i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xi

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang penulis ambil yang judul “ Fort Malrborough”

Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan program Diploma III Akademi Komunikasi BSI Jakarta. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir.Naba Aji Notoseputro sebagai direktur bina sarana informatika

2. Bapak Samsul Bachri sebagai direktur akademi komunikasi

3. Staff/karyawan/dosen bsi di lingkungan akom

4. Ibu anisti s.sos sebagai ketua jurusan akademi komunikasi (akom ) bsi

5. Lukman .S.I.Kom.M.M sebagai pembimbing

6. Ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga , terutama kedua

orangtua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam mendorong,

menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini..

7. Ucapan terima kasih ditujukan kepada teman-teman 42.6D.01 atas

waktunya saat kita bersama-sama.

xiii

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.

Jakarta, 10 Juli 2018 Penulis

Affifah Istiqomah

xiv

ABSTRAKSI

Dokumenter merupaka sebuah karya film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara keseluruhan. (Fachrudin, 2012:18)

Istilah film documenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flaherty di New York Sun pada 8

Februari 1926. Salah satu karyanya adalah yang berjudul Nanook Of The North, film tersebut tidak lagi sekedar mendongeng ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan Fherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian actual yang ada

Fahrudin, 2012:318

Dokumenter adalah suatu karya yang berdasarkan kejadian sebenarnya,nyata atau realitas (fakta). Dokumenter tidak bersifat imajinatif dan juga harus melakukan observasi (riset).

Dengan adanya film ini, penulis berharap film dokumenter ini dapet mempublikasikan sebuah situs sejarah peninggalan inggris yang berada di provinsi yaitu benteng Marlborough. Penulis juga berhara dengan adanya film dokumenter ini banyak masyarakat yang lebih tau tentang situs sejarah yang ada di .

Kata Kunci : Dokuemnter ,Fort Marlborough

xv

ABSTRAC

Dokumenteri is a film that tell a real I me with the strange a creator idea in optor to chain interesting picture to become.

He term documentary film was first used by John Grierson who first criticized the films by Robert Flaherty in New York Sun on February 8, 1926.

One of his works is entitled Nanook Of The North, the film is no longer just a story-telling Hollywood. Grierson then expressed his view that what Fherty is doing is a creative treatment of actual events that exist.

Documenter is one of work based on real incident real ( haet) documenter not only imajination but also bsave.

With film wriltor hope that itcsn publish on ofa chaelayical hisory fromengland at

Bengkulu . that is Fort Marlborough. whit or also hope with this documenter film make thr people know widely a bout ate haeology in Indonesia

Kata Kunci : Dokumenter, Fort Marlborough

xvi

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR ...... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...... xiii ABSTRAKSI ...... xv ABSTRAC ...... xvi DAFTAR ISI ...... xvii DAFTAR GAMBAR ...... xxi BAB I ...... 1 PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang Program...... 1 1.2. Kegunaan Program ...... 3 1.2.1. Kegunaan Khalayak ...... 3 1.2.2. Ruang Praktisi ...... 3 1.2.3. Kegunaan Akademis ...... 3 1.3. Referensi Audio Visual ...... 4 1.3.1. Film Dokumenter Banda The Dark Forgotten Trail ...... 4 1.3.2. Lentera Indonesia ...... 5 BAB II ...... 7 KAJIAN PROGRAM ...... 7 2.1. Kategori Program ...... 7 2.2. Format Program ...... 8 2.3. Judul Program ...... 8 2.4. Target Audience ...... 9 2.5. Karakteristik ...... 9 BAB III ...... 11

xvii

LAPORAN PRODUKSI ...... 11 3.1. Proses Kerja Produser ...... 11 3.1.1. Pra Produksi ...... 11 3.1.2. Produksi ...... 12 3.1.3. Pasca Produksi ...... 13 3.1.4. Peran Dan Tanggung Jawab Produser ...... 13 3.1.5. Proses Penciptaan Karya ...... 14 3.1.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ...... 15 3.1.7. Lembar Kerja Produser ...... 17 3.2. Lembar kerja Sutradara ...... 29 3.2.1. Pra Produksi ...... 30 3.2.2. Proses Penciptaan Karya ...... 34 3.2.3. Kendala Produksi dan Solusi ...... 37 3.2.4. Lembar Kerja Sutradara ...... 38 3.3. Proses Kerja Penulis Naskah ...... 53 3.3.1. PraProduksi ...... 54 3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ...... 58 3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah ...... 59 a. Konsep Penulisan Naskah ...... 59 3.4. Lembar Kerja Kamera Person ...... 81 3.4.1. Pra Produksi ...... 83 3.4.2. Produksi ...... 84 3.4.3. Pasca Produksi ...... 84 3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Camera Person ...... 85 3.4.5. Proses Penciptaan Karya ...... 86 3.4.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ...... 87 3.4.7. Lembar Kerja Camera Person ...... 88 3.5. Lembar Kerja Editing ...... 105 3.5.1. Pra Produksi ...... 110 3.5.2. Produksi ...... 110 3.5.3. Peran Dan Tanggung Jawab ...... 111 3.5.4. Proses Pencipta Karya ...... 112 3.5.5. Kendala Dan Solusi ...... 113 3.5.6. Lembar Kerja Editor ...... 114

xviii

BAB IV ...... 126 PENUTUP ...... 126 4.1. Kesimpulan ...... 126 4.2. Saran ...... 126 DAFTAR PUSTAKA ...... 128 DAFAR RIWAYAT HIDUP ...... 130 DAFAR RIWAYAT HIDUP ...... 138 SURAT KERANGAN RISET ...... 140 LAMPRIRAN-LAMPIRAN ...... 141

xix

DAFTAR TABEL Tabel III.1 Working Schedul...... 19

Tabel III.2 Breakdown Budget ...... 21

Tabel III.3 Shoting Schedule...... 25

Tabel III.4 Equipment List ...... 28

Tabel III.5 Outline Video ...... 40

Tabel III.6 Teatment...... 45

Tabel III. 7 Transkip Voice Ofer, Transkip Wawancara ...... 67

Tabel III.8 Outline Naskah ...... 76

Tabel III.9 Kendala dan solusi ...... 88

Tabel III.10 Camera Report ...... 90

Tabel III.11 Spesifikasi kamera ...... 102

Tabel III.12 Laporan Editing ...... 118

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.3 Kamera Vg30 ...... 102

Gambar III.4 Alat Editing ...... 115

Gambar III.5 Alat Editing ...... 115

Gambar III.6 Bars And Tone ...... 116

Gambar III.7 Logo Bsi ...... 116

Gambar III.8 ID Program ...... 116

Gambar III.9 Unipersal Counting Leader ...... 117

Tabel III.12 Laporan Editing ...... 118

xxi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Program

Saat ini bidang penyiaran di Indonesia sedang berkembang pesat.

Banyaknya program - program acara yang disiarkan di stasiun - stasiun televisi maupun radio merupakan bukti nyata perkembangan dunia penyiaran. Kualitas dari setiap acara juga bergantung pada sumber daya manusia tiap individu yang berperan di dalamnya, baik yang berada di depan maupun yang berada di belakang proses produksi. Kesemuanya harus dapat bekerja sama dengan baik, agar dapat menghasilkan suatu acara yang berkualitas.Dan dokumenter televisi adalah sebuah konsep film faktual dan film dokumenter yang berkolaborasi menghasil kan suatu karya film dokumenter atau program televisi.

Fachrudin (2012: 318) Karya dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian yata dengan kekuatan ide kretornya dalam merangkain gambar-gambar menarik jadi istimewah secara keseluruhan .Istilah dokumenter pertama kali di gunakn oleh John Grierson yang pertama kali mengeritik film-film karya Robert Flaherty di New York Sun pada 8 febuari 1926.

Pada zaman sekarang banyak masyarakat yang kurang peduli dengan sejarah masalalu yang ada di Indoneisa, banyak masyarakat kita yang sudah melupakan beberapa sejarah yang pernah ada di Indonesia namun tidak sedikit juga masyarakan yang melestarikan situs-situs sejarah yang ada di Indonesia.

1

Dalam film dokumenter telsvisi ini penulis membuat sebuah karya yang berjudul “fort marlborouhg “ yang menceritakan tentang sejarah berdirinya benteng peninggalan Inggris di Indonesia dan kegunaannya hingga sekarang .

2

3

1.2. Kegunaan Program

Dalam program dokumenter ini ada kegunaan yang menjadi dasar karya yang penulis buat ini.

1.2.1. Kegunaan Khalayak

Tujuan khalayak atau umum adalah untuk memberikan informasi tentang situs sejarah peninggalan Inggris (benteng Marlborough) yang ada di provinsi

Bengkulu dan mempublikasikannya.

1.2.2. Ruang Praktisi

Tujuan kami secara praktisi adalah untuk membuat suatu program

Dokumenter televisi yang sesuai dengan teori yang telah kita pelajari serta dijadikan bahan acuan secara aplikatif terhadap perwujutan ilmu pengetahuan di bidang penyiaran, serta menjadi portofolio penulis di masa depan.

1.2.3. Kegunaan Akademis

Program ini disusun untuk memberitahukan kepada pada para siswa/i dan juga mahasiswa/i untuk mengetahui tentang peninggalan sejarah Inggris yang ada di Indonesia dan program ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk kelulusan Diploma III (D3) di akademi Bina Sarana Informatika program studi “ penyiaran “ dan memberikan manfaat kepada mahasiswa/i untuk menjadikan referensi dalam pembuatan karya selanjutnya.

4

1.3. Referensi Audio Visual

Penulis membuat karya ini berdasarkan film-film dokumenter dan acara- acara dokumenter yang pernah diliahat penulis antara lain:

1.3.1. Film Dokumenter Banda The Dark Forgotten Trail

Gambar I.1 Poster Film Banda

Tayang : 03 August 2017

Genre : Feature Documentary

Sutradara : Jay Subyakto

Penulis : Irfan Ramli

Produser : Sheila Timothy

Produksi : Lifelike Pictures

Durasi : 94 menit

Ratingi : SU

Pemeran

5

Reza Rahadian : Pencerita dalam bahasa Indonesia

Ario Bayu : Pencerita dalam bahasa Inggris

Banda The Forgotten Trai adalah sebuah film dokumenter karya Jay

Subyakto yang mengangkat kisah tentang banda pada masa penjajahan yang menjadi rebutan oleh negara-negara karena kekayaan rempahnya ,Adapun sinopsis dari film itu sendiri sebagai berikut , Di abad pertengahan, segenggam pala di Pasar Eropa dianggap lebih berharga dari sepeti emas. Monopoli bangsa arab dan perseteruan dalam perang salib membawa Eropa ke dalam perburuan menemukan pulau-pulau penghasil rempah. Perseteruan bangsa-bangsa terjadi akibat rempah-rempah. Kepulauan Banda yang saat itu menjadi satu-satunya tempat pohon-pohon pala tumbuh menjadi kawasan yang paling diperebutkan.

Belanda bahkan rela melepas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New York) agar bisa mengusir Inggris dari kepulauan tersebut. Pembantain massal dan perbudakan pertama di Nusantara terjadi di Kepulauan Banda. Di sana pula, sebuah semangat kebangsaan dan identitas multikultural lahir menjadi warisan sejarah dunia.

1.3.2. Lentera Indonesia

Gamabar I.2 Poster Lentera Indonesia Nama program : Lentera Indonesia

6

Jadwal siaran : 14.30

Televisi : NET TV

Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET. yang diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun.

7

BAB II

KAJIAN PROGRAM

2.1. Kategori Program

Dokuemter adalah sebuah karya yang menceritaka kembali sebuah kejadian lampau menggunakan fakta dan data yang ada .karya dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bentuk antara lain : Expository, direct cinema/observational,dan cinema verite. Dan Karya dokumenter sendiri pun memiliki beberapa jenis antara lain :

a. Dokumenter laporan perjalanan

b. Dokumenter Sejarah

c. Dokumenter Potret/Biografi

d. Dokumenter Perbandinagn/Kontadiksi

e. Dokumenter ilmu Pengetahuan

1. Film Dokumenter Sains

2. Film Intruksional

f. Dokumenter Nostalgia

g. Dokumenter Rekontruksi

h. Dokumenter Investigasi

i. Dokumenter Experimen/Seni (Associaton Picture Story)

j. Dokumenter Buku harian (Diary Film )

k. Dokumenter Drama (Dokudrama)

(Fahrudin, 2012:318 ) Istilah film documenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flaherty di New York Sun pada 8 Februari 1926. Salah satu karyanya adalah yang berjudul Nanook Of The North, film tersebut tidak lagi sekedar mendongeng ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang

8

dilakukan Fherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian- kejadian actual yang ada.

Hingga sekarang karya flaherty masih di jadikan materi untuk pembahasan prihal sejara dan teori stetika film, disamping namanya juga diperhitungkan sebagai titik tolak perkembangan film dokumenter dan film etnografi.

2.2. Format Program

Menurut (Supriyadi, dan kawan-kawan, 2014: 24-25) Format program adalah suatu pola yang disajikan suatu program dengan ciri dan karakter tertentu. ada beberapa format program yang lazim di sajikan televisi. ya iru progarm brita, program dokumenter, program magazine show, program variety show, program komedi, program drama, program animasi dan lain-lain.

Film yang penulis produksi ini termasuk kedalam film documenter sejarah, film documenter sejarah merupakan film yang sangat kental aspek referential meaning nya (maknanya sangat bergantung pada referensi peristiwanya), dikarenakan keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.

2.3. Judul Program

Judul merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah film. Judul yang sederhana dan menarik akan menarik minat khalayak untuk menonton program yang kita produksi. Maka dari itu penulis memberikan judul “Fort Malborough” yang berarti Benteng Malbrorough untuk program yang penulis akan produksi.

9

2.4. Target Audience

Target audience adalah memilih salah satu atau beberapa audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi. Terkadang targeting disebut juga selecting, karena audien harus di seleksi (Morissan,

2013:193). Perusahaan harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) audien dan meninggalkan bagian lainnya.

Dalam menentukan target audience, penulis dan tim telah sepakat untuk membuat program documenter ini untuk masyarakat kisaran usia 14-50 tahun yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, dan umum serta dari kalangan menengah dan menengah ke atas. Penulis memporsikan sama banyak antara target pria maupun target wanita. Alasan penulis menentukan demikian dikarenakan karya yang kami produksi bisa menjadi referensi bagi mahasiswa/siswi dan yang ingin membuat karya dokumenter serta mempublikasikan benteng tersebut yang penulis angkat dalam dokumenter ini menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas.

2.5. Karakteristik

Menurut (Fachrudin, 2012:25) ada tiga sifat dalam karakteristik produksi, diantaranya adalah live merupakan program yang disiarkan secara langsung, tahap produksi merupakan tahap akhir dalam proses. Kebanyakan program program berita, olahraga, upacara kenegaraan disiarkan secara langsung. Video Tapping yaitu direkam oleh pita video, Live On Tape merupakan produksi yang berlangsung tanpa henti sampai akhir program seperti format live, namun sebelum ditayangkan akan dilakukan proses editing hanya dalam hal hal khusus (insert,

10

editing). Program direkam per bagian (segmen). Kemudian program akan ditayangkan segera dilain waktu.

Karya documenter yang penulis buat berbentuk video taping karena penulis membuatnya dengan cara merekam video menggunakan kamera dan harus melalui proses editing

11

BAB III

LAPORAN PRODUKSI

3.1. Proses Kerja Produser

Latief , utud ,(2017:3) produser hanya sebuah kata , tetapi dalam dunia broadcasting dan film kata produser terkandung makna kuat , daya tarik , dan pengarunya pada pengembangan karier dan nasib pekerja dan pelaku seni. Bahkan produser menjadi magnet bagi masyarakan yang ingin membangun karier di dunia hiburan . Dalam kamus besar bahas Indonesia (KBBI) produser di artikan sebagai: orang yang menghasilkan, pengusaha sandiwara, orang yang bertugas melaksanakan produksi siaran. di simpulakan bahwa produser adalah orang atau penugusaha yang bertugas menperoduksi film sandiwara di siaran tv dan radio.

Ada pun istilah produser di industri televisi. Istilah di sesuaikan dengan snioritas, jenjang karier atau karena tuntutan pekerjaan. istilah itu antara lain: Executiv producer, Co-executiv producer, Supervaising producer, Producer,Co- producer,Coordinator producer, Consulting producer, Assosiate producer¸ Chase producer, Segment Producer, Line producer, field producer, Editing producer,

Post producer, Producer directo.

3.1.1. Pra Produksi

Pra Produksi adalah tahap penting dalam sebuah produksi televisi, yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan memudahkan proses produksi televisi. Millerson memulai tahapan praproduksi dengan production planning meeting (konsep program, tujuan dan sasaran yang ingin di capai) (Fachruddin, 2012:10). Dalam hal ini ada banyak yng perlu disiapkan seperti membuat konsep.

Sebelum konsep terbentuk, penulis mencoba untuk membuat sebuah tema yang ingin di angkat. Setelah mendapatkan tema mengenai sejarah Benteng

12

peninggalan inggris “FORT MARLBOROUGH” , penulis melakukan iset data dari internet mulai dari artikel yang ada di blog maupun website guna menambah informasi yang di perlukan.

Setelah melakukan riset melalui blog maupun website, yang kemudian data mengenai benteng Marlborough dirasa telah mencukupi. Penulis melanjutkan riset secara langsung ke lokasi yaitu di kota Bengkulu. Riset ke tempat langsung ini di lakukan cukup meskipun tidak rutin, agar penulis dapat dapat melihat gambaran tata letak bangunan baik itu di dalam lingkungan benteng maupun di sekitar lingkungan benteng bagian luar, berbaur dengan pengurus benteng dan mencari informasi secara detail mengenai benteng Marlborough tersebut. Penulis bersama crew lainnya membuat ide, gagasan konsep serta langkah- langkah apa saja yang harus dilakukan kedepannya sebelum melakukan produksi. Penulis dan bersama cew lainnya juga melakukan briefing yang di pimpin oleh Produser untuk membahas dan mendalami konsep mengenai program FORT

MARLBOROUGH. Dengan demikian setelah ide, gagasan, dan konsep sudah tertuliskan, penulis dapat membuat rancangan treatment dan outline video untuk produksi prorgam dokumenter televisi.

3.1.2. Produksi

Pengertian produksi (production) adalah upaya mengubah naskah menjadi bentuk audio video (AVI), produksi berupa pelaksanaan perekaman gambar

(taping) atau siaran langsung (live) (Latief dan utud 152:2015). Sutradara juga ikut adil dalam memberikan arahan kepada penata kamera untuk pengaturan angle pengambilan gambar dan juga megatur shoot kamera, agar sesuai dengan hasil yang diinginkan dan juga mempermudah penyunting gambar dalam melakukan

13

proses editing. Karena sering kali, stock shoot hasil dari produksi menjadi kendala penyunting gambar karena hasil yang di dapat dari pengambilan gambar kurang memuaskan. Proses edting tidak selalu dapat merubah hasil gambar yang akan di sunting, oleh karena itu perlu di maksimalkannya produksi dalam hal pengambilan gambar.

3.1.3. Pasca Produksi

Proses penyelesaian akhir dari produksi. biasanya istilah ini di gunakan pada proses editing.

Dalam hal ini produser menunggu hasil diskusi sutradara, dan editor untuk merencanakan tahap editing. dan kemudian produser mendiskusikan lagi dengan sutradara untuk mencari kemungkinan terbaik untuk film kita. proses editing sendiri memilki beberapa tahap antara lain: menentukan urutan proses editing, memmilih tempat eidting, mengumpulkan report.

3.1.4. Peran Dan Tanggung Jawab Produser

Produser sangat bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Seorang produser film harus mengawasi dan menyalurkan sebuah proyek film kepada seluruh pihak terlibat sambil mempertahankan integritas, suara dan visi film tersebut. Mereka juga akan mengambil risiko keuangan dengan mengeluarkan uang mereka sendiri, khususnya selama periode pra-produksi, sebelum sebuah film dapat terdanai sepenuhnya. Produser terlibat aktif dalam semua tahapan proses pembuatan film, mulai dari pemunculan ide dan pengembangan hingga penyaluran proyek film tersebut namun, suatu ide atau

14

konsep film dapat muncul dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser. Ada pun tanggung jawab dan tugas produser antara lain : a. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi. b. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film. c. Menyusun rancangan produksi. d. Menyusun rencana pemasaran. e. Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi. f. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari

semua departemen. g. Bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai

pihak dalam produksi yang dikelola. h. Bertanggung jawab atas seluruh produksi

3.1.5. Proses Penciptaan Karya a. Konsep kreatif

Pada saat menentukan sebuah ide atau tema untuk program dokumenter yang penulis buat, banyak banyak pertimbangan dan perombakan untuk konsep dan judul program. penulis bersama tim produksi menentukan dan mengembangkan sebuah ide yang melahirkan sebuah bentuk format program dokumenter yang bertema sejarah yakni tentang sebuah benteng peninggalan

Inggris yang masih berdiri koko di Indonesia. b. Konsep Produksi

Seorang produser hampir berpera aktif dalam segala hal pembuata film terutama di saat pra produksi seorang produser haruslah membuata sebuah konsep

15

atau ide kreatif untuk menghasilkan sebuah film yang berkualitas. Pada tahap pra produksi pun seorang produser tidak hanya bertanggung jawab atas ide kretaif saja tapi bertanggung jawab dalam pembutan jadwal shooting, riset lokasi, pencarian narasumber. produser juga mempunyai peran dalam proses produksi yang sedang berjalan disini seorang produsr harus mengawasi timnya dalam pengambilan gambar. Dan di pasca produksi pun seorang produser menunggu hasil diskusi sutradara dan editor untuk merancang proses editing dan mengawasi jalannya editing. c. Konsep Teknis

Sebagai seorang produser harus memeahami peralatan apa saja yang akan di gunakan pada saat produksi. itulah mengapa pada tahap praproduksi seorang produser harus membuat equipment list agar sutradara serta tim lainnya mengetahui apa saja alat-alat yang akan di gunakan pada saat produksi.

3.1.6. Kendala Produksi Dan Solusinya a. Kendala Pertama

Pada hari pertama setiba di bengkulu tepatnya di mana tempat menginap, setelah penulis tim hendak mapping area menuju benteng hujan lebat mengakibatkan di tundanya keberangkatan menuju benteng Malborough tersebut serta sulitnya transportasi umum.

Solusi kendala pertama, penulis dan tim menunda keberangkatan di hari pertama, dari tempat menginap untuk menuju benteng Marlborough dimulai kembali keesokan harinya.

16

b. Kendala Kedua

Pada hari kedua terjadi miss komunikasi perizinan pengambilan gambar dan wawancara di area benteng, dikarenakan narasumber yang akan di wawancarai belum datang dan pihak pengelola benteng belum mendapatkan informasi terkait pengambilan gambar dan wawancara kepada narasumber di lingkungan benteng sebelumnya. Kami di haruskan mendapatkan ijin kembali dari

BPPP Jambi untuk bisa melakukan pngambilan gambar di area benteng.

Solusi kendala kedua, penulis dan Produser setra tim melakukan perizinan kepada dinas terkait agar bisa segera melakukan pengambilan gambar hari itu juga dengan mengirim email dan menghubungi via telepon ke Kepala BPPP Jambi.

Meskipun agak sulit di hubungi, penulis dan tim di bantu oleh pengelola benteng mencari solusi tercepat dengan menghubungi wakil pengurus yang bertanggung jawab perizinan di Benteng Marlborough yang ada di Bengkulu, dan akhirnya kami pun di berikan izin untuk pemgambilan gambar dan wawancara samnil menunggu balasan jawaban dari Kepala BPPP Jambi. c. Kendala Ketiga

Pada saat melakukan riset sulit untuk meminta surat ijin pengambilan gambar dilokasi meskipun sudah mengajukan surat dari kampus, prosesnya terlalu lama dan jarak antara lokasi perijinan satu dengan lainnya jauh.

Solusinya, melakukan pendekatan agar semakin akrab dengan petugas dan bertanya agar diberi saran, yang akhirnya surat ijin pengambilan gambar diperoleh dalam waktu 3 minggu

17

d. Kendala Ke Empat

Sulit menemukan lokasi Benteng York yaitu benteng utama yang berhubungan dengan detail sejarah Benteng Marlborough yang lokasinya berada di pemukiman dan di pinggiran sungai dan harus pagi karena jika siang sungai tersebut pasang. Lokasi sulit ditemukan karena hanya tinggal puing-puing saja dan letaknya dipemukiman warga.

Solusinya, bertanya kepada warga sekitar, dan akhirnya crew mendapat satu dokumentasi puing-puing Benteng York yang masing jelas.

3.1.7. Lembar Kerja Produser a. Konsep Program

Format program dokumenter pertama kali di peloporoi oleh tvri yang mejajikan berbagai film dokumenter tentang kebudayaan flora dan fauna di indonesia.seiring berjalannya waktu saat ini mulai banyak bermunculan dokumenter televisi di stasiun televisi suwasta lainnya .

Memperoduksi program televisi harus smemulai beberpa proses atau tahapan yang secara rinci harus di uraikan setiap format program . uraian yang berupa gagasan dan analisis bahan acuan bagi para broadcester atau penciptaan program. Dalam program dokumenter “Fort Marlborough” ini, penulis harus mempunyai ide yang berbeda dengan yang sudah ada mengingat sifat manusia yang mudah bosan.oleh karena itu penulis harus membuat sebuah karya yang berbeda dengan yang sudah ada.Proses pembuata film fort marlborough ini penilis mempunyai beberapa konsep penting untuk penciptaan suatu karya agar karya yang di sajikan menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. Seorang produser harus

18

mempunayi sikap kereatif karena sikap kreatif sangat lah penting dalam sebuah proses pembuat karya film yang berkualitas. Konsep kreatif yang matang yaitu konsep dengan tema dan judul film yang menarik dan alur cerita yang mudah di mengerti dan mudah di pahami penulis untuk mengatur jalan produksi film dokumenter “fort marlborouhg”.

19

b. Working Schedul

Produksi : Oasla Film Produser : Affifah Istiqomah Project Title : Fort Marlbrough Director : Ode Suhadi Durasi : 20 menit 7 detik

Tabel III.1 Working Schedul Target Per Minggu No Tahap Aktifitas Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penemuan Ide *

2 Pengembangan Gagasan *

3 Riset online * * * * 4 Riset online * * 5 Riset Lapangan * *

6 PRAPRODUKSI Pembuatan Surat Izin * * 7 Penulisan Naskah *

8 Shooting * *

O D U K

SI PR

20

9 Dailly Production Report *

10 Evaluasi Produksi *

11 Capturing *

12 Logging * PASCA

13 PODUKSI On Line Editing *

21

c. Breakdown Budget

Produksi : Oasla Film Produser : Affifah Istiqomah

Project Title : Fort Marlbrough Director : Ode Suhadi

Durasi : 20 Menit

Tabel III.2 Breakdown Budget

No Item Unit Rate Amount Notes

Pra Produksi

Tiket Pesawat Rp 1 Survey Lokasi - - 2 Orang Pp 3.000.000 Dan Lain-Lain

Baju Kaos Rp 2 Baju 5 Rp 74.000 Seragam Untuk 370.000 5 Orang

Rp Sub Total 3.370.000

Produksi (Teknik) Bengkulu

Rp Rp 3 Sewa Kamera 1x7hr Sony Vg-30 350.000 2.450.000

Rp Rp 4 Sewa Lensa Cam 1x7hr Canon 24-70 150.000 1.050.000

Rp Rp 5 Sewa Glidecam 1x7hr Hd-2000 100.000 700.000

Rp Rp Metabone 6 Sewa Converter 1x7hr 100.000 700.000 Canon To Sony

22

Rp Rp 7 Sewa Lighting 1x7hr Led 15” Att 150.000 1.050.000

Rp Rp Sennheiser 8 Sewa Clip On 1x7hr 100.000 700.000 Mkh-416

Rp Rp 9 Sewa Audio Zoom 1x7hr Zoom H4n 75.000 525.000

Rp Rp Sennheiser 10 Sewa Boom Mic 1x7hr 150.000 1050.000 Mkh-416

Rp 8.225.000

Diskon 50% 11 Sub Total Jadi Rp 4.112.500

Rp 1.050.000 Rp 12 Sewa Lensa Cam 1x7hr Diskon 3 Canon 16-35 150.000 Hari Jadi Rp 750.000

Rp 4.862.500

Produksi (Tehnik) Jakarta

Rp Rp 13 Sewa Kamera 1x2hr Sony Vg-30 350.000 700.000

Rp Rp Sennheiser 14 Sewa Clip On 1x2hr 100.000 200.000 Mkh-416

Rp Rp 15 Sewa Audio Zoom 1x2hr Zoom H4n 75.000 150.000

Total Rp 1.050.000

23

Sub Total Rp 5.912.500

Produksi (Unit)

Rp Konsumsi 7 Hr - 2.690.000

Tour Guaid 2 Org Rp 100.000 Rp 200.000 Produksi

Tour Guaid 1 Org Rp 50.000 Rp 50.000 Survei

Rp Transportasi 7hr - 1.570.000

Masuk Museum Benteng 5 Org Rp 5.000 Rp 25.000 Benten Malrborough

Rumah Masuk Museum 5 Org Rp 3.000 Rp 15.000 Bungkarno

Untuk Melindungi Warping 9 Bag Rp 50.000 Rp 450.000 Tas Dan Alat Selama Di Bagasi Pesawat

Batrai Untuk Batrai Alkaline 3 Pak Rp 25.000 Rp 75.000 Zoom Dan Clipon

Rp Print & Fotocopy - - Naskah 50.000

Rp Sub Total 5.125.000

Dvd+ cover+ 1 Ktk Rp Rp

24

tempat 15.000 15.000

Dispro Bimbingan - - Rp 300.000

Dispro Sidang 3Rkp Rp 132.500 Rp 397.500

Hard Cover 1Rkp Rp 150.000 Rp 150.000

Rp Sub Total 862.500

Rp Grand Total 14.937.000

25

d. Shoting Schedule

Produksi : Oasla Film Produser : Affifah Istiqomah Project Title : Fort Marlbrough Director : Ode Suhadi Durasi : 20 menit

Tabel III.3 Shoting Schedule NO HARI DAN WAKTU KEGIATAN TANGGAL PELAKSANAAN 1 Minggu 27,Mei,2018 02.00-04.00 Ngambil Alat Ke Rental 2 04.30-05.30 Jalan Kebandara Soekarrno Hatta 3 06.00-06.30 Cek-In Tiket 4 08.00-09.00 Penerbangan Ke Bengkulu 5 09.00-09.30 Pengambilan Bagasi 6 09.30-10.00 Berangkat Kerumah Tempat Tinggal Kita Selama Di Bengkulu 7 10.00 Sampai Esok Persiapan Untuk Pengambilan Gambar Besok Dan Istirahat 8 Senin 28, Mei,2018 08.00-09.00 Perjalan Ke Lokasi (Benteng Marlbrough ) 9 09.00-09.30 Setting Alat 10 09.30-12.00 Pengambilan Gambar 11 12.00-13.00 Istirahat Dan Sholat 12 13.00-16.00 Pengambilan Gambar 13 16.00 Break Produksi Dan Pulang Kerumah 14 Selasa 29, Mei,2018 08.00-09.00 Perjalan Ke Lokasi (Benteng

26

09.00-09.30 Setting Alat

15 09.30-12.00 Pengambilan Gambar Wawancara 1 16 12.00-13.00 Istirahat Dan Sholat 17 13.00-16.00 Pengambilan Gambar Wawancara 2 18 16.00-18.00 Peengambilan gambar di pantai panjang 19 18.00 pulang ke rumah

20 Rabu 30, Mei, 2018 08.00-09.00 Perjalan Ke Lokasi (Benteng Marlbrough )

21 09.00-09.30 Setting Alat

22 09.30-12.00 Pengambilan Gambar Wawancara 3 23 12.00-13.00 Istirahat Dan Sholat 24 13.00-16.00 Pengambilan Gambar Di Rumah Pengasingan Soekarno 25 16.00 Break Produksi Dan Pulang Kerumah 26 Kamsi,31,Mei,2018 08.00-09.00 Pejalanan Ke Upt Dinas Pariwisata 27 09.00-09.10 Setting Alat 28 09.00-10.00 Pengambilan Gambar Wawancara 4 29 10.00-10.30 Perjalanan Ke Benteng York 30 10.30-11.00 Pengambilan Gambar Di Benteng York 31 11.00-11.30 Perjalanan Ke Benteng Marlborough 32 11.30-12.30 Istirahat

27

33 12.30-17.00 Pengambilan Stok Shoot Di Dalam Ebteng Dan Sekitarnya 34 17.00 Break Produksi Dan Pulang Kerumah 35 Jumat 1,Juni,2018 05.00-05.15 Perjalanan Ke Simpang Lima Kota Bengkulu 36 05.15-07.00 Pengambilan Sunrace 37 07.00-07.30 Perjalanan Ke Pantai Panjang 38 07.30-08.30 Pengambilan Audio Ombak Dan Pengambilan Gambar 39 08.30 Pulang Kerumah 40 Sabtu 2,Juni,2018 11.30-12.00 Perjalanan Ke Bandara Fatmawati Bengkulu 41 12.00-13.00 Cek-In Tiket Dan Bagasi 42 13.45-15.05 Penerbangan Ke Bandara Soekarno Hatta 43 15.05-17.00 Pulang Kerumah Sahrul.R 44 19.00-20.00 Pengembalian Alat 45 20.00 Pulang Ke Rumah Masing- Masing Dan Istirahat

28

e. Equipment List (Chek List Harian)

Produksi : Oasla Film Produser : Affifah Istiqomah Project Title : Fort Marlbrough Director : Ode Suhadi Durasi : 20 Menit

Tabel III.4 Equipment List

NO NAMA SERI JUMLAH KETERANGAN 1 Kamera Sony Vg-30 1 Sewa 2 Lensa Cam Canon 16-35 1 Sewa 3 Lensa Cam Canon 70-200 1 Sewa 4 Glidecam Hd-2000 1 Sewa 5 Slider Slider 1 Milik Sendiri 6 Lcd 15 Inch Lcd 15 Inch 1 Sewa 7 Metabone Canon To Sewa Converter 1 Sony 8 Lighting Led 15” Att 1 Sewa 9 Reflektor - 1 Milik Sendiri 10 Audio Zoom Zoom H4n 1 Sewa 11 Boom Mic Sennheiser Mkh-416 1 Sewa 12 Clipm On Sennheiser 1 Sewa 13 Tripot - 1 Sewa

29

3.2. Lembar kerja Sutradara

Sutradara televisi adalah seseorang yang menyutradarai Program acara

Televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari Pra hingga Pasca Produksi, baik untuk Drama maupun Non Drama dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam

(outdoor), dan menggunakan sistem single dan/ atau multi-camera (Naratama,

2013:16). Dalam karya Tugas Akhir program Dokumenter televisi ini sutradara ingin membuat sebuah dokumenter berjenis sejarah. Dimana penulis memilih sebuah Benteng bersejarah peninggalan kolonial Inggris di Indonesia. Sebagai objek dalam dokumenter berjudul “FORT MARLBOROUGH”.

Dalam proses pembuatannya karya ini, penulis membuat rancangan pada tahap Pra Produksi dengan Produser, Penulis Naskah guna menentukan alur dan konsep yang hendak di jalankan pada proses Produksi. Penulis beserta produser dan Penulis Naskah melakukan survey lokasi yang akan di gunakan untuk pengambilan gambar dan melakukan riset ke beberapa lokasi di Bengkulu salah satunya Benteng Fort Marlborough guna mengetahui tempat –tempat mana saja yang akan di gunakan pada saat produksi, kemudian Penulis beserta Produser dan

Penulis Naskah mencari ahli atau yang mengetahui sejarah tentang Benteng tersebut. Kemudian setelah survey lokasi dan riset, penulis membuat treatment sutradara yang telah di kembangkan dari TOR (term of reference) dari Penulis

Naskah untuk acuan alur pengambilan gambar pada saat produksi. Pada tahap

Produksi penulis membantu mendampingi dan mengarahkan juru kamera dalam pengambilan gambar saat di lokasi Benteng, baik pada saat pengambilan gambar establish dan pengambilan gambar saat wawancara agar sesuai dengan treatment dan outline video yang telah di buat. Setelah selesai tahap Produksi, Penulis ikut

30

serta dan terlibat dalam tahap Pasca Produksi yaitu ikut mendampingi Penyunting

Gambar (editing) melakukan tahap penyatuan gambar sesuai dengan alur dan treatment yang telah di buat oleh Penulis.

3.2.1. Pra Produksi

Pra Produksi adalah tahap penting dalam sebuah produksi televisi, yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan memudahkan proses produksi televisi (Andi Fachruddin, 2012:10).

Dalam hal ini ada banyak yng perlu disiapkan seperti membuat konsep.

Sebelum konsep terbentuk, penulis mencoba untuk membuat sebuah tema yang ingin di angkat. Setelah mendapatkan tema mengenai sejarah Benteng peninggalan inggris “FORT MARLBOROUGH” , penulis melakukan riset data dari internet mulai dari artikel yang ada di blog maupun website guna menambah informasi yang di perlukan.

Setelah melakukan riset melalui blog maupun website, yang kemudian data mengenai benteng Marlborough dirasa telah mencukupi. Penulis melanjutkan riset secara langsung ke lokasi yang di maksud di kota Bengkulu. Riset ke tempat langsung dilakukan cukup meskipun tidak rutin, agar penulis dapat melihat gambaran tata letak bangunan baik itu di dalam lingkungan benteng maupun di sekitar lingkungan benteng bagian luar, berbaur dengan pengurus benteng dan mencari informasi secara detail mengenai benteng Malborough tersebut. Penulis bersama crew lainnya membuat ide, gagasan konsep serta langkah- langkah apa saja yang harus dilakukan kedepannya sebelum melakukan produksi. Penulis dan

31

bersama cew lainnya juga melakukan briefing yang di pimpin oleh Produser untuk membahas dan mendalami konsep mengenai benteng FORT

MARLBOROUGH. Dengan demikian setelah ide, gagasan, dan konsep sudah tertuliskan, penulis membuat rancangan treatment berdasarkan TOR (term of reference) yang di buat oleh Penulis Naskah dan outline video untuk produksi progam dokumenter ini

3.2.2. Produksi

Pengertian produksi (production) adalah upaya mengubah naskah menjadi bentuk audio video (AVI), produksi berupa pelaksanaan perekaman gambar

(taping) atau siaran langsung (live) (Yusiatie utud 152:2015). Sutradara juga ikut andil dalam memberikan arahan kepada penata kamera untuk pengaturan angle pengambilan gambar dan juga megatur shoot kamera, agar sesuai dengan hasil yang diinginkan dan juga mempermudah penyunting gambar dalam melakukan proses editing. Karena sering kali, stock shoot hasil dari produksi menjadi kendala penyunting gambar karena hasil yang di dapat dari pengambilan gambar kurang memuaskan. Proses edting tidak selalu dapat merubah hasil gambar yang akan di sunting, oleh karena itu perlu di maksimalkannya produksi dalam hal pengambilan gambar. Dalam proses produksi Penulis ikut serta mendampingi juru kamera dalam pengambilan gambar agar sesuai dengan treatment dan outline video yang telah di buat sebelumnya oleh Penulis. Penulis dan juru kamera saling bersinergi pada saat pengambilan gambar wawancara, stok shoot establish tentang benteng dimana penulis selalu berkoordinasi agar pengambilan gambar sesuai dan tidak terlalu melenceng dari apa yang di sepakati. Penulis dan juru kamera juga senantiasa mempersiapkan cadangan peralatan pada saat produksi baik baterai,

32

lampu, lensa, dan filter lensa serta alat pendukung spserti reflector untuk menghindari hal-hal yang tidak inginkan pada saat produksi berlangsung.

3.2.3. Pasca Produksi

Proses penyelesaian akhir dari produksi.biasanya istilah ini di gunakan pada proses editing (Naratama. 2013:262).

Dalam hal ini penulis naskah, sutradara, dan penyunting gambar akan memulai diskusi untuk memaksimalkan rancangan atau susunan cerita yang dapat dilakukan sesuai rencana awal. Apabila ada kekeliruann dalam konsep awal pra roduksi, sutradara bisa menyelesaikannya dengan interupsi atau saran oleh penyunting gambar. a. Peran dan Tanggung Jawab

Menurut Naratama, 2013:28 ada beberapa pemahaman tentang peran dan tanggung jawab seorang Sutradara Televisi yang sangat kompleks.

Kajiannya adalah sebagai berikut :

1. Sutradara Sebagai Pemimpin

Jiwa kepemimpinan! itulah modal utama seorang sutradara. Tanpa

leadership, anda tidak akan pernah bisa menciptakan karya seni sesuai yang

anda inginkan.

2. Sutradara Sebagai Seniman

Sebagai kreator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir

tayangan visual, seorang sutradara di tuntut untuk menjadi seorang seniman

33

yang mempunyai cita rasa tinggi tenang niali kesenian dan kebudayaan. Di

sinilah, anda perlu mempunyai pemahaman atas estetika dasar terhadap karya

seni rupa sebagai kebutuhan utama, selain wawasan dan pengetahuan secara

umum. Kecintaan akan suatu budaya adalah faktor yang akan menyentuh

setiap sendi- sendi imajinasi seni visual, baik dalam bentuk dramatik maupun

non dramatik.

3. Sutradara Sebagai Pengamat Program Dan Pemasaran Televisi

Kalau sebelumnya anda sudah menjadi seorang seniman dengan

imajinasi tanpa batas, selanjutnya anda harus berperan menjadi seorang

pengamat pemasaran televisi yang justru harus membatasi diri. Di sinilah,

uniknya menjadi sutradara televisi. Anda tidak hanya dituntut untuk menjadi

pengamat yang mengerti kondisi dan kebutuhan stasiun televisi, sponsor, dan

penonton.

4. Sutradara Sebagai Penasihat Teknik

Seorang sutradara televisi harus siap menjalankan tugas sebagai Penasihat Teknik Produksi baik untuk produksi single maupun multi camera. Kemanapun teknik ini harus di dukung dengan pengetahuan dan wawasan broadcast yang memadai, mulai dari unsur video, unsur audio, unsur tata cahaya, hingga unsur peralatan editing untuk pasca produksi. (Naratama, 2013:46). Penulis memiliki peran untuk menerjemahkan sebuah naskah menjadi

gambaran visual yang dapat di produksi. Kemudian penulis juga membantu

produser mengarahkan crew produksi program agar berjalan dengan lancar.

Kemudian penulis juga berperan untuk memastikan crew menjalankan

produksi yang telah di buat sesuai dengam tratment. Penulis juga

bertanggung jawab mementukan sudut pengambilan gambar, mengarahkan

34

penata kamera serta langkah-langkah apa saja yang harus di lakukan pada

saat produksi. Dalam tahap pasca produksi penulis ikut mengambil sikap

dalam mengarahkan penyunting gambar untuk menyusun alur cerita yang

telah di rancang pada tahap pra produksi. Apabila ada kekurangan dalam segi

konsep maupun gambar, penulis akan mengambil sikap untuk berdiskusi

dengan penyunting gambar untuk menemukan solusi yang terbaik.

Kesimpulannya, secara keseluruhan penulis harus siap untuk menjadi

pemimpin yang bertanggung jawab secara musyawarah dengan tim produksi.

Kemudian penulis juga harus siap menjadi seorang seniman yang mempunyai

imajinasi yang luas, agar pembuatan konsep menjadi lebih maksimal dan

mempermudah tim dalam berkreatifitas. Setelah itu penulis harus dapat

melihat sebuah peluang kenutuhan pasar. Dalam arti, penulis harus

mengamati apa yang hrus di buat, agar karya tersebut dapat memenuhi

kebutuhan televisi, sponsor dan penonton. Setelah semuanya selesai dalam

proses pembuatan karya penulis harus mempersiapkan kemampum broadcast

secara luas. Karena seluruh rangkaian kgiatan pra produksi, produksi dan

pasca produksi menjadi peran dan tanggung jawab penulis sebagai penasihat

teknik dari segi aspek- aspek tersebut.

3.2.2. Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif

Pada saat menentukan sebuah ide atau tema untuk program dokumenter yang penulis buat, banyak pertimbangan dan perombakan berkali- kali untuk konsep dan judul program. Penulis beserta Produsermenetukan dan mengembangkan sebuah ide untuk membuat fomat program dokumenter yang

35

bertema sejarah yakni tentang sejarah peninggalan pemerintahan Inggris di

Indonesia khususnya di kota Bengkulu, dimana penulis dan produser beserta tim produksi lainnya menyepakati konsep tersebut. Dalam pembutan konsep ini penulis ingin memperkenalkan sejarah berdirinya benteng satu-satunya peninggalan Inggris di Indonesia yaitu Benteng Fort Marlborough karena masyarakat pada umumnya tidak sedikit yang mengetahui dan mengenal sejarah benteng tersebut yaitu benteng peninggalan Inggris di Indonesia. b. Konsep Produksi

Konsep yang dikerjakan di lokasi produksi berdasarkan treatment yang telah di buat dan di susun. Dimulai dari pengambilan gambar sampai dengan alur cerita yang nantinya akan di gabungkan dalam proses editing pada saat pasca produksi. Pengambilan gambar di lakukan di tiga belas (13) lokasi yaitu di

Museum Fatahillah untuk pengambilan gambar Voxpopm, Benteng Fort

Malborough, Benteng Fort York, Simpang Lima kota Bengkulu, plang selamat datang di kota Bengkulu sekitar Bandara Fatmawati, Tugu Pers Bengkulu, Rumah

Ibu Fatmawati, Rumah Pengasingan Bung Karno, Alun- alun kota Bengkulu, halaman kantor Gubernur Bengkulu, kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bengkulu, Kampung China, Pantai Panjang, Sungai Serut, dan jalan menuju

Benteng Fort Marlborough. Dalam konsep produksi ini, penulis akan menggunakan kamea single cam, Artinya pembuatan dokumenter ini menggunakan satu kamera, dan untuk memfokuskan narasumber pada saat wawancara tanpa canggung karena ada satu kamera yang merekam gambar.Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penulis akan mengarahkan juru kamera untuk menyiapkan memori lebih dari satu, baterai cadangan. Penulis pun

36

mengarahkan juru kamera menggunakan tripod untuk pengambilan gambar still, untuk pengambilan gambar movement menggunakan glidecam. Terakhir penulis mengarahkan juru kamera mempersiapkan kamera tambahan Dslr untuk pengambilan Timelapse video guna menambah variasi video untuk perpindahan gambar. c. Konsep Teknis

Dalam tahap pra produksi penulis dan produser melakukan pendekatan dengan narasumer mengenai proses wawancara nantinya dengan penggunan kamera dan lighting agar pada saat sesi wawancara, narasumber tidak merasa canggung. Penulis memberikan list pertanyaan kepada narasumber agar narasumber dapat memahami alur pertanyaan, serta narasumber menjawab pertanyaan agar natural sesuai fakta apa yang di ketahui mengenai Benteng

Malborough. Sutradara juga membuat treatment dan outline video dokumenter untuk keperluan shooting, agar pada saat teknis pelaksanaan produksi bisa berjalan dengan lancar dan terarah mengambil gambar apa saja. Setelah itu sutradara juga mengarahkan kepada juru kamera dalam hal kesesuaian treatment dan outline video dengan shoot list yang telah di buat oleh juru kamera. Setelah proses produksi selesai, sutradara, penulis naskah, dan juga penyunting gambar akan bekerja sama tentang hal penyusunan rangkaian cerita atau gambar dalam proses editing.

37

3.2.3. Kendala Produksi dan Solusi e. Kendala Pertama

Pada hari pertama setiba di bengkulu tepatnya di mana tempat menginap, setelah penulis tim hendak mapping area menuju benteng hujan lebat mengakibatkan di tundanya keberangkatan menuju benteng Malborough tersebut serta sulitnya transportasi umum.

Solusi kendala pertama, penulis dan tim menunda keberangkatan di hari pertama, dari tempat menginap untuk menuju benteng Marlborough dimulai kembali keesokan harinya. f. Kendala Kedua

Pada hari kedua terjadi miss komunikasi perizinan pengambilan gambar dan wawancara di area benteng, dikarenakan narasumber yang akan di wawancarai belum datang dan pihak pengelola benteng belum mendapatkan informasi terkait pengambilan gambar dan wawancara kepada narasumber di lingkungan benteng sebelumnya. Kami di haruskan mendapatkan ijin kembali dari

BPPP Jambi untuk bisa melakukan pngambilan gambar di area benteng.

Solusi kendala kedua, penulis dan Produser setra tim melakukan perizinan kepada dinas terkait agar bisa segera melakukan pengambilan gambar hari itu juga dengan mengirim email dan menghubungi via telepon ke Kepala BPPP Jambi.

Meskipun agak sulit di hubungi, penulis dan tim di bantu oleh pengelola benteng mencari solusi tercepat dengan menghubungi wakil pengurus yang bertanggung jawab perizinan di Benteng Marlborough yang ada di Bengkulu, dan akhirnya

38

kami pun di berikan izin untuk pemgambilan gambar dan wawancara samnil menunggu balasan jawaban dari Kepala BPPP Jambi. g. Kendala Ketiga

Pada saat pengambilan gambar wawancara filter ND pada kamera memberikan efek biru pada hasil gambar yang tidak semestinya, Lensa tidak tersdeteksi pada body kamera di karenakan body pada kamera menggunakan jenis

Sony sedangkan untuk Lensa jenis Canon sehingga menggunanakan adapter lensa yang sesuai, alat perekam suara Zoom (recorder) tidak berfungsi dengan baik.

Solusi kendala ketiga penulis beserta kameraman mencoba memperbaiki kondisi kamera agar berjalan kembali seperti seharusnya dengan melakukan setting ulang filter dan pengaturan pada kamera, selanjutnya penulis beserta kameraman melakukan setting ulang pemasangan antara body kamera, adapter lensa dan lensa agar berfungsi semestinya, kemudian penulis dan audioman melakukan pengecekan dan setting ulang Zoom (recorder) dan mengganti baterai batu agar berfungsi kembali.

3.2.4. Lembar Kerja Sutradara a. Konsep Sutradara

Pada pra produksi program dokumenter televisi ini, sutradara terlibat hampir di seluruh proses kreatif mulai dari penentuan tema, riset, hingga alur cerita menjadi konsep yang akan di tampilkan. Sutradara juga akan bekerjasama secara intensif dengan penulis naskah.

39

Dalam produksi, sutradara akan bekerjasama dengan juru kamera secara intensif dalam proses pengambilan gambar. Karena sutradara dan juru kamera, harus memiliki suatu pemikiran yang sama dengan tujuan yang telah di sepakati bersama dalam hal pengambilan gambar sesuai treatment yang telah di buat pada pasca produksi. Apabila ada perubahan dan perbedaan pendapat dari segi pengambilan gambar pada saat di lapangan harus di diskusikan dan di pilih opsi yang terbaik di dalamnya.

Terakhir, dalam pasca produksi sutradara akan bekerjasama dengan penyunting gambar secara inensif. Karena dalam hal ini, sutradara harus bisa memastikan alur yang sudah di rancang dari awal sampai akhir dapat terealisasikan. Apabila terjadi kendala dalam konsep awal yang menyebabkan semua tidak berjalan sesuai rencana, sutradara akan memberikan hak penyunting gambar dalam melakukan perubahan konsep dan penyusunan alur yang baik dari hasil diskusi.

40

b. Outline Video

Production : OASLA Films Produser : Affifah Istiqomah

Project Title : Fort Marlborough Sutradara : Ode Suhadi

Durasi : 20 Menit

Tabel III.5 Outline Video

NO VIDEO AUDIO

1 Establish suasana kota tua Musik ilustrasi “PlayBack”

2 Voxpop narasumber pengunjung kota tua Wawancaras seputar Bengkulu kepada pengunjung Kota Tua

3 Timelapse tugu simpang lima bengkulu Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual”

4 Plang keterangan “Selamat Datang Di Kota Pengisi suara & Musik Bengkulu” ilustrasi “Framelens Audiovisual”

5 Establish simpang lima bengkulu Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 6 Gambar menara alun-alun kota Bengkulu Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 7 Establish kantor Gubernur Bengkulu Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 8 Gapura kampung china Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 9 Establish Bunga Raflesia Arnoldi (courtesy Youtube) Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens

41

Audiovisual” 10 Timelapse Pantai Panjang Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 11 Establish Pantai Panjang Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 12 Plang rumah pengasingan Bung Karno Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 13 Establish sekitar dan isi rumah pengasingan Bung Pengisi suara & Musik Karno ilustrasi “Framelens Audiovisual” 14 Plang keterangan Rumah Ibu Fatmawati Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 15 Establish tampak depan Rumah Ibu Fatmawati Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 16 Plang FORT MARLBOROUGH Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 17 Establish pintu masuk jembatan menuju Benteng Pengisi suara & Musik Marlborough ilustrasi “Framelens Audiovisual” 18 Gambar maket Benteng Marlborough Pengisi suara & Musik ilustrasi “Framelens Audiovisual” 19 Establish halaman Benteng Marlborough dari atas Pengisi suara & Musik dan sekelilingnya ilustrasi “Framelens Audiovisual” 20 Wawancara dengan narasumber John Wellius Wawancara John Wellius tentang Benteng Fort Marlborough

21 Plang Benteng Fort York Wawancara John Wellius tentang Benteng Fort

42

Marlborough

22 Establish peninggalan puing-puing bangunan Wawancara John Wellius Benteng Fort York tentang Benteng Fort Marlborough

23 Wawancara dengan narasumber John Wellius Wawancara John Wellius tentang Benteng Fort Marlborough

24 Gambaran detail bagian–bagian Benteng Musik ilustrasi “Epic” Marlborough

25 Gambar bukti peresmian Benteng Marlborough oleh Musik ilustrasi “Epic” Menpedbud RI

26 Wawancara dengan narasumber Praktisi Sejarawan Wawancara Dita Putri Dita Putri Prameswari Prameswari tentang latar belakang tentang Benteng Fort Marlborough

27 Timelapse gambaran pengunjung Benteng Musik ilustrasi “PlayBack” Marlborough

28 Wawancara dengan narasumer John Wellius Wawancara John Wellius tentang Benteng Fort Marlborough

29 Establish detail bangunan- bangunan Benteng Wawancara John Wellius Marlborough beserta bagian- bagian ruangan tentang Benteng Fort terdalamnya Marlborough

30 Establish detail meriam–meriam yang ada di dalam Musik ilustrasi “Patteri Benteng Sainio”

31 Gambar diorama Bung Karno dengan Residen C.E. Wawancara John Wellius Maier tentang Benteng Fort

43

Malborough

32 Detail gambar tiga makam Residen Thomas Parr, Musik ilustrasi “The end of Charles Murray, Robert Hamilton The World”

33 Gambar plang keterangan meninggal Residen Musik ilustrasi “The end of Thomas Parr, Charles Murray, Robert Hamilton The World”

34 Wawancara dengan narasumber Praktisi Sejarawan Wawancara Dita Putri Dita Putri Prameswari Prameswari tentang latar belakang tentang Benteng Fort Malborough

35 Wawancara dengan narasumer John Wellius Wawancara John Wellius tentang Benteng Fort Malborough serta harapan kedepannya

36 Establish kawasan Pecinan Benteng Marlborough Musik ilustrasi “Framelens Bengkulu Audiovisual”

37 Establish bendera yang ada di bangunan Benteng Musik ilustrasi “Framelens Marlborough Audiovisual”

38 Establish bangunan gedung Upt Pemanfaatan Objek Musik ilustrasi “Framelens Wisata dan Aset Pemerintah kota Bengkulu Audiovisual”

39 Detail gamabar plang Upt Pemanfaatan Objek Musik ilustrasi “Framelens Wisata dan Aset Pemerintah kota Bengkulu Audiovisual”

40 Wawancara dengan narasumber ketua UPT Dinas Wawancara Almidianto Pariwisata Bengkulu Almidianto mengenai pemanfaatan Benteng Fort Malborough dari segi pariwisata dan sejarah dan harapan kedepannya

44

41 Gambar detail plang Fort Marlborough Musik ilustrasi “PlayBack”

42 Establish bangunan benteng Fort Marlborough Musik ilustrasi “PlayBack”

43 Timelapse suasana pengujnjung benteng Musik ilustrasi “PlayBack”

44 Timelapse sunset Pantai Panjang Musik ilustrasi “PlayBack”

45 Title Musik ilustrasi “PlayBack”

46 Copyright Musik ilustrasi “PlayBack”

45

c. Treatment

Production : OASLA Films Produser : Affifah Istiqomah

Project Title : Fort Marlborough Sutradara : Ode Suhadi

Durasi : 20 Menit

Tabel III.6 Teatment

NO SHOOT VISUAL DIRECTION AUDIO

SHOOT SIZE MOVE ANGLE

SEGMENT 1

1 1 LS MOVE ON LA Gambar gedung-gedung museum kota tua BS

2 2 MS MOVE ON EL Keadaan susana pengunjung museum BS

3 3 MS/ CU STILL EL Voxpop kepada para pengunjung sekitar VO

46

museum

SEGMENT 2

4 4 LS STILL/ EL Lanskap matahari terbit (sunrise) di kota BS bengkulu (Timelapse) simpang lima MOVE ON

5 5 CU STEADY EL Gambar Tugu pers bengkulu bunga Raflesia BS Arnoldi

6 6 MS MOVE ON EL Plang keterangan “Selamat Datang Di Kota BS Bengkulu”

7 7 Establish simpang lima bengkulu BS

8 8 Establish pantai panjang BS

9 9 LS MOVE ON EL Establish pengasingan Bung Karno BS

10 10 MS TILL DOWN EL Plang rumah pengasingan Bung Karno BS

11 11 LS MOVE ON EL Establish jalan raya di alun- alun kota bengkulu BS

47

(tugu)

13 13 LS STILL EL Establish jalan raya depan Benteng Malborough BS

14 14 STILL EL Establish plang FORT MALBOROUGH

SEGMENT 3

MS MOVE ON EL Pintu masuk Benteng Malborough (Jembatan BS/ VO depan)

CU TILL DOWN LA/ EL Plang Benteng “Fort Marlborough” BS/ VO

CU STILL HA Gambar maket benteng BS/ VO

LS MOVE ON EL Establish halaman dalam benteng BS/ VO

LS STILL EL Lorong bangunan benteng saat masuk BS/ VO (Jembatan)

LS TILL DOWN EL Plang EIC

LS MOVE ON EL Establish bangunan “Bastion” Timur dan Barat BS/ VO

48

daya

LS MOVE ON EL Establish bangunan “Revaline” BS/ VO

MS MOVE ON EL Jembatan yang ada di belakang Benteng BS/ VO

MS MOVE ON EL Depan Ruangan tahanan BS

Establish bangunan dalam tahanan

Depan barak Militer

Detail dalam barak Militer

MS MOVE ON EL Depan Ruangan Mesiu BS

MS MOVE ON HA Detail meriam (meriam –meriam yang ada di BS taman dan atas benteng)

Detail meriam dalam ruangan

SEGMEN 4

49

MCU STILL EL Wawancara penjelasan penjaga benteng oleh VO pak Dedi/ Jhoni Wellius

MCU STILL EL Wawancara penjelasan benteng oleh Sejarawan VO

CU MOVE ON EL Gambar benteng York Fort VO/BS

Gambar pada masa pembangunan benteng terkena penyakit Kolera dan Malaria

CU STILL EL Gambar Joseph Collet (Deputi Gubernur) VO/BS

CU TILL DOWN EL Gambar komponen struktur bangunan benteng VO/BS

CU MOVE ON EL Gambar peninggalan- peninggalan sejarah VO/BS Benteng Marlborough di dalam museum

CU STILL LA Gambar pahlawan perang Inggris John VO/BS Curchill, Duke of Marlborough

LS MOVE ON HA Gambar keterangan makam thomas parr

50

CU STILL EL Gambar keterangan makam thomas parr

CU MOVE ON HA Establish tiga makam yang berdampingan

LS TILL DOWN EL Detail tugu thomas parr

CU STILL EL Detail tugu thomas parr

LS STILL EL/ LA Establish halaman benteng Marlborough VO/BS

Establish barak prajurit benteng

Establish ruangan perkantoran EIC

LS MOVE ON HA Detail parit- parit antara benteng lama dengan VO/BS dinding benteng yang baru

CU STILL EL Gambar detail saat kependudukan belanda VO/BS 1825-1942

CU MOVE ON EL Gambar detail saat pemindahan kependudukan VO/BS belanda kepada Jepang 1942- 1945

51

MCU MOVE ON LA Detail bangunan dalam benteng (foto/ gambar VO/BS dan lorong)

CU MOVE ON EL Detail gambar bukti saat benteng Marlborough VO/BS setelah kemerdekaan

LS STILL EL Patung diorama Bung Karno VO/BS

CU STILL EL Gambar peresmian benteng oleh Menteri VO/BS Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

LS STILL EL Timelapse halaman Benteng Marlborough BS

LS MOVE ON EL Establish gedung Dinas Pariwisata Kota BS Bengkulu

MCU TILL DOWN LA/ EL Plang Dinas Pariwisata Kota Bengkulu BS

MCU STILL EL Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota VO Bengkulu oleh pak Alimidianto

LS MOVE ON EL Establish jalan raya depan benteng (ramai) VO/BS

52

LS STILL EL Establish depan benteng pintu masuk (lalu VO/BS lalang pengunjung)

LS MOVE ON EL/ LA Establish aktifitas pengunjung di dalam VO/BS benteng

LS MOVE ON HA Establish dari benteng menghadap ke pantai VO/BS

CU STILL EL Detail plang “FORT MARLBOROUGH” VO/BS

53

3.3. Proses Kerja Penulis Naskah

Dalam pembuatan karya tugas akhir program documenter televisi yang berjudul “Fort Marlborough”, seorang penulis skrip adalah orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya, karena penulis naskah documenter menulis dari hasil riset dan naskah bahan referensi bagi semua orang yang terlibat dalam produksi. Namun, dalam menulis skrip, ide merupakan hal utama yang diperlukan oleh seorang penulis naskah. ide merupakan jantung sebuah karya seni, konsep strutkur, dan batasan dari isi keseluruhan cerita (Ayawaila, 2008:65).

Dari ide tersebut, penulis naskah akan melakukan tugasnya dengan baik karena dengan skrip kita dapat mengkomunikasikan ide cerita ke seluruh anggota crew. Fungsi script antara lain : memudahkan orang yang membaca isi dari ide cerita agar lebih dipahami oleh para crew, dapat dijadikan gambaran ide kepada sutradara dan kameramen tentang peristiwa ataupun masalah teknis dalam kerja kamera nantinya, dapat mengetahui siapa saja yang akan kita wawancarai sebagai narasumber, dan juga menjadi dasar untuk mengetahui lokasi mana saja yang diperlukan dan yang dibutuhkan serta riset apa saja yang diperlukan pada saat produksi .

Setelah penentuan ide tersebut penulis naskah dan team akan siap untuk melakukan riset bersama untuk menggali informasi lebih lanjut, yang hasilnya nanti dapat dijadikan TOR (Term Of Reference) untuk sutradara dan cameramen sebagai acuan untuk menentukan angle pada saat pengambilan gambar. Maka dari itu sangat penting bagi penulis naskah untuk menentukan ide dasar terlebih dahulu sebelum melakukan riset mendalam untuk pengembangan ide.

54

3.3.1. PraProduksi

Pra produksi merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan produksi pada tahap ini penulis dan crew melakukan riset ke tempat yang akan menjadi lokasi produksi. Penulis mencari data data informasi tentang Benteng Marlborough beserta lokasi lain yang bersangkutan dengan benteng tersebut. Riset sendiri berarti mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan (Ayawaila, 2008 : 55). Penulis memulai riset dengan melakukan analisis visi visual (gambaran untuk pengembangan ide). Pada tahap pra produksi penulis mulai membangun gagasan dengan cara menonton film documenter televisi sebagai acuan. Riset yang harus diperhatikan dalam penelitian proses produksi adalah riset data, riset audio/visual, riset subjek, dan riset lokasi tempat kejadian. Hasil riset akan menjadi titik temu pembentukan kerangka global mengenai arah dan tujuan penuturan, serta subjek subjek yang akan menjadi tokoh (caracter) dalam film dokumenter.

Riset akan menghasilkan TOR (Term Of Reference) yang akan ditulis dengan susunan yang rapih sebagai acuan sutradara dan cameramen untuk penentuan angle.

3.3.2. Produksi

Tahap produksi merupakan tahap dimana penulis dan crew melaksanakan kegiatan pengambilan gambar film documenter. Dalam melakukan produksi film dokumenter, wawancara merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan suatu informasi yang detail dan mungkin belum banyak orang tau.

Seperti yang di tulis oleh (Ayawaila, 2008 : 110) ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan wawancara, yaitu :

55

a) Harus tahu terlebih dahulu yang menjadi objeknya.

b) Harus tahu yang akan diangkat atau diungkap dalam wawancara.

c) Harus tahu cara mengarahkan wawancara agar yang ingin diungkap dapat

terpenuhi.

Setelah melakukan koordinasi terhadap narasumber, selanjutnya menentukan lokasi wawancara dan memperhatikan situasi atau suasana disekitar agar tidak mengganggu berlangsungnya perekaman gambar. Selanjutnya, kameramen memperhitungkan posisi kamera sesuai estetika komposisi dan posisi subjek yang di wawancarai. Situasi wawancara adalah : posisi diam atau posisi bergerak, posisi duduk atau berdiri. Umumnya juru kamera dokumenter sudah terbiasa dengan situasi demikian. Bila kondisi wawancara dalam keadaan bergerak, yang menjadi kesulitan adalah mengatur titik ketajaman lensa (focus), selain itu juru kamera akan sulit mengatur komposisi frame sambil mengikuti gerak subjek. Apapun posisi yang dipilih, sebelumnya harus diperhitungkan atau dipikirkan sejauh mana kita akan menarik public untuk tertuju perhatiannya saat melihat film tersebut.

3.3.3. Pasca Produksi

Pasca produksi merupakan tahap akhir dalam suatu produksi film. Pada tahap ini penulis naskah akan membuat outline naskah dan juga transkip wawancara. Transkip wawancara diperlukan karena film akan lebih hidup jika mampu menempatkan statement secara baik.

Transkip wawancara adalah menulis seluruh hasil pembicaraan dalam wawancara yang dilakukan dengan tokoh utama dan wawancara orang lainnya

56

(Fachruddin, 2014:371). Pada saat pasca produksi penulis mengerjakan pengetikan ulang semua hasil transkip wawancara pada saat produksi. Selain itu, penulis membuat naskah editing atau outline naskah yang berfungsi sebagai panduan penyuting gambar dalam memilih gambar pada hitungan yang sangat detail untuk menjadi sebuah alur cerita yang menarik.

3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab

Penulis naskah mempunyai peran dan tanggung jawab yang cukup besar dalam produksi karya tugas akhir program dokumenter. Walaupun ditahap produksi dan pasca produksi penulis naskah juga sangat penting peran dan tanggung jawabnya. Peran penulis dalam pembuatan karya tugas akhir ini antara lain adalah mencari data-data atau informasi tentang narasumber, melakukan pendekatan kepada narasumber guna mendapatkan feel pada program dokumenter sekaligus sebagai reporter dalam proses wawancara, dan juga membuat TOR

(Term Of Reference) sebagai bahan referensi konsep cerita.

Pada tahap produksi penulis naskah merangkap menjadi reporter untuk melakukan wawancara terhadap narasumber. Seorang pewawancara harus mengerti apa yang ingin diungkap dalam wawancara untuk dijadikan sebagai laporan saat produksi. Proses wawancara dilakukan dengan cara mencoba mengajak narasumber bercerita ketika menjawab pertanyaan yang penulis ajukan.

Penulis juga melakukan pendekatan terhadap narasumber supaya proses wawancara tidak kaku dan berjalan seperti apa yang diharapkan oleh penulis.

Melalui pendekatan yang baik akan mempengaruhi subjek atau narasumber

57

memberikan kepercayaan penuh nantinya pada saat pengambilan gambar atau bahkan lebih rinci mengenai wajah dan suara.

3.3.5. Proses penciptaan karya a. Konsep Kreatif

Penulis membuat konsep cerita sesuai TOR (Term Of Reference), dimana dalam TOR ini ditulis sesuai penuturan dari narasumber yang beberapa kali penulis temui. Konsep ini menampilkan mengenai detail sejarah Benteng

Marlborough yang masih belum banyak orang tahu keberadaannya dan juga sejarahnya, dengan tujuan memperkenalkan kepada masyarakat umum bahwa

Benteng Marlborough ini merupakan satu satunya benteng peninggalan inggris di

Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Konsep yang digunakan oleh penulis akan menggali lebih dalam informasi dan data data dari narasumber mengenai kebenaran detail sejarah dari benteng malborough tersebut.

Program documenter televisi yang berjudul “Fort Marlborough”, akan memberikan gambaran tentang detail sejarah benteng tersebut begitu juga fungsinya dari awal dibangun hingga saat ini. b. Konsep Produksi

Sebelum turun kelapangan untuk melakukan produksi program dokumenter, penulis dan tim melakukan riset terlebih dahulu. Riset bertujuan untuk mengembangkan ide dasar cerita.

Film documenter televisi ini berdurasi 20 menit. Hal yang perlu dipersiapkan pada saat produksi juga mencakup TOR (Term Of Reference), TOR akan dibagikan kepada seluruh crew sebagai acuan proses pengambilan gambar.

58

Pada tahap produksi penulis naskah merangkap menjadi reporter untuk mengajukan pertanyaan yang telah terkonsep menjadi suatu poin poin penting.

Namun, dalam melakukan wawancara penulis naskah tidak hanya terpacu pada poin poin yang telah dibuat, penulis naskah mencoba mengembangkan poin poin pertanyaan. Penulis juga berusaha membuat narasumber menjawab pertanyaan dengan cerita. Selain itu, penulis naskah juga bertugas merekap kembali hasil wawancara kedalam transkip wawancara. c. Konsep Teknis

Dalam hal teknis wawancara, langkah awal yang penulis lakukan adalah berdiskusi dengan sutradara terutama mencakup komposisi gambar saat melakukan wawancara, seperti menentukan lokasi wawancara serta posisi pada saat wawancara.

3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya a. Kendala pertama

Pada saat melakukan riset sulit untuk meminta surat ijin pengambilan gambar dilokasi meskipun sudah mengajukan surat dari kampus, prosesnya terlalu lama dan jarak antara lokasi perijinan satu dengan lainnya jauh. Solusinya, melakukan pendekatan agar semakin akrab dengan petugas dan bertanya agar diberi saran, yang akhirnya surat ijin pengambilan gambar diperoleh dalam waktu

3 minggu b. Kendala kedua

Sulit menemukan lokasi Benteng York yaitu benteng utama yang berhubungan dengan detail sejarah Benteng Marlborough yang lokasinya berada

59

di dalam hutan di pinggiran sungai dan harus pagi karena jika siang sungai tersebut pasang. Lokasi sulit ditemukan karena hanya tinggal puing puing saja dan letaknya didalam hutan. Solusinya, bertanya kepada warga sekitar, dan akhirnya crew mendapat satu dokumentasi puing puing Benteng York yang masing jelas. c. Kendala ke tiga

Susahnya mencari sejarahwan di jakarta, dikarenakan kurangnya informasi mengenai sosok sejarahwan. Solusinya, berusaha terus mencari info mengenai sejarahwan.

3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah a. Konsep Penulisan Naskah

Proses awal penulisan naskah ini dimulai dari penentuan ide dasar film documenter yang akan di produksi sebagai tugas akhir. Setelah menemukan beberapa ide, team sepakat untuk memilih Benteng marlbrough sebagai lokasi produksi tugas akhir, yang akhirnya penulis beri judul “Fort Marlborough”.

Setelah itu, team melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing yang akhirnya ide di setujui. Dalam produksi film documenter sejarah ini, penulis akan menyampaikan detail sejarah Benteng Marlborough serta beberapa fakta yang belum banyak masyarakat tahu.

Alasan utama team sepakat memilih documenter sejarah berjudul “Fort

Marlborough” ini adalah untuk memperkenalkan Benteng tersebut kepada masyarakat luas, bahwa Benteng Marlborugh merupakan satu satunya benteng peninggalan Inggris di Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

60

Setelah disetujui oleh dosen pembimbing bedasarkan ide, penulis dan crew melakukan riset mendalam untuk mencari data data lebih lengkap dan rinci tentang Benteng Marlborough untuk pengembangan ide. Dari hasil riset tersebut terbentuklah TOR (Term Of Reference) yang dijadikan sutradara beserta crew untuk kemudian dijadikan treatment oleh sutradara sebagai acuan pengambilan gambar ketika produksi.

b. TOR (Term Of reference)

Bengkulu merupakan ibu kota Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatera, setelah Kota

Padang. Kota Bengkulu identic dengan bunga raflesia arnoldi yang menjadi icon salah satu kota tersebut. Berada dikawasan dengan jajaran pantai yang indah seperti pantai panjang salah satu pantai yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke kota tersebut menjadikan kota Bengkulu sebagai kota wisata. Selain jajaran pantainya yang indah kota ini juga memiliki sejarah yang sangat menarik untuk diketahui dan dikenang salah satunya kota Bengkulu pernah menjadi saksi tempat pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan menjadi kota kelahiran salah satu istrinya, Fatmawati. Terdapat pula tempat wisata bersejarah yaitu benteng

Malborough sebagai salah satu benteng peninggalan Inggris terkokoh di

Indonesia. Mengingat lokasi kota Bengkulu merupakan kota wisata dengan jajaran tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, khususnya benteng malborough, namun banyak masyarakat luar Bengkulu yang tidak tau menau sejarah detail berdirinya benteng marlborough dan juga banyak warga setempat yang kurang

61

paham bahwasannya benteng tersebut adalah benteng satu satunya peninggalan

Inggris di Indonesia.

Pada faktanya, sejarah benteng marlborough dimulai dari salah seorang wakil dan east india company, suatu perusahaan dagang inggris di Hindia yang bernama Ralph Ord yang pada tanggal 12 Juli 1685 berhasil menguasai Bengkulu, dengan membuat suatu perjanjian padamasyarakat setempat agar mereka menyediakan lada bagi perusahaan tersebut mengingat pada saat itu dunia, khususnya bangsa eropa sangat membutuhkan rempah rempah dan ini membawa

Negara Negara kuat dari eropa berlayar ke Hindia suatu jajaran kepulauan yang kini dikenal sebagai Indonesia, lalu kemudian sebagai imbalan pihak inggris akan membantu melindungi daerah dari usaha jajahan Belanda di Bengkulu. Bengkulu dianggap daerah yang strategis untuk mengawasi rute perdagangan melalui selat sunda.Kedudukan strategis ini tidak pernah mendapat perhatian mengingat kebanyakan pelayaran bangsa Eropa memilih rute melalui selat malaka, yang merupakan rute langsung pelayaran dari India ke China sebagai rute pelayaran utama pada waktu itu.kemudian Bengkulu pun menjadi pusat operasi perusahaan inggris di sumatera. Sejumlah pos perdagangan yang lebih kecil dibentuk, selain untuk berdagang juga untuk mengawasi daerah pendudukan Inggris di

Bengkulu.Wilayah ini membentang dari pesisir barat sumatera mulai dari tapanuli, natal dan muko-muko sampai manna dan krui selatan yang kini berada di dekat lampung barat.

Maka dari itu, pada tahun 1686 dibangunlah kawasan perbentengan pada sebidang tanah yang berada diantara laut dan sungai Bencoolen (kini namanya telah berganti menjadi sungai serut) dan dinamakan York Fort, dengan diperkuat 2

62

kompi tentara infatri dan pekerja yang direkrut dari London, Inggris, tanpa melibatkan rakyat Indonesia. Dengan tujuan sebagai tempat perdagangan rempah rempah hindia – eropa dan juga sebagai benteng pertahanan.Namun kelemahan benteng ini adalah letaknya yang berada dekat dengan sungai serta rawa rawa mangrove sehingga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, salah satunya penyakit demam berdarah, kolera, dan penyakit lainnya yang menyebabkan banyak prajurit meninggal. Semenjak itu benteng york mulai terbengkalai karena tidak adanya tenaga ahli untuk memperbaiki benteng tersebut. Namun pada tahun

1712 Joseph Collet ditunjuk sebagai Deputi Gubernur, kemudian ia meminta izin untuk membongkar perbentengan baru diatas karang yang lokasinya berjarak 2 mil dari York fort. Perbentengan baru ini cukup luas untuk menyediakan berbagai sarana akomodasi dan fasilitas bagi para pegawai yang bertugas di benteng.

Lalu terbentuklah benteng yang ia (Joseph Collet) beri nama

“Marlborough”, nama marlborough sendiri berasal dari salah satu pahlawan perang inggris di eropa yaitu John Curchill, Duke Of Marlborough pertama sebagai bentuk penghormatan. Benteng Marlborough berada di tanah seluas

44.000 meter2; Ukuran fisiknya sekitar 240 x 170 m. Ketinggian dinding bervariasi dari 8 sampai 8.50 meter, dengan ketebalan 1.85 sampai 3 meter.Pembangunan benteng marlborough ini berlangsung selama 4 tahun yaitu pada tahun 1714-1718.Perbentengan merupakan kawasan bangunan berbentuk segi empat dengan atap dibentuk sedemikian rupa untuk mendukung artileri dalam mempertahankan benteng. Jika Dilihat dari atas, Benteng Marlborough terlihat seperti kura-kura, Benteng ini memiliki berbgagai ruangan beserta fungsinya masing masing diantaranya adalah.kepala kura-kura adalah pintu utama, badannya

63

adalah benteng itu sendiri. Bentuk ini merupakan tipikal benteng dari Eropa.

Masing masing ruangan dalam benteng Marlborough memiliki fungsi dan nama tersendiri diantaranya adalah Bastion yaitu sebuah bangunan menjorok yang terletak di setiap sudut sudut gedung. Fungsi dari bangunan ini adalah untuk menyerang musuh dengan tidak menampakkan dirinya, Revaline yaitu Sebuah

Bangunan diatas parit yang mempunyai tiga sudut.Bangunan terhubung dengan sebuah benteng melalui sebuah jembatan, Ruang tahanan yaitu salah satu ruang yang paling menyeramkan dari Benteng Marlborough Bengkulu ini. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat menampung para tahanan pada masa penjajahan, Ruang

Persenjataan tempat yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan persenjataan oleh pemerintahan Inggris, yang termasuk didalamnya adalah meriam, Ruang Meriam tempat ini sebenarnya merupakan suatu tempat menyerupai lapangan yang diguakan untuk meletakkan senjata peninggalan inggris yang pada masanya digunakan untuk peperangan. Terdapat 4 meriam yang diletakkan di tempat terpisah, yaitu dua meriam diletakkan disebelah utara dan dua lainnya diletakkan disebelah timur. Di dalam Benteng Marlborough terdapat sebuah terowongan dengan lebar 2 meter dan panjang kurang lebih 6 meter.

Tidak lama setelah pembangunan tersebut, deputi gubernur beserta rombongannya meninggalkan benteng ini disusul terjadinya pertentangan yang cukup besar anatar pihak Inggris dengan penguasa setempat. Pihak Inggris menduga benteng ini akan diserang. Kemudian pada tahun 1723 East India

Company menunjuk seorang Deputi Gubernur dan staf baru untuk menduduki benteng ini.Kembalinya para pedagang ini disertai oleh 2 kompi tentara infatri dan detasemen artileri.Selama 35 tahun berikutnya berbagai perbaikan dilaksanakan,

64

namun beberapa kali terjadi kemunduran akibat pengawasan dan pengaturan yang tidak efektif oleh beberapa deputi gubernur yang berkuasa. Masalah utama yang dihadapi oleh pasukan Inggris dibengkulu pada masa tersebut adalah jarak yang terlalu jauh dengan pimpinan yang berpusat di London. Permintaan perlengkapan mesin dan lain lain harus melalui pimpinan di London. Pengiriman permohonan dilakukan dengan kapal pertama yang berlayar ke London membutuhkan waktu sampai 8 bulan, maka dari itu persediaan beberapa perlengkapan penting dibenteng ini sering berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.Beberapa perlengkapan utama seperti mesiu dibeli dari kapal kapal dagang yang singgah di

Bengkulu.Pada tahun 1759 benteng ini dilengkapi dengan parit kecilyang masih dapat dilihat hingga saat ini. Parit ini dalamnya sekitar 6 kaki (1,8 m) dan lebar 12 kaki (-3,6 m). tanah galian ini diletakkan antara dinding benteng yang lama dengan dinding benteng yang barusebelah luarnya yang khusus dibangun dengan tujuan untuk meredam serangan proyektil meriam.

Namun tidak lama setelah pembangunan berlangsung sekitar tahun 1760, suatu skuadron laut perancis dibawah pimpinan Comte Charles Henri d‟Estaining mendarat di Bengkulu. Kurangnya amunisi dan perbekalan hanya memberikan satu pilihan terbaik bagi pihak Inggris yaitu menyerah. Kota dan benteng diserahkan kepada perancis tanpa pertumpahan darah.Selama 3 tahun terhitung dari tahun 1760-1763 perancis menempati benteng marlborough.Perancis memanfaatkan benteng ini untuk memenjarakan pasukan inggris. Namun, dalam 8 bulan berikutnya banyak pasukan perancis yang meninggal karena berbagai penyakit sehingga akhirnya komandan perancis menyerahkan kembali kepada pasukan Inggris yang sudah jauh berkurang kekuatannya akibat berbagai penyakit

65

yang jugaikut melanda mereka.Maka dari itu Inggris menempati benteng tersebut dalam kurun waktu 140 tahun. Terhitung dari tahun 1685 hingga 1825.

Hingga pada akhirnya Belanda masuk dan mengambil alih pemerintahan benteng terhitung pada tahun 1825 sampai 1942 atau selama kurang lebih 117 tahun hingga perang dunia ke 2. Keberadaan belanda di wilayah Bengkulu atas dasar Traktat London yang berisi barter antara Inggris dan Belanda. Belanda menyerahkan perdagangannya diwilayah Singapore untuk ditukarkan dengan wilayah Bengkulu dengan tujuan mengatasi konflik yang bermunculan akibat pemberlakuan Britania – Belanda 1814.Selama Belanda menempati benteng initidak ada sedikitpun bagian dari benteng yang dirubah kecuali pada pertengahan abad 19 ketika dilakukan pemasangan meriam pada keempat benteng tersebut.

Hingga tahun 1842 Belanda menyerahkan benteng Marlborough kepada

Jepang dan diduduki jepang selama kurang lebih 3 tahun hingga tahun 1945, tahun dimana jepang menyerah terhadap sekutu. Dan Indonesia telah mulai merdeka dan bebas dari jajahan bangsa luar.

Setelah kemerdekaan Indonesia, kemudian benteng ini di manfaatkan oleh tentara Indonesia dan Polisi sampai kemudian pada tahun 1970 benteng ini dikosongkan. Keadaan benteng tidak berubah sampai saat ini, hanya sedikit pemugaran pada akkhir tahun 1980-an.

Sejarah panjang telah menghantarkan Benteng Marlborough sebagai satu satunya benteng kokoh peninggalan Inggris di Indonesia yang tidak banyak orang tau keberadaan maupun sejarah panjangnya.Hingga pada tanggal 24 April tahun

1984, benteng Marlborough diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

66

Rakyat Indonesia sebagai salah satu objek wisata bersejarah di Kota

Bengkulu.Kemegahan serta lokasinya yang jika kita lihat dari bagian atas berhadapan langsung dengan laut lepas terlihat elok ketika dipandang.Kini benteng tersebut masih berdiri dengan kokoh menyimpan sejuta kisah yang tak banyak orang tau, namun menarik untuk diketahui.

67

c. TRANSKIP VOICE OFER Production : OASLA FILM‟S Produser : Affifah Istiqomah Project Title : Fort Marlborough Sutradara : Ode Suhadi Durasi : 20 Menit penulis naskah: Lenny Risnasiwi Pengisi Suara : Alex Engas

Tabel III. 7 Transkip Voice Ofer, Transkip Wawancara No Time Logging statement Keterangan 1. 01 : 30 – 03 : 02 Bengkulu merupakan ibu kota provinsi bengkulu, indonesia. Kota ini merupakan OK kota terbesar kedua di pantai barat pulau sumatera, setelah kota padang. Kota bengkulu identic dengan bunga raflesia arnoldi yang menjadi salah satu ikon kota tersebut. Berada dikawasan dengan jajaran pantai yang indah seperti pantai panjang salah satu pantai yang wajib dikunjungi karena menjadikan bengkulu sebagai kota wisata. Selain jajaran pantainya yang indah kota ini juga memiliki sejarah yang sangat menarik untuk diketahui dan dikenang salah satunya kota bengkulu pernah menjadi saksi tempat pengasingan bung karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan hindia belanda dan juga menjadi kota kelahiran salah satu istrinya, yaitu ibu fatmawati. Terdapat pula tempat wisata bersejarah yaitu benteng malborough, sebagai salah satu benteng peninggalan inggris terkokoh di indonesia. Namun, banyak masyarakat luar Bengkulu yang tidak tahu menahu sejarah detail berdirinya benteng marlborough adalah benteng salah satu peninggalan inggris di Indonesia.

68

TRANSKIP WAWANCARA VOX POP Narasumber : Wibi Rismawan (Wiraswasta)

1. 00 : 30 – 00 : 33 Kota tua OK 2. 00 : 52 – 00 : 54 Tau OK 3. 01 : 03 – 01 : 06 Pantai panjang kalo nggak salah sama bunga raflesia ya OK

Narasumber : Putri anggraini & Desi Ayu (Mahasiswa) 1. 00 : 30 – 00 : 43 Wisata kota tua, Cuma waktu iu dijogja ke keraton Jogjakarta. OK 2. 01 : 05 : 01 : 08 Tau OK 2. 01 : 10 – 01 : 013 bunga raflesia OK 3. 01 : 17 – 01 : 19 Nggak tau OK 4. 01 : 20 – 01 : 24 Wah kalo itu nggak tau OK

Narasumber : Raina Wiranti (Wiraswasta) 1. 00 : 40 – 00 : 46 Ada kota tua, monas, museum fatahillah, banyak sih kalo di Jakarta. OK 2. 00 : 55 – 00 : 60 Salah satu provinsi di sumatera ya? Tau. OK 3. 01 : 14 – 01 : 19 Bunga raflesia sama pantai panjang yang saya denger denger. OK

69

4. 01 : 22 – 01 : 26 Waduh, saya belum pernah kesana jadi kurang begitu tau. Tapi kalo daerah jogja OK mungkin saya tau.

TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : John Wellius (Pengurus Benteng Marlborough) 1. 00:01 – 08: 10 Yah sejarah benteng marlborough itu berawal dari pertama kedatangan bangsa OK inggris di Bengkulu tahun 1685. Karna sewaktu itu mereka menemui kegagalan di beberapa Negara yang mereka temui, pertama di aceh suatu mereka berlayar ke aceh tahun 1600, itu mereka di tolak sama masyarakat aceh akhirnya mereka pulang ke tempat tinggal nya kembali ke London, dan melapor. Tapi mereka tidak mau usahanya sia sia, maka dari itu mereka kembali lagi menuju pantai barat . Nah saat sampai di pulau sumatera, mereka menuju ke parang pariyaman. Setelah masuk ke pariyaman, mereka diterima dan terjadilah perjanjian yaitu mereka membuat suatu perusahaan bernama pariyaman company. Pada waktu itu ada beberapa orang yang tinggal disana, saat team ke dua kembali ternyata banyak orang yang meninggal disana. Pada akhirnya dengan kecewa mereka meninggalkan pariyaman menuju terus menyusuri pantai barat sumatera dan akhirnya sampailah mereka ke Bengkulu tanggal 24 juni 1685. Nah setelah melakukan kerja sama perdanganan terhadap kerajaan selebar Bengkulu akhirnya mereka diarahkan ke sungai lemau, dari sungai lemau itulah mereka menentukan titik pembangunan gudang ataupun kantor komisi dagang mereka. Akhirnya ditempatkanlah diwilayah sungai serut. Nah di sungai serut itu akhirnya mereka membangun benteng itu. Namun sepertinya benteng itu kurang tepat juga bagi mereka karena terletak diantara muara laut dan juga dikelilingi oleh rawa rawa. Akhirnya setelah lama benteng York, benteng pertama yang mereka bangun itu

70

menimbulkan banyak kendala. Yang pertama dari segi material, dan tenaga tenaga untuk membangun benteng , dan juga sampai karna kondisi alam yang tidak sehat, banyak yang ditemukan jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Akhirnya pada tahun 1712 pihak esc india company mengutus seorang gubernur jendral joseph collet, setelah josep collet sampai ke Bengkulu, dia melihat keadaan dilapangan dan miris melihat keadaan pada pekerja dan karyawan dari pihak inggris yang banyak yang meninggal dan juga melihat kondisi benteng York yang belum sempurna pembangunannya dan juga banyak kerusakan. Akhirnya joseph collet membuat surat untuk London, melaporkan keadaan sebenarnya di benteng York. Ditahun 1714, diijinkanlah pemindahan benteng tersebut, tepatnya diwilayah karang yang memang pada waktu itu wilayah hamparan karang besar di sebuah bukit yang bernama bukit tambak padre, nah akhirnya ditempat kanlah benteng tersebut yang tentunya di bangun diatas karang. Setelah benteng itu dibangun mereka bingung untuk membuat sebuah nama benteng yang baru mereka bangun, kalau yang pertama ini bernama benteng York bedasarkan nama seorang pemimpin bangsa inggris bernama king York yang ke dua ini hanya mereka bersepakat dan berkonsultasi kepada pihak London, akhirnya disebutlah suatu nama yang diambil dari seorang pahlawan nasional inggris dan juga seorang pang lima perang di inggris yang berjasa namanya john curcil,dia mendapatkan gelar Duke Of Marlborough, maka dari itu disepakatilah nama dari john churcil tersebut sebagai nama dari benteng kedua ini.

08 : 13 – 10 : 44 Sedangkan dari bentuk ataupun fungsi fungsi dari benteng itu sendiri dari titik OK awal yang dari kepala benteng marlborough itu namanya reveline, jadi reveline ini berfungsi sebagai pusat pertahanan, nah reveline ini langsung menghubungkan bangunan induk yang terdiri dari 4 bastion. Bastion tersebut juga fungsinya sama

71

dengan reveline, hanya yang membedakan bastion dan reveline ini adalah bastion langsung mengikat ke bangunan inti, sedangkan reveline pusat pertahanan yang tidak mengikat tapi terhubung ke bangunan inti. Nah kalau kita masuk lagi ke dalam benteng dari sisi sudut barat daya itu nanti kita akan bisa ketemu fungsi awalnya dibangun untuk tempat istirahat barak para pegawai esc india company dan juga langsung terhubung ke bastion baratnya kemudian sampai ke sudut tersedia tempat penjagaan dan juga penjara bawah tanah. Sedangkan kalau kita menuju ke sisi selatan, kita bisa melihat pintu atau ruangan yang cukup luas salah satunya pos penjagaan utama sekaligus dilengkapi oleh dua bangunan sel militer. Arah selatan bisa ditemui beberapa ruangan yang dulunya berfungsi untuk tempat penyimpanan perbekalan. Bangunan lainnya yaitu dari sisi selatan dan timur terdapat barak prajurit, jadi semua barak prajurit inggris dan juga para pegawai pegawai esc india company yang punya golongan yang lebih tinggi dulunya berbaur disana, karna benteng ini selain sebagai pusat pos perdagangan atau perniagaan di fungsikan juga sebagai pusat perkampungan mereka, tempat tinggal, dan juga sebagai pusat pertahanan. Jadi banyak fungsi. Kemudian dari sisi timur dan utara terdapat pusat perkantoran mereka. Bastion sebelah utara dulunya berfungsi sebagai penyimpanan bubuk mesium. 10 : 44 – 11 : 00 Sekarang ini kita punya luas keseluruhan sampai ke area lingkungan itu 3,1 hektar OK sedangkan bangunan itu sendiri kurang lebih sekitar 2 hektar. 11 : 14 - 20 Pada saat kekuasaan belanda, peristiwa penting terjadi. Salah satunya ditahun OK 1940, bung karno seorang tokoh nasional Indonesia pernah dipanggil pihak belanda ke benteng marlborough. Tujuan pihak belanda memanggil bung karno pada waktu itu, karena telah terjadi kejadian yang luar biasa di negeri belanda, tujuan bung karno dipanggil adalah untuk persetujuan pembuatan monument belanda. Bung karno pun tetap melakukan keinginan belanda tapi dengan cara

72

membuat bingung mister mayer yaitu menumpukkan 3 buah batu menjadi seperti monumen dan akhirnya belanda pun bingung. Akibat kejadian tersebut masyarakat Bengkulu mulai berbondong bondong ke bneteng seperti demo untuk menjeput bung karno dan kemudian belanda pun mengembalikan bung karno ke kediamannya di Bengkulu. Kemudian pada tanggal 23 desember 1807 di kediaman Thomas par terjadilah pengepungan di kediaman Thomas par dan pada malam itu juga orang orang yang berkeinginan untuk membunuh Thomas par berhasil pada malam itu, akhirnya Thomas par berhasil dibunuh. Melihat kejadian tersebut seorang ajudan ingin melindungi namun berimbas terkena senjata tajam, sedangkan anak dan kistri beliau tidak di apa apakan karena orang orang beranggapan anak dan istri tidak bersalah karena kebijakan kebijakan Thomas par. 15 : 38 – 17 : 00 Masalah tentang kampung cina ataupun kampung pecinan itu memang ada kaitan OK dengan benteng marlborough, karena sebelum ada kampung pecinan orang orang inggris disini dulu memang kualahan untuk mencari sumber pangan atau sandan, karena waktu tempuh sangat jauh untuk mereka berlayar sendiri untuk mengambil pangan atau sandang yaitu 6 - 8 bulan, jika cuaca bagus. Akhirnya dengan insiatif, apa salahya jika mreka mengundang para pedagang untuk masuk dan berniaga di Bengkulu. Karena dari berdagang itu mereka otomatis saling mendapatkan pendapatan baru. Jadi ahirnya dodatangkanlah pedagang pedagang dari tiongkok ataupun cina. Akhirnya disana dikasih penataan ruangnya tepat didepan benteng marlborough sisi barat daya benteng marlborough kurang lebih sekitar 25 m dari benteng marlborough, jadi buatlah sebuah pasar, yang inggris menyebutnya bazaar marlborough sesuai dengan nama benteng. 17 : 00 – 17 : 20 Ya kalo harapan saya pribadi, baik secara kedinasan ataupun secara masyarakat, OK benteng ini tetap eksis dan tetap lestari. Dan juga saya himbau kepada masyarakat disekitar benteng marlborough untuk lebih mencintai peninggalan cagar budaya

73

benteng marlborough.

TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : Dita (Praktisi Sejarah) 1. 07 : 22 – 08 : 10 Latar belakang berdirinya benteng marlborough, saya jelaskan disini dari OK penyebutan nama benteng tersebut diambil dari sebetulnya dari gelar penghormatan yang diberikan oleh kerajaan inggris kepada para pahlawan inggris yang telah gugur, kemudian dari para pahlawan ini diberikan gelar Duke Of Marlborough, akhirnya benteng yang dibangun oleh inggris ketika itu diberi nama benteng marlborough yang fungsinya adalah sebagai tempat perlindungan atau tempat bertahannya dari seranga musuh ketika itu. 2. 14 : 32 – 15 : 38 Jadi benteng marlborough ini terletak di wilayah pantai, dimana biasanya diilayah Ok wilayah dekat pantai ini terdapat aktivitas ekonomi yang hidup, dan memang betul bahwa sekitar benteng tersebut ada perkampungan cina atau pecinan semacam itu dimana didiami oleh orang orang cina yang memang pada awalnya adalah ketika inggris berada di bengkuluorang orang cina kemudian datang menetap dan membentuk komunitas sampai akhirnya mereka mapan dalam artian secara ekonomi, karena dari mereka banyak yang menjadi pedagang. Apalagi ketika itu Bengkulu menjadi pusat rempah rempah salah satunya adalah yang terkenal lada. Jadi yang menajdu pusat perdagangan lada yang terkenal di wilayah sumatera ketika itu adalah salah satunya kota Bengkulu.

74

TRANSKIP WAWANCARA Narasumber : Almidianto (Kasi Pemasaran & Dinas Pariwisata) 1. 17 : 33 – 18: 20 Benteng Marlborough itu sebelum dimanfaatkan untuk tempat wisata dia OK digunakan juga sebagai cagar budaya. seiring dengan perkembangan pariwisata di Indonesia terutama di Bengkulu ini kemudian benteng Marlborough itu juga menjadi titik atau tujuan wisatawan di Bengkulu. Secara formalnya kemudian karena kebutuhan retribusi yang termasuk disitu tahun 2012 ada retribusi formal atau resminya untuk masuk atau mengunjungi benteng marlborough tersebut. Tapi sebelum itu benteng itu memang sudah dikunjungi oleh wisatawan yang datang atau berkunjung ke Bengkulu. 4. 18 : 20 – 19 : 00 Seiring dengan berkembangnya dinas kepariwisataan di Bengkulu ya makin baik, OK dan makin meningkat. Seiring dengan pelayanan kita untuk wisatawan, kita juga harus berfikir bagaimanana kita meningkatkan fasilitas disana yang selama ini ya dulu benteng itu hanya bangunan fisik nya saja nah sekarang kan sudah dilengkapi dengan ruang audio teater untuk nonton sejarah benteng marlborough disitu. Dan ada ruang pameran, itu gunanya untuk melengkapi formasi bagi wisatawan yang berkunjung kesana. Dan ada juga fasilitas seperti tempat tempat duduk, tempat ibadah yang sekali lagi bertujuan untuk meningkatkan tempat wisata. Walaupun kedudukannya tadi sebagai cagar budaya sekali lagi tidak melanggar prinsip prinsip pelestarian, kita bisa memanfaatkannya. 6. 19 : 00 – 19 : 30 Harapan kedepan untuk benteng Marlborough itu sebagai tempat wisata ya akan OK makin meningkat kunjungan kesana. Karena benteng marlborough ini menjadi

75

salah satu objek wisata unggulan disini ya mari kita sebgaia elemen anak bangsa juga menjaga statusnya sebagai cagar budaya supaya mudah mudahan bukan hanya pemerintah saja , namun seluruh elemen anak bangsa berkewajiban untuk menjaga benteng marlborough itu sebagai cagar budaya.

76

d. Outline Naskah

Production : OASLA FILM‟S Produser : Affifah Istiqomah Project Title : Fort Marlborough Sutradara : Ode Suhadi Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Lenny Risnasiwi

Tabel III.8 Outline Naskah

No Time Logging Video Audio Keterangan 1 00 : 18 – 01 : 30 Beberapa voxpop dengan masyarakat Vo pengetahuan masyarakat tentang Ok dikota tua, pengetahuan tentang benteng marlborough benteng malborough dari segi luar daerah

2 01 : 30 – 01 : 33 Timelapes simpang lima samban kota Alunan music khas kota bengkulu Ok Bengkulu

3 01 : 33 – 03 : 00 Stockshot ikon ikon kota Bengkulu Vo penjelasan singkat kota Bengkulu Ok (logo selamat datang kota bengkulu,

77

pantai panjang, rumah pengasingan soekarno, rumah fatmawati, bunga raflesia, dan benteng malborough)

4 03 :00 – 03 : 10 Stockshot foto benteng marlborough Alunan music Ok masa lampau

5 03 : 10 – 03 : 15 Sekilas prolog Pak John Wellius Menjelaskan tahun awal berdirinya Ok tentang tahun berdirinya benteng benteng marlborough marlborough

6 03 : 15 – 07 : 10 stockshot puing puing Benteng York VO penjelasan oleh bapak john wellius Ok mengenai awal mula adanya benteng york

7 05 : 30 – 05 : 38 Prolog pak John Wellius tentang Penjelasan kependudukan bangsa luar Ok benteng marlborough di benteng tersebut dan fungsi benteng pada masanya Diselipi dengan stock shot foto kepemimpinan benteng dan masanya.

8 05 : 38 – 05 : 45 Prolog sejarawan tentang benteng Penjelasan praktisi sejarawan tentang marlborough benteng Marlborough

78

9 05 : 45 – 05 : 50 Prolog pak john wellius tentang bagian Dalam benteng ini terdapat beberapa Ok bagian ruangan di benteng ruangan yang masing masingnya marlborough beserta fungsinya. memiliki fungsi secara khusus.

10 05 : 50 – 05 : 55 Stock shot masing masing ruangan Penjelasan pak john wellius mengenai Ok dalam benteng fungsi dari masing masing ruangan.

11 05 : 55 – 14 : 21 Prolog pak john tentang peristiwa Penjelasan pak john wellius mengenai Ok penting yang pernah terjadi di benteng fakta peristiwa penting yang pernah marlborough terjadi di benteng marlborough

12 14 : 21 – 14 : 30 Stock shot masing masing bagian Instrumental music Ok lokasi tempat peristiwa penting terjadi

13 14 : 30 – 15 : 35 Prolog praktisi mengenai kaitan Penjelasan tentang kaitan kampung Ok kampung cina dan benteng cina dan benteng marlborough marlborough

12 15 : 35 – 17 : 00 Prolog pak john wellius tentang kaitan Penjelasan pak john welius mengenai Ok benteng marlborough dengan kampung kaitan benteng marlborough dengan cina kampung cina

79

Diselingi dengan stock shot kampung cina.

14 17 : 00 – 17 : 20 Prolog pak john wellius tentang Harapan kedepan dari bp john wellius Ok harapan kedepan untuk benteng untuk benteng marlborough marlborough

14 17 : 20 – 17 - 40 Stockshot plang kasi pemasaran dan Alunan musik Ok dinas pariwisata kota Bengkulu

15 17 : 40 – 18 : 15 Prolog pak Almidianto mengenai awal Penjelasan pak Almidianto mengenai Ok benteng dijadikan tempat wisata awal benteng dijadikan tempat wisata

80

Stock shot ruangan ruangan baru yang Penjelasan pak Almidianto mengenai 16 18 : 15 – 19 : 00 ada di benteng marlborough perkembangan benteng marlborough Ok dari segi kepariwisataan

19 19 : 00 – 19 : 33 Prolog bp Almidianto tentang harapan Penjelasan oleh bp Almidianto tentang Ok kedepannya untuk benteng harapan kedepannya untuk benteng marlborough dari segi kepariwisataan marlborough dari segi kepariwisataan

30 19 : 33 – 19 : 40 Stock shot bagian depan hingga bagian Instrumental musik Ok inti benteng marlborough ditutup dengan timelapes kegiatan di benteng marlborough di sore hari.

81

3.4. Lembar Kerja Kamera Person

Operator kamera adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggung jawab dari apa yang terlihat di layar. Serta mengoperasikan kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan menjaga komposisi gambar yang pantas.

Shoot merupakan satu bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu take saja. Shoot yang baik adalah kombinasi berbagai komposisi gambar kedalam sambungan gambar yang utuh dan indah dalam dari kali pengambilan gambar (Umbara dan Pintoko, 2010:97). a. Kamera Angle

Kamera angle adalah teknik pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu untuk mengekspose suatu adegan. Ada beberapa teknik sudut pengambilan gambar yang bisa dilakukan oleh seorang kamerawan ketika ingin melakukan pengambilan gambar, tetapi dalamfilm dokumenter ini kamerawan tidak menggunakan teknik frog eye diantanranya ialah Bird Eye

1. High Angle

2. Eye Level

3. Low Angle

4. Frog Eye

82

b. Jenis – Jenis Shot dan Komposisi

Untuk menghasilkan gambar yang benar dan sesuai, seorang kamerawan perlu mengetahui beragam ukuran framing dan komposisi. Berikut ini adalah beberapa jenis – jenis shot dan komposisi dalam teknik pengambilan gambar :

a. Long Shot (LS)

1. Very Long Shot (VLS)

2. Extreme Long Shot (ELS)

b. Medium Shot (MS)

1. Medium Close Up Shot (MCU)

2. Medium Long Shot (MLS)

c. Close Shots

1. Close Up (CU)

2. Big Close Up (BCU)

3. Very Close Up (VCU)

4. Extreme Close Up (ECU)

d. Two Shot

e. Over The Shoulder c. Gerakan Kamera

Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi kepada operator kamera guna menyebutkan arah gerak kamera yang dimaksudkan.

Berikut ini beberapa gerakan kamera yang biasa di gunakan pada saat produksi :

a. Tilt Up/Down

b. Pedestal Up/Down

83

c. Dolly in/out

d. Panning

e. Trek Left/Right d. Ragam Istilah Lain

Beberapa istilah lain dalam teknik pengambilan gambar yang biasa digunakan dalam produksi film diantaranya ialah :

a. Cut Away/In

b. Zoom In/Out

c. Pulling Focus

3.4.1. Pra Produksi

Pada proses pra produksi seorang kamerawan hanya pelu mempelajari naskah dan director treatment yang di berikan oleh sutradara, lalu melakukan riset ke lokasi shooting untuk mengetahui shot serta angle apa saja yang berkaitan dengan director treatment tersebut lalu memberitahukan kepada sutradara serta produser tentang shot dan angle tersebut. Dan menyiapkan peralatan kamera yang berkaitan dengan shot serta angle yang akan kamerawan ambil nantinya.

Pada tahapan ini, seorang kamerawan diberikan pengarahan dari seorang sutradara atau program direktor tentang rencana visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown script. dengan breakdown script memudahkan semua elemen kru dalam bekerja nantinya. (Umbara dan Pintoko,

2010:86).

84

3.4.2. Produksi

Pada saat produksi berlangsung seorang kamerawan harus bisa memberikan bayangkan kepada penonton dengan cara memberi shot – shot yang menarik dan sesuai director treatment. Itu sebabnya kamerawan dokumenter harus bekerja keras pada saat shooting dengan single camera karena selain harus berada pada director treatment ia juga harus melakukan shot – shot yang menarik agar tidak monoton.

Adapun beberapa yang harus diperhatikan pada saat shooting berlangsung yaitu :

1. Latar belakang

2. Komposisi

3. Sumber cahaya

4. Pergerakan kamera

Ini tahap penting bagi seorang kamerawan, shoting script serta director treatment menjadi acua untuk membuat shot bagi kamerwan. Pada produksi single camera, sebelum melakukan pengambilan gambar sutradara meminta pada kamerawan untuk membuat komposisi serta angle tertentu. (Umbara dan Pintoko,

2010:87)

3.4.3. Pasca Produksi

Pada saat pasca produksi tidak banyak yang akan d lakukan oleh seorang kamerawan, dia hanya membuatkan camera report dan memberikannya kepada editor untuk masuk proses editing dan bertujuan agar gambar yang nantinya disunting sesuai dengan naskah dan director treatment.

85

Tidak banyak hak yang dilakukan oleh kamerawan pada tahap ini. Untuk memproduksi berita dan dokumenter, kamerawan terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal – hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh seorang editor, namun biasanya hal ini bisa di handle oleh reporter atau produser. Untuk memudahkan editor dalam bekerja, setelah pengambilan gambar, cameraman membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan shot lengkap dengan time code atau keterangan waktu. (Umbara dan Pintokod, 2010:87).

3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Camera Person

Berbicara tentang peran dan tanggung jawab seorang kamerawan juga memiliki tugasnya dalam suatu program dokumenter, yaitu proses dimana seorang kamerawan harus mengikuti proses – proses dalam sebuah pembuatan film diantaranya ialah : a. Pra Produksi

1. Berdiskusi dengan produser dan sutradara untuk memberitahukan shot apa

saja yang akan di lakaukan saat shooting berlangsung.

2. Melakukan riset ke lokasi shooting untuk mengtahui blocking camera saat

di lokasi nantinya.

3. Mencoba memvisualisaikan director treatment yang diberika oleh

sutradara.

4. Menyiapkan alat – alat apa saja yang berkaitan dengan shot yang ada

didalam director treatment tersebut.

5. Membuat breakdown shot untuk produksi dan membuat konsep sebagai

kamerawan.

6. Memberi masukan kepada sutradara untuk mendapatkan gambar yang baik

pada saat produksi.

86

b. Produksi

1. Melakukan pengeckan terhadap alat – alat yang sudah disiapkan

sebelumnya.

2. Merekam gambar sesuai shot list yang sudah dibuat sebelumnya.

3. Menjaga peralatan yang digunakan oleh seorang kamerawan sampai

proses produksi selesai agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

4. Dan selalu lakukan backup data pada saat istirahat guna menghindari

human error. c. Pasca Produksi

1. Memberikan hasil rekaman produksi kepada editor

2. Memerikan camera report yang berisikan tentang semua keterangan

gambar dan keterangan waktu.

3. Membantu sutrada dalam memilih gambar yang akan di berikan kepada

editor agar tersusun dengan rapih dan proses editing cepat selesai.

3.4.5. Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif

Dalam film dokumenter ini kamerawan akan memberikan sebuah angle – angle yang menarik dan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh narasumber dalam cerita tersebut dan pengambilan gambar tersebut tujuan untuk mengajak penonton untuk menyaksikan dan menikmati film dokumenter tersebut, bahkan sampai tidak terpikirkan oleh penonton kalau dengan teknik pengambilan gambar tersebut sangatla menarik.

87

b. Konsep Produksi

Dalam konsep produksi seorang kamerawn harus mampu membaca situasi apa saja yang sebaiknya ia lakukan pada saat pengambilan gambar berlangsung, hal ini digunakan supaya

Seorang kamerawan tetap berada pada director treatment \yang menjadi pacuan dalam pengambilan gambar apa saja yang di inginkan oleh sutradara. c. Konsep Teknis

Dalam konsep teknis seorang kamerawan harus selalu memperhatikan peralatan apa saja yang akan ia gunakan pada saat persiapan dan shooting berlangsung, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya human error atau ketidak tersedianya alat – alat yang akan digunakan.

3.4.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

Dalam sebuah proses produksi seorang kamerawan tidak jarang menemukan sebuah kendala dalam produksinya, berikut ini beberapa kendala yang kami alami selama proses produksi berlangsung dan solusi yang kami lakukan saat mengalami kendala tersebut.

88

Tabel III.9 Kendala dan solusi

Kendala Solusi

Lensa tidak terdeteksi oleh kamera Mensetting ulang kembali fitur yang ada di kamera

Zoom recorder tidak berfungsi saat Menunda sejenak kepada narasumber ingin melakukan wawancara dengan alasan setting lokasi

Filter ND memberikan efek biru Melepaskan filter ND dan menggunakan pada gambar difuser untuk menghaluskan cahaya yang mengenai narasumber

Quick release rusak saat Memasang baud yang ada di quick release melakukan wawancara dengan sedikit supaya kamera bisa berada diatas praktisi sejarah tripod

3.4.7. Lembar Kerja Camera Person a. konsep kerja camera person

Dalam pemuatan sebuah film dokumenter, seorang kamerawan memiliki konsep sendiri untuk melakukan berbagai shot yang akan diambil dari melihat apa yang ada di director treatment. Lalu seorang kamerawan akan memberitaukan kepada sutradara dan produser teknik pengambilan gambar apa saja yang akan ia lakukan sebelum shooting dimulai, biasanya hal tersebut ia beritahukan saat briefing berlangsung.

Hal ini dilakukan supaya tidak membuat sutradara dan produser merasa aneh ketika shoting berlangsung, kenapa ia melakukan shot – shot seperti itu pada saat di lokasi. Apalagi saat seorang kamerawan harus bekerja dengan single

89

camera hal tersebut sangatlah di perlukan selain untuk mendapatkan gambar yang tidak monoton dan membuat penonton bosan, juga untuk menambahkan stok gambar yang akan di masukkan kedalam proses editing nantinya.

90

b. Camera Report

Production : OASLA Films Produser : Affifah Istiqomah

Project Title : Fort Malborough Sutradara : Ode Suhadi

Durasi : 20 Menit Kameraman : Sahrul. R

Tabel III.10 Camera Report

VISUAL

NO SHOT SHOT TAKE VIDEO NOTES MOVE ANGLE SIZE

EYE 1 1 LS PANNING Gambar gedung-gedung museum OK LEVEL

91

2 2 LS STILL EYE Keadaan susana pengunjung museum OK LEVEL

3 3 MS STILL EYE Voxpop kepada para pengunjung sekitar museum OK LEVEL LOW 4 4 LS STILL Matahari terbit simpang lima OK ANGLE

EYE 5 5 LS TILT Establish simpang lima bengkulu OK LEVEL

EYE 6 6 MS STILL Plang keterangan “Selamat Datang Di Kota Bengkulu” OK LEVEL

EYE Gambar Tugu pers bengkulu bunga Raflesia Arnoldi 7 7 MS TILT OK LEVEL

EYE Plang rumah ibu Fatmawati 8 8 MS TILT OK LEVEL

92

EYE Establish rumah ibuFatmawati 9 9 LS PANNING OK LEVEL

EYE Establish pengasingan Bung Karno 10 10 LS STILL OK LEVEL

TILL EYE Plang rumah pengasingan Bung Karno 11 11 MS OK DOWN LEVEL

LOW Plang penujuk arah Benteng Malborough 12 12 MS STILL OK ANGLE

EYE Establish jalan raya di alun- alun kota bengkulu (tugu) 13 13 LS PANNING OK LEVEL

EYE Establish kantor Gubernur Bengkulu 14 14 LS STILL OK LEVEL

93

EYE Establish pantai panjang (timelapse) 15 15 LS STILL OK LEVEL

EYE Establish kampung china 16 16 LS PANNING OK LEVEL

EYE Establish jalan raya depan Benteng Malborough 17 17 LS STILL OK LEVEL

EYE Establish plang FORT MALBOROUGH 18 18 LS PANNING OK LEVEL

EYE Pintu masuk Benteng Malborough (Jembatan depan) 19 19 MS STILL OK LEVEL

EYE Plang Benteng “Fort Malborough” 20 20 MS TILT OK LEVEL

94

HIGH Gambar maket benteng 21 21 CU STILL OK ANGLE

HIGH Establish halaman dalam benteng 22 22 LS PANNING OK ANGLE

EYE Lorong bangunan benteng saat masuk (Jembatan) 23 23 LS STILL OK LEVEL

TILL EYE Plang EIC 24 24 MS OK DOWN LEVEL

EYE Establish bangunan “Bastion” Timur dan Barat daya 25 25 LS STILL OK LEVEL (timelapse)

EYE Establish bangunan “Revaline” 26 26 LS STILL OK LEVEL

95

HIGH Jembatan yang ada di belakang Benteng 27 27 LS STILL OK ANGLE

EYE Depan Ruangan tahanan (sel militer) 28 28 MS STILL OK LEVEL

EYE Establish bangunan dalam tahanan 29 29 MS PANNING OK LEVEL

EYE Depan barak pegawai EIC 30 30 MS STILL OK LEVEL

EYE Detail dalam barak pegawai EIC 31 31 MS PANNING OK LEVEL

EYE Depan Ruangan Mesiu 32 32 MS STILL OK LEVEL

96

EYE Detail meriam (meriam –meriam yang ada di taman dan atas 33 33 MS PANNING OK LEVEL benteng)

HIGH Detail meriam dalam ruangan 34 34 MS TRACK OK ANGLE

EYE Wawancara penjelasan penjaga benteng oleh pak Jhoni 35 35 MS STILL OK LEVEL Wellius

EYE Wawancara penjelasan benteng oleh Sejarawan 36 36 MS STILL OK LEVEL

LOW Benteng Fort York 37 37 LS TILT OK ANGLE

LOW Detail plang bentenng fork york 38 38 MS TILT OK ANGLE

97

EYE Reruntuhan benteng york 39 39 LS STIL OK LEVEL

EYE Sisa kawasan benteng york 40 40 LS PANNING OK LEVEL

EYE Establish sungai serut sekitaan Benteng York 41 41 VLS PANNING OK LEVEL

EYE Gambar Joseph Collet (Deputi Gubernur) 42 42 CU STILL OK LEVEL

TILL EYE Gambar komponen struktur bangunan benteng 43 43 CU OK DOWN LEVEL

Gambar peninggalan- peninggalan sejarah Benteng 44 44 CU TRACK EYE OK LEVEL Malborough di dalam museum

98

Gambar pahlawan perang Inggris John Curchill, Duke of 45 45 CU STILL EYE OK LEVEL Malborough

EYE Gambar keterangan makam thomas parr 46 46 CU STILL OK LEVEL

HIGH Establish tiga makam yang berdampingan 47 47 MS STILL OK ANGLE

EYE Detail tugu thomas parr 48 48 LS STILL OK LEVEL

EYE Detail plang tugu thomas parr 49 49 CU TILT OK LEVEL

EYE Establish halaman benteng Malborough 50 50 LS STILL OK LEVEL

99

EYE Establish barak prajurit benteng 51 51 MS PANNING OK LEVEL

EYE Establish ruangan perkantoran EIC 52 52 MS STILL OK LEVEL

HIGH Detail parit- parit antara benteng lama dengan dinding 53 53 LS PANNING OK ANGLE benteng yang baru

EYE Gambar detail saat kependudukan belanda 1825-1942 54 54 CU STILL OK LEVEL

EYE Gambar detail saat pemindahan kependudukan belanda 55 55 CU PANNING OK LEVEL kepada Jepang 1942- 1945

LOW Detail bangunan dalam benteng (foto/ gambar dan lorong) 56 56 MS TRACK OK ANGLE

100

EYE Patung diorama Bung Karno 57 57 MS STILL OK LEVEL

EYE Gambar peresmian benteng oleh Menteri Pendidikan dan 58 58 CU STILL OK LEVEL Kebudayaan Indonesia

HIGH Timelapse halaman Benteng Marlborough 59 59 LS STILL OK ANGLE

EYE Establish gedung Dinas Pariwisata Kota Bengkulu 60 60 LS TILT OK LEVEL

EYE Plang Dinas Pariwisata Kota Bengkulu 61 61 MCU STILL OK LEVEL

EYE Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Bengkulu oleh 62 62 MS STILL OK LEVEL pak Alimidianto

101

EYE Establish jalan raya depan benteng (ramai) 63 63 LS PANNING OK LEVEL

EYE Establish depan benteng pintu masuk (lalu lalang 64 64 LS STILL OK LEVEL pengunjung)

HIGH Establish aktifitas pengunjung di dalam benteng 65 65 LS PANNING OK ANGLE

HIGH Establish dari benteng menghadap ke pantai 66 66 LS PANNING OK ANGLE

EYE Detail plang “FORT MARLBOROUGH” 67 67 CU STILL OK LEVEL

102

c. Spesifikasi kamera

Gambar III.3 Kamera Vg30

Tabel III.11 Spesifikasi kamera

Fitur Spesifikasi

Camera Type Camcorder

Width 3.63 inches

Height 5.13 inches

Depth 8.75 inches

Weight 6.43 inches

Colour Black

Sensor

Sensor size APS-C (Nikon DX, Pentax, Sony)

Sensor type CMOS

Effective Pixels 16.1 megapixel

Controls

103

Minimum ISO 100

Maximum ISO 25600

Fastest Shutter Speed (1/nsecond) 4000

Slowest Shutter Speed (1/n second) 30 seconds

Fokus Points 25

Max. Continous shooting speed 6 FPS

Display

Size 3 inches

Articulating / hinged Screen YES

Video

Video capture YES

Max. Resolution 1080p

Standart frame rate(s) 24,60

Software

RAW support RAW RAW + JPEG

Lens

Interchangeable YES

Audio

Built-in Speaker YES

Built-in Microphone YES

Microphone Input YES

104

Ports

Video Out YES

USB, HDMI mini, 3.5mm Stereo Audio, Connection(s) AV Multi

Battery

Model NP-FV70

Removable YES

Supported mounts Sony E

Focal length (wide) 18mm

Focal length (telephoto) 200mm

Aperture / f-stop 3.5

Optical zoom 11.1x

Storage

Memory Stick PRO-HG Duo™, Memory Stick PRO Duo™ (Mark 2),

Supported media Memory Stick XC-HG Duo™, SD/SDHC/SDXC Memory Card (Class 4 or Higher)

105

3.5. Lembar Kerja Editing

Editor adalah seorang yang melakukan penyuntingan gambar pada saat paska produksi. Jadi editor bekerja setelah proses produksi selesai namun kini editor sudah di libatkan bahkan sebelum produksi di mulai. Oleh produser dan sutradara editor diminta menyiapkan konsep editing apakah yang akan di gunakan pada saat nanti melakukan penyuntingan gambar. Sebelum menerapkan konsep editing pada film yang akan di editnya, seorang editor harus memahami teori editing (Dodoy Rusnandi, 2011:36) Eiditing adalah proses menyambungkan gambar dari banyak shot tunggal sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh. Editor menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah scene, kemudian hari penyusunan tiap scene tersebut akan tercipta sequence, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah film yang utuh.

Ibarat menulis sebuah cerita sebuah shot bisa dikatakan sebuah kata. Scene adalah kalimat dan squence adalah paragraf. Sebuah cerita akan utuh bila terdapat unsur tersebut begitu juga dengan film. Seorang editor harus tau bagaimana bertutur cerita yang baik. Dia bertanggung jawab dalam pengerjaan akhir sebuah film. Tanpa proses editing yang baik, sebuah produksi yang telah mengeluarkan uang dan tenaga menjadi sia-sia. Memang benar seorang editor hanya bisa menghasilkan film yang baik sebaik materi yang diterima hanya seorang editor yang baik dan kreatif yang mampu menutupi semua kekurangan yang di alami ketika proses pengambilan gambar sehingga penonton tidak tahu dimana letak ketidak sempurnaan itu.

Sorang editor di tuntut untuk membantu keputusan setiap saat dia menentukan shot mana yang akan di pakai berapa lama shot itu akan di pakai kapan sebuah shot harus di potong, bagaimana urusan shotyang disusun dan sebagainya. Sebuah awal adegan bisa saja di mulai dengan estabilsh sebuah tempat kejadian, tapi bisa juga di

106

mulai dengan close up pada aktor. Sebuah materi yang sama bisa menghasilkan banyak kemungkinan tayangan yang berbeda apalagi di kerjakan oleh editor yang berbeda. a. Jenis-Jenis Editing, yaitu: 1. Editing offline (linear)

Offline editing adalah suatu proses editing yang dilakukan dengan cara

mentransfer master tape ke dalam format yang lebih sederhana (misalnya VHS

tape), kemudian rangkaian gambar-gambar tadi disusun sesuai dengan alur cerita

dalam naskah (jenis editing yang digunakan adalah simple edit atau cut to cut).

Tujuan dari offline ini, antara lain:

a. Mempercepat proses kerja editing.

b. Menghemat penggunaan video head dari VCR.

c. Mempermudah kerja editor dalam mengedit dan memahami alur cerita

dari naskah.

2. Editing online (linear)

Editing online adalah proses pengolahan data dari offline menjadi suatu

hasil editing (slave tape) dengan menggunakan master tape dari hasil produksi

televisi (shooting). Disini data offline dapat dikoreksi dan dirubah kembali oleh

seorang editor.

107

Penambahan dan pemilihan jenis efek dilakukan pada online editing ini, termasuk juga proses titling dan mixing, sehingga menghasilkan suatu paket acara yang siap untuk disiarkan.

Untuk mambantu menentukan keputusan-keputusan dalam proses editing, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, antara lain : a. Fungsional

Menentukan sebuah shot berdasarkan fungsinya. Sebuah shot lebar (Wide

Shot) mempunyai fungsi yang berbeda dengan shot padat (Close Shot). Untuk menekankan sesuatu biasanya digunakan shot padat b. Proporsional

Proposional, menepatkan sebuah shot sesuai proporsinya. Panjang pendek sebuah shot haruslah proposional. penempatan sebuah shot yang terlalu panjang akan membuat penonton menjadi bosan. Begitu juga dengan penempatan shot yang terlalu pendek akan membuat penonton tidak menangkap pesan yang ingin disampaikan. c. Struktural

Menentukan struktur susunan shot yang dibuat. Struktur editing tidaklah harus berurutan dari a sampai z. Bisa juga struktur dimulai dari b-c-a-g-d dan seterusnya. ini juga dikenal sebagai juxtaposition. Pertimbangan ketiga hal di atas agar tujuan dari pesan yang ingin kita sampaikan bisa tercapai dengan baik.

108

b. Tahapan Editing untuk Film Dokumenter

Berbeda dengan film fiksi yang memiliki skenario dan alur cerita yang sudah ditetapkan sebelum pengambilan gambar. Film dokumenter tidak dibuat berdasarkan skenario. Editing film dokumenter pun melalui berbagai tahapan, seperti diantaranya

1. Prevew hasil shooting

Sebelum melakukan penyuntingan gambar, prevew hasil shooting. Semua

materi shoot harus dilihat oleh editor. Dan jika memungkinkan, ada baiknya pada

melihat hasil shooting ini, sutradara menemani editor.

2. Logging

Seperti halnya dalam editing film fiksi, editing film dokumenter pun

memerlukan proses logging. logging merupakan manajemen file, yang berfungsi

untuk memudahkan ketika melakukan penyuntingan gambar nantinya catatan

logging tersebut dibuat kedalam logging list atau logging sheet. Logging sheet

merupakan panduan untuk capture atau pemindahan materi tape kedalam

komputer editing.

3. Paper Edit

Ada dua naskah dalam dokumenter, yang pertama adalah pre-shot script

yakni script yang dibuat oleh penulis naskah sebagai panduan dokumentator

dilapangan. Dan yang ke dua, dinamakan juga pro shot script, yakni naskah yang

109

dibuat setelah shooting selesai. Kertas ini sangat membantu editor untuk membuat

struktur cerita yang akan direkontruksikan.

4. Editing Assembly

Editing Assembly dilakukan untuk melihat gambaran secara umum

dokumenter tersebut.

5. Rought Cut

Pemotongan kasar. Penambahan draft narasi atau voice over (kalau

pendekatan essay) sudah bisa dilakukan.

6. Fine Cut

Ini merupakan proses editing akhir sebelum film dokumenter tersebut

benar-benar akan dirilis. Pada tahapan ini editor sudah membuat struktur final

dengan durasi hampir persis pada durasi sebenarnya, menambahkan musik

ilustrasi, serta efek. Pada tahap ini, hasil editing fine cut sudah bisa

dipresentasikan.

7. Istilah penting dalam Metode Editing

Dalam proses editing ada dua istilah yang penting untuk dikenal dan dipahami,

yaitu:

a. CUT: proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi

gambar.

110

b. TRANSISI: proses pemotongan gambar dengan menggunakan transisi

perpindahan gambar.

c. Tujuan dalam penyuntingan gambar, sebagai berikut:

a. Menghilangkan audio dan footage atau klip yang tidak diinginkan.

b. Memilih audio dan footage yang terbaik.

c. Menghasilkan sebuah alur cerita.

d. Menambahkan efek, graphic, dan musik (lost of fun)

e. Merubah gaya, ritme, dan mood dari video.

f. Melihat video dari sudut pandang tertentu.

3.5.1. Pra Produksi

Pada tahap Pra-produksi segala sesuatunya direncanakan dari mulai penulisan skenario hingga jadwal shooting. Penulisan skenario merupakan kegiatan yang amat penting sebagai “bahasa tulisan” yang kelak akan di terjemahkan ke dalam „bahasa visual”. Hal tersebut akan membimbing kameramen serta editor video untuk mengambil tuntutan sinopsis tersebut sedemikian rupa sehingga gambar-gambar yang bernuansa materialisme tidak akan di tonjolkan.

3.5.2. Produksi

Dalam produksi seorang editor menyesuaikan rancangan yang di arahkan oleh seorang sutradara dengan begitu editor menganalisa lagi project yang dibuat seperti contohnya mendengar cerita dari sutradara memahami sebuah cerita. Dengan begitu

111

seorang editor langsung tergambarkan project yang diinginkan oleh seorang sutradara. Jika ternyata ada yang harus di proses kembali seperti cerita yang tidak sesuai dengan cerita di karenakan oleh pengambilan gambar yang salah, inilah tugas editor yang mencari dan membedah lagi cerita dari sutradara dalam arti cerita yang di buat beda tetapi sesuai dalam alur ceritanya. Maka dari itu seorang editor adalah di sebut sebagai sutradara kedua.

3.5.3. Peran Dan Tanggung Jawab

Pihak yang sangat berperan dalam proses editing adalah editor. Adapun tugas editor antara lain, menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya, melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shoting report. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya. a. Pra Produksi

1. mempersiapkan peralatan editing yang akan digunakan. 2. mempersiapkan materi shooting (master tape). 3. melakukan offline, pengecekan kaset master tape yang akan diedit, dan mencatat gambar mana saja yang akan dipilih dan disusun (menurut alur cerita naskah), juga mencatat time code dari gambar-gambar tersebut. 4. mempelajari dan mendiskusikan naskah atau alur cerita dengan sutradara. 5. mempersiapkan kaset kosong untuk hasil edit (slave tape).

112

b. Produksi 1. melakukan penecekan terhadap peralatan editing yang sudah disiapkan sebelumnya. 2. mempersiapkan hasil materi shooting (master tape). 3. menjaga dan merawat peralatan yang digunakan seorang editor agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan c. Pasca Produksi 1. mengambil hasil rekaman produksi dari seorang kameraman. 2. mempersiapkan materi shooting (master tape). 3. melakukan offline, pengecekan kaset master tape yang akan diedit, dan mencatat gambar mana saja yang akan dipilih dan disusun (menurut alur cerita naskah), juga mencatat time code dari gambar-gambar tersebut. 4. mempelajari dan mendiskusikan naskah atau alur cerita dengan sutradara. 5. mempersiapkan kaset kosong untuk hasil edit (slave tape).. 6. melakukan proses editing, baik secara simple editing ataupun A/B roll editing.

3.5.4. Proses Pencipta Karya a. Konsep Kreatif

Konsep kreatif “fort marlborough” adalah film yang penulis dan rekan penulis buat. Editing yang penulis buat pada karya ini adalah dengan menambahkan transisi untuk memperkuat cerita dalam film ini, agar cerita enak untuk dilihat b. Konsep Produksi

Kemudian semua crew mempersiapkan adegan yang akn di rekam, editor bertugas menggabungkan potongan shot menjadi satu kesatuan cerita yang utuh sesui dengan scenario yang telah di buat. Dokumenter secara umum bekerja dengan cara

113

berlawanan tidak ada pemain disini hanya ada subjek yang di ikuti oleh pembuat film.

Orang-orang sungguhan yang berada di dalam suasana sebenarnya dan melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan. c. Konsep Teknis

Penempatan kamera dan lampu hendaknya bukan menjadi hal yang menonjol, peristiwa yang terjadi di depan kita tidak memungkinkan untuk kita melakukan itu. Peran sutradara menjadi tidak besar, film dokumenter di bentuk di dalam editing ini menjadikan editor memiliki fungsi yang sangat penting dalam menyelsaikan pembuatan film dokumenter. Fungsi ini memberi kebebasan lebih bagi seorang editor dokumenter, hanya saja yang perlu diingat adalah dengan kebebasan juga terdapat tanggung jawab yang besar.

3.5.5. Kendala Dan Solusi

Kendala disaat editing itu yang pertama bermasalah di laptop, jadi saya ngedit menggunakan laptop dan laptopnya itu baterai nya bocor jadi saya harus ngedit sambil colok listrik. Selanjutnya di waktu, karena saya kuliah sambil bekerja jadi waktu saya buat ngedit terbatas terus saya atur jadwal buat ngedit itu kalo hari biasa dari jam 19-00 s/d jam 23-00. tapi kalo hari sabtu-minggu saya jadwalkan sehari penuh. terus kendala lain yaitu rumah saya dan sutradara jaraknya lumayan jauh jadi saya dan sutradara harus mengatur jadwal terlebih dahulu untuk melakukan pertemuan.

114

3.5.6. Lembar Kerja Editor a. Konsep Editor

Acara televisi di Indonesia semakin bervariasi. Jika dahulu acara paling favorit adalah acara-acara kuis, sinetron, dan siaran langsung sepak bola, maka saat ini ada berbagai pihihan acara televisi yang fresh dan inovatif. Ada berbagai macam hal yang bisa di eksplor dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat di Indonesia.

Salah satu acara megzine yang menarik di salah satu stasiun TV.

Seorang editor di tuntut memiliki sense of stori telling (kesadaran / rasa/indra pencitraan) yang kuat, sehingga sudah pasti di tuntut sikaptor haru kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang menarik, sertakabar dramatik yang ada di dalam shot-shot yang di susun dan mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film. b. Spesifikasi Editing

1. HARDWAREA

a. MackBook Pro (17-inch)

b. Processor 2.66 GHZ Intel Core i7

c. Memori 8 GB 1067 MHz DDR3

d. Graphics NVIDIA GeForce GT 330M 512 MB. Intel HD Graphics 288

MB

e. Serial Number C02CV1XXDC7C

115

2. SOFTWARE PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN\

a. Adobe Premiere CC 2017

Gambar III.4 Alat Editing

Gambar III.5 Alat Editing

116

c. Logging Picture

Gambar III.6 Bars And Tone c. Logo BSI

Gambar III.7 Logo Bsi d. ID program

Gambar III.8 ID Program

117

e. Unipersal Counting Leader

Gambar III.9 Unipersal Counting Leader

118

f. Laporan Editing

Production : OASLA Films Produser : Affifah Istiqomah

Project Title : Fort Marlborough Sutradara : Ode Suhadi

Durasi : 20 Menit Editor : Syaidina Ali

Tabel III.12 Laporan Editing Keterangan

No Scene EXT/INT Video Visual Audio SFX Transisi Durasi Effect

1 Colour Bar 5 Detik

2 Logo BSI 5 Detik

3 Program ID 5 Detik

4 Counting Leader 5 Detik

Gambar gedung-gedung PlayBack Dip to 5 EXT BS 1 detik museum (sumber Black

119

youtube) Keadaan suasana PlayBack Dip to 6 EXT BS (sumber 5 Detik pengunjung museum Black youtube) Voxpop kepada para PlayBack Dip to 01:02 7 EXT pengunjung sekitar VO (sumber Black Menit museum youtube) Lanskap matahari terbit 8 2 EXT (sunrise) di kota BS 3 Detik bengkulu Framelens (Timelapse) simpang Audiovisual 9 EXT 3 Detik lima (Sumber youtube) Framelens Plang keterangan Audiovisual 10 EXT “Selamat Datang Di Kota BS 5 Detik (Sumber Bengkulu” youtube)

11 EXT Establish simpang lima Framelens 6 Detik

120

Audiovisual (Sumber youtube) Framelens Audiovisual 12 EXT Menara BS 2 Detik (Sumber youtube) Framelens Establish kantor Audiovisual 13 EXT 2 Detik Gubernur Bengkulu (Sumber youtube) Framelens Audiovisual 14 EXT Gapura kampung cina BS 2 Detik (Sumber youtube) Framelens Audiovisual 10 15 EXT Bunga rafflesia BS (Sumber Detik youtube)

121

Framelens Audiovisual 17 16 EXT Establish pantai panjang BS (Sumber Detik youtube) Framelens Establish pengasingan Audiovisual 26 17 EXT+INT BS Bung Karno (Sumber Detik youtube) Framelens Establish rumah Audiovisual 18 EXT+INT BS 6 Detik ibuFatmawati (Sumber youtube) Framelens Establish FORT Audiovisual 32 19 EXT BS MALBOROUGH (Sumber Detik youtube)

Wawancara John wellius 04:04 20 INT + stok shoot Menit

21 EXT FORT MALBOROUGH BS Epic 4 Detik

122

(sumber youtube) 01:27 22 EXT Wawancara Sejarawan Menit

PlayBack 23 EXT Timelapse BS (sumber 6 Detik youtube)

Wawancara John Wellius 03:11 24 EXT+INT + StokShoot Menit

Patteri Sainio 20 25 EXT+INT Meriam peninggalan BS (sumber Detik youtube)

Wawancara John Wellius 03:42 26 INT + StokShoot Menit

The and Of StokShoot makam The World 27 EXT BS 8 Detik Thomas Paar (sumber youtube)

123

02:02 28 EXT Wawancara Sejarawan Menit

Wawancara John Wellius 04:56 29 EXT+INT + StokShoot Menit

StokShoot Benteng Framelens + 12 30 EXT BS (sumber Plang UPT Dinas Detik youtube) Pariwisata Wawancara Almidianto 03:02 31 EXT+INT + Menit StokShoot Establish Benteng PlayBack 13 32 EXT + BS (sumber Detik sunset youtube) PlayBack 28 33 Title BS (sumber Detik youtube) PlayBack Dip to 33 Copyright BS 10 (sumber Black

124

youtube) Detik

Instrumen musik Dip to 33 Black Video BS gembira 2 Detik Black (sumber youtube) Instrumen musik Dip to 19 34 CV crew BS gembira Black Detik (sumber youtube) Instrumen musik Dip to 35 Black Video BS gembira 2 Detik Black (sumber youtube) Instrumen Dip to 12 36 Portopolio BS musik Black Detik gembira

125

(sumber youtube) Instrumen musik Dip to 37 Black Video BS gembira 2 Detik Black (sumber youtube) Instrumen musik Dip to 14 38 BTS gembira Black Detik (sumber youtube)

126

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari karya tugas akir dokuemnter tv “ FORT MARLBOROUGH

“ ini yang di produksi untuk kepentingan televisi yang hakikatnya berbeda dengan membuat film dokmenter independen. Dari program ini penulis menyimpulkan bahwa benteng Marlborough adalah salah satu benteng penginggalan Inggris satu- satunya di Indonesia atau di wilayah timur setelah benteng St.George di Madras,

India. Dan menjadi benten terkuat.

Dokumenter televisi harus memperhitungkan karakter audience yang cendrung pasif tapi cerdas (dapat menggnti-ganti saluran untuk mencari program yang terbaik). Dalam memproduksi dokumenter televisi juga harus mengikuti prinsip kerja jurnalistik, yang harus memperhatikan ke akuratan fakta, kopetensi narasumber, dan prinsip keseimbangan sehingga dokumenteryang di buat menjadi kredibel.

4.2. Saran

Dalam memproduksi dokumenter harus memperhitungkan waktu,biaya, dan sumber daya yang terbatas. Denagn hal-hal tersebut harus di lakukan strategi yang tepat agar dokumenter yang di hasilkan berkualitas, hingaga mampu bersaing dengan film dokumenter independen.

127

Dokumenter harus di buat dengan kenyataan yang ada atau sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa. Hal ini di lakuan untuk membuat keutuhan sebuah kisah dari suatu kedidupan atau peristiwa yang nyata dan tidak membohongi masyarakat luas.

Dan kemudian pesan yang ingin di sampaikan kepada pemirsa juga harus lebih dominan subjektif, hal ini di lakukan untuk membuat sebuah dokumenter dapat di percaya.

128

DAFTAR PUSTAKA

Umbara, Diki ., dan Wahyu Wary Pintoko.2012. how to become a CAMERAMEN Yogyakarta: Interprebook.

Naratama. 2013. MENJADI SUTRADARA TELEVISI. Jakarta: PT Grasindo.

Ayawaila, Gerzon R (Ed.). 2008. DOKUEMNTER Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ.

Tanzil, Candra. Rhino Ariefiansyah., dan Tonny Trimarsanto. 2010. GAMPANG- GAMPANG SUSAH. Jakarta: IN-DOCS.

Latief,Rusman., dan Yustiatie Utud. 2017. Menjadi PRODUSER Televisi. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Supriyadi dkk. 2014. BROADCASTING TELEVISI 2 TEORI DAN PRAKTIK. Yogyakarta: Graha Cendekia.

Fachruddin, Andi. 2012. DASAR-DASAR PRODUKSI TELEVISI. Jakarta: Kencana.

Morisan. 2008. Manajemen MEDIA PENYIARAN. Jakarta: Kencana.

Effendy, Heru. PANDUAN MEMBUAT FILM Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Konfiden.

129

Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Bengkulu.2014. Buku Panduan Kediaman Rumah BUNGKARNO Selama Pengasingan Di Bengkulu (1938- 1942).Bengkulu.

Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Bengkulu.2014. The Guide Book Of FORT MARLBOROUGH. Bengkulu.

130

DAFAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa

Nim : 42150622

Nama Lengkap : Affifah Istiqomah

Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu, 21 Mei 1996

Alamat Sekarang : KAMP KRAMAT, Rt/Rt 005/015, Kecamatan

Cililitan, Kelurahan Kramat Jati, Jakartatimur

Jabatan : Produser

Email : [email protected]

Phone : 087894791021

B. Riwayat Pendidikan Formal

2012 Sampai Dengan 2015 : Smk Citra Negara ( Multimedia ) Depok ;

2009 Sampai Dengan 2012 : Smp Negeri 16 Bengkulu ;

2008 Sampai Dengan 2009 : Sd Negeri 13 Seluma;

2003 Sampai Dengan 2008 : Sd Negeri 008 Mojorejo, Sindang Kelingi;

C. Riwayat Karir Menjadi Mahasiwi

1. Bintang Tamu/ Pengisi Acara Dalam Program Talkshow Di Karnos Film

2. Produser Dalam Program Film Pendek “ Miskin Ahlak”

131

3. Produser Dalam Program Dokumnter “ Museum Di Tengah Kebun “

4. Produser Dalam Program Dokumenter “ Museum Zoologi Bogor”

5. Penyiar Radio Dan Produser Dalam Drama Radio

6. Produser Dalam Program Reality Show Simulasi Tv “ Ketika Aku

Berubah”

7. Produser Dalam Broadcsting Award “Paranoid”

8. Produser Dalam Program Dummy “ Otw Piknik “

9. Host Dalam Tugas Video Kuliner

10. Produser Dalam Tugas Video Klip

11. Reporter Dalam Program “Berita Tv Studio”

12. Program Diractor Dalam Tugas Talkshow Pemuda “Produksi Televisi

Studio”

13. Produser Dalam Tugas Akhir Domunter Televisi “FORT

MARLBOROUGH”

Jakarta 10 Juli 2018

Affifah Ist iqomah

132

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa

NIM : 42150400

Nama Lengkap : Ode Suhadi

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Juli 1993

Alamat Sekarang : Jln. Kalisari Raya Rt.006 Rw.002

Kel.Kalisari Kec.Pasar Rebo

Jakarta Timur 13790

Jabatan : Sutradara

Email : [email protected]

Phone : 081382353220/ 081319456116

B. Riwayat Pendidikan Normal

1. SDN SUKASARI 1 CIAMIS 1999-2005

2. MTsN 17 JAKARTA JAKARTA 2005-2008

3. SMK PGRI 20 JAKARTA JAKARTA 2008-2011

C. Riwayat Karir Menjadi Mahasiswa

1. Cameraman dalam tugas Talkshow di Karnos Film

2. Behind the scene photo dalam tugas Film Pendek “Mama”

3. Cameraman dalam tugas Film Pendek “Sesat”

4. Sutradara dalam tugas TV Magazine Show Kuliner ”icip-icip rasa”

133

5. Sutradara dalam tugas Sinematografi “Video Klip”

6. Sutradara dalam tugas Penyutradaraan “Anak Mama Preman”

7. Sutradara dalam tugas Dokumenter TV “Museum Zoologi Bogor”

8. Sutradara dalam tugas Sosiologi Komunikasi Film Pendek “Miskin

Akhlak”

9. Sutradara dalam tugas Drama Radio “Horor”

10. Art Crew dalam tugas BR Award ”Paranoid”

11. Penata Suara dalam tugas Animasi 2D

12. Reporter dalam tugas “Berita TV Studio BSI”

13. VTR dalam tugas “Produksi Televisi Studio”

14. Sutradara dalam tugas Pemasaran Program Tv dan Radio “Otw Piknik”

15. Sutradara dalam Tugas Akhir Dokumenter TV “FORT

MARLBOROUGH”

Jakarta, 10 Juli 2018

Ode Suhadi

134

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa

NIM : 42150539

Nama Lengkap : Lenny Risnasiwi

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 18 Juni 1997

Alamat Sekarang : Jl.Pitara Gg. Damai Rt 02

Jabatan : Penulis Naskah

Email : [email protected]

Phone : 085640184924

B. Riwayat Pendidikan Formal

1. TK Dharma Wanita, Ambarawa Jawa Tengah (2003 – 2004)

2. SDN Kenteng 01, Ambarawa Jawa Tengah (2004 – 2010)

3. SMPN 1 Atap, Ambarawa Jawa Tengah (2010 – 2012)

4. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan , Salatiga (2012 – 2015)

C. Riwayat Karir Menjadi Mahasiswa

1. Penulis naskah reality show „Ketika Aku Berubah‟

2. Penulis naskah film dokumenter „Fort Marlborough‟

3. Penulis naskah program magazine „OTW Piknik‟

4. Penulis naskah film pendek „Pelajar atau Pembangkang‟

5. Penulis naskah sitcom „Anak Mama Preman kampus‟

6. Penulis naskah berita televisi „May Day‟

7. Penulis naskah radio drama „Mister Mystic‟

135

8. Editor berita televisi

Jakarta,10 Juli 2018

Lenny Risnasiwi

136

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Mahasiswa

NIM : 42151019

Nama : Sahrul. R

Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 08 Maret 1992

Alamat : Jl. Pejaten Barat IV RT/RW 009/08 No. 30 Jakarta Selatan

Jabatan : Penata Kamera

Email : [email protected]

Phone : 0857 1066 6544

B. Riwayat Pendidikan Formal

1. MI NURUL HIDAYAH JAKARTA 1998 – 2004

2. MTS AL – HIDAYATUS SALAFIYAH JAKARTA 2004 – 2007

3. SMK BUNDA KANDUNG JAKARTA 2007 – 2010

C. Riwayat Karir Menjadi Mahasiswa

1. Designer dan animator dalam tugas Animasi 2D “#Kitorang Jaga Laut”

2. Switcherman dalam tugas News “Studio BSI”

3. Penata Suara dalam tugas Drama TV “Karnos Film”

4. Switcherman dalam tugas Talk Show “Karnos Film”

5. Penata Kamera dalam tugas Penyutradaraan “Anak Mama Preman”

6. Penanggung Jawab Alat di BR Award “Paranoid”

7. Penanggung Jawab Alat dalam tugas Drama Tv “Sitkom”

8. Editor dalam tugas Drama Radio “Horor”

137

9. Penata Kamera dalam tugas Sinematografi “Video Clip”

10. Penata Kamera dalam tugas TV Magazine Show Kuliner ”Enak Atau

Enak Banget”

11. Penata Kamera dalam tugas Sosiologi Komunikasi Film Pendek “Miskin

Akhlak”

12. Penata Kamera dalam tugas Pemasaran Program Tv dan Radio “OTW

Piknik”

13. Penata Kamera dalam tugas Dokumenter TV “Zoology”

14. Penata Kamera dalam Tugas Akhir Dokumenter TV “Fort Marlborough”

Jakarta, Juli 2018

Sahrul. R

138

DAFAR RIWAYAT HIDUP

D. Biodata Mahasiswa

Nim : 42150089

Nama Lengkap : Syaidina ali

Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 18 Juni 1996

Alamat Sekarang : Cibinong

Jabatan : Editor

Email : [email protected]

Phone : 082112381878

E. Riwayat Pendidikan Formal

2012 Sampai Dengan 2015 : SMA Negeri 1 Lengkong ;

2009 Sampai Dengan 2012 : Mts Walurang;

2004 Sampai Dengan 2009 : Sd Negeri Kebon Kacang;

F. Riwayat Karir Menjadi Mahasiwi

1. Editor Dalam Program Film Pendek “ Miskin Ahlak”

2. Editor Dalam Program Dokumenter “ Museum Zoologi Bogor”

3. Editor Radio Dalam Drama Radio

139

4. Penata Audio Dalam Program Reality Show Simulasi Tv “ Ketika Aku

Berubah”

5. Art Dalam Broadcsting Award “Paranoid”

6. Editor Dalam Program Dummy “ Otw Piknik “

7. Editor Dalam Tugas Video Klip

8. Editor Dalam Tugas Akhir Domunter Televisi “FORT

MARLBOROUGH”

Jakarta 10 Juli 2018

Syaidina Ali

140

SURAT KERANGAN RISET

141

LAMPRIRAN-LAMPIRAN a. Behind The Scene

142

143

b. POSTER