ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: AHMAD FAUZAN NIM: 1113051000135

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1438 H. / 2017 M.

ABSTRAK

Ahmad Fauzan Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit

Film merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan termasuk pesan-pesan dakwah. Dakwah melalui film dinilai efektif mempengaruhi masyarakat karena bersifat audio visual dan dikemas dalam bentuk cerita. Salah satu permasalahan yang ada saat ini ialah kurangnya moral manusia untuk berbakti kepada orang tua. Film Tendangan dari Langit merupakan salah satu film yang memuat pesan dakwah khususnya berbakti kepada kedua orang tua. Hanung Bramantyo mampu menyelipkan pesan tersebut dalam film yang menceritakan perjuangan seorang anak dalam menggapai impiannya menjadi pesepakbola. Film ini pun sukses masuk nominasi empat besar film terbaik tahun 2011 pada ajang Festival Film . Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaannya ialah bagaimana wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari level teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi tiga level pembentuk wacana yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks membentuk wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks dalam hal ini penulis skenario memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat wacana yang berkembang di masyarakat. Hasil penelitiannya ialah dari level teks, berbakti kepada kedua orang tua digambarkan melalui beberapa adegan di antaranya saat Wahyu membantu ayahnya berjualan, pamit saat bepergian, bersikap lemah lembut terhadap orang tua serta memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak bola. Bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari dan juga bahasa Jawa. Dari level kognisi sosial, Fajar Nugros selaku penulis skenario mendekatkan Wahyu sebagai tokoh utama kepada dirinya. Fajar berasal dari daerah yakni Jogja sedangkan Wahyu dari yang sama-sama berjuang menggapai cita-cita. Dari level konteks sosial, banyaknya anak yang lupa dengan orang tua ketika sudah sukses dan banyaknya orang tua yang melarang bakat dan impian anaknya dalam sepak bola membuat film ini hadir untuk menjawab permasalahan tersebut dan untuk mengingatkan setiap orang agar jangan lupa dengan kedua orang tua. Film Tendangan dari Langit memuat pesan berbakti kepada kedua orang tua. Pesan tersebut di antaranya ialah seorang anak hendaknya selalu bersikap lemah lembut terhadap orang tuanya sekalipun mereka berlaku kasar. Selalu pamit saat bepergian, taat dan membantu urusan orang tua. Mensedekahkan harta kepada orang tua dan selalu ingat ibu yang menimang ketika masih kecil.

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, dan kasih sayang-

Nya yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafaatnya kelak.

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 bulan, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama menyelesaikan skripsi ini, baik dalam diri penulis smaupun faktor lainnya. Namun atas izin Allah SWT, semua hambatan dan rintangan dapat diatasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing penulis. Terima kasih

v

banyak atas bimbingan dan masukan-masukannya kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu

Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama.

3. Bapak Drs. Masran, MA dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua

dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku dosen penasihat akademik kelas KPI

C. Terima kasih atas bimbingan dan segala masukannya.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima

kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Segenap pimpinan hingga seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Dawah

dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam segala urusan

administrasi.

7. Segenap pimpinan hingga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan juga Perpustakaan Utama yang telah

membantu penulis dalam pencarian bahan penulisan skripsi.

8. Ayahanda tercinta, Bapak Sutrisno, BA dan almarhumah ibu tercinta, Ibu

Nurhayati dan juga ibu penulis saat ini, Ibu Nurjanah, S.Ag. Terima kasih

atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang tak pernah lelah

dan tak henti-henti diberikan kepada penulis.

9. Kakak-kakak saudara kandung penulis, Febrian Kurnia Akbar, SE dan

juga Ahmad Yanuar Dwi Tama, S.Sy. Adik penulis, Muhammad Said

vi

Ibroohiim, kakak ipar penulis, Siti Nuryanti dan juga seluruh keluarga

besar penulis. Terima kasih atas segala masukan, do’a, dukungan dan

motivasinya.

10. Bapak Fajar Nugros selaku Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit

dan juga ibu Susanti Dewi beserta seluruh kru Demi Istri Production yang

telah meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data

penulis.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan KPI angkatan 2013,

khususnya kelas KPI C yang setia memilih kelas C dari awal hingga akhir

semester. Terima kasih atas kerja sama serta dukungannya.

12. Keluarga besar DNK TV yang telah memberikan ilmu serta pengalaman-

pengalaman dalam memproduksi suatu program selama kurang lebih tiga

tahun masa jabatan.

13. Teman-teman KKN BETTER beserta seluruh masyarakat Desa Daru.

Terima kasih atas pengalaman berharga yang telah diberikan selama satu

bulan penuh saat pelaksanaan KKN.

14. Nur Asiah Aisyah Zaldi. Terima kasih telah menjadi penyemangat,

memberikan doa, dukungan dan tak pernah lelah menemani penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis terbuka atas saran dan kritik membangun dari semua pihak.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan baik yang

vii

disengaja maupun tidak sengaja. Dengan segala hormat, penulis persembahkan skripsi yang berjudul “ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA

KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT”.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik dari segi akademis maupun praktis.

Jakarta, 21 Agustus 2017

Penulis

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Fokus dan Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penelitian ...... 6 D. Manfaat Penelitian ...... 6 E. Metodologi Penelitian ...... 7 F. Penelitian Terdahulu ...... 11 G. Sistematika Penulisan ...... 14

BAB II LANDASAN TEORI ...... 16 A. Analisis Wacana ...... 16 B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ...... 20 1. Teks ...... 22 2. Kognisi Sosial ...... 25 3. Konteks Sosial ...... 26 C. Film ...... 26 1. Definisi Film ...... 26 2. Klasifikasi Film ...... 27 3. Jenis-jenis Film ...... 31 4. Struktur Film ...... 33 5. Unsur-Unsur Film ...... 34 D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua...... 36

ix

1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua ...... 36 2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua...... 38 3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua ...... 41

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT ...... 43 A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit ...... 43 B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit ...... 44 C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit ...... 45 D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit ...... 47 E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit ...... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...... 53 A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Teks ...... 53 1. Struktur Makro (Tematik) ...... 53 2. Superstruktur (Skematik) ...... 65 3. Struktur Mikro ...... 72 B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Kognisi Sosial ...... 89 C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit dilihat dari Konteks Sosial ...... 92

BAB V PENUTUP ...... 95 A. Kesimpulan ...... 95 B. Saran ...... 97

DAFTAR PUSTAKA ...... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 102

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk ...... 21 Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah ...... 54 Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah ...... 55 Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah ...... 57 Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu ...... 59 Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu ...... 61 Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 62 Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 63 Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 64 Tabel 4.9 Opening Bill Board ...... 66 Tabel 4.10 Opening Scene ...... 67 Tabel 4.11 Conflict Scene ...... 68 Tabel 4.12 Anti Klimaks ...... 70 Tabel 4.13 Ending ...... 71 Tabel 4.14 Stilistik ...... 81 Tabel 4.15 Grafis ...... 84 Tabel 4.16 Metafora ...... 86 Tabel 4.17 Ekspresi ...... 88

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hanung Bramantyo ...... 46 Gambar 3.2 Fajar Nugros ...... 47 Gambar 3.3 Yosie Kristanto ...... 49 Gambar 3.4 Sudjiwo Tedjo ...... 50 Gambar 3.5 Yati Surachhman ...... 51 Gambar 3.6 Agus Kuncoro ...... 52 Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ...... 54 Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ...... 55 Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ...... 57 Gambar 4.4 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ...... 57 Gambar 4.5 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah...... 57 Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu...... 59 Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu...... 60 Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu...... 61 Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 62 Gambar 4.10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 63 Gambar 4.11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ...... 64 Gambar 4.12 Opening Bill Board ...... 66 Gambar 4.13 Opening Scene ...... 67 Gambar 4.14 Conflict Scene ...... 68 Gambar 4.15 Conflict Scene ...... 68 Gambar 4.16 Conflict Scene...... 68 Gambar 4.17 Conflict Scene ...... 69 Gambar 4.18 Conflict Scene ...... 69 Gambar 4.19 Conflict Scene...... 69 Gambar 4.20 Anti Klimaks ...... 70 Gambar 4.21 Ending ...... 71 Gambar 4.22 Stilistik ...... 81 Gambar 4.23 Stilistik ...... 81 Gambar 4.24 Stilistik ...... 82

xii

Gambar 4.25 Stilistik...... 82 Gambar 4.26 Stilistik ...... 83 Gambar 4.27 Stilistik...... 83 Gambar 4.28 Grafis ...... 84 Gambar 4.29 Grafis ...... 85 Gambar 4.30 Metafora ...... 86 Gambar 4.31 Metafora ...... 86 Gambar 4.32 Metafora ...... 87 Gambar 4.33 Ekspresi ...... 88 Gambar 4.34 Ekspresi...... 87 Gambar 4.35 Ekspresi...... 88

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.

Dalam komunikasi, pesan disampaikan melalui media oleh komunikator

kepada komunikan. Melalui film, pesan-pesan dapat disampaikan secara

efektif oleh pembuat film seperti sutradara, penulis skenario dan tim produksi

lainnya. Film biasanya diperankan oleh aktor-aktor ternama yang dapat

menarik khalayak untuk menontonnya.

Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam

mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari

drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari

tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus

dengan mata dan telinga baik di ruang yang gelap maupun terang.1

Sebagai salah satu media audio visual, film dapat menjadi media

yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat.

Dakwah melalui film lebih komunikatif dibandingkan dengan media lainnya.

Materi dakwah di dalam film diproyeksikan dalam skenario film yang

menyentuh dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.2 Film

dapat menjadi media dakwah yang efektif karena dibuat dengan pendekatan

seni budaya berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dalam film

1 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet ke-5), h. 84. 2 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif;Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 39.

1

2

disajikan dalam bentuk cerita sehingga memiliki daya pengaruh yang besar

kepada penontonnya.3

Di Indonesia, banyak sekali film yang hanya bertemakan hiburan

dan tidak mengedukasi masyarakat. Film bertema kisah cinta remaja, film

yang menampilkan pergaulan bebas, film bergenre horror yang mengumbar

aurat dan adegan-adegan dewasa merupakan film yang diproduksi hanya

untuk meraih keuntungan dan penonton yang sebanyak-banyaknya. Film ini

beberapa kali hadir di industri perfilman Indonesia dan membawa dampak

negatif terhadap masyarakat. Walau begitu, tidak semua film di Indonesia

tidak mendidik. Beberapa film bersifat edukatif dan memiliki nilai-nilai

religius di dalamnya termasuk berbakti kepada kedua orang tua.

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban dari setiap

orang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang

berbunyi:

َو َق َضى َربُّ َك أَ َّال تَ ْعبُ ُد ْوا إِالَّ إِيَّاهُ َوبِ ْال َو ِال ْدَي ِن إِ ْح َس ًانا إِ َّما يَ ْبلُ َغ َّن ِع َندَك ْال ِكبَ َر أَ َح ُد ُه َما أَ ْو ِك َال ُه َما َف َال تَقُل َّل ُه َما أُ ٍّ ف َو َال تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُل َّل ُه َما َق ْو ًال َك ِري ًما o َو ْاخ ِف ْض َل ُه َما َج َن َاح الذُّ ٍِّل ِم َن َّالر ْح َم ِة َوقُل َّر ٍِّ ب ْار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي َص ِغ ًيرا o Artinya: “Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua- duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku,

3 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 106.

3

sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.” (QS. Al-Isra ayat 23-24).

Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia

untuk berbakti kepada kedua orang tua. Seorang anak wajib mendoakan orang

tua dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Allah juga melarang

manusia untuk membentak dan berlaku kasar kepada keduanya.

Dalam kenyataannya, masih banyak anak-anak yang tidak hormat

kepada kedua orang tua, bahkan ada yang tega membunuh orang tua hanya

karena sering dimarahi. Seperti kasus pembunuhan orang tua yang terjadi di

Brebes, Jawa Tengah. Seorang anak tega membunuh ayah dan ibu

kandungnya hanya karena sering dimarahi. Ia membunuh ayahnya ketika

sedang tertidur pulas pada malam hari tepatnya hari selasa, 9 Desember 2014.

Ia memukul kepala ayahnya dengan palu dan menyayat pipinya dengan

golok. Melihat kejadian tersebut, ibunya ingin menolong ayahnya, namun

sang anak justru membunuh ibunya. Tak hanya itu, ia pun melukai kedua

saudara kandungnya yang ingin menyelamatkan orang tuanya.4 Dari kasus

tersebut tentu diperlukan adanya upaya yang mampu mengingatkan

masyarakat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Di antaranya yang efektif

ialah melalui film.

Salah satu film yang memuat pesan berbakti kepada kedua orang

tua ialah film Tendangan dari Langit. Film ini menceritakan tentang kisah

seorang pemuda bernama Wahyu yang gemar bermain sepak bola. Namun

dalam menjalani hobinya,Wahyu terhalang oleh ayahnya sendiri yang

4 Mohamad Taufik, “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”, artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak- di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering- dimarahi.html,

4

bernama Pak Darto. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk berkarir dan menggantungkan harapan di dunia sepak bola karena ia mengalami masa pahit di dunia sepak bola. Dahulu, Pak Darto hampir menjadi pesepakbola klub Persema atau Persatuan Sepakbola Malang tetapi berhenti karena cedera yang menghantam kakinya. Cederanyapun tak diobati sehingga angan- angannya untuk menjadi pesepakbola pupus begitu saja. Inilah yang menjadi sebab Pak Darto melarang keras Wahyu untuk bermain sepak bola.

Film ini berisi semangat pantang menyerah seorang Wahyu yang amat mencintai sepak bola. Wahyu ialah sosok yang amat menghormati kedua orang tuanya. Ia tidak melawan ayahnya yang melarang ia bermain sepak bola tetapi tetap berusaha meyakinkan ayahnya dengan prestasi dan kemampuannya. Dalam kesehariannya, Wahyu membantu ayahnya berjualan mie seduh dan minuman hangat di Bromo. Ia juga memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak di desa Karang Sari. Di dalam film ini juga terapat nilai-nilai persahabatan antara Wahyu dengan dua orang sahabatnya yakni Mitro dan Purnomo. Inilah yang membuat film ini memiliki rasa humor yang baik.

Untuk membuat film ini lebih menarik, Hanung menarik dua pemain tim nasional Indonesia yang digandrungi oleh remaja yakni Irfan

Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Ini merupakan penampilan perdana mereka dalam membintangi sebuah film. Selain itu, film ini juga menyelipkan kisah cinta antara Wahyu dengan Indah, gadis tercantik di sekoalahnya yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Film Tendangan dari

Langit memuat nilai-nilai religi tetapi tetap dapat menghibur penontonnya

5

dengan dialog-dialog yang natural dengan beberapa kali menggunakan bahasa

Jawa sebagai latar tempat cerita film dibuat.

Film ini merupakan karya dari sutradara terkenal dan salah satu yang terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo. Hanung telah banyak memproduksi film-film bioskop berkualitas di Indonesia. Film-film Hanung banyak yang bertemakan religi dan memuat nilai-nilai Islami serta pelajaran hidup. Beberapa film yang bertema religi dan memuat pesan dakwah karya

Hanung ialah film Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, dan Tanda Tanya. Ketiga film tersebut sangat populer dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Begitu juga dengan film Tendangan dari Langit yang memiliki pesan dakwah dan dikemas dengan menarik.

Pada tahun 2011, film ini menjadi salah satu dari empat nominasi film bioskop terbaik pada acara Festival Film Indonesia (FFI). Empat film tersebut di antaranya ialah Sang Penari, The Mirror Never Lies, ? (Tanda

Tanya), dan Tendangan dari Langit. Di antara empat film terbaik tahun 2011 tersebut, Hanung berhasil membawa dua film karyanya yang masuk ke dalam nominasi yakni Tanda Tanya dan Tendangan dari Langit. Meski tidak memenangkan nominasi ini, film Tendangan dari Langit berhasil memberikan penghargaan kepada tim produksi film khususnya pada kategori Pengarah

Artistik Terbaik.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Berbakti

Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit”.

6

B. Fokus dan Rumusan Masalah

Untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas, maka penulis

memfokuskan penelitian ini pada Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua

yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks, kognisi

sosial, dan konteks sosial.

Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks?

2. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial?

3. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam

film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks

2. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial

3. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis

maupun dari segi praktis.

7

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pengetahuan dan wawasan mengenai pesan berbakti kepada kedua orang

tua dalam film Tendangan dari Langit yang dianalisis menggunakan model

analisis wacana Teun A. Van Dijk. Selain itu, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi referensi ilmiah di bidang studi dakwah dan komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

masyarakat mengenai pesan berbakti kepada bedua orang tua yang

dituangkan dalam sebuah film. Pesan-pesan yang dianalisis menggunakan

model Teun A. Van Dijk diharapkan dapat daplikasikan oleh masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penelitian ini juga diharapkan

dapat memberikan motivasi kepada sutradara dan penulis skenario agar

dapat memproduksi film-film yang memuat pesan-pesan positif, tidak

hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada

masyarakat.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.5

5 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32.

8

Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma

konstruktivisme. Guba menjelaskan tentang kontruktivisme yang berarti

pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari

aktivitas manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak

pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan

permasalahan dan selalu berubah.6

2. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara

deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

3. Subjek dan objek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Film Tendangan dari Langit

sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah analisis wacana

pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dilihat dari teks, kognisi

sosial, dan konteks sosial.

4. Teknik pengumpulan data

Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data sebagai betikut

a. Wawancara

6 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013). h. 49. 7 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet ke 22), h. 6.

9

Menurut Kartono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang

ditulis oleh Lexy J. Moleong, wawancara adalah suatu percakapan

yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dimana prosesnya terdiri

dari tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

berhadap-hadapan secara fisik.8 Dalam penelitian ini, penulis

melakukan wawancara dengan penulis skenario film “Tendangan dari

Langit” yakni Fajar Nugros. Penulis melakukan wawancara pada hari

Minggu, 30 Juli 2017 di Kantor Demi Istri Production, Jalan Depsos I,

No. 30, Komplek Depsos, Jakarta Selatan.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan

antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Penulis melakukan observasi

dengan menonton film “Tendangan dari Langit” lewat bentuk soft

copy. Penulis mencatat bagian-bagian yang penting di dalam film yang

memiliki pesan berbakti kepada kedua orang tua untuk kemudian

dijadikan bahan analisis. Penulis juga menyesuaikan dialog-dialog

yang terdapat dalam film dengan yang ada pada naskah skenario.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang

ditulis oleh Imam Gunawan, dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

8 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160. 9 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 143.

10

penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan

lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber

noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Sedangkan

kata dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain rekaman,

yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti

surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan sebagainya.10 Pada

penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen terkait

dengan film “Tendangan dari Langit”. Dokumen tersebut di antaranya

dalam bentuk soft copy film dan juga naskah skenario film Tendangan

dari Langit.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi

lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai

materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada

orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan

pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani,

perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang

penting.11

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model analisis wacana

Teun Van Dijk dimana wacana terbentuk melalui tiga level yakni level

10 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 176. 11 Prof. Dr. Emzir, M. Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, cet ke-3), h. 85.

11

teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Pada level teks, terdapat tiga

elemen struktur di antaranya:12

1. Struktur Makro (Tematik) : Elemen ini berisi makna umum dari

sebuah teks biasa juga disebut sebagai tema ataupun topik.

2. Superstruktur (Skematik) : Elemen ini berisi bagaimana sebuah teks

disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sebuah makna atau

pesan yang disampaikan.

3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Reotris) : Elemen ini

berisi hubungan antar kalimat, kata, proposisi, latar, detail, sampai

kepada gaya bahasa yang dipakai dalam suatu teks.

Dalam struktur wacana Van Dijk, tidak hanya meneliti sebuah teks,

melainkan juga bagaimana teks tersebut dibuat dan disusun sehingga

memunculkan makna. Hal inilah yang kemudian disebut dengan kognisi

sosial dan juga konteks sosial. Penulis melakukan analisis sesuai dengan

tiga konsep wacana dari Van Dijk yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan

juga konteks sosial.

F. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan tinjauan

pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinjauan pustaka

dilakukan untuk memastikan belum ada penelitian yang sama dengan

penelitian yang akan dilakukan penulis dan juga sebagai bahan rujukan untuk

penelitian. Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kemiripan

12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h. 228.

12

dengan judul penelitian penulis yang kemudian dijadikan langkah awal untuk

menjadi rujukan penelitian. Adapun beberapa skripsi yang ditemukan antara

lain :

1. Zakiyah Al-Wahdah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2014. Zakiyah Al-Wahdah menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda”. Di dalam skripsi

ini dijelaskan tentang percintaan beda agama yang terdapat dalam film

Cinta Tapi Beda. Zakiyah Al-Wahdah menjelaskan bahwa banyak

masyarakat di Indonesia yang mengalami percintaan beda agama seperti

dalam film tersebut. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah

sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaannya

terletak pada subjeknya. Zakiyah Al-Wahdah meneliti film Cinta Tapi

Beda, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

2. Sutrisno Sugiyono, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2013. Sutrisno Sugiyono menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

Berbakti kepada Ibu dalam Lagu Keramat Karya Rhoma Irama”. Di dalam

skripsinya dijelaskan tentang perintah dan nasihat untuk berbakti kepada

ibu yang terdapat dalam lirik lagu Keramat. Persamaan dengan skripsi

yang akan diteliti yakni sama-sama meneliti tentang Analisis Wacana

berbakti kepada orang tua. Namun Sutrisno Sugiyono memfokuskan pada

ibu dan meneliti sebuah lagu, sedangkan penulis meneliti film. Perbedaan

13

terletak pada subjeknya. Sutrisno Sugiyono meneliti lagu Keramat Karya

Rhoma Irama, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

3. Putri Rizky Handayani, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2016. Putri Rizky Handayani menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana

Dakwah dalam Film Kartun Syamil dan Dodo”. Di dalam skripsi ini

dijelaskan tentang pesan dakwah yang terdapat dalam film kartun Syamil

dan Dodo. Putri Rizky Handayani menjelaskan bahwa film ini memiliki

pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan aqidah dan syariah.

Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti

analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaanya terletak pada subjeknya.

Putri Rizky Handayani meneliti film kartun Syamil dan Dodo, sedangkan

penulis meneliti film Tendangan dari Langit.

4. Sugeng Priyanto, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah , tahun 2013. Sugeng Priyanto menulis skripsi

berjudul “Pendidikan Karakter dalam Film Tendangan dari Langit (Kajian

Semiotik Dalam Perspektif PPKn)”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang

pendidikan karakter para tokoh yang terdapat dalam film Tendangan dari

Langit. Hasil penelitian ini ialah bahwa film Tendangan dari Langit

memiliki muatan karakter yang pantang menyerah, kerja keras,

persahabatan dan nasionalisme yang terdapat pada tokoh utama Wahyu.

Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti terletak pada subjeknya, yakni

sama-sama meneliti film Tendangan dari Langit. Sedangkan perbedaannya

terletak pada objeknya. Sugeng Priyanto meneliti pendidikan karakter.

14

dengan menggunakan kajian semiotik, sedangkan penulis menggunakan

analisis wacana.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil

kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan penelitian

penulis. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul

Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film

Tendangan dari Langit.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri

dari beberapa sub bab, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, fokus dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kerangka teori penelitian yang di dalamnya

diuraikan tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana

menurut Teun A Van Dijk, film dan juga konsep berbakti

kepada kedua orang tua.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI

LANGIT

Bab ini memaparkan tentang sinopsis film, keunggulan film,

15

profil sutradara, profil penulis skenario, dan juga profil pemain

film Tendangan dari Langit.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data

yang berbentuk uraian hasil temuan lapangan. Di dalamnya

diuraikan pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat

dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari teks, kognisi

sosial dan konteks sosial.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis Wacana

Kata “Analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis juga berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan begian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.131

Sedangkan kata “Wacana” berarti komunikasi verbal, percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Wacana juga berarti satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah.2

Istilah Wacana belum dipakai di Indonesia pada tahun 1960-an karena pada mulanya wacana berasal dari kata discourse yang terdapat dalam Kamus

Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Echols dan Shadily pada tahun 1975. Dalam kamus tersebut, kata discourse berarti pidato, tulisan, percakapan atau ceramah.

Penjelasan dari kamus tersebut menggambarkan pengertian umum tentang wacana yang digunakan di Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan ujaran atau penggunaan bahasa pidato, tulisan, percakapan disebut sebagai wacana.3

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 58. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, h. 1552. 3 Herudjati Purwoko, Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang, (Jakarta: Indeks, 2008), h.1.

16

17

Secara bahasa, wacana juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata

“wac” atau “wak” atau “vak”, yang artinya “berkata” atau “berucap”. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Tambahan “na” di belakang kata “wac” adalah bentuk akhiran yang bermakna “membendakan”. Dengan demikian, kata “wacana” dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kata wacana dalam kamus bahasa kontemporer memiliki tiga arti. Pertama, percakapan, ucapan, atau tuturan. Kedua, keseeluruhan percakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga satuan bahasa terbesar yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.4

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang wacana dan juga analisis wacana. Wahab dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

Rusminto, menyatakan bahwa,

“Wacana dapat diartikan sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa, dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan atau naskah tulisan. Oleh karena itu, wacana tidak dapat dibatasi hanya pada bentuk-bentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan fungsi bahasa dalam proses interaksi manusia.”5

Menurut J.S. Badudu pada tahun 2000 dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Aris Badara, Wacana adalah kalimat-kalimat yang berkaitan yang menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lainnya. Proposisi yang telah terhubung satu sama lain membentuk makna di antara kalimat-kalimat tersebut.

Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kalimat maupun klausa dengan

4 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h. 20. 5 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015, cet. pertama), h. 2.

18

koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. 6

Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

Rusminto, menyatakan bahwa, Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat yang digunakan untuk melakukan proses komunikasi dalam konteks sosial.

Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran dalam bentuk lisan atau tulisan, baik bersifat transaksional atau interaksional. Secara lisan, wacana ialah proses komunikasi antara penyapa dan pesapa. Sedangkan secara tulisan, wacana ialah ungkapan gagasan atau ide dari penyapa.7

Objek kajian wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa lisan maupun teks tertulis. Objek kajiannya adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan mekna dan kepaduan bentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat dan sebagainya. Kajian atau analisis wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks.

Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antarkalimat atau antarujaran, yang membentuk wacana. Dengan demikian, rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana.8

6 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media. (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 16-17. 7 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 3. 8 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, h. 20-21.

19

Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap di atas kalimat atau klausa. Tarigan menggambarkan kedudukan wacana dalam satuan bahasa yakni sebagai berikut.

Skema 2.1 Satuan Bahasa9

WACANA

Kalimat

Klausa

Frase

Kata

Morfem

Fonem

Menurut Stubs dalam buku Analisis Wacana yng ditulis oleh Aris Badara, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, yakni penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Wacana dapat digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Definisi ini sejalan dengan Cook yang menyatakan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.10

Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko

Rusminto menyimpulkan bahwa

9 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 4. 10 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media, h. 18.

20

“Analisis wacana menginterpretasikan makna sebuah ujaran atau tulisan dengan memperhatikan konteks yang melatarinya baik konteks linguistik maupun konteks etnografi. Konteks linguistik merupakan rangkaian kata yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan konteks etnografi merupakan ciri atau faktor dari pemakai bahasa seperti faktor budaya, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat.”11

Ada beberapa ahli yang memiliki perspektif terhadap analisis wacana di antaranya ialah Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony

Trew, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclogh, dan Teun A. Van Dijk.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Analisis Wacana milik Teun

A. Van Dijk.

B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Model analisis wacana yang dipakai oleh Van Dijk sering disebut sebagai

“Kognisi Sosial”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wacana terbentuk tidak hanya dari teks karena teks merupakan suatu bentuk hasil dari praktik produksi yang juga harus diamati. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu teks diproduksi diperlukan dalam analisis kognisi sosial.12

Menurut Van Dijk, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis yang membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Teun Van Dijk mengembangkan pendekatan kognisi sosial . Ia melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.

11 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 5. 12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h. 221.

21

Van Dijk berpendapat bahwa hal yang dapat membedakan wacana atau bukan adalah adanya kesatuan, baik struktur maupun teksturnya. Struktur dan tekstur dapat dipahami sebagai kohesi dan koherensi. Van Dijk menjelaskan bawa elemen-elemen struktur wacana antara lain ialah tematik atau apa yang dikatakan, skematik atau cara informasi disusun, semantik atau makna yang ditekankan, sintaksis atau bagaimana pendapat disampaikan, stilistik atau pemilihan kata, dan retoris atau cara penekanan itu dilakukan.13

Struktur elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk14 Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik (Apa yang Topik dikatakan?) Superstruktur Skematik (Bagaimana Skema pendapat disusun dan dirangkai?) Struktur Mikro Semantik (Makna yang Latar, detail, maksud, ingin ditekankan dalam praanggapan, teks berita) nominalisasi Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana Bentuk kalimat, pendapat disampaikan) koherensi, kata ganti Struktur Mikro Stilistik (Pilihan kata apa Leksikon yang dipakai?) Struktur Mikro Retoris (Bagaimana dan Grafis, metafora, ekspresi dengan cara apa penekanan dilakukan?)

Menurut Teun Van Dijk, makna atau pesan dari suatu teks tidak hanya dilihat dari teksnya saja melainkan juga dilihat dari kesadaran pembuat teks dan juga kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi. Van Dijk

13 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia, h. 5-6. 14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228

22

membagikan tiga elemen pembentuk makna dari suatu wacana yakni elemen teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Jika digambarkan, model analisis wacana

Van Dijk ialah sebagai berikut:

Skema 2.2 Model Analisis Wacana Van Dijk15

Teks

Kognisi Sosial

Konteks Sosial

1. Teks

Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan yakni struktur makro, superstruktur, dan juga struktur mikro.16

a. Struktur Makro (Tematik)

Struktur makro ialah makna global dari suatu teks yang dapat

dipahami dengan melihat topiknya. Struktur makro biasa disebut dengan

tematik. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang berguna

untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks,

kepada pembaca.

Tema kerap disandingkan dengan topik. Topik dapat digambarkan

sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana atau inti pesan

yang disampaikan oleh komunikator. Dalam kerangka Van Dijk, topik

15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3), h. 75-84.

23

dalam suatu teks didukung oleh beberapa subtopik Masing-masing subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama. b. Superstruktur (Skematik)

Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.

Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan pemecahan masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik merupakan strategi bagaimana menempatkan bagian yang penting dari suatu teks. Struktur skematik memberikan penekanan bagian yang ingin didahulukan oleh pembuat teks. Dalam film, skematik dapat berupa alur dari film tersebut.

c. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Retoris):

1.) Semantik

Dalam skema Van Dijk, semantik dikategorikan sebagai makna

lokal. Makna lokal merupakan makna yang muncul dari hubungan antar

kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu

dalam suatu teks. Latar, detail dan maksud dari suatu teks merupakan

bagian dari strategi semantik.

Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin

ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak

dibawa. Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh

seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang

disengaja dengan tujuan untuk menciptakan makna tertentu kepada

24

khalayak. Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komunikator

baik secara implisit ataupun eksplisit.17

2.) Sintaksis

Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata,

pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian

kalimat yang kompleks dan sebagainya. Koherensi atau jalinan antarkata,

bentuk kalimat dan kata ganti merupakan bagian dari strategi sintaksis.

Bentuk kalimat ialah makna yang dibentuk lewat susunan kalimat.

Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit

ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan

struktur deduktif ataupun induktif. Koherensi ialah jalinan antar kata,

atau kalimat dalam teks. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab

akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung

yang digunakan. Sementara kata ganti ialah struktur teks untuk

menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.18

3.) Stilistik

Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk

menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.

Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas,

dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam

sebuah karya sastra.

4.) Retoris

17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235-240. 18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242-254.

25

Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan

kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni

bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara

khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Grafis,

metafora dan ekspresi merupakan bagian dari retoris.

Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam

teks. Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu

dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring

dan sebagainya sedangkan metafora ialah pemakaian ungkapan, atau

kiasan.19

2. Kognisi Sosial

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa.

Peristiwa dapat dimengerti dan dipahami berdasarkan pada skema atau model dan juga memori dari komunikator. Skema digunakan untuk memproses informasi yang datang dari lingkungan dan diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami., ditafsirkan, dan

19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257-259.

26

dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan. Sedangkan memori mengandung pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan untuk memandang realitas.20

3. Konteks Sosial

Wacana adalah bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi di dalam masyarakat. Dalam kerangka Van Dijk, perlu dilakukan penelitian mengenai wacana diproduksi dan dikonstruksi oleh masyarakat. Titik penting dari anaisis ini ialah bagaimana wacana yang dihayati bersama-sama.21

C. Film

1. Definisi Film

Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang yang gelap dan terang.22

Film adalah medium komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga pendidikan dan juga penerangan. Film dapat digunakan untuk alat bantu memberikan penjelasan, ceramah-ceramah, penerangan atau pendidikan. Bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan secara penuh film berfungsi sebagai penerangan dan pendidikan. Sejak audio visual

20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260-264. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 272. 22 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet ke-5), h. 84.

27

dianggap sebagai media yang terbaik dalam pendidikan, berbagai universitas, sekolah, industri, lembaga kesehatan, polisi lalu lintas dan sebagainya menggunakan film untuk mengintensifkan usahanya. Film juga merupakan alat yang ampuh untuk memberikan penerangan, petunjuk, dan instruksi kepada orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.23

Film dapat menyampaikan banyak pesan. Melalui film, orang yang buta huruf dapat ikut menikmatinya dibandingkan dengan media cetak. Mimik dalam film dapat diperlihatkan dengan jelas dengan melakukan big close up pada wajah.

Begitu juga dengan gerak-gerik dan teknik suara yang diperlihatkan. Film merupakan media yang paling banyak menampilkan lambang untuk menunjang penyampaian pesan.24

2. Klasifikasi Film

Film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre, yang di antaranya:25

a. Aksi

Film bergenre aksi merupakan film yang berisi adegan-adegan fisik

adegan menegangkan dan adegan berbahaya dengan tempo yang cepat.

Film aksi menayangkan adegan perkelahian, tembak-menembak, balapan,

ledakan serta aksi-aksi fisik lainnya. Dalam film ini, umumnya tokoh

protogonis berperan sebagai penegak hukum seperti polisi, detektif, agen

pemerintah, tentara dan sebagainya. Film aksi banyak menggunakan

karakter laki-laki sebagai tokoh utama dan sasaran penonton juga

ditujukan untuk laki-laki.

23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003) h. 209. 24 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi Massa Islam di Indonesia, 1989), h. 136-137. 25 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 13-20.

28

b. Drama

Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, karakter serta suasana yang sesuai dengan kehidupan nyata. Tema-tema film ini mengangkat isu-isu sosial di masyarakat seperti ketidakadilan, kekerasan, dikriminasi, penyakit, kemiskinan, poiltik, dan sebagainya. Cerita dari film drama kerap kali merupakan cerita yang diadaptasi dari novel, puisi, biografi dan karya sastra lainnya. Film drama dapat ditonton oleh semua kalangan namun biasanya tertuju pada kalangan penonton seperti keluarga, remaja dan anak-anak.

c. Epik Sejarah

Film epik sejarah menceritakan tentang peristiwa sejarah masa lampau dengan latar sebuah kerajaan yang menjadi mitos ataupun legenda.

Film kolosal ini menggunakan setting mewah, megah dan menampilkan berbagai kostum yang unik, perlengkapan perang, seperti pedang, tombak, kereta kuda, panah dan sebagainya. Tokoh utama dalam film ini biasanya merupakan sosok yang gagah dan disegani oleh lawannya.

d. Fantasi

Film fantasi ialah film yang menampilkan peristiwa, tempat, serta karakter yang tidak nyata. Film ini berhubungan dengan mitos, dongeng, imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Cerita dari film ini banyak mengadaptasi kisah 1001 malam, dan mitos dewa-dewi Yunani. Genre ini biasanya juga berhubungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural, dan horror. Film fantasi ditujukan untuk penonton remaja dan anak-anak, namun mampu juga memikat kalangan dewasa.

29

e. Fiksi Ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini umumnya menceritakan tentang masa depan, perjalanan luar angkasa, penjelajahan waktu, invasi atau kehancuran bumi. Karakter dari film ini biasanya bukan manusia melainkan makhluk asing, robot, monster, hewan purba, dan sebagainya. Sasaran penonton film ini bervariasi namun umumnya disukai oleh laki-laki. f. Horror

Film horror ialah film yang bertujuan untuk memberikan efek rasa takut, kejutan ataupun terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot dari film ini yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat yang berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.

Pelaku terror berbentuk menyeramkan yang dapat berwujud manusia, makhluk goib, monster, hingga makhluk asing. Film ini memiliki suasana yang gelap dengan diiringi oleh musik yang mencekam.

g. Komedi

Komedi ialah film yang dibuat untuk membuat penontonnya tertawa dan terhibur. Film komedi berisi drama yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi dibagi menjadi dua jenis yakni komedi situasi dan juga komedi lawakan. Dalam komedi situasi, unsur komedi menyatu dengan cerita, sedangkan dalam komedi lawakan bergantung pada figur komedian.

30

h. Kriminal dan Gangster

Film kriminal umumnya menampilkan aksi-aksi kriminal seperti pencurian, perampokan, perjudian, pembunuhan dan lain sebagainya.

Perseteruan antara pelaku kriminal dan penegak hukum seperti detektif swasta, polisi atau pengacara biasanya terdapat dalam film ini. Berbeda dengan film bergenre aksi, film ini menampilkan aksi kekerasan yang lebih sadis. Latar tempat dalam film ini umumnya mengambil kota-kota besar yang padat penduduk.

i. Musikal

Film musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari, dan gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya ditampilkan sepanjang film dan menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu beserta liriknya ialah untuk mendukung jalannya alur cerita yang umumnya berkisah tentang percintaan, kesuksesan serta popularitas. Sasaran dari film ini lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak-anak. j. Petualangan

Film petualangan ialah film yang mengisahkan tentang perjalanan, eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah yang belum pernah dikunjungi.

Film-film ini menampilkan pemandangan atau panorama alam seperti hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Dalam film ini, umumnya menceritakan tentang pencarian sesuatu yang berharga seperti harta karun, artefak, emas, berlian dan lainnya. Film ini juga dapat berupa penaklukan suatu wilayah atau usaha penyelamatan diri dari suatu wilayah tertentu.

31

k. Perang

Film perang ialah film yang menampilkan adegan pertempuran

baik di darat, laut, maupun udara. Berbeda dengan film epik sejarah, film

ini umumnya menampilkan perang dengan menggunakan kostum,

peralatan serta perlengkapan dan strategi yang modern mulai dari seragam,

sepatu, pistol, tank, helikopter, kapal selam dan sebagainya.

l. Western

Western ialah film yang berasal dari Amerika. Film ini berisi

konflik dari pihak yang baik dan juga jahat. Latar tempat dari film ini

biasanya ialah kota kecil, bar, sungai, pohon kaktus, peternakan, serta

perkampungan suku Indian. Ciri khas dari film ini dilihat dari karakternya

seperti koboi, sheriff¸ Indian dan kavaleri yang memiliki perlengkapan

seperti pistol, senapan, jaket kulit, topi dan sepatu boot. Film ini umumnya

menampilkan aksi tembak-menembak, berkuda, dan aksi duel.

3. Jenis-jenis Film

Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:

a. Film Cerita

Film cerita merupakan film yang mengandung suatu cerita yang

lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang film yang ternama. Film

yang bersifat auditif visual disajikan kepada publik dalam bentuk gambar

dan suara. Film ini dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah,

terharu, tegang dan lain sebagainya dengan cerita yang dapat diambil dari

kejadian sehari-hari, cerita nyata, sejarah, atau juga khayalan.26

26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.

32

Film cerita memiliki berbagai jenis genre seperti drama, horror,

perang, fiksi ilmiah, komedi dan sebagainya. Film cerita dapat diartikan

sebagai pengutaraan cerita atau ide dengan pertolongan gambar-gambar,

gerak dan suara. Dalam pembuatannya, diperlukan proses pemikiran dan

proses teknis. Proses pemikiran berupa ide, gagasan, atau cerita,

sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan

cerita tersebut menjadi film yang menarik untuk ditonton.27

b. Film Berita

Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-

benar terjadi. Dengan adanya TV yang sifatnya auditif visual seperti film,

maka berita yang difilmkan dapat ditayangkan kepada publik melalui TV

dengan lebih cepat daripada dipertunjukkan di bioskop yang mayoritas

diawali film cerita.28

c. Film Dokumenter

Istilah dokumenter dipopulerkan oleh John Gierson berkebangsaan

Prancis yang menyebut karya dari Robert Flaherty, warga Amerika Serikat

yang berjudul Moana, 1926. Ia mendefinisikan film dokumenter sebagai

perlakuan kreatif atas peristiwa.29 Film dokumenter menitikberatkan pada

fakta atau peristiwa yang sedang terjadi. Film dokumenter berkisar pada

hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.30

d. Film Kartun

27 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Grasindo 1996), h. 10-13. 28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212. 29 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 14. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214.

33

Film kartun menitikberatkan pada seni lukis. Ditemukannya

sinematografi membuat para pelukis memiliki gagasan unutuk

menghidupkan lukisan-lukisannya. Lukisan tersebut dapat menjadi

menarik karena dapat memegang peran apa saja yang tidak dapat

diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat menjadi ajaib

seperti terbang, menghilang, menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba.31

4. Struktur Film

Semua film memiliki struktur yang berguna untuk membagi segmentasi plot film secara sistematik. Struktur fisik film terbagi menjadi shot, adegan dan juga sekuen:32

a. Shot

Shot dapat diartikan berdasarkan dua bagian yakni saat produksi

berlangsung dan pasca produksi. Shot selama produksi ialah proses

perekaman gambar dari mulai kamera roll atau aktif hingga kamera

dihentikan. Shot saat produksi biasa disebut dengan take atau pengambilan

gambar. Sementara shot pasca produksi ialah suatu rangkaian gambar utuh

yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar. Shot merupakan unsur

terkecil dari film karena dapat berdurasi kurang dari satu detik, namun bisa

beberapa menit atau bahkan jam. Sekumpulan shot dapat menjadi sebuah

adegan dimana satu adegan memiliki belasan hingga puluhan shot.

b. Adegan (Scene)

Adegan adalah suatu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan. Suatu adegan diikat

31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216. 32 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.

34

oleh waktu, cerita, tema, karakter atau motif. Dalam sebuah film, biasanya

tediri dari tiga puluh hingga lima puluh adegan dan dalam satu adegan

terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan.

c. Sekuen

Sekuen adalah suatu bagian dari sebuah film yang memperlihatkan

satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen dikelompokkan

berdasarkan satu periode, lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang yang

terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Sebuah film cerita

biasanya terdiri dari delapan hingga lima belas sekuen.

5. Unsur-Unsur Film

Dalam memproduksi sebuah film, diperlukan orang-orang yang bekerja untuk membuat dan mengemas film tersebut sehingga layak untuk ditonton.

Unsur-unsur film tersebut di antaranya:33

a. Sutradara

Sutradara ialah orang tertinggi dalam sebuah film dari segi artistik.

Ia memimpin sebuah film dari segi apa yang dilihat oleh penonton.

Sutradara bertanggung jawab untuk mengarahkan dialog dan akting,

mengontrol posisi kamera, pencahayaan, suara dari awal produksi hingga

tahap penyelesaian.

b. Penulis Skenario

Penulis skenario ialah orang yang memiliki keahlian untuk

menuangkan sebuah film dalam bentuk tertulis. Ia bertugas untuk

33 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 34-80.

35

menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan bahasa. Ia menyusun dialog ke dalam bahasa yang hidup dan sesua dengan karakter para tokoh.

c. Penata Fotografi

Penata fotografi atau yang biasa dikenal dengan cameraman ialah orang yang bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot bersama dengan sutradara. Ia menentukan jenis lensa, filter, diafragma dan mengatur lampu untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.

d. Penyunting / Editor

Editor atau penyunting ialah orang yang bertugas menyusun gambar-gambar dan suara dari hasil syuting untuk membentuk cerita. Ia dapat memotong, menyempurnakan dan membentuk kembali gambar dan suara tersebut untuk mendapatkan isi yang diinginkan dalam setiap bagian dan film secara keseluruhan. e. Penata Artistik

Penata artistik ialah orang yang menentukan setting dari sebuah film. Setting ialah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.

f. Penata Suara

Penata suara bertugas untuk merekam suara baik di lapangan maupun di studio. Selain itu, seorang penata suara bertugas mengolah materi suara dari berbagai sistem rekaman.

g. Penata Musik

Penata musik ialah orang yang bertanggung jawab untuk menata paduan bunyi yang berfungsi untuk menambah nilai dramatik seluruh cerita film.

36

h. Pemeran

Pemeran ialah orang yang memainkan peran dari tokoh dalam

sebuah film. Ia melakukan proses penokohan, menyajikan penampilan,

seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi, mimik, gerak-gerik, dan cara

berdialog sebagai tokoh yang diperankan.

D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua

Secara umum, khususnya di Indonesia, hak dan kewajiban orang tua dan anak dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Pada Bab X yang berjudul Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan

Anak, pasal 46 butir 1 disebutkan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik. Kemudian pada butir ke 2 disebutkan bahwa jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya.34

Kemudian di dalam Islam, Allah SWT memberi wahyu kepada nabi untuk menghormati kedua orang tua yakni dengan mengetahui hak-hak orang tua. Orang tua memiliki dua hak, yang pertama ketika masih hidup, seorang anak wajib taat dan patuh. Kemudian yang kedua ketika sudah meninggal, seorang anak wajib mendoakan keduanya.35

34 Martiman Prodjohaamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2011), cet. Ke-3, h. 84. 35 Jejen Musfah, Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati, (Jakarta: Hikmah, 2003). h. 65.

37

Berbakti kepada kedua orang tua ialah hak kedua orang tua yang dilaksanakan oleh seorang anak selama perintah dari orang tua tidak untuk melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT. Seorang anak diperbolehkan untuk melawan perintah orang tua apabila perintah tersebut menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.36

Setiap orang tua memiliki keistiewaan dan kemuliaan yang dikaruniai oleh

Allah SWT. yang diantaranya ialah:37

a. Taat Orang Tua sama dengan Taat Allah

Orang tua ialah orang yang mulia, maka setiap kehendaknya

menjadi istimewa. Allah memerintahkan setiap manusia untuk taat kepada

orang tua selama ketaatan itu tidak melanggar aturan dan ketentuan Allah.

b. Ridha Allah sama dengan Ridha Orang Tua, dan Murka Allah sama

dengan Murka Orang tua

َو ْعَن ْعَب ِد َ َّ للَاِ ْب ِن ُع َم َر - َر ِض َي َ َّللَا ُ ْعَن ُه َما-, ْعَن اَلن َّبِ ٍّ ي ِ صلى هللا عليه وسلم َق َال : ِر َضا َ َّ للَاِ فِي ِر َضا اَ ْل َو ِال ْدَي ِن , َو َس َخ ُط َ َّ للَا ِ فِي َس َخ ِط اَ ْل َو ِال ْدَي ِن Artinya: “Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.” HR Tirmidzi.38

Allah memerintahkan manusia untuk taat dan tidak mendurhakai

orang tua. Meski seseorang telah taat dan bersyukur kepada Allah belum

cukup jika tidak taat dan bersyukur kepada orang tua.

36 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), h. 14. 37 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), h. 40-52. 38 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi, Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646.

38

c. Melaknat Orang Tua Sama dengan Melaknat Diri Sendiri

Laknat, cacian atau celaan seorang anak yang ditujukan kepada

orang tua merupakan dosa besar yang dapat mendatangkan laknat dari

Allah SWT.

d. Doa Orang Tua sama dengan Doa Nabi

Doa orang tua ialah salah satu doa yang mustajab yang ditrangkan

dalam hadits

ثَ َال ُث َدَعَو ات ُم ْستَ َجابَ ات َال َّشَك فِ ْي ِه َّن ْدَع َوة ُ ْال َم ْظلُ ْو ِم َو ْدَع َوة ُ ْال ُم َسافِ ِر َو ْدَع َوة ُ ْال َو ِال ِد َعَلى َو َل ِد ِه “Ada tiga doa yang akan dikabulkan oleh Allah dan tidak ada keraguan padanya; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua kepada anaknya.” HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.39

e. Orang Tuamu sama dengan Surga dan Nerakamu Orang tua ialah sosok yang berpengaruh terhadap usaha seorang

anak untuk masuk surga. Berbakti dan menaati kedua orang tua ialah sebab

dekatnya seorang anak memasuki surga.

2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Berbakti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata Bakti yang berarti pernyataan tunduk dan hormat. Imbuhan ber di awal kata bakti berarti berbuat sehingga berbakti berarti berbuat bakti.40 Berbakti kepada kedua orang tua merupakan perbuatan yang harus diutamakan oleh setiap orang. Beberapa keutamaan berbakti kepada Kedua Orang tua antara lain:41

39 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi, Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Doa Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 648. 40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahas; Edisi Keempat, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 123. 41 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam, 2002), h. 27-36.

39

a. Amal yang Paling Utama

Berdasarkan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang

disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman

Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu:

Artinya:

“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Pertama sholat pada waktunya, kedua, berbakti kepada kedua orang tua. Ketiga, jihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9).42

Dari hadits ini dapat diketahui bahwa perbuatan berbakti kepada

kedua orang tua merupakan amal yang paling utama setelah melaksanakan

sholat pada waktunya.

b. Ridha Allah tergantung kepada Ridha Orang Tua

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul

Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tarmidzi dari sahabat Abdillah

bin Amr dikatakan:

َو ْعَن ْعَب ِد َ َّ للَاِ ْب ِن ُع َم َر - َر ِض َي َ َّللَا ُ ْعَن ُه َما-, ْعَن اَلن َّبِ ٍّ ي ِ صلى هللا عليه وسلم َق َال : ِر َضا َ َّ للَاِ فِي ِر َضا اَ ْل َو ِال ْدَي ِن , َو َس َخ ُط َ َّ للَا ِ فِي َس َخ ِط اَ ْل َو ِال ْدَي ِن Artinya: “Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah

42 Ibrahim Al-Abyari, Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al-Hamid. (Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), h. 221.

40

ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.” HR Tirmidzi.43

c. Menghilangkan Kesulitan yang Dapat Dialami

Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah dilakukan

dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika seseorang berada

dalam kesulitan. Dengan bertawassul, kesulitan itu insya Allah akan

hilang.

d. Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur

Orang yang berbakti kepada orang tua akan diluaskan rezeki dan

dipanjangkan umur. Berdasarkan hadits yang disepakati oleh Bukhari dan

Muslim, dari sahabat Anas Radliallahu ‘anhu bersabda:

َم ْن أَ َح َّب أَ ْن يُ ْب َس َط لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه، َويَ ْن َسأَ َله ُ فِى أَثَ ِر ِه َف ْليَ ِص ْل َر ِح َمه ُ

Artinya:

“Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. (HR Bukhari 7/72, Muslim 2257, Abu Dawud 1693)”44

Silaturahmi kepada kedua orang tua wajib didahulukan sebelum

silaturahmi kepada orang lain.

e. Dimasukkan ke surga

Anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh

Allah Subhanahu wa Ta’ala ke surga. Seorang anak yang berbuat baik

43 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi, Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646. 44 An-Naisaburi Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedia Hadits 4; Shahih Muslim 2, Cet. Ke- 1, Penerjemah Masyhari, dkk.Bab Menjalin Tali Silaturahim dan Keharaman Memutuskannya, (Jakarta: Almahira, 2012), h. 550.

41

kepada kedua orang tuanya, Allah subhanahu wa ta’ala akan

menghindarkannya dari malapetaka dengan izin Allah.

3. Bentuk-Bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Bentuk bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua antara lain:45

a. Bergaul dengan Cara yang Baik

Memberikan kebahagiaan kepada seorang mu’min termasuk

sedekah, dan lebih utama lagi memberikan kebahagian kepada kedua

orang tua. Seorang suami wajib berbuat baik dan membahagiakan kedua

orang tua lebih daripada membahagiakan istri.

b. Berkomunikasi dengan Perkataan yang Lemah Lembut

Berbicara dengan kedua orang tua berbeda dengan berbicara

dengan seorang anak., teman atau dengan yang lainnya. Berbicara dengan

perkataan yang mulia dengan kedua orang tua, tidak mengucapkan kata

“ah”. Mencaci, mencemooh atau melaknat keduanya merupakan bentuk

durhaka seorang anak kepada orang tuanya. Seorang anak tidak boleh

berkata kasar kepada kedua orang tuanya walaupun dalam kondisi orang

tua tersebut belum memenuhi keinginan dari anak tersebut.

c. Tawadlu

Seorang anak yang telah meraih sukses dan memiliki jabatan di

dunia tidak boleh sombong kepada kedua orang tua melainkan harus

bersikap rendah diri. Taat dan melakukan sesuatu yang diperintahkan

orang tuamerupakan kesempatan bagi seorang anak untuk berbuat baik

selagi kedua orang tua masih hidup.

45 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, h. 61- 69.

42

d. Memberikan infaq kepada orang tua

Semua harta dari seorang anak adalah harta dari orang tuanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 215 yang berbunyi:

يَ ْسأَلُ َون َك َماذَا يُ ْن ِفقُ َون ۖ قُ ْل َما أَ ْن َف ْقتُ ْم ِم ْن َخ ْي ر َف ِل ْل َو ِال ْدَي ِن َو ْاْلَ ْق َربِ َين َو ْاليَتَ َام ٰى

َو ْال َم َس ِاك ِين َو ْاب ِن َّالسبِ ِيل ۗ َو َما تَ ْفعَلُوا ِم ْن َخ ْي ر َف ِإ َّ ن َّللَاَ بِ ِه ِعَل يم

Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu, bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang- orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat, sesungguhnya Allah maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 215)

Setiap orang tua memiliki hak atas harta yang dimiliki oleh anaknya. Seorang anak yang sudah berkecukupan hendaknya memberi nafkah yang pertama kepada kedua orang tuanya, kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. e. Mendo’akan Kedua Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan mendoakan kedua orang tua. Apabila kedua orang tua telah meninggal, yang pertama dilakukan oleh seorang anak ialah meminta ampun kepada

Allah Ta’ala dengan taubat yang benar bila pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu masih hidup. Kemudian yang selanjutnya ialah mendoakan keduanya.

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT

A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit

Film Tendangan dari Langit ialah film karya sutradara Hanung Bramantyo yang diproduksi pada tahun 2011. Film ini masuk ke dalam jenis film cerita yang dengan genre drama. Film yang diproduksi oleh Sinemart Pictures ini menceritakan tentang perjuangan dari seorang Wahyu yang diperankan oleh Yosie

Kristanto dalam menggapai impiannya untuk menjadi pemain sepak bola. Wahyu ialah sosok remaja yang berasal dari Desa Langitan, di Lereng Gunung Bromo yang memiliki bakat besar dalam bermain sepak bola. Ia sosok yang hidup sederhana bersama dengan ayahnya, Pak Darto yang diperankan oleh Sudjiwo

Tedjo dan juga ibunya yang diperankan oleh Yati Surachman. Wahyu ialah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya yang digambarkan dari kehidupan sehari-harinya dimana ia membantu ayahnya untuk menjual minuman keliling.

Pada mulanya, bakat dari Wahyu disadari oleh pamannya yang biasa dipanggil Lik Hasan yang diperankan oleh Agus Kuncoro. Ia kemudian merekrut

Wahyu untuk bermain di tim Desa Karang Sari. Bersama Wahyu, tim Desa

Karang Sari menjadi tim yang diperhitungkan oleh tim-tim lainnya. Di sisi lain,

Pak Darto tidak menyetujui Wahyu untuk bermain dan menggantungkan harapan di dunia sepak bola. Pak Darto selalu melarang Wahyu untuk bermain sepak bola karena dahulu ia juga merupakan pemain sepak bola. Namun dalam perjalanannya, ia mengalami cedera dan dibuang oleh tim Persatuan Sepak Bola

Malang (Persema) yang membuat kariernya rusak dan sengsara di masa tuanya.

Hal itulah yang membuat Pak Darto marah hingga menampar Wahyu setiap kali ia

43

44

mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Walau begitu, Wahyu tetap menghormati ayahnya. Ia tidak melawan, melainkan membuktikan kepada ayahnya bahwa sepak bola dapat menghasilkan sesuatu dan membanggakan kedua orang tua, serta teman-temannya.

Wahyu terus berusaha membuktikan kepada ayahnya, hingga pada suatu waktu ia berhasil memberikan hewan kesukaan ayahnya, yakni kuda. Tak hanya itu, Wahyu juga membelikan ayahnya peralatan sholat agar dapat menjadi imam bagi keluarganya. Semuanya itu ialah hasil dari bermain sepak bola di Desa

Karang Sari. Setelah kejadian itu, hati Pak Darto luluh dan mulai mengizinkan

Wahyu untuk menggantungkan harapannya di dunia sepak bola.

Dalam perjalanannya, Wahyu sempat dilirik oleh Coach Timo, pelatih

Persema dan dipanggil untuk melakukan training bersama Persema di Stadion

Gajayana Malang. Ia lolos seleksi dan masuk ke dalam tim utama Persema untuk mengarungi kompetisi liga di Indonesia. Namun perjalanannya tak mulus, ia sempat divonis tidak dapat bermain sepak bola karena mengalami cedera dan kelainan di kakinya. Pak Darto sempat marah besar mendengar kabar ini kepada

Lik Hasan. Namun beberapa hari berselang, cedera Wahyu ternyata dapat diobati dan ia dapat bermain sepak bola lagi. Di akhir cerita, Wahyu dimainkan oleh

Coach Timo sebagai pemain pengganti dan berhasil mencetak gol kemenangan bagi timnya.

B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit

Film ini memiliki berbagai pesan dakwah yang dapat diambil, terutama pesan berbakti kepada kedua orang tua. Selain itu, film ini juga memuat nilai

45

nasionalisme, persahabatan, perjuangan, hingga kritik terhadap persepakbolaan

Indonesia. Untuk membuat film ini menarik, Hanung memasukkan dua pemain

Tim Nasional Indonesia untuk berakting dalam film ini, yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Kemudian diselipkan kisah cinta antara Wahyu dan juga Indah, yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Hanung juga menyelipkan dialog-dialog humor dan persahabatan antara Wahyu dengan Mitro dan Purnomo agar penonton tidak jenuh dan dapat menghibur semua kalangan.

Pada tahun 2011, film ini masuk ke dalam nominasi Film Bioskop Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia (FFI). Film ini masuk ke dalam empat film terbaik bersama dengan Film Sang Penari, Tanda Tanya (?), dan The Mirror

Never Lies. Meski tidak memenangkan penghargaan sebagai Film Bioskop

Terbaik, film ini berhasil memenangkan penghargaan individu kepada tim produksi film yakni pada kategori Pengarah Artistik Terbaik. Selain itu, film ini juga mengantarkan Yosie Kristanto dan Agus Kuncoro masuk dalam nominasi

Aktor Pendatang Baru Terbaik dan juga Aktor terbaik.1 Film ini sukses meraup penonton sebanyak 491.077 penonton. Jumlah ini merupakan peringkat ke 9 terbanyak dari total 84 film yang diproduksi pada tahun 2011.2

C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit

Hanung Bramantyo ialah sutradara ternama Indonesia yang lahir di

Yogyakarta, 1 Oktober 1975. Pria yang bernama lengkap Setiawan Hanung

Bramantyo ini merupakan suami dari aktris Zaskia Adya Mecca. Hanung pernah

1 “Daftar Nominasi Festival Film Indonesia 2011”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari http://www.armylookfashion.com/2011/11/28/daftar-nominasi-festival-film-indonesia- 2011.html/ 2 “Data Penonton”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2011#.WTYcFhIrV9w

46

menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia sebelum pindah ke jurusan Film, Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta untuk menuntut ilmu-ilmu perfilman. Hanung telah menyutradarai beberapa film di antaranya ialah Sayekti dan Hanafi (2005), Catatan Akhir Sekolah (2005),

Lentera Merah (2006), Get Married, Perempuan Berkalung Sorban, Ayat-Ayat

Cinta, Sang Pencerah, Tanda Tanya (?), dan film yang akan penulis teliti yakni

Tendangan dari Langit (2011).3

Gambar 3. 1 Hanung Bramantyo4

Hanung berhasil meraih beberapa prestasi dan penghargaan lewat karya- karyanya. Dalam Festival Film Indonesia pada tahun 2005, Hanung mendapatkan penghargaan sebagai sutradara terbaik dan mendapatkan Piala Citra lewat filmnya yang berjudul Brownies. Kemudian ia juga menjadi nominasi Sutradara Terbaik dalam film lainnya yakni Sayekti dan Hanafi. Lalu pada tahun 2007, Hanung kembali meraih penghargaan serupa sebagai Sutradara Terbaik lewat filmnya yang berjudul Get Married. Pada tahun 2011, ia berhasil membawa dua film

3 “Profil Hanung Bramantyo, Sutradara Kenamaan Asal Indonesia”, artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari http://www.profilpedia.com/2016/04/profil-hanung-bramantyo.html 4 Gambar diambil dari “Hanung Bramantyo”, artikel diakses pada 29 Mei 2017 https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/

47

karyanya masuk ke dalam nominasi Film Bioskop Terbaik yakni pada Film Tanda

Tanya (?) dan juga Film Tendangan dari Langit.5

D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit

Fajar Nugros ialah seorang penulis yang lahir di Yogyakarta, 29 Juli 1979.

Pria yang memiliki nama asli Fajar Nugroho ini mulanya ialah seorang penulis cerita pendek yang dimuat dalam sebuah blog. Ia berharap tulisan dalam cerita pendek yang ditulis dapat difilmkan. Fajar mulai tertarik di dunia perfilman sejak usia remaja dimana ia membentuk sebuah komunitas film yang bernama

Nugrossinema. Komunitas tersebut menciptakan banyak film yang bertemakan tentang ketegangan sosial. Pada tahun 2006, Fajar menulis karya pertamanya dalam sebuah buku yang berjudul Buaya Jantan yang diterbikan oleh Gama

Media. Kemudian pada tahun 2010, Fajar kembali menulis novel yang berjudul

Adriana: Labirin Cinta di Kilometer Nol.6

Gambar 3.2 Fajar Nugros7

Di dunia perfilman, Fajar awalnya membuat beberapa film pendek yang dimulai pada tahun 2003. Film tersebut yakni Jagjolik: Jakarta Jogja Bolak Balik,

5 “Hanung Bramantyo” artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/ 6 “Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/ 7 Gambal diambil dari “Fajar Nugroho”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/fajar-nugroho.html

48

kemudian film Dilarang Mencium di Malam Minggu di tahun yang sama. Lalu juga film Sangat Laki-Laki di tahun 2004, dan film Jogja Needs A Hero pada tahun 2005. Fajar mulai menyutradarai film layar lebar pada tahun 2009 lewat film Queen Bee. Beberapa karya film yang sukses ia buat ialah Film Cinta

Brontosaurus bersama dengan Raditya Dika yang rilis pada tahun 2013.

Kemudian film Get Married 2 dan juga film yang akan penulis teliti yakni film

Tendangan dari Langit.8

E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit

Beberapa peran penting dalam Film Tendangan dari Langit ialah Yosie Kristanto sebagai Wahyu, Sudjiwo Tedjo sebagai Pak Darto atau Ayah Wahyu, Yati

Surachman sebagai Ibu Wahyu, dan Agus Kuncoro sebagai Lik Hasan:

1. Yosie Kristanto (Wahyu)

Yosie Kristanto biasa dipanggil Yosi lahir di Malang, 14 Januari 1995. Ia menjadi tokoh utama film ini lewat audisi. Ia mengalahkan ratusan peserta lainnya di seluruh Indonesia. Yosie mulai menggemari dunia seni sejak SMP dengan bergabung ke dalam ekstrakurikuler teater. Pada tahun 2012, Yosie berhasil masuk ke dalam dua nominasi kategori penghargaan di ajang Indonesia Movie

Award. Kategori tersebut ialah Aktor Pendatang Baru Terbaik, dan Pendatang

Baru Pria Terfavorit. Keduanya ia raih lewat perannya dalam film Tendangan dari

Langit.9

8 “Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/ 9 “Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html

49

Gambar 3.3 Yosie Kristanto10

Yosie Kristanto merupakan tokoh utama dalam film ini yakni tokoh

Wahyu. Ia berwatak pekerja keras dan sangat gemar bermain sepak bola. Wahyu ialah anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Ia selalu membantu ayah dan ibunya berjualan minuman hangat keliling setelah pulang sekolah. Bahkan ia memberikan kuda dan juga peralatan sholat kepada ayahnya dari hasil ia bertanding sepak bola.

2. Sudjiwo Tedjo (Pak Darto)

Sudjiwo Tedjo memiliki nama lengkap Agus Hadi Sudjiwo merupakan seorang dalang, penulis, pemusik, pelukis, dan juga budayawan. Ia lahir di

Jember, 31 Agustus 1962. Karya dan pentasnya banyak mengangkat akar budaya

Indonesia. Ia berkeinginan agar kesenian di Indonesia merujuk kepada akar budaya namun diolah dengan kreatif dan tetap modern. Sudjiwo Tedjo mengenyam pendidikan formal di jurusan Matematika ITB pada tahun 1980-1985 dan juga di jurusan Teknik Sipil ITB pada tahun 1981-1988.11

10 Gambal diambil dari “Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html 11 “Profil”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/profil/

50

Gambar 3. 4 Sudjiwo Tedjo12

Sujiwo Tedjo memiliki berbagai karya dari berbagai bidang kesenian.

Dalam perwayangan, ia menciptakan lakon wayang kulit Semar Mesem sebagai karya pertamanya. Dalam bidang musik, Tedjo merupakan penyanyi yang menciptakan beberapa album. Salah satunya yakni album Suatu Ketika yang berhasil meraih video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999.

Di bidang teater, Tedjo pernah menggelar pertunjukan Teater Laki-Laki di

Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu pada tahun 1999. Kemudian di dunia film, Tedjo pernah menjadi sutradara dan juga aktor di berbagai film di

Indonesia. Film pertamanya yakni film Telegram pada tahun 1996. Tedjo membintangi film-film ternama lainnya seperti Film Kafir, Sang Pencerah dan

Tendangan dari Langit.13

Dalam film Tendangan dari Langit, Tedjo berperan sebagai Pak Darto, yakni ayahnya Wahyu. Ia berwatak keras dan kasar. Namun perlakuannya terhadap Wahyu merupakan bentuk kasih sayangnya agar Wahyu tidak bernasib sama dengan dirinya yang gagal di dunia sepak bola. Namun, ia akhirnya luluh setelah Wahyu memberikannya kuda. Pak Darto kemudian mengizinkan Wahyu untuk bermain sepak bola dan melatihnya dengan kuda tersebut.

12 Gambal diambil dari “Galeri Foto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/galeri-foto/?nggpage=2 13 “Agus Hadi Sudjiwo”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari https://profil.merdeka.com/indonesia/a/agus-hadi-sudjiwo/

51

3. Yati Surachman (Ibunya Wahyu)

Yati Surachman ialah aktris legendaris Indonesia yang lahir di Jakarta, 8

Agustus 1957. Yati terkenal setelah membintangi film berjudul Perawan Desa yang diproduksi pada tahun 1978. Melalui film ini, Yati berhasil meraih penghargaan “The Best Actress” pada Festival Film Asia Pasifik yang diselenggarakan pada tahun 1980. Tidak hanya di dunia film, Yati juga merupakan aktris di dunia sinetron. Pada tahun 1995, Yati masuk dalam nominasi

Pemain Wanita Utama untuk Piala Vidia di ajang Festival Sinetron Indonesia.14

Gambar 3.5 Yati Surachhman15

Dalam film Tendangan dari Langit, Yati berperan sebagai ibu dari Wahyu. Ia berwatak lembut dan menyayangi anaknya dan beberapa kali menenangkan Pak

Darto ketika sedang marah.

4. Agus Kuncoro (Lik Hasan)

Agus Kuncoro memiliki nama lengkap Agus Kuncoro Adi, lahir di

Jakarta, 11 Agustus 1972. Namanya terkenal setelah ia membintangi film pertamanya yang berjudul Saur Sepuh IV. Kemudian salah satu film yang paling

14 Erik Priana, “Biodata Yati Surachman Lengkap, Aktris Legend Masih Eksis Hingga Sekarang”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari http://www.bioseleb.com/2016/02/biodata- yati-surachman-lengkap-aktris.html 15 Gambal diambil dari “Yati Surachman”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yati-surachmiati-agustina.html

52

terkenal yang pernah ia bintangi ialah film tahunan religi yakni Para Pencari

Tuhan. Film ini tayang setiap hari selama bulan Ramadhan. Selain Film

Tendangan Dari Langit, Agus membintangi banyak film seperti Sang Kiai, Comic

8, Malaikat Tanpa Sayap, Sang Pencerah dan film-film lainnya.16

Gambar 3.6 Agus Kuncoro17

Dalam film Tendangan dari Langit, Agus berperan sebagai Lik Hasan, paman dari

Wahyu. Ia menemukan bakat Wahyu dan memasukkan nama Wahyu ke dalam tim Desa Karang Sari.

16 “Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari http://www.pemeranfilm.com/agus-kuncoro/ 17 Gambal diambil dari “Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 http://www.wowkeren.com/seleb/agus_kuncoro/

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film

Tendangan dari Langit dilihat dari Teks

Dalam skema analisis wacana Teun A. Van Dijk, struktur teks terbagi menjadi tiga tingkatan yakni struktur makro, superstruktur dan juga struktur mikro.1

1. Struktur Makro (Tematik)

Struktur makro atau tematik merupakan struktur yang menggambarkan tema atau topik dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks. Topik atau tema besar didukung oleh beberapa sub topik yang membentuk topik umum dari suatu teks.2

Sebuah film memiliki tema besar berdasarkan cerita yang ditampilkan.

Tema tersebut berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis skenario dan juga sutradara kepada penontonnya. Tema besar yang terdapat dalam film

Tendangan dari Langit ialah kerja keras dimana tema lainnya ialah berbakti kepada kedua orang tua. Penulis memfokuskan penelitian ini pada tema Berbakti kepada Kedua Orang Tua. Tema ini terdapat dalam beberapa adegan yang didukung oleh tiga sub topik di antaranya: a. Berbakti kepada Ayah

Film Tendangan dari Langit beberapa kali menampilkan adegan yang memuat pesan berbakti kepada ayah. Scene-scene tersebut di antaranya:

1 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 75 2 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 230.

53

54

Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah Scene Potongan Adegan

Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah

6 Skenario dan Keterangan Wahyu: Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu. Bu.. Ibu: Iya hati-hati Pak Darto: Hati-hati, mulai sekolah langsung pulang, gausah main- main, apalagi main bal-balan. Kutunggu di Bromo Wahyu: Njeh pak

Ket: Wahyu meminta izin dan pamit kepada kedua orang tuanya untuk

berangkat ke sekolah.

Pada adegan ini, Wahyu pamit kepada ayah dan ibunya untuk berangkat sekolah. Wahyu pamit dengan mencium kedua tangan orang tuanya dan dengan perkataan yang sopan dan lemah lembut, “Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu.

Bu..“. Dalam hal ini, sutradara dan penulis skenario menyampaikan pesan berbakti kepada kedua orang tua melalui sikap Wahyu yakni dengan meminta izin, menghormati kedua orang tua dengan mencium tangannya, lalu berbicara dengan cara yang lemah lembut. Hal inilah yang semestinya dilakukan oleh semua orang kepada kedua orang tuanya jika hendak bepergian.

55

Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah Scene Potongan Adegan

Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah

Skenario dan Keterangan

Wahyu: Pak, maafin Wahyu ya pak. Wahyu mau ngajak bapak ke 26 tempat pak Kades pak. Pak Darto: Opo le? Kades? Wahyu: Mmm.. Nonton bareng timnas lawan Malaysia pak. Pak Darto: Opo? Bal-balan maneh? Wahyu: Maksud, maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama minuman hangat disana pasti laku keras pak. Pak Darto: Iyo yo.. pinter koe. Asu yo.

Ket: Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto karena bermain bola dan

mengajaknya untuk berdagang ke rumah pak Kades saat ada nonton

bareng tim nasional.

Pada adegan ini, Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto. Ia meminta maaf karena setelah pulang sekolah ia tidak langsung pulang melainkan menerima ajakan Lik Hasan untuk bermain sepak bola. Seusai sholat, Wahyu menghampiri

Pak Darto dan meminta maaf, lalu ia mengajak Pak Darto untuk berjualan minuman hangat di rumah Pak RT yang sedang mengadakan acara nonton bareng

Tim Nasional Indonesia, ”maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama minuman hangat disana pasti laku keras pak”. Mendengar ajakan Wahyu, Pak

56

Darto pun tersenyum dan memujinya. Wahyu pun membantu berjualan pada adegan selanjutnya.

Perbuatan Wahyu tersebut merupakan perbuatan berbakti kepada kedua orang tua khususnya ayah. Ia membantu ayahnya mencari nafkah untuk keluarga.

Wahyu memberikan kebahagiaan kepada ayahnya dengan membantu berjualan mie seduh dan minuman hangat. Ia tidak menyimpan rasa dendam kepada ayahnya setelah ditampar akibat bermain sepak bola, melainkan membalas dengan berbuat kebaikan kepada ayahnya. Pesan yang ingin disampaikan bahwa setiap anak hendaknya selalu menyayangi kedua orang tuanya. Walaupun ayahnya berkata kasar, seorang anak dilarang membalas dengan perlakuan kasar kepada orang tua.

Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang berbunyi: َ َو َق َضى َربُّ َك أ َّال تَ ْعبُ ُد ْوا إِالَّ إِيَّاهُ َوبِ ْال َو ِالدَ ْي ِن إِ ْح َس ًانا إِ َّما يَ ْبلُ َغ َّن ِع َندَك ْال ِكبَ َر أَ َح ُد ُه َما أَ ْو ِك َال ُه َما َف َال تَقُل َّل ُه َما أُ ٍّ ف َو َال ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُل َّل ُه َما َق ْو ًال َك ِر ًيما o َو ْاخ ِف ْض َل ُه َما َج َن َاح الذُّ ٍِّل ِم َن َّالر ْح َم ِة َوقُل َّر ٍِّب ا ْر َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي َص ِغ ًير ا o Artinya: “Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.” (QS. Al-Isra ayat 23-24)

57

Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah Scene Potongan Adegan

Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah

Skenario dan Keterangan

Wahyu: Kuda siapa lik? 35 Lik Hasan: Pak Gatot, kenopo? Pak Gatot: Bukan kuda kesayangan. Di rumah saya itu masih ada lagi. Lebih bagus dari kuda ini. Wahyu: Boleh kuda itu buat saya pak? Saya bakal bikin banyak gol buat tim Karang Sari. Tapi kuda itu buat saya, mau saya berikan buat bapak sebagai hadiah.

Ket: Wahyu meminta kuda Pak Gatot (Pemilik Tim Karang Sari)

untuk diberikan kepada ayahnya dengan perjanjian memberikan

kemenangan kepada Tim Karang Sari.

Scene Potongan Adegan

Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah Gambar 4.4 Gambar 4. 5

63

Skenario dan Keterangan

Pak Darto: Buat apa jadi pemain bola? Taik.. taik..

58

Wahyu: Ini pak. Kuda ini. (Wahyu memegang Kuda) Wahyu main bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak. Ini pak. (Wahyu memegang alat sholat) Wahyu juga beliin ini buat bapak. Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu dan ibu pak. Maafin Wahyu pak. Wahyu janji gak akan main bola lagi.

Ket: Pak Darto marah besar mengetahui Wahyu bermain bola. Namun

Wahyu langsung memberikan Kuda dan alat sholat kepada Pak Darto

sebagai hasil dari ia bermain sepak bola.

Pada scene 35, Wahyu yang sedang bermain sepak bola dipanggil oleh Lik

Hasan untuk diperkenalkan dengan pemilik tim Kecamatan Karang Sari. Setelah berkenalan dengan Pak Gatot, Wahyu melihat kuda Pak Gatot dan meminta kuda tersebut. Ia pun berjanji akan membuat banyak gol dan memberikan kemenangan untuk Tim Karang Sari demi mendapatkan kudanya. Ia berniat memberikan kuda itu kepada ayahnya yang memang menyukai kuda.

Pada scene 63, Wahyu kembali ditampar oleh Pak Darto setelah mengetahui ia bermain bola lagi. Namun Wahyu sudah mendapatkan kuda dan membeli alat sholat dari hasil ia bermain sepak bola. Diapun memberikan kuda dan alat sholat tersebut kepada ayahnya, “Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak. Ini pak. Wahyu juga beliin ini buat bapak.

Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu dan ibu pak”.

Perbuatan Wahyu tersebut merupakan perbuatan berbakti kepada kedua orang tua. Wahyu memberikan hartanya yang berupa kuda dan alat sholat agar ayahnya dapat menjadi ojek kuda karena memang ia menyukai kuda. Lalu alat

59

sholat agar ia dapat menjadi imam untuk keluarga. Di tengah kesederhanaannya,

Wahyu masih terpikir untuk membahagiakan ayahnya dengan bersedekah.

Perbuatan Wahyu sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat

215 yang berbunyi

يَ ْسأَلُ َون َك َماذَا يُ ْن ِفقُ َون ۖ قُ ْل َما أَ ْن َف ْقتُ ْم ِم ْن َخ ْي ر َف ِل ْل َو ِال ْدَي ِن َو ْاْلَ ْق َربِ َين َو ْاليَتَ َام ٰى

َو ْال َم َس ِاك ِين َو ْاب ِن َّالسبِ ِيل ۗ َو َما تَ ْفعَلُوا ِم ْن َخ ْي ر َف ِإ َّ ن َّللَاَ بِ ِه ِعَل يم

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu, bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat, sesungguhnya Allah maha mengetahui.” (Al-Baqarah ayat 215)

b. Berbakti kepada Ibu

Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu Scene Potongan Adegan

Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu

6 Skenario dan Keterangan

Wahyu: Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu. Bu.. Ibu: Iya hati-hati Pak Darto: Hati-hati, mulai sekolah langsung pulang, gausah main- main, apalagi main bal-balan. Kutunggu di Bromo Wahyu: Njeh pak

60

Ket: Wahyu pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke

sekolah.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu

Skenario dan Keterangan 71 Wahyu : Bu Wahyu berangkat dulu. Ibu Wahyu: Ati-ati le Wahyu: Pak Wahyu berangkat dulu Pak Darto: Yowis ati-ati wedimu. Ati-ati yoo.. Wahyu: Iyo

Ket: Wahyu meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk menemani

Indah (teman sekelasnya) dalam lomba debat Bahasa Inggris.

Pada scene 6, Wahyu pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke sekolah. Ia pamit dengan mencium tangan ayah dan ibunya. Lalu pada scene

71, Wahyu meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk menemani Indah, teman sekelasnya untuk lomba debat Bahasa Inggris. Pesan yang ingin disampaikan pada adegan ini ialah melalui perbuatan Wahyu. Perbuatan Wahyu tersebut merupakan perbuatan berbakti kepada kedua orang tua. Sebagai seorang anak, sepatutnya meminta izin kepada kedua orang tua jika ingin bepergian kemanapun. Lalu pamit dengan mencium tangan merupakan sikap tunduk, hormat dan tidak sombong

61

kepada kedua orang tua. Allah memerintahkan setiap manusia agar berbakti dan tidak sombong kepada ibu.

Allah berfirman dalam surat Maryam ayat 32:

َوبَ ًّرا بِ َو ِالدَتِي َو َل ْم يَ ْجعَ ْلنِي َجبَّ ًارا ِشَقيًّا

Artinya:

“Dan Allah memerintahkan aku berbakti kepada ibuku dan tidak menjadikan seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam ayat 32).

Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu Scene Potongan Adegan

Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu

Skenario dan Keterangan

Pak Darto : Tapi tenang le, koe sih nduwe bapak le. Eling ibumu ndise le. Ketika ngudang kamu waktu kecil. Ojo lali anakku yo ngger.

Ket: Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu dan meminta ia untuk

ingat kepada ibunya yang telah mengandung dan mengasuhnya.

Pada adegan ini, Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu karena telah memberikan angan-angan di dunia sepak bola. Pak Darto meminta maaf sekaligus memberikan pesan kepada Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya. Dalam hal ini, sutradara juga penulis skenario menyampaikan pesan berbakti kepada ibu melalui

62

ucapan dari Pak Darto. Dalam dialog, Pak Darto menenangkan Wahyu dan meminta untuk selalu berbakti kepada ibunya yang telah menimangnya di waktu kecil. Hal ini sesuai dengan perintah Allah pada surat Luqman ayat 14 yang berbunyi:

َو َو َّص ْي َنا ْ ِاْل ْن َس َان بِ َو ِال ْدَي ِه َح َم َلتْهُ أُ ُّمهُ َو ْه ًنا َعَل ٰى َو ْه ن َوفِ َصالُهُ فِي َعَام ْي ِن أَ ِن

ْاش ْكُر ِلي َو ِل َو ِال ْدَي َك إِلَ َّي ْال َم ِص ُير

Artinya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali.” (QS. Luqman ayat 14)

c. Cinta Orang Tua terhadap Anak

Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak Scene Potongan Adegan

Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak

71

Skenario dan Keterangan

Ibu Wahyu: Kamu disana jangan lupa sholat yo Wahyu: Iyo bu. Bu Wahyu berangkat dulu.

Ket: Ibu Wahyu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa sholat saat

63

pamit untuk menemani Indah lomba debat.

Pada adegan ini, Ibu Wahyu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa sholat ketika ia menemani Indah lomba debat Bahasa Inggris. Hal ini merupakan bentuk cinta orang tua terhadap anak agar selalu ingat kewajiban menjalankan sholat 5 waktu dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana tertera dalam Hadits Riwayat Abu

Daud yang artinya berbunyi:

“Dari Umar bin Syu’aib dari ayahnya, yang didengar dari kakeknya, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, yang artinya, ‘Perintahkan anak-anakmu sholat pada usia tujuh tahun, pada usia sepuluh tahun pukul mereka kalau tidak mau sholat dan pada umur tersebut pisahkan tempat tidur di antara mereka’.” (HR Abu Daud)3.

Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak Scene Potongan Adegan

Gambar 4. 10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak

90 Skenario dan Keterangan

Pak Darto : Ono opo le? Wahyu : Gapopo pak Pak Darto : Kalo gakpopo kok diem aja? Wahyu: Wahyu lagi males ngapa-ngapain pak Pak Darto : Looh.. jangan dipikir terlalu dalem, jangan dipikir terlalu jero. Hidup itu naik turun, itu pesen bung karno itu temennya itu gandi lubu pasang potonya itu, naik turun ada seneng, ada sedih, ada cintaa, cintaa, tapi ada kehilangan juga le, biasa. Gausah dipikir.

3 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67.

64

Ket: Pak Darto melihat Wahyu murung di luar rumah dan memberikan

nasihat agar jangan terlalu dalam memikirkan permasalahan yang

dihadapi.

Pada adegan ini, Pak Darto menenangkan Wahyu yang sedang murung.

Pak Darto menenangkan Wahyu dan memberi nasihat agar jangan terlalu memikirkan permasalahan yang dihadapi karena kehidupan itu naik turun, ada senang dan ada sedih. Ucapan Pak Darto terhadap Wahyu tersebut merupakan bentuk cinta orang tua terhadap anak yakni dengan menenangkan Wahyu dari segala permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana dalam Tarikh Al Bukhari dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda

“Tidak ada pemberian ayah kepada anak-nya yang lebih utama dari budi pekerti yang baik”. (Tarikh Al Bukhari).4

Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak Scene Potongan Adegan

Gambar 4. 11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak

91

Skenario dan Keterangan

Pak Darto: Ambil bola kamu!

Wahyu : Opo pak? Pak Darto : Ambil bolamu!

4 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67.

65

Wahyu : Kok bapak tau? Pak Darto : Apa yang bapak gatau dari kamu. Ambil! Ambil! Bapak mau ajari kamu, main bola yang bener. Ayo. Ayo. Taro bola kamu di tanah.

Ket: Pak Darto mengajarkan Wahyu bermain sepak bola dengan

kudanya dan mulai mengizinkan Wahyu untuk bermain sepak bola.

Pada adegan ini, Pak Darto mengajarkan Wahyu bermain sepak bola. Ia mengajarkan Wahyu menggunakan kuda yang dibelikan olehnya. Dalam adegan ini pula, Pak Darto mulai mengizinkan Wahyu untuk bermain sepak bola.

Perbuatan Pak Darto tersebut merupakan bentuk rasa cinta orang tua terhadap anaknya dengan mendidik atau mengajari sesuatu yang menjadi hobi anaknya.

Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al-Baihaqi yang berbunyi:

“Dari Ibnu Abbas, Ra, katanya mereka pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Ya Rasulullah, kami sudah mengetahui hak dan kewajiban anak kepada ayahnya, lalu apa hak dan kewajiban ayah kepada anaknya?’. Maka sabda beliau, ‘Memilihkan nama yang baik dan mendidiknya dengan cara yang baik pula’.”5

2. Superstruktur (Skematik)

Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup, dan sebagainya.6 Dalam Film Tendangan dari Langit, penulis skenario membagi lima tahap untuk menyampaikan pesan. a. Opening Bill Board

5 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67. 6 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 76.

66

Opening Bill Board menampilkan cuplikan-cuplikan pertandingan sepak bola Tim Nasional Indonesia. Kemudian disambung dengan Coach Timo yang sedang menonton pertandingan Final piala AFF 2010 antara Indonesia melawan

Malaysia dengan skor akhir 3-0 untuk kemenangan Malaysia. Coach Timo menelepon Mathias untuk menyampaikan pesan kepada Irfan Bachdim agar jangan menyerah karena masih ada pertandingan pada final leg ke-2.

Tabel 4.9 Opening Bill Board Scene Potongan Adegan

Gambar 4.12 Opening Bill Board

Skenario dan Keterangan 1 Cuplikan pertandingan-pertandingan sepak bola Tim Nasional

Indonesia dari mulai Piala Asia 1996. Kemudian Piala Tiger 1998 dan

2006. Lalu pertandingan final leg pertama piala AFF 2010 diakhiri

dengan ditarik keluarnya Irfan Bachdim. Coach Timo menonton TV

yang menampilkan kekalahan Indonesia atas Malaysia pada

pertandingan Final Piala AFF 2010.

b. Opening Scene

Adegan pertama menampilkan Wahyu yang sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Adegan ini menonjolkan kehebatan Wahyu dalam

67

bermain sepak bola. Kemudian Lik Hasan menonton permainan Wahyu dari jauh dan memberikan pujian kepada Wahyu setelah ia selesai bermain sepak bola.

Tabel 4.10 Opening Scene Scene Potongan Adegan

Gambar 4.13 Opening Scene

Skenario dan Keterangan 3 Lik Hasan: Kakimu, jangkrik tenan leee.. Wahyu : Maksud sampean lik? Lik Hasan : Gocekanmu, tendanganmu, larimu, giringanmu mengingatkan aku pada timnas jaman dulu dari mulai Kurniawan, Widodo, Bambang Pamungkas. Semuanya punya bakat kayak kamu.

Ket: Wahyu sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Lik

Hasan melihat permainan Wahyu dari jauh dan memuji permainannya.

c. Conflict Scene

Cocnflict Scene ialah adegan yang berisi konflik-konflik dalam sebuah film. Beberapa konflik yang terdapat dalam film Tendangan dari Langit ialah saat

Pak Darto marah besar mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Lalu ketika

Wahyu memberikan kuda dan alat sholat kepada Pak Darto dimana ia berjanji tidak akan bermain sepak bola lagi. Lalu pernyataan Coach Timo kepada Wahyu terkait hasil tes kesehatan bahwa ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.

68

Kemudian yang terakhir ketika Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu atas segala angan-angan yang diberikan kepada Wahyu untuk menjadi pesepakbola.

Tabel 4.11 Conflict Scene Scene Potongan Adegan

Gambar 4.14 Conflict Scene

Skenario dan Keterangan

23 Pak Darto : Bapak nyari duit sampe modiar kamu enakan balan! Wahyu : Pak! Pak Darto : Sejak kapan kamu punya bakat melawan orang tua. Ibu Wahyu : Pak! Ojo pak, sudah! Pak Darto : Meneng! meneng! Wahyu : Pak ojo pak Ibu Wahyu : Yu.. Wahyu! Pak Darto : Liat matamu, liat matamu! Ini balasan buat anak yang berani ke orang tua.

Ket : Pak Darto marah mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Ia

menampar Wahyu dan membakar sepatunya.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.15 Conflict Scene Gambar 4.16 Conflict Scene

63

Skenario dan Keterangan

Pak Darto: Buat apa jadi pemain bola? Taik.. taik..

69

Wahyu: Ini pak. Kuda ini. (Wahyu memegang kuda) Wahyu main bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak. Ini pak. (Wahyu memegang alat sholat) Wahyu juga beliin ini buat bapak. Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu dan ibu pak. Maafin Wahyu pak. Wahyu janji gak akan main bola lagi. Scene Potongan Adegan

Gambar 4.17 Conflict Scene

Skenario dan Keterangan 129 Coach Timo : Ya, jadi dari hasil tes kesehatan, mas Mathias menemukan kelainan pada lutut kananmu. Sebuah kelainan yang sering terjadi pada anak remaja seusiamu. Biasanya karena lututnya dibebani terlalu banyak.

Ket : Coch Timo dan Mathias menjelaskan kepada Wahyu hasil dari

tes kesehatan bahwa Wahyu memiliki kelainan di kaki kanan yang

menyebabkan ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.18 Conflict Scene Gambar 4.19 Conflict Scene

Skenario dan Keterangan

Pak Darto : Le, bapak Jawis puro. Selama ini, bapak, gak sengojo nyekoki kamu dengan mimpi-mimpi, angen-angen untuk suatu yang mustahil, jadi pemain bola. Di negeri ini, yang

70

gak mustahil itu cuman jadi maling, jadi maling le. Ya maling duit, maling politik, maling bal-balan. Orang baik ada tapi kalo gak meneng, diem, pergi, ngopo le. Apalagi Persema, klub kecil, gak punya suporter, sekuyo-kuyo, dia bisa kondang hanya karena pemain bule, pemain bule yang digandrungi arek retno.Tapi tenang le, koe sih nduwe bapak le. Eling ibumu ndise le. Ketika ngudang kamu waktu kecil. Ojo lali anakku yo ngger. d. Anti Klimaks

Anti klimaks merupakan penyelesaian atas konflik-konflik yang terjadi.

Setelah Wahyu dinyatakan tidak dapat bermain sepak bola lagi, Mathias bersama dengan Coach Timo, Irfan Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan mendatangi rumah Wahyu. Mathias menyatakan bahwa cedera Wahyu dapat diatasi apabila diobati dan diiringi dengan latihan-latihan yang benar. Wahyu dapat bermain sepak bola lagi dan masuk ke dalam tim Persema Malang.

Tabel 4.12 Anti Klimaks Scene Potongan Adegan

Gambar 4.20 Anti Klimaks

163 Skenario dan Keterangan

Mathias : Gini bu, saya tuh bukan dokter, saya seorang fisioterapis. Ibu Wahyu : Opo? Mathias : Fisioterapis. Jadi tugas saya tuh merawat kakinya Wahyu supaya Wahyu tuh bisa bermain bola lagi. Nah saya juga berikan ke dia latihan yang benar. Gitu bu, pak.

Ket: Mathias mengobati cedera Wahyu dan menjelaskan bahwa cedera

71

Wahyu dapat diobati dan dapat bermain sepak bola lagi.menyebabkan

ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.

e. Ending

Ending merupakan akhir cerita dari sebuah film. Akhir cerita dari film ini yakni ketika pertandingan persema menghadapi tim Jakarta. Pada mulanya Wahyu tidak bermain. Persema tertinggal satu gol di babak pertama. Kemudian pada babak kedua, Coach Timo memasukkan Wahyu untuk menggantikan pemain

Persema yang cedera. Setelah Wahyu masuk, Persema mencetak 2 gol dan Wahyu mencetak gol kemenangan bagi Persema.

Tabel 4.13 Ending Scene Potongan Adegan

Gambar 4.21 Ending

192 Skenario dan Keterangan

Ket : Wahyu masuk dari bangku cadangan menggantikan pemain

Persema yang cedera. Dia mencetak gol kemenangan untuk tim

Persema.

72

3. Struktur Mikro a. Semantik

Semantik dikategorikan sebagai makna lokal yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu teks. Selain menonjolkan bagian penting dari struktur wacana, semantik digunakan untuk mengarahkan pandangan khalayak atas suatu peristiwa. Elemen dari strategi semantik ialah latar, detail dan maksud.7

1.) Latar

Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Melalui latar, penulis menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa. Latar umumnya ada di awal teks dengan maksud mempengaruhi khalayak bahwa pendapat penulis beralasan sehingga digunakan sebagai pembenar atas gagasan yang diajukan dalam suatu teks.8

Latar dalam film Tendangan dari Langit mengarahkan khalayak kepada burukya persepakbolaan di Indonesia. Ini tergambar dalam beberapa adegan dan dialog di dalam film ini. Di awal film, sutradara langsung mengarahkan khalayak kepada buruknya persepakbolaan Indonesia dimana adegan dimulai dengan cuplikan-cuplikan pertandingan sepakbola Tim Nasional Indonesia. Pada adegan tersebut, pelatih Persema Malang yakni Coach Timo menonton kekalahan Tim

Nasional Indonesia atas Malaysia di ajang final piala AFF. Lalu di bagian tengah juga kembali diperlihatkan kekalahan tersebut. Beberapa bagian terdapat dialog yang mengkritik persepakbolaan di Indonesia. Inilah yang menjadi latar belakang

7 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 78. 8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 235.

73

sutradara dan penulis skenario untuk mengarahkan khalayak dan membenarkan bahwa masih banyak kekurangan di dalam persepakbolaan di Indonesia.

Dalam film ini, ayah Wahyu yang bernama Pak Darto tidak mengizinkan

Wahyu untuk bermain sepak bola dan menggantungkan harapan di dunia sepak bola. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu bermain sepak bola karena ia memiliki masa lalu yang pahit di dunia sepak bola. Dahulu dia merupakan pemain sepak bola yang gagal di dalam karirnya. Pak Darto gagal melanjutkan usahanya untuk menggapai cita-cita menjadi pesepakbola karena cedera yang menghantam kakinya. Cedera tersebut tidak dapat disembuhkan lagi sehingga ia terpaksa berhenti menjadi pesepakbola. Hal ini tak dapat dilepaskan dari buruknya persepakbolaan di Indonesia. Buruknya persepakbolaan inilah yang menjadi latar belakang sutradara dan penulis skenario untuk mengarahkan khalayak bahwa Pak

Darto pantas melarang Wahyu bermain sepak bola. Inilah yang menjadikan

Wahyu berusaha keras membuktikan kepada ayahnya dan ibunya bahwa pesepakbola dapat meraih kesuksesan.

Wahyu juga merupakan sosok anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua. Dia tidak melawan orang tua ketika dilarang bermain sepak bola, namun membuktikannya dengan membelikan kuda dan alat sholat untuk ayahnya.

Dalam kesehariannya, Wahyu juga terus membantu orang tuanya berjualan mie seduh dan minuman hangat di Bromo

2.) Detail

Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang disengaja dengan tujuan

74

untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.9 Dalam film ini, elemen detail terdapat pada scene 3. Adegan ini menampilkan dialog antara Lik Hasan dengan

Wahyu. Pada adegan ini, Lik Hasan menonton Wahyu yang sedang bermain sepak bola dan memuji permainannya setelah ia selesai.

Lik Hasan : Gocekanmu, tendanganmu, larimu, giringanmu mengingatkan aku pada timnas jaman dulu dari mulai Kurniawan, Widodo, Bambang Pamungkas. Semuanya punya bakat kayak kamu.

Ucapan Lik Hasan kepada Wahyu tersebut merupakan pujian yang disampaikan secara detail atas bakat yang dimiliki oleh Wahyu. Penulis skenario ingin menggambarkan besarnya bakat Wahyu secara detail pada dialog ini dengan menyebut gocekan, tendangan, lari dan giringan serta menyamakan dengan pemain seperti Kurniawan, Widodo dan Bambang Pamungkas.

3.) Maksud

Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komuikator baik secara implisit ataupun eksplisit. Informasi yang menguntungkan komunikator diuraikan secara eksplisit, sedangkan yang merugikan diuraikan secara implisit atau tersamar.10 Dalam film ini, elemen maksud terdapat pada scene 63. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto. Pada adegan ini, Wahyu kembali ketahuan bermain sepak bola oleh Pak Darto. Pak Darto marah besar dan menanyakan kepada Wahyu.

Pak Darto : Buat apa jadi pemain bola? Taik! taik! Wahyu : Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak.

9 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 238. 10 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 240.

75

Ucapan Wahyu tersebut menggambarkan maksud ia bermain sepak bola.

Ia membelikan ayahnya kuda dari hasil bermain sepak bola. Ia ingin ayahnya gagah dengan menunggangi kuda dan tidak terus-terusan berjualan mie seduh.

Penulis skenario menjelaskan tujuan Wahyu bermain sepak bola secara jelas.

4.) Praanggapan

Elemen praanggapan berisi pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna dari suatu teks. Praanggapan berfungsi untuk mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan merupakan pernyataan yang berisi pendapat yang belum terbukti kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung suatu gagasan.11 Dalam film Tendangan dari

Langit, praanggapan terdapat pada scene 153. Adegan ini menampilkan dialog antara Mathias, Ibu Wahyu, Purnomo dan juga Meli. Pada adegan tersebut,

Mathias mendatangi rumah Wahyu untuk memberitahu bahwa cedera Wahyu dapat diobati. Ia bertemu dengan Ibu Wahyu dan teman-teman Wahyu.

Mathias : Ya begini bu, kami datang kesini diutus oleh Coach Timo untuk melihat keadaan Wahyu. Memang lututnya bermasalah, tetapi kalau ditangani secara tepat, Wahyu bisa bermain bola lagi bu. Ibu Wahyu : Jadi Wahyu punya kesempatan untuk main di Persema lagi? Mathias : Betul bu, kalau ibu mempercayai saya untuk menangani dia, nanti Wahyu bisa bermain lagi dengan Persema. Purnomo : Bu, bu. Wahyunya neng endi sekarang? Ibu Wahyu : Lagi pertandingan dengan tim Kabupaten di lapangan Karang Sari Mathias : Loh Wahyunya bermain bola toh bu?! Ibu Wahyu : Loh memangnya gak boleh toh?! Mathias : Seharusnya kakinya Wahyu diistirahatkan total bu! Meli : Loh loh loh loh emang kalo dia main bola tuh kenapa toh? Mathias : Bisa lumpuh dia! Ibu Wahyu : Aduh..

11 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 256.

76

Kalimat “bisa lumpuh dia” yang diucapkan oleh Mathias merupakan pernyataan atau pendapat yang belum tentu terbukti kebenarannya. Kalimat ini digunakan untuk mendukung suatu gagasan bahwa kakinya Wahyu harus diistirahatkan karena sedang mengalami cedera. Kalimat tersebut berfungsi untuk mendukung pendapat dari Mathias. b. Sintaksis

Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya.12

1.) Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan struktur deduktif ataupun induktif.13

Dalam film Tendangan dari Langit, bentuk kalimat dapat dilihat pada scene 26. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto. Pada adegan tersebut, Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto karena ia bermain sepak bola dan tidak membantu ayahnya berjualan di sore hari. Kemudian Wahyu mengajak Pak Darto untuk berjualan di rumah Pak RT pada acara nonton bareng

Tim Nasional.

Wahyu : Pak, maafin Wahyu ya pak. Wahyu mau ngajak bapak ke tempat pak Kades pak. Pak Darto : Opo le? Kades Wahyu : Mmm.. Nonton bareng timnas lawan Malaysia pak Pak Darto : Opo? Bal-balan maneh? Wahyu : Maksud, maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama minuman hangat disana pasti laku keras pak.

12 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 80. 13 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 252-253.

77

Pada dialog tersebut, ucapan Wahyu menggunakan kalimat aktif dengan struktur kalimat induktif. Struktur kalimat aktif tersebut yakni

“Wahyu mau ngajak bapak ke tempat Pak Kades pak.” S P O K

Kemudian dialog tersebut menggunakan struktur induktif karena inti kalimat diletakkan pada akhir kalimat. Wahyu mengajak Pak Darto untuk ke rumah Pak

RT yakni untuk membantunya berjualan mie seduh dan minuman hangat karena sedang diadakan acara nonton bareng Tim Nasional.

Selain itu, bentuk kalimat juga terdaat pada scene 28. Adegan tersebut menampilkan dialog antara Lik Hasan dengan Wahyu. Pada adegan tersebut,

Wahyu yang sedang berjualan diminta Lik Hasan untuk membuat kopi untuknya.

Kemudian Lik Hasan mengajak Wahyu untuk mengikuti pertandingan lagi.

Lik Hasan : Yu, heh.. Kamu ikut pertandingan. Duitnya nanti bisa kamu belikan untuk apa yang jadi kepengenan bapakmu.

Kalimat tersebut menggunakan struktur induktif karena inti kalimat diletakkan pada bagian akhir. Lik Hasan mengajak Wahyu untuk mengikuti pertandingan agar ia dapat membelikan apa yang menjadi keinginan Pak Darto.

2.) Koherensi

Koherensi ialah jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Koherensi dapat diamati dari kata hubung yang dipakai. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung yang digunakan.14

14 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 242-243.

78

Dalam Film Tendangan dari Langit, koherensi dapat dilihat pada scene 35.

Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu, Pak Gatot (pemilik tim karang sari) dan juga Lik Hasan. Pada adegan tersebut, Lik Hasan yang sedang berbicara dengan Pak Gatot memperkenalkan Wahyu sebagai pemain Desa Karang Sari. Ia menceritakan bahwa Wahyu ialah anak yang berbakat dalam bermain sepak bola.

Kemudian Wahyu melihat kuda di sebelah Pak Gatot. Ia meminta kuda tersebut untuk diberikan kepada Pak Darto sebagai hadiah.

Wahyu : Boleh kuda itu buat saya pak? Saya bakal bikin banyak gol buat tim Karang Sari. Tapi kuda itu buat saya, mau saya berikan buat bapak sebagai hadiah.

Kata “tapi” pada ucapan wahyu tersebut merupakan kata hubung antara kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata hubung “tapi” pada ucapan Wahyu tersebut menandakan hubungan sebab akibat yakni apabila Wahyu mencetak banyak gol, maka ia akan mendapatkan kuda tersebut dan diberikan kepada ayahnya.

Selain itu koherensi juga terdapat pada scene 63. Adegan ini menampilkan dialog antara Lik Hasan dengan Wahyu. Pada adegan tersebut, Wahyu baru mengetahui bahwa Pak Darto merupakan mantan pemain Persema di masa mudanya. Lik Hasan meceritakan kepada Wahyu tentang perjuangan Pak Darto dahulu untuk menjadi pemain sepak bola.

Wahyu : Persema? Jadi bapakku dulu pemain persema lik? Penjaga Warung : Heh? Bapakke Wahyu pemain Persema? Lik Hasan : Pernah tryout disana sebulan, tapi ya itu, sayangnya sebelum dia bermain di Senayan, kakinya sengklek. Tapi karena impian dia untuk bermain di Gelora Bung Karno begitu besar, dia maksa untuk main. Apa yang terjadi? Kakinya hancur, rusak, gak bisa lagi main bola. Kasian bapakmu itu tuh, kasian.

79

Kata “tapi” yang diucapkan oleh Lik Hasan tersebut merupakan kata hubung antara kalimat pertama dengan kalimat selanjutnya. Kedua kata “tapi” tersebut menjelaskan adanya hubungan sebab dan akibat. Pak Darto terlalu memaksakan untuk terus berlatih dan bermain sepak bola yang berakibat pada cedera pada kakinya. Berawal dari situ, Pak Darto terpaksa harus menerima kenyataan tidak dapat bermain sepak bola lagi dan mengakhiri karirnya sebagai pesepakbola.

3.) Kata Ganti

Kata ganti ialah struktur teks untuk menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.15 Dalam Film Tendangan dari Langit, kata ganti dapat dilihat pada scene

6. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto dan Ibu

Wahyu. Pada adegan tersebut, Wahyu pamit dengan kedua orang tuanya untuk berangkat ke sekolah.

Wahyu : Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu

Kata “Pa e” dalam ucapan Wahyu tersebut merupakan kata ganti dari Pak

Darto. Dalam film ini, Wahyu memanggil Pak Darto dengan sebutan Pa e karena film ini menggunakan latar tempat di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata Pa e berarti

Bapak.

Selanjutnya, kata ganti terlihat pada scene 47. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Lik Hasan. Pada adegan tersebut, Wahyu telat datang ke pertandingan dan meminta maaf kepada Lik Hasan.

Wahyu : Lik, maaf lik tadi aku.. Lik Hasan : Alasan, alasan gausah banyak ngomong koe. Ini Wahyu, cepet ganti kamu. Wahyu : Main sekarang lik?

15 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h.253.

80

Kata “lik” dalam ucapan Wahyu terseput merupakan kata ganti dari Lik

Hasan yakni pamannya. Dalam film ini, Wahyu memanggil Lik Hasan dengan sebutan Lik. Lik merupakan bahasa Jawa yang berasal dari kata “bapak cilik” atau disingkat “pak lik” yang berarti paman atau adik dari ayah kandung.

Selain itu, kata ganti juga terlihat pada scene 95. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Lik Hasan. Pada adegan ini, Lik Hasan menanyakan kepada Wahyu apakah dirinya masih kapok bermain sepak bola. Wahyu menjelaskan bahwa ayahnya sudah mengizinkannya. Kemudian Lik Hasan menawarkan kepada Wahyu untuk bermain sepak bola lagi agar dapat memberikan ayahnya mobil jika menang.

Lik Hasan : Yu, koe punya bakat, koe lebih mateng dari bapakmu, koe bisa jadi orang besar, koe bisa kaya Irfan Bachdim.

Kata “koe” pada ucapan Lik Hasan merupakan kata ganti dari Wahyu. Koe merupakan bahasa Jawa yang berarti kamu. c. Stilistik

Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra.16

Dalam film Tendangan dari Langit, gaya bahasa yang digunakan selain bahasa Indonesia ialah bahasa daerah yakni bahasa Jawa. Hal ini karena latar tempat cerita film tersebut diambil di Desa Langitan, Bromo, Jawa. Beberapa adegan menampilkan dialog dengan menggunakan bahasa Jawa.

16 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 82.

81

Tabel 4.14 Stilistik Scene Potongan Adegan

Gambar 4.22 Stilistik

Skenario dan Keterangan

90 Wahyu : Wahyu cinta sama Indah, wahyu juga cinta sepak bola pak. Wahyu juga menghargai keduanya pak. Pak Darto : Gak iso. Cinta itu ngawiji, mantengintyas, ngeningken cipto. Kalo kamu cinta dua-duanya, kamu ngelarani salah satu. Paham?

Ket: Dalam adegan ini, Pak Darto menasihati Wahyu untuk memilih

dan mencintai salah satu. Menurutnya, cinta itu menyatu, hening dan

tunggal. Kata ngelarani berarti melukai atau menyakiti.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.23 Stilistik

95

Skenario dan Keterangan

Lik Hasan : Masih kapok main bola kamu? Wahyu : Kalo bapak si wis wolehi, Lik Hasan : Terus? Wahyu : Gare akune ae

82

Ket: Wahyu menjelaskan bahwa Pak Darto sudah mengizinkan ia

bermain bola. “Gare akune ae” berarti “tinggal akunya saja”.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.24 Stilistik Gambar 4.25 Stilistik

Skenario dan Keterangan

Wahyu : Mas arep nang Malang yo? Sopir mobil bak : Iyo kenopo? Wahyu : Aku nunut nang Gajayana ngono mas Sopir mobil bak : Kamu Persema? Wahyu : Iyo mas Sopir mobil bak : Aku Arema. Le le.. iki kancamu Persema arep nang Gajayana. Oleh melu nggak? Temen sopir mobil bak : Koe persema toh? 107 Wahyu : Iyo mas Temen sopir mobil bak : Endi buktine? Wahyu : Iki mas. Temen sopir mobil bak : Oh yowis. Ayo melu.

Ket: Dalam adegan ini, Wahyu menanyakan kepada dua orang supir

mobil bak arah tujuan mereka apakah ke Malang, Wahyu meminta ikut

menumpang ke Gajayana, stadion Persema. Supir yang satu

menanyakan apakah Wahyu Persema. Lalu ia menjelaskan bahwa dia

Arema. Kemudian ia menanyakan kepada temannya yang penggemar

Persema apakah Wahyu diizinkan untuk numpang ke Gajayana. Lalu

temannya meminta bukti kepada Wahyu bahwa dia Persema. Wahyu

83

menunjukkan posternya dan ia pun diizinkan untuk ikut ke Gajayana.

Kata “arep nang” berarti “mau ke”. Kalimat “Le le.. iki kancamu

Persema arep nang gajayana. Oleh melu nggak?” berarti Le (panggilan

bagi orang Jawa, berasal dari kata tole), ini temanmu Persema, mau ke

Gajayana. Boleh ikut?. Kata “endi buktine” berarti “mana buktinya”.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4. 26 Stilistik Gambar 4. 27 Stilistik

Skenario dan Keterangan

Pak Darto : Tapi tenang le, koe sih nduwe bapak le. Eling ibumu ndise le. Ketika ngudang kamu waktu kecil. Ojo lali anakku yo ngger.

Ket: Pak Darto menenangkan Wahyu bahwa ia masih memiliki bapak.

Lalu Pak Darto mengingatkan Wahyu agar selalu ingat ibunya yang

telah menimangnya waktu kecil. Kalimat “koe sih nduwe” berarti

“kamu masih punya”. “Eling ibumu ndise” berarti “ingat ibumu dulu”.

Kata “ngudang” berarti “menimang”. “Ojo lali” berarti “jangan lupa”.

d. Retoris

Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Strategi retoris digunakan untuk

84

menarik perhatian khalayak. Elemen dari strategi retoris ialah grafis, metafora dan ekspresi.17

1.) Grafis

Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam teks.

Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring dan sebagainya.

Elemen grafis juga dapat berupa foto , gambar, atau tabel yang digunakan untuk mendukung gagasan komunikator. Bagian yang ditonjolkan menekankan pentingnya bagian tersebut untuk disampaikan kepada khalayak18

Dalam Film Tendangan dari Langit, terdapat beberapa adegan yang menonjolkan gambar tertentu dengan menggunakan teknik pengambilan gambar close up.

Tabel 4.15 Grafis Scene Potongan Adegan

Gambar 4.28 Grafis

4

Skenario dan Keterangan

Dalam scene ini, terdapat teknik pengambilan gambar close up.

Gambar close up diambil pada objek tugu yang bertuliskan

17 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 84. 18 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 257-258.

85

“Langitan”. Melalui teknik ini, sutradara dan penulis ingin

menunjukkan kepada kalayak bahwa lokasi cerita dalam film ini

bertempat di Desa Langitan.

Scene Potongan Adegan

Gambar 4. 29 Grafis

63 Skenario dan Keterangan

Dalam scene ini, terdapat teknik pengambilan gambar close up.

Gambar close up diambil pada objek peralatan sholat dengan tangan

Wahyu dan Pak Darto. Melalui teknik ini, sutradara dan penulis ingin

menonjolkan objek tersebut agar dapat terlihat jelas oleh khalayak.

2.) Metafora

Metafora ialah pemakaian ungkapan, atau kiasan dalam suatu teks. Metafora dipakai sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas gagasan tertentu.

Metafora dapat berupa peribahasa, pepatah, petuah leluhur, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang digunakan untuk memperkuat suatu pesan.19

Dalam Film Tendangan dari Langit, terdapat dua kalimat yang mengandung kiasan atau majas.

19 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 259.

86

Tabel 4.16 Metafora Scene Potongan Adegan

Gambar 4.30 Metafora

61

Skenario dan Keterangan

Penjaga Warung : Yu, Wahyu. Kayaknya Persema itu butuh tendangan dari Langitan iku le.

Ket: Penjaga Warung memuji Wahyu dan mengungkapkan bahwa

Persema butuh Tendangan Wahyu yang berasal dari Desa

Langitan

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.31 Metafora

63

Skenario dan Keterangan

Lik Hasan : Semua pemain sepak bola di Indonesia, gak punya yang namanya akhir perjalanan hidup yang menyenangkan. Semuanya kayak bintang, terang benderang di langit. Uuuuhh redup. Lagi masa jayanya, woah semua orang hebat! woah iku hebat! Hebat! Hebat! Akhirnya opo? Tragis, asu.

87

Ket : Lik Hasan menceritakan kepada Wahyu tentang persepakbolaan

di Indonesia. Pak Darto mengibaratkan pemain sepak bola di

Indonesia seperti bintang yang terang di langit, namun suatu

saat redup. Ketika sedang sukses dipuja namun tidak

mendapat perhatian di masa tuanya

Scene Potongan Adegan

Gambar 4.32 Metafora

90

Skenario dan Keterangan

Pak Darto : Seimbang? Cinta iku eling almarhum Gombloh. Kalo cinta melekat tai kucing terasa coklat! Hahah.. Harus total le, jatuh cinta itu.

Ket: Pak Darto menasihati Wahyu agar mencintai suatu hal dengan

total dan memilih mencintai salah satu di antara Indah atau sepak bola.

Ucapan Pak Darto tersebut merupakan petuah dari musisi Gombloh

yang berarti sepahit-pahitnya suatu hal, kalau sudah mencintai semua

akan terasa indah.

88

3.) Ekspresi

Ekspresi digunakan untuk menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks. Ekspresi dapat berbentuk grafis seperti gambar, atau foto yang digunakan untuk mendukung suatu gagasan.20

Tabel 4.17 Ekspresi Scene Potongan Adegan

Gambar 4.33 Ekspresi Gambar 4.34 Ekspresi

17

Skenario dan Keterangan

Dalam scene ini, terdapat dua gambar yang memiliki arti untuk

disampaikan kepada khalayak. Gambar pertama ialah gambar Pak

Darto sedang melihat ke arah depan. Sedangkan gambar kedua ialah

gambar kuda bersama dengan pemiliknya. Melalui teknik ini,

sutradara dan penulis ingin menyampaikan pesan kepada khalayak

bahwa Pak Darto menyukai kuda melalui ekspresi wajah Pak Darto.

Scene Potongan Adegan

63 Gambar 4. 35 Ekspresi

20 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 84.

89

Skenario dan Keterangan

Wahyu : Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak.

Ket: Dalam scene ini, Sutradara dan penulis ingin menunjukkan

ekspresi sedih dari Wahyu. Setelah Wahyu ditampar oleh Pak Darto, ia

meringis dan langsung menuju ke kudanya untuk diberikan kepada

ayahnya.

B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film

Tendangan dari Langit dilihat dari Kognisi Sosial

Dalam skema analisis wacana Van Dijk, teks merupakan suatu hasil dari kesadaran mental pembuat teks yang membuat teks tersebut. Kognisi sosial membahas tentang proses terbentuknya suatu teks yakni bagaimana suatu peristiwa ditafsirkan, disimpulkan dan dimaknai oleh seorang penulis. Menurut

Van Dijk, analisis kognisi sosial memusatkan perhatian pada struktur mental penulis. Proses pemaknaan dan mental dari penulis untuk memahami sebuah peristiwa atau fenomena merupakan bagian dari proses produksi suatu teks.21

Setiap film memiliki naskah skenario yang berisi penjelasan dari setiap adegan. Skenario tersebut berisi dialog-dialog yang akan dimainkan oleh pemain

21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,h. 266-267.

90

beserta tempat, waktu, shot dan detail adegan lainnya. Naskah skenario ditulis oleh penulis skenario dibantu oleh sutradara. Dalam film Tendangan dari Langit, skenario dibuat oleh Fajar Nugros selaku penulis skenario dan juga Hanung

Bramantyo yang merangkap sebagai sutradara. Penulis melakukan wawancara dengan Fajar Nugros selaku penulis skenario.

Film Tendangan dari Langit merupakan film tentang perjuangan dari seorang anak yang bernama Wahyu untuk meraih mimpinya menjadi pemain sepak bola. Selain karena menceritakan tentang sepak bola, film ini diberi judul

Tendangan dari Langit karena latar tempat dalam film ini terletak di di Desa

Langitan, lereng gunung Bromo, Malang. Ide cerita dari film ini merupakan ide dari Coach Timo yang merupakan pelatih dari Irfan Bachdim dan juga Kim

Kurniawan di klub Persema Malang pada tahun itu. Ketiga pemain tersebut bermain dalam film ini dengan nama dan peran yang sama seperti aslinya. Fajar

Nugros selaku penulis skenario menterjemahkan cerita dari Coach Timo ke dalam skenario film.

“Semua rekaan, idenya dari Coach Timo. Ide ceritanya dari dia terus saya rapiin ke skenario”22

Fajar Nugros mendekatkan tokoh Wahyu seperti dirinya dimana Wahyu merupakan sosok remaja dari desa yang ingin sukses di dunia sepak bola. Dia terus berjuang untuk meraih mimpinya dengan berlatih dan bermain sepak bola.

Tokoh Wahyu dan juga Fajar Nugros memiliki kesamaan yakni dari suku Jawa yang sama-sama ingin meraih sukses. Meskipun berbeda kota yakni Wahyu dari

Malang dan juga Fajar Nugros dari Yogyakarta. Oleh karena itu, film ini banyak menampilkan dialog-dialog bahasa Jawa.

22 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.

91

“Kalo pengalaman pribadi kan biasanya penulis itu atau sutradara itu mendekatkan karyanya ke dirinya kan. Saya juga dari daerah, dari Jogja ke Jakarta mau sukses, ya sama seperti Wahyu situasinya. Kita dari desa, dia mau meraih impiannya ke Jakarta.”23

Selain memuat nilai-nilai perjuangan meraih impian, film ini juga berisi pesan berbakti kepada kedua orang tua. Wahyu sebagai sosok remaja pada film ini, membantu ayahnya berjualan mie seduh di Bromo. Meskipun ayahnya berlaku kasar kepadanya, Wahyu tetap hormat dan tunduk kepada ayahnya. Lalu ia juga memberikan ayahnya kuda dari hasil ia bermain sepak bola. Wahyu juga berbakti kepada ibunya dan ayahnya selalu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya. Melalui adegan-adegan tersebut, Fajar Nugros ingin menyampaikan pesan berbakti kepada kedua orang tua.

“Ya pasti. Karena kan itu kan nilai-nilai Jawa kan. Apapun, kamu pergi kemanapun, kamu merantau, meraih mimpi, ya jangan lupa untuk berbakti kepada orang tua, jangan lupa sama roots kan.”24

Menurut Fajar Nugros, orang tua mendidik anak sesuai dengan apa yang orang tua ketahui. Bila sesuatu itu buruk, maka ia akan melarang anaknya untuk melakukan hal tersebut.

“Orang tua mendidik anak itu sebenernya dari apa yang mereka tau. Kita tidak bisa menyalahkan mereka cara ngedidiknya keliru, karena kita sudah di Jakarta, kita tahu seperti apa dunia yang lebih modern dan ilmu yang lebih banyak terus kita nyalahin orang tua kita dulu mendidik , kan gak gitu juga. Mereka hanya mendidik kita dengan nilai-nilai yang mereka tau kan, misalnya si bapaknya juga gak mau, secara konteksnya si bapaknya juga taunya dulu dia pernah main bola, dia kecelakaan, dia cedera ya dia yang tau ya anaknya jangan sampe kaya dirinya, kan sesederhana itu.”25

Inilah salah satu konflik yang dibuat oleh Fajar Nugros dalam film ini dimana Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk menggantungkan

23 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 24 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 25 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.

92

harapan di dunia sepak bola. Meskipun begitu, Wahyu tetap menghormati kedua orang tuanya. Ia bekerja keras untuk meyakinkan ayahnya bahwa sepak bola itu dapat menghasilkan yakni dengan memberikannya kuda dan juga alat sholat, hingga ayahnya mengizinkan Wahyu mengejar mimpinya.

C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film

Tendangan dari Langit dilihat dari Konteks Sosial

Dalam meneliti wacana dari suatu teks, perlu adanya penelitian atas wacana yang berkembang di masyarakat. Analisis konteks sosial meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.26 Dalam hal ini, wacana yang berkembang di masyarakat mempengaruhi skenario film Tendangan dari Langit yang dibuat oleh Fajar

Nugros.

Pada mulanya, film ini dibuat dengan latar belakang pesepakbola yang sedang populer di Indonesia yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Kurniawan.

Kedua pemain ini merupakan pemain naturalisasi yang bermain di Indonesia dimana Irfan Bachdim mencetak gol untuk Indonesia di ajang Piala AFF 2010.

Kala itu, Irfan yang juga pemain Persema merupakan pemain yang sangat populer di kalangan remaja.

“Latar belakang pembuatan filmnya karena Irfan Bachdim populer waktu itu , sama Kim ya, lagi hits pemain bule naturalisasi, sebenernya latarnya itu. Terus produser datang kita punya Irfan Bachdim sama Kim Kurniawan nih. Coba dibuatin filmnya”27

26 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271. 27 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.

93

Film ini berisi perjuangan Wahyu dari Desa Langitan untuk meraih mimpinya menjadi pemain sepak bola. Dalam meraih impiannya, Wahyu sempat mengalami cedera akibat berlatih terus menerus. Cedera tersebut dideranya ketika menjalani tryout bersama klub Persema. Setelah diketahui cedera Wahyu, klub

Persema menyatakan tidak dapat mengobati Wahyu dan tidak dapat menerima

Wahyu masuk ke dalam klub tersebut. Kejadian dalam film ini sesuai dengan fenomena sepak bola di Indonesia dimana pemain yang cedera tidak dapat diobati dan “dibuang”.

“Sebenernya orang tua kan gak mau anaknya lebih buruk dari dia aja. Kalo fenomena bola di situ kita samakan dengan situasi kenyataan di sepak bola. Biasanya gitu klub kita. Kalo di luar negeri cedera, lu dirawat, ada asuransi, ada apa. Kalo disini ya dibuang.”28

Oleh karena itu, banyak orang tua di masyarakat yang melarang anaknya menggantungkan harapan di dunia sepak bola, seperti dalam film ini dimana Pak

Darto selalu melarang anaknya bermain sepak bola akibat kisah buruknya dahulu ketika menjadi pemain sepak bola.

“Kan itu fenomena umum ya. Orang tua gak mau anaknya jadi sutradara, bisa idup nggak? Atau mau jadi anak band? Dan sebagainya.”29

Walau banyak memuat tentang persepakbolaan di Indonesia, film ini memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan berbakti kepada kedua orang tua, dan juga memberikan harapan bahwa dengan kerja keras setiap orang akan mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak sedikit anak yang lupa dengan orang tua ketika mereka sukses dengan hasil usaha mereka. Dalam wawancara dengan Fajar

28 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 29 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.

94

Nugros, ia mengatakan bahwa film ini dibuat untuk mengingatkan mereka yang lupa dengan orang tua ketika sudah sukses.

“Kalo dulu si kebanyakan intinya kita suka lupa akar ya, lupa akar berarti lupa orang tua sih, orang udah sukses di Jakarta, kita melupakan itu, melupakan rootsnya dari mana, lupa diri gitu. Nah film ini kan supaya ngingetin bahwa dengan kerja keras, sukses, kamu gak bisa lupa sama roots kamu.”30

Dalam film ini, Wahyu selalu ingat dengan orang tuanya ketika ia bekerja keras. Bahkan dalam kerja kerasnya, ia berniat memberikan ayahnya kuda hingga akhirnya menjadi kenyataan. Ia memberikan kuda yang merupakan kesukaan ayanya agar ayahnya gagah dan tidak hanya berjualan mie seduh di Bromo. Selain itu, pesan berbakti kepada kedua orang tua juga dituangkan melalui Pak Darto dimana ia mengingatkan Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya yang mengurusnya di waktu kecil. Hal inilah yang ditonjolkan dari film ini untuk menjawab wacana yang berkembang di masyarakat tentang anak-anak yang lupa dengan orang tuanya.

30 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dianalisis melalui skema analisis wacana Van Dijk dalam film Tendangan dari Langit terdiri dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial sebagai berikut:

1. Teks

a. Struktur Makro

Tema besar yang diangkat dalam film ini yakni mengenai kerja keras dan juga berbakti kepada kedua orang tua. Pesan berbakti kepada kedua orang tua disampaikan melalui sosok Wahyu yang hormat terhadap ayah ibunya. Ia membantu ayahnya berjualan mie seduh di Bromo dan membelikan ayahnya Kuda dari hasil bermain sepak bola. Lalu pesan berbakti kepada ibu disampaikan melalui tokoh ayah Wahyu atau Pak Darto yang berpesan kepada Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya yang menimangnya waktu kecil.

b. Superstruktur

Superstruktur atau skematik berupa alur dalam sebuah film dari awal hingga akhir. Dalam film tendangan dari langit, terdapat lima tahapan alur di antaranya

Opening Bill Board yang menampilkan Coach Timo sedang menonton TV kekalahan Timnas Indonesia, lalu Opening Scene dimana Lik Hasan memuji permainan Wahyu. Kemudian Conflict Scene yang terdiri dari larangan Pak Darto kepada Wahyu bermain sepak bola, Wahyu memberikan kuda, dan juga Wahyu

95

96

divonis cedera. Kemudian Anti Klimaks dimana cederaWahyu dapat diobati, dan juga Ending Wahyu mencetak gol kemenangan bagi klub Persema.

c. Struktur Mikro

Struktur mikro terdiri dari strategi semantik, sintaksis, stilistik dan juga retoris. Dalam semantik, penulis skenario menonjolkan latar buruknya persepakbolaan Indonesia, lalu detail bakat Wahyu dan juga maksud Wahyu bermain sepak bola yakni untuk memberikan ayahnya kuda. Kemudian sintaksis berisi bentuk kalimat, kata ganti dan koherensi dimana penulis menggunakan struktur kalimat induktif di berbagai adegan. Kata ganti le, koe, dan koherensi dengan kata hubung tapi. Kemudian stilistik merupakan gaya bahasa yang dalam film ini menggunakan bahasa sehari-hari diselingi bahasa Jawa. Serta elemen retoris yang menampilkan petuah dari gombloh, ekspresi Wahyu saat memberikan kuda dan juga beberapa pengambilan gambar close up.

2. Kognisi Sosial

Film ini merupakan ide dari Coach Timo dimana Fajar Nugros selaku penulis merapikannya ke dalam bentuk skenario film. Fajar mendekatkan karyanya kepada dirinya terutama pada tokoh Wahyu. Fajar yang berasal dari

Jogja menggantungkan impiannya di Jakarta sebagai sutradara dan penulis skenario. Sementara Wahyu berasal dari Malang juga menggantungkan harapannya di dunia sepak bola. Keduanya berasal dari Jawa sehingga film ini banyak menampilkan dialog bahasa Jawa. Fajar juga menuangkan nilai-nilai Jawa dalam film ini dengan tokoh Wahyu yang penuh sopan santun dan juga tidak lupa dengan kedua orang tuanya.

97

3. Konteks Sosial

Film ini dibuat dengan latar belakang pesepakbola yang sedang naik daun yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Kurniawan. Wacana yang berkembang di masyarakat yakni banyaknya anak yang tidak diizinikan menggantungkan harapan di dunia sepak bola. Kemudian banyak anak-anak yang lupa dengan orang tuanya ketika meraih sukses. Film ini dibuat dengan tujuan mengingatkan kepada masyarakat bahwa dengan kerja keras setiap orang dapat meraih yang terbaik dan juga agar tidak lupa dengan orang tua.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap wacana film Tendangan dari

Langit, penulis ingin memberikan saran kepada beberapa pihak di antaranya:

1. Kepada Bapak Hanung Bramantyo selaku sutradara juga Fajar Nugros

selaku penulis skenario film, agar terus menciptakan karya-karya yang

mendidik melalui film dengan memuat nilai-nilai religius dan

kemanusiaan.

2. Kepada seluruh masyarakat agar dapat menjadi penonton yang cerdas

dengan mengambil pesan-pesan yang baik dan menjauh konten-konten

yang kurang baik dalam sebuah film.

3. Kepada seluruh anak agar senantiasa berbakti kepada kedua orang tua

walaupun sudah sukses dan kepada kedua orang tua agar mendukung

bakat dan cita-cita anaknya.

4. Kepada pengurus PSSI agar terus bekerja keras demi persepakbolaan

Indonesia yang lebih baik lagi.

98

5. Kepada seluruh insan perfilman Indonesia agar dapat membuat karya-

karya yang tidak hanya menghibur, melainkan juga memberikan edukasi

kepada masyarakat dan juga menghilangkan konten-konten negatif dalam

sebuah film.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abyari, Ibrahim. Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al- Hamid. Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.

At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at- Tirmidzi, , Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Jakarta: Almahira, 2013. Cet. Ke- 1.

Al-Qusyairi, An-Naisaburi Muslim bin al-Hajjaj, Ensiklopedia Hadits 4; Shahih Muslim 2, Penerjemah Masyhari, dkk. Jakarta: Almahira, 2012. Cet. Ke-1.

Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru. Jakarta: Lembaga Komunikasi Massa Islam di Indonesia, 1989.

Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Arifin, E. Zainal, dkk. Wacana; Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013.

Asyur, Ahmad Isa. Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil. Jakarta: Gema Insani Press, 1992.

Asy-Syafrowi, Mahmud. Orang Tuaku Pintu Surgaku. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015.

Badara, Aris. Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesi;: Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. Cet ke-3.

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis, 2001.

Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

99

100

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua. Jakarta: Darul Qolam, 2002.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Cet ke-22.

Musfah, Jejen. Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati. Jakarta: Hikmah, 2003.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3.

Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Cet ke-5.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Grasindo 1996.

Prodjohaamidjojo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2011.

Purwoko, Herudjati. Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang. Jakarta: Indeks, 2008.

Rusminto, Nurlaksana Eko. Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015. Cet ke-1.

Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros. Minggu, 30 Juli 2017

Website

“Agus Hadi Sudjiwo”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari https://profil.merdeka.com/indonesia/a/agus-hadi-sudjiwo/

“Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari http://www.pemeranfilm.com/agus-kuncoro/

101

“Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.wowkeren.com/seleb/agus_kuncoro/

“Daftar Nominasi Festival Film Indonesia 2011”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari http://www.armylookfashion.com/2011/11/28/daftar-nominasi- festival-film-indonesia-2011.html/

“Data Penonton”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2011#.WTYcFhIrV9w

Erik Priana, “Biodata Yati Surachman Lengkap, Aktris Legend Masih Eksis Hingga Sekarang”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari http://www.bioseleb.com/2016/02/biodata-yati-surachman-lengkap- aktris.html

“Fajar Nugroho”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/fajar-nugroho.html

“Galeri Foto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/galeri- foto/?nggpage=2

“Hanung Bramantyo” artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/

“Profil”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/profil/

“Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/

“Profil Hanung Bramantyo, Sutradara Kenamaan Asal Indonesia”, artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari http://www.profilpedia.com/2016/04/profil-hanung- bramantyo.html

Taufik, Mohamad. “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”, artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh- kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering- dimarahi.html

“Yati Surachman”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yati-surachmiati-agustina.html

“Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html

LAMPIRAN-LAMPIRAN

102

Poster Film Tendangan dari Langit

Surat Izin Penelitian

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Fajar Nugros (Penulis Skenario)

Hari, Tanggal : Minggu, 30 Juli 2017

Waktu : 15.00 – 15.30 WIB

Tempat : Jalan Depsos 1, no. 30, Komplek Departemen Sosial, Jakarta Selatan

(Kantor Demi Istri Production)

1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan film Tendangan dari Langit?

Latar belakang pembuatan filmnya karena Irfan Bachdim populer waktu itu , sama Kim ya, lagi hits pemain bule naturalisasi, sebenernya latarnya itu.

Terus produser datang kita punya Irfan Bachdim sama Kim Kurniawan nih. Coba dibuatin filmnya, udah itu doang. Secara komersil itu sih.

2. Mungkin abis AFF juga kali ya mas?

Ya, abis dia bikin gol, Irfan. Jadi tidak ada hubungannya dengan, ya kalo produser komersil kan liatnya oo itu lagi happening gitu

3. Apakah ini diangkat dari kisah nyata?

Gak ada. Semua rekaan, idenya dari Coach Timo. Ide ceritanya dari dia terus saya rapiin ke skenario

4. Ada inspirasi lain gak si mas misalnya dari pengalaman pribadi Mas Fajar

Nugros?

Eh kalo pengalaman pribadi kan dideketin ke biasanya penulis itu atau sutradara itu mendekatkan karyanya ke dirinya kan. Saya juga dari daerah, dari

Jogja ke Jakarta mau sukses, ya sama seperti Wahyu situasinya. Kita dari desa, dia mau meraih impiannya ke Jakarta.

5. Kalo pemilihan Persema itu dari mana?

Persema karena klubnya Irfan waktu itu Persema kan

6. Ada gak si kesengajaan untuk menyampaikan pesan berbakti kepada orang tua dalam film ini?

Ya pasti. Karena kan itu kan nilai-nilai Jawa kan. Apapun, kamu pergi kemanapun, kamu merantau, meraih mimpi, ya jangan lupa untuk berbakti kepada orang tua, jangan lupa sama roots kan.

7. Terus ini pandangan aja ya mas, menurut mas pandangan terhadap perilaku anak-anak ke orang tua gimana si?

Kalo dulu si kebanyakan intinya kita suka lupa akar ya, lupa akar berarti lupa orang tua sih, orang udah sukses di Jakarta, kita melupakan itu, melupakan rootsnya dari mana, lupa diri gitu. Nah film ini kan supaya ngingetin bahwa dengan kerja keras, sukses, kamu gak bisa lupa sama roots kamu.

8. Gimana harusnya orang tua mendidik anak-anaknya?

Orang tua mendidik anak itu sebenernya dari apa yang mereka tau. Kita tidak bisa menyalahkan mereka cara ngedidiknya keliru, karena kita sudah di

Jakarta, kita tahu seperti apa dunia yang lebih modern dan ilmu yang lebih banyak terus kita nyalahin orang tua kita dulu mendidik , kan gak gitu juga. Mereka hanya mendidik kita dengan nilai-nilai yang mereka tau kan, misalnya si bapaknya juga gak mau, secara bodohnya, secara konteksnya si bapaknya juga taunya dulu dia

pernah main bola, dia kecelakaan, dia cedera ya dia yang tau ya anaknya jangan sampe kaya dirinya, kan sesederhana itu.

9. Mungkin fenomenanya sekarang juga kaya gitu kali ya Mas?

Sebenernya orang tua kan gak mau anaknya lebih buruk dari dia aja. Kalo fenomena bola di situ kita samakan dengan situasi kenyataan di sepak bola.

Biasanya gitu klub kita. Kalo di luar negeri cedera, lu dirawat, ada asuransi, ada apa. Kalo disini ya dibuang.

10. Tapi banyak gak si mas nemuin orang tua yang melarang anaknya main bola?

Ya salah satunya ya Wahyu itu.

11. Kalo aslinya?

Aslinya banyak. Kan itu fenomena umum ya. Orang tua gak mau anaknya jadi sutradara, bisa idup nggak? Atau mau jadi anak band? Dan sebagainya.

12. Di dalam film ini, tema apa saja yang ingin ditonjolkan?

Kerja keras doang sebenernya, itu ngasih hope bahwa kalo lu kerja keras ya lu bisa sukses, gitu. Siapapun kamu ya mau dari desa mau dari mana.

Narasumber,

Fajar Nugros

(Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit)

Foto Bersama Fajar Nugros (Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit)