AKTIVITAS DAKWAH HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY MELALUI PESANTREN

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)

Oleh : Restifa Anbiya Yuneni 104051001797

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M AKTIVITAS DAKWAH HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY MELALUI PESANTREN BASMALA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Restifa Anbiya Yuneni 104051001797

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dra. Hj. Asriati Djamil, M.Hum

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,

Restifa Anbiya Yuneni

ABSTRAK

Aktivitas dakwah adalah salah satu aktivitas keberagaman yang sangat urgen dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan. Didalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Aktivitas seorang Habiburrahman El Shirazy adalah merupakan salah satu tokoh penyebar isi ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya dalam berbagai pemikiran melalui kebebasan berpikir dengan sosio budaya, dan agama.Beliau juga seorang Pimpinan Pesantren Basmala yang terletak di Gunung Pati, Semarang. Dari penjabaran di atas, maka penulis memunculkan pertanyaan, sebagai objek pembahasan skripsi ini, bagaimana aktivitas dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala?Metode apa yang beliau gunakan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah yang beliau sampaikan kepada mad’unya?Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam menjalankan aktivitas dakwahnya melalui Pesantren Basamala? Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala dalam bentuk dakwah Bil-Lisan, bil-, dan bil-Haal. Dakwah bil lisan Habiburrahman El Shirazy adalah dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan lemah lembut berdasarkan misi agama, melalui dakwah bil- Qalam adalah Salah satu kegiatan yang diminati oleh santrinya meliputi Belajar Menulis di Wisata Ruhani. Metode Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala Metode dakwah yang digunakan oleh Kang Abik adalah metode dakwah Bi Mauizatil Hasanah, maksudnya ialah nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan dan teguran yang baik Faktor Pendukung Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui PesantrenBasmala adalah niat yang kuat dan mempunyai jiwa keikhlasan, sedangkan faktor penghambatnya adalah dari segi fisik, pesantren Basmala belum mempunyai aula tempat berkumpulnya para santri, Lalu dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) masih sedikit. mental paradigma mahasiswa untuk mempunyai jiwa kemandirian dan kewirausahaan sangat sulit, Statement di atas berdasarkan pada teori unsure-unsur dakwah yang selama ini menjadi batu pijakan (pegangan) para da’I dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya di masyarakat. Metode penulisan skripsi ini adalah Field Research (penelitian lapangan), dimana penulis melakukan penelitian lansung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Seperti yang penulis jabarkan di muka, aktivitas dakwah bias dilakukan dengan cara bil-lisan, bil-Qalam, dan bil-haal. Habiburrahman El Shirazy menyatakan dakwah yang efektif adalah dakwah yang dilakukan dengan cara bil Haal. Maka, bias kita cerna dan simpulkan bahwa aktivitas dakwah yang beliau gubakan adalah Oleh karena itu, Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala merupakan aktivitas dakwah yang masih sangat relevan untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.

KATA PENGANTAR

Puji syukur semata-mata hanya untuk yang dengan kasih sayang selalu memberkati seluruh alam raya ini. Sembah sujudku telah terperioritas untuk-Nya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Saw sebagai penutup para nabi yang telah mengajarkan tauhid dan akhlak.

Kebahagiaan yang bercampur keharuan berhadapan dan beriringan dengan syukur yang selalu tunduk kepada Allah yang tidak henti-hentinya mencurahkan kesempatan, kesanggupan dan kemampuan dalam menghadapi segala hal. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan kuliah, penelitian hingga penulisan skripsi ini tidak bisa berjalan sendiri. Karenanya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada:

1. Bpk Dr.Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah.

2. Bpk Drs.Wahidin Saputra, M.A, selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dra. Umi

Musyarofah, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam. Terima kasih untuk Informasi dan bimbingan doanya, serta Bpk

Drs.Masran, M.Ag, selaku Pembimbing Akademik.

3. Dra.Hj. Asriati Jamil, M.Hum, selaku pembimbing yang telah mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Untuk kedua Orang Tua Tercinta, Ibunda Hj.Enny Nokawati dan Ayahanda

H.Yuyun Surpriatna untuk perjuangan serta doanya selama ini dan penulis

mengucapkan terima kasih yang teramat dalam atas dukungan

kepercayaannya. Adik-adikku yang Tersayang Raddy Aditias Prianoka,

Ranny Ramadhani Yuneni. Dan Reno Adrian Prianoka. Kalian semua adalah

semangat hidupku.

5. Ustad Habiburrahman El Shirazy selaku nara sumber dalam penelitian ini,

untuk semua kerjasama dan bantuan serta arahannya. Kepada Ust. Anif

Sirsaeba, Ustad Kasmijan, dan santri-santri Pesantren Basmala, penulis

mengucapkan terima kasih atas informasi, doa, dukungan serta kehangatan

yang penulis dapatkan di Pesantren Basmala.

6. Para Dosen yang telah berbagi ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menempuh pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih, jasa kalian tiada

tara.

7. Kepada Farel Muhammad Rizki beserta keluarga, yang selalu mendampingi

penulis baik suka maupun duka, terima kasih atas support dan dukungannya

yang membangun semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman KPI B tahun 2004, Voice Of Communication (VOC),

Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual (KOMKA), Asrama putri UIN

Syarif Hidayatullah tahun 2004-2005, terima kasih atas semuanya. 9. Kepada sahabat-sahabatku yang tersayang, Keysi. Ika, Eza, Yayu, Mika, Iik,

Ulul, Rina, Dewi, Evri, Desi, Syem, Uthie, Uchie, Irma, Enno, terima kasih

atas perhatian, dukungan, dan motivasi dari kalian semua. I Love You All.

Pada akhirnya kepada Allah jualah ini semua disandarkan. Penulis sadar bahwa karya ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun penuh harap semoga karya ini bias menjadi jembatan ilmu dari keingintahuan yang lebih banyak di masa depan bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Ciputat,

Penulis

OUT LINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Metodelogi Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Aktivitas

1. Pengertian Aktivitas

2. Aktivitas Dakwah dan bentuk-bentuknya

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

2. Tujuan Dakwah

3. Rukun Dakwah

4. Unsur-unsur Dakwah

C. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

2. Bentuk-bentuk Pesantren

3. Fungsi dan Tujuan Pesantren

BAB III RIWAYAT HIDUP DAN AKTIVITAS DAKWAH

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DI PESANTREN

BASMALA

A. Kehidupan Habiburrahman El Shirazy

1. Keluarga dan masa kecilnya

2. Latar belakang pendidikan dan studinya

3. Aktivitas Dakwah dan karya-karyanya

B. Gambaran Umum Pesantren Basmala

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

2. Visi, Misi, dan Tujuan.

3. Program Kegiatan

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH HABIBURRAHMAN

EL SHIRAZY DI PESANTREN BASMALA

A. Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Islam Habiburrahman El Shirazy

B. Metode Dakwah Habiburrahman El Shirazy

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Aktivitas Dakwah Islam

Habiburrahman El Shirazy

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas dakwah adalah salah satu aktivitas keberagaman yang sangat urgen dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan. Didalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.

Seakan menjadi kesepakatan bersama, bahwa Islam adalah agama yang tersebar dengan merayap dan bergerak secara perlahan, fenomena ini menjadikan dakwah maupun upaya-upaya pengajaran dan penyebaran risalah Islam menjadi sebuah instrumen yang wajib dilakoni oleh setiap muslim menurut kadar kemampuan dan potensi yang ia miliki. Sebab, Islam bukanlah agama yang diturunkan dan dibatasi oleh dimensi ruang maupun waktu, ataupun secara khusus dan ekslusif bagi bangsa ataupun kota tertentu, tidak pula pada paruh waktu sendiri. Sebaliknya, Islam adalah agama universal yang berlaku bagi seluruh umat manusia dimanapun dan kapanpun mereka berada.

Sesungguhnya dakwah sebagai suatu pekerjaan profesi dengan kemampuan ilmiah, berwawasan luas yang bersifat generalis, memiliki kemampuan penguasaan kecakapan kekhususan yang tinggi. Orang yang menekuni profesi dakwah adalah orang yang memiliki kepercayaan diri, tegar dalam berpendirian dan memiliki integritas moral keprofesionalan yang tinggi. Mampu bekerja secara perseorangan dan secara tim dengan sikap solidaritas atas komitmen dan konsisten yang teruji kokoh. Kualitas yang dicapai demikian itu, diperoleh melalui proses pemberdayaan diri yang terencana dan sistematis sejalan dengan pesan “Tingkatkanlah kehidupan duniamu seakan-akan engkau hidup terus dan sempurnakanlah pembekalan kehidupan akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari.”1

Firman Allah S.W.T :

...

“ Katakanlah: Hai segenap manusia sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (QS Al-Araf:158).

"...sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar..." (al-Hajj: 40-41)

Dakwah adalah pekerjaan yang terukur melalui varian-varian pengubah dan terubah. Sangatlah naif, jikalau pekerjaan dakwah diidentikkan sama dengan

1 A.Wahab Suneth, Syafruddin Djosan, Problematika Dakwah Dalam Era Indonesia Baru, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2000), h. 135-136 “menyampaikan sesuatu berita tanpa keteladanan sikap dan hasil kreativitas”. Dengan kata lain, profesi dakwah adalah pekerjaan yang berupaya “mengubah kesadaran orang dari kebiasaan bersikap menyalahi kaidah atau norma-norma sebagai orang yang berakhlakul karimah, menjadi orang yang berakhlakul karimah”. Maka dengan demikian fungsi dakwah adalah “menjaga dan memelihara masyarakat dan lingkungan yang tertib, aman, damai, ramah, adil dan sejahtera lahir batin”.2

Selama hidup selama itulah ia berdakwah. Namun, yang terjadi, ketika popularitas turun, dakwah berganti peran. Tidak jarang ketika media sudah tidak lagi memakainya, dakwah ditinggalkan sama sekali.

Ada beberapa nilai yang terkikis dari perjalanan dakwah pendakwah di negeri ini. Pertama adalah keikhlasan. Memang sulit mengukur tingkat keikhlasan seseorang karena yang mengetahui hanya Allah SWT. Paling tidak ada parameter sederhana.

Jika seorang pendakwah sudah memilah-milah audiens atau jamaah (mad'u).

Kalau yang mengundang pejabat, pengusaha, artis, atau tokoh-tokoh yang berpengaruh dan bermateri, mereka datang. Tapi, jika pengundang jamaah kecil di sudut-sudut kampung, dakwah dibatalkan atau ia kirim pengganti karbitan yang terkadang tidak menguasai materi dan ilmu.

Dalam ikhlas, perilaku hidup tertinggi yang dipedomankan Allah kepada manusia beriman, terkandung makna kesabaran, kepasrahan, dan penerimaan yang memungkinkan seseorang semakin dekat dengan-Nya. Seorang Da’I yang ikhlas

2 Ibid, h. 137-138 (mukhlish) adalah yang sabar penuh ketulusan menerima aneka peristiwa yang dialaminya.

Tidaklah ia disebut Da’I mukhlish jika lantas keluar meninggalkan jamaah hanya karena jamaah yang berkali-kali disapanya dalam setiap pengajian tidak juga menunjukkan perbaikan atau tidak memperdulikannya. Dai yang mukhlish adalah yang bersedia menemani jamaahnya hingga selesai dan paham.

Masalah kedua, tidak ada proses tarbiyah yang berkesinambungan (at- tarbiyah bil-istimrar). Sangat jarang ditemukan juru dakwah duduk bersimpuh bersama jamaah dan menjadi pendengar dari taushiyah-taushiyah ustadz lain. Kalau sudah pernah tampil di TV, dirinya merasa sudah tidak perlu lagi belajar. Padahal, dalam tarbiyah tidak sekadar belajar dan memperoleh ilmu baru, tapi ada silaturahim, doa, dan evaluasi yang justru bisa menjadi sebuah kekuatan baru.

Dengan terus mengikuti tarbiyah, bisa menjadi berkembang dan bervariasi.

Bukankah perintah menuntut ilmu bukan milik orang awam? Kita semua, tak terkecuali dengan pendakwah tetap berkewajiban terus menuntut ilmu. Negeri ini memiliki banyak guru yang alim yang menguasai berbagai disiplin ilmu agama.

Kepada merekalah sebenarnya kita kembali belajar. Menjadi santri lagi.

Problem ketiga, tidak ada kesungguhan dan tanggung jawab. Dakwah tidak sebatas menyampaikan, tapi ada tanggung jawab dan pembinaan. Makanya, perlu dibedakan antara mubaligh dan Da’I. Kalau cukup hanya dengan menyampaikan, tapi tidak ada kelanjutan dan pembinaan. Maka dari itu, sangat dibutuhkan Da’I yang bersungguh-sungguh mempunyai keikhlasan yang luar biasa untuk menjalankan misi dakwahnya serta dapat bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan sekaligus merupakan lembaga dakwah bagi umat Islam Indonesia yang sudah mapan sejak zaman penjajahan.

Lembaga ini terus berkembang, baik kuantitas maupun kualitasnya dari masa ke masa sampai saat ini.3

Perkembangan tersebut telah berlangsung sedemikian kompleksnya, sehingga sulitlah kini bagi kita untuk merumuskan suatu deskripsi yang tepat dan utuh mengenai pesantren. Melihat keanekaragaman pesantren yang ditunjukkan oleh kekhususan latar belakang berdirinya, proses penyelenggaraannya serta strateginya dalam mencoba menjawab tuntutan zaman, maka ia tidak dapat begitu saja digeneralisasikan.

Banyak para pengamat memberikan komentator yang berbeda antara satu dan lainnya. Ada yang memberikan gambaran terhadap pesantren dari segi bangunan fisiknya. Tentu saja penilaian semacam ini tidak mengena, sebab nilai pesantren terletak pada jiwanya, yaitu ruh yang mendasari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh segenap keluarga pesantren.

Adalah Habiburrahman El-Shirazy, lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30

September 1976. Ia adalah seorang pendakwah yang mempunyai pesantren yang

3 Habiburrahman El Shirazy, Pimpinan Pesantren Basmala, Wawancara Pribadi, Ragunan- Jakarta, 15 Juli 2008. terletak di Gunung Pati, Semarang. Selain nendirikan dan menjadi pemimpin

Pesantren, beliau adalah seorang novelis muda yang berbakat. Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah, baik lokal maupun nasional, seperti Solo Pos, Republika, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah, dll.

Aktivitas seorang Habiburrahman El Shirazy adalah merupakan salah satu tokoh penyebar isi ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya dalam berbagai pemikiran melalui kebebasan berpikir dengan sosio budaya, dan agama. Dari hasil kebebasan berpikirnya dia telah berhasil menorehkan beberapa karya yang fenomenal, diantaranya Novel Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya

Pesona Kleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Cinta. Selain sebagai seorang penulis, beliau juga adalah seorang Pimpinan Pesantren Basmala, seorang

Da’i dan Wirausaha.

Pesantren Basmala adalah pesantren mahasiswa yang berdiri pada tanggal 17

Agustus 2004, pesantren ini terletak di Gunungpati, Semarang. Mengapa dikatakan pesantren mahasiswa? Karena letaknya yang berdekatan dengan Universitas Negeri

Semarang (UNNES), sehingga santri-santrinya sebagian besar adalah mahasiswa

UNNES sendiri.

Pesantren Basmala adalah pesantren alternatif yang berbasis pendidikan, kekaryaan. Kewirausahaan, dan ketakwaan dengan dasar manajemen kasih sayang yang meniscayakan kontribusi positif serta bermanfaat seluas-luasnya bagi umat dan bagsa Indonesia tercinta. Sebagai bentuk komitmen Pesantren Basmala kepada masa depan generasi muda khususnya mahasiswa, dicetuskanlah Progran Santri Mahasiswa Siap

Berprestasi (SMS-B). Program ini bertujuan untuk menyelamatkan anak bagsa dari kehancuran dengan menciptakan kos-kosan Islami yang sehat, aman, nyaman, dan bebas dari free sex. Tempat yang mendukung untuk belajar, memupuk jiwa kemandirian, enterpreneurship, leadership serta semangat berprestasi.

Aktivitas didalamnya meliputi Belajar Menulis di Wisata Rohani (BMW),

Sekolah Penulis Mujahid Pena Basmala (SMPB), Majelis Taklim dan Doa Wisata

Ruhani, dan lain sebagainya.

Habiburrahman El Shirazy telah menunjukkan kontribusi yang signifikan dalam bidang dakwah Islam, khususnya dalam melakukan aktivitas di Pesantren

Basmala sebagai wujud perhatiannya terhadap generasi muda. Dalam kurun waktu empat tahun, Pesantren Basmala memiliki 930 santri binaan yang tersebar di lingkungan pesantren dan lingkungan kampus UNNES (mukim dan non mukim).

Maka dari pemaparan tadi, perlu sekali mengkaji aktivitas-aktivitas dakwahnya melalui Pesantren beliau, selain hasil karya sastra yang beliau torehkan. Dari penjelasan di atas, penulis mencoba mengangkat sebuah judul : “Aktivitas Dakwah

Habiburrahman El Shirazy Melalui Pesantren Basmala”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis membatasi pembahasan sebagai berikut :

1. Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala 2. Metode Dakwah yang digunakan untuk menyebarkan pesan dakwahnya.

Melihat pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalahnya

menjadi sebagai berikut:

1. Bagaimana Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren

Basmala?

2. Apa metode dakwah yang digunakan dalam menyebarkan pesan dakwahnya

melalui Pesantren Basmala?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat aktivitas dakwah

Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan aktivitas dakwah Habiburrahman El

Shirazy melalui Pesantren Basmala

b. Untuk mengetahui metode dakwah yang digunakan dalam menyebarkan

pesan dakwahnya melalui Pesantren Basmala.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

aktivitas dakwahnya melalui Pesantren Basmala.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah :

a. Secara Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan Ilmu Dakwah. Dan

juga dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Secara Praktis

Sedangkan secara praktis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

bahan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi kalangan

teoritis, praktis, dan aktivis yang konsen di bidang dakwah khususnya, dan

umumnya bagi para da’i (praktisi)

D. Tinjauan Pustaka

Telah dijelaskan sub bab latar belakang, bahwa penulis mengambil judul

“Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala”, karena penulis ingin mengetahui aktivitas dakwah, dan metode dakwah yang digunakan

Habiburrahman El Shirazy dalam menyebarkan pesan dakwahnya melalui Pesantren

Basmala. Dari beberapa skripsi yang penulis amati. Salah satunya memang terdapat skripsi mengenai Habiburrahman El Shirazy, namun judul dan permasalahannya yang diangkat berfokus pada metode dakwah Islam Habiburrahman El Shirazy dalam

Novel Islami.

Jadi perbedaannya dengan judul dan masalah yang penulis ambil dengan skripsi yang telah ada, yaitu bahwa penulis lebih mengedepankan aktivitas dakwah melalui Pesantren Basmala, dan metode dakwah Habiburrahman El-Shirazy dalam menyebarkan pesan dakwahnya.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis melakukan penelitian langsung kelapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif4, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah dalam skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Habiburrahman El Shirazy, yakni sumber- sumber yang mengetahui tentang sejarah Habiburrahman El Shirazy dalam

4 Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pendekatan-pendekatan yang dikembangkan dalkam Ilmu Pengetahuan Alam, dan kini digunakan secara luas dalam penelitian ilmu sosial. Jane Stokes, “How To Do Media and Cultural Studies,” (Bandung:Bentang, 2006), cet.ke-1, hal Xi berdakwah. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dakwah

Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai akhir bulan Juni dari mulai pengurusan perizinan sampai pada tahap pengumpulan data yang dilakukan secara Incidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).

4. Teknik Pengumpulan Data

Interview

Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data5. Dalam penelitian ini penulis langsung mewawancarai Habiburrahman El-

Shirazy.

Dokumentasi

Data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan, formal, dan juga buku-buku, serta catatan lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Observasi

Yaitu penulis langsung mendatangi Habiburrahman El-Shirazy dan mengunjungi

Pesantren Basmala yang terletak di Gunungpati, Semarang, guna memperoleh data yang valid tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian

5 Sutisno Hadi, “Metodologi Research, “(Yogyakarta:Andi Offset, 1983), h. 49 Teknik Analisis data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian akan dianalisis dan diinterpretasikan.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data adalah deskriptif analitik, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” edisi terbaru terbitan UIN Press tahun 2007

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini oleh penulis di bagi kepada 5 bab yang masing- masing di dalamnya diuraikan menjadi sub-sub bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Tinjauan pustaka, metodologi peneletian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini berisi pengertian aktivitas, aktivitas dakwah dan bentuk-bentuknya.

Dakwah yang membahas pengertian dakwah, tujuan dakwah, rukun dakwah, dan unsur-unsur dakwah. Pengertian Pesantren, bentuk-bentuk pesantren serta fungsi dan tujuan pesantren.

BAB III RIWAYAT HIDUP DAN AKTIVITAS DAKWAH

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MELALUI PESANTREN

BASMALA

Bab ini mendeskripsikan secara singkat mengenai riwayat hidup

Habiburrahman El Shirazy, keluarga dan masa kecilnya. latar belakang pendidikan.

Membahas aktivitas, dan karya-karyanya. Gambaran umum pesantren Basmala mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya, visi, misi, dan tujuan, dan program kegiatan.

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY MELALUI PESANTREN BASMALA

Bab ini berisi tentang pelaksanaan aktivitas dakwah, metode dakwah, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan aktivitas dakwah

Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas. Selain itu penulis juga memberikan saran dari permasalahan yang dibahas.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Aktivitas

1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Aktivitas adalah

keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu

kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau

lembaga.”6

Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal

dari ling: activity; Lat: activitas: aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap

eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan

aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia

bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek. Manusia mengalihwujudkan dan

mengelola alam. Berkat aktivitas/kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari

dunia dan bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.

6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke 3, h. 17 Ada dua jenis aktivitas: aktivitas eksternal dan aktivitas internal,

(eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek menggunakan lengan

tangan, jari-jari, dan kaki, maka pada internal, menggunakan tindakan mental

dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis). Aktivitas internal merencanakan

eksternal.7

Dalam kesibukan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau

kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan

tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soetoe

sebenarnya, aktivitas bukan hanya sebagai usaha mencapai atau memenuhi

kebutuhan.8

Menurut Ilmu Sosiologi, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk kegiatan

yang ada di masyarakat seperti: gotong royong/kerja bakti disebut sebagai

aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga, ataupun

hubungan kekerabatan9

2. Pengertian Aktivitas Dakwah dan bentuk-bentuknya

Aktivitas dakwah adalah salah satu aktivitas keberagaman yang sangat

urgen dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan.

Didalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha

7 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997), Cet ke-1, h. 25 8 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), H. 52 9 Sojogyo dan Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999), cet.12, Jilid 1, h.,28 mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik

terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan

suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.

Terwujudnya dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman

keberagaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju

sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih

berperan menuju pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh dalam berbagai

aspek kehidupan .

Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan

kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya.

Maka dari itu kita harus meletakkan bentuk-bentuk aktivitas dakwah sebagaimana

berikut :

a. Aktivitas dakwah dalam bentuk bil-lisan

Dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa dengan ahsan a qaulu (ucapan)

dan perbuatan yang baik.

 

Artinya :”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata: “Sesungguhnya

aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (Q.S. Al-Fushilat:33) Dakwah yang diungkapkan dalam ayat tersebut tidak hanya dakwah berdimensi ucapan atau lisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik

(uswah) seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Yang dimaksud dakwah bil lisan adalah memanggil, menyeru kejalan

Tuhan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan bahasa keadaan manusia yang didakwahi (mad’u) atau memanggil, menyeru ke jalan

Tuhan untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.

Dakwah bil-lisan, ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain seperti :

1. Qaulun Ma’rufun ialah dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari

yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam

2. Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah baik dalam

ibadah maupun dalam perbuatan

3. Hasihatuddin ialah memberi nasihat kepada orang yang tengah dilanda

problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti

bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya

4. Majlis Ta’lim seperti pada pembahasan sebelumnya yaitu dengan

menggunakan buku atau kitab dan berakhir dengan dialog atau tanya jawab

5. Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta alasan

dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan b. Aktivitas Dakwah dalam bentuk bil-hal Dakwah bil hal merupakan sebuah metode dakwah yakni metode dakwah

dengan menggunakan kerja nyata.

Melihat proses kejiwaan manusia, maka sebagai kumpulan individu sudah

pasti akan terkena pengaruh dari keteladanan dan taklid baik pengaruh positif

maupun pengaruh negatif. Karena itu, Islam sangat menaruh perhatian terhadap

pemeliharaan masyarakatnya yaitu perintah untuk selalu meneladani Rasulullah

SAW atau orang yang berbuat kebijakan.

Islam memerintahkan kita agar mengambil contoh (teladan) dan para ahlul

khair (orang-orang yang berpikir), ahli kebenaran dan mereka yang berakidah

lurus10. Secara tegas Islam menyuruh umatnya mengambil teladan dari Nabi

Muhammad SAW.

 Artinya : “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri

Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha Allah dan hari

akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”. (Q.S Al-

Ahzab:21)

c. Aktivitas Dakwah dalam bentuk bil-qalam

10 Mustafa Mansur, Teladan di medan dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 42 Dakwah bil Qalam, yaitu dakwah dengan menggunakan keterampilan

tulis-menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah

atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya.

Dakwah seperti mempunyai kelebihan yaitu dapat dimanfaatkan dalam

waktu yang lebih lama serta luas jangkauannya, di samping itu masyarakat atau

suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya sendiri.11

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Untuk memahami tentang dakwah secara tepat, maka perlu dikemukakan

berbagai pengertian dakwah baik secara etimologis maupun dalam pengertian

istilahnya.

Ditinjau dari segi etimologi, dakwah berarti panggilan, seruan, atau

ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut “Masdhar”.

Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’il adalah da’a, yad’u yang berarti memanggil,

menyeru atau mengajak.12

Dari segi terminologi, kata dakwah memiliki definisi-definisi yang variatif

seperti dikemukakan oleh banyak pakar ilmu dakwah.

a. Secara integral Dr. KH. Didin Hafidhudin mendefinisikan :

11 Adi Sasono, Solusi Islam atas problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 49 12 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam. (Jakarta: Bulan Bintang,1986). Cet ke-2, h..7 “Dakwah sebagai proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para

pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke

jalan Allah, dan secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami. Suatu proses

yang berkesinambungan adalah suiatu proses yang insidental atau kebetulan,

melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus-

menerus oleh para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku sasaran

dakwah dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.”13

b. Prof. Dr. M. Quraish Shihab mendefinisikan:

“Dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berperilaku

buruk sampai kepada arah keadaan yang lebih baik) dan sempurna, baik terhadap

pribadi ataupun terhadap masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam

pelaksanaan ajaran Islam secara lebih baik dan menyeluruh dalam berbagai aspek

kehidupan.14

c. Menurut HMS. Nasarudin Latif, mengemukakan :

“Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan

yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk beriman

13 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998). Cet. Ke-I, h.77 14 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998). Cet ke-17, h. 194 dan mentaati Allah WT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta aklak

Islamiyah.”15

Dari definisi-definisi tersebut di atas meskipun terdapat perbedaan dalam

perumusan, tetapi apabila dibandingkan satu sama lain, dapatlah ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

a) Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk

agama Islam serta menjalankan segala perintahnya

b) Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah

c) Nahi Munkar, mencegah perbuatan yang dilarang Allah, proses

penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang di ridhoi oleh-Nya.

Pengertian dakwah tersebut bukan hanya merupakan sebuah

pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus

dikerjakan.

2. Tujuan Dakwah

Tujuan adalah segala sesuatu yang akan dicapai dalam satu usaha,

misalnya seorang yang mempelajari ilmu pengetahuan agar supaya menjadi orang

yang mengerti. Begitu juga seorang da’i apakah perorangan atau

15 Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Putaka Setia, 2001), Cet ke-2, h. 24 kelompok/organisasi, tentunya mempunyai suatu sasaran apa yang akan dicapai atau mungkin dicapai dalam usaha dakwahnya.

Adapun tujuan dakwah adalah sebagai kekuatan umat Islam dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam di muka bumi ini sudah tentu dilaksanakan dengan tujuan yang jelas, sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka segala bentuk yang dilakukan dalam aktivitas dakwah akan berjalan tidak terarah, karenanya di setiap petugas dakwah hendaknya memahami terlebih dahulu esensi dan hakikat dakwah dan selanjutnya merumuskan tujuan atau target yang ingin dicapai setelah melakukannya.

Menurut Bisri Affandi sebagaimana yang telah dikutip oleh Abd. Rosyid

Shaleh dalam buku Manajemen Dakwah Islam sebagai berikut :

“Yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik dalam kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara kehidupannya yang berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi”16

Adapun tujuan yang tertinggi dari pada usaha dakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridho Allah SWT. Secara materiil usaha dakwah itu diarahkan kepada tujuan antara lain :

16 Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas Surabaya, 1984), h.3 1) Menyadari manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Karena hidup itu

bukanlah semata untuk makan dan minum, sebagaimana hidupnya bintang

dan tumbuh-tumbuhan, tetapi hidup manusia di samping bisa diartikan turun

naiknya nafas di dalam tubuh jasmani, tetapi lapisan kedua ialah cita-cita,

bahwa hidup karena kesadaran, hidup karena pertalian hari ini dengan hari

yang lampau dan hari esok. Disinilah terasa ada yang baik dan ada yang

buruk, ada yang manfaat dan ada yang mudlorat, ada dulu dan ada nanti. Ahli

Tasawuf menyebutkan kesadaran manusia akan hidup itu dengan “sadar akan

diri”.

2) Mengeluarkan manusia dari kegelapan/kesesatan menuju ke alam yang terang

benderang di bawah sinar petunjuk Illahi. Seorang Da’i dengan dakwahnya

berusaha membawa sinar terang, bukan justru membawa kegelapan dan

kesesatan, di mana masyarakat semakin gandrung kepada bid’ah dalam

bidang syariat dan semakin bangga dengan syirik, tahayyul dan khurofat

dalam bidang I’tiqad.17

Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bahan dari seluruh aktifitas

dakwah yang sama pentingnya dari pada unsur-unsurnya, seperti subyek dan

obyek dakwah, metode, dan sebagainya. Bahkan dari itu tujuan dakwah sangat

menentukkan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah

17 M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Usana Offset Printing,, 1993), h. 142-143

sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga ditentukkan atau dipengaruhi oleh

tujuan dakwah. Ini disebabkan karena tujuan dakwah merupakan arah gerak.

3. Rukun Dakwah a. Iman

Maksud iman meliputi tiga perkara, sebutan lidah, mengamalkan dengan perbuatan dan ikrar di hati atau mempercayai dengan sepenuh hati kepada Allah

Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat serta qada dan qadar .

Beriman dengan keenam-enam rukun-Nya merupakan asas utama kepada seseorang da’i. b. Ilmu

Dakwah Islamiah artinya dakwah kepada umat Islam dan bukan Islam.

Oleh yang demikian wajiblah bagi setiap pendakwah mempunyai ilmu atau pengetahuan yang secukupnya tentang perkara-perkara yang didakwahkan. Ilmu atau pengetahuan bagi pendakwah adalah perlu bagi menyusun gerakan atau startegi dakwah Islamiah dan menyampaikan perkara-perkara yang wajib diketahui dalam Islam. c. Amal

Siapa yang beriman dengan Islam sebagai suatu syariat maka tunduklah dia kepada-Nya dan beramallah dengan-Nya. Sesungguhnya Allah benci kepada mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan tetapi tidak mengamalkan apa yang

diketahuinya. Allah dalam al-Shaf; ayat 2-3.

    Artinya: “Wahai orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan

apa yang kamu tidak melakukannya! Amal besar kebenciannya di sisi Allah kamu

memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya.”(Q.S. Shaf;2-3)

d. Zikrullah

Zikrullah mengikuti pengertian istilah ialah mendekatkan diri kepada

Allah, yaitu dengan senantiasa mengingat Allah. Firman Allah dalam surrah al-

Jumu’ah; ayat 10:

  Artinya: “Kemudian setelah selesai sembahyang, maka bertebaranlah

kamu di muka bumi (untuk menjalankan urusan masing-masing), dan carilah apa

yang kamu hajati daripada limpah karunia Allah, serta ingatlah akan Allah

banyak-banyak dalam segala keadaan, supaya kamu berjaya (di dunia dan

akhirat). (Q.S. Al-Jumuah;10) Yang dimaksudkan dengan mengingat Allah atau zikir ialah menyebut

nama Allah dan sifat-sifat-Nya berulang-ulang kali, berdoa kepada-Nya,

membaca al-Quran dan mentaati segala perintah Allah.

e. Persaudaraan

Persaudaraan yang dimaksudkan ialah persaudaraan agama Allah telah

berfirman dalam surah al-Hujurat; ayat 10:

       Artinya: “Sebenarnya orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka

damaikanlah antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu, dan bertakwalah

kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat”. (Q.S. Al-Hujurat,10)

Persaudaraan berdasarkan agama dan rela melakukan apa saja kebaikan

agama untuk saudaranya adalah setinggi-tinggi derajat persaudaraan seperti

persaudaraan antara Muhajirin dan Ansar. Apabila seseorang pendakwah

mempunyai ciri ini, maka lebih berjaya dia dalam mengembangkan syiar dakwah

Islamiah.

4. Unsur-unsur Dakwah

a. Da’i Orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun secara tulisan,

perbuatan yang dilakukan secara individual. Kelompok atau organisasi atau

lembaga disebut da’i juga sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh

(orang yang menyampaikan ajaran Islam)

Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i.

Artinya, sebelum menjadi da’i, ia perlu mengetahui apa tugas da’i, modal dan

bekal apa yang harus ia miliki, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki oleh

seorang da’i.

Seorang da’i identik dengan tugas Rasul, semua Rasul adalah panutan

semua para da’i, terlebih Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul yang paling

agung sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab/33:45-46:

  Artinya: “Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan

pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru

kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang mnerangi.

(Q.S.Al-Ahzab/33: 45-46)

Dalam dakwah, tugas-tugas umat Islam juga sama dengan Rasul. Ayat-

ayat yang memerintahkan nabi agar berdakwah, maksudnya bukan saja

ditugaskan kepada nabi, melainkan juga umat Islam. Karena pengertian khitab (tugas) Allah kepada Rasul-Nya juga berarti tugas Allah kepasa umat manusia,

kecuali ada sesuatu yang dikhususkan untuk Rasul. Adapun perintah Allah kepada

umat Islam untuk berdakwah tidaklah termasuk pengecualian.

b. Mad’u

Kita mengetahui bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manusia, baik ia telah

menemui beliau atau tidak, satu bangsa dengan beliau atau berlainan

kebangsaannya, lain halnya para nabi yang diutus semata-mata hanya untuk

bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya)

Unsur kedua ini adalah mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran

dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok, baik manusia yang beragama Islam ataupun bukan, atau dengan kata

lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran

surat Saba/34:28

  Artinya: “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.” (Q.S. Saba/34:28)

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan mengajak

mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas Iman, Islam, dan

Ihsan.

Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mitra dakwah

daripada disebut objek dakwah, sebab yang kedua lebih mencerminkan kepasifan

penerima dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan menjadikan

orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, suyariah dan akhlak

kemudian untuk diupayakan untuk dihayati dan diamalkan bersama-sama.

C. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah Islam dapat diklasifikasikan menurut tujuan

dakwah yang hendak dicapai, namun secara global, materi dakwah dapat

diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu :

1) Masalah Keimanan

2) Masalah Keislaman (Syari’ah) 3) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)18

Menurut Barnawi Umari dalam bukunya Azas-azas Dakwah bahwa

apabila kita melihat materi dakwah secara rinci akan mendapatkan susunan materi

dakwah sebagai berikut :

1) Aqidah 6) Akhlak

2) Hukum 7) Ukhuwah

3) Pendidikan 8) Sosial

4) Kebudayaan 9) Amar Ma’ruf

5) Nahi Munkar19

6) Menurut sumber dakwah dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu:

1) Al-Quran dan Hadits

Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah SWT yakni

Al-Quran dan Al-Hadits, yang keduanya adalah sumber utama ajaran Islam. Oleh

karena itu kajian materi dakwah tidak boleh terlepas dari dua segmen penting

diatas.

2) Ro’yu Ulama

18 Badan Rohani Pembinaan Pegawai DKI Jakarta, Akhlak (Jakarta: 1989). Cet. Ke-3, h. 56 19 Barnawi Umari, Azas-azas Dakwah (Jakarta: Pendidikan Ramadhani, 1996). Cet. Ke-3, h. 56 Pendapat/ijtihad para ulama yang bisa dijadikan pedoman. Seperti halnya

jumhur ulama,. Menetapkan atau tidaknya sesuatu, kita harus mengetahui

akan hal tersebut

D. Metode Dakwah

Seseorang yang hendak berdakwah mestilah mengetahui cara, teknik atau

metode (uslub) berdakwah. Tanpanya masyarakat yang menjadi sasaran dakwah

akan menolak dan menerima secara negatif.

Al-Quran ialah sumber utama rujukan dakwah. Al-Quran banyak

mengemukakan metodologi dakwah untuk menjadi panduan kepada para da’i.

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara)20. Dengan demikian, kita dapat diartikan

bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan.

Ketika kita membahas tentang metode dakwah, pada umumnya merujuk pada

Surat An-Nahl 16/125:

  Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

20 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991). Cet. Ke-1, h. 61 Sesungguhnya Tuhanmu dialah mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (Q.S. An-Nahl/16:125)

Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat di atas, antara lain sebagai berikut:

1) Bi al-Hikmah

Hikmah dalam bahasa Arab bermaksud kebijaksanaan, pandai, adil, lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilian dan kerusakan, perkara yang betul dan tepat, keilmuan dan pemaaf.

Dimaksud dengan kebijaksanaan ialah seseorang da’i perlu bijak (arif) dalam semua bidang ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu akademik dengan psikologi, sosiologi dan sebagainya.

Adil berarti meletakkan sesuatu kena pada tempatnya, seperti seorang pesalah mestilah dihukum dengan hukuman yang setimpal dengannya, atau seorang hakim yang menjatuhkan hukuman secara adil. Contoh lemah lembut pula ialah seperti memaafkan musuh yang menjadi seterusnya.

Maksud hikmah juga ialah seorang rasul atau nabi menyeru, menyampaikan kebenaran daripada Allah kepada manusia. Makna hikmah bukan saja seperti maksud yang diuraikan di atas tetapi lebih luas daripada itu.

Hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi terpaksa

atau keberatan. 21

Ahli tafsir dan dakwah menjelaskan bahwa dakwah memerlukan hikmah

untuk memberi kesan kepada sasarannya. Bahkan setengahnya mengatakan

bahwa kandungan dakwah ialah hikmah, begitu juga pendapat Syeikh al-Tusi,

beliau menjelaskan

Artinya:“Hikmah ialah seseorang yang menyeru kepada sasaran untuk

berbuat al-khibrah karena perbuatan ini menjadi tangga untuk menerima pahala,

keredaan, dan pujian, dengan dakwah bermaksud, meyeru kepada kebaikan dan

mencegah kemungkaran.:” 22

2) Mauidzah al Hasanah (Nasehat yang baik)

Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang

lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan

bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima,

berkenan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran,

menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan audience

sehingga pihak obyek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat

mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak obyek dakwah dengan rela hati

dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak

21 A. Muiz, “Komunikasi Islam” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, h. 3 22 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu dakwah Islamiyah, (Selangor: Nur Niaga, 1996), h. 28-29 subyek dakwah. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak

kepada orang lain.23

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauidhah al Hasanah adalah

ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi

orang yang mnendengarkannya, atau argumn-argumen yang memuaskan sehingga

pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek dakwah.24

Al-Mau’izah Al-Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-

nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,

sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati

mereka.25

3) Mujadalah atau berdiskusi dengan baik

Mujadalah ialah berdebat dengan mereka (sasaran dakwah) secara yang

baik. Debat atau memiliki kebolehan dalam berhujah dan berpidato dengan

berlandaskan kepada kepada ilmu yang hak dan pengalaman merupakan satu cara

dakwah yang paling berkesan. Bedebat dalam hubungan dakwah bertujuan untuk

menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang.26

23 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontomporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), h. 43 24 Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h.121 25 A. Muiz, “Komunikasi Islam” (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, h. 3 26 Ghazali Darusslam. Dinamika ilmu dakwah Islamiah, (Selangor: Nur Niaga, 1996), h. 30: Tujuan berdebat dalam marhalah dakwah bukan untuk bergaduh,

bertengkar dan menyakitkan hati lawan tetapi untuk membetulkan akidah yang

batil. Firman Allah dalam surah al-Taubah, ayat 33:

   Artinya:“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa)

petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala

agama, walaupun orang musyrik tidak menyukainya.”

Mujadalah yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah

dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan

tidak pula dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah.27

E. Media Dakwah

Media dakwah merupakan alat atau sarana pembantu dalam menyebarkan

pesan dakwah. Sebagai salah satu unsur dakwah, maka media dakwah harus

mendapat perhatian yang serius.28 Banyak sekali para ahli yang menjelaskan

tentang media dakwah. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, hal ini

dirasa sangat perlu agar pesan dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i bisa

disebarkan secara komprehensif dan masif ke segala belahan bumi.

27 A. Muiz, “Komunikasi Islam” (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, h. 3 28 Asep S. Muhtadi, “Dakwah Kontemporer”, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2001), Cet. Ke-1, h.3 Konsekuensinya, seorang da’i harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi komunikasi tersebut.29

Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima, yaitu: media lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak. Sedangkan DR. Moh. Ali aziz membagi media menjadi dua, yaitu: media tradisional dan modern (elektronik). Dari dua pengertian di atas pada hakikatnya, mempunyai kesamaan, hanya salah satu dari perspektif di atas menjelaskan lebih mendetail dan terperinci tentang media dakwah, namun tetap dalam satu tujuan bahwa dakwah mempunyai banyak media yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau untuk menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

C. Pondok Pesantren

Manfred Ziemek, istilah Pondok Pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang melembaga di Indonesia. Kata pondok berarti kamar, gubug, ruang kecil, di dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menekankan kesederhanaan bangunan. Mungkin juga pondok berasal dari kata Arab yaitu funduk yang artinya ruang tidur, wisma, hotel sederhana bagi para pelajar yang dari tempat asalnya. a. Pesantren Tradisional

Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih kuat memegang pola tradisional dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. Ciri pesantren

29 Ibid, h. 15 ini adalah kitab-kitab yang dipelajari masih dengan cara atau sistem sorogan,

bandongan, maupun weton.30

Sedang cara-cara tersebut diatas adalah cara lama yang telah turun

temurun dipraktekkan, ilmu yang dipelajari di pesantren tradisional ini pada

umumnya sama, demikian pula kitab-kitab yang dipakainya, hanya saja ada

perbedaan pengajaran diantara pesantren-pesantren tersebut yaitu terletak pada

kadar ilmu yang dimiliki oleh kiyai yang bersangkutan.

Ciri lain dari pesantren tradisional adalah kemutlakan seorang kiyai

sebagai pemegang kekuasaan dan penentu suatu keputusan. Pesantren ini

biasanya secara manajemen adalah manejemen keluarga.

b. Pesantren Modern

Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern

(baru) dari segi penyampaian dan pengajaran materinya.31

Adapun ciri-ciri pesantren modern ini adalah :

1. Memakai cara diskusi/tanya jawab dalam penyampaian materi

2. Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih memperhatikan

dan mengajarkan hal-hal yang nantinya akan dijumpai oleh pelajar masyarakat

30 Masdar F, Mas’udi, Direktori Pesantren, (Jakarta:P3M, 1980), h.72 31 Ensiklopedia Islam, (Jakarta:DEPAG, 1992), h.928 3. Diberi pelajaran kebebasan sebesar mungkin akan tetapi ia dididik untuk

bertanggung jawab

4. Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala sesuatu dengan

kehidupan dan kegiatan sehari-hari, tata tertib, disiplin, dan masing-masing

dapat menyatakan pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terkait

dengan pendidikan dan pengajaran.32

32 Masdar F, Mas’udi, ct al, Direktori Pesantren, (Jakarta:P3M,1980), H.80

BAB III

RIWAYAT HIDUP DAN AKTIVITAS DAKWAH

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MELALUI PESANTREN BASMALA

A. Kehidupan Habiburrahman El Shirazy

1. Riwayat Hidup Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman El Shirazy yang sempat diberi nama Muhammad

Habibulwahid merupakan anak dari KH. Saerozi Noor dan Hj. Siti Khadijah yang

lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30 September 1976. Ia merupakan anak dari

6 bersaudara (Habiburrahman El Shirazy, Anif Sirsaeba El Shirazy (Ahmad

Munif), Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridatul Ulya, dan Muhammad Ulin Nuha).33

“Kang Abik”, panggilan sayang dari adik-adiknya, memiliki masa kecil yang

memprihatinkan., Ketika bayi, ia sering sakit-sakitan bahkan sulit disembuhkan,

walaupun sudah berobat ke dokter, namun tetap saja belum sembuh bahkan

semakin parah. Namun , akhirnya Kang Abik sembuh setelah beliau

berganti nama dengan nama yang dinazarkan ayahnya pada waktu masih sekolah

dahulu, yaitu Habiburrahman dan tidak Muhammad Habibulwahid lagi.

33 Anif Sirsaeba El Shirazy, “Fenomena Ayat-ayat Cinta”, (Jakarta: Republika, Oktober 2006), cet ke- 1, h.46 Tak hanya sampai itu, Kang Abik pada waktu berumur 4 tahun, ia pernah

hampir tak tertolong karena tenggelam di empang samping rumahnya, namun

bersyukur seorang tetangga menyelamatkannya. Selanjutnya ketika duduk di

bangku SD kelas 4, Kang Abik juga pernah hampir menghadap-Nya karena

tertimpa kayu di dapur rumahnya dan yang terakhir pada saat Kang Abik kembali

dari mengajar di daerah Sleman, Yogyakarta, akibat mengalami kecelakaan yang

mengharuskan Kang Abik diamputasi kaki kanannya karena patah, tetapi pada

akhirnya bersyukur ia tidak jadi diamputasi dengan syarat Kang Abik diwajibkan

untuk istirahat total di rumah selama kurang lebih 8 bulan dan hal ini merupakan

sejarah lahirnya novel Best Seller Ayat-ayat Cinta.

Dalam pandangan adik pertamanya -Anif Sirsaeba El Shirazy, bahwa

Kang Abik adalah sosok kakak yang sangat perhatian terhadap adik-adiknya.

Seseorang yang mempunyai jiwa seorang santri sejati. Seorang kakak yang tak

hanya baik tetapi ia selalu menjadi suri tauladan bagi adik-adiknya.34

2. Latar Belakang Pendidikan dan studinya

Pada sub bab kali ini, penulis akan membagi Latar Belakang Pendidikan

Habiburrahman El Shirazy kepada 3 bagian, yaitu: Semasa Kang Abik Madrasah

Aliyah, masa kuliah di Mesir, dan masa setelah Kang Abik kembali ke Indonesia.

Hal ini dianggap penting, karena penulis benar-benar ingin menggambarkan Latar

Belakang Pendidikannya yang diikuti dengan segala prestasi yang ia raih.

34 Ibid, h. 46 a. Masa sekolah Habiburrahman El Shirazy

Ketika Kang Abik masih menjalani pendidikan SD adalah kali pertama ia mendapatkan penghargaan atas hasil menjuarai perlombaan puisi perjuangan dan itu pun merupakan kali pertama ia berkenalan dengan dunia sastra lebih serius dan karena setelah hal itu, ia sangat menyukai sastra.

Pendidikan menengah Kang Abik di MTS Futhuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota

Budaya Surakarta untuk belajar Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK)

Surakarta, dan lulus tahun 1995.

Pada tahun 1994 semasa di MA, Kang Abik telah menghasilkan banyak prestasi, dari membuat naskah drama sambil menyutradainya sampai menjuarai berbagai macam lomba, di antaranya yaitu: Menulis sebuah naskah teatrikal puisi yang berjudul ”Dzikir Dajjal” sekaligus menyutradarai pementasannya bersama

Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sridewari Surakarta. Meraih juara II religius tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Organisasi Wilayah Jawa Tengah di Semarang. Pemenang 1 lomba pidato Nurul Huda, UNS (Universitas Negeri Surakarta), Juara 1 lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS (Universitas

Muhammadiyah Surakarta), Juara 1 lomba baca puisi Arab tingkat nasional yang diadakan IMABA (Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab) UGM (Universitas Gajah

Mada) Yogyakarta, pengisi Syarhil Quran setiap jum’at pagi selama satu tahun di radio JPI Surakarta 1994-1995. Pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR (Korps

Ilmiah Remaja) tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh kantor Wilayah P dan

K Jateng dengan judul tulisan ”Analisis Dampak Film Laga Terhadap

Kepribadian Remaja”. Semua prestasi di atas ia raih antara tahun 1994-1995. 35

b. Masa Kuliah Habiburrahman El Shirazy

Pada waktu kecilnya, pernah suatu ketika ayahnya membawa sebuah

majalah kemudian ia baca dan di dalamnya terdapat artikel tentang Al-Azhar

Mesir, maka sejak itulah ia bercita-cita ingin bersekolah di sana. Alhamdulillah

doanya terkabul, maka setelah lulus dari MAPK, ia berangkat ke Mesir pada

tanggal 25 Agustus 1995 dan sampai di Mesir sehari setelahnya, tanggal 26

Agustus 1995.36 Kang Abik menuntut perguruan tingginya di Universitas Al-

Azhar, Cairo, mengambil jurusan Hadits, Fakultas Ushuluddin, walaupun

keberangkatannya menyita biaya yang cukup banyak.

Dalam buku fenomena Ayat-ayat Cinta, adiknya, Anif Sirsaeba El

Shirazy, menceritakan bahwa orang tua mereka sampai-sampai menjual sawah

warisan dan dengan linangan air mata orang tua akhirnya Kang Abik berangkat

dengan berbekal tiket pesawat dan biaya hidup yang hanya selama satu tahun di

Mesir, selanjutnya perjuangan Kang Abik untuk mencari biaya hidupnya.

35 Habiburrahman El Shirazy, Lampiran Profil dalam Novel “Ayat-ayat Cinta”, (Jakarta: Republika Press dan Basmala, September 2006), cet ke-17 36 Anif, Fenomena, h. 163. Namun Kang Abik memang seorang yang selalu bertawakkal kepada-Nya dan

percaya bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah.37

Tahun pertama hidup di Cairo dijalani Kang Abik dengan keprihatinan,

akan tetapi Kang Abik tetap qanaah kepada Allah SWT. Maka untuk memenuhi

biaya hidupnya, ternyata ia mempunyai inisiatif untuk berjualan telur asin

dengan teman-temannya, yaitu dengan mendistribusikan ke LBSM (koperasi

mahasiswa yang ada pada saat itu).

Di tahun kedua, Kang Abik, anak sulung dari Bapak Saerozy dan Ibu Siti

Radhiyah ini alhamdulillah mendapat beasiswa dari ICMI karena mendapat

prestasi jayyid (terbaik), dan semenjak itulah ia dalam akademis selalu mendapat

prestasi jayyid jiddan (sangat baik sekali) sampai lulus SI pda tahun 1999.

Selanjutnya, ia juga telah merampungkan S2-nya dengan gelar Postgraduate

Diploma (Pg.D), di Institute For Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh

Imam Baiquri (2001), karena prestasi terbaik yang ia raih, jadi bukan M.A lagi.

Pada waktu Kang Abik menempuh studi di Cairo, Mesir, ia aktif dalam

lembaga Islam dan juga dengan prestasinya dan keaktifannya, ia pun sempat

beberapa kali mendapatkan beasiswa dan penghargaan.

Ketika menempuh studi di Cairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin

sebuah kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan

Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo pada tahun 1996-1997. Kang Abik juga

pernah terpilih sebagai duta Indonesia untuk mengikuti ”Perkemahan Pemuda

37 Ibid, h. 343 Islam Internasional Kedua” yang diselenggarakan oleh WAMY (The World

Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismalia, Mesir, pada

bulan Juli 1996, dan dalam perkemahan tersebut ia diberi kesempatan untuk

berorasi dengan judul ”Tahqiqul Amni Was Salam Fil Alam Bil Islam” (Realisasi

Kemanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam), dan orasinya tersebut terpilih

menjadi orasi terbaik kedua dari seluruh orasi yang disampaikan peserta

perkemahan pada saat itu. Kang Abik juga aktif di Majelis Sinergi Kalam

(Masika) ICMI Orsat Cairo pada tahun 1998-2000, lalu ia juga pernah menjadi

koordinat sastra Islam ICMI Orsat Cairo selama dua periode (1998-2000 dan

2000-2002). Sastrawan muda ini juga dipercaya untuk duduk dalam Dewan

Assatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Cairo. Dan ia juga

merupakan seseorang yang memprakasai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP)

dan komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Cairo. Dan ia juga berkesempatan

menjabat sebagai Ketua Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu

Menara ”NAFAS PERADABAN” yang diterbitkan pila oleh ICMI Orsat Cairo,

2000.38

Sebelum Kang Abik pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik

diundang oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama 5 hari (1-5 Oktober)

untuk membacakan puisi-puisinya berkeliling Malaysia dalam Moment Kuala

Lumpur World Poetry Reading ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya.

38 Habiburrahman El Shirazy, Lampiran Profil dalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”, (Semarang: Basmala Press, 2004), cet.1 Puisinya juga termuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah

Dewan Sastra (2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia lain, puisi Kang

Abik juga dimuat kembali dalam imbauan PPDKL (1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004)

c. Masa Habiburrahman kembali ke Indonesia

Pada media pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di tanah air, dan saat itu pula ia langsung diminta oleh Pusat Pengembagan Mutu Pendidikan

(P2MP) Jakarta untuk ikut mentasbih Kamus Populer Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta pada Juni

2003, Kang Abik juga diminta untuk menjadi kontributor penyusunan

Ensiklopedi Intelektual Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikirannya, yang terdiri dari 3 jilid dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta tahun 2003.

Mengikuti panggilan jiwa, antara thun 2003-2004, Kang Abik memilih mendedikasikan ilmunya di MAN 1 Yogyakarta, kemudian Kang Abik juga terdaftar sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu

Bakar as Siddiq UMS Surakarta. Selain menjadi dosen UMS Surakara, ia kini sepenuhnya mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-karyanya, juga lewat pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA

INDONESIA, yang dirintis bersama adiknya tercinta, Anif Sirsaeba dan

Budayawan kondang Prie GS di Semarang dan dengan melalui wajihah dakwah lainnya. Saat ini Kang Abik telah berkeluarga dengan Muyasaratun Sa’idah pada tahun 2004, dan dikarunia seorang putra bernama Muhammad Neil Author. Dan saat ini Kang Abik juga sering dipanggil untuk mengisi acara sebagai pembicara, ceramah, atau untuk menyampaikan tausyiyah, baik di seminar, Talkshow,

Workshop, dan sebagainya di dalam dan luar negeri.

3. Aktivitas Dakwah dan karya-karya Habiburrahman El Shirazy

Aktivitas seorang Habiburrahman El Shirazy merupakan salah satu tokoh penyebar isi ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya dalam berbagai pemikiran melalui kebebasan berpikir dengan sosio budaya, dan agama. Dari hasil kebebasan berpikirnya dia telah berhasil menorehkan beberapa karya yang fenomenal, diantaranya Novel Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya

Pesona Kleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta. Novel yang dibuat oleh Habiburrahman El Shirazy merupakan novel pembangun jiwa, yang menarik adalah kemampuan penulis untuk menyampaikan dakwahnya sangat halus sebagai bagian dari cerita. Bahkan tanpa kita sadari, Ilmu Fikih dan Akidah kita bertambah setelah kita mengikuti dialog-dialog yang disampaikan. Novel- novel Islami yang dibuat oleh beliau sangat laku dipasaran, bahkan beberapa novelnya telah di filmkan dan berhasil merebut perhatian masyarakat luas, khususnya umat Islam

Selanjutnya, sebagaimana yang telah penulis bahas dalam skripsi ini,

Habiburrahman El Shirazy adalah seorang Pimpinan Pesantren Basmala yang terletak di daerah Gunungpati, Semarang. Sebuah pesantren yang bervisikan membangun kekaryaan dan kewirausahaan.

Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik ini telah menghasilkan banyak karya, di antaranya, yaitu:

• Naskah Drama :

1. Wa Islama (1999)

2. Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan dari karya Dr. Yusuf Qardhawi

yang berjudul asli ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000),

3. Darah Syuhada (2000)

• Buku-buku Terjemahan :

1. Ar-Rasul (GIP, 2001)

2. Biografi Umar Abdul Aziz (GIP, 2002),

3. Menyucikan Jiwa (GIP, 2005),

4. Rihlah Illallah (Era Intermedia, 2004), dan lain sebagainya

• Cerpen-cerpen Islami :

1. Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001)

2. Bercinta Untuk Surga (Grenada Busur Budaya, 2003)

3. Merah di Jenin (FBA, 2002)

4. Ketika Cinta Menemukannya (GIP, 2004), dan lain-lain.

• Kisah-kisah Islami :

1. Ketika Cinta berbuah surga 2. Di Atas Sajadah Cinta

Novel-novel Islami :

1. Pudarnya Pesona Cleopatra

2. Ayat-ayat Cinta

3. Ketika Cinta Bertasbih

4. Dalam Mihrab Cinta

B. Gambaran Umum Pesantren Basmala

1. Sejarah dan latar belakang berdirinya

Pesantren Basmala adalah pesantren yang bervisikan membangun

kekaryaan (apapun jenis karyanya) dan kewirausahaan (seberapapun jenis

wirausahanya).

Pesantren Basmala secara embrional berdiri pada tanggal 17 Agustus 2003

di Yogyakarta dengan nama Basmala Press. Mulanya Basmala Press belum

memiliki visi pesantren, masih murni penerbitan home industri atau self publisher.

Dari Yogyakarta, Basmala Press dipindah ke Semarang tepatnya pada medio

Pebruari 2004.

Selama ini semarang dikenal sebagai kota mati dan gersang. Sehingga

salah satu alasan mengapa Basmala dipindah ke Semarang adalah untuk

menghidupkan semangat dakwah di kota Semarang dan sekitarnya. Sejak itulah

Basmala memancangkan dakwahnya di Semarang tepatnya di Bangetayu Wetan,

Kecamatan Genuk, yang disupport penuh oleh KH. Habiburrahman El Shirazy,

Ust. Anif Sirsaeba, dan Prie GS, selaku founding father Pesantren Basmala. Tonggak sejarah keseriusan Basmala dengan visi pesantrennya dimulai ketika novel Ayat-ayat cinta diterbitkan. Sejak itulah nama Basmala bersemayam di hati para pembaca karya-karya Basmala.

Tahun 2004 akhir sampai medio Desember 2006 Basmala berdomisili di

Ngaliyan dengan status mengontrak satu rumah yang dihuni oleh 7 santri. Mereka adalah para aktifis dakwah kampus dan dakwah masyarakat yang tersebar di sekitar IAIN Walisongo.

Di penghujung tahun 2006 atas ijin dan karunia Allah swt, Basmala berhasil membebaskan tanah serta bangunan yang ada di Gunungpati sejumlah 14 kamar. Dari sinilah laju dakwah Basmala menemukan momentum terbaiknya karena didukung sepenuhnya oleh aktifis dakwah yang ada di Unnes dan Undip.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi pesantren Alternatif yang berbasis pendidikan, kekaryaan, kewirausahaan, dan ketakwaan dengan dasar Manajemen Kasih Sayang yang meniscayakan kontribusi positif serta bermanfaat seluas-luasnya bagi umat dan bagsa Indonesia tercinta

b. Misi

1. Membina dan mencetak Sumber Daya Insani yang berakhlak mulia,

menjadi penyejuk hati, penggelora semangat melalui pendidikan dan

pelatihan serta pembinaan. 2. Mencetak Sumber Daya Insani yang berjiwa mandiri, beretos kerja tinggi

dan memilki semangat berprestasi.

3. Menjadi Pesantren Alternatif yang memberikan kemanfaatan seluas-

luasnya bagi umat dan bangsa Indonesia tercinta

3. Progran Kegiatan

Sebagai bentuk komitmen Pesantren Basmala kepada masa depan generasi

muda khususnya mahasiswa, dicetuskanlah Program Santri Mahasiswa Siap

Berprestasi (SMS-B). Program ini bertujuan untuk menyelamatkan anak bangsa

dari kehancuran dengan mencipta kos-kosan Islami yang sehat, aman, nyaman,

dan bebas dari free sex. Tempat yang mendukung untuk belajar, memupuk jiwa

kemandirian, enterpreneurship, leadership serta semangat berprestasi

Aktivitas di dalamnya adalah :

• Belajar Menulis di Wisata Ruhani (BMW)

• Sekolah Penulis Mujahid Pena Basmala (SPMB)

• Majelis Taklim dan Doa Wisata Ruhani

• Tausiyah Cinta, Motivasi, dan Budaya

• Manajemen Berbasis Qur’an (MBQ)

• Personality School (Khusus santri putri)

• Enterpreneur Training for Student

• Outbond, Camping Islami

BAB IV

ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

MELALUI PESANTREN BASMALA

A. Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy

Aktivitas dakwah merupakan salah satu kewajiban ummat Islam yang secara tegas dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Imran ayat 104, yang berbunyi:

ِِ

` Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran(3):104)

Aktivitas Dakwah merupakan suatu kegiatan juru dakwah dalam mengemban misi dakwahnya untuk mengubah mad’unya ke jalan Allah SWT secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.

Menurut Habiburrahman El Shirazy berdasarkan hasil wawancara penulis

“Aktivitas dakwah adalah segala bentuk kegiatan, segala bentuk prilaku yang mempunyai unsur dakwah didalamnya bisa mengajak kepada seseorang beriman”

Secara subtansial, Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan. Sebuah konsep dan formulasi epistimologis tentang agama termediasi dalam dakwah kemudian dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengupayakan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan mempengaruhi cara-cara tertentu.39

Dalam menjalani kehidupan di dunia yang akan menjadi investasi di akhirat, seseorang harus mengetahui untuk apa ia dilahirkan di muka bumi ini, apakah Allah

SWT memiliki maksud tertentu? Adakah manfaatnya Allah SWT menciptakan manusia ke dunia ini? Jawabannya adalah Allah SWT menciptakan manusia ke alam ini, sebagai khalifah di muka bumi yang membawa kasih sayang kepada semesta alam, seperti yang terdapat dalam Firman Allah. Yakni :

Artinya : “Dan tiadalah Kami Mengutus kamu, melainkan untuk menjadi

Rahmat bagi Semesta Alam.” (QS. Al-Anbiya (21):107)

Selain itu sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia mempunyai tugas untuk beribadah kepada Allah SWT dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana Firman Allah, yaitu:

39 Amrullah Ahmad, Dakwah Islamiyah dan Pembaharuan Sosial, (Yogyakarta:PL2PM, 1983), cet ke- 2, h.2

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada

Allah.” (QS. Ali Imran (3) :110).

Pewarisan konsep dan formulasi keagamaan bagaimanapun juga sangat diperlukan sebagai tiang penyangga eksistensi sebuah agama sekaligus upaya pewarisan ajaran agama pada generasi berikutnya. Dakwah sebagai strategi memasuki wilayah supremasi Islam karena memandang Islam bukan hanya sekadar ajaran agama melainkan totalitas doktrin kehidupan itu sendiri. Mengingat cakupan religion beserta dakwah Islam semakin menyempit, diperlukan metode alternative atau dengan istilah worldview atau weltansaung mengingat orientasi dan objeknya sangat luas.

Paham egalitarianisme yang diyakini sebagai ideologi gerakan keagamaan menciptakan arah baru perubahan sosial. Termasuk perubahan peran dakwah yang bergerak dari kharismatik individual menuju institusi sosial keagamaan yang terwakili oleh Pesantren. Pada gilirannya, Pesantren dengan tradisinya yang menekankan misi sosial keagamaan dengan menggalang solidaritas dan kekuatan mendapatkan apresiasi dan patut diperhitungkan.

Pesantren sebagai tempat penggemblengan dan kaderisasi generasi muda agar menguasai ilmu agama. Setidaknya, setiap santri yang dididik minimal mampu mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan keluarganya. Syukur jika santri ikut serta dalam menciptakan iklim pranata sosial dan birokrasi yang baik.

Salah satu harapan eksistensi pesantren adalah melahirkan Ulama-ulama ahli agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat sekitarnya. Ulama-ulama yang mampu memberikan fatwa tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat pada masanya. Pesantren mempunyai misi untuk mengadakan pengkaderan umat untuk menjadi pemuka agama yang menjadi panutan masyarakat dalam kehidupan Islam.

Tugas profetis pesantren adalah mendidik dan membekali pemahaman ajaran agama terhadap kaum Muslimin serta memberikan dasar pengetahuan kepada mereka meliputi pokok-pokok ajaran agama, cabang-cabangnya yang kemudian diperlengkap dengan Ilmu pengetahuan, serta menggerus berbagai macam penyimpangan dari budaya kaum Muslimin.

Salah satu pemancang tradisi pesantren di Nusantara ini telah dilakukan oleh

Pesantren Basmala sebagai miniatur realita bagaimana Islam bisa menjadi solusi bagi lingkungannnya. Ia juga menjadi sisi sosial dari keyakinan yang konsisten terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial yang langsung dan spesifik. Dalam hal ini, orang yang ingin mengetahui indahnya Islam, produktifnya artikulasi seorang Muslim, atau

Islam yang rahmatan lil’alamin terhadap lingkungan yang heterogen.

Setiap orang diberikan potensi oleh Allah dalam hidup yang hanya sekali ini.

Untuk itu,perjuangan di jalan Allah adalah juga perjuangan untuk mengaktualisasikan potensi kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan di muka bumi. Tradisi Pesantren yang menjadikan Kyai sebagai sentral figurnya dinilai cukup efektif dalam menciptakan jaringan penyebaran ajaran-ajaran Islam. Kyai juga berperan serta menggiring masyarakat kearah transformasi sosial. Di Pesantren

Basmalah ini Kang Abik bertindak sebagai Kyai dan Pemimpin Pesantren. Pada mulanya, Kang Abik mendirikan Pesantren Basmala hanya “bermodal semangat untuk berubah ke arah yang lebih baik saja”. Tanpa santri mukim atau santri karya dan wirausaha. Untuk pengembangan dakwah Pesantren Basmala, Kang Abik bertekad mempelajari bagaimana proses-proses awal pengembangan sebuah pesantren yang berbasis keumatan dan kemandirian. Karena beliau memang tidak ingin mendakwahkan Islam dengan mengandalkan materi orang lain. Dalam langkah awal, beliau menemukan pesantren lekatan dan tokoh lekatan Daarut Tauhid,

Bandung dengan KH. Abdullah Gymnastiar sebagai pengasuhnya. Maka Kang Abik serta adiknya Anif Sirsaeba berusaha memperoleh informasi dan mempelajari awal mulanya mendirikan pesantren dan mengembangkan bisnis dengan modal semangat dan kemandirian.

Bentuk kegiatan dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui pesantren

Basmala adalah dakwah Bil-Lisan, bil-Qalam, dan bil-Haal.

Yang dimaksud dakwah bil lisan Habiburrahman El Shirazy adalah dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam, mengingatkan orang lain jika berbuat salah baik dalam ibadah maupun dalam perbuatan, memberikan bimbingan dan penyuluhan problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik. Sedangkan bentuk kegiatan dakwah lainnya Habiburrahman El Shirazy di

Pesantren Basmala yaitu melalui dakwah bil-Qalam adalah Salah satu kegiatan yang diminati oleh santrinya meliputi Belajar Menulis di Wisata Ruhani. Belajar Menulis di Wisata Ruhani (BMW) merupakan program pelatihan menulis yang dibimbing langsung oleh Habiburrahman El Shirazy, namun jika Kang Abik berhalangan hadir, maka akan digantikan dengan Ustadz Anif Sirsaeba El Shirazy, MBQ (Pengasuh

Pesantren Basmala dan Majlis Ta’lim Wisata Ruhani). Ustadz serba bisa tersebut tidak saja seorang motivator handal, tapi juga penulis, public speaker, sekaligus manager Habiburrahman El Shirazy

Pesantren Basmala sengaja didesain menjadi pesantren yang benar-benar berbaur dengan masyarakat. Santrinya menyewa rumah di sekitar masyarakat sehingga diharapkan selain akan mewarnai, juga menghidupkan ekonomi masyarakat dengan makan dan belanja di warung sekitarnya. Adapun yang menjadi santri adalah para mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Di samping itu, setiap sarana dan prasarana harus berbicara banyak tentang

Islam. Itulah sebabnya, lingkungan yang amat bersih, asri, rapi, terawat, tertib, dan aman harus terwujud dan terasa bagi siapapun yang berkunjung ke Pesantren

Basmala.

Lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan mahasiswa. Seorang mahasiswa yang jauh dari orang tua bebas melakukan apapun atas dasar etika. Pesatnya arus informasi dan globalisasi lebih banyak membawa dampak yang negative. Sehingga tak jarang dijumpai berita-berita miring tentang kehidupan generasi harapan bangsa ini. Dari penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas (free sex), serta tindakan kriminal lainnya.

Pesantren Basmala ini berbeda dengan pesantren lain pada umumnya, salah satu contohnya adalah pesantren yang sebagian besar santrinya para mahasiswa ini, tidak mempunyai asrama tempat tinggal para santri yang cukup memadai, tetapi pesantren ini hanya memiliki 14 kamar santri putra. Dengan jumlah santri binaan mencapai 930 santri putra dan putri, maka tidak akan mencukupi. Oleh karena itu selebihnya menempati kos-kosan sekitar lingkungan pesantren dan kampus, tentu pihak pesantren sudah bekerjasama dengan pemilik kos-kosan. Contoh yang lainnya adalah setiap mahasiswa yang ingin menjadi santri di Pesantren Basmala diwajibkan membawa minimal 10 orang dan menempati satu kosan/kontrakkan yang telah ditentukan pihak pesantren, lalu dipilih salah satu diantara mereka menjadi Pembina kos-kosan. Pembina ini bertugas untuk membimbing dan mengawasi 9 orang teman lainnya dalam peraturan sehari-hari dan dalam setiap minggunya pembimbing melaporkan hasil aktifitas dan kegiatannya kepada pihak pesantren.

Namun metode ini, setelah melakukan pengamatan dan wawancara langsung kepada santri yang dilakukan oleh penulis dinilai cukup efektif. Mahasiswa menjalankan peraturan pesantren atas dasar kesadaran dan kemandirian. Kang Abik mendidik para santri untuk hidup sederhana yang pada hakekatnya adalah memberikan senjata kepada mereka untuk menyongsong kemenangan hidup atau menggapai kehidupan yang sukses di masa tua. Pola hidup sederhana ini sesuai dengan ajaran Islam. Banyak ayat-ayat Al-

Qur’an yang mencela pola hidup mewah. Di antaranya :

Artinya: “Dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak meyukai orang-orang yang berlebihan”. (Al-An’am : 141)

Pesantren Basmala adalah pesantren kekaryaan dan kewirausahaan, maka dari itu santrinya harus bisa mandiri, tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang lain.

Ini terbukti dengan para santri menjual buku-buku yang mereka karyakan sendiri melalui sistem door to door, para santri menawarkan langsung kepada calon pembelinya. Di samping pendidikan mandiri kepada para santri, Pesantren Basmala sendiri sebagai lembaga pendidikan tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasihan orang lain. Pesantren Basmala mendapatkan dana dari hasil penjualan beberapa novel karya Kang Abik, Kang Anif, dan beberapa santri yang sudah menghasilkan karya.

“Royalti dan pendapatan yang diperoleh dari penjualan buku ini akan digunakan untuk perintisan pembangunan Pesantren Basmala sebagai pusat penggodokan karya-karya anak Muslim yang bersemangatkan keislaman, kemandirian, keteladanan. Pesantren ini dibangun di atas bingkai, indahnya dakwah dengan karya-karya qurani”40

40 Wawancara langsung Kang Abik Habiburrahman El Shirazy, Pimpinan Pesantren Basmala, Wawancara Pribadi, Ragunan-Jakarta, 15 Juli 2008. Hal yang sangat penting dalam ajaran Islam adalah sangat menjaga harga diri dan juga menjauhkan dari apa pun yang membuat diri ini menyekutukan Allah. Oleh karena itu, menjadi pribadi mandiri adalah pribadi penuh harga diri dan menghindar dari sikap bergantung kepada selain Allah.

Pesantren Basmala diupayakan menjadi sebuah percontohan lembaga mandiri yang tidak bergantung pada sumbangan dari umat, tetapi malah sebaliknya bisa menjadi lembaga yang menyatuni sebagian umat. 41

Menciptakan peradaban yang eksis, normative, ideologis dan sarat transformasi sosial dalam tulang punggung ummat Islam merupakan peradaban yang harus senantiasa terpelihara dengan baik selain berkomitmen merealisasikan iman dalam pelataran praksis sosial. Walau bagaimanapun juga respon terhadap agama dalam berbagai masa dan bangsa memiliki intensitas dan kecendrungan yang berbeda.

Hal itu ditentukan oleh aset pengetahuan dan kadar penghayatan yang dimilikinya.

Kebanyakan para juru da'wah dan para guru hanya mengisi otak masyarakat dengan pemikiran dan pengetahuan agama yang diulang-ulang, dihafal, yang tidak didukung dengan dalil yang diturunkan oleh Allah SWT serta dalil-dalil hukum agama. Mereka hanya menyampaikan tafsir Israiliyat, dan hadis-hadis lemah dan maudhu, yang tidak ada sumbernya.

Perbuatan yang serupa dengan ini ialah kesibukan orang-orang terhadap masalah-masalah khilafiyah antara satu mazhab dengan mazhab yang lain; atau

41 Ibid menyulut pertarungan bersama gerakan tasawuf, atau berbagai kelompok tasawuf, dengan berbagai persoalannya yang termasuk sunnah dan bid'ah, yang betul-betul menyimpang. Kita mesti membuat prioritas terhadap masalah ini dan tidak boleh membuat generalisasi dalam hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Sebagai bentuk komitmen Pesantren Basmala kepada masa depan generasi muda khususnya mahasiswa, dicetuskanlah Program Santri Mahasiswa Siap

Berprestasi (SMS-B). Program ini bertujuan untuk menyelamatkan anak bangsa dari kehancuran dengan mencipta kos-kosan Islami yang sehat, aman, nyaman, dan bebas dari free sex. Tempat yang mendukung untuk belajar. Memupuk jiwa kemandirian.

Entrepreneurship, leadership serta semangat berprestasi.

Adapun materi pelaksanaan aktivitas dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala penulis klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Kepesantrenan

a. Fiqh Sunnah

b. Matan Tankrib

c. Tafsir al-Maraghi

d. Ayatul Ahkam

e. Majelis Taklim dan doa Wisata Ruhani

f. Qiyamul Lail

g. Manajemen Berbasis Qur’an

2. Kekaryaan

a. Belajar Menulis di Wisata Ruhani (BMW)

b. Sekolah Penulis Mujahid Pena Basmala (SPMB)

c. Tausiyah cinta, motivasi, dan budaya

d. Oubond, Camping Islami

3. Kewirausahaan

a. Toko Buku (Showroom)

b. Telemaketing (menjual produk door to door)

c. Enterpreneur Training For Student

Salah satu kegiatan yang diminati oleh santrinya adalah Belajar Menulis di

Wisata Ruhani. Belajar Menulis di Wisata Ruhani (BMW) merupakan program pelatihan menulis yang dibimbing langsung oleh Habiburrahman El Shirazy, namun jika Kang Abik berhalangan hadir, maka akan digantikan dengan Ustadz Anif

Sirsaeba El Shirazy, MBQ (Pengasuh Pesantren Basmala dan Majlis Ta’lim Wisata

Ruhani). Ustadz serba bisa tersebut tidak saja seorang motivator handal, tapi juga penulis, public speaker, sekaligus manager Habiburrahman El Shirazy

Karena kesibukan Kang Abik di luar pesantren dan suksesnya karya-karya beliau melalui novel Islami, serta mengharuskan beliau sering ke luar kota, maka sebagian tugas-tugas beliau sebagai pengasuh Pesantren sering digantikan dengan

Kang Anif Sirsaeba. Namun demikian, Kang Abik berusaha untuk datang sesering mungkin ke Pesantren Basmala walaupun hanya seminggu sekali bahkan sebulan sekali.

Program Kerja

a. Peningkatan Mutu Pendidikan

• Memantapkan/menyempurnakan kurikulum

• Menjadi pusat Wisata Ruhani di Indonesia

b. Pembangunan Fisik

• Memperluas asrama mahasiswa

• Mempunyai tempat untuk berkumpulnya para santri

c. Penggalian Dana dan Pengembangannya

• Pemasukan uang dari hasil royalti dan pendapatan penjualan buku

karya Kang Abik, Kang Anif, dan beberapa santri yang telah

menghasilkan karya.

• Memberikan wewenang lebih bertamggung jawab dan memperluas

usahanya terutama mengembangkan unit usaha keluarga.

d. Pengkaderan dan Penempatannya

• Diperlukan kader-kader untuk mengelola Pesantren di masa depan.

• Kader-kader disiapkan untuk mengabdi di Pesantren Basmala sebagai

motivator dan tenaga pengajar.

• Memperbanyak pengiriman kader-kader ke luar pesantren sesuai

dengan bidang yang dimilikinya.

e. Pengabdian Masyarakat

• Menggiatkan Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat untuk

aktivitas santri-santri dengan memberikan keluasaan bergerak dengan

latihan dan menambah bobot kemampuan sebagai calon pemimpin dan

kader umat.

Habiburrahman El Shirazy adalah guru spiritual yang dapat memberikan semangat beragama, beliau mengajarkan lebih baik banyak bekerja daripada banyak berbicara, beliau juga mengajarkan ilmu semangat kemandirian dan semangat pengorbanan. Sedangkan Pesantren Basmala adalah pesantren yang dapat membina dan mencetak generasi muda dengan penuh karya, mandiri dan Islami.

Berdakwah dengan beramal adalah tindakan yang paling tepat. Bagi Kang

Abik “Beramal itu adalah mengerjakan sesuatu hal yang bermutu yang pantas dilihat, dirasakan, dan diketahui oleh siapa pun sepanjang sejarah, sesuatu hal yang dapat dinikmati siapa pun. Sebagai umat Islam yang merasa memiliki tanggung jawab, menunjukkan dengan apa pun dengan kemampuan dan kesanggupan. Misalnya, jika kita memiliki kemampuan memimpin sesuatu hal, maka sebaiknya memimpin Demi

Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Apabila dapat beramal, maka beramallah Demi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman”42

42 El Shirazy, Fenomena, h. 225 Di antara pemberian prioritas yang dibenarkan oleh agama ialah prioritas ilmu atas amal. Ilmu itu harus didahulukan atas amal, karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah amal yang akan dilakukan. Dalam hadits Mu'adz disebutkan, "ilmu, itu pemimpin, dan amal adalah pengikutnya."43

Sebagai Pimpinan Pesantren Kang Abik mempunyai visi sebagai umat Islam yaitu “melakukan amal sholeh, dalam rangka menegakkan kalimat-kalimat Allah untuk mencapai Ridha-Nya. Dan yakin dengan adanya visi tersebut, maka Allah akan memberikan hidup bertabur penuh dengan pesona dan berkualitas”.44

Pelaksanan aktivitas dakwah Habiburrahman El Shirazy di Pesantren Basmala cukup efektif dan efisien dalam mengembangkan potensi generasi muda, khususnya para mahasiswa. Karena selain dapat belajar agama, para santri juga dapat belajar menulis dan termotivasi menghasilkan karya, serta dapat belajar menjadi wirausaha.

Selain itu belajar di Pesantren Basmala dapat menumbuhkan jiwa rasa kemandirian, kesederhanaan, keihlasan, serta jiwa bebas berfikir dan berpendapat yang dapat berguna di masa depannya kelak.

Tugas terpenting yang mesti kita lakukan pada saat ini apabila kita hendak melakukan perbaikan terhadap keadaan umat ialah dengan melakukan permulaan yang tepat, yaitu membina manusia dengan pembinaan yang hakiki dan bukan hanya dalam bentuk luarnya saja. Tipologi ini mengarah kepada totalitas membumikan ajaran-ajaran agama secara utuh dan konsisten Kita harus membina

43 Qardhawi Yusuf, Fiqh Prioritas 44 Ibid, h. 228 akal, ruh, tubuh, dan perilaku manusi secara seimbang demi terciptanya harmonisasi hubungan vertikal. Pembinaan akal dilakukan dengan pendidikan. Pembinaan ruh dilaksanakan dengan ibadah. Pembinaan jasmani ditempuh dengan olahraga.

Pembinaan kemudian berlanjut kearah pembentukan identitas, disiplin dan integritas. Sedangkan proses akulturasi kemasyarakatannya dilaksanakan dalam bentuk kerjasama-kerjasama serta membina dunia politik dengan penyadaran.

Tugas berat ummat Islam adalah menjaga prestasi agama yang monumental dalam menegakkan etika dan membimbing transformasi sosial di era kehidupan modern agar tidak merugi kelak di dunia dan akhirat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran."(al-'Ashr: 1-3)

B. Metode Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala

Ketika kita membahas tentang metode dakwah, pada umumnya merujuk pada

Surat An-Nahl 16/125:

 

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu dialah mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-

Nahl/16:125)

Pendidikan yang baik menurut Habiburrahman El Shirazy harus diawali dengan mendidik dirinya sendiri. Pendakwah yang baik adalah yang dengan dakwah, dirinya akan semakin baik. Oleh karena itu, sekuat tenaga kita harus menjadi contoh, mendidik dengan keteladanan.

Lalu, minimalisasi perintah dan larangan. Aktifkan bagaimana orang bisa melakukan sesuatu bukan karena ancaman atau larangan, melainkan karena pemahaman yang tepat. Oleh karena itu, ajakan berdialog, memahami, dan diskusi seharusnya menjadi kunci agar orang berbuat bukan karena takut, melainkan karena nikmat berbuat kebaikan.

Beri kesempatan, kepercayaan, dan motivasi agar selalu bersemangat mengaplikasikan ilmu yang telah dimilikinya. Jatuh bangun adalah hal yang lumrah, yang penting selalu belajar dan berlatih secara sistematis berkesinambungan.

Di samping itu, Kang Abik tidak menghendaki santrinya menduplikasi mentah- mentah gurunya. Pendidikan menurutnya adalah dengan membantu para santri untuk menemukan dan mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Dengan demikian, bisa bersinergi satu sama lain dan bisa melakukan sesuatu yang lebih baik. Metode dakwah yang digunakan oleh Kang Abik adalah metode dakwah Bi

Mauizatil Hasanah, maksudnya ialah nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan dan teguran yang baik

Kang Abik selalu mengacu kepada metode yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Ketika beliau ingin agar santri bersikap lebih dewasa dan mandiri, beliau memulai dari diri sendiri. Di samping itu, Kang Abik selalu memulainya dari hati.

Yang selalu inginkan adalah kebaikan. Ketika santri melakukan kesalahan, yang beliau inginkan adalah bagaimana agar santri berubah jadi lebih baik. Itulah yang menyebabkan pendidikannya efektif karena berangkat dari hati.

Kang Abik menggunakan system learning by doing atau pengajaran dalam bentuk aktivitas. Di samping itu, beliau memberikan suri tauladan atau dengan contoh yang dilakukan. Sebagaimana yang difirmankan Allah, “Amat besar kebencian di sisi

Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan” (QS Ash-Shaff

(61):3).

Merekrut manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang mahal. Tidak cukup hanya dengan sekali sentuhan. Harus ada pembinaan yang terus-menerus.

Karenanya, diperlukan dakwah fardiyah. Dakwah yang lebih fokus dan personal.

Yang perlu diperhatikan, pertama berupaya membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi dan membangun komunikasi serta silaturahim dengan baik. Upaya ini untuk menarik simpati agar hatinya lebih terbuka sehingga pembicaraan berikutnya dapat berlangsung terus. Tidak salah dan tetap terhormat jika dirinya sekaligus berperan sebagai teman curhat bagi jamaah. Namun, tetap harus memperhatikan dan menjaga syariat-Nya.

Banyak ustadz tidak mampu menjaga diri, akhirnya terlibat terlalu dalam pada persoalan jamaah, semisal terjerat bara percintaan. Ini menyebabkan mereka meninggalkan tugas utama, yaitu berdakwah.

Kedua, membantu memperbaiki keadaan jamaah dengan mengenalkan yang bernuansa ketaatan. Pada tahap ini perlu bahan-bahan bacaan sederhana, seperti dasar-dasar Islam. Perlu juga diperkenalkan dengan lingkungan yang baik dan komunitas masyarakat yang shaleh agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang shaleh.

"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar" (QS Al-Anfal : 46)

Di Pesantren Basmala para santri diberikan kebebasan yang seluas-luasnya.

Mereka dididik untuk bebas berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukkan, bebas dalam memilih jalan hidup di dalam masyarakat kelak.

Makna kebebasan harus dikembalikan kepada aslinya, yaitu bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab, bebas dari dominasi hawa nafsu yang senantiasa menyeret manusia kearah kejahatan.

Di antara nilai-nilai kemanusiaan yang juga sangat diperhatikan oleh Islam adalah "kebebasan," yang dengannya dapat menyelamatkan manusia dari segala bentuk tekanan, paksaan, kediktatoran dan penjajahan. Selain itu juga bisa menjadikan manusia sebagai pemimpin dalam kehidupan ini, tetapi pada saat yang sama ia juga sebagai hamba Allah.

Kebebasan di meliputi: kebebasan beragama, kebebasan berfikir, kebebasan berpolitik, kebebasan madaniyah (bertempat tinggal) dan segala bentuk kebebasan yang hakiki dalam kebenaran .

Yang kita maksud dengan kebebasan agama adalah kebebasan dalam beraqidah

(berkeyakinan) dan kebebasan melakukan ibadah. Maka tidak diterima keislaman seseorang di saat ia dipaksa untuk meninggalkan agama yang ia cintai dan ia peluk, atau dipaksa untuk memeluk agama yang tidak ia sukai."ash-nash” Al Qur'an secara terang-terangan melarang tindakan seperti itu, sebagaimana tersebut dalam ayat

Makkiyah:

"Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (Yunus: 99)

Salah contoh dari kebebasan berfikir yang diterapkan dari Kang Abik adalah ketika sedang mendalami Fiqh Sunnah, Kang Abik tidak hanya memilih dari satu madzhab saja, tetapi beliau membuka dan menjelaskan empat madzhab sekaligus, lalu dikembalikan kepada santri mau memilih dan melaksanakan yang mana saja, tanpa paksaan.

Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat

(letetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak

(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lainnya sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Ali Imran: 64)

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Aktivitas Dakwah

Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala

1. Faktor Pendukung

Menurut Habiburrahman El Shirazy, faktor pendukung dalam menjalankan aktivitas dakwah di Pesantren Basmala adalah niat yang kuat dan mempunyai jiwa keihlasan.

Islam memberikan penghargaan terhadap setiap hal yang dapat mendorong untuk berbuat baik, tujuan yang mulia dan niat yang bagus, baik dalam perundang- undangannya maupun dalam seluruh pengarahannya. Untuk itulah maka Nabi

Muhammad s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya semua amal itu harus disertai dengan niat (ikhlas karena

Allah), dan setiap orang dinilai menurut niatnya." (Riwayat Bukhari)

Beliau sangat sungguh-sungguh dalam menjaga niat dalam mencari ilmu dan mendirikan serta mengembangkan Pesantren Basmala. Jangan sampai hanya untuk status duniawi belaka namun justru untuk kian dekat dengan Allah dan menjadi bekal pulang ke akhirat. Juga sungguh-sungguh dalam mencari kebenaran hakiki bukan yang sesuai dengan selera nafsu belaka. Dan sekecil apapun ilmu yang didapatkan harus bersungguh-sungguh untuk mengamalkannya, dengan keyakinan bahwa Allah akan membimbing untuk mendapatkan ilmu yang lebih bermanfaat.

Beliau yakin benar bahwa Allah sangat mengetahui kekurangan dan kelemahan hamba-Nya ini dan tak akan mengecewakan serta membiarkan tergelincir apabila kita bersungguh-sungguh hanya mencari ridha-Nya.

“Jika suasana keikhlasan tidak ada, niscaya tidak akan mungkin maksud yang baik akan tercapai, lebih-lebih dalam masyarakat pendidikan seperti Pesantren

Basmala”45

Ikhlas dalam pergaulan, ikhlas dalam nasehat-menasehati, ikhlas memimpin, ikhlas dipimpin, ikhlas dalam menjalankan disiplin, dan ikhlas dalam menerima segala petunjuk.

Pesantren Basmala maupun Kang Abik sendiri tidak ada maksud untuk untung sendiri, menang sendiri dan sebagainya. Semuanya untuk kemajuan bersama dan keuntungan bersama. Disamping itu juga bersama-sama berkorban dan bersama-sama berjasa serta bersama-sama beramal.

Dengan mental yang kuat inilah, yaitu niat yang kuat diiringi dengan jiwa keihlasan, Pesantren maupun semua elemen yang ada di dalamnya dapat menghadapi masa depan dengan penuh optimis. Suasana keikhlasan ini tetap dipelihara sejak berdirinya Pesantren Basmala hingga saat ini.

45 2. Faktor Penghambat

Permasalahan yang menghadang seorang da’I di tengah medan dakwah adalah permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak memiliki kunci, maka sulit baginya untuk masuk. Manusia yang hatinya terkunci sehingga sulit dimasuki oleh dakwah, bagaikan brankas besar yang sebenarnya dapat dibuka hanya dengan kunci yang kecil. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali kepada diri sang da’I itu sendiri, yakni menyangkut potensi dirinya secara ruhiah, di samping kecakapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam mewujudkannya.

Faktor penghambat aktivitas dakwah Habiburrahman El Shirazy di Pesantren

Basmala adalah dari segi fisik, pesantren Basmala belum mempunyai aula tempat berkumpulnya para santri, selama ini jika ada perkumpulan yang melibatkan seluruh santri binaan,maka dipusatkan di aula Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Kemudian dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) masih sedikit, karena pesantren

Basmala masih dalam tahap perintisan, jadi peningkatan kapasitas sekuat mungkin.

Pimpinan Pesantren, Tenaga pengajar, motivator, masih dipimpin langsung oleh

Habiburrahman El Shirazy dan adiknya Anif Sirsaeba. Faktor penghambat lainnya adalah mental paradigma mahasiswa untuk mempunyai jiwa kemandirian dan kewirausahaan sangat sulit, harus terus diberikan motivasi dan pelatihan-pelatihan agar mahasiswa mempunyai kesadaran sendiri dan nantinya akan menjadi generasi yang berjiwa mandiri, beretos kerja tinggi dan memilki semangat berprestasi. BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap Aktivitas Dakwah

Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala, maka penulis dapat

memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren

Basmala dalam bentuk dakwah Bil-Lisan, bil-Qalam, dan bil-Haal.

Dakwah bil lisan Habiburrahman El Shirazy adalah dengan berbicara dalam

pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan lemah lembut berdasarkan misi

agama, yaitu agama Islam, mengingatkan orang lain jika berbuat salah baik dalam

ibadah maupun dalam perbuatan, memberikan bimbingan dan penyuluhan

problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik.

Sedangkan bentuk kegiatan dakwah lainnya Habiburrahman El Shirazy di

Pesantren Basmala yaitu melalui dakwah bil-Qalam adalah Salah satu kegiatan

yang diminati oleh santrinya meliputi Belajar Menulis di Wisata Ruhani. Belajar

Menulis di Wisata Ruhani (BMW) merupakan program pelatihan menulis yang

dibimbing langsung oleh Habiburrahman El Shirazy, namun jika Kang Abik

berhalangan hadir, maka akan digantikan dengan Ustadz Anif Sirsaeba El

Shirazy, MBQ (Pengasuh Pesantren Basmala dan Majlis Ta’lim Wisata Ruhani).

2. Metode Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren Basmala Metode

dakwah yang digunakan oleh Kang Abik adalah metode dakwah Bi Mauizatil

Hasanah, maksudnya ialah nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan,

kata-kata, ucapan dan teguran yang baik

Kang Abik selalu mengacu kepada metode yang dicontohkan oleh Rasulullah

saw. Ketika beliau ingin agar santri bersikap lebih dewasa dan mandiri, beliau

memulai dari diri sendiri. Di samping itu, Kang Abik selalu memulainya dari hati.

Yang selalu inginkan adalah kebaikan. Ketika santri melakukan kesalahan, yang

beliau inginkan adalah bagaimana agar santri berubah jadi lebih baik. Itulah yang

menyebabkan pendidikannya efektif karena berangkat dari hati.

3. Faktor Pendukung Aktivitas Dakwah Habiburrahman El Shirazy melalui Pesantren

Basmala adalah niat yang kuat dan mempunyai jiwa keikhlasan, sedangkan

faktor penghambatnya adalah dari segi fisik, pesantren Basmala belum

mempunyai aula tempat berkumpulnya para santri, selama ini jika ada

perkumpulan yang melibatkan seluruh santri binaan,maka dipusatkan di aula

Universitas Negeri Semarang (UNNES). Lalu dari segi Sumber Daya Manusia

(SDM) masih sedikit, karena pesantren Basmala masih dalam tahap perintisan,

jadi peningkatan kapasitas sekuat mungkin. Faktor penghambat lainnya adalah

mental paradigma mahasiswa untuk mempunyai jiwa kemandirian dan

kewirausahaan sangat sulit, harus terus diberikan motivasi dan pelatihan-pelatihan

agar mahasiswa mempunyai kesadaran sendiri dan nantinya akan menjadi generasi yang berjiwa mandiri, beretos kerja tinggi dan memiliki semangat berprestasi

B. Saran-saran