Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No. 1, Juli 2020: 45-58 ISSN: 1410-8291 | e-ISSN: 2460-0172 | http://bppkibandung.id/index.php/jpk

ANALISIS NETIKET KONTEN YOUTUBE DI MASA PANDEMI COVID-19

Christiany Juditha Balai Pengembangan SDM dan Penelitian Komunikasi dan Informatika Manado Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Jl. Pumorrow 76 Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, 95126 No. Telp: 0431-847129 E-mail: [email protected]

Naskah diterima pada tanggal 2 Juli 2020, direvisi tanggal 18 Januari 2021, disetujui tanggal 23 Januari 2021

NETIQUETTE ANALYSIS OF YOUTUBE CONTENT IN THE COVID-19 PANDEMIC

Abstract. The rise of videos on YouTube channels which content is viral yet insensitive to the current condition of the Covid-19 pandemic shows that ethical issues in creative content are becoming serious problems. The purpose of this study is to examine the issue of netiquette during the Covid-19 pandemic in YouTube content. This research used the qualitative content analysis method. The results concluded that a prank video, which showed the distribution of groceries containing trash and stones by Ferdian Paleka and the video of Indira Kalistha, who were reluctant to follow the procedures for preventing Covid-19, had very little ethics and did not educate the public. Both also did not realize that they had the power to influence their many followers using their content. Prank videos made mainly by content creators are considered a kind of creativity to meet the audience's desire for entertainment. Moreover, fierce competition between creators cannot be avoided; hence ethics is ruled out sometimes, and they merely intended to gain more subscribers. On the contrary, a viral video of Edward Suhadi frying eggs in the campaign aimed for people not to panic buying during the Covid-19 pandemic received many positive responses from citizens. This video also inspires people to take social action. Keywords: communication ethics, netiquette, content creative, YouTube.

Abstrak. Maraknya video di kanal YouTube yang kontennya viral namun tidak sensitif dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini menunjukkan bahwa persoalan etika pada konten kreatif menjadi masalah serius. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji persoalan netiket di masa pandemi Covid-19 dalam konten YouTube. Penelitian menggunakan metode analisis isi kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan video prank pembagian sembako berisi sampah dan batu oleh Ferdian Paleka dan video Indira Kalistha yang enggan mengikuti tata cara pencegahan Covid-19, sangat minim etika dan tidak mengedukasi masyarakat. Kedua YouTuber juga tidak menyadari memiliki kekuatan untuk memengaruhi para pengikutnya yang banyak dengan konten yang dibuat. Video prank yang banyak dibuat oleh kreator konten dianggap sebagai sebuah kreativitas untuk memenuhi keinginan khalayak akan hiburan. Apalagi persaingan ketat antara kreator makin tinggi, sehingga kadang etika dikesampingkan dan hanya mengejar jumlah subscribers. Sebaliknya, video nasi telur ceplok milik Edward Suhadi yang viral, juga mendapat banyak tanggapan positif dari warganet soal kampanye agar masyarakat tidak melakukan panic buying di masa pandemi Covid- 19. Video ini pun menginspirasi masyarakat untuk melakukan aksi sosial. Kata kunci: etika komunikasi, netiket, konten kreatif, YouTube.

DOI: 10.20422/jpk.v24i1.738 45 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

PENDAHULUAN seperti Raditya Dika memiliki 8.6 juta subscribers dengan penghasilan sekitar Saat ini aktivitas sehari-hari manusia di 2,6-46 miliar rupiah per tahun. Ria Ricis dunia tidak lepas dari penggunaan internet. mampu mengumpulkan 19.4 juta subscribers, Mulai dari berkomunikasi, bekerja, hingga dengan total penghasilan per tahun antara 1.8- mencari informasi. Penggunaan internet di 28.8 miliar rupiah. Sementara Atta Halilintar Indonesia terus meningkat setiap tahun. Survei dari Gen Halilintar mampu menggaet 21.7 We Are Social merilis data bahwa penggunaan juta subscribers dengan penghasilan mencapai internet di Indonesia tahun 2020 mencapai 5.1-81.6 miliar rupiah per tahun (Annisa, 175,4 juta pengguna. Jumlah ini naik 17% dari 2020). Menekuni profesi sebagai YouTuber tahun sebelumnya atau bertambah sebanyak dengan jumlah penghasilan besar menjadi 25 juta pengguna dalam satu tahun (We Are dambaan semua YouTuber karenanya harus Social, 2020). Media sosial juga tercatat menghasilkan konten yang menarik perhatian sebagai saluran yang paling banyak digunakan orang banyak di tengah persaingan antar oleh masyarakat Indonesia. Masih menurut kreator konten yang tinggi. hasil survei We Are Sosial total media sosial Covid-19 yang melanda dunia termasuk yang paling banyak diakses antara lain Indonesia menjadikan perhatian masyarakat YouTube (88%), Whatsapp (84%), Facebook otomatis beralih ke kegiatan online. Konten- (82%), Intagram (79%) dan (We Are konten positif dan negatif melalui kanal media Social, 2020). sosial juga bermunculan. Satu sisi, Media sosial YouTube merupakan salah menunjukkan kreasi positif tanpa batas dari satu saluran yang paling digemari masyarakat kreator konten, sisi lain beberapa di antaranya Indonesia. Melalui YouTube, masyarakat tidak lagi memikirkan edukasi dan etika. dapat menemukan konten-konten video sesuai Namun kemudian masalah muncul karena kebutuhan mulai dari berita hingga hiburan sebagian orang kini rela melakukan apa saja seperti musik, film, serta konten lainnya. Di demi mendapatkan followers, subscribers, dan balik konten-konten yang dapat dinikmati oleh likes yang banyak di media sosial. Mereka masyarakat tersebut, ada yang membuat tidak peduli dampaknya, yang penting viral konten-konten kreatif sesuai bidang dan dan menjadi perbincangan warganet meski kemampuannya. Kuncoro dkk, menyebutkan konten yang dibuat tidak beredukasi dan bahwa sejak tahun 2016, Google Indonesia beretika. Tujuan utamanya, yang penting merilis laporan bahwa konten video naik konten bisa ditonton banyak orang meski menjadi 600% yang diunggah melalui saluran isinya kontroversial dan sang kreator YouTube. Salah satu penyebab kenaikan ini, mendapatkan keuntungan finansial. karena banyaknya konten video yang disebut Fenomena ini menunjukkan bahwa yang diproduksi (Kuncoro, Putri & persoalan etika tidak lagi menjadi perhatian Pradita, 2018). Pembuatan vlog yang semakin utama bagi kreator konten. Kini banyak menjamur di kalangan anak muda dan kreator terlebih dahulu melempar konten ke kemudian diunggah di YouTube tidak terlepas khalayak, kemudian menunggu reaksi mereka. dari faktor ekonomi yang mengikutinya. Hingga di sini sebuah negosiasi virtual telah Makin banyak orang yang berusaha terjadi, termasuk pada konten dengan menyajikan konten kreatif, maka akan kandungan isi yang tidak etis. mendapatkan penghasilan dari YouTube. Malangpostonline menuliskan bahwa dalam YouTube menjadi lapangan pekerjaan, prosesnya, tidak saja konten yang baik yang sekaligus harapan bagi YouTuber untuk bisa dapat diterima, namun konten yang buruk meraup keuntungan yang melimpah dengan sekali pun dapat lolos seolah hal tersebut menjaring followers’ atau subscribers. sudah menjadi selera dari masyarakat (CNN Penghasilan YouTuber di Indonesia per Indonesia, 2020). 1000 views adalah 0,55 dollar AS. Sebuah Karena itu kemudian menarik dikaji video dengan satu juta views, maka lebih mendalam tentang etika komunikasi atau pendapatan yang diperoleh sekitar 7 juta netiket khususnya dalam konten-konten rupiah (Mohamad, 2019). Para YouTuber YouTube yang diproduksi semasa pandemi

46 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Covid-19. Kajian ini juga sangat penting kecerobohan dan mengabaikan etika serta hak sebagai bahan diskusi tentang netiket yang kini asasi manusia (Gimeno & Freeman, 2011). semakin banyak dilanggar. Serta menjadi Penelitian lain dengan judul “Law and acuan penelitian lanjutan untuk konten-konten Ethics of Communicating in Social Media” di platform lainnya seperti di podcast, vlog, juga dilakukan oleh (Fidiyani, Sulistianingsih dan lain sebagainya. Berdasarkan latar & Pujiono, 2017). Hasil penelitian belakang tersebut maka rumusan masalah dari menyimpulkan bahwa netiket adalah pedoman penelitian ini adalah bagaimana netiket di etis antara para warganet dalam masa pandemi Covid-19 dalam konten berkomunikasi. Kesadaran untuk YouTube? Adapun tujuan penelitian ini adalah berkomunikasi dengan baik menunjukkan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat yang kurang pada guru di sebuah persoalan netiket di masa pandemi Covid-19 sekolah kejuruan di Purwokerto. Hal ini dalam konten YouTube. seringkali menimbulkan persoalan hukum, Penelitian-penelitian terdahulu tentang karena kebiasaan buruk dalam komunikasi di etika di media daring menjadi rujukan sebagai dunia nyata itu pula yang dipakai di dunia kajian Pustaka untuk dilakukan penelitian ini. maya. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena Penelitian tentang etika di media sosial pernah mereka adalah guru yang semestinya menjadi dilakukan oleh Khasanah (2019) dengan judul teladan bagi siswa-siswa. Karena itu perlu “Communication Ethic in Social Media: adanya kegiatan kesadaran dan patuh pada Analitical Study of Surah Al-Hujarat”. Latar hukum dan etika komunikasi di ruang virtual. belakang dilakukannya penelitian tersebut Penelitian-penelitian yang dilakukan di adalah semakin banyaknya komodifikasi atas mengkaji etika komunikasi di media sosial agama dalam ruang virtual yang terlihat pada dengan latar belakang agama, bisnis, dan kampanye pemilu serentak. Simpulan dari pendidikan. Sedangkan penelitian ini penelitian tersebut yaitu komunikator sebagai mengkaji lebih dalam persoalan etika sumber berita dan komunikan sebagai komunikasi yang dikaitkan dengan konten pembaca berita. Dalam berkomunikasi, YouTube di masa pandemi Covid-19. komunikator harus menyampaikan pesan Sebelumnya belum pernah diteliti tentang hal dengan lembut serta menyesuaikan dengan tersebut. Hal inilah yang menjadi kebaruan lawan komunikasinya. Juga tidak (novelty) dari penelitian ini, sehingga penting menyampaikan pesan yang berisi hoaks, untuk dilakukan. namimah, ghibah, adu domba, serta tidak merendahkan yang lain. Sementara sikap tabayyun dan kritis terhadap kebenaran isi LANDASAN KONSEP berita perlu ditanamkan dalam diri seorang komunikan atau penerima pesan. Covid-19 telah menjangkiti hampir “Videoblogging’ Human Rights on seluruh negara di dunia, sehingga WHO atau YouTube: An Ethical Dilemma” adalah organisasi kesehatan dunia menetapkannya penelitian yang juga dilakukan oleh Gimeno sebagai pandemi. Tumanggor dalam Wibawa dan Freeman. Penelitian ini mempertanyakan (2020) mengatakan persoalan pandemi Covid- perbedaan antara realitas virtual dan 19 tidak hanya menyangkut soal kesehatan dan kehidupan nyata yang mana nilai-nilai inti dan ekonomis semata, namun masalah etis juga etika yang menjadi keharusan mesti terus terkait di dalamnya. Berbagai persoalan etis diperiksa kembali. Hasil penelitian muncul ke permukaan baik itu etika kesehatan, menyebutkan bahwa internet memiliki peran kebijakan publik, dan juga etika dalam menyediakan ruang publik alternatif, berkomunikasi. Di saat seperti ini, etika sebagai satu kesatuan seperti di kanal respons komunikasi krisis dari berbagai pihak YouTube. Di media sosial ini, anonimitas dan sangat penting paling tidak untuk kedekatan sangat memengaruhi cara manusia meminimalisir polemik yang ada. berkomunikasi yang dapat menghasilkan Kata asal etika yaitu ethikus atau dalam perpecahan yang lebih besar di antara bahasa Yunani biasa disebut dengan ethicos masyarakat serta menyebarkan budaya yang artinya tingkah laku manusia yang 47 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha ukurannya baik dan buruk, juga menyangkut 1) Mengunggah konten yang tidak kaidah, norma, nilai, serta kebiasaan menyinggung perasaan orang lain; 2) (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Menghargai pendapat orang lain, etis, dan Menurut William Benton, dalam Karimah & jangan melanggar hukum; 3) Menaati aturan Wahyuddin secara terminologi etika adalah yang berlaku di setiap media sosial; 4) Hal-hal studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai yang bermanfaat serta yang belum diketahui benar, salah, baik, buruk, harus, dan atau oleh orang lain yang sebaiknya diunggah; sebagainya atau adat istiadat dengan kata lain 5) Gunakan ejaan dan tata bahasa yang sesuai prinsip-prinsip umum yang benar saat ketika berkomunikasi online dan mengunggah seseorang menerapkannya dalam segala hal hal yang masuk akal; 6) Membagikan (Karimah, 2010). Sedangkan etika komunikasi pengetahuan dan wawasan; 7) Mengendalikan adalah semua kegiatan komunikasi di suatu emosi; 8) Menghargai privasi orang lain; 9) masyarakat yang di dalamnya terkandung Seseorang tidak berhak untuk memanfaatkan norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang sesuatu ke hal-hal yang menyimpang meski baik (Haryatmoko, 2007). memiliki kekuatan dan mengetahui lebih dari Sikape (2014) mengatakan bahwa media yang lain di dunia maya; 10) Tidak semua yang menerpa khalayak akan memengaruhi orang paham dengan netiket. kehidupan sehari-hari. Media sosial misalnya Sementara itu, Charles Ess dapat mengubah budaya komunikasi bagi mengidentifikasi tiga karakteristik utama dari mereka yang intens menggunakannya. media digital baru yaitu konvergensi, media Manusia akan dibentuk sendiri oleh teknologi pelumas, dan implikasi global. Setiap tersebut termasuk membentuk cara berpikir karakteristik menggambarkan bagaimana individu karena perubahan yang terjadi dalam media digital memungkinkan perubahan besar berkomunikasi. Media sosial menjadikan dalam kemampuan komunikasi dalam hal pengguna merasa memiliki hak untuk aksesibilitas, kecepatan, dan cakupan. Namun berkreasi, berinisiatif, serta bertindak apa saja menurut Ess terdapat implikasi dari tanpa adanya larangan. Meski bersifat bebas karakteristik baru ini, yang mengalami dan terbuka namun masih ada batasan yang tantangan dan masalah utamanya yang mengaturnya yang disebut dengan netiquette berhubungan dengan standar budaya, sosial, atau netiket. Ess (2013) mengatakan media dan juga etika di antaranya adalah masalah baru menghasilkan etika baru dan privasi (Ess, 2013). Privasi adalah satu menjadikannya masalah baru. masalah utama yang muncul dengan Tavani (2013) mengatakan selain perubahan baru ini, seperti banyak aspek menjadikan komunikasi manusia lebih mudah, kehidupan masyarakat yang bocor ke dunia teknologi internet dalam transaksi informasi, maya, kamera digital yang dapat menyerang juga membawa konsekuensi etis. Saat privasi seseorang, tanpa sepengetahuan terhubung dengan internet, pengguna wajib korban, atau orang lain dapat mengambil mematuhi netiket (Baum, 2005; Bailey, 2008; gambar tanpa persetujuan, dan membaginya Pręgowski, 2009). Netiket berasal dari kata secara online tanpa sepengetahuan korban, netiquette yang merupakan penggabungan mempertaruhkan reputasi, kredibilitas, dan kata “net” (jaringan) dan “etiket” (seperangkat hubungan, dan lain-lain (Ess, 2013). aturan perilaku dan kebiasaan sosial). Netiket Pemahaman etika di dunia maya juga merupakan aturan perilaku pengguna pada perlu diikuti dengan kemampuan literasi jaringan yang terhubung internet (Kozík & media seseorang saat berinteraksi di dalamnya. Slivová, 2014). Sedangkan Strawbridge Renee Hobbs menegaskan bahwa literasi (2006) menggarisbawahi bahwa netiket adalah media adalah kemampuan seseorang untuk pengaturan perilaku pengguna internet saat mengakses, menganalisis, mengevaluasi, serta menggunakan e-mail, papan buletin, ruang mengomunikasikan pesan dalam beragam obrolan, newsgroup, dan lain sebagainya. bentuk (Hobbs, 2011). Tujuan literasi akses Virginia Shea dalam Agustina (2016) terhadap informasi kuat, lingkungan mengatakan ada beberapa peraturan ketika pendidikan tumbuh, dan akses terhadap berkomunikasi di dunia maya (netiket), yaitu: berbagai sumber informasi dapat berkembang.

48 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Kemampuan literasi masyarakat menjadikan yang dikembangkan yang dapat pemilihan informasi lebih kritis sesuai diinterpretasikan guna ditemukan signifikansi kebutuhan dan berbagai pesan di media dapat secara teoretis. dimaknai dengan baik (Hobbs, 2011). Teknik pengumpulan data dalam kajian Sedangkan Potter (2001) berpendapat bahwa ini adalah dengan mengunduh tiga video di literasi media memiliki beberapa elemen yaitu YouTube yang viral selama masa pandemi masyarakat dan individu sadar akan dampak Corona-19 yaitu video dengan judul “Video media; proses komunikasi massa dapat Prank Sembako Sampah”, “Video Indira dipahami, pengembangan strategi-strategi Kalistha Corona” dan video “Selalu Ada Telor yang digunakan dapat dianalisis, pesan-pesan Ceplok”. Alasan pemilihan “Video Prank media dapat dibahas; dapat menumbuhkan Sembako Sampah” dan “Video Indira Kalistha kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang Corona” sebagai bahan kajian karena selain memberikan pengetahuan dan wawasan; dan viral juga membuat kontroversial karena kesenangan, pemahaman dan apresiasi kontennya yang dinilai negatif, sementara terhadap isi media dapat ditingkatkan. video video “Selalu Ada Telor Ceplok” cukup Salah satu platform media sosial yang memberikan inspirasi positif bagi masyarakat paling populer di dunia dan juga di Indonesia di masa pandemi Covid-19. Kemudian adalah YouTube. YouTube mulai didirikan melakukan transkrip seluruh percakapan oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed dalam video sebagai bahan kajian. Data yang Karim pada Februari 2005 dengan nama telah diperoleh tersebut kemudian YouTube.com. Melalui YouTube, orang- dikumpulkan dalam lembar koding kemudian orang mulai membuat berbagai video untuk dibedakan berdasarkan kategori netiket yang diunggah, berbagi, dan ditonton. Sejak itu, telah ditetapkan. Adapun kategorisasi yang YouTube memiliki miliyaran audiensi menjadi pedoman kajian seperti terlihat pada pengguna (Alias et al., 2013). Dengan Tabel 1. YouTube, semua masyarakat memiliki Teknik analisis data dalam penelitian ini kebebasan untuk dapat berperan baik sebagai yaitu secara deskriptif sesuai dengan temuan kreator maupun penonton. Hal ini menjadi perkategori secara umum. Hasil penelitian ini daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk juga dibandingkan dengan kajian serta bebas memilih konten dan juga penelitian-penelitian sebelumnya, konsep- memproduksinya. Tidak heran jika YouTube konsep ilmiah serta sumber lainnya yang menjadi media hiburan terlaris. Khalayak aktif tujuannya untuk memperkuat hasil penelitian pengguna YouTube meningkat tajam serta secara ilmiah. mampu menandingi televisi sebagai media hiburan konvensional. Frekuensi minat audiens yang cukup tinggi terhadap YouTube HASIL PENELITIAN DAN disebabkan ada peran kreator lokal maupun PEMBAHASAN internasional yang menjadi penyedia konten di laman YouTube (Ulya, 2019). Selama masa pandemi banyak konten kreator YouTuber yang membuat konten dari rumah bermunculan. Isinya pun sangat METODE PENELITIAN beragam, ada yang berhubungan dengan

Covid-19 ada juga dengan tema yang lebih Penelitian ini menggunakan metode umum. Dalam kondisi seperti ini, persaingan analisis isi kualitatif. Krippendorf (2004) konten pun terjadi, sehingga YouTuber harus menjelaskan bahwa analisis isi adalah suatu bekerja keras untuk menghasilkan ide dan teknik penelitian yang tujuannya guna konten kreatif yang bisa bersaing dan mendapatkan simpulan dari makna sebuah menghibur. Sayangnya beberapa kasus konten teks. Prosedur penelitian ini dapat dipercayai kontroversial di masa pandemi ini juga sempat serta dapat atau diaplikasikan dalam konteks viral di antaranya Video Prank Sembako yang berbeda dan sah. Sedangkan menurut Sampah dan Video Indira Kalistha Corona. Fields (1988), analisis isi kualitatif adalah data

49 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

Tabel 1 Kategori Netiket di Ruang Virtual Kategori Mengunggah konten yang tidak menyinggung perasaan orang lain Menghargai pendapat orang lain, etis, dan jangan melanggar hukum Menaati aturan yang berlaku di setiap media sosial Mengunggah hal-hal yang bermanfaat serta yang belum diketahui oleh orang lain dan masuk akal Menggunakan ejaan dan tata bahasa yang sesuai ketika berkomunikasi online Mengendalikan emosi Menghargai privasi orang lain Sumber: diadaptasi dari konsep netiket dan literasi media (Virginia Shea dalam Agustina, 2016; Ess, 2013; Hobbs, 2011, dan Potter, 2001)

Seorang YouTuber bernama Ferdian sebagai juru kamera yang merekam seluruh Paleka membuat video prank sembako isi adegan pemberian paket tersebut. Dua hari sampah. Video ini dibuat demi hiburan semata setelah rekaman video itu yaitu tanggal 3 Mei yang kemudian diunggah di akun YouTube 2020 para pelaku mengunggah video prank itu miliknya. Kronologi pembuatan ini sebagai di kanal YouTube di akun Ferdian Paleka. berikut; pada 30 April 2020, Ferdian dan Namun setelah kejadian itu salah seorang kawan-kawannya berkumpul di rumah Ferdian penerima paket sembako isi sampah itu merasa Paleka untuk mendiskusikan konten YouTube terhina dengan aksi Ferdian dan kawan- tersebut. Saat ini seorang teman Ferdi bernama kawannya, sehingga melaporkan kejadian Aidil memberikan ide untuk membuat video tersebut ke Polrestabes Bandung. Beberapa prank pemberian makanan dan sembako hari kemudian, Ferdi dan rekan-rekannya kepada waria-waria di pinggir jalan di Kota diamankan petugas setelah sempat menjadi Bandung. Tetapi paket itu diisi dengan batu buron (Farisi, 2012). Sebelum menjadi buron dan sampah. polisi, sebenarnya Ferdian sudah meminta Keesokan harinya Ferdian dan kawan- maaf melalui story di akun Instagramnya. kawannya mulai melakukan aksi mereka Sayangnya permintaan maaf tersebut lagi-lagi dengan sasaran para waria di Jalan Ibrahim mengundang kecaman publik karena Ferdian Adjie, Bandung. Paket sembako yang berisi terkesan tidak serius dan mempermainkan sampah dan batu itu diberikan langsung oleh keadaan. “Saya pribadi meminta maaf atas Ferdian dan Tubagus. Sementara tugas Aidil kelakuan saya yaitu…tapi boong yaaa”.

(Sumber: YouTube.com, https://www.YouTube.com/watch?v=trp1XiMMZe0) Gambar 1. Video prank sampah di kanal YouTube Ferdian Paleka

50 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

Konten video prank sampah yang Ramadan ini karena tujuan mereka untuk berdurasi 11 menit 48 detik ini menceritakan membantu pemerintah membersihkan sampah kronologis pemberian paket batu dan sampah masyarakat dari kaum sodomi (waria). ini. Mulai dari para pelaku mempersiapkan Video selanjutnya adalah video Indira paket sampah, kemudian dilanjutkan dengan Kalistha Corona. Berawal dari seorang perjalanan mencari waria-waria yang mangkal YouTuber bernama Gritte Agatha yang di jalan-jalan untuk diberikan paket tersebut, membuat konten dengan mewawancarai hingga pemberian paket kepada target yang YouTuber lainnya, Indira Kalistha yang dimaksud. Kepada para korban-korbannya, kemudian diunggah di kanal YouTube milik Ferdian juga mengatakan “Jangan lupa ya Gritte Agatha pada 13 Mei 2020. Konten yang subscribe kanal YouTube kita ya”. Setelah dibahas dalam wawancara ini adalah tentang pemberian paket itu para pelaku kembali ke Covid-19. Dalam konten video itu Indira dalam mobil dan menertawakan korban- mengaku enggan mengenakan masker dan korbannya disertai kata yang tidak pantas mencuci tangan untuk mencegah penularan seperti anjing, idiot, goblok, dan lain Covid-19. Indira juga mengaku menanggapi sebagainya. Di bagian terakhir, Ferdian munculnya virus Corona dengan biasa saja dan mengatakan “Pasti ada yang ngomong, Bang tetap beraktivitas seperti biasa dan tidak lu gak kasian sama banci-banci itu? Ya, mau mengenakan masker untuk mencegah gimana lagi?” Salah satu pelaku mengatakan penularan virus. “Aku percaya corona itu ada, “Karena mereka bandel, kan ini bulan suci penyakitnya ada, cuma Ramadhan, harusnya beribadah. Apalagi dia sebenarnya enggak seheboh itu lho. juga tidak mematuhi pemerintah yang Terkadang tuh masyarakat terlalu harusnya PSBB karena Covid. Kan Covid itu gampang ngambil berita padahal bisa tertular dari dia”. Ferdian juga mereka enggak ngedengerin dari beberapa mengatakan, jangan ada yang menghujat pihak, cuma satu pihak aja. Nah aku tuh tipe mereka atas aksi yang dilakukan di Bulan yang, ‘corona? B (biasa) aja gitu’,” katanya.

Sumber: YouTube.com, https://www.YouTube.com/watch?v=3161pQB316w&t=63s) Gambar 2. Video Indira Kalistha Corona

51 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

“Aku jarang pakai masker. Kalau sheet Video berdurasi singkat hanya 2:07 mask, aku pakai setiap hari, ya. Kalau masker menit dapat dikatakan video kreatif di awal- yang udara-udara gitu, aku enggak pakai. Tapi awal masa pandemi mulai terjadi di Indonesia. kalau enggak ditegur, kita lepas lagi. Ini napas Isinya soal kampanye agar masyarakat tidak sayang-sayang ditutup-tutup gitu, lho, ya. panik dengan melakukan panic buying di masa Sesak, nih, dada juga sesak, ya," ujar Indira. pandemi Covid-19 hanya karena takut Bukan hanya itu, Indira juga mengaku kehabisan makanan. Edward menuliskan tak mencuci tangan sebelum makan ataupun bahwa: “Bukan soal orang susah makan, tapi memegang barang bersama. "Terus habis itu soal membuat suasana keruh yang berbuntut misalnya kalau ke mall atau ke pasar segala panjang kemana-mana. Padahal makan sama macem pegang-pegang. Misalnya abis beli telor ceplok udah bikin merem melek. Bagikan makanan nih dari ojek online, aku nggak cuci ini yuk. Saya sudah buat dengan sederhana tangan baru makan. Jadi kayak ambil-ambil supaya dimengerti, dan semoga aja segala terus makan aja pakai tangan,'' mengurungkan niat latah panic buying”. ujarnya. "Wallahualam, lu kena corona Sejak pandemi Covid-19 merebak di kek, kena penyakit apa kek, demam Indonesia, terjadi belanja berlebihan atau berdarah kek, semua bisa panic buying di kalangan masyarakat. mati, lu tahu, hah? Emosi gue jadinya," Masyarakat dari golongan menengah ke atas katanya. memborong berbagai barang dan kebutuhan Pernyataan Indira itu menjadi viral dan sehari-hari karena khawatir stok makanan ramai dibicarakan di media sosial, bahkan akan habis dan mereka kelaparan. Kondisi ini sempat menjadi trending nomor satu di menjadi perhatian banyak orang dan juga Twitter. Namun pernyataannya yang menjadi prihatin. Salah satunya adalah Edward kontroversial ini juga menuai kecaman dari Suhadi, yang juga adalah seorang Creative publik. Indira dianggap meremehkan Director di sebuah perusahaan di Jakarta. penyebaran virus Corona dan melanggar Keadaan tersebut membuat Edward miris instruksi pemerintah sekaligus juga melukai melihatnya. Merespons kondisi ini, Edward hati para petugas medis yang selama ini berada melakukan kampanye agar masyarakat tidak di garda terdepan penanganan Covid-19 panik di tengah pandemi Covid-19 dengan (Anitha, 2020). membuat video "Selalu Ada Telur Ceplok". Setelah mendapat banyak kecaman dari Video ini pun disambut positif dan viral di publik termasuk seorang dokter yang media sosial. Merespons panic buying di menuliskan pernyataan terbuka kepada Indira, tengah masyarakat, Edward mengingatkan akhirnya Indira meminta maaf kepada bahwa hanya telur ceplok yang dibutuhkan masyarakat umum. Indira meminta maaf setiap orang untuk hidup. Karena telur ceplok, melalui akun Instagramnya dan juga dalam apalagi kalau ditambah kecap hampir digemari wawancara dengan Deddy Corbuzier melalui oleh semua masyarakat di Indonesia (Lova, kanal YouTube Deddy. Sementara Gritte 2020). Agatha pemilik akun juga meminta maaf serta Hal yang menarik untuk didiskusikan menghapus video tersebut dari kanal bahwa kedua konten video prank Ferdian dan YouTubenya. Indira dapat dikatakan minim etika dan sama Video “Selalu Ada Telur Ceplok” dibuat sekali tidak mengedukasi masyarakat. Meski oleh Edward Suhadi yang juga adalah seorang Ferdian sendiri mengaku membuat aksi komika. Video ini diunggah pertama kali di membagikan sembako sampah bagi para waria akun Twitter dan Edward pada adalah untuk membantu pemerintah memberi tanggal 18 Maret 2020. Video ini banyak efek jera bagi waria yang masih beraktivitas mendapat tanggapan positif dari publik, selama bulan Ramadan dan di tengah pandemi sehingga dibagikan (repost, regram, retweet) Covid-19. Kepada polisi, Ferdian mengaku berkali-kali. Termasuk akun dari YouTuber membuat konten prank tersebut untuk lain menggunggah kembali video tersebut di meningkatkan jumlah subscriber atau kanal YouTubenya. pengikut di kanal YouTubenya.

52 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

(Sumber: Twitter: https://twitter.com/edwardsuhadi/status/1240154990590730241 Youtube: https://www.YouTube.com/watch?v=zWlwpbVEzpw) Gambar 3. Video Selalu Ada Telur Ceplok

Sama dengan Ferdian, apa yang apapun dengan sangat cepat dengan jangkauan dilakukan Indira juga dianggap tidak memiliki yang lebih luas (Juditha, 2019). etika. Pernyataan Indira yang meremehkan Saat ini konten-konten prank banyak soal virus Corona ini, ditanggapi negatif oleh dibuat oleh para kreator mulai dari yang publik (warganet) termasuk oleh salah seorang sederhana hingga yang dianggap tidak etis influencer yang juga adalah dokter. Dr. Tirta dapat ditemui di kanal YouTube. Prank melalui akun Instagramnya menuliskan bahwa dianggap sebagai sebuah kreativitas untuk saat seseorang memilik followers yang banyak memenuhi keinginan khalayak akan sebuah maka otomatis orang tersebut memiliki hiburan. Pengamat budaya dan komunikasi pengaruh, karena setiap kontennya juga bisa digital dari Universitas Indonesia, Firman memiliki dampak. Karena itu setiap orang Kurniawan mengatakan para YouTuber yang memiliki akun dengan pengikut yang memproduksi prank karena adanya banyak sebaiknya lebih memperhatikan permintaan di dunia hiburan melalui media dampak dari unggahan mereka. sosial. Hal ini membutuhkan kreativitas yang Sejalan pendapat Tirta, Nurudin juga tidak berhenti untuk menciptakan kebaruan. menambahkan bahwa etika dalam berinteraksi Apalagi audiensi selalu ingin sebuah hiburan harus diperhatikan saat melakukan aktivitas di yang baru dengan konten yang tidak monoton. media sosial. Hal ini sangat penting agar tidak Konten prank yang dibuat juga semata-mata berdampak buruk dalam kehidupan baik untuk merebut perhatian audiensi, karena yang secara langsung maupun tidak langsung terjadi saat ini adalah persaingan yang ketat (Nurudin, 2009). Media sosial juga seharusnya antara kreator konten untuk mendapatkan menciptakan ruang untuk diseminasi gagasan banyak like, retweet, reposting, traffic, hingga secara rasional dan menyejukkan dan menjadi trending topic (CNN Indonesia, 2020). Dalam tempat untuk mendudukkan proses dialog menciptakan konten kreatif tersebut kadang dalam berkomunikasi sesuai etika yang mengesampingkan keetisan sebuah konten. berlaku (Wahyudin, 2016). Apalagi sifat Meski konten tidak etis tersebut sempat lolos media sosial yang dapat memproduksi dan dan banyak ditonton namun akhirnya berhenti berbagi berita begitu mudah, ditambah dengan akibat publik yang marah dan melakukan sifat viralnya memfasilitasi berbagi konten protes karena dinilai tidak etis dan melukai banyak pihak di masa pandemi ini.

53 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

Sementara itu, Enda Nasution yang juga 3.000 penerima manfaat di panti asuhan, panti adalah pengamat media sosial, dalam jompo, rumah singgah/belajar, dan keluarga (Mukaromah & iOS: pra-sejahtera yang terkena dampak. Menurut https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) Co-founder Food Cycle Indonesia, Herman mengatakan, sebenarnya aksi prank telah biasa Andryanto, kampanye ini awalnya dilakukan. Pembuat konten di YouTube atau terinsipirasi dari video “Nasi Telor Ceplok” internet tidak saja yang sering membuat prank, yang dibuat Edward Suhadi yang mendorong namun di media lain seperti televisi, konten masyarakat untuk tidak melakukan panic prank juga biasa diproduksi. Prank merupakan buying atas kebutuhan pangannya (Sarah, genre khusus di kalangan pembuat konten, 2020). karena dianggap relatif lebih mudah untuk Konten video Edward yang memberi membuatnya. Namun prank akan menjadi inspirasi untuk orang lain untuk melakukan hiburan serta dapat menghasilkan jumlah hal-hal yang positif karena ada sensitivitas pengikut yang banyak jika kontennya dapat kreator di masa pandemi Covid-19. Enda dikelola dengan baik. Prank akan menjadi dalam (Mukaromah & iOS: positif jika formatnya hiburan namun berupa https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) mengatakan kritik sosial misalnya. Seharusnya pesan bahwa pembuat konten harus sensitif dengan positif dalam konten prank juga diselipkan keadaan dalam kondisi seperti ini. Meski sehingga berguna bagi setiap orang yang pembuatan konten merupakan bentuk menyaksikannya. Enda menilai konten prank kebebasan berekspresi, namun kreator konten Ferdian Paleka seharusnya tidak terjadi juga dibatasi oleh audiensi. Karena itu kreator apalagi di masa pandemi virus Corona yang mempunyai pilihan untuk membuat sesuatu sangat menyakiti hati banyak orang karena dengan kualitas tinggi, benar, dan tujuannya dinilai keterlaluan mengerjai orang sementara baik. Hal ini sesuai juga dengan hasil saat seperti ini banyak orang yang sedang penelitian yang dilakukan oleh Khasanah membutuhkan (Mukaromah & iOS: bahwa sebagai komunikator dalam https://apple.co/3hXWJ0L, 2020). Hal ini juga berkomunikasi tidak mengandung unsur adu memperkuat pendapat Tumanggor dalam domba, hoaks, ghibah, menyampaikannya Wibawa (2020) yang menyebutkan bahwa dengan lembut yang disesuaikan dengan lawan persoalan Covid-19 bukan sebatas masalah bicaranya, serta tidak diperkenankan medis dan ekonomi saja namun juga persoalan merendahkan orang lain (Khasanah, 2019). etika termasuk etika komunikasi. Kadang kecepatan dan kebebasan di Berbeda dengan Ferdian dan Indira, internet membuat pengguna lupa bahwa konten Edward Suhadi justru sebaliknya. mereka dibatasi oleh etika dan moral yang Konten nasi telur ceploknya ini menjadi viral berlaku di masyarakat. Penggunaan media dan ditanggapi secara positif oleh banyak sosial menjadikan pengguna berhak bertindak, warganet. “Terlintas aja, ini kan keseharian berinisiatif, berkreasi apa saja tanpa ada yang aja, ngingetin orang untuk tidak panic buying melarang dan menentang. Flew mengatakan dalam keadaan yang begini. Kenapa telur bahwa media sosial yang adalah bagian dari ceplok, karena kita suka lupa makanan favorit media baru bersifat imparsial. Konten- yang sebenernya murah, kalorinya tinggi, kontennya tidak berpihak pada siapapun dan enggak usah panik, makan telur itu udah tidak dikuasai oleh segelintir orang saja karena kenyang,” ujar Edward dalam Kompascom sering disebut sebagai media yang sangat (Lova, 2020). demokratis. Setiap orang dapat menjadi Konten kampanye nasi telur ceplok ini produsen dan konsumen secara bersamaan dan juga menginspirasi banyak pihak untuk setiap pengguna dapat berlaku aktif di sana melakukan gerakan sosial di masa pandemi (Flew, 2008). Covid-19. Di antaranya Zomato Meski bersifat bebas dan terbuka masih Indonesia dan Food Cycle Indonesia yang ada netiket atau batasan-batasan yang bekerja sama menggalang dana mengaturnya (Sikape, 2014). Karena itu mendistribusikan bahan pangan seperti beras, pengguna siapapun dia baik kreator konten telur, minyak goreng, dan kecap kepada sekitar ataupun warganet tetap harus menyadari

54 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

bahwa sistem jaringan sosial di media sosial lain, pahami konten yang diunggah, dan sama dengan yang ada di kehidupan nyata. pastikan hal tersebut masuk akal, konten yang Interaksi di media sosial juga dibatasi oleh sifatnya berbagi pengetahuan dan wawasan, etika, nilai, norma, dan aturan kemanusiaan serta menghargai privasi orang lain. lainnya (Fahrimal, 2006). Etika komunikasi di YouTube sendiri dalam laman media sosial inilah menjadi standar etika yang websitenya dengan tegas menuliskan aturan harus digunakan oleh komunikator dan main dan syarat mengunggah konten di komunikan dalam menilai teknik, isi, dan YouTube yaitu tidak mengunggah konten tujuan komunikasi (Haryatmoko, 2007). yang berhubungan dengan seksual atau Literasi juga dibutuhkan dalam berinteraksi di ketelanjangan, konten yang merugikan atau media sosial, yaitu perlu memiliki berbahaya, konten yang mengandung keterampilan tidak hanya untuk mengakses kebencian, konten kekerasan atau vulgar, tetapi mampu juga berpikir kritis untuk pelecehan dan cyberbullying, spam, metadata melihat dampak yang menyertai kehadiran yang menyesatkan, dan scam, ancaman, konten di sebuah media (Juditha, 2017). menghargai hak cipta, menghargai privasi, Tidak dipungkiri, YouTuber dan Vloger tidak melakukan peniruan identitas, serta seperti Ferdian dan Indira terbilang berusia konten yang melindungi keselamatan anak. masih sangat muda. Vromen dalam Rennie & Adapun kebijakan tambahan dari YouTube Thomas mengungkapkan bahwa anak muda meliputi “Jika perilaku kreator YouTube, baik memiliki tingkatan penggunaan media digital di dalam maupun di luar platform, lebih tinggi daripada orang dewasa (Zaenudin membahayakan pengguna, komunitas, et al., 2020). Kalangan muda biasanya karyawan, atau ekosistem kami, kami dapat memiliki kreativitas dan produktivitas yang merespons berdasarkan sejumlah faktor tinggi dan dianggap paling berpengaruh. termasuk, namun tidak terbatas pada, seberapa Seperti simpulan dari hasil penelitian yang buruk tindakan tersebut dan apakah ada pola dilakukan oleh Kuncoro et.al bahwa generasi perilaku yang membahayakan atau tidak. muda merupakan pelaku utama yang akan Respons yang kami berikan akan berkisar dari mendorong kemajuan bangsa melalui penangguhan hak istimewa kreator hingga produktivitas mereka, salah satunya dengan penghentian akun” (YouTube, 2020). membuat vlog. Menjadi seorang vlogger YouTube memberikan saran agar artinya menjadi influencer serta menjadi masyarakat melaporkan konten-konten ke panutan dan inspirator bagi masyarakat pihaknya jika merasa tidak menyukai konten (Kuncoro, Putri & Pradita, 2018). Ada tertentu dan dianggap tidak pantas ditampilkan beberapa contoh YouTuber muda di Indonesia di YouTube. Masyarakat bisa menggunakan yang memberikan inspirasi positif antara lain fitur pelaporan yang ada di website YouTube Gita Savitri Devi, Fiersa Besari, Benazio untuk ditinjau oleh staf YouTube dengan Putra, Vikra Ijas, dan masih banyak lagi seksama, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, YouTuber milenial yang inspiratif yang untuk memutuskan sebuah konten yang membahas berbagai bidang mereka yang bisa dilaporkan melanggar Pedoman Komunitas ditiru konten positifnya oleh YouTuber YouTube atau tidak (YouTube, 2020). Hal ini lainnya. juga sebagai upaya untuk menegakkan netiket Peraturan konten daring harus tetap serta menghentikan konten-konten bermuatan dipahami oleh para kreator konten sebagai negatif. Seperti yang disampaikan oleh Enda netiket yang memagari ide dan kreativitas (Mukaromah & iOS: mereka. Seperti netiket yang disarankan oleh https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) bahwa di Virginia Shea dalam (Agustina, 2016) yaitu semua platform media sosial memiliki fitur sebaiknya mengunggah konten yang tidak pelaporan baik yang menyangkut konten menyinggung perasaan orang lain, menghargai maupun yang sifatnya ofensif atau melanggar pendapat orang lain, dan tidak melanggar community guidelines. Masyarakat dapat hukum, menaati aturan yang berlaku di setiap menggunakan jalur yang dimaksud jika media sosial, mengunggah hal-hal yang belum menemukan konten atau tindakan yang diketahui atau hal yang bermanfaat bagi orang melanggar netiket. Cara lain menurut Enda

55 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

(Mukaromah & iOS: Melalui media sosial juga, pengguna https://apple.co/3hXWJ0L, 2020) untuk berhak bertindak, berinisiatif, berkreasi bebas menghentikan peredaran konten negatif yang melakukan apa saja tanpa ada yang menentang melanggar netiket, maka masyarakat dapat atau pun melarang. Tetapi masih ada netiket bertindak keras dengan tidak menonton video atau aturan-aturan yang membatasi. Karena itu yang dimaksud, memberikan komentar, pengguna siapapun dia baik kreator konten berhenti subscribe dan juga dapat membuat ataupun warganet tetap harus sadar bahwa petisi atau melaporkan ke pihak yang sistem jaringan sosial di media sosial tidak berwajib. Hal ini untuk memberikan terapi berbeda dengan yang ada di kehidupan nyata. hukum bagi kreator konten yang tidak menerapkan netiket. Saran Agar para YouTuber mematuhi benar peraturan konten daring serta memahami PENUTUP netiket yang berlaku dan yang memagari ide dan kreatifitas mereka. Hal ini supaya kasus Simpulan serupa tidak terulang dan para YouTuber dapat Penelitian ini menyimpulkan video menghasilkan konten yang positif, inspiratif, prank sembako sampah Ferdian Paleka dan dan berguna bagi masyarakat umum seperti video Indira Kalista Corona sangat minim yang dilakukan oleh Edward Suhadi dalam etika dan sama sekali tidak mengedukasi video “Selalu Ada Telor Ceplok”. masyarakat. Kedua YouTuber juga tidak Masyarakat umum juga berhak memperhitungkan akibat dari konten tersebut melaporkan konten-konten yang dianggap dapat berdampak negatif kepada pengikut melanggar etika kepada platform media sosial, mereka. Mereka juga tidak menyadari pemerintah (Kementerian Kominfo) serta memiliki kekuatan untuk memengaruhi para aparat keamanan. Hal ini sebagai upaya untuk pengikutnya dengan konten-konten negatif. menegakkan netiket serta menghentikan Padahal keduanya memiliki jumlah pengikut konten-konten bermuatan negatif. Selain itu yang banyak. Sementara video Edward masyarakat juga dapat bertindak tegas dengan Suhadi, nasi telur ceploknya ini menjadi viral memberikan komentar serta tidak lagi dan mendapat banyak tanggapan positif dari menonton video atau subscribe jika konten warganet karena mengampanyekan agar videonya tidak menerapkan netiket. masyarakat tidak melakukan panic buying di masa pandemik Covid-19. Video ini juga menginspirasi masyarakat untuk melakukan DAFTAR PUSTAKA aksi sosial bagi mereka yang berdampak langsung Covid-19. Agustina, A. (2016) Analisis Etika Dalam Konten-konten prank seperti yang Penggunaan Media Sosial Path (Studi Kasus dibuat oleh Ferdian Paleka kini banyak dibuat Pada Mahasiswa STMIK Perguruan Tinggi oleh para kreator mulai dari yang sederhana Teknokrat Lampung. [Online]. Lampung, hingga yang dianggap tidak etis dapat ditemui Fakultas ISIP Universitas Lampung. Available from: di kanal YouTube. Prank dianggap sebagai http://digilib.unila.ac.id/23487/. sebuah kreativitas untuk memenuhi keinginan Alias, N., Razak, S.H.A., ElHadad, G., Kunjambu, khalayak akan sebuah hiburan dan diproduksi N.R.M.N.K., et al. (2013) A Content oleh para YouTuber karena adanya permintaan Analysis in the Studies of YouTube in di dunia hiburan melalui media sosial. Konten Selected Journals. Procedia - Social and prank yang dibuat juga semata-mata untuk Behavioral Sciences. [Online] 103, 10–18. merebut perhatian audiens, karena yang terjadi Available from: saat ini adalah persaingan yang ketat antara doi:10.1016/j.sbspro.2013.10.301. kreator. Dalam menciptakan konten kreatif Anitha (2020) Alur Kasus YouTuber Indira tersebut keetisan sebuah konten Kalistha: Viral, Trending, Minta Maaf, dikesampingkan. sampai Video di-Take Down. [Online]. 2020. Tribunnews. Available from:

56 Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 24 No.1, Juli 2021: 45-58

https://jogja.tribunnews.com/2020/05/17/alu Haryatmoko (2007) Etika Komunikasi. r-kasus--indira-kalistha-viral- Yogyakarta, Kanisius. trending-minta-maaf-sampai-video-di-take- Hobbs, R. (2011) Digital and Media Literacy: down. Connecting Culture and Classroom. Corwin Annisa, T. (2020) Berapa gaji Youtuber Press. Indonesia? Begini cara menghitungnya! Juditha, C. (2019) Agenda Setting Penyebaran [Online]. 2020. Available from: Hoaks di Media Sosial. Jurnal Penelitian https://www.ekrut.com/media/sebelum- Komunikasi. [Online] 22 (2), 155–168. ikutan-terjun-cari-tahu-dulu-gaji-youtuber- Available from: doi:10.20422/jpk.v22i2.669. di-sini. Juditha, C. (2017) Tingkat Literasi Teknologi Bailey, D. (2008) Cyber Ethics: Cyber Citizenship informasi Komunikasi pada Masyarakat Kota and Cyber Safety. New York, The Rosen Makassar. Jurnal Penelitian Komunikasi. Publishing Group. [Online] 14 (1), 41–52. Available from: Baum, J.J. (2005) CyberEthics: The new frontier. doi:10.20422/jpk.v14i1.167. TechTrends. [Online] 49 (6), 54–55. Karimah, K.E. (2010) Filsafat dan Etika Available from: doi:10.1007/BF02763731. Komunikasi: Aspek Ontologis, CNN Indonesia (2020) Tuntutan Tambah Epistemologis, dan Aksiologis dalam Subscriber dan Etika di Kasus Prank Memandang Ilmu Komunikasi. Bandung, Yotuber. [Online]. 2020. Available from: Widya Padjajaran. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20 Khasanah, F. (2019) Communication Ethic in 200515142241-185-503757/tuntutan- Social Media: Analitical Study of Surah Al- tambah-subscriber-dan-etika-di-kasus- Hujarât. Epistemé: Jurnal Pengembangan prank-yotuber. Ilmu Keislaman. [Online] 14 (1), 209–228. Departemen Pendidikan Nasional (2005) KBBI. Available from: 3rd edition. Jakarta, Balai Pustaka. doi:10.21274/epis.2019.14.1.209-228. Ess, C. (2013) Digital Media Ethics, Digital Media Kozík, T. & Slivová, J. (2014) Netiquette in And Society Series. UK, Polity Press. Electronic Communication. International Fahrimal, Y. (2006) Etika Berkomunikasi di Dunia Journal of Engineering Pedagogy (iJEP). Maya dengan Netiquette. Seminar Nasional [Online] 4 (3), 67. Available from: Matematika dan Pendidikan Matematika. 22 doi:10.3991/ijep.v4i3.3570. (1), 69–78. Krippendorf, K. (2004) Content Analysis: an Farisi, M.I. (2012) Pengembangan Asesmen Diri Introduction to its Methodology. London, Siswa (Student Self-Assessment) sebagai SAGE Publications. Model Penilaian dan Pengembangan Kuncoro, A.M., Putri, A.O. & Pradita, A. (2018) Karakter. In: Konferensi Ilmiah Nasional Vlogger Sebagai Saluran Menuju Generasi “Asesmen dan Pembangunan Karakter Milenial Produktif Indonesia. In: Isti Fadah Bangsa” HEPI UNESA 2012. 2012 pp. 68– (ed.). Sinergitas Quadruple Helix: e- 77. Business dan Fintech sebagai Daya Dorong Fidiyani, R., Sulistianingsih, D. & Pujiono, P. Pertumbuhan Ekonomi Lokal. 2018 Jember, (2017) Law And Ethics In Social Media UPT. PENERBITAN UNIVERSITAS Communication. Jurnal Dinamika Hukum. JEMBER. pp. 193–199. [Online] 17 (3), 258. Available from: Lova, C. (2020) Telur Ceplok, Kampanye Edward doi:10.20884/1.jdh.2017.17.3.1665. Suhadi agar Masyarakat Tak Panic Buying di Fields, E.E. (1988) Qualitative Content Analysis Tengah Pandemi Covid-19. [Online]. 2020. Of Television News: Systematic Techniques. Kompas.com. Available from: Qualitative Sociology. [Online] 11 (3), 183– https://megapolitan.kompas.com/read/2020/ 193. Available from: 03/28/14560461/telur-ceplok-kampanye- doi:10.1007/BF00988954. edward-suhadi-agar-masyarakat-tak-panic- Flew, T. (2008) New Media: an Introduction. buying-di. Australia, Oxford University Press. Mohamad, H.I. (2019) Berapa, sih, Pajak Gimeno, J.D.M. & Freeman, B.C. (2011) YouTuber dan Selebgram? [Online]. ‘Videoblogging’ Human Rights on YouTube. Available from: In: Information Communication https://majalahpajak.net/berapa-sih-pajak- Technologies and the Virtual Public Sphere. youtuber-dan-selebgram/. [Online]. IGI Global. pp. 116–140. Available Mukaromah, V.F. & iOS: from: doi:10.4018/978-1-60960-159- https://apple.co/3hXWJ0L (2020) Viral 1.ch006. Video Ferdian Paleka, Kenapa YouTuber 57 Analisis Netiket Konten Youtube di Masa Pandemi Covid-19 Christiany Juditha

Sering Membuat Konten Prank? [Online]. Controversies, Qeustions, and Strategies for 2020. Kompas.com. Available from: Ethical Computing. MA, John Wiley and Son https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/ Inc. 04/113000465/viral-video-ferdian-paleka- Tumanggor, R.O. (2020) Problematika Etis dalam kenapa-youtuber-sering-membuat-konten- Penanganan Virus Corona Covid-19. prank. [Online]. 2020. Available from: Nurudin (2009) Pengantar Komunikasi Massa. https://www.kompas.com/sains/read/2020/0 Jakarta, Rajawali Pers. 4/28/193000623/problematika-etis-dalam- Potter, J.W. (2011) Media Literacy. penanganan-virus-corona-covid-19. Pręgowski, M.P. (2009) Rediscovering The Ulya, H. (2019) Komodifikasi Pekerja Pada Netiquette: The Role Of Propagated Values Youtuber Pemula Dan Underrated (Studi And Personal Patterns In Defining Identity Kasus YouTube Indonesia). Interaksi: Jurnal Of The Internet User. Observatorio (OBS*). Ilmu Komunikasi. [Online] 8 (2), 1. Available 3 (1). from: doi:10.14710/interaksi.8.2.1-12. Sarah (2020) Feeding Indonesia Nasitelorceplok Wahyudin, U.K. (2016) Etika Komunikasi di Kerjasama Zomato dan Foodcycle. [Online]. Media Sosial. In: Prosiding Seminar 2020. Lasak.id. Available from: Nasional Komunikasi. 2016 pp. 216–224. https://www.lasak.id/feeding-indonesia- We Are Social (2020) Digital 2020 Global Digital nasitelorceplok-kerjasama-zomato-dan- Overview. [Online]. Available from: foodcycle/. https://wearesocial.com/digital-2020. Sikape, H.J. (2014) Persepsi Komunikasi YouTube (2020) Policies and Safety. [Online]. Pengguna Media Sosial pada Blackberry 2020. Available from: Messenger Twitter dan Facebook Oleh Siswa https://www.youtube.com/intl/en_be/about/p SMAN 1 Tahuna. Acta Diurna. [Online] 3 olicies. (1). Available from: Zaenudin, H.N., Affandi, A.F.M., Priandono, T.E. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadi & Haryanegara, M.E.A. (2020) Tingkat urnakomunikasi/article/view/55. Literasi Digital Siswa SMP di Kota Strawbridge, M. (2006) Netiquette. London, Sukabumi. Jurnal Penelitian Komunikasi. 2 Software Reference Ltd. (23). Tavani, H.T.I. (2013) Ethic and Technology:

58