Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI POLITIK MILITER A.H. NASUTION DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : MURIYANI WAHYUNINGRUM NIM : 051314025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI POLITIK MILITER A.H. NASUTION DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : MURIYANI WAHYUNINGRUM NIM : 051314025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati kupersembahkan Skripsi ini kepada : Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa mendampingi, melindungi, memberkati dan selalu memberikan segala petunjuk yang baik terhadap setiap langkah hidupku dalam menjalani kehidupan. Kedua orang tuaku tercinta, Bpk. Praptiyanto dan Ibu. Yasinta yang telah membesarkan dan memberikan seluruh kasih sayangnya, hingga aku bisa menyelesaikan studyku. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya dengan hal-hal yang positif. Jangan biarkan waktu terbuang sia-sia dengan hal yang negatif. Dan waktu tidak akan terulang, maka manfaatkanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya demi kehidupan masa depan yang cerah. (NN) Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan maka Ia akan memelihara engkau. (NN) Jikalau orang lain bisa maka aku harus bisa Orang yang kuat itu pernah gagal tetapi bangkit kembali untuk mencapai maksud dan tujuan. (NN) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK POLITIK MILITER A.H. NASUTION DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949 Oleh : Muriyani Wahyuningrum NIM : 051314025 Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis (1) Faktor-faktor yang mendorong keterlibatan A.H. Nasution dalam perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949, (2) Strategi yang diterapkan oleh A.H. Nasution dalam perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949, (3) Politik militer A.H. Nasution dalam perang kemerdekaan Indonsia 1945-1949. Metodologi penelitian ini menggunakan metode sejarah, dengan pendekatan multidimensional, dan ditulis secara deskriptif analitis. Hasil penelitian ini adalah: (1) Faktor-faktor yang mendorong A.H. Nasution dalam bidang militer 1945-1949 adalah faktor militer, politik, ekonomi, dan, sejarah. (2) Strategi yang diterapkan oleh A.H. Nasution dalam perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949 antara lain: melakukan konsolidasi pasukan, memerintahkan penghadangan terhadap jalur logistik Sekutu, menjalankan politik bumi hangus, memerintahkan perang gerilya, menjalankan strategi perang rakyat total, (3) Politik militer A.H. Nasution dalam perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949 adalah dengan mendirikan pemerintahan militer Jawa. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT POLITICAL MILITARY A.H. NASUTION INDEPENDENCE WAR IN INDONESIA YEAR 1945-1949 By : Muriyani Wahyuningrum NIM : 051314025 Writing this thesis aims to describe and analyze (1) Factors that encourage the involvement of the AH Nasution, Indonesia's independence in the war years 1945-1949, (2) The strategies implemented by AH Nasution, Indonesia's independence in the war years 1945-1949, (3) Military Politics AH Nasution Indonsia year war of independence in 1945-1949. The methodology of this study using historical methods, with a multidimensional approach, and written descriptive analytic. The results of this study were: (1) Factors that promote AH Nasution years 1945-1949 in the military field is a factor of military, political, economic, and, history. (2) The ability implemented by A.H. Nasution in the war of independence of Indonesia in 1945-1949 include: consolidation of forces, ordered logistical ambushes against the Allied lines, running a scorched earth policy, commanded a guerrilla war, running a total people's war strategy, (3) Military Politics AH Nasution, Indonesia's independence in the war years 1945-1949 is to establish military government of Java. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan kasihNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan topik “Politik Militer A.H. Nasution Dalam Perang Kemerdekan Indonesias 1945-1949”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi Pendidikan Sejarah. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak. Bersamaan dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. 4. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M,M., selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini selesai disusun. 5. Bapak Drs. A.A. Padi selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini selesai disusun. 6. Bapak Drs. B. Musidi, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................. ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 5 C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 6 D. Manfaat Penulisan .................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7 F. Landasan Teori ......................................................................... 9 G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan .................................... 16 H. Sistematika Penulisan ............................................................... 23 BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG KETERLIBATAN A.H. NASUTION DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949 ................................................. 25 A. Faktor Pendidikan ..................................................................... 25 B. Faktor Militer ............................................................................ 31 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Pendidikan Militer di Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda 31 2. Pendidikan Militer di Zaman Pendudukan tentara Jepang .. 35 C. Faktor Politik ............................................................................ 37 D. Faktor Ekonomi ........................................................................ 41 E. Faktor Sejarah ........................................................................... 45 BAB III KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN OLEH A.H. NASUTION DALAM PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1949 ........................................................................................ 49 A. Malakukan Konsolidasi Pasukan .............................................. 49 B. Memerintahkan Penghadangan Terhadap Jalur Logistik Sekutu ................................................................ 53 C. Menjalankan Strategi Bumi hangus .......................................... 59 D. Memerintahkan Perang Gerilya ................................................ 66 E. Menjalankan Strategi Perang Rakyat Total .............................. 71 F. Analisis ....................................................................................
Recommended publications
  • Relationship Between Transmigration, Urbanization and Poverty Alleviation in Indonesia
    Ekunomi dan Keuangan Indonesia Volume XLIII Nomor 1, 1995 Relationship Between Transmigration, Urbanization and Poverty Alleviation in Indonesia Prijono Tjiptoherijanto Abstrak Masalah kependudukan di Indonesia ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang tetap tinggi selama 30 tahun terakhir, distribusi penduduk antar daerah yang tidak merata (60% penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa yang luasnya hanya 4% dari luas wilayah Indonesia), tingginya tingkat urbanisasi sebagai akibat dari adanya ketimpangan pertumbuban antar kota dalam suatu propinsi, serta masalah kemiskinan. Salab satu jalan keluar untuk mengatasi permasalaban tersebut di atas adalab melaksanakan program transmigrasi. Transmigrasi yang dijalankan antara lain bertujuan untuk mendukung pembangunan daerah dan memperluas kesempatan kerja. Dengan kata lain, program transmigrasi yang dijalankan barus menjadi bagian integral dari pembangunan daerab yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuban ekonomi. Pada gilirannya, peningkatan pertumbuban ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejabteraan masyarakat sebingga transmigrasi dapat membantu meningkatkan status dan nilai dari masyarakat Indonesia. 25 Tjiptoherijanto I. INTRODUCTION Population growth in Indonesia still remains high for the past thirty years. The development process has increased people's awareness to limit their families size. However, at the same time successful development also brought an improvement in the health of the majority of families which will reduce the death rate. Among the consequences of population growth in Indonesia is the increase differentials in density of population among regions and urban- rural areas. This affects the quality of life in the respected regions. In addition, this condition is also increasing the social problems such as availability of clean environment and other social services, especially in urban areas. Therefore, the problems of urbanization as well as adaptation of migrants in the new socio-economic environment, and may be political aspea, become more serious in the last two decades.
    [Show full text]
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • 2477-2771 E-ISSN : 2477-8241 Candrasangkala
    ISSN : 2477-2771 Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah E-ISSN : 2477-8241 Vol. 7 No. 1 Tahun 2021 MENELUSURI PERJALANAN KULINER PEDAGANG KAKI LIMA MENJADI PEDAGANG BINTANG LIMA: SOTO BETAWI H. MARUF (1943-1983) Kurniawati,1* M. Hasmi Yanuardi,2 Siti Azizah3 *1,2,3 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta *Email: [email protected] Diterima: 25 Oktober 2021, Disetujui: 29 Oktober 2020, Dipublikasikan: 31 Mei 2021 Abstract: This study describes the economic activities in the food administration sector of one of the legendary food restaurants in Jakarta, namely Soto Betawi Haji Maruf. In its management, the business managed to overcome various challenges of social change occurred during 1943-1983. The purpose of this study was to find out that the government’s policy towards the city of Jakarta from 1943-1983 had a major impact on the food administration process of Soto Betawi Haji Maruf. The research method used is historical research with two main discussions, namely the beginning of the establishment of Soto Maruf (1943-1945), and the dynamics of the mobilization of Soto Maruf (1946-1983) from Boplo Market, Gondangdia Railway Post, Cikini Flower Market, and Taman Ismail Marzuki. The results of this study show that the dynamics of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983 has made Soto Betawi Haji Maruf experience a difficult business process, starting from a peddler walking around in and out kampong, renting a kiosk, eviction events, up to owning a restaurant. The existence of a good business management process made Soto Betawi Haji Maruf able to survive for 40 years in going through various challenges of socio-economic changes in Jakarta during 1943-1983.
    [Show full text]
  • Bab Iii Biografi Teuku Umar
    BAB III BIOGRAFI TEUKU UMAR A. Kelahiran dan Masa Muda Teuku Umar Teuku Umar Johan Pahlawan lahir pada tahun 1854 M di Meulaboh, tepatnya di Gampong Masjid, sekarang Gampong Belakang, Kecamatan Johan Pahlawan. Ia dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Teuku Tjut Mahmud dan ibu Tjut Mohani di mana pasangan ini dikarunia empat anak yaitu Teuku Musa, Tjut Intan, Teuku Umar dan Teuku Mansur.75 Teuku Umar seorang Aceh dan memiliki silsilah dengan Teuku Laksamana Muda Nanta, seorang Laksamana Aceh yang ditugaskan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1635 M sebagai Panglima Angkatan Perang Aceh di Andalas Barat dan sekaligus ditunjuk menjadi Gubernur Militer Aceh di Tanah Minang.76 Ayahnya, Teuku Achmad Mahmud, adalah seorang uleebalang (kepala daerah). Sementara ibundanya berasal dari lingkungan istana kerajaan di Meulaboh. Dalam buku Ensiklopedi Pahlawan Nasional yang disusun Julinar Said dan kawan-kawan (1995) disebutkan, dari garis ayahnya, Teuku Umar berdarah Minangkabau.77 Antara keluarga Teuku Umar dengan tanah rencong memang terikat terjalin kedekatan sejak dulu. Umar keturunan Datuk Makhudum Sati orang kepercayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M), yang diberi wewenang untuk memimpin wilayah Pariaman di Sumatera Barat sebagai bagian dari Kesultanan Aceh kala itu.78 Pada Tahun 1800 M, anak keturunan Teuku Laksamana Muda Nanta mendapatkan tekanan dari kaum ulama di tanah Andalas sehingga menyebabkan 75Ria Listina, Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa, ( Jakarta: PT. Sarana Bangun Pustaka, 2010), hlm.22 76Ibid, hlm. 24 77Ragil Suwarna Pragolapati, Cut Nya Dien, Volume 1, 1982, hlm. 14 78Ibid, hlm. 21 40 mereka kembali ke Aceh lewat jalur laut sebelah barat dan kemudian mereka mendarat di Meulaboh di mana salah satu pemimpin rombongan tersebut bernama Machdum Sakti Yang Bergelar Teuku Nanta Teulenbeh yang kemudian diangkat oleh Sultan Aceh sebagai penjaga Taman Sultan di Kutaraja.79 Teuku Umar yang membangkitkan semangat perlawanan terhadap Belanda.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Tan Malaka (Tokoh Revolusioner Prakemerdekaan)
    KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF TAN MALAKA (TOKOH REVOLUSIONER PRAKEMERDEKAAN) Oleh: Hambali Mahasiswa Manajemen Pendidikan Program Doktor (S3) Universitas Negeri Medan [email protected] ABSTRAK Lembaga pendidikan terasa mengalami tantangan yang sangat kompleks, seiring dengan kompleksitas persoalan di abad ke-21 yang muncul ditengah-tengah masyarakat kita. Oleh karena itu pendidikan di negeri ini mestinya punya konsep tersendiri yang benar-benar sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, dan hal itu yang mulai merosot dimana pendidikan mengarah pada praktek liberalis dan kapitalis serta penindasan-penindasan sehingga pendidikan semakin jauh dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Tan malakapernah meletakkan landasan dasar pendidikan yaitu: Pendidikan adalah dasar untuk melepaskan bangsa dari keterbelakangan dan kebodohan serta belenggu Imperialisme-Kolonialisme. Tan Malaka menekankan pada materi pendidikan dan mengenai hal itu dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:Memberi senjata yang cukup buat mencari kehidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, membaca, menulis, ilmu bumi, bahasa asing, bahasa Indonesia dan bahasa daerah,Memberi haknya terhadap murid-murid yakni harus dengan jalan pergaulan,Menujukkan kewajiban terhadap berjuta-juta kaum Kromo (rakyat jelata).Pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan dianggap sebagai modal dasar bagi kemajuan dari bangsa yang merdeka dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Praktek pendidikan Tan Malaka bisa disebut sebagai pedagogik transformatif, yaitu proses memanusiakan manusia untuk dapat membentuk masyarakat baru dan pengetahuan baru yang diciptakan oleh keterlibatan mereka sendiri. Hal ini mengusahakan agar pendidikan di posisikan supaya masyarakat mempunyai kesadaran dari pendidikan yang tertindas dan tertinggal. Setelah sadar, diharapkan masyarakat dapat membongkar tatanan atau relasi sosial yang tidak adil dan mengembalikan kemanusian manusia.
    [Show full text]
  • Tjokropranolo. General Sudirman. the Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia
    Document generated on 10/01/2021 6:23 a.m. Journal of Conflict Studies Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995. Lucian M. Ashworth Volume 16, Number 2, Fall 1996 URI: https://id.erudit.org/iderudit/jcs16_02br02 See table of contents Publisher(s) The University of New Brunswick ISSN 1198-8614 (print) 1715-5673 (digital) Explore this journal Cite this review Ashworth, L. M. (1996). Review of [Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995.] Journal of Conflict Studies, 16(2), 137–138. All rights reserved © Centre for Conflict Studies, UNB, 1996 This document is protected by copyright law. Use of the services of Érudit (including reproduction) is subject to its terms and conditions, which can be viewed online. https://apropos.erudit.org/en/users/policy-on-use/ This article is disseminated and preserved by Érudit. Érudit is a non-profit inter-university consortium of the Université de Montréal, Université Laval, and the Université du Québec à Montréal. Its mission is to promote and disseminate research. https://www.erudit.org/en/ Tjokropranolo. General Sudirman. The Leader Who Finally Destroyed Colonialism in Indonesia. Translated by Libby Krahling, Bert Jordan and Steve Dawson. Canberra: Australian Defence Studies Centre, 1995. Every now and again seemingly ordinary people find themselves flung into an epoch- making event. Sudirman, a school teacher in the then Dutch East Indies, found himself called upon to lead the Indonesian army during the Indonesian war of independence against the Dutch.
    [Show full text]
  • Gaya Komunikasi Pemimpin Di Media
    GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2018 i Universitas Sumatera Utara GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Mawaddatur Rahmah NIM : 130904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “Semua Karena Ahok” Di Metro TV) Dosen Pembimbing Ketua Departemen Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si. Ph.D NIP.198011072006042002 NIP. 196505241989032001 Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002 ii Universitas Sumatera
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Adam Malik (Deppen) in MEMORIAM: ADAM MALIK A917-1984)
    144 Adam Malik (Deppen) IN MEMORIAM: ADAM MALIK a917-1984) Ruth T. McVey The great survivor is dead. Though Adam Malik was by no means the only politician to hold high office under both Guided Democracy and the New Order, he was by far the most distinguished and successful. Others were political hacks with no true political coloring, or representatives of specialized con­ stituencies not involved directly in the conflict between Sukarno and the army; but Malik had been a central figure in the formulation of Guided Democracy and a close counsellor of Sukarno. Moreover, having chosen against that leader in the crisis following the coup of October 1965, he was not thereby completely discredited in the eyes of his former colleagues. For many of his old leftist associates he remained a patron: a leader who would still receive and could occasionally aid them, who could still speak their language, if only in private, and who still—in spite of his evident wealth, Western admirers, and service to a counter-revolutionary regime—seemed to embody what remained of the Generation of ’45, the fading memories of a radical and optimistic youth. To survive so successfully, a man must either be most simple and consistent, or quite the opposite. No one could accuse Adam Malik of transparency, yet there was a consistency about the image he cultivated. From early youth he appeared as a radical nationalist, a man of the left; and however unsympathetic the regime to that viewpoint he never allowed the pursuit of ambition completely to cloud that picture.
    [Show full text]
  • 111041 Suharso 2020 E.Docx
    International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net Volume 11, Issue 10, 2020 Teaching Multiculturalism based on Islamic Historical Relics in Northern Java R. Suharsoa*, Wasinob, Dewi Liesnoor Setyowatic, Cahyo Budi Utomod, a,b,c,dSocial Studies Doctoral Study Program, Universitas Negeri Semarang Taman Siswa Street, Semarang City, Central of Java, Indonesia, Email: a*[email protected] This research aims to analyse the development of multiculturalism knowledge based on Islamic historical heritages in northern Java. The questions of this research are 1) what is the condition of Islamic historical heritages in Northern Java? and 2) how is student's multiculturalism knowledge developed? This project was carried out using a grounded research design (Strauss & Corbin, 1997). This research involved 40 students from social science education classes and was carried out in junior high schools in northern Java. The research data collection was conducted through in-depth interviews and participant observation. The data obtained were analysed using the critical discourse analysis (CDA) approach. The important findings of this research are that: 1) Islamic historical heritages in northern Java have the potential of multiculturalism constructed by past events; 2) multicultural potential is a symbol of religious tolerance and the culture of first generation Islamic propagators in Java; 3) the learning of social science originating from historical heritages is able to develop awareness, idealism, and multiculturalism knowledge of students. This research recommends that social science learning can accommodate the students to study surrounding historical heritage buildings as the source of multiculturalism learning. This relates to the preservation of historical heritages, the transmission of values, and the regeneration of agents for tolerance in society.
    [Show full text]
  • Soekarno's Political Thinking About Guided Democracy
    e-ISSN : 2528 - 2069 SOEKARNO’S POLITICAL THINKING ABOUT GUIDED DEMOCRACY Author : Gili Argenti and Dini Sri Istining Dias Government Science, State University of Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) Email : [email protected] and [email protected] ABSTRACT Soekarno is one of the leaders of the four founders of the Republic of Indonesia, his political thinking is very broad, one of his political thinking about democracy is guided democracy into controversy, in his youth Soekarno was known as a very revolutionary, humanist and progressive figure of political thinkers of his day. His thoughts on leading democracy put his figure as a leader judged authoritarian by his political opponents. This paper is a study of thought about Soekarno, especially his thinking about the concept of democracy which is considered as a political concept typical of Indonesian cultures. Key word: Soekarno, democracy PRELIMINARY Soekarno is one of the four founders of the Republic of Indonesia according to the version of Tempo Magazine, as political figures aligned with Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir and Tan Malaka. Soekarno's thought of national politics placed himself as a great thinker that Indonesian ever had. In the typology of political thought, his nationality has been placed as a radical nationalist thinker, since his youthful interest in politics has been enormous. As an active politician, Soekarno poured many of his thinkers into speeches, articles and books. One of Soekarno's highly controversial and inviting notions of polemic up to now is the political thought of guided democracy. Young Soekarno's thoughts were filled with revolutionary idealism and anti-oppression, but at the end of his reign, he became a repressive and anti-democratic thinker.
    [Show full text]