Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuandan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335 Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub- sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Dede Pramayoza TimPenyunting Elizar Sri Yanto Surherni Roza Muliati Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Adi Khrisna Redaktur Meria Eliza Dini Yanuarmi Thegar Risky Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________._________________________________ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803, e-mail;[email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuandan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335 DAFTAR ISI PENULIS JUDUL HALAMAN Aji Windu Viatra & Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di 168- 183 Slamet Triyanto Indralaya, Palembang Nofroza Yelli Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen 184-198 dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok Evadila Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga 199–218 Melalui Koreografi “Pilihan Andami” Nurmalinda Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam 219–238 Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual Mukhsin Patriansyah Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya 239–252 Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri Nike Suryani Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi 253–269 “Aku dan Sekujur Manekin” Nora Anggarini & Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam 270–284 Nursyirwan Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo Dede Pramayoza Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: 285–302 Sebuah Diskursus Seni Poskolonial Yulimarni & Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan 303–313 Yuliarni Masyarakat Padang Pariaman Pandu Birowo Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota 314–335 Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi Seni _____________________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. i MEREFLEKSIKAN KABA ANGGUN NAN TONGGA MELALUI KOREOGRAFI “PILIHAN ANDAMI” Evadila Program Studi Sendratasik FKIP Universitas Islam Riau (UIR) [email protected] ABSTRAK Anggun Nan Tongga Magek Jabang sebagai seni tradisi sangat lekat dengan budaya matriarki. Namun demikian oleh Evadila dijadikan media untuk menyampaikan gagasan pemahaman terhadap dunia keperempuanan. Melalui kaba tersebut, pengkarya memandang bahwa sifat keperkasaan tidak hanya milik laki-laki. Perempuan dengan keperkasaan yang dimilikinya ternyata mampu menjadi pemimpin dan pahlawan yang disegani oleh kawan maupun lawan. Selain itu, juga menyikapi kekerasan terhadap perempuan pada saat bersamaan berperan sebagai istri, yang mewarisi tradisi dan budaya Minangkabau. Metode yang digunakan studi pustaka,. Artikel ini diharapkan dapat berguna menyampaikan pesan terhadap kepedulian dan pandangannya tentang perempuan. Artikel ini mampu menghapus streotip dimana perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan, bahkan mampu menjadi pimpinan yang disegani.. Koreografi “Pilihan Andami” merupakan koreografi yang menggali nilai-nilai kehidupan yang ada dalam kaba Anggun Nan Tungga Magek Jabang. Cerita cinta segi tiga Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah dalam episode Ka Taluak Koto Tanau diinterpretasikan sebagai keikhlasan sekaligus perlawanan. Kata Kunci: Refleksi, Anggun Nan Tongga, Koreografi, “Andami” ABSTRACT Anggun Nan Tongga Magek Jabang as a traditional art is closely related to matriarchal culture. But Evadila has turned it into media to express ideas about the world of women. Through this story, the creator sees that audacity does not only belong to men. With their audacity, women can be leaders or heroes respected by both friends and enemies. In addition,they also respond to violence against women and at the same time play a role as housewives, inherited the tradition and culture of Minangkabau. The methode used was library study. This article is expected to deliver messages on care and views about women. It can eliminate the stereotype where women are always on the disadvantageous side, and they can even become respected leaders. The 199 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 coreography of “Pilihan Andami” is to explore the values of life existing in the story of Anggun Nan Tungga Magek Jabang. This is a story of love triangle between Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah in the epidose of Ka Taluak Koto Tanau interpreted as submission and resistance as well. Keyword: Reflection, Anggun Nan Tongga, Choreography, Andami PENDAHULUAN Salah satu kaba klasik Kaba Minangkabau mengandung Minangkabau yang popular, adalah nilai-nilai falsafah hidup masyarakat kaba Anggun Nan Tungga. Kaba Minangkabau, yaitu ajaran-ajaran agama Anggun Nan Tungga merupakan epos Islam, dan ajaran adat Minangkabau dengan tokoh Anggun Nan Tungga, yang sarat akan estetika lokal, sehingga Gondan Gondoriah, Andami Sutan sangat menarik untuk dijadikan sumber (dalam versi Sijobang disebut sebagai penciptaan karya seni. Namun situasi Dondomi Sutan), dan lain-lain. Menurut kehidupan modern sekarang, sudah Hajizar (1988: 142-149), dalam jarang sekali koreografer muda yang skripsinya yang berjudul “Studi Tekstual terinspirasi dari kaba. Menurut dan Musikologis Kesenian Tradisional Widaryanto (2007: 354), Modernisasi Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun dan globalisasi bisa mengakibatkan Nan Tungga Magek Jabang”, terdapat budaya-budaya tradisional tidak lagi 14 episode. Salah satunya adalah mempunyai kesempatan untuk episode Ka Taluak Koto Tanau, yang berkembang, perlahan tetapi semakin mengisahkan tentang perjalanan lama semakin tersapu bersih. Oleh sebab percintaan antara Anggun Nan Tungga itu, dirasa perlu untuk mengangkat dan Andami Sutan. Sijobang merupakan kembali karya sastra klasik seni tutur tradisi Payakumbuh, yang Minangkabau, yang merupakan warisan memiliki melodi melankolik dan meter dari masa lalu agar tetap dapat dikenal (sukatan) ganjil (meter tiga, lima dan dalam kehidupan modern sekarang ini. tujuh). Bertitik tolak dari musik Sijobang yang memainkan episode Ka 200 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” Taluak Koto Tanau inilah lahirnya karya Walaupun dengan hati sedih dan dalam Pilihan Andami. keadaan hamil, Andami Sutan Episode Ka Taluak Koto Tanau mengizinkannya. Sesudah beberapa mengisahkan tentang Anggun Nan bulan Anggun Nan Tungga berangkat, Tungga dalam perjalanan mencari akhirnya Andami Sutan melahirkan mamaknya, yaitu Patiah Maudun, Tuak seorang anak laki-laki yang diberi nama Mangguang Kayo, dan mencari burung Mandu Gombak. nuri yang pandai berbicara merupakan Andami Sutan sesungguhnya salah satu kandak seratuih duo puluah bukan tokoh utama dalam kaba Anggun (kehendak seratus dua puluh macam) Nan Tungga, namun pada episode Ka Gondoriah. Anggun dapat bertemu Taluak Koto Tanau tokoh Andami dapat dengan mamaknya Tuak Manggung dikatakan sebagai tokoh utama Kayo, yang memiliki anak perempuan perempuan. Pengalaman hidup Andami bernama Andami Sutan. Ternyata sebagai perempuan yang menerima Andami Sutan inilah yang mempunyai dinikahi oleh Anggun bukan karena salah satu kehendak Gondoriah berupa cinta, tetapi hanya ingin memiliki burung nuri yang pandai berbicara. burung nuri kesayangannya. Andami Permintaan Anggun untuk memiliki ditinggalkan oleh Anggun dalam burung tersebut disanggupi Andami keadaan hamil untuk menemui dengan syarat Anggun bersedia kekasihnya Gondoriah. Kedua hal inilah menikahinya. Maka menikahlah Anggun yang ditafsirkan sebagai keikhlasan dengan Andami. Setelah Anggun Nan Andami. Pemilihan Andami sebagai Tungga bertemu dengan semua tokoh utama, karena dapat mewakili mamaknya dan sudah dapat pula salah satu ikonisitas perempuan mengumpulkan kandak seratuih duo Minang. Perempuan yang puluah (kehendak seratus dua puluh diinterpretasikan sebagai perempuan macam) tunangannya Gondoriah, ia yang ikhlas menjalani kehidupannya, minta izin kepada Andami Sutan untuk walaupun ikhlas dalam pengertian yang sementara waktu kembali ke Pariaman. pasif. Dengan kata lain, pemilihan 201 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 terhadap tokoh Andami, secara tidak Musik Sijobang, merupakan langsung mewakili sesuatu yang lain di nyanyian narasi puitis tentang pahlawan luar dirinya, yaitu tingkah lakunya, adat legendaris Anggun Nan Tungga. Selain istiadat yang dipakainya, dan budaya itu musik Sijobang, adalah bentuk yang melatar-belakanginya. hiburan yang populer di daerah sekitar Perempuan yang ikhlas seperti Payakumbuh, di dataran tinggi Sumatera Andami Sutan dalam kaba mungkin Barat. Meskipun kisah yang ada sebagai tidak dapat ditemukan pada perempuan teks tertulis, namun yang terbaik adalah Minang masa kini. Oleh sebab itu dirasa dikenal secara lokal sebagai drama dan perlu menginterpretasikan kembali narasi yang dinyanyikan. episode Ka Taluak Koto Tanau menjadi episode ‘baru’ dengan tokoh Andami sebagai perempuan yang