Para Tokoh Tokoh Muhammadiyah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Para Tokoh Tokoh Muhammadiyah MENGENAL MENGENAL MENGENAL NILAI MENGENAL NILAI NILAI PERJUANGAN KI NILAI PERJUANGAN PERJUANGAN BAGUS HADI PERJUANGAN NYAI AHMAD K.H. Mas KUSUMO SUDIRMAN DAHLAN Mansoer Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1872. Ia adalah putri dari Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang ulama dan anggota Kesultanan Yogyakarta; daerah bertempatnya tokoh agama banyak dari keraton. Dia bersekolah di rumah, diajarkan berbagai aspek tentang Islam, termasuk bahasa Arab dan Qur'an, ia membaca Al Qur'an dalam naskah Jawi. Pada tahun 1914 ia mendirikan Sopo Tresno, dia dan suaminya bergantian memimpin kelompok tersebut dalam membaca Al Qur'an dan mendiskusikan maknanya. Segera ia mulai berfokus pada ayat-ayat Al Qur'an yang membahas isu- isu perempuan. Dengan mengajarkan membaca dan menulis melalui Sopo Tresno, pasangan ini memperlambat Kristenisasi di Jawa melalui sekolah yang disponsori oleh pemerintah kolonial. Bersama suami dan beberapa pemimpin Muhammadiyah lainnya, Nyai Ahmad Dahlan membahas peresmian Sopo Tresno sebagai kelompok perempuan, dan memutuskan nama Aisyiyah, berasal dari nama isteri Nabi Muhammad, yakni Aisyah. Kelompok baru ini, diresmikan pada tanggal 22 April 1917, dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai kepala. Lima tahun kemudian organisasi menjadi bagian dari Muhammadiyah. Melalui Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama, serta keaksaraan dan program pendidikan Islam bagi perempuan, Dia juga berkhotbah menentang kawin paksa. Dia juga mengunjungi cabang-cabang di seluruh Jawa. Berbeda dengan tradisi masyarakat Jawa yang patriarki, Nyai Ahmad Dahlan berpendapat bahwa perempuan dimaksudkan untuk menjadi mitra suami mereka. Sekolah Aisyiyah dipengaruhi oleh ideologi pendidikan Ahmad Dahlan yakni Catur Pusat: pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat-tempat ibadah. Pada 10 November 1971, Nyai Ahmad Dahlan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Suharto sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 42/TK Tahun 1971; Ahmad Dahlan telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional sepuluh tahun sebelumnya. Penghargaan tersebut diterima oleh cucunya, M Wardan. Dia telah dibandingkan dengan pembela hak perempuan, Kartini dan gerilyawan, Cut Nyak Dhien dan Cut Nyak Meutia. Mendirikan Organisasi Mengangkat Harkat Wanita Pertama di Martabat Kaum Wanita Indosesia Nyai Ahmad Dahlan berpendapat bahwa Mengajarkan Al Qur’an perempuan dan Memberantas Buta dimaksudkan untuk Aksara menjadi mitra suami mereka Kiai Haji Mas Mansur (lahir di Surabaya, 25 juni 1896 – meninggal di Surabaya, 25 April 1946 pada umur 49 tahun) adalah seorang tokoh Islam dan pahlawan nasional Indonesia. Masa kecilnya dilalui dengan belajar agama pada ayahnya sendiri. Di samping itu, dia juga belajar di Pesantren Sidoresmo, dengan Kiai Muhammad Thaha. Sepulang dari Pondok Pesantren Demangan pada tahun 1908, oleh orang tuanya disarankan untuk menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah Dalam bentuk buku, antara lain yaitu Hadits Nabawijah; Sjarat Sjahnja Nikah; Risalah Tauhid dan Sjirik; dan Adab al-Bahts wa al- Munadlarah. Pada tahun 1921, Mas Mansyur masuk organisasi Muhammadiyah. Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, kemudian menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Puncak dari tangga tersebut adalah ketika Mas Mansyur menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1937-1943. Kepemimpinannya ditandai dengan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938-1949. 12 langkah muhammadiyah ini berfungsi Menanamkan kembali kesadaran pada posisi muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam yang memerlukan batasan tertentu sehingga dapat dijadikan pedoman bagi setiap anggotanya. Dalam perpolitikan umat Islam saat itu, Mas Mansur juga banyak melakukan gebrakan. Sebelum menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Mas Mansur sebenarnya sudah banyak terlibat dalam berbagai aktivitas politik umat Islam. Setelah menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, ia pun mulai melakukan gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) bersama Hasyim Asy'ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Demikian juga ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Mas Mansoer termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan, yang terkenal dengan empat serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansur. Atas jasa-jasanya, oleh Pemerintah Republik Indonesia ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional bersama teman seperjuangannya, yaitu KH. Fakhruddin. Menamkan Nilai-nilai Menamkan Nilai-nilai Tauhid Akhlak Memprakarsai Menanamkan kembali berdirinya Majelis Islam kesadaran pada posisi A'la Indonesia (MIAI) muhammadiyah sebagai dengan Melibatkan gerakan dakwah islam Tokoh2 Islam (Ketua 1944 - 1953) Ki Bagoes Hadikoesoemo atau Ki Bagus Hadikusumo (lahir di Yogyakarta, 24 November 1890. Ia dilahirkan di kampung Kauman dengan nama R.Hidayat. Ki Bagus adalah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Kaji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan (pejabat) agama Islam di Kraton Yogyakarta. Ki Bagus menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadijah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953). Beliau adalah seorang pemimpin yang mampu merumuskan pokok pikiran yang dijadikan dasara amal usaha dan perjuangan KH.Ahmad Dahlan sehingga menjiwai gerak langkh muhammadiyah yang dituangkan dalam ”Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah” Pada tahun 1937, Ki Bagus diajak oleh Mas Mansoer untuk menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Pada tahun 1942, ketika KH Mas Mansur dipaksa Jepang untuk menjadi ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Ki Bagus menggantikan posisi ketua umum yang ditinggalkannya. Posisi ini dijabat hingga tahun 1953. Semasa menjadi pemimpin Muhammadiyah, ia termasuk dalam anggota BPUPKI dan PPKI. Ki Bagus Hadikusumo dikenal sebagai seorang yang memiliki pendirian yang kuat lebih-lebih dalam mempertahankan islam. Beliau menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan salah seorang dari 15 anggota yang menuntut diterapkannya islam sebagai dasar negara. Bersama- sama dengan Prof.KH.Abdul Kahar Muzakkir beliau menerima pancasila dengan syarat Ketuhanan Yang Maha Esa diartikan sebagai tauhid. Terhadap sikap tersebut beliau paling banyak mendapat perhatian Bung Karno karena kegigihannya dalam mempertahankan islam. Bahkan untuk menerima pancasila saja harus dibujuk berkali-kali Merumuskan pokok pikiran yang dijadikan Menjadi anggota BPUPKI dasar amal usaha dan yang dibentuk pada perjuangan tanggal 29 April 1945 Muhammadiyah Setelah perdebatan yang Salah seorang dari 15 panjang akhirnya anggota yang menerima pancasila mengusulkan Islam dengan syarat Ketuhanan sebagai dasar negara. Yang Maha Esa diartikan sebagai tauhid. Dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 7 Februari tahun 1912. beliau adalah kader Muhammadiyah dan aktivis salah satu organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yaitu Hizbul Wathan. Bung Dirman merupakan lulusan dari sekolah guru muhammadiyah di Solo pada tahun 1934. Disamping itu bung Dirman juga pernah mengenyam pendidikan militer di Akademi militer belanda. Beliau mengawali karirnya sebagai guru Sekolah Menengah Muhammadiyah di Cilacap. Bertahun-tahun pekerjaan guru ditekuninya dengan penuh pengabdian dan pengorbanan. Sebagai aktivis organisasi kepanduan Hizbu Wathan beliau dikenal sebagai sosok yang sangat disiplin serta memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya. Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat peristiwa pengusiran pasukan sekutu anak buah jendral Bethel dari kota magelang dan ambarawa oleh para pejuang indonesia. Dipimpin Sudirman pertempuran dahsyat dikota Ambarawa secara berturut-turut dari tangga 12-15 Desember 1945 kemudian diabadikan dalam sebuah monumen bersejarah ”PalaganAbarawa”. Maka setiap tanggal 15 Desember oleh Bangsa Indonesia dikenang sebagai “Hari Infanteri”. Sudirman juga telah mengangkat dua terminologi dalam islam yakni : Jihad dan hijrah dalam memimpin perjuangan menpertahankan kemerdekaan RI. Sebagai Pendiri Sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Besar Pertama di RI Indonesia Jihad dan hijrah Sebagai Pejuang dalam memimpin tangguh,pekerja perjuangan kerasdan ulet menpertahankan kemerdekaan RI..
Recommended publications
  • Buku Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri
    Muhammadiyah Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri MAJELIS PUSTAKA DAN INFORMASI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH 100 Tahun Menyinari Negeri Muhammadiyah Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri Penanggung Jawab: Drs. H. Muchlas, M.T. “Aku titipkan Muhammadijah ini kepadamu, dengan penuh (Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah) harapan agar Muhammadijah dapat dipelihara dan didjaga den- Tim Penyusun: M. Raihan Febriansyah, Arief Budiman Ch., Yazid R. Passandre gan sesungguhnja. Karena dipelihara dan didjaga, hendaklah da- M. Amir Nashiruddin, Widiyastuti, Imron Nasri pat abadi hidup Muhammadijah kita. Memelihara dan mendjaga Tim Usaha dan Produksi: Muhammadijah, bukan pekerdjaan jang mudah, maka aku tetap Muhammad Purwana, Sarikin Busman berdo’a setiap masa dan ketika dihadapkan Ilahi Rabbi. Begitu Tim Asistensi: Rizky Taruna, Dwi Priyanto, Eko Priyanto pula mohon berkat restu do’a limpahan rahmat karunia Allah, Diterbitkan oleh: agar Muhammadijah tetap madju, berbuah dan memberi man- Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. KHA Dahlan 103 Yogyakarta 55262 faat bagi seluruh manusia sepandjang masa, dari zaman ke za- Telp. 0274-375025 Fax. 0274-381031 man. Dan aku berdo’a agar kamu sekalian jang mewarisi, mend- e-mail: [email protected] website: www.muhammadiyah.or.id jaga dan memadjukan Muhammadijah.” isbn: 979-xxxxx-0-x (K.H. Ahmad Dahlan, 1923) ii iii 100 Tahun Menyinari Negeri Muhammadiyah Kata Pengantar TIM PENYUSUN Alhamdulillah, akhirnya buku ini terbit juga. Ini adalah monumen sejarah yang penting. Seratus tahun perjalanan gerakan Muhammadiyah adalah sesuatu yang sudah seharusn- ya disyukuri dan salah satu bentuk kesyukuran itu adalah penerbitan buku ini. Buku ini ditulis dalam tiga bagian. Bagian pertama, mengisahkan perjalanan 100 tahun yang telah dilalui Muhammadiyah secara singkat dan momen-momen penting perkem- bangan organisasi ini.
    [Show full text]
  • Muhammadiyah Cosmopolitan from Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship
    JOURNAL OF CRITICAL REVIEWS ISSN- 2394-5125 VOL 7, ISSUE 05, 2020 Muhammadiyah Cosmopolitan From Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship Isa Anshori, Muhammad, Arfan Mu’ammar Universita Muhammadiyah Surabaya, Indonesia Corresponding email: [email protected] Received: 28 February 2020 Revised and Accepted: 06 March 2020 Abstract Muhammadiyah as a social-religious movement in Indonesia has been was over century and has many faces like Nakamura saids. A lot of activities that have been carried out by Muhammadiyah as a socio- religious movement based on tauhid ( aqidah Islamiyah) through Islamic purification (tajrid) and in the other sides through modernity (tajdid) that’s puts forward enjoining whats is right and forbidding whats is wrong (amar ma’ruf nahi mungkar) as a theological bases (teologi al-ma’un). Have a lot of evidences shown in Muhammadiyah socio- religious movement in Indonesia, but the biggest challages is the ability to maintain the existence of and answered a range of challenges that are local and global (relations between islam and democration), pluralism, human rights and the marginals. Through tajdid Muhammadiyah has proven ability in respond of Islamic problems in Indonesia since before the independence of up to the twenty-first century.in a way to do interpretation of his base theologious through a shift paradigm in theologies and socio- religious movement (Thomas Kuhn). In fact, Muhammadiyah move forward with transformation of theological bases from theocentris to antrophocentris (Hasan Hanafi).Thus various issues on religious movement,political like nation-state wich is local or global had answered by Muhammadiyah with his theological bases and the charity efforts like educations, hospitals and the orphanage.
    [Show full text]
  • Nasionalisme Islam: Telaah Pemikiran Dan Kiprah Hadji Agus Salim
    NASIONALISME ISLAM: TELAAH PEMIKIRAN DAN KIPRAH HADJI AGUS SALIM Novizal Wendry [email protected] Dosen Jurusan Syariah STAIN Padangsidimpuan Abstrak Hadji Agus Salim adalah salah seorang tokoh nasionalis Islam yang hidup dalam tiga zaman, Belanda, Jepang, dan awal kemerdekaan. Pemikiran nasionalisme Islam Salim dipengaruhi oleh pendidikan sekuler Belanda dan interaksinya dengan tokoh pembaharu lintas Negara seperti Jamaluddin al-Afgani dan karya-karya tokoh pembaharu Negara lainnya ketika ia menjadi penerjemah pada konsulat Belanda di Jeddah tahun 1906. Nasionalisme Islam yang digusung oleh Salim berkeinginan untuk memperjuangkan hak-hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan asas-asas Islam. Nasionalisme Islam ini berbeda dengan nasionalisme sekuler yang digusung oleh Soekarno dan Hatta, karena memisahkan antara nasionalisme dengan agama. Haji Agus Salim is one of Islamic nationalist leaders who lived in three regimes; the Netherlands, Japan, and early Indonesian independence. Salim’s thought was influenced by the Dutch secular education and his interaction with transnational reformers like Jamaluddin al-Afgani and the works of other reformers when he became a translator at the Dutch consulate in Jeddah in 1906. Islamic Nationalism formulated by Salim wanted to fight the rights of freedom that has been seized by the Dutch government based on Islamic principles. Islamic nationalism was different from secular nationalism formulated by Sukarno and Hatta, when the second separated between nationalism and religion. Kata Kunci: Nasionalis Islam; Nasionalis Liberal; Agus Salim. Pengantar Hadji Agus Salim adalah sosok yang populer bagi masyarakat Indonesia. Nama ini telah dikenalkan kepada seluruh anak bangsa ini semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas sebagai salah seorang Pahlawan Nasional.
    [Show full text]
  • Etos Gerakan Dan Strategi Aksi Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke 48 Di Solo, Jawa Tengah
    Etos Gerakan dan Strategi Aks Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke-48 di Solo, Jawa Tengah ETOS GERAKAN DAN STRATEGI AKSI MUHAMMADIYAH MENYAMBUT MUKTAMAR KE 48 DI SOLO, JAWA TENGAH Nurbani Yusuf Abstrak Semarak Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan diselenggarakan di Kota Solo seolah menjadi wahana untuk para kader berlomba-lomba memberikan kontribusinya guna kemajuan umat dan bangsa. Tulisan ini merupakan sebuah upaya konkrit yang dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan etos gerakan dan strategi aksi Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman. Muhammadiyah bukan saja gerakan pemikiran tapi juga sekaligus gerakan amal, yang dikemas dalam satu pergerakan yang dinamis dan utuh dengan tidak meninggalkan watak ke-Islamannya, Carl Whiterington menyebut bahwa sebagai sebuah harakah pemikiran, Muhammadiyah menawarkan gagasan modernisasi, purifikasi dan moderasi yang komplet. Kata Kunci: Etos Gerakan, Strategi Aksi, Muhammadiyah, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Tajdid Al Harakah Muhammadiyah menabalkan dirinya sebagai pergerakan Islam paling menginspirasi selama satu abad terakhir, ‘perkoempoelan’ yang digagas oleh Kyai Ahmad Dahlan ini bahkan telah melampaui pergerakan Islam yang duluan lahir di negeri Timur Tengah, Mesir, Pakistan dan pesisir India dan 30 MAARIF Vol. 14, No. 2 — Desember 2019 Nurbani Yusuf Yaman. Sebut saja Pan Islamisme Syaikh Afghan, gerakan purifikasi Syaikh Abdul Wahab, Ali Jinah, Iqbal atau al Maoudodi di India dan Pakistan, atau gerakan salafi Syaikh Abduh dan muridnya Syaikh Rasyid Ridha di Mesir, atau gerakan-gerakan politik. Ikhwan-nya Syaikh al Banna, HT-nya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani, atau gerakan kultural sufiistik semisal Syaikh at Tijani, Syaikh Naqsabandy, hampir semua yang saya sebut tidak pernah menjadi besar di negerinya sendiri bahkan ada yang kemudian diusir karena tidak sejalan, dengan tidak bermaksud saling merendahkan satu sama lainnya semata hanya semacam komparasi dengan berbagai tipologi dan karakter pergerakan.
    [Show full text]
  • Pembaharuan Pendidikan Perspektif Ahmad Dahlan
    PEMBAHARUAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AHMAD DAHLAN Erjati Abbas Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Email: [email protected] Abstract The Islamic reform movement in Indonesia cannot be separated from the figure of Ahmad Dahlan through the Muhammadiyah organization. This can be traced through the early history and development of Muhammadiyah which was shown by Ahmad Dahlan's character through the idea of renewal or the tajdid movement. This article looks at the character of KH. Ahmad Dahlan from an anthropological and sociological perspective. The reading is intended to determine the role of the character in the map of the development of the community. The main thing to be examined in this article is the correlation between KH. Ahmad Dahlan and the pesantren education system in Indonesia. The correlation between Muhammadiyah and Islamic boarding schools was studied using the discussion of the categorical simplification model on three indicators of Muhammadiyah's function and role, namely as an educational institution and the development of Islamic teachings, as an institution for Islamic struggle and da'wah, and as an institution for community empowerment and service. From the three categories it can be seen that KH. Ahmad Dahlan is a figure who is able to respond to the latest challenges quickly and precisely through the tajdid (renewal) movement in the fields of education, preaching, and empowering the Indonesian people. Keywords: Ahmad Dahlan, Renewal, Education, Da'wah, Community Empowerment. Abstrak Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah. Hal ini dapat ditelusuri melalui sejarah awal dan perkembangan Muhammadiyah yang ditunjukkan oleh ketokohan Ahmad Dahlan melalui ide pembaharuan atau gerakan tajdid.
    [Show full text]
  • Camscanner 07-09-2020 10.13.44
    Daftar Isi KATA PENGANTAR............................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii BagianSatu Sejarah Aceh 1. Sejarah Singkat Aceh........................................................................ 1 2. Masa Kesultanan Aceh ..................................................................... 6 BagianDua Rumoh Aceh Adat dan Sejarah . 1. Adat Menetap .................................................................................... 20 2. Sekilas Rumoh Aceh ......................................................................... 23 3. Upacara Dan Adat............................................................................. 36 4. Upacara Pengambilan Bahan dari Hutan .......................................... 37 5. Upacara Pada Saat Mendirikan Rumah ............................................ 44 6. Upacara Adat Ketika Menempati Rumah Baru.................................. 47 7. Keterkaitan Dengan Adat Lain........................................................... 49 8. Kearifan Lokal ................................................................................... 52 Halaman iv Bagian Tiga Struktur Rumoh Aceh . 1. Alat Dan Ukuran ...............................................................................
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • IIAS Logo [Converted]
    Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Educational Institutions Indonesia in Educational Negotiating Public Spaces Women from Traditional Islamic from Traditional Islamic Women Eka Srimulyani › Eka SrimulyaniEka amsterdam university press Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia Publications Series General Editor Paul van der Velde Publications Officer Martina van den Haak Editorial Board Prasenjit Duara (Asia Research Institute, National University of Singapore) / Carol Gluck (Columbia University) / Christophe Jaffrelot (Centre d’Études et de Recherches Internationales-Sciences-po) / Victor T. King (University of Leeds) / Yuri Sadoi (Meijo University) / A.B. Shamsul (Institute of Occidental Studies / Universiti Kebangsaan Malaysia) / Henk Schulte Nordholt (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) / Wim Boot (Leiden University) The IIAS Publications Series consists of Monographs and Edited Volumes. The Series publishes results of research projects conducted at the International Institute for Asian Studies. Furthermore, the aim of the Series is to promote interdisciplinary studies on Asia and comparative research on Asia and Europe. The International Institute for Asian Studies (IIAS) is a postdoctoral research centre based in Leiden and Amsterdam, the Netherlands. Its objective is to encourage the interdisciplinary and comparative study of Asia and to promote national and international cooperation. The institute focuses on the humanities and social
    [Show full text]
  • A REAL THREAT from WITHIN: Muhammadiyah's Identity
    Suaidi Asyari A REAL THREAT FROM WITHIN: Muhammadiyah’s Identity Metamorphosis and the Dilemma of Democracy Suaidi Asyari IAIN Sulthan Thaha Saifuddin - Jambi Abstract: This paper will look at Muhammadiyah as a constantly metamorphosing organism from which have grown modernist-reformist, liberalist progressive, political pragmatist and potentially violent fundamentalist-radical Muslims. It will argue that the trajectory passed by and the victory of the radical-puritan element in the National Congress 2005 can potentially become an obstacle for Muhammadiyah's involvement in the process of implementing democratic values in Indonesia in the future. To keep watching Muhammadiyah’s trajectory is crucially important due to the fact that this organization is one of the powerful forces in the world toward the democratization process. In order to be on the right track of democracy, Muhammadiyah has to be able to cope with its internal disputes over democratic values. Only by means of coping with these internal disputes can this organization ensure its role in propagating and disseminating democratic ideas as well as practices in Indonesia. Keywords: Muhammadiyah, metamorphoses, identity, democracy Introduction: An Overview of Muhammadiyah To date, Muhammadiyah has been plausibly assumed to be a moderate Islamic organization which is in a similar position to Nahdlatul Ulama (NU) and does not have any connections with radical individuals or organizations that could be associated with radical Islamic ideology. This paper will I argue that there are some important 18 JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Volume 01, Number 01, June 2007 Muhammadiyah and the Dilemma of Democracy factors that have been overlooked or ignored in this understanding of Muhammadiyah.
    [Show full text]
  • Soekarno Dan Kemerdekaan Republik Indonesia
    SOEKARNO DAN PERJUANGAN DALAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN RI (1942-1945) SKRIPSI Robby Chairil 103022027521 FAKULTAS ADAB HUMANIORA JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H ABSTRAKSI Robby Chairi Perjuangan Soekarno Dalam Mewujudkan Kemerdekaan RI (1942-1945) Perjuangan Soekarno dimulaii pada saat beliau mendirika Partai Nasional Indoonesia (PNI) tahun 1927, dan dijadikannya sebagai kendaraan poliitiknya. Atas aktivitasnya di PNI yang selalu menujuu kearah kemerdekaan Indonesia, ditambah lagi dengan pemikiran dan sikapnya yang anti Kolonialliisme dan Imperialisme, dan selalu menentang selalu menentang Kapitalisme-Imperialisme. Dengan perjuangan Soekarno bersama teman-temannya pada waktu itu dan bantuan Tentara Jepang, penjajahan Belanda dapat diusir dari Indonesia. Atas bantuan Jepang mengusir Belanda dari Indonesia, maka timbulah penjajah baru di Indonesia yaitu Jepang pada tahun 1942. Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia bermula ingin mencari minyak dan karet, dan disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia yang dianggap akan membantu rakyat Indonesia mewuudkan kemakmuran bagi bangsa-bangsa Asia. Bahkan, pada waktu kekuuasaan Jepang di Indonesia, Soekarno dengan tterpaksa turut serta bekerja sama dengan Jepang dan ikut ambil bagian dalam organisassi buatan Jepang yaitu, Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyyat (PUTERA), Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Terjalinnya kerjasama dengan Jepang, membawa dampak yang sangat besar baginya yaitu, Soekarno dijulukii sebagai Kolaborator dan penjahat perang, Soekarno memanfaatkan kerjasama itu dengan menciptakan suatu pergerakan menuju Indonesia merdeka. Dengan pemikiran, sikap dan ucapan Sokarno yang selalu menentang Kolonialisme, Kapitaisme, Imperialisme, dan bantuan teman seperjuangan Soekarno pada waktu itu, akhirnya dapat mendeklarasikan teks Proklamasi di rumah Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, pada harri Jumat tanggal 17 Agustus 1945.
    [Show full text]
  • Contribution of Siti Walidah in the Nation Character Building Through ‘Aisyiyah Movement
    CONTRIBUTION OF SITI WALIDAH IN THE NATION CHARACTER BUILDING THROUGH ‘AISYIYAH MOVEMENT Lingga Wisma Cahyaningrum and Ma’arif Jamuin Student at Islamic Religious Education Faculty of Islamic Studies, Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail: [email protected]., [email protected] Abstract-Siti Walidah is a reformer, the founder of ‘Aisyiyah, and also promoter of the nation character building. Her contribution in the efforts to establish the nation character has been manifested in formal and informal education, and social movement since 1918. She also did a breakthrough in her era by setting up ‘Aisyiyah along with its various activities, particularly the initiative in providing Islamic education for women. The movement is guided by the Quran and Sunnah in the framework of the nation character building with Prophet Muhammad as the role model. The guideline of the movement is beautifully reflected in ‘Aisyiyah Mars, which is still amendable until now. Keywords: Contribution, ‘Aisyiyah, Character Education, Mars ‘Aisyiyah Abstrak-Siti Walidah merupakan seorang tokoh pembaharu, pendiri gerakan ‘Aisyiyah dan peletak dasar model pembangunan karakter bangsa. Kontribusi Walidah dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan formal, pendidikan informal dan gerakan social sejak tahun 1918 telah membuahkan hasil bagi bangsa Indonesia. Mutiara pemikirannya diwujudkan dalam gerakan ‘Aisyiyah melalui berbagai macam kegiatan. Ia bergerak aktif di bidang pendidikan Islam untuk kaum perempuan. Gerakannya sentantiasa berpedoman pada Alquran dan sunnah dalam kerangka membangun karakter bangsa dengan meneladani Akhlak Rasulullah SAW. Panduan gerakannya tertulis indah dalam lagu mars ‘Aisyiyah, yang berkemajuan hingga sekarang. Kata Kunci: Kontribusi, ‘Aisyiyah, Pendidikan Karakter, Mars ‘Aisyiyah 68 - ISEEDU Volume 2, Nomor 1, May 2018 Contribution of Siti..
    [Show full text]
  • KH Ahmad Dahlan
    107 tahun K.H. Ahmad Dahlan [1] [2] K.H. Ahmad Dahlan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Pengantar : R. Tjahjopurnomo Kepala Museum Kebangkitan Nasional Penulis: Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Tim Museum Kebangkitan Nasional Editor: Prof. Dr. Djoko Marihandono, Desain dan Tata Letak: Sukasno ISBN 978-602-14482-8-1 Diterbitkan: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [2] K.H. Ahmad Dahlan KATA SAMBUTAN KEPALA MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap Syukur ke hadirat Allah swt, berkat Rahmat dan Karunia-Nya, buku yang berjudul K.H. Ahmad Dahlan Perintis Modernisasi di Indonesia dapat diterbitkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan selesai tepat pada waktunya. Hal ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa mengingat persiapan yang dilakukan tidak begitu lama. Oleh karena itu, terima kasih saya ucapkan atas prestasi, jerih payah, dan usaha yang dilakukan oleh mereka yang menangani persiapan penerbitan ini. Selain itu, terima kasih juga saya ucapkan kepada para kontributor, yakni Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed, sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 yang juga dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah bersusah payah menyiapkan tulisan ini. Dengan terbitnya buku ini, satu tulisan tentang jasa pahlawan sudah diterbitkan lagi oleh Museum Kebangkitan Nasional di samping pahlawan- pahlawan lain yang sudah berhasil ditulis jasanya dan diterbitkan.
    [Show full text]