AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020

UPACARA ADAT YADNYA KASADA KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2000-2019 : STUDI TENTANG DINAMIKA KEBUDAYAAN ROHANI DI ERA MODERN

Aditya Firhand Rinaldi Adam Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected]

Corry Liana S-1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected] Abstrak Letak geografis Kecamatan Tosari yang berada pada daerah pegununungan memiliki kontur tanah yang cocok untuk lahan perkebunan , potensi objek pariwisata serta budaya. Suku Tengger adalah warga lokal yang bertempat tinggal di lereng gunung Bromo, Tengger, Semeru. Kebudayaan dan tradisi dari suku Tengger masih tetap dipegang teguh dan dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu kebudayaan yang tetap eksis ditengah dinamika kemajuan zaman dewasa ini adalah upacara adat Yadnya Kasada. Upacara ini diyakini sebagai persembahan terhadap tuhan masyarakat suku Tengger yang mayoritas beragama hindu atas karunia dan rezeki yang telah diberikan. Masyarakat Tengger dikenal dengan ketaatan yang tinggi terhadap tuhanNya. Terlepas dari kemajuan zaman, upacara ini dapat bertahan sebagai kebudayaanrohani tradisional Tengger yang tetap eksis diera modern. Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut, 1) Bagaimana mekanisme pelaksanaan upacara adat Yadnya Kasada di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan tahun 2000-2019? 2) Bagaimana upacara adat Yadnya Kasada dapat tetap eksis pada era modern?. Metode penelitian yang digunakan untuk merekonstruksi kebudayaan tradisional upacara Yadnya Kasada adalah metode penelitian sejarah meliputi heuristik, kritik, intepretasi dan historiografi. Berdasarkan analisis terhadap fakta serta sumber-sumber yang telah didapatkan telah diperoleh hasil bahwa upacara adat Yadnya Kasada adalah representasi dari legenda asli suku Tengger, yaitu Rara Anteng dan Joko Seger yang memiliki keturunan kerajaan . Tradisi ini dipersembahkan kepada anak terakhir mereka Raden Kusuma yang menurut kepercayaan orang Tengger menjaga alam di lingkungan Bromo dan sekitarnya. Kasada menunjukkan bahwa kehidupan di dunia dapat aman dan tentram apabila terpelihara hubungan yang baik antara manusia dengan tuhan. Maka dari itu, harus melestarikan tradisi lokal ditengah kemajuan zaman dan teknologi pada era 2000an ini. Kata kunci: Upacara adat, dinamika kebudayaan rohani , Yadnya kasada

Abstract

The geographic location Tosari District which is in mountanious area, has land cotours that suitable for plantation, potential for tourism, and cultural objects. The Tengger tribe is a local resident who lives on slopes of , Tengger, Semeru. The culture and traditions of the Tengger tribe are still firmly adhered to and implement today. One culture that still exist amid the dynamics of today’s progress is Yadnya Kasada traditional ceremony. This ceremony is believed as an offering to the god of the Tengger tribe, the majority of whom are Hindus for the gifts and sustenance tha have been given. Tengger people are known for their high devotion to their god. Regardless of the progress of the times, this ceremony can survive as a traditional Tengger spiritual culture that still exist in the modern era.

Based on this background, the formulation of the problems are 1) What is the implementation mechanism of the Yadnya Kasada traditional ceremony in Tosari District Pasuruan Regency 2000-2019?2) How can the Yadnya Kasada traditional ceremony continue to exist in the modern era , as well as the response of the Tengger tribe?. The research method used reconstruct the traditional culture of the Yadnya Kasada ceremony is historical research mothed including heuristics, criticism, intepretation and historiography. Based on the analysis of the facts and sources that have been obtained, the result show that the Yadnya Kasada traditional ceremony is a representation of the original legend of the Tengger tribe, namely Rara Anteng adn Joko Seger who have descendansts of the Majapahit Kingdom. This tradition is dedicated to their last child, Raden Kusuma. Who according to believe of the Tengger tribe, protects the nature in the Bromo environment and it surroundings. Kasada shows that life in the world can be save and secure if a good relationship is maintened between humans and god. Therefore, it is necessary to preverse local tradition amidts the advancement of time and technology in this 2000 era. Keywords: Traditional ceremony, the dynamics spritual culture, yadnya kasada

1

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020

PENDAHULUAN Tengger hidup di kawasan lereng Gunung Bromo dan Semeru. Dengan kondisi geografis yang berada di daerah Kata kebudayaan merupakan representasi dari kata pegunungan tentu kondisi alam dari Kecamatan Tosari ini sankskerta yakni buddayah yang merupakan bentuk jamak permukaan tanahnya begunung-gunung serta mempunya dari kata buddhi yang berarti akal. Maka, dengan demikian tingkat kecuraman yang sangat tinggi. Dengan kondisi alam budaya dapat di artikan sebagai segala yang berkaitan yang ekstrim, warga sebagian besar bermata pencaharian dengan akal dan pikiran. Akan tetapi banyak sarjana lain bercocok tanam mengalami suatu kesulitan dalam berbagai yang berpendapat bahwa kebudayaan dan budaya hal. Kesulitan yang di rasakan oleh warga tengger dalam mempunyai perbedaan. Perbedaan ini terdapat pada arti bercocok tanam mulai dari kondisi geografis tanah yang budaya adalah cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan miring dan sangat curam serta kondisi cuaca yang ekstrim adalah hasil dari cipta,karsa dan rasa tersebut1. juga dapat berpengaruh terhadap hasil bertani mereka. merupakan negara yang mempunyai Dengan kondisi yang sulit, masyarakat tengger tetap banyak sekali adat,suku dan bahasa yang beraneka ragam. mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap alam Dan menjadi salah satu negara yang dapat hidup dan eksis yang ada di sekitarnya. Salah satu bentuk tanggung meskipun punya banyak sekali perbedaan dalam jawabnya adalah dengan menjaga serta mengembangkan masyarakatnya. Salah satu hal yang menjadikan kita kuat dan tradisi bercocok tanam yang diajarkan oleh leluhur mereka mampu bersatu dalam perbedaan adalah slogan BHINEKA meskipun dengan kondisi geografis yang ekstrim, bahkan TUNGGAL IKA yang mempunyai arti berbeda-beda namun mereka menganggap bahwa tanah tempat mereka mencari tetap satu jua yaitu Indonesia. Dan secara tidak langsung juga sesuap nasi adalah harta yang sangat berharga dan itu dapat terdapat semangat yang di gaungkan oleh Mahapatih Gajah menjadikan keluarga mereka menjadi sejahtera, salah satu Mada yang bersumpah untuk mempersatukan Nusantara bentuk ucapan rasa syukur itu tadi adalah dengan menjadi satu kesatuan di bawah Kerajaan Majapahit pada memberikan sebuah persembahan kepada arwah leluhur. masa itu. Dan dari sumpah yang biasa kita kenal dengan Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa istilah Amukti Palapa ini menjadi dasar mengapa negara kita masyarakat Tengger sangat percaya bahwa keselamatan dan begitu kuat dan bersatu meskipun banyak sekali perbedaan kesejahteraan hidup mereka dapat terselenggara dengan yang ada di dalamnya, karena kita bangsa yang belajar dari hubungan yang baik antara manusia yang hidup saat ini hegemoni-hegemoni masa lalu baik itu dalam hal positif dengan nenek moyang atau leluhurnya serta manusia dengan maupun negatif yang nantinya menjadi bahan instropeksi lingkungan hidupnya3. Maka dari itu masyarakat suku untuk menjadi bangsa yang besar dan terpandang di kancah Tengger sangat mempercayai hal sifatnya ghaib, yang Internasional. mereka asumsikan bahwa hal ghaib tersebut adalah sesuatu Dengan banyak provisinsi dan kabupaten/kota, maka yang menguasai alam dan tanah tempat mereka tinggal. banyak pula kebudayaan dan adat istiadat yang ada di Masyarakat suku tengger sendiri percaya bahwa kesulitan dalamnya. Salah satu faktor yang melatarbelakangi beraneka apapun yang mereka alami dalam bercocok tanam dapat ragamnya kebudayaan Indonesia adalah letak geografis, berhenti apabila mereka melakukan suatu persembahan kondisi sosial dan budaya dari masyarakat setempat. Dan kepada arwah leluhur mereka, dengan maksud agar yang menjadi salah satu basis kebudayaan dan adat istiadat diberikan kelancaran dalam kehidupan dan Upacara Yadnya Indonesia yang beragam adalah Provinsi Jawa Timur. Kasada merupakan bentuk nyata terimakasih mereka Banyak sekali kebudayan yang berasal dari provinsi ujung terhadap karunia yang telah tuhan berikan. timur pulau jawa ini. Mulai dari kesenian Reog Ponorogo, Di zaman yang sudah modern, upacara Yadnya Ludruk, Jaranan, Sampai Upacara adat Yadnya Kasada yang Kasada masih tetap eksis sebagai rutinitas masyarakat di lakukan oleh warga suku Tengger yang berdomisili di Tengger sebagai bentuk ucapan rasa syukur mereka terhadap gunung Bromo. Dalam hal ini yang menjadi fokus tulisan karunia yang besar dari tuhan. Bromo sendiri sudah di kenal peneliti adalah Upacara Adat Yadnya Kasada suku Tengger dengan keindahan alamnya terutama terletak di padang yang terletak di kecamatan Tosari, kabupaten Pasuruan, savana, lautan pasir dan yang paling utama adalah wisata provinsi Jawa Timur. Kabupaten Pasuruan sendiri Sunrise nya yang sudah mendunia. Serta dapat juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut memberikan sumber peningkatan perekonomian warga Jawa di utara, Kabupaten Probolinggo di Timur, Kabupaten sekitar lereng Bromo, yang dapat memanfaatkan momen di selatan, Kota Batu di barat daya, serta Kabupaten tersebut untuk menjajakan hasil tani nya mulai dari umbi- Mojokerto di barat2. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah umbian sampai buah duren yang menjadi komoditas utama perindustrian, pertanian, dan tujuan wisata. Kompleks warga Tengger. Sementara itu dari sisi negatifnya adalah pegunungan Tengger dengan Gunung Bromo merupakan mulai munculnya kekhawatiran bahwa teknologi dapat atraksi wisata utama di Kabupaten Pasuruan. mengikis kebudayaan lokal bangsa Indonesia. Karena dalam Dalam konsep agama totemisme menurut Emile teknologi dapat memperkenalkan para generasi muda kepada Durkheim, simbol-simbol hewan dan tumbuhan merupakan kebudayaan negara lain dan itu dominan berbeda dengan lambang yang suci dan dibunuh. Kesucian totem adalah hal kebudayaan lokal bangsa Indonesia. Bukan tidak mungkin yang mutlak dalam masyarakat itu. Masyarakat suku kebudayaan lokal Indonesia akan perlahan luntur dan hilang

1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta : PT Rineka 3 Sukari Dkk, Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Tengger Cipta,2015), Hlm. 146 Pasuruan Jawa Timur,Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2 Perbatasan Kabupaten Pasuruan,Wikipedia, di akses dari Yogyakarta ,2004 ,Hlm 149 https://pasuruankab.bps.go.id pada tanggal 2 Juni 2019 pukul 21.13 2

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 jika tidak ada yang melestarikan. Oleh karena itu penulis METODE mengambil tentang bagaimana Upacara Adat Yadnya Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kasada dapat tetap ada dan eksis seiring dengan penelitian penelitian sejarah dengan dilakukan empat perkembangan zaman yang semakin mengalami kemajuan tahapan yaitu, heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. dengan pesat. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana 1. Heuristik mekanisme upacara adat Yadnya Kasada dan apakah upacara Dalam tahap heuristik, penulis mencari sumber sejarah adat Yadnya Kasada ini adalah kebudayaan yang berasal yang relevan dan sesuai kebutuhan tema yang ditulis. Dalam langsung dari tuhan atau hasil dari kebiasaan yang di lakukan hal ini yang paling ditekankan adalah kevalidan serta relevan secara terus menerus oleh warga Tengger. tidaknya sumber sejarah, baik itu sumber primer maupun Teori yang di pakai dalam penelitian ini adalah teori sekunder. Pada tahap heuristik ini sendiri, penulis mencari tentang sakral dan profan yang di kemukakan oleh Emile sumber primer melalui wawancara di beberapa tempat yang Durkheim. Konsep agama menurut Durkheim sendiri adalah berkaitan dengan tema yang ditulis, yaitu pemimpin adat di ambil dari agama paling primitif dan dan paling sederhana suku Tengger Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan serta sebagai subjek penelitiannya. Durkheim berpendapat bahwa warga lokal suku Tengger. Adapun narasumber yang konsep agama primitif tidak pernah memikirkan tentang dua diperoleh adalah Bapak Eko Warnoto (Ketua pandita Brang hal yang berbeda yaitu natural dan supernatural seperti Kulon) beralamat di Dusun Tlagasari Desa Tosari pada masyarakat modern yang di pengaruhi oleh kedua asumsi tanggal 15 Januari 2020,bapak Subur (Anggota Pandita diatas. Masyarakat primitif tidak di pengaruhi oleh ilmu Brang Kulon) tanggal 24 Januari 2020, mbah Riyadi sains. (Anggota pandita Brang Kulon) tanggal 24 Januari 2020, ibu Menurut Durkheim, kata primitif merupakan Ema Karminingsih (Anggota Penyuluh Pertanian Kecamatan pengertian yang paling sederhana untuk menjelaskan Tosari,sekaligus anak mantan Kepala Desa Tosari periode hakekat religius manusia. Karena agama primitif mampu tahun 2000-2005) tanggal 14 Januari 2020 dan ibu Hariati memeperlihatkan aspek kemanusiaan yang paling mendasar (warga lokal) tanggal 15 Januari 2020. Selain itu penulis juga dan permanen. Durkheim mendifinisikan agama dari sudut menggunakan sumber sekunder seperti foto pelaksanaan pandang yang sakral, ini berarti bahwa agam adalah sesuatu upacara adat Yadnya Kasada yang diperoleh dari koleksi kesatuan sistem keyakinan dan praktek yang berhubungan pribadi Bapak Eko Warnoto, artikel jurnal yang ditulis dengan sesuatu nyang sakral4. Dan dimana semua orang olehMohammad Anas yang berjudul Telaah Metafisik tunduk terhadapa sistem yang sakral tadi. Menurut Emile Upacara Kasada Mitos dan Kearifan Hidup dalam Durkheim seluruh keyakinan keagaaman manapun Masyarakat Tengger, yang kedua jurnal ilmiah dari memeperlihatkan satu karakteristik umum yaitu Kamiruddin yang berjudul Fungsi Sosiologis Agama (Studi memsisahkan antara yang sakral dan yang profan. Yang profan dan sakral menurut Emile Durkheim) yang berkaitan selama ini di asumsikan Durkheim dengan hal yang natural dengan upacara Yadnya Kasada. Buku penunjang juga dan supranatural. Hal yang bersifat sakral selalu dianggap menjadi referensi penulis dalam melakukan penelitian. yang paling besar, berkuasa dan di hormati. Sementara Dalam hal ini adalah buku terbitan Kementrian Pariwisata profan merupakan bagian dari keseharian hidup yang biasa- dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta biasa saja5. dengan judul Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Teori di atas menjadi pedoman penulis untuk meneliti Tengger Pasuruan Jawa Timur. apakah Upacara Yadnya Kasada merupakan budaya yang 2. Kritik Sumber sakral atau profan. Ada kalanya unsur-unsur baru dan lama Setelah tahapan pencarian sumber, tahapan selanjutnya yang bertentangan secara bersamaan memengaruhi norma- adalah tahapan kritik. Pada tahap ini, penulis melakukan norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada kritik terhadapa sumber yang telah didapat dengan cara warga masyarakat. Penelitian mengenai upacara Yadnya memilih sumber mana yang relevan dan sinkron dengan tema Kasada sendiri tidak hanya dilakukan oleh penulis, maka dari disertai dengan sumber yang akurat dan valid. Tahapan ini itu penulis mengambil penelitian upacara Yadnya Kasada juga mempermudah untuk meminimalisir menumpuknya dengan melakukan pembatasan ruang lingkup penelitian sumber yang telah dicari. pada Upacara Yadnya Kasada di kecamatan Tosari. Didalam Kritik sumber merupakan sebuah kegiatan pengujian penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang dilakukan secara kritis terhadap sumber-sumber yang sejarah dengan beberapa tahapan yaitu pemilihan topik dan telah ditemukan. Krtik akan dilakukan secara intern. rencana penelitian, heuristik, kritik, interpretasi dan Penyeleksian terhadap sumber dilakukan oleh peneliti guna historiografi6. Melalui beberapa tahap tersebut nantinya akan memilah mana sumber yang berkaitan dengan tema di peroleh sebuah tulisan sejarah yang tidak hanya berguna penelitian. Dari sumber yang ditemukan, akan dikaji guna bagi penulis namun juga bermanfaat bagi masyarakat banyak mendapatkan fajta. Berdasarkan sumber, fakta yang peneliti guna sebagai tambahan wawasan ataupun digunakan sebagai dapat adalah wilayah Tosari adalah wilayah pegunungan referensi untuk penelitian selanjutnya. yang didomisili oleh suku Tengger yang memegang erat kebudayaan tradisional mereka. Kedua, ditemukan hubungan yang erat dan baik antara mansuia dengan alam

4 Kamiruddin, Fungsi Sosiologis agama (Studi Profan dan Sakral 6 Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jogjakarta : menurut Emile Durkheim). Jurnal Ilmiah. Vol 1 Ar-Ruzz Media, 2007), hlm.54. 5 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik Dari Comte hingga Parsons, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010) hlm 86 3

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 sesuai penuturan pandita suku Tengger. Adapun tujuan dari dengan membawa mantra-mantra dan menurut keperayaan kritik sumber adalah diperolehnya otentitas dan kredibilitas warga suku Tengger, lautan pasir yang ada di kawasan sebuah sumber untuk diseleksi menjadi sebuah fakta. Gunung Bromo ini adalah tempat yang di sakralkan. 3. Intepretasi Upacara ritual Yadnya Kasada oleh masyarakat Tengger Tahap selanjutnya aadalah intepretasi, dimana penulis sangat di yakini sebagai upacara yang memiliki nilai mengakomodir, menggabungkan serta menafsirkan data dan kesakralan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup sumber yang telah diperoleh. Guna intepretasi ini adalah mereka. Keyakinan bahwa sang Hyang Widi adalah dzat untuk mempermudah penulisan historiografi pada tahapan yang menjaga alam semesta merupakan faktor utama di selanjutnya. Dalam tahap ini fakta yang diperoleh dari kritik peringatinya ritual ini. Warga suku Tengger adalah warga sumber dilakukan analisi dengan menggunakan ilmu-ilmu yang sadar bahwa alam yang selama ini mereka tempati lain. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis fakta untuk sumber penghidupan harus di ruwat sebagai bentuk yan sudah diperoleh adalah pendekatan rohani. Teori yang rasa syukur atas nikmat yang telah sang Hyang Widhi dilakukan dalam pendekatan ini merupakan teori sakral dan berikan. Warga kecamatan Tosari yang beragama islam pun profan dari Emile Durkheim. Kemajuan teknlogi yang ikut memperingati upacara adat ini sebagai bentuk mendorong modernisasi turut serta dalam perubahan- pengormatan dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat perubahan kebudayaan yang terjadi di masyarakat. meskipun berbeda keyakinan. Kasada tergolong ritual sakral Berkembangnya teknologi ini dikaitkan dengan keberadaan yang unik serta sarat dengan nilai religius yang tinggi, kebudayan tradisional yang tetap eksis dewasa ini. sehingga dikenal oleh masyarakat global secara luas. Dan dalam kurun waktu lima tahun ke belakang menjadi salah 4. Historiografi satu obyek wisata kebudayaan yang menarik bagi para Historiografi merupakan tahapan terakhir mulai dari wisatawan lokal maupun mancanegara8. awal heuiristik, kritik sumber, hingga intepretasi. Tahapan Emile Durkheim menjelaskan, sakralitas ruang dan alam ini mencakup seluruh tahapan yang sudah dilakukan adalah seluruh aktivitas ataupun kejadian yang berkaitan sebelumnya untuk dijadikan satu kesatuan tulisan sejarah dengan alam seperti langit, matahari, batu serta peristiwa yang kronologis dan valid. Penulisan bertujuan guna gunung meletus, gempa bumi dan lain sebagainya menyajikan sebuah tulisa yang berisi berddasarkan merupakan simbol religius yang harus disakralkan. Dalam penelitian dalam bentuk cerita sejarah. pelaksanaan upacara adat Yadnya Kasada, tempat upacara adalah sesuatu yang berkenaan dengan hal sakral atau tempat HASIL DAN PEMBAHASAN yang di khususkan dan tidak sembarang orang bisa datang A. Mekanisme Upacara adat Yadnya Kasada ke tempat tersebut. Bahkan orang yang berkepentingan Kecamatan Tosari Tahun 2000-2019 sekalipun tidak boleh sembarang masuk dan melakukan Pelaksanaan ritual Upacara Adat Yadnya Kasada aktivitas di wilayah tersebut. Pada masyarakat suku Tengger, bertepatan dengan tanggal 14 bulan Kasada yang merupakan tempat yang dikategorikan sakral adalah Pendapa agung penanggaln asli suku Tengger. Sebelum dilaksanakan yang ada di lautan pasir Gunung Bromo, Widodaren (tempat upacara Adat Kasada, ada beberapa rangkaiaan upacara pengambilan tirta suci) serta Poten ( lautan pasir) yang sebelumnya. Upacara Mulunen merupakan salah satu terletak di sekitar kawasan Gunung Bromo hal 9. Lautan pasir diantaranya. Upacara Mulunen ini adalah upacara Gunung Bromo bagi suku Tengger mempunyai kekuatan pembentukan dukun adat atau pandita baru suku Tengger mistis yang sangat kuat. Kemudian yang dimaksud dengan yang nantinya memimpin Yadnya Kasada. Balai Desa sakralitas waktu menurut Durkheim, ada waktu yang Ngadisari (Brang Wetan) menjadi pusat pelaksanaan sifatnya sakral dan profan. Waktu yang sakral berlangsung Upacara yang berasal dari warga suku Tengger empat apabila manusia merayakan upacara keagamaan yang wilayah yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang dan berkaitan dengan keselamatan dan keberlangsungan hidup Lumajang. Terjadi perubahan yang cukup signifikan orang banyak. Sedang waktu profan adalah wajtu diamana terhadap apa yang dilakukan oleh warga suku Tengger yang peristiwa sehari-hari berlangsung. Dalam kegiatan sehari- berdomisili di Tosari. hari, Gunung Bromo merupakan destinasi pariwisata Di era tahun 2000an sebagian besar warga Tengger yang unggulan yang ada di Jawa Timur. Segala aktivitas ada di Kecamatan Tosari berjalan kaki dari rumah masing- berlangsung seperti biasa setiap harinya, tetapi ketika masing menuju balai desa Ngadisari dan hal itu di yakini menjelang dan berlangsung upacara-upacara adat tradisional guna mempererat tali persaudaraan diantara warga. Seiring suku Tengger salah satunya upacara adat Yadnya Kasada, berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, dewasa ini mulai aktivitas yang berada di Gunung Bromo menjadi lebih banyak warga yang memakai kendaraan bermotor untuk hening dan khidmat dibanding hari biasa pada umumnya. menuju Balai Desa Ngadisari. Dan hal itu sama sekali tidak Hal itu dikarenakan, upacara tradisional suku Tengger mengurangi rasa persaudaraan yang terjalin diantara sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widi masyarakat Tengger7. Prosesi jalan kaki dari Ngadisari yang penuh dengan kekuatan ghaib di dalamnya situasi menuju lautan pasir Gunung Bromo menjadi ritual semacam ini masuk dalam sakralitas waktu menurut Emile selanjutnya. Para pandhita berjalan menuju lautan pasir Durkheim.

7 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger 9 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 8 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 4

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020

Pengambilan tirta atau air suci menjadi awal ritual ongkek sebagai bentuk sesembahan10. Situasi semacam ini pelaksanaan upacara. Fungsi air suci ini adalah sebagai disebut dengan Chuntaka, yakni desa dalam keadaan kotor media untuk nglukat umat atau ritual penyucian jiwa seluruh atau berhalangan. Sehingga tidak diperbolehkan membawa masyarakat suku Tengger di Poten(lautan pasir). Sebagai ongkek untuk dilarung pada saat pelaksanaan upacara adat syarat mutlak, pengambilan tirta ini dilakukan 3 hari sebelum Yadnya Kasada yang pada dasarnya adalah upacara suci. acara pembukaan di laksanakan oleh dukun dari setiap desa Bagi warga yang berdomisili di desa dalam keadaan yang berada di Brang Kulon dan Brang Wetan. Acara Chuntaka tetap ikut melaksanakan kegiatan upacara adat. pembukaan Upacara Adat Yadnya Kasada di buka secara Ongkek terdiri dari berbagai macam hasil bumi, mulai dari simbolis oleh ketua pelaksana dan di hadiri oleh seluruh palawija palawiji yang berasal dari tanah Tengger ini sendiri, dukun adat Pandita Tengger. Pementasan sendratari Rara sebagai contoh kentang, gubis dan lain sebagainya. Kelapa, Anteng dan Joko Seger menjadi sajian acara pembukaan tebu, pohon piji, pohon pisang dan jajan pasar merupakan dilanjutkan dengan acara hiburan tradsional warga suku komponen lain yang terdapat pada ongkek. Tengger lainnya. Sebagai pengiring di buka nya rangkaian Rangkaian upacara selanjutnya adalah upacara Mulunen. upacara di lantunkan kidung-kidung atau nyanyian religius Upacara Mulunen ini adalah upacara untuk memilih dukun dengan di iringi ganelan semakin menambah nilai kesakralan panditha. Yang nantinya akan memimpin segala bentuk upacara adat Yadnya Kasada. upacara adat suku Tengger. Seseorang yang ingin menjadi Pelaksanaan upacara Kasada di mulai pukul 23.00 pandita harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan antara sampai 07.00 WIB. Persiapan upacara di lakukan oleh para lain, pernah menjadi sesepuh adat selama bertahun-tahun, pandita, legen dan pinisesepuh adat suku Tengger. Dengan menguasai mantra yang dibaca dalam upacara adat Tengger, mengatur segala hal yang berkaitan dengan upacara seperti persyaratan teknis dan dalam 44 hari sebelum kasada di desa tempat-tempat penting (Padmasana dan Mandala utama), tempat tinggal calon dukun tidak ada orang yang meninggal. kursi dukun adat pandita dangan mengatur kesempurnaan Cara berpakaian calon dukun adat juga di kenai syarat. wewangen, bija yan akan di bagikan kepada peserta upacara. Pakaian kemeja putih polos berbalut jas hitam dengan udeng Prosesi kedua adalah pembacaan kitab Suci Wida di lakukan coklat serta selempang dan mantra-mantra menjadi oleh seorang pembaca yang mempunyai suara merdu dan kewajiban yang harus di laksanakan dan di patuhi. Lulus indah dan tetunya juga baik bacaannya serta di lanjutkan tidaknya dukun adat Pandita Tengger di tentukan oleh hafal dengan pembacaan sejarah Kasada. Prosesi pembersihan tidaknya para calon pandita dalam melafalkan mantra- jiwa atau penyucian jiwa masyarakat suku Tengger dari hal- mantra. Dan pemasangan selempang kain kuning adalah hal kotor menjadi bagian selanjutnya. Ritual dimulai dengan tanda pandita yang bersangkutan berhak dan dinyatakan pembagian bija yang ditaruh di muka di lanjutkan dengan lulus. Salah satu mantra yang harus di hafalkan oleh para pemberian wewangian yang di letakkan di telinga seluruh calon dukun pandita adalah “ Niti Luri wulan Kasada nyekar warga Tengger disertai dengan pembakaran dupa dan di dhateng kawah Gunung Bromo, sarti ngalih ngelabuh akhiri dengan menbasuhkan tirta atau air suci di bagian palawija -palwija sak kerapala kang dipun gameni katura wajah dan kepala umat. Setelah prosesi nglukak umat, dhateng Sunan dumeling kang wonten Mungal, Sunan dilanjutkan dengan Muspa atau sembahyang. Pernoto kang wonten Poteb, Sunan Perniti kang wonten Upacara Muspa di pimpin oleh pandita dengan Bejangan, lan Sunan Kusuma kang wonten kawah Gunung mengapitkan kedua tangan dan di tengahnya di letakkan Bromo. Sampune katur Dewa Pandita Ratu “ 11. bunga. Kemudian diangkat dengan membaca doa sesuai Mantera itu menjelaskan bahwa Upacara Kasada adalah dengan masksud masing-masing. Dalam hal ini doa yang upacara yang mengingatkan terhadap perjuangan nenek dibaca dan paling sering di baca adalah pada tiga waktu yaitu moyang suku Tengger dan merupakan cikal bakal berdirinya jam 6 pagi, 12 siang dan 6 malam. Sesaji merupakan barang suku Tengger yang telah membangun dan menjaga yang harus ada dalam ritual ini. Sesaji sendiri di bagi menjadi kelestarian serta keselamatan alam. Setelah pelantikan dukun dua yaitu sesaji yang dibuat perorangan dan sesaji desa atau adat Pandita baru, saatnya mempersembahkan sesaji kepada yang bisa disebut dengan ongkek. Sesaji perseorangan tidak Sang Hyang Widhi dengan merapalkan mantra di sertai mewakili unsur apapun atau bisa disebut sebagai bentuk memercikkan air tirta suci dan membakar kemenyan. Dukun persembahan saja terhadap nenek moyang suku Tengger adat atau pandita memiliki aura kharismatik dihadapan para yang ada di kawah Gunung Bromo. Ongkek adalah sesaji warga. Seluruh warga Tengger patuh dan tunduk kepada yang mewakili nama khusus yakni persembahan dari desa Pandita, pernyataan patuh dan tunduk kepada dukun adat yang memperingati ritual sakral ini. Masing-masing desa bukan bersifat otoriter melainkan. Pandita merupakan simbol membuat dua ongkek sebagai bentuk persembahan dan kebijaksaan yang menjadi suri tauladan bagi masyarakat proses pembuatan ongkek dilakukan oleh sesepuh adat setiap suku Tengger dalam bertindak. Untuk menjadi seorang desa kemudian di berikan kepada carik. Salah satu ongkek dukun adat harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang yang sudah dibuat di bawa menuju poten (lautan pasir). sudah ditetapkan seperti diatas. Dengan kriteria yang ketat, Wajib bagi masyarakat suku Tengger untuk membawa bisa dipahami bahwa pandita adalah seorang tokoh adat yang ongkek yang sifatnya kolektif dijadikan satu per desa, sangat dihormati dan berkharisma. Kharisma yang dimiliki kecuali bagi desa yang pada saat bulan Kasada didapati oleh Pandita berimplikasi pada proses internalisasi nilai warganya meninggal dunia tidak diperbolehkan membawa tradisi yang lebih mudah. Hal itu terjadi karena interaksi

10 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger 11 Sukari Dkk, Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Tengger Brang Kulon, tanggal 16 Juni 2020 dirumah bapak Keto Pasuruan Jawa Timur,Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Yogyakarta ,2004 ,Hlm 157. 5

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 sosial berlangsung didukung oleh aura kharismatik Pandita Kecamatan Tosari melaksanakan berbagai macam upacara berupa wejangan dari tokoh adat. Proses sugesti bisa terjadi keagamaan mulai dari Galungan, Nyepi, Saraswati dan Pager karena kelompok masyarakat menganggap apapun yang Wesi. Sedangkan upacara yang asli berasal dari suku diucapkan oleh tokoh adat adalah sebuah kebenaran yang Tengger sendiri yaitu Kasada, Karo dan Mayu Desa. Upacara harus diamini. adat Yadnya Kasada menjadi upacara terbesar yang Setelah ritual pemujaan di poten dan waktu menunjukan dilakukan oleh masyarakat Tengger karena melibatkan matahari sudah mulai terbit atau yang biasa disebut dengan semua masyarakat suku Tengger dari empat Kabupaten dan putih wetan, maka saat itu pula acara ngelabuh atau larung dipusatkan di komplek Gunung Bromo yang dianggap sesaji menuju kawah Gunung Bromo akan di laksanakan sebagai tempat suci oleh suku Tengger dan ini yang sebagai bentuk persembahan. Prosesi ini dilakukan dengan dinamakan sakralitas ruang dan alam menurut Durkheim. cara berbaris dan berjalan sesuai dengan rombongan masing- Agama Hindu mengajarkan bahwa mereka harus selalu masing desa. Rombongan pertama di isi oleh para pejabat mendekatkan diri kepada TuhanNya. Dan itu jelas tertuang pemerintah bersama dengan Parisada Hidnu Dharma, diikuti pada ajaran Tri Sandya dalam agama Hindu yang berarti, rombongan para dukun adat Tengger (Pandita) yang berasal dalam sehari harus mendekatkan diri kepada Sang Hyang dari empat kabupaten ( Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Widi. Hubungan manusia dengan tuhan sangat penting Lumajang ). Barisan ketiga adalah pembawa Onkek yang dengan diiringi pula hubungan manusia dengan manusia lain dibawa oleh para legen dibantu sebagian peserta upacara, sebagai makhluk sosial. Kepercayaan suku Tengger, rombongan terakhir adalah warga suku Tengger ysng berasal hubungan dengan tuhan tidak terealisasi apabila tidak ada dari empat Kabupaten12. Sesampainya diatas , dilemparlah hubungan dengan kehidupan sosial bermasyarakat dan segala bentuk sesaji dan persembahan hasil bumi ke kawah menandakan bahwa hubungan antar sesama manusia itu gunung Bromo, menjadi akhir pelaksanaan upacara adat penting sehingga terjadi tiga hubungan yaitu manusia dengan Yadnya Kasada yang dilakukan tiap tahun akhir penanggalan tuhan, manusia dengan masyarakat dan masyarakat dengan suku Tengger. Sehari setelah pelaksanaan upacara adat tuhan sebagai aplikasi pelaksanaan upacara adat. Yadnya Kasada, sebagai rangkaian penutup diadakanlah Bagi masyarakat suku Tengger, berdoa di pura merupakan upacara Pepujan atau upacara Slametan Desa. Pepujan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap hari dikarenakan diikuti oleh semua warga dan bertempat di sanggar atau Pura ajaran agama yang diperoleh dari para leluhur sangat kuat masing-masing desa. Pepujan dipimpin oleh dukun adat dan taat. Yang menjadi fokus doa adalah diberi keselamatan Pandita dengan dibantu oleh sesepuh desa, sedangkan dan ksejahteraan dalam hidup oleh Sang Hyang Widi. sambutan diberikan oleh Kepala Desa dengan materi Sebuah pepatah yang berbunyi “ sapa nandur kabecikan pembinaan dan pembangunan desa masing-masing. bakal ngunduh kabecikan, sapa nandur barang ora becik Menurut penuturan Pak Keto, suku Tengger bakal ngunduh kacilakan” memiliki arti siapa yang menunjukkan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang. memberikan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan Mulai dari ekonomi, politik, teknologi, agama dan budaya. siapa yang memberikan kejelekan maka akan dibalas pula Tetapi para pandita Tengger yang termasuk didalamnya Pak dengan musibah “ menjadi pedoman bagi suku tengger Keto, Pak Subur dan Pak Riyadi masih memegang teguh dan dalam hidup bermasyarakat. Dan pepatah diatas sudah giat melaksanakan peribadatan sesuai dengan kepercayaan menjadi pedoman dan hukum tumimbal lahir dari suku asli mereka13. Salah satu bentuknya adalah tetap Tengger, dan bisa dirasakan efeknya sampai sekarang menggunakan alat-alat ritual seperti gentha, kropak, prasen tingkat kriminalitas di Kecamatan Tosari sangat minim. (tempat tirta suci), prapen (tempat kemenyan) serta Konsep profan menurut Durkheim adalah segala sesuatu menggunakan sarung sebagai identitas asli warga suku yang dilakukan sehari-hari dan sifatnya biasa saja. Pak Keto Tengger pada saat pelaksanaan upacara adat Yadnya Kasada menuturkan bahwa, hubungan antara adat dan agama adalah ini sudah termasuk dalam kategori sakralitas ruang dan alam suatu kesatuan yang saling berkaitan. Beliau menuturkan menurut Durkheim. Pesan Sang Hyang Widhi melalui bahwa percaya adanya agama adalah percaya adanya dzat upacara adat Yadnya Kasada adalah agar tetap hidup tentram yang lebih besar dan agung pemilik seluruh isi bumi serta antar saudara serta menjaga alam yang merupakan sumber mempercayai roh-roh nenek moyang leluhur15. Masyarakat penghidupan. Tengger sangat taat dalam bersembahyang dan menjalankan Contoh nyata pelaksanaannya adalah dengan upacara-upacara yang berkaitan dengan ketuhanan salah menjalankan upacara-upacara keagamaan yang di ikiuti oleh satunya Upacara adat Yadnya Kasada. Doa dan mantra yang seluruh warga Tengger tanpa terkecuali. Semua lapisan dihaturkan kepada Sang Hyang Widi dilaksanakan setiap 3 masyarakat terlibat dengan memberikan hasil bumi yang di kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore (Tri Sadya) peroleh dari alam. Mereka cukup memberikan apa yang bertempat di pura dan dirumah. Muncul pertanyaan kenapa mereka miliki dan tanpa ada unsur paksaan14. Dalam tidak dilaksanakan di lautan pasir Gunung Bromo saja yang keyakinannya mengajarkan bahwa Sang Hyang Widi adalah merupakan tempat sakral dan suci kepercayaan suku maha memiliki dan mengetahui. Sebagai perwujudan Tengger, dalam ajaran mereka percaya bahwa dimanapun hubungan manusia dengan tuhan, masyarakat Tengger tempat mereka berada disitu pasti ada tuhan. Hal itu

12 Mohamad Anas, 2013, Telaah Metafisik Upacara Kasada Mitos dan 14 Wawancara dengan Bapak Subur, anggota dukun panditha Tengger Kearifan Hidup Dalam Masyarakat Tengger, Jurnal Ilmiah, Vol 7, 1 Brang Kulon, tanggal 24 Januari 2020 dirumah bapak Subur Juni 2013 15 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger 13 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 6

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 dilakukan sebagai bentuk implementasi rasa syukur terhadap bertahan di daerah Australia. Pada agama totemisme, simbol karunia tuhan yang tiada henti, dijauhkan marabahaya serta alam adalah sesuatu yang dihormati, alam yang dimaksud mendapat kebahagiaan jasmani maupun rohani. Kebiasaan disini adalah hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan yang dilakukan seperti diatas adalah implementasi dari tidak boleh dilukai, apalagi dibunuh kecuali dalam perayaan budaya profan masyarakat Tengger karena sudah menjadi tertentu. Kesucian totem adalah suatu hal yang mutlak dalam kebiasaan serta dilakukan sehari-hari. masyarakat itu. Kesuciannya dapat dirasakan oleh tiap Sebagai makhluk hidup, kita harus beribadah sesuai individu pada ritual keagamaan. Implikasi dari keyakinan dengan jaran Tri Sadya yang merupakan wujud persembahan terhadap totem itu mampu menjekaskan bagaimana yang tertuang dalam upacara adat (Kasada dan Karo) itu masyarakat membangun sistem kepercayaan melalui metrupakan bagian dari hubungan manusia dan tuhan. hubungan antar konsep yang berpusat pada hal yang sakral. Dengan adanya hubungan manusia dan tuhan akan Ada cerita unik dibalik pelaksanaan upacara Adat berdampak positif bagi kehidupan orang Tengger. Mereka Yadnya Kasada mulai dari tahin 2000-2019, tepatnya pada hidup damai tanpa ada pertengkaran antar sesama suku tahun 2007. Masyarakat Tengger memiliki penanggalan Tengger16. Suku Tengger berkeyakinan bahwa Tuhan sendiri dalam sukunya, dan kasada adalah bulan terakhir merupakan dzat yang paling tinggi dan pencipta alam dalam penanggalan suku Tengger, maka dari itu Kasada semesta beserta isinya adalah maha dari segala maha. Oleh menjadi upacara puncak rasa syukur yang dilaksanakan sebab itu, manusia harus bersyukur dan berterimakasih berkat karunia tuhan yang tiada henti kepada umatnya tepat kepada Sang Hyang Widi dengan melaksanakan segala dilaksanakan di tengah malam bulan purnama. Pada tahun bentuk upacara adat sebagai persembahan kepada Sang 2007, warga suku Tengger yang berada di Brang Wetan Hyang Widi untuk menyempurnakan hubungan manusia maupun Brang Kulon melakukan perhitungan tanggal secara dengan tuhanNya. sendiri-sendiri sehingga mengakibatkan salah perhitungan Di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat dan tanggal pelaksanaan upacara adat Yadnya Kasada. ilmu pengetahuan yang berkembang sangat cepat dan Perbedaan yang terjadi adalah masing-masing Brang modern, Upacara adat Yadnya Kasada adalah upacara melaksanakan upacara pada tiga hari dan ketiganya tidak tradisional suku Tengger yang masih konsisten dilaksanakan tepat dengan penanggalan suku Tengger sampai dengan dewasa ini. Upacara adat ini sangat sakral Hal itu sempat menimbulkan polemik dan kegelisahan bagi warga Tengger di Kecamatan Tosari, karena Kasada bagi suku Tengger. Kegelisahan ini sangat mendasar, karena adalah upacara yang berkenaan langsung antara manusia warga suku Tengger sangat taat dalam beribadah dan dengan tuhanNya. Kasada adalah bentuk rasa syukur yang menaruh rasa hormat begitu tinggi terhadap arwah nenek diberikan oleh suku Tengger kepada sang Hyang Widi moyang dan kekuatan alam, mereka mengkhawatirkan karena telah memberikan penghidupan dan keberlangsungan bahwa kesalahan ini akan berdampak bagi kelangsungan hidup suku Tengger melalui alam yang sangat melimpah hidup mereka yang sangat bergantung pada alam sebagai ruah. Menurut penuturan Bapak Riyadi yang sudah menjadi komoditas utama mata pencaharian. Hasil dari perhitungan dukun Pandita suku Tengger sejak tahun 1991, banyak sekali salah penentuan dilaksanakannya upacara Kasada percaya perubahan yang mengarah pada kemajuan teknologi dan tidak percaya memang terjadi letusan yang berasal dari modernisasi yang terjadi selama 28 tahun menjadi sesepuh kawah Gunung Bromo dan suku Tengger percaya bahwa adat Tengger, perubahan itu sekali tidak mengubah yang telah terjadi itu merupakan murka dari Sang Hyang kesakralan upacara adat Kasada itu sendiri17. Perubahan Widi karena telah mensepelekan upacara Kasada yang yang paling mencolok terjadi pada masyarakat Tengger merupakan upacara bentuk rasa syukur terhadap rezeki dari dalam bidang teknologi adalah pada tahun 2000an warga Sang Hyang Widi. Peristiwa yang terjadi seperti diatas suku Tengger melaksanakan ritual upacara adat Yadnya menunjukkan bahwa masyarakat suku Tengger Kasada dengan berjalan kaki menuju kawah Bromo. Ada mengagungkan simbol-simbol alam yang harus dihormati beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa hal itu sesuai dengan konsep agama totemisme milik Durkheim. dilakukan. Faktor pertama adalah dengan berjalan bersama- Dari peristiwa yang sudah terjadi di tahun 2007 itu sama menuju tempat ritual, dapat meningkatkan menjadi pukulan telak bagi warga suku Tengger untuk lebih kebersamaan antar warga dalam kehidupan bermasyarakat. mawas diri serta lebih taat kepada sang Hyang Widhi19. Juga Disamping itu pula akses menuju Gunung Bromo juga masih terjadi perubahan berupa pemufakatan keputusan waktu belum memadai untuk dilalui kendaraan bermotor. Pada pelakasanaan upacara Yadnya Kasada antara Brang Kulon zaman melek teknologi seperti sekarang warga dan Brang Wetan dalam hal ini musyawarah antar pandita menggunakan kendaraan pribadi masing-masing menuju untuk dijadikan satu guna mengantisipasi hal yang tidak di tempat upacara18. inginkan seperti yang terjadi pada tahun 20007. Memang Dalam menjelaskan apa fungsi agama, Emile Durkheim dari berbagai upacara adat yang ada di suku Tengger, menggunakan konsep agama totemisme yang merupakan Yadnya Kasada mengandung spirit bahwa manusia harus agama paling tua yang ada di bumi ini dan bahkan masih patuh kepada Sang Hyang Widi dengan menjalankan

16 Solihin Bahari, Skripsi : “Analisis Dampak Akulturasi Budaya 18 Wawancara dengan Bapak Subur, anggota dukun panditha Tengger Masyarakat Suku Tengger di Kecamatan Sumber Kabupaten Brang Kulon, tanggal 24 Januari 2020 dirumah bapak Subur Probolinggo” (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang,2016) 19 Wawancara dengan Bapak Riyadi, anggota dukun panditha Tengger Hlm 23 Brang Kulon, tanggal 24 Januari 2020 dirumah bapak Riyadi 17 Wawancara dengan Bapak Riyadi, anggota dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 24 Januari 2020 dirumah bapak Riyadi 7

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 perintahnya serta mau bekerja keras untuk kelangsungan pada semua aturan yang sudah disepakati. Kepatuhan ini hidupnya dengan tetap mengedepankan kelestarian alam tidak lepas dari peran dukun adat atau Pandita Tengger yang agar manusia tidak mendapatkan murka dari Sang Hyang kharismatik. Orang Tengger sangat detail dalam Widi. Kepatuhan akan kekuatan penguasa alam inilah yang memperhatikan semua tata cara yang telah ditetapkan guna menimbulkan ketakukan dan berdampak pada kegiatan mendukung kelancaran pelaksanaan upacara adat. Upacara sehari-hari yaitu dengan mengikuti adat kepercayaan adat tradisional suku Tengger merupakan simbol dalam Majapahit yang menjunjung tinggi kehidupan yang jujur, memaknai kehidupan antara pribadi dengan tuhanNya, juga penuh toleransi, gotong royong dan penuh dengan kerja dimaknai sebagai bentuk sesembahan terhadap Sang Hyang keras20. Widi. Ketakutan akan kekuatan alam inilah yang berdampak Menurut penuturan Pak Keto, upacara adat Yadnya pada pola hidup masyarakat, dan menjadi refleksi dalam Kasada menjadi bagian terpenting dalam kehidupan kehidupan sejari-hari, sebagai contoh yaitu patuh terhadap masyarakat suku Tengger. Upacara ini terdiri dari berbagai kepercayaan zaman Majapahit kemudian diterapkan dengan macam pelajaran hidup yang digunakan oleh suku Tengger melakukan upacara adat sebagai bentuk ketaatan. Kemudian baik ajaran lisan maupun ritual21. Dengan tujuan, siapa saja konsep hidup menyatu dengan alam, hidup sederhana, jujur, yang mengikuti upacara ini akan dilahirkan kembali menjadi penuh toleransi, ramah, suka bekerja keras, dan gotong manusia baru dan lain dalam sebelumnya. Maka dari itu, royong23. masyarakat suku Tengger selalu mengadakan rangkaian Pelestarian merupakan usaha untuk membuat upacara yang berkenaan dengan tahapan baru dalam hidup sesuatu tetap hidup dan bertahan selama-lamanya seperti seseorang seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Atau sediakala. Juga dapat diartikan sebagai upaya bahkan dapat menjadi perubahan religius dari masyarakat mempertahankan sesuatu agar tetap sebagaimana adanya. biasa menjadi sesorang duku adat (pandita), proses ini Secara umum, pelestarian adalah upaya yang dilakukan oleh disebut dengan peralihan status. Nilai ysng diperoleh dari masyarakat guna mempertahankan suatu kebudayaan atau diadakannya upacara adat Yadnya Kasada ini adalah dapat tradisi agar tetap ada dan dilakukan meskipun diterpa mengubah individu menjadi manusia yang bertanggung kemajuan zaman. Masyarakat adalah orang yang jawab pada sesama manusia, lingkungan dan tradisi menghasilkan suatu kebudayaan, dan kebudayaan butuh leluhurnya. masyarakat untuk menjadi wadah dan media pelaksana24. B. UPACARA ADAT YADNYA KASADA SEBAGAI Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi UPACARA TRADISIONAL TAHUN 2000-2019 kebudayaan adalah hasil dari karya, rasa, dan cipta YANG TETAP EKSIS DI ERA MODERN manusia25. Pada masyarakat suku Tengger, upacara adat Dari definisi pelestarian kebudayaan diatas, dapat diidentikkkan dengan berbagai nilai keberagaman yang disimpulkan bahwa pelestarian budaya adalah mereka anut dan yakini kebenarannya serta senantiasa mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dilakukan dengan memperhatikan berbagai macam prosedur dengan mengacu pada perkembangan situasi dan kondisi pelaksanaan yang sesuai dengan ajaran agama dan leluhur. yang terus berubah serta mengalami perkembangan. Tidak Sistem upacara keagamaan meliputi sistem nilai dan norma menutup kemungkinan bahwa dalam perjalanannya, suatu keagamaan, kesusilaan, dan ajaran leluhur terdahulu yang kebudayaan dapat bercampur dengan kebudayaan baru mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan dalam pola bermasyarakat serta menjadi pedoman dalam bertindak. kehidupan suatu masyarakat. Sehingga dalam aspek kehidupan, manusia membutuhkan Dalam upacara adat Yadnya Kasada ini terjadi rasa percaya dalam hal ini aspek keagamaan. Berbagai beberapa kali perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya macam perbedaan kepercayaan seringkali kita jumpai dan maupun teknis pelaksanannya. Perubahan yang pertama masing-masing pasti mengandung nili kebenaran. Maka dari adalah, mulai periode tahun 2014 ritual tahunan masyarakat itu, faktor kepercayaan adalah mutlak dalam agama, dan suku Tengger ini mendapat perhatian dari pemerintah agama adalah kebenaran tertinggi yang diakui serta diterima Kabupaten Pasuruan. Dalam hal ini upacara adat Yadnya oleh masyarakat22. Kasada mulai dibuatkan festival tiap tahun yang bernama Manusia sebagai makhluk religius wajib Festival Adat Yadnya Kasada Bromo. Menurut penuturan mempercayai agamanya sebagai suatu kebenaran yang harus Pak Keto, sebelum diadakannya festival ini warga dipatuhi dan diyakini. Segala aspek kehidupan manusia yang masyarakat suku Tengger langsung berbondong-bondong dasarnya sudah diatur dalam ajaran agama , kemudian menuju tempat pelaksanaan upacara untuk melaksanakan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ritual. Dan apabila ritual itu sudah selesai, warga langsung mempunyai arah hidup yang jelas. Semua prosedur dan pulang kerumah masing-masing. Setelah mendapat tahapan upacara religius suku Tengger pun mengalami hal dukungan dari pemerintah Kabupaten, rangakaian upacara yang sama, bahkan masyarakatnya sangat patuh dan taat ini lebih terstruktur susunan acaranya. Bahkan tiga hari

20 Wawancara dengan Bapak Riyadi, anggota dukun panditha Tengger 23 Novilia Rosaliana, Skripsi : “ Proses Perubahan Sosial Masyarakat Brang Kulon, tanggal 24 Januari 2020 dirumah bapak Riyadi Tengger ” (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang,2001) Hlm 21 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger 24 Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja 22 Mohamad Anas, 2013, Telaah Metafisik Upacara Kasada Grafindo Persada, 2003, hlm 171. 25 Mitos dan Kearifan Hidup Dalam Masyarakat Tengger, Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Jurnal Ilmiah, Vol 7, 1 Juni 2013 Sosiologi edisi pertama, Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, hlm 113. 8

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 sebelum pelaksanaan ritual sudah ada rangkaian acara , Warga masyarakat Tosari yang memiliki mulai dari bazar, festival budaya sampai dengan malam kepercayaan selain Hindu juga mendukung prosesi Upacara resepsi sehari sebelum upacara yang diisi berbagai macam Yadnya Kasada. Menurut penuturan Bu Ema selaku warga hiburan yang sifatnya modern hingga tradisional. Maksud lokal Tosari yang beragama islam, terjadi berbagai banyak diadakannya festival ini adalah bentuk perkenalan kesenian perubahan dalam hal teknologi mulai periode tahun 2000 dan kebudayaaan masyarakat Tengger kepada para keatas sampai dengan sekarang. Tetapi seluruh warga Tosari wisatawan lokal maupun mancanegara bahwa Bromo bukan tetap menjunjung tinggi adat istiadat mereka, sekalipun hanya tentang keindahan alamnya, melainkan juga tentang upacara adat ini adalah kebudayaan Hindu. Hal itu adat istiadat yang sakral serta dipegang teguh sampai dengan dikarenakan upacara adat ini dapat menumbuhkan rasa saat ini. saling mengasihi dan menyayangi bagi seluruh warga Sehingga memunculkan perubahan dalam Tengger yang ada di Tosari yang selama ini hidup kebudayaan masyarakat yang sudah ada atau bahkan berdampingan dan harmonis sekalipun berbeda kepercayaan. memunculkan suatu kebudayaan baru. Sebuah upaya Upacara ini juga merupakan simbol toleransi antar melestarikan kebudayaan yang sudah menjadi kewajiban kehidupan umat beragama yang dapat hidup berdampingan untuk dilaksanakan sangatlah dibutuhkan. Agar dengan rukun dan tentram28. kebudayaan yang telah ada tidak pudar tradisinya dan Usaha yang dilakukan oleh para tetua adat atau hilang begitu saja. Kesenian dalam masyarakat Tengger yang biasa disebut dengan pandita Tengger dalam dikelompokkan menjadi dua, yakni kesenian yang sifatnya melestarikan upacara adat Yadnya Kasada antara lain : sakral dan kesenian hiburan. Kesenian yang sakral adalah 1. Melaksanakan Upacara Adat Yadnya Kasada tari tradisional warga masyarakat suku Tengger adalah tari tiap tahun sodoran dan tari ujung yang keduanya dipentaskan pada Upacara adat Yadnya Kasada dilaksanakan setiap rangkaian pembukaan dan penutupan upacara Karo. Nilai tahun oleh masyarakat suku Tengger. Pola pikir masyarakat budaya yang terkandung dari tari sodor adalah penjelasan Tengger yang sangat memegang teguh budaya yang mengenai alam semesta yang sifatnya abadi. Tari ujung diajarkan oleh nenek moyang menjadi alasan upacara merepresentasikan laambang persahabatan, persatuan dan tradisional ini masih eksis sampai dengan saat ini meski suka duka bersama. Kedua tari ini adalah rangkaian wajib zaman dan teknologi semakin berkembang. Upacara adat dari pelaksanaan upacara adat Karo setiap tahunnya dan yadnya Kasada dilakukan setiap tahun pada bulan Kasada dilakonkan oleh generasi muda Tengger26. Bentuk upaya atau bulan ke duabelas dalam penanggalan suku Tengger, pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat diharap tidak pernah masyarakat suku Tengger lupa akan menjadi pelecut agar tradisi lokal tetap lestari dan dapat di pelaksanaan upacara adat tradisional ini. Mereka turun-temurunkan kepada generasi penerus, seperti yang berkeyakinan bahwa upacara ini adalah bentuk sesembahan dilakukan oleh masyarakat suku Tengger di Kecamatan kepada Sang Hyang Widi atas rezeki dan karunia yang telah Tosari, Kabupaten Pasuruan melalui pelaksanaan Upacara diberikan melalui alam yang dimanfaatkan oleh suku Adat Yadnya Kasada yang rutin dilakukan setiap tahunnya Tengger sebagai sumber mata pencaharian. Pada tahun 2007 sesuai dengan penanggalan suku Tengger pada bulan menurut penuturan Pak Keto pernah terjadi kesalahan dalam Kasada. tanggal pelaksanaan upacara dan sesuatu yang tidak Masyarakat suku Tengger mempunyai kebudayaan diinginkan benar-benar terjadi di kawah Gunung Bromo29. yang telah ada sejak zaman dahulu, kebudayaan yang selalu Selain sebagai bentuk mengaplikasikan ajaran yang dilaksanakan serta di turun-temurunkan dari satu generasi ke diajarkan agama, upacara adat Yadnya Kasada juga generasi selanjutnya dan tetap dilaksanakan sampai dengan dijadikan momentum silaturahmi antar warga suku Tengger saat ini. Kebudayaan tersebut adalah Upacara Adat Yadnya yang ada di Kecamatan Tosari. Meski memiliki perbedaan Kasada, sebuah upacara persembahan bentuk rasa syukur kepercayaan, toleransi antar umat beragama di Kecamatan dari masyarakat suku Tengger yang ada di Kecamatan Tosari Tosari sangat layak dijadikan teladan bagi warga negara kepada sang Hyang Widhi. Upacara ini tergolong upacara Indonesia pada khususnya. sakral dan wajib dilaksanakan tiap tahunnya pada bulan Kasada akhir tahun penanggalan suku Tengger, tepatnya 2. Tidak merubah tatacara pelaksanaan Upacara Adat memasuki bulan purnama tanggal 15 dan dilakukan pada Yadnya Kasada dan Pemaparan sejarah sepertiga malam sampai pagi. Upaya pelestarian upacara Tata cara pelaksanaan upacara adat Yadnya Adat Yadnya Kasada tidak semudah seperti yang dilihat oleh Kasada tidak mengalami perubahan sama sekali. Semua sebagian besar orang. Terdapat kendala yang terkadang tatacara pelaksanaan yang dilakukan masih sama dengan apa menjadi penghambat pelaksanaan upacara, kendala yang yang diajarkan oleh nenek moyang suku Tengger dan sering dialami adalah faktor cuaca yang kurang bersahabat. diaplikasikan sampai dengan saat ini, ,mulai dari Menurut penuturan Pak Keto, kendala itu bukan menjadi pengambilan patirtan (air suci), upacara mulunen sampai alasan untuk tidak melestarikan kebudayaan upacara Adat dengan larung saji menuju kawah Gunung Bromo. Tempat- Yadnya Kasada27. tempat yang disakralkan juga tetap dirawat agar meiliki

28 26 Sukari Dkk, Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Tengger Wawancara dengan Ibu Ema, Ketua Penyuluh Pertanian Lapangan Pasuruan Jawa Timur, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, dan warga lokal Kecamatan Tosari, tanggal 14 Januari 2020 di Kantor Kecamatan Tosari Yogyakarta,2004,Hlm 41 29 27 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 9

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020 suasana sakral seperti tempat pengambilan air suci dan Poten Salah satu upacara adat yang masih eksis sampai ( lautan pasir Gunung Bromo ). dengan saat ini adalah upacara adat Yadnya Kasada. Upacara Upaya lain yang dilakukan oleh para Pandita ini dilaksanakan pada bulan akhir penanggalan suku Tengger suku Tengger untuk melestarikan upacara tradisional ini yaitu bualan Kasada. Kebudayaan tradisional ini yaitu dengan memaparkan sejarah adat upacara Adat dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan serta rasa syukur Yadnya Kasada secara terus menerus dengan penekanan terhadap Sang Hyang Widhi atas karunia sehat dan rezeki keutamaan jika melaksanakan upacara tradisional ini dan yang melimpah ruah dalam kehidupan sehari-hari. Suku pantang apabila meningalkannya. Sejarah mengambil tengger percaya bahwa segala yang ada di alam dunia ini bagian terpenting dalam hal ini, pengaplikasian semacam adalah milik sang Hyang Widhi, maka dari itu mereka harus ini bertujuan untuk memupuk rasa cinta terhadap melakukan persembahan sebagai wujud terima kasih dan kebudayaan suku Tengger kepada generasi penerus. bertujuan untuk memelihara hubungan baik antara manusia Pemaparan ini dilakukan pada saat rangkaian pembukaan dan tuhannNya. Seluruh warga suku Tengger wajib ikut serta upacara Adat Yadnya Kasada secara simbolis yang dalam pelaksanaan yang berpusat di kawah Gunung Bromo dihadiri oleh pemerintah empat Kabupaten yakni Malang, ini, hal itu dikarenakan upacara ini juga sebagai simbol Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo30. pembersihan dosa atas perilaku yang sudah diperbuat dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Berbagai macam hasil bumi 3. Peran keluarga dalam mengajarkan nilai penting akan dilarung dan dilempar kedalam kawah Gunung Bromo dari Upacara adat Yadnya Kasada setelah ritual dan pembacaan doa selama semalam suntuk. Berbagai tahapan pelaksanaan upacara ini dilakukan dengan Fungsi keluarga sebagai media untuk melestarikan khidmat dan penuh kesakralan. Suku tengger percaya bahwa budaya Tengger terutama upacara adat Kasada adalah tuhan hadir dalam setiap proses demi proses upacara ini dengan menekankan bahwa upacra ini adalah bentuk dilaksanakan. Sharada Bakti kepada leluhur. Sharada artinya kepercayaan Ditengah kemajuan zaman dewasa ini, Kasada tetap dan bakti adalah bakti terhadap leluhur. Dengan penekanan eksis dan lestari. Salah satu alasannya adalah dari pribadi bahwa leluhur suku Tengger itu ada dan hidup disekitar warga suku Tengger itu sendiri. Mereka adalah suku yang kita, terutama di alam tempat manusia mencari sangat taat untuk melestarikan budaya asli leluhur mereka. penghidupan. Sharada Bakti harus dilakukan dengan penuh Toleransi antar umat beragama menjadi bagian penting ketulusan hati. Hal lain yang diajarkan pada keluarga yaitu dalam kehidupan bermasyarakat, orang tengger paham betul dengan diberikan pengertian bahwa upacara ini adalah akan hal itu. Kepercayaan suku Tengger, hubungan dengan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap bulan tuhan tidak terealisasi apabila tidak ada hubungan dengan Kasada. Upacara ini bukan karena nadzar atau janji, kehidupan sosial bermasyarakat dan menandakan bahwa melainkan kewajiban. Orang tua menjadi media yang hubungan antar sesama manusia itu penting sehingga terjadi penting dalam menyampaikan bimbingan moral serta tiga hubungan yaitu manusia dengan tuhan, manusia dengan nasihat bagi para anak mengenai pelestarian budaya lokal masyarakat dan masyarakat dengan tuhan sebagai aplikasi suku Tengger sebagai pendukung upaya pelestarian yang pelaksanaan upacara adat. Kebudayaan ini menurut para juga dilakukan oleh lembaga adat Tengger seperti Pasraman pandita atau dukun adat Tengger tidak mengalami perubahan mengenai nilai-nilai budaya suku Tengger31. dalam hal tatacara dan kesakralannya. Perbedaan yang PENUTUP paling mencolok adalah pada moda transportasi yang dipakai A. Kesimpulan menuju poten dari masa ke masa. Periode awal 2000an warga Masyarakat Tengger hidup di lereng Gunung Bromo masyarakat suku Tengger yang ada di Tosari berduyun- dan Semeru, tepatnya di Kecamatan Tosari Kabupaten duyun jalan kaki menuju lautan pasir, bedanya dengan Pasuruan yang memerlukan waktu tempuh sekitar 45 menit sekarang mayoritas sudah memiliki moda transportasi dari pusat Kabupaten Pasuruan. Sebagai wilayah yang seperti jeep dan motor itu tidak mengurangi kesakralan memiliki kekayaan alam melimpah dan potensi pariwisata upacara. Karena bagian terpenting dari upacara ini adalah menjanjikan karena letak geografisnya di wilayah larung saji dari pendopo utama menuju kawah gunung pegunungan, Tosari tampil menjadi primadona baru Bromo. destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun Generasi muda tengger dipupuk menjadi penerus yang mancanegara. Kondisi alam didukung dengan kebudayaan melek akan budaya leluhur mereka. Salah satu media lokal suku Tengger yang masih lestari dan eksis tanpa terpenting untuk menumbuhkan semangat dan kepribadian mengesampingkan nilai kesakralannya menjadi daya tarik semacam ini adalah peran keluarga. Keluarga menjadi media dari Kecamatan Tosari. Masyarakat suku Tengger awal pengenalan kebudayaan tradisional suku Tengger mulai mayoritas beragama hindu memiliki banyak sekali dari penenakan bahwa upacara ini wajib dilaksanakan oleh kebudayaan tradisional yang masih dipegang teguh dan semua warga tanpa terkecuali karena berkaitan dengan dilaksanakan sampai dengan hari ini. Ditengah kemajuan pemeliharaan hubungan baik antara manusia dengan zaman dan teknologi yang kian berkembang pesat, tuhanNya. masyarakat Tengger hadir dan tetap eksis dalam B. Saran melestarikan budaya leluhur. Upacara adat Yadnya Kasada mampu menjadi wajah suku Tengger dalam hal ketaatan antara manusia dengan

30 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger 31 Wawancara dengan Bapak Keto, Ketua dukun panditha Tengger Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto Brang Kulon, tanggal 15 Januari 2020 dirumah bapak Keto 10

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 1 Tahun 2020

Tuhannya. Kebudayaan tradisional ini juga mengajarkan Soekanto, Soerjono. 2012 . Sosiologi Suatu Pengantar. arti penting toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Jakarta . PT. Raja Grafindo Persada. Eksistensi dan kelestarian budaya ini juga tidak lepas dari Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaiman . 2003. pola pikir masyarakat Tosari yang memang sudah ditempa Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta. Raja Grafindo untuk hidup damai dan tentram sekalipun berbeda Persada kepercayaan. Walhasil Upacara adat Yadnya Kasada juga menjadi salah satu event yang wajib diikuti apabila Solihin Bahari. 2016. Analisis Dampak Akulturasi Budaya berkunjung ke Gunung Bromo. Masyarakat Suku Tengger di Kecamatan Sumber Dalam penulisan karya skripsi ini memang jauh Kabupaten Probolinggo. Skripsi Universitas dari kata sempurna. Oleh karena itu diharapkan untuk Muhamadiyah Malang. adanya kritik dan masukan dalam kepenulisan karya skripsi C. Jurnal ini. Diharapkan juga dalam karya ini dapat menjadi suatu bahan refrensi maupun bacaan untuk masyarakat umum Mohamad Anas, Telaah Metafisik Upacara Kasada khususnya bagi khalayak umum agar tetap melestarikan Mitos dan Kearifan hidup Dalam Masyarakat kebudayaan tradisional suatu wilayah sebagai suatu Tengger. Jurnal Ilmiah Vol 7 pengetahuan bagi generasi muda penerus bangsa. Kamiruddin, Fungsi Sosiologis Agama (Studi Profan DAFTAR PUSTAKA dan Sakral menurut Emile Durkheim). Jurnal ilmiah Vol 1 A. Narasumber Wawancara D. Internet Wawancara dengan Eko Warnoto (Pak Keto), ketua Dukun pandita Tengger Brang Kulon Kecamatan Tosari, https://pasuruankab.bps.go.id diakses pada tanggal 15 Januari 2020 di Rumah Bapak Keto Dusun tanggal 22 Juni 2019 pukul 21.13 WIB Tlogosari, Desa Tosari Kecamatan Tosari Wawancara dengan Ema Karminingsih, Ketua Penyuluh Pertanian dan warga lokal Tengger Kecamatan Tosari, tanggal 14 Januari 2020 di Kantor pemerintahan Kecamatan Tosari. Wawancara dengan Subur, pandita Tengger Brang Kulon Kecamatan Tosari, tanggal 24 Januari 2020 di Rumah Bapak Subur ,Desa Baledono Kecamatan Tosari Wawancara dengan Riyadi, pandita Tengger Brang Kulon Kecamatan Tosari, tanggal 24 Januari 2020 di Rumah Bapak Riyadi ,Desa Tosari Kecamatan Tosari Wawancara dengan Hariati, warga lokal Tengger Kecamatan Tosari, tanggal 15 Januari 2020 di Rumah Bapak Keto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari B. Buku Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta . Ar-Ruzz Media. Bachtiar, Wardah . 2010. Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parsons . Bandung . Remaja Rosdakarya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2002. Kecamatan Tosari dalam Angka 2002. Pasuruan . Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Tengger Pasuruan Jawa Timur. Yogyakarta. Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta . PT. Rineka Cipta Novilia Rosaliana. 2001. Proses Perubahan Sosial Masyarakat Tengger. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang.

11