Otobiografi Phra Ajahn Lee Dhammadharo
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
OTOBIOGRAFI Phra Ajaan Lee Phra Suddhidhammaransi Gambhiramedhacariya OLEH Ajaan Lee Dhammadharo (Phra Suddhidhammaransi Gambhiramedhacariya) DITERJEMAHKAN DARI BAHASA THAILAND KE BAHASA INGGRIS OLEH Thanissaro Bhikkhu DITERJEMAHKAN DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA OLEH Danny Kurniawan PERANCANG SAMPUL Ramlan Pramana TRAFFIC Meliana Chandra DAFTAR ISI Kata Pengantar Bhante Uttamo i Prakata iii Otobiografi Ajaan Lee Dhammadharo Bagian 1 1 Bagian 2 18 Bagian 3 27 Bagian 4 45 Bagian 5 71 Bagian 6 75 Bagian 7 81 Bagian 8 84 Bagian 9 90 Bagian 10 93 Bagian 11 98 Bagian 12 109 Bagian 13 122 Bagian 14 127 Bagian 15 130 Bagian 16 134 Bagian 17 141 Bagian 18 147 Bagian 19 153 Bagian 20 156 Bagian 21 168 Bagian 22 172 Bagian 23 178 Bagian 24 186 Bagian 25 188 Bagian 26 192 Bagian 27 197 Bagian 28 207 Epilogue 214 Suatu Perlindungan dalam Pencerahan 220 Daftar Kata 237 Catatan Kaki 244 Sekilas Otobiografi Ajaan Lee Dhammadharo oleh Bhante Sukhemo 248 KATA PENGANTAR Sebagian besar umat Buddha merasa bahagia apabila memiliki kesempatan berjumpa dan berkumpul dengan para bhikkhu. Tidak sedikit di antara umat Buddha menanyakan riwayat hidup para bhikkhu yang berkesan untuk mereka. Mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang keluarga, pengalaman maupun pencapaian yang telah diperoleh bhikkhu tersebut. Seorang bhikkhu sesungguhnya adalah umat Buddha yang sedang berusaha menjalani kehidupan berdasarkan peraturan yang diberikan oleh Sang Buddha agar ia menjadi lebih baik dalam perilaku, ucapan serta pikiran. Selama menjalani hidup kebhikkhuan, tentu banyak suka duka yang dialami. Segala pengalaman tersebut dapat menjadi motivator untuk meningkatkan kualitas batinnya. Ia menjadi lebih matang dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Ia menjadi figur yang layak dikenang oleh masyarakat. Sehubungan dengan bhikkhu yang layak dikenang masyarakat, Vihara Bodhigiri mempersembahkan satu buku terjemahan yang berisikan riwayat hidup Ajaan Lee Dhammadharo yang cukup terkemuka di Thailand. Beliau dikenal sebagai bhikkhu yang mampu mengajar Dhamma dengan baik. Diharapkan dengan membaca riwayat hidup beliau, ada banyak hal yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Mungkin saja, perilaku beliau akan menjadi panutan dan teladan untuk umat maupun bhikkhu di Indonesia. Penerbitan buku ini melibatkan banyak pihak dari berbagai penjuru dunia untuk menerjemahkan, mengedit, menerbitkan serta mendistibusikannya. Semoga hasil upaya bersama ini dapat membangkitkan semangat umat maupun simpatisan Buddhis ~ i ~ dimanapun berada agar mampu melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan lebih tekun dan bersungguh-sungguh. Semoga kebahagiaan akan dapat selalu dirasakan dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya. Semoga semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penerbitan maupun pendistribusian buku ini dapat memetik buah kebajikan sesuai dengan harapan yang dimiliki. Semoga demikianlah yang terjadi. Semoga semua mahluk selalu hidup berbahagia. Balerejo, November 2009 Bhikkhu Uttamo Kepala Vihara ~ ii ~ Prakata Sejarah terulang dengan sendirinya. Buah ditanam oleh mereka dan untuk mereka. Sila adalah hukum alam universal Mereka yang menabur benih padi, akan menuai padi. Mereka yang menanam pohon mangga, akan menikmati buah mangga. Ada sekitar enam juta manusia di dunia ini. Ada sekitar tiga ratus negara di dunia ini. Tetapi hanya ada empat kelompok jenis manusia: Kelompok yang pertama adalah kelompok yang sangat baik dan bijaksana. Kelompok yang ke dua adalah kelompok yang baik tetapi tidak bijaksana. Kelompok yang ke tiga adalah kelompok yang bijaksana tetapi tidak baik. Kelompok yang ke empat adalah kelompok yang jahat dan bodoh. Dengan membaca biografi dari orang yang terkenal atau bhikkhu mulia, ambillah contoh-contoh yang baik atau bernilai dari apa yang telah mereka ~ iii ~ lakukan. Anda akan sejahtera dan menjadi lebih bahagia. VIHARA BODHIGIRI sungguh sangat mulia dengan mencetak otobiografi dari seorang bhikkhu mulia seperti Ajahn Lee Dhammadharo dari Vihara “Asokaram” Samutprakarn, Thailand. Terdapat banyak sekali contoh-contoh yang baik dan benar-benar terjadi diceritakan di dalam buku ini. Buah kebajikan dan kebahagiaan akan terjadi bagi mereka yang mengikuti ajaran para bijaksana. Semoga VIHARA BODHIGIRI dan semua pembaca, berbahagia, terlepas dari penderitaan, dan cepat mencapai pencerahan. Phra Khru Buddhisara sunthorn (Ven. Bunku) Wat Phrasrimahathart, Bangkok, Thailand ~ iv ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo Bagian 1 Aku dilahirkan pada pukul sembilan malam, di hari Kamis, tanggal 31 Januari tahun 1907 – pada hari ke dua bulan sabit, penanggalan bulan ke dua, tahun kuda, di Baan Nawng Sawng Hawng, kotamadya Yaang Yo Phaab, daerah Muang Saam Sib, propinsi Ubon Ratchathani. Suatu pedesaan dengan sekitar delapan puluh rumah, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu desa kecil, desa bagian dalam, dan desa bagian luar. Di desa bagian luar terdapat satu vihara; aku dilahirkan di desa itu. Di antara desa itu terdapat tiga kolam, dan dikelilingi oleh sejumlah pohon karet raksasa. Di bagian utara terdapat puing-puing peninggalan kota tua dengan dua altar Buddhist terlantar. Makhluk halus di sana sangat menakutkan, mereka kadang-kadang merasuki orang. Dari reruntuhannya, dapat aku katakan peninggalan itu dibangun oleh suku Khmer. Nama asliku adalah Chaalee. Orang tuaku bernama Pao dan Phuay Nariwong; kakek dan nenek dari ayahku bernama Janthaari dan Sida; dan dari ibuku bernama Nantasen dan Dee. Aku mempunyai lima saudara laki-laki dan empat saudari perempuan. Sekitar sembilan hari setelah aku dilahirkan, aku sangat menyusahkan – menangis sepanjang waktu – bahkan sampai ayahku meninggalkan rumah demi kebaikan. Tiga hari setelah ibuku tidak memasak1, kepalaku sakit sekali, dan tidak bisa makan atau tidur selama beberapa hari. Aku merupakan ~ 1 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo anak yang sangat sulit untuk dibesarkan. Tidak ada satu pun yang ayah maupun ibuku lakukan dapat memuaskan aku. Ibuku meninggal saat aku berusia sebelas tahun, meninggalkan ayah dan diriku serta seorang adik perempuan kecil yang harus aku rawat. Saudara lelakiku dan saudara perempuanku yang lain telah dewasa dan meninggalkan rumah untuk bekerja. Jadi hanya kami bertiga yang ada di rumah. Aku dan adikku membantu ayah di sawah. Ketika aku berusia dua belas tahun, aku masuk sekolah. Aku belajar membaca dan menulis dengan nilai yang cukup, tetapi gagal dalam ujian dasar, hal ini tidak masalah bagiku, tetapi bagaimanapun juga aku tetap harus belajar. Pada usia tujuh belas tahun, aku meninggalkan sekolah dengan tujuan utama mendapatkan uang. Selama masa ini, ayah dan aku selalu berselisih pendapat. Ia ingin aku berdagang yang menurutku tidak pantas untuk diperdagangkan, seperti babi dan ternak. Pada suatu saat, ketika aku ingin berdana ke vihara, ia berdiri menghadang jalanku dan menyuruhku segera kembali bekerja di sawah. Aku sangat sedih, lalu terlintas dalam pikiranku, “aku bersumpah tidak akan terus tinggal di desa ini. Apa pun yang terjadi, aku harus menerima dengan lapang dada.” Kemudian ayah menikah lagi dengan wanita yang bernama Mae Thip. Kehidupan rumah tangga menjadi lebih baik. Ketika berusia delapan belas tahun, aku mencari kakak laki-laki tertua, yang telah bekerja di Nong Saeng, propinsi Saraburi. Berita yang sampai di rumah bahwa Ia bekerja di departemen irigasi yang membangun pintu air. Pada bulan Oktober, aku pindah ke tempat saudaraku. Tak beberapa lama kemudian kami bertengkar, karena ia hendak pulang ~ 2 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo kampung. Ia meninggal dalam perjalanan pulang. Tinggal aku seorang diri, kemudian aku menuju ke wilayah Selatan mencari pekerjaan. Saat itu, aku merasa bahwa uang memiliki arti penting dalam kehidupanku. Meski secara fisik aku sudah dewasa, aku masih berpikir bahwa diriku masih anak kecil. Pada suatu saat, temanku mengajak keluar untuk bersama-sama mencari wanita, tapi sedikit pun aku tidak tertarik, karena aku merasakan pernikahan itu adalah untuk mereka yang dewasa bukan untuk anak-anak sepertiku. Dari apa yang telah aku lihat dalam kehidupan ini, aku telah membuat dua keputusan yang harus aku jalankan, yaitu: 1) Aku tidak akan menikah sampai aku berusia kurang dari tiga puluh tahun. 2) Aku tidak akan menikah kecuali jika aku mempunyai sedikitnya tabungan lima ratus Baht. Aku memutuskan, aku harus memiliki kedua-duanya, uang dan kemampuan untuk menghidupi minimal tiga orang sebelum aku memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita. Tetapi ada alasan lain keenggananku akan pernikahan. Selama masa kanak-kanak, pada masa dimana aku mulai mengetahui soal tersebut, ketika aku melihat seorang wanita hamil yang akan melahirkan. Aku merasa ketakutan dan jijik. Hal ini dikarenakan kebudayaan setempat saat seorang wanita akan melahirkan, dia akan diikat di kasau*, wanita tersebut akan berlutut, lalu memegang erat-erat tali tersebut dan melahirkan. Beberapa wanita akan menjerit dan merintih, seluruh tubuh dan wajah mereka sakit sekali. Ketika melihat hal ini, aku lari dengan menutup telinga dan mata. Aku tidak dapat tidur karena rasa takut dan jijik. * kayu (bambu) yang dipasang melintang seakan-akan merupakan tulang rusuk pada atap ru- mah (KBBI)*ed ~ 3 ~ OTOBIOGRAFI Ajaan Lee Dhammadharo Peristiwa ini menimbulkan kesan yang mendalam dan berlangsung lama pada diriku. Ketika aku berusia antara sembilan belas atau dua puluh tahun, aku mulai mengerti tentang kebaikan dan kejahatan, tetapi aku tidak melakukan kejahatan. Aku tidak pernah membunuh hewan yang besar, kecuali seekor anjing. Dan aku masih ingat bagaimana peristiwa