Sastra Dan Agrikultura

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sastra Dan Agrikultura EDISI 13. T AHUN 2017 MAJALAH SASTRA SASTRA DAN AGRIKULTURA Puisi Umbu Landu Paranggi Telaah Abdul Rozak Zaidan Abdul Rohim Cubitan Imam Muhtarom Taman Ganjar Hwia Secangkir Teh Hamsad Rangkuti Pertanian terlihat perkasa mudah ketika bajak Anda adalah pensil dan kau seribu mil dari ladang jagung. Sisipan Mastera EDISI 13. T Dwight D. Eisenhower (1890–1969) AHUN 2017 ISSN 2086-3934 9 772086 393437 EDISI 13. TAHUN 2017 PENDAPA aerah perbatasan pernah menjadi tema sastra yang hangat dan populer di era revolusi MAJALAH SASTRA Dkemerdekaan. Namun, daerah perbatasan itu sangatlah longgar pengertiannya. Ia seringkali bermakna Diterbitkan oleh Badan Pengembangan “garis depan” atau daerah perbatasan antara kaum Repu- dan Pembinaan Bahasa blik dengan Belanda. Dengan begitu, di Pulau Jawa saja Jalan Daksinapati Barat IV terbentang banyak daerah perbatasan, belum di pulau- Rawamangun, Jakarta 13220 Pos-el: [email protected] pulau lain. Tidak jarang, daerah perbatasan juga bermakna Telp. (021) 4706288, 4896558 daerah perbatasan imajinatif dan batiniah antara satu Faksimile (021) 4750407 ISSN 2086-3934 sikap budaya dengan sikap budaya lain. Bisa juga berupa Pemimpin Umum keduanya, sebagaimana tergambar dalam kumpulan puisi Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum Daerah Perbatasan karya Subagio Sastrowardojo. Pemimpin Redaksi Kini, setelah Indonesia lama merdeka dan berdaulat, Agus R. Sarjono daerah perbatasan tidak lagi dapat dianggap sesuatu yang Redaktur Pelaksanai imajiner. Daerah perbatasan itu bukan saja nyata melain- Ganjar Harimansyah kan juga luas terbentang di mana-mana —darat maupun Dewan Redaksi lautan— mengingat Indonesia negeri kepulauan yang Hurip Danu Ismadi Budi Darma besar wilayahnya. Semuanya, perlu perhatian nyata pula. Sapardi Djoko Damono Abdul Hadi W.M. Jika daerah-daerah perbatasan di masa revolusi men- Putu Wijaya jadi wilayah akrab tentara dan sastrawan, daerah-daerah N. Riantiarno perbatasan sekarang mungkin hanya dikenali tentara dan Redaksi asing bagi sastrawan. Memang, baik di masa revolusi Erlis Nur Mujiningsih maupun masa kini, daerah perbatasan bukanlah sesuatu Ferdinandus Moses Nur Ahid Prasetyawan P.S. yang diakrabi para politisi karena jauh dari pusat-pusat Mahwi Air Tawar kekuasaan, dan oleh sebab itu makin lama makin terbiar. Sekretariat Sekalipun demikian, kedaulatan sebuah negara tidak bisa Suryami Purwaningsih tidak selalu berkaitan dengan pengelolaannya atas daerah Abdul Rohim perbatasan. Maka keterlibatan tentara akan berkaitan de- Akik Tajudin ngan keamanan dan kedaulatan; keterlibatan sastrawan Penata Artistik/Laman berkaitan dengan pewacanaan; dan —semestinya— Nova Adryansyah keterlibatan politisi berkaitan dengan pengelolaan dan Sirkulasi dan Distribusi kewajiban pensejahteraan masyarakat daerah perbatasan. Lince Siagian Untunglah Badan Bahasa belakangan ini telah “me- nerjunkan” para sastrawan ke daerah perbatasan lewat program residensinya. Mungkin, tidak lama lagi daerah perbatasan dengan segala mimpi dan gelisahnya, prospek dan tantangannya, akan muncul dalam puisi dan cerita: terwacanakan, tidak terbiar dan terlupakan. Semoga. P U S A T, N 0. 13 / 2 0 17 1 DAFTAR ISI PENDAPA TELAAH Abdul Rozak Zaidan EMBUN Karina Adinda Victor Ido Sastra Drama Wayan Jengki Sunarta Awal Perkembangan Sabang Selayang Pandang Karina Adinda mengungkapkan Catatan dari Perbatasan Indonesia ihwal sudah kuatnya mate aneuk meupat mental korup jeurat, mate adat penyelenggara hana pat tamita. kekuasaan, seperti Artinya, jika anak yang diperlihatkan mati ketahuan di Regent Wiriosari yang mana kuburannya, sampai akhir lakon namun jika adat yang tetap menantang dan hilang, tidak tahu ke meradang dalam mana harus kekalahannya. mencarinya. 4 12 SECANGKIR TEH Abdul Rohim F. Moses Imbas Karya Hashim Yassin Imajinasi Hamsad Rangkuti Drama Imbas karya Hashim Yassin ini Jika kamu melamun, bertemakan nasionalisme warga melamunlah dengan pribumi menolak kolonialisme dalam sadar dan sadar. perluasan wilayah walaupun dengan Biarkan lamunanmu dalih sementara. Drama ini berlatar mengimajianasikan kantor perwakilan British di negeri segala yang ada. Melaka dalam kurun waktu Kelak kamu 'kan tahu tahun 1800 Masehi. keberadaan imajinasi yang sesungguhnya itu apa. Sampai ia rela membuahkannya 27 menjadi ide" 89 (Hamsad Rangkuti) CUBITAN GLOSARIUM Imam Muhtarom 84 Agus R. Sarjono Negosiasi dalam Seni Tradisi Sastra Drama atawa Lakon Dalam pertunjukan Karena sebuah drama hanya di tengah para penonton mengandalkan dialog, maka seluruh itulah sebenarnya terjadi pikiran, perasaan, tindakan proses penciptaan karya —bahkan kenangan— para tokoh pada seni tradisi. Penciptaan harus dapat tergambar jelas tersebut berada pada momen dalam dialog. waktu yang tidak bisa diulang ... Tidak ada yang lain. 99 2 P U S A T, N 0. 13 / 2 0 17 TAMAN Puisi-Puisi LEMBARAN MASTERA Umbu Landu Paranggi 21 Denpasar Selatan, Dari Sebuah Lorong…. Dari Pura Tanah Lot Brunei Darussalam Syair Rajer Babat Puisi K. Manis 44 Puisi Ibnu ‘Abdir-Raheem 45 Cerpen Pengiran Metassan bin Pengiran Bakar 46 Ganjar Hwia 25 Esai Haji Mohammad Firdaus OKK Haji Noordin 53 Sunyi yang Berwarna Nyaring (VI) 54 -66 Pada Sesuatu Indonesia CAKRAWALA Puisi Beni Setia Yusri Fajar Puisi Fredy Sreudeman Wowor Representasi Sejarah Cerpen Damhuri Muhammad 68 dan Hubungan Belanda-Indonesia 66-71 dalam Antologi Puisi Perjalanan Berlari Karya Didik Siswantono Malaysia Kisah penjajahan Belanda Puisi Siti Zainon Ismail dan perjuangan rakyat Indonesia di masa lam-pau serta relasi Cerpen Pelita Di Dalam Kaca kedua negara ini di masa kini seperti tak pernah habis menjadi sumber bagi penulisan puisi dan prosa para 72-79 sastrawan Indonesia 94 Singapura Puisi Junaidah Baharawi Puisi Art Fazil Cerpen Peter Augustine Goh TAMAN 80 - 84 Cerpen Niduparas Erlang Rahim Huma ... dari celana dan baju pangsi hitam-hitam yang dikenakan lelaki sepuh itu, kau dapat mengenalinya sebagai Ki Jebat. 76 P U S A T, N 0. 13 / 2 0 17 3 3 EMBUN Sabang Selayang Pandang Catatan dari Perbatasan Indonesia WAYAN JENGKI SUNARTA Ketika SD saya sering menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” karya R. Suharjo. Lagu dengan semangat nasionalis itu K menunjukkan betapa luasnya wilayah Indonesia. Karena lagu itu, kata “Sabang” dan “Merauke” begitu membekas dalam ingatan saya. Namun, siapa menduga, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Sabang, salah satu daerah perbatasan Indonesia yang ditandai dengan Tugu Kilometer Nol Indonesia. Kehadiran saya di Sabang berkat program residensi Sastrawan Berkarya dari Badan Bahasa. Progam tersebut berlangsung dua tahap, yakni tanggal 3-12 Oktober 2016 dan 4-13 November 2016. Selama di Sabang, saya berinteraksi dengan alam, budaya, serta kehidupan sosial masyarakat setempat. Saya juga menulis sejumlah puisi dan catatan perjalanan. 4 P U S A T, N 0. 13 / 2 0 17 Sabang berlokasi di Pulau Pada saat Perang Dunia II, Di Sabang terdapat banyak Weh, Propinsi Aceh. Pada jaman Jepang menguasai Sabang. Itu bangunan kuno peninggalan Belan- dulu, pulau tersebut dikenal terlihat dari banyaknya bunker dan da yang tersebar di berbagai sudut dengan julukan Pulau Keemasan benteng Jepang yang mengelilingi kota. Bangunan-bangunan berseja- (The Golden Island). Beberapa Pulau Weh. Ketika pesawat Sekutu rah itu dilindungi sebagai cagar pelaut legendaris pernah singgah membombardir Sabang untuk budaya dan ada beberapa dimanfa- di pulau yang berada di Selat Mala- menghancurkan pertahanan Je- atkan untuk perkantoran pemerin- ka itu, di antaranya adalah Sinbad pang, banyak bangunan yang tah dan swasta. Beberapa bangu- (abad ke-12) dan Cheng Ho (abad rusak parah, termasuk bangunan- nan juga diambil alih oleh warga ke-15). Pada masa itu, Sabang te- bangunan di pelabuhan ikut han- sipil untuk rumah pribadi, dengan syarat tidak boleh dipugar atau lah menjadi bagian jaringan perda- cur. Pada tahun 1970-an Sabang direnovasi tanpa seijin pemerintah gangan maritim yang memben- kembali dibuka sebagai Pelabuh- setempat, demi menjaga aset seja- tang dari Teluk Persia. an Bebas dan Kawasan Perdagang- rah Sabang. Namun, ada juga Nama “Sabang” berasal dari an Bebas. Namun, pada 1985, bangunan Belanda yang terkenal peranan Sabang sebagai Pelabuh- bahasa Aceh, yakni “Saban”, yang angker, seperti Mess Samudera. artinya sama rata sama rasa, sena- an Bebas diganti oleh Pelabuhan Bangunan Mess Samudera sib sepenanggungan, tanpa diskri- Batam. pada masa Belanda adalah rumah minasi. Kata “Saban” memang me- Administratur Sabang Maskapai lukiskan karakter orang Sabang Daerah Wisata ketika dipimpin oleh G.C. Vattier yang cenderung mudah menerima Sabang terdiri dari dua keca- Kraane pada masa 1899 hingga pendatang atau pengunjung. Pen- matan, yaitu Sukajaya dan Suka- 1906. Rumah itu dibangun tahun duduk Sabang berasal dari berba- karya. Sukajaya membawahi sepu- 1899. Kemudian pada tahun 1916 gai suku yang telah beranak pinak direnovasi oleh arsitek Ludolf luh kelurahan, yakni Paya Keune- sejak masa kesultanan Aceh. Bah- Hendrik Smitt pada masa kepe- kai, Keunekai, Beurawang, Jaboi, kan, keberadaan warga keturunan mimpinan F.C. Baron Van Aerssen Balohan, Anoi Itam, Ujong Ka- Tionghoa di Sabang juga memiliki Beijeren Van Voshol (1912-1928). reung, Ie Meulee, Cot Ba’u, serta sejarah yang panjang, sejak masa Ketika Jepang menguasai Sabang Cot Abeuk. Sedangkan Sukakarya Cheng Ho. Selain masjid, di Sa- pada 1942, gedung ini digunakan membawahi delapan kelurahan, bang juga terdapat gereja dan sebagai Pusat Komando Jepang klenteng/wihara. yakni Iboih, Bate Shok, Paya yang dipimpin oleh seorang kolonel Seunara, Krueng Raya, Aneuk laot, Sejak 1895 Sabang telah
Recommended publications
  • CRONYISM and the NEP Chedet.Co.Cc August 06, 2008 by Dr
    CRONYISM AND THE NEP Chedet.co.cc August 06, 2008 by Dr. Mahathir Mohamad 1. When the New Economic Policy began to show some results in the early eighties, the Western Press and local opponents of the Government began to talk about cronyism. Whoever succeeded in a developing country like Malaysia, did so because they were the chosen favourites of the Government, particularly the head of the Government. 2. I came in for virulent attacks because some Malays actually did well in business. They were all labelled my cronies whether they were indeed my cronies or not. Anyone who succeeded was immediately defined as my crony. 3. Many close friends, relatives and members of my family who failed in business would not be called cronies. 4. It is not the actual relation or association with the leader that qualifies one to be the crony of the Prime Minister. It is the success of the individual. Failures, no matter how close they may be to the Prime Minister would not be called cronies. 5. This left me in a quandary. As head of the Government I had to ensure the success of the NEP objective of reducing the disparities between the bumiputeras and the non-bumis. This reduction must be achieved at all levels, not excluding the rich and the very rich. It wouldn't do to have parity among the low income and middle income only, while big businesses are all in the hands of the non-Bumiputera millionaires. 6. While most Bumiputeras who were given shares and opportunities to do business abused these opportunities, a few tried seriously and some of them succeeded.
    [Show full text]
  • Malaysian Child Rearing Practices and Its Relationship to Realth
    Malaysian Child Rearing Practices and Its Relationship to Realth by Wazir-Jahan Karim A Research Project Funded by the International Developmsnt Research Centre 1981 RC FÉB2].1983 IDRC ; rrz^i 3 - p-- 79_ o cc 58- Acknowledgaments I vould like to express my appreciation and gratitude to thé International Development Research Centre for agreeing to fund this research project in 1978. Z also wish to thank UNICEF for providing me with financial assistance for the section of the research on traditional médical practitioners and village medicines conducted I' in Yen, Kedah. The assistance and co-operation of the Ministry of Realth has been a major factor in ensuring the emooth implémentation of the research in Seberang Prai and I would specifically like to thank Dr. Chee Chin Seang, the Deputy Director of Health in Penang, Sister Kvan, Dr. Raj Karim from the Maternai and Child Health Division in the Ministry and other médical and nursing personnel in Seberang Prai for providing me with continuous assistance during the period of my fieldwork. I would also litre to thank the management of Malakoff Estate at Thsek Glugor, in particular the Manager, Mr. Jones and Mr. Shankar for allowing me to conduct my research on the estate and also for assistance provided when the census survey was conducted. My sincereat thanks also to the KEMAS teacher at Junjong, Rokiah Ahmad and the teachers at the Malakoff Estate pre- school, for help rendered to my research assistants, Muniamah Kandasamy, Tengku Zainah and Susan Oorijitham, during the intensive field work period. Ficnaliy, I can quite confidentiy say that this research would not have been possible without the commitment and enthusiasm of my research assistants and the keen interest of e nutritionist from Minnesota University, Misa Mary-Pat Selvaggio, to conduct a The study has taken approximately two and e half years to be completed between its period of inception in mid 1978 to ite period of completion in November 1981.
    [Show full text]
  • Keris Dalam Pengubatan Tradisional Melayu Dari Perspektif Islam Sebagai Suatu Kajian Kes Di Kelantan
    Volume: 3 Issue: 14 [December, 2018] pp.12-26] Journal of Islamic, Social, Economics and Development eISSN: 0128-1755 Journal website: www.jised.com KERIS DALAM PENGUBATAN TRADISIONAL MELAYU DARI PERSPEKTIF ISLAM SEBAGAI SUATU KAJIAN KES DI KELANTAN KRIS IN TRADITIONAL MEDICATION OF MALAY FROM ISLAMIC PERSPECTIVE AS A CASE STUDY IN KELANTAN Azlina Musa1 1 Universiti Malaysia Terengganu, E-mel: [email protected] Accepted date: 16-01-2018 Published date: 12-12-2018 To cite this document: Musa, A. (2018). Keris dalam Pengubatan Tradisional Melayu dari Perspektif Islam Sebagai Suatu Kajian Kes di Kelantan. Journal of Islamic, Economics and Development, 3 (14), 12-26. ___________________________________________________________________________ Abstrak: Makalah ini akan membincangkan tentang keris dalam pengubatan tradisional Melayu dari perspektif Islam sebagai suatu kajian kes di Kelantan. Makalah ini akan meneliti keris dijadikan sebagai alat pembantu ritual kepada bomoh, dukun atau pawang dalam pengubatan tradisional Melayu. Makalah ini turut meneliti sejauhmanakah keberkesanan keris sebagai salah satu usaha untuk bomoh, dukun atau pawang menyeru, memanggil dan memuja kuasa luar biasa turut serta dalam upacara yang diadakan dengan meneliti dari kaca mata Islam. Makalah ini akan meninjau persepsi Islam tentang peralatan yang digunakan oleh pengamal semasa ritual pengubatan tradisional Melayu. Disamping itu, makalah ini turut meneliti sejauhmanakah masyarakat Melayu di sekitarnya percaya bahawa keris yang diperasapkan dengan pembakaran asap kemenyan dan diiringi bacaan doa oleh bomoh, dukun atau pawang berkeupayaan untuk mengusir makhluk halus jahat daripada mengganggu keadaan tubuh pesakit dan membantu memulih serta menyembuhkan keadaan penyakit gangguan makhluk halus jahat dalam ritual tertentu. Ini kerana, kebanyakan pesakit yang mendapatkan rawatan pengubatan tradisional Melayu sembuh penyakit gangguan makhluk halus yang ditanggung oleh mereka.
    [Show full text]
  • The Paradigm of Malayness in Literature
    THE PARADIGM OF MALAYNESS IN LITERATURE IDA BAIZURA BAHAR Thesis submitted for the degree of PhD in the Languages and Cultures of South East Asia 2010 Department of South East Asia School of Oriental and African Studies University of London ProQuest Number: 11010464 All rights reserved INFORMATION TO ALL USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. In the unlikely event that the author did not send a com plete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if material had to be removed, a note will indicate the deletion. uest ProQuest 11010464 Published by ProQuest LLC(2018). Copyright of the Dissertation is held by the Author. All rights reserved. This work is protected against unauthorized copying under Title 17, United States C ode Microform Edition © ProQuest LLC. ProQuest LLC. 789 East Eisenhower Parkway P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106- 1346 | SOAP LIRDARY 2 Declaration for PhD thesis I have read and understood regulation 17.9 of the Regulations for students of the School of Oriental and African Studies concerning plagiarism. I undertake that all the material presented for examination is my own work and has not been written for me, in whole or in part, by any other person. I also undertake that any quotation or paraphrase from the published or unpublished work of another person has been duly acknowledged in the work which I present for examination. Signed: Ida Baizura Bahar Date: 7 December 2010 3 ABSTRACT This study is a study on the paradigm of Malayness in literature, taking as its point of departure the understanding of Malayness in Malaysia.
    [Show full text]
  • SINKRETISME DI KALANGAN MASYARAKAT TEMUAN DI KAMPUNG LUBUK BANDUNG, MELAKA HO HWEE SIAN No. Matrik: 05946"9 Latihan Ilmiah
    No. Kelas: ~·. .. No Perolehan: ·•-·-·..:•:•)• .• SINKRETISME DI KALANGAN MASYARAKAT TEMUAN DI KAMPUNG LUBUK BANDUNG, MELAKA HO HWEE SIAN No. Matrik: 05946"9 Latihan Ilmiah Bagi Memenuhi Sebah ag ian Daripada Syarat-syarat Untuk Ijazah Sarjana Muda Sastera Jab a tan Antr.opologi dan Sosiologl, Universiti Malaya, 59100 Kuala Lumpur Sesi 1993/94 Bilik Sumber Jabatan A_ntropologi & Sosiologi Universit1 Malaya 11 P·enghargaan Saya mengucapkan jutaan terima kasih kepada Encik Juli Edo selaku penyelia latihan ilmiah ini. Segala tunjuk ajar, bimbingan dan nasihat beliau tidak akan saya lupakan. Saya juga mengambil kesempatan nu mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hood Haji Mohd. Salleh dan Dr. Hasan Mat Nor dari Universiti Kebangsaan Malaysia atas nasihat mereka pada permulaan kajian. Jasa-jasa penduduk Kampung Lubuk Bandung yang telah membolehkan saya menyelesaikan kajian ilmiah ini tidak akan saya lupakan. Saya mengambil kesempatan di sini mengucapkan jutaan terima kasih kepada keluarga Pakcik Ahat b. San Fook iaitu keluarga angkat saya, Abang Chia Fong Sin, Kak Aton dan Pakcik San Ah Kin b. San Fook yang semuanya merupakan informan utama pengkaji. Terima kasih jug a diucapkan kepada pihak J abatan Hal Ehwal Orang Asli Kuala Lumpur dan bahagian Melaka yang banyak memberi kerjasama dan data-data rasmi yang diperlukan. Akhir sekali, terima kasih diucapkan kepada semua yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian latihan ilmiah mi. 111 Sinopsis Kajian fenomena sinkretisme di kalangan niasyarakat Orang Asli Temuan mi merangkumi tiga jerus kepercayaan luar iaitu kepercayaan Cina, Hindu dan Melayu yang menerap masuk ke dalam sistem kepercayaan periduduk Kampung Lubuk Bandung. Penerimaan kepercayaan Cina paling menonjol dan menarik di antara tiga jerus kepercayaan tersebut.
    [Show full text]
  • The Belief in Hantu in the Malay Culture from the Perspective of Islam
    THE BELIEF IN HANTU IN THE MALAY CULTURE FROM THE PERSPECTIVE OF ISLAM ______________________________________________________________________________________ Mohd Zohdi Amin, Ishak Suliaman, Husniyah Salaeh, Mohamed Akhiruddin Ibrahim & Azlina Mohamed Nor Abstract The belief in “hantu” is the result of animism and dynamism among Malays before the arrival of Hindu, Buddha and Islam. Hantu is portrayed as the incarnation of evil souls wishing to harm humans. This belief is related to the concept of soul existence or “semangat” (essence) in everything including the human body. This ancient belief is integrated into their new religions through adaptation process. After embracing Islam, the belief in hantu is not totally dispelled since its features are similar to that of jinn and shaitan, whose existence are acknowledged in Islam. The belief is also supported by the concept of human soul in the afterlife, where it is deemed as immortal. Hantu is portrayed as the soul of the dead, dwelling in certain places and harming the humans. Based on the analysis of the texts of the Quran and Sunnah, it is found that the soul of the dead could never become hantu, as opposed to the Malays’ belief. It is because the soul of the dead is in barzakh, the impassible barrier between the world and the Hereafter. It is a place where the soul is either rewarded or punished for his or her deeds in the past life. The souls cannot act independently by themselves as they are under the control of Allah. Based on this, the belief in hantu is against the Islamic teachings. This belief is capable in affecting a Muslim’s faith as it indirectly leads to the denial of rewards and punishments in the afterlife.
    [Show full text]
  • WASTE and LOSSES Chedet.Co.Cc July 22, 2008 by Dr. Mahathir Mohamad the Government of Dato Seri Abdullah Badawi Ha
    MONEY - MORE WASTE AND LOSSES Chedet.co.cc July 22, 2008 By Dr. Mahathir Mohamad The Government of Dato Seri Abdullah Badawi has lost billions of Ringgit by cancelling the bridge project to replace the causeway, postponing the double-tracking and electrification of the North-South railway and the sale of M.V. Agusta by Proton. The Government had also wasted money - RM2 billion in Terengganu. Thinking that he had the right to use Wang Ehsan , the royalty from Petronas to the State of Terengganu totalling more than five billion Ringgit over several years Dato Seri Abdullah together with Dato Seri Idris Jusoh, the former Menteri Besar of Terengganu went on a spending spree. Without any proper study and planning, without bothering about the rules and regulations about how Government money should be allocated and used, Dato Seri Abdullah and Dato Seri Idris and their cronies spent huge sums of the "Wang Ehsan" on a theme park (Crystal Mosque), Monsoon Cup, development of Setiu etc etc. More than two billion Ringgit were poured into Terengganu. Then in 2008, Barisan Nasional won and Abdullah happily decided to spend more of the Wang Ehsan on fancy projects. Unfortunately the Sultan of Terengganu refused to have Idris Jusoh as Menteri Besar. It was a slap in the face fo Abdullah when he was forced to accept the Sultan's nominee as Menteri Besar. This new Menteri Besar insisted that the royalty due to Terengganu should be paid to the State and the State should manage the fund. This was as it should be.
    [Show full text]
  • Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis
    LEKSIKON ‘HANTU’ DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS Chyndy Febrindasari UIN Walisongo Semarang Surel: [email protected] Abstrack: Lexicon Of ‘Hantu’ In Bahasa Indonesia : A Study of Anthropological Linguistics. The aim of the study is to examine the various lexicon 'hantu' in Indonesian, as well as to determine the image of the 'hantu' in Indonesian society cognition. The image of „hantu‟ in Indonesian society is the image of the public mind about „hantu‟ of Indonesian. The image of „hantu‟ is different viewed between a religious perspective to the cultural perspective. Moreover, the image of „hantu‟ in Indonesian society can be seen through expressions that exist in the community and is used in reference to something else. All these expressions are used because it has a meaning similar or identical to the nature of „hantu‟. In addition, it is also known that there four function of „hantu‟ as a myth in society are namely: the function of the mystical, cosmological functions, pedagogical function, and social function. Keywords: Lexicon; Ghost; Indonesian. Abstrak: Leksikon ‘Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui macam-macam leksikon hantu dalam bahasa Indonesia, serta untuk mengetahui citra hantu dalam kognisi masyarakat Indonesia. Citra hantu dalam masyarakat Indonesia adalah gambaran yang ada dalam pikiran masyarakat Indonesia mengenai hantu. Citra hantu dilihat dari perspektif agama berbeda dengan perspektif budaya. Selain itu, citra hantu dalam masyarakat Indonesia dapat dilihat melalui ungkapan-ungkapan yang ada di dalam masyarakat dan digunakan dalam merujuk kepada hal lain. Semua ungkapan tersebut digunakan karena memiliki makna yang mirip atau sama dengan sifat hantu.
    [Show full text]
  • Hubungan Aspek Kepercayaan Dan Budaya Masyarakat Dengan Simptom Psikiatri Remaja Muslim Histeria
    HUBUNGAN ASPEK KEPERCAYAAN DAN BUDAYA MASYARAKAT DENGAN SIMPTOM PSIKIATRI REMAJA MUSLIM HISTERIA Intan Farhana Saparudin1, (Fariza Md Sham2, Salasiah Hanin Hamjah2) 1 Department of Islamic Studies, Centre for General Studies and Co-Curricular, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia [email protected] 2 Faculty of Islamic Studies, Universiti Kebangsaan Malaysia ABSTRAK Gejala histeria merupakan fenomena mental dan sosial yang boleh tercetus daripada pelbagai faktor. Antara faktor yang didapati sering wujud dalam kejadian histeria adalah aspek kepercayaan dan budaya. Aspek kepercayaan membawa kepada ledakan simptom histeria apabila sistem nilai kepercayaan dan budaya masyarakat mempengaruhi pandangan dan perspektif individu dalam memahami dan menangani histeria yang terjadi. Fenomena ini sering melanda remaja Muslim di Malaysia dan menjadi satu isu yang membimbangkan dan wajar diberi perhatian serius. Dari sudut simptom histeria, ia seringkali dizahirkan dalam bentuk gangguan psikologi dan simptom psikiatri. Maka dalam kajian ini simptom histeria dikhususkan kepada simptom berbentuk psikiatri iaitu gangguan fisiologi. Berdasarkan permasalahan yang berlaku, makalah ini membincangkan hubungan aspek kepercayaan dan budaya masyarakat dengan simptom psikiatri remaja Muslim histeria. Melalui reka bentuk kajian tinjauan dengan instrumen soal selidik, kajian dilakukan terhadap 122 orang remaja histeria daripada 10 buah sekolah menengah di Selangor yang dipilih secara persampelan kelompok. Hasil tinjauan yang dilakukan mendapati simptom psikiatri berhubung secara signifikan dengan aspek kepercayaan dan budaya dengan keputusan korelasi (r= .389; p < 0.01). Penemuan ini menunjukkan elemen kepercayaan dan budaya dalam masyarakat mendorong kepada simptom histeria dalam kalangan remaja. Situasi ini wajar ditangani dengan mendidik masyarakat ke arah mentaliti dan stigma pemikiran yang lebih rasional dan positif dalam menangani apa jua gejala psikologi dan mental.
    [Show full text]
  • Singapore Literature in English : an Annotated Bibliography
    This document is downloaded from DR‑NTU (https://dr.ntu.edu.sg) Nanyang Technological University, Singapore. Singapore literature in English : an annotated bibliography Koh, Tai Ann 2008 Koh, T. A. (Ed. & Comp.) (2008). Singapore literature in English : an annotated bibliography. Singapore : National Library Board Singapore and Centre for Liberal Arts and Social Sciences, Nanyang Technological University, c2008. https://hdl.handle.net/10356/103820 © National Library Board Singapore and Nanyang Technological University 2008. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmittedin any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise without prior permission of the publisher, the National Library Board Singapore and Nanyang Technological University. Downloaded on 29 Sep 2021 23:50:43 SGT SINGAPORE LITERATURE IN ENGLISH An Annotated Bibliography Koh Tai Ann Compiler and Editor A JOINT PUBLICATION BY NATIONAL LIBRARY BOARD SINGAPORE AND CENTRE FOR LIBERAL ARTS AND SOCIAL SCIENCES, NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY © National Library Board Singapore and Nanyang Technological University 2008 Published by: National Library Board Singapore and Nanyang Technological University Designed and printed by: DES Consultants Pte Ltd Cover Images: All rights reserved. Saya. (Singapore: Educational Publications Bureau, 1979); Playful phoenix: women write for the Singapore stage. (Singapore: TheatreWorks, 1996); The teenage workbook, or, The passing of an April shower. (Singapore: Hotspot Books, 1989); Eye on the world: the writer's response. (Singapore: Faculty of Arts & Social Sciences, National University of Singapore and Gifted Education Unit, Ministry of Education, 1991); A candle or the sun. (London: Serpent’s Tail, 1991); The almost complete collection of true Singapore ghost stories.
    [Show full text]
  • L'occulte Malais
    L’Occulte malais Le malais (bahasa melayu) est la langue officielle de l’Indonésie, de la Malaisie, du sultanat de Brunei Darussalam, et l’une des langues officielles de Singapour. En raison de certaines variations de l’une à l’autre, on parle aussi d’indonésien (bahasa indonesia) et de malaisien (bahasa malaysia). Il y a cependant intercompréhension entre les deux et le présent glossaire est constitué à partir d’entrées tant en indonésien qu’en malaisien. Il existe des populations de culture malaise dans d’autres pays d’Asie du Sud-Est, notamment dans le sud de la Thaïlande et aux Philippines. C’est l’alphabet latin (tulisan rumawi) qui est généralement utilisé à l’écrit. Toutefois, partage avec celui-ci un statut officiel au Brunei ; en (توليسن جاوي : l’écriture arabe (tulisan jawi dehors de ce cas, l’écriture arabe est surtout utilisée dans un contexte religieux, ou identitaire, comme parmi les populations malaises des provinces du sud de la Thaïlande (où la population est à 80 % de langue et de culture malaises). L’islam malais présente des caractéristiques tout à fait intéressantes. Quand un Malais proclame : « Allah Maha Esa », Dieu est unique, il emprunte sa qualification de Dieu à la langue sanskrite (Maha Esa ou Mahaesa : le Grand Un), à laquelle cette notion d’unicité divine n’était pas étrangère, comme pourrait sembler déjà l’attester, sous quelques réserves, un tel mot, unicité de ,(توحيد) mahaesa. On trouve par ailleurs cette notion islamique centrale de tawhîd de Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahhab), directement [كتاب التوحيد] Dieu (cf.
    [Show full text]
  • Cerita Hantu Melayu)
    UNIVERSITY OF OKLAHOMA GRADUATE COLLEGE Speaking About Ghosts (Cerita Hantu Melayu): Malay Narratives-In-Interaction A Dissertation SUBMITTED TO THE GRADUATE FACULTY in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy by Cheryl L. Nicholas Norman, Oklahoma 2004 UMI Number: 3270682 INFORMATION TO USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. Broken or indistinct print, colored or poor quality illustrations and photographs, print bleed-through, substandard margins, and improper alignment can adversely affect reproduction. In the unlikely event that the author did not send a complete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if unauthorized copyright material had to be removed, a note will indicate the deletion. UMI UMI Microform 3270682 Copyright 2007 by ProQuest Information and Learning Company. All rights reserved. This microform edition is protected against unauthorized copying under Title 17, United States Code. ProQuest Information and Learning Company 300 North Zeeb Road P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106-1346 © Copyright CHERYL L. NICHOLAS, 2004 All Rights Reserved. SPEAKING ABOUT GHOSTS (CERITA HANTU MELAYU): MALAY NARRATIVES-IN-INTERACTION A Dissertation APPROVED FOR THE DEPARTMENT OF COMMUNICATION BY Dr. ^lemencia Rodriguez, Cmi^ Dr. D. Lawrence Wieder, Chair Dr. Sandra Imgan, Member Dr. Todd Sandel, Member Dr. Courtnéy mughn, Outside Member Acknowledgements Thanks to My Advisors: Dr. D. Lawrence. Wieder Dr. Clemencia Rodriguez For your mentorship, support, encouragement and care. Without you, this would not be possible. Heidi Mau For the past, present and future. My Family For your unconditional love. My Committee Members: Dr.
    [Show full text]