Otobiografi Phra Ajahn Lee Dhammadharo

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Otobiografi Phra Ajahn Lee Dhammadharo OTOBIOGRAFI Phra Ajaan Lee Phra Suddhidhammaransi Gambhiramedhacariya OLEH Ajaan Lee Dhammadharo (Phra Suddhidhammaransi Gambhiramedhacariya) DITERJEMAHKAN DARI BAHASA THAILAND KE BAHASA INGGRIS OLEH Thanissaro Bhikkhu DITERJEMAHKAN DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA OLEH Danny Kurniawan PERANCANG SAMPUL Ramlan Pramana TRAFFIC Meliana Chandra DAFTAR ISI Kata Pengantar Bhante Uttamo i Prakata iii Otobiografi Ajaan Lee Dhammadharo Bagian 1 1 Bagian 2 18 Bagian 3 27 Bagian 4 45 Bagian 5 71 Bagian 6 75 Bagian 7 81 Bagian 8 84 Bagian 9 90 Bagian 10 93 Bagian 11 98 Bagian 12 109 Bagian 13 122 Bagian 14 127 Bagian 15 130 Bagian 16 134 Bagian 17 141 Bagian 18 147 Bagian 19 153 Bagian 20 156 Bagian 21 168 Bagian 22 172 Bagian 23 178 Bagian 24 186 Bagian 25 188 Bagian 26 192 Bagian 27 197 Bagian 28 207 Epilogue 214 Suatu Perlindungan dalam Pencerahan 220 Daftar Kata 237 Catatan Kaki 244 Sekilas Otobiografi Ajaan Lee Dhammadharo oleh Bhante Sukhemo 248 KATA PENGANTAR Sebagian besar umat Buddha merasa bahagia apabila memiliki kesempatan berjumpa dan berkumpul dengan para bhikkhu. Tidak sedikit di antara umat Buddha menanyakan riwayat hidup para bhikkhu yang berkesan untuk mereka. Mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang keluarga, pengalaman maupun pencapaian yang telah diperoleh bhikkhu tersebut. Seorang bhikkhu sesungguhnya adalah umat Buddha yang sedang berusaha menjalani kehidupan berdasarkan peraturan yang diberikan oleh Sang Buddha agar ia menjadi lebih baik dalam perilaku, ucapan serta pikiran. Selama menjalani hidup kebhikkhuan, tentu banyak suka duka yang dialami. Segala pengalaman tersebut dapat menjadi motivator untuk meningkatkan kualitas batinnya. Ia menjadi lebih matang dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Ia menjadi figur yang layak dikenang oleh masyarakat. Sehubungan dengan bhikkhu yang layak dikenang masyarakat, Vihara Bodhigiri mempersembahkan satu buku terjemahan yang berisikan riwayat hidup Ajaan Lee Dhammadharo yang cukup terkemuka di Thailand. Beliau dikenal sebagai bhikkhu yang mampu mengajar Dhamma dengan baik. Diharapkan dengan membaca riwayat hidup beliau, ada banyak hal yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Mungkin saja, perilaku beliau akan menjadi panutan dan teladan untuk umat maupun bhikkhu di Indonesia. Penerbitan buku ini melibatkan banyak pihak dari berbagai penjuru dunia untuk menerjemahkan, mengedit, menerbitkan serta mendistibusikannya. Semoga hasil upaya bersama ini dapat membangkitkan semangat umat maupun simpatisan Buddhis ~ i ~ dimanapun berada agar mampu melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan lebih tekun dan bersungguh-sungguh. Semoga kebahagiaan akan dapat selalu dirasakan dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya. Semoga semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penerbitan maupun pendistribusian buku ini dapat memetik buah kebajikan sesuai dengan harapan yang dimiliki. Semoga demikianlah yang terjadi. Semoga semua mahluk selalu hidup berbahagia. Balerejo, November 2009 Bhikkhu Uttamo Kepala Vihara ~ ii ~ Prakata Sejarah terulang dengan sendirinya. Buah ditanam oleh mereka dan untuk mereka. Sila adalah hukum alam universal Mereka yang menabur benih padi, akan menuai padi. Mereka yang menanam pohon mangga, akan menikmati buah mangga. Ada sekitar enam juta manusia di dunia ini. Ada sekitar tiga ratus negara di dunia ini. Tetapi hanya ada empat kelompok jenis manusia: Kelompok yang pertama adalah kelompok yang sangat baik dan bijaksana. Kelompok yang ke dua adalah kelompok yang baik tetapi tidak bijaksana. Kelompok yang ke tiga adalah kelompok yang bijaksana tetapi tidak baik. Kelompok yang ke empat adalah kelompok yang jahat dan bodoh. Dengan membaca biografi dari orang yang terkenal atau bhikkhu mulia, ambillah contoh-contoh yang baik atau bernilai dari apa yang telah mereka ~ iii ~ lakukan. Anda akan sejahtera dan menjadi lebih bahagia. VIHARA BODHIGIRI sungguh sangat mulia dengan mencetak otobiografi dari seorang bhikkhu mulia seperti Ajahn Lee Dhammadharo dari Vihara “Asokaram” Samutprakarn, Thailand. Terdapat banyak sekali contoh-contoh yang baik dan benar-benar terjadi diceritakan di dalam buku ini. Buah kebajikan dan kebahagiaan akan terjadi bagi mereka yang mengikuti ajaran para bijaksana. Semoga VIHARA BODHIGIRI dan semua pembaca, berbahagia, terlepas dari penderitaan, dan cepat mencapai pencerahan. Phra Khru Buddhisara sunthorn (Ven. Bunku) Wat Phrasrimahathart, Bangkok, Thailand ~ iv ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo Bagian 1 Aku dilahirkan pada pukul sembilan malam, di hari Kamis, tanggal 31 Januari tahun 1907 – pada hari ke dua bulan sabit, penanggalan bulan ke dua, tahun kuda, di Baan Nawng Sawng Hawng, kotamadya Yaang Yo Phaab, daerah Muang Saam Sib, propinsi Ubon Ratchathani. Suatu pedesaan dengan sekitar delapan puluh rumah, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu desa kecil, desa bagian dalam, dan desa bagian luar. Di desa bagian luar terdapat satu vihara; aku dilahirkan di desa itu. Di antara desa itu terdapat tiga kolam, dan dikelilingi oleh sejumlah pohon karet raksasa. Di bagian utara terdapat puing-puing peninggalan kota tua dengan dua altar Buddhist terlantar. Makhluk halus di sana sangat menakutkan, mereka kadang-kadang merasuki orang. Dari reruntuhannya, dapat aku katakan peninggalan itu dibangun oleh suku Khmer. Nama asliku adalah Chaalee. Orang tuaku bernama Pao dan Phuay Nariwong; kakek dan nenek dari ayahku bernama Janthaari dan Sida; dan dari ibuku bernama Nantasen dan Dee. Aku mempunyai lima saudara laki-laki dan empat saudari perempuan. Sekitar sembilan hari setelah aku dilahirkan, aku sangat menyusahkan – menangis sepanjang waktu – bahkan sampai ayahku meninggalkan rumah demi kebaikan. Tiga hari setelah ibuku tidak memasak1, kepalaku sakit sekali, dan tidak bisa makan atau tidur selama beberapa hari. Aku merupakan ~ 1 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo anak yang sangat sulit untuk dibesarkan. Tidak ada satu pun yang ayah maupun ibuku lakukan dapat memuaskan aku. Ibuku meninggal saat aku berusia sebelas tahun, meninggalkan ayah dan diriku serta seorang adik perempuan kecil yang harus aku rawat. Saudara lelakiku dan saudara perempuanku yang lain telah dewasa dan meninggalkan rumah untuk bekerja. Jadi hanya kami bertiga yang ada di rumah. Aku dan adikku membantu ayah di sawah. Ketika aku berusia dua belas tahun, aku masuk sekolah. Aku belajar membaca dan menulis dengan nilai yang cukup, tetapi gagal dalam ujian dasar, hal ini tidak masalah bagiku, tetapi bagaimanapun juga aku tetap harus belajar. Pada usia tujuh belas tahun, aku meninggalkan sekolah dengan tujuan utama mendapatkan uang. Selama masa ini, ayah dan aku selalu berselisih pendapat. Ia ingin aku berdagang yang menurutku tidak pantas untuk diperdagangkan, seperti babi dan ternak. Pada suatu saat, ketika aku ingin berdana ke vihara, ia berdiri menghadang jalanku dan menyuruhku segera kembali bekerja di sawah. Aku sangat sedih, lalu terlintas dalam pikiranku, “aku bersumpah tidak akan terus tinggal di desa ini. Apa pun yang terjadi, aku harus menerima dengan lapang dada.” Kemudian ayah menikah lagi dengan wanita yang bernama Mae Thip. Kehidupan rumah tangga menjadi lebih baik. Ketika berusia delapan belas tahun, aku mencari kakak laki-laki tertua, yang telah bekerja di Nong Saeng, propinsi Saraburi. Berita yang sampai di rumah bahwa Ia bekerja di departemen irigasi yang membangun pintu air. Pada bulan Oktober, aku pindah ke tempat saudaraku. Tak beberapa lama kemudian kami bertengkar, karena ia hendak pulang ~ 2 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo kampung. Ia meninggal dalam perjalanan pulang. Tinggal aku seorang diri, kemudian aku menuju ke wilayah Selatan mencari pekerjaan. Saat itu, aku merasa bahwa uang memiliki arti penting dalam kehidupanku. Meski secara fisik aku sudah dewasa, aku masih berpikir bahwa diriku masih anak kecil. Pada suatu saat, temanku mengajak keluar untuk bersama-sama mencari wanita, tapi sedikit pun aku tidak tertarik, karena aku merasakan pernikahan itu adalah untuk mereka yang dewasa bukan untuk anak-anak sepertiku. Dari apa yang telah aku lihat dalam kehidupan ini, aku telah membuat dua keputusan yang harus aku jalankan, yaitu: 1) Aku tidak akan menikah sampai aku berusia kurang dari tiga puluh tahun. 2) Aku tidak akan menikah kecuali jika aku mempunyai sedikitnya tabungan lima ratus Baht. Aku memutuskan, aku harus memiliki kedua-duanya, uang dan kemampuan untuk menghidupi minimal tiga orang sebelum aku memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita. Tetapi ada alasan lain keenggananku akan pernikahan. Selama masa kanak-kanak, pada masa dimana aku mulai mengetahui soal tersebut, ketika aku melihat seorang wanita hamil yang akan melahirkan. Aku merasa ketakutan dan jijik. Hal ini dikarenakan kebudayaan setempat saat seorang wanita akan melahirkan, dia akan diikat di kasau*, wanita tersebut akan berlutut, lalu memegang erat-erat tali tersebut dan melahirkan. Beberapa wanita akan menjerit dan merintih, seluruh tubuh dan wajah mereka sakit sekali. Ketika melihat hal ini, aku lari dengan menutup telinga dan mata. Aku tidak dapat tidur karena rasa takut dan jijik. * kayu (bambu) yang dipasang melintang seakan-akan merupakan tulang rusuk pada atap ru- mah (KBBI)*ed ~ 3 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo Peristiwa ini menimbulkan kesan yang mendalam dan berlangsung lama pada diriku. Ketika aku berusia antara sembilan belas atau dua puluh tahun, aku mulai mengerti tentang kebaikan dan kejahatan, tetapi aku tidak melakukan kejahatan. Aku tidak pernah membunuh hewan yang besar, kecuali seekor anjing. Dan aku masih ingat bagaimana peristiwa
Recommended publications
  • Buddhist Revivalist Movements Comparing Zen Buddhism and the Thai Forest Movement Buddhist Revivalist Movements Alan Robert Lopez Buddhist Revivalist Movements
    Alan Robert Lopez Buddhist Revivalist Movements Comparing Zen Buddhism and the Thai Forest Movement Buddhist Revivalist Movements Alan Robert Lopez Buddhist Revivalist Movements Comparing Zen Buddhism and the Thai Forest Movement Alan Robert Lopez Chiang Mai , Thailand ISBN 978-1-137-54349-3 ISBN 978-1-137-54086-7 (eBook) DOI 10.1057/978-1-137-54086-7 Library of Congress Control Number: 2016956808 © The Editor(s) (if applicable) and The Author(s) 2016 This work is subject to copyright. All rights are solely and exclusively licensed by the Publisher, whether the whole or part of the material is concerned, specifi cally the rights of translation, reprinting, reuse of illustrations, recitation, broadcasting, reproduction on microfi lms or in any other physical way, and transmission or information storage and retrieval, electronic adaptation, computer software, or by similar or dissimilar methodology now known or hereafter developed. The use of general descriptive names, registered names, trademarks, service marks, etc. in this publication does not imply, even in the absence of a specifi c statement, that such names are exempt from the relevant protective laws and regulations and therefore free for general use. The publisher, the authors and the editors are safe to assume that the advice and information in this book are believed to be true and accurate at the date of publication. Neither the publisher nor the authors or the editors give a warranty, express or implied, with respect to the material contained herein or for any errors or omissions that may have been made. Cover image © Nickolay Khoroshkov / Alamy Stock Photo Printed on acid-free paper This Palgrave Macmillan imprint is published by Springer Nature The registered company is Nature America Inc.
    [Show full text]
  • Some Principles of the Use of Macro-Areas Language Dynamics &A
    Online Appendix for Harald Hammarstr¨om& Mark Donohue (2014) Some Principles of the Use of Macro-Areas Language Dynamics & Change Harald Hammarstr¨om& Mark Donohue The following document lists the languages of the world and their as- signment to the macro-areas described in the main body of the paper as well as the WALS macro-area for languages featured in the WALS 2005 edi- tion. 7160 languages are included, which represent all languages for which we had coordinates available1. Every language is given with its ISO-639-3 code (if it has one) for proper identification. The mapping between WALS languages and ISO-codes was done by using the mapping downloadable from the 2011 online WALS edition2 (because a number of errors in the mapping were corrected for the 2011 edition). 38 WALS languages are not given an ISO-code in the 2011 mapping, 36 of these have been assigned their appropri- ate iso-code based on the sources the WALS lists for the respective language. This was not possible for Tasmanian (WALS-code: tsm) because the WALS mixes data from very different Tasmanian languages and for Kualan (WALS- code: kua) because no source is given. 17 WALS-languages were assigned ISO-codes which have subsequently been retired { these have been assigned their appropriate updated ISO-code. In many cases, a WALS-language is mapped to several ISO-codes. As this has no bearing for the assignment to macro-areas, multiple mappings have been retained. 1There are another couple of hundred languages which are attested but for which our database currently lacks coordinates.
    [Show full text]
  • Eyes. the Discernment That Comes from Developing the Mind, Though, Is Lik Waking up and Seeing the Truth-Past, Present, And Ture-In All Four Directions
    B^^^^Br"^ - Downloaded from https://www.holybooks.com USA May May Please note: All W.A.V.E. reprints are strictly for free distribution. This is to ensurethat the sponsors' intention - the promulgation of the Dhamma for the benefit of all living beings - is achieved without hindrance. Wewould like to expressour admirationto our sponsorsfor their generosity. May 1hemerit of their act help speedthem to Nibbana. 4 Printed for free distribution as a gift of DHAMMA Downloaded from https://www.holybooks.com u o i n s ! P 3 3 J J O QA3JJJO) n OJPSSIUPIUPU1 3U1 LUOJ. PISUPJ NVV O SSUIU3P3I 3 LUOJ A8oiouiu u 1N3I/WI3DS O H Downloaded from https://www.holybooks.com CONTENTS Introduction FROMThe Craft of theHeart: Introduction FROMKeeping the Breath in Mind: Method Two / 10 FROMThe Path to Peace& Freedomfor theMind / 18 Dhamma Talks I 36 FROMFrames of Reference/ 42 FROMThe Craft of the Heart: Conclusion/ 59 FROMThe Autobiography / 70 Epilogue I 77 Glossary/ 80 Downloaded from https://www.holybooks.com CWHQVl/WHa 331 NVV V 4*.» 4ft-* "*J ft«« 1Pfj -" 4* 4 * *,.** . ft» frib4.4*f**f*i4i4+ . "r ..... iF-**** * " 4 *"P.^r 4 .»" i " -""P*vi4-4lp*4l4v*i" «t**-< i « vi ^ *H " ""4-^«. *i - »"F-P - - i -»"- * - . , , *b 4i4-ft4P~Bj~^~44>ftft«#~ft~*/*44>*>tffftft444ftftft".* ftp-4ft444HPl4-4j ^ ft 44 4f 4>ft 4 ft Pft"Pjftft »"4Tftj4P»PPft***Fft ft ftj ftj4" "4> 4 44" 4 41» ""ft 41 4>4 4">P" i*l4-*4rFii»4>li4"'"F »" F -" *F+ " 4" "i 1^ "*4 * *ft 4 P P v;*"4 " " " b" v *.
    [Show full text]
  • POTENSI TANAMAN REMPAH, OBAT DAN ATSIRI Menghadapi Masa Pandemi Covid-19
    ISBN 978-979-548-062-4 POTENSI TANAMAN REMPAH, OBAT DAN ATSIRI Menghadapi Masa Pandemi Covid-19 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2020 Science.Innovation.Networks www.litbang.pertanian.go.id Website : www.balittro.litbang.pertanian.go.id ISBN 978-979-548-060-0 ISBN 978-979-548-060-0 Potensi Tanaman Rempah, Obat dan Atsiri Menghadapi Masa Pandemi Covid 19 ISBN 978-979-548-060-0 (Nurliani Bermawie, dkk) Potensi Tanaman Rempah, Obat dan Atsiri Menghadapi Masa Pandemi Covid 19 Penanggung Jawab Kepala Balittro Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, M.Si Ketua Dewan Redaksi Dr. Nurliani Bermawie Anggota Dewan Redaksi Ir. Octivia Trisilawati, M.Sc Dr. Ir. Sukamto, M.Agr. Sc R. Hera Nurhayati, SP Dr. Joko Pitono Redaksi Pelaksana Dra. Nur Maslahah, M.Si Anggota Redaksi Pelaksana Efiana, S.Mn Miftahudin Satrio ISBN 978-979-548-062-4 Design Sampul dan Tata Letak : Miftahudin Diterbitkan oleh: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Alamat Redaksi Jl. Tentara Pelajar No. 3 Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor 16111 Email: [email protected] Tahun 2020 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penerbitan Edisi Khusus “Potensi Tanaman Rempah, Obat dan Atsiri Menghadapi Masa Pandemi covid 19”. Tanaman rempah, obat dan atsiri di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
    [Show full text]
  • AJAHN MUN BŪRIDATTA THERA Un Cuore Liberato ______
    PHRA AJAHN MUN BŪRIDATTA THERA Un cuore liberato _______________________________________________ Phra Ajahn Mun Bhūridatta Mahāthera 2 PHRA AJAHN MUN BŪRIDATTA THERA Un cuore liberato e altri insegnamenti 3 Per questo libro è prevista la libera diffusione. È possibile donarlo, fotocopiarlo e farlo circolare sempre, comunque e solo gratuitamente. Traduzione italiana di Dhammarato 4 PREFAZIONE Phra Ajahn Mun1 Bhūridatta Thera nacque nel 1870 a Baan Kham Bong, un villaggio di contadini nella provincia di Ubon Ratchathani, nel nord-est della Thailandia. Ordinato monaco buddhista nel 1893, trascorse il resto della sua vita peregrinan- do attraverso la Thailandia, la Birmania e il Laos, alloggiando per lo più nella foresta e impegnato nella pratica della medita- zione. Richiamò una gran seguito di discepoli e, insieme al suo insegnante, Phra Ajahn Sao Kantasīlo, gli si deve la fondazione della tradizione ascetica della foresta che si è ora diffusa in tut- ta la Thailandia e in numerose altre nazioni. Morì nel 1949 al Wat Suddhāvāsa, nella provincia thailandese di Sakon Nakhorn. Su di lui molto è stato scritto, ma molto poco è stato re- gistrato dei suoi insegnamenti durante la sua vita. La maggior parte di essi li ha infatti lasciati nella forma di persone: i disce- poli le cui esistenze furono profondamente informate dalla sua guida sia nell’esperienza di vita sia nella pratica meditativa. 1 Nella traduzione si è scelto di lasciare “Mun”, come di solito si rin- viene nei testi inglesi. Si avverte il lettore italiano che, però, l’esatta pronuncia thailandese è “Màn”. 5 Ovviamente, una raccolta di passi tratti dai suoi discorsi fu pubblicata durante la sua vita; una seconda e simile raccolta fu pubblicata per i suoi funerali.
    [Show full text]
  • The Bangkok Paper
    THE BANGKOK PAPER nspired by the vivacious “Land of Smiles”, Bangkok Jam started with a refreshing idea - to offer a unique interpretation of traditional Thai fare for diners seeking a cozy dining experience. At Bangkok Jam, we have been proudly serving unique Thai dishes since our doors Iopened at Great World City in 2007. Under the helm of a dedicated Thai culinary team, each ingredient is meticulously hand-picked to convey love in every dish we serve you. Today, our menu presents a mixture of curated dishes refined over the years, as well as traditional classics from the world’s beloved cuisine. Further fuelled by our passion to continuously better your dining experience in Bangkok Jam, we are devoted to uphold the representative “smiling culture”, just like the friendly folks in the Land of Smiles! The team behind Bangkok Jam is a firm believer that good food goes best with great service. Our commitment to remain customer-focused is established through constant menu rejuvenation to fit the ever-changing palates, and delivering exceptional service to meet your unyielding standards. Ultimately, we hope you enjoy your meal as much as we enjoy serving you. Prices are subject to 10% service charge & 7% GST. Images are for illustrative purposes only. BANGKOK JAM SIGNATURES 1 The delectable medley of sour, sweet, bitter, savoury, and spicy flavours are what makes Thai cuisine so distinct. Thai Chefs are extremely talented when it comes to experimenting and giving life to a creation of their own. Here in Bangkok Jam, excite your palates by pairing the usual Thai dishes with our rousing list of hand-picked Bangkok Jam Signatures.
    [Show full text]
  • PACIFIC WORLD Journal of the Institute of Buddhist Studies
    PACIFIC WORLD Journal of the Institute of Buddhist Studies Third Series Number 13 Fall 2011 SPECIAL SECTION: Recent Research on Esoteric Buddhism TITLE iii Forest as Challenge, Forest as Healer: Reinterpretations and Hybridity within the Forest Tradition of Thailand Brooke Schedneck PhD Candidate, Arizona State University The forest has held an ambiguous and ambivalent place in Buddhist history. It is featured prominently in major moments of the Buddha’s life story as the place of his birth, enlightenment, and death. It is also perceived as a place of fear, resistance, escape, sickness, spirits, danger, and temptation. In contrast to these negative attributes, the forest has been described as a place to encounter nature free from distractions; it embodies solitude, peace, and tranquility. How can one resolve these differing notions? Why does this ambivalence exist? How have all of these meanings changed over time? This essay looks at the rhetoric of the forest in Buddhist thought by tracing the ambivalent attitudes of the forest within the Pāli canon, to meanings of the forest as described in popular Thai forest biographies, and finally to contemporary Buddhist writings, both from Thailand and Western countries. The Pāli canon suggests the best place to prac- tice is the natural world; it is isolating and challenging at first but soon can help transform the mind. The forest tradition of Thailand depicts the forest as more than just isolating, but rather dangerous and fearful. In contemporary times there is hardly any trace of the forest as a fear- ful place because it is instead depicted as sacred, and there is a feeling of merging with the natural world that aids awakening.
    [Show full text]
  • Tilburg University Buddhist Psychology in the Workplace
    Tilburg University Buddhist psychology in the workplace Marques, J.F.; Dhiman, S.K. Publication date: 2011 Link to publication in Tilburg University Research Portal Citation for published version (APA): Marques, J. F., & Dhiman, S. K. (2011). Buddhist psychology in the workplace: A relational perspective. Prismaprint. General rights Copyright and moral rights for the publications made accessible in the public portal are retained by the authors and/or other copyright owners and it is a condition of accessing publications that users recognise and abide by the legal requirements associated with these rights. • Users may download and print one copy of any publication from the public portal for the purpose of private study or research. • You may not further distribute the material or use it for any profit-making activity or commercial gain • You may freely distribute the URL identifying the publication in the public portal Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. Download date: 25. sep. 2021 Buddhist Psychology in the Workplace: A Relational Perspective Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan Tilburg University op gezag van de rector magnifi cus, prof. dr. Ph. Eijlander, in het openbaar te verdedigen ten overstaan van een door het college voor promoties aangewezen commissie in zaal AZ 17 van de Universiteit LOW-RES PDF op maandag 7 november 2011 om 14.15 uur NOT PRINT-READYdoor Joan Francisca Marques geboren op 7 februari 1960 te Paramaribo, Suriname en om 15.15 uur door Satinder Kumar Dhiman geboren op 5 april 1957 te India Promotores: Prof.
    [Show full text]
  • Questions and Answers on the Teachings of Theravāda Buddhism
    Questions and Answers on the Teachings of Theravāda Buddhism By Ajahn Jayasaro AW Without2_Sep15 2 หน้าที่สั่งแก้จากปรู๊ฟจริงคือ 1,2,3,10,11,14,15,16,17,18,19, 32,33,36,37,38,39,50,51, 60,61,66,67,74,75,96,97,98,99, 126,127,158,159,194,195,198,199,244,245 16.9.56 แก้ปรู๊ฟจาก file AW Without2_Sep16 1,2,3,12,13,14,15 For Free Distribution Only Questions and Answers on the Teachings of Theravada Buddhism By Ajahn Jayasaro Copyright © Panyaprateep Foundation, 2013. All rights reserved. The text materials contained in this book may be used, downloaded, reproduced or ISBN 978 - 616 -7574 -141 reprinted, provided that this copyright notice appears in all copies and provided that such October 2013 use, download, reproduction or reprint is for non-commercial or personal use only. The text 84,000 copies materials contained in this book may not be modified in any way. Buddhadasa Indapanno Archives This edition of the book ‘without and within’ may be freely copied provided that the Vachirabenjatas Park (Rot Fai Park), Nikom Rot Fai Sai 2 Rd., contents (including this agreement) are not altered in any way and that it is distributed at Chatuchak, Bangkok 10900 THAILAND no cost to the recipient. Further distribution of printed copies requires permission from the Tel. +66 2936 2800 Fax. +66 2936 2900 copyright holder. Permission to reprint this book for free distribution may be obtained upon email: [email protected] notification. Any reproduction (in whole or in part) for sale, profit or material gain is prohibited.
    [Show full text]
  • Summer/Fall 2007
    Summer/Fall www.midamericadharma.org June, 2007 Clinging to Rites and Rituals By Gloria Taraniya Ambrosia Several years ago, during a group practice interview at a Clinging to Methods and Techniques ten-day vipassana retreat I was teaching, the topic of Have you ever come away from a sitting with the smug discussion turned toward realizing nibbana. As the feeling that the practice is going well because you were interview progressed, one fellow in the group became able to sit upright unflinchingly for the hour? increasingly agitated. Finally, when he was unable to Silabataparamasa also involves putting undue emphasis contain himself any longer, he blurted out: “Okay. Let’s on developing the methods or techniques of practice, cut to the chase. Who do I have to know? And where do I becoming skilled at using the tools without fully have to go?” recognizing that tools are tools, not the goal. Silabataparamasa , one of three defilements uprooted at the On a recent trip to Thailand, I visited a monastery in the first stage of enlightenment, is defined as holding firmly to central part of the country. High on the walls of the the view that through rules and rituals, rites, ceremonies bamboo and grass Dhamma hall the resident monks had and practices one may reach purification. Here, we aren’t hung sepia-stained photographs of famous Thai masters of just talking about incantations and rituals in the usual the last century. Of course, it was inspiring to see so many sense. Silabataparamasa also includes bhavana, or arahants in one place, but what impressed me most was meditation practice.
    [Show full text]
  • Inlagd Gurka 1 Achat 1 อาจาด
    Inlagd Gurka 1 Achat 1 อาจาด 4 Portioner 3 msk Risättika 1 msk Socker 1 medellång Gurka, skalad ½ tsk Salt ½ kopp Rödlök, tunt skivad 1 lite Svartpeppar 2 msk Korianderblad, hackade 1 små färska Röda eller Gröna Chili Prik Kee Noo 1. Fyll i ättika, socker, salt och peppar i en mellanstor skål och rör om tills socker och salt är upplöst. 2. Dela upp gurkan på längden. Ta bort alla frön. Dela den i fjärdedelar och skär upp i 3 mm tjocka skivor. Lägg gurka, lök, korianderblad och chili i vinägerdressingen och blanda allt tillsammans. Sätt in Achat i kylskåpet för att marinera i 3 timmar, rör om då och då. Inlagd Gurka 2 Achat 2 อาจาด 4 msk Risättika 2 Schalottenlökar Hom Daeng, hackade 1 tsk Socker 3-4 Röda och Gröna Prik Kee Noo i tunna 2-3 msk Gurka, mycket grovmalen, hackad skivor eller skivad Blanda ingredienserna och låt dem stå över natten. Var och en bör ha en liten skål av Nam Jin samt en skål av inlagd gurka A Jad Inlagd Gurka 3 Achat 3 อาจาด Den här ättikslagen förväxlas ofta med ett liknande recept som är helt annorlunda, Taang-Gwa Priao Wan är kokt med en sötsur smak. Rätten förväxlas ofta med ett liknande recept ”Sur Gurka” som är söt och syrlig, och är helt annorlunda. ½ kopp Risättika 1 msk Vattenkastanjer Haeo, fint skivade 5 msk Gurka Thang Kwa 1 msk Röd Jalapeños Prik Chi Fa Daeng, 2 msk Schalottenlök Hom Daeng fint skivad skivad 1 msk Palmsocker Nam Som Paep 1. Dela gurkan i fyra delar på längden, och skär bitarna ca 2 mm tjocka.
    [Show full text]
  • A Resource for the Practice of Meditation – Third Edition
    !1 A Resource for the Practice of Meditation Third Edition by Jason Espada !2 Preface to the Second and Third Edition Thirty-one years ago, I attended my first retreat with Thich Nhat Hahn, where I learned his method of meditation that uses gathas, or short meditation poems, along with mindful breathing and walking. I’m amazed when I see that I’m still using this method, and I am grateful beyond words. I celebrate that many others also have been given this and other skillful means for taming their mind, and finding peace, and I would like now to share this great gift, of Buddhist meditation. One need not take up any particular method, but I do hope everyone will find and make use of a simple practice they can rely on, and cultivate, and use as a basis for deepening their practice. As I’ve continued to work with teachings on meditation over the years, the essential points have gradually become more clear. I’ve benefitted a great deal from the precise calm abiding teachings, as well as those on the jhanas. Looking at the first edition of this Resource then, I decided I could do better by keeping a few of the core essays, and adding mostly new writings. Of the two categories of meditation, calm and insight, the essays in this collection are on the thorough samatha, or calm abiding teachings. I feel these show universal principles of calming the mind and clarifying attention that can be understood and used by anyone. The introductory essays on wisdom practice that were in a previous edition of this work have been moved to its own collection, with the title A Key to Buddhist Wisdom Practice.
    [Show full text]