir mengenai property), yaitu secara finansial maupun komunikasi. Definisi ini menekankan emosional, istri dianggap sebagai milik suami, hubungan-hubungan interpersonal yang (2) Hubungan pelengkap (head complement), saling terkait antara para anggota keluarga, yaitu peran istri pelengkap dari kegitan suami, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah (3) Hubungan hirarkial (senior junior atau kontrak-kontrak yang sah sebagai dasar partner), yaitu suami menempatkan diri bagi sebuah keluarga. sebagai atasan dan tuan di rumahnya, Untuk melihat hubungan yang terjadi sementara istri menempatkan dirinya sebagai dalam keluarga digunakan konsep bawahan dan kawula, (4) Hubungan interaksionisme melalui suatu konsep kemitraan (equal partner), yaitu tidak ada

138 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 posisi yang lebih tinggi atau rendah di antara yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. suami istri, pekerjaan suami istri sama Menurut adat Minangkabau yang menganut pentingnya dalam mencari nafkah dan sistem kekerabatan matrilineal, ayah bukanlah mengerjakan tugas-tugas rumahtangga. Pada anggota dari keluarga luas seorang anak. Oleh masyarakat Minangkabau, hubungan suami karena itu, hubungan antara suami dengan istri yang terbentuk adalah hubungan istri di Minangkabau terlihat lebih kaku dan kemitraan (equal partner), di mana suami atau tidak memperlihatkan kemesraan mereka di istri tidak merasa posisi mereka lebih tinggi depan umum. Hubungan antara ayah dengan dari pasangannya. anak-anaknya juga tidak sedekat hubungan Dalam melihat hubungan antara anak antara ibu dengan anak-anaknya. Seorang dan orangtua, saat ini telah terjadi anak, baik anak laki-laki maupun anak pergeseran-pergeseran arti anak bagi perempuan jauh lebih dekat dengan ibunya orangtua. Banyak orangtua saat ini yang dibanding dengan ayahnya. Bila terjadi menganggap bahwa memiliki anak merupakan pertengkaran antara ayah dan ibu, anak salah satu pilihan di antara pilihan lain dalam biasanya cenderung lebih memihak kepada keluarga. Beberapa survai memperlihatkan ibu, meskipun ibu bisa saja berada pada posisi bahwa kecenderungan untuk memiliki anak yang salah. dalam keluarga bukan lagi suatu kewajiban, Tulisan berikut ini ingin melihat pola melainkan hanya satu pilihan. hubungan dalam keluarga batih di salah satu Beberapa penelitian menunjukkan nagari di Minangkabau, yaitu Nagari Salayo bahwa bantuan yang diberikan anak pada yang terletak di Kecamatan Kubung orangtua menurut Horowitz (1985) Kabupaten Solok. Secara adat, Nagarai sebagaimana dikutip oleh Suleeman (1999), Salayo merupakan bagian dari Kubuang Tigo terjadi ketika orangtua sudah lanjut usia. Baleh yang merupakan daerah peralihan atau Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak transisi antara daerah luha dengan daerah perempuan, menurut Spitze dan Logan (1990) rantau di Minangkabau. Dalam adat sebagaimana dikutip oleh Suleeman (1999), Minangkabau, daerah ini biasa disebut lebih banyak membantu orangtua mereka. Hal sebagai “ikua darek kapalo rantau”. ini dapat disebabkan setidaknya oleh dua faktor. Pertama, adanya kepercayaan bahwa Hubungan Suami dengan Istri anak perempuan secara alamiah mempunyai Menurut pola ideal, setelah menikah sifat merawat, sehingga tugas perempuan seorang laki-laki di Nagari Salayo, selama hidup adalah mengasuh adik sebelum sebagaimana nagari-nagari lainnya di menikah, dan setelah menikah merawat anak, Minangkabau, akan menetap di lingkungan melayani suami, dan merawat orangtua keluarga istri yang disebut dengan pola mereka yang sudah lanjut usia. Kedua, “matrilokal”. Dalam pola aktual sekarang ini perempuan biasanya tidak mencari nafkah, tidak semua keluarga di Nagari Selayo atau kalau mereka mencari nafkah, biasanya bertempat tinggal di lingkungan keluarga istri, mereka bekerja paruh waktu (part time) tetapi banyak pula yang bertempat tinggal di sehingga mereka mempunyai waktu lebih lingkungan keluarga suami yang disebut banyak untuk merawat orangtua mereka “patrilokal”, atau di tempat baru yang bukan dibandingkan laki-laki. lingkungan keluarga istri maupun keluarga Masyarakat Minangkabau merupakan suami yang disebut “neolokal”. masyarakat yang menganut bentuk keluarga Bentuk bentuk hubungan yang ada dalam luas yang tinggal secara komunal. Di dalam tiga bentuk pola keluarga ini, baik antara keluarga luas tersebut terdapat keluarga inti sesama anggota keluarga batih maupun

139 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 dengan anggota kerabat lainnya dalam sawah keluarga suaminya tempat suaminya kehidupan sehari-hari tidak begitu bayak bekerja pada waktu itu. berbeda. Meskipun pasangan suami istri tidak Keterbatasan waktu seorang suami berada lagi bertempat tinggal secara matrilokal, tetapi di rumah istrinya menyebabkan hubungan fungsi dan struktur keluarga yang ada dalam suami istri kurang lancar. Keterbatasan dan keluarga tersebut tidak jauh berubah. kekurangan waktu menyebabkan terbatasnya Perbedaan yang terlihat lebih menyolok bagi suami istri untuk berkumpul dan adalah antara fungsi dan struktur keluarga berbincang-bincang untuk membicarakan dalam keluarga batih dan keluarga luas, baik masalah-masalah mereka berdua. Hal ini yang berbentuk matrilokal, patrilokal, maupun menyebabkan kurang terbukanya kedua neolokal. belah pihak dan membawa kekakuan dalam Sepasang suami istri di Nagari Salayo hubungan keluarga. Bila ada masalah- terikat dengan kebiasaan-kebiasaan yang masalah rumahtangga, biasanya seorang istri berlaku secara turun-temurun, yang tidak mengadu kepada suaminya, melainkan terkadang bertentangan dengan keinginan- kepada mamak atau kepada ibunya. keinginan yang tumbuh dalam diri seseorang Sebaliknya, seorang suami selama berada yang baru saja menaiki tangga perkawinan. dalam lingkungan rumah gadang, di samping Janji sehidup semati dalam menempuh hidup sebagai tamu dia juga harus menyesuaikan berkeluarga belum dapat diwujudkan dengan diri dengan norma-norma yang berlaku. baik, karena keterikatan mereka dengan Apalagi kalau di rumah tersebut ada beberapa norma-norma adat yang berlaku di Nagari keluarga. Tingkah laku dalam rumah gadang Salayo. ini harus dijaganya dengan baik, agar tidak Dalam pola ideal seorang suami sesudah menyinggung perasaan mertua, ipar, dan menikah, tingal bersama istrinya di sebuah saudara-saudara istrinya. Rumah gadang juga rumah gadang bersama-sama dengan sering dikunjungi oleh sanak saudara istri dan keluarga istrinya. Ia adalah urang sumando mertuanya, yang membawa hubungan yang atau tamu dari keluarga istrinya, dengan penuh aturan, baik dalam berbicara, berbuat kondisi atau keadaan yang serba terbatas. dan bertindak. Tata krama yang demikian Akan tetapi, dia sangat dihormati dan menyebabkan seorang suami bertambah dimanjakan oleh pihak mertuanya. Sebagai kikuk dalam pergaulan suami istri. seorang tamu, ia tidak dibebani dengan tugas Suasana hubungan dalam rumah gadang dan tanggung jawab terhadap istri dan anak- inilah yang sesungguhnya menyebabkan anaknya. seorang suami tidak betah di rumah. Oleh Seorang suami dalam pola ideal ini tidak karena itu, pada pagi hari ia pergi dan baru pernah ada di rumah istrinya pada siang hari. pulang pada malam hari ke rumah istrinya. Di Ia akan pergi dari rumah istrinya sebelum samping itu tidak jelasnya pekerjaan dan matahari terbit dan baru kembali pada malam tanggung jawab yang akan dipikulnya hari. Pada waktu siang ia berada atau bekerja sepanjang adat atau tradisi yang berlaku. di rumah keluarga ibunya, guna mencukupi Akibatnya merembet lebih dalam kepada kebutuhan hidup, baik di sawah maupun di hubungan suami istri dari setiap anak dan ladang. Di sana ia berfungsi sebagai menantu yang seharusnya tidak terjadi. “mamak”, menguasai kemenakan- Seringkali hal yang demikian berakhir dengan kemenakannya dalam kehidupan sehari-hari perceraian. serta menjaga harta pusaka kaumnya. Jika istri Hubungan suami istri dalam keluarga ingin menemui suaminya pada siang hari, ia batih berbeda dengan keluarga luas. Keluarga harus pergi ke tempat kaum kerabat atau di batih terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak

140 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 yang belum kawin. Pada umumnya keluarga dapat dihindari lagi karena perubahan sosial batih ini sudah menempati rumah sendiri yang yang berlangsung dalam masyarakat. letaknya tidak begitu jauh dari rumah gadang. Keluarga batih yang sebelumnya tidak terlihat Kepindahan mereka dari rumah gadang peranannya dalam masyarakat Nagari Salayo, biasanya disebabkan oleh karena rumah sekarang sudah memperlihatkan diri. Ibu-ibu gadang sudah sempit atau karena ingin hidup sekarang sudah mempunyai tanggung jawab mandiri lepas dari mertua. Penyebab lainnya terhadap keluarganya. bisa juga karena perbedaan pendapat yang Hubungan dengan keluarga luas sudah berkisar di sekitar pembagian pemakaian harta mulai berkurang. Dia hanya akan datang ke pusaka ataupun perlakuan mertua terhadap rumah gadang jika ada masalah-masalah yang menantu dan anak-anaknya. rumit yang harus dibicarakan dengan ibu, Setelah sebuah keluarga batih menempati mamak-mamak, dan saudara-saudaranya, rumah sendiri, mereka tidak dapat berbuat seperti masalah perkawinan, kematian, dan semaunya seperti keluarga batih yang tinggal pembagian harta pusaka kaumnya. Seorang di luar komunitas asal. Hal ini disebabkan istri sekarang dapat menjalin hubungan yang karena keluarga batih ini masih terikat dengan lebih baik dengan suaminya, yang norma-norma kaum yang berlaku di bawah sebelumnya tidak pernah dirasakan sewaktu pengawasan mamak kepala waris, karena masih tinggal di rumah gadang. rumah mereka biasanya terletak di atas tanah Dengan menempati rumah sendiri, suku atau kaum pihak perempuan. Meskipun peranan keluarga batih mulai terlihat. demikian, pola hubungan suami istri di rumah Keluarga ini sepenuhnya merupakan tersebut sudah jauh berbeda dengan pola tanggung jawab suami istri, baik ke luar hubungan yang berlaku di rumah gadang. Di maupun ke dalam. Tanggung jawab ke dalam sini sudah terdapat kelonggaran disiplin yang biasanya dikelola oleh istri, seperti memasak, dapat membawa hubungan suami istri ke arah merawat anak, membersihkan rumah, dan yang lebih baik dalam demokratis, secara pekerjaan rumahtangga lainnya. Suami bertahap juga sudah terjadi pergeseran- biasanya bertanggung jawab keluar, yaitu pergeseran tanggung jawab. Seorang suami mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan yang sebelumnya tidak tahu menahu dengan anak dan istrinya. Dalam suasana hubungan kebutuhan keluarganya, sekarang sudah seperti ini, seorang istri menjadi sangat harus mengusahakan dan mencukupinya. tergantung kepada kemampuan suaminya, Sejalan dengan itu, perhatian, tenaga, dan karena masa depan diri dan anak-anaknya waktunya sudah banyak dicurahkan untuk berada di tangan suaminya. memenuhi kebutuhan rumahtangganya, yang Suasana hubungan suami istri dalam menyebabkan berkurangnya waktu dan keluarga batih tidak lagi terikat dan terbatas perhatiannya terhadap rumah ibu dan seperti yang berlaku dalam keluarga luas. kemenakannya. Oleh karena itu, boleh Suami tidak lagi kikuk dan tidak pula perlu dikatakan hampir seluruh waktunya berbuat dan bertingkah laku yang hati-hati dicurahkan untuk istri dan anak-anaknya. sekali. Kalau ia ingin minum atau makan bisa Dari pihak istri pun terjadi pula perubahan mengambil langsung atau menyuruh anak- yang makin lama makin menjauhi kehidupan anaknya menghidangkannya. Suami sudah rumah gadang yang bersifat komunal. Dia merasakan adanya kemerdekaan dan ingin hidup tentram bersama suami dan ank- kebebasan bergaul dengan istri dan anak- anaknya, jauh dari keluarga luasnya. Hal ini anaknya. telah mulai melahirkan sifat-sifat individu dalam masyarakat Nagari Salayo yang tidak

141 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Hubungan Ayah dengan Anak-anak tanggung jawabnya terhadap kemenakannya Ikatan satu-satunya antara anak dengan mulai berkurang, tetapi belum seratus persen ayah ialah karena ayah itu suami ibunya. mereka lepaskan. Seorang ayah sudah Hubungan yang terdekat dengan anak bukan cenderung melaksanakan fungsi ayahnya, tetapi mamaknya karena statusnya sebagaimana yang digariskan dalam ajaran jelas dan terang, yaitu pewaris pusaka Islam, tetapi dia belum mau sepenuhnya kaumnya. Pola hubungan (pola ideal) seperti melepaskan tanggung jawab terhadap itu pada masa Perang Paderi disempurnakan kemenakannya. oleh kehadiran agama Islam. Sesudah masa Generasi muda Minangkabau kemudian tersebut pewarisan harta pusaka sudah banyak yang berdagang dan bersekolah di bercabang dua antara harta pusaka tinggi kota-kota besar Pulau Jawa. Sejalan dengan (gelar, tanah pusaka) jatuh kepada itu tanggung jawab seorang ayah terhadap kemenakan, sedangkan harta pusaka rendah anak-anaknya semakin mengalami perubahan (harta pencarian suami istri) jatuh kepada besar. Ayah mulai tidak memperhatikan anak-anaknya dengan aturan pembagian kemenakannya, segala harta pencahariannya menurut Islam. Pengaruh Islam ini kemudian dipakai untuk membiayai anak-anaknya diikuti oleh perkembangan ilmu pengetahuan bersekolah setinggi mungkin. Anak laki-laki dan kemajuan teknologi yang mempengaruhi yang berhasil menyelesaikan pendidikan pola hubungan antara antara ayah dengan tinggi dan mendapat pekerjaan dan anak-anaknya. Pengaruh tersebut kedudukan yang baik dalam masyarakat menyebabkan terjadinya pergeseran- menjadi kebanggaan seorang ayah. pergeseran nilai dan tanggung jawab dan Hubungan yang akrab antara ayah dan hubungan antara keduanya. anak laki-laki juga dimungkinkan karena Dalam masa transisi ini ayah mulai mereka sudah tinggal dalam satu rumah. Anak memegang peranan atas anak-anaknya, laki-laki merupakan tenaga yang potensial walaupun belum sepenuhnya. Bantuan sudah bagi seorang ayah dalam kehidupan sehari- mulai diberikan kepada anak dan istrinya pada hari. Tenaga mereka sangat diharapkan dalam hari-hari besar berupa uang untuk membeli membantu kehidupan dalam rumahtangga pakaian dan lauk-pauk. Akan tetapi hubungan sesudah selesai jam-jam sekolah. Bahkan dengan anak belumlah begitu akrab karena kalau kehidupan ekonomi dalam keluarga itu ayah jarang berada di rumah. Yang lebih sering kurang baik, maka anak laki-laki ikut bekerja ditemui anak di rumahnya adalah mamak, mencari nafkah mencukupi kebutuhan sehingga anak laki-laki lebih banyak belajar keluarga. Akan tetapi, kebanyakan ayah tidak mengenai kehidupan sehari-hari kepada mau mengganggu masa pendidikan anak- mamaknya. anaknya, karena takut pendidikan mereka Perubahan yang agak besar terjadi setelah terlantar. tahun 1950-an, ketika mulai banyak orang Sementara itu, hubungan ayah dengan Minangkabau pergi merantau menuntut ilmu anak perempuannya secara tradisi (pola ideal) dan berdagang ke negeri seberang. Mereka sangat renggang. Peranan ayah pun hampir- melihat kepincangan-kepincangan dalam adat hampir tidak ada, sebaliknya peranan mamak Minangkabau mengenai hubungan seorang lebih menentukan, terutama dalam mencari ayah dengan anak-anaknya. Generasi muda jodoh mereka. Oleh karena itu, dalam pola Minangkabau mulai mengadakan perubahan- ideal tidak terlihat adanya hubungan yang perubahan dalam hubungan kekerabatan. harmonis antara ayah dan anak Tanggung jawab terhadap anak-anak mereka perempuannya, tidak saling membutuhkan mulai mereka ambil sepenuhnya. Sebaliknya dalam keluarga. Bahkan seorang anak

142 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 perempuan jarang berjumpa dengan jelas dalam keluarga, terutama bagi mereka ayahnya, yang biasanya pulang pada malam yang belum kawin. Dia tidak mempunyai rumah hari saja. Ia lebih sering melihat dan mendapat sebagai tempat tinggal dan juga tidak memiliki pengawasan dari mamak atau saudara laki- harta benda, tetapi ia berkewajiban untuk lakinya. Pola ini kemudian berubah sejalan menjaga dan memelihara harta benda dengan perubahan yang terjadi dalam sistem keluarganya. Hal ini disebabkan semuanya kekerabatan Minangkabau akibat pengaruh sudah dilimpahkan kepada saudaranya yang dari ajaran Islam dan nilai-nilai kebudayaan perempuan. Pada malam hari, laki-laki yang lain. belum kawin dan duda harus tidur di surau Perubahan yang terjadi melahirkan pola bersama dengan kawan-kawan sebaya. aktual, yang sesuai dengan perkembangan Sesudah hari siang dia pulang ke rumah masyarakat dan tuntutan zaman. Dalam masa ibunya untuk makan dan berganti pakaian perubahan itu ayah secara berangsur-angsur yang sesuai dengan pekerjaan yang akan mulai akrab dan saling pengertian dengan dilakukannya, seperti ke sawah, ke ladang, anak perempuannya sebagaimana atau mengembalakan ternak. Akan tetapi hasil hubungannya dengan anak- laki-lakinya. pekerjaan yang mereka lakukan itu bukanlah Dalam kehidupan sehari-hari ayah sekarang menjadi miliknya yang dapat diperlakukan sudah lebih terbuka, sudah bersedia secra bebas. Tugasnya hanyalah membicarakan masalah-masalah ekonomi mengusahakan dan memperbanyak apa yang rumahtangga, rekreasi, pendapatan, dan sudah dimiliki oleh ibu atau kaumnya. kesulitan-kesulitan yang dihadapi kepada Atas dasar kenyataan di atas, hubungan anak perempuannya. Bahkan dalam seorang ibu dengan anak laki-lakinya tidak menentukan jodoh, ayah lebih bersikap sebaik dengan anak perempuan, walaupun moderat dan menyetujui saja pasangan yang dalam batinnya tidak dapat dinukilkan dengan dipilih anaknya asalkan dianggap baik. kata-kata. Setelah menikah pun anak laki-laki Sebelumnya, seorang anak perempuan akan ikut tingal dengan keluarga istrinya, dianggap tabu ikut serta menentukan sehingga ia akan semakin jarang jodohnya. Dia harus mau menerima jodoh berhubungan dengan ibunya, apalagi kalau yang telah dipilihkan mamak atau saudara laki- dia mendapatkan istri yang lebih dominan lakinya untuknya, meskipun belum tentu dalam kehidupan rumahtangganya. berkenan di hatinya. Di Nagari Salayo, seorang ibu biasanya lebih menginginkan anak perempuan Hubungan Ibu dengan Anak-anak daripada anak laki-laki, dengan alasan anak Hubungan seorang ibu dengan anak- perempuan merupakan pelanjut keturunan anaknya pada prinsipnya sama saja, baik dan pewaris harta pusaka yang diperoleh kepada anak laki-laki maupun kepada anak secara turun temurun. Anak perempuan perempuan. Perbedaannya terletak pada adalah penghias rumah gadang yang sudut kepentingan dan ruang lingkup hidupnya hanya berkisar di sekitar rumah tanggung jawab atau tugas masing- tersebut. Oleh karena itu, ia setiap hari dan masingnya. Hal ini disebabkan tugas seorang setiap saat berhubungan dan bergaul dengan anak laki-laki di Nagari Salayo jauh berbeda ibunya di rumah. Ibunyalah orang yang dari yang diharapkan dari anak perempuan. terdekat dari semua orang yang ada dalam Hal ini ikut mempengaruhi hubungan antara kaumnya, sedangkan mamak dan saudara laki- seorang ibu dengan anak-anaknya tersebut. lakinya selalu bertindak formil dan kaku. Menurut ketentuan adat, seorang anak Sebaliknya bagi seorang ibu, anak perempuan laki-laki mempunyai kedudukan yang tidak inilah yang selalu menemani dan

143 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 membantunya di rumah, baik dalam waktu mengatur pemakaian harta pusaka maupun suka maupun duka. tata cara pergaulan. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang Secara umum suasana sebuah rumah akan terus mengikuti perkembangan anak gadang selalu ribut dan membisingkan dari perempuannya dari kecil sampai dewasa. pagi sampai jauh malam. Dalam rumah gadang Bahkan setelah anaknya berumahtangga dan tersebut banyak terdapat anak-anak yang mempunyai anak pun tetap tidak lepas dari sering bertengkar dan berkelahi sesamanya perhatian dan pengawasannya. Apabila anak dan akan selalu terdengar suara tangisan silih perempuannya hidup dalam keadaan serba berganti. Situasi ini sangat mempengaruhi kekurangan, ibu tersebut mau membantu bahkan mewarnai hubungan antara seorang sebisanya meskipun dengan menjual apa saja anak laki-laki dengan saudara laki-laki yang yang dimilikinya untuk membebaskan lainnya. Situasi ini menimbulkan kepribadian anaknya dari penderitaan. anak yang negatif seperti tidak bisa Bagi seorang anak perempuan, memusatkan perhatian, tujuan hidupnya hubungannya dengan ibunya dipengaruhi kurang jelas, energinya terpecah, dan oleh banyak faktor, seperti keadaan sebelum defensif. menikah, sesudah menikah, punya anak, dan Di luar rumah, hubungan antara seorang sebagainya. Sebelum dia menikah, ibu adalah anak laki-laki dengan saudara laki-lakinya segalanya dan merupakan tempat tumpuan kurang akrab, karena dia cenderung bergaul harapannya, karena ibulah satu-satunya dan berkumpul dengan teman sebaya di tempat bermanja dan mengadu. Setelah dia tempat yang berbeda dengan saudara laki- berumahtangga, hal ini jelas sudah jauh lakinya. Begitu juga halnya kalau nmereka berubah karena kasihnya sudah dibagi sudah mulai tidur ke surau atau rumah tertentu dengan suami, apalagi kalau suaminya itu yang dipakai, jelas sekali pemisahan keturunan orang terpandang dalam hubungan antara adik dan kakak karena masyarakat atau bangsawan. Dalam hal ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka sang ibu pun ikut menunjang tugas-tugas mencari teman di luar anggota keluarganya. anaknya dan mengusahakan agar Meskipun demikian, antara sesama mereka menantunya betah bergaul dengan anaknya. terjalin hubungan batin yang sewaktu-waktu datang secara spontan, misalnya kalau ada Hubungan Antarsaudara salah seorang di antaranya dalam keadaan 1. Hubungan Sesama Anak Laki-laki terancam oleh pihak lain, seperti perkelahian, atau adiknya diperlakukan kurang baik oleh Hubungan sesama anak laki-laki ini dapat teman-temannya, maka kakaknya akan dibedakan antara tipe keluarga luas dengan melindungi sekuat tenaganya. Hal seperti ini tipe keluarga batih. Dalam tipe keluarga luas, kadang-kadang bisa menimbulkan anak laki-laki berada dalam satu kelompok perkelahian antarkeluarga, antarsuku, bahkan geneologis yang jumlahnya kadang-kadang melibatkan satu nagari dengan nagari yang mencapai puluhan orang, yang biasanya lain. diawasi oleh seorang mamak yang disebut Setelah menikah, hubungan antar saudara tungganai. Bagi mamak yang menjabat laki-laki mengalami perubahan yang cukup sebagai tungganai ini, tugasnya menjadi lebih mendasar, karena mereka sudah terikat pada mudah karena seluruh kemenakannya, baik suatu tanggung jawab yang semakin lama laki-laki maupun perempuan dan anggota semakin berat ke pundaknya, apalagi kalau keluarga lainnya berada pada satu lokasi rumah istrinya berjarak cukup jauh dengan yang dinamakan rumah gadang, baik dalam rumah orangtuanya, sehingga hampir seluruh

144 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 waktunya dihabiskan di rumah istrinya. Hal dalam tipe keluarga luas dengan tipe keluarga ini menyebabkan sangat terbatasnya waktu batih. Dalam keluarga luas, seorang anak bagi sesama anak-laki-laki untuk berkempul perempuan pada tahap permulaan akan bersama. Pada umumnya mereka datang ke diperkenalkan dengan lingkungan terdekat rumah orangtuanya pada hari-hari tertentu, yang berada di dalam dan di luar rumah seperti Hari Raya atau jika ada acara hajatan gadang, seperti hubungan kekerabatan dan di rumah orangtuanya. harta pusaka yang dimiliki oleh keluarga Anak laki-laki yang tinggal dalam tipe ibunya. Secara otomatis hubungannya keluarga batih, hubungan dengan saudara dengan adik atau kakak perempuannya laki-lakinya jauh lebih akrab, baik ketika berlangsung di dalam rumah tersebut. mereka belum menikah maupun sesudah Apabila anak perempuan tersebut berumahtangga. Dalam keluarga seperti ini, merupakan anak pertama dan mempunyai seseorang mendapat perlindungan dan beberapa orang adik, maka tanggung pengawasan dari kakaknya dalam berbagai jawabnya cukup berat. Dia harus mengasuh aktivitas, seperti mengantarkan ke sekolah, dan mengawasi adik-adiknya di samping pergi bermain, atau rekreasi. Setelah mereka tugas membantu pekerjaan ibunya yang lain menikah, hubungan yang tercipta berupa seperti mencuci, memasak, membersihkan saling kunjung-mengunjungi dengan pekarangan, dan lain-lain. Anak perempuan membawa anak-anak dan istri mereka masing- dididik melakukan tugas-tugas rumahtangga masing. Mereka tidak merasa segan untuk supaya setelah bersuami dia tidak canggung berkelakar dan bertukar pikiran secara bebas lagi melakukannya. Sampai sekarang orang dan terbuka. Salayo masih beranggapan bahwa perempuan Hubungan antara sesama anak laki-laki yang baik itu adalah perempuan yang bisa yang jauh lebih akrab dalam keluarga batih melakukan semua pekerjaan rumahtangga, ini terjadi karena setiap masalah yang timbul walau setinggi apa pun pendidikannya. Hal hanya bisa dibicarakan dengan saudara- ini juga disebabkan karena di Salayo jarang saudara dan orangtua, tidak mungkin dengan sekali ada pembantu rumahtangga, walaupun kerabat-kerabat yang tempat tinggalnya keluarga tersebut kaya raya semua pekerjaan terpisah karena mereka sudah sibuk pula biasanya tetap dilakukan oleh anggota mengurus keluarga masing-masing. Oleh keluarga tersebut. karena itu, kasih sayang hanya tertumpu Dalam suasana yang demikian, dapat kepada orangtua dan saudara kandung saja, digambarkan bahwa hubungan sesama anak sehingga hubungan antara sesama anak laki- perempuan didasarkan hubungan laki menjadi sangat akrab. Anak laki-laki tertua kekeluargaan, hubungan sedarah, dan merupakan pelindung adik-adiknya dalam hubungan sesama penghuni rumah gadang pergaulan sehari-hari dalam masyarakat, dan dengan hak dan kewajiban yang sama. Atas juga membantu orangtua menjaga rumah dasar hubungan tersebut, antara sesama anak ketika orangtua bekerja. Bahkan banyak anak perempuan terjalin ikatan batin yang kuat dan laki-laki yang belum berkeluarga, bekerja saling bantu membantu. Ikatan batin tersebut mencari nafkah untuk meringankan beban akan bertambah kuat apabila pembagian tugas orangtua mereka. di antara mereka diatur dan berjalan dengan baik. Jika sesekali ada pertengkaran, itu 2. Hubungan Sesama Anak Perempuan merupakan hal yang biasa yang umumnya justru menambah dekatnya hubungan di Hubungan antara sesama anak perempuan antara mereka. juga dapat dibedakan antara yang tinggal Setelah masing-masing menikah,

145 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 hubungan antara sesama saudara perempuan masalah khusus yang perlu dibicarakan. tetap berjalan dengan baik, karena mereka Seorang laki-laki kalau bicara dengan saudara tetap tinggal bersama. Seorang perempuan perempuannya biasanya lebih banyak akan berusaha memperlakukan anak saudara bersifat pesan atau perintah dan saudara perempuannya sama dengan anaknya sendiri, perempuan sulit untuk membantahnya, dan anak tersebut juga harus memperlakukan seperti menyuruh memasak, mencuci, atau saudara perempuan ibunya sama dengan menyetrikakan baju yang akan dikenakannya. ibunya sendiri. Hubungan yang kurang baik Situasi seperti ini menyebabkan kadang-kadang terjadi apabila masing- hubungan antara anak laki-laki dengan masing mereka mendapatkan suami dari kelas saudara perempuannya kurang harmonis dan dan status sosial yang berbeda, sehingga lebih banyak bersifat hubungan formal dan akan menimbulkan jurang pemisah di antara kaku. Hal ini bukan berarti antara anak laki- mereka. Situasi ini menjadi semakin buruk laki tidak rukun atau tidak sayang dengan apabila ibu dan mamak memberikan perlakuan saudara perempuannya. Mereka justru sangat yang berbeda terhadap menantunya. Hal ini sayang, apalagi kalau saudara perempuannya dapat menimbulkan sikap saling iri dan tak itu hanya satu orang. Akan tetapi sayangnya jarang salah seorang di antaranya akan keluar tersebut tidak pernah diperlihatkan dalam dari rumah gadang tersebut dengan bentuk kontak fisik melainkan lebih banyak membangun rumah sendiri. dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Dalam keluarga batih, hubungan antara Keaadaan ini akan berbeda apabila mereka sesama anak perempuan berjalan dengan baik tidak tinggal dalam rumah gadang atau dalam dan demokrat. Dalam keluarga seperti ini, keluarga batih. tidak ada pembagian pekerjaan untuk anak- Dalam keluarga batih, yang lebih anak berdasarkan jenis kelamin. Semua anak, dihormati adalah kakak tertua, tanpa baik laki-laki maupun perempuan mendapat memandang jenis kelamin. Seorang adik akan tugas yang sama, seperti mencuci, menyapu, sangat menghormati kakaknya, baik dalam membersihkan rumah, membantu memasak, sikap maupun kontak fisik, meskipun dan pekerjaan rumahtangga lainnya. Anak kakaknya seorang perempuan dan sang adik perempuan yang tinggal dalam keluarga batih seorang laki-laki. Apalagi kalau laki-laki biasanya lebih mandiri karena tidak banyak tersebut menganggur atau sedang bersekolah orang yang lebih tua yang akan membantu dan biaya hidupnya ditopang oleh saudara dan mengawasinya. Hubungan yang terjalin perempuannya, maka dia akan merasa segan lebih banyak dengan saudara sekandung saja, menyuruh atau memerintah saudara sedangkan dengan saudara sepupu atau perempuannya tersebut. Pekerjaan rumah yang lebih jauh relatif kurang akrab, karena seperti mencuci, menyapu, mengepel, dan tempat tinggal yang terpisah. pekerjaan rumahtangga lainnya pun tak segan-segan dilakukannya, termasuk 3. Hubungan Antara Anak Laki-laki dengan pekerjaan memasak, tanpa harus menyuruh Anak Perempuan saudara perempuannya melakukan semua Hubungan antara anak laki-laki dengan pekerjaan tersebut. anak perempuan di Nagari Salayo, tak ubahnya seperti hubungan antara pengawas dengan orang yang diawasi. Dalam keluarga luas, seorang anak laki-laki tidak pernah berkelakar dengan saudara perempuannya. Mereka berbicara hanya jika ada masalah-

146 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Penutup Setyawati, Lugina. 1999. “Hubungan Pola hubungan dalam keluarga batih di Antargenerasi dan Beberapa Minangkabau menempatkan perempuan Masalahnya” dalam T.O. Ihromi (ed.). sebagai kunci pokok dalam hubungan Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. tersebut. Hubungan dua individu yang di Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. dalamnya ada individu perempuan Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi mempunyai hubungan yang lebih erat Keluarga tentang Ikhwal Keluarga dibandingkan hubungan yang di dalamnya Remaja dan Anak. Rineka Cipta. tidak terdapat individu perempuan. Jakarta. Kedekatan seorang anak dengan ibu di Minangkabau juga dimungkinkan dengan Suhendi, Hendi & Ramdani Wahyu. 2001. adanya anggapan bahwa anak adalah milik Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. ibunya. Seorang anak memiliki suku yang Pustaka Setia. Bandung. sama dengan suku ibunya, bukan suku Suleeman, Evelyn. 1999. “Hubungan- ayahnya. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan dalam Keluarga” dalam seorang anak juga lebih banyak berinteraksi T.O. Ihromi (ed.). Bunga Rampai dengan keluarga asal ibunya dibanding Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor keluarga asal ayahnya. Indonesia. Jakarta.

Daftar Pustaka

Abu, Rivai. 1981. Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Amir B. (et al.). 1986. Dampak Modernisasi terhadap Hubungan Kekerabatan Daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Boestami (et al.). 1992. Kedudukan dan Peranan Wanita dalam Kebudayaan Suku Bangsa Minangkabau. Esa. Padang. Goode, William J. 1983. Sosiologi Keluarga. PT. Bina Aksara. Jakarta. Idris, Soewardi (ed.). 1992. Selayo Kec. Kubung, Kab. Solok. Ikatan Keluarga Selayo. Jakarta. Murdock, George Peter. 1949. Social Structure. The Macmillan Company. New York.

147 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ORANG BERTATO PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN SAWAHAN TIMUR KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG

Rismadona

Abstract

This study examines public perceptions of Tattooed people in their society, study of Sawahan Eastern District of Padang. Tattoo in Mentawai tribe is a culture, but tribal tattoos in Minang Tribe of Padang is a violation of cultural norms with Indigenous philosophy bersyandi Syarak, Syarak coded Book of Allah. Through a qualitative approach of observation and interviews conducted observation in accordance with the purpose of research that links the theory of Bloom’s Taxonomy to find answers about the public perception of people with tattoos. Tattooed people as criminals and violators of religious norms in force in the area to the exclusion of the perpetrator hated tattoos. However the maker of tatto as a group of art lovers in the community is considered normal and left tattooed actors are in the society itself Keywords: Perception, public and the tattooed

Pendahuluan bertato yang diasumsikan sebagai pelaku Tato sudah ada sejak ribuan tahun yang tindak kriminal. Padahal dalam kenyataannya lalu dan merupakan suatu bentuk seni tertua tidak semua orang bertato melakukan yang memiliki beragam arti seperti halnya kejahatan sehingga citra buruk terhadap orang budaya yang lain yang ada di berbagai bertato sempat mengungkung kreativitas belahan dunia. Tato tertua ditemukan pada sebagian orang, karena secara umumnya mummy Mesir dari abad ke 20- SM, kemudian penjahat yang tertangkap adalah pemakai tato menyebar ke negara lain seperti Indonesia. yang dirajah pada tubuhnya. Sebagian lagi Tato di Indonesia terdapat pada suku merupakan ekspresi kreativitas nilai seni yang Mentawai, Dayak dan Irian Jaya.. Tato mereka tuangkan pada torehkan ditubuhnya. merupakan tanda kelompok dan suku tertentu (Gatra, nomor 20,2 April 2001). Sejalan dengan atau status. Di Mentawai tato menunjukkan perkembangan waktu tato disukai dari semua jati diri dan perbedaan status atau profesi. Tato kalangan selain budaya juga memiliki makna ahli buru dikenal lewat gambar binatang seni seperti siswa, mahasiswa, PNS, karyawan, tangkapannya, seperti babi, rusa, burung atau buruh, Ibu-ibu rumah tangga. buaya (Rita,dkk dalam Gatra 2 April 2001) Pada masyarakat Minangkabau Dalam perkembangan tato memiliki tradisional enggan melepaskan tradisi lama. konotasi negatif, yaitu penggunanya Suku Minang kental dengan nilai-nilai dianggap sebagai pelaku kriminal. Kasus kebudayaan atau adat istiadat. Namun akibat Petrus pada masa orde baru. Mendukung hal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan ini, yaitu korban penembakan adalah orang teknologi melalui media massa baik cetak

148 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 maupun elektronik menimbulkan pergeseran yang di kemukakan adalah : bagaimana budaya. Pergeseran tersebut mengubah persepsi masyarakat terhadap orang persepsi masyarakat terhadap bertato dilihat melalui aspek kognitif, kebudayaannya sendiri. Tato bukan afektif dan spikomotorik? pelanggaran norma budaya karena ditemukan remaja, pemuda, ibu-ibu Minangkabau Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian bertato. Tujuan penelitian ini adalah: Penelitian ini perlu dikaji karena suku 1. untuk memahami pengetahuan masyarakat Minang ditemukan bertato. Orang bertato terhadap orang tato sebagai bukti terjadinya pergeseran 2. untuk memahami sikap masyarakat kebudayaan di Kota Padang. terhadap orang bertato 3. untuk memahami reward (ganjaran) Perumusan Permasalahan masyarakat terhadap orang bertato Pergeseran budaya pada masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan Manfaat Penelitian penelitian ini akan teknologi yang diperkenalkan melalui media memberikan sumbangan terhadap massa, baik cetak maupun elektronik seperti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya penayangan Buser di RCTI, Patroli di Indosiar sosiologi. Penelitian ini diharapkan sebagai pelaku kriminal bertato. Disamping itu Telivisi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik menayangkan tokoh-tokoh idola seperti slank akan masalah perkembangan pemakai tato dkk, mempengaruhi para remaja untuk serta sebagai informasi yang berguna bagi melakukan mengadobsi budaya seniman para masyarakat mengenai keadaan pelaku bertato.. pemakai tato. Secara praktis, penelitian ini di Penilaian terhadap orang bertato bukan harapkan akan bermanfaat bagi masyarakat lagi sebagai pelaku tindakan negatif. dalam mengantisipasi perkembangan pemakai Perubahan kebudayaan menimbulkan tato. berbagai fenomena baru dalam masyarakat. Terlebih pada saat sekarang ini di mana tingkat Kerangka Konseptual pendidikan masyarakat Indonesia yang cukup Persepsi adalah sesuatu yang baik sehingga berpengaruh pada pola pikir dibayangkan individu terhadap objek tertentu dan prilaku masyarakat itu sendiri. Perubahan atau dapat diartikan sebagai kemampuan kebudayaan menimbulkan perubahan individu untuk mengorganisir pengamatan kepribadian, karena kepribadian adalah terhadap suatu objektivitas. Taksonomi Bloom keseluruhan prilaku dari seorang individu dkk, telah lahir dalam dunia pendidikan sejak dengan system kecendrungan tertentu yang pertengahan tahun 1960-an, pada masa itu interaksinya dengan rangkaian situasi berkembang aliran spikomotorik tingkah laku (Horton,1998 :90). (behaviorisme), yang membedakan tiga Persepsi merupakan penilaian atau kawasan (ranah +domain) utama ,yaitu pandangan masyarakat yang bersumber pada kognitif, afektif dan spikomotorik. Sementara pengamatan, pengalaman dan pengetahuan. masing-masing ranah terbagi kedalam Dengan pengetahuan menumbuhkan sikap sejumlah jenis perilaku yang tersusun secara yang harus dilakukan, baik suka, senang, benci hirarkhi (abizar,1991 :18). dari penilaian masyarakat tersebut. Reward ( Aspek kognitif (pengetahuan tentang ganjaran ) yang di berikan sebagai aplikasi objek)yaitu berhubungan dengan gejala dari sikap masyarakat terhadap individu mengenai pikiran berwujud pemakai tato. Untuk itu perumusan masalah pengolahan,pengalaman dan keyakinan serta

149 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 harapan-harapan tentang objek tertentu. malah identitas bahwa ia pernah membunuh Aspek efektif(suatu penilaian emosional)yaitu orang dan tepatnya srbagai strata social yang berwujud proses yang menyangkut perasaan- bersangkutan. ( Haluan, 18 Juni 2003). Orang perasaan tertentu seperti ketakutan, bertato sebagai kebudayaan yang kedengkian, simpati dan sebagai yang menunjukkan status dan identitas dirinya ditujukan pada objek tertentu. Aspek dalam komonitasnya bisa di terima dalam behaviours(kecenderungan bertindak )yaitu masyarakat. Disamping itu ditemukan yang berwujud proses kecenderungan untuk pengusaha muda, mahasiswa, bahkan ibu berbuat sesuatu misalnya memberikan rumah tangga yang suka tubuhnya bertato ( pertolongan , menjauhkan diri dan sebagainya Jawa Pos, 28 Desember 2002 ) (Ahmadi , 1990 :162). Ganjaran yang diberikan oleh masyarakat Metode Penelitian sebagai wujud nyata untuk mencapai harapan- Penelitian ini bersifat deskriptif dengan harapan yang diinginkan oleh masyarakat, menggunakan metode kualitatif. Data yang untuk mencapai harapan tersebut mereka dikumpulkan meliputi data primer dan belajar dari arti sebuah pengalaman yang sekunder. Data primer dikumpulkan dari didapatkan. Dengan melihat contoh yang berbagai narasumber melalui wawancara dan ditemukan dalam masyarakat lain tentunya observasi. Data sekunder diperoleh dari kantor harapan masyarakat menciptakan hubungan kelurahan. Penelitian ini di lakukan pada yang sesuai dengan norma-norma yang masyarakat Sawahan Kota Padang. berlaku. Analisis penelitian dengan Zuwerni (1999) mengungkapkan bahwa menggunakan pendekatan induksi di mana peningkatan kualitas penduduk melalui peneliti dari fakta atau informasi empiris (data) pendidikan, antara lain akan dapat memberikan untuk menbangun konsep,hipotesis dan teori. konstribusi dalam bentuk peningkatan Dari fakta atau informasi ke konsep merupakan produktifitas, pengakolasian waktu dan suatu gerak melintasi ke tingkat abstraksi yang sumber daya yang lebih baik serta lebih tinggi, bukan suatu perhitungan tabulasi peningkatan kepuasan dalam ekonomi, baik dari data-data yang berasosiasi dengan dalam masa sekarang maupun dalam masa konsep yang ditemukan. yang akan datang. Hal ini tingkat pengetahuan masyarakat Pembahasan bersumber dari pengalaman dan Deskripsi Wilayah Penelitian pengetahuan. Pendidikan memberikan Penelitian ini dilakukan di Kelurahan pandangan terhadap orang bertato berbeda. Sawahan Timur, ditinjau dari topografi/bentuk Pelaku kejahatan bertato, anggota kewilayahan,kelurahan Sawahan Timure pidana yang keluar dari penjara ( Gatra, kecamatan Padang Timur ini,daerahnya No.20.April 2001) memberikan pandangan merupakan daerah dataran rendah dengan yang buruk sehingga sulit di terima dalam ketinggian 0,50 m dari permukiman laut ,dengan masyarakat. Perilaku orang bertato yang suhu rata-rata 28,5 C.Luas wilayah kelurahan cenderung melakukan kejahatan akan ini adalah 54 H dan mempunyai batas wilayah menimbulkan kebencian dalam masyarakat. sebagai berikut: Orang bertato dibenci oleh masyarakat bisa - sebelah Selatan berbatas dengan kelurahan saja dikucilkan atau dijauhkan dan diakui dalam Sawahan dan Simpang Haru. kehidupan bermasyarakat. Tato bagi orang - sebelah Utara berbatas dengan kelurahan Mentawai sebagai tanda dan alat komunikasi Jati . berupa KTP, seperti suku, negeri asal dan - sebelah Barat berbatas dengan Sawahan.

150 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

- sebelah Timur berbatas dengan Bandar Orbitasi dari Pusat Kota Kabupaten/ Bekali. Kotamadya 1 Km.

Tabel: Penduduk Kelurahan Sawahan Timur berdasarkan karakteristik social demografi

Keadaan Demografi No Jenis Kelamin Jumlah Porsentase 1 Laki-laki 3.320 48,27 2 Perempuan 3.558 51,73 Jumlah 6878 100 Komposisi Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Buruh 30 1,50 2 PNS 922 46,12 3 Pegawai Swasta 917 45,87 4 Wiraswasta 130 6,50 Jumlah 1.999 100 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan No Golongan Umur ( Tahun ) Jumlah Persentase 1 Tidak tamat SD 267 6,77 2 Tamat SD 932 23,65 3 SLTP 1.474 37,47 4 SLTA 1.108 28,11 5 Perguruan Tinggi 127 3,22 6 Kerjasama Paket yang mengikuti persamaan a. Tingkat SD 21 0,53 b. Tingkat SLTP 12 0,30 Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang dianut No Agama Jumlah Porsentase 1 Islam 6.695 98,63 2 Kristen 44 0,64 3 Khatolik 44 0,64 4 Budha 5 0,07 Jumlah 6.788 100 Sumber : Monografi Kel. Sawahan timur 2004

Masyarakat Kelurahan Sawahan Timur masyarakat terhadap orang bertato sesuai Kec.Padang Timur memiliki pekerjaan yang dengan tingkat pengetahuanya, pekerjaan bervariasi mulai dari pegawai negeri sampai dan agamanya swasta. Masyarakat ini tidak ada buta akasara, karena rata-rata berpendidikan, minimal Pembahasan pendidikan Sekolah Dasar melalui ujian Aspek Kognitif persamaan. Agama yang dianut masyarakat Kognitif (pengetahuan) adalah kesatuan Sawahan Timur mayoritas beragama Islam . subjek yang mengetahui dan objek yang di Hal ini akan jelas mempengaruhi pandangan ketahui, di katakan suatu kesatuan,dimana

151 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 objek itu di pandang oleh subjek/individu Tato ah….biasa saja, banyak orang sebagai yang dikenalnya. Pengetahuan yang bertato termasuk anak-anak, menurut Langeveld tersirat unsur remaja sekolahan para karyawan, pengetahuan yaitu pengamatan, sasaran hanya saja tato dipandang buruk (objek) dan kesadaran (jiwa), ketiga unsur itu oleh ajaran agama Islam dan ABRI saling mengikat. Pengamatan menggunakan dilarang anggotanya bertato,di Indra lahir atau batin untuk menangkap objek daerah-daerah pedalaman seperti pengamatan merupakan salah satu bentuk suku Mentawai bertato wajar saja, pengalaman. cuma rusaknya citra tato akibat ulah Pengetahuan berawal dari pendidikan, dan tindakannya yang menimbulkan baik pendidikan alami yang diperoleh melalui keresahan masyarakat, lihat saja pengamatan yang mengarah pada pengalaman pada siaran tayangan televisi baik di dan akan menuju pada ilmu pengetahuan dan Sergap, Buser, Patroli dan sumber pendidikan (education )adalah mengalihkan pemberitaan lainya ,mereka yang pengetahuan (norma-norma dan nilai-nilai sering ketangkap basah melakukan dengan cara formal atau informal. kejahatan baik itu curanmor, Nasution menguraikan bahwa pendidikan itu pencopet, maling kebanyakan berkenaan dengan perkembangan dan bertato. perubahan kelakuan individu, karena bertalian dengan transmisi, pengetahuan sikap, Kemudian WW mantan preman pun kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek mengungkapkan hal yang serupa terhadap kelakuan lainnya kepada generasi muda yang persepsi tato yaitu: mengarah pada proses belajar dan mengajar “Bagi saya tato biasa saja, orang- pola-pola kelakuan manusia. orang Mentawai bertato tidak Dengan demikian pendidikan yang dipermasalahkan oleh didapati individu dalam masyarakat dapat masyarakatnya , cuma dalam ajaran merubah pola pikir kearah kemajuan yang Islam tato dipandang hitam mereka selalu memperhitungkan berbagai dampak yang bertato sekitar sini biasanya positif dan negatif, baik pada diri sendiri beraktivitas sebagai mencopet, maupun lingkungan. menodong, memeras dan maling. Penilaian individu terhadap orang Tato itu pelaku orang kejahatan bertato dipengaruhi oleh pengetahuan mereka semasa saya masih umur belasan terhadap tato, sebagaimana yang dilihat dalam tahun saya terlibat mencopet, media elektronik berupa televise berupa RCTI, pernah juga tertangkap juga sama dalam siaran Sergapnya, SCTV dalam siaran polisi, masuk penjara, cuma Buser dan pemahaman terhadap ajaran agama sebentar, tapi saya kepengen cari mayoritas dianut dalam masyarakat, makan halal. Sekarang tato sudah bahwasanya pelaku-pelaku kejahatan pada mulai saya hapus. umumnya memakai tato dan ini di anggap sebagai perilaku negatif. Dan ditambahkan oleh ZR pemuka Penilaian dan pengamatan orang bertato masyarakat ,dari hasil wawancara yang dari hasil tayangan televise juga sama dengan didapati persepsi tato yang ungkapannya: penilaian dan pengamatan masyarakat seperti ungkapan dari hasil wawancara mendalam dari “Barangkali tato di anggap biasa SJ sebagai anggota TNI mengungkapkan bagi mereka yang tidak tahu dengan persepsinya terhadap tato berupa: aturan yang berlaku dalam

152 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

masyarakat dan tidak tahu menahu dimakannya apalagi dalam agama dengan aturan tersebut,walau tato itu dilarang dan ini dianggap demikian tato biasa saat ini, karena lari dari tujuan masyarakat yang tidakpun mereka tidak pernah beragama dan ditambah lagi karena masuk penjara atau berperilaku tindakannya yang mengarah pada kriminal merekapun bertato dengan tindakan kriminal.” alasan trendi, gaya, anak gaul yang menngikuti perkembangan Orang bertato pada umumnya sering zaman,….secara umumnya pemakai melakukan tindakan kekerasan dan kejahatan tato disini sering cari masalah dan yang disaksikan oleh masyarakat sekitarnya. tertangkap polisi karena mencuri Dengan ini dapat diketahui bahwa pemakai ,maling, mencopet dan lain tato memiliki pola perilaku dan tindakan yang sebagainya dan kebetulan mereka jauh dari harapan mayoritas beragama Islam. di sana termasuk pada keluarga Pemakaian tato merupakan perbuatan yang yang kurang berpendidikan. melanggar nilai-nilai dan norma dalam Dimana-mana tato dalam masyarakat. Menurut Durhkeim ( 1994) norma- tindakannya selalu brutal, kasar, norma social adalaha sesuatu yang berada di pelaku kejahatan, lihat saja siaran luar individu, membatasi mereka pelanggaran Sergap, Buser dan lainnya, mereka terhadap norma-norma yang menimbulkan yang bermasalah kebanyakan kekacauan dan ketertiban yang disebut bertato”. anomie (Soejono, 1994 : 15 ) Dan ini dianggap sebagai kegagalan Dan ML selaku Pegawai Kelurahan dalam penerapan norma kelompok dengan Sawahan Timur diwawancarai mengenai sendirinya dianggap perilaku menyimpang, pandangannya terhadap tato dengan penyimpangan secara sederhana penjelasannya: didefenisikan sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma social yang “Tato bercitra buruk dalam berlaku ( David Berry, 1983). Dengan masyarakat , walau ada beberapa pendekatan ( Role Theory ), ia melihat orang diantaranya mereka hanya penyimpangan sebagai penampilan peran, sekedar bertato, namun dilihat kaitannya dengan perilaku menyimpang, secara umum mereka bertato sering dimana individu merupakan sesuatu adu kekuatan otot, berantam, kasar kegagalan dalam menyesuaikan diri terhadap yang diminati oleh preman, standar-standar tertentu, tetapi lebih aktivitasnya kalau sudah berkumpul merupakan seseorang yang memilih standar sesamanya baru mereka bekerja bagi yang berbeda dengan standar orang lain dan berdiskusi, dimana sasaran (David Bery, 1983). yang akan diintai, misalnya Dengan demikian tato lebih dipandang memeras, maling, copet dan lain- sebagai pelanggaran norma-norma dalam lain, kalau mereka sendirian meraka masyarakat berupa norma agama khususnya sama seperti kita ini, tidak pemeluk agama Islam. Tato dalam ajaran Islam mengganggu, kalau kita kenal, dilarang apalagi dilihat dari aktivitas orang merekapun tidak mengganggu, ada bertato sering menimbulkan keresahan juga rasa segannya, kecuali sedang masyarakat dengan tindakannya berupa mabuk, kalau sedang mabuk, kalau mencopet, mencuri, memeras dan sejenisnya. orang yang dikenalnya tak mau Penilaian terhadap orang bertato

153 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 berawal dari aktivitas yang dilakukannya dan ‘’wah mengenai itu,jelas saya tak menjadi objek pengamatan masyarakat dalam suka dan timbul rasa benci’’ keharian menunjukkan pengalaman yang berkonotasi negatif bagi orang bertato itu Dan wawancara dengan ML, sendiri sehingga melahirkan asumsi tato mengungkapkan sikapnya terhadap tato berbeda, diantaranya orang bertato sebagai sebagai berikut; pelanggar norma agama dalam masyarakat, pelaku tindakan kriminal dan pecinta seni ‘’melihat gambarnya bagi saya keindahan biasa saja,karena itu yang disukainya,tapi dengan melihat Aspek Sikap tindakannya saya benci’’ Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif dan negative Berbeda dengan WW salah satu preman terhadap objek atau situasi tertentu,sikap yang pernah terlibat bertato yang mengandung suatu penilaian emosional diwawancarai mengungkapkan sikapnya efektif (senang, benci, sedih,dan sebagainya) terhadap pemakai tato berupa; di samping pengetahuan tentang objek ‘’barangkali bagi saya biasa saja, tersebut dan kecenderungan bertindak selain karena saya sudah kembali dari bersifst positif dan negative ,sikap memliki sana, namun saya tato merasakan tingkat kedalaman yang berbeda- perasaan yang tidak senang bila beda(ex:sangat benci,agak benci dan bertemu dengan orang lain, karena sebagainya). mereka menatap penuh dengan L.L Thurstone menyatakan sikap sebagai curiga, polisi pun demikian mereka tindakan kecenderungan yang bersifat positif agak menjauh dari kita, barangkali dan negative yang berhubungan dengan mereka itu mengira saya ini orang objek psikologis.Objek psikologis ini penjahat.’’ meliputi:symbol,kata-kata,slogan-slogan ,orang lembaga,ide danb sebagainya(Ahmadi Kemudian pak ZR pemuka Masyarakat 1991 :163). Sikap menunjukkan pada perasaan memberikan sikap nya terhadap pemakai tato kejiwaan individu yang diiringi ganjaran yang dari wawancara yang didapati sebagai berikut; di berikan pada objek, ungkapan perasaan terdiri dari suka, benci, biasa dan ganjaran ‘’kalau lihat tindakan mereka saya yang diberikan mendukung, menolak atau benci, kalau lihat gambarnya saya membiarkannya saja. benci pula karena itu dilarang dalam Sikap masyarakat terhadap orang bertato ajaran islam, apa lagi kita ini orang dilihat dari aktivitasnya. Tato sebagai pelaku islam dan mereka bertato juga kriminal dan pelanggaran budaya setempat beragama islam, di tambah lagi menimbulkan kebencian dari masyarakat itu karena perbuatannya maling, sendiri. Dan orang bertato sebagai seniman mencuri, sebenarnya tato tidak dan pecinta seni keindahan tanpa mengacau berguna karena dapat merusak kulit, keamanan masyarakat disikapi biasa dan timbul kesadarannya dihapus mereka bisa di terima dalam masyarakat. Ini kembali”. terbuktu dari hasil wawancara mendalam dengan SJ anggota TNI, sikapnya terhadap Dengan demikian sikap terhadap orang tato sesuai dengan ungkapannya berupa: bertato yang diberikan masyarakat pada umumnya menolak perilaku bertato dengan

154 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 tidak menyukai atau membencinya dan dinasehati, e...e.. malah menerima dalam masyarakat bila orang bertato membangkang, saya pula dibilang sebatas pecinta seni tanpa melakukakn kelebihan, orang tua cuek saja, ya... tindakan kejahatan di tengah masyarakat terserah dialah, akhirnya saya walau dianggap orang bertato sebagai pelaku biarkan saja, penyimpangan ajaran agama mayoritas Islam. Ungkapan seorang preman bernama Aspek Behaviouristik WW yang dulunya bertato dari wawancara Dilihat dari aspek behavioristic mengarah yang dilakukan menyikapi tato yakni: pada ganjaran (reward) atau penguatan “dibiarin saja, biarlah mereka (reinforcement) dari lingkungan .konsep dasar nikmati masa mudanya yang penuh behaviours sosiologi yang dikemukakan oleh kenangan, cepat atau lambat, B.F.Skinner. Pemahaman mengenai kesadaran itu akan tumbuh juga” reinforcement yang diartikan sebagai ganjaran (reward) tidak ada sesuatu yang melekat dalam Kemudian ZR Pemuka Masyarakat objek yang dapat menimbulkan ganjaran. menanggapi sikap tato dari wawancara yang Perulangan tingkah laku tidak dapat didapati dengan : dirumuskan dalam pengertiannya terhadap actor tidak akan diulang. Jadi pemakaian tato “Tindakan awal yang diberikan, disukai masyarakat dengan reward yang yaitu menasehati bahwa tato itu diberikan berupa membiarkannya dan tidak berguna, tidak dengan tato kita menerimanya tumbuh kembang dalam itu jantan, kemanapun kita pergi masyarakat, jika tato ditunjukkan dengan asalkan lelaki pasti jantan, ya.. perasaan benci maka reward yang diberikan ndak? Bagi anak-anak yang berupa menjauhkan dan mengucilkan orang mengarah itu, kemudian bertato dalam kehidupan bermasyarakat memarahinya, kalau sudah dibikin Individu tidak mematuhi aturan yang untuk apa dimarahi tidak berguna disepakati oleh masyarakat yang diwariskan lagi ditambah mereka telah secara belajar dan turun temurun sehingga mengacau keamanan masyarakat, membudaya, ini dianggap sebagai jika tidak mempan lagi, dibiarkan penyimpang, mereka yang menyimpang saja, jika itu diinginkannya, setiap mendapatkan ganjaran yang bersifat represif perbuatan yang merusak tentunya yang biasanya mengucilkannya, menjauhi, ada pihak yang dirugikan, jika telah memarahi dalam kehidupan masyarakat yang banyak pihak yang dirugikan, akan bersifat tradisional, namun kehidupan di muncul gerakan masa untuk perkotaan hubungan keluarga bersifat mengeroyoknya lagi dan ini kepentingan hingga ganjaran yang diberikan serahkan saja pada polisi”. bersifat ringan bahkan membiarkannya saja Dengan demikian perlakuan terhadap atas perilaku dan tindakan yang tidak pemakai tato, pada mulanya menasehati, diharapkan oleh masyarakat itu sendiri kemudian memarahi dan pada akhirnya terhadap pemakai tato sesuai ungkapan SJ dibiarkan saja lagi, afektif menunjukan anggota TNI mengungkapkan; perasaan, suka atau tidaknya akan perilaku “begini... dulu di depan rumah saya individu, sementara behaviour mengarah ini ada anak bertato, tak mau saya pada ganjaran ( reward ) dengan masyarakat ditegur dia, soalnya sudah memberikan gambaran terhadap pemakai tato

155 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 dengan menasehati dan telah berbuat Penutup ditunjukan dengan perasaan marah sebagai Simpulan ungkapan kecewa si individu lari dari harapan Persepsi masyarakat terhadap tato masyarakat. Berdasarkan pengalaman dan berlandaskan pada pengetahuan, dan pengamatan pemakai tato berkemungkinan berdasarkan pengalamannya masyarakat diterima dalam masyarakat karena budaya dan mengetahui tato dengan berbagai corak, mengandung nilai seni sementara di sisi lain pengetahuan masyarakat didapatkan dari tato diidentifikasi sebagai pelaku kejahatan pengamatan langsung sehingga dapat menilai anggota pidana yang keluar dari penjara ( objek secara langsung di samping melalui dalam Gatra, No.20 april 2001) sehingga tato pengaruh media komunikasi berupa siaran dianggap lari dari tujuan harapan-harapan Sergap, Buser, Patroli. Para pemakai tato yang bersama atau tindakan penyimpangan ditemukan oleh pihak keamanan melakukan Dengan demikian pemakai tato dianggap tindakan kejahatan. sebagai pelaku tindakan criminal yang Tato dipandang oleh masyarakat sebagai mengganggu keamanan dan ketertiban pelanggaran norma-norma dalam masyarakat masyarakat, maka reward yang diberikan berupa norma agama mayoritas Islam bahwa berupa menjauhkan diri dari individu pemakai tato dilarang dan dari tindakannya pemakai tato. Dan pelaku pemakai tato yang tidak tato yang ditemukan oleh pihak keamanan merugikan pihak masyarakat cenderung melakukan tindakan kejahatan. Tato dibiarkan. dipandang oleh masyarakat sebagai Hal ini dinyatakan ganjaran yang pelanggaran norma-norma dalam masyarakat diberikan masyarakat terhadap tato berawal berupa norma agama mayoritas Islam bahwa dalam keluarga terhadap tato pada mulanya tato dilarang dan dari tindakannya pemakai dinasehati di mana keluarga merupakan tato sering menimbulkan keresahan kelompok primer ( Primary Group ) yang masyarakat dengan tindakannya berupa pertama dari seseorang anak dan dari situlah mencopet, mencuri, memeras dan sejenisnya. perkembangan kepribadian bermula, ketika Para pemakai tato tindakannya anak sudah dewasa, cukup umur untuk menimbulkan kesan dalam masyarakat memasuki kelompok primer lain di luar keluarga, tersebut sehingga menimbulkan penilaian pondasi dasar kepribadiannya sudah negatif pemakai tato itu sendiri, dengan ditanamkan secara kuat. Jenis kepribadiannya terlibatnya para pemakai tato yang sudah diarahkan dan terbentuk ( Horton, menimbulkan keresahan masyarakat akibat 1998;276 ) untuk pemenuhan kebutuhan primer, Dan akhirnya tindakan kedua dengan pengaktualisasian diri dengan harapan untuk memarahi untuk merubah sikap dan tindakan mendapatkan penghargaan dan mereka dari tato dan tindakannya yang penghormatan dalam masyarakatnya dan cenderung mengarah pada kejahatan dan kebutuhan estetik akan keindahan dan seni. mengontrol pergaulan anak dari usia dini Penilaian sikap masyarakat dilihat dari karena dengan pergaulan merupakan tuntutan kegiatan pemakaian tato, selagi mereka tidak dasar dalam pembentukan kepribadian mengganggu ketertiban dan keamanan individu, lebih banyak bergaul lebih banyak masyarakat. Ungkapan perasaan merek adalah pengalaman, orang yang bergaul dengan biasa, walau ada larangannya dalam aturan- orang yang rusak moralnya akan berpengaruh aturan norma, sementara tindakan tato baik tingkah laku dan tindakannya menimbulkan kekacauan masyarakat maka pemakai tato dinyatakan tidak disukai atau dibenci.

156 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Ganjaran yang diberikan masyarakat Berry David, 1983, Pokok-pokok Dalam terhadap orang bertato berawal dalam keluarga Sosiologi, Jakarta : Rajawali Pers. terhadap tato dengan menasehati karena Becker, Howard,1998. Sosiologi keluarga merupakan kelompok primer ( Penyimpangan, Jakarta : Rajawali Primary Group ) yang pertama dari seseorang Pers. anak. Tindakan kedua dengan memarahi untuk Faisal , Sanafiah, 1990, Penelitian Kualitatif merubah sikap dan tindakan mereka dari tato Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang : dan tindakannya yang cenderung mengarah YA3. pada kejahatan dan mengontrol pergaulan individu, kemudian dibiarkan saja tanpa Gatra, Artikel, Rajah Tubuh, Perjalanan bergaul dengan orang-orang bertato apalagi Purba Ornamen Abadi, 2 April 2001 melakukan tindakan kriminal akan diserahkan Gerungan, W.A, 1988, Psikologi Sosial, pada pihak yang berwajib Bandung : PT. Ereco Bandung Hadi, Sutrisno, 1973, Metodologi Saran Research,Yogyakarta : Yayasan Melihat penilaian masyarakat terhadap Penerbitan Fakultas Psikologi, tato lebih didominasi sebagai pelaku tindakan Universitas Gajah Mada. kejahatan dan mengacau keamanan Haluan, Tato Tradisional Mentawai Tertua masyarakat, maka saran yang diberikan : di Dunia Lestarikan keberadaannya, 1. Menanamkan nilai-nilai dan norma- Padang, 18 Juni 2003 norma yang dianut pada masyarakat Horton, Paul, 1998, Sosiologi Jilid 1 dan 2, tersebut dari usia dini hingga dewasa Jakarta : Erlangga. mereka tahan banting dari pengaruh Jawa Pos, Artikel, Bio Mekanik Lebih Trend, luar yang bersifat negatif. 2002 2. Menanamkan kesadaran dan

tanggungjawab bersama dalam Jawa Pos, Tato di Hapus, Alergi Muncul, 31 masyarakat tersebut untuk Agustus 2002 mengarahkan berperilaku sesuai Majalah Motor Plus, Edisi Khusus, No.48/ dengan tujuan dan harapan bersama. VII.05. Seni Tato di kalangan Bikers, Cita Rasa Cinta dan Kesetiaan, 18 Juli 1997 Nasution,S, 1995, Sosiologi Pendidikan, Daftar Pustaka Jakarta : Bumi Aksara. Soekanto Soejono, 1998, Pengantar Sosioogi, Abizar, 1991, Pemilihan Mutakhir Mengenai Jakarta : Rajawali Pers. Taksonomi Tujuan Instruksional Pendidikan. Willia Zuwerni, 1999, ( Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia Melalui

Ahmad Sudiar, Masalah Rehabilitasi Peningkatan Mutu lulusan Sekolah Penyalahgunaan Obat dan Menengah Umum) Thesis. Padang : Narkoba, Media Informatika, No.29/ Pasca Sarjana Unand. 1992. Ahmad, Abu, 1991, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta.

157 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

TEOLOGI PEMBEBASAN KERAGAMAN ETNIS-AGAMA DAN RESPON MASYARAKAT

Ferawati

Abstract

This research investigates salvation practice theology on Catholic community and its relevance in shaping peace and harmony in Papua and in Indonesia in whole. This research shows this theology practice applied in poor stricken and remote areas of diverse ethnic and religion such as in Papua lends assistance in establishing peace and harmony. Religious and humanitarian services grant to the poor people, the sick and those who receive little education transforms into compassion and sacrifice tenets taught by Jesus. This salvation theology uses paradigm that apparently is most needed in Indonesia that complies to our nation character.

Keyword : Investigates salvation practice theology, Catholic community, and Papua

Pendahuluan pembebasan dalam konteks untuk menekan Studi ini membahas diskursus theologi kemiskinan, penderitaan sakit, kemelaratan pembebasan di tengah respon masyarakat dan pada akhirnya mendukung harmoni majemuk Indonesia, dan penguatan harmoni. bahkan perdamaian di daerah majemuk. Thesis artikel ini mengangkat isu bahwa Namun dalam kesempatan ini lebih fokus pada praktek theologi pembebasan di Indonesia teologi pembebasan Katolik. sebagai agen perdamaian bersifat Teologi pembebasan bagi umat dan kontekstual, prospektif sekaligus dilematis pemimpin Katolik sendiri masih menunjukkan karena faktor keragaman etnis-agama dan pro-kontra. Sebagian praktik ini ternyata kesenjangan sosial-ekonomi yang salah mendapat penolakan dari pimpinan Katolik satunya berdampak pada kemunculan Roma di Vatikan. Paus Fransiskus salah kecurigaan antar-umat beragama seperti satunya, yang baru terpilih dan dilatik pada kecurigaan terhadap penyebaran agama. 19 Maret 2013. Dia padahal berasal dari Beberapa keragaman beragama di Indonesia Argentina-Amerika Latin, salah satu negara terlihat dari pemeluk “agama dunia” seperti dunia ketiga yang memunculkan dan banyak Kristen dan Buddha maupun “agama lokal mendukung teologi pembebasan. Namun diasporik” seperti Tua Pek Kong, yang masih Paus Fransiskus juga tegas menyatakan sikap minim perhatian atau bahkan kontroversial. menentang kapitalisme sekaligus anti teologi Ajaran dan pemeluk agama-agama ini pembebasan.1 Pemimpin Vatikan lainnya yang menunjukkan upaya dan praktik teologi memilih sikap serupa yaitu Paus Paulus IV.2

1 ”Paus Fransiskus Ternyata Anti Teologi Pembebasan” dalam http://jaringnews.com/internasional/uni-eropa/ 36396/paus-fransiskus-ternyata-anti-teologi-pembebasan (Kamis, 14 Maret 2013). Bandingkan dengan Saptaatmaja, Tom, “Paus Baru dan Teologi Pembebasan Kaum Miskin,” dalam Koran Tempo, 22 Maret 2013. 2 Soetoprawiro, Koerniatmanto, Bukan Kapitalisme, Bukan Sosialisme, Memahami Keterlibatan Sosial Gereja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI) dan Yayasan Bhumiksara-Jakarta, 2003, p. 6.

158 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Keberatan pemimpin gereja Katolik di menggunakan perpaduan ajaran sosial gereja Vatikan lebih terfokus pada persoalan berdasar kitabiah dan ilmu pengetahuan sosial integrasi atau disintegrasi ajaran sosial gereja sebagai dasar gerakan kontekstualnya. dengan teologi pembebasan. Kontroversi Berdasar konteks tempat dan waktunya, juga terjadi karena dikotomi antara ajaran teologi pembebasan Gutierrez relatif tidak religious gereja dengan pengetahuan sosial bermasalah bagi masyarakatnya.6 berbasis Marxis yang sosialis-komunis dan Asia, sebaliknya, memiliki multietnis- atheis. Ambivalensi lainnya antara agama yang tidak mungkin dapat memaksakan perjuangan kontekstual kaum tertindas dan teologi pembebasan dari ajaran Katolik sengsara beraliran ekonomi-sosialis dengan semata – sebagai pionir kemunculan dan perjuangan kaum tertindas melalui cara pengembangan teologi pembebasan. kapitalisme; antara pembebasan oleh missi Masyarakat Asia mesti menyesuaikannya dan zending dan tumpang-tindihnya dengan dengan norma, budaya dan ajaran masing- sistem imperialism atau neoimperialisme dan masing agama. Dasar dari prinsip ini, kolonialisme atau neokolonialisme;3 dan meminjam pernyataan Kimbal,7 bahwa setiap pertentangan antara teologi pembebasan agama mengajarkan norma dan etika yang kontekstual negara-negara dari Amerika Latin baik, dan hanya manusia pendukungnyalah dengan teologi Katolik yang sarat dengan yang menentukan agama baik atau justru budaya-ideologi Eropa dan Amerika Serikat menjadi “setan” (“evil”). Pandangan ini pada masa awal kemunculan teologi relevan dengan prinsip Amaladoss dan pembebasan di kawasan itu dalam abad ke- Hellwig8 yang merumuskan teologi 20.4 pembebasan Asia untuk masyarakat dengan Studi ini tidak larut dalam perdebatan nilai-nilai dan ajaran agama-agama dunia dan yang masih berkembang, melainkan melihat agama lokal-timur. Nilai-nilai dan ajaran praktik teolog pembebasan yang kontekstual, “agama-agama dunia” maupun agama-agama prospektif dan kontributif. Sebagaimana lokal Asia, pada dasarnya dan yang dalam perdebatan itu, bahwa teologi terpenting sebagaimana pendapat Betrand,9 pembebasan barat (baca: Eropa dan Amerika merupakan kontekstual. Kontekstual, Serikat) tidak cocok bagi perjuangan teologi menurutnya lagi, suatu interpretasi teologi pembebasan di Amerika Latin yang yang diyakini menjadi alternatif penyelesaian dibangkitkan dan dikembangkan oleh masalah sosial, ekonomi dan kemanusiaan Gustavo Gutierrez5 maupun di Afrika. Namun berdasarkan konteks kekinian. di Amerika Latin, tempat bangkit dan Katolik merupakan bagian dari agama- berkembangnya teologi pembebasan dari agama masyarakat Asia yang memiliki prinsip ajaran gereja Katolik, berpenduduk mayoritas dasar teologi pembebasan. Katolik tidak asing Katolik. Teologi pembebasan mereka lagi sebagai peletak dasar teologi

3 Soetoprawiro, ibid.; Kozok, Uli, Utusan Damai di Kemelut Perang, Peran Zending dalam Perang Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010; Sinaga, Martin Lukito, Identitas Poskolonial “Gereja Suku” dalam Masyarakat Sipil, Studi tentang Jaulung Wismar Saragih dan Komunitas Kristen Simalungun.” Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2004. 5 Betrand, ibid.; Suryawasita, Teologi Pembebasan Gustavo Gutierrez. Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2001. 6 Betrand, ibid., p. 7. 7 Kimbal, Charles, Revised and Update When Religion Becomes Evil, Five Warning Signs. Australia: HarperCollins Publishers (Australia) Pty. Ltd, 2008, p. 8. 8 Amaladoss, Michael, Teologi Pembebasan Asia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist Press, 2001; Hellwig, Monica, Ä Liberation from Poverty in the Context of Redemption,” dalam East Asian Pastoral Review, Volume 38, No. 2, 2001, p. 127-136.

159 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 pembebasan. Asia, sementara itu, memiliki yaitu keselamatan umat manusia berdasarkan masalah sosial, ekonomi, dan kemanusiaan ajaran agama masing-masing masyarakat yang tidak jauh berbeda dengan negara- Asia, dan dengan demikian tidak tergantung negara di Afrika dan Amerika Latin, yaitu pada sikap Paus Fransiskus yang anti sebagai bekas jajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap teologi pembebasan sekaligus hingga pertengahan abad ke-20. dengan kampitalisme. Aksi dan praktik teologi Pascakemerdekaan dari kolonialisme dan pembebasan membutuhkan strategi khusus imperialism modern, kawasan ini pernah dan bekelanjutan, sementara masa bertahan mengalami guncangan hebat ekonomi- kebijakan atau sikap pimpinan Keuskupan moneter pada tahun 1997/1998 hingga mereka tergantung pada lamanya mereka memimpin sekitar tahun 2002. Indonesia termasuk gereja Katolik Roma. negara multikultural yang relatif parah terkena Sudut pandang artikel ini, dengan dampak. Pengangguran bertambah banyak demikian, tidak menentang keseluruhan sikap, dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kharisma dan wibawa seorang pemimpin dari berbagai perusahaan swasta. Namun rohani dunia sepertu Paus di Vatikan.10 Studi keadaan ini berangsur pulih berkat berbagai ini melainkan menggunakan sejumlah upaya upaya dari berbagai kalangan. Peran umat alternatif untuk tujuan keselamatan dan beragama dan teologi pembebasan yang kemanusiaan, sebagaimana terkandung di relevan dan kontekstual turut memberi dalam setiap ajaran agama dan keyakinan. sumbangan besar bagi perbaikan krisis global Teologi pembebasan kontekstual ini, dengan dan krisis relasi etnis-agama waktu itu. demikian juga tidak sepernuhnya menjauh Berangkat dari sejumlah latar belakang, dari prinsip dan gerakan yang dikembangkan maka studi ini memusatkan pembahasan pada oleh Gutierrez, yaitu gerakan untuk melawan teologi pembebasan di Asia. Perjalanan dan kemiskinan, ketimpangan sosial, dan masalah perkembangan teologi ini tidak terpisahkan kemanusiaan. dengan teologi pembebasan di Amerika Latin, walau konteksnya relatif berbeda untuk Ajaran dan Praktik Teologi Pembebasan situasi dan zamannya. Pertanyaannya adalah A. Ajaran Katolik bagaimanakah praktek teologi pembebasan Ajaran dalam konteks ini tidak hanya agama Katolik dan bagaimana pula dengan mengacu pada kitab suci yang melegitimasi gerakan serupa bagi masyarakat Buddha dan “agama-agama dunia.” Ajaran juga Tua Pek Kong kini serta hubungannya berdasarkan nilai-nilai moral-etika dan filosofi dengan harmoni dan perdamaian bagi hidup yang jauh dari dosa,11 sebagaimana masyarakat multikultural? terkandung dalam setiap ajaran agama.12 Bila Sudut pandang artikel ini sejalan dengan merujuk kepada Hallowell, Gill, dan Harvey,13 tujuan dan misi “theologi pembebasan Asia,” prinsip ini dinamakan “world view” masing-

9 Betrand, ibid. 10 Menurut Clerecq, bahwa ucapan-ucapan yang disampaikan oleh Paus maupun oleh para uskup bukan merupakan ucapan teologik sehingga bukan doktrin. Namun ucapan mereka jelas didukung oleh pemikiran teologi dan memiliki arti sebagai locus theologicus, Clerecq, ibid., p. 2. 11 Hellwig, ibid. 12 Amaladoss, ibid. 13 Hallowell, A. Irving (1960/1975). Ojibwa Ontology, Behavior, and World View. In D. T. B. Tedlock (Ed.), Teaching from the American earth: Indian religion and philosophy (pp. 141-178). New York: Liveright ; Gill, Sam (1982). Beyond the “Primitive”: the Religions of nonliterate peoples. New Jersey: Princeton Hall; Harvey, Graham (2000). “Introduction.” In Harvey, Graham. Indigenous Religions: A Companion. London: Casell (pp. 1-19).

160 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 masing pemeluk agama. “World view” sin” dan “evil” ini merupakan salah satu sebagai unsur penting yang membedakan doktrin dalam ajaran Kristen dan dalam masing-masing agama merupakan cara konteks ini Katolik.20 Doktrin ini mengarahkan masing-masing pemeluk agama memandang manusia perlu pembabtisan untuk perubahan relasi sosial dan relasi kosmosnya. Dasar menuju harmoni, sebagaimana testimony the konseptual ini kembali mengacu pada Gospel yang dimulai oleh John the Baptist.21 pendapat Kimbal yang menyatakan bahwa Pembabtisan dalam kontek ajaran Katolik ini ajaran semua agama pada dasarnya baik, menginisiasi perubahan struktural. humanis, 14 dan mengutamakan hidup Doktrin “dosa” dan “dosa asal” dari sederhana, jauh dari kemelaratan dan Tuhan, sebaliknya, juga mengacu pada penderitaan.15 penciptaan (creation). Namun ini bukan Tidak jauh berbeda dengan pandangan berarti, di antaranya, “Jesus died because sifat dasar agama dari Kimbal, Betrand, dan God willed it,” atau manusia melarat karena Amaladoss,16 tantangan terberat dalam kehendak Tuhan. Semua itu membutuhkan praktek teologi pembebasan menurut Peter keyakinan, “trust God that it works that C. Phan17 adalah sifat setan (“evil”) dan bagi way.”22 Doktrin ini memposisikan bahwa di Hellwig18 sebagai dosa ‘asal’ (“original sin”) dunia ini terdiri atas segala yang baik namun tentang “the spent and the tree and Eve and juga segala yang buruk, seperti kemiskinan Adam.” Sifat ini juga, menurutnya lagi, dan orang-orang yang tidak diperhitungkan. menjadi dasar kontekstual Gutierrez untuk Semuanya itu, jika kembali merujuk pada ‘mau berdamai’ dengan “evil” guna Hellwig,23 membutuhkan solidaritas dari melepaskan manusia dari jeratnya. “Evil” masing-masing individu, gender, komunitas, yang dimaksud Peter di antaranya poverty, dan bangsa. oppression, suffering, weakness, and Solidaritas di dalam ajaran Katolik, injustice. meminjam pernyataan Nico OFM,24 hanya Konsep dasar “original sin” yang muncul bila manusia mau “membalikkan relevan dengan sifat “evil,” menurut Hellwig19 sejarah kemalangan” menjadi “sejarah adalah “individually,” dan ini keselamatan.” Lebih jauh lagi disebutkan merepresentasikan bukan hanya gender bahwa kesatuan sejarah berasal dari rencana tetapi juga kolektivitas, masyarakat bahkan keselamatan Allah untuk “mempersatukan bangsa. Namun Hellwig menegaskan kisah segala sesuatu di dalam Kristus sebagai “original sin” dengan pernyataan “wherever Kepala” (Ef 1: 10). Selain itu, di dalam Kitab evil comes from, it couldn’t come from God. Kejadian 1: 27 disebutkan manusia diciptakan But on the other hand evil seems more “menurut gambar Allah.” Ayat ini berarti, powerful than individual people.” “Original tambah Nico OFM,25 memposisikan manusia

14 Kimbal, ibid. 15 Betrand, ibid.; Amaladoss, ibid. 17 Phan, Peter C., “Overcoming Poverty and Oppression: Liberation Theology and the Problem of Evil” dalam Louvain Studies Vol. 20, Spring 1995, No. 1. 18 Hellwig, ibid., p. 130. Lihat juga OFM, Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991, p. 46. 19 Hellwig, ibid., p. 131. 20 Hellwig, ibid., p. 131. 21 Hellwig, ibid., p. 131. 22 Hellwig, ibid., p. 131. 23 Hellwig, ibid., p. 131. 25 OFM, ibid., p. 44.

161 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 harus bersikap dan berperilaku kepada struktural yang berbeda dengan kemiskinan makhluk-makhluk lain seperti Allah bersikap kultural. Kemiskinan kultural lebih kepada makhluk ciptaan-Nya. Bentuk konkrit disebabkan oleh masalah pandangan budaya dan kontekstual dari ayat ini yaitu manusia dan sosial masyarakat di sekitar mereka.28 bertugas memelihara makhluk-makhluk lain dari kerusakan, kematian, dan sebagainya, Praktik Teologi Pembebasan Katolik termasuk memelihara sesama manusia. Prinsip dasar teologi pembebasan Bentuk nyata dan kontekstual Gutierrez yang mereka bahas ini tampak nyata pendukung tugas manusia di muka bumi dalam sejumlah gerakan yang dilakukan oleh sebagaimana diamanatkan dalam Ef 1: 10 dan Mother Teresa and St. Thérèse di Calcutta Kejadian 1: 27 itu terjelaskan dalam Mazmur dan Lisieux,29 dan di sejumlah negara 37. Pemazmur menyampaikan bahwa orang termasuk di Indonesia. Gerakan teologi benar disertai Allah. Harta bendanya mungkin pembebasan di Indonesia yang sedang tidak banyak. Orang ini justru mendapat hangat dibicarakan sepanjang tahun 2013 di berkat dan pertolongan Allah. Allah menjaga antaranya dilakukan oleh dr. FX Sudartono tiap langkahnya. Dia merasa berkecukupan, SJ., yang mengabdi di Papua selama sekitar kenyang pada hari-hari kelaparan, dan bahkan tiga puluh tiga tahun terakhir. masih bisa memberi pinjaman. Lawan dari orang benar adalah fasik. Teologi Pembebasan untuk Pelayanan Mereka memiliki harta berlimpah (ayat 16). Kesehatan dan Pendidikan Masyarakat Harta itu mereka peroleh dengan cara menipu Miskin Papua (ayat 21), menindas orang miskin, dan Pengorbanan bagi seseorang yang mengalahkan orang jujur (ayat 14). Allah tidak terpanggil untuk melaksanakan praktik teologi membahagiakan mereka karena semua harta pembebasan tidak terhingga, dan mereka pun itu tak akan mampu membahagiakan tidak pernah mengira-ngira atau hidupnya, kecuali dengan penyertaan Allah. menghitungnya. Mengabdi di daerah Tanpa penyertaan-Nya semua bisa habis terpencil, berbeda budaya, dan rawan konflik dalam sekejap (ayat 20).26 termasuk beberapa pengorbanan yang bukan Kemiskinan sebagai salah satu masalah sia-sia. Orang ‘baik’ seperti yang tercantum besar yang patut mendapat perhatian dan dalam ajaran Katolik rela mengikuti prinsip mesti menjadi tugas manusia yang ‘baik’, pengorbanan Yesus sewaktu disalib. Namun seperti disebut dalam ayat-ayat sebelumnya dengan pengorbanan itulah, sebaliknya, dan sebagaimana tersurat dalam Perjanjian mereka rela hidup sederhana bahkan mati demi Lama (cf. Yob 24: 2-12.14). Ayat ini orang banyak. Hidup sederhana dan penuh menggarisbawahi bahwa kemiskinan mereka pengorbanan sudah menjadi kodrat bagi merupakan akibat tindakan yang tidak adil mereka untuk meraih kepuasan dan dari kaum penindas.27 Kemiskinan seperti kebahagian di dunia dan akhirat. Mereka inilah yang disebut dengan kemiskinan berkorban sedemikian rupa berdasarkan

26 “Dokter Seribu Rupiah” dalam http://www.gkkipusat.org/pastoral-care/renungan-arian/224-dokter-seribu-rupiah 27 Suryawasita, ibid., p. 56. 28 “Report on the Accievement of the Millenium Development Goals in Indonesia 2011”dalam http://www.undp.or.id/pubs/docs/ Report%20on%20the%20Achievement%20of%20the%20MDGs%20in%20Indonesia%202011.pdf (Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency (BAPPENAS), 2012. 29 Carroll, Mary C., “With Love from Calcutta and Lisieux: Letters of Mother Teresa and St. Thérèse” dalam Review for Religions, A Journal of Catholic Spirituality, Quarterly, 64.3, 2005, p. 281-295.

162 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 pemahaman mereka tentang sumber-sumber membuka praktek di sini setelah pensiun teologi pembebasan seperti didasari oleh sebagai dokter tetap di salah satu rumah sakit Perjanjian Lama dan Mazmur. pemerintah. Selain membuka praktik dia juga Bila Mother Teresa melakukan praktik mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di teologi pembebasan di Colcatta-India, maka salah satu monastri bagi calon suster asal salah seorang umat Katolik di Indonesia juga daerah setempat. menerapkannya. Hanya saja dia seorang laki- Sebagian besar penduduk di daerah ini laki paruh baya. Dia bukan dari monastik masih memeluk agama lokal. Budaya, tradisi, kontemplasi karena lebih memilih dan bahasa mereka terdiri dari berbagai suku mengabdikan hidupnya di luar gereja. dan sub-suku. Menjadi bagian dari Hidupnya bukan hanya untuk berdoa dan masyarakat lokal ini bukan tanpa kendala bukan pula untuk mendengar Sabda Allah di baginya. Bahasa lokal yang beragam pertapaan sunyi, meskipun pilihan itu ada. merupakan kendala paling besar baginya Lo Siaw Ging adalah salah seorang untuk berinteraksi dengan pasien hingga saat penganut Katolik yang memilih cara hidup ini.31 Namun puluhan tahun pengalaman sederhana di daerah terpencil. Dia seorang hidup dengan berbeda komunias budaya dokter berdarah Tionghoa asal Jawa Tengah. tidak membuatnya surut membantu mereka. Nama ‘Indonesia-nya” Dokter FX Soedanto Bagi Dokter FX Soedanto SJ, mengabdi SJ. Dia dikenal sebagai “Dokter Seribu sebagai tenaga dokter dan pengajar sukarela Rupiah.” Gelar itu melekat kepadanya karena sama halnya memperjuangkan hak dan harkat dia hanya mengenakan biaya Rp 1.000, 00 masyarakat miskin yang rawan menderita sakit dan maksimal Rp 2.000, 00 bagi tiap pasien. di tanah Papua. Tarif itu berlaku sejak dia pertama membuka praktek hingga saat ini. Terkadang dia bahkan Relevansi Teologi Pembebasan dengan tidak menerima uang dari pasiennya, Kemiskinan, Harmoni dan Perdamaian melainkan sejumlah hasil panenan yang Pengabdian yang dilakukan oleh Dokter mereka punya. Jumlah pasiennya diperkirakan FX Soedanto SJ hanyalah salah satu bentuk mencapai dua ratus orang, dari berbagai konkrit praktik teologi pembebasan dari tingkat ekonomi. Dia melayani mereka sejak bangsa Indonesia untuk rakyat di daerah pukul 07.00 -12.00 WIT. Berkat yang membutuhkan. Daerah Papua pengorbanannya yang inspiratif, dokter ini merupakan salah satu daerah yang paling kini (2013) berhasil menjadi pemenang Liputan cocok baginya untuk melakukan aktivitas 6 Awards yang diselenggarakan oleh salah gerakan teologi pembebasan, karena satu televisi swasta di Indonesia.30 Dia merupakan daerah yang sudah lama menjadi ikon bagi kemanusiaan di ditempatinya. Namun alasan lain yang lebih Indonesia. Bagi kalangan gerejawi dia justru mendukung gerakannya adalah karena disebut sebagai aktor penggerak teologi daerah ini masih termasuk daerah pembebasan di negeri ini. tertinggal secara ekonomi, pendidikan dan Kawasan Lingkaran Abe, Jayapura, akses publik. Pelayanan kesehatan dan Provinsi Papua menjadi tempatnya bermukim pendidikan yang dia berikan merupakan sekaligus membuka praktek saat ini. Dia dua fasilitas publik yang masih relatif minim

30 “Dr Soedanto, Pemenang Liputan 6 Awards, Contoh untuk Dokter Lainnya di Papua,” dalam http:// tabloidjubi.com/2013/05/25/dr-soedanto-pemenang-liputan-6-awards-contoh-untuk-dokter-lainnya-di-papua/ 31 ”Soedanto, Dokter Bertarif Seribu Rupiah” http://www.liputanchampions.com/video/1136124/soedanto-dokter- bertarif-seribu-rupiah

163 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013 di daerah itu. Papua walau merupakan daerah pendekatan personal yang dia gunakan dengan sumber daya alam paling kaya karena menunjukkan rasa cinta kasih kepada sumber mineral dan tambang PT Freeport, sesama manusia ciptaan Allah, padahal dia tbk., namun nyaris tidak tersentuh oleh sangat berbeda dalam berbagai hal dengan kekayaan perusahaan asing itu. penduduk Papua. Kontras kehidupan masyarakat Papua Kesamaan derajat sebagai manusia hingga sekarang menjadi salah satu sumber telah menunjukkan dirinya sama dengan masalah utama bagi perdamaian dan harmoni. yang disebutkan di dalam sumber teologi PT Freeport yang kaya sebagai lambang Katolik. Dia sebagai manusia biasa mampu kapitalisme berhadapan dengan masyarakat membela orang lemah dengan sentuhan rasa komunal bersuku-suku yang miskin dan mengasihi, menghargai, dan meninggikan terpinggirkan. Ketimpangan itu kerap harkat dan martabat rakyat Papua yang menimbulkan konflik sosial antara PT nyaris terlupakan. Dokter FX Soedanto SJ Freeport dengan masyarakat Papua, bahkan hanya salah satu contoh pengabdian atas nama bangsa Indonesia. Kecemburuan masyarakat berbasis teologi pembebasan. sosial sudah cukup sering menimbulkan Masih banyak contoh lain, di daerah korban jiwa dan fasilitas publik. Negara berbeda, dan dari unsur ajaran teologi mendapat beban berat, karena konflik tidak pembebasan yang berbeda. hanya terjadi antara perusahaan asing dengan masyarakat lokal yang komunal, tetapi lebih Simpulan parah lagi sudah mengancam disintegrasi Berdasarkan uraian panjang ini, ada bangsa. sejumlah hasil studi yang penting untuk Kehadiran warga biasa seperti Dokter kajian teologi pembebasan dan relevansinya FX Soedanto SJ di daerah rawan konflik dengan perdamaian dan harmonisasi dalam sosial-ekonomi dan rawan konflik politik masyarakat multietnis-agama. Beberapanya lokal-nasional ini patut mendapat yaitu pertama, teologi pembebasan bukan penghargaan seperti yang dia peroleh. Hasil gagasan baru di abad ini, melainkan sudah yang dicapai oleh dokter senior ini untuk ada dalam ajaran umat Kristen sejak berabad memberantas kemiskinan memang belum silam. kentara, namun untuk membantu mencegah Kedua, teologi pembebasan masih terus dan mengurangi resiko penularan penyakit berkembang karena masih banyaknya telah menunjukkan hasil. Relevansinya kontroversi bahkan di kalangan gereja Katolik dengan harmoni dan perdamaian juga di Vatikan. Salah satu isu kontroversial teologi tercipta, mengingat di daerahnya bertugas pembebasan yaitu teolog pembebasan kerap masih relatif aman dari serangan konflik, mengabaikan peran sosial gereja, sehingga namun tetap rawan. mereka merasa perlu dan penting melakukan Dokter FX Soedanto SJ walau hanya gerakan teologi pembebasan yang tidak mendapat gelar penghargaan untuk jarang terpengaruh oleh isu politik dan kemanusiaan, namun aktivitasnya dapat kepentingan tertentu. dikatakan mampu menumbuhkan harmoni Ketiga, teologi pembebasan dewasa ini dan perdamaian. Rasa simpati dan cenderung terperangkap oleh stigmatisasi empatinya sebagai dokter hingga menjadi boundaries geografi antara Eropa, Amerika mantan dokter pemerintah kepada Latin-Afrika, dan Asia. Meskipun pembagian masyarakat setempat salah satu modalnya ini mulanya berdasarkan tujuan praktis untuk mempraktekkan teologi pembebasan untuk mempermudah gerakan teologi pembebasan harmoni dan perdamaian. Cara bekerja dan di akar rumput, namun nyatanya justru

164 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 menimbulkan struktur sosial secara global antara masyarakat maju dengan masyarakat Hallowell, A. Irving, 1960/1975. Ojibwa Ontology, dan negara berkembang. Behavior, and World View. In D. T. B. Keempat, praktik teologi pembebasan di Tedlock (Ed.), Teaching from the American Indonesia yang mau tidak mau tergololong earth: Indian religion and philosophy (pp. ke dalam tipikal teologi pembebasan Asia, 141-178). New York: Liveright; Gill, Sam namun jika masih menggunakan ajaran gereja (1982). Beyond the “Primitive”: the Katolik sebagai sumber penggerak teologi ini, Religions of nonliterate peoples. New Jersey: Princeton Hall; Harvey, Graham nyaris tidak ada bedanya dengan sejumlah (2000). “Introduction.” In Harvey, gerakan pembebasan bidang ekonomi di Graham. Indigenous Religions: A negara-negara lain. Spirit mereka tetap sama, Companion. London: Casell (pp. 1-19). namun memang harus diakui bahwa tingkat http://www.gkkipusat.org/pastoral-care/ keberhasilannya relatif mendukung proses renungan-arian/224-dokter-seribu-rupiah. mempertahankan harmonisasi dan http://jaringnews.com/internasional/uni-eropa/ perdamaian. 36396/paus-fransiskus-ternyata-anti- Kelima, sumber dan praktik teologi teologi-pembebasan (Kamis, 14 Maret pembebasan terutama model Asia tidak 2013). terbatas dari agama-agama dunia seperti Hellwig, Monica, Ä Liberation from Poverty in Katolik saja, melainkan juga dapat dilakukan the Context of Redemption,” dalam East oleh pemeluk agama lokal, seperti Tua Pek Asian Pastoral Review, Volume 38, No. 2, Kong. Tua Pek Kong merupakan agama 2001, p. 127-136 diasporik masyarakat etnis Tionghoa di Koran Tempo, 22 Maret 2013. Indonesia, dan sebagian di Malaysia dan Kozok, Uli, 2010, Utusan Damai di Kemelut Singapura. Agama diaspora ini dalam konteks Perang, Peran Zending dalam Perang Indonesia cenderung merupakan Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor penggabungan penghormatan kepada arwah Indonesia. leluhur melalui Tri Dharma: Buddha, Tao dan Kimbal, Charles, Revised and Update When Kong Hu Tzu. Keenam, kajian tentang teologi Religion Becomes Evil, Five Warning pembebasan dari agama lokal penting Signs. Australia: HarperCollins Publishers dilakukan. (Australia) Pty. Ltd. Phan, Peter C.,2008, “Overcoming Poverty and Daftar Pustaka Oppression: Liberation Theology and the Problem of Evil” dalam Louvain Studies Amaladoss, Michael, 2001, Teologi Pembebasan Vol. 20, Spring 1995, No. 1. Asia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Report on the Accievement of the Millenium Insist Press. Development Goals in Indonesia Betrand J. De Clercq O. P. “Ajaran Sosial Gereja 2011"dalam http://www.undp.or.id/pubs/ dan Teologi Pembebasan” dalam Majalah docs/Report% 20 on %20 the % 20 Melintas, No . 7 Maret 1986. Bandung: Achievement% 20 of% 20 the% 20 Fakultas Filsafat Universitas Katolik MDGs% 20 in% 20 Indonesia% 2020 Parahyangan. 11.pdf (Ministry of National Carroll, Mary C. 2005, “With Love from Calcutta Development Planning/National and Lisieux: Letters of Mother Teresa and Development Planning Agency St. Thérèse” dalam Review for Religions, (BAPPENAS), 2012. A Journal of Catholic Spirituality, Soetoprawiro, Koerniatmanto, 2003, Bukan Quarterly, 64.3, 2005. Kapitalisme, Bukan Sosialisme,

165 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

Memahami Keterlibatan Sosial Gereja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI) dan Yayasan Bhumiksara. Sinaga, Martin Lukito, 2004, Identitas Poskolonial “Gereja Suku” dalam Masyarakat Sipil, Studi tentang Jaulung Wismar Saragih dan Komunitas Kristen Simalungun.” Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. Suryawasita, 2001, Teologi Pembebasan Gustavo Gutierrez. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Soedanto, Pemenang Liputan 6 Awards, Contoh untuk Dokter Lainnya di Papua,” dalam http://tabloidjubi.com/2013/05/25/dr- soedanto-pemenang-liputan-6-awards- contoh-untuk-dokter-lainnya-di-papua/ Soedanto, Dokter Bertarif Seribu Rupiah” http:// www.liputanchampions.com/video/ 1136124/soedanto-dokter-bertarif-seribu- rupiah

166 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013

Juduk Buku : Tenggelamnya Kapal Van der hidup yang penuh liku dan cobaan. Wijck Dikisahkan Zainuddin muda yang merupakan Pengarang : Hamka pemuda berdarah campuran Minangkabau Bahasa : Bahasa Indonesia, Makassar, setelah merasa cukup umur bertolak ke Genre : Novel Batipuh menengok kampung halaman sang ayah Tanggal terbit: 1938 bernama Pendekar Sutan. Sang ayah sendiri, orang Jenis media : Cetak (kulit keras & lunak) pelarian karena pada mudanya ia terpaksa Halaman : 224 membunuh figur lalim bernama Datuk Mantari Oleh : Abrar Haris Labih yang tamak akan harta warisan keluarga. Pengucilan di tanah Mengkasar membuatnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang bertemu dan menikahi Daeng Habibah, putri lebih dikenal publik Indonesia dengan nama Buya Makassar dan dari perkawinan itu lahirlah Hamka tak hanya figur kesayangan orang Zainuddin. Minangkabau Sumatera Barat namun juga publik Di Minangkabau, Zainuddin pun ditakdirkan Nusantara. Generasi lama akan mengingat kiprah bertemu dara cantik bernama Hayati. Hubungan beliau akan suara syahdu kebapak-bapakan beliau mereka tidak akan ditakdirkan berjalan mulus saat beliau menjadi mubaligh penceramah di TVRI, terkendala status sosial, olok-olok orang kampung stasiun televesi satu-satunya yang ada di Indonesia dan tetek bengek bahan permusyawarahan ninik- pada dekade tahun 1980-an. mamak Hayati. Semua halangan ini akan membawa Namun siapa sangka Buya Hamka yang kini Zainuddin dan Hayati pada tahun-tahun panjang bersemayam dalam alam kesadaran kaum Muslim dan kembara cinta mereka pada haluan kapal Van Indonesia sebagai sosok religius atau pendakwah Der Wijck yang akan tenggelam dimakan air laut dan reputasi alimnya sebagai ketua MUI Indonesia dan ke ranjang pasien di Rumah Sakit Lamongan. yang memilih mengundurkan diri saat tidak mau Disanalah Zainuddin dan Hayati ditakdirkan berkompromi dengan pemerintah Indonesia akan Tuhan bertemu sesaat dan untuk penghabisan fatwa ucapan selamat Hari Natal, pada masa karena di saat pertemuan itulah Hayati mudanya meruapakn insan kebanyakan, yang menghembuskan nafasnya dalam dekapan kecewa pada pada masa silam akan sosok ayahnya Zainuddin. Novel penuh kesedihan dan suasana yang berpoligami dan menelantarkan ibu, diri dan gelap ini merupakan jiwa khas sastra Indonesia saudara-saudaranya sendiri, yang semua kepahitan Lama bahkan sampai saat ini dimana para tokoh hidup ini membawa Hamka muda mencurahkan novel selalau diplot untuk menjalani hidup yang pikirannya pada kecintaan tulis menulis atau sastra. tragis dengan sentuhan plot bunuh diri atau musibah Tenggelamnja Kapal Van der Wijck adalah salah meninggal dunia yang menimpa salah satu atau satu dari novel terbaik yang pernah ditulis Hamka malah kedua figur pecinta. yang saat ini novel ini kembali dibaca publik sastra Kritikus sastra Indonesia Bakri Siregar Indonesia seetalh adaptasi filmnya oleh salah satu mendaulat Van der Wijck sebagai buah tangan rumah produksi di Jakarta dan dengan sukses sastrawi orisinil Hamka meskipun pada tahun 1962 memperkenalkan literary canon atau sastra klasik novel ini dituding sebagai jiplakan karya Jean- legendaris Indonesia Lama pada publik muda mudi Baptiste Alphonse Karr, seorang novelis Perancis Indonesia masa kini. yang berjudul Sous les Tilleuls (1832). Apapun Hamka menulis novel cinta ini dan melepasnya itu, Haji Abdul Malik Karim Amrullah telah ke publik pembaca di majalah Pedoman membawa sastra Indonesia pada dimensi ketinggian Masyarakat yang dipimpinnya pada tahun 1938. sastrawi yang walaupun penuh kegetiran hidup Pesona novel abadi ini karena Hamka menulis cinta yang amat pahit, bagi pembawa dan penikmat antara dua insan yang terbelenggu adat sastra, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck selalu Minangkabau yang konservatif di permulaan abad mengingatkan kita bahwa dalam hidup yang kelam 19 dan dibingkai juga oleh aspek-aspek etnik, religi sekalipun ada banyak hal patut dipertahankan dan dan agamawi yang akan menjadikan cinta antara diperjuangankan yaitu cinta kepada Insan dan cinta dua insan ini tidak akan pernah bersatu dan kepada Tuhan. sebaliknya membawa mereka pada pengembaraan

167 Suluah, Vol. 13. No. 17, Desember 2013

BIODATA HASANADI, Lahir di Matua, 1 Januari 1979. Menamatkan SLTP dan SLTA di Matua, dan tahun ABRAR HARIS, alumni Jurusan Sastra Inggris 1998 kuliah di Universitas Andalasa Jurusan Sastra Fakultas Sastra Universitas Andalas. Sekarang Daerah di Fakultas Sastra lulus tahun 2003. bekerja sebagai Penerjemah dan Peneliti Terhitung mulai bulan April 2004 menjadi staf Kebudayaan di Balai Pelestarian Nilai Budaya Dosen Luar Biasa di jurusan yang sama. Mulai Padang (BPNB). Email: [email protected]. tahun 2009 bekerja di BPSNT Padang.

AJISMAN, Lahir di Tigo Jangko, Lintau, Tanah JUMHARI, Lahir di Semarang, tanggal 1 Februari Datar, tanggal 12 Maret 1962. Setelah menamatkan 1971. Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan penddikan di MAN Sungayang Batusangkar, Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro melanjutkan ke IAIN Imam Bonjol Padang, dan lulus tahun 1996. Mulai tahun 2000 bekerja Fakultas Adab, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan di BPSNT Manado, pada tahun 2002 pindah ke Islam, lulus tahun 1989. Pernah bekerja di BPSNT BPSNT Padang, dan semenjak tahun 2009 Pontianak 1994-1999, mulai tahun 1999 pindah menjabat sebagai Kasubbag Tata Usaha BPSNT tugas ke BPSNT Padang Padang. E-mail: [email protected]

EFRIANTO, Lahir di Padang 30 April 1980. Latar RISMADONA, alumni Jurusan Sosiologi belakang pendidikan S1 Ilmu Sejarah Universitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, tamat tahun 2004. Bekerja di BPSNT Andalas Padang. Sekarang bekerja di Balai Padang sejak tahun 2006 Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang

GUSTI ASNAN, dosen di Jurusan Sejarah SENO, Lahir di Boyolali tanggal 26 November Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang, dan 1957, menyelesaikan pendidikan SMAN Boyolali program Doktor di Fachbereich fuer tahun 1977, kemudian melanjutkan pendidikan di Sozialwissenschaften Universiteit Bremen jurusan Sejarah Universitas Gajah Mada tahun (Jerman). Dua publikasinya yang terakhir adalah 1985. Pada tahun 1986-1990 mengajar Sejarah dan Memikir Ulang Regionalisme : Sumatera Barat PSPB di SNAKMA Boyolali. Tahun 1990-1995 Tahun 1950-an (2007) dan Dunia Maritim Pantai mengajar di SMA YMIK I Manggarai Jakartas Barat Sumatera (2006) Selatan. Tahun 1996-2004 bekerja di BPSNT Banda Aceh dan bulan Mei pindah tugas ke BPSNT FERAWATI, Alumni Jurusan Sejarah Fakultas Padang Sastra Universitas Andalas. Sekarang sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada SILVIA DEVI, lahir di Tanjung Karang 16 Juni (UGM) Yogyakarta dan pegawai Balai Pelestarian 1981. Menamatkan SMU di Jakarta yakni SMUN Nilai Budaya (BPNB) Padang 65 Kebun Jeruk. Pada tahun 2000 melanjutkan ke Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas HARIADI, Lahir di Simalanggang, 18 September dan lulus tahun 2004. Sejak Agustus 2005 1980. SLTP dan SLTA di Pesantren Tarbiyah bergabung di BPSNT Padang. E-mail Islamiyah Koto Panjang Lampasi, Payakumbuh. [email protected]. Tahun 2000 menempuh pendidikan di IAIN Imam Bonjol Padang, Fakultas Adab, Jurusan Bahasa TAUFIK AHMAD, peneliti pada Balai Pelestarian dan Sastra Arab dan lulus tahun 2005. Tahun 2006- Nilai Budaya (BPNB) Makasar. 2008 mengajar bahasa Arab di MAN Lubuk Sikaping Pasaman. Mulai tahun 2009 bekerja di UNDRI, Lahir 1 Juli 1977 di Koto Tinggi BPSNT Padang. Kabupaten Pasaman Sumatera Barat. Menamatkan SD (Sekolah Dasar) sampai SMA (Sekolah Menengah Tingkat Atas) di Pasaman. Gelar Sarjana Sastra diperoleh pada Jurusan Sastra Universitas Andalas Padang tahun 2000 dengan

168 Suluah, Vol. 13 No. 17, Desember 2013 predikat cum-laude. Tahun 2002 melanjutkan Program Pascasarjana Universitas Andalas, pada Program Studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan tamat tahun 2005. Tahun 2003-2006 bergabung pada proyek penelitian sejarah kerjasama Nederlands Instituut voor Oorlogdocumentatie (NIOD) Belanda dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam program “Indonesia across orders : Reorganization of Indonesian Society 1930- 1960”. Sekarang bekerja di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang Kementerian Kebudayaan dan Pariwsata Republik Indonesia. Menulis di berbagai media baik jurnal daerah dan nasional, dan media masa terbitan Padang.

WITRIANTO, Lahir di Nagari Selayo Kabupaten Solok pada tanggal 9 September 1971 sebagai anak kesembilan dari sepuluh orang bersaudara. Witrianto lulus dari SMA Negeri 1 Gunung Talang pada tahun 1990 dan kemudian meneruskan pendididikannya di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas yang berhasil diselesaikannya pada tahun 1996. Tahun 1997, Witrianto melanjutkan pendidikan S-2 di Universitas Gadjah Mada padi Jurusan Sejarah dan lulus tahun 2000 dengan beasiswa URGE. Selanjutnya Witrianto kemudian diangkat sebagai dosen teteap di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang sesuai dengan kontrak beasiswa yang diterimanya. Tahun 2003, Witrianto melanjutkan studi S-2 di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil jurusan Sosiologi Pedesaan yang berhasil diselesaikannya pada tahun 2005. Pada tahun 2006, Witrianto kemudian melanjutkan studi S-3 di Universitas Andalas pada Program Studi Pembangunan Pertanian. Di samping sebagai staf pengajar di Universitas Andalas, Witrianto juga tercatat sebagai staf pengajar di Universitas Terbuka dan STKIP PGRI Sumatera Barat di Padang.

ZUZNELI ZUBIR, Lahir di Koto Anau Kabupaten Solok tanggal 10 Oktober 1962. Memperoleh gelar sarjana S1 Jurusan Sejarah di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas dan S2 di Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada tahun 2006. Bekerja sebagai peneliti di BPSNT Padang.

169