Kota Bogor Dalam Angka 2009

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kota Bogor Dalam Angka 2009 KOTA BOGOR DALAM ANGKA 2009 The City of Bogor in Figures KOTA BOGOR DALAM ANGKA 2009 The City of Bogor in Figures ISSN : 0215.59.31 No. Publikasi / Publication Number : 32710.09.001 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1403.3271 Ukuran Buku / Book Size : 16,5 X 21 Jumlah Halaman / Total Pages : 191 Hal. Naskah / Manuscript : Seksi Integrasi, Pelayanan dan Diseminasi Statistik BPS Kota Bogor BPS – Statistics of Bogor Municipality Gambar Kulit / Cover Design : Seksi Integrasi, Pelayanan dan Diseminasi Statistik – BPS Kota Bogor Diterbitkan Oleh / Published by : BPS Kota Bogor, Bogor – Indonesia BPS – Statistics of Bogor Municipality Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source Sejarah Singkat Kota Bogor ______________________________________________________________________________ SEJARAH KOTA BOGOR Bogor selain berarti tunggul kawung, juga berarti daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu ( di daerah Bekasi). Dalam bahasa Jawa “ Bogor” berarti pohon kawung dan kata kerja “dibogor” berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, “pabogoran” berarti kebun kawung. Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma, L “ Bogor” berarti “droogetaple kawoeng” (pohon enau yang telah habis di sadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang). Jadi sama dengan pengertian kata “pugur” atau “pogor”. Akan tetapi dalam bahasa Sunda “mugran” dengan “mogoran” berbeda arti. Yang pertama dikenakan kepada pohon yang mulai berjatuhan daunnya karena menua, yang kedua berarti bermalam di rumah wanita dalam makna yang kurang susila. Pendapat desas-desus bahwa Bogor itu berarti “pamogaran” bisa dianggap terlalu iseng. Setelah sekian lama hilang dari percaturan historis yang berarti kurang lebih selama satu abad sejak 1579, kota yang pernah berpenghuni 50.000 jiwa itu menggeliat kembali menunjukkan ciri-ciri kehidupan. Reruntuhan kehidupannya mulai tumbuh kembali berkat ekspedisi berturut-turut dilakukan oleh Scipio pada tahun 1687, Adolf Winkler tahun 1690 dan Abraham van Riebeeck tahun 1704 dan 1709. Dalam memanfaatkan wilayah yang dikuasainya, VOC perlu mengenal suatu wilayah tersebut terlebih dahulu. Untuk meneliti wilayah yang dimaksud, dilakukan ekspedisi pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio dibantu oleh Letnan Patinggi dan Letnan Tanujiwa, seorang sunda terah Sumedang. Dari ekspedisi tersebut serta ekspedisi lainnya, tidak ditemukannya pemukiman di bekas ibu kota kerajaan, kecuali dibeberapa tampat, seperti Cikeas, Citeureup, Kedung Halang dan Parung Angsana. Pada tahun 1687 juga, Tanujiwa yang mendapat perintah dari Camphuijs untuk membuka hutan Pajajaran, akhirnya berhasil mendirikan sebuah perkampungan di Parung Angsana yang kemudian diberi nama Kampung Baru. Tempat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten Bogor yang didirikan kemudian. Kampung-kampung lain yang didirikan oleh Tanujiwa bersama anggota pasukannya adalah : Parakan Panjang, Parung Kujang, Panaragan, Bantar Jati, Sempur, Baranang Siang, Parung Banteng dan Cimahpar. Dengan adanya Kampung Baru menjadi semacam Pusat Pemerintahan bagi kampung-kampung lainnya. Dokumen tanggal 7 November 1701 menyebut Tanujiwa sebagai Kepala Kampung Baru dan kampong-kampung lain yang terletak di sebelah hulu Ciliwung, De Haan memulai daftar bupati-bupati Kampung Baru atau Buitenzorg dari tokoh Tanujiwa (1689 – 1705), walaupun secara resmi penggabungan distrik-distrik baru terjadi pada tahun 1745. Pada tahun 1745 Bogor ditetapkan sebagai Kota Buitenzorg yang artinya kota tanpa kesibukan dengan sembilan buah kampung digabungkan menjadi satu pemerintahan dibawah Kepala Kampung Baru yang diberi gelar Demang, daerah tersebut disebut Regentschap Kampung Baru yang kemudian menjadi ______________________________________________________________________________ Kota Bogor Dalam Angka 2009 Sejarah Singkat Kota Bogor ______________________________________________________________________________ Regentschap Buitenzorg. Sewaktu masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1740) dibangunlah tempat peristirahatan, pada lokasi Istana Bogor sekarang yang diberi nama Buitenzorg. Pada tahun 1752 tersebut, di Kota Bogor belum ada orang asing, kecuali Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817. Letak Kampung Bogor yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada lokasi tanaman kaktus. Pasar yang didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut Pasar Bogor (sampai sekarang). Pada tahun 1808, Bogor diresmikan sebagai pusat kedudukan dan kediaman resmi Gubernur Jenderal. Tahun 1904 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 4 tahun 1904 Hoofplaats Buitenzorg mencantumkan luas wilayah 1.205 yang terdiri dari 2 Kecamatan dan 7 Desa, diproyeksikan untuk 30.000 jiwa. Pada tahun 1905 Buitenzorg diubah menjadi Gemmente berdasarkan Staatblad 1926 yang kemudian disempurnakan dengan Staatblad 1926 Nomor 328. Tahun 1924 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 289 tahun 1924 ditambah dengan desa Bantar Jati dan desa Tegal Lega seluas 951 hektar, sehingga mencapai luas 2.156 hektar, diproyeksikan untuk 50.000 jiwa. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1941, Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan mendapat otonominya sendiri. Keputusan dari gubernur jenderal Belanda di Hindia Belanda Nomor 11 tahun 1866. nomor 208 tahun 1905 dan nomor 289 tahun 1924 menyebutkan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu seluas 22 km persegi, terdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa. Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun1950 Kota Bogor ditetapkan menjadi Kota besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah Kecamatan 22 kelurahan, 5 kecamatan dan 1 perwakilan kecamatan. Terakhir berdasarkan PP No. 44/1992, perwakilan kecamatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan, kini terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 13 Tahun 2008, wilayah Kota Bogor terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan. (Dikutip dari Panduan Bulan Bhakti Karang Taruna Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2004) ______________________________________________________________________________ Kota Bogor Dalam Angka 2009 Kata Pengantar Kata Pengantar Publikasi Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2009 adalah publikasi tahunan yang komprehensif dan merupakan lanjutan dari publikasi tahun sebelumnya. Tabel-tabel yang disajikan sebagian besar merupakan data sekunder dari Instansi- instansi, Dinas-dinas, BUMN dan BUMD yang kegiatan atau lokasinya berada di Wilayah Kota Bogor. Tabel-tabel lainnya diperoleh dari hasil kegiatan rutin dan hasil survei. Buku ini dimaksudkan untuk memberi gambaran umum tentang keadaan geografi dan iklim Kota Bogor, ciri dan keadaan sosial ekonomi penduduk serta kondisi sosial dan perekonomian Kota Bogor Dalam setiap penerbitan kami selalu berusaha meningkatkan mutu serta kelengkapan data. Namun demikian, kami menyadari bahwa data yang disajikan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan publikasi ini. Akhirnya kepada seluruh Instansi, Dinas dan semua pihak yang telah membantu dalam mengisi kelengkapan data Publikasi Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2009 ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Bogor, November 2009 Badan Pusat Statistik Kota Bogor Kepala, SUGATI, Ssi NIP. 340004830 Kota Bogor Dalam Angka 2009 i Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ULASAN SINGKAT xiv LETAK GEOGRAFI 1 Tabel-tabel Halaman BAB I GEOGRAFI 1.1 Jumlah curah hujan dan hari hujan perbulan 4 1.2 Temperatur, kelembaban relatif dan tekanan udara maksimum, 5 minimum di Kota Bogor BAB II PEMERINTAHAN 2.1. Jumlah RW, RK dan RT per kecamatan 7 2.2. Jumlah Kelurahan/Desa menurut klasifikasi 8 2.3. Jumlah pegawai negeri sipil menurut pangakat/golongan di 9 lingkungan pemerintah kota Bogor 2.4. Jumlah pegawai negeri sipil dirinci menurut lembaga dan 11 golongan pegawai 2.5. Jumlah Personil Pertahanan Sipil menurut klasifikasi 15 Kota Bogor Dalam Angka 2009 ii Daftar Isi 2.6. Jumlah anggota DPRD tingkat II Kota Bogor menurut komisi 16 dan fraksi 2.7. Rekapitulasi kegiatan DPRD Daerah tingkat II 17 BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1.1. Penduduk Kota Bogor menurut kelompok umur dan jenis 19 kelamin 3.1.2. Penduduk Kota Bogor per Kecamatan menurut kelompok umur 20 dan jenis kelamin 3.1.3. Jumlah rumah tangga, penduduk, luas wilayah dan kepadatan 25 3.1.4. Jumlah kelahiran , kematian penduduk 26 3.1.5. Jumlah penduduk yang datang dan pindah 27 3.1.6 Jumlah kelahiran dan kematian penduduk WNI keturunan 28 3.1.7 Jumlah penduduk WNI keturunan yang datang dan pindah 29 3.2.1. Jumlah lowongan kerja yang terdaftar menurut lapangan usaha 30 3.2.2. Jumlah lowongan kerja yang terisi menurut lapangan usaha 32 3.2.3. Jumlah pencari kerja yang tercatat menurut tingkat pendidikan 34 yang ditamatkan 3.3.1. Banyaknya penerbitan akta sipil dan surat pengakuan anak 35 dirinci perbulan Kota Bogor Dalam Angka 2009 iii Daftar Isi BAB IV S O S I A L 4.1.1. Jumlah sekolah, murid dan guru taman kanak-kanak 38 4.1.2. Jumlah sekolah, murid dan guru sekolah dasar 39 4.1.3. Jumlah sekolah, murid dan guru sekolah lanjutan tingkat 40 pertama menurut status 4.1.4. Jumlah sekolah, murid dan guru sekolah lanjutan tingkat atas 41 kejuruan menurut status 4.1.5. Jumlah sekolah , murid dan guru sekolah lanjutan tingkat atas 42 kejuruan menurut status 4.1.6. Jumlah rombongan belajar, ruang kelas dan ruang kepala SD 43 4.1.7. Jumlah Mahasiswa & Dosen menurut Perguruan Tinggi 44 4.2.1. Jumlah rumah sakit dan tempat tidur 46 4.2.2. Jumlah Puskesmas,
Recommended publications
  • Gouverneur-Generaals Van Nederlands-Indië in Beeld
    JIM VAN DER MEER MOHR Gouverneur-generaals van Nederlands-Indië in beeld In dit artikel worden de penningen beschreven die de afgelo- pen eeuwen zijn geproduceerd over de gouverneur-generaals van Nederlands-Indië. Maar liefs acht penningen zijn er geslagen over Bij het samenstellen van het overzicht heb ik de nu zo verguisde gouverneur-generaal (GG) voor de volledigheid een lijst gemaakt van alle Jan Pieterszoon Coen. In zijn tijd kreeg hij geen GG’s en daarin aangegeven met wie er penningen erepenning of eremedaille, maar wel zes in de in relatie gebracht kunnen worden. Het zijn vorige eeuw en al in 1893 werd er een penning uiteindelijk 24 van de 67 GG’s (niet meegeteld zijn uitgegeven ter gelegenheid van de onthulling van de luitenant-generaals uit de Engelse tijd), die in het standbeeld in Hoorn. In hetzelfde jaar prijkte hun tijd of ervoor of erna met één of meerdere zijn beeltenis op de keerzijde van een prijspen- penningen zijn geëerd. Bij de samenstelling van ning die is geslagen voor schietwedstrijden in dit overzicht heb ik ervoor gekozen ook pennin- Den Haag. Hoe kan het beeld dat wij van iemand gen op te nemen waarin GG’s worden genoemd, hebben kantelen. Maar tegelijkertijd is het goed zoals overlijdenspenningen van echtgenotes en erbij stil te staan dat er in andere tijden anders penningen die ter gelegenheid van een andere naar personen en functionarissen werd gekeken. functie of gelegenheid dan het GG-schap zijn Ik wil hier geen oordeel uitspreken over het al dan geslagen, zoals die over Dirck Fock. In dit artikel niet juiste perspectief dat iedere tijd op een voor- zal ik aan de hand van het overzicht stilstaan bij val of iemand kan hebben.
    [Show full text]
  • Jan Van Riebeeck, De Stichter Van GODEE MOLSBERGEN Hollands Zuid-Afrika
    Vaderlandsche cuituurgeschiedenis PATRIA in monografieen onder redactie van Dr. J. H. Kernkamp Er is nagenoeg geen Nederlander, die niet op een of andere wijze door zijn levensonderhoud verbonden is met ons koloniaal rijk overzee, en die niet belang- stelling zou hebben voor de mannen, die dit rijk hielpen stichten. Dr. E. C. Een deter is Jan van Riebeeck, de Stichter van GODEE MOLSBERGEN Hollands Zuid-Afrika. Het zeventiende-eeuwse avontuurlijke leven ter zee en te land, onder Javanen, Japanners, Chinezen, Tonkinners, Hotten- Jan van Riebeeck totten, de koloniale tijdgenoten, hun voortreffelijke daden vol moed en doorzicht, hun woelen en trappen en zijn tijd oxn eer en geld, het zeemans lief en leed, dat alles Een stuk zeventiende-eeuws Oost-Indie maakte hij mee. Zijn volharding in het tot stand brengen van wat van grote waarde voor ons yolk is, is spannend om te volgen. De zeventiende-eeuwer en onze koloniale gewesten komen door dit boek ons nader door de avonturen. van de man, die blijft voortleven eeuwen na zijn dood in zijn Stichting. P. N. VAN KAMPEN & LOON N.V. AMSTERDAM MCMXXXVII PAT M A JAN VAN RIEBEECK EN ZIJN TIJD PATRIA VADERLANDSCHE CULTUURGESCHIEDENIS IN MONOGRAFIEEN ONDER REDACTIE VAN Dr. J. H. KERNKAMP III Dr. E. C. GODEE MOLSBERGEN JAN VAN RIEBEECK EN ZIJN TIJD Een stuk zeventiende-eeuws Oost-Indie 1937 AMSTERDAM P. N. VAN KAMPEN & ZOON N.V. INHOUD I. Jeugd en Opvoeding. Reis naar Indio • • . 7 II. Atjeh 14 III. In Japan en Tai Wan (= Formosa) .. .. 21 IV. In Tonkin 28 V. De Thuisreis 41 VI. Huwelijk en Zeereizen 48 VII.
    [Show full text]
  • Land- ​ En Volkenkunde
    Music of the Baduy People of Western Java Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal- , Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (kitlv, Leiden) Henk Schulte Nordholt (kitlv, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeton University) Adrian Vickers (The University of Sydney) Anna Tsing (University of California Santa Cruz) volume 313 The titles published in this series are listed at brill.com/ vki Music of the Baduy People of Western Java Singing is a Medicine By Wim van Zanten LEIDEN | BOSTON This is an open access title distributed under the terms of the CC BY- NC- ND 4.0 license, which permits any non- commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided no alterations are made and the original author(s) and source are credited. Further information and the complete license text can be found at https:// creativecommons.org/ licenses/ by- nc- nd/ 4.0/ The terms of the CC license apply only to the original material. The use of material from other sources (indicated by a reference) such as diagrams, illustrations, photos and text samples may require further permission from the respective copyright holder. Cover illustration: Front: angklung players in Kadujangkung, Kanékés village, 15 October 1992. Back: players of gongs and xylophone in keromong ensemble at circumcision festivities in Cicakal Leuwi Buleud, Kanékés, 5 July 2016. Translations from Indonesian, Sundanese, Dutch, French and German were made by the author, unless stated otherwise. The Library of Congress Cataloging-in-Publication Data is available online at http://catalog.loc.gov LC record available at http://lccn.loc.gov/2020045251 Typeface for the Latin, Greek, and Cyrillic scripts: “Brill”.
    [Show full text]
  • Sounding the Cape, Music, Identity and Politics in South Africa Denis-Constant Martin
    Sounding the Cape, Music, Identity and Politics in South Africa Denis-Constant Martin To cite this version: Denis-Constant Martin. Sounding the Cape, Music, Identity and Politics in South Africa. African Minds, Somerset West, pp.472, 2013, 9781920489823. halshs-00875502 HAL Id: halshs-00875502 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-00875502 Submitted on 25 May 2021 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Sounding the Cape Music, Identity and Politics in South Africa Denis-Constant Martin AFRICAN MINDS Published by African Minds 4 Eccleston Place, Somerset West, 7130, South Africa [email protected] www.africanminds.co.za 2013 African Minds ISBN: 978-1-920489-82-3 The text publication is available as a PDF on www.africanminds.co.za and other websites under a Creative Commons licence that allows copying and distributing the publication, as long as it is attributed to African Minds and used for noncommercial, educational or public policy purposes. The illustrations are subject to copyright as indicated below. Photograph page iv © Denis-Constant
    [Show full text]
  • Appendix Appendix
    APPENDIX APPENDIX DYNASTIC LISTS, WITH GOVERNORS AND GOVERNORS-GENERAL Burma and Arakan: A. Rulers of Pagan before 1044 B. The Pagan dynasty, 1044-1287 C. Myinsaing and Pinya, 1298-1364 D. Sagaing, 1315-64 E. Ava, 1364-1555 F. The Toungoo dynasty, 1486-1752 G. The Alaungpaya or Konbaung dynasty, 1752- 1885 H. Mon rulers of Hanthawaddy (Pegu) I. Arakan Cambodia: A. Funan B. Chenla C. The Angkor monarchy D. The post-Angkor period Champa: A. Linyi B. Champa Indonesia and Malaya: A. Java, Pre-Muslim period B. Java, Muslim period C. Malacca D. Acheh (Achin) E. Governors-General of the Netherlands East Indies Tai Dynasties: A. Sukhot'ai B. Ayut'ia C. Bangkok D. Muong Swa E. Lang Chang F. Vien Chang (Vientiane) G. Luang Prabang 954 APPENDIX 955 Vietnam: A. The Hong-Bang, 2879-258 B.c. B. The Thuc, 257-208 B.C. C. The Trieu, 207-I I I B.C. D. The Earlier Li, A.D. 544-602 E. The Ngo, 939-54 F. The Dinh, 968-79 G. The Earlier Le, 980-I009 H. The Later Li, I009-I225 I. The Tran, 1225-I400 J. The Ho, I400-I407 K. The restored Tran, I407-I8 L. The Later Le, I4I8-I8o4 M. The Mac, I527-I677 N. The Trinh, I539-I787 0. The Tay-Son, I778-I8o2 P. The Nguyen Q. Governors and governors-general of French Indo­ China APPENDIX DYNASTIC LISTS BURMA AND ARAKAN A. RULERS OF PAGAN BEFORE IOH (According to the Burmese chronicles) dat~ of accusion 1. Pyusawti 167 2. Timinyi, son of I 242 3· Yimminpaik, son of 2 299 4· Paikthili, son of 3 .
    [Show full text]
  • Environment, Trade and Society in Southeast Asia
    Environment, Trade and Society in Southeast Asia <UN> Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (kitlv, Leiden) Henk Schulte Nordholt (kitlv, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeton University) Adrian Vickers (Sydney University) Anna Tsing (University of California Santa Cruz) VOLUME 300 The titles published in this series are listed at brill.com/vki <UN> Environment, Trade and Society in Southeast Asia A Longue Durée Perspective Edited by David Henley Henk Schulte Nordholt LEIDEN | BOSTON <UN> This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution- Noncommercial 3.0 Unported (CC-BY-NC 3.0) License, which permits any non-commercial use, distri- bution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of kitlv (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: Kampong Magetan by J.D. van Herwerden, 1868 (detail, property of kitlv). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Environment, trade and society in Southeast Asia : a longue durée perspective / edited by David Henley, Henk Schulte Nordholt. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde ; volume 300) Papers originally presented at a conference in honor of Peter Boomgaard held August 2011 and organized by Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-28804-1 (hardback : alk. paper) -- ISBN 978-90-04-28805-8 (e-book) 1. Southeast Asia--History--Congresses. 2. Southeast Asia--Civilization--Congresses.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    'Zonder eigen gewinne en glorie' : Mr. Iman Wilhelm Falck (1736-1785), gouverneur en directeur van Ceylon en Onderhorigheden Dulm, F. van der Citation Dulm, F. van der. (2012, February 9). 'Zonder eigen gewinne en glorie' : Mr. Iman Wilhelm Falck (1736-1785), gouverneur en directeur van Ceylon en Onderhorigheden. Uitgeverij Verloren, Hilversum. Retrieved from https://hdl.handle.net/1887/18470 Version: Not Applicable (or Unknown) Licence agreement concerning inclusion of doctoral License: thesis in the Institutional Repository of the University of Leiden Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/18470 Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable). Frits van Dulm Iman Wilhelm Falck (1736-1785) verhuisde als jongeling van Ceylon, het huidige Sri Lanka, naar Utrecht, waar hij rech- ten studeerde. Hij koos niet voor een bestuurlijke loopbaan ‘Zonder eigen gewinne en glorie’ in de Republiek, maar voor een ongewisse carrière in Azië. In 1765 werd hij benoemd tot gouverneur van de VOC-vestiging Ceylon, waar hij een einde maakte aan de oorlog met het binnen- landse koninkrijk Kandy. Gedurende twintig jaar toonde hij een eigenzinnige visie op de te volgen politiek ten opzichte van de opdringende Britse macht in India. Zijn matige gezondheid en grote teleurstelling over het weinig krachtige Nederlandse optreden tijdens de Vierde En- gelse Oorlog deden hem afzien van een verdere car- rière in Batavia. Deze biografie van Falck, gebaseerd op vele herontdekte archieven, geeft een interes- sant beeld van zijn leven als diplomaat, zijn familieachtergronden, netwerken en intriges evenals de handel en de bin- nen- en buitenlandse politiek in de acht- tiende eeuw.
    [Show full text]
  • Who Was George Washington?
    return to update s Who was George Washington? by Miles Mathis First published October 11, 2016 As usual, this is just my opinion, arrived at by personal research. I am adding a link to Josh's recent paper on Washington and the Spencers, which ties into this one. That is where the second picture above comes from. That is a drawing by Joseph Wright, done from life. He lived until 1797, so he was a contemporary of Washington. As you take that link and learn what you will learn, remember that Josh is Jewish and living in Israel. It is not beside the point here, as you will see. Let's go straight to the genealogy on this one. George's maternal grandmother is given as Mary Montague, but the line stops there. This is a huge red flag, almost as big as the red flags around Lenin's genealogy. Washington was from wealthy and prominent Virginia familes, so the idea we wouldn't know who his great grandparents were in his mother's line is preposterous. Do you really think George's mother didn't know who her own grandmother was? As you will see below, Martha Washington's genealogy goes back to the time of Joan of Arc (1400s). So how could George's stop at this grandmother? Also preposterous is the misdirection surrounding this Mary Montague. At Geni, her dates are 1665-1743, born in Christchurch, VA. Her death is given as April 12. Her husband is given as Col. Joseph Ball and her daughter is Mary Washington.
    [Show full text]
  • Joan Van Hoorn
    Joan van Hoorn Johannes Petrus van Hoorn (Amsterdam, 16 november Joan van Hoorn 1653[1] – Amsterdam, 21 februari 1711)[2] was een raad van Indië en gouverneur-generaal. Jo(h)an kreeg te maken een oorlog tegen de voormalige slaaf Soerapati op Oost-Java en Bali en met de Eerste Javaanse Successieoorlog. Van Hoorn werd in 1708 gedwongen te vertrekken en is in 1709 opgevolgd door zijn schoonvader Abraham van Riebeeck. Hij bouwde in Indië een fabelachtig vermogen op. François Valentijn schreef, dat hij niet geloofde dat er ooit een landvoogd van Indië is geweest "van zoo groote middelen als deze Heer". Inhoud Biografie Carrière Huwelijk en kinderen Werken Biografie Van Hoorn was de zoon van buskruitfabrikant Pieter Janse van Gouverneur-generaal Joan van Hoorn Hoorn (1619-) en Sara Bessels, een kleinkind van Gerard Geboren 16 november 1653 Reynst. Haar vader Adam Bessels was in het gezelschap van Amsterdam Coenraad van Klenck en Balthasar Coyett, de zoon van Overleden 21 februari 1711 Frederick Coyett, naar Rusland geweest.[3] Op 22 december aldaar 1662 werd zijn vader benoemd tot extraordinair raad van Indië. Land/zijde Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden Hij verkocht op 16 april 1663 zijn land en kruittoren aan de [4] Dienstjaren 1704-1709 stad en vijf dagen later vertrok het hele gezin, waaronder een Rang Gouverneur-generaal van de tweeling, naar Batavia. Het schip Alphen kwam zeven maanden Vereenigde Oostindische later aan.[5] Compagnie Portaal VOC Na de val van de Ming-dynastie zakte de handel met China tijdelijk in en werden initiatieven genomen de nieuwe keizer Kangxi gunstig te stemmen.[6] Begin juli 1666 reisde Joan met zijn vader, vergezeld van de koopman Constantijn Nobel, een secretaris, zes lijfwachten, zes soldaten, twee trompetters, een kok, een chirurg met twee assistenten en een tekenaar naar China.
    [Show full text]
  • BAB IV SEJARAH TOPONIMI DI JAWA BARAT Penamaan Tempat Di Suatu
    BAB IV SEJARAH TOPONIMI DI JAWA BARAT Penamaan tempat di suatu daerah atau negara dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain, dari cerita rakyat (legenda), segi historis, dan segi linguistik. Legenda merupakan cerita rakyat yang menceritakan tokoh terkenal pada masanya atau terjadinya alam, manusia, hewan, dan tumbuhan. Legenda tempat banyak dijumpai di berbagai suku bangsa di Indonesia. Di samping dilihat dari segi legenda, toponimi atau sistem penamaan daerah di Jawa Barat, dapat pula dilihat dari berbagai versi dan cara, antara lain, dari segi linguistik dan historis. Dalam bab ini disajikan sekilas toponimi di Jawa Barat berdasarkan segi historis. Urutan penyajiannya dilakukan berdasarkan enam wilayah Privinsi Jawa barat. Keenam wilayah tersebut adalah sebagai berikut. 35 1. Wilayah Bandung Raya mencakup Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. 2. Wilayah Priangan Timur mencakup Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut. 3. Wilayah Purwasuka mencakup Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang. 4. Wilayah Sukaci meliputi Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Cianjur. 5. Wilayah Bodebek meliputi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi. 6. Wilayah Pantura (Pantai Utara) meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu,Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka. 36 A. SEJARAH TOPONIMI BANDUNG RAYA 1. Toponimi Bandung Kata ―Bandung‖ dalam bahasa Sunda identik dengan kata damping dalam bahasa Indonesia yang bermakna ‗berdampingan atau berpasangan‘. Dari kata bandung diturunkan beberapa kata lain seperti ngabandung yang berarti ‗berdampingan‘. Kata bandungan bermakna: (1) dua perahu disatukan secara berdampingan; (2) menyuruh seseorang supaya memperhatikan dan menyimak. Kata ngabandungan bermakna ‗menyimak orang yang berbicara, membaca, 37 atau mengajar dengan penuh perhatian‘.
    [Show full text]
  • 8. Jakarta History Museum, Taman Fatahillah, Ground Floor
    8. Jakarta History Museum, Taman Fatahillah , ground floor Dirk Teeuwen MSc Contents 1. Jakarta History Museum, main hall 1.1 Introduction 1.2 Pictures 1.3 Tour guide 2. Jakarta History Museum, ground floor, western wing 2.1 Introduction 2.2 Pictures 2.3 Tour guide 3. Jakarta History Museum, ground floor, eastern wing 3.1 Introduction 3.2 Pictures 3.3 Tour Guide 1 General introduction This tour draws your attention to the most interesting displays of the Jakarta History Museum. The Museum is the former Dutch Batavia Town Hall. In 1619 the Dutch East-India Company (VOC), under the command of Jan Pietersz. Coen, destroyed the coastal town of Jayakarta in the Sultanate of Banten in Java. The Dutch assault was unexpected and rather violent, but not very bloody. Coen did so with good reasons from his point of view. The Dutch East-India Company, VOC, wanted to build a commercial and administrative centre in the Far East and in Java specially. The reason was that troubles with Banten – troubles with Portuguese and English as well - never came to an end. Governor-General Jan Pietersz. Coen was a thoroughgoing person. He built a new town and called it Batavia, now Jakarta. Inhabitants were called in Dutch “Batavianen”, “Batavians” in English and in Indonesian Orang Betawi. A Betawi atmosphere is certainly present in Museum Seraja Jakarta. This Museum along the former Dutch “Stadhuisplein” or “Town Hall Square” is worth a visit. The square is called now Taman Fatahillah. The Museum is a bell-towered building. It is an architectural reminder of the Dutch East-Indies, completed in the 18 th century.
    [Show full text]
  • 4 October 1709 Ndonesian and a CONTENT 1 Introduction 2 2 Transcription of the Dutch Text 7 3 English Translation 11 4 Colophon 15 5 Folio Images 16 Harta Karun
    ASIAN EUROPEAN INTERACTION III.5 CO-OPERATION, RELATIONS AND DIPLOMACY DOC 15 ARTA K ES IN JA V I CH C AR O E V H Illustration 1. The emperor Bahadur Shah (reign 1707-1712) mounted on an elephant. UROPEAN HISTORY T FROM E SIAN- A Letter from the Supreme Government to the Mughal Emperor Bahadur Shah I (r. 1707 – 1712), 4 October 1709 NDONESIAN AND I CONTENT 1 Introduction 2 2 Transcription of the Dutch text 7 REASURES ON 3 English translation 11 T 4 Colophon 15 5 Folio images 16 HIDDEN HARTA KARUN. HARTA www.sejarah-nusantara.anri.go.id ASIAN EUROPEAN INTERACTION 2 DOC 15 III.5 CO-OPERATION, RELATIONS AND DIPLOMACY 1 Introduction ARTA K Maarten Manse, “A Letter for the Great Mughal with leading an embassy to the Mughal court Emperor Bahadur Shah I (r. 1707 – 1712): Cour- in Delhi, 1711- 1713 (see the Resolution of 18 July tesy and Coalition forming at an Islamic Court, 1713), to obtain the favor of the new emperor. ES IN JA V I 4 October 1709”, in : Harta Karun. Hidden Trea- The VOC had maintained a factory at the Guje- CH sures on Indonesian and Asian-European Histo- rati port of Surat since 1618. After falling under C AR ry from the VOC-archives in Jakarta, document Mughal influence in 1573, it had become the chief O 15. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, commercial city of the entire west coast of India. E V H 2014. Not only was it a port of embarkation for Mecca, but also a key entrepot for overseas trade in the BY MAARTEN MANSE Indian Ocean and the Persian Gulf linking the The death of Emperor Aurangzeb (r.
    [Show full text]