Film Sebagai Media Propaganda Politik Di Jawa Pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Film Sebagai Media Propaganda Politik Di Jawa Pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945 Film sebagai media propaganda politik di Jawa pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: Widiatmoko C.0502055 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i FILM SEBAGAI MEDIA PROPAGANDA POLITIK DI JAWA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945 Disusun oleh: WIDIATMOKO C0502055 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Drs. Andreas Susanto, M.Hum. NIP 19591129 198803 1001 Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Sejarah Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. NIP 19540223 198601 2001 ii FILM SEBAGAI MEDIA PROPAGANDA POLITIK DI JAWA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945 Disusun oleh: WIDIATMOKO C0502055 Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal…………….. Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum …………………….. NIP 19540223 198601 2001 Seketaris : Insiwi Febriary Setiasih, SS, MA …………………….. 19800227 200501 2001 Penguji I : Drs. Andreas Susanto, M.Hum …………………….. NIP 19591129 198803 1001 Penguji II : Drs. Suharyana, M.Pd .................................. NIP 1958011 198603 1002 Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Sudarno, M.A. NIP 19530317 198506 1001 iii PERNYATAAN Nama : Widiatmoko NIM : C0502055 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Film Sebagai Media Propaganda Politik Di Jawa Pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal- hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari sanksi tersebut. Surakarta, April 2010 Yang membuat pernyataan, Widiatmoko iv MOTTO Dua Hal Yang Di sia-sia kan Manusia Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. : Rasulullah Saw pernah bersabda, "ada dua anugerah yang disia-siakan manusia: kesehatan dan waktu luang". (Sahih Bukhari) Ketahuilah, bahwa hati itu bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada di hadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya, sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya (Al Habib Muhammad bin Abdullah Al-Idrus) Apakah anda takut dengan masa depan? “Saya ragu Pak” jawab Ku Sedangkan dengan Bapak sendiri, Apakah Bapak takut dengan masa depan? “Tidak” jawabnya. “Karena didalam diri Saya ada banyak Sejarah” ia meneruskan jawabannya (Dialog si penakut) v PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan pada : Ø Ayah dan Ibu tercinta kesabaran dan ke ikhlasan mu Membuat Ku selalu menangis Ø Kakak dan Adik-adik tercinta Tawa keceriaan yang tak akan habis Ø Keluarga Besar ku di situlah surga kecil ku vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Selama proses penyususnan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk materi maupun dorongan moral yang besar artinya. Oleh karena itu, merupakan kewajiban penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, serta selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran, pengarahan, motivasi dari awal perkuliahan sampai akhir studi dan yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dra. Sawitri P.P, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 4. Drs. Andreas Susanto, M.Hum, selaku Pembimbing Skripsi, yang memberikan banyak dorongan, masukan, dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Monumen Pres, Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia. 7. Staf bagian Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, Staf Perpustakaan Nasional, Staf Japan Foundation, Staf Pusat Perfilman Nasional, dan Pusat Perfilman, Dokumentasi Usmar Ismail, dan Perum Pusat Film Nasional yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam melakukan penelitian. 8. Palm Camp. Cramat. vii 9. Forum Lenteng Budi Wahyono, Nurul Hidayat, Winanto, Hendra. 10. Teman-teman Angkatan 2002. Empat Serangkai Oriza Vilosa, Ponco Suseno, Stevanus Yugo H (Crew Toko Buku dan Rumah Baca Bumi Manusia). 11. Asrama ceria. 12. LPM Kalpadruma. 13. Garba Wira Bhuana. 14. Jong Grha Dede, Widita, Panji. 15. Delapan Penjuru Muni Roh, Pras, Dharma, Iwan T. 16. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulisan mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan tangan terbuka. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Surakarta, April 2010 Penulis viii DAFTAR ISI JUDUL ........................................................................................................ i HALAMANPERSETUJUAN....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR DAFTAR KOSAKATA DAN NAMA ORANG JEPANG......... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi ABSTRAK ................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………............... 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 12 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 12 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 13 E. Tinjauan Pustaka ………………………………………………….. 13 F. Metode Penelitian …………………………………………………. 18 G. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 23 BAB II KEDATANGAN TENTARA PENDUDUKAN JEPANG………………………………………………………………. 24 A. Emigran Jepang ke Hindia Belanda ……………………………… 24 B. Masa Akhir Pemerintahan Hindia Belanda ……………………….. 29 C. Bergantinya Penguasa …………………………………………….. 35 D. Motif Pendudukan Jepang dan Mengambil Simpati………………. 45 E. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Terhadap Indonesia…………………………………………………………… 49 ix BAB III MEDIA-MEDIA PROPAGANDA JEPANG …………………… 56 A. Sendenhan di Jawa ………………………………………………... 57 1. Ke Selatan……………………………………………………… 57 2. Lahirnya Sendenhan..........…………………………………….. 67 3. Pembentukan Departemen Propaganda (Sendenbu)…………… 74 4. Sendenhan Mulai Beroperasi…………………………………… 82 B. Propaganda Jepang di Jawa 1942-1945…………………………….. 85 1. Propaganda Jepang Sebelum Invansi ke Indonesia……………. 85 2. Alat Perang Propaganda Jepang……………………………….. 89 a. Dari Pasukan Pena ke Barisan Propaganda…………………. 89 b. Almanak Asia-Raya 2603…………………………………… 92 c. Kebijakan Jepang Dalam Puisi Indonesia…………………… 95 d. Foto di Surat kabar…………………………………………… 99 e. Lagu Jaesjio………………………………………………….. 106 f. Siaran yang Berperang………………………………………. 108 g. Film Bercerita Merupakan Raja Propaganda.......................... 112 BAB IV MEDIA PROPAGANDA JEPANG MELALUI FILM…………. 116 A. Film Sebagai Alat Perang Tanpa Senjata……………………………. 116 1. Kebijakan Jepang Mengenai Perfilman………………………….. 116 2. Munculnya Lembaga Film Buatan Jepang………………………. 119 B. Para Propagandis di Balik Layar…………………………………….. 122 1. Rancangan Propaganda Media Film…………………………….. 122 2. Propagandis di Balik Layar……………………………………… 123 C. Tema-Tema Film Propaganda……………………………………….. 126 x D. Metode Penyebar Luasan Pemutaran Film………………………….. 143 1. Pemutaran di Bioskop…………………………………………… 145 2. Layar Putih itu Bernama Layar Tancap…………………………. 150 3. Boui Engo Kai (Badan Pembantu Prajurit)……………………… 153 a. Kebijakan Pembentukan Boui Engo Kai (Badan Pembantu Prajurit)………………………………………………………. 153 b. Pemutaran Film di Boui Engo Kai…………………………… 155 E. Promosi Film Bagian dari Seni Iklan………………………………… 158 1. Iklan Surat Kabar………………………………………………… 158 2. Peran “Pasukan Kuas” di Sendenhan…………………………….. 163 F. Seni Sebagai Media Perlawanan Terhadap Propaganda Jepang……... 165 1. Keimin Bunka Shidosho…………………………………………… 166 2. Seni Sebagai Wahana Penyampaian Aspirasi Bangsa Indonesia… 170 G. Perselisihan Sendenhan dengan Gunseikanbu………………………… 185 H. Respon Masyarakat Terhadap Aksi Propaganda Jepang Melalui Media Film……………………………………………………………………. 200 BAB V KESIMPULAN……………………………………………………… 207 DAFTAR
Recommended publications
  • A Note on the Sources for the 1945 Constitutional Debates in Indonesia
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Vol. 167, no. 2-3 (2011), pp. 196-209 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv URN:NBN:NL:UI:10-1-101387 Copyright: content is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License ISSN: 0006-2294 A.B. KUSUMA AND R.E. ELSON A note on the sources for the 1945 constitutional debates in Indonesia In 1962 J.H.A. Logemann published an article entitled ‘Nieuwe gegevens over het ontstaan van de Indonesische grondwet van 1945’ (New data on the creation of the Indonesian Constitution of 1945).1 Logemann’s analysis, presented 48 years ago, needs revisiting since it was based upon a single work compiled by Muhammad Yamin (1903-1962), Naskah persiapan Undang-undang Dasar 1945 (Documents for the preparation of the 1945 Constitution).2 Yamin’s work was purportedly an edition of the debates conducted by the Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK, Committee to Investigate Preparations for Independence)3 between 29 May and 17 July 1945, and by the 1 Research for this article was assisted by funding from the Australian Research Council’s Dis- covery Grant Program. The writers wish to thank K.J.P.F.M. Jeurgens for his generous assistance in researching this article. 2 Yamin 1959-60. Logemann (1962:691) thought that the book comprised just two volumes, as Yamin himself had suggested in the preface to his first volume (Yamin 1959-60, I:9-10). Volumes 2 and 3 were published in 1960. 3 The official (Indonesian) name of this body was Badan oentoek Menjelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan (Committee to Investigate Preparations for Independence) (see Soeara Asia, 1-3-1945; Pandji Poestaka, 15-3-1945; Asia Raya, 28-5-1945), but it was often called the Badan Penjelidik Oesaha(-oesaha) Persiapan Kemerdekaan (see Asia Raya, 28-5-1945 and 30-5-1945; Sinar Baroe, 28-5-1945).
    [Show full text]
  • Identity, Minority, and the Idea of a Nation: a Closer Look at Frieda (1951) by Dr
    Vol. 1 Journal of Korean and Asian Arts SPRING 2020 Identity, Minority, and the Idea of a Nation: a Closer Look at Frieda (1951) by Dr. Huyung Umi Lestari / Universitas Multimedia Nusantara 【Abstract】 The discourse on film nasional (national film) in Indonesia always started by bringing up Darah dan Doa (1950, Blood and Prayer) as the foundation of the Indonesian film industry. The prominent film historian, Misbach Yusa Biran, stated that Darah dan Doa was produced with national consciousness value. The legacy of Darah dan Doa was not only neglecting the role of filmmakers from pre-Independence in Indonesia but also the role of other filmmakers during the 1950s, including Dr. Huyung. Previously, Dr. Huyung (Hinatsu Eitaro /Hŏ Yŏng) came from Korea and became a supporter of Imperial Japan during World War II. After Indonesia gained her independence, Huyung joined Berita Film Indonesia and became a film teacher at the Cine Drama Institute and Kino Drama Atelier. It was there that they then went on to make Frieda (1951), Bunga Rumah Makan (1951, The Flower of the Restaurant), Kenangan Masa (1951, Memories of the Past), and Gadis Olahraga (1951, the Sportswoman). This article discusses 'unity in diversity', a concept in filmmaking that was started by Huyung in 1949. When discussing Darah and Doa as the first film nasional, people forget that the film is driven from the military perspective. Meanwhile, Huyung tried to represent an ethnic minority in Frieda and showing that the ordinary people and the intellectuals also shaped the nation. Based on his experience in the Japanese army and Berita Film Indonesia, Huyung understood that film was very useful in achieving the goals of the state apparatus, due to the cinema's ability to spread nationalism.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Christen J. Grorud 1979-2016
    CHRISTEN J. GRORUD 1979-2016 Memories of Chris Compiled by the Southeast Asia Center in the Henry M. Jackson School of International Studies at the University of Washington Remembering Chris Grorud 1979-2016 Laurie J. Sears Introduction. I first met Chris Grorud in person when he came out to visit the... 4 Micaela Campbell Pamit dulu. From 2014 to 2015, Chris worked on a pilot project for rural... 7 Celia Lowe Appreciation. Chris was a wonderful student, incredibly dedicated to his study... 8 Allan Lumba Bread and Sasquatch. There’s a somewhat long story behind this piece of bread... 9 Cristoph Giebel Quiet confidence. I have many precious memories of Chris, but want to focus on... 11 Evi Sutrisno Grateful for a good buddy. Chris Grorud was one of my best friends both in... 12 Christina Sunardi In a nutshell. Chris, in a nutshell, was a very special person--a gift. He was... 14 Desiana Pauli Sandjaja Docendo discimus. Students come and go and they leave behind memories. Chris... 16 Joseph Bernardo Chris “Brorud.” Chris Grorud was the first person I met at UW back in 2007... 17 James Pangilinan Heartfelt welcome. Chris will be missed deeply by those whom he graced with... 20 Vince Rafael A philosopher of area studies. Chris Chris’s mother, Caryl, designed wanted to write about the Indonesian... 21 the quilt on the cover for him in 2014. She made it using textiles Chris Grorud he collected from each of the An untitled essay. At first glance, Chris’s islands he visited in Indonesia. untitled essay has a seemingly modest..
    [Show full text]
  • Feminisme Dalam Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar (Analisis Semiotika Roland Barthes)
    FEMINISME DALAM FILM MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLAR (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI Oleh : Moch. Rijal Wahyu Tama NIM. 211016044 Pembimbing : IRMA RUMTIYANING. M.SI. NIP. 197402171999032001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2020 ABSTRAK Tama, Moch. Wahyu Rijal. 2020. Feminisme Dalam Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar (Analisis Semiotika Roland Barthes). Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Irma Rumtianing, M.SI. Kata Kunci. Film, Feminimisme, Semiotik. Film merupakan salah satu media komunikasi yang tak sekedar hiburan, di dalamnya terdapat signifikasi ideologi dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan dan kemampuan film yang dapat menjangkau segmen sosial, sehingga dapat mempengaruhi khalayak. Film selalu mempengaruhi masyarakat. Film dapat menjangkau banyak segmen sosial sehingga membuat film berpotensi dapat mempengaruhi khalayak. Hal ini dapat dijadikan sarana dalam memerangii ketidakadilan gender yang terjadi saat ini melalui adegan-adegan yang digambarkan dalam film. Peran film dalam mempelopori keadilan gender memang harus dilakukan. Hal ini mengingat bahwa peranan media massa adalah alat pembentukan opini yang sangat efektif. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk Mengetahui Tanda-tanda Feminisme dalam Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar. Dan Untuk Mengetahui Makna Feminisme dalam Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar. Dalam penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan studi pustaka. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan analisis semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes yang membagi semiotika menjadi dua tahapan yakni denotasi dan konotasi. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan tentang feminimisme dalam film Merry Riana “Mimpi Sejuta Dollar”.
    [Show full text]
  • Exploring the History of Indonesian Nationalism
    University of Vermont ScholarWorks @ UVM Graduate College Dissertations and Theses Dissertations and Theses 2021 Developing Identity: Exploring The History Of Indonesian Nationalism Thomas Joseph Butcher University of Vermont Follow this and additional works at: https://scholarworks.uvm.edu/graddis Part of the Asian History Commons, and the South and Southeast Asian Languages and Societies Commons Recommended Citation Butcher, Thomas Joseph, "Developing Identity: Exploring The History Of Indonesian Nationalism" (2021). Graduate College Dissertations and Theses. 1393. https://scholarworks.uvm.edu/graddis/1393 This Thesis is brought to you for free and open access by the Dissertations and Theses at ScholarWorks @ UVM. It has been accepted for inclusion in Graduate College Dissertations and Theses by an authorized administrator of ScholarWorks @ UVM. For more information, please contact [email protected]. DEVELOPING IDENTITY: EXPLORING THE HISTORY OF INDONESIAN NATIONALISM A Thesis Presented by Thomas Joseph Butcher to The Faculty of the Graduate College of The University of Vermont In Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Arts Specializing in History May, 2021 Defense Date: March 26, 2021 Thesis Examination Committee: Erik Esselstrom, Ph.D., Advisor Thomas Borchert, Ph.D., Chairperson Dona Brown, Ph.D. Cynthia J. Forehand, Ph.D., Dean of the Graduate College Abstract This thesis examines the history of Indonesian nationalism over the course of the twentieth century. In this thesis, I argue that the country’s two main political leaders of the twentieth century, Presidents Sukarno (1945-1967) and Suharto (1967-1998) manipulated nationalist ideology to enhance and extend their executive powers. The thesis begins by looking at the ways that the nationalist movement originated during the final years of the Dutch East Indies colonial period.
    [Show full text]
  • 'Merdeka': Images of Hostile Territory
    The Newsletter | No.53 | Spring 2010 10 The Study ‘Merdeka’: images of hostile territory It was extremely diffi cult for Dutch photographers and The autonomous press photo agency, Indonesian Press Photo Service journalists to gain access to the areas controlled by the Indonesians at that time. Reports from those areas (IPPHOS), established in 1946 by Frans and Alex Mendur and the brothers which occasionally appeared in weekly magazines or daily newspapers generally originated from foreign press bureaus. Umbas, was the fi rst and formerly the largest photo agency in Indonesia. Some exclusive picture stories from Yogyakarta, the capital of Sukarno’s Republic, did make it into the Dutch illustrated The IPPHOS images were mostly taken during Indonesia’s struggle for magazines, the Katholieke Illustratie and Panorama. According to the captions, the photographs came from an American independence in the period 1945-1949, and today are the only exisiting photo agency and both illustrated magazines had acquired the exclusive rights to these unique reports. However, agency images from this time. Collections of the state-owned ANTARA these photographs had in fact been taken by the Dutch war photographer Hugo Wilmar. Wilmar had managed to get photo agency and BERITA Film Indonesia were destroyed after the failed himself a presscard from an American press photo agency and presented himself as an American press photographer. communist coup of 1965. Art and photo-historian Louis Zweers gained He succeeded in getting himself on a fl ight from Batavia (Jakarta) to Yogyakarta with an international group appointed privileged access to this partly damaged collection which has survived by the UN Security Council, the Committee of Good Services.
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melaksanakan pengelolaan arsip statis berskala nasional yang diterima dari lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, kemasyarakatan dan perseorangan. Pengelolaan arsip statis bertujuan menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip statis yang dikelola oleh ANRI merupakan memori kolektif, identitas bangsa, bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan sumber informasi publik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pengolahan arsip statis, maka khazanah arsip statis yang tersimpan di ANRI harus diolah dengan benar berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sehingga arsip statis dapat ditemukan dengan cepat, tepat dan lengkap. Pada tahun anggaran 2016 ini, salah satu program kerja Sub Bidang Pengolahan Arsip Pengolahan I yang berada di bawah Direktorat Pengolahan adalah menyusun Guide Arsip Presiden RI: Sukarno 1945-1967. Guide arsip ini merupakan sarana bantu penemuan kembali arsip statis bertema Sukarno sebagai Presiden dengan kurun waktu 1945-1967 yang arsipnya tersimpan dan dapat diakses di ANRI. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, maka guide arsip ini tentunya belum sempurna dan masih ada kekurangan. Namun demikian guide arsip ini sudah dapat digunakan sebagai finding aid untuk mengakses dan menemukan arsip statis mengenai Presiden Sukarno yang tersimpan di ANRI dalam rangka pelayanan arsip statis kepada pengguna arsip (user). Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan ANRI, anggota tim, Museum Kepresidenan, Yayasan Bung Karno dan semua pihak yang telah membantu penyusunan guide arsip ini hingga selesai. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan.
    [Show full text]
  • Bab 2 Sekilas Perkembangan Perfilman Di Indonesia 2.1
    BAB 2 SEKILAS PERKEMBANGAN PERFILMAN DI INDONESIA 2.1 Awal Perkenalan Awalnya masyarakat Hindia Belanda pada tahun 1900 mengenal film yang sekarang kita kenal dengan sebutan gambar idoep. Istilah gambar idoep mulai dikenal saat surat kabar Bintang Betawi memuat iklan tentang pertunjukan itu. Iklan dari De Nederlandsche Bioscope Maatschappij di surat kabar Bintang Betawi menyatakan: “...bahoewa lagi sedikit hari ija nanti kasi lihat tontonan amat bagoes jaitoe gambar-gambar idoep dari banyak hal..”22 Selanjutnya pada tanggal 4 Desember surat kabar itu kembali mengeluarkan iklan yang berbunyi: “...besok hari rabo 5 Desember PERTOENJOEKAN BESAR JANG PERTAMA di dalam satoe roemah di Tanah Abang Kebondjae (MANEGE) moelain poekoel TOEDJOE malem..”23 22 Bintang Betawi. Jum’at, 30 November 1900. Universitas Indonesia Kebijakan pemeerintah..., Wisnu Agung Prayogo, FIB UI, 2009 Film yang dipertontonkan saat itu merupakan film dokumenter yang menceritakan tentang perkembangan terakhir pembangunan di Belanda dan Afrika Selatan. Film ini juga menampilkan profil keluarga kerajaan Belanda. Tahun 1910 sendiri tercatat sebagai tahun kegiatan pembuatan film yang lebih bersifat pendokumentasian tentang Hindia Belanda agar ada pengenalan yang lebih “akrab“ antara negeri induk (Belanda) dengan daerah jajahan.24 Industri pembuatan film di wilayah Hindia Belanda sendiri baru dimulai sejak tahun 1926 ketika sebuah film berjudul Loetoeng Kasaroeng dibuat oleh L.Hoeveldorp dari NV Java Film Company pimpinan G. Krugers dan F. Carli.25 Java Film Company kemudian
    [Show full text]
  • A LIFE UNDER THREE FLAGS by Peter Liang Tek
    A LIFE UNDER THREE FLAGS By Peter Liang Tek Sun ii Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy in History At the University of Western Sydney, March, 2008 I thank my Heavenly Father in Jesus Christ very much for this great opportunity to study for the Ph.D. degree with the University of Western Sydney; and for His blessing to me that I may remain alive during the dysentery epidemic, the Second World War and during the dangerous accidents which have happened to me. I had to take a break from finishing this thesis between year 2000 and 2003 because of a heart attack after having some hard times in the Indonesian Presbyterian Church, Randwick, Sydney. Praise the Lord that I now have the strength and courage to finish it as I had hoped before. I am grateful to Elizabeth T.H. Tan, Winny, Abrams, Adela, Alvin, Caroline and Amanda for their support. May God bless them forever. iii To the memory of my beloved late parents: Father SUN SENG TJAY Mother KWA ROSE NIO Who have taken good care of me with love and sacrifice, Especially when I was suffering from Dysentery, Typhus and Eye disease. iv To my loving wife Elizabeth T.H.Tan, and my devoted sons and daughters : Abrams H. Dj. Sun Liana H.L. Sun Lucia H.L. Sun Winny H.B. Sun Loeki H.K. Sun Leo H.L. Sun Benjamin H.Tj. Sun Who all have given me moral support and are eagerly awaiting the result of my thesis. v A LIFE UNDER THREE FLAGS Contents Growing up in the Dutch East Indies, 1919-1942 11 Experiencing War and Japanese Occupation, 1942-1945 83 Making a Life in a Time of Revolution, 1945-1949 131 Turbulent National Politics and Personal Business 176 during the Sukarno Era, 1950-1966 Conclusion 243 Abbreviations 246 Bibliography 250 vi BIOGRAPHICAL SUMMARY The author was born on 2 October 1919, in Cilimus, Cirebon, West Java, Indonesia.
    [Show full text]
  • The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo's
    Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema Umi Lestari Southeast of Now: Directions in Contemporary and Modern Art in Asia, Volume 4, Number 2, October 2020, pp. 313-345 (Article) Published by NUS Press Pte Ltd DOI: https://doi.org/10.1353/sen.2020.0014 For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/770704 [ Access provided at 25 Sep 2021 00:27 GMT with no institutional affiliation ] This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema UMI LESTARI Abstract Basuki Resobowo (1916–99) is known primarily as a painter, activist and head of Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra, Institute for People’s Culture). He was affil- iated with left-wing politics during Sukarno’s Old Order (1945–65) and first entered the film industry in the 1940s when he played the role of Basuki in Jo An Djan’s film Kedok Ketawa (1940). During the Japanese Occupation (1942–45), Resobowo was part of Keimin Bunka Shidoso (Culture Centre). Literature on Resobowo’s artistic practice has mostly referred to his background in painting. However, in the 1950s, he joined Perusahaan Film Negara Indonesia (Perfini) as an art director and scriptwriter, making seven films, includingDarah dan Doa (Blood and Prayer) in 1950, which is regarded as the firstfilm nasional (national film). This article, while devoting some space to Resobowo’s overall career, chiefly endeavours to revisit the early Perfini films and examine the influence of Reso- bowo’s ideas about art and theatre on cinematographic mise-en-scene.
    [Show full text]
  • Een Voorbeeldige Kolonie: Nederlands-Indië in 50 Jaar Overheidsfilms, 1912- 1962
    UvA-DARE (Digital Academic Repository) Een voorbeeldige kolonie: Nederlands-Indië in 50 jaar overheidsfilms, 1912- 1962 Jansen Hendriks, G.A. Publication date 2014 Document Version Final published version Link to publication Citation for published version (APA): Jansen Hendriks, G. A. (2014). Een voorbeeldige kolonie: Nederlands-Indië in 50 jaar overheidsfilms, 1912-1962. General rights It is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), other than for strictly personal, individual use, unless the work is under an open content license (like Creative Commons). Disclaimer/Complaints regulations If you believe that digital publication of certain material infringes any of your rights or (privacy) interests, please let the Library know, stating your reasons. In case of a legitimate complaint, the Library will make the material inaccessible and/or remove it from the website. Please Ask the Library: https://uba.uva.nl/en/contact, or a letter to: Library of the University of Amsterdam, Secretariat, Singel 425, 1012 WP Amsterdam, The Netherlands. You will be contacted as soon as possible. UvA-DARE is a service provided by the library of the University of Amsterdam (https://dare.uva.nl) Download date:07 Oct 2021 Een voorbeeldige kolonie Gerda Jansen Hendriks Gerda Jansen Hendriks Een voorbeeldige kolonie nederlands-indië in 50 jaar overheidsfilms Een voorbeeldige kolonie 1912-1962 Gerda Jansen Hendriks Honderden programma’s zijn er op de Nederlandse televisie te zien geweest over onze laatste eigen oorlog: die tegen Indonesië in de jaren 1946-1949. Dat verhaal staat nummer twee bij de historische onderwerpen, alleen over de Tweede Wereldoorlog zijn meer uitzendingen gemaakt.
    [Show full text]