<<

FILM SEBAGAI MEDIA DIPLOMASI BUDAYA JEPANG DRAGON BALL ANIME FILM AS A MEDIUM OF JAPANESE CULTURAL DIPLOMACY Ramadana Alien Jaya Setyasih Harini,S.IP, M.Si Drs. GPH Dipokusumo, M.Si Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Slamet Riyadi Surakarta

ABSTRACT This research analyzes and explains how the influence of anime films on Japanese cultural diplomacy. As for the background of this writing because the anime film is one of Japan's popular culture that is easily accepted by the world community and is experiencing growth in this modern era. Japan is a country that routinely conducts cultural diplomacy. Japan believes that a cultural approach can build good relations between Japan and other countries. Japanese cultural diplomacy tends to use popular culture such as anime, manga, music, or fashion. This research focuses on the Dragon Ball anime film because this anime is one of the successful anime films abroad and the main character was chosen as one of the mascots of the 2020 Tokyo Olympics. Based on this, this study aims to find out how the Dragon Ball anime film influences as a diplomatic media Japanese culture. This research was examined using the theory of cultural diplomacy. This research method uses descriptive qualitative research methods with secondary data collection. From the research conducted, the researchers found that the Dragon Ball anime film as a medium of cultural diplomacy had a positive impact on enhancing Japan's positive image and foreign relations. The success of this cultural diplomacy can be seen from the high sales of anime-themed products and the increasing number of foreign tourists visiting Japan. Keyword : Anime, Pop Culture, Cultural Diplomacy A. Latar Belakang kesuksesan waktu itu adalah Astro Boy karya Ozamu Tezuka. Pada tahun 1980-an Film anime memiliki sejarah film anime Dragon Ball (Doragon Boru) panjang sebelum menjadi populer di awal karya muncul pertama kali abad ke 20. Anime diambil dari kata dalam pertelevisian. animation, penyebutan bahasa Jepangnya animeshon yang disingkat menjadi anime. Peneliti mengambil studi kasus Pada tahun 1917 anime pertama kali diplomasi budaya melalui film anime muncul dengan judul Mokuzo Genkanban Dragon Ball karena serial anime ini no Maki yang diciptakan oleh Oten mendapat kesuksesan besar di dunia dan Shimokawa. Tahun 1963 bisa dikatakan anime ini mengubah gaya produksi film sebagai kesuksesan pertama bagi dunia anime di masa setelahnya, bahkan di film animasi, film pertama yang meraih layar lebar terbarunya di tahun 2018 yang

Page 1 of 12

bejudul : berhasil bahwa film anime memiliki dua urgensi, mendapatkan pendapatan mencapai US$ pertama anime merupakan bagian kunci 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dari dari budaya visual Jepang. Kedua, film seluruh dunia yang sekaligus anime berperan penting dalam menjadikannya sebagai franchise Dragon pembentukan mediascape global, baik Ball paling sukses di dunia. Tokoh utama cetak maupun elektronik(MacWilliams, dalam serial Dragon Ball Son juga 2008, hal. 6). telah resmi di daulat sebagai salah satu Berdasarkan latar belakang karakter anime untuk menjadi maskot tersebut, peneliti berniat untuk meneliti Olimpiade Tokyo tahun 2020. Keseriusan peran dari sebuah film anime dalam pemerintah Jepang dalam menyebarkan diplomasi budaya yang digunakan oleh pop culture sendiri juga sudah mendapat Jepang. Menurut peneliti film anime dukungan penuh dari Perdana Menteri Dragon Ball bisa dibilang sebagai pembuka Jepang Abe (Mofa.go.jp, 2017). pintu gerbang terhadap dunia anime Serial anime merupakan salah satu Jepang. Ada banyak film anime yang budaya populer Jepang yang digemari oleh sukses di Jepang, alasan kenapa peneliti semua kalangan masyarakat di seluruh memilih Dragon Ball salah satunya adalah dunia. Banyak serial kartun yang diciptakan karena Dragon Ball merupakan film anime oleh negara Jepang sukses dan menjadi yang mendapatkan kesuksesan dan populer di kalangan masyarakat, penggemar yang besar di dunia. Film selain contohnya; Dragon Ball, , One membawa hiburan juga memiliki peran Piece, Bleach dll. Seiring dengan membawa norma dan diplomasi budaya terkenalnya film-film tersebut maka nama kepada penontonnya. Film juga bisa negara Jepang ikut melambung di seluruh dikatakan sebagai agen pertama dalam dunia, bahkan dapat dikatakan industri menyebarkan dan memeperkenalkan perfilman Jepang tergolong maju baik budaya negara itu ke negara-negara kartun (Anime) atau Drama. Elemen- lainnya. elemen budaya populer Jepang ini sangat B. Dasar Teori efektif terutama di Asia misalnya negara- negara ASEAN, Hongkong, Korea Selatan Diplomasi Budaya dan lain-lain. Hal ini didukung dengan Diplomasi Budaya dapat dibedakan penayangan serial film anime di negara- menjadi 2 jenis yaitu secara mikro dan negara tersebut melalui televisi, penyebaran makro. Diplomasi budaya mikro budaya anime dianggap serius oleh Jepang merupakan diplomasi yang sering di semenjak menunjuk sebagai dengarkan oleh masyarakat awam seperti duta anime pada tahun 2008 silam (Shakti, adanya pertukaran delegasi dalam hal 2013, hal. 67). kesenian antar negara. sedangkan untuk Setiap film anime di Jepang selalu diplomasi budaya makro merupakan memasukkan budaya Jepang dalam diplomasi budaya dengan makna lebih luas filmnya, contohnya seperti kuliner yang meliputi ideologi, nasionalisme atau makanan, adat budaya di negara Jepang, globalisasi. (Warsito & Kartikasari, 2007, pakaian tradisional dll (BBC.com, 2019). hal. 16). Dalam prakteknya diplomasi MacWilliams dalam bukunya menyebutkan budaya memiliki dua versi. Pertama,

Page 2 of 12

diplomasi budaya hanya menyangkut untuk dikonsumsi secara massal. (Storey, pemanfaatan kebudayaan untuk 2010, hal. 13). mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Berkembangnya budaya ini tidak Dalam hal itu diplomasi budaya harus lepas dari semakin majunya teknologi dibedakan dari pemanfaatan kebudayaan di internet yang setiap hari semakin luar kerangka politik luar negeri, misalnya berkembang dan masyarakat dapat untuk kepentingan pariwisata. Kedua, mengakses informasi dengan lebih cepat. manfaaat diplomasi budaya baik dalam Sulit bagi negara untuk memisahkan hal praktik politik luar negeri maupun tersebut, sehingga perlu adanya kebijakan kepentingan pariwisata atau dengan kata dari pemerintah untuk mengembangkan lain pariwisata merupakan bagian dari strategi yang efektif dalam diplomasi budaya. Dari kedua versi tersebut mempromosikan diplomasi budaya dapat dilihat bahwa diplomasi budaya dapat menggunakan teknologi informasi beserta dilaksanakan oleh negara tanpa kebijakan budaya tersebut (Kim, 2011, hal. memandang apakah itu negara superpower 12). Dalam penelitian ini, fungsi dari teori atau negara berkembang (Harini, 2016, hal. diplomasi budaya adalah untuk melihat 4). Diplomasi Budaya menurut Storey perkembangan diplomasi budaya Jepang memiliki beberapa makna, antara lain : melalui salah satu budaya populernya yaitu a. Budaya populer merupakan budaya yang film anime. Peneliti melihat diplomasi disukai oleh banyak orang. Hal ini tampak budaya Jepang merupakan cara efektif dari tingkat penjualan buku, Dvd/BlueRay, untuk menarik minat bangsa lain atau tingkat kehadiran dalam konser-konser meningkatkan pemahaman positif dari musik, dan festival. dunia internasional terhadap negara Jepang. b. Budaya populer dapat dimaknai sebagai C. Metode Penelitian budaya yang inferior. Budaya populer Dalam mengkaji dan menganalisis dalam hal ini merupakan produk-produk penulis menggunakan jenis penelitian seperti teks, karya atau tindakan yang tidak kualitatif. Metode penelitian kualitatif tergolong dalam high culture. Budaya yang menurut Stake lebih berfokus terhadap tergolong dalam high culture memiliki sifat bagaimana peneliti mengambil sikap eksklusif dan hanya dapat dipahami oleh fleksibel, memperhatikan bagaimana orang-orang tertentu saja. Sehingga, proses, mempertahankan fokus pada apa budaya populer dapat dikatakan sebagai yang di pelajari. Penelitian kualitatif budaya yang inferior. menurut Stake juga memerlukan c. Budaya populer sering diartikan sebagai pengalaman dalam mengambil nilai dan ‘mass culture’ atau budaya massal. Definisi proses yang akan digunakan dalam studi ini sendiri merujuk pada definisi kasus tersebut. Sebuah studi kasus dipilih sebelumnya yakni budaya populer karena menarik bagi diri sendiri atau dapat merupakan budaya yang disukai oleh memfasilitasi mengenai pemahaman baru, banyak orang. Budaya populer berdasarkan hal ini sangat penting dalam memberikan definisi ini menegaskan bahwa budaya suatu wawasan tentang suatu masalah populer merupakan budaya yang dihasilkan (Stake, 2010, hal. 27). Pada penelitian ini sumber data yang digunakan penulis berupa

Page 3 of 12

data sekunder yang dikumpulkan dari Osamu Tezuka adalah mangaka informasi yang didapatkan dari buku, legendaris yang menciptakan anime Astro jurnal, dokumen, dan bahan dari internet. Boy dan merupakan anime pertama yang Adapun objek penelitian yang penulis disiarkan oleh televisi nasional Jepang pada fokuskan yaitu, bagaimana sebuah karya tahun 1963. Astro Boy merupakan awal film anime bisa menjadi agen utama dalam kesuksesan film anime di kancah nasional diplomasi budaya negara Jepang ke dunia maupun internasional yang kemudian Internasional pada tahun 2016 - 2018. Salah disusul oleh munculnya Mobile Suit satu film anime yang peneliti ambil dari Gundam, Sailor Moon dan Dragon ball, yaitu Dragon Ball. mulai memasuki tahun 1980-an kepopuleran film anime sudah menyebar D. Pembahasan secara luas di dunia internasional. Astro a. Sejarah Perkembangan Anime Boy sering dikaitkan dengan memori kelam Pada tahun 1917 anime pertama kali Jepang mengenai kejadian bom atom, muncul dengan judul Mokuzo Genkanban namun di sisi lain, ia juga dilihat sebagai no Maki yang diciptakan oleh Oten simbol optimisme kebangkitan sains dan Shimokawa, Junichi Kouchi, dan Seitaro teknologi di Jepang pasca perang Kitayama yang bercerita tentang kisah (Budianto, 2015, hal. 181). Pada tahun seorang petugas bernama Mukuzo 1984 film anime karya Akira Toriyama Imokawa. Film animasi ini memiliki Dragon Ball dilahirkan dan merupakan sebutan “The First” karena merupakan salah satu anime yang mengalami anime pertama yang dibuat dan mereka kesuksesan besar di dunia. Tahun 1980-an bertiga juga disebut sebagai “Bapak banyak film anime lainnya selain Dragon Anime” pada masanya (Japantimes.co.jp, Ball, seperti film anime Captain Tsubasa 2014). Pada tahun 1948 merupakan era baru (1983), (1985) dan berkembangnya produksi film anime. lain-lain. Gelombang globalisasi pada Kenzo Masaoka dan Zenjiro Yamamoto tahun 1990-an menjadi kesempatan dan merupakan orang yang mendirikan Nihon tahun emas bagi industri film anime, Douga Eiga atau Perusahaan Film Animasi kesempatan ini muncul karena kepopuleran Jepang. Perusahaan ini pada 1956 diakusisi anime dan manga di mancanegara. oleh Toei, sebuah perusahaan film 1. Konsep Anime terkemuka di Jepang . Studio ini pada tahun 1958 memproduksi Anime menurut Gilles Poitras ada film anime berwarna pertama yaitu “The dua pengertian, yang pertama adalah kata Tale with White Serpent”, film ini yang digunakan oleh orang Jepang untuk merupakan anime berwarna yang pertama menyebut film anime apa pun tanpa kali dibuat oleh Jepang dan di produseri memperhatikan darimana asal anime oleh Hiroshi Ōkawa. Film ini bercerita tersebut. Kedua, penggunaan kata anime di mengenai cerita rakyat dari China luar Jepang adalah film anime yang berasal (Clements, 2013, hal. 101). Studio Toei dari Jepang. Jadi pengertian anime terdapat juga merupakan studio yang di masa dua pandangan, yaitu pandangan dari orang mendatang memproduksi anime legendaris Jepang dan pandangan dari luar orang seperti Dragon Ball, , dan Jepang. Orang Jepang mengatakan segala Sailormoon. jenis film animasi dari seluruh dunia

Page 4 of 12

dengan sebutan anime. Kebalikannya berbagai cerita dan lokasi tempat, serta dengan orang luar Jepang mengatakan ditujukan kepada penonton dari berbagai bahwa anime merupakan film animasi yang usia. Anime diapdatasi dari gambar manga, hanya dibuat oleh Jepang saja (Poitras, yaitu buku komik khas Jepang. Manga 2004, hal. 15). Studi anime di Jepang tidak merupakan suatu karya bergambar yang terlepas dari kehadiran Japan Society for memiliki cerita. Manga merupakan bahasa Animation Studies (JSAS, Nihon Jepang dari komik buatan Jepang. Gambar Animeshon Gakkai). Awalnya, anime di dalam manga biasanya berwarna hitam Jepang tidak pernah dikaitkan dengan putih, namun tidak jarang ada edisi khusus sesuatu yang ilmiah. Seringkali hal tersebut berwarna dalam setiap halaman. Orang hanya dipandang sebagai sebuah karya yang menggambar manga disebut seni, meskipun tidak sedikit anime yang “mangaka”. Manga merupakan cikal bakal dimanfaatkan sebagai rujukan primer dari anime. Meskipun pada dasarnya anime maupun sekunder dalam penelitian- tidak dimaksudkan khusus untuk animasi penelitian ilmiah (Budianto, 2015, hal. Jepang, tetapi kebanyakan orang 180). menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi produksi Menurut peneliti ada beberapa Jepang dan non-Jepang (MacWilliams, faktor yang menyebabkan film anime 2015, hal. 60). mudah diterima baik di Jepang maupun di luar Jepang. Faktor pertama adalah film Perbedaan keduanya dapat dilihat anime memiliki seni kreativitas dan kualitas dari sudut grafis, alur cerita, genre, tinggi, disetiap jenis budaya populer Jepang pewarnaan karakter, lagu opening dan orang Jepang selalu menuangkan inovasi closing. Karakteristik yang membedakan dan kreatifitasnya dengan dedikasi tinggi. antara anime dan animasi antara lain : Dalam film anime atau manga sebuah cerita a. Penggambaran karakter di anime secara memiliki beragam macam tema, serta visual berbeda jauh dari kartun, misalnya penggambaran tokoh yang beragam dan tokoh dalam anime dibuat sedetail mungkin detail yang jelas adalah salah satu dan hampir menyerupai manusia. perbedaan anime dengan kartun dari luar Sedangkan, kartun lebih sederhana dalam Jepang. Faktor kedua adalah tema dalam penggambarannya seperti karakter film anime selalu berhubungan dengan Spongebob Squarepants yang dibuat kehidupan manusia, hubungan romantis, berdasarkan bentuk spon dan berwarna kebaikan dan keburukan hingga hubungan kuning. manusia dengan alam. Selain itu penggambaran tokoh yang kompleks antar b. Perbedaan dari segi alur cerita, Film satu karakter dengan karakter lainnya anime tergantung dari genrenya memiliki dibuat selayaknya kehidupan manusia cerita yang rumit dan membuat para (Wang, 2014, hal. 83). penonton harus menggunakan logikanya untuk mengetahui pesan yang disampaikan. 2. Anime, Manga dan Kartun Kartun memiliki cerita lebih sederhana dan Anime adalah kartun khas dari Jepang, ciri- santai seperti kehidupan sehari-hari tokoh cirinya biasanya gambarnya berwarna- tersebut. warni, menampilkan tokoh karakter dalam

Page 5 of 12

c. Distributor anime menggunakan Dalam Hubungan Internasional penyanyi artis atau band Jepang untuk negara Jepang merupakan salah satu negara mengisi soundtrack opening dan closing. yang terkenal dengan kebudayaannya dan Kartun menggunakan komposisi bebas dan merupakan salah satu contoh negara yang tidak menyewa penyanyi terkenal untuk berhasil menyebarkan kebudayaannya ke mengisi soundtrack musik. berbagai negara melaui diplomasi budaya. Beberapa contoh kebudayaan Jepang yang 3. Proses Pembuatan Anime dapat dilihat pengaruhnya di negara lain Film anime tidak dibuat dengan adalah Manga (Komik), Makanan Jepang mudah, butuh waktu dan proses yang (Gastronomy),Gaya berpakaian (Lifestyle), panjang untuk menghasilkan satu episode Musik (J-pop) dan tentu saja Anime film anime. Secara umum menggambar (Kartun/Animasi). Pengaruh Jepang dalam merupakan aktivitas normal bagi budaya populer ini termasuk suatu bentuk masyarakat Jepang. Gambar grafis karakter soft power (Miller, 2011, hal. 19). anime banyak terdapat di berbagai Budaya populer Jepang saat ini lingkungan di Jepang, seperti di pertokoan, diterima dengan baik oleh banyak kereta api, dan sebagainya (Yokota & Hu, masyarakat di negara lain tanpa adanya 2013, hal. 156). paksaan, hal ini termasuk salah satu contoh Perusahaan produksi anime konsep soft power. Konsep Soft Power bertanggung jawab atas biaya untuk staff, pertama kali diperkenalkan oleh Joseph S. penyiaran, dan distribusi. Pertama mereka Nye seorang mantan dekan, Kennedy menunjuk direktur utama sebagai kepala School of Goverment, Harvard University. kreatif yang memimpin, Proses Nye menjelaskan bagaimana kemampuan menggambar dilakukan oleh beberapa staff, suatu negara untuk mencapai tujuannya dari bagaimana gerakan karakter bergerak dengan menggunakan daya tarik dalam setiap adegan, detail background dan (attraction) daripada paksaan (coercion) sebagainya. Gambar selesai menjadi dan pembayaran (payment) (Nye, 2004, hal. gambar komik, kemudian gambar masuk ke 9). Salah satu dari attraction itu adalah daya proses pewarnaan. Proses selanjutnya tarik dari budaya populer negara itu. Di adalah filmnisasi, pada tahap ini gambar- Jepang daya tariknya adalah budaya gambar bergerak tersebut ditambahkan populernya, dari semua budaya populer visual efek. Tahap selanjutnya setelah film Jepang, manga dan anime menjadi tokoh selesai adalah menambahkan pengisi suara kunci dalam bagian diplomasi budaya untuk setiap karakternya (Comicverse.com, populer yang dilakukan Jepang (Iwabuchi, 2018). Biaya produksi film anime adalah ¥ 2015, hal. 367). 11 juta /episode atau kurang lebih Rp. 1,4 Produksi anime ini telah milyar/episode dan untuk setiap musimnya membentuk rantai industri yang satu film anime berisi 12 episode sehingga menghubungkan, mempromosikan, dan total pembuatan satu film anime mengembangkan perekonomian Jepang. menghabiskan Rp. 16,8 milyar Pemerintah Jepang menyambut positif (Crunchyroll.com, 2011). dengan memperluas penyiaran anime, pasar b. Anime sebagai Budaya Populer penjualan anime dan aksesories yang Jepang berhubungan dengan anime (Wang, 2014,

Page 6 of 12

hal. 85). Dalam Dragon Ball yang peneliti mencapai ¥ 21.624 Trillion, meningkat 8% teliti, ada beberapa contoh penggambaran dari penjualan tahun lalu dan mencatat sifat karakater dalam anime yang sesuai rekor penjualan tertinggi selama 5 tahun dengan kehidupan orang di jepang seperti, berturut-turut (AJA, 2018). cara makan menggunakan sumpit, acara Japan Foundation didirikan pada festival tradisional Jepang, pakaian yukata bulan Oktober tahun 1972 di Jepang dan lain-lain. sebagai lembaga milik pemerintah Jepang c. Peran Pemerintah dalam Industri satu-satunya yang khusus didedikasikan Anime untuk menangani pertukaran budaya internasional. Tujuan dari Japan Takamasa Sakurai, seorang pakar Foundation adalah menciptakan kedekatan anime yang telah memberikan antara masyarakat jepang dengan pembelajaran di berbagai negara, internasional melalui pertukaran budaya mengatakan bahwa “Japanese anime broke (Safariani, 2017, hal. 7). Bentuk dukungan the convention that anime is something that yang diberikan oleh MOFA (Kementerian kids watch”. Takamasa menambahkan Luar Negeri Jepang) dan Japan Foundation cerita dalam anime lebih rumit dan tidak antara lain : Mengadakan Japan terduga, sehingga ada perbedaan konten International Manga Award, berpartisipasi antara anime dengan kartun yang khusus sebagai komite eksklusif dalam acara bagi penonton anak-anak World Cosplay Summit, menghadiri acara (Japantimes.co.jp, 2010). event anime atau pop culture di berbagai negara (AFA, Comiket, POPCON Asia, Jump Festa dan lain-lain) (Mori, 2017, hal. 96). Produk budaya populer Jepang seperti Anime, Manga, maupun Fashion mulai menjadi perhatian Kementerian Luar Negeri Jepang sejak didirakannya Public Diplomacy Department (PDD) di dalam Tabel 1 Penjualan Ekspor Film Sekretariat Kementerian Luar Negeri pada Anime ke Luar Negeri. Sumber : bulan Agustus tahun 2004. Tindakan- Association of Japan Animation tindakan tersebut merupakan salah satu Pada tabel diatas, peneliti contoh kebijakan politk luar negeri Jepang menemukan bahwa kenaikan penjualan dalam melakukan pendekatan dengan produk anime di seluruh dunia negara lain (Nakamura, 2013, hal. 4). mendapatkan dampak positif dari masyarakat internasional dan hal tersebut Menteri Luar Negeri Jepang periode merupakan salah satu dampak ekonomi dari 2006 Taro Aso dalam pidatonya film anime bagi Jepang. Konten penjualan menyampaikan ; “that the diplomacy on the film dan merchandise anime menjadi target national level strongly depended on the bagi para penggemar (Iwabuchi, 2015, hal. public opinion and that is exactly why we 438). Menurut Association of Japan want pop-culture, which is so effective in Animation (AJA), pasar penjualan film penetrating throughout the general public, anime pada tahun 2018 di seluruh dunia to be our ally in diplomacy” (Mofa.go.jp, 2006). Pada periode inilah Jepang secara

Page 7 of 12

resmi menggunakan budaya populer terbentuk karena kelompok masyarakat sebagai sarana diplomasi budaya atau lebih tertentu memiliki mindset yang sama dikenal “pop culture diplomacy” terhadap anime dan sejenisnya. Para (Fukushima, 2015, hal. 85). penggemar ini kemudian menjadi salah satu pintu masuknya budaya Jepang terhadap d. Budaya Populer Jepang sebagai Alat masyarakat internasional dan merupakan Diplomasi dampak sosial dari pengaruh anime Budaya bukanlah suatu bahasan (Lamerichs, 2013, hal. 156). MacWilliams baru dalam dinamika hubungan dalam bukunya juga menyebut bahwa internasional. Budaya telah dijadikan negara Jepang sebagai “Imaginary World”, sebagai instrumen diplomasi bagi setiap fantasy atau imajinasi ini kemudian negara untuk saling berinteraksi. John membentuk pola pikir masyarakat Storey, dalam bukunya yang berjudul mengenai gambaran negara Jepang. (Sabre, Cultural Theory and Popular Culture, 2017, hal. 6). Perasaan dekat dan keinginan menjelaskan bahwa budaya populer adalah akan fantasy Jepang itulah yang mendorong budaya massa atau budaya yang disukai mereka untuk berkunjung dan merasakan oleh banyak orang (Storey, 2010, hal. 7). bagaimana hidup di negara Jepang yang Nilai-nilai budaya tradisional yang telah sebenarnya. ratusan tahun dianut oleh masyarakat e. Diplomasi Budaya melalui Anime Jepang tetap tumbuh dan berkembang di (Dragon Ball) masyarakat meskipun banyak pengaruh karena dampak globalisasi budaya Di dunia Internasional kebudayaan tradisional tetap dirangkul oleh Jepang, dapat digunakan sebagai salah satu sarana namun Jepang juga menerima nilai-nilai untuk mencapai kepentingan suatu negara. budaya baru yang masuk. Jepang Kebudayaan digunakan sebagai alat mengadaptasi dan mengolah kembali nilai- diplomasi atau lebih dikenal dengan nilai asing tersebut menjadi nilai-nilai diplomasi budaya. Salah satu instrumen budaya baru yang kemudian berkembang penting dalam diplomasi budaya Jepang dan dikenal sebagai budaya populer Jepang adalah budaya populernya (Mori, 2017, hal. (Iwabuchi, 2015, hal. 421). Adapun 109). Budaya populer Jepang dianggap beberapa contoh dari budaya populer memiliki potensi besar dalam menarik Jepang antara lain : Anime, Cosplay, minat dari masyarakat di dunia terhadap Harajuku Style, dan Manga yang telah Jepang. Contoh salah satu budaya populer menjadi ciri khas dari negara yang Jepang yaitu, film anime Dragon Ball yang mendapat julukan negara sakura tersebut. merupakan anime legendaris sejak tahun (Safariani, 2017, hal. 8). 1980-an dan masih memiliki banyak penggemar hingga sekarang. Kesuksesan Kesuksesan budaya populer Jepang Dragon Ball tentu diikuti oleh pendapatan melahirkan Fandom dan Subkultur Otaku dari penjualan komiknya yang terjual di berbagai negara. Fandom adalah hingga 156 juta kopi hanya di Jepang saja, perkumpulan orang-orang yang memiliki Dragon Ball memiliki 4 waralaba yang hobi, selera, dan referensi yang sama. berbeda yaitu Dragon Ball, , Otaku sendiri adalah sebutan untuk Dragon Ball GT dan Dragon Ball Super penggemar film anime, subkultur otaku ini (Tirto.id, 2016).

Page 8 of 12

Film layar lebar “Dragon Ball Super Walaupun industri video game juga sedang : Broly” dirilis pada 14 desember 2018 di meningkat, namun proyek anime dan Jepang dan diputar pada 16 Januari 2019 di manga lebih berpengaruh dalam Amerika. Pendapatan film tersebut sudah memproduksi konten, menciptakan budaya, mencapai 100 juta dollar AS (Rp. 1,3 membentuk kelompok masyarakat baru dan Triliun) di seluruh dunia. Ditulis oleh mempengaruhi kehidupan sosial pencipta Dragon Ball Akira Toriyama, internasional (Akbas, 2018, hal. 98). Cool secara garis besar film tersebut Japan mulai dirintis sejak tahun 2009 lewat mempertemukan Goku, , dan peran perdana menteri Taro Aso. Salah satu melawan Legendary Super Saiyan Broly fokus utama dari Cool Japan adalah (Kompas.com, 2019). Kesuksesan industri menambah jumlah wisatawan yang anime telah menarik perhatian perusahaan berkunjung ke Jepang. Pada tahun 2010 streaming seperti Netflix, Hulu, dan tujuan Jepang untuk menyambut 10 juta Amazon untuk membeli licensi penyiaran turis telah tercapai di tahun 2013. film anime. Kesuksesan film Dragon Ball juga terbukti dengan film anime tersebut mendapatkan adaptasi film Live Action pada tahun 2009 dan 2017 lalu. Langkah-langkah dukungan yang diberikan pemerintah Jepang terhadap industri anime salah satunya adalah Tabel 2 Grafik pertumbuhan kunjungan wisata ke Jepang mengadakan festival akbar “Tokyo International Anime Festival” tiap Tabel diatas menunjukan tahunnya. Secara tidak langusng kegiatan peningkatan jumlah turis yang berunjung ke festival tersebut akan mempengaruhi gaya Jepang. Negara-negara Asia seperti Korea hidup para penggemar, seperti gaya Selatan, China, Thailand masih berpakaian meniru karakter anime mendominasi sebagai penyumbang jumlah (Cosplay) (Safariani, 2017, hal. 11). wisatawan di Jepang. Motivasi para Perkembangan budaya populer ini wisatawan yang berkunjung tak lepas dari mendapat dukungan penuh oleh pemerintah pengaruh film anime dan keinginan untuk melalui Kementerian Ekonomi, melihat langsung lokasi kejadian film Perdagangan, dan Industri (METI). anime (Japantimes.co.jp, 2016). Pemerintah Jepang sepenuhnya Kesuksesan budaya populer Jepang mendukung perkembangan program “Cool telah menciptakan kebijakan baru bagi Japan” tersebut. Kegiatan ini dilakukan pemerintah Jepang. Pemerintah dengan harapan dapat meningkatkan citra menemukan aktifitas yang signifikan dan positif Jepang, memperkenalkan budaya telah membuka jalan bagi lebih banyak Jepang dan meningkatkan ketertarikan produk untuk di produksi dan di masyarakt internasional melalui pop culture distribusikan dengan dorongan dari (Budianto, 2015, hal. 183). pemerintah. Jepang menjadikan budaya Tujuan dari proyek Cool Japan populer sebagadai sumber daya industri adalah untuk membuat budaya populer utama. Keadaan ini merupakan bentuk Jepang lebih efektif di mancanegara. jangka panjang Jepang dengan

Page 9 of 12

menggunakan budaya populer untuk yang ditanamkan dalam film anime memperkuat posisinya dimata generasi tersebut. Hal ini kemudian dapat dipahami muda. Semakin baik pandangan yang melalui penggambaran tokoh karakter yang tercipta, maka semakin menguntungkan menggambarkan sifat masyarakat Jepang, pemerintah Jepang (Akbas, 2018, hal. 106). festival kebudayaan Jepang yang sering diadakan diluar negeri, serta munculnya E. Kesimpulan subkultur Otaku yang merupakan Dalam penelitian ini penulis kelompok penggemar film anime. Jumlah menemukan pengaruh positif dari wisatawan yang berkunjung ke Jepang juga diplomasi budaya Jepang. Kesuksesan film mengalami penigkatan tiap tahun karena anime dalam menarik hati para dampak dari film anime, bahkan wisata penggemarnya juga sukses dalam bertemakan anime bisa dijumpai ketika menyebarkan pengaruh budaya Jepang mengunjungi Jepang.

Page 10 of 12

DAFTAR PUSTAKA

AJA. (2018). Anime Industry Report. Tokyo: The Association of Japan Animations. Akbas, I. (2018). A “Cool’’ Approach to Japanese Foreign Policy : Linking Anime to International Relation, volume xxiii, no.1, 95-120. BBC.com. (2019, June 12). Diambil kembali dari http://www.bbc.com/culture/story/20190610-did-manga-shape-how-the-world-sees- japan Budianto, F. (2015). Anime, Cool Japan, dan Globalisasi Budaya Populer Jepang, 6, 179-184. Clements, J. (2013). Anime A History. London: British Film Institute. Comicverse.com. (2018, January 1). Diambil kembali dari https://comicsverse.com/anime- production/ Crunchyroll.com. (2011, October 31). Diambil kembali dari https://www.crunchyroll.com/anime-news/2011/10/30-1/how-much-does-one- episode-of-anime-cost-to-make Fukushima, A. (2015). Modern Japan and The Quest for Attractive Power. Dalam J. Melisen, Understanding Public Diplomacy in East Asia (hal. 65-88). New York: Palgrave Macmillan. Harini, S. (2016). Pelestarian Batik sebagai Perwujudan Nasionalisme dan Alat Berdiplomasi dalam Menghadapi komunitas Sosial Budaya ASEAN, XXVIII, 358-367. Iwabuchi, K. (2015). Pop Culture Diplomacy in Japan : Soft Power, Nation Branding and The Question of International Cultural Exchange, 21, 419-432. Japantimes.co.jp. (2010, September 7). Diambil kembali dari https://www.japantimes.co.jp/news/2010/09/07/reference/anime-makes-japan- superpower/#.XiaZ0PkzbIU Japantimes.co.jp. (2014, January 11). Diambil kembali dari https://www.japantimes.co.jp/culture/2014/01/11/books/book-reviews/an-inside-look- at-the-anime-industry/#.XeIewrkzbIV Japantimes.co.jp. (2016, September 16). Diambil kembali dari https://www.japantimes.co.jp/news/2016/09/16/national/anime-manga-play-bigger- role-luring-tourists-japan/#.XjgXDvkzbIU Kim, H. (2011). Cultural Diplomacy as the Means of Soft Power in an Information Age. Lamerichs, N. (2013). The Cultural Dynamic of Doujinshi and Cosplay : Local Anime Fandom in japan, USA, and Europe, 10(1), 154-176. MacWilliams, M. W. (2015). Japanese Visual Culture Exploration in the World of Anime and Manga. New York: Routledge. Miller, L. (2011). Cute Masquerade and The Pimping Japan, 10, 18-29. Mofa.go.jp. (2006, November 30). Diambil kembali dari https://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0611.html

Page 11 of 12

Mofa.go.jp. (2017, March 8). Dipetik 3 15, 2019, dari https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html Mori, H. (2017). How Does Anime Realize Public Diplomacy? : The Potential and Future Prospect of Anime Pilgrimage, 2, 109-140. Nakamura, T. (2013). Japan's New Public Diplomacy : Coolnes in Foreign Policy Objectives, 5, 1-23. Poitras, G. (2004). Anime Essentials : Every Thing a Fan Needs to Know. Stone Bridge Press. Sabre, C. (2017). French Anime and Manga Fans in Japan : Pop culture tourism, media pilgrimage, imaginary, 1, 1-19. Safariani, P. (2017). Penyebaran Pop Culture Jepang oleh Anime Festival Asia (AFA) di Indonesia tahun 2012-2016, volume 5, nomor 3, 729-744. Shakti, G. K. (2013). Manga dan Anime sebagai Alat Diplomasi Publik Jepang. Stake, R. E. (2010). Qualitative Research - Studying How Things Work. New York: The Guilford Press. Storey, J. (2010). Cultural Theory and Popular Culture. London: Pearson Longman. Tirto.id. (2016, September 20). Dipetik 3 15, 2019, dari https://tirto.id/mendulang-yen-dari- anime-dan-manga-jepang-bLmM Tirto.id. (2019, May 9). Diambil kembali dari https://tirto.id/dragon-ball-dan-son-goku-yang- mengubah-hidup-banyak-orang-ds9D Wang, M. (2014). Japan's Animation Culture and It's Influence. Warsito, T., & Kartikasari, W. (2007). Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: Ombak. Yokota, M., & Hu, T.-Y. G. (2013). Japanese Animation : East Asian Perspectives. Mississipi: University Press of Mississipi.

Page 12 of 12