Latar Belakang Penciptaan Novel Opera Bulu Tangkis 1995 Karya Titi Nginung: Tinjauan Sosiologi Sastra

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Latar Belakang Penciptaan Novel Opera Bulu Tangkis 1995 Karya Titi Nginung: Tinjauan Sosiologi Sastra Latar Belakang Penciptaan Novel Opera Bulu Tangkis 1995 karya Titi Nginung: Tinjauan Sosiologi Sastra Alzhou Pramudya, MamanSoetarman Mahayana Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia [email protected] Abstrak Artikel jurnal ini membahas latar belakang penciptaan novel Opera Bulu Tangkis 1995 karya Titi Nginung. Novel ini pertama kali terbit dalam bentuk cerita bersambung, dimuat di harian Kompas, 3 Mei 1985 -- 8 Juli 1985, kemudian PT Gramedia menerbitkannya dalam bentuk novel, Desember 1985. Latar belakang itu meliputi analisis peristiwa-peristiwa yang dihadapi pengarang dalam membuat novel dan gagasan yang ingin disampaikannya. Novel ini berjenis “futuristik” atau menceritakan masa depan karena ditulis pada tahun 1985 tetapi menceritakan peristiwa tahun 1995. Di dalamnya, pengarang menyampaikan gagasan-gagasan terhadap perbulutangkisan Indonesia agar mampu kembali meraih kejayaan yang sempat memudar. Kata kunci: Bulu tangkis; futuristik; novel Opera Bulu Tangkis 1995; sosiologi sastra; Titi Nginung. Background of Creating the novel Opera Badminton 1995 by Titi Nginung: A Review on Sociology of Literature Abstract This articel is about the background of creating the novel Opera Badminton 1995 by Titi Nginung. The novel was firstly published in a form of serialized was published in the daily newspaper Kompas on May 3 1985 until July 8 1985, before Gramedia published the story in a form of a novel in December 1985. The background consists of analysis towards events faced by the author when writing the novel and the notions he wanted to covery. This novel is the "futuristic" one for it projects upcoming events in the future. The novel was written in 1985 but the events told in the novel take 1995 as the setting, which is ten years later. In his novel, the author conveys his ideas regarding Indonesian badminton, so that Indonesia can regain its glory, which had faded. Intrinsic aspects are analyzed by comparing events hapened in 1995 as they are written in the novel with the ones happened in real life in the same year. Keywords: badminton; futuristic; Opera Bulu Tangkis 1995; sociology of literature; Titi Nginung. Pendahuluan Penelitian dalam artikel jurnal ini membahas novel berjudul Opera Bulu Tangkis 1995 yang ditulis oleh Titi Nginung. Secara tematik novel ini mengangkat permasalahan yang baru, yaitu dunia perbulutangkisan. Tema tersebut belum pernah diangkat oleh pengarang- 1 Latar belakang..., Alzhou Pramudya, FIB UI, 2015 pengarang lain sebelumnya. Hal itu menjadi salah satu alasan peneliti mengambil novel tersebut sebagai bahan penelitian. Selain itu, bulu tangkis merupakan olahraga yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia karena begitu banyak atlet-atlet bulu tangkis profesional dari Indonesia yang memiliki prestasi di tingkat internasional. Karena didukung oleh faktor tersebut, Indonesia menjadi salah satu kiblat bulu tangkis dunia. Hal tersebut juga menjadikan bulu tangkis memiliki kedekatan dengan masyarakat Indonesia dan menjadi sebuah kebanggan, bukan hanya sekadar cabang olahraga biasa. Salah satu hal menarik dari novel Opera Bulu Tangkis 1995 adalah dalam latar cerita, yaitu peristiwa tahun 1995, sementara Titi Nginung menulis novel ini pada tahun 1985. Berdasarkan hal tersebut, sebagai hipotesis awal, novel ini berjenis “futuristik”, atau novel yang menggambarkan peristiwa di masa mendatang. Oleh sebab itu, salah satu aspek penelitian dalam jurnal ini adalah aspek “ramalan”, yaitu mendeskripsikan bagaimana pengarang menggambarkan peristiwa di masa mendatang dan membandingkan peristiwa di dalam novel dengan kehidupan nyata yang terjadi. Hal menarik lainnya dari novel ini adalah nama pengarang, yaitu Titi Nginung. Titi Nginung adalah nama pena dari Arswendo Atmowiloto, pengarang prolifik yang memiliki tulisan bernada humor, fantastis, spekulatif, dan suka bersensasi. Sebagai seorang pengarang, nama Arswendo Atomowiloto telah cukup dikenal karena telah menghasilkan berbagai banyak tulisan, baik artikel, cerpen, novel, maupun drama. Dalam menulis novel, Arswendo memiliki beberapa nama pena, seperti Said Saat, Sukmo Sasmito, Lani Biki, dan Titi Nginung. Alasan penggunaan nama-nama tersebut dimaksudkan untuk menguji kualitas tulisannya karena Arswendo ingin karya-karyanya dinilai dari isinya, bukan nama penulisnya. Nama Titi Nginung telah digunakan oleh Arswendo untuk menulis novel-novel bertemakan olahraga. Selain tema bulu tangkis yang ditulis dalam Opera Bulu Tangkis 1995, Titi Nginung juga menulis novel lain yang bertemakan sepak bola, tinju, dan voli. Dalam menghasilkan suatu karya, pengarang memiliki gagasan yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Gagasan tersebut dimasukan ke dalam novel menjadi unsur-unsur cerita. Di dalam novel Opera Bulu Tangkis 1995, bulu tangkis tidak hanya menjadi sekadar tema, tetapi juga gagasan yang ingin disampaikan pengarang. Pada tahun 1985, perbulutangkisan Indonesia sedang mengalami berbagai permasalahan, seperti penurunan dan pembinaan pemain yang tidak berjalan maksimal. Selain itu, pada tahun 1985, negara-negara lain mulai melakukan peningkatan dalam cabang bulu tangkis, baik itu dari segi pembinaan maupun prestasi. Oleh sebab itu, deskripsi terhadap gagasan pengarang menjadi salah satu aspek penelitian ini. 2 Latar belakang..., Alzhou Pramudya, FIB UI, 2015 Tinjauan Teoritis Gagasan penelaahan karya sastra melalui pendekatan sosio-kultural pernah dituliskan oleh Grebstein. Di dalam berbagai esainya tentang pendekatan tersebut, Grebstein menjelaskan beberapa poin penting. Pertama, karya sastra tidak dapat dipahami selengkap- lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Kedua, gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk dan teknik penulisannya; bahkan boleh dikatakan bahwa bentuk dan teknik itu ditentukan gagasan tersebut. Ketiga, karya sastra bukan ajaran moral dalam arti sempit, yakni yang sesuai dengan kode atau tindak-tanduk tertentu, melainkan dalam pengertian bahwa karya sastra terlibat dalam kehidupan dan menampilkan tanggapan evaluatif terhadap kehidupan tersebut. Keempat, masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah: pertama sebagai suatu kekuatan dan kedua faktor material istimewa dan sebagai tradisi, yaitu kecenderungan-kecenderungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif. Kelima, kritik sastra adalah kegiatan yang harus mampu mempengaruhi penciptaan karya sastra, namun bukan dengan cara mendikte. Keenam, kritikus bertanggung jawab terhadap sastra masa silam dan masa yang akan datang dengan cara melakukan penafsiran yang dibutuhkan pembaca masa kini. Berdasarkan poin-poin pendekatan sosio-kultural terhadap sastra di atas, penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada poin pertama, kedua, dan ketiga. Wellek dan Warren (1956) membuat klasifikasi masalah sosiologi sastra. Sosiologi sastra terbagi atas tiga bagian. Pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Penelitian ini memfokuskan pada bagian pertama dan kedua, namun tidak menutup kemungkinan terhadap bagian ketiga. Selain Wellek dan Werren, Ian Watt (1964) juga melakukan klasifikasi terhadap sosiologi sastra di dalam esainya yang berjudul “Literature and Society”. Pertama, konteks sosial pengarang, yaitu konteks yang menghubungkan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Yang perlu diperhatikan dari konteks ini adalah bagaimana si pengarang mendapatkan mata pencahariannya, profesionalisme si pengarang dalam kepengarangannya, dan masyarakat seperti apa yang dituju oleh pengarang. Kedua, karya sastra sebagai cermin masyarakat. Namun, pengertian cermin dalam hal ini 3 Latar belakang..., Alzhou Pramudya, FIB UI, 2015 masih sangat kabur dan sering disalahtafsirkan. Dalam menggunakan sastra sebagai cerminan masyarakat, pandangan sosial pengarang harus pula diperhitungkan. Ketiga, fungsi sosial sastra. Untuk mengetahui pandangan sosial pengarang dapat dilihat dengan mengetahui gagasan yang disampaikan pengarang melalui karyanya. Menurut Raymond Williams (1973) terdapat tujuh macam cara yang digunakan sastrawan untuk memasukan gagasan sosialnya ke dalam novel. Pertama, gagasan disampaikan secara lugas, atau dengan kata lain dipropagandakan. Kedua, novel tidak sepenuhnya menyampaikan gagasan dengan lugas, tetapi tetap jelas menunjukkan niat untuk memikat orang lain ke arah gagasan tertentu. Ketiga, gagasan dimasukkan ke dalam novel lewat perbantahan di antara tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya, yaitu di dalam perbincangan. Keempat, gagasan disampaikan dalam bentuk konvensi sehingga tampak sebagai sesuatu yang wajar. Kelima, gagasan dimunculkan sebagai tokoh. Keenam, melarutkan gagasan dalam keseluruhan dunia fiksi. Ketujuh, menampilkan gagasan sebagai superstruktur, yaitu kemungkinan bagi novelis untuk menyampaikan gagasan dengan cara menciptakan tokoh yang menyuarakannya, tetapi tindakan yang dilakukan dan ditimbulkan berlawanan. Damono (2010) membuat kesimpulan dari berbagai telaah terhadap sosiologi sastra, baik yang berupa buku maupun bunga rampai. Menurutnya ada dua kecenderungan
Recommended publications
  • Toward an Enhanced Strategic Policy in the Philippines
    Toward an Enhanced Strategic Policy in the Philippines EDITED BY ARIES A. ARUGAY HERMAN JOSEPH S. KRAFT PUBLISHED BY University of the Philippines Center for Integrative and Development Studies Diliman, Quezon City First Printing, 2020 UP CIDS No part of this book may be reprinted or reproduced or utilised in any form or by any electronic, mechanical, or other means, now known or hereafter invented, without written permission from the publishers. Recommended Entry: Towards an enhanced strategic policy in the Philippines / edited by Aries A. Arugay, Herman Joseph S. Kraft. -- Quezon City : University of the Philippines, Center for Integrative Studies,[2020],©2020. pages ; cm ISBN 978-971-742-141-4 1. Philippines -- Economic policy. 2. Philippines -- Foreign economic relations. 2. Philippines -- Foreign policy. 3. International economic relations. 4. National Security -- Philippines. I. Arugay, Aries A. II. Kraft, Herman Joseph S. II. Title. 338.9599 HF1599 P020200166 Editors: Aries A. Arugay and Herman Joseph S. Kraft Copy Editors: Alexander F. Villafania and Edelynne Mae R. Escartin Layout and Cover design: Ericson Caguete Printed in the Philippines UP CIDS has no responsibility for the persistence or accuracy of urls for external or third-party internet websites referred to in this publication, and does not guarantee that any content on such websites is, or will remain, accurate or appropriate. TABLE OF CONTENTS Acknowledgements ______________________________________ i Foreword Stefan Jost ____________________________________________ iii Teresa S. Encarnacion Tadem _____________________________v List of Abbreviations ___________________________________ ix About the Contributors ________________________________ xiii Introduction The Strategic Outlook of the Philippines: “Situation Normal, Still Muddling Through” Herman Joseph S. Kraft __________________________________1 Maritime Security The South China Sea and East China Sea Disputes: Juxtapositions and Implications for the Philippines Jaime B.
    [Show full text]
  • The Transition and Transformation of Badminton Into a Globalized Game
    Title The transition and transformation of badminton into a globalized game, 1893-2012: A study of the trials and tribulations of Malaysian badminton players competing for Thomas Cup and Olympic gold medals Author(s) Lim Peng Han Source 8th International Malaysian Studies Conference (MSC8), Selangor, Malaysia, 9 - 11 July 2012 Organised by Malaysian Social Science Association © 2012 Malaysian Social Science Association Citation: Lim, P. H. (2012). The transition and transformation of badminton into a globalized game: A study of the trials and tribulations of Malaysian badminton players competing for Thomas Cup and Olympic gold medals. In Mohd Hazim Shah & Saliha Hassan (Eds.), MSC8 proceedings: Selected full papers (pp. 172 - 187). Kajang, Selangor: Malaysian Social Science Association. Archived with permission from the copyright owner. 4 The Transition and Transformation of Badminton into a Globalised Game, 1893-2012: A Study on the Trials and Tribulations of Malaysian Badminton Players Competing for Thomas Cup and the Olympic Gold Medals Lim Peng Han Department of Information Science Loughborough University Introduction Badminton was transformed as a globalised game in four phases. The first phase began with the founding of the International Badminton Federation in 1934 and 17 badminton associations before the Second World War. The second phase began after the War with the first Thomas Cup contest won by Malaya in 1949. From 1946 to 1979, Malaysia won the Cup 4 times and Indonesia, 7 times. In 1979 twenty-six countries competed for the Cup. The third phase began with China's membership into the IBF in 1981. From 1982 to 2010 China won the Thomas Cup 8 times, Indonesia won 6 times and Malaysia, only once.
    [Show full text]
  • 5Ma5h+5% Speed!
    Its futuristic design will shape yaur universe. 5M A 5H +5% SPEED! Because the M uscle Power construction keeps the frame and string in closer and tighter contact, the frame and string function as a single unit. Thanks to this unity, there is no energy loss and no energy waste—the full magnitude of smash energy at impact is transferred directly to the shuttlecock. Rounding corners realize the fram e's full power potential The Muscle Power grommet hole construction seats th e string on Round Archways that cause no string stress-load and no fatigue through contact friction. Rounding t he cor­ ners create total unity between the frame and string as they are in much closer and tighter contact, which realize a new magnitude of face stability that lets you launch shots with venomous power. Unrivaled Firepower — the entire frame receives and transfers the full energy of a hit straight to the shuttlecock. "Durability" helps hold tension. Compared with the M uscle Power construction, a con­ ventional racquet's less durable construction demon ­ strates a sharp and progressive curve of diminished string tension over time. • V YONEX. World #1 in badminton. 5 Tanker over nettet • 6 N y dansk double-trium f i Singapore • 8 Sam arbejde giver bedre træning • 10 M ikkel Elbjørn havde viljen til sejr i 1)15 • 12 Find den rigtige ketsjer 15-37 Program til Denm ark Open »16 Borgm ester og rådm and byder velkom m en 18 DBFs form and byder velkom m en • 20 Gå på oplevelse i forhallen • 22 Statistik 24 Dam esingle • 26 Herresingle • 32 Dam edouble • 34 Herredouble • 36 M ixed double • 38 Perfektionisten, afskedsinterview m ed M ichael Søgaa rd • 43 H elene Kirkegaard vendte tilbage til Lillerød • 46 Klubportræt: M ålet blev nået i Herlev 48 Island Gam es: Grønland vandt sølv • 50 Debat: H oldsætning efter randlisten ■ Adresse ■ Annoncer Danmarks Badminton Forbund, Idrættens Finn Christensen, M edia Hus, Brøndby Stadion 20, 2605 Brøndby.
    [Show full text]
  • History of Badminton
    Facts and Records History of Badminton In 1873, the Duke of Beaufort held a lawn party at his country house in the village of Badminton, Gloucestershire. A game of Poona was played on that day and became popular among British society’s elite. The new party sport became known as “the Badminton game”. In 1877, the Bath Badminton Club was formed and developed the first official set of rules. The Badminton Association was formed at a meeting in Southsea on 13th September 1893. It was the first National Association in the world and framed the rules for the Association and for the game. The popularity of the sport increased rapidly with 300 clubs being introduced by the 1920’s. Rising to 9,000 shortly after World War Π. The International Badminton Federation (IBF) was formed in 1934 with nine founding members: England, Ireland, Scotland, Wales, Denmark, Holland, Canada, New Zealand and France and as a consequence the Badminton Association became the Badminton Association of England. From nine founding members, the IBF, now called the Badminton World Federation (BWF), has over 160 member countries. The future of Badminton looks bright. Badminton was officially granted Olympic status in the 1992 Barcelona Games. Indonesia was the dominant force in that first Olympic tournament, winning two golds, a silver and a bronze; the country’s first Olympic medals in its history. More than 1.1 billion people watched the 1992 Olympic Badminton competition on television. Eight years later, and more than a century after introducing Badminton to the world, Britain claimed their first medal in the Olympics when Simon Archer and Jo Goode achieved Mixed Doubles Bronze in Sydney.
    [Show full text]
  • Risalah Sidang Perkara Nomor 71/Puu-Xiv/2016
    MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PIHAK TEKAIT DAN AHLI PEMOHON (IV) J A K A R T A SELASA, 25 OKTOBER 2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-XIV/2016 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang [Pasal 7 ayat (2) huruf g] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Rusli Habibie ACARA Mendengarkan Keterangan Pihak Terkait dan Ahli Pemohon (IV) Selasa, 25 Oktober 2016 Pukul 11.19 – 13.00 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Aswanto (Anggota) 3) Patrialis Akbar (Anggota) 4) Wahiduddin Adams (Anggota) 5) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 6) Suhartoyo (Anggota) 7) Manahan MP Sitompul (Anggota) Syukri Asy’ari Panitera Pengganti i Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Heru Widodo 2. Meyke Camaru 3. Aan Sukirman 4. Supriyadi Adi 5. Dimas Pradana B. Ahli dari Pemohon: 1. H.A.S. Natabaya C. Pemerintah: 1. Hotman Sitorus 2. Wahyu Jaya Setia Azhari D.
    [Show full text]
  • Med Stor Styrke 1
    En BRITGOODS behersker alle slag... med stor styrke 1 2 Bedaktion: Knud Lunøe (ansvarshavende), P. Andersensvej 3, København F. Telf. Gothåb 1952 y (efter kl. 17). Giro 286 77. Ib Larsen, Borgbjergsvej 45, København SV. Telf. Eva 6720 (bedst kl. 17— 18). * Abonnementstegning, annoncetegning og ekspedition: Ib Larsen, ☆ Badminton udkommer een gang i august, september, april og maj — og to gange i oktober, novem­ ber, december, januar, februar og marts. ☆ Arsabonnement kr. 10,00. 16 numre. ☆ Eftertryk kun tilladt med kildeangivelse. ☆ Tryk: Folketidendes Bogtrykkeri, Søgade 4, Ringsted, telf. nr. 2. ☆ Faste medarbejdere: Poul Pedersen, Fyn, J. P. Kristen­ sen, Sjælland, N. P. Andersen, Bornholm, Ove E. Olsen, Lolland- Falster, og Ib Henry Hansen, Ma­ laya. ☆ Medarbejdere ved dette nummer: H. J. Guldbrandsen, Jørgen Hage­ man, Jørgen Hammergaard Han­ sen, Bjørn Holst-Christensen, Arne Huss, Poul-Erik Nielsen,John Ny­ gård, Jørgen Brix Steby. ☆ Indhold: Side Glasgow ..................................... 6 All-England .............................. 10 Tyske mesterskaber ................. 12 Nordskotske mesterskaber ...... 14 Ystad-Spelen ............................. 14 Vejle 25 år ................................ 15 København ................................ 16 Jylland ........................................ 18 Fyn ................................... 21 Officielle meddelelser .............. 22 Sjælland ..................................... 24 Vordingborg ............................. 25 Uber Cup .................................. 26 To af
    [Show full text]
  • (2011), “Kointegrasi Bursa Bu
    BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan Hendrawan & Gustyana (2011), “Kointegrasi Bursa bursa saham di Asia” penelitian ini bertujuan untuk menguji keterkaitan antar bursa saham Asia yang terdiri dari bursa saham Jakarta Composite (^JKSE)- Indonesia, KLSE Composite (^KLSE)- Malaysia, Thailand Composite Index (^SET). Philipines Composite Index (^PSEI)-Philipina. Straits Times (^STI)- Singapura, Nikkei 225 (^N225)- Jepang, Hang Seng (^HSI)- Hongkong, Seoul Composite (^KS11)- Korea selatan, Shanghai Composite (^SSEC)- Cina dengan mengunakan data periode januari tahun 2000 sampai dengan januari 2010. Metode yang digunakan adalah metode johansen yaitu multivariate cointegration dan bivariate cointegration. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat integrasi dalam keseimbangan jangka panjang (kointegrasi) pada bursa saham Asia periode januari 2000- januari 2010 dibuktikan dengan adanya 5 vektor dalam uji multivariate cointegration dan dalam uji bivariate cointegration menunjukan terdapat 36 kemungkinan pasangan bursa dengan 28 pasang bursa menunjukan kointegrasi, 1 pasang bursa menunjukan kointegrasi meskipun kecil dan sisanya 7 pasang bursa tidak menunjukan kointegrasi. Nurhayati (2010), “Analisis Integrasi Pasar Modal Kawasan ASEAN dalam rangka menuju masyarakat ekonomi ASEAN” Penelitian ini menguji integrasi pasar modal di kawasan ASEAN yaitu negara Indonesia, Malaysia, Philiphina, 10 11 Singapura, Thailand dengan mengunakan data time series bulanan Indeks Harga Saham Gabungan masing masing bursa efek di kelima Negara dari bulan juli 1997 sampai maret 2010. Pengujian dalam penelitian ini adalah uji deteksi stasioneritas, uji kointegrasi, uji kointegrasi johansen dan uji kointegrasi berbasis ARDL. Hasil penelitian ini menunjukan dalam jangka pendek integrasi pasar modal tidak terjadi ditunjukan dengan data tidak stasioneritas pada tingkat level. Dalam jangka panjang terjadi integrasi pasar modal (kointegrasi), walaupun tidak sepenuhnya.
    [Show full text]
  • A Visualization Quality Evaluation Method for Multiple Sequence Alignments
    2011 5th International Conference on Bioinformatics and Biomedical Engineering (iCBBE 2011) Wuhan, China 10 - 12 May 2011 Pages 1 - 867 IEEE Catalog Number: CFP1129C-PRT ISBN: 978-1-4244-5088-6 1/7 TABLE OF CONTENTS ALGORITHMS, MODELS, SOFTWARE AND TOOLS IN BIOINFORMATICS: A Visualization Quality Evaluation Method for Multiple Sequence Alignments ............................................................1 Hongbin Lee, Bo Wang, Xiaoming Wu, Yonggang Liu, Wei Gao, Huili Li, Xu Wang, Feng He A New Promoter Recognition Method Based On Features Optimal Selection.................................................................5 Lan Tao, Huakui Chen, Yanmeng Xu, Zexuan Zhu A Center Closeness Algorithm For The Analyses Of Gene Expression Data ...................................................................9 Huakun Wang, Lixin Feng, Zhou Ying, Zhang Xu, Zhenzhen Wang A Novel Method For Lysine Acetylation Sites Prediction ................................................................................................ 11 Yongchun Gao, Wei Chen Weighted Maximum Margin Criterion Method: Application To Proteomic Peptide Profile ....................................... 15 Xiao Li Yang, Qiong He, Si Ya Yang, Li Liu Ectopic Expression Of Tim-3 Induces Tumor-Specific Antitumor Immunity................................................................ 19 Osama A. O. Elhag, Xiaojing Hu, Weiying Zhang, Li Xiong, Yongze Yuan, Lingfeng Deng, Deli Liu, Yingle Liu, Hui Geng Small-World Network Properties Of Protein Complexes: Node Centrality And Community Structure
    [Show full text]
  • UNIVERSITAS INDONESIA Analisis SWOT Teknik Situational Crime
    UNIVERSITAS INDONESIA Analisis SWOT Teknik Situational Crime Prevention Pada Kawasan Perumahan Industri PT Chevron Pacific Indonesia di Duri Residential Industrial Area SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Kriminologi Disusun Oleh : Franz Hendrawan P 0806347353 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN KRIMINOLOGI DEPOK JULI, 2012 Analisis SWOT..., Franz Hendrawan P., FISIP UI, 2012 Analisis SWOT..., Franz Hendrawan P., FISIP UI, 2012 Analisis SWOT..., Franz Hendrawan P., FISIP UI, 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur saya penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Kriminologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Yogo Tri Hendiarto, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini; (2) kemudian kepada Kombes Pol (Purn) Drs. P.H. Hutadjulu, M.M selaku penguji yang telah bersedia menguji peneliti; (3) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan moral dan material; dan (4) sahabat-sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
    [Show full text]
  • MAHATHIR WINS VIET OPEN PRELIMINARY ROUND (Bernama
    19 NOV 1997 VN-Badminton MAHATHIR WINS VIET OPEN PRELIMINARY ROUND HANOI, Nov 18 (Bernama) -- The Vietnam Open 97 badminton tournament began today with trepidation among members of the comparatively small Malaysian team but with Mahathir Mustaffa easily winning his preliminary round. Mahathir, the sole men's singles player in the team, began ticking after a lethargic start to beat unknown Thai Sirachai Panpatchara 15-10, 5-4 at the Hanoi Indoor Stadium here. The other singles player registered for the Vietnam Open 97 -- the last leg of the badminton circuit before the World Grand Prix championships in Jakarta next month -- was Jason Wong but he had opted out because of injury. Mahathir faces a relatively experienced British player Mark Constable later in the evening which would also see the mixed doubles encounter between Tan Kim Her-Norashikin Amin and Denmark's Larsen Jesper-Ann Jorgensen. Recuperating from injury would also be in the minds of national pair Cheah Soon Kit and Yap Kim Hock as this will only be the second international outing by the two together since the Thai Open. Before last week's Thai Open Kim Hock was absent from the badminton scene since May due to injuries. Kim Hock had stated that he would try his best but could not be playing 100 per cent due to the long absence. The seeded pair, now slated as world no 13, will only get to play tomorrow meeting the winners of the match between Vietnam's Le Dai Thang-Tran Duc Sang and Singapore's Patrick Lau-Zhao Jianhua.
    [Show full text]
  • US-China Strategic Competition in South and East China Seas
    U.S.-China Strategic Competition in South and East China Seas: Background and Issues for Congress Updated September 8, 2021 Congressional Research Service https://crsreports.congress.gov R42784 U.S.-China Strategic Competition in South and East China Seas Summary Over the past several years, the South China Sea (SCS) has emerged as an arena of U.S.-China strategic competition. China’s actions in the SCS—including extensive island-building and base- construction activities at sites that it occupies in the Spratly Islands, as well as actions by its maritime forces to assert China’s claims against competing claims by regional neighbors such as the Philippines and Vietnam—have heightened concerns among U.S. observers that China is gaining effective control of the SCS, an area of strategic, political, and economic importance to the United States and its allies and partners. Actions by China’s maritime forces at the Japan- administered Senkaku Islands in the East China Sea (ECS) are another concern for U.S. observers. Chinese domination of China’s near-seas region—meaning the SCS and ECS, along with the Yellow Sea—could substantially affect U.S. strategic, political, and economic interests in the Indo-Pacific region and elsewhere. Potential general U.S. goals for U.S.-China strategic competition in the SCS and ECS include but are not necessarily limited to the following: fulfilling U.S. security commitments in the Western Pacific, including treaty commitments to Japan and the Philippines; maintaining and enhancing the U.S.-led security architecture in the Western Pacific, including U.S.
    [Show full text]
  • DONG JIONG WITHDRAWS from MALAYSIAN OPEN (Bernama 04
    04 JUL 1997 Badminton-Open DONG JIONG WITHDRAWS FROM MALAYSIAN OPEN By: Hamdan Saaid KUALA LUMPUR, July 4 (Bernama) -- Olympic silver medalist and world number one Dong Jiong of China has withdrawn from the US$180,000 (RM450,000) Malaysian Open badminton championships in Kota Kinabalu from July 9 to 13. The Chinese Badminton Association has informed the organisers that Dong, who had also pulled out from the World Championships in Glasgow due to high fever, was unable to compete due to injury. It was another set back for the championships which had earlier seen the withdrawal of reigning world champion Peter Rasmussen of Denmark while Malaysia's top doubles champ Yap Kim Hock pulled out due to shoulder injury, forcing his partner Cheah Soon Kit to find a new partner. In Dong's absence, former world champion Joko Suprianto of Indonesia has been seeded first in the six-star tournament while defending champion Ong Ewe Hock has been drawn to meet Joko in the final. According to the seedings released by the International Badminton Federation (IBF), Ewe Hock is in the same half with third seed Peter-Gade Christensen of Denmark. Christensen, who became the first European since Morten Frost Hansen to win a title in Asia when he won the Taiwan Open this year, is expected to clash with the Malaysian in the semifinal. Three-time champion Rashid Sidek has been seeded fourth and is likely to come up with Joko in the last four. Rashid beat him in the quarterfinals in the Olympi c Games in Atlanta.
    [Show full text]