DIGITALISASI MANUSKRIP SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN DAN PENYELAMATAN INFORMASI (STUDI KASUS PADA MUSEUM RADYA PUSTAKA )

Intan Prastiani*), Slamet Subekti

Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, 50275

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Digitalisasi Manuskrip Sebagai Upaya Pelestarian Dan Penyelamatan Informasi (Studi Kasus Pada Museum Radya Pustaka Surakarta)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya pelestarian dan penyelamatan informasi manuskrip melalui proses digitalisasi di Museum Radya Pustaka Surakarta, mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka Surakarta, dan mengetahui proses digitalisasi sebagai upaya pelestarian dan penyelamatan informasi manuskrip di Museum Radya Pustaka Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan model analisis data Miles and Huberman, diantaranya yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data mengacu pada Denzin dalam Bungin (2007) dengan menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Dari hasil penulisan skripsi ini, disimpulkan bahwa: 1) proses digitalisasi manuskrip yang dilakukan oleh Museum Radya Pustaka Surakarta terdiri dari seleksi naskah, proses pengambilan gambar, editing (dengan menggunakan Microsoft Office Picture Manager dan Corel Draw), dan simpan. 2) dilakukannya proses digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka dapat melestarikan bentuk fisik asli manuskrip dan menyelamatkan informasi yang terkandung didalamnya, 3) hambatan yang ditemui dalam proses digitalisasi manuskrip diantaranya kondisi kerusakan fisik manuskrip yang memiliki tingkat kerusakan yang berbeda- beda, keterbatasan sumber daya manusia sebagai petugas teknis digitalisasi manuskrip, baterai kamera yang cepat boros, lampu panel yang terkadang mati, serta adanya kunjungan dari pengunjung atau peneliti.

Kata kunci: digitalisasi, manuskrip, preservasi, Museum Radya Pustaka Surakarta

Abstract

This research entitled "Digitalization Manuscript As Efforts Preservation and Information Rescue (Case Study At Museum Radya Pustaka Surakarta)". The purpose of this research is to describe the effort of preservation and saving manuscript information through digitalization process at Museum Radya Pustaka Surakarta, knowing the obstacles faced in the process of digitizing manuscripts at Museum Radya Pustaka Surakarta, and knowing the process of digitalization as an effort to preserve and rescue manuscript information at Museum Radya Pustaka Surakarta. This research uses qualitative method with case study approach. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation studies. Technique of processing and data analysis using Miles and Huberman data analysis model, such as data reduction, data presentation, and conclusion. Data validity test refers to Denzin in Bungin (2007) using triangulation of data sources and triangulation theory. From the result of this thesis, it can be concluded that: 1) the process of digitizing manuscripts done by Museum Radya Pustaka Surakarta consists of script selection, shooting process, editing (using Microsoft Office Picture Manager and Corel Draw), and save. 2) the process of digitizing manuscripts at the Radya Pustaka Museum can preserve the original physical form of the manuscript and save the information contained therein, 3) obstacles encountered in the process of digitizing manuscripts include physical damage to manuscripts that have varying degrees of damage, human resource limitations as technical officers of manuscript digitalisation, rapidly wasteful camera batteries, sometimes dead panels, and visitor visits or researchers.

Keywords: digitalization, manuscript, preservation, Radya Pustaka Museum Surakarta

*)Penulis Korespondensi E-mail: [email protected]

1. Pendahuluan kebudayaan pada masa lampau. Manuskrip tidak hanya disebarluaskan kepada masyarakat, namun Sebelum adanya teknologi, informasi berupa juga perlu dilestarikan mengingat usia manuskrip catatan kejadian pada masa lampau diketahui dari yang sudah lebih dari 50 tahun. Usia manuskrip yang hasil tulisan tangan dalam bentuk benda-benda sudah lebih dari 50 tahun, menjadikan kondisi seperti batu, lontar ataupun kulit binatang. Temuan manuskrip rentan terhadap kerapuhan. Sehubungan benda-benda tersebut merupakan bukti catatan dengan hal tersebut, perlu dilakukan tindakan untuk kejadian bersejarah pada masa itu. Informasi catatan meminimalisir ancaman terhadap hilangnya kejadian pada masa lampau dituangkan dalam bahan- informasi yang terkandung didalamnya. bahan yang berbeda tergantung pada tingkat Tindakan atau upaya untuk mencegah peradaban manusia. Supriyanto dan Muhsin (2007: kerusakan disebut dengan pelestarian. Maziyah, dkk 243) mendefinisikian informasi adalah sekumpulan (2005: 25) secara umum preservasi arsip adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti mencegah hilangnya nilai informasi dalam arsip untuk penerimanya serta bermanfaat dalam hal melalui berbagai aktivitas untuk menjaga dan pengambilan keputusan untuk saat ini ataupun saat merawat arsip. Adapun tujuan dari pelestarian yang yang akan datang. Informasi yang dituangkan pada dirumuskan oleh Purwono (2010: 50) sebagai zaman pra sejarah tentu berbeda dengan zaman berikut: modern. Dari kurun waktu tersebut, informasi telah 1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen, mengalami banyak perubahan. Pada zaman pra 2. Menyelamatkan fisik dokumen, sejarah, informasi dituangkan dalam bentuk benda- 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang, benda kuno seperti batu tulis, daun lontar, atau kulit 4. Mempercepat perolehan informasi, binatang. Namun seiring perkembangan teknologi, dokumen yang tersimpan dalam CD informasi diolah dengan menggunakan teknologi (Compact Disk) sangat mudah untuk yang ada. Zaman modern seperti sekarang ini, diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak informasi telah dapat diterima melalui bentuk jauh, bahkan pemakaian bersama (sharing). konvensional atau bahkan digital. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan Perubahan serta perkembangan bahan yang pustaka menjadi optimal. digunakan masih terus berlangsung hingga sekarang Secara garis besar, preservasi atau pelestarian sesuai dengan berkembangnya teknologi. Catatan merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan kejadian yang ditulis dengan menggunakan tulingan untuk mencegah kerusakan supaya dapat bertahan tangan pada sebuah kertas disebut naskah atau dalam jangka waktu yang lama. manuskrip. Gusmanda dan Malta Nelisa (2013: 574) Oman Fathurrahman dalam Amin (2011: 96) mendefinisikan naskah kuno adalah hasil tulisan menyebutkan bahwa preservasi naskah mencakup tangan yang berisi informasi tentang budaya bangsa dua aspek, yaitu : preservasi bentuk fisik naskah dan yang bernilai penting bagi kebudayaan nasional, teks dalam naskah. Preservasi fisik naskah berupa sejarah, dan ilmu pengetahuan. Naskah atau kegiatan konservasi dan restorasi, yang bertujuan manuskrip di masa lampau kini menjadi benda cagar untuk membantu memelihara bentuk fisik naskah budaya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor agar tetap utuh seperti aslinya dan tidak rusak. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Manuskrip Sedangkan preservasi teks dalam naskah berupa dikatakan sebagai bentuk warisan budaya, hal ini kegiatan digitalisasi, katalogisasi, dan riset filologi. dijelaskan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun Preservasi teks dalam naskah ini dilakukan dengan 2010 tentang Cagar Budaya, Bab III Pasal 5 yang cara membuatkan salinan (back up) ke dalam bentuk menjelaskan mengenai kriteria cagar budaya, di / media lain. Hal tersebut bertujuan untuk tetap dapat antaranya: melestarikan isi naskah meskipun fisik naskah a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; mengalami kerusakan. b. mewakili masa gaya paling singkat berusia Museum sebagai suatu institusi unit kerja 50 (lima puluh) tahun; yang menyimpan koleksi seperti manuskrip c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu mempunyai kewajiban untuk melestarikan warisan pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau budaya tersebut supaya tetap dapat menjaga bentuk kebudayaan; dan fisik maupun informasi yang terkandung. d. memiliki nilai budaya bagi penguatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun kepribadian bangsa. 2015, Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa “Museum Manuskrip dinilai memiliki arti khusus bagi adalah suatu lembaga yang memiliki fungsi sebagai sejarah, pendidikan serta kebudayaan yang dapat tempat untuk melindungi, mengembangkan, dijadikan sebagai penguatan kepribadian bangsa. memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya Manuskrip memiliki nilai informasi yang sangat kepada masyarakat”. Salah satu fungsi museum berharga dilihat dari segi sejarah maupun isi adalah untuk melindungi koleksinya yang berupa informasi yang terkandung. Pentingnya informasi benda-benda di masa lampau seperti arca, patung, manuskrip tersebut perlu disebarluaskan kepada manuskrip, dan lain-lain. masyarakat sebagai nilai informasi mengenai

Penanganan untuk menjaga kondisi melakukan proses tersebut tidak mengadakan manuskrip agar tetap terjaga sumber asli dan kerjasama dengan pihak lain tentu ada banyak informasinya merupakan suatu hal yang penting pertimbangan yang harus dihadapi sebelum untuk difikirkan. Penanganan yang dilakukan dapat melakukan proses digitalisasi. Dames & Jill Hurst- dengan cara tradisional ataupun modern. Kedua hal Wahl (2007: 4) memberikan saran agar suatu instansi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing- melihat program digitalisasi yang dibuat oleh institusi masing. lain dan melihat metode / perangkat lunak yang telah Era modern sekarang ini, perkembangan digunakan oleh institusi lain. Setiap instansi atau teknologi telah membawa dampak positif bagi organisasi yang ingin mengambil langkah digitalisasi keselamatan manuskrip. Manuskrip dapat dilakukan dalam program untuk melestarikan naskahnya harus upaya pelestarian dan penyelamatan informasi mempertimbangkan beberapa hal terlebih dahulu. Hal dengan cara digitalisasi (alih media digital). itu bertujuan supaya ketika melaksanakan program Digitalisasi merupakan suatu proses konversi dari digitalisasi dapat terlaksana sesuai dengan prosedur media analog menjadi bentuk digital (Lee, 2001: 29). yang baik dan benar serta sesuai dengan tujuan yang Berdasarkan definisi tersebut berarti digitalisasi bisa ingin dicapai. dikatakan dengan pembuatan salinan dalam bentuk Proses digitalisasi memerlukan peralatan media lain (digital). Digitalisasi ini bertujuan untuk atau teknologi khusus seperti perangkat keras, membantu melestarikan bentuk fisik manuskrip dan perangkat lunak, media penyimpanan, dan lain-lain. menyelamatkan isi informasi sehingga dapat berumur Peralatan yang akan digunakan sebaiknya panjang. Adanya kegiatan digitalisasi dalam menyesuaikan dengan objek atau bahan yang akan pelestarian koleksi, memberikan keuntungan bagi didigitalisasi. Hendrawati (2014: 24) mengatakan perpustakaan maupun lembaga kearsipan. Adapun bahwa ketika melakukan pengambilan objek digital, keuntungan yang diberikan dengan adanya program harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu digitalisasi menurut Atmoko (2015: 1) dalam artikel karakteristik objek yang akan didigitalisasi serta Digitalisasi dan Alih media yang disampaikan di maksud dari penggunaan objek digital tersebut. Acara Forum Komunikasi Pengelola Perpustakaan di Berikut ini pemilihan peralatan yang akan digunakan Lingkungan Badan Diklat ESDM, diantaranya berdasarkan jenis koleksi menurut Hendrawati (2014: sebagai berikut : 53) : 1. Melindungi dan mewakili sumber asli 2. Lebih hemat dan mudah dalam penyimpanan 3. Lebih mudah pengelolaan dan cepat dalam proses temu kembali 4. Lebih mudah penyebaran / disseminasi informasi 5. Lebih interaktif (konten multimedia) 6. Lebih mudah penggandaan dan back up. Mengingat banyaknya ancaman kerusakan pada bentuk fisik yang mengakibatkan hilangnya isi informasi, maka perlu untuk dilakukan proses pelestarian salah satunya dengan digitalisasi. Namun dalam membuat kebijakan digitalisasi, perlu memperhatikan berbagai aspek atau unsur tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh (Komalasari, 2010: 54), bahwa sebelum melakukan proses digitalisasi ada kalanya mempertimbangkan dasar-dasar digitalisasi yang harus diketahui, sebagai berikut : Gambar 1. Pemilihan alat berdasarkan jenis koleksi 1. Kepemilikan ijin (copyright) atas (Hendrawati, 2014: 53) dokumen/naskah 2. Jumlah dokumen/naskah yang akan diproses Hendrawati (2014: 37) mengatakan bahwa 3. Tampilan file digital yang dihasilkan “untuk mengoperasikan perangkat keras dan 4. Kualitas hasil yang diharapkan menjalankan proses digitalisasi, diperlukan sistem 5. Cara dan tempat penyimpanan katalog aplikasi perangkat lunak yang sesuai dengan informasi file digital yang dihasilkan fungsinya”. Perangkat lunak yang dapat 6. Cara mengatur alur kerja direkomendasikan untuk proses digitalisasi Jenis dokumen sumber diantaranya Microsoft Windows XP Professional, Kenyataannya melakulan digitalisasi tidak EOS Utility System, Digital Photo Professional, sembarang asal mengubah bentuk dari konvensional Adobe Photoshop CS4, Total Image Converter, ke bentuk digital namun juga perlu memperhatikan Adobe Acrobat Professional 9, Microsoft Office aspek atau unsur yang diperlukan. Terlagi jika dalam Standard 2007, Anti Virus Kaspersky 2009, Cool

Edit Pro 2.0, Autoplay Media Studio 8, dan Flip PDF 2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam Professional. proses digitalisasi manuskrip di Museum Selain peralatan, juga harus memperhatikan Radya Pustaka Surakarta. media penyimpanan yang digunakan. Berikut ini beberapa format media penyimpanan dokumen / arsip dalam bentuk digital dengan komponen penyimpanan 2. Metode Penelitian IT menurut Sugiharto (2010: 56) di antaranya : Penelitian ini menggunakan desain 1. Hard Disk Drives penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. 2. Magnetic Tape (Linear Tape Open / LTO) Penelitian kualitatif menurut Wahyuni (2012: 1) 3. Optical Disks adalah pendekatan induktif dan tujuannya adalah 4. Robotics untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam Penelitian ini mengambil Museum Radya tentang pengalaman seseorang atau kelompok. Pustaka Surakarta sebagai tempat atau objek Penelitian kualitatif digunakan karena penulis ingin penelitian karena Museum Radya Pustaka Surakarta memahami serta mendeskripsikan mengenai proses merupakan salah satu museum tertua di Indonesia digitalisasi manuskrip sebagai upaya pelestarian dan yang menyimpan berbagai macam benda-benda dari penyelamatan informasi di Museum Radya Pustaka masa lampau yang memiliki nilai budaya dan sejarah. Surakarta. Salah satu koleksi yang tersimpan didalamnya adalah Jenis penelitian yang digunakan yaitu manuskrip. Koleksi manuskrip yang dimiliki pendekatan studi kasus. Dijelaskan oleh Ghony sebanyak 400 naskah kuno Jawa yang berisi tentang (2012: 61) bahwa studi kasus adalah penelitian yang cerita wayang, sejarah keraton, jamu, tari, musik diarahkan guna menghimpun data, mengambil /karawitan, dan pawukon. Semua koleksi makna, dan memperoleh pemahaman dari suatu jenis manuskrip tersebut telah berusia lebih dari kasus. Penulis menggunakan pendekatan studi kasus setengah abad, sehingga kondisinya rentan terhadap karena akan mengidentifikasi kasus secara spesifik kerapuhan. Kondisi naskah-naskah kuno yang rapuh mengenai proses digitalisasi manuskrip, dan tujuan bahkan ada yang sudah rusak, menjadikan pihak dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui museum untuk membuat kebijakan melakukan proses digitalisasi manuskrip sebagai upaya pelestarian dan digitalisasi manuskrip. penyelamatan informasi di Museum Radya Pustaka Berdasarkan hasil wawancara dengan Surakarta. pegawai teknis digitalisasi manuskrip, diketahui Arikunto (2007: 152) mengemukakan bahwa naskah dengan judul Babad Giyanti, Suluk bahwa “Subjek penelitian tidak selalu berupa orang, Warna-Warni, Babad Surakarta dan Lontar Jawa tetapi dapat benda, proses, kegiatan, dan tempat.” memiliki kondisi kerusakan paling parah akibat Subjek penelitian memiliki kedudukan yang sangat binatang kutu jenis silver fish. Kondisi naskah rusak penting dalam penelitian, karena subjek penelitian tersebut tidak memungkinkan untuk dipegang oleh sebagai peran dari mana data dapat diambil. Subjek pembaca, namun informasi yang ada didalamnya dalam penelitian ini adalah pihak yang bertanggung masih dapat terbaca. Naskah yang lainnya juga masih jawab, mengetahui, dan terlibat langsung dalam banyak yang memiliki kondisi yang sama. kegiatan digitalisasi manuskrip yang ada di Museum Banyaknya kondisi naskah yang rusak perlu Radya Pustaka. Menurut Sugiyono (2012: 13), penanganan ekstra dari staf pelaksana teknis “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk digitalisasi. Namun dikarenakan keterbatasan sumber mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan daya manusia sebagai pelaksana teknis digitalisasi, tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan sehingga proses digitalisasi manuskrip yang berjalan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)” sejak tahun 2010 hingga sekarang (2017) baru (Sugiyono 2012: 13). Objek penelitian yang mencapai ± 100 manuskrip dari total keseluruhan digunakan oleh peneliti yaitu manuskrip yang ada di sebanyak 400 manuskrip. Museum Radya Pustaka Surakarta. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis Ada beberapa teknik penentuan sampel yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul dapat digunakan dalam penelitian. Teknik penentuan “Digitalisasi Manuskrip sebagai Upaya Pelestarian sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dan Penyelamatan Informasi (Studi Kasus pada purposive sampling. Menurut Wahyuni (2012: 33), Museum Radya Pustaka Surakarta)”. Rumusan mendefinisikan purposive sampling adalah salah satu masalah penelitian ini adalah bagaimana upaya strategi sampling yang paling umum dalam memilih pelestarian dan penyelamatan informasi manuskrip peserta kelompok sesuai dengan kriteria yang telah melalui proses digitalisasi di Museum Radya Pustaka ditentukan sebelumnya yang relevan dengan Surakarta?. Adapun tujuan penelitian ini adalah pertanyaan penelitian tertentu. Adapun kriteria sebagai berikut: informan yang digunakan sebagai sampel penelitian 1. Mendeskripsikan upaya pelestarian dan oleh penulis adalah Ketua UPT Museum Dinas penyelamatan informasi manuskrip melalui Kebudayaan Surakarta yang mengetahui kebijakan proses digitalisasi di Museum Radya digitalisasi manuskrip, pegawai teknis permuseuman Pustaka Surakarta. sebagai pelaksana teknis proses digitalisasi dan

pegawai teknis permuseuman sebagai transliterasi 3. Conclusion Drawing (Penarikan naskah di Museum Radya Pustaka. Kesimpulan) Teknik pengumpulan data merupakan Upaya penarikan kesimpulan dilakukan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, peneliti dengan mencermati penyajian data karena untuk mendapatkan data yang sesuai dengan serta mengamati data-data yang mendukung yang diinginkan oleh peneliti. Pengumpulan data sehingga dapat dilakukan penarikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut kesimpulan. Sugiyono (2012: 225), macam teknik pengumpulan Analisis data pada penelitian kualitatif data terdiri dari observasi, wawancara, studi membutuhkan suatu teknik untuk memperoleh dokumentasi, dan triangulasi/gabungan. Teknik keabsahan data. Agar diperoleh keabsahan data yang pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti tinggi, maka perlu dilakukan uji keabsahan data adalah sebagai berikut : dengan cara triangulasi. Menurut Sugiyono (2012: 1. Observasi 241), triangulasi diartikan sebagai teknik untuk Peneliti melakukan observasi secara tidak mengumpulkan data yang bersifat menggabungkan langsung (nonpatisipan). Observasi yang dari teknik pengumpulan data dengan sumber data dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai yang ada. Pada penelitian yang dilakukan oleh proses digitalisasi manuskrip di Museum penulis, triangulasi yang dipakai yaitu mengacu pada Radya Pustaka Surakarta. Denzin (1978) dalam Bungin (2007: 256-257) bahwa 2. Wawancara pelaksanaan teknis untuk menguji keabsahan data Peneliti melakukan wawancara dengan yaitu dengan memanfaatkan triangulasi diantaranya tujuan dapat menggali informasi secara triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Proses mendalam. Teknik wawancara yang triangulasi sumber data dilakukan peneliti ketika dilakukan peneliti yaitu dengan wawancara memperoleh data pada saat observasi kemudian terstruktur. Peneliti menyiapkan daftar membandingkan atau mengecek dengan hasil pertanyaan sebagai pedoman wawancara wawancara informan sehingga menemukan data yang yang sesuai dengan topik permasalahan valid, sedangkan triangulasi teori dilakukan oleh penelitian. peneliti dengan menguraikan pola atau hubungan 3. Studi Dokumentasi proses digitalisasi manuskrip yang ada di Museum Hasil penelitian dari observasi dan Radya Pustaka dengan teori digitalisasi manuskrip wawancara akan lebih credible apabila sehingga mendapatkan penjelasan yang credible. didukung oleh dokumentasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa buku dan pedoman. 3. Hasil dan Pembahasan Data yang sudah terkumpul melalui teknik 3.1 Kebijakan Digitalisasi Manuskrip sebagai pengumpulan data, kemudian diolah oleh peneliti. Upaya Pelestarian dan Penyelamatan Langkah-langkah pengolahan data kualitatif menurut Informasi di Museum Radya Pustaka Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012: 246), Surakarta ditunjukkan dengan 3 jalur yaitu : Manuskrip merupakan suatu arsip statis 1. Data Reduction (Reduksi Data) yang memiliki nilai vital. Dikatakan vital sebab Reduksi data artinya merangkum data, informasi yang terkandung di dalamnya bernilai memilah-milah hal yang pokok, dan historis dan seni, serta sebagai pusat ingatan atau memfokuskan pada sesuatu hal yang sesuai rekaman peristiwa pada masa lampau yang harus dengan topik penelitian. Data yang diselamatkan untuk generasi berikutnya. Mengingat dihasilkan peneliti pada saat melakukan betapa pentingnya nilai dari manuskrip, maka hal observasi lapangan mengenai digitalisasi tersebut dijadikan sebagai pertimbangan dalam manuskrip di Museum Radya Pustaka menentukan suatu kebijakan untuk masa yang akan menghasilkan jumlah yang banyak, maka datang. Upaya digitalisasi manuskrip ini harus perlu dicatat secara rinci. Data dalam jumlah membuat keputusan mengenai pelaksanaan yang cukup banyak kemudian dilakukan digitalisasi dengan perencanaan yang matang supaya analisis data melalui reduksi data. bertahan dalam jangka panjang. Kebijakan 2. Data Display (Penyajian Data) digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka Pada penelitian kualitatif, penyajian data telah dilakukan sejak tahun 2010. sering digunakan untuk menyajikan data Kebijakan digitalisasi manuskrip ditentukan dengan menggunakan teks yang bersifat oleh berbagai pihak dari museum yang bersangkutan naratif. Display data dilakukan oleh peneliti yang kemudian disetujui oleh kepala museum. untuk memudahkan dalam memahami Kebijakan digitalisasi dibuat tentu melalui berbagai sesuatu hal pada penelitian serta pertimbangan yang diketahui dan disetujui oleh memudahkan peneliti untuk membuat kepala museum. Kebijakan yang ada harus sesuai kesimpulan. dengan visi dan misi dari museum yang bersangkutan. Pihak yang membuat kebijakan proses

digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka Alasan yang mendasari instansi dalam Surakarta yaitu dari kesadaran seluruh pegawai yang melakukan kebijakan digitalisasi tentu berbeda satu ada di museum yang kemudian disetujui oleh pihak sama lain karena tujuan yang ingin dicapai oleh museum. setiap instansi yang melakukan juga berbeda. Tujuan Pelaksanaan digitalisasi manuskrip harus yang ingin dicapai dari proses digitalisasi manuskrip benar-benar memperhatikan berbagai aspek yang yang dilakukan di Museum Radya Pustaka adalah perlu dipertimbangkan. Terutama ketika suatu untuk melestarikan fisik naskah, menyelamatkan isi instansi memilih untuk melakukan digitalisasi naskah, dan memudahkan akses kepada generasi sendiri. Supaya memudahkan dalam pelaksanaan, muda. diperlukan adanya kerjasama dalam kegiatan proses Tujuan dilakukannya proses digitalisasi digitalisasi. Namun pada pelaksanaan digitalisasi diharapkan mampu membawa manfaat pada manuskrip yang ada di Museum Radya Pustaka manuskrip yang ada di Museum Radya Pustaka. belum melakukan kerjasama dengan pihak lain. Manfaat yang diharapkan tidak hanya untuk pihak Selain kerjasama, ketika suatu instansi museum saja, namun juga bermanfaat untuk memilih untuk melakukan kegiatan digitalisasi pengunjung. Manfaat yang dapat dirasakan dengan sendiri, juga ada beberapa pertimbangan yang harus adanya proses digitalisasi manuskrip di Museum dipertimbangkan. Dames & Jill Hurst-Wahl (2007: 4) Radya Pustaka diantaranya untuk: 1) memberikan memberikan pertimbangan salah satunya adalah staff kemudahan akses kepada pengunjung atau peneliti, 2) terlatih untuk mengoperasikan peralatan sehingga menyelamatkan baik fisik maupun informasi menghasilkan koleksi hasil digital yang baik. Dalam manuskrip, 3) membaca naskah lebih mudah karena hal ini maksudnya adalah staff perlu dilakukan dapat dilakukan, dan 4) lebih cepat, praktis, dan pelatihan digitalisasi supaya benar-benar memiliki ekonomis. kompeten mengenai digitalisasi. Belum adanya Proses digitalisasi dapat dilakukan terhadap pelatihan digitalisasi untuk staff yang ada di Museum berbagai macam bentuk koleksi, salah satunya berupa Radya Pustaka, menjadikan kegiatan yang manuskrip. Manuskrip dapat didigitalisasi dengan berlangsung belum sesuai dengan prosedur yang menggunakan peralatan seperti scanner ataupun semestinya. Hal ini dikarenakan belum adanya kamera digital. Pelaksanaan digitalisasi dilakukan pelatihan staff oleh pihak PNRI untuk Museum oleh seorang staf yang berkompeten. Staf pelaksana Radya Pustaka. teknis harus memahami betul alur kerja digitalisasi Pelaksanaan proses digitalisasi juga harus supaya kegiatan dapat berjalan lancar dan hasil yang memperhatikan prosedur atau pedoman untuk dicapai juga sesuai dengan tujuan yang diharapkan. digitalisasi. Pedoman diperlukan sebagai acuan Proses digitalisasi manuskrip di Museum Radya dalam pelaksanaan sehingga proses dapat berjalan Pustaka dilakukan oleh seorang staf pelaksana teknis. dengan lancar dan sesuai dengan prosedur yang baik Staf pelaksana teknis yang berjumlah 1 dan benar. Museum Radya Pustaka belum memiliki orang tersebut menjadikan proses digitalisasi pedoman khusus untuk kegiatan digitalisasi terhambat. Naskah yang berjumlah 400 dengan manuskrip. Namun, mulai tahun ini pihak Museum kondisi kerusakan berbeda-beda akan menjadikan Radya Pustaka sedang melakukan rencana untuk pekerjaan digitalisasi sedikit terhambat apabila hanya membuat konsep berupa prosedur digitalisasi. Hal dilakukan oleh seorang petugas, sebab pekerjaan tersebut dilakukan supaya kegiatan digitalisasi tersebut akan membutuhkan waktu yang lama. manuskrip diharapkan dapat berjalan dengan baik Sehingga proses yang telah dilakukan sejak tahun dan benar. 2010 hingga sekarang (2017) baru mencapai ± 100 manuskrip yang telah berhasil di digitalisasi.

3.2 Proses Pelestarian dan Penyelamatan Informasi Manuskrip di Museum Radya 3.3 Proses Digitalisasi Manuskrip di Museum Pustaka Surakarta melalui Digitalisasi Radya Pustaka Surakarta Suatu instansi membuat suatu kebijakan 3.3.1 Tahapan Pra Digitalisasi digitalisasi tentu memiliki alasan tersendiri, begitu Sebelum melakukan kegiatan digitalisasi, pula dengan Museum Radya Pustaka. Pada dasarnya tentu memerlukan beberapa persiapan untuk kegiatan digitalisasi dilakukan dikarenakan kondisi menunjang keberlangsungan proses tersebut. manuskrip yang sudah mulai rapuh sehingga perlu Tahapan persiapan ini dikenal dengan tahapan pra untuk dilestarikan sumber aslinya dan dilakukan digitalisasi. Persiapan yang perlu dilakukan utamanya penyelamatkan informasi yang terkandung. Hal ini adalah mempersiapkan peralatan. Peralatan yang yang membuat Museum Radya Pustaka melakukan dibutuhkan dalam melakukan proses digitalisasi upaya digitalisasi manuskrip. Alasan dilakukannya terdiri dari peralatan hardware dan software. proses digitalisasi dikarenakan kondisi naskah yang Peralatan hardware dan software dibutuhkan memang sudah banyak yang rapuh sehingga perlu spesifikasi dan kualitas yang bagus agar nantinya untuk dilakukan penyelamatan dan pelestarian naskah dapat meminimalisir kendala-kendala yang ada pada dengan upaya digitalisasi. peralatan.

Peralatan hardware yang digunakan untuk kerusakan ± 60% seperti kondisi naskah yang patah, melakukan digitalisasi naskah di Museum Radya kering, dan berlubang. Selanjutnya dilakukan proses Pustaka diantaranya komputer, kamera Canon EOS pengambilan gambar dengan menggunakan kamera 7D, 6 buah lampu panel di atas meja, 4 buah lampu digital Canon EOS 7D. Naskah yang telah dipotret, panel di bawah meja, printer, dan meja. Sedangkan otomatis akan langsung masuk ke dalam komputer. software yang digunakan adalah software bawaan Hasil jepretan naskah kemudian dilakukan editing dari kamera canon EOS 7D yang bernama EOS untuk merapikan gambar. Proses editing 1 yang Utility System. dilakukan menggunakan Microsoft Office Picture Setelah menyiapkan peralatan, tentu ada Manager yaitu untuk melakukan pemotongan beberapa tahapan yang perlu disiapkan sebelum (cropping ) dan pencahayaan (contrass). Setelah melakukan proses digitalisasi di Museum Radya dilakukan editing 1, kemudian dilanjutkan dengan Pustaka Surakarta seperti langkah-langkah yang editing penggabungan transliterasi naskah dengan disiapkan sebelum melakukan proses digitalisasi. menggunakan Corel Draw. Setelah dinilai sudah rapi, Persiapan dalam melakukan proses digitalisasi perlu selanjutnya file digital disimpan di dalam folder dipersiapkan dengan baik dan benar, sebab hal sesuai dengan kode naskah. tersebut dapat berdampak pada proses yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah yang disiapkan sebelum melakukan digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka yaitu dengan menentukan atau memilih naskah. Memilih naskah dengan kondisi yang sudah sangat rentan atau sangat tua, itulah yang akan diprioritaskan untuk dilakukan digitalisasi.

3.3.2 Tahapan Digitalisasi Berbagai persiapan sebelum melakukan digitalisasi telah dipersiapkan, kemudian langsung Gambar 2. Tampilan Kerja EOS Utility masuk pada tahap proses pelaksanaan digitalisasi. Sumber: Dokumentasi penulis pada Museum Radya Proses digitalisasi manuskrip yang dilakukan di Pustaka Surakarta, 2017. Museum Radya Pustaka sangatlah sederhana yaitu terdiri dari tahapan seleksi, pengambilan gambar, editing, dan simpan. Untuk memberikan gambaran real mengenai proses digitalisasi manuskrip yang dilakukan di Museum Radya Pustaka, penulis memberikan gambaran alur proses digitalisasi manuskrip yang ada di Museum Radya Pustaka seperti berikut :

Editing 1, Proses meliputi : Pengambilan Seleksi 1.Cropping Gambar 2.Contrass

Gambar 3. Tampilan Editing 1 menggunakan Microsoft Office Picture Manager Editing 2 : Sumber: Dokumentasi penulis pada Museum Radya

Penyatuan Pustaka Surakarta, 2017.

naskah

transliterasi

Simpan

Bagan 1. Alur Proses Digitalisasi Manuskrip Sumber: Diolah oleh penulis berdasarkan hasil wawancara, 2017.

Berdasarkan bagan 1. di atas dapat disimpulkan bahwa alur proses digitalisasi manuskrip di Museum Radya Pustaka dimulai dari tahap seleksi naskah. Seleksi naskah dilakukan dengan Gambar 4. Tampilan Editing 2 dengan memprioritaskan kondisi naskah yang mengalami menggunakan Corel Draw

Sumber: Dokumentasi penulis pada Museum Radya mencapai > 100 naskah atau ± 25% dari total Pustaka Surakarta, 2017. keseluruhan naskah sebanyak 400.

Hasil output dari alih media digital beraneka macam sesuai format file digital yang sesuai dengan 3.3.3 Tahapan Pasca Digitalisasi kebutuhan. Format file digital yang akan dijadikan Naskah yang telah di digitalisasi akan flipping book tentu berbeda dengan format digital berubah bentuk menjadi media digital. Hasil koleksi yang akan dicetak atau dibuat salinan dalam jilidan digital naskah perlu dilakukan penyimpan khusus buku. Berbeda pula dengan format file digital yang mengingat bentuk atau medianya sudah berbeda dari akan dilakukan upload atau publikasi. sumber aslinya. Media yang digunakan sebagai Hasil output pada proses editing dengan penyimpanan file digital beraneka macam yang menggunakan Corel Draw yaitu tergantung pada tersedia dalam berbagai format. kebutuhan. Output file digital naskah dari proses Media penyimpanan yang digunakan oleh digitalisasi yang ada di Museum Radya Pustaka yaitu Museum Radya Pustaka menggunakan CD-ROM dan menggunakan format JPG. Format JPG ada yang DVD yang mana alat tersebut masuk dalam kategori dicetak menjadi salinan dalam bentuk buku, selain itu optical disks. Selain itu juga menggunakan media JPG juga ada yang dikhususkan untuk pembuatan hardisk external. Media penyimpanan tersebut digital library. berguna untuk memudahkan petugas dalam membuat salinan (copyan) file agar meminimalisir kerusakan pada komputer yang mengakibatkan hilangnya file digital didalamnya. Sehingga dikemudian hari dapat menemukan kembali file digital naskah pada media penyimpanan seperti CD-ROM, DVD atau hardisk external. Kegiatan digitalisasi atau alih media digital dapat dilakukan proses pemberian digital watermark yang dapat digunakan sebagai identitas instansi yang memproduksi file digital tersebut. Namun dalam pemberian digital watermark juga harus sesuai dengan ketentuan atau peraturan undang-undang yang mengatur tentang digital watermark, terlebih Gambar 5. Contoh Koleksi File Manuskrip Hasil untuk koleksi seperti naskah kuno. Proses digitalisasi Digital manuskrip di Museum Radya Pustaka belum Sumber: Dokumentasi penulis pada Museum Radya melakukan pemberian digital watermark pada file Pustaka Surakarta, 2017. digital yang akan di cetak atau di print. Naskah yang telah di digitalisasi diharapkan Melakukan proses digitalisasi untuk satu dapat memudahkan akses pengguna yang naskah tentu memiliki kisaran waktu yang berbeda- membutuhkan informasi suatu naskah. Pengguna beda. Setiap naskah memiliki jumlah halaman yang dapat mencari tahu informasi manuskrip melalui hasil tidak sama begitu pula tingkat kerusakan pada digital naskah yang telah dipublikasikan. Namun naskah. Naskah dengan jumlah halaman yang sedikit dan tingkat kerusakan yang tidak parah akan lebih sejauh ini pihak Museum Radya Pustaka belum dapat melakukan publikasi hasil digital naskah, cepat dilakukan digitalisasi daripada naskah dengan dikarenakan masih terdapat faktor penghambat jumlah halaman banyak dan sudah mengalami rusak seperti pada peralatan, dana dan sumber daya parah. Proses digitalisasi manuskrip yang dilakukan manusia. di Museum Radya Pustaka tidak dapat dipastikan kisaran waktu tiap digitalisasi satu naskah. Proses digitalisasi satu naskah bisa menghabiskan waktu 2-3 3.4 Kendala dalam Proses Digitalisasi jam, satu hari, ataupun 3 bulan. Hal tersebut Manuskrip di Museum Radya Pustaka dikarenakan tergantung pada ketebalan dan tingkat Surakarta kerusakan dari suatu naskah. Sebuah instansi atau organisasi tidaklah Proses digitalisasi manuskrip telah dilakukan sejak tahun 2010 hingga sekarang (2017) luput dari suatu hambatan ataupun kendala yang dihadapi dalam mengelola kegiatan. Hambatan atau masih terus berjalan. Kondisi kerusakan dan kendala tentu akan menghambat kegiatan tersebut. ketebalan naskah yang berbeda-beda menjadikan Jika tidak cepat diatasi, maka pekerjaan atau kegiatan pelaksana teknis digitalisasi tidak dapat menargetkan menjadi kacau dan tidak sesuai dengan tujuan yang untuk satu naskah, sebab estimasi tiap satu naskah ingin dicapai. pasti berbeda-beda. Sehingga naskah yang baru terdigitalisasi dari tahun 2010 hingga 2017 baru Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa kendala yang dihadapi pada Museum Radya Pustaka

dalam pelaksanaan digitalisasi manuskrip, 4. Simpulan diantaranya : Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian 1. Kondisi Fisik Manuskrip yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat Kondisi fisik manuskrip yang ada di diambil kesimpulan sebagai berikut : Museum Radya Pustaka beraneka ragam 1. Proses digitalisasi manuskrip di Museum tergantung tingkat kerusakan yang terjadi Radya Pustaka dilakukan dengan sederhana pada manuskrip seperti sobek, berlubang, diantaranya melakukan seleksi naskah, patah, atau halaman yang tidak urut. proses pengambilan gambar, editing (dengan Kerusakan yang diakibatkan faktor usia itu menggunakan Microsoft Office Picture mengakibatkan kendala pada proses Manager dan Corel Draw), dan simpan. digitalisasi, sebab petugas harus melakukan 2. Manuskrip yang telah dilakukan digitalisasi proses penyeleksian terlebih dahulu terhadap baru mencapai ± 25% dari total keseluruhan kondisi manuskrip. Setelah diseleksi jumlah manuskrip sebanyak 400, hal kemudian dilakukan penanganan. Misal tersebut disebabkan masih terdapat beberapa kondisi naskah yang mengalami rusak parah, faktor penghambat atau kendala. Kendala otomatis penanganan yang dilakukan juga yang dihadapi dalam proses digitalisasi memakan waktu yang lama sehingga proses manuskrip di Museum Radya Pustaka antara digitalisasi menjadi kurang efisien. lain kondisi kerusakan fisik manuskrip yang 2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia memiliki tingkat kerusakan berbeda-beda, Faktor SDM menjadi penentu dalam proses keterbatasan sumber daya manusia sebagai digitalisasi, sehingga proses tersebut hanya petugas teknis digitalisasi, gangguan dilakukan oleh petugas tertentu yang peralatan seperti baterai dan lampu panel, memang mengetahui teknis melakukan serta adanya kunjungan dari pengunjung digitalisasi manuskrip. Namun jika petugas ataupun peneliti. yang melakukan digitalisasi hanya 1 orang 3. Museum Radya Pustaka belum melakukan sedangkan jumlah manuskrip mencapai ± akses publikasi koleksi digital, sebab masih 400 manuskrip, hal tersebut menjadikan keterbatasan dalam sumber daya manusia, proses digitalisasi kurang efektif karena dana dan peralatan. membutuhkan waktu yang cukup lama. 4. Proses digitalisasi manuskrip yang 3. Gangguan Peralatan dilakukan oleh Museum Radya Pustaka Peralatan juga merupakan faktor penentu Surakarta bertujuan untuk melestarikan dalam proses digitalisasi manuskrip. bentuk fisik asli manuskrip dan Peralatan yang digunakan dalam proses menyelamatkan informasi yang terkandung digitalisasi manuskrip di Museum Radya di dalamnya, serta ke depannya dapat Pustaka seperti baterai kamera digital yang memberikan kemudahan akses bagi cepat boros, maka harus dilakukan pengguna ketika membutuhkan informasi pengecasan baterai. Pengecasan baterai mengenai manuskrip. kamera juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, ada lampu panel yang terkadang mati. Hal-hal tersebut yang Daftar Pustaka menjadikan proses digitalisasi manuskrip menjadi terhambat. Tidak adanya komputer Amin, Faizal. 2011. Preservasi Naskah Klasik. Jurnal untuk mengakses informasi koleksi digital Khatulistiwa-Journal of Islamic Studies, 1(1). manuskrip, juga merupakan suatu kendala Sumber < bagi pengunjung atau peneliti ketika ingin http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/khat mengakses secara langsung informasi ulistiwa/article/download/184/145. >. manuskrip yang ada di Museum Radya Diunduh [12 Mei 2017]. Pustaka. 4. Kunjungan Peneliti Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. : Museum Radya Pustaka merupakan suatu Rineka Cipta. objek wisata mengenai kebudayaan dan seni yang ada di Kota Surakarta. Sebagai suatu Atmoko, Pitoyo Widhi. 2015. Digitalisasi dan Alih objek wisata, tak heran jika museum banyak Media. 20-22 Agustus. dikunjungi oleh para pengunjung dan juga peneliti yang ingin melakukan penelitian. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Adanya kunjungan wisatawan dan peneliti, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan membuat petugas harus melayani sehingga Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana. otomatis menghentikan kegiatan digitalisasi yang sedang berlangsung. Dames, K. M., & Hurst-Wahl, J. 2007. Digitizing . 101. Library Journal. Sumber

. Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan Diunduh [30 April 2017]. Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Ghony, M. Djunaidi. 2012. Metode Penelitian Wahyuni, Sari. 2012. Qualitative Research Method. Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Jakarta: Salemba Empat.

Gusmanda, Riko dan Malta Nelisa. 2013. Pelestarian Naskah-naskah Kuno di Museum Nagari Adityawarman Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan. Sumber < http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/

view/2449/2061 >. Diunduh [03 Mei 2017].

Hendrawati, Tuty. 2014. Pedoman Pembuatan E- book dan Standar Alih Media. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Sumber < http://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dok umen_isi/Sumber%20Elektronik/PEDOMAN %20%20ALIH%20MEDIA_001.pdf >. Diunduh [08 Juni 2017].

Komalasari, Rita. 2010. Teknik Pembuatan Dokumen Elektronik/Digital. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sumber . Diunduh [03 Maret 2017].

Lee, Stuart D. 2001. Digitization: Is it worth it? Computers in Libraries. Sumber . Diunduh [25 Februari 2017].

Maziyah, dkk. 2005. Metode Preservasi dan Konservasi Arsip. Universitas Diponegoro: Fakultas Sastra.

Pemerintahan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Jakarta: Republik Indonesia.

Pemerintahan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Jakarta: Republik Indonesia.

Purwono. 2010. Dokumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiharto, Dhani. 2010. Penyelamatan Informasi Dokumen/Arsip di Era Teknologi Digital. Jurnal Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI. ANRI: Jakarta. Sumber . Diunduh [03 Maret 2017].

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.