Majelis Tarjih Dan Agenda Pengembangan Pemikiran Islam

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Majelis Tarjih Dan Agenda Pengembangan Pemikiran Islam https://doi.org/10.36869/pjhpish.v6i2.151 MAJELIS TARJIH DAN AGENDA PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DALAM KONTEKS PERUBAHAN MASYARAKAT DI YOGYAKARTA MAJELIS TARJIH AND ISLAMIC THOUGHT DEVELOPMENT AGENDA IN THE COMMUNITY CHANGE CONTEXT IN YOGYAKARTA Iwan Dwi Aprianto1, Insanul Muttaqin2 1Staf SD Muhammadiyah Trisigan Dusun Trisigan, Kelurahan Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul 2Staf SMK Ar-Rahmah Srandakan Dusun Kedungbule, Kelurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul Pos-el: [email protected] Naskah diterima 20-07-2020 Naskah direvisi 23-11-2020 Naskah disetujui 30-11-2020 ABSTRACT Muhammadiyah’s thought struggle that oriented at the religious reformation and purification was realized by institutionalizing the study of Islamic thought by established Majelis Tarjih. This council’s position in the Muhammadiyah organization is a fatwa institution that determines the law on issues disputed by Moslems, mainly its members, which concern the religious field. This study aims to de- termine the early development process of the Majelis Tarjih and the main points of thought, which resulted in Yogyakarta’s changing context. The method used in this study was a critical historical method, which consisted of four stages, i.e., heuristics, source criticism (verification), interpretation, and historiography. The results showed that Majelis Tarjih played a role in developing the mission of the Muhammadiyah organization in the purification efforts of Islam by returning all religious is- sues to the primary sources, i.e., the Qur’an and hadith. In its development, Majelis Tarjih generated various religious decisions in response to various problems faced by Moslem. Such contribution dem- onstrates Majelis Tarjih’s ability to answer contemporary issues, even methodologically, to changes adapted to science and technology development. Keywords: Majelis Tarjih, Muhammadiyah, Islamic thought ABSTRAK Pergumulan pemikiran Muhammadiyah yang berorientasi pada reformasi dan pemurnian agama di- wujudkan melalui usaha melembagakan kajian pemikiran Islam dengan membentuk Majelis Tar- jih. Kedudukan majelis ini dalam organisasi Muhammadiyah adalah lembaga fatwa penentu hukum mengenai masalah-masalah yang diperselisihkan oleh umat Islam, khususnya anggotanya, yang menyangkut bidang agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perkembangan awal Majelis Tarjih dan pokok-pokok pikiran yang dihasilkannya dalam konteks perubahan dalam ma- syarakat di Yogyakarta. Metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah metode=sejarah kritis. Metode ini terdiri atas empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interprestasi, serta historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Majelis Tarjih berperan mengembangkan misi organisasi Mu- hammadiyah dalam usaha pemurnian agama Islam dengan cara mengembalikan segala persoalan ke- agamaan ke sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Dalam perkembangannya, Majelis Tarjih menghasilkan berbagai keputusan keagamaan sebagai respons atas bermacam-macam permasalahan yang dihadapi=oleh umat Islam. Kontribusi demikian menunjukkan kemampuan Majelis Tarjih untuk menjawab masalah-masalah kontemporer, bahkan secara metodologis mengarah kepada perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata kunci: Majelis Tarjih, tarjih Muhammadiyah, pemikiran Islam. 285 Pangadereng: jurnal hasil penelitian ilmu sosial dan humaniora, Vol. 6 No. 2, Desember 2020: hlm. 285 - 299 PENDAHULUAN ran apapun mengenai suatu masalah didasar- kan atas Al-Qur’an dan sunah, sehingga warga Muhammadiyah merupakan gerakan Muhammadiyah dapat terhindar dari khilafiyah pembaruan Islam yang cukup pesat perkemba- (perbedaan pendapat) yang cenderung menye- ngannya hingga saat ini. Organisasi ini didiri- babkan perpecahan (Karim, 1986:76). kan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 18 Novem- Pergumulan pemikiran yang dikelola ber 1912 di Yogyakarta, dengan tujuan untuk Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dipan- dakwah Islam. Secara umum, kelahiran organ- dang menarik untuk direkonstruksi lebih lanjut, isasi ini didorong oleh memburuknya kondisi khususnya dalam perkembangan pendiriannya kehidupan umat Islam, terutama disebabkan hingga masa akhir pemerintah Hindia Belanda. oleh tradisionalisme Islam, Jawaisme, dan Hal demikian bukan hanya karena kurun waktu modernisme kolonial. Ketiga faktor inilah yang itu merupakan tonggak awal dari Majelis Tarjih telah mendorong Muhammadiyah tidak sebatas dan menjadi pola pemikiran Muhammadiyah dalam gerakan agama, melainkan juga gerakan- pada masa sesudahnya, melainkan putusan- gerakan sosial (Shihab, 1998:4). putusan yang dihasilkan pada waktu itu juga Berbagai amal usaha yang dikembangkan mencerminkan produk ijtihad jama’i (pemiki- oleh Muhammadiyah sejak masa awal berdirin- ran kolektif) Muhammadiyah yang dibutuhkan ya, antara lain mendirikan lembaga pendidi- masyarakat Islam dalam menghadapi tantangan kan, menyelenggarakan rapat-rapat umum un- zaman (Abdurrachman, 2002:38-39). tuk membahas berbagai masalah keislaman, Fokus penelitian terhadap Majelis Tarjih mendirikan badan wakaf dan masjid-masjid, ini adalah berkenaan dengan pemikiran-pe- serta menerbitkan surat kabar atau majalah mikiran keagamaan yang dibahas oleh Muham- (Noer, 1988:86). Melalui berbagai amal usaha madiyah sebagai respons terhadap problematika inilah, Muhammadiyah dalam waktu yang rela- keagamaan dan masyarakat yang muncul pada tif cepat memperoleh dukungan massa lebih masa akhir pemerintah Hindia Belanda. Den- luas. Langkah Muhammadiyah dalam gerakan gan demikian, hasil penelitian ini dipandang tajdid (pembaruan) yang berorientasi kepada penting untuk melengkapi informasi mengenai reformasi serta pemurnian agama diwujud- sejarah perkembangan pemikiran Islam di In- kan melalui usahanya melembagakan kajian donesia pada permulaan abad ke-20, sekaligus pemikiran Islam dengan membentuk Majelis dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan Tarjih, yang diputuskan pada Kongres Muham- atas fatwa-fatwa dan keputusan Majelis Tarjih madiyah ke-16 pada 1927 di Pekalongan (Ab- dan lembaga-lembaga keagamaan lain. durrachman, 2002:37). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti Salah satu tujuan dari pembentukan merumuskan beberapa permasalahan, yaitu 1) Majelis Tarjih adalah mengeluarkan fatwa atau Bagaimanakah latar belakang kelahiran dan kepastian hukum, sehingga kedudukannya perkembangan awal dari organisasi Muham- menjadi forum keputusan serta pendapat organ- madiyah? 2) Mengapa Muhammadiyah mem- isasi yang dapat dijadikan pedoman oleh para bentuk Majelis Tarjih dalam mengembangkan anggotanya. Kedudukan majelis ini dalam or- perannya sebagai gerakan pembaruan Islam? 3) ganisasi Muhammadiyah adalah lembaga fatwa Apa sajakah pokok-pokok pikiran yang dihasil- penentu hukum mengenai masalah-masalah kan oleh Majelis Tarjih dalam konteks peruba- yang diperselisihkan oleh umat Islam, khusus- han masyarakat di Yogyakarta? nya anggotanya, yang menyangkut bidang aga- Terkait pustaka, salah satu kajian tentang ma dan kemasyarakatan (PP. Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan konsep pengambilan hu- 2009:16). kum dari berbagai masalah keagamaan adalah Sebelum Majelis Tarjih berdiri, Muham- penelitian yang dilakukan oleh Asjmuni Ab- madiyah masih mengadopsi dan menoleransi durrachman (2002) berjudul Manhaj Tarjih hasil ijtihad (penafsiran pendapat) para ulama Muhammadiyah: Metodologi dan Aplikasi. terdahulu berupa fikih (persoalan hukum yang Dia membahas majelis ini dengan pendekatan mengatur berbagai aspek kehidupan dan iba- historis-yuridis. Bahan dasar kajian yang di- dah). Prinsip yang melandasi langkah-langkah lakukannya adalah sejarah pertumbuhan dan majelis tersebut, yaitu pendapat atau pemiki- perkembangan Majelis Tarjih serta beberapa 286 Pangadereng: jurnal hasil penelitian ilmu sosial dan humaniora, Vol. 6 No. 2, Desember 2020: hlm. 285 - 299 keputusannya. Dari penelitian yang dilaku- Islam yang mempelajari kaidah-kaidah dan kannya, dia menemukan prinsip-prinsip dasar sumber-sumber secara terperinci dalam rangka ketarjihan dan sistem istinbat (usaha membuat menghasilkan hukum Islam yang diambil dari keputusan hukum berdasarkan dalil-dalil Al- sumber-sumber tersebut). Adapun perbedaan Qur’an atau sunah) hukum Majelis Tarjih. Se- kajian ini terletak kepada prinsip-prinsip ketar- lain itu, dia menegaskan bahwa setidaknya ada jihan berdasarkan rumusan-rumusan keputusan tiga prinsip yang melandasi pemikiran ketarji- Majelis Tarjih dengan melihat persoalan-perso- han Muhammadiyah, yaitu prinsip kenisbian alan kontemporer yang secara eksplisit belum akal, prinsip tidak berorientasi pada mazhab, ada dasarnya di dalam Al-Qur’an dan sunah, dan prinsip keterbukaan serta toleransi. Ber- serta mengungkap cara dan menentukan tolok dasarkan prinsip-prinsip ini, tarjih tidak me- ukur kemaslahatan dalam bahasannya. Kajian nempatkan akal sebagai instrumen utama dalam dalam pembahasan ini dikembangkan atas po- merumuskan pemikiran keagamaan karena kok permasalahan faktor yang menyebabkan bersifat nisbi. pembentukan Majelis Tarjih hingga metode Adapun pustaka yang digunakan sebagai yang digunakan Majelis Tarjih untuk mengelu- kajian tentang rumusan-rumusan keputusan arkan fatwa dengan cara ijtihad terhadap per- Majelis Tarjih adalah hasil penelitian Fathur- masalahan yang secara tekstual tidak ada di rahman Djamil (1995) berjudul Teknik Ijtihad dalam Al-Qur’an maupun hadis. Tarjih Muhammadiyah. Dia mengemukakan bahwa ijtihad majelis ini sesuai dengan teori METODE maqâsid asy-syarîah melalui berbagai teknik, yaitu qiyâs, istihsân, maṣlahah
Recommended publications
  • Buku Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri
    Muhammadiyah Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri MAJELIS PUSTAKA DAN INFORMASI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH 100 Tahun Menyinari Negeri Muhammadiyah Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri Penanggung Jawab: Drs. H. Muchlas, M.T. “Aku titipkan Muhammadijah ini kepadamu, dengan penuh (Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah) harapan agar Muhammadijah dapat dipelihara dan didjaga den- Tim Penyusun: M. Raihan Febriansyah, Arief Budiman Ch., Yazid R. Passandre gan sesungguhnja. Karena dipelihara dan didjaga, hendaklah da- M. Amir Nashiruddin, Widiyastuti, Imron Nasri pat abadi hidup Muhammadijah kita. Memelihara dan mendjaga Tim Usaha dan Produksi: Muhammadijah, bukan pekerdjaan jang mudah, maka aku tetap Muhammad Purwana, Sarikin Busman berdo’a setiap masa dan ketika dihadapkan Ilahi Rabbi. Begitu Tim Asistensi: Rizky Taruna, Dwi Priyanto, Eko Priyanto pula mohon berkat restu do’a limpahan rahmat karunia Allah, Diterbitkan oleh: agar Muhammadijah tetap madju, berbuah dan memberi man- Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. KHA Dahlan 103 Yogyakarta 55262 faat bagi seluruh manusia sepandjang masa, dari zaman ke za- Telp. 0274-375025 Fax. 0274-381031 man. Dan aku berdo’a agar kamu sekalian jang mewarisi, mend- e-mail: [email protected] website: www.muhammadiyah.or.id jaga dan memadjukan Muhammadijah.” isbn: 979-xxxxx-0-x (K.H. Ahmad Dahlan, 1923) ii iii 100 Tahun Menyinari Negeri Muhammadiyah Kata Pengantar TIM PENYUSUN Alhamdulillah, akhirnya buku ini terbit juga. Ini adalah monumen sejarah yang penting. Seratus tahun perjalanan gerakan Muhammadiyah adalah sesuatu yang sudah seharusn- ya disyukuri dan salah satu bentuk kesyukuran itu adalah penerbitan buku ini. Buku ini ditulis dalam tiga bagian. Bagian pertama, mengisahkan perjalanan 100 tahun yang telah dilalui Muhammadiyah secara singkat dan momen-momen penting perkem- bangan organisasi ini.
    [Show full text]
  • Pembaharuan Pendidikan Perspektif Ahmad Dahlan
    PEMBAHARUAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AHMAD DAHLAN Erjati Abbas Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Email: [email protected] Abstract The Islamic reform movement in Indonesia cannot be separated from the figure of Ahmad Dahlan through the Muhammadiyah organization. This can be traced through the early history and development of Muhammadiyah which was shown by Ahmad Dahlan's character through the idea of renewal or the tajdid movement. This article looks at the character of KH. Ahmad Dahlan from an anthropological and sociological perspective. The reading is intended to determine the role of the character in the map of the development of the community. The main thing to be examined in this article is the correlation between KH. Ahmad Dahlan and the pesantren education system in Indonesia. The correlation between Muhammadiyah and Islamic boarding schools was studied using the discussion of the categorical simplification model on three indicators of Muhammadiyah's function and role, namely as an educational institution and the development of Islamic teachings, as an institution for Islamic struggle and da'wah, and as an institution for community empowerment and service. From the three categories it can be seen that KH. Ahmad Dahlan is a figure who is able to respond to the latest challenges quickly and precisely through the tajdid (renewal) movement in the fields of education, preaching, and empowering the Indonesian people. Keywords: Ahmad Dahlan, Renewal, Education, Da'wah, Community Empowerment. Abstrak Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah. Hal ini dapat ditelusuri melalui sejarah awal dan perkembangan Muhammadiyah yang ditunjukkan oleh ketokohan Ahmad Dahlan melalui ide pembaharuan atau gerakan tajdid.
    [Show full text]
  • IIAS Logo [Converted]
    Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Educational Institutions Indonesia in Educational Negotiating Public Spaces Women from Traditional Islamic from Traditional Islamic Women Eka Srimulyani › Eka SrimulyaniEka amsterdam university press Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Publications Series General Editor Paul van der Velde Publications Officer Martina van den Haak Editorial Board Prasenjit Duara (Asia Research Institute, National University of Singapore) / Carol Gluck (Columbia University) / Christophe Jaffrelot (Centre d’Études et de Recherches Internationales-Sciences-po) / Victor T. King (University of Leeds) / Yuri Sadoi (Meijo University) / A.B. Shamsul (Institute of Occidental Studies / Universiti Kebangsaan Malaysia) / Henk Schulte Nordholt (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) / Wim Boot (Leiden University) The IIAS Publications Series consists of Monographs and Edited Volumes. The Series publishes results of research projects conducted at the International Institute for Asian Studies. Furthermore, the aim of the Series is to promote interdisciplinary studies on Asia and comparative research on Asia and Europe. The International Institute for Asian Studies (IIAS) is a postdoctoral research centre based in Leiden and Amsterdam, the Netherlands. Its objective is to encourage the interdisciplinary and comparative study of Asia and to promote national and international cooperation. The institute focuses on the humanities and social
    [Show full text]
  • Contribution of Siti Walidah in the Nation Character Building Through ‘Aisyiyah Movement
    CONTRIBUTION OF SITI WALIDAH IN THE NATION CHARACTER BUILDING THROUGH ‘AISYIYAH MOVEMENT Lingga Wisma Cahyaningrum and Ma’arif Jamuin Student at Islamic Religious Education Faculty of Islamic Studies, Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail: [email protected]., [email protected] Abstract-Siti Walidah is a reformer, the founder of ‘Aisyiyah, and also promoter of the nation character building. Her contribution in the efforts to establish the nation character has been manifested in formal and informal education, and social movement since 1918. She also did a breakthrough in her era by setting up ‘Aisyiyah along with its various activities, particularly the initiative in providing Islamic education for women. The movement is guided by the Quran and Sunnah in the framework of the nation character building with Prophet Muhammad as the role model. The guideline of the movement is beautifully reflected in ‘Aisyiyah Mars, which is still amendable until now. Keywords: Contribution, ‘Aisyiyah, Character Education, Mars ‘Aisyiyah Abstrak-Siti Walidah merupakan seorang tokoh pembaharu, pendiri gerakan ‘Aisyiyah dan peletak dasar model pembangunan karakter bangsa. Kontribusi Walidah dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan formal, pendidikan informal dan gerakan social sejak tahun 1918 telah membuahkan hasil bagi bangsa Indonesia. Mutiara pemikirannya diwujudkan dalam gerakan ‘Aisyiyah melalui berbagai macam kegiatan. Ia bergerak aktif di bidang pendidikan Islam untuk kaum perempuan. Gerakannya sentantiasa berpedoman pada Alquran dan sunnah dalam kerangka membangun karakter bangsa dengan meneladani Akhlak Rasulullah SAW. Panduan gerakannya tertulis indah dalam lagu mars ‘Aisyiyah, yang berkemajuan hingga sekarang. Kata Kunci: Kontribusi, ‘Aisyiyah, Pendidikan Karakter, Mars ‘Aisyiyah 68 - ISEEDU Volume 2, Nomor 1, May 2018 Contribution of Siti..
    [Show full text]
  • Representasi Perempuan Jawa Siti Walidah Dalam Film Nyai Ahmad Dahlan
    Jurnal SEMIOTIKA Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 2 ) : no. 111 - 223. Th. 2020 Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146 REPRESENTASI PEREMPUAN JAWA SITI WALIDAH DALAM FILM NYAI AHMAD DAHLAN Astri Wulandari*, Wuri Rahmawati Komunikasi, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta ABSTRACT This study aims to describe the representation of Javanese women shown by Siti Walidah in Nyai Ahmad Dahlan's movie. This biopic genre film tells the story of the life of Siti Walidah, who is often known as Nyai Ahmad Dahlan, one of the heroes of female emancipation. This study employed a qualitative descriptive approach with data analysis techniques based on John Fiske's theory of the codes of television. This research employed semiotic analysis with a gender approach as well as paradigmatic analysis and syntagmatic analysis. Syntagmatic analysis is used to describe signs that are important in meaning. Meanwhile, paradigmatic analysis is used to further examine the hidden codes in the film. This study focused on 3 levels of analysis, namely the level of reality (appearance, make-up, clothing, environment, and behavior), the level of representation (music and camera), and the level of ideology (feminism, patriarchy, capitalism, and socialism). Based on the results of the research, it was found that Siti Walidah presented Javanese women who described the reality of Javanese life and culture at that time, that Javanese women were depicted as having a simple appearance using a kebaya combined with a jarik of cloth with a batik motif, with plain makeup. This film used the Javanese language used in everyday life.
    [Show full text]
  • DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid Al-Ghazali. 2001. Meretas Jalan
    DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid Al-Ghazali. 2001. Meretas Jalan Kebangkitan Islam. Solo: Era Intermedia. Abdul Munir Mulkhan. 1996. Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir. Yogyakarta: Sipress. Abdullah bin Qasim Al-Wasyli. 2009. Syarah Ushul ‘Isyrin. Solo: Era Intermedia. Abu Bakar Atjeh. 1986. Salaf Islam dalam Masa Murni, Solo: CV Ramadhani. Achyar Eldin. 2003. Dakwah Stratejik. Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna. Adaby Darban (et al). 2010. ‘Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia: Sebuah Tinjauan Awal, Yogyakarta: Fak. Ilmu Budaya UGM. Ahmad Syafii Maarif. 2003. Benedetto Croce (1866-1952) Dan Gagasannya Tentang Sejarah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Almanak Muhammadiyah 1381. Amir Hamzah Wirjosukarto.1962. Pembaharuan Pendidikan dan Pengadjaran jang Diselenggarakan oleh Pergerakan Muhammadijah dari Kota Jogjakarta. Jogjakarta: Penyelenggara Publikasi Pembaharuan Pendidikan/Pengajaran Islam. Arbaningsih. 2005. Kartini dari Sisi Lain: Melacak Pemikiran Kartini tentang Emansipasi “Bangsa”. Jakarta: Kompas. Arni Muhammad. 2006. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Asep Muhyidin. 2002. Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan. Bandung: Pustaka Setia. At-Tuhfatul Lathifah Fi Tarikhil Madinah Asy-Syarifah, CD ROM Maktabah Syamilah Azyumardi Azra. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta: Paramadina. Bali Post Online, Rabu Wage, 6 Agustus 2003. Bisyron Ahmadi Ranadirdja. 1980. Cikal Bakal Sekolah Muhammadiyah.(Yogyakarta: Badan Pembantu Pelaksana Pembantu Pendidikan Pawiyatan Wanita Sekolah Dasar Muhammadiyah Kauman Yogyakarta. Boeah Congres Moehammadijah XIV. Boeah Congres Moehammadijah XVI. Boeah Congres Moehammadijah XVI. Burhanuddin Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia. Chusnul Hayati, 1979).”Sejarah Perkembangan ‘Aisyiyah Tahun 1917- 1979: Suatu Studi Terhadap Organisasi Wanita Islam di Indonesia”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Chusnul Hayati. Dinamika ‘Aisyiyah Sepanjang Abad XX.
    [Show full text]
  • Perempuan-Perempuan Muhammadiyah Dalam Media Massa Pada Agenda Abad Dua Muhammadiyah (Kajian Semiotik)
    ISBN: 978-602-361-188-1 PEREMPUAN-PEREMPUAN MUHAMMADIYAH DALAM MEDIA MASSA PADA AGENDA ABAD DUA MUHAMMADIYAH (KAJIAN SEMIOTIK) Nibros Hassani1 1English Education Department/FTIK, IAIN Salatiga *Email: [email protected] Abstrak Keywords: Pada era ini, media memegang peranan penting dalam Media Massa; memberitakan dan membentuk opini khalayak. Perempuan dan Muhammadiyah; media, telah banyak didiskusikan dari perspektif feminis dan Perempuan; berkontribusi pada pengembangan analisis media. Beberapa Semiotik menginterpretasikan bahwa media mengkonstruk perempuan pada dunia politik, pendidikan, sosial, bahkan rumah tangga. Hal ini diperkuat dengan agenda abad dua Muhammadiyah beserta tantangannya termasuk kesetaraan gender dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Penulis membatasi objek penelitian : dari Perempuan dalam definisi umum kepada perempuan-perempuan Muhammadiyah secara spesifik, yakni : Siti Walidah, Baroroh Baried, dan Siti Raham. Sumber diambil dari penelitian dan konten- konten yang telah ditulis di berbagai media daring, secara acak. Menggunakan pendekatan semiotik, penulis menganalisa hasil yang didapatkan kemudian menginterpretasikannya kedalam konteks saat ini sebagai hasil penelitian. 1. PENDAHULUAN Media dan komunikasi telah memiliki daya dan kekuatan yang besar di masyarakat (Aliaa Dakroury, 2012). Hal ini terbukti dari bagaimana media memiliki kekuatan dalam membentuk opini, dan terkirimnya pesan kepada khalayak secara aplikatif yang kemudian disebut sebagai komunikasi massa oleh Bittner. Komunikasi massa memiliki
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergerakan Perempuan
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergerakan perempuan muslimah tentunya sangat berpengaruh penting bagi tegaknya bangsa dan Negara. Bangsa indoesia melahirkan perempuan-perempuan penegak agama dan pendidikan sudah sejak pada zaman dahulu.. Tidak hanya itu jika melihat kemasa lalu dan memang banyak sejarah yang membahas tentang pergerakan nasional yang tidak hanya menceritakan pemberontakan saja adapun semacam emansipasi wanita dan memang tidak bisa dipungkiri lagi sudah banyak bermunculan beberapa tokoh pergerakan perempuan terutama di Indonesia seperti R.A Kartini, Dwi Sartika, terutama Siti Bariyah yang menjadi pemimpin pertama di Aisiyyah dan Nyai Ahmad Dahlan dan banyak lagi pergerak perempuan lainnya yang sangat berpengaruh bagi suatu bangsa ini. Organisai perempuan moderen secara umum berkembang sejak awal abad 20 dalam berbagai bentuk ada yang berdiri sendiri maupun dibuat oleh organisasi yang telah berkembang sebelumnya. Pada tahun 1912 merupakan berdiri organisasi perempuan pertama, yaitu Puteri Mardika, dan di tahun selanjutnya berdiri organisasi-organisasi perempuan yag ada di daerah yang bertingkat lokal.1 (Diniah, 2007) Dari lembaga-lembaga independen ada beberapa oganisasi yang berbasis agama atau nasionalis.Dua organisasi dalam berbasis agama yang paling pentin 1 Hikmah Diniah. Germawani Bukan PKI Sebuah Gerakan Feminisme Terbesar di Indonesia, Yogyakarta, Caravatibooks, 2007,hlm 5-6 1 2 adalah Muhammadiyah yang sudah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tahun 1912 dan serikat Islam yang menekankan perhatiannya dalam masalah ekonomi disisi lain organisasi Muhammadiyah bertujuan membentuk masyarakat yang religius dengan cara membebaskan diri dari adat agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di Negara sosial. (Rahayu ruth, 2008)2 Tentunya dalam pergerakan tidak akan lepas dari sebuah organisasi, dan pergerakan Siti Walidah tentunya sudah memiliki wadah yaitu Organisasi Aisiyyah.
    [Show full text]
  • Respon K.H. Ahmad Dahlan Terhadap Gerakan Kristenisasi Di Indonesia
    RESPON K.H. AHMAD DAHLAN TERHADAP GERAKAN KRISTENISASI DI INDONESIA LUKMAN MA’SA [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir, Indonesia ABSTRAK Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon KH. Ahmad Dahlan terhadap Gerakan Kristenisasi di Indonesia. Metode Penelitian: Kualitatif. Hasil Penelitian: Gerakan kristenisasi di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, para misionaris Kristen itu hadir sebagai sekutu Belanda yang ingin terus melanggengkan kekuasaannya di tanah air. Dimana salah satu cara untuk mengeksiskan penjajahannya di Indonesia adalah dengan mengkristenkan masyarakat Muslim Indonesia. Tentu saja gerakan kristenisasi ini mendapat penentangan dan perlawanan dari para ulama, tokoh dan masyarakat Muslim yang terusik aqidah dan keyakinannya. Tulisan ini mencoba mengkaji dan memaparkan respon salah satu tokoh Islam terkemuka Indonesia, yaitu K.H. Ahmad Dahlan dalam menghadapi gerakan kristenisasi ini. Hasil dari tulisan ini membuktikan bahwa K.H Ahmad Dahlan berhasil membendung gerakan kristenisasi dengan membentengi aqidah umat dan membuktikan kekeliruan ajaran agama Kristen. Meskipun pendekatan yang beliau gunakan lunak dan moderat tapi beliau sangat tegas dan gigih dalam menghadapi gerakan kristenisasi tersebut. Kata Kunci: Kristenisasi, Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, Dakwah PENDAHULUAN Tidak bisa dinafikan bahwa umat Islam Indonesia sedang menghadapi serangan aqidah yang luar biasa. Selain serangan sekularisasi, pluralisme dan liberalisasi, bahaya besar lainnya yang senantiasa mengintai umat Islam Indonesia adalah “Kristenisasi”. Sejak ratusan tahun lalu, para misionaris Kristen telah memasuki Indonesia untuk mengabarkan Injil, dan sejak itu pula, berbagai macam upaya dan strategi mereka canangkan untuk menjadikan Indonesia sebagai negri Kristen. Indonesia benar- benar mendapat prioritas utama sebagai lahan empuk injilisasi dunia. Insya Allah dalam paper singkat ini, penulis akan mencoba menguraikan bagaimana sikap dan respon KH.
    [Show full text]
  • 1 NYAI AHMAD DAHLAN Bangsa Indonesia Pada Umumnya
    NYAI AHMAD DAHLAN Bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya keluarga besar Muhammadiyah dan Aisiyah di manapun berada, selayaknyalah menyambut gembira Surat Keputusan Republik Indonesia, Jenderal Soeharto No : 042/TK/Tahun 1971 Tanggal 22 September 1971 atas anugerah dan pengangkatan sebagai Pahlawan Nasional yang ditujukan kepada Alm. Nyai Ahmad Dahlan wanita kelahiran kota Yogyakarta. Gelar itu diberikan sebagai penghargaan atas sifat-sifat kepahlawanannya serta atas keberanian dan ketebalan tekad melampaui dan melebihi panggilan kewajiban, dalam pelaksanaan tugasnya yang telah disumbangkan terhadap Negara dan bangsa Indonesia. Demikian surat keputusan yang sungguh berharga itu. Berikut ini akan kita ketahui siapakah Nyai Ahmad Dahlan itu dan apa jasa-jasanya. Nyai Ahmad Dahlan nama kecilnya Siti Walidah adalah puteri dari Kyai Haji Muhammad Fadhil dari kampung Kauman, Yogyakarta. Dia dilahirkan pada tahun 1872 Masehi, ayahnya termasuk ulama besar yang berpengaruh dan terpandang di kampungnya. Putera Kyai pengulu Haji Muhammad Fadhil jumlahnya 7 orang ialah : a. Kyai Lurah Nur tinggal di Kampung Kauman; b. Haji Ja’far; c. Nyai Wadana Husein, nama kecilnya yaitu Munyinah; d. Siti Walidah; e. Laki-laki bernama Haji Dawud; f. Kyai Haji Ibrahim; g. Kyai Haji Zaeni adalah putera bungsu. Sejak kecil hingga dewasa Siti Walidah diasuh oleh orang tuanya sendiri. Kasih sayang dan perhatian ayah dan ibunya selalu dapat dicurahkan kepadanya. Demikian juga kepada saudara-saudaranya yang lain keluarga Kyai Muhammad Fadhil termasuk orang yang berbahagia dalam hidupnya. Keluarga ini dalam suasana ketenteraman, karena hidupnya selalu berpedoman kepada ajaran agama Islam. Syariat Islam dilaksanakan sekeluarga dengan penuh ketaatan dan tertib. Kebiasaan yang demikian itulah yang membuat fondamen kuat bagi Siti Walidah di kemudian hari.
    [Show full text]
  • Etika Guru Dalam Pendidikan Islam Menurut Kh Ahmad Dahlan Dan Kh Hasyim Asy’Ari
    ETIKA GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH AHMAD DAHLAN DAN KH HASYIM ASY’ARI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh RINA MEYLIANI 1886108044 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA (PPs) UIN RADEN INTAN LAMPUNG 1441 H/ 2020 M ETIKA GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH AHMAD DAHLAN DAN KH HASYIM ASY’ARI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh RINA MEYLIANI 1886108044 Pembimbing I : Dr. H. Jamal Fakhri, M. Ag Pembimbing II : Dr. Sovia Mas Ayu, M.A PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA (PPs) UIN RADEN INTAN LAMPUNG 1441 H/ 2020 H ABSTRAK Pendidikan Islam memiliki arti penting dalam kehidupan manusia, pendidikan Islam merupakan dasar pijakan bagi manusia untuk dapat berinteraksi baik dengan penciptanya, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitar. Islam adalah solusi bagi permasalahan di dunia dengan kesempurnaan ajarannya yang syumul. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, dunia pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah guru yang menunjukkan sikap kurang terpuji. Banyak berita beredar mengenai pencabulan sampai tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru dan banyak lagi kasus-kasus lain yang mencoreng nama baik sebagai pejuang pendidikan. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk menggali informasi seputar pemikiran KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Tokoh cendikiawan muslim yang kiprahnya tidak diragukan lagi dalam dunia pendidikan, sudah banyak melahirkan ulama generasi dienul Islam.
    [Show full text]
  • Early Feminist Consciousness and Idea Among Muslim Women in 1920S Indonesia
    Early Feminist Consciousness and Idea Among Muslim Women in 1920s Indonesia Farid Muttaqin Department of Anthropology, Binghamton University (SUNY), New York Abstract Colonial encounters were pivotal in the development of feminist consciousness and the women’s liberation movement among women and men in colonized countries like Indonesia. However, the influences of the colonial encounter on the foundation of feminist consciousness were not developed by passive recipients of colonial ideas. The initial idea of Islamic education for Muslim girls showed the crucial influence and contribution of Islam and Muslim women to early feminist ideas in Indonesia. Islamic education for Muslim girls was intended to answer the specific problem of women’s lack of empowerment within family and social life. The idea of education for women’s empowerment transformed into part of the nationalist movement against colonialism when in the end it led to the foundation of Muslim women’s organizations that brought Islam as a critical tool. Foundation of Muslim women’s organizations was a critical internal effort against patriarchal values and structures in the Islamic context. I argue that these feminist agendas, such as Islamic education for girls and Muslim women’s organizations, were integral to the Islamic reform movement. Introduction An encounter with colonial rulers is often viewed as the main, even the only, factor in the development of feminist consciousness among women (and men) in some colonized countries. For example, Qasim Amin’s (1863- 1908) inspiring reflection on women’s rights in Egypt, documented in his books, Al-Mar’ah Al-Jadidah (The New Women) and Tahrir Al-Mar’ah (Women’s Liberation), exhibits the significant influences of British perspectives of women’s liberation as a result of his interaction with the foreigners.
    [Show full text]