205 Jurnal Ecosystem Volume 19, Nomor 2, Mei- Agustus 2019

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

205 Jurnal Ecosystem Volume 19, Nomor 2, Mei- Agustus 2019 205 STRATEGI PEMASARAN JAJANAN TRADISIONAL KUE PUTU CANGKIRI DI SULAWESI SELATAN Oleh Hernita E-mail: [email protected] Dosen STIM Lasharan Jaya Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis strategi pemasaran jajanan tradisional kue putucangkiri agar tetap diminati masyarakat secara nasional Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan tergolong pada jenis penelitian deskriptif kualitatif Sumber data dalam penelitian ini meliputi: Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder.hasil penelitian menunjukka bahwa esistensi pemasaran jajanan tradisional kue putucangkiri peningkatan penjualan baik secara local maupun nasional, hal ini dibuktikan bahwa pihak penjual memvariasikan model dan bentuk kue putucangkiri dalam beberapa warna tanpa meninggalkan cita rasa dan menjauhi dari bahan pengawet dan pewarna sehingga menjadi alasan masyarakat tetap mengemari makanan tersebut Keyword: Strategi Pemasaran, Jajanan Tradisional A. PENDAHULUAN adonan tepung kemudian dimasukkan parutan kelapa muda dan ditutup lagi dengan sisa Perkembangan ilmu pengetahuan dan adonan tepung beras ketan, dan kemudian teknologi menyebabkan kemajuan-kemajuan dikukus hingga matang. Kebayang kan hampir di seluruh aspek kehidupan manusia. hasilnya setelah matang seperti apa? yup, Di era modern ini berbagai alat canggih dan persis seperti gambar paling atas di artikel ini, mutakhir semakin mengiringi kehidupan khususnya kue Putu Cangkiri yang berwarna manusia sehari-hari. Imbasnya hal-hal kecoklatan. Berasa manis kenyal-kenyal beras tradisionalpun perlahan semakin ditinggalkan ketan dibagian kulitnya dan setelah gigitan dalam rangka penyesuaian hidup sebagai mencapai bagian tengah kuenya maka aroma manusia modern. dan rasa gurih parutan kelapa menjadikan rasa Salah satu contoh yang mulai sempurna di lidah. Nah lama kelamaan, ditinggalkan adalah makanan-makanan adonan kue ini pun berkembang menjadi tradisional yang proses dan penyajiannya beberapa rasa dan campuran tertentu, memakan waktu cukup lama bila diantaranya Putu Cangkiri dengan aroma dibandingkan dengan berbagai makanan cepat Pandan (berwarna hijau), Putu Cangkiri dari saji (fast food) yang saat ini terdapat dimana- jenis tepung beras ketan merah (berwarna mana. Tentunya, segala sesuatu yang cepat ungu), dan Putu Cangkiri dengan campuran saji dan modern tak selamanya memiliki gula pasir putih (berwarna putih). Setiap segalanya; makanan fast food cenderung adonan memiliki cita rasa dan aroma yang berlemak dan tidak sehat. Kue putu khas, tinggal pilih rasa dan aroma merupakan salah satu kue basah jajanan kesukaanmu dan jangan ragu, karena tradisional khas Indonesia yang memiliki cita semuanya pasti berisi parutan kelapa muda di rasa yang nikmat. Kue yang ketika dimasak bagian tengahnya yang bikin kue ini menjadi memiliki ciri khas bunyi ini merupakan salah sangat gurih dan nikmat. Bagi saya, Putu satu kue favorit masyarakat Indonesia . Cangkiri dengan campuran gula merah lah Awalnya, kuliner putucangkiri terbuat dari yang paling enak dan pas dilidah saya. Jenis tepung beras ketan putih yang ditaburi dengan Putu Cangkiri gula merah inilah yang remah-remahan gula merah, kemudian merupakan Putu Cangkiri asli sejak awal dicampur hingga adonan menjadi merata, dan mulanya (Putu Cangkiri yang berwarna selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan kecoklatan). berbentuk mangkuk, diisi dengan setengah Jurnal Ecosystem Volume 19, Nomor 2, Mei- Agustus 2019 206 Penyajiaannya yang cepat, rasa yang enak, sumbangan tersebut di antaranya adalah nikmat dan tetap sehat membuka peluang memberikan pekerjaan, penciptaan usaha yang cukup menjanjikan. Usaha kue teknologi/metode baru dan juga produkbaru putu dapat dijalankan secara sederhana serta untuk kepentingan negara, membantu sasaran konsumennyapun luas. perkembangan usaha-usaha besar sebagai vendor (pemasok dan outsourcing) dan B. PERMASALAHAN sebagainya. Jika kapasitas usaha kecil dapat diintegrasikan menjadi besar, langkah ini Bagaimana analisis strategi pemasaran akan amat banyak membantu perkembangan bisnis putucangkiri mampu diminati usaha-usaha besar. masyarakat ? Model pertumbuhan unit usaha baru yang bernilai informal adalah yang paling C. TINJAUAN PUSTAKA menonjol di Indonesiadan diperkirakan lebih dari 90 persen unit usaha baru di Indonesia Pengembangan UKM menjadi bagian lahir dari model ini. Penyebabnya adalah: (1) integral di dalam perubahan struktur yang sistem kekerabatan yang masih kental di sejalan dengan modernisasi agribisnis dan Indonesia sehingga pengusaha mempunyai agroindustri, khususnya yang mendukung kecenderungan menampung keluarga yang ketahanan pangan, serta perkuatan basis belum bekerja dan selanjutnya mereka dapat produksi dan daya saing industri melalui membuka usaha sendiri, (2) komoditas yang pengembangan rumpun industri, percepatan dijual UMKN berteknologi sederhana alih teknologi, dan peningkatan kualitas sehingga mudah ditiru oleh pekerjanya SDM. Sementara itu, pengembangan usaha dengan membuka usaha sendiri, (3) mikro menjadi pilihan strategis untuk kesempatan usaha yang terbuka luas sehingga mengurangi kesenjangan pendapatan dan banyak unit usaha yang lahir karena faktor kemiskinan. Koperasi berkembang semakin kebetulan, (4) keterpaksaan untuk luas menjadi wahana yang efektif dalam menyambung hidup atau mengisi waktu menciptakan efesiensi kolektif para anggota karena sulit memperoleh pekerjaan dan (5) koperasi, baik produsen maupun konsumen, faktor sosial budaya dan lain-lain. sehingga menjadi pelaku ekonomi yang Pedagang Kaki Lima ini timbul dari mampu mendukung upaya peningkatan adanya suatu kondisi pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi. Kenyataan perekonomian dan pendidikan yang tidak yang ada menunjukkan bahwa usaha kecil merata di seluruh Negara Republik Indonesia. adalah penyumbang besar kepada kekuatan Pedagang Kaki Lima ini juga timbul dari ekonomi negara dan telah terbukti terutama di akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki 1997. kemampuan dalam produksi.Persoalan Kesulitan pada masa resesi ekonomi pedagang kaki lima di perkotaan khususnya telah dibantu diatasi oleh kehadiran usaha- Kabupaten Maros akan selalu ada karena usaha kecil. Pada saat pabrik-pabrik besar empat hal yaitu: pertama adalah karena mulai merasakanefek kemunduran ekonomi adanya kebutuhan masyarakat terhadap dan memecat para pekerja, usaha kecil terus barang-barang yang lebih murah, bervariasi bertahan. Malah mereka yang di PHK dari sesuai dengan selera mereka serta lokasi perusahaan besar turut aktif menjadi penjual yang mudah dijangkau. Hal ini pengusaha kecil kepada perekonomian negara mampu dipenuhi oleh para pedagang kaki di setiap tempat di dunia, era perdagangan lima yang memiliki mobilitas (pikulan, yang akan datang dikatakan sebagai milik gerobal dorong, sepeda). Kedua, jumlah usaha kecil. Era usaha kecil mungkin adalah pencari kerja lebih besar dibandingkan era keempat atau kelima dalam evolusi dengan lapangan kerja formal yang tersedia. perdagangan setelah era-era produksi, Maka sektor informal khususnya pedagang penjualan dan pemasaran (mungkin satu lagi kaki lima merupakan penyelesaian terhadap era setelah era pemasaran). Sumbangan usaha persoalan ini. Di samping adanya orang-orang kecil kepada masyarakat dan juganegara yang memang sulit dapat tertampung pada adalah sangat signifikan dan bentuk sektor formal karena tingkat pendidikan yang Jurnal Ecosystem Volume 19, Nomor 2, Mei- Agustus 2019 207 tidak memadai. Ketiga, adanya kesenjangan penampang mi, bisa juga halus seperti pertumbuhan ekonomi antara kota dengan penampang bihun. Terus-terang, dulu desa yang mencerminkan terjadinya pun saya pernah mengira bahwa putu sentralisasi pembangunan, menyebabkan mayang ini dibuat dari bihun. Keduanya aliran sumber daya manusia dari desa ke kota memang sama-sama dibuat dari tepung untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih beras. Bedanya, bihun melalui proses baik. Sedangkan yang keempat adalah adanya dikeringkan dulu sebelum kemudian keterbatasan ruang usaha yang strategis bagi direbus atau dikukus. pedagang kaki lima. Putu mayang juga dikukus. Di 1. Ragam Kue Putu Malaysia, kebanyakan disajikan dengan a. Putu Ayu parutan kelapa setengah muda yang Dulu, hanya kue putu bambu dicampur gula pasir. Tetapi, di Jawa (bumbung) saja yang dikenal di Jawa. lebih banyak disajikan dengan santan Tetapi, kreativitas kuliner kemudian kental yang dicampur gula merah. Saya melahirkan kue putu ayu yang justru punya langganan putu mayang buatan lebih banyak dijumpai. Soalnya, kue rumahan ibu India di Medan. Tekstur putu bambu hanya dijual langsung oleh putu mayangnya sangat bagus. Sangat penjajanya yang biasanya berkeliling mirip dengan putumayam di Johor Bahru malam hari. Sedangkan kue putu ayu yang pernah saya temukan beberapa bisa tahan lebih lama dan biasa dijual di tahun yang lalu. Di Pluit, Jakarta Utara, banyak toko kue. juga ada penjual putu mayang yang Kue putu ayu dicetak dalam cetakan boleh tahan. yang membentuk seperti bunga. c. Awug, Iwel-iwel, dan Ombus-ombus Penampilannya dan warnanya yang Sebetulnya, di daerah-daerah cantik - biasanya hijau muda dari daun Indonesia lainnya sangat banyak jajanan suji, dengan kelapa parut seperti salju di yang mirip kue putu. Contohnya adalah atasnya - membuat kue putu yang satu awug di Tatar Sunda. Bedanya, awug ini disebut sebagai putu ayu. Tekstur dan dicetak dalam kukusan nasi, sehingga rasanya agak beda dengan putu bambu. menghasilkan kue berukuran sangat Putu bambu lebih “kepyar” (mudah besar. Tepung beras
Recommended publications
  • I Satuan Gramatikal Dan Dasar Penamaan Kue Jajanan Pasar Di Kios Snack Berkah Bu Harjono Pasar Lempuyangan Kota Yogyakarta
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SATUAN GRAMATIKAL DAN DASAR PENAMAAN KUE JAJANAN PASAR DI KIOS SNACK BERKAH BU HARJONO PASAR LEMPUYANGAN KOTA YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Anindita Ayu Gita Coelestia NIM: 174114039 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Coelestia, Anindita Ayu Gita. 2021. “Satuan Gramatikal dan Dasar Penamaan Kue Jajanan Pasar di Kios Snack Berkah Bu Harjono Pasar Lempuyangan Kota Yogyakarta”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini mengkaji satuan gramatikal dan dasar penamaan kue jajanan pasar di Kios Snack Berkah Bu Harjono Pasar Lempuyangan Kota Yogyakarta. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yakni (i) satuan gramatikal nama kue jajanan pasar dan (ii) dasar penamaan nama kue jajanan pasar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan gramatikal dan dasar penamaan nama kue jajanan pasar di Kios Snack Berkah Bu Harjono Pasar Lempuyangan Kota Yogyakarta. Objek penelitian ini berupa nama kue jajanan pasar di Kios Snack Berkah Bu Harjono Pasar Lempuyangan Kota Yogyakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak (pengamatan atau observasi), yaitu metode yang digunakan dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun, 2005: 242). Selanjutnya digunakan teknik catat dan teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap adalah peneliti berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya (Mahsun, 2005: 92). Serta digunakan pula teknik wawancara. Selanjutnya data yang sudah diklasifikasi dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik sisip, bagi unsur langsung (BUL), dan teknik baca markah.
    [Show full text]
  • Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Patiseri Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dalam Rangka Pelatihan Guru Pasca Uji Kompetensi Guru (UKG)
    MODUL GURU PEMBELAJAR Pake t Keahlian Patiseri Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) KELOMPOK KOMPETENSI G Penanggung Jawab : Dra. Hj. Djuariati Azhari, M.Pd KOMPETENSI PROFESIONAL Penulis: Dra. Harteti 0816354314 [email protected] Dra. Siti Ariatmi 081266799079 [email protected] Tantri Miharti, S.Pd 081513284989 [email protected] Penelaah: Dra. Laksmi Dharmayanti, M.M 089664975812 [email protected] KOMPETENSI PEDAGOGIK Penulis: Drs. Ahmad Hidayat, M.Si. 08158178384 [email protected] Penelaah: Drs. Sanusi, M.M 085883483492 [email protected] Copyright © 2016 Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Layout & Desainer Grafis: Kependidikan Bisnis dan Pariwisata Tim Direktorat Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kata Sambutan Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru Profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP) merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan paska UKG melalui program Guru Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik.
    [Show full text]
  • A Study of Subject Omission in the Spoken Language of Indonesian Primary School Children Aged 6 to 12 in Jakarta
    Edith Cowan University Research Online Theses: Doctorates and Masters Theses 1-1-2003 A study of subject omission in the spoken language of Indonesian primary school children aged 6 to 12 in Jakarta Endang Sutartinah Soemartono Edith Cowan University Follow this and additional works at: https://ro.ecu.edu.au/theses Part of the East Asian Languages and Societies Commons Recommended Citation Soemartono, E. S. (2003). A study of subject omission in the spoken language of Indonesian primary school children aged 6 to 12 in Jakarta. https://ro.ecu.edu.au/theses/1337 This Thesis is posted at Research Online. https://ro.ecu.edu.au/theses/1337 Edith Cowan University Copyright Warning You may print or download ONE copy of this document for the purpose of your own research or study. The University does not authorize you to copy, communicate or otherwise make available electronically to any other person any copyright material contained on this site. You are reminded of the following: Copyright owners are entitled to take legal action against persons who infringe their copyright. A reproduction of material that is protected by copyright may be a copyright infringement. Where the reproduction of such material is done without attribution of authorship, with false attribution of authorship or the authorship is treated in a derogatory manner, this may be a breach of the author’s moral rights contained in Part IX of the Copyright Act 1968 (Cth). Courts have the power to impose a wide range of civil and criminal sanctions for infringement of copyright, infringement of moral rights and other offences under the Copyright Act 1968 (Cth).
    [Show full text]
  • PDF-Document
    Supplementary Materials for the Article Cross Sectional Study of Plant Sterols Intake as a Basis for Designing Appropriate Plant Sterols Enriched Food in Indonesia Drajat Martianto 1,2, Atikah Bararah 3, Nuri Andarwulan 1,3 and Dominika Średnicka-Tober 4,* 1 Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, IPB University, IPB Darmaga Campus, Bogor 16680, West Java, Indonesia; [email protected] (D.M.), [email protected] (N.A.) 2 Department of Community Nutrition, Faculty of Human Ecology, IPB University, IPB Darmaga Campus, Bogor 16680, West Java, Indonesia; [email protected] (D.M.) 3 Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, IPB University, P.O. Box 220, IPB Darmaga Campus, Bogor 16680, West Java, Indonesia; [email protected] (A.B.), [email protected] (N.A.) 4 Department of Functional and Organic Food, Institute of Human Nutrition Sciences, Warsaw University of Life Sciences, Nowoursynowska 159c, 02-776 Warsaw, Poland; [email protected] (D.Ś.-T.) * Correspondence: [email protected]; Tel.: +48225937035 (D.Ś.-T.). List of Tables Table S1. Respondents characteristics. .............................................................................................................. 3 Table S2. Average of plant sterols content in each food group and sub-group consumed by all respondents. .........................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Tiong Bahru Heritage Trail
    » discover our shared heritage TIONG BAHRU HERITAGE TRAIL 02 » our heritage TIONG BAHRU HERITAGE TRAIL COURTESY OF MANDY LEE (Left): The newly-launched Seng Poh Road market in 1951. (Right): Streets of Tiong Bahru in the late 1950s. iong Bahru Road today stretches for Bahru was once dotted by graves. more than three kilometres from Redhill MRT at its western end to T Outram Road on its eastern end. For Did You Know? most Singaporeans, Tiong Bahru is a small, Tiong Bahru estate, as well as the grounds of charming and chic housing estate awash with the Singapore General Hospital and a great deal good eateries and eclectic little shops. But of the land along Tiong Bahru Road all the way there is much more to Tiong Bahru than meets to Leng Kee Road, was once part of a sprawling the eye, as this heritage trail and its marked Chinese cemetery. sites show. The familiar Art Deco buildings we see today WHAT’S IN A NAME? were built in the 1930s, when Tiong Bahru It is not clear when the name ‘Tiong Bahru’ first estate was developed as one of the first came into use. The name first appeared in a public housing programmes of the Singapore newspaper report from 13 June 1863 in The Improvement Trust (the colonial predecessor Straits Times, which mentioned Tiong Bahru in to the HDB). These 50 or so blocks of low-rise connection with an assault on one Tan Kung, a apartments and shophouses were originally grass cutter who lived there. The report, which meant to house residents from overcrowded spelt the place as ‘Tiang Bahru’, did not clarify parts in Chinatown.
    [Show full text]
  • INOVASI KLEPON BERBAHAN DASAR BIJI KURMA 2019 Muhammad Juni Pranata, Dra
    ISSN : 2442-5826 e-Proceeding of Applied Science : Vol.6, No.1 April 2020 | Page 428 INOVASI KLEPON BERBAHAN DASAR BIJI KURMA 2019 Muhammad Juni Pranata, Dra. Ratu Ratna Mulyati Karsiwi.,MM.Par., Ratna Gema Mauilida S.ST.Par., MM.Par Program Studi D3 Perhotelan, Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan biji kurma. Biji kurma termasuk limbah dan belum banyak yang mengetahui biji buah kurma mempunyai kandungan gizi. Klepon adalah jenis kue tradisional Indonesia yang berbahan dasar dari tepung beras dan tepung ketan. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan melakukan uji organoleptik kepada 100 orang konsumen dengan cara menyebarkan kuesioner.Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan biji kurma sebagai bahan dasar pembuatan klepon. Pada umumnya biji kurma menjadi sampah organik. dengan menjadikan biji kurma menjadi tepung untuk bahan dasar pembuatan klepon maka biji kurma nilai ekonomis nya akan meningkat dan menjadikan inovasi olahan dari biji kurma. Hasil penelitian ini adalah untuk menemukan resep kue klepon berbahan dasar biji kurma, dan untuk mengetahui sejauh mana daya terima konsumen terhadap produk klepon berbahan dasar tepug biji kurma. Melalui hasil uji daya terima konsumen dapat disimpulkan bahwa klepon berbahan dasar tepung biji kurma dapat diterima oleh konsumen dengan presentase 78% konsumen memilih suka berdasarkan rasa, 66,4% menarik berdasarkan warna, 72,4% harum berdasarkan aroma, 70,8% lembut berdasarkan tekstur, dan 73,6% konsumen memilih suka berdasarkan fisik. Kata Kunci: Inovasi, Biji kurma, Klepon ABSTRACT This study discusses the use of date palm seeds. Dates seeds, including waste and not many people know that date palm seeds have nutritional content.
    [Show full text]
  • Hak Cipta Dan Penggunaan Kembali: Lisensi Ini Mengizinkan Setiap
    Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Terdapat dua jenis sumber data pada penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Berikut metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data. 3.1.1. Wawancara Penulis melakukan pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara dilakukan pada 3 narasumber yaitu Bang Indra (Sekertaris Perkampungan Betawi di Setu Babakan), Ibu Rofikoh (Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi), dan Ibu Yulia Retno K. (Kepala Seksi Redaksi Elex Media) untuk mendapatkan data mengenai makanan tradisional khas Betawi dan perancangan sebuah buku ilustrasi. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Rofikoh selaku kepala UPK PBB. 1. Apa saja jenis-jenis jajanan khas Betawi? Dari yang saya ketahui, ada Kerak Telur, Kembang Goyang, Akar Kelapa, Rengginang, Kembang Ros, Jalabia, kue Pepe, kue Cucur, Geplak, Tape Uli, Wajik, Sagon, Dodol Betawi, Bir Pletok, Selendang Mayang, dan Cincau. 50 Perancangan Buku Ilustrasi..., Nadya Permata Putri, FSD UMN, 2017 Gambar 3.1 Wawancara dengan Ibu Rofikoh selaku kepala UPK PBB Sumber: Dokumen Pribadi Hasil wawancaradengan narasumber Bang Indra selaku sekertaris Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan.
    [Show full text]
  • Cuisines in Indonesia, Malaysia, and the Philippines
    Cuisines in Indonesia, Malaysia, and the Philippines Since cuisines are born on the land and grow within its climate, contours, topography, and geography, Indonesia, Malaysia, and the Philippines have bred sister cuisines that find similarities as well in Thailand, Vietnam, Laos, Cambodia, and Brunei Darussalam. It is thus possible to speak of Southeast Asian cuisine even while acknowledging the regional differences that come from history, society, and culture. Indonesia, for example, with its fifteen thousand islands, covers a large portion of Southeast Asia, and in the early twenty-first century its population (209.4 million) ranked fourth among the world's most populous nations. Although the islands vary greatly in size, climate, and soil and thus in cuisine, it is possible to speak of pan-Indonesian culinary traditions, to set them in their regional contexts, and to invite comparisons with their neighbors. Malaysia is contiguous to Singapore on one side and to Brunei on the other. Its land, weather, and geographical features are similar to those of the rest of Southeast Asia. However, its population (23 million) is composed of Malay Muslims, Peranakan or Straits Chinese with roots in South China, and Indians, mainly from South India, so it developed three principal cuisines, Malay, Indian, and Chinese. The country's leaders emphasize its multicultural nature and consider all three cuisines equally national. The Philippines (population 75.8 million), with seven thousand islands, many of them small, has the longest discontinuous coastline in the world. With its tropical weather, plains and mountains, and wealth of water sources, it developed a culinary pattern similar to those of Indonesia and Malaysia.
    [Show full text]
  • CHAPTER I INTRODUCTION 1.1 Background Indonesia Is One
    CHAPTER I INTRODUCTION 1.1 Background Indonesia is one country that has a variety of cultures, languages, customs and culinaries in every region. The acculturation culture influences assimilation in Indonesia. It increases enrich of Indonesian culture. It could be said that Indonesia is a country with multicultural. While, Indonesia has many varieties of culinary because Indonesia consists of several islands. Indonesia consists of 34 provinces and each province has the traditional food as aidentity of the region. So, every region in Indonesia has its own typical food. Nusantara food or typical food is not only make the people like of those foods, but also often attract the attention of foreign tourists. The diversity of tribes with cultures, languages, religions and customs create a variety of cuisines, foods and drinks. Culinary become one of the main attractions of each region. One type of traditional culinaries that is attached to the homeland is traditional pastries which are also commonly called snacks such as traditional cake. According to Soesilo (2013) the definition of traditional cake is: Kue tradisional adalah kue sederhana yang memakai tepung terigu serbaguna dalam proses pembuatannya. Terkadang tepung terigu tersebut dicampurkan dengan tepung kanji ataupun tepung beras. (Soesilo, 2013) The cake is usually flavored sweet or some are savory and salty. The cake is often interpreted as a snack made of flour dough, rice flour, corn starch, tapioca, or wheat. Traditional cake has been often a dessert served in a ceremonial occasions, especially weddings, anniversaries, and birthdays. The cake can be cooked by steaming, baking, or frying. The cake in Indonesia is usually categorized by their water content, namely cookies and cake.
    [Show full text]
  • Tradisi Kuliner Kue Khas Bugis Dalam Pernikahan Dari Generasi Ke Generasi Skripsi
    Hari, Tanggal : Selasa, 22 Desember 2020 Waktu : 13.00 WITA – Selesai Tempat : Departemen Ilmu Sejarah TRADISI KULINER KUE KHAS BUGIS DALAM PERNIKAHAN DARI GENERASI KE GENERASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Oleh: CITA SUCI F811 14 001 UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 TRADISI KULINER KUE KHAS BUGIS DALAM PERNIKAHAN DARI GENERASI KE GENERASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Oleh: CITA SUCI F811 14 001 UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. Alhamdulillahi rabbil ‘alaamiin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, taufiq, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tradisi Kuliner Kue Khas Bugis Dalam Pernikahan dari Generasi-kegenerasi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kendala yang penulis alami, namun alhamdulillah berkat Inayah dari Allah SWT dan optimism penulis yang di dorong oleh kerja keras, serta bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan kendala tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara langsung maupuntidak langsung, moral maupun material. Penulis Ucapkan terimaksih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan sehingga saya akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibunda tercinta, Hasra Alias yang berperan ganda menjadi seorang mama yang sangat menyayangi dan membimbing menjadi lebih baik, serta bekerja keras banting tulang membiayai pendidikan saya sampai pada tahap ini.
    [Show full text]
  • International Review of Humanities Studies E-ISSN: 2477-6866, P-ISSN: 2527-9416 Vol
    International Review of Humanities Studies www.irhs.ui.ac.id, e-ISSN: 2477-6866, p-ISSN: 2527-9416 Vol. 5, No.1, May 2020 (Special Issue), pp. 426-438 INDONESIAN CULINARY: NEGOTIATING THE VISUAL AND GUSTATORY PERCEPTION Sonya Indriati Sondakh Graduate School of Jakarta Institute of the Arts [email protected] ABSTRACT As it concerns the sense of sight, visual culture puts its focus on everything of visual nature. Specific for food, visual culture has played an important role in the development of culinary culture. Corresponding to the rising of visual turn, visual perception has earned its specific role in culinary scene. Regarding this research, it is of great importance to recognise that food has both the visual and gustatory side. Visual relates to the aesthetic side, which is about its visual appearance and gustatory side is about the taste. In food industry led by the Western world with its famous chefs, visual perception is key. When food is served in high-end premises or special places for tourism purpose, visual perception is significant. For Indonesia, one of the tourist attractions is the regional food. Indonesian regional foods certainly have its own unique appearance, but are they acceptable for international culinary standard? Do Indonesian regional foods need to change their visual appearances in accordance with the requirement of the international standard? Using food images taken from the Internet, this article delves into the opposition and negotiation of visual and gustatory perception. KEYWORDS: visual perception, hegemony, culinary, regional food INTRODUCTION Indonesia, an archipelagic territory, is a rich country in many ways.
    [Show full text]
  • Daftar Harga Agen
    DAFTAR HARGA AGEN JAJANAN PASAR ROTI KUE KERING NEW ITEM & UPDATE HARGA PER 17 September 2018 NO KODE NAMA BARANG HARGA NO KODE NAMA BARANG HARGA NO KODE NAMA BARANG HARGA 1 0101 AREM-AREM Rp 6,000 1 0713 BLUDER KEJU TRAY (21,5 X 6 X 5,5 CM) Rp 70,000 1 0420 AFGAN BESAR Rp 85,000 2 0102 AREM-AREM PEDES Rp 6,500 2 0710 BLUDER SPESIAL Rp 8,000 2 0404 NASTAR BESAR Rp 115,000 3 0103 BIKA AMBON Rp 5,500 3 0711 BLUDER SPESIAL COKLAT Rp 11,000 3 0403 NASTAR KECIL Rp 85,000 4 0706 BIKA AMBON KOTAK Rp 105,000 4 0712 BLUDER SPESIAL KEJU Rp 11,000 4 0415 BAGELEN KECIL Rp 45,000 5 0106 BOLU KUKUS Rp 5,000 5 0707 BLUDER KEJU POTONG Rp 6,500 5 0411 COKLAT CHEESE BESAR Rp 115,000 6 0108 BUBUR CETIL Rp 6,500 6 0242 BROWNIES POTONG Rp 5,500 6 0410 COKLAT CHEESE KECIL Rp 85,000 7 0109 BUBUR SUMSUM Rp 6,500 7 0243 BROWNIES KUKUS TRAY Rp 65,000 7 0437 CORN FLAKES BESAR Rp 115,000 8 0161 BUBUR JAGUNG MUTIARA Rp 6,500 8 0318 CHEESE CAKE CUP Rp 8,000 8 0436 CORN FLAKES KECIL Rp 85,000 9 0165 BUBUR BIJI SALAK Rp 6,500 9 0250 DONAT COKLAT Rp 6,500 9 0414 KASTENGEL BESAR Rp 115,000 10 0162 BUBUR KETAN HITAM Rp 6,500 10 0260 ÉCLAIR Rp 6,000 10 0413 KASTENGEL KECIL Rp 85,000 11 0163 BUBUR MERAH DELIMA Rp 6,500 11 0319 KLAPPERTART Rp 16,000 11 0439 KENARI BESAR Rp 115,000 12 0110 CANTIK MANIS Rp 4,500 12 0301 LAPIS KEJU LARGE Rp 475,000 12 0440 KENARI KECIL Rp 85,000 13 0111 CORO BIKANG Rp 4,500 13 0302 LAPIS KEJU POTONG Rp 16,000 13 0428 LIDAH KUCING BESAR Rp 115,000 14 0160 CLOROT Rp 4,500 14 0303 LAPIS KEJU MEDIUM Rp 275,000 14 0429 LIDAH KUCING KECIL Rp 85,000
    [Show full text]