Indonesia Dalam Film Balibo Five… Nalal Muna INDONESIA DALAM FILM BALIBO FIVE INDONESIA IN BALIBO FIVE MOVIE Nalal Muna Program Studi Manajemen Pemasaran, Politeknik APP Jakarta Jl. Timbul No. 34 Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan, Indonesia. (021) 7270215 Email:
[email protected] diterima tanggal 15 Desember 2016 | direvisi tanggal 02 Mei 2017 | disetujui tanggal 08 Juni 2017 ABSTRACT Indonesia is described as cold-blooded, brutal, sadistic, cruel and inhumanity like a monster in Australian film, Balibo Five. This research aims to describe the representation of Indonesian in cinematography package and to find the dominant ideology. Semiotic is used to answer these objectives by observing three level of signs e.g. reality, representations and ideology. The result shows that there are some forms of violation which committed by Indonesian special forces troops such as assassination, torture, persecution and other cruel and human degrading treatment that violate human rights and accused them as war criminal. In addition, dominant ideology which operates is in form of demonization, dehumanization and sentiment towards Indonesia. Based on the result, this film become propaganda which potentially influence its viewer the spirit of anti-Indonesia especially amongst Australian to sympathize and uphold justice for the victims. Keywords: indonesia, balibo five, film, representation, semiotics ABSTRAK Indonesia dalam film Balibo Five digambarkan sebagai yang kejam, brutal dan tidak manusiawi seperti sosok monster. Penelitian ini mengungkap penggambaran Indonesia dan makna di balik penggambaran sinematografi film. Analisis semiotika digunakan untuk membaca tanda-tanda sinematografi yang menyusun film tersebut dengan melihat pada tigal level tanda yakni level reality, representations dan ideology. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Balibo Five banyak sekali menonjolkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh tentara Indonesia seperti pembunuhan, penyiksaan, penganiayaan dan lain sebagainya yang merujuk pada pelanggaran HAM dan kejahatan perang.